skrip si
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bahan-bahan kimia telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan kita, menjadi bagian dari aktivitas kita, juga dipakai dalam tindakan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Manfaatnya tak terhitung, tapi di sisi lain
bahan kimia juga dapat membahayakan kehidupan kita dan meracuni lingkungan
kita.
Salah satu bahan kimia yang berbahaya adalah merkuri (Hg) atau air raksa.
Merkuri merupakan unsur yang bermanfaat, seperti kegunaannya sebagai bahan
pengikat biji emas yang dipergunakan oleh penambang emas tradisional. Namun
sayangnya penggunakan merkuri dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup
dan berbahaya bagi masyarakat. 1
Secara alamiah, pencemaran merkuri berasal dari gunung berapi atau
rembesan air tanah yang melewati deposit merkuri. Apabila masuk dalam
perairan, merkuri mudah berkaitan dengan klor membentuk merkuri anorganik
(HgCl). Dalam bentuk ini, merkuri dapat mudah masuk ke plankton dan bisa
berpindah ke biota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi
merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada
sedimen dasar perairan. Merkuri dapat juga bersenyawa dengan karbon
membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling
umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan
tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
- 1 -
merkuri dalam ikan meningkat. Metil merkuri memiliki kelarutan tinggi dalam
tubuh hewan air sehingga merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan
biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan air.2
Pencemaran logam berat merkuri pada tanah dan air sangat
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Senyawa merkuri dalam
bentuk Hg(II) dapat terikat pada residu sistein protein/enzim manusia/binatang
sehingga protein/enzim kehilangan aktivitasnya. Selain Hg(II), senyawa merkuri
paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah senyawa organomerkuri,
khususnya metilmerkuri dan fenilmerkuri. Senyawa ini bersifat sangat reaktif dan
mempunyai mobilitas tinggi dibanding dengan Hg(0) atau Hg(II). Hal ini
disebabkan gastrointestine manusia dapat menyerap sekitar 95% senyawa
metilmerkuri, dan senyawa ini juga dapat menyerang syaraf manusia melalui
peredaran darah. 1
Kasus yang berkaitan dengan limbah merkuri diantaranya kasus Minamata
di Jepang pada tahun 1953, di mana muncul penyakit yang disebut penyakit
Minamata atau Minamata Syndrome. Penyakit ini disebabkan keracunan metil
merkuri lewat medium ikan di Teluk Minamata. Di mana terjadi kelainan fungsi
saraf dengan gejala seperti kesemutan pada kaki dan tangan, lemas, penyempitan
sudut pandang dan degradasi kemampuan berbicara dan pendengaran. Pada gejala
akut bisa terjadi kelumpuhan, gila, koma dan akhirnya mati. 3
Penelitian tentang kadar merkuri sudah banyak dilakukan di Indonesia dan
hasilnya banyak sungai yang mengandung merkuri di atas normal. Penelitian
mengenai kadar merkuri pada tanah bekas buangan limbah penambangan emas
rakyat di Sulawesi Utara sudah pernah dilakukan yaitu di desa Tanoyan Utara
- 2 -
Kabupaten Bolaang Mongondow dan ditemukan kadar merkuri di atas nilai
normal.3 Selain itu, penelitian mengenai bakteri resisten merkuri sudah banyak di
lakukan di berbagai daerah, salah satunya di Daerah Penambangan Emas di
Kalimantan Selatan, ditemukan 18 bakteri resisten merkuri spektrum sempit.1
Salah satu usaha untuk menurunkan daya toksik merkuri dapat dilakukan
menggunakan mikroorganisme resisten merkuri, misalnya bakteri resisten
merkuri. Penurunan daya toksik merkuri terjadi oleh bakteri ini memiliki gen yang
resisten, yaitu mer operon.
Dengan adanya gen mer operon ini, kelompok bakteri ini mampu
mengubah bentuk Hg2+ yang bersifat toksik menjadi bentuk Hg0 yang bersifat
volatile dan tidak toksik dibandingkan bentuk Hg2+. Adanya kemampuan bakteri
resisten merkuri untuk mengubah bentuk merkuri, maka untuk mendetoksifikasi
lingkungan perairan yang tercemar metilmerkuri, penting untuk mengisolasi
bakteri resisten terhadap metilmerkuri, karena bakteri ini mempunyai kemampuan
menurunkan toksisitas metilmerkuri.1
Dengan adanya bakteri-bakteri resisten terhadap merkuri yang dapat
menurunkan toksisitas merkuri, maka peneliti tertarik untuk melakukan
mengidentifikasi bakteri resisten merkuri pada media kultur awal yang
mengandung merkuri dan untuk mengetahui pengurangan daya toksik merkuri
pada isolat bakteri resisten merkuri dari tanah bekas buangan limbah
penambangan emas.
- 3 -
2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana gambaran populasi bakteri dari sampel yg diambil?
2. Berapa besar kemampuan bakteri dalam mereduksi Hg?
3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui gambaran populasi bakteri yang terdapat
pada sampel yang diambil
2. Untuk mengetahui berapa besar kemampuan bakteri dalam
mereduksi Hg.
4. MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk memanfaatkan kemampuan bakteri resisten merkuri
sebagai salah satu cara untuk menurunkan dan mencegah
bahaya toksik merkuri.
2. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.
- 4 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Merkuri
1. Pengenalan Mengenai Merkuri
Merkuri atau hydrargyrum (bahasa Latin: Hydrargyrum, air/cairan
perak). Dalam bahasa Inggris adalah ‘Mercury’ yang berarti mudah menguap
dan disebut juga Quicksilver. Walaupun terjemahan hydragyrum ke bahasa
Indonesia adalah raksa, namun di kalangan masyarakat unsur ini lebih dikenal
dengan merkuri. Merkuri sangat beracun dan bila masuk ke dalam tubuh akan
terikat dalam jaringan dan bersifat sangat toksik serta tidak dapat diuraikan.3,4
Di Alam, raksa terdapat pada lapisan-lapisan batuan dalam bentuk
unsur murni dan bersatu dengan perak dalam jumlah sedikit, tetapi sering kali
ditemukan dalam biji cinnabar, yaitu mineral yang mengandung senyawa raksa
disulfida (HgS). Untuk memperoleh raksa dapat dilakukan dengan
memanaskan biji cinnabar tersebut.5
- 5 -
2. Kadar Merkuri
Beberapa kadar Hg yang diperbolehkan menurut peraturan yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut:6
kadar Hg dalam air minum menurut Permenkes no.907/2002 adalah
0,001mg/l
kadar Hg dalam air bersih menurut No.416/Menkes/Per/IX/1990 adalah
0,001mg/l
kadar Hg dalam udara tempat kerja menurut Kepmenkes :
216/Menkes/SK/II/1998 adalah 0,001mg/l
kadar Hg dalam makanan dan minuman menurut Keputusan Badan
Pengawas Obat dan Makanan : no.3725/B/SK/VII/89 adalah dalam
ikan segar 0,5mg/l ; dalam sayuran 0,3mg/l ; dalam biji-bijian 0,05mg/l
kadar Hg dalam air sungai menurut No. 02/MenKLH/1998 adalah
Golongan A (baku mutu air minum) 0,001mg/l ; Golongan B (untuk
perikanan) 0,001mg/l ; Golongan C (untuk pertanian) 0,001mg/l ;
Golongan D (yang tidak termasuk golongan A, B, dan C) 0,005mg/l
3. Sifat Kimia – Fisika Merkuri
Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan
berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut
dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen
iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak
tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar,
logam, asam, logam carbide dan amine.
- 6 -
Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:
1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air
raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai
katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi
klorin dari sodium klorida.
2. Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+
(Mercurous) Misalnya: - Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg
inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan
laksansia (calomel) - Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
3. Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk, a.l. : - Metil merkuri
dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek
dijumpaisebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan
yang tercemar zat tersebut, dapat menyebabkan gangguan neurologis dan
kongenital. - Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai
sebagai antiseptik dan fungisida.7
4. Merkuri dalam Lingkungan
Merkuri dan senyawa – senyawanya, seperti halnya dengan logam –
logam yang lain, tersebar luas di alam. Mulai dari batuan, air, udara dan
bahkan dalam tubuh organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini,
turut dipengaruhi oleh faktor geologi, fisika, kimia dan biologi.
Berdasarkan pada penelitian – penelitian yang telah dilakukan oleh
badan Survey Geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974, dapat diketahui
- 7 -
konsentrasi merkuri di lingkungan sebagai berikut :
1. Dalam batuan
Pada struktur batuan di alam, logam merkuri ditemukan dalam kisaran 0,1
sampai 20 ppm. Pada penelitian tersebut ternyata 20% dari contoh
mengandung lebih dari 1 ppm merkuri
2. Dalam tanah
Pada lapisan tanah melalui penelitian yang telah dilakukan secara acak pada
tempat dan daerah serta wilayah yang berbeda, ditemukan bahwa logam
merkuri terkonsentrasi 0,1 ppm.
3. Dalam sungai
Dari penelitian yang dilakukan terhadap perairan ditemukan konsentrasi logam
merkuri dalam variasi yang sangat luas, yaitu :
- 65% contoh mengandung < 10-4 ppm
- 5% contoh mengandung < 10-3 ppm
4. Dalam udara
Ternyata kondisi dari lokasi pengambilan sampel udara untuk pengujian
kandungan merkuri ditemukan konsentrasi yang variatif.
▪ dekat penambagan Hg, didapatkan merkuri dengan kisaran
konsentrasi 9.10-5ppm
▪ dekat penambangan Cu, didapatkan merkuri dengan kisaran 4.10-
5ppm
▪ pada lokasi udara tidak mengandung deposit ditemukan merkuri
pada konsentrasi sekitar 10-5ppm.5
Dalam siklus biogeokimia, merkuri mengalami banyak transformasi
- 8 -
baik fisik maupun kimia, antara lain:
1. Dalam atmosfir elemen merkuri mengalami foto-oksidase menjadi ion
merkuri (Hg2+).
2. Hujan mengendapkan merkuri inorganik pada permukaan bumi, yang
mana nantinya akan dibuang terutama oleh mikroorganisme pada
sistem perairan.
3. Mengalami reduksi kembali menjadi bentuk elemen atau dimetilasi.
4. Elemen merkuri yang mengalami evaporasi menjadi udara dimana
akan terjadi siklus yang baru.
Sumber : Barkay et al., 2003
Gambar 1. Siklus biokimiawi merkuri
- 9 -
Dalam kehidupan terdapat empat proses utama di alam yang menghasilkan
emisi Hg, yaitu sebagai berikut.
1. Pembentukan gas dari endapan mineral
2. Emisi dari aktivitas gunung merapi
3. Foto-reduksi dari merkuri dalam sistem perairan
4. Formasi biologi dari elemen dan metil merkuri.8
5. Penggunaan Merkuri
Pemanfaatan logam merkuri pada saat ini sudah hampir mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu
beberapa tahun, merkuri telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran,
pertanian, dan industri. Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak
abad ke-15 di mana merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan penyakit
kelamin (sifilis). Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih luka sampai
diketahui bahwa bahan tersebut beracun sehingga tidak digunakan lagi.
Komponen merkuri organik digunakan untuk obat diuretika sampai bertahun-
tahun dan juga digunakan sebagai bahan untuk kosmetik.
Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membunuh jamur
sehingga baik digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian. Merkuri
organik juga digunakan untuk pembasmi hama pada tanaman seperti buah
apel, tomat, kentang, dan juga digunakan sebagai pembasmi hama padi.
Dalam bidang industri, terbanyak adalah pabrik alat-alat listrik yang
menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan raya. Merkuri
juga digunakan pada pembuatan baterai, karena baterai dengan bahan yang
- 10 -
mengandung merkuri dapat tahan lama dan tahan terhadap kelembapan yang
tinggi.
Selain itu, merkuri juga digunakan dalam industri pembuatan klor alkali
yang menghasilkan klorin (Cl2), di mana perusahaan air minum memanfaatkan
klorin untuk penjernihan air dan pembasmi kuman (proses klorinasi). Juga di
dalam pembuatan kaustik soda yang diproduksi dengan jalan elektrolisis dari
larutan garam NaCl. Merkuri juga digunakan dalam campuran cat yang
digunakan untuk mengecat pada daerah yang mempunyai kelembapan tinggi
sehingga dapat mencegah tumbuhnya jamur.
Industri lain yang menggunakan merkuri sebagai bahan katalis
terutama pada industri vinil-klorida yang mensintesis plastik (proses
pembuatan plastik).9
6. Toksisitas Merkuri
Merkuri secara luas digunakan pada termometer klinis sebelum
dilarang oleh Direksi Gabungan Eropa (European Council Directive
93/42EEC), dan juga ditemukan dalam beberapa obat serta masih tetap
digunakan dalam pengisian gigi. Meski demikian, toksisitasnya sudah dikenal
dan dicatat sejak dua milenia ini. Bentuk-bentuk berbeda dari merkuri
memiliki karakteristik yang berbeda terhadap toksisitasnya atas makhluk
hidup. Toksisitas dari merkuri reaktif yang sangat tinggi (Hg2+) dihubungkan
dengan pengikatannya dengan grup sulfhidril, sistein dari enzim esensial dan
protein yang mengganggu fungsi vital sel. Dalam tubuh, garam merkuri larut-
air tidak secara efisien diabsorbsi, malah mereka dieliminasi dari tubuh
- 11 -
melalui ginjal yang secara akut merusak sistem renal dan pencernaan. Bahaya
ini berasal dari merkuri elemental (Hg0) karena tekanan gasnya yang tinggi
memungkinkan untuk mudah terhirup. Diabsorpsi oleh paru memasuki darah
dan disirkulasi ke seluruh tubuh termasuk otak. Merkuri elemental
ditransformasikan di sel darah merah, liver dan sistem saraf pusat menjadi
Hg2+ dan metil merkuri. Paparan berulang maupun yang lama terutama
menyebabkan gangguan vasomotor, tremor dan gangguan perilaku.10 Senyawa
merkuri organik seperti mono atau dimetilmerkuri atau asetat fenilmerkuri
adalah larut lemak dan siap untuk di absorbsi ke dalam tubuh. Mereka
mempenetrasi membran dan melintas sawar otak darah.11 Sejumlah besar
merkuri organik ditransformasikan menjadi Hg2+ reaktif dan dapat merusak
sistem saraf pusat menyebabkan malfungsi neuromuskuler, dari anggota gerak
yang keram, gangguan penglihatan hingga paralisis bahkan kematian. Bukti-
bukti klinik dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kehidupan prenatal lebih
sensitif terhadap efek toksik dari metilmerkuri dibandingkan dengan orang
dewasa yang menghasilkan perkembangan neural yang abnormal,
menyebabkan perubahan arsitektur dan ukuran otak. Oleh karena transformasi
menjadi Hg2+ berjalan perlahan, maka gejala keracunan merkuri dapat muncul
dalam beberapa minggu hingga bulan setelah keracunan awal. 10,11,12
Saat ini sumber utama dari paparan manusia terhadap merkuri adalah
konsumsi makanan laut. Senyawa adalah toksik akut pada mikroorganisme air
tawar. Kadar efek toksik yang tidak teramati (NOTEL) atas merkuri berkisar
antara 1-50ppb tergantung pada mikroorganisme , densitas dari kultur sel, dan
kondisi dari penelitian. Untuk merkuri organik, NOTELnya 10-100 kali lebih
- 12 -
rendah. Organomerkuri menyebabkan toksisitas pada konsentrasi 10-100 lebih
sedikit. Sangat penting bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat untuk
menghindari kontaminasi pada ekosistem air tawar dan air laut. 13
7. Pencegahan Bahaya Merkuri
Suatu laporan yang dibuat oleh U.S. Environmental Protection Agency
memuat beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya polusi merkuri di
lingkungan. Beberapa rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pestisida alkil merkuri seharusnya tidak boleh digunakan lagi.
2. Penggunaan pestisida yang mengandung komponen merkuri lainnya
dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
3. Semua industri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah
industrinya dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkuri sampai
batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan
masalah polusi merkuri di lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi pada
lumpur di dasar sungai atau danau, dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan
ke badan air di sekelilignya. Beberapa cara dekomentasi merkuri telah dicoba
dilakukan di Swedia, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi dengan bahan-bahan
yang mempunyai kemampuan absorbsi tinggi.
2. Sedimen pada dasar sungai ditutupi dengan bahan anorganik yang
tidak bereaksi.
- 13 -
3. Sedimen yang mengandung merkuri dihilangkan dengan cara dikeruk
atau dipompa.14
2. Bakteri Secara Umum dan Bakteri Resisten Merkuri
1. Definisi, Karakteristik, dan Morfologi Bakteri
Bakteri, dari kata Latinbacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
besar Prokariota, selain Archaea, yang berukuran sangat kecil serta memiliki
peran besar dalam kehidupan di bumi. Bakteri sangatlah kecil (mikroskopik)
dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana15
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara,
dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit
(patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran
0,5-5 μm. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan
jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).
Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel.
Pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif
sederhana. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri
dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram
negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan yang tebal dan
asam teikoat. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar dari
lipopolisakarida: terdiri dari membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis dan
- 14 -
terletak pada periplasma.16
Gambar 2. Struktur sel bakteri
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola,
2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang
3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung.
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,
medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih
muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.16
2. Manfaat Bakteri Bagi Lingkungan
Bakteri pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa
atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan
senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain
yang lebih sederhana.
Bakteri nitrifikasi
- 15 -
Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa
nitrat dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di
dalam tanah. Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof.
Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena
menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat.
Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri
tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian.
Bakteri usus
Bakteri Escherichia coli yang hidup di kolon (usus besar) manusia memiliki
peranan dalam membantu pencernaan dan menghasilkan beberapa jenis
vitamin, seperti vitamin B12 dan vitamin K, yang penting dalam proses
pembekuan darah.
Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan antara
lain : Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus sebagai bahan
baku susu untuk pembuatan yoghurt, Streptococcus lactis utuk pembuatan
mentega, Lactobacillus sp. untuk terasi dan asinan buah-buahan, dan
Pediococcus cerevisiae untuk sosis.
Bakteri penghasil antibiotik
- 16 -
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan
mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain.
3. Bakteri Resisten Merkuri
Bakteri resisten merkuri telah mengembangkan sebuah persiapan
sebagai mekanisme pertahanan dari efek toksik merkuri yang akan timbul.
Suatu kajian yang lebih luas mengenai sistem resistensi berdasarkan kluster
gen dalam suatu operon (misalnya mer) memberi peluang pada bakteri untuk
mendetoksifikasi Hg2+ ke bentuk Hg0 yang volatile melalui reduksi enzimatik.
Bakteri resisten merkuri adalah bakteri yang dapat hidup dalam kadar
merkuri (HgCl2) 10ppm pada media nutrient agar air laut (SWNA). Beberapa
dari bakteri ini mampu hidup di lingkungan yang mengandung merkuri
(HgCl2) dengan kadar 25ppm atau lebih, digolongkan dalam bakteri resistensi
tinggi merkuri .
Determinan resistensi merkuri ditemukan dalam sekumpulan besar
bakteri gram negatif dan gram positif yang diisolasi dari beberapa lingkungan
yang berbeda. Bakteri ini mengubah jumlah dan identitas gen yang
berhubungan dengan resistensi dan perubahan ini dikode oleh mer operon
yang berada dalam plasmid, kromosom, tranposom, dan integron. 8
4. Reduksi Merkuri oleh Bakteri Resisten Merkuri
Mengatasi pencemaran merkuri dengan bakteri juga dimungkinkan
karena diketahui ada bakteri yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan
yang mengandung merkuri dalam jumlah yang tinggi.
- 17 -
Ion merkuri (Hg2+) sangat beracun terhadap organisme-organisme
karena kemampuan mengikatnya dengan kelompok-kelompok thiol sistem
biologi. Jika Hg2+ direduksi pada elemen merkuri (Hg0), pengaruh toksisitas
terhindar sebagai akhir yang volatile, tidak larut dalam air dan secara praktis
tidak beracun. Enzim bakteri Mercuric Reductase mampu mengurangi Hg(II)
sampai Hg(0). Bagaimanapun, merkuri yang volatile Hg(0) dapat dioksidasi
kembali menjadi Hg2+ di atmosfer dengan adanya ozone, oksigen dan embun,
dan di dalam sel dengan enzim-enzim peroksidase seperti catalase.17
Hg2+ dapat dimetilasi oleh beberapa bakteri untuk menghasilkan
metilmerkuri dan dimetilmerkuri dengan inersi suatu ikatan kovalen antara
atom-atom karbon dan merkuri. Metilmerkuri dan dimetilmerkuri dapat
mengangkut ke dalam sel secara efisien melalui membran sel. Campuran-
campuran ini terakumulasi dalam sel-sel oleh bentukan yang kompleks dengan
beberapa proteinm enzim dan asam nukleat. Enzim bakteri organomerkuri
lyase dapat mengkonversi metilmerkuri ke dalam metana dan Hg2+. 17,18
Detoksifikasi oleh bakteri resisten merkuri terjadi karena bakteri
resisten merkuri memiliki gen resisten merkuri yang disebut Mer Operon
dengan gen-gen terkoordinat yang mengkode protein-protein dan enzim-enzim
untuk pembuangan merkuri. Mer Operon ada pada sebuah plasmid beserta
operon-operon yang memberikan resistensi antibiotik terhadap bakteri. Mer
Operon mengkode protein yang bertindak dalam detoksifikasi merkuri.
Struktur mer operon berbeda untuk tiap jenis merkuri. 17
Umumnya struktur mer operon terdiri dari gen metaloregulator (merR),
gen transpor merkuri (merT, merP, merC), gen merkuri reduktase (merA) dan
- 18 -
organomerkuri liase (merB). Model mekanisme resisten merkuri bakteri gram
negatip adalah sebagai berikut Hg(II) yang masuk periplasma terikat ke
pasangan residu sistein MerP. Selanjutnya MerP mentransfer Hg(II) ke residu
sistein MerT atau MerC. Akhirnya ion Hg menyeberang membran sitoplasma
melalui proses reaksi pertukaran ligan menuju sisi aktif flavin disulfida
oksidoreduktase, merkuri reduktase (MerA). Merkuri reduktase mengkatalisis
reduksi Hg(II) menjadi Hg(0) volatil dan sedikit reaktif. Akhirnya Hg(0)
berdifusi dilingkungan sel untuk selanjutnya dikeluarkan dari sel. 17
Bakteri yang hanya memiliki protein merkuri reduktase (MerA) disebut
dengan bakteri resisten merkuri spektrum sempit. Beberapa bakteri selain
memiliki protein merkuri reduktase (MerA) juga memiliki protein
organomerkuri liase (MerB). MerB berfungsi dalam mengkatalisis pemutusan
ikatan merkuri-karbon sehingga dihasilkan senyawa organik dan ion Hg yang
berupa garam tiol. Bakteri yang memiliki kedua protein merkuri reduktase
(MerA) dan organomerkuri liase (MerB) disebut dengan bakteri resisten
merkuri spektrum luas. 1
5. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim
yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak
- 19 -
kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak
beracun.
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air
atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas
bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling
sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.19
- 20 -
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat longitudinal.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2011
2. Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di daerah pertambangan emas Desa
TateluKecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Analisa sampel
dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas MIPA Universitas Sam
Ratulangi.
3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Bakteri resisten merkuri yang terdapat pada daerah pertambangan emas
rakyat di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara.
2. Sampel
Dipilih 5 titik di daerah buangan limbah pertambangan emas rakyat.
4. Variabel Penelitian
a. Tingkat resistensi merkuri
b. Kemampuan detoksifikasi bakteri terhadap merkuri
- 21 -
5. Definisi Operasional
Untuk menjembatani antara teori dan praktik serta memperjelas istilah
penting dalam penelitian ini, maka diketengahkan definisi operasional
sebagai berikut :
a. Kadar merkuri adalah kandungan merkuri (Hg) yang terdapat pada
tanah atau sedimen pada daerah penambangan, diukur dengan
menggunakan AAS (Atomic Absorbent Spectometric).
b. Bakteri resisten merkuri adalah mikroorganisme yang dapat hidup
atau bertahan pada konsentrasi Hg melebihi 0,01ppm.
c. Identifikasi bakteri resisten merkuri adalah identifikasi koloni
bakteri yang terbentuk, sifat-sifat populasi bakteri tersebut, dan
tingkat resistensinya.
d. Sedimen tanah adalah media pada lingkungan berupa
tanah/sedimen (dimana menjadi tempat pembuangan merkuri) yang
terdapat kandungan merkuri dalam jumlah tertentu.
e. Penambangan rakyat adalah suatu kawasan/daerah dimana
sementara atau bekas aktifitas yang dijadikan tempat penambangan
emas tanpa izin (PETI).
- 22 -
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian mencakup alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Botol sampel
2. Sekop
3. Sarung tangan steril
4. Object glass
5. Erlenmeyer
6. Lampu spiritus
7. Pemanas listrik dan pengatur suhu
8. Pipet
9. Labu ukur
10. Gelas ukur
11. Gelas piala
12. Tabung reaksi
13. Cawan petri
14. Sengkelit
15. AAS (Atomic Absorbent Spectometric)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sedimen yang diambil sebagai sample
2. Media agar
3. Buffer salin
- 23 -
4. Agar
5. Media dan reagen untuk uji morfologi, fisiologi dan biokimia
Instrumen Penelitian :
1. Izin pemerintah setempat
2. Izin Lurah
3. Dokumentasi lapangan
4. Mapping lapangan
5. Peta pengambilan sampel
7. Tatalaksana Penelitian
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil secukupnya dari tanah bekas buangan limbah
pertambangan emas secara aseptik dengan kedalaman 3cm. Sampel
diletakkan pada tabung steril dan diberi kode, kemudian dibawa ke
laboratorium.
2. Pemeriksaan Sampel
Sampel berupa sedimen tersebut dibawa ke Laboratorium
Bioteknologi Fakultas MIPA Universitas Samratulangi untuk dikultur dan di
uji resistensinya terhadap merkuri.
- 24 -
3. Prosedur Kerja
1. Isolasi Bakteri Resisten Merkuri
Sedimen yang diambil, diencerkan dengan H2O sebanyak 0,9gr, air
200mL dan NaCl. Kemudian sampel diambil sebanyak 1mL dan
dipindahkan ke media Nutrien Broth (9ml) yang mengandung HgCl2.
Kemudian sampel diinkubasi dengan 3 pantauan waktu yaitu 12 jam, 24 jam
dan 48 jam.
Bakteri yang hidup pada Nutrien Broth (NB) kemudian ditumbuhkan
pada medium Natrium Agar (NA) dengan metode tuang dengan tujuan
untuk mencari jenis bakteri yang resisten. Medium NA yang sudah
mengandung bakteri resisten merkuri diinkubasi selama 24jam. Setelah itu
bakteri yang sudah tumbuh dipindahkan pada medium selektif padat NA
dengan metode gores dan diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan
bakteri murni. Setelah itu bakteri yang sudah tumbuh, diambil 1 koloni dan
dipindahkan ke medium miring NA untuk ditumbuhkaan dan digunakan
sebagai bahan untuk uji biokimiawi dan uji morfologi.
Juga dilakukan prosedur yang sama dengan menggunakan Fenil
merkuri. Kemudian diamati pertumbuhan bakteri pada 24 jam, 48 jam dan
96 jam.
2. Uji Morfologi dan Fisiologi
a. Uji Pewarnaan Gram.
- 25 -
Uji ini bertujuan untuk menentukan karakteristik mikroskop setiap
isolat uji, baik reaksinya terhadap pewarnaan, bentuk sel dan ukuran
sel. Pertama-tama siapkan kaca preparat bersih, bebas dari kotoran
terutama minyak. Kemudian dibuat tanda dengan spidol menyerupai
lingkaran dengan garis tengah 1,5cm pada sisi bawah kaca preparat.
Secara aseptic, kultur murni bakteri diambil dengan jarum ose dan
dioleskan pada kaca preparat, diberi setetes air steril untuk membantu
menyebarkan sel secara merata pada kaca preparat. Olesan bakteri
dibiarkan mongering kemudian diikuti dengan fiksasi di atas lampu
spiritus sampai olesan bakteri benar-benar kering. Kemudian Kristal
ungu diteteskan di atas olesan bakteri sampai semua olesan terendam
dan biarkan selama satu menit. Setelah satu menit, olesan dicuci dengan
menggunakan aquades lalu tambahkan lugol dan biarkan terendam
selama satu menit, kemudian dicuci dengan air dan dilanjutkan dengan
alcohol (90%) dan keringkan dengan kertas tissu. Setelah itu safranin
diteteskan pada preparat dan biarkan terendam selama 30-45 detik
selanjutnya dicuci dengan aquades dan keringkan. Preparat kemudian
diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.
b. Uji Motilitas.
Uji ini bertujuan untuk melihat pergerakan bakteri. Pertama-tama dibuat
media Motility Test Medium, kemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 5mL. Setelah itu media disterilkan pada suhu 121C
dalam autoclaf selama 15menit lalu dinginkan. Setelah media dingin,
- 26 -
kultur murni diinokulasi ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan
jarum inokulasi sampai kedalaman ¾ bagian dari permukaan media dan
diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35C. setelah diinkubasi,
diamati pertumbuhannya. Jika pertumbuhannya lurus maka uji
dinyatakan negatif, sedangkan jika pertumbuhannya melebar maka
dinyatakan positif.
3. Uji Biokimiawi
a. Uji Indol.
Uji ini bertujuan untuk menentukan kemampuan isolat uji dalam
mendegradasi triptofan. Untuk uji ini menggunakan media semi padat
yang kaya akan triptofan. Biakan bakteri yang digunakan untuk uji
motiliti ditambahkan Reagen Kovac’s sebanyak 2-3 tetes. Uji akan
bersifat positif jika terbentuk warna merah seperti lingkaran cincin
sebagai akibat pembentukan indol
b. Uji H2S.
Uji ini bertujuan untuk menentukan kemampuan isolat uji dalam
memproduksi H2S melalui reduksi thiosulfat. Uji ini menggunakan
Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yang dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 6mL. setelah itu media disterilkan pada suhu 121C
selama 15 menit lalu diletakkan pada posisi miring sampai media
dingin. Setelah media menjadi dingin, secara aseptik isolat uji bakteri
diinokulasi dengan jarum inokulasi lurus dengan cara ditusuk pada
- 27 -
bagian tengah sampai kedalaman ¾ bagian dari permukaan media dan
setelah itu digores pada bagian miring (slant) dari media kemudian
diinkubasi selama 18-48jam pada 35C. Jika terbentuk endapan
berwarna hitam pada bagian bawah (butt) media berarti bakteri dapat
membentuk H2S, maka uji dinyatakan positif.
c. Uji Fermentasi Karbohidrat.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
mendegradasi atau memfermentasikan karbohidrat tertentu dengan
memproduksi suatu asam dan gas. Pengujian ini menggunakan tiga
macam media fermentasi karbohidrat yang meliputi phenol red-glukosa
broth, phenol red-laktosa broth, dan phenol red-maltosa broth dengan
cara masing-masing gula ditimbang 0,5g dan ditambahkan dengan
komposisi media fermentasi karbohidrat lainnya. Setiap media
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi tabung Durham masing
6mL. seluruh media disterilkan pada suhu 121C selama 15menit.
Kemudian isolat uji diinkokulasi secara aseptic ke setiap media yang
ada dalam tabung-tabung tersebut dan diinkubasi selama 24 jam pada
37C. adanya fermentasi karbohidrat dapat dilihat dengan adanya
pembentukan asam dan pembentukan gas. Pembentukan asam terlihat
dengan adanya perubahan warna substrat karbohidrat dari warna merah
menjadi kuning sedangkan pembentukan gas terlihat dalam tabung
Durham.
- 28 -
d. Uji Katalase.
Uji ini bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri untuk
mendegradasi hydrogen peroksida melalui produksi enzim katalase.
Pertama-tama media Nutrien Broth dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5mL kemudian isolat uji diinokulasi ke dalam tabung yang
berisi media Nutrien Broth. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37C
selama 24-48 jam. Kemudian tambahkan 3-4 tetes hydrogen peroksida
3% ke dalam kultur. Hasil pengamatan dicatat berdasarkan
pembentukan gelembung udara di dalam tabung reaksi. Bila terjadi
pembentukan gelembung udara maka uji ini bersifat positif.
e. Uji sitrat.
Uji ini bertujuan menentukan kemampuan bakteri dalam menggunakan
sitrat sebagai sumber karbon dan energi. Uji ini menggunakan
Simmons’s Citrate Agar yang disiapkan dalam tabung dengan kondisi
miring. Isolat uji secara aseptic diinokulasi dengan cara penggoresan ke
dalam tabung media Simmons’s Citrate Agar. Setelah itu diinkubasi
selama 24-48 jam pada suhu 37C. Bila terjadi perubahan warna pada
media dari hijau tua menjadi warna biru maka pengujian bersifar
positif.
- 29 -
f. Uji Lysine Dekarboksilasi.
Uji ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri melakukan
dekarboksilase dalam asam amino berupa lisin melalui produksi enzim
dekarboksilasi. Proses dekarboksilasi lisin sering digunakan bakteri
untuk menetralisasikan lingkungan asam menjadi basa. Pengujian ini
menggunakan media Lysin Iron Sugar yang dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 6mL. Media disterilkan pada suhu 121C
selama 15 menit setelah itu dibuat menjadi agar miring. Kemudian
isolat uji diinokulasi ke dalam media Lysin Iron Agar dengan cara
ditusuk dan digores setelah itu diinkubasi pada suhu 37C selama 24-48
jam. Pengujian bersifat positif jika adanya perubahan warna pada media
menjadi warna violet sedangkan reaksi negatif ditandai dengan warna
kuning pada media.
8. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Data primer, yang diperoleh dari hasil pengamatan populasi bakteri
yang dilakukan kultur. Data ini merupakan data hasil pemeriksaan
Laboratorium Biotek Fakultas MIPA Universitas Samratulangi.
2. Data sekunder, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tentang
kontribusi pertambangan terhadap ekonomi di Indonesia serta data
- 30 -
dari institusi lainnya tentang daerah penelitian serta data yang terkait
dengan objek yang diteliti.
9. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian laboratorium dapat berupa
hasil pengujian morfologi, fisiologi, aktifitas biokimia, dan identifikasi
jenis akan dipaparkan secara deskriptif. Di samping itu data tersebut juga
akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
- 31 -
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Pertambangan Emas Rakyat Desa Tatelu
Pertambangan emas rakyat Tatelu dimulai sejak tahun 1998, dengan luas
lokasi pertambangan 60 Ha dan jumlah penambang di wilayah penelitian 1700
penambang adalah penduduk asli dan 350 adalah pendatang. Wilayah ini memiliki
90 unit pengolahan dan terdiri dari masing-masing 12 tromol setiap unit
pengolahan. Setiap harinya, masing-masing unit pengolahan rata-rata melakukan
2 kali pemrosesan, dimana hal ini ditentukan oleh jumlah batuan yang dihasilkan
dari kegiatan penambangan dan kadar emasnya.
2. Hasil Isolasi Bakteri Resisten Merkuri
Sampel diambil dari 5 titik di daerah pertambangan emas rakyat Desa
Tatelu. Tiap sampel yang diambil di berikan kode yaitu : isolat 1, isolat 2, isolat 3,
isolat 4 dan isolat 5. Setelah itu sampel yang sudah diambil dibawa ke
laboratorium bioteknologi Universitas Samratulangi untuk diuji resistensi dan
diidentifikasi.
Dilakukan isolasi bakteri resisten merkuri dengan mencampurkan sampel
yang sudah diencerkan dengan H2O dan NaCl ke dalam tabung reaksi berisi
Nutrien Broth yang mengandung merkuri HgCl2. Kemudian sampel diinkubasi
dengan 3 pantauan waktu yaitu 12 jam, 24 jam dan 48 jam.
- 32 -
Sampel yang sudah diencerkan juga dicampurkan ke dalam tabung reaksi
berisi Nutrien Broth yang mengandung Fenil Merkuri. Kemudian diinkubasi dan
diamati pertumbuhan bakteri pada 24 jam, 48 jam dan 96 jam.
Dari hasil isolasi yang dilakukan masih ditemukan bakteri yang resisten dan
bertahan hidup pada pemberian HgCl2 hingga 48 jam, dan pada Fenil Merkuri
bakteri resisten merkuri dapat bertahan hidup hingga 96 jam. Kemudian, bakteri
yang bertahan pada konsentrasi HgCl2 dan Phenil Merkuri tersebut ditumbuhkan
untuk diindentifikasi jenis bakteri. Sampel yang diberikan HgCl2 diberikan kode
A, dan sampel yang diberikan Phenil Merkuri diberikan kode B.
3. Hasil Identifikasi Bakteri
1. Uji Morfologi dan Fisiologi
a. Pewarnaan Gram
Hasil yang didapatkan pada pewarnaan gram adalah :
Kode Isolat Bentuk Bakteri Gram
2B1 Kokus Gram Positif
2B2 Kokus Gram Positif
3A1 Basil Gram Negatif
3A2 Basil Gram Positif
3B1 Basil Gram Positif
3B2 Kokus Gram Positif
- 33 -
b. Uji Motilitas.
Hasil pengujian pada ke tujuh isolat, 2 isolat (2B2 dan 3B2) menunjukkan
hasil yang positif yaitu bakteri menunjukkan pertumbuhan menyebar baik di
sekitar tempat penusukan sampai ke permukaan media. Koloni yang
terbentuk pada media agar datar adalah berwarna putih keruh dan menyebar
sampai ke permukaan media. Empat isolat lainnya (2B1, 3A1, 3A2, 3B1)
menunjukkan hasil negatif dimana bakteri tidak menunjukkan pertumbuhan
yang menyebar dan hanya bertumbuh lurus di daerah penusukan.
2. Uji Biokimia
a. Uji Indol
Hasil yang didapatkan pada uji indol menunjukkan bahwa semua isolat (6
isolat) memberikan hasil yang negatif, yaitu tidak terbentuk cincin berwarna
merah di permukaan media setelah diberikan 5 tetes reagen kovac’s dan
dibiarkan selama 10 menit. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri tidak
mengandung enzim triptofanase yang merupakan katalis pengurai gugus
indol yang terkandung dalam asam amino triptofan.
b. Uji H2S
Pada uji H2S dengan menggunakan media TSIA ( Triple Sugar Iron Agar),
didapatkan hasil negatif pada semua isolat dimana tidak terbentuk endapan
berwarna hitam pada dasar (butt) dari media.
- 34 -
c. Uji Fermentasi Karbohidrat
Uji fermentasi karbohidrat dilakukan pada media TSIA bersama-sama
dengan uji pembentukan H2S. Pada uji fermentasi didapatkan hasil sebagai
berikut:
- isolat 2B1 dan 3B2 media yang berwarna merah tidak berubah menjadi
kuning pada bagian dasar (butt) menjadi kuning dan pada bagian miring
(slant) juga tetap berwarna merah. Tidak ada pembentukan gas pada
dasar media. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri pada isolat ini
tidak dapat memfermentasikan glukosa, laktosa dan surkosa.
- Isolat 2B2, 3A1, 3A2, dan 3B1 media yang sebelumnya berwarna
merah berubah pada bagian dasar (butt) menjadi warna kuning
sedangkan pada bagian miring (slant) tetap berwarna merah. Tidak ada
pembentukan gas pada dasar media. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
bakteri pada isolat ini hanya dapat memfermentasikan glukosa,
sedangkan untuk laktosa dan surkosa tidak dapat difermentasikan.
Kode
Isolat Uji
Fermentasi Karbohidrat Gas H2S
Glukosa Laktosa Surkosa
2B1 - - - - -
2B2 + - - - -
3A1 + - - - -
3A2 + - - - -
3B1 + - - - -
3B2 - - - - -
- 35 -
d. Uji Katalase
Hasil uji katalase yang dilakukan pada semua isolat yang ditumbuhkan pada
media Nutrien Broth menunjukkan:
- isolat 2B1, 2B2, dan 3A2 menunjukkan hasil positif, dimana terdapat
pembentukan gelembung gas. Hal ini menunjukkan bakteri memiliki
enzim Katalase yang berfungsi menguraikan H2O2 yang ditambahkan
ke koloni bakteri menjadi H2O dan O2.
- Isolat 3A1, 3B1, dan 3B2menunjukkan hasil negatif, dimana tidak
terdapat pembentukan gelembung gas. Hal ini menunjukkan bakteri
tidak memiliki enzim Katalase yang berfungsi menguraikan H2O2
yang ditambahkan ke koloni bakteri menjadi H2O dan O2.
e. Uji Sitrat
Uji Sitrat ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menguraikan sitrat. Dari ke 6 isolat yang diuji, semuanya menunjukkan
hasil negatif dimana tidak terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi
biru.
f. Uji Lysin Dekarboksilase
Hasil uji lysine dekarboksilase adalah semua isolat (2B1, 2B2, 3A1, 3A2,
3B1, dan 3B2) menunjukkan hasil yang positif dimana media yang
berwarna kuning berubah warna menjadi lembayung (ungu).
- 36 -
Selanjutnya setelah hasil dari identifikasi bakteri yang meliputi uji
morfologi, fisiologi dan biokimia diperoleh, semua hasil ini digabungkan dan
digunakan untuk menentukan bakteri yang terkandung pada masing-masing isolat.
Penentuan bakteri dilakukan dengan membandingkan hasil uji yang
diperoleh dengan data-data yang terdapat di dalam Bergey’s Manual
Determinative of Bacteriology.
Isolat 2B1 menunjukkan gambaran bakteri kokus Gram positif. Pada uji
motilitas bakteri tidak dapat bergerak, merupakan bakteri aerob fakultatif yang
terbukti dengan terbentuknya gelembung pada uji katalase, tidak memiliki enzim
triptofanase yang dibuktikan dengan tes indol negatif, pembentukan hidrogen
disulfida negatif, tidak dapat memfermentasikan glukosa, laktosa maupun sukrosa
serta tidak menghasilkan gas, tidak dapat membentuk sitrat dan uji lysine
dekarboksilase positif. Dari semua hasil yang telah diuji, maka disimpulkan
bakteri pada isolat 2B1 ini adalah Staphylococcus aureus.
Isolat 2B2 menunjukkan gambaran bakteri kokus Gram positif. Pada uji
motilitas didapatkan bakteri ini motil, merupakan bakteri aerob fakultatif yang
terbukti dengan terbentuknya gelembung pada uji katalase, tidak memiliki enzim
triptofanase yang dibuktikan dengan tes indol negatif, pembentukan hydrogen
disulfida negatif, hanya dapat memfermentasikan glukosa tapi tidak menghasilkan
gas, tidak dapat membentuk sitrat dan uji lysine dekarboksilase positif. Maka
disimpulkan bakteri pada isolat 2B2 ini adalah Staphylococcus aureus.
Isolat 3A1 menunjukkan gambaran bakteri basil Gram negatif. Pada uji motilitas
didapatkan bakteri ini tidak dapat bergerak, merupakan bakteri anaerob fakultatif
yang terbukti dengan tidak terbentuknya gelembung pada uji katalase, tidak
- 37 -
memiliki enzim triptofanase yang dibuktikan dengan tes indol negatif,
pembentukan hydrogen disulfida negatif, hanya dapat memfermentasikan glukosa
dan tidak menghasilkan gas, tidak dapat membentuk sitrat dan uji lysine
dekarboksilase positif. Maka disimpulkan bakteri pada isolat 3A1 ini adalah
Bacillus .sp
Isolat 3A2 menunjukkan gambaran bakteri basil Gram positif. Pada uji
motilitas didapatkan bakteri ini tidak dapat bergerak, merupakan bakteri aerob
fakultatif yang terbukti dengan terbentuknya gelembung pada uji katalase, tidak
memiliki enzim triptofanase yang dibuktikan dengan tes indol negatif,
pembentukan hydrogen disulfida negatif, hanya dapat memfermentasikan glukosa
dan tidak menghasilkan gas, tidak dapat membentuk sitrat dan uji lysine
dekarboksilase positif. Maka disimpulkan bakteri pada isolat 3A2 ini adalah
Bacillus .sp
Isolat 3B1 menunjukkan gambaran bakteri basil Gram positif. Pada uji
motilitas didapatkan bakteri ini motil, merupakan bakteri anaerob fakultatif yang
terbukti dengan tidak terbentuknya gelembung pada uji katalase, tidak memiliki
enzim triptofanase yang dibuktikan dengan tes indol negatif, pembentukan
hydrogen disulfida negatif, hanya dapat memfermentasikan glukosa dan tidak
menghasilkan gas, tidak dapat membentuk sitrat dan uji lysine dekarboksilase
positif. Maka disimpulkan bakteri pada isolat 3B1 ini adalah Clostridum sp
Isolat 3B2 menunjukkan gambaran kokus Gram positif, motil, uji indol
menunjukkan hasil negatif dan uji katalase negatif. Pada isolat 3B2 tidak
menggunakan sitrat sebagai sumber energi yang terbentuk dengan hasil uji sitrat
- 38 -
yang negatif, dan untuk uji lysin dekarboksilase positif. Sehingga dapat
disimpulkan bakteri pada isolat 3B2 adalah Aerococcus, sp
- 39 -
- 40 -
4. Hasil Uji Resistensi Bakteri terhadap Merkuri
Pada pemberian HgCl2
Semua isolat tumbuh dengan baik padapemberian HgCl2 hingga 48 jam
Pada pemberian Fenil Merkuri
Semua isolat tumbuh dengan baik pada pemberian Fenil merkuri hingga 96
jam.
Kemudian isolat yang tumbuh pada HgCl20jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam
serta Fenil Merkuri 0 jam, 24 jam, 48 jam, dan 96 jam. dilakukan pengujian
analisa logam merkuri dengan menggunakan AAS(Atomic Absorbent
Spectometric) untuk mengetahui penurunan kadar merkuri.
Tabel 2: hasil pengukuran kadar Fenil Merkuri pada sampel 2B
Sampel No. 0 jam 24 Jam 48 Jam 96 Jam
Sampel 2B 118.431 ppm 56.895 ppm 40.693 ppm 39.414 ppm
Kurva pertumbuhan bakteri pada media yang mengandung Fenil Merkuri
0 jam 24 jam 48 jam 96 jam0
20
40
60
80
100
120
140
Sampel 2B
Sampel 2B
- 41 -
Tabel 3 : hasil pengukuran kadar HgCl2pada sampel 3A
Sampel No. 0 jam 12 jam 24 jam 48 jam
Sampel 3A 5.20956 ppm 0.00009 ppm 0.01038 ppm 0.00012 ppm
Kurva pertumbuhan bakteri pada media yang mengandung Fenil Merkuri
0 jam 12 jam 24 jam 48 jam0
1
2
3
4
5
6
Sampel 3A
Sampel 3A
Tabel 4: hasil pengukuran kadar Fenil Merkuri pada sampel 3B
Sampel No. 0 jam 24 jam 48jam 96jam
Sampel 3B 118.431 ppm 38.561ppm 30.887 ppm 39.988 ppm
Kurva pertumbuhan bakteri pada media yang mengandung Fenil Merkuri
0 jam 24 jam 48 jam 96 jam0
20
40
60
80
100
120
140
Sampel 3B
Sampel 3B
- 42 -
Kemudian dilakukan perhitungan persentasi penurunan jumlah merkuri.
Dengan cara, untuk HgCl2: (kadar merkuri 0 jam – kadar merkuri 48 jam) / kadar
merkuri 0 jam x 100%. Untuk fenil merkuri : (kadar merkuri 0 jam – kadar
merkuri 96 jam) / kadar merkuri 0 jam x 100%.
Dari tabel diatas dapat terlihat kemampuan bakteri dalam mereduksi
merkuri baik HgCl2 maupun Fenil Merkuri. Pada isolat 2B setelah diinkubasi
hingga 96 jam kadar merkuri telah berkurang hingga 66,7%. Pada isolat 3A
setelah diinkubasi hingga 48 jam kadar merkuri telah berkurang sebesar 99,8%.
Demikian juga dengan isolat 3B yang diberikan Fenil Merkuri, kadar merkuri
pada pemeriksaan awal masih tinggi, setelah diinkubasi hingga 96 jam jumlah
merkuri telah jauh berkurang yaitu sebesar 66%. Hal ini dimungkinkan karena
bakteri yang diuji memiliki gen resisten merkuri yang mampu mendetoksifikasi
merkuri.
- 43 -
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan pada 5 titik daerah buangan limbah
pertambangan emas rakyat Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara, ditemukan adanya bakteri resisten merkuri pada sampel tersebut.
Hal ini dimungkinkan karena pada lokasi pengambilan sampel telah menggunakan
merkuri sebagai salah satu bahan pembuatan emas sejak 10 tahun lalu.
Kemudian hasil uji resistensi bakteri terhadap merkuri menunjukkan
semua isolat tumbuh dengan baik pada pemberian HgCl2 dan diinkubasi hingga 48
jam serta pada pemberian Fenil Merkuri yang kemudian diinkubasi hingga 96
jam.
Hasil pengukuran kadar merkuri dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorbent Spectometric), terjadi penurunan kadar merkurisebesar 66,7% pada
isolat 2B yang diberikan Fenil Merkuri dan diinkubasi hingga 96 jam. Pada isolat
3A yang diberikan HgCl2dan diinkubasi hingga 48 jam terjadi penurunan kadar
merkuri hingga 99,8%. Sedangkan pada isolat 3B yang diberikan Fenil Merkuri
dan diinkubasi selama 96 jam terjadi penurunan kadar merkuri sebesar 66%.
Penurunan kadar merkuri oleh bakteri resisten merkuri dimungkinkan
karena bakteri resisten merkuri mampu mereduksi Hg2+menjadi Hg0. Hg0 bersifat
volatil, tidak larut dalam air dan tidak beracun serta mudah menguap, sehingga
dalam pemeriksaan, kadar merkuri telah banyak berkurang. Reaksi reduksi
merkuri terjadi dengan persamaan sebagai berikut : Hg(II)+[H2] Hg(0)+2H-
- 44 -
Demikian juga pada HgCl2 dan Fenil merkuri, dimana bakteri resisten merkuri
memutuskan ikatan merkuri sehingga terbentuk Hg0 yang mudah menguap dan
tidak beracun.
Setelah dilakukan uji resistensi bakteri terhadap merkuri, tahap selanjutnya
yang dilakukan adalah isolasi dan identifikasi bakteri resisten merkuri yang
meliputi uji morfologi, uji fisiologi dan uji biokimia. Setelah bakteri diisolasi
dalam 6 isolat yang terdiri dari 4 isolat diberikan Fenil Merkuri dan 2 isolat
diberikan HgCl2, maka segera dilakukan identifikasi terhadap bakteri di tiap isolat
tersebut.
Isolat 2B1 dan 2B2 menunjukkan gambaran bakteri Staphylococcus
aureus. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif. Berukuran 0,5-1,5, tumbuh
berpasangan atau berkelompok seperti anggur, bisa motil, tapi ada beberapa juga
yang non-motil. Koloni yang terbentuk pada agar miring berwarna krem atau
putih, dan kadang berwarna kuning hingga oranye. Pada nutrien Broth terlihat
keruh, sedimen banyak terkumpul di dasar dan berwarna keabuan. Staphylococcus
aureus bersifat fakultatif anaerob dan terkadang menunjukkan hasil positif pada
uji katalase, biasanya menunjukkan hasil negatif pada uji oksidase. Uji indol
negatif, H2S negatif. Memfermentasikan glukosa. Dapat mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Bakteri ini tumbuh pada NaCl 10% dan media tumbuh optimum pada suhu
30-37C.21
Isolat 3A1 dan 3A2 menunjukkan gambaran yang sesuai dengan
Bacillus .sp yang merupakan bakteri batang Gram Positif. Motil tapi ada beberapa
yang non motil. Pada agar miring, koloni yang terbentuk berwarna keputihan,
- 45 -
berbentuk opaque dan menyebar. Pada nutrien Broth tampak berat, terkumpul di
dasar dan keruh. Dapat membentuk asam tapi tidak membentuk gas terutama dari
glukosa, glycerol dan salisin. Memproduksi nitrit. Bersifat aerobik tapi juga dapat
bersifat fakultatif anaerobik. Memerlukan asam amino untuk pertumbuhannya.
Bisa hidup pada suhu 30C dan maksimum 37-48C. habitatnya banyak tersebar di
debu, susu dan permukaan tanah.21
Isolat 3B1 menunjukkan gambaran bakteri Clostridium. sp, bakteri ini
merupakan bakteri aerobik Gram positif berbentuk batang, bergerak pada uji
motilitas, tapi ada juga yang non motil, bakteri ini tumbuh optimum pada agar
darah merupakan bakteri anaerob fakultatif. Gambaran koloni pada agar datar
biasanya terbentuk koloni yang kecil. Pada nutrien Broth terlihat keruh. Bakteri
ini dapat ditemukan terutama pada habitat yang mengandung senyawa organik
seperti minyak, sedimen air, dan saluran pencernaan hewan. Clostridium mampu
memfermentasikan berbagai jenis senyawa organik, dan dapat menghasilkan
berbagai produk akhir seperti asam butirat, asam asetat, butanol, asetone, dan gas
dalam jumlah yang banyak selama fermentasi glukosa. Bakteri ini dapat hidup
pada suhu 30-37C.21
Isolat 3B2 menunjukkan gambaran bakteri Aerococcus sp.Aerococcus
merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat, non motil, berukuran 1-2
dalam diameter, tersusun berpasangan atau berkelompok, berwarna semi
transparan, putih atau kuning. Bakteri ini tumbuh optimal terutama pada nutrien
agar. Negatif pada uji katalase dan uji indol. Tidak memiliki sitokrom. Pada agar
miring koloni yang terbentuk berwarna putih, pada nutrien Broth terlihat keruh.
Tidak memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa, serta tidak menghasilkan
- 46 -
gas. Hidup pada suhu 30-37C. Dapat bersifat patogenik. Terdapat pada bahan
makanan atau hewan yang difermentasikan, juga pada saluran pencernaan dan
luka pada hewan berdarah panas juga manusia. 21
Hasil identifikasi terhadap ke tujuh isolat, didapatkan 4 jenis bakteri yang
berbeda yaitu, Staphylococcus aureus, Bacullis sp, Clostridium sp, dan
Aerococcus sp. Hasil ini didapatkan setelah dicocokkan dengan buku Bergey’s
Manual Determinative of Bacteriology
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan hasil yang
didapatkan oleh Noviani dan Guzrial pada penelitian yang dilakukan di daerah
penambangan Emas di Kalimantan Barat, dimana dari 18 isolat yang diuji hanya
ditemukan 2 spesies bakteri yaitu Enterobacter hafniae dan Enterobacter
cloacae.1
Suatu bakteri digolongkan bakteri resisten merkuri apabila bakteri tersebut
dapat bertahan pada konsentrasi merkuri 0,01ppm atau lebih. Hal ini dapat terjadi
karena sampel diambil dari daerah pertambangan emas rakyat yang telah
menggunakan merkuri sebagai salah satu bahan pengikat biji emas selama 10
tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri ini memiliki gen resisten
merkuri.
Tingginya tingkat resistensi merkuri dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor, salah satunya adalah kadar merkuri pada lokasi pengambilan
sampel. Keberadaan gen resisten merkuri pada sampel diduga berhubungan
langsung dengan lamanya kandungan Hg pada lokasi penambangan. Tingginya
kontaminasi pada daerah tersebut akan menginduksi sel bakteri untuk menerima
- 47 -
gen resisten merkuri dari lingkungan. Pada penelitian di Desa Tatelu, sampel
diambil dari daerah bekas buangan limbah penambangan emas rakyat yang telah
menggunakan merkuri cukup lama.
Penelitian bakteri resisten merkuri ini penting terutama dalam upaya
kesehatan masyarakat khusunya untuk dapat memutuskan rantai mekanisme
keracunan merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan merkuri di lingkungan sebagai upaya detoksifikasi merkuri.
- 48 -
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Hasil identifikasi bakteri yang dilakukan pada 6 isolat bakteri
didapatkan empat jenis bakteri resisten merkuri yang berbeda yaitu
Staphylococcus aureus, Bacullis sp, Clostridium sp, dan Aerococcus sp.
2. Berdasarkan hasil pengukuran kadar merkuri dengan menggunakan
AAS (Atomic Absorbent Spectometric), terjadi penurunan kadar
merkuri sebesar 66,7% pada isolat 2B yang diberikan Fenil Merkuri dan
diinkubasi hingga 96 jam. Pada isolat 3A yang diberikan HgCl2 dan
diinkubasi hingga 48 jam terjadi penurunan kadar merkuri hingga
99,8%. Sedangkan pada isolat 3B yang diberikan Fenil Merkuri dan
diinkubasi selama 96 jam terjadi penurunan kadar merkuri sebesar 66%.
2. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi pada masyarakat tentang bahaya merkuri bila
penggunaannya berlebihan dan lama.
2. Sebelum air limbah dari proses pemisahan emas dibuang ke lingkungan
maka harus dilakukan rangkaian proses pengolahan sederhana yang
dilakukan untuk menurunkan kadar merkuri.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian secara berkala di daerah pertambangan
emas yang menggunakan merkuri untuk terus menemukan adanya bakteri
- 49 -
resisten merkuri lainnya yang tidak sempat teridentifikasi dalam
penelitian ini.
4. Sebaiknya penelitian terhadap bakteri resisten merkuri ini dilanjutkan
pada tingkat molekuler untuk dapat menyelesaikan masalah pencemaran
merkuri di alam melalui upaya detoksifikasi.
- 50 -
DAFTAR PUSTAKA
1. Risa Nofiani, Gusrizal. (2004). Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor, Kalimantan Barat. Jurusan Kimia, FMIPA (Persiapan), Universitas Tanjungpura, Pontianak.
2. Rompas R.J. (1995). Kemampuan Tumbuhan Air Tumpe (Monochoria Vaginalis) Menyerap Logam Berat Hg dan Zn.
3. Waworoentoe, A.S. (2001). Minamata dan Minahasa Keduanya Heboh Air Raksa dalam Sikap Opini Telegram.
4. Herlambang A. (1995). Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan. MKI
5. Palar. H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rhineka Cipta. Jakarta.
6. Trilianty, L. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merjuru (Hg) pada penambang emas tanpa ijin (PETI) di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Thesus untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Kesehatan Lingkungan. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
7. Inswiasri. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.7 No.2 Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri (Hg). Agustus 2008. Diunduh 13 Juni 2011.
8. Jaysankar, De (2004), Mercury Resistan Marine Bacteria and They Role in Bioremediation of Certain Toxicant, Thesis pada National Institute of Ocheanograpyhy Dona Paule, Goa, India.
9. Alfian. Z. (2006). Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara Medan.www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/.../ppgb_2006_zul_alfian.pdf, diakses 10 juni 2011.
10. Schelert James, Divixt Vidula, Hoang Viet, Simbaha Jessica, Drozda Melissa and Blum Paul. (October 20, 2003). Occurrence and characterization of Mercury Resistance in the Hyperthermophilic Archeon Sulfolobulus Sulfavtoricus by Use Gene Desruption. Available from : www.jbacteriol.com.
- 51 -
11. Puwarna, R. Kompas Cyber Media. (2005). Merkuri, Kian Ancam Kehidupan Bumi. Available : http://www.compas.com.
12. Langford, N. and Ferner, R. (1999). Toxicity of Mercury. Available from : www.funpecrp.com.
13. Barkay, T. Miller, S.M, and A.O. Summers. (2003). Bacterial Mercury Resistance from Atoms to Ecosystems. Available from : www.jbacteriol.com.
14. Srikandi Fardiaz. (2010). Polusi Air Dan Udara.
15. Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition.
16. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri .
17. Silver, S and Phung, L.T. (1996). Bacterial Heavy Metal Resistance : New Surprises. Annu. Rev. Microbial.
18. Sant’ana, Y.X, Cartone-souza, E. and Fereira, M.D. (1989). Drug resitance of colicinogeny of Salmonella typhymurium strains isolated from sewage-contaminated surface water and humans in Belo Horizonte, Brazil. Microbiol 20:41-49.
19. Brooker et al. (2008). Biology. McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-110200-1
20. Lay, B. M. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
21. Breed,R, Murray,E, Smith,N, et al. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 7th edition. The William and witkins company: 1957.
- 52 -