skripsi

155
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan. Pendanaan dari dalam perusahaan diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan. Pendanaan dari luar perusahaan berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan, dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan go public (Hikmawan, 2007). Perusahaan publik akan memiliki dana yang lebih besar yang didapat dari penjualan sahamnya ke masyarakat dan diharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Perusahaan go public membutuhkan pengelolaan corporate governance yang baik atau yang lebih dikenal dengan good corporate governance. Good corporate governance adalah sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham 1

Upload: ivan-phedra-phelia

Post on 15-Apr-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

struktur kepemilikan

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan. Pendanaan

dari dalam perusahaan diperoleh dari laba yang ditahan perusahaan. Pendanaan

dari luar perusahaan berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang

bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme

penyertaan, dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau

sering dikenal dengan go public (Hikmawan, 2007). Perusahaan publik akan

memiliki dana yang lebih besar yang didapat dari penjualan sahamnya ke

masyarakat dan diharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan.

Perusahaan go public membutuhkan pengelolaan corporate governance

yang baik atau yang lebih dikenal dengan good corporate governance. Good

corporate governance adalah sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak

pemegang saham untuk memperoleh informasi yang akurat, benar dan tepat

waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan

(disclosure) semua informasi keuangan kinerja perusahaan secara akurat, tepat

waktu dan transparan (Tjager, dkk. 2003). Oleh karena itu, perusahaan publik

harus memandang good corporate governance sebagai upaya peningkatan kinerja

dan nilai perusahaan karena penerapan Good Corporate Governance dalam

perusahaan dapat membantu mengurangi resiko,

1

Page 2: skripsi

2

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan serta dapat meningkatkan

kepercayaan investor.

Chinn (2000) dan Shaw (2003), mengemukakan terdapat dua teori

utama yang terkait dengan Corporate Governance yaitu stewardship theory

dan agency theory. Stewardship theory dibangun diatas asumsi filosofis

mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat

dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki

integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Dengan kata lain, stewardship

theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak

dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun

shareholders pada khususnya.

Agency theory memandang bahwa manajemen sebagai ”agents‟ bagi

para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi

kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana serta adil

terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship

model. Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang

bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-

baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada

khususnya (Murwaningsari, 2009).

Jatuhnya perusahaan-perusahaan besar dunia seperti Lehman

Brothers Holdings, Inc yang merupakan Bank Investasi terbesar keempat di

Amerika di tahun 2008, skandal keuangan Satyam Computer Services yang

mengguncangkan Bursa Saham India di tahun 2009, penyelewangan dana

Page 3: skripsi

3

akuisisi oleh perusahaan kamera Olympus tahun 2011, terungkapnya kasus

kriminal oleh Bank Wegelin tahun 2013, serta adanya skandal kasus Diebold,

Inc di tahun 2013 semakin mendorong reformasi tata kelola perusahaan di

dunia, termasuk juga di Indonesia.

Untuk negara Indonesia sendiri, permasalahan Corporate Governance

mengemuka selain sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara

Asia, menjadi perhatian banyak ekonom dan terutama investor akibat banyak

terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan. Terungkapnya

kasus-kasus seperti rekayasa laporan keuangan oleh PT. Waskita Karya yang

overstated di tahun 2009, kasus PT. Katarina Utama, Tbk (2010) yang mana

terjadinya penyimpangan dana hasil IPO oleh manajemen PT. Katarina serta

ditemukannya pelanggaran kepatuhan PT. Jamsostek atas laporan keuangan

2011 di tahun 2012 menyiratkan akan betapa pentingnya penerapan good

corporate governance.

Rendahnya corporate governance, hubungan investor yang lemah,

kurangnya tingkat transparansi, ketidak efisienan dalam laporan keuangan,

dan masih kurangnya penegakan hukum atas perundang-undangan dalam

menghukum pelaku dan melindungi pemegang saham minoritas, menjadi

pemicu dan alasan beberapa perusahaan di Indonesia runtuh. Akumulasi

permasalahan yang terjadi menyebabkan timbulnya perhatian yang besar

terhadap kebutuhan untuk meningkatkan kepedulian terhadap standar

pengelolaan perusahaan, meningkatkan transparansi dan memperbaiki

Page 4: skripsi

4

hubungan investor, lembaga regulator seperti BAPEPAM dan BEI harus

menekan pentingnya penegakan hukum yang lebih efektif (Sekaredi, 2011).

Permasalahan yang timbul dalam corporate governance selain terletak

pada struktur pengelolaannya juga akibat adanya masalah yang berkaitan

dengan struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan bagian dari

corporate governance yang mana menggambarkan komposisi kepemilikan

saham baik pemerintah, institusional ataupun publik, asing, keluarga

ataupun manajerial dari suatu perusahaan. Struktur kepemilikan dipercaya

mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya

berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan

yang memaksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya

kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik

kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme

monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai

kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham

perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling,

1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat

disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham oleh

investor institusional. Amba (2014) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional lebih peduli akan return dari investasi mereka sehingga mereka

akan berkontribusi dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Page 5: skripsi

5

Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam

meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan

antara dewan direksi, dewan komisaris, para pemegang saham dan

stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur

yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan

sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Darmawati,

dkk 2005).

Implementasi prinsip-prinsip good corporate governance secara

konsisten di perusahaan akan menarik minat para investor, baik domestik

maupun asing (Effendi, 2009:2). Penerapan corporate governance diyakini

akan dapat membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang

berdampak pada harga saham perusahaan. Kinerja laporan keuangan yang

baik akan meningkatkan nilai dari perusahaan sehingga investor tertarik

untuk melakukan investasi dengan pembelian saham perusahaan.

Hubungan antara manajemen (agents) dan pemilik perusahaan

(principal) atau yang sering dikaitkan dengan teori agensi sering memicu

perselisihan yang berakibat pada berpengaruhnya laporan keuangan dan

tentunya berimbas pada kinerja laporan tersebut. Untuk itulah diyakini

diperlukan sebuah tata kelola perusahaan yang mana dapat membuat para

investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,

yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan ke

dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal

yang telah ditanamkan oleh investor (Hardikasari, 2011).

Page 6: skripsi

6

Kinerja keuangan sebagai hasil akhir dari implementasi corporate

governance dapat dianalisis dengan berbagai cara. Pertumbuhan pendapatan,

laba bersih, dan aset merupakan ukuran kinerja yang biasa digunakan. Salah

satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai kinerja keuangan sebuah

perusahaan adalah dengan menggunakan rasio profitabilitas (Subramanyam

& Wild, 2011:142).

Sartono (2001:119) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total

aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan

memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.

Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran

pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas.

Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On

Assets, dan Return On Equity.

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu dari rasio profitabilitas.

Dalam analisis rasio keuangan, ROA mempunyai arti yang sangat penting

sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau

komprehensif. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan

keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk

operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir, 2010:89).

Semakin besar nilai ROA berarti suatu perusahaan mempunyai kinerja yang

bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian total aktiva yang

dimiliki sehingga berpengaruh terhadap harga saham, yaitu harga saham

Page 7: skripsi

7

akan naik. Sunariyah (2006:21) menyatakan bahwa apabila perusahaan

diperkirakan mempunyai prospek yang akan datang, nilai saham menjadi

tinggi.

Dalam penelitian kali ini alasan peneliti menggunakan ROA untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan karena rasio ROA ini dalam analisis

keuangan merupakan indikator pengukuran yang komprehensif untuk

melihat keadaan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang ada.

Return on Assets atau ROA juga memiliki keunggulan mudah dihitung,

dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut (Anthony dan Govindarajan

(2002:349)).

Penelitian yang dilakukan oleh Amba (2014) mengenai pengaruh

corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Corporate

governance yang diproksi oleh dualitas CEO, ukuran dewan direksi, proporsi

direksi non-eksekutif, struktur kepemilikan, komite audit, dan leverage.

Kinerja keuangan diproksikan oleh Return On Assets (ROA). Hasil

menunjukkan jika Dualitas CEO tidak berpengaruh terhadap ROA. Ukuran

dewan direksi, struktur kepemilikan, dan komite audit memberikan

pengaruh positif terhadap ROA. Proporsi direksi non-eksekutif dan leverage

memberikan pengaruh negatif terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh

Kabigting (2011) memperoleh hasil bahwa good corporate governance yang

diproksikan oleh kepemilikan insider dan ukuran direksi berpengaruh pada

peningkatan nilai asset pada bank yang terdaftar di Philipine Stock Exchange.

Page 8: skripsi

8

Penelitian Martsila dan Meiranto (2013) yang meneliti tentang

pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan non

financial di BEI. Pada penelitian ini, corporate governance diproksikan

Independensi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan

Manajerial, Konsentrasi kepemilikan dan leverage. Kinerja keuangan

diproksikan dengan ROA, ROE, PER, dan Tobins’Q. Penelitian menunjukkan

Corporate Governance memberikan pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan yang diproksikan oleh ROA dan ROE, namun memberikan

pengaruh negatif pada kinerja keuangan yang diproksikan oleh PER dan

Tobins’ Q.

Walaupun beberapa penelitian terkait hubungan good corporate

governance (gcg) terhadap kinerja keuangan perusahaan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh, beberapa penelitian

lain menunjukkan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan Prasinta (2012)

dengan pengaruh GCG yang diproksikan dengan skor CGPI terhadap kinerja

keuangan yang diproksikan dengan ROA, ROE dan Tobin’s Q memberikan

hasil jika GCG dengan proksi skor CGPI tidak berpengaruh signifikan pada

ROA, dan Tobin’s Q. GCG dengan proksi skor CGPI berpengaruh signifikan

terhadap ROE.

Ferdiana (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan skor

CGPI dan kinerja keuangan yang diproksikan dengan leverage ratio, liquidity

ratio, Asset Management Ratios, profitability ratio dan market-value ratio.

Penelitian menunjukkan tidak semua dari kelima rasio tersebut dipengaruhi

Page 9: skripsi

9

oleh penerapan good corporate governance, good corporate governance,

bahkan ada yang tidak berpengaruh sama sekali.

Dari sekian banyak hasil penelitian mengenai mekanisme Corporate

Governance terhadap kinerja tersebut, terlihat hasil yang cukup beragam.

Akan tetapi, hasil yang beragam tersebut juga dipengaruhi perbedaan

variabel yang digunakan oleh masing-masing peneliti (Darmawati, dkk

2005). Perbedaan variabel yang digunakan para peneliti untuk merefleksikan

beragamnya indikator mekanisme Corporate Governance disebabkan luasnya

definisi mekanisme Corporate Governance tersebut yang dapat

diterjemahkan ke dalam tiga elemen mekanisme, yaitu struktur, sistem dan

proses (Bukhori dan Raharja , 2012).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Martsila dan

Meiranto (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan variabel yang digunakan dari penelitian

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan Ukuran Dewan Komisaris,

Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan

Institusional sebagai variabel independen yang memproksikan

corporate governance dan ROA sebagai variabel dependen yang

memproksikan kinerja keuangan. Penelitian Martsila dan Meiranto

(2013) menggunakan variabel independen yaitu Independensi Dewan

Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial,

Page 10: skripsi

10

Konsentrasi kepemilikan dan leverage serta ROA, ROE, PER, dan

Tobins’Q sebagai variabel dependennya.

Penelitian sebelumnya belum ada batasan jelas mengenai apa

saja variabel yang termasuk struktur, sistem dan proses, maka

penelitian ini hanya menggunakan variabel yang terfokus pada

mekanisme internal Corporate governance yakni struktur. Struktur ini

terbagi menjadi struktur pengelola dan struktur kepemilikan. Hal ini

dikarenakan mekanisme struktur yang dianggap lebih berperan

utama dalam pelaksanaan corporate governance yang baik (Bukhori

dan Raharja, 2012).

Peneliti menggunakan proksi Ukuran Dewan Komisaris,

Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan

Institusional untuk mewakili struktur pengelola dan struktur

kepemilikan karena mekanisme ini dianggap paling mempengaruhi

kinerja perusahaan (KNKG 2006). Peneliti juga hanya menggunakan

ROA sebagai variabel dependennya dikarenakan ROA lazim digunakan

untuk mengukur tingkat efektivitas keseluruhan operasi perusahaan

dan adanya saran penelitian sebelumnya untuk memfokuskan pada

satu variabel kinerja keuangan saja.

2. Penambahan periode penelitian dari yang sebelumnya tiga tahun

menjadi 5 tahun yaitu dari tahun 2009 hingga 2013. Alasan

penambahan periode ini karena peneliti ingin melihat pengaruh

corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan apakah

Page 11: skripsi

11

terpengaruh adanya penambahan periode penelitian yang lebih lama

(Prasinta, 2012).

3. Peneliti mengambil populasi menggunakan perusahaan perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk daripada Indeks

LQ 45. Penelitian Martsila dan Meiranto (2013) menggunakan

populasi perusahaan-perusahaan non-financial. Alasan peneliti

memilih perusahaan yang dalam indeks LQ 45 karena indeks ini

menunjukkan 45 emiten paling aktif diperdagangkan dalam BEI dan

merupakan saham-saham unggulan yang di pilih sehingga dapat lebih

akurat dalam analisisnya secara runtut waktu. (Silviyani dan Sujana).

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah peneliti sampaikan,

peneliti mengambil judul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE (CG)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris pada

Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Indeks LQ 45 Periode

2009-2013).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh terhadap

Kinerja Keuangan?

2. Apakah Ukuran Dewan Direksi memiliki pengaruh terhadap Kinerja

Keuangan?

3. Apakah Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh terhadap Kinerja

Keuangan?

Page 12: skripsi

12

4. Apakah Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh terhadap

Kinerja Keuangan?

5. Seberapa besarkah pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran

Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan

Institusional terhadap Kinerja Keuangan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah Ukuran Dewan Komisaris memiliki

pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.

2. Untuk mengetahui apakah Ukuran Dewan Direksi memiliki pengaruh

terhadap Kinerja Keuangan.

3. Untuk mengetahui apakah Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh

terhadap Kinerja Keuangan.

4. Untuk mengetahui apakah Kepemilikan Institusional memiliki

pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ukuran Dewan

Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, dan

Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

Page 13: skripsi

13

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bahan kajian

tentang manfaat penerapan dan mekanisme corporate governance

dalam meningkatkan kinerja keuangan di perusahaan.

2. Bagi Investor

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dasar pertimbangan

dalam pengambilan keputusan kepada investor untuk menilai kinerja

keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan serta

pengetahuan tambahan kepada peneliti mengenai pengaruh corporate

governance di Indonesia, khususnya terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

4. Bagi Akademisi

Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan dapat

mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan corporate

governance dan kinerja keuangan perusahaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Signalling Theory (Teori Sinyal)

Page 14: skripsi

14

Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan

perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal

menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemenperusahaan dan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal

mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan

sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang

sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa

perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal

menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk

mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui

laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi

konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip

ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan

membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva

yang tidak overstate.

Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor

dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam

laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi

asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi

Page 15: skripsi

15

internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak

eksternal perusahaan.

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik

(principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi

dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.

Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan

informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu

mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat

tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008)

2.2. Agency Theory (Teori Agensi)

Dasar dari pembahasan mengenai corporate governance adalah teori

agensi atau Agency Theory. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak

antara principal dengan agent. Menurut Darmawati, dkk (2005), inti dari

hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan

(principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Kepemilikan

diwakili oleh investor yang mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam

hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai

harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut,

mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan

kemakmuran investor.

Teori agensi ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan

perusahaan dengan pengelolaan khususnya pada perusahaan-perusahaan

Page 16: skripsi

16

besar yang modern, sehingga teori perusahaan yang klasik tidak bisa lagi

dijadikan basis analisis perusahaan seperti itu. pada teori perusahaan klasik,

pemilik perusahaan yang berjiwa wiraswasta, mengendalikan sendiri

perusahaannya, mengambil keputusan demi kehidupan perusahaannya,

sehingga yang diharapkan adalah maksimum profit sebagai syarat mati atau

bisa bertahan hidup dan berkembang. (Sutedi, 2011:15)

Dalam suatu korporasi, principal mengacu pada pemilik sedangkan

agent mengacu pada pengelola. Dalam menjalankan usahanya, pemilik akan

memberikan wewenang kepada pihak lain (agent) untuk mengelola jalannya

perusahaan dengan harapan agent akan memberikan yang terbaik untuk

mencapai tujuan dari pemilik yakni memaksimalkan kinerja dari perusahaan.

Oleh karena itu, pemilik memberi wewenang kepada agent untuk mengelola

perusahaan dan mengambil keputusan atas nama pemilik. Namun,

terpisahnya kepemilikan dengan pengelolaan menimbulkan suatu

permasalahan tersendiri. Permasalahan tersebut sering disebut sebagai

masalah agensi. Permasalahan tersebut dapat diminimalisir melalui suatu

mekanisme yang dapat mengurangi kesempatan manajer melakukan

tindakan yang merugikan principal. (Martsila dan Meiranto, 2013)

Untuk memahami corporate governance, jalan yang paling dekat

adalah dengan memahami teori agensi. Teori ini memberikan wawasan

analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agent dengan principal

atau principal dengan principal. Diharapkan teori agensi ini dapat berfungsi

sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa

Page 17: skripsi

17

mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa

manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer

tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan kedalam proyek-

proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang

telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para

investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).

Setyapurnama dan Norpratiwi (2004) menyatakan hubungan

keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang

bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki

bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan

manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer.

Dengan demikian muncullah konflik kepentingan antara pemilik (investor)

dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return

dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai

kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan

kompensasinya.

Teori keagenan mengemukakan Jika antar pihak principal (pemilik)

dan agents (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda, muncul konflik

yang dinamakan konflik keagenan (agency conflict). Pemisahan fungsi antara

pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif yaitu keleluasaan

manajemen (pengelola) perusahaan untuk memaksimalkan laba. Kondisi ini

terjadi karena asymmetry information antara manajemen dan pihak lain yang

Page 18: skripsi

18

tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh

informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen

(Richardson, 1998; DuCharme et al, 2000 dikutip dalam Hastuti 2005).

Teori agensi juga menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen

dan prinsipal dapat dikurangi dengan mekanisme pengawasan yang dapat

menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada dalam perusahaan (Ibrahim,

2007:24). Mekanisme pengawasan yang dimaksud dalam teori agensi dapat

dilakukan dengan mekanisme Good Corporate Governance (GCG). Good

Corporate Governance sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan terhadap

manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), sehingga

dapat meminimalkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya

keagenan. Herawaty (2008) juga menyatakan bahwa Good Corporate

Governance (GCG) menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk

meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras dengan kepentingan

pemegang saham (terutama minority interest).

Alijoyo dan Zaini dalam Pakarinti (2012) beranggapan bahwa

pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan pada teori keagenan

menciptakan “checks and balances”, sehingga terjadi independensi yang sehat

bagi para manajer untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang maksimum

dan return yang memadahi bagi para pemegang saham.

Konsep Good Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana para

pemilik (pemegang saham) yakin bahwa manajer akan memberikan

Page 19: skripsi

19

keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan melakukan

kecurangan-kecurangan yang akan merugikan para pemegang saham

(Waryanto, 2010). Dengan kata lain dengan penerapan Good Corporate

Governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan

biaya keagenan (agency cost). Selanjutnya, dengan meningkatnya kinerja

keuangan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2.3. Stewardship Theory (Teori Stewardship)

Stewardship Theory mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang

didesain untuk menjelaskan situasi dimana manajer sebagai steward dan

bertindak sesuai kepentingan pemilik (Donaldson & Davis, 1989, 1991).

Dalam stewardship theory manajer akan berperilaku sesuai kepentingan

bersama. Ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama, steward akan

berusaha bekerja sama daripada menentangnya, karena steward merasa

kepentingan bersama dan berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik merupakan

pertimbangan yang rasional karena steward lebih melihat pada usaha untuk

mencapai tujuan organisasi.

Stewardship theory mengasumsikan hubungan yang kiat antara

kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Steward akan melindungi

dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja perusahaan,

sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan maksimal. Asumsi penting dari

stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan

Page 20: skripsi

20

pemilik. Namun demikian tidak berarti steward tidak mempunyai kebutuhan

hidup. (Raharjo, 2007)

Menurut Murwaningsari (2009) stewardship theory dibangun pada

asumsi filosofis mengenai sifat manusia bahwa manusia pada dasarnya dapat

dipercaya bertanggung jawab dan manusia merupakan individu yang

berintegritas. Teori ini menyimpulkan bahwa manajemen sebuah

perusahaan layak untuk dipercaya dalam bertindak atas kepentingan publik

dan pemegang saham.

2.4. Stakeholder theory (Teori Stakeholder)

Stakeholder theory merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang

berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,

penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk

berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Jones dalam buku

Ismail Solihin (2008) menjelaskan bahwa stakeholders dibagi dalam dua

kategori:

a. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki

kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta

berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk

dalam kategori inside stakeholders ini adalah pemegang saham

(stockholders), manajer, dan karyawan.

b. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak

yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, serta

Page 21: skripsi

21

bukan pula karyawan perusahaan , namun memiliki kepentingan

terhadap perusahaan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam

kategori outside stakeholders ini adalah pelanggan (customers),

pemasok (supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat

secara umum.

Menurut Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu

perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen

menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Dengan kata

lain teori ini menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan

utama dalam pengungkapan suatu informasi dalam laporan keuangan.

2.5. Corporate Governance (CG)

2.5.1 Pengertian Corporate Governance (CG)

Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan Cadburry

Comitte tahun 1992 dalam laporan yang dikenal dengan cadburry report.

Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik corporate

governance di seluruh dunia. Definisi corporate governance menurut Cadbury

adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai

keseimbangan antaranya kepada kekuatan serta kewenangan perusahaan

dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada shareholders khususnya,

dan stakeholders pada umumnya. (Sutedi, 2011:1)

Page 22: skripsi

22

Corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang

menarik sejak krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 (Swa

sembada, 2005). Penyebab terjadinya krisis keuangan adalah lemahnya

penerapan corporate governance, salah satu cirinya adalah tindakan para

manajer perusahaan yang mementingkan diri sendiri dan mengabaikan

kepentingan investor, sehingga akan menyebabkan jatuhnya harapan para

investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah ditanamkan

(Johnson et al, 2000).

Indonesian Stock Exchange (IDX) atau Bursa Efek Indonesia

mendefinisikan Tata Kelola Perusahaan atau Corporate Governance sebagai

suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan

secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas,

tanggung jawab, independen, kewajaran dan kesetaraan.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)

mendefenisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur

yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada

perusahaan secara berkesinambungan dalan jangka panjang bagi pemegang

saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakehonders lainnya,

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan

Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengelola saham, kreditor, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang

Page 23: skripsi

23

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka untuk menggatur dan

mengendalikan perusahaan.

Menurut Price Waterhouse Coopers, Corporate Governance terkait

dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur

organisaasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan

struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang

menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung

jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders (Surya dan

Yustiavandana 2006:26).

Corporate Governance dapat disimpulkan adalah struktur, rangkaian

proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi

pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau

korporasi. Corporate Governance juga mencakup hubungan antara para

pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan

perusahaan. (Wikipedia.com)

Keberhasilan dari praktik corporate governance perusahaan publik

tidak terlepas dari adanya sebuah peraturan. Ada tiga tantangan fundamental

yang saat ini dihadapi oleh pembuat peraturan publik (Coglianese, et al,

2004). Pertama adalah siapa yang seharusnya membuat peraturan,

pemerintah atau self-regulation misalnya BEI. Tantangan kedua adalah

bagaimana mengaturnya. Pembuat peraturan menghadapi dua pilihan yaitu

membuat prinsip atau peraturan corporate governance. Tantangan ketiga

Page 24: skripsi

24

adalah bagaimana caranya agar prinsip atau peraturan tersebut

dilaksanakan.

Penerapan komitmen Corporate Governance yang baik atau biasa

disebut Good Corporate Governance (GCG) terkandung pada misi Perusahaan

yaitu menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten melalui

pemberdayaan anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah,

efisiensi biaya serta penerapan good governance. Manfaat dari penerapan

GCG dapat berdampak positif pada terciptanya akuntabilitas Perusahaan,

transaksi yang wajar dan independen, serta kehandalan dan peningkatan

kualitas informasi kepada publik (http://www.idx.co.id).

Tujuan penerapan good corporate governance menurut Bursa Efek

Indonesia (BEI) adalah sebagai berikut:

1) Sebagai pedoman bagi Dewan Komisaris dalam melaksanakan

pengawasan dan pemberian saran-saran kepada Direksi dalam

pengelolaan Perusahaan. 

2) Sebagai pedoman bagi Direksi agar dalam menjalankan kegiataan sehari-

hari Perusahaan dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dengan

memperhatikan Anggaran Dasar, etika bisnis, perundang-undangan dan

peraturan yang berlaku lainnya. 

3) Sebagai pedoman bagi jajaran manajemen dan karyawan BEI dalam

melaksanakan kegiatan maupun tugasnya sehari-hari sesuai dengan

prinsip-prinsip Corporate Governance

Page 25: skripsi

25

Upaya untuk menegakkan prinsip good corporate governance pada

perusahaan yang telah go-public oleh BAPEPAM terus berlangsung.

Tujuannya adalah (a) menjaga kelangsungan usaha perusahaan dengan

pengelolaan yang lebih baik, struktur organisasi yang jelas, dan sistem

informasi manajemen yang akurat, (b) mengurangi adanya Asymmetry

Information antara menajemen dan pemilik perusahaan, dan (c) menjaga

kepercayaan publik dengan pengungkapan informasi yang berkualitas dalam

laporan tahunannya (Arifin, 2005:23)

Meskipun upaya penerapan good corporate governance terus

berlangsung, namun praktik good corporate governance di perusahaan di

Indonesia masih terdapat kelemahan. Menurut Herwidayatmo (2000),

praktik-praktik di Indonesia yang bertentangan dengan konsep GCG dapat

dikelompokkan menjadi (a) adanya konsentrasi kepemilikan oleh pihak

tertentu yang memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara pemilik,

pengawas, dan direktur perusahaan, (b) tidak efektifnya dewan komisaris,

dan (c) lemahnya law enforcement.

2.5.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) menguraikan

prinsip-prinsip dari good corporate governance yang selanjutnya dikenal dengan

istilah TARIF. Prinsip tersebut yaitu:

1) Transparasi (Transparancy)

Page 26: skripsi

26

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan

perundang- undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan

lainnya.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan Akuntabilitasnya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara

benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang

dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan atas good corporate governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing

Page 27: skripsi

27

organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi

oleh pihak lain.

5) Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

2.5.3. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu mekanisme

berdasarkan pada aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara

pihak-pihak yang ada dalam suatu perusahaan untuk menjalankan peran dan

tugasnya. Mekanisme Corporate Governance ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu

mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal terdiri

dari struktur pengelola dan struktur kepemilikan sementara mekanisme

eksternal terdiri dari pihak-pihak yang berasal dari luar perusahaan seperti

pasar modal, pasar uang, regulator dan juga undang-undang (Bukhori dan

Raharja, 2012).

Penelitian ini difokuskan pada mekanisme internal dari corporate

governance saja, karena mekanisme internal ini yang dianggap memiliki

pengaruh langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan (KNKG, 2006).

Mekanisme internal seperti telah disebutkan sebelumnya dipisahkan menjadi

struktur pengelola dan struktur kepemilikan. Menurut Bainbridge (2008)

Page 28: skripsi

28

pemisahan pengelolaan atau kontrol dan kepemilikan menjadi salah satu

atribut penting perusahaan.

Struktur Pengelola perusahaan menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance (2006) terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi dan komite

audit. Menurut Martsila dan Meiranto (2013), dewan komisaris dapat diukur

melalui independensi Dewan Komisaris independen serta ukuran dari Dewan

Komisaris sedangkan untuk dewan direksi dapat diukur dengan ukuran

dewan direksi dan dualitas CEO (Amba, 2014). Peneliti memilih ukuran

dewan komisaris dan dewan direksi karena dari beberapa penelitian

sebelumnya kedua variabel ini memberikan hasil yang berbeda.

Mekanisme internal kedua yaitu struktur kepemilikan. Struktur

Kepemilikan memiliki beberapa indikator yang dapat mewakilinya. Menurut

Saleh, et al, (2008) dan Wiranata dan Nugrhanti (2013) struktur kepemilikan

dapat diproksikan dengan kepemilikan insider, kepemilikan asing,

kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

dan kepemilikan keluarga. Peneliti sendiri memilih kepemilikan manajerial

dan institusional sebagai proksi struktur kepemilikan. Menurut Jensen dan

Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional

adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu

mengendalikan masalah keagenan.

2.5.4. Struktur Kepemilikan

Page 29: skripsi

29

Struktur kepemilikan merupakan bagian dari mekanisme internal

corporate governance. Struktur kepemilikan adalah komposisi pemegang

saham dalam suatu perusahaan berdasarkan jumlah saham yang dimiliki

dibagi dengan seluruh jumlah saham yang ada. Proporsi dalam kepemilikan

saham ini akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan

saham. Teori yang dikembangkan Stulz (1988) tentang struktur kepemilikan

dan mendapatkan bahwa hubungan antara kepemilikan manajer dan nilai

perusahaan adalah non motorik.

Struktur kepemilikan di Indonesia memiliki karakteristik yang

berbeda dari perusahaan-perusahaan di Negara lain. Sebagian besar

perusahaan di Indonesia memiliki kecenderungan terkonsentrasi sehingga

pendiri juga dapat duduk sebagai dewan direksi atau komisaris, selain itu

konflik keagenan dapat terjadi antara manajer dan pemilik juga antara

pemegang saham mayoritas dan minoritas (Wiranata dan Nugrahanti, 2013).

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu

pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri (Itturiaga dan

Sanz, 2001). Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan

merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara

manajer dengan pemegang saham.

2.5.2.1 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen

perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh

manajemen. Kepemilikan manajerial atau Manajerial ownership adalah

Page 30: skripsi

30

pemegang saham yang merupakan pihak internal perusahaan yang ikut aktif dalam

kegiatan operasional perusahaan. Struktur kepemilikan manajerial dapat

dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan

pendekatan ketidakseimbangan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial

sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik

keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Berdasarkan

teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang

saham mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency conflict.

Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya

suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi

kepentingan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976).

Kepemilikan saham manajerial merupakan kepemilikan saham yang

dimiliki oleh eksekutif dan direktur. Persentase kepemilikan ditentukan oleh

besarnya prosentase jumlah saham terhadap keseluruhn saham perusahaan.

Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai

pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar

saja. (Faisal dan Firmansyah, 2005).

Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk

berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan

secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung

kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah

(Listyani, 2003).

Page 31: skripsi

31

Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham pada

perusahaan oleh pihak manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang saham

akan berusaha bekerja secara optimal dan tidak hanya mementingkan

kepentingannya sendiri. Manajemen selalu berupaya meningkatkan kinerja

dan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan kinerja dan nilai

perusahaan maka kekayaannya yang dimiliki sebagai pemegang saham akan

meningkat, sehingga kesejahteraan pemegang saham akan meningkat pula

(Putra dan Wirawati, 2013).

Herawaty (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat

berfungsi sebagai mekanisme corporate governance karena merupakan

sarana pengawasan yang efektif sehingga dapat mengurangi tindakan

manajemen laba dari manajer. Hal yang juga diharapkan dari adanya

kepemilikan manajerial adalah manajemen dalam menjalankan perusahaan

akan lebih konsisten dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga dapat

meningkatkan kinerja.

Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka

semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai

dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer

memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama

dengan pemilik. Jika kepentingan manajer dan pemilik sejajar (aligned) dapat

mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi,

manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun tingkat

kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan.

Page 32: skripsi

32

Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka mempunyai posisi yang

kuat untuk mengendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami

kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan karena

manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial

(Siswantaya, 2007).

2.5.2.2 Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer.

Keberadaaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan

pengawasan kinerja manajemen dengan memonitoring setiap keputusan

yang diambil oleh pihak mana-jemen selaku pengelola perusahaan.

Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung

pada besarnya investasi yang dilakukan.

Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan tingginya persentase

saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi. Yang dimaksud dengan

pihak institusi dalam hal ini berupa LSM, perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi maupun perusahaan swasta. Kepemilikan institusional

pada umumnya memiliki proporsi kepemilikan dalam jumlah yang besar

sehingga proses monitoring terhadap manajer menjadi lebih baik. Tingkat

kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan

yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat

Page 33: skripsi

33

menghalangi perilaku opportunistic manajer (Wiranata dan Nugrahanti,

2013).

Penelitian Balsam et al., 2002 dalam Veronica dan Utama (2005)

menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat

meminimalisir praktik manajemen laba, namun tergantung pada jumlah

kepemilikan yang cukup signifikan, sehingga akan mampu memonitor pihak

manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk

melakukan manajemen laba. Menurut Wening (2009) kepemilikan

institusional adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan. Terdapatnya kepemilikan oleh investor institusional

dapat meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja

manajemen, karena kepemilikan saham mewakili kekuasaan yang dapat

digunakan untuk mendukung atau menjatuhkan terhadap kinerja keuangan.

Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan mekanisme

corporate governance yang kuat yang dapat digunakan untuk memonitor

manajemen perusahaan. Pengaruh manajemen perusahaan menjadi sangat

penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan

manajemen dengan para pemegang saham (Solomon dan Solomon, 2004

dalam Sutojo 2005).

Kepemilikan institusional dalam perusahaan dirasa sangat penting,

karena meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap cara

manajemen menjalankan kegiatan perusahaan. Shleifer and Vishny (1999)

mengemukakan bahwa kepemilikan institusional memiliki insentif untuk

Page 34: skripsi

34

memantau pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini akan berpengaruh

positif bagi perusahaan tersebut, baik dari segi peningkatan nilai perusahaan

maupun peningkatan kinerja usaha.

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada

sistem kendali perusahaan. Banyaknya jumlah non eksekutif pada dewan

direksi dan fungsi terpisah dari CEO dan pimpinan perusahaan dapat

meningkatkan perputaran direktur pelaksana pada perusahaan yang

memiliki kinerja buruk (Soepriyatno 2004). Di Indonesia, kebanyakan

perusahaan emiten di Indonesia, memiliki pemegang saham dalam bentuk

institusi bisnis seperti Perseroan Terbatas yang terkadang merupakan

representasi dari pendiri perusahan.

Menurut Swandari (2008) pada kasus Indonesia,

kepemilikan institusional cukup mampu menjadi alat monitoring

yang baik. Hal ini dikarenakan pemegang saham institusi telah

memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk

memonitor perusahaan dimana saham mereka miliki sehingga

terjadi peningkatan nilai perusahaan dengan meningkatkan

kepemilikan institusional dapat mengurangi masalah keagenan,

sehingga dengan kepemilikan institusional yang tinggi dapat

membantu kinerja perusahaan.

Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat

menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan

manajemen dengan pemegang saham (Solomon dalam Sabrinna (2010). Hal ini

Page 35: skripsi

35

disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat berdampak

buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti

jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki memiliki posisi yang

kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang

saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para

manajer tersebut.

2.5.3 Struktur Pengelola

Struktur pengelola juga merupakan bagian dari mekanisme Corporate

Governance. Penelitian ini difokuskan pada struktur pengendalian internal.

Penelitian ini difokuskan pada struktur pengendalian internal yaitu Dewan

Komisaris dan Dewan Direksi.

2.5.3.1 Dewan Komisaris

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)

mendefinisikan Dewan komisaris sebagai mekanisme penggendalian internal

tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberi masukan kepada direksi serta memastikan bahwa

perusahaan melaksanakan GCG. KNKG membedakan dewan komisaris

menjadi dua kategori. Pertama adalah dewan komisaris independen dan yang

kedua adalah dewan komisaris non independen. Dewan komisaris

independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi

dengan pihak perusahaan. Sedangkan komisaris non-independen merupakan

komisaris yang memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan. Hal yang

dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis

Page 36: skripsi

36

dan hubungan kekeluargaan dengan controlling shareholders, anggota direksi

dan Dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan

anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan

perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi

(Bukhori dan Raharja, 2012).

Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1

ayat 6 menjelaskan bahwa dewan komisaris adalah organ perseroan yang

bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan

dan pemberian nasihat dilakukan untuk kepentingan perusahaan sesuai

dengan maksud dan tujuan perusahaan. Menurut Undang-Undang Perseroan

Terbatas Nomor 40 tahun 2007 ini, pada pasal 108 ayat (5) dijelaskan bahwa

bagi perusahaan berbentuk perseroan terbatas, maka wajib memiliki paling

sedikitnya 2 (dua) anggota Dewan komisaris. Oleh karena itu, jumlah anggota

Dewan komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap

memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.

Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefinisikan

Dewan komisaris sebagai inti Corporate Governance (tata kelola perusahaan)

yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,

mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Secara umum dewan komisaris merupakan

wakil pemilik kepentingan (shareholder) dalam perusahaan berbentuk

perseroan terbatas yang memiliki fungsi mengawasi pengelolaan perusahaan

Page 37: skripsi

37

yang dilakukan manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menilai

apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengelola dan

mengembangkan perusahaan, serta menyelenggarakan pengendalian intern

perusahaan.

Dewan komisaris diyakini memiliki peran penting dalam pengelolaan

perusahaan, khususnya dalam memonitor manajemen puncak. Perusahaan yang

mempunyai persentase dewan komisaris eksternal lebih rendah akan mempunyai

pengawasan yang rendah terhadap kinerja perusahaan (Astuti dan Zuhrohtun,

2007). Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi

yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham karena dewan

komisaris yang menjalankan corporate governance dan bertanggung jawab

terhadap pemegang saham (Ruvinsky, 2005).

Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat

dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan

komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Dewan

komisaris dapat memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola

perusahaan agar tercipta kinerja perusahaan yang lebih baik. Memiliki fungsi

pengawasan, dewan komisaris dapat mengawasi pengelolaan perusahaan

yang dilakukan manajemen secara umum dan manajemen diharapkan dapat

lebih memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengelola dan

mengembangkan perusahaan. Selain itu, sebagai penyelenggara

pengendalian internal perusahaan, dewan komisaris dapat meningkatkan

standar kinerja manajemen dalam perusahaan (Bukhori dan Raharja, 2012).

Page 38: skripsi

38

Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi

oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Dengan makin banyaknya anggota

dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam

menjalankan perannya, diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan

mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri,

kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen,

serta kesulitan dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan.

Adanya kesulitan dalam perusahaan dengan anggota dewan komisaris yang

banyak ini membuat sulitnya menjalankan tugas pengawasan terhadap

manajemen perusahaan yang nantinya berdampak pula pada kinerja

keuangan perusahaan yang semakin menurun (Siallagan dan Machfoedz,

2006).

2.5.3.2 Dewan Direksi

Dewan Direksi adalah board of directors yaitu pimpinan perusahaan

yang dipilih oleh para pemegang saham untuk mewakili kepentingan mereka

dalam mengelola perusahaan (Jahja, 2011). Menurut Undang-Undang

Perseroan Terbatas, yang dapat diangkat menjadi anggota dewan direksi

adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum

dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota dewan direksi atau

komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan perusahaan dinyatakan

pailit, atau orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana

Page 39: skripsi

39

yang merugikan keuangan negara dalam waktu lima tahun sebelum

pengangkatan.

Di Negara Indonesia, tidak terdapat batasan jumlah dewan direksi.

Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas yang tercantum pada bab

VI (enam) mengenai direksi dan komisaris, jumlah anggota dewan direksi

minimal satu orang. Jumlah dewan direksi sendiri disesuaikan dengan

kebutuhan operasional perusahaan. Semakin banyak dan kompleks

perusahaan, untuk menghasilkan kinerja yang maksimal tentu memerlukan

jumlah dewan direksi yang sesuai. Apabila jumlah dewan direksi lebih dari

satu, maka peraturan mengenai pembagian tugas dan wewenang setiap

anggota dewan direksi, serta besar dan jenis penghasilannya ditentukan oleh

RUPS yang diwakili oleh dewan komisaris (Bukhori dan Raharja, 2012).

Undang-Undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa dewan

direksi memiliki hak untuk mewakili perusahaan dalam urusan di luar

maupun di dalam perusahaan. Artinya, jika hanya terdapat satu orang dewan

direksi, maka dewan direksi tersebut dapat dengan bebas mewakili

perusahaan dalam berbagai urusan di luar maupun di dalam perusahaan. Hal

yang mungkin akan berbeda jika jumlah dewan direksi memiliki nominal

jumlah tertentu. Jumlah dewan direksi secara logis akan sangat berpengaruh

terhadap kecepatan pengambilan keputusan perusahaan. Karena tentu saja

dengan adanya sejumlah dewan direksi, perlu dilakukan kordinasi yang baik

antar anggota dewan komisaris yang ada.

Page 40: skripsi

40

Dalam mekanisme corporate governance, dewan direksi merupakan pihak

yang melakukan fungsi operasional perusahaan sehari-hari. Pada dasarnya,

corporate governance mengacu pada sekumpulan mekanisme yang

mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh manajer ketika ada pemisahan

antara kepemilikan dan pengendalian. Pengendalian tersebut terletak pada fungsi

dari dewan direksi (Hutapea, 2013).

2.6. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh

perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan

keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2004). Kinerja

keuangan merupakan hasil akhir dari implementasi corporate governance

yang meliputi kinerja jangka pendek maupun kinerja jangka panjang, yang

merupakan alat pertanggungjawaban manajemen yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam mengolah dan mengalokasikan sumberdaya

yang dimilikinya, serta digunakan investor dan stakeholder lainnya sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan (Kumaat, 2013).

Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis

laporan keuangan. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan

beberapa rasio keuangan. Najib (2010) menyatakan ada dua kelompok yang

menganggap penting rasio keuangan. Kelompok pertama adalah para manajer yang

menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan melacak kinerja keuangan

sepanjang waktu. Kelompok kedua adalah pihak analis perusahaan yang

Page 41: skripsi

41

membutuhkan ukuran yang pasti agar mampu memberikan saran maupun penilaian

terhadap klien.

Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian

investasi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang bersifat

fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan

(Anoraga dan Pakarti, 2003:108). Analisis Rasio Keuangan dapat

dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Ang,

1997).

a) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menyeleseikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio

likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working

Capital.

b) Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari:

Debt Ratio, debt to Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long

Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow

Interest Coverage, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income,

dan Cash Return on Sales.

c) Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset

Page 42: skripsi

42

Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory

Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.

d) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio Profitabilitas adalah ratio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah

karyawan dan sebagainya. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit

Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan

Operating Ratio.

e) Rasio Pasar

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan

dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield, Dividend

Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share,

Book Value Per Share, dan Price to Book Value.

Munawir (2004:86) menjelaskan bahwa profitabilitas atau

rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam

suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal

yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak

menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable.

Bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih

penting daripada keuntungan yang besar.

Investor dalam menentukan nilai suatu perusahaan masih

menggunakan indikator rasio keuangan untuk melihat tingkat pengembalian

Page 43: skripsi

43

yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor. Para investor

menggunakan rasio profitabilitas untuk dapat mengukur pengembalian yang

ada. Rasio profitabilitas adalah pendapatan atau keberhasilan operasi suatu

perusahaan pada periode tertentu (Kieso, et al, 2008:222). Salah satu alat

ukur finansial yang umum digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

investasi adalah Return on Assets (ROA).

Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003:120) rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin

baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari

penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin

baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini

selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.

Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut

semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden

akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari

perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga

Page 44: skripsi

44

ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari

dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:345) ROA atau ROI adalah

rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau

profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin

besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien

penggunaan aktiva oleh perusahaan untuk beroperasi sehingga akan

memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena

perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi.

Indikator profitabilitas yang berdasarkan ROA ataupun ROI

mempunyai keunggulan (Anthony dan Govindarajan, 2005:349) yaitu:

1. merupakan indikator pengukuran yang komprehensif untuk melihat

keadaan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang ada.

2. mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

3. merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit

organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit

usaha

2.7. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Page 45: skripsi

45

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Sumber Judul Variabel Indikator Kesimpulan

1 Ika Surya Martsila dan Wahyu Meiranto

(Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 2, No. 4, Tahun 2013)

Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Independensi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial, Konsentrasi Kepemilikan, leverage, Return On Assets, Return On Equity, Return On Investment, Price Earning Ratio, Tobin’s Q

Independensi dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan pada ROA dan Tobins’Q, berpengaruh negatif tidak signifikan pada ROE dan PER.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap ROA, ROE, dan Tobins’Q, berpengaruh negatif terhadap nilai PER

Kepemilikan manajerial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA, ROE dan Tobins’Q, namun berpengaruh negatif tidak signifikan pada nilai PER

Pengaruh konsentrasi kepemilikan memberikan pengaruh positif signifikan pada kinerja keuangan yang diproksi oleh ROA dan ROE, berpengaruh negatif signifikan pada nilai PER serta berpengaruh positif tidak signifikan pada Tobins’Q

Leverage berpengaruh negatif signifikan pada ROA, ROE, dan Tobins’Q, berpengaruh positif

Page 46: skripsi

46

tidak signifikan pada PER

No Peneliti dan Sumber Judul Variabel Indikator Kesimpulan

2 Sekhar Muni Amba

(Journal of Academic and Business Ethics ISSN Online: 1941-336X) tahun 2014.

Corporate governance and firms’ financial performance

Dualitas CEO, Proporsi direksi non-eksekutif, Komite audit, Konsentrasi Kepemilikan, Kepemilikan Institusional, leverage, Return On Assetss

Dualitas CEO tidak berpengaruh terhadap ROA.

Ukuran dewan direksi, struktur kepemilikan, dan komite audit memberikan pengaruh positif terhadap ROA.

Proporsi direksi non-eksekutif dan leverage memberikan pengaruh negatif terhadap ROA

3 Lusye Corvanty Kumaat

(Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.17, No.1, Januari 2013, hlm. 11–20Terakreditasi SK. No.64a/DIKTI/Kep/ 2010

Corporate Governance dan Struktur KepemilikanTerhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Struktur Kepemilikan,Manajemen Laba, Kinerja Keuangan (CFROA)

Kepemilikan manajerial, komisaris independen serta komite audit, belum dapat mengurangi praktek manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.

Kepemilikan manajerial, dan komite audit tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan.

Komisaris independen mampu meningkatkan kinerja keuangan.

Struktur kepemilikan yang ada dalam perusahaan belum dapat mengurangi praktek manajemenLaba

Struktur kepemilikan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

4 Norma Ferdiana

(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi –

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan di Bei

Good Corporate Governance (CGPI indeks skor), Leverage Ratio, Liquidity Ratio, Efficiency Ratio,

Hasil dari penelitian ini Good Corporate Governance tidak mempengaruhi semua rasio-rasio keuangan tersebut, bahkan ada

Page 47: skripsi

47

Vol. 1, No. 2, Maret 2012)

Profitability Ratio, Market-Value Ratio

rasio yang tidak memiliki berpengaruh sama sekali. Dalam setiap rasio memiliki berbagai macam komponen didalamnya.

No Peneliti dan Sumber Judul Variabel Indikator Kesimpulan

5 Iqbal Bukhori dan Raharja

Diponegoro Journal Of Accounting tahun 2012

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2010)

Ukuran dewan direksi, Ukuran dewan komisaris, Ukuran perusahaan, Kinerja keuangan perusahaan (CFROA)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisarisdan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

6 Yulius Ardy Wiranata dan Yeterina Widi Nugrahanti

(Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15,No. 1, Mei 2013, 15-26 ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online)

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Profitabilitas PerusahaanManufaktur di Indonesia

Kepemilikan Asing, Kepemilikan Pemerintah, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Keluarga, Kinerja Keuangan (ROA)

Kepemilikan asing berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

leverage berpengaruh positif ter-hadap kinerja perusahaan manufaktur.

7 Dian Prasinta

Accounting

Pengaruh Good Corporate Governanceterhadap Kinerja

CGPI indeks skor, Kinerja Keuangan (ROA, ROE, Tobin’s

Good Corporate Gover-nance yang diproksikan skor CGPI tidak berpen-

Page 48: skripsi

48

Analysis Journal 1 (2) (2012) ISSN 2252-6765

Keuangan Q) garuh terhadap ROA, skor CGPI berpengaruh positif terhadap ROE, dan skor CGPI tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q.

Sumber: Penelitian terdahulu

2.8. Kerangka Pemikiran

2.8.1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan

(ROA)

Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dan Ernawati (2010) serta

Martsila dan Meiranto (2013) yang menggunakan variabel ukuran dewan

komisaris dalam meneliti kinerja keuangan dan memberikan hasil jika

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

yang diproksi oleh Return on Assets.

Ukuran Dewan Komisaris yang lebih besar juga dianggap mampu

menstimulus pertukaran pengetahuan dan informasi antar anggota Dewan

Komisaris (Isshaq et al., 2009). semakin banyaknya anggota dewan

komisaris, pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan

atau opsi yang akan didapat direksi akan jauh lebih banyak. Untuk itu masih

diperlukan penelitian yang dapat membuktikan pengaruh ukuran dewan

komisaris ini terhadap kinerja perusahaan di Indonesia (Bukhori dan

Raharja, 2012). Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian yang

akan dilakukan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Page 49: skripsi

49

H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap

Kinerja keuangan perusahaan (ROA)

2.8.2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan (ROA)

Penelitian yang dilakukan oleh Amba (2014) menunjukkan bahwa

ukuran dewan direksi memberikan pengaruh positif terhadap Return on

Assets, sedangkan penelitian Bukhori dan Raharja (2012) memberikan hasil

sebaliknya. Penelitian Bukhori dan Raharja memberikan hasil jika ukuran

dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, disebutkan bahwa dewan

direksi memiliki hak untuk mewakili perusahaan dalam urusan di luar

maupun di dalam perusahaan. Artinya, jika hanya terdapat satu orang dewan

direksi, maka dewan direksi tersebut dapat dengan bebas mewakili

perusahaan dalam berbagai urusan di luar maupun di dalam perusahaan. Hal

yang mungkin akan berbeda jika jumlah dewan direksi memiliki nominal

jumlah tertentu. Jumlah dewan direksi secara logis akan sangat berpengaruh

terhadap kecepatan pengambilan keputusan perusahaan. Tentu saja hal ini

karena adanya sejumlah dewan direksi, perlu dilakukan kordinasi yang baik

antar anggota dewan komisaris yang ada.

Adanya perbedaan temuan para peneliti dalam penelitian sebelumnya, maka

bukti yang diperlukan masih diperdebatkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk

memberikan bukti yang lebih komprehensif dalam melihat peran ukuran dewan

direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Bukhori dan Raharja, 2012).

Page 50: skripsi

50

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian yang akan dilakukan

yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

H2: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja

keuangan perusahaan (ROA)

2.8.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

(ROA)

Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa semakin besar

kepemilikan saham oleh manajemen maka berkurang kecenderungan

manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sekaligus

mengurangi biaya agensi akibat adanya perbedaan kepentingan. Hal ini

terjadi karena, manajer yang memiliki keterlibatan dalam perusahaan

melalui kepemilikan manajerial akan ikut merasa memiliki perusahaan

sehingga segala keputusan yang diambil oleh manajer akan dilakukan dengan

lebih hati-hati mengingat segala konsekuensi yang terjadi akibat keputusan

yang diambil akan berdampak pula pada manajer dan kinerja keuangan

perusahaan.

Penelitian Martsila dan Meiranto (2013) serta penelitian Puspitasari dan

Ernawati (2010) yang menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial

dengan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka

Page 51: skripsi

51

hipotesis penelitian yang akan dilakukan yang dikemukakan adalah sebagai

berikut:

H3: Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap

Kinerja keuangan perusahaan (ROA)

2.8.4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

(ROA)

Penelitian yang dilakukan oleh Amba dengan menggunaka kepemilikan

institusional sebagai variabel yang mewakili struktur kepemilikan memberikan hasil

bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan (ROA). Amba (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

lebih peduli akan return dari investasi mereka sehingga mereka akan

berkontribusi dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer.

Keberadaaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan

pengawasan kinerja manajemen dengan memonitoring setiap keputusan

yang diambil oleh pihak mana-jemen selaku pengelola perusahaan.

Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung

pada besarnya investasi yang dilakukan.

Shleifer and Vishny (1999) mengemukakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan

Page 52: skripsi

52

perusahaan. Hal ini akan berpengaruh positif bagi perusahaan tersebut, baik

dari segi peningkatan nilai perusahaan maupun peningkatan kinerja

perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian yang

akan dilakukan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

H4: Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap

Kinerja keuangan perusahaan (ROA)

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, berikut ini merupakan

gambaran dari kerangka pemikiran penelitian ini:

Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran

Corporate Governance

Perusahaan - perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia

Berdampak Tidak Berdampak

Struktur Kepemilikan

Struktur Pengelola

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran Dewan Direksi

Page 53: skripsi

53

2.9. Model Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian terdahulu, maka

peneliti mengindikasikan faktor corporate governance dengan struktur

pengelola dan struktur kepemilikan yang diproksi dengan ukuran Dewan

Komisaris, Ukuran Dewan Direksi. Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan

Institusional. Peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruhnya terhadap

kinerja keuangan. Kinerja keuangan sendiri diproksikan dengan Return on

Assets. Dari landasan teori yang telah diuraikan di atas, kemudian disusunlah

hipotesis yang digambarkan dalam model penelitian yang disusun sebagai

berikut:

Gambar 2.2.Model Penelitian

Return On Assets

Kinerja Keuangan

Indeks LQ 45

Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolonieritas

Analisis Regresi

Uji Normalitas

Uji Autokorelasi

Uji Heteroskedastisitas

Uji Hipotesis

Uji Parsial (t test)

Uji Pengaruh Simultan (F test)

Koefisien Determinasi (R2)

Page 54: skripsi

54

= Pengaruh masing-masing variabel X1, X2, X3, X4 (Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional) terhadap variabel Y (Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA)).

= Pengaruh variabel X1, X2, X3, X4 (Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional) terhadap variabel Y (Kinerja Keuangan Perusahaan (ROA)).

2.10. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja

keuangan perusahaan (ROA)

X1

Ukuran Dewan Komisaris

X2

Ukuran Dewan Direksi

X3

Kepemilikan Manajerial

X4

Kepemilikan Institusional

Y

Kinerja Keuangan

(ROA)

Page 55: skripsi

55

H2: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja

keuangan perusahaan (ROA)

H3: Kepemilikan Manajerial berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja

keuangan perusahaan (ROA)

H4: Kepemilikan Institusional berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja

keuangan perusahaan (ROA)

H5: Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional secara bersama berpengaruh terhadap

Kinerja keuangan perusahaan (ROA)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel

Page 56: skripsi

56

merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel (Sugiyono,

2010:61-62).

Populasi untuk penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia atau Indonesian Stock Exchange dari periode tahun

2009 hingga tahun 2013 yang peneliti lampirkan pada lampiran 2 sampai

dengan lampiran 11. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dengan metode ini pemilihan

sampel yang peneliti lampirkan pada lampiran 1 dilakukan dengan

mengambil sampel yang telah ditentukan dulu sebelumnya berdasarkan

maksud dan tujuan penelitian dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia

atau Indonesian Stock Exchange yang konsisten menempati indeks LQ

45 untuk periode tahun 2009 hingga tahun 2013.

2. Menerbitkan laporan tahunan (annual report) lengkap dari tahun

2009 hingga tahun 2013.

3.2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder karena data yang

diperoleh oleh peneliti untuk penelitian ini secara tidak langsung yaitu

melalui perantara atau pihak lain. Sumber data pada penelitian ini diperoleh

dari situs resmi Efek www.idx.co.id dan sahamok.com karena kedua situs ini

Page 57: skripsi

57

memiliki data terlengkap untuk laporan keuangan tahunan dan laporan

tahunan (annual report).

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi

3.3.1. Variabel Dependen (Y)

Kinerja keuangan yang diproksikan oleh ROA menjadi Variabel terikat

(Dependen) diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). ROA

dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi

dengan total aset. Return on Assets (ROA) merupakan suatu indikator yang

membagi antara laba bersih setelah pajak dengan rata-rata aset pada awal

periode dan akhir periode.  Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan

perusahaan dalam mengelola setiap nilai aset yang mereka miliki untuk

menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA sebuah

perusahaan maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam

mengelola asetnya. (Hanafi dan Halim, 2009:158).

Rumus untuk menghitung ROA (Hanafi dan Halim, 2009:84) adalah

sebagai berikut :

ROA =

3.3.2. Variabel Independen (X)

Variabel independen pada penelitian ini adalah ukuran Struktur

pengelola yang terdiri dari yaitu ukuran dewan komisaris, serta ukuran

LababersihTotalaset

Page 58: skripsi

58

dewan direksi, dan struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional.

1. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris (X1) adalah jumlah total anggota dewan

komisaris, baik yang berasal internal perusahaan maupun dari eksternal

perusahaan sampel. Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan

indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan (Darwis, 2009).

Ukuran Dewan Komisaris = ∑ anggota dewan komisaris

2. Ukuran Dewan Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab

secara legal dalam mengelola perusahaan. Ukuran dewan direksi (X2) diukur

dengan menggunakan jumlah anggota dewan direksi dalam suatu

perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Wolf (2007).

Ukuran Dewan Direksi = ∑ anggota dewan direksi

3. Kepemilikan Manajerial

Page 59: skripsi

59

Kepemilikan manajerial (X3) merupakan proposi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Pengukuran ini mengacu pada Saleh et

al. (2008). Manajer eksekutif ini memiliki kekuatan untuk mengendalikan

seluruh keputusan di dalam perusahaan yang mencerminkan keputusan

bisnis. Manajer eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris

(Saleh et al., 2008).

Kepemilikan Manajerial = ∑ Kepemilikan saham oleh pihak manajemen

∑ saham yang beredar

4. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional (X4) merupakan proposi kepemilikan saham

oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi

pemegang saham publik. Kepemilikan institusi diukur dengan skala rasio

melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi dibandingkan

dengan total saham perusahaan yang beredar. Pengukuran ini mengacu dari

penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007).

Kepemilikan Institusional = ∑ Kepemilikan saham oleh pihak institusional

∑ saham yang beredar

Secara garis besar definisi operasional variabel digambarkan pada tabel

3.1. sebagai berikut:

Page 60: skripsi

60

Tabel 3.1.Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala1. Kinerja Keuangan

Return on Assets (ROA)

prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

ROA= Laba bersihTotal aset

Rasio

2. Ukuran Dewan Komisaris

jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel

∑ anggota dewan komisaris Rasio

3. Ukuran Dewan Direksi

jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan

∑ anggota dewan direksi Rasio

4. Kepemilikan Manajerial

proposi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer eksekutif. Manajer eksekutif ini meliputi manajer, direksi, dan dewan komisaris

∑ kepemilikansaham oleh manajemen

∑ saham yangberedar

Rasio

5. Kepemilikan Institusional

proporsi kepemilikan saham oleh institusi seperti LSM, Perusahaan swasta, perusahaan efek, dana pensiun, perusahaan asuransi, bank dan perusahaan-perusahaan investasi

∑ kepemilikan saham olehinstitusional

∑ saham yang beredar

Rasio

Page 61: skripsi

61

Sumber: Hanafi dan Halim (2009:84); Darwis (2009); Wolf (2007); Saleh et al (2008); Ujiyantho dan Pramuka (2007);

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode

pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen.

Dalam hal ini, catatan atau dokumen perusahaan yang dimaksud adalah

laporan keuangan dan annual report perusahaan.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Analisis Regresi

Analisis yang digunakan dalam pengolahan data penelitian adalah

analisis regresi linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi

berganda digunakan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas

terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi dapat memberikan jawaban

mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel

dependennya. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda terlebih

dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Untuk

mempermudah dalam menganalisis digunakan software SPSS (Statistical

Package for Social Science).

Hipotesis yang akan diuji dalam dalam penelitian ini adalah pengaruh

Corporate Governance terhadap Kinerja keuangan perusahaan (ROA).

Page 62: skripsi

62

Corporate Governance terdiri dari ukuran dewan komisaris, dan ukuran

dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Model pengujian dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan

dibawah ini :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + e

Keterangan:

Y : Return on Assets a : Konstanta

X1 : Ukuran Dewan Komisaris b : Koefisien regresi

X2 : Ukuran Dewan Direksi e : Standard error

X3 : Kepemilikan Manajerial

X4 : Kepemilikan Institusional

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini, untuk menguji

apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak pada semua data dapat

diterapkan dalam metode regresi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah uji Normalitas, uji Multikolonieritas, uji Autokorelasi dan uji

Heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji

normalitas ini ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

Page 63: skripsi

63

normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali,

2011). Alat uji yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis

grafik histogram dan grafik normal probability plot dan uji statistik dengan

Kolmogorov-Smirnov Z (1- Sample K-S).

Dasar pengambilan keputusan dengan analisis grafik normal

probability plot adalah (Ghozali, 2011):

1. Jika titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan Kolmogorov-

Smirnov Z (1-Sample K-S) adalah (Ghozali, 2011):

a) Data berdistribusi normal, jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) hasil uji statistik

lebih dari nilai signifikansi (α) yang digunakan, dengan nilai α = 0,05.

b) Data berdistribusi normal, jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) hasil uji statistik

kurang dari nilai signifikansi (α) yang digunakan, dengan nilai α = 0,05.

2. Uji Multikolonieritas

Menurut Imam Ghozali (2011) uji ini berutujuan menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model

regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoloniearitas dalam model regresi, dapat

Page 64: skripsi

64

dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF). Dasar acuan

dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) adalah:

a) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model

regresi.

b) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan

bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi ini  digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu adanya korelasi antar

anggota sampel yang diurutkan berdasar waktu. Penyimpangan asumsi ini

biasanya terjadi pada pada observasi yang menggunakan data times

series (Algifari,2010: 88).

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-

Watson (DW) (Falahi, 2010), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan

nilai Durbin-Watson (DW). Uji Durbin-Watson (DW) dihitung berdasarkan

jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Uji heteroskedastisitas dapat

Page 65: skripsi

65

dilihat menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan

residual

Dasar pengambilan keputusan yaitu (Ghozali, 2011):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heterokdastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.6. Pengujian Hipotesis

1. Uji Parsial T (t test)

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan adalah:

1) Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak

Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima

2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan) dasar pengambilan keputusan

adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

2. Uji Pengaruh Simultan (F test)

Page 66: skripsi

66

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan

adalah:

1) Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak

Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima

2) Berdasarkan nilai probabilitas (signifikan) dasar pengambilan keputusan

adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).

Banyak ahli peneliti menganjurkan untuk menggunakan

nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang

terbaik. Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

Page 67: skripsi

67

variabel independen ditambahkan ke dalam model penelitian

(Ghozali, 2011) atau dapat dikatakan nilai Adjusted R2 digunakan

jika variabel independen lebih dari satu. Namun, dalam prateknya nilai

Adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki

harus bernilai positif. Menurut Ghozali (2011) jika uji empiris

didapat nilai Adjusted R2 negatif, maka nilai Adjusted R2 dianggap

bernilai nol.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka berikut tabel 4.1

akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai

minimum, serta standar deviasi untuk masing-masing variabel.

Tabel 4.1.

Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Page 68: skripsi

68

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dewan Komisaris 105 4 12 6.90 1.759

Dewan Direksi 105 5 12 7.39 1.998

Kepemilikan Manajerial 105 ,0000 ,2368 ,007624 ,0350810

Kepemilikan Institusional 105 ,0000 ,7970 ,182583 ,2424218

Kinerja Keuangan 105 -,0338 ,4038 ,131697 ,0997171

Valid N (listwise) 105

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015

Pada tabel 4.1. diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 sampel yang diambil dari

laporan tahunan perusahaan yang konsisten berada dalam indeks LQ 45

pada periode 2009-2013.

Data ukuran dewan komisaris terendah (minimum) adalah 4 pada

perusahaan Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2009 dan tahun 2010, dan

yang tertinggi (maksimum) sebesar 12 yaitu pada perusahaan Astra

Internasional, Tbk ditahun 2012 dan pada perusahaan Vale Indonesia, Tbk

ditahun 2013, kemudian rata-ratanya (mean) sebesar 6,90 sementara

standar deviasinya sebesar 1,759. Hal ini menunjukkan simpangan data yang

relatif kecil karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya, yaitu

sebesar 6,90.

Data ukuran dewan direksi terendah (minimum) adalah 5 dan yang

tertinggi (maksimum) sebesar 12 yaitu pada perusahaan Bank Danamon, Tbk

ditahun 2011, kemudian rata-ratanya (mean) sebesar 7,39 sementara

Page 69: skripsi

69

standar deviasinya sebesar 1,998. Hal ini menunjukkan simpangan data yang

relatif kecil karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya, yaitu

sebesar 7,39

Data kepemilikan manajerial terendah (minimum) adalah 0,000 dan

yang tertinggi (maksimum) sebesar 0,237 yaitu pada perusahaan Adaro

Energy, Tbk kemudian rata-ratanya (mean) sebesar 0,007624 sementara

standar deviasinya adalah sebesar 0,035081. Hal ini menunjukkan

simpangan data yang relatif besar karena nilainya yang lebih besar daripada

nilai rata-ratanya, yaitu sebesar 0,007624.

Data kepemilikan institusional terendah (minimum) adalah 0,000 dan

yang tertinggi (maksimum) sebesar 0,797 yaitu pada perusahaan Astra Agro

Lestari, Tbk kemudian rata-ratanya (mean) adalah sebesar 0,182583

sementara standar deviasinya sebesar 0,2424218. Hal ini menunjukkan

simpangan data yang relatif besar karena nilainya yang lebih besar daripada

nilai rata-ratanya, yaitu sebesar 0,182583.

Data kinerja keuangan terendah (minimum) adalah -0,0338 yaitu pada

perusahaan Semen Gresik (Persero), Tbk ditahun 2013 dan yang tertinggi

(maksimum) sebesar 0,4038 yaitu pada Unilever Indonesia, Tbk ditahun

2012 kemudian rata-ratanya (mean) sebesar 0,131697 sementara standar

deviasinya sebesar 0,0997171. Hal ini menunjukkan simpangan data yang

relatif kecil karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya, yaitu

sebesar 0,131697.

Page 70: skripsi

70

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah

distribusi data normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik diuji dengan

menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot sedangkan

uji stastistik dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z (1-

Sample K-S).

Hasil uji menggunakan analisis grafik histogram dan grafik normal

probability plot dapat dilihat pada gambar 4.1. dan gambar 4.2. pada bagian

lampiran 13. Dari gambar 4.2. tersebut terlihat adanya titik menyebar di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat

dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun,

kesimpulan normal tidaknya data tidak hanya dilihat dari analisis grafik saja

maka juga dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov Z (1- Sample K-S).

Tabel 4.2.

Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Z (1- Sample K-S)

Page 71: skripsi

71

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 105

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .35705706

Most Extreme

Differences

Absolute .087

Positive .059

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .890

Asymp. Sig. (2-tailed) .407

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.2. hasil uji menunjukkan nilai Z hitung sebesar

0,890 dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,407. Nilai Asymp. Sig. (2-

tailed) lebih dari nilai signifikan yang digunakan yaitu 0,05 menunjukkan

data terdistribusi secara normal atau asumsi normalitas terpenuhi.

4.2.2. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang

baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Dalam penelitian

ini, uji multikolonieritas dilakukan dengan melihat pada nilai tolerance dan

Variance Inflantion Factor (VIF). Apabila nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10

maka terdapat multikolonieritas. Hasil pengujian multikolonieritas dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Page 72: skripsi

72

Tabel 4.3.

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.039 .373

Dewan Komisaris -1.013 .354 -.257 .933 1.072

Dewan Direksi -1.311 .310 -.371 .969 1.032

Kepemilikan Manajerial .029 .022 .117 .970 1.030

Kepemilikan Institusional .094 .059 .142 .936 1.068

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015

Tabel 4.2. menunjukkan jika keempat variabel independen yang digunakan

memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat

dinyatakan dalam model regresi ini tidak terdapat adanya multikolonieritas.

4.2.3. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson

(DW test). Pengambilan keputusan untuk menentukan apakah terjadi

autokorelasi atau tidak, dapat dilihat dari nilai DW dan dibandingkan dengan

nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 0,05, jumlah sampel (n)

dan jumlah variabel independen (k) (Ghozali, 2011). Berikut adalah hasil

pengujian autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW test).

Page 73: skripsi

73

Tabel 4.4.

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .502a .252 .222 ,3641282 1.793

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan

Direksi, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, menunjukkan bahwa nilai DW sebesar

1,793 lebih besar dari batas atas (du) 1,741 dan kurang dari 4 – 1,741 (4 –

du), maka dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

4.2.4. Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat menggunakan

grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residual. Pada

grafik scatterplot untuk mendapatkan model regresi yang layak dan tidak

terjadi heterokedastisitas, maka titik-titik pada grafik harus menyebar secara

acak, dan tersebar baik di atas maupun dibawah angka pada sumbu Y. Hasil

uji heterokedastisitas penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3.

Page 74: skripsi

74

Gambar 4.3.

Hasil Uji Heterokedastisitas (grafik Scatterplot)

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Berdasarkan analisis grafik scatterplot pada gambar di atas menunjukkan

tidak adanya pola yang jelas dan titik-titik juga menyebar di atas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y bahwa data pada penelitian ini, sehingga dapat dinyatakan

bahwa data pada model regresi penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.

4.3. Hasil Uji Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan metode analisis

regeresi berganda (multiple regression). Analisis regresi berganda digunakan

untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel

terikat. Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya

pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya.

Page 75: skripsi

75

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh ukuran dewan

komisaris, ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional yang merupakan variabel independen terhadap Kinerja

keuangan yang merupakan variabel dependen.

4.3.1 Hasil Uji Parsial t (t test)

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan

dilihat dari nilai thitung dan ttabel serta nilai signifikansi (probabilitas). Nilai ttabel

dapat dilihat pada tabel statistik untuk signifikansi 0,05 dengan menentukan

derajat kebebasan df (n-k-1) atau 105 – 4 – 1 (n adalah jumlah variabel dan k

adalah jumlah variabel independen) (Puriyatno, 2011:91). Hipotesis atau Ha

akan diterima jika thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel. Hasil pengujian variabel

independen dengan melihat nilai thitung dan ttabel pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Hasil Uji Parsial t menggunakan thitung dan ttabel

Variabel Penelitian thitung ttabel Hasil

Dewan Komisaris -2.865 1,984 H1 diterima

Dewan Direksi -4.224 1,984 H2 diterima

Kepemilikan Manajerial 1.328 1,984 H3 ditolak

Kepemilikan

Institusional1.590

1,984H4 ditolak

Dependent Variable: Kinerja Keuangan.

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Page 76: skripsi

76

Hasil pengujian variabel independen dengan menggunakan nilai

signifikansi (probabilitas) dapat dilihat pada tabel 4.6. Hipotesis akan atau Ha

akan diterima jika nilai signifikansi (probabilitas) < 0,05.

Tabel 4.6.

Hasil Uji Parsial t (t test)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.039 .373 2.786 .006

Dewan Komisaris -1.013 .354 -.257 -2.865 .005

Dewan Direksi -1.311 .310 -.371 -4.224 .000

Kepemilikan Manajerial .029 .022 .117 1.328 .187

Kepemilikan Institusional .094 .059 .142 1.590 .115

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel

kinerja keuangan (ROA) dipengaruhi oleh ukuran dewan komisaris, ukuran

dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dengan

persamaan sebagai berikut:

Y = 1,039 – 1,013 X1 – 1,311 X2 + 0,029 X3 + 0,094 X4 + e

Dari persamaan di atas dapat diartikan :

1. Nilai Konstanta sebesar 1,039.

Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh ukuran dewan komisaris,

ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, maka

Page 77: skripsi

77

akan terjadi peningkatan ROA sebesar 1,039 atau dengan kata lain jika variabel

independen dianggap konstan, maka kinerja keuangan (ROA) sebesar 1,039.

2. Koefisien regresi variabel ukuran dewan komisaris (X1) sebesar -

1,013.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ukuran dewan komisaris dengan

asumsi variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan (ROA)

akan mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.

3. Koefisien regresi variabel ukuran dewan direksi (X2) sebesar -1,311.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ukuran dewan direksi dengan asumsi

variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan (ROA) akan

mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.

4. Koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial (X3) sebesar 0,029.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan kepemilikan manajerial dengan

asumsi variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan (ROA)

akan mengalami perubahan dengan arah yang sama.

5. Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional (X4) sebesar

0,094.

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional dengan

asumsi variabel lainnya tetap (cateris paribus), maka kinerja keuangan (ROA)

akan mengalami perubahan dengan arah yang sama.

Adapun penjelasan terhadap masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Page 78: skripsi

78

4.3.1.1 Ukuran Dewan Komisaris

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan

komisaris (DK) secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

ukuran dewan direksi sebesar -1,013. thitung sebesar -2,865 dan nilai ttabel

sebesar 1,984 ( = 0,05, df = 99). -tα hitung lebih kecil daripada - ttabel, hal ini

menunjukkan tingkat ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap

kinerja keuangan. Nilai signifikansi menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu

sebesar 0,005, artinya bahwa variasi variabel ukuran dewan direksi secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.

Arah koefisien dari variabel ukuran dewan direksi menunjukkan arah yang

negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1)

yang menyatakan ukuran dewan direksi secara signifikan berpengaruh

terhadap kinerja keuangan (ROA) tidak dapat ditolak atau diterima.

4.3.1.2 Ukuran Dewan Direksi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan

direksi (DD) secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

ukuran dewan direksi sebesar -1,311. thitung sebesar -4,224 dan nilai ttabel

sebesar 1,984 ( = 0,05, df = 99). -tα hitung lebih kecil daripada - ttabel, hal ini

menunjukkan tingkat ukuran dewan direksi memiliki pengaruh terhadap

kinerja keuangan. Nilai signifikansi menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu

sebesar 0,000, artinya bahwa variasi variabel ukuran dewan direksi secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.

Arah koefisien dari variabel ukuran dewan direksi menunjukkan arah yang

Page 79: skripsi

79

negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2)

yang menyatakan ukuran dewan direksi secara signifikan berpengaruh

terhadap kinerja keuangan (ROA) tidak dapat ditolak atau diterima.

4.3.1.3 Kepemilikan Manajerial

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan

manajerial (KM) secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

kepemilikan manajerial sebesar 0,029. thitung sebesar 1,328 dan nilai ttabel

sebesar 1,984 ( = 0,05, df = 99). tα hitung lebih besar daripada ttabel, hal ini

menunjukkan tingkat kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh

terhadap kinerja keuangan. Nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari

0,05 yaitu sebesar 0,187, artinya bahwa variasi variabel kepemilikan

manajerial secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan kepemilikan manajerial secara

signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) tidak dapat

diterima atau ditolak.

4.3.1.4 Kepemilikan Institusional

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan

institusional (KI) secara parsial terhadap kinerja keuangan. Koefisien regresi

Page 80: skripsi

80

kepemilikan institusional sebesar 0,094. thitung sebesar 1,590 dan nilai ttabel

sebesar 1,984 ( = 0,05, df = 99). tα hitung lebih kecil daripada ttabel, hal ini

menunjukkan tingkat kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh

terhadap kinerja keuangan. Nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari

0,05 yaitu sebesar 0,115, artinya bahwa variasi variabel kepemilikan

institusional secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis keempat (H4) yang menyatakan kepemilikan institusional secara

signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) tidak dapat

diterima atau ditolak.

4.3.2. Hasil Uji Simultan (F test).

Uji Simultan atau F test ini bertujuan untuk menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengambilan

keputusan dilihat berdasarkan nilai Fhitung dan Ftabel. Nilai Ftabel dapat dilihat

pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,05 kemudian memnentukan df

1 (jumlah variabel – 1) yaitu 4 dan df 2 (n-k-1) atau 105 – 4 – 1 (n adalah

jumlah variabel dan k adalah jumlah variabel independen) (Priyatno, 2011:89).

Hasil yang diperoleh untuk Ftabel adalah sebesar 2,463. Hipotesis atau Ha akan

diterima jika Fhitung > Ftabel yang dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7.

Hasil Uji Simultan menggunakan Fhitung dan Ftabel.

Variabel Penelitian Fhitung Ftabel Hasil

Page 81: skripsi

81

Dewan Komisaris, Dewan

Direksi, Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan

Institusional.

8.421 2,463 H5 diterima

Dependent Variable: Kinerja Keuangan.

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Hasil pengujian variabel independen dengan menggunakan nilai

signifikansi (probabilitas) dapat dilihat pada tabel 4.8. Hipotesis akan atau Ha

akan diterima jika nilai signifikansi (probabilitas) < 0,05.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Simultan (F test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.466 4 1.117 8.421 .000a

Residual 13.259 100 .133

Total 17.725 104

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Direksi,

Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 8,421 lebih besar

dari nilai Ftabel yaitu 2,463. Berdasarkan uji ANOVA diperoleh tingkat

signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi (probabilitas) 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi,

Page 82: skripsi

82

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh secara

bersama-sama atau secara simultan terhadap kinerja keuangan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima (H5) tidak dapat ditolak

atau diterima.

4.3.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2).

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Banyak ahli peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana

model regresi yang terbaik. Hasil uji koefisien determinasi (R2)

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.9.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .502a .252 .222 ,3641282

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan

Manajerial, Dewan Direksi, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Page 83: skripsi

83

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka adjusted R2 sebesar 0,222

atau 22,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel ukuran dewan

komisaris, ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional mempengaruhi atau menjelaskan terhadap kinerja keuangan

adalah sebesar 22,2% dan sisanya sebesar 77,8% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.

Sehingga dapat disimpulkan penelitian ini memiliki kemampuan variabel

independen untuk menjelaskan proprosi variabel dependen terbatas atau

lemah.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan

(ROA).

Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel

ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan

(ROA). Ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel ukuran dewan komisaris

yaitu -1,013 serta nilai -thitung yang lebih kecil dari –ttabel sebesar -2,865

dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,005. Hal ini

menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris dapat memberikan pengaruh

Page 84: skripsi

84

negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Artinya, adanya dewan

komisaris dapat mengurangi kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sanda et al. (2005), dan

Yang et al. (2006). Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Martsila dan Meiranto (2013) yang meneliti adanya pengaruh negatif dari

ukuran dewan komisaris terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan

nilai PER. Menurut Jensen (1993) dan Yermack (1996) ukuran atau jumlah

dewan komisaris yang kecil akan lebih efektif dalam mengawasi kerja

manajemen.

Ukuran atau jumlah dewan komisaris yang terlalu besar dapat

menyebabkan lambatnya proses pengambilan keputusan. Hal ini

dikarenakan keputusan yang diambil harus didiskusikan terlebih dahulu dan

diambil kesepakatan bersama dari semua anggota dewan komisaris. Selain

dari keputusan yang tidak bersifat dinamis, karena akan diperlukan waktu

yang lama untuk berunding dan mengambil kesepakatan untuk suatu

keputusan, juga menyebabkan berkurangnya efektivitas pengambilan

keputusan dan dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan (Puspitasari

dan Ernawati, 2010).

4.4.2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan

(ROA).

Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa variabel

ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan

(ROA). Ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel ukuran dewan direksi

Page 85: skripsi

85

yaitu -1,311 serta nilai –thitung yang lebih kecil dari –ttabel sebesar -4,224

dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hal ini

menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi dapat memberikan pengaruh

negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purnama Sari dan Ardiana (2010) yang melakukan penelitian ukuran dewan

direksi terhadap nilai perusahaan dan juga Shakir (2008). Ada beberapa

kekurangan dalam besarnya ukuran dewan direksi. Ukuran dewan direksi

dengan jumlah yang besar dapat memberikan kerugian dan lebih mahal

untuk perusahaan. Efektivitas dari dewan direksi tidak diukur dari berapa

banyak anggota yang duduk di dalamnya, namun jumlah direksi yang kecil

namun berpengalaman dan memiliki kemampuan akan lebih vital

dibutuhkan (Shakir (2008)

Ukuran dewan direksi yang besar juga akan berakibat pada kurangnya

diskusi yang berarti, sebab mengekspresikan pendapat dalam kelompok besar

umumnya memakan waktu, sulit dan mengakibatkan kurangnya kekompakan pada

dewan direksi.

4.4.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

(ROA).

Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).

Ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel kepemilikan manajerial yaitu

0,029 serta nilai thitung yang lebih kecil dari ttabel sebesar 1,328 dengan tingkat

Page 86: skripsi

86

signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,187. Hal ini menunjukkan bahwa

kepemilikan manajerial tidak dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Rata-rata kepemilikan manajerial dalam sampel penelitian ini sangat

rendah yaitu 2.3%, sehingga kinerja manajer sebagai pihak minoritas

dianggap belum optimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wulandari dan Budiartha (2014), Wiranata dan Nugrahanti

(2013), Hapsoro (2008), dan Christiawan dan Tarigan (2007). Penolakan

hipotesis ini kemungkinan terjadi dikarenakan kepemilikan manajerial

terlalu rendah sehingga kinerja manajer dalam mengelola perusahaan

kurang optimal dan manajer sebagai pemegang saham minoritas belum

dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan diperusahaan,

sehingga tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Rasa memiliki manajer atas

perusahaan sebagai pemegang saham tidak cukup mampu membuat

perbedaan dalam pencapaian kinerja dibandingkan dengan manajer murni

sebagai tenaga professional yang digaji perusahaan (Christiawan dan

Tarigan, 2007).

4.4.4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

(ROA).

Hasil pengujian hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

(ROA). Ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel kepemilikan institusional

Page 87: skripsi

87

yaitu 0,094 serta nilai thitung yang lebih kecil dari ttabel sebesar 1,590 dengan

tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,115. Hal ini menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional tidak dapat memberikan pengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wiranata dan

Nugrahanti (2013), Ardianingsih dan Ardiyani (2010), dan Hapsoro (2008).

Menurut Wulandari (2006), serta Hapsoro (2008) menyatakan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan disebabkan

karena pemilik mayoritas institusi ikut dalam pengendalian perusahaan

sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri meskipun

dengan mengorbankan kepentingan pemilik minoritas.

Menurut Modigliani adanya asimetri informasi antara pihak

pemegang saham dengan manajer menyebabkan manajer selaku pengelola

perusahaan akan bisa mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi

lebih mengenai perusahaan dibandingkan pemegang saham. Sehingga

adanya kepemilikan institusi tidak menjamin monitoring kinerja manajer

dapat berjalan efektif.

4.4.5. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi,

Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional secara

Bersama terhadap Kinerja Keuangan (ROA).

Hasil pengujian hipotesis kelima (H5) menunjukkan bahwa variabel

ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial dan

Page 88: skripsi

88

kepemilikan institusional secara bersama-sama berpengaruh terhadap

kinerja keuangan (ROA). Ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang lebih besar

dari Ftabel sebesar 8,421 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu

0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris, ukuran dewan

direksi, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dapat

memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional Nilai adjusted R² sama dengan

0,222 yang berarti bahwa 22,2% variabel kinerja keuangan (ROA) dapat

dijelaskan oleh variabel ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, sisanya 78,8%

dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Page 89: skripsi

89

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh corporate governance yang

diproksikan dengan variabel ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan

yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA) pada perusahaan yang termasuk ke

dalam Indeks LQ 45 di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris,

ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan sedangkan

variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap kinerja keungan. Adapun hasil penelitian secara ringkas dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap

kinerja keuangan (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya

jumlah anggota dewan komisaris tidak dapat meningkatkan kinerja

keuangan (ROA). Semakin banyak anggota dewan komisaris malah

menurunkan tingkat kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan sulitnya

koordinasi yang akan terjadi di antara para dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan.

2. Ukuran Dewan Direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap

kinerja keuangan (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya

jumlah anggota dewan direksi tidak dapat meningkatkan kinerja

keuangan (ROA). Semakin banyak anggota dewan direksi malah akan

menurunkan kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan kurang efektifnya

pengambilan keputusan yang membutuhkan seluruh partisipasi

Page 90: skripsi

90

anggota direksi dan perbedaan kepentingan yang kadang menjadi

benturan.

3. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

(ROA). Hal ini dikarenakan rasa memiliki manajer atas perusahaan

sebagai pemegang saham tidak cukup mampu membuat perbedaan

dalam pencapaian kinerja dibandingkan dengan manajer murni

sebagai tenaga professional yang digaji perusahaan. Rendahnya

jumlah kepemilikan saham dalam perusahaan pun belum dapat

membuat manajemen berpartisipasi aktif dalam membuat suatu

keputusan diperusahaan sehingga belum mempengaruhi kinerja

keuangan.

4. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan (ROA). Hal ini disebabkan karena pemilik mayoritas

institusi ikut dalam pengendalian perusahaan sehingga cenderung

bertindak untuk kepentingan mereka sendiri meskipun dengan

mengorbankan kepentingan pemilik minoritas dan belum dapat

mempengaruhi kinerja keuangan dan belum dapat menjamin

pengawasan oleh pihak kepemilikan institusional.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin

mempengaruhi hasil penelitian. Adapun beberapa keterbatasan tersebut adalah:

Page 91: skripsi

91

1. Jumlah pengamatan yang digunakan didalam penelitian ini relatif sedikit,

yakni terbatas pada perusahaan yang konsisten masuk ke dalam indeks LQ 45

dari tahun 2009 hingga 2013 saja.

2. Variabel corporate governance yang ada kurang dapat mengukur secara

menyeluruh praktik corporate governance pada perusahaan di Indonesia.

3. Variabel kepemilikan institusional dalam penelitian ini hanya

berdasarkan pada total persentase kepemilikan saham oleh pihak

institusional dalam negeri saja, tanpa mengelompokkan kepemilikan

institusional asing juga.

5.3. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian sejenis

berikutnya yaitu:

1. Menggunakan proksi corporate governance yang lain karena melihat

dari uji koefisien determinasi, cukup besar angka pengaruh dari

variabel lain terhadap kinerja keuangan selain dari variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Beberapa variabel yang dapat

digunakan yaitu kepemilikan pemerintah, frekuensi kehadiran rapat,

komite audit, dan kepemilikan asing.

2. Menggunakan variabel kinerja keuangan yang lain selain dari Return

on Assets.

3. Menggunakan sampel penelitian pada sektor tertentu yang lebih

spesifik lagi di luar indeks LQ 45.

Page 92: skripsi

92

4. Memperpanjang periode tahun pengamatan dengan periode atau

rentang waktu yang berbeda.

Daftar Pustaka

Algifari. 2010. Analisis Regresi, Teori Kasus dan Solusi. BPFE.

Yogyakarta.

Amba, Sekhar Muni. 2014. Corporate Governance and Firms’s

Financial Performance. Journal of Academic and Business Ethics

ISSN Online: 1941- 336X.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft

Indonesia. Jakarta.

Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji, 2003. Buku Pintar Pasar Modal

Indonesia. Mediasoft Indonesia. Jakarta.

Anthony, Robert N. dan Govindarajan, Vijay. 2005. Management

Control System: Sistem Pengendalian Manajemen. Salemba Empat.

Jakarta.

Ardianingsih, Arum dan Ardiyani, Komala. 2010. Analisis Pengaruh

Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Pena, Vol.

19 No. 2, September 2010.

Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good

Corporate Governance Pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan

Perspektif Teori Keagenan). 13 Oktober 2009.

Bainbridge, Stephen M. 2008. The New Corporate Governance in

Theory and Practice. Published by Oxford University Press, Inc.,

Page 93: skripsi

93

Bukhori, Iqbal dan Raharja. 2012. Pengaruh Good Corporate

Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan

(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei 2010).

Diponegoro Journal of Accounting (2012).

Che Haat, Mohd Hassan, Rashidah A.R. dan Sakthi M. (2008).

Corporate, Governance Transparency and Performance of Malaysian

Companies. Managerial Auditing Journal Vol. 23 No. 8 pp. 744-778.

Chinn, Richard. 2000. Corporate Governance Handbook. Gee

Publishing Ltd, London.

Christiawan, Y. J. dan Tarigan, J. 2007. Kepemilikan Manajerial:

Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, 9(1), 1-8.

Coglianese, Carry., Healey Thomas J., Keating Elizabeth K, dan Michael

Michael L. 2004, The Role of Goverment in Corporate Governance,

RWP04-045. Havard University.

Coombes Paul dan Watson Mark. “Three surveys on corporate

governance”. The Mckinsey Quarterly 2000 Number 4: Asia Revalued.

Darmawati, Deni, Khamsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2005. Hubungan

Corporate Gover¬nance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Vol.8 No.1 Januari.

Deegan, Craig. 2004. “Financial Accounting Theory”. McGraw-Hill

Book Company. Sydney.

Page 94: skripsi

94

Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan Edisi kedua.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Donaldson, L dan Davis J.H. 1989. CEO Governance and Shareholder

returns: Agency theory or Stewardship theory. Paper dipresentasikan

pada The Annual Meeting of The Academy of Management,

Washington, DC.

Effendi, Muhammad Arief. 2009. The Power of Good Corporate

Governance: Teori dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta.

Faisal & Firmansyah. 2005. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Komposisi Dewan Direksi: Analisis Persamaan Simultan.

Media Ekonomi dan Bisnis. Vol. XVI, No. 2, Desember.

Ferdiana, Norma. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan di BEI. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Akuntansi – Vol. 1, No. 2, Maret 2012.

Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program

IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hardikasari, Eka. 2011. Pengaruh Penerapan Corporate Governance

Terhadap Kinerja Keuangan pada Industri Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008. Skripsi yang

dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 95: skripsi

95

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate

Governance dan Struktur Kepemi¬likan Dengan Kinerja Keuangan

(Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Ja¬karta).

Simposium Nasional Akuntansi VIII. IAI.

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai

Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap

Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2,

November 2008: 97-108.

Herwidayatmo, 2000, “Implementasi Good Corporate Governance

Untuk Perusahaan Publik Indonesia”, Usahawan No 10 Th XXIX

Oktober 2000.

Hikmawan, Hidayat. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan

Sesudah Go-Public. Skripsi S1. Universitas Negeri Semarang.

Huafang, Xiao dan Yuan Jianguo. 2007. Ownership structure, board

composition and corporate voluntary disclosure: Evidence from listed

companies in China. Managerial Auditing Journal Vol. 22 No. 6, 2007

pp. 604-619.

Hutapea, Amanda J. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance

terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan (Studi Pada

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2011).

Skripsi yang dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 96: skripsi

96

Ibrahim, Majid. 2007. Pengaruh struktur internal governance

terhadap earning management. Skripsi. Unversitas Diponegoro.

Isshaq, Zangina, Godfred A. Bokpin, Joseph Mensah Onumah. 2009.

Corporate Governance, Ownership Structure, Cash Holdings, and Firm

Value on the Ghana Stock Exchange. The Journal of Risk Finance, Vol.

10 Iss: 5 pp. 488 - 499

Iskander, Magdi R dan Nadereh Chamlou. 2000. Corporate

Governance: A Framework for Implementation. The International

Bank for Reconstruction and Development. Washington, D.C.

Itturiaga, Felix J.L. dan Sanz, Juan Antonio R. 2000. Ownership

Structure, Corporate Value and Firm Investment: A spanish Firms

Simultaneous Equation Analysis, Working Paper Universidad de

Valladolid. pp. 1-32.

Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan

Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Informasi

Laporan Keuangan. Masters thesis, program Pascasarjana Universitas

Diponegoro.

Jensen, M. C. and William H. M. 1976. Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial

Page 97: skripsi

97

Economics, 3, pp. 305-360. Journal Management Governance, 14, pp.

145–166. Jour-nal of Business Research, 61, pp. 609–614.

Jensen, M.C, 1993, The Modern Industrial Revolution, Exit and The

Failure of Internal Control System, Journal Of Finance 48 (Juli): pp.

831-880.

Johnson, Simon, La Porta Rafael, Silanes Florencio Lopez de, Andrei

Shleifer. 2000. Tunnelling. NBER Working Paper Series.

Kabigting, Leila C. 2011. Corporate Governance Among Banks Listed in

The Philippine Stock Exchange. Journal of International Business

Research, Volume 10, Special Issue, Number 2, 2011.

Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 Tentang

Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada Badan Usaha

Milik Negara

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2008.

Akuntansi Intermediate Edisi Kedua belas Jilid 1. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Pedoman Umum

Corporate Governance.

Kumaat, Lusye. C. 2013. Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Jurnal

Keuangan dan Perbankan, Vol.17, No.1 Januari 2013, hal. 11–20.

Page 98: skripsi

98

Lestari, Maharani Ika dan Sugiharto, Toto. 2007. Kinerja Bank Devisa

dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus,

Vol.2. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Listyani, T. T. 2003. Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya

Terhadap Kepemilikan Saham Institusional. Jurnal Politeknik Negeri

Semarang.

Hanafi, Mamduh. M dan Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan

Keuangan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Hapsoro, Dody. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi Empiris di Pasar Modal

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 19, No. 3 Desember

2005, hal. 155-172.

Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Grasindo.

Jakarta.

Martsila, Ika Surya dan Meiranto, Wahyu. 2013. Pengaruh Corporate

Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Diponegoro

Journal Of Accounting, Vol. 2, No. 4, Tahun 2013.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance,

Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial

Page 99: skripsi

99

Performance dalam Satu Continuum. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

Vol. 11, No. 1, Mei 2009: 30-41.

Pakarinti, Adia. 2012. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas

dan Leverage Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Go Public

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi yang dipublikasikan.

Universitas Diponegoro.

Prasinta, Dian. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan. Accounting Analysis Journal 1 (2) (2012).

Purnama Sari, A.A Pt. Agung Mirah dan Ardiana, Putu Agus. 2010.

Pengaruh Board Size Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 7.1 (2014): hal. 177-191. ISSN: 2302-8556.

Putra, I Komang D. A dan Wirawati, Ni Gusti P. 2013. Pengaruh

Kepemilikan Manajerial terhadap Hubungan antara Kinerja dengan

Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3

(2013):639-651, ISSN: 2302-8556.

Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam

Perspektif Akuntansi (Agency Theory Vs Stewardship Theory in the

Accounting Perspective). Fokus Ekonomi Vol. 2 No. 1 Juni 2007: hal.

37 46.

Page 100: skripsi

100

Ruvinsky, Jessica. 2005. Building a Better Board: How Nonprofit Board

Size and Independence Relate to Board Performance. Social Stanford

Innovation Review.

Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan

Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi yang

dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Saleh, et al. 2008. “Ownership Structure and Intellectual Capital

performance in Malaysia Companies Listed on MESDAQ.”

Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage

terhadap Kinerja Keuangan pada Perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2007. Tesis Magister Manajemen

yang dipublikasikan. Program Studi Magister Manajemen Program

Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Sanda, Ahmadu, Aminu S. Mikaliu, dan Tukur Garba, 2005, “Corporate

Governance Mechanism and Firm Financial Performance in Nigeria”,

African Economic Research Consortium, Nairobi, Maret 2005,

Department of Economics, Usmanu Danfodiyo University, Sokoto,

Nigeria.

Sartono Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi.

Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Page 101: skripsi

101

Sekaredi, Sawitri. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahan yang Terdaftar di LQ 45

Tahun 2005- 2009). Skripsi yang dipublikasikan. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Setyapurnama, Yudi. S dan Norpratiwi, A.M Vianey. 2004. Pengaruh

Corporate Governance terhadap peringkat Obligasi dan Yield Obligasi.

Paper.

Shakir, Roselina. Board size, Executive Directors and Property Firm

Performance in Malaysia. Pacific Rim Property Research Journal,

Volume 14, Nomor 1, Hal 66-80.

Shaw, John. C. 2003. Corporate Governance and Risk: A System

Approach. John Wiley & Sons, Inc, New Jersey.

Shleifer, A. dan Vishny, R. W. 1997. A Survey of Corporate Governance.

The Journal of Finance, LII(2), pp. 737-783.

Siallagan, Hamonangan, dan Machfoedz, M. (2006). Mekanisme

Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.

Simposium Nasonal Akuntansi IX, Padang.

Silviyani, Ni Luh N.T dan Sujana, Edi. 2014. Pengaruh Likuiditas

Perdagangan Saham dan Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham

Perusahaan Yang Berada pada Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2009-2013 (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 di

Page 102: skripsi

102

Bursa Efek Indonesia). e-Journal Akuntansi Universitas Pendidikan

Ganesha.

Siswantaya, Gede I. 2007. Mekanisme Corporate Governance dan

Manajemen Laba Studi Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta. Tesis Magister Sains Akuntansi yang

dipublikasikan. Program Studi Magister Sains Akuntansi Program

Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Soepriyatno, Budi. 2004. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial

dan Publik, Ukuran Perusahaan, EBIT/Sales dan Total Debt/Total

Assets Terhadap Nilai Perusahaan yang Telah Go Public dan Tercatat

di BEJ. Tesis: Program Magister Manajemen STIE STIKUBANK.

Semarang.

Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility: From Charity to

Sustainability. Salemba Empat. Jakarta

Stulz, R.M. 1988. On Takeover Resistance, Managerial Discretion, and

Shareholder Wealth. Journal of Financial Economics, this issue.

Subramanyam, K. R dan Wild John J. (2011). Analisis Laporan

Keuangan Edisi 10, Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.

Page 103: skripsi

103

Suhardjanto dan Apreria. 2010. “Analisis Karakteristik Dewan

Komisaris dan Komite Audit Serta Pengaruhnya terhadap Kinerja

Keuangan”. Jurnal Akuntansi XIV/2/ Mei 2010.

Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan

Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Non

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan. Vol 9: hal. 41-48.

Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UMP AMP

YKPN. Yogyakarta.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2006. Penerapan Good

Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi

Kelangsungan Usaha. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Sinar Grafika.

Jakarta.

Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge, (2005), Good Corporate

Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Sehat) Cetakan pertama.

PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.

Swandari, Fifi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap

Tingkat Resiko dan Implikasinya Terhadap Kesulitan Keuangan Bank

Umum di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 9, No.1, hal. 15-23.

Page 104: skripsi

104

Tjager, I.N., A. Alijoyo H.R. Djemat, dan B. Sembodo. 2003. Corporate

governance: Tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis

Indonesia. Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI).

Ujiyantho, Arief. M dan Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium

Nasional Akuntansi X. AKPM-01: hal. 1-26. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Veronica, N.P dan Utama, Sidharta (2006). Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance

Terhadap Pengelolaan laba (Earnings Management). Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia Vol. 9, No. 3, September 2006 hal. 307-326.

Wahyudi, Untung dan Pawestri, Hartini P. 2006. Implikasi Struktur

Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Keputusan Keuangan

sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 9

Padang.

Waryanto. (2010). Pengaruh Karakteristik Good Corporate

Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) Di Indonesia. Skripsi yang dipublikasikan.

Universitas Diponegoro.

Wiranata, Yulius A dan Nugrahanti Yeterina W. 2013. Pengaruh

Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur

Page 105: skripsi

105

di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 15, No. 1, Mei 2013,

15-26 ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online

Wolf, Patricia M. 2007. Board Performance in a Post Sarbanes-Oxley

Environment: An Examination of The Relationships among Board

Processes, Board Intellectual Capital and Board Changes. Dissertation

for the Degree Doctor of Philosophy Capella University.

Wolk, H.I., M.G. Tearney, dan J.L. Dodd. 2001. “Accounting Theory: A

Conceptual and Institutional Approach.” Fifth Edition. Ohio: South-

Western College Publishing.

Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme

Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik di

Indonesia. Fokus Ekonomi: Vol. 1 No.2 Desember 2006, 120-136.

Wulandari, N.P Yani dan Budiartha I Ketut. 2014. Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Komite Audit, Komisaris Independen dan Dewan Direksi

terhadap Integritas Laporan Keuangan. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 7.3 (2014): 574-586 ISSN: 2302-8556.

Yang, Ya-Wan, DeWayne L. Searcy, dan Kay W. Tatum, 2006, “The Role

of Corporate Governance on Long Term Financial Performance and

Market Valuation of R&D Invesment in the Biotechnology Industry”.

Yermack, D., 1996, Higher Market Valuation of Companies with Small

Board of Directors, Journal of Financial Economics, Vol. 40, 185-211.

Page 106: skripsi

106

Zhuang, et.al. 2000. Corporate Governance and Finance in East Asia:

Astudy of Indonesia, Republic of Korea, Malaysia, Philippines and

Thailand. Asian Development Bank Volume one.

Sumber internet:

BBC News. Kasus criminal Bank Wegelin.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/01/130104_wegelin

_bank_business diakses pada 26 Desember 2014.

Bursa Efek Indonesia. Tata Kelola Perusahaan.

http://www.idx.co.id/id/beranda/

diakses pada 26 Desember 2014.

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan.

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeu

angandantahunan.aspx diakses pada 02 Desember 2014.

Kontan. Skandal kasus Diebold Inc.

http://keuangan.kontan.co.id/news/skandal-diebold-sanksi-bi-

menanti-bank-bumn diakses pada 26 Desember 2014.

Majalah Swa-sembada, 2005, Edisi 09 / XXI / 28 April – 11 Mei.

http://e-library.msd.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2270.

Page 107: skripsi

107

Maria Immaculatta. Teori Sinyal.

http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/teori-sinyal.html,2006 diakses

pada 26 November 2014.

Saham Ok. Annual Report Perusahaan.

http://www.sahamok.com/annual-report/ diunduh pada 27

November 2014.

Saham Ok. Indeks LQ 45 (untuk tahun 2009 hingga 2013)

http://www.sahamok.com/bei/lq-45/ diakses pada 18 Desember

2014.

Saham Ok. Laporan Keuangan Perusahaan.

http://www.sahamok.com/laporan-keuangan/ diunduh pada 29

November 2014.

VibizNews. 33 Kasus Pelanggaran teradi di Pasar Modal selama 2013.

http://vibiznews.com/2013/12/31/33-kasus-pelanggaran-terjadi-di-

pasar-modal-selama-2013/ diakses pada 4 Januari 2015.

Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusional

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”.

http://hana.wordpres/2009/05/17/pengaruh-kepemilikan-

institusionalterhadap-kinerja-keuangan-perusahaan/, diakses tanggal

19 Desember 2014.