skripsi - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di tkp guna...

75
SKRIPSI PERANAN LABORATORIUM FORENSIK CABANG MAKASSAR DALAM PENYELESAIAN KASUS NARKOTIKA DI PARE-PARE OLEH ISMAIL B 111 09 500 BAGIAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: vannhu

Post on 28-Jun-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK CABANG

MAKASSAR DALAM PENYELESAIAN KASUS NARKOTIKA

DI PARE-PARE

OLEH

ISMAIL

B 111 09 500

BAGIAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

i

HALAMAN JUDUL

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK CABANG

MAKASSAR DALAM PENYELESAIAN KASUS NARKOTIKA

DI PARE-PARE

OLEH:

ISMAIL

B 111 09 500

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam rangka penyelesaian studi sarjana

pada Bagian Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

PERANAN LABORATORIUM FORENSIK CABANG

MAKASSAR DALAM PENYELESAIAN KASUS NARKOTIKA

DI PARE-PARE

Disusun dan diajukan oleh

ISMAIL

B 111 09 500

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi yang Dibentuk dalam rangka Penyelesaian Studi Program Sarjana

Bagian Hukum Pidana Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Dan Dinyatakan Diterima

Panitia Ujian

Ketua

Sekretaris

Prof. Dr. M. Syukri Akub, S.H.,M.H NIP. 195708011985031005

Kaisaruddin Kamaruddin, S.H. NIP. 196603201991031005

A.n. Dekan Wakil Dekan Bidang Akademik,

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H. NIP. 19630419 198903 1003

Page 4: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Menerangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : Ismail

No. Pokok : B 111 09 500

Bagian : HUKUM PIDANA

Judul Skripsi : Peranan Laboratorium Forensik Cabang Makassar

Dalam Penyelesaian Kasus Narkotika di Pare-Pare

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi.

Makassar, 2 Oktober 2013

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. M. Syukri Akub, S.H.,M.H NIP. 195708011985031005

Kaisaruddin Kamaruddin, S.H. NIP. 196603201991031005

Page 5: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

iv

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

Menerangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : Ismail

No. Pokok : B 111 09 500

Bagian : HUKUM PIDANA

Judul Skripsi : Peranan Laboratorium Forensik Cabang Makassar Dalam

Penyelesaian Kasus Narkotika di Pare-Pare

Memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian

akhir program studi.

Makassar, Oktober 2013

a.n Dekan

Wakil Dekan Bidang Akademik,

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H.

NIP. 19630419 198903 1 003

Page 6: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

v

ABSTRAK

Ismail (B 111 09 500). Peranan Laboratorium Forensik Cabang Makassar Dalam Penyelesaian Kasus Narkotika Di Pare-Pare, dibimbing oleh H.M.Syukri Akub, dan Kaisaruddin K.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan laboratorium forensik cabang makassar dalam mengungkap kasus narkotika di pare-pare. dan untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi faktor penghambat laboratorium forensik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Forensik Cabang Makassar dan Kantor Kepolisian Resor Pare-pare.metode penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi Data Primer sebagai data utama yaitu data mengenai jumlah barang bukti yang diperiksa di Laboratorium Forensik Cabang Makassar. Data Skunder merupakan data pelengkap atau pendukung terhadap data utama yang meliputi, buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Berdasarkan hasil analisis fakta dan data yang ada, maka Penulis mengambil kesimpulan yaitu : A.)Laboratorium forensik pada umumnya sudah dapat dikatakan sangat efektif dilihat dari peranannya sebagai tempat pemeriksaan barang bukti di Laboratorium Forensik dan pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak sampai disitu saja peranan Laboratorium Forensik sangat penting dalam hal menentukan kandungan dari jenis narkotika, dari hasil uji Labfor tersebut dapat diketahui golongan narkotika dari kandungannya, dari hasil pemeriksaan penyidik dapat menentukan pasal yang akan disangkakan bagi para tersangka atau terdakwa penyalahgunaan narkotika.B.) Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak terlepas dari hambatan, yaitu dalam surat permintaan pemeriksaan sering tidak jelasnya maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan, seringnya tidak terpenuhi syarat formal berupa kelengkapan berkas administrasi dan syarat materil berupa jumlah barang bukti yang tidak cukup untik diperiksa, atau barang bukti dalam keadaan rusak sehingga memperlambat proses pemeriksaan secara laboratoris.

Penulis merekomendasikan yakni : Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar senantiasa tetap meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat khususnya pihak yang meminta pemeriksaan secara Laboratoris, mengingat pentingnya peranan yang diberikan dalam proses pembuktian perkara di pengadilan

Page 7: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

vi

ABSTRACT

Ismail ( B 111 09 500 ) . Role of the Forensic Laboratory Branch Makassar In Narcotics Case Settlement In Pare - Pare , guided by H.M.Syukri Akkub and Kaisaruddin K.

This study aims to determine how the forensic laboratoriumn role in exposing Makassar branch / completion of narcotics cases in pare - pare . and to find out what are the factors that inhibit the forensic laboratory in carrying out its duties and functions .

This research was conducted at the Laboratory of Forensic Branch and the Office of Police Makassar - Pare pare.metode research used in the study include Primary Data as the main data is data on the number of items of evidence were examined or investigated in Makassar Branch Forensic Laboratory . Secondary data is the data complement or support the main data which includes , books , laws and regulations relating to the issues discussed

Based on the analysis of existing facts and data , the authors conclude that : A. ) Forensic Laboratory in general can be said to be very effective 've seen of its role as a laboratory examination of evidence in forensic and technical examination of the evidence at the crime scene for the purpose of Criminal investigation especially narcotics offenses . Does not end there Forensic Laboratory crucial role in determining the content of the type of drug , the results of the test can be known Labfor narcotic class of its contents , then after knowing the narcotic group of investigators can determine the results of the article alleged to be suspected or accused narkotika.B abuse . ) Forensic Laboratory in carrying out its duties and functions not in spite of obstacles , namely the examination request letter is often not clear intention and objective examination , often not fulfilled formal requirements such as administrative records and the completeness of the material terms such as the amount of evidence that was not checked recycle enough , or evidence in a state of disrepair so slow inspection process in laboratory .

The author recommends that : Forensics Laboratory in carrying out its duties and functions in order to always keep improving its service to the community, especially the party requesting inspection by laboratories , given the important role given in the process of proving the case in court

Page 8: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

vii

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikumWr.Wb.

Puji syukur alhamdullilah Penulis panjatkan pada Allah SWT atas

rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kekuatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Peranan Laboratorium

Forensik Cabang Makassar dalam Penyelesaian Kasus Narkotika di Pare-

pare” dengan kesabaran dan kesehatan yang merupakan persyaratan

untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin Makassar.

Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama

penyusunan skripsi ini. Namun berkat bantuan, semangat, dorongan,

bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga hambatan,

kesulitan tersebut dapat teratasi untuk itu perkenankanlah Penulis

mengucapkan terimakasih. Terlebih kepada Kedua orangtuaku,

H.Haeruddin, Hj.Nahariah yang telah melahirkan, mengasuh,

membimbing, memberikan kasih sayang serta perhatian dan membiayai

Penulis sampai selesai studi Penulis. Dan untuk saudara dan saudari

yang selalu membantu dan memberi dukungan kepada Penulis sehingga

mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dan Kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. Aswanto SH,. MS,. DFM. Selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Page 9: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

viii

3. Prof. Dr. H. M. Syukri Akub S.H M.H. Kaisaruddin Kamarudin SH.

selaku Pembimbing I dan Pembimbing II

4. Dr.Padma D Liman SH., MH,. Selaku Penasihat Akademik atas

segala bimbingannya dan perhatiannya yang telah deiberikan

kepada penulis

5. Teman KKN Gelombang 82 Univesitas Hasanuddin di Kabupaten

Pinrang, Kacamatan Suppa desa Wiring Tasi khususnya satu

Posko : Apandi Miswari Nasution ( abang), Suryadi syam ( lame’),

Andi Eka Rizkika Pratama, Steven, Taufik, Elisa Tuken

Lilinpadang, Jumniati, Risqah, Mhala, ijcha, dan juga terima kasih

buat anaknya pak desa ikha, serta anak dari posko sebelah.

6. Untuk Teman-teman Kelas E Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin : Iin fatimah SH, Dias, Fadil, Hidayatullah SH, Rara,

Cindy, Anca, Kurniadi Saranga SH, Rocxy SH Hasmibar SH,

Suhaeni Rosa SH, Alfianty Alimudin SH, Teten Susmihara SH, Vita

Sulvitri Y Haya SH, Hardianto Maspul SH, Mohammad Ali Khan

SH,Andi Dedy Herfiawan SH, Sartono Nur Said SH, Anny Eka Putri

SH, Ilham SH, Aditya Toding SH, Aan Pratama Hikman SH, Ishak,

Reza Prasetya SH, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu terimakasih atas kebersamaannya selama ini, karena

kalian penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berarti dan

berharga selama penulis menempuh studi di fakultas hukum

universitas hasanuddin.

Page 10: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ix

7. Teman-teman Doktrin Angkatan 2009 Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin

8. Kasat Narkotika kota Pare-pare serta jajaran pengurus yang

membantu dan memberikan izin dalam rangka kegiatan penelitian

dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis

9. Kepala Laboratorium Forensik Cabang Makassar , AKBP Sugiharti ,

serta jajaran pengurus yang membantu dan memberikan izin dalam

rangka kegiatan penelitian dan memberikan informasi yang

dibutuhkan penulis

10. Seluruh staf akademik yang telah membantu kelancaran akademik

penulis

11. Seluruh dosen fakultas hukum universitas hasanuddin khususnya

dosen bagian pidana.

12. Dan seluruh pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya

skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Penulis sadari bahwa dalam skripsi ini masih begitu banyak

kekurangan, olehnya itu dengan senang hati Penulis harapkan kritik dan

saran yang membangun dari para penguji dan para pembaca yang

sempat membaca skripsi ini

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Makassar, 16 Nopember 2013

Ismail

Page 11: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................... 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 6

A. Laboratorium Forensik ............................................... 6

1. Sejarah Laboratorium Forensik ............................ 6

2. Kewenangan Formal laboratorium Forensik ......... 15

3. Jenis Pelayanan Laboratorium Forensik Polri ...... 15

4. Produk Hasil Pemeriksaan Laboratorium Forensik

Polri ...................................................................... 17

B. Pengertian Laboratorium Forensik ............................. 18

C. Gambaran Umum Laboratorium Forensik .................. 20

D. Pembagian Ilmu Forensik Dan Tujuan Laboratorium

Forensik .................................................................... 23

E. Narkotika dan Psikotropika ........................................ 28

1. Narkotika .............................................................. 29

2. Psikotropika ......................................................... 33

F. Jenis Narkoba Secara Umum .................................... 36

Page 12: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xi

BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 45

A. Lokasi Penelitian ........................................................ 45

B. Jenis dan Sumber Data .............................................. 45

C. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 45

D. Analisis Data............................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 47

A. Peranan Laboratorium Forensik Dalam Penyelesaian

Kasus Narkotika................................ .......................... 47

B. Hambatan Laboratorium Forensik Dalam

Melaksanakan Tugas dan Fungsinya. ......................... 55

C. Hal-Hal Tentang Pemeriksaan Laboratorium Forensik

Untuk Kasus Narkotika ............................................... 56

BAB V PENUTUP........................................................................ 60

A. Kesimpulan. ................................................................ 60

B. Saran .......................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 62

Page 13: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia pada saat ini sedang membangun, mengadakan

pembangunan jasmaniah dan rohaniah. Semua warga negara dan

pemerintah ikut bersama dalam membangun semesta yang merupakan

suatu proses moderenisasi yang tentunya akan menimbulkan dampak

positif maupun dampak negatif. Ini berarti bahwa pada setiap peserta

pembangunan baik pihak pemerintah maupun pihak swasta, baik secara

kelompok maupun individu ikut bertanggungjawab terhadap terjadinya

akibat-akibat yang positif maupun negatif, baik dilakukan secara sengaja

maupun tidak sengaja.

Sebagaimana diketahui bahwa akibat perkembangan pengetahuan

teknologi saat ini, tidak terlepas dari dampak positif dan negatif.

Mengenai dampak positif tidaklah perlu kiranya Penulis bahas dalam

Penulisan ini. Salah satu dampak negatif yang timbul dari perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi adalah timbulnya peningkatan tipe dan

modus operandi kejahatan, sehingga proses penyidikan dan

penyelidikannya perlu pula cara menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang moderen. Salah satu usaha untuk menaggulangi masalah

tersebut yakni dibentuknya laboratorium forensik.

Laboratorium forensik adalah suatu lembaga yang bertugas dan

berkewajiban menyelenggarakan fungsi kriminalistik dan melaksanakan

Page 14: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

segala usaha pelayanan serta membantu mengenai kegiatan pembuktian

perkara pidana dengan memakai teknologi dan ilmu-ilmu penunjang

lainnya.

Seperti diketahui, bahwa laboratorium forensik Polri adalah salah

satu unsur bantuan tehnik laboratories kriminalistik dalam rangka tugas

sebagai penyidik. Adapun pelaksanaan tugasnya meliputi bantuan

pemeriksaan laboratories, baik terhadap barang bukti maupun terhadap

tempat kejadian perkara (TKP) serta kegiatan bantuan lainnya terhadap

unsur-unsur operasional kepolisian terutama reserse.

Adapun mengenai tindak kejahatan biasanya meninggalkan bukti-

bukti atau bekas-bekas dari tindak kejahatan itu sendiri yang dapat

diungkap baik melalui alat bukti berupa keterangan saksi maupun

keterangan tersangka atau terdakwa sendiri dan dapat pula melalui

pemeriksaan barang bukti yang dapat diperiksa secara laboratories.

Peranan laboratorium forensik penting artinya dalam mengungkap

kasus kejahatan melalui proses pemeriksaan barang bukti, karena sistem

pembuktian menurut ilmu forensik yaitu adanya bukti segi tiga TKP maka

terdapat rantai antara korban, barang bukti dan pelaku. Oleh karena itu,

tidak semua kejahatan dapat diketahui dan diungkap melalui keterangan

saksi dan tersangka atau terdakwa saja, tetapi barang bukti juga dapat

memberi petunjuk atau keterangan atas suatu tindak kejahatan yang

telah terjadi, karena hasil pemeriksaan barang bukti dari laboratorium

forensik terdapat tiga alat bukti yang dapat dipenuhi laboratorium tersebut

dari lima alat bukti yang sah berdasarkan undang-undang No. 8 Tahun

Page 15: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3

1981 tentang KUHAP Pasal 184 ayat (1) yaitu keterangan ahli, surat, dan

petunjuk.

Dikaitkan dengan peranan laboratorium forensik, salah satu objek

pemeriksaan yang marak dan sering dilakukan yaitu terkait dengan

narkotika. Narkotika telah menjadi sorotan publik dan sangat meresahkan

masyarakat. Hal ini diperkuat dengan munculnya berbagai kasus terkait

dengan penyalahgunaan narkotika, termasuk di wilayah Pare-pare.

Untuk itulah Penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan

mengadakan penelitian tentang peranan Laboratorium Forensik cabang

dan mekanisme/cara pengujian agar seseorang dapat diketahui bahwa ia

menggunakan narkotika Makassar dalam mengungkap kasus narkotika di

Pare-pare dengan judul penelitian : “Peranan Laboratorium Forensik

Cabang Makassar dalam Penyelesaian Kasus Narkotika Di Pare-

Pare”

B. Rumusan Masalah

Mengenai permasalahan, Penulis menyadari pula adanya

permasalahan sehubungan apa yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun

yang menjadi masalah dalam Penulisan ini yakni menyangkut beberapa

pertanyaan pokok, yaitu :

1. Bagaimanakah peranan Laboratorium Forensik cabang Makassar

dalam mengungkap kasus narkotika di Pare-pare ?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat Laboratorium

Forensik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ?

Page 16: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Seperti Penulis paparkan sebelumnya, bahwa di samping adanya

alasan maupun masalah yang akan dihadapi, juga Penulis akan

mengemukakan beberapa tujuan dari Penulisan ini, antara lain :

1. Laboratorium Forensik merasa perlu untuk diketahui oleh Penulis

selaku mahasiswa Fakultas Hukum yang tidak menutup

kemungkinan kelak akan besar pengaruhnya bagi diri si Penulis.

2. Penulis menyadari pula bahwa laboratorium forensik seyogyanya

diketahui oleh seorang calon sarjana hukum, khususnya dari

hukum pidana yang kelak akan menjadi seorang penegak hukum.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang laboratorium forensik dalam

pelaksanaan tugas dan fungsinya.

4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak

laboratorium forensik, yang mana hasil pemeriksaannya dapat

mendukung keyakinan hakim dalam proses pemeriksaan perkara

di pengadilan.

Adapun manfaat/ kegunaan yang diharapkan dari Penulisan ini

adalah sebagai berikut :

1. Setelah mengetahui bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi

laboratorium forensik maka diharapkan dapat memberi masukan

bagi pihak yang berkepentingan, khususnya bagi penyidik dalam

hal penanganan barang bukti.

2. Setelah pemeriksaan yang dilakukan secara laboratories, maka

akan tercipta suatu kepastian hukum oleh karna barang bukti tidak

Page 17: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5

dapat berbohong atau disuruh berbohong, karena hal ini diakui oleh

pakar forensik dimana apabila pembuktian di pengadilan tidak

ditemukan bukti maka hasil pemeriksaan barang bukti laboratorium

forensik menjadi alat bukti yang utama.

Page 18: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laboratorium Forensik

1. Sejarah Laboratorium Forensik

Seiring pesatnya dinamika masyarakat moderen yang ditandai

dengan berkembangnya hasil – hasil teknologi, ternyata berdampak

sosiologis yang bersifat regional, nasional bahkan internasionalpun

semakin komplek. Namun di samping memberikan dampak perubahan

yang bersifat positif, tak kalah pentingnya dinamika masyarakat moderen

yang semakin mengglobal itu, ternyata menghasilkan pula dampak negatif

berupa kejahatan semakin terstruktur dari segi metode dan lintas negara,

lintas benua jaringannya. Dari kejahatan transnasional telah mengawali ke

kejahatan internasional.

Tantangan pelaksanaan tugas kepolisian selalu berkait dengan

keadaan dan perkembangan lingkungannya, kejadian besar teror dunia

yaitu kejadian bencana teror bom Word Trade Centre (WTC) di New york

Amerika Serikat tanggal 11 September 2001 telah mengguncang dunia,

karena korbannya lebih dari 3000 orang. Tanpa diduga, pada tanggal 12

Oktober 2002 (tanggal, bulan dan tahun masing – masing di tambah satu)

teror bom terbesar kedua terjadi di Indonesia, tepatnya di pulau Bali yang

menewaskan 202 orang dari berbagai negara. Kemudian disusul

pengeboman hotel JW Marriot Jakarta tanggal 5 Agustus 2003,

pengeboman di depan Kedubes Australia, Bom Bali II dan lain - lainnya.

Page 19: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7

Apabila ditengok kasus – kasus teror bom yang menggonjang

berbagai negara dunia sebelumnya seperti di Amerika Serikat, Inggris,

India, pakistan dan sebagainya dimana kepolisiannya mempunyai sarana

dan prasarana yang moderen dan lengkap ternyata belum mampu

mengungkap kasus – kasus tersebut, lebih ironis Amerika Serikat

menggunakan “pasal gregetan“ menuduh Osamah bin Laden dengan

kelompoknya Al-Qaedanya tanpa proses hukum yang valid dan tanpa

pengadilan yang fair.

Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan segala keterbatasan

sarana dan prasaran ternyata mampu mengungkap kasus – kasus besar

teror bom yang telah terjadi ditanah air. Sebagai contoh keberhasilan

pengungkapan kasus bom periode 1999 – 2001 tercatat 163 kasus bom

terungkap 104 kasus (70%), periode 2002 – 2004 terjadi 37 kasus berhasil

diungkap 42 kasus (125%), keberhasilan tersebut di samping

mengharumkan Polri dimata dunia internasional tetapi juga bangsa dan

negara Indonesia.

Salah satu pengalaman Polri yang sangat spektrakuler adalah

pengungkapan kasus – kasus bom dengan menggunakan metode

scientific crime investigation (penyidikan secara ilmiah). Pengungkapan

Kasus Bom Bali pada awalnya banyak diragukan berbagai pihak, apa

mungkin Polri mampu mengungkapnya? Bahkan ketika setahap demi

setahap mulai menapak mengungkap bom bali langsung terdengar

tuduhan tak sedap, Polri telah merekayasa kasusnya.

Page 20: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

8

Keberhasilan tersebut tentunya tidak lepas dari keterpaduan fungsi

dan peran para ahli forensik dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang berawal dari pengolahan Tempat Kejadian Perkara

(TKP) dengan melakukan pemeriksaan dan menghubungkan micro

evidence (barang bukti mikro), seperti pengungkapan identitas korban

menggunakan pemeriksaan sidik jari (daktiloskopi), pemeriksaan

deoxirybose nucleic acid (DNA), Serologi / darah, Odontologi Forensik

(pemeriksaan gigi), disaster victimiIdentification (DVI) dan lain lain.

Pengungkapan dengan menggunakan ilmu kimia, fisika dan lain – lain

termasuk proses pelacakan salah satu tersangka yang didasarkan nomor

seri kendaraan bermotor (nomor rangka dan nomor mesin) dengan

metode penimbulan kembali (re-etching) nomor – nomor tersebut yang

telah dirusak dengan reaksi kimia tertentu, serta penentuan bahan isian

bom yang ditemukan di TKP yang identik dengan bahan yang ada di

tubuh, pakaian, rumah, kendaraan tersangka.

Sebagaimana di ucapkan oleh Kepala Kepolisian Federal Australia

(AFP = Australian Federal Police) Commisioner Mc. Keelty bahwa

keberhasilan Polri dalam menangani teror bom adalah prestasi standar

internasional, karena kepolisian berbagai negara tidak berhasil

mengungkap teror bom dalam waktu relatif singkat.

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan salah satu

tugas kepolisian adalah melakukan penyidikan. Penyidikan diatur dalam

Pasal 1 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang

Page 21: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9

menjelaskan bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

Dalam upaya mencari dan mengumpulkan bukti dalam proses

penyidikan, penyidik diberi kewenangan seperti yang tersirat dalam Pasal

7 ayat (1) huruf h KUHAP yang menyatakan bahwa mendatangkan orang

ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara

dan Pasal 120 ayat (1) KUHAP menyatakan dalam hal penyidik

menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang

memiliki keahlian khusus.

Pengertian mendatangkan para ahli / memiliki keahlian khusus

tersebut salah satunya dapat dipenuhi oleh Laboratorium Forensik,

dimana sesuai dengan Keputusan KaPolri No : Kep / 22 / VI / 2004

tanggal 30 Juni 2004 tentang perubahan atas Keputusan kaPolri No. Pol. :

KEP / 30 / VI / 2003 tanggal 30 Juni 2003 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Satuan-satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian

Negara Republik Indonesia lampiran ”G” Bareskrim Polri Laboratorium

Forensik mempunyai tugas membina dan melaksanakan kriminalistik /

forensik sebagai ilmu dan penerapannya untuk mendukung pelaksanaan

tugas Polri yang meliputi : kimia forensik, narkotika forensik, biologi

forensik, toksiologi forensik, fisika forensik, ballistik forensik serta fotografi

forensik.

Page 22: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10

Untuk menanggulangi kejahatan yang memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi seperti tersebut di atas hanya dapat

ditanggulangi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

pula. Proses penyidikan kejahatan dengan menggunakan teknologi yang

lazim disebut penyidikan secara ilmiah atau “scientific crimeiInvestigation /

SCI penyidikan secara ilmiah) dimana peran dan fungsi tersebut sebagian

diemban oleh Laboratorium Forensik. Dan ”term” scientific crime

investigation telah teruji dalam proses pengungkapan kasus – kasus yang

menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dibahas

sebelumnya.

Kalimat bijak mengatakan ”tak kenal maka tak sayang ..”, untuk itu

agar kita lebih mengenal Laboratorium Forensik khususnya bagi anggota,

umumnya bagi siapa saja yang mempunyai keinginan untuk mengetahui

lebih jauh, berikut adalah catatan kecil tentang Laboratorium Forensik

Bareskrim Polri :

a. Periode 1954 – 1959

Kelahiran Labfor tidak terlepas dari sejarah berdirinya NCB /

Interpol. Dimana pada bulan Mei 1952, dua utusan dari Kejaksaan Agung

dan Djawatan Kepolisian Negara menghadiri sidang ke-21 Majelis Umum

ICPO / Interpol sebagi peninjau dan pada tahun yang sama Indonesia

memutuskan untuk masuk menjadi anggota ICPO / Interpol.

Sebagai syarat diterimanya Polri menjadi anggota Interpol, salah satunya

Indonesia harus sudah menerapkan atau menggunakan Ilmu Forensik.

Dengan ditunjuknya DKN sebagai Biro Pusat Nasional Indonesia (NCB

Page 23: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11

Indonesia) maka pada tanggal 15 Januari 1954 dengan order Kepala

Kepolisian Negara Nomor : 1 / VIII / 1954, dibentuklah Seksi Interpol dan

Seksi Laboratorium, di bawah Dinas Reserse Kriminil. Dan Seksi

Laboratorium pada saat itu bertugas melakukan pemeriksaan surat-surat /

dokumen dan pemeriksaan senjata api / Balistik.

Pada tanggal 16 april 1957 didirikan Laboratorium Kriminil Cabang

Surabaya dengan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Nomor : 26

/ Lab / 1957 dan ditempatkan secara adiministratif di bawah Kantor

Komisariat Jawa Timur. Dan dengan bekerja sama Depot Pharmasi

Depkes di Surabaya dan kamar mayat di Rumah Sakit Dr. Soetomo

Surabaya maka dimulailah kegiatan-kegiatan pemeriksaan ilmiah

laboratoris di bidang kimia.

b. Periode 1959 – 1963

Dengan peraturan Menteri Muda Kepolisian Nomor : 1 / PRT / MMK

/ 1960 tanggal 20 Januari 1960, Seksi Laboratorium dipisahkan dari Dinas

Reserse Kriminil Markas Besar Polisi Negara dan ditempatkan langsung di

bawah Komando dan Pengawasan Menteri Muda Kepolisian dengan

nama Laboratorium Departemen Kepolisian. Hal ini dimaksud agar semua

dinas operasional di dalam lingkungan Kepolisian Negara dapat

memanfaatkan jasa-jasa Laboratorium Kriminil.

c. Periode 1963 – 1964

Dengan Instruksi Menteri / Kepala Staf Angkatan Kepolisian No.

Pol : 4 / Instruksi / 1963 tanggal 25 Januari 1963, dilakukan

penggabungan Laboratorium Departemen Kepolisian dengan Direktorat

Page 24: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12

identifikasi menjadi Lembaga Laboratorium dan Identifikasi Departemen

Kepolisian.

d. Periode 1964 – 1970

Dengan semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas kegiatan,

maka dengan Surat Keputusan Menteri / Panglima Angkatan Kepolisian

No. Pol : 11 / SK / MK / 1964 tanggal 14 Pebruari 1964, Lembaga

Laboratorium dan Identifikasi dipecah kembali menjadi Direktorat

Laboratorium Kriminil dan Direktorat Identifikasi.

e. Periode 1970 – 1977

Dengan Surat Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan /

Panglima Angkatan Bersenjata Nomor: Skep / A / 385 / VIII / 1970,

Direktorat Laboratorium Kriminil yang tadinya di bawah Kepala Kepolisian

menjadi berada di bawah Komando Utama Pusat Reserse dengan nama

Laboratorium Kriminil Koserse.

Pada tahun 1972 Laboratorium Kriminil Koserse dipercayakan oleh

Pimpinan Polri untuk melaksanakan Operasi Narkotik “B”. Di sini terlihat,

bahwa Laboratorium Kriminil bukan saja hanya dibebani tugas bantuan

teknik penyidikan (represif), tetapi juga diberi tugas dalam bidang preventif

dan pembinaan masyarakat.

Dan pada tahun 1972 dibentuklah Labforcab Medan yang melayani Aceh,

Sumut, Padang, dan Riau.

f. Periode 1977 – 1984

Sejak tanggal 1 Juli 1977 dengan Surat Keputusan

MENHANKAM/PANGAB Nomor : SKEP / 15 / IV / 1977 dan Surat

Page 25: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

13

Keputusan KAPOLRI No. Pol. : SKEP / 50 / VII / 1977, Laboratorium

Kriminil ditetapkan sebagai Badan Pelaksana Pusat di Tingkat Mabes

Polri yang berkedudukan langsung di bawah KaPolri.

Pada tanggal 9 Desember 1982 dibentuk Labforcab Semarang yang

melayani Jawa Tengah dan Yogyakarta serta tugas khusus sebagai

teaching laboratory bagi taruna Akpol dan pendidikan sejenis lainnya

g. Periode 1984 -1992

Pada tahun 1984 terjadi perubahan tentang kedudukan

Laboratorium Kriminal Polri yaitu dari langsung di bawah KaPolri menjadi

berkedudukan di dalam Direktorat Reserse. Tetapi pada tahun yang sama

terjadi perubahan lagi kembali menjadi berkedudukan di bawah KaPolri,

dengan tugas membina Fungsi Khusus Kriminalistik, dan

menyelenggarakan serta melaksanakan fungsi tersebut dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas fungsi Reserse Kepolisian dan fungsi-

fungsi operasional lainnya serta pelayanan umum Polri.

Pada tahun 1985 dibentuklah Labforcab Makassar yang melayani

Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

h. Periode 1992 – 2001

Berdasarkan Surat Keputusan Pangab No. Kep/11/X/1992, tanggal

5 Oktober 1992 Laboratorium Kriminil berubah nama menjadi Pusat

Laboratorium Forensik.

Dan pada tanggal 3 Maret 1999 dengan Keputusan KaPolri No. Pol

: Kep / 11 / III / 1999 dibentuk dan disahkan Laboratorium Forensik

Cabang Palembang dan Denpasar.

Page 26: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

14

i. Periode 2001 – 2010

Berdasarkan Surat Keputusan KaPolri No. Pol. : Kep / 9 / V /2001,

tanggal 25 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri,

Puslabfor kembali menjadi bagian dari Korserse Polri dan dengan Surat

Keputusan KaPolri No. Pol. : Kep / 53 / X / 2002 dengan perubahan

Korserse menjadi Bareskrim maka sampai sekarang Puslabfor

berkedudukan di bawah Bareskrim Polri atau menjadi Puslabfor Bareskrim

Polri.

j. Periode 2010 – sekarang

Berdasarkan Peraturan KaPolri nomor 21 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor tetap berada dibawah

struktur Bareskrim Polri bersama Pusinafis dan Pusiknas. Dalam

organisasi baru terdapat beberapa perubahan dan penambahan antara

lain penambahan bidang baru yaitu bidang Narkobafor, penambahan

subbid Komputer Forensik serta beberapa perubahan nomeklatur dan

titelaturnya.

Saat ini Puslabfor Bareskrim Polri telah mempunyai 6 Labforcab yang

tersebar di Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, Makasar dan

Denpasar. Dalam rangka peningkatan pelayanan sesuai tugas pokok,

fungsi dan perannya, Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan

segera di bangun Labfor cab.Balikpapan, Pontianak, Pekanbaru dan

Papua.

Page 27: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

15

2. Kewenangan formal Laboratorium forensik

Dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peran Labfor Polri

selama ini antara lain didasarkan kepada :

a. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

b. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.

c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1173 / Menkes / SK / X /

1998 tentang Penunjukan Laboratorium pemeriksa Narkoba dan

Psikotropika.

d. Surat Edaran Jaksa Agung RI No. 5 / KRI / 2589 perihal

penunjukan Labkrim Polri untuk pemeriksa tulisan.

e. Surat Ketua Mahkamah Agung RI No. 808 / XII / 1983 perihal

penunjukan Labkrim Polri sebagai pemeriksa barang bukti

kasus kasus pidana umum.

f. Surat edaran Jaksa Agung RI No. SE / 003/SA/2/1984 tentang

keterangan ahli mengenai tanda tangan dan tulisan sebagai alat

bukti.

g. Peraturan KaPolri nomor 21 tahun 2010 tentang susunan

organisasi dan tata kerja satker Mabes Polri.

h. Peraturan KaPolri nomor 10 tahun 2009 tentang tata cara

permintaan bantuan kepada Labfor Polri

3. Jenis Pelayanan Laboratorium Forensik Polri

Laboratorium Forensik memberikan pelayanan bagi Aparat

Penegak Hukum serta masyarakat umum yang memerlukan jasa

pemeriksaan / pelayanan umum untuk mendapatkan rasa keadilan dan

atau keperluan lainnya.

Page 28: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

16

a. Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik (Biddokupalfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti

dokumen (tulisan tangan, tulisan ketik, dan tanda tangan), uang palsu

(uang kertas RI, uang kertas asing, dan uang logam) dan produk cetak

(produk cetak konvensional, produk cetak digital, dan cakram optik) serta

memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik.

b. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Bidbalmetfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti

senjata api (senjata api, peluru dan selongsong peluru), bahan peledak

(bahan peledak, komponen-komponen bom, dan bom pasca ledakan (post

blast) ) dan metalurgi (bukti nomor seri, kerusakan logam), dan

kecelakaan konstruksi serta memberikan pelayanan umum forensik

kriminalistik.

c. Bidang Fisika dan Komputer Forensik (Bidfiskomfor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti uji

kebohongan (lie detector), jejak, radioaktif, konstruksi bangunan,

peralatan teknik, kebakaran/pembakaran, dan komputer (suara dan

gambar (audio/video), komputer & telepon genggam (computer & mobile

phones), dan kejahatan jaringan internet/intranet (cyber network)) serta

memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik.

Page 29: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

17

d. Bidang Kimia, Toksikologi, dan Biologi Forensik (Bidkimbiofor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan laboratoris kriminalistik barang bukti kimia (bahan

kimia yang belum diketahui (unknown material), dan bahan kimia produk

industri), biologi/serologi (serologi, biologi molecular, dan bahan-bahan

hayati) dan toksikologi atau lingkungan hidup (toksikologi,

mikroorganisme, dan pencemaran lingkungan hidup), serta memberikan

pelayanan umum forensik kriminalistik.

e. Bidang Narkotika, Psikotropika dan obat berbahaya forensik

(Bidnarkobafor)

Bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis

kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang

bukti narkotika (narkotika bahan alam, bahan sintesa & semi sintesa, dan

cairan tubuh), psikotropika (bahan & sediaan psikotropika, laboratorium

illegal (clandestine labs) bahan psikotropika) dan obat (bahan kimia obat

berbahaya, bahan kimia adiktif, dan prekursor). Serta memberikan

pelayanan umum forensik kriminalistik.

4. Produk hasil pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri

Jenis pelayanan Laboratorium Forensik Polri tersebut di sajikan

dalam bentuk produk pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri yang

dikategorikan sesuai kepentingannya sebagai berikut :

a. Kepentingan Peradilan (PRO JUSTICIA).

Jenis pelayanan ini hanya diberikan berdasarkan permintaan dari

Aparat Penegak Hukum (Polri, Jaksa, Hakim, POM TNI, PPNS dan

Page 30: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

18

instansi terkait lainnya) dalam rangka proses penegakan hukum (Tahap

Penyidikan, Penuntutan serta Peradilan) untuk suatu Perkara Pidana

dalam bentuk berita acara pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan

pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti.

b. Kepentingan Non Peradilan (NON JUSTICIA).

Jenis pelayanan ini dapat diberikan kepada / diminta masyarakat

dalam rangka proses penegakan aturan internal kelompok / masyarakat

atau untuk meredam terjadinya konflik atau untuk kepentingan terapi

(bukan kepentingan penegakan hukum). Biasanya dilakukan untuk suatu

Perkara Perdata, Perkara dalam rumah tangga atau kepentingan terapi

apabila ada kecurigaan terhadap anggota keluarga yang diduga terlibat

narkoba, dalam bentuk surat keterangan pemeriksaan contoh uji.1

B. Pengertian Laboratorium Forensik

Forensik dalam bahasa hukum (Pius A. Partanto : 1994) dapat

diartikan sebagai hasil pemeriksaan yang diperlukan dalam proses

pengadillan. Sedangkan forensik dalam pengertian bahasa Indonesia

berarti berhubungan dengan pengadilan.(Balai Pustaka : 1988).

Ilmu forensik ( Forensik Science) adalah meliputi semua ilmu

pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan masalah kejahatan, atau

dapat dikatakan bahwa dari segi perannya dalam penyelesaian kasus

kejahatan maka ilmu-ilmu forensik memegang peranan penting. Adapun

semua peranan ilmu-ilmu pengetahuan yang mempunyai kaitan dengan

masalah kejahatan tersebut, ialah:

1 http://wartalabfor.blogspot.com/2010/05/mengenal-lebih-dekat-puslabfor.html Diakses

tanggal 06 februari 2013.

Page 31: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

19

1. Hukum pidana

2. Hukum acara pidana.

3. Ilmu kedokteran forensik

4. Psikologi forensik dan psikiatri (Neurologi) forensik2

Kata forensik berasal dari bahasa latin yakni dari kata forum,yang

Untuk memahami pokok permasalahannya yang menhadi objek kajian

dari skripsi ini, maka perlu diketahui pengertiannya.Dengan harapan agar

dapat diketahui arti dan maksud serta tujuan dari istilah tersebut

mengandung pengertian sebagai suatu tempat pertemuan umum di kota-

kota pada zaman Romawi kuno yang pada umumnya dipakai untuk

berdagang atau kepentingan lain termasuk suatu siding

peradilan.Sedangkan arti forum itu sendiri adalah suatu tatacara

perdebatan di depan umum dan hal-hal yang merupakan bagian atau ada

hubungannya dengan.3

Untuk jelasnya dapat kita lihat apa yang dikemukakan oleh Susetio

Pramusinto yakni :4

Forensik ialah ilmu pengetahuan yang menggunakan ilmu multi

disiplin untuk menerapkan ilmu pengetahuan alam, kimia, kedokteran,

biologi, psikologi dan krominologi dengan tujuan membuat terang guna

membuktikan ada tidaknya kasus kejahatan/pelanggaran dengan

memeriksa barang bukti atau physical evidence dalam kasus tersebut.

2 Tolib Setiady, Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman,(Alfabeta :Bandung, 2009), hlm. 6. 3 Susetio Pramusinto, Himpunan Karangan Ilmu Forensik Suatu Sumbangan Bagi Wiyata

Bhayangkara, (PT. Karya Unipres: Jakarta), 1984), hlm. 19. 4 Ibid. hlm. 43

Page 32: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

20

Adapun pengertian laboratorium forensik yang dimaksud dalam

tulisan ini adalah suatu pelaksanaan pusat tinggi Markas Besar Polri

yang berbentuk suatu badan yang bertugas dan berkewajiban

menyelenggarakan fungsi kriminalistik dan melaksanakan segala usaha

pelayanan dan kegiatan untuk membantu mengenai pembuktian suatu

tindak pidana yang terjadi dengan menggunakan teknologi dan ilmu

kedokteran kehakiman, ilmu forensik, ilmu kimia forensik serta ilmu

penunjang lainnya.

Berdasarkan atas pengertian tersebut, maka laboratorium forensik

sebagai salah satu fungsi kepolisian yang merupakan unsur bantuan

teknis laboratorik kriminalistik dalam rangka tugas Polri sebagai penyidik.

Adapun pelaksanaan tugasnya maliputi bantuan pemeriksaan teknis

laboratories terhadap barang bukti maupun terhadap tempat kejadian

perkara(TKP)serta kegiatan bantuan lainnya terhadap unsure operasional

terutama reserse.

C. Gambaran umum Laboratorium Forensik

Di dalam sistem pembuktian, praktek menemukan hal-hal yang

harus diperiksa secara laboratories, lebih dahulu adalah penelitian

terhadap zat, kotoran atau jenis rambut ,jenis darah, bekas noda darah

dan sebaginya.

Kegiatan penyidikan dengan menggunakan laboratorium telah

dikenal orang sejak tahun 1920. Para ahli yang bertugas di dalam

laboratorium tersebut biasanya menghadapi masalah-masalah yang

menyangkut pembunuhan, misalnya usaha untuk mempelajari sebab-

Page 33: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21

sebab kematian atau mengenaisifat daripada yang digunakan untuk

mematikan korban ataupun penelitian mengenai bubuk-bubuk yang

mengandung narkotika atau jenis-jenis candu atau minuman keras dan

racun. Penelitian demikian itu akan dipergunakan sebagai dasar

penuntutan dan bilamana mampu memberikan keyakinan kepada hakim,

maka berdasar itupula putusan hakim dapat dijatuhkan.

Menurut Klotter-Meier bahwa :

Laboratorium kriminal menjadi demikian penting oleh karena tidak semua terdakwa melakukan pengakuan atas perbuatan yang dibuatnya. Oleh karena itu pembuktian-pembuktian dilakukan dengan menggunakan ahli-ahli yang berkecimpung di dalam dunia laboratorium kriminal. Sama halnya dengan ahli-ahli di bidang lain, maka keahlian pada laboratorium kriminal setelah mengikuti pendidikan khusus, kemudian latihan-latihan serta pengalaman.5 Sesuai dengan kemajuan teknologi yang sedang berkembang saat

itu, para ahli berupaya mengenali dan membuktikan kejahatan dari benda-

benda yang dapat ditemukan di tempat kejadian perkara, di samping

korban yang ditemukan. Dari sejumlah nama tokoh para ahli dapat

disebutkan diantaranya :

1. Alberth S. Osborn (1858-1946), pada tahun 1910 menulis

sebuah buku tentang dokumen yang merupakan buku referensi

utama bagi para pemeriksa dokumen palsu/asli.

2. Edmond Locard (1877-1966) mendapat pendidikan formal

dalam bidang kedokteran dan hokum. Dengan prinsip

pertukaran dua buah benda yang saling bertemu. Ia yaki bahwa

5 Bawengan, G.W, Penyelidikan Perkara Pidana dan Teknik Inetroasi, (Pradnya Paramita. Jakarta, 1989), hlm. 137.

Page 34: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

22

setiap kejahatan dapat dihubungkan dengan benda yang

terbawa atau ditinggalkan oleh pelaku.

3. Leone Lettes (1887-1954) pada tahun pada tahun 1915 dapat

menentukan golongan darah A, B, AB, dan O pada darah

kering. Golomgan darah tersebut dapat dikerjakan oleh Karl

Lansteir. Cara yang dipakai Lettes tersebut sampai kini masih

digunakan.

4. Calvin Goddard (1891-1955) seorang colonel tentara amerika

yang telah memberi sumbangan dengan menciptakan dan

mengembangkan ilmu balistik untuk mempelajari senjata api

dengan keseluruhan bagian-bagiannya untuk penyidikan

terhadap kejahatan dengan menggunakan senjata api.

Laboratorium forensik telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1920,

dimana identifikasi dan laboratorium forensik digabung menjadi satu yang

disebut Lembaga Laboratorium dan Identifikasi. Kemudian pada tahun

1964 dipisahkan tersendiri antara Laboratorium forensik dengan

identifikasi.

Adapun laboratorium forensik yang kita kenal saat ini, sebelumnya

sebelumnya menggunakan laboratorium criminal namun berdasarkan

surat perintah No. Pol: Sprin/295/II/1993 tentang validasi Organisasi Polri

yang dikeluarkan pada tanggal 7 Februari1993 oleh kepala kepolisian RI,

maka sejak itu nama Laboratorium kriminal Polri menjadi Laboratorium

Forensik Polri.

Page 35: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

23

Laboratorium Forensik berpusat di Jakarta yang mempunyai empat

cabang Laboratorium Forensik di Indonesia yaitu :

1. Laboratorium Forensik cabang Surabaya

2. Laboratorium Forensik cabang Semarang

3. Laboratorium Forensik cabang Medan

4. Laboratorium Forensik cabang Makassar

D. Pembagian Ilmu Forensik dan Tujuan Laboratorium Forensik

1. Pembagian Ilmu Forensik

Dilihat dari sisi peranannya dalam menyelesaikan kasus-kasus

kejahatan, maka ilmu forensik dibagi menjadi 3 golongan :

1. Ilmu forensik yang menangani masalah kejahatan sebagai

masalah yuridis, yaitu :

a) Hukum pidana, dan

b) Hukum acara pidana

2. Ilmu forensik yang menangani kejahatan sebagai masalah

teknis, yaitu :

a) Ilmu kedokteran forensik

b) Ilmu kimia forensik termasik Teksikologi, dan

c) Ilmu fisika forensik ( Balistik, Daktiloskopi, Identifikasi, dan

fotografi ) identifikasi tersebut lazim disebut dengan

Kriminalistik.

3. Ilmu forensik yang menangani kejahatan sebagai masalah

manusia, yaitu :

a) Kriminologi

Page 36: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

24

b) Psikologi forensik, dan

c) Psikiatri ( neurologi forensik)

Ditinjau dari ketiga aspek tersebut di atas maka dapat dikatakan

pula bahwa suatu kejahatan di samping merupakan masalah yuridis

sekaligus juga merupakan masalah teknis dan masalah manusia. Menurut

Musa Perdanakusuma menguraikan hal-hal sebagai berikut:

Kejahatan sebagai masalah yuridis, merupakan kegiatan manusia yang melanggar ketentuan-ketentuan(peraturan hukum pidana yang berlaku) (hukum positif). Sebagai perbuatan yang melanggar hukum, maka ilmu yang digunakan dalam menangani masalah tersebut adalah hukum pidana dan hukum acara pidana, sehingga kedua ilmu tersebut merupakan soko guru atau ilmu yang pokok dalam penyelesaian kasus kejahatan tanpa mengurangi peranan penting dari ilmu-ilmu lainya di atas.6

Guna mengungkapkan fakta tindak Kriminalitas secara tuntas

diperlukan berbagai ilmu dan pengalaman, sarana ilmu dan cara teknis

berdasarkan ilmu pengetahuan termasuk Kriminalistik untuk

mengungkapkan berbagai permasalahan yang timbul misalnya mengenai:

Peristiwa kejahatan apa

Waktu dan tempatnya dilakukan oleh si pelaku

Bagaimana motivasi dan latar belakangnya

Akibat ( sasaran/objek dan akibatnya ) beserta pengaruh yang

ada pada si pelaku

Kerugian materil yang mungkin terjadi dan dampaknya terhadap

korban dan atau lingkungan

Dan sebagainya termasuk nyawa manusia

6 Musa Perdana Kusuma, 1983. Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, (Ghalia Indonesia :

Jakarta, 1983) hlm. 205-208.

Page 37: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

25

Dengan demikian sebenarnya meskipun hukum pidana dan hukum

acara pidana memegang peranan penting dalam penyelesaian

penanganan masalah kasus Kriminal akan tetapi tidaklah berarti dengan

mempergunakan kedua ilmu itu dalam penyelesaian yang benar-benar

tuntas, sehingga mencerminkan tegaknya kebenaran dan keadilan. Oleh

karena itu, maka suatu kasus kriminal sebenarnya tidak semata-mata

harus ditangani dari aspek yuridis saja melainkan harus ditangani juga

dari aspek teknis dan aspek manusianya, oleh sebab salah satu aspek

kriminalitas adalah sebagai masalah manusia dan aspek yang yain adalah

dari segi teknisnya, maka ilmu-ilmu forensik amat membantu didalam

tugas-tugas tersebut guna mengungkap suatu kasus kriminal, supaya

menjadi lebih jelas.

2. Tujuan Laboratorium Forensik

Sebagaimana diketahui bahwa laboratorium forensik dibentuk untuk

membantu proses penyidikan dengan melalui pemeriksaan barang bukti

dari suatu tindak pidana yang terjadi.

Laboratorium forensilk sebagai sarana pembantu dalam proses

penyidikan dan melaksanakan tugasnya, yakni, melakukan pemeriksaan

terhadap barang bukti jika ada permintaan pemeriksaan, jika tidak ada

permintaan pemeriksaan barang bukti maka pihak laboratorium forensik

tidak berwenang melakukan pemeriksaan walaupun barang bukti sudah

ada.

Mengingat dalam proses penyidikan, untuk mengungkapkan suatu

tindak pidana tidak mutlak harus berpedoman pada keterangan saksi dan

Page 38: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

26

keterangan tersangka atau terdakwa saja, akan tetapi penting pula dan

bahkan dapat membantu terungkapnya suatu tindak pidana dengan

melalui pemeriksaan barang bukti.

Menurut James W. Osterberg, bahwa kriminalitas adalah suatu

profesi dan disiplin ilmu yang bertujuan untuk mengenal, identifikasi,

individualism dan evaluasi bukti-bukti fisik dengan jalan menerapkan ilmu-

ilmu dalam masalah hukum dan ilmu.7

Dengan demikian bukti-bukti fisik dengan penilaiannya, secara ilmu

merupakan bidang kriinalistik. Berikut ini kita juga akan melihat apa yang

dikemukakan oleh Goenawan Gotomo, bahwa kriminalistik adalah ilmu

yang dapat dipakai untuk mencari, mengimpun, menyusun bahan-bahan

guna peradilan.8

Identifikasi menurut kriminalistik ditujukan kepada teori dasar

bahwa semua objek dapat dibagi dan kemudian dibagi lagi atas sub yang

didasarkan kepada keadaan objek itu. Ini berarti apakah suatu obyek

menjadi bagian atau sub bagian sesuatu. Sidik jari, tanda-tanda, bekas-

bekas, noda darah, rambut, gat dan sebagainya dapat diklasifikasikan.

Misalnya, di tempat kejadian perkara (TKP) terdapat bagian-bagian

tersebut, maka hal ini dapat menjadi bahan yang sangat berharga, bagian-

bagian atau sub bagian itu berasal dari mana. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa kriminalistik berkaitan dengan keadaan atau asal

sesuatu. Jika terdapat darah, maka ahli kriminalistik dihadapkan pada

pertanyaan yang harus dijawabnya, darah itu berasal dari mana. Jika 7 Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Kriminal melalui Sarana Teknik dan Sarana Hukum, (Ghalia Indonesia : Jakarta, 1986), hlm. 12. 8 Ibid.

Page 39: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

27

sebuah peluru ditemukan pada tubuh korban, ahli tersebut harus

menjawab peluru itu berasal dari senjata apa dan yang mana. Jika suatu

potongan tulang itu tulang manusia atau binatang, kalau sudah dipastikan

bahwa itu tulang manusia maka diperiksa umur berapa orang itu, tingginya

berapa, tentu semua itu semua itu berguna bagi suatu identifikasi.

Identifikasi melalui bukti-bukti fisik ini sering sangat menyulitkan tersangka

untuk melepaskan diri atau membela diri.

Pemeriksaan laboratories ini akan membantu terungkapnya suatu

tindak pidana yang telah terjadi, karena barang bukti ini tidak dapat

berbohong sedangkan alat bukti berupa keterangan saksi dan keterangan

tersangka atau terdakwa dapat saja berbohong atau disuruh berbohong.

Hal ini sesuai dengan pendapat Musa Perdana Kusuma adalah sebagai

berikut :

1. Tidak semua peristiwa kejahatan disaksikan oleh saksi mata.

2. Saksi mata dapat berbohong atau disuruh berbohong.

3. Bukti fisik yang jumlahnya tidak terbatas yang tidak dapat

berbohong atau disuruh untuk berbohong karena sifatnya dan

bukti fisik9

Tujuan selanjutnya dari laboratorium forensik adalah untuk diri

penjahat dan masyarakat. Oleh karena itu bagaimanapun cermatnya

melakukan kejahatan, kemungkinan barang bukti tetap ada. Barang bukti

inilah yang akan diperiksa secara laboratories oleh pihak laboratorium

forensik.

9 Musa Perdana Kusuma, Op. cit. hlm. 110.

Page 40: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

28

Kejahatan yang terungkap melalui pemeriksaan barang bukti,

secara physikologi masyarakat akan berpikir bila akan melakukan

kejahatan. Dengan berfungsinya laboratorium forensik secara efektif,

masyarakat akan mengalami perkembangan dalam arti perkembangan

prilaku dalam masyarakat. Dengan demikian tatanan hokum dalam proses

perkembangannya lambat laun diharapkan tercermin dalam jiwa para

individu sebagai anggota masyarakat.

E. Narkotika Dan Psikotropika

Istilah narkoba merupakan istilah yang sering dipergunakan dalam

masyarakat saat ini. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat

terlarang. Sebagian juga mengartikannya sebagai narkotika dan obat

berbahaya.

Narkoba juga biasa diistilahkan sebagai napza. Napza merupakan

singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Kedua istilah

ini sudah menjadi istilah yang umum dalam masyarakat.

Berdasarkan asal zat/bahannya narkoba dibagi menajdi 2 yaitu:

1) Tanaman

a. Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman

papaver somniferum tidak terdapat di Indonesia, tetapi

diselundupkan di Indonesia.

b. Kokain, yaitu olahan daun koka diolah di Amerika (Peru,

Bolivia, Kolumbia).

c. Cannabis Sativa atau marihuana atau ganja banyak di tanam

di Indonesia.

Page 41: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

29

2) Bukan Tanaman

a. Semi sintetik : adalah zat yang diproses secara ektraksi,

isolasi disebut alkaloid opium. Contoh : heroin, kodein, dan

morfin.

b. Sintetik : diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia,

menghasilkan zat baru yang mempunyai efek narkotika dan

diperlukan medis untuk penelitian serta penghilang rasa sakit

(analgesic) seperti penekan batuk (antitusif). Contoh :

amfetamin, metadon, petidin, dan deksamfetamin.10

1. Narkotika

Narkotika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani narkoum,

yang berarti membuat lumpuh atau membuat mati rasa. Pada dasarnya

narkotika memiliki khasiat dan bermanfaat digunakan dalam bidang

kedokteran, kesehatan, dan pengobatan serta berguna bagi penelitian

perkembangan, ilmu pengetahuan farmasi atau farmakologi itu sendiri.

Sedangkan dalam bahasa Inggris narcotic lebih mengarah ke obat yang

membuat penggunanya kecanduan.11

Narkotika berasal dari kata “narkoties” yang sama artinya dengan

kata “narcosis” yang berarti membius.12 Narkotika adalah jenis zat yang

dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang

menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh. 13

10 Julianan Lisa, Nengah Sutrisna, Narkoba, Psikotropika, Dan Gangguan Jiwa : Tinjauan Kesehatan Dan Hukum, (Nuha Medika : Yogyakarta, 2013), hlm. 4-5. 11 Ibid. hlm. 1. 12 Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika, (Ghalia Indonesia : Jakarta, 2003). Hlm. 21. 13 Ibid. hlm. 16.

Page 42: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

30

Sudarto mengemukaka bahwa perkataan narkotika berasal dari bahasa

Yunani “Narke” yang ebrarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.14

Defenisi lain dari Biro Bea dan Cukai Amerika Serikat, antara lain

mengatakan bahwa yang dimaksud dengan narkotika adalah candu,

ganja, cocaine, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda

tersebut, yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocain, dan termasuk

juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang

tergolong dalam hallucinogen, depressant, dan stimulant.15

Secara limitatif, pengertian narkotika dimuat dalam Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam

Pasal 1 butir 1 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa :

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.16 Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu

bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat

tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan,

hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat, dan halusinasi. 17 Efek

halusinasi tersebut merupakan salah satu yang menarik bagi kelompok

masyarakat dan para remaja untuk menggunakan narkotika, meskipun

tidak menderita apa-apa.

14 Ibid. hlm. 17. 15 Hari Sasangka, Narkotika Dan Psikotropika, (Mandar Maju : Bandung, 2003), hlm. 33. 16 Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika & Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, (Anfaka Perdana: Surabaya, 2010), hlm. 4. 17 Julianan Lisa, Nengah Sutrisna, Loc. cit.

Page 43: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

31

Penggunaan yang demikian itulah yang menimbulkan adanya

penyalahgunaan narkotika. Dikatakan penyalahgunaan narkotika apabila

penggunaan narkotika tersebut di luar yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan.

Penyalahgunaan narkotika berdampak pada timbulnya

ketergantungan obat. Masyarakat biasa menyebutnya dengan istilah

ketagihan. Namun, istilah medis yang sering dipakai akibat

penyalahgunaan narkotika untuk menunjukkan adanya ketergantungan

atau ketagihan obat adalah adiksi.

Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh

dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan

takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila

penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,

menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.18

Adiksi adalah suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik

sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan

kerugian terhadap dirinya dan masyarakat. 19 Orang yang telah

menyalahgunakan narkotika umumnya pada awalnya masih

menggunakan dosis yang seharusnya (normal). Setelah mengalami masa

tertentu akan menjadi kebiasaan. Lama-kelamaan akan kebutuhan akan

narkotika akan lebih tinggi dosisnya dengan efek yang sama. Hal inilah

yang kemudian berlanjut menjadi ketagihan, dan timbullah rasa pada diri

pengguna untuk tidak dapat hidup tanpa narkotika.

18 Op. cit. hlm. 6. 19 Op. cit. hlm. 2.

Page 44: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

32

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, didefenisikan secara limitatif bahwa :

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif).

WHO sendiri memberikan defenisi tentang narkotika sebagai

berikut :”Narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke

dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali

makanan, air, atau oksigen).”20

Narkotika secara farmakologik adalah opioida, seiring berjalannya

waktu keberadaan narkoba bukan hanya sebagai penyembuh namun

justru menghancurkan. Awalnya narkoba masih digunakan sesekali dalam

dosis kecil dan tentu saja dampaknya tidak terlalu berarti. Namun

perubahan jaman dan mobilitas kehidupan membuat narkoba menjadi

bagian dari gaya hidup, dari yang tadinya hanya sekedar perangkat

medis, kini narkoba mulai tenar digaungkan sebagai dewa dunia,

penghilang rasa sakit.21

Narkotika terdiri atas :

a) Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya : ganja, heroin, kokain, opium.

20 Ibid. 21 Ibid. hlm. 3.

Page 45: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

33

b) Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :

morfina, pentanin, dan turunannya.

c) Narkotika golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contohnya : kodein dan turunannya, metadon,

naltrexon, dan sebagainya.22

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan prilaku.23

Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997

meliputi ecstasy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti

depresi dan anti psikosis. Zat Psikotropika yang sering disalahgunakan

(menurut WHO 1992) adalah :

1) Alkohol : semua minuman beralkohol yang mengandung etanol

(etil alkohol).

22 Ibid. hlm. 5-6. 23 Ibid.

Page 46: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

34

2) Opioida : heroin, morfin, pethidin, dan candu.

3) Kanabinoida : ganja, hashish.

4) Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.

5) Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.

Stimulansia lain, termasuk kafein, ecstasy, dan shabu-shabu.

Halusinogenika, LSD, mushroom, mescalin.

Tembakau (mengandung nikotin). Pelarut yang mudah menguap

seperti aseton dan lem. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya

kombinasi heroin dan shabu-shabu, alkohol dan obat tidur. Zat adiktif lain

termasuk inhalansia (aseton, thinner chat, lem, nikotin, dan kafein).24

Psikotropika terdiri atas :

a) Golongan I

Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan, contohnya : MDMA/ekstasi, LSD, dan STP.

MDMA/Ecstasy LSD (Lysergic Acid Diethylamide).

b) Golongan II

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan, contohnya : amfetamin, metilfenidat,

atau Ritalin.

24 Ibid. hlm. 3-4.

Page 47: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

35

c) Golongan III

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma ketergantungan, contohnya : lumibal, buprenorsina,

pentobarbital, flunitrazepam

d) Golongan IV

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat

luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan, contohnya : nitrazepam (BK, mogadon,

dumolid), diazepam.25

F. Jenis-Jenis Narkotika Secara Umum

1. Heroin

Heroin adalah derivative 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah

namanya diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Heroin

murni adalah serbuk putih dengan rasa pahit. Bentuk Kristal putihnya

umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin

terlarang dapat berbeda warna, dari putih hingga coklat tua, disebabkan

oleh kotoran-kotoran yang tertinggal dari proses pembuatan atau hadirnya

zat-zat tambahan seperti pewarna makanan, cacao, atau gula merah.

Heroin dapat menyebabkan kecanduan. Heroin atau diamorfin (INN)

adalah jenis opioid alkaloid.

25 Ibid. hlm. 6-7.

Page 48: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

36

2. Ganja

Istilah lain yang biasa digunakan untuk menyebut ganja adalah

cannabis sativa. Di Amerika Utara dan Selatan, ganja dikenal sebagai

marihuana atau mariyuana. Daun ganja mengandung zat THC yaitu suatu

zat sebagai elemen aktif yang oleh para ahli dinaggap sebagai

hallucinogenio substance atau zat factor penyebab terjadinya halusinasi.

Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai

rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Reaksinya :

Denyut jantung atau nadi lebih cepat

Mulut dan tenggorokan kering

Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.

Sulit mengingat sesuatu kejadian

Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang

cepat dan koordinasi.

Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit

kepala, mula yang berkepanjangan, rasa letih/capek.

Gangguan kebiasaan tidur

Sensitive dan gelisah

Berkeringat

Berfantasi

Selera makan bertambah.26

26 Ibid. hlm. 9-10.

Page 49: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

37

3. Narkotika

Pengaruh narkotika dapat berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,

rangsangan semangat, halusinasi, atau timbulnya khayalan-khayalan

yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Sensasi diikuti

rasa menyenangkan seperti mimpi penuh kedamaian dan kepuasan atau

ketenangan hati (euphoria). Ingin selalu menyendiri menikmatinya.

Reaksinya yaitu :

Denyut nadi melambat

Tekanan darah menurun

Otot-otot menjadi lemas/relaks

Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point)

Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri

Membentuk dunia sendiri (dissosial), tidak bersahabat

Penyimpangan prilaku : berbohong. Menipu, mencuri, criminal

Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari

Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan

membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan

dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur.

Jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah

sedangkan efek euphoria semakin ringan atau singkat.27

4. Opiat/opium (candu)

Zat ini kadang di.gunakan dalam ilmu kedokteran sebagai analgesic

atau penghilang rasa sakit. Opium dibagi 3 (tiga) :

27 Ibid. hlm. 11-12.

Page 50: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

38

Opium alami : morfin, kodein, tebain.

Opium semi sintetis : heroin, hidromorfon.

Opium sintetis : meperidin dan propoksifen.

Zat ini merupakan golongan narkotika alami yang sering digunakan

dengan cara dihisap (inhalasi). Reaksinya berupa :

Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)

Menimbulkan semangat

Merasa waktu berjalan lambat

Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk

Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang)

Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.28

5. Morfin

Kata morfin berasal dari Morpheus, dewa mimpi dalam mitologi

Yunani. Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan

agen aktif utama yang ditemukan pada opium. Morfin bekerja langsung

pada sistem saraf pusat untuk menghilangka sakit. Morfin dapat pula

diartikan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui

pengolahan secara kimia. Morfin tidak berbau, rasanya pahit dan

berwarna gelap semakin tua. Cara pemakaiannya disuntikkan secara Intra

Cutan (di bawah kulit), Intra Mascular (ke dalam otot) atau secara Intra

Vena (ke dalam pembuluh darah). Reaksinya yaitu :

Menimbulkan euphoria

Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi)

28 Ibid. hlm. 12-13.

Page 51: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

39

Kebingungan (konfusi)

Berkeringat

Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.

Gelisah dan perubahan suasana hati

Mulut kering dan warna muka berubah.29

6. LSD atau Lysergic acid atau acid, trips, tabs

LSD dibuat dari asam lysergic, suatu zat yang dibuat dari cendawan

ergot yang hidup di gandum hitam atau dibuat dari lysergic acid amid,

suatu bahan kimia yang terdapat dalam benih bunga morning glory. LSD

digunakan sebagai alat riset untuk mengkaji mekanisme penyakit mental.

LSD diterima untuk pembudidayaan obat bius. LSD termasuk golongan

halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk

kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak

warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara

menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan

bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.

Rekasinya dapat berupa :

Timbulnya rasa yang disebut tripping atau seperti halusinasi

tempat, warna, dan waktu.

Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul

obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.

Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-

kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan

(paranoid).

29 Ibid. hlm. 13-14.

Page 52: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

40

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Diafragma mata melebar dan demam.

Disorientasi.

Depresi

Pusing

Panik dan rasa takut berlebihan

Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu

atau bulan kemudian.

Gangguan persepsi seperti mereasa kurus atau kehilangan

berat badan.30

7. Kokain

Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama morfin

dan heroin karena efek adiktif. Nama jalanan kadang disebut koka, coke,

happy dust, snow, Charlie, srepet, salju putih. Disalahgunakan dengan

cara menghirup, yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa

bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang

mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan

penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama

tembakau yang sering disebut cocopuf. Menghirup kokain beresiko luka

pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Reaksi terhadap pengguna

kokain yaitu :

Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan.

Hasutan (atigasi), kegelisahan, kewaspadaan, dan dorongan

seks. 30 Ibid. hlm. 16-17.

Page 53: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

41

Pengguna jangka panjang mengurangi berat badan.

Timbul masalah kulit.

Kejang-kejang, kesulitan bernafas.

Sering mengelurkan dahak atau lender

Merokok kokain merusak paru (emfisema).

Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.

Paranoid

Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine

bugs)

Gangguan penglihatan (snow light)

Kebingungan (konfusi)

Bicara seperti menelan (slurred speech).31

8. Amfetamin

Amfetamin berupa bubuk warna putih dan keabu-abuan. Ada 2

(dua) jenis amfetamin yaitu MDMA (metal dioksi metamfetamin) dikenal

dengan nama ekstasi. Nama lain fantacy pils, inex, metamfetamin bekerja

lebih lama dibandingkan MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek

halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara penggunaan

dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk Kristal dibakar dengan

menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk

Kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh

darah (intravena). Reaksinya yaitu :

Jantung terasa sangat berdebar-debar (hearts thumps)

31 Ibid. hlm. 18-19.

Page 54: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

42

Suhu badan naik/demam

Tidak bisa tidur

Merasa sangat bergembira (euphoria)

Menimbulkan hasutan (agitasi)

Banyak bicara (talkativeness)

Menjadi lebih berani/agresif

Kehilangan nafsu makan

Mulut kering dan merasa haus

Berkeringat

Tekanan darah meningkat\

Mual dan merasa sakit

Sakit kepala, pusing, tremor/gemetar

Timbul rasa letih, takut, dan depresi dalam beberapa hari

Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kalsium.32

9. Sedative-hipnotik (benzodiazepine/BDZ)

Sedative merupakan obat penenang dan hipnotikum merupakan

obat tidur. Nama jalanan BDZ antara lain BK, lexo, MG, Rohip, Dum. Cara

pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur.

Dosis mematikan / letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur

dengan zat lain seperti alcohol, putaw dapat berakibat fatal karena

menekan sistem pusat pernapasan. Umumnya dokter member obat ini

untuk mengatasi kecamasan atau panic serta pengaruh tidur sebagai efek

utamanya, misalnya aprazolam/xanax/alvis. Reaksinya dapat berupa :

32 Ibid. hlm. 19-20.

Page 55: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

43

Akan mengurangi pengendalian dir dan pengambilan

keputusan.

Menjadui sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntika akan

menambah resiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B dan C

akibat pemakaian jarum bersama. Obat tidur/hipnotikum

terutama golongan barbiturate dapat disalahgunakan misalnya

seconal.

Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang

berkepanjangan.

Mengehilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).

Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses

berpikir

Nampak bahagia dan santai

Bicara seperti sambil menelan (slurred speech)

Jalan sempoyongan

Tidak bisa member pendapat dengan baik.33

10. Alkohol

Alcohol diperoleh atas peragian fermentasi madu, gula, sari buah

atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alcohol sampai

15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar

alcohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alcohol dalam

darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alcohol/etanol

disebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan

33 Ibid. hlm. 21-22.

Page 56: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

44

kadar alcohol dalam darah orang akan menjadi euphoria, namun dengan

penurunannya orang tersebut menjadi depresi.

Dikenal 3 golongan minuman beralkohol yaitu golongan A; kadar

etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman

anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (whiskey, vodka,

TKW, manson house, johny walker, kamput).

Pada umumnya alkoho :

Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau

merintangi

Merasa lebih tegar berhubungan secara social (tidak emnemui

masalah)

Merasa senang dan banyak tertawa

Menimbulkan kebingungan

Tidak mampu berjalan.34

11. Inhalansia atau solven

Inhalansia atau solven adalah bahan yang mudah menguap yang

dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry

cleaning, tinner, uap bensin. Umumnya digunakan oleh anak di bawah

umur atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun

toluene yang terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi

kecerdasan otak.35

34 Ibid. hlm. 22-23. 35 Ibid. hlm.23.

Page 57: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Untuk pelaksanaan penelitian ini, di pilih di Laboratorium Forensik

cabang Makassar yang terletak di Jl.Sultan Alauddin No.8 Pa’baeng-

Baeng Makassar.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut karena

selain berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas dalam Penulisan

skripsi, penentuan lokasi ini juga untuk menganalisis pelaksanaan kinerja

Laboratorium forensik cabang Makassar dalam melakukan pemeriksaan

atau analisa yang diduga ada kaitannya tindak pidana yang terjadi

khususnya tindak pidana narkotika.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang Penulis gunakan dalam Penulisan skripsi ini adalah data

primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil kajian langsung dan

kajian kepustakaan berupa beberapa literatur dan dokumen-dokumen,

buku, makalah, artikel, serta peraturan perundang-undangan dan bahan

tertulis lainnya yang terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan

cermat terhadap perilaku umpan balik antara masyarakat dan

aparat hukum di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,

Page 58: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

46

2. Wawancara, yaitu Tanya-jawab secara langsung yang dianggap

dapat memberikan keterangan yang diperlukan dalam pembahasan

objek penelitian,

3. Dokumen, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang

dikaji.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil penelitian disusun

secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

analisis kualitatif. Metode analisis data adalah suatu metode dimana data-

data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan dan dipilih,

kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan diteliti menurut

kualitas dan kebenarannya, sehingga akan dapat menjawab

permasalahan yang ada. Kemudian hasil analisis dipaparkan secara

deskriptif yaitu dengan cara menjelaskan, menguraikan dan

menggambarkan permasalahan serta penyelesaiannya yang berkaitan

erat dengan Penulisan ini.

Page 59: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

47

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peranan Laboratorium Forensik Dalam Penyelesaian kasus

narkotika

Sebelum mengurai lebih lanjut peranan Laboratorium Forensik

dalam penyelasaian kasus narkotika, maka ada baiknya dikemukakan

sekilas tentang tahap untuk mendapatkan pemeriksaan teknis

kriminalistik.

1. Tata Cara Permintaan Pemeriksaan Laboratorium Forensik

Tata cara permintaan pemeriksaan yang dimaksud di sini adalah

tata cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan pemeriksaan

Laboratorium Forensik. Selanjutnya untuk memperoleh pemeriksaan

secara Laboratoris harus memenuhi adanya :

a. Surat Permintaan Pemeriksaan

Adapun yang maksud dari pada surat permintaan ini ditujukan

kepada Kepala Laboratorium Forensik dengan maksud untuk

mendapatkan pemeriksaan secara laboratoris dari pihak Laboratorium

Forensik dengan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan secara

tertulis. Permintaan pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik barang bukti

dapat dipenuhi berdasarkan permintaan tertulis dari :

1. Penyidik Polri

2. PPNS

3. Kejaksaan

4. Pengadilan

Page 60: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

48

5. POM ,TNI ,dan

6. Instansi lain yang sesuai dengan lingkup kewenangannya.

(Perkap Kepolisian Negara Repoblik Indonesia No.10 Tahun

2009, Pasal 9 )

b. Laporan Polisi

Yang dimaksud dengan laporan polisi di sini adalah laporan yang

menyangkut keadaan atau peristiwa tindak pidana yang terjadi

sehubungan dengan pengambilan-pengambilan barang bukti tersebut.

Dalam laporan ini menggambarkan keadaan atau situasi pada saat

pengambilan barang bukti, misalnya tempat dimana tersangka dan barang

bukti pertama kali ditemukan yang di sebut TKP pertama. Kadang-kadang

lokasi ini tidak berdiri sendiri, dalam kasus seperti ini selain TKP masih

terdapat lokasi-lokasi lain dimana barang-barang bukti lainnya dapat

ditemukan seperti tempat penyimpana barang(narkoba) yang jumlahnya

banyak, alat-alat yang digunakan dalam melakukan tindak pidana,dan

tempat lain yang perlu dan kadang sering memberi banyak informasi yang

dapat membantu dalam proses pencarian barang bukti.

c. Berita Acara Penyitaan Barang Bukti

Jika barang bukti berada dalam jumlah yang cukup besar, maka

untuk pemeriksaan laboratoris cukup mengambil beberapa bagiab saja

yang digunakan sebagai sampel yang dianggap dapat mewakili dari

keseluruhan barang bukti. Oleh karena itu seandainya barang bukti

berjumlan 10 kg, untuk pemeriksaan tentunya agak sulit untuk dilakukan

oleh karna itu cukup mengaambil beberapa bagian saja dari barang bukti

Page 61: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

49

tersebut untuk dilakukan pemeriksaan secara laboratoris. Penyisihan

barang bukti tersebut dilakukan dalam bentuk berita acara penyisihan

barang bukti.

d. Berita Acara Pembungkusan dan Penyegelan Barang Bukti

Berita acara pembungkusan ini dilakukan setelah ada barang bukti,

dimana berita acara pembungkusan ini berisi tentang keterangan yang

menerangkan tentang segala tindakan yang dilakukan oleh petugas di

lapangan. Dalam rangka pembungkusan barang bukti, pembungkusan

dilakukan dengan maksud pengamanan dalam proses pemeeriksaan

selanjutnya. Barang bukti yang sudah dibungkus selanjutnya dilakukan

penyegelan atas barang bukti tersebut, hal ini dilaakukan untuk menjaga

kemurnian dan keamanan barang bukti yang akan dikirim ke Laboratorium

Forensik guna untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

e. Visum Et Repertum Bila Terdapat Korban Luka atau Meninggal

Dunia.

Yang dimaksud dengan Visem et repertum di sini adalah suatu

laporan tertulis dari dokter yang telah disumpah tentang apa yang dilihat

dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula

kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna kepantinga peradilan.

Pada suatu proses peradilan dimulai penyidikan di tempat kejadian

sampai pada persidangandi pengadilan, maka barang-barang buktilah

yang memegang peranan utama. Tubuh manusia yang hidup ataupun

mati dapat merupakan barang bukti dan akan ditunjukkan kepada hakim

yang akan mengadili perkaranya. Akan tetapi tubuh manusia sudah mati

Page 62: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

50

dan barang bukti yang di dapat tentulah tidak dapat memberikan

kesaksian maka, hal tersebut dibutuhkan pengetahuan Kedokteran

Kehakiman dan Petugas dari Forensik yang nantinya akan memberikan

jawaban atau laporan tentang hasil pemeriksaan terhadap,tersangka,

korban, dan barang bukti yang telah diperiksa.

2. Tahap Penyelidikan

Pada proses penyelidikan, penyelidik mempunyai wewenang untuk

mencari keterangan dan barang bukti, selain itu penyelidik bersama-sama

penyidik yang telah menerima laporan segera datang ke TKP dan

melarang setiap orang untuk meninggalkan tempat itu selagi pemeriksaan

itu belum selesai. Dalam rangka penanganan TKP ini penyelidik maupun

penyidik berusaha antara lain mencari barang bukti yang nantinya akan

dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Forensik. Untuk mengenali,

mencari, mengambil dan mengumpulkan barang bukti tersebut

memerlukan ketelitian, kecermatan dan pengetahuan atau keahlian

mengenai bahan atau barang bukti, oleh karena Tahap itu perlu dilibatkan

Laboratorium Forensik. Sebagai contoh pada kasus pemalsuan produk

industri, kebakaran, pembunuhan, peledak dan pada kasus

penyalahgunaan narkotika dimana barang buktinya sering bersifat mikro

yang keberhasilan penemuan dan pemeriksaan sangat tergantung

terhadap teknologi yang dipergunakan.

3. Tahap Penindakan

Salah satu kegiatan penindakan adalah melakukan melakukan

penyitaan terhadap barang bukti atau benda yangada hubungannya

Page 63: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

51

dengan tindak pidana yang terjadi, dalam hal melakukan penyitaan

terhadap benda atau barang yang berbahaya dan mudah terkontaminasi

atau pengambilannya memerlukan peralatan atau penanganan khusus

maka diperlukan dukungan teknis dari Laboratorium Forensik untuk

menangani barang bukti tersebut. Dengan demikian diharapkan bahwa

barang bukti yang kemudian hari akan dilakukan pemeriksaan di

Laboratorium Forensik tidak mengalami perubahan atau terkontaminasi

sehingga hasil pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan sifat asli

barang bukti. Peranan Laboratorium Forensik dalam hal peninndakan

sangat diperlukan yaitu pada pengambilan barang bukti atau sampling

serta pengamanan atau pengawetan barang bukti yang akan diperiksa di

Laboratorium Forensik.

4. Tahap Pemeriksaan

Tahap pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan

keterangan,kejelasan dan keidentikan tersangka dan saksi ataupun

barang bukti sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun

barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas. Salah satu

kegiatan pada tahap pemeriksaan yang berhubungan dengan

laboratorium forensik antara lain bahwa penyidik dapat meminta pendapat

orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus. Sepanjang pendapat

orang ahli yang diminta oleh penyidik tersebut berhubungan dengan

barang bukti, maka ahli tersebut akan melakukan pemeriksaan atau

analisa barang bukti di Laboratorium. Sebagai contoh pemeriksaan

kandungan zat aktif dalam narkotika sebagaimana pemeriksaan tersebut

Page 64: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

52

memerlukan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki

oleh Laboratorium Forensik.

5. Tahap Penyelesaian dan Penyerahan Berkas

Pada tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penyidikan

dimana dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan maka

penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut

umum. Susunan berkas antara lain Berita Acara Pemeriksaan Ahli

mengenai barang bukti. Dengan demikian peran Laboratorium Forensik

Pada tahap ini adalah melakukan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan

mengenai barang bukti secara Laboratoris Kriminalistik dan

menyerahkannya kepada Penyidik.

6. Peran Laboratorium Forensik Dalam Tahap Penuntutan

Dalam hal proses penuntutan, penuntut umum dapat melakukan

konsultasi dengan pemeriksa ahli dari Laboratorium Forensik tentang

hasil pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik, sehingga unsur pidana yang

didakwakan menjadi lebih akurat. Selain itu dalam hal jaksa melakukan

penyidikan kasus tindak pidana khusus, maka jaksa sebagai penyidik

dapat mengirimkan barang bukti untuk diperiksa oleh ahli di Laboratorium

Forensik.

7. Peran Laboratorium Forensik Polri Dalam Tahap Peradilan

Menurut KUHAP Pasal 184 ayat 1, ada 5(lima)alat bukti yang sah

yaitu :

1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli

Page 65: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

53

3. Surat

4. Petunjuk dan

5. Keterangan terdakwa

Dari kelima alat bukti tersebut di atas, 3 diantaranya yaitu

keterangan ahli, surat dan petunjuk dapat berasal dari produk

Laboratorium Forensik Polri yang berdasarkan pemeriksaan barang bukti

di Laboratorium.

Peran dan fungsi Laboratorium Forensik berdasarkan Undang-

undang No. 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia yaitu Pasal 14 ayat 1 huruf H ”menyelenggarakan identifikasi

kepolisian, Kedokteran Kepolisian, Laboratorium Forensik dan Psikologi

Kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.”

Rumusan tugas pada Pasal di atas merupakan dasar bagi

penyelenggaraan fungsi teknis kriminalistik/forensik pemeriksaan

laboratorium yang meliputi kimia, narkotika, tosikologi, biologi, fisika,

balistik, metalurgi, dan dokumen serta uang palsu forensik.

Berikut data jenis tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang

telah diteliti atau diperiksa di Laboratorium Forensik Cabang Makassar.

Table.1 Data jumlah kasus penyalahgunan narkotika di pare-pare yang telah

diperiksa di Laboratorium Forensik Cabang Makassar.

No Tahun Jumlah kasus penyalahgunaan narkotika Ket

1. 2. 3.

2010 2011 2012

31 kasus 32 kasus 43 kasus

Sumber : Laboratorium Forensik cabang makassar,13 september 2013

Page 66: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

54

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat jenis penyalahgunaan

narkotika di Pare-pare yang telah diperiksa oleh Laboratorium Forensik

selama periode 2010 s/d 2012 mengalami peningkatan.

Dilihat dari tabel di atas, bahwa jenis kejahatan penyalahgunaan

narkotika yang diperiksa di Laboratorium Forensik, dimana pada sistem

pembuktian dalam persidangan produk Laboratorium Forensik sangat

berperan dalam mengungkap atau penyelasaian kasus, serta dalam

menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa.

Dalam penelitian ini diambil sampel salah satu terdakwa kasus

penyalahgunaan narkotika di Pare-pare atas nama VIVI DAMAYANTI

alias VIVI Binti MUSTAMIN dan FRANY ANGGRAINI Alias RANI Binti

CORNELIS KACO. Dimana barang bukti yang diperiksa/diteliti di

Laboratorium Forensik Cabang Makassar berupa Urine para terdakwa

yang positif mengandung bahan aktif berupa Methamphetamine yang

termasuk dalam daftar Narkotika Gol I Undang-undang No. 35 Tahun

2009 dan barang bukti bungkus kristal bening(sachet plastik), kristal

bening(pipet kaca/pireks) tersebut benar mengandung Metamfetamine

golongan I lampiran Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang

narkotika. Dan hakim menyatakan bawa terdakwa I Vivi damayanti Alias

Vivi dan terdakwa II Frany Anggraini Alias Rani, telah terbukti decara sah

melakukan tindak pidana secara bersama-sama menyalahgunakan

narkotika golongan I , dengan itu menjatuhkan pidana oleh karena itu

kepada para terdakwa dengan pidana penjara masing-masing selama 1

tahun.

Page 67: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

55

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dari hasil pemeriksaan

melalui Laboratorium Forensik jelas bahwa peranan Laboratorium

Forensik sangat penting dalam proses persidangan dalam menjatuhkan

putusan kepada para terdakwa.

B. Hambatan Laboratorium Forensik Dalam Melaksanakan Tugas

dan Fungsinya

Yang dimaksud hambatan dalam hal ini adalah hal-hal atau

keadaan yang menjadi faktor penghambat berkembangnya Laboratorium

Forensik pada umumnya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Adapun faktor-faktor penghambat tersebut adalah :

1. Surat permintaan untuk mendapatkan permintaan secara

laboratories kriminalistik sering tidak disebutkan secara jelas

apa yang dikehendaki untuk mendapatkan pemeriksaan.

2. Lambatnya penyelesaian Tempat Kejadian Perkara dan proses

investigasi sehingga mengakibatkan terlambatnya pengiriman

barang bukti ke Laboratorium Forensik untik dimintakan

pemeriksaan secara laboratoris.

3. Seringnya alat instrumen Laboratorium Forensik mengalami

gangguan atau mengalami kerusakan sehingga proses

pemeriksaan barang bukti menjadi terlambat dan memerlukan

penangana khusus untuk memperbaikinya.

4. Barang bukti yang dikirim oleh penyidik terlalu sedikit atau rusak

karena pemeriksaan yang dilakukan di secara bertahap dan

memerlukan waktu untuk memeriksa barang bukti tersebut.

Page 68: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

56

5. Kurangnya tenaga ahli yang dimiliki oleh pihak Laboratorium

Forensik sehingga barang bukti yang di kirim ke laboratorium

untik diperiksa menjadi terlambat.

6. Terbatasnya instrumen atau alat yang canggih yang dimiliki oleh

Labroratorium Forensik Cabang sehingga terdapat kasus yang

memerlukan instrumen teknologi yang canggih harus di kirim ke

Laboratorium Forensik Pusat guna mendapatkan pemeriksaan

lebih lanjut.

7. Sering terlambatnya barang bukti dan kurang lengkapnya

persyaratan yang mestinya harus dipenuhi untuk mendapatkan

pemeriksaan secara laboratoris kriminalistik.

8. Timbulnya opini dalam masyarakat yang mementingkan arti

bukti hidup berupa keterangan saksi, sedangkan alat bukti

dianggap kurang penting sehingga kurang mendapat perhatian.

Padahal barang bukti inilah sebagai kunci kearah usaha

penyelesaian suatu perkara ilmiah dan diaanggap penting

perananya dalam proses pembuktian.

C. Hal-Hal Tentang Pemeriksaan Laboratorium Forensik Untuk

Kasus Narkotika

Sebelum melangkah ketahap pencarian barang bukti adabaiknya

bila kita mengenal tanaman yang tergolong dalam kelompok narkotika

yaitu :

Ganja

Coca/kokain

Tanaman Papaver Somniferum atau biasa disebut Candu

Page 69: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

57

Ganja (Marihuana, Cannabis Indical) merupakan tanaman yang

tumbuh subur di Negara kita, baik di dataran rendah maupun di dataran

tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 2 meter, bila

tanaman ini diremas dengan jari-jaru maka akan tercuim bau yang khas

dan menyegarkan.

Coca/kokain (Erythroxylon Coca) adalah zat yang adiktif yang

sering disalah gunakan dan merupakan zat yang berbahaya.kokain

merupakan alkaloid yabf didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon

Coca.

Papaver Somniferum, jenis tanaman ini yang digunakan adalah

getahnya yang didapat dari buah yang hendak masak , getah yang keluar

berwarna putih dan dinamai “Lates”. Getag ini dibiarkan kering pada

permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah

akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak,inilah yang

dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu mentah mengandung

banyak zat-zak aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya

coklat tua yang cara pemakaiannya dengan cara dihisap.

1. Pencarian Barang Bukti

Dimulai dari pencarian barang bukti dari jenis ganja yaitu melihat

dari bentuknya, seperti dalam bentuk tangkai, daun, bunga, dan buah

yang dikemas dalam plastik kecil atau kemasan besar. Sering juga dalam

bentuk rokok yang dicampur dengan tembakau, dalam bentuk yang telah

dihaluskan sehingga merupakan barang yang kompak dengan warna

kehijauan. Dan atau pun berbentuk sari dari tanaman ganja yang berupa

Page 70: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

58

minyak ganja dengan bentuk kental padat dengan warna coklat kehitaman

dan bau yang khas yang biasa disebut Hasbish.

Selanjutnya dari jenis Coca dimana jenis tanaman ini yang

diperdagangkan adalah daun yang sudah dikeringkan yang sudah diolah

untuk diambil sarinya. Sedangkan untuk jenis Papaver Somniferum jenis

tanaman ini dalam peredaran perdagangannya berbantuk Candu yang

terdiri dari candu mentah dan candu masak.

2. Pengumpulan/Pengambilan Barang Bukti

Bilamana barang bukti berupa tanaman maka yang diambil sebagai

barang bukti tanaman itu adalah akar, batang, tangkai,daun, dan buah.

Selanjutnya dikeringkan dahulu agar dalam pengirimannya tidak

mengalami pembusukan atau rusak, maka setelah kering dikemas dengan

cara yaitu bila terlalu panjang dapat dipotong menjadi dua atau tiga

bagian, kemudian disimpan dalam map atau dijepit dengan kertas

kemudian dimasukkan ke dalam karton, kemudian dilakukan

pembungkusan. Hal ini berlaku untuk semua barang bukti yang berupa

tanaman.

Bila barang bukti berupa bentuk narkotika yang bersal dari tanaman

maka diambil sekitar sekitar 50 Gram, namun bila jumlahnya cukup besar

maka diambil dari permukaan atas, bagian tengan, dan bagian bawah.

Selanjutnya ditempatkan kedalam wadah yaang bersih dan diusahakan

memakai kantong plastik yang baru. Untuk setiap bagian yang diambil

ditempatkan kedalam wadah yang terpisah dan diberi label.

Page 71: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

59

3. Pengamanan/Pembungkusan Barang Bukti

Untuk pengamanannya, maka dari kumpulan barang bukti itu

ditempatkan dalam satu wadah yang cukup kuat yang tidak mudah rusak

bila dalam perjalan pengirimannya. Setelah dimasukkan dalam wadah

yang baik kemudian dibungkus pula dengan baik dan diikat dengan tali

yang cukup kuat dimana pada setiap tali pengikatnya diberi segel.

4. Pengiriman Barang Bukti

Dalam pengiriman barang bukti ini selain permohonan bantuan

pemeriksaan Laboratoris yang berisi pengiriman barang bukti dan

dilampirkan pula :

1. Laporan polisi

2. Bila barang bukti merupakan perwakilan (mewakili dari jumlah

yang lebih besar) maka dicantumkan pula berupa jumlah

keseluruhannya dalam berita acara pengambilan/pengumpulan

barang bukti.

3. Berita acara penyegelan barang bukti dan berita acara

pembungkusan barang bukti.

4. Surat permohonan pemeriksaan Laboratoris yang jelas

Page 72: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peranan Laboratorium forensik dalam penyelesaian kasus pada

umumnya sudah dapat dikatakan sangat efektif dilihat dari

peranannya sebagai tempat pemeriksaan barang bukti di

Laboratorium Forensik guna kepentingan penyidikan tindak pidana

khususnya narkotika. Tidak sampai disitu saja peranan

Laboratorium Forensik sangat penting dalam hal menentukan

kandungan dari jenis narkotika, dari hasil uji Labfor tersebut dapat

diketahui golongan narkotika dari kandungannya, kemudian setelah

mengetahui golongan narkotika tersebut dari hasil pemeriksaan

penyidik dapat menentukan pasal yang akan disangkakan bagi

para tersangka atau terdakwa penyalahgunaan narkotika.

Pemeriksaan yang dilakukan melalui Laboratorium Forensik sangat

besar pengaruhnya dalam mendukung keyakinan hakim, dalam hal

membantu hakim dalam memutus suatu perkara dengan adanya

peran Labfor dalam sistem pembuktian atau sebagai alat bukti di

persidangan.

2. Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya

tidak terlepas dari hambatan, yaitu dalam surat permintaan

pemeriksaan sering tidak jelasnya maksud dan tujuan dilakukannya

pemeriksaan, seringnya tidak terpenuhi syarat formal berupa

Page 73: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

61

kelengkapan berkas administrasi dan syarat materil berupa jumlah

barang bukti yang tidak cukup untuk diperiksa, atau barang bukti

dalam keadaan rusak karena dilakukan pemeriksaan secara

bertahap sehingga memperlambat proses pemeriksaan secara

Laboratoris.

B. Saran

1. Laboratorium Forensik dalam menjalankan tugas dan fungsinya

agar senantiasa tetap meningkatkan pelayanannya terhadap

masyarakat khususnya pihak yang meminta pemeriksaan secara

Laboratoris, mengingat pentingnya peranan yang diberikan dalam

proses pembuktian perkara di pengadilan.

2. Hendaknya laboratorium forensik lebih banyak memiliki staf ahli

dalam pemeriksaan barang bukti sehingga proses pemeriksaan

dapat berjalan dengan cepat.

3. Dalam pengiriman barang bukti, sebaiknya pihak yang meminta

pemeriksaan terlebih dahulu harus memperhatikan segala

kelengkapan dan kesempurnaan barang bukti, agar proses

pemeriksaan berjalan dengan baik dan waktu yang digunaka juga

efesien.

Page 74: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

62

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. 1986. Pengusutan Perkara Kriminal melalui Sarana Teknik

dan Sarana Hukum. Ghalia Indonesia: Jakarta. Bawengan, G.W. 1989. Penyelidikan Perkara Pidana dan Teknik

Interogasi. PT.Pradnya Paramita: Jakarta. Hari Sasangka. 2003. Narkotika Dan Psikotropika. Mandar Maju:

Bandung. Julianan Lisa, Nengah Sutrisna. 2013. Narkoba, Psikotropika, dan

Gangguan Jiwa. Nuhamedika : Yogyakarta. Musa Perdana Kusuma. 1983. Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik.

Ghalia Indonesia: Jakarta. Abdul Mun’im Idris.1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Binarupa

Aksara : Jakarta Barat. Susetio Pramusinto. 1984. Himpunan Karangan Ilmu Forensik Suatu

Sumbangan Bagi Wiyata Bhayangkara. PT. Karya Unipres: Jakarta.

Taufik Makarao. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Ghalia Indonesia:

Jakarta. Tolib Setiady.2009. Pokok-Pokok Ilmu Kedokteran Kehakiman.

Alfabeta:Bandung. Westra, Prajita, K. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:

Jakarta. Pius A Partanto, M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Hukum. Arkola:

Surabaya. Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika & Undang-

undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 2010. Anfaka Perdana: Surabaya.

Undang –Undang No. 22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Repoblik Indonesia. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 tahun

2009 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara

Page 75: SKRIPSI - core.ac.uk · pemeriksaan barang bukti secara teknis kriminalistik di TKP guna kepentingan penyidikan tindak pidana khususnya narkotika. Tidak ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

63

Dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

http://wartalabfor.blogspot.com/2010/05/mengenal-lebih-dekat-

puslabfor.html diakses tanggal 06 Pebruari 2013.