PROVINSI BALI ADALAH SALAH SATU PROVINSI YANG ADA DALAM WILAYAH

REPUBLIK INDONESIA. SECARA GEOGRAFIS BALI TERLETAK PADA 8° LINTANG

SELATAN DAN 114° HINGGA 115° BUJUR TIMUR . RELIEF DAN TOPOGRAFI PULAU

BALI DI TENGAH-TENGAH TERBENTANG PEGUNUNGAN YANG MEMANJANG DARI

BARAT KE TIMUR.

LUAS TOTAL WILAYAH PROVINSI BALI ADALAH 5.634 HEKTAR DAN SECARA

ADMINISTRATIF , PROVINSI BALI TERBAGI MENJADI DELAPAN KABUPATEN DAN

SATU KOTAMADYA , YAITU , KABUPATEN JEMBRANA , TABANAN , BADUNG ,

GIANYAR , KARANGASEM , KLUNGKUNG , BANGLI , BULELENG , DAN KOTA

DENPASAR YANG JUGA MERUPAKAN IBUKOTA PROVINSI BALI .

BALI MERUPAKAN SALAH SATU PULAU KECIL YANG TERKENAL AKAN KEINDAHAN

ALAM , BUDAYA , SERTA KESENIANNYA YANG BERKEMBANG SANGAT PESAT ,

SEHINGGA MENJADI SALAH SATU IKON PARIWISATA DI INDONESIA .

KARENA HAL ITULAH SEKTOR TENAGA KERJA PADA BIDANG PARIWISATA

MENEMPATI URUTAN PERTAMA, YAITU SEBANYAK 27 %, YANG DISUSUL

KEMUDIAN DALAM BIDANG PERTANIAN , SERTA JASA LAINNYA .

================================

SEBAGAI SALAH SATU KABUPATEN DI BALI, KABUPATEN BADUNG TELAH

MENJELMA MENJADI JANTUNG PARIWISATA BALI. SEBUTLAH PANTAI KUTA, YANG

TELAH TERSOHOR HINGGA KE MANCA NEGARA, ATAUPUN LEGIAN YANG TELAH

MENJADI DESA INTERNASIONAL.

SECARA ADMINISTRASI WILAYAH KABUPATEN BADUNG TERDIRI DARI ENAM

KECAMATAN YAITU : KECAMATAN PETANG, KECAMATAN ABIAN SEMAL,

KECAMATAN MENGWI, KECAMATAN KUTA UTARA KECAMATAN KUTA SELATAN,

DAN KECAMATAN KUTA. KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BADUNG

DAPAT DILIHAT DARI TARAF HIDUP MAUPUN KESEJAHTERAAN MASYARAKATNYA.

BEGITU PESATNYA PEMBANGUNAN YANG ADA DI KABUPATEN BADUNG

TERUTAMA DI BIDANG SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA, SERTA

GEMPURAN BUDAYA DARI BERBAGAI PENJURU DUNIA, TERNYATA TIDAK

MENYURUTKAN PELESTARIAN TRADISI NENEK MOYANG, SALAH SATUNYA

UPACARA MEKOTEK YANG ADA DI DESA MUNGGU YANG MASUK DALAM WILAYAH

KECAMATAN MENGWI.

DENGAN POSISI BERADA DI SEBELAH SELATAN KABUPATEN BADUNG YANG

BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN SAMUDRA, MENYEBABKAN DESA MUNGGU

TERMASUK DATARAN RENDAH YANG BERADA PADA KETINGGIAN 8 METER DARI

PERMUKAAN LAUT, DENGAN LUAS WILAYAH MENCAPAI 549 HEKTAR SERTA

DIBAGI DALAM 13 BANJAR DINAS. SELAIN ITU, DESA MUNGGU JUGA TERDIRI DARI

TIGA DESA ADAT YAITU; DESA ADAT MUNGGU, DESA ADAT KERTHA BUJANGGA,

DAN DESA ADAT PANDE.

BERDASARKAN DATA MONOGRAFI DESA BULAN DESEMBER 2013, JUMLAH

PENDUDUK DESA MUNGGU ADALAH 6.440 JIWA, YANG TERDIRI DARI LAKI-LAKI

3.243 JIWA, DAN PEREMPUAN 3.197 JIWA, DENGAN JUMLAH KEPALA KELUARGA

SEBANYAK 1.410 KK.

=========================================

SEJARAH BERDIRINYA DESA MUNGGU HINGGA SAAT INI BELUM DIKETAHUI

SECARA PASTI, KARENA BELUM PERNAH DITEMUKAN TULISAN-TULISAN YANG

MENJELASKAN TENTANG SEJARAH DESA MUNGGU. DIYAKINI BAHWA

KEBERADAAN DESA MUNGGU TIDAK TERLEPAS DARI PERKEMBANGAN

KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA JAMAN KERAJAAN DI BALI, YAITU PADA MASA

PEMERINTAHAN RAJA WATURENGGONG PADA TAHUN CAKA 1382-1472.

PADA MASA INI, BEBERAPA KELUARGA DATANG MERABAS HUTAN BERABAN

YANG MERUPAKAN WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MENGWI DENGAN RAJA I

GUSTI AGUNG PUTU YANG SETELAH NAIK TAHTA BERGELAR COKORDA AGUNG

BHIMA CAKTI ATAU TERKENAL DENGAN SEBUTAN COKORDA AGUNG

BLAMBANGAN.

PENGHUNI BARU DIBAWAH PIMPINAN KI PASEK GELGEL SUMERTA

MENYAMPAIKAN KEPADA RAJA MENGWI TENTANG KEBERADAAN MEREKA

SEKALIGUS MEMOHON KEPADA RAJA UNTUK BERKENAN MENGAYOMI DAN

MELINDUNGI MEREKA. RAJA MENGWI AKHIRNYA MENGUTUS ANAKNYA YANG

PALING BUNGSU, I GUSTI AGUNG NYOMAN ALANGKAJENG YANG DISERTAI

DENGAN 500 ORANG PRAJURIT SEBAGAI PERWAKILAN DAN BERTAHTA DISANA.

DIBANGUNLAH ISTANA YANG BERLOKASI DI SEBELAH BARAT LAUT SUMBER

MATA AIR DENGAN NAMA KERAJAAN MUNGGU. I GUSTI AGUNG NYOMAN

ALANGKAJENG AKHIRNYA LEBIH DIKENAL DENGAN NAMA I GUSTI AGUNG

NYOMAN MUNGGU.

SEIRING BERJALANNYA WAKTU, PURI MUNGGU KEMUDIAN TERUS BERKEMBANG

SAMPAI SEKARANG MENJADI SEBUAH DESA YAITU DESA MUNGGU. KATA

MUNGGU BERASAL DARI KATA AMUNGGU ATAU ALUNGGUH YANG BERARTI

MENEMPATI, BERKEDUDUKAN, BERTEMPAT TINGGAL. SECARA HARFIAH ARTINYA

DI TEMPAT ITULAH MERUJUK KEPADA HUTAN BERABAN BELIAU BERTEMPAT

TINGGAL ATAU BERKEDUDUKAN DAN DINOBATKAN SEBAGAI RAJA.

KEBERADAAN RAJA III COKORDA NYOMAN MUNGGU PADA KERATON PURI

AGUNG MUNGGU MERUPAKAN TITIK AWAL SEJARAH TRADISI MEKOTEK. BELIAU

ADALAH SEORANG RAJA YANG SANGAT ARIF DAN BIJAKSANA SERTA DICINTAI

DAN DISEGANI OLEH RAKYAT MENGWIRAJA DAN SEKITARNYA, KHUSUSNYA

MASYARAKAT DI MUNGGU. BELIAU MEMBENTUK PASUKAN BERANI MATI DI DESA

MUNGGU, YANG DIBINA OLEH BHAGAWANTHA RAJA DARI IDA BRAHMANA DI

MUNGGU, DENGAN SEBUTAN PASUKAN “GUAK SELEM MUNGGU”. PASUKAN INI

SANGAT GAGAH PERKASA DAN BEGITU SETIA KEPADA RAJA .

DARI CERITA YANG BERKEMBANG, ALKISAH PADA SUATU HARI TERJADI HUJAN

YANG SANGAT DERAS. DISEBUTKAN BAHWA SUNGAI YEH PENET YANG

MELINGKARI UJUNG UTARA SAMPAI TEPI BAGIAN BARAT DESA MUNGGU AIRNYA

MELUAP, MENIMBULKAN BANJIR BANDANG. AIR SUNGAI YANG SANGAT DERAS

ITU MENGHANYUTKAN SEBUAH PELINGGIH YANG TERAPUNG-APUNG DI

PERMUKAAN AIR, KEMUDIAN TERSANGKUT PADA AKAR POHON KAMBOJA BESAR

YANG OLEH MASYARAKAT DISEBUT POHON JEPUN SUDAMALA. ATAS KEJADIAN

ITU MASYARAKAT MUNGGU BERDUYUN-DUYUN UNTUK MELIHATNYA.

MASYARAKAT MUNGGU YANG TINGGAL DI DAUH RURUNG KEMUDIAN

MELAPORKAN HAL TERSEBUT KEHADAPAN IDA BHAGAWANTHA BRAHMANA

PEMARON MUNGGU. DILANJUTKAN KEMUDIAN DENGAN MELAPORKAN KEPADA

RAJA COKORDA NYOMAN MUNGGU. BELIAU KEMUDIAN MENITAHKAN

MASYARAKAT MUNGGU UNTUK MENGANGKAT DAN MELESTARIKAN PELINGGIH

ITU DI TEMPAT YANG AMAN.

PADA SAAT ITU PULA ADA SALAH SEORANG PENDUDUK DARI DAUH RURUNG

MUNGGU KESURUPAN DAN MENGAKU SEBAGAI UTUSAN DARI IDA BETARI ULUN

DANU BRATAN, ATAS PERMOHONAN IDA BETARA DI PURA PUNCAK MANGU,

YANG MEMINTA KEPADA RAJA DAN BHAGAWANTHA UNTUK MENYELAMATKAN

PELINGGIH ITU, SERTA MEMBANGUN SEBUAH PURA YANG MERUPAKAN STANA

IDA BETARA LUHUR SAPUH JAGAT, UNTUK MENJAGA KESELAMATAN RAKYAT

MENGWIRAJA SEBAGAI KAHYANGAN JAGAT. LEBIH LANJUT DIKATAKAN OLEH

ORANG KESURUPAN TERSEBUT BAHWA PADA WAKTU AKAN MULAI MELETAKKAN

BATU PERTAMA ATAU NASARIN PURA LUHUR SAPUH JAGAT, AKAN MENEMUKAN

SEGUMPALAN BESI SERTA BATU-BATU YANG BERBENTUK SENJATA. ATAS

PETUNJUK ORANG KESURUPAN TERSEBUT, DIMINTA GUMPALAN BESI ITU AGAR

DIAMANKAN UNTUK KEMUDIAN DIJADIKAN SENJATA-SENJATA KERAJAAN

MENGWIPURA, SEDANGKAN BATU-BATU ITU AGAR DILESTARIKAN DI TEMPAT

PEMBANGUNAN PURA TERSEBUT.

RAJA COKORDA NYOMAN MUNGGU BESERTA IDA BHAGAWANTHA BRAHMANA

MUNGGU TIDAK BEGITU CEPAT PERCAYA DENGAN UCAPAN ORANG KESURUPAN

ITU, BELIAU INGIN MEMBUKTIKAN LAGI. AKHIRNYA ORANG YANG KESURUPAN

MENJADI SANGAT JENGKEL, KEMUDIAN BERLARI MENUJU PURA PUSEH

MUNGGU, DENGAN SERTA MERTA MENGAMBIL SEBUAH TEDUNG YANG

PANJANGNYA KURANG LEBIH 5 METER. TEDUNG ITU KEMUDIAN DITANCAPKAN

PADA HALAMAN PURA PUSEH. SESAAT KEMUDIAN, ORANG KESURUPAN

TERSEBUT TELAH MELONCAT-LONCAT DI ATAS TEDUNG. DI ATAS TEDUNG

ITULAH ORANG YANG KESURUPAN ITU MENARI-NARI SAMBIL MENANTANG RAJA

DAN BHAGAWANTHA DENGAN KATA-KATA YANG SANGAT MEYAKINKAN, BAHWA

IA BENAR-BENAR UTUSAN IDA BETARA ULUN DANU BRATAN.

DI TENGAH-TENGAH SUASANA HUJAN LEBAT DISERTA ANGIN, RAJA BESERTA IDA

BHAGAWANTHA, SERTA SELURUH MASYARAKAT MUNGGU MENYAKSIKAN

KEJADIAN MENAKJUBKAN TERSEBUT. SESAAT KEMUDIAN, BARULAH RAJA

MUNGGU SADAR KEMUDIAN BERJANJI MEMENUHI SEMUA APA YANG MENJADI

PETUNJUK YANG TELAH DIUCAPKAN OLEH ORANG KESURUPAN ITU, YANG

SELANJUTNYA DIYAKINI SEBAGAI PAWISIK IDA BATARA (SANG HYANG WIDI

WASA) SEHINGGA ORANG ITU LANGSUNG DISUCIKAN KEMUDIAN DIJADIKAN

PEMANGKU PURA PUSEH. DIPUTUSKAN KEMUDIAN OLEH IDA BHAGAWANTHA

BRAHMANA MUNGGU, BAHWA HARI RABU KLIWON UGU MULAI DIADAKAN

PEMBANGUNAN ATAU NASARIN PURA LUHUR SAPUH JAGAT DI DESA MUNGGU

KABUPATEN BADUNG.

SEPERTI MEMANG TELAH DITAKDIRKAN DAN BENAR-BENAR MERUPAKAN SUATU

KEAJAIBAN. SETELAH PENGGALIAN PEMBANGUNAN PURA SEPERTI PETUNJUK

YANG DIUCAPKAN PEMANGKU ITU, TERDAPATLAH GUMPALAN BESI DAN BATU-

BATU. ADA YANG BERBENTUK TAMIANG SERTA BESI-BESI TUA BERBENTUK

SENJATA TAJAM. SETELAH DISAKSIKAN OLEH IDA BHAGAWANTHA BRAHMANA

MUNGGU DAN SELURUH MASYARAKAT MUNGGU, AKHIRNYA BENDA-BENDA

TERSEBUT DIANGKAT DAN DITEMPATKAN PADA BANGUNAN SUCI UNTUK

DIAMANKAN. SESUAI DENGAN PAWISIK YANG TELAH DIDAPATKAN SEBELUMNYA,

COKORDA MUNGGU KEMUDIAN MEMANGGIL SEORANG WIKU PANDE BESI DESA

MUNGGU, DAN MEMERINTAHKAN KEPADA SANG PANDE UNTUK MENJADIKAN

BESI TUA ITU MENJADI SENJATA KERIS DAN TOMBAK. DALAM PROSES

PEMBUATNNYA DIHASILKAN 5 BUAH SENJATA TAJAM YANG TERDIRI DARI KERIS

DAN TOMBAK YANG DISERAHKAN KEMBALI KE HADAPAN COKORDA MUNGGU.

PROSES SELANJUTNYA DIADAKAN UPACARA PASUPATI SENJATA OLEH IDA

BHAGAWANTHA BRAHMANA PEMARON MUNGGU. PADA WAKTU ITU, SELURUH

RAKYAT MUNGGU DIPERINTAHKAN UNTUK MEMBUAT TEMPAT PEMUJAAN

BERUPA PANGGUNG SETINGGI 6 M DI PEREMPATAN DESA MUNGGU YANG

SEKARANG MENJADI LOKASI BANJAR PEMPATAN MUNGGU, UNTUK KEGIATAN

UPACARA PASUPATI SENJATA-SENJATA TERSEBUT.

OLEH IDA PEDANDA, KERIS-KERIS DAN TOMBAK PADA SAAT DIPASUPATI

DITEMPATKAN PADA SEBUAH SINGGASANA KHUSUS DAN SELANJUTNYA KERIS-

KERIS DIKEMIT SELAMA 3 BULAN DI PANGGUNG  UPACARA TERSEBUT SECARA

SILIH BERGANTI OLEH WARGA DESA MUNGGU.

SETELAH SENJATA-SENJATA YANG DIDAPATKAN MELALUI PAWISIK GAIB

DIPASUPATI DAN DIKEMIT SELAMA TIGA BULAN, MAKA PADA HARI SABTU KLIWON

KUNINGAN PADA TUMPEK KUNINGAN, MULAI DIPERAGAKAN MENGADAKAN

PERANG-PERANGAN YANG DIIKUTI OLEH PARA LAKI-LAKI DEWASA YANG

BERASAL DARI SELURUH DESA MUNGGU, KECUALI BAGI YANG SEDANG

CUNTAKA. SETELAH UPAKARA SELESAI BARULAH DIADAKAN UPACARA

NGEREBEG YAITU PERANG-PERANGAN YANG BERAKHIR DI PURA PUSEH

MUNGGU. TRADISI INILAH YANG KEMUDIAN DALAM PERKEMBANGANNYA

DIKENAL DENGAN MEKOTEK.

=================

PADA MULANYA MASYARAKAT DESA ADAT MUNGGU MENGENAL UPACARA INI

DENGAN SEBUTAN NGEREBEG. KATA NGEREBEG SEBENARANYA BERASAL DARI

URAT KATA “ REBEG” YANG BERARTI TUMBAK ATAU TOMBAK. REBEG SAMA

DENGAN REBAG YANG MNGANDUNG MAKNA MELAKUKAN PENUMBAKAN

TERHADAP SESEORANG ATAU MENOMBAK SESEORANG. JADI NGEREBEG

BERARTI MELAKUKAN PENUMBAKAN TERHADAP SESEORANG. PADA ZAMAN

DAHULU PROSESI UPACARA NGEREBEG INI MEMANG MENGGUNAKAN SENJATA

TOMBAK, NAMUN KARENA DIANGGAP MEMBAHAYAKAN PADA TAHUN 1915-1917,

UPACARA NGEREBEG DI DESA ADAT MUNGGU SEMPAT DIHENTIKAN OLEH

BELANDA. WALAUPUN TELAH BERULANG KALI DITEGASKAN OLEH IDA

BHAGAWANTHA BRAHMANA PEMARON MUNGGU BAHWA UPACARA ITU ADALAH

UPACARA KEAGAMAAN. NAMUN PIHAK BELANDA MENGANGGAP BAHWA

NGEREBEG ITU ADALAH SUATU PERSIAPAN MELAWAN BELANDA.

SEMENJAK BERHENTINYA UPACARA NGEREBEG TERSEBUT, MEMBAWA MUSIBAH

KEPADA MASYARAKAT DESA ADAT MUNGGU. PADA JAMAN ITU. RAKYAT MUNGGU

DITIMPA WABAH SERTA BANYAK MEMBAWA KEMATIAN. HAMPIR SETIAP HARI ADA

WARGA YANG MENINGGAL, ANTARA 4 HINGGA 10 ORANG SETIAP HARI. MELIHAT

BENCANA DAN MUSIBAH YANG PERNAH TERJADI PADA MASA ITU, MAKA SEJAK

TAHUN 1949 PELAKSANAAN UPACARA NGEREBEG TIDAK PERNAH BERHENTI

SAMPAI SEKARANG. NAMUN TOMBAK YANG DIPAKAI PADA ZAMAN DAHULU

DIGANTI MENJADI TONGKAT KAYU . LAMBAT LAUN KARENA BERKEMBANGNYA

TRADISI NGEREBEG INI, BANYAK MASYARAKAT MUNGGU DAN DI LUAR DESA

MENYEBUT TRADISI INI DENGAN KATA MEKOTEK. BAHKAN MASYRAKAT LUAR

DAERAH DESA ADAT MUNGGU KATA MAKOTEK MENJADI LEBIH POPULER

DIBANDINGKAN KATA NGEREBEG ITU SENDIRI.

=============

TRADISI NGEREBEG INI DISEBUT MAKOTEK LANTARAN BERAWAL DARI SUARA

KAYU-KAYU YANG SALING BERTABRAKAN. PESERTA MAKOTEK SALING

MENYATUKAN TONGKAT YANG MEREKA GENGGAM DENGAN CARA MEMUKUL-

MUKULKAN TONGKATNYA HINGGA MENYERUPAI BANGUNAN SEGI TIGA (BENTUK

GUNUNG) YANG MENJULANG KE LANGIT. PENYATUAN INI MENIMBULKAN SUARA

YANG SANGAT GADUH. KAYU-KAYU YANG DIGABUNG MENJADI SATU ITU

KEMUDIAN MENIMBULKAN BUNYI "TEK TEK TEK", SEHINGGA UPACARA

NGEREBEG INI KEMUDIAN DIKENAL MENJADI MAKOTEK.

PADA PROSES ACARA NGEREBEG INI, TERDAPAT BERBAGAI MACAM AKTIVITAS

WARGA. AKTIFITAS WARGA YANG DILAKUKAN ADA YANG BERSIFAT UMUM

MISALNYA SECARA BERGOTONG ROYONG WARGA DESA MENGADAKAN KERJA

BAKTI MEMBERSIHKAN LOKASI SEKITAR TEMPAT PENYELENGGARAAN UPACARA,

MENGHIAS PURA DENGAN MEMASANGKAN IDER-IDER DAN LAMAK. SELAIN ITU

DILAKUKAN PERSIAPAN BERSIFAT PRIBADI, DIMANA WARGA YANG AKAN

MENGIKUTI PROSESI NGEREBEG (MAKOTEK) MEMPERSIAPKAN DIRINYA DENGAN

MENCARI KAYU UNTUK MAKOTEK. BAGI YANG SUDAH MEMILIKI KAYU, MEREKA

BIASANYA MEMBERSIHKAN KAYUNYA (KOTEKAN) KEMUDIAN MENGHIASNYA

DENGAN; TAMIANG, PANDAN SERTA PLAWA. SEGALA JENIS PERLENGKAPAN,

SARANA DAN PRASARANA UPACARA NGEREBEG (MAKOTEK) SEPERTI BANTEN-

BANTEN, PEJATI DAN AYABAN BIASANYA DIPERSIAPKAN SEHARI SEBELUM

UPACARA BERLANGSUNG OLEH PEMANGKU PENGEMPON PURA.

DISAMPING PERSIAPAN DALAM HAL UPAKARA (SESAJEN) JUGA DILAKUKAN

PERSIAPAN YANG LAINNYA SEPERTI : MENGHIAS PELINGGIH, DENGAN

MEMASANG IDER-IDER DAN WASTRA. KEMUDIAN JUGA DILAKUKAN PERSIAPAN

PADA BENDA-BENDA SAKRAL MELIPUTI TOMBAK, TAMIANG KULEM (PRISAI),

DENGAN JALAN MEMBERSIHKAN, PERSIAPAN YANG LAINNYA YAITU

MEMPERSIAPKAN UMBUL-UMBUL, TOMBAK BANDRANG, TOMBAK, KOBER YANG

NANTINYA AKAN DIIKUTKAN DALAM PROSESI NGEREBEG (MAKOTEK).

SENJATA SUCI YANG UTAMA PADA UPACARA NGEREBEG MAKOTEK ADALAH IDA

BATARA TAMIANG KOLEM. SENJATA INI MERUPAKAN PERISAI YANG DISTANAKAN

DI PURA DALEM WISESA. SELAIN SENJATA UTAMA TERSEBUT TERDAPAT PULA

SENJATA YANG DIPARADEKAN PADA UPACARA NGEREBEG MEKOTEK INI,

DIANTARA SEPERTI : CEMETI, CAKRA, TOMBAK LEKUK TIGA, BANDRANG. SELAIN

SENJATA SUCI TERSEBUT, TERDAPAT PERLENGKAPAN LAINNYA YANG

DIGUNAKAN ANTARA LAIN; KOTEKAN YANG BERASAL DARI KAYU YANG CUKUP

KUAT SEPERTI KAYU PULLET ATAU KAYU WARU DENGAN PANJANG SEKITAR 2,5

SAMPAI DENGAN 3 METER. KAYU TERSEBUT PADA UJUNGNYA DIHIASI DENGAN

PANDAN, KEMUDIAN DI BAWAHNYA DI ISI TAMIANG DAN PLAWA, YANG

MEMPUNYAI ARTI DAN MAKNA TERSENDIRI SEPERTI; PANDAN YANG MEMILIKI

CIRI KHAS YANG BERDURI DAN TAJAM ADALAH SEBAGAI SIMBOL PENGGANTI

UJUNG TOMBAK, DAN JUGA MEMPUNYAI FUNGSI SEBAGAI PENOLAK BALA,

SERTA IKATAN TAMIANG SIMBOL DARI PERISAI. GAMBELAN YANG DIPAKAI

ADALAH GAMBELAN BELEGANJUR YANG MERUPAKAN SARANA BUNYI-BUNYIAN

YANG MENGIRINGI GERAK LANGKAH JALANNYA UPACARA TERSEBUT.

SELAIN PERALATAN TERSEBUT, TERDAPAT PERALATAN LAIN YAITU KULKUL

ATAU KENTONGAN. SARANA UPAKARA SESAJEN YANG DIPAKAI BERUPA BANTEN

SEPERTI PEJATI, CANANG SARI, PRASPENGABEAN, PRAYAS CITA, , DAKSINA,

BIJA, DAN SEGEHAN MERUPAKAN PENGEJAWANTAHAN ISI BHUWANA AGUNG.

SEDANGKAN AIR SUCI ATAU TIRTA DIPERCIKKAN KEPADA SELURUH PESERTA.

=====================================

KETIKA WAKTU MENUNJUKKAN PUKUL 13.00 WITA, KULKUL DI SETIAP BANJAR

BERBUNYI SEBAGAI PERTANDA MEMANGGIL SELURUH WARGA DESA MUNGGU

UNTUK MENGIKUTI PROSESI ACARA NGEREBEG YANG AKAN DIMULAI DI PURA

PUSEH DESA ADAT MUNGGU.

NAMUN SEBELUM ACARA NGEREBEG DIMULAI, TERDAPAT PROSESI ACARA DOA

DAN PENURUNAN (NEDUNANG) SENJATA SUCI IDA BATARA TAMIANG KOLEM DI

PURA DALEM WISESA. SETELAH PROSESI NEDUNANG SELESAI, MAKA PUSAKA

TAMIANG KOLEM DIARAK KE PURA PUSEH, TEMPAT TITIK KUMPUL SEMUA

WARGA, SERTA TEMPAT PROSESI NGEREBEG DIMULAI. SEMENTARA ITU

SENJATA SUCI DARI PURA-PURA LAIN YANG AKAN DIIKUTKAN DALAM PROSESI

NGEREBEG DIBAWA OLEH PENYIWI PURA BERSANGKUTAN MENUJU PURA

PUSEH YANG TERLETAK DI TENGAH-TENGAH DESA ADAT MUNGGU. SETELAH

SEMUA SENJATA SUCI DARI SELURUH PURA BERKUMPUL, DILAKSANAKAN

PERSEMBAHYANGAN BERSAMA DI PURA PUSEH OLEH MASYARAKAT DESA ADAT

MUNGGU. SEDANGKAN WARGA YANG TIDAK IKUT DALAM UPACARA TERSEBUT

ADALAH WARGA YANG MENGALAMI MENSTRUASI ATAUPUN YANG WARGANYA

MENINGGAL (SEBEL).

SETELAH UPACARA PERSEMBAHYANGAN SELESAI, DAN SELURUH PESERTA

DIPERCIKI AIR SUCI MAKA BARULAH UPACARA PARADE NGEREBEG

DILAKSANAKAN.

PADA UPACARA PAWAI NGEREBEG MOKOTEK INI, BARISAN YANG PERTAMA

ADALAH PARA PESERTA YANG MEMBAWA KOTEKAN (KAYU). BARISAN YANG

KEDUA ADALAH PEMUDA-PEMUDA YANG MEMBAWA ALAT-ALAT DARI PURA

SEPERTI TOMBAK, UMBUL-UMBUL, KOBER. BARISAN YANG KETIGA ADALAH PARA

PEMANGKU SERTA PENYARIKAN PURA YANG MEMBAWA SENJATA YANG SANGAT

BERTUAH SERTA DIKERAMATKAN OLEH MASYARAKAT MUNGGU. MENGINGAT,

SENJATA TERSEBUT, MERUPAKAN SENJATA PUSAKA YANG PERNAH MENGALAMI

KEJAYAAN PADA WAKTUNYA. DIANTARA SENJATA TERSEBUT, SEPERTI : CEMETI,

CAKRA, TAMIYANG KULEM (PRISAI) DAN LAIN-LAINNYA. BARISAN KETIGA INI

MENGENAKAN PAKAIAN SERBA PUTIH. BARISAN YANG KEEMPAT IALAH PEMUDA-

PEMUDI YANG BERSTATUS SEBAGAI SEKA KIDUNG YANG SEPANJANG JALAN

MENYANYIKAN LAGU PUJAAN. BARISAN YANG KELIMA ADALAH PEMUDA PEMUDI

YANG SELAKU PESERTA BIASA DAN PATUH SERTA TAAT MENGIKUTI JALANNYA

UPACARA TERSEBUT HINGGA SELESAI. BARISAN KE ENAM SEKA GAMBELAN

BALEGANJUR. GAMELAN BALEGANJUR INI DIPUKUL SEPANJANG PERJALANAN

YANG SUDAH TENTUNYA MENGIKUTI GERAK LANGKAH PESERTA UPACARA.

DI DALAM PERJALANANNYA, PADA TITIK-TITIK TERTENTU, RATUSAN PEMUDA

YANG BERSENJATAKAN TONGKAT MENGADAKAN PERTARUNGAN-PERTARUNGAN

ANTARA KELOMPOK YANG SATU DENGAN YANG LAINNYA, SEOLAH-OLAH

MENGINGATKAN KEBESARAN SERTA KEMEGAHAN LASKAR MUNGGU TEMPO

DULU. DALAM PERMAINANNYA, RATUSAN TONGKAT KAYU SEPANJANG 3,5

METER ITU DIPEGANG OLEH MASING-MASING PEMAIN, KEMUDIAN PARA PEMAIN

YANG TERBAGI MENJADI BEBERAPA KELOMPOK, MASING-MASING KELOMPOK INI

KEMUDIAN MEMBENTUK SEBUAH LINGKARAN, LALU MENGGABUNGKAN KAYU

TERSEBUT HINGGA MEMBENTUK GUNUNGAN KERUCUT UNTUK DIADU DENGAN

GUNUNGAN KAYU KELOMPOK LAWAN. BEBERAPA ORANG PEMUDA YANG

MERASA TERTANTANG MENAIKI KAYU TERSEBUT HINGGA BERADA DI UJUNG

DENGAN POSISI BERDIRI. KEDUA KELOMPOK YANG MEMEGANG KAYU TERSEBUT

PUN KEMUDIAN MEMPERTEMUKAN DUA PEMUDA YANG BERDIRI DI ATAS KAYU

UNTUK BERPERANG. MESKI CUKUP BERBAHAYA LANTARAN BANYAK PULA YANG

TERJATUH DARI UJUNG KAYU, NAMUN TRADISI INI TETAP TAMPAK

MENYENANGKAN, KARENA BANYAK ORANG YANG BERKALI-KALI MENCOBA

UNTUK NAIK.

KETIKA WARGA MASYARAKAT PESERTA UPACARA NGEREBEG INI MELEWATI

PURA UMUM SEPERTI PURA BETEN BINGIN, PURA TIRTA NING, PURA LUHUR

AKASA, PURA DALEM (KHAYANGAN WISESA), PURA ULUN CARIK, PURA DALEM

PEMARON, PURA SAPUH JAGAT, PURA ABIAN BASE, PURA HYANG GENI, PARA

PESERTA DIPERCIKI TIRTA OLEH PARA PEMANGKU DISETIAP PURA TERSEBUT.

SEWAKTU SELURUH PESERTA NGEREBEG BERADA DI PURA DALEM WISESA,

MAKA SELURUH PESERTA YANG MEMBAWA TONGKAT KAYU, AKAN

MENGELILINGI PURA DALEM SEBANYAK TIGA KALI. HAL INI DILAKUKAN UNTUK

MENUNJUKKAN WUJUD BAKTI PESERTA, SERTA UNTUK MOHON AGAR PROSESI

NGEREBEG INI BERJALAN DENGAN BAIK.

PROSESI NGEREBEG INI DILAKUKAN DENGAN MENGELILINGI DESA, SEHINGGA

JARAK TEMPUH YANG DILALUI KURANG LEBIH 6 KM MERUPAKAN JARAK YANG

CUKUP JAUH. SELAIN ITU, ADANYA KEGIATAN PERANG TONGKAT PADA

BEBERAPA TITIK DESA, MENYEBABKAN WAKTU YANG DITEMPUH UNTUK

MENYELESAIKAN PROSESI INI BERLANGSUNG HINGGA HARI HAMPIR GELAP.

PADA SETIAP BANJAR YANG DILALUI, DI MASING-MASING BALAI BANJAR AKAN

DIBUNYIKAN KENTONGAN BERTALU-TALU TANPA HENTI. BUNYI KENTONGAN

DIHENTIKAN KETIKA PARA PESERTA NGEREBEG TELAH MELEWATI BANJARNYA.

=================

RASA NGAYAH DAN BERYADNYA YANG MENJADI DASAR DILAKSANAKANNYA

PROSESI INI, MEMBUAT RASA LELAH PESERTA ACARA DITUTUPI OLEH

PANCARAN WAJAH YANG SUMRINGAH DAN GEMBIRA.

DARI SEGI SPIRITUAL TRADISI MEKOTEK PADA INTINYA ADALAH TOLAK BALA DAN

RASA SYUKUR MASYARAKAT KEPADA IDA SANG HYANG WIDI ATAU SANG

PENCIPTA YANG TELAH MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN BAGI

HAMBANYA. SEDANGKAN DARI SISI SOSIAL EKONOMI, DENGAN ADANYA ATRAKSI

BUDAYA BERUPA TRADISI INI, TAK PELAK MAMPU MENDATANGKAN WISATAWAN

DOMESTIK MAUPUN MANCANEGARA DENGAN JUMLAH YANG CUKUP BANYAK

SEHINGGA MENJADI POTENSI UNTUK MERAUP RUPIAH.

BANYAK MAKNA YANG TERKANDUNG DARI PROSESI NGEREBEG/MAKOTEK INI.

TERBUKANYA KOMUNIKASI DAN KEAKRABAN ANTARA WARGA DESA ADAT,

MENUMBUHKAN SEMANGAT GOTONG ROYONG, PEMAHAMAN AKAN SEJARAH

OLEH GENERASI BERIKUTNYA, MERUPAKAN SEBAGIAN KECIL MAKNA YANG BISA

DILIHAT SECARA KASAT MATA.

DEMIKIANLAH PELAKSANAAN PROSESI UPACARA NGEREBEG (MAKOTEK)

HINGGA MENJELANG SORE HARI, DAN AKHIRNYA BERAKHIR KEMBALI KE PURA

PUSEH. PROSESI INI DIAKHIRI DENGAN UPACARA MENSTANAKAN

(NGELINGGIHAN) IDA BETARA TAMIANG KOLEM DAN PERSEMBAHYANGAN

BERSAMA DI PURA DALEM WISESA .