skenario3
TRANSCRIPT
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 1/13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suhu tubuh manusia merupakan hasil akhir dari produksi panas oleh
proses metabolik dan atau aktivitas otot dan kehilangan panas, dihantar
oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan dan disebaarkan oleh
keringat. Tidak ada suhu inti yang dapat dianggap normal, karena
pengukuran yang dilakukan pada sebagian besar orang yang sehat
memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu sekitar 36,8oC – 37,4
oC. Suhu
tubuh meningkat selama olahraga dan bervariasi pada suhu lingkungan
yang ekstrim, karena mekanisme pengaturan suhu tidaklah sempurna. Bila
dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik yang
melelahkan, suhu akan meningkat sementara sampai 101o
hingga 104o
F.
Sebaliknya, ketika tubuh terpajan dengan suhu yang dingin, suhu dapatturun sampai di bawah nilai 96
oF.
Demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas batas normal. Demam
ini bisa merupakan gejala awal suatu penyakit dan bisa juga sebagai hal
yang fisiologis. Demam bisa merupakan suatu gejala awal penyakit jika
terdapat kuman penyakit yang telah mengganggu homeostasis tubuh. Dan
respon tubuh dalam menjaga homeostasisnya, yaitu dengan cara
menaikkan suhu tubuh (demam). Sedangkan yang fisiologis terutama
setelah kita melakukan aktivitas atau latihan fisik.
Namun, sebagian besar demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan
oleh perubahan dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang
dihasilkan oleh makrofag (Guyton, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demam ?
2. Apa yang dimaksud dengan menggigil ?
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 2/13
2
3. Apa yang dimaksud dengan obat ?
4. Apa yang dimaksud dengan kompres dan bagaimana teknik
mengkompres yang benar ?
5. Bagaimana mekanisme terjadinya demam ?
6. Bagaimana mekanisme menggigil ?
7. Bagaimana peran hipothalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan demam.
2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan menggigil.
3. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan obat.
4. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan kompres dan tekniknya.
5. Untuk menjelaskan mekanisme terjadinya demam.
6. Untuk menjelaskan mekanisme menggigil.
7. Untuk menjelaskan peran hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu
tubuh.
D. Manfaat
1. Untuk memahami yang dimaksud dengan demam.
2. Untuk memahami yang dimaksud dengan menggigil.
3. Untuk memahami yang dimaksud dengan obat.
4. Untuk memahami yang dimaksud dengan kompres dan tekniknya.
5. Untuk memahami mekanisme terjadinya demam.
6. Untuk memahami mekanisme menggigil.
7. Untuk memahami peran hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu
tubuh.
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 3/13
3
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Hipothalamus
Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hipothalamus, yang berperan
sebagai thermostat, yang secara langsung mengendalikan sistem saraf
autonom dan secara tidak langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer.
Dengan demikian bila panas perlu dihemat karena suhu lingkungan
rendah, akan terjadi vasokonstriksi perifer (Davis dan Phair, 2004).
Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan
balik, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan-
suhu yang terletak di hipothalamus. Agar mekanisme umpan balik ini
dapat berlangsung, harus juga tersedia pendetektor suhu untuk
menentukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin.
Bila pusat suhu hipothalamus mendeteksi bahwa tubuh terlalu panas atau
terlalu dingin, hipothalamus akan memberikan prosedur penurunan atau
peningkatan suhu yang sesuai (Guyton, 2007).
B. Mekanisme Penurunan Suhu Bila Tubuh Terlalu Panas
1. Vasodilatasi pembuluh darah kulit
Pada hampir semua area di dalam tubuh, pembuluh darah kulit
berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat
simpatis di hipothalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi.
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas
ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
2. Berkeringat
Peningkatan suhu tubuh tambahan sebesar 1o
C, menyebabklan
pengeluaran keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali
kecepatan pembentukan panas tubuh basal.
3. Penurunan pembentukan panas
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 4/13
4
Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas yang berlebihan,
seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat.
(Guyton, 2007)
C. Mekanisme Penurunan Suhu Bila Tubuh Terlalu Dingin
1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh
Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipothalamus
posterior.
2. Piloereksi
Hal ini tidak penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih
rendah.
3. Peningkatan termogenesis
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan
memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk
pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.
(Guyton, 2007)
D. Rangsangan Hipothalamus Terhadap Menggigil
Pusat motorik primer untuk menggigil terletak pada bagian
dorsomedial dari hypothalamus posterior dekat dinding ventrikel
ketiga. Pusat ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya
beberapa derajat di bawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian
meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus
bilateral turun ke batang otak, kemudian ke dalam kolumna lateralis
medulla spinalis, dan akhirnya ke neuron-neuron motorik anterior.
Sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka di seluruh tubuh
dengan meningkatkan aktivitas neuron-neuron motorik anterior.
Ketika tonus meningkat di atas nilai kritis tertentu, proses menggigil
dimulai. Selama proses menggigil maksimum, pembentukan panas
tubuh dapat meningkat hingga sebesar empat sampai lima kali lipat
dari normal (Guyton, 2007).
E. Konsep Set Point untuk Pengaturan Suhu Tubuh
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 5/13
5
Nilai suhu kritis disebut “set - point” pada mekanisme pengaturan
suhu, yaitu semua mekanisme pengaturan suhu secara terus menerus
berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh kembali ke nilai set-point .
Pada suhu inti tubuh yang kritis, sekitar 37,1o
C (98,8oF), akan
menyebabkan perubahan drastis kecepatan kehilangan panas dan
pembentukan panas. Pada suhu di atas nilai ini, kecepatan kehilangan
panas lebih besar dari kecepatan pembentukan panas, sehingga suhu
tubuh turun dan mendekati 37,1o
C. pada suhu di bawah nilai ini,
kecepatan pembentukan panas lebih besar dari kecepatan kehilangan
panas, sehingga suhu tubuh kini meningkat dan sekali lagi mendekati
nilai 37,1oC.
(Guyton, 2007)
F. Demam
1. Definisi Demam
Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat
disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan
toksik yang memengaruhi pusat pengaturan-suhu (Guyton, 2007).
Demam merupakan manifestasi sistemik yang paling umum akibat
respon inflamasi dan merupakan keluhan utama penyakit infeksi
(Nairn, 2001).
Demam atau naiknya suhu tubuh, adalah tanda infeksi. Namun,
penderita penyakit serius dengan infeksi dapat tanpa demam atau suhu
lebih rendah daripada normal. Lagipula ada banyak penyebab demam
selain infeksi (Davis dan Phair, 2004).
2. Penyebab Demam
1. Penyakit yang disebabkan bakteri
Sebagian besar protein, hasil pemecahan protein, dan beberapa zat
tertentu lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan dari
membran sel bakteri, dapat menyebabkan peningkatan set-point
pada thermostat hipothalamus. Zat yang menimbulkan efek seperti
ini disebut pirogen.
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 6/13
6
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat di dalam
jaringan atau dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh
bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 yang juga
disebut leukosit pirogen atau pirogen endogen ke dalam cairan
tubuh. Interleukin-1, saat mencapai hipothalamus, segera
mengaktifkan proses yang menimbulkan demam, kadang-kadang
meningkatkan suhu tubuh dalam jumlah yang jelas terlihat dalam
waktu 8 sampai 10 menit. Pertama-tama dengan menginduksi
pembentukan salah satu prostaglandin, terutama prostaglandin E2 ,
atau zat yang mirip, dan selanjutnya bekerja di hipothalamus untuk
membangkitkan reaksi demam.
2. Lesi otak
Bila seorang ahli bedah otak melakukan operasi di daerah
hipothalamus, demam yang berat hampir selalu terjadi. Akan tetapi
jarang timbul efek yang berlawanan, yakni terjadi hipotermia. Hal
tersebut memperlihatkan kemampuan mekanisme hipothalamus
untuk pengaturan suhu tubuh dan mudahnya kelainan di
hipothalamus dapat mengubah set-point pengaturan suhu. Keadaan
lain yang sering menyebabkan suhu tinggi yang berkepanjangan
adalah penekanan hipothalamus oleh tumor otak.
3. Keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan heatstroke
Apabila suhu tubuh meningkat melebihi suhu kritis, dalam rentang
105o
sampai 108o
F, orang tersebut dapat mengalami heatstroke.
Gejalanya meliputi pusing, rasa tidak enak pada perut yang kadang
disertai muntah, kadang delirium, dan akhirnya hilang kesadaran
bila suhu tubuh tidak segera turun. Gejala-gejala ini sering
diekserbasi oleh derajat syok sirkulasi yang disertai dengan
kehilangan banyak cairan dan elektrolit dalam keringat.
(Guyton, 2007)
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 7/13
7
G. Tatalaksana Demam
Salisilat dan obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati penyakit
rematik mempunyai kemampuan untuk menekan tanda dan gejala
peradangan. Beberapa dari obat ini juga mempunyai efek antipiretik dan
analgesic, tetapi efek anti-inflamasinya membuat obat-obat ini
bermanfaat dalam menanggulangi kelainan rasa nyeri yang berhubungan
dengan intensitas proses peradangan.
1. Aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid yang lebih baru (AINS)
(ibuprofen, naproksen, dan lain-lain), berhubungan secara kimiawi di
mana mereka adalah asam organik lemah. Obat-obat ini mempunyai
sifat penting menghambat prostaglandin. Efek antipiretik aspirin, yaitu
menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu badan
yang normal. Aspirin menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh
pembentukan prostaglandin maupun respons susunan saraf pusat
terhadap interleukin-1 dan sehingga dapat mengatur kembali
“pengontrol suhu” di hipothalamus, sehingga memudahkan pelepasan
panas dengan jalan vasodilatasi.
2. Asetaminofen merupakan obat penghambat prostaglandin yang lemah
pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang
bermakna. Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan
aspirin, asetaminofen berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi.
Obat-obat yang termasuk obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
mempunyai efek analgesik, antipiretik, dan pada dosis yang lebih tinggi,
bersifat antiinflamasi (Payan dan Katzung, 2001).
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 8/13
8
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario 4 blok 3 ini, dikatakan bahwa Dea, mahasiswi kedokteran
mengeluh demam dan menggigil. Demamnya terus-menerus, tidak turun
walaupun sudah dikompres dan minum obat. Oleh kakak tingkatnya diperiksa
suhu tubuh menggunakan thermometer di axilla, dan hasilnya 39oC. kemudian
Dea bertanya kepada kakak itu kenapa dia bisa demam. Kakak tingkatnya
mengatakan bahwa demam itu macam-macam sebabnya dan organ yang berperan
adalah hipothalamus.
Berdasarkan skenario di atas, kita perlu memahami definisi dari demam itu
sendiri. Secara umum, demam merupakan peningkatan suhu tubuh di atas normal
baik yang fisiologis ataupun yang patologis. Peningkatan suhu tubuh yang bersifat
fisiologis contohnya seperti peningkatan metabolisme dan latihan fisik.
Sedangkan yang bersifat patologis seperti timbulnya perubahan pada pusat
pengatur panas dan suhu lingkungan yang ekstrem. Peningkatan suhu tubuh yang
fisiologis tidak setinggi peningkatan suhu tubuh yang bersifat patologis. Artinya,
jika seseorang mengalami peningkatan aktivitas tubuh, suhu tubuhnya akan naik
beberapa derajat dan nantinya akan pulih kembali (suhu tubuh normal). Berbeda
dengan peningkatan suhu tubuh yang bersifat patologis, karena peningkatan suhu
tubuh ini bisa berjam-jam bahkan berhari-hari (Davis dan Phair, 2004).
Menggigil merupakan upaya untuk memperbesar produksi panas pada suhu
lingkungan yang rendah. Proses mengigil ini ada kaitannya dengan demam. Tahun
1940, Beeson melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa sel fagosit yang
dirangsang, akan melepaskan faktor-faktor yang menimbulkan demam pada
kelinci. Satu perangsang klasik dari fagosit ini dan respon lain adalah endotoksin
atau polisakarida dinding sel gram negatif. Atkins, Wood dan teman-temannya
pada suatu percobaan membuktikan bahwa pirogen endogen terpisah dari produk
bakteri lain. Bodel menunjukkan bahwa sumber pirogen endogen adalah fagosit
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 9/13
9
mononuklear atau makrofag. Sekarang ditentukan bahwa interleukin-1
(merupakan produk dari fagosit mononuklear yang terangsang) adalah sitokin
yang merangsang pelepasan asam arakhidonat produk prostaglandin E2 , yang
jelas mengatur-menaikkan fungsi pusat pengatur panas. Sebagai akibatnya
vasokonstriksi perifer yang sering disertai keadaan menggigil, yang dapat
ditampakkan sebagai dingin menggigil atau kaku, menghasilkan produksi panas,
penghematan panas, dan kenaikan suhu (Davis dan Phair, 2004).
Pirogen eksogen
Monosit-makrofag
Pirogen endogen
Sitokin adalah polipeptida dengan berat molekul rendah yang disekresi oleh
limfosit serta sel efektor dan APC (Antigen Presenting Cell), dalam situasi
tertentu, sel epitel dan mesenkim merupakan sumber yang penting pula. (Kumar,
2007). Sedangkan penyebab demam, tidak selamanya karena adanya infeksi
(masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam tubuh dan menimbulkan tanda
atau gejala klinis). Penyebab lainnya, yaitu seperti lesi otak dan suhu lingkungan
yang rendah. Jika penyebabnya karena lesi otak, kemungkinan besar hipothalamus
mengalami penekanan dengan adanya tumor. Sehingga fungsi sebagai pusat
pengatur suhu tubuh terganggu. Dan jika penyebabnya karena suhu lingkungan
Peningkatan produk
dan konservasi (CNS)
Respon sel T
terhadap IL-1
meningkat
Plasma berubah
DEMAM ↑ respon imun ↓ pertumbuhan
mikroba
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 10/13
10
yang rendah hal ini hampir sama dengan demam yang diakibatkan adanya infeksi,
yaitu vasokonstriksi perifer, menggigil, menghasilkan produksi panas,
penghematan panas, dan kenaikan suhu (demam) (Nairn, 2001).
Lalu bagaimana dengan demam yang sudah dikompres dan minum obat
tetapi tidak kunjung turun juga. Hal ini kemungkinan karena adanya kesalahan
pemberian air kompres, salah obat karena ketidaktahuan si sakit, atau tidak
tepatnya obat yang sesuai dengan penyebab demam. Jika seseorang itu mengalami
demam, akan lebih baik jika menggunakan air hangat dalam pengompresan. Hal
ini dilakukan agar terjadi vasodilatasi pembuluh perifer. Dengan terjadinya
vasodilatasi, akan meningkatkan pengeluaran panas ke kulit di mana suhu kulit
dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Guyton, 2007). Kemungkinan yang kedua
adalah ketidaktahuan si sakit akan obat yang harus di minumnya. Biasanya obat
antidemam (antipiretik) yang umum digunakan dan dijual bebas adalah aspirin.
Tapi ada juga yang menggunakan asetaminofen dan ibuprofen. Tetapi yang sering
digunakan adalah aspirin. Karena selain merupakan obat terbaik yang ada untuk
menurunkan demam bila dikehendaki dan bila tak ada kontraindikasipenggunanya, harganya pun cukup terjangkau untuk semua kalangan (Neal,
2006). Kemungkinan terakhir jika obat yang digunakan tidak sesuai dengan
penyebab demamnya. Untuk itu, perlu anamnesis lebih lanjut dan pemeriksaan
laboratorium untuk penunjang.
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 11/13
11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Demam (kenaikan suhu tubuh di atas normal) bisa terjadi dalam kondisi
fisiologis ataupun patologis. Bersifat fisiologis terutama jika tubuh
melakukan latihan fisik. Dan bisa bersifat patologis, jika demam ini
merupakan suatu gejala adanya penyakit.
2. Demam tidak selalu disebabkan karena adanya infeksi karena banyak
penyebab demam selain infeksi, seperti lesi otak dan suhu lingkungan.
Selain itu, penderita penyakit serius dengan infeksi dapat tanpa demam
atau suhu lebih rendah daripada normal.
(Davis dan Phair, 2004)
B. Saran
1. Jika mendapati seseorang yang demam segera lakukan tindakan, bisamengompresnya dengan air hangat atau memberikan obat antidemam
(antipiretik) yang dijual bebas di apotek.
2. Jika demamnya tidak turun-turun juga, segera periksakan ke dokter.
karena dikhawatirkan demamnya merupakan suatu gejala adanya
penyakit. Dengan diperiksanya ke dokter, dokter akan melakukan
anamnesis dan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium, bisa
diketahui penyebab dari demam tersebut.
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 12/13
12
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Davis A. T dan Phair J. P., 2004. Pengaturan Suhu, Patogenesis Demam, dan
Pendekatan terhadap Penderita Demam dalam buku edisi bahasa Indonesia :
Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi oleh Shulman, Phair, Sommers.
Dalam buku edisi bahasa Inggris : The Biologic and Clinical Basis of
Infectious Diseases by Shulman, Phair, Sommers. 4th
ed. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Guyton A. C. and Hall A.J., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Kumar Vinay.dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
Nairn R., 2001. Imunologi dalam buku edisi bahasa Indonesia : Mikrobiologi
Kedokteran oleh Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. Dalam buku edisi bahasa
Inggris : Medical Microbiology by Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 22nded.
Jakarta : Salemba Medika.
Neal M. J., 2006. At A Glance Farmakologi Medis. Jakarta : Erlangga.
Payan D. G dan Katzung B. G., 2001. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid;Analgesik
Nonopioid;Obat yang Digunakan Pada Gout dalam buku edisi bahasa
Indonesia : Farmakologi Dasar dan Klinik oleh Katzung. Dalam buku edisi
bahasa Inggris : Basic And Clinical Pharmacology by Katzung. 6th
ed. Jakarta
: EGC.
5/17/2018 SKENARIO3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario3-55b07d5b42a07 13/13
13