skripsi agustin yahya m - digilib.uns.ac.id...untuk meningkatkan kedisiplinan di sekolah siswa kelas...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING
UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH
SISWA KELAS VIII SMPN 26 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
AGUSTIN YAHYA MARDIANINGSIH
K3108002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
OKTOBER
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING
UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH
SISWA KELAS VIII SMPN 26 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh:
AGUSTIN YAHYA MARDIANINGSIH
K3108002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
OKTOBER
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
(Jim Rohn)
karena dengan begitu kita menemukan dan belajar membangun
kese
-anak disiplin
untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan, bukan agar anak-anak menjadi loyo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku kepada Allah SWT atas
pembelajaran yang diberikan pada hamba-Mu
ini, kupersembahkan karya ini untuk:
1. Ayah dan Ibu tercinta
Motivator terbesar dalam hidupku yang tak
pernah jemu mendoakan dan menyayangiku,
atas semua pengorbanan dan kesabaran
mengantarku sampai kini. Terima kasih atas
segala kasih sayang dan perjuangan kalian.
2. Adikku Dewi Rahmawati S
Terima kasih telah memberi semangat,
menemani dan mengisi hari-hari kakak dengan
penuh canda tawa dan gejolak hidup. Teruslah
meraih mimpi dan harapanmu untuk mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat.
3. Bapak/Ibu dosen Bimbingan dan Konseling
FKIP UNS, almamater UNS dan teman-teman
BK angkatan 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Agustin Yahya Mardianingsih. BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMPN 26 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok teknik role playing dalam meningkatkan kedisiplinan di sekolah siswa kelas VIII SMPN 26 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 26 Surakarta yang berjumlah 15 orang. Sumber data berasal dari siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi metode dan sumber data. Analisis data menggunakan teknik analisis persentase dan analisis klinis. Prosedur penelitian adalah model Kemmis dan MC Taggart. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bimbingan Kelompok teknik Role Playing, yaitu layanan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu dalam memecahkan permasalahan yang sama dengan memainkan peran dalam naskah secara spontan. Pelaksanaan tindakan dilakukan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui layanan bimbingan kelompok teknik role playing dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah dari pra tindakan ke tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Peningkatan terjadi pada siklus I sebesar 29,69% tetapi belum signifikan karena dibawah indikator keberhasilan yang ditetapkan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada siklus II sebesar 52,76% karena telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 50%. Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik role playing efektif untuk meningkatkan kedisiplinan di sekolah siswa kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: bimbingan kelompok teknik role playing, kedisiplinan siswa di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Agustin Yahya Mardianingsih. BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMPN 26 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta. October 2012.
The purpose of this study was to determine the effectiveness role-playing techniques of group guidance services to improve discipline in school eighth grade students of SMPN 26 Surakarta Academic Year 2011/2012.
This research is a classroom action research (CAR). The experiment was conducted in two cycles, each cycle consisting of planning, action, observation and reflection. Subjects were eighth grade students of SMP Negeri 26 Surakarta which totaled 15 people. Data sources are from students. Techniques of data collection using questionnaires and observation. The validity of data using triangulation techniques methods and data sources. Analysis of data using analytical techniques percentage and clinical analysis. The procedure is a model study Kemmis and Taggart MC. Measures used in this study is the Guidance Role Playing group, is the group guidance services to individuals in solving problems similar to the specified role spontaneously. Implementation of actions performed in the first cycle and second cycle.
The results showed that through role playing technical of group guidance services to improve student discipline in the school from pre-action to action cycle I and cycle II action. The increase occurred in the first cycle of 29.69% but not significant as defined under the indicators of success. Significant increases occurred in the second cycle of 52.76% has been achieved for a set of indicators of success is 50%.
Based on the findings of this study concluded that the role playing techniques of group guidance services effectively to improve discipline in school eighth grade students of SMPN 26 Surakarta Academic Year 2011/2012.
Keywords: role playing techniques of group guidance, student discipline in
school
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi ilmu dan kemuliaan, shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Atas limpahan berkat, rahmat, taufik, dan hidayah- BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII SMPN 26
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari dorongan, bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin dalam menyusun skripsi.
2. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi.
3. Ibu Drs. Siti Mardiyati, M.Si., selaku Ketua Program Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan dan penulisan
skripsi.
4. Ibu Dra. Chadidjah, H.A., M.Pd., selaku dosen Pembimbing I, yang selalu
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan dan penulisan
skripsi.
5. Ibu Dra. Sri Wiyanti H., M.Si., selaku dosen Pembimbing II, yang selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan dan penulisan
skripsi.
6. Bapak Drs. Sutrisno, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Surakarta
yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Ibu Dra. Wahyuningrum, selaku guru BK SMP Negeri 26 Surakarta yang
telah membantu penulis selama melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling di sekolah utamanya untuk mendisiplinkan siswa di sekolah. Aamiin ya Rabbal alaamiin.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................v
HALAMAN MOTTO .........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vii
HALAMAN ABSTRAK .....................................................................................viii
HALAMAN ABSTRACT ..................................................................................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................7
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ...................................................................................9
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..........................................................30
C. Kerangka Berpikir .............................................................................32
D. Hipotesis Tindakan............................................................................34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................35
B. Subjek Penelitian ...............................................................................36
C. Data dan Sumber Data ......................................................................37
D. Pengumpulan Data ............................................................................37
E. Uji Validitas Data ..............................................................................39
F. Analisis Data .....................................................................................39
G. Indikator Kinerja Penelitian ..............................................................41
H. Prosedur Penelitian............................................................................42
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan .....................................................................46
B. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I dan Siklus II ...............................50
C. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II ...................71
D. Pembahasan .......................................................................................73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................76
B. Implikasi ..................................................................................................76
C. Saran ........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................79
LAMPIRAN ........................................................................................................82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Kerangka Berpikir .........................................................................................33
2. Model Penelitian Tindakan Kelas .................................................................42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian .......................................................36
2. Analisis Hasil Angket 83 Siswa ....................................................................46
3. Data Skor Awal Pra Tindakan Hasil Angket dan Observasi ........................47
4. Skor Pra Tindakan Skala 100 ........................................................................48
5. Skor Angket Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus I .............................51
6. Skor Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus I .........................52
7. Skor Rata-rata Angket dan Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan
Siklus I ..........................................................................................................53
8. Prosentase Perubahan Perilaku Masing-masing Subjek Pada Siklus I .........54
9. Skor Angket Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus II ............................62
10. Skor Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus II ........................63
11. Skor Rata-rata Angket dan Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan
Siklus II .........................................................................................................64
12. Prosentase Perubahan Perilaku Masing-masing Subjek Pada Siklus II ........65
13. Deskripsi Perkembangan Setiap Subjek Pada Pra Tindakan, Siklus I dan
Siklus II .........................................................................................................70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Grafik Peningkatan Skor Setiap Subjek Pra Tindakan, Siklus I dan
Siklus II ........................................................................................................71
2. Diagram Peningkatan Skor Rata-rata Pra Tindakan, Siklus I, dan
Siklus II ........................................................................................................72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ....................................................82
2. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ..................83
3. Surat Pemberian Ijin Penelitian dari Dinas Dikpora Kota Surakarta ............84
4. Surat Permohonan Kepada Kepala Sekolah untuk Izin Penelitian ..............85
5. Kisi-kisi Angket Kedisiplinan Siswa di Sekolah ..........................................86
6. Pedoman observasi Kedisiplinan Siswa di Sekolah ......................................87
7. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Siklus I .....................................88
8. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Siklus II ...................................91
9. Naskah Bimbingan Kelompok Role Playing ................................................93
10. Tabulasi Hasil Angket Pra Tindakan ............................................................96
11. Tabulasi Hasil Observasi Pra Tindakan ........................................................97
12. Tabulasi Hasil Angket Siklus I .....................................................................98
13. Tabulasi Hasil Observasi Siklus I .................................................................99
14. Tabulasi Hasil Angket Siklus II ....................................................................100
15. Tabulasi Hasil Observasi Siklus II ................................................................101
16. Daftar Presensi Siklus I .................................................................................102
17. Daftar Presensi Siklus II................................................................................103
18. Foto Dokumentasi .........................................................................................104
19. Surat Keterangan Selesai Mengadakan Penelitian ........................................107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia selalu mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan secara kontinyu baik fisik maupun psikis. Proses perkembangan dan pertumbuhan tersebut berjalan selaras dengan kematangan fungsi fisik dan psikis untuk mencapai perkembangan yang optimal. Pertumbuhan dan perkembangan manusia di awali dari periode dalam kandungan menuju masa dewasa. Periodesasi pertumbuhan dan perkembangan manusia dibagi menjadi lima yaitu periode dalam masa kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Mappiare (dalam Mohammad Ali, dkk, 2006: 9) mengemukakan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 22 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa masa remaja bertepatan dengan masa usia sekolah menengah, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Usia anak SMP merupakan masa remaja awal yaitu berkisar antara 12 tahun sampai dengan 15 tahun. Pada usia tersebut banyak terjadi perubahan dalam perkembangan dirinya baik perkembangan fisik maupun psikis. Siswa SMP tergolong masa ramaja awal yang secara psikologis belum memperoleh kestabilan emosi sehingga mudah terpengaruh oleh sesuatu yang berasal di luar dirinya. Lustin Pikunas (dalam Syamsu Yusuf LN., 2002 : 184) memandang periode remaja sebagai masa Strom and Stress, yaitu konflik dan krisis penyesuaian serta perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa. Hal tersebut yang membuat perilaku remaja menjadi tak terkendali yakni mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif diluar dirinya sehingga yang dilakukannya sering di luar batas kewajaran. Perilaku remaja sangat labil yaitu mudah berubah-ubah, kadang kelihatan bertanggung jawab dan kadang kelihatan masa bodoh. Apabila dalam masa badai dan topan remaja tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, maka remaja akan mengalamai masalah yang merugikan diri sendiri di masa mendatang. Remaja akan berperilaku tidak terkontrol yang akan menjerumuskan mereka pada kenakalan remaja. Oleh karena itu remaja membutuhkan pendidikan dan bimbingan dalam mengarahkan perilakunya. Lingkungan sekolah berperan penting dalam mendidik dan mengembangkan siswa untuk dapat berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sebagai lembaga pendidikan merupakan suatu tempat pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada diri siswa.
Undang-Undang Pendidikan No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Potensi yang ada pada diri siswa dikembangkan secara berkelanjutan melalui proses pembelajaran agar siswa dapat secara mandiri mengembangkan kecakapan dan kreatifitas yang dimiliki. Proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Peraturan yang berlaku di sekolah mempunyai nilai mendidik, nilai motivasi dan bukan untuk menghakimi siswa (Hari Santoso, 2011). Peraturan di sekolah merupakan suatu sarana yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara terus-menerus untuk mewujudkan kedisiplinan. Siswa di didik menggunakan peraturan agar membentuk perilaku yang disiplin. Adanya peraturan sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk mentaati peraturan dan tidak mencoba untuk melanggar. Mentaati peraturan berdasarkan dorongan dalam diri, akan membentuk kesadaran siswa untuk berperilaku disiplin di sekolah dan bukan merupakan suatu keterpaksaan. Peraturan yang dimaksud di sekolah adalah tata tertib siswa. Tata tertib tersebut harus dipatuhi siswa selama berada di sekolah. Siswa yang dapat melaksanakan tata tertib dengan benar akan merasa terarah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dan terhindar dari perasaan terpaksa. Peraturan tata tertib siswa di sekolah merupakan ketentuan yang berupaya mengatur perilaku dan sikap siswa agar disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah, patuh dan taat terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah (Tapa, 2009: 55). Tata tertib di sekolah dibuat bukan untuk dilanggar, melainkan untuk dilaksanakan agar siswa berperilaku dan bersikap disiplin. Tata tertib di sekolah mendorong siswa untuk disiplin dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Hari Santoso (2011) menjelaskan bahwa perilaku disiplin diharapkan dapat membentuk karakter siswa di sekolah yang ditunjukkan pada perilaku positif. Peraturan tata tertib sekolah dibuat untuk mendidik siswa agar disiplin dan dapat melaksanakan tugas-tugas di sekolah dengan penuh tanggung jawab. Penerapan sikap disiplin di sekolah akan bermanfaat bagi pengembangan karakter siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan di sekolah penting untuk dilaksanakan yang bertujuan untuk membangun karakter siswa menjadi manusia yang berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Gufron (2004: 2) menjelaskan bahwa seseorang yang tergolong sebagai manusia berkualitas sumber daya tinggi akan menunjukkan perilaku disiplin, kreatif dan etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa siswa akan lebih berhasil dalam kegiatan belajarnya apabila menerapkan kedisiplinan dan mengembangkan kreativitasnya dalam kegiatan di sekolah. Sejak awal siswa perlu di didik untuk selalu bersikap disiplin di sekolah, sehingga siswa akan terbiasa untuk bertanggung jawab dalam mentaati peraturan sekolah. Muss (dalam Sarlito, 2004: 27) memaparkan bahwa anak adalah manusia kecil yang perlu di didik dengan disiplin untuk mencegah berkembangnya perilaku negatif. Pendidikan tentang kedisiplinan sangat penting dalam perkembangan siswa, karena dapat menanamkan sikap bertanggung jawab, mandiri dan berperilaku positif dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di sekolah. Penerapan kedisiplinan di sekolah akan membuat siswa berperilaku dan bersikap patuh dan taat kepada peraturan sekolah, tidak ada lagi siswa yang terlambat, membolos, membuat kerusuhan, dan terlambat dalam melaksanakan tugas. Tujuan dari kedisiplinan siswa di sekolah untuk mengembangkan dan mengarahkan diri siswa agar terlatih dan terkontrol dalam bertingkah laku yang pantas (Titik Rumsari, dkk, 2009: 35). Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan dari sekolah tidak hanya mencerdaskan siswa dalam bidang akademik saja, tetapi juga dalam mengembangkan diri siswa untuk bersikap dan berperilaku yang pantas sehingga siswa terarahkan pada penanaman dan pemahaman terhadap pola kehidupan yang disiplin. Dewasa ini kedisiplinan di sekolah belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Masih terdapat pelanggaran-pelanggaran peraturan tata tertib sekolah yang dilakukan karena siswa kurang disiplin. Permasalahan mengenai kedisiplinan siswa di sekolah yang akhir-akhir ini sering terjadi sangat merugikan bagi siswa itu sendiri dan pihak sekolah. Apabila hal tersebut masih saja terjadi, maka situasi dan kondisi proses belajar siswa tidak akan berjalan dengan nyaman dan tenang. Siswa akan merasa tidak nyaman di sekolah bahkan kehilangan arah dalam berperilaku. Fenomena tersebut dapat ditemukan di berbagai lingkungan sekolah, banyak terdapat siswa yang belum bisa menerapkan kedisiplinan. Pernyataan tersebut di dukung oleh suatu kenyataan yang ada di SMP Negeri 26 Surakarta. Berdasarkan wawancara dengan guru BK dan guru mata pelajaran serta observasi di SMP Negeri 26 Surakarta, masih terdapat siswa di sekolah tersebut yang kenyataannya kurang bisa menerapkan sikap dan perilaku disiplin di lingkungan sekolah tersebut. Hal tersebut dapat diketahui dari siswa-siswa yang terlambat datang ke sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, keluar pada saat pelajaran berlangsung, mengobrol dengan teman pada saat jam pelajaran berlangsung, dan tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Permasalahan tersebut apabila dibiarkan, maka akan menjadi permasalahan umum yang dilakukan oleh banyak siswa, sehingga proses belajar mengajar di sekolah jauh dari keberhasilan yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan penanganan dalam upaya membantu siswa agar dapat meningkatkan kedisiplinan di sekolah. Penanganan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan pemberian layanan Bimbingan Konseling melalui pendekatan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Bimbingan kelompok merupakan bantuan kepada individu yang dilaksanakan secara kelompok dengan membahas masalah-masalah pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan (Achmad, 2010: 23). Pelaksanaan bimbingan kelompok dilakukan secara bersamaan dalam satu kelompok dengan membahas topik permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan siswa, baik permasalahan yang berhubungan dengan diri siswa, lingkungan sosial, belajar dan karir. Bimbingan kelompok bertujuan untuk memberi informasi dan masukan kepada anggota kelompok agar dapat mempermudah pengambilan keputusan dalam berperilaku (Mungin, 2005: 17). Melalui bimbingan kelompok, siswa akan saling mengungkapkan permasalahan yang terjadi pada dirinya dan siswa berusaha untuk saling memberikan tanggapan mengenai jalan keluar yang terbaik dalam pemecahan masalahnya. Permasalahan yang diangkat dalam bimbingan kelompok diharapkan permasalahan yang relatif sama dengan penyebab yang berbeda-beda, sehingga siswa akan mendapat lebih banyak masukan dari anggota kelompok yang lain. Pelaksanaan bimbingan kelompok tidak terlepas dari terciptanya dinamika kelompok. Pelaksanaan bimbingan kelompok diharapkan menggunakan dinamika kelompok yang merupakan metode dan proses dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama kelompok (Sitti Hartinah, 2009: 26). Terwujudnya dinamika kelompok sangat membantu dalam proses pelaksanaan bimbingan kelompok itu sendiri, karena dengan dinamika kelompok akan tercipta suasana kelompok yang nyaman dan saling menghargai. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui teknik sosiodrama, psikodrama, informasi, diskusi dan role playing. Role playing merupakan permainan gerak yang terdapat suatu tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, dalam Mudairin, 2003: 2). Melalui bermain peran (role playing), siswa memainkan peran dengan menirukan gerakan dan mengembangkan peran tersebut sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Bimbingan kelompok dengan teknik role playing adalah salah satu cara untuk melatih siswa dalam meningkatkan kedisiplinan di sekolah. Peningkatan kedisiplinan di sekolah melalui role playing memberikan pembelajaran sekaligus praktek secara langsung pada siswa untuk menerapkan kedisiplinan. Aturan-aturan dalam pelaksanaan role playing merupakan sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
awal dalam mendidik siswa untuk melatih kedisiplinan dengan mematuhi dan mengikuti alur permainan sesuai dengan tujuan permainan yang akan dicapai. Naskah atau tema yang diangkat dalam cerita role playing mengenai kedisiplinan di sekolah mengajak siswa untuk berperan aktif dalam memerankan tokoh yang mempunyai masalah kedisiplinan di sekolah kemudian mencoba untuk keluar dari permasalahan tersebut dengan menerapkan kedisiplinan di sekolah. Hasan (dalam Aina Mulyana, 2012) menjelaskan bahwa role playing bertujuan agar siswa mampu menghayati peran yang dikehendaki, karena keberhasilan siswa dalam menghayati peran tersebut akan diperoleh pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai yang berkembang. Hal tersebut mengarahkan agar siswa mencoba mengeksplorasi peran yang dimainkan dengan cara menguasai peran tersebut, sehingga siswa dapat memahami perasaan, sikap, nilai, dan berdiskusi mengenai berbagai strategi pemecahan masalah. Melalui role playing siswa dapat menghayati permasalahan mengenai rendahnya kedisiplinan di sekolah yang sedang dihadapi. Disamping itu siswa akan menentukan strategi pemecahan masalah sesuai dengan arahan dan saran dari kelompok untuk memperbaiki dan meningkatkan kedisiplinan di sekolah agar tercipta lingkungan yang aman dan kondusif dalam mencapai prestasi di sekolah. Berdasarkan arahan tersebut siswa dapat menentukan langkah-langkah untuk mendisiplinkan diri dan bertanggung jawab terhadap perilakunya di lingkungan sekolah. Berkenaan dengan hal di atas, dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa
Teknik Role playing Untuk Meningkatkan Kedisiplinan di Sekolah Siswa Kelas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah Bimbingan Kelompok Teknik Role playing Efektif Untuk Meningkatkan Kedisiplinan di Sekolah Siswa Kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan bimbingan kelompok teknik role playing dalam meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kedisiplinan di sekolah siswa kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang kedisiplinan siswa di sekolah ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai referensi bagi Kepala Sekolah tentang pentingnya bimbingan
kelompok teknik role playing dalam bidang bimbingan dan konseling,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perkembangan diri
siswa.
b. Memberi informasi kepada guru BK tentang pentingnya layanan
bimbingan kelompok dengan teknik role playing dalam membantu
meningkatkan kedisiplinan siswa.
2. Manfaat praktis
a. Memberi masukan kepada guru dan guru BK tentang cara
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah melalui bimbingan
kelompok teknik role playing.
b. Memberi masukan kepada guru BK tentang cara pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok dengan teknik role playing.
c. Memberi masukan kepada guru dan guru BK untuk memberikan
perhatian pada siswa yang suka berperilaku tidak disiplin dengan
membimbing dan mengarahkan siswa melalui layanan bimbingan
kelompok teknik role playing agar dapat menerapkan kedisiplinan di
sekolah.
d. Memberi motivasi kepada siswa untuk menerapkan perilaku disiplin di
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kedisiplinan Siswa di Sekolah
a. Pengertian Kedisiplinan Siswa di Sekolah
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk saling berinteraksi dengan
sesama melalui segala perilaku yang dapat memudahkan untuk melakukan
kegiatan di setiap kehidupan. Di sekolah, individu berinteraksi dengan yang
lain kaitannya dengan pembelajaran perlu mempelajari peraturan yang ada,
agar masing-masing dapat menyesuaikan diri dalam bentuk disiplin sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Suatu peraturan atau tata tertib dibuat, agar
individu dapat memahami peraturan tersebut dan membuat individu bersikap
disiplin. Disiplin merupakan kata dasar dari kedisiplinan yang berasal dari
kata disciple yang artinya mengajar atau melatih. Khalsa (2008: xix)
menjelaskan bahwa kedisiplinan merupakan bagian dari proses berkelanjutan
pendidikan atau pengajaran dengan membantu individu mengubah
perilakunya. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa penanaman sikap disiplin
melalui pendidikan akan mempermudah individu dalam mengembangkan
perilaku positif.
Kedisiplinan mencakup setiap pengajaran, bimbingan atau dorongan yang
dilakukan dengan tujuan untuk membantu individu belajar hidup sebagai
makhluk sosial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
(Titik Rumsari, dkk, 2009: 35). Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa
pengajaran yang diberikan mengandung unsur disiplin agar individu dapat
mengembangkan diri kearah yang lebih baik guna mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, baik melalui kedisiplinan
akademik maupun sosial. F.W. Foerster (dalam Doni Koesoema A., 2007:
233) menjelaskan bahwa kedisiplinan merupakan keseluruhan ukuran bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral sehingga proses
pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa tindakan yang memiliki nilai positif dalam kedisiplinan siswa di
sekolah dapat mewujudkan tatanan sekolah yang aman dan nyaman.
Disiplin merupakan bagian dari proses belajar dan mendidik, disiplin harus
ditegakkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pendidikan
(Artikinson, dalam Chemhuru, 2010: 177). Penjelasan tersebut dapat
dipaparkan bahwa disiplin adalah bagian penting dalam sistem pendidikan
untuk mengajari dan mendidik individu untuk berperilaku sesuai dengan
lingkungan yang berlaku. Beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa
kedisiplinan adalah sikap individu terhadap peraturan yang berlaku dengan
menunjukkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan moral.
Peraturan tersebut berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan perilaku
individu dalam lingkungan sosial, sehingga dengan adanya sikap disiplin
dalam hidup akan tercipta keteraturan dan keserasian hidup. Bagi siswa di
sekolah diperlukan kedisiplinan untuk mengatur perilaku dalam mencapai
keberhasilan belajarnya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mendidik individu
untuk membentuk pribadi yang unggul dan melatih sikap sosial dalam
berinteraksi dengan siswa lain. Pendidikan yang diperoleh di lingkungan
sekolah berpengaruh terhadap individu dalam meniti masa depan yang
diharapkan sesuai dengan kemampuannya. Lingkungan sekolah merupakan
lingkungan pendidikan yang mendidik, mengajar dan membimbing individu
dalam proses mengembangkan segala potensi yang dimiliki secara optimal.
Individu yang mengenyam pendidikan di lingkungan sekolah, biasa disebut
dengan siswa. Ahmad Fadoli (2011) menjelaskan bahwa siswa adalah peserta
didik yang menempuh jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan
pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa siswa merupakan bagian dari peserta
didik yang melakukan kegiatan belajar pada jenjang pendidikan. Hal tersebut
diperkuat oleh Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
Ayat 4 yang berbunyi peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Siswa yang menempuh pendidikan pada jenjang tertentu merupakan
individu yang sedang belajar untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki melalui pembelajaran di sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah
tidak terlepas dari berbagai peraturan yang bertujuan membantu, mengatasi
dan mencegah timbulnya berbagai problema yang terjadi pada diri siswa
dalam pencapaian hasil belajarnya. Oleh karena itu siswa diharapkan
mematuhi segala peraturan yang berlaku di sekolah, sehingga tercipta
kedisiplinan untuk melakukan pembelajaran dengan lancar. Penerapan sikap
disiplin kepada siswa dapat membantu siswa dalam mengontrol dan menata
perilaku dirinya ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma yang berlaku,
sehingga tercapai perilaku yang sopan dan disiplin. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat diketahui bahwa siswa merupakan individu yang
menempuh pendidikan melalui proses kegiatan belajar di sekolah pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sehubungan dengan konsep
kedisiplinan, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa adalah sikap
siswa terhadap peraturan yang berlaku dengan menunjukkan perilaku-
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma dalam menempuh
pendidikan melalui proses kegiatan belajar di sekolah.
b. Tujuan dan Fungsi Kedisiplinan Siswa di Sekolah
Kedisiplinan merupakan elemen yang penting di sekolah, secara umum
tujuan kedisiplinan di sekolah adalah untuk mengembangkan kontrol diri
dalam berperilaku, sehingga dapat membentuk dan mengembangkan karakter
atau kepribadian yang baik dengan cara mentaati peraturan dan norma-norma
yang berlaku di lingkungan sekolah dan masyarakat. Khalsa (2008: XX)
menjelaskaan bahwa tujuan kedisiplinan adalah membantu individu dalam
mengembangkan tanggung jawab dan kendali diri yang terinternalisasi melalui
teknik komunikasi alternatif. Penjelasan lebih lanjut bahwa kedisiplinan
bertujuan untuk mengembangkan diri individu agar mampu bertanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
jawab atas perilakunya dalam lingkungan sosial sekolah. Imthiehan (2010)
menjelaskan tujuan disiplin adalah untuk membuat individu terlatih dan
terkontrol dengan mengajarkan bentuk-bentuk perilaku yang terarah agar
terbentuk kematangan dalam perilakunya. Pendapat tersebut dapat dipaparkan
bahwa individu akan lebih teratur dan terarah dalam perilakunya di
lingkungan sekolah apabila menerapkan sikap disiplin.
Tujuan kedisiplinan dalam pendidikan bukanlah keteraturan luar atau
keteraturan sosial, melainkan sebuah keteraturan dari dalam, yaitu sebuah
proses penyempurnaan diri manusia sebagai subjek moral yang bertindak
(Doni Koesoema, 2007: 238). Penjelasan tersebut menyatakan bahwa individu
merupakan subjek moral dalam segala tindakan yang dilakukan dalam diri
pribadinya untuk bersikap disiplin dan dapat menerima peraturan yang berlaku
di lingkungannya. Imaguezor (dalam Edward Nakpodia, 2010: 145)
menjelaskan tujuan disiplin adalah membantu individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan baik, bahagia dan berguna di lingkungan
sekitarnya. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa penerapan kedisiplinan
dalam diri individu dapat membantu untuk bersosialisasi sesuai dengan
tuntutan lingkungan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik dan
mencapai kebahagiaan hidup seperti yang diharapkan.
Tujuan disiplin sekolah adalah mendorong siswa untuk melakukan
tindakan yang baik dan benar agar tercipta perilaku yang terarah, sehingga
dapat membantu dalam memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan di sekolah (Maman Rachman, dalam Cecep, 2008). Paparan
tersebut dapat dijelaskan bahwa kedisiplinan siswa mempunyai peranan yang
penting dalam membentuk perilaku siswa menjadi terarah, sehingga mudah
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan terbiasa untuk selalu
menerapkan kebiasaan disiplin yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungan.
Sikap disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan
kedisiplinan akan membuat segala sesuatu menjadi tertib dan teratur. Selain
itu kedisiplinan juga akan membuat seseorang terhindar dari sanksi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
hukuman. Hurlock (1990: 97) menjelaskan fungsi kedisiplinan adalah sebagai
berikut : 1) Mengajarkan individu bahwa perilaku tidak disiplin akan diikuti
hukuman dan perilaku disiplin akan diikuti pujian. 2) Mengajarkan individu
suatu tingkat penyesuaian yang wajar. 3) Membantu individu
mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri. Penjelasan lebih
lanjut mengenai fungsi kedisiplinan akan dijelaskan dalam uraian sebagai
berikut:
1) Mengajarkan individu bahwa perilaku tidak disiplin akan diikuti hukuman
dan perilaku disiplin akan diikuti pujian.
Perilaku yang diikuti hukuman atau sanksi adalah perilaku yang
melanggar peraturan, perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di lingkungan sekolah. Misalnya membolos, tidur pada saat
pelajaran, tidak mengumpulkan tugas dan mencontek. Apabila individu
melakukan tindakan tersebut, maka mereka harus siap untuk menerima
hukuman yang berlaku di sekolahnya. Berbeda dengan perilaku individu
yang disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah dan tidak membuat suatu
kerugian bagi dirinya maupun lingkungannya, maka mereka akan
mendapatkan pujian dan terbebas dari hukuman. Misalnya tidak terlambat
datang ke sekolah, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan mengenakan
pakaian sesuai dengan peraturan sekolah.
2) Mengajarkan individu suatu tingkat penyesuaian yang wajar.
Penerapan kedisiplinan sejak dini sangat membantu tumbuh kembang
individu, karena dengan menerapkan kedisiplinan sejak kecil akan
membentuk kepribadian individu yang baik dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di sekitarnya. Individu akan mudah untuk
menyesuaikan diri secara wajar terhadap lingkungan dengan mematuhi
peraturan dan norma yang berlaku. Pada saat individu memasuki jenjang
pendidikan, maka akan berinteraksi dan berperilaku sesuai dengan
peraturan yang ada di sekolah tersebut. individu yang sudah terbiasa
berperilaku disiplin, maka akan dengan mudah untuk bergaul dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekolah, sehingga akan
memudahkan dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.
3) Membantu individu mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan
diri.
Penanaman sikap disiplin dalam kehidupan individu akan senantiasa
mengembangkan kemampuan dalam mengendalikan diri dan mengarahkan
diri pada pergaulan di sekitarnya. Pengendalian diri merupakan suatu
kemampuan dalam diri untuk menangani keinginan yang terdapat dalam
diri individu agar tercipta keselarasan hidup yang terarah. Pengendalian
diri akan membuat individu lebih berhati-hati dalam bertindak, karena
tindakan yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan mengenai tujuan
dan fungsi dari kedisiplinan siswa di sekolah adalah membantu siswa
mengembangkan perilaku disiplin, sehingga dapat menyesuaikan diri dalam
mematuhi peraturan di lingkungan sekolah supaya tercipta keteraturan hidup
yang nyaman dan terarah.
c. Unsur-unsur dan Aspek Kedisiplinan Siswa di Sekolah
Kedisiplinan diharapkan mampu mengubah perilaku individu dalam
menciptakan suatu keselarasan dengan peraturan dan norma yang berlaku di
sekolah. Kedisiplinan memiliki unsur-unsur supaya tercipta kehidupan yang
teratur, Soegeng Prijodarminto (2004: 24) menyebutkan unsur-unsur
kedisiplinan terdiri dari sikap dan nilai budaya. Penjelasan lebih lanjut
mengenai unsur kedisiplinan adalah unsur sikap yang berhubungan dengan
kehidupan individu berupa pemikiran dalam mereaksi situasi dan kondisi di
lingkungan sekitar. Nilai budaya merupakan suatu sistem budaya yang
mempunyai nilai dalam kehidupan masyarakat untuk menuntun individu
dalam berperilaku sesuai dengan pedoman yang ada dalam budaya tersebut.
Penegakan kedisiplinan kepada individu mempertimbangkan beberapa
unsur, Hurlock (1990: 84) mengemukakan unsur-unsur pokok dalam
kedisiplinan, yaitu peraturan, konsistensi, hukuman, dan penghargaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa unsur-unsur dalam
kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1) Peraturan
Peraturan merupakan tatanan ketertiban yang ditetapkan disuatu tempat
supaya individu tidak berperilaku yang melanggar peraturan. Peraturan
mempunyai nilai pendidikan dalam membentuk pola perilaku individu dari
yang belum terarah menjadi terarah. Peraturan tersebut dibuat sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai agar dapat diterima di lingkungan
masyarakat.
2) Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu tingkat keseragaman dan tidak ada
perubahan yang dilakukan secara berulang-ulang. Suatu peraturan dibuat
sekali untuk selamanya, untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang
berubah. Konsistensi harus ada dalam kedisiplinan, karena dengan adanya
konsistensi maka kedisiplinan akan terus ditegakkan, sehingga
pelanggaran yang dilakukan akan berkurang.
3) Hukuman
Hukuman atau sanksi merupakan suatu balasan atas tindakan atau
kesalahan yang dilakukan karena melanggar peraturan yang berlaku.
Hukuman akan memberikan rasa jera kepada individu karena dengan
adanya hukuman individu tidak akan mencoba untuk melanggar suatu
peraturan yang telah dibuat. Hukuman sangat penting dalam penerapan
kedisiplinan di sekolah, yaitu untuk menghindari pengulangan tindakan
pelanggaran yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah.
4) Penghargaan
Perilaku yang baik pantas mendapatkan penghargaan berupa pujian agar
dapat terus mempertahankan dan memotivasi individu terhadap perilaku
yang telah diperbuatnya. Penghargaan yang diterima individu tidak selalu
berupa materi, tetapi penghargaan yang diberikan dapat berupa ucapan
terima kasih, pujian, perlakuan yang istimewa dan penerimaan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa dalam penerapan
kedisiplinan terdapat beberapa unsur-unsur yang penting antara lain adalah
unsur sikap, nilai budaya, peraturan, konsistensi, hukuman, dan penghargaan
yang berlaku kepada setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
tempat dia berada.
Sikap dan perilaku disiplin dapat tercipta karena proses pembinaan dan
pembimbingan dari lingkungan. Aspek-aspek kedisiplinan sangat penting
dalam membentuk pola perilaku disiplin pada individu. Soegeng
Prijodarminto (2004 : 23) mengemukakan disiplin mempunyai tiga aspek,
yaitu sikap mental, pemahaman,dan sikap kelakuan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan mengenai aspek-aspek
kedisiplinan yaitu sikap mental dalam menegakkan disiplin merupakan sikap
taat dan tertib yang merupakan hasil atau pengembangan, pengendalian
pikiran dan watak untuk membiasakan disiplin diri. Pemahaman yaitu
memahami dengan baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria dan
standar sehingga menumbuhkan kesadaran untuk disiplin yang merupakan
syarat mutlak untuk mencapai kesuksesan. Sikap kelakuan merupakan
pandangan terhadap peraturan secara wajar yang menunjukkan kesungguhan
untuk mentaati dan mematuhi peraturan.
d. Cara-cara Menanamkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah Kedisiplinan berperan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian
individu, oleh karena itu membiasakan individu untuk berdisiplin sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Cara menerapkan disiplin
pada individu sangat bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan
masing-masing individu dan dengan memprioritaskan sikap positif dan tegas
dalam peraturan (Sylvia Rimm, 2003: 48). Lebih lanjut dapat dijelaskan
bahwa dalam mendisiplinkan individu perlu di sesuaikan dengan tahap
perkembangan agar penerapan disiplin tersebut tidak membebani dan
memberatkan. Selain itu juga diperlukan adanya sikap positif dan ketegasan
dalam menerapkan disiplin, agar individu tidak salah dalam memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pentingnya kedisiplinan. Hurlock (1990: 93) menjelaskan terdapat 3 cara
untuk menanamkan kedisiplinan, yaitu : 1) Cara menanamkan disiplin secara
otoriter. 2) Cara menanamkan disiplin secara permisif. 3) Cara menanamkan
disiplin secara demokratis. Penjelasan tersebut dapat diuraikan mengenai cara
menanamkan kedisiplinan sebagai berikut:
1) Cara menanamkan disiplin secara otoriter
Disiplin secara otoriter merupakan pendisiplinan yang dilakukan dengan
mengendalikan kekuatan-kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman.
Peraturan-peraturan yang tegas untuk menanamkan sikap disiplin kepada
individu, agar tidak berani melanggar peraturan tersebut. Peraturan dan
pengaturan yang keras untuk memaksakan individu melakukan perilaku
yang diinginkan merupakan disiplin yang otoriter. Teknik dari disiplin
otoriter adalah dengan memberikan hukuman yang berat apabila
melakukan pelanggaran dan apabila tidak melanggar maka tidak ada
pujian atau penghargaan atas pencapaian suatu perilaku yang diharapkan.
2) Cara menanamkan disiplin secara permisif
Disiplin permisif adalah disiplin yang penerapan peraturan-peraturannya
tidak terlalu ketat dan tidak terlalu menyuruh individu untuk melaksanakan
semua peraturan yang ada. Disiplin permisif tidak memberikan bimbingan
kepada individu untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pada disiplin permisif individu diberi kebebasan untuk berperilaku sesuai
dengan kehendaknya sendiri dan mengambil keputusan sendiri mengenai
tindakan yang baik dan terarah, sehingga belajar untuk bertanggung jawab
atas segala tindakan yang dilakukan.
3) Cara menanamkan disiplin secara demokratis
Disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran
dalam membantu individu untuk mengerti dan memahami tentang perilaku
disiplin. Cara tersebut lebih memfokuskan pada aspek pendidikan didalam
penerapan kedisiplinan kepada individu, yaitu dengan menggunakan
hukuman dan penghargaan. Hukuman hanya diberikan apabila perilaku
individu tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sifat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
hukuman tersebut bukanlah pemberian hukuman dalam bentuk hukuman
badan, melainkan hukuman yang bersifat mendidik, misalnya pemberian
tugas tambahan atau menyuruh individu untuk membersihkan ruangan.
Apabila tidak melakukan pelanggaran dan berhasil melakukan tindakan
yang sesuai dengan peraturan, maka individu akan mendapatkan
penghargaan yang berupa pujian, maupun ucapan terima kasih.
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa cara untuk menanamkan
kedisiplinan kepada siswa agar dapat selalu membiasakan diri berperilaku
disiplin di lingkungan sekolah. Diantara ketiga cara menanamkan disiplin
tersebut, cara menanamkan kedisiplinan di sekolah yang tepat adalah dengan
menggunakan cara menanamkan disiplin secara demokratis, karena cara
tersebut lebih mendidik dan menekankan pada pemahaman siswa mengenai
peraturan yang berlaku di sekolah untuk selalu berperilaku disiplin. Adanya
hukuman dan penghargaan pada cara menanamkan disiplin secara demokratis
akan lebih mempermudah untuk mendidik siswa sesuai dengan peraturan dan
sesuai dengan unsur-unsur yang terkandung dalam kedisiplinan itu sendiri.
Menanamkan disiplin secara demokratis dapat dilakukan melalui teknik
role playing, karena dengan teknik tersebut siswa akan merasa mudah untuk
mengerti dan memahami tentang perilaku disiplin melalui permainan peran
yang dimainkannya sesuai dengan kehidupan nyata. Kight dan Roseboro
(1998) menjelaskan bahwa membimbing siswa untuk disiplin dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik role playing peran pembalikan atau peran
latihan. Hal tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut bahwa untuk mendidik
kedisiplinan pada siswa dapat menggunakan permainan peran (role playing)
yaitu dengan mengatur perilaku siswa dengan memainkan salah satu kejadian
yang berkaitan dengan disiplin dalam kehidupan nyata. Proses pelaksanaan
role playing ada dua cara, yaitu peran pembalikan adalah memainkan peran
orang lain yang sedang memiliki masalah kedisiplinan. Sedangkan peran
latihan yaitu memainkan peran sebagai dirinya sendiri yang sedang
bermasalah dengan kedisiplinan dan mencoba untuk keluar dari permasalahan
tersebut menuju keperilaku baru yang positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Layanan Bimbingan Kelompok Role Playing
a. Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan dan Konseling sudah tidak asing lagi terdengar di kehidupan
masyarakat khususnya di sekolah-sekolah. Layanan Bimbingan dan Konseling
dibagi menjadi tujuh layanan, antara lain adalah layanan orientasi, layanan
informasi, layanan penempatan, layanan pembelajaran, layanan konseling
individual, layanan konseling kelompok dan layanan bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan bimbingan yang diberikan kepada
sekelompok individu yang mengalami masalah yang sama (Sitti Hartinah DS.,
2009: 6). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa bimbingan
kelompok merupakan kegiatan diskusi antar sesama anggota kelompok
dengan membahas permasalahan yang relatif sama.
Bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang
diberikan kepada individu dalam situasi kelompok untuk mencegah timbulnya
masalah dan mengembangkan potensinya (Tatiek Romlah, 2001: 3).
Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa bimbingan kelompok merupakan
bantuan kepada individu dengan mengungkapkan masalah dan mencari jalan
keluar dari beberapa anggota kelompok sehingga permasalahan dapat
dientaskan melalui diskusi bersama. Prayitno (2004: 1) menjelaskan bahwa
layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang mengikutkan sejumlah
peserta dalam bentuk kelompok dengan menciptakan dinamika kelompok
untuk membahas berbagai hal dan untuk memecahkan suatu masalah. Hal
tersebut dapat dipaparkan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok berkaitan
dengan penciptaan dinamika kelompok agar proses bimbingan tersebut dapat
berjalan baik dan saling menghargai antar sesama anggota kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat diketahui bahwa layanan
bimbingan kelompok merupakan layanan bantuan yang diberikan kepada
sekelompok individu yang mempunyai masalah sama dan dipecahkan secara
bersama dengan menciptakan unsur dinamika kelompok untuk memperoleh
pemahaman kepada anggota kelompok serta mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tidak hanya melaksanakan layanan
saja, tetapi pelaksanaan tersebut tentu saja mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Layanan bimbingan kelompok mempunyai tujuan tersendiri dalam
pelaksanaannya. Tujuan layanan bimbingan kelompok adalah memberi
informasi kepada anggota kelompok untuk meningkatkan pemahaman tentang
kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, tugas perkembangan individu dan
mencapai masa depan di bidang studi, karir, maupun kehidupan yang lebih
baik (Achmad Juntika N., 2010: 23). Hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut
bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk berbagi informasi antar
anggota kelompok dalam pencapaian tugas perkembangan dan masa depan
yang lebih baik agar anggota kelompok dapat menyesuaikan diri,
memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan lingkungan.
Tujuan bimbingan kelompok juga dikemukakan oleh Crow and Crow
(dalam Nana SY. Sukmadinata, 1983: 25), yaitu:
1) Memberikan dan memperoleh berbagai informasi antar anggota
kelompok.
2) Menganalisa dan memahami bersama tentang sikap, minat dan
pandangan yang berbeda-beda.
3) Membantu menemukan masalah pribadi dan memecahkan masalah
secara bersama.
Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa tujuan bimbingan kelompok
adalah untuk berbagi informasi mengenai permasalahan yang terjadi dan
membantu memecahkan permasalahan secara bersama dengan
mengembangkan pemahaman diri agar dapat tercapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, dapat diketahui bahwa tujuan dari
bimbingan kelompok adalah untuk memberikan orientasi dan informasi
kepada anggota kelompok dalam bimbingan kelompok mengenai
permasalahan tugas perkembangan dan pemahaman diri melalui pengalaman
belajar yang berbeda. Penyelesaian permasalahan tersebut dibahas dengan
adanya usaha analisis dan pemahaman bersama tentang permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
terjadi serta pembahasan untuk memecahkan masalah bersama sehingga
anggota kelompok dapat memahami diri sendiri, mengarahkan diri serta
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Pengertian Bimbingan Kelompok Role Playing
Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok, teknik-teknik tersebut antara lain adalah teknik
informasi, teknik diskusi, teknik orientasi, belajar dan bekerja kelompok,
homeroom, karyawisata, pramuka, organisasi siswa, role playing, psikodrama,
sosiodrama, simulasi, pembelajaran remedial, dan pertemuan kelas. Teknik
yang digunakan dalam layanan bimbingan kelompok mempunyai tujuan dan
fungsi yang berbeda-beda, cara pelaksanaan teknik tersebut juga bervariasi,
tergantung pada permasalahan yang akan diselesaikan.
Role playing atau bermain peran merupakan salah satu teknik bimbingan
kelompok yang pelaksanaannya dengan memainkan suatu peran yang telah
ditentukan dengan menciptakan suatu kerjasama antar anggota kelompok agar
tercipta dinamika kelompok. Bennet (dalam Tatiek Romlah, 2001: 99)
menjelaskan pengertian role playing adalah suatu alat belajar yang
mengembangkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar
individu dengan memerankan situasi yang bersamaan dengan yang terjadi di
kehidupan nyata. Pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa role playing
dalam pembelajaran merupakan metode yang dilakukan melalui permainan
peran yang diperankan oleh individu sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Bimbingan kelompok role playing mengajarkan anggota kelompok untuk
dapat bersama-sama dalam belajar memahami keterampilan yang ada pada diri
sendiri dan bekerjasama dalam memerankan peran yang sesuai dengan
kehidupan nyata.
Role playing merupakan permainan yang dilakukan oleh individu dengan
memerankan situasi yang imaginatif, meningkatkan keterampilan-
keterampilan, dan menunjukkan pada orang lain tentang perilaku seseorang
(Corsini, dalam Tatiek Romlah, 2001: 99). Penjelasan lebih lanjut mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
role playing adalah suatu permainan peran dengan mendidik siswa dalam
mencapai pemahaman diri sendiri dengan menganalisis perilaku seseorang
dalam bertingkah laku. Pelaksanaan role playing dalam bimbingan kelompok
menuntut anggota kelompok untuk mampu mengembangkan kreatifitas dalam
memerankan situasi yang imaginatif dan memahami perilaku seseorang dalam
menyelesaikan masalah.
Lela Saputro (2010) menjelaskan bahwa bermain peran merupakan metode
untuk memainkan peran sebagai orang lain tanpa perlu latihan dan lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan
pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa bermain peran (role playing) lebih menekankan pada
penyelesaian masalah yang ada dengan memainkan peran-peran dalam dunia
nyata dan memainkannya dalam sebuah pertunjukan peran yang dilakukan di
dalam kelas. Pelaksanaan bermain peran dilakukan tanpa latihan terlebih
dahulu, para pemain melaksanakan peran tersebut secara spontan karena
bermain peran ini bukan untuk hiburan melainkan untuk menyampaikan suatu
permasalahan dan kemudian memberikan pemecahan atas permasalahan yang
diperankan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa role playing
merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok dalam permainan
pendidikan dengan memerankan peran sesuai masalah yang dihadapi anggota
kelompok dan bekerjasama dalam memainkan secara spontan/ tanpa latihan
dengan menyampaikan suatu permasalahan dan pemberian solusi dari
permasalahan tersebut. Bimbingan kelompok role playing adalah layanan
bimbingan yang diberikan kepada individu secara berkelompok dalam
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi dengan memerankan peran
dalam situasi nyata agar anggota kelompok dapat memahami diri sendiri dan
permasalahan yang dihadapi serta mengembangkan kemampuannya dalam
menghadapi suatu permasalahan. Pelaksanaan bimbingan kelompok role
playing memerlukan kerjasama antar anggota kelompok agar tercipta suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dinamika kelompok sehingga proses bimbingan kelompok dapat berjalan baik
dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
d. Tujuan Bimbingan Kelompok Role Playing
Secara umum tujuan dari role playing atau bermain peran ini adalah untuk
mengetahui kemampuan individu dalam mereaksi suatu kejadian yang ada
disekitarnya. Blatner (2009) menjelaskan tujuan bimbingan kelompok role
playing adalah membantu anggota kelompok agar dapat memahami diri,
mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kesadaran diri dalam
mengatasi masalah, mengeksplorasi alternatif jalan keluar dan mencari solusi
baru yang kreatif. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa tujuan bimbingan
kelompok role playing adalah membantu anggota kelompok dalam memahami
diri melihat suatu realita didalam kehidupan masyarakat agar dapat
mengembangkan keterampilan dalam memaknai suatu permasalahan dengan
mencari beberapa alternatif jalan keluar yang kreatif.
Bimbingan kelompok role playing merupakan sarana dalam membantu
anggota kelompok untuk berbagi informasi dan memecahkan permasalahan
secara bersama guna mencapai tujuan menjadi individu yang lebih
bermanfaat. Sofyan, dkk (1985 : 15) menjelaskan tentang tujuan bimbingan
kelompok role playing sebagai berikut:
1) Anggota kelompok menghayati kejadian yang realistis dan sebab
akibatnya.
2) Mendiagnosa kemampuan dan kebutuhan anggota kelompok dengan
menyalurkan dan melepaskan perasaan.
3) Membentuk konsep diri dengan cara menggali peran sesuai nilai-nilai
kehidupan dan norma-norma peranan budaya.
4) Membantu mengklasifikasi dan memperjelas pola berpikir, berbuat dan
keterampilan dalam membuat serta mengambil keputusan.
5) Membina kemampuan dalam memecahkan masalah, berpikir kritis
analitis, berkomunikasi dan hidup dalam kelompok agar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengendalikan dan memperbaharui perasaan, cara berpikir dan
berbuat.
Pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan bimbingan
kelompok role playing adalah untuk membantu anggota kelompok dalam
menghayati suatu kejadian didalam kehidupan nyata, meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, mengambil
keputusan serta membentuk konsep diri agar dapat mengendalikan perasaan,
pola pikir dan tingkah lakunya sehingga dapat menyesuaikan diri dan
bekerjasama dalam kelompok. Steindorf (dalam Lori Jarvis, dkk, 2002)
menjelaskan tentang tujuan role playing adalah membantu individu agar
dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan rasa empati
kepada orang lain ketika sedang memerankan suatu karakter yang terlibat
dalam permainan peran. Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa
bimbingan kelompok role playing bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman pada anggota kelompok dan mengembangkan rasa empati
kepada anggota yang lain yang sedang mengalami masalah dan menjadikan
lebih aktif dalam pembelajaran di sekolah. Rasa empati antar anggota
kelompok akan tumbuh ketika ikut berpartisipasi dalam kegiatan bermain
peran yaitu dengan mendukung anggota kelompok untuk dapat saling
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat
memahami cara menempatkan diri didalam lingkungan sekitar dengan jenis
kegiatan yang berbeda-beda. Suasana bimbingan kelompok role playing
dengan pembagian peran yang tepat akan meningkatkan pemahaman empati
di antara anggota kelompok.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan
kelompok role playing adalah untuk meningkatkan keaktifan anggota
kelompok dalam berperan sebagai bentuk pembelajaran dengan memahami
berbagai aspek dalam diri dan kehidupan nyata agar dapat mengembangkan
rasa empati kepada orang lain dan dapat berpikir secara kreatif dalam mencari
pemecahan permasalahan sesuai dengan norma-norma dan budaya
lingkungan sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
e. Manfaat Bimbingan Kelompok Role Playing
Banyak manfaat yang dapat diambil dalam setiap pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok melalui teknik role playing. Lela Saputro (2010)
menjelaskan manfaat bimbingan kelompok role playing adalah untuk
mengembangkan kreatifitas melalui imajinasi, mendidik untuk bersikap
disiplin dalam peraturan dan pola hidup, serta dapat mengelola kemampuan
sosial dan emosi. Maksud pengertian tersebut adalah bimbingan kelompok
role playing berperan penting dalam mengembangkan kemampuan individu
dalam berkreasi, mengelola dan memahami perasaan serta dapat
mengembangkan perilaku disiplin melalui aturan-aturan dalam bermain peran.
Woodhouse (2007: 76-77) mengemukakan tentang manfaat bimbingan
kelompok role playing adalah untuk meningkatkan keterampilan
interpersonal, meningkatkan empati, membantu individu apabila menghadapi
situasi yang sulit, mengembangkan self-efficacy yang berguna untuk
memahami diri dan orang lain. Penjelasan tersebut dapat dipaparkan lebih
lanjut bahwa manfaat role playing adalah untuk mengembangkan
keterampilan interpersonal, self-efficacy, dan empati individu karena akan
membantu untuk menghadapi permasalahan dan dapat mengembangkan
kepercayaan diri dalam berinteraksi sehari-hari yang berhubungan dengan
kegiatan belajar. Self-efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuan
yang dimiliki untuk berhasil dalam suatu bidang perilaku tertentu (Betz, dalam
Tarsidi, 2007). Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa self-efficacy merupakan
penilaian individu terhadap kemampuan diri sendiri dalam mengerjakan tugas
dengan hasil yang optimal.
Manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok role playing menurut Sofyan,
dkk (1985: 16) adalah membantu anggota kelompok dalam menemukan
makna diri dan memberi pengalaman bekerjasama dalam memecahkan
masalah mengenai persoalan pribadi dengan bantuan kelompok sehingga
dapat mengembangkan sikap dan keterampilan memecahkan masalah. Hal
tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa bimbingan kelompok role playing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bermanfaat dalam membantu anggota kelompok untuk menemukan konsep
diri dan bersama dengan kelompok dapat saling membantu memecahkan
permasalahan pribadi, sehingga sikap dan keterampilan anggota kelompok
dalam memecahkan masalah dapat berkembang melalui pengalaman
bekerjasama dengan kelompok. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui
bahwa manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok role playing adalah untuk
membantu anggota kelompok agar dapat memahami diri, memecahkan
persoalan pribadi dengan bantuan kelompok, memberi pengalaman kerjasama
dalam kelompok, mengembangkan sikap dan keterampilan yang dimiliki serta
sebagai sarana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Pelaksanaan
bimbingan kelompok role playing bermanfaat dalam menumbuhkan
kedisiplinan antar anggota kelompok melalui aturan-aturan yang berlaku pada
permainan peran yang akan dimainkan.
f. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Role Playing
Pelaksanaan bimbingan kelompok role playing akan berjalan dengan baik
apabila dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan bimbingan kelompok role playing memerlukan persiapan terlebih
dahulu dalam memilih tema atau topik yang akan dimainkan. Sofyan, dkk
(1985: 17) menjelaskan tentang pelaksanaan bimbingan kelompok role
playing terdapat dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bimbingan kelompok role
playing yang dilakukan melalui dua tahap adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
Pada tahap persiapan, terlebih dahulu menentukan topik atau tema
yang akan digunakan. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dan
langkah-langkah bimbingan kelompok role playing, kemudian
mengidentifikasi peran yang dibutuhkan, lokasi, waktu pelaksanan,
pengamat dan properti yang dibutuhkan.
2) Pelaksanaan
a) Pemanasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tahap pemanasan yaitu mengajukan suatu permasalahan kepada
anggota kelompok, menjelaskan permasalahan dengan menafsirkan
naskah role playing yang akan dimainkan dan kemudian menjelaskan
tentang maksud bimbingan kelompok role playing.
b) Memilih peserta
Menganalisis peran-peran dengan menanyakan kepada anggota
kelompok tentang tokoh-tokoh yang ada pada naskah role playing
serta karakteristik pada tokoh tersebut. Memilih pemain-pemain yang
sesuai dan memerankan tokoh tersebut secara spontan.
c) Mengatur tempat bermain
Menata jalannya permainan dengan menjelaskan kembali peran-
peran yang akan dimainkan dan membantu anggota kelompok dalam
memulai situasi permainan peran sesuai dengan permasalahan yang
akan diangkat.
d) Mempersiapkan pengamat
Menentukan tugas-tugas pengamat dan mengamati jalannya
permainan peran serta memberikan penilaian terhadap jalannya
permainan yang dilakukan oleh anggota kelompok.
e) Memainkan peran
Memberi aba-aba atau tanda bahwa permainan akan dimulai. Turut
memelihara jalannya permainan dan juga dapat menghentikan jalannya
permainan jika permainan tidak sesuai dengan topik permasalahan.
f) Diskusi dan evaluasi
Meninjau para pemain dan membicarakan kembali pusat-pusat
perhatian pemain serta mengembangkan permainan berikutnya agar
sesuai dengan tujuan dari permainan tersebut.
g) Memainkan kembali
Siswa diminta untuk memainkan kembali peranan yang sudah
diperbaiki dengan penggambaran langkah-langkah yang akan
dilakukan selanjutnya.
h) Diskusi dan evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sesuai langkah diskusi dan evaluasi diatas, pengamatan dilakukan
dengan melakukan penilaian tentang keterampilan dan kemampuan
siswa dalam memainkan peran maupun memecahkan suatu
permasalahan.
i) Mengemukakan pengalaman
Mengakhiri permainan peran yang telah dilakukan oleh anggota
kelompok, kemudian bersama dengan anggota kelompok
mendiskusikan hasil pemeranan dan menghubungkan situasi
permasalahan dengan pengalaman anggota kelompok sendiri dalam
kehidupan nyata dan dalam konteks masa kini serta mengidentifikasi
asas-asas perilaku yang umum.
3. Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan Di Sekolah
Siswa SMP tergolong masa remaja awal yang dalam proses
perkembangannya membutuhkan pendidikan dan bimbingan untuk proses
pamahaman diri dan aktualisasi diri. Pendidikan di lingkungan sekolah
merupakan sarana bagi siswa agar siswa mampu untuk mencapai tugas-tugas
perkembangan dan mengembangkan kemampuan dan bakat yang dimilikinya
baik dalam bidang akademik maupun bidang non akademik. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari penerapan kedisiplinan yang diterapkan siswa di
lingkungan sekolah. Perilaku disiplin yang diterapkan siswa di lingkungan
sekolah akan membawa siswa menuju keberhasilan dan kesuksesan di masa
depan.
Kedisiplinan siswa di sekolah merupakan perilaku disiplin yang harus
diterapkan siswa dalam mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Perilaku
tersebut ditunjukkan dengan kepatuhan dan ketertiban siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran, mengikuti kegiatan di sekolah dan melaksanakan tugas-
tugas yang diterima selama menempuh pendidikan di sekolah. Apabila siswa
tidak bisa menerapkan kedisiplinan di sekolah, maka akan terjadi ketidak
seimbangan dalam pembelajaran dan proses belajar mengajar tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu untuk membantu siswa
dalam mencapai tugas-tugas perkembangan dan pemahaman diri maka
diberikan bimbingan melalui layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok dalam pelaksanaannya memiliki beberapa
teknik. Salah satu teknik tersebut adalah teknik role playing. Bimbingan
kelompok teknik role playing adalah layanan bantuan yang diberikan kepada
individu secara kelompok dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
secara bersama dengan memainkan peran secara spontan yang dilakukan oleh
anggota kelompok sesuai dengan naskah yang ditentukan dalam mencari
penyelesaian masalah. Kiromim Baroroh (2011: 150) menerangkan bahwa
melalui pemahaman dan penghayatan isi materi secara keseluruhan dalam
role playing, maka siswa dituntut untuk disiplin, kreatif dan komunikatif agar
permainan peran yang dilakukan berjalan optimal. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok teknik role playing
menuntut siswa untuk disiplin, kreatif dan komunikatif dalam mengikuti
peraturan permainan peran dan permainannya, sehingga dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk memecahkan permasalahan
kedisiplinan yang dihadapi secara nyata.
Oleh karena itu perlu adanya layanan bimbingan kelompok teknik role
playing untuk meningkatkan kedisiplinan di sekolah bagi siswa SMP dalam
mencapai tugas-tugas perkembangan dan aktualisasi diri menuju kesuksesan
dan keberhasilan hidup dimasa depan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Fardhika Saraswati (2008), penerapan metode role playing untuk
meningkatkan pemahaman kedisiplinan tema kegiatan sehari-hari siswa.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Langkah PTK
meliputi 2 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dalam 2 hari. Siklus
tindakan pembelajaran dihentikan jika telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar
70 % dari jumlah keseluruhan subjek penelitian dengan rata-rata skor minimal 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD yang berjumlah 23 anak. Hasil
penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran role playing pada siklus I dan
siklus II adalah model pembelajaran tematik dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep kedisiplinan dari skor rata-rata pretest 51,7 menjadi 61,3
pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,4. Model pembelajaran role playing
dapat meningkatkan keaktifan, kerjasama, keberanian dan rasa senang siswa
dalam belajar. Jumlah siswa yang aktif dalam belajar meningkat dari 55% pada
siklus I menjadi 67% pada siklus II. Kerjasama siswa dari 51% pada siklus I
meningkat menjadi 70% pada siklus II. Keberanian siswa juga mengalami
peningkatan dari 49% pada siklus I menjadi 67% pada siklus II. Serta rasa senang
dalam belajar siswa juga meningkat dari 54% pada siklus I menjadi 70% pada
siklus II.
Berdasarkan analisis terhadap temuan hasil bimbingan kelompok role playing
dapat disimpulkan bahwa pertama, pembelajaran tematik dengan metode role
playing dapat dilaksanakan dengan baik untuk mengajarkan tentang kedisiplinan.
Kedua, penggunaaan metode role playing dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari
siswa, yang ketiga, adalah dampak penggunaan metode role playing dalam
pembelajaran tematik dapat meningkatkan keaktifan, kerjasama, keberanian dan
rasa senang siswa dalam belajar.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai role playing. Pelaksanaan role playing dalam
penelitian ini melalui layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa. Bimbingan kelompok role playing mengutamakan kegiatan
pemecahan permasalahan anggota kelompok yang berkaitan dengan kedisiplinan
siswa di sekolah. Pemecahan permasalahan ini dibahas dengan memainkan peran
individu yang sedang mengalami masalah kedisiplinan dan bersama dengan
anggota kelompok bekerjasama untuk mencari penyelesaian permasalahan.
Peningkatan kedisiplinan dengan layanan bimbingan kelompok role playing
akan membantu anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan bersama
dengan menciptakan dinamika kelompok agar anggota kelompok dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
memahami diri, melatih disiplin diri dan mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki dalam mencari alternatif jalan keluar. Teknik role playing yang
digunakan dalam bimbingan kelompok dapat mempermudah anggota kelompok
untuk meningkatkan keterampilan dan empati antar anggota kelompok sehingga
dapat memainkan peran semaksimal mungkin sesuai dengan permasalahan yang
dibahas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. Kerangka Berpikir
Siswa di SMPN 26 Surakarta merupakan siswa dalam pertumbuhan dan
perkembangan dari anak-anak menuju remaja. Pertumbuhan dan perkembangan
itu juga mempengaruhi pola perilakunya di lingkungan sekolah. Penerapan
perilaku disiplin bagi siswa akan mendidik untuk selalu tertib dan teratur dalam
pencapaian segala tugas-tugasnya. Apabila siswa berperilaku tidak disiplin, maka
akan mengganggu proses belajar mengajar dan juga menghambat pencapaian
perkembangan siswa di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan bantuan kepada para
siswa dalam mengubah perilaku tidak disiplin menjadi perilaku disiplin serta
meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya kedisiplinan di sekolah.
Salah satu tindakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah adalah
dengan memberikan bimbingan kelompok teknik role playing. Layanan
bimbingan yang diberikan kepada individu secara berkelompok dalam
memecahkan suatu permasalahan kedisiplinan bersama-sama dengan memainkan
peran yang terdapat didalam naskah role playing. Pemeranan tersebut dilakukan
dalam situasi nyata agar anggota kelompok dapat memahami diri dan
permasalahan kedisiplinan yang dihadapi serta mengembangkan kemampuannya
dalam mencari penyelesaian suatu permasalahan kedisiplinan di sekolah. Oleh
karena itu dengan adanya tindakan yang diberikan melalui bimbingan kelompok
teknik role playing diharapkan siswa kedisiplinan siswa dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas apabila digambarkan dalam kerangka pemikiran adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Bagan 1. Kerangka Berpikir
SISWA
Perilaku tidak
disiplin
Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role playing
Perilaku disiplin meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan yang masih
perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bimbingan Kelompok Teknik Role playing Efektif Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan di Sekolah Siswa Kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Surakarta yang beralamatkan di
Jalan Joyonegaran 2 Surakarta. Pertimbangan atau alasan pemilihan tempat SMP
Negeri 26 Surakarta menjadi tempat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Termasuk sekolah negeri yang dipilih oleh Pemerintah Surakarta sebagai
sekolah gratis bagi siswa yang berdomisili di Solo.
b. Letak sekolah yang strategis di tengah kota, dekat dengan sekolah lain dan
mudah dijangkau dengan transportasi pribadi maupun umum.
c. Terdapat siswa SMP Negeri 26 Surakarta yang tingkat kedisiplinannya masih
rendah.
d. Terdapat siswa di SMP Negeri 26 Surakarta yang memerlukan layanan
bimbingan untuk meningkatkan pemahamannya tentang kedisiplinan.
e. Belum pernah diadakan penelitian tentang kedisiplinan di SMP Negeri 26
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu pada bulan Februari
2012 sampai bulan Juli 2012 tahun pelajaran 2011/2012. Berikut tabel rincian
waktu dan kegiatan penelitian yang dilakukan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 1. Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt
1 Penyusunan proposal
2 Persiapan dan
Penyebaran
Instrument
3 Persiapan
Perencanaan
Tindakan
4 Penelitian Siklus I
5 Penelitian Siklus II
6 Analisis data
7 Penyusunan laporan
8 Ujian Skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu yang menjadi sasaran dalam penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta
yang memiliki tingkat kedisiplinan di sekolah rendah. Pemilihan subjek tersebut
berdasarkan hasil pengisian angket kedisiplinan siswa di sekolah. Siswa dengan
kriteria skor hasil angket dibawah rata-rata keseluruhan siswa (mean 1 SD)
dipilih sebagai subjek penelitian.
Karakteristik siswa yang dijadikan subjek penelitian yaitu siswa yang
berpenampilan atau seragam tidak sesuai dengan peraturan seragam sekolah,
memainkan HP di sekolah, terlambat datang ke sekolah, tidak masuk tanpa
keterangan, membolos saat jam pelajaran, mengobrol hal yang tidak penting
dengan teman saat pelajaran berlangsung, tiduran ketika guru sedang mengajar,
tidak mengenakan topi saat upacara, acuh tak acuh dalam menerima tugas,
terlambat dalam mengumpulkan tugas dan menghindari kegiatan yang
diselenggarakan di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penelitian merupakan keterangan-keterangan tentang sesuatu yang
diketahui dan digambarkan melalui angka, simbol maupun kode (Iqbal Hasan,
2004: 19). Data dalam penelitian ini menjelaskan keadaan atau situasi subjek
penelitian mengenai kedisiplinan siswa di sekolah. Jenis data dalam penelitian
ini adalah jenis data interval yang diperoleh dari hasil angket dan hasil
observasi kedisiplinan siswa di sekolah.
2. Sumber Data
Informasi data dalam penelitian diperoleh dari berbagai sumber data yang
akurat, sehingga data yang didapat merupakan data asli. Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 26 Surakarta.
D. Pengumpulan Data
Terdapat dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non
tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
non tes, yaitu observasi dan angket. Kedua teknik pengumpulan data tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencatat informasi
dari peristiwa atau kejadian yang disaksikan peneliti atau kolaborator selama
penelitian dengan seobyektif mungkin (W.Gulo, 2000: 116). Observasi digunakan
untuk mengumpulkan data mengenai subjek yang akan diteliti yang berkaitan
dengan kedisiplinan siswa di sekolah. Observasi dalam penelitian ini
menggunakan observasi tertutup yang dilakukan untuk mengamati subjek dari
awal sebelum tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Hasil observasi ini dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat ketidak disiplinan siswa selama proses
kegiatan pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Hal yang diungkap pada pedoman observasi menggunakan item pernyataan
yang negatif mengenai kedisiplinan siswa di sekolah. Oleh karena itu jenis
jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan jenis jawaban skala penilaian
bertingkat yaitu Selalu dengan skor 1, Sering dengan skor 2, Jarang dengan skor
3, dan Tidak pernah dengan skor 4. Pembuatan pedoman observasi mengacu pada
definisi operasional, aspek-aspek, dan indikator kedisiplinan siswa di sekolah
(pedoman observasi terlampir pada hal 87).
2. Angket
Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pernyataan yang diajukan kepada responden agar bersedia memberikan respons
sesuai dengan keadaan responden (Suharsimi Arikunto, 2005: 102). Pemberian
angket kepada responden bertujuan untuk mengungkap tingkat kedisiplinan
subjek penelitian yang berkaitan dengan kedisiplinan di sekolah. Angket yang
digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup dengan jenis instrumen skala.
Jawaban yang disediakan merupakan jenis jawaban skala penilaian bertingkat
yaitu Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak pernah.
Pernyataan dalam angket tersebut dibagi menjadi dua pernyataan, yaitu
pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Subjek
diharapkan dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda cek ( ) pada
lembar jawab yang telah disediakan dan jawaban tersebut sesuai dengan keadaan
masing-masing subjek.
Penilaian dari jawaban tersebut dilakukan dengan memberikan nilai pada tiap
tingkatan jawaban,yaitu:
Pernyataan Positif (favorable)
a. Selalu : 4
b. Sering : 3
c. Jarang : 2
d. Tidak pernah : 1
Pernyataan Negatif (unfavorable)
a. Selalu : 1
b. Sering : 2
c. Jarang : 3
d. Tidak pernah : 4
Data yang diperoleh dari angket digunakan untuk mengetahui keadaan atau
kondisi subjek dalam hal kedisiplinan di sekolah. Berdasarkan data angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tersebut maka dapat diketahui subjek yang tergolong rendah dalam kedisiplinan di
sekolah, yang selanjutnya diperlukan tindak lanjut dengan pemberian treatment.
Validitas angket divalidasi menggunakan profesional judgement oleh kedua dosen
pembimbing. Kisi-kisi angket kedisiplinan siswa di sekolah digunakan dalam
penilaian pra tindakan, setelah tindakan siklus I dan siklus II. (kisi-kisi angket
terlampir di halaman 86)
E. Uji Validitas Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian perlu diuji untuk mengetahui
tingkat validitasnya. Uji validitas data dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan validitas data untuk mengecek dan
membandingkan keabsahan data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat
pembanding yang berbeda sehingga data lebih akurat (Paul Suparno, 2008: 71).
Triangulasi data dapat dilakukan dengan triangulasi metode dan Triangulasi
sumber data. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan instrument yang berbeda. Metode
yang digunakan adalah instrument observasi dan angket. Triangulasi sumber data
yaitu pengumpulan suatu data dari sumber data yang berbeda. Sumber data yang
digunakan adalah subjek, guru BK dan guru mata pelajaran. Semua data yang
didapat tersebut dicek dan dibandingkan hasilnya sehingga data atau informasi
yang diperoleh dari instrumen dan nara sumber atau informan teruji
kebenarannya.
F. Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis sesuai dengan rumus yang
telah ditentukan. Analisis data adalah cara pengolahan data sehingga dapat
diperoleh makna dari data tersebut. Teknik yang dipilih untuk pengolahan dan
analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian, sifat/bentuk dan skala
pengukuran data, serta persyaratan statistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok teknik role playing dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Langkah analisis yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan di sekolah sebelum dan sesudah
diberi tindakan adalah dengan menggunakan perhitungan persentase dan analisis
klinis.
Penskoran pada instrumen angket dan observasi berbeda, oleh karena itu untuk
mempermudah penjumlahan maka skor angket dan observasi dikonversi ke skala
100. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Skor akhir yang diperoleh dari hasil angket dan observasi masing-masing subjek
selanjutnya dicari skor rata-rata dengan perhitungan skor rata-rata menggunakan
rumus sebagai berikut:
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data yang yang diperoleh dari
masing siklus. analisis tersebut dibagi menjadi dua, yaitu analisis persentase dan
analisis klinis. Penjelasan masing-masing analisis sebagai berikut:
1. Analisis Persentase
Analisis persentase digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku pada
subjek dalam bentuk skor persen. Data yang akan dianalisis tersebut berasal
dari data hasil angket dan observasi pada pra tindakan, siklus I dan siklus II.
Rumus analisis persentase adalah sebagai berikut:
(Godwin dan Coates, 1976:57)
Skor rata-rata yang diperoleh sebelum tindakan disebut sebagai base rate,
sedangkan skor rata-rata yang diperoleh setelah pemberian tindakan disebut
post rate.
2. Analisis Klinis
Analisis klinis digunakan untuk menganalisis perubahan tingkah laku yang
terjadi pada subjek dari sebelum diberi tindakan sampai sesudah diberi
tindakan. Analisis klinis dibagi menjadi dua metode, yaitu: Metode komparasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sosial (social comparative method) dan metode evaluasi subjektif (subjective
evaluation method).
Metode komparasi sosial dilakukan dengan membandingkan perilaku
subjek dengan perilaku kelompoknya atau teman sebaya dalam menerapkan
kedisiplinan di sekolah. Apabila perbandingan perilaku subjek sama dengan
temannya dalam hal kedisiplinan di sekolah, maka subjek telah menunjukkan
perilaku kedisiplinan di sekolah dan hal tersebut subjek telah mengalami
peningkatan kedisiplinan di sekolah. Metode evaluasi subjektif dilakukan
dengan cara menanyakan perubahan perilaku subjek kepada orang-orang yang
dekat dengan subjek, seperti teman sebangku, teman sekelas maupun guru
mata pelajaran.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan indikator ketercapaian atau keberhasilan
penelitian yang dilakukan terhadap subjek. Indikator kinerja dalam penelitian ini
berupa tingkat ketercapaian peningkatan subjek dalam setiap siklus hingga
mencapai nilai indikator yang telah ditetapkan. Perubahan perilaku dihitung dari
persentase perubahan pada setiap individu yang telah diberi tindakan. Godwin dan
Coates (1976: 57) menyatakan bahwa tindakan dikatakan berhasil jika terjadi
perubahan perilaku sebesar 50% pada diri individu. Teknik role playing dikatakan
berhasil jika setelah pemberian treatmen terjadi peningkatan kedisiplinan pada
subjek minimal 50% dari keadaan semula.
Perubahan perilaku subjek dikatakan meningkat apabila secara berkala dalam
setiap siklus subjek mengalami perkembangan perubahan perilaku kedisiplinan di
sekolah. Perubahan tersebut ditunjukkan melalui perilaku subjek yang sudah
berdisiplin dari penampilan atau seragam sesuai dengan peraturan seragam
sekolah, tidak memainkan HP di sekolah, tepat waktu datang ke sekolah, ada surat
keterangan apabila tidak masuk, tidak membolos saat jam pelajaran, fokus saat
pelajaran berlangsung sehingga tidak mengantuk dan tidak mengobrol,
mengenakan topi saat upacara, siap dalam menerima tugas, tepat waktu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengumpulkan tugas dan berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan di
sekolah.
H. Prosedur Penelitian
Berbagai metode penelitian dapat di gunakan peneliti untuk melakukan
penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas mempunyai prosedur-
prosedur dalam pelaksanaannya, James McKernan (2004: 25) menjelaskan bahwa
terdapat empat tahapan dalam melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu:
Perencanaan (Planing), Tindakan (Action), Observasi (Observation), Refleksi
(Reflection). Model penelitian yang digunakan adalah model siklus dari Kemmis
dan McTaggart. Berikut ini adalah gambaran secara singkat mengenai model
penelitian yang akan dilaksanakan:
Bagan 2. Model Penelitian Tindakan Kelas
Deskripsi dari pelaksanaan model penelitian tindakan kelas tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
Permasalahan Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan dan pengumpulan data
Refleksi I
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan dan pengumpula data
Refleksi II
Permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Perencanaan tindakan I
SIKLUS I
SIKLUS II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. Perencanaan (Planing)
Perencanaan mengacu kepada tindakan yang dilakukan dalam penelitian.
Pembuatan perencanaan mempertimbangkan keadaan dan suasana penelitian
dengan menekankan pada sifat-sifat strategi yang mampu menjawab tantangan
yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenai rintangan yang sebenarnya.
Pertimbangan dalam perencanaan tersebut antara lain adalah pertimbangan
tindakan yang dilakukan, tujuan, topik yang dibahas, cara pelaksanaan, dan
hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan dilakukan, maka selanjutnya
disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci.
Gagasan-gagasan tersebut dijabarkan dan hal-hal yang tidak penting
dihilangkan supaya dapat memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
bermanfaat bagi upaya tindakan yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari dua siklus. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan maka
perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan rancangan tindakan, pedoman observasi, angket
kedisiplinan sekolah siswa dan naskah role playing.
b. Membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok dan menetapkan
tutor untuk masing-masing kelompok.
c. Pelatihan tutor yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
kelompok role playing.
d. Menentukan tutor pada setiap kelompok dan memilih ketua kelompok.
e. Peneliti memberikan penjelasan tentang mekanisme bimbingan
kelompok role playing.
2. Tindakan (Action)
Tahap tindakan merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang
menggunakan bimbingan kelompok role playing. Pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tahap-tahap pelaksanaan role playing. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap tindakan adalah sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok kemudian menjelaskan tentang role playing.
b. Membagikan naskah role playing dan menjelaskan cara bermain peran
dalam bimbingan kelompok role playing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Tutor dan anggota kelompok mengidentifikasi peran dan karakter peran
yang terdapat dalam cerita.
d. Tutor dan ketua kelompok memilih pemain yang sesuai dengan peran
yang dimaksud dalam penelitian.
e. Tutor bersama kelompok memilih tempat dan menentukan jalannya
role playing.
f. Tutor bersama kelompok melaksanakan bermain peran sebagaimana
yang telah di skenariokan.
g. Tutor mengamati jalannya role playing dan memberikan evaluasi
terhadap bimbingan kelompok role playing.
h. Setelah role playing berakhir, peneliti dan tutor mendiskusikan hasil
permainan sebagai bentuk evaluasi yang diharapkan dapat
menunjukkan perubahan sesuai yang diharapkan.
i. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila pelaksanaan bermain peran anggota
kelompok memainkan kembali peran yang dievaluasi sebagai usaha
perbaikan.
3. Observasi (Observation)
Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi
implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Pada tahap observasi
dilakukan secara operasional dengan mendokumentasikan pelaksanaan
tindakan. Hasil kegiatan role playing dievaluasi dengan memberikan angket
kedisiplinan siswa di sekolah kepada subjek. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui perubahan perilaku subjek sebagai hasil dari tindakan. Disamping
itu juga diadakan observasi untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa
yang sudah diberi tindakan layanan bimbingan role playing. Hasil dari
observasi kemudian direfleksikan untuk mengetahui kesimpulan dari tindakan
yang telah dilakukan.
4. Refleksi (Reflection)
Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
dalam hasil penilaian angket dan observasi. Data yang diperoleh dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
angket dan observasi kemudian dianalisis untuk direfleksikan sebagai evaluasi
untuk memperbaiki siklus berikutnya. Hasil refleksi dimaksudkan untuk
menentukan kemungkinan yang terjadi terhadap perencanaan semula, yaitu
diberhentikan, modifikasi, atau dilanjutkan ketingkatan selanjutnya. Pada tahap
refleksi, peneliti bersama guru BK mendiskusikan hasil angket dan observasi
pada setiap akhir pelaksanaan tindakan. Hasil tersebut kemudian direfleksikan
untuk menentukan kesimpulan dari tindakan yang dilakukan diharapkan dapat
menjawab sudah memenuhi perubahan yang ditargetkan atau belum. Apabila
telah memenuhi target sesuai dengan indikator kinerja penelitian maka
tindakan dinyatakan berhasil, tetapi apabila belum mencapai target, maka
tindakan dilanjutkan pada tahap berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
1. Deskripsi Kegiatan Pra Tindakan
Penelitian tindakan kelas diawali dengan orientasi di lapangan, hal
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal lapangan
sebelum diadakan tindakan dalam penelitian. Pelaksanaan orientasi dilakukan
pada tanggal 06 sampai dengan 08 Maret 2012 dengan menemui guru BK dan
guru mata pelajaran. Pada pertemuan tersebut membahas mengenai kegiatan
siswa dan kedisiplinan yang dilakukan siswa di sekolah. Pembahasan tersebut
dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai siswa yang akan
dijadikan subjek penelitian. Pemilihan siswa sebagai subjek dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian.
Kriteria siswa yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas
VIII dengan tingkat kedisiplinan di sekolah rendah. Kriteria dari kedisiplinan
siswa yang rendah antara lain, siswa melakukan pelanggaran peraturan yang
berlaku di sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, seragam yang
dikenakan tidak sesuai dengan PSAS (Peraturan Seragam Anak Sekolah),
terlambat dalam mengikuti pelajaran, keluar kelas saat pelajaran berlangsung
dan terlambat dalam pengumpulan tugas. Berdasarkan hasil orientasi yang
dilakukan dengan wawancara kepada guru BK dan guru mata pelajaran,
terdapat 83 siswa kelas VIII yang tergolong rendah dalam tingkat
kedisiplinan di sekolah. Siswa tersebut adalah siswa dari tiga kelas yaitu kelas
VIII D, E, dan F.
Kegiatan yang dilakukan dalam pra tindakan selanjutnya adalah
melakukan pretest kepada 83 siswa dengan menggunakan angket kedisiplinan
siswa di sekolah. Pelaksanaan pretest tersebut dilakukan untuk menentukan
subjek penelitian yang akan diberikan tindakan berupa layanan bimbingan
kelompok role playing untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
Siswa dengan nilai angket dibawah (mean 1 SD) dipilih sebagai subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
penelitian. Langkah selanjutnya adalah mengadakan observasi kepada subjek
penelitian dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi tersebut
digunakan sebagai data observasi awal sebelum diberi tindakan. Hasil dari
observasi disajikan dalam bentuk angka dan selanjutnya hasil observasi dan
angket dikonversi ke dalam skala 100. Hal tersebut dilakukan agar hasil dari
angket dan observasi dapat dijumlahkan dan dicari skor rata-rata.
2. Analisis dan Refleksi Kegiatan Pra Tindakan
a. Analisis Kegiatan Pra Tindakan
Hasil angket yang diperoleh dari 83 siswa kelas VIII D, E, dan F
dianalisis menggunakan SPSS Statistics 17.0. Hasil dari analisis angket
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis Hasil Angket 83 Siswa
N
Skor
Terendah
Skor
Tertinggi Mean
Std.
Deviation
Hasil angket 83 131 181 161.17 11.472
Valid N (listwise) 83
Melalui hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17.0 dapat diketahui:
Mean = 161.17 SD = 11.472
Siswa yang masuk dalam kategori tingkat kedisiplinan di sekolah rendah
adalah siswa dengan perolehan nilai sebagai berikut:
< (Mean 1 SD) = < (161.17 11.472)
= < 149.698
= < 150
Siswa yang skor angket kurang dari 150 merupakan siswa yang tergolong
rendah dalam tingkat kedisiplinan di sekolah. Berdasarkan tabulasi data hasil
angket kedisiplinan siswa di sekolah, dari 83 siswa terdapat 15 siswa yang
memiliki tingkat kedisiplinan di sekolah rendah. Oleh karena itu 15 siswa
tersebut dipilih sebagai subjek penelitian. Langkah selanjutnya 15 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tersebut di observasi untuk mengetahui data awal sebelum diberi tindakan.
Berdasarkan hasil angket dan observasi maka didapat data skor awal subjek
penelitian sebagai berikut:
Tabel 3. Data Skor Awal Pra Tindakan Hasil Angket dan Observasi
No Subjek
Penelitian
Skor Awal Pra
Tindakan
Angket Observasi
1. CD 146 37
2. DJ 143 35
3. EF 134 28
4. FM 148 39
5. HS 141 36
6. ID 143 36
7. LK 136 28
8. MM 142 34
9. OP 131 32
10. PW 145 34
11. RG 134 34
12. RF 138 36
13. RN 149 35
14. YP 150 38
15. YA 140 32
Berdasarkan data awal yang diperoleh maka selanjutnya data tersebut
dikonversi ke dalam skala penilaian 100 supaya data tersebut dapat dijumlah
dan dirata-rata. Skor akhir dari data pra tindakan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4. Skor Pra Tindakan Skala 100
No Subjek
Penelitian
Skor Pra Tindakan Jumlah Skor
Pra Tindakan
Rata-rata Skor
Pra Tindakan Angket Observasi
1. CD 73 46,25 119,25 59,625
2. DJ 71,5 43,75 115,25 57,625
3. EF 67 35 102 51
4. FM 74 48,75 122,75 61,375
5. HS 70,5 45 115,5 57,75
6. ID 71,5 45 116,5 58,25
7. LK 68 35 103 51,5
8. MM 71 42,5 113,5 56,75
9. OP 65,5 40 105,5 52,75
10. PW 72,5 42,5 115 57,5
11. RG 67 42,5 109,5 54,75
12. RF 69 45 114 57
13. RN 74,5 43,75 118,25 59,125
14. YP 75 47,5 122,5 61,25
15. YA 70 40 110 55
Rata-rata Pra Tindakan 56,75
b. Refleksi Kegiatan Pra Tindakan
Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi awal dan rencana
tindakan bersama guru BK. Refleksi kegiatan pra tindakan ini dilakukan
sebagai upaya untuk perbaikan melalui layanan bimbingan dan konseling.
Upaya perbaikan tersebut dengan cara menerapkan layanan bimbingan dan
konseling melalui bimbingan kelompok role playing untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah. Pelaksanaan layanan tersebut dibagi dalam dua
siklus atau tindakan dengan melaksanakan bimbingan kelompok role playing.
Subjek akan memainkan peran yang sesuai dengan naskah role playing untuk
masing-masing siklus. Untuk melaksanakan tindakan, peneliti dibantu oleh
dua orang tutor yang telah diberi pengarahan untuk melaksanakan layanan
bimbingan kelompok role playing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I dan Siklus II
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pembuatan perencanaan tindakan pada siklus I mengacu pada hasil refleksi
pra tindakan. Hasil yang diperoleh pada pra tindakan yaitu terdapat 15 subjek
yang memiliki kedisiplinan di sekolah rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut
diperlukan tindakan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan diawali dengan perencanaan, berikut
uraian langkah-langkah perencanaan tindakan:
1) Menyusun Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Siklus I (terlampir
di halaman 88), meliputi: naskah role playing (terlampir di halaman 93),
pelaksanaan layanan bimbingan dengan alokasi waktu dan tempat yang
telah ditentukan.
2) Mempersiapkan dua tutor yang ditentukan dalam membantu pelaksanaan
tindakan penelitian. Tutor bertugas membimbing masing-masing
kelompok yang telah ditetapkan dalam melaksanakan bimbingan
kelompok.
3) Membagi 15 orang subjek menjadi tiga kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 orang anggota.
4) Mempersiapkan instrumen angket dan pedoman observasi yang digunakan
dalam penilaian subjek setelah pelaksanaan tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Mei 2012 di ruang
kelas IX-D yang sudah selesai digunakan untuk pembelajaran. Pelaksanaan
tindakan dilakukan selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) dengan menggunakan
layanan bimbingan kelompok role playing. Kegiatan tersebut secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Tahap pembukaan
Pada tahap pembukaan diawali dengan mengecek kehadiran subjek dan
pemutaran film edukasi mengenai kedisiplinan di sekolah. Langkah
selanjutnya memberikan penjelasan kepada subjek mengenai jalannya
kegiatan bimbingan kelompok role playing.
2) Tahap pelaksanaan
a) Membagi 15 orang subjek menjadi tiga kelompok dan mempersiapkan
tempat masing-masing kelompok.
b) Masing-masing tutor mempersiapkan diri untuk bergabung dengan
kelompok subjek dan berdiskusi dengan anggota kelompok untuk memilih
ketua kelompok.
c) Membagikan naskah role playing dan tutor menjelaskan tata cara dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok role playing.
d) Tutor dan anggota kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasi peran dan
karakter peran yang terdapat dalam naskah role playing.
e) Tutor dan ketua kelompok memilih pemain yang sesuai dengan peran yang
terdapat didalam naskah role playing.
f) Ketua kelompok mengambil undian nomor urut pelaksanaan permainan
peran.
g) Anggota kelompok mengatur tempat dan menentukan jalannya role
playing serta melaksanakan bermain peran sebagaimana yang telah di
skenariokan.
3) Tahap penutup
a) Peneliti, tutor dan guru BK mengamati jalannya role playing dan
meninjau para pemain dalam memelihara jalannya permainan.
b) Setelah permainan selesai tutor mengadakan diskusi dan evaluasi bersama
dengan anggota kelompok untuk membicarakan kembali pusat-pusat
perhatian pemain serta mengembangkan permainan berikutnya sebagai
usaha perbaikan agar sesuai dengan tujuan permainan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c) Peneliti mengakhiri tindakan siklus I dengan mendiskusikan hasil
permainan sebagai bentuk evaluasi dan dapat menunjukkan perubahan
sesuai yang diharapkan.
c. Observasi
Penilaian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Mei 2012
di ruang kelas IX D. Penilaian yang dilakukan dengan memberikan angket
kedisiplinan siswa di sekolah kepada subjek setelah diberi tindakan pada siklus I.
Pemberian angket tersebut untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan
layanan bimbingan kelompok role playing.
Berdasarkan hasil pengisian angket pada siklus I, terdapat peningkatan pada
subjek mengenai kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut ditunjukkan pada
hasil skor angket siklus I yang mengalami peningkatan dibanding dengan hasil
skor angket pra tindakan. Perbandingan tersebut dapat diketahui pada
perbandingan skor angket pra tindakan dan paska tindakan siklus I berikut ini:
Tabel 5. Skor Angket Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus I
No Nama Skor Angket
Pra Tindakan
Skor Angket
Siklus I
Skor Angket
Pra Tindakan
Skala 100
Skor Angket
Siklus I
Skala 100
1. CD 146 167 73 83,5
2. DJ 143 159 71,5 79,5
3. EF 134 162 67 81
4. FM 148 158 74 79
5. HS 141 160 70,5 80
6. ID 143 166 71,5 83
7. LK 136 157 68 78,5
8. MM 142 161 71 80,5
9. OP 131 155 65,5 77,5
10. PW 145 160 72,5 80
11. RG 134 158 67 79
12. RF 138 162 69 81
13. RN 149 166 74,5 83
14. YP 150 163 75 81,5
15. YA 140 165 70 82,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Observasi tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa tanggal
21 dan 22 Mei 2012. Observasi ini dilakukan dengan mengamati perilaku
kedisiplinan subjek di sekolah setelah diberi tindakan siklus I. Pengamatan
tersebut dilakukan di lingkungan sekolah pada saat jam kegiatan pembelajaran
dengan mencatat perilaku kedisiplinan siswa yang diterapkan di sekolah.
Penilaian observasi dilakukan sesuai dengan pedoman observasi yang telah
disediakan. Berikut hasil penilaian observasi pra tindakan dan setelah tindakan
siklus I:
Tabel 6. Skor Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus I
No Nama
Skor
Observasi
Pra Tindakan
Skor
Observasi
Siklus I
Skor Observasi
Pra Tindakan
Skala 100
Skor Observasi
Siklus I
Skala 100
1. CD 37 53 46,25 66,25
2. DJ 35 50 43,75 62,5
3. EF 28 49 35 61,25
4. FM 39 57 48,75 71,25
5. HS 36 49 45 61,25
6. ID 36 51 45 63,75
7. LK 28 47 35 58,75
8. MM 34 55 42,5 68,75
9. OP 32 54 40 67,5
10. PW 34 52 42,5 65
11. RG 34 56 42,5 70
12. RF 36 58 45 72,5
13. RN 35 54 43,75 67,5
14. YP 38 55 47,5 68,75
15. YA 32 55 40 68,75
d. Analisis Persentase, Analisis Klinis, dan Refleksi
1) Analisis Persentase
Data hasil penilaian dari pra tindakan dan tindakan siklus I dianalisis
menggunakan analisis Persentase. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui tingkat perubahan perilaku yang telah dicapai oleh masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
masing subjek. Perhitungan analisis Persentase menggunakan rumus dari
Godwin dan Coates. Perhitungan tersebut berdasarkan skor rata-rata setiap
subjek dari hasil penjumlahan skor angket dan observasi dalam skala 100.
Berikut skor rata-rata angket dan observasi pada pra tindakan dan paska
tindakan siklus I:
Tabel 7. Skor Rata-rata Angket dan Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus I
No Nama Skor Rata-rata
Pra Tindakan
Skor Rata-rata
Siklus I
1. CD 59,625 74,875
2. DJ 57,625 71
3. EF 51 71,125
4. FM 61,375 75,125
5. HS 57,75 70,625
6. ID 58,25 73,375
7. LK 51,5 68,625
8. MM 56,75 74,625
9. OP 52,75 72,5
10. PW 57,5 72,5
11. RG 54,75 74,5
12. RF 57 76,75
13. RN 59,125 75,25
14. YP 61,25 75,125
15. YA 55 75,625
Berdasarkan tabel diatas, maka perhitungan Persentase perubahan
perilaku dihitung menggunakan rumus:
Post rate adalah skor rata-rata siklus I, sedangkan base rate adalah skor
rata-rata pra tindakan. Hasil perhitungan Persentase perubahan perilaku
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Persentase Perubahan Perilaku Masing-masing Subjek Pada Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
No Nama Skor Rata-rata
Pra Tindakan
Skor Rata-rata
Siklus I
Persentase
Perubahan Perilaku
1. CD 59,625 74,875 25,58%
2. DJ 57,625 71 23,21%
3. EF 51 71,125 39,46%
4. FM 61,375 75,125 22,40%
5. HS 57,75 70,625 22,29%
6. ID 58,25 73,375 25,97%
7. LK 51,5 68,625 33,25%
8. MM 56,75 74,625 31,50%
9. OP 52,75 72,5 37,44%
10. PW 57,5 72,5 26,09%
11. RG 54,75 74,5 36,07%
12. RF 57 76,75 34,65%
13. RN 59,125 75,25 27,27%
14. YP 61,25 75,125 22,65%
15. YA 55 75,625 37,5%
Jumlah rata-rata Persentase peningkatan perilaku seluruh subjek
29,69%
2) Analisis Klinis
Data dari subjek penelitian yang telah diobservasi selanjutnya
dianalisis dengan analisis klinis. Proses analisis klinis dilakukan dengan
bertanya kepada orang terdekat subjek yaitu teman sekelas dan guru mata
pelajaran mengenai perilaku kedisiplinan subjek di sekolah. Berikut
penjelasan lebih lanjut mengenai perubahan perilaku kedisiplinan subjek
di sekolah setelah pemberian tindakan siklus I:
a) CD
Hasil observasi pra tindakan menunjukkan bahwa CD adalah subjek yang
memiliki perilaku kedisiplinan di sekolah rendah. Hal tersebut ditunjukkan
dengan penampilan subjek yang mengeluarkan baju seragam, sering keluar
kelas saat pergantian jam pelajaran, memainkan HP di kelas, mengobrol
saat jam pelajaran berlangsung, membolos saat jam pelajaran berlangsung,
dan tidak khidmad dalam mengikuti upacara. Perubahan perilaku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dialami subjek setelah pemberian tindakan siklus I masih belum optimal
karena ada beberapa perilaku subjek yang belum meningkat. Perubahan
perilaku yang dialami subjek adalah jarang untuk keluar kelas saat
pergantian jam pelajaran, memperhatikan pelajaran seksama walaupun
masih ngobrol dengan teman sebangku, seragam terkadang masih
dikeluarkan dan jarang memainkan HP di kelas.
b) DJ
Perilaku subjek pada pra tindakan adalah sering keluar kelas saat jam
pelajaran berlangsung, suka mengobrol hal diluar pelajaran pada saat guru
menjelaskan, berbicara tidak sopan dengan guru dan karyawan sekolah,
membolos saat jam pelajaran, tiduran saat guru sedang menjelaskan
pelajaran, mengandalkan teman dalam tugas kelompok, dan subjek suka
mencari kesibukan sendiri ketika ada tugas. Perubahan perilaku setelah
tindakan siklus I adalah subjek sudah jarang untuk keluar kelas saat jam
pelajaran berlangsung, cara bicara subjek sudah sedikit sopan, dan subjek
sudah ada keinginan untuk aktif dalam mengerjakan tugas kelompok.
c) EF
Subjek merupakan siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa
keterangan, keseharian subjek di sekolah selalu tiduran disaat jam
pelajaran berlangsung, keluar kelas pada saat pergantian jam pelajaran,
merasa acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan guru mata pelajaran
sehingga subjek sering terlambat dalam mengumpulkan tugas yang
diberikan. Perubahan perilaku yang dialami subjek setelah pemberian
tindakan siklus I adalah subjek lebih tertib dalam mengikuti pelajaran dan
sudah jarang untuk membolos sekolah, disamping itu subjek sudah bisa
menerima tugas dengan baik walaupun dalam pengerjaan dan
pengumpulannya masih terlambat.
d) FM
Perilaku subjek di sekolah sering membuat onar, subjek suka membolos
pada saat jam pelajaran, berbicara kurang sopan dengan guru dan
karyawan di sekolah, terlambat datang ke sekolah, penampilan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
seragam yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Setelah pemberian
tindakan siklus I maka perubahan yang dialami oleh subjek sudah semakin
baik, yaitu subjek sudah bisa berbicara sopan dengan guru dan karyawan,
dan keterlambatan subjek untuk datang ke sekolah sudah berkurang.
e) HS
Subjek sering mengobrol hal yang tidak penting dengan teman ketika
pelajaran sedang berlangsung, memainkan HP saat jam pelajaran,
mengeluarkan baju seragam, dan mengandalkan temannya saat ada tugas
kelompok yang harus segera dikumpulkan. Setelah pemberian tindakan
siklus I, subjek mengalami perubahan perilaku kedisiplinan saat pelajaran
berlangsung tingkat berbicara subjek tentang hal diluar pelajaran sudah
berkurang dan penampilan berseragam subjek sudah sesuai dengan
peraturan sekolah.
f) ID
Subjek sering keluar kelas saat pergantian jam pelajaran, suka membolos
pada saat jam pelajaran berlangsung, seragam sekolah dikeluarkan,
mengobrol hal yang tidak penting pada saat jam pelajaran dan upacara,
memainkan HP di kelas, dan menghindari kegiatan sekolah dengan asyik
bermain bersama teman. Perubahan yang terjadi setelah tindakan siklus I
adalah subjek sudah mengurangi kebiasaannya untuk keluar kelas saat
pergantian jam pelajaran, penampilan sudah terlihat rapi dan intensitas
mengobrol subjek sudah berkurang.
g) LK
Subjek sering berbicara kurang sopan dengan guru dan karyawan,
membolos pada saat jam pelajaran, keluar kelas saat pergantian jam
pelajaran, merasa acuh tak acuh dalam menerima tugas dari guru,
mengandalkan teman dalam mengerjakan tugas kelompok, asyik bermain
dengan teman lain ketika sedang melaksanakan diskusi kelompok.
Perubahan perilaku yang terjadi pada subjek setelah tindakan siklus I
adalah tingkat membolos dan keluar kelas subjek sudah berkurang, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
subjek sudah ikut aktif dalam kegiatan kelompok meskipun hanya
mendengarkan.
h) MM
Subjek selalu mengeluarkan baju seragam, memainkan HP dikelas, sering
tidak membawa topi saat upacara, terlambat dalam mengumpulkan tugas,
mengandalkan teman dalam mengerjakan tugas dan tiduran ketika guru
sedang menjelaskan didepan kelas. Perubahan perilaku yang terjadi adalah
subjek sudah bisa membiasakan diri untuk tidak mengeluarkan seragam
sekolahnya, subjek sudah membawa topi ketika akan upacara dan lebih
siap dalam menerima pelajaran dengan tidak tiduran di kelas.
i) OP
Subjek suka keluar kelas saat jam pelajaran yang tidak disukai, berbicara
kurang sopan dengan guru ataupun karyawan sekolah, terlambat dalam
masuk sekolah, menunda tugas dengan berbagai alasan sehingga sering
terlambat dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan tugas dengan
seadanya. Perubahan yang terjadi setelah siklus I adalah subjek mulai
membiasakan diri untuk berbicara sopan dengan guru dan karyawan,
mengumpulkan tugas tepat waktu meskipun dalam pengerjaannya masih
kurang optimal.
j) PW
Perilaku subjek saat pra tindakan adalah memainkan HP di kelas, berbicara
kurang sopan dengan guru dan karyawan sekolah, keluar kelas saat jam
pelajaran berlangsung, dan tiduran ketika guru sedang menjelaskan
pelajaran. Perubahan perilaku subjek terlihat setelah diberi tindakan siklus
I. Perubahan perilaku tersebut adalah subjek sudah jarang untuk
memainkan HP di kelas, cara berbicara subjek dengan guru dan karyawan
sudah sopan dan subjek lebih siap untuk menerima pelajaran sehingga
subjek tidak tidur di kelas.
k) RG
Subjek sering membolos sekolah, mengobrol hal yang tidak penting di luar
jam pelajaran, mengandalkan teman dalam tugas kelompok dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
mengenakan topi saat upacara. Setelah diberi tindakan siklus I perilaku
subjek menunjukkan perubahan tetapi belum optimal. Perubahan perilaku
tersebut adalah setiap upacara subjek sudah memakai topi dan subjek
sudah jarang untuk membolos sekolah.
l) RF
Kesehariannya di sekolah penampilan subjek terlihat tidak rapi, mencari
kesibukan sendiri ketika ada tugas dari guru, terlambat dalam
mengumpulkan tugas, keluar kelas saat pelajaran dimulai dan menghindari
kegiatan sekolah dengan asyik bermain bersama teman. Setelah diberi
tindakan siklus I, perubahan perilaku subjek yang memiliki kedisiplinan
rendah menjadi meningkat. Perubahan tersebut diketahui dari penampilan
subjek yang sudah rapi, tetap berada di kelas saat pelajaran berlangsung
dan mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah.
m) RN
Subjek termasuk siswa yang aktif, karena keaktifannya tersebut subjek
sibuk mengganggu temannya saat pelajaran berlangsung, suka mengobrol
hal yang tidak penting saat pelajaran berlangsung, dan membolos jam
pelajaran dengan pergi ke kantin. Setelah mendapatkan tindakan siklus I
perubahan perilaku subjek yang dulu suka mengganggu teman sudah
mulai berkurang, intensitas dalam membolos pada jam pelajaran juga
mulai berkurang.
n) YP
Subjek sering keluar kelas saat pergantian jam pelajaran, mengandalkan
teman dalam tugas kelompok, dan tiduran ketika pelajaran berlangsung.
Setelah diberi tindakan siklus I perilaku subjek berubah dari yang suka
tiduran di kelas sekarang sudah tidak lagi dan subjek sudah jarang untuk
keluar kelas saat pergantian jam pelajaran.
o) YA
Subjek sering keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung, berbicara
kurang sopan dengan guru atau karyawan sekolah, memainkan HP di
kelas, asyik sibuk sendiri ketika pelajaran berlangsung dan mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
baju seragamnya. Setelah diberi tindakan siklus I perilaku subjek
mengalami perubahan yaitu baju seragam subjek sudah tidak dikeluarkan
lagi, cara berbicara subjek dengan guru dan karyawan sudah sopan dan
subjek sudah jarang untuk memainkan HP di kelas.
3) Refleksi
Persentase perubahan perilaku masing-masing subjek pada pra
tindakan dan paska tindakan siklus I dapat diketahui bahwa masing-
masing subjek mengalami peningkatan perilaku kedisiplinan siswa
disekolah tetapi belum signifikan. Jumlah rata-rata peningkatan
keseluruhan subjek yang dicapai pada siklus I sebesar 29,69%. Persentase
peningkatan tersebut masih dibawah indikator keberhasilan yang
ditetapkan sebesar 50% dari kondisi awal. Oleh karena itu perlu diadakan
refleksi siklus I dengan mendiskusikan dengan guru BK mengenai
tindakan yang telah dilakukan kepada subjek. Diskusi tersebut mengkaji
kembali tindakan yang dirasa belum maksimal dalam pelaksanaannya. Hal
tersebut disebabkan oleh proses pelaksanaan permainan peran subjek
belum optimal dalam memerankan peran yang dimainkannya.
Upaya untuk mencapai hasil yang signifikan yaitu dengan memenuhi
indikator keberhasilan minimum 50%, maka perlu diberi tindakan siklus
II. Pelaksanaan tindakan siklus II menekankan pada perbaikan layanan
bimbingan kelompok role playing dengan memperbaiki dan
mengembangkan skenario permainan peran yang telah dimainkan oleh
subjek pada siklus I agar subjek dapat optimal dalam memainkannya.
Perbaikan tindakan yang diberikan pada siklus II diharapkan dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa disekolah dengan ditandai tercapainya
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus II mengacu pada hasil refleksi dari tindakan
yang telah dilakukan pada siklus I dengan memperbaiki proses pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok role playing. Oleh karena itu diperlukan perbaikan
dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah sesuai dengan indikator keberhasilan yang
ditetapkan. Perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan perencanaan
tindakan pada siklus I. Berikut uraian langkah-langkah perencanaan pelaksanaan
tindakan siklus II yang akan dilakukan:
1) Menyusun Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Siklus II (terlampir
di halaman 91), meliputi: naskah role playing sama dengan naskah siklus I
dan pelaksanaan layanan bimbingan dengan alokasi waktu dan tempat
yang ditentukan.
2) Mempersiapkan dua tutor yang ditentukan dalam membantu pelaksanaan
tindakan penelitian. Tutor bertugas membimbing masing-masing
kelompok dalam memperbaiki skenario permainan peran agar sesuai
dengan tujuan dari layanan bimbingan kelompok role playing dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
3) Mempersiapkan tempat dan peralatan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan tindakan siklus II.
4) Mempersiapkan instrumen angket dan pedoman observasi yang digunakan
dalam penilaian subjek setelah pelaksanaan tindakan siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07 Juni 2012 di
ruang kelas IX-D yang sudah selesai digunakan untuk pembelajaran. Pelaksanaan
tindakan dilakukan selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) dengan menggunakan
layanan bimbingan kelompok role playing. Kegiatan tersebut secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap pembukaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada tahap pembukaan diawali dengan mengecek kehadiran subjek dan
pemberian ice breaking untuk memotivasi subjek dalam mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok.
2) Tahap pelaksanaan
a) Membahas kembali mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan pada
siklus I. Pembahasan tersebut mengenai usaha perbaikan yang akan
dilaksanakan pada siklus II.
b) Mengelompokkan subjek sesuai dengan kelompok masing-masing dan
tutor mempersiapkan diri untuk bergabung dengan kelompok yang
diampu. Tutor dan anggota kelompok memulai pembimbingan mengenai
perbaikan yang akan dilakukan anggota kelompok.
c) Tutor menjelaskan tata cara pelaksanaan permainan peran sesuai dengan
tujuan dari bimbingan kelompok role playing.
d) Ketua kelompok mengambil undian nomor urut pelaksanaan permainan
peran.
e) Anggota kelompok mengatur tempat dan melaksanakan bermain peran
sesuai dengan skenario yang telah diperbaiki.
3) Tahap penutup
a) Peneliti, tutor, dan guru BK mengamati jalannya role playing dan
meninjau para pemain dalam memelihara jalannya permainan.
b) Setelah permainan selesai tutor mengadakan diskusi dan evaluasi bersama
dengan anggota kelompok mengenai usaha perbaikan yang telah
dilaksanakan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c) Peneliti mengakhiri tindakan siklus II dengan mendiskusikan hasil
permainan peran. Peneliti menghubungkan situasi permasalahan yang
diangkat dalam permainan peran dengan pengalaman subjek dalam
kehidupan nyata dan mengidentifikasi perilaku-perilaku disiplin yang
harus diterapkan di lingkungan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c. Observasi
Penilaian tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 09 Juni
2012 di ruang kelas IX D. Penilaian yang dilakukan adalah dengan memberikan
angket kedisiplinan siswa di sekolah kepada subjek setelah pelaksanaan tindakan
siklus II. Pemberian angket tersebut untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan
tindakan layanan bimbingan kelompok role playing.
Berdasarkan hasil pengisian angket pada siklus II, terdapat peningkatan pada
subjek mengenai kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut ditunjukkan pada
hasil skor angket siklus II yang mengalami peningkatan dibanding dengan hasil
skor angket siklus I dan pra tindakan. Perbandingan tersebut dapat diketahui pada
perbandingan skor angket pra tindakan dan paska tindakan siklus II berikut ini:
Tabel 9. Skor Angket Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus II
No Nama Skor Angket
Pra Tindakan
Skor Angket
Siklus II
Skor Angket
Pra Tindakan
Skala 100
Skor Angket
Siklus II
Skala 100
1. CD 146 181 73 90,5
2. DJ 143 176 71,5 88
3. EF 134 159 67 79,5
4. FM 148 185 74 92,5
5. HS 141 173 70,5 86,5
6. ID 143 178 71,5 89
7. LK 136 159 68 79,5
8. MM 142 168 71 84
9. OP 131 157 65,5 78,5
10. PW 145 164 72,5 82
11. RG 134 162 67 81
12. RF 138 169 69 84,5
13. RN 149 176 74,5 88
14. YP 150 176 75 88
15. YA 140 163 70 81,5
Penilaian yang dilakukan selanjutnya adalah penilaian dengan menggunakan
observasi kepada subjek. Observasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Senin dan Selasa tanggal 11 dan 12 Juni 2012. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati perilaku kedisiplinan subjek di sekolah setelah diberi tindakan siklus
II. Pengamatan tersebut dilakukan di lingkungan sekolah pada saat jam kegiatan
pembelajaran dengan mencatat perilaku kedisiplinan siswa yang diterapkan di
sekolah. Berikut hasil observasi setelah tindakan siklus II:
Tabel 10. Skor Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus II
No Nama
Skor
Observasi Pra
Tindakan
Skor
Observasi
Siklus II
Skor Observasi
Pra Tindakan
Skala 100
Skor Observasi
Siklus II
Skala 100
1. CD 37 73 46,25 91,25
2. DJ 35 70 43,75 87,5
3. EF 28 60 35 75
4. FM 39 74 48,75 92,5
5. HS 36 71 45 88,75
6. ID 36 72 45 90
7. LK 28 63 35 78,75
8. MM 34 71 42,5 88,75
9. OP 32 66 40 82,5
10. PW 34 75 42,5 93,75
11. RG 34 70 42,5 87,5
12. RF 36 73 45 91,25
13. RN 35 76 43,75 95
14. YP 38 78 47,5 97,5
15. YA 32 70 40 87,5
d. Analisis Persentase, Analisis Klinis, dan Refleksi
1) Analisis Persentase
Data hasil penilaian pada pra tindakan dan paska tindakan siklus II
dianalisis menggunakan analisis Persentase. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui tingkat perubahan perilaku yang telah dicapai oleh masing-
masing subjek setelah pemberian tindakan siklus II. Perhitungan analisis
Persentase menggunakan rumus dari Godwin dan Coates. Perhitungan
tersebut berdasarkan skor rata-rata setiap subjek dari hasil penjumlahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
skor angket dan observasi dalam skala 100. Berikut skor rata-rata angket
dan observasi pada pra tindakan dan paska tindakan siklus II:
Tabel 11. Skor Rata-rata Angket dan Observasi Pra Tindakan dan Paska Tindakan Siklus II
No Nama
Skor Rata-rata
Pra Tindakan
Skor Rata-rata
Siklus II
1. CD 59,625 90,875
2. DJ 57,625 87,75
3. EF 51 77,25
4. FM 61,375 92,5
5. HS 57,75 87,625
6. ID 58,25 89,5
7. LK 51,5 79,125
8. MM 56,75 86,375
9. OP 52,75 80,5
10. PW 57,5 87,875
11. RG 54,75 84,25
12. RF 57 87,875
13. RN 59,125 91,5
14. YP 61,25 92,75
15. YA 55 84,5
Berdasarkan tabel diatas, maka perhitungan Persentase perubahan perilaku
dihitung dapat dihitung dengan rumus:
Post rate adalah skor rata-rata siklus II, sedangkan base rate adalah skor rata-rata
pra tindakan. Hasil perhitungan Persentase perubahan perilaku dapat dilihat pada
tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 12. Persentase Perubahan Perilaku Masing-masing Subjek Pada Siklus II
No Nama Skor Rata-rata
Pra Tindakan
Skor Rata-rata
Siklus II
Persentase
Perubahan Perilaku
1. CD 59,625 90,875 52,41% 2. DJ 57,625 87,75 52,28% 3. EF 51 77,25 51,47% 4. FM 61,375 92,5 50,71% 5. HS 57,75 87,625 51,73% 6. ID 58,25 89,5 53,65% 7. LK 51,5 79,125 53,64% 8. MM 56,75 86,375 52,20% 9. OP 52,75 80,5 52,61% 10. PW 57,5 87,875 52,83% 11. RG 54,75 84,25 53,88% 12. RF 57 87,875 54,17% 13. RN 59,125 91,5 54,76% 14. YP 61,25 92,75 51,43% 15. YA 55 84,5 53,64%
Jumlah rata-rata Persentase peningkatan perilaku seluruh subjek
52,76%
2) Analisis Klinis
Data dari subjek penelitian yang telah diobservasi selanjutnya dianalisis
dengan analisis klinis. Proses analisis klinis dilakukan dengan bertanya kepada
orang terdekat subjek yaitu teman sekelas dan guru mata pelajaran mengenai
perilaku kedisiplinan subjek di sekolah. Berikut penjelasan mengenai
perubahan perilaku kedisiplinan subjek di sekolah setelah pemberian tindakan
siklus II:
a) CD
Perubahan perilaku yang dialami subjek setelah pemberian tindakan siklus II
mengalami peningkatan yang optimal dan signifikan. Perubahan perilaku
tersebut adalah subjek tidak keluar kelas saat pergantian jam pelajaran,
memperhatikan pelajaran dengan seksama, seragam tidak dikeluarkan dan
jarang memainkan HP di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) DJ
Perubahan perilaku subjek setelah tindakan siklus II adalah subjek tidak keluar
kelas saat jam pelajaran berlangsung, apabila mau keluar subjek sudah
meminta ijin kepada guru yang sedang mengajar, cara bicara subjek sudah
sopan dengan guru dan karyawan, subjek sudah tidak tiduran di kelas ketika
guru sedang menjelaskan, dan subjek sudah aktif serta ikut berpartisipasi
dalam mengerjakan tugas kelompok.
c) EF
Pada siklus I subjek masih terlihat membolos sekolah meskipun jarang dan
dalam pengumpulan tugas masih terlambat. Perubahan perilaku yang dialami
subjek setelah pemberian tindakan siklus II adalah subjek sudah aktif masuk
sekolah, dan dalam pengumpulan tugas subjek terkadang masih terlambat.
d) FM
Perilaku kedisiplinan subjek yang masih rendah setelah pemberian tindakan
siklus I adalah subjek terkadang masih terlambat datang ke sekolah, membolos
pada saat jam pelajaran, penampilan atau seragam yang tidak sesuai dengan
peraturan sekolah. Perkembangan yang terjadi setelah tindakan siklus II
adalah subjek sudah tidak terlambat datang ke sekolah, penampilan subjek
sudah rapi dan subjek sudah tidak lagi membolos pada saat jam pelajaran.
e) HS
Perubahan yang dialami subjek setelah tindakan siklus I adalah subjek masih
memainkan HP saat jam pelajaran, dan mengandalkan temannya saat ada
tugas kelompok yang harus segera dikumpulkan. Perkembangan yang terjadi
setelah pemberian tindakan siklus II adalah subjek sudah bisa mengontrol
dirinya untuk tidak memainkan HP saat jam pelajaran dan subjek sudah aktif
dalam mengikuti kegiatan kelompok tanpa harus mengandalkan temannya.
f) ID
Perilaku kedisiplinan subjek yang belum meningkat pada siklus I adalah
memainkan HP di kelas, dan menghindari kegiatan sekolah dengan asyik
bermain bersama teman. Setelah diberi tindakan pada siklus II, maka
perkembangan perubahan perilaku subjek meningkat. Subjek sudah jarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
untuk memainkan HP di kelas pada saat jam pelajaran dan subjek
membiasakan diri untuk mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah.
g) LK
Perilaku subjek yang belum mengalami perkembangan pada siklus I adalah
subjek sering berbicara kurang sopan dengan guru dan karyawan, merasa acuh
tak acuh dalam menerima tugas dari guru. Setelah pemberian tindakan siklus
II perilaku subjek mengalami perubahan yaitu subjek sudah bisa untuk
membiasakan diri berbicara dengan sopan kepada guru dan karyawan,
disamping itu subjek sudah bisa untuk menerima tugas yang diberikan oleh
guru dengan baik.
h) MM
Subjek masih memainkan HP di kelas, terlambat dalam mengumpulkan tugas,
dan mengandalkan teman dalam mengerjakan tugas walaupun telah diberi
tindakan siklus I. Perubahan perilaku subjek dapat meningkat lagi setelah
diberi tindakan siklus II. Subjek sudah tidak memainkan HP di kelas, dalam
mengerjakan tugas kelompok subjek sudah bisa ikut bergabung dalam
memberi saran maupun jawaban dan subjek sudah bisa mengumpulkan tugas
tepat waktu meskipun belum rutin.
i) OP
Perilaku subjek yang belum berubah pada siklus I adalah subjek suka keluar
kelas saat jam pelajaran yang tidak disukai, terlambat dalam masuk sekolah.
Setelah pemberian tindakan siklus II perilaku subjek mengalami perubahan
yaitu subjek sudah jarang untuk keluar kelas saat pelajaran yang tidak disukai
dan subjek sudah bisa membiasakan diri untuk datang tepat waktu sampai di
sekolah.
j) PW
Perilaku kedisiplinan subjek yang belum meningkat pada siklus I adalah
keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Tindakan yang diberikan pada
siklus II dapat merubah perilaku subjek menjadi tidak keluar kelas saat jam
pelajaran berlangsung kecuali ada keperluan penting sehingga tidak
mengganggu proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
k) RG
Setelah diberi tindakan siklus I perilaku subjek yang belum meningkat adalah
mengurangi intensitas mengobrol hal yang tidak penting di luar jam pelajaran,
mengandalkan teman dalam tugas kelompok. Pemberian tindakan pada siklus
II dapat meningkatkan kedisiplinan subjek yaitu subjek sudah jarang untuk
mengobrol hal yang tidak penting saat pelajaran berlalngsung dan subjek
sudah percaya diri untuk mengerjakan sendiri tugas sekolahnya.
l) RF
Subjek masih mencari kesibukan sendiri ketika ada tugas dari guru dan
terlambat dalam mengumpulkan tugas. Setelah diberi tindakan siklus II,
perubahan perilaku subjek yaitu subjek sudah dapat mengontrol dirinya untuk
serius dan fokus terhadap tugas yang diberikan oleh guru sehingga tidak
terlambat dalam pengumpulannya.
m) RN
Subjek masih suka mengobrol hal yang tidak penting saat pelajaran
berlangsung. Setelah mendapatkan tindakan siklus II perubahan perilaku yang
terjadi yaitu subjek sudah dapat membiasakan diri untuk tidak mengobrol saat
jam pelajaran dan sekarang subjek mencoba untuk mencatat apa yang
dijelaskan oleh guru.
n) YP
Subjek masih mengandalkan teman dalam tugas kelompok. Setelah diberi
tindakan siklus II perilaku subjek berubah menjadi lebih percaya diri dalam
mengerjakan tugas dan subjek ikut berperan aktif dalam berdiskusi dengan
anggota kelompoknya.
o) YA
Subjek masih sering keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung, asyik sibuk
sendiri ketika pelajaran berlangsung. Setelah diberi tindakan siklus II perilaku
subjek mengalami perubahan yaitu intensitas subjek untuk keluar kelas sudah
berkurang dan subjek terlihat siap dan memperhatikan pelajaran daripada
mengganggu temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
3) Refleksi
Perhitungan Persentase perubahan perilaku pada siklus II menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil
perbandingan skor pra tindakan dengan skor paska tindakan siklus II pada
masing-masing subjek mengalami peningkatan perilaku kedisiplinan siswa
disekolah. Jumlah rata-rata peningkatan keseluruhan subjek yang dicapai pada
siklus II sebesar 52,76% dari kondisi pra tindakan. Pencapaian tersebut sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk perubahan
perilaku minimal 50%.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam tahap-tahap
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok role playing telah berjalan dengan
baik melalui beberapa perbaikan yang dilakukan pada tiap siklus. Hal tersebut
diketahui dari proses permainan peran yang dilakukan oleh subjek lebih
maksimal dibanding siklus sebelumnya, sehingga pemahaman dan
peningkatan subjek dalam mengembangkan diri untuk lebih disiplin dapat
tercapai sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I dengan Siklus II
Data penelitian yang telah didapat dalam setiap pelaksanaan tindakan yang
telah dilakukan dianalisis untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada setiap
subjek. Data yang telah dianalisis pada pra tindakan, siklus I dan siklus II,
selanjutnya dilakukan perbandingan perkembangan antarsiklus untuk
mendeskripsikan peningkatan yang dicapai dari pra tindakan ke siklus I dan siklus
II. Deskripsi perkembangan subjek dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada tabel Persentase perubahan perilaku sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 13. Deskripsi Perkembangan Setiap Subjek Pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
No Nama
Skor Pra
Tindakan
Skor
Siklus
I
Skor
Siklus
II
Skor
Perkembangan
Siklus I (%)
Skor
Perkembangan
Siklus II (%)
1. CD 59,625 74,875 90,875 25,58% 52,41% 2. DJ 57,625 71 87,75 23,21% 52,28% 3. EF 51 71,125 77,25 39,46% 51,47% 4. FM 61,375 75,125 92,5 22,40% 50,71% 5. HS 57,75 70,625 87,625 22,29% 51,73% 6. ID 58,25 73,375 89,5 25,97% 53,65% 7. LK 51,5 68,625 79,125 33,25% 53,64% 8. MM 56,75 74,625 86,375 31,50% 52,20% 9. OP 52,75 72,5 80,5 37,44% 52,61% 10. PW 57,5 72,5 87,875 26,09% 52,83% 11. RG 54,75 74,5 84,25 36,07% 53,88% 12. RF 57 76,75 87,875 34,65% 54,17% 13. RN 59,125 75,25 91,5 27,27% 54,76% 14. YP 61,25 75,125 92,75 22,65% 51,43% 15. YA 55 75,625 84,5 37,5% 53,64%
Rata-rata
keseluruhan 56,75 73,44 86,68
29,69% 52,76% Rata-rata perkembangan tiap siklus
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perkembangan perubahan perilaku
kedisiplinan siswa di sekolah dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan
perubahan tersebut sebesar 29,69% pada siklus I dan 52,76% pada siklus II.
Gambaran deskripsi perkembangan pada masing-masing subjek dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Grafik 1. Grafik Peningkatan Skor Setiap Subjek Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Perbandingan perkembangan hasil pra tindakan, siklus I dan siklus II
diketahui dari rata-rata skor keseluruhan subjek penelitian. Gambaran dari
perbandingan perkembangan hasil pra tindakan, siklus I dan siklus II tersebut
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 2. Diagram Peningkatan Skor Rata-rata Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Hasil perbandingan perkembangan diatas terlihat bahwa perubahan perilaku
kedisiplinan subjek di sekolah mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hasil
yang diperoleh antarsiklus meningkat dari rata-rata skor total pra tindakan sebesar
56,75 menjadi 73,44 pada siklus I dan 86,68 pada siklus II.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
CD DJ
EF FM HS ID LK
MM OP
PW RG RF RN YP YA
Ting
kata
n N
ilai
Nama Subjek
Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Pra Tindakan Siklus I Siklus IINilai Rata-rata Total 56.75 73.44 86.68
0
10
20
30
40
5060
70
80
90
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
D. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa subjek yang
mengikuti kegiatan penelitian bimbingan kelompok role playing untuk
meningkatkan kedisiplinan di sekolah adalah siswa yang tingkat kedisiplinan di
sekolah tergolong rendah. Hal tersebut diketahui dari hasil penilaian angket dan
observasi yang telah dianalisis pada sub bab diatas yang menjelaskan bahwa dari
83 siswa yang mengerjakan angket kedisiplinan siswa di sekolah, terdapat 15
siswa yang skornya dibawah rata-rata yaitu < 150 dari keseluruhan siswa dengan
skor terendah 131, skor tertinggi 181, rata-rata 161.17, SD 11.472 dan skor (mean
1 SD) adalah < 150. Lima belas siswa tersebut dipilih dan menjadi subjek
penelitian untuk mendapatkan tindakan berupa layanan bimbingan kelompok role
playing yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
Pelaksanaan kegiatan penelitian layanan bimbingan kelompok role playing
dilakukan secara bertahap dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Kegiatan
yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II adalah perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi terhadap hasil tindakan. Pada siklus I pelaksanaan tindakan
yang dilakukan belum maksimal, karena terdapat beberapa subjek yang belum
bisa mengaktualisasikan diri untuk memainkan peran yang diperagakannya. Hasil
tindakan yang didapat pada siklus I belum dapat mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan yaitu masih berada dibawah 50%. Peningkatan perubahan
perilaku kedisiplinan belum signifikan, sehingga perlu diadakan tindakan siklus
II. Usaha perbaikan tindakan pada siklus II dapat berjalan dengan baik karena
subjek sudah memahami pelaksanaan bimbingan kelompok dan dapat memainkan
peran dengan optimal sehingga dapat mengaitkan pesan dari permainan peran
tersebut dengan pengalaman subjek mengenai kedisiplinan siswa di sekolah.
Layanan bimbingan kelompok role playing efektif untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut terbukti dengan hasil analisis data
penelitian yang menggunakan analisis persentase membuktikan adanya
peningkatan kedisiplinan di sekolah pada subjek penelitian yang mendapatkan
tindakan. Hasil rata-rata nilai keseluruhan subjek yang diperoleh pada pra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tindakan adalah 56, 75. Setelah subjek diberikan tindakan pada siklus I, rata-rata
skor keseluruhan subjek yang didapat adalah 73,44 dan pada siklus II meningkat
menjadi 86,68. Besar persentase perubahan perilaku menunjukkan perubahan
secara keseluruhan pada siklus I sebesar 29,69% dan pada siklus II sebesar
52,76%. Berdasarkan persentase perubahan yang dicapai pada siklus II dan
pencapaian tersebut telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka
layanan bimbingan kelompok role playing dinyatakan efektif untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di sekolah kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta.
Berdasarkan hasil analisis klinis yang telah dilakukan, secara keseluruhan
terdapat perubahan perilaku kedisiplinan subjek di sekolah secara signifikan.
Perubahan perilaku tersebut ditunjukkan subjek melalui kedisiplinan di sekolah
yang semakin meningkat. Subjek dapat menerapkan disiplin dalam mematuhi tata
tertib sekolah antara lain penampilan atau seragam sesuai peraturan sekolah,
menghormati guru dan karyawan sekolah, tepat waktu dalam datang ke sekolah,
tidak meninggalkan pelajaran, tidak memainkan HP saat jam pelajaran
berlangsung, fokus dan serius dalam menerima pelajaran dari guru dan
mendukung, mengikuti dan mendukung kegiatan pembelajaran yang diadakan
sekolah.
Hasil penelitian membuktikan bahwa bimbingan kelompok role playing dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut terkait dengan hasil
penelitian yang relevan oleh Fardhika Saraswati, (2008) yang menunjukkan hasil
penggunaaan metode role playing dalam pembelajaran tematik dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari
siswa. Selain itu penelitian yang telah dilakukan oleh Lela Saputro (2010)
menunjukkan hasil bahwa bimbingan kelompok role playing dapat
mengembangkan kreatifitas, mendidik untuk bersikap disiplin dalam peraturan
dan pola hidup, serta mengelola kemampuan sosial dan emosi. Berdasarkan
temuan dalam penelitian tersebut dapat dimaknai bahwa pelaksanaan bimbingan
kelompok role playing dapat melatih untuk mengembangkan potensi yang ada
pada diri siswa dan melatih siswa untuk bersikap disiplin dalam menjalankan
peraturan di sekolah yang berlaku. Disamping itu sesuai dengan langkah-langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
atau tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok role playing menjadikan siswa
lebih terorganisasi, dapat menerapkan sikap disiplin serta mengembangkan
perilaku dalam mendisiplinkan diri melalui peraturan yang dibuat dalam
permainan peran pada bimbingan kelompok role playing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik
role playing di SMP Negeri 26 Surakarta terbukti dapat meningkatkan
Kelompok Teknik Role playing Efektif untuk Meningkatkan Kedisiplinan di
Sekolah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta
dapat diterima kebenarannya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada
15 orang subjek yang memiliki tingkat kedisiplinan di sekolah rendah. Skor rata-
rata total 15 subjek penelitian pada pra tindakan sebesar 56,75, kemudian diberi
tindakan siklus I dan menunjukkan hasil peningkatan sebesar 73,44, secara
prosentase peningkatan tersebut baru mencapai 29,69% (belum memenuhi
indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar 50%). Untuk mencapai target yang
ditentukan maka diadakan tindakan siklus II.
Hasil tindakan mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 86,68, secara
prosentase sebesar 52,76%. Hasil analisis klinis juga membuktikan bahwa
bimbingan kelompok teknik role playing efektif untuk meningkatkan kedisiplinan
di sekolah, karena subjek mengalami perubahan perilaku dari yang awalnya tidak
disiplin dalam mematuhi tata tertib sekolah menjadi disiplin dan dapat menerapka
kedisiplinan di sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa layanan bimbingan
kelompok role playing efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan memberikan implikasi
bahwa dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok role playing dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta
tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
masalah siswa melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing
merupakan salah satu alternatif dalam layanan bimbingan dan konseling yang
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Melalui layanan bimbingan
kelompok role playing siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses
pelaksanaan layanan tersebut. Keterlibatan siswa dalam kegiatan bimbingan
kelompok role playing merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan
tindakan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok role
playing meliputi kerjasama tutor dengan anggota kelompoknya, kreatifitas dalam
mencari solusi dari permasalahan mengenai kedisiplinan siswa di sekolah yang
tertulis pada naskah role playing, kemampuan dalam memahami dan memainkan
peran-peran, kemampuan dalam mengaitkan permasalahan kedisiplinan dalam
naskah role playing dengan kehidupan nyata yang sedang dialami. Peraturan
permainan yang berlaku pada bimbingan kelompok role playing merupakan
sarana awal yang diterapkan kepada siswa untuk melatih kedisiplinan dalam
mengikuti jalannya bimbingan kelompok role playing. Oleh karena itu pemberian
tindakan melalui layanan bimbingan kelompok role playing efektif untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah melalui layanan bimbingan kelompok
role playing, maka terdapat beberapa saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Kepada Guru BK
a. Diharapkan guru BK dapat menggunakan role playing sebagai salah satu
cara pemecahan masalah kepada siswa yang memiliki masalah dengan
cara memberi peran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, agar
siswa tersebut dapat memahami diri dan selanjutnya merubah sikap.
b. Diharapkan guru BK dapat menerapkan bimbingan kelompok role
playing dalam membantu menyelesaikan permasalahan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
berhubungan dengan kedisiplinan di sekolah maupun kedisiplinan pada
diri sendiri.
2. Kepada Siswa
a. Siswa diharapkan dapat memahami diri dan kemampuan yang dimiliki
melalui peran yang dilakukan dalam pelaksanaan role playing sehingga
dapat mengembangkan perilaku kearah yang positif.
b. Siswa diharapkan sadar dan melakukan peraturan sesuai yang ditetapkan
oleh sekolah agar tercipta perilaku yang siap untuk menerima pelajaran
dan menyesuaikan dengan lingkungan sehingga diperoleh perilaku yang
sehat dan tertib.
3. Kepada Peneliti Lain
Diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama kepada
kelompok subjek yang berbeda, misalnya SMA atau SMK supaya terdapat
hasil yang bervariasi.