skenario neby
DESCRIPTION
testTRANSCRIPT
L.I.1. Memahami dan mempelajari anatomi jantung dan vaskuler.
L.O.1.1. Menjelaskan makroskopis jantung dan vaskuler.
Ja ntung merupakan suatu organ muscular berongga. Jantung memiliki berat 250-300 gr. Terletak
pada ruang mediastinum media. Jantung berbentuk seperti piramid dari basis ke apex cordis.
Permukaan luar jantung mempunyai tiga facies yaitu facies sternocostalis, facies diaphragmatica dan
facies posterior. Jantung terletak 1/3 bagian di sebelah kanan linea media sternalis dan 2/3 di
sebelah di linea media sternalis kiri. Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, ventrikel
kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Kedua atrium dibatasi oleh septum atrioum dan kedua ventrikel
dibatasi oleh septum interventrikulorum.
Pada atrium kanan terdapat : osteum vena cava, fossa o valis, auricel dextra, M.pectinati,
osteum atrioventriculorum, valvula sinus coronarius, sulcus terminalis, dan SA node. Pada ventrikel
kanan terdapat truncus pulmonalis, katup trikuspid. Pada ventrikel kiri terdapat aorta ascendens,
katup bikuspidal (mitrsl),trabecula carneae, chorda tendineae, miokardium. Pada atrium kiri terdapat
dua vena pulmonalis, osteum vena pulmonalis, auricel sinistrea, septum/kstup bikuspid, sedikit
M.pectinati.
1
2
Anatomi pembuluh darah
L.O.1.2. Mikroskopis jantung dan pembuluh darah
Mikroskopis jantung :
Jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu muali dari dalam endokardium, miokardium, dan epikardium.
Pada endokardium atrium terdiri dari lapisan endotel, subendotel dan elastikus muskulosa.
Endokardium di atrium lebih tebal dibandingkan dengan ventrikel. Pada miokardium terdapay otot
jantung dan serat elastin. Miokardium lebih tebal pada ventrikel. Epikardium lapisan luar yang
melapisi langsung jantung.
3
4
Mikroskopis pembuluh darah
Pembuluh darah memliki tiga lapisan utama yaitu tunika intima, tunika media dan tuniaka adventitia.
Di antara tunika intima dan tunika media terdapat tunika elastika interna, di antara tunika media dan
tunika adventitia terdapat tunika elastika eksterna.
Kapiler tidak memiliki otot polos sama dengan post capillary venule. Pada metarteriole sudah
terdapat otot polos tetapi jumlahnya sedikit(<5) dan jarang. Pada arteri sedang terlihat jelas susunan
lapisan pembuluh darah.
5
6
L.I.2. Memahami dan mempelajari fisiologi jantung dan
tekanan darah.
Peristiwa mekanik jantung Peristiwa mekanik jantung
(siklus jantung) ® kontraksi, relaksasi, & perubahan aliran
darah mll jantung; terjadi akibat perubahan ritmis dari
aktivitas kelistrikan jantung
Setiap siklus jantung tdd 7 fase:
1. Kontraksi ventrikel isovolumetrik
2. Ejeksi cepat sistol ventrikel
3. Ejeksi lambat
4. Relaksasi ventrikel isovolumetrik
5. Pengisian ventrikel cepat diastol ventrikel
6. Pengisian ventrikel lambat
7. Sistol atrium
Peristiwa mekanik jantung
1. Diastol ventrikel
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan diastol, karena aliran
masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit
melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemah, karena perbedaan
tekanan ini katup AV terbuka dan darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel
akibatnya volume ventrikel meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir
diastol SA Node mencapai ambang dan membentuk potensial aksi.
2. Depolarisasi atrium
Menimbulkan kontraksi atrium dan memeras lebih banyak darah ke ventrikel. Sehingga
terjadi peningkatan kurva tekanan atrium selama kontraksi atrium, tekanan atrium tetap
sedikit lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel sehingga katup AV terbuka.
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi. Ventrikel pada saat ini kontraksi atrium dan
pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal
sebagai EDV = 135 ml.
3. Kontraksi ventrikel 150 volumetrik
Ketika kontraksi ventrikel dimulai tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium.
Perbedaan tekanannya terbalik mendorong katup AV tertutup. Setelah tekanan ventrikel
melebihi tekanan atrium dan katup AV telah tertutup, tekanan tersebut dapat melebihi
tekanan aorta untuk membuka katup aorta dengan demikian terdapat periode waktu singkat
antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta pada saat ventrikel menjadi suatu
bilik tertutup, karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk ataupun keluar
ventrikel, volume balik ventrikel tetap dan panjang serat – serat otot juga tetapi tekanan
ventrikel terus meningkat sementara volume tetap.
4. Ejeksi ventrikel
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta katup aorta dipaksa membuka dan
darah mulai menyemprot kurva tekanan aorta meningkat ketika darah dipaksa berpindah
dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat dari pada darah mengalir ke pembuluh – pembuluh
yang lebih kecil di ujung yang lain. Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu darah
dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi iso volumetrik
dan fase ejeksi ventrikel. Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna dalam
penyemprotan. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel disebut sebagai ESV = 65 ml.
5. Relaksasi volume isovolumetrik
Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi tekanan ventrikel di bawah tekanan
aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan pada kurva
tekanan aorta. Yang dikenal sebagai takik dikrotik. Tidak ada lagi darah yang keluar dari
ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum
terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari atrium dengan demikian semua
katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut sebagai relaksasi ventrikel
isovolumetrik.
Kontraksi jantung
7
8
Kontraksi otot jantung dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran sel otot.
Akibat potensial aksi jantung dapat berdenyut secara berirama disebut juga dengan otoritmisitas.
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung yaitu sel otot jantung kontraktil yang kerjanya memopa
darah. Sel ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. Sedangkan sel
otoritmik tidak berkontraksi tetapi khuss mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi.
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya potensial aksi pada sel otoritmik.
Secara umum diperkirakan bahwa hal itu terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar yang
langsung bersamaan dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel – sel otoritmik jantung, antara
potensial – potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka.
Permeabilitas membranterhadap K+ menurun antara potensialaksi, karena saluran K+ nonaktif, yang
mengurangi aliran keluar ion kalium positif mengikuti penurunan gradien konsentrasi mereka. Karena
influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap mengalami
depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial
aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca2+ dan influks Ca2+ kemudian; fase
ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+ yang mengubah potensial aksi ke arah
positif. Fase turun disebabkan seperti biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi karena terjadi
peningkatan permeabilitas K+ akibat pengaktifan saluran K+.Setelah potensial aksi , inaktivasi saluran
K+ ini akanmengawali depolarisasi berikutnya. Sel – sel jantung yang mampu mengalami otortmisitas
ditemukan pada nodus SA, nodus AV, berkas His dan serat purkinje.
Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar ke atrium
melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus AV. Karena konduksi nodus AV lambat
maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel. Dari nodus AV,
potensial aksi akan diteruskan ke berkas His sebelah kiri lalu kanan dan terakhir adalah
ke sel purkinje.
Sel – sel jantung yang mampu mengalami ototrimitas ditemukan di lokasi–lokasi berikutini:1.Nodus Sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang vena cava superior2. Nodus Atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel otot jantung khusus di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.3. Berkas HIS (Berkas Atrioventrikel), suatu jaras sel khusus yang berasal dari atrioventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan dankiri yang berjalan ke bawah septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembalike atrium di sepanjang dinding luar.4. Serat purkinje, serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan menyebar keseluruh miokardium ventrikel seperti ranting – ranting pohon.
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil
Tidak seperti sel – sel otoritmik, membran sel kontraktil pada dasarnya tetap berada dalam keadaan
istirahat sebesar -90Mv sampai tereksitasi oleh aktivitas listrik yang merambat dari pemacu. Setelah
membran sel kontraktil miokardium ventrikel tereksitasi,timbul potensial aksi melalui perubahan
permeabilitas dan perubahan potensial membran.
Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik ke nilaipositif
sebesar +30mV akibat peningkatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na+ yang
diikuti oleh influks masif Na+. Permeabilitas Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai
istirahatnya rendah tetapi khas untuk sel otot jantung membranpotensial dipertahankan
di tingkat positif dan menghasilkan fase datar (plateau phase) potensial aksi.
Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi menimbulkan dua
perubahan permeabilitas bergantung voltase yang bertanggung jawab mempertahankan
fase datar tersebut. Pengaktifan salurann Ca++ ”lambat” dan penurunan permeabilitas K+.
Pembukaan saluran Ca++ menyebabkan difusi lambat Ca++ masuk ke dalam sel karena
konsentrasi Ca++ di CES lebih besar.Influks Ca++ yang bermuatan positif ini memperlama
kepositifan pada bagian dalam sel dan merupakan penyebab fase datar. Efek ini diperkuat
oleh penurunan permeabilitas K+ yang terjadi secara bersamaan. Penurunan aliran ke luar
K+ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat membran dan dengan demikian ikut
berperan memperlama fase datar.
Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi saluranCa++ dan
pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca++ menyebabkanCa++ tidak masuk lagi
ke dalam sel sedangkan peningkatan mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan
menyebabkan difusi cepat K+ yangpositif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat
yang terjadi pada akhirfase datar terutama disebabkan oleh efluks K+, yang kembali
9
10
membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial
membran ke tingkat istirahat.
Siklus jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari denyuta nselanjutnya.
Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol adalah periode kontraksi dari ventrikel,
dimana darah akan dikeluarkan dari jantung. Diastol adalah periode relaksasi dari ventrikel, dimana
terjadi pengisian darah.Diastol dapat dibagi menjadi dua proses yaitu relaksasi isovolumetrik dan
ventricular filling. Pada relaksasi isovolumetrik terjadi ventrikel yang mulai relaksaasi, katup
semilunar dan katup atrioventrikularis tertutup dan volume ventrikel tetap tidak berubah. Pada
ventricular filling dimana tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan di ventrikel, katup mitral dan
katup trikuspidakan terbuka sehingga ventrikel akan terisi 80% dan akan mencapai 100 % jika atrium
berkontraksi. Volume total yang masuk ke dalam diastol disebut End Diastolic Volume. Sistolik dapat
dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik dan ejeksi ventrikel. Pada
kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup – katup tetap tertutup. Tekanan juga
telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya pemendekan dari otot. Pada ejeksi ventrikel ,
tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada aorta dan pulmoner
sehingga katup aorta dan katup pulmoner terbuka dan akhirnya darah akan dipompa ke seluruh
tubuh. Pada saatini terjadi pemendekan dari otot. Sisa darah yang terdapat di ventrikel disebut
End Systolic Volume. Dua bunyi jantung utama dalam keadaan normal dapat didengar dengan
stetoskop selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-
sering dikatakan terdengar seperti “lub”. Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih
singkat dan tajam-sering dikatakan dengan terdengar seperti “dup”. Bunyi jantung pertama
berkaitan dengan penutupan katup AV , sedangkan bunyi katup kedua berkaitan dengan penutupan
katup semilunar. Pembukaan tidak menimbulkan bunyi apapun. Bunyi timbul karena getaran yang
terjadi di dinding ventrikel dan arteri – arteri besar ketika katup menutup. Karena penutupan katup
AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan
atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel .Penutupan katup semilunaris
terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kiri dan kanan turun di bawah tekanan
aorta danarteri pulmonalis. Dengan demikian bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastol
ventrikel.
DENYUT JANTUNG
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA. Nodus SA
dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena memiliki kecepatan depolarisasi paling tinggi.
Penurunan gradual
potensial
membran secara
otomatis antara
denyutan secara
umum dianggap
disebabkan oleh
penurunan
11
12
permeabilitas terhadap K+. Jantung dipersarafi oleh kedua
sistem saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan kontraksi, walaupun untuk memulai
kontraksi tidak memerlukan stimulai saraf. Saraf parasimpatis ke jantung adalah saraf vagus
terutama mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan AV.
Fisiologi tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah setiap satuan luas pada pembuluhdarah.
Tekanan darah terdiri atas tekanan sistol dan diastol (telah dijabarkan diatas tentang sistol dan
diastol).
Tekanan di pengaruhi oleh curah jantung dengan resistensi perifer. Curah jantung adalah volume
darah yang dipompa oleh tiap – tiap ventrikel per menit. Dua faktor penentu curah jantung adalah
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Volume sekuncup adalah volume darah yang
dipompa per denyut. Peningkatan volume diastolik akhir akan menyebabkan peningkatan volume
sekuncup. Hal ini disebabkan oleh semakin besar pengisian saat diastol, semakin besar volume
diastolik akhir dan jantung akan semakin teregang. Semakin teregang jantung, semakin
meningkat panjang serat otot awal sebelum kontraksi.Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang
lebih kuat pada kontraksi jantung berikutnya dan dengan demikian dihasilkan volume sekuncup
yang lebih besar.Hubungan intrinsik antara volume diastolik akhir dan volume sekuncup ini dikenal
sebagaihukum Frank – Starling pada jantung
Refleks baroreseptor
Baroreseptor adalah reseptor regang di dinding jantung dan pembuluh darah. Reseptor sinus
karotikus dan arkus aorta memantau sirkulasi arteri. Baroreseptor melepaskan implus kecepatan
tinggi jika tekanan meningkat. Peningkatan pelepasan implus baroreseptor menghambat pelepasan
implus tonik saraf vasokonstriktor dan menggiatkan persarafan vagus jantung, yang menyebabkan
vasodilatasi, venodilatasi, penurunan tekanan darah, bradikardia dan penurunan curah jantung.
Refleks dan respons lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah
1.Reseptor volume atrium kiri dan osmoreseptor hipotalamus
mengatur keseimbangan garam dan air > mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan darah
dengan mengontrol volume plasma.
2.Kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta
secara refleks meningkatkan aktivitas pernafasan sehingga lebih banyak O2 yang masuk atau lebih
banyak CO2 pembentuk asam yang keluar meningkatkan tekanan darah dengan mengirim impuls
eksitatorik ke pusat kardiovaskuler.
3.Respons-respons kardiovaskuler yang berkaitan dengan emosi dan perilaku tertentu diperantarai
oleh jalur korteks serebrum
4.Perubahan mencolok sistem kardiovaskuler pada saat berolahragapeningkatan besar aliran darah
otot rangka, peningkatan curah jantung, penurunan resistensi perifer dan peningkatan tekanan
arteri rata-rata.
5.Kontrol hipotalamus terhadap arteriol kulit untuk mengatur suhu harus didahulukan daripada
kontrol pusat kardiovaskuler terhadap pembuluh itu untuk mengatur tekanan darah. Tekanan darah
dapat turun padasaat pembuluh kulit mengalami dilatasi menyeluruh untuk mengeluarkankelebihan
panas dari tubuh.
6.Zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan dari sel endoteinhibisi enzim yang mengkatalisis
sintetis EDRF/NO menyebabkan peningkatan cepat tekanan darah.
L.I.3. Memahami dan mempelajari hipertensi
L.O.3.1. definisi hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi
batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari
resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002).
L.I.3.2. klasifikasi hipertensi
Berdasarkan JNC VII
Klasifikasi berdasarkan etiologi :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui peyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik,
lingkungan, sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko seperti merokok, alkohol, obesitas, dan lain-lain (Lauralee, 2001).
13
14
2. Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya 1)
Penyakit ginjal : glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliarteritis, diabetes nefropati, 2)
Penyakit endokrin : hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali, 3) koarktasio aorta, 4) hipertensi pada
kehamilan, 5) kelainan neurologi, 6) obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001).
Klasifikasi berdasarkan bentuk :
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.Hipertensi
campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti
peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
L.O.3.3 Etiologi hipertensi
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi esensial
mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer
ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya
mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam
mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban
terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban
terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008).
Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di
paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang
kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008).
3. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi
sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan tekanan darah yang
normal. Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat
pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
4. Jenis kelamin
Pada umumnya insidens pria lebih tinggi daripada wanita. Hipertensi jarang ditemukan pada
perempuan pra-menopause dibanding pria yang menunjukkan adanya pengaruh hormon estrogen.
5. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic peptide/ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap
peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai
semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan
hipertensi (Lumbantobing, 2008).
6. Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf simpatis (melalui
cathecholamin maupun renin yang disebabkan oleh pengaruh cathecolamin) yang dapat
meningkatkan tekanan darah yang intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan dibuktikan, pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut hipertensi
(Majid, 2005).
7. Asupan garam
asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa persen saja, sedangkan
apabila asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung GFR (glomerula filtrat rate) meningkat. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan kelebihan
ekskresi garam (pressure natriuresis) sehingga kembali kepada keadaan hemodinamik yang normal.
Pada penderita hipertensi, mekanisme ini terganggu dimana pressure natriuresis mengalami “reset”
dan dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk mengeksresikan natrium, disamping adanya faktor
lain yang berpengaruh (Majid, 2005).
7. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
8. Genetik
15
16
9. Obestias
L.O.3.4 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor,
pada medula di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi
( Dekker, 1996 ).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).
L.O.3.5 Manifestasi Klini pada hipertensi
1. Berdebar-debar, rasa melayang saat berdiri, dan impoten
2. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada, edema
kaki atau perut.
3. Pandangan kabur karena perdarahan retina
4. Nokturia yaitu seringnya buang air kecil di malam hari.
5. Edema dependen.
6. Sindrom cushing karena kelenjar adrenal banyak memproduksi kortisol.
L.O.3.6. Pemeriksaan fisik dan penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
-sphygomanometer
-Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubung variabilitas tekanan
darah.Posisi terlentang, duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri.
-Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis.
-Adanya pembesaran jantung, irama gallop.
-Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
-Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis
Pemeriksaan penunjang :
Foto rontgen
Untuk melihat ada tidaknya kardiomegali.
EKG
Untuk melihat sudah ada atau belum hipertropi ventrikel kiri
Tes urinalis
Terdiri daari tes darah dan protein, elektrolit, dan kreatinin darah. Untuk mengetahui
keadaan ginjal apakah sudah mengalami kegegalan atau belum.
Glukosa darah
Untuk melihat penyebab hiperetnsi seperti diabetes mellitus dan intoleransi glukosa.
Kolesterol HDL dan kolasterol total serum
Untuk melihat resiko adanya penyakit kardiovaskuler di masa mendatang.
L.O.3.7 Diagnosis dan diagnosis banding
Pemeriksaan diagnosis mempunyai tujuan :
a. Memastikan bahwa tekanan darah tinggi
b. Menilai keseluruhan resiko kardiovaskular
c. Menilai kerusakan organ yang sudah terkena
d. Mencari kemungkina penyebab.
Diagnosis hipertensi
a. Anamnesis
17
18
-Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang, sewaktu bangun
tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami ketegangan.
- Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau sesak terutama sewaktu
melakukan aktivitas isomerik)
-Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur,migrain, mudah
tersinggung, dll)
-Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan.
-Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telah dipakai, hasilkerjanya
dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan.
-Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudah terjadinya
ataumempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid,analgesik, anti inflamasi, obat
fluyang mengandung pseudoefedrin atau kafein, dll), Pemakaian obat
kontrasepsi,analeptik,dll.
-Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan kedua ovarium atau monopause.
-Riwayat keluarga untuk hipertensi.
-Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular atau kebiasaan buruk (merokok,
diabetesmelitus, berat badan, makanan, stress, psikososial,makanan asin dan berlemak)
b. Pemeriksaan fisik :
- sphygomanometer
-Pengukuran tekanan darah pada 2-3 kali kunjungan berhubung variabilitas tekanan
darah.Posisi terlentang, duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri.
-Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis.
-Adanya pembesaran jantung, irama gallop.
-Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
-Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis
Diagnosis Bnading :
1.Hipertensi akut
Hipertensi akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis akut pasca streptokokus,sindrom hemolitik
uremik, lupus eritematosus sistemik, dan purpura Henoch-Schonlein.Pemeriksaan air kemih, kadar
elektrolit, IgG, IgM, IgA, C3, ASSTO, ANA, sel LE, BUN, kreatinin serum, dan hematologi, dapat
membedakan penyebab hipertensi tersebut.
2.Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis kronik, pielonefritis kronik,uropati
obstruktif, penyempitan pembuluh darah ginjal, dan gagal ginjal tahap akhir. Hipertensi sekunder
pada anak dapat pula disebabkan oleh hiperaldosteronisme primer,sindrom Cushin, feokromositoma,
hipertiroid, hiperparatiroid, pengobatan steroid jangka panjang, neurofibromatosis, sindrom Guillain-
Barre, dan luka bakar.
L.O.3.8. Pentalaksanaan hipertensi
Diuretik
Bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah
dan cairan ekstraseluler.
Golongan Tiazid merupakan obat utama dalam terapi hipertensi. Golongan ini antara lain
hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid. Obat golongan ini bekerja menghambat
transport bersama Na-Cl di tubulus sistal ginjal, sehingga eksresi Na dan Cl meningkat.
Hidroklorotiazid dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dengan
kombinasi antihipertensi lainnya. Masa paruhnya 10-12 jam. Golongan tiazid dapat
memperburuk fungsi ginjal dan pada pemakaian lama menyebabkan hiperlipidemia. Efek
hipotensif terlihat setelah 2-3 hari dan maksimum setelah 2-4 minggu.
Indapamid memiki kelebihan karena masih efektif pada pasien gangguan fungsi ginjal,
bersifat netral pada metabolisme lemak dan efektif meregresi hipertrofi ventrikel.
Efek antihipertensi tiazid akan terhambat dengan kombinasi AINS terutama indomestain
karena menghambat sintesis prostaglandin yang berperan dalam pengaturan aliran darah
ginjal dan transport air dan garam.
Efek samping. Tiazid dalam dosis tinggi menyebabkan hipokalemia, hiponatremia,
hipomagnesemia dan hiperkalsemia. Menghambat ekskresi asam urat di ginjal dan dapat
menyebabkan gout akut pada pasien hiperurisemia. Pada penderita DM, menyebabkan
hiperglikemia karena berkurangnya sekresi insulin. Untuk mengatasi efek samping ini tiazid
dapat direbikan dengan dosis rendah atau diombinasi dengan diuretik hemat kalium atau
ACE inhibitor.
Diuretik kuat. Diuretik kuat bekerja di ansa henle asenden dengan cara menghambat
kontransport Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan elektrolit. Diuretik kuat digunakan
pada pasien gangguan fungsi ginjal. Golongan diuretik kuat yaitu furosemid, torasemid,
bumetanid, dan asam etakrinat. Waktu paruh pendek diperlukan pemberian 2 atau 3 kali
sehari. Efek sampingnya hiperkalsiuria dan hipokalsemia.
19
20
Diuretik hemat kalium. Yang termasuk adalah amilorid, triamteren, dan spironolakton.
Penggunaannya dengan kombinasi diuretik lain untuk mencegah hipokalemia. Spironolakton
merupakan antagonis aldosteron sehinnga merupakan obat terpilih pada
hiperaldosteronisme primer. Spironolakton tidak mempengaruhi Ca2+ dan gula darah.
Penghambat sistem adrenergik
β-bloker. Digunakan sebgai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang.
Atenolol merupakan obat yang sering dipilih. Obat ini bersifat kardioselektif dan
penetrasinya ke SSP minimal. Dosisnya 50-100 mg peroral sekali sehari. Labetalol dan
karvedilol memiliki efek vasodilatasi , menghambat resptor beta dan alfa.
Efek samping. Menyebabkan bradikardia, blokade AV, hamabatan nodus SA dan
menurunkan kontraksi miokard.
Kontraindikasi. Pada penderita bronkospasme, bradikardia, sick sinus syndrome.
α-blocker. Dapat menimbulkan vasodilatasi pada arteriol dan venula sehingga menurunkan
retensi perifer dan menurunkan curah jantung. Alfa blocker memiliki kelebihan untuk
menurunkan LDL, meningkatkan HDL, mengurangi resistensi insulin. Baik digunakan pada
pasien hipertensi dengan dislipidemia atau DM.
Angiotensin Converting Inhibitor (ACE inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE Inhibitor yang paling banyak digunakan. ACE inhibitor
menghambat perubahan angiotensi I menjadi angiotensin II dan menurunkan sekresi
aldosteron. Sebaiknya dihindari kombinasi dengan α dan β-blocker. Efek sampingnya yaitu
hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, rash, edema angioneuretik, gagal ginjal akut.
Antagonis reseptor angiotensin II (ARB).
Losartan merupakan golongan ARB yang bekerja selektif pada reseptor AT1. Pemberian obat
ini memberikan efek menghambat vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf
simpatis, efek sentral AngII. ARB tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin.
Antagonis kalsium.
Menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Antagonis
kalsium berpengaruh pada relaksasi arteriol. Efek samping terjai pada pemakaian nifedipin
kerja singkat menimblkan hipotensi, iskemia miokard atau serebral.
L.O.3.9. Komplikasi hipertensi
Stroke dapat terjadi akibat hemorragi tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak
diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan terbentuknya aneurisma.
Infark miokard terjadi bila arteri kororner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau bila trombus menghalangi aliran darah. Pada hipertrofi ventrikel
oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi sehingga menyebabkan perubahna hantaran listrik
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
Gagal ginjal terjadi akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Rusaknya glomerulus
nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membaran
glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, sering dijumpai hipertensi kronis.
Enselofati (kerusakan otak) terutama terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat dan bahaya). Tekanan yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler yang mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang baru lahir mungkin memiliki berat
lahir keciul masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian mengalami
hipoksia dan asidosis jika ibu menglamai kejang selama atau sebelum proses persalinan.
L.O.3.10. Prognosis
Prognosis tergantung pada penatalaksanaan yang dijalani oleh pasien. Prognosis menjadi baik jika
pasien menjalani terapi yang di anjurkan.
L.O.3.11. Pencegahan
Diet rendah garam
Batasi mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar garam atau natrium tinggi seperti
ikan asin, telur asin, kecap asin serta makanan yang diawetkan.
Diet rendah lemak
Kurangi konsumsi makanan berlemak atau berminyak seperti daging berlemak, daging
kambing, susu full cream dan kuning telur.
Menurunkan kelebihan berat badan karena orang gemuk lebih berisiko terkena hipertensi.
Memerhatikan pola makan.
Berolahraga secara teratur.
Berhenti merokok dan minum alkohol.
21
22
Memeriksa tekanan darah secara periodik.
Daftar pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC.
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ganong, W.F.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 22. Jakarta : EGC
Panggabean, Marulam M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi V. Jakarta:Interna
Publishing.
Raden, Inmar. 2010. Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta : EGC