sistem pertanian vietnam
TRANSCRIPT
Pertanian Entrepreneurship di Vietnam
Pertanian Entrepreneurship di Vietnam
Oleh Mukhtarudin, anggota Komisi IV DPR RI
Disarikan dari sebagian hasil kunjungan antar parlemen di Vietnam September 2007
Pengelolaan pertanian di Vietnam sudah menjadi agro industri.Kebijakan
Pemerintah Vietnam terhadap pembangunan pertaniansenantiasa terfokus
sehingga pertanian bisa menjadi basic atau penyangga perekonomian nasional.
Mulai dari pengadaan pupuk, pembangunan infrastruktur seperti irigasi, proteksi
hasil pertanian hingga memperhatikan nasib petani dan lainnya sangat diperhatikan
pemerintah atau singkat katakebijakan dari hulu hingga ke hilir terselenggara secara
konsisten.
Tidak ada kebijakan yang bersifat parsial, berkutat di teori namun Pemerintah
Vietnam lebih terfokus mengatasi berbagai persoalan pertanian dinegerinya.
Hasilnya, pertanian tumbuh pesat dan nama Vietnam menjadi salah satu negara
penghasil beras yang sangat diperhitungkan dalam duniaperdagangan internasional.
Itu sebagai pembanding, bagaimana pemerintah Indonesia bisa mencontoh pola
pembangunan pertanian di negara yang sebenarnya terbilang kalahpengalaman dari
segala hal dibandingkan Indonesia. Tidak ada maksud untuk mengecilkan peran
pemerintah terutama Departemen Pertanian yang telah gigih berupaya
membangun sektor pertanian terutama untuk mengembalikan kejayaan
swasembada beras di masa lalu namun banyak hal yang dilakukan
Pemerintah Vietnam patut dicontoh.
Kembali berbicara pembangunan pertanian di Vietnam. Hal lain yang
menonjol adalah tingginya etos kerja petani Vietnam. Jelas, simbiosis yang sangat
menguntungkan karena kombinasi antara kebijakan pemerintah yang terfokus dan
didukung tingginya etos kerja tersebut kian mempermudah grand
design Pemerintah Vietnam untuk menjadikan jualan utama negara itu sebagai
industri agraris. Wajar, kalau dalam beberapa tahun terakhir ternyata beras Vietnam
selain mampu memenuhi kebutuhan domestik juga telah melakukan ekspor bahkan
terkesan merajai ataumendominasi ke banyak negara termasuk Indonesia.
Kalau dulu negara di Asia terutama Asia Tenggara akan keberadaanIndonesia yang
mampu melakukan swasembada beras dan ekspor ke banyak Negara, kini bendera
kebanggaan itu beralih ke Vietnam. Bahkan, banyak negara memuji manuver
Vietnam yang mampu mengangkatpertanian sebagai komoditas utama itu secara
tidak langsung telah mensejajarkan diri dengan negara industri raksasa seperti
Jepang, Korea hingga negara maju Eropa lainnya.
Pertanian entrepreneurship di Vietnam bisa menjadi magnet penyadar bagi
negara agraris lainnya termasuk Indonesia. Memang, hingga saat ini negara
tersebutmasih konsisten dengan paham komunis namun dalam
melakukan pembangunan mereka telah mereformasi diri, membuka aksespasar
yang terfokus pada market oriented dengan berlandaskan kapitalisme. Dan,
yang menjadi catatan penting pengiringnya,pembangunan di segala bidang
termasuk sektor petanian di Vietnam ternyata lepas dari intrik-intrik politik. Atau
dengan kata lain, tidak ada politisasi pertanian.
Kita tentu mengharapkan pemerintah Indonesia kian konsisten
dalammembenahi dan membangun sector pertanian. Secara teoritis, 12 kegiatan
strategis Deptan atas persetujuan Komisi IV DPR seperti program penyediaan
infrastruktur, penguatan lembaga ekonomi pertanian, stabilisasi harga komoditas
primer dan lainnya sudah cukup bagus. Tinggal implementasi untuk mengubah dari
potensi besar itu menjadi kenyataan yang bermuara pada peningkatan
kesejahteraan rakyat terutama kaum petani.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, pemerintah harus
membuang sejauh mungkin atau paling tidak meminimalisasi kepentingan politis
seperti mencari dukungan menjelang Pilkada atau sekadar menarik simpati rakyat
dalam pembangunan sektor pertanian. Pembangunanpertanian harus terfokus ,
jangan terkesan parsial dan banyak ditunggangi kepentingan politik yang bernuansa
bisnis seperti tender pengadaan pupuk bahkan pembangunan infrastruktur seperti
irigasi yang tidak transparan.
Kedua, goodwill pemerintah harus ditujukan ke goal oriented bukan target
oriented. Kebijakan yang dijalankan harus benar-benar ditujukan untuk mengangkat
derajat petani sekaligus memajukan sektor pertanian.Peningkatan hasil (kuantitas)
hendaknya juga diiringi dengan terdongkraknya kualitas. Kekuatan potensial
pertanian di Indonesia, mulai dari Sabang hingga ke Merauke harus menjadi
kekuatan ril. Jika pembangunan sector pertanian telah terfokus atau terpadu,
niscaya kejayaan untuk kembali menjadi swasembada beras itu akan kembali
diraih. Setelah itu, baru kita berani bicara dengan upaya mensejajarkan diri dengan
negara agraris lainnya yang telah menjadi agro industri pertanian seperti Vietnam.
***