sistem ekonomi uts
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam (natural resources) yang serba
melimpah. Dengan kekayaan laut yang berlebih, kekayaan bumi yang melimpah, kekayaan
hutan yang membanggakan dan kekayaan alam lainnya yang serba memadai merupakan bukti
dimilikinya keunggulan komparatif secara optimal. Di sisi lain ternyata dimilikinya
keunggulan komparatif yang optimal itu tidak diimbangi dengan keunggulan kompetitif yang
handal hingga perjalanan bangsa indonesia untuk mencapai kemajuan pada berbagai bidang
kehidupan banyak mengalami kendala. Itulah sebabnya, bangsa indonesia ditantang dapat
meningkatkan daya saing dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human
resources) yang dimilikinya.
Dalam beberapa bulan terakhir perekonomian dunia dihadapkan pada satu perubahan
drastis yang nyaris tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan berisiko
tinggi (subprime mortgage) di as secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis keuangan global,
dan kemudian dalam hitungan bulan telah berubah menjadi krisis ekonomi yang melanda ke
seluruh dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat negara-negara kawasan asia, yang semula
dianggap relatif steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan turut pula terkena imbas
krisis.
Mengacu pada perekonomian terbuka, kondisi dimana setiap negara akan
melakukan perdagangan internasional atau dengan kata lain perdagangan bebas.
Tujuan suatu negara untuk melakukan perdagangan adalah peningkatan welfare dari
negara yang berdagang tersebut. Dengan adanya perdagangan bebas, maka orientasi
kebijakan perlu terus dipersiapkan dalam rangka mendapatkan manfaat sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan negara. Perdagangan bebas akan
mendorong terjadinya globalisasi. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya
sistem teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik, transnasionalisasi sitem
keuangan dan investasi seperti saat ini.
Ancaman krisis ekonomi global efek dari adanya globalisasi tersebut akan
mendorong negara-negara untuk lebih memperhatikan kepentingan masing-masing.
Dalam rangka mengoptimalkan nilai manfaat dalam pembangunan perekonomian
indonesia, maka perlu dilakukan upaya konkrit untuk memberi ruang yang lebih
kondusif bagi pelaku bisnis di dalam negeri termasuk dengan tidak mempercepat
dampak liberalisasi perdagangan. Sudah waktunya dilakukan penataan menyeluruh
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
2
atas sistem perdagangan di indonesia. Pengelolaan kebijakan perdagangan luar
negeri perlu menekankan pada pembukaan akses pasar yang memang benar-benar
dapat dimanfaatkan oleh produsen di indonesia. Promosi ekspor perlu lebih didorong
dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri.
Indonesia mengikuti arus perdagangan bebas dengan menandatangani general
agreement on tarrifs and trade (gatt) yang menghasilkan pembentukan world trade
organization wto) dan deklarasi asia pasific economic cooperation (apec) tentang
sistem perdagangan bebas dan investasi yang berlaku penuh tahun 2010 untuk negara
maju dan 2020 bagi negara berkembang. Tidak kalah penting, indonesia bersama-
sama negara asean lainnya telah sepakat membentuk perdagangan bebas asean,
yaitu asean free trade area (afta) yang sudah mulai diberlakukan tahun 2002.
Melalui kesepakatan internasional tersebut maka mau tidak mau akan tercipta
persaingan yang lebih ketat, baik dalam perdagangan internasional maupun dalam
upaya menarik investasi multinasional. Dimana daya saing menjadi salah satu
kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan
internasional, sehingga perlu diupayakan peningkatannya dalam rangka
mengembangkan usahanya. Pengelolaan kebijakan impor perlu difokuskan dan
memihak pada kepentingan nasional, khususnya terhadap produksi dalam negeri.
Peningkatan daya saing seharusnya mendapat perhatian ekstra jika dilihat dari
potensinya yang besar untuk dikembangkan di ndonesia. Ketersediaan pasokan bahan
baku, tenaga kerja dan teknologi yang relative melimpah semestinya mampu
dikembangkan lebih jauh.
Daya saing di sini sendiri memiliki berarti kemampuan perusahaan untuk
bersaing. Perusahaan-perusahaan yang terdapat di domestik pasti memiliki strategi
tersendiri untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas produknya dan
mendapatkan jaringan pemasaran yang lebih luas. Pengembangan industri dari
perusahaan-perusahaan ini membutuhkan peningkatan daya saing di pasar domestik
maupun internasional.
Daya saing produk indonesia memang perlu mendapat perhatian dan secara
sistematis harus ditingkatkan menjadi salah satu cara membangun perekonomian
indonesia. Oleh karena itu, dalam kaitan ini sangat diperlukan pengetahuan ukuran
daya saing industri indonesia di pasar internasional sebagai landasan untuk
melakukan analisis daya saing dan merumuskan upaya-upaya peningkatan daya saing
dalam rangka pembangunan daya saing dan perekonomian nasional.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mendongrak Daya Saing
Sulit berharap daya saing Indonesia bisa ditingkatkan dalam tingkat global. Kualitas
lingkungan dunia usaha nasional sangat tidak mendukung meningkatnya daya saing. Pihak
yang paling berperan untuk memperbaiki daya saing itu harus dari pemerintah sendiri karena
faktor yang memperburuk berasal dari eksternal dunia usaha, seperti tingkat pajak yang
tinggi, suku bunga, transportasi, upah buruh, penegakan hukum, pungutan liar, serta korupsi.
Dalam soal harga, kualitas dan pelayanan, Indonesia kalah dibandingkan dengan negara-
negara eksportir lain seperti Vietnam, Thailand, Cina, Filipina, Malaysia. Tidak
mengherankan jika negara maju seperti Singapura menduduki peringkat pertama dalam
survei Doing Business 2010 World Bank karena memiliki daya saing tinggi meski sumber
daya alamnya terbatas.
Kontras dengan Singapura, Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam cukup
besar justru hanya berada di peringkat 122 dari 183 negara yang disurvei.
Ternyata, faktor melimpahnya sumber daya alam bukan menjadi jaminan bagi membaiknya
daya saing suatu negara sejauh sumber daya alam tersebut tidak dikelola dengan baik.
Membandingkan Indonesia dengan negara maju seperti Singapura mungkin terlalu jauh
perbedaannya.
Segala upaya untuk itu sudah dilakukan dan tinggal peran pemerintah untuk
memperbaikinya. Dalam daya saing terkecil, seperti barang, Indonesia sudah tidak
kompetitif. Soal harga, misalnya, produk dari Indonesia bisa lebih mahal dari negara
produsen lain karena tingginya biaya produksi. Pelaku usaha harus memperhitungkan suku
bunga perbankan serta tingkat pajak yang tinggi. Biaya transportasi di pelabuhan seperti
handling charge dan freight yang melonjak dari nilai seharusnya.
Masalah penegakan hukum, pengurusan dokumen yang berbelit-belit dan panjang,
serta berbagai pungutan dari pemerintah daerah turut membebani pengusaha. Pemda dengan
otonomi daerah, banyak mengeluarkan kebijakan yang tidak menciptakan iklim kondusif bagi
dunia usaha termasuk community development. Oleh karena itu, pemerintah pusat perlu
menciptakan lingkung-an yang mendukung pembaharuan di tingkat lokal untuk
meningkatkan partisipasi publik dalam pengawasan kebijakan serta program pembangunan.
Akuntabilitas publik yang lemah selama ini disinyalir sebagai akar masalah dan modus
praktik korupsi pada berbagai sektor dan proses.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
4
Lingkungan yang kondusif, infrastruktur ekonomi yang baik, serta kepastian hukum
adalah kondisi yang patut diperhitungkan untuk keunggulan daya saing industri kita. Tetapi,
hal itu tidak cukup karena harus juga ditunjang dengan keunggulan SDM yang berkualitas
dari perguruan tinggi yang dapat menguasai iptek serta riset dan pengembangan untuk
mendorong keberlanjutan industri serta kemandirian ekonomi. Perpaduan dan sinergitas itu
semua akan memunculkan kemampuan bahkan keunggulan daya bangsa kita di hadapan
bangsa lain di dunia ini.
Dengan demikian, untuk meningkatkan daya saing Indonesia di berbagai bidang, tidak
cukup semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, meskipun tentu saja pemerintah
harus menjadi motor dalam upaya ini. Sesuai dengan konsep good governance, setidaknya
ada dua pilar lain yang harus terlibat dalam upaya ini yaitu swasta dan civil society. Bahkan,
lebih jauh upaya meningkatkan daya saing bangsa ini merupakan tugas dan tanggung jawab
semua komponen anak bangsa ini. Upaya peningkatan daya saing bangsa ini penting bukan
semata-mata untuk meningkatkan peringkat atau martabat kita dalam pergaulan internasional,
melainkan juga untuk mengemban amanah memakmurkan negeri dengan cara mengelola
semua potensi bangsa ini secara optimal yang pada akhirnya diabdikan bagi kesejahteraan
seluruh tumpah darah negeri ini.
2.2 Kinerja Pembangunan Ekonomi Indonesia
A. Kinerja Indonesia
Untuk menilai apakah kinerja pembangunan manusia di Indonesia sudah baik atau
belum, perlu mengacu pada data. Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang dikeluarkan
UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di
peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit yang
mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi (pendapatan). Di
lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini masih
lebih rendah daripada Singapura (27), Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92),
dan Filipina (97).
Dari aspek kualitas kesehatan, di kawasan ASEAN, Indonesia juga berada di
peringkat ke-6, di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Untuk aspek ini, peringkat Thailand masih di bawah Indonesia. Sementara untuk tingkat
pendidikan, Indonesia bahkan hanya berada di peringkat ke-7 dari 10 negara anggota
ASEAN. Berarti, capaian kinerja pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih lebih buruk
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
5
ketimbang capaian kinerja kesehatan. Bagaimana dengan aspek ekonomi? Indonesia berada
di posisi ke-6 di antara negara-negara ASEAN lainnya.
IPM Indonesia tahun 2010 mencapai angka 0,600. Angka ini sebenarnya sudah jauh
lebih baik ketimbang tahun 1980 yang hanya sebesar 0,390. Selama 5 tahun terakhir,
Indonesia mengalami rata-rata pertumbuhan IPM sebesar 1,34% per tahun (kenaikan dari
0,561 di tahun 2005 menjadi 0,600 di tahun 2010). Dari sudut pandang kenaikan IPM selama
5 tahun terakhir, Indonesia tertinggi keempat di kawasan ASEAN setelah Myanmar,
Thailand, dan Laos. Meski demikian, tampaknya pemerintah Indonesia perlu upaya yang
lebih keras lagi untuk meningkatkan kinerja pembangunan manusia Indonesia.
Misalkan kita mengasumsikan bahwa pertumbuhan IPM Indonesia akan tetap stabil di
angka 1,34% dan pertumbuhan IPM negara-negara ASEAN lainnya juga stabil sesuai capaian
lima tahun terakhir. Skenario ini menghasilkan perhitungan bahwa Indonesia akan tetap
berada di peringkat 6 di tahun 2020 dengan angka IPM sebesar 0,686. Artinya, Indonesia
masih tetap tertinggal dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Untuk mampu mengalahkan Filipina yang saat ini berada di peringkat ke-5, Indonesia
membutuhkan pertumbuhan IPM minimal 2% per tahun selama periode 2010 hingga 2020.
Dengan upaya kebijakan dan kerja keras, tentunya kita bisa mencapai pertumbuhan IPM 2%
per tahun, meskipun ini bukanlah hal yang mudah.
B. Strategi Peningkatan IPM
Kita bersyukur bahwa kualitas kesehatan penduduk Indonesia yang dicerminkan
dengan indikator angka harapan hidup sudah cukup baik. Diperkirakan, pada 2010 angka
harapan hidup sudah mencapai 71,5 tahun. Artinya, orang yang lahir di tahun 2010 memiliki
harapan untuk hidup hingga 71,5 tahun. Apa kunci keberhasilan angka harapan hidup? Salah
satu kunci terpenting ialah menurunnya angka kematian bayi (infant mortality rate). Pada
2007, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa angka kematian bayi (anak berusia 0-1
tahun) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Masih butuh upaya keras untuk mencapai target
MDGs tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun, Indonesia dapat mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja penurunan
angka kematian bayi (AKB) jika angka kelahiran tidak terkendali. Indikasi ledakan penduduk
hasil Sensus Penduduk 2010 harus disikapi dengan cermat jika ingin memperbaiki kinerja
IPM bidang kesehatan. Semakin banyak anak yang dimiliki seorang ibu, semakin rendah
kemampuan si ibu untuk memberikan nutrisi yang memadai bagi anaknya. Padahal,
kemampuan bayi untuk dapat bertahan hidup dan berkembang ditentukan oleh asupan gizi
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
6
atau nutrisi yang diterima para ibu menyusui. Oleh karenanya, kebijakan pengendalian
jumlah penduduk tetap penting untuk mencapai kinerja pembangunan manusia yang lebih
baik di bidang kesehatan.
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, titik terlemah pembangunan manusia
Indonesia ternyata berada di sektor pendidikan. Kinerja tertinggi bidang pendidikan di
ASEAN diraih Malaysia, yang rata-rata penduduknya mampu menempuh pendidikan hingga
SMP ke atas. Rata-rata lamanya bersekolah penduduk Indonesia di tahun 2010 hanya sekitar
5,7 tahun. Artinya, penduduk Indonesia secara rata-rata hanya 'hampir' lulus sekolah dasar
(SD). Padahal, kita belum berbicara tentang kualitas pendidikan, baru sebatas kuantitas
pendidikan. Tentunya, kualitas lulusan SD di kota mungkin jauh lebih baik ketimbang lulusan
SD di daerah terpencil.
Dengan anggaran pendidikan yang sudah mencapai 20% dari APBN 2011, seharusnya
Indonesia dapat segera memperbaiki tingkat pendidikan penduduknya. Jika titik terlemah
pencapaian pembangunan manusia ini bisa segera diperbaiki, seharusnya Indonesia mampu
'mendongkrak' capaian IPM-nya serta mengalami peningkatan peringkat secara signifikan
setidaknya dalam 10 tahun mendatang.
2.3 Strategi Mengurangi Pengangguran dan Meningkatkan Daya Saing
Upaya membangun kembali perekonomian nasional akibat krisis telah berhasil
memperbaiki kondisi ekonomi makro. Namun, nampaknya belum mampu mengatasi masalah
pengangguran dan daya saing. Data pengangguran dari Bappenas menunjukkan bahwa pada
tahun 2003, pengangguran terbuka meningkat menjadi 10 juta dibanding tahun 1999 sebesar
6,03 juta. Sebagian besar dari jumlah tersebut berada di perdesaan, dan berusaha di sektor
pertanian. Sementara itu, daya saing Indonesia juga rendah sekali.
Menurut World Economic Forum Index, daya saing Indonesia pada saat ini pada
peringkat 60 dari 80 negara. Malaysia dan Thailand pada peringkat 26 dan 31. Rendahnya
daya saing akan berdampak pada banyaknya perusahaan-perusahaan yang bangkrut dan
menambah besar jumlah penganggur. Oleh karena itu, upaya strategis mengurangi
pengangguran harus difokuskan kepada penciptaan lapangan pekerjaan sekaligus peningkatan
daya saing terutama di sektor industri pertanian.
Di sisi lain, fokus pada pembangunan di sektor industri pertanian ini akan mengurangi
ketergantungan terhadap impor bahan pertanian, khususnya pangan, sehingga dapat
meningkatkan ketahanan pangan nasional yang pada gilirannya akan memperkuat ketahanan
dan kemandirian nasional kita.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
7
Strategi Untuk menjawab tantangan di atas, beberapa upaya yang dilakukan
pemerintah belum cukup dan perlu ditingkatkan melalui berbagai kebijaksanaan sebagai
berikut; Pertama, menciptakan persaingan sehat dan peluang usaha yang seluas-luasnya bagi
pengusaha kecil dengan menyediakan jaminan pasar dan harga. Kedua, menyediakan modal
yang mudah prosedurnya dan ringan persyaratannya. Ketiga, menyediakan teknologi tepat-
guna yang mudah digunakan dan terjangkau kepemilikannya. Keempat, memperbanyak
program-program latihan dan pendidikan ketrampilan serta manajemen. Keenam, mendorong
para petani, peternak dan nelayan membentuk lembaga swadaya ekonomi yaitu koperasi.
Ketujuh, meningkatkan kemitraan yang saling menguntungkan dengan perusahaan negara
dan swasta. Dan kedelapan, meningkatkan kesadaran konsumen dalam negeri untuk
mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri serta menganeka-ragamkan pilihan
pangannya (diversifikasi pangan).
Berbagai kebijakan di atas tidaklah cukup, karena lemahnya kemampuan ekonomi
dan managerial sebagian besar petani kita akibat krisis yang cukup lama. Sementara itu,
proses globalisasi menuntut percepatan peningkatan produktivitas dan daya saing para petani.
Untuk itu diperlukan upaya strategis yang dapat menciptakan lapangan kerja sekaligus
meningkatkan produktivitas dan daya saing para petani kita. Dalam hubungan ini, pemerintah
juga harus melakukan beberapa langkah. Pertama, melancarkan gerakan efisiensi nasional
(gerakan kencangkan ikat pinggang).
Gerakan ini pada dasarnya bertujuan untuk membangkitkan etos kerja seluruh bangsa
sehingga menjadi bangsa yang lebih efisien dan produktif. Di samping itu, di sektor industri
pertanian, petani-petani yang mempunyai asset dan skala usaha yang kecil dan tidak efisien
didorong untuk bergabung dalam koperasi. Dan, selanjutnya koperasi sebagai wadah
ekonomi petani perlu diberi peran utama sebagai pusat pemasaran input dan output pertanian.
Namun demikian, mengingat koperasi pada saat ini kemampuannya sangat terbatas akibat
krisis maka perlu penugasan kepada perusahaan negara, khususnya Bulog dan Bank Rakyat
Indonesia, untuk memberikan dukungan perkuatan di bidang pemasaran dan permodalan
kepada koperasi. Di samping itu, para pengusaha swasta besar juga didorong untuk dapat
bekerja sama dengan koperasi berdasarkan prinsip saling menguntungkan.
Langkah kedua, adalah menjadikan pasar dalam negeri sebagai pasar utama produk-
produk pertanian Indonesaia. Jumlah penduduk 220 juta adalah pasar yang sangat besar yang
dapat meningkatkan skala ekonomi pengusaha-pengusaha Indonesia utamanya koperasi dan
pengusaha kecil, sehingga usaha mereka akan lebih efisien dan berdaya saing tinggi.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
8
Untuk itu, kembali diperlukan suatu gerakan untuk meningkatkan kesadaran rakyat
Indonesia agar mencintai dan menggunakan produk pertanian dalam negeri (cinta produk
dalam negeri). Upaya strategis mengurangi pengangguran dan peningkatan daya saing harus
segera dilaksanakan sebagai sasaran langsung dan utama dari pembangunan ekonomi
nasional kita.
Untuk itu, di samping berbagai kebijakan dari pemerintah untuk mengurangi
pengangguran juga diperlukan Gerakan Efisiensi Nasional untuk meningkatkan produktivitas
dan daya saing masyarakat di sektor pertanian. Dalam hubungan ini, koperasi perlu diberi
peran utama sebagai pusat pemasaran produk-produk pertanian dengan dukungan Bulog dan
BRI. Kemudian diperlukan pula Gerakan Cinta Produk Dalam Negeri untuk meningkatkan
kecintaan dan penggunaan produk dalam negeri, khususnya produk pertanian.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Salah satu hal yang membedakan negara maju dengan negara berkembang adalah
tingkat daya saing perekonomiannya. Pada umumnya negara maju memiliki daya saing yang
tinggi dibanding negara berkembang. Perbedaan daya saing antarnegara ini berimplikasi pada
optimalisasi dan kualitas pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Negara-negara berdaya
saing tinggi umumnya mampu menyerap dana-dana investasi lebih besar sehingga
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan lebih berkualitas.
Tetapi ternyata, meski benchmark yang digunakan negara yang setara dan dalam satu
kawasan ASEAN, daya saing Indonesia tetap tidak lebih baik.Lihatlah Thailand berada pada
peringkat 12, Malaysia peringkat 23,Vietnam peringkat 93, dan Brunei Darussalam berada
pada peringkat 96. Posisi peringkat daya saing Indonesia hanya lebih baik dari Filipina yang
berada pada peringkat 144 dan Kamboja pada peringkat 145.Dengan peringkat daya saing
yang kurang memuaskan ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya
peningkatan kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Perlu diketahui bahwa
investasi akan dipastikan berlabuh di negara-negara yang memiliki potensi keuntungan dan
daya saing tinggi. Fakta ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk terus berbenah diri
menghadapi situasi global yang semakin kompetitif. Namun, kenaikan tujuh tingkat dari
periode sebelumnya belum terlalu signifikan untuk bisa dikatakan ada perubahan besar dalam
daya saing ekonomi Indonesia di kancah global.
Hal tersebut mengingat negara tetangga yang karakteristik ekonominya relatif sama
seperti Thailand juga mampu meningkatkan peringkatnya dari 13 (2009) ke 12 (2010). Walau
sebagian indikator Doing Business sudah mengalami perbaikan, harus diakui pula bahwa
sebagian indikator lain masih memerlukan pembenahan. Perbedaan daya saing antarnegara
ini berimplikasi pada optimalisasi dan kualitas pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai.
Negara-negara berdaya saing tinggi umumnya mampu menyerap dana-dana investasi lebih
besar sehingga pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan lebih berkualitas.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
10
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi Ismaya Pasha (2010). Urgensi Peningkatan Daya Saing. From
http://economy.okezone.com/read/2010/09/02/279/369306/urgensi-peningkatan-daya-saing
Sappteni Sammy (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. From http://daniel-pattipawae.blogspot.com/2009/03/pengembangan-sumber-daya-manusia.html
Prastyo (2010). Pengguatan Daya Saing Sdm Untuk Keunggulan Bangsa.From http://pekikdaerah.wordpress.com/2010/10/01/507/
Administrator (2010). Pentingnya Daya Saing. From file:///E://berita-149-pentingnya-daya-saing.htmlBappenas (2011). Prihatin Daya Saing Infrastruktur Rendah. From file:///E://17547-bappenas-prihatin-daya-saing-infrastruktur-rendah.htm
Harmadi Sonny Harry B (2011) Kinerja Pembangunan Indonesia. From file:///E://Kinerja-Pembangunan-Manusia-Indonesia.htm
Sampurno (2010). Penguatan Aset Nirwujud Bangsa. From file:///E://penguatan-aset-nirwujud-bangsa.html
Brata, Gunadi, Alsyosius (2002). Pembagunan Indonesia Dan Kinerja Ekonomi Regional Indonesia. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Atma Jaya Yogyakarta.
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
11
Daya Saing Perekonomian Indonesia Terhadap Negara Maju
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesiapada Progam Studi MEP-KP dan MSDM
Oleh :Saeful Barkah
Trya Percawati RahayuDiki Hermawan
DedenNurul Akmal
Gustian
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASILEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
BANDUNG2012
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
12
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah dipanjatkan ke hadirat Allah SWT bahwasannya berkat izin dan
ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang kami beri judul “Daya
Saing Perekonomian Indonesia Terhadap Negara Maju”. Pembuatan makalah ini merupakan
tugas kelompok mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia untuk semester genap tahun 2012
pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA LAN) Kampus
Bandung.
Pada kesempatan yang baik ini, dengan tulus saya haturkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tinggi kepada Ibu Ati Rahmawati S.IP,M.E dosen mata kuliah
Sistem Ekonomi Indonesia pada STIA LAN Kampus Bandung yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami khususnya dan teman-teman sekelas pada umumnya
selama masa perkuliahan. Bimbingan dan arahan ibu saya akui dapat memberikan kontribusi
yang tidak kecil bagi wawasan pengetahuan kami, khususnya dalam memahami masalah-
masalah sistem ekonomi dan aspek-aspek yang terkait di dalamnya.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
bersedia membacanya. Pada kesempatan ini juga, saya mohon kesediaan Ibuuntuk
memberikan koreksi atas “hasil karya” kami yang sangat sederhana dan masih jauh dari
sempurna ini, sehingga pada masa mendatang,kami dapat menghasilkan “karya” yang lebih
baik. Semoga.
Bandung, Juli 2012
i
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………....... 1
1.1. Latar Belakang .........................……………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN.................. ……………………………………………… 3
2.1. Mendongkrak Daya Saing ……………………….........……………. 3
2.2. Kinerja Pembangunan Ekonomi Indonesia.......... ..………………… 4
2.3. Langkah-Langkah Peningkatan Daya Saing .......…..………………. 6
BAB III PENUTUP................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..……………………………………………………….......... 10
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju
14
ii
Daya Saing Perekonomian Indonesia terhadap Negara Maju