skenario peran bat an pada pengelolaan llmbah

10
Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah V Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410-6086 SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF-PL TN Mulyono Daryoko Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK SKENARIO PERAN BATAN PADA PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF-PLTN. Telah dilakukan pengkajian tentang skenario kebijakan, bagaimana peran BATAN pada pengelolaan limbah radioaktif- PLTN. Pengkajian dilakukan dengan analisis-analisis yang didasarkan dari latar belakang pemahaman tentang hubungan-hubungan antara PL TN dengan IPLR-PL TN dari berbagai pustaka. Dari pengkajian ini disimpulkan bahwa peran BAT AN pada pengelolaan limbah radioaktif PLTN bisa mempunyai 5 skenario kemungkinan sbb.: hanya menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari; menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementaranya; menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementara serta melakukan pengolahan limbah radioaktif padat dengan metode insenerasi; menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimparian sementara serta seluruh IPLR-PL TN padat; menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementara serta seluruh IPLR-PL TN ABSTRACT BATAN CONTRIBUTION FOR NPP-RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT SKENARIO. BATAN contribution for NPP-radioactive waste management scenario has been studied. The study analysis base on the knowledge background, about relation between NPP and NPP-radioactive waste management installation obtained from literatures. The study concluded that BATAN contribution for NPP-radioactive waste management have 5 possibility scenario, which are: only prepare and operate ultimate waste disposal; prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage; prepare and operate ultimate waste disposal, interim storage and treat solid radioactive waste by incineration process, prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage and treat all of solid radioactive waste; prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage and all of radioactive waste. PENDAHULUAN Kebijakan energi nasional Indonesia harus mengacu pada Keputusan Presiden nomor 5 tahun 2006. Keputusan terse but menargetkan bahwa pada tahun 2025 mendatang peran energi nasional dari minyak bumi diharapkan lebih kecil dari 20%, gas lebih besar dari 30%, batubara lebih besar dari 33%, biofuellebih besar 5%, geothermal lebih besar dari 5%, batubara cair lebih besar dari 2% dan peran energi baru dan terbarukan lebih besar dari 5%. Yang termasuk energi baru dan terbarukan adalah biomass, nuklir, tenaga air skala kecil, matahari dan angin. Pada tahun 2025 tersebut energi nuklir ditargetkan bisa memasok energi nasional sebesar 2%[1]. Untuk mencapai sasaran tersebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PL TN) I di Indonesia ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2016. Berikutnya berturut-turut tahun 2017, 2023, dan 2024, sehingga pada tahun 2025 PLTN sudah bisa memasok energi nasional sebesar lebih kurang 4000 MW atau sekitar 2% dari pasokan energi nasional. Langkah-Iangkah yang akan ditempuh di dalam pembangunan PL TN ini adalah pada tahun 2006/2007 dibentuk Tim Nasional untuk 65 pembangunan PLTN, dan kemudian Tim ini menentukan Owner (kepemilikan) PLTN. Pemilik PLTN ini kemudian menentukaf' !<:!nder dan berbagai aktivitas Inif1nva, tcrlll<.lsuk mengoperasikan 4X 1 OvO rViW PLI N pada tahun 2025 [1]. Pengelolaan limbah radioaktif merupakan hal yang penting dari keberadaan PLTN, karena keselamatan para pekerja dan masyarakat sekitarnya adalah merupakan masalah yang paling utama. Pengelolaan limbah radioaktif terse but dilakukan baik terhadap limbah radioaktif yang ditimbulkan dari hasil operasional maupun dekomisioningnya. Pengelolaan limbah radioaktif adalah kegiatan-kegiatan yang dimulai dari pengumpulan, pengelompokan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan sementara sampai pada penyimpanan lestari atau pembuangan limbah radioaktif [2]. Istilah pengelolaan ini di dalam Undang- undang Republik Indonesia nomor 10 tentang Ketenaga Nukliran, bab VI [2] peran BATAN seolah-olah hanya dibatasi pada masalah penyimpanan akhir saja, dan inilah yang pasti menjadi kewajiban BATAN sebagai badan pengelola. Namun kalau dilihat dari pasal 24

Upload: doannhu

Post on 12-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ISSN 1410-6086

SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF-PL TN

Mulyono DaryokoPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ABSTRAKSKENARIO PERAN BATAN PADA PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF-PLTN. Telah dilakukan

pengkajian tentang skenario kebijakan, bagaimana peran BATAN pada pengelolaan limbah radioaktif­PLTN. Pengkajian dilakukan dengan analisis-analisis yang didasarkan dari latar belakang pemahamantentang hubungan-hubungan antara PL TN dengan IPLR-PL TN dari berbagai pustaka. Dari pengkajianini disimpulkan bahwa peran BAT AN pada pengelolaan limbah radioaktif PLTN bisa mempunyai 5skenario kemungkinan sbb.: hanya menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari;menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementaranya;menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementara sertamelakukan pengolahan limbah radioaktif padat dengan metode insenerasi; menyediakan danmengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimparian sementara serta seluruh IPLR-PL TNpadat; menyediakan dan mengoperasikan tempat penyimpanan lestari dan penyimpanan sementaraserta seluruh IPLR-PL TN

ABSTRACTBATAN CONTRIBUTION FOR NPP-RADIOACTIVE WASTE MANAGEMENT SKENARIO. BATAN

contribution for NPP-radioactive waste management scenario has been studied. The study analysisbase on the knowledge background, about relation between NPP and NPP-radioactive wastemanagement installation obtained from literatures. The study concluded that BATAN contribution forNPP-radioactive waste management have 5 possibility scenario, which are: only prepare and operateultimate waste disposal; prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage; prepare andoperate ultimate waste disposal, interim storage and treat solid radioactive waste by incinerationprocess, prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage and treat all of solidradioactive waste; prepare and operate ultimate waste disposal and interim storage and all ofradioactive waste.

PENDAHULUAN

Kebijakan energi nasional Indonesiaharus mengacu pada Keputusan Presidennomor 5 tahun 2006. Keputusan terse butmenargetkan bahwa pada tahun 2025mendatang peran energi nasional dari minyakbumi diharapkan lebih kecil dari 20%, gas lebihbesar dari 30%, batubara lebih besar dari 33%,biofuellebih besar 5%, geothermal lebih besardari 5%, batubara cair lebih besar dari 2% danperan energi baru dan terbarukan lebih besardari 5%. Yang termasuk energi baru danterbarukan adalah biomass, nuklir, tenaga airskala kecil, matahari dan angin. Pada tahun2025 tersebut energi nuklir ditargetkan bisamemasok energi nasional sebesar 2%[1].

Untuk mencapai sasaran tersebutPembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) I diIndonesia ditargetkan mulai beroperasi padatahun 2016. Berikutnya berturut-turut tahun2017, 2023, dan 2024, sehingga pada tahun2025 PLTN sudah bisa memasok energinasional sebesar lebih kurang 4000 MW atausekitar 2% dari pasokan energi nasional.Langkah-Iangkah yang akan ditempuh didalam pembangunan PL TN ini adalah padatahun 2006/2007 dibentuk Tim Nasional untuk

65

pembangunan PLTN, dan kemudian Tim inimenentukan Owner (kepemilikan) PLTN.Pemilik PLTN ini kemudian menentukaf' !<:!nderdan berbagai aktivitas Inif1nva, tcrlll<.lsukmengoperasikan 4X 1OvO rViW PLI N padatahun 2025 [1].

Pengelolaan limbah radioaktifmerupakan hal yang penting dari keberadaanPLTN, karena keselamatan para pekerja danmasyarakat sekitarnya adalah merupakanmasalah yang paling utama. Pengelolaanlimbah radioaktif terse but dilakukan baik

terhadap limbah radioaktif yang ditimbulkandari hasil operasional maupundekomisioningnya. Pengelolaan limbahradioaktif adalah kegiatan-kegiatan yangdimulai dari pengumpulan, pengelompokan,pengangkutan, pengolahan, penyimpanansementara sampai pada penyimpanan lestariatau pembuangan limbah radioaktif [2].

Istilah pengelolaan ini di dalam Undang­undang Republik Indonesia nomor 10 tentangKetenaga Nukliran, bab VI [2] peran BATANseolah-olah hanya dibatasi pada masalahpenyimpanan akhir saja, dan inilah yang pastimenjadi kewajiban BATAN sebagai badanpengelola. Namun kalau dilihat dari pasal 24

Page 2: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

peran BATAN bisa lebih luas dari sekedaruntuk penyimpanan akhir saja, tetapi bisaberperan mulai dari pengolahannya, dankemudian penyimpanan sementara danpenyimpanan lestarinya. Skenario inilah yangdidiskusikan pad a makalah ini. Oiskusi inipenting dilakukan, karena kebijakan yangberkaitan dengan peran BAT AN di dalampengelolaan limbah radioaktif PLTN adalahyang pertama kali akan dihadapi, danmenyangkut kibijakan yang sangat pentingpad a waktu kedepan yang sangat panjang.

SUMBER DAN PENGELOMPOKAN LlMBAHRADIOAKTIF

Limbah radioaktif yang dihasilkan darioperasional dan perawatan PLTN terdiri darilimbah radioaktif aktivitas rendah (LLW = LowLevel wastes), sedang (ILW = IntermediateLevel Wastes) dan limbah radioaktif aktivitastinggi (HLW = High Level Wastes) [2,3,4].

Limbah radioaktif tingkat rendah dansedang bisa berujud gas, cair dan padat.Limbah radioaktif g2'3 bisc. berasal dari off gasteras reakior serta peralat?n sistem tata udaradan off gas. Limbah radioaktif cair bisa berasaldari kebocoran-kebocoran seluruh proses,tumpahan saat mengambil contoh, floor drains,limbah laundry, limbah hasil dekontaminasi(dekontaminasi peralatan maupun pencucianalat-alat gelas), larutan regenerasi resin, resinyang terikut ke dalam cairan dandekontaminasi personil. Sumber limbahradioaktif padat adalah resin bekas, filter-filterudara maupun cairan, konsentrat evaporator,barang-barang bekas laboratorium, gloves,alat-alatlbahan-bahan proteksi keselamatankerja, alat-alat perawatan dan alat-alat prosesbekas, kertas-kertas, plastik, dsb. Perkiraanjumlah dan aktivitas dari masing-masingkelompok limbah tersebut seperti terlihat padaTabel 1[3,5}. Pada umumnya limbah-limbahtersebut merupakan bahan-bahan yangterkontaminasi radionuklida-radionuklida hasilbelah, dan sedikit limbah hasil aktivasi.Radionuklida-radionuklida tersebut adalah 1­

131, Cs-137, Cs-134, Ce-144, Ru-106, Zr-95,Nb-95, Co-60, Co-58, Fe-55, Fe-59, Mn-54, Cr­51, Ni-63 dan H-3. Oiantara radionuklida­radionuklida tersebut yang paling dominanialah Cs-137[3,6].

Limbah aktivitas tinggi dari PLTNIndonesia yang menerapkan strategi daurterbuka adalah bahan bakar bekasnya itusendiri. Sedangkan limbah radioaktif aktivitastinggi yang berasal dari daur tertutup ialahlimbah transuranium yang merupakan limbahyang ditimbulkan oleh proses olah ulang bahanbakar bekas yang biasanya dalam bentuk

66

ISSN 1410-6086

cairan bersifat asam yang memerlukannetralisasi dan evaporasi [4],

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF­PLTN

Pengelolaan limbah radioaktif aktivitasrendah dan sedang secara umum meliputipengumpulan dan pengelompokan,pengolahan, penyimpanan sementara danpenyimpanan lestari atau pembuangan,

Pengolahan limbah radioaktif padadasarnya adalah pengkonsentrasian danpenyebaran. Pada satu sisi agar pengelolaanlimbah radioaktif selanjutnya lebih mudah danmurah dilakukan pengurangan volume yangsebesar mungkin, dan disisi lain limbah yangaktivitasnya sudah di bawah batas ambangyang dipersyaratkan disebarkan ke jalur-jalurtertentu yang sudah tidak membahayakanlingkungan sekitarnya. Sebagai contohpengolahan limbah radioaktif cair denganmetode evaporasi [7]. Oi satu sisi terjadipengkonsentrasian volume, sehinggadihasilkan konsentrat evaporator, dan di sisilain terjadi distilat yang dapat disebarkan kelingkungan. Oemikian juga untuk pengolahanlimbah radioaktif cair dengan metode penukarion dan metode-metode lainnya. Sedangkanpengolahan limbah padat aktivitas rendah dansedang, maka upaya yang dimungkinkanadalah reduksi volume. Oekontaminasi

terhadap limbah radioaktif padat bisa jugadilakukan, sehingga aktivitasnya berkurangatau menjadi di bawah batas ambang yangdiijinkan, dan untuk limbah sekunder yangterjadi diperlakukan pengkonsentrasian volumedan atau penyebaran. Pengolahan limbahradioaktif PLTN dilakukan dengan berbagaimetode di dalam instalasi pengolahan limbahradioaktif-PL TN (IPLR-PL TN). IPLR-PL TN darimasing-masing negara bervariasi, tergantungpada jenis dan kapasitas reaktor yangdigunakan, kemajuan dan perkembanganteknologi serta batasan-batasan aman yangdiijinkan dari masing-masing negara tersebut.Gambar 1 [5] menunjukkan IPLR-PL TN (untukPLTN tipe PWR, 1000 MW) limbah radioaktifcair aktivitas rendah dan sedang, dan Gambar2[5) untuk limbah radioaktif padat. OariGambar 1 dapat dilihat bahwa IPLR-PL TNyang umum untuk limbah cair adalahevaporasi, penukaran ion, dan membran,kemudian pada Gambar 2 dapat dilihat untuklimbah padat adalah kompaksi, insenerasi danproses kondisioning. Pada Tabel 2 ditunjukkanmetode-metode umum dari IPLR-PL TN yangdigunakan dari beberapa negara (3).

Penyimpanan sementara limbahaktivitas rendah dan sedang dapat dilakukan di

Page 3: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - SATAN

lokasi PLTN selama 10-20 tahun, barukemudian disimpan di tempat penyimpanantanah dangkal (shallow land burial sites ataunear surface disposa~ dalam jangka panjang.Di Perancis, Kanada, Inggris dan AmerikaSerikat, penyimpanan dengan teknikpenguburan tanah dangkal telah dilakukan.Prinsip dasar keselamatan dalampenyimpanan adalah bahwa limbah harusdiisolasi dari lingkungan selama masihberbahaya. Di beberapa negara, telahmerencanakan penyimpanan akhir LLW danILW dalam fasilitas yang lebih mahal. Sebagaicontoh di Jerman, sedang berlangsungperijinan untuk menggunakan bekaspertambangan (the abandoned Konrad Mine)dengan kedalaman 1300 m, untukpenyimpanan akhir LLW dan ILW. Di Swedia(yaitu di Formark), LLW dan ILW disimpan dibawah batuan kristalin dengan kedalaman 60m[4].

Pengelolaan limbah aktivitas tinggiterdiri dari aktivitas-aktivitas yang berhubungandengan bahan bakar bekas setelahdikeluarkan dari reaktor, penyimpanansementara dan penyimpanan akhir, denganatau tanpa proses olah ulang. Diagram alirpengelolaan limbah aktivitas tinggi tersebutdapat dilihat pada Gambar 3[4] dan Gambar4[4].

Berdasarkan pada kebijaksanaanIndonesia yang akan menerapkan strategi daurterbuka (tidak melakukan proses olah-ulang)untuk beberapa dekade setelah beroperasinyaPLTN pertama, maka limbah aktivitas tinggiherarti adalah bahan bakar bekas itu sendiri.

Bahan bakar bekas harus disimpan untukbeberapa dekade (20-90 tahun)[3] sebelurnpenyimpanan akhir. Penyirnpanan sernentarabahan bakar bekas dapat dilakukan di dalarnreaktor (AR site = at reactor site) atau difasilitas yang dipusatkan secara terpisah diluar lokasi reaktor (AFR site = at away from thereactor).

Kapasitas penyimpanan sernentarabahan bakar bekas di lokasi PLTN bervariasi,pada urnurnnya untuk jangka waktu 25-40tahun. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel3[3]. Untuk Indonesia seperti disebutkan pad aUndang-undang RI nomor 10, pasal 24 ayat 1,pengusaha PLTN harus rnenyediakan tempatpenyimpanan sementara bahan bakar bekassekurang-kurangnya selama operasi PLTNtersebut. Teknologi penyimpanan bahan bakarbekas telah berkembang selama lebih dari 40tahun yang pada umumnya dilakukan dalarnkolam berisi air, tetapi akhir-akhir ini teknikpenyimpanan kering telah diperkenalkan untukpenyimpanan dalam jangka waku yang lebih

67

ISSN 1410-6086

larna. 'Dengan meningkatnya jumlah bahanbakar bekas memaksa perlunya peningkatankapasitas ternpat penyirnpanan. Untukmemenuhi keperluan tersebut, beberapakonsep teknis penyimpanan telahdikernbangkan, antar lain adalah : re-racking ofexisting pool dan out of pool dry storage(penyimpan kering di luar kolam) denganmenggunakan cask, vault (ruang bawah tanah)atau concrete silo (gudang beton tertutup).Pada urnumnya penyimpanan bahan bakarbekas diternpatkan di reaktor (dalam kolamberisi air) selama 5 tahun atau lebih denganrnaksud memberikan tempat untuk kedaruratanunloading dan juga untuk mernberikanpendinginan sebelurn transportasi ke fasilitasolah-ulang atau ke fasilitas penyirnpanansernentara diluar lokasi reaktor dalarn jangkawaktu panjang yang termonitor (MRS =Monitored Retrievable Storage). Secara teknisdan keselarnatan dari berbagai operasi untukpenyimpanan kering seperti: reliabilitas,kririkalitas, peluruhan panas, perisai radiasidan pengungkung radioaktivitas tidak sulit(khususnya untuk bahan bakar bekas) danditinjau dari dampak lingkungan telah dapatpula dipenuhi, selain itu biaya operasi relatiftidak rnahal terhadap harga daya listrik yangdiproduksi [3].

Lirnbah hasil proses olah ulang bahanbakar bekas biasanya diberlakukan solidifikasidengan proses vitrifikasi. Proses ini telahpopuler dan menjadi pilihan karena hasilnyarnernpunyai kecepatan pelindihan (leaching)yang sangat rendah. Pengernbangan vitrifikasiskala besar sebagai rnetode cncapsulasi dansolidifikasi limbah aUivltas tinygi telah b<Jnyakdilakukan. Negara pertarna yangrnengoperasikan vitrifikasi skala produksiadalah Perancis pada tahun 1978 di Marcouledengan kapasitas 200 canister per tahun.Fasilitas kedua di Cap de La Haque yang mulaiberoperasi tahun 1989 dengan kapasitas 600canister per tahun, dan pada tahu 1993kapasitasnya ditingkatkan menjadi 2 kali.Sernua canister disirnpan sementara dalampenyirnpanan kering (interim dry storage)dengan pendinginan konveksi udara. Belgia(di Mol) bekerja sama dengan Jerman jugatelah mempunyai fasilitas vitrifikasi. Fasilitas­fasilitas lain yang telah beroperasi adalah diUni Soviet (mulai beroperasi tahun 1987), diInggris (mulai 1991), kemudian di Jepang(mulai beroperasi tahun 1994), di AmerikaSerikat (mulai beroperasi 1996) dan di Cina(rnulai beroperasi tahun 2000)[3].

Di seluruh dunia sampai saat ini belumada tempat penyimpanan akhir ataupembuangan untuk bahan bakar bekas dan

Page 4: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - SATAN

limbah HLW dari proses olah ulang yangberoperasi skala komersial. Serbagaipembahasan aspek teknis untuk opsipenyimpanan akhir sampai saat ini masihmerupakan hasil-hasil eksperimen dan ide-ideyang telah disusun oleh para ahli selamabertahun-tahun. Kebanyakan studipenyimpanan akhir bahan bakar bekasmempertimbangkan periode penyimpanansementara (30-60 tahun), diikuti denganencapsulasi bahan bakar bekas di dalamcanister yang tahan koresi, kemudian disimpandalam tempat penyimpanan lestari dalammedia struktur geologi tanah dalam (deepgeological repository) yang terpilih. Elemenbahan bakar didisain untuk menahan unsur­unsur hasil fisi dan tahan koresi, oleh karenaitu bahan bakar bekas biasanya hanyamemerlukan pengepakan (packing) dalamdrum yang didisain secara khusus. Konseppenyimpanan lestari di dalam struktur geologitanah dalam ini didisain untuk menjaminradionuklida dalam bahan bakar bekas tetap!qrisolasi dari manusia dan lingkungannya:;ekurang-kurangnya sampai tingkataktivitasnya (bila kemungkinan terjadipelepasan radionuklida tersebut) tidakmemberikan resiko terhadap generasi yangakan datang. Lapisan penghalang (barieridalam konsep penyimpanan lestari inimempunyai 3 komponen utama, yaitu [3]:1. The near field, yang terdiri dari bentuk

limbah yang stabil dan pembungkus yangtahan korosi serta dikombinasikan denganlapisan-Iapisan penghalang yangdirekayasa menyatu dengan penyimpanantersebut.

2. Geosfer, yang terdiri dari lapisan-Iapisanpenghalang dari media geologi di tempatterse but. Faktor utama media geologitersebut adalah kemampuannya untukmenahan aliran air tanah. Oleh karena itu

diperlukan media yang mempunyaipermeabilitas dan sifat aliran yang rendahseperti misalnya clay, garam dan batuankristalin.

3. Biosfer, yang merupakan barier yang tidakkeras, yang pada gilirannya untukmengencerkan radioaktivitas. Perjalanan(pathway) radionuklida melalui biosfermerupakan pengetahuan yang sang atpenting yang perlu diketahui untukmeramal penyebaran beberaparadionuklida.

Metode lain pembuangan limbahaktivitas tinggi yang telah puladipertimbangkan adalah pembuangan di dasarlaut, selain itu ada pula ide untuk mengirimkanlimbah tersebut ke bulan menggunakan

68

ISSN 1410-6086

ballistic missile yang merupakan alternatif yangmasih jauh dibandingkan pertimbanganpembuangan di dasar laut. Serdasarkanperjanjian London (February 1983), sampaisaat ini pembuangan di dasar laut belumdiperbolehkan.

PERAN BATAN DALAM PENGELOLAANLlMBAH RADIOAKTIF

Sebelum membahas sejauh manakahperan SATAN dalam pengelolaan limbahradioaktif, terlebih dulu harus dicermati hal-halyang tertulis di dalam Undang-undangRepublik Indonesia nom or 10 tahun 1997[2].yaitu sbb.:PASAL 22

1. Pengelolaan limbah radioaktifdilaksanakan untuk mencegah timbulnyabahaya radiasi terhadap pekerja, anggotamasyarakat, dan lingkungan hidup.

2. Limbah radioaktif sebagaimana dimaksudpada ayat 1 diklasifikasikan dalam jenislimbah radioaktif, tingkat rendah, tingkatsedang, dan tingkat tinggi.

PASAL23

1. Pengelolaan limbah radioaktifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 22ayat 1 dilaksanakan oleh BadanPelaksana.

2. Dalam melaksanakan pengelolaan limbahradioaktif sebagaimana dimaksud padaayat 1, Badan Pelaksana dapat bekerjasama dengan atau menunjuk BadanUsaha Milik Negara, koperasi, dan/ataubadan swasta.

PASAL 24

1. Penghasil limbah radioaktif tingkat rendahdan sedang wajib mengumpulkan,mengelompokkan, atau mengolah danmenyimpan sementara limbah tersebutsebelum diserahkan kepada BadanPelaksana, sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23.

2. Penghasil limbah radioaktif tingkat tinggiwajib menyimpan sementara limbahtersebut dalam sekurang-kurangnyaselama masa operasi reaktor nuklir.

PASAL25

1. Badan Pelaksana menyediakan tempatpenyimpanan lestari limbah radioaktiftingkat tinggi.

2. Penentuan tempat penyimpanan lestarisebagaimana dimaksud pada ayat 1ditetapkan oleh Pemerintah setelah dapatpersetujuan Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia.

PASAL26

1. Pengangkutan dan penyimpanan limbahradioaktif wajib memperhatikan

Page 5: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan limbah VPusat Teknologi limbah Radioaktlf - BATAN

keselamatan pekerja, anggotamasyarakat dan lingkungan hidup.

2. Ketentuan tentang pengelolaan limbahradioaktif, termasuk pengangkutan danpenyimpanan sebagaimana dimaksudpada ayat 1 diatur lebih lanjut denganperaturan Pemerintah.

Bilamana dilihat secara cermat pasaldemi pasal pada Undang-undang terse butmaka ada hal-hal yang saling kontradiktif.Istilah pengelolaan limbah radioaktif yang telahdisepakati hingga kini adalah kegiatan­kegiatan yang meliputi pengumpulan,pengelompokan, pengangkutan (sebelum dansetelah pengolahan), penyimpanan sementaradan penyimpanan lestari limbah radioaktif.Kalau melihat pasal 22 ayat 1 dan ayat 2sebenarnya istilah yang diuraikan di depan taditelah sesuai. Namun pada pasal 26 ayat 1seolah-olah menjelaskan bahwa yangdimaksud dengan pengelolaan itu samadengan penyimpanan lestari, sehinggakegiatan-kegiatan lain yaitu pengumpulan,pengelompokan, pengangkutan danpenyimpanan sementara tidak termasuk didalam pengelolaan. Penafsiran ini akan lebihjelas lagi dengan melihat pasal 24 ayat 2.Tetapi jika dilihat lagi pasal 27 ayat 2 makayang dimaksud dengan istilah pengelolaan,termasuk juga di dalamnya pengangkutan danpenyimpanan, sudah tentu baik penyimpanansementara dan penyimpanan lestari. Hal iniberarti bahwa pada pasal tersebut istilahpengelolaan bisa ditafsirkan lebih luas, karenaselain penyimpanan lestari termasuk jugapengangkutan dan penyimpanan sementara.Bagaimanapun penafsiran arti pengelolaanseperti yang telah diuraikan di alas, pada pasal24 ayat 1 bisa ditafsirkan, bahwa untukpengolahan dan penyimpanan sementara,selain bisa dilaksanakan oleh pengusahaPLTN, bisa juga dilaksanakan oleh BATAN.Untuk melaksanakan tugas-tugas pengelolaanlimbah radioaktif tersebut, BATAN bisa bekerjasendiri atau bekerjasama dengan ataumenunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN),koperasi, dan/atau badan swasta.

Oari hal-hal yang diuraikan di atas, biladikaitkan dengan peran BAT AN padapengelolaan limbah radioaktif PLTN, maka bisadiartikan ada beberapa kemungkinan skenariosbb.:

1. BATAN cukup berperan pad akewajibannya yang jelas harusdilaksanakan, yaitu menyediakan danmengoperasikan tempat penyimpananlestari, baik untuk limbah aktivitas rendahdan sedang serta limbah aktivitas tinggi.Oisamping itu BATAN harus menyediakan

69

ISSN 1410-6086

dan mengoperasikan tempatpenyimpanan sementara limbah aktivitastinggi sebelum ada teknologi yang mapanuntuk tempat penyimpanan lestari limbahaktivitas tinggi.

2. Peran BATAN bisa lebih luas, yaitu selainmenyediakan dan mengoperasikantempat penyimpanan lestari limbahradioaktif tingkat rendah, sedang dantinggi, juga menyediakan danmengoperasikan tempat penyimpanansementaranya juga.

3. Oalam kaitannya dengan IPLR-PL TN,BATAN bisa berperan untukmelaksanakan pengolahan limbahradioaklif padat dengan metodeinsenerasi, karena pengolahan limbahradioaktif padat dengan metodeinsenerasi ini sangat efektif sekali jikadilaksanakan secara centralized [3].

4. BATAN juga dimungkinkan untukberperan pada pengolahan limbahradioaktif padat, karena di dalam IPLR­PLTN padat tidak mungkin terjadiinterface dengan PLTN nya.

5. Oari Undang-undang RI nomor 10 bisadimungkinkan BAT AN berperan padaseluruh kegiatan pengelolaan limbahradioaktif, atau dengan kata lain IPLR­PLTN bisa dipisahkan dari PLTN nya.Namun hal tersebut adalah sangatberisiko bilamana dari awal, yaitu saatpelelangan, konstruksi dankomisioningnya sudah dilaksanakansecara terpisah, atau dengan kata lainBATAN bisa menjadi pemilik IPLR·PL TN,dengan sYiJrat antara BAT AN sebagaipemilik IPLR·PL TN dengan pemilik PLTNharus selalu bersinergi dari mulaiperencanaannya. Hal lain yang pentingyang perlu dipertimbangkan adalahbahwa dari pengalaman negara-negaralain, seperti Jepang, Korea danPerancis[3,5] antara PLTN dan IPLR­PLTN selalu menyatu, tidak dipisahkanantara keduanya.

KESIMPULAN

1. IPLR-PL TN biasanya terdiri dari sistemevaporasi, sistem penukaran ion dan atausistem membran untuk pengolahan LLWdanlLW.

2. Oi dalam Undang-undang RI nomor 10tentang Ketenaga nukliran bab VI, peranBAT AN pada pengelolaan limbahradioaktif bisa ditafsirkan sangat variatif.

3. Peran BATAN (sendiri atau dapatbekerjasama dengan atau menunjukBUMN, koperasi, dan/atau badan swasta)

Page 6: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

adalah sbb.: hanya menyediakan danmengoperasikan tempat penyimpananlestari; menyediakan dan mengoperasikantempat penyimpanan lestari danpenyimpanan sementaranya;menyediakan dan mengoperasikan tempatpenyimpanan lestari dan penyimpanansementara serta melakukan pengolahanlimbah radioaktif padat dengan metodeinsenerasi; menyediakan danmengoperasikan tempat penyimpananlestari dan penyimpanan sementara sertaseluruh IPLR-PL TN padat; menyediakandan mengoperasikan tempat penyimpananlestari dan penyimpanan sementara sertaseluruh IPLR-PL TN

DAFT AR PUST AKA

1. SUTRISNANTO, A. Y., Future NPP Projectin Indonesia, Diklat Water Chemistry ofNuclear Reactor System-III, PTRKN­Pusdiklat. SATAN, 2006.

2. UNDANG-UNDANG REPUBLIKINDONESIA NO!olOR 10 TAHUN 1997

TEN7Al.JG i<ETElvAGM':UKL.lRAN, Unit

ISSN 1410-6086

Jaringan Dokumentasi dan InformasiHukum, SATAN, Jakarta, 1997.

3. NEWJEC INC., Waste Management andDecommissioning, Report of FeasibilityStudy of The First Nuclear Power Plant atMuria Peninsula Region, Jakarta,September, 1993.

4. SUSKI, M. I, R., dan GUNANJAR, StrategiUjung Depan dan Ujung Belakang DaurBahan Bakar Nuklir di Indonesia, ProsidingSeminar Kedua tentang Teknologi danKeselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir,PPTA Serpong, 26-28 Juli, 1994.

5. ELECTRICITE DE FRANCE, EDF 1300MW Nuclear Power Plants, Paris, 1983.

6. International Atomic Energy Agency,Radiological Characterization of ShutDown Nuclear. Reactor for

Decommissioning Purposes, IAEA-TRSNo. 389, Vienna (2002)

7. YAMAMOTO Y., Design and Operation ofEvaporator for Radioactive Wastes,Technical Reports Series No.8?, IAEA,Vienna (1968)

Tabel1. Jumlah d ktivit tahun dari limbah PLTN tiDe PWR. 1000 MW

Type of WasteAnnual Volume (m3)Annual Activity (Ci)

Liquid Waste From:

2.000 - 25.000-Reactor Coolant

Spent Fuel Pool WaterSteam Generated Blow DownVents and Drains

1.400- 30.00050.000Process Drains Floor Drain WaterService Effluent

Spent Resin from Water Purification

40 to 1401000 to 6000

If=ilterSludge from Ventilation System

45 to 130Approximately 30

?O

Page 7: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ISSN 1410-6086

I dU~1 L. "'~rIlS-ienls It""LK-I""L 11\j oan pem Impanan lestannva oan oeroaqal neqara

Country

Treatment process·Conditioning· matrixDisposalI process

Canada

CompactionBitumenShallow land disposalIncineration Micro filtrationFinland

CompactionBitumenSubsurface disposal

Evaporation

- TVO Olkiluoto site (60 m,Ion exchange

underground) in operation (1992 - )-

IVO site (120m underground) under

constructionFrance-ChemicalBitumenShallow Land Disposal

precipitation

Cement - bitumen-La Manche site in operation (1969 - )

-Compaction

ConcreteI'Aube site in operation (1992 - )-Evaporation

Polymer + cement-Incineration -Ion exchanaeGermany

Chemical precipitationConcreteSubsurfaceDisposalDewatering, decay,

Drying, packing, high- Asse rock salt mine in operationdecontamination

force compaction(1967)Evaporation

Thin film rotary- Konrad iron mine under licensingIncineration

evaporation.

Ion exchanqeJapan

CompactionBitumenShallow land DisposalEvaporation

ConcreteRokkasho LLW burial center inIncineration

Polymersoperation (1992 -)

Ion exchange PlletizationSweden

Chemical precipitationBitumen(1) Subsurface DisposalCompaction

Concrete- Asse rock salt mine in operationEvaporation

(1967 -)

Incineration

Konrad iron mine under licensing

Ion exchange

(2) Shallow land Disposal

- Oskarsham site in operation (1986-)

United Kingdom

CompactionShallow land Disposal(1) Shallow land DisposalEvaporation

Drigg site in operation (1959 - )Incineration

(2) SubsurfaceDisposalIon exchange

- planning in Sellafieldon Dounreay(500 - 1000 m)USA

CompactionBitumenShallow land DisposalEvaporation

Concrete- 3 site in operation Betty, NevadaIncineration

Polymers(1965 -) Barnwell, South Carolina

Ion exchanae

(1971-) Richland, Washington (1962-)

South Korea

-CompactionShallow land disposalShallow land Disposal-Ion exchange -Chemical-Drying resinsystem

71

Page 8: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ISSN 1410-6086

: CANDU 3: CANDU 6: CANDU g

. ---. - ... -.- -- -- ... -- ---.--.- - ._u._ .. __ ... _ ... _" ___ ._ .. __ .. _. ___ . ___

On-site MethodStorage CapacityAdditional onSite StorageTotal

MethodCapacity(Years)

Spent fuel storage pool MHI/ WH

(in fuel handling30

--30

building)

Spent fuel storage poolSiemens

(within containment 25--25

vessel)Framatome

Spent fuel storage pool30

--30(in Auxiliary buildinq)

GE

Spent fuel storage pool10 years

(in separate20 years

30(in reactor building) building)'

AECL

Spent fuel storage pool10 years (C-6/9)

Dry storage30 years (C-6/9)

40(in spent fuel building) 6 years (C-3) 34 Years (C-3)

• detail is not available

Note:C-3C-6C-g

PLTtJ

Penl]umpulan dan pengelompohan

Boron RecyclePrimarv Coolanl(8-24) x 1oj m'

Ekstrahsi gasEvaporasl

Penukar ion

Re-used

lImb"h rarJIIJahtlf call. dar;- Reaclor cool·]nl

- Spent fu~Jp:ol watt3!

Stearn g?neraled IJJ)'Ndown

(2000 - 25 OOO)mJ

Pengangkulan

•lIrntJ.1t, rarJ'O.1'flf cairo aar;

Vent5 dJn dtd.ln5- Proc.c;.,s dra.)s

• Floor dr.J'IJ walel. Serl'(~ et'flu~nt

(1400 - 30 000) m 1

Gambar 1. Sistem-sistem pengolahan LLW dan LLW cair pada IPLR-PL TN

72

Page 9: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan limbah VPusat Teknologi limbah Radioaktif - BATAN

Pengurnpulan dan pengelompokan

ISSN 1410-6086

LLWdanlLW

. Hepa filIel (1 0-50)m3- Tectmolcgica. 240 m3·lnstlU'nentalon 0,07 m)

ILWdan sediklt HLW

. Stlanggel sanga! kec ~

. Activated matedal. sang,,!kecil

Bumable So~dWaste

Calton Box an:iOltlel

CompalJb/eSolid Waste1001/ m=tahc

dlurn

Non BumabJe And Non

Compatible SoIJdWa6le

2001/ m=talic DrJ{]) 01

specialMela!Jx box

PengolahanInc eneraslI<ompakslCondlltoningMel/mg PlOcess

Spenalmelal;c box

Gambar 2. Sistem-sistem pengolahan LL W dan IL W pada IPLR-PL TN

EBNPlTN

un SIMP,AN

SEMENTARA

40 -50 tahun untuk

pendinginan

CANISTER

Untuk proteksi;isolasi

REPOSITORIGEOlOGI

Untuk selamanya- 100 tahun pertama :

radiasi turun draslis

- 3000 lahun pertama : .radiasi sama denganradiasi lingkungan

EBNLAT

CANISTERREPOSITORI

Teknologi

= Elemen Bahan Bakar

= Limbah Aktivitas Tinggi = High Level Waste (HLW)dalam hal ini Elemen Bakar Bekas (EBB)

= Tempat untuk menyimpan EBB, dirancang secara berlapis= Tempat penyimpanan lestari dalam lapisan geologi

yang dalam (500-1000m)= didasarkan reaktor alam di OKLO

Gambar 3. Diagram alir pada pengelolaan HLW PLTN daur terbuka

73

Page 10: SKENARIO PERAN BAT AN PADA PENGELOLAAN LlMBAH

Prosiding Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah VPusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

E8N LTU

ISSN 1410-6086

VITRIFIKASI ~

POULTUPBNRGVITRIFIKASI

Teknologi

= Pusat Olah Ulang= Limbah Trans Uranium (umur panjang)'" Pusat produksi EBN= Repositori Geologi= Isolasi LTU dalam gelas/keramik= Terbukti di USA, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang

Gambar 4. Diagram alir pengelolaan HLW pada PLTN jalur tertutup

. 74