sistem komunikasi da lam ppemanf aatan bibit...

28
SIST TO TEM KO OLERAN T PU BA OMUNIK N RENDA TANI TE USAT SOSI ADAN PEN Proposal KASI DA AMAN S ERHADA T RITA IAL EKONO ELITIAN D KEMENT l Penelitian ALAM P SEBAGA AP PER Tim Peneli A NUR SUH OMI DAN K DAN PENGE TERIAN PE 2014 n TA. 2015 PEMANF AI ADAP RUBAHA iti: HAETI KEBIJAKAN EMBANGA ERTANIAN 5 FAATAN PTASI K AN IKLI N PERTAN N PERTAN N BIBIT KELUAR IM IAN NIAN T PADI RGA

Upload: buianh

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

SISTTO

TEM KOOLERAN

T

PUBA

OMUNIKN RENDATANI TE

USAT SOSIADAN PEN

Proposal

KASI DAAMAN SERHADA

T

RITA

IAL EKONOELITIAN D

KEMENT

l Penelitian

ALAM PSEBAGAAP PER

Tim Peneli

A NUR SUH

OMI DAN KDAN PENGETERIAN PE

2014

n TA. 2015

PEMANFAI ADAP

RUBAHA

iti:

HAETI

KEBIJAKANEMBANGAERTANIAN

5

FAATANPTASI K

AN IKLI

N PERTANN PERTAN

N BIBITKELUARIM

IAN NIAN

T PADI RGA

Page 2: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Bab I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang rakyatnya mengkonsumsi beras paling tinggi di dunia

(Suswono, 2013). Menurut Wirjawan (2012), kebutuhan beras per kapita Indonesia adalah 139

kg/tahun, lebih dari negara-negara yang rakyat mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan

pokok, misalnya Jepang: 60 kg/tahun, China: 70 kg/tahun,Thailand:79 kg/tahun. Selain

merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95 persen rakyat Indonesia, padi juga telah

menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan (Puslitbang

Tanaman Pangan, 2013). Produksi padi dapat berasal dari lahan sawah irigasi (irrigated

lowland), lahan kering (upland, rainfed), dan lahan basah (wetland). Lahan basah terdiri dari

rawa pasang surut (tidal swamp), rawa lebak (lowland swamp) dan lahan tergenang lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan beras tersebut di atas, produksi beras dalam negeri dituntut untuk

terus-menerus meningkat. Namun untuk dapat meningkatkan produksi banyak menghadapi

tantangan, antara lain: (1) alih fungsi lahan-lahan subur yang memiliki produktivitas tinggi; (2)

kehilangan saat panen dan pascapanen yang belum dapat diatasi secara baik dan benar dan (3)

dampak negatif perubahan iklim.

Alih fungsi lahan pertanian (terutama sawah) menjadi lahan non-pertanian (bangunan,

jalan, keperluan industri, dsb.) tidak dapat dihindari karena land rent ratio dari sektor pertanian

lebih kecil dari pada sektor industri dan jasa. Padahal sebagian besar alih fungsi lahan terjadi di

lahan subur yaitu di Pulau Jawa, sehingga memperburuk pertumbuhan produksi beras. Selain

itu, kehilangan atau susut selama pengolahan padi menjadi beras juga memberikan kontribusi

dalam menghambat laju pertumbuhan produksi beras.

Perubahan iklim ini lebih sering menimbulkan dampak negatif (Mishra & Prakash, 2013)

seperti bencana banjir terutama pada wilayah-wilayah pesisir dan rawan tergenang, misalnya

rawa lebak atau rawa pasang surut, atau lahan yang terkena banjir. Perubahan iklim banyak

memicu badai sehingga kemungkinan terjadi banjir atau genangan semakin tinggi. Dengan

adanya kejadian banjir, petani bisa mengalami kerugian bahkan terancam puso karena tidak

mampu menyediakan modal pengganti biaya usahatani. Makarim dkk., (2011) menyebutkan

bahwa daerah rawan banjir di Indonesia semakin meluas dengan frekuensi kejadian yang lebih

sering menyebabkan kerusakan pertanaman (puso) atau penurunan hasil. Selanjutnya Makarim

Page 3: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

dkk., (2011) juga menyatakan bahwa daerah rawan banjir di Indonesia akibat perubahan iklim

global semakin meluas dan dengan frekuensi kejadian yang lebih sering. Daerah-daerah

tersebut umumnya memiliki pertanaman padi yang cukup luas, karena sejak lama daerah ini

cukup air dan datar sehingga digolongkan ke sangat sesuai dalam sistem klasifikasi kesesuaian

lahan untuk padi sawah. Makarim dkk., (2009) menyebutkan bahwa area rawan banjir di

Indonesia diperkirakan seluas 13,3 juta ha, terdiri atas 4,2 juta ha genangan dangkal, 6,1 juta

ha genangan sedang dan 3 juta ha genangan dalam.

1.2. Dasar Pertimbangan dan Hasil Penelitian yang Telah Dicapai

Kerugian petani padi akibat dampak perubahan iklim dapat dikurangi dengan mengganti

varietas padi yang ditanam dengan varietas tahan genangan (submergence tolerant), biasa

disebut Bibit Sub-1. Varietas padi ini dapat bertahan terendam air (banjir)sampai 14 hari

(Adnyana dkk., 2009). Kenyataan ini didukung oleh Peñalba dan Elazegui (2013) yang

menyimpulkan bahwa petani di Laos yang lahannya rentan terhadap banjir dan tanah longsor

memerlukan varietas padi toleran rendaman.

Rata-rata kehilangan hasil akibat bencana banjir di Jawa Barat adalah 1.005 kg/ha,

sedangkan kehilangan hasil akibat kekeringan adalah 273 kg/ha (Adnyana dkk., 2009). Di

Sumatera Selatan, kerugian tersebut mencapai 570 kg/ha jika terendam kurang dari tujuh hari,

sedangkan jika terendam lebih dari tujuh hari maka kehilangan hasil dapat mencapai 1.606

kg/ha. Penggunaan varietas toleran rendaman diharapkan dapat mengurangi kerugianpetani.

Namun ketersediaan bibit padi toleran rendaman (PTR) dan kemauan serta kesadaran petani

untuk menggunakannya masih banyak dipertanyakan. Misalnya, di Sulawesi Tengah petani di

lahan rawa masih tetap menggunakan varietas padi lahan sawah irigasi yang produktivitasnya

rendah (1,27 ton/ha). Padahal jika menggunakan bibit PTR, potensi produktivitasnya lebih

tinggi yaitu 7,5-10,17 ton/ha (Basrum dkk., 2012).

Jika lahan rawan genangan dan banjir seluas 13,2 juta ha diusahakan dengan padi toleran

rendaman, maka potensi produksi yang akan diperoleh adalah 99,75 – 135,26 juta ton gabah

kering panen (GKP)/musim. Konversi GKP menjadi gabah kering giling (GKG) adalah 86,02

persen, sehingga akan diperoleh GKG sebesar 85,81 -116,35 juta ton/musim. Angka konversi

GKG menjadi beras adalah 62,74 persen, sehingga jumlah GKG tersebut di atas setara dengan

Page 4: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

53,84-73,00 juta ton beras. Jika kebutuhan beras Indonesia sekitar 35 juta ton/tahun

(Puslitbang Tanaman Pangan, 2013) maka potensi produksi ini dapat memenuhi kebutuhan

beras Indonesia lebih dari setahun. Perlu diingat bahwa angka tersebut baru dalam jangka

waktu satu musim. Jika Indeks Pertanaman (IP) dapat ditingkatkan, potensi produksi bisa lebih

tinggi.

Dalam usahatani padi sawah, kegiatan pra-panen terutama pengolahan lahan sampai

penanaman bibit padi mengambil proporsi biaya yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS)

menyebutkan bahwa secara nasional biaya usahatani dengan imputasi (sewa lahan dan tenaga

kerja keluarga dihitung sebagai pengeluaran), besarannya dapat mencapai lebih dari Rp 10

juta/ha, dan jika tidak diperhitungkan biayanya mencapai sekitar 50 persen. Proporsi biaya

untuk bibit dan pengolahan lahan sampai siap tanam adalah sepertiganya atau sekitar 30-35%,

baik dengan imputasi atau pun tanpa imputasi (BPS, 2008). Jika bibit padi yang dipakai bukan

yang tahan genangan maka jika terjadi genangan/banjir, petani harus menyediakan ulang biaya

Bibit, pupuk dan pestisida dan pengolahan lahan sampai siap tanam. Jika tidak diganti maka

dapat dipastikan petani akan mengalami puso.

Pada periode tahun 2007 sampai dengan 2009, Pulitbang Tanaman Pangan bekerja sama

dengan International Rice Research Institute (IRRI) dan dukungan Pemerintah Jepang telah

menyebarkan varietas padi toleran rendaman kepada para petani di berbagai wilayah rawan

banjir dan daerah rawa/pasang surut Indonesia, seperti Pantai Utara Jawa, rawa pasang surut

di Kalimantan Selatan dan rawa lebak di Sumatera Bagian Selatan. Varietas padi toleran

rendaman tersebut adalah Inpara 3, Inpara 4 dan Inpara 5. Penyebaran varietas toleran

rendaman ini sudah mencapai seluruh Indonesia, namun pemanfaatannya sangat rendah

(Basrum dkk., 2012). Menurut Ikhwani (komunikasi pribadi, 2013), preferensi petani terhadap

varietas baru toleran rendaman memang rendah karena petani lebih menyukai varietas yang

lama (Ciherang), selain itu beras dari padi toleran rendaman kurang laku dijual di pasaran atau

jika laku pun harganya lebih rendah.

Sayaka dkk., (2006) menyatakan bahwa sistem penyediaan bibit tradisional (tidak melalui

sistem formal) masih banyak dilakukan petani. Hal ini sesuai dengan penelitian Tatlonghari et

al., (2012) bahwa keputusan adopsi varietas padi baru sangat dipengaruhi oleh

keluarga/kerabat dan teman sesama petani. Selain itu, Tatlonghari et al., (2012) juga meneliti

jaringan sosial berbasis gender untuk melihat bagaimana ketidaksetaraan gender

Page 5: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

mempengaruhi keefektivan modal sosial melalui jaringan sosialnya. Selanjutnya, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa informasi peluang pria dan wanita bervariasi dalam hal

paparan dan kontrol informasi. Perbedaan ini terutama dipengaruhi oleh setting sosial dan

budaya dalam sistem pertanian padi dan masyarakat. Perbedaan gender harus diperhitungkan

saat menyelidiki faktor-faktor penentu jaringan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi

jaringan sosial berbeda berdasarkan jenis kelamin. Misalnya, laki-laki yang telah berusia lanjut

cenderung memiliki jaringan sosial yang lebih besar, sedangkan perempuan dari keluarga

petani kaya cenderung memiliki jaringan sosial yang lebih besar.

Diduga, kerja diseminasi masih belum optimal, terutama dalam mengajak petani sebagai

sasaran pembangunan paham dan mau menerapkan hasil-hasil penelitian, termasuk berbagai

hasil penelitian yang berkaitan dengan varietas padi toleran rendaman. Kerja diseminasi ini

tentunya tidak akan terlepas dari mekanisme komunikasi dari tingkat pusat/nasional,

regional/daerah sampai ke tingkat rumahtangga.

Unsur komunikasi terdiri dari Sumber, Pesan, Saluran dan Penerima (Berlo, 1960).

Sumber harus kredibel (dapat dipercaya) dan menarik. Sumber dapat terdiri dari penyuluh,

pedagang saprotan, peneliti dan petani maju yang telah menggunakan varietas padi toleran

rendaman (PTR). Pesan memiliki usnsur karakteristik seperti: menarik, lengkap, mudah

dipahami dan sederhana. Di dalam penelitian ini yang menjadi inovasi adalah teknologi bibit

PTR yang akan mendukung terjadinya peningkatan pendapatan yang pada gilirannya akan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga tani. Saluran komunikasi

ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, elektronik). Penerima tentunya

tidak dapat diabaikan, karena berbagai karakteristiknya tentu menentukan proses difusi inovasi

yang terjadi. Karakteristik petani antara lain:(1) jenis kelamin; (2) kebutuhan riil: jumlah

anggota keluarga; (3) keinovatifan: innovator, pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas akhir

dan kolot; (4) tingkat pendidikan, (5) pengalaman berusahatani, (6) keikutsertaan dalam

pendidikan dan latihan usahatani; (6) norma-norma sosial: status sosial; (7) karakteristik sosek:

pekerjaan; (8) luas penguasaan lahan; (9) status penguasaan lahan; (10) peubah personal

(umur, jenkel, dll); (11) perilaku komunikasi (kekosmopolitan) dan (12) kepemilikan media

komunikasi. Selain itu, terdapat berbagai faktor eksternal yang harus dipertimbangkan karena

memepengaruhi proses difusi inovasi yaitu antara lain: (1) kebijakan; (2) budaya serta (3)

sarana dan prasarana.

Page 6: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Proses difusi inovasi terdiri dari lima jenjang (DeVito, 2011) yaitu: 1. Pengetahuan; (2)

Persuasi; (3) Pengambilan keputusan; (4) Implementasi dan (5) Konfirmasi. Selain itu, dalam

penyediaan bibit padi di tingkat petani, sering terjadi pertukaran bibit, dan peran perempuan

dalam hal ini cukup signifikan (Tatlonghari et al., 2012). Jika petani sudah menerapkan dengan

baik berbagai teknologi yang diintroduksikan, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan dan

sekaligus akan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Untuk itu, diperlukan penelitian

tentang intervensi mekanisme komunikasi dan peran anggota keluarga dalam pemanfaatan

bibit PTR, dikaitkan dengan dimensi sosial ekonomi keluarga petani sebagai adaptasi petani

terhadap perubahan iklim.

Mencermati dan terkait dengan situasi dan kondisi di atas, perumusan masalah yang ada

dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi keluarga tani pada proses difusi inovasi pemanfaatan bibit PTR di lokasi

penelitian?

2. Seperti apa sistem komunikasi (sumber, pesan, saluran dan penerima) keluarga tani pada

proses difusi inovasi pemanfaatan bibit PTR di lokasi penelitian?

3. Berapa besar pengaruh sistem komunikasi terhadap kondisi keluarga tani pada proses difusi

inovasi pemanfaatan PTR?

4. Bagaimana adaptasi keluarga petani padi, dan sejauh mana pengaruh proses difusi inovasi

pemanfaatan bibit PTR terhadap adaptasi keluarga tani tersebut; dan

5. Sejauhmana pengaruh daya adaptasi keluarga tani tersebut terhadap tingkat kesejahteraan

mereka?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kondisi keluarga tani pada proses difusi

inovasi pemanfaatan bibit PTR di lokasi penelitian; (2) Menganalisis mekanisme komunikasi

(sumber, pesan, saluran dan penerima) keluarga tani pada proses difusi inovasi pemanfaatan

bibit PTR di lokasi penelitian; (3) Menganalisis pengaruh mekanisme komunikasi terhadap

kondisi keluarga tani pada pemanfaatan bibit PTR; (4) Mengidentifikasi adaptasi keluarga petani

padi dan menganalisis pengaruh kondisi keluarga tani pada pemanfaatan bibit PTR; dan (5)

Page 7: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Menganalisis pengaruh daya adaptasi keluarga tani tersebut terhadap tingkat kesejahteraan

mereka.

1.4. Keluaran Penelitian

Keluaran penelitian ini adalah: (1) Informasi kondisi keluarga tani pada proses difusi

inovasi pemanfaatan bibit PTR di lokasi penelitian; (2) Informasi mekanisme komunikasi

(sumber, pesan, saluran dan penerima) keluarga tani pada proses difusi inovasi pemanfaatan

bibit PTR di lokasi penelitian; (3) Informasi pengaruh mekanisme komunikasi terhadap kondisi

keluarga tani pada pemanfaatan bibit PTR; (4) Informasi adaptasi keluarga petani padi dan

menganalisis pengaruh kondisi keluarga tani pada pemanfaatan bibit PTR; dan (5) Informasi

pengaruh daya adaptasi keluarga tani tersebut terhadap tingkat kesejahteraan mereka.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Kegiatan yang Dirancang

Penelitian diharapkan dapat menjelaskan bagaimana mekanisme komunikasi (delivery

system) tentang pemanfaatan bibit PTR termasuk kesadaran petani dan keluarganya tentang

perubahan iklim dan daya adaptasinya. Mekanisme komunikasi itu sendiri akan dilihat mulai

dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten sampai ke tingkat rumahtangga khususnya dalam

pemanfaatan bibit PTR serta adaptasi keluarga petani terhadap perubahan iklim tersebut. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

merumuskan kebijakan komunikasi diseminasi dan difusi inovasi tentang pemanfaatan bibit PTR

dan adaptasi keluarga tani terhadap perubahan iklim. Selain itu, hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan produksi padi khususnya

produksi padi dari wilayah rawan genangan serta untuk pengembangan teori komunikasi dalam

difusi inovasinya.

Page 8: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Bab II. TINJAIAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Komunikasi

Berlo (1960) memusatkan perhatian pada proses komunikasi. Berlo menyatakan bahwa

pemaknaan ada pada manusia bukan kata kata. Dengan kata lain pemaknaan dari sebuah

pesan ada pada gerak tubuh para komunikan bukan pada pesan itu sendiri. Konsep sumber

dan penerima diperluas. Berlo adalah yang pertama yang menempatkan pancaindera sebagai

bagian dari komunikasi. Dalam model komunikasi Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri

dari empat Proses Utama yaitu Source, Message, Channel, dan Receiver (SMCR) lalu ditambah

tiga Proses Sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.

Source (Sumber): Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam

komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan

individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam

organisasi, partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source,

sender, atau encoder. Menurut Berlo, source dan receiver dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti: keterampilan berkomunikasi, tindakan yang diambil, luasnya pengetahuan, sistem

sosial, dan kebudayaan lingkungan sekitar.

Message (Pesan): pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan

oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan

juga bisa bersifat propaganda. Pesan dapat disampaikan melalui dua cara, yaitu secara verbal

dan nonverbal yang bisa disampaikan melalui tatap muka atau melalui sebuah media

komunikasi. Pesan bisa juga dikatakan sebagai message, content, atau information. Pesan yang

diutarakan dikembangkan sesuai dengan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Kemudian

channel yang akan digunakan berhubungan langsung dengan panca indera, yaitu dengan

melihat, mendengar, menyentuh, mencium bau-bauan, dan mencicipi.

Channel (saluran komunikasi): Sebuah saluran komunikasi terdiri atas tiga bagian. Lisan,

Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut.

Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan

adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat

Page 9: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan

media cetak (koran, surat kabar, majalah, dll.), dan media elektornik(TV, Radio). Untuk

Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa,

karena internet mencakup segalanya.

Receiver (Penerima Pesan): Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari

komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah

proses komunikasi, karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima

dapat juga disebut sebagai publik, khalayak, masyarakat, dll.Receiver meliputi aspek

keterampilan dalam berkomunikasi, sikap,pengetahuan,system social, kebudayaan.

Elemen tambahan yang terdiri dari: (1) Feedback (Umpan Balik): adalah suatu respon

yang diberikan oleh penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan kepada penerima sasaran

(khalayak), namun juga bisa didapatkan dari media itu sendiri; (2) Effect: Sebuah komunikasi

dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri sendiri

yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif atau positif) setelah

menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang dapat mengubah pengetahuan,

perasaan, dan perilaku (kognitif, afektif, dan konatif); dan (3) Lingkungan: adalah sebuah

situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi.

DeVito (2011) menjelaskan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang

atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi

dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk

melakukan umpan balik. Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga

dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis, dan temporan. (a) Lingkungan

merupakan tempat terjadi komunikasi disebut sebagai lingkungan fisik atau lingkungan nyata;

(b) Dimensi sosial psikologis meliputi antara lain tata hubungan status yang terlibat didalam

komunikasi, peran yang dijalankan, serta aturan budaya dimana mereka berkomunikasi.

Termasuk didalam konteks ini adalah rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau

informalitas, serius atau senda gurau;(c) Dimensi temporal (waktu) merupakan waktu pada

saat komunikasi berlangsung. Secara grafis model komunikasi DeVito dapat dilihat pada

Gambar 1:

Page 10: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Se

penemu

meyakin

media.

Lit

komunik

komunik

commun

meneka

sistem

adalah

(face to

commun

kelompo

dan ben

massa (

sejumla

elanjutnya

uan diri, be

nkan, dan u

ttlejohn (20

kasi yaitu

kasi organi

nication) ad

ankan bagai

syaraf dan

komunikasi

o face) maup

nication) m

ok kecil; (d

ntuk komun

(mass com

h khalayak

Gambar 1.

DeVito me

rhubungan,

ntuk berma

005) meng

komunikas

isasi dan

dalah komun

mana jalan

n inderanya

antar pero

pun melalui

memfokuskan

) komunika

nikasi yang

mmunication)

yang besar

Universal K

ngatakan b

, baik deng

ain. Komunik

gemukakan

i intrapriba

komunikasi

nikasi yang

nya proses

a; (b) kom

orangan da

media (mis

n pembaha

asi organisa

terjadi da

) adalah ko

.

Komunikasi A

bahwa tuju

gan keluarga

kasi tersebu

bahwa da

adi, komun

massa. (a

terjadi dala

pengolahan

munikasi ant

an bersifat

salnya telep

asannya p

si (organiza

lam kontek

omunikasi m

Antarmanus

uan manusi

a, tetangga

ut dilakukan

lam komun

ikasi antar

a) Komuni

am diri sese

n informasi

tar pribadi

pribadi bai

pon, surat);

ada interak

ation comm

ks dan jarin

melalui med

sia Menurut

a berkomu

a, maupun

n secara lang

nikasi diken

rpribadi, ko

kasi intrap

eorang. Kom

yang dialam

(interperso

k yang terj

(c) komunik

ksi diantara

munication)

ngan organi

dia massa y

t DeVito

unikasi adal

teman kant

gsung maup

nal adanya

omunikasi k

pribadi (intr

munikasi int

mi seseoran

onal comm

jadi secara

kasi kelomp

a orang-ora

mengarah

isasi; (e) k

yang dituju

lah untuk

tor, untuk

pn melalui

berbagai

kelompok,

trapersonal

tra pribadi

ng melalui

munication)

langsung

pok (group

ang dalam

pada pola

komunikasi

ukan pada

Page 11: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Laswell dalam Saleh (2006) menyatakan tentang fungsi komunikasi, yaitu untuk

pengamatan terhadap lingkungan; penghubung bagian-bagian yang ada didalam masyarakat

agar masyarakat dapat memberi respon terhadap lingkungan tersebut; dan pemindahan

warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konsep pengamatan terhadap

lingkungan merupakan pengumpulan dan distribusi informasi mengenai peristiwa-peristiwa

yang terjadi dalam suatu lingkungan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

masyarakat. Komunikasi sebagai penghubung bagian-bagian masyarakat mengandung arti

melakukan interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan, dan selanjutnya

memberitahukan cara-cara memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi. Adapun fungsi

komunikasi sebagai pemindahan warisan sosial dari satu generasi ke genderasi berikutnya

berfokus pada mengkomunikasikan pengetahuan, nilai-nailai, norma-norma sosial dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Pengertian Kesadaran

Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat

(kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari

pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tahu dan mengerti, misalnya, rakyat telah sadar

akan politik. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan

Tuhan yang lain. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat

menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari

penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan

kondisi tertentu dalam lingkungan. Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan

keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi

dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada

tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian).

Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak

begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni

yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan

kekacauan yang tidak terdiferensiasikan. Kesadaran yang terdiskriminasi pada tingkatan persep.

Persepsi merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis tersimpan dan diintegrasikan

oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami

Page 12: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu

(the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi

sebagai bagian komponen dari persepsi tidak langsung diperoleh manusia jauh kemudian,

merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual. Berdasarkan uraian diatas maka

kesadaran petani dalam memahami perubahan iklim dan ketersediaan bibit PTR untuk

memperbaiki pola usahatani yang dilakukannya, indikator dalam variabel kesadaran petani

adalah kesadaran petani yang dibagi kepada dua hal yaitu (a) kesadaran diferensiasi dan (b)

kesadaran integrasi.

Pengertian preferensi

Preferensi atau selera adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial,

khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatif-alternatif

dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan,

gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari

motivasi. Di ilmu kognitif, preferensi individual memungkinkan pemilihan tujuan/goal. Banyak

faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang yang dapat berasal dari lingkungan (stimulus)

dan yang berasal dari individunya sendiri. Diantara faktor tersebut adalah adanya ketersedian

informasi yang dimiliki dan motivasi seseorang untuk pencapaian suatu keinginan. Berdasarkan

uraian di atas, maka preferensi petani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah preferensi

petani (sebagai sumber motivasi yang meliputi) dalam menentukan jenis Bibit yang digunakan

dalam usahatani padi: (1) ketersediaan informasi, (2) keinginan berhasil, (3) pencapaian

tujuan.

Difusi inovasi

Teori difusi inovasi dikemukakan Rogers (1995) dalam Littlejohn (2009) menyatakan

bahwa inovasi disebarkan melalui jalur tertentu sepanjang waktu dan dalam suatu sistem sosial

tertentu. Setiap manusia memiliki tingkat keinginan yang berbeda untuk mengadopsi inovasi.

Hasil pengamatan Rogers menunjukkan bahwa porsi penduduk yang mengadopsi suatu inovasi

mendekati distribusi normal dari waktu ke waktu. Jika distribusi normal ini dibagi sesuai dengan

Page 13: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

segmennya, didapatkan lima kategori keinovatifan seseorang yang diurutkan berdasarkan

kecepatan pengadopsian suatu inovasi, yaitu;

1. Inovator: Adalah kelompokorang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.

Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-

orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak

geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis di

perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi. Jika kita kaitkan dengan perubahan iklim

dan pemakaian Bibit toleran rendaman untuk mengatasi kondisi pertanian yang mengalami

gangguan iklim, maka dapat dikatakan bahwa Inovator adalah seorang atau sekelompok

orang yang berani untuk mencoba menanam padi dengan Bibit toleran rendaman. Kemudian

Inovator akan memberikan informasi lebih baik dan mudah menjelaskan kepada pengguna

Bibit toleran rendaman lainnya. Dalam hal ini ada berbagi pengalaman dalam bertani;

2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter

seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari

informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh

kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru. Jika

dikaitkan dengan pengaruh iklim dan penggunaan Bibittolerandan rendaman maka dapat

dikatakan bahwa Pengguna awal dalam bibit PTR ini merupakan kelompok yang selalu

mencari informasi tentang pola tanam ataupun informasi lain yang berhubungan dengan

iklim dan Bibit toleran rendaman;

3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi

kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan

berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi,

bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi

penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas

bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat. Jika dikaitkan dengan

perubahan iklim dan penggunaan bibit PTR, maka dapat dikatakan bahwa mayoritas awal

merupakan kelompok yang selalu membuat kompromi dengan kelompok lainnya untuk

memutuskan dalam mengadopsi pola penggunaan bibit atau pola menghadapi perubahan

iklim;

4. Mayoritas akhir: Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi.

Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi

Page 14: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa

memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk

mengadopsi inovasi. Jika dikaitkan dengan perubahan iklim dan penggunaan bibit PTR, maka

dapat dikatakan bahwa mayoritas akhir ini adalah kelompok yang akan melakukan adopsi

dalam pola penggunaan bibit PTR, jika secara ekonomi mereka diuntungkan maka mereka

akan melakukan penggunaan bibit PTR sebagai sebuah solusi untuk penggunaan bibit yang

dapat mengatasi usahatani tidak gagal, dan

5. Kolot atau laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi.

Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal-hal baru. Kelompok ini

biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan

mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru

sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman. Dapat

dikatakan bahwa kelompok ini adalah kelompok yang sangat tradisional dan terlalu hati-hati.

Para petani akan mengalami banyak hal dalam menerima informasi tentang perubahan

iklim dan informasi inovasi Bibitpadi toleran rendaman yang merupakan salah satu Bibit yang

dapat membantu dan mengatasi petani padi dalam usahatani. Lebih lanjut Rogers dalam

Littlejohn (2009) mengemukan tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi yaitu; (1)

Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika petani mulai melihat, dan

mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal

biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga

mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti

dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya

jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat

mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi

interpersonal dan kedekatan secara fisik; (2) Pengadopsian: Dalam tahap ini petani mulai

menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh petani

ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan

yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga

dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan

untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah

mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka

mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi

Page 15: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi

pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di

hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut

serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan

nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang

dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya; (3)

Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan

menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi

bisa secara luas diadopsi oleh petani. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian

dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset

menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi

melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa

lebih cepat menyadarkan petani mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran

komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk mengadopsi

inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Proses difusi inovasi mengarahkan petani untuk melakukan adopsi yang benar dan tepat.

Rogers dalam Littlejohn (2009) dan Rogers (2003) menjelaskan fungsi komunikasi dalam proses

difusi inovasi melakukan proses adopsi informasi sebagai berikut:

1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi

baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai

saluran komunikasi yang ada, bisa melalui mediaelektronik, media cetak, maupun

komunikasiinterpersonal di antara masyarakat;

2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon

pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi

inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia

mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut;

3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir

apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti

setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat

perubahan dalam pengadopsian.

Page 16: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh

tentang inovasi tersebut, dan

5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari

pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak,

seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup

kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi

menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Keluarga Tani

Berbagai definisi keluarga disampaikan para ahli, antara lain, keluarga bisa berarti ibu,

bapak, anak-anaknya atau seisi rumah yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Selain itu

keluarga juga berarti kaum yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.Definisi lainnya keluarga

adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan

darah,perkawinan,atau adopsi serta tinggal bersama.

Para ahli sosiologi berpendapat bahwa asal-usul pengelompokan keluarga bermula dari

peristiwa perkawinan. Dari sinilah pengertian keluarga dapat dipahami dari berbagai segi.

Pertama, dari segi orang melangsungkan perkawinan yang sah serta di karuniai

anak.Kedua,lelaki dan perempuan yang hidup bersama serta memiliki seorang anak namun

tidak pernah menikah.Ketiga dari segi hubungan jauh antaranggota keluarga, namun masih

memilki ikatan darah. Keempat, keluarga yang mengadopsi anak dari orang lain.

Beberapa pengertian keluarga di atas secara sosiologis menunjukkan bahwa dalam

keluarga itu terjalin suatu hubungan yang sangat mendalam dan kuat, bahkan hubungan

tersebut bisa di sebut dengan hubungan lahir batin.Adanya hubungan ikatan darah

menunjukkan kuatnya hubungan yang dimaksud. Hubungan antara keluarga tidak saja

berlangsung selama mereka masih hidup tetapi setelah mereka meninggal dunia pun masing-

masing individu. Individu masih memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Salah satu fungsi keluarga adalah adalah fungsi ekonomis, keluarga berusaha untuk

memenuhi segala keperluan anggota keluarganya. Keluarga Tani adalah keluarga yang

penghasilannya dominan berasal dari sektor pertanian. Perilaku ekonomi komunitas petani,

Page 17: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

secara implisit dan eksplisit mengidentifikasi hubungan antara dimensi ekonomi dan konteks

sosial budaya suatu sistem berada. Beckerdalam Priyanti (2007) mengembangkan teori yang

mempelajari tentang perilaku rumahtangga dan merupakan dasar dari Ekonomi Rumahtangga

Baru (New Household Economics). Rumahtangga dipandang sebagai pengambil keputusan

dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta hubungan alokasi waktu dan pendapatan

rumahtangga yang dianalisis secara simultan. Formulasi ini menyatakan bahwa terdapat dua

proses dalam perilaku rumahtangga, yakni proses produksi yang digambarkan oleh fungsi

produksi dan proses konsumsi untuk memilih barang dan waktu santai yang dikonsumsi.

Formulasi Becker tersebut tidak memasukkan variabel waktu santai, sehingga Gronaudalam

Priyanti (2007) mengembangkan model ekonomi rumahtangga dengan membedakan secara

eksplisit antara waktu santai dengan waktu bekerja dalam rumahtangga.

Dengan asumsi bahwa perilaku rumahtangga untuk melaksanakan kegiatan rumahtangga

dan waktu santai bereaksi sama terhadap perubahan lingkungan, Gronau berpendapat bahwa

tidak adanya variabel waktu santai dalam formulasi Becker disebabkan oleh kesulitan dalam

membedakan antara pekerjaan rumahtangga dan waktu santai. Singh dan Janakrim dalam

Priyanti (2007) mengembangkan formulasi tersebut dengan model bahwa rumahtangga adalah

pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi dalam hubungannya dengan

alokasi waktu.

Dari uraian di atas, maka sistem ekonomi rumahtangga petani yaitu yang terkait dengan:

(1) produksi, (2) alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga, (3) penggunaan input dan biaya

produksi, (4) penerimaan dan pendapatan, (5) serta pengeluaran. Produksi sistem integrasi

produksi padi dalam satu tahun. Penggunaan tenaga kerja keluarga dialokasikan untuk usaha

padicurahan untuk usahatani milik orang lain, dan usaha di luar pertanian. Biaya sarana

produksi terdiri atas biaya sarana penggunaan input produksi dan tenaga kerja. Penerimaan

usaha merupakan jumlah penerimaan yang diterima oleh petani dari masingmasing volume

usahatani yang dihasilkan dengan harga output. Selisih antara masing-masing penerimaan

usaha dan biaya sarana produksi merupakan pendapatan petani untuk usahataninya.

Penerimaan dari usaha buruh tani maupun buruh non-pertanian, disamping penerimaan petani

dari usaha luar pertanian dan usaha tetap lainnya juga merupakan pendapatan total

rumahtangga petani. Struktur pengeluaran rumahtangga petani terdiri atas alokasi pengeluaran

rutin yang harus dibayar untuk konsumsi pangan dan non-pangan, pengeluaran pendidikan dan

Page 18: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

kesehatan sebagai investasi sumberdaya, investasi produksi, tabungan dan cicilan kredit untuk

usahatani.

Bertrand dalam Ranjabar (2006) mengemukakan bahwa proses-proses dalam sistem

sosial mencakup:(a) komunikasi (communication); dalam sistem sosial komunikasi berfungsi

sebagai suatu yang penting untuk menyampaikan informasi, mengutarakan sikap, perasaan

atau kebutuhan, (b) memelihara tapal batas (boundary maintenance); semua sistem sosial

mempunyai cara-cara tertentu untuk melindungi atau mempertahankan identitasnya, (c)

penjalinan sistem (systemic linkage); suatu proses menjalin ikatan antara suatu sistem dengan

sistem lainnya, (d) sosialisasi (socialization);suatu proses penyebaran warisan-warisan sosial

dan budaya oleh seseorang dari masyarakatnya, (e) pengawasan sosial (social control), sebagai

suatu proses pembatasan atau pengekangan tingkah laku, (f) pelembagaan

(institutionalization);merupakan proses pengesahan suatu pola tingkah laku tertentu menjadi

hukum, yaitu diakui sebagai benar dan tepat, (g) perubahan sosial (social change); sebagai

suatu perubahan didalam pola interaksi sosial yang berlaku. Berdasarkan uraian diatas, jika

dihubungkan dengan perubahan iklim dan ketersediaan bibit padi yang akan di pakai oleh

petani padi di lokasi penelitian maka ada indikator penelitian yang mencakup variabel sistem

sosial petani adalah:(1) Pola komunikasi antarpetani, (2) kelembagaan petani, (3) penjalinan

sistem (systemic linkage), (4) budaya petani, dan (5) pengawasan sosial.

Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Usahatani Padi

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara

statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini bisa juga

berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata,

contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit. Perubahan iklim

terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah Bumi. Dalam

penggunaannya saat ini, khususnya pada kebijakan lingkungan, perubahan iklim merujuk pada

perubahan iklim modern. Perubahan ini dapat dikelompokkan sebagai perubahan iklim

antropogenik atau lebih umumnya dikenal sebagai pemanasan global atau pemanasan global

antropogenik.

Page 19: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekuensi maupun

intensitas kejadian cuaca ekstrim. IPCC (2007) menyatakan bahwa pemanasan global dapat

menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti

peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan

pola angin, mempengaruhi masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran

populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai

ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi (termasuk ekosistem di

daerah Artika dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai.

Perubahan iklim global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim sehingga daerah

sentra produksi padi yang kebanyakan berada pada lokasi dataran rendah sangat rentan

terhadap semakin besarnya peluang terjadinya banjir. Bencana banjir tersebut sangat

berpengaruh terhadap sistem budidaya tanaman padi.

Telah diakui bahwa revolusi hijau telah berhasil meningkatkan produksi padi nasional

meskipun disadari berbagai kekurangannya, antara lain: (1) terfokusnya pada pengembangan

lahan sawah irigasi, (2) input produksi tinggi dengan tingkat efisiensi rendah, (3) aspek

lingkungan dan kestabilan produktivitas jangka panjang kurang terperhatikan. Oleh karena itu

perhatian yanglebih besar perlu diberikan pada pengembangan varietas untuk lingkungan sub-

optimal, sepertilahan kering, sawah tadah hujan, dan lahan rawa/pasang surut (Claassen and

Shaw, 1970; Suardi dan Ridwan, 2004; Suprihatno dan Darajat, 2008).

Perubahan iklim global seperti peningkatan temperatur udara, peningkatan ketinggian

permukaan air laut dan perubahan pola hujan yang menyebabkan terjadinya kekeringan dan

kebanjiran secara ekstrim (Mirza,2003).Perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap

kondisi agroklimatologi untuk produksi pangan termasuk padi (Wassman and Doberman, 2007).

Menurut Kementerian Pertanian, luas areal tanaman padi di wilayah sentra produksi yang

terkena banjir pada musim hujan tahun 2007 hingga bulan Januari 2008, mencapai

157.651hektar, sedang yang terkena puso mencapai 59.211hektar. Selama Januari-Agustus

2008, luas areal pertanaman padi secara nasional yang mengalami kekeringan mencapai

183.582 hektar dan sekitar 16.475 hektar tanaman padi gagal panen atau puso. Sebagai

pembanding cekaman kekeringan di Jawa dan Bali dalam 20 tahun terakhir menurunkan

produksi padi sebesar 6.5-11 persen (Naylor et al. 2007).

Page 20: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Toleransi padi terhadap rendaman bervariasi antarvarietas dan sifat tersebut diwariskan

secara genetik (Mackill et al. 1993). Sejumlah varietas padi menunjukkan toleransi yang baik

terhadap rendaman penuh sampai dengan 14 hari. (Xu dan Mackill, 1996) telah berhasil

memetakan Quantitative Trait Loci (QTL) mayor penyandi toleransi terhadap rendaman, disebut

sebagai Sub1, pada chromosome 9 yang berasal dari varietas toleran FR 13A. Lokus tersebut

mampu menjelaskan 70% variasi fenotipik toleransi terhadap rendaman . Terdapat tiga gen

yang mengandung ethylene response factor (ERF) pad a lokus Sub1 tersebut ya itu Sub 1A, B

dan C (Xu et al., 2006). Dari ketiga gen tersebut, gen Sub1A merupakan penentu utama

toleransi yang mampu terinduksi dengan kuat sebagai respon terhadap rendaman pada

varietas-varietas yang toleran. Varietas-varietas yang membawa gen toleran Sub1 mampu

bertahan hidup pada kondisi terendam penuh sampai dengan 14 hari.

Jika perubahan iklim tidak diantisipasi atau dilakukan persiapan khusus untuk

menghadapinya, diperkirakan hal ini bukan saja akan berakibat buruk bagi sistem pertanian

melainkan juga bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Bahkan bukan tidak mungkin perubahan

iklim ini akan membawa akibat lebih luas, antara lain melemahkan kinerja sektor pertanian dan

penurunan daya saing produk pertanian. Jika hal ini terjadi, akan dapat menjadi hambatan

besar bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan ketahanan pangan (Sejati, dkk.,

2011).

Sumaryanto dkk., (2012) menyatakan bahwa dari seluruh petani produsen pangan (padi,

jagung, kedele, tebu) Indonesia, 76 persen diantaranya hanya menguasai lahan garapan

usahatani kurang dari 1 hektar. Dengan kondisi seperti itu, diduga kuat bahwa sebagian besar

petani rentan terhadap variabilitas iklim yang tajam. Oleh karena itu jika tidak ada kebijakan

dan strategi yang tepat untuk memperkuat kapasitas adaptasi petani pangan maka bukan

hanya nasib petani yang dipertaruhkan, tetapi ketahanan pangan nasional juga terancam

keberlanjutannya karena aktor utama penghasil pangan adalah petani.

Selanjutnya Sumaryanto dkk., (2012) juga menyatakan bahwa peningkatan kapasitas

adaptasi petani pangan tidak dapat dilakukan oleh petani sendiri. Peran Pemerintah sangat

diperlukan, baik dalam konteks penguatan kapasitas adaptasi petani melalui inovasi teknologi

dan pengembangan kemampuan manajerialnya maupun petani dalam penyediaan infrastruktur,

kebijakan harga, dan perbaikan kelembagaan pendukungnya, Mengingat cakupannya luas,

multidimensi, bersifat lintas sektor, serta aspek teknisnya berkenaan langsung dengan

Page 21: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

kehidupan keseharian beragam petani yang jumlahnya sangat besar maka kebijakan, program,

dan strateginya harus bersifat komprehensif dan secara cermat memperhitungkan simpul-

simpul kritis yang sifatnya spesifik lokal. Data dan informasi seperti itu hanya dapat diperoleh

melalui penelitian empiris.

Adaptasi Petani

Menurut Sejati dkk., (2011), bentuk-bentuk adaptasi antisipatif dan responsif terhadap

perubahan iklim yang telah dilakukan masyarakat petani baik secara kelompok maupun secara

individu di Provinsi DIY dan Jawa Barat adalah: (a) melakukan perubahan pola tanam yang

disesuaikan dengan kondisi iklim; (b) mengubah saat awal tanam, menyesuaikan dengan

kecukupan curah hujan dan hari hujan; (c) mengubah sistem tanam, misalnya padi sawah

menjadi gogo rancah (d) mengubah sistem pengairan dari penggenangan secara terus menerus

menjadi pengairan berselang, atau bahkan hanya dengan sistem siram; (e) menggunakan

pupuk kimia dan pupuk organik yang disesuaikan dengan kondisi iklim; (f) mengubah pilihan

komoditas disesuaikan dengan kondisi iklim; (g) mengubah pilihan varietas yang ditanam

disesuaikan dengan kondisi iklim; dan (h) pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi.

Selanjutnya teknologi adaptif yang diterapkan meliputi: (a) pembuatan dam, sumur renteng,

sumur slang, dan sumur pompa; (b) perencanaan pola tanam disesuaikan dengan kondisi iklim

(curah hujan tinggi menanam padi dan cuaca kering dengan palawija); (c) pemakaian Bibit

varietas umur pendek saat gadu (Varietas Situgonggo dan Godogan); (d) pemupukan secara

lengkap dan berimbang, disesuaikan dengan kondisi iklim, di mana dosis pupuk urea dikurangi

dan pupuk organik ditambah; dan (e) meningkatkan pengetahuan petani tentang perubahan

iklim dan dampak perubahan iklim termasuk eksplosi serangan hama dan penyakit tanaman,

melalui SLPHT, SLPTT, SLI. Keefektifan strategi adaptasi yang ditempuh kelompok tani di

Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bantul dalam menghadapi bencana kebanjiran adalah

sangat efektif karena nilai R/C rasio dalam kondisi terjadi kebanjiran lebih besar dari satu,

sedangkan keefektifan strategi adaptasi yang ditempuh kelompok tani di Kabupaten Gunung

Kidul dan Kabupaten Indramayu dalam menghadapi bencana kekeringan yang melanda

persawahan mereka adalah tidak efektif karena nilai R/C rasio dalam kondisi terjadi kekeringan

lebih kecil dari satu. Kondisi ini terjadi kemungkinan besar karena bauran antara strategi

Page 22: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

adaptasi yang ditempuh kelompok tani tidak tepat dan intensitas bencana kekeringan yang

terjadi tergolong cukup tinggi.

Lebih lanjut Sejati dkk., (2011) juga menyatakan bahwa kapabilitas kelompok tani dalam

menghadapi dampak perubahan iklim masih relatif lemah. Hal ini dapat dipahami mengingat

kelompok tani dibentuk tidak dalam rangka mengatasi perubahan iklim, melainkan lebih spesifik

pada upaya peningkatan produksi bahan pangan (padi) di tingkat usahatani pedesaan. Hampir

tidak ada kaitan langsung antara isu pembentukan kelompok tani di satu sisi, dengan isu

(dampak) perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. Oleh sebab itu, dapatlah

dipahami ketika dalam merespon perubahan iklim (yang menganggu misi ketahanan pangan

nasional) kelompok tani terkesan tidak siap dan dalam kondisi serba canggung.

Dari penelitian Sumaryantodkk., (2012) diperoleh sejumlah temuan mengenai tingkat

keragaman kapasitas adaptasi petani pangan terhadap perubahan iklim, antara lain sebagai

berikut: (1) Sumber-sumber keragaman ternyata tidak hanya mencakup faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi agroekosistem, tetapi mencakup pula aspek sosial kelembagaan;

(2) Kapasitas adaptasi petani akan lebih mudah ditingkatkan jika kemampuan finansial petani

ditingkatkan. Peningkatan kapasitas adaptasi akan lebih mudah dilakukan di kalangan petani

yang berusia lebih muda. Selanjutnya, dalam rangka akselerasi maka sebagian petani yang

memiliki kemampuan manajerial berusahatani yang lebih tinggi sangat potensial diperankan

sebagai penghelanya. Peningkatan kapasitas adaptasi petani terhadap perubahan iklim pada

kelompok petani kecil mempunyai prospek yang baik; (3) Peran pemerintah sangat diperlukan,

terutama dalam pengembangan infrastruktur fisik dan pengembangan kelembagaan serta

pengembangan teknologi adaptif. Pengarusutamaan (mainstreaming) adaptasi terhadap

perubahan iklim perlu dilakukan secara konsisten, komperehensif, dan sistematis. Dalam

konteks itu, upaya akselerasi peningkatan kapasitas adaptasi petani dalam menghadapi

perubahan iklim perlu dilakukan dan (4) kebijakan yang efektif untuk meningkatkan kapasitas

adaptasi adalah melalui pengembangan infrastruktur, kelembagaan, dan pengembangan

teknologi adaptif. Simultan dengan kebijakan tersebut, peningkatan kemampuan finansial

petani kecil melalui bantuan permodalan mempunyai prospek keberhasilan yang baik.

Page 23: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan (Kerangka Pemikiran)

Dalam proses komunikasi, pemerintah dan aparatnya, petani maju serta pihak swasta

yang terkait dapat berperan sebagai sumber atau komunikator. Sumber ini terdiri dari berbagai

tingkatan mulai dari nasional sampai tingkat desa. Inovasi yang dalam hal ini bibit PTR,

perubahan iklim dan ketahanan pangan dapat dianggap sebagai pesan. Pesan yang utama

yang perlu disampaikan adalah pemanfaatan varietas padi toleran rendaman yang memeiliki

potensi besar Pesan ini pun dapat disampaikan dalam berbagai tingkatan pula. Media yang

digunakan untuk menyampaikan ini bisa secara interpersonal atau pun bermedia.

Keluarga tani sebagai penerima pesan dapat digolongkan keinovasiannya menjadi lima

jenis yaitu, innovator, pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas akhir dan kolot. Proses difusi

inovasi akan melalui lima tahapan juga yaitu: pengetahuan, persuasi, pengambilan keputusan,

implementasi dan konfirmasi. Dalam penelitian ini yang akan dilihat sampai pada tahap

pengambilan keputusan saja. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

Page 24: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Karakteristik individu (X4): - Pengalaman berusahatani - Kebutuhan riil: jumlah

anggota keluarga - Keinovatifan: innovator,

pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas akhir dan kolot.

- Tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam dik/latihan

- Norma-norma sosial: status sosial

- Karakteristik sosek: pekerjaan

- luas penguasaan lahan - status penguasaan lahan - peubah personal (umur,

jenkel, dll) - perilaku komunikasi

(kekosmopolitan) - kepemilikan media

komunikasi

Karakteristik pesan (M) (X2) : - Menarik - Lengkap

Mudah dipahami

Ketersediaan media (C /X3): - Langsung

- Bermedia

(X5): - Kebijakan - Budaya - Sarana/pra-

sarana

Kesejahteraan (Y3) - Pendapatan

Difusi Inovasi PTR,

Karakteristik sumber informasi (S) (X1): - Penyuluh - Pedagang - Peneliti - Petani PTR

Daya adaptasi (Y2): - Kesesuaian pola

pemanfaatan BTR - Kestabilan produktivitas

padi

Page 25: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

3.3. Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan Dalam penelitian ini, peneliti merupakan bagian utama dari metodologi, mulai dari

persiapan, pengumpulan data lapang, sampai dengan analisis. Bahan yang digunakan hanyalah

berupa alat-alat tulis serta media audio visual lain termasuk komputer, untuk merekam dan

mendokumentasikan hasil wawancara.

BAB IV. ANALISIS RISIKO

Kegiatan pelaksanaan penelitian ini diperkirakan akan mengalami beberapa hambatan

yang menjadi risiko. Beberapa risiko yang diduga dihadapi dalam penelitian ini dan beberapa

cara penanganan risikonya disampaikan pada Tabel 1. Upaya penanganan terhadap risiko ini

diharapkan masih dapat ditingkatkan dengan melakukan komunikasi yang intensif dengan

pihak-pihak terkait.

Tabel 1. Daftar Risiko yang mungkin Dihadapi untuk Mencapai Tujuan

Jenis Risiko Penyebab Dampak Penanganan Kegiatan penelitian tidak optimal

Anggaran belum tersedia pada waktu direncanakan ke lapangan.

Jadwal survey lapang menjadi mundur.

Ketersediaan anggaran pada waktu merencanakan ke lapangan

Peneliti yang merangkap di beberapa kegiatan penelitian.

Peneliti terbagi waktu dan konsentrasinya sehingga kurang fokus dengan kegiatan penelitian ini

Pendistribusian tenaga peneliti dengan baik, sehingga tidak terjadi kelebihan beban pada beberapa peneliti saja

Kelebihan beban kerja di bagian entry data dan pengolahan data

Target pengolahan data tidak sesuai jadual sehingga mempengaruhi penyelesaian laporan penelitian

Merekrut tenaga pengolah data

Page 26: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

BAB V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN 5.1. Tenaga yang Terlibat Dalam Penelitian

5.2. Jangka waktu kegiatan

Tabel 2. Jadual Pelaksanaan Kegiatan

Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop DES

Pembuatan proposal Seminar proposal Perbaikan proposal Studi literatur Penyusunan kuesioner Pra survai dan pretest kuesioner Survai utama Pengolahan dan analisis data Penulisan laporan kemajuan Penulisan draft laporan akhir Seminar hasil penelitian Perbaikan laporan akhir Penggandaan laporan akhir

DAFTAR PUSTAKA Adnyana, M. O., K. Makarim, A. Hairmansis, Supartopo, R.N. Suhaeti and S. Djojopoespito.

2009. Developing Submergence Tolerant Rice Varieties: Implementation plans to disseminate submergence tolerant rice varieties and associated new production practices to Southeast Asia. Final Report Collaborative Research of among FAO-IRRI–JAPAN No. DPPC2007-22. Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Struktur Ongkos Petani Padi 2008. BPS. Jakarta.

Basrum, Saidah dan H. Subagio. 2012. Introduksi Varietas Unggul Baru dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Berbasis Rawa di Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.http://avira-int.ask.com/web?q= penyebaran+varietas+Inpara&searchSearch&qsrc=0&o=APN10269&l=dis&locale=en_ID&gct=hp. Diaksses 15Januari 2013.

Berlo, D. K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinehart and Winston. Inc. New York.

Claassen and Shaw, 1970. Effect of Water Stress at Different Development on Rice. Agron. J. 62: p 652-655.

Page 27: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

DeVito, A.Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Kharisma, Banten.

IPCC. 2007, http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2231463-pengertian-perubahan-iklim-global/#ixzz2I1W8oVed. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2013.

Littlejohn, J. 2009. Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Edisi 9 Terjemahan, Penerbit Salemba Humanika. Jagakarsa.Jakarta.

Makarim, A.K., E. Suhartatik, G.R. Pratiwi dan Ikhwani. 2009. Perakitan Teknologi Produksi Padi pada Lahan Rawa dan Rawan Rendaman (>15 hari) untuk Produktivitas Minimal 7 ton/ha. Laporan Akhir ROPP DIPA 2009.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Subang.

Makarim, A.K., E. Suhartatik, dan Ikhwani. 2011. Pemupukan NPK Optimum Padi Rawa Toleran Rendaman dengan Produktivitas > 7 ton/ha di Lahan Lebak dan Sawah Rawan Banjir. Laporan Akhir ROPP DIPA 2011. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Subang.

Mirza, M.M.O. 2003. "Climate change and extreme wheater events can developing countries adopt?" Climate Policy 3: 233-248.

Misra, Rashi and A. Prakash. 2013. Climate Change and Sustainable Agriculture: An Indian Perspective. Dr. Ram Manohar Lohia National Law University, Lucknow, India. Diunduh dari http://www.kadinst.hku.hk/sdconf10/ Papers_PDF/p293.pdf; pada tanggal 20 November 2013.

Naylor R, D. Battisti, D.J. Vimonts, W.P. Falcon and M.B. Burke. 2007. assessing risks of climate variability and climate change for Indonesian rice agriculture. PNAS 19(104): 7752-7757.

Peñalba, L. M. and D. D. Elazegui. 2013. Improving Adaptive Capacity of Small-Scale Rice Farmers: Comparative Analysis of Lao Pdr and the Philippines. World Applied Sciences Journal 24 (9): 1211-1220, 2013. ISSN 1818-4952. © IDOSI Publications, 2013. DOI: 10.5829/idosi.wasj.2013.24.09.13274. University of the Philippines Los Baños, Philippines. Diunduh dari http://www.idosi.org/wasj/wasj24(9)13/14.pdf, pada tanggal 21 November 2013.

Priyanti, A. 2007. Model Ekonomi Rumah Tangga Petani Pada Sistem Integrasi Tanaman-Ternak; Konsepsi dan Studi Empiris, Jurnal WARZOA Vol.17 No.2/2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan IPB. Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan). 2013.Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. Repositori. Diunduh dari http://www. puslittan. bogor. net /index.php?bawaan=download/download_ detail&&id=35., Diakses 4 Desember 2013.

Ranjabar,J. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Bogor.

Rogers, E.M. 2003. Diffusion of Innovation. Free Press. New York.

Saleh, A. 2006. Tingkat Penggunaan Media Massa dan Peran Komunikasi Anggota Kelompok Peternak dalam Jaringan Komunikasi Penyuluh. Disertasi. IPB

Saragih. 2007. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan, Sustainable Livelihood Framework. Modul Indonesia.

Sayaka, B., I.K. Kariyasa, Waluyo, Y. Marisa dan T. Nurasa. 2006. Analisis Sistem PerBibitan Komoditas Pangan dan Perkebunan Utama. Laporan Penelitian Pusat Analisis Sosial

Page 28: SISTEM KOMUNIKASI DA LAM PPEMANF AATAN BIBIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2015_06.pdf · ada dua yaitu langsung (interpersonal) dan bermedia (cetak, ... merumuskan

Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor

Sejati, W.K., T. Pranadji, B. Irawan, Saptana, S. Wahyuni, A. Purwoto, C. Muslim. 2011. Peningkatan Kapabilitas Kelompok Tani dalam Adaptasi terhadap Perubahan Iklim. Laporan Akhir Penelitian Program Insentif Riset Terapan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Suardi dan Ridwan, 2004. Persilangan Padi Tipe Baru dengan Padi Liar. BP3TP (29): h 8-9.

Suhartatik (2010), Varietas Padi Toleran Rendaman (≥ 14 hari), Efisien pupuk dan Produksi Tinggi ≥ 8t/ha)Hasil laporan penelitian, Badan penelitian dan pengembangan pertanian Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan balai besar penelitian tanaman padi; Subang- Jawa Barat.

Sumaryanto, Sugiarto dan M. Suryadi. 2012. Kapasitas Adaptasi Petani Tanaman Pangan terhadap Perubahan Iklim untuk Mendukung Keberlanjutan Ketahanan Pangan. Laporan Akhir Penelitian T.A. 2012. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Suprihatno, B. dan A.A. Darajat, 2008. Kemajuan dan Ketersediaan Varietas Unggul Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. h 302-323.

Suswono, 2013. Konsumsi beras masyarakat Indonesia tertinggi di dunia. http://www.antaranews.com/berita/398839/konsumsi-beras-masyarakat-indonesia-tertinggi-di-dunia. Diakses 8 Desember 2013.

Frankenberger, T.R. (Tango International Inc.). 2002. Household Livelihood Security Assessment: A Toolkit for Practitioners. Prepared for CARE USA. PHLS Unit. Tucson, Arizona, USA.

Tatlonghari, G., T. Paris, V Pede, I. Siliphouthone, and R N. Suhaeti. 2012. Seed and Information Exchange through Social Networks: The Case of Rice Farmers of Indonesia and Lao PDR. Sociology Mind, 2, 169-176. doi: 10.4236/sm.2012.22022.

Wassman, R. and A. Doberman. 2007 "Climate change adaptation through rice production in region with high proverty levels; SAT eJournal 4(1): 1-24.

Wirjawan, G. 2012. Konsumsi Beras per Kapita Indonesia paling tinggi. http://eprad.blogspot.com/2012/10/indonesia-konsumsi-beras-paling-tinggi.html. Diakses 8 Desember 2013.