sjsn (sistem jaminan sosial nasional)

5
SJSN dan BPJS: Memalak Rakyat Atas Nama Jaminan Sosial 24 Dec 2013 in Ekonomi dan Bisnis 1 Comment Saat ini institusi bisnis asuransi multinasional tengah mengincar peluang bisnis besar di Indonesia Mulai 1 Januari 2014 pemerintah mulai memberlakukan sistem jaminan sosial. Ini adalah tindak lanjut Perpres No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan dan PP 101/2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebagai implementasi UU SJSN. Menyongsong pelaksanaan itu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi aktif tampil di layar kaca. Dengan gaya keibuannya, ia mengemukakan betapa jaminan sosial ini akan memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Begitukah? Konsep Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan di Indonesia ini merupakan bagian dari Konsesus Washington dalam bentuk Program SAP (Structural Adjustment Program) yang diimplemetasikan dalam bentuk LoI antara IMF dan Pemerintahan Indonesia untuk mengatasi krisis. SJSN ini konsepnya mengikuti paradigma Barat atau sistem kapitalis dalam masalah jaminan sosial, yaitu sistem asuransi. Namanya terdengar bagus, Jaminan Sosial Nasional, tetapi isinya ternyata hanya mengatur tentang asuransi sosial yang

Upload: rizal-l-muzaki

Post on 12-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

desa

TRANSCRIPT

Page 1: SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)

SJSN dan BPJS: Memalak Rakyat Atas Nama Jaminan Sosial

24 Dec 2013 in Ekonomi dan Bisnis 1 Comment

Saat ini institusi bisnis asuransi multinasional tengah mengincar peluang bisnis besar di Indonesia

Mulai 1 Januari 2014 pemerintah mulai memberlakukan sistem jaminan sosial. Ini adalah tindak lanjut Perpres No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan dan PP 101/2012  tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebagai implementasi UU SJSN.

Menyongsong pelaksanaan itu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi

aktif tampil di layar kaca. Dengan gaya keibuannya, ia mengemukakan betapa jaminan sosial ini akan memberikan kesejahteraan bagi rakyat.

Begitukah?

Konsep Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan di Indonesia ini merupakan bagian dari Konsesus Washington dalam bentuk Program SAP (Structural Adjustment Program) yang diimplemetasikan dalam bentuk LoI antara IMF dan Pemerintahan Indonesia untuk mengatasi krisis.

SJSN ini konsepnya mengikuti paradigma Barat atau sistem kapitalis dalam masalah jaminan sosial, yaitu sistem asuransi. Namanya terdengar bagus, Jaminan Sosial Nasional, tetapi isinya ternyata hanya mengatur tentang asuransi sosial yang akan dikelola oleh BPJS. Artinya, itu adalah swastanisasi pelayanan sosial khususnya di bidang kesehatan.

Hal ini bisa dilihat dari isi UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN itu. Dalam  Pasal 1 berbunyi: Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Lalu Pasal 17 ayat (1): Setiap peserta wajib membayar iuran. (2) Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS  secara berkala.

Page 2: SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)

Dari dua pasal itu bisa dipahami. Pertama: terjadi pengalihan tanggung jawab negara kepada individu atau rakyat melalui iuran yang dibayarkan langsung, atau melalui pemberi kerja bagi karyawan swasta, atau oleh negara bagi pegawai negeri. Lalu sebagai tambal sulamnya, negara membayar iuran program jaminan sosial bagi yang miskin. Pengalihan tanggung jawab negara kepada individu dalam masalah jaminan sosial juga bisa dilihat dari penjelasan undang-undang tersebut tentang prinsip gotong-royong yaitu: Peserta yang mampu (membantu) kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Jadi, jelas undang-undang ini justru ingin melepaskan tanggung jawab negara terhadap jaminan sosial atau kesehatan.

Kedua: Yang akan menerima jaminan sosial adalah mereka yang teregister atau tercatat membayar iuran.

Ketiga: Jaminan sosial tersebut hanya bersifat parsial, misalnya jaminan kesehatan, tetapi tidak memberikan jaminan kepada rakyat dalam pemenuhan kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan maupun pendidikan.

Adapun BPJS adalah lembaga yang dibentuk  berdasarkan  UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, yang merupakan amanat dari UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN.  BPJS akan menjadi lembaga superbody yang memiliki kewenangan luar biasa di negara ini untuk merampok uang rakyat. Tidak hanya kepada para buruh, sasaran UU ini adalah seluruh rakyat Indonesia. Kedua UU tersebut  mengatur asuransi sosial yang akan dikelola oleh BPJS. Hal ini ditegaskan oleh UU 40/2004 pasal 19 ayat 1 yang berbunyi: Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Juga Pasal 29, 35, 39, dan 43. Semua pasal tersebut menyebutkan secara jelas bahwa jaminan sosial itu diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial.

Prinsip asuransi sosial juga terlihat dalam UU Nomer 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Pada Pasal 1 huruf (g) dan Pasal 14 serta Pasal 16 disebutkan bahwa BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip kepesertaan yang bersifat wajib.

Inilah fakta sebenarnya  dan bahaya  UU SJSN dan BPJS bagi rakyat. Rakyat dipalak sedemikian rupa atas nama kepentingan negara dalam menjamin layanan kesehatan dan sosial lainnya. Bagaimana tidak memalak. UU itu menyiapkan seperangkat sanksi bagi rakyat yang tidak mau membayar premi. Jadi, bohong jika dikatakan bahwa UU ini akan membawa kesejahteraan bagi rakyat.

Saat ini institusi bisnis asuransi multinasional tengah mengincar peluang bisnis besar di Indonesia yang dibuka antara lain oleh UU 40/2004, Pasal 5 dan Pasal 17, juga UU 24/2011 Pasal 11 huruf (b); disebutkan bahwa BPJS berwenang menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi. Ini merupakan bukti nyata dari pengaruh neoliberalisme yang memang sekarang sedang melanda Indonesia. Arim Nasim/Lajnah Mashlahiyyah DPP HTI

Page 3: SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)

Opinion :

Pemerintah sebagai lembaga tinggi yang seharusnya bertugas mensejahterkan

rakyat, dengan ide-ide kreatifnya khususnya dibidang kesehatan. Kenyataannya yang terjadi

sekarang ini, mereka malah membuat semua lapisan masyarakat (baik tingkat ekonomi atas

maupun bawah) merasa terbebani dan dirugikan.

Dengan diluncurkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) oleh pemerintah,

yang menurut pemerintah akan memberikan kesejahteraan bagi semua rakyat, ternyata sistem

ini malah memberikan kerugian bagi masyarakat. Dikarenakan, Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) merupakan sistem asuransi yang berkedok sistem jaminan nasional.

Masyarakat diwajibkan mendaftar dan membayar iuran secara berkala. Setiap pemberi kerja

wajib juga memungut iuran dari pekerjanya dan menambahkan iuran yang menjadi

kewajibannya lalu menyetorkan ke BPJS sebagai badan pengelola SJSN. Dari isi SJSN

tersebut dapat terlihat dengan jelas penggalihan tanggung jawab pemerintah, yang seharusnya

pemerintah melayani masyarakat dan yang seharusnya pemerintah melayani dan melindungi

tenaga kerja (buruh) sekarang tanggung jawab tersebut dialihkan ke personal atau tanggung

jawab masyarakat itu sendiri, yang berkedok jaminan social yang diatur dalam undang-

undang (UU).

Ditetapkan dalam kebijakan tersebut yang akan menerima jaminan social ini adalah

mereka yang ter-register atau tercatat membayar iuran. Bagi mereka yang tidak tercatat dan

tidak membayar iuran, mereka tidak akan memndapat jaminan ini. Pemerintah akan

menyiapkan seperangkat sangsi bagi rakyat yang tidak mau daftar dan membayar premi. Dari

uraian diatas dikemukakan rakyat dipalak sedemikian rupa dan diatasnamakan kepentingan

Negara dalam menjamin kesehatan dan dampaknya rakyat semakin menderita dan terbebani

dengan iuran-iuran yang sifatnya mengikat.

Pemerintah dalam hal ini seharusnya memberikan kebijakan yang sifatnya benar-

benar membantu semua lapisan masyarakat, tanpa harus mengharuskan membayar iuran atau

apapun yang merugikan, karena masyarakat terutama tingkat ekonomi bawah sudah sulit

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jangan malah ditambah dengan iuran-iuran lain yang

sifatnya mengikat. Semua lapisan masyarakat juga sudah membayar pajak yang menjadi

kewajiban mereka. Seharusnya pemerintah lebih pintar untuk mengelola dana rakyat tersebut

dan meluncurkan kebijakan-kebijakan yang bersifat membantu dan cerdas.