skripsi

41
Judul: Efektivitas Manajemen PAUD di Wilayah Blang Bintang A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang rumit seperti masalah reformasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, masalah krisis yang berkepanjangan dan hingga saat ini belum tuntas, masalah kebijakan makro pemerintah tentang sistem pemerintahan otonomi daerah yang memberdayakan masyarakat. Kita juga menghadapi perubahan-perubahan besar dan amat fundamental dilingkungan global. Perubahan lingkungan strategis pada tataran global tersebut tercermin pada pembentukan forum-forum seperti GATT, WTO, dan APEC, NAFTA dan AFTA, IMG-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA, dan SOSEKMALINDO yang merupakan usaha untuk menyongsong perdagangan bebas dimana pasti akan berlangsung tingkat persaingan yang amat ketat. Suatu perubahan regulasi yang semula monopoli menjadi persaingan bebas (free competition). Demikian pula, 1

Upload: hyenim-chansung

Post on 03-Jul-2015

334 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI

Judul: Efektivitas Manajemen PAUD di Wilayah Blang Bintang

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke 21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang rumit

seperti masalah reformasi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, masalah

krisis yang berkepanjangan dan hingga saat ini belum tuntas, masalah kebijakan

makro pemerintah tentang sistem pemerintahan otonomi daerah yang

memberdayakan masyarakat. Kita juga menghadapi perubahan-perubahan besar

dan amat fundamental dilingkungan global. Perubahan lingkungan strategis pada

tataran global tersebut tercermin pada pembentukan forum-forum seperti GATT,

WTO, dan APEC, NAFTA dan AFTA, IMG-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA, dan

SOSEKMALINDO yang merupakan usaha untuk menyongsong perdagangan

bebas dimana pasti akan berlangsung tingkat persaingan yang amat ketat. Suatu

perubahan regulasi yang semula monopoli menjadi persaingan bebas (free

competition). Demikian pula, terjadi pada pasar yang pada awalnya berorientasi

pada produk beralih pada orientasi pasar, serta dari proteksi berpindah menjadi

pasar bebas. Untuk itu perlu mengantisipasi keadaan ini dengan memperkuat

kemampuan bersaing diberbagai bidang dengan pengembangan Sumber Daya

Manusia. Sayangnya SDM kita saat ini memprihatinkan, menurut UNDP.

Indonesia menempati peringkat 109 dari 174, peringkat daya saing ke 46 yang

paling bawah di kawasan Asia Tenggara, Singapura ke-2, Malaysia ke-27.

Phillipina ke 32, dan Thailand ke 34, dan termasuk negara yang paling korup

didunia (Indra Jati Sidi, 2000). Menurut Survei Human Development Index

1

Page 2: SKRIPSI

sebagaimana diungkapkan oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur Direktorat

Peguruan Tinggi Swasta Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, kualitas SDM

Indonesia saat ini menduduki peringkat ke 105. Untuk ilustrasi , perangkat SDM

di kawasan Asia Tenggara yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26,

Malaysia 56, Thailand 57 dan Pilipina 77.

Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan

manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu

maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.

Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan

tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.

Harold G. Shane dalam buku Arti Pendidikan Bagi Masa

Depan, mengatakan:

“pendidikan secara potensial penting karena : (1)

Pendidikan adalah satu cara yang mapan untuk

memperkenalkan si siswa (learners) pada keputusan sosial yang

timbul; (2) pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi

masalah sosial tertentu; (3) pendidikan telah memperlihatkan

kemampuan yang meningkat untuk menerima dan

mengimplementasikan alternatif-alternatif baru; (4) pendidikan

barangkali merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh

masyarakat untuk membimbing perkembangan manusa

sehingga pengamanan dari dalam berkembang pada setiap anak

2

Page 3: SKRIPSI

dan karena itu dia terdorong untuk memberikan kontribusi pada

kebudayaan hari esok.” (Harold G. Shane, 2002, 39).

Berangkat dari apa yang diungkapkan oleh Shane, dapat

dikatakan bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat

penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, sehingga setiap warga

negara Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Hal ini

dimaksudkan agar, mutu sumber daya manusia Indonesia dapat

bersaing dengan warga negara lain di dunia ini.

Hal ini tentunya patut diapresiasi dengan baik, karena

dengan demikian kesempatan mengenyam pendidikan tidak lagi

hanya menjadi milik mereka yang memiliki kekayaan, tetapi

juga seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini, maka setiap warga

negara Indonesia, dari mulai keluarga pemulung, tunawisma

hingga buruh bangunan berhak untuk memperoleh pendidikan

di sekolah.

Masa usia dini merupakan masa penting dalam

perkembangan hidup manusia. Karena masa usia dini merupakan

masa paling awal dalam rentang kehidupan yang akan

menentukan perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya. Masa

ini adalah masa yang paling kritis dimana perkembangan seluruh

aspek dalam kehidupan manusia terjadi pada usia dini selain itu

pembentukan karakter atau kepribadian terjadi pada masa ini.

3

Page 4: SKRIPSI

Jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di

bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum PAUD

ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut. Lama masa belajar seorang murid di PAUD biasanya

tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor

per semester.

Umur rata-rata minimal USIA DINI berkisar 1-6 tahun. Di

PAUD, anak-anak kesempatan belajar dan kurikulum

pembelajaran yang sesuai dengan usia tiap tingkatannya. Siswa

diajarkan mengenai hal ihwal berikut ini: Agama, Budi bahasa,

Berhitung, Membaca (lebih tepatnya mengenal aksara dan

ejaan), Bernyanyi, Bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan

teman-teman sepermainannya. Berbagai macam keterampilan

lainnya.

Tujuannya yaitu meningkatkan daya cipta anak dan

memacunya untuk belajar mengenal bermacam-macam ilmu

pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama,

sosial, emosional, fisik/motorik, kognitif, bahasa, seni, dan

kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya

menumbuhkembangkan daya pikir dan peranan anak kecil

4

Page 5: SKRIPSI

dalam kehidupannya. Semua kegiatan belajar ini dikemas dalam

model belajar sambil bermain.

Namun masyarakat pedesaan masih kurang minatnya dalam

menyekolahkan anaknya ke pendidikan PAUD. Hal ini dapat

dilihat pada PAUD yang terdapat diwilayah pedesaan. PAUD

tersebut masih sangat minim muridnya dan bila kita berjalan ke

pedesaan tersebut maka kita bisa melihat masih banyak anak-

anak yang berkeliaran di jam sekolah.

Dari hasil studi pendahuluan didapat gambaran bahwa

masih kurangnya minat masyarakat mengantarkan anak ke

PAUD. Hal ini dibuktikan dari sedikitnya murid di PAUD wilayah

Blang Bintang, maka untuk itu memerlukan penelitian lebih

lanjut.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas Manajemen PAUD

di Wilayah Blang Bintang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut “ apakah pengaruh dari

5

Page 6: SKRIPSI

minimnya minat masyarakat pedesaan untuk memasukkan

anaknya ke pendidikan usia dini”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang

telah dikemukankan diatas, secara umum penulisan ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh minimnya minat

masyarakat pedesaan dalam memasukkan anaknya ke

pendidikan usia dini. Secara khusus penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui pengaruh yang mendasari minimnya minat

masyarakat dalam memasukkan anaknya ke pendiidkan

usia dini

2. Menyelidiki sejauh mana minat masyarakat dalam

menyekolahkan anaknya ke pendidikan usia dini.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka

pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah relevansi program institusi PAUD dalam

meningkatkan mutu pendidikan?

2. Bagaimanakah intensitas institusi PAUD dalam

meningkatkan minat masyarakat untuk memasukkan

anaknya ke PAUD?

6

Page 7: SKRIPSI

3. Bagaimanakah strategi institusi PAUD dalam meningkatkan

minat masyarakat untuk memasukkan anaknya ke PAUD?

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu khususnya dalam ilmu

kependidikan, khususnya pendidikan usia dini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian bermanfaat bagi:

a. Penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

pengembangan ilmu dalam mengkaji tentang pentingnya pendidikan

usia dini.

b. Dapat memberikan informasi kepada guru pada umumnya dan

khususnya guru taman kanak-kanak tentang pentingnya pendidikan

usia dini.

c. Kepada orang tua agar meningkatkan minatnya untuk memasukkan

anaknya ke pendidikan usia dini.

F. Landasan Teori

1. Pengertian Pendidikan

7

Page 8: SKRIPSI

Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah

dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir

yang awam dan kaku menjadi lebih moderan. Hal tersebut sangat berpengaruh

dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.

Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara

mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai

tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Pendidikan adalah suatu kata yang sangat sering kita dengar dari masa kita

mengalami masa kecil sampai saat kita hidup pada usia berapapun. Pendidikan

menjadi suatu kata yang paling mudah kita gunakan ketika dikaitkan dengan suatu

bangunan yang bernama ‘sekolah’. Dari sini mulai muncul suatu konsepsi sempit

mengenai arti pendidikan. Pendidikan dikaitkan dengan ‘lembaga’, bukan

‘institusi’. Saat kita berbicara mengenai pendidikan sebagai suatu ‘lembaga’ (baca

; sekolah), maka pendidikan akan mengalami keterbatasan karena dianalogikan

dengan bangunan permanen/non-permanen yang digunakan sebagai tempat untuk

memperoleh pengetahuan. Tetapi apabila paradigma pendidikan dapat kita lihat

secara universal sebagai suatu ‘institusi’, maka pendidikan akan dapat berjalan

sepanjang kita hidup (anda pasti pernah mendengar konsep long life education

‘kan?). Sebelum dilanjutkan, pemahaman ‘institusi’ harus dapat dilihat dan

diartikan sebagai nilai-nilai dan norma yang hidup dan berkembang di

masyarakat, atau dapat ditranslasikan sebagai suatu keyakinan yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat dan dianut oleh banyak orang mengenai apa yang

benar, pantas, luhur dan baik untuk dilakukan. Sedangkan ‘sekolah’ merupakan

8

Page 9: SKRIPSI

manifesto dari ‘insitusi’ pendidikan yang umum disebut sebagai ‘institut’. Jadi,

kesimpulan dari premis-premis tadi, dapat kita katakan bahwa pendidikan sebagai

sebuah ‘insitusi’ yang bernilai luhur yang berusaha di’institusionalisasi’kan lewat

sebuah ‘institut’ yang kita sebut sebagai sekolah.

Dalam buku ‘Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Hasbullah menerangkan

bahwa dalam artian sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan –bandingkan dengan pengertian tentang ‘institusi’ yang saya jelaskan

di atas -. Kemudian, seiring dengan tahap-tahap perkembangan, pendidikan

kemudian diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok

orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan

yang lebih tinggi dalam arti mental

Dalam realitasnya, pengertian pendidikan selalu mengalami

perkembangan, meskipun secara esensial tidak mengalami perbedaan yang

signifikan. Pengertian pendidikan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Langeveld ;

“Pendidikan ialai setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang

diberikan kepada anak yang tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

dikatakan membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya

sendiri”.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh disini datangnya dari orang

dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran

9

Page 10: SKRIPSI

hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum

dewasa.

2. John Dewey :

“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”

3. J.J. Rousseau ;

“Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa

kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

4. Driyarkara ;

“Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan

manusia muda ke taraf insani”.

5. Carter V Good

“Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. “The systematic

learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of

student control and guidance; largely replaced by the term education”

Pendidikan adalah “Seni, latihan (praktek) )atau profesi (pekerjaan) dari

mengajar” “Suatu pembelajaran yang sistematis atau petunjuk (instruksi) yang

berisi prinsip-prinsip dan metode-metode pengajaran serta menuntun dan

mengarahkan siswa ; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

6. Ahmad D. Marimba

“Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.

10

Page 11: SKRIPSI

7. Ki Hajar Dewantara

“Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun

maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

Pendidikan sendiri berasal dari kata ‘didik’ v, mendidik, yang dapat

diartikan ‘memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran’. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang / kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses, perbuatan,

cara mendidik (KBBI, 1988). Dalam bahasa Latin, kata ‘pendidikan’ diartikan

menjadi ‘educare’ yang berasal dari sebuah kata ‘e-ducare’ yang berarti

‘menggiring ke luar’. Jadi educare dapat diartikan sebagai usaha pemuliaan,

‘pemuliaan manusia’ atau ‘pembentukan manusia’

Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata "didik",

Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya

memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan

diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran.

Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu

kata "paid" artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing

"sehingga " pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak".

Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata

11

Page 12: SKRIPSI

"paid" artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga "

pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak".

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, kita

dapat menarik suatu benang merah, persamaan esensial yang ada dari pendapat-

pendapat itu, bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan

baik secara sadar maupun tidak sadar,yang didalamnya memiliki unsur-unsur

penunjang seperti pendidik, yang dididik, tujuan, metode dan fasilitas-fasilitas,

sehingga semuanya akan bermuara kepada suatu nilai yang dianggap mempunyai

kebaikan dalam melakukan hidup bermasyarakat.

2. Efektivitas

Menurut Starawaji (2009) Pengertian Efektivitas adalah

proses belajar mengajar yang dikembangkan di sekolah dasar

dan sekolah menengah harus mempunyai target dalam

penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh masing-

masing guru mata pelajaran, dimana harus berdasarkan pada

kurikulum yang berlaku pada saat ini, karena kurikulum saat ini

sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan jika

12

Page 13: SKRIPSI

dibandingkan dengan kurikulum zaman dulu. Bahan mata

pelajaran banyak sekali yang masuk dalam sebuah kurikulum,

tentunya semua mata pelajaran tersebut harus disesuaikan

dengan waktu yang tersedia pada hari yang efektif, tapi materi

pelajaran yang ada di kurikulum lebih banyak dari waktu yang

tersedia. Ini sangat ironis karena semua mata pelajaran dituntut

untuk bisa mencapai target yang ditentukan dalam kurikulum.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari

kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau

akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan

hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas

merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,

dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang

dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas

adalah pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya

suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Menurut Dewi (2009) Efektivitas adalah pencapaian tujuan

secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari

serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan

dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan

sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-

tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas

13

Page 14: SKRIPSI

dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah

ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.

3. Pengertian PAUD

Prasekolah atau preschool bukan lagi hal yang mewah bagi

masyarakat Indonesia. Di pendidikan prasekolah, anak-anak

berusia dua sampai empat tahun mulai diajak mengenyam

pendidikan sambil bermain-main. Banyak lembaga prasekolah

kini tersebar di kota-kota besar dan pinggirannya, menawarkan

pendidikan dini bagi anak-anak. Belum ada ketentuan di

Indonesia mengenai batasan usia bagi calon peserta pendidikan

prasekolah. Kebanyakan pendidikan prasekolah diselenggarakan

oleh penyelenggara PAUD atau tempat penitipan atau perawatan

anak. Sebagian prasekolah disebut juga taman bermain. Di

tempat itu anakanak dididik mandiri dan menguasai

keterampilan serta pengetahuan dasar lainnya seperti berhitung,

serta mengenal bentuk dan warna.

Salah satu tujuan prasekolah adalah membantu

meletakkan dasar semua aspek tumbuh kembang bagi anak-

anak sebelum mereka memasuki pendidikan dasar. Pada tahap

usia dini tersebut, anak-anak diasah kepekaannya dalam

menerima berbagai rangsangan. Pendidikan prasekolah

seharusnya lebih difokuskan pada pengembangan fungsi kognitif,

afektif dengan penekanan pada fungsi motorik. Prasekolah yang

14

Page 15: SKRIPSI

baik umumnya mengajarkan kemandirian kepada para muridnya.

Namun ada juga yang memadukan model pendidikan dengan

dasar-dasar beragama serta pengembangan wawasan sains dan

teknologi, atau kewirausahaan. Tidak sedikit yang menyajikan

layanan berimbang antara perkembangan intelektual, emosional

dan spiritirual anak dengan menggunakan metode bermain

sambil belajar. Idealnya pihak pengelola prasekolah sebagai

“sahabat keluarga” memberikan edukasi kepada orangtua

tentang pentingnya penguasaan bahasa ibu yang baik dan

benar. Pentingnya pengembangan moral budipekerti yang baik

maupun toleransi beragama sejak dini. Prasekolah juga harus

mengoptimalkan perkembangan kecerdasan majemuk secara

seimbang dan benar agar anak-anak merasa bahagia.

Dewasa ini pendidikan prasekolah mulai dirasa penting dan

dinilai berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang bagi

anak-anak. Anak-anak yang mengenyam bangku prasekolah

diharapkan lebih mampu mempersiapkan memasuki jenjang

pendidikan berikutnya.

Pendidikan yang diawali secara benar memungkinkan hasil

yang lebih baik. Bisa juga orangtua mengawali pendidikan dini

anak-anaknya melalui homescholing yang sampai kini masih

dinilai mewah. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

memang tidak mempersyaratkan prasekolah guna memasuki

15

Page 16: SKRIPSI

pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah di Indonesia belum

dianggap penting. Padahal pendidikan di usia dini bisa

memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan, gizi, dan

perkembangan psikososial anak. Prasekolah adalah salah satu

alternatifnya. Ada beberapa kriteria prasekolah yang harus

diperhatikan para orangtua. Seharusnya para orangtua melihat

dulu reputasi dan rekam jejak (track record) prasekolah sebelum

mengirimkan anaknya ke lembaga tersebut. Perlu juga dicermati

pengalaman para guru yang mengajar di sana, karena merekalah

yang berhadapan langsung dengan anak-anak. Rasio jumlah staf

terhadap anak-anak yang dididik juga harus diperhitungkan.

Direkomendasikan satu orang dewasa bagi setiap dua atau tiga

orang anak berusia 2-5 tahun. Perlu pula diamati kebersihan

sekolah, terutama kamar mandi dan ruang maupun peralatan

bermain.

Banyak pendidikan prasekolah di kota-kota besar

menggunakan pengantar bahasa Inggris. Ada yang mengajarkan

keterampilan komputer dan bahkan menawarkan program

pendidikan membaca dan berhitung. Banyak yang jauh dari

hakikat pendidikan prasekolah yang semestinya tetap lebih

banyak bermain tanpa harus belajar melampaui kemampuan

usia mereka. Pendidikan prasekolah semestinya memprioritaskan

visi kebahagiaan anak dan menjadi sahabat keluarga atau

16

Page 17: SKRIPSI

orangtua dalam mengembangkan kecerdasan majemuk anak

secara optimal dengan seimbang, sambil menambahkan budi

pekerti.

Kajian dari berbagai sudut pandang medis-neurologis,

psikososial-kultural, dan pendidikan mengimplikasikan suatu

pandangan yang komprehensif tentang anak usia dini. Secara

singkat kajian tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini

(sejak lahir hingga 6 tahun) adalah sosok individu makhluk sosial

kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan

yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan

memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu (Ishak

Abdulhak, 2003: 23). Sebagai individu, anak usia dini adalah

suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan

rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis

dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sebagai

makhluk sosio-kultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam

suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan

dididik sesuai dengan nilai-nilai sosio-kultural yang sesuai

dengan harapan masyarakatnya.

Menurut Hibana S Rahman (2004: 4) anak usia dini

mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental

dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia

dini dapat memberikan perkembangan yang membekas dan

17

Page 18: SKRIPSI

berjangka lama sehingga melandasi proses perkembangan anak

selanjutnya. Ia memiliki sejumlah potensi baik potensi fisik-

biologis, kognisi maupun sosio-ekonomi. Ia adalah individu yang

sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat serta

merupakan pembelajar yang aktif dan energik.

Para ahli psikologi perkembangan sepakat usia dini (0-4

tahun) adalah sebagai “the golden age” atau masa emas dalam

tahap perkembangan hidup manusia. Dikatakan sebagai masa

emas, karena pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak

siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat

berkembang secara optimal di kemudian hari. Dalam banyak

penelitian menunjukkan, kecerdasan anak usia 0-4 tahun akan

terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan dicapai

pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun

pertama adalah masa-masa paling menentukan dalam

membangun kecerdasan anak dibandingkan masa-masa

sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak

mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi tumbuh

kembang anak tidak akan teraktualisasikan secara optimal

(Sutaryati, 2006: 10).

Menurut Hibana S Rahman (2005: 5) anak yang

mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental,

18

Page 19: SKRIPSI

yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak

pada peningkatan prestasi belajar, atas kerja dan produktivitas.

Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan

mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Secara lebih luas dari

aspek sosio-kultural, PAUD dapat merupakan suatu realisasi dari

hak anak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan potensi

yang dimiliki. Melalui PAUD, pewarisan nilai-nilai masyarakat

dapat dilakukan sehingga dapat menyiapkan anak sebagai

generasi penerus untuk masa depan. Bahkan secara ekonomik,

PAUD dapat merupakan investasi bagi masa depan karena anak

yang terdidik dan berkembang baik secara ekonomis akan

menguntungkan pada masa yang akan datang.

Begitupun, perubahan struktur dan fungsi keluarga,

khususnya di daerah-daerah perkotaan, menuntut pelayanan

PAUD lebih dilembagakan. PAUD dimaksudkan untuk

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani anak usia dini agar ia dapat tumbuh kembang secara

sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan

masyarakat. Sesuai dengan aspek perkembangan dan kehidupan

anak selanjutnya, menurut Ishak Abdulhak (2003: 26) PAUD

memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) Pengembangan

segenap potensi anak; (2) Penanaman nilai-nilai dan norma-

norma kehidupan; (3) Pembentukan dan pembiasaan perilaku-

19

Page 20: SKRIPSI

perilaku yang diharapkan; (4) Pengembangan pengetahuan dan

keterampilan dasar, serta (5) Pengembangan motivasi dan sikap

belajar yang positif.

Tujuan dan fungsi PAUD yang dasar pendiriannya adalah

SK Mendiknas Nomor 051/0/2001 tanggal 19 April 2001 berkaitan

erat dengan visi dan misi dari PAUD itu sendiri. Adapun visi dari

PAUD tersebut adalah “Terwujudnya anak usia dini yang sehat

cerdas dan ceria” Sementara misinya adalah: (1) Mengupayakan

pemerataan pelayanan, peningkatan mutu dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan dini, (2) Mengupayakan

peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam

memberikan layanan pendidikan usia dini.

Agar tujuan dan fungsi PAUD dapat tercapai, maka ada 4

prinsip yang harus dipegang dalam penyelenggaraan PAUD :

Pertama, holistik dan terpadu. PAUD dilakukan dengan terarah ke

pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani anak serta dilakukan secara terintegrasi

dalam suatu kesatuan program utuh dan proporsional. Kedua,

berbasis keilmuan. Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek

pendidikan anak usia dini yang tepat perlu dikembangkan

berdasarkan temuan-temuan mutakhir dalam bidang keilmuan

yang relevan. Ketiga, berorientasi pada perkembangan anak.

20

Page 21: SKRIPSI

PAUD dilaksanakan sesuai karakteristik dan tingkat pendidikan

anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak

terstruktur, informal, emergen dan responsive terhadap

perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung

dalam suasana bermain. Keempat, berorientasi masyarakat.

Mengingat anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus

menjadi generasi penerus dari masyarakat yang bersangkutan,

maka PAUD hendaklah berlandaskan dan sekaligus turut

mengembangkan nilai-nilai sosio-kultural yang berkembang pada

masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga

mempersyaratkan perlunya PAUD untuk memanfaatkan potensi

lokal, baik itu berupa keragaman sosial budaya maupun berupa

sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat

setempat.

PAUD dengan urgensinya dalam beberapa tahun terakhir,

semakin popular. Kalangan perguruan tinggi, pelaku pendidikan

dan pejabat serta masyarakat luas tampaknya mulai akrab

dengan PAUD, sekalipun dapat dipastikan bahwa tingkat

pengertian mereka tentang PAUD berbeda-beda. Meningkatnya

popularitas PAUD menurut Dedi Supriadi (2003: 97) antara lain

berkat sosialisasi yang gencar yang dilakukan oleh berbagai

pihak, khususnya Ditjen Diklusepa melalui Direktorat PAUD,

perguruan tinggi yang memiliki program Pendidikan Guru TK

21

Page 22: SKRIPSI

(PGTK), Forum PAUD, dan berbagai departemen/instansi yang

turut menangani PAUD serta publikasi melalui media massa.

Namun demikian, walaupun popularitasnya meningkat,

PAUD masih harus menghadapi sejumlah tantangan dan

permasalahan sebelum mencapai hasil seperti yang diharapkan

semua pihak. Tantangan dan permasalahan tersebut antara lain :

Pertama, meskipun penanganan anak perlu dilakukan secara

komprehensif dan terpadu, namun hingga saat ini belum ada

suatu sistem yang menjamin keterpaduan kebijakan dan

program dalam penanganan anak usia dini. Di tingkat ini

lapangan kelompok BKB, TPA maupun Kelompok Bermain sudah

dilakukan. Namun mengingat belum ada keterpaduan kebijakan

lintas sektor yang jelas di tingkat pusat, hasil yang dicapai belum

optimal. Kedua, anak usia dini (0-6 tahun) merupakan populasi

yang cukup besar (12,85% dari keseluruhan populasi sensus

2000) sementara di pihak lain, kapasitas pemerintah dalam

penyelenggaraan PAUD sangat minim. Akibatnya, masih terlalu

banyak anak usia dini yang belum mendapat layanan PAUD.

Menurut Fasli Jalal (2003: 37), sampai dengan tahun 2001 jumlah

anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani diperkirakan 19 juta

anak (73% dari keseluruhan populasi anak).

Keempat, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk

mengikutkan putraputrinya dalam program PAUD. Banyak

22

Page 23: SKRIPSI

keluarga yang masih beranggapan bahwa anak usia dini cukup

dididik di rumah saja. Dampaknya, penyelenggaraan PAUD di

lapanga belum menarik minat semua keluarga yang

menyebabkan cakupannya belum tinggi. Upaya mengatasi

tantangan dan permasalahan yang ada selain perlu dilakukan

dengan meningkatkan intensitas penyuluhan/pembinaan ke

masyarakat tentang perlunya PAUD, pemerintah juga perlu

meningkatkan keterpaduan lintas sektor dengan dukungan dana

yang memadai. Kader yang mengelola PAUD pun perlu dibina

secara intensif melalui program pelatihan, orientasi, diskusi atau

studi banding ke daerah lain yang kegiatan PAUD nya sudah

berjalan baik. Penumbuhkembangan PAUD di wilayah-wilayah

yang terjangkau oleh TK atau PAUD sejenis juga perlu dilakukan

dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti jumlah

sasaran, ketersediaan tempat dan dukungan sarana, keberadaan

kades dan sebagainya sehingga cakupan sasarannya meningkat.

Tentu masih banyak strategi untuk mengatasi tantangan dan

permasalahan di atas, namun upaya-upaya tersebut di atas

sudah cukup efektif sepanjang ada kebijakan yang terpadu dan

konsisten di tingkat pusat hingga daerah sehingga program ini

mendapatkan dukungan masyarakat luas.

Dari uraian tersebut dapat kita pahami bahwa PAUD

dipandang dari sudut manapun sangat urgen dalam rangka

23

Page 24: SKRIPSI

penyiapan SDM berkualitas di kemudian hari. Oleh karena itu,

penyelenggaraan PAUD di tingkat lini lapangan baik berupa

rintisan maupun yang dipadukan dengan kegiatan lain yang

sudah perlu mendapat dukungan semua pihak. Adapun dengan

masih banyaknya tantangan dan hambatan yang dihadapi

berkaitan dengan penyelenggaraan PAUD akan dapat dengan

mudah sepanjang ada keseriusan dari pihak pemerintah untuk

mengatasi tantangan dan hambatan yang ada. Strategi jitu yang

dapat ditempuh adalah dengan keterpaduan lintas sektor serta

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program PAUD

tentunya juga harus didukung oleh sarana prasarana yang

memadai.

G. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada usaha menguasai teori-teori dasar penelitian

yang bersifat deskriptif dengan mementingkan penguasaan proses penelitian,

membatasi studi dengan fokus kajian. Menentukan kriteria untuk memeriksa

keabsahan data dan hasil penelitian bisa diterima serat dibenarkan oleh kedua

belah pihak, yaitu pihak peneliti dan yang diteliti.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena

sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti. Penelitian ini bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, yang berupa perilaku orang yang dapat diobservasi

24

Page 25: SKRIPSI

dari lisan maupun tulisan, sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif menurut

Moleong (2006:6) yaitu:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Alasan pemilihan pendekatan kualitatif ini juga sesuai dengan yang

dikemukakan oleh John W Sreswell (Patilima, 2005:67) yang menyatakan bahwa

”Alasan penggunaan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bertujuan

memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok”. Selain

itu metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi. Secara

bertahap peneliti berusaha memahami fenomena sosial dengan membedakan,

membandingkan, meniru, mengatagorikan dan mengelompokkan objek studi.

Dari uraian diatas dan sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka

sangatlah cocok pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian ini merupakan terapan ilmu pendidikan untuk menemukan kebenaran

ilmiah. Penelitian ini difokuskan pada kajian mengenai motivasi belajar siswa,

khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang di jadikan sebagai tempat penelitian adalah

beberapa Taman Kanak-kanak yang berada di wilayah

kecamatan Blang bintang yaitu TK Al Munawwarah, TK

25

Page 26: SKRIPSI

Atthahirah Al Islami, TK Babussa’adah dan TK Angkasa. Adapun

yang menjadi subjek penelitian atau responden dalam penelitian

ini adalah orang tuas/wali masing-masing murid yang berjumlah

berjumlah 546 orang. Mengingat populasi yang diteliti terlalu

banyak, maka penulis hanya memilih secara acak beberapa

orang tua murud yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam peneltian ini, penulis

menggunakan teknik observasi, angket, wawancara dan

dokumentasi. Keempat teknik ini penulis gunakan untuk

mendapatkan informasi yang akurat, tepat guna dan saling

melengkapi.

1. Observasi

Teknik ini penulis gunakan sebelum teknik wawancara

dilakukan, guna mendapat informasi awal untuk teknik

wawancara yang akan dilakukan berikutnya.

2. Angket

Angket digunakan hanya untuk mengukur minat

masyarakat dilakukan dengan menggunakan skala minat yang

dikembangkan dan disesuaikan dengan penjabaran peneliti.

Angket yang digunakan pada penelitian ini angket yang

26

Page 27: SKRIPSI

disajikan untuk dijawab oleh responden yang hanya memilih

alternative jawaban yang tepat a, b, c, d dan e yang disediakan.

Angket disusun oleh peneliti sendiri, maka sebelum uji coba,

kami adakan perbaikan-perbaikan melalui penyuluhan dan

bimbingan kepada masing-masing orangtua/wali murid.

Disamping itu juga mendapat sejumlah masukan dari dosen

pembimbing.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara seperti yang tercantum dalam laporan. Pedoman ini

dibuat dan dirumuskan dalam bentuk terbuka, melalui

wawancara akan diperoleh data tentang minat masyarakat

pedesaan dalam memasukkan ananya ke pendidikan usia dini

meliputi:

a. Usaha orang tua dalam memasukkan anaknya ke

pendidikan usia dini

b. Proses yang dilakukan orang tua

c. Hasil akhir dari proses dalam memasukkan anaknya ke

pendidikan usia dini

4. Dokumentasi

Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari

dua teknik terdahulu, digunakan studi dokumentasi yaitu

27

Page 28: SKRIPSI

dengan mempelajari berbagai dokumen yang berkaitan dengan

minat dan usaha serta hasil yang diperoleh.

J. Prosedur Analisis Data

Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya

dianalisis dan diinterpretasikan mulai dari awal penelitian sampai

akhir penelitian. Analisis adalah proses penyusunan data agar

data mudah ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan

ke dalam pola, tema atau kategori. Sedangkan tafsiran dilakukan

untuk memberi makna pada analisis, dengan jalan menjelaskan

pola katagori. Nasution (1996:26) mengemukakan tiga hal

penting analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu:

1. Reduksi data

Dilakukan dengan cara merangkum data, memilih hal-hal

yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

2. Display data

Dilakukan dengan mensistematiskan pokok-pokok

informasi sesuai dengan tema dan polanya. Pola yang nampak

ditarik suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan

mempunyai makna tertentu.

3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi, dilakukan dengan

cara menarik kesimpulan atas rangkuman data yang tampak

28

Page 29: SKRIPSI

dalam display data sehingga data tersebut mempunyai makna,

karena kesimpulan tersebut bersifat kabur, agar kesimpulan itu

menjadi jelas, perlu verifikasi selama dan sesudah penelitian

berlangsung.

K. Rancangan Kegiatan Penelitian

JADWAL PENELITIANPenelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut :

No Deskripsi KegiatanBulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul Penelitian

2 Studi Pendahuluan

3 Perancangan Instrumen Penelitian

4 Pengumpulan Data

5 Pengolahan Data

6 Ringkasan Eksekutif

(Executive Summary)

7 Seminar Hasil Penelitian

8 Penulisan Laporan Penelitian

9 Penggandaan Laporan Penelitian

29

Page 30: SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA

Anwar,A. (1996). Sistem Evaluasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal, I. (2005). Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Carter V. Good. 1959. Dictionary of Education. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. New York.

Driyarkara. 1950. Driyarkara Tentang Pendidikan. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Drost, J, 1999, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, Jakarta, Grasindo

Edward. (1996). Psykologi Pendidikan, Yokyakarta: Usaha Nasional.

Hadi, Kusmono, dkk. 2002. Sosiologi; Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: Piranti Dharma.

Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Handoko, Hani (2003). Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Erlangga.

Langeveld (terj.), 1971. Paedagogiek Teoritis / Sistematis. Jakarta : FIP-IKIP

Marimba D, Ahmad. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Pt. Al Ma’arif. Bandung.

Moleong, LJ. (2006). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung:Tarsito.

30

Page 31: SKRIPSI

Peter, dkk,. Kamus Bahasa Indonesia kontemporer.. Jakarta: Modern English PRESS,1991

Sabri, M Sabri, Psikologi Pendidikan ., Jakarta : CV. Pedoman ilmu Jiwa, 1996

Sudirman N,dkk. 1992. Ilmu Pendidikan.. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan. Aksara Baru. Jakarta.

Suparno, A. Suhaenah. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Dirjen Dikti – Depdiknas. Jakarta

Sudjana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.

Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, . Kamus Besar bahasa Indonesia., Jakarta : Balai Pustaka,1988

31