sjaiful boen menghadirkan karya unik di atas kayu · hiran 1 oktober 1970, itu saat...

1
H IDUP dimulai dari umur 40. Itulah gambaran yang disampaikan pelu- kis sekaligus fotografer kela- hiran 1 Oktober 1970, itu saat berbincang-bincang santai di Tembi Rumah Budaya, Jakarta, awal pekan ini. Raut matanya begitu tajam. Dia tidak berkata-kata banyak dan hanya memainkan sebuah kuas di atas kanvas dengan gesit. Baginya, kehidupan awal baru saja dimulai. “Saya baru saja menginjak usia 40 tahun. Kata orang hidup dimulai dari usia itu. Saya adalah orang yang meyakini pedagogi itu,” ujarnya santai sambil meneguh segelas minuman dingin. Kematangan di usia 40 tahun membuat dia semakin mem- fokuskan diri untuk berkarya dalam dunia seni secara total. Tidak lagi secara kebetulan seperti yang orang lain sang- gahkan. “Hidup ini kan adalah pilih- an. Saya memilih untuk dimulai saat menginjak kepala empat. Ada sebuah kedewasaan yang belum pernah saya dapat. Ini membuat mata saya bisa meli- hat secara objektif,” candanya. Tak dapat dimungkiri, Boen adalah salah satu pelukis berbakat. Dia menghadirkan sebuah aliran dalam lukisan yang jarang ditemukan dalam 10 tahun terakhir ini. Aliran lukisan yang dia tampilkan cukup realistis. Namun, terda- pat unsur-unsur misteri dalam setiap bingkai. Dalam dunia fotogra, Boen sudah memotret sejak usia 20 tahun. Namun, dia juga mengisi hari-harinya dengan melukis. Saat itu, dia sangat menyu- kai aliran naturalistik. Setelah menginjak usia 30, dia mulai menggeluti aliran abstrak-sure- alis, terutama dalam membuat karya lukisan. Apabila memperhatikan karya-karya Boen, unsur real- istik masih mendominasi setiap lukisan. Apalagi, karya fotonya dia tuangkan di atas lembaran kayu, perunggu, dan seng. Sebagai seniman kontem- porer, telah berbagai pameran dia ikuti dan selenggarakan, di antaranya di Bika, Kemang, Koi Galery, Cahya Galery, Pasar Fes- tival, hingga Lembaga Biblika Indonesia. Semuanya berada di Jakarta. Karya-karyanya telah dia- lihbentukkan ke dalam sebuah wadah berupa kayu yang sa- ngat unik. Seakan memadukan unsur realistis yang sangat lekat saat dipandang mata. “Karya-karya saya berupa foto telah saya kumpulkan sejak 10 tahun silam. Kemudian, saya mulai berpikir (karya itu) untuk dialihbentukkan ke dalam kan- vas dan wadah kayu. Hasilnya, saya juga melihat sesuatu yang sungguh luar biasa,” jelasnya. Ia menuturkan, sejak 2006 di- rinya telah mengadakan obser- vasi dan eksperimen terhadap berbagai jenis material untuk menciptakan sebuah karya. Sehingga dari hasil eksperi- men itu, dia menyelenggara- kan pameran di Tembi Rumah Budaya, Jakarta, dalam tajuk 3sembilan+1. Pameran itu ber- langsung sejak 1-10 Oktober mendatang. Kini, setelah menginjak ‘kepala empat’, Boen sangat bersyukur atas dua hal dalam kehidupannya. Pertama, yaitu reorientasi secara moral dan spiritual. Dan kedua, dia lebih bertanggung jawab kepada keluarganya. Membagi waktu Dalam kesibukannya me- motret dan melukis, Boen mengaku sudah bisa mem- bagi waktu antara profesi dan keluarga. Tidak jarang, saat berakhir pekan, dia mengajak keluarganya untuk menikmati panorama di luar daerah. “Ke- luarga sangat penting. Mung- kin, saya juga harus menggarap beberapa proyek, namun saya tetap fokus kepada dua anak saja,” ucapnya. Dalam pameran 3sembilan+1 itu, Boen menampilkan karya fotogradalam artistry di atas 39 permukaan yang menjadi penanda tapal-tapal yang telah dia lampaui. Dari silver gelatin print yang legendaris hingga van dyke brown. Pun, dari kulit kayu sampai elemen metal. Kini, sebagai seorang seni- man, dia tahu betul penghar- gaan yang diberikan pemerin- tah. Menurutnya, bila diband- ingkan dengan Amerika Serikat, karya seni di sana lebih dihargai ketimbang di Indonesia. Boen adalah sosok yang gigih bekerja keras. Dia tidak mau hidup meminta-minta atau menunggu belas kasihan orang lain. Baginya, karya yang berkualitas pasti akan dilirik. Entah itu pihak pemerintah maupun swasta. “Saat berada di Alaska, karya seni fotograatau lukisan sangat dihargai. Di sini, memang sudah dihargai, na- mun belum begitu besar. Saya hanya bekerja sesuai talenta yang Tuhan berikan sehingga dapat membuat para penikmat seni mendapatkan kegembi- raan,” jelasnya. Dalam karyanya berjudul Forgotten, Boen memotret ge- dung kantor berita Antara di kawasan Pasar Baroe, Jakarta. Dalam karya itu, terlihat kantor bersejarah itu tidak terawat. Cat putih di tembok mulai luntur. Seakan pemerintah tidak me- merhatikan kantor bersejarah itu. “Saya memotret beberapa waktu lalu. Kemudian saya tampilkan di atas media seng. Dari situ, saya ingin berpesan bahwa bangunan sejarah perlu mendapatkan perhatian lebih,” keluhnya. Tidak hanya itu, karya ber- judul One Mission juga menyim- pan kenangan. Dalam karya itu, terdapat sebuah kapal tua. Boen seakan mengingatkan penikmat seni akan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Begitu pula, be- berapa karya memuat beberapa gereja tua yang ada di Jakarta hingga bangunan-bangunan bersejarah yang cukup unik. Jika memperhatikan setiap karya Boen, butuh perenungan ekstra. Apalagi, setiap bahan telah dikumpulkan sejak 2001. “Sebenarnya tahun lalu, saya akan melakukan pameran. Namun, karena suatu kesibuk- an, saya menunda hingga tahun ini,” tuturnya sambil menunjukkan karya-karya terbaiknya. Sebagai persiapan untuk melakukan pameran tunggal ke depannya, dia mengaku masih mencari beberapa rekan untuk melakukan pameran secara bersama-sama di luar negeri. Dana yang minim membuat dia harus bersabar lebih sedikit. Dia yakin, setiap karya yang dia ciptakan memiliki roh-roh yang seakan dapat berkata- kata. (M-1) [email protected] 14 | Sosok KAMIS, 7 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Menghadirkan Karya Unik di Atas Kayu SJAIFUL BOEN Iwan Kurniawan MI/ PANCA SYURKANI Ia salah satu seniman kontemporer yang menyajikan karya fotografi dan lukisan dalam lembaran kayu dan perunggu. Saya hanya bekerja sesuai talenta yang Tuhan berikan sehingga dapat membuat para penikmat seni mendapatkan kegembiraan.” BIODATA Nama : Sjaiful Boen Lahir : Tanjung Karang, Lampung, 1 Oktober 1970 Istri : Yulia Eryani Anak : Rebecca Laura dan Matha Nicole Pendidikan : University of Alaska, (Program Fotografi, 1998-1999) Universitas Tarumanagara, (Program Real Estate, 1989-1991) Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia (Jurusan Arsitektur, 1988) Pekerjaan : Fotografi, pelukis

Upload: others

Post on 13-Oct-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SJAIFUL BOEN Menghadirkan Karya Unik di Atas Kayu · hiran 1 Oktober 1970, itu saat berbincang-bincang santai di Tembi Rumah Budaya, Jakarta, awal pekan ini. Raut matanya begitu tajam

HIDUP dimulai dari umur 40. Itulah gambaran yang disampaikan pelu-

kis sekaligus fotografer kela-hiran 1 Oktober 1970, itu saat berbincang-bincang santai di Tembi Rumah Budaya, Jakarta, awal pekan ini.

Raut matanya begitu tajam. Dia tidak berkata-kata banyak dan hanya memainkan sebuah kuas di atas kanvas dengan gesit.

Baginya, kehidupan awal baru saja dimulai. “Saya baru saja menginjak usia 40 tahun. Kata orang hidup dimulai dari usia itu. Saya adalah orang yang meyakini pedagogi itu,” ujarnya santai sambil meneguh segelas minuman dingin.

Kematangan di usia 40 tahun membuat dia semakin mem-fokuskan diri untuk berkarya dalam dunia seni secara total. Tidak lagi secara kebetulan seperti yang orang lain sang-gahkan.

“Hidup ini kan adalah pilih-an. Saya memilih untuk dimulai saat menginjak kepala empat.

Ada sebuah kedewasaan yang belum pernah saya dapat. Ini membuat mata saya bisa meli-hat secara objektif,” candanya.

Tak dapat dimungkiri, Boen adalah salah satu pelukis berbakat. Dia menghadirkan sebuah aliran dalam lukisan yang jarang ditemukan dalam 10 tahun terakhir ini. Aliran lukisan yang dia tampilkan cukup realistis. Namun, terda-pat unsur-unsur misteri dalam setiap bingkai.

Dalam dunia fotografi , Boen sudah memotret sejak usia 20 tahun. Namun, dia juga mengisi hari-harinya dengan melukis. Saat itu, dia sangat menyu-kai aliran naturalistik. Setelah menginjak usia 30, dia mulai menggeluti aliran abstrak-sure-alis, terutama dalam membuat karya lukisan.

Apabila memperhatikan karya-karya Boen, unsur real-istik masih mendominasi setiap lukisan. Apalagi, karya fotonya dia tuangkan di atas lembaran kayu, perunggu, dan seng.

Sebagai seniman kontem-

porer, telah berbagai pameran dia ikuti dan selenggarakan, di antaranya di Bika, Kemang, Koi Galery, Cahya Galery, Pasar Fes-tival, hingga Lembaga Biblika Indonesia. Semuanya berada di Jakarta.

Karya-karyanya telah dia-lihbentukkan ke dalam sebuah wadah berupa kayu yang sa-ngat unik. Seakan memadukan unsur realistis yang sangat lekat saat dipandang mata. “Karya-karya saya berupa foto telah saya kumpulkan sejak 10 tahun silam. Kemudian, saya mulai berpikir (karya itu) untuk dialihbentukkan ke dalam kan-vas dan wadah kayu. Hasilnya, saya juga melihat sesuatu yang sungguh luar biasa,” jelasnya.

Ia menuturkan, sejak 2006 di-rinya telah mengadakan obser-vasi dan eksperimen terhadap berbagai jenis material untuk menciptakan sebuah karya. Sehingga dari hasil eksperi-men itu, dia menyelenggara-kan pameran di Tembi Rumah Budaya, Jakarta, dalam tajuk 3sembilan+1. Pameran itu ber-

langsung sejak 1-10 Oktober mendatang.

Kini, setelah menginjak ‘kepala empat’, Boen sangat bersyukur atas dua hal dalam kehidupannya. Pertama, yaitu reorientasi secara moral dan spiritual. Dan kedua, dia lebih bertanggung jawab kepada keluarganya.

Membagi waktuDalam kesibukannya me-

motret dan melukis, Boen

mengaku sudah bisa mem-bagi waktu antara profesi dan keluarga. Tidak jarang, saat berakhir pekan, dia mengajak keluarganya untuk menikmati panorama di luar daerah. “Ke-luarga sangat penting. Mung-kin, saya juga harus menggarap beberapa proyek, namun saya tetap fokus kepada dua anak saja,” ucapnya.

Dalam pameran 3sembilan+1 itu, Boen menampilkan karya fotografi dalam artistry di atas 39 permukaan yang menjadi penanda tapal-tapal yang telah dia lampaui. Dari silver gelatin print yang legendaris hingga van dyke brown. Pun, dari kulit kayu sampai elemen metal.

Kini, sebagai seorang seni-man, dia tahu betul penghar-gaan yang diberikan pemerin-tah. Menurutnya, bila diband-ingkan dengan Amerika Serikat, karya seni di sana lebih dihargai ketimbang di Indonesia.

Boen adalah sosok yang gigih bekerja keras. Dia tidak mau hidup meminta-minta atau menunggu belas kasihan

orang lain. Baginya, karya yang berkualitas pasti akan dilirik. Entah itu pihak pemerintah maupun swasta. “Saat berada di Alaska, karya seni fotografi atau lukisan sangat dihargai. Di sini, memang sudah dihargai, na-mun belum begitu besar. Saya hanya bekerja sesuai talenta yang Tuhan berikan sehingga dapat membuat para penikmat seni mendapatkan kegembi-raan,” jelasnya.

Dalam karyanya berjudul Forgotten, Boen memotret ge-dung kantor berita Antara di kawasan Pasar Baroe, Jakarta. Dalam karya itu, terlihat kantor bersejarah itu tidak terawat. Cat putih di tembok mulai luntur. Seakan pemerintah tidak me-merhatikan kantor bersejarah itu.

“Saya memotret beberapa waktu lalu. Kemudian saya tampilkan di atas media seng. Dari situ, saya ingin berpesan bahwa bangunan sejarah perlu mendapatkan perhatian lebih,” keluhnya.

Tidak hanya itu, karya ber-

judul One Mission juga menyim-pan kenangan. Dalam karya itu, terdapat sebuah kapal tua. Boen seakan mengingatkan penikmat seni akan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Begitu pula, be-berapa karya memuat beberapa gereja tua yang ada di Jakarta hingga bangunan-bangunan bersejarah yang cukup unik.

Jika memperhatikan setiap karya Boen, butuh perenungan ekstra. Apalagi, setiap bahan telah dikumpulkan sejak 2001.

“Sebenarnya tahun lalu, saya akan melakukan pameran. Namun, karena suatu kesibuk-an, saya menunda hingga tahun ini,” tuturnya sambil menunjukkan karya-karya terbaiknya.

Sebagai persiapan untuk melakukan pameran tunggal ke depannya, dia mengaku masih mencari beberapa rekan untuk melakukan pameran secara bersama-sama di luar negeri.

Dana yang minim membuat dia harus bersabar lebih sedikit. Dia yakin, setiap karya yang dia ciptakan memiliki roh-roh yang seakan dapat berkata-kata. (M-1)

[email protected]

14 | Sosok KAMIS, 7 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

MenghadirkanKarya Unik di Atas Kayu

S J A I F U L B O E N

Iwan Kurniawan

MI/ PANCA SYURKANI

Ia salah satu seniman kontemporer yang menyajikankarya fotografi dan lukisan dalam lembaran kayu dan perunggu.

Saya hanya bekerja sesuai talenta yang Tuhan berikan sehingga dapat membuat para penikmat seni mendapatkan kegembiraan.”

BIODATANama : Sjaiful Boen

Lahir : Tanjung Karang, Lampung, 1 Oktober 1970

Istri : Yulia Eryani

Anak : Rebecca Laura dan Matha Nicole

Pendidikan :• University of Alaska, (Program Fotografi, 1998-1999)• Universitas Tarumanagara, (Program Real Estate, 1989-1991)• Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia (Jurusan Arsitektur, 1988)

Pekerjaan : Fotografi, pelukis