skripsi - aditya bagus wicaksana -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/aditya bagus...

83
PERAN TEMPAT PELELANGAN IKAN TERHADAP AKTIVITAS PASCA MELAUT NELAYAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: ADITYA BAGUS WICAKSANA NIM. 125080400111107 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

PERAN TEMPAT PELELANGAN IKAN TERHADAP AKTIVITAS PASCA MELAUT NELAYAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh: ADITYA BAGUS WICAKSANA

NIM. 125080400111107

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

PERAN TEMPAT PELELANGAN IKAN TERHADAP AKTIVITAS PASCA MELAUT NELAYAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

JAWA TIMUR

SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanandi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:ADITYA BAGUS WICAKSANA

NIM. 125080400111107

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 3: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

ii

Page 4: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini tentang

Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp.) di Kelompok

Pembudidaya Ikan Sumber Lancar Teknologi Bioflok Kecamatan Blimbing Kota

Malang, benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

penjiplakan plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 5 April 2017 Mahasiswa

Aditya Bagus Wicaksana

Page 5: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

iv

RINGKASAN

ADITYA BAGUS WICAKSANA. Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca Melaut Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP dan Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si).

Sebagai kabupaten yang memiliki garis pantai panjang yaitu sekitar 175,8 km dan berbatasan langsung dengan Selat Bali, Banyuwangi merupakan kabupaten penghasil ikan laut terbesar di Jawa Timur yaitu mencapai 51.371 ton pada tahun 2009. Kecamatan Muncar merupakan penyumbang utama hasil perikanan tangkap di kabupaten Banyuwangi yaitu 94,03% dari sebelas kecamatan penyumbang pendapatan asli daerah di sektor perikanan tangkap. Daerah penangkapan ikan nelayan Muncar sendiri pada dasarnya adalah perairan Selat Bali dengan luas total ±2.500 km2 yang dibagi menjadi dua yaitu paparan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sebagai selat, perairan. Selat Bali memiliki pasokan ikan yang melimpah khususnya ikan lemuru yang mendominasi tangkapan nelayan Muncar yaitu ± 80% dari semua total hasil tangkapan ikan nelayan Muncar.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mendeskripsikan profil dan kegiatan perikanan yang ada di tempat pelelangan ikan Muncar. 2). Menganalisis peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Metode Kualitatif disebut juga metode naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural tanpa adanya manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test. Metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan aktivitas peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diinginkan, peneliti turun ke lapangan kemudian menanyakan secara mendalam, mengamati secara langsung. Penulis mencari data secara menyeluruh dari berbagai sumber yang meliputi perangkat desa, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pelabuhan yaitu masyarakat Muncar, nelayan yang berasal dari Muncar, dan pegawai pelabuhan perikanan Muncar yang berasal dari masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan Muncar Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur.

Nelayan terbanyak berasal dari desa Tambakrejo dengan jumlah nelayan 5162 orang. Desa Kedungrejo berada diurutan kedua dengan jumlah nelayan 5118. Jumlah nelayan yang terdaftah di TPI Muncar yaitu sebesar 11.850 orang. Dari jenis armada penangka ikan yang terdaftar di TPI Muncar, armada dengan alat tangkap Gill net adalah armada terbanyak dengan jumlah sebesar 520 unit. Armada dengan alat tangkap Pancingan sebesar 375 armada merupakan armada terbanyak kedua. Jumlah armada yang terdaftar di TPI Muncar yaitu sebanyak 1379 armada penangkap ikan. Pada TPI Muncar, ada 13 jenis alat tangkap yang terdaftar di tahun 2016. Dari ke13 jenis alat tangkap yang terdaftar, Gill net merupakan jenis alat tangkap terbanyak yang digunakan para nelayan yaitu sebanyak 520 unit. Pancingan berada diperingkat kedua jenis alat tangkap dengan jumlah unit sebanyak 300 unit. Jumlah alat tangkap ikan yang terdaftar di TPI Muncar sebanyak 1745 unit alat tangkap.

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di TPI Muncar pasca melaut nelayan antara lain pendaratan hasil tangkap ikan, pemasaran hasil tangkap nelayan

Page 6: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

v

menggunakan sistim lelang, dan pembinaan akan mutu ikan. Ketiga aktivitas tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan harga ikan, pembinaan akan mutu ikan kepada nelayan, dan meningkatkan PAD melalui retribusi. Dengan adanya TPI Muncar diharapkan dapat mensejahterakan nelayan setempat dan meningkatkan PAD melalui retribusi.

Jumlah pegawai yang bekerja di TPI pada tahun 2017 adalah sebanyak 9 orang. Sebagian besar pegawai yang bekerja menempuh pendidikan Sekolah Menengan Atas (SMA) atau sederajat. Struktur organisasi TPI Muncar terdiri dari tiga unsur, antara lain unsur pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala TPI; unsur pembantu pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggungjawab kepada Kepala TPI; dan unsur pelaksana.

Data hasil tangkap ikan nelayan Muncar yang masuk di TPi Muncar dari tahun 2013-2016. Pada tahun 2013, hasil tangkap nelayan Muncar yang masuk di TPI Muncar yaitu sebesar 2.729.060 kg. Pada tahun 2014, hasil tangkap nelayan Muncar yang masuk di TPI Muncar yaitu sebesar 384.385 kg. Pada tahun 2015, hasil tangkap nelayan Muncar yang masuk di TPI Muncar yaitu sebesar 1.051.965 kg. Pada tahun 2016, hasil tangkap nelayan Muncar yang masuk di TPI Muncar yaitu sebesar 367.117,50 kg.

Produksi ikan di TPI Muncar dari 2013-2016. Pada Tahun 2013, total penangkapan ikan hasil tangkap nelayan yang tedaftar pada TPI Muncar yaitu sebesar 2.729.060 kg. Pada Tahun 2014, total penangkapan ikan hasil tangkap nelayan yang tedaftar pada TPI Muncar yaitu sebesar 384.385 kg. Pada Tahun 2015, total penangkapan ikan hasil tangkap nelayan yang tedaftar pada TPI Muncar yaitu sebesar 1.051.965 kg. Pada Tahun 2016, total penangkapan ikan hasil tangkap nelayan yang tedaftar pada TPI Muncar yaitu sebesar 367.117,50kg.

Analisa kontribusi retribusi TPI Muncar terhadap PAD Banyuwangi. Berdasarkan data primer dari TPI Muncar didapatkan anggaran retribusi yang dilaporkan kepada pemerintah Banyuwangi pada tahun 2016 adalah sebesar 1.208.950.000. Total pendapatan daerah berdasarkan laporan realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar 34.538.322.397. Pembagian antara Jumlah penerimaan retribusi daerah dengan total pendapatan daerah kemudian dikalikan dengan 100% menghasilkan jumlah kontribusi yang dibrikan oleh TPI Muncar yaitu sebesar 3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kontribusi yang diberikan TPI Muncar terhadap PAD Banyuwangi sangat kurang karena memiliki nilai dibawah 10%.

Saran yang diberikan peneliti berdasarkan dari hasil penelitian untuk Dinas Perikanan dan Kelautan hendaknya lebih meningkatkan peranannya dalam pembinaan dan pengawasan pada nelayan dan industri pengolahan ikan terhadap penanganan mutu ikan di TPI Muncar. Untuk Pengelola TPI Muncar perlu meningkatkan pelayanan terhadap pengguna pelabuhan (dalam hal ini nelayan, pedagang, dan pihak industri) dengan memperbaiki dan mengoptimalkan fasilitas yang ada atau meningkatkan kapasitas fasilitas agar proses dstribusi hasil tangkapan menjadi lancar.

Page 7: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian Skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan

Lele (Clarias sp.) di Kelompok Pembudidaya Ikan Sumber Lancar Teknologi

Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Sarjana Strata 1 (S1) Program

Studi Agrobisnis Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya Malang.

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini telah banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Malang.

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Program Studi Agrobisnis

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Malang.

3. Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP., selaku Dosen Pembimbing

Pertama dan Bapak Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si., selaku Dosen

Pembimbing Kedua yang telah banyak memberi bimbingan, nasihat, dan

ilmu yang bermanfaat sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan

skripsi ini.

4. Segenap karyawan TPI Muncar atas segala bantuan yang diberikan

dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan karya

ilmiah tertulis ini.

Page 8: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

vii

5. Sujud dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada

Ibunda dan Ayahanda atas ang kuat tiada

henti.

6. Teman-teman Agrobisnis Perikanan angkatan 2012 dan 2013, terima

kasih atas bantuan yang kalian ulurkan baik berupa dorongan, dukungan

.

7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini,

terima kasih atas bantuan yang telah diulurkan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 5 April 2017

Penulis

Page 9: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii PENYATAAN ORISINILITAS ................................................................................ iii RINGKASAN.......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .............................................................................................. v DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 7

2.1 Nelayan ................................................................................................................. 7

2.2 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan ............................................................... 11

2.3 Fungsi Tempat Pelelangan Ikan ....................................................................... 13

2.4 Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca Melaut Nelayan ........ 14

2.5 Kebijakan Pemerintah ............................................................................... 15 2.5.1Pendapatan Asli Daerah ......................................................................... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 17 2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 19

III. METODE PENELITIAN ................................................................................... 21

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................... 21

3.2 Metode Penelitian...................................................................................... 21 3.3 Narasumber ............................................................................................... 22 3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 23

3.4.1 Observasi ................................................................................................ 23

Page 10: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

ix

3.4.2 Wawancara ............................................................................................. 23 3.4.3 Dokumentasi........................................................................................... 24

3.5 Analisis Data ..................................................................................................... 24

3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif .................................................................... 24 3.5.2 Analisis Kuantitatif .................................................................................. 25 3.5.3 Analisis Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca Melaut

Nelayan ............................................................................................................... 27

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................................... 28 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 28

4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis Muncar .................................. 28 4.1.2 Keadaan Iklim ......................................................................................... 29 4.1.3 Keadaan Penduduk ................................................................................. 29

4.2 Keadaan Umum Perikanan ....................................................................... 31 4.2.1 Nelayan ................................................................................................... 31 4.2.2 Armada Penangkapan ............................................................................. 32 4.2.3 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap ............................................................... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 34

5.1 Profil TPI Muncar....................................................................................... 34 5.1.1 Sejarah TPI Muncar ................................................................................. 34 5.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan TPI Muncar ........................................................... 36 5.1.3 Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang di TPI Muncar ........................... 36

5.1.3.1 Fasilitas Pokok di TPI Muncar...................................................................... 37 5.1.3.2 Fasilitas Penunjang di TPI Muncar .............................................................. 39

5.1.4 Kegiatan di TPI Muncar ........................................................................... 42 5.1.5 Struktur Organisasi TPI Muncar .............................................................. 44

5.2 Peran TPI Muncar Terhadap Aktivitas Pasca Melaut Nelayan .................. 46

5.2.1 Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Izin Penangkapan di TPI Muncar 46 5.2.2 Pendaratan Hasil Tangkapan di TPI Muncar ........................................... 57 5.2.3 Jenis dan Jumlah Produksi Ikan............................................................... 60 5.2.4 Pelelangan Hasil Tangkapan di TPI Muncar ............................................ 62

5.3 Analisis Kontribusi Retribusi Tempat Pelelangan Ikan Muncar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Banyuwangi ........................................................... 65

5.4 Implikasi Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca Melaut Nelayan .............................................................................................................. 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 68

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 68 6.2 Saran ..............................................................................................................

................................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 71 LAMPIRAN ........................................................................................................... 74

Page 11: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al Dan tiada

sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin

lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang

segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,

dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut

supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur Hal ini

menunjukkan bahwa menjelaskan mengenai pemanfaatan dalam

bidang Perikanan. Dalam UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, Perikanan

adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem

bisnis perikanan. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Ikan adalah

makhluk hidup yang seluruh atau sebagian fase hidupnya di dalam air, bernafas

dengan insang dan dapat dikelompokkan berdasarkan habitatnya yakni ikan air

tawar dan ikan air laut.

Pemerintah Indonesia bertanggungjawab menetapkan pengelolaan

sumberdaya alam Indonesia bagi kepentingan seluruh masyarakat, dengan

memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya tersebut. Hal ini juga

berlaku bagi sumberdaya perikanan. Sumberdaya perikanan secara umum

disebut atau termasuk dalam kategori dapat pulih. Namun,kemampuan alam untuk

memperbaharui ini bersifat terbatas. Jika manusia mengeksploitasi sumberdaya

melelebihi batas kemampuannya untuk melakukan pemulihan, sumberdaya akan

mengalami penurunan, terkuras dan bahkan menyebabkan kepunahan.

Page 12: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

2

Jawa Timur adalah salah satu propinsi yang memiliki potensi sumberdaya

perikanan laut yang terdiri dari ikan pelagis dan ikan demersal. Wilayah

pengelolaan perikanan laut di Jawa Timur bagian selatan memiliki potensi yang

sangat besar karena berhadapan langsung dengan samudera Hindia dan memiliki

potensi ikan khususnya kelompok pelagis besar seperti tuna (Thunnus sp) dan

cakalang (Katsuwonus pelamis). Untuk mengetahui informasi tentang potensi dan

tingkat pemanfaatan perikanan laut di Jatim perlu dianalisis data yang ada,

sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan sektor

perikanan laut kedepannya dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya.

Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan ikan di

wilayah Selatan Jatim (Rosana dan Prasita, 2015).

Menurut sejarahnya Pelelangan Ikan telah dikenal sejak tahun 1922,

didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di Pulau Jawa,

dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan

oleh tengkulak, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga

membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya. Pada dasarnya sistem dari

Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini

adalah tukang tawar) melewati penawaran umum dan yang berhak mendapatkan

ikan yang dilelang adalah penawar tertinggi (Pramithasari et al., 2006).

Tempat pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu sarana fasilitas

penunjang yang disediakan Perum Perikanan Indonesia di bawah Pelabuhan

Perikanan yang merupakan fasilitas publik untuk melakukan aktivitas pemasaran

ikan pertama sejak turun dari kapal. TPI memegang peranan penting dalam suatu

Pelabuhan Perikanan dan perlu untuk dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat

tercapai manfaat secara optimal. TPI belum tentu memenuhi persyaratan yang

ada, sehingga berpengaruh pada efisiensi TPI (Fatmawati et al, 2015).

Page 13: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

3

Sebagai kabupaten yang memiliki garis pantai panjang yaitu sekitar 175,8

km dan berbatasan langsung dengan Selat Bali, Banyuwangi merupakan

kabupaten penghasil ikan laut terbesar di Jawa Timur yaitu mencapai 51.371 ton

pada tahun 2009. Kecamatan Muncar merupakan penyumbang utama hasil

perikanan tangkap di kabupaten Banyuwangi yaitu 94,03% dari sebelas

kecamatan penyumbang pendapatan asli daerah di sektor perikanan tangkap.

Daerah penangkapan ikan nelayan Muncar sendiri pada dasarnya adalah perairan

Selat Bali dengan luas total ±2.500 km2 yang dibagi menjadi dua yaitu paparan

Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sebagai selat, perairan. Selat Bali memiliki pasokan

ikan yang melimpah khususnya ikan lemuru yang mendominasi tangkapan

nelayan Muncar yaitu ± 80% dari semua total hasil tangkapan ikan nelayan Muncar

(Dinas Kelautan dan Prikanan Kab. Banyuwangi, 2012).

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar berada di Desa Kedungrejo,

Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan

BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai panjang pantai

kurang lebih 13 km dengan tempat pendaratan ikan sepanjang 5,5 km. Dikawasan

ini banyak beroperasi kapal penangkap ikan dari jenis dan berbagai ukuran.

Produksi ikan di Pelabuhan ini selain dijual dalam bentuk ikan segar, juga diolah

menjadi ikan kalengan, tepung ikan dan produk perikanan lainnya (Raditya et al,

2015).

1.2 Rumusan Masalah

Jika ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual

jasa pelayanan antara lain sebagai tempat penjualan ikan dengan sistim lelang.

Disamping itu TPI merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-

pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli

Page 14: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

4

ikan. Nelayan ingin menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik

mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga serendah mungkin.

Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan

pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai, sehingga masing-masing pihak

tidak merasa di rugikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI), selain merupakan pintu gerbang bagi

nelayan dalam memasarkan hasil tangkapannya, juga menjadi tempat untuk

memperbaiki jaring, motor, serta kapal dalam persipan operasi penangkapan ikan.

Tujuan utama didirikannya TPI adalah menarik sejumlah pembeli, sehingga

nelayan dapat menjual hasil tangkapannya sesingkat mungkin dengan harga yang

baik serta dapat menciptakan pasaran yang sehat melalui lelang murni. Disamping

itu, secara fungsional, sasaran yang diharapkan dari pengelolaan TPI adalah

tersedianya ikan bagi kebutuhan penduduk sekitarnya dengan kualitas yang baik

serta harga yang wajar. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa pengelolaan

TPI yang baik serta professional akan memotivasi para nelayan untuk menambah

dan mengembangkan usahanya di bidang perikanan. Hal ini menarik penulis untuk

menganalisis peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut.

Keberadaan akan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) memiliki peran penting

terhadap aktivitas pasca melaut nelayan. Sehingga perlu adanya analisis tentang

ran tempat peleangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar

at mengetahui apa saja peran

tempat pelelangan ikan terhadap nelayan Muncar.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana profil dan kegiatan perikanan yang terdapat di temapt

pelelangan ikan Muncar ?

Page 15: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

5

2. Bagaimana peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca

melaut nelayan di Muncar ?

3. Bagaimana kontribusi Tempat Pelelangan Ikan terhadap PAD ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan profil dan kegiatan perikanan yang ada di tempat

pelelangan ikan Muncar.

2. Menganalisis peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca

melaut nelayan Muncar.

3. Menganalisis kontribusi Tempat Pelelangan Ikan Terhadap PAD.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari Penelitian ini adalah :

1. Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu yang

bermanfaat, pengalaman, pengetahuan, di samping untuk

memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya. Diharapkan akan

adanya penelitian lebih lanjut dan analisis yang mendalam untuk

kedepannya.

2. Pemerintah

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan pemerintah dalam

menentukan kebijakan. Diharapkan bisa memberikan masukan

untuk menentukan strategi pengembangan pengelolaan tempat

pelelangan ikan.

Page 16: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

6

3. Nelayan

Memberi masukan atau pertimbangan kepada nelayan terhadap

fasilitas yang diberikan oleh pihak tempat pelelangan ikan Muncar

terhadap aktivitas pasca melaut. Dengan demikian diharapkan

nelayan dapat memaksimalkan fasilitas yang diberikan oleh

pemerintah.

Page 17: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nelayan

Dan Dia-lah,

Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan

daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu

perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan

supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu

bersyukur Hal ini menunjukkan bahwa A

pemanfaatan dalam bidang Perikanan. Nelayan adalah suatu kelompok

masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan

cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal

di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi

kegiatannya. Sebagaimana diketahui, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal.

Mereka terdiri dari beberapa kelompok, yang dilihat dari segi pemilikan alat

tangkap dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: nelayan buruh, nelayan

juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja

dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan

yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan

perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam

pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Imron, 2003).

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indo-nesia No. 6 tahun 1964

tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690), pengertian

nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap.

Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun

berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha

penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah

Page 18: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

8

semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta

dalam usaha penangkapan ikan di laut.

Pembahasan tentang nelayan dalam tataran realitas berdasarkan hasil

pengamatan penulis, nelayan dibedakan menjadi: nelayan pemilik (juragan),

nelayan penggarap (buruh/pekerja) dan nelayan kecil, nelayan tradisional,

nelayan gendong (nelayan angkut), dan perusahaan/industri penangkapan ikan.

Nelayan pemilik (juragan) adalah orang atau perseorangan yang melakukan

usaha penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu dan/atau

alat tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Nelayan penggarap

(buruh atau pekerja) adalah seseorang yang menyediakan tena-ganya atau

bekerja untuk melakukan penangkapan ikan yang pada umumnya

merupakan/membentuk satu kesatuan dengan yang lainnya dengan menda-

patkan upah berdasarkan bagi hasil penjualan ikan hasil tangkapan

Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan

penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang

sederhana (tradisional). Dengan keterbatasan perahu maupun alat tangkapnya,

maka jangkauan wilayah penang-kapannya pun menjadi terbatas biasanya hanya

ber-jarak 6 mil laut dari garis pantai. Nelayan tradisonal ini biasanya adalah

nelayan yang turun-temurun yang melakukan penangkapan ikan untuk mencukupi

kebu-tuhan hidupnya. Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan

tradisional hanya saja dengan adanya program modernisasi/motorisasi perahu

dan alat tangkap maka mereka tidak lagi semata-mata mengandalkan perahu

tradisional maupun alat tangkap yang kon-vensional saja melainkan juga

menggunakan diesel atau motor, sehingga jangkauan wilayah penangka-pan agak

meluas atau jauh. Nelayan gendong (nelayan angkut) adalah nelayan yang dalam

keadaan senyatanya dia tidak melaku-kan penangkapan ikan karena kapal tidak

dilengkapi dengan alat tangkap melainkan berangkat dengan membawa modal

Page 19: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

9

uang (modal dari juragan) yang akan digunakan untuk melakukan transaksi (mem-

beli) ikan di tengah laut yang kemudian akan dijual kembali (Retnowati, 2011).

Menurut Sipahelut (2010), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang

kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan

penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipantai, sebuah

lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Nelayan identik

dengan keterbatasan aset, lemahnya kemampuan modal, posisi tawar dan akses

pasar. Sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari

beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan

nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat

tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang

memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan

perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam

pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

Berdasarkan kelompok kerja, nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok

yaitu nelayan Perorangan yaitu Nelayan yang memiliki peralatan tangkap ikan

sendiri, dalam pengoprasiannya tidak melibatkan orang lain, nelayan Kelompok

Usaha Bersama (KUB) yaitu gabungan dari minimal 10 (sepuluh) orang nelayan

yang kegiatan usahanya terorganisir tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama

non-badan hukum, nelayan Perusahaan yaitu nelayan pekerja atau Pelaut

Perikanan yang terikat dengan Perjanjian Kerja Laut (PKL) dengan badan usaha

perikanan.

Tiga kegiatan perikanan tangkap yang dominan (dalam jumlah alat tangkap

dan hasil tangkapan) terdapat di Kota Tarakan yaitu perikanan pukat tarik,

perikanan tugu, dan perikanan kelong. Pukat tarik (mini trawl) adalah alat tangkap

ikan jenis jaring penangkap berbentuk kantong yang dilengkapi dengan sepasang

Page 20: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

10

(2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board). Target penangkapannya (main

catch) adalah udang dan ikan dasar (demersal). Pengoperasian alat tangkap

ditarik alat seperti trawl (fish and shrimp trawl). Target tangkapan tugu adalah

udang dan ikan demersal lainnya (economic fishes), demikian juga pada alat

tangkap kelong. Hasil tangkapan sampingan pada ketiga jenis alat tangkap ikan

diindikasikan terjadi karena alat tangkap tersebut memiliki spesifikasi (mesh size)

pada bagian kantong yang sangat kecil sehingga tidak selektif terhadap ukuran

ikan dan spesies (Firdaus, 2010)

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yang berada di Desa Kedungrejo,

Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur merupakan

pelabuhan perikanan yang berbatasan langsung dengan Selat Bali yang

menyebabkan PPP Muncar menjadi salah satu fishing base dari produksi ikan

khususnya Lemuru di Banyuwangi, Jawa Timur. Alat tangkap Purse Seine

diperkenalkan pada tahun 1972, Purse Seine telah menggeser alat tangkap lain

dan menjadi alat tangkap utama dalam menangkap Ikan Lemuru (Sardinella

lemuru) di Selat Bali. Operasi penangkapan Ikan Lemuru dari tahun ke tahun

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penangkapan ikan mengalami

peningkatan yang sangat drastis dan terus menguras sumberdaya yang ada

(Wiyono dan Hufiadi, 2014). Namun terjadi penurunan yang sangat drastis pada

tahun 2010 ke 2011 dimana produksi Purse Seine menurun dari 17.679.012

kg/tahun menjadi 4.047.967 kg/tahun. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya

yang terus meningkat dan perubahan iklim global yang berakibat terhadap

temperatur perairan di Selat Bali (Retnowati, 2011).

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis alat tangkap Purse Seine

mencapai 349 unit di tahun 2010 kemudian mengalami penurunan hingga 218 unit

Page 21: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

11

pada tahun 2014. Purse Seine di PPP Muncar

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan di PPP Muncar, Banyuwangi dari Tahun 2010-2014

No Tahun

Jumlah Kapal per alat tangkap (Unit) Jumlah Purse

Seine Payan

g Gill net Lift Net Pancin

g Traps 1 2010 349 42 907 120 628 224 2124 2 2011 203 42 682 276 642 282 2127 3 2012 207 42 679 276 642 282 2128 4 2013 203 62 645 280 657 287 2134 5 2014 218 62 285 280 627 280 1752

Sumber: PPP Muncar, 2014

Metode penangkapan yang digunakan nelayan dalam pengoperasian alat

tangkap gillnet di perairan Kota Semarang dibedakan atas jenis bahan jaring yang

digunakan. Gillnet berukuran besar berbahan nilon dan gillnet berukuran kecil

berbahan polyetilen (Cristianawati et al, 2013).

2.2 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan suatu tempat berlangsungnya

suatu transaksi jual beli dengan sistem pelelangan. Pelelangan ini dilakukan oleh

petugas TPI dimana ikan yang dilelang didapatkan dari para nelayan yang

memberikan ikan hasil tangkapnya untuk dilelang kepada para pembeli. TPI

memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan perlu untuk

dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara optimal.

Tetapi dalam sebuah TPI, belum tentu memenuhi persyaratan yang ada, sehingga

berakibat pada efisiensi TPI tersebut (Pramithasari et al., 2006).

Dasar hukum dalam perikanan mengacu kepada undang-undang no 45

tahun 2009 sebagai perubahan dari undang-undang no 31 tahun 2004 tentang

perikanan, yang menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang

terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang

Page 22: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

12

digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau

bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan

kegiatan penunjang perikanan. Pada Peraturan Daerah Kabupaten Rembang no

4 tahun 2009 tentang pengelolaan tempat pelelangan ikan (Rahayu et al., 2012).

Kehadiran TPI pada setiap pelabuhan perikanan akan memberikan manfaat

yang cukup besar baik bagi Pemerintah Daerah setempat karena menjadi salah

satu sumber retribusi, maupun bagi nelayan terutama dalam memasarkan hasil

produksinya nelayan yang umumnya merupakan salah satukelompok sosial

yang masih terpinggirkan baik secara sosial, ekonomi maupun politik,

melalui kelembagaan TPI tersebut diharapkan akan menjadi lebih kuat, mandiri

dan berdaya terutama dalam menolong dirinya sendiri, karena salah satu fungsi

dari kelembagaan TPI tersebut adalah melakukan program penguatan atau

pemberdayaan baik dalam aspek sosial ekonomi maupun kelembagaan para

nelayan mitra kerjanya. Hal tersebut sejalan dengan Undang undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan, yang mengamanatkan bahwa pemerintah

berkewajiban untuk membangun dan membina prasarana perikanan (pelabuhan

perikanan dan saluran irigasi tambak). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan

salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu

faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan

(Sinapoy, 2016).

Menurut Peraturan Bupati Bayuwangi Nomer 62 Tahun 2012 tentang

pelaksanaan penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Tempat pelelangan

adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk

melakukan pelelangan termasuk jasa pelelangan lainnya yang disediakan

ditempat pelelangan termasuk tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari

pihak lain untuk dipakai sebagai tempat pelelangan. Retribusi Tempat Pelelangan

Ikan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai

Page 23: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

13

pembayaran atas jasa usaha penggunaan Tempat Pelelangan beserta sarana dan

prasarana yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

Jika ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual

jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring,

tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan

tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan

dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin menjual hasil

tangkapan ikannya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli ingin

membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan penawaran

dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang

sesuai, sehingga masing-masing pihak tidak merasa di rugikan.

2.3 Fungsi Tempat Pelelangan Ikan

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam

kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan

dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan. Menurut sejarahnya tempat

pelelangan ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan

oleh koperasi perikanan terutama di pulau jawa, dengan tujuan untuk melindungi

mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam

mengembangkan usahanya. Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah

suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati

penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah

penawar tertinggi. Sampai dengan diberlakukannya otonomi daerah, nelayan

masih merupakan komunitas masyarakat miskin dan lemah keadaan ekonominya

(Wiyono, 2005).

Page 24: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

14

TPI memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan

perlu untuk dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara

optimal. Tetapi dalam sebuah TPI, belum tentu memenuhi persyaratan yang ada,

sehingga berakibat pada efisiensi TPI tersebut. Pada umumnya, pengelolan TPI

di Jawa Tengah rasio antara pemakainan input dan output yang dihasilkan adalah

belum layak secara ekonomis (Pramitasari et al, 2006).

Dengan adanya TPI Muncar diharapkan dapat membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat setempat khususnya para nelayan di Muncar. Dengan

adanya TPI Muncar diharapkan harga ikan dapat stabil, dan tanpa adanya

kecurangan dari pihak TPI maupun bakul. Tujuan dari didirikannya TPI ini yaitu

sebagai institusi pemerintah yang memiliki peran untuk mendapatkan pembeli

potensial sebanyak mungkin guna menjual hasil tangkap nelayan dengan harga

tinggi tanpa merugikan pedagang maupun pengepul. Adapun tujuan lain dari

didirikannya TPI ini dimaksudkan pula agar nelayan mendapatkan harga

pembayaran secara tunai atas harga ikan yang wajar, disamping sebagai

pendapatan daerah.

2.4 Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca Melaut

Nelayan

TPI merupakan tempat dimana ikan hasil tangkapan yang didaratkan disuatu

pelabuhan dipasarkan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di TPI menggunakan

metode lelang. TPI di PPP Muncar memiliki luas 1.450 m2 dengan kondisi yang

cukup baik. Dari hasil analisis tingkat pemanfaatan dapat diketahui bahwa tingkat

pemanfaatan TPI PPP Muncar adalah 30%. Hal ini dikarenakan nelayan dan para

pemilik kapal lebih memilih untuk memasarkan hasil tangkapannya langsung ke

pabrik dan beberapa ada yang dipasarkan secara langsung pada konsumen.

Page 25: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

15

Mengingat fasilitas TPI yang tidak termanfaatkan seharusnya pihak pengelola TPI

mengusahakan untuk diadakannya pelelangan (Raditya et al, 2015).

Menurut Priyaza (2003), fasilitas yang diperlukan di tempat pelelangan ikan

dibagi menjadi 2 bagian yang saling berkaitan sehubungan dengan penangkapan,

yaitu:

1. Perlunya pelayanan untuk kapal penangkap dan alat tangkap, fasilitas yang

diperlukan :

1. Tempat tambat sebagai fasilitas bongkar muat hasil tangkapan

2. Fasilitas BBM

3. Fasilitas es

4. Fasilitas perbengkelan kapal termasuk slipway

5. Areal yang mencukupi untuk perbaikan dan penyimpanan alat tangkap

2. Penanganan hasil tangkapan dan semua a

tanah yang memungkinkan pengembangan, yaitu :

1. Fasilitas pemasaran

2. Pabrik es dan tempat penyimpanan (gudang) es

3. Cold storage

4. Areal parkir

2.5 Kebijakan Pemerintah

Konsekuensi logis dari otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

maka dalam pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan daerah dituntut

untuk dapat menggali potensi yang ada di daerahnya untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka

mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber penerimaan untuk peningkatan

pendapatan daerah, maka kiranya perlu dianalisis potensi ekonomi (kontribusi)

dari semua sektor, termasuk di dalamnya adalah sektor perikanan. Diharapkan

Page 26: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

16

pada akhirnya dapat menyusun perencanaan pembangunan di daerah secara

efektif dan efisien sebagai modal pembangunan dalam mewujudkan otonomi

daerah (Ariani et al , 2014).

Dasar hukum dalam perikanan mengacu kepada undang-undang no 45

tahun 2009 sebagai perubahan dari undang-undang no 31 tahun 2004 tentang

perikanan, yang menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang

terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai

tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang

digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau

bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan

kegiatan penunjang perikanan. Pada Peraturan Daerah Kabupaten Rembang no

4 tahun 2009 tentang pengelolaan tempat pelelangan ikan (Rahayu et al., 2012).

2.5.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan penyelenggaraan

urusan rumah tangga daerah meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan

pendapatan daerah lain yang sah. Retribusi daerah merupakan suatu bentuk

pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh daerah baik secara

langsung maupun tidak langsung, artinya ada kontra prestasi secara langsung

maupun tidak langsung yang diberikan dalam pembayaran retribusi daerah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

salah satu bentuk retribusi daerah yang berkaitan dengan bidang perikanan

tangkap adalah retribusi tempat pelelangan ikan (Muninggar et al, 2012).

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan

Page 27: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

17

Pasal 2 menyebutkan bahwa jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku

pada Departemen Kelautan dan Perikanan adalah penerimaan yang berasal dari

pungutan perikanan, jasa pelabuhan perikanan, jasa pengembangan dan

pengujian mutu hasil perikanan, jasa pengembangan penangkapan ikan, jasa

budidaya perikanan, jasa karantina ikan, jasa pendidikan dan pelatihan, dan jasa

penyewaan fasilitas.

Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 tahun 2011 BAB II

Jenis Retribusi pasal 2 tentang retribusi jasa usaha, retribusi tempat pelelangan

ikan tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa pungutan akan biaya retribusi di tempat

pelelangan ikan dilakukan. Pengambilan akan biaya retribusi di tempat pelelangan

ikan digunakan untuk penyediaan akan keperluan yang diperlukan untuk semua

kegiatan yang ada di tempat pelelangan ikan. Dengan adanya pungutan retribusi

diharapkan dapat mengembangkan tempat pelelangan ikan tersebut.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yang berkaitan

dengan penelitian ini diantaranya penelitian ole Priyazi (2008), dengan penelitian

aktivitas dan kapasitas fasilitas fungsional di PPI Kronjo yang diteliti adalah tempat

pelelangan ikan (TPI), instalasi BBM, bengkel, depot es dan docking. Secara

keseluruhan aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan fungsinya, kecuali docking

yang berfungsi sebagai tempat pembuatan kapal fiber glass yang tidak melayani

pembuatan kapal bagi nelayan atau kapal kayu. Kapasitas terpasang dan aktual

masing-masing fasilitas tersebut sebagai berikut : TPI (3,27 dan 2,48 ton/hari),

Instalasi BBM (20.460 dan 16.000 liter/4 hari), docking (9 dan 6 unit/3 bulan), depot

es (93 dan 50 balok es/hari) dan bengkel (8 dan 4 unit/hari). Secara umum tingkat

pemanfaatan fasilitas fungsional baik, yang artinya fasilitas fungsional sering

digunakan.

Page 28: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

18

Penelitian yang dilakukan oleh Pramitasari et al (2006), TPI di Jawa Tengah

memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan perlu untuk

dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara optimal.

Tetapi dalam sebuah TPI, belum tentu memenuhi persyaratan yang ada, sehingga

berakibat pada efisiensi TPI tersebut. Pada umumnya, pengelolan TPI di Jawa

Tengah rasio antara pemakainan input dan output yang dihasilkan adalah belum

layak secara ekonomis.

Pendapatan melaut nelayan Madura sebesar rata-rata Rp. 21.000.200 yang

diperoleh dari setelah pemotongan biaya operasional melaut seperti makan, BBM,

rokok, dll. Pendapatan tersebut juga telah terpotong oleh sistem bagi hasil yang

telah diterapkan (Primyastanto et al, 2013).

Sesuai Perda Kabupaten Lamongan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang

Retribusi Tempat Pelelangan, tempat pelelangan ikan secara khusus disediakan

oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan yang disediakan di

tepat pelelangan ikan. Penyelenggaraan/pelaksanaan penjualan ikan di TPI

diserahkan kepada KUD Minatani Kecamatan Brondong. KUD Minatani

mendapatkan tugas mengoperasionalkan TPI dibawah naungan Perum Perindo.

Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Pemerintah Daerah Kab. Lamongan. Secara

operasional TPI mempunyai aktivitas bongkar muat, transaksi jual beli dan

pemasaran hasil perikanan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Perikanan

Indonesia, perum perindo melaksanakan kegiatan usaha utama, salah satunya

yaitu pengelolaan sarana dan prasarana perikanan yaitu penyediaan dan

pengusahaan fasilitas berupa tempat pelelangan ikan, pusat pemasaran ikan,

lahan dan bangunan, bengkel, dok, dan galangan kapal (Fathmawati et al, 2015).

2.7 Kerangka Pemikiran

Page 29: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

19

Tempat pelelangan ikan merupakan suatu tempat milik pemerintah yang

berfungsi sebagai tempat penjualan ikan hasil tangkap nelayan dengan

menggunakan sistem lelang. Pembeli dengan harga tawaran tertinggi dapat

membeli hasil tangkapan nelayan. Nelayan mendapatkan keutungan setelah

dihitung dari pendapatan dikurangi biayay melaut dan biaya retribusi.

Berikut merupakan kerangka pemikiran penelitian penelitian disajikan pada

gambar 1.

(Gambar 1. Kerangka Pemikiran)

Tempat pelelangan ikan merupakan salah satu fasilitas fungsional dari suatu

pelabuhan. TPI muncar merupakan fasilitas fungsional dari pelabuhan Muncar.

Adapun beberapa peran dari TPI Muncar yaitu sebaga penyediakan tempat yang

digunakan untuk memproses dan melakukan kegiatan pelelangan ikan,

mempermudah pembinaan mutu ikan hasil tangkapan nelayan, mempermudah

Peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar

Fasilitas Pengurusan ijin melaut

Tempat Pelelangan CoolBox Air bersih

Jumlah hasil produksi

Data yang masuk di TPI Muncar

Retribusi

Aktivitas Pasca Melaut Nelayan

TPI

Jenis ikan tangkap

Pendapatan Asli Daerah

Page 30: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

20

pengumpulan data statistik, meningkatkan pendapatan asli daerah. Tempat

pelelangan ikan Muncar menyediakan tempat untuk ikan, es batu, dan air mineral

untuk menunjang kegiatan pelelangan ikan yang dilakukan. Dengan adanya

fasilitas yang diberikan oleh tempat pelelangan ikan, diharapkan dapat membantu

proses pemasaran hasil tangkap perikanan nelayan.

Selain menyediakan fasilitas berupa cool box, tempat pelelangan dan air

bersih untuk kegiatan aktivitas pasca melaut nelayan, TPI Muncar membantu

nelayan dalam pengurusan surat izin yang dibutuhkan oleh nelayan unrtuk

melakukan kegiatan penangkapan ikan dimana aktivitas pra melaut ini merupakan

peran lain dari TPI Muncar untuk nelayan.

Jumlah tangkapan dan jenis ikan hasil tangkapan nelayan didata oleh TPI

Muncar guna untuk pendataan akan hasil tangkapan nelayan dan selanjutnya

diproses menjadi penentuan biaya retribusi yang harus dibayarkan oleh nelayan

kepada TPI Muncar sebagai biaya akan penggunaan fasilitas yang digunakan oleh

nelayan. Hasil retribusi tersebut selanjutnya akan menjadi masuk ke PAD bagi

kabupaten Banyuwangi.

Page 31: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dengan judul Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas

Pasca Melaut Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Tempat penelitian dilaksanakan di Tempat

Pelelangan Ikan Muncar.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif.

Metode Kualitatif disebut juga metode naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat

data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena tidak

menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan

penelitian bersifat natural tanpa adanya manipulasi, diatur dengan eksperimen

atau test (Rahmat, 2009).

Metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan aktivitas peran tempat

pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar. Dalam

penelitian ini untuk mendapatkan data yang diinginkan, peneliti turun ke lapangan

kemudian menanyakan secara mendalam, mengamati secara langsung. Penulis

mencari data secara menyeluruh dari berbagai sumber yang meliputi perangkat

desa, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pelabuhan yaitu masyarakat

Muncar, nelayan yang berasal dari Muncar, dan pegawai pelabuhan perikanan

Muncar yang berasal dari masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan Muncar

Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur.

Page 32: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

22

3.3 Narasumber

Penelitian Kualitatif disebut juga penelitian naturalistik. Disebut kualitatif

karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan kuantitatif karena

tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi

lapangan penelitian bersifat natural tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen

atau test (Rahmat, 2009).

Metode Purposive sampling dipilih untuk mendapatkan infomasi lebih

mendalam dengan melakukan wawancara kepada sumber informasi. Sampel

sumber data yang ditentukan dalam penelitian ini pada awalnya adalah karyawan

Tempat Pelelangan Ikan.

Berikut daftar karyawan TPI Muncar yang menjadi informan dalam

penelitian.

a. Administrasi TPI

Pencarian informasi dari pihak administrasi TPI yang bersangkutan dengan

keterangan berupa kegiatan yang ada di TPI Muncar, semua pelayanan yang

diberikan kepada nelayan dan masyarakat sekitar, data hasil tangkap, serta

retribusi pelelangan.

b. Juru Lelang dan Karcis

Pencarian informasi dari pihak juru lelang dan karcis yang bersangkutan

dengan proses pelelangan, penentuan harga lelang dan syarat-syarat mengikuti

proses pelelangan.

c. Kasir

Pencarian informasi dari pihak kasir yang bersangkutan dengan informasi

berupa proses transaksi pembayaran setelah mengikuti pelelangan, persen

retribusi yang dikenakan.

Page 33: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

23

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka.

3.4.1 Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data

apabila sesuai dengan tujuan penelitian yang direncanakan, dan dicatat secara

sistematis bukan observasi secara kebetulan saja, serta dapat dikontrol

kendalanya (reliabilitas) dan validitasnya (Nasution et all, 2012). Dalam

menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan

dan ingatan peneliti.

Observasi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan ditempat

penelitian yang berhubungan dengan gambaran umum kegiatan di TPI dan

nelayan di sekitar TPI dan informasi-informasi lainnya yang dibutuhkan dalam

penelitian ini. Variabel-variabel yang akan diamati diantaranya adalah kegiatan

nelayan yang berhubungan dengan TPI dan karyawan TPI.

3.4.2 Wawancara

Wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal (percakapan

dengan bertatap muka) dengan tujuan memperoleh informasi faktual (Nasution et

al, 2012). Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode surve

secara lisan kepada responden atau subjek penelitian dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hal ini

dilakukan kepada nelayan di sekitar TPI Muncar yang terdaftar di tempat pelelagan

ikan dan karyawan TPI.

Page 34: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

24

Wawancara dilakukan secara langsung kepada nelayan dan karyawan TPI.

Sengan melakukan wawancara secara langsung kepada sumber informasi,

diharapkan dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat.

3.4.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan

dan sebagainya. Metode dokumentasi disebutkan sebagai usaha mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode

lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan

sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang

diamati bukan benda hidup tetapi benda mati (Pujiyanto, 2003).

Dokumentasi yang akan dilakukan pada penelitian yaitu melalui

pengumpulan data meliputi sarana prasarana yang ada di TPI dan data retribusi

TPI Muncar yang masuk kedalam penghasilan asli daerah. Dokumentasi dilakukan

kepada nelayan dan karyawan TPI Muncar.

3.5 Analisis Data

Untuk menjawab beberapa tujuan penelitian yang telah ditetapkan

sebelumnya, maka dalam hal ini dipergunakan metode analisis sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Kualitatif

Untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, maka

dalam hal ini dipergunakan metode analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis deskriptif

kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) atau kondisi alamiah

dan data yang dikumpulkan bersifat induktif/kualitatif. Metode kualitatif lebih

berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan.

Page 35: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

25

Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu (Sugiyono, 2012).

Analisa data deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Menjelaskan peran tempat pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut

nelayan Muncar.

2. Mendeskripsikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan peran tempat

pelelangan ikan terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar.

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara berurutan :

1. Reduksi Data

Seluruh data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder

kemudian dianalisis, menggolongkan data berdasarkan tiap permasalahan,

menyingkirkan data yang tidak dibutuhkan, dan mengorganisasikan data yang

dibutuhkan.

2. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mudah untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Informasi dianalisis sesuai dengan tujuan yang diteliti. Data sisajikan sesuai

dengan apa saja yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini alur kegiatan terakhir adalah penarikan kesimpulan

apakah peranan TPI Muncar sudah sesuai dengan yang di intriduksikan oleh

pemerintah.

. 3.5.2 Analisa Kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif berupa angka-angka dan dapat digambarkan

dalam bentuk statistik deskriptif, antara lain berupa skala pengukuran, hubungan,

Page 36: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

26

variabilitas, dan sentral tendensi. Analisa Kuantitatif digunakan untuk

menganalisis Kontribusi Retribusi Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Pendapatan

Asli Daerah.

Pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan penyelenggaraan

urusan rumah tangga daerah meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan

pendapatan daerah lain yang sah. Retribusi daerah merupakan suatu bentuk

pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh daerah baik secara

langsung maupun tidak langsung, artinya ada kontra prestasi secara langsung

maupun tidak langsung yang diberikan dalam pembayaran retribusi daerah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

salah satu bentuk retribusi daerah yang berkaitan dengan bidang perikanan

tangkap adalah retribusi tempat pelelangan ikan. Besar retribusi yang diambil yaitu

sebesar 4% dari total penjualan ikan (Muninggar et al, 2012).

Menurut Baihaqi, (2011) analisis kotribusi retribusi tempat pelelangan ikan

terhadap pendapatan asli daerah dapat dihitung dengan cara:

X = x 100%

Keterangan :

X : Jumlah kontribusi yang diberikan

Py : Jumlah penerimaan dari sektor pajak daerah/ retribusi daerah/ hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

TPD : Total Pendapatan Daerah

Page 37: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

27

3.5.3 Analisis Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca

Melaut Nelayan

TPI memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan

perlu untuk dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat secara

optimal. Tetapi dalam sebuah TPI, belum tentu memenuhi persyaratan yang ada,

sehingga berakibat pada efisiensi TPI tersebut. Pada umumnya, pengelolan TPI

adalah belum layak secara ekonomis (Pramitasari et al, 2006).

Kompleksitas pemasaran produk ikan yang dihasilkan dari upaya

penangkapan akan membuat nilai jual yang diperoleh produsen (nelayan) dan

konsumen akhir sangat jauh berbeda. Kesenjangan ini akan menimbulkan dampak

negatif yang kurang baik bagi perkembangan perekonomian pada bidang

perikanan. Agar hasil pemanfaatan sumberdaya ikan oleh nelayan bisa baik, maka

TPI harus dapat dikembangkan fungsinya dari service centre menjadi marketing

centre. Keberhasilan pengembangan ini akan melahirkan suatu mata rantai

pemasaran yang teguh dan menciptakan growth centre dalam menghadapi dan

mengantisipasi perdagangan bebas yang bakal diterapkan di Indonesia pada

akhirnya akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya

nelayan.

Adapun beberapa peran TPI diantaranya adalah :

1. Menyediakan tempat yang digunakan untuk kegiatan pelelangan ikan.

2. Mempermudah pembinaan mutu ikan hasil tangkapan nelayan.

3. Mempermudah pengumpulan data statistik.

4. Meningkatkan pendapatan asli daerah.

Page 38: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

28

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Lokasi pada kegiatan penelitian dilakukan di Muncar, Kabupaten

Banyuwangi. Secara Geografis, Kecamatan Muncar merupakan kecamatan yang

terletak disebelah Selatan dari wilayah Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan

Muncar merupakan bagian dari 24 Kecamatan yang ada didalam wilayah

Kabupaten Banyuwangi.

4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografis Muncar

TPI Muncar terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten

Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar terletak di tepi pantai (Selat

- -

Timur yang memiliki teluk bernama Teluk Pangpang, serta mempunyai panjang

pantai yang mencapai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 4,5 km. Jarak

TPI Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau sekitar 10 menit,

dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama perjalanan sekitar

1,5-2 jam, serta dengan ibukota propinsi adalah 332 km yang dapat ditempuh

antara 8-9 jam Kecamatan Muncar berbatasan dengan beberapa wilayah

diantaranya sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Rogojampi

dan Kecamatan Songgon, Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tegaldlimo dan

Kecamatan Cluring, Barat dengan Kecamatan Srono, dan Timur berbatasan

dengan Selat Bali (UPT PPP Muncar, 2017).

Topografi daratan wilayah ini, menurut data dari Badan Prtahanan Nasional

Kabupaten Banyuwangi, mempunyai kemiringan antara 0 3%, sehingga termasuk

dalam kategori landai. Dengan ketinggian 15-50 meter diatas permukaan laut.

Desa dengan rata rata ketinggian wilayah tertinggi di Kecamatan Muncar adalah

Page 39: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

29

desa Tapanrejo yaitu 50 meter diatas permukaan laut, sedangkan pada rata rata

ketinggian terendah adalah Desa Kumendung, Sumbersewu, Kedungringin,

Wringinputih yaitu 15 m dpl (Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, 2015).

4.1.2 Keadaan Iklim

Muncar memiliki iklim tropis. Curah hujan di Muncar signifikan pada hampir

sebagian besar bulan dalam setahun, dan musim kemarau singkat memiliki

pengaruh yang kecil. Iklim ini dianggap menjadi Am menurut klasifikasi iklim

Köppen-Geiger. Di Muncar, suhu rata-rata tahunan adalah 24.3 °C. Presipitasi di

sini rata-rata 2519 mm (Profil Kecamatan Muncar, 2016).

4.1.3 Keadaan Penduduk

Proyeksi hasil sensus penduduk tahun 2010 memperrkirakan jumlah

penduduk Kecamatan Muncar pada tahun 2014 sekitar 132.014 jiwa dengan

penduduk laki-laki sejumlah 66.535 jiwa dan penduduk perempuan 65.479 jiwa.

Dalam tiga tahun terkhir terjadi penambahan pertumbuhan penduduk di

Kecamatan Muncar, ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan penduduk pada tahun

2013 dari 2012 mengalami pertambahan penduduk sejumlah 533 jiwa dari tahun

2012, sedangkan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 dari tahun 2013

bertambah sejumah 1,744 jiwa (Statistik Daerah Kecamatan Muncar, 2015).

Kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah disadari oleh masyarakat

pada umumnya, ini dapat dilihat dari besarnya angka partisipasi sekolah, angka ini

juga dapat menunjukkan besarnya peluang untuk mengakses pendidikan secara

umum. Untuk mengetahui besarnya partisipasi dapat diketahui dari Angka

Partisipasi Kasar (APK) yang merupakan rasio jumlah siswa, berapapun usianya,

yang sedang sekolah ditingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Untuk tahun

2014 angka partisipasi sekolah untuk tingkat SD, SMP, SMA masing masing

Page 40: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

30

adalah 190 %, 201 %, dan 103%. Jenjang SD dan SMP memiliki besar APK diatas

100% yang menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah walaupun usianya

belum mencukupi dan atau melebihi usia yang seharusnya sekolah dikedua

jenjang tersebut (Statistik Daerah Muncar, 2015).

Di tahun 2013 APK D sebesar 105,80 di tahun 2014 mengalami kenaikan

menjadi 190. APK SMP di tahun 2013 sebesar 103,20 dan di tahun 2014

mengalami kenaikan menjadi 201, APK SMA di tahun 2013 adalah 58,40 dan di

tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 130. Besar APK untu tingkat SD dan

SMP di Kecamatan Muncar diatas 100 % disebabkan adanya murid dengan usia

dluar rentang usia sekolah. Pola APK yang semakin kecil pada setiap tingkat

pendidikan dapat dikarenakan adanya penduduk pada kelompok usia tersebut

yang tidak melanjutkan pendidikannya, kurangnya kesempatan untuk menjangau

tingkat pendidikan lebih tinggi juga mempengaruhi APK dan perhatian guru

terhadap murid, sehingg mutu pengajaran cenderung semakin rendah ( Statistik

Daerah kecamatan Muncar, 2015).

Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Muncar pada tahun 2014

adalah 64.254 jiwa, atau dengan kata lain penduduk Kecamatan Muncar yang

bekerja pada tahun 2014 adalah 64,19 % dari seluruh jumlah penduduk yang

berusia 15 tahun keatas. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

terbanyak di Kecamatan Muncar yaitu pertanianmencapai 46,95 % atau 30,172

jiwa. Sektor kedua yang juga menyerap banyak tenaga kerja yaitu perdagangan

sebanyak 20 % atau 12.687 jiwa. Sedangkan sektor pertambangan hanya

menyerap 0,11 % dari jumlah tenaga kerja yang ada (Statistik Daerah Kecamatan

Muncar, 2015).

Page 41: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

31

4.2 Keadaan Umum Perikanan

Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi perikanan dan kelautan

yang meliputi wilayah laut di Selat Bali seluas 1500 mil2 dengan potensi lestari

66.000 ton per tahun dan didominasi ikan permukaan (pelagis), serta Samudera

Hindia seluas 2000 mil2 dengan potensi lestari 212.500 ton per tahun dan

didominasi ikan dasar (demersal) di samping ikan pelagis. Wilayah pesisir dan

pantai sepanjang 175 km juga dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, yang

merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau atau tambak dan pembenihan

udang windu. Selain itu terdapat 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai

735 km yang berfungsi antara lain untuk pertanian, perikanan, dan air minum.

Beberapa sungai tersebut bermuara di Selat Bali, yaitu Sungai Lo, Sungai Setail,

Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, dan Sungai Kempit. Selain sungai juga

terdapat tujuh waduk dengan luas mencapai 4 ha serta dua rawa yang luasnya

mencapai 1,5 ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

4.2.1 Nelayan

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indo-nesia No. 6 tahun 1964

tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690), pengertian

nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap.

Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa

atas sesuatu kapal atau perahu yang diper-gunakan dalam usaha penangkapan

ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang

sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha

penangkapan ikan di laut. Berikut merupakan daftar nelayan di Muncar yang

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar nelayan yang terdaftar di TPI Muncar

Page 42: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

32

No Desa Pemilik (RTP) Pandega (RTBP)

Jumlah (Orang)

1 Wringin Putih 291 342 633 2 Kedungringin 256 431 687 3 Kedungrejo 460 4.658 5118 4 Tembakrejo 470 4.692 5162 5 Sumbersewu 132 0 132 6 Kumending 68 0 68 7 Blambangan 0 15 15 8 Sumberberas 0 9 9 9 Tapanrejo 0 12 12 10 Tambakrejo 0 14 14

Jumlah 1677 10173 11850 (Sumber: TPI Muncar, 2017).

Nelayan terbanyak yang terdaftar di TPI Muncar berasal dari desa

Kedungrejo. Desa Tambakrejo berada diurutan kedua nelayan terbanyak yang

terdaftar di TPI Muncar. Jumlah nelayan yang terdaftah di TPI Muncar yaitu

sebesar 11.850 orang.

4.2.2 Armada Penangkapan

Armada penangkapan merupakan fasilitas utama dari nelayan untuk

melakukan penangkapan ikan. Jenis armada penangkapan disesuaikan dengan

alat tangkap yang digunakan. Berikut merupakan tabel data jumlah armada

penangkapan ikan yang terdaftar di TPI Muncar yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Data Jumlah Armada Penangkap Ikan yang Terdaftar di TPI Muncar

No Jenis Armada Tangkap Jumlah Unit 1 Purse sein 308 2 Gill net 520 3 Payang 42 4 Pancingan 375 5 Bagan 50 6 Bubu 84

Jumlah 1379 (Sumber: TPI Muncar, 2017).

Page 43: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

33

Dari jenis armada penangka ikan yang terdaftar di TPI Muncar, armada

dengan alat tangkap Gill net adalah armada terbanyak yang terdaftar di TPI

Muncar dengan jumlah unit sebesar 520 unit. Armada dengan alat tangkap

Pancingan sebesar 375 armada merupakan armada terbanyak kedua yang trdaftar

di TPI Muncar. Jumlah armada yang terdaftar di TPI Muncar yaitu sebanyak 1379

armada penangkap ikan.

4.2.3 Jenis dan Jumlah Alat Tangkap

Berikut merupakan jenis dan jumah alat tangkap yang terdaftar di TPI

Muncar 2016 yang akan disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap yang Terdaftar di Tpi Muncar

No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) 1 Purse sein 203 2 Gill net 520 3 Payang 42 4 Pancingan 300 5 Bagan Apung 80 6 Bagan Tancap 60 7 Pancing Frame 75 8 Bubu 84 9 Sero 175 10 Pinliur 156 11 Empeig 10 12 Jala tebar 15 13 Sodu manual 25

Jumlah 1745 (Sumber: TPI Muncar, 2017).

Pada TPI Muncar, ada 13 jenis alat tangkap yang terdaftar di tahun 2016.

Dari ke13 jenis alat tangkap yang terdaftar, Gill net merupakan jenis alat tangkap

terbanyak yang digunakan para nelayan yaitu sebanyak 520 unit. Pancingan

berada diperingkat kedua jenis alat tangkap yang terdaftar di TPI dengan jumlah

unit trdaftar sebanyak 300 unit. Jumlah alat tangkap ikan yang terdaftar di TPI

Muncar sebanyak 1745 unit alat tangkap.

Page 44: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil TPI Muncar

Pantai Muncar atau dikenal sebagai pelabuhan ikan Muncar merupakan

pelabuhan ikan terbesar di Pulau Jawa dan pelabuhan ikan terbesar kedua di

Indonesia setelah pelabuhan Bagansiapiapi di Riau. Keberadaan pantai ini lebih

dikembangkan sebagai usaha perikanan dibandingkan dengan kawasan wisata.

Hampir sepanjang kawasan tepi pantai dibangun tanggul untuk menahan ombak

dan sebagai tempat menambatkan perahu atau kapal. Pantai Muncar terletak di

kecamatan Muncar, kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi Pantai Muncar

berada di sebelah tenggara dari kota Banyuwangi Jawa Timur. Rute menuju pantai

dan pelabuhan ini dari pusat kota Banyuwangi ke arah selatan melewati

Rogojampi, Srono, dan Muncar. Akses jalan menuju kawasan ini sudah lebar dan

dapat dilalui kendaraan berukuran besar. Hanya saja di beberapa titik terdapat

kerusakan jalan yang belum diperbaiki. Kawasan Pantai Muncar cukup luas dan

terdiri dari beberapa bagian diantaranya pemukiman nelayan, pelabuhan nelayan

tradisional, pelabuhan kapal berukuran sedang, pabrik pengolahan ikan, galangan

kapal, dan sebagainya.

5.1.1 Sejarah TPI Muncar

Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Muncar Banyuwangi

merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa

Timur, yang pada awalnya pernah menjadi Daerah Kerja Khusus Perikanan

Muncar berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan Daerah Tingkat I

Jawa Timur Nomor 15 Tahun 1984.Kemudian pada tahun 1993 berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 24 Tahun

1993 menjadi Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI)

Page 45: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

35

Muncar.Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :

12/MK/2004 Muncar ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan

menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), kemudian menjadi Unit Pengelola

Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar berdasarkan Surat Keputusan

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Nomor :

061/6614/116.01/2010.Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 31

Tahun 2014 UPPPP berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Perikanan (UPT PP) Muncar.

Unit Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Muncar berada di Desa

Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

ama Teluk Pangpang,

mempunyai luas wilayah 146.707 Ha dengan panjang pantai ± 13 km dan

pendaratan ikan sepanjang 4,5 km.Jarak Unit Pelaksana TeknisPelabuhan

Perikanan Muncar dengan ibukota kecamatan 2 km, dengan ibukota kabupaten

37 km, dan dengan ibukota provinsi 332 km. Kecamatan Muncar mempunyai

penduduk 130.001 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya

nelayan terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis.

Untuk membantu mendaratkan ikan dan pemasarannya Unit Pelaksana

TeknisPelabuhan Perikanan Muncar terdapat 4 (empat) buah Tempat Pendaratan

Ikan (TPI) yaitu TPI Pelabuhan, TPI Kalimoro,TPI Sampangan dan TPI Pelabuhan

yang baru.Unit Pelaksana TeknisPelabuhan Perikanan Muncar sebagai Unit

Pelaksana Teknis Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur diharapkan

mampu mengadakan pembinaan secara intensif terhadap usaha perikanan.

5.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan TPI Muncar

Page 46: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

36

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar dikelola oleh Dinas Perikanan dan

Kelautan Banyuwangi yang mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

Visi :

Mendorong tumbuhnya sistem usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan

berbasis pada Pelayanan Prima.

Misi :

1. Menyediakan fasilitas dan jasa yang berorientasi pada tingkat kebutuhan

pertumbuhan usaha perikanan tangkap.

2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi peran serta masyarakat dalam

pengembangan perikanan tangkap.

3. Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan nelayan tangkap.

4. Mewujudkan usaha perikanan tangkap seabagai sumber pertumbuhan

ekonomi.

Tujuan :

1. Menyediakan tempat yang digunakan untuk memproses dan melakukan

kegiatan pelelangan ikan.

2. Mempermudah pembinaan mutu ikan hasil tangkapan nelayan.

3. Mempermudah pengumpulan data statistik. Meningkatkan pendapatan asli

daerah (Profil TPI Mucar, 2017).

5.1.3 Fasilitas Pokok dan Fasilitas Penunjang di TPI Muncar

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam

kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan

meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan. Menurut sejarahnya tempat

pelelangan ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan

oleh koperasi perikanan terutama di pulau jawa, dengan tujuan untuk melindungi

Page 47: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

37

mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam

mengembangkan usahanya. Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah

suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati

penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah

penawar tertinggi. Sampai dengan diberlakukannya otonomi daerah, nelayan

masih merupakan komunitas masyarakat miskin dan lemah keadaan ekonominya.

5.1.3.1 Fasilitas Pokok di TPI Muncar

TPI Muncar merupakan TPI yang aktif dibidang pemasaran hasil tangkap

nelayan di Muncar dengan sistem lelang. Dengan adanya kegiatan penjualan hasil

tangkap nelayan Muncar dengan menggunakan sistem lelang. Beberapa fasilitas

yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut diantaranya adalah fasilitas

pokok. Adapun beberapa fasiltas pokok yang ada di TPI Muncar akan disajikan

pada tabel 5.

Tabel 5. Fasilitas Pokok TPI Muncar

No Nama Fasilitas Foto Fungsi

1 Kantor TPI

Tempat karyawan TPI bekerja dan tempat administrasi kegiatan pelelangan

2 Timbangan

Untuk mengukur berat ikan hasil tangkapan nelayan

3 Speaker

Sebagai alat pengeras suara pada saat kegiatan pelelangan

Page 48: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

38

No Nama Fasilitas Foto Fungsi

4 Kipas Angin

Sebagai pendingin ruangan

5 Komputer

Sebagai alat penyimpan data penjualan dan administras lainnya

6 Printer

Untuk mencetak data dannota produksi

7

Diisi oleh juru lelang setelah proses pelelangan

8 Nota Penjualan

Diisi oleh juru nota penjualan setelah itu diberikan kepada nelayan

9 Kalkulator

Alat bantu menghitung pada proses administrasi

10 Kursi

Sebagai tempat duduk karyawan TPI

Page 49: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

39

No Nama Fasilitas Foto Fungsi

11 Lemari

Untuk tempat penyimpanan berkas

12 Meja Kerja

Meja untuk kepala UPTD dan Administrasi TPI Muncar untuk menunjang kinerja dalam menjalankan tugas

5.1.3.2 Fasilitas Penunjang di TPI Muncar

Selain fasilitas pokok, di TPI Muncar terdapat juga fasilitas penunjang,

dimana fasilitas ini secara tidak langsung mempertinggi peran TPI perikanan dan

tidak termasuk fasilitas dasar atau fungsional. Untuk fasilitas penunjang yang ada

pada TPI Muncar yaitu :

1. Cool Box

Dalam proses distribusi, cool box terutama digunakan sebagai wadah

penyimpanan produk hasil perikanan. Untuk keperluan penyimpanan, distribusi

dan penjajaannya dilakukan dalam wadah cool box dengan menyelimuti seluruh

badan ikan dengan es. Berikut cara penempatan ikan kedalam cool box adalah

pertama-tama menempatkan es yang lebih tebal dibagian dasar wadah, kemudian

menempatkan lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya, selanjutnya

ditempatkan lagi lapisan es diatas lapisan ikan, demikian seterusnya berselang-

seling dengan yang terakhir (paling atas) adalah lapisan es yang lebih tebal. Pada

ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil, proses seperti ini juga dilakukan. Efektifitas

pendinginannya sangat tergantung kepada ketebalan lapisan ikan, ketebalan

lapisan (kecukupan) es, dan kekedapan wadah (cool box) terhadap penetrasi

Page 50: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

40

panas. Pada kondisi pengemasan hanya satu lapisan ikan dan lapisan tersebut

dapat diselimuti dengan sempurna oleh es, maka dilihat jelas bahwa ketebalan

lapisan dan suhu awal ikan sangat menentukan kecepatan pendinginan, dimana

semakin tebal lapisan dan semakin tinggi suhu awal ikan maka waktu yang

dibutuhkan untuk mendinginkannya akan semakin lama. Dari sisi kebutuhan es,

selain ditentukan oleh jumlah ikan yang didinginkan juga ditentukan oleh suhu awal

ikan dan suhu udara luar disekitar wadah atau cool box, dimana semakin tinggi

suhunya maka jumlah es yang dibutuhkan akan semakin banyak. Berikut Gambar

Cool Box yang akan disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Cool box

2. Keranjang Ikan

Pada TPI Muncar, keranjang ikan digunakan pada saat proses penurunan

hasil tangkap nelayan dari perahu ke TPI. Pada keranjang ikan nelayan biasanya

terdapaat simbol atau warna tertentu dimana hal ini menunjukkan milik siapa

keranjang beserta hasil tangkapan ikan tersebut. Pemberian simbol tertentu

tersebut oleh nelayan dilakukan dengan tujuan agar hasil tangkap ikan atau

keranjang ikan milik mereka tidak tertukar dengan nelayan lainnya. Berikut

Gambar keranjang ikan yang akan disajikan pada gambar 3.

Page 51: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

41

Gambar 3. Keranjang Ikan

3. Anak Tangga

Pada TPI Muncar terdapat fasilitas penunjang berupa anak tangga. Adanya

anak tangga ini memiliki fungsi yaitu untuk mempermudah pemindahan akan ikan

hasil tangkap nelayan dari perahu nelayan ke TPI Muncar. Selain itu anak tangga

ini juga berfungsi untuk mempermudah aktivitas pemindahan akan hasil tangkap

nelayan dari TPI ke mobil truk distribusi milik pembeli ikan. Gambak anak tangga

yang berada di TPI Muncar akan disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Anak Tangga

5.1.4 Kegiatan di TPI Muncar

1. Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan :

Page 52: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

42

1) Pendaratan hasil tangkapan

Proses pertama yang dilakukan dalam pendaratan hasil tangkapan adalah

pembongkaran hasil tangkapan oleh anak buah kapal (ABK) masing-masing

armada penangkapan. Di saat inilah dilakukan penyortiran hasil tangkapan

berdasarkan jenis dan mutu ikan. Proses pembongkaran hasil tangkapan di TPI

Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan. Namun pada tahun 2016 hampir tidak

ada pendaratan hasil tangkapan nelayan melalui TPI Muncar. Hal ini dikarenakan

hasil tangkap yang sangat sedikit.

2) Pemeliharaan alat tangkap

Pemeliharaan alat tangkap dilakukan oleh ABK setelah ikan masuk ke TPI

Muncar. Pemeliharaan akan alat tangkap dilakukan untuk menjaga alat tangkap

nelayan agar siap pakai pada saat pemberangkatan melaut selanjutnya.

Pemeliharaan alat tangkap yang dilakukan berupa pengecekan alat tangkap dan

peyimpanan alat tangkap.

2. Kegiatan yang berhubungan pamasaran dan pengelolaan

1) Penanganan Ikan

Hasil tangkapan yang berjumlah banyak dapat dijual kepada pihak industri

di sekitar Muncar secara langsung ataupun melalui pihak perantara, sedangkan

hasil tangkapan yang berjumlah sedikit biasanya dijual kepada para bakul/belantik

yang sudah menunggu di dermaga dan TPI saat hasil tangkapan didaratkan.

Pedagang kecil/belantik yang menunggu di dermaga menjual hasil tangkapan

langsung ke pabrik tanpa perantara atau menjual hasil tangkapan ke pedagang

besar/pengumpul. Namun pada saat penelitian tidak ada penanganan ikan yang

dilakukan di TPI Muncar karena tidak adanya hasil tangkapan yang masuk di TPI

Muncar.

2) Proses pemasaran/pelelangan hasil tangkapan

Page 53: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

43

Turunnya hasil tangkap ikan nelayan di Muncar mengakibatkan tidak adanya

pelelangan yang dilakukan di TPI Muncar. Hasil tangkap nelayan yang sedikit

langsung dijual ke pembeli yang berada di pasar yang berada didekat TPI Muncar.

Hal ini menyebabkan terbengkalainya fasilitas yang ada di TPI Muncar.

3) Pendistribusian hasil tangkap nelayan

Proses distribusi dimulai dari hasil tangkapan yang telah disortir didaratkan

ke dermaga dan dibawa ke tempat pembeli yang telah menunggu di sekitar

dermaga atau di TPI. Hasil tangkapan yang diperjualbelikan di dermaga ditimbang

dan diberi es. Setelah itu hasil tangkap nelayan didistribusikan ke pembeli.

3. Kegiatan Pembinaan Nelayan

1) Penyuluhan kepada nelayan

Penyuluhan yang dilakukan oleh karyawan TPI Muncar kepada nelayan

dilakukan pada saat nelayan tidak melaut. Penyuluhan yang dilakukan adalah

beberapa hal yang berhubungan dengan mutu ikan dan izin akan armada dan alat

tangkap yang digunakan. Dengan adanya penyuluhan tersebut, diharapkan

nelayan Muncar dapat mengoptimalkan hasil tangkap mereka.

2) Pengumpulan data statistik perikanan

Dengan adanya laporan tiap bulan yang dilakukan oleh pihak TPI Muncar

akan memudahkan pengumpulan data statistik perikanan. Dengan laporan

tersebut pemerintah dapat mengetahui seberapa besar pemanfaatan potensi alam

yang ada dan menentukan kebijakan kedepannya.

Fasilitas yang ada di TPI Muncar saat ini cukup baik, hal ini dapat dilihat dari

kondisi fasilitas TPI Muncar yang masih baik dan dapat beroprasi, namun fasilitas

yang ada di TPI tidak dapat digunakan dengan maksimal. Hal ini dikarenakan

menurun secara drastisnya hasil tangkap ikan nelayan dari tahun ke tahun.

Dengan menurunnya hasil tangkap ikan menyebabkan turunnya retribusi yang

Page 54: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

44

masuk ke TPI Muncar. Hal ini memberikan pengaruh kepada pendapatan asli

daerah (PAD).

Penurunan akan hasil tangkap nelayan ini disebabkan oleh beberapa hal

yaitu perubahan ikim, pencemaran akan perairan di Muncar (Selat Bali),

penggunaan akan alat tangkap yang tidak sesuai, dan limbah cahaya dimana

cahaya dari lampu penduduk di pesisir menyebabkan ikan menjauh untuk

menghindari cahaya tersebut.

5.1.5 Struktur Organisasi TPI Muncar

Jumlah pegawai yang bekerja di TPI pada tahun 2017 adalah sebanyak 9

orang. Sebagian besar pegawai yang bekerja menempuh pendidikan Sekolah

Menengan Atas (SMA) atau sederajat. Struktur organisasi TPI Muncar terdiri dari

tiga unsur, antara lain unsur pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas

sebagai Kepala TPI; unsur pembantu pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi

tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggungjawab kepada

Kepala TPI; dan unsur pelaksana. Berikut gambar struktur organisasi di TPI

Muncar yang akan disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Struktur Organisasi TPI Muncar

Page 55: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

45

Tempat pelelangan ikan (TPI) Muncar diselenggarakan oleh Dinas Perikanan dan

Kelautan. Di Muncar TPI dibagi menjadi 3 yaitu TPI Pelabuhan, TPI Sampangan,

dan TPI Brakkalimoro. TPI Muncar memiliki karyawan sebanyak 9 orang. Berikut

merupakak susunan karyawan di TPI Muncar yang akan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Status dan Tugas Karyawan TPI Muncar

No Status Tugas

1 Kepala Dinas Perikanan

dan Kelautan

Penanggung jawab pelelangan ikan di TPI

2 Administrasi TPI Memimpin pelaksanaan pelelangan di TPI,

melakukan retribusi dan menyetorkan retibusi

3 KA. Pos TPI Pelabuhan Bertanggung jawab atas pelelangan yang ada di

pos TPI Pelabuhan

4 Juru Lelang Melelang ikan dari nelayan ke pemeli atau bakul

5 Juru Timbang Menimbang ikan yang dilelang

6 Juru Nelayan Melayani nelayan yang akan mengambil uang

hasil pelelangan

7 Juru Buku Nelayan Mencatat nama dan jumlah ikan nelayan yang

masuk di TPI

8 Kasir Pembeli Melayani pembayaran pembeli terhadap ikan

yang akan dibeli dengan sistem lelang

9 Juru Buku Pembeli Mencatat nama pembeli dan jumlah ikan yang

terjual

Dengan menggunakan sistem kepengurusan secara struktural, TPI Muncar

dapat berjalan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari sistim pelelangan yang sudah

diatur sedemikian rupa untukmemperlancar kegiatan pelelangan di TPI Muncar.

Page 56: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

46

Sistem kepengurusan yang telah terbentuk ini telah berjalan sesuai dengan

tugas masing-masing.

5.2 Peran TPI Muncar Terhadap Aktivitas Pasca Melaut Nelayan

TPI merupakan tempat dimana ikan hasil tangkapan yang didaratkan disuatu

pelabuhan dipasarkan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di TPI menggunakan

metode lelang. TPI di PPP Muncar memiliki luas 1.450 m2 dengan kondisi yang

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas pokok dan penunjang yang dapat

berfungsi dengan baik.

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di TPI Muncar pasca melaut nelayan antara

lain pendaratan hasil tangkap ikan, pemasaran hasil tangkap nelayan

menggunakan sistim lelang, dan pembinaan akan mutu ikan. Ketiga aktivitas

tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan harga ikan, pembinaan

akan mutu ikan kepada nelayan, dan meningkatkan PAD melalui retribusi. Dengan

adanya TPI Muncar diharapkan dapat mensejahterakan nelayan setempat dan

meningkatkan PAD melalui retribusi.

5.2.1 Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Izin Penangkapan di TPI Muncar

Indonesia sebagai Negara hukum, yang mana terdapat hukum atau

peraturan yang mengatur tetang kemaslahatan umum. Ini tidak terkecuali tentang

perikanan khususnya kapal perikanan yang mana setiap kapal perikanan yang

beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan republik Indonesia harus memiliki ijin.

Namun tidak semua kapal perikanan harus memiliki ijin, ini dikecualikan untuk

kapal ikan kecil dengan ukuran 5 GT ke bawah. Untuk kapal kecil tersebut hanya

perlu adanya tanda pendaftaran dari pemerintah kabupaten atau kota tempat kapal

tersebut berpangkalan. Untuk kapal di atas 5 GT keatas harus mempunyai ijin dari

pemerintah kabupaten atau kota yang berwenang dalam bidang tersebut. Untuk di

Page 57: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

47

atas 10 GT samapi 30 GT oleh pemerintah Propinsi. Untuk Diatas 30 GT oleh

Kementerian Kelautan dan perikanan.

Perijinan yang diatur dalam aturan yaitu wajib memiliki surat ijin usaha

penangkapan serta surat ijin penangkapan ikan atau surat ijin kapal pengangkutan

ikan. Untuk perijinan diatas 30 GT terdapat prosedur yang harus di penuhi.

Berdasarkan wawancara dengan karyawan TPI Muncar, terdapat sejumlah pemilik

atau perusahaan yang kurang paham tentang tata cara atau prosedur pengurusan

ijin untuk kapal perikanan. Namun prosedur yang harus dipenuhi ternyata tidak

semua dipenuhi, sehingga permohonan ijin tersebut memakan waktu lama

dikarenakan permohonan dikembalikan untuk dilengkapi. Sehingga pemilik atau

perusahaan tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatakan ijin untuk kapal

perikanan milik mereka.

Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah izin

tertulis yang harus dimiliki untuk melakukan usaha perikanan dengan

menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.

Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Izin

1. SIUP

Setiap orang untuk memiliki SIUP harus mengajukan permohonan kepada

Direktur Jenderal, dengan melampirkan persyaratan:

1. Rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana

operasional.

2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik kapal atau perusahaan,

dengan menunjukkan aslinya.

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik kapal atau penanggung

jawab perusahaan, dengan menunjukkan aslinya.

4. Surat keterangan domisili usaha.

5. Fotokopi akta pendirian perusahaan dengan menunjukkan aslinya.

Page 58: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

48

6. Fotokopi pengesahan badan hukum bagi perusahaan perikanan yang

menggunakan kapal penangkap ikan dan atau kapal pengangkut ikan

dengan jumlah kumulatif 200 (dua ratus) GT keatas.

7. Surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung

jawab perusahaan yang menyatakan:

1) Kesanggupan membangun atau memiliki UPI (Unit Pengolahan Ikan) atau

bermitra dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan

Pengolahan (SKP) bagi usaha perikanan tangkap terpadu.

2) Kesediaan mematuhi dan melaksanakan semua ketentuanperaturan

perundang-undangan.

3) Kebenaran data dan informasi yang disampaikan.

Tata cara yang di maksud dalam medapatkan perijinan usaha Berdasarkan

permohonan sebagaimana dimaksud :

1. Direktur Jenderal melakukan penilaian terhadap kelayakan rencana usaha

dan kelengkapan persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak

diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau

penolakan.

2. Direktur Jenderal dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksudpada

ayat (1) dibantu oleh Tim Penilai Kelayakan Rencana Usaha yangditeta pkan

dengan Keputusan Direktur Jenderal.

3. Direktur Jenderal menerbitkan SPP-PPP dengan dilampiri blangko SSBP

paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan SIUP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disetujui.

4. Pemohon harus membayar PPP dan menyampaikan tanda bukti

pembayaran (SSBP) kepada Direktur Jenderal paling lama 10 (sepuluh)hari kerja

sejak SPP-PPP diterbitkan.

Page 59: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

49

5. Paling lama 1 (satu) hari kerja sejak tanda bukti pembayaran (SSBP)

diterima, dilakukan pengambilan pas foto dan specimen tanda tangan pemilik

kapal atau penanggung jawab perusahaan dalam rangkapenerbitan SIUP.

6. Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-PPP

diterbitkan pemohon tidak membayar PPP, permohonan SIUP dinyatakan batal

demi hukum.

7. Direktur Jenderal menerbitkan SIUP paling lama 2 (dua) hari kerja sejak

pengambilan pas foto dan specimen tanda tangan.

8. Apabila permohonan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak,

Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon paling

lama 3 (tiga) hari kerja disertai alasan dan berkas permohonan SIUP menjadi milik

Direktorat Jenderal.

9. Bentuk dan format SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini, yang terdiri dari:

a. Lampiran I : SIUP untuk Perseorangan.

b. Lampiran II : SIUP untuk Perusahaan.

2. SIPI

Surat Izin Penangkapan Ikan yang selanjutnya disingkat SIPI, adalah izin

tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan

ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. Persyaratan yang harus

di penuhi sebagai berikut:

1. Setiap orang untuk memiliki SIPI sebagaimana harus mengajukan

permohonan kepada Direktur Jenderal, dengan melampirkan persyaratan:

a. Fotokopi SIUP.

Page 60: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

50

b. fotokopi grosse akta dengan menunjukkan aslinya, apabila grosse akta dalam

jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta hipotik dengan menunjukkan

aslinya.

c. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang digunakan.

d. Fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement).

e. Data kapal dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

f. Rencana target spesies penangkapan ikan.

g. Surat Keterangan Pemasangan Transmitter vessel monitoring system yang

dikeluarkan oleh Pengawas Perikanan.

h. Surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab

perusahaan yang menyatakan:

1) kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas, dan menjaga

keselamatan petugas pemantau (observer) untuk kapal penangkap ikan

berukuran 30 (tiga puluh) GT keatas.

2) kesanggupan untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan dan

lingkungannya.

3) kesanggupan mengisi log book sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4) kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan

Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan

penangkapan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (illegal,

unreported, and unregulated fishing). dan

6) kebenaran data dan informasi yang disampaikan.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kapal

penangkap ikan dalam satuan armada ditambah persyaratan berupa

Page 61: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

51

daftar kapal penangkap ikan, jenis alat penangkapan ikan, kapal pengangkut ikan,

dan kapal pendukung operasi penangkapan berupa kapal lampu.

(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

untuk kapal penangkap ikan dalam usaha perikanan tangkap terpadu

ditambah persyaratan berupa surat keterangan dari Direktur Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang menyatakan:

a. realisasi pembangunan UPI (Unit Pengolahan Ikan) paling sedikit 75%

(tujuh puluh lima persen), untuk pengadaan kapal penangkap ikan

bekas.

b. realisasi pembangunan UPI (Unit Pengolahan Ikan ) paling sedikit 50%

(lima puluh persen), untuk pengadaan kapal penangkap ikan baru.

c. realisasi pembangunan UPI (Unit Pengolahan Ikan) paling sedikit 65%

(enam puluh lima persen), untuk pengadaan kapal penangkap ikan

dalam keadaan baru dan bekas.

Berdasarkan permohonan dimaksud proses selanjutnya adalah sebagai

berikut :

(1) Direktur Jenderal melakukan penilaian terhadap kelengkapan persyaratan

dengan memperhatikan SIUP paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya

permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui,

paling lama 2 (dua) hari kerja dilakukan pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan

dan alat penangkapan ikan oleh petugas pemeriksa fisik kapal perikanan.

(3) Pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus mengacu pada grosse akta asli atau akta hipotik dan pemeriksaan fisik

alat penangkapan ikan mengacu pada spesifikasi teknis alat penangkapan ikan.

(4) Dalam hal hasil pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan dan alat penangkapan

ikan telah sesuai, petugas pemeriksa fisik kapal perikanan paling lama 3 (tiga) hari

Page 62: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

52

kerja menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa hasil

pemeriksaan fisik kapal dan alat penangkapan ikan sudah sesuai.

(5) Dalam hal hasil pemeriksaan fisik kapal dan/atau alat penangkapan ikan tidak

sesuai, petugas pemeriksa fisik kapal perikanan paling lama 3 (tiga) hari kerja

menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa hasil pemeriksaaan

fisik kapal dan/atau alat penangkapan ikan tidak sesuai.

(6) Direktur Jenderal menerbitkan SPP-PHP dengan dilampiri blangko SSBP

paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4).

(7) Pemohon harus membayar PHP dan menyampaikan tanda bukti pembayaran

(SSBP) kepada Direktur Jenderal paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-

PHP diterbitkan.

(8) Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-PHP diterbitkan

pemohon tidak membayar PHP, permohonan SIPI dinyatakan batal demi hukum.

(9) Direktur Jenderal menerbitkan SIPI paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanda

bukti pembayaran (SSBP) diterima.

(10) Apabila permohonan SIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak dan

hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak sesuai, Direktur

Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon paling lama 3 (tiga) hari

kerja disertai alasan dan berkas permohonan SIPI menjadi milik Direktorat

Jenderal.

(11) Bentuk dan format SIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (9), sebagaimana

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini, yang terdiri dari:

a. Lampiran IV : SIPI untuk Operasi Tunggal.

b. Lampiran V : SIPI untuk Operasi Group-Satuan Armada Penangkapan Ikan.

Page 63: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

53

3. SIKPI

Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disingkat SIKPI, adalah

izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan

pengangkutan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.

Persyaratan yang harus di penuhi sebagai berikut:

(1) Setiap orang untuk memiliki SIKPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

ayat 1 harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal, dengan

melampirkan persyaratan:

a. fotokopi SIUP.

b. fotokopi grosse akta dengan menunjukkan aslinya, apabila grosse akta sedang

dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta hipotik dengan

menunjukkan aslinya.

c. fotokopi gambar rencana umum kapal (general arrangement).

d. data kapal dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

e. Surat Keterangan Pemasangan Transmitter vessel monitoring system yang

dikeluarkan oleh Pengawas Perikanan.

f. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab

perusahaan yang menyatakan:

1) kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas, dan

menjaga keselamatan petugas pemantau di atas kapal pengangkut

ikan (observer).

2) kesanggupan menggunakan 1 (satu) orang tenaga kualiti kontrol

yang memiliki sertifikat keterampilan penanganan ikan (SKPI).

3) kesanggupan untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan dan

lingkungannya.

Page 64: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

54

4) kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan

Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang

melakukan pengangkutan ikan secara tidak sah, tidak dilaporkan, dan

tidak diatur (illegal, unreported, and unregulated fishing). Dan

6) kebenaran data dan informasi yang disampaikan.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan

persyaratan khusus, yaitu:

a. untuk kapal pengangkut ikan dari sentra kegiatan nelayan, berupa daftar nama

sentra kegiatan nelayan yang menjadi tempat muat ikan hasil tangkapan yang

disahkan oleh dinas kabupaten/kota.

b. untuk kapal pengangkut ikan dengan pola kemitraan, berupa daftar

kapal penangkap ikan berukuran sampai dengan 10 (sepuluh) GT yang menjadi

mitra yang disahkan oleh dinas kabupaten/kota.

c. untuk kapal pengangkut ikan tujuan ekspor, berupa:

1) Rencana pelabuhan pangkalan dan pelabuhan tujuan.

2) Fotokopi surat tanda kebangsaan kapal untuk kapal asing.

3) Fotokopi surat ukur internasional untuk kapal asing. dan

4) Fotokopi paspor dan buku pelaut (seamen book) dan foto nakhoda ukuran

4 x 6 cm berwarna sebanyak 2 (dua) lembar dan daftar anak buah kapal

(ABK).

(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, untuk

kapal pengangkut ikan dalam usaha perikanan tangkap terpaduditambah

persyaratan berupa surat keterangan dari Direktur Jenderal.

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang menyatakan:

a. realisasi pembangunan UPI (Unit Pengolahan Ikan) paling sedikit 75%

(tujuh puluh lima persen), untuk pengadaan kapal pengangkut ikan bekas.

Page 65: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

55

b. realisasi pembangunan UPI (Unit Pengolahan Ikan) paling sedikit 50%

(lima puluh persen), untuk pengadaan kapal pengangkut ikan baru. atau

c. realisasi pembangunan UPI(Unit Pengolahan Ikan) paling sedikit 65%

(enam puluh lima persen), untuk pengadaan kapal pengangkut ikan dalam

keadaan baru dan bekas.

Berdasarkan permohonan dimaksud proses selanjutnya adalah sebagai

berikut :

(1) Berdasarkan permohonan tersebut,Direktur Jenderal melakukan penilaian

terhadap kelengkapan persyaratan dengan memperhatikan SIUP paling lama 2

(dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya

berupa persetujuan atau penolakan.

(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, paling

lama 2 (dua) hari kerja dilakukan pemeriksaan fisik kapal pengangkut ikan oleh

petugas pemeriksa fisik kapal perikanan.

(3) Pemeriksaan fisik kapal pengangkut ikan sebagaimana dimaksud pada

ayat 2 harus mengacu pada grosse akta asli atau akta hipotik.

(4) Dalam hal hasil pemeriksaan fisik kapal pengangkut ikan telah sesuai dengan

grosse akta asli atau akta hipotik, petugas pemeriksa fisik kapal perikanan paling

lama 3 (tiga) hari kerja menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa

hasil pemeriksaan fisik kapal sudah sesuai.

(5) Dalam hal hasil pemeriksaan fisik kapal pengangkut ikan tidak sesuai,

petugas pemeriksa fisik kapal perikanan paling lama 3 (tiga) hari kerja menerbitkan

rekomendasi kepada Direktur Jenderal bahwa hasil pemeriksaan fisik kapal tidak

sesuai.

(6) Direktur Jenderal menerbitkan SPP-PPP dengan dilampiri blangko SSBP

paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya rekomendasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4).

Page 66: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

56

(7) Pemohon harus membayar PPP dan menyampaikan tanda bukti pembayaran

(SSBP) kepada Direktur Jenderal paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-

PPP diterbitkan.

(8) Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak SPP-PPP diterbitkan

pemohon tidak membayar PPP, permohonan SIKPI dinyatakan batal demi hukum.

(9) Direktur Jenderal menerbitkan SIKPI paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah

tanda bukti pembayaran (SSBP) diterima.

(10) Apabila permohonan SIKPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak dan

hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak

sesuai, Direktur Jenderal menyampaikan penolakan kepada pemohon

paling lama 3 (tiga) hari kerja disertai alasan dan berkas permohonan

SIKPI menjadi milik Direktorat Jenderal.

(11) Bentuk dan format SIKPI sebagaimana dimaksud pada ayat (9),

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, yang terdiri dari:

a. Lampiran VIII : SIKPI untuk kapal pengangkut ikan dengan pola kemitraan.

b. Lampiran IX : SIKPI untuk kapal pengangkut ikan tujuan ekspor.

c. Lampiran X : SIKPI untuk kapal pengangkut ikan dari pelabuhan pangkalan ke

pelabuhan muat.

d. Lampiran XI : SIKPI untuk kapal pengangkut ikan dari sentra nelayan.

Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Izin yang di informasikan di atas

merupakan prosedur yang harus dilakukan pemilik atau perusahaan untuk

mendapat perijinan untuk kapal di atas 30 GT. Sehingga waktu yang di perlukan

untuk mendapatkan ijin tidak terlalu lama.

Page 67: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

57

5.2.2 Pendaratan Hasil Tangkapan di TPI Muncar

Kapal atau perahu penangkapan ikan yang beroperasi di TPI Muncar dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor

tempel (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor sendiri terdiri dari kapal

motor kurang dari 5 GT, 5-10 GT, dan 10-30 GT. Jenis alat tangkap ikan yang

dioperasikan di wilayah TPI Muncar yaitu purse seine, payang, gill net, rawai

hanyut, pancing ulur, bagan tancap, dan sero. Jenis armada purse seine termasuk

ke dalam perahu motor tempel.

Dalam melakukan operasi penangkapan, nelayan purse seine

menggunakan dua buah perahu kayu yang berukuran 15-30 GT. Jenis armada

gillcnet menggunakan kapal kayu dengan mesin tempel. Kapal tersebut memiliki

ukuran sebesar 3-5 GT. Fishing ground ketiga alat tangkap tersebut antara lain

perairan Bomo, Karangente, Pengambengan, Senggrong, Tanjung Pasir, Teluk

Pangpang, dan Wringin. Selain itu armada purse seine dapat beroperasi ke daerah

yang lebih jauh, yaitu di sebelah Utara seperti perairan Celukan Bawang, Jangkar,

Pandean, dan Pondokimbo.

Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya

dilakukan pada waktu malam hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu

malam bila bulan gelap penuh operasi penangkapan atau penurunan alat dapat

dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan

terpasang dalam perairan sampai kira-kira selam 3-5 jam.

Purse Seine

dengan cincin unt

Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu

pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya

tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Waktu

pengoperasian alat tangkap ini dilakukan pada siang atau malam hari.

Page 68: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

58

Penangkapan di malam hari dilakukan selain di malam bulan purnama. Hal ini

dilakukan karena pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan

dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang

untuk penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu

terbias sempurna ke dalam air.

Alat tangkap payang merupakan alat tangkap modifikasi yang menyerupai

trawl kecil yang dioperasikan dipermukaan perairan. Dari segi konstruksi alat

tangkap tersebut hampir mirip dengan lampara, yang membedakan adalah tidak

digunakannya otter board dalam pengoperasiannya. Pengoperasian payang

dilakukan pada lapisan permukaan perairan. Payang mempunyai tingkat

selektifitas yang rendah, disebabkan penggunaan mesh size yang kecil, sehingga

dapat menangkap ikan-ikan kecil, seperti teri sampai ikan yang berukuran lebih

besar, seperti tongkol dan sebagainya. Adapun armada perikanan payang yang

dioperasikan di Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur) merupakan kapal-kapal

payang berukuran kecil (5-20 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 16 HP.

Operasi penangkapan dilakukan selama satu hari penangkapan atau one day

fishing. Menggunakan mesin tempel dan berbahan bakar solar, dengan panjang

kapal 10 m.

Proses pertama yang dilakukan dalam pendaratan hasil tangkapan adalah

pembongkaran hasil tangkapan oleh anak buah kapal (ABK) masing-masing

armada penangkapan. Proses penyortiran jenis dan mutu ikan dilakukan pada saat

pembongkaran hasil tangkapan. Proses pembongkaran hasil tangkapan di TPI

Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan.

Pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh buruh angkut atau yang lebih

dikenal dengan sebutan manol serta para bakul atau yang lebih dikenal dengan

sebutan belantik. Lamanya pendaratan tergantung dari banyaknya hasil

tangkapan, jumlah ABK yang membongkar hasil tangkapan, dan jumlah buruh

Page 69: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

59

angkut, biasanya berkisar sekitar satu jam. Lama proses pendaratan berpengaruh

langsung terhadapa mutu ikan.

Hasil tangkapan didaratkan antara malam sampai pagi hari dan dilakukan

sesuai dengan keadaan terangnya bulan di perairan Muncar. Bila bulan purnama

muncul pada malam hari, maka nelayan menghentikan operasi penangkapan dan

mendaratkan hasil tangkapannya pada malam hari. Semakin pagi bulan muncul

semakin pagi pula hasil tangkapan didaratkan.

Data hasil tangkap ikan nelayan Muncar yang masuk di TPi Muncar dari

tahun 2013-2016 akan disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Data hasil tangkap ikan nelayan Muncar yang masuk di TPi Muncar dari tahun 2013-2016

No Jumlah Tangkap Perbulan Tahun

Jumlah 2013 2014 2015 2016

1 Januari 0 0 251.600 0 251600 2 Februari 0 0 0 0 0 3 Maret 16.100 0 237.875 136.000 389.975 4 April 21.000 0 0 108.000 129.000 5 Mei 18.447 20.775 45.900 90.980 176102 6 Juni 250.000 0 0 0 250.000 7 Juli 0 0 0 0 0 8 Agustus 0 0 0 0 0 9 September 58.110 30.400 130.000 0 218.510

10 Oktober 1.018.775 54.400 0 0 1.073.175 11 Nopember 756.750 278.810 148.090 24.312,50 1.207.962,5 12 Desember 587.875 0 238.500 7.825 834.200

Jumlah 2.729.070 384.385 1.051.965 367.117,5 4.532.537,5 Rata-rata 227.254,75 32.032,08 87.663,75 30.593,125 377.543,71

(Sumber: TPI Muncar, 2017).

Pada tahun 2013, didapatkan jumlah tangkapan sebesar 2.728.960 kg

dengan hasil tangkap ikan terbanyak terjadi pada bulan Oktober. Pada tahun 2014

total hasil tangkap nelayan yang masuk ke TPI Muncar yaitu sebesar 384.385 kg

dengan hasil tangkap terbanyak terjadi pada bulan Nopember dengan hasil

tangkap sebanyak 278.810 kg. Pada tahun 2015 total hasil tangkap nelayan

Page 70: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

60

Muncar yang terdaftar di TPI Muncar sebesar 1.051.965 dengan hasil tangkap

terbanyak terjadi pada bulan Desember dengan hasil tangkap sebesar 238.500 kg.

Pada tahun 2016 total hasil tangkap nelayan yang terdaftar di TPI Muncar sebesar

367.117,5 kg dengan hasil tangkap terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu

sebesar 136.000 kg.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tangkap nelayan terbanyak

selama 2013-2016 terjadi pada bulan Oktober tahun 2013 dengan jumlah

tangkapan sebesar 1.018.775 kg. Selanjutnya pada bulan Nopember 2013 dengan

hasil tangkapan sebesar 756.750 kg. Total penangkapan tersedikit trjadi pada

tahun 2016 dengan hasil tangkapan sebanyak 367.117,5 kg. Pada tabel diatas

dapat dilihat perkembangan hasil tangkap nelayan Muncar dimana pada tahun

2013 sampai 2014 mengalami penurunan akan hasil tangkap ikan. Pada tahun

2014 sampai 2015 mengalami kenaikan hasil tangkap ikan dari 384.38kg menjadi

1.051.965 kg. Dari tahun 2015 k 2016 hasil tangkap nelayan Muncar yang terdaftar

di TPI Muncar mengalami penurunan hasil tangkap ikan dari 1.051.965 kg menjadi

367.117,5 kg.

5.2.3 Jenis dan jumlah Produksi Ikan

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yang berada di Desa Kedungrejo,

Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur merupakan

pelabuhan perikanan yang berbatasan langsung dengan Selat Bali yang

menyebabkan PPP Muncar menjadi salah satu fishing base dari produksi ikan

khususnya Lemuru di Banyuwangi, Jawa Timur. Alat tangkap Purse Seine

diperkenalkan pada tahun 1972, Purse Seine telah menggeser alat tangkap lain

dan menjadi alat tangkap utama dalam menangkap Ikan Lemuru

(Sardinellalemuru) di Selat Bali. Operasi penangkapan Ikan Lemuru dari tahun ke

tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penangkapan ikan

Page 71: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

61

mengalami peningkatan yang sangat drastis dan terus menguras sumberdaya

yang ada (Wiyono dan Hufiadi, 2014). Namun terjadi penurunan yang sangat

drastis pada tahun 2010 ke 2011 dimana produksi Purse Seine menurun dari

17.679.012 kg/tahun menjadi 4.047.967 kg/tahun. Hal ini disebabkan tidak

seimbangnya sumberdaya yang ada dengan jumlah unit penangkapan Purse

dan perubahan iklim global yang berakibat

terhadap temperatur perairan di Selat Bali. Berikut jenis dan jumlah produksi ikan

yang masuk di TPI Muncar pada tahun 2013-2016 yang akan disajikan pada tabel

8.

Tabel 8. Jenis dan jumlah produksi ikan yang masuk di TPI Muncar pada

tahun 2013-2016

No Jenis Ikan dan Produksi Ikan

Per Kg

Tahun Jumlah Rata-rata

2013 2014 2015 2016 1 Protolan 134.775 317.210 175.000 0 626.985 156.746 2 Layur 0 30.175 0 27.137,50 57.312,5 14.328 3 Layang 120.195 22.000 0 5.000 27.120 6.780 4 Lemuru 0 0 876.965 327.480 1.204.445 301.111 5 Tongkol 11.100 0 0 4.500 15.600 3.900 6 Ubur-ubur 2.431.250 0 0 0 2.431.250 607.813 7 Selar 12.500 15.000 0 0 27.500 6.875 8 Lain-lain 19.250 0 0 3.000 22.250 5.563

Jumlah 2.729.070 384.385 1.051.965 367.118 4.412.463 1.103.116 Rata-rata 341.134 48.048 131.496 45.890 551.558 137.889

(Sumber: TPI Muncar, 2017).

Pada tahun 2013 jumlah produksi ikan yang terdaftar di TPI Muncar yaitu

sebesar 2.729.070 kg dengan hasil tangkap terbanyak adalah ikan Ubur-ubur

dengan jumlah tangkapan sebeasar 2.431.250 kg. Rata-rata penangkapan ikan

pada tahun 2013 sebesar 326.1

24 kg. Pada tahun 2014 jumlah tangkapan nelayan yang terdaftar pada TPI

Muncar yaitu sebesar 384.385 kg dengan hasil tangkapan terbanyak adalah ikan

Page 72: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

62

Protolan dengan berat 317.210 kg. Rata-rata penangkapan ikan pada tahun 2013

sebesar 48.048 kg. Pada tahun 2015 total hasil tangkap nelayan Muncar yang

terdaftar di TPI Muncar sebesar 1.051.965 dengan hasil tangkap terbanyak adalah

ikan Lemuru sebesar 876.965 kg. Rata-rata penangkapan ikan pada tahun 2013

sebesar 131.496 kg Pada tahun 2016 total hasil tangkapan nelayan sebesar

367.118 kg dengan hasil tangkap ikan terbanyak adalah ikan Lemuru dengan berat

327.480 kg. Rata-rata penangkapan ikan pada tahun 2013 sebesar 45.890 kg.

Dari tahun 2013 sampai dengan 2016, hasil tangkap nelayan terbanyak yang

terdaftar di TPI Muncar terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah hasil tangkap ikan

sebanyak 2.729.070 kg. Hal ini dikarenakan banaknya hasil tangkap Ubur-ubur

yang mencapai 2.431.250 kg. Hasil tangkap terbanyak kedua terjadi pada tahun

2015 dengan hasil tangkap nelayan sebesar 1.051.965 kg dengan jenis ikan

terbanyak ang ditangkap adalah ikan Lemuru dengan berat total sebesar 876.965

kg. Hasil tangkap ikan nelayan Muncar dari tahun 2013 sampai dengan 2016

cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 9 dimana hasil

tangkap dari tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan jumlah tangkap.

Walaupun pada tahun 2014 sampai 2015 hasil tangkap ikan oleh nelayan muncar

mengalami peningkatan, pada tahun 2015 sampai 2016 hasil tangkap nelayan

mengalami penurunan.

5.2.4 Pelelangan Hasil Tangkapan di TPI Muncar

Pelelangan tidak berjalan karena pihak nelayan dan pihak industri yang

menolak diadakannya pelelangan disebabkan hasil tangkapan yang diperoleh

sangat banyak, terutama untuk jenis ubur-ubur. Dengan adanya lelang

menyebabkan hasil tangkapan yang diterima pembeli mengalami penurunan mutu

karena harus antre sekian banyak untuk dilelang. Hasil tangkapan yang berjumlah

banyak dapat dijual kepada pihak industri di sekitar Muncar secara langsung

Page 73: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

63

ataupun melalui pihak perantara, sedangkan hasil tangkapan yang berjumlah

sedikit biasanya dijual kepada para bakul/belantik yang sudah menunggu di

dermaga dan TPI saat hasil tangkapan didaratkan. Pedagang kecil/belantik yang

menunggu di dermaga menjual hasil tangkapan langsung ke pabrik tanpa

perantara atau menjual hasil tangkapan ke pedagang besar/pengumpul.

Proses distribusi dimulai dari hasil tangkapan yang telah disortir didaratkan

ke dermaga dan dibawa ke tempat pembeli yang telah menunggu di sekitar

dermaga atau di TPI. Pedagang yang berada di TPI melakukan penimbangan hasil

tangkapan yang telah dibeli dari beberapa nelayan dan pedagang kecil. Kemudian

dilakukan transaksi penjualan dengan harga yang sesuai dengan mutu ikan. Ikan

yang telah selesai diperdagangkan dibawa ke tempat industri. Pencatatan ikan

dilakukan oleh petugas TPI di dua pos yang tersebar di pintu keluar sebelum

pengangkut ikan tersebut keluar dari TPI Muncar. Jumlah retribusi untuk ikan yang

berjumlah minimal sekitar 10 ton dan diangkut dengan menggunakan truk atau

beberapa becak motor, ditentukan dengan cara melihat jenis ikan dan menghitung

jumlah keranjang atau kudung yang diangkut tersebut. Setelah itu dilakukan

pencatatan data pemilik alat tangkap, jenis ikan, dan jumlah ikan. Petugas TPI

harus hafal pemilik dari alat tangkap atau nelayan juragan dengan simbol yang

ada di sisi luar keranjang yang biasanya berupa gambar, tulisan, atau warna cat.

Hal ini diperlukan agar penagihan uang retribusi tidak tertukar dengan nelayan

juragan lainnya. Kesepakatan yang terjalin diantara nelayan dan petugas TPI

dalam penarikan retribusi bahwa satu keranjang yang kapasitasnya penuh atau

100-125 kg dianggap berisi 100 kg. Dengan demikian didapat jumlah hasil

tangkapan yang dikenakan retribusi sebesar jumlah keranjang penuh dikalikan

dengan 100 kg. Keranjang yang berisi ¾ ikan dihitung 75 kg, ½ keranjang dihitung

sebanyak 50 kg, dan ¼ keranjang dihitung sebanyak 25 kg. Selanjutnya petugas

Page 74: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

64

TPI menagih uang retribusi sebesar 4% dengan cara mendatangi kediaman para

nelayan juragan.

Pada saat penelitian dilaksanakan, pelelangan tidak dilakukan. Hal ini

dikarenakan tidak adanya hasil tangkapan ikan yang masuk ke TPI Muncar. Hasil

tangkap ikan nelayan menurun karena perubahan cuaca dan pencemaran

perairan di Muncar. Dengan tidak adanya hasil tangkap ikan yang masuk ke TPI

Muncar menyeabkan teempat yang biasanya digunaka untuk melelang ikan

menjadi kotor dan terbengkalai. Banyak kapal nelayan yang hanya disandarkan di

plabuhan Muncar karena tidak adanya ikan.

Dari permasalahan diatas akan lebih baik apabila pihak TPI Muncar

menggunakan metode Chek in, Chek out dimana metode ini dilakukan dengan

cara pengambilan data akan hasil tangkap nelayan masuk ke TPI Muncar (Chek

in) dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis ikan hasil tangkapa nelayan.

Selanjutnya dilakukan (Chek out) dimana dalam hal ini pada saat nelayan akan

keluar dari TPI Muncar, nelayan membayar biaya retribusi yang ditentukan

berdasarkan hasil tangkapan nelayan yang dilakukan pada saat Chek in. Dengan

melakukan metode ini diharapkan dapat mengoptimalkan akan penarikan biaya

retribusi di TPI Muncar.

Perbandingan akan harga ikan dipasaran dengan harga jual pengepul tidak

tinggi. Harga rata rata ikan di pasaran sebesar Rp 5.100. Harga pasar tersebut

hanya beda tipis dengan harga rata-rata dari pengepul yaitu sebesar Rp 5.500.

Hal ini dikarenakan hampir semua ikan yang berada di pasar Muncar berasal dari

pengepul.

Page 75: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

65

5.3 Analisis Kontribusi Retribusi Tempat Pelelangan Ikan Muncar

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Banyuwangi

Pendapatan asli daerah merupakan sumber pembiayaan penyelenggaraan

urusan rumah tangga daerah meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan

pendapatan daerah lain yang sah. Retribusi daerah merupakan suatu bentuk

pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh daerah baik secara

langsung maupun tidak langsung, artinya ada kontra prestasi secara langsung

maupun tidak langsung yang diberikan dalam pembayaran retribusi daerah.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

salah satu bentuk retribusi daerah yang berkaitan dengan bidang perikanan

tangkap adalah retribusi tempat pelelangan ikan.

Salah satu sumber pendapatan daerah yang berpotensi terhadap

peningkatan PAD adalah retribusi daerah. Retribusi merupakan pembayaran dari

rakyat kepada pemerintah karena adanya balas jasa yang diterima dari

pembayaran tersebut. Besar kontribusi dalam prosentase dapat ditentukan dalam

beberapa kriteria yaitu sangat baik (lebih besar atau samadengan 50%), baik (40-

50%), sedang (30-40%), cukup (20-30%), kurang (10-20%), dan sangat kurang

(kurang dari atau sama dengan 10%) (Putra, 2014).

Analisa jumlah kontribusi yang diberikan TPI Muncar terhadap PAD

Banyuwangi dapat dihitung dengan cara pembagian jumlah penerimaan retribusi

dengan total pendapatan daerah. Prosentase kontribusi retribusi terhadap PAD

Banyuwangi akan disajikan pada tabel 9.

Page 76: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

66

Tabel 9. Prosentase kontribusi retribusi terhadap PAD Banyuwangi

Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabel 10, anggaran retribusi yang dilaporkan TPI Muncar

kepada pemerintah Banyuwangi pada tahun 2013 adalah sebesar

Rp.556.730.300 dengan hasil prosentase kotribusi retribusi sebesar 3,82 %

dimana kontribusi retribusi ini sangat kurang terhadap PAD Banyuwangi. Pada

tahun 2014 retribusi TPI Muncar yang dilaporkan pada pemerintah Banyuwangi

yaitu sebesar 78.414.600 dengan prosentase kontribusi retribusi sebesar 0,5 %

dimana kontribusi retribusi ini sangat kurang terhadap PAD Banyuwangi. Pada

tahun 2015 retribusi TPI Muncar yang dilaporkan pada pemerintah Banyuwangi

yaitu sebesar 214.600.900 dengan prosentase kontribusi retribusi sebesar 1,37 %

dimana kontribusi retribusi ini sangat kurang terhadap PAD Banyuwangi. Pada

tahun 2016 retribusi TPI Muncar yang dilaporkan pada pemerintah Banyuwangi

yaitu sebesar 74.892.000 dengan prosentase kontribusi retribusi sebesar 0,52 %

dimana kontribusi retribusi ini sangat kurang terhadap PAD Banyuwangi. Rincian

kontribusi retribusi dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.4 Implikasi Peran Tempat Pelelangan Ikan Terhadap Aktivitas Pasca

Melaut Nelayan

Dari uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa peran TPI Muncar terhadap

aktivas pasca melaut nelayan Muncar kurang berjalan dengan baik. Penurunan

hasil tangkap nelayan disebabkan oleh perubahan musim dan pencemaran

perairan di Muncar. Hal ini berdampak pada fasilitas yang ada di TPI Muncar tidak

No Tahun Retribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan Prosentase 1 2013 556.730.300 14.540.000.000 3,82% 2 2014 78.414.600 15.560.000.000 0,50% 3 2015 214.600.900 15.570.000.000 1,37% 4 2016 74.892.000 14.270.000.000 0,52%

Page 77: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

67

berfungsi dengan optimal. Metode pengambilan biaya retribusi yang dilakukan

dengan cara mengambil langsung ke rumah nelayan memungkinkan akan

terjadinya kecurangan dan kebocoran dana dari retribusi. Dari permasalahan

tersebut akan lebih baik apabila pihak TPI Muncar menggunakan metode Chek in,

Chek out dimana metode ini dilakukan dengan cara pengambilan data akan hasil

tangkap nelayan masuk ke TPI Muncar (Chek in) dengan tujuan untuk mengetahui

jumlah dan jenis ikan hasil tangkapa nelayan. Selanjutnya dilakukan (Chek out)

dimana dalam hal ini pada saat nelayan akan keluar dari TPI Muncar, nelayan

membayar biaya retribusi yang ditentukan berdasarkan hasil tangkapan nelayan

yang dilakukan pada saat Chek in. Dengan melakukan metode ini diharapkan

dapat mengoptimalkan akan penarikan biaya retribusi di TPI Muncar.

Namun walaupun hasil tangkap ikan yang masuk ke TPI Muncar menurun,

karyawan TPI Muncar tetap berusaha untuk melaksanakan kewajibannya dengan

tetap melayani nelayan yang datang ke TPI Muncar. Selain itu, karyawan TPI juga

melakukan penyuluhan akan mutu ikan dan peraturan dan perizinan tangkap

kepada nelayan Muncar pada saat nelayan Muncar tidak melaut. Dengan

adanyanya penyuluhan ini diharapkan nelayan muncar dapat mematuhi peraturan

tangkap yang sudah diatur oleh pemerintah dan dapat meningkatkan mutu ikan

hasil tangkap nelayan Muncar.

Ikut andilnya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini sangat

dibutuhkan mengingat hasil tangkap nelayan Muncar yang setiap tahun menurun.

Peningkatan akan kualitas pelayanan terkait aktivitas pasca melaut nelayan dari

TPI diperlukan untuk mengoptimalkan akan peran TPI. Penyuluhan yang sudah

dilakukan merupakan langkah yang baik untuk mendengarkan aspirasi para

nelayan mengenai permasalahan mereka.

Page 78: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian lapang di Tempat pelelangan

Ikan (TPI) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur adalah sebagai berikut :

1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muncar berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan

Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar

BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai luas wilayah

146.707 Ha dengan panjang pantai ± 13 km dan pendaratan ikan sepanjang

4,5 km.

2. Peran TPI Muncar terhadap aktivitas pasca melaut nelayan Muncar sudah

cukup baik mulai dari proses penurunan hasil tangkapan sampai

pendistribusian hasil tangkap nelayan, namun belum berjalan dengan optimal

karena tidak adanya proses pelelangan ikan di TPI Muncar.

3. Kontribusi retribusi TPI Muncar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sangat

kurang karena selama 2013 - 2016 prosentase kontribusi retribusi TPI Muncar

dibawah 10% dimana nilai proseentase tersebut menunjukkan kurangnya

kontribusi retribusi TPI Muncar terhadap PAD Banyuwangi.

Page 79: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

69

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran

beberapa hal, antara lain:

1. Pemerintah

Dinas Perikanan dan Kelautan hendaknya lebih meningkatkan peranannya

dalam pembinaan dan pengawasan pada nelayan dan industri pengolahan ikan

terhadap penanganan mutu ikan di TPI Muncar.

2. Karyawan TPI Muncar

Karyawan TPI Muncar hendaknya memperbaiki sistem pengambilan biaya

retribusi dengan menggunakan metode Chek in, Chek out dimana metode ini

dilakukan dengan cara pengambilan data akan hasil tangkap nelayan masuk ke

TPI Muncar (Chek in) dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis ikan hasil

tangkapa nelayan. Selanjutnya dilakukan (Chek out) dimana dalam hal ini pada

saat nelayan akan keluar dari TPI Muncar, nelayan membayar biaya retribusi yang

ditentukan berdasarkan hasil tangkapan nelayan yang dilakukan pada saat Chek

in. Dengan melakukan metode ini diharapkan dapat mengoptimalkan akan

penarikan biaya retribusi di TPI Muncar.

Perlu adanya penambahan unit di TPI Muncar.Unit yang dimaksud disini

adalah unit yang berhubungan dengan unit yang dapt membuat nelayan betah

berada di TPI Muncar. Unit yang dimaksutka diantaranya adalah unit kosumsi yang

bertugas untuk menjual akan konsumsi di TPI Muncar. Dengan adanya unit ini

diharapka nlayan betah berada di TPI Muncar dan disisi lain dengan adanya unit

ini diharapkan dapat menyumbang pemasukan kepada TPI Muncar. Penyuluhan

pada saat musim paceklik tentang sosialisasi akan fungsi dan tujuan sebenarnya

akan TPI sangat dibutuhkan. Kerjasama dengan koperasi dengan mengajak

pengambek (mafia) yang ada di Muncar sebagai bagian dari anggota koperasi

Page 80: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

70

dapat mengatasi akan permasalahan adanya kolusi diantara pengambek dan

nelayan.

3. Masyarakat

Pemanfaatan akan fasilitas TPI Muncar oleh masyarakat khususnya nelayan

Muncar harus lebih ditingkatkan dengan tujuan akhir untuk mensejahterakan

nelayan Muncar dan ikut sumbangsi meningkatkan akan PAD Banyuwangi.

Page 81: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

71

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Syahrida, Mahyudin Idiannor, dan Mahreda Emmy Sri. 2014. Peran Sektor Perikanan Dalam Pembangunan Wilayah dan Strategi Pengembangannya Dalam Rangka Otonomi Daerah Kabupaten Balangan. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan. Program Studi Magister Ilmu Perikanan Program Pascasarjana Unlam.

Cristianawati Olvi, Pramonowibowo, dan Hartoko Agus. 2013. Analisis Spasial

Daerah Dengan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) di Perairan Kota Semarang Provinsi Jawa Timur. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Soedarto, Tembalang.

Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi. 2012. Data Kependudukan

Kabupaten Banyuwangi 2011. Banyuwangi: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

Fatmawati Hildani Yulia, Bambang Azis Nur, Rosyid Abdul. 2015. Analisis Efisiensi

Tempat Pelelangan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.

Firdaus Muhammad. 2010. Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap Unit Perikanan

Pukat Tarik, Tugu, dan Kelong. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, Universitas Borneo, Tarakan, Kalimantan Timur 77123, Indonesia.

Imron, Masyhuri (ed), 2003, Masyarakat dan Budaya, Volume 5 No.1 . Jakarta,

PMB-LIPI. Muninggar Retno, Nugroho Thomas, Prabawati Hadasa. 2012. Manfaat Retribusi

TPI Terhadap Pendapatan Nelayan di PPN Pekalongan : Sebuah Tinjauan Kebijakan. Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya. Palembang. Sumatra Selatan.

Nasution, Muhadjir, Reswati, Pramoda, Deswati, Hidayat. 2012. Kajian

Pengembangan Kawasan Minapolitan Perikanan Perairan Umum Daratan dalam Mendukung Industrialisasi. Laporan Teknis Penelitian BBPSEKP Tahun 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Pramita Sulistyani Dyah, Anggoro Sutrisno, Susilowati Indah. 2006. Analisis

Efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kelas 1, 2, dan 3 di Jawa Tengah dan Pengembangannya Untuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 82: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

72

Primyastanto Mimit, Efani Anthon, Soemarno, Muhammad Sahri. 2013. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pengeluaran Nelayan Payang Jurung di Selat Madura. Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang 2 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Pertanian dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

Priyaza Harry. 2008. Kajian Aktivitas dan Kapasitas Fasilitas Fungsional di

Pangkalan Pendaratap Ikasn (PPI) Kronjo, Tangerang. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Pujiyanto. 2003. Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan. Nirmana.

5(1): 96-109 Putra. 2014. Analisis Efektivitas Penerimaan dan Kontribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Administrasi Bisnis,Vol 10 No.1 Raditya Wildanis Reza, Rosyid Abdul, dan Argo Bambang. 2015. Analisis Tingkat

Pemanfaatan dan Kebutuhan Fasilitas Fungsional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Program Studi Pemanfaatan SumberdayaPerikanan,Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.

Rahayu Listyo, Rosyid Abdul, dan Boesono Herry. 2012. Analisis Perbandingan

Efisiensi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tasikagung Karanganyar dan Sarang di Kabupaten Rembang. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, Tembalang.

Rahmat Pupu Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium Vol 5, No. 9. DKI

Jakarta. Retnowati Endang. 2011. Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan

Struktural Perspektif Sosial, Ekonomi dan Hukum. Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Rosana Nurul, dan Prasita Viv Djanat. 2015. Potensi Pemanfaatan Ikan Sebagai

Dasar Pengembangan Sektor Perikanan di Selatan Jawa Timur. Jurusan Perikanan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah.

Sinapoy Fitriani. 2016. Analisis Pemberdayaan Pengelola Tempat Pelelangan Ikan

(TPI) Kota Kendari. Program Pascasarjana Program Studi Agribisnis Universitas Halu Oleo. Kendari.

Sipahelut Michel. 2010. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di

Kecamatan Halmahera Utara. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Page 83: SKRIPSI - ADITYA BAGUS WICAKSANA -125080400111107repository.ub.ac.id/361/1/ADITYA BAGUS WICAKSANA.pdf · 2020. 5. 8. · Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias

73

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Umar H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis:Teknik Menganalisis KelayakanRencana

Bisnis secaraKomprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 488 hal. Wiyono, W. 2005. Peran dan Strategi Koperasi Perikanan dalam Menghadapi

Tantangan Pengembangan TPI dan PPI di Indonesia Terutama di Pulau Jawa. Makalah dalam Semiloka Internasional tentang Revitalisasi Dinamis Pelabuhan Perikanan dan Perikanan Tangkap di Pulau Jawa dalam Pembangunan Perikanan Indonesia, Bogor.