uts mata kuliah sistem pemerintahan desa

42
SISTEM PEMERINTAHAN DESA MAKALAH KAJIAN TEORITIS-ANALISIS PEMERINTAHAN DESA YANG IDEAL BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1979, UU NO. 22 TAHUN 2009, UU NO. 32 TAHUN 2004, dan PP NO. 72 TAHUN 2005 Disusun sebagai UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa Disusun Oleh : NURUL RIZKA MAULIDYA 170410080051 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN 1

Upload: nurul-rizka-maulidya

Post on 25-Jun-2015

2.119 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

"Desa mawa cara, negara mawa tata"

TRANSCRIPT

Page 1: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

SISTEM PEMERINTAHAN DESA

MAKALAH

KAJIAN TEORITIS-ANALISIS PEMERINTAHAN DESA YANG IDEAL

BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1979, UU NO. 22 TAHUN 2009, UU NO. 32 TAHUN 2004,

dan PP NO. 72 TAHUN 2005

Disusun sebagai UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

Disusun Oleh :

NURUL RIZKA MAULIDYA 170410080051

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2010

1

Page 2: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

PENDAHULUAN

Desa di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner Muntinghe,

seorang Belanda pembantu Gubernur Jenderal Inggris tahun 1811. Desa berasal dari bahasa

India yakni swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur

yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas

yang jelas (Soetardjo: 1984). Pembentukan desa harus memenuhi persyaratan antara lain;

jumlah penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat, serta sarana dan prasarana

pemerintahan. (PP.No 72 Tahun 2005 Tentang Desa).

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia hingga saat ini, keberadaan Desa seakan

timbul tenggelam dalam arus gelombang politik rezim yang memerintah. Padahal sejarah

menunjukkan bahwa Desa telah eksis jauh sebelumnya sebagai suatu kesatuan masyarakat

hukum adat dalam ikatan pola administrasi pemerintahan, ekonomi dan sosiologis yang

mandiri sebagai wujud dari otonomi asli, yang berasal dari asal-usul dan adat istiadat

setempat. Desa merupakan pilar pembangunan sebuah negara. Sebagaimana kita ketahui

bahwa sensus penduduk tahun 2000 menyatakan sekitar 60%, masyarakat indonesia tinggal

di pemukiman pedesaan. Saat ini ciri & problematika desa yang kita lihat yaitu rendahnya

tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan, rendahnya kualitas

lingkungan pemukiman & tingkat pendidikan.

Saat ini masih berlaku UU No. 32 tahun 2004. Tujuan UU No.32 tahun 2004 adalah

guna memodernkan pemerintahan desa agar mampu menjalankan 3 peranan utamanya

sebagai: 1). Struktur perantara 2). Sebagai pelayan masyarakat 3). Sebagai agen perubahan.

Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara. Pembangunan pedesaan

selayaknya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan

pedesaan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui

penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat

pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat

2

Page 3: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

multi-aspek, oleh karena itu perlu keterkaitan dengan bidang sektor dan aspek di luar

pedesaan sehingga dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan nasional.

Dengan berbagai tuntutan perubahan dan perkembangan yang dihadapi saat ini,

bagaimanakah seharusnya pemerintahan desa yang ideal? Dan bagaimanakah seharusnya

bentuk otonomi desa kedepan?. Kajian ini sangat relevan dan menarik karena kita harus

memahami secara komprehensif perkembangan, kondisi aktual, prospek pengembangan desa

kedepan, serta penyusunan kebijakan untuk desa.

3

Page 4: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

BAB 1

PEMBAHASAN

Undang-Undang Nomor 5 TAHUN 1979 Tentang Pemerintah Desa

UU No. 5 Tahun 1979 telah melakukan penyeragaman (uniformitas/universalitas)

terhadap wilayah yang bernama desa. Padahal kalau kita bicara tentang Hak Asasi Manusia,

maka kita dapat menemukan adanya pluralitas, dimana semua orang berhak untuk berbeda.

Penerapan kembali hukum adat pada tingkat desa dibatasi karena pemerintah setempat

dan hukum pedesaaan tidak boleh bertentangan dengan hukum nasional — yang tidak

memasukkan atau meniadakan hak-hak adat — dan ini berlaku pada semua tingkat

pemerintahan. Secara teoritis, ini berarti bahwa bila pemerintah daerah otonomi ingin

mengakui hak adat atas hutan, misalnya, maka hal ini tak dapat dilaksanakan karena

bertentangan dengan hukum hutan nasional. Kebijaksanaan, yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat mengenai bagaimana sumber daya alam harus dikelola - dengan titik berat

pada aktivitas komersial berskala besar - sudah tentu akan bertentangan dengan pengakuan

penuh atas hak-hak adat.

Bila masyarakat adat menggunakan otonomi desa sebagai alat untuk memberlakukan

kembali hukum adat - perlu mempertimbangkan potensi masalah dalam memasukkan adat ke

dalam sistim pemerintahan yang lebih luas. Sistim hukum masyarakat adat untuk warisan,

kepemilikan tanah, pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam kurang dimengerti oleh

pemerintah pusat dan pemerintah setempat, dan tidak sesuai dengan sistim hukum dan

administrasi nasional. Di sini diperlukan sistim yang kuat untuk men-cek dan untuk menjaga

keseimbangan di kalangan pemimpin tradisional guna menjamin bahwa, sebagai bagian dari

sistim administrasi pemerintah, mereka tidak jadi lebih menjawab hirarki pemerintahan

daripada menjawab kelompok adat yang mereka wakili.

4

Page 5: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999

UU NO 22 TAHUN 1999 mengenai Penyelenggaraan pemerintahan daerah dan desa.

Undang-undang ini menggantikan Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan

Desa.

KUTIPAN PENJELASAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999

1. Dasar Pemikiran

1. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang

Dasar 1945, antara lain, menyatakan bahwa pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar

dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang.

Dalam penjelasan pasal tersebut, antara lain, dikemukakan bahwa "oleh karena Negara

Indone- sia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tidak akan mempunyai Daerah dalam

lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi

dan Daerah Propinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah- daerah yang

bersifat otonom (streek en locale rechtgemeenschappen) atau bersifat administrasi belaka,

semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang". Di daerah-daerah

yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan Daerah. Oleh karena itu di daerah

pun, pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawarakatan.

2. Dengan demikian, Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk

menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR-RI Nomor

XVIMPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan

Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Undang-undang ini disebut "Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah" karena

undang-undang ini pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang

lebih mengutamakan pelaksanaan asas demokratisasi.

5

Page 6: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

4. Sesuai dengan Ketetapan MPR-RI Nomor XV/ MPR/1998 tersebut di atas,

penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta

perimbangan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran-

serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman Daerah.

5. Hal-hal yang mendasar dalam undang-undang ini adalah mendorong untuk

memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran-

serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh

karena itu, undang-undang ini menempatkan Otonomi Daerah secara utuh pada Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota, yang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974

berkedudukan sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II.

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tersebut berkedudukan sebagai Daerah Otonom

mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan

menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.

6. Propinsi Daerah Tingkat I menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, dalam

undang-undang ini dijadikan Daerah Propinsi dengan kedudukan sebagai Daerah Otonom dan

sekaligus Wilayah Administrasi, yang melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat yang

didelegasikan kepada Gubernur. Daerah Propinsi bukan merupakan Pemerintah atasan dari

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Dengan demikian, Daerah Otonom Propinsi dan Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota tidak mempunyai hubungan hierarki.

7. Pemberian kedudukan Propinsi sebagai Daerah Otonom dan sekaligus sebagai Wilayah

Administrasi dilakukan dengan pertimbangan :

1. untuk memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas Daerah Kabupaten dan

Daerah Kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah yang belum dapat

dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; dan

3. untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan dalam

rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi.

8. Dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan Otonomi Daerah pada masa

lampau yang menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dengan

6

Page 7: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

penekanan pada otonomi yang lebih merupakan kewajiban daripada hak, maka dalam

undang-undang ini pemberian kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah

Kota didasarkan kepada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan Daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencangkup kewenangan semua bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,

peradilan, moneter, dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah. Di samping itu keleluasaan otonomi mencakup pula

kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. Yang dimaksud dengan otonomi nyata

adalah keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang

tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan secara tumbuh, hidup, dan berkembang di

Daerah. Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan

pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada Daerah

dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-Daerah dalam rangka

menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi untuk Daerah Propinsi

diberikan secara terbatas yang meliputi kewenangan lintas Kabupaten dan Kota, dan

kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota,

serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya.

9. Atas dasar pemikiran di atas, prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah yang dijadikan

pedoman dalam Undang-undang ini adalah sebagai berikut :

* Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah.

* Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung

jawab.

* Pelaksanaan Otonomi Daerah yang tuas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten

dan Daerah Kota, sedang Otonomi Daerah Propinsi merupakan otonomi yang terbatas.

* Pelaksanaan Otonomi Daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap

terjamin hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar-Daerah.

7

Page 8: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

* Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan kemandirian Daerah

Otonom, dan karenanya dalam Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada lagi Wilayah

Administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh Pemerintah atau

pihak lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industri,

kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru,

kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan Daerah Otonom.

* Pelaksanaan Otonomi Daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan

legislatif Daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

* Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi dalam

kedudukannya sebagai Wilayah Administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan

tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah.

* Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari Pemerintah

kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai dengan

pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban me(aporkan

pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

2. Pembagian Daerah

Isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 UndangUndang Dasar 1945 beserta

penjelasannya menjadi pedoman dalam penyusunan undang-undang ini dengan pokok-pokok

pikiran sebagai berikut:

1. Sistem ketatanegaraan Indonesia wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan

berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah Daerah

Propinsi, sedangkan Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi berwenang

untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat;

3. Pembagian Daerah di luar Daerah Propinsi dibagi habis ke dalam Daerah Otonom.

Dengan demikian, Wilayah Administrasi yang berada dalam Daerah Kabupaten dan Daerah

Kota dapat dijadikan Daerah Otonom atau dihapus;

8

Page 9: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

4. Kecamatan yang menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 sebagai Wilayah

Administrasi dalam kerangka dekonsentrasi, menurut undang-undang ini kedudukannya

diubah menjadi perangkat Daerah Kabupaten atau Daerah Kota.

3. Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah :

1. digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan;

2. penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di Daerah

Kabupaten dan Daerah Kota; dan

3. asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten,

Daerah Kota dan Desa.

4. Susunan Pemerintahan Daerah dan Hak DPRD

Susunan Pemerintahan Daerah Otonom meliputi DPRD dan Pemerintah Daerah. DPRD

dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan

meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat. Oleh karena itu hak-

hak DPRD cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat

menjadi kebijakan Daerah dan melakukan fungsi pengawasan.

5. Kepala Daerah

Untuk menjadi Kepala Daerah, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan tertentu yang

intinya agar Kepala Daerah selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki etika

dan moral, berpengetahuan, dan berkemampuan sebagai pimpinan pemerintahan,

berwawasan kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan rakyat. Kepala Daerah di samping

sebagai p.impinan pemerintahan, sekaligus adalah Pimpinan Daerah dan pengayom

masyarakat sehingga Kepala Daerah harus mampu berpikir, bertindak, dan bersikap dengan

lebih mengutamakan kepentingan bangsa, negara dan masyarakat umum daripada

kepentingan pribadi, golongan, dan aliran. Oleh karena itu, dari kelompok atau etnis, dan

keyakinan mana pun Kepala Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil, dan netral.

6. Pertanggungjawaban Kepala Daerah

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah, Gubernur bertanggung jawab

kepada DPRD Propinsi, sedangkan dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah,

Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden. Sementara itu, dalam penyelenggaraan

Otonomi Daerah di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, Bupati atau Walikota

bertanggungjawab kepada DPRD Kabupaten/DPRD Kota dan berkewajiban memberikan

9

Page 10: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

laporan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dalam rangka pembinaan dan

pengawasan.

7. Kepegawaian

Kebijakan kepegawaian dalam undang-undang ini dianut kebijakan yang mendorong

pengembangan Otonomi Daerah sehingga kebijakan kepegawaian di Daerah yang

dilaksanakan oleh Daerah Otonom sesuai dengan kebutuhannya, baik pengetahuan,

penempatan, pemindahan, dan mutasi maupun pemberhentian sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Mutasi antarDaerah Propinsi dan/atau antar-Daerah Kabupaten dan

Daerah Kota didasarkan pada kesepakatan Daerah Otonom tersebut.

8. Keuangan Daerah

(a) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab,

diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung

oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara Propinsi dan

Kabupaten/Kota yang merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.

(b) Dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah kewenangan keuangan yang melekat

pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan Daerah.

9. Pemerintahan Desa

1. Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain

sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak

asal-usul yang bersifat istimewa, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 18 Undang-

Undang Dasar 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan

masyarakat.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari sistem penyelengaraan

pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab pada Badan Perwakilan Desa

dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut kepada Bupati.

3. Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata,

memiliki kekayaan, harta benda, dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di

pengadilan. Untuk itu, Kepala Desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai

wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan.

10

Page 11: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

4. Sebagai perwujudan demokrasi, di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau sebutan

lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa yang bersangkutan, yang berfungsi

sebagai lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa.

5. Di Desa dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa.

Lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintah Desa dalam rangka pemberdayaan

masyarakat Desa.

6. Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan Desa, bantuan Pemerintah dan

Pemerintah Desa, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman Desa.

7. Berdasarkan hak asal-usul Desa yang bersangkutan, Kepala Desa mempunyai wewenang

untuk mendamaikan perkara/sengketa dari para warganya.

8. Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang

bercirikan perkotaan dibentuk Kelurahan sebagai unit Pemerintah Kelurahan yang berada di

dalam Daerah Kabupatn dan/atau Daerah Kota.

10. Pembinaan dan Pengawasan

Yang dimaksud dengan pembinaan adalah lebih ditekankan pada memfasilitasi dalam upaya

pemberdayaan Daerah Otonom, sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan

represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada Daerah Otonom dalam mengambil

keputusan serta memberikan peran kepada DPRD dalam mewujudkan fungsinya sebagai

badan pengawas terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah. Karena itu, Peraturan Daerah yang

ditetapkan Daerah Otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat yang

berwenang.

11

Page 12: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

DESA & PEMERINTAHAN DESA DALAM KERANGKA UNDANG-

UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DESA DALAM KERANGKA UU NO 32 TAHUN 2004

ISTILAH

Desa atau disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan NKRI

BPD

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggota badan permusyawaratan desa

adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan

mufakat. Pimpinan badan permusyawaratan desa dipilih dari dan oleh anggota badan

permusyawaratan desa. Masa jabatan anggota badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam)

tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara

penetapan anggota dan pimpinan badan permusyawaratan desa diatur dalam Perda yang

berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

PEMBENTUKAN

Desa dapat dibentuk, dihapus dan digantikan dengan memperhatikan asal-usulnya, atas

prakarsa masyarakat.

KEWENANGAN

-Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

-Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa.

-Tugas Pembantuan dari pemerintah, provinsi dan atau Kabupaten.

12

Page 13: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

-Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkann ke

desa.

HAK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Pemerintah Kabupaten dan atau pihak ketiga yang merencanakan pembangunan bagian

wilayah desa menjadi wilayah permukiman, industri dan jasa wajib mengikkutsertakan

Pemerintah Desa dan BPD dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya.

SUMBER PENDAPATAN / PENGHASILAN

Sumber Pendapatan Desa terdiri atas:

Pendapatan Asli Desa, yang meliputi:

1. Hasil Usaha Desa

2. Hasil Kekayaan Desa

3. Hasil Swadaya dan partisipasi masyarakat

4. Hasil Gotong Royong

5. Lain-lain pendapatan desa yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten /kota.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dann daerah yang diterima oleh

kabupaten/kota.

d. Bantuan dari Pemerintah yang meliputi:

1. bersumber dari APBN

2. bersumber dari APBD Provinsi

3. APBD Kota/Kabupaten

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

DESA BERDASARKAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004

Berbeda dengan UU No. 22 Tahun 1999, UU No.32 Tahun 2004 ini, ingin kembali

menyeragamkan sebutan “Desa” bagi semua bentuk pemerintahan terendah dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

TATA KELOLA DESA

Desa sebagai salah satu entitas pemerintahan paling rendah menjadi arena paling tepat

bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan

kolektif masyarakat. Mengacu pada UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

pasal 206 disebutkan bahwa kewenangan desa mencakup:

1.Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

13

Page 14: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

2.Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa adalah urusan pemerintahan yang secara

langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

3.Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota, tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau

pemerintah, kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana,

serta sumber daya manusia.

4.Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangan diserahkan kepada desa.

Melihat urusan pemerintahan yang dapat dikelola oleh desa sebagaimana diuraikan diatas,

maka sesungguhnya desa memiliki kewenangan yang cukup luas. Kepala desa yang menurut

undang-undang tersebut dipilih secara langsung oleh rakyat memiliki kewenangan dan

legitimasi yang cukup kuat untuk membawa desa tersebut ke arah yang dikehendakinya.

Namun demikian, masih sedikit masyarakat desa yang sadar bahwa potensi kewenangan ini

harus diperjuangkan kejelasannya kepada pemerintah daerah untuk menjadi kewenangan

yang lebih terperinci dan dinaungi oleh kebijakan pemerintah daerah yang cukup mengikat.

Hal ini perlu dilakukan agar desa tidak hanya menjadi ’tong sampah’ dari urusan-urusan yang

tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah daerah.

Pada sisi pengelolaan anggaran, dengan adanya dana perimbangan maka pemerintah desa

memiliki keleluasaan untuk mengalokasikan anggaran penyelenggaraan pemerintahan desa

dan pemberdayaan masyarakat desa (pembangunan) sesuai dengan kebutuhan di desa

tersebut. Terlebih lagi saat ini, banyak sekali proyek-proyek pembangunan baik itu dari

pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan dari lembaga donor yang memilih desa sebagai

wilayah kerja proyeknya. Proyek-proyek berupa pembangunan fisik sarana prasarana,

bantuan sosial hingga bantuan ekonomi sepatutnya menjadi energi pendorong tersendiri bagi

desa untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pembangunan desa. Namun demikian,

pengelolaan potensi anggaran ini belum dapat dikoordinasikan dan dikelola dengan cukup

baik oleh desa sehingga proyek-proyek tersebut dilaksanakan tidak terencana sebagai bagian

dari rencana pembangunan desa yang lebih komprehensif. Kadang-kadang budaya ’nrimo’,

asal ada yang mau bantu sudah cukup membuat masyarakat desa sedang padahal belum tentu

yang proyek tersebut adalah yang dibutuhkan oleh desa.

PERAN PEMERINTAHAN DESA

14

Page 15: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

Sebagaimana dipaparkan dalam UU No. 32 tahun 2004 bahwa di dalam desa terdapat tiga

kategori kelembagaan desa yang memiliki peranan dalam tata kelola desa, yaitu: pemerintah

desa, Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan. Dalam undang-undang

tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan di tingkat desa

(pemerintahan desa) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Pemerintahan desa ini dijalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan di negeri ini. Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain

adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,

dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai wewenang:

1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

bersama BPD;

2. mengajukan rancangan peraturan desa;

3. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

4. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

5. membina kehidupan masyarakat desa;

6. membina perekonomian desa;

7. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

8. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum

untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

9. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa

bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah

dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan

profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD mempunyai wewenang:

15

Page 16: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

1. membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

2. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala

desa;

3. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;

4. membentuk panitia pemilihan kepala desa;

5. menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi

masyarakat; dan

6. menyusun tata tertib BPD.

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA

Reformasi dan otonomi daerah telah menjadi harapan baru bagi pemerintah dan

masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah satu peluang baru

yang dapat membuka ruang kreativitas bagi aparatur desa dalam mengelola desa. Hal itu jelas

membuat pemerintah desa menjadi semakin leluasa dalam menentukan program

pembangunan yang akan dilaksanakan, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

desa tanpa harus didikte oleh kepentingan pemerintah daerah dan pusat. Sayangnya kondisi

ini ternyata belum berjalan cukup mulus. Sebagai contoh, aspirasi desa yang disampaikan

dalam proses musrenbang senantiasa kalah dengan kepentingan pemerintah daerah (eksekutif

dan legislatif) dengan alasan bukan prioritas, pemerataan dan keterbatasan anggaran.

Dari sisi masyarakat, poin penting yang dirasakan di dalam era otonomi adalah semakin

transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin pendeknya rantai birokrasi yang

secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif terhadap jalannya pembangunan

desa. Dalam proses musrenbang, keberadaan delegasi masyarakat desa dalam kegiatan

musrenbang di tingkat kabupaten/kota gagasannya adalah membuka kran partisipasi

masyarakat desa untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan

daerah. Namun demikian, lagi-lagi muncul persoalan bahwa keberadaan delegasi masyarakat

ini hanya menjadi ‘kosmetik’ untuk sekedar memenuhi ‘qouta’ adanya partisipasi masyarakat

dalam proses musrenbang sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang.

Merujuk pada kondisi di atas, tampaknya persoalan partisipasi masyarakat desa dalam

proses pembangunan di pedesaan harus diwadahi dalam kelembagaan yang jelas serta

memiliki legitimasi yang cukup kuat di mata masyarakat desa. Dalam UU No. 32 tahun 2004

sebenarnya telah dibuka ruang terkait pelembagaan partisipasi masyarakat desa tersebut

16

Page 17: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

melalui pembentukan Lembaga Kemasyarakatan. Lembaga Kemasyarakatan atau yang

disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan

kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.

Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan merupakan

mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Pembentukan lembaga kemasyarakatan

ditetapkan dengan peraturan desa. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan

pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.

Tugas lembaga kemasyarakatan meliputi:

1. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;

2. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan

pembangunan secara partisipatif;

3. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya

masyarakat

4. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan

masyarakat.

Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi:

1. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;

2. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka

memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;

4. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil

pembangunan secara partisipatif;

5. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong

royong masyarakat;

6. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dan

7. pemberdayaan hak politik masyarakat;

Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui:

* Peningkatan pelayanan masyarakat;

* Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;

* Pengembangan kemitraan;

* Pemberdayaan masyarakat; dan

17

Page 18: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

* Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat

setempat.

Dalam pelaksanaan kegiatan proses pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat

(BKM) dimaksudkan untuk mewadahi potensi partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan

pembangunan di pedesaan. Pengelolaan pembangunan pedesaan dimaksud adalah segala

urusan yang terkait dengan kegiatan pembangunan pedesaan mulai dari tahap

perencanaan,BKM juga dapat berperan dalam memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat desa lepada pihak-pihak lain diluar pemerintah desa.

Apabila dikaji lebih lanjut, karakteristik BKM memiliki kesesuaian dengan ciri-ciri

lembaga kemasyarakatan sebagaimana dipaparkan di atas. BKM malah seharusnya memiliki

legitimasi yang cukup kuat karena anggota-anggota dipilih secara langsung oleh masyarakat

melalui serangkaian kegiatan pemilihan mulai dari tingkat RT. Kriteria calon anggota BKM

pun dibuat atas dasar kesepakatan masyarakat untuk menemukan sosok-sosok ‘orang baik’

yang akan mengendalikan BKM di desanya. Selain itu, proses pengambilan keputusan

tertinggi dalam BKM adalah musyawarah warga di tingkat desa.

Harapan yang cukup besar dari masyarakat desa disandarkan di pundak BKM untuk

benar-benar menjadi lembaga masyarakat yang cukup ‘capable’ untuk memperjuangkan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat desa. Berbekal dokumen Rencana Pembangunan

Permukiman (RPP), BKM diharapkan dapat menjadi ‘marketing’-nya masyarakat untuk

mempromosikan kebutuhan pembangunan di desanya kepada pemerintah kabupaten,

provinsi, pusat serta pihak-pihak lain yang memiliki perhatian terhadap pembangunan

pedesaan.

18

Page 19: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

DESA & PEMERINTAHAN DESA DALAM KERANGKA PERATURAN

PEMERINTAH NO. 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA

DESA DALAM KERANGKA PERATURAN PEMERINTAH NO. 72 TAHUN 2005

ISTILAH

Disebut bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan

merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian

dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya

lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya

menjadi kelurahan.

BPD

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa

bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun

Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat

lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali

untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan

19

Page 20: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan

Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

PEMBENTUKAN

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan

kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa harus memenuhi syarat :

jumlah penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat, dan sarana dan prasarana

pemerintahan. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian

desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau

pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa

atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan

pemerintahan desa. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi

persyaratan dapat dihapus atau digabung. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya

menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan

memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi

Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil. Desa yang berubah

statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh

kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

KEWENANGAN

Kewenangan desa adalah:

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara

langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

HAK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Perencanaan pembangunan desa disusun secara berjangka meliputi:

* Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun.

* Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP-Desa, merupakan

penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

20

Page 21: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

RPJMD ditetapkan dengan peraturan desa dan RKP-Desa ditetapkan dalam keputusan

kepala desa berpedoman pada peraturan daerah. Perencanaan pembangunan desa selayaknya

didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada

proyek-proyek pembangunan pedesaan yang dilakukan oleh pihak lain di luar pemerintah

desa (seperti REKOMPAK dengan Rencana Pembangunan Permukiman-nya), maka

dokumen-dokumen perencanaan pembangunan yang dihasilkan harus mengacu dan atau

terintegrasi dengan RPJM Desa atau RKP-Desa. Dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa disusun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam

sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/kota. Perencanaan pembangunan desa

sebagaimana dimaksud disusun oleh pemerintahan desa secara partisipatif dengan melibatkan

seluruh masyarakat desa.

SUMBER PENDAPATAN / PENGHASILAN

Sumber pendapatan desa terdiri atas:

• Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa

(seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil

gotong royong

• Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota

• bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

• bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

• hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan.

Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala

Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.

DESA BERDASARKAN PP NO 72 TAHUN 2005

Perangkat Desa. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari

Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas

nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk

desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Keuangan Desa. Penyelenggaraan

urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah.

21

Page 22: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa

didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh

pemerintah desa. Lembaga Kemasyarakatan. Di desa dapat dibentuk lembaga

kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan

merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga

kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga

kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam

pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa

bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.

Sebagaimana diuraikan dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005

tentang Desa bahwa landasan pemikiran pengaturan (tata kelola) mengenai desa yaitu:

1. Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah ’desa’ dapat disesuaikan dengan

asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti pola

penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan di desa harus menghormati

sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem

nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa negara mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang

masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2. Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki

dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama

warga desa.

3. Otonomi asli, memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur

dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial

budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam

perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan jaman.

4. Demokratisasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang

diartikulasi dan diagregasi melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga

kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.

22

Page 23: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

5. Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan di desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai

dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

KESIMPULAN

“Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata”

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti ”desa memiliki cara, negara memiliki tata

(aturan)”. Pepatah ini secara lebih luas ingin menyatakan bahwa setiap komunitas, setiap

kelompok, setiap desa, setiap negara memiliki tata cara, adat, kebiasaan, atau aturannya

sendiri-sendiri. Barangkali tata cara atau adat istiadat di tempat A berbeda dengan adat atau

aturan di tempat B. Apa yang disiratkan dalam peribahasa tersebut sesungguhnya

mengandung pengertian bahwa masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa sangat

menghargai perbedaan. Masyarakat kita mempercayai bahwa ada begitu banyak adat atau

kebiasaan di berbagai tempat. Demikian pula dengan aturan di berbagai desa yang mungkin

memang berbeda dengan desa lain. Untuk itulah pepatah ini sebenarnya juga menyarankan

sebaiknya kita bisa menyesuaikan diri di mana pun mereka berada.

Kaitan ungkapan tersebut dengan kajian bahasan makalah ini yaitu kita seharusnya

memahami bahwa walaupun negara memiliki aturan tetapi desa juga memiliki cara dalam

melaksanakan aturan tersebut. Kita semua sangat menyadari, cara setiap desa melaksanakan

pemerintahan berbeda-beda dan negara mengakui hal itu. Oleh karenanya kita sebaiknya

jangan menyeragamkan desa di seluruh indonesia, biarkan mereka memilih sistemnya yang

sesuai dengan cara, adat istiadat dan kearifan lokal masing-masing. Karna pada dasarnya,

negara dalam hal ini diwakili oleh pemerintah pusat hanya memiliki tugas dan wewenang

untuk menyejahterakan masyarakat dengan cara membiayai, membina, dan memberdayakan

desa.

Mengenai pemerintahan desa adat yang jarang di singgung dalam undang-undang,

posisi kita harus mendukung beberapa hal yaitu bahwa dalam peraturan perundang-undangan

23

Page 24: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

khususnya undang-undang sebagian sudah mengatur dan mengakui keberadaan masyarakat

hukum adat dan hukum adat, walaupun sepanjang hukum adat tersebut sejalan dan tidak

bertentangan dengan hukum nasional. Selain itu, bahwa sebaiknya keberadaan masyarakat

hukum adat dan hukum adat juga di akui di undang-undang lainnya, serta seharusnya ada

Undang-Undang tersendiri atau unifikasi yang mengatur tentang Masyarakat hukum adat dan

hukum adat sehingga pengaturannya jelas tidak saling bertentangan antara di peraturan

perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya.

Intinya sistem pemerintahan desa dalam berbagai macam bentuk aturan, cara, adat

istiadat, dan kearifan lokal dapat dinilai ideal apabila sistem pemerintahan desa tersebut

mampu mewujudkan tujuan hidup berbangsa dan bernegara yaitu mensejahterakan seluruh

masyarakatnya.

SARAN

Menurut pemikiran saya ada banyak pertanyaan mengenai desa dalam perspektif

mahasiswa ilmu pemerintahan. Bagaimana aturan dan cara dalam pembinaan dan

pemberdayaan sebuah desa ?. Apakah desa tersebut memiliki potensi yang bisa

dikembangkan ?. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi yang ada di desa ?. Di sektor

apa sajakah pengembangan yang bisa dilakukan di desa ?. Apakah hasil yang akan dicapai

dalam pembangunan desa ?. Bagaimana caranya agar kita dapat membantu masyarakat desa

untuk mencapai kesejahteraannya, agar mereka tidak hidup dibawah garis kemiskinan?.

Rekomendasi dari saya, sebaiknya pemerintah dalam melaksanakan program

pembangunan desa turut mengikutsertakan mahasiswa sebagai agent of change yang

notabene merupakan salah satu kalangan idealis. Contoh konkritnya misal program Bina

Desa Unpad. Bina Desa adalah sebuah program pengembangan sumber daya manusia dan

sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan yang terdapat di sebuah desa sebagai

suatu bentuk pengabdian dari mahasiswa untuk menuju terbentuknya sebuah desa yang

mandiri. Adapun yang dimaksud mandiri disini adalah mandiri untuk mengembangkan

potensi desanya setelah program bina desanya selesai. Tahapan awal dari bina desa adalah

menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di desa yang akan dikembangkan. Potensi

desa dikembangkan dengan cara melakukan pelatihan – pelatihan dan penyuluhan –

penyuluhan misalnya mencakup bidang ekonomi antara lain pertanian, peternakan, perikanan,

kewirausahaan, bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Bina desa ini perlu dilaksanakan

selama tiga tahun di desa tersebut dengan tahapan tahun pertama adalah pencitraan desa,

24

Page 25: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

tahun kedua pengembangan potensi desa dan tahun ketiga mengarah kepada kemandirian

desa.

METODE PELAKSANAAN

A. Tahapan Program

Tahapan – tahapan Program :

1. Survey mengenai potensi – potensi yang dimiliki oleh Desa tersebut yang mencakup

sumber daya manusia dan sumber daya alamnya

2. Menjalin hubungan silaturahmi yang baik antara mahasiswa dengan masyarakat Desa

3. Melakukan pengembangan potensi yang dimiliki Desa dengan cara :

mengadakan penyuluhan – penyuluhan di bidang kesehatan,

mengadakan pelatihan – pelatihan di bidang ekonomi yang sesuai dengan potensi

yang dimiliki Desa.

Mengadakan training motivasi,

mengadakan seminar – seminar pendidikan dan kewirausahaan.

4. Melakukan Follow Up terhadap program yang sudah dilaksanakan

5. Melakukan evaluasi terhadap program yang sudah dilaksanakan

B. Peserta program

Peserta dari program bina desa ini adalah mencakup semua elemen masyarakat yang terdiri

dari kelompok tani, ibu – ibu kader Posyandu, siswa – siswa SD dan aparat pemerintahan

desa.

C. Pendampingan Progam

Pada tahap awal/inisiasi setiap program pengembangan desa, kami berperan sebagai

pengelola langsung dari program dengan mengikutsertakan masyarakat pada kegiatan

tersebut. Di sini, kami selain sebagai pengelola langsung program, kami juga bertindak

sebagai perantara antara narasumber dengan masarakat. Fase inisiasi atau tahap awal ini

bertujuan sebagai program pengenalan sekaligus program pembiasaan kepada masyarakat

desa tersebut. Setiap akhir dari program, akan dilakukan assessment atau evaluasi tingkat

antusiasme dari masyarakat terhadap program yang telah diberikan.

25

Page 26: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

Selanjutnya pada tahap kedua atau tahap kaderisasi. Selain sebagai pengelola langsung dan

fasilitator, kami juga melibatkan masyarakat desa dalam pengelolaan program. Masyarakat

dilibatkan dalam pengelolaan program setelah melewati fase pembiasaan, untuk bisa menjadi

kader yang dapat melanjutkan program pengembangan desa secara mandiri. Di sini juga kami

bertindak sebagai perantara, baik perantaraan narasumber dengan masyarakat maupun

sebagai distributor dengan pihak luar desa.

Pada fase pendampingan, kami disini hanya bertindak sebagai fasilitator/pemberi materi dan

distributor, kami juga hanya melakukan program pendampingan dan pengawasan terhadap

berlangsungnya program pengembangan yang telah berjalan di bawah pengelolaan

masyarakat secara langsung.

Pada fase akhir, setelah desa ini mandiri dalam melaksanakan program – program

pengembangannya, maka kami hanya akan menjalankan fungsi pengawasan dan propaganda

mengenai desa percontohan yang dapat ditiru oleh desa – desa sekitarnya.

Alur konsep pelaksanaan Bina Desa ini dibagi menjadi 3 bagian :

Tahapan pelaksanaan bina desa dimulai dari tahap pencitraan yang dilaksanakan pada tahun

pertama. Pencitraan ini ialah gerbang pembuka hubungan antara masyarakat dan mahasiswa.

Pada tahapan ini penekanannya lebih kepada bagaimana caranya mencuri perhatian

masyarakat serta mencitrakan image yang baik kepada masyarakat. Harapannya, di akhir

tahun pencitraan ini, masyarakat bisa menyambut dengan baik dan antusias terhadap program

– program yang ditawarkan pada Bina Desa ini.

Kemudian, tahapan kedua dari Bina Desa ialah tahapan pengembangan. Pada tahapan ini,

program Bina Desa lebih mengutamakan program – program yang sifatnya mendidik serta

memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat. Pada tahapan pengembangan

ini, ditujukan pula untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat supaya mau memajukan

kesejahteraan desanya. Targetan dari tahapan ini adalah munculnya kelompok – kelompok

masyarakat yang kompeten dalam bidang pekerjaannya masing – masing, yang ditandai

26

Page 27: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

dengan adanya kelompok kader – kader pada tiap bidang, baik kesehatan, pendidikan,

maupun ekonomi.

Setelah melalui tahapan pengembangan, maka tahapan selanjutnya adalah tahap pemandirian.

Tujuannya yaitu untuk menumbuhkan kemandirian pada masyarakat desa. Tahapan ini

menekankan pada bagaimana caranya masyarakat dapat mandiri dalam menjalankan

program – program yang produktif guna memajukan kesejahteraan di desa. Diharapkan

setelah melewati tahap akhir bina desa, masyarakat mampu untuk membuat program –

program yang dapat meningkatkan produktivitas kinerjanya secara mandiri. Dan tentu saja,

diharapkan bisa menjadi desa percontohan bagi desa di sekitarnya.

Adapun alur pelaksanaan bina desa secara teknis ialah :

Secara teknis, setiap program Bina Desa memiliki langkah – langkah teknis yang telah

dirangkum pada bagan di atas. Langkah awal dari setiap program tersebut adalah program

pengenalan. Pada bagian ini, tujuannya adalah memperkenalkan program yang akan

diterapkan pada masyarakat desa tersebut. Capaiannya ketika mayarakat desa mau dengan

sukarela menerima program yang telah ditawarkan.

Setelah itu, langkah berikutnya adalah program penyuluhan. Program penyuluhan ini

merupakan program yang berorientasi pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada

masyarakat desa. Capaian dari langkah ini adalah masyarakat bisa faham dan mengerti ilmu

dan informasi yang diberikan pada program – program yang dilaksanakan.

Setelah dilakukan penyuluhan, maka proses selanjutnya adalah diadakannya praktik

lapangan. Praktik lapangan ini adalah program yang fungsinya untuk mengimplementasikan

langsung informasi – informasi yang telah didapatkan pada program penyuluhan.

Harapannya, setelah mengikuti program ini, masyarakat dapat terampil dalam menggunakan

ilmu dan informasi yang diberikan pada program bina desa ini.

27

Page 28: UTS Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Desa

Adapun program berikutnya adalah program pengkaderan. Program ini bermaksud untuk

mencari kader – kader yang ahli dan mumpuni dalam bidang kesehatan, ekonomi, ataupun

pendidikan. Harapannya setelah melalui program ini, muncul kader – kader baru yang dapat

menjadi ujung tombak dari masyarakat desa tersebut.

Dan program terakhir adalah program pendampingan. Di program ini, masyarakat desa sudah

dapat menjalankan programnya secara mandiri. Dan pada program ini hanya dilakukan

pengawasan dan pendampingan terhadap program program yang telah berjalan di desa

tersebut.

SUMBER REFERENSI

Buku Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Drs. Taliziduhu Ndraha

Buku KEPALA DESA Dan Dinamika Pemilihannya, Drs. Sadu Wasistiono, MS

Buku Desa Bahagia, Juan M. Flavier

Buku Prospek Pengembangan Desa, Drs. Sadu Wasistiono, MS.

UU No. 5 Tahun 1979

UU No. 22 Tahun 1999

UU No. 32 Tahun 2004

PP No. 72 Tahun 2005

www.legalitas.org

www.stiatasik.ac.id/?file_id=18

www.wikipedia.com

www.unisosdem.org/otonomi/uu22-penjelasan.htm

28