sistem kendali kovensional
DESCRIPTION
SKKTRANSCRIPT
PRAKTIKUM II
SISTEM KENDALI KONVENSIONAL
1. Tujuan Percobaan
a. Mempelajari cara kerja relay dan kontaktor
b. Dapat mendesain sistem otomasi sederhana
2. Alat Percobaan
Untuk melaksanakan percobaan yang dilakukan, peralatan yang
dipergunakan adalah:
• Relay 24 V DC : 2 Buah
• Kontaktor Magnet : 1 Buah
• Motor DC : 1 Buah
• Push button NO : 2 Buah
• Push button NC : 2 Buah
• Limit switch : 2 Buah
• Lampu 5 watt : 2 Buah
• Power Supply 220 V AC, 24 V DC
• Kabel secukupnya
• Obeng
3. Dasar Teori
Kontaktor Magnet
Kontaktor Magnet Merupakan Jenis Saklar Yang Bekerja Secara Magnetic
Yaitu Kontak ( NO & NC ) Bekerja Apabila Kumparan Di Aliri Arus /
Tegangan, Penggunaan Kontaktor Magnet Jauh Lebih Baik Dari Pada
Saklar Biasa.
Sebuah Kontaktor Magnet Terdiri Dari :
1. Kumparan / Koil.
2. Beberapa Kontak NO ( Normally Open )
3. Beberapa Kontak NC ( Normally Close )
Kumparan / Koil Adalah Lilitan yang Apabila Di Aliri Arus / Tegangan
Maka Akan Tejadi Magnetisasi Yang Akan Menarik Kontak - Kontaknya
Sehingga Input & Output Pada Kontak NO Akan Terhubung & Sebaliknya
Untuk Kontak NC Akan Terputus / Tidak Terhubung.
Apabila Pada Kumparan Kontaktor Diberi Tegangan Terlalu Tinggi /
Tidak Sesuai Dengan Spesifikasi Maka Akan Menyebabkan Berkurangnya
Umur / Merusak Kumparan Kontaktor. Tetapi Bila Tegangan Yang
Diberikan Terlalu Rendah Maka Akan Menimbulkan Tekanan Antara
Kontak-Kontak Dari Kontaktor Menjadi Berkurang Yang Nantinya Dapat
Menimbulkan Bunga Api Pada Permukaannya Serta Dapat Merusak
Kontak-Kontaknya.
Untuk Beberapa Keperluan Digunakan Juga Kumparan Arus ( Bukan
Tegangan ), Akan Tetapi Dari Segi Produksi Lebih Disukai Kumparan
Tegangan Karena Besarnya Tegangan Umumnya Sudah Di Normalisasi &
Tidak Tergantung Dari Keperluan Alat Pemakaiannya.
Kontaktor Magnet Ada 2 Jenis :
1. Kontaktor Magnet AC ( Terdapat Kumparan Hubung Singkat Berfungsi
Sebagai Peredam Getaran Saat Kedua Inti Besi Saling Melekat )
2. Kontaktor Magnet DC.
Spesifikasi Dari Kontaktor Magnet Yang Harus Di Perhatikan :
1. Kemampuan Daya Kontaktor yang disesuaikan dengan Beban yang akan
diperlukan.
2. Kemampuan menghantarkan arus dari kontak-kontaknya.
3. Kemampuan Tegangan dari Kumparan Magnet.
Kontak Pada Kontaktor Magnet Terdiri Dari :
4. Kontak Utama ( Digunakan Untuk Rangkaian Daya )
5. Kontak Bantu ( Digunakan Untuk Rangkaian Pengontrol / Pengunci ) Agar
Penggunaan Kontaktor Dapat Disesuaikan Dengan Beban Yang Akan
Dikontrol, Maka Pada Setiap Kontaktor Selalu Dilengkapi Dengan Plat
Nama Yang Berisikan Data-Data Mengenai :
1. Perusahaan Pembuat Kontaktor.
2. Nomor Seri Pembuatan.
3. Tegangan Nominal Beban.
4. Tegangan Kerja Kontaktor.
5. Kemampuan Arus Yang Dapat DiAlirkan.
6. Kelas Operasi.
Kontak In Put / Kontak Yang DiHubungkan Ke Supply Pada Kontaktor
Magnet Biasanya Kontak Dengan Nomor 1, 3, 5 . Dan Untuk Kontak Out
Put / Kontak Yang DiHubungkan Pada Beban / Rangkaian Biasanya
Dengan Nomor 2, 4, 6 . Sedangkan Untuk Kontak Penguncinya
DiGunakan Kontak Nomor 13 & 14.
Relay
Relay adalah peralatan yang dioperasikan secara elektrik yang
secara mekanik akan men-switch sirkuit elektrik. Relay adalah bagian
yang penting dalam sistem kontrol, karena kegunaannya dalam kendali
jarak jauh, dan mengendalikan listrik tegangan tinggi dengan
menggunakan listrik tegangan rendah. Ketika tegangan mengalir ke dalam
elektromagnet pada sistem kontrol relay, maka magnet akan menarik
lengan logam pada arah magnet, dengan demikian kontak terjadi.
Switch/kontaktor pada relay bisa memiliki jenis NO atau NC ataupun dua-
duanya.
Relay adalah sebuah saklar yang dioperasikan dengan
menggunakan medan magnet. Saklar kontak yang terdapat dalam sebuah
relay dapat terdiri atas 1 kutub ataupun banyak kutub. Perlu diketahui,
bahwa karakteristik operasi suatu relay adalah pada saat relay diaktifkan,
relay tidak langsung bekerja, namun terdapat delay sebesar beberapa
milisecond. Sehingga dalam merancang suatu rangkaian relay, hal ini
perlu diperhatikan.
Gambar 1. Diagram Relay
Diagram yang menggambarkan logika kerja relay adalah sebagai berikut:
Dengan memanfaatkan sebuah relay, dapat dirangkai rangkaian
pengendali otomatis yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan
berbagai peralatan industri secara otomatis. Biasanya rangkaian relay
merupakan integrasi dari berbagai komponen seperti switch (saklar),
relays, timers dan counters.
Membedakan NC dengan NO:
NC (Normally Closed) : saklar dari relay yang dalam keadaan
normal(relay tidak diberi tegangan) terhubung dengan common.
NO (Normally Open) : saklar dari relay yang dalam keadaan normal(relay
tidak diberi tegangan) tidak terhubung dengan common.
Bagian-bagian relay dapat diketahui dengan 2 cara, yakni:
1. Dengan cara melihat isi dalam relay tersebut
2. Dengan menggunakan multimeter (Ohm)
Cara mengetahui relay tersebut masih berfungsi atau tidak dapat
dilakukan dengan cara memberikan tegangan yang sesuai dengan relay
tersebut pada bagian koilnya. Jika kontaknya masih bekerja NC to NO
atau NO to NC, maka dapat dikatakan bahwa relay tersebut masih dalam
keadaan baik.
Jenis-jenis Relay
1. SPST ( Single Pole Single Throw. )
2. SPDT (Single Pole Double Throw.) : Terdiri dari 5 buah pin, yaitu: (2)
koil, (1) common, (1) NC, (1) NO.
3. DPST (Double Pole Single Throw.) Setara dengan 2 buah saklar atau re-
lay SPST.
4. DPDT (Double Pole Double Throw.) Setara dengan 2 buah saklar atau re-
lay SPDT.
QPDT (Quadruple Pole Double Throw.) Sering disebut
sebagai Quad Pole Double Throw, ata
5. u 4PDT. Setara dengan 4 buah saklar atau relay SPDT atau dua buah relay
DPDT. Terdiri dari 14 pin(termasuk 2 buah untuk koil).
Gambar. 1 Jenis-jenis relay
Limit Switch
Gambar Limit Switch
Pada limit switch ini, terdapat 3 cable connector yang menggunakan screw
seperti terlihat pada gambar . Jika listrik dialirkan pada dudukan-1 dan
dudukan-2, maka limit switch ini akan bersifat NC pada kondisi normal,
sedangkan jika listrik dialirkan pada dudukan-1 dan dudukan-3 maka limit
switch akan bersifat NO pada kondisi normal. Limit switch bekerja saat
lempengan besi di bagian bawah tertekan.
Motor 3 phasa
Motor 3 Fasa : Sebuah mesin penggerak dengan catu daya 3 fasa sebagai
sumber tenaga
Cara kerja motor 3 phasa :
Motor 3 phasa akan bekerja/ berputar apabila sudah dihubungkan
dalam hubungan tertentu.
Mendapat tegangan (jala-jala/ power/ sumber) sesuai dengan kapa-
sitas motornya.
gbr. motor induksi 3 fase
Dalam gambar diatas dijelaskan (dari kiri layar): motor induksi 3 fase single line
diagram, three line diagram dan penggambaran lilitan motor induksi 3 fase (secara
umum).
1. Motor 3 fasa bekerja dengan 2 hubungan yaitu :
a. Motor bekerja Bintang/ Star
Berarti motor harus dihubungkan bintang baik secara langsung pada terminal
maupun melalui rangkaian kontrol.
gbr. hubungan bintang
Gambar 1. Hubungan Bintang/ Star (Y)
b. Motor bekerja segitiga /Delta (▲)
Berarti motor harus dihubungkan segitiga baik secara langsung pada terminal
maupun melalui rangkaian kontrol. Kecuali mesin-mesin yang berkapasitas tinggi
diatas 10 HP, maka motor tersebut wajib bekerja segitiga (▲) dan harus melalui
rangkaian kontrol star delta baik secara mekanik, manual, PLC.
Gambar 2. Hubungan Delta (▲)
Dimana bekerja awal (start) motor tersebut bekerja bintang hanya sementara,
selang berapa waktu barulah motor bekerja segitiga dan motor boleh dibebani.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan bintang (Y) :
1. Cukup mengkopelkan/ menghubungkan salah satu dari ujung-ujung
kumparan phasa menjadi satu.
2. Sedangkan yang tidak dihubungkan menjadi satu dihubungkan kesumber
tegangan.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan segitiga (▲) :
1. Ujung pertama dari kumparan phasa I dihubungkan dengan ujung kedua
dari kumparan phasa III
2. Ujung pertama dari kumparan phasa II dihubungkan dengan ujung kedua
dari kumparan phasa I
3. Ujung pertama dari kumparan phasa III dihubungkan dengan ujung kedua
dari kumparan phasa II.
2. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa
Rangkaian sederhana dengan menggunakan kontaktor magnet yaitu mengontrol
sebuah motor listrik. Pengontrolan oleh kontaktor magnet menggunakan 2
rangkaian yaitu rangkaian kontrol dan rangkaian utama. Peralatan kontrol yang
digunakan dalam pengoperasianya yaitu, MCB 3 fasa, TOR (Thermal Overload
Relay), sakelar tekan ON/ OFF dan kontaktor.
Rangkaian kontrol merupakan rangkaian yang mengendalikan/ mengoperasikan
rangkaian utama, sedangkan rangkaian utama merupakan aliran hubungan ke
beban (motor 3 fasa). Rangkaian utama menggunakan kontak utama (1-3-5 dan 2-
4-6) dari kontaktor magnet untuk menghubungkan/ memutuskan jaringan dengan
motor listrik. Karena arus yang mengalir pada rangkaian utama relaitf lebih besar
daripada rangkaian kontrol, maka pada rangkaian utama dilengkapi dengan TOR
(Thermal Overload Relay) atau pengaman beban lebih dari hubung singkat
ataupun beban yang lebih.
Pada rangkaian kontrol, arus yang mengalir relatif kecil. Rangkaian kontrol
dilengkapi dengan sakelar tekan NO untuk tombol NP dan NC untuk tombol OFF.
Karena menggunak open.an tombol (sakelar) tekan, maka pada tombol ON dibuat
pengunci (sakelar bantu) dari kontak bantu kontaktor yang normally open.
Gambar 3. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3
Fasa
2. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa
Hubungan Bintang Segitiga
Rangkaian daya hubungan bintangsegitiga menggunakan tiga buah kontaktor Q1,
Q2, dan Q3 Gambar 4. Fuse F1 berfungsi mengamankan jika terjadi
hubungsingkat pada rangkaian motor. Saat motor terhubung bintang kontaktor Q1
dan Q2 posisi ON dan kontaktor Q3 OFF. Beberapa saat kemudian timer yang
disetting waktu 60 detik energized, akan meng-OFF-kan Q1, sementara Q2 dan
Q3 posisi ON, dan motor terhubung segitiga. Pengaman beban lebih F3 (thermal
overload relay) dipasangkan seri dengan kontaktor, jika terjadi beban lebih disisi
beban, relay bimetal akan bekerja dan rangkaian kontrol berikut kontaktor akan
OFF.
Tidak setiap motor induksi bias dihubungkan bintang-segitiga, yang harus
diperhatikan adalah tegangan name plate motor harus mampu diberikan tegangan
sebesar tegangan jala-jala (Gambar 4), khususnya pada saat motor terhubung
segitiga. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi, akibatnya belitan stator bisa terbakar
karena tegangan tidak sesuai. Rangkaian kontrol bintang-segitiga (Gambar 4),
dipasangkan fuse F2 untuk pengaman hubung singkat pada rangkaian kontrol.
4 . Prosedur percobaan: