sistem kes eh at ann asional

61
i D A F T A R I S I I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN 3 C. RUANG LINGKUP 3 II. PERKEMBANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN KESEHATAN A. ANALISA SITUASI DAN KECENDERUNGAN 4 B. PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KECENDERUNGANNYA 18 C. ISU–ISU STRATEGIS 21 III. POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL A. PENGERTIAN SKN 25 B. LANDASAN SKN 25 C. PRINSIP DASAR SKN 26 D. TUJUAN SKN 27 E. KEDUDUKAN SKN 28 F. SUBSISTEM SKN 28 IV. SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN A. PENGERTIAN 30 B. TUJUAN 30 C. UNSUR-UNSUR UTAMA 30 D. PRINSIP 31 E. BENTUK POKOK 31 V. SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN A. PENGERTIAN 34 B. TUJUAN 34 C. UNSUR-UNSUR UTAMA 34 D. PRINSIP 34 E. BENTUK POKOK 35

Upload: achmed-annur-elfairuzy

Post on 16-Aug-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

review

TRANSCRIPT

i D A F T A R I S I

I.PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG1 B.MAKSUD DAN TUJ UAN3 C.RUANG LINGKUP3 II.PERKEMBANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN KESEHATAN A.ANALISA SITUASI DAN KECENDERUNGAN4 B.PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KECENDERUNGANNYA18 C.ISUISU STRATEGIS 21 III.POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL A.PENGERTIAN SKN 25 B.LANDASAN SKN25 C.PRINSIP DASAR SKN26 D.TUJ UAN SKN27 E.KEDUDUKAN SKN28 F.SUBSISTEM SKN28

IV.SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN A.PENGERTIAN30 B.TUJ UAN30 C.UNSUR-UNSUR UTAMA30 D.PRINSIP31 E.BENTUK POKOK31

V.SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN A.PENGERTIAN34 B.TUJ UAN34 C.UNSUR-UNSUR UTAMA34 D.PRINSIP34 E.BENTUK POKOK35

ii VI.SUBSISTEM SUMBER DAYA KESEHATAN A.PENGERTIAN37 B.TUJ UAN37 C.UNSUR-UNSUR UTAMA37 D.PRINSIP37 E.BENTUK POKOK39 VII. SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A.PENGERTIAN43 B.TUJ UAN43 C.UNSUR-UNSUR UTAMA43 D.PRINSIP44 E.BENTUK POKOK44

VIII. SUBSISTEM MANAJEMEN KESHETAN A.PENGERTIAN47 B.TUJ UAN47 C.UNSUR-UNSUR UTAMA47 D.PRINSIP48 E.BENTUK POKOK48 IX.PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL A.PELAKU SKN52 B.PROSES PENYELENGGARAAN52 C.PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN56 X.PENUTUP59 1 BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun I pada tahun 1969 yang secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumberdaya kesehatan, serta melaksanakan upaya kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam20tahunterakhir,pembangunankesehatanyangdiselenggarakansecaraberkesinambungan,berkelanjutan,menyeluruh, terarah,danterintegrasitersebutdidasarkanpadaSistemKesehatan Nasional(SKN)yangtelahditetapkanpadatahun1982.SKNtersebut secaranyatatelahdipergunakansebagaiacuandalampenyusunan Garis-garisBesarHaluanNegara(GBHN)bidangKesehatan, penyusunan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan. Memasukimileniumketiga,sepertijugaterjadidibanyaknegara, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasarbaikeksternalmaupuninternal,yangperludipertimbangkan dalammelaksanakanpembangunannasionaltermasukpembangunan kesehatan. Dalam konteks eksternal, perubahan dan tantangan strategis yang terjadi adalahberlangsungnyaeraglobalisasi,perkembanganteknologi, transportasi,dantelekomunikasi-informasiyangmengarahpada terbentuknyaduniatanpabatas.Globalisasiyangditandaioleh meningkatnyapersainganbebas,mengharuskansetiapbangsa meningkatkandayasaing.Sejalandenganitudemokratisasi,hakasasi manusia dan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi tuntutan dunia yangsemakinmendesak.KeterikatanIndonesiadenganberbagai komitmen internasional seperti Agenda-21 yang mengatur pembangunan berkelanjutandanagendainternasionallainnyadibidangkesehatan, perludipertimbangkandalampenyusunankebijakandan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dalam konteks internal, perubahan dan tantangan strategis yang terjadi adalahmunculnyakrisismoneterpadatahun1997yangkemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi meliputi krisis politik, ekonomi, 2 sosial, budaya dan keamanan yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Berbagaikondisitersebutberdampakluasterhadapperikehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara, di antaranya meningkatnya penganggurandanjumlahpendudukmiskin,menurunnyaderajat kesehatanpendudukyangpadagilirannyaberpengaruhterhadapmutu sumberdaya manusia Indonesia. DiberlakukannyaUndang-undangNomor22Tahun1999tentang PemerintahanDaerahdanUndang-undangNomor25Tahun1999 tentangPerimbanganKeuanganPusatdanDaerah,sertadilakukannya amandemenUndang-undangDasarNegaraRepublikIndonesiaTahun 1945(UUD1945)padatahun2002,jugamerupakanperubahandan tantangan strategis internal lainnya yang perlu pula diperhatikan. Sejalan dengan itu untuk menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis tersebut Sidang MPR tahun 1998 telah menetapkan Ketetapan MPRR.INomorXTahun1998tentangPokok-pokokReformasi Pembangunanyangmengamanatkanperludilakukannyapembaharuan melaluireformasitotalkebijakanpembangunandalamsegalabidang. Untukbidangkesehatanpembaharuantersebuttelahberhasil dilaksanakan yakni dengan ditetapkannya visi pembangunan kesehatan di Indonesia yang baru,Indonesia Sehat 2010. Selanjutnyaberdasarkanvisitersebut,telahberhasilditetapkanpula dasar-dasar, misi, strategi dan paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat yang inti pokoknya menekankan pentingnya kesehatansebagaihakasasimanusia,kesehatansebagaiinvestasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional. Untukmendukungkeberhasilanpembaharuankebijakanpembangunan kesehatanyangtelahdilakukantersebut,diperlukanadanyaSKNbaru yangmampumenjawabdanmeresponberbagaitantangan pembangunankesehatan,baikuntukmasakinimaupununtukmasa mendatang. B.MAKSUD DAN TUJUAN SKNiniditetapkandenganmaksudmemberikanlandasan,arahdan pedomanpenyelenggaraanpembangunankesehatanbagiseluruh penyelenggarapembangunankesehatan,baikPemerintah(Pusat), PemerintahProvinsidanPemerintahKabupaten/Kotamaupun masyarakatdanduniausahasertapihakterkaitlainnya,dengantujuan agarpembangunankesehatandapatlebihberhasilgunadanberdaya guna. 3 DenganadanyaSKNiniakanmempertegasmaknapembangunan kesehatandalamrangkapemenuhanhakasasimanusia,memperjelas penyelenggaraanpembangunankesehatansesuaidenganvisidan misinya, memantapkan kemitraan, dan kepemimpinan yang transformatif, meningkatkanpemerataanupayakesehatanyangterjangkaudan bermutu,sertameningkatkaninvestasikesehatanuntukkeberhasilan pembangunan nasional. 4 BAB II PERKEMBANGAN DAN MASALAHPEMBANGUNAN KESEHATAN Gunameningkatkanpenyelenggaraanpembangunankesehatanyang sistematis,berhasil-gunadanberdaya-guna,diperlukansuatuSKN.SKNharusdidasarkanpadaperkembangandanmasalahpembangunan kesehatansecaramenyeluruhdanberkaitandengansistem-sistem sektor lainyangerathubungannyadengankesehatan,termasuklingkungan strategis lainnya. Bab ini mengemukakan secara ringkas analisis situasi dan kecenderungan pembangunan sektor kesehatan, sektor-sektor yang terkait, danisu-isustrategispenyelenggaraanpembangunankesehatandi Indonesia. A.ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN 1.Derajat Kesehatan a.Angka kematian Angka kematian bayi (AKB) dan anak (AKA) telah dapat diturunkan denganbermaknaselamadekade60-80an.Memasukidekade 90anadaindikasiterjadinyastagnasi.Menurutkompilasiangka AKBdariberbagaisurveinasional(Susenas,Supas,SDKIdan SP), AKB Indonesia belum pernah melampaui angka dibawah 45 per 1000 kelahiran hidup. AKB menurut SDKI 97 diperkirakan 46 per1000kelahiranhidup.SP2000memberikanangka47per 1000kelahiranhidupdanSusenas2001menunjukkanangka sekitar 50 per 1000 kelahiran hidup. AngkakematianIbu(AKI)masihtinggibahkantertinggidiantara negara tetangga. AKI dilaporkan 450 per 100.000 kelahiran hidup menurutSKRT1986,390per100.000kelahiranhidupmenurut SDKI1994,danSKRT1995melaporkan373per100.000 kelahiran hidup. Seperti halnya AKB ada indikasi AKI pada akhir-akhir ini juga stagnan. AKI menurut SKRT 2001 diperkirakan 396 per 100.000 kelahiran didup. Karena sulitnya menegakkan sebab kematianmaternaldanfenomenaunderreporting,kemungkinan besar angka-angka AKI tersebut masih lebih rendah dari keadaan yang sesungguhnya. Keragaman AKB dan AKI menurut latar belakang sosial ekonomi penduduk,kawasan,kota/desatetappersistendariwaktuke waktu.AKBdanAKIlebihtinggidiperdesaan,KawasanTimur 5 Indonesia (KTI), serta pada penduduk dengan status ekonomi dan pendidikan rendah. Penyebab kematian tertinggi yang semula adalah penyakit karena infeksi (SKRT 1986), telah bergeser ke non infeski (SKRT 2001). Penyebab utama kematian menurut SKRT 2001 adalah: penyakit sirkulasi(26,4%),infeksi(22,9%),pernapasan(12,7%)dan neoplasma(6,0%).DatadariberbagaiSKRT(1986,92,95dan 2001)memberikangambaranadanyatransisiepidemiologiyang berjalan tidak sama menurut kawasan. b.Angka kesakitan Dari survei morbiditas SKRT 2001, angka rata-rata keluhan sakit padawanita54%dibandingkandenganlaki-lakisebesar49%. Angka kesakitan tinggi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun. Gambaraninimemperlihatkanbahwakeluhansakitlebihbanyak padawanitadanpadaorangberusialanjutyangproporsinya makin meningkat karena adanya transisi demografi. Secaraumum,berdasarkankeluhanrespondenSKRT2001, prevalensi tertinggi untuk 10 kelompok penyakit terbanyak adalah kelompok penyakit gigi dan mulut (60%) diikuti dengan gangguan refraksidanpenglihatan(31%),kemudianberturut-turutinfeksi saluranpernapasanakut/ISPA(24%),penyakitgangguan pembentukandarah(umumnyaanemia)danimunitas(20%), hipertensi pada penduduk golongan umur 15 tahun keatas (16%), penyakitsalurancernalain(15%),penyakitmatalain(13%), penyakitkulit(12%),penyakitsendi(11%),daninfeksisaluran napaskronik(10%).SelainituIndonesiajugamenghadapai penyakit-penyakitemergingdiseasessepertiantaralain HIV/AIDS,Chikunguyadanyangterakhirinisedangdihadapi penyakitSevereAcuteRespiratorySyndrom,sertareemerging diseases seperti antara lain malaria dan Tbc.

Prevalensipenyakitinfeksitampakmeningkatdari9%(SKRT 1995)menjadi11%(SKRT2001).Demikianpulaprevalensi hipertensipadagolonganumur25tahunkeatasjugameningkat dari 8% (SKRT 1995) menjadi 28% (SKRT 2001). Dari gambaran di atas dapat diprediksi bahwatransisi epidemiologi di Indonesia akanberjalanberkepanjangan(delayedepidemiological transisition).J adiIndonesiasekarangdandimasamendatang dihadapkanpadabebanganda,dimanadisatupihakharus mengatasimasalahpenyakitinfeksiyangberkepanjangandan di lainpihakharusmengantisipasimunculnyaberbagaipenyakit degenerasi. 6 DariProfilKesehatantahun2000,angkakesakitanmalaria cenderungnaik,dipulauJ awadari12kasusper100.000 pendudukpadatahun1997meningkatmenjadi81kasusper 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan di luar pulau J awa, angka kesakitan malaria dari 1600 kasus per 100.000 pada tahun 1997 meningkat menjadi 3100 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2000. Untuk HIV/AIDS, pada akhir tahun 1999 terdapat 23 provinsi telah melaporkanadanyakasusHIV,dimana14diantaramereka penderitaAIDS.PrevalensisecaranasionaluntukAIDSdi Indonesia adalah 0,11 per 100.000 penduduk, di mana prevalensi ini bervariasi untuk setiap provinsi. Di DKI J akarta penderita AIDS 10kalilebihbanyakdariangkanasional,sementaraPapua prevalensi AIDS 40 kali lebih tinggi dari angka nasional. Perkembangan terakhir SARS di Indonesia sampai dengan tanggal 25April2003,jumlahorangyangberobatdanmemeriksakan dirinyakarenakhawatirmenderitaSARSkesaranapelayanan kesehatanberjumlah51orang,yangterdiridari49WNIdan2 WNA, serta dinyatakan suspect cases 3 orang dan probable cases 2orang.Sampaisaatinibelumterjaditransmisisetempatdi Indonesia. DarianalisisSusenas,terjadipenurunanprevalensigizikurang (underweight)padabalitadari37,5%(1989)menjadi24,6% (2000),danmeningkatkembalimenjadi31%padatahun2001 (Surkesnas/SKRT2001).Sedangkanbalitapendek(stunting) 34,3% dan balita kurus (wasting) 16,6%. Prevalensi anemia pada balita47,8%meningkatjikadibandingkandenganprevalensi anemiapadabalitasebesar40,5%.Bahkanprevalensianemia pada umur kurang dari 1 tahun lebih dari 60%. Anemia pada ibu hamil(40,1%),prevalensianemiapadaibuhamildiperdesaan lebih tinggi dari perkotaan dan tertinggi di KTI.WUS KEK sebesar 13,6% dan WUS gemuk sebesar 16%. Survei nasional vitamin A (Suvita1978dan1992)menunjukkanpenurunanprevalensi kekurangan Vitamin A sekitar 10% dari tahun 1978 ke tahun 1992.Statusgizimasyarakatdidaerahperdesaanlebihjelek dibandingkan di daerah perkotaan dan keadaan di KTI juga lebih buruk bila dibandingkan dengan KBI. c.Kecenderungan Umur Harapan Hidup UmurHarapanHidup(UHH)waktulahirdalamempatdekade cenderungmeningkat dari 41 tahun (1960) menjadi 66,2% tahun (1999). Kondisi ini sekaligus memberikan gambaran bahwa salah satupenyebabnyaadalahmeningkatnyakualitashidupdan kesehatan masyarakat. Dengan adanya stagnasi penurunan angka kematian,UHHakanbertahandantidakbanyakberubahdari 7 angka66tahununtukbeberapawaktu.Berdasarkanberbagai asumsiyangadadewasainidiperkirakanumurharapanhidup pada tahun 2010 akan sekitar 67 tahun pada tahun 2020 sekitar 70 tahun. 2.Penyelenggaraan upaya kesehatan a.Upaya Kesehatan Pembangunankesehatanyangtelahdiselenggarakandalam beberapadekadeini,telahberhasilmenyediakansarana kesehatandiseluruhpelosoktanahair.Setiapkecamatandi Indonesia telah memiliki paling sedikit sebuah Puskesmas. Lebih dari40%desatelahdilayaniolehsaranapelayanankesehatan pemerintah. Pada tahun 2000 tersedia 7.237 Puskesmas, 21.267 PuskesmasPembantudan6.392PuskesmasKeliling.Dengan demikiansetiap100.000pendudukIndonesia,rata-ratadilayani oleh 3,5 Puskesmas. Puskesmas, selain melakukan upaya kesehatan masyarakat, juga melakukanupayakesehatanperorangandalamsuatuwilayah tertentu, yang dikenal sebagai upaya pelayanan kesehatan dasar. Dalamrangkareorganisasisistemkesehatansetelah desentralisasi,upayapelayanankesehatandasaryangdiberikan melalui Puskesmas dan jaringan dibawahnya disesuaikan dengan keadaan epidemiologi dan kebutuhan masyarakat setempat. Disampingsaranatersebutdiatas,telahdikembangkanpula upayakesehatanbersumbermasyarakat(Posyandu,Pondok Bersalin Desa, Pos Obat Desa dan Pos Upaya Kesehatan Kerja) danupayakesehatanswasta(dokterpraktek,klinik/balai pengobatan swasta, rumah bersalin, dan lain-lain). Beberapa studi menunjukkan bahwa upaya-upaya ini mempunyai kecenderungan akan makin berperan pada masa mendatang. Pemerataansaranapelayanankesehatandasarjugadiikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit)denganpenyediaanupayapelayananmedisspesialistis. Pemerintahtelahmelengkapisaranatersebutdengantenaga dokterspesialis,khususnyaspesialispenyakitdalam,penyakit anak,bedahdankebidanan.Lebihdari80%RSUkelasCdi Kabupatendankotatelahmempunyaidokterspesialisdasar. Hampirdisetiapibukotaprovinsi,kabupatendankotatelah tersedia rumah sakit milik pemerintah, disamping berbagai rumah sakitswastayangcenderungterusbertambah.Padaumumnya pembangunan rumah sakit lebih banyak di perkotaan terutama RS swasta.Perkembanganolehsektorswastadenganpenggunaan 8 teknologikesehatancanggihdalamdekadeterakhirjuga berlangsungpesat,walaupundalambeberapahalmenimbulkan masalah moral dan etika. Sayangnya beberapa pengamatan dan studimenunjukkanmasihkurangharmonisnyahubunganantara pelayanankesehatandasardanrujukan,malahancukupbanyak kasusyangmenunjukkankecenderunganuntukterjadinya disintegrasi dari kedua sarana pelayanan tersebut. Sekalipunjumlahdanpenyebaransaranakesehatandinilaitelah cenderungmemadai,namunjikaditinjaudariaspekmutu pelayanan,ternyatamasihdibawahstandar.Sebagianbesar rumahsakitbahkanbelummemenuhistandarminimal.RS pemerintahyangtelahlulusakreditasihanya44%,RSswasta sebesar 20,9%, RS BUMN sebesar 19,1%, RS TNI/POLRI sebesar 2,7%. Melalui upaya akreditasi, diharapkan di masa depan rumah-rumahsakitdapatmemenuhistandarpelayananyangtelah ditetapkan.

Keterbatasan biaya dan ketidak-jelasan kepemilikan sarana antara pemerintahpusatdanpemerintahdaerahsebelumera desentralisasi, menyebabkan tidak memadainya sarana penunjang danperbekalankesehatanyangsangatdibutuhkanuntuk melakukan fungsinya secara optimal. Hal ini juga memberi dampak negatifpadadaya-gunadanmutupelayananyangdihasilkan. Keadaaninidiperberatolehpenyebarantenagayangkurang merata dan lebih terkonsentrasi di perkotaan. DataSusenas2001,menunjukkanbahwa25%penduduk mengeluhsakitdalamsatubulanterakhirdanlebihdari separuhnya(14%)disertaidengangangguanaktivitas.Hampir 55% penduduk dengan gangguan aktivitas mencari pengobatan ke fasilitaskesehatanrawatjalan,sisanyalebihsukamelakukan pengobatan sendiri. Sarana pelayanan yang banyak dimanfaatkan untukrawatjalanadalahpraktekdokter(28%),praktekpetugas kesehatan(28%),Puskesmas(24%)danPuskesmasPembantu (10%).DibandingkandenganhasilSusenas1998,kunjungan berobat jalan ke Puskesmas menurun 4%; sedangkan kunjungan ke praktek dokter dan paramedis meningkat 4%. Survei yang sama jugamenunjukkanbahwakelompokmasyarakatdenganstrata ekonomi tinggi, memanfaatkan lebih banyak pelayanan rawat jalan rumah sakit dan praktek dokter, sedangkan mereka dengan strata ekonomirendahlebihbanyakmemanfaatkanpelayananrawat jalanPuskesmasPembantudanpraktekpetugaskesehatan. Kesenjangan tersebut cenderung tidak banyak berubah dari waktu kewaktu,danakancenderungsamapadamasamendatang, apabila tidak ada perubahan kebijakan.9 DataSusenas2001menunjukkanketidakpuasanterhadap pelayanankesehatanpemerintahlebihbesardibandingkan pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan swasta. Mereka yangmelaporkankurangpuasatautidakpuasuntukpelayanan RS,PuskesmasdanPustuberturut-turutadalah20%,16%dan 18%.UntukpelayananRSswasta,praktekdokterdanpoliklinik adalah11%,9%dan9%.Ketidakpuasanpadapelayanan cenderung naik dibandingkan hasil Susenas 1998. Susenas 2001 jugamemberikangambaranbahwa4%pendudukmelakukan rawat inap. Untukmembedakantingkatrujukandankompetensinya,RSU pemerintah dibagi dalam beberapa kelas yakni kelas A : 4 buah, kelasB:54buah,kelasC:213buahdankelasD:71buah. SebagianbesarRSUkelasAdanBdigunakansebagaiRS pendidikan. Rumah sakit kelas C dan D tersebar merata di ibu kota kabupaten/kabupaten. Dalam sepuluh tahun terakhir, pemanfaatan RSUpemerintahbolehdikatakantidakmeningkat,bahkanRSU kelas A pemanfaatannya menurun dari 75% (1988) menjadi 60% (1997). RSU kelas B dan kelas C pemanfaatannya menetap (55 60%),sedangkanRSUkelasDmasihrendah(45%).Banyak faktoryangmempengaruhiutilisasiRSantaralain:kemampuan ekonomimasyarakat,mutuRS,kemudahanpelayanandan sebagainya. Persentaserujukanbervariasi,tertinggidiprovinsiBengkulu (20%).Provinsilainjauhlebihrendah,misalnyaprovinsi KalimantanTimur(2%),KalimantanSelatan(1%)danSumatera Utara,J ambi,DIYogyakarta,J awaTimurdanPapuasebesar 0,1%. J umlahpendudukmiskinsetelahkrisisekonomimeningkatdari 22,5juta(11%)tahun1996menjadi49,5juta(24%)padatahun 1998,menurunkembalimenjadi37,7juta(18%)pada2002. Program J PS BK memberikan pelayanan gratis kepada penduduk miskindipuskesmasmaupundiRS.Surkesnas2001 menunjukkanbahwahanya11%pendudukmiskin(quantileI) menerima kartu sehat (yang dikaitkan dengan program J PS BK), dan proporsi besar dari kartu sehat tidak tepat sasaran (20% kartu sehat dimiliki penduduk relatif ekonomi tinggi/quintile IV atau V). Pelayanankesehatanmatra(kelompokkhusussepertihaji, pekerja, pengungsi), dilakukan juga oleh sarana pelayanan medik dasardanspesialistik;khususnyaPuskesmasdanRumahSakit kabupaten/kota.Dalamkondisitertentu,dilakukanpelayanan khususmisalnyapadakelompokpekerjadidaerahindustri, 10 kelompokmasyarakatyangmenunaikanibadahhaji(sebelum, pada waktu di tanah suci dan ketika kembali) ataupun pelayanan padakelompokpenderitatertentusepertioperasikatarak. Pelayanankesehatanhaji,yangmencakupduawilayahnegara dankontakdenganpendudukdariberbagainegara,secara epidemiologicenderungmemungkinkanpenyebaranpenyakit menularyangseringmenimbulkanmasalahKLBbaikdisaat perjalanan, di Arab Saudi maupun di Indonesia. Nampaknya hal-haltersebutcenderungmasihakansamadimasamendatang tanpa adanya upaya khusus. Sebagainegarabesardenganwilayahfisikgeografisluas, Indonesiaseringmengalamibencanaalam,sepertibanjir,tanah longsor,gunungmeletus;maupunsituasikonflikyang menyebabkanterjadinyapengungsianmassalpenduduk. Walaupuntelahdilakukanupayapeningkatanpelayananbagi masyarakat korban bencana, kenyataan di lapangan menunjukkan ketidaksiapanpetugaskesehatandankurangnya sarana/prasarana dalam menangani bencana. Penggunaanobatgenerikdanobattradisionalcenderung meningkat.J enisobatgenerikberlogoterusmeningkatdari204 jenis (1996) bernilai total Rp. 378 miliar menjadi 220 jenis (2000) dengannilaitotalRp.1triliun.Dewasainilebihdari95% kebutuhanobatnasionaltelahdapatdiproduksididalamnegeri, bahkantelahmulaidiekspor.Padatahun2001eksporobat IndonesiamencapaiUS$69.92jutadanbeberapatahun mendatangdiharapkandapatmencapaisekitarUS$100juta, namunsayangnyasekitar95%bahanbakunyamasihharus diimpor.Kebutuhanvaksintelahdipenuhiproduksi dalam negeri, demikianjugaalat-alatkesehatan,kecualiyangmenggunakan teknologicanggih.Ditetapkannyakewenanganwajibbagisektor kesehatanbesertastandarpelayananminimalnya(SPM)bagi kabupaten/kota,diharapkanmemberirambu-rambukualitasdan keamanan; disamping meningkatkan efisiensi pelayanan. Reformasidandesentralisasidalamberbagaibidang,termasuk bidangkesehatandanbidanghukummembukapeluanglebih besarbagimasyarakatuntukmenentukanarahpembangunan kesehatandiwilayahnya.TerbentuknyaKomiteKesehatandi sejumlahkabupaten/kotamerupakanwujudperanserta masyarakatdalampembangunankesehatandanmembukapeluang bagi demokratisasi sektor kesehatan. 11 b.Pembiayaan Kesehatan Sumberpembiayaankesehatanbagipembangunankesehatan berasaldaripemerintahdanmasyarakattermasukswasta.Sumber biaya pemerintah berasal dari pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota.Sumberbiayamasyarakatdanswastaberasal daripengeluaranrumahtanggaatauperorangan(outofpocket), perusahaanswasta/BUMNuntukmembiayaikaryawannyadan lembaganonpemerintahyangumumnyadigunakanuntuk kegiatan kesehatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan. PembiayaankesehatanperkapitadiIndonesiaterendah dibandingkannegaraASEANlainnya,meskipunmenunjukkan peningkatan8kalidariRp19.602(1990)menjadiRp171.511 (2000).PerhitungandenganmenggunakannilaiUSdolarterjadi peningkatanhanya1,73kalidari$11,6(1990)menjadi$20,01 (2000).RendahnyapembiayaankesehatandiIndonesiamenjadi salahsatusebabutamayangmenghambatpercepatan peningkatanderajatkesehatanmasyarakat.MenurutKomite Makro-EkonomidariWHOmenganjurkanagarnegara berkembangmengeluarkanpalingsedikit$32perkapitatiap tahunnyauntukkeperluankesehatantermasukmembangun infrastruktur.BiladibandingkandenganPDB,makapersentase pembiayaan kesehatan di Indonesia selama 10 tahun ini rata rata 2,21 %. Terlihat ada peningkatan setiap tahun dari 1,85% (1990) menjadi2,74%(2000).WHOmenganjurkanbiayakesehatan suatunegaraminimal5%dariPDBagartujuanpembangunan kesehatan tercapai. Kontribusimasyarakatdan swasta dalam pembiayaan kesehatan cukup besar. Pada tahun 1990 sekitar 70% pembiayaan kesehatan berasal dari masyarakat dan swasta sedangkan peran pemerintah hanya30%.Peranpemerintahkemudianmeningkatmendekati 40%(1995)tetapikemudianmenurunkembalimenjadisekitar 23,7% pada tahun 2000. Kontribusilintassektor(DepartemenPertahanandanPOLRI, MenegPemberdayaanPerempuandenganlembagaBKKBN,DepartemenTenagaKerja)masihrendahyangterlihatdari persentasenyaterhadappembiayaankesehatanbersumber pemerintah hanya sebesar3,12% atauberkontribusisekitar 0.40 % dari total sumberpembiayaan kesehatan (pemerintah, swasta dan lainnya). Alokasianggarankesehatanbersumberpemerintahdaritotal anggarandanbelanjapemerintahdiIndonesiamasihsangat rendah,dalamkurunsepuluhtahunterakhirrata-rata3,59%, terlihatberfluktuasi,daritahun1990(3,72%)dantertinggipada 12 tahun 1994 (4,44%)selanjutnyacenderung turunsampai tahun 2000 (3,14%). Tahun2000telahadakesepakatanbupati/walikotaseIndonesia untukmengalokasikan15%darimasing-masingAPBDuntuk pembangunankesehatan.Demikianpula,hasilsidangtahunan MPRtahun2002,melaluiTAPMPR/VI/2002merekomendasikan agaralokasianggarankesehatansecarabertahapmenjadi15% dariAPBN/APBD.Meskipunadabeberapadaerahyangsecara nominalmeningkat,namunkenyataannyarata-ratapembiayaan kesehatan daerah baru mencapai 9% dari APBD pada tahun 2001 dan 3-4% dari APBD pada tahun 2002.Distribusialokasipembiayaanpemerintahmenurutprovider kesehatan tahun 2000sebagian besar untuk promosi peningkatan pelayanan dan derajat kesehatan(19,88%).Alokasi biaya untuk rumahsakitsebesar14,95%,puskesmassebesar4,04%,serta penyediaanfarmasidanalat-alatkesehatansebesar14,10%. Disini terlihat bahwa anggaran untuk primary health care mendapat porsi yang kecil. Sumberpembiayaanyangberasaldaripemerintahdigunakan untuksubsididisemualini,sedangkanyangbersumberswasta sekitar80%berasaldaripengeluaranperorangan/rumahtangga dan dibayarkan secara langsung (fee for service) kepada pemberi pelayanan.Caratersebutdipandangtidakefisiendansangat memberatkanmasyarakatsertadapatmenjauhkanmerekadari pelayananyangdibutuhkan.Masyarakatyangterlindungdengan berbagaibentukJ aminanPembiayaanKesehatan(J PK)masih rendah walaupun menurut data Susenas ada peningkatandari 16 % (1998) menjadi 20,2% (2001).Peserta menurutjenis J PK yang dilaporkanmeliputipesertaAskes7,4%,kartusehat6,3%, astek/jamsostek2,9%,asuransiperusahaan2,4%,J PKM1,2%, danasehat0,5%danasuransilain0,4%.Biladibandingkan dengan negara lain di wilayah Asia Tenggara, angka cakupanJ PK masihrendah.DiFilipinaangkacakupanJ PKsudahmencapai 40% dan Thailand 60%. Komitmen kebijakan pemerintah untuk jaminan kesehatan semakin meningkatmelaluiamandemenUU1945pasal34ayat2yang menyatakannegara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.KetetapanMPRnoVItahun2002,merekomendasikan diwujudkannya sistem jaminan kesehatan masyarakat.Hal ini juga didukungdengantelahdibentuknyatimSJ SN(SistemJ aminan 13 SosialNasional)olehKantorWakilPresidenuntukmerumuskan UndangUndangSJ SNdenganJ KN(J aminanKesehatan Nasional) sebagai salah satu komponennya.Di masa depan, hal iniakanterusmendorongterselenggaranyajaminankesehatan bagimasyarakatIndonesiasecaraoptimal,sekaligus memenuhi keadilanpembiayaan(fairnessoffinancing)yangmenjadi indikator keberhasilan sistem kesehatan di negara-negara di dunia. c.Sumber Daya Manusia Kesehatan PermasalahanbesartentangSDMadalahinefisiensidan inefektivitasSDMdalammengnanggulangimasalahkesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat tetapi masih jauh daritargetIndonesiaSehat2010danvariasinyaantardaerah masihtajam.DenganproduksiSDMkesehatandariinstitusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.Tahun 2001 diperkirakanrasiodokter1:13.000penduduk,dokterspesialis 1:37.000,perawat1:2850,bidan1:2.600,sedangkankebijakan IndonesiaSehat2010mentargetkanrasiodokter1:2.500,dokter spesialis 1:18.000, perawat 1:850, bidan 1:1.000.Variasi antar daerah menunjukkan yang paling rendah di Kalimantan Barat pada tahun1999rasiodokterper100ribupendudukhanyasebesar 4,48sedangkandiDIYogyakartasebesar33,27.ProporsiSDM nontenagakesehatan,khususnyayangberpendidikansetingkat SMUmasihlebihbesardaripadatenagakesehatan. PendayagunaanSDMkesehatanyangnontenagakesehatan setingkat sarjana (misalnya sosiolog, antropolog, psikolog, ekonom danlain-lain)masihterbataskarenakuatnyaorientasikepada tenaga kesehatan. PerencanaanSDMselamainimasihdilakukanberdasarkan kebutuhanpemerintah,belummengakomodasikebutuhandan potensimasyarakat(organisasiprofesi,LSM,swasta,dan pengobattradisional).Selainitukurangberorientasipada paradigmasehatdanpengaruhglobalisasisertakebutuhan spesifik daerah. Pengembangandokterkeluargasebagaigatekeepermasih terbatas,karenaterkaiteratdenganpengembangan asuransi/jaminan kesehatan yang masih rendah cakupannya. SaatinisisteminformasiSDMbelummendukungperencanaan terpadu,karenamasihterfragmentasi,sehinggabelumbisa menyajikandatadaninformasisecaraterpaduantara perencanaan, pendayagunaan dan pengadaan SDM. 14 PendayagunaanSDMyangmeliputisistempenempatan, penghargaan dan sanksi serta peningkatan karir profesional belum sepenuhnya memperhatikan partisipasi masyarakat dan belum ada kejelasanwewenangantarapemerintahdanmasyarakat. PendayagunaanSDMbelumsepenuhnyamemperhatikansegi perimbangankebutuhanpemerintahdanunsurmasyarakatyang disesuaikandengankebijakanyangberlaku,keadaandan penyebaranpenduduk,keadaangeografi,sertasaranadan prasana.

Kebijakan pegawai tidak tetap (PTT) belum mampu menempatkan tenagakesehatan(dokterumum,doktergigi,bidan)secara merata.Padatahun2001sekitar25-40%puskesmastidak mempunyaidokter,khususnyadidaerahdengangeografisulit seperti di Kawasan Timur Indonesia (KTI).Hal yang sama terjadi padabidandidesa,walaupunmenurutdatayangadahampir seluruhdesatetapipadakenyataanyadilapanganbanyakdesa yangtidakmemilikibidan.Keadaaninitelahdiatasisecara bertahapdenganpengangkatanPNSbaikuntuktenagadokter, doktergigidanparamedismelaluipenyediaan5000formasi pegawai. Kerjasama pengembangan SDM yang telah ada selama ini adalah pengembangankaderkesehatansepertikaderposyandu,kader dasawisma,jurumalariadesa(J MD),timimunisasidesa,kader gizi,pengawasminumobat(PMO)bagi penderita TB. Sejauh ini upayatersebutmasihscattered,parsial,tidaktertatadantidak berkelanjutan.Potensidalammasyarakatsertametodayang cocokdandisukaimasyarakatbelumtergali,sehingga pengembanganSDMKesehatantidakberkesinambungan. Kerjasamapengembanganyangmelibatkanpemerintahdan masyarakat dengan memperhatikan potensi di masyarakat (seperti pengobattradisionaldanlain-lain)melaluisentuhanteknologi kesehatan masih perlu digali. DewasainipembinaandanpengawasanSDMyangmeliputi sertifikasi,registrasidanlisensidaripelaksanaantugasprofesi tenaga kesehatan, belum terlaksana sesuai yang diharapkan. Hal tersebutterlihatdarimasihcukuptingginyaangkakeluhan masyarakatakanpelayankesehatanyangkurang/tidak memuaskan.Peranpemerintahdalampembinaandan pengawasaninimasihdominan.Demikianpulapembinaandan pengawasaninstitusidiklatSDMyangmeliputiakreditasidan benchmarkinginstitusi, belum terstruktur dengan baik.

15 d.Pemberdayaan Masyarakat Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, masyarakat memilikikesempatanuntukberperansertadalam penyelenggaraanupayakesehatanbesertapenyediaansumber dayanya.Selanjutnya,pemerintahmempunyaikewajibandan wewenanguntukmembina,mendorongdanmenggerakkan swadayamasyarakatagardapatlebihberhasilgunadan berdayagunadenganmempersiapkanperangkatperaturandan tata caranya. PemberdayaanmasyarakatmelaluiLembagaKetahanan MasyarakatDesa(kinidisebutDewanKelurahan)danDewan Kecamatanyangmelibatkanberbagaiunsur,memilikipotensi besar untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat. Potensi masyarakat baik berupa organisasi, upaya, tenaga, dana, sarana,teknologi,maupunmekanismepengambilankeputusan belum optimal. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan telah banyak berkembang, antara lain dimulai dengan tumbuhnya PKMD (PembangunanKesehatanMasyarakatDesa)dansekarang berkembangmenjadiUpayaKesehatanBersumberMasyarakat (UKBM). Posyandu telah berjumlah lebih dari 200.000 buah, yang berarti setiap desa secara rata-rata telah memiliki lebih dari 3 buah Posyandu.PersentasedesayangmemilikiPolindes(Pondok Bersalin Desa) sebanyak 41% pada tahun 2000. Upaya Kesehatan TradisionalsepertiTanamanObatKeluargameningkattajam, yaknienamkalilebihbesar,yakni5.958buah(1997)menjadi 37.645buah(2000).PotensilainnyasepertiUpayaKesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Dasar Swasta, Pembinaan Kader, Dana Sehat,J aminanPemeliharaanKesehatanMasyarakat(J PKM), LongTerm Care Usila dan Teknologi Tepat Guna sesuai kebutuhan setempatjugaterusberkembang,meskipunbelumsepertiyang diharapkan.KemitraandenganLSMdibidangkesehatan diperkirakan 40% berlokasi di J akarta. Upayapemberdayaanmasyarakathinggasaatinimasih menempatkanmasyarakatsebagaiobyekdanupayanyalebih banyakberupabantuankemanusiaan(charity)yangbersifat mendesak(emergency),penggerakan(mobilisasi)barubersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan. Iklim feodalisme danpaternalismedisebagianbesarmasyarakatmasihkuat,di samping masih kuatnya orientasi pada birokrat. Di pihak lain, para birokratdanproviderpadaumumnyabelummemahami bagaimanamemberdayakanmasyarakatsecaraprofesional; termasuk mendorong masyarakat dalam mengemukakan pendapat (voice)danmemilih(choice)sertamenentukanprioritasprogram 16 kesehatansesuaikebutuhanmasing-masing.Seringkaliarah pemberdayaanbahkanberbalikmenjadimemperlemahpotensi masyarakatsendiri.Upayapemberdayaanmasyarakatbelum didukung oleh peraturan perundangan yang memadai. Norma dan tata nilai yang berdasarkan sosial budaya masyarakat kurang menjadi bahan pertimbangan dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang cenderung seragam. Selain itu unsur budaya dan kepercayaanyangbertentangandenganasas-asaskesehatan masih tetap ada. Arus globalisasi semakin kuat bersamaan dengan berkembangnya reformasi,desentralisasidankeinginanuntukmewujudkan masyarakatmadani.Selainitu,makindisadaripulaperanan perempuandanisugenderyangsangatpotensialdalam perkembanganmasyarakatdanbangsa,termasukdalam pemberdayaanmasyarakat.Diperkirakan76%kabupatendi seluruhIndonesiamempunyainilaiindexGenderEmpowerment (GEM) masih dibawah 50. e.Manajemen Kesehatan Perencanaanprogramkesehatanpadazamanpenjajahan,awal kemerdekaan,ordelamadanordebarubersifatsentralistik denganarahtopdown.Akibatnyaantaralainbanyakprogram yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan di daerah; alokasi sumber daya yang tidak merata; dan pelayanan kesehatan yang tidak mencapai sasaran. Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, proses perencanaan harus dilakukan oleh daerahsesuaidenganprioritasmasalahmasing-masing.Peran pusat terbatas pada regulasi, koordinasi, advokasi serta monitoring danevaluasi.Selainitu,programyangberskalanasionaldan bersifatstrategistetapmasihdilakukanolehpemerintahpusat. Namun demikian kemampuan petugas daerah dalam perencanaan kesehatanmasihterbatasdankurangdapatmeyakinkanpara pengambil keputusan di daerah seperti DPRD dan Bupat/Walikota, sehingga alokasi dana APBD untuk kesehatan masih rendah. Salahsatudukunganpentingdalamprosesperencanaanadalah tersedianyainformasiyangsahihdanakurat.Sebelum diterapkannyakebijakandesentralisasi,adaarusinformasidari daerahkepusatmelaluimekanismeberbagaisistempelaporan. Walaupunkualitasdatayangdilaporkanseringkalidiragukan, tetapimekanismetersebutmasihdapatdijadikanandalan tersedianyainformasimengenaikeadaandanpelaksanaan 17 programkesehatandidaerah.Sesudahpenerapankebijakan desentralisasi,bolehdikatakanmekanismetersebuttidakdapat diharapkanlagi.Laindaripadaituhasilberbagaipenelitiandan pengembangan kesehatan kurang dimanfaatkan dalam penetapan kebijakan pembangunan kesehatan. Akibat lain dari penerapan kebijakan desentralisasi adalah masing-masingdaerahmemusatkanperhatianpadaurusandaerahnya sendiri.Konseppeningkatankemampuanmelaluisinergiyang diperolehdarikegiatankerjasamatidaklagidiperhatikankarena masing-masing sibuk sebanyak mungkin mengeksploitasi sumber dayanya.Dengandemikiantidaktertutupkemungkinanbaik secaranasionalmaupunsub-nasionalIndonesiamenjadilemah dan pengaruh globalisasi akan menjadi ancaman. Kebijakan desentralisasi membawa dampak perubahan besar dan mendasar dalam organisasi dan tata kerja baik di pusat maupun di daerah. Hubungan antara pusat dan daerah lebih terasa sebagai duasistemyangsalingbersaingdalammemperebutkansumber daya,terutamakeuangan.Terjadisalingmelempartanggung jawab antara pusat dan daerah bila muncul masalah kesehatan di daerah.Dengandemikianmasyarakatakhirnyamenjadikorban ketidakjelasantanggungjawabtersebut.Aksespusatkedaerah menjadisangatterbatas,sedangkandaerahmengembangkan kebijakanprogramkesehatansecaraberagam.Berkurangnya aksespusatkedaerahmenyebabkan pula pelaksanaan evaluasi keberhasilan program kesehatan menjadi sulit dilaksanakan.Hal inidisebabkanantaralainkarenakurangnyaperaturan perundanganyangmenyebabkanmasing-masingdaerah menafsirkankebijakandesentralisasidengancaranyasendiri. Banyak peraturan di bidang kesehatan yang dulu berlaku dianggap merugikandaerahdanakhirnyadiabaikan.Daerahkemudian membuatberbagaiperaturansendiriyangdalambanyakhal merugikanprogramkesehatan.Akibatnyapelaksanaanprogram kesehatanmenjaditerhambatakibatsulitnyamenggerakkandan memberdayakan potensi di daerah. Dibanyak daerah, struktur organisasi yang dikembangkan kurang mendukung pelaksanaan program kesehatan karena penanggung jawabnyaditempatkanpadatingkatyangrendah.Bahkandi beberapadaerahbidangkesehatandigabungdenganbidang lainnya.Haltersebutmenunjukkanbahwakesehatanbelum memperolehprioritasdalampenanganannyaolehdaerah. Ditambahlagidibeberapadaerahfungsisaranapelayanan kesehatansepertirumahsakitdanpusatkesehatanmasyarakat diarahkanlebihbanyaksebagaisumberpendapatandaerah 18 melaluirestribusi.Dengandemikian,aksesmasyarakatterhadap pelayanankesehatanmenjadiberkurang,terutamabagi masyarakat kurang mampu. Selainitu,peranmasyarakatsebagaimitradalampembangunan kesehatan,banyaktidakdiperhatikanapalagiditingkatkan. Akibatnya masyarakat lebih banyak dirasakan sebagai obyek atau sebagai beban dibanding sebagai asset. B.PERKEMBANGANLINGKUNGANSTRATEGISDANKECENDERUNGANNYA Globalisasimerupakantantangan,masalahdanpotensiuntuk pembangunankesehatanberwawasankesehatandimasa mendatang.Adanyaperdaganganbebas,sumberdayakesehatan yangikutmengglobal,terorismedansebagainyaperludiantisipasi secaraseriusdalampenyelenggaraanpembangunankesehatan. Pengaruhglobalisasidanliberalisasiperdagangandanpelayanan melalui kesepakatan GATT (termasuk didalamnya General Agreement on Trade in Services/GATS) dan TRIPS (Agreement on Trade-Related AspectsofIntellectualPropertyRights),dimulainyapasarbebas ASEAN (AseanFreeTradeArea/AFTA) pada tahun 2003 dan pasar bebasAsiaPacific(APEC)padatahun2020,akanmempengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan upaya kesehatan dan memerlukan kesiapan dari pemerintah dan masyarakat. Pembangunannasionalberwawasankesehatansecarastrategis mempunyaikekuatanketikapadatanggal1Maret1999Presiden RepublikIndonesiamencanangkanGerakanPembangunan Berwawasan Kesehatan.Gerakan ini merupakan paradigma baru dan merupakan salah satu dari strategi pembangunan kesehatan nasional menujuIndonesiaSehat2010,yangmutlakmemerlukandukungan kerjasamalintassektor.Pembangunanberwawasankesehatanini jugadiperkuatdenganadanyaperubahanamandemenUUD1945, TAP MPR no. 3 Tahun 2000 dan TAP MPR no. VI Tahun 2002. UURInomor23/1992tentangKesehatantelahmemberikan dukungandasarhukumyangkuatakanpentingnyaupaya pembangunankesehatandiIndonesia.Undang-undangini seharusnyaditerjemahkandalambeberapaPeraturanPemerintah (PP)yangmengatursemuafungsidanpenyelenggaraan pembangunankesehatansecaralebihrinci.Haruslahdiakuibahwa prosespembuatanPPtidakdapatberjalandengancepat,sehingga sebelumseluruhPPtersedia,telahterjadiperkembangankebijakan desentralisasisesuaidenganUURInomor22tahun1999tentang 19 PemerintahanDaerahdanUURInomor25tahun1999tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerapandesentralisasimenuntutpemerintahpusatmenyerahkan berbagai kewenangan dalam pembangunan termasuk pembangunan kesehatankepadapemerintahdaerah.Namundiamatikebanyakan pemerintahdaerahbelummenempatkanpembangunankesehatan sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah yang diikuti dengan pengalokasian anggaran yang memadai. Dampak politik pasca reformasi di Indonesia yang menumbuhkan era demokrasi dan kebebasan di semua sektor pembangunan semestinya akan berpengaruh positif pada pembangunan berwawasan kesehatan. Tetapipadakenyataannya,demokrasidankebebasanyang berlebihanmenghambatperwujudanotonomiyangnyatadan bertanggungjawabsertapadaakhirnyaberdampakpada pembangunan kesehatan di daerah. Konflik yang bernuansa suku dan agama sebagai akibat kesenjangan diberbagai bidang pembangunan menimbulkanberbagaimasalahkesehatansebagaiakibatadanya pemindahandanpengungsianpenduduk.Disampingitu,gangguan keamanan yang timbul dan meningkatnya penduduk yang kehilangan mata pencaharian akan menyulitkan pencapaian target pembangunan kesehatan. Pemecahan masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kondisiperekonomiannegara.Perhatianpemerintahterhadap pemecahanmasalahkesehatanseringkalidiukurdarialokasi anggaranpemerintahuntukbidangkesehatan.Daritahunketahun porsianggaranuntukbidangkesehatanterusbertambahjumlah nominalnya, namun secara proporsional, baik terhadap GDP maupun terhadap anggaran pembangunan nasional dan daerah , nampaknya masihjauhdibawahbatasyangdiisyaratkanolehWHO.Selainitu belumtuntasnyakrisismultidimensionalyangmelandaIndonesia sejak 1997 menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin yang cukup bermakna dan melemahnya kemampuan daya beli masyarakat. Kondisisosialmasyarakatyangbaikakanmendukungpeningkatan derajat kesehatannya. Kecenderungan krimininalitas yang meningkat, peredaranNAPZAyangsemakinmerajalela,kemiskinan, pengganggurandansebagainyaakanmenyebabkanmasalahyang seriusterhadappembangunanyangberwawasankesehatan. Kemudahantransportasi,komunikasidanpenyebarluasanberbagai informasi berpengaruh juga terhadap penyalahgunaan narkotika, obat psikotropika dan zat adiktif lainnya, penyakit, perilaku seks bebas dan gayahiduptidaksehatlainnya.Haliniakanmempengaruhiderajat kesehatan masyarakat, khususnya generasi muda. 20 Keberhasilan penanggulangan berbagai penyakit sudah terbukti harus memperhitungkanfaktorbudayamasyarakat.Pendekatanbudaya dalam memberdayakan masyarakat merupakan unsur utama.. Selain aspekbudaya,aspekagamajugasangatberpengaruhterhadap pelaksanaanberbagaiprogramkesehatan.Keduaaspekinisangat mempengaruhi perilaku masyarakat, termasuk perilaku yang berkaitan denganbidangkesehatan.Keduaaspekinipunamatberpengaruh kepadamasalahmoralpendudukyangakhir-akhirinimempunyai kecenderungan sangat menurun kualitasnya. Transisidemografitelahdapatdiprediksisebagaidampakdari pembangunannasional,baikdalambidangekonomi,keluarga berencanadankesehatansertagizi.J umlahpendudukIndonesia tahun 2001 sekitar 205 juta. Dewasa ini diperkirakan proyeksi jumlah penduduk tersebut pada tahun 2020 sekitar 265 juta.Pada piramida kependudukan,terjadi perubahan kecenderungan pada mengecilnya jumlah penduduk usia muda/balita dan meningkatnya jumlah segmen angkatan kerja dan usia lanjut secara bermakna di tahun 2020 yang perubahannyaakanmulaiterlihatpadatahun2005.Tetapi nampaknya segmen penduduk usia muda yang seharusnya mengecil juga cenderungmeningkat lagi. Akibatnya di samping masalah usia lanjutyangmakinserius,masalah-masalahyangberhubungan denganpendudukusiamudaakantetapmuncul.Dimensilaindari transisidemografiadalahmeningkatnyaurbanisasi,migrasidan pengangguran. Peranilmupengetahuandanteknologisangatmenentukan keberhasilanberbagaiprogrampembangunantermasuk pembangunanbidangkesehatan.Berbagaipenemuanyang merupakanhasilpenelitiandanpengembangansangatmendukung pelaksanaanprogrampembangunankesehatan.Peningkatan pengetahuan masyarakat juga terbukti berpengaruh dalam mengubah perilaku masyarakat. Lingkunganfisikdanbiologiberubahsangatcepatakibatberbagai pembangunanyangdilaksanakan.Terlihatkecenderunganbahwa pembangunanseringkaliditerjemahkanpadaperubahanfisikyang memang dengan mudah dapat terlihat. Eksploitasi alam akan makin tidak terkendali dan perubahan lingkungan mengarah pada perusakan yangakanberakibatfatal.Selainitufaktorperubahaniklim, perubahankeseimbanganekologidanmeningkatnyabencanaalam yang disebabkan oleh karena perubahan secara global seperti halnya kenaikan panas bumi, hujan asam, bertambah besarnya lubang ozon udara,fenomenaElNinodansebaliknya,akanmembawadampak kesehatanmasyarakatdimasamendatangyangmakinserius. 21 Lingkunganbiologispunsaatinicenderungmenyebabkanmasalah kesehatanyangserius.Pencemaranudara,penggunaanpestisida, insektisidadanfungisidayangberlebihandanberkesinambungan akanmenyebabkanmasalahkesehatanyangserius.Perubahan lingkunganbiologisjugamenyebabkanrangsanganpatogenitas terhadapbeberapajenisbakteri,virusdanjasadreniklainnyayang akan mengancam kesehatan manusia di masa mendatang. KeadaangeografiIndonesiayangmempunyairibuanpulaudengan perbedaan struktur geologi, fauna, flora dan keanekaragaman hayati lainnyaantarakawasanbaratdantimurIndonesiamenyebabkan sulitnyapencapaianpemerataanpembangunankesehatandi Indonesia.Halinijugamenyebabkanperbedaanendemisitas beberapa penyakit tertentu dan juga perberdaan cara pelayanan serta pembiayaan kesehatan pada masa mendatang. C.ISU-ISU STRATEGIS 1.Derajat Kesehatan a.Indikasi adanya persistensi AKB dan AKI dan tingginya ke dua angkatersebutdidaerahperdesaan,KTIdanpenduduk denganstatusekonomisertapendidikanyangrendah.Umur harapan hidup yang tak akan banyak berubah. b.Bebangandapenyakitakibattransisiepidemiologiyang melambat,karenameningkatnyapenyakittidakmenulardan degeneratifsertamasihtingginyapenyakitinfeksidantimbulnya penyakit baru. c.Kecenderungan meningkatnya status gizi buruk pada balita. 2.Upaya Kesehatan a.Penyelenggaraanupayakesehatankurangmenyeluruh,tidak terpadudanbelumberkelanjutan.Pelaksanaanrujukan kesehatandanmedisbelumefektif.Bahkanterdapat kecenderunganterjadinyadisintegrasipelayanankesehatan dasar dan rujukan. b.Peranpemerintah,masyarakatdanduniausahadalam penyelenggaraan upaya kesehatan belum optimal. Pembagian tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan belum jelas. c.Mutu, pemerataan dan keterjangkauan upaya kesehatan masih belum optimal. Perhatian pada masyarakat miskin, rentan dan berisiko tinggi masih terbatas. d.Pengutamaan penyelenggaraan upaya kesehatan pada aspek peningkatan(promotif)danpencegahan(preventif)masih 22 kurang. Alokasi dana pada kedua aspek upaya tersebut masih rendah. e.Belumjelasnyapengaturanpelaksanaanagarvisi desentralisasiupayakesehatangunamewujudkan demokratisasi pembangunan kesehatan dapat tercapai. f.Adanyakecenderunganmeningkatnyapotensipelayanan kesehatanswastadanupaya kesehatan berbasis masyarakat serta pengobatan alternatif dan tradisional. g.Perkembanganpenggunaanteknologicanggihkesehatan cenderung meningkatkan biaya kesehatan. 3.Pembiayaan Kesehatan a.Sumber pembiayaan kesehatan dari pemerintah masih rendah. Keterlibatanlintassektormasihterbatas.Mobilisasisumber pembiayaankesehatandarimasyarakatmasihterbatas, bersifat perseorangan dan belum berhasil-guna dari segi biaya (cost effective) untuk melindungi seluruh anggota masyarakat. b.Pengalokasiandanapemerintahmasihlebihbanyakpada upaya kuratif. Pengalokasian dana masyarakat tidak dilakukan secara pra upaya. c.Pembelanjaandanapemerintahbelumcukupadiluntuk mengedepankanupayakesehatanmasyarakatdankeluarga miskin.Pembelanjaandanamasyarakatmasihdilakukan secara out of pocket. 4.Sumber Daya Manusia Kesehatan a.Perencanaandansisteminformasitenagakesehatanmasih lemah.PetakebutuhanSDMkesehatanyangmengantisipasi perkembangan di masa mendatang belum ada. b.PendayagunaanSDMkesehatantermasuksistem penghargaandansanksibelumoptimal.Pemerataan penempatantenagakesehatanmasihlemahdankurang terarah. Peningkatan karier tenaga kesehatan belum tertata. c.Pendidikandanpelatihantenagakesehatanbelum menghasilkanpesertadidikyangbermutu.Mutudanjumlah tenagakependidikankurangmemadai.Pendidikanberjenjang danberkelanjutanbelumberjalansepertiyangdiharapkan. Sistemakreditasipendidikandanpelatihantenagakesehatan belum berjalan secara optimal. d.Sertifikasi, registrasi dan lisensi dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelaksanaan tugas profesi belum berkembang. e.Kerja sama lintas program, lintas sektor, dan dengan organisasi profesisertalembagaswadayamasyarakatdalam pengembangan tenaga kesehatan masih terbatas. 23 5.Pemberdayaan Masyarakat a.Pemberdayaanpotensimasyarakatyangmeliputijuga pemberdayaanperempuanbelumoptimal,karenamasih sebatasmobilisasidanpenggerakanperansertamasyarakat. Kemampuanmasyarakatmengemukakanpendapatdan mengambilkeputusantentangkesehatan,menyampaikan usulanataudesakan,maupunmengkritisiupayakesehatan, masih belum berkembang. b.J aringankemitraandenganberbagaipihaktermasuksektor pemerintahan dan dunia usaha belum optimal. Kemitraan yang telahdibangunbelummenampakkankepekaan,kepedulian, danrasamemilikiterhadappermasalahandanupaya kesehatan. c.Kebijakanpermberdayaanbelummantapserta implementasinya di lapangan belum konsisten. Pada umumnya masyarakat masih diperlakukan sebagai obyek dalam berbagai kegiatan.d.Dinamikamasyarakatyangdipengaruhisituasipolitikdan ekonomidewasainitelahmemberikandampaknegatif terhadap sikap dan perilaku sehat masyarakat Indonesia 6.Manajemen Kesehatan a.Kemitraan dengan sektor lain masih terbatas. Perhatian sektor terkaitterhadappembangunankesehatandanpemahaman bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia masih kurang. b.Penyelenggaraanmanajemenkesehatandalamkonteks desentralisasi belum lancar.c.Peraturanperundangandanhukumkesehatanbelum sepenuhnyamendukungpenyelenggaraanpembangunan kesehatan. d.Kemampuanperencanaan,pelaksanaandanpengendalian sertapengawasandanpertanggungjawabanpembangunan kesehatandiberbagaitingkatdanbidang,terutamadalam menghadapi tantangan globalisasi, masih lemah e.Sistem informasi kesehatan dan penelitian dan pengembangan yangmendukungpembangunandansistemkesehatanyang menyeluruh masih lemah 7.Lingkungan Strategis dan Globalisasi a.Pembangunanberwawasankesehatansampaisaatinimasih belumsepertiyangdiharapkan.Pembangunanyang berkesinambungandiIndonesiamasihbelummemperhatikan kelestarian sumber daya alam dan kesehatan. b.Lingkungan fisik dan biologis belum ditangani secara efektif 24 c.Krisis multidemensional merupakan faktor penting yang cukup menghambatpembangunankesehatansaatinidandimasa mendatang d.Aspek budaya dan agama masih belum optimal dipergunakan untuk peningkatan moral dan perilaku hidup sehat e.Transisi demografi di Indonesia memperlihatkan meningkatnya penduduk golongan usila lanjutpada tahun 2020. Upaya long term care untuk golongan ini belum dipikirkan secara serius. f.Kondisigeografidankerawananlainnyajugamemerlukan perhatian khusus. g.Antisipasipembangunankesehatanterhadappengaruh globalisasi masih kurang. 25 BAB III POKOK-POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL A.PENGERTIAN SKN SKNadalahsuatutatananyangmenghimpunberbagaiupayabangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

PadahakikatnyaSKNadalahwujuddansekaligusmetode penyelenggaraan pembangunan kesehatan. B.LANDASAN SKN SKNyangmerupakanwujuddanmetodepenyelenggaraan pembangunankesehatanadalahbagiandariPembangunanNasional. DengandemikianlandasanSKNadalahsamadenganlandasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik landasan tersebut adalah: a.LandasanidiilyaituPancasila:KetuhananYME,Kemanusiaanyang adildanberadab,PersatuanIndonesia,Kerakyatanyangdipimpin olehhikmahkebijaksanaandalampermusyawaratan/ perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b.Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal28A;setiaporangberhakuntukhidupsertaberhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang. Pasal28Cayat(1);setiaporangberhakmengembangkandiri melaluipemenuhankebutuhandasarnya,berhakmendapat pendidikandanmemperolehmanfaatdari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baikdansehatsertaberhakmemperolehpelayanankesehatan, danayat(3);setiaporangberhakatasjaminansosialyang 26 memungkinkanpengembangandirinyasecarautuhsebagai manusia yang bermartabat.Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3);negarabertanggungjawabataspenyediaanfasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. C.PRINSIP DASAR SKN Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah dan budaya bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan SKN. Prinsip dasar SKN meliputi: a.Perikemanusiaan PenyelenggaraanSKNberdasarkanpadaprinsipperikemanusiaan yangdijiwai,digerakkandandikendalikanolehkeimanandan ketaqwaanterhadapke-TuhananYangMahaEsa.Terabaikannya pemenuhankebutuhankesehatanadalahbertentangandengan prinsipkemanusiaan.Tenagakesehatandituntutuntuktidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. b.Hak Asasi Manusia Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnyaderajatkesehatanyangsetinggi-tingginyabagisetiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. c.Adil dan Merata PenyelenggaraanSKNberdasarkanpadaprinsipadildanmerata. Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau olehseluruhlapisanmasyarakatsecaraadildanmerata,baik geografis maupun ekonomis. d.Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirianmasyarakat.Setiaporangdanmasyarakatbersama denganpemerintahberkewajibandanbertanggung-jawabuntuk 27 memeliharadanmeningkatkanderajatkesehatanperorangan, keluarga,masyarakatbesertalingkungannya.Penyelenggaraan pembangunankesehatanharusbedasarkanpadakepercayaanatas kemampuandankekuatansendirisertakepribadianbangsadan semangat solidaritas sosial dan gotong royong. e.KemitraanPenyelenggaraanSKNberdasarkanpadaprinsipkemitraan. Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraanyangdinamisdanharmonisantarapemerintahdan masyarakat dan dunia usaha, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan diwujudkandalamsuatujejaringyangberhasil-gunadanberdaya-guna,agardiperolehsinergismeyanglebihmantapdalamrangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya . f.Pengutamaan dan Manfaat PenyelenggaraanSKNberdasarkanpadaprinsippengutamaandan manfaat.Pembangunankesehatandiselenggarakandenganlebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan maupungolongan.Upayakesehatanyangbermutudilaksanakan denganmemanfaatkanilmupengetahuandanteknologidanharus lebihmengutamakanpendekatanpeningkatankesehatandan pencegahanpenyakit.Pembangunankesehatandiselenggarakan secaraberhasil-gunadanberdaya-guna,denganmengutamakan upayakesehatanyangmempunyaidayaungkittinggiagar memberikanmanfaatyangsebesar-besarnyabagipeningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya. g.Tata penyelenggaraan yang baik PenyelenggaraanSKNberdasarkanpadaprinsiptata penyelenggaraanyangbaik(goodgovernance).Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparancy), rasional/profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability).

D.TUJUAN SKN TujuanSKNadalahterselenggaranyapembangunankesehatanoleh semua potensi bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat dan dunia 28 usahasecarasinergis,berhasil-gunadanberdaya-guna,sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. E.KEDUDUKAN SKN SKN merupakan subsistem dari Sistem Ketahanan Nasional yang secara bersama-samabermaksuduntukmencapaitujuannasionalbangsa IndonesiasepertiyangtercantumdalamPembukaanUUD1945,yaitu melindungisegenapBangsaIndonesiadanseluruhtumpahdarah Indonesiadanuntukmemajukankesejahteraanumum,mencerdaskan kehidupanbangsadanikutmelaksanakanketertibanduniayang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yangmengandungkemampuanmengembangkankekuatannasional, untukdapatmenjaminkelangsunganhidupbangsadannegaradalam mencapaitujuannasional.HakikatkonsepsiKetahananNasional Indonesiaadalahpengaturandanpenyelenggaraankesejahteraandan keamanansecaraseimbang,serasi,danselarasdalamseluruhaspek kehidupan nasional.

Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga sektor lainterkaitdanmasyarakattermasukduniausaha.SKNharus berinteraksisecaraharmonisdenganberbagaisistemdarisektor pembangunanlain,sepertisistempendidikannasional,sistem perekonomian nasional dan sistem ketatanegaraan beserta kelembagaan masyarakatyangterkaitdidalamnya.Untuktercapainyaderajat kesehatanyangsetinggi-tingginya,SKNharusdapatmendorong terwujudnya pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Peranankesehatanadalahpentingdalammeningkatkanmutu sumberdayamanusiayangpadagilirannyaakanmeningkatkan ketahanan dan kesejahteraan bangsa. Kesehatan harus dapat mewarnai setiapaspekkehidupanmasyarakat.SKNadalahacuanutamabagi berbagai pihak dalam mengembangkan perilaku dan mewujudkan peran aktifnya di bidang kesehatan. F.SUBSISTEM SKN SesuaidenganpengertianSKN,makasubsistemutamadanpertamaSKN adalah upaya kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakatyangsetinggi-tingginyaperludiselenggarakanberbagai upayakesehatandenganmenghimpunseluruhpotensibangsa 29 Indonesia.Penyelenggaraanberbagaiupayakesehatantersebut memerlukandukungandana,sumberdayamanusiadansumberdaya kesehatan lainnya yang meliputi sarana dan prasarana serta perbekalan kesehatan lainnya sebagai masukan SKN. Dukungan dana menentukan pembiayaan kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatanditempatkansebagaisubsistemkeduaSKN.Sedangkan sumberdayamanusiadansumberdayakesehatanlainnyadikelompokkandalamsubsistemketigaSKN,yaknisubsistem sumberdaya kesehatan. Selanjutnya,SKNakanberfungsioptimalapabiladitunjangoleh pemberdayaanmasyarakat.Masyarakattermasukduniausahabukan semata-matasebagaiobyekpembangunankesehatan,melainkanjuga sebagaipenyelenggaradanpelakupembangunankesehatan.Oleh karenanyapemberdayaanmasyarakatmenjadisangatpenting,agar masyarakattermasukduniausahadapatmampudanmauberperan sebagaipelakupembangunankesehatan.Sehubungandenganitu, pemberdayaanmasyarakatditempatkansebagaisubsistemkeempat SKN. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna,diperlukanmanajemenkesehatan.Perananmanajemen kesehatanadalahmengoordinasikan,mengintegrasikan, menyinkronisasikansertamenyerasikanupayakesehatan,pembiayaan kesehatan,sumberdayakesehatandanpemberdayaanmasyarakat. Berhasilatautidaknyapembangunankesehatanditentukanoleh manajemenkesehatan.Olehkarenaitumanajemenkesehatan ditempatkan sebagai subsistem kelima SKN. Dari uraian di atas ada lima subsistem SKN yakni:1.Subsistem Upaya Kesehatan 2.Subsistem Pembiayaan Kesehatan 3.Subsistem Sumberdaya Kesehatan 4.Subsistem Pemberdayaan Masyarakat 5.Subsistem Manajemen Kesehatan 30 BAB IV SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN A.PENGERTIAN Subsistem Upaya Kesehatan adalah tatanan yang mengatur struktur dan fungsiupayakesehatanmasyarakat(UKM)danupayakesehatan perorangan(UKP)yangterpadu,menyeluruh,danberkelanjutanguna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. B.TUJUAN Meningkatnyafungsidaninteraksiberbagaiunsurupayakesehatan yangmenjaminterselenggaranyapembangunankesehatanguna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. C. UNSUR-UNSUR UTAMA Subsistem Upaya Kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yakni upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP). 1.Upayakesehatanmasyarakatadalahsetiapkegiatanyang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta dunia usaha, untukmemeliharadanmeningkatkankesehatansertamencegah timbulnyamasalahkesehatandimasyarakat.Upayakesehatan masyarakattersebutterutamaadalahpromosikesehatan masyarakat,pemeliharaankesehatanmasyarakat,pemberantasan penyakitmenular,kesehatanjiwa,pengendalianpenyakittidak menular,penyehatanlingkungandanpenyediaansanitasidasar, perbaikangizimasyarakat,pengamanansediaanfarmasidanalat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman,pengamananzatadiktifdanbahanberbahaya,serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. 2.Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan olehpemerintahdanataumasyarakatsertaduniausaha,untuk menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan tersebut terutama adalah pengobatan rawatjalan,pengobatanrawatinap,pembatasandanpemulihan kecacatan.Dalamupayakesehatanperorangantermasuk pengobatantradisionaldanalternatifsertapelayanankebugaran fisik dan kosmetika. 31 3.Kedua upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagaiupayakesehatanpenunjang.Upayapenunjanguntuk upayakesehatanmasyarakatantaralainadalahpelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan pelayanan sediaan farmasi, alatkesehatandanperbekalankesehatanlainnya.Sedangkan upayapenunjanguntukupayakesehatanperoranganantaralain adalah pelayanan laboratorium klinik, apotek, optik dan toko obat.

D.PRINSIP Penyelenggaraan Subsistem Upaya Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.Upayakesehatanmasyarakatterutamadiselenggarakanoleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat. 2.Upayakesehatanperorangandiselenggarakanbaikoleh pemerintah maupun masyarakat dan dunia usaha. 3.Bersifatmenyeluruh,terpadu,berkelanjutan,terjangkau,bermutu dan berjenjang. 4.Mengikuti prinsip profesional, ekonomis, kaidah sosial serta sesuai dengan moral dan etika bangsa. 5.Didasarkanatasperkembanganmutakhirilmupengetahuanserta teknologi kedokteran dan kesehatan. E.BENTUK POKOK

1.Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Bentukpokoksubsistemupayakesehatanmasyarakatterdiridari tiga strata sebagai berikut: a.UKM strata pertama Tulangpunggungpenyelenggaraupayakesehatanmasyarakat stratapertamadiIndonesiaadalahPuskesmasyangdidirikan sekurang-kurangnyasatudisetiapkecamatan.Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya. TerdapattigafungsiutamaPuskesmas,yaknisebagaipusat pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya, pusat pemberdayaanmasyarakatdibidangkesehatandanpusat pelayanantingkatdasar.Sekurang-kurangnyaadaenamjenis 32 pelayanantingkatdasaryangharusdilaksanakanoleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan ibu, anak dan keluargaberencana,perbaikangizi,kesehatanlingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar. Peran aktifmasyarakatdalampenyelenggaraanupayakesehatan masyarakatstratapertamadiwujudkanmelaluiberbagaiupaya kesehatanbersumbermasyarakatsepertiPosyandu,Polindes dan Pos obat desa. b.UKM strata kedua Penanggungjawabupayakesehatanmasyarakatstratakedua adalahDinasKesehatanKabupaten/Kotayangberfungsi manajerial dan teknis fungsional dalam bidang kesehatan. Untuk dapatmelaksanakanfungsiteknisfungsional,DinasKesehatan Kabupaten/Kotadilengkapidenganberbagaiunitpelaksana teknissepertiunitpencegahandanpemberantasanpenyakit (P3M),promosikesehatan,pelayanankefarmasian,kesehatan lingkungan, perbaikan gizi dan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. Disamping itu sesuai kebutuhan dapat pula dibentuk berbagaisaranakesehatanmasyarakatlainnyasepertiunit-unit pelaksana teknis pusat dan daerah. Unit-unit tersebut di samping memberikanpelayananlangsungjugamembantuPuskesmas dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan. c.UKM strata ketiga. Penanggungjawabupayakesehatanmasyarakatstrataketiga adalahDinasKesehatanProvinsidanDepartemenKesehatan. Upaya kesehatan masyarakat strata ketiga dilaksanakan melalui pengembanganpusat-pusatunggulan,sepertiInstitutGizi Nasional,InstitutPenyakitInfeksiNasional,InstitutKesehatan J iwaNasional,InstitutKesehatanKerjaNasional,danPusat LaboratoriumNasional,InstitutSurvailansdanTeknologi PenyakitdanKesehatanLingkungansertaberbagaipusat unggulanlainnya.Pusatunggulaninidisamping menyelenggarakan pelayanan langsung juga membantu berbagai saranapelayanankesehatanditingkatkabupaten/kotadalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan. 2.Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

a.UKP strata pertama Penyelenggaraupayakesehatanperoranganstratapertama yangdiselenggarakanolehpemerintahadalahPuskesmas. Peranserta masyarakat dan dunia usaha dalam upaya kesehatan peroranganstratapertamadiwujudkanmelaluiberbagaibentuk pelayanan, seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter, 33 praktikdoktergigi,praktikdokterkeluarga,poliklinik,balai pengobatan,praktikdokter/klinik24jam,praktikbersamadan rumahbersalin.Dalamupayakesehatanperoranganstrata pertamatermasukpelayananpengobatantradisionaldan alternatif, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Upaya kesehatanperoranganstratapertamadidukungolehberbagai pelayananpenunjangsepertitokoobatdanapotek(dengan kewajibanmenyediakanobatesensialgenerik),laboratorium klinik dan optik. Untuk meningkatkan mutu perlu dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi. b.UKP strata kedua Penyelenggara upaya kesehatan perorangan strata kedua adalah praktikdokterspesialis,praktikdoktergigispesialis,klinik spesialis,rumahsakitkelasCdanBnonpendidikanmilik pemerintah(termasukTNI/POLRIdanBUMN)danrumahsakit swasta.Berbagaisaranapelayananinidisampingmemberikan pelayananlangsungjugamembantusaranaupayakesehatan peroranganstratapertamadalambentukpelayananrujukan medik.Upayakesehatanperoranganstratakeduainijuga didukungolehberbagaipelayananpenunjangsepertiapotek, laboratoriumklinikdanoptik.Untukmeningkatkanmutuperlu dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi. c.UKP strata ketiga Penyelenggara upaya kesehatan perorangan strata ketiga adalah praktikdokterspesialiskonsultan,praktikdoktergigispesialis konsultan,klinikspesialiskonsultan,rumahsakitkelasB pendidikandanAmilikpemerintah(termasukTNI/POLRIdan BUMN)sertarumahsakitkhususdanrumahsakitswasta. Berbagaisaranapelayananinidisampingmemberikan pelayananlangsungjugamembantusaranaupayakesehatan perorangan strata kedua dalam bentuk pelayanan rujukan medik. Sepertijugastratakedua,upayakesehatanperoranganstrata ketigainijugadidukungolehberbagaipelayananpenunjang seperti apotek, laboratorium klinik dan optik. Untuk menghadapi persainganglobalupayakesehatanperoranganstrataketiga perlu dilengkapi dengan didirikannya beberapa pusat pelayanan unggulannasional,sepertipusatunggulanjantungnasional, pusatunggulankankernasional,pusatpenanggulanganstroke nasional,dansebagainya.Untukmeningkatkanmutuperlu dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi. 34 BAB V SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN A.PENGERTIAN SubsistemPembiayaanKesehatanadalahtatananyangmengatur kebijakanpenggalian,pengalokasiandanpembelanjaansumberdaya pembiayaangunamenjamintercapainyatujuanpembangunan kesehatan. B.TUJUAN Meningkatnyafungsidaninteraksiberbagaiunsurpembiayaan kesehatan yang menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan, guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. C.UNSUR-UNSUR UTAMA SubsistemPembiayaanKesehatanterdiridaritigaunsurutama,yakni penggalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan. 1.Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang diperlukan untukpenyelenggaraanupayakesehatandanataupemeliharaan kesehatan. 2.Alokasidanaadalahpenetapanperuntukanpemakaiandanayang telahberhasildihimpun,baikyangbersumberdaripemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. 3.Pembelanjaanadalahpemakaiandanayangtelahdialokasikan dalamanggaranpendapatandanbelanjasesuaidengan peruntukannyadanataudilakukanmelaluijaminanpemeliharaan kesehatan wajib atau suka rela. D.PRINSIP PenyelenggaraanSubsistemPembiayaanKesehatanmengacupada prinsip-prinsip sebagai berikut: 35 1.J umlahdanauntukkesehatanharuscukuptersediadandikelola secaraberdaya-guna,adildanberkelanjutanyangdidukungoleh transparansi dan akuntabilitas. 2.Penggaliandanapemerintahdiarahkanuntukpembiayaanupaya kesehatanmasyarakatdanupayakesehatanperoranganbagi masyarakat rentan dan keluarga miskin. 3.Penggaliandanamasyarakatdiarahkanuntukpembiayaanupaya kesehatanperoranganyangterorganisir,adil,berhasil-gunadan berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang dilaksanakan secara bertahap. 4.Pemberdayaanmasyarakatdalampembiayaankesehatanterus diupayakanmelaluipenghimpunansecaraaktifdanasosialuntuk kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan). E.BENTUK POKOK 1.Penggalian Dana a.Penggalian dana untuk UKM SumberdanauntukUKMterutamaberasaldaripemerintahbaik pusat maupun daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan danpinjamanluarnegerisertaberbagaisumberlainnya.Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah dunia usaha sertamasyarakat.Sumberdariduniausahadihimpundengan menerapkanprinsippublic-privatepartnershipyangdidukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak untuk setiap dana yang disumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secaraaktifolehmasyarakatsendirigunamembiayaiupaya kesehatanmasyarakatmisalnyadalambentukdanasehat,atau dilakukansecarapasifyaknimenambahkanaspekkesehatan dalamrencanapengeluarandaridanayangsudahterkumpuldi masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan. b. Penggalian dana untuk UKP Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satukesatuankeluarga.Bagimasyarakatrentandankeluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan wajib. 36 2.Pengalokasian Dana a.Alokasi danauntuk UKM AlokasidanauntukUKMyangberasaldaripemerintah dilakukanmelaluipenyusunananggaranpendapatandan belanja,baiktingkatpusatmaupundaerah,sekurang-kurangnya sebesar 15% dari total anggaran. b. Alokasi dana untuk UKP Alokasi dana untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela. 3.Pembelanjaan a.Pembiayaankesehatandaripemerintahdanpublic-private partnershipdigunakanuntukmembiayaiupayakesehatan masyarakat. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana SehatdanDanaSosialKeagamaandapatpuladigunakan untuk membiayai UKM. b.Pembelanjaanuntukpemeliharaanmasyarakatrentandan kesehatankeluargamiskindilaksanakanmelaluiJ aminan PemeliharaanKesehatanwajib.Sedangkanpembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan keluarga mampu dilaksanakan melalui J aminan Pemeliharaan Kesehatan wajib atau sukarela. c. Dalam kurun waktu 510 tahun ke depan biaya kesehatan dari pemerintahsecarabertahapdigunakanseluruhnyauntuk pembiayaanUKMdanjaminanpemeliharaankesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin. 37 BAB VI SUBSISTEM SUMBERDAYA KESEHATAN A.PENGERTIAN SubsistemSumberdayaKesehatanadalahtatananyangmengatur kebijakan,perencanaandanpemenuhankebutuhanserta pendayagunaansumberdayamanusiakesehatandansumberdaya kesehatanlain,gunamenjaminpenyelenggaraanpembangunan kesehatan. B.TUJUAN Meningkatnyafungsidaninteraksiberbagaiunsursumberdaya kesehatanyangmendukungterselenggaranyapembangunan kesehatangunameningkatkanderajatkesehatanmasyarakatyang setinggi-tingginya. C.UNSURUNSUR UTAMA Subsistem Sumberdaya Kesehatan terdiri dari dua unsur utama yakni sumberdaya manusia kesehatan dan sumberdaya kesehatan lain. 1.Sumberdaya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan) adalah semua orangyangbekerjasecaraaktifdibidangkesehatan,baikyang memilikipendidikanformalkesehatanmaupuntidak,yanguntuk jenistertentumemerlukankewenangandalammelakukanupaya kesehatan.2.Sumberdayakesehatanlain(SDKLain)meliputisaranadan prasaranakesehatan,peralatankesehatansertaperbekalan kesehatanlainnyayangterdiridariobatdansediaanfarmasi termasuk vaksin, reagensia, dan insektisida. D.PRINSIP PenyelenggaraanSubsistemSumberdayaKesehatanmengacupada prinsip-prinsip sebagai berikut: 38 1. SDM Kesehatan a.KebijakanpengembangandanpemberdayaanSDMKesehatan dirumuskanolehpemerintahdenganmelibatkanorganisasi profesi,lintassektordanprogram,sertamasyarakattermasuk dunia usaha.b.Perencanaansumberdayamanusiakesehatandisesuaikan dengankebutuhanpembangunankesehatan,baikkebutuhan lokal, nasional maupun global.c.PengadaanSDMKesehatandilakukanmelaluipendidikandan pelatihantenagakesehatanyangmengacupadakebijakan nasional dengan memperhatikan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, serta jenis dan jumlah sarana kesehatan.d.Peningkatan kompetensi SDM Kesehatan diselenggarakan secara berkelanjutansejakmemasukipendidikanhinggaberakhirnya pengabdian profesi oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha termasuklembagapendidikandanpelatihan,organisasiprofesi, serta institusi pelayanan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. e.PeningkatanprofesionalismeSDMKesehatandilaksanakandan dikembangkanmelaluipenerapankemajuanilmupengetahuan danteknologiyangsesuaidenganstandarkompetensiyang diikutidenganpenerapannilai-nilaimoraldanetikaserta menjunjung tinggi sumpah dan etika profesi.f.Pendayagunaan SDM Kesehatan diselengarakan secara merata, serasi,seimbangdanselarasolehpemerintah,masyarakatdan duniausahabaikditingkatpusatmaupuntingkatdaerah. PemerataanSDMKesehatanmemperhatikankeseimbangan antarahakdankewajibanperorangandengankebutuhan masyarakat.PendayagunaanSDMKesehatanolehpemerintah diselenggarakanmelaluipendelegasianwewenangyang proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. g.PeningkatankesejahteraandanpengembangankarirSDM Kesehatandiselenggarakansecaraterencana,terarahdan transparan. h.PembinaandanpengawasanSDMKesehatandiselenggarakan melaluikerjasamadankemitraanyangberkelanjutanantara pemerintah, masyarakat serta organisasi profesi. 39 2. SDK Lain a.PerencanaanSDKLaindisesuaikandengankebutuhanupaya kesehatansertamemperhatikansituasidankondisipemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat.b.PengadaanSDKLaindilaksanakansecaraberhasil-guna, berdaya-guna dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterjangkauan masyarakat.c.DistribusidanpemanfaatanSDKLaindilaksanakansecaratepat waktu dan tepat sasaran. Pemanfaatan obat dan sediaan farmasi olehmasyarakatmemperhatikanaspekmutu,kasiatdan keamanan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungannya. E.BENTUK POKOK 1. SDM Kesehatana.KebijakanpengembangandanpemberdayaanSDMKesehatan dirumuskandanditetapkanolehPemerintahPusatberdasarkan masukandariMajlisSDMKesehatanyangdibentukditingkat pusat dan provinsi.1) Pusat PemerintahPusat,dalamhalinidepartemenyang bertanggungjawabdibidangkesehatanberfungsi merumuskandanmenetapkankebijakan,menyusun program,mengoordinasikanpelaksanaandan mengevaluasi program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan. MajlisSDMKesehatanditingkatpusatadalahsuatu lembagayangditetapkanolehMenteriKesehatanyang mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan masukan kepadaPemerintahyangberskalanasionaldanbersifat lintas jenis serta kategori.MajlisSDMKesehatanPusatberanggotakanunsur-unsur dari Pemerintah (Depdagri, Depkes, Depdiknas, Depnaker, danlain-lain),paraKetuaKolegiumProfesi,paraKetua Organisasi Profesi, para Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kesehatan,paraKetuaAsosiasiInstitusiPelayanan Kesehatan, wakil Konsumen dan Tokoh Masyarakat. Ketua MajlisSDMKesehatandipiliholehparaanggotadengan dukungan administratif dari Departemen Kesehatan. 40 2) Provinsi Pemerintah Provinsi dalam hal ini instansi yang bertanggung jawabdibidangkesehatanmelaksanakanazas dekonsentrasi,danazasdesentralisasitertentudalam pengembangandanpemberdayaanSDMKesehatansesuai peraturan dan perundang-undangan dan masukan dari Majlis SDM Kesehatan Provinsi. MajlisSDM Kesehatan Provinsi adalah suatu lembaga yang ditetapkan oleh Gubernur yang mempunyai tugas pokok dan fungsimemberikanmasukankepadaPemerintahDaerah melalui Gubernur. MajlisSDMKesehatanProvinsiberanggotakanunsur-unsur dariPemerintahDaerah(Dinkes,DinasPendidikan,Dinas Tenaga Kerja, dan lain lain), para Ketua Organisasi Profesi, KetuaAsosiasiInstitusiPendidikanKesehatan,paraKetua AsosiasiSaranaPelayananKesehatan,TokohMasyarakat danwakilkonsumen.KetuaMajlisSDMKesehatandipilih oleh para anggota dengan dukungan administratif dari Dinas Kesehatan Provinsi.b.Penyelenggarapendidikanakademik,profesionaldanprofesi tingkatpertamaSDMKesehatanadalahInstitusiPendidikan Kesehatan.Asosiasiinstitusipendidikankesehatanbertanggung jawabdalammerumuskanstandardankebijakanpendidikan tingkatakademikdanprofesipertama.Penyelenggaraan pendidikanprofesiSDMKesehatantingkatlanjutanadalah institusi pendidikan kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan yangterakreditasi.KolegiumProfesibertanggungjawabdalam menetapkan kebijakan pendidikan profesi lanjutan. Setiap kategori tenagakesehatanmempunyaiKolegiumsendiri.Lingkuptugas KolegiumProfesitersebutmencakuppenetapanstandar kompetensiprofesi,kurikulumpendidikanprofesi,akreditasi institusisaranapendidikanprofesi,akreditasiinstitusipelayanan kesehatan yang akan menyelenggarakan pendidikan profesi, ujian profesi, ijasah dan sertifikasi profesi. c.PenyelenggarapelatihanSDMKesehatanadalahinstitusi pelatihankesehatan,institusipelayanankesehatan,organisasi profesi, serta pihak-pihak lain yang terakreditasi. Kolegium Profesibertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan pelatihan SDM Kesehatan.LingkuptugasKolegiumProfesitersebutmencakup penetapan standar kurikulum pelatihan, akreditasi institusi sarana pelatihan,akreditasiinstitusipelayanankesehatan,organisasi sertapihak-pihaklainyangakanmenyelenggarakanpelatihan, penilaian hasil pelatihan dan sertifikasi. 41 d.PendayagunaanSDMKesehatanolehpemerintahdilaksanakan olehPemerintahPusatdanDaerahdengantujuanuntuk pemerataandanpeningkatanefisiensi.PendayagunaanSDM Kesehatanolehswastatermasukyangmelakukanpraktik perorangandilaksanakanolehswastasecaramandiri. PendayagunaanSDMKesehatankeluarnegeridilaksanakan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas dan penguasaan iptekdibidangkesehatansertadiselenggarakanolehindividu SDMKesehatandanduniausahamelaluipembinaandan pengawasanPemerintah.PendayagunaanSDMKesehatan pendidikanluarnegeridanatautenagaasingdilakukansetelah yang bersangkutan menyelesaikan program adaptasi. e.Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilaksanakan melalui registrasi,ujiprofesidanpemberianlisensi.Penanggungjawab perumusan kebijakan registrasi adalah Konsil Tenaga Kesehatan yangdibentukditingkatpusat.KonsilTenagaKesehatan beranggotakanunsur-unsurdariPemerintah(Depkes, Depdiknas),paraKetuaOrganisasi Profesi, para Ketua Asosiasi InstitusiPendidikan,paraKetuaAsosiasiInstitusiPelayanan Kesehatan, wakil praktisi kedokteran, wakil Konsumen dan Tokoh Masyarakat. Ketua Konsil Tenaga Kesehatan dipilih dari dan oleh paraanggotadengandukunganadministratifdariDepartemen Kesehatan.RegistrasidilaksanakanolehKonsilTenaga KesehatandenganbantuanSekretariatdariDepartemen Kesehatan.Penanggung jawab perumusan kebijakan dan penyelenggara Uji profesiyangdilaksanakansecaraberkalaadalahKolegium Profesi.PemberianlisensidilaksanakanolehDinasKesehatan Kabupaten/Kota.Sedangkanpenanggungjawabpembinaan praktikprofesiadalahmasing-masingorganisasiprofesiyang bersangkutan.f.Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dari tenaga masyarakat dilakukan secara serasi dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian kewenangan dalam teknis kesehatan kepadatenagamasyarakatdilakukansesuaikeperluandan kompetensinya. 2. SDK Laina.PerencanaanSDKLainsecaranasionaldandaerahdilakukan oleh pemerintah dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.PerencanaanSDKLaindisaranakesehatandilakukan oleh sarana kesehatan yang bersangkutan.42 b.Pengadaan SDK Lain dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan.Masyarakatdanduniausahaberperanaktifdalam pengadaan SDK Lain sesuai dengan peraturan dan perundangan yangberlaku.PengadaanSDKLainyangsangatesensialdan menyangkut kepentingan masyarakat luas, diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.c.DistribusidanpemanfaatanSDKLaindilaksanakansecara terkoordinasidenganmemperhatikanpemerataanupaya kesehatan.DistribusidanpemanfaatanSDKLainyangbersifat lintas kabupaten/kota diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi, dan yang bersifat lintas provinsi diselenggarakan oleh pusat. 43 BAB VII SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. PENGERTIAN SubsistemPemberdayaanMasyarakatadalahtatananyangmengatur fungsiperorangan,kelompokdanmasyarakatdalamupayakesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. B. TUJUAN Meningkatnyafungsi,interaksidanketerpaduanberbagaiunsur pemberdayaanmasyarakatyangmenjaminterselenggaranya pembangunankesehatangunameningkatkanderajatkesehatanyang setinggi-tingginya. C. UNSUR-UNSUR UTAMA Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok dan pemberdayaan masyarakat umum.

1.Pemberdayaanperoranganadalahupayameningkatkanperandan kemampuanperorangandalammembuatkeputusanuntuk memeliharakesehatan.Fokusnyaadalahpadaketeladanandan kepemimpinan untuk pengembangan perilaku atau gaya hidup sehat baik untuk diri sendiri dan keluarga maupun untuk masyarakat. 2.Pemberdayaankelompokadalahupayameningkatkanperandan kemampuankelompok-kelompokdimasyarakat,termasukdunia usaha untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat.Fokusnyaadalahpadapeningkatan kepeduliananggotadanketerlibatanorganisasidalamupaya kesehatan,advokasikebijakankesehatandanpembangunan berwawasankesehatansertapengawasansosialterhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan. 3.Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran dan kemampuan masyarakat, termasuk dunia usaha untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Fokusnyaadalahpadapenggerakanmasyarakatdalamupaya kesehatan,advokasikebijakankesehatandanpembangunan 44 berwawasankesehatansertapengawasansosialterhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan. D. PRINSIP Penyelenggaraansubsistempemberdayaanmasyarakatmengacupada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.Pemberdayaanmasyarakatberbasispadatatanilaiperorangan, keluargadanmasyarakat, sesuai dengan sosial budaya, kebutuhan dan potensi setempat. 2.Pemberdayaanmasyarakatdilakukandenganmeningkatkanakses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapatsertaketerlibatandalamprosespengambilankeputusan yangberkaitandengankesehatandiri,keluargadanmasyarakat serta lingkungannya. 3.Pemberdayaanmasyarakatdilakukanmelaluipeningkatan kesadaran,kemauandankemampuansertakepeduliandanperan aktif dalam berbagai upaya kesehatan. 4.Pemerintahbersikapterbuka,bertanggungjawabdantanggap terhadapaspirasimasyarakat,sertaberperansebagaipendorong, pendamping,fasilitatordanpemberibantuan(asistensi)dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat. 5.Pemberdayaandilakukansecarakemitraanyangdidasaridengan semangatkebersamaandangotongroyongsertaterorganisasikan dalam berbagai kelompok atau kelembagaan masyarakat. E. BENTUK POKOK 1.Pemberdayaan Perorangan a.Pemberdayaanperorangandilakukanatasprakarsaperorangan, kelompok-kelompokdimasyarakattermasukduniausahadan pemerintah. b.Sasaranutamapemberdayaanperoranganadalahtokoh masyarakat,tokohduniausaha,tokohagama,tokohpolitikdan tokoh populer. 45 c.Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan kader kesehatan. d.Peran yang diharapkan adalah sebagai pelopor dan perintis yang peduliterhadapkesehatandirisendiri,keluargadanmasyarakat besertalingkungannya,sertaaktifdalamberbagaiupaya kesehatan di masyarakat. e.Fungsiyangdiharapkanadalahketeladanandalamhidupbersih dan sehat (phbs), serta menggerakkan upaya kesehatan termasuk sumberdaya. 2.Pemberdayaan Kelompok a.Pemberdayaankelompokdilakukanatasprakarsaperorangan, kelompok-kelompokdimasyarakattermasukduniausahadan pemerintah. b.Sasaranutamaadalahkelompokataukelembagaanmasyarakat yangadaseperti:RT/RW,kelurahan/banjar/nagari,organisasi keagamaantermasukkelompokpengajian,kelompokbudaya, kelompokadat,organisasiduniausaha,organisasiwanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi. c.Pemberdayaankelompokdilakukanmelaluipembentukan kelompokpedulikesehatandanataupeningkatankepedulian kelompokataukelembagaanmasyarakatyangadaterhadap kesehatan. d.Peran yang diharapkan adalah sebagai kelompok atau organisasi yang peduli serta aktif dalam berbagai upaya kesehatan. e.Fungsi yang diharapkan adalah advokasi kebijakan kesehatan dan pembangunanberwawasankesehatan,pengawasansosial terhadappenyelenggaraanupayakesehatan,serta menyelenggarakanupayakesehatanberbasismasyarakat termasuk pembiayaannya, 3.Pemberdayaan Masyarakat Umum a.Pemberdayaanmasyarakatumumdilakukanatasprakarsa perorangan,kelompok-kelompokmasyarakattermasukdunia usaha dan pemerintah. b.Sasaranpemberdayaanmasyarakatumumadalahseluruh masyarakat dalam suatu wilayah. 46 c.Pemberdayaanmasyarakatumumdilakukanmelaluiwadah perwakilanmasyarakatsepertibadanpenyantun(ditingkat kecamatan),konsil/komite(ditingkatkabupaten/kota),atau koalisi/jaringan/forum (di tingkat provinsi dan nasional). d.Peranyangdiharapkanadalahsebagaiwaliamanahbidang kesehatan,yangpedulidantanggapterhadappermasalahan kesehatanmasyarakatdanmemberikanpertimbangan,gagasan pemikirandanataualternatifpenyelesaianberbagaimasalah kesehatan. e.Fungsi yang diharapkan adalah melaksanakan advokasi kebijakan kesehatandanpembangunanberwawasankesehatan, pengawasansosialterhadappenyelenggaraanupayakesehatan sertamembantupenyelenggaraanupayakesehatantermasuk sumberdayanya (public-private mix). 47 BAB VIII SUBSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN A.PENGERTIAN Subsistem Manajemen Kesehatan adalah tatanan yang mengatur fungsi informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaturan dan perundangan serta administrasi kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. B.TUJUAN Meningkatnyafungsi,interaksidanketerpaduanberbagaiunsur manajemen kesehatan yang menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatangunameningkatkanderajatkesehatanyangsetinggi-tingginya. C.UNSUR-UNSUR UTAMA Subsistem Manajemen Kesehatan terdiri dari empat unsur utama, yakni informasikesehatan,ilmudanteknologikesehatan,peraturandan perundangan kesehatan serta administrasi kesehatan. 1.Informasi Kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yangmerupakanmasukanbagipengambilankeputusandibidangkesehatan. 2.Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan adalah hasil penelitian dan pengembanganyangmerupakanmasukanbagipengambilan keputusan di bidang kesehatan. 3.Peraturandanperundangankesehatanadalahprodukhukumyang merupakan acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan. 4.Administrasikesehatanadalahkegiatanperencanaan,pelaksanaan danpengendaliansertapengawasandanpertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan. 48 D.PRINSIP Penyelenggaraansubsistemmanajemenkesehatanmengacupada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1.Manajemen kesehatan berdasarkan fakta (evidence based),didukung olehperkembanganIPTEK,sertaberlandaskaniman,ketaqwaan, etika profesi dan moral bangsa. 2.Manajemenkesehatandidukungolehkepastianhukumdantertib administrasi. 3.Manajemen kesehatan mengantisipasi globalisasi dan mengacu pada kebijakandesentralisasidanotonomidaerahyangdidukungoleh kejelasan batas kewenangan, tugas dan tanggung jawab. 4.Manajemen kesehatan menggalang segenap potensi bangsa melalui pengembangankemandirian,kemitraandenganlintassektordan peran aktif masyarakat termasuk dunia usaha. 5.Manajemenkesehatanmengupayakanpenyelenggaraanupaya kesehatan,pembiayaaankesehatan,sumberdayakesehatandan pemberdayaan masyarakat secara berhasil-guna dan berdaya-guna. E.BENTUK POKOK 1.Informasi Kesehatan a.Informasikesehatandihasilkanmelaluipengembangandan penyelenggaraantatananinformasikesehatannasionalyang dibangun dari rangkaian jaringan informasi kesehatan daerah dan sektor-sektor lain terkait. b.Substansipokokinformasikesehatanmencakupdatatentang derajatkesehatan,upayakesehatan,pembiayaankesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. c.Pengumpulan data diselenggarakan dengan mengembangkan dan memadukan pencatatan dan pelaporan sarana kesehatan dengan survai dan sensus kesehatan. d.Pengolahandananalisisdatasertapengemasaninformasi diselenggarakansecaramultidisipliner,terintegrasidan komprehensif. 49 e.Penyajiandatadaninformasidilakukansecaramultimediauntuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan. 2.IPTEK Kesehatan a.IPTEKkesehatandihasilkanmelaluipengembangandan penyelenggaraantatananpenelitiandanpengembangan kesehatan(litbangkes)nasionalyangdibangundarirangkaian jaringan litbangkes daerah, perguruan tinggi dan sektor-sektor lain terkait. b.SubstansipokoklitbangkesmencakupIPTEKtentangderajat kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. c.Untukkepentingannasionaldanglobal,substansidanjaringan litbangkesnasionalsertadaerahtertentudikembangkanmenjadi pusat-pusat unggulan. d.Pendayagunaanhasil-hasilpenelitiandanpengembangan kesehatandilakukanmelaluipengembanganJ aringanIPTEK Kesehatan,yangberperansebagaipenghubungdengan penyelenggaran pembangunan kesehatan.

3.Peraturan dan Perundangan Kesehatan a.Peraturandanperundangankesehatandikembangkansecara nasionaldandipakaisebagaiacuandalammengembangkan peraturan dan perundangan kesehatan daerah. b.Ruang lingkup peraturan dan perundangan kesehatan mencakup pembaharuan dan pembentukan peraturan perundang-undangan, pelayananadvokasihukum,danpeningkatankesadaranhukum masyarakat. c.Substansi pokok peraturan dan perundangan kesehatan meliputi upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. d.Peraturan dan perundangan kesehatan didukung pengembangan dan penyelenggaraan jaringan informasi dan dokumentasi hukum 50 kesehatan,yangmenghimpunseluruhprodukhukumdibidang kesehatan.

4.Administrasi Kesehatan a.Administrasikesehatandiselenggarakandenganberpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. b.Penanggung jawab administrasi kesehatan secara nasional adalah PemerintahPusat(Presidenyangmendelegasikannyakepada DepartemenKesehatan),ditingkatprovinsiadalahPemerintah DaerahProvinsi(Gubernuryangmendelegasikannyakepada Dinas Kesehatan Provinsi), dan di tingkat Kabupaten/Kota adalah PemerintahDaerahKabupaten/Kota(Bupati/Walikotayang mendelegasikannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota). c.TerdapathubunganteknisfungsionalantaraDepartemen KesehatandenganDinasKesehatanProvinsidanDinas KesehatanKabupaten/Kota,sertaantaraDinasKesehatan Provinsi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya. d.Perencanaanditingkatnasionaldiselenggarakandengan menetapkankebijakandanprogrampembangunannasionaldi bidangkesehatanyangmenjadiacuanbagidaerahdalam mengembangkan kebijakan dan program pembangunan daerah di bidang kesehatan. e.Pelaksanaandanpengendalianpembangunankesehatandi tingkatnasionaldiselenggarakandenganmelaksanakandan mengendalikanpembangunankesehatannasionalserta menetapkanpedomandanstandaryangmenjadiacuanbagi daerahdalammelaksanakandanmengendalikanpembangunan daerah di bidang kesehatan. f.Pengawasandanpertanggungjawabanpembangunankesehatan ditingkatnasionaldiselenggarakandenganmelaksanakan pengawasandanpertanggungjawabanpembangunankesehatan nasional serta menetapkan pedoman, standar dan indikator kinerja yangmenjadiacuanbagidaerahdalammelaksanakan pengawasandanpertanggungjawabanpembangunandaerahdi bidang kesehatan. 51 g.Unt