skrip si all

113
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu sistem yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan. Di antara keunggulannya adalah pertumbuhan perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam bisnisnya, sebagai suatu momok utama yang dihadapi oleh perbankan konvensional, dan justru dalam kondisi demikian bank syariah menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Bank syariah yang dimaksud di sini adalah bank Islam, bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara pihak bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum Islam. Sehingga perbedaan antara 1

Upload: ilhamiahnurlaila3124

Post on 23-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skrip Si All

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu

sistem yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan

yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat

sulit bagi dunia perbankan. Di antara keunggulannya adalah pertumbuhan

perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi

krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam

bisnisnya, sebagai suatu momok utama yang dihadapi oleh perbankan

konvensional, dan justru dalam kondisi demikian bank syariah menunjukkan

kondisi yang sebaliknya.

Bank syariah yang dimaksud di sini adalah bank Islam, bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan

perjanjian (akad) antara pihak bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan

hukum Islam. Sehingga perbedaan antara bank Islam (syariah) dengan bank

konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan

bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain

yang sesuai dengan syariat Islam, karena bunga diyakini mengandung unsur

riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama Islam.(Rivai,2007)

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga

keuangan yang berfungsi meperlancar mekanisme ekonomi disektor riil

melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya)

1

Page 2: Skrip Si All

berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam

antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-

nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.(Ascarya,2007)

Bank syariah merupakan bank yang lebih menekankan pada prinsip

bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam semua operasinya baik

dalam pengerahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (dalam

perbankan syariah penyaluran dana biasa disebut dengan pembiayaan). Oleh

karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada

bank syariah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil. Dalam

penghimpunan dana, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah,

qardh, maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga

menggunakan prinsip jual beli dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga

menyediakan berbagai jasa keuangan seperti wakalah, hiwalah, rahn, qardh,

sharf, dan ujr. (Rivai,2007)

Pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi

penggunaan dana. Dalam kaitan dengan bank maka ini merupakan fungsi

yang terpenting. Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati

porsi terbesar, pada umumnya menempati 55% sampai 60% dari total aktiva.

Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat

mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing)

merupakan tingkat penghasilan tertinggi dari bank. Sesuai dengan

karakteristik dari sumber dananya, pada umumnya bank komersial

2

Page 3: Skrip Si All

memberikan pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun

beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih

panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga bervariasi,

tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang

dibiayai.(Muhammad,2002)

Sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian maka perlu

adanya pengawasan kinerja yang baik oleh regulator perbankan. Salah satu

indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat

profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya

secara efisien. Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh

dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Semakin tinggi

profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula kinerja bank tersebut. Dan

untuk meningkatkan nilai profitabilitas dapat ditempuh dengan melakukan

maksimalisasi keuntungan yang diperoleh bank melalui optimalisasi struktur

pembiayaan yang disalurkan bank kepada nasabahnya.

Upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis

pembiayaan yang diberikan sesuai disebut dengan istilah struktur

pembiayaan. Selain itu, struktur pembiayaan juga mencoba menetralisir dan

meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya pembiayaan tersebut. Dalam

strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah kondisi agar pembiayaan yang

diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat dikendalikan dan mampu

memberikan imbal hasil yang maksimal dari sekian banyak alternatif struktur

pembiayaan yang dapat diterapakan. Struktur pembiayaan menunjukkan

3

Page 4: Skrip Si All

berapa besar komposisi dari pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual

beli, pola bagi hasil dengan sewa. Struktur pembiayaan ini akan

mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan bank

juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya. (Muhammad, 2005)

Dan salah satu bank syariah besar di Indonesia adalah Bank Syariah

Mandiri (BSM) yang memiliki aset lebih dari 32 triliun rupiah sampai di

akhir tahun 2010 (lihat Tabel 1.1) dan memiliki 369 unit jaringan kantor

pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Karena merupakan

salah satu bank syariah besar di Indonesia, sehingga kinerja Bank Syariah

Mandiri merupakan salah satu tolak ukur penilaian masyarakat akan kinerja

bank syariah yang ada di Indonesia.

Tabel 1.1Ringkasan Neraca PT Bank Syariah Mandiri

Periode 2008-2010(dalam miliar rupiah)

Uraian 2008 2009 2010Aktiva 17.066 22.037 32.482Aktiva Produktif 16.399 21.319 30.744Kewajiban 2.343 3.273 5.010Dana Syirkah Temporer 13.315 16.963 25.251Surat Berharga yang Diterbitkan 200 200 200Dana Pihak Ketiga

- Giro- Tabungan- Deposito

14.8981.8125.2847.802

19.3382.5917.1639.584

28.9984.0159.873

15.110

Ekuitas 1.208 1.600 2.021

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

Selain itu, BSM pada periode tahun 2010, mampu membukukan

laba bersih (laba setelah pajak) sebesar Rp418,52 miliar, tumbuh sebesar

Rp127,58 miliar atau 43,85% dibandingkan perolehan laba periode tahun

4

Page 5: Skrip Si All

2009 sebesar Rp290,94 miliar (lihat Tabel 1.2). Kenaikan tersebut

terutama disebabkan oleh meningkatnya porsi pembiayaan yang diberikan

BSM dan adanya ekspansi usaha seperti penambahan outlet dan

sebagainya.

Tabel 1.2Ringkasan Laporan Laba Rugi PT Bank Syariah Mandiri

Periode 2008-2010 (dalam jutaan rupiah)

Uraian 2008 2009 20101. Pendapatan Operasional

a. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib

b. Pendapatan Usaha Lainnya

2.037.3761.736.390

300.986

2.417.994 2.071.022

346.972

3.334.6132.768.071

566.5422. Beban Operasional

a. Beban penyisihan kerugian aktiva produktif

b. Beban penyisihan kerugian aktiva non produktif

c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana Syirkah temporer

d. Pembalikan (beban) estimasi kerugian komitmen dan kontijensi

e. Beban Usaha lain

1757437(309.296)

(24.300)

(793.050)

(796)

(629.995)

(1.991.845) (258.363)

(3.915)

(901.570)

(63)

(827.934)

(2.754.934)(310.942)

4.152

(1.161.680)

(706)

(1.285.758)

3. Laba Usaha 279.939 426.149 579.6794. Pendapatan (Beban) Non

Operasional4.146 8.018 3.636

5. Laba Sebelum Zakat - 434.167 583.3156. Laba Sebelum Pajak 284.085 418.403 568.7327. Laba Setelah Pajak/ Laba Bersih 196.416 290.943 418.519

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Struktur Pembiayaan

Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA) Pada PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

5

Page 6: Skrip Si All

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Makassar ?

2. Bagaimana pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Makassar ?

3. Bagaimana pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Makassar ?

4. Apakah jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan yang paling

dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset

(ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ?

5. Bagaimana pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa)

secara simultan terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)–

PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap

tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

6

Page 7: Skrip Si All

2. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap

tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

3. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap

tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

4. Untuk mengetahui bahwa jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan

yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas –Return

On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

5. Untuk mengkaji pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli,

sewa) secara simultan terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset

(ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

Sementara itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi beberapa pihak di antaranya:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitan diharapkan akan menambah khasanah kepustakaan dan

bahan referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pengaruh

struktur pembiayaan terhadap kinerja keuangan bank syariah.

2. Bagi Perusahaan

7

Page 8: Skrip Si All

Menjadi bahan masukan dan informasi bagi perusahaan dalam

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan utamanya melalui

pengoptimalan struktur pembiayaan yang disalurkan kepada nasabahnya.

3. Bagi Peneliti

Sebagai perbandingan antara teori-teori yang didapat di perusahaan sesuai

dengan mata kuliah dan juga dalam aktivitas perusahaan khususnya dalam

usaha peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui pengoptimalan

struktur pembiyaan perbankan syariah. Selain itu, sebagai bagian dari

persyaratan penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar Strata 1

(S1).

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian awal penulisan yang terdiri atas sub judul

yang saling berhubungan yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai

acuan dalam pembahasan permasalahan yang telah diajukan. Teori yang

digunakan antara lain teori tentang bank syariah, pembiayaan, dan penilaian

kinerja kauangan bank syariah. Di samping itu bagian ini juga berisi kerangka

penelitian dan hipotesis.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

8

Page 9: Skrip Si All

Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam

melakukan penelitian yang diawali pendefinisian sampai dengan teknik

analisis data. Secara rinci, bab ini terdiri dari lokasi penelitian, obyek

penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, jenis data, sumber data,

metode analisis, teknik analisis, operasionalisasi variabel dan instrumen

pengukuran.

BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran perusahaan, sejarah

perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi serta hal-hal lain

yang menyangkut perusahaan.

BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian.

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistik yang digunakan untuk

melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian.

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini. Dalam bab ini disajikan

kesimpulan serta saran yang relevan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

BAB II

9

Page 10: Skrip Si All

LANDASAN TEORI

2.1. Bank Syariah

2.1.1. Pengertian Bank Syariah

Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik

simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:

a. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,

memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau

sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu

periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan per

tahun.

b. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsi syariah

yaitu jual beli dan bagi hasil.(Triandaru,2006)

Bank pada dasarnya merupakan perusahaan atau lembaga perantara

keuangan (financial intermediary) yaitu antara pihak yang kelebihan dana

(surplus spending unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit spending

unit). Sebagai lembaga perantara bank harus menyalurkan dana yang

dikumpulkan dari masyarakat tersebut kepada pihak-pihak yang

membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan

kredit di Bank Konvensional atau pembiayaan di Bank Syariah.

10

Page 11: Skrip Si All

Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai asset

yang dianggap menguntungkan bank.

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau

biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga

keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al Quran dan Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Atau dengan kata lain Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuai dengan

prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat

Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi dengan prinsip –prinsip

syariat Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadist; Sementara bank yang beroperasi

sesuai prinsip syariat Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu

mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam, khususnya yang menyangkut

tatacara bermuamalat secara Islam. (Muhammad,2002)

Visi perbankan Islam umumnya adalah menjadi wadah terpercaya

bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan system bagi hasil

secara adil sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak

dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas adalah misis utama

perbankan Islam.(Wirdyaningsih,2005)

11

Page 12: Skrip Si All

Selain itu, yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada

pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yakni sebagai berikut:

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam

antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,

antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),

pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual

beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan

barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau

dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).(Wiroso,2005)

2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

System keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi

kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya

sendiri, melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunakan prinsip

penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun

dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan

(debt financing).

Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai metode

pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan akad-akad jual beli

(al bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing). Bank

Islam tidak menggunakan metode pinjam meminjam uang dalam rangka

12

Page 13: Skrip Si All

kegiatan komersial, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan

dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba.

(Arifin,2002)

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan, dan syarat-syarat umum memperoleh

pembiayaan. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara

keduanya. Perbedaan ini menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha

yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

a. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi

duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian

yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif

belaka, tapi tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki

pertanggung jawaban hingga yaumil qiyamah nanti.

b. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bak

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsure

yang amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional

adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas

mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai

dengan garis-garis syariah.

13

Page 14: Skrip Si All

c. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas

dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin

membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang

diharamkan.

d. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya meiliki lingkungan kerja yang sejalan

degan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas

eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah

harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan

tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional

organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment,

diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.(Antonio,2001)

Secara ringkas perbedaan antara bank syariah dengan bank

konvensional dapat dilihat pada tabel berikut (Triandaru,2006):

14

Page 15: Skrip Si All

Tabel 2.1Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1. Berinvestasi pada usaha yang

halal

Bebas nilai

2. Atas dasar bagi hasil, margin

keuntungan dan fee

System bunga

3. Besaran bagi hasil berubah-ubah

tergantung kinerja usaha

Besarannya tetap

4. Profit dan falah oriented Profit oriented

5. Pola hubungan kemitraan Hubungan kreditur-debitur

6. Ada Dewan Pengawas Syariah Tidak ada lembaga sejenis

2.2. Pembiayaan

Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai

bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah

mempunyai lima bentuk utama (Khan,1995), yaitu mudharabah dan

musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola

jual beli), dan ijarah (dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain

kelima bentuk pembiayaan ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang

merupakan turunan langsung atau tidak langsung dari kelima bentuk

pembiayaan di atas. Bank syariah juga memiliki bentuk produk pelengkap

yang berbasis jasa (fee-based service) seperti qardh dan jasa keuangan

lainnya.

Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998

(Kasmir, 2000), pengertian pembiayaan dapat didefenisikan sebagai berikut :

15

Page 16: Skrip Si All

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Sama halnya dengan kredit di bank konvensional, pembiayaan juga

merupakan salah satu komponen aktiva produktif yang harus dipantau dan

dianalisis kualitasnya agar profitabilitas bank syariah dapat mendukung

kelangsungan usahanya. Berikut pembahasan mengenai produk-produk

pembiayaan bank syariah:

1) Pembiayaan Bagi Hasil

Bentuk pembiayaan bank syariah yang utama dan yang paling penting

yang disepakati oleh para ulama adalah pembiayaan dengan prinsip bagi

hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Prinsipnya adalah al-

ghunm bi’l-ghurm atau al-khar, bi’I-daman, yang berarti bahwa tidak ada

bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko (Al-Omar dan Abdel-

Haq,1996), atau untuk setiap keuntungan ekonomi riil harus ada biaya

ekonomi riil (Khan,1995). Ciri utama pembiayaan bagi hasil adalah

bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pemilik dana

maupun pengusaha. Konsep pembiayaan bagi hasil dilandaskan pada

prinsip dasar, yaitu:

Pembiayaa bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi

merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah,

16

Page 17: Skrip Si All

keikutsertaan usaha hanya sebatas proporsi pembiayaan masing-

masing pihak.

Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko kerugian

sebatas proporsi pembiayaannya.

Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama,

rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda

dari rasio pembiayaan yang disertakan.

Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus sama

dengan proporsi investasinya

(1) Mudharabah

Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika

bank sebagai pemilik dana /modal, biasa disebut shahibul

mal/rabbul mal, menyediakan modal (100%) kepada pengusaha

sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan

aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang

dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang

ditentukan sebelumnya dalam akad (yang besarnya juga

dipengaruhi oleh kekuatan pasar). Apabila terjadi kerugian karena

proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau

kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh

pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan

keahlian yang telah dicurahkannya. Apabila terjadi kerugian

karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola

17

Page 18: Skrip Si All

bertanggung jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut menyertakan

modal, tetapi menyertakan tenaga dan keahliannya, dan juga tidak

meminta gaji atau upah dalam menjalankan usahanya. Pemilik

dana hanya menyediakan modal, dan tidak dibenarkan untuk ikut

campur dalam manajemen usaha yang dibiayainya. Kesediaan

pemilik dana untuk menanggung risiko apabila terjadi kerugian

menjadi dasar untuk mendapat bagian dari keuntungan.

(Rivai,2007)

Praktik Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah

Penempatan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk

pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerja sama

bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli (bai’ bithaman ajil

dan mudharabah), maka bank akan mendapatkan margin

keuntungan. Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun jika

pembiayaan berkaitan dengan akad syirkah (musyarakah dan

mudharabah), maka pembiayaan ini membutuhkan perhitungan-

perhitungan yang cukup “njlimet”.

Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu: (1) nisbah

bagi hasil yang disepakati; (2) tingkat keuntungan bisnis actual

yang didapat. Oleh karen itu, bank sebagai pihak yang memiliki

dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan

kesepakatan pembagian pendapatan.(Muhammad,2002)

18

Page 19: Skrip Si All

Cara Menentukan Nisbah Bagi Hasil

Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan

bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek

yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang

melakukan transaksi. Untuk melakukan nisbah bagi hasil, perlu

diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran, hasil

usaha yang dijalankan atau tingkat return aktual bisnis, tingkat

return yang diharapkan, nisbah pembiayaan dan distribusi

pembagian hasil.

Nisbah bagi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Gambar 2.1 rumus nisbah bagi hasil

Contoh Perhitungan Bagi Hasil dalam Pembiayaan

Mudharabah

Seorang nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank syariah

untuk modal kerja dagang sebesar Rp 100.000.000,00 selama 1

tahun. Jika situasi ekonomi mampu memberikan return bisnis

actual sebesar 8%dan return bisnis yang diharapkan bank syariah

sebagai penyandang dana sebesar 3%. Setelah bisnis dijalankan,

nasabah mampu mencetak keuntungan bisnisnya selama satu tahu

sebagai berikut :

19

Nisbah Bank =Expected Profit Rate (EPR)

x 100 %Expected Return Bisnis yang dibiayai (ERB)

Nisbah Nasabah = 100 % - Nisbah Bank

Page 20: Skrip Si All

Tabel 2.2Contoh kasus penetapan nisbah bagi hasil

Bulan LabaUsaha (Rp)1. 6.000.0002. 7.000.0003. 4.000.0004. 4.500.0005. 5.000.0006. 5.500.0007. 6.000.0008. 5.400.0009. 9.000.00010. 5.700.00011. 4.700.00012. 3.500.000

Pertanyaan :

1. Berapa nisbah yang harus dsepakati antara bank dengan

nasabah

2. Bagaimana distribusi bagi hasil pendapatan antara bank

syariah dengan nasabah berdasarkan data tersebut di atlas?

Penyelesaian :

Langkah-langkah untuk menyelesaikan kasus di atas dapat

dilakukan sebagai berikut:

1. Menentukan nisbah untuk kedua belah pihak yang melakukan

kontrak pembiayaan, yaitu:

Nisbah bank syariah = 3,2%/8% x 100% = 40%

Nisbah nasabah = 100% - 40 % = 60%

Rasio nisbah antara bank syarah dengan nasabah pembiayaan

adalah = 40% : 60%

20

Page 21: Skrip Si All

2. Menghitung distribusi bagi hasil untuk bank dan nasabah

sesuai dengan nisbah dan pendapatan actual usaha, sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Tabel pembantu penyelesaian contoh kasus

Bulan Laba Usaha (Rp)

Bagian Bank (40%)

Bagian Nasabah (60%)

Cicilan pokok

Setoran

1. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.0002. 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.0003. 4.000.000 1.600.000 2.400.000 1.600.0004. 4.500.000 1.800.000 2.700.000 1.800.0005. 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.0006. 5.500.000 2.200.000 3.300.000 2.200.0007. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.0008. 5.400.000 2.160.000 3.240.000 2.160.0009. 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.00010. 5.700.000 2.280.000 3.420.000 2.280.00011. 4.700.000 1.880.000 2.820.000 1.880.00012. 3.500.000 1.400.000 2.100.000 1.400.000

Total 69.800.000 27.920.000

41.880.000 100.000.000 127.920.000

% dari Hasil Usaha% dari Modal

0,4026,52

0,6039,78

Catatan :

Jika dalam pembiayaan mudharabah ternyata mengalami

kerugian, maka kedua belah pihak akan berbagi rugi.

Pembagian rugi dilakukan setelah diketahui, dari mana

sumber kerugian tersebut timbul.

1. Jika kerugian diakibatkan karena risiko bisnis, maka

kerugina atas modal ditanggung oleh pemilik modal.

21

Page 22: Skrip Si All

Sementara nasabah menderita kerugian dalam hal tenaga,

waktu, dan biaya.

2. Jika kerugian diakibatkan karena risiko karakter nasabah

(moral hazard) maka nasabah akan menggung

kerugiannya.

(2) Musyarakah

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih

pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha,

membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra

usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen

perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak

dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan

mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian

yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.(Ascarya,2007)

Contoh kasus untuk prinsip al-Musyarakah adalah sebagai

berikut. Tn.Robidi hendak melakukan suatu usaha tetapi

kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan sebesar Rp.

40.000.000,00 sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia

Rp. 20.000.000,00. Ini berarti Tn.Robidi kekurangan dana sebesar

Rp. 20.000.000,00. Untuk menutupi kekurngan dana tersebut

Tn.Robidi meminta bantuan Bank Syariah Toboali dan disetujui.

Dengan demikian modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp.

40.000.000,00 dipenuhi oleh Tn.Robidi sebesar 50% dan Bank

22

Page 23: Skrip Si All

syariah Toboali sebesar 50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut

memberikan keuntungan sebesar Rp. 15.000.000,00, maka

pembagian hasil keuntungan adalah 50:50, artinya 50% untuk

Bank Syariah Toboali (Rp.7.500.000,00) dan 50% untuk

Tn.Robidi (Rp.7.500.000,00). Dengan catatan pada akhir suatu

usaha Tn.Robidi tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp

20.000.000,00 ditambah Rp 7.500.000,00 untuk keuntungan Bank

Syariah Toboali dari bagi hasil.(Kasmir,1999)

2) Pembiayaan Non Bagi Hasil

Bentuk-bentuk pembiayaan non bagi hasil dengan prinsip jual beli,

sewa operasional, dan jasa (fee-based service):

(1) Jual beli, proses pemindahan hak milik barang atau aset dengan

mempergunakan uang sebagai media. Bentuk-bentuk jual beli

yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah islamiyah

terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan jika

tidak puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada

tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai

sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi

dalam perbankan syariah, yaitu bai’ al murabahah, bai’ as-salam,

dan bai’ al-istishna’.

a. Pembiayaan murabahah (dari kata ribhu = keuntungan); Bank

sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang

diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.

23

Page 24: Skrip Si All

Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery+Keuntungan

Cost Recovery =Proyeksi Biaya Operasi

Target Volume Pembiayaan

Margin (%) =Cost Recovery + Keuntungan

x 100 %

Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan

murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktik

pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan

murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak

hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank

syariah, seperti Malaysia, Pakistan. Adapun penetapan harga

jual barang secara murabahah harus dikemas dalam produk

yang memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank

syariah dengan nasabah peminjam murabahah. Sebaiknya,

penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berdagang.

Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan

menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah

dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan

wajar yang diinginkan. Cara Rasulullah ini dapat dipakai

sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan

harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara

matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah

pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

24

Page 25: Skrip Si All

Gambar 2.2 rumus penentuan harga jual murabahah

Contoh kasus:

Tuan Ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk

kepentingan usaha antar jemput anak sekolah. Harga beli

Mobil sebesar Rp150.000.000,00. Pada saat ini tuan Ali hanya

memiliki dana Rp50.000.000,00, untuk mengatasi kekurangan

dana tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah untuk

mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana

tersebut. Bank syariah menawarkan solusi dengan akad al-

Murabahah. Bila bank syariah memperkirakan biaya operasi

Rp200.000.000,00 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah

pembiayaan Rp5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya

sekali saja) 10% dari pembiayaan al-murabahah, lama

pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara peyelesaiannya?

Jawab:

Data pembiayaan :

Harga Pokok Mobil = Rp 150.000.000,00

Dibayar nasabah (uang muka) = Rp 50.000.000,00 _

Kekurangan dibayar bank = Rp 100.000.000,00

1. Hitung Cost Recovery

Cost Recovery = Rp 100 juta/ Rp 5 miliar)x Rp

200juta

25

Page 26: Skrip Si All

Cost Recovery = Rp 4.000.000,00

2. Hitung Markup = 10% x Pembiayaan

= 10% x Rp 100 juta

= Rp 10.000.000,00

3. Hitung Harga Jual Bank

Harga Jual Bank = Rp 100 juta+(2 xRp 4 juta)+ Rp10

juta

= Rp 118.000.000,00

4. Hitung Angsuran Pembiayaan

Angsuran Pembiayaan = Rp 118.000.000/24 bulan

= Rp 4.916.667,00

5. Hitung Total Harga Jual

Total Harga Jual = Rp 150 juta + Rp18 juta

= Rp 168 juta

6. Hitung Margin Dalam Persentase

Hitung Margin dalam % = [(2 x 4 juta + 10 juta ) / 15 juta]

x100%

= [8 juta + 10 juta/15 juta x 100%

= 1,2 %

b. Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai, barang

siserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah

sebagai penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang

kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.

26

Page 27: Skrip Si All

c. Isthisna’, jual beli seperti akad salam namun pembayarannya

dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

Pembayaran isthisna’ dapat dilakukan dimuka, cicil sampai

selesai, atau di belakang, serta isthisna’ biasanya

diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.

(2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun

perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual

beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek

transaksinya adalah jasa.

Pada akhirnya masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang

disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah

dikenal ijarah muntahiyyah bittamliki (sewa yang diikuti dengan

berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati

pada awal perjanjian.(Rivai,2007)

Para cendekiawana Fiqh Islam membagi lagi ijarah kepada dua

jenis:

a. Menyewa untuk suatu jangka tertentu

b. Menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu.

Bentuk yang pertama banyak diterapkan dalam sewa menyewa

barang/asset sedangkan yang terakhir digunakan untuk menghire

27

Page 28: Skrip Si All

pekerja atau staf ahli untuk usah-usaha tertentu.

(Perwataatmadja,1992)

Contoh ilustrasi dari pembiayaan ijarah ini adalah sebagai

berikut:

Bapak Ahmad hendak menyewakan sebuah ruang perkantoran I

sebuah gedung selam 1 tahun mulai dari tanggal 1 Mei 2011

sampai 1 Mei 2003. Pemilik gedung menginginkan pembayaran

sewa secara tunai di muka sebesar Rp240.000.000,00. Dengan

pola pembayaran tersebut, kemampuan keuangan Bapak Ahmad

tidak memungkinkan. Bapak Ahmad hanya dapat membayar sewa

secara angsuran perbulan. Untuk memecahkan masalah ini, bapak

Ahmad mendatangi bank syariah untuk meminta pembiayaan,

dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangannya.

Analisa Bank Syariah dilakukan dengan memperhitungkan

kebutuhan dan kemampuan keuangan nasabah serta required rate

of profit bank (sebesar 20%):

Harga sewa 1 tahun (tunai di muka) :Rp 240.000.000

required rate of profit bank (20%) :Rp 48.000.000

Harga sewa kepada nasabah :Rp 288.000.000

Periode pembiayaan : 12 bulan

Besarnya angsuran nasabah per bulan:Rp 24.000.000

(3) Jasa (fee-based service)

28

Page 29: Skrip Si All

Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank

syariah juga melakukan transaksi yang tidak untuk mencari

keuntungan. Transaksi ini tercakup dalam jasa pelayanan (fee

based income). Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan

oleh bank syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan,

agen, dan jasa non-keuangan. Yang termasuk dalam jasa

keuangan, antara lain:

1. Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah), transaksi pengalihan utang

piutang. Dalam praktek perbankan fasilitas hiwalah lazimnya

digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal

tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

2. Gadai (Rahn), untuk memberikan jaminan pembayaran

kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang

yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: (a) Milik nasabah

sendiri; (b) Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan

berdasarkan nilai riil pasar; (c) Dapat dikuasai namun tidak

boleh dimanfaatkan oleh bank.

3. Al-Qardh, pinjaman kebaikan. Al-Qardh digunakan untuk

membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka

pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil

dan keperluan social. Dana ini diperoleh dai dana zakat, infaq

dan shadaqah.

29

Page 30: Skrip Si All

4. Wakalah. Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk

mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti

transfer,dsb.

5. Kafalah,bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran

suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat memepersyaratkan

nasabah untuk menmpatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini

sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut

dengan prinsip wadi’ah.

2.3. Struktur Pembiayaan

Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan

sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang diberikan sesuai. Selain itu, juga

mencoba menetralisasi dan meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya

pembiayaan tersebut. Dalam strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah

kondisi agar pembiayaan yang diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat

dikendalikan.(Muhammad,2005)

Dengan melakukan struktur pembiayaan yang tepat, bank dapat

menentukan sumber pengembalian yang tepat dan sekaligus menentukan

jangka waktu pembiayaan yang tepat untuk nasabah. Kesalahan dalam

pemberian struktur pembiayaan dapat membuat kekacauan bisnis nasabah.

Misalnya, untuk membiayai permanent current asset, bank memberikan

pembiayaan jangka panjang yang harus dikembalikan (asset convertion

lending), maka dipastikan nasabah akan mengalami kesulitan dalam

pengembaliannya karena dana tersebut terikat dalam aktiva lancar yang

30

Page 31: Skrip Si All

memang dimasukkan untuk tidak dijual dengan cepat. Sebaliknya bila bank

memberikan pinjaman jangka pendek perusahaan akan menjadi terlalu berat

atau mengalami penurunan likuiditas. (Muhammad,2005)

Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari

pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap

dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang

juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Struktur

pembiayaan ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga

kinerja keuangan bank juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya.

Di sisi aset, mayoritas bank syariah membatasi diri mereka sendiri atas

aset-aset pendanaan dagang, yang cenderung kurang berisiko dan memiliki

jangka waktu lebih pendek. Aspek ini adalah penyimpangan yang signifikan

dan model teoritis dan prinsip-prinsip dasar keuangan syariah yang seharusnya

dilakukan secara struktural. Di sisi aset dalam neraca, bank syariah jelas lebih

memilih klaim keuangan didukung aset hasil dari penjualan dan perdagangan.

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa surat berharga yang berkaitan

dengan penjualan dianggap memiliki risiko rendah dan mirip dengan surat

berharga berpendapatan tetap konvensional dari segi profil risiko-hasil. Selain

berbasis instrumen perdagangan, bank syariah lebih memilih sewa guna usaha,

yang dianggap memiliki risiko lebih rendah dan memiliki tingkat

pengembalian kurang pasti lebih kecil dibandingkan instrumen-instrumen

berbasis kemitraan. Dalam kasus umum, transaksi-transaksi berbasis

penjualan dan leasing mendominasi portofolio asset hingga lebih dari 80

31

Page 32: Skrip Si All

persen, dengan sisanya dialokasi pada perjanjian bagi hasil. Rata-rata, sebagai

modus pendanaan, murabahah (41 persen) adalah pilihan pertama bank

syariah, diikuti oleh musyarakah (11 persen), mudharabah (12 persen), ijarah

(10 persen), dan lainnya (26 persen).(Hennie,2011)

Ketergantungan berlebihan dari bank syariah pada instrumen-instrumen

pendanaan komoditas dan perdagangan telah membatasi pilihan mereka

mengenai struktur jangka waktu; akibatnya, sebagian besar dari pendanaan

mereka berjangka waktu pendek. Sementara model teoritis mengharapkan

perantara keuangan untuk memperoleh manfaat dari diversifikasi portofolio,

bank syariah menjauhkan diri dari instrumen-instrumen yang mensyaratakan

komitmen jangka menengah atau jangka panjang. Sebuah tinjauan atas data

asset-aset yang jatuh tempo dan diterima oleh enam bank syariah pada 2003

menunjukkan bahwa 54 persen dari aset mereka memiliki jangka waktu

kurang dari 1 tahun dan 39 persen memiliki jangka waktu kurang dari 6 bulan.

Bank syariah cenderung untuk tidak berinvestasi di aset-aset dengan jangka

waktu lebih panjang Karena kurang likuid. Mereka bergantung pada jangka

waktu pendek, sehingga bank syariah kemampuannya sangat terbatas untuk

menawarkan peluang-peluang investasi jangka panjang. (Hennie,2011)

2.4. Profitabilitas Bank

Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi

profitabilitas bank. Seluruh manajemen bank, baik yang

mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva,

manajemen umun, manajemen rentabilitas dan manajemen

32

Page 33: Skrip Si All

likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada

perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan.

Menurut Siamat (1995), rasio profitabilitas digunakan untuk

mengukur efektifitas bank dalam memperoleh laba. Disamping

dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio-rasio

profitabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat

keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan

arus sumber-sumber modal. Teknik analisis profitabilitas ini

melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan

perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran yang dapat

digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan

kemampuan bank memperoleh laba. Oleh karena itu teknik

analisis ini disebut juga dengan analisis laporan laba rugi.

Menurut Syofran (2003) kinerja perbankan dapat diukur

dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-

rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih

lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan

menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya

disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang

paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Untuk

mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan,

analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang

33

Page 34: Skrip Si All

sering dipergunakan dalam hal ini adalah rasio atau indeks yang

dihubungkan dua data keuangan.

Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity

(ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan ROA pada industri

perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi

perusahaan, sedangkan Return on Equity (hanya mengukur return

yang diperoleh dari invesatsi pemilik perusahaan dalam bisnis

tersebut.

Analisis profitabilitas yang relevan dipergunakan dalam

meneliti profitabilitas perbankan adalah ROA. Menurut Meythi

(2005) alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai pembina

dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang

dananya berasal dari masyarakat.

Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang

paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang

tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari

serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. ROA

dapat dirumuskan sebagai berikut :

2.5. Penelitian Terdahulu

34

Return on Asset =Laba sebelum pajak

X 100%Total Aktiva

Page 35: Skrip Si All

Penelitian Siti Zubaidah (2003) menganalisis tentang struktur

pembiayaan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank syariah. Secara

garis besar variabel yang digunakan adalah struktur pembiayaan yaitu

pembiayaan pola jual beli dan pembiayaan pola bagi hasil sebagai variabel

independen dan rasio profitabilitas (ROA, ROE, BoPo) sebagai variabel

dependen.Adapun objek penelitiannya adalah beberapa bank syariah di

Indonesia yaitu BNI Syariah, Bank IFI, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri

dan Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa

besarnya pengaruh antara variabel pola jual beli dan pola bagi hasil terhadap

ROA adalah sebesar 19,67%, terhadap ROE sebesar 0,4% dan terhadap BoPo

sebesar 1,5%. Selain itu, secara umum variabel pola jual beli memiliki

hubungan yang negatif terhadap ROA dan ROE tetapi memiliki hubungan

positif terhadap BoPo. Variabel pola bagi hasil memiliki hubungan positif

baik terhadap ROA,tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ROE maupun

BoPo.

Ali Kurniawan (2010) meneliti tentang pengaruh Non Performing Loan

(NPL) pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap

tingkat profitabilitas bank syariah. Variabel independen pada pnelitian

tersebut adalah NPL pembiayaan mudharabah (X1) dan NPL pembiayaan

musyarakah (X2) sedangan variabel dependennya adalah retrun on asset. Dari

hasil penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa berdasarkah hasil uji

simultan maupun parsial NPL pembiayaan mudaharabah dan pembiayaan

musyarakah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas (ROA).

35

Page 36: Skrip Si All

Ali Taupiq (2010) meneliti tentang pengaruh pembiayaan murabahah

terhadap profitabilitas (ROA). Metode yang digunakan adalah deskriptif

kuantitatif, dengan sampel yang digunakan sebesar 6 buah sampel data

dengan periode tahunan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa,

Pembiayaan murabahah berpengaruh rendah terhadap return on asset (ROA).

Berdasarkan perhitungan analisis korelasi, diketahui bahwa nilai r = 0,352.

Hal ini menunjukkan arah hubungan yang positif atau searah dengan tingkat

hubungan yang rendah. Diketahui pula pembiayaan murabahah

menyumbangkan 12,4% terhadap return on asset, dan sisanya sebesar 87,6%

disumbangkan oleh faktor lain. Sedangkan berdasarkan hipotesis didapat H0

diterima dan Ha ditolak, dimana thitung diperoleh sebesar 0,752 sementara ttabel

2,776. Berarti bahwa Pembiayaan Murabahah tidak berpengaruh signifikan

terhadap ROA.

2.6. Kerangka Pikir

36

Pembiayaan Bagi Hasil /syirkah

(X1)

Pembiayaan Jual Beli /al bai’

(X2)

Pembiayaan Sewa/Ijarah

(X3)

PT BANK SYARIAH MANDIRI

STRUKTUR PEMBIAYAAN

KINERJA KEUANGAN Rasio Profitabilitas/ROA)(Y)

Page 37: Skrip Si All

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

2.7. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa :

1. pembiayaan bagi hasil secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

2. pembiayaan jual beli secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

3. pembiayaan sewa secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri

Cabang Makassar

4. jenis pembiayaan jual beli adalah yang paling dominan pengaruhnya

terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah

Mandiri Cabang Makassar

5. struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa) secara simultan memiliki

pengaruh terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT

Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

37

Page 38: Skrip Si All

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam usaha pengumpulan data, penulis melakukan penelitian pada

PT Bank Mandiri Syariah Cabang Makassar bertempat di Jalan DR. Ratulangi

Makassar. Penelititan ini akan berlangsung selama 2 bulan yaitu pada bulan

Maret sampai dengan bulan Mei 2012.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

38

Page 39: Skrip Si All

Guna mendukung penelitian ini, maka jenis data yang digunakan

sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau berupa angka-

angka. Dalam hal ini data dari laporan keuangan PT. Bank Mandiri

Syariah Cabang Makassar periode 2001-2010.

2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung atau data yang

bersifat non angka antara lain, sejarah singkat perusahaan, dan

struktur organisasi perusahaan.

3.2.2 Sumber Data

Selain jenis data, dalam penelitian ini juga digunakan beberapa

sumber data yaitu :

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung

dengan pimpinan dan staf serta karyawan perusahaan yang

berkompeten dan ada kaitannya dengan obyek penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh berupa dokumen perusahaan, literatur dan

artikel yang relevan dengan obyek penelitian, antara buku-buku,

referensi, jurnal-jurnal umum dan internasional, serta literatur.

3.3. Metode Pengumpulan Data

39

Page 40: Skrip Si All

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menunjang

pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan prosedur

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung ke

perusahaan yang menjadi obyek penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan sehubungan dengan materi

pembahasan.

2. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan melakukan

wawancara lisan terhadap pimpinandan staf perusahaan yang

berkompeten terhadap masalah yang diteliti.

3. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan

untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari

berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan obyek pembahsan sebagai bahan analisis.

3.4. Metode dan Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana struktur

pembiayaan pada perbankan syariah dilakukan perhitungan proporsi

pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa dengan

membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total

keseluruhan pembiayaan (%), dan untuk menguji pengaruh struktur

pembiayaan dengan tingkat profitabilitas dilakukan analisis regresi berganda.

Rasio Pofitabilitas diukur dengan menggunakan rumus ROA (Return On

Asset) kemudian selanjutnya dilakukan analisis/kesimpulan hasil.

40

Page 41: Skrip Si All

Di dalam melakukan pengolahan dan analisis data, peneliti

menggunakan metode Regresi Berganda dan program SPSS for Windows.

Adapun tahap pengolahannya adalah:

Analisis Ragresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi

ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.

(Sugiyono,2007)

Bentuk persamaan regresi yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tiga

variabel independen yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Di mana :

Y = tingkat profitabilitas (ROA)

a = konstanta persamaan regresi

b1,b2, dan b3 = koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = pembiayaan pola bagi hasil (dalam rupiah)

X2 = pembiayaan pola jual beli (dalam rupiah)

X3 = pembiayaan pola sewa (dalam rupiah)

e = standar error

Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi

41

Page 42: Skrip Si All

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran untuk mengetahui

kesesuaian atau ketepatan hubungan antara antara variabel dependen

atau variabel tidak bebas (Y) dengan variabel independen atau bebas

(X) dalam suatu persamaan regresi. Untuk menghitung R2 digunakan

rumus sebagai berikut:

Koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa dekat titik kombinasi

antara variabel dependen dengan variabel independen terhadap garis

dugaannya. Apabila titik kombinasi semakin mendekati garis

dugaannya maka nilai koefisien korelasi semakin baik. Semakin besar

nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang semakin erat dan

sebaliknya. Koefisien korelasi (R) dapat dirumuskan sebagai berikut:

R = R2

Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk menguji apakah

suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tidak

bebas dan untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji t atau t-

student. Uji t dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono,2004):

42

R2 =n (a∑Y + b.∑YX1 + b2.∑YX2) - (∑Y)

n∑Y - (∑X)

Page 43: Skrip Si All

t

hitung =

r √n-2

√ 1 - (r2)

keterangan :

r : hasil koefisien korelasi Product Moment

t : deviasi harga krisis yang dicari

n : jumlah sampel

dengan ketentuan:

a. Jika thitung>ttabel, berarti H0 ditolak, H1 diterima.

b. Jika thitung<ttabel, berarti H0 diterima, H1 ditolak.

Adapun hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah :

H0 : β0 = 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi

hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(ROA)

H1 : β1 ≠ 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi

hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA)

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji global disebut juga uji signifikansi serentak/simultan atau Uji F.

Uji ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari

variabel bebas yaitu X1,X2,….Xn, untuk dapat atau mampu

menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas Y.

43

Page 44: Skrip Si All

Uji global juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua

variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.

(Suharyadi dan Purwanto,2004)

Sementara itu nilai F-hitung dapat ditentukan dengan rumus sebagai

berikut :

Keterangan :

F : besarnya F hitung

n : jumlah sampel

k : jumlah variable

R2: koefisien determinasi

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H0 : β1 = β2 = β3 = 0, maka variabel-variabel independen

(Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (ROA)

H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola

bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh

yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (ROA)

Dasar pengambilan keputusannya adalah :

44

F =R2/ (k-1)

(1-R2)/(n-1)

Page 45: Skrip Si All

a. Jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

b. Jika nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak

3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

1. Struktur Pembiayaan adalah proporsi pembiayaan yang berpola jual beli

dan pola bagi hasil, dengan membandingkan jumlah masing-masing

pembiayaan dengan total secara keseluruhan pembiayaan (%).

2. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah) adalah transaksi pembiayaan dimana

terjadi perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk

melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara

kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

3. Pembiayaan Jual Beli (al bai’)adalah transaksi pembiayaan yang ditujukan

untuk memiliki barang tertentu.

4. Pembiayaan Sewa (ijarah) adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa dengan tujuan

memperoleh manfaat (jasa) dari barang tersebut.

5. Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam

hal menghasilkan laba selama periode tertentu.

6. Return on Asset (ROA) adalah suatu rasio keuangan yang

memperbandingkan antara total keuntungan yang diperoleh perusahaan

sebelum dipotong pajak dengan total aktiva perusahaan pada masa tertentu

dengan tujuan untuk menilai efektifitas pemerolehan keuntungan.

45

Page 46: Skrip Si All

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Berdirinya PT Bank Syariah Mandiri

Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998

membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan syariah di

Indonesia. Di saat bank-bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi,

saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat

menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan.

Disisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara global,

pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4

(empat) bank pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank

46

Page 47: Skrip Si All

Exim dan Bapindo, menjadi satu satu bank yang kokoh dengan nama PT Bank

Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan

tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik

mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu bank

konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank

Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT

BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang

investor asing.

Sebagai tindak lanjut dari pemikiran pengembangan sistem ekonomi

syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi

peluang bagi bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta

membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk

mengembangkan layanan

perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan

UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT

Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,

Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari bank

konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan

nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:

Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

47

Page 48: Skrip Si All

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,

25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi

PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme

usaha dengan nilai-nilai rohani dan tumbuh sebagai bank yang mampu

memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan

operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di

perbankan Indonesia.

Tonggak Sejarah PT Bank Syariah Mandiri :

1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA)

1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia

1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah menjadi PT Bank Susila Bakti

1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mandiri

4.2. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi PT Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :

Visi

Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.

Misi

48

Page 49: Skrip Si All

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.

2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM.

3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yang sehat.

4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.

a. Bank Syariah Terpercaya

Untuk menjadi bank syariah terpercaya kami lakukan dengan

terus menjaga kompetensi dan integritas

1) Kompetensi

Kami implementasikan dengan meningkatkan keahlian sesuai

tugas yang diberikan dan tuntutan profesi bankir. Hal ini sesuai

dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta

pertanggungungjawabannya.” (Al Isra (17): 36)

2) Integritas

Kami implementasikan dengan menaati kode etik profesi dan

berpikir serta berperilaku terpuji. Hal ini sesuai dengan landasan

normatif diantaranya sebagai berikut:

49

Page 50: Skrip Si All

“Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”

(Al Maidah (5): 64)

b. Pilihan Mitra Usaha

Untuk menjadi bank pilihan mitra usaha kami lakukan dengan

senantiasa menjaga usaha baik aspek bisnis maupun aspek syariah

1) Aspek Bisnis

Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek bisnis, kami

implementasikan dengan menyediakan diantaranya: produk yang

menarik, pricing yang kompetitif, business process yang prudent

dan efisien, serta infrastruktur yang memadai. Hal ini sesuai

dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut:

“Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah

dengan baik, jangan menyebabkan orang lain menjauh” (H.R.

al-Bukhari dan Muslim)

2) Aspek Syariah

Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek syariah, kami

implementasikan dengan menjalankan fungsi Dewan Pengawas

Syariah sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan

landasan normatif diantaranya sebagai berikut:

“ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang

yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun

mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang

50

Page 51: Skrip Si All

lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangaNya. “

(An Nisaa (4): 125)

4.3. Budaya Kerja PT Bank Syariah Mandiri

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak

pertengahan tahun 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati

bersam untuk di-shared oleh seluruh pegawai bank Syariah Mandiri yang disebut

Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri di

singkat “ETHIC”.

1. Excellence (Imtiyazz)

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan

berkesinambungan.

2. Teamwork (‘Amal Jama’iy)

Menegmbangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

3. Huamnity (Insaaniyah)

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious.

4. Integrity (Siddiq)

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.

5. Customer Focus (Tafdhilu Al-‘Umalaa)

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank

Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.

Kelima nilai tersebut, diakronimkan menjadi “ETHIC”. Kata “ETHIC” sendiri

berarti set of moral principal (himpunan prinsip-prinsip moral) sebagai tatanan

51

Page 52: Skrip Si All

prilaku mulia yang membentuk keunggulan insan BSM. Agar nilai-nilai bersama

yang telah dirumuskan dan disepakati dapat dipaham, dihayati, dan dilaksanakan

oleh seluruh insan Bank Syariah Mandiri dalam kehidupan berorganisasi maka

shared values Bank Syariah Mandiri diterjemahkan ke dalam perilaku-perilaku

utama sebagai berikut:

Table 4.1

Nilai-Nilai Perusahaan

Nilai Perilaku Utama (Core Behavior)Excellence (Imtiyazz)

Perfection: berkomitmen kepada kesempurnaan. Ounership: mengembangkan sikap rasa saling

memiliki yang positif. Prudence: menjaga amanah secara hati-hati

dengan selalu memperhitungkan risiko atas keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

Competence: meningkatkan keahlian sesuai tugas yang diberikan dan tuntutan profesi banker.

Teamwork(‘Amal Jama’iy)

Trust: mengembangkan sikap saling percaya yang didasari pikiran dan perilaku positif.

Result: memiliki orientasi pada hasil dan nilai tambah bagi stakeholders.

Respect: menghargai pendapat dan kontribusi orang lain

Effective Communication: mewujudkan iklim lalulintas yang lancer dan sehat, serta menghindari kegagalan dengan selalu meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Humanity(Insaniyah)

Sincerity: meluruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah

Universality: mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang secara umum diterima seluruh umat manusia.

Social Responsibility: memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan social tanpa mengabaikan tujuan perusahaan.

Integrity(Shiddiq)

Honesty: menjunjung tinggi kejujuran dan nilai setiap perilaku.

Discipline: melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan tuntutan perusahaan

52

Page 53: Skrip Si All

serta nilai-nilai syariah. Responcibility: menerima tugas sebagai amanah

dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.

Customer Focus(Tafdhilu Al-‘umalaa)

Good Corporate: melaksanakan tata kelola organisasi yang sehat.

Innovation: proaktif menggali dan mengimplementasikan ide-ide untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan competitor.

Customer Satifying: mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan.

Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id

4.4. Manajemen PT Bank Syariah Mandiri

Dalam pengelolaan organisasinya, PT Bank Syariah Mandiri Cabang

memiliki:

1. Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) Komisaris Utama dan

seklaigus merangkap sebagai Komisaris Independen. Komisaris Utama

ini membawahi 4 (empat) Komisaris, yaitu 1 (satu) Komisaris

Independen, 2 (dua) Komisaris Anggota dan 1 (satu) Senior Advisor

Komisaris Dewan Komisaris.

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 2

(dua) anggota. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas mengarahkan

(memberikan opini) dan mengawasi apakah akad-akad yang melandasi

produk dan jasa layanan Bank telah sesuai dengan aturan dan prinsip-

prinsip syariah Islam.

Adapun secara spesifik fungsi dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini

adalah sebagai berikut:

53

Page 54: Skrip Si All

a. mengawali kegiatan usaha bank agar sesuai dengan ketentuan

syariah

b. penasehat dan pemberi saran mengenai hal-hal yang terkait dengan

aspek-aspek syariah

c. mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional (DSN),

terutama dalam hal kajian produk yang memerlukan kajian dan

fatwa DSN.

3. Direksi yang terdiri dari 1 (satu) Direktur Utama dan 5 (lima) Direktur

Anggota.

4.5. Struktur dan Wewenang Jabatan di PT Bank Syariah Mandiri

Penetapan struktur organisasi suatu perusahaan dirasakan sangat

penting artinya, karena dengan struktur organisasi setiap karyawan yang ada

dalam perusahaan akan dapat mengetahui dimana kedudukan mereka dalam

perusahaan serta sejauh mana tanggung jawab dan wewenang yang mereka emban

dalam menjalankan organisasi perusahaan. Suatu struktur organisasi dapat

dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat suatu sistem kerja yang baik dimana

fungsi-fungsi yang ada mempunyai pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang jelas tergambar secara keseluruhan. Hal ini tidak

luput dari perhatian pihak perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri. Adapun struktur

54

Page 55: Skrip Si All

organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

55

Kepala Cabang DKP

Operating Manager

Marketing Manager

PKP

KCP

Account Officer

Funding Officer

Customer Service

Customer Service

Head Teller

Teller

Bank office Officer

Page 56: Skrip Si All

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

4.6. Produk-produk PT Bank Syariah Mandiri

1. Pendanaan

a. Tabungan BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan

dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas di buka di

counter BSM atau melalui ATM.

b. Tabungan Berencana BSM, simpanan berjangka yang memberikan

nisbah bagi hasilberjenjang serta kepastian pencapaian target dana

yang telah ditetapkan.

56

BO SDI/UMUM

Admin BOAccounting

Messenger Security Driver Office Boy

Page 57: Skrip Si All

c. Tabungan Simpatik BSM, simpanan dalam mata uang rupiah

berdasarkan prinsp wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap

saat berdasarkan syarat tertentu yang telah disepakati.

d. Tabungan BSM Dollar, simpanan dalam mata uang dollar yang

penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai

ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan.

e. Tabungan Mabrur BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang

bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah

haji dan umrah. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip

mudharabah muthlaqah.

f. Tabungan Kurban BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang

bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan pelaksanaan

ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya bekerja sama

dengan Badan Amil Qurban.

g. Tabungan BSM Investa Cendekia, tabungan berjangka dalam valuta

rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang

dilengkapi perlindungan asuransi.

h. Deposito BSM, produk investasi berjangka waktu tertentu dalam

mata rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah

muthlaqah.

i. Deposito BSM Valas, produk investasi berjangka waktu tertentu

dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip

mudharabah muthlaqah.

57

Page 58: Skrip Si All

j. Giro BSM Euro, sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro

yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan

hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah

yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah deperlakukan

sebagai titipan yang dijaga keamanannya dan ketersediaannya setiap

saat guna membantu kelancara transaksi usaha.

k. Giro BSM, sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah

dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah.

Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan

yang dijaga keamanan da ketersediaanya setiap saat guna membantu

kelancaran transaksi usaha.

l. Giro BSM Valas, saran penyimpanan dana dalam mata uang US $

(US Dollar) yag disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan

atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah

yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diberlakukan

sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat

guna membantu kelancaran transaksi usaha.

m. Giro BSM Singapore dollar, saran penyimpanan dana dalam mata

uang Singapore Dollar yang disediakan bagi nasabah perorangan atau

perusahaan atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan

prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsp ini, ada giro nasabah

diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan

58

Page 59: Skrip Si All

ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi

usaha.

n. Obligasi Syariah Mudharabah, surat berharga jangka panjang

berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (BSM) untuk

membayar pendapatan bagi hasil atau kupon dan membayar kembali

dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo.

2. Pembiayaan

a. Pembiayaan Murabahah BSM, pembiayaan yang menggunakan akad

jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang

dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk

ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati.

b. Pembiayaan Mudharabah BSM, pembiayaan dimana seluruh modal

kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank, keuntungan

yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Pembiayaan ini dikelola berdasarkan prinsip bagi hasil.

c. Pembiayaan Musyarakah BSM, pembiayaan khusus untuk modal

kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha

nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Pembiayaan ini untuk kegiatan usaha produktif. Bagi hasil

berdasarkan perhitungan revenue sharing atau profit sharing.

d. Pembiayaan Edukasi BSM, pembiayaan jangka pendek dan

menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk

sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang

59

Page 60: Skrip Si All

pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/ semester baru

berikutnya dengan akad ijarah.

e. Pembiayaan Griya BSM, pembiayaan jangka pendek, menengah, atau

panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik

baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer,

dengan sistem murabahah.

f. Pembiayaan Griya BSM Optima, pembiayaan pemilikan rumah

dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan

tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang

coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total

pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to

service ratio Nasabah.

g. Pembiayaan Griya Bersubsidi, pembiayaan untuk pemilikan atau

pembelian rumah sederhana sehat (RSH) yang dibangun oleh

pengembangan dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari

pemerintah.

h. Pembiayaan Umroh, pembiayaan jangka pendek yang digunakan

untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh namun tidak terbatas

untuk tiket, akomodasi, dan persiapan biaya umroh lainnya dengan

akad ijarah.

i. Pembiayaan Griya BSM DP 0 %, pembiayaan untuk pembelian

rumah tinggal (consumer), baik baru maupun bekas di lingkungan

60

Page 61: Skrip Si All

developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang

muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100 % dari nilai transaksi).

j. Pembiayaan Kepada Pensiunan

k. Pembiayaan Dana Berputar BSM, fasilitas pembiayaan modal kerja

dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan

sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.

l. Pembiayaan BSM Impian, pembiayaan consumer dalam valuta rupiah

yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan/Kopkar

yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM

Impian dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para

anggota koperasi karyawan perusahaan, misalnya dalam hal

perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi

karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau

perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.

m. Pembiayaan Resi Gudang, pembiayaan transaksi komersial dari suatu

komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan

utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam

suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen

(independently controlled warehouse).

n. Pembiayaan PKPA, pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk

Para Pegawainya adalah penyalura pembiayaan melalui koperasi

karyawan untuk pemenuhan kebutuhan consumer para anggotanya

(kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan.

61

Page 62: Skrip Si All

Pola penyaluran yang digunakan adalah executing (kopkar sebagai

nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada

anggotanya dilakukan menjadi tanggung jawab penuh kopkar.

o. Gadai Emas BSM, pinjaman kepada perorangan dengan jaminan

barang atau emas berdasarkan akad qardh wal ijarah.

p. Pembiayaan Tabungan Haji, pinjaman dana talangan dari bank

kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana

memperoleh kursi haji dan pada saat pelunasan BPIH. Dana talangan

ini menggunakan akad qard wal ijarah

q. Pembiayaan isthisna’ BSM

r. Qardh, merupakan pinjaman kebajikan (bebas margin/ bagi hasil),

bank hanya membebankan biaya administrasi kepada nasabah

sebagainkomisi pelayanan (cost as service fee).

s. Ijarah Muntaiyah Bittamlik, serupa dengan ijarah, adanya komitmen

dari nasabah untuk membeli asset pada akhir periode sewa dan pajak

pemerintah termasuk di dalam kontrak (pass on to the customer in

contract).

t. Hawalah

u. Salam, akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan

segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam

jangka waktu yang disepakati. Perbedaan dengan isthisna’ hanya

terletak pada cara pembayarannya. Salam pembayarannya harus di

muka sedang pada isthisna’ boleh di awal, di tengah atau di akhir.

62

Page 63: Skrip Si All

3. Produk Jasa

a. BSM Mobile Banking GPRS

Produk ini diberikan kepada nasabah fasilotas untuk mengakses

rekening yang dimilikinya dan melakukan transaksi melalui teknologi

GPRS dengan sarana telepon seluler.

b. BSM Net Banking

Fasilitas layanan bank yang dimanfaatkan nasabah untuk melakukan

transaksi perbankan yang ditentukan oleh bank melalui hjaringan

internet dengan sarana computer yang dimiliki nasabah.

c. BSM Pooling Fund

Fasilitas yang diberikan oleh bank yang memudahkan nasabah untuk

mengatur atau mengelola dana di setiap rekening yang dimiliki

nasabah secara optimis sesuai keingina nasabah.

d. Layanan ATM Prima dan Debit BCA

Pengayaan fitur BSM Card dan perluasan jaringan ATM dan EDC

yang menerima BSM card sebagai alat transaksi. BSM card dapat

digunakan untuk tarik tunai, cek saldo, transfer antar bank anggota

ATM Prima serta dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang

merchant-nya menggunakan EDC BCA.

63

Page 64: Skrip Si All

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri

Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari

pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap

dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang

juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Berikut

disajikan struktur pembiayaan Bank Syariah Mandiri dalam bentuk tabel,

dimana perhitungan struktur pembiayaan tersebut dilakukan dengan

perhitungan proporsi pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa

64

Page 65: Skrip Si All

dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total

keseluruhan pembiayaan (%).

Pada Tabel 5.1, dapat dilihat struktur pembiayaan PT Bank Syariah

Mandiri selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2001-2010) menunjukkan

bahwa rata-rata pembiayaan yang mendominasi struktur pembiayaan adalah

jenis pembiayaan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata besarnya

proporsi pembiayaan jual beli tiap tahunnya adalah sebesar 70,95 % yang

lebih tinggi dari pada jenis pembiayaan bagi hasil yang proporsi rata-ratanya

hanya sebesar 29,02 % dan jenis pembiayaan sewa hanya sebesar 0,026 %.

Hal ini menandakan bahwa bank tersebut masih belum cukup berani dalam

memberi pembiayaan bagi hasil, karena bagi hasil sangat rentan terhadap

risiko. Dalam pembiayaan bagi hasil perlu adanya pengawasan yang sangat

ketat kepada nasabah. Jika nasabah rugi maka bank tidak memperoleh bagi

hasil.

Tabel 5.1Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri

(dalam jutaan rupiah)

No TahunJumlah Pembiayaan (Rp) Total Proporsi (%)

Bagi Hasil (BH)

Jual Beli(JB)

Sewa (S)

Pembiayaan (Rp)

BH JB S

1. 2001 35.533 603.750 0 639.283 5,55 94,45 0,00

2. 2002 46.651 935.935 25 982.611 4,75 95,25 0,00

3. 2003 338.180 1.691.566 153 2.029.899 16,66 83,33 0,00

4. 2004 1.065.385 4.140.789 411 5.206.585 20,46 79,53 0,00

5. 2005 1.689.662 4.016.551 168 5.715.381 29,72 70,28 0,00

6. 2006 2.673.308 4.289.960 2.418 6.965.686 38,38 61,59 0,03

7. 2007 4.337.434 5.296.053 2.421 9.635.908 45,01 54,96 0,03

8. 2008 5.577.375 6.933.799 2.134 12.513.308 44,57 55,41 0,02

65

Page 66: Skrip Si All

9. 2009 6.595.454 8.290.470 4.532 14.890.456 44,29 55,67 0,03

10. 2010 8.831.112 12.757.604 33.130 21.621.846 40,84 59,00 0,15

Mean 29,02 70,95 0,026

Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

5.2. Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Return on Asset/ROA)

Laba merupakan garis bawah atau hasil kinerja akhir yang

menunjukkan dampak bersih dari kebijakan dan aktivitas bank dalam satu

tahun keuangan. Tren dalam stabilitas dan pertumbuhan laba adalah indikator

kinerja terbaik bagi sebuah bank baik di masa lalu maupun masa depan.

Profitabilitas biasanya diukur menggunakan semua atau sebagian raso-rasio

keuangan. (Hennie, 2011) Dan untuk menilai kinerja keuangan Bank Syariah

Mandiri khususnya penilaian rasio profitabilitas, dalam penelitian ini

digunakan rasio Return on Asset (ROA). Rasio ini memfokuskan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam

operasi perusahaan yang dilaksanakan dalam bentuk

pembiayaan.

Untuk melihat besarnya rasio Return on Asset (ROA) pada

Bank Syariah Mandiri selama 10 tahun terakhir, maka diuraikan

dalam tabel berikut :

Tabel 5.2Return On Asset / ROA Bank Syariah Mandiri

(dalam jutaan rupiah)

No Tahun Laba Sebelum Pajak Total Aktiva ROA

1. 2001 24.819 933.864 2,66 %

2. 2002 43.426 1.622.303 2,68 %

66

Page 67: Skrip Si All

3. 2003 24.466 3.422.313 0,72 %

4. 2004 150.420 6.869.949 2,19 %

5. 2005 136.712 8.272.965 1,65 %

6. 2006 95.236 9.554.966 0,99 %

7. 2007 168.183 12.885.390 1,31 %

8. 2008 284.084 17.065.937 1,67 %

9. 2009 418.402 22.036.534 1,90 %

10. 2010 568.732 32.481.873 1,75 %

Mean 1,75 %

Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat ROA pada Bank Syariah

Mandiri periode 2001 sampai dengan 2010 memperoleh rata-rata 1,75 %.

Pada tahun 2003 Bank Syariah Mandiri memperoleh laba sebelum pajak

sebesar Rp 24.466 (dalam satuan jutaan) dengan ROA sebesar 0,72 % yang

merupakan tingkat ROA paling rendah dalam 10 tahun terakhir. Akan tetapi,

beberapa tahun berikutnya Bank Syariah Mandiri mampu menaikkan tingkat

ROA-nya yang menunjukkan adanya peningkatan kinerja dengan semakin

meningkatnya laba sebelum pajak tiap tahunnya. Meskipun pada peralihan

dari tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi penurunan ROA sebesar 0,15 %

dari 1,90 % menjadi 1,75 %, ternyata pencapaian tersebut masih lebih besar

jika dibanding dengan pencapaian rata-rata bank umum syariah lainnya

sebesar 1,67 %. Penurunan tersebut terjadi akibat tekanan persaingan usaha di

mana tahun 2010 terjadi tingkat persaingan yang tinggi akibat bertambahnya

Bank Umum Syariah dari 6 bank menjadi 11 bank.

5.3. Pengaruh Variabel Struktur Pembiayaan terhadap ROA

67

Page 68: Skrip Si All

5.3.1. Analisis Regresi

Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 3 (tiga)

variabel bebas (pola bagi hasil, jual beli dan sewa) dan variabel terikat

ROA maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut: (lampiran)

Tabel 5.3Hasil Analisis SPSS / Coefficients

ModelUnstandardized

CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.

B Std. Error Beta(Constant)Bagi hasil (X1)Jual beli (X2)Sewa (X3)

-23,178-1,0522,753

-0,304

8,3120,3490,8370,151

-3,2644,140

-1,400

-2,789-3,0173,291

-2,011

0,0320,0230,0170,091

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai

konstanta yang dihasilkan adalah -23,178 ; koefisien regresi untuk pola

bagi hasil sebesar -1,052; koefisien regresi pola jual beli sebesar 2,753;

dan koefisien regresi untuk pola sewa sebesar -0,304.

Persamaan regresi :

Y = -23,178 - 1,052X1 + 2,753X2 - 0,304X3 + E

Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi

yang dihasilkan adalah:

a = -23,178 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila

tanpa dipengaruhi oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola

bagi hasil) dan X3 (pola sewa) maka besarnya ROA adalah -

23,178.

68

Page 69: Skrip Si All

b1 = -1,052 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola

bagi hasil) yang menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil

mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan

mengalami penurunan sebesar 1,052%.

b2 = 2,753 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola jual

beli) yang menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli

mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan

mengalami kenaikan sebesar 2,753%.

b3 = -0,304 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X3 (pola

sewa) yang menunjukkan bahwa apabila nilai sewa mengalami

peningkatan sebesar 1% maka ROA akan mengalami

penurunan sebesar 0,304%.

5.3.2. Koefisien Korelasi

Koefisien ini merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui

keeratan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas

(X). Nilai ini berkisar antara -1 sampai +1, dimana apabila nilai

korelasi bernilai positif maka terdapat hubungan yang searah yaitu

apabila satu meningkat maka yang lain akan meningkat pula, apabila

korelasi bernilai negatif maka terdapat hubungan yang tidak searah

yaitu apabila satu meningkat maka yang lain akan menurun.

69

Page 70: Skrip Si All

Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana

yang ditunjukkan pada Tabel 5.4, bahwa hubungan antara variabel

bebas pola bagi hasil,jual beli dan sewa (X1, X2, X3 ) terhadap variabel

terikat Y (ROA) diperoleh nilai sebesar 0,860 yang berarti bahwa

keeratan hubungan antara variabel pola jual beli, bagi hasil dan sewa

dengan ROA adalah sebesar 0,860. Jadi hubungan antara variabel Y

dengan variabel bebas adalah sebesar 86 % yang menunjukkan

hubungan yang kuat karena lebih besar dari 0,5 (menurut Lind 2002).

Tabel 5.4Hasil Analisis SPSS / Model Summary

Model R R SquareAdjustedR Square

Std.Error ofThe Estimate

1 0,860 0,740 0,610 0,40351

5.3.3. Koefisien Determinasi

Koefisien ini merupakan nilai yang menunjukkan besarnya

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). Nilai ini diperoleh

dari prosentase nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan, yang

nilainya berkisar antara 0 - 1 (0% - 100%) semakin mendekati satu,

koefisien ini semakin besar pengaruhnya.

Adapun nilai koefisien determinasi (R2) sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 5.4 adalah sebesar 0,740, yang berarti bahwa

70

Page 71: Skrip Si All

besarnya pengaruh antara variabel pola bagi hasil (X1), jual beli (X2)

dan sewa (X3) dengan ROA adalah sebesar 74%. Hal ini menunjukkan

bahwa 74% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi,

atau variabel bebas baik X1, X2, maupun X3 mampu menerangkan

variabel Y sebesar 74%. Sementara, sisa varian sebesar 26% dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang tidak menjadi obyek dalam penelitian

ini.

5.3.4. Pengujian Hipotesis Statistik

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Untuk melihat apakah pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen itu nyata, maka perlu diuji dengan uji-t secara

parsial. jumlah data n = 10, dan k = 4 maka derajat bebasnya

adalah 10 – 4 = 6, dengan taraf signifikansi 5% untuk uji dua arah

diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,94, sedangkan nilai t-hitung dapat

dilihat pada Tabel 5.3 dari hasil analisis SPSS. Berikut

pembahasan dari hasil uji parsial dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen:

untuk variabel bagi hasil (X1) t-hitung (-3,017) < t-tabel (-

1,94) maka variabel bagi hasil memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Sig.= 0,023 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%

untuk variabel jual beli (X2) nilai t-hitung (3,291) > t-tabel

(1,94) maka variabel jual beli memiliki pengaruh yang

71

Page 72: Skrip Si All

signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Sig.= 0,017 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%

untuk variabel sewa nilai t-hitung (-2,011) < t-tabel (-1,94)

maka variabel sewa memiliki pengaruh yang signifikan

pula terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.=

0.091 lebih besar dari taraf signifikansi 5%

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Untuk melihat bagaimana variabel independen (bagi hasil,jual beli,

dan sewa) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (ROA) dapat dilakukan uji F. Nilai Ftabel dapat diperoleh

dengan tahap sebagai berikut; jumlah data, n = 10, dan k = 4, jadi

derajat pembilang k-1 = 4 – 1 = 3, sedangkan derajat penyebut n-

k= 10 - 4 = 6 dengan taraf nyata 5 %, maka nilai Ftabel adalah 4,76.

Sedangkan dari hasil analisis SPSS diperoleh nilai Fhitung = 5,697

dalam tabel ANOVA (lihat Tabel 5.5). Hal ini berarti nilai Fhitung >

Ftabel.

Tabel 5.5Hasil Analisis SPSS / ANOVA

ModelSum of Square

dfMean Square

F Sig.

1 Regression Residual Total

2,7830,9773,760

369

0,9280,163

5,697 0,034

72

Page 73: Skrip Si All

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Pada bagian ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan

pada masalah yang telah dirumuskan pada bab satu dan juga berdasarkan

pada hasil penelitian yang telah dibahas pada bab lima dengan bantuan

analisis regresi dan analisis statistik tersebut dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi dan korelasi linear sederhana berganda. Selain itu juga

dilakukan suatu pengujian hipotesis dengan menggunakan alat uji F dan uji t.

73

Page 74: Skrip Si All

berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik simpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data uji signifikansi secara parsial (Uji-t)

diperoleh bahwa variabel pembiayaan bagi hasil (X1), jual beli (X2), dan

sewa (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (ROA). Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara

simultan (Uji F) dimana H0 ditolak yang berarti bahwa variabel-variabel

independen (pembiayaan pola bagi hasil, jual beli dan sewa) mempunyai

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (ROA).

2. Jenis pembiayaan yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat

profitabilitas (Return on Asset-ROA) pada Bank Syariah Mandiri

diantara tiga jenis pembiayaan yang menjadi objek penelitian adalah jenis

pembiayaan jual beli (al ba’i). Hasil analisis regresi berganda yang

menjadi alat analisis penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi

sebesar 2,753 merupakan koefisien dari varibel jual beli (X2) yang paling

tinggi diantara kofisien variable lainnya.

6.2. Saran

Pada bagian akhir skripsi ini, penulis bermaksud untuk

mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah

dilakukan sebelumnya. Saran-saran yang diajukan sebagai berikut :

1. Bank Syariah Mandiri hendaknya meningkatkan pembiayaan bagi hasil

yang saat ini porsinya masih kecil. Alasannya pembiayaan bagi hasil

74

Page 75: Skrip Si All

merupakan salah satu keunggulan Bank Syariah dibandingkan bank

konvensional karena mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan

sehingga dapat memberikan manfaat lebih luas kepada kepada sektor riil.

2. Bank Syariah Mandiri hendaknya mampu mengatur struktur

pembiayaannya agar dapat meningkatkan kinerja keuangan secara optimal.

3. Pembiayaan Bagi hasil membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko

yang lebih besar. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri hendaknya

meningkatkan pengawasannya sehingga risiko dapat dikurangi.

75