skripsi

157
SKRIPS I HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWAPROGRAM PROFESI NERS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Oleh : Aldi Maswihardo C NIM. G1D008086 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 201 3

Upload: yuhadi-luph-yunita

Post on 20-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWAPROGRAM PROFESI NERS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

TRANSCRIPT

SKRIPSIHUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWAPROGRAM PROFESI NERS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Oleh :Aldi Maswihardo C NIM. G1D008086KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATANPURWOKERTO2013HALAMAN PENGESAHANHUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTOOleh:

Aldi Maswihardo ChrismansyahG1D008086Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

SKRIPSITelah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji

Pada tanggal, 22 November 2013

Penguji I,Wastu Adi M, S.Kep., M.Kep.()

NIP. 197304232006041002

Pembimbing I,Made Sumarwati, S.Kp., MN.()

NIP. 196812021993032001

Pembimbing II,Sulistiani, S.Kep., Ns.()

NIP. 19690121198903200

ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIANSaya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: Aldi Maswihardo C NIM: G1D008086

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis yang berjudul:

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS DI RSUD DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Adalah benar-benar hasil karya ilmiah saya, dan tidak sedang atau pernah ditulis oleh orang lain. Semua data yang saya sajikan adalah diperoleh dari penelitian yang saya lakukan, kecuali data-data yang bersumber dari kepustakaan yang saya sebutkan di dalam skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Purwokerto, November 2013

Aldi Maswihardo C G1D008086

iii

PERSEMBAHANKarya ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta anugrah yang tak terhingga semoga Dia meridhoi hasil karya ini, Amin

Kedua orang tuaku

(Bapak R. Adjar Priambodo dan Ibu Endah Chrismawati)

Yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang begitu besar tanpa henti-hentinya

Teruntuk adik ku Ayu Claudita Putri

Terima kasih atas doa dan dukunganya.

Ibu Made (pembimbing 1), Ibu Sulistiani (pembimbing 2), dan Pak Wastu

(penguji) yang senantiasa ikhlas dan baik hati mencurahkan tenaga perhatian dan kasih sayang serta pengarahan dalam penyusunan skripsi saya semoga mendapatkat berkah, rahmat, kesehatan, dan selalu dalam lindungan-Nya.

Seluruh dosen, staf dan karyawan keperawatan unsoed

Keluarga besar (Bapak R. Adjar Priambodo dan Ibu Endah Chrismawati)

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas doanya

Untuk semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya yang indah ini, teruntuk sahabat-sahabat tercinta yang senantiasa medampingi, memotivasi dan mendukung disetiap langkah dan hari-hariku

Sahabat angkatan 2008 jurusan Keperawatan khususnya A2

(Adit, Agus, Anggun, Hasan, Estho, Lika, Nisa, Arif, Hanung, Tera, Mia, Putri, Dwi, Shella, Umi, Eva , Ayu, Teddy, Fajar, Teten, Sule, Ori, Oktri, Tisna, Tiska, Liya, Dessy, Ipha, Tanti, Sunu, Guido, Titis, Furyanto, Oncho, Anda, Fitri, Septri, Indri, Titi, Taufik, Ikhsan, Tiwi, Yulia, Dea, Hervi, Widi, Neny, Tio, Nana, Opi). I love you no coment (long live my family).

Spesial buat :

Terra, Esto, Fajar, Dodo (S.Kep yg sedang mengejar Ns) Teten, Dwi, Putri, (yang sedang mengejar S.kep, Ns) Ikhsan dan tofik (yang sedang menyelesaikan akademik)

Untuk teman-teman SD, SMP, SMA Teman-teman main

iv

MOTTOKesehatan memang bukan segalanya, tapi segalanya tidak akan berarti tanpa kesehatan

Bukan seberapa hebat atau seberapa besar yang kamu raih, tapi seberapa yang sudah kamu beri

Belajar tidaklah selalu untuk mengejar atau membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri (Andrea Hirata)

Ilmu demikian luas untuk disombongkan

SETIAP PENGALAMAN YANG KITA LALUI MERUPAKAN SUATU POTONGAN MOZAIK KEHIDUPAN, MAKA BERKELANALAH DI ATAS MUKA BUMI UNTUK MENEMUKAN MOZAIKMU

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah untuk menjadi manusia yang berguna (Einstein)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUPNama: Aldi Maswihardo Chrismansyah Alamat: Jln. Martadireja III no 47 Purwokerto Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 14 September 1989

Jenis Kelamin: Laki-laki

Agama: Islam

No. Telp/Hp: 081393788767

Riwayat Pendidikan:

1.TK Saraswati Surabaya

2.1996-2002 SD N Barata Jaya II no 203 Surabaya

3.2002-2005 SMP GIKI III Surabaya

4.2005-2006 SMA GIKI II Surabaya

5.2006-2008 SMA Sultan Agung I Semarang

6.2008-sekarangJurusan KeperawatanFakultasKedokterandanIlmu-Ilmu

Kesehatan Universitas jenderal Soedirman

vi

PRAKATAAlhamdulillah, puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yangberjudulHubunganLingkunganBelajarKlinikterhadapTingkat

Kecemasan Mahasiswa Profesi Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo

Purwokerto yang penulisan ajukan pada Komisi Skrips Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas jenderal Soedirman.

Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Warsinah, M.Si, Apt, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

2. Saryono,S.Kp.,M.Kes, selaku kepala jurusan Fakultas Keperawatan Universitas

Jenderal Soedirman.

3. Made Sumarwati, S.Kp., MN, selakudosen pembimbing I yang selalu memberi arahan, pencerahan, meluangkan waktu dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

4. Sulistiani, S.Kep., Ns, selaku pembimbing II yang dengan sabar memeriksa setiap kata demi kata, kalimat demi kalimat agar dapat meminimalisir kesalahan dalam penulisan dalam usulan penelitian ini.

5. Wastu Adi M., S.Kp., M.Kep., selaku dosen penguji untuk memberikan

pengarahan demi kesempurnaan usulan penelitian ini.

6. Kedua orang tua dan adik tercinta, atas dorongan dan doa dalam penyusunan

penelitian skripsi ini.

vii

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan

moral maupun material dalam penulisan usulan penelitan ini.

8. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan usulan penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih baik, semoga penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin.

Purwokerto, November 2013

Penulis

viii

Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

2013

Aldi Maswihardo Chrismansyah1), Made Sumarwati2), Sulistiani 3) HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWAPROGRAM PROFESI NERS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

ABSTRAK

LatarBelakang: Pendidikanklinikadalahbagiandasardaripendidikan keperawatan

dantermasuksebagian darikurikulumkeperawatan.Dalam pendidikanklinik,kesempatandiberikan

kepada

mahasiswa

untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa depan mereka dalam bekerja di rumah sakit maupun instansi kesehatan lainnya.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lingkungan belajar klinik terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara observasi analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Sampel penelitian ini berjumlah 65 responden dengan metode cross sectional, Analisis untuk sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji Chi Square dan di gunakan uji Fisher Exact Test.

Hasil Penelitian: Pengolahan data hasil penelitian dimulai dengan menyusun dalam skala-skala. Data berbentuk kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dari jawaban mahasiswa di deskripsikan dalam

ix

bentuk persentase. Usia responden 20-45 dengan Retara/mean usia 25 tahun, standart deviasi 5,063 dan varians 20,09%, responden yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 30 responden (46,2%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden (53,8%), hasil uji Fishers Exact bahwa nilai p value = 0,361 (p value < 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara ilmu pengetahuan dasar dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners, hasil uji Fishers Exact menunjukkan bahwa nilai p value =

0,023 (p value < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara atmosfer sosial dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners, hasil uji Fishers Exact menunjukkan bahwa nilai p value = 0,020 (p value > 0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara program pelatihan dan workshop dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners, hasil uji Fishers Exact menunjukkan bahwa nilai p value =1,000 (p value > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners, hasil uji Fishers Exact menunjukkan bahwa nilai p value = 0,761 (p value > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners.

Kesimpulan: Gambaran lingkungan belajar klinik di RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dapat disimpulkan sebagai brikut : meliputi kondisi lingkungan belajar mahasiswa, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan beban kerja. Kondisi lingkungan belajar di RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dalam kondisi yang baik, atmosfer sosial di RSUD Prof. dr. margono soekarjo dalam kondisi yang baik, program pelatihan dan workshop dalam kondisi dalam mayoritas baik, supervisi yang di terima oleh mahasiswa mayoritas baik, beban kerja yang praktik dalam kondisi yang baik. Sebagian mahasiswa mengalami kecemasan yang ringan atau tidak mengalami kecemasan.

Kata Kunci: kecemasan, lingkungan belajar klinik.

Referensi: 40 (1959-2011)

x

Nursing Departement

Faculty of Medicine and Health Sciences

Jenderal Soedirman University

2013

Aldi Maswihardo Chrismansyah1), Made Sumarwati2), Sulistiani 3) LEARNING ENVIRONMENT RELATIONSHIP TO CLINICAL ANXIETY LEVEL STUDENT PROGRAMS IN PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO HOSPITAL

ABSTRACT

Background: Educational clinics are part of basic nursing education and includes a portion of the nursing curriculum. In a clinical study, the opportunity given to the students to prepare themselves for their future work in hospitals and other health institutions.

Objective: To determine the relationship of clinical learning environment to the level of anxiety in the clinical learning student nurses in Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto hospitals.

Methods: This type of research used in this study is observational analytic studies using cross-sectional design, which is a research to study the dynamics of correlation with the data collected at the same time at some point. Sample size was 65 respondents with a cross sectional analysis before and after treatment to be used in the chi-square test and Fisher's Exact Test using test.

Results: Data processing begins by compiling the results of research in the scales

. Form of quantitative data , ie data in the form of numbers or numbers . Furthermore, the data that are quantitative , tangible figures on the calculation of the student response is described in terms of percentage . Respondents aged 20-45 with Retara / mean age 25 years , standard deviation and variance 5.063 20.09 % ,

xi

of the respondents that the male sex as much as 30 respondents ( 46.2 % ) , while female respondents were 35 respondents ( 53 , 8 % ) , Fisher's Exact test results that the p value = 0.361 ( p value < 0.05 ) , which means there is no significant relationship between basic science to the level of anxiety in student professional nurses , Fisher's Exact test results show that the value of p value = 0.023 ( p value

< 0.05 ) . This shows there is a significant association between social atmosphere with the level of anxiety in student professional nurses , Fisher's Exact test results showed that the p value = 0.020 ( p value > 0.05 ), which means there is a significant relationship between training programs and workshops with levels of anxiety in student professional nurses , Fisher's Exact test results showed that p value = 1.000 ( p value > 0.05 ) , which means there is no significant relationship between the level of anxiety in supervision with student nurses profession , Fisher's Exact test results show that the p value = 0.761 ( p value > 0.05 ) , which means there is no significant relationship between workload with the level of anxiety in student professional nurses.

Conclusion: Overview of clinical learning environments in Prof. dr. Margono Soekarjo hospitals, brikut Navan can be summarized as: student learning include environmental conditions, social atmosphere, training programs and workshops, supervision and workload. The condition of learning environment in Prof. dr. Margono Soekarjo hospitals. Navan in good shape, the social atmosphere in Prof. dr. Margono Soekarjo hospitals in good shape, training programs and workshops in good condition in the majority, supervision received by the majority of good students, practice workload in good shape. Most students experiencing mild anxiety or anxiety.

Keywords: anxiety, clinical learning environment.

Reference: 40 (1959-2011)

xii

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL ..

i HALAMAN PENGESAHAN ...

ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..

iii HALAMAN PERSEMBAHAN .

iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..

vi PRAKATA ..... vii ABSTRAK ..

ix DAFTAR ISI .. xiii DAFTAR TABLE .. xv DAFTAR GAMBAR .. xvi DAFTAR LAMPIRAN ..xviiBAB IPENDAHULUAN .1A. Latar Belakang ..1

B. Perumusan Masalah ..6

C. Tujuan Penelitian ..6

D. Manfaat Penelitian 7

E. Keaslian Penelitian ...9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ...11A. Landasan Teori .11

B. Kerangka Teori .20

C. Kerangka Konsep ..21

D. Hipotesis ...22

BAB IIIBAB IVMETODE PENELITIAN 23A. Desain Penelitian ..23

B. Populasi dan Sampel .23

C. Variabel Penelitian 26

D. Definisi Operasional Variabel ..27

E. Instrumen Penelitian .28

F. Validitas dan Realibilitas Instrumen ....30

G. Teknik Pengumpulan Data 33

H. Jalannya Penelitian ...35

I. Pengolahan dan Analisis Data ..36

J. Etika Penelitian .39

HASIL DAN PEMBAHASAN ....42A. Hasil Penelitian 42

B. Pembahasan .51C. Keterbatasan Penelitian ..58xiii

BAB VPENUTUP 59

A. Kesimpulan ..59

B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANxiv

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel ...27

Tabel 3.2Kisi-kisi kuesioner lingkungan belajar klinik ..31

xv

DAFTAR GAMBARHalaman

Gambar 2.1Kerangka Teori ..20

Gambar 2.2Kerangka Konsep .21

xvi

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1Surat Persetujuan Sebagai Responden

Lampiran 2Lembar Kuesioner Lampiran 3Lembar SPSS Lampiran 4Surat Penelitian

xvii

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangPendidikan klinik adalah bagian dasar dari pendidikan keperawatan dan termasuk sebagian dari kurikulum keperawatan. Dalam pendidikan klinik, kesempatan diberikan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa depan mereka dalam bekerja di rumah sakit maupun instansi kesehatan lainnya (Rahmani, et al, 2011).

Menurut Reilly dan Oermann (2002) pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional. Programpendidikanprofesiadakalanyadisebutjugasebagaiproses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti wherda, dan keluarga serta masyarakat atau komunitas. Menurut Nursalam (2008) pada program pendidikan Ners, peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kesempatan praktik klinik sebanyak mungkin dan mengenal area klinik diawal pembelajaran. Program profesi Nerspadadasarnya

merupakanpenerapanpengetahuan-pengetahuan keperawatan dalam praktik langsung dengan mahasiswa. Program Ners merupakan pengalaman klinik, yang merupakan aspek paling penting dalam kurikulum pendidikan Ners.

1

Rumah sakit merupakan fasilitas yang mutlak yang harus ada karena menjadi tempat mengembangkan pengalaman belajar klinik. Lingkungan belajar klinik di rumah sakit merupakan konteks sosial yang unik dengan kondisi khusus untuk pembelajaran kegiatan dan sumber belajar kesempatan untuk praktik dan aplikasi pengetahuan dan evaluasi (Emilia, 2008). Hal serupa diungkapkan oleh Reilly dan Oermann (2002) pada lingkungan klinik, peserta didik belajar untuk menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata, mempelajari cara belajar, mengembangkan keterampilan dalam mengatasi ambiguitas, dan bersosialisasi ke dalam profesi. Lingkungan belajar sangatlah penting karena mempengaruhi pendekatan belajar yang diambil oleh mahasiswa dan akhirnya akan mempengaruhi pencapaian kompetensi mahasiswa (Emilia, 2008).

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menstimulasi rasa ingin tahu dan kebutuhan untuk mengerti, bukan menstimulasi kegelisahan dankompetisi(Emilia,2008).MenurutReillydanOermann(2002) lingkungan klinik kaya akan pengalaman belajar, tetapi lingkungan yang kurang mendukung akan mematahkan semangat belajar peserta didik untuk mencari pengalaman dan akibatnya banyak kesempatan untuk maju hilang. Persepsimahasiswaterhadaplingkunganbelajar

dianggapmempunyai pengaruh yang penting pada kualitas hasil belajar mahasiswa. Selain itu, persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar berubah setiap mereka berpindah ke bagian lain.

2

Menurut Locken dan Norberg (2007) mahasiswa jurusan keperawatan sering dihadapkan dengan kondisi yang dinamis, cemas, situasi stress, selama dalam pendidikan klinik. Salah satunya mencakup penggunaan keterampilan yang baru didapat dari pendidikan klinik, mengelola pasien secara holistik, berurusan dengan staf/perawat senior yang mungkin tidak akomodatif dalam menerima kehadiran mahasiswa di ruang lingkup kerja mereka. Semua situasi ini, ditambah dengan yang lainnya lagi, menyebabkan rasa cemas tinggi di kalangan mahasiswa keperawatan saat memasuki lahan praktik. Menurut Lazarus (1991), kecemasan merupakan reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi berupa suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala yang biasa, karena itu sepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian.

Menurut Sharif dan Masoumi (2005) lingkungan klinik rumah sakit merupakan

satu-satunyasumberkecemasanterbesarbagikalangan mahasiswa keperawatan. Mahasiswa akan mengalami kesulitan-kesulitan diawal praktik. Hampir semua siswa mengalami cemas saat diawal praktik. Penyebablainkecemasanmahasiswadiklinikadalahkekhawatiran mahasiswa tentang kemungkinan membahayakan pasien karena kurangnya pengetahuan mereka. Hal ini disebabkan konteks pembelajaran praktik lebih tidak terstruktur dibanding perkuliahan (Emilia, 2008). Oleh karenanya, mahasiswa mungkin lebih banyak menghadapi cemas, stress dan tekanan.

3

Komponen lingkungan belajar klinik yang bisa menyebabkan kecemasan meliputi ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan juga beban kerja. Ilmu pengetahuan dasar dapat diartikan sebagai pengetahuan bawaan dari seorang perawat sebelum perawat tersebut menjalankan praktek keperawatan. Atmosfer sosial diartikan sebagai bentuk dari interaksi antara sesama pekerja di rumah sakit maupun dengan pasien, atmosfer sosial tidak selalu berjalan dengan positif dan sesuai dengan harapan. Beban kerja setiap perawat di tiap ruang perawatan sangat berbeda. Ketika berada dalam beban puncak, maka tingkat stres perawat dapat menjadi tinggi (Knox, 1985; Papp et al., 2003; Tang, Chou, & Chiang, 2005).

Penelitian Muldowney dan McKee (2011) menyatakan bahwa faktor- faktor yang bisa menyebabkan meningkatnya kecemasan di lingkungan belajarklinikadalahpembelajaranyangdiberikan

oleh stafkepada mahasiswa, komitmen manager keperawatan yang kurang mendukung, serta hubungan interpersonal antara staf perawat yang kurang baik. Diperkuat dengan pernyataan Williams, C (2010), yang menyatakan bahwa belajar ditempat

yang

dianggapbaru(lingkunganklinikyangbaru),

harus memerlukan pendidik yang bisa mengulang pembahasan atau pelajaran yang telah didapat sebelumnya, dan pendidik ini harus bisa mengubah pemikiran mereka bahwa apa yang didapatkan di teori bisa jadi sangat berbeda dengan yang akan dilakukan di klinik. Hal ini bisa menyebabkan kecemasan meningkat, sedangkanGrealish dan Ranse (2009) menemukan bahwa mahasiswa yang melihat setiap pengalaman, baik pengalaman yang baik

4

maupun yang buruk sebagai kesempatan untuk belajar, baik tugas yang menakutkanmaupunyangtidak,seharusnyamahasiswamemerlukan imajinasi dan kreatifitas sehingga timbul potensi kesempatan belajar yang baik di lingkungan klinik, sehingga kecemasan pada mahasiswa akan sedikit menurun.

Mahasiswa yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik, maka ia akan mampu mengatasi rasa cemasnya. Bagi yang penyesuaiannya kurang baik, maka cemas merupakan bagian terbesar dalam kehidupannya, sehingga kecemasan dapat menghambat kegiatan sehari-harinya. Bagi seseorang yang mengalami cemas belum tentu cemas bagi yang lain. Biasanya orang yang sedang mengalami kecemasan akan susah berkonsentrasi dan bersosialisasi sehingga menjadi kendala dalam menjalankan fungsi sosial, pekerjaan, dan perannya (Moscariloto, 2009).

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 mahasiswa program profesi Ners FKIK Universitas Jenderal Soedirman, sebanyak 6 diantaranya mengatakan bahwa mereka merasa cemas jika mereka harus menghadapi lingkungan baru (misalnya ketika pindah stase), merasa cemas jika mereka salah dalam melakukan tindakan keperawatan, serta tekanan- tekanan yang datang dari perawat (seperti ditegur dengan keras jika melakukan kesalahan). Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan Lingkungan Belajar Klinik

Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Profesi Ners di RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

5

B.Perumusan MasalahPendidikankliniktermasukpendidikandasardaripendidkan keperawatan. Pembelajaran atau pendidikan klinik sangatlah penting untuk meningkatkan kompetensi bagi mahasiswa keperawatan. Oleh karena itu mahasiswa perlu memperoleh pembelajaran klinik yang optimal. Namun sayangnya tidak semua mahasiswa mendapatkan pembelajaran klinik yang optimal, justru mahasiswa mendapat tekanan sehingga mahasiswa tersebut merasa cemas. Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa keperawatan di lingkungan klinik dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan juga beban kerja.

Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti kepada 10 mahasiswa program profesi Ners FKIK Universitas Jenderal Soedirman, sebanyak 6 diantaranya mengatakan bahwa mereka merasa cemas jika mereka harus menghadapi lingkungan baru, merasa cemas jika mereka salah dalam melakukan tindakan keperawatan.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada hubungan lingkungan belajar klinik terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

6

C.Tujuan Penelitian1. TujuanUmum

Untuk mengetahui hubungan lingkungan belajar klinik terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasi gambaran kondisi lingkungan belajar klinik di RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada mahasiswa program Ners di

RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

c. Menganalisis hubungan ilmu pengetahuan dasar terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

d. Menganalisis hubungan atmosfer sosial terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

e. Menganalisis hubungan program pelatihan dan workshop terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

f. Menganalisis hubungan supervisi terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

7

g. Menganalisis hubungan beban kerja terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D.Manfaat PenelitianPenelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu:

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Belajar Klinik

terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Profesi di RSUD Prof.

dr. Margono Soekarjo Purwokerto ini diharapkan memberikan manfaat

bagi Pendidikan Keperawatan yaitu dapat dijadikan bahan masukan dan strategi dalam pembelajaran klinik sehingga mahasiswa lulusan akademik bersangkutan dapat menghasilkan perawat professional yang terampil dalam praktik klinik, serta dapat memberikan suatu gambaran lingkungan belajar klinik dan hubungannya terhadap kecemasan dalam menjalankan program profesi Ners di Rumah Sakit.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Belajar Klinik

terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Profesi Ners di RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto ini diharapkan memberikan

manfaat bagi Ilmu Keperawatan yaitu dapat dijadikan bahan masukan dan

informasi dalam peningkatan mutu pendidikan dalam ilmu keperawatan.

8

3. Bagi Lahan Praktik

Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Belajar Klinik

terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Profesi Ners di RSUD

Prof.dr.MargonoSoekarjoPurwokertoinidiharapkandapat

memeberikanmanfaatyaitudapatdijadikaninformasidalam pengembangan kualitas dari tempat praktik klinik mahasiswakhususnya dalam hal lingkungan belajar kinik pada program tahap profesi, dan peningkatan kualitas proses pendidikan akan bertambah baik sehingga dapat memberikan kenyamanan tersendiri bagi mahasiswa yang sedang melakukan praktik kerja.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Belajar Klinik

terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Profesi Ners di RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yaitu sebagai dasar dan bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut, sehingga dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bidang keperawatan.

E.Keaslian PenelitianPenelitiansebelumnyayangrelevandenganpenelitianmengenai pembimbing klinik sekarang ini sesuai dengan hasil penelusuran penulis antara lain yang dilakukan oleh:

9

1.Resnayati, Y, 2007 dengan judul Faktor determinan pengalaman belajar klinik Keperawatan Medikal Bedah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pasien di rumah sakit sebagian tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa, dan sebagian besar mahasiswa beranggapanbahwabanyakketidaksesuaianantarateori atau laboratoriumdengan kenyataannyadiklinik.

Mahasiswajuga mengharapkan persepsi antara pembimbing dan mahasiswa mempunyai persepsi yang sama.

2.Moscaritolo, L, M, 2009, dengan judul Interventional Strategies to Decrease Nursing Student Anxiety in the Clinical Learning Environment. Darihasilstudi literature yangdilakukannyaditemukan bahwa kecemasan yang terjadi akibat lingkungan belajar klinik biasanya disebabkanolehbeberapahalantaralain:pengalamanpertama mahasiswa yang masuk klinik, mahasiswa takut melakukan kesalahan, terbatasnya keahlian klinik mahasiswa, penilaian dari fakultas, kurangnya dukungan dari staf perawat, dan ketidaksesuaian antara teori yang dipelajari di kelas dengan penerapan di klinik.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA.Landasan Teori1.Lingkungan Belajar Kinik

Lingkungan belajar klinis didefinisikan sebagai suatu jaringan interaktif dari suatu kesatuan diantara tatanan klinik yang mempengaruhi hasil belajar dari mahasiswa (Dunn & Burnett, 1995). Menurut Chan, D

(2002), mengatakan bahwa lingkungan belajar klinik terjadi karena banyaknya perbedaan tatanan dan format, hal yang paling utama yang biasanya terdapat pada lingkungan belajar klinik adalah disiplin ilmu itu sendiri, ceramah kuliah, tutorial, workshop, seminar dan laboratorium. Semua hal tersebut adalah bagian yang sudah umum yang terdapat pada lingkungan kelas mahasiswa keperawatan. Penempatan bidang klinis adalah salah satu bagian penting dari kurikulum keperawatan. Praktek klinik adalah masa peralihan, maka dari itu sangatlah penting untuk mahasiswa mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan praktek selama berada di lingkungan kerja dan pada suatu keadaan pekerjaan tertentu.

Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi lingkungan belajar klinik yaitu ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi, dan beban kerja (Knox, 1985; Papp et al., 2003; Tang, Chou, & Chiang, 2005).

11

a. Ilmu pengetahuan dasar

Berdasarkan studi mengenai faktor-faktoryang berpengaruh terhadap lingkungan belajar klinik yang dikembangkan oleh Rotem et al (1996), pengetahuan dasar kerja diartikan sebagai pengetahuan bawaan dari seorang perawat sebelum ia menjalankan suatu praktek keperawatan.Suatupengetahuandasarmengandungnilai-nilai pembelajaran yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan profesional.

Pengetahuan dasar kerja di masing masing rumah sakit memiliki standar berbeda-beda. Hal ini sangat berdampak pada pembentukan iklim pada lingkungan belajar klinik karena dengan pengetahuan yang tinggi perawat mempunyai pandangan lebih obyektif terhadap iklim organisasi yang ada di dalamnya begitu juga sebaliknya dengan perawat yang memiliki pengetahuan kerja yang minimal cenderung subyektif dalam menilai sesuatu yang ada di lingkungannya.

b. Atmosfer sosial

Rotem et al (1996) menyatakan bahwa atmosfer sosial meliputi perasaan merasa diterima, diakui, serta dinilai sebagai anggota tim oleh rekan dan staf rumah sakit lain. Atmosfer sosial meliputi hubungan antar perawat dan iklim organisasi yang ada di rumah sakit. Atmosfer sosial di rumah sakit terbentuk dari interaksi antara sesama pekerja di rumah sakit maupun dengan pasien. Atmosfer sosial tidak selalu berjalan dengan positif dan sesuai dengan harapan karena tidak

12

dipungkiri bahwa didalam dunia kerja selalu ada persaingan dari

pelakunya.

c. Program pelatihan dan workshop

Penelitian mengenai instrumen lingkungan belajar klinik yang dilakukanolehFakultasKedokteranUniversitas GadjahMada Jogjakarta tahun 2008 juga menjabarkan mengenai program pelatihan danworkshop. Sebagai

suatuinstitusiyangmemiliki

visi meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit tentunya selalu mengembangkan kompetensi perawatnya, antara lain yaitu dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan workshop.

d. Supervisi

Supervisi merupakan salah satu instrumen lingkungan belajar klinik (Rotem et al, 1996). Supervisi keperawatan merupakan suatu prosespemberiansumber-sumber

yangdibutuhkanuntuk menyelesaikantugas dalamrangkamencapaitujuan.Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan hubungan antar manusia, dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan. Sebuah kegiatan supervisi didalamnya terdapat proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana. Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.

13

e. Beban kerja

Rotem(1996)menjabarkanbahwabebankerjamerupakan tuntutan pekerjaan pada suatu unit yang memaksa keseimbangan antara pelayanan dan pengembangan profesi. Beban kerja setiap perawat ditiap ruang perawatan sangat berbeda. Ketika berada dalam beban puncak, maka tingkat stress perawat dapat menjadi tinggi. Diharapkan, pendidikan klinik menerapkan pendidikan orang dewasa

(androgogy), yang berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak lebih banyak berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan. Sementara, pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan kepada pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Pannen dan Sadjati, 2001). Oleh sebab itu, model pendidikanklinikyangmenerapkanmodelmagangsecaramurni

(apprenticeship model) telah bergeser kepada model yang menekankan pengetahuan ilmiah dan keterampilan yang sesuai dengan bukti (evidence based) dan konteks (competencies), yang disebut dengan professional clinical-technical competence model (Emilia, 2008).

Lingkungan pembelajaran, menurut Hutchinson (2003), ditentukan

olehduafaktorutama,yaitukurikulumdanstafpengajar.Peran

pembimbing di sini adalah memberikan ruang kepada mahasiswa dalam

merawat pasien. Sementara itu, pemberian pengawasan dan umpan balik merupakan fungsi penting lainnya dari dosen pembimbing klinik. Menurut Kilminster et al (2007), supervisi yang baik seharusnya menghargai

14

pengalamandanperasaanmahasiswa

profesi,dengantujuanakhir pengelolaan pasien yang lebih baik. Sehingga, supervisi yang efektif meliputi beberapa aspek, yang meliputi: sesuai konteks, pengamatan langsung,pemberianumpanbalik,multiaspek,sertahubungan interpersonal yang baik. Pemberian umpan balik sepatutnya dilakukan untuk poin-poin yang cukup penting serta dilakukan dalam frekuensi yang cukup sering. Pemberian umpan balik yang efektif akan mendorong tercapainya kemandirian mahasiswa, sehingga poin supervisi dan otonomi dalam lingkungan belajar klinik adalah saling berhubungan.

Terdapat beberapa sistem penyelenggara pendidikan universitas di Indonesia antara lain adalah satuan kredit semester (SKS) dan kurikulum berbasis kompetensi (blok), SKS adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi dan khususnya bagi tenaga pengajar.

Sistemkurikulumberbasis

kompetensi dirancangdengan menggunakan

sistembackwardyaitudimulaidenganperumusan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam pekerjaannya dan lalu berdasarkan kompetensi tersebut dirancang pengalaman belajar yang dapat mencapai kompetensi tersebut.Kedua sistem ini sudah diterapkan kepada mahasiswa keperawatan, dan terlihat perbedaan atara

15

mahasiswakeperawatanyangmenggunakansistemSKSdanblok, mahasiswa dengan sistem blok lebih cenderung lebih menguasai praktik klinikdibandingkanmahasiswayangmenggunakansistemSKS. Mahasiswa yang sudah mempunyai pengalaman dasar di klinik akan lebih terbiasa dan rasa kecemasan bisa ditekan dengan adanya pengalaman belajar di klinik yang lebih.

2. Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan phobia (fobia), karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap saat, dengan atau tanpa alasan apapun.

Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan. Beberapa ahli yang mencoba untuk mengemukakan definisi kecemasan, antara lain :

Maramis(1995)menyatakanbahwakecemasanadalahsuatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Lazarus (1991) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan aspek subyektif emosi. Kecemasan merupakan gejala

16

yang biasa pada saat ini, karena itu disepanjang perjalanan hidup manusia, mulai lahir sampai menjelang kematian, rasa cemas sering kali ada. Kecemasan merupakan reaksi terhadap suatu pengalaman yang bagi individu dirasakan sebagai ancaman. Rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut, tanpa mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan rasa cemas tersebut.

Tjakrawerdaya (1987) mengemukakan bahwa kecemasan adalah efek atau perasaan yang tidak menyenangkan berupa ketegangan, rasa tidak aman dan ketakutan yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang mengecewakan tetapi sumbernya sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan. Apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk melakukan suatu usaha untuk mengurangi kecemasan itu atau mencegah impuls-impuls yang berbahaya.

Penyebab terjadinya disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu: Bahwa kejadian yang sama belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan atau kejadian dengan kualitas dan kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahanmental.

Kesalahan mental

ini

karena

kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi individu merupakan sesuatu yangmengancam.Melaluiteoribelajarsosialkognitif,takutdan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang negatif karena mereka

17

percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang secara

potensial mengancam bagi mereka.

Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan menurut Freud

membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu : a. Kecemasan Neurotik

(Neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga disebabkan oleh perasaan bersalah atauberdosa,

konflik-konflik emosionalyangserius, frustasi, serta ketegangan-keteganganbatin;Kecemasan

Moral(Anxietyof

moral conscience/super ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untukmelakukan perbuatanyang

melanggarajaranagama; Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa takut akan bahaya- bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa (Calvin, 1993). Menurut Maramis (1985), kecemasan akan timbul jika individu tidak mampu menghadapi suatu keadaan stress, dimana stress dapat mengancam perasaan,kemampuan hidupnya.Sumber-sumber kecemasan adalah frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi akan timbul bila adanya hambatan atau halangan antara individu dengan tujuan dan maksudnya. Konfliknya terjadi bilamana individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan atau tujuannya. Tekanan walaupun kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress. Dan krisis adalah suatu keadaan yang mendadakyang

menimpaindividu dan dapat

menimbulkan

kecemasan yang hebat.

18

Secarasederhanakecemasandapatdisebabkan karenaindividu mempunyai rasa takut yang tidak realistis, karena mereka keliru dalam menilai suatu bahaya yang dihubungkan dengan situasi tertentu, atau cenderungmenaksir secaraberlebihansuatuperistiwayang membahayakan. Kecemasan juga dapat di sebabkan karena penilaian diri yang salah, dimana individu merasa bahwa dirinya tidak mampu mengatasi apa yang terjadi atau apa yang dapat dilakukan untuk menolong diri sendiri. Secara umum kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal pada setiap individu, namun jika tidak dihadapi secara tepat maka akan

menimbulkan gangguan psikologis yang lebih jauh.

19

B. Kerangka TeoriBerdasarkan landasan teori diatas, maka dibentuk kerangka teori penelitian

yang dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:

Lingkungan Belajar Klinik (Clinical Learning Environment)1. Ilmu pengetahuan dasar

2. Atmosfer social

3. Program pelatihan dan workshop

4. Supervisi

5. Beban kerja

Kecemasan (Anxiety)Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian hubungan lingkungan belajar klinik

terhadap tingkat kecemasan aplikasi teori lingkungan belajar klinik (Knox,

1985; Papp et al., 2003; Tang, Chou, & Chiang, 2005).

20

C. Kerangka KonsepBerdasarkanlandasanteoridiatasmakadibentukkerangkakonsep

penelitian yang dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:

Variabel Independen

Lingkungan Belajar Klinik

Ilmu Pengetahuan Dasar

Atmosfer Sosial

Program Pelatihan dan

Workshop

Variabel Dependen

Tingkat Kecemasan

Mahasiswa

Supervisi

Beban Kerja

Variabel Pengganggu

Faktor yang mempengaruhi:

1. Mekanisme Koping

2. Kemandirian

3. Kejelasan Peran

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Keterangan

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

21

D. HipotesisHipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaanpenelitian(Nursalam,2002).Hipotesissebagaikesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu di sempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis melalui penelitian (Bungin, 2006).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara ilmu pengetahuan dasar terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Ada hubungan antara atmosfer sosial terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

3. Ada hubungan antara program pelatihan dan workshop terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

4. Adahubunganantarasupervisiterhadaptingkatkecemasanpada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

5. Ada hubungan antara beban kerja terhadap tingkat kecemasan pada pembelajaran klinik mahasiswa program Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

22

BAB IIIMETODE PENELITIANA.Desain PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara observasi analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

B.Populasi dan Sampel1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa profesi Ners yang sedang menjalani praktik klinik di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Menurut observasi awal yang dilakukan peneliti, sebanyak

140 mahasiswa yang sedang menjalani program profesi Ners dari berbagai

Universitas dan terdiri dari 7 stase.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti

(Arikunto, 2006).

a. Jumlah sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah adalah mahasiswa yang sedang mengikuti program profesi Ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang berjumlah sesuai dengan perhiutngan sampel. Besar

23

sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin (Riduwan,

2009):

=

1 +

Keterangan:

n: ukuran sampel

N: populasi

d: tingkat kesalahan 10% (0,1)

Dari rumus pengambilan sampel di atas, maka sampel minimal

penelitian ini adalah:

140

=

1 + 140.0,1

= 58,3 atau dibulatkan menjadi 59 responden.

Dalam penelitian ini, sampel minimal yang diambil adalah 59 responden, akan tetapi peneliti khawatir sampel yang dibutuhkan tidak memenuhijumlahyangditetapkanatauakanterjadikeluarnya responden dari sampel (gugur), maka dari itu peneliti menambahkan jumlah sampel sebesar 10% dari jumlah sampel awal, sehingga sampel minimal yang peneliti ambil sebanyak 65 responden.

b. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomsamplingdenganteknikclustersampling(gugusatau kelompok sampling). Pengambilan sampel secara kelompok/gugus, dimaksudkan agar persebaran sampel setiap kelompok merata. Dalam

24

penelitian ini terdiri dari 7 kelompok (stase), maka setiap kelompok diambil 9 mahasiswa sebagai responden penelitian sehingga jumlah sampel yang diharapkan akan terpenuhi. Pengambilan dilakukan dengan cara acak sederhana, yakni dengan cara mengundi anggota dari setiap kelompok.

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria eksklusi. Dalam penelitian ini dipilih sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1)Mahasiswa yang sedang mengikuti program profesi Ners di RSUD

Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2)Mahasiswa yang bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian

(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

1)Mahasiswa yang sedang menjalani praktik klinik peminatan.

2)Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

25

C.Variabel PenelitianVariabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat

1. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya dependent variable atau yang mempengaruhi stimulus, input (Sugiyono, 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi, dan beban kerja.

2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dan variabel ini sering disebut variabel respon, output (Sugiyono, 2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi NERS di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

3. Variabelpengganggu(ConfoundingVariable)adalahvariabelyang mengganggu terhadap hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel pengganggu ini ada apabila terdapat faktor atau variabel ketiga pengganggu yang berkaitan dengan faktor resiko dan faktor akibat

(Notoatmodjo, 2005). Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah

mekanisme koping, kemandirian, kejelasan peran.

26

D.Definisi Operasional VariabelNamaTabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Definisi OperasionalAlat UkurHasil UkurSkalaVariabelVariabel IndependentIlmu Pengetahuan DasarAtmosferSosialProgram pelatihan dan workshopMerupakan pengetahuan dasar dari seorang mahasiswa keperawatan sebelum ia menjalankan suatu praktek keperawatan.Merupakan perasaan merasa diterima, diakui, serta dinilai sebagai anggota tim oleh rekan mahasiswa dan perawat rumah sakit.Merupakan pendidikan tidak formal yang menekankan pada peningkatan kemampuan secara teknis berdasarkan teori.Kuesioner dengan item pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan, menggunakan skala Likert yaituSS untukSangat setuju, Suntuk setuju,TS untuk tidak setuju, STS untuk sangat tidak setuju.Kuesioner dengan item pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan, menggunakan skala Likert yaituSS untukSangat setuju, Suntuk setuju,TS untuk tidak setuju, STS untuk sangat tidak setuju.Kuesioner dengan item pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan, menggunakan skala Likert yaituSS untukSangat setuju, Suntuk setuju,TS untuk tidak setuju, STS untuk sangat tidak setuju.1.Kurang jika skor4-92.Baik jika skor 10-153.Sangat Baik jika skor > 151.Kurang jika skor4-92.Baik jika skor 10-153.Sangat Baik jika skor > 151.Kurang jika skor4-92.Baik jika skor 10-153.Sangat Baik jika skor > 15OrdinalOrdinalOrdinalSupervisiProses pemberian sumber- sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.Kuesioner dengan item pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan, menggunakan skala Likert yaituSS untukSangat setuju, Suntuk setuju,TS untuk tidak1.Kurang jika skor4-92.Baik jika skor 10-153.Sangat Baik jika skor > 15Ordinal27

Beban kerjaTuntutan pekerjaan pada suatu unit yang memaksa keseimbangan antara pelayanan dan pengembangan profesi.Variabel DependentKecemasanSuatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkanyang terjadi karena pengaruh lingkungan sekitarnya yang mungkin dapatmenyebabkan perasaan yang tidak nyaman.setuju, STS untuk sangat tidak setuju.Kuesioner dengan item pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan, menggunakan skala Likert yaituSS untukSangat setuju, Suntuk setuju,TS untuk tidak setuju, STS untuk sangat tidak setuju.Menggunakan skala HARS yang terdiri dari 14 item pernyataan.1.Kurang jika skor4-92.Baik jika skor 10-153.Sangat Baik jika skor > 151.Skor < 17 : Tidak ada kecemasan2.Skor 18-24:kecemasan ringan3.Skor 25-30: kecemasan sedang4.Skor > 30:kecemasan beratOrdinalOrdinalE.Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner yang terdiri dari tiga macam kuesioner yakni: kuesioner data pribadi, kuesioner lingkungan belajar klinik, dan kuesioner kecemasan.

1. Kuesioner data pribadi

Kuesioner data pribadi ini dibuat sendiri oleh peneliti, kuesioner ini berisi pertanyaan tentang data pribadi responden seperti nama/inisial, jenis kelamin, umur, ruangan atau stase yang sedang dilakukan praktek oleh mahasiswa, dan tanggal masuk ruangan atau stase tersebut.

28

2. Kuisoner lingkungan belajar klinik

Kuesioner lingkungan belajar klinik menggunakan kuesioner yang sudah ada sebelumnya, kuesioner ini dibuat oleh Mulyono (2011) dengan modifikasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri, kuisoner ini berisi pernyataan tentang lingkungan belajar klinik yakni ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan beban kerja yang masing-masing terdiri dari 5 pernyataan, sehingga jumlah total pernyataan menjadi 25 pernyataan kuesioner lingkungan belajar klinik.

Jawaban kuesioner ini menggunakan skala Likert yakni SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju. Kelebihan kuesioner ini yakni pernyataan yang mewakili dari faktor- faktor lingkungan belajar klinik, sedangkan kekurangan kuesioner ini yakni terletak pada cara pengisian yang mungkin membuat mahasiswa atau responden ragu untuk mengisi, maka dari itu pengisian kuesioner ini harus didampingi oleh peneliti yang bisa menjelaskan isi kuesioner untuk menghindari keragu-raguan dalam mengisi kuesioner ini.

3. Kuesioner kecemasan

Kuesioner kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), kuesioner ini berisi 14 pernyataan yang meliputi perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, ganggugan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala

29

pernafasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala vegetatif, dan perilaku sewaktu wawancara. Kuesioner dibuat oleh Hamilton, M (1959). Hasil dari jawaban kuesioner ini berupa skor, skor maksimum adalah 56, skor yang didapat nantinya akan di kategorikan dalam kategori yang sudah ditentukan yakni skor 30 merupakan kecemasan berat. Kelebihan dari kuesioner ini adalah kuesioner ini dapat digunakan untuk mengetahui gejala dini dari kecemasan, sedangkan kelemahan dalam kuesioner ini yakni kemampuan kuesioner yang kurang bisa membedakan antara gejala kecemasan dengan akibat dari kecemasan, serta kecemasan somatik dengan efek samping somatik.

F.Validitas dan Reliabilitas InstrumenValiditas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2008). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan tugas pengukurannya. Analisis yang digunakan adalah uji statistikkorelasiproductmoment.Analisiskorelasiproductmoment merupakan analisis untuk menguji validitas instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data penelitian yang dimaksud (Saryono, 2008).

30

() ( ) ( )

=

[ ( ) ][ ( ) ]

Keterangan :

r: koefisien korelasi

X: jumlah skor pertanyaan

Y: jumlah skor total

N: jumlah responden

Kriteria pengujian:

Jika r > r tabel, berarti item pernyataan adalah valid

Jika r < r tabel, berarti item pernyataan adalah tidak valid

Uji validitas dalam penelitian ini akan dilakukan pada 20 orang mahasiswa. Kuesioner dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel, r tabel disini diperoleh dari nilai df yakni df = n-2, maka df = 20-2 = 18, jika df 18,

maka nilai r tabel adalah 0,444. Kuesioner valid jika r hitung > 0,444.

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan di tempat penelitian yakni RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan responden sebanyak 20 responden yang dilakukan pada tanggal 25-27 Juli 2013 diperoleh hasil bahwa semua pernyataan variabel baik variabel ilmu pengetahuan dasar, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan beban kerja dinyatakan valid.

Tabel 3.2. Validitas Instrumen

NoVariabelJumlah ItemAwalRentangValiditasItem valid1Ilmu pengetahuan dasar50,584-0,87452Atmosfer sosial50,496-0,76553Program pelatihan dan workshop50,550-0,86154Supervisi50,657-0,93555Beban kerja50,534-0,831531

Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa semua pernyataan kuesioner dari setiap variabel dinyatakan valid karena r hitung lebih dari besar r tabel.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono, 2008). Bila suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Rumus koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach (Arikunto, 2006):

=1

1Keterangan :

r11= Reliabilitas instrumen

k= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal a2b= Jumlah varians butir

a2t= Varians total

Kriteria pengujian:

Jika r xx > r tabel, berarti kuesioner reliabel

Jika r xx r tabel, berarti kuesioner tidak reliable

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan hanya untuk kuesioner lingkungan belajar klinik. Setelah diuji validitas dan reliabilitas maka kuesioner lingkungan belajar klinik akan layak digunakan dalam penelitian, sedangkan kuesioner data pribadi dan kuesioner kecemasan tidak diuji validitas dan reliabilitas karena kuesioner data pribadi hanya berisi pertanyaan seputar data pribadi responden seperti nama, jenis kelamin, umur

32

dan lain-lain, sedangkan kuesioner kecemasan (HARS) tidak diuji validitas dan reliabilitasnya karena kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitas olehpeneliti-penelitisebelumnyadansudahbanyakpenelitiyang menggunakan kuesioner ini. Nilai validitas dan reliabilitas dari skala HARS sendiri adalah masing-masing 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan memperoleh hasil yang valid dan reliable.

Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan kepada mahasiswa profesi Ners yang sedang melakukan praktek kerja di lingkungan RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner dari semua variabel

dinyatakan reliabel, yakni sebagai berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas

NoVariabelNilai reliabilitas1Ilmu pengetahuan dasar0,8742Atmosfer sosial0,8143Program pelatihan dan workshop0,8534Supervisi0,9235Beban kerja0,833Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas, dapat dilihat bahwa semua

variabel dinyatakan reliabel dengan nilai r hitung lebih dari r tabel (0,444).

G.Teknik Pengumpulan DataDatadiperolehdenganmemberikankuesionerkepadaresponden. Kuesioner berisi tentang faktor-faktor lingkungan belajar klinik dan kuesioner kecemasan dengan menggunakan kuesioner HARS. Pembagian kuesioner

33

dilakukan oleh peneliti kepada mahasiswa program profesi Ners. Sebelum pelaksanaan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden serta menyampaikan tentang kerahasiaan atas jawaban yang diberikan dalam kuesioner dan penelitian tidak berdampak negatif bagi responden. Peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan memberikan lembaran informed consent sebagai bukti kesediaan sebagi responden dalam penelitian ini. Jika mahasiswa bersedia, maka responden menandatangani lembar informed consent.

Setelah itu peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian kuesioner, kemudian kuesioner diberikan kepada responden. Responden diberikan waktu dan diminta untuk mengisi data sesuai yang tercantum dalam kuesionerpenelitian.Apabilaadapernyataanyangtidakjelasdapat ditanyakan kepada peneliti.

Jenis Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang sudah diisi dan sebelumnya telah diberikan informasi tentang gambaran isi kuesioner. Jika ada pernyataan yang tidak jelas bagi responden, maka peneliti memberikan informasi atau penjelasan. Data primer mencakup identitas diri responden, jawaban kuesioner lingkungan belajar klinik dan jawaban kuesioner skala HARS.

34

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer. Data responden diperoleh dari data RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dan apabila lembar kuesioner tentang identitas responden belum diisi dengan lengkap, maka peneliti bisa menanyakan kepada pihak Rumah Sakit.

H.Jalannya PenelitianPenelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

1. Tahap persiapan yaitu tahap menyiapkan proposal penelitian, survey pendahuluan untuk memperoleh data yang diperlukan, membuat kuesioner untuk diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu, dan studi dokumentasi serta literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian yang dimulai dengan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Responden mahasiswa profesi Ners akan diberikan kuesioner setelah mendapat pengarahan dari peneliti mengenai tujuan penelitian dan tata cara pengisisn kuesioner kemudian diberi waktu untuk mengisi kuesioner.

3. Tahap pengumpulan dan penelitian, meliputi kegiatan menemui sumber data atau responden untuk memperoleh datadengan menggunakan kuesioner. Sebelumnya telah dilakukan permohonan perijinan sesuai aturan yang berlaku di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri.

35

4. Tahap penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian. Setelah kegiatan pelaksanaan penelitian selesai dilakukan, kemudian disusun laporan penelitian yang harus dipertanggungjawabkan melalui pemaparan hasil penelitian dalam sebuah sidang atau dalam sebuah ujian hasil penelitian.

I.Pengolahan dan Analisis DataSetelah kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa dikumpulkan kembaliolehpeneliti,makalangkahselanjutnyaadalahmelakukan pengolahan dan analisa data. Sebelum data dianalisis, data diolah terlebih dahulu, kegiatan dalam mengolah data menurut Bungin (2006) meliputi :

1. EditingEditing adalah memeriksa pernyataan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan dankekuranganyangadadalamlembarpertanyaanyangsudah diselesaikansampaisejauh

mungkin,jika

adakesalahan maka pengambilan data akan diulang. Dalam penelitian ini peneliti akan memeriksa data tentang hasil dari kuesioner lingkungan belajar klinik dan kecemasan pada mahasiswa.

2. CodingCoding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden ke dalam kategori-kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara memberi skor pada masing-masing jawaban berupa angka kemudian di masukkan ke dalam

36

lembar jawaban agar mempermudah membacanya dan memungkinkan

untuk diolah dengan komputer.

3. Tabulasi data

Peneliti memasukkan semua jawaban (lingkungan belajar klinik dan

kecemasan) yang sudah diberi skor ke dalam tabel (skoring).

4. Analisa data

Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan pengolahan data secara

komputerisasi. Adapun analisis yang digunakan adalah:

a. Analisis univariat

Analisa yang digunakan untuk melakukan analisis distribusi dan presentasikarakteristik.Analisisdatadilakukandengananalisis deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti pada subjek penelitian menggunakan teknik deskriptif kuantitatif yang dinyatakan dalam bilangan prosentase, dengan menggunakan rumus:

=100%Keterangan:

P: Jumlah prosentase yang dicari

F: Jumlah frekuensi untuk setiap kategori

N: Jumlah populasi

Dalamanalisisunivariatpenelitianini,penelitiakan

mendeskripsikan variabel bebas dan terikat dalam prosentase diataranya

37

adalah jenis kelamin, umur, lingkungan belajar klinik dan tingkat

kecemasan pada mahasiswa.

b. Analisis bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 2006). Teknik analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu lingkungan belajar klinikdan variabel terikatyaitu kecemasan. Analisa bivariat juga terdapat signifikansi atau kemaknaan antara variabel-variabel yang diteliti, dalam penelitian ini peneliti mencoba uji signifikansi atau kemaknaan guna mengetahui angka kemaknaan dari variabel-variabel yang diteliti, uji ini menggunakan rumus Chi Square yakni sebagai berikut:

()

=

Keterangan:

: Penjumlahan

X2: Chi Square

O: Frekuensi observasi pada tabel

E: Frekuensi ekspektasi pada sel tabel.

Derajat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini dalah 5%

(taraf kepercayaan). Untuk melihat hasil kemaknaan statistik digunakan degree of freedom (df) atau derajat kebebasan yakni jika p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang artinya Ha diterima, dan jika p value >

38

0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang artinya Ha ditolak atau Ho

diterima.

Jika nilai 0,05) yang

49

artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.

e. Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Kecemasan

Hasil uji Fishers Exact antara beban kerja dengan tingkat

kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr.

Margono Soekarjo dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12.Hasil uji Fishers Exact antara beban kerja dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo

Tingkat Kecemasanp valueNoBeban KerjaRinganBeratTotaln%n%n%1.Kurang1173.3426.7151000.7612.Baik3468.01632.050100Total451002010065100Tabel4.12menunjukkanmahasiswayangmeresponbeban kerjanya selama praktek itu baik maupun yang kurang baik, lebih banyak mengalami kecemasan yang ringan saja. Hasil uji Fishers Exactmenunjukkan bahwa nilai p value = 0,761 (p value > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.

50

B. Pembahasan1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa responden dengan umur terbanyak adalah 23 tahunsebanyak 24 responden (36,9%). Umur yang termuda adalah 20 tahun sebanyak 1 responden (1,5%), dan umur yang tertua adalah 42 tahun sebanyak 1 responden (1,5%).

Responden dengan umur yang jauh lebih tua, akan cenderung memiliki pengalaman yang lebih dalam menghadapi masalah kecemasan. Umumnya umur yang lebih tua akan lebih baik dalam menangani masalah kecemasan, mekanisme koping yang baik akan mempermudah mengatasi masalah kecemasan.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang terbanyak adalah responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden (60%), sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 responden (46,2%).

Dunia keperawatan sangat didominasi oleh kaum wanita, karena dari peminatnya juga kebanyakan kaum wanita dibanding dengan laki- laki, selain itu profesi keperawatan dianggap identik dengan rasa keibuan seorangwanita.Perawatperempuanpadaumumnyamempunyai kelebihan dibandingkan dengan perawat laki-laki yang terletak pada

51

kesabaran, ketelitian, tanggap, kelembutan, naluri mendidik, merawat, mengasuh, melayani dan membimbing yang bisa meminimalisasikan kesalahan-kesalahan yang dibuat yang bisa menyebabkan kecemasan tersendiri.

2. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan Dasar dengan Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor ilmu pengetahuan dasar dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan p value = 0,361. Tidak berhubung karena kemungkinan secara umum responden mempunyai pengetahuan yang relative sama.

Teori pendidikan mempengaruhi konteks pembelajaran di dalamnya. Lingkunganbelajarmeliputi semua

kekuatanyangmempengaruhi pembelajaran dan perkembangan individu melampaui batasan ruang kelas. Dunn & Hansford (1997) menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran klinik memberikan kesempatan untuk membuat hubungan antara teori dan praktekdan

menyesuaikanantaraketerampilandan

pengetahuan mereka.Teori tersebut menyatakan bahwa lingkungan mereka memberikan mereka kesempatan untuk mengaplikasikan hasil dari pembelajaran selama perkuliahan yang mereka peroleh sebagai seorang perawat.

Ilmu pengetahuan dasar sangatlah penting sebagai bekal bagi seorang perawat dalam melakukan tindakan klinik di Rumah Sakit. RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo merupakan rumah sakit dengan standar pengetahuan kerja yang tinggi, hal ini menuntut perawat untuk memiliki pengetahuan

52

kerja yang tinggi. Rumah sakit dengan pengetahuan kerja yang tinggi akan sangat berdampak pada pembentukan iklim pada lingkungan belajar klinik karena dengan pengetahuan yang tinggi perawat mempunyai pandangan lebih obyektif terhadap iklim organisasi yang ada di dalam rumah sakit, begitu juga sebaliknya, perawat yang memiliki pengetahuan kerja yang minimal,cenderungsubjektifdalammenilaisesuatuyangadadi lingkungannya.

3. Hubungan antara Atmosfer Sosial dengan Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa ada hubungan antara faktor atmosfer sosial dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan p value = 0,023.

Menurut Foley et al (2002), penelitiannya yang berfokus pada pengaruh persepsi sebagai role model dan bagaimana efek dari kegiatan sosialisasidarimahasiswakedalamkegiatanprofesikeperawatan. Menyatakan bahwa mahasiswa harus mempunyai hubungan sosial yang baik kepada CI, perawat klinik, staf maupun kepada pasien yang sedang menjalai rawat inap. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Siu et al (2005) yang menemukan bahwa struktur lingkungan belajar yang kuat dan didukung oleh atmosfer sosial yang baik, akan meningkatkan motivasi, kepercayaan dan meningkatkan arah pembelajaran diri mahasiswa profesi ke arah yang lebih baik.

Teori diatas mendukung hasil penelitian ini, dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa responden yang terbanyak

53

adalah responden dengan atmosfer sosial yang baik dan tidak mengalami kecemasan yakni sebanyak 13 responden (61,9%). Hal ini sejalan dengan pernyataan responden yang menyetujui bahwa CI, perawat maupun pasien bisa bekerja sama dengan mahasiswa profesi keperawatan. Jika ada hubungan kerja sama dan hubungan sosial yang baik, maka tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi akan berkurang.

4. HubunganantaraProgramPelatihandanWorkshopdenganTingkat

Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa ada hubungan antara faktor program pelatihan dan workshop dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan p value = 0,020.

Menurut Lee (1997), menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan dalam menjalani profesi keperawatan lebih dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat dari program-program pelatihan, dan bukan dari pengalaman educationalyangdidapatnyaselamaperkuliahandikelas.Dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang professional, program pelatihan keperawatan seharusnya digolongkan ke dalam model pembelajaran.

Kesuksesanpelatihandalamprogrampelatihanpendidikan keperawatan dipengaruhi oleh seberapa jauh tingkat keberhasilan dari kurikulum pelatihan tersebut dalam mengubah mahasiswa keperawatan menjadi ahli yang professional, berpengetahuan dan berkemampuan baik tanpa memandang apakah mahasiswa tersebut mempunyai pendekatan yang

54

terintegrasi baik secara praktek maupun teori. Tujuan dari program pelatihan seharusnya dikemukakan secara terbuka, sehingga mahasiswa keperawatan dapat mempelajari secara keseluruhan isi dan tujuan dari program pelatihan tersebut selama pelatihan berlangsung (French, 1994).

Teori diatas mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa responden yang terbanyak adalah responden dengan program pelatihan dan workshop yang baik dan tidak terjadi kecemasan yakni sebanyak 15 responden (71,4%). Hal ini bisa disebabkan karena dengan adanya program pelatihan yang diterapkan pada mahasiswa, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih jika dibandingkan dengan hanya belajar dari teori di kelas, sehingga dengan adanya pengalaman itulah bisa meminimalisir kesalahan-kesalahandalampraktikklinikdilapanganyangbisa menyebabkan kecemasan.

5. Hubungan antara Supervisi dengan Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor supervisi dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan p value = 0,568 dan 1,000.

Menurut Kilminster et al (2007),supervisi yang baik seharusnya menghargai pengalaman dan perasaan mahasiswa profesi, dengan tujuan akhir pengelolaan pasien yang lebih baik. Sehingga, supervisi yang efektif meliputi beberapa aspek, yang meliputi: sesuai konteks, pengamatan langsung,pemberianumpanbalik,multiaspek,sertahubungan55

interpersonal yang baik. Pemberian umpan balik sepatutnya dilakukan untuk poin-poin yang cukup penting serta dilakukan dalam frekuensi yang cukup sering. Pemberian umpan balik yang efektif akan mendorong tercapainya kemandirian mahasiswa, sehingga supervisi dengan lingkungan belajar klinik adalah saling berhubungan.Teori di atas memperkuat hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah responden dengan supervisi yang baik dan tingkat kecemasan rendah yakni sebanyak 17 responden (65,4%). Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara mahasiswa profesi dengan CI sangatlah baik, sehingga pemberian umpan balik antara mahasiswa dengan CI maupun perawat lainnya berjalan dengan baik, dan tingkat kecemasan pun akan menurun.6. Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor beban kerja dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa program profesi ners di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo dengan p value =

0,761.

Keterlibatan mahasiswa dengan beban kerja klinik yang mencukupi dansesuaidengankapasitassebagaimahasiswa,akanmenambah kepercayaan mahasiswa dan mengurangi kecemasan akibat beban kerja yang berlebihan (Chesser-Smhyth, 2005). Menurut Eraut (2005), terdapat empat elemen penting dalam menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa akibat beban kerja, yang pertama adalah dengan melibatkan mahasiswa

56

secara langsung dalam kerja pkaktik klinik, melibatkan mahasiswa lainnya sehingga mahasiswa tersebut merasa ada yang menemani dalam melakukan tindakan klinik, segera menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan baik dan benar, sehingga tugas tidak menumpuk, dan yang terakhir adalah dengan cara melibatkan klien/pasien, mengajak bekerja sama dengan klien.

Teori di atas mendukung hasil penelitian ini, yang menyatakan bahwa responden dengan beban kerja yang baik dan tidak mengalami kecemasan sebanyak 13 responden (86,7%). Beban kerja yang memadai dan masih bisa dilaksanakan oleh mahasiswa profesi dengan baik, akan menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa, disamping itu, pengalaman mahasiswa juga akan semakin terasah dengan adanya beban kerja yang cukup, dan mahasiswa tidak merasa terbebani dengan kerja klinik.

57

C. Keterbatasan Penelitian1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terlalu sedikit, sehingga hasil penelitianinitidakbisadigeneralisasikan.Harapannya,penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.

2. Instrument penelitian dalam penelitian ini masih kurang spesifik, terlalu sedikit untuk setiap variable dan harus dilengkapi dengan observasi, sehingga data yang di peroleh masih jauh dari akurat.

58

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

Gambaran lingkungan belajar klinik di RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dapat disimpulkan sebagai brikut : meliputi kondisi lingkungan belajar mahasiswa, atmosfer sosial, program pelatihan dan workshop, supervisi dan beban kerja. Kondisi lingkungan belajar di RSUD. Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dalam kondisi yang baik, atmosfer sosial di RSUD Prof. dr. margono soekarjo dalam kondisi yang baik, program pelatihan dan workshop dalam kondisi dalam mayoritas baik, supervisi yang di terima oleh mahasiswa mayoritas baik, beban kerja yang praktikdalamkondisiyangbaik.Sebagianmahasiswamengalami kecemasan yang ringan atau tidak mengalami kecemasan.

Atmosfersosialdanprogrampelatihandanworkshopmeliki hubungan yang bermakna dengan program. Variable Ilmu pngetahuan dasar dan beban kerja mahasiswa tidak memiliki hubungan yang bermakna.

59

B. Saran1. Bagi Institusi Pendidikan

Mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan untuk menciptakan atmosferyangpositifmelaluimenumbuhkanrasapercayadiridan mempersiapkan pelajaran dengan baik. Kemudian mahasiswa juga perlu dilibatkan pelatihan dan workshop yang berkaitan dengan praktik-praktik klinik yang diselenggarakan oleh rumah sakit.

2.Bagi Lahan Praktik

Para CI di anjurkan dilatih dengan pelatihan pendidikan agar dapat memahamibebanpsikologismahasiswaselamapraktik, mengkomunikasikan beban kerja dengan mahasiswa praktik atau berbagi tugas mahasiswa praktik dalam memberikan asuhan keperawatan dan menyelenggarakn pelatihan-pelatihan dan workshop yang terjangkau oleh mahasiswa, ciptakan lingkungan social yang baik kegiatan bersama CI dan mahasiswa.

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya direkomendasikan memperluas area penelitian pada pendidikan ners di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, denganmemasukkanvariabelperancudalamanalisis.Sertapeneliti selanjutnya menambahkan jumlah responden atau mahasiswa yang sedang melakukan profesi ners dan kuisioner penelitian.

60

DAFTAR PUSTAKAArikunto.(2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek edisi revisi keenam.Jakarta: PT RinekaCita.

Bungin, M. B. (2006). Metodologi penelitian kuantitatif.Jakarta: Kencana.

Calvin S. Hall. (1999). A primer of freudian psychology. Plume PublisherChan, D. (2002). Development of the clinical learning environment inventory: Using the theoretical framework of learning environment studies to assess nursing students' perceptions of the hospital as a learning environment. . Journal of Nursing Education. 41(2), 69-75

Chesser-Smyth, P. (2005). The lived experiencesof general student nurses on their fi rst clinicalplacement: A phemonenological study. NurseEducation in Practice, 5(6), 320327.

Dunn, S, V., & Burnett, P. (1995) The development of a clinical learning environment scale. Journal of Advanced Nursing,22,1166-1173.

Dunn, S. V., & Hansford, B. (1997). Undergraduate nursing students' perceptions of their clinical learning environment.Journal of Advanced Nursing, 25(6).

Emilia, O. (2008). Kompetensi dokter dan lingkungan belajar klinik di rumah sakit. Gadjah Mada Univeersity Press. Yogyakarta

Eraut, M. (2004). Informal learning in the workplace.Studies in ContinuingEducation, 26(2),247273.

Foley, B. J., Minick, M. P., &Kee, C. C. (2002). How nurses learn advocacy.

Journal of Nursing Scholarship, 34, 181-186.

French P. (1994). The creative management of practicum. In Nurse Education: An International Perspective (Brink H.I. &Mashaba T.G. eds), Juta Publishers, Cape Town, pp. 125147.

Grealish, L., & Ranse, K. (2009). An exploratory study of first year nursing

students learning in the clinical workplace.Contemporary Nurse. 33(1), 80-

92.

Hamilton, M. (1959). The assessment of anxiety state by rating.Br J Med Psychol.

32. 50-55

Hidayat, A, A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Salemba

Medika: Jakarta

Hutchinson, L. (2003). ABC of learning and teaching: Educational environment.

BMJ, 326, 810-812

Kilminster, S.M., Cotterall, D., Grant, J. & Jolly, B.C. (2007) AMEE Guide No.

27: Effective educational and clinical supervision. Medical Teacher, 29, 2

19.

Knox, J.E., &Mogan, J. (1985). Important clinical teaching behaviors as perceived by university nursing faculty, students, and graduates. Journal of Advanced Nursing, 10,25-30.

Lazarus, Richard S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theory of Emotion.American Psychologist SaransondanSpielberger.

Lee, C, H. (1997). Education in the practicum: a study of the ward learning climate in Hong Kong. Journal of Advance Nursing.26, 455-462.

Locken, T., &Norberg, H. (2005).Reduced anxiety improves learning ability of nursing students through utilization of mentoring triads.College of Nursing.Brigham Young University. Utah. 1-5.

Maramis,W.F.(1995).CatatanIlmuKedokteranJiwa.Surabaya:Airlangga

University Press

Moscariloto, L, M. (2009). Interventional strategies to decrease nursing student anxiety in the clinical learning environment.Journal of Nursing Education,

48(1), 17-23

Muldowney, Y., & McKee, G. (2011).Nurses new to intensive care: perceptions of their clinical learning environment.Nursing in Critical Care. 16(4), 201-

209.

Mulyono.A, W. (2011). Survey: Lingkungan belajar klinik menurut mahasiswa praktikan.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.RinekaCipta. Jakarta Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian kesehatan.RinekaCipta. Jakarta Nursalam.(2002).ManajemenKeperawatan:\AplikasidalamPraktik

Keperawatan Profesional, SalembaMedika: Jakarta

Pannen, P., Sadjati, I, M. (2001).Pembelajaran orang dewasa. PAU-PPAI Universitas Terbuka: Jakarta

Papp, I., Markkanen, M. & von Bonsdorff, M., (2003). Clinical environment as learning environment: student nurses perceptions concerning clinical learning experiences. Nurse Education Today, 2, p. 262-268.

Rahmani, A., Zamanzadeh, V., Abdullah-zadeh, F.,Lotfi, M., Bani, S.,

&Hassanpour, S. (2011). Clinical learning environment in viewpoints of nursing students in Tabriz University of Medical Sciences.IJNMR, 14(3),

253-256

Reilly,&Oerman. (2002). Nursing: Human science and human care. NationalLanguage for Nursing. New York

Resnayati, Y. (2007). Faktor determinan pengalaman belajar klinik keperawata nmedikal bedah.31-39.

Rotem, A., L. Bloomfield, et al. (1996). The clinical learning environment.IsraelJournal Of Medical Sciences, 32(9), 705-710

Saryono, (2008), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jogjakarta: Mitra Cendikia

Press

Sharif, F., &Masoumi, S. (2005). A qualitative study of nursing student experiences of clinical practice. BMC Nursing, 4(6).

Siu, H. M., Laschinger, H. K. S., &Vingilis, E. (2005).The effect of problem based learning on nursing students' perceptions of empowerment.Journalof Nursing Education, 44, 459.

Sugiyono.(2006). Statistik untuk penelitian. Alfabeta: Bandung

Tang, F., Chou, S., & Chiang, H. (2005). Students' perceptions of effective and ineffective clinical instructors.Journal of Nursing Education, 44, 187-192

Tjakrawerdaya, D. 1987. Rasa bersalah sebagai motif mekanisme difensi pada gangguan cemas secara menyeluruh. Majalah Psikiatri Jiwa. Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa Suryabrata

Williams, C. (2010). Understanding the essential elements of work-based learning anditsrelevancetoeverydayclinicalpractice.JournalofNursing Management. 18, 624-632.

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDENYang bertandatangan di bawahini:

Nama: Umur: JenisKelamin: PendidikanTerakhir: Pekerjaan: Alamat:

Dengan ini menyatakan setuju untuk menjadi responden dalam penelitian yangberjudulHUBUNGAN

LINGKUNGAN

BELAJAR KLINIKTERHADAP

TINGKAT

KECEMASAN

MAHASISWA PROGRAMPROFESI

NERSDIRSUDPROF.DR.

MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTODemikian surat persetujuan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Purwokerto, .. 2013

PenelitiResponden

AldiMaswihardo C

Kode:

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA

PROGRAM PROFESI NERS

FKIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN DI RSUD DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

A.Data PribadiJenisKelamin: L/P* Usia: Ruang: Stase:

B.Kuesioner Lingkungan Belajar KlinikBerikan tanda chek () pada kolom bagian yang sudah disediakan yang sesuai dengan anda.

SS: SangatSetuju

S: Setuju

TS: TidakSetuju

STS: SangatTidakSetuju

1. IlmuPengetahuanDasar

NoPertanyaanJawabanSSSTSSTS1Saya tidak begitu mengerti dan tahu tentang tindakan keperawatan yang akan saya lakukan kepada pasien

2Saya dapat bertanya sebanyak apapun yang kami ingin tahu di tempat praktik

3Pertanyaan kami dapat terjawab dengan memuaskan di ruang praktik ini

4Buku atau literature tersedia untuk mahasiswa di ruang tempat praktik

5Pengalaman praktik di tempat ini memberikan saya contoh terbaik bagaimana saya nanti bekerja secara profesional

2. AtmosferSosial

NoPertanyaanJawabanSSSTSSTS1Ruang tempat saya praktik sekarang adalah tempat yang menyenangkan baik untuk perawat mau