sistem fonologikal

Download Sistem fonologikal

If you can't read please download the document

Upload: muhammad-imam-bw

Post on 04-Jul-2015

120 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

aa1

123


Sistem fonologikal 7.1 sistem status Salah satu pembenaran dalam penggunaan suatu konstruksi dalam suatu teori yang bersifata instrumental ialah, jika perampatan dikehendaki untuk dirumuskan secara lebih baik dengan atau tanpa perantara tadi, maka itulah yang disebut pembenaran prima facie . Demikian jika fenomena P nampaknya tidak tidak dapat dijelaskan tanpa suatu konstruk C. dan jika C tidak sesuai dengan pengetahuanpengetahuan yang mapan, maka muncullah kasus C sebagai suatu istilah teoritikal yang bersifat sementara. Bahkan lebih baik jika C memungkinkan adanya prediksi lebih lanjut atas fenomena P sehingga terbukti dapat diterapkan pada fenomena yang menjadi sumbernya. Hal tersebut akan memberinya bentuk tertentu . akan tetapi alasan atas dasar ketidakjelasan saja tidaklah suatu keharusan , tapi kualitas keterjelasanlah yang menentukan. Kita telah menyinggung sistem tanpa merumuskan ataupun menentukan status teoritikalnya. Dalam hal ini ada dua pendekatan dasar yang mengarah pada penggunaan yang berbeda dari sistem: a. Pendekatan pertama: deskriptif atau tiplogikal b. Pendekatan kedua: dinamika atau proses 7.2 pergeseran vocal bahasa inggris: argument dari non partisipasi Salah satu kejadian penting dalam sejarah bahasa inggris adalah apa yang disebut dengan istilah Great Vowel Shift artinya pergeseran vocal besar-besaran (PVB), suatu perubahan radikal dari sistem vocal panjang yang bermula pada abad ke 15. 7.3 pendapat tentang pergeseran daur ulang Dari bagian terdahulu kita mendapat gambaran bahwa sistem vocal adalah semacam khazanah spasial ditempat mana hubungan seperti atas, bawah, dll adalah relavan secara fonologikal. Adanya suatu pencapaian ketepatan secara deskriptif maupun prediktif . Sistem konsonan juga memperlihatkan pada koherensi dinamika dalam pergeseran rantai, yang menunjukkan integritas sistem yang sama dengan pada sistem vocal. Banyak proses fonologikal yang menyiratkan sistem sebagai keseluruhan yang berada diantara istilah-istilah tempat terjadinya evolusi bahasa. Motivasi terbalik untuk konsep suatu sistem ialah adanya mutasi global ditempat mana suatu pernyataan bersifat rumus yang berlaku pada segmen individual tampaknya tidak bersifat non merampatkan , tetapi satu kelas dalam hal hambatan atau kondisi pada sistem secara keseluruhan mencangkup perampatan yang jelas.

7.4 keuniversalan dan ketertandaan fonologikal Dua kubu pertanyaan cenderung dikelompokkan kedalam penelitian keuniversalan a. Penelitian keuniversalan (mutlak) 1. semua bahasa menggunakan hembusan udara pulmonik dari paru-paru 2. semua bahasa memiliki paling tidak satu vocal tinggi 3. semua bahasa memiliki konsonan dan vocal b. Pernyataan orang 1. sebagian bahasa juga menggunakan embusan udara glotalik dari paru-paru 2. sebagian bahasa memiliki sistem dengan hanya satu vocal rendah 3. sebagian bahasa memiliki sistem konsonan dengan tidak membedakan geteran pita suara dan sebagian memiliki sistem vocal tanpa kontrasan bundar contoh keuniversalan statistical i) ii) iii) iv) vocal depan bundar pada ketinggian tertentu menyiratkan adanya vocal belakang bundar pada ketinggian yang sama obstruen bersuara menyirat obstruen yang tidak bersuara (keduanya tersirat) jika suatu bahasa memiliki satu vocal depan bundar pastilah berbunyi /y/ tidak satu bahasa pun memiliki lebih dari tiga vocal depan bundar(non tersirat)

keuniversalan bahasa merupakan fakta yang penting tentang bahasa , yang selanjutnya diperlakukan sebagai ketertandaan. Berdasarkan posisi yang berbeda dalam teori ketertandaan, ada dua jenis segmen yaitu tertandai dan tak tertandai. Tertandai dan tak tertandai didefinisikan sebagai berikut: i) ii) iii) secara linguistikal kurang bisa dibandingkan dengan pasangan yang tak tertandai cenderung tidak muncul pada posisi netral umumnya memiliki frekuensi pemunculan yang rendah

iv) v) vi) vii)

dalam pemunculan bahasa biasanya muncul belakangan dalam kasus penggabungan fonemik, cenderung tersera kedalam kategori tak tertandai secara historical cenderung kurang stabil cenderung menyiratkan keberadaan pasangan yang tak tertandai

7.5 Tipologi sistem, 1:Sistem vocal Tujuan dari tipologi adalah untuk mengurangi butir-butir yang tidak jelas dalam permasalahan umum menjadi jumlah kelompok masalah yang dapat dilacak, berdasarkan cirri-ciri umum(yang signifikan). Tipologi sistem didasarkan atas segmen distingsif , terorganisasikan sepanjang sumbu primer dari ketinggian, dan pembelakangan berpotongan dengan kebundaran, diftongisasi, panjangnya, nasalisasi, dll. 7.5.2 vokal pajang dan bunyi diftong Kedua jenis biasanya biasanya dipaparkan dalam sistem vocal dari dalam pemberian masing-masing bahasa, tradisi tipologi yang utama tidak bisa memastikan tentang panjangnya dan jelas menyampingkan diftong. Secara fonologikal, dianggap sebagai unit-unit tersendiri persis seperti yang terjadi pada monoftong dan ini mengisyaratkan perlunya pola klarifikasi yang mencangkup keduanya. 7.5.3 Jenis-jenis sistem vocal dasar Tanpa menghiraukan persoalan ditempat mana diftong harus diletakkan, kita dapat melihat beberapa jenis monoftong dasar dari bahasa-bahasa dunia. Tiga pendekatan pokok dalam klasifikasi sistem vocal *Trubetzkoy(1939): Poros kontras, yaitu sistem dibangun sepanjang dari tingkat bukaan atau kenyaringan( tingkat ketinggian), dan lokalisasi atau timbre. *Hockett(1955): jumlah perbedaan pada dimensi tertentu diutamakan. Tipe-tipe dasar dapat dibaca kode angka untuk ketinggian tingkat yang terendah untuk sistem sistem segi tiga atau segi empat *Crothers(1978): sistem terkecil yang telah dikenal cenderung terdiri dari hanya vokal tinggi dan vocal rendah, dalam rentang kualitas tipe adalah /I u a/, dst

Semua sistem, pada dasarnya adalah sistem-sistem tinggi/rendah, vocal tengah, kalaupun ada , tidaklah berfungsi sebagai unsur ketiga 7.6 Sistem Tipologi 7.6.1 obstruen, 1: Bunyi-hentian 7.6.2 Obstrumen, 2: Bunyi Frikasi Secara implikasional, buyi frikatif adalah kategori sekunder 7.6.3 Beberapa rampatan mengenai obstrumen Beberapa struktur sistem obstrumen yang paling komplek i) ii) iii) iv) v) vi) rata-rata bahasa memiliki paling tidak tiga bunyi hentian orang sederhana, yang paling umum /ptk/ jika suatu bahasa mempunyai satu aplikatif, biasanya bahasa itu juga mempunyai paling tidak tiga 3 bunyian hentian sederhana jika tedapat 1 afrikatif, ini biasanya bunyi tersebut kemungkinan besar /t/ bunyian hentian tak bersuara biasanya lebih besar dari bunyi hentian bersuara, tetapi bisa juga sama jumlah afrikat lebih kecil dari daripada jumlah bunyi hentian sederhana suatu bahasa biasanya sangat kecil kemungkinannya memiliki bunyi hentian sekunder . jika bahasa itu tidak memiliki bunyi hentian, polos primer bersuara atau tak bersuara suatu bahasa mungkin sekali memiliki paling tidak satu frikatif polos jika suatu bahasa memiliki satu frikatif, kemungkinan terbesar adalah /s/, dan kemungkinan berikutnya adalah /f/ jumlah frikatif tak bersuara biasanya lebih besar daripada yang bersuara jumlah frikatif mungkin tidak lebih besar daripada bunyi hentian tidak ada bahasa yang memiliki frikatif sekunder tanpa frikatif primer, dan jumlah frikatif primer melebihi jumlah frikatif sekunder

vii) viii) ix) x) xi)

7.6.4 Soronan, 1: bunyi sengau Kecenderungan terhadap artikulasi alveolar/dental lebih mencolok pada sonoran daripada obstruen, tetapi kecenderungan bunyi adalah sebaliknya. Tipe segmen yang secara statistika menunjukkan kekerapan untuk bunyi tak bersuara adalah obstruen, yang menunjukkan kekerapan untuk bunyi bersuara adalah sonoran.

Untuk bunyi sengau, hamper semua bahasa memiliki bunyi sengau primer bunyi hentian sengau pulmonik yang bersuara dan tidak diartikulasikan 7.6.5 Sonoran 2: bunyi alir bunyi alir mencangkup satu perangkat segmen yang tidak sejenis, yaitu bunyibunyi getar post-alveolar dan alveolar, bunyi-bunyi sentuh, dan aproksiman. Bunyi alir yaitu bunyi sengau yang disuarakan 7.6.6 Sonoran 3:Semivokal (luncuran, aproksiman vokoid) 7.7 Fonem apa saja yang muncul kembali pada suatu bahasa Alofonik khusus adalah suatu kaidah yang berlaku atas realisasi bentuk asal yang TERINCI SECARA FONETIKAL , dan menghasilkani seperangkat kesatuan wujud fonetik lahiriah. Hal terbaik yang bisa dikatakan mengenai bahasa-bahasa adalah bahwa bahasa itu sulit, dan tidak bisa diterapkan secara memuaskan kedalam kerangka analitikal yang biasa. Dengan catatan asalkan jenis diberi batasan dalam kerangka teori asal dan derivasi. Tetapi jika ada sutu teori ditempat mana bahasabahsa bisa atau tidak memiliki spesifikasi asal yang penuh untuk cirri-ciri khusus. Jadi jika perlu mengajukan kerangka teori seperti bahasa posisi sebagai perbedaan dari bahasa fonem.