sistem pengapuran pada tanah liat1

8
SISTEM PENGAPURAN PADA TANAH LIAT Pendahuluan Secara umum pembentukan tanah merupakan hasil kerja sama dari 5 faktor yaitu: iklim, makhluk hidup (terutama vegetasi), bahan induk, topografi (relief) dan waktu. Dua faktor pertama disebut faktor aktif dan sangat menentukan kelakuan tanah yang terbentuk. Sedangkan 3 faktor terakhir merupakan faktor pasif. Ditinjau dari faktor iklim, curah hujan dan temperatur merupakan penentu utama perilaku tanah yang terbentuk apakah akan menjadi basa atau masam. Secara alamiah tanah masam terbentuk akibat curah hujan yang tinggi dan bahan induk yang masam. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pelarutan dan penghanyutan kation kation basa. Selanjutnya bahan induk yang kaya Al, akan membebaskan sejumlah Al, dan kemudian mengalami hidrolisis dengan membebaskan sejumlah ion hidrogen yang memasamkan tanah. Di samping itu tanah masam juga dapat terjadi akibat oksidasi mineral pirit yang menghasilkan tanah sulfat masam. Tanpa di sadari tindakan budidaya juga dapat memperluas tanah bereaksi masam, seperti akibat penggunaan pupuk yang meninggalkan reaksi asam Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari kandungan hara hingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam antara lain : 1. Terakumulasinya ion H + pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. 2. Tingginya kandungan Al 3+ sehingga mearcun bagi tanaman. 3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg

Upload: patria-ingat-tk-padu

Post on 05-Dec-2014

80 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Pengapuran Pada Tanah Liat1

SISTEM PENGAPURAN PADA TANAH LIAT

Pendahuluan

Secara umum pembentukan tanah merupakan hasil kerja sama dari 5 faktor yaitu:

iklim, makhluk hidup (terutama vegetasi), bahan induk, topografi (relief) dan waktu. Dua

faktor pertama disebut faktor aktif dan sangat menentukan kelakuan tanah yang terbentuk.

Sedangkan 3 faktor terakhir merupakan faktor pasif. Ditinjau dari faktor iklim, curah hujan

dan temperatur merupakan penentu utama perilaku tanah yang terbentuk apakah akan

menjadi basa atau masam. Secara alamiah tanah masam terbentuk akibat curah hujan yang

tinggi dan bahan induk yang masam. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pelarutan

dan penghanyutan kation kation basa. Selanjutnya bahan induk yang kaya Al, akan

membebaskan sejumlah Al, dan kemudian mengalami hidrolisis dengan membebaskan

sejumlah ion hidrogen yang memasamkan tanah. Di samping itu tanah masam juga dapat

terjadi akibat oksidasi mineral pirit yang menghasilkan tanah sulfat masam. Tanpa di sadari

tindakan budidaya juga dapat memperluas tanah bereaksi masam, seperti akibat penggunaan

pupuk yang meninggalkan reaksi asam

Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari kandungan hara hingga

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam

antara lain :

1. Terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.

2. Tingginya kandungan Al3+ sehingga mearcun bagi tanaman.

3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg

4. Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+

5. Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu, dan

6. Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang tinggi pada ranah masam.

Karena kompleksnya pengaruh negatif kemasaman tanah terhadap kesuburan tanah,

maka perlunya suatu pengengelolaan tanah atau lahan untuk menaikkan tingkat

kemasaman tanahnya. Salah satu cara pengelolaan terhadap kemasaman tanah ialah

dengan jalan pengapuran. Pelaksaan tindakan pengapuran perlu mengacu pada sifat

tanahnya, dalah satunya tekstur tanahnya. tanah yang bertekstur liat cenderung susah

dalam peningkatan kemasaman tanahnya karena sifat-sifatnya.

Isi

Page 2: Sistem Pengapuran Pada Tanah Liat1

Mineral tanah liat adalah partikel-partikel kristal berukuran relatif kecil yang terdiri

dari satu atau lebih partikel penyusun dan kemudian membentuk suatu mineral-mineral grup

kecil. Mineral utama pembentuk mineral liat adalah Hydroous Aluminium Silicates, terderi

dari zat Magnesium atau zat besi yang menempati seluruh bagian dari kedudukan Al pada

beberapa mineral-mineral, zat alkalis (sodium, potassium) atau alkaline (calcium,

magnesium). Untuk menganalisa mineral tanah liat secara tepat dan lengkap haruslah

memperhatikan semua kompone-komponennya dan mempelajari lebih dalam partikel-partikel

kristal pembentuknya.

Tanah liat memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.

2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu

antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.

3. Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.

4. memiliki nilai KTK yang cukup tinggi

Karena salah satu penyusunnya adalah Al, maka tanah liat cenderung bersifat asam

kareana dapat melepasakan ion Al yang besifat asam pada tanah. Dan karena tanah liat

memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah, hal inilah

yang menyebabakan permasalahan pengelolaaan lahan pada tanah yang bertekstur liat atau

lempung berupa tingkat kemasaman tanah dan sulitnya dalam solusi pengelolaaannya

Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah

kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu

dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat

dihindarkan. Tujuan dari pengapuran pada intinya adalah bagaimana supaya tanah memiliki

pH yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kelarutan Al dalam tanah dapat ditekan.

Berikut ini merupakan rekomendasi pengapuran pada berbagai jenis tanah dan pada tanah

liat dengan kondisi pH tertentu.

Page 3: Sistem Pengapuran Pada Tanah Liat1

Berdasarkan tabel di atas, maka pada jenis tanah lempung liat memerlukan dosis kapur

terbanyak, hal ini dikarenakan sifat dari tanah tersebut yang kurang mampu menyerap kapur

yang diberikan. Pada jenis lempung liat, kapur sulit bersatu dengan tanah sehingga banyak

yang terbuang dan menyebabkan proses mineralisasi yang berlangsung relatif berkurang.

Sehingga, untuk meminimalisir pemborosan kapur yang tidak menghasilkan manfaat

terkait dengan perbaikan pH tanah, maka disarankan dalam pengapuran harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

a. Waktu pengapuran

Pengapuran sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, hal ini ditujukan

untuk mencapai tingkat penyatuan yang secara homogen dengan tanah sehingga lebih

efektif untuk menaikkan pH pada tanah liat.

b. Cara pengapuran

1. Frekuensi pengapuran, yaitu pengapuran sebaiknya dilakukan secara berulang

atau bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai efektifitas dari proses yang

terjadi pada kapur terhadap tanah untuk menaikkan pH tanah liat tersebut. Selain

itu, juga ditujukan untuk memperkecil potensi kapur yang hanya terbuang saja

karena sifatnya yang sulit menyatu dengan tanah liat.

2. Pelaksanaan pengapuran, yakni bisa dilakukan dengan cara menaburkan kapur

langsung si sekeliling lubang tanam atau pada lubang tanam yang dibuat. Agar

lebih efektif, pengapuran sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan angin

tidak terlalu kencang sehingga kapur jatuh tepat pada sasaran.

c. Pemilihan bahan kapur berdasarkan aspek kualitas

Pemilihan bahan kapur dapat dilakukan dengan pertimbangan: derajat

netralitas, derajat kehaluasan dan reaktivitasnya. Apabila tanah yang akan dikapur

mengandung Mg rendah. maka pemilihan bahan kapur juga mempertimnbangkan

kadar Mg, yaitu bahan kapur dolomit.

Untuk aplikasinya di lapang dapat dilakukan sebagi berikut:

1. Mengetahui tingkat kemasaman tanah pada lahan

Page 4: Sistem Pengapuran Pada Tanah Liat1

Kebanyakan tanaman menghendaki kondisi tanah yang sidatnya mendekati

netral atau bahkan netral, karena pada kondisi tersebut tingkat kesuburan tanahnya

cukup tinggi. Bila ondisi tanah yanag ada cukup masam maka perlu dilakukan

tindakan pengapuran. Untuk mengetahui seberapa banyak kapur yang harus

ditambahkan maka kita harus mengetahui berapa tingkat kemasaman tanah tersebut

secara pasti.

2. Penambahan Kapur

Setelah menegtahui pH suatu tanah maka perlu dilakukan perhitungan jumlah

kapur yang harus diberikan. Jika Anda memiliki tanah lempung, Anda harus

menambahkan lebih kapur daripada jika Anda adalah tanah berpasir atau lempung.

Untuk membuat tanah liat Anda lebih basa dengan 1,0 poin, tambahkan 12 oz. kapur

terhidrasi per meter persegi. (Jika tanah Anda berpasir, dibutuhkan hanya 4 oz, jika

tanah liat adalah, menambahkan hanya 8 oz,.. Dan jika tanah bergambut Anda,

tambahkan 25 oz.)

Selain menambahkan kapur, Anda dapat menambahkan tepung tulang, abu

kayu atau cangkang tiram hancur ke tanah dalam rangka untuk membuatnya lebih

basa. Akhirnya, pupuk kimia dapat tanah resapan, sehingga lebih asam, jadi hindari

pemupukan tanah dengan kecenderungan keasaman. Selain itu, untuk aplikasinya

harus dilakukan beberapa kali karena mineral liat yang memiliki KTK cukup tinggi

sedikit susah dalam terjadinya perubahan pH.

Untuk aplikasi pengapuran dapat dilakukan secara mandiri dengan kapur saja

juga dapat diaplikasikan bersama dengan pencapuran pupuk organik atau bahan

organik. memang bahan organik dapat menyebabkan tanah menjadi masam karena

dalam proses dekomposisinya melepaskan senyawa-senyawa asam-asam organik

yang dapat menurunkan pH tanah, namun karena dicampur dengan kapur maka

fungsinya dapat berpengaruh positif. Sementara untuk teknik aplikasi pada lahan yang

bertanah liat, sebaiknya kapur yang diberikan dalam bentuk serbuk (powder) karena

liat yang mememiliki ukuran partikel yang cukup kecil dan ruang antar porinya yang

kecil, sehingga dengan pemberian kapur dalam bentuk serbuk yang kemudian

dicampur hingga tercampur merata lebih efektif efektif karena dapat bereaksi

langsung terhadap tanah liat sehingga tindakan pengepuran dapat berjalan dengan

baik.

Kesimpulan

Page 5: Sistem Pengapuran Pada Tanah Liat1

Dapat disimpulkan bahwasanya aplikasi pengepuran pada tanah liat memerlukan

dosis kapur terbanyak, hal ini dikarenakan sifat dari tanah tersebut yang kurang mampu

menyerap kapur yang diberikan. Pada jenis lempung liat, kapur sulit bersatu dengan tanah

sehingga banyak yang terbuang dan menyebabkan proses mineralisasi yang berlangsung

relatif berkurang. untik aplikasinya sebaiknya dilakukan pada waktu sebelum musim hujan

dan frekuensi aplikasinya dilakukkan lebih banyak dibandingkan dengan jenis tanah dengan

tekstur yang lain.

Daftar Refrensi

digilib.petra.ac.id.2011. Pengapuran .http://digilib.petra.ac.id/viewer.\php?

submit.x=0&submit.y=0&page=3&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe

%2Fs1%2Fsip4%2F1998%2Fjiunkpe-ns-s1-1998-21492061-16246-tanah_jalan-

chapter2.pdf. (online). diakses pada Selasa, 27 November 2012.

Nanogis.wordpress.com.2011. MASALAH DAN PENGELOLAAN TANAH MASAM

DENGAN PENGAPURAN. http://nanogis.wordpress.com/ilmu-tanah/pengapuran/.

(online). diakses pada Selasa, 27 November 2012.

Sarpian, T._. Pedoman Berkebun Lada Dan Analis Usaha Tani.

http://books.google.co.id/books?id=p_6ugz-fjg8C&pg=PA53&lpg=PA53&dq=

pengapuran+

+liat&source=bl&ots=P2XxKvUBQf&sig=PTZWMwiCoISFbhiIV0a4oWQCsXw&h

l=id&sa=X&ei=i3mwUJ-zK43RrQel 4H4CQ&ved=0CDQQ6AewA

w#v=onepage&q=pengapuran %20%20 liat&f=false. (online). diakses pada Selasa,

27 November 2012.

Soleshanko, Kristina. 2010. Should I Lime My Clay Soil?. http://www.ehow.com/way_

5819896 _should-lime-clay-soil_.html. (online). diakses pada Selasa, 27 November

2012.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah “dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah”. Gava Media.

Yogyakarta.