skrining

Upload: yan-prasetyo

Post on 07-Mar-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

panduan skrining pasien pertama kali diterima dirumah sakit

TRANSCRIPT

SKRININGBAB IDEFINISISkrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi. Menurut Rochjati. P. (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan.Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit , mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanaka pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke pelayanan lain.Untuk menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya melalui skrining pada kontak pertama. Skrining pada unit emergensi dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologis, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya. Sekrining dapat terjadi disumber rujukan pada saat pasien di transportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau merujuk hanya dilakukan setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan pasienTujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan. Test skrining dapat dilakukan berupa :1. Pertanyaan / Quesioner / anamnesa2. Pemeriksaan fisik3. Pemeriksaan laboratorium4. X-ray5. Diagnostik ImagingSkrining membantu staf/karyawan untuk memutuskan apakah pasien membutuhkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitative serta memilih pelayanan yang paling tepat sesuai dengan urgensinya.Rumah Sakit Umum Harapan Ibu Purbalingga berupaya memberikan :1. Pelayanan Promotif dan preventif. Klinik KIA Klinik spesialis untuk ANC dan Imunisasi Pemberian Vitamin A pada bayi baru lahir Pelayanan Inisiasi Menyusui Dini Pelayanan Rooming In dan ASI esklusif Klub sehat DM Penyuluhan kesehatan oleh tim PKRS Klinik Tumbuh Kembang Klinik Alergi, pemeriksaan OAE dan Audiometri Klinik Hidayah Klinik Gizi Klinik Medical Chek Up ( MCU )2. Pelayanan kuratif dan paliatif Pelayanan IGD dan Kamar Bersalin 24 jam Pelayana 4 besar spesialistik Pelayanan Rawat jalan Pelayanan kemoterapi Pelayanan Bedah Sentral Klinik klinik rehabilitasi medic : terapi wicara, fisioterapi dan ocupasiterapi Pelayanan penunjang ( Laboratorium dan radiologi ) 24 jam Pelayanan Home Care Pelayanan Farmasi 24 jam3. Pelayanan rehabilitative Pelayanan rehabilitasi medic ( Rawat jalan dan Rawat inap ) Pelayanan Home Care.

BAB IIRUANG LINGKUPA. Ruang lingkup pelayanan instalasi gawat darurat meliputi :1. Pasien dengan kasus True EmergencyYaitu pasien yang tiba tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam jiwanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan.2. Pasien dengan kasus False EmergencyYaitu pasien dengan : Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.RSU Harapan Ibu diklasifikasikan menjadi rumah sakit kelas/ tipe B. Rumah sakit klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang kurangnya 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lainnya dan 2 (dua) subspesialis dasar .Pelayanan Medik Spesialis Dasar adalah pelayanan medik spesialis Penyakit Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Bedah dan Anak.Pelayanan spesialis Penunjang adalah pelayanan Radiologi, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Anaestesi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik.Pelayanan Medik Spesialis Lain adalah Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Mata, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Syaraf, Gigi dan Mulut, Jantung, Paru, Bedah Syaraf, Ortopedi.Pelayanan Medik Sub Spesialis adalah satu atau lebih pelayanan yang berkembang dari setiap cabang medik spesialisPelayanan Medik Sub Spesialis Dasar adalah pelayanan sub spesialis yang berkambang dari setiap cabang medik spesialis 4 Dasar.Pelayanan Medik Sub Spesialis lain adalah pelayanan sub spesialis yang berkembang dari setiap cabang medik spesialis lainnya.

B. Batasan Operasional1. Instalasi gawat daruratAdalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.2. TiageAdalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/ pemindahannya.3. PrioritasAdalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul4. Survey primerAdalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa5. Survey sekunderAdalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi fital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera di atasi.6. Pasien gawat daruratPasien yang tiba tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.7. Pasien gawat tidak daruratPasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.8. Pasien darurat tidak gawatPasien akibat musibah yang datang tiba tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.9. Pasien tidak gawat tidak daruratMisalnya pasien dengan ulcus peptikum, tbc kulit10. Kecelakaan ( accident )Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental, dan sosial.Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :a. Tempat kejadian Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan dilingkungan rumah tangga Kecelakaan dilingkungan kerja Kecelakaan di sekolah Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, diarea olah raga dan lain-lain.b. Mekanisme kejadianTertabrak, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik dan radiasi.11. BencanaRangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan , kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.Kematian dapat terjadi bila seseorang menalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu atau organ dibawah ini :1) Susunan saraf pusat.2) Sistem pernafasan.3) Kardiovaskuler.4) Hati5) Ginjal6) Pancreas.Kegagalan system / organ tersebut dapat disebabkan oleh :1) Trauma / cedera2) Infeksi.3) Keracunan.4) Degenerasi ( failure )5) AsfiksiaKehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and electrolit )Kegagalan system susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemi dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, sedangkan kegagalan system organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama. Dengan demikian keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.2. Kecepatan meminta pertolongan.3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.a. Ditempat kejadianb. Dalam perjalanan ke rumah sakitc. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

C. Jenis Pelayanan yang tidak bisa dilayaniPelayanan yang tidak dapat dilayani di Rumah Sakit Umum Harapan Ibu sesuai SK no : 1500/SK/RS xxxx/XII/2013 tentang jenis pelayanan yang tidak bisa di layani di Rumah Sakit Umum Harapan Ibu :a. Fasilitas Ruang Ruangan penuh Ruang Rawat dalam perbaikan.b. Penunjang1) Alat tidak dimiliki MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) ECT ( Electro Convulsive Therapy ) Bronchoscopy Endhoscopy Laboratorium Patologi Anatomi2) Alat sedang dalam perbaikan

c. Pelayanan1) Pasien yang membutuhkan ruang bertekanan positif (pasien imunocompromise) ; pasien dengan TB MDR ( Tuberculosis Multi Drug Resistance ), Flu burung, HIV AIDS, SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrome )2) Penanganan pada kasus jantung anak3) Bedah jantung4) Pasien Psikiatri dengan gaduh gelisah5) Operasi mata dengan metode LASIK ( Laser Asisten Insitu Keratomiosis )6) Dokter berhalangan dan tidak ada dokter pengganti

BAB IIITATA LAKSANAPenderita non-trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assassment (penilaian awal). Penilaian awal meliputi :1. Triase2. Primary survey (ABCD)3. Resusitasi4. Secondary survey5. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan6. Transfer ke ruang rawat inap atau rujuk ke rumah sakit lain

Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-olah berurutan namun dalam praktik sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus .I. TriaseTriase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan tingkat kegawatan dan waktu maksimal yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan pertolongan untuk mencapai hasil yang maksimal pula. Triase di unit emergensi RSU Harapan Ibu berdasarkan Australasia Triage Scale (ATS) .

II. Primary survey (ABCD)A. Airway dengan kontrol servikal1) Penilaian Mengenal patensi airway ( inspeksi, auscultasi, palpasi ) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi.2) Pengelolaan airway Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol sevikal in-line immobilisasi. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat rigid. Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal, pasang airway difinitif sesuai indikasi.3) Fiksasi leherAnggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau luka diatas klavikula.

B. Breathing dan ventilasi-oksigenasi1) Penilaiana. Buka leher dan dada pasien dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line immobilisasi.b. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan.c. Inspeksi dan palpasi leher dan thorak untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot otot tambahan dan tanda-tanda cidera lainnya.d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.e. Auskultasi thoraks bilateral.2) Pengelolaana. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit )b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask.c. Menghilangkan tension pneumothorax.d. Memasang pulse oxymeter.3) Evaluasi

C. Circulation dengan kontrol perdarahan1) Penilaiana. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.b. Mengetahui sumber perdarahan internal.c. Periksa nadi : kecepatan, kwalitas, pulsus paradoksus. Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.e. Periksa tekanan darah

2) Pengelolaana. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal.b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah.c. Pasang IV kateter 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, test kehamilan (untuk wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA)d. Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat.e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien dengan fraktur pelvis yang mengancam jiwa.3) Evaluasi

D. Disability1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS ( Glasgow coma Scale ).2) Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda laterisasi.3) Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulaion.4) Klasifikasi kesadaran pada trauma kepala : GCS = 8 cedera kepala berat GCS = 9 12 cedera kepala sedang GCS = 13 15 cedera kepala ringanE. Exposure/Environment1) Buka pakaian penderita.2) Cegah hipotermia : beri selimut dan tempatkan pada ruangan yang cukup hangat.

III. ResusitasiA. Re-evaluasi ABCDEDosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20ml/kg BB pada anak dengan tetesan cepat .B. Evaluasi resusitasi cairan.a. Nilai respon penderita terhadap pemberian cairan awal b. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin) serta awasi tanda-tanda syok.c. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.

Tambahan pada primary survey dan resusitasiA. Pasang EKG1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi.2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia.B. Pasang kateter uretra1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan kateter urin.2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena stiktur uretra atau BPH, jangan memanipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian bedah.3. Ambil sampel urin untuk pemeriksaan urin rutin.4. Produksi urin merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjal dan hemodinamik penderita.5. Out put urin normal sekitar 0,5 ml/kg Bbjam pada orang dewasa, 1 ml /kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml?kgBB/jam pada bayi.C. Pasang kateter lambung1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacial yang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastrik tube, gunakan orogastrik tube.2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung karena bahaya aspirasi bila pasien muntah.D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratoriumMonitoring didasarkan atas penemuan klinis, nadi, laju nafas, tekanan darah, Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan out put urin dan pemeriksaan laboratorium.E. Pemeriksaan foto rontgen atau USG abdomen1. Segera lakukan foto thorakx, pelvis dan servikal lateral dan atau USG abdomen bila terdapat kecurigaan trauma abdomen.3. Pemeriksaan foto rontgen harus selaktif dan jangan sampai menghambat proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondary survey.2. Pada wanita hamil, foto rontgen yang mutlak diperlukan tetap harus dilakukan.IV. Secondary surveyAnamnesis dan pengkajian yang harus di dapatkan meliputi : pemeriksaan fisik head to too .1. khusus pasien trauma anamnesis yang harus diingat :S: SyndromeA: AlergiM: Mekanisme dan sebab traumaM: Medikasi (obat yang diminum saat ini)P: Past illnessL: Last meal ( makan minum terakhir )E: Event/Environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan

2. Anamnesa secondary survey pada pasien non trauma sering dilakukan denganA : AlergiM : Medikasi ( obat yang sedang diminum )P : Past IllnessL : Last meal ( makan minum terakhir )E : Event / Environment yang berhubungan dengan kejadian3. Pemeriksaan fisik dengan head to too, kemungkinan penemuan gejala akan terlihat. 4. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan teliti dan pastikan hemodinamik stabil.5. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan diruangan. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan : CT scan kepala, abdomen USG abdomen, transoesofagus Foto rontgen ekstermitas Foto rontgen vertebra tambahan Urografi dengan kontras

V. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungana. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin.c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan.

VI. Transfer ke ruang rawat inap atau rujuk ke rumah sakit laina. Bila rumah sakit Harapan Ibu tersedia fasilitas ( kamar dan peralatan) dan sumber daya maka pasien dilakukan rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien.b. Bila rumah sakit tidak tersedia fasilitas (kamar dan peralatan) dan sumber daya (SDM) maka dilakukan rujukan sesuai prosedur setelah pasien dalam kondisi stabil.

BAB IV DOKUMENTASI

1. Formulir assesmen medis IGD2. Formulir assesmen keperawatan IGD