skripsi biologi

172
HASIL BELAJAR DAN AKTIFITAS SISWA DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR BERBASIS ANALISIS PENGETAHUAN AWAL SISWA PADA PEMBELAJARAN KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 27 SEMARANG) SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dwi Apik Siyanto NIM : 4401403076 Prodram Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Biologi Fakultas : MIPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Upload: dimansc

Post on 30-Jun-2015

3.645 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

HASIL BELAJAR DAN AKTIFITAS SISWA DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR BERBASIS ANALISIS PENGETAHUAN AWAL SISWA PADA PEMBELAJARAN KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 27 SEMARANG)

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Nama NIM : Dwi Apik Siyanto : 4401403076

Prodram Studi : Pendidikan Biologi Jurusan Fakultas : Biologi : MIPA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul: Judul Meningkatkan Hasil Belajar Dan Keaktifan Siswa Menggunakan Metode Permainan Pada Konsep Sistem Transportasi Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarang Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Pada: Hari :

Tanggal : Panitia Ujian, Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M.S. NIP. 130781015 Pembimbing I

Ir. Tuti Widianti, M.Biomed. NIP. 130781009 Penguji I

Dra. Nur Kusuma Dewi, M.Si. NIP. 130935362 Pembimbing II

Dra. Nur Rahayu Utami, M.Si. NIP. 131764022 Penguji II

Dra. Chasnah NIP. 131413201

Dra. Nur Kusuma Dewi, M.Si. NIP. 130935362 Penguji III

Dra. Chasnah NIP. 131413201

ii

AJA RUMANGSA BISA NAMGING SING BISA RUMANGSANI

iii

ALA TANPA RUPA YEN TUMANDANG AMUNG SADELO

iv

MAMAYU HAYUNING BAWANA

v

SAPA SING SUCI ADOH SAKA BEBAYA PATI

vi

SENAJANTO ILMUNE GUDANGAN YEN ORA TANPA LAKU ISIH GADUNGAN

vii

CILIK ORA KURANG BAKAL GEDHE ORA TURAH BAKAL

viii

SURA DIRA JAYA NINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI

ix

WATON ISIH KENA TAK INGETI AKU ORA BAKAL MUNDUR

x

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa dengan Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus di SMP Negeri 27 Semarang) Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UNNES pada: Hari : Senin

Tanggal : 27 Agustus 2007 Panitia Ujian

Ketua

Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M. S NIP. 130781011 Pembimbing I

Ir. Tuti Widianti, M. Biomed NIP. 130781009 Penguji I

Drs. Sigit Saptono, M. Pd NIP 131931631 Pembimbing II

Drs. Putut Martin HB, M. Si NIP 132231403 Penguji II

Ir Kuntoro Budiyanto NIP 131876227

Drs. Sigit Saptono, M. Pd NIP 131931631 Penguji III

Ir Kuntoro Budiyanto NIP 131876227

ii

ABSTRAK

Mulai diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum berbasis Kompetensi) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah membawa konsekuensi logis pada upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran biologi di SMP yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Selama ini pembelajaran biologi selalu dilakukan dengan cara ceramah tanpa memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekolah. Gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar biologi tersebut dapat dilihat di SMP 27 Semarang. Untuk itu perlu adanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan memberikan kompetensi pada siswa. Oleh karena itu penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar dan aktifitas siswa dengan penerapan Jelajah Alam Sekitar berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada konsep Pengelolaan Lingkungan di SMP Negeri 27 Semarang. Penelitian dilakukan di tiga kelas yaitu kelas VIIB, VIIC, dan VIIG. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen yang dilaksanakan selama lima kali pertemuan. Pertemuan I pre-test, pertemuan II sampai IV pelaksanaan pembelajaran dan pertemuan V post-test. Data yang diambil meliputi data primer (hasil belajar dan aktifitas siswa) dan data sekunder (kinerja guru selama pembelajaran berlangsung). Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Secara individual rata-rata hasil belajar siswa di ketiga kelas lebih dari 65, untuk kelas VIIB 69,2; kelas VIIC 68,2 dan kelas VIIG 78,2, tetapi secara klasikal hanya kelas VIIG yang persentasenya di atas 85% yaitu sebesar 87,8% sedangkan kelas VIIB 73,1% dan VIIC 64,1%. Aktifitas siswa menunjukkan respon positif di kelas VIIB 94,3%, kelas VIIC 95,9% dan kelas VIIG 93,2%. Berdasarkan penelitian tersebut penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar dalam proses pembelajaran perlu diterapkan secara intensif dan berkesinambungan pada setiap materi Biologi, karena untuk melihat hasil yang sesuai dengan harapan diperlukan waktu yang lama.

Kata kunci: Pendekatan Jelajah Alam Sekitar, hasil belajar, aktifitas siswa.

iii

MOTTO Allah akan meninggikan orang beriman dan orang berilmu diantara kalian beberapa derajat (Q. S Al-Mujadillah: 11) Sungguh kelak Tuhanmu pasti akan memberikan kemudahan dan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau menjadi puas (Q. S Ad Duha: 5) Kebenaran itu adalah dari Tuhan-Mu sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu PERSEMBAHAN Ibu dan Ayahku yang dengan tulus ikhlas mendoakan dan mengalirkan keringatnya dalam samudera kasih yang tak pernah surut. Kakak-adikku tercinta: Mas Yoyok, Mas Pahing (Alm), Dik Bagus. Sepupuku Adi, Dita, Rio, Rachma, Gatot, Wisnu dan banyak lagi sehingga tidak dapat disebut satu persatu, yang selalu memberikan dukungannya dan membantuku atas segala kebutuhanku. Semoga masa depan kita cerah. Amin Terima kasih kepada Pak Sigit, Bu Kaesih, Bu Dewi Mustika, Bu Alimah, Mas Sholikin, Anah, Asri atas kesempatan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian kolaborasi Hibah A2. Bio-Hot dan teman-teman sekampus semoga kalian masih semangat dalam mengarungi hidup ini. Good Luck!!! Teman-temanku yang ada di Solo dan anak-anak GAM (Geng Anak Madangan) yang telah menemaniku dalam sedih maupun senang.

iv

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa dengan Penerapan Jelajah Alam Sekitar Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa Pada Konsep Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus di SMP Negeri 27 Semarang). Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian 2. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 3. Drs. Sigit Saptono, M. Si dan Ir. Kuntoro Budiyanto sebagai dosen pembimbing yang telah dengan sabar berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta pengarahan selama penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Putut Martin, M. Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan bagi penyempurnaan skripsi ini. 5. Kepala Sekolah SMP Negeri 27 Semarang yang telah memberikan izin dan kemudahan serta kerjasamanya selama pelaksaan penelitian.

v

6. Ibu Roil Umamah dan Ibu Sularmi selaku guru biologi SMP Negeri 27 Semarang yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan kerjasama selama penelitian. 7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberikan motivasi selama pelaksanaan penelitian sampai selesainya penyususnan skripsi ini. Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan tercatat sebagai amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima berbagai saran ataupun kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kaepada semua pihak.

Semarang, 28 Agustus 2007

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii ABSTRAK ............................................................................................................iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv KATA PENGANTAR ..........................................................................................v DAFTAR ISI........................................................................................................vii DAFTAR TABEL.................................................................................................ix DAFTAR BAGAN ...............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................1 B. Masalah .....................................................................................................7 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................7 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................8 E. Pembatasan Masalah .................................................................................8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar dan Proses Belajar Mengajar..................................................11 2. Hasil Belajar Siswa .............................................................................18 3. Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran .......................................21

vii

4. Jelajah Alam Sekitar (JAS).................................................................23 5. Jelajah Alam Sekitar sebagai Pendekatan Pembelajaran Biologi ......28 6. Strategi Pembelajaran dan Pengukuran Hasil Belajar Biologi Berbasis Jelajah Alam Sekitar ..........................................................................30 7. Penerapan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada JAS ......32 B. HIPOTESIS...............................................................................................37 BAB III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian.......................................................................................38 B. Data Penelitian ..........................................................................................38 C. Rancangan Penelitian ................................................................................39 D. Prosedur Penelitian ...................................................................................40 E. Data dan Cara Pengambilan Data .............................................................42 F. Instrumen ..................................................................................................43 G. Metode Analisis Data................................................................................49 H. Indikator Keberhasilan ..............................................................................53 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Siswa ...................................................................................54 B. Aktifitas Siswa .........................................................................................76 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................................................84 B. Saran..........................................................................................................84 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................85 LAMPIRAN..........................................................................................................87

viii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

1. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba ................................................. 45 2. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Uji Coba..................................... 46 3. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba ....................................... 47 4. Hasil Analisis Realibilitas Soal Uji Coba....................................................... 48 5. Nomor soal yang Digunakan dan Tidak Digunakan ...................................... 48 6. Tabel Lembar Analisis Pre-test...................................................................... 50 7. Tabel Lembar Analisis Post-test .................................................................... 51 8. Tabel Konversi Skala 11 ................................................................................ 52 9. Tabel rekap Hasil Belajar Siswa .................................................................... 55 10. Hasil Observasi Aktifitas Guru ...................................................................... 66 11. Rekap Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ................................ 72 12. Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa .............................................. 77 13. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses Siswa............................. 82

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

1. Proses Perubahan Tingkah Laku ................................................................... 15 2. Komponen Proses Pembelajaran ................................................................... 17 3. Skema Perolehan Pengetahuan Sains ............................................................ 32 4. Skema Pembelajaran Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa ................ 35 5. Alur Metode Pre-test dan Post-test design.................................................... 39 6. Alur Tahap-Tahap Pembelajaran................................................................... 56

x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1. Rancangan Pembelajaran ............................................................................... 87 2. Soal-Soal Pre-Test ......................................................................................... 94 3. Rubrik Analisis Pre-Test................................................................................ 95 4. Tabel Analisis Hasil Pre-Test ........................................................................ 98 5. Lembar Kerja Siswa....................................................................................... 99 6. Soal Uji Coba Post-Test ............................................................................... 109 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Post-Test ..................................................... 118 8. Kisi-Kisi Soal uji Coba ................................................................................ 119 9. Tabel Analisis Butir Soal Uji Coba (Post-test) ............................................ 121 10. Soal Ulangan Harian (Post-Test) ................................................................. 124 11. Kunci Jawaban Soal Ulangan Harian (Post-Test)........................................ 133 12. Nilai Hasil Belajar (Post-test) Siswa............................................................ 134 13. Analisis Hasil Belajar (Post-Test) Siswa ..................................................... 138 14. Grafik Pola Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Siswa .............................. 139 15. Lembar Observasi Aktifitas Siswa............................................................... 141 16. Rubrik untuk Observasi Aktifitas Siswa ...................................................... 142 17. Tabel Hasil Aktifitas Siswa.......................................................................... 144

xi

18. Lembar Observasi Tanggapan Siswa ........................................................... 148 19. Hasil Observasi Tanggapan Siswa ............................................................... 150 20. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran................................. 151 21. Rubrik Kinerja Guru dalam Pengajaran....................................................... 152 22. Hasil Kinerja Guru Selama Pembelajaran.................................................... 156 23. Lembar Observasi Kinerja Siswa................................................................. 157 24. Rubrik Asesment Kinerja Menanam Tanaman di Pot dan Membuat Slogan158 25. Hasil Kinerja (Hand-On) Siswa ................................................................... 160 26. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 162

xii

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mulai diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum berbasis Kompetensi) yang kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di sekolah membawa konsekuensi logis pada upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran biologi di SMP yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan sekitar sekolah. Tujuan KTSP pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Wibowo, 2006). Proses belajar yang diharapkan melalui kurikulum ini bukan sekedar membahas materi dalam buku-buku panduan pelajaran atau menginformasikan pengetahuan kepada siswa, melainkan menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk memahami gejala yang terjadi (Anonimus, 2004). Biologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang konsep/teori berdasarkan kejadian di alam. Pelajaran biologi diperkenalkan mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah. Selama ini pembelajaran biologi selalu dilakukan secara konvensional yaitu hanya sebatas penguasaan konsep-konsep yang dibahas dalam buku-buku panduan pelajaran, serta kurangnya pemanfaatan fasilitasfasilitas yang ada di sekolah seperti laboratorium dan lingkungan sekolah sekitar yang seringkali pembelajaran biologi dilakukan di dalam kelas.

2

Pembelajaran tersebut bagi guru merupakan suatu keterpaksaan yang harus dilakukan karena guru beranggapan bahwa kendala yang dihadapi dengan pembelajaran di luar kelas adalah tidak banyak materi yang dapat disampaikan, memakan waktu lama, siswa tidak aktif, tenaga pengajar yang kurang untuk pengelolaan kelas dan sumber belajar di lingkungan tidak lengkap. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru-guru biologi masih berorientasi pada materi belajar (bukan proses untuk mencapai tujuan belajar). Pembelajaran konvensional yang sering dilakukan tersebut memperlakukan siswa sebagai obyek dalam belajar yang berperan sebagai penerima informasi yang diberikan oleh gurunya, sehingga pembelajaran tersebut dapat membatasi peran siswa untuk mengembangkan penalaran dan kreativitasnya dalam rangka pengembangan dirinya serta meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar biologi seperti di atas dapat dilihat di SMP 27 Semarang, dari hasil observasi yang telah dilakukan bahwa usaha yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswanya masih perlu dimaksimalkan. Guru lebih banyak menjelaskan, menggambar dan

memberikan informasi tentang konsep-konsep yang dibahas. Guru belum menunjukkan usaha memanfaatkan media dalam rangka menjelaskan dan memberikan contoh fenomena Biologi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktifitas dalam proses belajar seperti mengajukan pertanyaan, berdiskusi, melakukan presentasi, dan mengambil kesimpulan mengenai konsep/materi yang dibahas. Kualitas proses pembelajaran masih

3

perlu ditingkatkan seperti memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi dalam rangka menemukan sendiri gejala atau fenomena alam yang terjadi atau bila mungkin mengubah pemahamannya yang mungkin tidak benar. Salah satu imbas dari kondisi seperti ini adalah hasil tes sumatif semester gasal tahun pelajaran 2004/2005 menunjukkan bahwa rerata nilai Biologi untuk kelas unggulan 8,15, sedangkan untuk kelas non unggulan 5,64. Pada semester gasal tahun pelajaran 2005/2006 rerata nilai Biologi untuk kelas unggulan 8,21, sedangkan kelas non unggulan 6,25. Hasil kajian tentang kebutuhan para guru SMP di Semarang dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran biologi (Saptono dkk, 2005) bahwa 75% guru Biologi belum pernah mendesain pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2004 (yang disempunakan menjadi KTSP) yaitu menuntut pemberian pengalaman langsung kepada siswa dalam belajar untuk memahami gejala yang terjadi baik yang dilaksanakan di dalam kelas, laboratorium maupun di luar kelas. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SMP, persentase materi yang memerlukan dukungan pembelajaran di luar kelas, yaitu 88% materi SMP kelas I, 10% materi kelas II dan 100% materi kelas III. Gambaran evaluasi hasil belajar siswa yang sering dilakukan guru Biologi SMP di Semarang adalah tes tertulis. Berdasarkan data-data di atas maka dapat ditemukenali bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Biologi di SMP yang berkaitan dengan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang disempurnakan menjadi KTSP adalah sebagai berikut:

4

1. Strategi pembelajaran Biologi berbasis kompetensi yang bervariasi 2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berorientasi pada pencapaian kompetensi tertentu 3. Penerapan outdoor learning (termasuk pemanfaatan laboratorium) 4. Pengembangan instrumen evaluasi hasil belajar siswa (alternative assessment) Berdasarkan sifat Biologi yang mempelajari tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan, maka perlu adanya suatu pendekatan dalam membelajarkan biologi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan sesuai dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu salah satunya dengan penerapan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dengan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa yang diharapkan dengan strategi ini dapat membantu guru pada kendala-kendala yang dialami selama

pembelajaran biologi yang sering dilakukan. Obyek Biologi adalah fenomena nyata sehingga cara-cara eksploratif adalah cara yang tepat untuk mempelajarinya (Djohar, 2005). Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam di sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar Biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005).

5

Pembelajaran dengan penerapkan JAS, siswa diajak bersentuhan langsung dan mengenal obyek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menentukan simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya (Saiful Ridlo, 2005). Jelajah Alam Sekitar secara ontologis dicirikan dengan siswa belajar melakukan secara nyata dan alamiah, bentuk kegiatan lebih utama dari pada hasil, berpusat pada siswa, terbentuknya masyarakat belajar, berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, menanamkan sifat ilmiah dan ada sebagai cara dalam mengukur hasil belajar. Epistemolgi pembelajaran dengan Pendekatan JAS mencakup hal-hal yang inovatif dalam penerapannya yaitu

konstruktivisme, penerapan proses sains, proses inquiri, proses eksplorasi lingkungan alam sekitar, dan penerapan alternative assessment. Karakter Jelajah Alam Sekitar (JAS) antara lain adanya unsur joyful lerning (belajar yang menyenangkan) dengan nuansa Bioedutainment, tertanamnya sikap ilmiah yang berupa kejujuran, ketelitian, menghargai pendapat orang lain, disiplin, toleran, obyektif, kerja keras dan bertanggung jawab. Ciri-ciri pendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu dengan menggunakan media, selalu ada kegiatan berupa ramalan (prediksi), pengamatan dan penjelasan serta adanya laporan untuk dikomunikasikan baik secara lesan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual (Marianti dan Kartijono, 2005). Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak hanya secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi juga ditekankan melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, membandingkan,

6

memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat hipotesis, dan membuat laporan secara komprehensif. Bell (1993) menerangkan bahwa pengetahuan siswa diperoleh dengan dua sumber yaitu pada saat siswa berinteraksi dengan lingkungan, dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal di sekolah. Pada saat siswa memperoleh kesempatan untuk menguji dan mencocokan gagasan baru dengan pengetahuan hasil interaksi dengan lingkungannya, maka secara psikologis siswa akan mengorganisasi kembali kerangka pengetahuannya. Oleh karena itu akan lebih bijaksana jika guru menganalisis pengetahuan awal siswa terlebih dahulu sebelum membahas konsep tertentu Berdasarkan asumsi di atas maka analisis pengetahuan awal siswa dijadikan suatu strategi dalam penerapan pendekatan JAS. Strategi tersebut menitikberatkan pada skema pembelajaran K-W-L, yaitu what did you Know, what do you Want to know, what will you Learn. Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa dapat diterapkan untuk menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep dan hubungan antar konsep biologi, kemudian menguji pemahaman siswa tersebut dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, baik di kelas, laboratorium maupun di luar kelas. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran Biologi melalui penerapan Jelajah Alam Sekitar memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan, sehingga memungkinkan siswa merekonstruksi kembali pemahaman konseptualnya, dengan demikian siswa akan terlatih untuk selalu berupaya

7

mengembangkan

penalaran

dan

kreativitasnya

yang

nantinya

dapat

meningkatkan pemahamannya menjadi lebih baik Penerapan pendekatan JAS dapat diterapkan untuk mempelajari konsep biologi yang berkaitan dengan lingkungan seperti dalam materi konsep pengelolaan lingkungan. Penerapan pendekatan JAS dalam proses

pembelajarannya mengajak siswa menemukenali masalah-masalah yang ada di lingkungan baik penyebab maupun dampaknya terhadap lingkungan. Diharapkan siswa dapat menemukan konsep pelajaran dari hasil eksplorasinya dan dapat memecahkan masalah-masalah yang ditemukan selama proses pembelajaran mengenai konsep pengelolaan lingkungan seperti erosi, pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah B. Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa tentang pengelolaan lingkungan dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa? 2. Bagaimanakah aktifitas siswa selama pembelajaran dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang: 1. Hasil belajar siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa. 2. Aktifitas siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa.

8

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa Siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal, terutama dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, dan mengembangkan kreativitasnya. 2. Manfaat bagi guru Menambah kemampuan menerapkan strategi pembelajaran Biologi sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat lebih bervariasi serta mampu memaksimalkan kualitasnya. 3. Manfaat bagi sekolah Memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka upaya perbaikan proses pembelajaran secara menyeluruh, sehingga prestasi para siswanya akan lebih meningkat. E. Pembatasan Masalah 1. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam di sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar Biologi yang fenomenanya dipelajari dengan kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005). Ciri-ciri pendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung yaitu degan menggunakan media, selalu ada kegiatan berupa ramalan (prediksi), pengamatan dan penjelasan serta adanya laporan untuk dikomunikasikan

9

baik secara lesan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual (Marianti dan Kartijono, 2005) dengan joyful lerning (belajar yang menyenangkan) 2. Penerapan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Wibowo, 2006) merupakan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada penelitian ini sekolah penelitian masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). 3. Pengetahuan Awal Pengetahuan awal merupakan pengetahuan atau konsepsi awal yang dimiliki oleh siswa melalui pengalaman yang telah dilakukan sebelum mendapatkan suatu hal baru (Rustaman, 2003). Dalam penelitian ini pengetahuan awal siswa diperoleh dengan cara melakukan pre-test sebelum dilakukan proses belajar mengajar. 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah melakukan belajar. Dalam hal ini hasil belajar ditunjukkan dengan adanya produk berupa hasil post-test dan hasil kerja dari lembar penugasan. 5. Aktifitas Siswa Aktifitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama

pembelajaran. Dalam penelitian ini aktifitas siswa yang dinilai antara lain meliputi aktifitas siswa dalam kelompok maupun kelas yang meliputi kemampuan siswa dalam bertanya, berdiskusi dalam kelompok,

10

mengemukakan pendapat, menarik kesimpulan dan aktifitas siswa dalam melakukan eksplorasi. 6. Konsep Pengelolaan Lingkungan Penelitian ini mengambil materi Pengelolaan Lingkungan yang mengkaji tentang sumber atau penyebab terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara, dan erosi tanah. Selain itu juga mengkaji tentang dampak yang ditimbulkan serta upaya penanggulangan pencemaran lingkungan tersebut.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Proses Pembelajaran Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil maupun tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan suatu kumpulan yang besifat individual, yang mengubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk melakukan berbagai penampilan. Secara umum belajar adalah terjadinya perubahan pada seseorang baik yang terlihat (Covert) maupun tidak terlihat (Convert), bertahan lama atau tidak, kearah positif atau negatif semuanya karena pengalaman. Menurut Sudjana (2000), belajar pada hakikatnya adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu disebabkan karena suatu pengalaman. Pengalaman manusia dapat dijadikan dua jenis, yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung yakni anak mengalami dan berbuat sendiri secara langsung. Anak melakukan sendiri perbuatan tersebut dalam situasi sebenarnya. Pengalaman demikian tentu akan

12

membawa hasil yang lebih baik. Tetapi tidak semua persoalan dapat dipelajari melalui pengalaman secara langsung, bahkan pada umumnya atau sebagian besar dipelajari melalui pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak langsung dapat diperoleh dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Mengamati gejala atau situasi dengan menggunakan alat indera, misalnya mengamati orang yang sedang menjahit, orang yang sedang menari dan lain sebagainya. b. Melalui bentuk gambar, misalnya mempelajari lukisan, foto dan lain sebagainya. c. Melalui bentuk grafik, misalnya mempelajari peta, grafik, diagram dan lain sebagainya. d. Melalui bentuk verbal yaitu diperoleh dengan cara membaca, uraian tertulis dan lain sebagainya. e. Melalui lambang, seperti rumus, istilah dan lain-lain. Pengalaman demikian erat dengan alat peraga, ini menunjukkan betapa pentingnya keperagaan dalam proses belajar. Edgar Dale mengemukakan sepuluh jenis pengalaman. Kesepuluh jenis ini adalah: a. Pengalaman langsung Dalam pengalaman ini anak mengalami sendiri dan berbuat sendiri. Dengan cara ini akan memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga hasilnya akan lebih berarti padanya.

13

b. Pengalaman langsung melalui benda-benda tiruan Banyak hal yang dipelajari melalui benda tiruan.yaitu dengan benda tiruan anak dapat mempelajarinya secara keseluruhan. c. Pengalaman melalui dramatisasi Dengan dramatisasi anak berkesempatan melakukan, menafsirkan, dan memamerkan suatu peranan tertentu. d. Pengalaman melalui demonstrasi Pada demonstrasi anak kelihatan tidak seaktif pada ketiga jenis di atas. Anak lebih banyak melihat dari pada berbuat. Demonstrasi bertujuan untuk memperlihatkan suatu proses. e. Pengalaman melalui karyawisata Karyawisata adalah kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Dalam karyawisata siswa menganalisis, mengobservasi, dan meneliti sesuatu di luar. f. Pengalaman melalui pameran Dalam pameran diperlihatkan benda-benda yang realistik dengan maksud menyajikan ide atau gagasan. g. Pengalaman melalui televisi dan gambar hidup Alat ini berpengaruh pada anak melalui pendengaran dan penglihatan. Jadi pengalaman yang diperolehnya tidak langsung tetapi membutuhkan penghayatan yang tinggi.

14

h. Pengalaman melalui radio dan rekaman Pengalaman ini hanya membutuhkan pendengaran saja, sehingga lebih sulit lagi dibandingkan dengan televisi dan gambar hidup. i. Pengalaman melalui lambang-lambang visual Pengalaman merupakan sebuah contoh dari lambang visual. Jadi pengalaman melalui lambang visual memerlukan penghayatan dan pemikiran yang tajam, sebab harus menerjemahkan lambang tadi untuk membentuk satu pengertian. j. Lambang kata (verbal) Lambang kata merupakan pengganti hal-hal yang sifatnya konkret. Tidak ada persamaan yang konkret dari lambang kata dengan ide atau benda dibalik kata tesebut. Kata-kata adalah abstraksi yang mutlak. Ini hanya mungkin dimengeri kalau anak sudah berfikir abstrak. Menurut Darsono, dkk (2001) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun sikap. Sedangkan menurut Sanjaya (2007) belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang merupakan suatu misteri karena perubahan tersebut sulit dilihat dan diraba. Walaupun tidak dapat melihat proses terjadinya perubahan tetapi dapat ditentukan apakah seseorang telah belajar atau belum yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Proses perubahan tingkah laku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

15

S

Proses

S' Output

Input

Bagan 1. Proses Perubahan Tingkah Laku Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi proses belajar pada diri seseorang (S) manakala terjadi perubahan dari S sebagai input menjadi S' sebagai output. Misalkan sebelum sesorang mengalami proses belajar ia tidak tahu konsep tentang X tapi setelah mengalami proses belajar ia jadi paham konsep X, dengan demikian dapat dikatakan seseorang tersebut telah belajar. Sebaliknya sebelum terjadi proses pembelajaran ia tidak tahu tentang X , dan setelah mengalami proses pembelajaran ia masih tetap tidak tahu tentang X maka dapat dikatakan bahwa ia tidak belajar atau proses pembelajarannya dianggap gagal. Dengan demikian efektivitas pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang tidak dapat dilihat dari aktifitasnya selama terjadi proses pembelajaran, tetapi hanya bisa dilihat dari adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadi proses belajar. Seorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya memerhatikan guru dan rapinya ia membuat catatan, belum tentu ia belajar dengan baik manakala ia tidak mampu menunjukkan adanya perubahan tingkah laku. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Bagaimana suatu proses pembelajaran berhasil? Menurut Sanjaya (2007) faktor-faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran adalah

16

a. Faktor guru Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru. b. Faktor siswa Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang dilihat dari aspek siswa meliputi latar belakang siswa yang terdiri dari jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. c. Faktor sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran. Keuntungan lengkapnya sarana dan prasarana terhadap prsses pembelajaran adalah dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar, dapat memberikan pilihan pada siswa untuk belajar, jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien, sedangkan jika mengajaran dipandang sebagai proees mengatur lingkungan agar siswa

17

dapat belajar maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat medorong siswa untuk belajar. d. Faktor lingkungan Faktor organisasi kelas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor pengorganisasian kelas terdiri dari jumlah siswa dalam satu kelas. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:Proses

S

S'

Input

Tujuan

Output

Isi/Materi

Metode

Media

Evaluasi

Bagan 2. Komponen Proses Pembelajaran

18

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Isi/materi pelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran karena sering diartikan proses pembelajaran sebagai proses penyampaian materi pelajaran, namun setting pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas, tanggungjawab maka materi pelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar. Strategi atau metode yang tepat merupakan komponen yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Alat dan sumber merupakan alat bantu yang berperan sebagai pengelola sumber belajar, melalui penggunaan sumber belajar diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran, evaluasi tidak hanya untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran tetapi juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerja dalam pengelolaan pembelajaran. 2. Hasil Belajar Siswa Menurut Purwanto (1986) bahwa hasil belajar biasanya dapat diketahui melaui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, menurut Dalyono (1996) faktor-faktor tersebut meliputi: faktor internal dan faktor eksternal.

19

a. Faktor Internal (faktor dari dalam) 1) 2) Kesehatan jasmani dan rohani Intelegensia dan bakat. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. 3) Minat dan motivasi. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya dalam mencapai tujuan belajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. 4) Cara belajar. Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajar mengajar tanpa memperhatikan faktor fisiologis, psikologis dan kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. b. Faktor Eksternal (faktor dari luar) 1) 2) 3) 4) Keluarga Sekolah Masyarakat Lingkungan sekitar.

Upaya pendekatan hasil belajar siswa merupakan suatu bentuk yang tidak mudah untuk dilakukan oleh guru dan pihak sekolah. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan karakteristik yang ada pada setiap siswa. Antara siswa satu dengan yang lainnya memiliki karakteristik yang jauh bebeda. Oleh karena itu

20

guru perlu mengetahui karakteristik setiap siswa sebelum melakukan proses pembelajaran. Menurut Gagne (1985) dalam Soekamto dan Winataputra (1995), menyebutkan adanya lima hasil belajar sebagai berikut: a. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah, yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah. b. Strategi kognitif yang kemampuannya untuk memecahakan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berfikir. c. Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan. d. Kemampuan motorik yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. e. Sikap yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual. Kegiatan belajar siswa dapat tejadi apabila siswa ada perhatian dan dorongan terhadap stimulus belajar. Oleh karena itu maka guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada siswa dilakukan oleh guru sebelum mengajar dimulai, pada saat berlangsungnya proses dan pada saat-saat kondisi belajar siswa mengalami kemunduran. Perhatian siswa terhadap stimulasi belajar

21

dapat diwujudkan melalui beberapa upaya seperti penggunaan media pengajaran atau alat peraga, memberikan pertanyaan kepada siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda sifatnya dengan cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan (Sudjana, 2000). Agar kegiatan ini terwujud, harus ada motivasi yang disebut motivasi belajar. Oleh kaena itu, guru sebagai orang yang membelajarkan siswa harus peduli dengan masalah motivasi ini. Ia harus mampu dan mau memotivasi siswa yang rendah motivasi belajarnya dan meningkatkan motivasi siswa yang sudah mempunyai motivasi belajar. Motivasi belajar yang ada pada diri siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 3. Aktifitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan lain sebagainya. Menurut Sanjaya (2007) aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh karena itu sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa hanya siswa sendiri yang tahu secara pasti. Siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak aktif, sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas mental yang tinggi pula. Menurut Zaini dalam Kasyati (2005) belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru dan menyimpannya di dalam otak. Belajar aktif ini sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar

22

yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan, akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Agar otak dapat memproses informasi dengan baik, maka akan sangat membantu kalau terjadi proses refleksi secara internal. Jika siswa diajak berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajarpun dapat terjadi dengan baik pula. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif (Sudjana, 1996). Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupannya. Oleh karena itu dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam seluruh proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

23

Variabel-variabel keaktifan siswa meliputi keikutsertaan mempersiapkan pelajaran, kegembiraan dalam belajar, kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif (Karyadi, 1993). 4. Jelajah Alam Sekitar Biologi adalah bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Biologi merupakan terminologi yang berasal dari kata yaitu bios, yang berarti hidup dan logos, yang dapat diartikan sebagai ilmu/pengetahuan. Dari pengertian tersebut Biologi mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta. Pengetahuan ini termasuk yang sudah ditemukan sejak jaman dahulu, hingga penemuan pengetahuan yang paling baru. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori, maupun generalisasi yang menjelaskan tentang gejala kehidupan. Pengembangan pembelajaran Biologi adalah bahwa Biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003a). Pembelajaran Biologi yang berkaitan dengan gejala-gejala di alam atau fakta alam haruslah dilakukan suatu pengamatan langsung mengenai gejalagejala tersebut. Dalam aktifitas pembelajaran Biologi tersebut perlu adanya suatu kerja ilmiah yang mencakup proses pengamatan gejala alam, merumuskan hipotesis, melakukan pengujian serta membuat generalisasi.

24

Tanpa mengurangi hakikat pembelajaran Biologi, pembelajarannya dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium serta di luar ruang kelas, yang semuanya dapat diuraikan seperti di bawah ini: a. Pembelajaran Ruang Kelas Pembelajaran ruang kelas adalah pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Kelas: 1) Dalam arti sempit, kelas menurut H. Nawawi (dalam Rustaman, 2002) merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, dimana sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2) Dalam arti luas kelas dapat diartikan sebagai kelompok atau pengelompokan di dalam masyarakat yang masing-masing

mempunyai ciri khas, penentu, jenjang, atau tingkatan. 3) Menurut Hamalik (1986) (dalam Rustaman, 2002) kelas adalah suatu kelompok sosial yang pada hakikatnya suatu unit sosial yang mempunyai tujuan yang sama dan terbentuk secara formal, yang berada di bawah satu pimpinan yaitu guru. 4) Untuk guru Biologi, kelas merupakan sejumlah siswa yang berkumpul bersama mengikuti proses pembelajaran, tetapi tidak harus selalu di dalam suatu ruangan di lokasi sekolah. Untuk proses pembelajaran dapat dilakukan di tempat di luar ruangan kelas seperti pekarangan sekolah, lapangan rumput dekat sekolah, atau kebun sekolah, dan sebagainya.

25

5)

Pembelajaran di ruang kelas dibutuhkan pengelolaan kelas yang dapat diartikan sebagai keterampilan guru untuk memelihara dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang optimal dan

mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam PBM (Rustaman, 2002). b. Pembelajaran Laboratorium Pemahaman bahwa Biologi dapat juga dikatakan sebagai suatu proses investigasi (penelusuran/penyelidikan) banyak diartikan dengan hal-hal yang selalu berhubungan dengan laboratorium beserta perlengkapannya (Saptono, 2003a). Menurut Rustaman (2002) dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dan kegiatan belajar mengajar khususnya Biologi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2002) mengemukakan empat hal yaitu: 1) Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Melalui kegiatan praktikum, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa, ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menentukan pengetahuan melalui eksplorasi terhadap alam. 2) Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan

eksperimen. Dengan kegiatan praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih

kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau canggih,

26

menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan mengintepretasikan eksperimen. 3) Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Metode yang dilakukan antara lain dengan menggunakan metode inkuari, yaitu siswa dituntut untuk untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, mengintepretasikan data perolehan, serta mengkomunikasikannya, melalui laporan yang harus dibuatnya. 4) Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum

memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat

disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. c. Pembelajaran Luar Ruang Pembelajaran luar ruang merupakan strategi dalam pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah, sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Dalam hal ini guru harus jeli dalam memilih topik pelajaran yang cocok jika akan menggunakan strategi ini. Strategi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan strategi ini adalah:

27

1) 2) 3)

Siswa belajar dalam kondisi menyenangkan, tidak membosankan. Strategi ini didasarkan pada learning by doing. Siswa dapat berinteraksi langsung dengan keadaan alam nyata, sehingga seluruh indera yang dimilikinya akan difungsikan.

4)

Siswa dapat melihat atau mengamati secara langsung fenomena alam di sekitar sekolahnya, jadi secara induktif siswa akan mengumpulkan fakta-fakta sehingga selanjutnya siswa akan membangun makna terhadap pengamatannya. Adapun kekurangan strategi ini adalah: a) Pengelolaan siswa yang cukup merepotkan guru. b) Belum tentu setiap sekolahan memiliki lahan yang dijadikan sebagai sumber belajar. c) Membutuhkan manajemen waktu yang ketat dan hal ini tidak mudah dilakukan, karena biasanya jika siswa belajar di luar ruang kelas, untuk kembali ke kelasnya mereka enggan.

Pada topik-topik tertentu dalam Biologi dapat diimplementasikan strategi pembelajaran di luar ruang. Konsep-konsep yang berkaitan dengan ekologi, sistematika tumbuhan, konservasi lingkungan, reproduksi tumbuhan, sumber daya alam dapat disajikan dengan strategi ini (Saptono, 2003a). Dalam pembelajaran luar ruang ini dikembangkan lebih lanjut menjadi pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS). 5. Jelajah Alam Sekitar (JAS) sebagai Pendekatan Pembelajaran Biologi Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembalajaran. Istilah pendekatan merujuk pada suatu proses

28

yang sifatnya masih umum (Sanjaya, 2007). Roy Killen dalam Sanjaya (2007) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiri serta strategi pembelajaran induktif. JAS merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai obyek belajar Biologi yang fenomenanya dipelajari dengan kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono, 2005). Pendekatan JAS mencakup hal-hal yang inovatif dalam penerapannya, yaitu

konstruktivisme, penerapan proses sains, proses inquiri, proses eksploitasi lingkungan alam sekitar, dan penerapan alternative assessment. Pendekatan JAS merupakan pendekatan kodrat manusia dalam upayanya mengenali alam lingkungannya. Pembelajaran melalui JAS memungkinkan siswa mengembangkan potensinya sebagai manusia yang memiliki akal budi. Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan masalahmasalah kehidupan nyata. Dengan demikian, hasil belajar siswa lebih

29

bermakna bagi kehidupannya, sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan integritas dirinya (Ridlo, 2005). Diterapkannya JAS, siswa diajak mengenal obyek, gejala dan

permasalahan, menelaah dan menemukan simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh siswa tidak secara langsung dari guru atau buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan membuat laporan secara komprehensif. Secara langsung siswa melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling siswa atau fenomena alam (Biologi) akan sangat membantu siswa untuk mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan pendekatan JAS dapat mengubah pengetahuan awal siswa yang semula salah ataupun ragu menjadi benar. Pendekatan JAS dikembangkan berdasarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky yang menekankan konstruktivisme kognitif dan sosial. Seseorang akan lebih efektif dalam proses belajar jika kognitifnya secara aktif mengalami rekonstruksi, baik ketika berbenturan dengan suatu fenomena maupun kondisi sosial. Sebagai implikasinya, pembelajaran seharusnya memperhatikan pengembangan hand-on dan mind-on siswa. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan hand-on dan mind-on adalah sebagai berikut:

30

a. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercermin dalam kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran. b. Pembelajaran memungkinkan siswa belajar dalam kelompok. c. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan, performance, maupun tulisan. 6. Strategi pembelajaran dan pengukuran hasil belajar Biologi berbasis JAS Kemp dalam Sanjaya (2007) menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey dalam Sanjaya (2007) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sanjaya, 2007). Strategi pembelajaran merupakan hal penting dalam upaya membelajarkan siswa. Implementasi strategi berbasis pendekatan JAS dalam pembelajaran Biologi dapat dijabarkan sebagai berikut. Siswa diberi kesempatan untuk secara aktif melakukan eksplorasi ke lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dilakukannya eksplorasi, siswa dapat memahami konsep dan menyusun

31

pengetahuannya sendiri, dan berinteraksi sosial dengan lingkungannya. (Slavin, 1995). Kegiatan pembelajaran berbasis JAS meliputi: 1) Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun memanfaatkan media dalam pembelajaran kelas. 2) 3) Selalu ada kegiatan pengamatan, melakukan prediksi dan penjelasan. Ada laporan yang dapat dikomunikasikan, baik secara lisan, tulisan, melalui gambar, foto atau audiovisual. 4) Sasarannya pada dampak perorangan atau kelompok yang

memungkinkan siswa memenuhi rasa keingintahuan dan minatnya. 5) Keterlibatan aktif siswa dalam menjangkau kondisi di luar sekolahnya. Berdasarkan strategi pembelajaran Biologi berbasis JAS di atas, maka pengukuran hasil belajar siswa tidak cukup jika hanya berdasarkan hasil tes paper and pen. Alternative assessment sebagai alternatif penilaian komperehensif yang dapat menggambarkan proses dan hasil belajar siswa diperlukan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa guna melengkapi tes paper and pen. Pelaksanaan tes paper and pen dapat digunakan untuk mengungkap kemampuan kognitif siswa tentang pengetahuan konseptual dan prosedural. Adapun untuk kemampuan prosedural atau kinerja (hand-on) dapat digunakan performance assessment sebagai salah satu alternative assessment (Lim, 1997). Teknik observasi dapat diterapkan pada saat mengakses aktifitas siswa.

32

Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, maka portofolio merupakan alternative assessment yang dapat diimplementasikan. 7. Penerapan Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada JAS Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa merupakan pengembangan dari pandangan yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) selalu diawali dengan terjadinya konflik kognitif (Saptono, 2003b). Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengaturan diri (self regulation) oleh siswa yang sedang belajar. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa (konstruktivisme) melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Terjadinya proses modifikasi struktur kognitif dapat digambarkan sebagai berikut: Hal Baru (hasil interaksi dengan lingkungan (pada saat siswa belajar) SKEMATA Dibandingkan dengan konsepsi awal Tidak cocokKetidakseimbangan

Akomodasi Cocok Keseimbangan Mengerti

Cocok

Belum memahami Perlu alternatif strategi lain

Asimilasi

Bagan 3. Skema Perolehan Pengetahuan Sains

33

Konflik kognitif terbentuk saat terjadi interaksi antara konsepsi awal (pengetahuan awal) yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan fenomena baru yang tidak dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi struktur kognitif (skemata) untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. Perolehan pengetahuan oleh siswa diawali dengan diadobsinya fenomena (pengetahuan) baru hasil interaksi dengan lingkungannya. Kemudian, hal baru tersebut dibandingkan dengan konsepsi awal yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Jika hal baru tersebut sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi asimilasi atau penguatan dalam struktur kognisinya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan adanya ketidak keseimbangan (disequilibrium) dengan struktur kognisinya. Melalui proses akomodasi dalam kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, struktur kognisi siswa dapat memodifikasi menuju keseimbangan (equilibrium), sehingga terjadi proses asimilasi (pembentukan struktur kognisi yang sesuai). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan siswa mengalami jalan buntu (tidak mampu mengetahui yang baru) karena struktur kognisinya tidak mampu berakomodasi secara positif. Hal ini diperlukan kreatifitas guru dalam mengembangkan variasi dalam berbagai strategi agar siswa dapat memahami pengetahuan yang sedang dipelajari.

34

Bertolak dari pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan maknanya dari seorang guru kepada siswanya melainkan siswa sendirilah yang akan membangun pengetahuannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus dilibatkan secara langsung dengan fenomena-fenomena yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan. Dari pandangan ini kemudian muncul gagasan untuk mengembangkannya ke dalam model pembelajaran, termasuk Biologi. Gagasan tersebut antara lain menyebutkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran Biologi hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Mengetahui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya. b. Menekankan pengembangan kemampuan hand-on dan mind-on siswa. c. Menyadari bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual. d. Mengetahui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif. e. Memperhatikan terjadinya interaksi sosial. Melalui penerapan model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk memperoleh pengalaman nyata dan

pengembangan gagasan-gagasannya. Berdasarkan hal tersebut siswa akan terbiasa sekaligus mampu membangun pengetahuannya sendiri secara aktif tentang fenomena-fenimena alam yang ditemuinya dalam kehidupan seharihari.

35

Dalam implementasinya, tahap-tahap pembelajaran yang dikembangkan dalam Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa yang diintegrasikan dengan alternative assessment adalah sebagai berikut:Menggali pengetahuann awal siswa berkaitan Dengan materi yang akan dibahas

Memberikan informasi yang akan dilakukan

konstruktivi sme JAS Cooperative Bioedutain ment

Siswa melakukan eksplorasi secara kelompok

Siswa melaporkan hasil eksplorasi

Penegasan konseptual oleh guru

Tes tertulis Hasil karya/action (penugasan)

Tes/penugasan

Bagan 4. Skema Pembelajaran Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa Tahap pertama dalam pembelajaran, siswa diberi motivasi agar menemukan pengetahuan awalnya tentang konsep/materi yang akan dibahas. Bila diperlukan guru bisa mengajukan pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-harinya tentang relevan dengan konsep/materi yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya terhadap konsep tersebut.

36

Tahap ke dua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok, siswa melakukan kegiatan eksperimen dan berdiskusi. Hasil temuan kelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara keseluruhan tahapan ini akan memenuhi rasa keingin tahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya. Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil pengamatannya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa akan membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang pemahamanya. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang relevan dengan isu-isu dilingkungannya. Alternative assessment diterapkan pada saat siswa melakukan eksplorasi dan laporan hasil eksplorasi, baik secara lisan maupun yang tertulis seperti penyajian data dengan tabel, grafik, skema atau bentuk lainnya. Tes dan penugasan (berupa assesment kerja/action dari lembar penugasan)

dilaksanakan setelah pembelajaran selesai.

37

B. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa minimal mencapai 6,5. 2. Aktifitas siswa SMP Negeri 27 Semarang dengan penerapan pendekatan JAS berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa menunjukkan adanya respon positif (+).

38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP 27 Semarang yang saat penelitian dilakukan sekolah tersebut menerapkan KBK (Kurikulum 2004). Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dengan pendekatan JAS sebagai treatment-nya. Subyek penelitian ditentukan secara sampling. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling karena pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) menghendaki penelitian ini dilaksanakan di 3 kelas yaitu kelas VII C, VII B, dan VII G, hal ini dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu alasan keterbatasan waktu dan kesediaan tenaga pengajar B. Data Penelitian Data-data yang diambil dalam penelitian ini meliputi: 1. Data primer Data primer meliputi data-data hasil belajar dan aktifitas siswa selama pembelajaran. Hasil belajar yang diamati adalah perolehan nilai yang berhubungan dengan nilai tes dan nilai penugasan. Aktifitas yang diamati meliputi aktifitas siswa dalam kelompok dan dalam kelas. Aktifitas siswa dalam kelompok yang diamati meliputi aktifitas kerjasama, mengemukakan pendapat, presentasi kelompok, menarik simpulan. Aktifitas siswa dalam kelas meliputi memperhatikan penjelasan guru, mengemukakan pendapat atau bertanya, mengerjakan tugas yang diberikan guru dan menjawab pertanyaan guru.

39

2. Data sekunder Data sekunder meliputi kinerja/performance guru dalam KBM meliputi langkah-langkah proses pembelajaran yang seharusnya dilakukan guru secara keseluruhan dan potret secara diskripsi tentang kegiatan belajar mengajar C. Rancangan Penelitian Penelitian Quasi Eksperimen ini dilakukan dengan metode pre-test and post-test design. Pelaksanaan penelitian dapat digambarkan seperti alur di bawah ini: Pelaksanaan Pretest Analisis hasil pre-test Persentase Keberhasilan

Analisis hasil post-test

Post-test (nilai tes dan nilai tugas)

Treatment Pembelajaran JAS

Bagan 5. Alur Metode Pre-test and Post-test Design Pelaksanaan pre-test dilakukan sebelum diadakannya proses pembelajaran biologi dalam bentuk soal uraian sesuai dengan materi yang akan diterapkan. Setelah dilakukan pre-test kemudian hasilnya dianalisis berdasarkan pemahaman awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan sehingga dapat diketahui konsep-konsep apa yang belum dimengerti siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan materi yang diajarkan yang lebih menekankan pada konsep-konsep yang belum dimengerti siswa/konsep yang salah berdasarkan hasil analisis pre-test.

40

Post-test dilaksanakan setelah pelaksanaan treatment yang berupa evaluasi dalam bentuk pilihan ganda dan tugas/assesment kerja. Analisis post-test dilakukan setelah pelaksanaan post-test yang berupa nilai hasil tes dan nilai penugasan/assesment kerja. D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Pada tahap awal penelitian dilakukan observasi awal terhadap

pembelajaran Biologi di SMP 27 Semarang dengan teknik pengamatan dan wawancara. 2. Perencanaan Pada tahap perencanaan menyusun perangkat untuk melaksanakan proses pembelajaran yang telah ditentukan. Perangkat tersebut adalah: a. Rencana Pembelajaran (RP). Penyususnan RP dilaksanakan sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar mengenai materi Pengelolaan Lingkungan dengan memperhatikan langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan guru. Bersamaan dengan penyusunan RP tersebut juga dilakukan perencanaan tempat yang akan dijadikan sebagai sumber belajar, media yang mungkin digunakan, serta pembuatan perangkat pelengkap lain seperti apron untuk nama kelompok. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) LKS disusun untuk melengkapi RP. LKS yang disusun mempertimbangkan student centered activities, dengan menetapkan

41

langkah-langkah yang memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep yang dibahas. c. Membuat Lembar Observasi Lembar observasi yang dibuat meliputi aktifitas siswa, lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran dan lembar observasi kinerja siswa (dalam lampiran). d. Membuat Lembar Penilaian (Rubrik) Lembar penilaian/rubrik dibuat berdasarkan lembar observasi yang diperlukan dalam penelitian seperti rubrik untuk aktifitas siswa, rubrik kinerja guru dalam pembelajaran dan rubrik assesment kinerja siswa (dalam lampiran). e. Instrumen Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah soal-soal yang dibuat untuk mengetahui daya tangkap atau pemahaman siswa tentang materi yang telah diberikan. Langkah-langkah penyusunan instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Materi yang diberikan sesuai dengan konsep pengelolaan lingkungan . 2) Menentukan tipe soal untuk menguji kemampuan awal siswa berupa soal obyektif dan atau pilihan ganda.

42

3)

Menyusun kisi-kisi soal beserta pengetahuan yang ingin dicapai antara lain: aspek ingatan (C1), aspek pemahaman (C2), dan aspek aplikasi (C3).

4) f.

Menyusun soal sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan.

Uji coba instrumen Setelah perangkat tes disusun, kemudian dilakukan uji coba: tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah instrument layak digunakan sebagai alat pengambil data atau tidak. Indikatornya adalah dengan menghitung validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reabilitasnya.

g.

Lembar tanggapan siswa Lembar tanggapan yang diberikan siswa untuk mengemukakan tanggapan, kesan maupun saran mengenai proses pembelajaran yang telah diterapkan dalam penelitian.

3. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian dilaksanakan sesuai pembelajaran yang telah direncanakan melalui Rencana Pembelajaran (RP) (dalam lampiran). E. Data dan Cara Pengambilan Data 1. Sumber data Sumber data penelitian eksperimen ini adalah siswa kelas VII SMP 27 Semarang. Data yang diambil ada 2 yaitu data primer antara lain: nilai posttest dan aktifitas siswa, data sekunder yaitu data potret secara diskripsi tentang

43

kegiatan belajar mengajar (penerapan JAS dalam pembelajaran Biologi) dan kinerja guru dalam KBM. 2. Cara pengambilan data a. b. c. d. Data nilai belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa. Data aktifitas siswa diambil menggunakan lembar observasi Data tugas-tugas siswa dari guru setelah kegiatan belajar mengajar Data performance guru diambil dengan menggunakan lembar observasi. e. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya pembelajaran dengan pendekatan JAS secara diskriptif F. Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian Quasi-eksperimen ini berupa instrumen tes dan instrumen non tes. 1. Instrumen tes Instrumen tes digunakan untuk mengetahui data tentang hasil belajar siswa dalam konsep pembelajaran Biologi pada materi Pengelolaan Lingkungan. Instumen tes yang digunakan adalah tes uraian, tes kinerja siswa dan tes obyektif. Tes uraian digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yang diberikan sebelum proses pembelajaran dimulai, yang terdiri dari 16 butir soal isian. tes kinerja berupa assesmet kerja siswa yang dilaksanakan setelah setiap sub-materi pelajaran selesai dilaksanakan. Tes obyektif berupa pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah 30 butir. Pengambilan data melalui tes obyektif ini dilakukan sesudah seluruh proses pembelajaran/seluruh materi dalam Pengelolaan Lingkungan selesai. Alat

44

evaluasi berupa tes obyektif yang terlebih dahulu telah diujicobakan di luar sampel penelitian digunakan dalam penelitian untuk mengetahui validitas tes, reliabilitas soal, taraf kesukaran dan daya pembeda. a. Validitas butir soal Validitas dalam tes ini ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi total dengan skor soal dengan rumus korelasi product moment angka kasar (Arikunto, 2002) yang sebagai berikut:rxy =

(Nx

Nxy (x )(y )2

(x )

2

)(Ny

2

(y )

2

)

Keterangan: rxy N X Y X Y = koefisien korelasi skor item dengan skor total = jumlah peserta = jumlah skor item = jumlah skor total = jumlah kuadrat skor item = jumlah kuadrat skor total

XY = jumlah perkalian skor item dengan skor total

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment. Apabila harga rxy lebih besar daripada harga r tabel maka butir soal tersebut valid. Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2002) yang

dimodifikasi sebagai berikut: 0,81 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi 0,61 sampai dengan 0.80 = validitas tinggi 0,41 sampai dengan 0.60 = validitas cukup 0,21 sampai dengan 0.40 = validitas rendah 0,00 sampai dengan 0,20 = validitas sangat rendah

45

Dari 35 butir soal yang telah diujicobakan sebelum penelitian, maka hasil analisisnya dapat disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba Keterangan Valid No Butir Soal 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16 17,18,19,21,22,24,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35 Tidak Valid 5,13,20,23,25

b.

Taraf kesukaran butir Menurut Arikunto (2002) taraf kesukaran butir soal dihitung dengan cara membangdingkan siswa yang menjawab betul dengan jumlah seluruh siswa peserta tes dengan rumus.

pKeterangan: p B JS

=

b js

= indeks kesukaran = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran menurut Arikunto (2002) yang dimodifikasi sebagai berikut: 0,00 sampai dengan 0,30 = sukar 0,31 sampai dengan 0,70 = sedang 0,71 sampai dengan 1,00 = mudah Dari 35 butir soal yang telah diujicobakan sebelum penelitian, maka hasil analisisnya dapat disajikan pada tabel berikut:

46

Tabel 2. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal Uji Coba Keterangan Sukar Sedang 7,8,12,17,31, No Butir Soal 32,33 20,23,24,25,26,27,28,29 1,2,3,5,9,10,11,13,14,15,16,18,

Mudah 4,5,19,21,22, 30,34,35

c.

Daya pembeda soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2002). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda indeks diskriminasi (D). indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 1,00.D = BA BB = PA PB JA JB

keterangan: D = indeks diskriminasi JA JB = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas menjawab betul BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab betul PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab betul PB = proporsi peserta kelompok bawah menjawab betul

Klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: 0,00 sampai dengan 0,20 0,21 sampai dengan 0,4 0,41 sampai dengan 0,71 0,71 sampai dengan 1,00 = jelek = cukup = baik = baik sekali

47

Dari 35 butir soal yang telah diujicobakan sebelum penelitian, maka hasil analisisnya dapat disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 3. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba Keterangan Baik Sedang No Butir Soal 2,3,4,7,9,18,19,21,22 25,26,27,28,29,32,34 1,5,6,8,10,11,12,13,14, 15,16,17,20,24,30,31,33,35 Jelek 23

d.

Uji reabilitas atau keterhandalan Selain butir-butir soal diuji tingkat validitas, juga perlu diuji tingkat reabilitasnya. Butir yang valid belum tentu reliabel maka butir yang baik harus memiliki kriteria reliabel. Penentu reabilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan dalam langkah kerja sebagai berikut: Setelah perangkat tes diujicobakan, kemudian hasilnya

dimasukkan ke dalam tabel distribusi. Menghitung harga reabilitas dengan rumus sebagai berikut:2 n S pq r11 = 2 n 1 S

Keterangan: R11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan n p q S : Jumlah butir soal : Proporsi siswa yang menjawab benar : Proporsi siswa yang menjawab salah : Simpangan baku

48

Harga r yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika harga r hitung > r tabel product moment maka item soal yang diuji bersifat reliabel. Besarnya koefisien korelasi adalah: 0.81 sampai1.00 0.61 sampai 0.80 0.41 sampai 0.60 0.21 sampai 0.40 0.00 sampai 0.20 : : : : : sangat tinggi tinggi cukup rendah sangat rendah

Berdasarkan hasil ujicoba soal, diketahui bahwa instrumen soal telah reliabel, yang berarti soal tersebut dapat digunakan sebagai soal tes tertulis karena memiliki taraf kepercayaan tinggi. Tabel 4. Hasil Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba

Siswa (N)42

r tabel0,298

r110,927

KriteriaReliabel

Koefisien korelasiSangat tinggi

Dari hasil analisis tingkat kesukaran, daya beda, validitas san reliabilitas soal di atas, maka item yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 5. Nomor Soal yang Digunakan dan Tidak Digunakan (dibuang) Nomor Butir Soal / Kriteria Digunakan Dibuang 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19, 5,13,20,23,25 21,22,24,26,27,28,29,30,31,32,33,4,35

49

2. Instrumen non-test Instrumen non-test yang digunakan untuk mengumpulkan data aktifitas siswa maupun kinerja guru. a. Lembar observasi Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati keaktifan siswa baik secara individu maupun kelompok dan kinerja guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. b. Lembar wawancara Lembar wawancara digunakan sebagai pedoman mendapatkan informasi tentang tanggapan siswa setelah pembelajaran. G. Metode Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Temuan yang berupa angka-angka dianalisis dan diberi makna berdasarkan catatan lapangan sehingga dapat digunakan untuk merumuskan simpulan. 1. Pengolahan data pre-test dilakukan secara diskriptif yaitu memberikan keterangan berdasarkan jumlah siswa yang menjawab betul lengkap, betul tidak lengkap, kurang betul, dan salah. Lembar penilaian post-test dapat ditunjukkan melalui tabel di bawah ini: LEMBAR ANALISIS PRE-TEST Materi pre-test Kelas = ............................................ = ............................................

50

Tabel 6. Lembar Analisis Pre-test No soal (Pre-test) 1 2 3 4 Rerata (%) Betul

Keterangan Jawaban Kurang Salah

Setelah dianalisis dan diketahui jumlah jawaban siswa yang menjawab betul lengkap, betul tidak lengkap, kurang lengkap, dan salah kemudian dijumlah dan dijadikan persentase (%) dengan cara sebagai berikut:

% betul lengkap =

jumlah siswa menjawab betul lengkap jumlah seluruh siswa

% kurang =

jumlah siswa menjawab kurang betul jumlah seluruh siswa

% salah =

jumlah siswa menjawab salah jumlah seluruh siswa

Analisis data post-test dilakukan dengan cara memberikan keterangan berdasarkan jumlah siswa yang menjawab betul atau salah pada setiap nomer soal post-test yang berkaitan dengan soal pre-test, yaitu dengan cara sebagai berikut:

51

LEMBAR ANALISIS POST-TEST

Tabel 7. Lembar Analisis Post-test Hasil Pre-test Kelas MateriBetul Kurang Salah

Hasil Post-testBetul Salah

Keterangan

2. Menentukan batas lulus individual, yaitu apabila telah mencapai nilai 6,5. Hal ini berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang ditetapkan pada mata pelajaran biologi SMP Negeri 27 Semarang. Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individual dengan rumus:NS = b 10 n

Keterangan: NS : Nilai ketuntasan belajar secara individual b n : Jumlah skor jawaban benar setiap siswa : Jumlah seluruh item

3. Menentukan persentase kelulusan siswa secara klasikal dengan rumus:P= ni 100% n

Keterangan: P

= Ketuntasan belajar klasikal

ni = Jumlah siswa yang tuntas secara individual (nilai 6,5) n = Jumlah total siswa

52

Penilaian kualitas hasil belajar dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase kelulusan klasikal dengan parameter sebagai berikut: 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% = Jelek = Kurang = Cukup = Baik

81% - 100% = Sangat baik (Ridlo, 2002) 4. Pengolahan data mengenai aktifitas siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi pada saat dilaksanakan kegiatan belajar mengajar. 5. Pengolahan data pada item performance dengan cara mengubah score dalam bentuk nilai. Penentuan nilai untuk aktifitas siswa dan kinerja guru digunakan skala 11. untuk menentukan nilai hasil konversi, maka langkah yang ditempuh adalah menentukan skor maksimal SMI) pada setiap pertemuan, dan membuat pedoman konversi skala 11. Tabel 8. Tabel Konversi Skala 11 No Tingkat Penguasaan Batas Bawah 1 2 3 4 5 6 95%-100% 85%-94% 75%-84% 65%-74% 55%-64% 45%-545 95% x SMI 85% x SMI 75% x SMI 65% x SMI 55% x SMI 45% x SMI Batas Atas 100% x SMI 94% x SMI 84% x SMI 74% x SMI 64% x SMI 545 x SMI Nilai 10 9 8 7 6 5

53

7 8 9 10 11

35%-44% 25%-34% 15%-24% 5%-14% 0%-4%

35% x SMI 25% x SMI 15% x SMI 5% x SMI 0% x SMI

44% x SMI 34% x SMI 24% x SMI 14% x SMI 4% x SMI

4 3 2 1 0

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah 1. a. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada nilai post-test lebih dari 65. b. Lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai post-test lebih dari 65. 2. Gambaran akivitas positif (+) siswa dalam mendukung pembelajaran biologi (pengelolaan lingkungan) yang telah dilakukan.

54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang berjudul Hasil Belajar dan Aktifitas Siswa dengan Penerapan Jelajah Alam Sekitar Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa Pada Konsep Pengelolaan Lingkungan (Studi Kasus di SMP Negeri 27 Semarang) telah dilaksanakan dari tanggal 11 April sampai dengan 10 Mei 2006 di SMP Negeri 27 Semarang. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dibagi menjadi 5 pertemuan, yaitu Pertemuan I pelaksanaan pre-test, pertemuan II membahas pengaruh penebangan hutan (erosi tanah), pertemuan III membahas tentang pencemaran udara, pertemuan IV membahas tentang pencemaran air dan tanah dan pertemuan V dilaksanakan post test Hasil penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang terdiri dari hasil pre-test, post-test, dan nilai assesment kerja dan hasil observasi aktifitas siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan JAS berbasis analisis pengetahuan awal siswa pada materi pengelolaan lingkungan. Berikut adalah hasil penelitian beserta pembahasannya:A. Hasil Belajar Siswa

Penelitian hasil belajar dan aktifitas siswa dengan penerapan JAS berbasis analisis pengetahuan awal siswa pada materi pengelolaan lingkungan meliputi konsep erosi tanah, pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah. Penelitian pada konsep materi tersebut dilaksanakan selama lima kali pertemuan.

55

Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil analisis pengetahuan awal siswa melalui pre-test yang dilaksanakan sebelum proses pembelajaran dimulai (pertemuan I), hasil evaluasi (post-test) dilaksanakan setelah proses pembelajaran pada materi pengelolaan lingkungan selesai dan nilai hasil unjuk kerja dilakukan setelah proses pembelajaran tiap pertemuan/submateri selesai. Ketuntasan belajar siswa secara individual adalah jika siswa sudah mencapai nilai 6,5 sesuai dengan standar ketuntasan sekolah SMP N 27 Semarang dan secara klasikal lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai post-test lebih dari 65. Hasil penelitian tentang penerapan pendekatan JAS berbasis analisis pengetahuan awal siswa berupa hasil belajar siswa kelas VIIB, VIIC dan VIIG yang meliputi pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Rekap Hasil Belajar Siswa (pre-test dan post-test) pada Pembelajaran Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan JAS Berbasis Analisis Pengetahuan Awal Siswa SMP N 27 Semarang Kelas VIIB, VIIC dan VIIG. Data KelasVIIB VIIC VIIG

Nilai Pre-test (%): Betul Salah Nilai Post-test (%) Betul Salah Nilai rata-rataKetuntasan Klasikal (%) Kualitas Hasil Belajar

8,69 91,31 69,68 30,32 69,2 73,17Baik

18,92 81,08 68,30 31,70 68,2 64,1Baik

20,64 79,36 75,20 24,80 78,2 87,8Sangat baik

56

Pada penelitian ini strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran yang berbasis analisis pengetahuan awal siswa. Strategi pembelajaran yang diungkapkan oleh Kemp dalam Sanjaya (2007) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick dan Carey dalam Sanjaya (2007) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Pada penelitian ini setiap pertemuan tahap-tahap pembelajaran yang dikembangkan dalam Strategi Analisis Pengetahuan Awal Siswa adalah sebagai berikut:Menggali pengetahuann awal siswa berkaitan Dengan materi yang akan dibahas Memberikan informasi yang akan dilakukan

konstruktivisme

Siswa melakukan eksplorasi secara kelompok

JAS

Cooperative Bioedutainment

Siswa melaporkan hasil eksplorasi

Penegasan konseptual oleh guru

Tes tertulis Hasil karya/action (penugasan)

Tes/penugasan

Bagan 6. Alur Tahap-Tahap Pembelajaran

57

Sebelum guru melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam mendukung proses

pembelajaran seperti sarana dan prasarana yang meliputi penyusunan Rencana Pembelajaran mengenai materi pengelolaan lingkungan, media yang akan digunakan, Lembar Kerja Siswa, soal-soal pre-test dan post-test. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru berupa apersepsi yaitu memberikan pertanyaan awal tentang konsep pengelolaan lingkungan yang meliputi erosi, pencemaran udara, air dan tanah. Pertanyaan awal yang berupa soal isian ini dimaksudkan untuk menggali atau mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang konsep pengelolaan lingkungan. Hal ini dapat meyakinkan guru dari mana pembelajaran akan dimulai agar siswa mampu memahami apa yang akan dipelajarinya. Menurut Soekamto (1995) kemampuan awal penting untuk diketahui guru sebelum mulai pengajaran, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai keterampilan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pengajaran dan sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang akan disajikan. Berdasarkan rekap hasil belajar siswa di atas dapat diketahui bahwa pada hasil pre-test di ketiga kelas menunjukkan persentase yang berbeda-beda yaitu pemahaman siswa mengenai pengelolaan lingkungan untuk kelas VIIB sebesar 8,69%, kelas VIIC 18,92%, dan kelas VIIG 20,64%.. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kurang dari 75% materi pada konsep mengenai pengelolaan lingkungan belum diketahui atau dipahami oleh siswa. Hasil pre-

58

test pada kelas VIIG menunjukkan persentase yang lebih besar karena siswa kelas VIIG merupakan satu-satunya kelas unggulan yang dimiliki sehingga kemampuan intelegensinya memang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lain, hal ini dibuktikan juga dengan hasil nilai ulangan pada materi sebelumnya yang selalu lebih tinggi nilai rata-ratanya dibanding kelas lainnya. Kemampuan yang tinggi dapat mendukung siswa dalam proses belajar dan akan mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti yang dikemukakan oleh Dalyono (1996) bahwa seseorang yang mempunyai intelegensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Pengetahuan mengenai pengelolaan lingkungan tersebut mungkin

didapatkannya pada pengalaman-pengelaman siswa sebelumnya baik di tingkat formal (sekolah) maupun di tingkat nonformal (lingkungan). Selain bermanfaat untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan, apersepsi atau pre-test berfungsi juga untuk menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan terhadap stimulus belajar siswa dalam melakukan kegiatan belajar, juga dapat dijadikan sebagai dasar/patokan guru untuk merancang bagaimana proses pembelajaran yang sesuai. Setelah guru memberikan apersepsi, kemudian guru memberikan tujuan pembelajaran serta motivasi untuk mendukung proses belajar yang akan berlangsung. Pada kegiatan inti guru memberikan informasi kegiatan yang akan dilakukan. Informasi kegiatan tersebut berupa kegiatan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari pada petemuan yang bersangkutan. Pada