sistem pelatihan kewirausahaan di pondok … · sidang munaqasyah ketua merangkap ... penulis...
TRANSCRIPT
SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN
DARUNNAJAH CIPINING BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP
SANTRI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Deden Suprihatin
NIM:103053028739
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2008
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 Februari 2008
Deden Suprihatin
iii
SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN
DARUNNAJAH CIPINING BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP
SANTRI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Deden Suprihatin
NIM:103053028739
Pembimbing
Drs. Cecep Castrawijaya, MA. NIP:150 287 029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2008
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM
MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI, telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) pada program studi
Manajemen Dakwah.
Jakarta, 12 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Drs. Study Rizal LK, M.A. Dra. Sukmayeti NIP. 150 262 876 NIP. 150 234 467
Anggota,
Penguji I Penguji II
Noor Bekti Negoro, SE, STP, M. Si. Nurul Hidayati, S. Ag, M. Pd. NIP. 150 293 230 NIP. 150 277 649
Pembimbing
Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP. 150 287 029
v
ABSTRAK
Deden Suprihatin Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam Menumbuhkan Entrepreneurship Santri
Krisis ekonomi yang berkepanjangan dan problematika pembangunan Negara yang kian kompleks mengharuskan pemerintah Indonesia merumuskan upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan dalam mengelola dan membentuk sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung bagi masyarakatnya sendiri sehingga angka pengangguran dapat dieliminasi. Hal ini pada dasarnya bukan saja menjadi kewajiban pemerintah tapi seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap permasalahan tersebut, terutama para pelaku pendidik atau penyelenggara pendidikan.
Menyikapi hal tersebut serta sejalan dengan perubahan sosial masyarakat, diperlukan adanya pengelolaan pendidikan yang memiliki nilai tambah serta mampu mengembangkan kemampuan untuk menghadapi berbagai tuntutan kehidupan masa kini, sehingga dapat menetapkan langkah-langkah yang akan dipilih sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan dimasa depan. Untuk menjawab tantangan ini, pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor berupaya menerapkan satu sistem pendidikan yang dapat menerapkan fungsi-fungsi pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam dunia kerja dan dunia dakwah dan dapat membentuk sikap/jiwa kewirausahaan. Dalam hal ini pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor melaksanakan sistem pelatihan kewirausahaan yang diharapkan sikap dan motivasi kewirausahaan santri menjadi tumbuh dan terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan berjalan cukup baik dan sesuai dengan harapan santri yang mengikutinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor, dan faktor pendukung serta penghambat pelatihan kewirausahaan.
Adapun Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan metode yang digunakan adalah metode observasi. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen pencatatan.
Dari hasil penelitin dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan berjalan cukup baik dan sesuai dengan harapan santri yang mengikutinya. Hal ini dapat terlihat, disamping sebagai bagian dari omzet pesantren, para santri merasa tergugah untuk menjadi wirausaha dan bisa serta biasa hidup mandiri.
vi
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن اهللا بسم Segala Puji bagi Allah SWT. yang membuat kehidupan di dunia sebagai
jembatan untuk menuju kehidupan di akhirat. Semoga kedamaian dan berkah dari
Allah tercurah selalu kepada manusia yang paling mulia diantara para nabi dan rasul.
Orang yang diberi tugas oleh Allah swt. untuk menyampaikan risalah-Nya kepada
umat manusia, baginda Nabi Muhammad saw.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan
dalam menempuh jenjang Strata satu (SI) pada Jurusan Manajemen Dakwah di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi
terutama disebabkan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, tetapi walaupun
banyak menemukan kesulitan, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan
moril dan spirituil dari berbagai pihak. Mulai dari tahap persiapan hingga penulis
dapat menyelesaikannya.
Maka dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan Syukron Katsiron
Jazakumullah Khairan kepada semua pihak, atas semua yang diberikan kepada
penulis, semoga amal shaleh yang telah dilimpahkan mendapatkan pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Akhirnya ucapan terimakasih yang terdalam, penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Murodi, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
vii
2. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, M.A, selaku ketua Jurusan Manajemen Dakwah
3. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A, sebagai pembimbing skripsi sekalipun ditengah
kesibukan beliau tetap memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menuangkan Ilmu pengetahuan selama penulis menuntut Ilmu
di Fakultas Dakwah.
5. Ayahanda H. Arsen dan ibunda Hj. Baenah yang tercinta yang senantiasa
menaungi penulis dengan do’a serta dukungan moril dan materil yang tak henti-
hentinya untuk penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan keluarga
besar yang terkasih atas semua dukungan dan perhatian kepada penulis dalam
penyelesaian studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. KH. Jamhari Abdul Jalal LC. Selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di
lembaga tersebut.
7. Trimo S.Pd.I selaku ketua Biro Usaha di Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor yang telah membantu penulis dengan memberikan informasi
data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ustad Acang Antawiyasan selaku kepala Madrasah Ibtida’yah Nurul Ihsan dan
istri (Ibu Yunawati S. Pd. I), Abdul Gofar S. Pd. I dan Ibrohim S. Pd. I, yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
9. Semua rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
ikut memberi dorongan kepada penulis, sehingga penulis tetap semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
viii
Semoga semua yang telah dilakukan bermanfaat bagi diri, agama, dan
masyarakat. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini
hanyalah sebuah proses petualangan panjang yang masih banyak kesalahan nan jauh
dari kesempurnaan, karena keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki. Dengan
hati terbuka dan ketulusan jiwa, penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran
yang membangun demi perkembangan penulis dimasa depan.
Ciputat, Februari 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR............................................................................................ vi DAFTAR ISI........................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem
1. Pengertian Sistem......................................................................... 13
2. Model dan Karakteristik Sistem................................................... 15
3. Klasifikasi Sistem ........................................................................ 17
B. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan..................................................................... 18
2. Tujuan Pelatihan .......................................................................... 19
3. Rancangan Pelatihan .................................................................... 21
4. Metode Pelatihan.......................................................................... 21
C. Sistem Pelatihan Kewirausahaan
1. Pengertian Sistem Pelatihan Kewirausahaan ............................... 24
2. Model Sistem Pelatihan kewirausahaan...................................... 25
D. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
1. Pengertian Kewirausahaan........................................................... 27
2. Model Proses Kewirausahaan ...................................................... 29
3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan.................................................... 30
4. Profil Kewirausahaan................................................................... 30
x
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR
A. Sejarah Berdiri ........................................................................... 34
B. Visi dan Misi .............................................................................. 35
C. Status dan Struktur Organisasi ................................................... 36
D. Sistem Pengajaran ...................................................................... 42
BAB IV SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI
A. Aplikasi Sistem Pelatihan Kewirausahaan................................. 48
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelatihan Kewirausahaan dalam menumbuhkan entrepreneurship santri ........................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran-Saran ................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 68
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Bagan Model Sistem 15 2. Gambar 2 Bagan Sistem Pelatihan Kewirausahaan 26 3. Gambar 3 Proses perintisan Kewirausahaan 30 4. Gambar 4 Struktur Organisasi 40 5. Gambar 5 Peta Lokasi PON-PES Darunnajah 68
xii
xiii
Jangan pernah menyesal kecuali untuk apa yang akan
mencelakakanmu di masa depan dan jangan merasa
senang kecuali untuk yang akan membahagiakanmu di
masa depan.
Ketakutan terbaik adalah yang membuatmu mejauh dari
ketidaktaatan, merasa sayang akan amal-amal baik yang
engkau lewatkan dan berhati-hati sepanjang hidupmu.
Abdullah bin Khabig
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam adalah umat yang terbaik yang dipilih Allah SWT, untuk
mengemban risalah agar m1ereka menjadi saksi atas semua umat yang ada
dimuka bumi ini. Salah satu risalah yang harus diemban yaitu mewujudkan
kehidupan yang adil, makmur, tenteram, sejahtera dimanapun mereka berada.
Melihat realita yang ada masih banyaknya umat Islam yang saat ini jauh
dari kondisi ideal. Ini lebih dikarenakan mereka belum menyadari sepenuhnya
apa yang telah dikaruniakan Allah SWT atas mereka. Mereka belum
mengoptimalkan potensi-potensi yang Allah SWT berikan atau paling tidak
mereka belum mengasahnya.
Potensi-potensi yang Allah SWT, berikan begitu besar bagi umat manusia
khususnya umat islam baik berupa aspek intelektual maupun sumber daya Alam.
Namun sayangnya masih banyak yang belum tersentuh karena keterbatasan
sarana maupun prasarana, akibatnya masih banyak umat Islam yang hidup
dibawah garis kemiskinan.
Terlebih lagi ditengah kondisi yang serba sulit dewasa ini, banyak dari
mereka yang tidak mampu lagi membeli barang-barang kebutuhan pokok yang
disebabkan melambungnya harga-harga dipasaran apalagi pasca naiknya harga
BBM. Selain itu dengan menyempitnya lapangan pekerjaan membuat posisi
mereka kian terpuruk, tak heran jika jumlah rakyat miskin bertambah tiap hari.
xv
Soal ekonomi telah menjadi gejala kehidupan yang membuat orang
mencurahkan tenaga dan pikiran serta perasaan, bahkan bisa melahirkan
persaingan, pertikaian dan peperangan.
Bangkitnya etos kerja karena desakan ekonomi itu hal yang sangat wajar.
Namun terjadinya suatu pertikaian dan peperangan sebagai masalah yang
bertentangan dengan prikemanusiaan dan prikemasyarakatan itu merupakan
kondisi yang jauh dari harapan. Adapun terjadinya persaingan dalam memacu
ekonomi, itu dianggap hal yang kurang baik namun sulit dibantah eksistensinya.1
Melihat realitas yang berkembang saat ini maka tidak dapat dipungkiri
geliat ekonomi global sudah semakin terasa, oleh karena itu perlu disiapkan,
dibangun dan dimaksimalkanya sumber daya manusia yang berkompeten
sehingga siap bersaing. Karena itu kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan
begitu saja. Terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin kompetitif
tersebut. Maka diharapkan pelatihan merupakan wahana untuk membangun
Sumber Daya Manusia (SDM) menuju era globalisasi yang penuh tantangan .
Pesantren adalah sebuah lembaga yang unik dan mengagumkan. Berbagai
pihak menaruh harapan kepada dunia pesantren sebagai gerbang penarik
perwujudan masyarakat madani. Pondok pesantren adalah Institusi pendidikan
yang mampu berperan dalam menyongsong masyarakat madani dan yang paling
penting pondok pesantren merupakan institusi pendidikan yang mempunyai
unsur perpaduan antara nilai keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan.2
Senada dengan ungkapan Sayid Agil Siraj, Pesantren adalah sebagai suatu
tipologi yang unik dari sebuah institusi pendidikan, telah berusia ratusan tahun,
1 Junaedi B sm, Islam dan Entrepreneurialisme, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993) h.5 2 Yasmadi, Modernisasi Pesantren Kritik Nurholis Majid dalam Pendidikan Islam Tradisional,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002) h.140
xvi
sekitar tiga abad silam memasuki era globalisasi dan militer, lembaga yang
sering disebut-sebut tradisional sampai sekarang tetap eksis bahkan semakin
mendapatkan simpati dari berbagai lembaga diluar lembaga Islam.3
Dalam menjalani kehidupan diperlukan keseimbangan hidup dalam upaya
mencari bekal untuk kehidupan dunia dan bekal untuk kehidupan akhirat, maka
hal tersebut perlu disiapkan sejak dini ketika kita mulai mengenal alat tulis
(belajar) terlebih di pesantren harus dipersiapkan manusia yang berjiwa dakwah
dan jiwa wirausaha agar tercipta suatu keseimbangan antara penunaian
kewajiban dan pemenuhan kebutuhan hidup.
Sebagai contoh keteladanan nabi Muhammad saw meliputi berbagai bidang
selain sebagai rasul (Pembawa risalah/da’I) beliau juga seorang wirausaha yang
tangguh, jujur, dan profesional.
Kewirausahaan selalu menekankan pengembangan sumber daya dari
dalam untuk memicu bisnis yang sukses. Wirausaha tidak sekedar keterampilan
untuk urusan jual beli barang atau jasa, melainkan berupaya menciptakan
kemakmuran dan proses penambahan nilai melalui pengembangan gagasan dan
usaha yang selalu mencari tantangan baru, mengutamakan standar keunggulan
yang terus membaik.
Namun tak lepas dari semua itu jiwa kewirausahaan yang ada pada
manusia tidak muncul begitu saja tanpa ada stimulan disekitar, maka sikap
tersebut akan muncul dengan adanya pembiasaan diri atau pelatihan yang
maksimal serta terus menerus. Wahana pelatihan kewirausahaan yang diadakan
3 Saifullah Maksum, Dinamika Pesantren, (Jakarta: Lihat hamidiah dan Yahya Juhri, 1998) cet
ke 1 h.43
xvii
sebuah pondok pesantren merupakan solusi yang terbaik untuk menyiapkan
insan yang beriman, berilmu dan beramal shaleh.
Untuk menunjang semua itu dibutuhkan sebuah sistem yang kuat dan
tangguh guna mencari solusi atau jalan keluar yang selalu terbaik untuk
pelaksanaan pelatihan agar hasil diperoleh bisa maksimal.
Pondok pesantren Darunnajah yang terletak di Cipining kabupaten Bogor
adalah salah satu pesantren yang mempunyai program pelatihan tersebut yang
mempersiapkan santri untuk berjiwa dakwah, sosial dan berjiwa wirausaha.
Dengan mengacu pada latar belakang diatas serta melihat fenomena-
fenomena yang ada maka penulis mengambil judul “SISTEM PELATIHAN
KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
CIPINING-BOGOR DALAM MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP
SANTRI”
B. Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka ini berikut akan dijelaskan mengenai suatu hal yang
kiranya akan membedakan penelitian pada skripsi ini dengan penulisan skripsi
yang telah ada.
Dalam skripsi Zainal Abidin Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi tahun 2004 dibahas fungsi perencanaan manajemen
pelatihan Da’I pada World Ascembly of Muslim Youth (WAMY) Jakarta
membahas mengenai fungsi perencanaan pelatihan Da’I yaitu seputar disiplin
organisasi yang baik serta metode yang digunakan dalam pelatiihan da’I. dalam
hal ini jelas berbeda jauh dengan skripsi yang penulis bahas.
xviii
Sedangkan pada skripsi Siti Aisyah Nursya’adah Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang membahas tentang peranan pelatihan keterampilan dan koperasi
dalam pengembangan ekonomi umat di Pondok Pesantren Buntet. Pada skripsi
tersebut jelas terdapat perbedaan yang sangat tajam, Pembahasannya hanya pada
peranan pelatihannya saja akan tetapi pada skripsi yang penulis akan bahas yaitu
mengenai Sistem pelatihan Kewirausahaan di Pondok pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor dan pengaruhnya terhadap entrepreneurship Santri.
Adapun buku yang menjadi inspirasi dalam penulisan skripsi ini adalah
buku ZAKAT DAN KEWIRAUSAHAAN yang disusun oleh Lili Bariadi,
Muhammad Zein, dan M. Hudri yang mengulas perpaduan antara zakat dan
kewirausahan yang menekankan pada keseimbangan hidup, dalam penulisan
skripsi ini penulis berusaha memadukan antara kewajiban dakwah dan
kewajiban dalam memenuhi kehidupan dunia agar tercipta suatu keseimbangan
hidup (Dunia dan Akhirat) yang keduanya diperlukan suatu pelatihan terpadu
yang di program sejak dini oleh sebuah lembaga pendidikan atau instansi lain.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Agar Pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan
batasan serta perumusan masalah sebagai berikut :
1. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan masalah, supaya tidak menjadi bias dan tema
penelitian bisa menjadi fokus, penulis membuat batasan pada:
xix
• Sistem pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh pondok
pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana sistem pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship
santri?
b. Bagaimana respon santri terhadap pelatihan kewirausahaan di pondok
pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan
entrepreneurship?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelatihan
kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam
menumbuhkan entrepreneurship santri?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sistem pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship
santri.
xx
b. Untuk mengetahui respon santri terhadap pelatihan kewirausahaan di
Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor dalam menumbuhkan jiwa
entrepreneurship santri.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-
Bogor dalam menumbuhkan entrepreneurship santri.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Bagi Penulis merupakan pelajaran yang berharga dalam hal pelatihan dan
kewirausahaan sekaligus merupakan apresiasi terhadap teori-teori yang
telah didapat dalam menempuh masa studi yang dipadukan dengan
realitas yang ada dilapangan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi lembaga
khususnya lembaga yang penulis mengadakan penelitian.
c. Bagi para Trainer (Pelatih) merupakan bahan pertimbangan didalam
menerapkan sebuah sistem pelatihan khususnya pelatihan kewirausahaan
yang dilaksanakan pada sebuah pondok pesantren.
d. Guna melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud,
sehubungan dengan upaya tertentu, maka metodenya menyangkut masalah kerja
yaitu cara kerja untuk memahami objek atau dapat pula dikatakan sebagai suatu
xxi
cara untuk memperoleh informasi atau fakta terhadap suatu masalah yang sedang
dipelajari.
Menurut Sugiono dalam bukunya menyatakan metode penelitian adalah
seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis
tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah,
dianalisis, diambil kesimpulan, dan selanjutnya dicarikan cara pemecahanya.4
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui
secara angka dengan melihat inti objek penelitian berdasar tingkat beragam
dalam data lapangan yang bisa didapat secara akurat, tepat dan terpercaya.
Metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu penelitian yang mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok.5 Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu
angket. Dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis, yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.6
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi, adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang
individu atau penyelidik dengan menggunakan mata sebagai alat melihat
data serta menilai keadaan lingkungan yang dilihat.7
4 Sugiono, Metodologi Penelitian Administrarif, (Bandung: CV. Alphabeta, 2001) Cet. Ke VIII
h. 3 5 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, ( Jakarta: LPES, 1989) h. 3 6 J. Vrendenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980),
h.34 7 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. Ke I h.78
xxii
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi
berstruktur yaitu penulis sebelum melakukan observasi maka terlebih
dahulu menentukan tujuan yang hendak penulis teliti, penulis didalam
pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan
secara langsung dan sistematis ke lokasi penelitian di Pondok Pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor.
b. Wawancara, adalah penyelidikan yang dilakukan dengan cara
mengadakan tanya jawab dengan objek secara tatap muka dengan
mengadakan pencatatan. 8
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
berstruktur artinya pewawancara secara bebas dapat menanyakan pokok
permasalahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
diwawancarai, tetapi tetap berpegang pada daftar wawancara.9 Yaitu
dengan mewancarai narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini.
c. Dokumentasi, ialah sejumlah data yang telah tersedia yaitu data yang
verbal seperti yang terdapat dalam surat, jurnal, laporan dan
sebagainya.10
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data dengan
mencatat atau mengkofi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
d. Angket
8 M. Manulang, Pedoman Menulis Skripsi, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004) h.34 9 Eddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001)
h. 181 10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986)
h.63
xxiii
Angket yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan
dengan jalan menyebarkan daftar pertanyaan pada setiap respoden.11
Dalam hal ini penulis membagikan daftar pertanyaan kepada santri atau
peserta yang mengikuti pelatihan kewirausahaan di Pondok Pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor
3. Subjek dan objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah Sistem pelatihan kewirausahaan
di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor. Sedangkan yang menjadi
subjek dalam penelitian ini yaitu orang atau sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi dalam hal ini adalah Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah, Ketua Biro Usaha dan responden lainnya yang terkait dalam
penulisan skripsi ini.
4. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama sebagai
pelaku atau saksi mata yang langsung memberikan data atau sumber
asli. Dalam penelitian ini data yang dimaksud adalah pimpinan
pondok pesantren, ketua biro usaha, santri dan responden lain yang
terkait dalam penulisan skripsi ini.
b. Data sekunder yaituu data yang diperoleh dari tangan kedua,
maksudnya bahwa data tersebut didapat dari dokumen-dokumen yang
ada pada yayasan pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.
5. Waktu dan Tempat Penelitian
11 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h.75
xxiv
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 8 bulan dimulai bulan juni dan
berakhir pada bulan januari 2008. Adapun yang menjadi tempat penelitian
adalah Pondok Pesantren Darunnajah yang terletak di Cipining kabupaten Bogor.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan, dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.12
Dalam hal analisa data digunakan bentuk analisis univariat ( analisis
terhadap satu variabel) dan menggunakan jenis distribusi frekuensi relatif.
a. Deskriptif, data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses
dengan beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Evalauating, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,
ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang
akurat.
2. Tabulating, mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban
responden ke dalam tabel, kemudian dicari persentasinya untuk kemudian
dianalisa.
3. Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran
data.
Semua tahapan tersebut akhirnya dijelaskan pendeskripsiannya dalam
bentuk kata-kata maupun angka sehingga menjadi bermakna.
b. Prosentase, data yang diperoleh dan deskripsi kualitatif kemudian diolah
menjadi analisa statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Distribusi
12 M. Manulang, Pedoman Menulis Skripsi, h. 103
xxv
frekuensi relatif, yaitu diperoleh dari membagi frekuensi kelas dengan jumlah
frekuensi dan mengalikannya dengan 100.13
P = F / N x 100 %
Keterangan : P : Persentase
F : Frekuensi N : Jumlah Responden14
Adapun teknik penulisan skripsi ini , penulis menggunakan buku pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan disertasi) yang diterbitkan CeQDa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
]
A. SISTEMATIKA PENULISAN
Sebagai suatu pembahasan ilmiah maka sifat sistematis merupakan syarat
mutlak.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui urutan konsistensi dan koherensi jalur
pemikiran sehingga daya analisa, kemampuan sintesa dan potensi nalar dari
pemikiran tersebut mudah mencapai sasaran yang dituju..
Dalam sistematika ini nampak selain apa yang tersebut diatas adalah struktural
pembahasan dan pengorganisasian pemikiran atas dasar itulah penulis menyusun
sistematika penulisan ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Membicarakan hal-hal bersifat teknis operasional untuk
melangkah pada bab-bab selanjutnya yang mencakup Latar Belakang Masalah,
13 Sutrisno hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: YPFP UGM, 1980) h. 229 14 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 1997), h. 40
xxvi
Tinjauan Pustaka, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG SISTEM PELATIHAN
KEWIRAUSAHAAN yang mencakup Sistem: Pengertian Sistem, model Sistem,
Karakteristik Sistem, Klasifikasi Sistem, Pelatihan mencakup, Pengertian Pelatihan,
Pengertian Sistem Pelatihan, Tujuan Pelatihan, Rancangan Pelatihan, Metode
Pelatihan, Kewirausahaan mencakup Pengertian Kewirausahaan, Profil
Kewirausahaan, Entrepreneurship yang meliputi, model Proses Kewirausahaan,
Jiwa dan Sikap kewirausahaan, dan Sistem Pelatihan Kewirausahaan.
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
CIPINING-BOGOR yang mencakup, Sejarah Berdiri, Visi dan Misi, Status dan
Struktur Organisasi dan Sistem Pengajaran.
BAB IV SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM
MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI Merupakan pembahasan
inti mengenai Sistem Pelatihan Kewirausahaan Di Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor yang mencakup Sistem Pelatihan Kewirausahaan, dan pengaruh
sistem Pelatihan Kewirausahaan terhadap entrepreneurship santri.
BAB V PENUTUP Merupakan penutup yang mengakhiri penulisan skripsi ini. Bab
ini berisikan kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, dan merupakan
jawaban dari rumusan masalah. Selanjutnya kesimpulan tersebut penulis jadikan
acuan untuk mengajukan beberapa saran sebagai sumbangan penulis untuk
melengkapi kekurangan yang ada ditambah dengan harapan-harapan.
xxvii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sistem
1. Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “Sistema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian, berarti pula hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.15
Sistem adalah sebagai tata hubungan di antara dua atau lebih komponen (unsur-unsur) yang bersifat saling mempengaruhi (Indefendent Componens), saling ketergantungan kesekian objek (Komponen) tersebut membentuk suatu keadaan yang nyata atau kesatuan (etinity) komponen-komponen tersebut selalu dalam keadaan seimbang dan berfungsi.16
Menurut Musanef dalam bukunya menyatakan sistem adalah suatu
sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas
dapat teratur.17 Sedangkan menurut Ir.Drs. Bonar Simangunsong, sistem
adalah suatu totalitas yang terdiri dari komponen-komponen dan unsur-unsur
yang saling berinteraksi menuju suatu tujuan tertentu.18
Sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan, yang saling
beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran dan maksud.19
15 Tatang M. Arifin, Pokok-Pokok Teori Sistem, (Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada, 2001)
Cet. Ke-7 h. 15 16 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) cet ke I h.27 17 Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1989) h. 7 18 Bonar Simangunsong, Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT Parellindo, 1991) h.5 19 Gordon B Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: PPM, 1999)
cet ke II h.68
xxviii
Sistem adalah suatu kumpulan bagian yang saling berhubungan serta
diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu keseluruhan.20
Dari definisi sistem yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang banyak digunakan orang untuk
menggambarkan totalitas yang terdiri dari komponen-komponen yang selain
berinteraksi dan bergerak menuju ke satu tujuan tertentu, istilah tertentu.
Biasanya dikaitkan dengan bidang atau aspek yang menjadi objek dari sistem
tersebut. Oleh karena itu istilah sistem belum memberikan gambaran yang
lebih jelas dan realistis jika belum dikaitkan dengan objek yang
mengikutinya.
Dari penjelasan teori sistem, maka dalam hal ini teori sistem tersebut
akan menjadi acuan serta diterapkan dalam pelatihan kewirusahaan yang
merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Dalam model sistem yang bersifat
umum itu nantinya akan lebih dispesifikasikan dalam bahan kajian lingkup
sistem pelatihan kewirausahaan yang sebenarnya merupakan satu kesatuan
yang saling terikat serta mendukung bagi pelaksanaan pelatihan
kewirausahaan.
2. Model Sistem dan Karakteristik Sistem
a. Model Sistem
20 A.M Kadarman Sj dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Prehallindo,
2001) h.5
xxix
Secara umum penggambaran sistem sebagai suatu kesatuan dari
bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan
dalam prosedur kerja tertentu untuk mencapai tujuan yaitu mengolah
masukan menjadi keluaran. Penggambaran tersebut dapat dijelaskan
sebagai kesatuan yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1) Bagian Masukan (Input)
2) Bagian Pengolahan (Procces)
3) Bagian Keluaran (Ouput) 21
Input Procces Output
Feed back
Gambar 2.1. Bagan Model Sistem
Sistem menerima masukan dari lingkungan luar (environment),
kemudian masukan tersebut diolah atau diproses hingga menjadi
keluaran (kemampuan) dan selanjutnya adalah bahwa hasil keluaran
sistem secara tidak langsung akan menjadi masukan kembali (Feed back)
bagi sistem setelah sebelumnya melewati jalur eksternal di luar
lingkungan.
b. Karakteristik Sistem
Sedangkan sistem mempunyai karakteristik tersendiri diantaranya :
i. Terarah pada Tujuan
ii. Tingkatan
iii. Daya Pembeda
21 Sopiansyah dan Aang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006) Cet. Ke-I h. 27
xxx
iv. Saling keterkaitan dan berdiri sendiri
v. Sistem merupakan suatu keseluruhan
vi. Setiap sistem berada dalam satu lingkungan
vii. Sistem memiliki batas-batas yang memisahkanya dengan
lingkungan atau sistem lain
viii. Sistem terbuka dalam batas-batas pemisahan dari lingkungannya
namun memperoleh masukan dari lingkungannya
ix. Sistem merupakan transpormasi
x. Umpan balik dan koreksi
xi. Kondisi Akhir yang sama22
Adapun menurut Dr. Sopiansyah, dan Aang Subiyakto S.kom
dalam buku Pengantar Sistem Informasi karakteristik sistem terdiri dari:
a. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (Component)
atau subsistem
b. Suatu sistem mempunyai batas sistem (Boundary)
c. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment)
d. Suatu sistem mempunyai penghubung
e. Suatu sistem mempunyai Tujuan23
3. Klasifikasi Sistem
Sistem dapat diklasisfikasikan sebagai berikut :
a. Dilihat dari Bentuk sistem yang terdiri dari :
1) Abstrak
22 Hadari Nawawi, Perencanaan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 2003) h. 177
23 Sopiansyah, Aang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi, h. 27
xxxi
2) Fisik
b. Penciptaan sistem oleh Manusia
1) Sistem Alamiah
2) Sistem buatan manusia
c. Tingkat Kepastian
1) Sistem Pasti
2) Sistem Probabilistik
d. Hubungan Dengan Lingkungan Luar
1) Terbuka
2) Tertutup24
Sedangkan menurut Tata Sutabri sistem dapa diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak adalah sistem yang
berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sedangkan
sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.
b. Sistem alamiah dan sistem buatan manusia. Sistem alamiah adalah sistem
yang terjadi karena proses alam, tidak dibuat oleh manusia. Sedangkan
sistem buatan manusia merupakan sistem yang melibatkan interaksi
manusia dengan mesin yang disebut Human Mechine sistem.
c. Sistem deterministik dan sistem probabilistik. Sistem determinstik adalah
sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat diprediksi.
Sedangkan sistem probabilistik merupakan sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistik.
24 Ibid, h. 31
xxxii
d. Sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah sistem yang
berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan luar. Sedangkan sistem
tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh
oleh lingkungan luarnya.25
B. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan dan Sistem Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk
meningkatkan keahlian-keahlian pengetahuan, pengalaman, ataupun
perubahan sikap individu.26
Menurut Andrew E Sukile yang dikutif oleh Anwar Prabu
Mangkunegara berpendapat bahwa pelatihan adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan
terorganisir dimana pegawai non manajerial mempelajari pengetahuan
dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.27 Sedangkan
menurut Dr. Veitzhal, pelatihan adalah proses secara sistematis
mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.28
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak
(upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian
bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional
kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
25 Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta: Andi, 2005) h. 13 26 Henri Simamora, Manajemen SumberDaya Manusia, (Yogyakarta: YKPN, 1995) h.287 27 AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1999) Cet.Ke.I h.44 28 Veitzhal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004) h.226
xxxiii
kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu dalam guna
meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.29
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan
sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memberi dan memperoleh
kecakapan yang dalam jangka waktu tertentu dan juga merupakan
kegiatan untuk mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan
seseorang dan siapa yang seharusnya mampu mengerjakannya.
2. Tujuan Pelatihan
Henry Simamora menyebutkan dalam bukunya tujuan utama
pelatihan secara luar dapat dikelompokan ke dalam lima bidang antara lain
yaitu:
a. Meningkatkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan
teknologi
b. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten
dalam pekerjaannya
c. Membantu memecahkan masalah operasional
d. Mempersiapkan karyawan untuk promosi
e. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi30
Sedangkan menurut Slamet Saksono tujuan pelatihan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan (Know Ledge), kemampuan (ability) dan
keterampilan (Skill) pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-
masing
29 Oemar Hamlik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
h.10 30 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia h. 287
xxxiv
b. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam
kegiatanya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan organisasi
perusahaan
c. Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi teknologi yang terjadi akibat pembangunan
d. Menumbuhkan minat dan perhatian pegawai terhadap bidang tugasnya
masing-masing
e. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam diskusi
f. Memupuk kerjasama antara pegawai secara efisien
g. Menanamkan jiwa kesatuan
h. Mengubah sikap dan tingkah laku mental pegawai kearah kerja yang
jujur dan efektif
i. Mengurangi tingkat labour turn over
j. Mengembangkan karir pegawai
k. Menumbuhkan rasa takut memiliki dan tanggung jawab pegawai
l. Mengurangi frekuensi pengawasan31
3. Rancangan Pelatihan
Menurut Agus M Hardjana, rancangan oelatihan (training design)
adalah rancangan yang akan dijadikan pegangan, pedoman, atau acuan pada
waktu melaksanakan training. Penyusunan rancangan pelatihan harus
memperhatikan pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelatihan (peserta,
penyelenggara dan trainer) tujuan yang akan dicapai, materi yang akan
31 Slamet Saksono, Administrasi Kepegawaian, (Yogyakarta: Kanisius, 1993) Cet. Ke –II . h.
80
xxxv
diolah, metode dan peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan,
jadwal kegiatan untuk setiap sesi ataupun secara keseluruhan.32
Menurut M. Smith et.al (1997) pembahasan rancangan pelatihan
pada sejumlah besar studi dan penelitian terbatas pada penggunaan hasil
pelatihan pada tugas-tugas yang sederhana (Simple Task) dan program
pelatihan dievaluasi dengan menggunakan criteria reproduksi sekilas
(Immediate repsoduction) dan ingatan jangka pendek (Short Term
Retention).33
Sedangkan menurut Agus Dharma dalam merancang pelatihan
setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diingat ketika merancang
pelatihan: tujuan, peserta, dan tempat pelatihan dilaksanakan. 34
4. Metode Pelatihan
Menurut Suhendra MM, metode pelatihan dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Pelatihan di tempat kerja (On the Job training)
Suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses
pemindahan pengetahuan dan pengalaman/transfer knowledge dari para
santri senior kepada santri junior yang berlangsung di pesantren
b. Vestibule Training
Memberikan pelatihan semacam kursus yang dijalankan di luar
lingkungan pesantren. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada
32 Agus M.Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001) cet ke 1 h.35 33 Jusuf Irianto, Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan , (Surabaya: Insan Cendekia,
2001) h.105 34 Agus Dharma, Manajemen Supervisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) h.325
xxxvi
kursus tersebut tidak jauh berbeda dengan pekerjaan yang nantinya akan
digeluti oleh para peserta.
c. Program Magang
Program ini dirancang untuk keterampilan yang lebih tinggi.
Program magang lebih mengutamakan pendidikan dibandingkan dengan
on the job training atau vestibule training. Artinya program ini lebih
melibatkan pengetahuan dalam menentukan suatu keterampilan atau
serangkaian pekerjaan yang berhubungan.
d. Kursus 35
Metode ini sering digolongkan sebagai pendidikan bukan
pelatihan dan metode pengajaran ini menggunakan konsep belajar.
Adapun menurut Siagian dalam buku “Pengembangan Sumber Daya
Insani” Metode Pelatihan :
a) Management Games
b) Studi Kasus
c) Latihan Kotak Masuk
d) Role Playing
e) Stimulasi
f) Seminar
g) Metode Kuliah36
Sedangkan menurut Prof. Dr. Sukirjo Noto Atmojo metode pelatihan
dapat dilakukan dengan cara yang berbeda diantaranya:
a. Metode diluar Pekerjaan (Of The job Site)
35 Suhendra MM dan Murdiyah Hayati MM, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 68
36 Siagian, Pengembangan Sumber Daya Insani, (Jakarta: Gunung Agung, 1987) h. 199
xxxvii
b. Metode on the job site (di dalam pekerjaan)37
Berbeda halnya dengan pendapat oemar hamalik yang menjelaskan
metode pelatihan adalah sebagai berikut :
a) Model Komunikasi diskoveri
b) Teknik komunikasi kelompok kecil
c) Pembelajaran berprogram
d) Pelatihan dalam industri
e) F.Teknik Stimulasi
f) Metode Studi Kasus38
g) Model Komunikasi ekspositif
Sedangkan menurut Moenir metode pelatihan adalah sebagai berikut :
a. Metode seminar atau Konferensi
b. Metode Lokakarya (Work shop)
c. Metode Sekolah atau Kursus
d. Metode belajar sambil bekerja (Learning by doing)39
C. Sistem Pelatihan Kewirausahaan
1. Pengertian Sistem Pelatihan Kewirausahaan
Dalam meningkatkan pengembangan dan pembentukan dalam proses
menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri dilakukan melalui upaya
pembinaan, pendidikan, dan pelatihan. Ketiga upaya ini saling memiliki
keterkaitan, namun pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur
37 Sukirjo Noto Atmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bineka Cipta, 2003)
h.39 38 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenaga kerjaan, h.63 39 As. Moenir, Pendekatan Manusiawi dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,
(Jakarta: Haji Mas Agung, 1991) h.167
xxxviii
pembinaan dan pendidikan. Secara operasional sistem pelatihan
kewirausahaan meliputi beberapa hal diantaranya :
1) Pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang merupakan suatu
fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan terus-menerus dalam
rangka pembinaan pelatihan dalam suatu organisasi atau lembaga
secara spesifik.
2) Pelatihan kewirausahaan dilaksanakan dengan sengaja. Unsur
kesengajaan sangat penting dalam proses pelatihan yang ditandai oleh
adanya suatu rencana yang lengkap serta menyeluruh yang di susun
secara tepat dan rinci.
3) Pelatihan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan.
Dalam hal ini dapat berupa pegarahan, bimbingan, fasilitas,
penyampaian informasi, dan yang lebih penting adalah pelatihan
keterampilan.
4) Sasaran pelatihan kewirausahaan
5) Pelatihan kewirausahaan dilaksanakan oleh tenaga profesional
6) Pelatihan kewirausahaan meningkatkan dan menumbuhkan serta
membimbing sasaran pelatihan.40
Sistem pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang meliputi
serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada santri yang dilakukan oleh tenaga profesional
kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
40 Ibid, h. 11
xxxix
kemampuan santri dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan
efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi dan pesantren . 41
Dari teori tersebut dapat penulis kemukakan bahwa sistem pelatihan
kewirausahaan adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dengan subjek,
objek, materi serta tujuan untuk membiasakan dan memberi serta
memperoleh kecakapan dan keterampilan dalam jangka waktu tertentu.
2. Model Sistem Pelatihan Kewirausahaan
Menurut Michael Amstrong menyebutkan agar berhasil, kita perlu
mengkombinasikan beberapa sistem pendekatan terhadap pelatihan
kewirausahaan. Adapun sistem yang harus dilakukan dalam pelatihan
kewirausahaan yang dikategorikan kepada Input-Proces-Out put dan Feed
back adalah sebagai berikut :
1. Input, yang termasuk dalam bagian masukan (Input): Menetapkan dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan pelatihan kewirausahaan,
Menetapkan tujuan-tujuan pelatihan harus dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pelatihan yang dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan
perubahan perilaku yang membawa kearah prestasi yang lebih baik,
mempersiapkan rencana-rencana latihan yang sesuai dengan tujuan yang
akan menggambarkan biaya-biaya dan keuntungan-keuntungan dari
program latihan yang diusulkan
2. Process, meliputi pelaksanaan dari rencana-rencana pelatihan
kewirausahaan.
41 Oemar Hamlik, Manajemen Pelatihan Ketenaga kerjaan, h.12
xl
1 Identifikasi Kebutuhan
2. Penetapan Sasaran
Pelatihan kewirausahaan
3. Merancang Program Pelatihan
Kewirausahaan
4. Pelaksanaan Program
pelatihan Kewirausahaan
5. Evaluasi Pelatihan
Kewirausahaan
3. Output yaitu memantau, mengevaluasi dan menganalisis hasil pelatihan
kewirausahaan.
4. Feed back yaitu memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan
sehingga latihan dapat ditingkatkan.42
Sistem pelatihan kewirausahaan diungkapkan dalam sebuah bagan
oleh Veitzhal ialah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Bagan Sistem Pelatihan Kewirausahaan
Dari bagan diatas dapat dikemukakan bahwa point 1-3 merupakan
bagian dari input yaitu: Identifikasi kebutuhan pelatihan kewirausahaan,
penetapan sasaran pelatihan, dan merancang program pelatihan
kewirausahaan. Point 4 bagian dari proses yaitu: pelaksanaan program
pelatihan kewirausahaan. Point 5 merupakan bagian dari output yaitu:
evaluasi pelatihan kewirausahaan, dan dari hasil evaluasi itulah kemudian
42 Michael Amstrong. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gramedia 1997) h. 210
xli
dijadikan feedback untuk peningkatan program pelatihan ke depan, sehingga
pelatihan dapat ditingkatkan. 43
Dari teori-teori tersebut dapat dikemukakan bahwa sistem pelatihan
kewirausahaan merupakan satu kesatuan yang meliputi serangkaian proses
yang terdiri dari beberapa bagian penting (unsur-unsur) dalam upaya
pembiasaan diri dalam pemberian kecakapan terhadap peserta pelatihan
kewirausahaan untuk menumbuh serta meningkatkan kemampuan santri
dalam berwirausaha.
D. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
1. Pengertian Kewirausahaan
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan
dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru
dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta” pandangan tersebut tidaklah tepat,
karena jiwa dan sikap kewirausahaan (Entrepreneurship) tidak hanya dimiliki
oleh usahawan akan tetapi bisa dimiliki oleh setiap orang yang berpikir
kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat
umum seperti karyawan, mahasiswa, santri dan yang lainya.
Menurut Soeharto Wirakusuma Istilah kewirausahaan berasal dari
terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone of
economy, yaitu saraf pusat perekonomian atau sebagai Tail bone of economy,
yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa..44
Dr. Suryana M.Si dalam bukunya menyatakan bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
43 Veitzhal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, h.226 44 Suryana, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2003) h. 10
xlii
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.45 Sedangkan menurut
Peter F.Drucker yang dikutif oleh Kasmir SE, dalam sebuah bukunya
kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda, masih dalam sumber yang sama diungkapkan oleh
Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan
kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).46 Sedangkan dalam buku
Zakat dan Kewirausahaan, disebutkan bahwa kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Create New
and Different) melalui berpikir kreatif dan inovatif. 47
Pengertian yang berbeda diungkapkan oleh Ir. Harmaizar,
kewirausahaan adalah proses penciptaan suatu yang baru atau mengadakan
suatu perubahan atas yang lama dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan individu dan masyarakat.48
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminology yang persis
mengenai kewirausahaan (Entrepreneurship) akan tetapi pada hakikatnya
kewirausahaan mempunyai arti yang sama yaitu merujuk pada watak, ciri,
yang melekat pada seseorang yang mempunyai keinginan untuk maju dan
kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif dan kreatif dalam
memecahkan dan menemukan peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
2. Model Proses Kewirausahaan
45 Ibid, h. 1 46 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) h. 17 47 Lili bariadi dkk, Zakat dan Kewirausahaan, (Jakarta: CED, 2005) H. 37 48 Harmaizar dkk, Menggali Potensi Wirausaha, (Bandung: CV. Dian Anugerah Prakasa,
2006) cet ke-2 h.4
xliii
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi., lingkungan dan sosiologi. Faktor
individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian Locus of control,
toleransi, pengambilan resiko, nilai- nilai pribadi, pendidikan, pengalaman,
usia, komitmen dan ketidakpuasan. Sedangkan yang berasal dari lingkungan
ialah peluang, model peran, aktifitas, pesaing, incubator, sumber daya dan
kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok.
Seperti halnya pada saat perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan
kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi organisasi dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
kewirausahan adalah pesaing, pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga
keuangan yang akan membantu pendanaan. Sedangkan factor yang berasal
dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan
manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi adalah kelompok,
struktur, budaya, dan strategi. 49
Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini
digambarkan oleh Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini:
Inovation (Inovasi)
Triggering event (Pemicu)
Implemention (Pelaksanaan)
Growth (Pertumbuhan)50
49 Suryana, Kewirausahaan, h. 40 50 H. Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfa Beta, 2006) h.8
xliv
Gambar 2.3. Proses perintisan Kewirausahaan
3. Jiwa dan Sikap Kewirausahaan
Orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan adalah orang-
orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen) berinisiatif
(energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan
berwawasan kedepan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda)
dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka
akan tantangan).51
4. Profil Kewirausahaan
Berbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan
pengelompokan yang berbeda. Ada yang pengelompokan berdasarkan
pemilikannya, pengelompokan berdasarkan perkembangannya dan
pengelompokan berdasarkan kegiatan usahanya.
Roofke mengelompokan kewirausahaan berdasarkan perananya,
sebagai berikut :
a. Kewirausahaan Rutin (Wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan
kegiatan sehari- harinya cenderung menekankan pada pemecahan
masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional.
b. Kewirausahaan Arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang
melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan pembukaan.
c. Wirausaha Inovatif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide
dan kreasi-kreasi baru yang berbeda.52
51 Suryana, Kewirausahaan, h. 2 52 Jochen Roopke, Entrepreneurship dalam Pembangunan Koperasi, (Bandung: PIP, 1993) h.
5
xlv
Sedangkan Zimmerer mengelompokan profil kewirausahaan sebagai
berikut :
a. Part-Time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya
hanya sebagian waktu saja atau sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya
hanya bersifat sampingan.
b. Home-Based new ventures yaitu usaha yang dirintis dari rumah/tempat
tinggalnya.
c. Family-Owned Business, yaitu usaha yang dilakukan/dimiliki oleh
beberapa anggota keluarga secara turun temurun.
d. Compreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha
yang bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-
sama.53
Sedangkan menurut Bukhari Alma profil wirausaha adalah sebagai
berikut:
a. Women Enterpreneur
Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan
mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara
lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasi, membantu ekonomi
rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
b. Minority Entrepreneur
53 Suryana, Kewirausahaan, h. 50
xlvi
Kaum minoritas terutama di Negara kita Indonesia kurang
memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagai mana
layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha
menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari.
c. Imigrant Entrepreneur
Kaum pendatang yang memasuki daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa terjun
dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang
kecil-kecilan sampai berkembang menjadi pedagang tingkat menengah.
d. Part time Entrepreneur
Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang merupakan pintu
gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.
e. Home Based Home
Ada pula Ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan-kegiatan
bisnisnya dari rumah tangga. Misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue
dan aneka masakan.
f. Family-Owned Business
Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang
usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak
setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu.
Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin
jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya
ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam
xlvii
keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini
perlu dikembangkan.
g. Compreneur
Compreneur dibuat dengan cara menciptakan pembagian
pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang
orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-
divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada. 54
54 H. Buchari Alma, Kewirausahaan, h. 35,
xlviii
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
CIPINING-BOGOR
A. Sejarah Berdiri
Pada tahun ajaran 1985-1986 mulai dirasakan bahwa pesantren
Darunnajah Ulujami tidak dapat menampung seluruh peminat yang mendaftar.
Hal ini mendorong pendiri pesantren untuk segera mencari lokasi lain guna
membuka pesantren baru sebagai pengembangan dari pesantren yang telah ada
agar dapat menampung minat para pendaftar.
Maka pada tahun 1986 mulai pencarian lokasi tanah yang memungkinkan
dan akhirnya ditemukanlah di kampung Cipining. Kemudian dimulailah
pembelian tanah tegalan dan perkebunan milik penduduk, yang kemudian
dikuatkan dengan surat keputusan gubernur jawa barat no. 593.82/SK. 295.S/
AGR-DA /225-87 tanggal 24 Februari 1987, dilokasi seluas 70 hektare.
Pembebasan tanah ini sampai saat ini baru mencapai 40 ha, sedangkan
untuk sisanya seluas 30 ha masih terus diupayakan dan menanti uluran tangan
para muhsinin dan dermawan yang berminat menginvestasikan hartanya untuk
dipetik hasilnya diakhirat kelak melalui jalur infak, wakaf atau shadaqoh jariyah.
Pada tahun 1987 dimulai pembangunan 16 ruang kamar dan kelas
beberapa bangunan lain yang kemudian dapat diselesaikan pada bulan juni 1988.
55
Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1988 dibukalah pesantren ini dimulailah
pelajaran secara resmi dengan jumlah santri 200 orang. Hadir pada acara
55 Buku keterangan Singkat Pondok Pesantren Darunnajah-Cipining-Bogor. 1992
xlix
pembukaan ini antara lain pimpinan pondok modern Gontor, pengurus yayasan
Darunnajah, dan tokok-tokoh masyarakat sebagai undangan.
Adapun yang melatar belakangi berdirinya pondok pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor ialah:
1. Rasa ingin berbuat banyak oleh pendiri pesantren Ulujami Jakarta
Selatan KH. Abdul Manaf Mukhayar dalam mendidik putra-putri kaum
muslimin.
2. Membantu program pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
rangka pembangunan manusia seutuhnya.
3. Banyak calon pelajar yang tidak tertampung lagi di di pondok pesantren
Darunnajah 1 Ulujami (sejak tahun 1985), telah mendorong untuk segera
diwujudkannya pesantren baru yang luas arealnya, tenang
lingkungannya, dan jauh dari pengaruh luar yang negatif.56
B. Visi - Misi
1. Visi
a) Membentuk dan mempersiapkan kader ulama yang amilin dan
shalihin agar mampu menyampaikan dakwah Islamiyah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
b) Mempersiapkan guru-guru agama Islam
c) Mempersiapkan pemimpin muslim yang luas pengetahuannya.
2. Misi
a) Mendalami pengetahuan tentang (ilmu-ilmu) agama Islam/Tafaqquh
fi ad dien
56 Ibid, 1992
l
b) Melatih Mu’amalah ma’a al kholiq dan mu’alamah ma’annas
c) Melatih kepemimpinan yang tangguh dan bertanggung jawab
d) Menyelenggarakan latihan-latihan mengajar dan dakwah Islamiyah,
baik dengan pidato (khutbah/bi Lisan al- maqul) tulisan maupun
dengan system dan media yang lain.
C. Status dan Struktur Organisasi
Status Pesantren57 1. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnazah 2 Cipining
2. Tanggal Berdiri : 18 Juli 1988
3. Pendiri / penyelenggara : Yayasan Darunnajah Jakarta
4. Akte Pendirian : No. 88, tanggal 22 September 1986
5. Notaris : Ny. Yetty Taher, SH. Jakarta
6. Pimpinan Yayasan : H. Saefuddin Arief, SH. MH
7. Pimpinan Pesantren : KH. Jamhari Abdul Jalal, Lc
8. Lokasi Pesantren : Kp. Cipining Ds. Argapura Kec. Cigudeg
Kab. Bogor
9. Tanah : Status : Wakaf
SK Guberbur Jawa Barat :No.
593/SK259.S/225-87, Tanggal
24 Februari 1987
Luas : 70 hektare
Pancajangka, Panca Jiwa Dan Motto Pesantren
Panca Jangka Pesantren58
57 Data Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor, Tahun 2007. h.1 58 Ibid. h. 8
li
Di dalam mengemban tugas, mengurus dan mengembangkan
Pesantren Darunnajah 2 Cipining-Bogor diambil kebijaksanaan strategi
sistematis dan berrencana yang tertuang di dalam Panca Jangka Pesantren, yaitu
:
1. Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
2. Pembangunan sarana fisik yang memadai
3. Penggalian sumber dana
4. Penyiapan dan pemanfaatan kader
5. Pemenuhan kebutuhan umat/masyarakat sesuai kemampuan Pesantren
Panca Jiwa Pesantren 1. Keihklasan
2. Kesederhanaan
3. Ukhuwah Islamiyah
4. Berdikari
5. Kebebasan
Motto Pesantren 1. Berbudi Tinggi
2. Berbadan Sehat
3. Berpengetahuan Luas
4. Berfikir Bebas
5. Kreatif
Sarana Dan Prasarana Serta Aset Pesantren
Adapun sarana dan prasana yang terdapat di Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor adalah sebagai berikut:
lii
1. Masjid
2. Gedung Asrama Santri dan Guru
3. Gedung Sekolah / ruang belajar
4. Sarana MCK, Toilet dan Instalasi air bersih
5. Sarana air minum ultraviolet
6. Perumahan Guru keluarga
7. Laboraturium Komputer (42 Unit) Pentium IV
8. Aula (Gedung pertemuan)
9. Perpustakaan (Pesantren dan Sekolah)
10. Lapangan Olahraga (Sepak Bola, Basket, Volly, Badminton, Takraw, dll)
11. Balai kesehatan
12. Koperasi (Warseda dan kantin)
13. Wartel
14. Alat Musik (gitar, rebana, drum band)
15. Lahan pertanian, Peternakan, Perkebunan dan perikanan
16. Telephone dan Faxemilie
17. Dapur Umum
18. Listrik PLN (33.000 watt)
19. Rumah Pimpinan pesantren
20. Kendaraan/mobil 2 buah, motor 1 buah
21. Diesel Listrik dan Pompa air
22. Gudang penyimpanan
23. Kantor TU/Kepala sekolah, keuangan, Sekretariat Pesantren dan Organisasi
Pelajar.
liii
Pimpinan Pondok Pesantren
KH. Jamhari Abd. Jalal.Lc
Biro
Pen
didi
kan
Muh
amm
ad m
ufti
Biro
Dak
wah
& H
umas
Kat
ena
S.A
g
Biro
Pen
gkad
eran
Atij
an Y
ani,
A.M
d
Biro
Usa
ha
Trim
o, S
.Ag
Biro
Keu
anga
n
Ism
ail A
min
Biro
Rum
ah T
angg
a
Mus
taja
b A
nwar
, S.P
d.I
Biro
pen
gasu
han
Ahm
ad R
osik
hin
Sekretaris
Anton Septiono S.Pd.I
24. Danau seluas + 5000 m2 59
Struktur Organisasi
Sejak berdirinya pada tahun 1988, pesantren Darunnajah-Cipining-
Bogor telah berusaha menerapkan model kepemimpinan dan pola manajemen
modern. Pimpinan pesantren dibantu oleh biro pendidikan, biro pengasuhan,
biro pembangunan, biro keuangan, dan sekretaris. Saat ini bentuk organisasi
dan personil pengurusnya masih sederhana dan masih merangkap jabatan.
Pembenahan dan penyempurnaan manajemen dan kepengurusan
Darunnajah Cipining kemudian menemukan momentum yang tepat seiring
dengan revitalisasi pengurus yayasan Darunnajah dan deklarasi wakaf, 7
oktober 1994.
Semenjak itu Darunnajah memiliki 7 biro, sebagai wujud pendelagasian
tugas dan wewenang dari pimpinan pesantren, yaitu: biro pendidikan, biro
pengasuhan, biro Dakwah dan hubungan masyarakat, biro pengkaderan, biro
usaha, biro keuangan, dan rumah tangga. Berikut ini Struktur
keorganisasianya:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
59 Ibid. h..9
liv
Sumber: Data Pondok Pesantren Darunnajah-Cipining-Bogor
Secara singkat dapat dijelaskan pembagian tugas dan wewenang para pengurus
pengurus pesantren tersebut sebagai berikut:60
1. Pimpinan pesantren bertanggung jawab terhadap kesuksesan program
pendidikan dan kepesantrenan secara menyeluruh sebagai kordinator dan
motivator kerja Biro
2. Sekretariat Pesantren bertugas mendokumentasikan arsip dan data pesantren,
dan membuka hubungan kerja sama dengan lembaga/instansi lain melalui
webside/e-mail, surat menyurat dan cara-cara lain.
3. Biro Pendidikan berkonsentrasi mensukseskan program pendidikan formal di
tingkat RA, MI, MTS, SMP, dan MA, serta tarbiyatul muallimin muallimat
Islamiyah (TMI), baik yang berasrama maupun non asrama.
4. Biro Pengasuhan khusus menangani program kerja pengasuhan santri,
meliputi aktifitas ekstrakurikuler, pembiasaan ibadah, dan kegiatan rutinitas
di asrama. Biro inilah yang bertanggung jawab terhadap kegiatan santri pasca
mengikuti KBM di Madrasah / sekolah.
5. Biro Dakwah dan hubungan masyarakat berkewajiban menyiarkan ajaran
agama Islam di dalam pesantren dan sekitarnya, mengorganisasikan
60 Redaksi, Warta Darunnajah Cipining, Vol.XVIII, No. 25, Juni 2006, h.15
lv
kegiatan-kegiatan pesantren yang berhubungan dengan masyarakat, serta
menjalin ukhuwah dengan masyarakat luas.
6. Biro Pengkaderan berfungsi sebagai Pembina kader-kader pesantren, baik
yang masih menjadi santri maupun yang sudah tamat.
7. Biro Usaha adalah biro yang bertugas menggali dana, antara lain dengan
mengorganisasikan kegiatan ekonomi: Peternakan, pertanian, Waserda,
wartel, dan lain-lainya.
8. Biro Keuangan pesantren sebagai penanggung jawab sirkulasi keuangan
pesantren, mengatur anggaran penerimaan dan pengeluaran tiap biro.
9. Biro Rumah Tangga adalah biro yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pesantren.
D. Sistem Pengajaran
Kurikulum dan Bahasa Pengantar
Kurikulum Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Bogor tingkat
Tarbiatul Mu’allimin wa al- Mu’allimat adalah perpaduan kurikulum Pondok
Modern Darrusalam Gontor dan kurikulum Nasional serta pesantren salafiah.
Sistem pengajaran yang dipakai adalah klasik, dengan metode yang mendorong
keaktifan siswa dalam belajar dan dengan terus mengikuti perkembangan di
bidang teori kependidikan/metodologi pengajaran.
Bidang-bidang (Ilmu-ilmu) Bahasa Arab dan Bahasa Inggris diajarkan
Langsung dengan bahasa aslinya, begitu pula (ilmu-ilmu) agama Islam
lvi
diajarkan dengan bahasa Arab (Tujuannya antara lain agar santri/siswa mampu
memahami dan menerangkannya dengan bahasa aslinya). Adapun bidang study
lainnya diajarkan dalam bahasa nasional.
Untuk lebih menunjang penguasaan bahasa arab dan bahasa inggris,
diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan extrakulikuler yang mendukung antara
lain: Muhadoroh (latihan berpidato, muhadatsah/conversation), penerbitan
majalah dinding, pemberian kosa kata baru (dua kali dalam sehari). Dan
penindakan pelanggaran disiplin bahasa.
Tingkat Dan Unit Pendidikan
Tarbiatul Mu’allimin wa al- muallimat al Islamiyah (TMI) dalam
pengertian Indonesia adalah pendidikan Keguruan, ditempuh lelama 6 tahun, 3
tahun SMP slam dan 3 Tahun SMU Islam dengan diberi kesempatan untuk
mengikuti Ujian Negara (EBTA/EBTANAS). Juga diselenggarakan Kelas
Takhasus (1 tahun) Bagi mereka yang mau memperdalam keagamaan dan/atau
sekolah bahasa, sebagai persiapan masuk ke kelas I SMU Islam.
Adapun unit-unit pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren
Darunnajah 2 Cipining-Bogor yaitu sebagai berikut :
a) Tarbiatul Mu’allimin wa al- Mu’allimat al Islamiyah (TMI),
Berasrama, putra Putri.
b) Raudhatul Atfal, Non asrama, Putra putri
c) Taman Pendidikan Al- Qur’an, Non asrama,putra putri
d) Madrasah Ibtidaiyah, berasrama, non asrama, putra putri
e) Madrasah Diniyah/Sekolah Agama, non Asrama, putra putri
lvii
f) Madrasah Tsanawiyah , bersama (santri lokal) dan non asrama, putra
putri
g) Madrasah Aliyah, berasrama (santri lokal) dan non asrama, putra putri
h) Pesantren Kanak-kanak, berasrama, putra putri.
i) Sekolah Menengah Pertama (SMP), berasrama (santri lokal) dan non
asrama, putra putri
j) Majlis Ta’lim, masyarakat / kaum Ibu. Pengantar TK,MI dan
masyarakat umum sekitar pesantren. 61
Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan ini di katagorikan dalam dua hal, yakni yang wajib diikuti
oleh santri/siswa dan kegiatan yang dianjurkan di dalam keikutsertaanya.
I. Kegiatan Wajib
a) Muhadoroh (latihan berpidato), (Indonesia, Arab dan Inggris)
b) Pramuka
c) Pendidikan Komputer
d) Praktek mengajar (Kelas III MA)*
e) Praktek Da’wah dan Pengembangan Masyarakat (III MA)*
f) Kursus Mahir Dasar (I MA)*
g) Riset Kependidikan (III MA)*
h) Pengajian Kitab (Tafsir Al- Qur’an, Alhadst, sejarah nabi dan
Sahabat, Kitab Fiqih/kuning/dan kitab tentang akhlak)
i) Seni Beladiri (Pencak Silat)
j) Organisasi dan Kepemimpinan (MA)
61 Data Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.Tahun 2007. h. 4
lviii
k) Safari Da’wah ke masyarakat (seminggu sekali)**
II. Kegiatan Pilihan/Anjuran
a) Tilawah (seni baca) dan kajian al-Qur’an
b) Rihlah Ilmiyah (studi tour)
c) Olah raga
d) Keterampilan
e) Seni budaya (Teater, Dramband)
f) Koperasi
g) Pertanian dan
h) Kewirausahaan
Keterangan :
* Sebagai siar mengikuti Ujian Akhir (EBTA / EBTANAS) dan ujian Pondok)
** Sesuai dengan jadwalnya masing-masing
Asrama Dan Disiplin Santri / Siswa
Seluruh santri Tarbiatul Mu’allimin wa al-Mu’allimat al Islamiyah
wajib bermukim di asrama Pesantren, mengikuti semua aktifitas dan mentaati
disiplin/tata tertib serta sunnah pesantren, dengan demikian diharapkan mereka
dapat berlatih hidup bermasyarakat dengan asas keiklasan dan kemandirian.
Pengaturan kehidupan/ kegiatan santri ditangani sepenuhnya oleh
mereka sendiri melalui wadah Organisasi Santri Darunnajah-Cipining-Bogor
(OSDC). Dalam Pelaksanaannya para pengurus Organisasi ini dibimbing oleh
para Ustadz/guru yang sebagian besar mereka (90%) tinggal di asrama/kampus
pesantren bersama santri, dengan tugas dan kewajiban masing-masing. Dan
secara Khusus sebagian pembimbing sakan para santri.
lix
Untuk merealisasikan terciptanya kemandirian dan kedisiplinan, maka
dibuatlah jadwal aktifitas sehari-hari yang permanen yang disesuaikan dengan
waktu shalat lima waktu setempat :
I. Kegiatan Harian
04.00-05.30 Bangun pagi, shalat malam/qiyamullail, jama’ah
subuh,Tadarus al-Qur’an dan pengajian kitab serta
ta’lim.
05.30-06.15 Mengulangi pelajaran, berita radio, olah raga dan
mandi.
06.15-06.45 Sarapan pagi dan persiapan belajar di kelas.
06.45-13.30 Belajar di kelas dan jama’ah dhuhur.
13.30-15.00 Makan siang, istirahat dan kursus keterampilan.
15.00-16.00 Aktifitas luar sekolah/Organisasi santri, kursus dan
olahraga .
17.00-18.00 Mandi dan persiapan ke masjid
18.00-19.15 Jama’ah magrib, tadarus al-Qur’an dan pengajian kitab
19.15-20.45 Jama’ah solat Isya, dan pemberian kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris
20.45.21.30 Makan malam
21.30-22.00 Belajar dan istirahat malam
II. Kegiatan Mingguan
Sabtu Kebersihan umum, Muhadatsah/Conversation Dauriyah
Ahad Pengajian kaum Ibu (Masyarakat) Latihan berpidato, Diskusi (tingkat Aliyah)
Senin Puasa sunah (dianjurkan) Musyawarah Organisasi santri Darunnajah 2 Cipining-Bogor
lx
Selasa Muhadatsah/Conversation dauriyah, Musyawarah Gugus
Depan Pramuka
Rabu Latihan berpidato, latihan Pramuka
Kamis Puasa sunah (dianjurkan) evaluasi keorganisasian mingguan
Jum’at Pengajian/ceramah umum dari pimpinan pesantren, latihan Silat, latihan tilawah,
keterampilan seni dan budaya dan aktivitas diri.
III. Kegiatan Bulanan, Berkala dan Tahunan
Aneka lomba, Laporan Pengurus Organisasi Santri dan Gudep kepada
pimpinan pesantren (bulanan), Pekan Perkenalan/ khutbatul ‘Arsy (porseka) dan
Jamran (awal tahun pelajaran), Rihlah Ilmiyah (Study Tour), dan Rekreasi,
Pergantian pengurus, Laporan Umum dan Musyawarah kerja Organisasi santri
dan Gudep Pramuka, Praktek Dakwah dan pengabdian masyarakat (PDPM),
Riset, Praktek Mengajar, Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD), Leadership dan
Kepemimpinan (LDK), Ujian Kenaikan Sabuk, Pelatihan Guru Madrasah
Diniyah dan Pelatihan guru bela diri. 62
62 Ibid. 7
lxi
BAB IV
SISTEM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-BOGOR DALAM
MENUMBUHKAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI
A. Aplikasi Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor
1. Identifikasi kebutuhan Pelatihan Kewirausahaan
Kehadiran pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang
memadukan pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum termasuk
pendidikan keterampilan dengan berbagai jenis pelatihan kewirausahaan telah
ikut menjawab tantangan jaman termasuk dalam memasuki era globalisasi
yang penuh dengan persaingan. Unsur unsur pokok yang terdapat pada
pondok pesantren Darunnajah ini adalah Kiai, ustadz, santri, pondok, dan
masjid, madrasah TMI (MTs dan MA), rumah kiyai, rumah asatidz, asrama
santri putra, asrama santri putri, waserda, wartel dan lain-lain.63
Secara sosiokultural lembaga pondok pesantren ini telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat dan terus memberikan corak serta nilai
kehidupan kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
Figur kiyai, ustadz, santri dan perangkat fisiknya biasanya menunjukan iklim
yang senantiasa dikelilingi oleh kultur yang bersifat religius keislaman.
Proses keterpaduan dalam pesantren ini antara kegiatan belajar, ibadah, olah
63 Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining). Cipining-Bogor, 15 Agustus 2007.
lxii
raga/seni, dan keterampilan teknis baik melalui pelatihan dalam bentuk
bekerja langsung pada waserda, wartel, pelayanan tabungan santri, dan
perdagangan lainya, merupakan proses keterpaduan dalam melaksanakan
hakekat hidup manusia modern yang sudah dan sedang diamalkan oleh santri.
Jika masyarakat yang senantiasa mengikuti dinamika pesantren
pernah mendengar bahwa “Gontor” populer sebagai pesantren modern, maka
pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor sebagai pilarnya dalam usia
yang ke -19 juga mampu menjawab tantangan jaman. Pesantren ini tidak
mewah, akan tetapi para santri yang berjumlah + 1200 orang terbiasa hanya
berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Arab, serta terbiasa hidup disiplin,
sehingga hampir tidak sedikitpun waktu yang terbuang sia-sia tanpa
dimanfaatkan untuk belajar dan berkarya. Landasan pengembangan mengacu
pada pada panca jiwa pesantren, yaitu: keihklasan, kesederhanaan, ukhuwah
Islamiyah, berdikari, dan kebebasan.
Disadari bahwa kecenderungan untuk mengembangkan pengetahuan
non agama di pesantren merupakan kebutuhan nyata yang harus dihadapi
para lulusan pesantren di masa depan. Justru tantangan untuk berlomba
menguasai pengetahuan non-agama merupakan salah satu tugas yang harus
dilaksanakan oleh pondok pesantren. Dengan demikian tujuan pengembangan
pesantren adalah mengintegrasikan pengetahuan agama dan non-agama,
sehingga lulusannya memiliki kepribadian yang utuh dan komprehensip.
Akhirnya diharapkan lulusannya adalah manusia yang mampu memandang
jauh ke depan sekaligus memiliki keterampilan praktis.
lxiii
Sebagai konsekwensinya, maka pengelola pondok pesantren
memodernisir sistem pendidikan dan manajemen sesuai dengan arah
pergerakan masyarakat modern dengan harapan dapat memenuhi dan
menyeimbangkan kebutuhan hidup para santri dan alumninya dengan
berbagai macam pelatihan-pelatihan diantaranya adalah pelatihan
kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan jiwa dan sikap kewirausahaan
santri.
2. Penetapan Sasaran Pelatihan Kewirausahaan
Adapun yang menjadi sasaran utama pada setiap pelatihan-pelatihan
yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darunnajah (Biro Usaha) adalah
santri-santri terpilih yang di dalamnya termasuk santri senior dan para asatidz
berjumlah +/-54 orang.64
Di samping itu pula pihak pelaksana juga merekrut orang-orang yang
ada di sekitar pesantren diantaranya :
- Para pemuda yang tidak melanjutkan sekolah berasal dari keluarga
tidak mampu, baik yang sudah menikah maupun belum, dengan latar
belakang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA usia minimal 15 sampai
dengan maksimal 35 tahun.
- Alumni Pesantren berasal dari desa sekitar yang tidak mampu dan
masih pengangguran.
- Para karyawan yang ingin mengembangkan dan membuka usaha baru
- Anak Asuh Pesantren yang di dalamnya termasuk mitra usaha Dari
pihak Pesantren
64 Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining). Cipining-Bogor, 15 Agustus 2007.
lxiv
3. Merancang Program Pelatihan Kewirausahaan
Merancang sebuah program pelatihan kewirausahaan merupakan
sebuah kegiatan yang harus dilakukan. Berikut ini rancangan program
pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.
Pertama: penyelenggara, Dalam hal ini yang menjadi penyelenggara
dalam melakukan pelatihan-pelatihan adalah Koperasi pondok pesantren
(KOPONTREN) Darun Najah Cipining-Bogor dengan identitas:65 adapun
susunannya terlampir.
Adapun pelatih atau pemberi materi pihak pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor mengundang dari luar sesuai dengan kebutuhan
pelatihan yang dilaksanakan.
Kedua: tujuan, Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan
Pelatihan kewirausahaan antara lain sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Terwujudnya kemandirian santri, pemuda, dan alumni serta
anak asuh pesantren peserta pelatihan dalam berwirausaha.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat
dimanfaatkan untuk berwirausaha guna meningkatkan
penghasilan yang layak untuk kehidupan peserta pelatihan
(Santri, Pemuda, Alumni, Warga sekitar, anak asuh pesantren)
dimasa sekarang dan masa yang akan datang.
65 Data KOPONTREN Darunnajah Cipining-Bogor, tahun 2007
lxv
2. Meningkatkan motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat
menghasilkan karya-karya yang layak jual dan mampu bersaing.
3. Meningkatkan kesadaran yang tinggi untuk terus belajar dan
berprestasi agar hidup sejahtera untuk dirinya sendiri/anggota,
keluarga, dan masyarakatnya.
4. Meningkatkan peran lembaga kepemudaan dalam
penanggulangan pengangguran
5. Mendorong terbentuknya kelompok usaha yang dikelola pemuda
dan sesuai dengan potensi sumber daya lokal, berorientasi bisnis.
6. Mendorong munculnya kegiatan usaha atau bisnis yang dapat
dijadikan tempat belajar/magang bagi peserta.
7. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan terhadap peserta pelatihan
khususnya santri dan menggali potensi wirausaha.
Ketiga, Materi, dalam hal ini materi yang diberikan secara umum
adalah disesuaikan dengan jenis pelatihan yang dilaksanakan.
Keempat, metode, adapun metode yang diterapkan dalam
melaksanakan pelatihan kewirausahaan apabila dipersentasikan adalah 30 %
berbentuk teori dan 70 % berbentuk praktek yang kemudian hampir
keseluruhan pihak trainer/pelatih menjadi mitra usaha pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor.
4. Pelaksanaan Program Pelatihan Kewirausahaan
Pelaksanaan program pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren
Darunnajah dalam mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yaitu
tidak terlepas dari rencana-rencana yang telah disusun, diantaranya dalam
lxvi
bentuk work shop, seminar dan lain-lain akan tetapi metode yang lebih
menjadi acuan bagi pihak pondok pesantren lebih cenderung menggunakan
metode learning by doing. (belajar sambil bekerja).66
Berikut ini adalah jenis-jenis pelatihan kewirausahaan yang telah
dilaksanakan oleh Pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor:67
Tabel 4.1
Jenis Pelatihan kewirausahaan
No Kegiatan pelatihan Pelatih dan sekaligus mitra usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Konservasi Produktif
Pertanian Terpadu (DIFS)
SPAKU (Sentra Produksi
Agrobisnis komoditi unggul)
Program ternak kambing
Budidaya ayam (potong, telur dan
kampung)
Budidaya mengkudu
Ternak domba
Eco Farming
Budidaya Pisang abaca
Budidaya cabe keriting
Pelatihan air bersih
Yayasan kehati Jakarta
BPP teknologi, Jakarta
APP (Akademi Penyuluh Pertanian)
Bogor
Departemen pertanian, Bogor
Pemda Bogor, Pokpan, BPP
teknologi Jakarta
Yayasan masa dan indononi
Baznas Jakarta
BPP Teknologi Jakarta
Yayasan aisyiyah, Bogor
Hj. Sofiah Hs
HSF (Hands Seadel Foundation)
Jerman, BPP Teknologi, Jakarta.
66 Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining ). Cipining-Bogor, 15 Agustus 2007. 67 Data KOPONTREN Darunnajah Cipining-Bogor, tahun 2007
lxvii
Sumber: Data Kopontren Darunnajah-Cipining-Bogor
Disamping itu beberapa unit usaha yang ada di pondok pesantren dan
menjadi sarana/tempat praktek usaha Santri (TPUS) dalam pelatihan
kewirausahaan santri adalah :
6. Kantin Pelajar Kampus I68
Kantin pelajar adalah semacam warung yang menyediakan
aneka ragam kue basah yang disuplai langsung oleh guru, keluarga
dan sebagian karyawan (Anshar Al-Ma’had).
7. Kantin Pelajar Kampus II
Kantin pelajar kampus 2 melayani siswa-siswi TMI Non
asrama, SMP dan madrasah. Sistem pembelian makanan dan
minuman dari supplier yang digunakan di dalamnya adalah konsinasi.
Dengan demikian dapat terjalin hubungan timbal balik (bagi Hasil)
antara supplier dengan pihak pesantren dari besarnya omzet tadi. Ini
berlaku untuk kampus I dan II. Santri yang ditempatkan 3-4 orang
santri (peserta pelatihan).
8. Waserda Santri Putra
Waserda ini di sebut juga toko pelajar. Unit ini menyediakan
berbagai macam barang kebutuhan para santri, seperti peralatan
sekolah, peralatan mandi, makanan dan lain-lain.
9. Waserda Santri Putri
10. Wartel
68 Redaksi, Warta Darunnajah Cipining, Vol.XVIII, No.25, Juni 2006, h.15
lxviii
Warung telekomunikasi (wartel) merupakan fasilitas penting
untuk komunikasi para santri dengan orang tua ataupun sanal famili di
kampung halaman. Dengan berfasilitaskan dua KBU wartel ini
melayani panggilan telepon local dan interlokal (SLJJ)
11. Warung Bakso
Salah satu unit usaha yang paling eksis dan diminati oleh
segenap warga pesantren adalah warung bakso. Menu yang
disediakan adalah mie rebus plus telor setengah matang, mie goreng,
martabak mie telor, bakso goreng, telor dadar. Disediakan juga kopi
dan susu.
12. Usaha perdagangan toko kelontong
13. Jasa keuangan simpan pinjam69
Dari jenis usaha yang ada, peserta pelatihan (santri) dilibatkan
sebagai pelaksana/penjaga di tempat tersebut. Dengan cara
perputaran job (Rolling) setiap satu bulan sekali. Dengan tujuan guna
menemukan bakat yang sebenarnya yang dimiliki santri (peserta
Pelatihan). Jumlah santri (peserta pelatihan) yang di tugaskan pada
masing-masing unit usaha berjumlah 3-4 orang.70
Dan beberapa sektor usaha lain yang dimiliki oleh pondok
pesantren Darunnajah yang dijadikan sebagai salah satu sumber dana
pesantren :
1.Peternakan
69 Data KOPONTREN Darunnajah Cipining-Bogor, tahun 2007 70 Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining). Cipining-Bogor, 27 Agustus 2007.
lxix
a. Budidaya ternak kerbau
Sektor usaha riil yang berkembang di bidang
peternakan, saat ini Darunnajah memelihara 35 ekor kerbau, 22
di antaranya dipelahara di lokasi lahan wakap. Memperkerjakan
2 orang karyawan. Sedangkan 13 ekor lainya dipelihara di
kampung Cibunian, Leuwiliang Bogor oleh beberapa penduduk
kampung tersebut.
b. Kambing
Hal serupa juga berlangsung pada peternakan kambing.
Sekarang ini kambing peranakan (betina) yang dipelihara
pesantren berjumlah 63 ekor, sedangkan 104 lainnya di pelihara
di kampung Cibunian leuwi liang Bogor. Adapun kambing
untuk penggemukan berjumlah 100 ekor dipelihara pesantren
dan 50 ekor lagi berada di Cibunian. Hal ini dilakukan demi
meningkatkan hasil sekaligus memperluas jaringan relasi
wirausaha pesantren.dan yang lainnya adalah peternakan sapi,
ayam Broiler, bebek dan lain-lain.
2. Perikanan
Bendungan seluas +5.000 m2 yang terletak di kampus 2 itu
diisi bibit ikan tembakang dan ikan nila. Mitra usaha perikanan ini
adalah salah seorang wali santri yang berdomisili di Bogor.
Disamping itu pula pesantren juga mengembangbiakan ikan lele,
ikan Mas, dan ikan bawal.
3. Perkebunan
lxx
Pondok pesantren Darunnajah juga tidak ketinggalan dalam
bidang perkebunan/pertanian diantaranya: penanaman padi,
singkong, palawija, jamur, kecapi, pohon mahoni, akasia, jenjing,
nangka, rambutan jagung, jambu, durian dan lain-lain.
5. Evaluasi Pelatihan Kewirausahaan
Evaluasi pelatihan kewirausahaan dilakukan pada setiap satu bulan
sekali terhadap santri (peserta) pada masing-masing unit usaha. Setelah itu
lalu kemudian dilakukan rolling (perputaran) sampai ditemukan bakat yang
cocok pada santri (peserta pelatihan).
Adapun masalah keuangan atau omzet pada usaha yang dijalankan
oleh santri pihak pondok pesantren lebih menanamkan kejujuran (keimanan)
pada santri (peserta pelatihan) . Karena dalam hal ini yang mengawasi
keuangan yang masuk pada unit usaha yang dijaga oleh santri (peserta
pelatihan) pada setiap harinya tidak ada, melainkan melalui waskat
(pengawasan malaikat). Dan. Pelatihan ini dilakukan dalam jangka waktu
selama satu tahun.71
Sebagai acuan, berikut ini penulis lampirkan pola pelatihan
kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor dalam usaha jasa “simpan-pinjam” untuk budidaya ternak
kambing domba.72
- Pengelola Program
71 Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining). Cipining-Bogor, 15 Agustus 2007.
72Data KOPONTREN Darunnajah Cipining-Bogor, tahun 2007
lxxi
Pengelola program pelatihan ini adalah koperasi pondok
pesantren Darunnajah Cipining-Bogoryang dilaksanakan oleh: pengurus
proyek life skills terlampir.
- Rancangan Program Pelatihan
Peserta diberikan pelatihan- pelatihan baik personal, social,
vocational skill, melalui AMT (Achevment Motivation Training) dari
yayasan Nurul Fikri, yang bergerak di bidang pelatihan motivasi diri.
Pelatihan budidaya ternak domba dari APP (Akademi Penyuluh
Pertanian) dan dinas peternak kabupaten Bogor.
Di samping itu selain santri yang mengikuti program pelatihan
kewirausahaan dalam bentuk budidaya ternak kambing pihak pesantren
juga melibatkan pemuda/warga masyarakat sekitar yang selanjutnya
warga masyarakat tersebut diberi modal untuk pengembangan budi daya
ternak kambing dengan bantuan dana bergulir.adapun pola pelatihannya
terlampir.
- Kelayakan Usaha
1. Visi
Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya dan ikut serta membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-undang
Dasar tahun 1945.
2. Misi
lxxii
a. Megembangkan usaha-usaha produktif melalui lembaga
kepemudaan .
b. Meningkatkan kreatifitas anggota
c. Memberikan pembinaan dan praktik usaha langsung kepada
anggota
d. Menciptakan suasana dan lingkungan kondusif untuk bekerja
secara kompetitif, edukatif dan sportif.
e. Mendayagunakan lahan sebagai Agrobisnis
f. Organisasi dan manajemen
Dalam program ini kopontren berfungsi sebagai wadah
penyalur, pendamping dan pembinaan program Life skills. DBK di
salurkan kepada anggota dengan cara pinjaman non bunga yang akan
diwujudkan dalam bentuk ternak kambing diharapkan dengan sistem
ini para anggota lebih berdisiplin dan bertanggung jawab.
- Alokasi Anggaran
1. Biaya Pelatihan
Biaya pelatihan Sebesar 15 % DBK Rp.75.000.000 =
Rp.11.250.000. biaya pelatihan yang dialokasikan untuk pelatihan
AMT dan teknis beternak kambing domba. Adapun rincian biaya
pelatihan terlampir.
2. Manajemen Kegiatan
lxxiii
Manajemen kegiatan sebesar 10 % DBK Rp. 75.000.000= Rp.
7.500.000
Komponen pembiayaannya :
a. Ketua Pelaksana Program 175.000 x 12 Bulan = 2.100.000
b. Sekretaris dan bendahara 150.000 x 12 Bulan = 1.800.000
c. Jasa kesehatan = 1.700.000
d. Pembinaan dan monitoring = 1.900.000
- Evaluasi/Tolak Ukur keberhasilan
1. Dana dapat tersalurkan secara utuh oleh pihak kopontren
Darunnnajah kepada para peserta pelatihan yang selanjutnya
peserta mampu mengembangkan dana pinjaman tersebut.
2. Pada semester pertama ternak telah berkembang pada setiap
anggota dari 5 ekor kambing menjadi minimal 10 ekor kambing.
Sehingga pada semester kedua diharapkan sudah mampu mencicil
pengembalian dana perguliran.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pondok pesantren sejak dasawarsa terakhir telah muncul kesadaran untuk
mengambil langkah-langkah tertentu guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang mampu menjawab dan tantangan dan kebutuhan
transformasi sosial (pembangunan). Dari sinilah timbul berbagai model
pengembangan sumber daya manusia, baik dalam bentuk perubahan kurikulum
pondok pesantren yang lebih berorientasi kepada kekinian atau dalam bentuk
lxxiv
kelembagaan baru semacam pesantren agribisnis atau sekolah-sekolah umum di
lingkungan pondok pesantren. Dan bahkan di beberapa pondok pesantren telah
mengadopsi dengan teknologi maju. Sudah mengajarkan berbagai macam
teknologi yang berbasis keahlian dan pendidikan yang mengarah pada
pendidikan profesi.
Penekanan pada bidang keterampilan ini pondok pesantren semakin
dituntut untuk self supporting dan self financing. Karena itu banyak pondok
pesantren diantaranya seperti di pondok pesantren Darunnnajah Cipining-Bogor
mengarahkan para santrinya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan vocational
dalam usaha-usaha yang ada di Pesantren meliputi: Waserda santri putra dan
putri, kantin pelajar kampus I dan II, wartel, jasa keuangan simpan pinjam,
warung Bakso, agribisnis yang mencakup pertanian pangan, peternakan,
perikanan dan kehutanan dan lain sebagainya. Bahkan pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor memiliki beberapa unit usaha sebagai wahana
pembelajaran keterampilan, melalui kegiatan keterampilan ini minat
kewirausahaan para santri dibangkitkan, untuk kemudian diarahkan menuju
pengembangan pengelolaan usaha usaha ekonomi bila sang santri kembali
kemasyarakat.
Namun terlepas dari semua itu faktor pendukung dan penghambat akan
mempengaruhi kegiatan pelatihan kewirausahaan, faktor pendukung dan
penghambatnya antara lain:
1. faktor pendukung
lxxv
Beberapa faktor yang dapat berperan sebagai pendukung pelaksanaan
pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor
yaitu:
a) Manajemen pengelolaan pondok pesantren Darunnajah Cipining-Bogor
yang memberikan peran dominan kepada santri sehingga terjadi proses
belajar kemandirian terhadap santri sekaligus manajemen
kepemimpinan yang mampu mengelola setiap kegiatan yang ada.
b) Sistem disiplin yang ketat dalam siklus kegiatan di pondok pesantren
Darunnajah Cipining-Bogor ini. Semua kegiatan mulai bangun tidur,
sholat, mandi, belajar di kelas baik untuk kegiatan intra kurikuler
maupun kegiatan ekstrakurikuler.
c) Ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana terhadap kegiatan
pelatihan kewirausahaan yang dilakukan, meliputi: Lahan pertanian,
perkebunan, danau/kolam ikan, waserda, kantin, wartel, dll.
d) Adanya kesediaan bagi para pelatih untuk menjadi mitra usaha pondok
pesantren Darunnajah Cipining-Bogor.
2. Faktor Penghambat
a. Peserta/santri yang ditempatkan pada TPUS (tempat praktek usaha
santri) belum bisa mengetahui atau menghafal keseluruhan daftar
harga, hal tersebut disebabkan seringkali adanya perubahan harga
diakibatkan kenaikan harga BBM.
b. Penetapan istruktur pelatihan yang kadangkala tidak bisa memenuhi
undangan atau jadwal yang ditentukan.
lxxvi
c. Peralatan yang seharusnya ada pada waktu pelatihan
d. Pendanaan atau masalah keuangan
lxxvii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan data dan pembahasan hasil penelitian, dapat di
ungkapkan beberapa kesimpulan di atas yaitu:
*. Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-
Bogor dalam menumbuhkan entreprenuership Santri diaplikasikan dalam
sebuah sistem yang terdiri dari: Input, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan
pelatihan kewirausahaan, dengan melihat tiga sisi; pertama dilihat dari
kebutuhan santri, kedua kebutuhan pesantren dan kebutuhan organisasi. 2.
penetapan sasaran, penetapan sasaran ini dilakukan secara selektip, Karena
tidak keseluruhan santri bisa mengikutinya.3. merancang program pelatihan,
rancangan program terdiri dari penyelanggara yaitu Pondok
Pesantren/KOPONTREN Darunnajah Cipining, dengan tujuan terwujudnya
kemandirian dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri. Serta materi
dan metode yan dijalankan disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan.
Proses, yaitu pelaksanaan program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan
dengan cara pemberian teori melalui seminar, workshop dan lain-lain yang
kemudian dipraktekan di lapangan dan TPUS ( Tempat Praktek Usaha santri)
yang ada. Out put, yaitu memantau dan mengevaluasi program pelatihan
kewirausahaan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan dilakukan
rolling (pertukaran) pada unit usaha hingga ditemukan bakat yang cocok
pada santri. Dan Feed backnya dirasakan sangat baik bagi santri,
KOPONTREN dan Pesantren.
lxxviii
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pengembangan kegiatan belajar-mengajar dalam melaksanakan pelatihan dalam
upaya menumbuhkan entrepreunership terhadap santri hendaknya
menyeimbangkan antara pembekalan teori dan praktek secara proporsional.
Pengembangan materi pelatihan yang diberikan kepada santri sebaiknya tidak
hanya berkaitan dengan pembelajaran keterampilan praktis saja, melainkan harus
diberikan juga pendidikan kewirausahaan secara teori yang lebih terkontrol,
sehingga mereka benar-benar mempunyai bekal untuk menjadi wirausahawan
kelak.
2. Praktek pengembangan pembelajaran keterampilan melalui kerja nyata pada
Tempat Praktek Usaha Santri (TPUS) yang ada pada pondok pesantren tersebut
yang sementara itu dipriroritaskan kepada santri terpilih (tidak dilihat dari minat
santri), diharapkan lebih melihat terhadap minat santri, agar setiap santri lebih
siap untuk hidup mandiri dengan bekal kewirausahan yang dimiliki. Dan
memasukannya kedalam kegiatan kurikuler atau ekstra kurikuler asalkan dijadual
dengan rapi, sehingga tidak mengganggu kegiatan yang lain.
3. Upaya pondok pesantren untuk membekali peserta didiknya dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta berbagai keterampilan praktis diharapkan
menjadi solusii yang tepat untuk mempersiapkan mereka menjadi orang-orang
yang mandiri dengan kegiatan wirausaha.
lxxix
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari H, Kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta. 2006. Amstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia. 1997. Arifin, Tatang M. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada.
2001. Cet. Ke-7. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998 Cet. Ke-
II Atmojo, Sukirjo, Noto, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bineka
Cipta. 2003. B sm, Junaedi. Islam dan Entrepreneurialisme. Jakarta: Kalam Mulia. 1993. Bariadi, Lili dkk. Zakat dan Kewirausahaan. Jakarta: CED. 2005. Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: PPM.
1999. cet ke II. Dharma, Agus. Manajemen Supervisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Hadi, Sutrisno Metodologi Research,Yogyakarta: YPFP UGM, 1980 Hamalik, Oemar. Manajemen Pelatihan Ketenaga kerjaan. Jakarta: Bumi Aksara.
2005. Hardjana, Agus M. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius. 2001. cet ke
1. Harmaizar, Dkk. Menggali Potensi Wirausaha. Bandung: CV. Dian Anugerah
Prakasa. 2006. cet ke.2. Hayati, Murrdiyah, dan Suhendra MM. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2006. Irianto, Jusuf. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan. Surabaya: Insan
Cendekia. 2001. Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006. Maksum, Saifullah. Dinamika Pesantren. Jakarta: Lihat hamidiah dan Yahya Juhri.
1998. cet. ke 1. Mangkunegara, Prabu AA. Anwar. Manajemen Sumber Daya manusia Perusahaan.
Jakarta: Bina Aksara. 1999 Cet.Ke. I.
lxxx
Moenir, As. Pendekatan Manusiawi dan organisasi terhadap pembinaan kepegawaian. Jakarta: Haji Mas Agung. 1991.
Muis, A. Komunikasi Islam. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2001. cet. ke I Musanef. Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. 1989. Nawawi, Hadari. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University. 2003. Rivai, Veitzhal. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2004. Saksono, Slamet. Administrasi Kepegawaian.Yogyakarta: Kanisius. 1993. Siagian, Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta: Gunung Agung. 1987 Simamora, Henri. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: YKPN. 1995. Simangunsong, Bonar. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Parellindo. 1991. Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LPES, 1989 Aang, Subiyakto, dan Sopiansyah. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN Jakarta
Press. 2006. Cet. Ke I Sudjono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 1997 Sugiono, Metodologi Penelitian Administrarif, Bandung: CV. Alphabeta, 2001Cet.
Ke VIII Suryana, Kewirausahaan, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria. 2003. Sutabri, Tata. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi. 2005. Yusuf, Udaya, dan Kadarman, Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: Prehallindo.
2001. Vrendenberg,J. Metode dan Teknik Penelitian Masyaraka,Jakarta: PT. Gramedia, 1980. Wawancara Pribadi dengan Ust. Trimo (Ketua Biro Usaha Pondok Pesantren
Darunnajah Cipining). Cipining-Bogor, 15 Agustus 2007. Yasmadi. Modernisasi Pesantren Kritik Nurholis Majid dalam Pendidikan Islam
Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Lampiran
lxxxi
Peta Lokasi Pon-Pes Darunnajah Cipining
lxxxii
Lampiran - Lampiran
No Nama Kelas Usia Alamat
1 Hari Wijaya Sepuluh A 19 Tahun Bogor (Toge)
2 Abdullah VIII 13 Tahun Nanggung (Bogor)
3 Anwar Maulana VI 20 Tahun Jasinga (Bogor)
4 Ibah Misbah Eksperimen 17 Tahun Garut
5 Anas Nasrullah Intensive 16 Tahun Bogor
6 Ahmad Suryadi Intensive 16 Tahun Bogor
7 Aceng Supandi Marhalah Idadi 16 Tahun Banten
8 Giyanto II B 16 Tahun Lampung selatan
9 Abd. Hamid Intensive A 18 Tahun Garut
10 M. Mutohar Intensive 19 Tahun Semarang
11 Pajri XII A 22 Tahun Serpong
12 M. Partan XII A 23 Tahun Serang
13 Taufiq A X A 18 Tahun Garut
14 Fahmi IV A 17 Tahun Semarang
15 Syarif H. Intensive 16 Tahun Jasinga
16 Mubarok nur XII 19 Tahun Jawa tengah
17 Maktuf Mahyudi Intensive 17 Tahun Kendal
18 Raden Rino XII 17 Tahun Serpong
19 A. Haryadi XII 19 Tahun Banten
20 Husnul Mubarok XII 21 Tahun Tegal
21 Dodi X 16 Tahun Bandung
lxxxiii
22 Muhtarom XII 19 Tahun Jakarta
23 Nur Rohim XII 20 Tahun Kendal
24 Andi Sularman XI 19 Tahun Bogor
25 M.Hamdani XII 18 Tahun Garut
26 Cahyono XI 19 Tahun Bengkulu Selatan
27 Doni Rusdiyanto VIII 13 Tahun Bogor
28 Rahmat XI 18 Tahun Rumpin
lxxxiv
Lampiran
No Nama Usia Status Domisili Pendidikan
1 Ismail Amin 35 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
2 Atijan Yani 31 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
3 Nasikhun 24 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
4 A. Qomarudin 27 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
5 Nur Fathoni 26 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
6 Isa Abdillah 25 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
7 Hartimah 26 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
8 Musyarofah 25 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
9 Aisyah 23 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
10 Abu Nazar A 23 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
11 Eni Indiati 31 Single Kp. Cipining RT 01/01 ALTA
12 Aulia Bigguna 21 Single Kp. Cipining RT 01/01 ALTA
13 Ari p. 28 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
14 Elisa 28 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
15 Yandi Sopandi 25 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
16 Muallim F 24 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
17 Sri Haer Y 32 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
18 Zayyan H 21 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
19 Masykuriyah 25 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SLTP
20 Adim 26 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
21 Muntamam 26 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTA
lxxxv
22 Slamet 28 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SD
23 Mujiyono 33 Menikah Kp. Cipining RT 01/01 SD
24 Rahmat Arafah 22 Single Kp. Cipining RT 01/01 SLTP
25 Sumaris 22 Single Kp. Cipining RT 01/01 SD
lxxxvi
DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana gambaran umum Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor yang
Meliputi
- Sejarah Berdiri dan latar belakangnya
- Visi-Misi
- Sarana dan prasarana
- Kegiatan-kegiatan (Program)
- Struktur Organisasi dan
- Jumlah Santri
2. Bagaimana Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Darunnajah
Cipining-Bogor yang meliputi?
- Identifikasi kebutuhan pelatihan
- Penetapan sasaran
- Desain pelatihan yang menyangkut metode, materi dan media
- Pelaksanaan Pelatihan
- Jenis pelatihan dan
- Jenis usaha yang ada
- Evaluasi Pelatihan Kewirausahaan
3. Manfaat yang dirasakan Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor
4. Efektifitas hasil pelatihan kewirausahaan bagi santri
lxxxvii
ANGKET INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI DATA PADA SKRIPSI
YANG SEDANG PENULIS SUSUN MENGENAI SISTEM PELATIHAN
KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH CIPINING-
BOGOR
Dimohon kesedianya untuk mengisi daftar pertanyaan dibawah ini dengan memilih
salah satu jawaban yang ada (a,b dan c) disertai alasannya.
Nama :
Kelas :
Usia :
Alamat :
Jenis Pelatihan yang diikuti :
1. Menurut anda bagaimana pelaksanaan pelatihan kewirausahaan secara
keseluruhan yang anda pernah ikuti?
a. Terlalu teoritis b. Seimbang c. Terlalu praktis
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
2. Bila dikaitkan dengan kebutuhan pesantren apakah pelatihan kewirausahaan yang
dilaksanakan ?
a. Sesuai b. Tidak sesuai c. Sangat sesuai
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
3. Bagaimana metode yang diterapkan apakah sudah cukup, belum cukup atau
tidak cukup sama sekali?
a. Sudah cukup b. Belum Cukup c. Tidak cukup
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
4. Bila dikaitkan dengan kebutuhan santri apakah pelatihan kewirausahaan ?
a. Sesuai b. Sangat sesuai c. Tidak sesuai
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
5. Apakah subjek yang dibahas selama pelatihan yang pernah dan sedang
dilaksanakan telah memenuhi kebutuhan anda?
a. Cukup b. Kurang cukup c. Sangat cukup
lxxxviii
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
6. Bagaimana kesan anda tentang instrukur pelatihan kewirausahaan yang telah dan
sedang dilaksanakan?
a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
7. Hand Out yang diberikan selama mengikuti pelatihan ?
a. Sukar dimengerti b. mudah dimengerti c. Ragu-ragu
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
8. Apakah alat Bantu (over head, Proyektor, infokus, white board dll.) dalam proses
belajar pada umumnya?
a. sangat membantu b. Mengganggu c. Ragu-ragu
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
9. Bagaimana kesan anda Secara keseluruhan mengenai program pelatihan
kewirausahaan?
a. Baik sekali b. Kurang sekali c. Ragu-ragu
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
10. Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan, apakah anda tergugah untuk
berwirausaha?
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu
Berikan pendapat anda …………………………………………………………
lxxxix
Lampiran
RUTE JALAN
Kendaraan Pribadi:
Dari Jakarta keluar di pintu tol Karawaci, kemudian ikuti jalur menuju
Legok, Parung Panjang, dan Kadaka/Bunar, turun Darunnajah Cipining
Dari Bogor ikuti jalur menuju Jasinga, belok kanan di pertigaan
Kadaka/Bunar, menuju Darunnajah Cipining
Dari Pandeglang, ikuti jalur menuju Jasinga kemudian Kadaka/Bunar,
selanjutnya belok kiri menuju Darunnajah Cipining
Kendaraan Umum:
Terminal Kalideres, naik bis 'KJU' jurusan Parung Panjang, Turun di
Darunnajah Cipining
Terminal Cimone, naik angkutan jurusan Parung Panjang, ganti angkutan
umum jurusan Kadaka/Bunar, turun di Darunnajah Cipining
Terminal Cikokol, naik jurusan Karawaci, Legok, Parung Panjang, dan
Kadaka/Bunar, turun di Darunnajah Cipining
Dari Bogor, naik jurusan Jasinga, turun pertigaan Kadaka/Bunar menuju
Darunnajah Cipining
Dari Terminal Baranangsiang naik bis RUDI jurusan bogor-pandeglang lewat
rangkas bitung, turun di Kadaka/Bunar lalu naik mobil carry turun di
Darunnajah
Dari Pandeglang, naik jurusan Jasinga turun di Kadaka/Bunar, naik jurusan
Parung panjang turun di Darunnajah-Cipining
Kereta Api: Dari Jakarta, naik kereta api jurusan Rangkasbitung, turun di Parung Panjang,
naik angkutan umum turun jurusan Kadaka/Bunar turun di Darunnajah
Cipining
Dari Rangkasbitung, naik kereta api jurusan Jakarta, turun di Parung Panjang,
naik angkutan umum turun jurusan Kadaka/Bunar turun di Darunnajah
Cipining
xc
Lampiran
PETA LOKASI
xci
Hasil Wawancara
Pertanyaan:Bagaimana gambaran umum atau profil pondok pesantren Darunnajah
Cipining yang menyangkut Sejarah Berdiri dan latar belakangnya,
Visi-Misi, Sarana dan prasarana, Kegiatan-kegiatan (Program), Struktur
Organisasi dan Jumlah Santri?
Jawab: Untuk gambaran umum atau profil, kamu bisa lihat dari buku atau
dokumen pesantren, ya udah untuk point itu minggu besok saya siapkan
data-datanya.
Pertanyaan:Oh ya pak ustad sekarang bagaimana mengenai sistem pelatihan
kewirausahaan yang ada di sini yang pertama bagaimana
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan kewirausahaan?
Jawab: Oh ya dalam mengidentifikasi pelatihan pertama dilihat dari bakal peserta
pelatihan dan terlebih a melihat kebutuhan pesantren yang perlu
mengembangkan potensi usaha dan menggali sumber dana dan
KOPONTREN sendiri yang merupakan salah satu bagian penting yang
perlu dikembangkan dan dipertahankan.
Pertanyaan:Pelaksanaan pelatihan dan dari mana pelatihnya?
Jawab: Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan melakui seminar, works shop dan
lain-lain dan kemudian dipraktekan langsung dilapangan, adapun
pelatihnya disesuaikan dengan bidangnya pada setiap pelatihan
Pertanyaan:Bagaimana merancang program pelatihan diantaranya bagaimana
metode, materi dan medianya?
Jawab: Untuk metode pelatihan kami lebih menekan pada metode learning by
doing. Dan materi serta media disesuaikan dengan jenis pelatihan
Pertanyaan:Bagaimana cara menetapkan sasaran, apakah seluruh santri dilibatkan
dalam pelatihan ini?
Jawab: dalam menetapkan sasaran tidak semua santri ikut dalam pelatihan
kewirausahaan akan tetapi hanya santri terpilih, senior, dan para ustad,
anak asuh serta pemuda dan alumni yang ada disekitar sini
Pertanyaan: Cara mengevaluasi pelatihan seperti apa?
Jawab: Bagi santri yang ditempatkan pada TPUS (tempat praktek usaha santri)
evaluasi dilakukakan setiap satu bulan sekali, namun pada 2 bulan kali
xcii
atau paling lama satu tahun ada rolling pada tempat yang lain sehingga
terlihat kecondongan pada usaha yang mana mereka cocok dan
berbakat.
Pertanyaan:Masalah keuangan cara mengawasinya bagaimana?
Jawab: Peserta pelatihan lebih ditekankan penanaman keimanan dengan
mengedepankan kejujuran dan yang mengasinya adalah waskat atau
yang mengawasi adalah malaikat
Pertanyaan:Dari peserta pelatihan yang ditempatkan disetiap TPUS setiap minggu
atau setiap bulan diberikan insentif atau upah?
Jawab: Semua peserta pelatihan tidak kami berikan insentif atau upah kecuali
para peserta pelatihan yang melibatkan orang luar pesantren, mereka
diberikan uang saku pada setiap pelatihan disamping diajar ngaji pula
Oh ya untuk selanjutnya kamu bisa lihat datanya minggu besok
Lampiran
xciii
Nama Kopontren : Koperasi Pondok Pesantren Darunnajah
Tanggal Berdiri : 25 Juli 1994
Pendiri/penyelenggara : Pondok Pesantren Darunnajah Cipining-Bogor
NPWP : No.1.845.461.1-404
TDP / TDUP : No.10202600440
Susunan Pengurus Kopontren
1. Ketua : Kamilin As
2. Sekretaris : Mahfudz Sirojudin
3. Bendahara : Trimo S. Pd.I
PENGURUS PROYEK LIFE SKILLS
1. Penanggung jawab proyek : Ust. Trimo S.Pd.I
2. sekretaris : Muhammad Mudattsir
3. Bendahara : Hendro sugiarto
4. Anggota : a. Hanafi
b. Mukarrom
c. Fathul Mu’min
Pola pelatihan
xciv
N
o Hari Waktu Materi Nara sumber Moderator Tempat
1.
2
3
-
-
-
08:00-09:00
09:00-09:30
09:30-12:00
12:00-13:00
13:00-15:00
08:00-09:00
09:00-10:30
10:30-11:30
11:30-12:30
12:30-13:00
13:00-14:00
14:00-15:00
08:00-12:00
Pembukaan
Penutup / Do’a
Break
Materi AMT
ISOMA
AMT
Teknik
Pembuatan
Kandang
Teknik
Pemeliharaan
Break
Penyakit dan
pengobatan
ISOMA
Peluang pasar
Profil ternak
sukses
Kunjungan Dan
1. Sambutan Bpk.
Camat Cigudeg
2. Sambutan
ketua lembaga,
KH. Jamhari
Abdul jalal LC
Panitia
Panitia
Tim pelatih Nurul
Fikri
Tim pelatih Nurul
Fikri
Tim APP Kab.
Bogor
Tim APP Kab.
Bogor
Panitia
Tim Dinas
Peternakan Kab.
Bogor
-
Tim Dinas
Peternakan Kab.
Bogor
Bapak M.Syafei
( Peternak )
Panitia
M.Mudatsir
Mukarrom
Fathul
Mu’min
Trimo
Trimo
Panitia
Mukarrom
Fathul
Mu’min
Trimo
Panitia
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Auditorium
Lokasi
xcv
12:00-13:00
13:00
Peaktik
lapangan
ISOMA
Penutup
-
Panitia
M. Mudatsir
Peternakan
Auditorium
Sumber: Data KOPONTREN Darunnajah Cipining
xcvi
Biaya Pelatihan
N
o Uraian Vol Sat Harga satuan Jumlah
1 Konsumsi
- Snack
- Makan siang
45x1x3 hari
45 x 3 hari
Orang
Orang
3000
6000
405.000
810.000
2 Transportasi
- Nara Sumber Tim
AMT
Nurul Fikri, Jakarta
- Nara Sumber Tim
APP, Bogor
- Nara Sumber Tim
Dinas Peternakan
Kab. Bogor
- Bapak Camat
- Profil Sukses
1
1
1
1
1
Tim
Tim
Tim
Orang
Orang
3.000.000
1.800.000
1.800.000
250.000
200.000
3.000.000
1.800.000
1.800.000
250.000
200.000
3 Makalah 9x30 Bundel 5000 1.350.000
4 Dokumentasi, Dekorasi
- Dokumentasi
- Dekorasi
250.000
150.000
250.000
150.000
5
.
Perlengkapan/peralatan 110.000 110.000
Sumber: Data KOPONTREN Darunnajah Cipining-Bogor