skripsi

Upload: anonymous-nyosdl3m

Post on 04-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kioo

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)

    dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.

    Hb adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru

    kebagian tubuh yang lain. Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling

    banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil

    di Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat besi.

    Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu

    hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi

    pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Menurut

    World Health Organization (WHO) kejadian anemia pada ibu hamil berkisar

    antara 20%-89% dengan menetapkan hemoglobin (Hb) 11 gr % sebagai dasarnya.

    Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak bahwa sekitar 70 % ibu hamil di

    Indonesia menderita anemia gizi.

    Di Indonesia, prevalensi anemia tahun l970an adalah 46,570%. Pada SKRT

    tahun 1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT

    tahun 1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada

    ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada

  • tahun 1992 prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5

    71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten

    Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten

    Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan

    laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia

    ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi

    76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%.1

    Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan

    zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Selain itu,

    anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,

    persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat

    negatif seperti:

    1) gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak,

    2) Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/

    di transfer ke seluruh tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan

    efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan.2

    Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan

    berat lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebabn kematian ibu hamil

    dikarenakan adanya pendarahan pada saat persalinan.

    Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

    gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

    ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Kematian perinatal pada bayi berat

  • lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama.

    Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik

    fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin

    rendah.

    Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang

    sangat tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi

    55 pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada

    tahun 2003 menjadi 48 (Susenas 2003). Ini berarti rata-rata penurunan AKB

    selama kurun waktu 19982003 sekitar 4 poin. Namun, menurut hasil

    Surkesnas/Susenas 2002 2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1.000

    kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada

    tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007

    menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh

    karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang

    dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52

    per kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per

    1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 709

    kematian bayi atau 4,61 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 turun menjadi 638

    atau 4,39 per 1.000 KH. Untuk tahun 2009 jumlah kematian bayi turun menjadi

    495 atau 3,31 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi

    tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk Menurunnya AKB dalam beberapa waktu

    terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan

  • pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam profil kesehatan Indonesia dijelaskan

    bahwa beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan.

    Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan

    janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan Berat

    Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak

    terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan

    kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

    setelah lahir (asfiksia lahir).3

    Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

    hubungan anemia dan BBLR

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada dapat dirumuskan

    sebagai berikut Belum diketahui pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap berat

    bayi yang dilahirkan .

    C. Pertanyaan Penelitian

    Apakah terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan bayi berat badan

    lahir rendah ?

  • D. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia ibu

    hamil dengan berat badan bayi yang dilahirkan.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil

    b. Untuk mengetahui prevalensi bayi berat badan lahir rendah.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

    wawasan tentang hubungan antara anemia dengan bayi berat lahir

    rendah.

    b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi

    untuk memiliki perhatian terhadap kejadian anemia dan bayi berat lahir

    rendah.

  • 3. Manfaat Aplikatif

    a. Bagi Rumah Sakit

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

    rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam

    penatalaksanaan anemia dan atau bayi berat lahir rendah.

    b. Bagi profesi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

    profesi dokter untuk memberikan penatalaksanaan dan pencegahan yang tepat

    terhadap anemia dan atau bayi berat lahir rendah sehingga dapat menurunkan

    angka kematian maternal dan perinatal.

    c. Bagi klien dan masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu

    hamil khususnya tentang anemia dan bayi berat lahir rendah, sehingga

    diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga

    kehamilan dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anemia dalam kehamilan

    Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

    menurunnya hemoglobin atau di bawah 11 g/dl sehingga kapasitas daya angkut

    oksigen untuk kebutuhan organ- organ vital pada ibu dan janin menjadi

    berkurang. 4

    WHO : Ibu hamil tidak boleh memiliki Hb kurang dari 11 g/dl selama kehamilan.5

    Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin

    kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 g/dl (Laros dalam Trula Myers,1998).

    Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh

    dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung terus menerus

    dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain

    seperti preeklampsia, pada ibu hamil jenis anemia yang paling sering terjadi

    anemia defisiensi besi (80%), defisiensi asam folat, dan anemia sel sabit.5

  • Nilai laboratorium pada ibu hamil dengan dengan anemia menurut Bonnie S

    Wrothington-Roberts,19895

    Hb

    (g/100ml)

    Ht % Serum besi

    (g/100ml)

    Saturasi

    transferin

    (%)

    Serum

    folat

    (ng/ml)

    Seeum

    B 12

    (pg/ml)

    Wanita hamil :

    Kekurangan < 9,5 < 30 < 40 15 < 2,0 < 100

    Krisis 9,5-10,9 30-32 40 15 2,1-5,9 100

    Normal >11,0 >33 >40 >15 >6,0 >100

    Wanita tidak hamil :

    Nilai normal >12 36-50 >50 >15 6,0-25 >100

    Kadar heoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil menurut WHO5

    Jenis kelamin Hb

    Normal

    Hb anemiakurang dari (g/dl)

    Lahir 13,5-18,5 13,5 (ht 34%)

    Perempuan dewasa :

    tidak hamil

    12,0-15,0 12,0 (ht 36%)

    Perempuan dewasa :

    hamil

  • Trimester pertama :

    0-12 minggu

    11,0-14,0 11,0 (ht 33%)

    Trimester kedua :

    13-28 minggu

    10,5-14,0 10,5 (ht 31%)

    Trimester ketiga :

    29 aterm

    11,0-14,0 11,0 (ht33%)

    Klasifikasi anemia pada ibu hamil

    1. Anemia defisiensi besi

    Anemia yang terjadi kekurangan zat besi dalam tubuh.

    2. Anemia megaloblastik

    Anemia megaloblastik ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel

    megaloblas dalam sum-sum tulang. Sel megaloblas adalah sel prokursor

    erotrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kesenjangan

    pematangan sitoplasma dan inti, dimana sitoplasma maturasinya normal tetapi

    inti besar dengan susunan kromosom yamg longgar.6

    3. Anemia defisiensi vitamin B 12 Merupakan gangguan autoimun karena tidak

    adanya intrinsik faktor (IF) yang diproduksi di sel parital lambung sehingga

    terjadi gangguan absorpsi vitamin B 12, dan atrofi berat mukosa gaster

    termasuk sel parietal sehingga tidak ada sekresi faktor intrinsik.4,6

  • 4. Anemia defisiensi asam folat

    Biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan,

    gangguan pada pencernaan, alkoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,

    wanita hamil. Masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat

    mengakibatkan sindrom mal-absorbsi.

    5. Anemia aplastik

    Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah

    yang disebabkan oleh kelainan primer pada sum-sum tulang dalam bentuk

    aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi supresi atau pendesakan

    sumsum tulang.4,6

    Menurut catatan dan perhitungan Dep. Kes. R. I,di Indonesia sekitar 67%

    ibu hamil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Berdasarkan ketetapan

    WHO, anemia ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%.

    Sebagian besar yang terjadi anemia pada ibu hamil adalah anemia defisiensi

    besi yang dapat disebabkan oleh konsumsi fe yang kurang atau terjadi

    perdarahan menahun akibat parasit ankilostomiasis. Berdasarkan fakta

    tersebut dapat dikemukakan bahwa dasar utama anemia pada ibu hamil

    adalah kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan empat

    sehat lima sempurna.

    Saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta,

    ibu akan kehilangan fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus

    mendapatkan kompensasi dari makanan untuk kelangsungan laktasi.

  • Tingginya anemia pada ibu hamil dapat mencerminkan ketidakmampuan

    sosial ekonomi keluarga atau seluruh komponen bangsa karena nilai gizi tidak

    memenuhi syarat kesehatan. Anemia yang paling banyak dijumpai adalah

    anemia defisiensi besi.2

    Anemia defisiensi besi

    Anemia defisiensi besi adalah anemia yang tinmbul akibat kosongnya

    cadangan cadangan besi tubuh (deplated iron store) sehingga penyediaan besi

    untuk erittropoesis berkurang, yang ada pada akhirnya pembentukan

    hemoglobin berkurang. 2

    Anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan asupan besi dalam

    gizi atau akibat perdarahan. Normalnya zat besi dikeluarkan tidak lebih dari 1

    mg setiap hari melalui urine, kulit dan feses. Pada wanita selama menstruasi

    akan kehilangan kurang lebih 15 mg dan kurang lebih 500 mg kehilangan

    besi selama kehamilan normal.

    Klasifikasi defisiensi besi menurut beratnya defisiensi 6

    Dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :

    1. deplesi besi : cadaangan besi menurun, tetapi penyedian besi untuk eritopoesis

    belum terganggu.

    2. Eritopoesis defesiensi besi : cadangan besi kosong, penyidian eritopoesis

    terganggu.

    3. Anemia defesiensi besi cadangan besi kosong.

  • ETIOLOGI ANEMIA DEFESIENSI BESI

    Penyebab anemia defisiensi zat besi 4

    Asupan yang tidak adekuat

    1. Asupan zat makanan/gizi yang kurang akibat kemiskinan, dimana makanan

    yang banyak mengandung zat besi seperti berasal dari daging hewani, buah dan

    sayuran hijau tidak dapat dikomsumsi secara cukup.

    2. Pola asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan pemenuhan gizi pada

    kepala keluarga mengakibatkan anggota keluarga yang lain seperti anak dan

    ibu menjadi lebih sedikit.

    3. Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung banyak zat besi

    serta cara pengolahan makanan yang benar juga menjadi faktor asupan zat besi

    yang tidak adekuat.

    4. Adanya penyakit tertentu seperti gastritis, penyakit pada usus halus akan

    mengganggu penyerapan zat besi.

    5. Tidak mengkomsumsi tablet penambah darah, dikarenakan ibu hamil yang

    tidak memeriksakan kandungannya kepetugas kesehatan.

    6. Faktor lain yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah adanya

    kebiasaan menkonsumsi kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan

  • Peningkatan kebutuhan

    Ibu hamil memerlukan zat besi yang lebih tinggi, sekitar 200-300 % dari

    kebutuhan wanita tidak hamil. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan

    janin dan pembentukan darah ibu. Jika peningkatan kebutuhan tidak diimbangi

    intake yang tidak adekuat maka akan terjadi ketidakseimbangan atau kekurangan

    zat besi.

    gejala anemia defesiensi besi 6

    dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :

    a. Gejala umum anemia

    Gejalanya berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang.

    b. Gejala khas akibat defesiensi besi

    a) Kolonychya : kuku sendok : kuku menjadi rapuh,bergaris-garis,vertikal

    dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok

    b) Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karna

    papil lidah menghilang.

    c) Stomatitis angularis : adanya keradangan pada sudut mulut sehingga

    tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

    d) Disfagia : nyeri menelan karna kerusakan epitel pipovaring

    e) Atrofil mokosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia

    c. Gejala penyakit dasar

    Dispepsia parotis membengkak,dan kulit kelapak tangan seperti jerami.

  • PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Diagnosis

    Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan,dapat dilakukan anamnesis.

    Anamnesis :2

    1. rasa lelah dan palpitasi

    2. mual dan muntah

    3. anoreksia yang bertambah berat

    4. sering pusing

    5. mata berkunang-kunang

    PEMERIKSAAN FISIK

    1. Kulit dan selaput lendir pucat

    2. Takikardi

    3. Kuku jari berbentuk seperti sendok

    4. Perubahan pada gambaran lidah (atrofi lidah), cheilitis, stomatitis angularis.

    Pemeriksaan penunjang

    1. Besi serum menurun

    2. Ferritin serum menurun

    3. Saturasi menurun

    4. TIBC meningkat

    5. Sediaan apus darah tepi mikrositik hipokrom

  • Terapi non farmako

    Mencukupi kebutuhan protein dan zat besi ibu. Zat besi dan protein tinggi yang

    berasal dari hewani seperti daging, ikan, telur dan kacang-kacangan serta sayuran

    berwarn hijau yang banyak mengandung zat besi misalnya daun singkong.

    Tujuan terapi adalah koreksi defisit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan

    cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat diperoleh dengan senyawa besi sederhana

    ferro sulfat, fumarat, atau glukonat peroral yang mengandung dosis harian sekitar

    200 mg besi elemental. Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau

    mengkonsumsi preparat besi oral, ia diberi terapi parenteral (andrews,1999:

    Hallak dkk,1997).

    Pencegahan

    1. Pendidikan kesehatan, yaitu :

    a. Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, dan

    perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki

    b. Penyeluhan gizi : untuk mendorong komsumsi makanan yang membantu

    artsobsi besi.

    2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber pendarahan kronik

    paling sering didaerah tropis

    3. Suplemen besi : terutama untuk sekmen penduduk yang rentang seperti ibu

    hamil dan balita

    4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi

  • Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi : 2

    1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan.

    a. Bahaya selama kehamilan :

    Dapat terjadi abortus

    Persalinan prematur

    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

    Mudah terjadi infeksi

    Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)

    Molahidatidosa

    Perdarahan antepartum

    Ketuban pecah dini

    b. Bahaya saat persalinan

    Gangguan His-kekuatan mengejan

    Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

    Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

    memerlukan tindakan operasi kebidanan

    Kala ketiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan

    postpartum akibat atonia uteri

    Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

    uteri

    c. Pada kala nifas :

    Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post

    partum

  • Memudahkan infeksi puerperium

    Pengeluaran asi berkurang

    Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan

    Anemia kala nipas

    Mudah terjadi infeksi mammae

    2. Bahaya anemia terhadap janin

    a. Abortus

    b. Kematian intrauteri

    c. Persalinan prematuritas tinggi

    d. BBLR

    e. Kelahiran dengan anemia

    f. Dapat terjadi cacat bawaan

    g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

    h. Integensia rendah.

    B. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

    A. Pengertian BBLR7

    Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500

    gram tanpa memandang masa kehamilan.bayi yang dibawah persentil 10

    dinamakan ringan untuk masa kehamilan.

  • BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, bayi dengan berat badan lahir

    sangat rendah (BSLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat

    badan lahir amat sangat rendah (BBLASR).

    Pembagian kehamilan menurut WHO adalah sebagai berikut:

    1) Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)

    2) Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu (259 293 hari)

    3) Post-term : umur hamil diatas 42 minggu (294 hari)

    Ternyata bahwa ciri bentuk bayi dengan berat badan lahir rendah dapat

    dibagi menjadi 2 yaitu :8

    1. Small for gestation age (SGA) atau kecil untuk masa kehamilan

    (KMK).

    2. Umur hamil kurang 37 minggu, sesuai masa kehamilan (SMK)

    B. Manifestasi klinik

    1. Berat kurang dari 2500 gram

    2. Panjang kurang dari 45 cm

    3. Lingkar dada kurang dari 30cm

    4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

    5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

    6. Kepala lebih besar

    7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

  • 8. Otot hipotonik lemah

    9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

    10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus

    11. Kepala tidak mampu tegak

    12. Pernapasan 40-50 / menit

    13. Nadi 100-140 kali / menit

    C. Diagnosis BBLR

    Peniaian secara klinis : BB, PB, Lingkar dada, dan lingkar kepala.

    D. Klasifikasi

    Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :

    1. Menurut harapan hidupnya

    a. BBLR berat lahir 1500-2500 gram

    b. BBLSR berat lahir 1000-1500

    c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang 1000

    gram

    2. Menurut masa gestasinya :

    a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

    berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat

    atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan

    b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

    badan seharusnya untuk masa gestasi. Berat bayi mengalami

  • retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil

    untuk masa kehamilan (KMK).

    E. Faktor-faktor yangberhubungan dengan BBLR

    1. Faktor ibu:

    a. Penyakit

    b. Ibu

    c. Keadaan sosial ekonomi

    2. Faktor janin

    3. Faktor palsenta

    4. Faktor lingkungan

    F. Dampak BBLR

    1. Gangguan metabolik

    2. Gangguan imunitas

    3. Gangguan pernafasan

    4. Gangguan sistem peredaran darah

    5. Gangguan cairan dan elektrolit

    G. Penatalaksanaan

    1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

    2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

    3. Pencegahan infeksi

    4. Penimbangan berat badan

    5. Pemberian oksigen

    6. Pengawasan jalan napas

  • C. Hubungan anemia dan BBLR

    Beberapa bukti-bukti epidemologi telah menyatakan bahwa anemia yang terjadi

    selama hamil dapat membahayakan janin. Hasil studi pada 54000 kehamilan

    menyatakan bahwa ibu yang anemia dengan kadar hemoglobin < 10,4 g/dl

    sebelum usia 24 minggu kehamilan dibanding ibu hamil dengan kadar

    hemoglobin 10,4-13,2 g/dl mempunyai resiko tinggi terhadap bayi lahir rendah,

    lahir prematur dan kematian perinatal.

    Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan

    kadar Hb < 10 g/dl mempunyai risiko 2,25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi

    BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb diatas 10 g/dl, dimana

    ibu hamil mempunyai resiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih tinggi

    dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia berat.9

    Pada kebanyakan ibu hamil defisiensi besi merupakan penyebab anemia terbesar

    sebelum usia kehamilan 24 minggu. Defisiensi besi dan anemia lebih banyak

    terjadi pada kulit hitam, status sosial ekonomi rendah, bayi kembar, pendidikan

    rendah. Selain itu juga studi-studi menunjukkan adanya hubungan anemia ibu

    hamil dengan usia kehamilan ataupun hubungan anemia dengan BBLR

    (Klenn,1962, Lieberman et al,1987,Mc gregor 1980).10

  • D. KERANGKA TEORI

    Bagan Kerankeragka Teori Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Dengan Bayi

    Berat Lahir Rendah ( BBLR )

    Faktor ibu

    Penyakit :

    1. Malaria

    2. Anemia

    3. Sipilis

    4. TORCH

    Komplikasi :

    1. Perdarahan

    antepartum

    2. Pre eklamsia

    berat

    3. Eklamsia

    4. preterm

    Faktor kebiasaan

    ibu :

    1. Merokok

    2. Alkohol

    3. Konsumsi

    narkotika

    Faktor janin :

    1. Prematur

    2. Hidramnion

    3. Gemeli

    4. Kelainan

    kromosom

    paritas

    BBLR

    Usia ibu

    hamil

  • E. KERANGKA KONSEP

    ANEMIA Faktor

    penyakit

    Faktor usia

    ibu hamil

    paritas

    Asupan nutrisi

    terganggu

    Mengganggu

    pertumbuhan

    janin

    Kurang gizi

    Kurang zat

    besi

    Malabsorbsi

    BBLR

    kehilangan

    darah yang

    banyak

    Keterangan :

    : diteliti

    : tidak diteliti

    Penyakit-

    penyakit

    kronik

  • F. HIPOTESIS

    Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

    sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.11

    Hipotesis nol : tidak terdapat perbedaan antara ibu hamil anemia dengan

    ibu hamil tidak anemia terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.

    Hipotesis alternatif : terdapat perbedaan antara ibu hamil anemia dengan ibu

    hamil tidak anemia terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.

  • BAB III

    KAJIAN ALQURAN

    Ada beberapa alasan mengapa kajian tentang embriologi penting.

    1. Kajian ini bermanfaat untuk menambah kualitas iman kita. Karena

    keimanan akan terus bertambah dengan adanya ilmu yang bertambah

    dengan adanya ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Sebaliknya,

    keimanan akan berkurang disebabkan ketidaktahuan dan kemaksiatan

    2. Karena kita diperintahkan oleh agama untuk mempelajari embriologi.

    3. Karena pengetahuan tentang janin merupakan salah satu disiplin ilmu yang

    paling efektif untuk menambah keyakinan terhadap hari kebangkitan dan

    hari perhitungan amal.

    4. Karena mencintai Alquran dan Sunnah. Setiap ilmu yang benar dan

    bermanfaat dapat dikorelasikan dengan Alquran dan SunnaH

    Awal penciptaan manusia

    Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian

    kecilnya (spermatozoa).

    Bahan dasar kita adalah sperma

    Perhatikan firman allah qs. Yasin 36 :77

  • 77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari

    setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

    Dia menciptakan spermatozoa dan yang sekaligus menunjukkan jalannya hingga

    bertemu dengan sel telur. Qs al najm 53 45-46.

    45. Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan

    wanita.

    46. Dari air mani, apabila dipancarkan.

    Setelah spermatozoa bertemu dengan sel telur didalam rahim. Rahim merupakan

    suatu tempat yang dipilih oleh allah swt. Sehingga qt diciptakan didalamnya.

    Tempat ini dilindungi oleh tulang-tulang panggul (pelvis) yang hanya dimiliki

    kaum wanita. Masih ada otot-otot yang memperkuat tulang pelvis dari segala

  • arah. Otot-otot dan ikatan yang memperkuat rahim dari segala sisi yang

    bermanfaat untuk melindungi rahim.

    Allah swt berfirman:

    Qs almukminin 23 12-13.

    12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati

    (berasal) dari tanah.

    13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat

    yang kokoh (rahim).

    Dari sperma itulah allah menciptakan manusia baik laki-laki maupun wanita,

    melalui proses dan tahapan tertentu dari sperma menjadi segumpal darah lalu

    segumpal daging lalu diikat saraf dan urat.

    Allah juga menyiapkan dan menusun anggota tubuh yang akan melengkapi

    keperluan hidup manusia nantinya. Dia jadikan kepala yang dilengkapi dengan

    pendengaran, penglihatan, hidung, mulut dan anggota tubuh lainnya.

  • qs almukminin 23 (12-14).

    2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

    3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

    Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Qur'an

    mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban

    ilmiah yang sungguh penting.

    Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang

    akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi

    ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi

    "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan

    bantuan mikroskop.

    Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia

    melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan

    carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat

    penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Di sini, pada bagian ini, satu

  • keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang

    tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:

    "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah

    menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah

    Yang Maha Pemurah." (Al Qur'an, 96:1-3)

    1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

    2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

    3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

    Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu

    tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang

    menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

    Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat

    digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Pada tahap awal

    perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada

    rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Gambar di atas

  • adalah zigot yang terlihat seperti sekerat daging. Informasi ini, yang ditemukan

    oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad

    yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang

    menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang

    menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Sisi penting lain tentang informasi

    yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan

    manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim

    ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang

    membungkus tulang-tulang ini.

    "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu

    Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-

    belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami

    jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta

    Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14)

    Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam

    rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang

    dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak

  • orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

    Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan

    menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan

    Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.

    Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam

    rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat

    tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-

    sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan

    membungkus tulang-tulang ini.

    Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al

    Qur'an. Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu'minuun, jaringan

    tulang rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi

    tulang keras. Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan

    perkembangan ini dalam ayat: "dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

    belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

    4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

    Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan

    dalam rahim ibunya.

  • "... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga

    kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang

    mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka

    bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

  • Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang

    bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah

    sebagaimana berikut:

    - Tahap Pre-embrionik

    Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan

    terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding

    rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya

    pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

    - Tahap Embrionik

    Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi

    disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai

    terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

    - Tahap fetus

    Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini

    dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran.

    Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan

    wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3

    cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih

    30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. Dalam ayat ke-

    6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu dalam

  • tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan

    ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.

    Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan

    setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun

    sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan

    dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang

    sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki

    sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al

    Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Berdasarkan permasalahan tujuan yang akan dicapai maka jenis penelitian yang

    dilaksanakan adalah non eksperimen. Dengan survey analitik yaitu survey atau

    penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan

    itu terjadi.11

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional.

    B. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan case-

    control, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang mengkaji

    hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit tertentu.

    Pada studi kasus-kontrol, studi dimulai dengan mengidentifikasi kelompok

    dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol);

    kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat

    menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak.

    C. Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar.

  • D. Tempat pengumpulan data

    Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit

    Bersalin, dan puskesmas di Kota Makassar.

    E. Unit penelitian

    Unit penelitian adalah medical record.

    F. Jenis data

    Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data rekam

    medik pasien.

    G. Populasi penelitian

    Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah

    sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi

    dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

    a. Populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan

    demografis. Populasi target dalam penelitian ini: Semua ibu hamil

    yang menderita anemia

    b. Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi

    oleh tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini:

    Semua ibu hamil yang menderita anemia dan bersalin di Kota

    Makassar pada tahun 2011.

  • H. Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian

    adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi

    dan sudah disingkirkan dengan kriteria eksklusi sebagai berikut:

    1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

    a. Ibu Ibu hamil

    b. Ibu yang bersalin di RS kota makassar

    c. Bayi yang dilahirkan hidup

    2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

    Ibu hamil dengan, eklamsi, pre eklamsi berat, gemeli, prematur.

    I. Cara Pengambilan Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di

    rumah sakit pada tahun 2011 yang tercatat kadar hemoglobinnya dan

    semua ibu hamil yang melahirkan yang tercatat kadar hemoglobinnya dan

    dijadikan sampel (total sampling). Dimana ibu hamil yang melahirkan

    yang tidak tercatat kadar hemoglobinnya termasuk dalam kriteria eklusi

    yaitu tidak termasuk dalam pengelolaan data.

  • J. Besar Sampel

    Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan tingkat

    kemaknaan 0.05 dan power 80% (Z = 1.96) dan untuk membedakan

    proporsi kejadian kematian perinatal pada kelompok ibu hamil yang

    normal (P2) diperkirakan sebesar 20%, karena tidak didapatkan pada

    kepustakaan, dan pada kelompok ibu hamil yang preeklampsia (P1). P1

    adalah P2 x RR dimana RR = 2 yang merupakan risiko relatif yang

    ditentukan peneliti (clinical judgement), maka dalam menentukan besar

    sampel digunakan rumus uji hipotesis terhadap risiko relatif yaitu:

    Ket :

    = 0,05 Z = 1,96

    = 0,20 Z =0,84

    OR = 2

    P1 = 0,80

    P2 =

    ( ) =

    = 0,6

    Q1 = 1 P1 = 1- 0,80 = 0,20

    Q2 = 1 P2 = 1- 0,6 = 0,4

    P =

    =

    =

    = 0,7

  • Q = 1 P = 1 0,7 = 0,3

    n = 81,27 82.

    K. . Instrument Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

    peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

    hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

    sehingga lebih mudah diolah.

    Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu data sekunder

    berupa laporan data rekam medik ibu hamil yang masuk bagian obstetrik

    dan ginekologi Rumah Sakit Kota Makassar pada tahun 2011.

    L. Cara Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengobservasi

    langsung ibu hamil yang anemia dan bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit

    Kota Makassar pada tahun 2011.

    Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

    a. Peneliti mengajukan izin kepada direktur Rumah Sakit Kota Makassar.

    b. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan observasi dan mengamati

    catatan medik pasien untuk mendapatkan data yang diperlukan.

    c. Dari populasi yang memenuhi kriteria dipilih dan dilakukan pencatatan

    data dengan mengisi lembar daftar isian sesuai dengan data yang

    dibutuhkan.

  • M. Analisis Data

    Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang

    lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data yang digunakan adalah

    Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang

    diduga berhubungan atau berkorelasi.11

    Dua variabel yang dimaksud adalah

    anemia ibu hamil dengan BBLR.

    Uji statistik menggunakan rumus Chi Square:

    X =(fo fh)

    Fh

    Keterangan :

    X : Chi quadrat

    Fo : Frekuensi yang diobservasi

    Fh : Frekuensi yang diharapkan

    Ho ditolak apabila harga x hitung x tabel dan Ho diterima apabila harga x

    hitung x tabel.

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistic Package for

    Social Science (SPSS) for MS Windows versi 16.0

  • N. Definisi Operasional

    a. Varibel independent

    Anemia ibu hamil adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai

    hemoglobin dibawah 11 gr %.

    Anemia apabila kadar hemoglobinnya < 11 gr%

    Tidak anemia apabila kadar hemoglobinnya 11 gr%

    Alat ukur : Trace 40

    Skala pengukuran kategorik ordinal anemia dan tidak anemia

    b. Variabel dependent

    BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

    BBLR apabila berat bayi lahir < 2500 gram

    Tidak BBLR apabila berat bayi lahir 2500 gram

    Alat ukur : timbangan bayi.

    Skala pengukuran kategorik ordinal bblr dan tidak bblr

    O. Rancangan analisis data

    Desain penelitian : case-control

    Jenis hipotesis : komparatif

    Variabel independent : anemia

    Variabel dependent : BBLR

    Skala pengukuran independent : kategorik ordinal

  • BAB V

    Hasil Penelitian

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Gambaran umum RSKD PERTIWI Makassar

    Rumah Sakit Bersalin Pertiwi didirikan pada tahun 1974 yang

    diresmikan oleh Ny. Amir machmud dengan status milik yayasan

    Dharma Wanita Pemda Sulawesi Selatan. Yang dipimpin oleh Dr. H.

    M. N. Anwar, SKM (almarhum). Rumah Sakit ini terletak di jalan

    Jendral Sudirman no. 14.

    Saat ini luas luas lahan 1392 m2, luas bangunan 660 m

    2, sumber listrik

    PLN dan genset sumber air PDAM, pengelolaan limbah incenator dan

    IPAL.

    Pada saat ini rumah sakit telah berusaha semaksimal mungkin

    membenahi diri dalam berbagai aspek, baik dalam kualitas dan

    kuantitas. Berbagai hal yang menjadi perhatian antara lain :

    ketenagaan, proses administrasi dan manajemen, bahan dan alat

    kesehatan, sarana fisik dan lain-lain.

  • Visi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

    Unggul dalam pelayanan dan pengelolaan

    Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

    1. Mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan

    di rumah sakit bersalin pertiwi prov. SulSel

    2. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional

    3. Menerapkan pengelolaan RSKD yang berhasil guna dan berdaya guna

    4. Mengembangkan jenis kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak alam

    rangka pengembangan RSB. Pertiwi Prov. SulSel

    5. Meningkatkan motivasi karja petugas dalam memberikan pelayanan prima

    menuju kemandirian

    6. Mengembangkan kerjasama dengan mitra kerja dalm rangka

    pengembangan RSB. Pertiwi Prov. SulSel.

    2. Ketenagaan RSB PERTIWI

    a) Jumlah dokter spesialis

    1. Dokter obgyn : 2 orang

    2. Dokter anak : 3 orang

    3. Dokter kulit dan kelamin : 1 orang

    4. Dokter anestesi : 1 orang

    5. Dokter interna : 1 orang

  • b) Jumlah dokter umum : 2 orang

    c) Jumlah dokkter gigi : 2 orang

    d) Jumlah tenaga paramedis

    1. Tenaga bidan : 17 orang

    2. Tenaga perawat : 14 orang

    3. Tenaga non perawatan : 38 orang

    4. Pelayan Medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

    Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana

    yang terdiri dari pelayanan rawat jalan, klinik tumbuh kembang, unit

    gawat darurat, women centre, pelayanan penunjang, pengelolaan

    sampah medis, pengelolaan air limbah, pelayanan rawat inap.Poli

    spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan

    masalah kebidanan dan penyakit kandungan,kesehatan anak, penyakit

    dalam, gizi klinik kesehatan kulit dan kelamin, &kosmetik medik.

    5. Pelayanan penunjang medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan

    Anak Pertiwi

    Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti apotik,

    laboratorium dan radiologi 24 jam, fisioterapi,CTG,EKG, colposcopy,

    ruang senam dan message baby.

  • 6. Penunjang umum Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi

    Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri administrasi,

    pelayanan telepon 24 jam, telepon umum,IPAL (system Pengelola Air

    Limbah), insenator laundry,saran parker yang luas, koperasi, instalasi gizi

    dan dapur umum, dan musholah.

    7. Fasilitas rawat inap

    1. VIP : 6 ruangan yang masing tersedia kamar mandi + toilet dan

    difasilitasi 1 tempat tidur pasien, 1 tempat tidur panjaga pasien, 1 box

    bayi, 1 set sofa tamu, 1 set meja makan, 1 set kaca hias, 1 kulkas, 1 lemari

    pakaian, 1 buah kereta alat, kamar full AC

    2. Klas I : 3 ruangan yang masing-masing tersedia kamar mandi + toilet dan

    fasilitasi dengan 2 tempat tidur pasien, 2 box bayi, 2 lemari pakaian, 2

    kursi tamu, TV,AC.

    3. Klas II : 3 ruangan yang masing-masing ruangan tersedia kamar mandi +

    toilet serta di fasilitasi dengan 4 tempat tidur pasien, 4 box bayi,4 lemari

    perlengkapan,pasien, TV,AC

    4. Klas III : 1 ruangan+ kamar mandi+toilet dilengkapi dengan

    fasilitas 9 tempat tidur, 9 lemari perlengkapan,TV, AC

    5. Klas miskin : 1 ruangan dengan fasilitas 5 tempat tidur pasien, 5 box

    bayi, AC

  • B. Karakteristik Sampel

    Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai hubungan antara anemia

    ibu hamil dengan BBLR, subyek penelitian ini diambil dari ibu bersalin dan bayi

    yang dilahirkan hidup di RS bersalin PERTIWI 2011, jumlah sampel dalam

    penelitian ini sebanyak 164 responden, diperoleh hasil sebagai berikut:

    1. Analisis univariat

    Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel

    bebas dan terikat dipergunakan analisa univariat dan dapat dilihat sebagai

    berikut :

    a. Distribusi anemia ibu hamil

    Untuk melihat distribusi anemia ibu hamil yang melahirkan di RSB

    PERTIWI makassar tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah :

    Data hasil penelitian sebagai berikut.

    Tabel 5.1

    Angka kejadian anemia

    Kondisi ibu N=164 Persen (%)

    Anemia < 11 gr/dl 92 55,48

    Tidak anemia > 11gr/dl 72 44,52

    TOTAL 164 100

  • Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami anemia

    Sebanyak 92 orang (55.48%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 73 orang

    (44.52 %).

    b. Distribusi Berat Lahir

    Untuk melihat berat badan bayi yang dilahirkan di RSB PERTIWI

    MAKASSAR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 5.2

    Angka kejadian BBLR

    Berat Lahir N=164 Persen (%)

    BBLR < 2500 gram

    82 50

    Tidak BBLR >2500 gram

    82 50

    TOTAL 164 100

    Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah

    sebanyak 82 orang (50 %), dan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 82 orang

    (50 %).

  • c. Distribusi umur ibu hamil

    Untuk melihat umur ibu yang melahirkan di RSB PERTIWI MAKASSAR dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini :

    TABEL 5.3

    Karekteristik paritas berdasarkan umur

    Berat Lahir N=164 Persen (%)

    BBLR < 2500 gram

    82 50

    Tidak BBLR >2500 gram

    82 50

    TOTAL 164 100

    Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa umur ibu < 20 tahun dan > 35

    tahun sebanyak 42 orang (25.6 %), dan umur 20-35 tahun sebanyak 122 orang

    (74.4 %).

    d. Distribusi paritas ibu hamil

    Untuk melihat paritas ibu yang melahirkan di RSB PERTIWI

    MAKASSAR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  • Tabel 5.4

    Karekteristik sampel berdasarkan paritas

    Berat Lahir N=164 Persen (%)

    Paritas 1 dan >4

    82 50

    Paritas 2-4

    82 50

    TOTAL 164 100

    Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa paritas 1 > 4 sebanyak82

    responden (50 %), dan paritas sebanyak 82 responden (50 %).

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

    independen dan variabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui besarnya risiko BBLR pada ibu yang menderita anemia pada

    rumah sakit di Provinsi Sulawesi Selatan. Pengujian data menggunakan

    program SPSS 16.0 for windows.

    Uji hipotesis untuk analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi Square

    karena setelah dilakukan uji normalitas, nilai p (Sig.) pada uji

    Kolmogorov-Smirnov (jumlah sampel di atas 50 / n sample >50) adalah

    0,00 yang berarti nilai p tersebut lebih kecil dari alpha 0,05 / = 5%. Hal

  • tersebut menunjukkan bahwa data yang dianalisis tidak berdistribusi

    normal.

    Untuk melihat hubungan masng-masing variabel bebas terhadap variabel

    terikat dipergunakan analisis bivariat dengan uji statistik Chi square,

    dapat dilihat pada tabel- tabel dibawah ini :

    Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini :

  • TABEL 5.5

    Diagnosa

    BBLR

    Total

    X2/

    P

    (value)

    OR

    (CI

    95%)

    Ya

    Tidak

    N % N % N %

    anemia 55 33,5

    35 21,3

    90 100

    9,850

    (0.003)

    2.73

    (1,449-

    5,163)

    Tidak

    anemia 27 16,5 47 28,7 74 100

    Total 82 50 82 50 164 100

    Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSB PERTIWI

    Makassar pada bulan januari-desember 2011 yang mengalami anemia merupakan

    yang terbanyak yaitu sejumlah 90 orang dimana yang melahirkan bayi dengan

    berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 55 orang (33,5 %) dan yang melahirkan bayi

    dengan berat lahir normal (BBLN) sebanyak 35 orang ( 21,3 %), sedangkan ibu

    hamil yang tidak anemia ada sejumlah 74 orang, dimana sebanyak 27 orang (16,5

    %) yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan sebanyak 47 orang

    (28,7%) yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN).

    Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa Dimana

    nilai X2

    hitung didapatkan 9,850 untuk p value 0,002 sedangkan X2

    tabel 3,84

    untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih besar dari X

    2 tabel sehingga

  • hipotesis nol ditolak. Probabilitas (0,02) < (0,05) berarti Ho di tolak artinya ada

    hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSB PERTIWI

    Makassar 2011.

    Hubungan Paritas Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    Hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini :

    TABEL 5.6

    Hubungan antara Paritas Ibu dengan BBLR

    PARITAS

    BBLR

    Total

    X2/p

    (value)

    OR (CI

    95%) Ya

    Tidak

    N % N % N %

    1 dan > 4 39 23,8

    43 26,2

    82 100

    9.556

    (0.640)

    0,823

    (0,446-

    1,518)

    2-4 43 26,2 39 23,8 82 100

    Total 82 50 82 50 164 100

    Tabel 5.6 Variabel paritas menunjukkan bahwa dari 39 orang yang

    mempunyai paritas beresiko (1 atau > 4 anak ) dengan BBLR sebanyak 39

    (23,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak 43 (26,2%).

    Sedangkan pada sampel yang mempunyai paritas tidak beresiko (2 - 4

  • anak) dengan BBLR sebanyak 43 (26,2,%) dan yang tidak mengalami

    BBLR sebanyak 39 (23,8%).

    Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

    antara paritas beresiko dengan terjadinya BBLR . Dimana nilai X2

    hitung

    didapatkan 0,392 untuk p value 0,532 sedangkan X2

    tabel 3,84 untuk p

    value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X

    2 tabel sehingga hipotesis

    nol diterima.

    Hubungan Umur Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

    TABEL 5.7

    Hubungan antara Usia Ibu dengan BBLR

    Umur Ibu

    BBLR

    Total

    X2/p

    (value)

    OR (CI

    95%) Ya

    Tidak

    N % N % N %

    < 20 atau >

    35 tahun 20 12,2

    22 13,4

    42 100

    0,128

    (0.858)

    0,880

    (0,436-

    1,775) 20-35 tahun 62 37,8 60 36,6 122 100

    Total 82 50 82 50 164 100

    Tabel 5.7 Variabel umur menunjukkan bahwa dari 20 (12,2 %) orang yang

    mempunyai umur beresiko ( 35 tahun) dengan BBLR sebanyak 22

    (13,4%) dan yang tidak mengalami kematian perinatal sebanyak 22 (13,4%).

  • Sedangkan pada sampel yang mempunyai umur tidak beresiko (20 - 35 tahun)

    dengan BBLR sebanyak 62 (37,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak

    60 (36,6,%).

    Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa

    Dimana nilai X2

    hitung didapatkan 0,128 untuk p value 0,720 sedangkan X2

    tabel

    3,84 untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X

    2 tabel sehingga

    hipotesis nol diterima. Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan

    yang signifikan antara umur beresiko dengan terjadinya BBLR.

  • BAB VI

    PEMBAHASAN

    A. Karakteristik Sampel

    Tabel 5.1 menunjukkan bahwa angka kejadian anemia sebesar 92 (55,48 %)

    responden. Kejadian ini lebih sedikit dibandingkan dengan propinsi sulawesi

    selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalansi anemia gizi khususnya

    pada ibu hamil berkisar 71,2 %, hal ini disebabkan SKRT cakupannya lebih

    luas dibandingkan dengan rumah sakit, karena data di rumah sakit

    berdasarkan pasien yang datang.

    Selain itu tabel 5.2 menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR sebesar 82 (50

    %) responden. Kejadian ini lebih banyak dibandingkan dengan kejadian

    BBLR di dinas kesehatan sulsel . Hal ini disebabkan rumah sakit merupakan

    tempat rujukan kasus patologi, sehingga angka kejadiannya menjadi lebih

    besar. Kemudian menurut Zulhida (2003) bahwa ibu hamil dengan anemia

    mempunyai kecendrungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

    (BBLR), kematian saat persalinan, pendarahan pasca persalinan yang sulit

    karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang

    dilahirkan dengn BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan

    lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya

  • pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan

    hidupnya. Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti bahwa anemia dalam

    kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,

    persalinan maupun dalam masa nifas terutama pada bayi yang dilahirkan yaitu

    terjadinya BBLR.15

    Tabel 5.3 didapatkan hasil kehamilan usia 35 tahun dengan

    anemia sebanyak 42 responden (25.6 %), hal ini menunjukkan bahwa

    kehamilan usia 35 tahun meningkatkan resiko terjadinya

    anemia. Ini disebabkan karena usia reproduksi optimal bagi seorang ibu

    adalah antara 20-35 tahun, di bawah atau diatas usia tersebut akan

    meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartanto (2004) tentang usia ibu hamil

  • pernyataan Departemen kesehatan RI (2003), bahwa banyaknya anak yang

    dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan

    faktor resiko kehamilan dan persalinan, salah satunya adalah anemia dan

    banyaknya anak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor -

    faktor terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak

    lebih rendah dan nutrisi kurang. Dari penelitian saya tidak diumpai adanya

    hubungan karena dalam hal ini faktor ekonomi juga berpengaruh dalam

    memperoleh suplai gizi yang cukup baik selama masa hamil dan rutin

    memeriksakan kehamilan maka bblr tidak ada hubungannya dengan paritas

    Menurut asumsi peneliti sesuai dengan pendapat Depkes RI (2003) bahwa

    seorang ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini

    disebut sebagai usia reproduksi sehat yang perlu juga didukung oleh status

    gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar

    perkembangan janin dapat dipantau.

  • Hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR

    Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa

    probabilitas (0,02) < (0,05) berarti Ho di tolak artinya ada hubungan anemia

    pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSB PERTIWI Makassar 2011.

    Di RSB PERTIWI januari sampai desember 2011 menunjukkan bahwa anemia

    merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan bayi berat lahir rendah.

    Hal ini sesuai SKRT (2002), bahwa ibu hamil yang menderita anemia mempunyai

    kecendrungan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah. Selain itu,

    Manuaba (1998) juga mengemukakan, bahwa pada anemia ringan mengakibatkan

    terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Nelly agustini simanjuntak tahun 2009 serta Zaenab R.

    Kemudian menurut Zulhida (2003) bahwa ibu hamil dengan anemia akibatnya

    mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR

    kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah

    dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR

    umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat

    berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat

    mengganggu kelangsungan hidupnya.15

    Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti bahwa anemia dalam kehamilan memberi

    pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam

    masa nifas terutama pada bayi yang dilahirkan yaitu terjadinya BBLR.

  • SKM dan Joeharno, SKM yang hasilnya bahwa anemia ibu hamil berhubungan

    dengan berat lahir rendah. Anemia saat hamil mengakibatkan efek buruk baik

    pada ibu maupun kepada ibu maupun kepada bayi yang dilahirkannya. Anemia

    dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar

    haemoglobin untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak

    langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi, bertambahnya kerentanan

    ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur.13

    Analisis data yang dilakukan\untuk mengetahui adanya hubungan antar anemia

    ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) pada penelitian ini

    bermakna secara statistik.

    Hubungan paritas dengan BBLR

    Tabel 5.6 Variabel paritas menunjukkan bahwa dari 39 orang yang mempunyai

    paritas beresiko (1 atau > 4 anak ) dengan BBLR sebanyak 39 (23,8%) dan yang

    tidak mengalami BBLR sebanyak 43 (26,2%). Sedangkan pada sampel yang

    mempunyai paritas tidak beresiko (2 - 4 anak) dengan BBLR sebanyak 43

    (26,2,%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak 39 (23,8%).

    Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

    antara paritas beresiko dengan terjadinya BBLR . Dimana nilai X2

    hitung

    didapatkan 0,392 untuk p value 0,532 sedangkan X2

    tabel 3,84 untuk p value

    0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X

    2 tabel sehingga hipotesis nol diterima.

    Paritas adalah kehamilan yang pernah dialami oleh seorang ibu baik yang berakhir

    dengan kelahiran hidup, ataupun lahir mati. Paritas yang tinggi merupakan salah

  • satu faktor risiko tinggi pada ibu hamil. Kejadian kematian neonatal pada

    persalinan pertama cukup tinggi yaitu 38,8 per 1000 kelahiran hidup, yang kedua

    paling rendah dan yang ketiga lebih rendah dari yang pertama yaitu 38,3 per 1000

    kelahiran hidup (Megadhana, 1997).

    Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prajogo,

    2007 yang mengatakan bahwa ibu hamil dengan paritas yang tinggi memiliki

    berabagai macam resiko salah satunya adalah mengalami BBLR.

    Hal tersebut diatas dapat menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan

    kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang

    menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah pada dinding uterus yang

    mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang

    dibandingkan pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan

    kematian pada bayi (Wiknojosastro, 1991). Dengan kata lain bayi yang dilahirkan

    oleh ibu dengan paritas tinggi merupakan risiko tinggi terhadap kematian

    neonatal, sebab sistem reproduksi ibu tersebut sudah kehabisan tenaga sedangkan

    kelahiran pertama juga berisiko tinggi sebab jalan lahir ibu belum teruji.

    Hubungan umur dengan kejadian BBLR

    Tabel 5.7 Variabel umur menunjukkan bahwa dari 20 (12,2 %) orang yang

    mempunyai umur beresiko ( 35 tahun) dengan BBLR sebanyak 22

    (13,4%) dan yang tidak mengalami kematian perinatal sebanyak 22 (13,4%).

    Sedangkan pada sampel yang mempunyai umur tidak beresiko (20 - 35 tahun)

  • dengan BBLR sebanyak 62 (37,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak

    60 (36,6,%).

    Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa

    Dimana nilai X2

    hitung didapatkan 0,128 untuk p value 0,720 sedangkan X2

    tabel

    3,84 untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X

    2 tabel sehingga

    hipotesis nol diterima. Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan

    yang signifikan antara umur beresiko dengan terjadinya BBLR.

    Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2003), bahwa usia reproduksi optimal

    bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas usia

    tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya. Umur ibu

    kurang 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara

    sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan dan usia

    diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah- masalah kesehatan.

    Menurut asumsi peneliti sesuai dengan pendapat Depkes RI (2003) bahwa

    seorang ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini disebut

    sebagai usia reproduksi sehat dan perlu didukung oleh status gizi yang baik dan

    dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar perkembangan janin dapat

    dipantau.

  • BAB VII

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Pada penelitian yang berjudul Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan

    kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) DI RSKIA PERTIWI

    MAKASSAR, diperoleh hasil :

    1. Ibu hamil anemia mempunyai faktor resiko 2,73 kali terjadinya bayi

    berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dengan

    nilai CI 95% 1,449-5,163 dan p 0,003 < 0.05, X2

    hitung >X2

    tabel

    maka secara statistik bermakna ada hubungan yang signifikan.

    2. Secara statistik tidak terdapat hubungan antara paritas dengan BBLR

    (p > 0.05). Akan tetapi, secara klinis didapatkan bahwa ibu yang

    anemia memiliki risiko terjadinya BBLR dibandingkan dengan ibu

    hamil tidak anemia.

    3. Secara statistik tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan

    terjadinya BBLR (p > 0,05). Akan tetapi, secara klinis didapatkan

    bahwa usia ibu mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu memiliki resiko

    yang rendah, ini bisa dilihat dengan nilai odds ratio sebesar 0,8.

  • B. Saran

    1. Kepada tenaga kesehatan untuk lebih giat lagi melakukan penyuluhan

    kepada ibu hamil agar secara rutin memeriksakan kehamilannya untuk

    mendeteksi secara dini keadaan kesehatan ibu dan janin dalam

    kandungannya.

    2. Bagi masyarakat, meningkatkan pendidikan masyarakat sehingga

    memudahkan penerimaan komunikasi, informasi, edukasi tentang

    bahaya anemia dalam kehamilan yang akan memperbesar resiko

    terjadinya bayi berat lahir rendah.

    3. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan

    untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang anemia dan

    bayi berat lahir rendah.

    4. Bagi peneliti selanjutnya, untuk meneliti lebih lanjut mengenai usi ibu

    hamil, paritas, pekerjaan ibu apakah terdapat hubungan dengan

    terjadinya berat bayi lahir rendah.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Dinas Kesehatan sulsel;angka kejadian anemia di sulsel.diakses di http://.

    Or.id

    2. Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri : Buku ajar Obstetri kebidanan.

    Jakarta : EGC.

    3. Dinas Kesehatan Sul-sel; 2005. Prosentase Bayi Berat Lahir

    Rendah. Diakses di http://www. or.id. Last Update : dinikes sulsel last

    update(Monday 14 june 2010)

    4. Tarwoto, Wasnidar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil konsep dan

    penatalaksanaannya. Jakarta : Trans info media.

    5. Joseph, Nugroho. 2010. Ginekologi dan Obstetri : Catatan kuliah.

    Yogyakarta : Nuha Medica.

    6. I. Made Bakta. 2007. Hematologi klinik ringkas.Jakarta : EGC.

    7. Poverawati, Ismawati. 2010. BBLR :Medical book. Yogyakarta : Nuha

    Medica.

    8. Manuaba, I.B.G. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

    Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. h : 96

    9. Sartika.M. 2010. Buku saku ILMU GIZI.Jakarta : Trans info medika

    10. Aritonang. 2008. Kebutuhan gizi ibu hamil. Yogyakarta : Nuha medica.

    11. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

    Cipta.

  • 12. Thaibah. 2008. Ensiklopedi alqur-an dan hadits,proses penciptaan

    manusia:Sapta Sentosa.

    13. Setyawan, Henry. 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III

    Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Prematuritas, Dan

    Intra Uterin Growth Retardation (IUGR). Jakarta: Jurnal Epidemiologi

    Nasional.

    14. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta:

    Pustaka Sinar Harapan.

    15. Lubis, Zulhida, 2003. Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi

    yang dilahirkan, http : // tumoxton.net/702 07134/zulhida lubis htm.

    16. Departemen kesehatan RI, 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru

    Lahir (Neonatal) Dan Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Berkaitan di

    Indonesia.Jakarta.

  • HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL DENGAN

    BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

    PRATIWI

    10542003708

    PEMBIMBING : DR. dr. ARMYN NURDIN M.S c

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    UNIVERSSITAS MUHAMMADYAH

    MAKASSAR

    2012