sk 390-2003 tatacara kerjasama bidang ksdhe

15
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 390/Kpts-II/2003 TENTANG TATA CARA KERJASAMA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA MENTERI KEHUTANAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diperlukan adanya peran masyarakat yang berhasil guna dan berdaya guna; b. bahwa peran masyarakat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat diwujudkan dalam kegiatan kerjasama dibidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sesuai prinsip profesional dan bertanggung jawab; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada butir a dan b, maka perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Kerjasama Di bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Unitec Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangksa-Bangksa mengenai Keanekaragaman Hayati); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; 16. Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora;

Upload: cokieeee

Post on 02-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

  • MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

    KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 390/Kpts-II/2003

    TENTANG

    TATA CARA KERJASAMA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

    MENTERI KEHUTANAN

    Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diperlukan adanya peran masyarakat yang berhasil guna dan berdaya guna;

    b. bahwa peran masyarakat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat diwujudkan dalam kegiatan kerjasama dibidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sesuai prinsip profesional dan bertanggung jawab;

    c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada butir a dan b, maka perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Kerjasama Di bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

    Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Unitec Nations

    Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangksa-Bangksa mengenai Keanekaragaman Hayati);

    3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata

    Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan;

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;

    16. Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora;

  • 17. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/Kpts-II/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG TATA CARA KERJASAMA DI BIDANG

    KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA.

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Bagian Pertama

    Pengertian

    Pasal 1

    Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari

    sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem;

    2. Kerjasama di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Unit Kerja Departemen Kehutanan c.q. Direktorat Jenderal dengan Mitra Kerja yang b ersifat saling membutuhkan, memperkuat, menguntungkan dan saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak;

    3. Perjanjian kerjasama adalah kesepakatan tertulis antara satu atau lebih mitra kerja dengan Direktorat Jenderal dalam melaksanakan suatu kegiatan secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan kerjasama yang telah ditetapkan;

    4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

    5. Sekretaris Direktorat Jenderal adalah Sekretaris Direktorat Jenderal yang mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan administrasi lingkup Direktorat Jenderal;

    6. Direktur adalah pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standarisasi dan bimbingan teknis lingkup Direktorat Jenderal;

    7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal yang menangani bidang pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di daerah;

    8. Mitra Kerja adalah pihak dan atau pihak-pihak yang dengan dana dan atau keahlian teknis yang dimilikinya yang melakukan kegiatan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan tidak ada unsur komersial melalui kerjasama dengan Direktorat Jenderal dan atau Unit Pelaksana Teknis.

    9. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab bidang kehutanan.

    Bagian Kedua Tujuan Kerjasama

    Pasal 2

    Tujuan kerjasama di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah mengoptimalkan upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya baik sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya maupun pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

    Bagian Ketiga Ruang Lingkup Kegiatan Kerjasama

    Pasal 3

    Ruang lingkup kegiatan kerjasama dalam bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya meliputi : a. Pengkajian potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dalam rangka mendukung kegiatan

    pengelolaan dan pengembangan di bidang konservasi.

  • b. Peningkatan kapasitas kelembagaan dibidang konsevasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

    c. Rehabilitasi kawasan/pembinaan habitat. d. Perlindungan, Pengamanan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan. e. Pengembangan Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. f. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan serta Penyuluhan. g. Pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan upaya konservasi sumber daya alam hayati dan

    ekosistemnya.

    Bagian Keempat Mitra Kerjasama

    Pasal 4

    Mitra kerja dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya antara lain : 1. Institusi Pemerintah 2. Lembaga Swasta 3. Koperasi 4. BUMN, BUMD

    Pasal 5 (1) Mitra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

    a. Memiliki wadah organisasi/kelembagaan serta sarana dan prasarana yang memadai, antara lain : kantor, personil serta tenaga ahli dan dana;

    b. Memiliki pengalaman dalam bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; c. Memiliki kemampuan dalam pengumpulan dana (fund raising) untuk membiayai kegiatan

    kerjasama; (2) Bagi LSM internasional di dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama, tidak diperkenankan mengadakan

    fund raising di dalam negeri. (3) Dalam hal penggunaan tenaga asing, dua bulan sebelumnya mitra kerja harus sudah mengajukan

    surat permohonan ijin kepada Pihak Pertama untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

    (4) Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, mitra kerja wajib mengikut-serta petugas Unit Pelaksana Teknis dengan seijin dari Kepala Unit Pelaksana Teknis.

    (5) Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan kegiatan di lapangan, Unit Pelaksana Teknis diwajibkan untuk mengadakan koordinasi dengan instansi lain yang terkait di daerah.

    BAB II PELAKSANAAN KERJASAMA

    Bagian Kesatu

    Tingkat dan Bentuk Kerjasama

    Pasal 6

    (1) Kerjasama yang ditanda tangani oleh Direktur Jenderal termasuk kerjasama yang merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Internasional.

    (2) Draft perjanjian kerjasama yang ditanda tangani Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelumnya dikonsultasikan kepada Menteri Kehutanan dan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan.

    (3) Prosedur kerjasama yang ditanda tangani oleh Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran 1 (satu).

    Pasal 7

    (1) Perjanjian kerjasama yang ditanda tangani oleh Direktur Direktorat Teknis meliputi perjanjian

    kerjasama yang kegiatan kerjasamanya meliputi lebih dari 1 (satu) wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis.

  • (2) Draft perjanjian kerjasama yang ditanda tangani oleh Direktur sebelumnya dikonsultasikan ke Sekretaris Jenderal melalui Sekretaris Direktorat Jenderal.

    (3) Prosedur kerjasama yang ditanda tangani oleh Direktur Direktorat Teknis sebagaimana pada ayat (1) tercantum dalam lampiran 2 (dua).

    Pasal 8

    (1) Perjanjian kerjasama yang ditanda tangani oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis meliputi perjanjian

    kerjasama yang cakupan kegiatannya meliputi satu wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis. (2) Draft perjanjian kerjasama yang ditanda tangani oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis sebelumnya

    dikonsultasikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dan Direktur Tiknis terkait lainnya serta Biro Hukum dan Organisasi.

    (3) Prosedur kerjasama yang ditanda tangani oleh Kepala Unit Pelaksana sebagaimana pada ayat (1) tercantum dalam lampiran 3 (tiga).

    Bagian Kedua Penyiapan Kerjasama

    Pasal 9

    (1) Kerjasama antar pihak dalam bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat

    didahului dengan penandatanganan Nota Kesepakatan yang kemudian ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerjasama dan dilanjutkan dengan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan oleh Unit Pelaksana Teknis bersama dengan Mitra Kerja.

    (2) Sistematika dokumen perjanjian kerjasama dimaksud ayat (1) sebagaimana terlampir pada Lampiran 4.

    (3) Sistematika penyusunan rencana pelaksanaan program dimaksud ayat (1) sebagaimana terlampir pada lampiran 5 dan prosedur penyusunan penilaian, pengesahan rencana pelaksanaan terlampir pada lampiran 6.

    (4) Sistematika penyusunan rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud ayat (1) terlampir pada lampiran 7 dan prosedur penyusunan penilaian, pengesahan rencana kerja tahunan sebagaimana pada lampiran 8.

    BAB III

    JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN KERJASAMA

    Bagian Kesatu Jangka Waktu Kerjasama

    Pasal 10

    (1) Jangka waktu kerjasama di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya paling

    alam 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang sesuai rekomendasi dari hasil evaluasi dan apabila kedua belah pihak menghendaki.

    (2) Permohonan perpanjangan kerjasama diajukan oleh mitra kerja paling lambat 6 (enam) bulan sebelum Perjanjian Kerjasama berakhir.

    Bagian Kedua

    Perpanjangan Kerjasama

    Pasal 11

    (1) Perpanjangan, masa kerjasama dilakukan dengan: a. tidak merubah naskah kerjasama. b. merubah naskah kerjasama.

    (2) Perpanjangan kerjasama dengan tidak merubah naskah kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a tidak diperlukan persetujuan dari Menteri Sekretaris Negara.

    (3) Perpanjangan Kerjasama dengan merubah kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b disamakan dengan kerjasama baru dan diperlukan persetujuan Menteri Sekretaris Negara sebelum dilakukan penandatanganan naskah kerjasama.

    Pasal 12

  • Perpanjangan kerjasma dapat dilakukan dengan menempuh prosedur sebagai berikut : a. Mitra kerja mengajukan permohonan perpanjangan kerjasama kepada Direktur Jenderal dengan

    tembusan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal. Permohonan perpanjangan kerjasama tersebut dilengkapi dengan hasil-hasil kegiatan kerjasama yang sedang/sudah dilakukan.

    b. Sekretaris Direktorat Jenderal mengundang Direktorat Teknis dan Unit Pelaksana Teknis terkait untuk membahas dan melakukan evaluasi atas permohonan perpanjangan kerjasama ini.

    c. Apabila Direktur Jenderal menyetujui permohonan perpanjangan tersebut maka Sekretaris Direktorat Jenderal mengundang mitra kerja untuk menyampaikan/mempresentasikan rencana perpanjangan kerjasama. Apabila Direktur Jenderal tidak menyetujui maka Sekretaris Direktorat Jenderal PHKA memberitahukan penolakan ini kepada Mitra Kerja.

    d. Pada prinsipnya Direktur Jenderal dapat memberikan persetujuan perpanjangan Perjanjian Kerjasama dengan catatan : 1) Bahwa kerjasama tersebut masih diperlukan untuk mendukung kegiatan konservasi sumber

    daya alam hayati dan ekosistemnya; 2) Berdasarkan hasil evaluasi yang komprehensif kegiatan kerjasama tersebut dinilai berhasil

    dengan baik; 3) Terdapat rekomendasi yang mendukung dari Unit Pelaksana Teknis terkait.

    BAB IV

    PEMBINAAN DAN PEMGAWASAN

    Bagian Kesatu Pelaporan

    Pasal 13

    (1) Kegiatan kerjasama di lapangan dilaksanakan oleh mitra kerja dan Unit Pelaksana Teknis setempat. (2) Pelaksana kegiatan kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib menyusun laporan secara

    periodik per 3 (tiga) bulan dan laporan tahunan. (3) Kegiatan pemantauan dan evaluasi hasil kerja dilakukan secara periodik. (4) Sistematika dan format pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan pemantauan dan evaluasi

    sebagaimana dimaksud ayat (3) diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal tersendiri.

    Bagian Kedua Pemantauan Pelaksanaan Kerjasama

    Pasal 14

    (1) Atas dasar rencana kerjasama tahunan yang telah disetujui, jajaran Direktorat Jenderal dan Unit

    Pelaksana Teknis mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

    (2) Dalam rangka pemantauan pelaksanaan kegiatan kerjasama, mitra kerja dan Unit Pelaksana Teknis terkait wajib menyampaikan laporan kemajuan kegiatan kerjasama kepada Direktorat Jenderal PHKA.

    (3) Dalam hal ada hambatan atau permasalahn dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama, Direktorat Jenderal serta Unit Pelaksana Teknis mempunyai kewajiban untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemecahannya lebih lanjut.

    (4) Dalam hal terjadi hal-hal prinsip dalam pelaksanaan kerjasama, maka Unit Pelaksana Teknis dapat mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada Direktur Jenderal atau Direktur dari Direktorat Teknis terkait.

    Bagian Ketiga

    Penilaian Hasil Pelaksanaan Kerjasama

    Pasal 15 (1) Sekretaris Direktorat Jenderal bersama Direktorat Telnis terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya

    mempunyai kewajiban untuk mengevaluasi atau menilai hasil pelaksanaan perjanjian kerjasama. (2) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui pengkajian laporan Unit

    Pelaksana Teknis atau bila perlu melakukan peninjauan lapangan serta pembahasan hasil-hasil kerjasama yang telah dicapai bersama Unit Pelaksana Teknis, serta instansi lain yang terkait.

  • (3) Atas dasar hasil penilaian sebagaimana dimaksud ayat (2) Sekretaris Direktorat Jenderal melaporkan hasil penialaian pelaksanaan kerjasama serta saran tindak lanjut kepada Direktur Jenderal untuk pengembang kerjasama lebih lanjut.

    BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN

    Bagian Kesatu

    Penggunaan Tenaga Asing

    Pasal 16

    (1) Setiap pelaksanaan program atau kegiatan kerjasama, mitra kerja harus mengutamakan penggunaan tenaga ahli Indonesia, dan apabila melibatkan tenaga ahli asing maka harus didampingi oleh petugas dari Direktorat Jenderal;

    (2) Penggunaan tenaga ahli asing dalam rangka pelaksanaan kegiatan/program kerjasama diatur sesuai ketentuan yang berlaku.

    Bagian Kedua

    Sengketa Kerjasama

    Pasal 17

    Sengketa yang timbul sebagai akibat dari perjanjian kerjasama ini diselesaikan secara musyawarah dan mufakat atau menurut hukum yang berlaku di Wilayah Negara Republik Indonesia

  • Bagian Ketiga Penyerahan Aset

    Pasal 18

    (1) Dalam hal kerjasama dinyatakan berakhir dan atau tidak diperpanjang lagi, maka semua asset

    hasil kegiatan kerjasama baik dalam bentuk pengadaan tanah, bangunan, peralatan ataupun fasilitas lainnya harus diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.

    (2) Penyerahan asset hasil kegiatan kerjasama ini dilakukan sebelum masa kerjasama berakhir. (3) Dalam hal masa kerjasama sudah berakhir maka asset hasil kegiatan kerjasama ini secara otomatis

    menjadi milik pemerintah Indonesia.

    Bagian Keempat Pembatalan Perjanjian

    Pasal 19

    Perjanjian kerjasama bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya batal dan atau dapat dibatalkan, apabila : 1. Batas waktu perjanjian habis. 2. Mitra kerja tidak melakukan kegiatan selama 6 (enam) bulan berturut-turut. 3. Berdasarkan hasil evaluasi, mitra kerja tidak melakukan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan

    yang telahn ditetapkan dan atau mitra kerja terbukti melanggar peraturan perundangan bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dan atau peraturan perundangan yang berlaku.

    BAB VI PENUTUP

    Pasal 20

    Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

    Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 Desember 2003 MENTERI KEHUTANAN,

    Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ttd.

    MUHAMMAD PRAKOSA Ir. S U Y O N O NIP. 080035380. Salinan keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Sdr. Sekretaris Negara RI, di Jakarta 2. Sdr. Menteri Negara Lingkungan Hidup, di Jakarta 3. Sdr. Menteri Luar Negeri, di Jakarta 4. Sdr. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta 5. Sdr. Menteri Keuangan, di Jakarta 6. Sdr. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, di Jakarta 7. Sdr. Menteri Pertahanan dan Keamanan, di Jakarta 8. Sdr. Gubernur, di seluruh Indonesia 9. Sdr. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan, di Jakarta 10. Sdr. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan, di Jakarta 11. Sdr. Direktur Jenderal / Kepala Badan Lingkup Departemen Kehutanan 12. Sdr. Bupati/Walikota, di seluruh Indonesia 13. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi, di seluruh Indonesia 14. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, di seluruh Indonesia 15. Sdr. Kepala Balai KSDA, di seluruh Indonesia 16. Sdr. Kepala Balai Taman Nasional, di seluruh Indonesia. Lampiran

  • l ; m i r i r e r r 1 '

    5 .

    7 .

    lvlrtra kerja menydtnpaik;rnusuiat r i (er jas, l r r ra " ) kc1- ,a. r rDi r jcn dengan ternbus; t r rkepada Sekdi t jen8i l ; r Di r . len sc iu ju r t raka!iekdit;en aras nar,ra Dirjenm(- 'nyantpatKarr persetu juarrpr ins ip kepad;r mi t ra ker ja

  • L a n l p l r a n 2

    t---NO TAHAP KEGIATAN

    PROSEDUR.YANG DITANDATANGANI

    KER]ASAMA TINGKAT NASIONALDIREKTUR DARI DIREKTORAT TiXIViS TERKAIT

    UNIT PENYUPT Sekdi t jen P iha k -

    p iha kterkai t

    KETERANGAN

    *) d i lengkapidengan profi lmitra kerja

    * * ) MoU d i l amp i r idengan a ra l ranp(ogram/progrdnldirection danrenca naoperasionall p/anof operation

    Mit ra ker ja ntenyampatKanusutan ker . ;asama *) kepadaurr ;en r lengan tembusankepada Sekdi t jen,Bila Dirjen setuju makaditunjuk Direktur dariDirektorat Teknis terkait yangakan menanda tangan i MoU

    -

    l(en't Lldia n Sckditjenr'ncr'tyd nrf),r ikfl n pcrsctujrrarrpnnsrp kel )ada mi t ra kcr j ; r c lanUPT t c r ka i t .

    Mi t ra ker ja dan UpT terkai tmenyusun kemud ianmenyanrpaikan draf t MoU **)kepada Sekdi t jen dengantembusan kepada Direktur dar jDi rektorat Teknis yang akanmenandatangani MoU

    a . Sekdi t len menyelenggarakanrapat pembahasanpenyempurnaan draf t MoU danhasi lnya d isampaikan kepadaDirektur dar i Dl rektorat Teknisyang akan menanda tangan iMoLl

    B i l a D r re l< lu r da r i D i rek to ra tTeknis menl ,etu ju i nrakaSekdi t jen r r renyiapkanCokumen MoU yang akand i t a r r cJa tangan i

    Sekd i t , ;cn nrengkonfr r r r ras ikanpe la ksanaan penanda ta -nqanan l '1oU kepada Direkturdar i Di rektorat Teknis terkai t ,mrt ra ker , ;a dan UpT

    Pc laksanaan pcnanc ia ta -nganan MoU antara Direkturdar i Di rektorat Teknis terkai tdengan mi t ra ker ja! ickr l i t . ;cr r r r rcncl is t r jbusikanrrask.rh MoU kepada Sekjcn,Dircktorat Tcknis terk. r i t , lJpT,r r r i t r a kc r ' ; a c i an p i l r ak -p i l r akICr],rc-]rt.

    IIIl o

    B .

    7.

  • i,

    i . an tp i ra r r J :PF(CJSEDUR I(ERJASAMA

    YANG DITAN DA'TANG,a,Ni KEPI\LA

    z _ _ _ | 3 I 4 l -

    TINGMT LOIGLUNIT PEI-AKSANA TEKNIS

    1

    I kerra It - lt l

    . " 1

    KETII I / \ IJGAN

    -_l* * l

    { ) d i iengkapidengan profi lnr i f r ; r L . r r r i r

    . ") I ' loU di lampir idengan ar, ihanp;

  • t s l

    Lampiran 4 :

    Judu l

    Pembukaarr r

    Penutup

    SlSI-FMATIKA DOKUIyIEN PEFi,JANJIAN KERJASAhIA

    Perjernjian Kerjasama Kernritraan antara Dep. l(ehutanan cs..Direktorat Jenderal dengan Mitra Ker ja terr tang ' , . , . , , , '

    Penj,3lssan tentang pihak-pihak yang akan bekerjasiama, danpenegasan kesepakatan r.rntuk melaksanakan kerjasamal z n m i . l r a a nl , t , r r l t t r r l n t t .

    N4aksud dan tujuan kerjasama kemitraan.Fluang l ingkup l iegiatan.Frrahflfl Program clan Rencana Operasional,l 'lak dan kewajiban PIHAK FERTAMA.Fial< dan kewajiban Plt'{At( KEDUA,Pemernfaatan hasil kerjasaina dan status ketpemilikanperalatan.Jangka waktu kerjasa,'na.F'embatasan kegintan bagi Mitra Kerja.h.eterrtuan perubithan, penambaharr Can pengl lr :rnganlrlaskah Perjanjian Kerjasama.F'en','elesaian bila terjadi sengketa,

    Tempat / Tanggal penandatanganan dan tandatangan pihak Idan p ihak l l .

    ' v i i ,v i i i .i x .

    X ,

  • Tt - an tp i ran 5 :

    SISI bM/ \ I I I (A F 'ENYUSUNAN I lENQANA PELAKSANAANPIlOG RAM

    SAMPUL (COVER)

    LEMBAR PENGESAHAN/PERSETUJ UANKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR PETADAF'TAR LAM PIRAN

    I . P E N D A I - I U L U A NA. La tar be lakangB . T u j u a n

    II . PROGRAM KEGIATAN DAN JADWAL PELAKSAIIAAN

    I I I . RENCANA ANGGARAN

    IV. PENGGUNAAN TENAGA AHLI

    V , P E N U T U P

    L A M P I R A N - L A M P I R A N

  • ' l -ampiran 6 :

    PROSEDLTR PEI\YI"J!;UNAN PENILAIA|I PENGESAHAN REI\]CANA PHLAI$ANAAN pR,OrSf{AM\ l IT Dt r i . lV t r l cC 1Y

    I L L ! ! r ' 1 t

    TA}IAP KEGI,\TAN

    a)IIL_

    MitraKeIa

    DirektoratTeknisTerkait

    Sekditjen

    -*;-_

    DireKur- ' g t t L g t d l

    UPT danr In i i K- ptr l i j K

    T,erkait

    ;-;l_-1Ii' RMi l . ra

    d e r r g a nl ^ - i , ^ , "L g t N c | L

    kcr ;a bersama-sanr, , rDirel(torat 'fekrrl i;

    l ' t lCt rtLrucrt drirft fenCanet -)o-ker;a pelaksarraan prograrrldengan rnengakomodirmJsukan r iar i UPT

    Dirertorat Teknis trlrktr, l:rn , :nyanrpaikan draf t renca: t ; lpe laksanaar, program kepar laSel. 'dit;e n untulq nrempei uir,: i 'r- - - . , . - l - -) Q r , J r l u d r r r . d i l g g d p d l l

    Sekd if.; en l:er sanra-sanri; idengan Direk lorat Tekni : ;l incrkup ) i rekt , r rat Jenderaln rer'r 'y'c ren!g a ra Ka n | ( r p f l r .pCrl lDdl l i : )San penyempurna0l ldraft rencana pelaksanaarrprogran'r darn hasi lny;rdisanl:alkan kepada Dir jen.Setelalr Dir jen nrenyetu.1u,,q r ' k r i r l r o n nl enya nl pa I kit rlperbaikan draf t rencani :pelaf ,sanaan prr )gram kepacl ; : rDi rektorat . Teknr : ; terkai t .

    Di rc l ' i .ora l Tekrr i : terkai t drr r ,n ' l i t ra ker)a menandatangan irencJr ' ra p0laK: ;anaan p.-ogran:rselanJutnya d i se "a h l l;r r 'rl

  • | ^ - ^ i , . ^ ^ 7L d l I l P l r c l r | ,

    SlSTHIV1ATIKA PHNYL.ISUNAN RENCANA KERJA TAI- IUi . IAI i

    SAMPUL (COVSR)

    LEM EIFrR PENG F.SAHAN/P E RS ETU'l tJANK,ATA, PENGA.NTARD,AFI'AR ISI !D,\F]"ARTABELDAFTAR PETArr,l\F. lAtt TAMPIRAI!

    I , PE NDA,II IJLL,ANA Latar belakangB, Tujuan

    i i . l1ASl[- KEGIATAI{ l 'At- lUN lNl

    l l l . PERI' / IASALAFIAN

    tV, RSNC;rNA KERJA'fnf. f Uf. f BERIKI,JTNYA !n

    B .C .dst .

    V. PEI\ I IJTUI3

    I, , \MPIRAN - LAMPIR,qN

  • t a .

    tLarnpr ran B

    N; l_--,;.;;;.;;;; -l:

    MitraKcrja

    PROSEDLJ R t 'ENYUSUNAN PENILAIAN PENGESAI.IAN RENCANA I(ERJA TAI1UNAN

    I(ETERANGANSel