skripsi

20

Click here to load reader

Upload: devia-rayanti

Post on 02-Jul-2015

495 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX A MTsN BANGKALAN PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN KUADRAT MELALUI PEMBELAJARAN BERPosted January 18th, 2010 by arohim02abstraks: Berdasarkan data dan pengalaman mengajar di MTsN Bangkalan selama ini, sebagian besar siswa kelas IX mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal persamaan kuadrat. Permasalahan yang diambil pada penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan persamaan kuadrat?Tujuan penelitian ini adalah (1)untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A MTs N Bangkalan melalui pembelajaran berbalik, (2) untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa, Subyek penelitian adalah siswa kelas IX A MTs N Bangkalan tahun pelajaran 2006/2007yang terdiri dari 42 siswa. Prosedur tindakan kelas ini ditempuh dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Langkah-langkah setiap pembelajaran terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Cara pengambilan data dalam penelitian dengan pengamatan dan tes formatif setiap siklus. Sebagai tolak ukur keberhasilannya adalah apabila hasil belajar matematika siswa kelas IX A MTsN Bangkalan dalam menyelesaikan soal persamaan kuadrat akan mengalami peningkatandari pencapaian rata-rata sebelumnya yaitu menjadi minimal 7,00, dan secara kalsikal banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,00 minimal 75%. Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan kreativitas belajar. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes formatif setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata 6,43, siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,00 sebanyak 22 orang dengan presentase 52,38%. Pada Siklus II nilai rata-rata 6,81, siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,00 sebanyak 31 orang dengan presentase 73,81%. Pada siklus III nilai rata-rata 7,62, siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,00 sebanyak 38 orang dengan presentase hasil belajar secara klasikal 90,48%.Simpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian adalah bahwa pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A MTsN Bangkalan khususnya pada pokok bahasan persamaan kuadrat dan dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahMatematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan maka diperlukan penguasaan matematikayang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu disampaikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaanyang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pada kenyataannya oleh sebagian besar siswa khususnya tingkat dasar bahwa pelajaran matematika dianggap merupakan pelajaran yang menakutkan dan sulit

Page 2: skripsi

untuk dipelajari, meskipun diakui bahwa matematika berguna bagi kehidupan manusia, namun banyak orang belum bisa merasakan manfaatnya, kecuali dalam berhitung praktis.Dari permasalahan di atas, jika ditarik benang merahnya maka diantara penyebabnya adalah sebagai berikut.1. Salahnya paradigma tentang pembelajaran matematika. Banyak guru yang berpedoman bahwa pembelajaran matematika adalah sekedar penularan rumus contoh soal dan latihan memecahkan masalah. Padahal dalam matematika sendiri sebenarnya dituntut proses mentalyang mampu memberikan andil besar pada kepribadian siswa, seperti tanggung jawab, disiplin, jujur dan lain-lain. 2. Proses pembelajaran yang monoton. Banyak guru mengetahui tentang metode pengajaran, namun bisa dikatakan metode-metode tersebut hanyalah sebagai pengetahuan belaka, sedangkan dalam penerapannya sangat sedikit sekali dilaksanakan. Bisa dikatakan metodeyang acap kali digunakan adalah ceramah dan penugasan, penggunaan metode yang monoton ini menjadikan anak jenuh dalam mengikuti pelajaran. 3. Tuntutan kurikulum. Hal ini bisa dikatakan sebagai dasar dari segala permasalahan guru, hampir pasti dikatakan jika penyebab diatas ditanyakan kepada guru maka jawabannya adalah tuntutan kurikulum mengejar nilai Ujian Nasional. Hal ini akan mengakibatkan banyak lulusan mempunyai banyak pengetahuan tetapi miskin dalam kemampuan berpikir, dan miskin dalam hal kepribadian, termasuk berjiwa penakut, kurang berani mengambil kesimpulan dan kurang berani bertanggung jawabatas tindakan yang telah dilakukan.Berdasarkan data dan pengalaman mengajar di MTsN Bangkalan selama ini, sebagian besar siswa kelas IX mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal persamaan kuadrat. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa, baik dilihat dari nilai hasil tes formatif maupun tes sumatif. Nilai sumatif kelas IX MTsN Bangkalan Tahun Pelajaran 2005/2006 semester I dan semester II berturut-turut niali terendah 4,50 dan4,75 sedang nilai rata-rata 5,40 dan 5,50, rata-rata yang diperoleh lebih rendah jika dibanding rata-rata mata pelajaran lain. Sedangkan untuk nilai tes formatif khususnya persamaan kuadrat nilai terendah 5,00 dan nilai rata-rata 6,25, hal ini terjadi hampir setiap tahun. Diharapkan dengan pengalaman guru melalui pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A MTs N Bangkalan pada pokok bahasan persamaan kuadrat melalui pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching)”.

B. Definisi OperasionalAgar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan definisi-definisi sebagai berikut.1. Meningkatkan adalah suatu usaha untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik.2. Hasil adalah akibat, kesudahan dari suatu tujuan dan sebagainya (Tim penyusun KBBI, 2001:391). Hasil belajar matematika adalah akibat dari suatu aktivitas yang ditunjukkan dengan nilai tes pada setiap siklus.3. Persamaan kuadrat adalah persamaan dengan pangkat tertinggi variabelnya dua. Bentuk umum persamaan kuadrat adalah: ax2 + bx + c = 0 dimanaa, b, c, ? R dan a ? 0.4. Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) pada prinsipnya hampir sama dengan tutor sebaya. Siswa mempelajari materi secara mandiri. Dalam hal ini guru menunjuk siswayang dianggap mampu untuk menyajikan materi seperti kalau guru mengajarkan materi tersebut. (Amin Suyitno 2005 : 5).

Page 3: skripsi

C. PermasalahanBeradasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang ingin dikaji adalah apakah dengan menggunakan Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan persamaan kuadrat bagi siswa kelas IX A semester II MTs N Bangkalan.D. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:1. untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A MTs N Bangkalan melalui pembelajaran berbalik;2. untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa;3. memperoleh cara yang tepat dan efektif dalam menerapkan pembelajaran berbalik.E. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada berbagai pihak, terutama siswa, guru dan sekolah.1. Bagi siswa:a. Hasil belajar siswa kelas IX A dalam mata pelajaran matematika meningkat.b. Memberi motivasi siswa dalam belajar matematika.c. Penerapan pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa di kelas-kelas lain.2. Bagi guru:a. Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan materi pelajaran.b. Sebagai bahan masukan guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mentransfer materi pelajaran terhadap siswa.c. Guru memiliki kemampuan penelitian tindakan kelas yang inovatif.3. Bagi sekolah:a. Dapat meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.b. Menciptakan sekolah sebagai pusatnya ilmu pengetahuan.c. Dapat merangsang guru-guru lain untuk memperbaiki pembelajaran yang diterapkan.F. Sistematika Penulisan SkripsiSecara garis besar penulisan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu : bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi.1. Bagian Awal2. Pada bagian awal penulisan skripsi ini memuat halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.

3. Bagian IsiPada bagian isi penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (Lima) bab, yaitu sebagai berikut.a. Bab I : PendahuluanDalam bab I berisi tentang latar belakang masalah, definisi operasional, permasalahan, tujuan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.b. Bab II : Landasan Teori dan HipotesisDalam bab II berisi tentang landasan teori (pengertian belajar, prinsip- prinsip belajar, pengertian mengajar, faktor-faktor yangmempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar, pembelajaran berbalik dan materi), kerangka berpikir dan hipotesis.c. Bab III : Metode PenelitianPada bab III berisi tentang lokasi penelitian, subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan data, serta tolok ukur keberhasilan.d. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Page 4: skripsi

Dalam bab IV berisi tentang pelaksanaan pada siklus I, siklus II, siklus III dan selanjutnya dibahas hasil penelitian tersebut.e. Bab V : PenutupDalam bab V berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diajukan.4. Bagian AkhirPada bagian akhir penulisan skripsi ini terdiri dari daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian pada bagian isi skripsi.EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BANGUN RUANG DENGAN STRATEGI STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP DAN PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR Posted January 14th, 2010 by a.ifanoabstraks: Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika.Pembelajaran disusun dengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal iniberbentuk modul (bisa dikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatapmuka di kelas diharapkan dapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisipembelajaran matematika Bangun Ruang di SMP N 15 Semarang, diusulkandalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Bangun Ruangdengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajardengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur, (2) pengaruh keterampilan proses dengan strategi tersebut terhadaphasil belajar, dan (3) apakah hasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih abikdari pada strategi pembelajaran ekspositori.Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiridari tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 peserta didik. Sampeldilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelas eksperimenyaitu VIII G dan kelas Kontrol VIII E. Variabel bebas adalah keterampilan prosesdan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team HeroicLeadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data denganlembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolahdengan analisis uji t satu sampel, dan analisis regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika BangunRuang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur (1) mencapai ketuntasan belajar keterampilan proses 70 danketuntasan hasil belajar 68, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student TeamHeroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positifterhadap pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) Hasilbelajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori.Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur menjadi salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika.Pembelajaran disusun dengan diawali pemberian tugas terstruktur, dalam hal iniberbentuk modul (bisa dikerjakan di rumah) kemudian dilanjutkan dengan tatapmuka di kelas diharapkan dapat mencapai tujuan lebih baik. Melihat kondisipembelajaran matematika Bangun Ruang di SMP N 15 Semarang, diusulkandalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika Bangun Ruangdengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ketuntasan belajardengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur, (2) pengaruh keterampilan proses dengan strategi tersebut terhadap

Page 5: skripsi

hasil belajar, dan (3) apakah hasil belajar pendekatan tersebut di atas lebih abikdari pada strategi pembelajaran ekspositori.Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang terdiridari tujuh kelas SMP N 15 Semarang dengan rataan 44 peserta didik. Sampeldilakukan dengan Cluster random sampling untuk mengambil kelas eksperimenyaitu VIII G dan kelas Kontrol VIII E. Variabel bebas adalah keterampilan prosesdan variabel terikat hasil belajar dengan Strategi Student Team HeroicLeadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur. Cara pengambilan data denganlembar pengamatan dan tes. Data yang diperoleh dideskriptifkan dan diolahdengan analisis uji t satu sampel, dan analisis regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika BangunRuang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur (1) mencapai ketuntasan belajar keterampilan proses 70 danketuntasan hasil belajar 68, (2) keterampilan proses dengan Strategi Student TeamHeroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur berpengaruh positifterhadap pencapaian hasil belajar peserta didik (R2) sebesar 83,8%, dan (3) Hasilbelajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi TugasTerstruktur lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran ekspositori.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II B SMP N 01 BANJARHARJO DALAM POKOK BAHASAN KUADRAT DAN AKAR KUADARAT DENGAN MENGPosted January 14th, 2010 by a.ifanoabstraks: Alasan pemilihan judul karena nilai ulangan harian untuk bahasankuadrat dan akar kuadrat belum memenuhi syarat untuk dikatakan tuntas belajar.Belum ditemukan model pembelajaran yang efektif untuk materi tersebut.Mencari solusi agar siswa dapat menguasai materi tersebut dengan baik.Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kuadrat dan akar kuadratkeseluruhan. Melibatkan siswa dalam pembuatan alat peraga luas persegi empat.Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi sejumlah permasalahanyang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal kuadrat dan akar kuadrat danmerencanakan tindakan yang harus dilakukan oleh guru Kelas II SMPN 1Banjarharjo Kabupaten Brebes.Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas yang terdiridari tiga siklus dimana tiap siklus meliputi perencanaan, tahap pelaksanaan,pengamatan dan refleksi. Adapun yang menjadi subyek adalah siswa Kelas II BSMPN 1 Banjarharjo Kab. Brebes tahun ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 23siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa melalui alat peraga luas segiempat dapat meningkatkan hasil belajar siwa dalam menyelesaikan soal kuadratdan akar kuadrat pada kelas II B SMPN 1 Banjarharjo Kecamatan BanjarharjoKabupaten Brebes tahun ajaran 2005/2006 dengan tingkat partisipasi siswa yangcukup menggembirakan serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inofatif dalammengembangkan model pembelajaran.Alasan pemilihan judul karena nilai ulangan harian untuk bahasankuadrat dan akar kuadrat belum memenuhi syarat untuk dikatakan tuntas belajar.Belum ditemukan model pembelajaran yang efektif untuk materi tersebut.

Page 6: skripsi

Mencari solusi agar siswa dapat menguasai materi tersebut dengan baik.Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kuadrat dan akar kuadratkeseluruhan. Melibatkan siswa dalam pembuatan alat peraga luas persegi empat.Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi sejumlah permasalahanyang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal kuadrat dan akar kuadrat danmerencanakan tindakan yang harus dilakukan oleh guru Kelas II SMPN 1Banjarharjo Kabupaten Brebes.Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas yang terdiridari tiga siklus dimana tiap siklus meliputi perencanaan, tahap pelaksanaan,pengamatan dan refleksi. Adapun yang menjadi subyek adalah siswa Kelas II BSMPN 1 Banjarharjo Kab. Brebes tahun ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 23siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa melalui alat peraga luas segiempat dapat meningkatkan hasil belajar siwa dalam menyelesaikan soal kuadratdan akar kuadrat pada kelas II B SMPN 1 Banjarharjo Kecamatan BanjarharjoKabupaten Brebes tahun ajaran 2005/2006 dengan tingkat partisipasi siswa yang cukup menggembirakan serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inofatif dalammengembangkan model pembelajaran.Studi Analisis Perbandingan Tingkat Ketelitian Solusi Masalah Nilai Awal dengan Metode Euler dan Metode Prediktor KorektorPosted January 11th, 2010 by MUHAMMADTAQWAabstraks: ABSTRAKSupriadi, 2008. Studi Analisis Perbandingan Tingkat Ketelitian Solusi Masalah Nilai Awal dengan Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bertujuan untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah nilai awal dengan Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor kemudian membandingkan tingkat ketelitian kedua metode tersebut.Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor merupakan salah satu metode numerik untuk menyelesaikan masalah nilai awal. Untuk membandingkan Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor terlebih dahulu persamaan diferensial diselesaikan secara analitik untuk memperoleh nilai analitik (eksak). Untuk menyelesaikan masalah nilai awal dengan Metode Euler, digunakan rumus sebagai berikut:untukSedangkan untuk menyelesaikan masalah nilai awal dengan Metode Prediktor Korektor digunakan rumus sebagai berikut:untuk dimanaBerdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Metode Prediktor Korektor lebih teliti dibandingkan dengan Metode EulerBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMenyatukan berbagai macam fakta dalam suatu teori yang sederhana dan dapat dimengerti serta memperhatikan sebanyak mungkin observasi atau pengamatan merupakan metode ilmiah yang dilakukan sampai saat ini. Karya-karya ilmiah yang telah lahir dari ujung pena para ilmuan memberi dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang sangat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Kebutuhan dan kreativitas manusia merupakan salah satu pemicu kemajuan teknologi sampai saat ini. Kebutuhan manusia yang semakin rumit dan mendesak ikut pula mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, dimana yang mendasari ilmu pengatahuan adalah ilmu

Page 7: skripsi

matematika. Sehingga semakin lama semakin banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hariyang dimodelkan dalam matematika. Salah satu permasalahan yang muncul dalam bidang matematika adalah persamaan diferensial. Persamaan diferensial (PD) merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika yang termasuk topik penting, karena persamaan diferensial memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat diungkapkan bahwa setiap situasi fisik yang berhubungan dengan kecepatan perubahan suatu variabel lainnya akan menuju ke suatu diferensial dan situasi yang seperti ini sangat sering ditemukan.Berbagai macam cara dapat dijumpai dalam penyelesaian diferensial baik dalam bentuk fungsi elementer atau dalam bentuk fungsi khusus. Namun demikian, ada suatu halyang perlu diperhatikan bahwa sering terjadi persoalan praktis yang sukar diselesaikan dengan metode konvensional. Karena cara manual tersebut tidak banyak menolong, maka matematikawan berusaha membuat metode lain yang praktis digunakan. Salah satu metode penyelesaian permasalahan tersebut adalah metode numerik. Metode numerik dipakai para rekayasawan untuk memperoleh solusi persamaan diferensial. Persamaan diferensial yang diselesaikan dengan metode numerik memberikan solusi PD dalam bentuk farik sedangkan persamaan diferensial yang diselesaikan dengan metode analitik memberikan solusi PD dalam fungsi.Saat ini metode numerik banyak ditemukan dan digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial. Namun demikian, setiap metode dalam metode numerikyang digunakan merupakan metode yang menyangkut satu jenis hampiran. Sehingga hampiran yang dihasilkan dari metode numerik menimbulkan permasalahan tentang bagaimana tingkat ketelitian dari hasil yang diperoleh dari suatu metode. Dari berbagai macam metode numerik dalam menyelesaikan persamaan diferensial, dua diantaranya adalah Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor. Kedua metode tersebut memiliki karakteristikyang berbeda sehingga memiliki pula tingkat ketelitian solusi yang berbeda pula. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba membandingkan tingkat ketelitian solusi numerik masalah nilai awal dengan Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor.B. Ruang LingkupPada penulisan ini akan dibahas mengenai penyelesaian masalah nilai awal secara numerik dengan dua metode yaitu Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor. Setelah menyelesaikan masalah nilai awal secara numerik dengan dua metode tersebut, penulis kemudian membandingkan tingkat ketelitian solusidari dua metode tersebut. Skripsi ini membahas penyelesaian persamaan diferensial biasa (PDB) khusunya pada persamaan diferensial biasa ordesatu. C. Rumusan MasalahBerdasarkan analisa diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana menyelesaikan masalah nilai awal secara numerik dengan Metode Euler?2. Bagaimana menyelesaikan masalah nilai awal secara numerik dengan Metode Prediktor Korektor?3. Bagaimana perbandingan tingkat ketelitian solusi masalah nilai awal secara numerik dengan Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor?D. Tujuan PenulisanAdapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah1. Untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah nilai awal secara numerik dengan Metode Euler.2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah nilai awal secara numerik dengan Metode Prediktor Korektor.

Page 8: skripsi

3. Untuk membandingkan tingkat ketelitian solusi Metode Euler dan Metode Prediktor Korektor.E. Manfaat Hasil PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:1. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang matematika khususnya penyelesaian masalah nilai awal.2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti berikut dalam melakukan penelitian yang relevan.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMUNIKASI DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KO

Posted December 18th, 2008 by arcnawaabstraks: ABSTRAK, Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2006/2007 dan (2) mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi Think-Talk-Write (TTW). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 39 orang. Data tentang pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa dikumpulkan melalui tes dalam bentuk uraian dan data tentang sikap siswa dikumpulkan dengan angket. Datayang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa. Sebelum tindakan, sebagai refleksi awal diberikan tes berbentuk uraian kepada siswa dan didapatkan persentase pemahaman konsep siswa sebesar 71,3 % serta belum memenuhi kriteriayang ditetapkan. Rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa sebesar 15,3 dan berkategori cukup baik. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah persentase pemahaman konsep siswa minimal 85 % dan rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa minimal berkategori baik. Pada siklus I, persentase pemahaman konsep siswa yaitu 78,9 % berarti mengalami peningkatan sebesar 7,6 %. Rata-rataskor kemampuan komunikasi matematika siswa adalah 16,9 berarti mengalami peningkatan sebesar 1,6. Pada siklus II, persentase pemahaman konsep siswa yaitu 81,5 % berarti mengalami peningkatan sebesar 2,6 %. Rata-rataskor kemampuan komunikasi matematika siswa adalah 20,6 berarti mengalami peningkatan sebesar 3,7. Pada siklus III, persentase pemahaman konsep siswa yaitu 87,7 % berarti mengalami peningkatan sebesar 6,2 %. Rata-rataskor kemampuan komunikasi matematika siswa adalah 25,1 berarti mengalami peningkatan sebesar 4,5. Sikap siswa terhadap pembelajaran tergolong sangat positif dengan rata-rataskor 48,7. Kata-kata kunci : model pembelajaran berbasis komunikasi, strategi TTW, pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa.BAB IPendahuluan1.1 Latar BelakangBanyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan sering menimbulkan berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Padahal, seiring

Page 9: skripsi

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang semakin meningkat, peran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan menjadi sangat penting. Pola pikir matematika selalu menjadi andalan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut.Setiap individu dapat memanfaatkan matematika untuk memperoleh kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan tertentu, untuk pengembangan cara berpikir dan membentuk sikap. Ruseffendi (1988) menyatakan bahwa “ matematika penting sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap”. Oleh karena itu, pendidikan matematika sebagai bagian internaldari kurikulum sekolah mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Tujuan afektif belajar matematika di sekolah adalah sikap kritis, cermat, obyektif, dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika. Oleh karena itu, matematika sebagai disiplin ilmu perludikuasai dan dipahami dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat, terutama siswa sekolah formal. Rendahnya hasil belajar matematika bukan hanya disebabkan karena matematikayang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran, maupun lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor dari siswa itu sendiri adalah kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah adanya anggapan/asumsi yang keliru dari guru-guru yang menganggap bahwa pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan adanya asumsi tersebut, guru memfokuskan pembelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan tentang matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti sekarang ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahunnya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi.Pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk mutu pendidikan matematika. Salah satunya adalah dicanangkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK)yang sudah berlaku mulai tahun ajaran 2004/2005 di semua jenjang sekolah. Mulyasa (2003) menyatakan bahwa acuan kurikulum berbasis kompetensi menjadikan sosok manusia Indonesia memiliki kemampuan penalaran, pemecahan masalah, koneksi dan berkomunikasi. Dalam KBK terdapat pembaharuan paradigma dalam pembelajaran yaitudari“teaching” menjadi “ learning” atau “learning how to learn” yang berarti mengacu pada siswa belajar aktif. Namun pada kenyataannya, efesiensi dan efektifitas pembelajaran matematika di sekolah belum mencapai hasil belajar sesuai denganyang diharapkan. Hal ini tercermin dari rata-rata kelas, daya serap dan ketuntasan belajar siswa Kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2005/2006 masih rendah, yaitu 6,4 untuk rata-rata kelas, 64 % untuk daya serap, dan 69 % untuk ketuntasan belajar.Dari data di atas terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 6,5 untuk rata-rata kelas, 65 % untuk daya serap dan 85 % untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja diperoleh hasil sebagai berikut. (1) Guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsepyang dipelajari siswa cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang

Page 10: skripsi

bahkan kadang-kadang siswa tidak mengerti atau tidak memahami konsepyang sedang dipelajari. (2) Dominasi guru menyebabkan siswa menjadi pasif, karena siswa kurang dapat mengemukakan ide-ide dan pendapatyang dimilikinya. (3) Siswa juga masih enggan untuk bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalahyang diberikan dan jarang dikelompokkan dalam belajar, sehingga kurang terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. (4) Dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa mereka memperoleh jawaban tersebut sehingga terjadi kesalahan konsep pada siswa itu sendiri serta siswa kurang terbiasa menyimpulkan materiyang telah dipelajari secara sistematis. Permasalahan-permasalahan tersebut akan berakibat pada rendahnya pemahaman konsep siswa dan kemampuan komunikasi siswayang akan bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa. Peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaranyang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu carayang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsepyang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, sebagai alternatif dapat diterapkan model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi Think-Talk-Write (TTW). Pembelajaran ini sangat tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan di atas dan dipertegas dengan argumentasi sebagai berikut.1) Model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.2) Model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.Hasil penelitian Huinker & Laughlin ( dalam Ansari, 2003) menyebutkan bahwa aktivitas yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran TTW. Selain itu, hasil penelitian Ansari (2003) menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematika siswa.Dengan model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan dan membuat siswa terbiasa untuk mengkomunikasikan ide-idenya secara lisan maupun tulisan dalam rangka memecahkan suatu masalah matematika. Oleh karena itu, diadakan suatu penelitian dengan topik “Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komunikasi dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja”.

Page 11: skripsi

1.2 Penjelasan IstilahUntuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, akan dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan yaitu sebagai berikut.

1. Pembelajaran Berbasis KomunikasiBerdasarkan uraian Bansu Irianto Ansari (2003) dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis komunikasi dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang bukan menggunakan strategi transmission of knowledge yang dalam prakteknya berbagai usaha lebih banyak dilakukan oleh guru, tetapi penekanannya pada siswa aktif berkomunikasi sebagai “proses” pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti membaca, berpikir/bernalar, berdiskusi, menyimpulkan, dan lain-lain. Lebih khusus lagi, pembelajaran berbasis komunikasi disini mengacu pada pendapat Baroody (dalam Asikin, 2001) yang merekomendasikan bahwa pembelajaran matematika harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu : (1) representasi, (2) mendengar, (3) membaca teks secara aktif, (4) diskusi, dan (5) menulis.2. Pemahaman KonsepTentang pengertian pemahaman konsep menurut Erman Suherman (1994) berkenaan dengan pengertian yang memadai tentang sesuatu, berbuat lebih daripada mengingat, dapat menangkap suatu makna, dan menjelaskan makna atau ide pokok dengan menggunakan yang telah dipahami sebelumnya. Herman Hudojo (1981) menyatakan bahwa belajar Matematika berarti belajar konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari. Jadi yang dimaksud dengan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman yang dilandasi oleh pengetahuan tentang mengapa konsep tertentu digunakan dalam memecahkan suatu masalah. Jadi, yang dimaksud pemahaman konsep adalah seberapa jauh siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan konsep yang benar.3. Komunikasi MatematikaSalah satu rekomendasi dari NCTM (dalam Ary Subariyati, 2006) tentang kemampuan komunikasi matematika yang perlu dibangun yaitu mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dengan alasan yang tepat. Schhoen, Bean & Ziebarth (dalam Ary Subariyati, 2006) mengemukakan bahwa komunikasi matematika salah satunya merupakan kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk memecahkan masalah. Bagaimana melakukan penelitian terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa, salah satu acuan yang dapat digunakan adalah empat langkah Polya yang dikembangkan ke dalan sistem penilaian oleh Hamzah (2002). Hasil pengembangan tersebut terdiri dari : (1) pemahaman masalah terdiri tiga bagian, (2) strategi pemecahan masalah terdiri dari lima bagian, (3) pelaksanaan strategi pemecahan masalah meliputi lima bagian, (4) pengecekan hasil terdiri dari empat bagian. Dalam penelitian ini, penilaian tentang kemampuan komunikasi matematika siswa dibatasi hanya pada langkah pemahaman masalah dan pelaksanaan strategi pemecahan masalah. Selain itu, komunikasi matematika yang diteliti hanya komunikasi yang dilakukan secara tertulis untuk memecahkan suatu masalah matematika.1.3 Rumusan MasalahPenelitian ini memfokuskan pada implementasi model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematika siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja. Permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut.1. Seberapa jauh model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa ?

Page 12: skripsi

2. Seberapa jauh model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa ?3. Bagaimanakah sikap siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja terhadap model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW ?1.4 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja melalui model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW.2. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja melalui model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW.3. Mengetahui sikap siswa kelas VIII G SMP Negeri 2 Singaraja terhadap model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW.1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut.1. Manfaat bagi guruGuru memperoleh pengalaman dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran secara inovatif di kelas yang relevan khususnya model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW. Diharapkan guru dapat mengembangkan model, pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran matematika bagi siswanya.2. Manfaat bagi siswaPenerapan model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, mendorong siswa untuk menyenangi matematika dan dapat berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.3. Manfaat bagi penelitiPenelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti sebagai calon guru dalam mengembangkan model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif serta implementasinya di sekolah/ di lapangan, yaitu menerapkan model pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi TTW dalam pembelajaran matematika.