Download - Skripsi
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.
Hb adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru
kebagian tubuh yang lain. Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling
banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil
di Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat besi.
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu
hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi
pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Menurut
World Health Organization (WHO) kejadian anemia pada ibu hamil berkisar
antara 20%-89% dengan menetapkan hemoglobin (Hb) 11 gr % sebagai dasarnya.
Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak bahwa sekitar 70 % ibu hamil di
Indonesia menderita anemia gizi.
Di Indonesia, prevalensi anemia tahun l970an adalah 46,570%. Pada SKRT
tahun 1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT
tahun 1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada
ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada
-
tahun 1992 prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5
71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten
Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten
Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan
laporan data di Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia
ibu hamil pada tahun 1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi
76,74% dan pada tahun 2001 sebesar 68,65%.1
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan
zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Selain itu,
anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,
persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat
negatif seperti:
1) gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak,
2) Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/
di transfer ke seluruh tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan.2
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebabn kematian ibu hamil
dikarenakan adanya pendarahan pada saat persalinan.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Kematian perinatal pada bayi berat
-
lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama.
Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik
fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin
rendah.
Untuk di Sulawesi Selatan, Angka Kematian Bayi menunjukkan penurunan yang
sangat tajam, yaitu dari 161 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi
55 pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada
tahun 2003 menjadi 48 (Susenas 2003). Ini berarti rata-rata penurunan AKB
selama kurun waktu 19982003 sekitar 4 poin. Namun, menurut hasil
Surkesnas/Susenas 2002 2003, AKB di Sulawesi Selatan sebesar 47 per 1.000
kelahiran hidup sedangkan hasil Susenas 2006 menunjukkan AKB di Sulsel pada
tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007
menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh
karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang
dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52
per kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per
1000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 709
kematian bayi atau 4,61 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2008 turun menjadi 638
atau 4,39 per 1.000 KH. Untuk tahun 2009 jumlah kematian bayi turun menjadi
495 atau 3,31 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk Menurunnya AKB dalam beberapa waktu
terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan
-
pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam profil kesehatan Indonesia dijelaskan
bahwa beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan.
Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan
janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak
terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir).3
Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
hubungan anemia dan BBLR
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada dapat dirumuskan
sebagai berikut Belum diketahui pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap berat
bayi yang dilahirkan .
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan bayi berat badan
lahir rendah ?
-
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia ibu
hamil dengan berat badan bayi yang dilahirkan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil
b. Untuk mengetahui prevalensi bayi berat badan lahir rendah.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang hubungan antara anemia dengan bayi berat lahir
rendah.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi
untuk memiliki perhatian terhadap kejadian anemia dan bayi berat lahir
rendah.
-
3. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam
penatalaksanaan anemia dan atau bayi berat lahir rendah.
b. Bagi profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
profesi dokter untuk memberikan penatalaksanaan dan pencegahan yang tepat
terhadap anemia dan atau bayi berat lahir rendah sehingga dapat menurunkan
angka kematian maternal dan perinatal.
c. Bagi klien dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu
hamil khususnya tentang anemia dan bayi berat lahir rendah, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga
kehamilan dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia dalam kehamilan
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin atau di bawah 11 g/dl sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ- organ vital pada ibu dan janin menjadi
berkurang. 4
WHO : Ibu hamil tidak boleh memiliki Hb kurang dari 11 g/dl selama kehamilan.5
Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin
kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 g/dl (Laros dalam Trula Myers,1998).
Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh
dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung terus menerus
dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain
seperti preeklampsia, pada ibu hamil jenis anemia yang paling sering terjadi
anemia defisiensi besi (80%), defisiensi asam folat, dan anemia sel sabit.5
-
Nilai laboratorium pada ibu hamil dengan dengan anemia menurut Bonnie S
Wrothington-Roberts,19895
Hb
(g/100ml)
Ht % Serum besi
(g/100ml)
Saturasi
transferin
(%)
Serum
folat
(ng/ml)
Seeum
B 12
(pg/ml)
Wanita hamil :
Kekurangan < 9,5 < 30 < 40 15 < 2,0 < 100
Krisis 9,5-10,9 30-32 40 15 2,1-5,9 100
Normal >11,0 >33 >40 >15 >6,0 >100
Wanita tidak hamil :
Nilai normal >12 36-50 >50 >15 6,0-25 >100
Kadar heoglobin pada perempuan dewasa dan ibu hamil menurut WHO5
Jenis kelamin Hb
Normal
Hb anemiakurang dari (g/dl)
Lahir 13,5-18,5 13,5 (ht 34%)
Perempuan dewasa :
tidak hamil
12,0-15,0 12,0 (ht 36%)
Perempuan dewasa :
hamil
-
Trimester pertama :
0-12 minggu
11,0-14,0 11,0 (ht 33%)
Trimester kedua :
13-28 minggu
10,5-14,0 10,5 (ht 31%)
Trimester ketiga :
29 aterm
11,0-14,0 11,0 (ht33%)
Klasifikasi anemia pada ibu hamil
1. Anemia defisiensi besi
Anemia yang terjadi kekurangan zat besi dalam tubuh.
2. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel
megaloblas dalam sum-sum tulang. Sel megaloblas adalah sel prokursor
erotrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kesenjangan
pematangan sitoplasma dan inti, dimana sitoplasma maturasinya normal tetapi
inti besar dengan susunan kromosom yamg longgar.6
3. Anemia defisiensi vitamin B 12 Merupakan gangguan autoimun karena tidak
adanya intrinsik faktor (IF) yang diproduksi di sel parital lambung sehingga
terjadi gangguan absorpsi vitamin B 12, dan atrofi berat mukosa gaster
termasuk sel parietal sehingga tidak ada sekresi faktor intrinsik.4,6
-
4. Anemia defisiensi asam folat
Biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah-buahan,
gangguan pada pencernaan, alkoholik dapat meningkatkan kebutuhan folat,
wanita hamil. Masa pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat
mengakibatkan sindrom mal-absorbsi.
5. Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah
yang disebabkan oleh kelainan primer pada sum-sum tulang dalam bentuk
aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi supresi atau pendesakan
sumsum tulang.4,6
Menurut catatan dan perhitungan Dep. Kes. R. I,di Indonesia sekitar 67%
ibu hamil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Berdasarkan ketetapan
WHO, anemia ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%.
Sebagian besar yang terjadi anemia pada ibu hamil adalah anemia defisiensi
besi yang dapat disebabkan oleh konsumsi fe yang kurang atau terjadi
perdarahan menahun akibat parasit ankilostomiasis. Berdasarkan fakta
tersebut dapat dikemukakan bahwa dasar utama anemia pada ibu hamil
adalah kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan empat
sehat lima sempurna.
Saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta,
ibu akan kehilangan fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus
mendapatkan kompensasi dari makanan untuk kelangsungan laktasi.
-
Tingginya anemia pada ibu hamil dapat mencerminkan ketidakmampuan
sosial ekonomi keluarga atau seluruh komponen bangsa karena nilai gizi tidak
memenuhi syarat kesehatan. Anemia yang paling banyak dijumpai adalah
anemia defisiensi besi.2
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang tinmbul akibat kosongnya
cadangan cadangan besi tubuh (deplated iron store) sehingga penyediaan besi
untuk erittropoesis berkurang, yang ada pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang. 2
Anemia defisiensi besi disebabkan karena kekurangan asupan besi dalam
gizi atau akibat perdarahan. Normalnya zat besi dikeluarkan tidak lebih dari 1
mg setiap hari melalui urine, kulit dan feses. Pada wanita selama menstruasi
akan kehilangan kurang lebih 15 mg dan kurang lebih 500 mg kehilangan
besi selama kehamilan normal.
Klasifikasi defisiensi besi menurut beratnya defisiensi 6
Dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :
1. deplesi besi : cadaangan besi menurun, tetapi penyedian besi untuk eritopoesis
belum terganggu.
2. Eritopoesis defesiensi besi : cadangan besi kosong, penyidian eritopoesis
terganggu.
3. Anemia defesiensi besi cadangan besi kosong.
-
ETIOLOGI ANEMIA DEFESIENSI BESI
Penyebab anemia defisiensi zat besi 4
Asupan yang tidak adekuat
1. Asupan zat makanan/gizi yang kurang akibat kemiskinan, dimana makanan
yang banyak mengandung zat besi seperti berasal dari daging hewani, buah dan
sayuran hijau tidak dapat dikomsumsi secara cukup.
2. Pola asuh dari kultur keluarga yang mengutamakan pemenuhan gizi pada
kepala keluarga mengakibatkan anggota keluarga yang lain seperti anak dan
ibu menjadi lebih sedikit.
3. Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung banyak zat besi
serta cara pengolahan makanan yang benar juga menjadi faktor asupan zat besi
yang tidak adekuat.
4. Adanya penyakit tertentu seperti gastritis, penyakit pada usus halus akan
mengganggu penyerapan zat besi.
5. Tidak mengkomsumsi tablet penambah darah, dikarenakan ibu hamil yang
tidak memeriksakan kandungannya kepetugas kesehatan.
6. Faktor lain yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah adanya
kebiasaan menkonsumsi kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan
-
Peningkatan kebutuhan
Ibu hamil memerlukan zat besi yang lebih tinggi, sekitar 200-300 % dari
kebutuhan wanita tidak hamil. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan
janin dan pembentukan darah ibu. Jika peningkatan kebutuhan tidak diimbangi
intake yang tidak adekuat maka akan terjadi ketidakseimbangan atau kekurangan
zat besi.
gejala anemia defesiensi besi 6
dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu :
a. Gejala umum anemia
Gejalanya berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
b. Gejala khas akibat defesiensi besi
a) Kolonychya : kuku sendok : kuku menjadi rapuh,bergaris-garis,vertikal
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok
b) Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karna
papil lidah menghilang.
c) Stomatitis angularis : adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d) Disfagia : nyeri menelan karna kerusakan epitel pipovaring
e) Atrofil mokosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia
c. Gejala penyakit dasar
Dispepsia parotis membengkak,dan kulit kelapak tangan seperti jerami.
-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan,dapat dilakukan anamnesis.
Anamnesis :2
1. rasa lelah dan palpitasi
2. mual dan muntah
3. anoreksia yang bertambah berat
4. sering pusing
5. mata berkunang-kunang
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kulit dan selaput lendir pucat
2. Takikardi
3. Kuku jari berbentuk seperti sendok
4. Perubahan pada gambaran lidah (atrofi lidah), cheilitis, stomatitis angularis.
Pemeriksaan penunjang
1. Besi serum menurun
2. Ferritin serum menurun
3. Saturasi menurun
4. TIBC meningkat
5. Sediaan apus darah tepi mikrositik hipokrom
-
Terapi non farmako
Mencukupi kebutuhan protein dan zat besi ibu. Zat besi dan protein tinggi yang
berasal dari hewani seperti daging, ikan, telur dan kacang-kacangan serta sayuran
berwarn hijau yang banyak mengandung zat besi misalnya daun singkong.
Tujuan terapi adalah koreksi defisit massa hemoglobin dan akhirnya pemulihan
cadangan besi. Kedua tujuan ini dapat diperoleh dengan senyawa besi sederhana
ferro sulfat, fumarat, atau glukonat peroral yang mengandung dosis harian sekitar
200 mg besi elemental. Apabila wanita yang bersangkutan tidak dapat atau
mengkonsumsi preparat besi oral, ia diberi terapi parenteral (andrews,1999:
Hallak dkk,1997).
Pencegahan
1. Pendidikan kesehatan, yaitu :
a. Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, dan
perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki
b. Penyeluhan gizi : untuk mendorong komsumsi makanan yang membantu
artsobsi besi.
2. Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber pendarahan kronik
paling sering didaerah tropis
3. Suplemen besi : terutama untuk sekmen penduduk yang rentang seperti ibu
hamil dan balita
4. Fortifikasi bahan makanan dengan besi
-
Bahaya anemia pada kehamilan dapat digolongkan menjadi : 2
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan.
a. Bahaya selama kehamilan :
Dapat terjadi abortus
Persalinan prematur
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
Molahidatidosa
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini
b. Bahaya saat persalinan
Gangguan His-kekuatan mengejan
Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
Kala ketiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan
postpartum akibat atonia uteri
Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri
c. Pada kala nifas :
Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum
-
Memudahkan infeksi puerperium
Pengeluaran asi berkurang
Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
Anemia kala nipas
Mudah terjadi infeksi mammae
2. Bahaya anemia terhadap janin
a. Abortus
b. Kematian intrauteri
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. BBLR
e. Kelahiran dengan anemia
f. Dapat terjadi cacat bawaan
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h. Integensia rendah.
B. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A. Pengertian BBLR7
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilan.bayi yang dibawah persentil 10
dinamakan ringan untuk masa kehamilan.
-
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah (BSLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat
badan lahir amat sangat rendah (BBLASR).
Pembagian kehamilan menurut WHO adalah sebagai berikut:
1) Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu (259 293 hari)
3) Post-term : umur hamil diatas 42 minggu (294 hari)
Ternyata bahwa ciri bentuk bayi dengan berat badan lahir rendah dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :8
1. Small for gestation age (SGA) atau kecil untuk masa kehamilan
(KMK).
2. Umur hamil kurang 37 minggu, sesuai masa kehamilan (SMK)
B. Manifestasi klinik
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
-
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40-50 / menit
13. Nadi 100-140 kali / menit
C. Diagnosis BBLR
Peniaian secara klinis : BB, PB, Lingkar dada, dan lingkar kepala.
D. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :
1. Menurut harapan hidupnya
a. BBLR berat lahir 1500-2500 gram
b. BBLSR berat lahir 1000-1500
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang 1000
gram
2. Menurut masa gestasinya :
a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi. Berat bayi mengalami
-
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilan (KMK).
E. Faktor-faktor yangberhubungan dengan BBLR
1. Faktor ibu:
a. Penyakit
b. Ibu
c. Keadaan sosial ekonomi
2. Faktor janin
3. Faktor palsenta
4. Faktor lingkungan
F. Dampak BBLR
1. Gangguan metabolik
2. Gangguan imunitas
3. Gangguan pernafasan
4. Gangguan sistem peredaran darah
5. Gangguan cairan dan elektrolit
G. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
3. Pencegahan infeksi
4. Penimbangan berat badan
5. Pemberian oksigen
6. Pengawasan jalan napas
-
C. Hubungan anemia dan BBLR
Beberapa bukti-bukti epidemologi telah menyatakan bahwa anemia yang terjadi
selama hamil dapat membahayakan janin. Hasil studi pada 54000 kehamilan
menyatakan bahwa ibu yang anemia dengan kadar hemoglobin < 10,4 g/dl
sebelum usia 24 minggu kehamilan dibanding ibu hamil dengan kadar
hemoglobin 10,4-13,2 g/dl mempunyai resiko tinggi terhadap bayi lahir rendah,
lahir prematur dan kematian perinatal.
Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
kadar Hb < 10 g/dl mempunyai risiko 2,25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi
BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb diatas 10 g/dl, dimana
ibu hamil mempunyai resiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia berat.9
Pada kebanyakan ibu hamil defisiensi besi merupakan penyebab anemia terbesar
sebelum usia kehamilan 24 minggu. Defisiensi besi dan anemia lebih banyak
terjadi pada kulit hitam, status sosial ekonomi rendah, bayi kembar, pendidikan
rendah. Selain itu juga studi-studi menunjukkan adanya hubungan anemia ibu
hamil dengan usia kehamilan ataupun hubungan anemia dengan BBLR
(Klenn,1962, Lieberman et al,1987,Mc gregor 1980).10
-
D. KERANGKA TEORI
Bagan Kerankeragka Teori Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Dengan Bayi
Berat Lahir Rendah ( BBLR )
Faktor ibu
Penyakit :
1. Malaria
2. Anemia
3. Sipilis
4. TORCH
Komplikasi :
1. Perdarahan
antepartum
2. Pre eklamsia
berat
3. Eklamsia
4. preterm
Faktor kebiasaan
ibu :
1. Merokok
2. Alkohol
3. Konsumsi
narkotika
Faktor janin :
1. Prematur
2. Hidramnion
3. Gemeli
4. Kelainan
kromosom
paritas
BBLR
Usia ibu
hamil
-
E. KERANGKA KONSEP
ANEMIA Faktor
penyakit
Faktor usia
ibu hamil
paritas
Asupan nutrisi
terganggu
Mengganggu
pertumbuhan
janin
Kurang gizi
Kurang zat
besi
Malabsorbsi
BBLR
kehilangan
darah yang
banyak
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Penyakit-
penyakit
kronik
-
F. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.11
Hipotesis nol : tidak terdapat perbedaan antara ibu hamil anemia dengan
ibu hamil tidak anemia terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Hipotesis alternatif : terdapat perbedaan antara ibu hamil anemia dengan ibu
hamil tidak anemia terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
-
BAB III
KAJIAN ALQURAN
Ada beberapa alasan mengapa kajian tentang embriologi penting.
1. Kajian ini bermanfaat untuk menambah kualitas iman kita. Karena
keimanan akan terus bertambah dengan adanya ilmu yang bertambah
dengan adanya ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Sebaliknya,
keimanan akan berkurang disebabkan ketidaktahuan dan kemaksiatan
2. Karena kita diperintahkan oleh agama untuk mempelajari embriologi.
3. Karena pengetahuan tentang janin merupakan salah satu disiplin ilmu yang
paling efektif untuk menambah keyakinan terhadap hari kebangkitan dan
hari perhitungan amal.
4. Karena mencintai Alquran dan Sunnah. Setiap ilmu yang benar dan
bermanfaat dapat dikorelasikan dengan Alquran dan SunnaH
Awal penciptaan manusia
Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian
kecilnya (spermatozoa).
Bahan dasar kita adalah sperma
Perhatikan firman allah qs. Yasin 36 :77
-
77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari
setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
Dia menciptakan spermatozoa dan yang sekaligus menunjukkan jalannya hingga
bertemu dengan sel telur. Qs al najm 53 45-46.
45. Dan bahwasanya dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita.
46. Dari air mani, apabila dipancarkan.
Setelah spermatozoa bertemu dengan sel telur didalam rahim. Rahim merupakan
suatu tempat yang dipilih oleh allah swt. Sehingga qt diciptakan didalamnya.
Tempat ini dilindungi oleh tulang-tulang panggul (pelvis) yang hanya dimiliki
kaum wanita. Masih ada otot-otot yang memperkuat tulang pelvis dari segala
-
arah. Otot-otot dan ikatan yang memperkuat rahim dari segala sisi yang
bermanfaat untuk melindungi rahim.
Allah swt berfirman:
Qs almukminin 23 12-13.
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).
Dari sperma itulah allah menciptakan manusia baik laki-laki maupun wanita,
melalui proses dan tahapan tertentu dari sperma menjadi segumpal darah lalu
segumpal daging lalu diikat saraf dan urat.
Allah juga menyiapkan dan menusun anggota tubuh yang akan melengkapi
keperluan hidup manusia nantinya. Dia jadikan kepala yang dilengkapi dengan
pendengaran, penglihatan, hidung, mulut dan anggota tubuh lainnya.
-
qs almukminin 23 (12-14).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Qur'an
mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan menjumpai keajaiban
ilmiah yang sungguh penting.
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang
akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi
ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi
"segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia
melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan
carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat
penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Di sini, pada bagian ini, satu
-
keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang
tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah." (Al Qur'an, 96:1-3)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu
tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat
digunakan untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Pada tahap awal
perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada
rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Gambar di atas
-
adalah zigot yang terlihat seperti sekerat daging. Informasi ini, yang ditemukan
oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad
yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang
menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Sisi penting lain tentang informasi
yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan
manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim
ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang
membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik" (Al Qur'an, 23:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam
rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang
dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak
-
orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan
menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan
Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam
rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat
tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-
sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan
membungkus tulang-tulang ini.
Tahapan-tahapan perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al
Qur'an. Sebagaiman diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu'minuun, jaringan
tulang rawan pada embrio di dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi
tulang keras. Lalu tulang-tulang ini dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan
perkembangan ini dalam ayat: "dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan
dalam rahim ibunya.
-
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
-
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang
bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah
sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan
terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding
rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya
pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi
disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai
terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini
dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran.
Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan
wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3
cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih
30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran. Dalam ayat ke-
6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu dalam
-
tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan
ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan
setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun
sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan
dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang
sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki
sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al
Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah
-
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan tujuan yang akan dicapai maka jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah non eksperimen. Dengan survey analitik yaitu survey atau
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan
itu terjadi.11
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan case-
control, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang mengkaji
hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit tertentu.
Pada studi kasus-kontrol, studi dimulai dengan mengidentifikasi kelompok
dengan penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol);
kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat
menerangkan mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak.
C. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar.
-
D. Tempat pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit
Bersalin, dan puskesmas di Kota Makassar.
E. Unit penelitian
Unit penelitian adalah medical record.
F. Jenis data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data rekam
medik pasien.
G. Populasi penelitian
Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah
sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Populasi target yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan
demografis. Populasi target dalam penelitian ini: Semua ibu hamil
yang menderita anemia
b. Populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dibatasi
oleh tempat dan waktu. Populasi terjangkau dalam penelitian ini:
Semua ibu hamil yang menderita anemia dan bersalin di Kota
Makassar pada tahun 2011.
-
H. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian
adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
dan sudah disingkirkan dengan kriteria eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu Ibu hamil
b. Ibu yang bersalin di RS kota makassar
c. Bayi yang dilahirkan hidup
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
Ibu hamil dengan, eklamsi, pre eklamsi berat, gemeli, prematur.
I. Cara Pengambilan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di
rumah sakit pada tahun 2011 yang tercatat kadar hemoglobinnya dan
semua ibu hamil yang melahirkan yang tercatat kadar hemoglobinnya dan
dijadikan sampel (total sampling). Dimana ibu hamil yang melahirkan
yang tidak tercatat kadar hemoglobinnya termasuk dalam kriteria eklusi
yaitu tidak termasuk dalam pengelolaan data.
-
J. Besar Sampel
Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan tingkat
kemaknaan 0.05 dan power 80% (Z = 1.96) dan untuk membedakan
proporsi kejadian kematian perinatal pada kelompok ibu hamil yang
normal (P2) diperkirakan sebesar 20%, karena tidak didapatkan pada
kepustakaan, dan pada kelompok ibu hamil yang preeklampsia (P1). P1
adalah P2 x RR dimana RR = 2 yang merupakan risiko relatif yang
ditentukan peneliti (clinical judgement), maka dalam menentukan besar
sampel digunakan rumus uji hipotesis terhadap risiko relatif yaitu:
Ket :
= 0,05 Z = 1,96
= 0,20 Z =0,84
OR = 2
P1 = 0,80
P2 =
( ) =
= 0,6
Q1 = 1 P1 = 1- 0,80 = 0,20
Q2 = 1 P2 = 1- 0,6 = 0,4
P =
=
=
= 0,7
-
Q = 1 P = 1 0,7 = 0,3
n = 81,27 82.
K. . Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu data sekunder
berupa laporan data rekam medik ibu hamil yang masuk bagian obstetrik
dan ginekologi Rumah Sakit Kota Makassar pada tahun 2011.
L. Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengobservasi
langsung ibu hamil yang anemia dan bayi yang dilahirkan di Rumah Sakit
Kota Makassar pada tahun 2011.
Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Peneliti mengajukan izin kepada direktur Rumah Sakit Kota Makassar.
b. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan observasi dan mengamati
catatan medik pasien untuk mendapatkan data yang diperlukan.
c. Dari populasi yang memenuhi kriteria dipilih dan dilakukan pencatatan
data dengan mengisi lembar daftar isian sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
-
M. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data yang digunakan adalah
Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi.11
Dua variabel yang dimaksud adalah
anemia ibu hamil dengan BBLR.
Uji statistik menggunakan rumus Chi Square:
X =(fo fh)
Fh
Keterangan :
X : Chi quadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Ho ditolak apabila harga x hitung x tabel dan Ho diterima apabila harga x
hitung x tabel.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistic Package for
Social Science (SPSS) for MS Windows versi 16.0
-
N. Definisi Operasional
a. Varibel independent
Anemia ibu hamil adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
hemoglobin dibawah 11 gr %.
Anemia apabila kadar hemoglobinnya < 11 gr%
Tidak anemia apabila kadar hemoglobinnya 11 gr%
Alat ukur : Trace 40
Skala pengukuran kategorik ordinal anemia dan tidak anemia
b. Variabel dependent
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
BBLR apabila berat bayi lahir < 2500 gram
Tidak BBLR apabila berat bayi lahir 2500 gram
Alat ukur : timbangan bayi.
Skala pengukuran kategorik ordinal bblr dan tidak bblr
O. Rancangan analisis data
Desain penelitian : case-control
Jenis hipotesis : komparatif
Variabel independent : anemia
Variabel dependent : BBLR
Skala pengukuran independent : kategorik ordinal
-
BAB V
Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran umum RSKD PERTIWI Makassar
Rumah Sakit Bersalin Pertiwi didirikan pada tahun 1974 yang
diresmikan oleh Ny. Amir machmud dengan status milik yayasan
Dharma Wanita Pemda Sulawesi Selatan. Yang dipimpin oleh Dr. H.
M. N. Anwar, SKM (almarhum). Rumah Sakit ini terletak di jalan
Jendral Sudirman no. 14.
Saat ini luas luas lahan 1392 m2, luas bangunan 660 m
2, sumber listrik
PLN dan genset sumber air PDAM, pengelolaan limbah incenator dan
IPAL.
Pada saat ini rumah sakit telah berusaha semaksimal mungkin
membenahi diri dalam berbagai aspek, baik dalam kualitas dan
kuantitas. Berbagai hal yang menjadi perhatian antara lain :
ketenagaan, proses administrasi dan manajemen, bahan dan alat
kesehatan, sarana fisik dan lain-lain.
-
Visi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Unggul dalam pelayanan dan pengelolaan
Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
1. Mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
di rumah sakit bersalin pertiwi prov. SulSel
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional
3. Menerapkan pengelolaan RSKD yang berhasil guna dan berdaya guna
4. Mengembangkan jenis kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak alam
rangka pengembangan RSB. Pertiwi Prov. SulSel
5. Meningkatkan motivasi karja petugas dalam memberikan pelayanan prima
menuju kemandirian
6. Mengembangkan kerjasama dengan mitra kerja dalm rangka
pengembangan RSB. Pertiwi Prov. SulSel.
2. Ketenagaan RSB PERTIWI
a) Jumlah dokter spesialis
1. Dokter obgyn : 2 orang
2. Dokter anak : 3 orang
3. Dokter kulit dan kelamin : 1 orang
4. Dokter anestesi : 1 orang
5. Dokter interna : 1 orang
-
b) Jumlah dokter umum : 2 orang
c) Jumlah dokkter gigi : 2 orang
d) Jumlah tenaga paramedis
1. Tenaga bidan : 17 orang
2. Tenaga perawat : 14 orang
3. Tenaga non perawatan : 38 orang
4. Pelayan Medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana
yang terdiri dari pelayanan rawat jalan, klinik tumbuh kembang, unit
gawat darurat, women centre, pelayanan penunjang, pengelolaan
sampah medis, pengelolaan air limbah, pelayanan rawat inap.Poli
spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan
masalah kebidanan dan penyakit kandungan,kesehatan anak, penyakit
dalam, gizi klinik kesehatan kulit dan kelamin, &kosmetik medik.
5. Pelayanan penunjang medis Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan
Anak Pertiwi
Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti apotik,
laboratorium dan radiologi 24 jam, fisioterapi,CTG,EKG, colposcopy,
ruang senam dan message baby.
-
6. Penunjang umum Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Pertiwi
Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri administrasi,
pelayanan telepon 24 jam, telepon umum,IPAL (system Pengelola Air
Limbah), insenator laundry,saran parker yang luas, koperasi, instalasi gizi
dan dapur umum, dan musholah.
7. Fasilitas rawat inap
1. VIP : 6 ruangan yang masing tersedia kamar mandi + toilet dan
difasilitasi 1 tempat tidur pasien, 1 tempat tidur panjaga pasien, 1 box
bayi, 1 set sofa tamu, 1 set meja makan, 1 set kaca hias, 1 kulkas, 1 lemari
pakaian, 1 buah kereta alat, kamar full AC
2. Klas I : 3 ruangan yang masing-masing tersedia kamar mandi + toilet dan
fasilitasi dengan 2 tempat tidur pasien, 2 box bayi, 2 lemari pakaian, 2
kursi tamu, TV,AC.
3. Klas II : 3 ruangan yang masing-masing ruangan tersedia kamar mandi +
toilet serta di fasilitasi dengan 4 tempat tidur pasien, 4 box bayi,4 lemari
perlengkapan,pasien, TV,AC
4. Klas III : 1 ruangan+ kamar mandi+toilet dilengkapi dengan
fasilitas 9 tempat tidur, 9 lemari perlengkapan,TV, AC
5. Klas miskin : 1 ruangan dengan fasilitas 5 tempat tidur pasien, 5 box
bayi, AC
-
B. Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai hubungan antara anemia
ibu hamil dengan BBLR, subyek penelitian ini diambil dari ibu bersalin dan bayi
yang dilahirkan hidup di RS bersalin PERTIWI 2011, jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 164 responden, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel
bebas dan terikat dipergunakan analisa univariat dan dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Distribusi anemia ibu hamil
Untuk melihat distribusi anemia ibu hamil yang melahirkan di RSB
PERTIWI makassar tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah :
Data hasil penelitian sebagai berikut.
Tabel 5.1
Angka kejadian anemia
Kondisi ibu N=164 Persen (%)
Anemia < 11 gr/dl 92 55,48
Tidak anemia > 11gr/dl 72 44,52
TOTAL 164 100
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami anemia
Sebanyak 92 orang (55.48%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 73 orang
(44.52 %).
b. Distribusi Berat Lahir
Untuk melihat berat badan bayi yang dilahirkan di RSB PERTIWI
MAKASSAR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.2
Angka kejadian BBLR
Berat Lahir N=164 Persen (%)
BBLR < 2500 gram
82 50
Tidak BBLR >2500 gram
82 50
TOTAL 164 100
Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah
sebanyak 82 orang (50 %), dan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 82 orang
(50 %).
-
c. Distribusi umur ibu hamil
Untuk melihat umur ibu yang melahirkan di RSB PERTIWI MAKASSAR dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 5.3
Karekteristik paritas berdasarkan umur
Berat Lahir N=164 Persen (%)
BBLR < 2500 gram
82 50
Tidak BBLR >2500 gram
82 50
TOTAL 164 100
Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa umur ibu < 20 tahun dan > 35
tahun sebanyak 42 orang (25.6 %), dan umur 20-35 tahun sebanyak 122 orang
(74.4 %).
d. Distribusi paritas ibu hamil
Untuk melihat paritas ibu yang melahirkan di RSB PERTIWI
MAKASSAR dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
-
Tabel 5.4
Karekteristik sampel berdasarkan paritas
Berat Lahir N=164 Persen (%)
Paritas 1 dan >4
82 50
Paritas 2-4
82 50
TOTAL 164 100
Tabel di atas menunjukkan menunjukkan bahwa paritas 1 > 4 sebanyak82
responden (50 %), dan paritas sebanyak 82 responden (50 %).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya risiko BBLR pada ibu yang menderita anemia pada
rumah sakit di Provinsi Sulawesi Selatan. Pengujian data menggunakan
program SPSS 16.0 for windows.
Uji hipotesis untuk analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi Square
karena setelah dilakukan uji normalitas, nilai p (Sig.) pada uji
Kolmogorov-Smirnov (jumlah sampel di atas 50 / n sample >50) adalah
0,00 yang berarti nilai p tersebut lebih kecil dari alpha 0,05 / = 5%. Hal
-
tersebut menunjukkan bahwa data yang dianalisis tidak berdistribusi
normal.
Untuk melihat hubungan masng-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat dipergunakan analisis bivariat dengan uji statistik Chi square,
dapat dilihat pada tabel- tabel dibawah ini :
Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
-
TABEL 5.5
Diagnosa
BBLR
Total
X2/
P
(value)
OR
(CI
95%)
Ya
Tidak
N % N % N %
anemia 55 33,5
35 21,3
90 100
9,850
(0.003)
2.73
(1,449-
5,163)
Tidak
anemia 27 16,5 47 28,7 74 100
Total 82 50 82 50 164 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSB PERTIWI
Makassar pada bulan januari-desember 2011 yang mengalami anemia merupakan
yang terbanyak yaitu sejumlah 90 orang dimana yang melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 55 orang (33,5 %) dan yang melahirkan bayi
dengan berat lahir normal (BBLN) sebanyak 35 orang ( 21,3 %), sedangkan ibu
hamil yang tidak anemia ada sejumlah 74 orang, dimana sebanyak 27 orang (16,5
%) yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan sebanyak 47 orang
(28,7%) yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (BBLN).
Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa Dimana
nilai X2
hitung didapatkan 9,850 untuk p value 0,002 sedangkan X2
tabel 3,84
untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih besar dari X
2 tabel sehingga
-
hipotesis nol ditolak. Probabilitas (0,02) < (0,05) berarti Ho di tolak artinya ada
hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSB PERTIWI
Makassar 2011.
Hubungan Paritas Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 5.6
Hubungan antara Paritas Ibu dengan BBLR
PARITAS
BBLR
Total
X2/p
(value)
OR (CI
95%) Ya
Tidak
N % N % N %
1 dan > 4 39 23,8
43 26,2
82 100
9.556
(0.640)
0,823
(0,446-
1,518)
2-4 43 26,2 39 23,8 82 100
Total 82 50 82 50 164 100
Tabel 5.6 Variabel paritas menunjukkan bahwa dari 39 orang yang
mempunyai paritas beresiko (1 atau > 4 anak ) dengan BBLR sebanyak 39
(23,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak 43 (26,2%).
Sedangkan pada sampel yang mempunyai paritas tidak beresiko (2 - 4
-
anak) dengan BBLR sebanyak 43 (26,2,%) dan yang tidak mengalami
BBLR sebanyak 39 (23,8%).
Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara paritas beresiko dengan terjadinya BBLR . Dimana nilai X2
hitung
didapatkan 0,392 untuk p value 0,532 sedangkan X2
tabel 3,84 untuk p
value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X
2 tabel sehingga hipotesis
nol diterima.
Hubungan Umur Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
TABEL 5.7
Hubungan antara Usia Ibu dengan BBLR
Umur Ibu
BBLR
Total
X2/p
(value)
OR (CI
95%) Ya
Tidak
N % N % N %
< 20 atau >
35 tahun 20 12,2
22 13,4
42 100
0,128
(0.858)
0,880
(0,436-
1,775) 20-35 tahun 62 37,8 60 36,6 122 100
Total 82 50 82 50 164 100
Tabel 5.7 Variabel umur menunjukkan bahwa dari 20 (12,2 %) orang yang
mempunyai umur beresiko ( 35 tahun) dengan BBLR sebanyak 22
(13,4%) dan yang tidak mengalami kematian perinatal sebanyak 22 (13,4%).
-
Sedangkan pada sampel yang mempunyai umur tidak beresiko (20 - 35 tahun)
dengan BBLR sebanyak 62 (37,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak
60 (36,6,%).
Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa
Dimana nilai X2
hitung didapatkan 0,128 untuk p value 0,720 sedangkan X2
tabel
3,84 untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X
2 tabel sehingga
hipotesis nol diterima. Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur beresiko dengan terjadinya BBLR.
-
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Sampel
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa angka kejadian anemia sebesar 92 (55,48 %)
responden. Kejadian ini lebih sedikit dibandingkan dengan propinsi sulawesi
selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalansi anemia gizi khususnya
pada ibu hamil berkisar 71,2 %, hal ini disebabkan SKRT cakupannya lebih
luas dibandingkan dengan rumah sakit, karena data di rumah sakit
berdasarkan pasien yang datang.
Selain itu tabel 5.2 menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR sebesar 82 (50
%) responden. Kejadian ini lebih banyak dibandingkan dengan kejadian
BBLR di dinas kesehatan sulsel . Hal ini disebabkan rumah sakit merupakan
tempat rujukan kasus patologi, sehingga angka kejadiannya menjadi lebih
besar. Kemudian menurut Zulhida (2003) bahwa ibu hamil dengan anemia
mempunyai kecendrungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR), kematian saat persalinan, pendarahan pasca persalinan yang sulit
karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang
dilahirkan dengn BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya
-
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan
hidupnya. Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti bahwa anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan maupun dalam masa nifas terutama pada bayi yang dilahirkan yaitu
terjadinya BBLR.15
Tabel 5.3 didapatkan hasil kehamilan usia 35 tahun dengan
anemia sebanyak 42 responden (25.6 %), hal ini menunjukkan bahwa
kehamilan usia 35 tahun meningkatkan resiko terjadinya
anemia. Ini disebabkan karena usia reproduksi optimal bagi seorang ibu
adalah antara 20-35 tahun, di bawah atau diatas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartanto (2004) tentang usia ibu hamil
-
pernyataan Departemen kesehatan RI (2003), bahwa banyaknya anak yang
dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan
faktor resiko kehamilan dan persalinan, salah satunya adalah anemia dan
banyaknya anak akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor -
faktor terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak
lebih rendah dan nutrisi kurang. Dari penelitian saya tidak diumpai adanya
hubungan karena dalam hal ini faktor ekonomi juga berpengaruh dalam
memperoleh suplai gizi yang cukup baik selama masa hamil dan rutin
memeriksakan kehamilan maka bblr tidak ada hubungannya dengan paritas
Menurut asumsi peneliti sesuai dengan pendapat Depkes RI (2003) bahwa
seorang ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini
disebut sebagai usia reproduksi sehat yang perlu juga didukung oleh status
gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar
perkembangan janin dapat dipantau.
-
Hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR
Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa
probabilitas (0,02) < (0,05) berarti Ho di tolak artinya ada hubungan anemia
pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSB PERTIWI Makassar 2011.
Di RSB PERTIWI januari sampai desember 2011 menunjukkan bahwa anemia
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan bayi berat lahir rendah.
Hal ini sesuai SKRT (2002), bahwa ibu hamil yang menderita anemia mempunyai
kecendrungan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah. Selain itu,
Manuaba (1998) juga mengemukakan, bahwa pada anemia ringan mengakibatkan
terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nelly agustini simanjuntak tahun 2009 serta Zaenab R.
Kemudian menurut Zulhida (2003) bahwa ibu hamil dengan anemia akibatnya
mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR
kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah
dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya.15
Hal ini sesuai dengan asumsi peneliti bahwa anemia dalam kehamilan memberi
pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam
masa nifas terutama pada bayi yang dilahirkan yaitu terjadinya BBLR.
-
SKM dan Joeharno, SKM yang hasilnya bahwa anemia ibu hamil berhubungan
dengan berat lahir rendah. Anemia saat hamil mengakibatkan efek buruk baik
pada ibu maupun kepada ibu maupun kepada bayi yang dilahirkannya. Anemia
dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar
haemoglobin untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak
langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi, bertambahnya kerentanan
ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur.13
Analisis data yang dilakukan\untuk mengetahui adanya hubungan antar anemia
ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) pada penelitian ini
bermakna secara statistik.
Hubungan paritas dengan BBLR
Tabel 5.6 Variabel paritas menunjukkan bahwa dari 39 orang yang mempunyai
paritas beresiko (1 atau > 4 anak ) dengan BBLR sebanyak 39 (23,8%) dan yang
tidak mengalami BBLR sebanyak 43 (26,2%). Sedangkan pada sampel yang
mempunyai paritas tidak beresiko (2 - 4 anak) dengan BBLR sebanyak 43
(26,2,%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak 39 (23,8%).
Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara paritas beresiko dengan terjadinya BBLR . Dimana nilai X2
hitung
didapatkan 0,392 untuk p value 0,532 sedangkan X2
tabel 3,84 untuk p value
0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X
2 tabel sehingga hipotesis nol diterima.
Paritas adalah kehamilan yang pernah dialami oleh seorang ibu baik yang berakhir
dengan kelahiran hidup, ataupun lahir mati. Paritas yang tinggi merupakan salah
-
satu faktor risiko tinggi pada ibu hamil. Kejadian kematian neonatal pada
persalinan pertama cukup tinggi yaitu 38,8 per 1000 kelahiran hidup, yang kedua
paling rendah dan yang ketiga lebih rendah dari yang pertama yaitu 38,3 per 1000
kelahiran hidup (Megadhana, 1997).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prajogo,
2007 yang mengatakan bahwa ibu hamil dengan paritas yang tinggi memiliki
berabagai macam resiko salah satunya adalah mengalami BBLR.
Hal tersebut diatas dapat menjelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan
kelainan-kelainan pada uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah pada dinding uterus yang
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang
dibandingkan pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan
kematian pada bayi (Wiknojosastro, 1991). Dengan kata lain bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan paritas tinggi merupakan risiko tinggi terhadap kematian
neonatal, sebab sistem reproduksi ibu tersebut sudah kehabisan tenaga sedangkan
kelahiran pertama juga berisiko tinggi sebab jalan lahir ibu belum teruji.
Hubungan umur dengan kejadian BBLR
Tabel 5.7 Variabel umur menunjukkan bahwa dari 20 (12,2 %) orang yang
mempunyai umur beresiko ( 35 tahun) dengan BBLR sebanyak 22
(13,4%) dan yang tidak mengalami kematian perinatal sebanyak 22 (13,4%).
Sedangkan pada sampel yang mempunyai umur tidak beresiko (20 - 35 tahun)
-
dengan BBLR sebanyak 62 (37,8%) dan yang tidak mengalami BBLR sebanyak
60 (36,6,%).
Kemudian berdasarkan hasil analisa dengan uji chi-square terdapat bahwa
Dimana nilai X2
hitung didapatkan 0,128 untuk p value 0,720 sedangkan X2
tabel
3,84 untuk p value 0,05. Jadi nilai X2 hitung lebih kecil dari X
2 tabel sehingga
hipotesis nol diterima. Hasil uji chi square diperoleh bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur beresiko dengan terjadinya BBLR.
Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2003), bahwa usia reproduksi optimal
bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah atau diatas usia
tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya. Umur ibu
kurang 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara
sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan dan usia
diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah- masalah kesehatan.
Menurut asumsi peneliti sesuai dengan pendapat Depkes RI (2003) bahwa
seorang ibu sebaiknya hamil pada usia 20-35 tahun karena pada usia ini disebut
sebagai usia reproduksi sehat dan perlu didukung oleh status gizi yang baik dan
dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar perkembangan janin dapat
dipantau.
-
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) DI RSKIA PERTIWI
MAKASSAR, diperoleh hasil :
1. Ibu hamil anemia mempunyai faktor resiko 2,73 kali terjadinya bayi
berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dengan
nilai CI 95% 1,449-5,163 dan p 0,003 < 0.05, X2
hitung >X2
tabel
maka secara statistik bermakna ada hubungan yang signifikan.
2. Secara statistik tidak terdapat hubungan antara paritas dengan BBLR
(p > 0.05). Akan tetapi, secara klinis didapatkan bahwa ibu yang
anemia memiliki risiko terjadinya BBLR dibandingkan dengan ibu
hamil tidak anemia.
3. Secara statistik tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan
terjadinya BBLR (p > 0,05). Akan tetapi, secara klinis didapatkan
bahwa usia ibu mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu memiliki resiko
yang rendah, ini bisa dilihat dengan nilai odds ratio sebesar 0,8.
-
B. Saran
1. Kepada tenaga kesehatan untuk lebih giat lagi melakukan penyuluhan
kepada ibu hamil agar secara rutin memeriksakan kehamilannya untuk
mendeteksi secara dini keadaan kesehatan ibu dan janin dalam
kandungannya.
2. Bagi masyarakat, meningkatkan pendidikan masyarakat sehingga
memudahkan penerimaan komunikasi, informasi, edukasi tentang
bahaya anemia dalam kehamilan yang akan memperbesar resiko
terjadinya bayi berat lahir rendah.
3. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang anemia dan
bayi berat lahir rendah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, untuk meneliti lebih lanjut mengenai usi ibu
hamil, paritas, pekerjaan ibu apakah terdapat hubungan dengan
terjadinya berat bayi lahir rendah.
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan sulsel;angka kejadian anemia di sulsel.diakses di http://.
Or.id
2. Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri : Buku ajar Obstetri kebidanan.
Jakarta : EGC.
3. Dinas Kesehatan Sul-sel; 2005. Prosentase Bayi Berat Lahir
Rendah. Diakses di http://www. or.id. Last Update : dinikes sulsel last
update(Monday 14 june 2010)
4. Tarwoto, Wasnidar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil konsep dan
penatalaksanaannya. Jakarta : Trans info media.
5. Joseph, Nugroho. 2010. Ginekologi dan Obstetri : Catatan kuliah.
Yogyakarta : Nuha Medica.
6. I. Made Bakta. 2007. Hematologi klinik ringkas.Jakarta : EGC.
7. Poverawati, Ismawati. 2010. BBLR :Medical book. Yogyakarta : Nuha
Medica.
8. Manuaba, I.B.G. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. h : 96
9. Sartika.M. 2010. Buku saku ILMU GIZI.Jakarta : Trans info medika
10. Aritonang. 2008. Kebutuhan gizi ibu hamil. Yogyakarta : Nuha medica.
11. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
-
12. Thaibah. 2008. Ensiklopedi alqur-an dan hadits,proses penciptaan
manusia:Sapta Sentosa.
13. Setyawan, Henry. 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III
Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Prematuritas, Dan
Intra Uterin Growth Retardation (IUGR). Jakarta: Jurnal Epidemiologi
Nasional.
14. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
15. Lubis, Zulhida, 2003. Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi
yang dilahirkan, http : // tumoxton.net/702 07134/zulhida lubis htm.
16. Departemen kesehatan RI, 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru
Lahir (Neonatal) Dan Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Berkaitan di
Indonesia.Jakarta.
-
HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL DENGAN
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
PRATIWI
10542003708
PEMBIMBING : DR. dr. ARMYN NURDIN M.S c
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSSITAS MUHAMMADYAH
MAKASSAR
2012