sistematika renstrada · web viewberdasarkan sk mentan nomor 837/kpts/um/11/1980 dan nomor...
TRANSCRIPT
BAB IIGAMBARAN UMUM KABUPATEN KOTABARU
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 2020' – 4020’ Lintang
Selatan dan 115015'–116030' Bujur Timur.
Kabupaten Kotabaru yang memiliki wilayah seluas 9.422,46 km2
merupakan kabupaten terluas di propinsi Kalimantan Selatan dengan luas lebih
dari seperempat (25,11%) dari luas wilayah propinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten ini terbagi menjadi 20 kecamatan dengan 197 desa dan 4 kelurahan.
Kabupaten Kotabaru memiliki perbatasan sebagai berikut:
sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur;
sebelah Selatan : Laut Jawa, Kabupaten Tanah Bumbu;
sebelah Timur : Selat Makasar; dan
sebelah Barat : Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar
dan Kabupaten Tanah Bumbu.
2.1.2. Topografi
Kondisi alam di kabupaten Kotabaru sangat bervariasi. Terdiri dari
perpaduan tanah pegunungan dan daerah pantai (genangan) serta daerah
daratan dengan daerah perairan yang dipenuhi pulau-pulau kecil. Dari daerah
pantai di sebelah timur yang merupakan daerah cukup datar sampai ke arah barat
wilayahnya semakin bergelombang sampai berbukit. Pada wilayah bagian barat
dari selatan ke utara merupakan jalur pegunungan, yaitu pegunungan Meratus
memanjang sampai ke wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Secara umum,
konfigurasi medan wilayah Kabupaten Kotabaru miring arah ke timur.
Berdasarkan letak ketinggiannya dari permukaan laut 46% Kabupaten
Kotabaru terletak pada ketinggian antara 25–100 m. Letak ketinggian ini secara
umum menentukan pola pengelolaan dan pemanfaatannya, yaitu:
ketinggian 0–7 m : daerah rawa dan pantai, seluas 86.618 ha (5,98 % dari luas wilayah Kabupaten Kotabaru), digunakan untuk usaha tambak ikan;
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-1
ketinggian 7–10 m : seluas 43.743 ha (3,01%), digunakan sebagai sawah dengan satu kali tanam;
ketinggian 10–25 m : seluas 256.792 ha (17,73%), digunakan sebagai sawah dua kali tanam;
ketinggian 25–125 m : seluas 667.932 ha (46,10%);
ketinggian 125–500 m : seluas 320.388 ha (22,1%) digunakan untuk pertanian lahan kering, perkebunan dan ladang;
ketinggian 500–1000 m : seluas 67.064 ha (4,63%) merupakan daerah yang sulit untuk diolah sebagai lahan pertanian;
ketinggian > 1000 m : seluas 6.433 ha (0,44%), diperuntukkan sebagai kawasan lindung.
2.1.3. Klimatologi
Tipe iklim di Kabupaten Kotabaru termasuk tipe D sampai E yang berarti
sedang sampai dengan agak kering. Kabupaten Kotabaru terdiri dari 2 (dua)
musim, yaitu : musim hujan dan musim kemarau (panas). Musim hujan biasanya
terjadi pada Bulan Oktober sampai dengan Mei, pada waktu itu angin bertiup dari
arah timur Laut, sedangkan musim kemarau (panas) terjadi pada Bulan Juni
sampai dengan Agustus dan diantara kedua musim tersebut terdapat musim
pancaroba (BPDAS Barito, 2009).
Tinggi rendahnya suatu tempat dari permukaan air laut dan jaraknya dari
pantai mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Dari hasil pengamatan Stasiun
Meteorologi Stagen tahun 2009, suhu rata-rata di Kotabaru dan sekitarnya
berkisar antara 26,30C sampai dengan 27,40C. Suhu udara tertinggi terjadi pada
April yaitu 27,40C. Sedangkan suhu udara terendah terjadi pada Juli yaitu 26,30C.
Curah hujan di suatu daerah dipengaruhi oleh iklim, topografi, dan
perputaran arus udara. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Kotabaru selama
tahun 2009 tercatat berkisar dari 0,3-16,5 mm. Jumlah hari hujan terlama terjadi
pada bulan Desember yaitu selama 26 hari dan pada bulan September, Kotabaru
mengalami jumlah hari hujan terpendek yaitu selama 3 hari.
2.1.4. Geologi
Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Kotabaru terdiri dari
sesar naik, sesar geser, sesar normal dan lipatan. Sesar naik umumnya
mempunyai arah hampir Utara - Selatan hingga Baratdaya - Tirnurlaut. Sesar ini
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-2
banyak terdapat dibagian Timur wilayah di sekitar G. Kukusan. Sesar geser
dijumpai harnpir disemua wilayah Kabupaten Kotabaru, baik pada batuan Tersier
maupun batuan pra Tersier. Arah sesar bervariasi dari Tirnur laut - Baratdaya
hingga Baratlaut -Tenggara. Sesar turun terdapat dibagian Tirnur wilayah di
sekitar G. Kukusan, dengan arah relatif Barat - Timur. Lipatan berkembang
sangat intensif pada batuan Tersier, terdapat di bagian tengah hingga bagian
Timur wilayah juga terdapat di P. Laut. Arah sumbu lipatan umunmya Timurlaut -
Baratdaya hingga Utara - Selatan.
Tabel 2.1.Sumberdaya Mineral di Kabupaten Kotabaru
No Bahan Galian Potensi Lokasi1 Andesit 316,5 juta ton Pamukan Utara2 Batu gamping 1850,837 juta ton Kelumpang Barat, Kelumpang Hulu,
Sungai Durian, Pamukan Utara3 Batubara 2.820,5 juta ton Hampang, Kelumpang Hulu,
Kelumpang Selatan, Sungai Durian, Kelumpang Tengah, Kelumpang Utara, Pamukan Selatan, Pulau Laut
4 Biji besi 86,1206 juta ton P. Sebuku5 Emas - P.L. Timur, Sungai Durian,
Hampang, Kelumpang Hulu6 Kromit - P. Sebuku7 Lempung 557 juta ton Pulau Laut Utara, kelumpang Hulu,
Pamukan Barat
8 Marmer 23,93 juta ton Sungai Durian9 Nikel 42,434 juta ton P. Sebuku, Kel. Tengah
10 Peridotit 308,806 juta ton Hampang, Kelumpang Hulu.11 Pospat 3100 ton Sungai Durian
Sumber: Kanwil Deptamben Kalsel, 1997
2.1.5. Hidrologi
Wilayah Kabupaten Kotabaru terbagi dalam 6 SWP DAS (Daerah Aliran
Sungai) sebagai berikut:
Tabel 2.2.Data letak geografis, luas DAS di Kabupaten Kotabaru
No SWP DAS / Letak Geografis DAS Luas (ha)1. Cantung 1. Bangkalaan Ds. 128,266.93
- 116°05'47.3" BT s/d 116°06'08.2" BT dan
2. Cantung Ds. 112,694.66
- 2°58'57.5" LS s/d 2°59'10.9" LS 3. Hantasan 2,787.474. Kaluang 7,304.135. Lawah 383.906. Nangka 100.30
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-3
No SWP DAS / Letak Geografis DAS Luas (ha)7. P. Bidan kecil 1.358. P. Bini 20.249. P. Kecil 9.7610. P. Laki 14.7811. P. Nangka kecil 32.3412. P. Sari 18.8013. P. Sulangkajan 729.8514. Pinang 1,494.1615.Pudi 11,978.1416. P. Langadai kecil 34.0817. Sebuli Besar 2,262.2218. Semona 11,861.5019. Senakin Besar 1,653.1920. Senakin Kecil 1,204.7321. Serungga 41,733.7322. Setangga Ds. 16,795.7723. Suren 1,748.6524. Tamiang Ds. 8,795.0725. Tanjung Batu 411.2526. Tanjung Selayar 516.8127. Ajidan
1,065.20
2. Sampanahan 1. Basuang 1,902.75- 116°20'14.8" BT s/d 116°21'57.5" BT dan
2. Lampu kecil 494.77
- 2°33'0" LS s/d 2°35'10.6" LS 3. Rapiwe 2,874.474. Samalantakan 2,992.325. Sampanahan Ds. 156,618.436. Sekalimau 1,830.987. Sekalimbung 569.838. Sekalumburan 467.879. Sekandis 5,149.4810. Seluluk 1,183.5011. Sepapah 11,907.5112.Talusi 4,561.82
3. Manunggul 1. Manunggul Ds. 37,988.94- 116°15'59.4" BT s/d 116°16'42.7" BT dan
2. P. Jaring 98.39
- 2°31'58.5" LS s/d 2°32'37.7" LS 3. Sepuah 1,963.32
4. Cengal 1. Cengal 119,955.82- 116°27'30.7" BT s/d 116°33'53.1" BT dan
2. Jengeru Ds 7,155.68
- 2°21'55.2" LS s/d 2°26'47.5" LS 3. Senipa 921.784. Separe 1,557.875. Separe kecil 380.016. Sesulung 1,403.547. Sesulung Kecil 424.138. Sesulung timur 537.859. Sesulung utara 2,665.16
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-4
No SWP DAS / Letak Geografis DAS Luas (ha)
5. Pulau Laut 1. Balingkar 832.90116°20'08.1" BT s/d 116°20'15.4" BT dan
2. Batuladung 484.61
3°43'22.7" LS s/d 3°43'29.5" LS 3. Berangas 9,748.454. Buah 1,860.685. Bulan 1,611.286. Embung Embungan 13,746.527. Embungan kecil 900.658. Gedambaan 749.939. Gulisan 3,329.1210. Hantu I 970.9511. Hantu II 1,355.1812. Jelapat 549.9413. Kalambah 3,178.7614. Kapak kecil 3.5815. Kawau 4,282.3116. Kiwi 2,238.1617. Komangkomang 275.0418. Kotabaru hilir 688.6619. Lanun 1,669.3520. Limau 2,874.4221. Mandin 376.9922. P. Halaban 0.9523. P. Kapak 34.9324. P. Kemuning I 2.9625. P. Kemuning II 2.3426. P. Kemuning III 0.8327. P. Kerasian 127.6528. P. Kerayaan 162.3229. P. Kerumputan 148.2930. P. Laut 48,130.4031. P. Serudung 428.4232. P. Tanjung harapan I 1.0033. P. Tanjung Harapan II 0.4234. Penapian 2,661.9935. Rampa 136.7336. Salinau 392.5037. Sarang Tiung 764.8338. Sarangsana 6,224.6639. Sebanti 22,464.2140. Sebelimbingan 12,002.1441. Sekalian 13,030.4842. Sekojang 808.1343. Sekuku 532.5144. Selaro 5,024.6245. Semaras 10,230.5046. Semisir I 399.6147. Semisir II 192.9048. Semisir III 165.03
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-5
No SWP DAS / Letak Geografis DAS Luas (ha)49. Senyiur 294.5850. Seratak 1,386.9351. Setimbangan 617.9952. Simbungan Kecil 1,681.4253. Sungai pasir 476.0954. Sunggup 5,993.9855. Taib 988.0856. Tanahmerah 2,095.9157. Tjg harapan 804.1358. Tjg kunyit 117.2959. Tjg lalak 807.8660. Tjg lalak selatan 618.1261. Teluk aru 800.4962. Teluk Gosong 1,037.6863. Teluk Gumbang 10,555.4164. Teluk jagung 1,029.9565. Teluk kemuning 1,638.7666. Teluk mesjid 629.8867. Terangkeh 764.1268. Terusan tengah 33.5669. Terusan tengah kecil 4.0470. Tungkaranasam 743.9271. Anak P. Kapak 1.59
6. Pulau Sebuku 1. Bali 1,924.91- 116°19'57.5" BT s/d 116°21'08.5" BT dan
2. Dungun 765.94
- 3°35'30.2" LS s/d 3°37'07.9" LS 3. P. Haur 10.874. P. Kaluang 351.585. P. Manti 15.226. P. Sebuku 12,762.597. P. Ujung 111.488. Prapat raja 1,559.389. Sarakaman 1,413.0010. Sekapung 2,651.0511. Serai 885.30
Sumber: BPDAS Barito, 2009
2.1.6. Penggunaan Lahan
2.1.6.1. Kawasan LindungKawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna mensukseskan
sistem pembangunan berkelanjutan. Kawasan Lindung terdiri dari tiga sub-
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-6
kawasan utama, yaitu: (a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, (b) Kawasan perlindungan setempat dan (c) Kawasan cagar alam
dan cagar budaya.
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnyaKawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
adalah Kawasan Hutan Lindung. Kawasan ini memiliki sifat khas yang
mampu melindungi kawasan disekitarnya maupun yang lebih rendah.
Kawasan ini berfungsi sebagai tata air, pencegahan banjir, erosi dan dapat
memelihara tingkat kesuburan tanah.
Adapun peraturan yang digunakan untuk menentukan suatu kawasan
layak sebagai kawasan lindung adalah Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 837/KPTS/UM/11/1980, Instruksi Mendagri Nomor 8/1985.
Disamping itu, kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2000 m dpl
kriteriakan sebagai kawasan lindung.
Alokasi kawasan lindung terdapat hampir pada semua ruang di wilayah
Kabupaten Kotabaru, terutama terletak di wilayah di sekitar pegunungan
Meratus, G. Sebatung, G. Kusambi, G. Salino, G. Jambangan, kawasan karst
yang di dalamnya terdapat sungai bawah tanah. Dari segi administrasi
Kawasan Lindung terletak di Kecamatan Hampang, Pamukan Utara, Sungai
Durian, Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Selatan, Kelumpang
dan Pulau Laut Barat. Adapun luas kawasan lindung ini mencapai 241.658
(25,52%) Ha.
Untuk dapat menjamin terjaganya ruang kawasan Hutan Lindung ini,
ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan, antara lain:
1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan harus dipertahankan.
2. Pemanfaatan terbatas dalam kawasan lindung (kecuali Cagar Alam)
masih dapat diperbolehkan dengan tetap memperhatikan aspek
konservasi.
3. Penggunaaan lahan eksisting pada kawasan lindung secara perlahan
dialihkan ke ruang yang lebih cocok.
b. Kawasan Perlindungan Setempat
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-7
Kawasan Pelindungan setempat meliputi, kawasan sempadan pantai,
sungai, danau, waduk, dan mata air. Lebar penyangga (buffer) bagi
kawasan lindung tersebut tergantung dari bentuk dan dimensi kawasan
tersebut.
1) Kawasan Sempadan PantaiKawasan sempadan pantai ini dimaksudkan sebagai penyangga
pantai dari abrasi oleh angin dan air laut, mempertahankan ekosistem
pantai dan keragaman hayati vegetasi pantai. Lebar penyangga
sempadan pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat
tergantung bentuk dan kondisi pantai.
Kawasan sempadan pantai ini dalam tata ruang tidak
dialokasikan (dipetakan) secara spesifik, maksudnya, bahwa sepanjang
garis pantai otomatis mempunyai garis sempadan pantai. Jadi, setiap
aktifitas pembangunan yang memanfaatkan ruang pantai harus
dibelakang garis sempadan pantai.
Untuk dapat mempertahankan ruang sempadan pantai ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Untuk areal sempadan pantai yang tidak bervegetasi sebaiknya
dilakukan rehabilitasi.
2. Bangunan yang bertujuan untuk konservasi diperbolehkan dibangun
pada area buffer zone (ruang penyangga).
3. Selain bangunan untuk tujuan konservasi dapat dibangun
dibelakang garis konservasi.
4. Penerapan AMDAL, UKL dan UPL pada setiap aktifitas yang akan
mempengaruhi ruang sempadan pantai.
2) Kawasan Sempadan SungaiKawasan sempadan sungai dimaksudkan sebagai buffer ruang
yang diharapkan dapat melindungi sungai dari proses erosi pada bagian
pinggir sungai. Berdasarkan SK Mentan nomor 837/KPTS/Um/11/1980
dan nomor 887/KPTS/Um/1980 bahwa sungai yang berada di luar
pemukiman dengan lebar ruang penyangga pada kanan kiri sungai
besar dan anak sungai masing-masing minimal 100 meter dan 50 meter
untuk sungai. Sedangkan sungai yang berada dalam area pemukiman
lebar sempadan sungai 10-15 meter.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-8
Kawasan sempadan sungai dalam tata ruang tidak dialokasikan
(dipetakan) secara spesifik, maksudnya, bahwa sepanjang garis sungai
otomatis mempunyai garis sempadan sungai. Jadi, setiap aktifitas
pembangunan yang memanfaatkan ruang sungai harus dibelakang
garis sempadan sungai. Dalam pengelolaan ruang sempadan sungai ini
perlu dilakukan, antara lain:
1. Penerapan AMDAL, UKL dan UPL pada setiap aktifitas
pembangunan yang akan memberikan dampak pada kualitas
sungai.
2. Bangunan yang bertujuan untuk konservasi diperbolehkan dibangun
pada kawasan sempadan sungai.
3) Kawasan Waduk atau danau dan Mata airKawasan ini bertujuan sebagai menjaga dan mempertahankan
keberadaan sumber air. Lebar ruang penyangga kawasan ini minimal
200 meter dari ruang terluar kawasan waduk dan mata air.
Kawasan mata air umumnya berada di daerah karst yang
tersedia berupa sungai bawah tanah. Kawasan karst yang telah
dilokasikan sebagai kawasan lindung terletak di Kecamatan Kelumpang
Hulu dan Hampang. Adapun luasnya mencapai 12.871 Ha (1,36%).
Sedangkan, kawasan sumber air berupa sumur artesis tidak ditemukan
pada Kabupaten Kotabaru.
Kawasan ini merupakan suatu hal yang vital. Kerusakan bagi
kawasan ini akan berarti hilangnya air yang akan mengisi sungai di
bawahnya. Sehingga pengaturan di kawasan ini termasuk yang ketat.
Pengaturan tersebut, antara lain:
1. Tidak boleh ada aktifitas pembangunan fisik di kawasan ini kecuali
sifatnya konservasi.
2. Kawasan lindung ini harus dipertahankan.
3. Jika sudah ada kegiatan pada kawasan ini, sebaiknya diarahkan
ketempat lain.
4. Jika terdapat pemukiman dilakukan encalave atau relokasi.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-9
c. Kawasan Cagar Alam Pencadangan kawasan ini bertujuan untuk mempertahankan
keberadaan dari flora fauna dan fungsi spesifiknya yang berada di suatu
kawasan. Khusus untuk kawasan cagar alam di kabupaten Kotabaru. Cagar
alamnya didominasi oleh Hutan Bakau. Fungsi dari vegetasi ini juga
berfiungsi untuk mempertahankan abrasi oleh air laut dan tempat
berkembang biaknya ikan serta sebagai ruang perlindungan plasma nuftah.
Kawasan Cagar Alam terdapat hampir sepanjang pantai Kabupaten
Kotabaru, yaitu Kecamatan Kelumpang Hulu, Kelumpang Barat, Kelumpang
Tengah, Kelumpang Selatan, Kelumpang Hilir, Pulau Laut Utara, Pulau
Sebuku, Pulau Laut Tengah, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Kepulauan dan
Pulau Laut Selatan. Adapun luasnya mencapai 72.562 Ha (7,66%). Untuk
mempertahankan kawasan cagar alam ini ada beberapa hal yang harus
diatur, antara lain:
1. Kawasan cagar alam ini harus tetap dipertahankan sebagai kawasan
cagar alam.
2. Aktifitas pada kawasan ini sifatnya terbatas, misal untuk tujuan
penelitian. Pembangunan fisik dan upaya konservasi tidak
diperbolehkan pada kawasan ini.
3. Pemanfaatan kawasan ini sebagai sumber mata pencaharian bidang
perikanan tanpa merusak ataupun mengganggu vegetasi yang ada
dalam kawasan ini.
4. Kawasan dibelakang mangrove dapat diarahkan untuk perikanan darat
dan kawasan didepan mangrove dapat diarahkan untuk perikanan laut.
5. Untuk areal pelabuhan khusus (pelsus) yang terlanjur sudah ada dalam
lokasi CA dienclave sementara (tidak permanen) dengan luas antara 2-
3 ha.
6. Pihak pelsus punya kewajiban untuk menjaga area CA di sekitarnya.
7. Jika aktifitas pelsus sudah selesai, lokasi enclave ini harus dikembalikan
ke kawasan CA dengan ketentuan area tersebut sudah direhabilitasi.
Permasalahan yang ada dalam kawasan ini adalah adanya penggunaan
lahan untuk tambak, pelabuhan khusus untuk tambang, perkebunan sawit,
kawasan industri dan ferry. Semua penggunaan lahan dalam kawasan ini
telah dialokasikan dalam tata ruang, kecuali untuk perkebunan sawit.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-10
Perkebunan yang berada dalam CA diharuskan keluar dari ruang Cagar
Alam atau mencarikan lahan pengganti yang sama. Sedangkan alokasi
untuk pelabuhan khusus sifatnya sementara, dengan alokasi ruang maksimal
3 ha untuk setiap pelabuhan khusus. Di masa yang akan datang, alokasi
seperti ini tidak boleh dilakukan, dan pelabuhan khusus tambang harus
dikonsentrasikan.
d. Kawasan Lindung untuk Kawasan Terbuka Hijau KotaKawasan ini merupakan kawasan hijau kota. Kawasan ini tidak
dialokasikan secara khusus dalam tata ruang ini. Kawasan ini secara detail
akan diatur dalam tata ruang mikro. Kawasan ini tersedia dalam kawasan
pemukiman. Kawasan terbuka hijau ini dialokasikan sekitar 30% dari
kawasan pemukiman.
2.1.6.2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya terbagi dalam Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)
dan Kawasan budidaya Non Kehutanan (KBNK). Kawasan ini diarahkan
berdasarkan macam kegiatan yang akan dilaksanakan dalam ruang, potensi
pengembangan, kemampuan dan kesesuaian lahan.
a. Kawasan Budidaya Kehutanan Di Kabupaten Kotabaru ruang Kawasan Budidaya Kehutanan hanya terdiri
dari Kawasan Hutan Produksi Tetap. Untuk ruang Kawasan Hutan Produksi
Terbatas telah diubah menjadi Kawasan Lindung (Hutan Lindung). Kawasan ini
bertujuan untuk penyedia kayu dari hutan alam maupun hutan tanaman.
Untuk Kawasan hutan produksi untuk tujuan penyedia kayu yang berasal
dari kayu alam diarahkan pada area dengan kelerengan 25-40% dengan pola
silvikultur tebang pilih bukan tebang habis. Sedangkan, kawasan hutan produksi
untuk tujuan penyedia kayu yang berasal dari hutan tanaman diarahkan pada area
dengan kelerengan kurang dari 25% (SK Mentan Nomor 683/KPTS/Um/8/1981
dan 837/KPTS/Um/11/1980).
Luas kawasan ini mencapai 311.674 (32,92%) ha yang tersebar pada
kecamatan Pulau Laut Timur, Pulau Laut Tengah, Pulau Laut Barat, Pulau Laut
Selatan, Pulau Sebuku, Kelumpang Hulu, Hampang, Sungai Durian, Pamukan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-11
Utara, Kelumpang Barat, Kelumpang Utara, Kelumpang Tengah, Kelumpang Hilir
dan Sampanahan.
Pada kawasan hutan produksi sudah terdapat Hak Pengusahaan Hutan
Alam dan Tanaman, yaitu PT. Kodeco, PT. Inhutani dan PT. Hutan Rindang
Banua. Secara umum, kawasan hutan produksi telah didisain untuk tujuan
pengelolaan hutan lestari melalui proyek Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP). Dalam pemanfaatan kawasan ini ada beberapa hal utama yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
1. Pembuatan dan pemeliharaan area sempadan sungai dan mata air serta
kawasan lindung lainnya.
2. Penerapan dan peningkatan upaya konservasi lahan dan air.
3. Pelaksanaan KPHP menjadi indikasi program pengelolaan hutan yang
berkelanjutan.
4. Mengaplikasikan dokumen AMDAL, UKL dan UPL.
Permasalahan saat ini yang ada dalam Kawasan Hutan Produksi ini adalah
terdapatnya kegiatan beberapa aktivitas perkebunan sawit dan pertambangan
dalam kawasan hutan. Dimasa yang akan datang, kawasan hutan (KBK) dalam
skema KPHP sebaiknya diijinkan untuk penggunaan lain, tetapi tetap mengikuti
aturan yang dibuat oleh pihak pengelola KPHP.
b. Kawasan Budidaya Non KehutananKawasan budidaya Non Kehutanan yang dialokasikan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru tahun 2006-2016, antara lain kawasan
pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan industri, kawasan
pemukiman, kawasan transmigrasi dan kawasan ekonomi khusus, sedangkan
kawasan pertambangan, kawasan pariwisata dan kawasan peternakan tidak
dialokasikan secara khusus, tetapi dapat terletak di kawasan lainnya.
1) Kawasan Budidaya Pertaniana) Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering
Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering diperuntukan bagi
pengembangan tanaman palawija dan tanaman pangan atau hortikultura.
Kawasan budidaya pertanian lahan kering dibuat dengan beberapa kriteria,
diantaranya: kawasan ini berada pada ketinggian kurang dari 1000 m dpl,
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-12
kelerengan < 15% dan kedalaman tanah efektif lebih dari 30 cm. Dalam
pemanfaatan ruang ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Ruang ini lebih difokuskan pada produksi tanaman buah-buahan dan
hortikultura.
2. Tidak ada konversi pemanfaatan ruang ini untuk tujuan peruntukan lain.
3. Untuk kawasan ini yang berada pada kelerengan > 8% perlu membuat
bangunan konservasi sesuai dengan SK Mentan Nomor 175/KPTS/RC-
200/54/1987 tentang Pedoman Pertanian di Daerah aliran Sungai.
4. Pengendalian jumlah penduduk efektif yang memanfaatkan ruang
tersebut sesuai dengan luas kawasan tanaman pertanian lahan kering.
Alokasi ruang ini mencapai 18.177 ha (1,92%) yang tersebar pada
Kecamatan Sungai Durian, Pamukan Utara, Pamukan Selatan,
Sampanahan, Kelumpang Hulu, Kelumpang Hilir dan Kelumpang Selatan.
Pada kawasan ini belum terdapat pengusahaan dalam skala besar.
b) Kawasan Budidaya Pertanian Lahan BasahKawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah diperuntukan bagi
pengembangan tanaman pangan atau hortikultur. Pengembangan di kawasan
lahan basah perlu didukung oleh pengairan baik secara alam maupun buatan.
Kawasan lahan basah ditentukan dengan beberapa parameter, diantaranya:
letak kawasan tidak lebih tinggi dari 1.000 m dpl, dengan kelerengan < 8%
dan kedalaman tanah efektif lebih dari 30 cm. Dalam upaya pemanfaatan
ruang ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Pembangunan irigasi pada area yang mungkin untuk pembangunan irigasi.
2. Untuk kawasan tanaman pertanian lahan basah dengan kelerengan > 8%
perlu membuat bangunan konservasi sesuai dengan SK Mentan Nomor
175/KPTS/RC-200/54/1987 tentang Pedoman Pertanian di Daerah aliran
Sungai.
3. Pengendalian jumlah penduduk efektif yang memanfaatkan ruang tersebut
sesuai dengan luas kawasan tanaman pertanian lahan basah.
Alokasi ruang untuk kawasan pertanian lahan basah tersebar pada
kecamatan Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara, Pulau
Sebuku, Kelumpang Hilir, Kelumpang Utara, Kelumpang Tengah,
Sampanahan dan Pamukan Selatan. Adapun luas Kawasan Pertanian Lahan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-13
Basah mencapai 25.657 Ha (2,71%). Pada kawasan ini belum terdapat
pengusahaan dalam skala besar.
2) Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan PerkebunanKawasan Budidaya Tanaman Tahunan Perkebunan sementara ini
diarahkan bagi peruntukan pengembangan tanaman perkebunan seperti sawit
dan karet. Kawasan ini dibuat dengan pertimbangan banyak faktor,
diantaranya: kawasan ini berada pada ketinggian < 2000 m dpl, kelerengan
kurang dari 15% dan kedalaman tanah efektif lebih dari 30 cm. Dalam
pemanfaatan kawasan ini ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan,
diantaranya:
1. Pembuatan dan pemeliharaan area sempadan sungai, pantai dan mata
air serta kawasan lindung lainnya.
2. Penerapan dan peningkatan upaya konservasi lahan, air dan kimia.
3. Mengembangkan dan menerapkan pembangunan perkebunan yang
berwawasan konservasi.
4. Mengaplikasikan dokumen AMDAL, UKL dan UPL.
Luas kawasan ini mencapai 329.017 ha (34,75%) yang tersebar pada
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kotabaru kecuali Kecamatan
Pulau Sembilan tidak ada kawasan budidaya tanaman tahunan perkebunan.
Hampir seluruh areal pada kawasan ini sudah terdapat usaha perkebunan
dengan status Hak Guna Usaha (HGU) maupun Surat Ijin Lokasi.
Permasalahan yang ada saat ini dalam kawasan ini adalah usaha
pertambangan. Dilain pihak, usaha perkebunan banyak yang memasuki areal
KBNK dan Cagar Alam.
3) Kawasan PerikananKawasan ini diperuntukan bagi budidaya sektor perikanan. Kawasan
ini dibagi dalam kawasan perikanan darat dan laut. Untuk kawasan laut
didisain secara khusus, tetapi tidak dalam disain ruang daratan. Secara
umum, kawasan perikanan laut cukup hingga sangat ideal jika terletak
didepan area hutan bakau yang tidak terganggu.
Kawasan perikanan darat adalah kawasan yang diperuntukan bagi
pengembangan sektor perikanan berupa tambak, kolam dan usaha perikanan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-14
lainnya. Secara umum, sungai dan danau merupakan lokasi usaha perikanan.
Tetapi, untuk skala usaha biasanya memerlukan ruang khusus untuk
pengembangan usaha perikanan darat. Adapun kriteria ruang khusus
tersebut, diantaranya:
1. Kawasan tersebut mendapatkan air tawar dan asin yang cukup. Biasanya
kondisi ini didapat pada area dibelakang hutan mangrove (bukan di
dalam hutan mangrovenya, salinitas di dalam hutan mangrove dapat
mencapai 4000 ppm).
2. Kemiringan lapangan yang relatif datar.
Dalam pemanfaatan kawasan ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Pengembangan usaha perikanan darat yang lestari dari aspek
ekonomi dan lingkungan
2. Mengembangan lokasi usaha tambak dibelakang hutan mangrove
3. Lebar usaha tambak sebaiknya disesuaikan dengan lebar hutan
mangrove, hal ini untuk mengimbangi kemampuan hutan mangrove
dalam mereduksi salinitas air laut.
Berdasarkan hasil alokasi, kawasan perikanan darat mencapai 3.270
ha (0,35%) yang tersebar di Kecamatan Pulau Laut Utara, Pulau Laut Selatan,
Pulau Laut Barat, Pulau Sebuku dan Pamukan Selatan. Permasalahan yang
ada pada kawasan ini adalah sebagian besar areal yang dilokasikan
merupakan areal eks tambak rakyat yang berada diluar kawasan cagar alam.
Areal tambak yag diusahakan rakyat saat ini tidak ada yang lestari, maksimal
2-3 tahun areal tersebut tidak produktif lagi, sehingga mereka akan mencari
areal baru untuk tambak. Cara ini diharapkan berhenti dengan adanya alokasi
khusus untuk kawasan perikanan.
2.1.7. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi Pengembangan Wilayah dievaluasi dari unsur-unsur potensi
geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan, sektor pendukung, sektor
investasi, keuangan dan pembiayaan, dan pendukung dan transportasi.
Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Kotabaru didekati dengan
kebijakan perwilayahan. Kebijakan perwilayahan didasarkan atas efektivitas
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-15
pembangunan di seluruh Kabupaten Kotabaru dan untuk mensinkronkan
pembangunan berbagai sektor andalan yang akan dikembangkan di masing-
masing wilayah Kecamatan agar pengembangannya tidak saling tumpang tindih
satu sama lain, sehingga potensi yang dimiliki masing-masing daerah dapat
dikembangkan secara optimal dan terintegrasi.
Potensi pengembangan wilayah Kotabaru dengan memperhatikan
beberapa aspek seperti luas dan letak wilayah, kondisi topografi, kondisi
klimatologi, kondisi geologi, kondisi hidrologi, penggunaan lahan dan kondisi
geografi kotabaru maka disusunlah beberapa kawasan strategis pengembangan
wilayah Kotabaru yaitu antara lain :
1. Pembangunan Pusat Kawasan Bisnis Kota Kotabaru. Kawasan ini
dibangun untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan bisnis di kawasan
pusat kota yang semakin meningkat. Pengembangan Wilayahnya
mencakup Kelurahan Kotabaru Tengah dan Desa Sebatung, sebagian
wilayah kelurahan Kotabaru Hilir, Kotabaru Hulu, Desa Baharu Utara,
Baharu Selatan, Dirgahayu dan sebagian Wilayah Desa Semayap dan
semuanya berada di wilayah Pulau Laut Utara.Lokasi Wilayah
perencanaannya berada pada kawasan bisnis dan perkantoran di pusat
kota Kotabaru yang luasnya sekitar 73,74 Ha dengan batas-batas sebelah
utara berbatasan dengan selat laut, Sebelah timur dengan batas sisi
selatan koridor Jl A yani, Jl Sisingamangaraja, sisi Selatan koridor Jl Agus
Salim, Jl Diponegoro, Jl P. Hidayat dan Jl Veteran, Sebelah selatan
berbatasan dengan sisi selatan koridor jl Veteran, sebelah Barat
berbatasan dengan sisi utara koridor jl Veteran sisi selatan koridor Jl
Suryagandamana dan Jl Putri Ciptasari.
2. Pembangunan Kawasan Terpadu S2TS (Sebelimbingan, Stagen, Tarjun, Serongga). Salah satu kawasan di Wilayah Kabupaten Kotabaru
yang dinilai mengalami perkembangan dan perubahan tata ruang yang
pesat adalah Kawasan Stagen, Sebelimbingan , Tarjun dan Serongga,
Kawasan ini diarahkan pengembangannya sebagai pusat perekonomian,
perdagangan dan pariwisata. Pengembangan kawasan terpadu S2TS
terletak di bagian barat dan Utara Kotabaru yaitu berada di desa Stagen,
Sebelimbingan, Tarjun dan Serongga , tepatnya pada kawasan yang
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-16
merupakan bagian dari wilayah administrasi Desa Stagen, Desa
Sebelimbingan Kecamatan pulau laut Utara dan desa Tarjun dan serongga
Kecamatan Kelumpang hilir dengan luasan sekitar 98,45 Km atau 9.845
Ha
3. Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Sengayam. Latar Belakang
pembangunan KTM di Sengayam adalah terjadinya disparitas
pembangunan antar wilayah di Kab. Kotabaru ,kebocoran Regional yang
besar (10-15 M/bulan) sebagai hinterland Kab. Paser (Kota Tanahgrogot).
Selain itu terjadinya ENCLAVE Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit,
Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu Kabupaten yang sudah ditunjuk
untuk menyelenggarakan Program KTM yang berlokasi di Sengayam yang
meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Pamukan Barat, Kecamatan
Pamukan Utara dan Kecamatan Sungai Durian.
4. Pembangunan Kawasan Pesisir (Tanjung Samalantakan dan sekitarnya)
5. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus / KEK (Mekarputih–Lontar).
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu. Lokasi Kecamatan yang terpilih untuk lokasi Kawasan
Ekonomi Khusus Kabupaten kotabaru adalah Kecamatan Pulau laut Barat
dengan pertimbangan Kecamatan Pulau Laut Barat dinilai paling strategis
dekat dengan jalur perdagangan dan pelayaran internasional, serta
memiliki kondisi alur pelayaran yang paling memenuhi syarat untuk
kebutuhan jalur pelayaran kapal-kapal berukuran besar.
6. Pembangunan Kawasan Industri Pulau Sebuku. Berlokasi di Kecamatan
Pulau Sebuku dan sekitarnya.
7. Pembangunan Kawasan Agroindustri Pariwisata. Lokasi berada di Pulau
Laut , Kelumpang dan sekitarnya.
8. Pembangunan Kawasan Pulau – pulau Kecil (gugusan Pulau Sembilan,
Lari-larian dan sekitarnya).
9. Pembangunan / pengelolaan Kawasan Lindung (Sebatung dan Meratus).
Berlokasi di Kecamatan Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur, Pulau Laut
Tengah . Hampang, kelumpang Hulu, Sungai Durian ,Pamukan Barat dan
Pamukan Utara.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-17
10. Pembangunan Kawasan Agropolitan (Berangas) dan Terminal Agribisnis
(Magalau).
a. Kawasan Agropolitan Berangas . Kawasan Agropolitan rencana akan
dikembangkan pada Kecamatan Pulau Laut Timur.
b. Kawasan Terminal Agribisnis (STA). Selama ini pemasaran komoditas
pertanian memiliki mata rantai yang panjang hal ini mengakibatkan
kecilnya keuntungan dari petani, dilain pihak konsumen membayar lebih
mahal dari harga seharusnya sehingga Pemerintah Kabupaten
Kotabaru merencanakan membangun Terminal Agribisnis (STA) guna
memfasilitasi pemasaran dan peningkatan mutu produksi petani. STA
dibangun difokuskan pada wilayah perbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Timur dengan tujuan agar masyarakat di wilayah itu
membelanjakan uangnya di wilayah Kabupaten Kotabaru. STA
dibangun meliputi desa Bungkukan Kecamatan Kelumpang Barat, dan
Desa Buluh Kuning Kecamatan Sungai Durian dan Kecamatan
Pamukan Barat,
11. Pembangunan Jembatan yang menghubungkan Pulau Laut – Daratan
Kalimantan. Jembatan penghubung Pulau Laut dengan Daratan Kalimantan
akan dibangun dengan panjang 3,5 Km yang berlokasi di 2 Kecamatan
yaitu Kecamatan Pulau Laut Utara dan Kecamatan Kelumpang Hilir.
Pembangunan Jembatan penghubung dari Pulau Laut ke Tanjung Ayun di
Daratan Pulau Kalimantan bermanfaat untuk : Memperlancar transportasi
arus barang; Mengalami peningkatan pada volume pengangkutan barang;
Meningkatkan aktivitas perdagangan; Menciptakan lapangan kerja baru
untuk masyarakat P. Laut khususnya dan Kabupaten Kotabaru pada
umumnya; Menciptakan Multiplier Effect (Efek Berganda) di berbagai
bidang sehingga mengubah persepsi masyarakat untuk memajukan
kemampuan dirinya. Economic feasibility analysis menunjukkan bahwa
pembangunan infrastruktur ini dapat menambah peningkatan PDRB
(Produk Daerah Regional Bruto) sebesar 2,28 % atau sebesar + Rp. 105
milyar per tahun pada tingkat bunga investasi 5% per tahun. Jadi bila
petumbuhan rata-rata saat ini 6,51 % maka dengan pembangunan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-18
jembatan PDRB dapat ditingkatkan menjadi 6,51% + 2,29 % atau 8,80 %
per tahun selama masa operasi jembatan.
12. Pengelolaan Migas Blok Sebuku. Kecamatan P. Sebuku
2.1.8. Tata Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan
hidupnya. Sementara itu ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
A. Struktur Ruang
Struktur Pemanfaatan Ruang Kabupaten Kotabaru terdiri dari :
a. Tata Jenjang Pusat-Pusat Pelayanan yang ditinjau dari jumlah penduduk meliputi :
- Hirarki Pusat Pemukiman I Kotabaru dan Serongga
- Hiraraki Pusat Pemukiman II Lontar, Sungai Kupang, Magalau, Gunung Batu Besar , Tanjung Batu
- Hirarki Pusat pemukiman III Salino, Tanjung Seloka, Sungai Bali, Pulau sembilan, Bakau dan Lontar.
- Hirarki Pusat Pemukiman IV adalah ibukota Kecamatan selain yang disebutkan diatas
- Pusat Pemukiman selanjutnya adalah desa-desa pusat pertanian
b. Fungsi dan peranan Kota
- Kotabaru diharapkan mempunyai fungsi dan peranan sebagai berikut;
Pusat pemerintahan, Pusat Pendidikan tinggi, Pusat Koleksi dan distribusi (perdagangan) bagi satuan wilayah pulau laut, pusat industri perikanan, pusat pariwisata dan pusat fasilitasi umum
- Magalau diharapkan akan mempunyai fungsi dan peranan:
Pusat koleksi dan distribusi untuk satuan wilayah Pamukan Selatan, Sampanahan dan Sungai durian, Pusat Industri perkebunan, pusat perdagangan , Pusat pengembangan hutan produksi dan perkebunan.
- Sengayam diharapkan mempunyai fungsi dan peranan :
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-19
Pusat kegiatan perdagangan untuk wilayah Pamukan , Sungai Durian dan perbatasan dengan Kabupaten Grogot Provinsi Kalimantan Timur
- Gunung Batu Besar diharapkan mempunyai fungsi dan peranan
Sebagai salah satu pelabuhan hasil perkebunan dan pertambangan untuk keluar masuk Kabupaten Kotabaru. Sebagai pusat perdagangan, perkebunan dan pertambangan.
- Serongga diharapkan akan mempunyai fungsi dan peranan :
Pusat koleksi dan distribusi produksi satu wilayah Kelumpang, Pusat perdagangan wilayah Kelumpang, pusat pengembangan dan galian , pusat industrii semen.
- Bengkalaan Melayu diharapkan akan mempunyai fungsi dan peranan:
Pusat pelabuhan pertambangan dan perkebunan wilayah Kelumpang Hulu, Kelumpang Selatan dan Hampang, pusat pelabuhan industri semen.
- Tanjung Batu diharapkan akan mempunyai fungsi dan peranan pelabuhan batubara dari satuan wilayah kelumpang.
- Salino dan Tanjung Serdang diharapkan akan menjadi kota transit dan berkembang sebagai pusat perdagangan
- Mekar Putih diharapkan berkembang sebagai pusat pelabuhan batubara, pengembangan Kawasan ekonomi Khusus, kawasan perdagangan Kecamatan Pulau Laut Barat.
- Tanjung Seloka diharapkan mempunyai fungsi dan peranan sebagai pusat budidaya laut dan budidaya air tawar, pusat koleksi dan distribusi perikanan laut.
- Lontar diharapkan mempunyai fungsi dan peranan sebagai pusat budidaya laut dan budidaya air tawar, pusat koleksi dan distribusi perikanan laut.
- Sungai Bali, Pulau Sembilan, Bakau sebgai koleksi dan distrbusi wilayah sekitarnya.
- Kota Kecamatan lainnya sebagai koleksi dan distribusi skala pelayanan lokal
c. Kebijaksanaan Pengembangan Kota-kota
Pengembangan Kota-kota yang mempunyai pelayanan regional Kotabaru diarahkan pada :
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-20
- Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di Provinsi Kalimantan Selatan baik melalui peningkatan sarana/prasarana perhubungan darat , laut maupun udara.
- Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dilakukan dengan pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT).
- Peningkatan peranan swasta dalam pembangunan sarana/prasaran perkotaan
- Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri dan jasa) untuk memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja.
- Penataan ruang kota melalui perencanaan , pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota.
Pengembangan kota-kota yang mempunyai skala pelayanan sub regional diarahkan pada :
- Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota.
- Penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program Pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT)
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan jaringan jalan, pengembangan kota dengan skala pelayanan lokal diarahkan pada :
- Penataan ruang kota melalui perencanaan pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota
- Pengembangan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program pelaksanaan Pembangunan Kota Terpadu (P3KT)
- Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.
B. Pola Pemanfataan Ruang
Komponen ruang yang terbentuk adalah : kawasan lindung dan Budidaya.
a. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam , sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna mensukseskan sistem pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung terdiri dari 3 sub kawasan utama, yaitu :
1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya seperti pegunungan meratus, Gn sebatung, Gn Kusambi, Gn Salino,
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-21
Gn Jambangan, kawasan karst yang ddalamnya terdapat sungai bawah tanah. Dari segi administrasi kawasan lindung terletak di kecamatan hampang, Pamukan Utara, Sunga durian,Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Selatan , kelumpang dan Pulau laut Barat
2) Kawasan Perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, sungai, danau, waduk dan mata air. Kawasan sempadan pantai dimaksudkan sebagai penyangga (buffer) pantai dari abrasi oleh angin dan air laut. Kawasan sempadan sungai dimaksdukan sebagai buffer ruang yang melindungai sungai dari erosi
3) Kawasan Cagar Alam dan Cagar Budaya. Kawasan Cagar Alam terdapat hampir sepanjang pantai Kabupaten Kotabaru yaitu, Kecamatan kelumpang Hulu,, kelumpang Barat, Kelumpang Tengah, Kelumpang Selatan, Kelumpang hilir, Pulau laut Utara, Pulau Sebuku, Pulau laut tengah, Pulau Laut timur, Pulau Laut Utara dan Pulau Laut Selatan.
4) Kawasan Lindung untuk Kawasan Terbuka Hijau. Kawasan terbuka hijau dialokasikan 30 % dari kawasan pemukiman
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya terbagi Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK).
2.1.9. Rawan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi
pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Pembangunan di kabupaten Kotabaru selain memperhatikan aspek potensi
pengembangan wilayah, yang tidak kalah pentingnya adalah memperhitungkan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-22
aspek rawan bencana yang mungkin terjadi di wilayah Kotabaru. Beberapa
potensi rawan bencana yang mungkin terjadi di Kotabaru antara lain longsor,
banjir, kebakaran dan angin ribut.
Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Bencana
tanah longsor biasanya terjadi bersama dengan curah hujan yang sangat tinggi
atau longsor juga terjadi pada saat terjadi gempa bumi.
Daerah yang termasuk rawan longsor di Kabupaten Kotabaru terdapat di 6
kecamatan, yaitu kecamatan Hampang, Kelumpang tengah, Kelumpang Utara,
Kelumpang Hilir, Sampanahan dan Pulau laut Utara. Bencana yang juga rawan
akibat adanya curah hujan yang tinggi selain banjir adalah tanah longsor.
Secara umum penyebab utama banjir adalah perubahan dan eskalasi
perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan. Di kawasan budidaya telah
terjadi perubahan tata ruang secara massive, sehingga daya dukung lingkungan
menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri telah
mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir
(retarding basin) yang disediakan alam berupa situ-situ telah juga dihabiskan.
Daerah yang termasuk kawasan rawan banjir di Kabupaten Kotabaru ada di
6 kecamatan, yaitu kecamatan Hampang, Kelumpang tengah, Kelumpang Utara,
Kelumpang Hilir, Sampanahan dan Pulau laut Utara. Kawasan rawan banjir
hampir sama dengan kawasan rawan longsor karena berdasarkan catatan
kejadian bencana di Kabupaten Kotabaru bahwa bencana banjir biasanya diikuti
oleh bencana tanah longsor.
Kebakaran hutan dan lahan terutama terjadi di kawasan-kawasan di mana
hutan alam ditebang habis oleh perambah, pembalak liar atau oleh perusahaan
terkait dengan APP/APRIL/kelapa sawit lebih dulu, kemudian pembakaran
digunakan di kawasan pembalakan guna membersihkan lahan. Melihat data-data
kebakaran hutan diatas dan berdasarkan kondisi lapangan potensi kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Kotabaru sangat kecil. Potensi kebakaran yang
terlihat justru kebakaran lahan/padang rumput dan kebakaran rumah, akibat
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-23
kondisi sosial masyarakat yang menggunakan rumah dari bahan kayu dan kondisi
angin yang berembus cukup kencang.
Daerah yang termasuk rawan kebakaran lahan/padang rumput dan rumah
di wilayah Kabupaten Kotabaru ada di 3 kecamatan, yaitu kecamatan Hampang,
Pulau Laut Barat dan Pulau Laut Utara.
Angin ribut/badai sangat berkaitan dengan perubahan iklim dunia, bila kita
menyimak dan mempelajari perkembangan alam secara global dan juga bila kita
memperhatikan Gerakan Pembangunan Berkelanjutan serta mulainya muncul
Konvensi Perubahan Iklim Global setelah tahun 1990. Sebenarnya pelajaran dan
peringatan akan munculnya kondisi alam khususnya cuaca dan iklim bumi secara
global telah bergaung hingga kini. Karena dari kurun waktu 1991 hingga kini selain
terjadi kondisi dominan kekeringan, angin ribut/badai, kebakaran lahan dan hutan
yang berlanjut dengan pencemaran asap yang diselingi dengan periode pendek
hujan tinggi yang berlanjut dengan banjir yang kemudian marak dan berinteraksi
dengan lingkungan dengan banjir bandang dan tanah longsor. Perubahan
lingkungan yang mengakibatkan pemanasan global ditengarai juga menjadi
pemicu sering terjadinya badai/angin ribut.
Daerah yang termasuk rawan angin ribut di Kabupaten Kotabaru ada di 3
kecamatan, yaitu kecamatan Kelumpang tengah, Pulau Laut Selatan dan Pulau
Laut Tengah. Jenis bencana alam yang sering terjadi antara lain adalah bencana
banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Langkah-langkah yang dilakukan selama
ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir antara lain : (1) normalisasi daerah aliran
sungai (DAS) dan pembuatan siring; (2) rehabilitasi hutan ; (3) mendorong
pemerintah pusat untuk moratorium pertambangan dsb.
Penggunaan lahan di Kabupaten Kotabaru dibedakan menjadi lahan untuk
kampung/pemukiman, pertambangan, lahan sawah, tanah kering/tegalan, kebun
campuran, perkebunan, hutan serta padang/semak/belukar/alang-alang. Di
Kabupaten Kotabaru penggunaan lahan diatas seluruhnya mencapai 942.246 Ha
pada tahun 2007. Lahan yang digunakan sebagai lahan hutan tercatat paling luas
yaitu sekitar 409.689 Ha. Urutan terluas berikutnya digunakan untuk
padang/semak/belukar/alang-alang yang mencapai 318.956 Ha. Penggunaan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-24
lahan terkecil adalah daerah perairan darat yaitu 967 Ha. Lebih lengkapnya
disajikan pada Tabel 2.3. dibawah ini:
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-25
Tabel 2.3.Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Kotabaru
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-26
Padang Perairan Tanah TerbukaDarat (LC)
(rawa & Kolam) Rusak1 P. Sembilan 17 - - - - - 45 63 338 - - - 13 476 2 P. Laut Barat 374 - - - - 245 7.813 - 21.864 9.375 11 - 364 40.046 3 P. Laut Selatan 325 - - - - 70 7.112 - 21.659 17.874 341 - 1.138 48.519 4 P. Laut Kepulauan* - - - - - - - - - - - - - - 5 P. Laut Timur 613 - - 1.125 - 52 4.192 11.562 35.593 9.624 - - 1.520 64.281 6 P. Sebuku 438 - 3.820 - - 50 3.624 1.625 11.498 812 6 - 677 22.550 7 P. Laut Utara 1.562 - - - 937 650 8.001 - 23.660 13.374 609 - 737 49.530 8 P. Laut Tengah* - - - - - - - - - - - - - - 9 Kelumpang Selatan 1.562 858 - - 812 760 3.036 17.038 13.951 16.538 - - 1.531 56.086
10 Kelumpang Hilir* - - - - - - - - - - - - - 11 Kelumpang Hulu 482 135 4.635 - - 525 2.707 10.750 9.545 26.124 - - 441 55.344 12 Kelumpang Barat* - - - - - - - - - - - - - - 13 H a m p a n g 455 - 2.090 - - 210 983 - 12.425 151.887 - - 414 168.464 14 Sungai Durian 261 20 3.581 - - 203 4.726 5.500 47.384 62.439 - - 1.105 125.219 15 Kelumpang Tengah 937 15 705 - - 400 5.875 6.062 36.997 21.147 - - 725 72.863 16 Kelumpang Utara 564 - - - - 125 2.435 - 16.826 7.375 - - 620 27.945 17 Pamukan Selatan 975 - - - 937 1.175 3.525 11.812 12.979 7.187 - - 597 39.187 18 Sampanahan 439 - - - - 340 2.311 3.125 21.597 20.406 - - 671 48.889 19 Pamukan Utara 675 - - - 812 1.155 7.522 33.784 32.640 45.527 - - 732 122.847 20 Pamukan Barat* - - - - - - - - - - - - - -
9.679 1.028 14.831 1.125 3.498 5.960 63.907 101.321 318.956 409.689 967 - 11.285 942.246 Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2008Ket : *masih gabung dengan kecamatan induk
Lain-lain JumlahKebun
Campuran/ Sejenis
Perkebunan (semak, alang, rumput)
HutanIrigasi Teknis
Non Irigasi
PersawahanNo K e c a m a t a n
Pertanian Tanah Kering
Semusim
Jumlah
PertambanganIndustriKampung/
Permukiman
2.1.10. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru pada tahun 2009 adalah 281.120
jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak 75.351 rumah tangga yang tersebar di
201 desa/kelurahan dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga 4 orang.
Jumlah penduduk terbesar berada di kecamatan Pulau Laut Utara dengan 77.509
jiwa disusul kecamatan Pulau Laut Barat dengan jumlah penduduk 18.747 jiwa.
Jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Kelumpang Barat yang hanya
tercatat sebesar 5.034 jiwa.
Tabel 2.4.Penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun 2009
Kecamatan District
Luas Area (Km2)
Banyaknya / NumberDesa/
KelurahanCentre
Rumahtangga
House-hold
Penduduk Population
1 P. Sembilan 4,76 5 1.376 5.794 2 P. Laut Barat 398,82 21 4.696 18.747 3 P. Laut Selatan 378,07 7 1.862 8.391 4 P. Laut Timur 642,81 14 3.832 13.381 5 P. Laut Utara 159,30 21 19.804 77.503 6 P. Laut Tengah 337,64 7 2.310 9.006 7 P. Sebuku 225,50 8 1.956 6.960 8 Kelumpang Selatan 279,66 9 2.800 9.492 9 Kelumpang Hilir 281,20 9 5.096 17.737
10 Kelumpang Hulu 553,44 10 3.846 13.622 11 Kelumpang Barat 589,15 6 1.474 5.034 12 H a m p a n g 1.684,64 9 2.623 9.600 13 Sungai Durian 1.042,38 7 2.654 9.123 14 Kelumpang Tengah 349,29 13 3.597 12.446 15 Kelumpang Utara 279,45 7 1.602 5.767 16 Pamukan Selatan 391,87 11 3.659 13.414 17 Sampanahan 488,89 10 2.569 9.740 18 Pamukan Utara 638,63 13 5.330 17.641 19 Pamukan Barat 589,84 5 1.989 7.144 20 P. Laut Kepulauan 107,12 9 2.276 10.578
20092008200720062005
9.422,46
201201195195195
75.35173.75065.57069.72668.008
281.120276.574272.000263.842260.093
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
Penduduk kabupaten Kotabaru didominasi oleh penduduk usia muda dengan
jumlah penduduk terbesar berasal dari golongan usia balita sebesar 31.667 anak.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-27
Tabel 2.5.Penduduk Kabupaten Kotabaru Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2009
Kelompok Umur Age Groups
Jenis Kelamin / Sex 2009
Laki-Laki/Male Perempuan Jumlah Total
1 0 - 4 14.008 17.659 31.667 2 5 - 9 14.383 13.384 27.767 3 10 - 14 10.899 11.402 22.301 4 15 - 19 14.586 13.036 27.622 5 20 - 24 11.693 14.124 25.817 6 25 - 29 13.180 13.045 26.225 7 30 - 34 14.070 16.027 30.097 8 35 - 39 11.611 10.934 22.545 9 40 - 44 8.513 9.555 18.068
10 45 - 49 9.460 8.197 17.657 11 50 - 54 7.499 5.605 13.104 12 55 - 59 3.281 2.919 6.200 13 60 - 64 2.385 2.274 4.659 14 65 - 69 1.160 1.865 3.025 15 70 - 74 938 1.076 2.014 16 75 + 1.357 995 2.352 Kotabaru 139.023 142.097 281.120
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan
gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Hasil
evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat
selama periode 2006-2009 adalah sebagai berikut
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Kotabaru selama
periode tahun 2006-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju
inflasi, PDRB per kapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan
kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah
sebagai berikut :
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-28
a. Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian
kinerja perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu
terhadap periode waktu sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah
dinyatakan dalam nilai persentase, dihitung dengan membagi nilai PDRB atas
dasar harga konstan tahun sebelumnya, mengurangkannya dengan satu,
kemudian mengalikannya dengan seratus persen.
Berdasarkan metode tersebut, perhitungan pertumbuhan ekonomi
suatu daerah semata-mata menyandarkan pada besaran PDRB atas dasar
harga konstan. Dengan demikian terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi
disuatu daerah yang tinggi juga di daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi berorientasi pada pendekatan wilayah, sedangkan
kesejahteraan masyarakat berorientasi pada pelaku kegiatan ekonomi. Untuk
itu diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan makna angka
pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.6.Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru
Atas Dasar Harga Konstan tahun 2006-2009 (persen)
No Sektor 2006 2007 2008*) 2009**)
1 Pertanian 5.33 5.65 5.35 5.702 Pertambangan dan Penggalian 2.43 8.47 7.47 2,203 Industri Pengolahan 1.82 5.59 4.28 5,224 Listrik dan Air Bersih 1.23 5.81 3.09 0,175 Bangunan 7.69 7.34 7.31 14,526 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.96 6.58 6.65 5,477 Pengangkutan dan Komunikasi 5.92 6.07 7.29 7.438 Bank dan Lembaga Keuangan lain 13.37 18.23 7,29 5,889 Jasa – jasa 6.46 4.86 5.50 5.10
PDRB dengan Pertambangan 4.53 6.60 6.20 5.36PDRB tanpa Pertambangan 5.09 6.10 5.86 6,22
*) Angka Sementara **) Angka Sangat SementaraSumber: BPS Kabupaten Kotabaru
Pada tabel diatas dapat dilihat, bahwa pertumbuhan PDRB Kabupaten
Kotabaru Atas Dasar Harga Konstan tahun kurun waktu 2006-2008
mengalami peningkatan namun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kotabaru dengan pertambangan adalah 5,36 persen, mengalami
perlambatan dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 6,20 persen.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-29
Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa sub sektor pertambangan pada
tahun 2009 mengalami peningkatan dan mencapai 6,22 persen, lebih tinggi
dari tahun 2008 yang sebesar 5,86 persen.
Sektor pertambangan yang selama ini juga menjadi salah satu ikon
Kotabaru, tahun ini mengalami perlambatan yaitu hanya menorehkan
pertumbuhan sebesar 2,20 persen atau 5,27 persen lebih lambat dibanding
tahun sebelumnya. Disinyalir, selain karena krisis global yang berakibat
turunnya permintaan pasar dunia terhadap bahan bakar energi, melambatnya
aktivitas ekonomi di sektor ini juga disebabkan oleh masalah hak guna pakai
lahan tambang. Namun saat ini sedang dalam proses penyelesaian sehingga
diharapkan tahun depan bisa berproduksi lagi.
Produksi barang dan jasa di sektor industri mengalami peningkatan di
tahun ini. Sektor yang mempunyai share 6,26 persen terhadap PDRB ini
bergerak 5,22 persen atau lebih cepat 0,94 persen dibandingkan tahun 2008.
Percepatan ini disinyalir disebabkan oleh peningkatan produksi pada industri
besar sedang yang ada di Kotabaru. Dibukanya keran pasar bebas antara
ASEAN dan Cina, memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia
termasuk Kotabaru. Para pelaku industri dituntut untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitasnya agar bisa bersaing di pasar Internasional.
Kemarau panjang yang melanda Kotabaru pada medio 2009
memberikan pukulan yang luar biasa pada sektor Listrik dan Air Bersih.
Penambahan mesin pembangkit pada PLN Kotabaru untuk mengatasi krisis
Listrik yang pernah terjadi di tahun 2008, ternyata tidak cukup menolong
merosotnya kinerja sektor ini. Walaupun subsektor listrik mampu
membukukan pertumbuhan sebesar 4,90 persen (lebih cepat 4,79 persen dari
tahun 2008), sektor Listrik dan Air Bersih hanya mampu meraih pertumbuhan
0,17 persen. Hal ini disebabkan subsektor Air Bersih mengalami penurunan
produksi barang dan jasa hingga -5,58 persen. Optimalisasi Waduk Gunung
Ulin dan Pemanfaaatan Sungai Seratak serta Penyulingan air laut bisa
menjadi alternatif bagi pemerintah daerah untuk mengatasi krisis air yang
mungkin suatu saat terjadi lagi. Sedangkan untuk mengatasi krisis energi
listrik pada tahun 2010 PT. PLN akan membangun PLTU 2 x 7 mega watt di
Desa Sigam Kecamatan Pulau Laut Utara.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-30
Program pembangunan jalan Trans Kalimantan Selatan oleh
pemerintah pusat memberikan efek yang besar bagi sektor konstruksi.
Terbukti sektor ini menorehkan pertumbuhan 14,52 persen yang merupakan
pertumbuhan tertinggi dalam kurun waktu 9 tahun terakhir. Pembangunan
sarana olahraga dalam rangka Porprov 2010 yang diselenggarakan di
Kotabaru, pembangunan taman kota dan pembangunan gedung-gedung
disinyalir juga menjadi penyebab melonjaknya aktivitas ekonomi di sektor ini.
Pembangunan ini, khususnya jalan, diharapkan mampu mendongkrak
pertumbuhan perekonomian di sektor-sektor lain. Karena salah satu faktor
yang mendukung berhasilnya suatu proses ekonomi adalah adanya akses
yang mudah antara sektor-sektor ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan
infrastruktur adalah sesuatu yang mutlak untuk mewujudkan kondisi
perekonomian yang dinamis. Apalagi wilayah geografis Kotabaru cukup sulit
sehingga jika akses atau infrastruktur kurang memadai bisa menyebabkan
high cost economy.
Arus barang yang lancar dan membaiknya daya beli masyarakat
(implikasi dari subsidi BBM) merangsang sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran untuk terus meningkatkan aktivitasnya. Walaupun tidak setinggi
tahun lalu, sektor ini mengalami peningkatan sebesar 5,47 persen di tahun
2009. Kondisi ini juga didukung oleh meningkatnya aktivitas pada sektor
Transportasi dan Komunikasi yang membukukan pertumbuhan sebesar 7,43
persen, dimana pertumbuhan tertinggi di sektor ini diraih oleh subsektor
angkutan sungai, danau dan penyeberangan (11,21%). Bertambahnya
armada angkutan dan membaiknya infrastruktur diduga juga sebagai
penyebab pertumbuhan sektor ini.
Kinerja sektor bank dan lembaga keuangan lain tahun ini juga
mengalami peningkatan walaupun sedikit melambat jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu 5,88 persen. Sementara itu sektor jasa mampu
tumbuh sebesar 5,10 persen. Walaupun juga lebih lambat jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, sektor ini masih memberikan harapan bagi
perekonomian Kotabaru. Terbukti subsektor perorangan dan rumah tangga
mampu menorehkan pertumbuhan 9,71 persen di mana subsektor ini paling
banyak dijadikan tumpuan para pekerja sektor jasa. Prosedur dan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-31
mekanisme kerja yang relatif simpel, diduga menjadi daya tarik bagi
masyarakat untuk terjun di bidang ini.
b. PDRB Perkapita
Angka PDRB perkapita diperoleh dengan membagi PDRB baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita adalah rata-rata nilai tambah
perkapita yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu
daerah. Namun karena dalam nilai PDRB masih terdapat komponen-
komponen yang tidak dapat dinikmati oleh masyarakat secara langsung
seperti penyusutan, pajak tak langsung neto, dan faktor pendapatan neto (net
factor income), maka penggunaan PDRB perkapita sebagai indikator untuk
mengukur tingkat kesejahteraan perlu dibandingkan lagi dengan indikator lain
seperti konsumsi masyarakat perkapita atau indikator lain yang relevan.
Tabel 2.7.PDRB Perkapita Kabupaten Kotabaru dengan Pertambangan
Tahun 2006 – 2009
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Per Kapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
PDRB Per Kapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
2006 22.003.577 12.48 14.641.307 1.68
2007 24.460.102 13.01 15.166.733 5.46
2008*) 27.111.308 10,84 15.840.262 4,44
2009** 29.746.246 9,72 16.420.150 3,66*) Angka Sementara**) Angka Sangat SementaraSumber: BPS Kabupaten Kotabaru
Dari tabel 2.7 diketahui bahwa PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku dengan pertambangan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.
29.746.246,- meningkat 9,72 persen dari tahun 2008 yang sebesar Rp.
27.111.308,-. Sedangkan dilihat dari PDRB perkapita atas dasar harga
konstan dengan pertambangan juga terjadi peningkatan sebesar 3,66 persen
dari Rp. 15.840.262,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 16.420.150,- pada tahun
2009.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-32
Tabel 2.8.PDRB Perkapita Kabupaten Kotabaru tanpa Pertambangan
Tahun 2006 – 2009
Tahun
Atas Dasar HargaBerlaku
Atas Dasar HargaKonstan
PDRB Per Kapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
PDRB Per Kapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
2006 17.349.498 12.77 11.714.628 2.23
2007 19.040.902 12.07 12.023.962 4.97
2008*) 21.130.483 10.97 12.517.887 4.11
2009**) 23.949.562 13.34 13.082.079 4.51*) Angka Sementara**) Angka Sangat SementaraSumber: BPS Kabupaten Kotabaru
Pada tabel 2.8 dapat dilihat PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
tanpa pertambangan, diketahui bahwa pada tahun 2009 nilai yang dicapai
adalah sebesar Rp. 23.949.562,- meningkat 13,34 persen dari tahun 2008
yang sebesar Rp. 21.130.483,-
Sedangkan berdasarkan atas dasar harga konstan, PDRB tanpa
pertambangan meningkat sebesar 4,51 persen dari Rp. 12.517.887,- pada
tahun 2008 menjadi Rp. 13.082.079,- pada tahun 2009.
Peningkatan nilai PDRB perkapita baik dengan atau tanpa peran sub
sektor pertambangan dari tahun ke tahun ini menunjukan bahwa peningkatan
penciptaan nilai tambah di Kabupaten Kotabaru lebih tinggi dari pada
pertumbuhan penduduk yang ada.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-33
Tabel 2.9. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 s.d 2009
No Sektor2005 2006 2007 2008 2009
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan
& Perikanan1.381.173 37,30 1.454.821 37,59 1.537.047 37,26 1.619.309 36,96 1.711.535 37,08
2 Pertambangan & Penggalian 786.467 21,24 805.562 20,82 873.757 21,18 939.069 21,44 959.744 20,79
3 Industri pengolahan 280.939 7,59 286.048 7,39 302.040 7,32 314.971 7,19 331.402 7,18
4 Listrik, gas & air minum 6.207 0,17 6.283 0,16 6.648 0,16 6.854 0,16 6.865 0,15
5 Bangunan 159.757 4,31 172.040 4,45 184.673 4,48 198.171 4,52 226.941 4,92
6 Perdagangan, hotel & restoran 631.882 17,07 669.521 17,30 713.563 17,30 761.019 17,37 802.637 17,39
7 Angkutan & komunikasi 258.432 6,98 274.663 7,10 291.328 7,06 312.562 7,13 335.779 7,27
8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
46.608 1,26 40.377 1,04 47.739 1,16 51.218 1,17 54.232 1,17
9 Jasa-jasa 150.999 4,08 160.747 4,15 168.555 4,09 177.833 4,06 186.898 4,05
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
3.702.463 100,00 3.870.062 100,00 4.125.351 100,00 4.381.005 100,00 4.616.033 100,00
PDRB tanpa Sub Sektor Pertambangan tanpa Migas
2.932.814 3.082.461 3.270.518 3.462.122 3.677.634
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-34
Tabel 2.10. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 s.d 2009
No Sektor2005 2006 2007 2008 2009
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %1 Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan1.815.708 36,07 2.153.703 36,97 2.396.706 36,02 2.651.128 35,36 2.946.753 35,24
2 Pertambangan & Penggalian 1.097.335 21,80 1.283.320 22,03 1.512.020 22,73 1.697.711 22,64 1.785.934 21,36
3 Industri pengolahan 373.568 7,42 380.628 6,53 440.510 6,62 479.623 6,40 523.264 6,26
4 Listrik, gas & air minum 9.960 0,20 11.269 0,19 13.727 0,21 14.474 0,19 14.932 0,18
5 Bangunan 235.828 4,69 278.773 4,79 324.506 4,88 379.231 5,06 464.342 5,55
6 Perdagangan, hotel & restoran 838.765 16,66 969.373 16,64 1.132.415 17,02 1.287.315 17,17 1.472.147 17,60
7 Angkutan & komunikasi 363.971 7,23 428.168 7,35 469.964 7,06 537.642 7,17 632.882 7,57
8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
65.589 1,30 70.826 1,22 91.465 1,37 112.646 1,50 129.503 1,55
9 Jasa-jasa 232.572 4,62 248.829 4,27 271.835 4,09 338.513 4,51 392.508 4,69
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
5.033.297 100,00 5.824.889 100,00 6.653.148 100,00 7.498.283 100,00 8.362.265 100,00
PDRB tanpa Sub Sektor Pertambangan tanpa Migas
3.960.315 4.572.425 5.179.125 5.844.142 6.623.826
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-35
Tabel 2.11. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 s.d 2009
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)Kabupaten Kotabaru
No Sektor2005 2006 2007 2008 2009
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk% % % % % % % % % %
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
36,07 37,30 36,97 37,59 36,02 37,26 35,36 36,96 35,24 37,08
2 Pertambangan & Penggalian 21,80 21,24 22,03 20,82 22,73 21,18 22,64 21,44 21,36 20,79
3 Industri pengolahan 7,42 7,59 6,53 7,39 6,62 7,32 6,40 7,19 6,26 7,18
4 Listrik, gas & air minum 0,20 0,17 0,19 0,16 0,21 0,16 0,19 0,16 0,18 0,15
5 Bangunan 4,69 4,31 4,79 4,45 4,88 4,48 5,06 4,52 5,55 4,92
6 Perdagangan, hotel & restoran 16,66 17,07 16,64 17,30 17,02 17,30 17,17 17,37 17,60 17,39
7 Angkutan & komunikasi 7,23 6,98 7,35 7,10 7,06 7,06 7,17 7,13 7,57 7,27
8 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
1,30 1,26 1,22 1,04 1,37 1,16 1,50 1,17 1,55 1,17
9 Jasa-jasa 4,62 4,08 4,27 4,15 4,09 4,09 4,51 4,06 4,69 4,05
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-36
c. Laju InflasiInflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau inflasi dapat juga
dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga
makin turun nilai uang. Defenisi diatas memberikan makna bahwa, kenaikan
harga barang tertentu atau kenaikan harga karena panen yang gagal
misalnya, tidak termasuk inflasi . Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat
menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan
jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Laju inflasi Kabupaten Kotabaru ditunjukkan oleh data nilai inflasi rata
rata Tahun 2010 sebesar 8,70.
Tabel 2.12.Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Kotabaru
Tahun 2005 s.d 2010
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Inflasi Belumada data
Belum ada data
Belum ada data
Belum ada data
Belum ada data 8,70
Sumber: BPS KotabaruKeterangan:Inflasi berdasarkan laju inflasi tahun kalender 2010 (Januari - Desember)
d. Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat
upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena
memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal kelangsungan hidup,
intelektualias dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu
lamanya hidup, yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir ; tingkat
pendidikan, diukur dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk
dewasa dan rata-rata lama sekolah ; serta tingkat kehidupan yang layak
dengan ukuran pengeluaran perkapita (purchasing power parity).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit
tunggal yang mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang
dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. Ketiga
kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat yang diukur
dengan indeks kesehatan (IK), pengetahuan dan ketrampilan yang diukur
dengan Indeks Pendidikan, serta akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak yang diukur dengan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-37
Indeks Daya Beli (IDB). Indikator Dampak sebagai komponen yang
dibutuhkan dalam perhitungan IPM adalah Angka Harapan Hidup,
Pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah, serta pengeluaran komsumsi per kapita.
Tabel 2.13.Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006-2009
Uraian 2006 2007 2008 2009Indeks Kesehatan (IK) 65,83 66,20 66,63 67,03 Indeks Pendidikan (IP) 78,22 78,22 78,22 78,30 Indeks Daya Beli (IDB) 65,05 78,22 66.70 67.24Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 69,70 69,98 70,52 70,86
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
Kenaikan indeks pada tahun 2009 dipengaruhi oleh kenaikan Indeks
Kesehatan (IK) dan Indeks Daya Beli (IDB), termasuk Indeks Pendidikan (IP).
Indeks Kesehatan mengalami kenaikan dari 66,20 pada tahun 2007 menjadi 66,63
di tahun 2008 dan 67,03 di tahun berikutnya. Bertambahnya umur harapan hidup
penduduk dari 64,72 pada tahun 2007 menjadi 64,98 di tahun 2008 dan 65,22 di
tahun 2009, merupakan penyebab semakin membaiknya indeks kesehatan ini.
Kondisi senada juga terjadi pada komponen indeks daya beli yang terus
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir sebesar
20,59 persen. Sementara itu, peningkatan indeks pendidikan baru terjadi di tahun
2009 setelah cenderung stagnan pada beberapa tahun sebelumnya.
Secara umum, IPM Kabupaten Kotabaru di tahun 2009 berada pada urutan
ke-3 di antara 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, dibawah IPM Kota
Banjarbaru dan IPM Kota Banjarmasin. IPM Kabupaten Kotabaru tahun 2009 lebih
tinggi dibanding IPM Propinsi Kalimantan Selatan yang sebesar 69,30 tetapi
masih dibawah IPM Nasional yang sebesar 71,76. Secara Nasional IPM
Kabupaten Kotabaru berada diurutan 242 dari seluruh kabupaten/kota di
Indonesia, mengalami penurunan peringkat dibandingkan tahun 2008 yang berada
diperingkat 234. Sedangkan IPM Propinsi Kalimantan Selatan sendiri berada di
peringkat 26 dari 33 propinsi di Indonesia.
e. Gini Rasio dan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi tanpa adanya pemerataan pendapatan di antara
kelompok-kelompok masyarakat yang menikmatinya, akan menyebabkan terjadinya
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-38
kesenjangan sosial. Kesenjangan pendapatan antara masyarakat telah menimbulkan
berbagai dampak negatif terhadap kehidupan sosial dan politik masyarakat
Indonesia. Berbicara masalah pemerataan sama halnya membicarakan
ketimpangan, karena dua komponen tersebut ibarat dua mata pisau yang saling
berlawanan. Dengan kata lain, kalau pemerataan pendapatan tinggi, maka
ketimpangan pendapatan akan rendah, hal ini juga berlaku sebaliknya.
Berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan
banyak dikemukakan oleh para peneliti. Dalam tulisan ini ukuran yang digunakan
adalah model Gini Rasio dan Kriteria Bank Dunia Secara umum angka Gini Rasio
dapat di klasifikasikan sebagai berikut
0< Gini Rasio 0,35 ketimpangan rendah 0,35< Gini Rasio 0,50 ketimpangan sedang Gini Rasio > 0,50 ketimpangan tinggi
Sedangkan Bank Dunia membagi penduduk kedalam tiga kelompok pendapatan yaitu : 40 persen kelompok penduduk berpendapatan rendah
40 persen kelompok penduduk berpendapatan sedang 20 persen kelompok penduduk berpendapatan tinggi
Tabel 2.14.Gini Rasio dan Distribusi PendapatanKabupaten kotabaru
TahunGini Ratio Persentase Distribusi Pendapatan Proxy
Pengeluaran Menurut Bank DuniaKal - Sel Kotabaru Kal - Sel Kotabaru
(1) (2) (3) (4) (5)1999 0,265 0,239 24,47 27,202002 0,288 0,297 22,64 24,162005 0,313 0,323 18,65 19,112008 0,25 0,22 20,93 23,952009 0,28 0,30 21,94 21,25
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
Dari tabel 2.14 diatas ketimpangan pendapatan di Kabupaten Kotabaru
antara kelompok masyarakat masih dapat dikatakan rendah. Hal ini di dukung
oleh hasil perhitungan gini rasio tahun 2009 yaitu tercatat 0,30 (0 < Gini Rasio <
0,35 ketimpangan rendah). Dibandingkan keadaan tahun 2008 yang sebesar
0,22, dapat diasumsikan tingkat pemerataan pendapatannya semakin kecil.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-39
2.2.2. Fokus kesejahteraan sosial
Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi untuk Pendidikan
meliputi indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka
partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni,
sedangkan untuk kesehatan meliputi angka kelangsungan hidup bayi, angka usia
harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk
yang bekerja. Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial Kabupaten Kotabaru
periode 2006-2009 pada masing-masing indikator sebagai berikut :
2.2.2.1. Pendidikan
Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sasarannya adalah terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan, perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua masyarakat,
tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, serta
tercukupinya sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa keberhasilan
pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH),
Rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni
(APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan. AMH adalah persentase
penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin .
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya,
yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Angka
Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
Walaupun dukungan anggaran untuk pendidikan sudah melebihi 20 % dari total
anggaran APBD namun belum semua data yang diperlukan belum bisa diperoleh.
Oleh karena itu diperlukan upaya pengalokasian anggaran pendidikan yang tepat
agar pendidikan menjadi murah namun tetap berkualitas.
a. Angka Melek Huruf
Keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari segi pendidikan. Salah
satu indikatornya yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang dapat membaca dan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-40
menulis huruf latin (melek huruf). Oleh sebab itu pemerintah telah mencanangkan
program pemberantasan buta huruf.
Tabel 2.15.Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Kotabaru
Tahun 2005 s.d 2009
No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
1 Angka Melek Huruf 94,00 94,00 94,00 94,00 94,02
b. Angka rata-rata lama sekolahRata-rata lama sekolah mengindikasikan seberapa tinggi pendidikan
yang dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Untuk meningkatkan rata-rata
lama sekolah, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9
tahun atau pendidikan dasar sampai tingkat SLTP.
Tabel 2.16.Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Kotabaru
Tahun 2005 – 2009
Rata-rata Lama Sekolah 2005 2006 2007 2008 2009
Kotabaru 7,00 7,00 7,00 7,00 7,03
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
c. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7
hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia
yang sama
d. Angka Partisipasi Kasar (APK)APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan
SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun
atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-41
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu.
APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu
tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang
pendidikan.
Tabel 2.17.APK dan APM Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
Sekolah2006 2008 2009
APK APM APK APM APK APM
SD/MI 109,90 95,16 107,82 92,24 110,02 96,60
SLTP/MTs 68,71 57,23 68,11 54,00 79,64 65,00
SMU 38,83 33,11 53,82 35,43 41,63 26,09
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
e. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
Tabel 2.18. Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009
1. SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 248 249 251 255
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 thn - 41.038 44.825 41.148
1.3. Rasio - 60,68 56,00 61,97
2. SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 61 64 63 68
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 thn - 14.737 15.580 14.445
2.3. Rasio - 43,43 40,44 47,08
Tabel 2.19.Data Jumlah Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Pendidikan Dasar
Kabupaten Kotabaru Tahun 2009
Jumlah Sekolah Penduduk Usia Pendidikan Dasar Rasio
452 50.068 0,90
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-42
f. Rasio guru/muridTabel 2.20.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009
1. SD/MI1.1. Jumlah Guru 1.947 2.396 2.226 2.703
1.2. Jumlah Murid 37.148 37.453 37.952 40.027
1.3. Rasio 5,24 6,40 5,87 6,75
2. SMP/MTs2.1. Jumlah Guru 1.036 850 859 893
2.2. Jumlah Murid 10.220 9.993 11.211 11.760
2.3. Rasio 10,14 8,51 7,66 7,59
2.2.2.2. Kesehatan
a. Usia Harapan HidupAngka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup
rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut
umur.
Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
Tabel 2.21. Angka Harapan Hidup Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 - 2009
Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
63,90 64,50 64,72 64,98 65,22
b. Balita Gizi BurukPersentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat
badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-43
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang.
Tabel 2.22. Jumlah Balita dan Persentase Balita Gizi Buruk
Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 – 2009
Tahun Jumlah Balita Jumlah Balita Persentase (Jiwa) Gizi Buruk (Jiwa) BGB (%)
2005 35.412 12 0,03
2006 35.432 16 0,05
2007 36.412 4 0,01
2008 36.420 8 0,02
2009 31.843 11 0,03 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kotabaru
c. Kemiskinan
Selama kurun waktu 4 tahun (2006-2009) jumlah penduduk miskin
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, jumlah penduduk miskin tahun 2006
sebanyak 26.877 jiwa, tahun 2007 sebanyak 22.939 jiwa, tahun 2008 sebanyak
18.432 jiwa dan tahun 2009 sebanyak 15.422 jiwa Penurunan jumlah penduduk
miskin rata-rata sebesar 16,87% disebabkan berbagai program penanggulangan
kemiskinan di Kota Kotabaru semakin menyentuh masyarakat miskin (tepat
sasaran). Ketepatan tersebut didukung oleh adanya identifikasi dan verifikasi
berdasarkan indikator dan kriteria kemiskinan yang disusun sesuai dengan kondisi
lokalitas daerah yang semakin mendekati kenyataan. Kedepan diperlukan upaya
untuk melakukan unifikasi data kemiskinan agar proses percepatan
penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan tepat. Optimalisasi peran
masayarakat untuk turut serta dalam menyalurkan program Corpotate Social
Responsibility (CSR) perlu didorong terus menerus.
Berikut gambaran perkembangan penduduk miskin Kabupaten Kotabaru
selama 4 tahun (2006-2009) :
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-44
Tabel 2.23. Penduduk Miskin Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 – 2009
No Kabupaten Kotabaru Satuan 2006 2007 2008 2009
1 Garis Kemiskinan Rupiah/Kapita/Bulan
153.459 159.304 183.271 202.613
2 Jumlah Penduduk Miskin
orang 26.877 22.939 18.432 15.422
2.2.3. Fokus seni budaya dan olah raga
Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup
kesenian , jumlah group Olah Raga dan gedung olahraga. Kinerja pembangunan
Seni dan budaya Kabupaten Kotabaru sebagai berikut :
Tabel 2.24. Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga
Tahun 2006 s.d 2010
No Capaian Pembangunan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah grup kesenian 31 31 31 31 31
2 Jumlah gedung kesenian 3 3 3 3 3
3 Jumlah klub olahraga 24 24 24 24 24
4 Jumlah gedung olahraga 7 7 8 11 17
2.3. Aspek Pelayanan umum
Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran
dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap
kondisi pelayanan umum. yang mencakup layanan urusan wajib. pelaksanaan
pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 2005-2009 adalah
sebagai berikut :
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi
tanggungjawab Pemerintah kabupaten dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek
pelayanan umum dalam menyusun rancangan awal RPJMD kabupaten disusun
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-45
ke dalam tabel capaian indikator setiap variabel yang dianalisis menurut
kecamatan di wilayah kabupaten/kota.
Indikator variabel aspek pelayanan umum terdiri dari:
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-
indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu
bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan
ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,
kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan,
koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan,
kepemudaan dan olah raga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi
daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian, dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat
dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika dan perpustakaan.
Berikut ini beberapa hasil analisis dari beberapa indikator kinerja pada
fokus layanan urusan wajib pemerintahan daerah sebagai berikut:
2.3.1.1. Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah
Untuk memperoleh gambaran tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari indikator Angka Partisipasi Sekolah, yang secara umum terdiri atas dua ukuran. Pertama, Angka Partisipasi Sekolah Kasar (APK) yang membandingkan jumlah anak yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan tanpa membatasi usianya dengan jumlah anak dalam kelompok yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Kedua, Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) yang membandingkan jumlah anak pada suatu jenjang pendidikan dengan melihat batas usia terhadap jumlah anak dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Pada jenjang pendidikan dasar enam tahun batasan usia yang dipakai adalah 7-12 tahun, jenjang menengah pertama 13-15 tahun, dan jenjang menengah
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-46
atas 16-18 tahun. Berikut ini adalalah tabel layanan umum dibidang pendidikan sebagai berikut:
Tabel 2.25. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 – 2009
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 20091 SD/MI
1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI
37.148 37.453 37.952 40.027
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
- 41.038 44.825 41.148
1.3. APK SD/MI - 91,26 84,67 97,28 2 SMP/MTs
2.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs
10.220 9.993 11.211 11.760
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun
- 14.737 15.580 14.445
2.3. APK SMP/MTs - 67,81 71,96 81,41 3 SMA/MA/SMK
3.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
4.957 5.753 5.841 7.449
3.2. Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun
- 16.016 15.739 16.573
3.3. APK SMA/MA/SMK - 35,92 37,11 44,95
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
Tabel 2.26. Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009
1. SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 248 249 251 255
1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 thn - 41.038 44.825 41.148
1.3. Rasio - 60,68 56,00 61,97
2. SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 61 64 63 68
2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 thn - 14.737 15.580 14.445
2.3. Rasio - 43,43 40,44 47,08
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-47
c. Rasio guru/murid
Tabel 2.27.Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009
1. SD/MI1.1. Jumlah Guru 1.947 2.396 2.226 2.703
1.2. Jumlah Murid 37.148 37.453 37.952 40.027
1.3. Rasio 5,24 6,40 5,87 6,75
2. SMP/MTs2.1. Jumlah Guru 1.036 850 859 893
2.2. Jumlah Murid 10.220 9.993 11.211 11.760
2.3. Rasio 10,14 8,51 7,66 7,59
2.3.1.2. Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
perilaku hidup sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan.
Pemerintah Kotabaru telah berupaya menyediakan fasilitas kesehatan yang dari
tahun ketahun semakin dapat menjangkau pemerataan pelayanan kesehatan
masyarakat. Kondisi kinerja pembangunan bidang kesehatan selama 5 tahun
(2006-2009) dapat dilihat dari Ratio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per 1000
penduduk dari tahun 2006-2009. Berikut gambaran perkembangan pelayanan
umum bidang kesehatan selama 5 tahun sebagaimana tabel dibawah ini :
a. Pos pelayanan terpadu (posyandu)
Tabel 2.28.Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 - 2009No Uraian 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah posyandu 255 270 276 276
2. Jumlah balita 35.432 36.412 36.420 31.843
3. Rasio 139 135 132 115
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-48
b. Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter dan Tenaga Medis
Tabel 2.29.Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Pustu, Dokter dan Tenaga Medis
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2009
No Uraian 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Rumah Sakit 2 2 2 22 Jumlah Puskesmas 23 23 25 25 3 Jumlah Poliklinik 14 14 14 14 4 Jumlah Pustu 68 69 69 69 5 Jumlah Dokter 62 60 62 62 6 Jumlah Tenaga Medis 258 187 200 227 7 Jumlah Penduduk 263.842 272.000 276.574 281.120 8 Rasio Rumah Sakit persatuan
penduduk131.921 136.00
0 138.28
7 140.56
0
9 Rasio Puskesmas persatuan penduduk
65.961 68.000
69.144
70.280
10 Rasio Poliklinik persatuan penduduk 32.980 34.000
34.572
35.140
11 Rasio Pustu persatuan penduduk 16.490 17.000
17.286
17.570
12 Rasio Dokter persatuan penduduk 8.245 8.500
8.643
8.785
13 Rasio Tenaga Medis persatuan penduduk
4.123 4.250
4.321
4.393
Sumber : Kotabaru Dalam Angka
Tabel 2.30.Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu
Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Angka Kematian Bayi 11,37 13,83 12,76 5,96 13,12 Angka Kamatian Ibu 284 157 131 207 154
2.3.1.3. Lingkungan Hidup
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan lingkungan hidup di
Kabupaten Kotabaru selama periode 2006-2010 diukur dari meningkatnya
persentase penanganan sampah Semakin besarnya volume sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat menuntut peranserta masyarakat untuk dapat
memusnakan sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi memperpanjang
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-49
usia TPA. Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang lingkungan hidup
sebagaimana tabel berikut :
a. Persentase penanganan sampahTabel 2.31.
Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah (ton)Tahun 2006 - 2009
No Uraian 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah sampah yang ditangani 72,5 77 89 100
2. Jumlah volume produksi sampah 72,5 77 89 100
3. Persentase 100 100 100 100 Sumber : Dinas Tata Kota
b. Akses air minum
Tabel 2.32.Proporsi Jumlah Rumah Tangga yang Mendapatkan
Akses Air Minum dari PDAM KotabaruTahun 2006 - 2009
No Uraian 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah pelanggan yang mendapatkan akses air PDAM
.902 6.265 7.120 7.629
2 Jumlah Rumah Tangga 69.726 65.570 73.750 75.351
3 Persentase Rumah Tangga berakses air bersih
8,46 9,55 9,65 10,12
Sumber : PDAM Kotabaru
2.3.1.4. Sarana dan Prasarana Umum
Kondisi sarana dan prasarana umum selama 5 tahun terakhir (2005-2009)
menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Berikut gambaran pelayanan umum
bidang pekerjaan umum sebagaimana tabel dibawah ini :
a. Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisiTabel 2.33.
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Kabupaten Kotabaru Tahun 2006 - 2010
No Kondisi Jalan Panjang Jalan (km)2006 2007 2008 2009
1. Kondisi Baik 114,37 114,37 56,92 56,92 2. Kondisi Sedang Rusak 214,82 214,82 504,83 504,83 3. Kondisi Rusak 227,81 227,81 60,78 60,78
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-50
No Kondisi Jalan Panjang Jalan (km)2006 2007 2008 2009
4. Kondisi Rusak Berat 538,61 538,61 596,38 596,38 5. Jalan secara keseluruhan
(nasional, provinsi, dan kabupaten/kota)
1.095,61 1.095,61 1.218,91 1.218,91
Sumber : Dinas PU Kotabaru
b. Rasio tempat ibadah per satuan pendudukTabel 2.34.
Rasio Tempat Ibadah Kabupaten KotabaruTahun 2006 - 2009
No Bangunan tempat Ibadah
2006 2009Jumlah (unit)
Jumlah pemeluk Rasio Jumlah
(unit)Jumlah
pemeluk Rasio
1 Mesjid 258 238.252 923 309 260.557 843 2 Langgar/Mushola 353 238.252 675 334 260.557 780 3 Gereja Katolik 4 1.348 337 23 1.496 65 4 Gereja Protestan 25 5.803 232 37 6.574 178 5 Pura 7 1.609 230 9 1.859 207 6 Vihara - 3.034 - 5 3.580 716 7 Kelenteng 1 56 56 5 61 12 8 Lainnya - 6.200 - - 6.993 -
Jumlah 648 488.354 722 534.684 Sumber : BPS Kotabaru
c. PerumahanKinerja pembangunan pada pelayanan urusan perumahan di Kabupaten
Kotabaru selama periode 2005-2009 dihitung dari persentase jumlah rumah
tangga yang telah menggunakan air bersih terhadap jumlah seluruh rumah
tangga. Berikut gambaran perkembangan aspek pelayanan bidang perumahan
selama 5 tahun (2005-2009) :
Tabel 2.35.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perumahan
Tahun 2005 - 2009
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah rumah tangga pengguna air bersih / jumlah seluruh rumah tangga x 100%
9,15 8,96 9,55 9,65 10,12
2. Jumlah rumah tangga pengguna listrik / Jumlah seluruh rumah tangga x100%
43,86 42,95 47,41 42,69 43,25
Sumber : Dinas Tata Kota
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-51
2.3.1.5. Penataan Ruang
Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang tahun 2005-
2009 dilihat dari ratio luas ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah ber Hak
Pengelolaan Lahan (HPL) dan atau Hak Guna Bangun. Hal ini menunjukan
semakin tingginya kesadaran masyarakat mematuhi regulasi pendirian bangunan
dan semakin membaiknya pelayanan yang diberikan pemerintah daerah. Namun
demikian upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan terhadap
regulasi tataruang dan bangunan perlu diibangi dengan pelayanan perijinan yang
lebih baik. Berikut gambaran perkembangan pembangunan pelayanan umum
bidang penataan ruang selama periode 2005-2009 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.36.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penataan Ruang
Tahun 2005 - 2009
No IndikatorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Luas ruang terbuka hijau / Luas wilayah ber HPL/HGB
- - - - 90,457 Ha
2. Jumlah bangunan ber – IMB / Jumlah bangunan
- - - - 489 unit
Sumber : Bappeda dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kab.Kotabaru
2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan Daerah
Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan
pembangunan daerah tahun 2006-2009 adalah tersusunnya RPJPD pada tahun
2010 yang selanjutnya menjadi dokumen pembangunan jangka panjang daerah
2005-2025 dan telah tetapkan dengan Peraturan Daerah pada tahun 2010 dan
tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2005-
2010 yang ditetapkan dengan oleh Peraturan Daerah. Disamping itu juga dilihat
dari tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang berupa Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD yang ditetapkan
dengan Peratuan Kepala Daerah. Tantangan ke depan adalah menjaga
konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan implementasinya. Berikut
gambaran kinerja perencanaan pembangunan daerah selama 5 tahun (2005-
2010) sebagaimna tabel dibawah ini :
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-52
Tabel 2.37.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perencanaan Pembangunan
Tahun 2005 - 2009
No IndikatorTahun
2005 2006 2007 2008 2009 20101. Tersedianya dokumen
perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA (Ada/ tidak)
- - - - - Ada
2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA (Ada/ tidak)
- Ada/Perda - - - Ada/
Perbup
3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA (Ada/ tidak)
Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : Bappeda, 2010 Kab.Kotabaru
2.3.1.7. Perhubungan
Kinerja pembangunan pada pelayanan pada urusan perhubungan di
Kabupaten Kotabaru selama periode 2006-2010 dapat dlhat pada tabel dibawah
ini . Tantangan kedepan adalah bagaimana menyediakan pelayanan angkutan
masal yang murah, nyaman, aman dan tepat waktu agar kemacetan yang
disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi.
Tabel 2.38.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perhubungan
Tahun 2005 - 2009
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah arus penumpang angkutan umum
616.324 633.801 646.125 681.780 697.961
2. Rasio ijin trayek 214 220 224 236 242 3. Jumlah uji kir angkutan umum 371 360 354 374 394 4. Jumlah Pelabuhan Laut 28 28 28 28 28 Jumlah Pelabuhan Udara 1 1 1 1 1 Jumlah Terminal Bis 1 1 1 1 1
5. Jumlah angkutan darat / Jumlah penumpang angkutan darat x 100%
214 220 224 236 242
6. Kepemilikan KIR angkutan umum 185 180 177 187 197 7. Lama pengujian kelayakan
angkutan umum (KIR) (menit)30 30 30 30 30
8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
minibus - - - - 34.500
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-53
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
bus besar - - - - 42.000 pick-up bensin - - - - 32.000 pick-up solar - - - - 37.000
9. Pemasangan Rambu-rambu - 100 - 150 -
Sumber : Dinas Perhubungan Kab.Kotabaru
2.3.1.8. Pertanahan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanahan selama
periode 2007-2009 diukur dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat.
Antisipasi permasalahan kedepan adalah layanan fasilitasi konflik pertanahan
berkaitan dengan pelayanan tertib administrasi di tingkat kelurahan.
Tabel 2.39.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanahan
No IndikatorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Penyelesaian kasus tanah Negara
- - - 0 0
2. Penyelesaian izin lokasi - - - 1 1
Sumber : Setda – Bagian Pertanahan, 2010 Kab.Kotabaru
2.3.1.9. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kinerja pembangunan pada pelayanan kependudukan dan Catatan Sipil
selama 5 tahun (2005-2009) adalah : Peningkatan kinerja kependudukan dan
catatan sipil lebih dipengaruhi oleh kesadaran penduduk yang disebabkan makin
mudahnya pelayanan administrasi kependudukan dan terlaksananya kebijakan
kependudukan yang serasi antara kebijakan kependudukan nasional dengan
kebijakan kependudukan Kab. Kotabaru.
Berikut gambaran perkembangan pelayanan kependudukan dan catatan
sipil sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.40.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang
Kependudukan dan Catatan Sipil
No Indikator Tahun2006 2007 2008 2009 2010
1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
- - - 50 53
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-54
No Indikator Tahun2006 2007 2008 2009 2010
2. Rasio bayi berakte kelahiran - - - - 59%
3. Kepemilikan KTP - - - 141.185 154.449
4. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk
- - - - 171.495
5. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah/belum
- Sudah Sudah Sudah Sudah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab.Kotabaru
2.3.1.10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak selama periode 2005-2009 pada masing-
masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.41.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
- - - - 3,72%
2. Rasio KDRT - - - - 25%
3. Partisipasi angkatan kerja perempuan (TPAK/ Tk. Partisipasi Angk Kerja)
- - - - 76,69%
4. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
- - - - 9,09%
Sumber : Badan KB, PP dan PA, 2010 Kab.Kotabaru
2.3.1.11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan
keluarga sejahtera selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.42.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera
No Indikator Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-55
1. Rata-rata jumlah anak per keluarga
- - 2,3 2,2 2,4
2. Cakupan peserta KB aktif - - 38.781 41.663 44.954
3. Keluarga Pra Sejahtera - - 9.408 9.199 9.960
4. Keluarga Sejahtera I - - 20.118 19.264 21.130
Sumber : Badan KB, 2010
2.3.1.12. Sosial
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan sosial selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.43.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Sosial
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
1 1 1 1 1
Sumber : Dinas Sosial, Nakertrans
Permasalahan PMKS merupakan permasalahan yang terus berkembang
diantaranya disebabkan oleh persoalan tuntutan kehidupan yang semakin berat,
disamping persoalan kemiskinan. Oleh karena itu penanganan persoalan sosial
harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi.
2.3.1.13. Ketenagakerjaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketenagakerjaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut
Tabel 2.44.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Angka partisipasi angkatan kerja - - - 5.987 -
2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
- - 13 15 -
3. Tingkat partisipasi angkatan kerja - - - 1 -
4. Pencari kerja yang ditempatkan - - - 397 -
5. Tingkat pengangguran terbuka - - - 5.581 -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-56
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
6. Keselamatan dan perlindungan - - 20 30 -
Sumber : Data Disnakertrans, 2010
2.3.1.14. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan
menengah selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.45.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Persentase koperasi aktif 66 70 72 75 54
2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM - 20 37 - -
3. Usaha Mikro dan Kecil 1.768 1.975 2.190 2.620 3.611
Sumber : Dinas Perindustrian, Koperasi & UKM
2.3.1.15. Penanaman Modal
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.46.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah investor di Kota baru (Penanaman Modal)
22 27 29 33 35
2. Jumlah nilai investasi (juta Rupiah)
7.363.068 8.363.816 8.363.816 10.344.432 14.341.459
3. Rasio daya serap tenaga kerja *)
115.335 116.389 139.686 140.079 166.773
Sumber : Data Olahan Dinas Perdagangan Kotabaru, 2010
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-57
2.3.1.16. Kebudayaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kebudayaan selama
periode 2005-2009 pada merupakan tantangan kedepan. Diperlukan kegiatan-
kegiatan yang lebih bisa mempromosikan Kabupaten Kotabaru sebagai tempat
tujuan wisata, tidak lagi hanya sebagai tempat singgah sementara. Selain itu
perbaikan dan penyempurnaan di bidang sarana penyelenggaraan kesenian juga
diperlukan dalam mendukung bentuk promosi tersebut. Sedangkan pelestarian
benda maupun bangunan cagar budaya dilakukan agar lebih bisa menonjolkan ciri
dan landmark kota bagi Kabupaten Kotabaru dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.
2.3.1.17. Pemuda dan Olahraga
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemuda dan olahraga
selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.47.Perkembangan Pemuda dan Olahraga
Tahun 2006 s.d 2010No Capaian Pembangunan 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah organisasi pemuda - - - 195 201
2 Jumlah organisasi olahraga 24 24 24 24 24
3 Jumlah Gedung olahraga 7 7 8 11 17
Sumber : Dinas budpora, 2010
Dari tabel tersebut diatas, menggambarkan penyelenggaraan
pembangunan pemuda dan olahraga selama lima tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang membaik. Permasalahan kedepan berkaitan dengan
pelayanan olah raga dan kepemudaan adalah upaya pembinaan dini terhadap
pemuda melalui pendekatan institusional baik melalui institusi pendidikan, sekolah
dan pramuka maupun institusi kepemudaan seperti KNPI dan Karang Taruna.
Sedangkan untuk ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar
nasional saat ini masih terbatas dan belum terkelola dengan baik. Oleh karena itu
upaya yang dilakukan yaitu dengan perbaikan dan peningkatan sarana yang ada
serta pembangunan pusat olah raga (Sport center) yang baru.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-58
2.3.1.18. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kesatuan bangsa dan politik
dalam negeri selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.48.Aspek Pelayanan Umum dalam
Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
No IndikatorTahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
- - - - 2
Sumber : Badan Kesbangpolinmas, 2010
2.3.1.19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian selama periode 2005-2009 pada masing-masing
indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.49.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
No Indikator Tahun2006 2007 2008 2009
1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
- - - 2,7-
2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk 112 109 107 105 3. Penegakan PERDA - - 100 - 4. Cakupan patroli petugas Satpol PP - - 74 64 5. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di
Kotabaru- - - 673
6. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kota Kotabaru
5 10 15 15
7. Tingkat waktu tanggap Jumlah ketepatan waktu tindakan pemadam kebakaran
50 60 70 70
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-59
Tabel di atas, menggambarkan bahwa kondisi aspek pelayanan umum
dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
2.3.1.20. Ketahanan Pangan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketahanan pangan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.50.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketahanan Pangan
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Ketersediaan pangan utama (kg/1.000 pdduk) (kg/tahun)
142.723 152.864 159.831 176.467 196.111
Sumber:Kantor Ketahanan Pangan, 2010
2.3.1.21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan masyarakat
dan desa di Kabupaten Kotabaru selama periode 2005-2009 pada masing-
masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.51.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. LPM Berprestasi 6 6 6 6 6 2. PKK aktif 193 193 193 193 201 3. Posyandu aktif 193 193 193 193 201
Sumber : BPMPD, 2010
Jumlah LPM yang berprestasi diharapkan terus meningkat dikarenakan
swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan akan terus dioptimalkan.
2.3.1.22. Statistik
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.52.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-60
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Buku ”kabupaten dalam angka” (Ada/Tidak)
Ada Ada Ada Ada Ada
2. Buku ”PDRB kabupaten” Ada/Tidak)
Ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : BPS Kotabaru, 2010
Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumen-
dokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian,
diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data
yang bersifat khusus dan olahan.
2.3.1.23. Kearsipan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kearsipan selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.53.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Peningkatan SDM pengelola kearsipan
- - - - 10
Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah, 2010
Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa tatakelola kearsipan
semakin meningkat baik dilihat dari pengelola kearsipan maupun peningkatan
SDM. Selaras dengan perkembangan teknologi, pengelolaan arsip harus dapat
mengantisipasi arsip berujud digital, sehingga dapat diakses secara online oleh
masyarakat yang lebih luas.
2.3.1.24. Komunikasi dan Informatika
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan komunikasi dan informatika
di Kab. Kotabaru selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.54.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Komunikasi dan Informatika
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-61
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah surat kabar nasional/lokal 9
10 10 10 10
2. Jumlah penyiaran radio/TV lokal 2
4 5 5 5
3. Web site milik pemerintah daerah 1
2 2 4 4
4. Pameran/expo 1
1 1 1 1
Sumber : Badan Komunikasi
Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa jaringan komunikasi,
penyiaran radio/TV lokal, website milik Pemerintah Kota semakin meningkat hal ini
untuk menunjang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) sehingga masyarakat dapat
dengan mudah mengakses program dan kegiatan Pemerintah Kota. Harapan
kedepan perlu ditingkatkan kualitas komunikasi dua arah antara pemerintah
dengan masyarakat termasuk didalamnya adalah upaya pencitraan positif kota
Kab. Kotabaru.
2.3.1.25. Perpustakaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perpustakaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.55.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perpustakaan
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah perpustakaan 1 1 1 1 1
2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun (orang)
3.916 7.703 15.475 22.279 40.881
3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah (buah)
7.593 7.620 10.604 13.048 16.526
Sumber : Kantor Perpustakaan, 2010
2.3.2. Fokus Layanan Urusan PilihanIndikator kinerja pada fokus layanan urusan pilihan adalah sebagai
berikut:
2.3.2.1. Pertanian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-62
Tabel 2.56.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanian
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Produktivitas padi sawah (ton/hektar)
3,47 3,50 3,68 3,59 4,11
2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
HB 22,87 24,87 25,03 24,56 24,76 HK 24,07 24,47 24,77 24,84 25,12
3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB
HB 3,91 3,94 4,04 4,18 4,30 HK 4,29 4,35 4,35 4,43 4,47
4. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB
HB 18,96 20,93 20,99 20,38 20,46 HK 19,78 20,12 20,43 20,41 20,64
5. Cakupan bina kelompok petani 500 511 464
Sumber : BPS Kotabaru
2.3.2.2. Energi dan Sumber Daya Mineral
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan energi dan sumberdaya
mineral selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana
tabel berikut :
Tabel 2.57.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Energi
dan Sumber Daya Mineral
No Indikator Atas Dasar 2005 2006 2007 2008 2009
1
Kontribusi sektor pertambangan thd PDRB
HB (Rp) 1.097.335 1.283.320 1.512.020 1.697.711 1.785.934
HK (Rp) 786.467 805.562 873.757 939.069 959.744
Sumber : BPS Kotabaru
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB dari tahun 2005 hingga
tahun 2009 mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi dikarenakan kegiatan
pertambangan khususnya bahan tambang galian C memang sedikit-demi sedikit
dikurangi aktivitasnya.
2.3.2.3. Pariwisata
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.58.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-63
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Kunjungan wisata - 4.111 9.554 10.867 829
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kunjungan wisata akan terus meningkat seiring dengan membaiknya
kualitas sarana prasarana, obyek maupun destinasi wisata yang menarik dan
terintegrasi.
2.3.2.4. Kelautan dan Perikanan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kelautan dan perikanan
selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.59.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kelautan dan Perikanan
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Produksi perikanan 48.725,38 38.995,90 39.284,14 63.560,05 50.064,81
2. Konsumsi ikan 6.534,00 6.628,00 6.833,00 6.948,00 7.062,00
3. Cakupan bina kelompok nelayan
5,87 4,30 4,50 7,10 6,50
4. Produksi perikanan laut
44.898,64 37.191,50 36.150,10 42.744,80 45.278,52
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikananan
Produktivitas perikanan selama lima tahun terahir menunjukan hasil yang
positif, walaupun ada masa-masa dimana terjadi penurunan produksi. Capaian
kinerja pelayanan bidang perikanan kelautan tidak lepas dari upaya Dinas
Perikanan dan Kelautan dalam membina kelompok-kelompok nelayan yang ada.
Tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga kelestarian sumber daya hayati
perikanan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran nelayan
tanpa merusak lingkungan termasuk di dalamnya adalah upaya antisipasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.
2.3.2.5. Perdagangan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-64
Meningkatnya eksport perdagangan tidak lepas dari kinerja pelayanan
urusan perdagangan. Berbagai layanan kemudahan eksport yang didukung
sarana prasarana yang mencukupi menjadikan urusan perdagangan mampu
menjadi unggulan. Pelayanan dukungan promosi maupun peningkatan kualitas
produk unggulan terus dilakukan seiring dengan persaingan global yang makin
tajam.
2.3.2.6. Perindustrian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perindustrian selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.60.Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian
No Indikator Tahun2005 2006 2007 2008 2009
1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
7,93 8,15 8,34 8,10 8,45 9,14 9,07 9,03 8,80 8,67
2. Pertumbuhan Industri. 442 392 380 463 309
Sumber : Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM
Kinerja pelayanan sektor perdagangan sebenarnya tampak dari seberapa
besar cakupan bina kelompok pengrajin. Semakin besar cakupan bina kelompok
pengrajin maka akan semakin besar pula kontribusi sektor industri terhadap
PDRB. Sektor industri merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi
besar terhadap PDRB. Oleh karena itu layanan pengembangan industri harus
tetap dilaksanakan dengan tetap mengedepankan tumbuhnya iklim investasi yang
kondusif dengan memperbesar cakupan industry kecil menengah serta ramah
lingkungan.
2.3.2.7. Investasi
a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Tabel 2.61.Jumlah Investor PMDN/PMA Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 s.d 2009
TahunPMDN PMA Total
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
2006 5 1.484.261 17 6.879.555 22 8.363.816
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-65
TahunPMDN PMA Total
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Jumlah Investor
Nilai Investasi (Rp.Juta)
2007 9 8.458.881 18 7.251.125 27 15.710.006
2008 10 8.361.620 19 8.621.391 29 16.983.011
2009 13 9.265.188 20 9.238.019 33 18.503.207
b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
Tabel 2.62.Jumlah Investasi PMDN/PMA Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 s.d 2009
TahunPersetujuan Realisasi
Jumlah Proyek
Nilai Investasi (Rp.Juta)
Jumlah Proyek
Nilai Investasi (Rp.Juta)
2006 22 8.363.816 22 7.364.068 2007 27 15.710.006 27 8.364.828 2008 29 16.983.011 29 10.344.432
2009 33 18.503.207 33 14.341.459
c. Rasio daya serap tenaga kerja
Tabel 2.63.Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Kotabaru
Tahun 2005 s.d 2009
No TahunJumlah Angkatan Kerja
P L Jumlah1 2005 36.372 78.963 115.335 2 2006 34.871 81.518 116.389 3 2007 43.302 96.384 139.686 4 2008 46.141 93.938 140.079 5 2009 52.835 113.938 166.773
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-66
dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota
lainnya yang berdekatan, nasional atau internasional.
Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas
wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
Untuk menganalisis gambaran umum kondisi daerah pada aspek daya
saing daerah, terlebih dahulu disusun tabel capaian indikator setiap variabel yang
akan dianalisis menurut kabupaten/kota di wilayah provinsi. Sedangkan untuk
kabupaten/kota disusun menurut kecamatan diwilayah kabupaten/kota masing-
masing. Indikator variabel aspek daya saing daerah terdiri dari: Fokus
Kemampuan Ekonomi Daerah, Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, Fokus Iklim
Berinvestasi dan Fokus Sumber Daya manusia.
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan
terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran
konsumsi non pangan per kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.
Berikut ini beberapa indikator kinerja pada fokus kemampuan ekonomi
daerah sebagai berikut:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (angka konsumsi RT per kapita)
Tabel 2.64.Persentase Konsumsi RT Non-Pangan Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 s.d 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Total pengeluaran RT non pangan
- - - - -
2. Total pengeluaran - - - - -
3. Rasio - - - - -
b. Nilai Tukar PetaniNilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam
persentase), merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
Semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-67
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga
komoditas pertanian yang dihasilkan petani.
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani
yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang
diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Tabel 2.65.Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Kotabaru
Tahun 2009 s.d 2010
No Uraian 2009 2010
1 Nilai Tukar Petani 104,45 108,03
2 Indeks Yang Diterima Petani (lt) 124,75 136,78
3 Indeks Yang Dibayar Petani (lb) 119,44 126,62
4 Rasio - -
c. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi RT untuk non pangan)
Untuk menghitung jumlah konsumsi non pangan perkapita, dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.66.Persentase Konsumsi RT Non-Pangan Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 s.d 2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Total pengeluaran RT non pangan - - - - -2. Total pengeluaran - - - - -3. Rasio - - - - -
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu wilayah serta
sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang
punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Infrastruktur lainnya
seperti kelistrikan dan irigasi merupakan salah satu aspek terpenting untuk
meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan jaringan air bersih
serta pengelolaannya dan peningkatan layanan publik yang dikelola oleh
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-68
pemerintah seperti prasarana kesehatan, pendidikan, dan sarana olah raga
secara berkelanjutan sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
2.4.2.1. Prasarana dan Sarana
a. Transportasi Darat
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan
meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke
daerah lain.
Panjang jalan negara, Propinsi dan Kabupaten diseluruh wilayah kabupaten
Kotabaru pada 2009 sebagai berikut yang merupakan jalan negara sepanjang
140,67 km merupakan jalan Provinsi sepanjang 46,7 km dan 1.031,54 km
merupakan jalan kabupaten.
Kondisi jalan Kabupaten Kotabaru sebagai berikut: 56,92 km dalam kondisi
baik, 504,83 km dalam kondisi sedang, 60.78 km dalam kondisi rusak dan 596,38
km dalam kondisi rusak berat.
Tabel 2.67.Panjang Jalan di Kabupaten Kotabaru
Tahun 2007 – 2009
Kategori 2007 2008 2009
Jalan Negara 35,9 35,9 140,67
Jalan Propinsi 52,6 52,6 46,70
Jalan Kabupaten 1.007,1 1.007,1 1.031,54
Jumlah 1.095,6 1.095,6 1.218,91 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kotabaru
Tabel 2.68.Kondisi Jalan Kabupaten Kotabaru
Tahun 2007 – 2009
Kondisi Jalan Kabupaten 2007 2008 2009
Baik 114,37 56,92 56,92
Sedang 214,82 504,83 504,83
Rusak 227,81 60,78 60,78
Rusak berat 538,61 596,38 596,38
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-69
Kondisi Jalan Kabupaten 2007 2008 2009
Jumlah 1.095,61 1.218,91 1.218,91 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kotabaru
Seiring dengan pembangunan jalan sebagai sarana transportasi darat yang
utama. Jumlah kendaraan yang tercatat di Kepolisian Resort Kotabaru tahun
2009 sebanyak 22.144 unit dengan status kepemilikan 20.018 unit kendaraan
pribadi, 2.126 kendaraan umum.
Infrastruktur transportasi yang juga mempermudah akses melalui darat ke
Kabupaten Kotabaru adalah 38 trayek angkutan umum yang terdiri dari 1 trayek
antar kota dalam propinsi yang dilayani oleh 62 buah kendaraan. 16 trayek
angkutan perdesaan yang dilayani 114 buah kendaraan dan 1 trayek angkutan
kota `yang dilayani oleh 70 buah kendaraan. Untuk menunjang kelancaran
angkutan penumpang dan barang tersebut terdapat 20 terminal penumpang yang
memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pergerakan penduduk.
b. Transportasi Laut
Selain itu untuk pengembangan transportasi laut dan penyeberangan
dilaksanakan penyediaan kapal perintis dengan bobot 200 DWT sebanyak 2 buah
guna melayani daerah di kepulauan terpencil. Beroperasinya penyeberangan feri
Tanjung Serdang - Batulicin sejak tahun 1993 telah memberikan dampak
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kota Kotabaru.
Untuk itu dalam upaya membuka akses yang lebih cepat menuju wilayah
utara Kabupaten Kotabaru maka sejak tahun 2004 telah dilakukan pengoperasian
angkutan penyeberangan feri rute Stagen – Tarjun yang merupakan kerjasama
Pemerintah Kabupaten Kotabaru dengan PT. Antar Banua Khatulistiwa.
Kerjasama dan koordinasi dengan PT. Pelindo III Cabang Kotabaru juga terus
ditingkatkan seperti pemindahan pemanfaatan Pelabuhan Panjang yang dialihkan
fungsinya ke Pelabuhan Stagen serta rencana pembangunan jembatan Tanjung
Ayun – Tarjun.
c. Transportasi Udara
Pada bidang transportasi udara telah diberikan pelayanan perijinan
operasional atau perijinan operasional helipad sebanyak 4 buah kepada PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, PT. Arutmin Indonesia NPLCT, PT. Bahari
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-70
Cakrawala Sebuku dan PT. Indonesia Bulk Terminal. Dalam upaya memfungsikan
kembali Bandar Udara Stagen maka sejak tahun 2003 telah dilakukan kerjasama
peningkatan transportasi udara rute Banjarmasin – Kotabaru – Balikpapan pp
dengan PT. Dirgantara Air Service dengan menggunakan pesawat jenis Cesna
dengan Kapasitas penumpang 18 orang. Seiring dengan pelaksanaan otonomi
daerah sehingga terwujudnya peningkatan pelayanan transportasi udara dari atau
ke Kotabaru. Pada saat ini upaya yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional adalah untuk penerbangan melalui
rute Balikpapan – Kotabaru – Banjarmasin pp yang dilayani pesawat bertipe ATR -
42 dengan kapasitas penumpang sebanyak 48 orang dengan frekuensi 4 kali
penerbangan seminggu untuk rute Kotabaru - Banjarmasin pp dan 2 kali wat
penerbangan seminggu untuk rute Kotabaru – Balikpapan pp dan seiring dengan
adanya perpanjangan landas pacu bandara kedepan akan dibuka rute ke
Surabaya, Makassar dan Kota lainnya dengan jenis pesawat BOEING.
d. Listrik dan Air minum
Jumlah pelanggan PLN sebanyak 32.597 pelanggan dengan daya
terambung sebesar 30.915.230 VA dan nilai penjualan sebesar 55.653.488 KWH.
Perusahaan air minum menyalurkan air bersih kepada masyarakat melalui IKK
Kotabaru dan IKK Sei Kupang dengan jumlah pelanggan pada tahun 2009
sebanyak 7.629 pelanggan dan jumlah penjualan sebesar 2.764.604,160 m3. Jika
dibandingkan dengan pelanggan PLN Propinsi Kalimantan Selatan maka jumlah
pelanggan di Kabupaten Kotabaru 6,55% dari total jumlah pelanggan yang ada di
Kalimantan Selatan.
2.4.2.2. Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Berikut ini adalah ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
dan luas wilayah produktif beserta presentasenya.
Tabel 2.69.Rasio Ketaatan Terhadap RTRW
Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 s.d 2009
No Uraian 2005 2006 2007 2008 20091 Realisasi
RTRW (Ha)- - Revisi RTRW Perda
No. 03 Tahun 2002 karena ada
-
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-71
No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009penataan Kabupaten Kotabaru
2 Rencana Peruntukan RTRW (Ha)
- - CA 69.573,27 Ferry 68KBHP 210742KBPD 5214KBPLB 26232KBTPLK 18130KBTTP 341547KIN 4873KL 168095KPem 8680Pelsus 43Transmig 5778Usul SA 1744
3 Rasio - - - - - -
Tabel 2.70.Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten Kotabaru
Tahun 2005 s.d 2009
No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
1 Luas Wilayah Produktif (Ha)
- - 734.931,313 - -
2Luas Seluruh Wilayah Budidaya (Ha)
465.697,130 465.697,130 697.207,058 - -
3 Rasio (1/2) - - 1.05 - -
Tabel 2.71.Persentase Luas Wilayah Produktif
Menurut Per Kecamatan di Kabupaten KotabaruTahun 2007
No Kecamatan Luas Wilayah Produktif (Ha)
Luas seluruh wilayah Budidaya (Ha) Rasio
1 Hampang 154.580.935 65.068 2,382 Kelumpang Barat 27.439.228 34.124 0,803 Kelumpang Hilir 20.413.459 20.659 0,994 Kelumpang Hulu 66.636.604 86.185 0,775 Kelumpang Selatan 22.297.316 20.198 1,106 Kelumpang Tengah 21.785.365 22.417 0,977 Kelumpang Utara 19.008.727 21.870 0,878 Pamukan Barat 42.393.894 31.844 1,339 Pamukan Selatan 26.054.904 29.497 0,88
10 Pamukan Utara 55.853.062 59.037 0,9511 Pulau Laut Barat 24.705.333 27.177 0,9112 Pulau Laut Kepulauan 8.708.511 9.241 0,9413 Pulau Laut Selatan 31.939.360 30.835 1,0414 Pulau Laut Tengah 29.737.505 52.629 0,5715 Pulau Laut Timur 39.102.079 49.250 0,79
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-72
No Kecamatan Luas Wilayah Produktif (Ha)
Luas seluruh wilayah Budidaya (Ha) Rasio
16 Pulau Laut Utara 7.889.611 8.822 0,8917 Pulau Sebuku 16.139.991 18.030 0,9018 Sampanahan 23.828.070 25.331 0,9419 Sungai Durian 96.392.921 72.920 1,3220 Pulau Sembilan 678.430 678 1,00
Sumber : Bidang Tata Ruang Bappeda
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
Kinerja atas iklim berinvestasi Kabupaten Kotabru didukung oleh indikator
angka kriminalitas dan jumlah demonstrasi yang terjadi di Kabupaten Kotabaru.
a. Angka kriminalitasSelama tahun 2006 – 2010, kasus pencurian merupakan kasus yang paling
sering terjadi di masyarakat. Pada tahun 2010, terjadi peningkatan kasus
pencurian sebesar 161 kasus. Sedangkan kasus pembunuhan merupakan kasus
yang paling sedikit dan cenderung menurun jumlahnya. Jumlah angka kriminalitas
disajikan dalam contoh tabel sebagai berikut.
Tabel 2.72.Angka Kriminalitas Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 - 2010No Jenis Kriminal 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah kasus narkoba 18 21 20 24 20
2. Jumlah kasus pembunuhan 5 7 9 2 3
3. Jumlah kejahatan seksual 8 7 5 16 2
4. Jumlah kasus penganiayaan 32 34 39 46 44
5. Jumlah kasus pencurian 104 111 110 107 161
6. Jumlah kasus penipuan 2 3 5 8 8
7. Jumlah kasus pemalsuan uang - - 1 - -
8. Jumlah tindak kriminal selama 1 thn
351 389 403 403 416
9. Jumlah penduduk 263.842 272.000 276.574 281.120 290.651
10.
Angka kriminalitas (8)/(9) 0,0013 0,0014 0,0015 0,0014 0,0014
Sumber: Polres Kotabaru
b. Jumlah Demonstrasi
Jumlah jenis demonstrasi yang seringkali terjadi di Kabupaten Kotabaru
adalah demonstrasi bidang ekonomi dan terjadi peningkatan pada akhir tahun
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-73
2010. Jumlah demontrasi di Kabupaten Kotabaru disajikan dalam contoh tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.73.Jumlah Demo di Kabupaten Kotabaru
No Uraian 2006 200
7 2008 2009 2010
1 Bidang politik 1 0 0 0 02 Ekonomi 6 6 6 4 14
3 Kasus pemogokan kerja 0 0 0 0 0
4 Jumlah unjuk rasa 6 6 6 4 14Sumber: Polres Kotabaru
2.4.4. Fokus Sumber Daya manusia
Pembangunan merupakan realisasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa
untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya sistematis.
Pembangunan manusia atau peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi
hal yang sangat penting. Penekananan terhadap pentingnya peningkatan SDM
dalam pembangunan menjadi suatu kebutuhan karena kualitas manusia (SDM
yang tangguh) disuatu wilayah memiliki andil besar dalam menentukan
keberhasilan pengelolaan pembangunan di wilayahnya.
Pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) secara berkesinambungan, tiga aspek penting yang menjadi perhatian,
yaitu peningkatan kualitas fisik (kesehatan), intelektualitas (pendidikan), maupun
kemampuan ekonominya (daya beli) seluruh komponen masyarakat.
Tingkat pendidikan dan kesehatan individu penduduk merupakan faktor
dominan yang perlu mendapat prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Dengan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi
menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai
kelembagaan yang penting dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan
penduduk itu sendiri yang semuanya bermuara pada aktivitas perekonomian yang
maju. Oleh sebab itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula
dilakukan pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah.
Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas manusia
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-74
hanya akan membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dari daerah lain. IPM
merupakan wujud dari komitmen tujuan nasional yang ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum mencapai masyarakat yang
adil dan makmur.
Agar keberhasilan peningkatan pembangunan menyentuh sasaran dan
terkorelasi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup manusia maka diperlukan
pengukuran dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit
tunggal yang mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai
mencerminkan status kemampuan dasar penduduk. Ketiga kemampuan dasar
tersebut adalah umur panjang dan sehat yang diukur dengan indeks kesehatan
(IK), pengetahuan dan ketrampilan yang diukur dengan Indeks Pendidikan, serta
akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup
yang layak yang diukur dengan Indeks Daya Beli (IDB). Indikator Dampak
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam perhitungan IPM adalah Angka
Harapan Hidup, Pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran komsumsi per kapita.
Tabel 2.74.Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006-2008
Uraian 2006 2007 2008Indeks Kesehatan (IK) 65,83 66,20 66,63 Indeks Pendidikan (IP) 78,22 78,22 78,22 Indeks Daya Beli (IDB) 65,05 78,22 66.70Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 69,70 69,98 70,52
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
Kenaikan Indeks pada tahun 2008 dipengaruhi oleh kenaikan Indeks
Kesehatan dan Indeks Daya Beli, akan tetapi Indeks Pendidikan tidak mengalami
kenaikan dalam kurun 2006 – 2008. Indeks Kesehatan mengalami kenaikan dari
65,83 pada tahun 2006 menjadi 66,20 pada tahun 2007 naik lagi menjadi 66,63
pada tahun 2008. Kenaikan Indeks kesehatan ini ditandai dengan kenaikan umur
Harapan hidup penduduk dari 64,5 pada tahun 2006 menjadi 64,72 pada tahun
2007 kemudian naik lagi menjadi 64,98 pada tahun 2008. Indeks Daya beli juga
mengalami kenaikan dari 65,05 pada tahun 2006 menjadi 65,52 pada tahun 2007
kemudian menjadi 66,70 pada tahun 2008.
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-75
Tabel 2.75.Variabel Pembangunan Manusia di Kabupaten Kotabaru
Tahun 2006 – 2008
No Uraian 2006 2007 20081 Umur Harapan Hidup (Tahun) 64,5 64,72 64,98 2 Angka Melek Huruf (%) 94,0 94,0 94,03 Rata-rata lama sekolah (tahun) 7 7 74 Konsumsi riil per Kapita (Ribu Rp) 641,5 643,5 648,
Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru
IPM Kabupaten Kotabaru di tahun 2008 berada pada urutan ke 3 di antara
13 Kab/Kota di Kalimantan Selatan, dibawah IPM Kota Banjarbaru dan IPM Kota
Banjarmasin. IPM Kab. Kotabaru tahun 2008 lebih tinggi dibanding IPM Propinsi
Kalimantan Selatan yang sebesar 68,72, tetapi masih dibawah IPM Nasional yaitu
sebesar 70,17. Secara Nasional IPM berada diurutan 234 dari seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia, mengalami penurunan peringkat dibandingkan
tahun 2007 yang berada diperingkat 226. Sedangkan IPM Propinsi Kalsel berada
di peringkat 26 dari 33 Provinsi di Indonesia. Berikut ini adalah Tingkat
ketergantungan (rasio ketergantungan).
Tabel 2.76. Rasio Ketergantungan Tahun 2006 s.d 2010
Kabupaten KotabaruNo Uraian 2006 2007 2008 2009 20101. Jumlah penduduk usia < 15 tahun - 81.091 87.559 81.735 -
2. Jumlah penduduk usia > 64 tahun - 7.021 7.238 7.391 -
3. Jumlah penduduk usia tidak produktif (1) &(2)
- 88.112 94.797 89.126 -
4. Jumlah penduduk Usia 15-64 tahun - 183.888 181.777 191.994 -
5. Rasio ketergantungan (3) / (4) - 0,48 0,52 0,46 -
Sumber : Data olahan
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan capaian kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Kabupaten kotabaru dapat
dirangkum dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
Tabel 2.77. Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan PemerintahanKabupaten Kotabaru
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-76
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 20101. Kesejahteraan Masyarakat 1.1. Fokus Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi
1.1.1. Ekonomi 1.1.1.1 Pertumbuhan PDRB - PDRB dengan Pertambangan 4,53 6,60 6,20 5,36 - - PDRB tanpa Pertambangan 5,09 6,10 5,86 6,22 - 1.1.1.2 PDRB per kapita PDRB per kapita (dengan
pertambangan)
- PDRB ADH Berlaku 22.003.577 24.460.102 27.111.308 29.746.246 - - PDRB ADH Konstan 14.641.307 15.166.733 15.840.262 16.420.150 - PDRB per kapita (tanpa
pertambangan)
- PDRB ADH Berlaku 17.349.498 19.040.902 21.130.483 23.562.273 - - PDRB ADH Konstan 11.714.628 12.023.962 12.517.887 13.082.079 - 1.1.1.3 Laju inflasi - - - - 8,70 1.1.1.4 Indeks Gini - - - - - 1.1.1.5 Pemerataan pendapatan versi
Bank Dunia - - - - -
1.1.1.6 Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
- - - - -
1.1.1.7 Persentase penduduk diatas garis kemiskinan
89,81 91,57 93,34 94,51 -
1.1.1.8 Angka kriminalitas yang tertangani - - - - - 1.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1.2.1 Pendidikan Angka melek huruf 94,00 94,00 94,00 94,02 - Angka rata-rata lama sekolah 7,00 7,00 7,00 7,03 Angka partisipasi kasar - SD/MI 109,90 109,90 107,82 110,02 - - SLTP/MTs 68,71 68,71 68,11 79,64 - - SMU 38,83 38,83 53,82 41,63 - Angka Partisipasi Murni - SD/MI 95,16 - 92,24 96,60 - - SLTP/MTs 57,23 - 54,00 65,00 - - SMU 33,11 - 35,43 26,09 - Angka pendidikan yang
ditamatkan - - - - -
1.2.2 Kesehatan Angka kelangsungan hidup bayi - - - - - Angka usia harapan hidup 64,50 64,72 64,98 65,22 Persentase balita gizi buruk 0,05 0,01 0,02 0,03 - Jumlah Rumah Sakit 2 2 2 2 - Jumlah Puskesmas 23 23 25 25 - Jumlah Poliklinik 14 14 14 14 - Jumlah Pustu 68 69 69 69 - Jumlah Dokter 62 60 62 62 - Jumlah Tenaga Medis 258 187 200 227 - 1.2.3 Pertanahan Persentase penduduk yang
memiliki lahan - - - - -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-77
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 20101.2.4 Ketenagakerjaan Rasio penduduk yang bekerja - - - - - 1.2.5 Kebudayaan - - - - - Jumlah grup kesenian 31 31 31 31 31 Jumlah gedung kesenian 3 3 3 3 3 1.2.6 Pemuda dan Olahraga Jumlah organisasi pemuda - - - - - Jumlah kegiatan kepemudaan - - - - - Jumlah klub olahraga 24 24 24 24 24 Jumlah gedung olahraga 7 7 8 11 17 1.2.7 Rasio Ketergantungan Jumlah penduduk usia < 15 tahun - 81.091 87.559 81.735 - Jumlah penduduk usia > 64 tahun - 7.021 7.238 7.391 - Jumlah penduduk usia tidak
produktif (1) &(2) - 88.112 94.797 89.126 -
Jumlah penduduk Usia 15-64 tahun
- 183.888 181.777 191.994 -
Rasio ketergantungan (3) / (4) - 0,48 0,52 0,46 - 1.2.8 Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
- - - - -
Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
112 109 107 105 -
Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan
- - - - -
Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah (Ada tidak)
- - - - -
Penegakan PERDA - - 100 - - Cakupan patroli petugas Satpol
PP - - 74 64 -
Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kotabaru
- - - 673 -
Cakupan pelayanan bencana kebakaran kota Kotabaru
5 10 15 15 -
Tingkat waktu tanggap Jumlah ketepatan waktu tindakan pemadam kebakaran
50 60 70 70 -
1.2.9 Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
- - - - 2
Kegiatan pembinaan politik daerah
- - - - -
2.1. Pelayanan Urusan Wajib 2.1.1 Pendidikan
Pendidikan dasar Angka partisipasi sekolah - 85 81 93 - Rasio ketersediaan
sekolah/penduduk usia sekolah - 178 192 172 -
Rasio guru/murid 16 15 16 14 -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-78
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 2010 Rasio guru/murid per kelas rata-
rata - - - - -
Pendidikan menengah Angka partisipasi sekolah - - - - - Rasio ketersediaan sekolah
terhadap penduduk usia sekolah - 36 37 45 -
Rasio guru terhadap murid - 517 508 474 - Rasio guru terhadap murid per
kelas rata- rata 9 10 11 12 -
2.1.2 Kesehatan Jumlah posyandu 255 270 276 276 -
Jumlah balita 35.432 36.412 36.420 31.843 - Rasio posyandu per satuan balita 139 135 132 115 - Rasio Puskesmas persatuan
penduduk 65.961 68.000 69.144 70.280 -
Rasio Poliklinik persatuan penduduk
32.980 34.000 34.572 35.140 -
Rasio Pustu persatuan penduduk 16.490 17.000 17.286 17.570 - Rasio Dokter persatuan penduduk 8.245 8.500 8.643 8.785 - Rasio Tenaga Medis persatuan
penduduk 4.123 4.250 4.321 4.393 -
2.1.3 Lingkungan Hidup Jumlah sampah yang ditangani 72,5 77 89 100 - Jumlah volume produksi sampah 72,5 77 89 100 - Persentase 100 100 100 100 - 2.1.4 Sarana dan Prasarana Umum Panjang dan Kondisi Jalan Kondisi Baik 114,37 114,37 56,92 56,92 - Kondisi Sedang Rusak 214,82 214,82 504,83 504,83 - Kondisi Rusak 227,81 227,81 60,78 60,78 - Kondisi Rusak Berat 538,61 538,61 596,38 596,38 - Jalan secara keseluruhan
(nasional, provinsi, dan kabupaten/kota)
1.095,61 1.095,61 1.218,91 1.218,91 -
2.1.5 Akses air minum Jumlah pelanggan yang
mendapatkan akses air PDAM.902 6.265 7.120 7.629 -
Jumlah Rumah Tangga 69.726 65.570 73.750 75.351 - Persentase Rumah Tangga
berakses air bersih8,46 9,55 9,65 10,12 -
2.1.6 Keluarga Berencana Rata-rata jumlah anak per
keluarga - 2,3 2,2 2,4 -
Cakupan peserta KB aktif - 38.781 41.663 44.954 - Keluarga Pra Sejahtera - 9.408 9.199 9.960 - Keluarga Sejahtera I - 20.118 19.264 21.130 - 2.1.7 Penanaman Modal Jumlah investor di Kota baru
(Penanaman Modal) 27 29 33 35 -
Jumlah nilai investasi (juta Rupiah)
8.363.816 8.363.816 10.344.432 14.341.459 -
Rasio daya serap tenaga kerja *) 116.389 139.686 140.079 166.773 -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-79
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 2010 Penanaman Modal (Jumlah
tenaga kerja) orang - - - - -
Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (Rupiah)
- - - - -
2.1.8 Ketenagakerjaan Angka partisipasi angkatan kerja - - - 5.987 - Angka sengketa pengusaha-
pekerja per tahun - - 13 15 -
Tingkat partisipasi angkatan kerja - - - 1 - Pencari kerja yang ditempatkan - - - 397 - Tingkat pengangguran terbuka - - - 5.581 - Keselamatan dan perlindungan - - 20 30 - Perselisihan buruh dan
pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah
- - - - -
2.1.9 Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan utama
(kg/1.000 pdduk) (kg/tahun)152.864 159.831 176.467 196.111 -
2.1.10 Kependudukan dan Catatan Sipil
Jumlah Penduduk 263.842 272.000 276.574 281.120 290.651 Rasio penduduk ber KTP per
satuan penduduk - - - 0,50 0,53
Rasio bayi berakte kelahiran - - - - 0,59 Rasio pasangan berakte nikah - - - - - Kepemilikan KTP - - - 141.185 154.449 Kepemilikan akta kelahiran - - - - 171.495 Ketersedian database
kependudukan skala provinsi - - - - -
Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
- Sudah Sudah Sudah Sudah
2.1.11 Sosial Sarana sosial seperti panti
asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
1 1 1 1 -
PMKS yg memperoleh bantuan sosial
- - - 125 -
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
- - - 269 -
2.1.12 Pemberdayaan Perempuan Persentase partisipasi perempuan
di lembaga pemerintah - - - 3,72 -
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
- - - - -
Rasio KDRT - - - 25,00 - Partisipasi angkatan kerja
perempuan (TPAK/ Tk. Partisipasi Angk Kerja)
- - - 76,69 -
Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
- - - 9,09 -
2.2. Pelayanan Urusan Pilihan 2.2.1 Pertanian
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-80
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 2010 Produktivitas padi sawah
(ton/hektar) 3,50 3,68 3,59 4,11 -
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
24,87 25,03 24,56 24,76 - 24,47 24,77 24,84 25,12 -
Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB
3,94 4,04 4,18 4,30 - 4,35 4,35 4,43 4,47 - Kontribusi sektor perkebunan
(tanaman keras) terhadap PDRB 20,93 20,99 20,38 20,46 -
20,12 20,43 20,41 20,64 - Kontribusi Produksi kelompok
petani terhadap PDRB - - - - -
- - - - - Cakupan bina kelompok petani - 500 511 464 - 2.2.2 Kehutanan Rehabilitasi hutan dan lahan kritis - - - - - Kerusakan Kawasan Hutan - - - - - 2.2.3 Perikanan Produksi perikanan 38.995,90 39.284,14 63.560,05 50.064,81 - Konsumsi ikan 6.628,00 6.833,00 6.948,00 7.062,00 - Cakupan bina kelompok nelayan 4,30 4,50 7,10 6,50 - Produksi perikanan laut 37.191,50 36.150,10 42.744,80 45.278,52 - 2.2.4 Energi dan Sumber Daya
Mineral
Kontribusi sektor pertambangan thd PDRB (Rp)
1.283.320 1.512.020 1.697.711 1.785.934 - 805.562 873.757 939.069 959.744 - 2.2.5 Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa
LPM Berprestasi 6 6 6 6 - PKK aktif 193 193 193 201 - Posyandu aktif 193 193 193 201 - Swadaya Masyarakat terhadap
Program pemberdayaan masyarakat
- - - - -
Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat
- - - - -
2.2.6 Perpustakaan Jumlah perpustakaan 1 1 1 1 - Jumlah pengunjung perpustakaan
per tahun (orang) 7.703 15.475 22.279 40.881 -
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah (buah)
7.620 10.604 13.048 16.526 -
2.2.7 Kearsipan Pengelolaan arsip secara baku - - - - - Peningkatan SDM pengelola
kearsipan - - - 10 -
2.2.8 Pariwisata Kunjungan wisata 4.111 9.554 10.867 829 - Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PDRB - - - - -
2.2.9 Perindustrian Kontribusi sektor Industri terhadap
PDRB 8,15 8,34 8,10 8,45 -
9,07 9,03 8,80 8,67 - Kontribusi industri rumah tangga
terhadap PDRB sektor Industri - - - - -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-81
NoAspek/Fokus/Bidang Urusan/
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Capaian kinerja
2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan Industri. 392 380 463 309 - Cakupan bina kelompok pengrajin - - - - - 2.2.10 Koperasi dan UKM Persentase koperasi aktif 70 72 75 54 - Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 20 37 - - - Jumlah BPR/LKM - - - - - Usaha Mikro dan Kecil 1.975 2.190 2.620 3.611 - 2.2.11 Komunikasi Jumlah jaringan komunikasi - - - - - Rasio wartel/warnet terhadap
penduduk - - - - -
Jumlah surat kabar nasional/lokal 10 10 10 10 - Jumlah penyiaran radio/TV lokal 4 5 5 5 - Web site milik pemerintah daerah 2 2 4 4 - Pameran/expo 1 1 1 1 - 3. Daya Saing Daerah 3.1 Kemampuan Ekonomi Daerah 3.1.1 Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita - - - - -
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita
- - - - -
Produktivitas total daerah - - - - - 3.1.2 Pertanian Nilai Tukar Petani - - - 104,450 108,030 Indeks Yang Diterima Petani (lt) - - - 124,750 136,780 Indeks Yang Dibayar Petani (lb) - - - 119,440 126,620 3.2 Fasilitas Wilayah/Infrastuktur 3.2.1 Perhubungan Kondisi Jalan - Kondisi Baik 114,37 114,37 56,92 56,92 - - kondisi sedang rusak 214,82 214,82 504,83 504,83 - - kondisi rusak 227,81 227,81 60,78 60,78 - - kondisi rusak berat 538,61 538,61 596,38 596,38 - Panjang Jalan - Panjang Jalan Negara 35,86 35,86 140,67 140,67 - - Panjang Jalan Propinsi 52,61 52,61 46,70 46,70 - - Panjang Jalan Kabupaten 1.007,14 1.007,14 1.031,54 1.031,54 - - Panjang Jalan (jumlah) 1.095,61 1.095,61 1.218,91 1.218,91 - Jumlah kendaraan - - - 22.144 Rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan - - - 0,06 -
Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum
- - - - -
3.2.2 Penataan Ruang Ketaatan terhadap RTRW - - - - - Luas wilayah produktif - 734.931 - - -
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-82
RPJMD Kabupaten Kotabaru Tahun 2011-2015 II-83