skoliosis

26
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang (WHO 1994). Gejala osteoporosis sering diabaikan oleh pasien karena tidak ada gejala spesifik. Gejala dapat berupa nyeri pada tulang dan otot, terutama sering terjadi pada punggung. Patah tulang yang paling umum terjadi di bagian pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Terjadinya patah tulang ini meningkat seiring meningkatnya usia baik pada wanita maupun pria. Patah tulang belakang dapat berimbas pada beberapa konsekuensi yang cukup serius, antara lain: menurunnya tinggi badan, rasa sakit pada punggung yang menyiksa, dan berubahnya bentuk tulang. Sedangkan patah tulang pinggul, terkadang dibutuhkan operasi lebih lanjut untuk penanganannya. Kabar baiknya, sekarang ini osteoporosis dapat ditangani dengan kombinasi solusi yang tepat! Penggabungan antara perubahan pola hidup dan pengobatan yang tepat akan menghindarkan Anda dari resiko patah tulang. Osteoporosis terjadi bila hilangnya massa tulang lebih besar daripada produksinya. Beberapa penyebab Osteoporosis: 1). Primer A. Osteoporosis postmenopausal Terjadi karena turunnya kadar estrogen, hormon utama pada wanita yang menyebabkan osteoklas ( sel perusak tulang) menjadi lebih aktif dan pembentukan tulang menurun sehingga hilangnya massa tulang berlangsung dengan cepat. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. B. Osteoporosis senilis Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. 2).Osteoporosis sekunder Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini. 3) Osteoporosis juvenil idiopatik Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang Osteoporosis adalah kondisi yang menyebabkan penipisan dan pelemahan pada tulang. Tulang yang rapuh lebih rentan patah. Patahnya tulang ini bisa terjadi walaupun trauma yang terjadi

Upload: firdayantir

Post on 22-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

medis

TRANSCRIPT

Page 1: skoliosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang (WHO 1994).Gejala osteoporosis sering diabaikan oleh pasien karena tidak ada gejala spesifik. Gejala dapat berupa nyeri pada tulang dan otot, terutama sering terjadi pada punggung.Patah tulang yang paling umum terjadi di bagian pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Terjadinya patah tulang ini meningkat seiring meningkatnya usia baik pada wanita maupun pria.Patah tulang belakang dapat berimbas pada beberapa konsekuensi yang cukup serius, antara lain: menurunnya tinggi badan, rasa sakit pada punggung yang menyiksa, dan berubahnya bentuk tulang. Sedangkan patah tulang pinggul, terkadang dibutuhkan operasi lebih lanjut untuk penanganannya.Kabar baiknya, sekarang ini osteoporosis dapat ditangani dengan kombinasi solusi yang tepat! Penggabungan antara perubahan pola hidup dan pengobatan yang tepat akan menghindarkan Anda dari resiko patah tulang.Osteoporosis terjadi bila hilangnya massa tulang lebih besar daripada produksinya. Beberapa penyebab Osteoporosis:1). PrimerA. Osteoporosis postmenopausalTerjadi karena turunnya kadar estrogen, hormon utama pada wanita yang menyebabkan osteoklas ( sel perusak tulang) menjadi lebih aktif dan pembentukan tulang menurun sehingga hilangnya massa tulang berlangsung dengan cepat. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.B. Osteoporosis senilisMerupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

2).Osteoporosis sekunderDialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

3) Osteoporosis juvenil idiopatikMerupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

Osteoporosis adalah kondisi yang menyebabkan penipisan dan pelemahan pada tulang. Tulang yang rapuh lebih rentan patah. Patahnya tulang ini bisa terjadi walaupun trauma yang terjadi sangat minimal. Meskipun bisa terjadi pada semua tulang, patah tulang biasanya terjadi pada tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan.

Di seluruh dunia, 200 juta wanita menderita osteoporosis dan risiko patah tulang panggul pada wanita sama dengan risiko total terkena kanker payudara, rahim, dan indung telur. Di Singapura, jumlah patah tulang terkait osteoporosis pada wanita berusia di atas 50 tahun 8 kali lebih besar daripada kasus kanker payudara. 

Page 2: skoliosis

Siapa sajakah yang berisiko?

Meskipun wanita yang berusia di atas 50 tahun paling berisiko terkena osteoporosis, wanita dan pria yang lebih muda juga dapat terkena.

Puncak massa tulang terjadi pada umur 30 tahun. Setelah itu, massa tulang menurun secara bertahap. Pada ibu hamil dan menyusui, kecepatan menurunnya massa tulang sementara meningkat jika peningkatan kebutuhan kalsium saat hamil tidak terpenuhi dengan asupan kalsium pada makanan. Pada wanita, terjadi juga penurunan signifikan pada massa tulang pasca menopause.

Faktor Resiko

Faktor risiko dapat dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor lain yang tidak bisa diubah.

FAKTOR RISIKO YANG TIDAK DAPAT DIUBAH

Umur – Risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia Wanita yang telah melalui proses menopause - Setelah menopause, tubuh

menghasilkan lebih sedikit estrogen, estrogen melindungi tubuh dari hilangnya massa tulang

Riwayat keluarga dengan osteoporosis atau patah tulang terkait osteoporosis Rangka tubuh yang tipis (struktur tulang kecil) Ras – Orang keturunan Kaukasia atau Asian lebih berisiko Massa tulang rendah atau osteopenia Patah tulang sebelumnya setelah trauma level rendah, khususnya setelah usia 50 tahun

FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIUBAH

Merokok– Janganlah merokok karena merokok dapat mengakibatkan hilangnya massa tulang dan menopause dini

Konsumsi alkohol berlebihan – alkohol yang berlebihan tidak hanya menghambat pembentukan tulang, namun juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium

Gaya hidup yang jarang bergerak

PENYEBAB OSTEOPOROSIS LAINNYA

Pengobatan: Mengkonsumsi beberapa macam obat-obatan dalam jangka panjang dapat merusak tulang. Ini termasuk kortikosteroid untuk merawat kondisi kronis seperti asma, artritis rematoid dll, pengobatan yang menurunkan hormon seks, beberapa obat anti-kejang dan terkadang hormon tiroid ketika diresepkan dalam dosis tinggi. Bicarakan dengan dokter Anda tentang pengobatan yang Anda ambil

Page 3: skoliosis

Penyebab lainnya: Berbagai kondisi dapat mengganggu penyerapan kalsium dan menyebabkan keroposnya tulang. Ini termasuk penyakit hati atau ginjal, diabetes, hipertiroidisme (tiroid hiperaktif ), Penyakit Cushing (yaitu produksi kortisol tubuh yang berlebihan) dan kondisi seperti anoreksia nervosa.

Gejala

Osteoporosis disebut 'penyakit diam' karena pengeroposan tulang terjadi tanpa gejala dan tanpa rasa sakit. Kondisi ini sering kali tidak terdeteksi dan baru diketahui setelah mencapai tahap lanjut. 

Beberapa tanda pada tahapan lanjut dapat berupa:

patah tulang panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan nyeri punggung menurunnya tinggi badan seiring waktu

 Diagnosis

Osteoporosis dapat terdeteksi melalui Tes Kepadatan Tulang yang umumnya dilakukan menggunakan pemindaian DEXA. Tes ini dapat menentukan apakah Anda menderita osteoporosis dengan mengukur kepadatan mineral tulang atau kekuatan tulang pada panggul dan tulang belakang. 

Tes ini cepat dan tidak menimbulkan rasa sakit seperti sinar-X tetapi dengan radiasi jauh lebih sedikit.

Siapa sajakah yang harus dites?

Mereka yang mengalami menopause dini sebelum 45 tahun Pernah patah tulang karena jatuh Ada anggota keluarga inti yang mengalami osteoporosis Kurus atau kekurangan berat badan Kondisi tubuh lemah karena sakit berkepanjangan Wanita yang memiliki kondisi terkait dengan osteoporosis seperti artritis rematoid Penggunaan kortikosteroid atau pengobatan tiroid berkepanjangan

Pencegahan

Melakukan latihan mengangkat beban secara rutin.  Lakukan sekurangkurangnya 3 kali seminggu, namun yang penting mencegah latihan yang dapat mencederai tulang yang melemah. Pasien yang belum pernah melakukan latihan beban atau menderita masalah kesehatan harus berkonsultasi lebih dahulu dengan dokternya.

Diet - Mengkonsumsi cukup kalsium, vitamin D dan fosfor baik melalui makanan

Page 4: skoliosis

maupun suplemen. Orang dewasa berusia di bawah 50 tahun membutuhkan 1.000 mg kalsium setiap hari. Orang dewasa di atas 50 tahun membutuhkan lebih dari 1.200 mg kalsium setiap hari.

Vitamin D diperlukan tubuh untuk menyerap kalsium. Vitamin D dapat diperoleh melalui kulit dari paparan sinar matahari atau melalui makanan. Orang dewasa yang berusia di bawah 50 tahun memerlukan 400-800 IU vitamin D setiap hari sementara orang dewasa berusia di atas 50 tahun memerlukan 800-1000 IU vitamin D setiap hari. 

Jika Anda sulit memperoleh kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan dari makanan, Anda dapat mengkonsumsi suplemen.

Pengobatan

Meskipun osteoporosis tidak ada obatnya, tersedia beberapa perawatan yang dapat digunakan untuk mencegah pengeroposan tulang lebih lanjut dan meningkatkan kekuatan tulang. Hal ini dapat mengurangi risiko patah tulang secara signifikan. Obat, olahraga, dan nutrisi, semuanya berperan dalam pengobatannya.

Saat ini sebagian besar obat osteoporosis yang disetujui dikenal sebagai bahan ‘antiresorptif’ karena menghentikan resorpsi (atau penipisan/pengeroposan) mineral tulang dari tulang. Obat yang dapat merangsang pembentukan tulang juga tersedia. Dokter Anda dapat membantu memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda. 

Jika Anda didiagnosa dengan osteoporosis, dokter Anda dapat merekomendasikan salah satu pengobatan berikut ini: 

Bifosfonat yang mencakup agen seperti Alendronat (Fosamax®), Risedronate (Actonel®), Ibandronate (Bonviva®), dan Asam Zoledronik (Aclesta®). Modulator Reseptor Estrogen tertentu Raloxifene, Nasal Calcitonin (Miacalcin®), unsur Strontium terbaru (Protos®) yang dapat memiliki aksi ganda untuk menghentikan pengeroposan/resorpsi tulang dan merangsang pembentukan tulang atau obat anabolik (pembentukan tulang) Teriparatide (Forteo®) yang diberikan sebagai injeksi harian. 

Denosumab (Prolia®) adalah obat yang baru, sebuah antibodi monoklonal lengkap yang diberikan sebagai injeksi 6-bulanan, untuk pengobatan osteoporosis. Yang penting diketahui adalah bahwa pemilihan terapi obat adalah sesuatu yang kompleks. Pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi Anda.

Page 5: skoliosis

SPONDYLOSIS LUMBALIS

BAB I

ABSTRAK

Spondylosis lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus

intervertebralis. Kondisi ini terjadi pada usia 30 – 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada

wanita daripada laki-laki. Faktor yang bisa menyebabkan spondylosis lumbalis  adalah usia,

obesitas, duduk dalam waktu yang lama, kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas

pekerjaan, dan tipe tubuh. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot,

keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.

Penelitian kelompok studi nyeri Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)  Mei

2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien

nyeri. Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa

yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah dan mengembalikan

fungsinya  untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-

otot,agar tidak terjadi perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis.

Page 6: skoliosis

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses

degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka perlu diperhatikan hal-hal yang dapat

dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya Spondylosis Lumbalis

 

Kata kunci : Spondylosis lumbalis, statistika penyakit, anatomi dan fisiologi,    anatomi

patofisiologi, pencegahan penyakit.

 

 

 

 

 

BAB II

PENDAHULUAN

 

2.1 Gambaran Umum Penyakit

Semakin bertambah usia, tulang belakang khususnya pinggang mengalami proses

degenerasi pada bantalan diskus yang diikuti gangguan stabilitas tulang pinggang,

penebalan ligament, pengapuran tulang dan penebalan sendi facet yang menyebabkan

penyempitan rongga sumsum saraf. Proses degenerasi ini terus tanpa disadari karena

berlangsung perlahan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan

gejala-gejala nyeri yang sangat mengganggu dalam menjalankan aktivitas.

Spondylosis lumbalis muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif. 

Spondylosis lumbalis mulai terjadi pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45

tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor utama

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia,

obesitas,dan duduk dalam waktu yang lama. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis

lumbalis adalah faktor kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas pekerjaan, dan

tipe tubuh. Perubahan degeneratif pada lumbalis dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala)

Page 7: skoliosis

dan simptomatik (muncul gejala/keluhan). Gejala yang sering muncul adalah nyeri

pinggang, spasme otot,  keterbatasan gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.

 

2.2 Paradigma Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, Spondylosis Lumbalis yang lebih dikenal dengan sebutan sakit

pinggang atau punggung bawah merupakan keluhan yang sangat “umum”, sangat sering

terjadi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, terlebih lagi merupakan salah satu

penyebab ketidakhadiran di tempat kerja. Usia merupakan salah satu faktor yang sangat

diyakini pengaruhnya terhadap nyeri punggung bawah, sehingga biasanya penyakit ini

diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama

tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu mudanya. Semakin tua usia seseorang,

maka semakin tinggi angka kejadian nyeri punggung bawah. Dalam segi penanganan,

sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa nyeri punggung bawah akan sembuh

alamiah dalam beberapa minggu, tetapi ada juga masyarakat yang kritis sehingga sebelum

gejala semakin parah, langsung mendatangi Dokter Spesialis Orthopaedi ataupun Fisioterapi

bahkan sampai pada tindak lanjut bedah (operasi).

2.3 Statistika Di Indonesia

 

Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang nyata. Kira-kira 80%

penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat

lebih dari 10 % penduduk menderita nyeri pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa

negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar

merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok

studi nyeri Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)  Mei 2002 menunjukkan

jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di

daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada

wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%,

frekwensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.

Dalam penelitian multisenter di 14 Rumah Sakit di Indonesia, yang dilakukan oleh kelompok

studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak

4.456 orang (25%dari total kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) merupakan penderita

nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita nyeri punggung bawah (NBP)

(Meliala,2004).

BAB III

ISI

Page 8: skoliosis

3.1 Definisi Penyakit

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis

dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya

degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak,

atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang, yang terutama terletak di aspek

anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra

centralis (corpus). Spondylosis Lumbalis biasanya terjadi pada usia 30 – 45 tahun namun

paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-

laki. Perubahan degeneratif pada lumbalis dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala) dan

simptomatik (muncul gejala/keluhan).

 

3.2 Anatomi Fisiologi Tulang Belakang

Anatomi Vertebra

 

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur

yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang.

Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang

rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya

terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas

sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal

atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal

atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra

koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)

 

 

 (Gambar 1. Anatomi Vertebra)

 

Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di

daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang,

daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang.

(Syaifuddin)

Page 9: skoliosis

Anatomi Vertebra Lumbal

(gambar 2. Vertebra Lumbal )

 

Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar

dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya

lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan

langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini

dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada ditengah dari

sagital plane.

Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari

korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel,

lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus

vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu dengan

yang lain oleh ligamentum.

Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik

vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla

spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal lima

hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.

Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang

kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis.

Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah

bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba

atau palpasi.

Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap

posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke

anterolateralis(Ballinger, 1995).

 

Anatomi Sakrum

Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah

kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan

membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan

bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas.

Tepi anterior dari basis sacrum membentuk promontorium sakralis.

Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang

lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral.

Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum.

Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang,

yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.

 

Page 10: skoliosis

 

(gambar  3. Vertebra sakrum)

Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat

saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang

koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-

iliaka kanan dan kiri(Evelyn, 1999).

 

Fisiologi

 

Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk

menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga

berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat

di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan

gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot. (Bajpai, 1991)

Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu

susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.

Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain,

melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang

terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung

(Amstrong, 1989).

 

2.6 Anatomi Patofisiologi

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a.  Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak

pada berbagai sisi.

b.   Nucleus pulposus kehilangan cairan

c.    Tinggi diskus berkurang

d.   Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir

tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Page 11: skoliosis

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang

disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari

periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat

menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada

daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal

cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi

karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada

osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama

dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan

mengurangi lumen pada foramen intervertebralis. (Darlene Hertling and Randolph M.

Kessler, 2006).

 

2.7  Penanganan dan Pencegahan Penyakit secara Fisioterapi

Penanganan

Tujuan diberikan penanganan secara fisioterapi pada kondisi ini yaitu untuk meredakan

nyeri, mengembalikan gerakan, penguatan otot, dan edukasi postur. Ada beberapa hal yang

harus diidentifikasi dalam proses assessment spondylosis yaitu :

1. Mengetahui gambaran nyeri

2. Faktor pemicu pada saat bekerja dan saat luang

3. Ketidaknormalan postur

4. Keterbatasan gerak dan faktor pembatasannya.

5. Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas jaringan lunak dengan palpasi.

Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah melakukan assessment

tersebut. Adapun treatment yang biasa digunakan dalam kondisi ini, adalah sebagai berikut:

1. Heat

Heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat penguluran otot

yang spasme.

1. Ultrasound

Sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada otot erector spinae dan

quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan saroiliac)

1. Corsets

Page 12: skoliosis

Bisa digunakan pada nyeri akut

1. Relaxation

Dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat, maupun bekerja. Dengan

memperhatikan posisi yang nyaman dan support.

1. Posture education

Deformitas pada postur membutuhkan latihan pada keseluruhan alignment tubuh.

1. Mobilizations

Digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine, sacroiliac joint dan hip joint.

1. Soft tissue technique

Pasif stretching pada struktur yang ketat sangat diperlukan, friction dan kneading penting

untuk mengembalikan mobilitas supraspinous ligament, quadratus lumborum, erector

spinae dan glutei.

1. Traction

Traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus dipastikan bahwa otot

paravertebral telah rileks dan telah terulur.

1. Hydrotherapy

Untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya berguna bagi pasien yang

takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang hebat.

1. Movement

Hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi. Bersamaan dengan mobilitas,

pasien melakukan latihan penguatan untuk otot lumbar dan otot hip.

1.  Advice

Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki masalah sakit

punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya bertambah parah pada

gerakan ekstensi. Jika pasien biasanya tidur dalam keadaan miring, sebaiknya

menggunakan kasur yang lembut.

 

Pencegahan

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat proses

degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan dari

sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis. Antara lain :

Page 13: skoliosis

1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih jenis

olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan kelenturan.

2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot,

kelenturan, dan jangkauan gerak.

3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama.

Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan

komputer, ataupun mengemudi.

4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu

kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat lebih

baik tekuk tungkai dan tetap tegak.

5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah

terjadinya cedera bila ada trauma.

6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Solusi Penanganan Terbaru Menangani Spondylosis Lumbalis

Penanganan bervariasi tergantung penilaian tenaga medis akan kondisi dan gejala

pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan bedah baru

Page 14: skoliosis

disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan neurologis yang mengganggu

kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga memperhatikan riwayat kesehatan umum

pasien dalam menyarankan tindakan bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan

menyarankan penanganan non bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID),

analgesik, dan obat pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan

pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan

menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik juga dapat

membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah exercise.

Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat diperkuat, lebih lentur dan memperluas

jangkauan gerak.

 

3.2 Kesimpulan

Spondylosis lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra atau diskus

intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor

utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia,

obesitas,dan duduk dalam waktu yang lama. Sedangkan faktor resiko terjadinya spondylosis

lumbalis adalah faktor kebiasaan postur yang jelek, stress dalam aktivitas pekerjaan, dan

tipe tubuh. Gejala yang sering muncul adalah nyeri pinggang, spasme otot,  keterbatasan

gerak kesegala arah hingga gangguan fungsi seksual.

Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa yang

terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah dan mengembalikan fungsinya

untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-otot, agar tidak

terjadi perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis. Adapun treatment yang

biasa digunakan dalam kondisi ini, adalah heat, US, corsets, posture education, traction,

hydroterapy, dan lain-lain. Selain itu ada beberapa solusi penanganan terbaru, apabila perlu

dokter dapat menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya

untuk meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan

stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Mengingat beratnya gejala

penyakit ini, maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan exercise, perbaiki

postur tubuh, dan berhenti merokok.

SpondylolisthesisDefinisi Spondylolisthesis

Spondylolisthesis adalah kondisi dari spine (tulang belakang) dimana salah satu dari vertebra tergelincir kedepan atau kebelakang dibanding pada vertebra berikutnya. Tergelincir kedepan dari satu vertebra pada lainnya dirujuk sebagai anterolisthesis, sementara tergelincir kebelakang dirujuk sebagai retrolisthesis.

Page 15: skoliosis

Spondylolisthesis dapat menjurus pada deformasi (keadaan cacat) dari spine serta penyempitan dari kanal spine (central spinal stenosis) atau penekanan atau kompresi dari akar-akar syaraf yang keluar (foraminal stenosis).

Penyebab Spondylolisthesis

Ada lima tipe utama dari lumbar spondylolisthesis.

1. Dysplastic spondylolisthesis: Dysplastic spondylolisthesis disebabkan oleh kerusakan dalam formasi dari bagian vertebra yang disebut facetyang mengizinkannya untuk menggelincir kedepan. Ini adalah kondisi yang seorang pasien dilahirkan dengannya (congenital).2. Isthmic spondylolisthesis: Pada Isthmic spondylolisthesis, ada kerusakan pada bagian dari vertebra yang disebut pars interarticularis. Jika ada kerusakan tanpa penggelinciran, pasien mempunyai spondylolysis. Isthmic spondylolisthesis dapat disebabkan oleh trauma yang berulang-kali dan adalah umum pada olahragawan-olahragawan yang dipaparkan pada gerakan-gerakan yang hyperextension termasuk gymnasts, dan football linemen.3. Degenerative spondylolisthesis: Degenerative spondylolisthesis terjadi disebabkan oleh perubahan-perubahan arthritic pada sensi-sendi dari vertebrae yang disebabkan oleh degenerasi tulang rawan (cartilage). Degenerative spondylolisthesis adalah lebih umum pada pasien-pasien yang lebih tua.4. Traumatic spondylolisthesis: Traumatic spondylolisthesis dsebabkan oleh trauma atau luka langsung pada vertebrae. Ini dapat disebabkan oleh patah tulang dari pedicle, lamina atau sendi-sendi facet yang mengizinkan bagian depan dari vertebra untuk menggelincir kedepan dengan respek pada bagian belakang dari vertebra.5. Pathologic spondylolisthesis: Pathologic spondylolisthesis disebabkan oleh kerusakan pada tulang yang disebabkan oleh tulang yang abnormal, seperti yang dari tumor.Faktor-Faktor Risiko Untuk Spondylolisthesis

Faktor-faktor risiko untuk spondylolisthesis termasuk sejarah keluarga dari persoalan-persoalan tulang belakang. Faktor-faktor risiko lain termasuk sejarah dari trauma yang berulangkali atau hyperextension dari tulang belakang bagian bawah atau lumbar spine.

Olahragawan-olahragawan seperti gymnasts, angkat besi, dan football linemen yang mempunyai tenaga-tenaga yang besar yang diaplikasikan pada spine sewaktu extension berada pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan isthmic spondylolisthesis.

Gejala-Gejala Dari Spondylolisthesis

Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah nyeri tulang belakang bagian bawah. Ini seringkali lebih buruk setelah latihan terutama dengan perbentangan dari lumbar spine. Gejala-gejala lain termasuk keketatan dari hamstrings dan jangkauan gerakan yang berkurang dari tulang belakang bagian bawah. Beberapa pasien-pasien dapat mengembangkan nyeri, mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki yang disebabkan oleh syaraf yang tertekan (terjepit). Penekanan yang parah dari syaraf-syaraf dapat menyebabkan kehilangan kontrol dari fungsi usus atau kantong kemih, atau cauda equina syndrome.

Page 16: skoliosis

Mendiagnosa Spondylolisthesis

Pada kebanyakan kasus-kasus adalah tidak mungkin untuk melihat tanda-tanda yang dapat dilihat dari spondylolisthesis dengan memeriksa pasien. Pasien-pasien secara khas mempunyai keluhan-keluhan dari nyeri pada tulang belakang dengan nyeri yang sebentar-sebentar pada kaki-kaki. Spondylolisthesis dapat seringkali menyebabkan kejang-kejang otot, atau keketatan pada hamstrings.

Spondylolisthesis dengan mudah diidentifikasi menggunakan radiographs sederhana. Lateral X-ray (dari sisi) akan menunjukan jika salah satu dari vertebra telah bergeser kedepan dibanding pada vertebrae yang berdekatan. Spondylolisthesis dinilai menurut persentase dari pergeseran dari vertebra terhadap vertebra sebelahnya.

1. Derajat I adalah pergeseran dari sampai pada 25%,2. derajat II adalah antara 26%-50%,3. derajat III adalah antara 51%-75%,4. derajat IV adalah antara 76% dan 100%, dan5. derajat V, atau spondyloptosis terjadi ketika vertebra telah terlepas dari vertebra sebelahnya.

Jika pasien mempunyai keluhan-keluhan nyeri, mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki, studi-studi tambahan mungkin diminta. Gejala-gejalan ini mungkin disebabkan oleh stenosis atau penyempitan dari ruangan untuk akar-akar syaraf ke kaki-kaki. CT scan atau MRI scan dapat membantu mengidentifikasi kompresi (tekanan) dari syaraf-syaraf yang berhubungan dengan spondylolisthesis. Adakalanya, PET scan dapat membantu menentukan jika tulang pada tempat kerusakan aktif. Ini dapat memainkan peran dalam opsi-opsi perawatan untuk spondylolisthesis seperti digambarkan dibawah.Perawatan Untuk Spondylolisthesis

Perawatan awal untuk spondylolisthesis adalah konservatif dan berdasarkan pada gejala-gejala.

Periode singkat dari istirahat atau menghindari aktivitas-aktivitas seperti mengangkat dan melengkungkan dan athletics mungkin membantu mengurangi gejala-gejala. Terapi fisik dapat membantu meningkatkan jangkauan gerakan dari lumbar spine dan hamstrings serta menguatkan otot-otot utama perut. Obat-obat anti-peradangan dapat membantu mengurangi nyeri dengan mengurangi peradangan dari otot-otot dan syaraf-syaraf. Pasien-pasien dengan nyeri, mati rasa dan kesemutan pada kaki-kaki mungkin mendapatkan manfaat dari suntikan steroid epidural (cortisone). Pasien-pasien dengan isthmic spondylolisthesis mungkin mendapatkan manfaat dari hyperextension brace. Ini membentangkan lumbar spine membawa dua bagian dari tulang pada tempat kerusakan lebih dekat satu dengan lainnya dan mungkin mengizinkan terjadinya penyembuhan.

Untuk pasien-pasien yang gejala-gejalanya gagal untuk membaik dengan perawatan konservatif, operasi mungkin adalah opsi (pilihan). Tipe dari operasi berdasarkan pada tipe dari spondylolisthesis. Pasien-pasien dengan isthmic spondylolisthesis mungkin mendapatkan manfaat

Page 17: skoliosis

dari reparasi bagian yang rusak dari vertebra, atau reparasi pars. Jika MRI scan atau PET scan menunjukan bahwa tulangnya aktif ditempat kerusakan adalah lebih mungkin untuk sembuh dengan reparasi pars. Ini melibatkan pengangkatan segala jaringan parut dari kerusakan dan menempatkan beberapa cangkokan tulang pada area diikuti oleh penempatan dari sekrup-sekrup ditempat kerusakan.

Jika ada gejala-gejala pada kaki-kaki operasi mungkin termasuk dekompresi untuk menciptakan lebih banyak ruangan untuk akar-akar syaraf yang keluar. Ini seringkali dikombinasikan dengan fusion yang mungkin dilakukan dengan atau tanpa sekrup-sekrup untuk memegang tulang bersama. Pada beberapa kasus-kasus vertebrae digerakan kebelakang ke posisi yang normal sebelum nelakukan fusion, dan pada yang lain-lain vertebrae dilebur dimana mereka berada setelah pergeseran. Ada beberapa risiko yang meningkat dari luka pada syaraf dengan menggerakan vertebra kembali ke posisi normal.

Mencegah Spondylolisthesis

Spondylolisthesis tidap dapat sepenuhnya dicegah. Aktivitas-aktivitas tertentu seperti gymnastics, angkat besi dan sepakbola diketahui meningkatkan stress (tekanan) pada vertebrae dan meningkatkan risiko mengembangkan spondylolisthesis.

Komplikasi-Komplikasi Dari Spondylolisthesis

Komplikasi-komplikasi dari spondylolisthesis termasuk nyeri yang kronis pada tulang belakang bagian bawah atau kaki-kaki, serta mati rasa, kesemutan atau kelemahan pada kaki-kaki. Kompresi yang parah dari syaraf dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan kontrol usus dan kantong kemih, namun ini adalah sangat tidak umum.

Prognosis Untuk Spondylolisthesis

Prognosis untuk pasien-pasien dengan spondylolisthesis adalah baik. Pada kebanyakan kasus-kasus pasien-pasien merespon baik pada rencana perawatan konsevatif. Unutk mereka yang dengan gejala-gejala parah yang terus menerus, operasi dapat membantu meringankan gejala-gejala kaki dengan menciptakan lebih banyak ruangan untuk akar-akar syaraf. Nyeri tulang belakang dapat dibantu melalui lumbar fusion.

INSTABILITAS TULANG BELAKANG LUMBAL

Instabilitas tulang belakang lumbal adalah penyebab umum untuk nyeri punggung. Biasanya

muncul pada kelompok usia dewasa muda dan tua. Pada kelompok usia dewasa muda sekitar 30

tahun, instabilitas tulang belakang lumbal biasanya disebabkan cederanya tulang belakang

lumbal, yaitu di bagian pars interarticularis. Cedera ini biasanya terjadi jauh sebelum muncul

instabilitas, yaitu pada usia remaja. Kondisi ini disebut spondylolytic spondylolisthesis. Pada

Page 18: skoliosis

kelompok usia tua, instabilitas tulang belakang lumbal disebabkan perubahan degeneratif

(penuaan).

Figure 1 Pars Interarticularis Pada Tulang Belakang Sehat, Spondylolysis, Dan Spondylolisthesis

[ sumber:http://www.flickr.com/photos/66863767@N07/6087292898/sizes/o/in/photostream/]

Bagaimana cedera pada pars interarticularis bisa terjadi, Dok?

Cedera pada pars interarticularis (pars defect) muncul pada usia remaja pada mereka yang

sangat aktif di beberapa olah raga yang membutuhkan hiperekstensi punggung (menekuk

punggung ke belakang) seperti senam, basket, dan voli. Gerakan hiperekstensi yang berulang ini

secara perlahan akan melemahkan pars interarticularis dan sering berujung pada kondisi fraktur

stres (fraktur tulang yang disebabkan penekanan yang berulang).

Trus Dok, apa keluhan yang muncul ketika terjadi fraktur?

Pada usia muda, biasanya tidak merasakan adanya keluhan. Hal ini dikarenakan fraktur ini

disebabkan gerakan yang berulang, bukan karena kecelakaan. Kadang ada perasaan tidak

nyaman sesaat, lalu hilang dengan sendirinya. Pada akhirnya, sebagian besar orang bahkan tidak

tahu kapan fraktur ini terjadi.

Trus kalau ada fraktur ini, Dok, akan menyebabkan tulang belakang kita tidak stabil

(instabilitas)?

Figure 2 Sendi Facet [ sumber:http://indyspinemd.com/Images/normalAnat/facetJoints.jpg]

Setelah terjadi fraktur, tulang belakang kita tidak langsung mengalami ketidakstabilan (instabilitas). Tulang belakang lumbal kita akan tetap stabil karena masih di’pegang’ dengan baik oleh otot-otot punggung kita yang kuat. Selain otot, masih ada sendi facet dan diskus intervertebral yang menstabilkan tulang belakang. Tetapi, adanya kelainan struktur berupa fraktur pars interarticularis, menyebabkan baik otot, sendi, dan diskus bekerja lebih keras untuk mempertahankan stabilitas tulang belakang. Ketiga struktur ini akan lebih cepat melemah dan mengalami degenerasi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami fraktur. Maka di kisaran usia 30 tahun, diskus dan sendi facet mulai menunjukkan tanda-tanda degeneratif (penuaan). Kondisi ini diiringi kondisi otot yang mulai tidak bugar dan tidak sekuat sebelumnya. Pada tahap ini, instabilitas tulang belakang lumbal mulai muncul.

Figure 3 Diskus Intervertebra [ sumber:http://indyspinemd.com/Images/normalAnat/motionSegment.jpg]

Bagaimana bila instabilitas ini muncul pada usia tua, Dok?

Pada usia tua, instabilitas lebih disebabkan karena proses degeneratif, tanpa adanya fraktur.

Seiring dengan berjalannya waktu, sendi-sendi kita dan diskus intervertebral akan mengalami

proses penuaan. Diskus akan lebih menipis dan akan berpengaruh terhadap pergerakan sendi

tulang belakang.

Lantas apa keluhan yang akan muncul akibat instabilitas tulang belakang lumbal?

Penderita instabilitas tulang belakang lumbal akan mengeluh nyeri punggung bawah (Low Back

Pain–LBP) yang menjalar ke pantat atau paha belakang bagian atas. Nyeri punggung ini akan

meningkat ketika penderita mengubah posisi dari tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri.

Kadang, dapat terjadi iritasi saraf akibat gerakan maju mundur dari tulang belakang kita.

Gerakan-gerakan tulang belakang ini diakibatkan ketidakstabilan tulang belakang yang pada

Page 19: skoliosis

akhirnya akan membuat kanal saraf menyempit. Gejala iritasi saraf adalah adanya nyeri yang

menjalar ke kaki bagian bawah.

Apakah ada penyebab lain untuk instabilitas tulang belakang lumbal?

Salah satu penyebab instabilitas tulang belakang lumbal adalah deformitas congenital (dysplatic)

dimana tulang belakang lumbal dan sacral tidak terbentuk dengan normal. Kasus ini cukup

jarang ditemui, tetapi biasanya muncul pada anak usia dibawah 10 tahun. Postur punggung

tampak aneh, dan ditemukan pelambatan (delay) ketika jalan. Maka sebaiknya orang tua dapat

segera mengenali kelainan yang tampak dari postur punggungnya dan segera dilakukan

pemeriksaan. Selain deformitas congenital, instabilitas tulang belakang lumbal bisa disebabkan

oleh tumor, infeksi, dan fraktur. Kasus-kasus ini akan berkaitan dengan prosedur bedah tulang

belakang.

Bagaimana dokter bisa mengetahui terjadinya instabilitas tulang belakang lumbal?

Figure 4 Defek (fraktur) Pars Interarticularis Pada Xray Tulang Belakang Lumbal Ditunjukkan Dengan Anak

Panah Hijau. Defek Menyebabkan Spondylolisthesis.

Instabilitas tulang belakang lumbal dapat dideteksi dengan pemeriksaan rontgen (Xray)

sederhana. Bila instabilitas derajat ringan, maka teknik Xray tulang belakang lumbal dengan

fleksi dan ekstensi.Xray tulang belakang lumbal lebih unggul dalam mendeteksi instabilitas

tulang belakang dibandingkan MRI. Namun pemeriksaan MRI diperlukan pada kasus-kasus

dimana melibatkan jaringan lunak seperti diskus, sendi, dan saraf untuk menegakkan diagnosis.

Page 20: skoliosis

Bagaimana terapi instabilitas tulang belakang lumbal?

Instabilitas tulang belakang lumbal dapat dilakukan terapi stabilitas tulang belakang. Tulang

belakang dapat stabil bila ditopang otot-otot punggung yang kuat, maka fisioterapi dan latihan

penguatan otot menjadi kunci utama. Mayoritas penderita dapat mengalami progres yang bagus

dalam hal intensitas dan frekuensi keluhan dengan metode ini. Operasi dapat dilakukan, tetapi

sebaiknya dilakukan apabila keluhan tidak membaik setelah terapi konservatif (non-operatif), dan

mengganggu aktifitas sehari-hari.

Instabilitas tulang belakang lumbal yang disebabkan kelainan congenital, tumor, infeksi, fraktur,

dan operasi tulang belakang sebelumnya, akan lebih baik bila dilakukan pemeriksaan lanjutan

untuk operasi.

Figure 5 Foto Klinis Preoperative Dan 3-Bulan Postoperative Menggambarkan Hasil Koreksi Kosmetik Yang

Baik Dan Restorasi Profil Sagital Pada Anak Dengan Congenital Spondylolisthesis

SKOLIOSIS

Skoliosis adalah gangguan berbentuk lengkungan menyamping pada tulang belakang yang

awalnya tegak lurus. Apabila dilihat tampak belakang, tulang belakang pada penderita skoliosis

akan terlihat seperti huruf “S” atau “C”, sedangkan tulang belakang yang normal  terlihat seperti

huruf “I”. Skoliosis biasanya mempengaruhi dua kelompok usia: anak-anak atau

remaja dan orang tua.

Page 21: skoliosis

Figure 1 Skema skoliosis [ sumber:http://essentialsomatics.files.wordpress.com/2010/06/skoliosis1.jpg]

Figure 2 Skoliosis tampak Xray

[ sumber:http://kidshealth.org/kid/health_problems/bone/images_91980/1099931628384.skoliosis_back.gif]

Kok bisa terjadi skoliosis ya Dok?

Skoliosis dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kongenital, degeneratif, dan

idiopatik.Skoliosis kongenital adalah kondisi dimana terjadi defek pada tulang belakang  yang

mengalami kelainan perkembangan. Defek ini dapat terjadi pada dua kondisi yaitu defek

segmentasi dan defek formasi. Penyebab defek ini belum

diketahui. Skoliosis degeneratif adalah kondisi dimana terjadi trauma (kecelakaan maupun

penyakit) yang menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang.

Skoliosis idiopatik adalah skoliosis yang paling sering ditemukan dimana penyebabnya tidak

diketahui (idiopatik). Penelitian banyak dilakukan untuk menemukan penyebab skoliosis tetapi

belum ada hasil yang memuaskan. Bukti kuat menyebutkan skoliosis adalah kondisi tulang

belakang yang diturunkan.

Penderita skoliosis 60% adalah perempuan, dan 40% laki-laki. Hal ini juga belum diketahui

penyebabnya.

Figure 3 Defek tulang belakang pada skoliosis kongenital

[ sumber: http://www.uptomed.ir/Digimed.ir/nelson-textbook-of-pediatrics-18th-edition/

Nelson_Textbook_of_Pediatrics__18th_Edition/HTML/f4-u1.0-B978-1-4160-2450-7..50680-0..gr3.jpg ]

Wah kalau skoliosis kongenital ternyata cukup berat ya Dok?

Oke, kita bicarakan skoliosis kongenital dahulu ya. Skoliosis kongenital berbeda penanganan

dengan skoliosis idiopatik yang akan kita bicarakan. Tetapi karena itu perlu diwaspadai dan

dideteksi secara dini. Kenapa? Karena meskipun sangat jarang (angka kejadian 1 dalam 10.000)

bila ditangani segera prognosisnya baik. Hal ini dikarenakan progres penyakitnya berbeda

dengan skoliosis idiopatik. Skoliosis kongenital memiliki kelainan struktur tulang, maka setiap

pertumbuhan tulang akan memperbesar kurva skoliosis. Hanya sebagian kecil (1-2%) yang

membaik. 2.5% tidak mengalami progres yang signifikan. Sisanya justru progres memburuk.

Karena itu skoliosis kongenital harus melakukan Xray setiap 6 bulan sekali untuk memastikan

progresifitas skoliosis.

Lantas penanganannya bagaimana Dok?

Begitu ada tanda progres skoliosis, maka saat itu penanganan harus dilakukan. Dan

penanganannya pun berbeda dengan skoliosis idiopatik dimana brace atau korset bisa menahan

progresifitas skoliosis. Penanganan skoliosis kongenital adalah operasi. Dan biasanya

membutuhkan lebih dari satu kali operasi.

Ingat, bila ada kelainan kongenital biasanya tidak hanya satu. Maka kita harus waspadai adanya

kelainan kongenital lainnya. Kodenya adalah VACTERL.

V – Vertebral anomalies;

A – Anal atresia;

C – Cardiovascular anomalies;

TE – Tracheoesophageal fistula;

R – Renal and/or radial anomalies;

Page 22: skoliosis

L – Limb defects.

 

Oke Dok. Kalau skoliosis idiopatik bagaimana Dok?

Kita mulai dari tandadan gejala. Skoliosis memiliki tanda yang khas, yaitu tidak sama tinggi

pundak, pinggang, dan pinggul. Pada beberapa penderita juga ditemukan penonjolan tulang

scapula di satu sisi (entong-entong). Tanda ini biasanya baru muncul saat pertumbuhan tulang

terpacu pada usia 9-15 tahun. Gejala yang muncul biasanya tidak terlalu dirasakan di awal.

Tetapi kian lama, penderita sering merasa lelah, nyeri punggung, tidak nyaman saat berada pada

satu posisi dalam waktu yang lama.

Lantas apa yang bisa dilakukan bila muncul tanda skoliosis?

Pastikan bahwa itu skoliosis melalui Xray. Xray akan menunjukkan berapa derajat kurva skoliosis

yang dialami. Pemeriksaan seperti MRI dan CT scan diperlukan bila dokter mencurigai adanya

penyakit lain yang menyebabkan skoliosis, seperti tumor.

Figure 4 Tanda skoliosis

[ sumber: http://www.skoliosis-australia.org/images/girl_diagram.jpg ]

 

Penanganan skoliosis bagaimana Dok?

Penanganan skoliosis pada dasarnya dibagi menjadi tiga: observasi, brace, dan operasi.

Pemilihan metode terapi ini dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah jenis kelamin.

Perempuan lebih besar risiko progres skoliosis dibandingkan laki-laki. Jenis kurva juga

berpengaruh, yaitu kurva S memiliki kemungkinan lebih besar untuk memburuk dibandingkan

dengan kurva C. Lokasi kurvaberpengaruh karena skoliosis dengan kurva di bagian tengah

(vertebra torakal) prognosisnya akan lebih buruk.

Maturitas memiliki pengaruh karena jika pertumbuhan tulang berhenti, maka risiko skoliosis

memburuk sangat kecil. Maturitas ini diukur dengan menggunakan skor Risser. Skor risser

sering digunakan untuk mengetahui maturitas tulang anak (berapa pertumbuhan yang masih

bisa terjadi). Mengetahui  skor risser melalui Xray tulang pelvis sehingga didapatkan skor antara

0-5. Skor 0-1 adalah pertumbuhan tulang sangat cepat, bermakna derajat kurva skoliosis bisa

semakin besar. Skor risser 4-5 bermakna pertumbuhan tulang berhenti dan besar kurva skoliosis

tidak bertambah. Biasanya dikombinasikan dengan Besar kurva (COBB angle). Besar kurva

mempengaruhi metode penanganan skoliosis.

Figure 5 Sistem Skor Risser menunjukkan maturitas tulang melalui apofisis tulang iliaka

[ sumber:http://www.srs.org/professionals/conditions_and_treatment/adolescent_idiopathic_skoliosis/

graphics/ossification_of%20the_iliac_apophysis_creates_Risser_sign.jpg]

Brace atau korset digunakan untuk memperlambat progres skoliosis. Korset tidak akan memperkecil kurva skoliosis atau bahkan menyembuhkan skoliosis. Korset dapat dilepas bila pertumbuhan tulang berhenti, yaitu sekitar dua tahun setelah menstruasi, atau tidak ada pertambahan tinggi badan yang signifikan.

Fisioterapi diperlukan untuk mengurangi nyeri punggung dan keluhan mudah capek. Setiap

pasien skoliosis memiliki karakteristik kurva skoliosis yang berbeda-beda, oleh karena itu metode

fisioterapi yang diberikan pun sangat personal. Latihan diperlukan untuk menguatkan otot,

Page 23: skoliosis

sehingga keterbatasan aktifitas dapat ditekan seminimal mungkin, dan kualitas hidup penderita

meningkat.

Figure 6 Salah satu jenis Brace atau korset yang didesain khusus untuk penderita skoliosis bertujuan untuk

memperlambat progres skoliosis

[ sumber:http://www.mayoclinic.com/images/image_popup/r7_skoliosisbrace.jpg ]

Apa yang dapat terjadi bila skoliosis memburuk, Dok?

Beberapa kondisi dimana skoliosis yang bertambah parah harus diwaspadai. Selain merusak

postur tubuh dan memperburuk penampilan, kelainan ini juga akan mengakibatkan penyakit

sendi akibat degeneratif, gangguan keseimbangan otot seperti nyeri otot kronis, mudah lelah dan

kelemahan otot, gangguan sistem kerja tubuh seperti nafas jadi sesak karena ruang paru

menyempit tertekan tulang dan sistem pencernaan terganggu karena ruang di perut terdesak

tulang.

Bila skoliosis memburuk dibutuhkan penanganan operasi secepatnya agar tidak terjadi

komplikasi pada organ lain. Operasi ini dapat memperkecil kurva skoliosis dan mencegah progres

skoliosis. Pada umumnya, skoliosis membutuhkan prosedur operasi lebih dari satu kali.

Figure 7 Xray penderita skoliosis pre dan post operasi

[ sumber:http://www.mayoclinic.com/images/image_popup/mcdc