sistem pertanaman-pola tanam

14
SISTEM PERTANAMAN I. Pengertian Sistem Pertanaman Istilah Cropping system mengacu pada tanaman dan urutan tanaman dan teknik-teknik manajemen yang digunakan pada bidang tertentu selama beberapa tahun (Nafziger, 2009). Sistem pertanaman (Cropping system) dapat didefinisikan sebagai komunitas tanaman yang dikelola oleh petani untuk mencapai berbagai tujuan manusia (Pearson et al., 1995). Dalam sistem pertanaman dikenal istilah pola tanam. Pola tanam merupakan suatu urutan atau kombinasi tanam pada suatu bidang lahan dalam satu tahun penanaman. Satu tahun penanaman tersebut sudah termasuk dengan pengolaan tanah sampai suatu komoditas tanaman yang dipanen. Pola tanam merupakan salah satu bentuk teknologi budidaya pertanian yang bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang ada berkaitan dengan efisiensi penggunaan lahan. Perbedaan kondisi lahan memungkinkan adanya beragam jenis pola tanam. Selain untuk efisiensi penggunaan lahan, pola tanam juga dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kegagalan suatu jenis komoditas (Hidayat, 2013). II. Macam Sistem Pertanaman A. Pertanaman Monokultur Pertanaman monokultur merupakan pola tanam dengan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya

Upload: sekar-nur-insani

Post on 10-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Pertanaman Monokukltur & Pertanaman Polikultur

TRANSCRIPT

SISTEM PERTANAMANI. Pengertian Sistem Pertanaman

Istilah Cropping system mengacu pada tanaman dan urutan tanaman dan teknik-teknik manajemen yang digunakan pada bidang tertentu selama beberapa tahun (Nafziger, 2009). Sistem pertanaman (Cropping system) dapat didefinisikan sebagai komunitas tanaman yang dikelola oleh petani untuk mencapai berbagai tujuan manusia (Pearson et al., 1995).Dalam sistem pertanaman dikenal istilah pola tanam. Pola tanam merupakan suatu urutan atau kombinasi tanam pada suatu bidang lahan dalam satu tahun penanaman. Satu tahun penanaman tersebut sudah termasuk dengan pengolaan tanah sampai suatu komoditas tanaman yang dipanen. Pola tanam merupakan salah satu bentuk teknologi budidaya pertanian yang bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang ada berkaitan dengan efisiensi penggunaan lahan. Perbedaan kondisi lahan memungkinkan adanya beragam jenis pola tanam. Selain untuk efisiensi penggunaan lahan, pola tanam juga dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kegagalan suatu jenis komoditas (Hidayat, 2013).II. Macam Sistem Pertanaman

A. Pertanaman MonokulturPertanaman monokultur merupakan pola tanam dengan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).

Kelebihan pola monokultur adalah (Hidayat, 2013):

dapat mengintensifkan suatu komoditas pertanian

lebih efisien dalam pengelolaan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Kelemahan dari pola monokultur ini adalah (Hidayat, 2013):

input yang digunakan lebih banyak agar didapatkan hasil yang banyak.

menyebabkan meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian.

tidak adanya nilai tambah komoditas lainB. Pertanaman Polikultur Pertanaman polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktucontohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua. Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia, pola yang digunakan adalah pola polikultur. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau (Hidayat, 2013).

Pertanaman polikultur dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Tumpangsari (Intercropping)Inter cropping adalah penanaman secara pola baris sejajar rapi dan konservasi tanah dimana pengaturan jarak tanamnya sudah ditetapkan dan pada format satu baris terdiri dari satu jenis tanaman dari berbagai jenis tanaman (Kustantini, 2013). Atau lebih sederhananya yaitu Tumpang sari adalah teknik budidaya tanaman yang membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama pada periode tanam yang sama (Hidayat, 2013). Kegunaan sistem ini yaitu biasanya digunakan pada tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih pendek, sehingga dalam penggolahan tanah tidak sampai membongkar lapisan tanah yang paling bawah/bedrock, sehingga dapat menekan penggunaan waktu tanam (Kustantini, 2013).2. Tumpang Gilir (Multiple cropping)

Tumpang gilir adalah teknik budidaya tanaman dengan menanam lebih dari satu tanaman pada satu musim, kemudian dilanjutkan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada musim berikutnya dengan lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Tumpang gilir adalah tumpang sari yang dilakukan secara berurutan dan lebih dari satu periode tanam (Hidayat, 2013).3. Tanaman Bersisipan ( Relay cropping)

Tanaman bersisipan adalah pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman, selain tanaman pokok. Tanaman bersisipan hampir sama dengan tumpang sari, tetapi pada tanaman bersisipan penanaman bisa dilakukan tidak serentak asal daur hidup tanaman pertama belum habis sebelum tanaman yang lain ditanam (Hidayat, 2013). Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke dua dapat melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu (Kustantini, 2013).4. Tanaman Campuran (Mixed cropping)

Tanaman campuran adalah teknik budidaya tanaman yang membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama pada periode tanam yang sama tetapi jarak tanam dan barisan antar tanaman tidak diperhatikan. Tanaman campuran adalah tumpang sari yang tidak memperhatikan jarak tanam (Hidayat, 2013). Kegunaan sistem ini dalam substansi pertanian adalah untuk mengatur lingkungan yang tidak stabil dan lahan yang sangat variable, dengan penerapan sistem ini maka dapat melawan/menekan terhadap kegagalan panen total. Pada lingkungan yang lebih stabil dan baik total hasil yang diperoleh lebih tinggi pada lahan tersebut, sebab sumber daya yang tersedia seperti cahaya, unsur hara, nutrisi tanah dan air lebih efektif dalam penggunaannya (Kustantini, 2013).5. Tanam Bergiliran (Sequential cropping)

Tanaman bergiliran adalah menanam lebih dari satu jenis komoditas yang dilakukukan pada satu lahan pertanian dalam waktu yang tidak bersamaan (bergiliran). Komoditas lain baru ditanam setelah satu komoditas dipanen. Jadi, dalam satu periode tanam hanya menanam satu jenis komoditas (Hidayat, 2013).

Kelebihan penanaman polikultur:

Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena pada tanaman yang jarak tanamnya lebar terdapat ruang kosong, pada ruang kosong tersebut dapat dimanfaatkan dengan penanaman polikultur.

Dapat mengurangi ledakan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT). Tanaman yang beragam dalam suatu lahan membuat hama dan penyakit tidak fokus menyerang satu komoditas, akibatnya OPT tidak mengalami ledakan. Selain itu, seringkali suatu tanaman dapat mengusir keberadaan hama untuk tanaman lain. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphid dan ulat pada tanaman kubis.

Menambah kesuburan tanah. Tanaman legume (kacang-kacangan) dapat menambat N sehingga dapat meningkatkan kandungan N dalam tanah.Kelemahan penanaman polikultur:

Persaingan tanaman untuk mendapatkan hara dan faktor pertumbuhan lainnya akan semakin tinggi.

Jenis hama yang ada semakin beragam, sehingga pengendaliannya sulit.

Diperlukan banyak tenaga kerja, sehingga mengurangi efisiensi dalam perawatan.

C. Pertanaman Jajar Legowo

Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan (Distan, 2012).

Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut (Distan, 2012).:

1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.

2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.

3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.

4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.

5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.

Modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm (Distan, 2012)..

Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu : tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih (Distan, 2012)..

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm X 10 cm X 40 cm (Distan, 2012).

Gambar 1. Tipe Jajar legowo 2:1

D. Pertanaman Lorong (Alley Cropping)

Sistem pertanaman lorong merupakan salah satu bentuk wanatani yang memadukan praktek pengelolaan hutan tradisional dan proses daur ulang hara secara alami ke dalam usaha tani yang intensif produktif dan berkelanjutan. Pelaksanaannya mengikuti lorong-lorong (tanaman pangan) yang masing-masing lorong dibatasi tanaman pagar/tegakan, pada umumnya tanaman yang tumbuh cepat (legum). Pada bagian lorong dapat ditanami dengan tanaman semusim (pangan) berumur pendek yang menyesuaikan dengan kebiasaan petani setempat (jagung, kacang tanah, kedelai, padi gogo dan sayuran) (Nurhidayati et al., 2008). Gambar 2. Bentuk pertanaman lorong

Banyak penelitian menyimpulkan bahwa budidaya lorong dapat dikembangkan sebagai suatu sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan rendah. Beberapa gatra penting pertanaman lorong yang bersifat multiguna adalah (Nurhidayati et al., 2008):

1. Mencegah terjadinya kerusakan tanah akibat erosi permukaan.2. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah.3. Tanaman pagar (legum) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau, makanan ternak, sayuran, pematah angin, dan penyediaan kayu bakar.4. Meningkatkan produktivitas tanah.Banyak jenis pohon dan perdu yang dapat dipakai sebagai tanaman pagar. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman pagar yaitu legum, tanaman buah, tanaman perkebunan, rumput pakan ternak (jika dipadukan dengan peternakan). Legum yang sering digunakan yaitu kaliandra merah (Caliandra calothyrsus), kaliandra putih (Caliandra tetragona), gamal (Gliricidia sepium), lamtoro gung (Leucaena leucochephala), flemingia (Flemingia congesta), turi (Sesbania grandiflora), Cayanus cajan, Dalbergia sisso, Desmantus virgatus, dan Tephrosia volgelii (Nurhidayati et al., 2008).

Dalam pertanaman lorong jenis tanaman pagar yang dipilih harus memenuhi persyaratan, antara lain (Nurhidayati et al., 2008):

1. Benih atau bibit mudah didapat di sekitar lokasi .2. Mudah ditanam dan pertumbuhannya cepat.3. Memiliki sistem perakaran yang dalam sehingga mampu memanfaatkan hara dari lapisan yang lebih dalam, dan tidak mengganggu perakaran tanaman pokok.4. Menghasilkan banyak biomasa melalui pemangkasan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk hijau, mulsa, dan hijauan pakan ternak.5. Tahan terhadap pemangkasan dan mempunyai daya regenerasi dan pertumbuhan kembali yang cepat dan tinggi.6. Dapat menyediakan nitrogen tanah secara alamiah melalui penyematan Nudara yang merupakan hasil kegiatan mikroorganisme yang bersimbioses dengan tanaman legum.7. Menghasilkan bahan sampingan yang sangat bermanfaat bagi petani (sumber kayu, bahan bangunan dan perabot rumah tangga).8. Apabila sudah tidak digunakan lagi dapat dengan mudah dimusnahkan.E. Pertanaman Surjan

Sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Sistem ini, tidak saja dilakukan di lahan pasang surut tetapi juga dapat dilakukan pada lahan gambut dangkal yang marginal. Namun yang perlu diperhatikan dalam menggunakan sistem ini adalah penerapan pola tanam tumpang sari (multicroping) yang berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama. Dengan penerapan sistem surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif, karena pada lahan tersebut akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu: (1) Lahan tabukan yang tergenang (digunakan untuk menanam padi atau digabungkan dengan budidaya ikan/minapadi); dan (2) Lahan guludan/tembokan/baluran sebagai lahan kering (digunakan untuk budidaya palawija, buah-buahan, tanaman tahunan/perkebunan) (Anonim, 2015).

Gambar 3. Sistem Surjan

Keuntungan sistem surjan:

Dapat menanam aneka ragam jenis tanaman dengan umur panen yang berbeda-beda sehingga pendapatan petani dapat berlanjut Pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman lebih mudah Memperkecil resiko kegagalan panen karena jenis tanaman yang ditanam bermacam-macam Dapat ditanami padi sawah sebanyak 2 kali musim tanamKerugian sistem surjan:

Biaya pembuatan surjan mahal dan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga kerja Diperlukan pengaturan/ pengawasan air yang lebih baikIII. Perbedaan Polikultur dan Monokultur

Polikutura. Polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena lahan yang kosong ditanami tanaman lain.b. Memungkinkan memanen lebih dari satu jenis komoditas dalam satu tahun.c. Populasi tanaman dapat diatur sedemikian rupa tergantung jenis komoditas yang dibudidayakan.d. Polikultur dapat lebih membuat ekosistem lebih stabile. Pola tanam bergiliran dapat memutus mata rantai serangan hama.f. Jenis tanaman yang banyak memungkinkan banyaknya jenis hama yang menyerang tetapi dalam jumlah yang kecil.g. Pada pola tumpang sari, tidak dapat diintensifkan hanya pada satu jenis tanaman saja sehingga hasil per komoditas lebih rendah daripada pola monokultur.Monokultura. Tidak terjadi efisiensi penggunan lahan karena pada baris yang kosong tidak ditanami komoditas lain.b. Hanya memanen satu jenis komoditas karena yang ditanam juga hanya satu.c. Tidak dapat mengatur populasi tanaman.d. Ekosisitem yang dibentuk tidak stabil.e. Meningkatkan jumlah organisme pengganggu tanaman dan seringkali terjadi ledakan hama dan penyakit.f. Suatu komoditas dapat diintensifkan sehingga hasilnya bisa lebih banyak daripada polikultur.g. Pemeliharaan lebih mudah karena hanya ada satu tanaman yang dibudidayakan.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2015. Teknik penyiapan lahan untuk budidaya pertanian di lahan gambut dengan sistem surjan. . Diakses 25 April 2015Distan. 2012. Tanam padi sistem jajar legowo. . Diakses 25 April 2015.Hidayat, A. M.. 2013. Macam-macam pola polikultur. . Diakses 25 April 2015............................................................2013. Pola tanam monokultur. < http://www.anakagronomy.com/2013/01/pola-tanam-monokultur.html>. Diakses 25 April 2015............................................................2013. Pola tanam polikultur. . Diakses 25 April 2015.Kustantini, D.. 2013. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui penggunaan pola tanam tumpangsari pada produksi benih kapas (Gossypium spp.). . Diakses 25 April 2015.Nafziger, E. 2009. Cropping system. . Diakses 25 April 2015.Nurhidayati, I. Pujiwati, A. Solichah, Djuhari, dan A. Basit. 2008. Pertanian organik. suatu kajian sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan. . Diakses 25 April 2015Pearson, C. J., D. W. Norman, J. Dixon. 1995. Sustainable dryland cropping in relation to soil productivity. FAO Soils Bulletin 72.