skrip si

188
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN : (Penelitian Pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Negeri Semarang Periode Tahun 2011) SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Negeri Semarang oleh Adhi Nugroho 1550407054 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Upload: rafael-yudhi-prasetya

Post on 21-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skrip Si

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN :

(Penelitian Pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha

Universitas Negeri Semarang Periode Tahun 2011)

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Negeri Semarang

oleh

Adhi Nugroho

1550407054

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: Skrip Si

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

“Hubungan Adversity Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan pada Peserta

Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Negeri Semarang Periode Tahun

2011” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik

sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 1 Mei 2012

Adhi Nugroho

NIM. 1550407054

Page 3: Skrip Si

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Adversity Quotient dengan

Perilaku Kewirausahaan Pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha Universitas

Negeri Semarang Periode Tahun 2011” ini telah dipertahankan di hadapan panitia

Penguji Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang pada tanggal 1 Mei 2012.

Panitia Ujian Skripsi:

Ketua, Sekretaris,

Drs. Hardjono, M.Pd Dr. Edy Purwanto, M. Si

NIP 19510801 197903 1 007 NIP 19630121 198703 1 001

Penguji Utama,

Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si.

NIP. 19720204 200003 2 001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si Dr. Nugroho, M.Psi.

NIP 19790502 200801 2 018 NIP 19620706198703 1 002

Page 4: Skrip Si

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada

seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka

tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah

Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Faathir (35) : 2)

Seorang yang meyakini bahwa dia akan berhasil di masa depan, akan mudah

dalam mencapai keberhasilan dibandingkan seorang yang menghilangkan haknya

untuk berhasil. ( Mario Teguh)

Keyakinan yang kuat terhadap apa yang kita kerjakan akan memberikan kekuatan

luar biasa untuk mengatasi kegagalan. (Soichiro Honda)

Persembahan :

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan

cinta dan kasih sayang serta doa untukku ditiap waktu

Kakakku Mas Singgih yang selalu memberikan

dukungan, perhatian dan nasehat

Adikku tersayang Putri yang memberiku senyum

semangat penuh ketulusan

Almamaterku jurusan Psikologi Universitas Negeri

Semarang yang kubanggakan

Page 5: Skrip Si

v

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penelitian dan penulisan skipsi

yang berjudul “Hubungan antara Adversity Quotient Dengan Perilaku

Kewirausahaan Pada Mahasiswa Yang Mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha

Unnes” dapat diselesaikan.

Ucapan terimakasih atas bimbingan, bantuan, motivasi, arahan dan

perhatian kepada :

1. Drs. Hardjono, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Edy Purwanto, M. Si Ketua Jurusan Psikologi Universitas Negeri

Semarang.

3. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing I yang telah

sabar dan tulus memberikan bimbingan, arahan dan nasehat selama menyusun

skripsi.

4. Dr. Nugroho, M.Psi sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, nasehat, motivasi dan masukan selama menyusun skripsi.

5. Segenap dosen Psikologi FIP UNNES yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, informasi dan pengalaman selama penulis menempuh kuliah.

6. Kabag kemahasiswaan BAAKK UNNES, yang telah memberikan kesempatan

dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Page 6: Skrip Si

vi

7. Ayahku (Nur Suhud) dan Ibuku (Sawaliyah) tercinta, terimakasih atas

perhatian, nasehat, kasih dan sayangnya.

8. Kakak dan Adikku yang selalu memberiku motivasi untuk meraih

keberhasilan dalam segala hal.

9. Keluarga Besar Yudhadiharja, terimakasih atas dukungan, nasehat dan

dukungannya pada penulis.

10. Keluarga Besar Martha Hudiyono, terimakasih atas dukungan dan nasehatnya

kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat terbaikku anak-anak wisma raka (Edi, Pras, Agung, Ruri,

Hendra, Dino, Sinwan dan Galih) anak-anak psikologi khususnya angkatan

2007 (Alyani, Sindes, Sintri, Meifi, Bima, Eulin, Nene, Pundani, Tika, Heri,

Singgih dkk.) semua sahabatku yang tidak dapat kusebutkan satu per satu

terimakasih atas semangat yang diberikan selama menyusun skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi

bahan informasi untuk bidang terkait.

Semarang,

Penulis

Page 7: Skrip Si

vii

ABSTRAK

Nugroho, Adhi. 2012. Hubungan Adversity Quotient dengan Perilaku

Kewirausahaan pada Peserta Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Negeri

Semarang Periode Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Rahmawati Prihastuty,

S.Psi., M.Si. dan Pembimbing II Dr. Nugroho, M.Psi.

Kata Kunci: Perilaku Kewirausahaan, Adversity Quotient

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah perilaku kewirausahaan

yang ada pada diri peserta Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Negeri

Semarang. Fenomena yang muncul adalah banyak peserta PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha) yang gagal berwirausaha dikarenakan memiliki hambatan

dalam pelaksanaan usahanya. Salah satu faktor yang dicurigai mempengaruhi

perilaku kewirausahaan peserta PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) adalah

ketahanan wirausahawan dalam menghadapi kesulitan, hal ini berkaitan dengan

adversity quotient. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

Adversity Quotient (X) dengan Perilaku Kewirausahaan (Y) pada mahasiswa yang

mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa peserta PMW (Program Mahasiswa

Wirausaha) Universitas Negeri Semarang periode tahun 2011. Populasi dalam

penelitian ini adalah 83 mahasiswa peserta PMW (Program Mahasiswa

Wirausaha). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 mahasiswa, teknik

sampling digunakan adalah total sampling. Total sampling merupakan teknik

pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi diberikan

kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Data penelitian diambil

menggunakan Skala Perilaku Kewirausahaan dan Skala Adversity Quotient.

Metode analisis data yang digunakan dengan korelasi Product Moment. Skala

Perilaku Kewirausahaan terdiri dari 53 aitem valid dengan kisaran koefisien

validitas dari 0,266 sampai dengan 0,668 dan koefisien reliabilitasnya 0,936.

Skala Adversity Quotient dari 35 aitem valid dengan kisaran koefisien validitas

dari 0,258 sampai dengan 0,587 dan koefisien reliabilitasnya 0,894. Berdasarkan

analisis korelasi diperoleh nilai r = 0,661 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X dan Y tergolong

sangat signifikan.

Peneliti menyimpulkan bahwa adversity quotient yang tinggi dalam diri

individu menimbulkan perilaku kewirausahaan yang tinggi. Peneliti menyarankan

kepada mahasiswa untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan adversity

quotient yang masih tergolong tinggi seperti jika melakukan kesalahan tidak

terlalu larut untuk menyesalinya, tidak mudah menyalahkan diri jika gagal dan

bertahan terhadap kesulitan sehingga perilaku kewirausahaan dapat meningkat

yang tercermin dengan kuatnya aspek-aspek perilaku kewirausahaan.

Page 8: Skrip Si

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 13

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 13

1.4 Kontribusi Penelitian .......................................................................... 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 15

2.1 Perilaku Kewirausahaan ...................................................................... 15

2.1.1 Pengertian Perilaku Kewirausahaan ................................................... 15

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan ........... 17

2.1.3 Indikator Perilaku Kewirausahaan ...................................................... 24

Page 9: Skrip Si

ix

2.1.4 Proses Kewirausahaan ........................................................................ 26

2.1.5 Resiko Untuk Menjadi Wirausahawan.................................... ........... 30

2.1.6 Penyebab Kegagalan Dalam Berwirausaha................................... ..... 32

2.2 Adversity Quotient ............................................................................... 35

2.2.1 Pengertian Adversity Quotient ............................................................ 35

2.2.2 Dimensi Adversity Quotient (AQ) ....................................................... 36

2.2.3 Tipe-Tipe Orang Menurut Adversity Quotient .................................... 41

2.2.4 Tiga Faktor Pembangun Adversity Quotient ....................................... 43

2.2.5 Hubungan Antara Adversity Quotient dengan

Perilaku Kewirausahaan...................................................................... 45

2.2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................... 48

2.2.7 Hipotesis.... ............................................................................................ 53

BAB 3 METODE PENELITIAN.................................................................... 54

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 54

3.2 Variabel Penelitian .............................................................................. 54

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian........................................................... 54

3.2.2 Definisi Operasional ........................................................................... 55

3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian .................................................. 56

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 57

3.3.1 Populasi ............................................................................................... 57

3.3.2 Sampel................................................................................................. 58

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 59

3.4.1 Skala Perilaku Kewirausahaan ............................................................ 60

Page 10: Skrip Si

x

3.4.2 Skala Adversity Quotient..................................................................... 62

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 63

3.5.1 Validitas .............................................................................................. 63

3.5.2 Reliabilitas .......................................................................................... 64

3.6 Metode Analisis Data .......................................................................... 65

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 66

4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................ 66

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 66

4.1.2 Proses Perijinan ................................................................................... 68

4.1.3 Penentuan Sampel ............................................................................... 69

4.2 Penyusunan Instrumen ........................................................................ 69

4.3 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 71

4.3.1 Pengumpulan Data .............................................................................. 71

4.3.2 Pelaksanaan Skoring ........................................................................... 72

4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................... 72

4.4.1 Validitas .............................................................................................. 72

4.4.2 Reliabilitas .......................................................................................... 75

4.5 Hasil Penelitian ................................................................................... 76

4.5.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 76

4.5.1.1 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Yang

Mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha UNNES ........................ 77

4.5.1.1.1 Gambaran Umum Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa Yang

Mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha UNNES ...................... 78

Page 11: Skrip Si

xi

4.5.1.1.2 Gambaran Umum Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa

Yang Mengikuti PMW Tiap Aspek ............................................... 80

4.5.1.1.2.1 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Komitmen dan Determinasi ......................... 80

4.5.1.1.2.2 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Rasa Bertanggungjawab............................... 82

4.5.1.1.2.3 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang................... 84

4.5.1.2.2.4 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Menerima Resiko,

Kebimbangan dan Ketidakpastian................................................ 86

4.5.1.2.2.5 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Percaya Diri ................................................. 88

4.5.1.2.2.6 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Kreatif dan Fleksibel .................................... 90

4.5.1.2.2.7 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Keinginan Mendapat Umpan Balik ............. 92

4.5.1.2.2.8 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Tingkat Energi yang Tinggi ......................... 94

4.5.1.2.2.9 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Motivasi Untuk Unggul ............................... 96

4.5.1.2.2.10 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Berorientasi Terhadap Masa Depan ............. 98

Page 12: Skrip Si

xii

4.5.1.2.2.11 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Belajar dari Kegagalan ................................. 100

4.5.1.2.2.12 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Kemampuan dalam Memimpin..................... 102

4.5.1.2 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa Yang

Mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha UNNES.................... 107

4.5.1.2.1 Gambaran Umum Adversity Quotient Mahasiswa Yang

Mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha UNNES.................... 107

4.5.1.2.2 Gambaran Umum Adversity Quotient Mahasiswa Yang

Yang Mengikuti PMW Tiap Aspek............................................... 109

4.5.1.2.2.1 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Control........................................................... 109

4.5.1.2.2.2 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Origin and Ownership................................... 111

4.5.1.2.2.3 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Reach.............................................................. 113

4.5.1.2.2.3 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa PMW

Berdasarkan Aspek Endurance...................................................... 115

4.5.2 Hasil Uji Asumsi........................................................................... . 119

4.5.2.1 Uji Linieritas................................................................................... 119

4.5.2.2 Uji Hipotesis................................................................................... 120

4.6 Pembahasan .................................................................................. 121

Page 13: Skrip Si

xiii

4.6.1 Pembahasan Hasil Analisis secara Deskriptif Hubungan

Adversity Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan ................... 121

4.6.1.1 Perilaku Kewirausahaan ............................................................... 121

4.6.1.2 Adversity Quotient ........................................................................ 124

4.6.2 Pembahasan Hasil Analisis secara Inferensial Adversity Quotient

Dengan Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa PMW .................... 125

4.7 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 135

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 136

5.1 Simpulan ...................................................................................... 136

5.2 Saran ............................................................................................. 137

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 139

LAMPIRAN ...................................................................................................... 142

Page 14: Skrip Si

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Sebaran Jenis Wirausaha Tiap Fakultas.......................................... 8

Tabel 1.2 : Studi Pendahuluan Perilaku Kewirausahaan................................... 10

Tabel 3.1 : Sebaran Mahasiswa Berdasarkan

Karakteristik Sampel yang Sesuai .................................................. 57

Tabel 3.2 : Blue Print Skala Perilaku Kewirausahaan ..................................... 61

Tabel 3.3 : Blue Print Skala Adversity Quotient .............................................. 62

Tabel 4.1 : Hasil Sebaran Aitem pada Skala Perilaku Kewirausahaan ............ 73

Tabel 4.2 : Hasil Sebaran Aitem pada Skala Adversity Quotient ..................... 74

Tabel 4.3 : Penggolongan Kriteria Analisis berdasar Mean Hipotetik............. 77

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan ............................... 79

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Komitmen dan Determinasi ................................................... 81

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Rasa Bertanggungjawab ............................................ 83

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang ................................. 85

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Menerima Resiko,

Kebimbangan dan Ketidaktentuan ................................................. 87

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Page 15: Skrip Si

xv

Dari Aspek Percaya Diri................................................................. 89

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Kreatif dan Fleksibel........................................ ......... 91

Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Keinginan Mendapatkan Umpan Balik...................... 93

Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Tingkat Energi Yang Tinggi ..................................... 95

Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Motivasi Untuk Unggul ............................................ 97

Tabel 4.14 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Berorientasi Terhadap Masa Depan............................. 99

Tabel 4.15 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Aspek Belajar Dari Kegagalan ............................................. 101

Tabel 4.16 : Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirauahaan ditinjau

Dari Kemampuan dalam Memimpin.............................................. 103

Tabel 4.17 : Ringkasan Analisis Perilaku Kewirausahaan Tiap Aspek.............. 104

Tabel 4.18 : Perbandingan Mean Empirik

Tiap Aspek Perilaku Kewirausahaan........................................... 106

Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Adversity Quotient....................................... 108

Tabel 4.20 : Distribusi Frekuensi Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Control (Kendali).......................................... 110

Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Origin dan Ownership.................................. 112

Page 16: Skrip Si

xvi

Tabel 4.22 : Distribusi Frekuensi Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Reach............................................................. 114

Tabel 4.23 : Distribusi Frekuensi Adversity Quotient

Berdasarkan Aspek Endurance...................................................... 116

Tabel 4.24 : Ringkasan Analisis Adversity Quotient Tiap Aspek...................... 117

Tabel 4.25 : Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Adversity Quotient....... 118

Tabel 4.26 : Tabel Hasil Uji Linieritas............................................................... 119

Tabel 4.27 : Hasil Uji Korelasi Variabel Adversity Quotient

dan Perilaku Kewirausahaan............................................................. 120

Page 17: Skrip Si

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Bagan Timmons Tentang Proses Kewirausahaan ..................... 28

Gambar 2.2 : Model Kerangka Berfikir Adversity Quotient

dengan Perilaku Kewirausahaan................................................ 49

Gambar 4.1 : Diagram Umum Perilaku Kewirausahaan Responden .............. 79

Gambar 4.2 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

dari Aspek Komitmen dan determinasi ..................................... 82

Gambar 4.3 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Dari Aspek Rasa Bertanggungjawab ........................................ 84

Gambar 4.4 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Dari Aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang ............................ 86

Gambar 4.5 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Aspek Menerima Resiko, Kebimbangan, Dan Ketidaktentuan. . 88

Gambar 4.6 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Diagram Perilaku Kewirausahaan

Berdasarkan Aspek Percaya Diri .............................................. .. 90

Gambar 4.7 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Kreatif dan Fleksibel ................................. 92

Gambar 4.8 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Keinginan Mendapatkan Umpan Balik ..... 94

Gambar 4.9 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Tingkat Energi yang Tinggi ...................... 96

Page 18: Skrip Si

xviii

Gambar 4.10 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Motivasi Untuk Unggul.... ........................ 98

Gambar 4.11 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Berorientasi Terhadap Masa Depan.......... 100

Gambar 4.12 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Belajar dari Kegagalan.............................. 102

Gambar 4.13 : Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau

Berdasarkan Aspek Kemampuan dalam Memimpin.................. 104

Gambar 4.14 : Diagram Adversity Quotient Mahasiswa Peserta PMW............ 109

Gambar 4.15 : Diagram Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Control ........ 111

Gambar 4.16 : Diagram Adversity Quotient berdasarkan

Aspek Origin and Ownership..................................................... 113

Gambar 4.17 : Diagram Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Reach .......... 115

Gambar 4.18 : Diagram Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance...... 117

Page 19: Skrip Si

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Skala Perilaku Kewirausahaan .................................................. 144

Lampiran 2 : Skala Adversity Quotient ........................................................... 149

Lampiran 3 : Tabulasi Data Hasil Skoring Skala Perilaku Kewirausahaan ... 152

Lampiran 4 : Tabulasi Data Hasil Skoring Skala Adversity Quotient ............ 155

Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Kewirausahaan ................... 157

Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Skala Adversity Quotient ............................ 162

Lampiran 7 : Hasil Uji Reliabilitas Skala Perilaku Kewirausahaan ............... 166

Lampiran 8 : Hasil Uji Reliabilitas Skala Adversity Quotient ........................ 167

Lampiran 9 : Hasil Uji Liniearitas .................................................................. 168

Lampiran 10 : Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 169

Lampiran 11 : Surat ijin Penelitian .................................................................. 170

Page 20: Skrip Si

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengangguran adalah sebuah masalah serius yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya masalah ini dikarenakan lulusan

mahasiswa dari perguruan tinggi yang begitu banyak tidak diimbangi dengan

jumlah lapangan kerja bahkan kenyataannya lapangan kerja justru semakin

menyempit. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (Berita Resmi Statistik,

2011) diperoleh data jumlah pengangguran Indonesia lulusan sarjana mencapai

805.950 orang padahal setiap tahunnya lulusan sarjana baru selalu bertambah.

Berdasarkan hasil survei tersebut, maka pemerintah seharusnya segera mencari

solusi untuk mengatasi masalah pengangguran khususnya pengangguran yang

berasal lulusan perguruan tinggi.

Kondisi semakin banyaknya pengangguran tersebut juga didukung oleh

kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi cenderung lebih

memilih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan

(job creator). Hal ini kemungkinan disebabkan sistem pembelajaran yang

diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana

menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukan

lulusan yang siap menciptakan pekerjaan. Sebenarnya ada salah satu pilihan karir

yang menjanjikan yaitu berwirausaha.

Page 21: Skrip Si

2

Menurut Nasution dkk (2007:4) mengemukakan bahwa entrepreneur atau

wirausaha adalah segala hal yang berkaitan dengan sikap, tindakan, dan proses

yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan, serta

mengembangkan usaha mereka. Berwirausaha adalah pekerjaan yang dapat

dijadikan pilihan seseorang ketika harus memutuskan untuk memasuki dunia

kerja. Namun sayangnya masih belum menjadi pilihan yang menarik, apalagi bagi

kalangan generasi muda. Padahal dunia kewirausahaan adalah suatu bidang

lapangan kerja yang sangat luas dengan tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin.

Kenyataanya sebagian besar mahasiswa tidak mempunyai rencana untuk

berwirausaha dan lebih cenderung untuk bekerja di sebuah perusahaan besar. Oleh

karena itu, perlu dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan

mahasiswa dengan memperhatikan faktor yang sekiranya berpengaruh terhadap

kewirausahaan.

Masyarakat Indonesia dituntut untuk mampu menciptakan kerja dan usaha

sendiri, oleh karena itu pemerintah dan masyarakat Indonesia harus bisa mencetak

wirausahawan-wirausahawan baru. Perlu dilakukan usaha-usaha untuk

menanamkan nilai-nilai kewirausahaan terutama bagi kalangan terdidik, terlebih

bagi yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Penanaman nilai

kewirausahaan tersebut sangat penting jika seorang ingin memperoleh kesuksesan

dalam berwirausaha. Menurut Machfoedz dan Machfoedz (2008:12) mengatakan

wirausahawan yang sukses adalah wirausahawan yang memiliki pengalaman

wirausaha dan pengetahuan yang diperlukan untuk memulai suatu usaha.

Page 22: Skrip Si

3

Wirausahawan yang berhasil menyadari kelemahan dan kemudian mencari

ketrampilan yang mereka perlukan untuk menjamin keberhasilan usahanya.

Astamoen (2005:18) mengatakan untuk menjadi seorang wirausaha tidak

dituntut memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, akan tetapi terdapat beberapa

kelebihan dari wirausahawan yang tingkat pendidikannya berasal dari sarjana

dibandingkan individu dengan tingkat pendidikan di bawahnya. Kelebihan-

kelebihan tersebut diantaranya sarjana relatif memiliki wawasan yang luas dalam

berbagai bidang, sarjana relatif lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja

dan tuntutan kerja, sarjana relatif mampu dan mudah bersosialisasi dengan

kemampuannya dalam berkomunikasi serta untuk mengembangkan pergaulan

dalam jaringan usaha (personal network), sarjana lebih mudah mempelajari hal-

hal yang baru dan sarjana mudah mencari, mengakses dan mengolah informasi

yang sangat berguna untuk pengembangan usaha (dari buku, majalah, internet

dll). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapar dkk (2006:66) diperoleh

kesimpulan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh pengetahuan akan

kewirausahaan yang didapatkannya melaui pendidikan baik formal misalnya

melalui perkuliahan kewirausahaan, workshop kewirausahaan, program

mahasiswa wirausaha dan lain sebagainya. Pengetahuan kewirausahaan juga dapat

didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya dengan pelatihan-pelatihan

berwirausaha maupun kursus-kursus. Bila memilih menjadi wirausaha maka

diperlukan persiapan seperti mental, pola pikir, tingkah laku dan penampilan,

perlengkapan dan pengetahuan serta selalu berusaha dalam segala hal.

Page 23: Skrip Si

4

Selain faktor tersebut, faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya

perilaku kewirausahaan antara lain self efficacy, etos kerja, manajemen diri dan

lain sebagainya. Faktor lain yang juga berpengaruh dalam berwirausaha adalah

ketahanan mental dari wirausahawan dalam memajukan usahanya. Ketahanan

mental ini dalam kajian ilmu psikologi erat hubungannya dengan variabel

psikologi yaitu Adversity Quotient. Stoltz (2000:8) adversity quotient (AQ) adalah

kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan, kemampuan bertahan dalam

berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Adversity Quotient (AQ)

merupakan sikap menginternalisasi keyakinan. Adversity Quotient (AQ) juga

merupakan kemampuan untuk menggerakkan tujuan hidup ke depan. Masykur

(2007:39) mengemukakan bahwa mahasiswa sebagai seorang intelektual diyakini

memiliki adversity quotient yang memadai. Adversity quotient, patut diduga

memiliki korelasi dengan kewirausahaan. Seorang mahasiswa yang memiliki niat

menekuni dunia kewirausahaan dituntut untuk memiliki adversity quotient yang

memadai. Penelitian terdahulu mengenai adversity quotient dengan

kewirausahaan yang dilakukan oleh Masykur (2007:37) diperoleh hasil bahwa

terdapat korelasi positif yang signifikan antara adversity quotient dengan

kewirausahaan pada mahasiswa Universitas Diponegoro.

Stoltz (2000:140) mengatakan bahwa salah satu dimensi dalam Adversity

Quotient (AQ) adalah dimensi control. Individu dengan dimensi control (kendali),

selalu berpikir optimis, selalu ada jalan, serta berupaya menyelesaikan masalah.

Jika dikaitkan dengan kewirausahaan, maka pada mahasiswa yang berpikir

optimis selalu ada jalan keluar dalam menghadapi masalah dan berupaya untuk

Page 24: Skrip Si

5

menyelesaikannya, serta dapat meningkatkan sikap kerja keras dalam

kewirausahaan. Optimisme dan kegigihan untuk menyelesaikan masalah

mengakibatkan mahasiswa tertantang untuk melakukan kerja keras mencari cara-

cara baru untuk memperbaiki kinerjanya, terbuka pada gagasan, pandangan, dan

penemuan-penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

kinerjanya.

Sebaliknya apabila mahasiswa tidak berpikir optimis dalam menghadapi

masalah dan tidak berupaya untuk menyelesaikannya, maka dirinya mudah

menyerah dan enggan untuk mencari cara-cara baru untuk menyelesaikan

masalahnya guna meningkatkan kemajuan usahanya. Akibatnya sifat

kewirausahaan terutama pada sifat kerja keras dan inovatif pada mahasiswa dapat

melemah sehingga semangat kewirausahaan juga menurun.

Beberapa penyebab mahasiswa tidak berminat dalam wirausaha

diantaranya karena mereka takut dengan resiko kegagalan, tidak memiliki modal

dan tidak mengerti harus berwirausaha di bidang apa. Semestinya mahasiswa

tidak boleh beranggapan bahwa usia muda merupakan hambatan bagi kesuksesan.

Mahasiswa seharusnya dapat belajar dari biografi-biografi para wirausahawan

muda yang sukses. Kao (1991:17) mengatakan faktor lain yang memotivasi

kewirausahaan adalah pengaruh dari pengetahuan yang didapat melalui media,

terutama informasi tentang penerapan strategi berwirausaha yang baik dan

mengambil pelajaran dari kisah sukses wirausahawan. Beberapa wirausahawan

muda sukses yang bisa dijadikan teladan antara lain Elang Gumilang (mahasiswa

sekaligus direktur utama sebuah usaha pengembang perumahan), Chairul Tanjung

Page 25: Skrip Si

6

(pemilik dua stasiun televisi terkemuka di Indonesia dan sebuah bank ternama,

juga mengawali wirausaha saat masih berkuliah), Purdi E Chandra (berawal dari

usaha bimbingan belajar yang didirikannya ketika berkuliah yang kemudian usaha

bimbingan belajarnya menjadi maju dan terkenal di Indonesia kini terus

mengembangkan usahanya di berbagai bidang, antara lain : restoran, biro

perjalanan, kesehatan, telekomunikasi dan properti), wirausahawan muda yang

sukses berikutnya adalah Hendy Setiono (Seorang yang berani mengambil resiko

untuk membuka usaha kuliner kebab padahal tidak banyak orang awam yang tahu

tentang kuliner kebab tersebut, akan tetapi dengan kerja keras dan pantang

menyerah Hendy berhasil mengembangkan usahanya dan saat ini usaha kuliner

kebabnya telah dikenal di seluruh pelosok nusantara). (http://anneahira_mengenal

pengusaha sukses di Indonesia.com diunduh pada 18 November 2011).

Menilik profil wirausahan muda sukses tersebut diharapkan mahasiswa

mendapatkan inspirasi bahwa berwirausaha merupakan suatu pekerjaan yang

menjanjikan. Akan tetapi, mahasiswa juga harus memperhatikan segala resiko

yang ada dan dapat membuat strategi dalam pengembangan usahanya.

Longenecker dkk (2001:9) mengatakan meskipun keuntungan dalam

berwirausaha menggiurkan, tetapi dalam memulai dan mengoperasikan usaha

biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan

kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan tekanan pribadi yang tidak

menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu

dan tenaganya. Banyak wirausaha menggambarkan karirnya menyenangkan,

tetapi sangat menyita segalanya.

Page 26: Skrip Si

7

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan mental

berwirausaha pada mahasiswa yaitu melalui Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW). PMW bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan

jiwa wirausaha (entrepreneurship) berbasis IPTEKS kepada para mahasiswa agar

menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.

Program ini juga bertujuan mengembangkan kelembagaan pada perguruan tinggi

yang dapat mendukung pengembangan program-program kewirausahaan. Sebagai

hasil akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka pengangguran lulusan

pendidikan tinggi yang pada kenyataannya menunjukkan peningkatan dari tahun

ke tahun (Kemendiknas, 2010). Keberhasilan program ini setidak-tidaknya dilihat

dari tiga indikator yaitu jumlah mahasiswa yang berhasil menjalankan usaha

(sebagai wirausaha), terbentuknya model pendidikan kewirausahaan di perguruan

tinggi dan terbentuknya lembaga pengembangan pendidikan kewirausahaan yang

tangguh dan mandiri yang mengkordinasikan berbagai kegiatan terkait

kewirausahaan di perguruan tinggi yang bersangkutan (Kemendiknas, 2010).

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), sebagai bagian dari strategi

pendidikan di Perguruan Tinggi, dimaksudkan untuk memfasilitasi para

mahasiswa yang mempunyai minat berwirausaha dan memulai usaha dengan basis

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Fasilitas yang diberikan meliputi

pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis,

dukungan permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu

mendukung visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui

penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan (Kemendiknas, 2010). Berdasarkan

Page 27: Skrip Si

8

data Bussines Plan Program Mahasiswa Wirausaha Universitas Negeri Semarang

2011 maka diperoleh data mengenai berbagai jenis usaha yang dilakukan oleh

mahasiswa peserta PMW. Bidang usaha yang dijalankan mahasiswa meliputi

empat kategori yaitu jasa, perdagangan, agribisnis, dan industri kreatif. Berikut

tabel mengenai penyebaran bidang wirausaha yang dijalankan oleh para peserta

PMW Universitas Negeri Semarang tahun 2011 yang dibagi berdasarkan

kelompok peserta PMW.

Tabel 1.1

Sebaran Jenis Wirausaha Tiap Fakultas

Sumber : Rekap Data Bussines Plan Program Mahasiswa Wirausaha Universitas

Negeri Semarang 2011

Berdasarkan tabel 1.1 diperoleh hasil dari total 50 kelompok usaha yang

mengikuti PMW yaitu sebanyak 14 kelompok usaha berwirausaha dalam bidang

jasa (laundry, penjualan pulsa, persewaan, rental dll), 10 kelompok usaha

NO. FAKULTAS

BIDANG USAHA Jumlah

Per-

Fakultas Jasa perdagangan agribisnis

Industri

kreatif

1. FIP 1 - 1 - 2

2. FBS 2 - - 4 6

3. FE 3 3 2 1 9

4. FMIPA 3 4 6 5 18

5. FT 1 - 1 - 2

6. FIK 3 3 3 2 11

7. FH 1 - - 1 2

TOTAL 14 10 13 13 50

Page 28: Skrip Si

9

berwirausaha dalam bidang perdagangan (menjual pakaian, makanan, alat

kosmetik dll) , 13 kelompok usaha berwirausaha dalam bidang agribisnis

(perikanan, peternakan, pertanian) dan 13 kelompok usaha bergerak dalam bidang

industri kreatif (alat peraga pendidikan, souvenir berbahan limbah, software dll).

Gambaran mengenai perilaku kewirausahaan mahasiswa yang mengikuti

PMW Universitas Negeri Semarang tahun 2011 dapat dilihat menggunakan studi

pendahuluan terhadap 20 mahasiswa yang mengikuti program mahasiswa

wirausaha ini. Berdasarkan pada hasil studi pendahuluan kepada 20 mahasiswa

yang mengikuti PMW menggunakan metode angket yang berjumlah lima item

yang mewakili dua aspek perilaku kewirausahaan yaitu aspek percaya diri dan

pengambil resiko. Aspek percaya diri tersebut sesuai dengan pendapat Alma

(2004:39) yang mengatakan bahwa syarat agar seseorang berhasil dalam

berwirausaha adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi yang ditunjukkan

dengan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat dan saran orang lain, akan tetapi

pendapat dan saran itu tidak ditolak begitu saja namun dijadikan masukan sebagai

pertimbangan, kemudian dapat diputuskan. Aspek percaya diri dan pengambil

resiko dipilih dikarenakan dalam proses berwirausaha melibatkan adanya

kepercayaan diri dari individu dalam kaitannya dalam pengambilan keputusan

usaha sedangkan dalam pengambilan keputusan tersebut dapat dipastikan

berhubungan dengan sejauhmana individu berani menerima resiko ketidakpastian

yang ada dalam proses wirausaha. Sedangkan pengambilan resiko tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Segal dkk (2005:54) yang diperoleh hasil

faktor pendorong individu untuk melakukan wirausaha antara lain keberanian

Page 29: Skrip Si

10

mengambil resiko. Aspek percaya diri dan pengambil resiko berhubungan dengan

adversity quotient yaitu ketika seseorang menghadapi kesulitan yang ditemui

maka mereka membutuhkan keberanian dalam mengambil resiko kegagalan yang

ada untuk menyelesaikan hambatan - hambatan tersebut. Seseorang dalam

menyelesaikan kesulitan yang ada perlu menginternalisasi keyakinan dalam

dirinya hal ini terkait dengan aspek percaya diri yaitu sejauh mana individu yakin

dapat menyelesaikan hambatan yang ditemuinya. Berikut data hasil studi

pendahuluan kepada 20 subyek mahasiswa peserta Program Mahasiswa

Wirausaha periode tahun 2011:

Tabel 1.2

Studi Pendahuluan Perilaku Kewirausahaan

Respon Keterangan Jumlah

jawaban

mahasiswa

Persentase

Jawaban

Negatif Mahasiswa memiliki masalah dan

hambatan dalam berwirausaha

15 75%

Positif Mahasiswa tidak memiliki

masalah dan hambatan dalam

berwirausaha

5 25%

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

perbandingan mahasiswa yang memiliki kendala dan masalah dengan yang

berwirausaha secara lancar adalah 15 : 5, Hal ini menunjukkan kenyataan masih

banyak hambatan pada mahasiswa yang berwirausaha. Setiap pelaku usaha

Page 30: Skrip Si

11

memiliki cara dan kreatifitas yang berbeda-beda dalam menghadapi hambatan

tersebut. Fenomena rendahnya perilaku kewirausahaan tersebut diperkuat dengan

data laporan pelaksanaan PMW tahun 2009-2011 yang menunjukkan bahwa pada

tahun 2009 kelompok usaha yang mampu mengembalikan modal sebesar 27,5%,

mengangsur modal sebesar 35% dan tidak mengembalikan modal sebesar 37,5%.

Kondisi rendahnya perilaku kewirausahaan semakin diperparah dengan data

persentase pengembalian modal kelompok usaha tahun 2010 yang diperoleh hasil

mahasiswa mampu mengembalikan modal sebesar 8,33%, mengangsur modal

sebesar 13,09% dan tidak mengembalikan modal sebesar 78,57%. Berdasarkan

data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegagalan mahasiswa dalam menjalankan

usaha tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya persentase mahasiswa

yang tidak mampu mengembalikan modal.

Mereka yang bisa bertahan dengan kerasnya persaingan dan kendala dalam

wirausaha tentunya dilatarbelakangi oleh dua faktor diantaranya faktor dari luar

diri individu (faktor eksternal) penyebab kegagalan berdasarkan faktor eksternal

antara lain usaha yang dijalankan bersifat coba-coba (trial and error), sehingga

tidak ada minat dan usaha khusus untuk menekuni usaha disamping

menyelesaikan kuliah, perencanaan yang kurang matang sehingga mengakibatkan

kerugian, dan kemungkinan usaha yang dijalankan tidak linier dengan bidang

keahlian. Sedangkan faktor kedua adalah faktor dari dalam diri individu (faktor

internal) : self confidence, motivasi, kreativitas, high level energy, leadership

ability dll. Wijaya (2008:102) dalam penelitiannya mengenai perilaku

kewirausahaan mengambil kesimpulan bahwa faktor internal yang perlu menjadi

Page 31: Skrip Si

12

perhatian dalam perilaku kewirausahaan yaitu sikap berwirausaha dan efikasi diri.,

sedangkan faktor lain yang perlu ditanamkan dalam perilaku kewirausahaan

adalah nilai inovatif dan kreatif dalam menanggapi peluang, menciptakan peluang

serta ketrampilan dan pengetahuan. Efikasi diri sebagai faktor internal yang

berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan juga diperkuat dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Segal dkk (2005:54) diperoleh hasil bahwa faktor pendorong

individu untuk melakukan wirausaha antara lain keberanian mengambil resiko,

motivasi dan self efficacy.

Hasil studi pendahuluan berupa wawancara mengenai adversity quotient

yang dilakukan peneliti dengan beberapa subjek menjelaskan bahwa peserta

Program Mahasiswa Wirausaha pesimis dapat mengembangkan usahanya. Hal

tersebut dikarenakan ketidakyakinan untuk bisa bersaing dan melakukan strategi

yang salah dalam menjalankan usahanya, namun enggan untuk membuat

perencanaan usaha yang baru dikarenakan kehabisan ide. Hasil wawancara

tersebut dapat diartikan bahwa adversity quotient subyek tergolong rendah dan

mahasiswa tersebut termasuk dalam tipe quitter dalam adversity quotient.

Peserta Program Mahasiswa Wirausaha yang lain mengungkapkan

memiliki hambatan dalam pemasaran produknya. Meskipun sudah melakukan

beberapa upaya tetapi belum menemukan strategi yang tepat untuk memasarkan

produknya. Berdasarkan wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

subyek cenderung menyerah dan tidak dapat menyelesaikan masalah dalam

usahanya. Sikap subyek tersebut menunjukkan subyek memiliki adversity

quotient yang rendah.

Page 32: Skrip Si

13

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dan membuktikan hubungan antara adversity quotient dengan perilaku

kewirausahaan pada mahasiswa yang mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) Universitas Negeri Semarang.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalah di atas, maka dapat di

rumuskan permasalahan yang akan peneliti ungkap yaitu : Apakah ada hubungan

antara adversity quotient dengan perilaku kewirausahaan pada mahasiswa yang

mengikuti Program Wirausaha Mahasiswa (PMW) UNNES?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1.3.1 Untuk mendiskripsikan perilaku kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa

yang mengikuti PMW.

1.3.2 Untuk mendiskripsikan adversity quotient yang dimiliki oleh mahasiswa

yang mengikuti PMW.

1.3.3 Untuk mendiskripsikan secara empirik hubungan antara adversity quotient

dengan perilaku kewirausahaan.

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam berbagai

bidang, yaitu :

Page 33: Skrip Si

14

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan pada khasanah psikologi industri dan organisasi

tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kewirausahaan dalam

kaitannya dengan adversity quotient.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Dapat menjadi salah satu rujukan dan bahan perbandingan apabila

penelitian yang sama dilakukan diwaktu-waktu mendatang.

2) Bagi Subjek Penelitian

Subjek penelitian diharapkan dapat mengetahui pentingnya kemampuan

untuk bertahan dalam menghadapi segala macam hambatan hal ini terkait

dengan adversity quotient terhadap keberhasilan usaha yang mereka

jalankan.

3) Bagi Pengelola Program Mahasiswa Wirausaha UNNES

Sebagai acuan terhadap pihak terkait dalam memberikan pendampingan

yang tepat terkait dengan aspek adversity quotient peserta Program

Mahasiswa Wirausaha dalam proses berjalannya usaha. Pendampingan

yang baik dan tepat akan meminimalisir kegagalan dalam proses

berwirausaha mahasiswa.

Page 34: Skrip Si

15

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Kewirausahaan

2.1.1 Pengertian Perilaku Kewirausahaan

Perilaku merupakan respon apapun yang dilakukan organisme (Chaplin

2011:53). Perilaku adalah segala sesuatu yang seseorang katakan atau lakukan

(Martin dan Pear 1996:3). Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo 2003:

114). Notoatmodjo ( 2003:120) mengatakan meskipun perilaku merupakan bentuk

respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, akan

tetapi dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-

faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal tersebut berarti bahwa meskipun

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda-

beda.

Kaitannya dengan perilaku wirausaha, menurut Suryana (2003:1)

mengatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses.

Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

Page 35: Skrip Si

16

berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif

untuk menciptakan peluang.

Menurut Longenecker dkk. (2001:4) mengemukakan bahwa wirausaha

adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi

perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan

kemajuan di perekonomian akan datang dari wirausaha. Wirausahawan yang baik

adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil resiko dan

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Kewirausahaan merupakan penerapan kreatifitas dan inovasi untuk

memcahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi

setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreatifitas, inovasi dan

keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk

membentuk dan memelihara usaha baru (Zimmerer 2001:51). Sedangkan menurut

Kao (1991:14) mengemukakan bahwa kewirausahaan adalah upaya untuk

menciptakan nilai melalui pengakuan peluang bisnis, manajemen risiko yang

tepat untuk mengambil peluang yang ada dan melalui keterampilan komunikatif

serta pengaturan dalam memobilisasi sumber daya manusia, keuangan, dan

material yang diperlukan untuk membawa ke hasil yang diinginkan.

Wirausaha merupakan proses dinamis yang dilakukan individu sebagai

pelaku wirausaha untuk menciptakan penghasilan tambahan. Penghasilan tersebut

didapatkan oleh individu dari keterampilannya mengolah dan memberikan nilai

untuk beberapa produk maupun layanan atau jasa. Produk atau jasa yang

dihasilkan tidak harus baru atau unik akan tetapi harus memiliki nilai sehingga

Page 36: Skrip Si

17

produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk lainnya (Hisich dan Peters

1998:9).

Mengacu pada beberapa pendapat mengenai perilaku dan kewirausahaan

maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan adalah aktivitas maupun

respon yang dilakukan oleh manusia dalam mengorganisasikan semua faktor-

faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal) yang dituangkan dalam suatu

usaha (baik barang maupun jasa) guna memperoleh pendapatan melalui cara-cara

yang unik, kreatif, inovatif bahkan beresiko guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kewirausahaan

Secara garis besar terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi

kewirausahaan, yaitu faktor eksternal yang berasal dari luar individu seperti

lingkungan keluarga dan masyarakat, sistem pendidikan, dan faktor internal yang

berasal dari dalam diri individu seperti faktor fisik dan faktor psikis atau

kepribadian. Burgess dan Steinhof (dalam Suryana, 2001: 27) mengemukakan

bahwa wirausaha yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian

sebagai berikut:

a. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara independen dan

berani menghadapi resiko untuk memperoleh hasil.

b. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan, berorientasi hasil,

dan tanggung jawab keras.

c. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan.

d. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam memperoleh ide.

Page 37: Skrip Si

18

Alma (2004:39) mengatakan bahwa syarat agar seseorang berhasil dalam

berwirausaha adalah sebagai berikut:

a. Percaya diri

Tidak mudah dipengaruhi oleh pendapat dan saran orang lain, akan tetapi

pendapat dan saran itu tidak ditolak begitu saja namun dijadikan masukan

sebagai pertimbangan, kemudian dapat diputuskan. Sikap yang optimis sangat

penting untuk dimiliki. Orang yang tingkat kepercayaan diri yang tinggi adalah

orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Pribadi yang seperti ini

adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai maturity. Karakteristik

kematangan seseorang adalah memiliki tanggung jawab yang tinggi, objektif,

kritis, emosi yang stabil, dan tingkat sosialnya tinggi.

b. Berorientasi tugas dan hasil

Seharusnya orang lebih mengutamakan pada prestasi, baru kemudian

setelah berhasil maka prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul

dalam bisnis jika berusaha menyingkirkan prestise. Apabila seseorang terlalu

mementingkan prestise, maka dia memilih-milih tugas yang memiliki prestise

tinggi dan meninggalkan tugas yang tidak memiliki prestise sehingga usaha

yang dilakukannya tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Seseorang yang

lebih mengutamakan hasil yang baik akan memiliki motivasi untuk selalu

mempertahankan hasil tersebut dan terus berupaya mencapai hasil yang lebih

baik.

Page 38: Skrip Si

19

c. Pengambil resiko

Resiko yang dihadapi dalam berwirausaha adalah persaingan, harga yang

naik dan turun, barang yang tidak laku dan lain sebagainya. Tantangan itu

harus dihadapi dengan penuh pertimbangan. Wirausahawan tidak boleh

mengambil keputusan dalam berwirausaha sesuka hati mereka sendiri. Mereka

perlu mempertimbangkan resiko baik dan buruk terhadap keputusan yang

mereka ambil, dikarenakan pengambilan resiko yang tidak perhitungkan

tingkat kegagalannya tinggi. Begitu pula seorang wirausahawan yang tidak

berani mengambil resiko, mengakibatkan usaha mereka tidak bisa berkembang.

d. Kepemimpinan

Sifat kepemimpinan dimiliki oleh semua orang, tetapi tergantung pada

masing-masing individu dalam penyesuaian dirinya dengan organisasi atau

orang yang dia pimpin. Banyak pemimpin yang disenangi, disegani, diikuti,

dan dipercaya oleh bawahannya, tetapi tidak sedikit juga pemimpin yang tidak

disenangi bawahannya. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik

bawahan dan bersifat responsif. Seorang wirausahawan yang berhasil memiliki

kemampuan untuk memimpin dan mengorganisir orang-orang (bawahan) yang

terlibat dalam proses wirausahanya. Wirausahawan selaku pemimpin dalam

sebuah wirausaha perlu bekerjasama dengan bawahannya dalam membuat

perencanaan usaha. Sebagai pemimpin yang baik, dia mau menerima kritik dan

mempertimbangkan saran dari bawahannya agar tidak salah dalam

pengambilan keputusan usaha.

Page 39: Skrip Si

20

e. Keorisinilan

Sifat ini tidak semua orang memilikinya. Orisinil disini adalah dia tidak

hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide

yang orisinil, dan ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil disini

bukan berarti baru, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru

atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada sehingga

menghasilkan sesuatu yang baru. Kreatifitas orisinil yang membedakan dari

apa yang sudah ada sebelumnya.

f. Berorientasi ke masa depan

Seorang wirausaha harus memiliki visi ke depan, apa yang harus

dilakukan, dan apa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perencanaan dan strategi

yang matang sangat penting agar langkah-langkah yang akan dilakukan jelas.

Adanya visi ke depan yang jelas dan perencanaan terhadap hal yang akan

dilakukan akan membuat proses wirausaha berjalan dengan lancar.

Dikarenakan wirausahawan mampu mengambil keputusan usaha yang sesuai

dengan apa yang telah direncanakannya. Memiliki tujuan dan target yang

terencana membuat wirausahawan memiliki motivasi untuk selalu maju dan

berpikir ke depan.

g. Kreatifitas

Sifat keorisinilan seorang entrepreneur menuntut adanya kreatifitas dalam

pelaksanaan tugasnya. Salah satu sifat kepribadian yang dimiliki wirausahawan

yang berhasil adalah kepribadian yang kreatif. Kreatifitas merupakan hal utama

yang diperlukan seorang wirausahawan dalam menjalankan dan

Page 40: Skrip Si

21

mengembangkan usahanya. Usaha yang baru dijalankan maupun usaha yang

telah berjalan di dalam pengembangan usaha tersebut perlu adanya upaya

untuk melakukan sebuah inovasi dalam menjalankannya. Sebuah inovasi

tersebut ditemukan dengan proses pemikiran kreatif dari wirausahawan.

Steinhof dan Burgess (dalam Suryana 2003:16) mengemukakan beberapa

faktor yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil, meliputi:

a. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.

b. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang.

c. Berencana, mengorganisir.

d. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

e. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja dan yang

lainnya.

f. Bertanggungjawab terhadap keberhasilan maupun kegagalan.

Sedangkan menurut Timmons (1999:220) faktor yang harus dimiliki oleh

setiap wirausahawan untuk mencapai keberhasilan dalam berwirausaha antara

lain:

a) Komitmen dan determinasi, komitmen dan determinasi adalah faktor yang

paling penting dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Faktor komitmen dan

determinasi ini membuat wirausahawan dapat mengatasi hambatan yang

ditemui dan dapat menutupi kelemahan dan kekurangannya dalam

berwirausaha. Komitmen penuh dibutuhkan oleh seluruh wirausaha yang

memiliki tantangan usaha yang tinggi. Komitmen dan determinasi

berwirausaha dapat diciptakan melaui beberapa cara antara lain melalui

Page 41: Skrip Si

22

kesediaan mengambil suatu kesempatan dalam sebuah tantangan, melalui

kesediaan mengambil resiko yang ada, dan melalui pengorbanan lain yaitu

berwirausaha mengganggu kehidupan dan hubungan dengan keluarga.

Wirausahawan yang sukses memiliki keberanian, disiplin kerja yang tinggi,

kerja keras dalam usahanya dan tahan terhadap kesulitan.

b) Kepemimpinan, untuk menjadi wirausahawan yang sukses dibutuhkan banyak

pengalaman dalam berwirausaha, pengetahuan yang baik tehadap pasar,

memiliki keterampilan dalam mengatur strategi berwirausaha. Wirausahawan

yang sukses memiliki ide untuk memulai menggerakkan usahanya dan

memiliki kontrol yang baik terhadap dirinya. Wirausahawan yang sukses

adalah mereka yang sabar dalam memimpin usahanya dan memiliki

kemampuan dalam menerapkan idenya menjadi kenyataan.

c) Ambisi untuk mencari peluang, wirausaha yang berhasil adalah yang selalu

memanfaatkan peluang yang ada. Kesungguhan dari wirausahawan dalam

menjalankan usahanya ditunjukkan dengan sejauhmana mereka memanfaatkan

peluang yang ada. Wirausahawan sukses memiliki kreatifitas dalam mengambil

peluang yang ada.

d) Menerima resiko, kebimbangan, and ketidaktentuan, wirausahawan yang

berhasil bukanlah seorang penjudi yang mengambil keputusan bisnis sesuka

mereka. Akan tetapi wirausaha yang berhasil adalah mereka yang membuat

keputusan dengan mempertimbangkan resiko berwirausaha. Wirausahawan

yang berhasil juga nyaman dan tahan terhadap ketidakpastian usaha.

Page 42: Skrip Si

23

e) Kreatifitas, percaya diri, dan kemampuan beradaptasi, wirausahawan yang

berhasil selalu percaya terhadap kemampuan dirinya sendiri. Wirausahawan

tidak takut terhadap kegagalan dan selalu berusaha untuk mencapai

keberhasilan dengan melihat kenyataan yang ada. Wirausahawan sukses

memiliki kemampuan untuk menjadikan kegagalan menjadi sebuah pelajaran.

Pengalaman kegagalan ini membuat individu mampu mengatasi masalah yang

muncul dengan mengatasi masalah yang ada menggunakan cara yang sesuai.

f) Motivasi untuk menjadi unggul, wirausahawan yang berhasil memiliki

motivasi untuk menjadi unggul dan lebih baik dibandingkan dengan

wirausahawan yang lain. Wirausahawan memiliki keinginan yang tinggi untuk

mencapai keberhasilan, mereka memiliki kemampuan dalam memilih dan

mengambil peluang dan tahu kapan waktu yang tepat untuk mengatakan tidak

terhadap suatu peluang.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kewirausahaan adalah faktor internal antara lain

komitmen dan determinasi, kepemimpinan, obsesi terhadap peluang, menerima

resiko, kreatifitas, percaya diri, and kemampuan beradaptasi, motivasi untuk

menjadi unggul, faktor fisik, faktor psikis atau kepribadian, faktor ketahanan

dalam menghadapi tekanan (adversity quotient) dan faktor eksternal antara lain

lingkungan keluarga dan masyarakat, lokasi wirausaha dan pendidikan

wirausahawan. Apabila faktor-faktor tersebut terdapat dalam diri seorang

wirausahawan, maka dapat dikatakan perilaku wirausahawan tersebut berhasil.

Page 43: Skrip Si

24

2.1.3 Indikator Perilaku Kewirausahaan

Zimmerer dan Scarborough (2001:6) mengemukakan tentang karakteristik

sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil dengan diperluas sebagai berikut:

a. Komitmen dan determinasi, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat

untuk mencurahkan semua perhatiannya dalam usaha. Sikap yang setengah hati

akan memungkinkan kegagalan dalam berwirausaha.

b. Rasa bertanggungjawab, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam

mengontrol sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap

keberhasilan berwirausaha.

c. Ambisi untuk mencari peluang, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.

Keberhasilan wirausaha selalu diukur oleh keberhasilan untuk mencapai

tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Menerima resiko, kebimbangan, and ketidaktentuan, yaitu tahan terhadap

resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola resiko

dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti banker, investor,

konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki

toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Percaya diri, yaitu percaya diri dan cenderung optimis serta memiliki

keyakinan yang kuat dengan kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Kreatif dan fleksibel, adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan

ekonomi dunia yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan

untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan

kreatifitas yang tinggi.

Page 44: Skrip Si

25

g. Keinginan mendapatkan umpan balik, yaitu selalu memerlukan umpan balik

yang segera. Selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh

karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk

menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari

kegagalan.

h. Tingkat energi yang tinggi, yaitu memiliki tingkat enerjik yang tinggi.

Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi

dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun

dalam waktu yang lebih lama.

i. Motivasi untuk unggul, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu

ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya

dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena dari dalam diri

internal dan jarang dari eksternal.

j. Berorientasi terhadap masa depan, yaitu berorientasi pada masa yang akan

datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan ke masa depan

yang jauh lebih baik.

k. Belajar dari kegagalan, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang

berhasil tidak takut gagal dan bisa mengambil pelajaran dari kegagalan

sehingga dia tidak terjerumus ke kegagalannya lagi. Dia selalu

mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.

l. Kemampuan dalam memimpin, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan.

Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh

Page 45: Skrip Si

26

tanpa kekuatan (power), wirausahawan harus memiliki taktik mediator dan

negosiator daripada diktator.

Berdasarkan pendapat mengenai karakteristik wirausahawan di atas, maka

dapat disimpulkan perilaku kewirausahaan dikatakan positif dan berhasil apabila

dalam diri wirausahawan terdapat dua belas aspek antara lain: komitmen dan

determinasi, rasa bertanggungjawab, Ambisi untuk mencari peluang, menerima

resiko, kebimbangan, and ketidaktentuan, percaya diri, kreatif dan fleksibel,

keinginan mendapatkan umpan balik, tingkat energi yang tinggi, motivasi untuk

unggul, berorientasi terhadap masa depan, belajar dari kegagalan, dan kemampuan

dalam memimpin.

2.1.4 Proses Kewirausahaan

Barringer dan Ireland (2010:47) menyatakan bahwa dalam kewirausahaan

terdapat empat proses yang harus dilewati, antara lain:

a) Memutuskan Untuk Menjadi Seorang Pengusaha

Seseorang yang memutuskan menjadi pengusaha secara tidak langsung

mereka menjadi atasan bagi dirinya sendiri. Sejauh mana mereka dalam

menghasilkan dan melakukan ide-ide dan meraih keuntungan finansial.

Beberapa peristiwa bisa memicu atau mendorong seorang individu untuk

menjadi seorang pengusaha. Sebagai contoh, seseorang ketika kehilangan

pekerjaan dan memutuskan untuk memulai bisnis sendiri. Atau seseorang

mungkin menerima warisan dan untuk pertama kali dalam hidupnya memiliki

uang untuk memulai berwirausaha sendiri. Gaya hidup juga mempercepat

pengembangan karir berwirausaha. Sebagai contoh seseorang yang telah

Page 46: Skrip Si

27

memulai usahanya waktu usia muda dan masih sekolah. Dia akan memiliki

pengalaman dan pengetahuan usaha yang banyak sehingga kemungkinan besar

dia pasti menjadi wirausahawan yang berhasil.

b) Mengembangkan Ide Yang Telah Sukses

Banyak bisnis baru gagal bukan karena wirausahawan tidak bekerja keras

akan tetapi karena tidak ada kesempatan nyata untuk memulai merealisasikan

ide. Mengembangkan sebuah ide bisnis yang sukses termasuk analisis

kelayakan, menulis rencana bisnis, analisis industri dan pengembangan model

bisnis yang efektif akan membantu dalam mengembangkan usaha.

c) Merealisasikan Ide-Ide Untuk Menumbuhkan Wirausaha

Langkah pertama dalam mengubah ide menjadi kenyataan adalah dengan

menyiapkan strategi pemasaran yang tepat dalam berwirausaha. Pemasaran

yang tepat akan mempermudah wirausahawan untuk melakukan berbagai ide

dalam usahanya. Kreatifitas adalah hal utama yang berpengaruh terhadap

strategi pemasaran yang dilakukan oleh wirausahawan.

d) Mengelola Dan Menumbuhkan Wirausaha

Mengingat lingkungan berwirausaha pada saat ini semakin kompetitif,

semua wirausahawan harus dapat mengelola dan mengatur strategi dengan

benar untuk memastikan keberhasilan mereka. Mengelola dan menumbuhkan

wirausaha adalah tahap akhir dari proses kewirausahaan. Pada tahapan

diperlukan adanya sikap kerja keras dari wirausahawan. Karena dalam proses

menumbuhkan dan mengelola sebuah wirausaha, wirausahawan akan

menemukan berbagai hambatan dan tantangan usaha.

Page 47: Skrip Si

28

Menurut Timmons (1999:38) , proses kewirausahaan digambarkan sebagai

tiga buah bola kekuatan yang harus diramu, sehingga terjadi kesesuaian dan

keseimbangan. Timmons menggambarkan interaksi ketiga kekuatan tersebut

dengan bagan di bawah ini:

Gambar 2.1 Bagan Timmons Tentang Proses Kewirausahaan

Sumber : Timmons (1999:38) New Venture Creation

Berdasarkan bagan di atas, Timmons menganalisis bahwa bentuk, ukuran,

dan dalamnya peluang usaha menentukan bentuk, ukuran dan dalamnya kondisi

sumber daya dan tim wirausahawan. Peluang usaha merupakan inti dari proses

kewirausahaan. Suatu peluang usaha dianggap baik jika memiliki permintaan

pasar, struktur pasar dan ukuran pasar yang baik. Ringkasnya, suatu peluang

dikatakan memiliki kekuatan apabila wirausahawan mendapatkan modalnya

Page 48: Skrip Si

29

kembali. Sumber daya, yaitu potensi dan kompetensi yang didukung oleh

kreatifitas dan penghematan. Wirausahawan yang sukses adalah yang dapat

menghemat modal dan memanfaatkannya dengan cerdik. Tim Kewirausahawan,

dipimpin oleh wirausahawan yang sudah memiliki pengalaman kerja yang sukses.

Menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, menghargai yang berhasil

tetapi juga membantu yang gagal. Hubungan antara ketiga kekuatan bagan

Timmons harus diwarnai oleh konsep kesesuaian dan keseimbangan. Dengan

demikian, tugas wirausahawan dan timnya adalah menjalankan dengan sebaik-

baiknya semua faktor yang ada sehingga terjadi suatu keseimbangan.

Kesimpulannya, tim wirausahawan harus bisa menguasai keadaan sehingga bisa

mencapai keberhasilan usaha.

Timmons (1999:43) mengemukakan dasar dari proses kewirausahaan ada

dua, yaitu logika dan trial and error dengan menggunakan intuisi dan

perencanaan. Tidak ada waktu yang paling tepat untuk memulai sebuah proses

kewirausahaan. Oleh karena itu, kesiapan dalam melihat suatu peluang dan

keputusan untuk meraihnya memiliki nilai tersendiri dalam proses kewirausahaan.

Berdasarkan uraian tentang proses terbentuknya perilaku kewirausahaan

maka dapat disimpulkan bahwa ada empat tahapan utama yang harus dilewati

dalam berwirausaha antara lain memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha,

mengembangkan ide yang telah sukses, merealisasikan ide-ide untuk

menumbuhkan wirausaha, dan mengelola dan menumbuhkan wirausaha. Apabila

tahapan-tahapan dalam proses wirausaha tersebut dapat dilalui dengan baik oleh

wirausahawan, maka wirausaha yang dijalankan akan berjalan dengan baik.

Page 49: Skrip Si

30

2.1.5 Resiko Untuk Menjadi Wirausahawan

Zimmerer ( 2001:5) mengemukakan bahwa dalam berwirausaha terdapat

beberapa resiko yang diperhatikan, resiko tersebut antara lain:

a. Pendapatan yang tidak tentu

Membuka dan menjalankan usaha baru tidak menjamin bahwa seorang

wirausaha dapat memiliki cukup uang untuk bertahan hidup. Beberapa usaha

kecil kadang menghasilkan keuntungan yang tidak tetap. Artinya dalam

berwirausaha kita tidak bisa memprediksi pendapatan yang akan

diperoleh.berdasarkan kurun waktu tertentu. Pendapatan tersebut bergantung

pada jumlah barang ataupun jasa yang dihasilkan maupun dijual. Seorang

wirausaha perlu memperhitungkan resiko pendapatan yang tidak tentu ini

dengan memiliki persediaan modal agar wirausaha tetap berjalan sebelum

berkembang.

b. Resiko untuk kehilangan modal

Resiko kegagalan dalam menciptakan usaha baru relatif tinggi.

Kenyataannya dari penelitian yang dilakukan di Amerika sebanyak 24 % usaha

baru dalam jangka waktu dua tahun dipastikan tutup. Modal merupakan faktor

utama dari berjalannya suatu usaha. Apabila seseorang dalam menjalankan

usahanya menemui kegagalan, maka dia harus bersiap-siap untuk kehilangan

modal usahanya. Resiko kehilangan modal merupakan resiko yang membuat

wirausahawan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan usaha dan

mengatur strategi usahanya. Dikarenakan sekali mereka gagal dan kehilangan

modal maka wirausaha yang mereka jalankan tutup.

Page 50: Skrip Si

31

c. Membutuhkan waktu yang lama dan kerja keras

Usaha yang baru membutuhkan waktu lama untuk berkembang.

Diperlukan kerja keras dan konsistensi dari pelaku wirausaha dalam

memajukan usaha yang dijalankannya. Kesabaran dan keuletan merupakan

faktor utama dalam mengembangkan suatu usaha. Kerja keras diperlukan untuk

menghadapi hambatan dan tantangan yang ditemui dalam proses berwirausaha.

d. Kualitas hubungan sosial rendah sebelum usaha dapat berkembang

Waktu yang lama dan intensitas kerja yang begitu banyak dalam

menjalankan usaha baru membuat hubungan wirausahawan dengan lingkungan

sosial maupun keluarga menjadi berkurang. Perhatian mereka terhadap

hubungan sosial akan menjadi berkurang, dikarenakan wirausahawan fokus

terhadap usaha yang dijalankan. Kondisi ini akan berlangsung lama, sebelum

wirausaha yang dijalankan telah berkembang dengan baik.

e. Tanggung jawab yang menyeluruh

Seorang wirausaha harus dapat bertahan dari tekanan dalam persaingan

bisnis. Pengambilan keputusan yang tepat akan membuat usahanya dapat

bertahan, sebaliknya apabila pengetahuannya dalam berwirausaha kurang dan

wirausaha ragu dalam membuat keputusan dalam bisnis dapat menghancurkan

usahanya sehingga tidak akan mencapai sukses.

Kesimpulan dari resiko menjadi seorang wirausahawan yaitu seseorang

sebelum memasuki dunia wirausaha perlu memperhatikan berbagai resiko antara

lain pendapatan yang tidak tentu dari seoran wirausahawan, besar kemungkinan

kehilangan modal usaha, perkembangan usaha membutuhkan waktu yang lama

Page 51: Skrip Si

32

dan dibutuhkan kerja keras untuk mencapai keberhasilan, hubungan sosial

menjadi berkurang dikarenakan kesibukan dalam berwirausaha, dan tanggung

jawab secara menyeluruh dalam usaha yang dilakukannya.

2.1.6 Penyebab Kegagalan Dalam Berwirausaha

Tingkat kegagalan usaha yang baru lebih besar dibandingkan usaha yang

besar dan telah mapan, hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumber daya,

kurangnya pengalaman manajemen dan kurang stabilnya keuangan. Zimmerer dan

Scarborough (2008:39) menjelaskan mengenai sebab-sebab kegagalan dalam

berwirausaha, antara lain:

a. Ketidakmampuan melakukan manajemen

Manajemen yang buruk merupakan penyebab utama kegagalan

berwirausaha. Penerapan sistem manajemen yang tidak tepat, pengambilan

keputusan usaha yang salah kepemimpinan yang kurang tegas membuat

wirausaha yang dilakukan menjadi terhambat dan tidak berkembang.

Manajemen usaha yang buruk membuat wirausahawan tidak mengetahui apa

yang seharusnya dia lakukan dalam menjalankan usahanya.

b. Kurangnya pengalaman berwirausaha

Pengusaha perlu memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang jenis

wirausaha yang dijalankan. Pengalaman dan pengetahuan tersebut dapat

dijadikan sebagai landasan bagi pengusaha untuk menentukan keputusan usaha

dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan resiko. Apabila wirausahawan

kurang berpengalaman dengan usaha barunya, maka dia cenderung kurang

yakin terhadap pengambilan resiko usaha yang besar.

Page 52: Skrip Si

33

c. Pengendalian keuangan yang buruk

Keberhasilan dalam berwirausaha memerlukan pengendalian sisteem

keuangan yang baik. Wirausahawan yang baru memulai usahanya cenderung

sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan dalam

mengelola usahanya. Akibatnya usaha yang dijalankan menjadi terhambat

dikarenakan pengaturan keuangan yang bermasalah.

d. Lemahnya usaha pemasaran

Penyusunan strategi pemasaran yang baik dan kuat merupakan salah satu

cara memajukan usaha. Wirausahawan dituntut untuk memiliki inovasi dan

kreatifitas dalam melakukan pemasaran usahanya. Pemasaran yang berhasil

ditunjukkan dengan kembalinya pelanggan. Lemahnya usaha pemasaran

menjadikan sebuah usaha tidak berkembang.

e. Kegagalan mengembangkan perencanaan bisnis

Tanpa strategi yang ditentukan dengan jelas, wirausahawan tidak memiliki

dasar yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan

usahanya sendiri. Membangun perencanaan bisnis memaksa wirausahawan

untuk selalu berpikir agar produk yang dihasilkan lebih unggul dibandingkan

produk dari pesaing usahanya.

f. Pertumbuhan yang tidak terkendali

Wirausahawan terkadang mendorong pertumbuhan usahanya secara pesat,

hal tersebut akan berdampak negatif apabila hal tersebut melewati kemampuan

wirausahawan dalam mengelola usahanya. Semakin besar usaha yang

dijalankan, maka hambatan yang akan ditemui oleh wirausahawan akan

Page 53: Skrip Si

34

semakin besar. Persaingan usaha juga akan semakin berat dikarenakan harus

bersaing dengan usaha besar yang telah lebih dulu berkembang.

g. Lokasi berwirausaha yang buruk

Pemilihan lokasi yang tepat dalam berwirausaha merupakan hal yang

penting. Lokasi yang tepat dan strategis akan mendorong kemajuan dalam

berwirausaha, hal tersebut dikarenakan pelanggan cenderung kembali apabila

lokasi dari tempat berwirausaha cukup strategis dan mudah dijangkau. Tempat

wirausaha yang buruk akan berdampak para pelanggan tidak nyaman untuk

melakukan transaksi usaha.

h. Pengendalian persediaan yang tidak tepat

Pengendalian dalam cadangan barang wirausaha diperlukan agar

pelanggan tidak kecewa apabila kehabisan stok. Akan tetapi banyak

wirausahawan yang menyia-nyiakan uang yang dimilikinya untuk menimbun

persediaan yang tidak bermanfaat. Persediaan tidak tepat tersebut dikarenakan

wirausahawan kurang mempertimbangkan strategi pemasaran.

i. Penetapan harga yang tidak tepat

Wirausahawan harus dapat menentukan harga yang sesuai terhadap

produknya, berdasarkan besarnya biaya untuk membuat produk, memasarkan

dan mendistribusikan barang dan dalam penetapan harga juga perlu

memperhatikan pesaing. Apabila harga barang yang ditawarkan terlalu tinggi,

maka pelanggan akan mencari barang yang sama dengan harga lebih murah

dengan kualitas yang sama.

Page 54: Skrip Si

35

j. Ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan

Setelah sebuah wirausaha sudah mulai berkembang maka secara tidak

langsung terjadi perubahan yang drastis dalam gaya manajemen. Pertumbuhan

mendorong para wirausahawan ke dalam wilayah yang tidak dikuasainya

sehingga kemungkinan terjadinya resiko kegagalan semakin besar.

Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor penyebab utama kegagalan berwirausaha kebanyakan

berasal dari keterampilan individu (ketidakmampuan melakukan manajemen,

kurangnya pengalaman berwirausaha, pengendalian keuangan yang buruk,

lemahnya usaha pemasaran, kegagalan mengembangkan perencanaan bisnis,

pertumbuhan yang tidak terkendali, pengendalian persediaan yang tidak tepat,

penetapan harga yang tidak tepat dan ketidakmampuan membuat transisi

kewirausahaan). Sedangkan penyebab kegagalan berwirausaha yang bersumber

dari lingkungan adalah lokasi berwirausaha yang buruk.

2.2 Adversity Quotient

2.2.1 Pengertian adversity quotient

Adversity quotient (AQ) adalah sebuah gambaran dari kebiasaan respon

seseorang dari kesulitan, suatu ukuran pola bawah sadar yang konsisten yang

dikembangkan selama bertahun-tahun. Adversity quotient (AQ) adalah kecerdasan

untuk menghadapi kesulitan atau hambatan, kemampuan bertahan dalam berbagai

kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Adversity quotient (AQ) merupakan

sikap menginternalisasi keyakinan. Adversity quotient (AQ) juga merupakan

kemampuan untuk menggerakkan tujuan hidup ke depan (Stoltz, 2000:8).

Page 55: Skrip Si

36

Stoltz (2000:7) mengatakan bahwa adversity quotient adalah skor yang

dicapai seseorang dalam merespon instrument adversity, skor adversity mampu

memprediksi keberhasilan karena skor adversity mencerminkan kemampuan

seseorang dalam menghadapi tantangan. Adversity Quotient meramalkan seberapa

jauh seseorang mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk

mengatasinya, meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang

akan hancur. Adversity quotient meramalkan siapa yang akan melampaui harapan

atas kinerjanya dan potensi mereka serta mereka yang akan gagal. Adversity

Quotient juga meramalkan siapa yang akan bertahan dan siapa yang akan

menyerah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adversity quotient

adalah skor yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam menghadapi dan

bertahan terhadap kesulitan hidup, tantangan yang dialaminya dan perubahan-

perubahan yang terus menghadang serta menghadapi kesulitan tersebut sebagai

proses untuk menghadapi potensi-potensi yang dimilikinya.

2.2.2 Dimensi Adversity Quotient (AQ)

Stoltz (2000 :140) mengemukakan dimensi-dimensi Adversity Quotient

yang terdiri dari RE yaitu:

a. C = Control (kendali)

C adalah singkatan dari konrol atau kendali. C mempertanyakan : Berapa

banyak kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang

menimbulkan kesulitan? Dimensi Adversity Quotient ini merupakan salah satu

awal yang paling penting. Control atau kendali berhubungan langsung dengan

Page 56: Skrip Si

37

pemberdayaan dan mempengaruhi semua dimensi RE lainnya. Teori ini

menjelaskan mereka yang Adversity quotient-nya tinggi merasakan kendali

yang lebih besar atas peristiwa-peristiwa dalam hidup daripada mereka yang

Adversity Quotient-nya lebih rendah. Akibatnya mereka akan mengambil

tindakan, yang akan menghasilkan lebih banyak kendali lagi. Mereka yang

memiliki Adversity Quotient yang tinggi lebih cenderung melakukan

pendakian, sedangkan mereka yang Adversity Quotient-nya rendah akan

cenderung berhenti.

Semakin tinggi Adversity Quotient dan skor seseorang dalam dimensi ini,

semakin besar kemungkinan seseorang merasa bahwa dia memiliki tingkat

kendali yang sangat kuat atas peristiwa-peristiwa yang buruk. Semakin tinggi

skor C seseorang, semakin besar kendali untuk menghadapi kesulitan-

kesulitan, dan tetap teguh dalam niatnya serta pendekatannya untuk mencari

suatu penyelesaian yang tepat. Semakin rendah Adversity Quotient dan skor

seseorang dalam dimensi ini, semakin besar kemungkinan seseorang merasa

peristiwa-peristiwa yang buruk di luar kendalinya dan sedikit yang dapat dia

lakukan untuk mencegahnya. Rendahnya kendali yang dirasakan memiliki

pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuannya untuk mengubah

situasi. Orang-orang yang sangat rendah kemampuan pengendaliannya sering

menjadi tidak berdaya saat menghadapi kesulitan.

b. = Origin dan Ownership (asal-usul dan pengakuan)

merupakan kependekan dari Origin (asal-usul) dan Ownership

(pengakuan). mempertanyakan dua hal: Siapa atau apa yang menjadi asal-

Page 57: Skrip Si

38

usul kesulitan? dan sampai sejauh manakah saya mengakui akibat-akibat

kesulitan itu? Orang yang Adversity Quotient-nya rendah cenderung

menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa

buruk yang terjadi. Mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya

penyebab atas asal-usul (origin) dari kesulitan tersebut. Adversity Quotient

memberikan pelajaran kepada seseorang untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab mereka sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan, dan

motivasi dalam mengambil tindakan.

Rasa bersalah yang dialami individu memiliki dua fungsi penting. Fungsi

yang pertama, rasa bersalah membantu individu untuk belajar. Rasa bersalah

yang dialami memaksa individu untuk merenungkan, belajar, dan

menyesuaikan tingkah laku untuk memperbaiki kesalahannya. Fungsi yang

kedua, rasa bersalah tersebut menjurus pada penyesalan. Penyesalan memaksa

individu untuk meneliti dan mempertimbangkan apa yang dirasakan hati dalam

hubungannya dengan orang lain. Penyesalan dan rasa bersalah hanya

bermanfaat dalam kadar atau dosis yang terukur. Apabila berlebihan, perasaan

tersebut dapat berakibat sangat melemahkan semangat dan menjadi destruktif.

Rasa bersalah yang menjadi destruktif dapat menghancurkan energi, harapan,

harga diri dan sistem kekebalan individu.

Semakin tinggi Adversity Quotient dan skor seseorang dalam dimensi ini,

semakin besar kemungkinan dia memandang kesuksesan dengan pekerjaan dan

kesulitan sebagai sesuatu yang terutama berasal dari dirinya sendiri. Skor yang

lebih tinggi dalam dimensi ini, mencerminkan kemampuan untuk menghindari,

Page 58: Skrip Si

39

perilaku menyalahkan diri sendiri yang tidak perlu sambil menempatkan

tanggung jawab orang itu sendiri pada tempat yang tepat.

Sebaliknya, semakin rendah Adversity Quotient dan skor seseorang dalam

dimensi ini semakin besar dia menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang

merupakan kesalahannya dan menganggap peristiwa-peristiwa yang baik

sebagai keberuntungan yang di akibatkan kekuatan-kekuatan dari luar.

Menganggap diri sendiri sebagai awal mula peristiwa-peristiwa buruk bisa

berakibat parah pada tingkat stres, ego, dan motivasi seseorang.

c. R = Reach (jangkauan)

Dimensi ini mempertanyakan : Sejauhmanakah kesulitan akan

menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan saya? Respon-respon dengan

adversity quotient rendah akan membuat kesulitan bergerak menuju segi-segi

yang lain dalam kehidupan individu. Menganggap suatu kesulitan sebagai

bencana yang akan menyebar dengan cepat bisa sangat berbahaya. Hal tersebut

dikarenakan dapat menimbulkan kerusakan terhadap fisik maupun psikis dari

diri individu apabila perasaan tersebut dibiarkan tidak terkendali.

Semakin tinggi adversity quotient dan skor seseorang dalam dimensi ini,

semakin besar kemungkinan seseorang merespon kesulitan sebagai sesuatu

yang spesifik dan terbatas. Semakin efektif seseorang menahan dan membatasi

jangkauan kesulitan, dia akan merasa semakin lebih berdaya dan perasaan

kewalahan akan berkurang. Menjaga kesulitan agar tetap berada di tempatnya

akan membuat frustasi, kesulitan dan tantangan hidup menjadi lebih mudah

ditangani. Sebaliknya, semakin rendah Adversity Quotient dan skor seseorang

Page 59: Skrip Si

40

dalam dimensi ini, semakin besar kemungkinan dia memandang kesulitan

sebagai sesuatu yang merasuki wilayah-wilayah lain kehidupannya.

Masalah yang dibiarkan menjangkau wilayah-wilayah lain kehidupan

seseorang akan meningkatkan bobot beban yang dirasakan. Akibatnya,

pandangan yang menimpang dari kesulitan ini, kadang-kadang membuat dia

tidak berdaya untuk mengambil suatu tindakan.

d. E = Endurance (daya tahan)

E atau Endurance (daya tahan) merupakan dimensi terakhir dalam

Adversity Quotient seseorang. Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang

berkaitan: Berapa lamakah kesulitan akan berlangsung? Berapa lamakah

penyebab kesulitan itu akan berlangsung?.

Seligman (dalam Stoltz, 2000:163) menemukan bahwa orang yang melihat

kemampuan mereka sebagai penyebab kegagalan (penyebab yang stabil)

cenderung kurang bertahan dibandingkan orang yang mengaitkan kegagalan

sebagai suatu usaha (penyebab yang sifatnya sementara) mereka lakukan.

Semakin tinggi Adversity Quotient dan skor seseorang dalam dimensi ini,

semakin besar kemungkinan dia memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang

berlangsung lama atau bahkan permanen. Demikian sesuatu yang bersifat tidak

sementara cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi. Hal ini akan

meningkatkan energi, optimisme, dan kemungkinan seseorang untuk bertindak.

Kesimpulan dari dimensi-dimensi adversity quotient yang dikemukakan di

atas adalah yang pertama di dalam adversity quotient mengandung dimensi

control (kendali) yaitu kendali seseorang dalam menghadapi kesulitan, yang

Page 60: Skrip Si

41

kedua yaitu dimensi origin dan ownership (asal-usul dan pengakuan) yaitu

seseorang mengetahui sumber dari kesulitannya dan menyadari akibat dari

kesulitan yang dihadapinya, reach (jangkauan) yaitu mengetahui sejauhmana

kesulitan menjangkau sisi-sisi kehidupan seseorang sehingga seseorang mampu

mengatasinya, dan yang terakhir endurance (daya tahan) yaitu sejauhmana

seseorang bertahan terhadap kesulitan yang dihadapinya.

2.2.3 Tipe-tipe Orang Menurut Adversity Quotient

Stoltz (2000:18) mengelompokkan orang ke dalam tiga tipe pendakian,

orang-orang tersebut memiliki respon yang berbeda-beda terhadap pendakian dan

sebagai akibatnya, dalam hidup mereka menikmati berbagai macam tingkat

kesuksesan dan kebahagiaan. Tipe-tipe orang tersebut yaitu:

a. Quitter (Mereka yang berhenti), orang yang memilih untuk keluar menghindari

kewajiban, mundur dan berhenti. Mereka menghentikan pendakian. Orang

dengan tipe ini selalu meninggalkan banyak hal yang ditawarkan dalam

kehidupan. Quitter menjalani kehidupan tidak menyenangkan. Mereka

meninggalkan impian-impiannya dan memilih jalan yang dianggap datar dan

lebih mudah. Ironisnya seiring dengan berlalunya waktu, quitter mengalami

penderitaan yang jauh lebih pedih daripada yang diinginkan mereka. Sebagai

akibatnya quitter sering menjadi sinis, murung, dan mati perasaannya atau

mereka menjadi pemarah dan frustasi, menyalahkan orang di sekelilingnya.

Quitter mungkin menjalani kehidupan dengan penuh kecemasan atau mungkin

sama sekali mati rasa terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dahulu

pernah ada.

Page 61: Skrip Si

42

b. Campers (mereka yang berkemah), seperti halnya quitter, campers juga

menjalani kehidupan yang tidak lengkap. Campers melepaskan kesempatan

untuk maju yang sebenarnya dapat dicapai jika energi dan sumberdayanya

diarahkan dengan semestinya. Mereka puas dengan mencukupkan diri dan

tidak ingin mengembangkan diri. Campers tidak memanfaatkan potensi dengan

sepenuhnya, akibatnya campers kurang berhasil dalam belajar, tumbuh, dan

berprestasi. Campers bisa melakukan hal yang menuntut kreatifitas yang tinggi

dengan penuh perhitungan, tetapi biasanya mereka mengambil jalan yang

aman. Kreatifitas dan kesediaan mengambil resiko hana dilakukan dalam

bidang-bidang yang amannya kecil sekali.

c. Climbers (para pendaki), Climbers menjalani hidupnya secara lengkap. Mereka

benar-benar mengetahui tujuan dan merasakan manfaat dari semua hal yang

dikerjakannya. Mereka mengetahui perasaan gembira yang sesungguhnya dan

mengenalinya sebagai anugerah. Climbers tahu bahwa hasil dari pendakian

datang dalam bentuk manfaat-manfaat jangka panjang dan langkah-langkah

kecil sekarang ini akan membawanya pada kemajuan-kemajuan yang lebih

lanjut di kemudian hari. Climbers selalu menanggapi tantangan yang

ditemuinya. Climbers yakin bahwa segala sesuatu akan dapat terlaksana

meskipun orang lain bersikap negatif dan sudah memutuskan jalannya tidak

mungkin ditempuh. Kata berhenti tidak terdapat dalam kamus para climber.

Climbers menempuh kesulitan-kesulitan hidup dengan penuh keberanian dan

disiplin. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat yang tinggi

dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup.

Page 62: Skrip Si

43

Berdasarkan uraian mengenai tipe orang menurut adversity quotient maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tipe orang dikelompokkan berdasarkan jenis

pendakian atau ketahanannya. Tipe-tipe tersebut antara lain quitter, campers, dan

climbers.

2.2.4 Tiga Faktor Pembangun Adversity Quotient

Tiga faktor utama yang paling menentukan kemampuan pendakian

individu didasarkan pada terobosan tiga bidang ilmu pengetahuan yang berbeda.

Masing-masing mewakili sebuah faktor pembangun yang apabila digabungkan

akan membentuk seberapa besar tingkat adversity quotient individu

(Stoltz,1997:53). Ketiga faktor pembangun tersebut diantaranya:

a. Psikologi Kognitif

Dasar pembentukan adversity quotient yang pertama ini mencakup

beberapa konsep penting untuk memahami motivasi, efektifitas dan kinerja

individu. Hal-hal yang berkaitan dalam ranah psikologi kognitif tersebut antara

lain ketidakberdayaan yang dipelajari oleh individu. Seligman dalam Stoltz

(1997:55) mengemukakan bahwa ketidakberdayaan yang dialami individu

tersebut menginternalisasi keyakinan bahwa hal yang individu kerjakan tidak

ada manfaatnya. Hal ini melenyapkan kemampuan seseorang untuk memegang

kendali. Apabila individu dapat mengatasi ketidakberdayaannya tersebut, maka

individu memiliki kendali yang baik terhadap dirinya dan ini berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya adversity quotient yang ada pada diri individu.

Stoltz (1997:58) dalam penelitiannya menemukan bahwa

ketidakberdayaan yang dialami oleh individu tersebut memiliki dampak negatif

Page 63: Skrip Si

44

antara lain: mengurangi kinerja, produktifitas, motivasi, energi, kemauan untuk

belajar, perbaikan diri, keberanian mengambil resiko, kreatifitas, kesehatan,

vitalitas, keuletan dan ketekunan. Ketidakberdayaan tersebut menciptakan

individu untuk menjadi campers dan quitters.

b. Ilmu Kesehatan yang Baru

Penelitian dalam bidang kesehatan menemukan bahwa terdapat kaitan

langsung yang dapat diukur antara apa yang individu pikirkan dan rasakan

dengan apa yang terjadi di dalam tubuh individu yang bersangkutan. Cara

individu merespon peristiwa-peristiwa dalam hidup bisa menimbulkan akibat-

akibat yang mendalam terhadap kesehatan dan kemampuan individu untuk

mendaki dalam hal ini berhubungan dengan adversity quotient. Pola respon

yang lemah dari individu dalam menghadapi kesulitan dapat menyebabkan

depresi.

c. Ilmu Pengetahuan tentang Otak

Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan baru tentang otak membuat

gambaran tentang adversity quotient menjadi lebih jelas dan dapat memberikan

pengetahuan tentang bagaimana untuk mengubah dan mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan mental individu climber. Otak idealnya diperlengkapi

untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut

menjadi semakin kuat pada bagian tidak sadar otak. Kebiasaan-kebiasaan

bawah sadar seperti adversity quotient dapat segera diubah dan dengan mudah

akan membentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang semakin lama semakin kuat.

Page 64: Skrip Si

45

Berdasarkan uraian mengenai tiga faktor pembangun adversity quotient

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang melandasai

terbentuknya adversity quotient. Faktor tersebut antara lain psikologi kognitif,

ilmu kesehatan yang baru dan ilmu pengetahuan tentang otak. Masing-masing

faktor ilmu pengetahuan tersebut memiliki pengaruh tersendiri terhadap adversity

quotient.

2.2.5 Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan

Stoltz ( 2000: 8) menyatakan bahwa adversity quotient adalah kecerdasan

menghadapi kesulitan atau hambatan, kemampuan bertahan dari kesulitan hidup

dan tantangan yang dialami. Adversity Quotient merupakan sikap

menginternalisasi keyakinan. Adversity Quotient juga merupakan kemampuan

untuk menggerakkan tujuan hidup ke depan. Adversity quotient pada seseorang

termasuk mahasiswa dapat dilihat melalui dimensi adversity quotient yang

diungkapkan Stoltz (2000 :141) bahwa dimensi-dimensi Adversity Quotient

terdiri dari RE, yaitu C = Control (kendali), = Origin dan Ownership

(Asal-usul dan pengakuan), R = Reach (jangkauan), dan E = Endurance (daya

tahan).

Stoltz (2000: 140) mengatakan bahwa individu dalam dimensi control

(kendali), dirinya selalu berpikir optimis, selalu ada jalan, serta berupaya

menyelesaikan masalah. Jika dikaitkan dengan kewirausahaan, maka pada

mahasiswa yang selalu berpikir optimis selalu ada jalan keluar dalam menghadapi

masalah dan dapat menyelesaikan segala hambatan dalam berwirausaha.

Mahasiswa yang memiliki dimensi control yang tinggi mengindikasikan bahwa

Page 65: Skrip Si

46

dia memiliki komitmen dan tekad yang kuat dalam mencurahkan perhatiannya

pada wirausaha. Optimisme dan kegigihan mahasiswa dalam menyelesaikan

masalah juga berhubungan dengan aspek perilaku kewirausahaan yaitu

berorientasi pada masa yang akan datang. Mahasiswa selalu berpandangan ke

masa depan yang jauh lebih baik. Dimensi control juga berhubungan dengan sifat

kerja keras dalam kewirausahaan. Sifat kerja keras tersebut yaitu tidak mudah

menyerah, tidak pernah memberi kesempatan dirinya untuk berpangku tangan,

mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki tenaga untuk

terlibat terus menerus dalam kerja. Mahasiswa yang selalu berpandangan ke masa

depan yang lebih baik mengakibatkan mahasiswa tersebut tertantang untuk

melakukan kerja keras mencari cara-cara baru untuk memperbaiki kinerjanya,

terbuka pada gagasan, pandangan dan penemuan-penemuan baru yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini termasuk ke dalam sifat

inovatif kewirausahaan.

Sebaliknya jika mahasiswa tidak berpikir optimis selalu ada jalan keluar

dalam menghadapi masalah dan tidak berupaya untuk menyelesaikannya, maka

dirinya mudah menyerah, dan enggan untuk menyelesaikan masalah yang

dialaminya. Akibatnya sifat kewirausahaan terutama pada sifat kerja keras dan

inovatif pada mahasiswa dapat melemah sehingga semangat kewirausahaan juga

menurun.

Dimensi kedua dari adversity quotient adalah origin dan ownership yaitu

berisi tentang pertanyaan siapa yang menyebabkan asal-usul kesulitan serta

sampai sejauh mana orang tersebut mengakui akibat dari kesulitan tersebut.

Page 66: Skrip Si

47

Kaitannya dengan perilaku kewirausahaan, dimensi ini menekankan bahwa

kegagalan dalam berwirausaha bukan disebabkan pihak dari luar individu

melainkan karena diri sendiri. Hal ini dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi

dengan usaha yang sedang digeluti. Rasa tanggung jawab dalam hubungannya

dengan perilaku kewirausahaan mencerminkan adanya sifat memiliki rasa

tanggung jawab baik dalam mengontrol sumber daya yang digunakan maupun

tanggung jawab terhadap keberhasilan maupu kegagalan dalam berwirausaha.

Berbeda dengan mahasiswa yang kurang memiliki dimensi ini, kesalahan dan

kegagalan dalam berwirausaha selalu dikaitkan dengan pihak luar. Artinya

mahasiswa tidak bertanggungjawab penuh terhadap kesalahan yang dialami

melainkan melemparkan tanggung jawabnya dengan menyalahkan pihak di luar

dirinya.

Individu yang memiliki reach maka dirinya merespon kesulitan sebagai

sesuatu yang spesifik dan terbatas sehingga dirinya merasa dirinya semakin

berdaya dan perasaan kewalahan akan berkurang. Jika dikaitkan dengan

wirausaha maka mahasiswa merasa lebih bisa mengatasi masalah dan

mengendalikan usahanya. Dimensi reach juga berhubungan dengan aspek

perilaku kewirausahaan yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.

Keberhasilan wirausaha selalu diukur oleh keberhasilan untuk mencapai tujuan,

sedangkan pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang. Individu yang memiliki

reach yang baik mengindikasikan sifat kerja keras pada kewirausahaan yang

tinggi serta tidak mudah menyerah dan mencurahkan perhatian sepenuhnya pada

pekerjaan. Mahasiswa dengan reach rendah akan semakin besar kemungkinanya

Page 67: Skrip Si

48

untuk menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana yang nantinya akan

berpengaruh pula terhadap sifat kewirausahaan terutama pada sifat pengambilan

resiko yang diperhitungkan yaitu mudah khawatir dalam menghadapi situasi yang

serba tidak pasti dan kurang ada keberanian mengambil resiko kegagalan karena

menganggap sesuatu yang tidak pasti bisa saja dipersepsikan sebagai sesuatu yang

berbahaya.

Dimensi lain dari adversity quotient adalah endurance. Mahasiswa yang

memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi masalah maka dirinya berani

untuk melakukan bisnis karena memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya

dalam menjalankan bisnis. Mahasiswa yang memiliki daya tahan ini dapat

menguatkan sifat kewirausahaan terutama pada sifat tahan terhadap resiko dan

ketidakpastian. Banyak resiko dan tantangan yang harus dihadapi wirausahawan

dalam proses usahanya, apabila mahasiswa sebagai wirausahawan memiliki

dimensi endurance yang baik maka dia akan dapat bertahan dalam kesulitan yang

dihadapi dan bisa menyelesaikan masalah tersebut. Mahasiswa peserta Program

Mahasiswa Wirausaha yang memiliki keempat dimensi dari adversity quotient

meliputi control, origin and ownership, reach dan endurance yang tinggi

cenderung memiliki perilaku kewirausahaan yang baik begitu juga sebaliknya.

2.2.6 Kerangka Berpikir

Hubungan antara adversity quotient dengan perilaku kewirausahaan dalam

penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka berpikir sebagai berikut:

Page 68: Skrip Si

49

tinggi

rendah

Gambar 2.2 Model Kerangka Berfikir Adversity Quotient dengan Perilaku

Kewirausahaan

Berdasarkan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

kewirausahaan maka dapat diketahui bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh

terhadap perilaku kewirausahaan yaitu faktor eksternal dan internal. Di dalam

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Kewirausahaan

Faktor Internal

a) percaya diri

b) berorientasi pada masa depan

c) kreatifitas

d) faktor psikis atau kepribadian

e) faktor ketahanan dalam

menghadapi tekanan dan

kesulitan (adversity quotient)

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan positif antara adversity quotient dengan perilaku kewirausahaan

Adversity quotient tinggi

Adversity quotient rendah

Keberhasilan perilaku

kewirausahaan semakin tinggi

Keberhasilan perilaku

kewirausahaan semakin rendah

Dimensi Adversity Quotient

a) control

b) origin and ownership

c) reach

d) endurance

Faktor Eksternal

a) lingkungan keluarga dan

masyarakat

b) lokasi wirausaha

c) pendidikan wirausahawan

d) Manajemen usaha yang

bagus

Perilaku Kewirausahaan Baik

Perilaku Kewirausahaan

Buruk

Page 69: Skrip Si

50

faktor internal terdapat berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor

ketahanan dalam menghadapi tekanan dan kesulitan yang erat hubungannya

dengan variabel psikologis yaitu adversity quotient. Menurut Stoltz terdapat

empat aspek dalam adversity quotient antara lain aspek control, origin and

ownership, reach dan endurance. Pada dimensi control mengindikasikan seberapa

banyak kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang

menimbulkan kesulitan. Semakin tinggi skor C seseorang, semakin besar kendali

untuk menghadapi kesulitan-kesulitan, dan tetap teguh dalam niatnya serta

pendekatannya untuk mencari suatu penyelesaian yang tepat. Hubungan dimensi

control dengan perilaku kewirausahaan adalah semakin tinggi dimensi control

yang terdapat pada diri wirausahawan maka dalam menghadapi kesulitan dan

hambatan dalam berwirausaha, wirausahawan cenderung bertahan dan melakukan

berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada, sehingga

perilaku kewirausahaan dikatakan baik. Wirausahawan yang sangat rendah

kemampuan pengendaliannya sering menjadi tidak berdaya saat menghadapi

kesulitan, sehingga perilaku kewirausahaanya dikatakan buruk.

Dimensi Origin dan Ownership (asal-usul dan pengakuan)

mengindikasikan kesadaran mengenai sumber atau asal-usul suatu kesulitan

adalah dari dirinya sendiri dan sampai sejauh manakah akibat-akibat dari kesulitan

tersebut. Semakin tinggi Adversity Quotient dan skor Origin dan Ownership

seseorang dalam dimensi ini, semakin besar kemungkinan dia memandang

kesuksesan dengan pekerjaan dan kesulitan sebagai sesuatu yang terutama berasal

dari dirinya sendiri. Skor yang lebih tinggi dalam dimensi ini, mencerminkan

Page 70: Skrip Si

51

kemampuan untuk menghindari, perilaku menyalahkan diri sendiri yang tidak

perlu dan menempatkan tanggung jawab orang itu sendiri pada tempat yang tepat.

Hubungan dimensi Origin dan Ownership dengan perilaku kewirausahaan adalah

semakin tinggi dimensi Origin dan Ownership dalam diri wirausahawan

menjadikan wirausahawan tersebut dapat mengatasi segala kesulitan yang

bersumber dari dirinya sendiri dan wirausahawan memiliki rasa percaya diri

bahwa segala kesuksesan berwirausaha adalah atas usahanya sendiri dan bukan

merupakan faktor keberuntungan sehingga perilaku kewirausahaan dikatakan

baik. Sebaliknya, semakin rendah skor seseorang dalam dimensi ini semakin besar

dia menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang merupakan kesalahannya dan

menganggap peristiwa-peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang di

akibatkan kekuatan-kekuatan dari luar sehingga rasa percaya diri dalam

mengambil keputusan usaha menjadi berkurang. Hal tersebut mencerminkan

perilaku kewirausahaan yang buruk.

Sedangakan dimensi R = Reach (jangkauan) mengindikasikan sejauh mana

kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan. Semakin tinggi

Adversity Quotient dan skor seseorang dalam dimensi ini, semakin efektif

seseorang menahan dan membatasi jangkauan kesulitan, dia akan merasa semakin

lebih berdaya dan perasaan kewalahan akan berkurang. Hubungan dimensi reach

dengan perilaku kewirausahaan adalah semakin tinggi dimensi reach dalam diri

seorang wirausaha, membuat kesulitan dan tantangan usaha akan lebih mudah

diselesaikan. Menjaga kesulitan agar tetap berada di tempatnnya akan membuat

frustasi, kesulitan dan tantangan berwirausaha menjadi lebih mudah ditangani,

Page 71: Skrip Si

52

sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kewirausahaan baik. Kesulitan dalam

berwirausaha yang dibiarkan menjangkau wilayah-wilayah lain kehidupan

seseorang akan meningkatkan bobot beban yang dirasakan. Akibatnya membuat

wirausahawan tidak berdaya untuk mengambil suatu keputusan bisnis, dapat

disimpulkan perilaku kewirausahaan buruk.

Dimensi yang terakhir yaitu E = Endurance (daya tahan) mengindikasikan

seberapa lama kesulitan akan berlangsung dan seberapa lama penyebab kesulitan

itu akan berlangsung. Semakin tinggi skor endurance seseorang, semakin besar

kemungkinan dia memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama

atau bahkan permanen sedangkan kesulitan dan kegagalan hanya bersifat

sementara dan sebentar saja. Hubungan dimensi endurance dengan perilaku

kewirausahaan yaitu dengan selalu berpikir optimis bahwa kesulitan hanya

berlangsung sementara dan mudah diselesaikan maka akan meningkatkan energi

dan optimisme dalam mengembangkan sebuah usaha, sehingga disimpulkan

perilaku kewirausahaan baik. Sebaliknya, apabila wirausahawan memandang

kesulitan usaha merupakan hal yang sulit ditangani dan berlangsung lama, maka

dia cenderung pesimis, sehingga dikatakan perilaku kewirausahaannya rendah.

Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan dimensi-dimensi adversity quotient

dengan perilaku kewirausahaan maka dapat disusun hipotesis yang berbunyi ada

hubungan positif antara adversity quotient dengan perilaku kewirausahaan.

Artinya individu yang memiliki aspek atau dimensi adversity quotient yang tinggi

cenderung memiliki perilaku kewirausahaan yang baik sehingga keberhasilan

perilaku kewirausahaan pada mahasiswa semakin tinggi begitu juga sebaliknya.

Page 72: Skrip Si

53

2.2.7 Hipotesis

Berdasarkan pada landasan teori dan analisa teoritik yang telah

dikemukakan di atas, maka disusun hipotesis penelitian yaitu: “Ada hubungan

positif antara adversity quotient dengan perilaku kewirausahaan. Semakin tinggi

adversity quotient maka keberhasilan perilaku kewirausahaan pada mahasiswa

semakin tinggi, demikian juga sebaliknya”.

Page 73: Skrip Si

54

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sesuatu yang penting dalam suatu penelitian.

Penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data secara objektif dan dilakukan

dengan prosedur yang jelas berdasarkan bukti-bukti empiris. Untuk mendapatkan

hasil yang optimal metode yang digunakan dalam penelitian harus tepat serta

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian yang bertujuan

mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan

menggunakan metode sebagai berikut :

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunkan pendekatan kuantitatif korelasional karena

dalam pelaksanaannya mencari data sebanyak-banyaknya dan kemudian berusaha

untuk mendeskripsikan sejelas-jelasnya. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)

yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2007:5).

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yang itu angkanya

dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau dari satu objek ke

objek yang lain (Azwar, 2007:20) .Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

Page 74: Skrip Si

55

variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independen

Variabel Independen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi

variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel independen adalah variabel

yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui (Arikunto, 2006:119).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah adversity quotient.

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel penelitian yang diukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Arikunto, 2006:119).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku kewirausahaan.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari salah pengertian dari data yang akan dikumpulkan,

maka batasan operasional variabel penelitian perlu dikemukakan.

a. Perilaku Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan adalah usaha yang dilakukan oleh individu

untuk menciptakan nilai tambah dengan cara mengkombinasikan sumber-

sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan

guna memperoleh keuntungan yang lebih besar. Perilaku kewirausahaan ini

diungkap melalui skala perilaku kewirausahaan yang terdiri dari: komitmen

dan determinasi, rasa bertanggungjawab, ambisi untuk mencari peluang,

menerima resiko, kebimbangan, dan ketidaktentuan, percaya diri, kreatif dan

fleksibel, keinginan mendapatkan umpan balik, tingkat energi yang tinggi,

Page 75: Skrip Si

56

motivasi untuk unggul, berorientasi terhadap masa depan, belajar dari

kegagalan, dan kemampuan dalam memimpin. Semakin tinggi skor yang

diperoleh maka perilaku kewirausahaan semakin baik, demikian juga

sebaliknya.

b. Adversity Quotient

Adversity quotient adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi

dan bertahan terhadap kesulitan hidup dan tantangan yang dialami serta

perubahan-perubahan yang terus menghadang. Juga menjadikan kesulitan

tersebut sebagai proses untuk mengembangkan potensi-potensinya dan

mencapai tujuannya. Adversity quotient ini diukur menggunakan skala

adversity quotient yang terdiri atas dimensi-dimensi adversity quotient yang

meliputi control (kendali), origin and ownership (asal-usul dan pengakuan),

reach (jangkauan) dan endurance (daya tahan). Semakin tinggi skor yang

diperoleh maka semakin tinggi adversity quotient begitu juga sebaliknya.

3.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian

Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat dalam

suatu penelitian. Di dalam pengaruh hubungan variabel ini kita akan melihat satu

variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini adalah

Perilaku Kewirausahaan sebagai variabel tergantung sedangkan Advertisy

Quotient sebagai variabel bebas. Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat

sebagai berikut :

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Advertisy Quotient (X)

Perilaku

Kewirausahaan

(Y)

Page 76: Skrip Si

57

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi

hasil penelitian (Azwar, 2009:77). Mahasiswa yang mengikuti program PMW

UNNES berjumlah 83 mahasiswa. Populasi dalam penelitian memiliki

karakteristik sudah ikut dalam Program Mahasiswa Wirausaha selama enam bulan

atau lebih dan mahasiswa dengan nomor kontak telepon yang bisa dihubungi.

Populasi penelitian didasarkan pada karakteristik sudah ikut dalam

Program Mahasiswa Wirausaha selama enam bulan atau lebih didasarkan pada

asumsi bahwa mahasiswa yang telah ikut dalam PMW lebih dari enam bulan

sudah dapat dilihat bagaimana perilaku mereka dalam berwirausaha termasuk

kemampuan mempertahankan usaha mereka. Karakteristik populasi mahasiswa

yang mencantumkan kontak nomor telepon yang bisa dihubungi dimaksudkan

agar mempermudah kerja peneliti dalam menemui mahasiswa yang bersangkutan

guna melakukan penelitian. Berikut data sebaran mahasiswa yang bisa dihubungi

berdasarkan asal fakultasnya.

Tabel 3.1

Sebaran Mahasiswa Berdasarkan Karakteristik Sampel yang Sesuai

No. Asal Fakultas Kontak Aktif Kontak Tidak Aktif

1 FIP 3 3

2 FBS 5 6

3 FE 18 5

Page 77: Skrip Si

58

Lanjutan Tabel 3.1

4 FMIPA 17 4

5 FT 3 3

6 FIK 11 -

7 FH 5 -

Jumlah 62 21

Berdasarkan karakteristik populasi diatas, maka mahasiswa yang

mengikuti PMW yang sesuai dengan karakteristik populasi terdapat 62 subyek

dikarenakan memiliki data yang lengkap sehingga bisa dihubungi sedangkan

sebanyak 21 mahasiswa yang lain memiliki kontak nomor telepon yang tidak

aktif.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel (Arikunto, 2002:109). Proeses menggeneralisasi minimal harus

memiliki satu karakteristik yang sama. Karakteristik sampel pada penelitian ini

adalah sampel merupakan anggota dari program PMW (Program Mahasiswa

Wirausaha) periode tahun 2011.

Besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk penelitian sebenarnya

tidak ada ketetapan mutlak. Arikunto (2006:134) menyatakan untuk sekedar

ancer-ancer, maka apabila subyeknyakurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi. Selanjutnya bila jumlah

subyeknya besar dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Page 78: Skrip Si

59

Teknik pengambilan sampel yang digunkan dalam penelitian ini adalah

total sampling. Pada metode total sampling, semua individu dalam populasi

diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel, namun dalam

penelitian ini terdapat 21 mahasiswa yang tidak dimasukkan dikarenakan peneliti

kesulitan untuk menghubungi mahasiswa tersebut. Subjek yang akan diambil

sebagai sampel penelitian ini sebanyak 62 orang.

3.4 Metode dan Alat Pengumpul Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

diperlukan adalah dengan menggunakan skala. Bentuk skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang diisi langsung oleh

responden dan sudah ada jawaban yang di tentukan. Bentuk pernyataannya yang

digunakan adalah pernyataan yang jawabannya dan isiannya telah dibatasi atau

ditentukan, sehingga subjek tidak dapat memberikan respon seluas-luasnya.

Skala adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih disebut skala tertutup. (Azwar, 2009:46). Skala

sebagai salah satu alat ukur yang banyak digunakan dalam penelitian mempunyai

beberapa keuntungan antara lain :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan

menurut waktu senggang responden.

Page 79: Skrip Si

60

d. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

e. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu

menjawab.

(Arikunto, 2006:157)

Dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu : skala perilaku

kewirausahaan dan skala adversity quotient.

3.4.1 Skala Perilaku Kewirausahaan

Skala perilaku kewirausahaan disusun berdasarkan karakteristik dan sifat

perilaku kewirausahaan yang terdiri dari komitmen dan determinasi, rasa

bertanggungjawab, ambisi untuk mencari peluang, menerima resiko,

kebimbangan, and ketidaktentuan, percaya diri, kreatif dan fleksibel, keinginan

mendapatkan umpan balik, tingkat energi yang tinggi, motivasi untuk unggul,

berorientasi terhadap masa depan, belajar dari kegagalan, dan kemampuan dalam

memimpin.

Skala yang akan disajikan tersebut dibedakan menjadi dua kelompok item

(pernyataan), yaitu item favourable dan unfavourable. Item favourable yaitu item

yang sesuai dengan pernyataan, sedangkan item yang unfavourable yaitu item

yang bertentangan dengan pernyataan.

Sistem penilaian skala perilaku kewirausahaan bergerak dari satu sampai

empat. Pernyataan yang tergolong favourable, subjek, subjek akan memperoleh

skor 4 jika menjawab SS (Sangat Sesuai), nilai 3 jika menjawab S (Sesuai), nilai 2

jika menjawab TS (Tidak Sesuai) dan nilai 1 jika menjawab STS (Sangat Tidak

Page 80: Skrip Si

61

Sesuai). Pernyataan yang tergolong unfavourable, subyek akan memperoleh skor

4 jika menjawab STS (Sangat Tidak Sesuai), nilai 3 jika menjawab TS (Tidak

Sesuai), skor 2 jika menjawab S (Sesuai) dan skor 1 jika menjawab SS (Sangat

Sesuai).

Tabel 3.2

Blue Print Skala Perilaku Kewirausahaan

Sifat-sifat

kewirausahaan

Favourable Unfavourable Total

komitmen dan

determinasi

1,3,5 2,4,6 6

Rasa bertanggungjawab 7,9,11 8,10,12 6

Ambisi untuk mencari

peluang

13,15,17 14,16,18 6

menerima resiko,

kebimbangan, dan

ketidaktentuan

19,21,23 20,22,24 6

percaya diri 25,27,29 26,28,30 6

kreatif dan fleksibel 31,33,35 32,34,36 6

keinginan mendapatkan

umpan balik

37,39,41 38,40,42 6

tingkat energi yang

tinggi

43,45,47 44,46,48 6

motivasi untuk unggul 49,51,53 50,52,54 6

Page 81: Skrip Si

62

Lanjutan Tabel 3.2

berorientasi terhadap

masa depan

55,57,59 56,58,60 6

belajar dari kegagalan 61,63,65 62,64,66 6

kemampuan dalam

memimpin

67,69,71 68,70,72 6

Total 36 36 72

3.4.2 Skala Adversity Quotient

Skala adversity quotient disusun berdasarkan dimensi-dimensi adversity

quotient yang meliputi control (kendali), origin (asal-usul) dan ownership

(pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya tahan). Skala adversity

quotient dibedakan menjadi dua kelompok item (pernyataan), yaitu item

favourable dan unfavourable. Item favaourable yaitu item yang sesuai dengan

pernyataan, sedangkan item yang unfavourable yaitu item yang bertentangan

dengan pernyataan.

Sistem penilaian skala adversity quotient bergerak dari satu sampai

empat. Pernyataan yang tergolong favourable, subjek, subjek akan memperoleh

skor 4 jika menjawab SS (Sangat Sesuai), nilai 3 jika menjawab S (Sesuai),

nilai 2 jika menjawab TS (Tidak Sesuai) dan nilai 1 jika menjawab STS

(Sangat Tidak Sesuai). Pernyataan yang tergolong unfavourable, subyek akan

memperoleh skor 4 jika menjawab STS (Sangat Tidak Sesuai), nilai 3 jika

Page 82: Skrip Si

63

menjawab TS (Tidak Sesuai), skor 2 jika menjawab S (Sesuai) dan skor 1 jika

menjawab SS (Sangat Sesuai).

Tabel 3.3

Blue Print Skala Adversity Quotient

Dimensi AQ Favourable Unfavourable Total

control (kendali) 1,3,5,7,9,11 2,4,6,8,10,12 12

origin (asal-usul) dan

ownership (pengakuan)

13,15,17,19,

21,23

14,16,18,20,

22,24

12

reach (jangkauan) 25,27,29,31,

33,35

26,28,30,32,

34,36

12

endurance (daya tahan) 37,39,41,43,

45,47

38,40,42,44,

46,48

12

Total 24 24 48

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid bila alat ukur tersebut sejauh mana

mengukur ketepatan dan kecermatan apa yang sebenarnya hendak diukur (Azwar,

2009 : 5). Arikunto (2006) mendukung pernyataan ini dengan mengatakan

validitas menunjukkan tingkatan kavalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

Page 83: Skrip Si

64

Koefisien korelasi antara skor aitem dengan skor total harus signifikan dan untuk

memperoleh koefisien korelasi antara aitem dengan skor totalnya digunakan

teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2006 : 170)

)})(.)()(.{(

))(()(

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

xyr = koefisien korelasi antara skor tiap aitem dengan skor total

= jumlah nilai masing-masing aitem

= jumlah nilai total

= jumlah nilai aitem dengan skor total

N = jumlah subjek

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebur

dapat dipercaya dan sebagai keajegan suatu alat ukur (Azwar, 2009 : 4). Pada

penelitian ini koefisien reliabilitas skala dihitung dengan menggunakan teknik

keandalan Alpha Cronbach (Arikunto, 2006: 198)

. Rumusnya adalah sebagai berikut :

rK

rK

)1(1

.

Page 84: Skrip Si

65

Keterangan :

= koefisien alpha cronbach

r = rerata korelasi antar butir

K = Jumlah aitem

1 = bilangan konstan

3.6 Metode Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat

disempurnakan begitu saja. Agar data tersebut memberikan keterangan yang

dapat dipahami tepat dan teliti maka dibutuhkan suatu pengelolaan data yang

lebih lanjut. Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik. Metode

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi Product

Moment.

xyr 2222 YYNXXN

YXXYN

Keterangan:

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment

N = Jumlah responden

ΣXY = Jumlah perkalian X dan Y

ΣY = Jumlah total skor item

NΣX2 = Jumlah kuadrat X

Page 85: Skrip Si

66

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil

analisis data dan pembahasan mengenai hubungan adversity quotient dengan

perilaku kewirausahaan pada mahasiswa yang mengikuti PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini diharapkan

akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh

karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan mengenai analisis

data tersebut secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis menggunakan metode yang telah

ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil

penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di Universitas Negeri

Semarang. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang mengikuti Program

Wirausaha Mahasiswa (PMW) tahun 2011. Peserta Program Mahasiswa

Wirausaha (PMW) adalah mahasiswa yang sedang aktif mengikuti pendidikan

sarjana maupun diploma. Mahasiswa yang mengikuti Program Mahasiswa

Wirausaha (PMW) dapat berasal dari berbagai program studi yang berbeda atau

Page 86: Skrip Si

67

dari program studi yang sama, bergantung pada bidang kegiatan dan topik yang

akan dilaksanakan namun masih dalam satu perguruan tinggi yang sama. PMW

yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang terdapat 50 judul yang

terdiri dari 83 mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Masing-masing usaha

diserahkan pada 2-3 orang namun ada beberapa mengambil PMW (program

Mahasiswa Wirausaha) secara individu. Tiap-tiap usaha didampingi oleh dosen

pembimbing yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya.

Penelitian yang bertempat di Universitas Negeri Semarang ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara adversity quotient dengan

perilaku kewirausahaan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah

melakukan usaha secara mandiri, yaitu mengelola modal atau sumber daya

finansial, bahan mentah atau material dan mengelola tenaga kerja atau karyawan.

Pertimbangan melakukan penelitian di Universitas Negeri Semarang adalah

sebagai berikut:

a. Ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan

penelitian.

b. Fenomena adanya usaha yang tidak berkembang pada pelaksanaan

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas Negeri Semarang

tahun 2011.

c. Di Universitas Negeri Semarang belum pernah dilakukan penelitian

mengenai “Hubungan antara Adversity Quotient dengan Perilaku

Kewirausahaan pada Mahasiswa yang Mengikuti PMW.”

Page 87: Skrip Si

68

4.1.2 Proses Perijinan

Agar dapat melaksanakan penelitian terhadap para peserta PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha) di Universitas Negeri Semarang, peneliti melakukan

beberapa tahap perijinan. Pertama, untuk melakukan observasi awal pengambilan

data peserta PMW 2011, peneliti meminta surat permohonan izin penelitian awal

dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditanda tangani

oleh a.n Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Pembantu Dekan Bidang Akademik

yang ditujukan kepada Kabag Kemahasiswaan BAAKK Universitas Negeri

Semarang. Setelah mendapatkan izin dari Kabag Kemahasiswaan BAAKK

peneliti diberi memo untuk kemudian diserahkan ke manajer UNSEC (UNNES

Student Entrepreneurship Center) setelah itu peneliti mendapatkan data lengkap

para peserta PMW berupa Nama, Fakultas, dan Nama usaha.

Kedua, setelah meminta data peserta PMW 2011 dan melakukan

penyusunan instrumen penelitian, peneliti kembali ke Bidang Kemahasiswaan

untuk melakukan penelitian dengan meminta surat izin dari Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditanda tangani oleh a.n Dekan

Fakultas Ilmu Pendidikan, Pembantu Dekan Bidang Akademik yang ditujukan

kepada Kabag Kemahasiswaan BAAKK Universitas Negeri Semarang. Setelah

mendapatkan izin dari Kabag Kemahasiswaan BAAKK Universitas Negeri

Semarang, peneliti kemudian melakukan penelitian. Peneliti melakukan

penyebaran skala dengan menghubungi subyek penelitian satu per satu sesuai

dengan nomor telepon yang tertera pada data peserta PMW 2011.

Page 88: Skrip Si

69

Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu kurang lebih 11 hari, yaitu

mulai tanggal 21 Februari 2012 hingga 2 Maret 2012. Setelah melakukan

penelitian, peneliti mendapatkan surat keterangan telah melakukan penelitian dari

Bidang Kemahasiswaan dengan nomor : 2865/UN37/PL/2012

4.1.3 Penentuan Sampel

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh peserta PMW periode 2011,

namun ada sembilan data usaha yang nomor teleponnya tidak aktif. Sehingga

peneliti tidak bisa menghubungi mereka, dikarenakan tidak dapat menghubungi

ketua, anggota maupun penanggung jawab ke sembilan kelompok tersebut maka

peneliti menetapkan jumlah subyek adalah 62 mahasiswa dari total 83 mahasiswa.

Peneliti menggunakan studi populasi, dimana jumlah subjek yang dijadikan

sampel adalah seluruh jumlah populasi. Penelitian ini menggunakan studi populasi

dikarenakan jumlah seluruh peserta PMW 2011 Universitas Negeri Semarang

kurang dari 100 subjek, yaitu 83 subjek.

4.2 Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa

tahap, yaitu:

a. Menyusun layout penelitian

Instrument dikembangkan dengan cara menentukan terlebih dahulu

variabel penelitian untuk kemudian dijabarkan dalam beberapa aspek, kemudian

aspek tersebut diuraikan lagi menjadi indikator, kemudian indikator tersebut

diuraikan menjadi deskriptor yang selanjutnya disusun menjadi item-item dalam

sebuah skala psikologi.

Page 89: Skrip Si

70

b. Menentukan karakteristik jawaban yang dikehendaki

Jawaban dari tiap item dibuat menurut skala kontinum yang terdiri dari

empat alternatif jawaban dan mempunyai skor yaitu (4, 3, 2, 1 untuk item

favorable dan 1, 2, 3, 4 untuk item unfavorable).

c. Menyusun format instrumen

Format skala dalam penelitian ini disusun untuk memudahkan responden

dalam mengisi skala. Format skala ini terbagi atas dua bagian yaitu, skala bagian

satu yang merupakan skala untuk perilaku kewirausahaan, dan skala bagian dua

yang merupakan skala untuk adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti

PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang. Format

skalanya terdiri atas:

1. Halaman sampul skala

Pada halaman sampul skala berisi judul skala yang digunakan dalam

penelitian ini, namun judul tidak dituliskan secara eksplisit mengenai variabel

apa yang diukur, melainkan hanya ditulis Skala Psikologi. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari responden menjawab skala dengan tidak apa

adanya atau dibuat-buat.

2. Identitas Responden

Identitas Responden meliputi : inisial, fakultas dan nama usaha.

3. Petunjuk pengisian

Petunjuk pengisian memberikan penjelasan kepada responden mengenai

cara mengisi skala yang benar, meminta untuk membaca dengan seksama,

memberikan jawaban yang tidak dibuat-buat, petunjuk mengganti jawaban

Page 90: Skrip Si

71

apabila terdapat kekeliruan dalam menjawab serta contoh memberikan

jawaban dengan tepat.

4. Butir instrumen

Butir item merupakan serangkaian pernyataan mengenai perilaku

kewirausahaan dan adversity quotient yang masing-masing skala terdiri atas

72 item dan 48 item

4.3 Pelaksanaan Penelitian

4.3.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 21 Februari 2012 hingga 2 Maret

2012. Pengumpulan data menggunakan Skala Perilaku Kewirausahaan dan Skala

Adversity Quotient yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kedua skala

tersebut menggunakan metode try out terpakai, artinya skala tersebut disebar

hanya sekali kepada responden dan dianalisis hasilnya tanpa melakukan

perubahan terhadap item-itemnya.

Selama proses pengumpulan data, penyebaran skala dilakukan dengan cara

peneliti menghubungi satu per satu nomor telepon peserta PMW 2011 dan

membuat janji untuk bertemu. Namun Apabila tidak bisa bertemu maka skala

akan peneliti kirimkan lewat email untuk diisi dan dibalas oleh subyek. Peneliti

mengusahakan sebisa mungkin untuk bertemu dan akhirnya peneliti berhasil

menemui 46 subyek secara langsung di beberapa lokasi yang berbeda namun

masih di sekitar daerah Semarang. Sedangkan yang tidak bisa peneliti temui dan

mengisi skala melalui email terdapat 16 subyek dikarenakan mereka berada di luar

Page 91: Skrip Si

72

kota Semarang. Sembilan nama usaha yang nomor teleponnya tidak aktif tidak

peneliti sertakan sebagai subyek.

4.3.2 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi

responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah-langkah penyekoran

dilakukan sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh

responden dengan rentang skor satu sampai dengan empat pada Skala Perilaku

Kewirausahaan dan Skala Adversity Quotient, yang selanjutnya ditabulasi.

b. Melakukan olah data yang meliputi uji validitas instrument, uji reliabilitas

instrument, uji normalitas, uji linieritas, dan uji hipotesis.

4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.4.1. Validitas

Tipe validitas dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Validitas

konstrak yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap

suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas

konstrak diperlukan analisis statistika (Azwar, 2007: 175). Teknik yang

digunakan yaitu teknik Korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil perhitungan

validitas dengan taraf signifikansi 5% dan 1% dengan bantuan SPSS versi 17.00,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 92: Skrip Si

73

1) Skala Perilaku Kewirausahaan

Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa skala perilaku

kewirausahaan yang terdiri dari 72 item terdapat 53 item yang valid dan 19 item

yang tidak valid. Untuk lebih jelas, dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Hasil Sebaran Aitem Pada Skala Perilaku Kewirausahaan

Sifat-sifat

kewirausahaan

F UF

Total Aitem

Valid Gugur

komitmen dan

determinasi

1,3*,5 2,4,6* 4 2

Rasa

bertanggungjawab

7,9,11* 8,10*,12* 3 3

Ambisi untuk

mencari peluang

13*,15,17 14*,16,18 4 2

menerima resiko,

kebimbangan, dan

ketidaktentuan

19,21*,23* 20,22*,24 3 3

percaya diri 25,27*,29 26,28*,30 4 2

kreatif dan fleksibel 31,33*,35 32*,34,36 4 2

keinginan

mendapatkan umpan

balik

37*,39,41* 38,40,42 4 2

tingkat energi yang

tinggi

43,45,47 44,46,48 6 -

Page 93: Skrip Si

74

Lanjutan Tabel 4.1

(*) item yang tidak valid

2) Skala Adversity Quotient

Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa skala adversity quotient

yang terdiri dari 48 item terdapat 35 item yang valid dan 13 item yang tidak valid.

Untuk lebih jelas, dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2

Hasil Sebaran Aitem pada Skala Adversity Quotient

motivasi untuk

unggul

49,51,53* 50,52,54 5 1

berorientasi

terhadap masa

depan

55,57,59 56*,58,60 5 1

belajar dari

kegagalan

61,63,65 62,64,66 6 -

kemampuan dalam

memimpin

67*,69,71 68,70,72 5 1

Jumlah 53 19

Dimensi AQ F UF Total Aitem

Valid Gugur

control (kendali) 1*,3*,5

7,9,11*

2,4,6*

8,10,12

8 4

origin (asal-usul) dan

ownership

(pengakuan)

13,15,17,

19*,21*,23

14,16,18

20, 22,24

10 2

Page 94: Skrip Si

75

Lanjutan tabel 4.2

(*) item yang tidak valid

Berdasarkan tabel validitas tersebut menunjukkan tidak adanya aspek yang

tidak terwakili oleh item yang ada pada skala perilaku kewirausahaan dan

adversity quotient, maka dapat diartikan bahwa validitas konstruk dari dua

variabel tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

4.4.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin tinggi pula reliabilitas alat

ukur tersebut. Uji reliabilitas skala perilaku kewirausahaan dan skala adversity

quotient ini menggunakan teknik statistik dengan rumus Alpha Cronbach.

Menurut Azwar (2007: 96) reliabilitas telah dianggap memuaskan jika

koefisiennya mencapai minimal r = 0,900.

Pada skala perilaku kewirausahaan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,936 (mendekati 0,900). Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor

skala perilaku kewirausahaan mampu mencerminkan 93% dari variasi yang terjadi

pada skor murni kelompok subjek dan 7% dari perbedaan yang tampak

disebabkan oleh variasi error atau kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2007:

reach (jangkauan) 25,27*,29

31,33,35*

26,28,30

32, 34,36*

9

3

endurance (daya

tahan)

37,39,41

43*,45*,47*

38,40,42

44, 46,48*

8

4

Jumlah 35 13

Page 95: Skrip Si

76

96). Berdasarkan koefisien reliabilitas sebesar 0,936, dapat dikatakan bahwa skala

perilaku kewirausahaan ini memiliki tingkat reliabilitas yang tergolong tinggi.

Pada skala adversity quotient diperoleh koefisien reliablitas sebesar 0,897.

Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala adversity quotient

mampu mencerminkan 89% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok

subjek dan 11% dari perbedaan yang tampak disebabkan oleh variasi error atau

kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2007: 96). Berdasarkan koefisien

reliabilitas sebesar 0,897, dapat dikatakan bahwa skala adversity quotient ini

memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi.

4.5 Hasil Penelitian

4.5.1. Analisis Deskriptif

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis

hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan

menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode

statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Teoritik,

dan Standard Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, dan skor

maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi berdasarkan

model distribusi normal (Azwar, 2007: 108). Penggolongan subjek ke dalam lima

kategori adalah sebagai berikut:

Page 96: Skrip Si

77

Tabel 4.3

Penggolongan Kriteria Analisis berdasar Mean Hipotetik

NO Interval Kriteria

1 X < µ -1,5 σ Sangat Rendah

2 µ – 1,5 σ ≤ X µ - 0,5 σ Rendah

3 µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ Sedang

4 µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ Tinggi

5 µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi

Keterangan:

µ = Mean Teoritis

σ = Standar deviasi

X = Skor

Deskripsi data di atas memberikan gambaran penting mengenai distribusi

skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai

informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel yang diteliti.

4.5.1.1 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Pada Mahasiswa Yang

Mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas

Negeri Semarang

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Perilaku

Kewirausahaan, skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek yang

menyusunnya. Gambaran perilaku kewirausahaan dapat ditinjau baik secara

umum maupun secara spesifik (ditinjau dari tiap aspek). Berikut merupakan

gambaran Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau secara umum dan spesifik.

Page 97: Skrip Si

78

4.5.1.1.1 Gambaran Umum Perilaku Kewirausahaan Pada Mahasiswa Yang

Mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri

Semarang

Berdasarkan penggolongan kategori analisis yang sudah disajikan pada

tabel 4.3 diperoleh gambaran umum dari Perilaku Kewirausahaan sebagai berikut:

Jumlah Item = 53

Skor tertinggi = 53 X 4 = 212

Skor terendah = 53 X 1 = 53

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (212 + 53) : 2

= 132,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (212 - 53) : 6

= 26,5

Gambaran secara umum Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan

perhitungan di atas diperoleh M = 132,5 dan SD = 26,5. Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 93

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 93 ≤ X < 119

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 119 ≤ X < 146

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 146 ≤ X < 172

µ + 1,5 σ ≤ X = 172 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden sebagai berikut:

Page 98: Skrip Si

79

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden

NO Interval Kriteria f %

1 X < 93 Sangat Rendah 0 0

2 93 ≤ X < 119 Rendah 0 0

3 119 ≤ X < 146 Sedang 14 22,58

4 146 ≤ X < 172 Tinggi 32 51,61

5 X ≤ 172 Sangat Tinggi 16 25,81

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang tergolong tinggi . Hal tersebut

ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah

51,61%, sedangkan 22,58% tergolong krtiteria sedang dan sisanya sebesar

25,81% masuk dalam kriteria sangat tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.1

Diagram Umum Perilaku Kewirausahaan Responden

26%

52%

22%

0%

Gambaran Umum Perilaku Kewirausahaan

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 99: Skrip Si

80

4.5.1.1.2 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Pada Mahasiswa Yang Mengikuti

PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Tiap Aspek

Perilaku Kewirausahaan dapat dilihat dari dua belas aspek, yaitu dari

aspek komitmen dan determinasi, rasa bertanggungjawab, ambisi untuk mencari

peluang, menerima resiko, kebimbangan, and ketidaktentuan, percaya diri, kreatif

dan fleksibel, keinginan mendapatkan umpan balik, tingkat energi yang tinggi,

motivasi untuk unggul, berorientasi terhadap masa depan, belajar dari kegagalan,

dan kemampuan dalam memimpin. Gambaran setiap aspek dari perilaku

kewirausahaan dijelaskan sebagai berikut.

4.5.1.1.2.1 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Pada Mahasiswa Yang Mengikuti

PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Berdasarkan Aspek Komitmen dan Determinasi

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek

Komitmen dan Determinasi dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Komitmen dan Determinasi = 4

Skor tertinggi = 4 X 4 = 16

Skor terendah = 4 X 1 = 4

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (16 + 4) : 2

= 10

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (16 - 4) : 6

= 2

Page 100: Skrip Si

81

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek

Komitmen dan Determinasi berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 10 dan

SD = 2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 7

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 7 ≤ X < 9

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 11 ≤ X < 13

µ + 1,5 σ ≤ X = 13 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Komitmen dan Determinasi adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Aspek

Komitmen dan Determinasi

NO Interval Kriteria f %

1 X < 7 Sangat Rendah 0 0

2 7 ≤ X < 9 Rendah 7 11,29

3 9 ≤ X < 11 Sedang 17 27,42

4 11 ≤ X < 13 Tinggi 23 37,10

5 13 ≤ X Sangat Tinggi 15 24,19

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Komitmen

dan Determinasi yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 101: Skrip Si

82

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 37,10%, sedangkan

27,42% tergolong sedang, 24,19% tergolong sangat tinggi dan sisanya sebesar

11,29% masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

Gambar 4.2

Diagram Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau dari Aspek Komitmen dan

Determinasi

4.5.1.1.2.2 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau dari Aspek

Rasa Bertanggungjawab

Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek rasa

bertanggungjawab dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek rasa bertanggungjawab = 3

Skor tertinggi = 3 X 4 = 12

Skor terendah = 3 X 1 = 3

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (12 + 3) : 2

= 7,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (12 - 3) : 6

= 1,5

24%

37%

28%

11% 0%

Komitmen dan Determinasi

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 102: Skrip Si

83

Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek rasa

bertanggungjawab berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 7,5 dan SD =

1,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 5

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 5 ≤ X < 7

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 7 ≤ X < 8

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 8 ≤ X < 10

µ + 1,5 σ ≤ X = 10 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Aspek

Rasa Bertanggungjawab

NO Interval Kriteria f %

1 X < 5 Sangat Rendah 0 0

2 5 ≤ X < 7 Rendah 0 0

3 7 ≤ X < 8 Sedang 5 8,06

4 8 ≤ X < 10 Tinggi 33 53,23

5 10 ≤ X Sangat Tinggi 24 38,71

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek rasa

bertanggungjawab yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 53,23%, sedangkan

Page 103: Skrip Si

84

8,06% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 38,71% masuk dalam

kriteria sangat tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di

bawah ini:

Gambar 4.3

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Rasa Bertanggungjawab

4.5.1.1.2.3 Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek Ambisi Untuk

Mencari Peluang

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek Ambisi

Untuk Mencari Peluang dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang = 4

Skor tertinggi = 4 X 4 = 16

Skor terendah = 4 X 1 = 4

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (16 + 4) : 2

= 10

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (16 - 4) : 6

= 2

38.71%

53.23%

8.06%

0

Aspek Rasa Bertanggungjawab

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 104: Skrip Si

85

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Ambisi

Untuk Mencari Peluang berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 10 dan SD

= 2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 7

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 7 ≤ X < 9

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 11 ≤ X < 13

µ + 1,5 σ ≤ X = 13 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Aspek

Ambisi Untuk Mencari Peluang

NO Interval Kriteria f %

1 X < 7 Sangat Rendah 0 0

2 7 ≤ X < 9 Rendah 5 8,06

3 9 ≤ X < 11 Sedang 21 33,87

4 11 ≤ X < 13 Tinggi 23 37,10

5 13 ≤ X Sangat Tinggi 13 20,97

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Ambisi

Untuk Mencari Peluang yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 105: Skrip Si

86

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 37,10%, sedangkan

33,87% tergolong sedang, 20,97% tergolong sangat tinggi dan sisanya sebesar

8,06% tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.4

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Ambisi Untuk

Mencari Peluang.

4.5.1.1.2.4 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Responden ditinjau dari Aspek

Menerima Resiko, Kebimbangan, dan Ketidaktentuan

Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek menerima resiko,

kebimbangan, dan ketidaktentuan dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek menerima resiko, kebimbangan, dan

ketidaktentuan = 3

Skor tertinggi = 3 X 4 = 12

Skor terendah = 3 X 1 = 3

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (12 + 3) : 2

= 7,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (12 - 3) : 6

= 1,5

20.97%

37.10%

33.87%

8.06% 0%

Aspek Ambisi Untuk Mencari Peluang

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 106: Skrip Si

87

Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek menerima resiko,

kebimbangan, dan ketidaktentuan berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M =

7,5 dan SD = 1,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 5

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 5 ≤ X < 7

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 7 ≤ X < 8

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 8 ≤ X < 10

µ + 1,5 σ ≤ X = 10 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau dari Aspek

Menerima Resiko, Kebimbangan, Dan Ketidaktentuan

NO Interval Kriteria f %

1 X < 5 Sangat Rendah 0 0

2 5 ≤ X < 7 Rendah 4 6,45

3 7 ≤ X < 8 Sedang 10 16,13

4 8 ≤ X < 10 Tinggi 40 64,52

5 10 ≤ X Sangat Tinggi 8 12,90

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek menerima resiko,

kebimbangan, dan ketidaktentuan yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan

dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 64,52%,

Page 107: Skrip Si

88

sedangkan 16,13% tergolong dalam kriteria sedang, 12,90% masuk dalam kriteria

sangat tinggi dan sisanya sebesar 6,45% tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.5

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Menerima Resiko,

Kebimbangan, Dan Ketidaktentuan.

4.5.1.1.2.5 Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek Percaya Diri

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek Percaya

diri dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Percaya diri = 4

Skor tertinggi = 4 X 4 = 16

Skor terendah = 4 X 1 = 4

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (16 + 4) : 2

= 10

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (16 - 4) : 6

= 2

12.90%

64.52%

16.13%

6.45%

Aspek Menerima Resiko, Kebimbangan, dan

Ketidaktentuan

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 108: Skrip Si

89

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Percaya

diri berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 10 dan SD = 2. Selanjutnya

dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 7

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 7 ≤ X < 9

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 11 ≤ X < 13

µ + 1,5 σ ≤ X = 13 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek percaya diri adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Aspek

Percaya Diri

NO Interval Kriteria f %

1 X < 7 Sangat Rendah 0 0

2 7 ≤ X < 9 Rendah 1 1,61

3 9 ≤ X < 11 Sedang 5 8,06

4 11 ≤ X < 13 Tinggi 40 64,52

5 13 ≤ X Sangat Tinggi 16 25,81

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Percaya diri

yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden

yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 64,52%, sedangkan 25,81% tergolong

Page 109: Skrip Si

90

sangat tinggi, 8,06% masuk dalam kriteria sedang dan sisanya sebesar 1,61%

tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.6

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Percaya Diri

4.5.1.1.2.6 Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek Kreatif dan

Fleksibel

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek Percaya

diri dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek kreatif dan fleksibel = 4

Skor tertinggi = 4 X 4 = 16

Skor terendah = 4 X 1 = 4

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (16 + 4) : 2

= 10

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (16 - 4) : 6

= 2

25.81%

64.52%

8.06% 1.61%

Aspek Percaya Diri

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 110: Skrip Si

91

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Kreatif

dan fleksibel berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 10 dan SD =2.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 7

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 7 ≤ X < 9

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 11 ≤ X < 13

µ + 1,5 σ ≤ X = 13 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Kreatif dan fleksibel adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Kreatif

dan Fleksibel

NO Interval Kriteria f %

1 X < 7 Sangat Rendah 0 0

2 7 ≤ X < 9 Rendah 0 0

3 9 ≤ X < 11 Sedang 1 1,61

4 11 ≤ X < 13 Tinggi 36 58,06

5 13 ≤ X Sangat Tinggi 25 40,33

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Kreatif dan

fleksibel yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase

Page 111: Skrip Si

92

responden yang tergolong kriteria sangat tinggi berjumlah 40,33%, sedangkan

1,61% tergolong sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.7

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Kreatif dan Fleksibel

4.5.1.1.2.7 Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek Keinginan

Mendapatkan Umpan Balik

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek

Keinginan Mendapatkan Umpan Balik dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Keinginan Mendapatkan Umpan Balik = 4

Skor tertinggi = 4 X 4 = 16

Skor terendah = 4 X 1 = 4

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (16 + 4) : 2

= 10

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (16 - 4) : 6

= 2

40.33%

58.06%

1.61% 0%

Aspek Kreatif dan Fleksibel

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 112: Skrip Si

93

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek

Keinginan Mendapatkan Umpan Balik berdasarkan perhitungan di atas diperoleh

M = 10 dan SD =2. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 7

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 7 ≤ X < 9

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 11 ≤ X < 13

µ + 1,5 σ ≤ X = 13 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Keinginan Mendapatkan Umpan

Balik adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Keinginan

Mendapatkan Umpan Balik

NO Interval Kriteria f %

1 X < 7 Sangat Rendah 0 0

2 7 ≤ X < 9 Rendah 0 0

3 9 ≤ X < 11 Sedang 4 6,45

4 11 ≤ X < 13 Tinggi 30 48,39

5 13 ≤ X Sangat Tinggi 28 45,16

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Keinginan

Mendapatkan Umpan Balik yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan

Page 113: Skrip Si

94

dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 48,39%,

sedangkan 45,16% tergolong sangat tinggi dan sisanya sebesar 6,45% tergolong

sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.8

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Keinginan Mendapatkan

Umpan Balik

4.5.1.1.2.8 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Tingkat

Energi Yang Tinggi

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek tingkat

energi yang tinggi dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek tingkat energi yang tinggi = 6

Skor tertinggi = 6 X 4 = 24

Skor terendah = 6 X 1 = 6

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (24 + 6) : 2

= 15

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (24 - 6) : 6

= 3

45.16%

48.39%

6.45% 0%

Aspek Keinginan Mendapatkan Umpan Balik

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 114: Skrip Si

95

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek tingkat

energi yang tinggi berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 15 dan SD =3.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 11

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 11 ≤ X < 14

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 14 ≤ X < 17

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 17 ≤ X < 20

µ + 1,5 σ ≤ X = 20 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek tingkat energi yang tinggi adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari Tingkat

Energi Yang Tinggi

NO Interval Kriteria f %

1 X < 11 Sangat Rendah 0 0

2 11 ≤ X < 14 Rendah 1 1,61

3 14 ≤ X < 17 Sedang 16 25,81

4 17 ≤ X < 20 Tinggi 33 53,23

5 20 ≤ X Sangat Tinggi 12 19,35

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek tingkat

energi yang tinggi yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 115: Skrip Si

96

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 53,23%, sedangkan

25,81% tergolong tinggi, 19,35% tergolong sangat tinggi dan sisanya sebesar

1,61% masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

Gambar 4.9

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Tingkat Energi yang Tinggi

4.5.1.1.2.9 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Motivasi

Untuk Unggul

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek Motivasi

Untuk Unggul dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Motivasi Untuk Unggul = 5

Skor tertinggi = 5 X 4 = 20

Skor terendah = 5 X 1 = 5

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (20 + 5) : 2

= 12,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (20 - 5) : 6

= 2,5

19.35%

53.23%

25.81%

1.61% 0%

Aspek Tingkat Energi yang Tinggi

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 116: Skrip Si

97

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Motivasi

Untuk Unggul berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 12,5 dan SD = 2,5.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 9

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 11 ≤ X < 14

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 14 ≤ X < 16

µ + 1,5 σ ≤ X = 16 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek Motivasi Untuk Unggul adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau dari Motivasi

Untuk Unggul

NO Interval Kriteria f %

1 X < 9 Sangat Rendah 0 0

2 9 ≤ X < 11 Rendah 1 1,61

3 11 ≤ X < 14 Sedang 20 32,26

4 14 ≤ X < 16 Tinggi 17 27,42

5 16 ≤ X Sangat Tinggi 24 38,71

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek Motivasi

Untuk Unggul yang tergolong sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 117: Skrip Si

98

persentase responden yang tergolong kriteria sangat tinggi berjumlah 38,71%,

sedangkan 32,26% tergolong sedang, 27,42 tergolong dalam kriteria tinggi dan

sisanya sebesar 1,61% masuk dalam kriteria rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.10

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Motivasi Untuk Unggul

4.5.1.1.2.10 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek

Berorientasi Terhadap Masa Depan

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek

berorientasi terhadap masa depan dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek berorientasi terhadap masa depan = 5

Skor tertinggi = 5 X 4 = 20

Skor terendah = 5 X 1 = 5

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (20 + 5) : 2

= 12,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (20 - 5) : 6

= 2,5

38.71%

27.42%

32.26%

1.61% 0%

Aspek Motivasi Untuk Unggul

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 118: Skrip Si

99

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek

berorientasi terhadap masa depan berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M =

12,5 dan SD = 2,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 9

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 11 ≤ X < 14

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 14 ≤ X < 16

µ + 1,5 σ ≤ X = 16 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek berorientasi terhadap masa depan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari

Berorientasi Terhadap Masa Depan

NO Interval Kriteria f %

1 X < 9 Sangat Rendah 0 0

2 9 ≤ X < 11 Rendah 0 0

3 11 ≤ X < 14 Sedang 7 11,29

4 14 ≤ X < 16 Tinggi 29 46,77

5 16 ≤ X Sangat Tinggi 26 41,94

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek berorientasi

terhadap masa depan yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 119: Skrip Si

100

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 46,77%, sedangkan

41,94% tergolong sangat tinggi, 11,29% tergolong sedang. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.11

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Berorientasi

Terhadap Masa Depan

4.5.1.1.2.11 Gambaran Perilaku Kewirausahaan berdasarkan aspek Belajar

Dari Kegagalan

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek belajar

dari kegagalan dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek belajar dari kegagalan = 6

Skor tertinggi = 6 X 4 = 24

Skor terendah = 6 X 1 = 6

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (24 + 6) : 2

= 15

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (24 - 6) : 6

= 3

41.94%

46.77%

11.29% 0%

Aspek Berorientasi Terhadap Masa Depan

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 120: Skrip Si

101

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek belajar

dari kegagalan berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 15 dan SD =3.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 11

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 11 ≤ X < 14

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 14 ≤ X < 17

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 17 ≤ X < 20

µ + 1,5 σ ≤ X = 20 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek belajar dari kegagalan adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau dari Aspek

Belajar Dari Kegagalan

NO Interval Kriteria f %

1 X < 11 Sangat Rendah 0 0

2 11 ≤ X < 14 Rendah 0 0

3 14 ≤ X < 17 Sedang 9 14,52

4 17 ≤ X < 20 Tinggi 34 54,84

5 20 ≤ X Sangat Tinggi 19 30,64

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek belajar dari

kegagalan yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase

Page 121: Skrip Si

102

responden yang tergolong kriteria sangat tinggi berjumlah 30,64%, sedangkan

54,84% tergolong tinggi dan sisanya sebesar 14,52 masuk dalam kriteria sedang.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.12

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Belajar dari Kegagalan

4.5.1.1.2.12 Gambaran Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek

Kemampuan Dalam Memimpin

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden berdasarkan aspek

kemampuan dalam memimpin dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek kemampuan dalam memimpin = 5

Skor tertinggi = 5 X 4 = 20

Skor terendah = 5 X 1 = 5

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (20 + 5) : 2

= 12,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (20 - 5) : 6

= 2,5

30.64%

54.84%

14.52%

0%

Aspek Belajar dari Kegagalan

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 122: Skrip Si

103

Gambaran Perilaku Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek

kemampuan dalam memimpin berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M =

12,5 dan SD = 2,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 9

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 9 ≤ X < 11

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 11 ≤ X < 14

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 14 ≤ X < 16

µ + 1,5 σ ≤ X = 16 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Perilaku

Kewirausahaan responden ditinjau dari aspek kemampuan dalam memimpin

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16

Distribusi Frekuensi Perilaku Kewirausahaan Responden Ditinjau Dari

Kemampuan dalam Memimpin

NO Interval Kriteria f %

1 X < 9 Sangat Rendah 0 0

2 9 ≤ X < 11 Rendah 0 0

3 11 ≤ X < 14 Sedang 1 1,61

4 14 ≤ X < 16 Tinggi 25 40,32

5 16 ≤ X Sangat Tinggi 36 58,07

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Perilaku Kewirausahaan yang ditinjau dari aspek kemampuan

dalam memimpin yang tergolong sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Page 123: Skrip Si

104

persentase responden yang tergolong kriteria sangat tinggi berjumlah 58,07%,

sedangkan 40,32% tergolong tinggi, 1,61% masuk dalam kriteria sedang. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.13

Diagram Perilaku Kewirausahaan Berdasarkan Aspek Kemampuan dalam

Memimpin

Secara keseluruhan, ringkasan analisis Perilaku Kewirausahaan tiap aspek

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17

Ringkasan Analisis Perilaku Kewirausahaan Tiap Aspek

58.07%

40.32%

1.61% 0%

Aspek Kemampuan dalam Memimpin

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Aspek

Kriteria

Sangat

Tinggi

(%)

Tinggi

(%)

Sedang

(%)

Rendah

(%)

Sangat

Rendah

(%)

komitmen dan

determinasi

27,42

37,10

24,19

11,29

0

rasa

bertanggungjawab

53,23 38,71

8,06

0 0

ambisi untuk

mencari peluang

33,87

37,10

20,97

8,06

0

Page 124: Skrip Si

105

Lanjutan Tabel 4.17

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat tujuh aspek

yang tergolong memiliki tingkat persentase yang tinggi. Sedangkan lima aspek

perilaku kewirausahaan mahasiswa masuk dalam kriteria sangat tinggi. Sisanya

berada dalam kriteria yang sedang dan rendah. Sedangkan untuk menentukan

aspek mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel perilaku

kewirausahaan dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap

menerima resiko,

kebimbangan, dan

ketidaktentuan

64,52

12,90

16,13

6,45

0

percaya diri 25,81 65,42 8,06 1,61

0

kreatif dan

fleksibel

58,06

40,33

1,61

0 0

keinginan

mendapatkan

umpan balik

45,16

48,39

6,45

0 0

tingkat energi yang

tinggi

25,81

53,23

19,35

1,61

0

motivasi untuk

unggul

27,42

38,71

32,26

1,61

0

berorientasi

terhadap masa

depan

41,94

46,77

11,29

0 0

belajar dari

kegagalan

54,84

30,64

14,52

0 0

kemampuan dalam

memimpin

58,07 40,32 1,61 0 0

Page 125: Skrip Si

106

aspek. Cara untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi

jumlah skor item pada tiap aspek dengan jumlah subjek. Adapun perbandingan

mean empirik tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18

Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Perilaku Kewirausahaan

Aspek Mean Empirik

komitmen dan determinasi 10,97

rasa bertanggungjawab 9,26

ambisi untuk mencari peluang 11,16

menerima resiko, kebimbangan, dan

ketidaktentuan

8,27

percaya diri 11,95

kreatif dan fleksibel 12,39

keinginan mendapatkan umpan balik 12,87

tingkat energi yang tinggi 17,92

motivasi untuk unggul 14,63

berorientasi terhadap masa depan 15,18

belajar dari kegagalan 18,56

kemampuan dalam memimpin 16,15

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai

nilai mean empirik terbesar adalah aspek belajar dari kegagalan dengan nilai mean

empirik sebesar 18,56, yang berarti aspek belajar dari kegagalan mempunyai

Page 126: Skrip Si

107

pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya variabel perilaku

kewirausahaan

4.5.1.2 Gambaran Adversity Quotient Mahasiswa Yang Mengikuti PMW

(Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Salah satu skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Adversity Quotient, dimana skala tersebut disusun berdasarkan aspek-aspek yang

menyusunnya. Oleh karenanya, gambaran adversity quotient dapat ditinjau baik

secara umum maupun secara spesifik (ditinjau dari tiap aspek). Berikut

merupakan gambaran adversity quotient yang ditinjau secara umum dan spesifik.

4.5.1.2.1 Gambaran Umum Adversity Quotient Mahasiswa Yang Mengikuti PMW

(Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Dari penggolongan kategori analisis berdasarkan mean hipotetik yang

sudah disajikan pada tabel 4.3 diperoleh gambaran umum dari Adversity Quotient

sebagai berikut:

Jumlah Item = 35

Skor tertinggi = 35 X 4 = 140

Skor terendah = 35 X 1 = 35

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (140 + 35) : 2

= 87,5

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (140 - 35) : 6

= 17,5

Page 127: Skrip Si

108

Gambaran secara umum Adversity Quotient responden berdasarkan

perhitungan di atas diperoleh M = 87,5 dan SD = 17,5. Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 61

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 61 ≤ X < 79

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 79 ≤ X < 96

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 96 ≤ X < 114

µ + 1,5 σ ≤ X = 114 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Adversity

Quotient responden sebagai berikut:

Tabel 4.19

Distribusi Frekuensi Adversity Quotient

NO Interval Kriteria f %

1 X < 61 Sangat Rendah 0 0

2 61 ≤ X < 79 Rendah 1 1,61

3 79 ≤ X < 96 Sedang 12 19,36

4 96 ≤ X < 114 Tinggi 44 70,97

5 114 ≤ X Sangat Tinggi 5 8,06

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Adversity Quotient yang tergolong tinggi. Hal tersebut

ditunjukkan dengan persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah

70,97%, sedangkan 19,36% sisanya tergolong krtiteria sedang, 8,06% masuk

Page 128: Skrip Si

109

dalam kriteria sangat tinggi dan sisanya sebesar 1,61% tergolong rendah. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.14

Diagram Adversity Quotient Mahasiswa Peserta PMW

4.5.1.2.2 Gambaran Adversity Quotient mahasiswa yang mengikuti PMW

(Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Berdasarkan Tiap Aspek

Adversity Quotient dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni dari aspek

control (kendali), origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan), reach

(jangkauan), dan endurance (daya tahan). Gambaran setiap aspek dari Adversity

Quotient dijelaskan sebagai berikut:

4.5.1.2.2.1 Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Control (Kendali)

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Control dijelaskan

sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Control (kendali) = 8

Skor tertinggi = 8 X 4 = 32

Skor terendah = 8 X 1 = 8

8.06%

70.97%

19.36%

1.61%0%

Gambaran Umum Adversity Quotient

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 129: Skrip Si

110

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (32 + 8) : 2

= 20

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (32 - 8) : 6

= 4

Gambaran Adversity Quotient responden ditinjau dari aspek control

(kendali) berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 20 dan SD = 4.

Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 14

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 14 ≤ X < 18

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 18 ≤ X < 22

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 22 ≤ X < 26

µ + 1,5 σ ≤ X = 26 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Adversity

Quotient berdasarkan Aspek control (kendali) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.20

Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Control (Kendali)

NO Interval Kriteria f %

1 X < 14 Sangat Rendah 0 0

2 14 ≤ X < 18 Rendah 0 0

3 18 ≤ X < 22 Sedang 14 22,58

4 22 ≤ X < 26 Tinggi 36 58,06

5 26 ≤ X Sangat Tinggi 12 19,36

Total 62 100

Page 130: Skrip Si

111

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Adversity Quotient berdasarkan aspek control (kendali) yang

tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden yang

tergolong kriteria tinggi berjumlah 58,06%, sedangkan 22,58% tergolong sedang

dan sisanya sebesar 19,36% tergolong sangat tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.15

Diagram Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Control (Kendali)

4.5.1.2.2.2 Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Origin (Asal-usul)

dan Ownership (Pengakuan)

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek origin (asal-usul) dan

ownership (pengakuan) dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)= 10

Skor tertinggi = 10 X 4 = 40

Skor terendah = 10 X 1 = 10

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (40 + 10) : 2

= 25

19.36%

58.06%

22.58%

0%

Aspek Control

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 131: Skrip Si

112

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (40 – 10) : 6

= 5

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek origin (asal-usul) dan

ownership (pengakuan) berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 25 dan SD

= 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 18

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 18 ≤ X < 23

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 23 ≤ X < 28

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 28 ≤ X < 33

µ + 1,5 σ ≤ X = 33 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Adversity

Quotient berdasarkan Aspek origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan) adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.21

Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Origin (Asal-usul)

dan Ownership (Pengakuan)

NO Interval Kriteria f %

1 X < 18 Sangat Rendah 1 1,61

2 18 ≤ X < 23 Rendah 4 6,45

3 23 ≤ X < 28 Sedang 21 33,87

4 28 ≤ X < 33 Tinggi 30 48,39

5 33 ≤ X Sangat Tinggi 6 9,68

Total 62 100

Page 132: Skrip Si

113

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Adversity Quotient berdasarkan Aspek origin (asal-usul) dan

ownership (pengakuan) yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan

persentase responden yang tergolong kriteria tinggi berjumlah 48,39%, sedangkan

33,87% masuk dalam kriteria sedang, 9,68% masuk dalam kriteria sangat tinggi,

6,45% masuk dala kriteria rendah dan sisanya sebesar 1,61%. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.16

Diagram Adversity Quotient berdasarkan Aspek Origin (Asal-usul) and

Ownership (Pengakuan)

4.5.1.2.2.3 Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Reach (Jangkauan)

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Reach (jangkauan)

dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Reach = 9

Skor tertinggi = 9 X 4 = 36

Skor terendah = 9 X 1 = 9

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (36 + 9) : 2

= 22,5

9.68%

48.39%

33.87%

6.45% 1.61%

Aspek Origin and Ownership

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 133: Skrip Si

114

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (36 - 9) : 6

= 4,5

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Reach (jangkauan)

berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 22.5 dan SD = 4,5. Selanjutnya

dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 16

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 16 ≤ X < 20

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 20 ≤ X < 25

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 25 ≤ X < 29

µ + 1,5 σ ≤ X = 29 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Adversity

Quotient berdasarkan Aspek Reach (jangkauan) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.22

Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Reach (Jangkauan)

NO Interval Kriteria f %

1 X < 16 Sangat Rendah 0 0

2 16 ≤ X < 20 Rendah 0 0

3 20 ≤ X < 25 Sedang 12 19,35

4 25 ≤ X < 29 Tinggi 36 58,07

5 29 ≤ X Sangat Tinggi 14 22,58

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Adversity Quotient berdasarkan Aspek Reach (jangkauan)

Page 134: Skrip Si

115

yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase responden

yang tergolong kriteria tinggi sebesar 58,07%, yang tergolong kriteria sangat

tinggi sebesar 22,58% dan sisanya sebesar 19,35% masuk dalam kriteria sedang.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di bawah ini:

Gambar 4.17

Diagram Adversity Quotient Berdasarkan Aspek Reach

4.5.1.2.2.4 Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance (Daya

tahan)

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance (Daya tahan)

dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah Item Valid dalam aspek Endurance (Daya tahan)= 8

Skor tertinggi = 8 X 4 = 32

Skor terendah = 8 X 1 = 8

Mean Teoritik = (Skor Tertinggi + Skor Terendah) : 2

= (32 + 8) : 2

= 20

Standar Deviasi = (Skor Tertinggi – Skor Terendah) : 6

= (32 – 8) : 6

= 4

22.58%

58.07%

19.35%

0%

Aspek Reach

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 135: Skrip Si

116

Gambaran Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance (daya tahan)

berdasarkan perhitungan di atas diperoleh M = 20 dan SD = 4. Selanjutnya dapat

diperoleh perhitungan sebagai berikut:

X < µ -1,5 σ = X < 14

µ – 1,5 σ ≤ X < µ - 0,5 σ = 14 ≤ X < 18

µ - 0,5 σ ≤ X < µ + 0,5 σ = 18 ≤ X < 22

µ + 0,5 σ ≤ X < µ + 1,5 σ = 22 ≤ X < 26

µ + 1,5 σ ≤ X = 26 ≤ X

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi Adversity

Quotient berdasarkan Aspek Endurance (daya tahan) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.23

Distribusi Frekuensi Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance

NO Interval Kriteria f %

1 X < 14 Sangat Rendah 0 0

2 14 ≤ X < 18 Rendah 1 1,61

3 18 ≤ X < 22 Sedang 15 24,19

4 22 ≤ X < 26 Tinggi 33 53,23

5 26 ≤ X Sangat Tinggi 13 20,97

Total 62 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance (daya

tahan) yang tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase

responden yang tergolong tinggi sedang berjumlah 53,23%, sedangkan 24,19%

tergolong krtiteria sedang, 20,97% tergolong sangat tinggi dan sisanya sebesar

Page 136: Skrip Si

117

1,61% tergolong rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase di

bawah ini:

Gambar 4.18

Diagram Adversity Quotient berdasarkan Aspek Endurance (Daya tahan)

Secara keseluruhan, ringkasan analisis Adversity Quotient berdasarkan tiap

aspek dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.24

Ringkasan Analisis Adversity Quotient Tiap Aspek

Aspek

Adversity Quotient

Sangat

Tinggi

(%)

Tinggi

(%)

Sedang

(%)

Rendah

(%)

Sangat

Rendah

(%)

control (kendali) 22,58

58,06

19,36

0 0

origin (asal-usul)

dan ownership

(pengakuan)

33,87

48,39

9,68

6,45

1,61

reach (jangkauan)

22,58 58,07 19,35 0 0

endurance (daya

tahan)

53,23

20,97

24,19

1,61

0

20.97%

53.23%

24.19%

1.61%

Aspek Endurance

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

Page 137: Skrip Si

118

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa semua aspek pada

variabel Adversity Quotient memiliki kriteria yang tinggi yang besarnya berkisar

antara 20,97% sampai 58,07%. Sedangkan pada aspek endurance (daya tahan),

adversity quotient mahasiswa masuk dalam kriteria sangat tinggi yaitu sebesar

53,23%. Sedangkan untuk menentukan aspek mana yang paling berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya variabel adversity quotient dapat ditentukan dengan

membandingkan mean empirik tiap aspek. Untuk menentukan nilai mean empirik

dapat dicari dengan membagi jumlah skor item pada tiap aspek dengan jumlah

subjek. Adapun perbandingan mean empirik tiap aspek dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.25

Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Adversity Quotient

Aspek Control

Origin and

Ownership

Reach Endurance

Mean empirik 23,35 28,19 26,87 23,23

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai

nilai mean empirik terbesar adalah aspek origin (asal-usul) and ownership

(pengakuan) dengan nilai mean empirik sebesar 28,19, yang berarti aspek origin

and ownership mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi

rendahnya variabel adversity quotient.

Page 138: Skrip Si

119

4.5.2. Hasil Uji Asumsi

4.5.2.1 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan

Y membentuk garis linier ataukah tidak. Alat untuk menguji linieritas tersebut,

digunakan program SPSS 17.0. Linier atau tidaknya sebaran adalah jika p < 0,05

maka sebaran dinyatakan linier dan jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak

linier. Hasil perhitungan diperoleh F sebesar 43,770 dengan p = 0,000.

Dikarenakan nilai p < 0,05 maka pola hubungan antara variabel Adversity

Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan adalah linier. Hasil uji linieritas

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.26

Hasil Uji Linieritas

ANOVA Table

Adversity Quotient * Perilaku Kewirausahaan

Between Groups Within Groups Total

(Combined) Linearity Deviation from Linearity

Sum of

Squares 10123.044 6418.788 3704.256 4546.133 14669.177

Df 30 1 29 31 61

Mean Square 337.435 6418.788 127.733 146.649

F 2.301 43.770 .871

Sig.

.012 .000 .644

Page 139: Skrip Si

120

4.5.2.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode korelasi

Product Moment Pearson untuk menguji hubungan antara variabel X, yaitu

variabel Adversity Quotient dengan variabel Y, yaitu variabel Perilaku

Kewirausahaan. Taraf signifikansi yang digunakan sebesar 1% (0,01).

Berdasarkan analisis korelasi diperoleh nilai r = 0,661 dengan nilai signifikansi

atau p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X dan

Y tergolong signifikan (Arikunto, 2006: 276). Nilai signifikansi yang kurang dari

0,01 menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel X dan Y.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi tersebut, hipotesis kerja yang

diajukan yaitu ada hubungan antara Adversity Quotient dengan Perilaku

Kewirausahaan pada Mahasiswa Yang Mengikuti PMW (Program Mahasiswa

Wirausaha) Universitas Negeri Semarang diterima, sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.27

Hasil Uji Korelasi Variabel Adversity Quotient dan Perilaku Kewirausahaan

Correlations

**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Perilaku

Kewirausahaan

Adversity

Quotient

Perilaku Kewirausahaan Pearson Correlation 1 .661(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 62 62

Adversity Quotient Pearson Correlation .661(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .

N 62 62

Page 140: Skrip Si

121

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pembahasan Hasil Analisis secara Deskriptif Hubungan Adversity

Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan

4.6.1.1 Perilaku Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan merupakan segala aktivitas yang dilakukan oleh

individu dalam menjalankan suatu usaha. Keberhasilan suatu usaha lebih

dipengaruhi oleh bagaimana perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh seseorang

yang menjalankan usaha tersebut. Para wirausahawan dalam menjalankan

usahanya hendaknya memiliki ketrampilan untuk menyusun strategi dan rencana

usaha yang baik untuk mencapai kesuksesan usaha. Kemampuan dalam menyusun

rencana usaha tersebut selalu melibatkan pemikiran yang kreatif dan inovatif dari

wirausahawan, karena tanpa kreativitas dan inovasi usaha kemungkinan besar

usahanya akan kalah bersaing dengan usaha lain yang sejenis. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Nandram dan Samsom (2006: 20) yang mengatakan bahwa

kewirausahaan adalah tentang visi, mimpi, semangat, dorongan, jiwa, kreativitas,

keberanian, pengetahuan, sumber daya, fakta dan angka. Hal terpenting dalam

kewirausahaan adalah tentang merancang peluang yang imajinasi dan kemauan

yang kuat.

Awalnya peneliti menduga bahwa perilaku kewirausahaan mahasiswa

yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri

Semarang yang rendah pada studi pendahuluan lebih disebabkan karena

mahasiswa tidak memiliki ketahanan mental dalam menghadapi kegagalan dan

hambatan yang ditemui dalam proses pengembangan usahanya apalagi usaha yang

Page 141: Skrip Si

122

dijalankan mahasiswa sebagian besar merupakan usaha baru yang rentan menemui

kegagalan. Rata-rata mahasiswa juga kurang memiliki pengalaman dalam

mengembangkan usahanya. Padahal pengalaman tersebut perlu dimiliki untuk

menunjang jalannya suatu usaha, sesuai dengan pendapat Cassis dan Minoglou

(2005:59) menjelaskan bahwa faktor usia dan pengalaman usaha merupakan

faktor penting dalam kesuksessan seorang wirausaha.

Hasil penelitian yang menunjukkan kategori perilaku kewirausahaan

mahasiswa yang tinggi tidak sejalan dengan fenomena penelitian yaitu banyaknya

kegagalan usaha yang dijalankan dan sebesar 75% mahasiswa memiliki hambatan

dalam pengembangan usahanya. Peneliti berasumsi bahwa ketidaksesuaian antara

fenomena dengan hasil penelitian dikarenakan ketidakjelian peneliti dalam

menangkap fenomena yang ada. Kesalahan peneliti ketika melakukan studi

pendahuluan yang hanya mengambil 20 subyek sebagai sampel penelitian studi

pendahuluan ternyata sampel tersebut tidak representatif. Seharusnya peneliti

menjadikan semua peserta Program Mahasiswa Wirausaha sebagai sampel

penelitian pada studi pendahuluan tersebut. Peneliti juga kurang menggali lebih

jauh faktor internal selain adversity quotient yang kemungkinan menjadi faktor

penyebab kegagalan mahasiswa peserta Program Mahasiswa Wirausaha dalam

menjalankan usahanya. Faktor internal lain yang kemungkinan berpengaruh

terhadap perilaku kewirausahaan antara lain self efficacy, etos kerja, self

management, self confidence dan lain sebagainya.

Beberapa penyebab lain yaitu mahasiswa cenderung menampilkan kesan

yang baik atau faking good saat dilakukan pengambilan data menggunakan skala

Page 142: Skrip Si

123

psikologi sehingga diperoleh hasil bahwa mahasiswa memiliki semua aspek-aspek

perilaku kewirausahaan yang tinggi. Faktor lain yang menyebabkan

ketidaksesuain antara fenomena dengan studi pendahuluan kemungkinan juga

disebabkan jarak waktu antara studi pendahuluan dengan penyebaran instrumen

penelitian cukup lama yaitu 5 bulan sehingga kemungkinan usaha yang dijalankan

sudah mulai berkembang dengan baik dan perilaku kewirausahaan mahasiswa

juga telah meningkat.

Aspek yang memiliki peran terbesar dalam perilaku kewirausahaan adalah

aspek belajar dari kegagalan dikarenakan memiliki mean empirik yang paling

besar dibandingkan mean empirik aspek lainnya yaitu sebesar 18,56. Aspek

belajar dari kegagalan berkaitan dengan bagaimana seorang wirausahawan belajar

dari berbagai pengalaman usaha yang pernah dijalankannya, baik dalam

pengalaman menemui hambatan, kendala maupun kegagalan. Wirausaha yang

berhasil tidak takut gagal dan bisa mengambil pelajaran dari kegagalan sehingga

dia tidak terjerumus ke kegagalannnya kembali. Aspek belajar dari kegagalan

merupakan aspek yang penting dimiliki oleh para wirausahawan dikarenakan

aspek ini menentukan sejauhmana wirausahawan dapat bertahan terhadap

kegagalan yang dilaminya. Apakah wirausahawan akan mengambil pelajaran dan

dapat membuat perencanaan usaha yang lebih baik atau wirausahawan justru

menjadi enggan untuk melanjutkan usahanya dikarenakan kegagalan tersebut.

Hasil penelitian ini semakin relevan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Cassis dan Minoglou yang menyatakan faktor pengalaman memiliki peran yang

besar terhadap kewirausahaan. Pengalaman usaha yang telah wirausahan peroleh

Page 143: Skrip Si

124

dapat dijadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan

usaha yang penuh akan resiko dan ketidakpastian.

Apabila dibandingkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Segal dkk

(2005:54) yang diperoleh hasil bahwa faktor pendorong individu untuk

melakukan wirausaha antara lain keberanian mengambil resiko, motivasi dan self

efficacy. Apabila keberanian mengambil resiko pada penelitian Segal dikaitkan

dengan aspek menerima resiko, kebimbangan dan ketidaktentuan maka dapat

diambil kesimpulan bahwa dalam hal tersebut sejalan dengan penelitian ini,

namun aspek menerima resiko, kebimbangan, dan ketidaktentuan memiliki mean

teoritik yang paling rendah dibandingkan yang lain yaitu hanya sebesar 8,27.

Berdasarkan penjelasan tersebut perilaku kewirausahaan pada mahasiswa

yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri

Semarang tergolong tinggi dikarenakan mereka banyak belajar dari pengalaman

usaha yang mereka peroleh.

4.6.1.2 Adversity Quotient

Adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi

dan bertahan terhadap kesulitan hidup, tantangan yang dialaminya dan perubahan-

perubahan yang terus menghadang serta menghadapi kesulitan sebagai proses

untuk menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya. Hasil adversity quotient

yang tergolong tinggi menunjukkan bahwa mahasiswa berada pada tingkat

climbers pada tipe adversity quotient. Climbers menjalani kehidupan secara

lengkap. Mereka benar-benar mengetahui tujuannya dan merasakan manfaat dari

hal apapun yang dikerjakannya (Stoltz, 2000:18). Sebagai climbers, mahasiswa

Page 144: Skrip Si

125

mampu menempuh kesulitan-kesulitan hidup termasuk dalam proses berwirausaha

dengan penuh keberanian dan disiplin. Mereka memiliki semangat dan motivasi

yang tinggi serta selalu berjuang untuk mendapatkan yang terbaik. Pandangan

climbers mengenai keberlangsungan sebuah kesulitan, mereka cenderung

memandang kesulitan dan penyebab timbulnya kesulitan adalah suatu yang

bersifat sementara dan pasti bisa diselesaikan. Pandangan mahasiswa dalam

menanggapi kesulitan merupakan dimensi endurance dari adversity quotient.

Mahasiswa yang memiliki aspek endurance yang tinggi akan bertahan dalam

segala macam kesulitan termasuk kesulitan dalam menjalankan usaha mereka.

Variabel adversity quotient terdiri atas empat aspek yang mendukungnya,

yaitu aspek control (kendali), origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan),

reach (jangkauan) dan endurance (daya tahan). Berdasarkan perhitungan mean

empirik tiap aspek, aspek yang memperoleh nilai mean empirik terbesar adalah

aspek origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan) dengan nilai mean empirik

sebesar 28,19. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

pernah dilakukan oleh Markman (2002:21) yang menunjukkan bahwa terdapat

tiga pengaruh utama yang mempengaruhi kewirausahaan usaha baru salah satunya

dimensi ownership pada adversity quotient.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa origin (asal-usul) dan ownership

(pengakuan) memiliki peran terbesar dalam adversity quotient pada mahasiswa

yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) dan selanjutnya diikuti

oleh aspek reach (jangkauan) sebesar 26,87, aspek control (kendali) sebesar 23,35

dan endurance (daya tahan) dengan besar 23,23.

Page 145: Skrip Si

126

4.6.2 Pembahasan Hasil Analisis secara Inferensial Adversity Quotient

dengan Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa yang Mengikuti PMW

(Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri Semarang

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi ada hubungan

antara Adversity Quotient dengan Perilaku Kewirausahaan, yang dibuktikan

dengan nilai r = 0,661 dan p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi

antara variabel X dan Y tergolong signifikan (Arikunto, 2006: 276). Nilai

signifikansi yang kurang dari 0,01 menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan

antara variabel X dan Y.

Berdasarkan koefisien korelasi dan nilai signifikansi seperti yang telah

dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Adversity Quotient

dengan Perilaku Kewirausahaan pada mahasiswa memiliki korelasi yang positif.

Mahasiswa peserta PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas Negeri

Semarang yang memiliki adversity quotient yang tinggi akan memiliki perilaku

kewirausahaan yang tinggi, begitu juga sebaliknya mahasiswa yang memiliki

adversity quotient yang rendah akan memiliki perilaku kewirausahaan yang

rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu mengenai

adversity quotient dengan kewirausahaan yang dilakukan oleh Masykur (2007:37)

diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara adversity

quotient dengan kewirausahaan pada mahasiswa Universitas Diponegoro. Hasil

penelitian yang sejalan tersebut lebih dikarenakan subyek penelitian memiliki

karakteristik yang sama.

Page 146: Skrip Si

127

Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang

mengelola wirausaha secara individu maupun kelompok yang modalnya berasal

dari Program Mahasiswa Wirausaha. Beberapa usaha yang didanai dalam

Program Mahasiswa Wirausaha merupakan pengembangan dari suatu usaha yang

telah berjalan sebelumnya sedangkan beberapa ada usaha yang baru dirintis (start

up bussiness). Latar belakang pembentukan usaha tersebut kemungkinan besar

ikut berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan pada para mahasiswa. Sejalan

dengan pendapat Staw (Riyanti 2004:9) yang mengemukakan bahwa pengalaman

berwirausaha dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil yang diberikan orang tua

yang berprofesi sebagai wirausahawan. Peneliti berasumsi bahwa mahasiswa yang

mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha untuk mengembangkan usaha yang

telah dijalankan memiliki perilaku kewirausahaan yang tinggi, hal tersebut

dikarenakan mereka memiliki pengalaman usaha yang lebih dibandingkan mereka

yang baru memulai usaha baru. Sedangkan mahasiswa yang baru memulai

usahanya cenderung memiliki banyak hambatan dalam mengelola usahanya.

Latarbelakang lingkungan keluarga maupun sosial juga ikut berperan

dalam hal keputusan mahasiswa untuk memulai suatu usaha dengan mengikuti

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Beberapa alasan keputusan tersebut

dilatarbelakangi oleh mahasiswa yang ingin mencari pengalaman usaha, faktor

kebutuhan ekonomi, dan orangtua yang juga berprofesi sebagai seorang

wirausaha. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, pengaruh latar belakang

keluarga dari peserta PMW justru kurang berpengaruh terhadap perilaku

kewirausahaan. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Cassis dan Minoglou

Page 147: Skrip Si

128

(2005:33) mengemukakan bahwa kewirausahaan dapat diwariskan dibuktikan

pada usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun menunjukkan bahwa

anak-anak dari seorang wirausahawan biasanya kurang memiliki inisiatif dalam

mengelola usaha dibandingkan dengan orangtuanya. Peneliti berasumsi bahwa

mahasiswa yang menjadi wirausaha dikarenakan warisan dari orang tuanya

cenderung memiliki perilaku kewirausahaan yang rendah dikarenakan mereka

menjalankan usaha dengan terpaksa dan mereka kurang memiliki inisiatif dan

perencanaan usaha ke depan. Mereka cenderung mengikuti perencanaan usaha

yang sudah diterapkan oleh orang tuanya. Hal tersebut dikarenakan hanya

sebagian kecil saja dari subyek yang memiliki latar belakang dari keluarga

pengusaha maupun yang telah menjalankan suatu usaha.

Berdasarkan data dari Tim Unnes Student Entrepreneurship Centre

(Unsec) (2012:20) mahasiswa yang memiliki latar belakang dari keluarga

wirausahawan yang telah mengembangkan usahanya hanya sebesar 10%

sedangkan 90% mahasiswa PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) bersifat new

comer dalam dunia wirausaha, yang artinya mereka tidak memiliki pengetahuan

dan pengalaman wirausaha. Kategori perilaku kewirausahaan pada mahasiswa

peserta PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) yang termasuk tinggi lebih

disebabkan dari faktor internal dari mahasiswa. Penelitian antara adversity

quotient terhadap pembentukan usaha baru juga pernah dilakukan oleh Markman

dkk (2002:25) diperoleh hasil bahwa dimensi adversity quotient pada dimensi

control dan dimensi ownership memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan usaha baru. Berdasarkan penelitian tersebut maka faktor internal

Page 148: Skrip Si

129

yaitu adversity quotient juga memiliki pengaruh bagi perilaku kewirausahaan

mahasiswa dalam menjalankan usahanya yang bersifat start up bussiness.

Faktor gaya hidup berwirausaha juga ikut berpengaruh terhadap keputusan

seseorang untuk menjadi wirausahawan. Gaya hidup erat hubungannya dengan

faktor lingkungan keluarga yang kemungkinan juga menekuni dunia wirausaha.

Sehingga mahasiswa sudah terbiasa mengikuti gaya hidup para wirausahawan.

Barringer dan Ireland (2010:47) mengemukakan bahwa gaya hidup juga

mempercepat pengembangan karir berwirausaha. Gaya hidup seseorang sebagai

wirausahawan akan berbeda dengan orang lain yang terjun dalam hal lain.

Wirausahawan memiliki gaya hidup kerja keras, pantang menyerah apabila gagal,

selalu yakin dan percaya akan kemampuannya dalam mengambil resiko.

Seseorang yang telah memulai usahanya waktu usia muda dan masih sekolah. Dia

akan memiliki pengalaman dan pengetahuan usaha yang banyak sehingga

kemungkinan besar dia pasti menjadi wiraushawan yang berhasil.

Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel adversity quotient

dengan perilaku kewirausahaan dikarenakan tiap aspek pada variabel adversity

quotient memiliki pengaruh terhadap tiap aspek pada perilaku kewirausahaan pada

mahasiswa yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) Universitas

Negeri Semarang. Dimensi adversity quotient meliputi control (kendali), origin

dan ownership (asal-usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance

(daya tahan). Mahasiswa yang selalu berpikir optimis selalu ada jalan keluar

dalam menghadapi masalah, dirinya tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan

masalah usahanya. Adanya mahasiswa yang tidak mudah menyerah dalam

Page 149: Skrip Si

130

menyelesaikan masalahnya dan dapat fokus sepenuhnya pada pekerjaan

mengindikasikan bahwa mahasiswa memiliki tingkat energi yang tinggi pada

aspek perilaku kewirausahaan. Kerja keras merupakan karakteristik psikologi

perilaku kewirausahaan, hal tersebut sejalan dengan kajian empiris dan teoritis

yang dilakukan oleh Sukardi tentang sifat-sifat wirausaha. Sukardi dalam Riyanti

(2004:53) mengemukakan sifat kerja keras seorang wirausahawan yaitu tidak

pernah memberi kesempatan dirinya untuk berpangku tangan, mencurahkan

perhatian sepenuhnya pada pekerjaan dan memiliki tenaga untuk terlibat terus-

menerus dalam kerja.

Mahasiswa dengan aspek control (kendali) yang baik akan memiliki

motivasi untuk unggul dan kemampuan dalam memimpin yang baik dalam

menjalankan usahanya. Kepemimpinan dalam usaha juga dikemukakan oleh

Nandram dan Samsom (2006:20) yang menjelaskan bahwa hal yang terpenting

dalam sebuah usaha adalah kemampuan memimpin, karena dalam usaha tidak

hanya melibatkan pribadi melainkan tim dan orang banyak. Terkait dengan

motivasi untuk unggul diperkuat dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh

Hechavarria (2010:14) yang menemukan bahwa semua tindakan yang dilakukan

dalam proses berwirausaha dipengaruhi oleh faktor motivasi. Faktor motivasi

tersebut tentunya adalah motivasi untuk unggul dan lebih baik dalam mengelola

dan menghasilkan produk dari usahanya.

Apabila dimensi control rendah akan mengakibatkan aspek perilaku

kewirausahaan terutama pada aspek tingkat energi yang tinggi dan berpikir kreatif

serta fleksibel pada mahasiswa dapat melemah sehingga perilaku kewirausahaan

Page 150: Skrip Si

131

juga menurun. Wijaya (2008:102) dalam penelitiannya mengenai perilaku

kewirausahaan mengambil kesimpulan bahwa faktor faktor lain yang perlu

ditanamkan dalam perilaku kewirausahaan adalah nilai inovatif dan kreatif dalam

menanggapi peluang, menciptakan peluang serta ketrampilan dan pengetahuan.

Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes salah satu kunci penting

dalam mengembangkan usaha. Kreatif dan fleksibel merupakan kemampuan yang

harus dimiliki untuk menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat

seringkali membawa kegagalan. Aspek kreatifitas tersebut sesuai dengan

(Nandram dan Smasom, (2006:20) yang menjelaskan bahwa kewirausahaan yang

sukses melibatkan tentang perjuangan batin sebelum mengambil langkah pertama

untuk menjadi seorang pengusaha atau menggunakan teknik kewirausahaan dalam

organisasi untuk meningkatkan budaya inovasi usaha Pendapat Nandram dan

Samsom terkait budaya inovasi menjelaskan bahwa inovasi sangat penting dalam

suksesnya wirausaha, dimensi control yang tinggi membuat mahasiswa mampu

berpikir kreatif untuk menemukan sebuah inovasi.

Mahasiswa yang memiliki adversity quotient pada dimensi origin dan

ownership, dirinya menganggap bahwa kegagalan dalam berwirausaha bukan

disebabkan pihak dari luar melainkan karena dirinya sendiri. Artinya mahasiswa

tersebut menyadari bahwa dirinya berperan aktif dalam memajukan usahanya. Hal

ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab pribadi terhadap usaha yang sedang

dilakukan. Berbeda dengan mahasiswa yang kurang memiliki dimensi ini,

kesalahan dan kegagalan dalam berwirausaha selalu dikaitkan dengan pihak luar.

Artinya mahasiswa tidak bertanggungjawab penuh terhadap kesalahan yang

Page 151: Skrip Si

132

dialami melainkan melemparkan tanggung jawabnya dengan menyalahkan pihak

di luar dirinya. Mahasiswa yang memiliki aspek origin dan ownership yang baik

juga akan memiliki keinginan mendapatkan umpan balik secara segera dari

pekerjaan yang dilakukannya sehingga dia dapat melakukan evaluasi terhadap

hasil pekerjaan yang dilakukannya. Penelitian yang dilakukan Markman dkk

(2002:21) menjelaskan bahwa di atas variabel self efficacy, dalam menentukan

keberhasilan usaha baru dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efektivitas diri,

dimensi control dan dimensi ownership adversity quotient. Hasil penelitian

Markman mempetegas bahwa aspek control dan ownership ikut berpengaruh

terhadap perilaku kewirausahaan.

Dimensi reach yang dimiliki mahasiswa, yaitu dirinya merespon kesulitan

sebagai sesuatu yang spesifik dan tidak mempengaruhi aspek kehidupan lainnya

sehingga dirinya merasa semakin mampu dan berdaya. Mahasiswa yang merasa

lebih berdaya dalam masalah akan meningkatkan percaya diri dan berorientasi

terhadap masa depan pada aspek perilaku kewirausahaan. Sebaliknya, mahasiswa

dengan reach rendah akan semakin besar kemungkinanya untuk menganggap

peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana yang akan berpengaruh pula terhadap

aspek perilaku kewirausahaan terutama pada aspek ambisi untuk mencari peluang

dan mengambil resiko. Resiko kewirausahaan yang sangat tinggi dikemukakan

oleh Druker (2002:30) yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah hal yang

penuh dengan resiko terutama bagi mereka yang baru memulai usaha dan tidak

tahu bagaimana membuat perencanaan usaha yang baik. Mampu menerima resiko

yang diperhitungkan yaitu tidak mudah khawatir dalam menghadapi situasi yang

Page 152: Skrip Si

133

serba tidak pasti dan kurang ada keberanian mengambil resiko kegagalan karena

menganggap sesuatu yang tidak pasti bisa saja dipersepsikan sebagai sesuatu yang

berbahaya. Pendapat Longenecker dkk (2001:9) mengatakan bahwa resiko

kemungkinan gagal dalam usaha adalah ancaman yang selalu ada bagi

wirausahawan dan tidak ada jaminan kesuksesan dalam wirausaha. Resiko yang

dihadapi dalam berwirausaha adalah persaingan, harga yang naik dan turun,

barang yang tidak laku dan lain sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan hal

dikemukakan Timmons (1999:220) yang mengatakan bahwa wirausahawan yang

berhasil bukanlah seorang penjudi yang mengambil keputusan bisnis sesuka

mereka, akan tetapi wirausaha yang berhasil adalah mereka yang membuat

keputusan dengan mempertimbangkan resiko berwirausaha. Hal tersebut

menunjukkan wirausahawan yang berhasil juga nyaman dan tahan terhadap

ketidakpastian usaha.

Dimensi terakhir dari adversity quotient yaitu endurance, mahasiswa yang

mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) yang memiliki daya tahan

yang baik dalam menghadapi masalah maka dirinya berani untuk melakukan

usaha karena memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalankan

usaha. Mahasiswa yang memiliki daya tahan ini dapat menguatkan aspek perilaku

kewirausahaan terutama pada komitmen dan determinasi serta tingkat energi yang

tinggi, yaitu tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai dan meningkatkan

rasa percaya diri bahwa dia bisa menjalankan usahanya dengan baik.

Wirausahawan yang berhasil memiliki rasa percaya diri dan cenderung optimis

serta memiliki keyakinan yang kuat dengan kemampuan yang dimilikinya untuk

Page 153: Skrip Si

134

berhasil. Alma (2004:39) mengatakan bahwa syarat agar seseorang berhasil dalam

usaha adalah memiliki percaya diri, mereka tidak mudah dipengaruhi oleh

pendapat dan saran orang lain, akan tetapi pendapat dan saran itu tidak ditolak

begitu saja namun dijadikan masukan sebagai pertimbangan, kemudian dapat

mengambil keputusan usaha. Namun untuk mengambil keputusan yang penting

diperlukan adanya faktor eksternal untuk mendorong munculnya kepercayaan diri

individu dalam berwirausaha. Dipertegas dengan pendapat Cassis dan Minoglou

(2005:33) mengatakan bahwa orang harus didorong untuk menjadi lebih percaya

diri dalam mengambil resiko yang lebih besar, dorongan tersebut dapat berasal

dari orang tua, guru dalam hal wirausaha, rekan kerja dan lain sebagainya.

Kepercayaan diri wirrausahawan akan semakin kuat apabila dia telah memperoleh

reputasi atau kesan baik dari pelanggan maupun masyarakat. Sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Cassis dan Minoglou (2005:59) mengatakan

bahwa kesuksesan wirausaha juga didukung dengan reputasi dari wirausahawan

yang baik sehingga semakin lancarnya dalam jalannya interaksi usaha. Interaksi

usaha yang lancar dan baik akan membuat wirausahawan menjadi yakin dan tidak

ragu dalam mengambil keputusan usaha.

Adversity quotient merupakan kuantifikasi dari kemampuan seseorang untuk

merubah semua tantangan menjadi sebuah peluang akan ikut berpengaruh

terhadap karakteristik perilaku kewirausahaan. Kemampuan membaca peluang,

meghadapi tantangan, hambatan dan kesulitan adalah suatu keharusan ketika

seseorang mulai terjun dalam dunia wirausaha sehingga bisa menjadi

wirausahawan yang tangguh.

Page 154: Skrip Si

135

4.7 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki keterbatasan yang tidak dapat dikontrol,

keterbatasan tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi

peneliti selalanjutnya, adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah:

1. Peneliti tidak mampu mengontrol semua subjek yang diberi instrumen

penelitian.

2. Subjek bisa saja melakukan faking good atau menampilkan hal yg baik saja.

3. Subjek penelitian yang jumlahnya sangat terbatas hanya 62 orang sehingga

hasil penelitian yang didapat kurang dapat mewakili populasi yang

sebenarnya, terhadap peserta PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) di

universitas yang lain.

4. Adanya faktor lain yang tidak terungkap yang berhubungan dengan Perilaku

Kewirausahaan, misal etos kerja, manajemen diri, self efficacy dll.

Page 155: Skrip Si

136

BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1) Mahasiswa yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha)

Universitas Negeri Semarang tahun 2011 memiliki adversity quotient yang

termasuk dalam kategori tinggi, dengan rata-rata kategori sebesar 54,84%.

2) Mahasiswa yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha)

Universitas Negeri Semarang tahun 2011 memiliki perilaku kewirausahaan

yang termasuk dalam kategori tinggi, dengan rata-rata kategori sebesar

46,67%.

3) Ada hubungan positif antara adversity quotient dengan perilaku

kewirausahaan pada mahasiswa yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa

Wirausaha) Universitas Negeri Semarang. Semakin tinggi adversity quotient

maka perilaku kewirausahaan pada mahasiswa akan semakin tinggi.

4) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa temuan

yang penting, diantaranya aspek yang memiliki peran terbesar dalam

perilaku kewirausahaan mahasiswa adalah aspek belajar dari kegagalan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa origin (asal-usul) dan ownership

(pengakuan) memiliki peran terbesar dalam adversity quotient pada

mahasiswa yang mengikuti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha).

Page 156: Skrip Si

137

Kategori perilaku kewirausahaan pada mahasiswa peserta PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha) yang termasuk tinggi disebabkan dari faktor internal

dari mahasiswa. Apabila dikaitkan dengan tipe individu menurut adversity

quotient maka berdasarkan hasil penelitian mahasiswa yang mengikuti

Program Mahasiswa Wirausaha Periode Tahun 2011, tingginya adversity

quotient menunjukkan bahwa mahasiswa termasuk dalam tipe climbers.

Climbers merupakan tipe yang menunjukkan kemampuan individu dalam

menempuh kesulitan-kesulitan hidup dengan penuh keberanian dan disiplin.

Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat yang tinggi dan

berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, analisis data dan kesimpulan di

atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1) Bagi Mahasiswa Peserta PMW (Program Mahasiswa Wirausaha)

Mahasiswa peserta PMW yang diketahui memiliki adversity quotient

yang tergolong tinggi hendaknya menambah ketrampilan dan aspek lain selain

adversity quotient yang kemungkinan mendukung kompetensi untuk

berwirausaha. Mahasiswa sebaiknya juga menambah pengetahuan tentang

kewirausahaan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui workshop-

workshop maupun buku-buku tentang kewirausahaan. Apabila pengetahuan

dalam berwirausaha meningkat maka kemampuan mereka dalam menyusun

dan merencanakan strategi usaha akan menjadi lebih baik.

Page 157: Skrip Si

138

2) Bagi pihak Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Semarang

Bidang Kemahasiswaan perlu merencanakan program yang

komprehensif terkait faktor internal yang dipandang perlu dalam kesuksesan

usaha disamping menguatkan faktor adversity quotient. Kemampuan potensial

lain selain adversity quotient yang berubungan dengan perilaku kewirausahaan

diantaranya self efficacy, self management, self confidence dan lain

sebagainya. Mahasiswa juga perlu diberikan pengetahuan baru tentang

bagaimana mengelola usahanya. Pengetahuan baru dapat diberikan melalui

workshop misalnya atau melalui pelatihan usaha secara intensif dari ahli. Hal-

hal tersebut dimaksudkan sebagai langkah keberlanjutan PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha) agar semakin baik.

3) Bagi peneliti lain

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti maupun

mengembangkan penelitian serupa mengenai adversity quotient dengan

perilaku kewirausahaan, peneliti sarankan agar peneliti selanjutnya

mengungkap beberapa variabel selain variabel adversity quotient yang diduga

berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan. Variabel lain yang tidak

terungkap dalam penelitian ini yang menurut peneliti penting dan

berhubungan dengan perilaku kewirausahaan antara lain self efficacy, etos

kerja, manajemen diri dan lain sebagainya.

Page 158: Skrip Si

139

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2004. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Astamoen, H. M. P. 2005. Entrepreneurship dalam Perspektif Kondisi Bangsa

Indonesia. Bandung : Alfa beta

Azwar, Saifuddin. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin.2007. Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin.2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Barringer dan Ireland. 2010. Entrepreneurship: Successfully Launching New

Ventures. USA: Pearson Education.

Berita Resmi Statistik. 2011. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2011. Berita

Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIV

Chaplin J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Cassis dan Minoglou. 2005. Entrepreneurship in Theory and History.New York:

Palgrave Macmillan.

Druker. 1985. Inovation and Entrepreneurship. Australia: Harper Collins.

Frinces, Z. H . 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Yogyakarta: Darussalam

Offset.

Hechavarria M.D., Renko M and Matthews C.H. 2010. The Nascent

Entrepreneurship Hub: Goals, Entrepreneural, Self Efficacy, And Start-Up

Outcomes. Springer Science+Business Media Journal. LLC. 2011.

Hisich dan Peters 1998. Entrepreneurship. North America: McGraw-Hill.

Kao. 1991. The Entrepreneur. USA: Prentice Hall .

Kemendiknas. 2010. Pedoman Mahasiswa Wirausaha. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional.

Longenecker, J.G, Moore C.W and Petty,J.W. 2001. Kewirausahaan, Manajemen

Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.

Mahfoedz dan Mahfoedz. 2008. Kewirausahaan: Metode, Manajemen, dan

Implementasi. Yogyakarta: BPFE.

Page 159: Skrip Si

140

Markman D G, Baron A Robert, dan Balkin B David. 2002. Adversity Quotient:

Perceived Perseverance and NewVenture Formation. Athens: University of

Georgia.

Martin G and Pear.J. 1996. Behaviour Modification: What It Is and How To Do It.

USA: Prentice Hall International Inc.

Masykur. 2007. Kewirausahaan Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Adversity

Quotient. Jurnal Psikologi Proyeksi. Volume 2 No 2.

Nandram dan Samsom.2006. The Spirit of Entrepreneurship. Germany: Springer

Nasution, A H,Noer B.A dan Suef,M. 2007. Entrepreneurship, Membangun Spirit

Teknopreneurship. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Profil Pengusaha Sukses di Indonesia. On line pada www.anneahira.com

(Diunduh 18/11/2011)

Riyanti, B. P. D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi

Kepribadian. Jakarta : PT.Grasindo.

Sapar, Lumintang R.W. dan Susanto Djoko. 2006. Faktor-Faktor Yang Berkaitan

Dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Kakilima. Jurnal Penyuluhan.

Vol. 2 No. 2.

Segal G, Borgia D, dan Shcoenfeld J. 2005. The motivation to become an

entrepreneur. International Journal of Entrepreneurial Behaviour

&Research. Vol. 11 No. 1.

Stoltz, Paul. G. 1997. Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities.

USA: Jhon Wiley & Sons Inc.

Stoltz, Paul. G. 2000. Advertising Quotient. Mengubah Hambatan Menjadi

Peluang. Alih bahasa : Hermaya T. Jakarta: PT.Grasindo.

Suryana, 2003. Kewirausahaan, Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Suryana, 2001. Kewirausahaan,Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Timmons, Jeffry.A. 1999. New Venture Creation: Entrepreneurship For The 21st

Century. USA:Mc Graw-Hill.

Wijaya. 2008. Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan

Kewirausahaan. vol.10 no. 2.

Zimmerer dan Scarborough. 2001. Entrepreneurship and The New Venture

Formation. USA : Prentice-Hall International, Inc .

Page 160: Skrip Si

141

Zimmerer dan Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil.

Jakarta: Salemba Empat.

Tim Unnes Student Entrepreneurship Centre (Unsec). 2012. Laporan

Pelaksanaan Program Mahasiswa Wirausaha. UNNES. (Tidak Diterbitkan)

Page 161: Skrip Si

142

Page 162: Skrip Si

143

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

JURUSAN PSIKOLOGI

Alamat : Gedung A1, Kampus Sekaran Gunungpati,

Semarang

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang pada saat

ini tengah menempuh semester akhir sedang melakukan penelitian untuk skripsi

sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan sarjana. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perilaku sehari-hari saudara. Penelitian ini semata-

mata untuk tujuan ilmiah. Tidak ada jawaban yang dianggap salah atau benar

sejauh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak akan berpengaruh

terhadap laporan PMW saudara. Identitas saudara sebagai respoden akan

dirahasiakan.

Atas kesediaan saudara meluangkan waktu mengisi skala ini saya ucapkan

banyak terima kasih.

Wassalamualikum Wr.Wb

Hormat saya

Adhi Nugroho

Page 163: Skrip Si

144

I. Identitas Responden

Inisial :

Fakultas :

Nama usaha :

II. Petunjuk Pengisian Skala

a. Berilah identitas Saudara pada lembar yang telah disediakan.

b. Pada lembar berikut terdapat pernyataan-pernyataan yang harus Saudara

jawab.

c. Bacalah pernyataan-pernyataan tersebut dengan dan jawablah dengan jujur

dan teliti.

Cara menjawab adalah :

1. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari empat pilihan yang

tersedia, yaitu :

SS : Bila pernyatan “Sangat Sesuai” dengan diri Saudara

S : Bila pernyataan “Sesuai” dengan diri Saudara

TS : Bila pernyataan “Tidak Sesuai” dengan diri Saudara

STS: Bila pernyataan “Sangat Tidak Sesuai” dengan diri Saudara

2. Berilah tanda checklist (√) pada skala pilihan yang sesuai dengan kondisi

Saudara pada kolom yang telah disediakan. Contohnya :

Jika pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi Saudara sekarang maka

beri tanda checklist pada kolom yang bertuliskan SS (Sangat Sesuai)

PENYATAAN SS S TS STS

Saya menyediakan waktu tersendiri

untuk konsentrasi dalam menjalankan

usaha.

3. Bila Saudara ingin mengoreksi jawaban, berilah dua garis datar (=) pada

jawaban yang salah, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban

yang benar. Contohnya :

PENYATAAN SS S TS STS

Saya menyediakan waktu tersendiri

untuk konsentrasi dalam menjalankan

usaha.

√ √

4. Kerjakan dengan sungguh-sungguh berdasarkan perasaan Saudara sendiri,

tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

5. Teliti kembali pekerjaan Saudara, jangan sampai ada nomor yang

terlewati.

6. Jawaban Saudara merupakan informasi yang sangat penting dan

membantu penelitian saya.

7. Terima kasih atas bantuan dan kerja sama Saudara.

SELAMAT MENGERJAKAN

Page 164: Skrip Si

145

Isilah sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya!

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya mengerahkan semua kemampuan saya untuk

menjalankan usaha ini.

2. Saya hanya menangani hal-hal yang penting saja dalam usaha

yang saya kelola.

3. Saya fokus terhadap usaha yang saya jalankan.

4. Konsentrasi saya dalam menjalankan usaha sering terpecah

oleh kegiatan lain yang menarik.

5. Saya menyusun berbagai strategi untuk kemajuan usaha.

6. Dalam menjalankan usaha, saya meniru strategi usaha orang

lain yang sudah sukses.

7. Saya berusaha sepenuh tenaga untuk meningkatkan

pengembangan usaha saya meskipun terasa sulit.

8. Apabila mendapatkan tantangan usaha yang berat saya mudah

menyerah.

9. Apabila ada masalah dalam usaha, saya akan terus berupaya

mencari jalan keluar menyelesaikan.

10. Apabila ada masalah dalam usaha, saya meminta teman

kelompok PMW yang menyelesaikannya..

11. Saya berusaha untuk tetap berkonsentrasi dalam pekerjaan

meskipun fisik saya sudah lelah.

12. Apabila saya mengalami kelelahan saat mengerjakan suatu

pekerjaan dalam usaha maka saya menjadi kurang fokus

terhadap penyelesaian pekerjaan tersebut.

13. Saya mampu mengambil keputusan usaha tanpa tergantung

pengaruh dari orang lain.

14. Saya mudah terpengaruh anggota kelompok PMW dalam

mengambil keputusan usaha.

15. Saya mampu mengambil keputusan usaha tanpa ragu-ragu.

16. Saya ragu dengan kemampuan diri saya ketika mengambil

keputusan usaha.

17. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam usaha.

18. Sejujurnya saat ini saya masih ragu akan keberhasilan usaha

saya.

19. Meskipun ada potensi kegagalan namun saya

memperjuangkannya dengan melakukan tindakan pencegahan.

20. Apabila ada potensi kegagalan dalam usaha, maka saya

membiarkannya dan mengharapkan keberuntungan agar

SKALA 1

Page 165: Skrip Si

146

terhindar dari resiko.

21. Saya berusaha melakukan sesuatu yang sudah menjadi pilihan

saya meskipun beresiko.

22. Jika memungkinkan saya cenderung memilih usaha yang

resikonya kecil.

23. Saya siap untuk menghadapi adanya potensi kegagalan

berwirausaha yaitu kehilangan modal.

24. Apabila terdapat potensi kegagalan yang tinggi terhadap

keputusan usaha yang saya ambil maka saya akan cemas.

25. Saya berusaha memperluas jaringan usaha untuk

memperbesar kemungkinan mendapat keuntungan.

26. Saya sudah merasa nyaman dan aman dalam usaha ini

sehingga saya membiarkan peluang usaha yang datang bukan

saya yang mencari.

27. Meskipun tingkat keberhasilan dalam suatu peluang usaha

rendah saya akan tetap mengambil peluang tersebutnya.

28. Apabila tingkat keberhasilan suatu peluang usaha rendah,

maka saya akan mencari peluang usaha yang lain.

29. Apabila ada situasi yang mendukung kemajuan usaha, saya

akan memanfaatkannya.

30. Saya memanfaatkan peluang usaha yang menarik bagi saya

saja.

31. Saya berupaya memahami ide-ide baru untuk memperkaya

pengetahuan saya dalam menjalankan usaha.

32. Saya mempertahankan cara-cara lama dalam menyelesaikan

masalah.

33. Apabila saya kalah bersaing dengan usaha lain yang sejenis,

maka saya mencari inovasi baru untuk meningkatkan kualitas

produk usaha saya.

34. Apabila persaingan usaha semakin tinggi, saya enggan

mencari ide baru untuk menghadapinya.

35. Apabila terdapat hambatan usaha, saya mencoba mencari

cara-cara yang baru agar hasilnya optimal.

36. Saya nyaman terhadap hal yang menjadi rutinitas usaha tanpa

memiliki keinginan mencoba hal yang baru, meskipun ada

kesulitan yang belum teratasi.

37. Apabila terjadi kegagalan berwirausaha yang disebabkan

anggota kelompok PMW, maka saya juga ikut

menanggungnya.

38. Apabila terjadi kegagalan berwirausaha yang disebabkan

anggota kelompok PMW, maka saya lepas tangan dan

menyalahkan teman PMW saya.

39. Keberhasilan usaha merupakan hasil kerja bersama antara

saya dan kelompok PMW.

40. Keberhasilan usaha merupakan hasil kerja saya sedangkan

Page 166: Skrip Si

147

anggota kelompok hanya sedikit mendukung.

41. Apabila terdapat konsumen yang menegur hasil produk dari

usaha saya, maka saya akan meminta maaf dan memberikan

ganti rugi.

42. Apabila ada teguran dari konsumen terhadap hasil produk dari

usaha saya, saya akan mengabaikannya.

43. Saya belum puas terhadap apa yang dihasilkan oleh usaha

saya sehingga saya berusaha lebih meningkatkannya.

44. Saya sudah puas terhadap jalannya usaha saya sehingga saya

cukup bertahan dengan cara-cara saya dalam berwirausaha

saat ini.

45. Saya memiliki kemauan yang tinggi untuk memenangkan

berbagai persaingan dalam usaha.

46. Sulit bagi saya untuk mencapai hasil yang lebih dari pesaing

usaha saya.

47. Agar mampu bersaing, saya berusaha meningkatkan kualitas

produk dari usaha yang saya hasilkan.

48. Saya pesimis dapat menghasilkan produk yang lebih baik dari

pesaing saya.

49. Saya membuat perencanaan usaha ke depan dalam

mengembangkan usaha saya.

50. Saya menjalankan usaha dengan mengalir begitu saja, tanpa

melihat perencanaan usaha ke depan.

51. Meskipun dalam waktu mendatang semakin banyak saingan

usaha namun saya berusaha untuk menjadi lebih baik.

52. Saya pesimis terhadap keberhasilan usaha saya ketika melihat

persaingan usaha yang bertambah banyak.

53. Tuntutan pasar terhadap kualitas produk yang semakin tinggi

membuat saya berpikir bagaimana meningkatkan dan

mempertahankan kualitas.

54. Tuntutan pasar terhadap kualitas produk yang semakin tinggi

membuat saya bingung apakah produk saya akan laku.

55. Saya tetap menjalankan usaha saya, meskipun banyak orang

yang gagal dengan usaha yang sama.

56. Apabila banyak orang yang gagal dalam usaha yang sejenis

dengan usaha saya membuat saya ragu dalam meraih

keberhasilan.

57. Saya mengevaluasi kegagalan yang terjadi untuk mencari

penyebab kemudian memperbaikinya.

58. Kegagalan berulang yang saya alami membuat saya enggan

untuk melanjutkan usaha.

59. Saya berfikir kegagalan usaha akan menambah pengalaman

bagi saya dalam proses berwirausaha selanjutnya.

60. Pengalaman akan kegagalan usaha membuat saya takut dan

khawatir dalam melakukan usaha.

Page 167: Skrip Si

148

61. Saya memberikan semangat kepada anggota kelompok PMW

ketika menghadapi tekanan dalam hambatan usaha.

62. Saya membiarkan anggota kelompok PMW saya yang sedang

tertekan menghadapi hambatan usaha, yang penting saya bisa

menyelesaikan pekerjaan saya.

63. Saya mengajak teman kelompok PMW untuk bekerja sesuai

rencana usaha.

64. Saya cenderung mengikuti pemikiran usaha teman PMW saya

saja tanpa memahami rencana usaha yang telah dibuat.

65. Apabila terdapat perbedaan pendapat dalam strategi usaha,

saya mencoba menengahi dengan bermusyawarah.

66. Apabila terjadi penyimpangan dari perencanaan usaha yang

telah dibuat, saya tetap mengikutinya meskipun berpotensi

terjadi kegagalan.

67. Saya ingin segera melihat hasil strategi yang diterapkan dalam

usaha,sehingga mengetahui sudah tepat atau belum.

68. Saya takut untuk melihat hasil dari strategi usaha yang saya

terapkan.

69. Apabila respon terhadap hasil produk usaha banyak yang

negatif, maka saya akan mencoba lebih meningkatkan kualitas

produk dengan berbagai cara.

70. Apabila banyak repon negatif dari konsumen terhadap produk

yang saya hasilkan membuat saya enggan melanjutkan usaha.

71. Saya menerima kritik terhadap produk yang dihasilkan dalam

usaha.

72. Saya cenderung mengabaikan terhadap kritik yang

menyangkut produk saya.

Page 168: Skrip Si

149

Isilah sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya!

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Kegagalan usaha yang saya alami dapat saya sikapi secara

positif.

2. Kegagalan dalam berwirausaha membuat saya putus asa.

3. Ketika melakukan kesalahan usaha, saya tidak berlarut-larut

terlalu lama untuk menyesali.

4. Sulit bagi saya untuk cepat bangkit ketika gagal dalam

berwirausaha.

5. Saya berusaha menahan emosi saya ketika muncul masalah

dalam usaha.

6. Apabila banyak masalah usaha membuat saya tertekan dan

stress.

7. Ketika ada masalah dalam usaha saya segera mencari solusi

pemecahannya.

8. Ketika ada masalah dalam usaha saya menunda

menyelesaikan masalah tersebut.

9. Apabila terjadi kegagalan maka saya akan mempersiapkan

perencanaan usaha baru dengan sebaik-baiknya.

10. Strategi yang saya miliki tidak sebanding dengan tingkat

persaingan usaha ke depan.

11. Saya mampu membagi waktu antara kuliah dan berwirausaha.

12. Kegiatan berwirausaha banyak menyita waktu kuliah saya.

13. Saya percaya setiap masalah usaha yang saya alami pasti ada

jalan keluarnya.

14. Kegagalan usaha yang terjadi sebagian besar akibat faktor

lingkungan.

15. Keberhasilan dalam usaha tergantung pada usaha saya sendiri.

16. Faktor utama tercapainya keberhasilan adalah dengan adanya

keberuntungan.

17. Ketika mengalami kegagalan usaha, saya mencoba untuk

tenang dan tidak mempersalahkan diri sendiri maupun orang

lain.

18. Ketika mengalami kegagalan, saya cenderung menyalahkan

diri saya sendiri sehingga saya menjadi tertekan.

19. Kegagalan usaha terjadi karena saya kurang kerja keras.

20. Kegagalan usaha yang saya alami dikarenakan faktor

lingkungan yang kurang mendukung.

SKALA 2

Page 169: Skrip Si

150

21. Saya bersedia menerima masukan dari teman PMW terhadap

hasil kerja saya.

22. Bagi saya masukan dari teman PMW terhadap hasil kerja saya

tidak penting karena saya merasa telah melakukan hal yang

benar.

23. Saya segera melakukan peninjauan kembali terhadap

kesalahan usaha.

24. Usaha yang saya lakukan mengalir begitu saja apa adanya.

25. Menurut saya, kegagalan adalah batu loncatan untuk

menggapai sukses.

26. Berbagai kegagalan dalam berwirausaha membuat saya

pesimis untuk mengembangkan usaha.

27. Saya menjadikan kegagalan usaha sebagai pengalaman yang

berharga.

28. Kegagalan yang saya alami cukup membuat saya stres.

29. Masalah yang ada dalam usaha memicu saya untuk mencari

cara baru dalam penyelesaiannya.

30. Apabila strategi saya gagal untuk mengatasi masalah, maka

enggan untuk memikirkan strategi baru.

31. Saya cepat kembali dari keterpurukan akibat kegagalan dan

segera memulai rencana baru.

32. Pada saat terpuruk karena gagal saya sulit untuk mencari

rencana lain.

33. Saya menyikapi masalah usaha dengan tenang dan mencoba

mencari solusinya.

34. Apabila ada masalah usaha yang sulit maka saya menganggap

hal itu merupakan hal di luar kemampuan saya sehingga saya

lebih baik membiarkan masalah tersebut.

35. Bila saya gagal dalam berwirausaha tertentu bukan berarti

saya gagal dalam hidup.

36. Saya yakin kegagalan dalam usaha akan berpengaruh ke

seluruh rencana hidup saya.

37. Walaupun banyak hambatan dalam berwirausaha namun saya

tetap optimis usaha saya dapat maju.

38. Saat berbagai masalah dalam usaha muncul saya jadi panik.

39. Saya tetap fokus terhadap usaha walaupun banyak masalah

yang terjadi.

40. Banyaknya pekerjaan yang belum selesai membuat saya

kurang konsentrasi.

41. Banyaknya saingan usaha memicu saya untuk semakin

berusaha menjadi yang terbaik.

42. Persaingan usaha membuat saya kurang nyaman dalam

melakukan usaha.

43. Ketika biaya produksi naik, saya tetap berusaha

mempertahankan kualitas.

Page 170: Skrip Si

151

44. Saya ragu untuk dapat mempertahankan kualitas produk saya

apabila terjadi kenaikan biaya produksi..

45. Apabila saya kalah bersaing dengan lawan usaha, saya segera

mencari inovasi untuk bangkit.

46. Saya kehabisan ide untuk mengembangkan usaha saya.

47. Meskipun banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam

berwirausaha, namun saya dapat mengaturnya.

48. Saya mengalami kesulitan dalam melakukan manajemen

waktu antara kuliah dan berwirausaha.

Page 171: Skrip Si

152

Page 172: Skrip Si

153

Page 173: Skrip Si

154

Page 174: Skrip Si

155

Page 175: Skrip Si

156

Page 176: Skrip Si

157

Correlations

totalkewirausahaan

VAR00001 Pearson Correlation .527**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00002 Pearson Correlation .344**

Sig. (2-tailed) .006

N 62

VAR00003 Pearson Correlation .222

Sig. (2-tailed) .083

N 62

VAR00004 Pearson Correlation .594**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00005 Pearson Correlation .551**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00006 Pearson Correlation .152

Sig. (2-tailed) .238

N 62

VAR00007 Pearson Correlation .411**

Sig. (2-tailed) .001

N 62

VAR00008 Pearson Correlation .668**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00009 Pearson Correlation .625**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00010 Pearson Correlation -.230

Sig. (2-tailed) .072

N 62

VAR00011 Pearson Correlation .067

Sig. (2-tailed) .606

N 62

VAR00012 Pearson Correlation .181

Sig. (2-tailed) .158

N 62

VAR00013 Pearson Correlation .116

Sig. (2-tailed) .368

N 62

VAR00014 Pearson Correlation .052

Sig. (2-tailed) .688

Page 177: Skrip Si

158

N 62

VAR00015 Pearson Correlation .460**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00016 Pearson Correlation .398**

Sig. (2-tailed) .001

N 62

VAR00017 Pearson Correlation .449**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00018 Pearson Correlation .481**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00019 Pearson Correlation .271*

Sig. (2-tailed) .033

N 62

VAR00020 Pearson Correlation .378**

Sig. (2-tailed) .002

N 62

VAR00021 Pearson Correlation -.112

Sig. (2-tailed) .384

N 62

VAR00022 Pearson Correlation .087

Sig. (2-tailed) .499

N 62

VAR00023 Pearson Correlation .059

Sig. (2-tailed) .647

N 62

VAR00024 Pearson Correlation .504**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00025 Pearson Correlation .402**

Sig. (2-tailed) .001

N 62

VAR00026 Pearson Correlation .266*

Sig. (2-tailed) .037

N 62

VAR00027 Pearson Correlation -.017

Sig. (2-tailed) .895

N 62

VAR00028 Pearson Correlation .218

Sig. (2-tailed) .089

N 62

VAR00029 Pearson Correlation .405**

Page 178: Skrip Si

159

Sig. (2-tailed) .001

N 62

VAR00030 Pearson Correlation .370**

Sig. (2-tailed) .003

N 62

VAR00031 Pearson Correlation .554**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00032 Pearson Correlation .161

Sig. (2-tailed) .213

N 62

VAR00033 Pearson Correlation .165

Sig. (2-tailed) .201

N 62

VAR00034 Pearson Correlation .456**

Sig. (2-tailed) .000

N

62

VAR00035 Pearson Correlation .514**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00036 Pearson Correlation .371**

Sig. (2-tailed) .003

N 62

VAR00037 Pearson Correlation .116

Sig. (2-tailed) .368

N 62

VAR00038 Pearson Correlation .572**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00039 Pearson Correlation .357**

Sig. (2-tailed) .004

N 62

VAR00040 Pearson Correlation .513**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00041 Pearson Correlation -.103

Sig. (2-tailed) .427

N 62

VAR00042 Pearson Correlation .614**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00043 Pearson Correlation .558**

Sig. (2-tailed) .000

Page 179: Skrip Si

160

N

62

VAR00044 Pearson Correlation .426**

Sig. (2-tailed) .001

N 62

VAR00045 Pearson Correlation .586**

Sig. (2-tailed) .000

N

62

VAR00046 Pearson Correlation .486**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00047 Pearson Correlation .432**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00048 Pearson Correlation .638**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00049 Pearson Correlation .608**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00050 Pearson Correlation .501**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00051 Pearson Correlation .620**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00052 Pearson Correlation .617**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00053 Pearson Correlation .217

Sig. (2-tailed) .091

N 62

VAR00054 Pearson Correlation .587**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00055 Pearson Correlation .344**

Sig. (2-tailed) .006

N 62

VAR00056 Pearson Correlation .127

Sig. (2-tailed) .326

N 62

VAR00057 Pearson Correlation .415**

Sig. (2-tailed) .001

Page 180: Skrip Si

161

N 62

VAR00058 Pearson Correlation .346**

Sig. (2-tailed) .006

N 62

VAR00059 Pearson Correlation .647**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00060 Pearson Correlation .605**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00061 Pearson Correlation .555**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00062 Pearson Correlation .460**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00063 Pearson Correlation .265*

Sig. (2-tailed) .037

N 62

VAR00064 Pearson Correlation .541**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00065 Pearson Correlation .567**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00066 Pearson Correlation .367**

Sig. (2-tailed) .003

N 62

VAR00067 Pearson Correlation .113

Sig. (2-tailed) .380

N 62

VAR00068 Pearson Correlation .570**

Sig. (2-tailed) .000

N

62

VAR00069 Pearson Correlation .496**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00070 Pearson Correlation .523**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00071 Pearson Correlation .317*

Sig. (2-tailed) .012

N 62

VAR00072 Pearson Correlation .455**

Page 181: Skrip Si

162

Sig. (2-tailed) .000

N 62

totalkewirausahaan Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 62

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Total

Adversity Quotient

VAR00002 Pearson Correlation .534**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00001 Pearson Correlation .197

Sig. (2-tailed) .124

N 62

VAR00003 Pearson Correlation -.025

Sig. (2-tailed) .847

N 62

VAR00004 Pearson Correlation .472**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00005 Pearson Correlation .278*

Sig. (2-tailed) .028

N 62

VAR00006 Pearson Correlation .240

Sig. (2-tailed) .060

N 62

VAR00007 Pearson Correlation .560**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00008 Pearson Correlation .548**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00009 Pearson Correlation .444**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00010 Pearson Correlation .466**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00011 Pearson Correlation .186

Sig. (2-tailed) .148

Page 182: Skrip Si

163

N 62

VAR00012 Pearson Correlation .336**

Sig. (2-tailed) .007

N 62

VAR00013 Pearson Correlation .564**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00014 Pearson Correlation .308*

Sig. (2-tailed) .015

N 62

VAR00015 Pearson Correlation .383**

Sig. (2-tailed) .002

N 62

VAR00016 Pearson Correlation .564**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00017 Pearson Correlation .258*

Sig. (2-tailed) .043

N 62

VAR00018 Pearson Correlation .517**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00019 Pearson Correlation .080

Sig. (2-tailed) .536

N 62

VAR00020 Pearson Correlation .385**

Sig. (2-tailed) .002

N 62

VAR00021 Pearson Correlation .231

Sig. (2-tailed) .071

N 62

VAR00022 Pearson Correlation .347**

Sig. (2-tailed) .006

N 62

VAR00023 Pearson Correlation .366**

Sig. (2-tailed) .003

N 62

VAR00024 Pearson Correlation .576**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00025 Pearson Correlation .456**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00026 Pearson Correlation .574**

Page 183: Skrip Si

164

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00027 Pearson Correlation .230

Sig. (2-tailed) .072

N 62

VAR00028 Pearson Correlation .476**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00029 Pearson Correlation .354**

Sig. (2-tailed) .005

N 62

VAR00030 Pearson Correlation .515**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00031 Pearson Correlation .465**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00032 Pearson Correlation .499**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00033 Pearson Correlation .359**

Sig. (2-tailed) .004

N 62

VAR00034 Pearson Correlation .587**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00035 Pearson Correlation .088

Sig. (2-tailed) .495

N 62

VAR00036 Pearson Correlation .154

Sig. (2-tailed) .233

N 62

VAR00037 Pearson Correlation .346**

Sig. (2-tailed) .006

N 62

VAR00038 Pearson Correlation .478**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00039 Pearson Correlation .449**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00040 Pearson Correlation .563**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

Page 184: Skrip Si

165

VAR00041 Pearson Correlation .527**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00042 Pearson Correlation .570**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00043 Pearson Correlation .056

Sig. (2-tailed) .666

N 62

VAR00044 Pearson Correlation .457**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00045 Pearson Correlation -.040

Sig. (2-tailed) .759

N 62

VAR00046 Pearson Correlation .454**

Sig. (2-tailed) .000

N 62

VAR00047 Pearson Correlation .013

Sig. (2-tailed) .923

N 62

VAR00048 Pearson Correlation .133

Sig. (2-tailed) .303

N 62

totalAQ Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 62

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 185: Skrip Si

166

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 62 100.0

Excludeda 0 .0

Total 62 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.936 53

Page 186: Skrip Si

167

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 62 100.0

Excludeda 0 .0

Total 62 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.894 35

Page 187: Skrip Si

168

ANOVA Table

Perilaku kewirausahaan * Adversity Question

Between Groups

Within Groups Total (Combined) Linearity

Deviation from

Linearity

Sum of Squares 10123.044 6418.788 3704.256 4546.133 14669.177

df 30 1 29 31 61

Mean Square 337.435 6418.788 127.733 146.649

F 2.301 43.770 .871

Sig. .012 .000 .644

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Perilaku

kewirausahaan *

Adversity Question

.661 .438 .831 .690

Page 188: Skrip Si

169

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Perilaku kewirausahaan 159.3065 15.50736 62

Adversity Question 101.6452 10.10129 62

Correlations

Perilaku

kewirausahaan

Adversity

Question

Perilaku kewirausahaan Pearson Correlation 1 .661**

Sig. (2-tailed) .000

N 62 62

Adversity Question Pearson Correlation .661** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 62 62

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).