sistem informasi pemetaan sekolah ( school mapping...

19
2 1. Pendahuluan Pendidikan merupakan aset yang berharga bagi setiap orang. Dimana melalui pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanpa pendidikan, taraf hidup serta standar kualitas seorang manusia bisa dikatakan akan berdampak buruk. Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu tingkatan pendidikan menengah atas yang diselenggarakan untuk mempersiapkan siswa hidup mandiri dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dinas Pendidikan Nasional, mempunyai peran penting dalam mengelola dan merencanakan kualitas pendidikan untuk tingkat SMU dan SMK di Indonesia. Untuk menjalankan perannya dibutuhkan suatu pengelolaan data untuk menyajikan informasi yang berkaitan dengan layanan pendidikan di tingkat SMU atau SMK, terutama informasi sekolah, murid, guru, dan layanan pendidikan lainnya. Penyajian informasi kualitas pendidikan pada suatu daerah dengan cara penggambaran secara geografis memudahkan para pengambil kebijakan untuk menemukan, menganalisa serta mengatasi masalah pendidikan yang terdapat pada daerahnya secara cepat sehingga perlu adanya sebuah sistem informasi berbasis web yang mampu menangani informasi pendidikan. Menurut Sekertaris Dinas Pendidikan Kota Ambon, saat ini Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon masih kesulitan melakukan pencatatan data pendidikan baik itu sekolah maupun layanan pendidikan, fasilitas penunjang, penyebaran guru di Kotamadya Ambon dalam bentuk website secara online. Dampak dari penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain memudahkan pencatatan dan pengelolaan data pendidikan secara efektif dalam format SIG sehingga informasi pendidikan pada suatu wilayah dapat tersampaikan secara cepat dan tepat. Sehingga para pengambil kebijakan dapat merencanakan, menganalisa, mengambil keputusan dalam pengembangan kualitas pendidikan kedepan untuk tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan supaya pengelolaan data menjadi terintegrasi dimana data layanan sekolah, data kependudukan digunakan untuk mengolah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta Tematik perbandingan jumlah siswa dan Persebaran SMU dan SMK disajikan menjadi suatu informasi yang digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan di bidang pendidikan. Pemetaan Sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan pendidikan secara keseluruhan. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas yang memadai, biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung [1]. Sebagai contoh yang dapat dibuat dengan dasar SIG adalah “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping) Berbasis WebGIS (Studi Kasus : SMU dan SMK Se- Kotamadya Ambon)”. Aplikasi ini dimaksudkan untuk pendataan, pemetaan sekolah, dan penyajian informasi tentang SMU dan SMK di Kotamadya Ambon. Aplikasi ini dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon dan pihak-pihak terkait dan diharapkan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan di bidang pendidikan.

Upload: vuanh

Post on 05-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

2

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan aset yang berharga bagi setiap orang. Dimana

melalui pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanpa

pendidikan, taraf hidup serta standar kualitas seorang manusia bisa dikatakan akan

berdampak buruk. Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu tingkatan pendidikan

menengah atas yang diselenggarakan untuk mempersiapkan siswa hidup mandiri

dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dinas Pendidikan Nasional, mempunyai peran penting dalam mengelola dan

merencanakan kualitas pendidikan untuk tingkat SMU dan SMK di Indonesia.

Untuk menjalankan perannya dibutuhkan suatu pengelolaan data untuk

menyajikan informasi yang berkaitan dengan layanan pendidikan di tingkat SMU

atau SMK, terutama informasi sekolah, murid, guru, dan layanan pendidikan

lainnya. Penyajian informasi kualitas pendidikan pada suatu daerah dengan cara

penggambaran secara geografis memudahkan para pengambil kebijakan untuk

menemukan, menganalisa serta mengatasi masalah pendidikan yang terdapat pada

daerahnya secara cepat sehingga perlu adanya sebuah sistem informasi berbasis

web yang mampu menangani informasi pendidikan.

Menurut Sekertaris Dinas Pendidikan Kota Ambon, saat ini Dinas

Pendidikan Kotamadya Ambon masih kesulitan melakukan pencatatan data

pendidikan baik itu sekolah maupun layanan pendidikan, fasilitas penunjang,

penyebaran guru di Kotamadya Ambon dalam bentuk website secara online.

Dampak dari penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain

memudahkan pencatatan dan pengelolaan data pendidikan secara efektif dalam

format SIG sehingga informasi pendidikan pada suatu wilayah dapat tersampaikan

secara cepat dan tepat. Sehingga para pengambil kebijakan dapat merencanakan,

menganalisa, mengambil keputusan dalam pengembangan kualitas pendidikan

kedepan untuk tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan supaya pengelolaan data menjadi

terintegrasi dimana data layanan sekolah, data kependudukan digunakan untuk

mengolah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta

Tematik perbandingan jumlah siswa dan Persebaran SMU dan SMK disajikan

menjadi suatu informasi yang digunakan sebagai bahan untuk pengambilan

keputusan di bidang pendidikan.

Pemetaan Sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan

pendidikan secara keseluruhan. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung

oleh personalia yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung oleh sarana

dan prasarana pendidikan, fasilitas yang memadai, biaya yang mencukupi,

manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung [1]. Sebagai contoh

yang dapat dibuat dengan dasar SIG adalah “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah

(School Mapping) Berbasis WebGIS (Studi Kasus : SMU dan SMK Se-

Kotamadya Ambon)”. Aplikasi ini dimaksudkan untuk pendataan, pemetaan

sekolah, dan penyajian informasi tentang SMU dan SMK di Kotamadya Ambon.

Aplikasi ini dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon dan

pihak-pihak terkait dan diharapkan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan di

bidang pendidikan.

Page 2: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

3

2. Kajian Pustaka

Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah banyak

dilakukan, salah satunya adalah “Sistem Informasi Geografis Layanan Pendidikan

Tingkat SMU – Se-Kodya Semarang”. Pada penelitian ini, aplikasi dibangun

dengan mengemukakan informasi tentang layanan pendidikan untuk tingkat SMU

di Kota Semarang. Dalam penyajian data, aplikasi ini sudah mampu menyediakan

informasi mengenai lokasi sekolah dan fasilitas atau objek pendukung lainnya,

tapi aplikasi ini tidak membahas tingkat kelayakan fasilitas, rasio siswa, maupun

tingkat sumber daya manusia dalam hal ini guru [2].

Sementara itu, penelitian dengan judul “Analisis Dan Penyajian Spatial

Kualitas Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Surakarta menggunakan Sistem

Informasi Geografis Berbasis Web”. Penelitian ini, memiliki beberapa kelebihan

diantaranya menjelaskan tentang pemetaan kualitas pendidikan SMU, selain itu di

dalam penilitian ini sudah mampu menjelaskan APK [1].

Dalam “Workshop On School Mapping And Micro Planning” di New Delhi,

India 29-30 Juli 1997, menjelaskan pendidikan dasar di India didominasi, didanai

dan dikelola oleh pemerintah, oleh karena itu keputusan investasi oleh pemerintah

menentukan pola perluasan fasilitas pendidikan. School Mapping merupakan alat

perencanaan yang penting untuk mengatasi kemungkinan ketidaksetaraan daerah

yang timbul dari kebijakan investasi. [3]

Penelitian tentang “Pengembangan Model Sistem Informasi Geografi (SIG)

Untuk Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Otonomi Daerah Studi Pengembangan

di Kabupaten Sukabumi”. Membahas tentang ratio murid dan siswa, serta

persebaran guru yang berstatus pendidikan S1 maupun yang belum berstatus

pendidikan S1 serta persebaran guru yang masih berstatus belum PNS atau

honorer [4].

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini akan dirancang

aplikasi “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping) Berbasis WebGis

(Studi Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon)”, untuk menyajikan

informasi layanan pendidikan. Selain itu, aplikasi ini juga dirancang untuk

mengolah APK, Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta Tematik perbandingan

jumlah siswa dan Persebaran SMU dan SMK. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu karena penelitian ini menggunakan representasi SIG baik itu

bar chart, tabel maupun peta tematik untuk menampilkan hasil input, proses,

output berupa analisis. Aplikasi ini dapat diakses oleh pihak Dinas Pendidikan

Kotamadya Ambon maupun pihak-pihak yang terkait karena aplikasi ini berbasis

web, sehingga para pengambil kebijakan dapat mengetahui sejauh mana tingkat

kualitas pendidikan, fasilitas penunjang, maupun persebaran guru dan murid SMU

dan SMK di Kotamadya Ambon.

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan tiga unsur pokok :

sistem, informasi, dan geografis, yang mana lebih menekankan pada unsur

“informasi geografis”. Dengan melihat kata-kata penyusun nama SIG, maka nama

SIG dapat dijabarkan sebagai berikut : Sistem, istilah ini digunakan untuk

mewakili pendekatan sistem yang digunakan dalam SIG, dengan lingkungan yang

kompleks dan komponen yang terpisah-pisah, sistem digunakan untuk

mempermudah pemahaman dan penanganan yang terintegrasi. Teknologi

komputer sangat dibutuhkan untuk pendekatan ini jadi hampir semua sistem

informasinya berdasarkan pada komputer. Informasi, berasal dari pengolahan

Page 3: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

4

sejumlah data. Dalam SIG informasi memiliki volume terbesar. Setiap objek

geografi memiliki setting data tersendiri karena tidak sepenuhnya data yang ada

dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua data harus diasosiasikan dengan objek

spasial yang dapat membuat peta menjadi intelligent. Ketika data tersebut

diasosiasikan dengan permukaan geografi yang representatif, data tersebut mampu

memberikan informasi dengan hanya memilih objek. Geografis, istilah ini

digunakan karena SIG dibangun berdasarkan pada geografi atau spasial. Objek ini

mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik,

budaya atau ekonomi. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat merepresentasikan

real-world (dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta

dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Sistem Informasi Geografis

(SIG) memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas daripada lembaran kertas. Peta

merupakan representasi grafis dari dunia nyata, obyek-obyek yang

direpresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map features, sebagai contoh

adalah sungai, taman, kebun, dan jalan. Peta mengorganisasikan unsur-unsur

berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan hubungan

atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya [5]. Simbol, warna dan gaya garis

digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensional.

Saat ini, teknologi komputer telah mampu membantu proses pemetaan melalui

pengembangan dari automated cartography (Pembuatan Peta) dan Computer

Aided Design (CAD) [6]. Sistem Informasi Geografis (SIG) menyimpan semua

informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di dalam basisdata.

Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalam tabel-tabel (relasional).

SIG juga menghubungkan unsur-unsur dengan tabel-tabel yang bersangkutan,

sehingga atribut-atribut dapat di akses melalui lokasi unsur-unsur peta, dan

sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat di akses melalui atribut-atributnya [1].

Subsistem SIG terdiri dari beberapa subsistem, seperti yang ditujukan pada

gambar 1 yaitu: data input, data output, data management, data manipulation &

analysis [6]:

Gambar 1 Subsistem SIG [6]

Subsistem data input bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan data

spasial dan atribut berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam mengkonversi

format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

Page 4: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

5

Subsistem data output menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau

sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel,

grafik, peta dan lain-lain. Subsistem data management mengorganisasikan baik

data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga

muda dipanggil, di-update dan di-edit. Subsistem data manipulation & analysis

menetukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,

subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan.

Jenis-Jenis Representasi SIG adalah 1) Tabel atau daftar merupakan

kumpulan angka yang disusun menurut kategori-kategori atau karakteristik-

karakteristik data sehingga memudahkan analisis data. Terdapat tiga jenis tabel

yaitu tabel satu arah atau satu komponen, tabel dua arah atau dua komponen, tabel

tiga arah atau tiga komponen. Dalam penyusunan tabel memerlukan identitas

seperti judul atau nama tabel, judul baris, judul kolom, badan tabel, catatan dan

sumber, atau keterangan yang diperlukan [7]; 2) Grafik merupakan gambar-

gambar yang menunjukkan data berupa angka dan biasanya dibuat berdasarkan

tabel yang telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa jenis grafik yaitu : grafik

garis (line chart), grafik batang/balok (bar chart), grafik lingkaran (pie chart), dan

grafik gambar (pictogram) [7]; 3) Peta tematik merupakan salah satu cara yang

ampuh untuk melakukan visualisasi dan analisis data. Terdapat beberapa metode

pemetaan tematik yaitu [8]; a) Ranges of values, pemetaan tematik dengan cara ini

akan mengelompokkan setiap record ke dalam interval yang ditentukan secara

otomatis; b) Graduated symbols, tematik dengan cara ini menggunakan simbol

untuk menunjukkan nilai-nilai yang berbeda; c) Dot density, penyajian nilai data

menggunakan kepadatan titik-titik di dalam poligon. Setiap titik mewakili nilai

tertentu dan besarnya titik memiliki dua pilhan yaitu besar dan kecil; d) Individual

values, peta tematik dengan cara ini akan menampilkan point, line, boundary yang

ditentukan berdasarkan nilai-nilai setiap record secara individual. Jadi setiap nilai

memiliki sendiri jenis warna maupun symbol; e) Bar and pie charts, gambar

statistik batang akan ditampilkan pada posisi centroid di boundary atay di lokasi

lain sesuai dengan kebutuhan. Variabel tematik yang digunakan lebih dari satu

variabel. Sama seperti bar chart map, maka pada pie chart menampilkan bentuk

grafik lingkaran.

Kemampuan SIG antara lain [9]: 1) Memetakan Letak, data realita di

permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layernya

merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai kesamaan,

contohnya layer jalan, layer bangunan, dan layer customer. Layer-layer ini

kemudian disatukan dengan disesuaikan urutannya. Kemampuan ini

memungkinkan seseorang untuk mencari dimana letak suatu daerah, benda, atau

lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan seperti untuk mencari

lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat penting dan lainnya yang

ada di peta; 2) Memetakan Kuantitas yaitu sesuatu yang berhubungan dengan

jumlah, seperti dimana yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit.

Dengan melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat mencari tempat-tempat yang

sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan

keputusan, ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat

tersebut. Pemetaan ini akan lebih memudahkan pengamatan terhadap data statistik

dibanding database biasa; 3) Memetakan Kerapatan (Densities), sewaktu orang

melihat konsentrasi dari penyebaran lokasi dari feature, di wilayah yang

Page 5: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

6

mengandung banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat

wilayah mana yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi dari wilayah lainnya. Peta

kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang lebih

mudah untuk dipahami dan seragam, misal membagi dalam kotak-kotak selebar

10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna untuk menandai tiap-tiap kelas

kerapatan. Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data-data yang berjumlah

besar seperti data penduduk atau data siswa SMU dan SMK. Dengan cara ini orang

akan lebih mudah melihat daerah mana yang kepadatan siswa tinggi dan mana

yang kepadatan siswa rendah; 4) Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar

suatu area. SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan

apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa

yang ada di luar area.

School Mapping atau Pemetaan Sekolah adalah pendekatan normatif

perencanaan mikro dari lokasi sekolah. School Mapping juga digunakan untuk

menyelidiki dan menjamin distribusi yang efisien dan merata dari sumber daya

dalam dan di antara sistem sekolah ketika skala besar reformasi atau ekspansi

yang signifikan dari sistem pendidikan terjadi [10]. School Mapping sebagai

latihan teknis telah menjadi praktek yang relatif normal dan dilembagakan dalam

perencanaan mikro pendidikan. Serta berfungsi dalam menawarkan masukan data

teknis dan data non teknis ke dalam setiap perencanaan mikro pendidikan. Perlu

dicatat bahwa School Mapping (proses) tidak sama dengan peta sekolah, tapi lebih

dari sekedar suatu tabel, representasi grafis atau kartografis dari ruang tertentu

atau tempat. Sebagai sebuah proses yang menghasilkan produk fungsional

tertentu, School Mapping fundamental perencanaan mikro pendidikan merupakan

perencanaan yang didasari dengan ketentuan atau standar, kondisi geografis,

demografis, infrastruktur di daerah dan aspirasi serta peran serta masyarakat

dalam pendidikan dan difokuskan pada peningkatan efisiensi sumber daya sekolah

dan ekuitas [11].

School Mapping menggabungkan dimensi spasial dan demografi ke dalam

proses perencanaan pendidikan. Pertanyaan utama yang dijawab oleh School

Mapping adalah tempat untuk mencari fasilitas pendidikan. School Mapping

membantu untuk mengidentifikasi lokasi yang paling tepat. Tujuan utama School

Mapping adalah untuk menciptakan kesetaraan kesempatan pendidikan dengan

meratakan kesenjangan yang ada dalam distribusi fasilitas pendidikan. Teknik ini

berguna untuk merencanakan semua tingkat pendidikan. Namun, lebih banyak

digunakan untuk perencanaan untuk fasilitas pada tingkat pendidikan wajib [3].

Indikator Pendidikan adalah variabel-variabel yang menunjukkan pada suatu

keadaan atau kondisi tertentu yang digunakan untuk mengukur perubahan [12].

Dalam hal ini indikator merupakan statistik yang digunakan untuk melengkapi

informasi tentang komponen-komponen signifikan dari sistem pendidikan. Tujuan

dari indikator adalah untuk menunjukkan seberapa baik suatu sistem bekerja.

Seandainya sistem tersebut bekerja dengan kurang baik, maka suatu indikator

dapat membantu menentukan arah kemana atau apa yang harus diperbaiki.

Kualitas pendidikan di suatu daerah diukur dengan menggunakan beberapa

indikator diantaranya [13]:

1. APK, diperoleh dengan membagi jumlah murid dengan jumlah penduduk

menurut kelompok usia sekolah yang sesuai dikalikan 100 persen. APK

yaitu perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan SMU dan

SMK dengan penduduk kelompok usia SMU dan SMK (16-19 tahun)

Page 6: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

7

dan dinyatakan dalam persentase. APK ini berguna untuk mengukur

persentase banyaknya penduduk usia sekolah yang telah bersekolah

dijenjang pendidikan SMU dan SMK. Semakin tinggi APK berarti

semakin banyak penduduk usia SMU dan SMK yang bersekolah. Nilai

APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya siswa yang bersekolah

diluar usia sekolah dan bersekolah di wilayah lain [1].

APK SMU = Jumlah siswa SMU

x 100%

Jumlah penduduk usia 16-19 tahun

APK SMK = Jumlah siswa SMK

x 100%

Jumlah penduduk usia 16-19 tahun

2. Angka Lulusan diperoleh dengan membagi jumlah murid yang berhasil

menyelesaikan pendidikan untuk suatu jenjang pendidikan tertentu

dengan jumlah murid tingkat terakhir pada tahun sebelumnya. Angka

Kelulusan, yaitu perbandingan jumlah siswa yang lulus dengan jumlah

siswa yang mengikuti ujian pada tingkat atau kelas III. Semakin tinggi

angka kelulusan maka semakin baik kualitas sekolah [1].

AK SMU = Jumlah siswa lulus

x 100%

Jumlah siswa mengikuti ujian

AK SMK = Jumlah siswa lulus

x 100%

Jumlah siswa mengikuti ujian

3. Persentase Guru Layak Mengajar diperoleh dengan membagi jumlah

guru yang memiliki tingkat pendidikan yang sesuai untuk mengajar

bidang studi tertentu pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan

jumlah guru seluruhnya dikalikan 100 persen. Mutu Guru merupakan

perbandingan antara jumlah guru yang tingkat pendidikan lebih dari atau

sama dengan S1 dengan total guru pada SMU dan SMK. Jika nilai mutu

guru 100% berarti semua guru memiliki tingkat pendidikan sesuai

dengan bidang yang diajarkan [1].

MG SMU = Jumlah guru ≥ S1

x 100%

Total guru

MG SMK = Jumlah guru ≥ S1

x 100%

Total guru

3. Metodologi dan Perancangan Sistem

Pengembangan sistem informasi ini menggunakan metode Waterfall.

Metode ini memiliki empat tahapan yaitu tahap analisis, perancangan,kode,

pengujian, dan pemeliharaan. Gambar 2 merupakan skema dari Waterfall Models

[14].

Page 7: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

8

Gambar 2 Model Proses Waterfall [14]

Langkah-langkah dari Model Waterfall:

1. Analisis Kebutuhan, menurut wawancara dengan Sekertaris Dinas

Pendidikan Kota Ambon, sistem pendidikan di Kotamadya Ambon dalam

tahap terintegrasi, dimana di sekolah khusus untuk tingkat SMU dan SMK

sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi dalam hal ini komputer. Untuk

pencatatan data-data pendidikan sudah menggunakan teknologi komputer

tetapi untuk pengiriman data-data dari tiap-tiap sekolah ke Dinas Pendidikan

masih terhambat, ini disebabkan oleh minimnya aplikasi web dan sulitnya

terkoneksi dengan jaringan internet. Tanpa internet aplikasi ini tetap

berfungsi karena aplikasi digunakan di lingkup Dinas Pendidikan

Kotamadya Ambon, hanya saja untuk pengambilan keputusan atau

kebijakan perencanaan pendidikan antara instansi pemerintah kota dengan

pemerintah Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon terhambat karena

mengingat sulitnya koneksi jaringan internet. Aplikasi yang digunakan

untuk menangani pencatatan data-data sekolah sepenuhnya masih

menggunakan layanan aplikasi dari pemerintah pusat secara nasional berupa

web. Teknologi informasi dalam hal ini sistem informasi pemetaan sekolah

sangat memudahkan dan sangat diperlukan dalam menunjang pelayanan

publik berupa layanan pendidikan sekolah. Dari hasil wawancara diatas

maka, Sistem informasi pemetaan sekolah (School Mapping) berbasis

WebGIS merupakan sistem informasi yang dibuat untuk menghasilkan

informasi mengenai data-data SMU dan SMK, maupun data kependudukan.

Informasi yang disajikan dapat mendekati keakuratan, serta menghasilkan

informasi yang mendekati harapan pengguna. Hasil pencarian selain

berbentuk data teks dan angka, serta bar chart juga dihasilkan dalam bentuk

visual. Dibuatnya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu dalam

mengelola informasi mengenai layanan pendidikan SMU dan SMK,

menangani pencatatan data pendidikan maupun menganalisis kualitas

pendidikan.

2. Analisis Kebutuhan Sistem, pentingnya suatu sistem informasi yang dapat

memberikan informasi pemetaan dan layanan fasilitas sekolah, khusus untuk

tingkat SMU dan SMK di Kotamadya Ambon. Informasi tentang letak

sekolah dan informasi layanan fasilitas pendidikan harus sampai ke user

dengan jelas dan lengkap. Sistem ini nantinya digunakan atau dikelola oleh

Dinas Pendidikan Kota Ambon dalam hal ini berperan sebagai

administrator dan user. Administrator adalah orang yang diberi hak akses

untuk manage data, sedangkan user dalam sistem ini adalah para pengambil

kebijakan baik dalam lingkup Dinas Pendidikan Kota Ambon maupun

Page 8: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

9

dalam lingkup pemerintah daerah yang hanya mempunyai hak akses untuk

melihat, menganalisis serta mengambil kebijakan tentang perkembangan

kualitas pendidikan. Administrator berperan penting dalam add data, update

data, delete data, di dalam sistem. User mengakses sistem ini, kemudian

user bisa melihat peta lokasi sekolah maupun peta wilayah kecamatan di

Kotamadya Ambon, user juga bisa melihat dan mencari informasi mengenai

letak sekolah, detail siswa, detail guru, fasilitas penunjang sekolah, APK

siswa per kecamatan, angka kelulusan siswa per kecamatan, mutu guru, peta

tematik dan persebaran sekolah per kecamatan dalam bentuk bar charts dan

tabel. System functional requirement merupakan kebutuhan yang

menentukan kondisi atau kapasitas yang harus dimiliki oleh sistem atau

komponen. system functional requirement terdiri atas kebutuhan fungsional

dan non fungsional [15]. Spesifikasi perangkat lunak terbagi menjadi

kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional sistem :

Kebutuhan Fungsional, pada tahap ini analisis terhadap kebutuhan

fungsional antara lain : Sistem mengharuskan administrator login

dengan memasukan username dan password dengan benar tanpa

melakukan registrasi terlebih dahulu, username dan password

administrator sudah terdaftar di dalam database. Jika berhasil login

maka administrator mempunyai hak akses untuk untuk menambahkan

data, mengedit data, dan menghapus data di dalam sistem. Sistem

menyediakan layanan kepada user untuk melihat peta lokasi sekolah,

peta tematik perbandingan jumlah siswa dan persebaran SMU dan

SMK di Kotamadya Ambon. Sistem menampilkan informasi sekolah,

guru, siswa, bahkan layanan fasilitas sekolah kepada user. Sistem

menampilkan informasi tentang APK, angka kelulusan, dan mutu guru

per kecamatan dalam bentuk bar chart. Sistem membatasi dalam

pencarian informasi yaitu informasi sekolah dan guru.

Kebutuhan Non Fungsional, pada tahap ini spesifikasikan ukuran

kuantitatif yang akan dipenuhi oleh sistem, diantaranya kemanan,

performansi, ketersediaan, dan aksesibilitas. Keamanan pengelolaan

sistem hanya dapat diakses oleh administrator yang memiliki

username dan password, sedangkan user dibatasi hak aksesnya hanya

untuk melihat dan mencari informasi. Kemampuan sistem

memberikan respon terhadap aksi user dalam waktu kurang dari lima

detik, dan penyampaian informasi dari sistem ke user diproses dalam

waktu lima detik. Ketersediaan peta yang di edit memakai tools

ArcView 3.2 dan ditampilkan menggunakan ASPMap dan interface

web menggunakan Visual Studio.Net serta bahasa pemograman

ASP.Net dan framework.net sehingga dapat diakses oleh user.

Aksesibilitas sistem informasi ini hanya diakses di dalam lingkup

Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon.

3. Analisis Kebutuhan Data, untuk mendukung pelaksanaan sistem dilakukan

studi literature dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi yang

tertulis pada buku, jurnal laporan penelitian, maupun informasi dari internet.

Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon, ahli

khusus di bidang SIG dan pendidikan dan ahli di bidang teknologi informasi

dan pemetaan. Data diperoleh dari Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon,

dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku. Data yang digunakan

Page 9: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

10

dikelompokkan menjadi dua yaitu data spasial dan data non spasial. Data –

data dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Tabel Klasisfikasi Data

Jenis Data Nama Data Keterangan

Spasial

Wilayah (Kecamatan)

Sekolah

Editing menggunakan

ArcView 3.2 kemudian di

ekspor ke dalam bentuk

ShapeFile (*SHP)

Non Spasial

Tabel Data Wilayah

Tabel Data Desa

Tabel Data Sekolah

Tabel Data Fasilitas

Tabel Data Siswa

Tabel Data Guru

Tabulasi tabel, input

menggunakan keyboard

Tabel 1 merupakan tabel jenis data dibagi menjadi dua bagian yaitu

data spasial dan data non spasial. Data spasial yang terdiri dari data wilayah

berupa peta Kotamadya Ambon. Sedangkan pada data sekolah yaitu letak

atau koordinat tiap SMU dan SMK yang tersebar di Kotamadya Ambon.

Data wilayah dan data sekolah ini dalam bentuk ShapeFile (*SHP). Data

non spasial merupakan data angka maupun data text pada data wilayah, data

desa, data sekolah, data fasilitas, data siswa, dan data guru. Data-data inilah

yang akan dipakai dan diproses menjadi suatu informasi yang diharapkan

berguna buat user atau pengguna.

4. Analisis Input, administrator berperan penting dalam sistem ini,

administarator diberi hak akses berupa username dan password, kemudian

administrator dapat menambahkan, mengedit, bahkan menghapus data

yang terdapat di dalam sistem. Dalam sistem yang dibuat diperlukan data

spasial dan data non spasial antara lain, data spasial berupa peta lokasi SMU

dan SMK dan peta Kotamadya Ambon. Data non spasial berupa data

sekolah, data fasilitas, data siswa, data guru, data desa maupun data wilayah.

Data-data ini yang menjadi pelengkap dibuatnya sistem informasi geografi.

Data spasial dan data non spasial digabungkan dan diproses maka

terciptanya suatu output informasi yang berguna dan dapat dijadikan bahan

untuk pengambilan kebijakan.

5. Analisis Alur Kerja, sistem yang dibuat merupakan suatu sistem informasi

geografi yang memetakan lokasi sekolah, sehingga user dapat memperoleh

informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis serta mengambil kebijakan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berikut ini adalah alur kerja

sistem yang dibuat antara lain: Administrator melakukan login agar bisa

mengakses sistem. Administator memasukan data ke dalam database.

Administrator menambahkan data, mengupdate data, menghapus data pada

database. Data spasial berupa lokasi sekolah dan wilayah ditampilkan pada

tampilan web. Data non spasial berupa data sekolah, data fasilitas, data

siswa, data guru, data desa yang terdiri dari jumlah laki-laki dan perempuan,

data wilayah yaitu kategori umur penduduk ditampilkan pada tampilan web.

Page 10: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

11

Data non spasial berupa data APK, angka kelulusan, dan mutu guru per

kecamatan ditampilkan pada tampilan web dalam bentuk bar chart.

Pencarian data dibatasi hanya pada data sekolah dan guru. User dibatasi hak

akses hanya pada melihat dan mencari informasi pada tampilan web.

Pencarian data yang dilakukan user dibatasi menggunakan keyword nama

sekolah, jenjang sekolah. Sedangkan pencarian guru dibatasi hanya

menggunakan keyword nip guru, nama guru dan tingkat pendidikan guru.

Web server dan database server terletak di komputer server sehingga klien

hanya mengakses antar muka yang disediakan server.

6. Analisis Output, pengelompokan data menjadi data spasial dan non spasial

menghasilkan output. Output pada data spasial berupa peta lokasi sekolah,

peta wilayah, peta tematik dan persebaran sekolah per kecamatan di

Kotamadya Ambon. Pada data non spasial, output yang ditampilkan berupa

text dan angka, antara lain informasi sekolah dan fasilitas penunjang,

informasi siswa, informasi guru, informasi tentang jumlah penduduk dan

kategori umur penduduk. Selain itu, output yang ditampilkan pada web ini

adalah dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar chart yang ditampilkan adalah

APK siswa per kecamatan, angka kelulusan siswa per kecamatan dan mutu

guru per kecamatan di Kotamadya Ambon.

Data Flow Diagram (DFD)

Data flow diagram atau diagram aliran data adalah model proses yang

digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan tugas

atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem. Sejauh ini banyak pakar

menggunakan lebih banyak komponen dalam perancangan suatu sistem untuk

menjelaskan sistemnya. DFD hanya memiliki empat komponen dasar dalam

mengilustrasikan bagaimana aliran data dalam suatu sistem, komponen tersebut

adalah entitas (entities), proses (process), media penyimpanan (data storage) dan

arus data (data flows). Diagram Konteks (Context Diagram) adalah diagram level

tertinggi dari DAD yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan

luarnya. Diagram kontek ini menggambarkan satu kesatuan proses secara

keseluruhan. Jika terdapat banyak arus data dalam Diagram kontek, dapat

diberikan kode angka atau abjad dan kemudian diberikan penjelasan. Istilah lain

dari Diagram kontek adalah DFD Level nol. Adapun context diagram level noldari

sistem ini terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3 Context Diagram Level 0 Sistem Informasi Pemetaan Sekolah

Page 11: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

12

Gambar 3 diagram context menjelaskan secara umum sebuah alur sistem

yang dibuat untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak terkait, dimana data

sekolah, data siswa, data guru, peta Kotamadya Ambon, maupun data penduduk

per wilayah yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota, Badan Pusat Statistik

disajikan menjadi satu ke dalam sebuah Sistem Informasi Pemetaan Sekolah.

Data-data tersebut kemudian diakses oleh user atau pengguna sebagai suatu

informasi yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan user akan informasi

layanan pendidikan SMU dan SMK se-Kotamadya Ambon. Para pengambil

kebijakan yaitu Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon dan Pemerintah Kotamadya

Ambon mengakses sistem ini, dan hasil analisis yang diperoleh berupa APK,

Mutu Guru, Angka Kelulusan, Peta Tematik Perbandingan Jumlah Siswa dan

Persebaran Sekolah digunakan sebagai alat evaluasi mutu atau kualitas serta

perencanaan pendidikan di Kotamadya Ambon.

Gambar 4 Data Flow Diagram Level 1

Gambar 4 data flow diagram level 1, menjelaskan alur sistem dalam

menambahkan, mengubah, menghapus data oleh administrator sampai pada

proses pencarian oleh user. Administrator mengakses sistem untuk menambah

data pendidikan dan data wilayah ke dalam database, dimana data tersebut berupa

data sekolah, data fasilitas sekolah, data siswa, data guru, maupun data wilayah

yang di dalamnya terdapat data penduduk. Selain itu, administrator juga bertugas

dalam mengubah bahkan menghapus data, menambahkan peta yang file formatnya

berupa *SHP ke dalam sistem kemudian ditampilkan dalam form pencarian, dan

hasil atau output dari data-data tersebut adalah informasi-informasi baik berupa

text, angka, maupun chart dan tabel yang berguna oleh user atau pengguna.

Page 12: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

13

Entity Relantionship Diagram (ERD)

tSekolah

1. npsn

2. Id_kec

3. nip_guru

4. nama

5. status

6. jenjang

7. alamat

8. kota

9. desa

10. website

11. kodepos

12. notelp

13. x

14. y

15. angka_kelulusan

16. sma

17. d1

18. d2_d3

19. s1

20. s2

tSiswa

1. npsn

2. jumlah_siswa

3. jumlah_lakilaki

4. jumlah_perempuan

tFasilitas

1. id

2. npsn

3. nama_ruang

4. kondisi_baik

5. kondisi_rusakringan

6. kondisi_rusakberat

tWilayah

1. id

2. nama

3. jumlah_penduduk

a. jumlah umur 0-6thn

b. jumlah_umur7-12thn

c. jumlah_umur13-15thn

d. jumlah_umur16-19thn

e. jumlah_umur20-n

4. file_shp

tGuru

1. nip

2. id_sekolah

3. nama

4. jenis_kelamin

5. tanggal_lahir

6. golongan

7. status

8. tahun_mengajar

9. keahlian

10. tingkat_pendidikan

11. relevansi

Terdapat Terdapat

Terdapat

Terdapat

Terdapat

1

n

1n

Terdapat

n

1

1 1

1

n

n 1

tInfoDesa

1. Nama_desa

2. Id_kecamatan

3. Penduduk_lakilaki

4. Penduduk_perempuan

5. Total_penduduk

Terdapat

1

n

Gambar 5 Entity Relation Diagram (ERD)

Entity Relantionship Diagram (ERD) yang merepresentasikan secara grafis

hubungan antar entitas yang ditujukan pada Gambar 5. Entity relation diagram

(ERD), menjelaskan tentang hubungan antar tabel-tabel yang terdapat pada

database. Masing-masing tabel terdapat primary key dan foreign key yang

digunakan untuk menghubungkan tabel yang satu dengan tabel yang lain. Pada

tabel sekolah dijelaskan bahwa pada satu sekolah terdapat banyaknya fasilitas,

satu sekolah terdapatnya banyaknya guru, dan satu sekolah terdapat banyaknya

jumlah siswa. Pada tabel wilayah dijelaskan bahwa pada satu wilayah terdapat

banyaknya sekolah, satu wilayah terdapat banyaknya siswa, dan satu wilayah

terdapat banyaknya guru, satu wilayah terdapat banyaknya desa.

4. Hasil dan Pembahasan

Antarmuka yang dihasilkan dari sistem WebGIS ini berupa interface atau

tampilan yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Secara garis besar, isi dari

antarmuka utama terdiri dari beberapa menu utama dan sub menu, yaitu: Menu

utama terdiri dari home, kecamatan, sekolah, analisis dan administrator.

Kemudian, sub menu terdiri dari sub menu kecamatan, info guru dan info sekolah,

analisis APK, analisis angka kelulusan, mutu guru dan peta tematik perbandingan

jumlah siswa per kecamatan dan persebaran sekolah. Sedangkan peta terdiri dari

peta wilayah kecamatan, peta lokasi sekolah, peta tematik perbandingan jumlah

siswa per kecamatan dan persebaran sekolah. Terdapat dua macam bentuk

Page 13: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

14

antarmuka pada sistem ini yaitu antarmuka user dan antarmuka administrator.

Pada dasarnya antarmuka untuk user dan administrator sama saja hanya

dibedakan ruang lingkupnya.

Tampilan Home

Tampilan form home merupakan tampilan utama saat aplikasi dijalankan.

Pada tampilan ini user dapat mengakses menu bar lain yang sudah disediakan

berupa home, kecamatan, sekolah dengan info guru dan info sekolah, analisis

dengan APK, angka kelulusan dan mutu guru. Tampilan form home ditunjukan

pada Gambar 6.

Gambar 6 Tampilan Form Home

Tampilan form home pada Gambar 6 menampilkan tentang layout peta

lokasi sekolah di lima kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Teluk

Ambon Baguala, Kecamatan Teluk Ambon, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan

Leitimur Selatan dalam bentuk peta. Pada layout peta memiliki menu navigasi

antara lain : ikon zoom in, ikon zoom out, ikon zoom area, ikon identification,

ikon navigasi dan skala yang digunakan adalah enam kilometer. Pada layout

Kecamatan Di Kotamadya Ambon menampilkan lima kecamatan di Kotamadya

Ambon dengan total penduduk, total bangunan sekolah dan total siswa, serta

membantu user untuk mencari lokasi sekolah per kecamatan. Peta wilayah

Kotamadya Ambon di edit menggunakan tools Arcview 3.2 dan tipe file yang

digunakan adalah shapefile, sedangkan koordinat yang digunakan diperoleh dari

tools Google Earth. Koordinat latitude dan longitude yang diperoleh dari Google

Earth masih dalam bentuk Degree Minute Second (DMS) dan di konversikan ke

dalam Degree Decimal (DD).

Tampilan Analisis

Tampilan form analisis merupakan tampilan untuk menganalisis tingkat

kualitas pendidikan. Penjelasan tentang APK, Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta

Tematik perbandingan Jumlah Siswa dan Persebaran Sekolah ditunjukan pada

Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10.

Page 14: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

15

Gambar 7 Tampilan Form Analisis APK

Gambar 7 merupakan tampilan form analisis. Pada form ini ditampilkan

hasil output dari perhitungan jumlah siswa SMUdan SMK dengan kategori jumlah

penduduk umur 16-19 tahun dikali dengan 100% sehingga menghasilkan

persentase APK SMU dan SMK per kecamatan dalam bentuk bar chart dan tabel.

Pada bar chart SMU ditandai dengan warna merah dan SMK dengan warna hijau.

Persentase APK siswa pada Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah SMU

40,99% dan SMK 25,32%. Kecamatan Teluk Ambon adalah SMU 145,84% dan

SMK 75,24%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 50,33% dan SMK 9,04%.

Kecamatan Nusaniwe adalah SMU 43,25% dan SMK 19,21%. Kecamatan

Leitimur Selatan adalah SMU 6,33% sedangkan Kecamatan Leitimur Selatan

tidak memiliki SMK. Ini dibuktikan dengan adanya nilai persentase APK siswa

SMU maupun SMK tertinggi di wilayah Kecamatan Teluk Ambon, karena pada

wilayah Kecamatan Teluk Ambon berbatasan langsung dengan wilayah

Kabupaten Maluku Tengah. Wilayah Kabupaten Maluku Tengah tidak memiliki

SMU dan SMK sehingga penduduk dari wilayah Kabupaten Maluku Tengah

dengan usia sekolah 16-19 tahun berpartisipasi dalam pendidikan di wilayah

Teluk Ambon. Tabel perbandingan jumlah siswa umur 16-19 tahun di wilayah

Kecamatan Teluk Ambon yang hanya mencapai angka 898 jiwa tidak

sebandingan dengan jumlah siswa SMU yang mencapai angka 1.384 siswa.

Persentase APK terendah di wilayah Kecamatan Leitimur Selatan yang hanya

mencapai angka 6,33%, Karena pada wilayah ini hanya memiliki satu SMU dan

jumlah penduduk usia 16-19 tahun yang mencapai angka 4.077 jiwa tidak

sebandingan dengan satu SMU, sehingga banyaknya penduduk usia ini lebih

memilih bersekolah di wilayah kecamatan lain. APK siswa SMK terendah berada

di Kecamatan Sirimau yaitu 9.04%.

Gambar 8 Tampilan Form Analisis Angka Kelulusan

Page 15: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

16

Gambar 8 merupakan tampilan form analisis angka kelulusan. Form ini

menampilkan angka kelulusan siswa SMU dan SMK per kecamatan di

Kotamadya Ambon tahun 2010 -2011 dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar

chart SMU ditandai dengan warna merah dan bar chart SMK ditandai dengan

warna hijau. Persentase angka kelulusan siswa di Kecamatan Teluk Ambon

Baguala adalah SMU 94,58% dan SMK 96,66%. Kecamatan Teluk Ambon adalah

SMU 98,37% dan SMK 89,59%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 95,31% dan

SMK 20,77%. Kecamatan Nusaniwe adalah SMU 92,14% dan SMK 20,79%.

Kecamatan Leitimur Selatan adalah SMU 97,65% sedangkan di kecamatan ini

tidak memiliki SMK. Angka kelulusan SMU maupun SMK di setiap kecamatan di

Kotamadya Ambon tidak jauh berbeda dan persentase angka kelulusan tidak

berada di bawah 90%, hanya di Kecamatan Sirimau dan Nusaniwe angka

kelulusan SMK yang persentase-nya dibawah 50% yaitu 20,79% dan yang paling

terendah di Kecamatan Sirimau 20,77%. Ini dipengaruhi oleh faktor internal

siswa seperti kurang memotivasi diri sendiri dan motivasi dari orangtua, sering

terganggu kondisi kesehatan dan faktor eksternal antara lain lingkungan sosial

yang mempengaruhi belajar siswa, metode mengajar guru yang tidak sesuai

dengan kemampuan siswa, tidak memotivasi siswa berprestasi dengan cara

memberikan beasiswa dan fasilitas penunjang yang kurang lengkap. Persentase

angka kelulusan tertinggi SMU di Kecamatan Teluk Ambon yaitu 98,37% dan

SMK di Kecamatan Teluk Ambon Baguala 96,66%, ini dikarenakan metode

belajar siswa baik itu motivasi dari diri sendiri atau orangtua, kondisi kesehatan

siswa, suasana belajar atau lingkungan yang mempengaruhi, prestasi siswa di

sekolah, metode mengajar guru, fasilitas sekolah yang lengkap maupun beasiswa

untuk siswa berprestasi berfungsi dengan baik. Sedangkan angka kelulusan SMU

terendah berada di Kecamatan Nusaniwe yaitu 92,14%.

Gambar 9 Tampilan Form Analisis Mutu Guru

Gambar 9 merupakan form analisis mutu guru. Form analisis mutu guru

menampilkan informasi tentang kualitas guru diukur dari tingkat pendidikan

dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar chart mutu guru SMU ditandai dengan

warna merah dan bar chart mutu guru SMK ditandai dengan warna hijau.

Persentase mutu guru di Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah SMU 93,30%

dan SMK 84,59%. Kecamatan Teluk Ambon adalah SMU 97,74% dan SMK

42,22%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 97,45% dan SMK 97,85%. Kecamatan

Nusaniwe adalah SMU 92,05% dan SMK 76,85%. Kecamatan Leitimur Selatan

adalah SMU 100% dan di kecamatan ini tidak memiliki SMK. Persentase mutu

Page 16: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

17

guru tertinggi di SMU di Kecamatan Leitimur Selatan yaitu 100% dan persentase

muru guru terendah di Kecamatan Nusaniwe yaitu 92,05%. Sedangkan persentase

mutu guru tertinggi SMK di Kecamatan Sirimau yaitu 97,85% dan terendah di

Kecamatan Teluk Ambon yaitu 42,22%.

Gambar 10 Tampilan Form Analisis Peta Tematik dan Persebaran Sekolah

Gambar 10 merupakan tampilan peta tematik dan persebaran SMU dan

SMK di Kotamadya Ambon. Pada peta tematik warna biru tua menunjukan angka

kepadatan siswa tertinggi yaitu di Kecamatan Sirimau 7.384 anak, kemudian

Kecamatan Nusaniwe 5.310 anak, Kecamatan Teluk Ambon Baguala 3.378 anak,

Kecamatan Teluk Ambon 2.098 anak dan angka kepadatan siswa terendah yaitu di

Kecamatan Leitimur Selatan 227 anak. Dari hasil analisis peta tematik kepadatan

siswa SMU dan SMK di Kotamadya Ambon menunjukan tingkat minat dan

partisipasi siswa untuk bersekolah di Kecamatan Sirimau lebih tinggi dari

kecamatan lain. Hal ini dikarenakan persebaran sekolah SMU dan SMK terjadi di

Kecamatan Sirimau yaitu 12 gedung sekolah, dan di Kecamatan Nusaniwe yaitu

12 gedung sekolah. Sedangkan, di Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan

Teluk Ambon Baguala masing-masing hanya enam gedung sekolah dan

Kecamatan Leitimur Selatan hanya satu gedung sekolah.

Tampilan Proteksi Data

Untuk melakukan pengujian input data dengan memberikan input data

kosong pada form sekolah, form guru, dan form kecamatan, seperti ditunjukan

pada Gambar 11.

Gambar 11 Proteksi Tambah Data Sekolah, Tambah Data Guru, Tambah Data Kecamatan

Page 17: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

18

Gambar 11 merupakan salah satu contoh proteksi inputan pada form tambah

data sekolah,form tambah data guru dan form tambah data kecamatan jika user

belum memasukan data yang kosong pada aplikasi. Form data kecamatan jika

user belum memasukan data yang kosong pada aplikasi maka akan akan terjadi

proteksi. Pengujian fungsi program, dilakukan untuk melihat apakah fungsi

program di awal analisa kebutuhan pada sistem sudah di implementasikan pada

aplikasi atau tidak. Sesuai dengan kebutuhan manage data sekolah, manage data

fasiltas sekolah manage data guru, dan siswa, dan manage data kecamatan. Dari

hasil pengujian aplikasi Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping)

Berbasis WebGIS Studi Kasus: SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon ini secara

keseluruhan, tidak terdapat kesalahan (bug dan error) pada aplikasi dan aplikasi

berjalan dengan baik.

Pengujian Sistem

Pengujian sistem merupakan langkah akhir dari implementasi Sistem

Informasi Pemetaan Sekolah Berbasis WebGIS Studi Kasus: SMU dan SMK Se-

Kotamadya Ambon sebelum di implementasikan. Pengujian sistem aplikasi ini

menggunakan blacbox testing. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

kesiapan aplikasi (apakah masih terdapat bug atau error). Pengujian blackbox

berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian blackbox

berusaha menemukan kesalahan dalam kategori : Fungsi-fungsi yang tidak benar

atau hilang, kesalahan interface. kesalahan dalam struktur data atau akses

database eksternal, kesalahan kinerja, inisialisasi dan kesalahan terminasi.

Tabel 2 Tabel Hasil Pengujian Blackbox Testing

Item Pengujian Detail Pengujian Validasi

User akses website Tampilan Home berfungsi dengan baik

User memperbesar

dan memperkecil

peta

Ikon zoom in berfungsi dengan baik. Ikon zoom out

berfungsi dengan baik

User klik ikon

semua sekolah pada

peta

Semua ikon sekolah pada peta merespon dengan baik

dan aplikasi menampilkan detail sekolah

User akses

tampilan

Kecamatan

Tampilan submenu bar Kecamatan merespon dengan

baik

User akses

tampilan Sekolah

Tampilan submenu bar Info Guru dan Info Sekolah

berfungsi dengan baik

User input keyword

pencarian Guru dan

Sekolah

Pencarian Guru berdasarkan nama, nip, dan status

pendidikan berfungsi dengan baik. Pencariaan

Sekolah berdasarkan nama sekolah menggunakan

huruf kecil dan huruf besar berfungsi dengan baik

User akses

tampilan Analisis

Tampilan Analisis APK, Angka Kelulusan, Mutu

Guru, Peta Tematik dan Persebaran Sekolah

berfungsi dengan baik

Admin login Sistem merespon baik username dan password admin Akses tampilan

Sekolah

Tambah data diberikan proteksi dan berfungsi dengan

baik, edit data dan hapus data berfungsi dengan baik

Page 18: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

19

Akses tampilan

Guru

Tambah data diberikan proteksi dan berfungsi dengan

baik, edit data dan hapus data berfungsi dengan baik

Akses tampilan

Kecamatan

Field data pada tampilan Kecamatan diberikan

proteksi, dan tambah data berfungsi dengan baik

5. Simpulan

Setelah melakukan analisis, perancangan dan pengujian terhadap apliaksi

ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Sistem Informasi Pemetaan

Sekolah (School Mapping) berbasis WebGIS dapat memberikan analisis terhadap

kualitas pendidikan dengan menggunakan beberapa indikator berupa APK, Angka

Kelulusan, Mutu Guru yang hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan

perbaikan kualitas pendidikan di wilayah Kotamadya Ambon. Ini di buktikan

dengan adanya nilai persentase APK siswa, Angka Kelulusan siswa dan Mutu

Guru tertinggi dan terendah SMU dan SMK di lima wilayah di Kotamadya. Peta

tematik perbandingan jumlah siswa dan peta tematik persebaran SMU dan SMK

memberikan dampak yang besar dalam pemerataan distribusi jaringan sekolah.

Peta tematik digunakan untuk menyimpulkan dan menganalisis tingkat kepadatan

siswa dengan tingkat persebaran sekolah. Para pengambil kebijakan baik Dinas

Pendidikan Kota Ambon maupun Pemerintah Kotamadya Ambon dapat

menggunakan aplikasi ini untuk merancang mutu pendidikan dalam hal menata

kembali distirbusi jaringan sekolah sehingga jumlah siswa sebanding dengan

jumlah sekolah dan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem ini sudah mampu

menambahkan objek sekolah baru berupa koordinat x dan y secara langsung ke

dalam sistem tanpa menggunakan aplikasi desktop GIS.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan dan pengembangan

lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping)

Berbasis WebGIS Studi Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya adalah sebagai

berikut : Sistem ini perlu dikembangkan lebih lanjut, misalnya perlu

dikembangkan sistem informasi geografis sekolah berbasis WebGIS yang secara

khusus berorientasi pada ruang lingkup yang lebih besar. Dalam pengembangan

Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping) Berbasis WebGIS Studi

Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon salah satu kekurangannya adalah

belum dipetakan semua data yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk

pengembangan selanjutnya sistem ini dapat dilakukan inputan data baru misalnya

data lima tahun terdahulu yang digunakan untuk menganalisis kualitas

pendidikan.

6. Daftar Pustaka

[1] Andriyani, 2010, Analasis Dan Penyajian Spatial Kualitas Pendidikan Sekolah

Menengah Atas Di Surakarta Menggunakan Sistem Informasi Geografis Berbasis

Web, Skripsi S1, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[2] Praseta, Uun, 2009, Sistem informasi geografis layanan pendidikan tingkat SMU

se-Kodya Semarang. Skripsi Program S1, Fakultas Teknologi Informasi

Univeristas Kristen Satya Wacana (Tidak dipublikasikan).

[3] NIEPA, New Delhi, July 1997, Concept of School Mapping & Micro Planning,

http://www.educationforallinindia.com/page148.html. Diakses tanggal 10 Oktober

2011.

Page 19: Sistem Informasi Pemetaan Sekolah ( School Mapping ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2430/2/T1_682006008_Full... · sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat ... gambar yang

20

[4] Yani, Ahmad, Nur M Djakaria, 2007, Pengembangan Model Sistem Informasi

Geografi (SIG) Untuk Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Otonomi Daerah (Studi

Pemngembangan di Kabupaten Sukabumi).

[5] Prahasta, 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Informatika,

Bandung.

[6] Prahasta, 2005, Sistem Informasi geografis Konsep-konsep Dasar, Penerbit

Informatika, Bandung.

[7] Boediono dan Koster, 2004, Teori dan Aplikasi Statiska dan Probalitas.

Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.

[8] IUT, Geospasial, 2009. Workshop GIS, Pemetaan Tematik, Laboratorium Ilmu

Ukur Tanah dan Geospasial (IUT dan Geospasial), Departemen Teknik Sipil,

Universitas Sumatera Utara.

[9] Prasetyo, Hary, Daniel, 2003. Sistem Informasi Geografis (SIG) Tata Guna Lahan,

Ilmu Komputer.com.

[10] Caillods, F. (1983). Module I: School mapping and micro‐planning concepts and

processes. In F. Caillods, J. Casselli, T. N. Châu & G. Porte (Eds.), Training

materials in educational planning, administration and facilities: School

mapping and micro‐planning in education. Paris, France:IIEP/UNESCO.

[11] Hite J. Steven, July 2008, School Mapping and GIS in Education Micro-planning,

Department Of Educational Leadrship and Foundations Brigham Young University

Provo, Utah USA.

[12] Hart, M. 2004, Sustanable Measures: Charateristics of Effective Indicators.

[13] Chamidi, Safrudin.2005. Makna dan Aplikasi Sederhana Indikator Pendidikan,

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Badan Pendidikan dan Pengembangan,

Pusat Data dan Inforamasi Pendidikan, Bidang Pendayagunaan Data dan Informasi.

[14] Demers, Michael N. 2009. Fundamentals of geographic information system, New

York: John Wiley & Sons,Inc.

[15] Ludwig Consulting Services, LLC, website www.jiludwig.com.