2
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan aset yang berharga bagi setiap orang. Dimana
melalui pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanpa
pendidikan, taraf hidup serta standar kualitas seorang manusia bisa dikatakan akan
berdampak buruk. Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu tingkatan pendidikan
menengah atas yang diselenggarakan untuk mempersiapkan siswa hidup mandiri
dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dinas Pendidikan Nasional, mempunyai peran penting dalam mengelola dan
merencanakan kualitas pendidikan untuk tingkat SMU dan SMK di Indonesia.
Untuk menjalankan perannya dibutuhkan suatu pengelolaan data untuk
menyajikan informasi yang berkaitan dengan layanan pendidikan di tingkat SMU
atau SMK, terutama informasi sekolah, murid, guru, dan layanan pendidikan
lainnya. Penyajian informasi kualitas pendidikan pada suatu daerah dengan cara
penggambaran secara geografis memudahkan para pengambil kebijakan untuk
menemukan, menganalisa serta mengatasi masalah pendidikan yang terdapat pada
daerahnya secara cepat sehingga perlu adanya sebuah sistem informasi berbasis
web yang mampu menangani informasi pendidikan.
Menurut Sekertaris Dinas Pendidikan Kota Ambon, saat ini Dinas
Pendidikan Kotamadya Ambon masih kesulitan melakukan pencatatan data
pendidikan baik itu sekolah maupun layanan pendidikan, fasilitas penunjang,
penyebaran guru di Kotamadya Ambon dalam bentuk website secara online.
Dampak dari penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain
memudahkan pencatatan dan pengelolaan data pendidikan secara efektif dalam
format SIG sehingga informasi pendidikan pada suatu wilayah dapat tersampaikan
secara cepat dan tepat. Sehingga para pengambil kebijakan dapat merencanakan,
menganalisa, mengambil keputusan dalam pengembangan kualitas pendidikan
kedepan untuk tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan supaya pengelolaan data menjadi
terintegrasi dimana data layanan sekolah, data kependudukan digunakan untuk
mengolah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta
Tematik perbandingan jumlah siswa dan Persebaran SMU dan SMK disajikan
menjadi suatu informasi yang digunakan sebagai bahan untuk pengambilan
keputusan di bidang pendidikan.
Pemetaan Sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan
pendidikan secara keseluruhan. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung
oleh personalia yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung oleh sarana
dan prasarana pendidikan, fasilitas yang memadai, biaya yang mencukupi,
manajemen yang tepat, serta lingkungan yang mendukung [1]. Sebagai contoh
yang dapat dibuat dengan dasar SIG adalah “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah
(School Mapping) Berbasis WebGIS (Studi Kasus : SMU dan SMK Se-
Kotamadya Ambon)”. Aplikasi ini dimaksudkan untuk pendataan, pemetaan
sekolah, dan penyajian informasi tentang SMU dan SMK di Kotamadya Ambon.
Aplikasi ini dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon dan
pihak-pihak terkait dan diharapkan bisa menjadi dasar pengambilan keputusan di
bidang pendidikan.
3
2. Kajian Pustaka
Penelitian tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah banyak
dilakukan, salah satunya adalah “Sistem Informasi Geografis Layanan Pendidikan
Tingkat SMU – Se-Kodya Semarang”. Pada penelitian ini, aplikasi dibangun
dengan mengemukakan informasi tentang layanan pendidikan untuk tingkat SMU
di Kota Semarang. Dalam penyajian data, aplikasi ini sudah mampu menyediakan
informasi mengenai lokasi sekolah dan fasilitas atau objek pendukung lainnya,
tapi aplikasi ini tidak membahas tingkat kelayakan fasilitas, rasio siswa, maupun
tingkat sumber daya manusia dalam hal ini guru [2].
Sementara itu, penelitian dengan judul “Analisis Dan Penyajian Spatial
Kualitas Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Surakarta menggunakan Sistem
Informasi Geografis Berbasis Web”. Penelitian ini, memiliki beberapa kelebihan
diantaranya menjelaskan tentang pemetaan kualitas pendidikan SMU, selain itu di
dalam penilitian ini sudah mampu menjelaskan APK [1].
Dalam “Workshop On School Mapping And Micro Planning” di New Delhi,
India 29-30 Juli 1997, menjelaskan pendidikan dasar di India didominasi, didanai
dan dikelola oleh pemerintah, oleh karena itu keputusan investasi oleh pemerintah
menentukan pola perluasan fasilitas pendidikan. School Mapping merupakan alat
perencanaan yang penting untuk mengatasi kemungkinan ketidaksetaraan daerah
yang timbul dari kebijakan investasi. [3]
Penelitian tentang “Pengembangan Model Sistem Informasi Geografi (SIG)
Untuk Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Otonomi Daerah Studi Pengembangan
di Kabupaten Sukabumi”. Membahas tentang ratio murid dan siswa, serta
persebaran guru yang berstatus pendidikan S1 maupun yang belum berstatus
pendidikan S1 serta persebaran guru yang masih berstatus belum PNS atau
honorer [4].
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini akan dirancang
aplikasi “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping) Berbasis WebGis
(Studi Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon)”, untuk menyajikan
informasi layanan pendidikan. Selain itu, aplikasi ini juga dirancang untuk
mengolah APK, Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta Tematik perbandingan
jumlah siswa dan Persebaran SMU dan SMK. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu karena penelitian ini menggunakan representasi SIG baik itu
bar chart, tabel maupun peta tematik untuk menampilkan hasil input, proses,
output berupa analisis. Aplikasi ini dapat diakses oleh pihak Dinas Pendidikan
Kotamadya Ambon maupun pihak-pihak yang terkait karena aplikasi ini berbasis
web, sehingga para pengambil kebijakan dapat mengetahui sejauh mana tingkat
kualitas pendidikan, fasilitas penunjang, maupun persebaran guru dan murid SMU
dan SMK di Kotamadya Ambon.
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan tiga unsur pokok :
sistem, informasi, dan geografis, yang mana lebih menekankan pada unsur
“informasi geografis”. Dengan melihat kata-kata penyusun nama SIG, maka nama
SIG dapat dijabarkan sebagai berikut : Sistem, istilah ini digunakan untuk
mewakili pendekatan sistem yang digunakan dalam SIG, dengan lingkungan yang
kompleks dan komponen yang terpisah-pisah, sistem digunakan untuk
mempermudah pemahaman dan penanganan yang terintegrasi. Teknologi
komputer sangat dibutuhkan untuk pendekatan ini jadi hampir semua sistem
informasinya berdasarkan pada komputer. Informasi, berasal dari pengolahan
4
sejumlah data. Dalam SIG informasi memiliki volume terbesar. Setiap objek
geografi memiliki setting data tersendiri karena tidak sepenuhnya data yang ada
dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua data harus diasosiasikan dengan objek
spasial yang dapat membuat peta menjadi intelligent. Ketika data tersebut
diasosiasikan dengan permukaan geografi yang representatif, data tersebut mampu
memberikan informasi dengan hanya memilih objek. Geografis, istilah ini
digunakan karena SIG dibangun berdasarkan pada geografi atau spasial. Objek ini
mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik,
budaya atau ekonomi. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat merepresentasikan
real-world (dunia nyata) di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta
dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Sistem Informasi Geografis
(SIG) memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas daripada lembaran kertas. Peta
merupakan representasi grafis dari dunia nyata, obyek-obyek yang
direpresentasikan diatas peta disebut unsur peta atau map features, sebagai contoh
adalah sungai, taman, kebun, dan jalan. Peta mengorganisasikan unsur-unsur
berdasarkan lokasi-lokasinya, peta sangat baik dalam memperlihatkan hubungan
atau relasi yang dimiliki oleh unsur-unsurnya [5]. Simbol, warna dan gaya garis
digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensional.
Saat ini, teknologi komputer telah mampu membantu proses pemetaan melalui
pengembangan dari automated cartography (Pembuatan Peta) dan Computer
Aided Design (CAD) [6]. Sistem Informasi Geografis (SIG) menyimpan semua
informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di dalam basisdata.
Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di dalam tabel-tabel (relasional).
SIG juga menghubungkan unsur-unsur dengan tabel-tabel yang bersangkutan,
sehingga atribut-atribut dapat di akses melalui lokasi unsur-unsur peta, dan
sebaliknya unsur-unsur peta juga dapat di akses melalui atribut-atributnya [1].
Subsistem SIG terdiri dari beberapa subsistem, seperti yang ditujukan pada
gambar 1 yaitu: data input, data output, data management, data manipulation &
analysis [6]:
Gambar 1 Subsistem SIG [6]
Subsistem data input bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan data
spasial dan atribut berbagai sumber dan bertanggung jawab dalam mengkonversi
format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
5
Subsistem data output menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti tabel,
grafik, peta dan lain-lain. Subsistem data management mengorganisasikan baik
data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga
muda dipanggil, di-update dan di-edit. Subsistem data manipulation & analysis
menetukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,
subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
Jenis-Jenis Representasi SIG adalah 1) Tabel atau daftar merupakan
kumpulan angka yang disusun menurut kategori-kategori atau karakteristik-
karakteristik data sehingga memudahkan analisis data. Terdapat tiga jenis tabel
yaitu tabel satu arah atau satu komponen, tabel dua arah atau dua komponen, tabel
tiga arah atau tiga komponen. Dalam penyusunan tabel memerlukan identitas
seperti judul atau nama tabel, judul baris, judul kolom, badan tabel, catatan dan
sumber, atau keterangan yang diperlukan [7]; 2) Grafik merupakan gambar-
gambar yang menunjukkan data berupa angka dan biasanya dibuat berdasarkan
tabel yang telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa jenis grafik yaitu : grafik
garis (line chart), grafik batang/balok (bar chart), grafik lingkaran (pie chart), dan
grafik gambar (pictogram) [7]; 3) Peta tematik merupakan salah satu cara yang
ampuh untuk melakukan visualisasi dan analisis data. Terdapat beberapa metode
pemetaan tematik yaitu [8]; a) Ranges of values, pemetaan tematik dengan cara ini
akan mengelompokkan setiap record ke dalam interval yang ditentukan secara
otomatis; b) Graduated symbols, tematik dengan cara ini menggunakan simbol
untuk menunjukkan nilai-nilai yang berbeda; c) Dot density, penyajian nilai data
menggunakan kepadatan titik-titik di dalam poligon. Setiap titik mewakili nilai
tertentu dan besarnya titik memiliki dua pilhan yaitu besar dan kecil; d) Individual
values, peta tematik dengan cara ini akan menampilkan point, line, boundary yang
ditentukan berdasarkan nilai-nilai setiap record secara individual. Jadi setiap nilai
memiliki sendiri jenis warna maupun symbol; e) Bar and pie charts, gambar
statistik batang akan ditampilkan pada posisi centroid di boundary atay di lokasi
lain sesuai dengan kebutuhan. Variabel tematik yang digunakan lebih dari satu
variabel. Sama seperti bar chart map, maka pada pie chart menampilkan bentuk
grafik lingkaran.
Kemampuan SIG antara lain [9]: 1) Memetakan Letak, data realita di
permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layernya
merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai kesamaan,
contohnya layer jalan, layer bangunan, dan layer customer. Layer-layer ini
kemudian disatukan dengan disesuaikan urutannya. Kemampuan ini
memungkinkan seseorang untuk mencari dimana letak suatu daerah, benda, atau
lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan seperti untuk mencari
lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat penting dan lainnya yang
ada di peta; 2) Memetakan Kuantitas yaitu sesuatu yang berhubungan dengan
jumlah, seperti dimana yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit.
Dengan melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat mencari tempat-tempat yang
sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan
keputusan, ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat
tersebut. Pemetaan ini akan lebih memudahkan pengamatan terhadap data statistik
dibanding database biasa; 3) Memetakan Kerapatan (Densities), sewaktu orang
melihat konsentrasi dari penyebaran lokasi dari feature, di wilayah yang
6
mengandung banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat
wilayah mana yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi dari wilayah lainnya. Peta
kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang lebih
mudah untuk dipahami dan seragam, misal membagi dalam kotak-kotak selebar
10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna untuk menandai tiap-tiap kelas
kerapatan. Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data-data yang berjumlah
besar seperti data penduduk atau data siswa SMU dan SMK. Dengan cara ini orang
akan lebih mudah melihat daerah mana yang kepadatan siswa tinggi dan mana
yang kepadatan siswa rendah; 4) Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar
suatu area. SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan
apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa
yang ada di luar area.
School Mapping atau Pemetaan Sekolah adalah pendekatan normatif
perencanaan mikro dari lokasi sekolah. School Mapping juga digunakan untuk
menyelidiki dan menjamin distribusi yang efisien dan merata dari sumber daya
dalam dan di antara sistem sekolah ketika skala besar reformasi atau ekspansi
yang signifikan dari sistem pendidikan terjadi [10]. School Mapping sebagai
latihan teknis telah menjadi praktek yang relatif normal dan dilembagakan dalam
perencanaan mikro pendidikan. Serta berfungsi dalam menawarkan masukan data
teknis dan data non teknis ke dalam setiap perencanaan mikro pendidikan. Perlu
dicatat bahwa School Mapping (proses) tidak sama dengan peta sekolah, tapi lebih
dari sekedar suatu tabel, representasi grafis atau kartografis dari ruang tertentu
atau tempat. Sebagai sebuah proses yang menghasilkan produk fungsional
tertentu, School Mapping fundamental perencanaan mikro pendidikan merupakan
perencanaan yang didasari dengan ketentuan atau standar, kondisi geografis,
demografis, infrastruktur di daerah dan aspirasi serta peran serta masyarakat
dalam pendidikan dan difokuskan pada peningkatan efisiensi sumber daya sekolah
dan ekuitas [11].
School Mapping menggabungkan dimensi spasial dan demografi ke dalam
proses perencanaan pendidikan. Pertanyaan utama yang dijawab oleh School
Mapping adalah tempat untuk mencari fasilitas pendidikan. School Mapping
membantu untuk mengidentifikasi lokasi yang paling tepat. Tujuan utama School
Mapping adalah untuk menciptakan kesetaraan kesempatan pendidikan dengan
meratakan kesenjangan yang ada dalam distribusi fasilitas pendidikan. Teknik ini
berguna untuk merencanakan semua tingkat pendidikan. Namun, lebih banyak
digunakan untuk perencanaan untuk fasilitas pada tingkat pendidikan wajib [3].
Indikator Pendidikan adalah variabel-variabel yang menunjukkan pada suatu
keadaan atau kondisi tertentu yang digunakan untuk mengukur perubahan [12].
Dalam hal ini indikator merupakan statistik yang digunakan untuk melengkapi
informasi tentang komponen-komponen signifikan dari sistem pendidikan. Tujuan
dari indikator adalah untuk menunjukkan seberapa baik suatu sistem bekerja.
Seandainya sistem tersebut bekerja dengan kurang baik, maka suatu indikator
dapat membantu menentukan arah kemana atau apa yang harus diperbaiki.
Kualitas pendidikan di suatu daerah diukur dengan menggunakan beberapa
indikator diantaranya [13]:
1. APK, diperoleh dengan membagi jumlah murid dengan jumlah penduduk
menurut kelompok usia sekolah yang sesuai dikalikan 100 persen. APK
yaitu perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan SMU dan
SMK dengan penduduk kelompok usia SMU dan SMK (16-19 tahun)
7
dan dinyatakan dalam persentase. APK ini berguna untuk mengukur
persentase banyaknya penduduk usia sekolah yang telah bersekolah
dijenjang pendidikan SMU dan SMK. Semakin tinggi APK berarti
semakin banyak penduduk usia SMU dan SMK yang bersekolah. Nilai
APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya siswa yang bersekolah
diluar usia sekolah dan bersekolah di wilayah lain [1].
APK SMU = Jumlah siswa SMU
x 100%
Jumlah penduduk usia 16-19 tahun
APK SMK = Jumlah siswa SMK
x 100%
Jumlah penduduk usia 16-19 tahun
2. Angka Lulusan diperoleh dengan membagi jumlah murid yang berhasil
menyelesaikan pendidikan untuk suatu jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah murid tingkat terakhir pada tahun sebelumnya. Angka
Kelulusan, yaitu perbandingan jumlah siswa yang lulus dengan jumlah
siswa yang mengikuti ujian pada tingkat atau kelas III. Semakin tinggi
angka kelulusan maka semakin baik kualitas sekolah [1].
AK SMU = Jumlah siswa lulus
x 100%
Jumlah siswa mengikuti ujian
AK SMK = Jumlah siswa lulus
x 100%
Jumlah siswa mengikuti ujian
3. Persentase Guru Layak Mengajar diperoleh dengan membagi jumlah
guru yang memiliki tingkat pendidikan yang sesuai untuk mengajar
bidang studi tertentu pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan
jumlah guru seluruhnya dikalikan 100 persen. Mutu Guru merupakan
perbandingan antara jumlah guru yang tingkat pendidikan lebih dari atau
sama dengan S1 dengan total guru pada SMU dan SMK. Jika nilai mutu
guru 100% berarti semua guru memiliki tingkat pendidikan sesuai
dengan bidang yang diajarkan [1].
MG SMU = Jumlah guru ≥ S1
x 100%
Total guru
MG SMK = Jumlah guru ≥ S1
x 100%
Total guru
3. Metodologi dan Perancangan Sistem
Pengembangan sistem informasi ini menggunakan metode Waterfall.
Metode ini memiliki empat tahapan yaitu tahap analisis, perancangan,kode,
pengujian, dan pemeliharaan. Gambar 2 merupakan skema dari Waterfall Models
[14].
8
Gambar 2 Model Proses Waterfall [14]
Langkah-langkah dari Model Waterfall:
1. Analisis Kebutuhan, menurut wawancara dengan Sekertaris Dinas
Pendidikan Kota Ambon, sistem pendidikan di Kotamadya Ambon dalam
tahap terintegrasi, dimana di sekolah khusus untuk tingkat SMU dan SMK
sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi dalam hal ini komputer. Untuk
pencatatan data-data pendidikan sudah menggunakan teknologi komputer
tetapi untuk pengiriman data-data dari tiap-tiap sekolah ke Dinas Pendidikan
masih terhambat, ini disebabkan oleh minimnya aplikasi web dan sulitnya
terkoneksi dengan jaringan internet. Tanpa internet aplikasi ini tetap
berfungsi karena aplikasi digunakan di lingkup Dinas Pendidikan
Kotamadya Ambon, hanya saja untuk pengambilan keputusan atau
kebijakan perencanaan pendidikan antara instansi pemerintah kota dengan
pemerintah Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon terhambat karena
mengingat sulitnya koneksi jaringan internet. Aplikasi yang digunakan
untuk menangani pencatatan data-data sekolah sepenuhnya masih
menggunakan layanan aplikasi dari pemerintah pusat secara nasional berupa
web. Teknologi informasi dalam hal ini sistem informasi pemetaan sekolah
sangat memudahkan dan sangat diperlukan dalam menunjang pelayanan
publik berupa layanan pendidikan sekolah. Dari hasil wawancara diatas
maka, Sistem informasi pemetaan sekolah (School Mapping) berbasis
WebGIS merupakan sistem informasi yang dibuat untuk menghasilkan
informasi mengenai data-data SMU dan SMK, maupun data kependudukan.
Informasi yang disajikan dapat mendekati keakuratan, serta menghasilkan
informasi yang mendekati harapan pengguna. Hasil pencarian selain
berbentuk data teks dan angka, serta bar chart juga dihasilkan dalam bentuk
visual. Dibuatnya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu dalam
mengelola informasi mengenai layanan pendidikan SMU dan SMK,
menangani pencatatan data pendidikan maupun menganalisis kualitas
pendidikan.
2. Analisis Kebutuhan Sistem, pentingnya suatu sistem informasi yang dapat
memberikan informasi pemetaan dan layanan fasilitas sekolah, khusus untuk
tingkat SMU dan SMK di Kotamadya Ambon. Informasi tentang letak
sekolah dan informasi layanan fasilitas pendidikan harus sampai ke user
dengan jelas dan lengkap. Sistem ini nantinya digunakan atau dikelola oleh
Dinas Pendidikan Kota Ambon dalam hal ini berperan sebagai
administrator dan user. Administrator adalah orang yang diberi hak akses
untuk manage data, sedangkan user dalam sistem ini adalah para pengambil
kebijakan baik dalam lingkup Dinas Pendidikan Kota Ambon maupun
9
dalam lingkup pemerintah daerah yang hanya mempunyai hak akses untuk
melihat, menganalisis serta mengambil kebijakan tentang perkembangan
kualitas pendidikan. Administrator berperan penting dalam add data, update
data, delete data, di dalam sistem. User mengakses sistem ini, kemudian
user bisa melihat peta lokasi sekolah maupun peta wilayah kecamatan di
Kotamadya Ambon, user juga bisa melihat dan mencari informasi mengenai
letak sekolah, detail siswa, detail guru, fasilitas penunjang sekolah, APK
siswa per kecamatan, angka kelulusan siswa per kecamatan, mutu guru, peta
tematik dan persebaran sekolah per kecamatan dalam bentuk bar charts dan
tabel. System functional requirement merupakan kebutuhan yang
menentukan kondisi atau kapasitas yang harus dimiliki oleh sistem atau
komponen. system functional requirement terdiri atas kebutuhan fungsional
dan non fungsional [15]. Spesifikasi perangkat lunak terbagi menjadi
kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional sistem :
Kebutuhan Fungsional, pada tahap ini analisis terhadap kebutuhan
fungsional antara lain : Sistem mengharuskan administrator login
dengan memasukan username dan password dengan benar tanpa
melakukan registrasi terlebih dahulu, username dan password
administrator sudah terdaftar di dalam database. Jika berhasil login
maka administrator mempunyai hak akses untuk untuk menambahkan
data, mengedit data, dan menghapus data di dalam sistem. Sistem
menyediakan layanan kepada user untuk melihat peta lokasi sekolah,
peta tematik perbandingan jumlah siswa dan persebaran SMU dan
SMK di Kotamadya Ambon. Sistem menampilkan informasi sekolah,
guru, siswa, bahkan layanan fasilitas sekolah kepada user. Sistem
menampilkan informasi tentang APK, angka kelulusan, dan mutu guru
per kecamatan dalam bentuk bar chart. Sistem membatasi dalam
pencarian informasi yaitu informasi sekolah dan guru.
Kebutuhan Non Fungsional, pada tahap ini spesifikasikan ukuran
kuantitatif yang akan dipenuhi oleh sistem, diantaranya kemanan,
performansi, ketersediaan, dan aksesibilitas. Keamanan pengelolaan
sistem hanya dapat diakses oleh administrator yang memiliki
username dan password, sedangkan user dibatasi hak aksesnya hanya
untuk melihat dan mencari informasi. Kemampuan sistem
memberikan respon terhadap aksi user dalam waktu kurang dari lima
detik, dan penyampaian informasi dari sistem ke user diproses dalam
waktu lima detik. Ketersediaan peta yang di edit memakai tools
ArcView 3.2 dan ditampilkan menggunakan ASPMap dan interface
web menggunakan Visual Studio.Net serta bahasa pemograman
ASP.Net dan framework.net sehingga dapat diakses oleh user.
Aksesibilitas sistem informasi ini hanya diakses di dalam lingkup
Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon.
3. Analisis Kebutuhan Data, untuk mendukung pelaksanaan sistem dilakukan
studi literature dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi yang
tertulis pada buku, jurnal laporan penelitian, maupun informasi dari internet.
Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon, ahli
khusus di bidang SIG dan pendidikan dan ahli di bidang teknologi informasi
dan pemetaan. Data diperoleh dari Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon,
dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku. Data yang digunakan
10
dikelompokkan menjadi dua yaitu data spasial dan data non spasial. Data –
data dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Klasisfikasi Data
Jenis Data Nama Data Keterangan
Spasial
Wilayah (Kecamatan)
Sekolah
Editing menggunakan
ArcView 3.2 kemudian di
ekspor ke dalam bentuk
ShapeFile (*SHP)
Non Spasial
Tabel Data Wilayah
Tabel Data Desa
Tabel Data Sekolah
Tabel Data Fasilitas
Tabel Data Siswa
Tabel Data Guru
Tabulasi tabel, input
menggunakan keyboard
Tabel 1 merupakan tabel jenis data dibagi menjadi dua bagian yaitu
data spasial dan data non spasial. Data spasial yang terdiri dari data wilayah
berupa peta Kotamadya Ambon. Sedangkan pada data sekolah yaitu letak
atau koordinat tiap SMU dan SMK yang tersebar di Kotamadya Ambon.
Data wilayah dan data sekolah ini dalam bentuk ShapeFile (*SHP). Data
non spasial merupakan data angka maupun data text pada data wilayah, data
desa, data sekolah, data fasilitas, data siswa, dan data guru. Data-data inilah
yang akan dipakai dan diproses menjadi suatu informasi yang diharapkan
berguna buat user atau pengguna.
4. Analisis Input, administrator berperan penting dalam sistem ini,
administarator diberi hak akses berupa username dan password, kemudian
administrator dapat menambahkan, mengedit, bahkan menghapus data
yang terdapat di dalam sistem. Dalam sistem yang dibuat diperlukan data
spasial dan data non spasial antara lain, data spasial berupa peta lokasi SMU
dan SMK dan peta Kotamadya Ambon. Data non spasial berupa data
sekolah, data fasilitas, data siswa, data guru, data desa maupun data wilayah.
Data-data ini yang menjadi pelengkap dibuatnya sistem informasi geografi.
Data spasial dan data non spasial digabungkan dan diproses maka
terciptanya suatu output informasi yang berguna dan dapat dijadikan bahan
untuk pengambilan kebijakan.
5. Analisis Alur Kerja, sistem yang dibuat merupakan suatu sistem informasi
geografi yang memetakan lokasi sekolah, sehingga user dapat memperoleh
informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis serta mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berikut ini adalah alur kerja
sistem yang dibuat antara lain: Administrator melakukan login agar bisa
mengakses sistem. Administator memasukan data ke dalam database.
Administrator menambahkan data, mengupdate data, menghapus data pada
database. Data spasial berupa lokasi sekolah dan wilayah ditampilkan pada
tampilan web. Data non spasial berupa data sekolah, data fasilitas, data
siswa, data guru, data desa yang terdiri dari jumlah laki-laki dan perempuan,
data wilayah yaitu kategori umur penduduk ditampilkan pada tampilan web.
11
Data non spasial berupa data APK, angka kelulusan, dan mutu guru per
kecamatan ditampilkan pada tampilan web dalam bentuk bar chart.
Pencarian data dibatasi hanya pada data sekolah dan guru. User dibatasi hak
akses hanya pada melihat dan mencari informasi pada tampilan web.
Pencarian data yang dilakukan user dibatasi menggunakan keyword nama
sekolah, jenjang sekolah. Sedangkan pencarian guru dibatasi hanya
menggunakan keyword nip guru, nama guru dan tingkat pendidikan guru.
Web server dan database server terletak di komputer server sehingga klien
hanya mengakses antar muka yang disediakan server.
6. Analisis Output, pengelompokan data menjadi data spasial dan non spasial
menghasilkan output. Output pada data spasial berupa peta lokasi sekolah,
peta wilayah, peta tematik dan persebaran sekolah per kecamatan di
Kotamadya Ambon. Pada data non spasial, output yang ditampilkan berupa
text dan angka, antara lain informasi sekolah dan fasilitas penunjang,
informasi siswa, informasi guru, informasi tentang jumlah penduduk dan
kategori umur penduduk. Selain itu, output yang ditampilkan pada web ini
adalah dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar chart yang ditampilkan adalah
APK siswa per kecamatan, angka kelulusan siswa per kecamatan dan mutu
guru per kecamatan di Kotamadya Ambon.
Data Flow Diagram (DFD)
Data flow diagram atau diagram aliran data adalah model proses yang
digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan tugas
atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem. Sejauh ini banyak pakar
menggunakan lebih banyak komponen dalam perancangan suatu sistem untuk
menjelaskan sistemnya. DFD hanya memiliki empat komponen dasar dalam
mengilustrasikan bagaimana aliran data dalam suatu sistem, komponen tersebut
adalah entitas (entities), proses (process), media penyimpanan (data storage) dan
arus data (data flows). Diagram Konteks (Context Diagram) adalah diagram level
tertinggi dari DAD yang menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan
luarnya. Diagram kontek ini menggambarkan satu kesatuan proses secara
keseluruhan. Jika terdapat banyak arus data dalam Diagram kontek, dapat
diberikan kode angka atau abjad dan kemudian diberikan penjelasan. Istilah lain
dari Diagram kontek adalah DFD Level nol. Adapun context diagram level noldari
sistem ini terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3 Context Diagram Level 0 Sistem Informasi Pemetaan Sekolah
12
Gambar 3 diagram context menjelaskan secara umum sebuah alur sistem
yang dibuat untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak terkait, dimana data
sekolah, data siswa, data guru, peta Kotamadya Ambon, maupun data penduduk
per wilayah yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota, Badan Pusat Statistik
disajikan menjadi satu ke dalam sebuah Sistem Informasi Pemetaan Sekolah.
Data-data tersebut kemudian diakses oleh user atau pengguna sebagai suatu
informasi yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan user akan informasi
layanan pendidikan SMU dan SMK se-Kotamadya Ambon. Para pengambil
kebijakan yaitu Dinas Pendidikan Kotamadya Ambon dan Pemerintah Kotamadya
Ambon mengakses sistem ini, dan hasil analisis yang diperoleh berupa APK,
Mutu Guru, Angka Kelulusan, Peta Tematik Perbandingan Jumlah Siswa dan
Persebaran Sekolah digunakan sebagai alat evaluasi mutu atau kualitas serta
perencanaan pendidikan di Kotamadya Ambon.
Gambar 4 Data Flow Diagram Level 1
Gambar 4 data flow diagram level 1, menjelaskan alur sistem dalam
menambahkan, mengubah, menghapus data oleh administrator sampai pada
proses pencarian oleh user. Administrator mengakses sistem untuk menambah
data pendidikan dan data wilayah ke dalam database, dimana data tersebut berupa
data sekolah, data fasilitas sekolah, data siswa, data guru, maupun data wilayah
yang di dalamnya terdapat data penduduk. Selain itu, administrator juga bertugas
dalam mengubah bahkan menghapus data, menambahkan peta yang file formatnya
berupa *SHP ke dalam sistem kemudian ditampilkan dalam form pencarian, dan
hasil atau output dari data-data tersebut adalah informasi-informasi baik berupa
text, angka, maupun chart dan tabel yang berguna oleh user atau pengguna.
13
Entity Relantionship Diagram (ERD)
tSekolah
1. npsn
2. Id_kec
3. nip_guru
4. nama
5. status
6. jenjang
7. alamat
8. kota
9. desa
10. website
11. kodepos
12. notelp
13. x
14. y
15. angka_kelulusan
16. sma
17. d1
18. d2_d3
19. s1
20. s2
tSiswa
1. npsn
2. jumlah_siswa
3. jumlah_lakilaki
4. jumlah_perempuan
tFasilitas
1. id
2. npsn
3. nama_ruang
4. kondisi_baik
5. kondisi_rusakringan
6. kondisi_rusakberat
tWilayah
1. id
2. nama
3. jumlah_penduduk
a. jumlah umur 0-6thn
b. jumlah_umur7-12thn
c. jumlah_umur13-15thn
d. jumlah_umur16-19thn
e. jumlah_umur20-n
4. file_shp
tGuru
1. nip
2. id_sekolah
3. nama
4. jenis_kelamin
5. tanggal_lahir
6. golongan
7. status
8. tahun_mengajar
9. keahlian
10. tingkat_pendidikan
11. relevansi
Terdapat Terdapat
Terdapat
Terdapat
Terdapat
1
n
1n
Terdapat
n
1
1 1
1
n
n 1
tInfoDesa
1. Nama_desa
2. Id_kecamatan
3. Penduduk_lakilaki
4. Penduduk_perempuan
5. Total_penduduk
Terdapat
1
n
Gambar 5 Entity Relation Diagram (ERD)
Entity Relantionship Diagram (ERD) yang merepresentasikan secara grafis
hubungan antar entitas yang ditujukan pada Gambar 5. Entity relation diagram
(ERD), menjelaskan tentang hubungan antar tabel-tabel yang terdapat pada
database. Masing-masing tabel terdapat primary key dan foreign key yang
digunakan untuk menghubungkan tabel yang satu dengan tabel yang lain. Pada
tabel sekolah dijelaskan bahwa pada satu sekolah terdapat banyaknya fasilitas,
satu sekolah terdapatnya banyaknya guru, dan satu sekolah terdapat banyaknya
jumlah siswa. Pada tabel wilayah dijelaskan bahwa pada satu wilayah terdapat
banyaknya sekolah, satu wilayah terdapat banyaknya siswa, dan satu wilayah
terdapat banyaknya guru, satu wilayah terdapat banyaknya desa.
4. Hasil dan Pembahasan
Antarmuka yang dihasilkan dari sistem WebGIS ini berupa interface atau
tampilan yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Secara garis besar, isi dari
antarmuka utama terdiri dari beberapa menu utama dan sub menu, yaitu: Menu
utama terdiri dari home, kecamatan, sekolah, analisis dan administrator.
Kemudian, sub menu terdiri dari sub menu kecamatan, info guru dan info sekolah,
analisis APK, analisis angka kelulusan, mutu guru dan peta tematik perbandingan
jumlah siswa per kecamatan dan persebaran sekolah. Sedangkan peta terdiri dari
peta wilayah kecamatan, peta lokasi sekolah, peta tematik perbandingan jumlah
siswa per kecamatan dan persebaran sekolah. Terdapat dua macam bentuk
14
antarmuka pada sistem ini yaitu antarmuka user dan antarmuka administrator.
Pada dasarnya antarmuka untuk user dan administrator sama saja hanya
dibedakan ruang lingkupnya.
Tampilan Home
Tampilan form home merupakan tampilan utama saat aplikasi dijalankan.
Pada tampilan ini user dapat mengakses menu bar lain yang sudah disediakan
berupa home, kecamatan, sekolah dengan info guru dan info sekolah, analisis
dengan APK, angka kelulusan dan mutu guru. Tampilan form home ditunjukan
pada Gambar 6.
Gambar 6 Tampilan Form Home
Tampilan form home pada Gambar 6 menampilkan tentang layout peta
lokasi sekolah di lima kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Teluk
Ambon Baguala, Kecamatan Teluk Ambon, Kecamatan Sirimau dan Kecamatan
Leitimur Selatan dalam bentuk peta. Pada layout peta memiliki menu navigasi
antara lain : ikon zoom in, ikon zoom out, ikon zoom area, ikon identification,
ikon navigasi dan skala yang digunakan adalah enam kilometer. Pada layout
Kecamatan Di Kotamadya Ambon menampilkan lima kecamatan di Kotamadya
Ambon dengan total penduduk, total bangunan sekolah dan total siswa, serta
membantu user untuk mencari lokasi sekolah per kecamatan. Peta wilayah
Kotamadya Ambon di edit menggunakan tools Arcview 3.2 dan tipe file yang
digunakan adalah shapefile, sedangkan koordinat yang digunakan diperoleh dari
tools Google Earth. Koordinat latitude dan longitude yang diperoleh dari Google
Earth masih dalam bentuk Degree Minute Second (DMS) dan di konversikan ke
dalam Degree Decimal (DD).
Tampilan Analisis
Tampilan form analisis merupakan tampilan untuk menganalisis tingkat
kualitas pendidikan. Penjelasan tentang APK, Angka Kelulusan, Mutu Guru, Peta
Tematik perbandingan Jumlah Siswa dan Persebaran Sekolah ditunjukan pada
Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10.
15
Gambar 7 Tampilan Form Analisis APK
Gambar 7 merupakan tampilan form analisis. Pada form ini ditampilkan
hasil output dari perhitungan jumlah siswa SMUdan SMK dengan kategori jumlah
penduduk umur 16-19 tahun dikali dengan 100% sehingga menghasilkan
persentase APK SMU dan SMK per kecamatan dalam bentuk bar chart dan tabel.
Pada bar chart SMU ditandai dengan warna merah dan SMK dengan warna hijau.
Persentase APK siswa pada Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah SMU
40,99% dan SMK 25,32%. Kecamatan Teluk Ambon adalah SMU 145,84% dan
SMK 75,24%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 50,33% dan SMK 9,04%.
Kecamatan Nusaniwe adalah SMU 43,25% dan SMK 19,21%. Kecamatan
Leitimur Selatan adalah SMU 6,33% sedangkan Kecamatan Leitimur Selatan
tidak memiliki SMK. Ini dibuktikan dengan adanya nilai persentase APK siswa
SMU maupun SMK tertinggi di wilayah Kecamatan Teluk Ambon, karena pada
wilayah Kecamatan Teluk Ambon berbatasan langsung dengan wilayah
Kabupaten Maluku Tengah. Wilayah Kabupaten Maluku Tengah tidak memiliki
SMU dan SMK sehingga penduduk dari wilayah Kabupaten Maluku Tengah
dengan usia sekolah 16-19 tahun berpartisipasi dalam pendidikan di wilayah
Teluk Ambon. Tabel perbandingan jumlah siswa umur 16-19 tahun di wilayah
Kecamatan Teluk Ambon yang hanya mencapai angka 898 jiwa tidak
sebandingan dengan jumlah siswa SMU yang mencapai angka 1.384 siswa.
Persentase APK terendah di wilayah Kecamatan Leitimur Selatan yang hanya
mencapai angka 6,33%, Karena pada wilayah ini hanya memiliki satu SMU dan
jumlah penduduk usia 16-19 tahun yang mencapai angka 4.077 jiwa tidak
sebandingan dengan satu SMU, sehingga banyaknya penduduk usia ini lebih
memilih bersekolah di wilayah kecamatan lain. APK siswa SMK terendah berada
di Kecamatan Sirimau yaitu 9.04%.
Gambar 8 Tampilan Form Analisis Angka Kelulusan
16
Gambar 8 merupakan tampilan form analisis angka kelulusan. Form ini
menampilkan angka kelulusan siswa SMU dan SMK per kecamatan di
Kotamadya Ambon tahun 2010 -2011 dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar
chart SMU ditandai dengan warna merah dan bar chart SMK ditandai dengan
warna hijau. Persentase angka kelulusan siswa di Kecamatan Teluk Ambon
Baguala adalah SMU 94,58% dan SMK 96,66%. Kecamatan Teluk Ambon adalah
SMU 98,37% dan SMK 89,59%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 95,31% dan
SMK 20,77%. Kecamatan Nusaniwe adalah SMU 92,14% dan SMK 20,79%.
Kecamatan Leitimur Selatan adalah SMU 97,65% sedangkan di kecamatan ini
tidak memiliki SMK. Angka kelulusan SMU maupun SMK di setiap kecamatan di
Kotamadya Ambon tidak jauh berbeda dan persentase angka kelulusan tidak
berada di bawah 90%, hanya di Kecamatan Sirimau dan Nusaniwe angka
kelulusan SMK yang persentase-nya dibawah 50% yaitu 20,79% dan yang paling
terendah di Kecamatan Sirimau 20,77%. Ini dipengaruhi oleh faktor internal
siswa seperti kurang memotivasi diri sendiri dan motivasi dari orangtua, sering
terganggu kondisi kesehatan dan faktor eksternal antara lain lingkungan sosial
yang mempengaruhi belajar siswa, metode mengajar guru yang tidak sesuai
dengan kemampuan siswa, tidak memotivasi siswa berprestasi dengan cara
memberikan beasiswa dan fasilitas penunjang yang kurang lengkap. Persentase
angka kelulusan tertinggi SMU di Kecamatan Teluk Ambon yaitu 98,37% dan
SMK di Kecamatan Teluk Ambon Baguala 96,66%, ini dikarenakan metode
belajar siswa baik itu motivasi dari diri sendiri atau orangtua, kondisi kesehatan
siswa, suasana belajar atau lingkungan yang mempengaruhi, prestasi siswa di
sekolah, metode mengajar guru, fasilitas sekolah yang lengkap maupun beasiswa
untuk siswa berprestasi berfungsi dengan baik. Sedangkan angka kelulusan SMU
terendah berada di Kecamatan Nusaniwe yaitu 92,14%.
Gambar 9 Tampilan Form Analisis Mutu Guru
Gambar 9 merupakan form analisis mutu guru. Form analisis mutu guru
menampilkan informasi tentang kualitas guru diukur dari tingkat pendidikan
dalam bentuk bar chart dan tabel. Bar chart mutu guru SMU ditandai dengan
warna merah dan bar chart mutu guru SMK ditandai dengan warna hijau.
Persentase mutu guru di Kecamatan Teluk Ambon Baguala adalah SMU 93,30%
dan SMK 84,59%. Kecamatan Teluk Ambon adalah SMU 97,74% dan SMK
42,22%. Kecamatan Sirimau adalah SMU 97,45% dan SMK 97,85%. Kecamatan
Nusaniwe adalah SMU 92,05% dan SMK 76,85%. Kecamatan Leitimur Selatan
adalah SMU 100% dan di kecamatan ini tidak memiliki SMK. Persentase mutu
17
guru tertinggi di SMU di Kecamatan Leitimur Selatan yaitu 100% dan persentase
muru guru terendah di Kecamatan Nusaniwe yaitu 92,05%. Sedangkan persentase
mutu guru tertinggi SMK di Kecamatan Sirimau yaitu 97,85% dan terendah di
Kecamatan Teluk Ambon yaitu 42,22%.
Gambar 10 Tampilan Form Analisis Peta Tematik dan Persebaran Sekolah
Gambar 10 merupakan tampilan peta tematik dan persebaran SMU dan
SMK di Kotamadya Ambon. Pada peta tematik warna biru tua menunjukan angka
kepadatan siswa tertinggi yaitu di Kecamatan Sirimau 7.384 anak, kemudian
Kecamatan Nusaniwe 5.310 anak, Kecamatan Teluk Ambon Baguala 3.378 anak,
Kecamatan Teluk Ambon 2.098 anak dan angka kepadatan siswa terendah yaitu di
Kecamatan Leitimur Selatan 227 anak. Dari hasil analisis peta tematik kepadatan
siswa SMU dan SMK di Kotamadya Ambon menunjukan tingkat minat dan
partisipasi siswa untuk bersekolah di Kecamatan Sirimau lebih tinggi dari
kecamatan lain. Hal ini dikarenakan persebaran sekolah SMU dan SMK terjadi di
Kecamatan Sirimau yaitu 12 gedung sekolah, dan di Kecamatan Nusaniwe yaitu
12 gedung sekolah. Sedangkan, di Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan
Teluk Ambon Baguala masing-masing hanya enam gedung sekolah dan
Kecamatan Leitimur Selatan hanya satu gedung sekolah.
Tampilan Proteksi Data
Untuk melakukan pengujian input data dengan memberikan input data
kosong pada form sekolah, form guru, dan form kecamatan, seperti ditunjukan
pada Gambar 11.
Gambar 11 Proteksi Tambah Data Sekolah, Tambah Data Guru, Tambah Data Kecamatan
18
Gambar 11 merupakan salah satu contoh proteksi inputan pada form tambah
data sekolah,form tambah data guru dan form tambah data kecamatan jika user
belum memasukan data yang kosong pada aplikasi. Form data kecamatan jika
user belum memasukan data yang kosong pada aplikasi maka akan akan terjadi
proteksi. Pengujian fungsi program, dilakukan untuk melihat apakah fungsi
program di awal analisa kebutuhan pada sistem sudah di implementasikan pada
aplikasi atau tidak. Sesuai dengan kebutuhan manage data sekolah, manage data
fasiltas sekolah manage data guru, dan siswa, dan manage data kecamatan. Dari
hasil pengujian aplikasi Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping)
Berbasis WebGIS Studi Kasus: SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon ini secara
keseluruhan, tidak terdapat kesalahan (bug dan error) pada aplikasi dan aplikasi
berjalan dengan baik.
Pengujian Sistem
Pengujian sistem merupakan langkah akhir dari implementasi Sistem
Informasi Pemetaan Sekolah Berbasis WebGIS Studi Kasus: SMU dan SMK Se-
Kotamadya Ambon sebelum di implementasikan. Pengujian sistem aplikasi ini
menggunakan blacbox testing. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
kesiapan aplikasi (apakah masih terdapat bug atau error). Pengujian blackbox
berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Pengujian blackbox
berusaha menemukan kesalahan dalam kategori : Fungsi-fungsi yang tidak benar
atau hilang, kesalahan interface. kesalahan dalam struktur data atau akses
database eksternal, kesalahan kinerja, inisialisasi dan kesalahan terminasi.
Tabel 2 Tabel Hasil Pengujian Blackbox Testing
Item Pengujian Detail Pengujian Validasi
User akses website Tampilan Home berfungsi dengan baik
User memperbesar
dan memperkecil
peta
Ikon zoom in berfungsi dengan baik. Ikon zoom out
berfungsi dengan baik
User klik ikon
semua sekolah pada
peta
Semua ikon sekolah pada peta merespon dengan baik
dan aplikasi menampilkan detail sekolah
User akses
tampilan
Kecamatan
Tampilan submenu bar Kecamatan merespon dengan
baik
User akses
tampilan Sekolah
Tampilan submenu bar Info Guru dan Info Sekolah
berfungsi dengan baik
User input keyword
pencarian Guru dan
Sekolah
Pencarian Guru berdasarkan nama, nip, dan status
pendidikan berfungsi dengan baik. Pencariaan
Sekolah berdasarkan nama sekolah menggunakan
huruf kecil dan huruf besar berfungsi dengan baik
User akses
tampilan Analisis
Tampilan Analisis APK, Angka Kelulusan, Mutu
Guru, Peta Tematik dan Persebaran Sekolah
berfungsi dengan baik
Admin login Sistem merespon baik username dan password admin Akses tampilan
Sekolah
Tambah data diberikan proteksi dan berfungsi dengan
baik, edit data dan hapus data berfungsi dengan baik
19
Akses tampilan
Guru
Tambah data diberikan proteksi dan berfungsi dengan
baik, edit data dan hapus data berfungsi dengan baik
Akses tampilan
Kecamatan
Field data pada tampilan Kecamatan diberikan
proteksi, dan tambah data berfungsi dengan baik
5. Simpulan
Setelah melakukan analisis, perancangan dan pengujian terhadap apliaksi
ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Sistem Informasi Pemetaan
Sekolah (School Mapping) berbasis WebGIS dapat memberikan analisis terhadap
kualitas pendidikan dengan menggunakan beberapa indikator berupa APK, Angka
Kelulusan, Mutu Guru yang hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan
perbaikan kualitas pendidikan di wilayah Kotamadya Ambon. Ini di buktikan
dengan adanya nilai persentase APK siswa, Angka Kelulusan siswa dan Mutu
Guru tertinggi dan terendah SMU dan SMK di lima wilayah di Kotamadya. Peta
tematik perbandingan jumlah siswa dan peta tematik persebaran SMU dan SMK
memberikan dampak yang besar dalam pemerataan distribusi jaringan sekolah.
Peta tematik digunakan untuk menyimpulkan dan menganalisis tingkat kepadatan
siswa dengan tingkat persebaran sekolah. Para pengambil kebijakan baik Dinas
Pendidikan Kota Ambon maupun Pemerintah Kotamadya Ambon dapat
menggunakan aplikasi ini untuk merancang mutu pendidikan dalam hal menata
kembali distirbusi jaringan sekolah sehingga jumlah siswa sebanding dengan
jumlah sekolah dan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem ini sudah mampu
menambahkan objek sekolah baru berupa koordinat x dan y secara langsung ke
dalam sistem tanpa menggunakan aplikasi desktop GIS.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyempurnaan dan pengembangan
lebih lanjut mengenai Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping)
Berbasis WebGIS Studi Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya adalah sebagai
berikut : Sistem ini perlu dikembangkan lebih lanjut, misalnya perlu
dikembangkan sistem informasi geografis sekolah berbasis WebGIS yang secara
khusus berorientasi pada ruang lingkup yang lebih besar. Dalam pengembangan
Sistem Informasi Pemetaan Sekolah (School Mapping) Berbasis WebGIS Studi
Kasus : SMU dan SMK Se-Kotamadya Ambon salah satu kekurangannya adalah
belum dipetakan semua data yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk
pengembangan selanjutnya sistem ini dapat dilakukan inputan data baru misalnya
data lima tahun terdahulu yang digunakan untuk menganalisis kualitas
pendidikan.
6. Daftar Pustaka
[1] Andriyani, 2010, Analasis Dan Penyajian Spatial Kualitas Pendidikan Sekolah
Menengah Atas Di Surakarta Menggunakan Sistem Informasi Geografis Berbasis
Web, Skripsi S1, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[2] Praseta, Uun, 2009, Sistem informasi geografis layanan pendidikan tingkat SMU
se-Kodya Semarang. Skripsi Program S1, Fakultas Teknologi Informasi
Univeristas Kristen Satya Wacana (Tidak dipublikasikan).
[3] NIEPA, New Delhi, July 1997, Concept of School Mapping & Micro Planning,
http://www.educationforallinindia.com/page148.html. Diakses tanggal 10 Oktober
2011.
20
[4] Yani, Ahmad, Nur M Djakaria, 2007, Pengembangan Model Sistem Informasi
Geografi (SIG) Untuk Pengelolaan Pendidikan Dalam Era Otonomi Daerah (Studi
Pemngembangan di Kabupaten Sukabumi).
[5] Prahasta, 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Informatika,
Bandung.
[6] Prahasta, 2005, Sistem Informasi geografis Konsep-konsep Dasar, Penerbit
Informatika, Bandung.
[7] Boediono dan Koster, 2004, Teori dan Aplikasi Statiska dan Probalitas.
Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.
[8] IUT, Geospasial, 2009. Workshop GIS, Pemetaan Tematik, Laboratorium Ilmu
Ukur Tanah dan Geospasial (IUT dan Geospasial), Departemen Teknik Sipil,
Universitas Sumatera Utara.
[9] Prasetyo, Hary, Daniel, 2003. Sistem Informasi Geografis (SIG) Tata Guna Lahan,
Ilmu Komputer.com.
[10] Caillods, F. (1983). Module I: School mapping and micro‐planning concepts and
processes. In F. Caillods, J. Casselli, T. N. Châu & G. Porte (Eds.), Training
materials in educational planning, administration and facilities: School
mapping and micro‐planning in education. Paris, France:IIEP/UNESCO.
[11] Hite J. Steven, July 2008, School Mapping and GIS in Education Micro-planning,
Department Of Educational Leadrship and Foundations Brigham Young University
Provo, Utah USA.
[12] Hart, M. 2004, Sustanable Measures: Charateristics of Effective Indicators.
[13] Chamidi, Safrudin.2005. Makna dan Aplikasi Sederhana Indikator Pendidikan,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Badan Pendidikan dan Pengembangan,
Pusat Data dan Inforamasi Pendidikan, Bidang Pendayagunaan Data dan Informasi.
[14] Demers, Michael N. 2009. Fundamentals of geographic information system, New
York: John Wiley & Sons,Inc.
[15] Ludwig Consulting Services, LLC, website www.jiludwig.com.