sirasekumala-dewikz

429
8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 1/429 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Giok Hou Ko Kiam Saduran SD Liong Sumber Andu di Indozone.net Ebook oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website : http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/ http://kangzusi.info/ http://ebook-dewikz.com/ 1. Fitnah Berdarah Hoasan di sebelah barat, Hengsan di sebelah timur, Hengsan di sebelah selatan dan Hengsan di sebelah tengah, merupakan Ngo-gak atau lima buah gunung yang termasyhur di Tiongkok, (note: Hengsan-Hengsan itu ejaan sama, huruf berlainan).

Upload: radiaku

Post on 10-Apr-2018

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 1/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Giok Hou Ko KiamSaduran SD Liong

Sumber Andu di Indozone.netEbook oleh : Dewi KZTiraikasih Website :

http://kangzusi.com/  http://dewikz.byethost22.com/ http://kangzusi.info/  http://ebook-dewikz.com/ 

1. Fitnah Berdarah

Hoasan di sebelah barat, Hengsan di sebelah timur,Hengsan di sebelah selatan dan Hengsan di sebelah tengah,merupakan Ngo-gak atau lima buah gunung yang termasyhurdi Tiongkok, (note: Hengsan-Hengsan itu ejaan sama, huruf berlainan).

Page 2: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 2/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  “Di dunia ada tiga puncak yang sukar didaki", demikianseorang penyair ahala Tong menulis. Kiranya yangdimaksudkan itu ialah Tiau-yang-nia, Lian-hoa-nia dan Lok-

gan-nia, tiga buah puncak dari pegunungan Hoasan yangteramat curam serta berbahaya.

Cerita ini terjadi pada musim rontok, dimana daerah-daerahdi propinsi Tiongkok utara, sudah dilanda hawa dingin. Pohon-pohon layu, daun-daun berguguran. Angin barat mulaimenyanyi gemuruh. Suasana malam di pertengahan bulansembilan itu, gelap pekat sekali. Hanya beberapa bintang yangmenghias cakrawala pada malam nan panjang itu .........

Tak jauh dari kaki puncak Lok-gan-nia, terdapat sebuahbiara tua, walaupun karena tuanya, bangunan itu sudahbanyak yang rusak namun dari kejauhan wajah biara itu masihmemantulkan perbawa kemegahannya pada masa yanglampau. Dalam malam nan pekat itu, suasana di biara itumakin sunyi kelam, yang terdengar hanya desiran daunpohon-pohon pek yang di sekeliling biara yang berguguran

ditiup sang angin. Suasana disitu makin menyeramkan.

Tiba-tiba dari kejauhan tampak ada sesosok bayanganhitam lari seperti terbang menuju ke biara tua itu. Dalambeberapa kejap saja, bayangan hitam itu sudah tiba di luartembok biara. Kiranya dia itu seorang pemuda berusia lebihkurang duapuluh tujuh tahun, mengenakan pakaian ringkaswarna hitam, menyanggul sebatang pedang di belakang

bahunya. Perawakannya tegap besar.Dia berhenti di muka biara dan memandang ke dalam.

Demi tampak dalam biara itu gelap gulita tiada penerangannyasama sekali, hatinya tercekat. Merenungkan sejenak, diamembungkukkan tubuh menghadap pintu, lalu berseru: „TecuSiau Hong yang berdosa, menerima titah untuk menghadapinsu."

Tecu artinya murid, in-su ialah guru yang berbudi.

Page 3: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 3/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Baru seruan itu diucapkan, sekonyong-konyong lampulentera dalam biara itu dinyalakan. Menyusul dari dalam biaraitu terdengar seorang tua berseru nyaring: „Kiranya kau masih

taat pada perguruan, masuklah!” Siau Hong benarkan dugaannya bahwa sang suhu sudah

disitu. Buru-buru dia menyahut dengan hormatnya: „Tecumenurut perintah!"

Setelah membetulkan pakaian, dia melangkah masuk.Ruangan dalam biara itu ternyata penuh daun-daun keringberserakan di lantai. Disana sini menunjukkan suasana tak 

terpelihara dan banyak kerusakan. Satu-satunya yang masihbaik keadaannya ialah di bagian ruangan tengah. Disituterdapat sepetik penerangan yang remang-remang.

Tampak oleh Siau Hong, di ruangan tengah itu terdapatsebuah meja sembahyangan yang besar. Meja itu, catnyasudah banyak yang tetel (hilang). Di atas meja ditaruh sebuahpelita minyak. Tertiup oleh angin malam, api pelita itu padam-padam menyala. Suasana disitu terasa menyeramkan sekali.

Di depan meja tampak duduk bersila seorang tojin tua yangbertubuh kurus dan pendek. Sepasang matanya dikatupkan kebawah. Melihat sang suhu, Siau Hong bergegas-gegas masuk lalu berlutut. Dengan kepala menunduk, dia berdatangsembah: „Dengan hormat tecu datang menghadap insu."

Sepasang alis tojin itu agak dijungkatkan, sepasang

matanya berkilat dan kedengaran mulutnya berkata pelahan: „Jadi kau masih mengakui insumu ini?” 

  „Insu .....,” tersipu-sipu Siu Hong menjawab dengan nadagetar.

 „Siau Hong, angkatlah kepalamu!" kata tojin tua itu.

Siau Hong menurut. Baru dia gerakkan kepala, “trang” ......sebuah badik dan sepucuk sampul surat, melayang jatuh

Page 4: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 4/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dihadapannya. Melihat itu wajah pemuda itu berobah seketika.Kembali dia tundukkan kepala.

  „Kau tahu kedosaanmu?” seru tojin itu dengan tertawadingin.

Siau Hong mendongak, menatap wajah suhunya yangkeren. Sahutnya dengan nada tergetar: „Sejak tecumenjalankan titah insu untuk berkelana di dunia persilatanselama lima tahun, rasanya tecu tak melakukan sesuatu halyang melanggar larangan perguruan. Bulan yang lalu setelahmenerima ceng-hu-leng (“Pertandaan kupu hijau", untuk 

meminta pertanggungan jawab sesuatu kesalahan), tecurenungkan bolak balik tanpa mengerti apa kesalahan tecu itu.Kini insu menjatuhkan dakwaan ‘dosa tak berampun' kepadadiri tecu, makin kacaulah perasaan tecu. Mohon insu sudimenjelaskannya."

Tojin tua itu mendengus, tukasnya: „Hem, benar-benar tak menginsyafi. Jawablah pertanyaanku ini, setiap anak muridkita yang berbuat zinah, apakah hukumannya?” 

  „Berharakiri membelek dada, selaku menghaturkan terimakasih kepada perguruan," sahut Siau Hong.

 „Bagus! Lebih dahulu bacalah surat itu!” kata si tojin.

Siau Hong memungut sampul surat itu, lalu membacanya.Habis membaca, dia kucurkan keringat dingin.

  “Siapakah yang melakukan fitnah sedemikian kejinya ini.Memutar balikkan kenyataan dan mendakwa aku sebagaiseorang yang berlumuran dosa tak berampun?” diam-diamSiau Hong membatin. Teringat dia akan watak pribadi suhunyayang keras terhadap setiap kejahatan. Menilik suhunya begitucenderung percaya pada fitnahan itu, bergidiklah Siau Hong.

Tapi baru dia hendak buka mulut membela diri, suhunyasudah mendahului: „Sekarang apa kau sudah mengetahui

kedosaanmu?"

Page 5: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 5/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Insu, surat itu sengaya hendak memfitnah tecu, memutarbalikkan kenyataan, putih dikatakan hitam. Dan lagi surat itutentu bukan Shin-tok locianpwe yang menulis, karena .........” 

  „Diam! Bagaimana kau dapat memastikan surat ini bukanditulis Shin-tok Kek, hem, dalam keadaan begitu rupa, kaumasih hendak membersihkan diri. Benar dengan Giok-houShin-tok Kek aku digolongkan dalam daftar sepuluh Datuk persilatan, tapi selama ini aku tak pernah berhubungandengan dia. Jika harus menunggu sampai dia datang sendirimeminta pertanggungan jawab ke biara Siang Ceng Kiong sini,dimanakah mukaku hendak kusembunyikan?"

Tojin tua itu berhenti sejenak, lalu berseru pula: „SiauHong, pantangan dari Siang Ceng Kiong kita sangat keras.Terhadap siapapun murid yang melanggar, tiadapengecualiannya. Meskipun kau adalah murid kesayangankuyang kuwarisi seluruh kepandaianku, tapi dalam hal ini,akupun tak dapat memberi ampun padamu. Oleh karena kausudah mengetahui sendiri apa hukuman menurut perguruan

kita, rasanya tentu tahulah sudah bagaimana kau harusbertindak. Nah, kau habisi jiwamu sendirilah!"

Melihat suhunya dirangsang hawa amarah, Siau Honginsyaf segala pembelaan tentu tak berguna. Akhirnyaberkatalah dia dengan rawan: „Sejak tecu tinggalkanperguruan selama lima tahun, tecu merasa yakin tak pernahberbuat sesuatu hal pelanggaran besar. Sekalipun ada

kesalahan, tapi bukan dosa tak berampun. Dua bulan yanglampau, dua kali tecu naik gunung tetapi insu kebetulansedang berkelana, jadi tak dapat menjumpai ..........” 

 „Kini insu ternyata percaya penuh bunyi surat itu, walaupuntecu tak berani membantah, tapi dalam sanubari, tecu tetapmenolak tuduhan itu. Tecu telah menerima budi besar dariinsu, apa yang insu titahkan, tecu tak berani ingkar. Tecusedia bunuh diri, hanya saja tecu berharap semoga

dikemudian hari, dosa yang dituduhkan kepada tecu itu dapat

Page 6: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 6/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dibersihkan, sehingga nama tecu dapat direhabilitasi(dikembalikan) pula. Dengan begitu, dapatlah tecu meram dialam baka. Untuk budi besar yang insu limpahkan itu, kelak 

dipenjelmaan lagi, barulah tecu dapat membalasnya!"Ucapan itu ditutup dengan menyambarnya badik di atas

lantai dan secepat kilat, “cret .......” badik itu tertanam di dadaSiau Hong. Darah menyembur, tubuh terkapar!

Berbareng dengan rubuhnya tubuh pemuda itu, si tojin tuaberputar tubuh. Rupanya diapun tak tega melihat muridkesayangannya mengakhiri hidupnya secara begitu

mengenaskan!Tiba-tiba dari jauh di luar biara sana, terdengar kumandang

tertawa memanjang macam naga meringkik. Mendengar itu, sitojin tua berobah wajahnya, ya, hanya dalam berapa kejapanmata saja, suara tertawa itu sudah berada di luar biara. Danpada lain kejap lagi, seorang tua bertubuh gemuk pendek danberwajah merah muncul di ruangan tengah itu bersamaseorang nona yang mengenakan baju warna merah.

Demi melihat tubuh Siau Hong terkapar di lantai,menjeritlah nona itu, terus lari menubruknya. Si orang tuagemuk pendek banting-banting kaki menghela napas: „Terlambat setindak .........” 

Sewaktu tojin kate itu terkejut melihat kedatangan tamu-tamu yang tak diundang itu, si orang tua gemuk tertawa keras

dan menegurnya: „Ay-kui, sudah beberapa tahun kita tak berjumpa, tak kunyana temperaturmu (hawa panas), masihseperti dulu. Mengapa kau tinggalkan biara Siang Ceng Kiongyang megah dan mengadakan persidangan di biara rusak semacam ini? Sebenamya, kesemuanya itu omong kosongbelaka. Aku hanya hendak bertanya sepatah padamu,bukankah anak itu kau yang mendesaknya supaya bunuhdiri?"

Page 7: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 7/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sepasang alis si tojin kate berjungkat. Ujarnya: „Bok loji,aku tengah menjalankan peraturan kaumku, mengadakanpembersihan perguruanku, apa sangkut pautnya dengan kau?

  Akupun hendak balas bertanya padamu, siapakah anak perempuan itu?” 

Si orang tua gemuk tertawa terbahak-bahak, sahutnyadengan sinis: „Hebat sekali rasanya peraturan danpembersihan yang kau lakukan itu, ha? Aku Siau-sian-ong Bok Tong memang suka usil, ini diketahui oleh orang sejagat. Cobakatakan, apa dosa anak itu hingga kau paksa supaya bunuhdiri!"

Tojin tua yang dipanggil Ay-kui (setan cebol) oleh si orangtua gemuk yang bergelar Siau-sian-ong atau Dewa Tertawaitu, menyahut dengan dingin: „Dia melakukan zinah, tidakkahselayaknya dihukum mati!"

Si Dewa Tertawa Bok Tong tersenyum: „Hem, kiranyabegitu!" Secepat itu, wajahnya berobah sungguh-sungguh,katanya pula: „Apa kau mempunyai bukti?” 

Si tojin pendekpun tak kurang marahnya, lantang-lantangdia menghardik: „Aku mengurus anak perguruanku sendiri,apa sangkutannya denganmu? Datang-datang kau lantasmarah-marah, aturan mana itu? Kalau tak mengingat kitabersama dijajarkan dalam sepuluh Datuk, malam ini aku tentuminta keadilan padamu?” 

Kemudian menunjuk ke arah si nona baju merah yangmenelungkupi tubuh Siau Hong dengan menangis terlara-lara,bertanya pula dia: „Bok loji, siapakah budak perempuan itu?"

Si Dewa Tertawa tertawa: „Sudah tentu aku tak berhak mencampuri urusan rumah tangga perguruanmu. Jangankankau bunuh seorang, sekalipun kau sembelih sepuluh-duapuluhanak muridmu, akupun tak peduli. Tentang pernyataanmuuntuk minta keadilan padaku, memang aku sudah jemu hidup

begini lama, maka alangkah bahagianya kalau aku dapat

Page 8: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 8/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

bertemu dengan seorang tojin berilmu yang dapatmenyempurnakan jiwaku, hanya saja ......” 

Berkata sampai disini, dia terhenti sejenak, lalu kembalitertawa keras: „Ay-kui, sudahlah jangan omongkan yangtidak-tidak. Bukankah kautanyakan anak perempuan itu? Diaadalah anak pungutku puteri si Rase Kumala (Giok-hou) Shin-tok Kek yang bernama Shin-tok Lan. Karena dialah makakudatang dari ribuan li akan meminta keadilan padamu. Nah,kini janganlah salahkan lohu kalau usilan!” 

Mendengar itu si tojin pendek terkejut dan marah. Namun

si Dewa Tertawa tak menghiraukannya, dia melangkahmenghampiri kedekat si Lan. Dibelai-belainya rambut nonabaju merah itu, katanya: „A Lan, orang yang sudah matitakkan hidup lagi, menangispun tiada berguna. Malam ini akusi tua bangka ini tentu akan minta peradilan pada setanpendek itu."

Sampai pada saat itu, si tojin pendek tak dapat menguasaidirinya lagi. Tertawalah dia dengan sinis: „Bok loji, apa kaukira akupun tak layak minta keadilan padamu?"

Memandang ke arah si nona baju merah dengan perasaanmenghina, tojin pendek itu berkata pula: „Ia puterinya si RaseKumala, itu sungguh kebenaran sekali. Jangan membabi butalemparkan tuduhan padaku dulu, tapi lihatlah surat ini,kemudian baru nanti akan kuminta pertanggungan jawabnyaShin-tok Lan yang telah memikat muridku!"

Sekarang giliran si Dewa Tertawa Bok Tong yang terkesiap.Melihat kesungguhan wajah tojin pendek itu, tentulah adabukti yang kuat. Benar ketua Siang Ceng Kiong itu pemarahdan berhati tinggi (angkuh), tapi pribadinya amat kerasterhadap kejahatan, baginya putih tetap dikatakan putih,hitam ya hitam. Kalau tiada memegang bukti, tak nanti diaseyakin itu. Berpaling ke belakang, Bok Tong melihat si Lan

masih menangisi jenazah Siau Hong, tanpa mempedulikanpercakapan kedua tokoh itu.

Page 9: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 9/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Shin-tok Lan lurus perangai dan Siau Hong seorang muridterkemuka dari perguruan terkenal. Sepintas tinjau, keduanyatentu tak mungkin berbuat sesuatu yang melanggar

kesusilaan. Tapi apabila seorang pemuda itu galang-gulungdengan seorang pemudi, kemungkinan pelanggaran itumemang mungkin terjadi. Menilik anak perempuan itu begitumendukai kematian Siau Hong, kecenderungan tuduhan itubukan tak mungkin. Ah, kalau benar demikian halnya,bagaimana tindakanku nanti .........?” 

Demikian Bok Tong menimang-nimang dalam hati. Tapipada lain kilas, dia berpikir: „Ah, sekalipun benar begitu, tohShin-tok si rase tua itu sebelumnya sudah merestuiperkawinan itu. Jadi kalau terjadi pelanggaran itu, sekalipunSiau Hong harus mendapat hukuman tapi tak seharusnyadihukum mati. Ah, mengapa perlu jeri terhadap setan cebolini!"

Dengan kesimpulan itu, si Dewa Tertawa menjemput suratdari sisi tubuh Siau Hong, lalu dibacanya:

Dihaturkan kepada yth.,

Goan Goan Totiang

di biara Siang Ceng Kiong

Dengan hormat,

Lama nian aku mengagumi kebesaran nama totiang dankediaman totiang di gunung Mosan yang terkenal keindahanalamnya. Sayang sang waktu belum mengizinkan.

 Ada suatu hal yang perlu kumohon perhatian dari totiang.Pada musim semi yang lalu ketika siao-li (anak perempuanku)Shin-tok Lan berkelana di dunia persilatan, secara tak terdugatelah berkenalan dengan murid totiang yang bernama SiauHong. Lekas sekali keduanya makin erat hubungannya, salingmembantu saling tukar menukar ilmu silat. Tapi ternyata Siau

Hong itu berhati culas. Menggunai kesempatan yang tak 

Page 10: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 10/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

terduga, dia telah berani berbuat sesuatu yang hina, sehinggakesucian siao-li tercemar. Ini suatu perbuatan zinah yangmembangkitkan kemarahan umum.

Demi menjaga nama baik perguruan totiang, maka telahkukirim seorang anak murid untuk menghukum siao-li. Dalampada itu, mengingat totiang seorang ulama yang memegangteguh kesucian dan peraturan perguruan, maka dengan inimengharap dengan hormat agar menjatuhkan hukumankepada Siau Hong.

Kubersedia menantikan kabar baik totiang dalam waktu tiga

bulan. Apabila belum menerima kabar apa-apa, maaf, akuterpaksa akan membikin kunjungan pribadi kepada totiang,untuk mohon keadilan.

Sekian terhiring doa selamat dan hormat.

Pemilik gubuk Kiam-jui-suan dari lembah Liu-hun-kiapgunung Tiam-jong-san.

Waktu membaca jantung Bok Tong serasa mendebur kerasbahna saking kejutnya. Akhirnya dia menghela napas longgar.Surat disimpan ke dalam baju, lalu katanya: „Kukira sebuahbukti apa, sehingga telah menggoncangkan seorang datuk persilatan seperti Goan Goan totiang yang dengan tak menghiraukan jarak ribuan telah perlukan datang ke biara tuasini untuk mengadakan persidangan. Ay-kui, kecuali surat ini,apakah masih ada bukti lain?"

  “It-ceng, ji-to, sam-siancu, Giok-hou, Song-sat, Siau-sian-ong''. Demikian orang persilatan menggelari nama dari kesepuluh Datuk itu. Artinya ialah: seorang paderi, dua orangtojin (imam), tiga dewa, si Rase Kumala, sepasang iblis dan siDewa Tertawa.

Goan Goan totiang yang digolongkan dari ji-to (2 orangtojin) itu, tampak membesi wajahnya demi ditertawai oleh si

Dewa Tertawa.

Page 11: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 11/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Apakah surat itu belum cukup menjadi bukti?" serunyadengan nada berat.

Tertawa si Dewa Tertawa atau Siau-sian-ong: „Fui!Kecewalah kau seorang setan pendek yang tak kenal malu.Siapakah yang mengatakan kau seorang alim ulama yang taatbersembahyang dan tak pernah limbung pikiranmu? Tidakkahkau pernah melihat seekor babi berjalan? Walaupun tak pernah berhubungan dengan setan tua she Shin-tok itu,sedikitnya kau mempunyai telinga untuk sekurang-kurangnyamendengar juga akan wataknya yang serba sederhana, anehdan tenang sabar. Tidak seperti dirimu, seorang yang mudahmarah-marah. Kecewa kiranya kau hidup sampai sekian tua,tapi ternyata mudah percaya akan sebuah surat palsusehingga mengorbankan seorang murid. Sudah begitu, kaumasih berani jual lagak mau memarahi orang. Huh, kalaumalam ini kau tak memberi keadilan padaku, jangan harapdapat keluar dari biara rusak ini!"

Mendengar itu bukan kepalang kejut Goan Goan totiang.

Tersipu-sipu dia menegas: „Bok loji, benarkah ucapanmu itu?” 

 „Masakan lohu sudi membohongimu!" sahut Bok Tong.

 „Kalau begitu, coba kau terangkan ciri-ciri kepalsuan suratitu!"

Si Dewa Tertawa sejenak sapukan matanya ke arah GoanGoan totiang, kemudian dengan wajah keren dia berkata:

  „Ketahuilah, sepanjang hidupnya Shin-tok si lokoay itu,seorang pemuja seni keindahan. Dia seorang ahli penyair, ahlimusik, main catur, menulis dan melukis. Dalam bidang-bidangkesenian itu, dia mahir semuanya. Baik ilmu sastera dan ilmusilat, dia seorang gene (bakat) yang cemerlang.Pengetahuannya amat luas, otaknya sangat tajam. Olehkarena itulah maka kaum persilatan menggelarinya dengan  julukan Giok-hou (Rase Kumala). Sebuah julukan yang

mengunjukkan kekaguman dan pemujaan. Berpuluh tahunlamanya dia begitu gandrung dengan gelaran itu. Baik menulis

Page 12: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 12/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

surat maupun meninggalkan alamat nama dimanapun, selaludia memberi sebuah simbol yang berupa lukisan seekor raseterbang berwarna putih perak.” 

 „Tapi coba kauperiksa surat tadi. Disitu hanya dibubuhi tigabuah huruf nama Shin-tok Kek. Ini berlawanan dengankebiasaannya. Demikian alasanku yang pertama. Dan yangkedua kalinya. Selama menulis, Shin-tok lokoay tentumenggunakan huruf bentuk aliran ahala Song, kurus namunkuat. Tetapi huruf-huruf dalam surat ini, menggunakan bentuk aliran ahala Gui. Benar guratannya cukup gagah, tapi yangterang, bukanlah buah tangan si lokoay she Shin-tok itu.” 

  „Pribadi lokoay itu dingin, tinggi hati. Angkuhnya bukankepalang. Kalau benar Siau Hong gunakan tipu muslihatmencemarkan anak gadisnya yang tunggal itu, masakan diabegitu sungkan mau memberi tempo tiga bulan padamu?Mungkin siang-siang Siang Ceng Kiong sudah akan ludassampai ayam dan anjingnya semua. Inilah alasan yangketiga.” 

 „Nah, dengan tiga faktor itu, cukuplah membuktikan suratitu palsu adanya. Disamping itu, seorang jumawa macam silokoay Shin-tok, ternyata penuju kepada murid kesayanganmuitu. Terhadap pribadi dan ilmu silat Siau Hong, dia memberipujian tinggi dan menilainya sebagai seorang tunas mudayang berbakat. Tiga bulan yang lalu, dia memberi restuputerinya diperisteri Siau Hong, Sebuah mainan kumala milik 

Siau Hong, diambilnya selaku panjar pertunangan, kemudiandisuruhnya kedua calon pasangan itu menuju ke Mosan gunameminta persetujuanmu. Turut keterangan si Lan, dua kaliSiau Hong pulang ke Mosan, tapi tak berhasil menemuimukarena kau sedang keluar pintu. Jadi tak dapatlah diamemberi laporan kepadamu.” 

  „Duapuluh hari yang lalu, secara kebetulan dari mulutseorang penjahat aku memperoleh keterangan, bahwa ada

seseorang hendak mencelakai kedua anak muda itu secara

Page 13: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 13/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

menggelap. Walaupun lika-likunya belum jelas, tapi pertama,budak perempuan itu adalah anak pungutku, kedua, memangaku si tua bangka ini suka usilan mengurus perkara. Maka

akupun tak segan-segan lagi mencari mereka. Tiga harikemudian, baru kujumpai mereka diperbatasan Kansu. Tapikala itu karena menerima lencana Ceng-hu-leng, Siau Hongsudah bergegas menuju ke Hoasan sini. Mendengar itu,segera kuajak si Lan menyusul. Tapi cialat ....... ternyatasudah terlambatlah. Kaulah seorang setan cebol yangsenantiasa menuruti nafsu sendiri, sehingga menghancurkansebuah mahligai perjodohhan yang bahagia!"

Bok Tong mengakhiri penuturan dan dampratannya itudengan sebuah helaan napas panjang ...... Goan Goan Cutegak membisu, rupanya sang nurani berkabut sesal. Namunwataknya yang keras itu, melarang mulutnya mengakuikesalahannya. Dengan wajah muram, dia mondar-mandirsembari tundukkan kepala. Sejenak kemudian .........

Tiba-tiba dilihatnya Siau-sian-ong Bok Tong yang berdiri di

pinggir itu, memandangnya dengan senyum sinis, seolah-olahmengejeknya. Seketika bangkitlah hawa amarahnya!

  „Bok loji, taruh kata apa yang kau beberkan tadi benarsemuanya, tapi masih hendak kutanya padamu, apakahmereka berdua itu, seperti apa yang dikatakan surat itu, sudahmelakukan perbuatan yang terlarang?" serentak dia ajukanpertanyaan. Suatu pertanyaan yang membuat si Dewa

Tertawa pusing tujuh keliling.  “Ah, bagaimana harus kujawab pertanyaan itu,” dia

mengeluh dalam hati. Tanpa terasa, dia melirik ke arah Shin-tok Lan, lalu menundukkan kepala.

  „Bok loji, kiranya kau tak dapat menjawab hal itu!" GoanGoan Cu tertawa dingin.

Seketika wajah seperti bulan purnama dari Dewa Tertawa

itu, merah padam. Tiba-tiba dia mendongak dan tertawa

Page 14: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 14/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

keras. Serunya: „Ay-kui, kalau kau mengira aku bungkamdalam seribu bahasa, itu salah besar. Seorang anak mudayang sudah mendapat izin pernikahan dari orang tuanya,

mungkin ada kalanya tak dapat mengendalikan diri. Tapi halitu hanyalah soal formalitas (peresmian) belaka, sekali-kali tak dapat dikatakan melanggar susila, lebih tak dapat dituduhberzinah pula. Apalagi mereka tidak ...........” 

 „Bagaimana kauyakin kalau tidak? Hem, dengan mengingatpertunangan tanpa meminta persetujuan pihak guru, dalamperguruan kami sudah berarti dosa. Kalau bukan kawanan tuabangka yang enggan mati seperti kamu yang berdiri dibelakangnya, dia tentu tak sebesar itu nyalinya!"

Goan Goan berhenti sejenak, lalu menyambungnya lagi:  „Bok loji, kau telah mencampuri urusan dalam Siang CengKiong, apa katamu selanyutnya?” 

 Amarah Goan Goan makin membara, nadanya makin keras.Mukanya yang kurus berobah-robah wamanya. Kuningmenjadi putih, lalu kereng gelap.

Diam-diam Bok Tong mengeluh. Melihat naga-naganya,sukarlah urusan malam ini diselesaikan secara damai. Tapidiapun seorang jago tua yang masih suka turuti hawa nafsu.Sekalipun suasana menjadi genting, namun sedapat mungkindia tetap berlaku tenang.

Menatap ke arah wajah Goan Goan Cu, dia tertawa

mengikik: „Ay-kui, untuk minta aku membayar keadilan,mudah sekali. Kecuali terhadap diri Siau Hong calon anak menantuku yang gagal itu, akupun berhak mencampuri urusanorang-orang yang suka jual kejumawaan.” 

Bahwa setelah sadar dirinya tertipu surat kaleng sehinggakeliru membunuh murid kesayangannya, Goan Goan Cu sudahpenuh sesal. Kini tambahan lagi didamprat dengan tertawaoleh si Dewa Tertawa, darahnya naik. Untuk ejekan yang

terakhir dari Bok Tong itu, tak dapat dia kendalikan diri.

Page 15: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 15/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

---ooo0dw0ooo---

2. Pertempuran Dua Datuk Persilatan

  „Bok loji, kau keliwat menghina!" bentaknya denganmenggerung. “Wut,” dia jotos dada Bok Tong.

Tahu karena malu orang lantas marah-marah, si DewaTertawa gerakan tangan menangkis, seraya berseru setengahmengejek: „Bagus!"

Begitu angin pukulan lawan hampir mengenai tubuh, Bok Tong angkat kaki kirinya ke atas. Dengan berdiri pada kakinya

kanan, dia berputar-putar macam daun teratai tertiup angin.Secepat pukulan orang lalu di sisinya, dia kibaskan lenganbaju kiri dalam gerak hun-hoa-hud-liu (bunga berhamburan,batang liu bergoyang). Cepat laksana kilat, dia sambar jalandarah meh-bun-hiat lawan.

Sebelum Goan Goan Cu sempat merobah serangannya,laksana burung elang menyambar anak ayam, tangan kananmerangkul pinggang Shin-tok Lan. Sekali tubuh bergerak,Dewa Tertawa itu sudah menerbangkan anak dara itu keluarruangan.

Shin-tok Lan ternyata sudah seperti patung tanpa jiwa. Iatak tahu sama sekali akan kegentingan kedua tokoh datuk itu.

  “Ah, cinta itu memang dapat membutakan orang.” Demikian pikir Bok Tong.

Ditepuknya pelahan-lahan bahu nona itu, katanya „Lan,setan kate itu sukar dihadapi. Kuatkanlah semangatmu danbersembunyi di belakang, agar jangan sampai kesasarterluka!"

Dengan berlinang-linang air mata, Shin-tok Lan mengawasisi Dewa Tertawa sembari mengangguk-angguk. Tapi entah diamendengar tidak kata-kata Bok Tong itu.

Page 16: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 16/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Saat itu Goan Goan Cu sudah mengejar keluar. Wajahnyamembesi, rambut janggutnya menjulai tegak, pertandakemarahannya yang meluap-luap. Berdiri di atas tangga

ruangan, dia menatap Bok Tong dan tertawa dingin beberapakali.

  „Bok loji, kau kira dapat melarikan diri, hem, tidaklahsemudah itu?” 

Siau-sian-ong tertawa gelak-gelak, sahutnya: „seumurhidup, lohu tak dapat menulis kata-kata “lari". Mari, marilah,ruangan dalam amat sempit, lohu akan menemanimu

bermain-main disini, agar kau si setan kate ini dapat matidengan meram.” 

Tanpa menyahut, Goan Goan Cu melambung setombak tingginya, dua buah lengan dipentang ke atas, dalam gerak kim-tiau-can-ki (burung alap-alap pentang sayap), diamenyerang ke bawah. Serangkum angin keras, menyerbu ataskepala Bok Tong.

Kuatir kalau Shin-tok Lan terluka, buru-buru dia dorongnona itu mundur, kemudian dengan gerak oh-gan-kiau-hunatau rebah melihat awan, setengah mendongak ke atas, diamiringkan tubuhnya ke samping. Sebuah jurus yang indah,dan lihay, hingga dengan mudahnya serangan Goan Goan Cutadi dapat dielakkan.

Dua kali serangannya dapat dihindari, marah Goan Goan Cu

meluap-luap. Begitu turun ke bumi, sepasang lengandijulurkan lurus ke muka dalam jurus keng-thau-liat-an(ombak dahsyat mendampar tepi). Angin yang mengandungtenaga macam barisan gunung rubuh ke laut, menyambar kearah Siau-sian-ong.

Dewa Tertawa ini tetap berseri wajahnya. Kaki kiri agak dilintang dalam kuda-kuda to-jay-chit-sing-poh, lengan bajudikibaskan terbalik, dua buah tangannya gemuk kemerah-

Page 17: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 17/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

merahan, didorongkan ke muka dada. Nyata dia hendak menyambut kekerasan dengan kekerasan juga.

Keduanya adalah dua datuk dari zaman itu. Mereka sama-sama tergolong dalam sepuluh Datuk. Jadi bagaimanakesaktian mereka, kiranya tak perlu komentar panjang lebarlagi. Cukuplah dikatakan hebat, dahsyat, menggemparkan!

Sewaktu rumput-rumput yang kena terbabat sambaranangin pukulan mereka itu sama berhamburan terbangkemana-mana, dua-duanya ternyata sama mundur dualangkah. Si Dewa Tertawa wajahnya memerah darah, rambut

kepalanya yang sudah putih, sama menjingkrak.Sedang wajah Goan Goan Cu berwarna kelabu besi,

sikapnya keren sekali. Mereka berdua terpisah dua tombak,tegak membisu saling berpandangan. Dua-duanya samamenginsyafi, bahwa lawannya ternyata memang tak bernamakosong. .

Sejenak kemudian, tiba-tiba Siau-sian-ong tertawa keras,

serunya: „Ay-kui, kalau belum menguji kepandaian tentubelum ada penyelesaian. Nah, kaupun harus menerimapukulan satu kali!"

Mulut berkata, tangan menghantam. Serangkum anginpanas segera menyerang Goan Goan Cu.

Tojin inipun tak mau unjuk kelemahan. Kaki kiri agak mundur setengah langkah, kedua tangan dibalikkan ke muka

untuk mengadu kekerasan. Kembali terdengar suara tamparanyang dahsyat.

Kedua bahu Siau-sian-ong bergoyang-goyang, tubuhnyamenyurut ke belakang sampai dua langkah.

Sedangkan Goan Goan Cu, ternyata tersurut sampai tigalangkah.

Page 18: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 18/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dalam suatu pertandingan para tokoh ternama, terpautseinci dua saja, sudah dapat diketahui menang kalahnya. Jadimenurut ukuran, Goan Goan Cu harus mengaku kalah unggul.

Saat itu wajahnya yang kurus tirus, menjadi merah padam.Sepasang matanya memancarkan sinar api. Sekonyong-konyong tojin ini menggerung keras. Melangkah maju,sepasang tangan dipecah, dengan gerak song-yang-hing-chiu(sepasang matahari memencar tangan), dia merangsang jalandarah ki-bun-hiat Bok Tong.

Walaupun sudah unggul, namun Bok Tong cukup

menginsyafi bahwa serangan Goan Goan Cu yang dilancarkandengan penuh kemarahan itu, hebatnya bukan kepalang.Serangan kalap yang dilakukan oleh seorang tokoh darisepuluh Datuk, dapat dibayangkan kedahsyatannya. Diapuntak berani lengah. Begitu tubuh setengah diputar ke belakang,lebih dahulu dia kirim dorongan tangan kiri ke arah Shin-tok Lan. Begitu nona itu terdorong mundur sampai dua tombak lebih, baru dia berjumpalitan mundur untuk menghindari

serangan lawan.

Goan Goan Cu tertawa dingin. Bagaikan bayangan diamembayangi maju.

  „Mau lari kemana kau!" bentaknya dengan keren. Tangankanan dihantamkan ke muka, sambaran anginnya dibuatmencegat Bok Tong yang hendak lari mundur. Dalam pada itu,tangan kiri digerakkan dalam jurus oh-liong-tham-cu (naga

hitam merebut mustika), mencengkeram jalan darah yu-kian-hiat.

Terperanjat juga Bok Tong melihat gaya serangan GoanGoan Cu yang sedemikian dahsyatnya itu. Kalau tak berusaha,tentu dia akan mati berdiri. Secepat otaknya bekerja, tiba-tibadia berhenti tegak. Dengan begitu dapatlah secara indah danmengagumkan, dia biarkan rangsangan lawan lewat di sisi

bahunya.

Page 19: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 19/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Bagi tokoh persilatan kelas berat, menang kalahnyabertanding, hanya berlangsung dalam beberapa detik saja.Cara menghindar dari Siau-sian-ong Bok Tong itu, luar biasa

berbahayanya. Serambut saja dia kurang tepat bergerak kalautak binasa tentu akan terluka berat. Benar-benar ajaib danmengherankan, sehingga seorang tokoh Goan Goan Cusampai terkesiap dibuatnya.

  Adalah diwaktu lawan tertegun, bukannya mundursebaliknya si Dewa Tertawa malah maju. kedua lengandisorongkan ke muka, jari dan kepalan digunakan menyerang.Sekali gus dia lancarkan tiga buah serangan.

Dirangsang secara begitu, Goan Goan Cu terpaksa mundurdua langkah.

Mendapat hati, Bok Tong tak mau sia-siakan kesempatan,cepat dia gunakan ilmu simpanannya tun-yang-cap-pwe-ciap(delapanbelas buah pembuka hawa yang murni) untuk memburu Goan Goan Cu.

Goan Goan Cu pun segera gunakan ilmunya yang sudahtermasyhur di kolong persilatan yakni sam-im-coat-hu-ciang,untuk menghadapi lawan. Sam-im-coat-hu-ciang artinya ilmupukulan "tiga pukulan hawa negatif pemusna”. Keduanyasama meyakinkan ilmunya selama berpuluh tahun. Tun-yang-cap-pwe-ciap, sifatnya keras macam hawa positif. Sedangsam-im-coat-hu-ciang berkadar lunak lemas macam kapas.

Dua-duanya dapat menguasai permainannya sedemikianrupa, hingga seolah-olah orang dan gerakannya menunggal  jadi satu. Yang tampak hanya berkelebat bayangan kelabudan kuning dengan sebentar-sebentar kedengaran suaratamparan keras yang memecah telinga. Setiap gerak, setiap jurus, mengandung angin hawa kong-gi. Ruangan depan yangsekian besamya itu, seolah-olah dilingkungi oleh sambaranangin pukulan mereka.

Page 20: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 20/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dalam biara tua di atas pegunungan Hoa-san yang sunyisenyap itu, terjadi pertempuran dahsyat yang jarang terjadi didunia persilatan. Dalam sesingkat waktu saja, pertempuran itu

sudah berlangsung lebih dari seratus jurus.Selagi kedua datuk itu bertempur mati-matian saling

keluarkan keyakinannya selama berpuluh tahun itu,sekonyong-konyong terdengar tembok rubuh yang gempar.  Api muncrat, disusul dengan sebuah jeritan yangmenyeramkan.

Kedua tokoh yang sedang bertempur itu kaget tak terkira.

Tanpa ajak-ajakan, mereka sama loncat keluar jendela:Ternyata mereka dapatkan bahwa ruangan dalam tempatGoan Goan Cu mengadili muridnya tadi, karena temboknyasudah banyak yang pecah, tak kuat menahan deru sambaranangin yang terbit dari hantaman kedua tokoh itu. Ruangan itukini ambruk seluruhnya, dan mayat Siau Hong pun teruruk dibawahnya. Jeritan seram tadi, keluar dari mulut Shin-tok Lan.

Saat itu Shin-tok Lan laksana seorang gila, tangisnyamengiang-ngiang „engkoh Hong, engkoh Hong”. Luapanhatinya yang hancur berkeping-keping, membuat tubuhnyagemetar terhuyung-huyung. Tanpa menghiraukan segala apa,nona yang bemasib malang itu segera lari menujuketumpukan puing, lalu jatuhkan diri, menelungkupi danmenangis tersedu-sedan.

Suasana yang penuh hawa pembunuhan tadi, seketika sirap

berganti dengan suasana sayu yang merawankan. Tiada tahanlagi si Dewa Tertawa menahan haru napasnya.

  “Mengapa nasib yang menyedihkan, menimpa diri nonayang baik itu? Mana ia dapat menahan kedukaan yangsehebat itu, ah, lohu tak boleh membawa kemauan sendiri!” pikirnya.

Kuatir Shin-tok Lan akan menderita goncangan bathin yang

hebat, maka Bok Tong segera loncat menghampiri. Masih

Page 21: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 21/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

terpisah beberapa meter jauhnya, dia gerakkan jarinyamenusuk. Tenaga tusukan dari jauh itu, cukup membuat sinona rubuh.

Setelah itu Siau-sian-ong berputar tubuh menghadap kearah Goan Goan Cu, serunya: „Ay-kui, rupanya perhitunganmalam ini belum dapat dibereskan. Si Lan menanggung deritahebat, agar jangan melukai hawa murninya, perlulah haruslekas-lekas ditolong. Dalam hal ini karena aku si tua bangkasudah campur tangan, jadi tentu akan bertanggung jawabpenuh. Tentang soal apakah kesalahan Siau Hong layak mendapat hukuman sekejam itu, dan siapakah yang mengirimsurat fitnah berdarah itu, kelak aku tentu menyelidiki sampaiterang. Dengan begitu kiranya tentu dapat membuat seorangsetan kate seperti kau ini akan mengakui ketololanmu.Matahari tetap akan bersinar, kalau kita berdua tua bangka inimasih sama hidup, lohu tentu akan mengunyungi Siang CengKiong untuk membereskan semua persoalan ini!"

Tanpa menunggu jawaban Goan Goan Cu, tubuh Shin-tok 

Lan dikepitnya. Sekali bergerak tubuh orang tua gemuk itusudah melambung dua tombak tingginya, disitu diaberputaran, lalu bagaikan seekor burung garuda terbang, diasudah melayang keluar dari biara rusak itu. Suara tertawakeras macam naga mengaum, terdengar dari arah luar, makinlama makin jauh dan pada lain saat sirap lenyap.

Kini yang tertinggal hanya si tojin pendek Goan Goan Cu.

Ditabur oleh angin malam nan dingin, matanya terpakumemandang ke arah tumpukan puing yang menguruk jenazahSiau Hong.

Pikiran melayang, hati berkabut sesal ..........

Dinihari di awal musim panas. Bulan dan bintang dicakrawala mulai menjuram. Barisan gunung yang merupakantapal batas antara propinsi Siamsay selatan - Kansu - Suchan,

mulai menampilkan puncak-puncaknya dari selimut awanmalam. Awan yang beterbaran itu, dihias dengan latar

Page 22: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 22/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

belakang langit yang berwarna keperak-perakan, membuatpemandangan alam pegunungan dikala menjelang pagi itu,sebuah panorama yang indah menyengsamkan.

Permukaan puncaknya yang mulai menghijau, bergariskansaluran-saluran air dan bertaburkan karang-karang yangberaneka bentuknya. Hari makin terang, fajar mulaimenyingsing. Di dataran luas pada sebuah puncak yangmenjulang tinggi, tampak ada seorang anak lelaki berumurtigabelas-empatbelas tahun, sedang bergerak kian kemari.Rupanya dia tengah berlatih suatu ilmu silat yang tinggi.

Jejaka tanggung itu berwajah putih, gigi rata bertutupkansepasang bibir yang merah segar. Menurut ukuran, diatergolong seorang pemuda yang cakap. Hanya sayang adacirinya sedikit, yakni sepasang alisnya yang tebal jengat itu,memancarkan hawa pembunuhan.

Setelah sekian lama berputar-putar, dia berhenti merenung,sebentar mengerut, sebentar berseri girang. Seolah-olahpelajarannya itu amat tinggi dan sulit, hingga dia harus perasotak memecahkannya. Pada lain saat, sekonyong-konyong diabergerak lagi, kali ini bahkan lebih cepat dari tadi. Yangkelihatan hanyalah sesosok bayangan warna hijau berputar-putar mengelilingi tanah seluas dua tombak.

Berbareng itu, wajahnyapun berseri kegirang-girangan.Kiranya sudah berhari-hari dan bermalam-malam dia putarotak memecahkan pelajaran itu, namun belum dapat

menyingkap rahasia dari gerakan ajaib itu. Bahwa pada saatitu, akhirnya dapat juga dia menembus tabir rahasia itu, sudahtentu dia girang setengah mati.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara orang ketawa.Cepat si pemuda kecil itu hentikan gerakannya dan berpalingke belakang. Pada dahan sebuah pohon sepuluhan tombak   jauhnya, berbaring seorang tua bertubuh gemuk pendek,

wajah merah rambut putih menguban. Orang tua itu

Page 23: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 23/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

mengulum senyum, mengangguk-angguk kepada pemudakecil itu. Rupanya dia memuji hasil anak itu.

Melihat orang tua itu berlaku begitu, merahlah muka sianak.

Serentak mulutnya berteriak: „Yah, kau .......” dan secepatitu dia sudah loncat ke tempat si orang tua.

Pak tua gemuk mendongak tertawa terkial-kial. Desisanginnya sampai merontokkan daun-daun di sekitarnya,burung-burung sama terkejut beterbangan. Sesaat kemudiantiba-tiba lengan baju orang tua itu dikebutkan dan „terbanglah" dia ke arah pohon lain. Caranya dia bergerak, tak ubah seperti seekor burung.

  „Yah, kau mau lari? Akan kukejar sampai dapat!" seru si  jejaka tanggung sembari ayun tubuh loncat ke dahan tempatsi orang tua tidur tadi. Dari itu, dengan gunakan gerak it-ho-  jong-thian atau burung bangau menobros langit, diamelambung sampai tiga tombak lalu melayang turun di

tengah-tengah rimba itu. Suatu loncat indah yangmengagumkan dan jatuhnyapun tak mengeluarkan suarasedikitpun juga.

Kini keduanya saling kejar, menyusup rimba pohon yanglebat, daun dan dahan yang malang melintang, ada kalanyaloncat naik ada kalanya melayang turun, kejar mengejar mati-matian. Sampai sepenanak nasi lamanya, sekalipun sudah

tumplek seluruh kepandaiannya namun anak itu tetap tak dapat mencandak. Jarak mereka senantiasa tetap pada tiga-empat langkah.

Selagi anak itu gemas-gemas bingung, tiba-tiba dilihatnyagerakan pak tua itu agak diperlambat. Wah, girangnya bukankepalang. Sekali tancap gas, dia loncat berlari dan “plak”,dipeluknyalah erat-erat pinggang pak tua gemuk itu.

 „Yah, aku dapat menangkapmu!" serunya.

Page 24: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 24/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tapi di luar dugaan, ketika tangan anak itu hampir dapatmemeluk pinggang, tiba-tiba semak-semak daun yang diinjak kaki pak tua itu, entah apa sebabnya, merekah sendiri dan

meluncurlah tubuhnya ke bawah. Kembali anak itu menangkapangin! Masih anak itu tak terima. Dilihatnya “lubang" padasemak daun yang diterbitkan oleh semburan napas pak tuatadi, masih belum menutup. “Wut”, loncatlah anak itu kebawah menyusulnya!

Jatuh ke dalam hutan, dilihatnya sekeliling itu sunyi senyap.Bayangan si pak tua, seolah-olah ditelan hilang. Mau tak mau,anak itu kewalahan juga.

  „Yah, yah, kau berada dimana? Aku tak mengejarmulagilah!"

Baru seruan itu dicanangkan, tiba-tiba terdengar suaratertawa mengekeh dari seorang tua: „Buyung, ayahmu kan disini!” 

Menurut arah suara itu, astaga, kiranya pak tua itu berdiri

di sebelah luar hutan dan tengah bersenyum melambaikantangan. Bagai anak kijang menyongsong induknya, sekali duaberloncat, anak itu memburu keluar dan jatuhkan diri kedalam pelukan si pak tua.

Dengan mesranya pak tua itu memeluk si bocah. Dilihatnyabaju hijau anak itu banyak yang robek berlubang kecantol

ranting. „Sebuah baju utuh, kau bikin berlubang seribu ya!" ujarnya.

  Anak itu kusap-kusapkan kepalanya ke dada pak tua.Dengan malu dan aleman dia menyahut: „Biarlah, siapa suruhayah mencuri lihat aku berlatih tadi. Nah, ayah ku dendamengganti sebuah baju baru dan mendongengkan sebuahcerita!"

Page 25: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 25/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Ini kan namanya dunia terbalik. Belum lagikumenghukummu, kau sudah mendenda ayah!" damprat pak tua sembari tertawa.

Si anak menarik baju ayahnya, sikapnya amat manja sekali.Pak tua hanya ganda tertawa, serunya: „Sudah begini besar,masih aleman, ai, semua-semuanya adalah salahku sendiriterlalu memanjakanmu!''

Mendengar itu si anak terus angkat kepala yang disusupkandalam dada pak tua tadi, serunya dengan girang: „Kalaubegitu ayah harus dihukum. Siapa suruh kau memanjakan

sampai merusak diriku ini?"Dibantah begitu, pak tua makin mengikik tertawa.

  „Setan cilik seperti kau ini memang tajam benar lidahmu,sampai yang menjadi bapak tak menang berbantah!"

  „Jadi kau meluluskan bukan? Mengganti baju baru danbercerita!" seru si anak sambil tertawa riang.

 „Ya, ayah meluluskan!"Si bocah bertepuk tangan, serunya menegas: „Apa

sungguh, tidak bohong?"

  „Selamanya belum pernah ayah membohongi kau. Tapi,tahukah kau apa sebabnya hari ini ayah begini gembira?” 

Pemuda kecil itu menggeleng.

  „Ayah gembira karena melihat kau memperoleh kemajuanpesat itu," menerangkan pak tua sembari tertawa, „ketahuilah,apa yang kuajarkan padamu sepuluh hari yang lalu itu ialahilmu 'ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh', sebuah ilmu saktiyang lama lenyap dari dunia persilatan. Memang tampaknyasederhana sekali, tetapi apabila sudah diyakinkan mendalam,keindahannya sukar dijajaki, perobahannya tiada batasnya.Kalau sudah dapat mempelajari inti rahasianya, sekalipun

bertanding dengan jago lihay, tetap takkan sampai kalah.

Page 26: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 26/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  Apalagi kalau dapat mengimbangkan gerakan itu denganpermainan pukulan dan pedang, tentu akan lebih dahsyat lagi.Benar-benar tak kusangka, dalam waktu sesingkat itu,

ternyata kau dapat menyingkap tabir rahasia ilmu itu. Inimenandakan kau seorang anak yang berbakat dan cerdas..........” 

Tiba-tiba nada pak tua berobah sungguh-sungguh, katanyapula: „Ih-ji, ingatlah, memang hal yang menggembirakanbahwa seseorang itu memiliki kecerdasan cemerlang, tapikalau kemauannya tak keras, pun tentu mudah menyelewengdan kesasar kelumpur kejahatan. Dengan begitu, kecerdasanitu bahkan akan menjadi alat pendorong untuk menjerumuskan kau ke dalam jurang kemusnaan. Mengertikahkau akan maksud ucapanku ini?"

Pemuda kecil yang dipanggil Ih-ji itu terkesiap. Wajahnyayang berseri girang tadi, berobah keren seketika.

  „Yah, aku mengerti. Tapi kuminta kau legakan hatimu,kelak tentu Ih-ji takkan mengecewakan harapanmu!" sahutnyadengan lantang.

 „Bagus, sepatah katamu itu, cukup menggembirakan hatikuselama beberapa hari ini," kata pak tua dengan tertawa.Memang boleh dikata, pak tua gemuk itu selalu tak pernahlupa untuk tertawa.

Dalam pada bercakap-cakap itu, mereka berdua sudah

mengitari hutan dan berjalan menuju kesebuah rumah kayu.Rumah itu seluruhnya terbuat dari bahan kayu. Sekalipunsederhana dan kasar, namun cukup kuat dan bersih.

Tiba di muka rumah, pak tua hentikan langkahnya.Mengawasi kepada anaknya, berkatalah dia: „Sebelumkubercerita nanti, lebih dahulu aku hendak mengujimu, berapa  jauhkah kemajuanmu dalam ilmu lwekang. Kalau hasilnyamemuaskan hatiku, nanti ayah akan menuturkan sebuah

cerita menurut permintaanmu!"

Page 27: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 27/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Yah, aku ingin mendengar cerita dalam dunia persilatanyang paling menarik sendiri," kata Ih-ji.

Pak tua mengiakan: „Baik, kululuskan. Nah, sekaranggunakanlah kian-gun-sin-kang, tangan kiri memukul dengantenaga lunak dan tangan kanan menghantam dengan tenagakeras. Yang harus kau pukul ialah batu besar yang terpisahsepuluh langkah dari sini itu!"

Ih-ji menghampiri batu dan berhenti pada jarak sepuluhlangkah. Sejenak mengerahkan semangatnya, tangannya yangkiri segera memukul pelahan-lahan, kemudian tangan kanan

dibalikkan mendatar ke muka dada dan “wut”,menghantamlah dia sekuat-kuatnya. Hasilnya, sebelah kiribatu itu "dicap" sebuah telapak tangan sementara beberapatonjolan di sebelah kanan batu itu, hancur lebur beterbangan.

Pak tua tersenyum dan angguk-anggukkan kepalanya.

  „Benar tenaga pukulan itu masih belum sempurna, tapitujuh bagian sudah berhasil. Mengingat baru dalam beberapa

tahun saja mempelajari, hasil yang kau capai itu sudahbolehlah. Nah, kau lulus ' dalam ujian kali ini, sekarang akuhendak bercerita!"

Saking girangnya, Ih-ji sampai lompat berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil. Cepat-cepat dia lari ke muka jendela.Sebuah papan batu, diangkatnya untuk duduk pak tua, sedangdia sendiri mandah duduk di tanah menelungkupi haribaan

(pangkuan) ayahnya itu, Sepasang matanya yang besar danbercahaya, menatap kewajah pak tua.

Melihat wajah yang cakap dan sikap wajar kekanak-anakanitu, makin besar rasa sayang pak tua itu kepada sang putera.Dengan mesranya dibelai-belai rambut anak itu. Kemudianmulailah dia bercerita.

 „Berpuluh tahun yang lampau, semua perguruan dan partai

dunia persilatan, rukun dan damai. Masing-masing ayemtenteram tinggal di tempatnya untuk meyakinkan ilmu

Page 28: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 28/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

silatnya. Pada suatu ketika, diadakanlah pertemuan besardalam kalangan mereka. Benar dalam pertemuan itu dapatlebih mengeratkan persahabatan dan berlangsung dengan

ramah tamah, tapi tak urung disitu timbullah suatu urusankecil yang tak menyenangkan. Tapi karena urusan itu sepelesaja, jadi ibarat suatu alun kecil beriak dalam samudera besar,sebentar saja siraplah sudah.

Demikian sampai berpuluh tahun, dunia persilatan amantenteram. Kala itu, di samping beberapa partai besar sepertiGo-bi-pay, Siao-lim-pay, Kun-lun-Pay dan Kong-tong-pay sertaBu-tong-pay, masih ada lagi sepuluh orang sakti yang anehtabiatnya. Bukan hanya dalam perangai saja kesepuluh tokohitu aneh, pun dalam ilmu silat, mereka amat sakti dan masing-masing mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Kesaktiankesepuluh tokoh itu, konon katanya di atas dari pemimpin-pemimpin partai besar itu ............” 

Ih-ji menyelutuk: „Yah, siapakah kesepuluh tokoh anehitu?"

Melihat nafsu ingin buru-buru tahu dari anak itu, tertawalahpak. tua itu, dampratnya: „Kunjuk kecil, jangan keburu nafsu,masakan ayah tak mau menceritakan padamu nanti!"

 „Yah, lekas katakanlah!" seru Ih-ji. Pak tua mengangguk.

  „Kesepuluh tokoh aneh itu ialah seorang paderi, dua tosutua, tiga saudara perawan tua, sepasang suami isteri, seorang

pelajar, dan seorang tua sebatang kara," katanya pula.  „Mereka ialah Beng Keng Siangjin dari gunung Thian-bok-

san timur, Kho Goan-thong dari biara Li Cu Kiong di pulauPeng-to laut Tang-hay; Goan Goan Cinjin dari biara SiangCeng Kiong di gunung Mosan; Tiga taci beradik dari biara PehHoa Kiong di gunung Lou-hu-san, suami isteri Li Hau bergelarSat-sin-kun dari lembah Ceng-lin-ko, Shin-tok Kek, gelar RaseKumala dari lembah Liu-hun-hiap gunung Tiam-jong-san, dan

si Dewa Tertawa yang lupa akan she dan namanya yang aseli.

Page 29: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 29/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kesepuluh tokoh itu, diagungkan sebagai sepuluh Datuk Persilatan. Mulut orang iseng, merangkai nama merekamenjadi: it-ceng, ji-to, sam-siancu, giok hou, song sat, Siau-

sian-ong.Enambelas tahun yang lalu, tokoh-tokoh partai persilatan

sama menganggap bahwa peyakinan ilmu mereka sudahmatang. Untuk mengetahui sampai dimana tinggi rendahilmunya itu, mereka menyuruh anak muridnya keluarmengembara untuk mencari pengalaman dan pengetahuan.Maksud sih baik, tapi kenyataan malah menimbulkan onaryang berlarut-larut sampai duapuluhan tahun belum sajaselesai."

--ooo0dw0ooo-

3. Orang Baik , Nasib Mengenaskan

Siau-sian-ong berhenti sejenak untuk memandang anak yang tengkurep di dalam pangkuannya itu, lalu menghelanapas. Pikiran pak tua itu melayang jauh kekejadian yang

lampau. Sejenak kemudian baru dia dapat melanyutkanpenuturannya.

 „Peristiwa itu bukan menimpah kalangan partai-partai, tapiterjadi dalam lingkungan sepuluh Datuk, makapun bukanurusan biasa. Dalam kalangan sepuluh Datuk itu, hanyalah it-ceng Beng Keng Siangjin dengan ilmu silat kalangan gerejanyayang sakti dan si Rase Kumala Shin-tok Kek, yang

berkepandaian setingkat lebih tinggi dari kedelapan rekan-rekannya. Cerita ini berkisar pada diri si Rase Kumala itu. Diamemilik kecerdasan yang cemerlang, tapi berhati dingin dantinggi, sombong tak suka bergaul. Sejak isterinya yangtercinta menutup mata, dia mengasingkan diri di lembah Liu-hun-hiap di gunung Tiam-jong-san dan tinggal di gubuk pertapaan Kiu-jui-suan. Disitulah dia menghibur diri berkawandengan arak dan syair. Kecuali dengan Siau-sian-ong, dia

sudah putuskan hubungan dengan dunia persilatan.” 

Page 30: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 30/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Adalah mungkin sudah jalannya nasib, maka beritatentang partai-partai menyuruh masing-masing anak muridnyakeluar mengembara mencari pengalaman itu, sampai juga ke

tempat pertapaannya yang terasing itu. Seorang tokohcemerlang dalam angkasa persilatan macam Shin-tok Kek itu,ternyata masih belum dapat melepaskan diri dari nafsu inginmenang. Diutusnya Shin-tok Lan, puteri tunggal yang menjadibiji matanya itu, untuk turun gunung. Bukan melainkan cantik saja Shin-tok Lan itu, pun kepandaiannya telah menerimawarisan dari ayahnya. Hanya satu hal yang berlainan, ialahperangai gadis itu amat peramah dan baik budi, jauh bedanya

dengan sang ayah. Sekalipun begitu, ternyata si Rase Kumalaitu masih belum tega betul-betul akan puterinya, makadimintanya sang sahabat Siau-sian-ong untuk diam-diammengikuti perjalanan nona itu.” 

Selain menjadi sahabat kental Shin-tok Kek, pun si DewaTertawa itu memungut Shin-tok Lan sebagai puteri angkatnya.Jadi tiada alasan lagi, baginya untuk menolak permintaan

menjadi pelindung. Bermula setelah turun dari Tiam-jong-sanitu, Shin-tok Lan tak mengalami suatu apa. Tapi dikarenakansejak kecil hidup di tengah pegunungan yang sepi, jadi begituberada dimasyarakat ramai, Shin-tok Lan tak ubah sepertiseorang nenek tua yang masuk kota. Apa saja dia kepingintahu. Ada kalanya, ia turun tangan juga untuk membantuyang lemah membasmi si jahat. Nona cantik yang berilmutinggi dan gagah budiman itu, dalam sesingkat waktu saja

telah menjadi buah bibir setiap orang persilatan. Juga jago-  jago muda dari partai-partai yang sedang bertugasmengembara itu, tertarik akan sepak terjang Shin-tok Lan.Mereka beramai-ramai menyanjungnya dengan sebuah julukan “San-hoa sian-cu" atau Dewi penabur bunga.

Dalam sesingkat waktu itu, banyak sudah Shin-tok Lanmengikat persahabatan dengan jago-jago muda dari berbagaipartai persilatan. Salah seorang yang paling akrab, ialah anak murid Ay-tojin Goan Goan Cu yang bemama Siau Hong

Page 31: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 31/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

bergelar Giok-sian-thong si Anak Dewa. Seorang pemuda danpemudi yang bergaul lama, sukar terhindar dari kasih asmara.Juga Shin-tok Lan dan Siau Hong tak terkecuali. Dengan

berjalannya sang hari, sepasang muda mudi itu makin kelebuhdalam lautan asmara. Hal ini sudah tentu menimbulkan dengkisirik para jago muda lainnya terhadap Siau Hong.

Diantara yang paling kentara kemarahannya, ialah anak murid Pak-thian-san Song Sat, (juga tokoh sepuluh Datuk)bernama Li Hun-liong bergelar Siau-sat-sin (Iblis kecil). Didepan umum, dia sumbar-sumbar tak mau hidup bersama dibawah kolong langit dengan Siau Hong. Mendengar itu, Shin-tok Lan dan Siau Hong terperanjat, namun dasar watak anak muda, dalam tempo tak berapa lama saja, mereka melupakanhal itu.

Menilik sang ayah amat mengasihinya, Shin-tok Lan ajak Siau Hong menghadap ke Tiam-jong-san. Memang walaupunsi Rase Kumala itu aneh wataknya, tetapi terhadap puterinyadia amat memanjakan sekali. Dengan alasan menghaturkan

sembah kepada Shin-tok Kek yang sangat dikaguminya itu,akhirnya mau juga Siau Hong mengikut ke Tiam-jong-san.Tapi bagi si Rase Kumala yang bermata tajam, hal itu tak dapat mengelabuhinya bahwa sang puteri dan anak muda itusama saling menyinta.

Melalui penilaian beberapa hari, Shin-tok Kek mengetahuibahwa Siau Hong bukan saja seorang murid dari tokoh

termasyhur, pun pribadinya juga luhur berbudi. Diam-diamorang tua itu bersyukur dalam hati. Harapan kepada puterisatu-satunya itu, ternyata bakal tak tersia-sia. Pada harikesepuluh dari kedatangan Siau Hong di. Tiam-jong-san, siRase Kumala menyatakan bahwa dia memberi persetujuanputerinya diperisteri Siau Hong.

Walaupun girang, namun Siau Hong tak beranimeninggalkan gurunya. Sebelum ‘mendapat izin suhunya dia

tak berani mengambil keputusan sendiri. Si Rase Kumala

Page 32: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 32/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tertawa sinis dan menyatakan dengan jumawa, bahwa dengankemasyhuran gengsinya dan kecantikan puterinya itu, tak nanti Goan Goan Cu menolak. Dia berkeras minta Siau Hong

tinggalkan mainan permata yang dipakainya selaku panjarpertunangan. Setelah itu dia suruh kedua anak muda itumenuju ke Mosan untuk menghadap Goan Goan Cu.

Tiga bulan berlalu dan dua kali sudah mereka mengunjungiMosan, namun tak dapat berjumpa dengan suhunya, karenakala itu Goan Goan Cu belum pulang dari kelananya, SiauHongpun sungkan untuk memberitahukan hal itu kepadasaudara-saudara seperguruannya, terpaksa dia ajak sangtunangan turun gunung mengembara lagi untuk beberapawaktu, baru nanti pergi ke Mosan untuk yang ketiga kalinya.

 Awan dan angin di langit sukar diduga datangnya, untungdan kesialan orang sukar ditentukan tibanya. Dikala keduasejoli itu pesiar menikmati alam pemandangan yang permai,halilintar-malapetaka menyambar mereka. Kala itu merekaberada diperbatasan Kansu dan Se-liang dan menginap di

sebuah hotel.

Malam hari selagi tengah bercakap-cakap, tiba-tiba hidungmereka mencium serangkum asap wangi yang datang dariarah jendela. Tanpa disadari, keduanya menyedot-nyedotbebauan harum itu, dari hidung terus menyalur ke seluruhtubuh. Ketika Siau Hong sadar dan curiga, ternyata sudahkasip. Darah dalam tubuhnya serasa membakar, nafsunya

bergolak-golak. Dalam pandangannya, Shin-tok Lan yangberbaring di tempat tidur itu, laksana bidadari cantiknya.

Siau Hong masih sadar pikirannya. Dia tahu bahwa merekaberdua dibokong orang. Dia berusaha keras untuk menghadapi keadaan yang genting itu, namun bagaimanapun  juga ternyata hawa jahat dari bebauan wangi itu, lebihberkuasa. Baru setelah keduanya tersadar, ternyata ibarat “bunga sudah terhisap sarinya oleh sang kumbang”. Shin-tok 

Page 33: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 33/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Lan menangis tersedu-sedu. Siau Hong kerak keruk menyumpahi dirinya. Namun nasi sudah menjadi bubur.

  Akhirnya kedua pasangan itu mengambil putusan,walaupun perbuatan itu kurang layak, tapi pertama sudahmendapat persetujuan Shin-tok Kek, kedua kalinya, dipedayaiorang. Maka meskipun menurut susila kurang layak, tapikarena sudah terlanjur jadi lebih baik itu, bulat tekad merekauntuk menuntut balas kepada orang yang mencelakainya itu.Mereka bersumpah akan mencarinya sampai ketemu.

Pada kala itu si Dewa Tertawapun mendapat berita, bahwa

ada seseorang yang bermaksud mencelakai Shin-tok Lan –Siau Hong. Sebagai orang yang sanggup menjadi pelindungnona itu, buru-buru dia mencari kedua anak muda itu. Padawaktu dia berhasil menemukan mereka di daerah Se-liang,ternyata Siau Hong sudah sejak 3 hari yang lalu menerimaamanat Ceng-hu-leng dari suhunya dan sudah menuju kebiara tua di puncak Loh-gan-nia gunung Hoasan.

Kaget Siau-sian-ong bukan kepalang. Siau Hong pasti akancelaka. Bergegas-gegas dia ajak Shin-tok Lan menyusul keHoasan. Walaupun perjalanan itu dilakukan siang malam,namun tiba disana ternyata sudah terlambat selangkah. SiauHong sudah berlumuran darah tak bernyawa lagi.

Setelah terjadi perdebatan, dimana Siau-sian-ong dapatmembuktikan bahwa surat pengaduan yang diterima GoanGoan Cu itu palsu belaka, dari malu Goan Goan Cu berobah

menjadi murka. Dimana sang mulut tak kuasa mencaripenyelesaian, pukulan segera berbicara. Dikala kedua datuk itu bertempur mati-matian biara tua yang sudah rusak itusaking tak kuat menahan deru angin pukulan mereka, menjadirubuh dan menguruki mayat Siau Hong. Memang amatmengenaskan sekali nasib pemuda itu, sudah jatuh dihimpittangga pula.

Terkejut oleh peristiwa itu, kedua tokoh itu sama berhentibertempur. Siau-sian-ong kuatir jangan-jangan Shin-tok Lan

Page 34: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 34/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

yang menderita kedukaan hebat itu sampai terluka dalampada hawa murninya. Nona itu harus ditolong dahulu.Begitulah setelah menangguhkan pertempuran itu pada lain

waktu. Siau-sian-ong lalu membawa nona yang malang itupergi .........

Mendengar sampai disini, Ih-ji menghela napas: „Yah,mengapa orang baik sebagai kedua anak muda itu, sampaimengalami nasib yang begitu mengenaskan, ah, sungguhkasihan sekali!” 

Orang tua itu dapatkan anak dipangkuannya itu berlinang-

linang air mata. Dengan terharu diapun mengiakan: „Ah,benar katamu itu. Mengapa orang baik mendapat balasanyang begitu mengenaskan? Memang kalau dirasa, Allah tidak adil!"

  „Yah lalu bagaimana kelanjutannya?" tiba-tiba si anak mendesaknya lagi.

Sampai sekian saat pak tua itu belum membuka mulut. Dia

hanya memandang ke arah wajah anak itu dengan rasa haru.Berselang beberapa lama, barulah dia mulai lagi,

  „Siau-sian-ong ternyata membawa Shin-tok Lan ke suatutempat yang sepi untuk mengobatinya. Adalah dikala itu, diabaru mengetahui bahwa nona itu sudah mengandung. Sudahtentu dia menjadi kaget sekali. Setelah Shin-tok Lan sadar,barulah dia menanyainya. Dengan kemalu-maluan Shin-tok 

Lan menceritakan peristiwa fitnah yang dialaminya di hotel itu.Siau-sian-ong banting-banting kaki dan menghela napas

panjang pendek. Sebagai orang yang telah menyanggupipermintaan seorang sahabatnya, dia merasa turutbertanggung jawab juga. Tapi karena nasi sudah menjadibubur, jadi yang penting ialah harus berusaha untuk menolongnona itu.

  Akhirnya dia bawa Shin-tok Lan ke tempat tinggalnya disebuah tempat yang terpencil. Selama itu tak jemu-jemunya

Page 35: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 35/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dia memberi nasehat dan menghibur hati Shin-tok Lan, namunrupanya nona itu tak dapat melupakan peristiwa yangmenggoncangkan seluruh jiwa raganya itu.

Setelah tiba waktunya, maka Shin-tok Lan melahirkanseorang bayi lelaki. Tiga hari setelah kelahiran itu, karena tak kuat menanggung derita kedukaannya, Shin-tok Lan punmenutup mata menyusul arwah sang kekasih. Si DewaTertawa yang diwarisi seorang orok itu, menjadi kelabakan,tak tahu bagaimana hendak merawatnya.

  Akhirnya dia mengambil putusan, menitipkan dahulu bayi

itu pada seorang keluarga petani yang tinggal di dekat itu,kemudian dia bawa jenazah Shin-tok Lan ke Tiam-jong-sanuntuk diserahkan pada Shin-tok Kek. Disitu dia akanmenjelaskan duduknya perkara sekalian menghaturkan maaf sebesar-besamya kepada sang sahabat. Dia bersediamenerima tegur makian dari si Rase Kumala. Dia tak beranimembayangkan bagaimana perasaan Shin-tok Kek dikalamenerima kedatangan puteri kesayangannya itu sudah

menjadi mayat.

Tapi di luar dugaan, sikap si Rase Kumala dingin-dinginsaja, seolah-olah kematian puteri biji hatinya itu, bukanperkara apa-apa. Sikap itu membuat si Dewa Tertawakelabakan setengah mati. Beberapa kali dia hendak menceritakan, tapi mulut serasa terkancing demi melihat sikapyang melebihi es dinginnya dari si Rase Kumala pada saat itu.

Siau-sian-ong menginap sampai tiga hari lamanya disitu, untuk menunggu kesempatan menjelaskan duduk perkaranya,namun kesempatan itu tak kunjung tiba. Si Rase Kumala tetapbersikap aneh. Akhirnya si Dewa Tertawa pamitan pulang dansi Rase Kumalapun tak mau banyak kata untuk menahannya.

Sepeninggalnya dari Tiam-jong-san, diam-diam si DewaTertawa bersumpah dalam hati, akan menggembleng puteraSiau Hong - Shin-tok Lan, agar dapat mencuci penasaran

Page 36: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 36/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

orang tuanya dan dapat diterima kembali dalam lingkungankeluarganya (Shin-tok Kek).

Sejak itulah maka si Dewa Tertawa lenyap dari pergaulanramai. Banyak nian desas-desus yang tersiar di kalanganpersilatan tentang jago sakti itu, namun tiada seorangpunyang mengetahui bahwa sebenamya dia mengasingkan diri dipedalaman gunung yang sunyi, merawati dan mendidik puteracalon suami isteri yang bemasib malang itu.” 

Sampai disini, tak kuasa lagi Ih-ji menahan kucuran airmatanya. Memandang si pak tua, bertanyalah dia: „Yah,

apakah benar-benar si Rase Kumala Shin-tok Kek itu tak menghiraukan sama sekali atas kematian puterinya itu?Bukankah tadi ayah mengatakan bahwa dia amat cinta sekalikepada puteri tunggalnya itu?” 

Wajah pak tua yang keren, tiba-tiba mengulum senyumgetir, sahutnya: „Si Rase Kumala memang menyintai sekalikepada puterinya itu. Hanya karena dia seorang pribadi yangkuat dalam menahan getar perasaan duka atau gembira, jadisukarlah orang untuk menyelami hatinya.

  Adalah berselang dua tahun kemudian sejak si DewaTertawa menyepi di gunung, pada suatu hari dia turun gununguntuk mencari daun obat-obatan dan bahan keperluan sehari-hari, tak terduga dari mulut seorang persilatan, didengarnyasebuah berita yang membuat jago tua itu sedih-sedih girang.

Kiranya dukacita si Rase Kumala tak terperikan besamya.Beberapa hari setelah si Dewa Tertawa meninggalkan Tiam-  jong-san, si Rase Kumala pun juga turun gunung. Kecualitentang menghilangnya si Dewa Tertawa dan Shin-tok Lanmelahirkan putera, semua yang terjadi di luar telahdiselidikinya. Setelah diketahui duduk perkaranya yang benar,kini dia tumpahkan seluruh kemarahannya kepada Goan GoanCu!

Page 37: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 37/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pada suatu petang, kawanan paderi dari biara Siang CengKiong sama mengambil angin di luar, karena habismenyelesaikan pelajaran malam. Tiba-tiba dari kaki gunung,

tampak ada dua orang anak memanggul sebuah tandu.Walaupun mendaki namun kedua anak itu dapat berjalandengan cepat, ya begitu amat cepatnya, hingga dalambeberapa menit saja sudah tiba di muka biara Siang CengKiong.

Tandu itu berisi seorang sekolahan yang berparas cakap,kira-kira berumur 35-36 tahun. Pada kain kepalanya, melekatsebuah zamrud yang berkilau-kilauan, tubuhnya yang tinggikurus itu tertutup dengan pakaian orang sekolahan dari bahansutera berwarna kelabu perak. Sungguh seorang pribadi yangberwibawa. Sedikit cacadnya, ialah wajahnya menampilkansifat-sifat jumawa.

Dengan tenang, turunlah dia dari tandu. Begitu tangannyadikipaskan pelahan-lahan, maka kedua anak tadi segera cepat-cepat turun gunung lagi. Setelah itu barulah orang terpelajar

itu ayunkan langkah. Kira-kira terpisah satu tombak dari biara,dia berhenti. Dia mendongak mengawasi biara itu denganpandangan yang dingin, lalu perdengarkan tertawa sinis.Kawanan anak murid Siang Ceng Kiong yang tengah mencariangin di luar halaman itu, seolah-olah tak diacuhkan samasekali.

Setelah tegak berdiri beberapa lama, sekonyong-konyong

kedua tangannya dirangkapkan ke dada. Gerakan itu telahmembuat lengan bajunya bergoncangan dan tiba-tiba “brak,bum” terdengarlah suara benda berat jatuh berkerontangan ketangga. Papan bertuliskan huruf emas “Ki Kian Siang CengKiong” (Siang Ceng Kiong yang didirikan atas titah raja) telah  jatuh dari tempatnya di atas pintu. Papan itu panjangnyahampir dua tombak, lebar setombak. Begitu jatuh di tangga,pecahlah papan besar itu menjadi berkeping-keping

Page 38: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 38/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Seperti disamber petirlah kaget kawanan paderi tadi. Buru-buru mereka mengepung pendatang yang mengacau itu.Orang terpelajar itu hanya acuh tak acuh kedipkan mata

melirik kawanan pengepungnya itu. Sinar matanya yang amatberpengaruh, telah membuat kawanan paderi itu samabercekat dan menyurut mundur beberapa langkah lagi.

Pada saat itu tiba-tiba dari dalam biara terdengar suarasebuah giok-ceng (alat tetabuhan dari batu kumala) yangamat nyaring. Kawanan paderi itu serempak sama menyingkirke samping.

Si orang terpelajar lirikkan matanya dan dapatkan daridalam biara itu muncul tigapuluhan tosu lengkap denganpakaian keagamaannya berwarna kuning. Yang agak istimewa,kawanan tosu itu sama menyanggul pedang di punggung.Begitu terpisah dua tombak dari orang sekolahan tadi, merekacepat pecah diri dalam formasi barisan kipas.

Suasana di biara itu menjadi hening lelap, tapi penuhdengan kegentingan meruncing. Sekalipun begitu orangsekolahan tadi, tetap tenang-tenang saja sikapnya. Pada lainsaat, seorang tojin yang bertubuh tinggi besar, tampil kemuka dan berkata kepada si orang sekolahan: „Bu-liang-siu-hud, tolong tanya, apa sebabnya sicu menggempur papanbiara kami ini?"

Si orang sekolahan sapukan matanya memandang tojin itudengan seksama, wajahnya bagai bulan pudar, alis panjang

menjulai lima kepang janggutnya menjulai berkibaran di mukadada, matanya berkilat-kilat, tubuhnya tinggi tegar, walaupuntojin itu usianya ditaksir hampir limapuluhan, namun sikapnyamasih gagah. Terang kalau dia memiliki ilmu lwekang yangtinggi.

  „Kau tak layak menanya aku, panggil Goan Goan Cukeluar!" sejenak habis menaksir diri orang, orang sekolahan

itu menyahut dengan angkuh.

Page 39: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 39/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sepasang alis tojin tua itu menyungkat.

 „Pinto Kat Hian Cin, kamsi (penilik) biara Siang Ceng Kiongini. Karena menyangkut kewajibanku, maka pinto berhak untuk bertanya."

Mendengar itu, tampillah kerut amarah wajah si orangsekolahan, serunya: „Cukup sebuah pertanyaan padamu,apakah Goan Goan Cu ada di dalam biara?” 

 „Kwan-cu sedang keluar, dua hari lagi baru pulang," sahutKat Hian Cin.

 „Kalau begitu, akupun takkan membikin susah kalian, nantidua hari lagi aku datang pula kemari," ujar si orang sekolahan.

Sikap yang tak memandang orang itu, membuat Kat HianCin tak dapat menahan sabar lagi, serunya: „Bu-liang-siu-hud!Si-cu hendak begini saja berlalu, lalu bagaimana denganurusan papan biara itu?” 

Si orang sekolahan yang sebenamya sudah ayunkan

langkah itu, tertegun mendengarnya. Diiring tertawa dingin,dia menantang: „Habis bagaimana kehendakmu?” 

Sedari kecil Kat Hian Cin sudah masuk ke dunia gereja.  Ajaran keagamaan yang diterimanya sejak berpuluh-puluhtahun itu, telah membuatnya seorang alim ulama yang saleh,penuh kesabaran. Namun menghadapi sikap yang congkak dari tetamu tak dikenal itu, tak urung darahnya bergolak juga.

 „Tiada lain permohonan, kecuali mengembalikan papan itudi tempatnya!"

Kontan si orang sekolahan menyahut dengan tawar: „Kalautak dapat?"

 „Terpaksa akan minta keadilan pada sicu," jawab Kat HianCin.

Page 40: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 40/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Ha, ha, ha .....” tiba-tiba pecahlah mulut si orangsekolahan tertawa nyaring. Nadanya sedemikianmenggetarkan sehingga kawanan tosu tadi sama bercekat.

Kat Hian Cin sendiripun tak kurang kagetnya. Lwekangmurni dalam nada ketawa itu, belum pernah didengarnya.Sekalipun suhu mereka, Goan Goan Cu, juga masih kalahsetingkat kepandaiannya.

Habis tertawa, wajah orang sekolahan itu berobah keren,serunya: „Sudah hampir duapuluhan tahun aku si orang tuaitu tak menginjak dunia persilatan, tak kusangka kalian berani

 jual kesombongan begitu rupa. Kalau kini tak kuberi keadilan,kalian tentu tak tahu siapakah aku si orang tua ini!"

Sekonyong-konyong dari belakang Kat Hian Cin, tampilmaju seorang imam muda. Setelah memberi hormat kepadaKat Hian Cin, dia berputar menghadapi si orang sekolahan.

  „Tinggi nian sikap sicu sampai menonjol langit, tentulahkarena memiliki kepandaian sakti. Pinto ingin benar mendapat

pelajaran barang sejurus dua saja!"Kembali orang sekolahan itu terbahak-bahak, serunya:

  „Buyung, nyalimu besar juga! Kalau tak kupenuhipermintaanmu, aku si orang tua ini tentu akan membikinkecewa hatimu. Nah, cabutlah pedangmu!"

Mundur dua langkah, tojin muda itu mencabut pedang,kemudian dengan mengambil sikap dalam gerak hoay-tiong-

po-gwat (dalam dada memeluk rembulan), dia memberihormat.

 „Mohon sicu suka memberitahukan nama gelaran sicu yangmulia, agar pinto lebih mantep!"

Serempak menyahutlah si orang sekolahan itu dengan nadaberat: „Aku si orang tua ini orang she Shin-tok, bernamatunggal Kek. Buyung, ayuh kau mulailah menyerang!"

Page 41: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 41/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Demi mendengar ucapan itu, hiruk berisiklah ratusan tojinyang berada dalam gelanggang itu. Kat Hian Cin sampaiberhenti denyut jantungnya untuk sesaat. Mimpipun tidak dia,

bahwa si orang sekolahan yang jumawa itu, bukan lainternyata bintang cemerlang dari sepuluh Datuk, seorang tokohberwatak aneh, seorang datuk yang menggetarkan seluruhdunia persilatan, si Rase Kumala Shin-tok Kek.

Kecuali memiliki kepandaian yang sakti, dia mempunyaiperangai yang luar biasa. Setiap kali muncul digelanggangpertempuran, belum mau sudah kalau lawan belum jatuhbangun sungsang sumbal.

Kalau pertempuran sampai berkorbar, Siang Ceng Kiongpasti akan berantakan karena kwan-cu (kepala biara) GoanGoan Cu sedang tak ada. Namun karena keadaan sudah ibaratanak panah terpentang pada busurnya, jadi terpaksa harusgunakan dua siasat, sembari bertahan sedapat mungkin,sembari kirim orang lekas-lekas minta kwan-cu pulang.Demikian Kat Hian Cin mendapat pikiran begitu, demikian dia

diam-diam segera menyuruh orang memberitahu pada GoanGoan Cu.

Kesemuanya itu tak lepas dari mata si Rase Kumala yangtajam, namun acuh tak acuh tokoh itu kicupkan ekor matanyamemandang kian kemari. Melihat kesibukan Kat Hian Cin dankegelisahan tojin muda tadi, dia tertawa nyaring.

 „Hai, buyung, takutkah kau?"

Memang siapa orangnya yang tak jeri berhadapan dengandatuk pemimpin ke sepuluh Datuk itu? Tapi dasar darahmuda, tojin itupun naik pitam (marah). Lantang-lantang diamenyahut: „Anak murid Siang Ceng Kiong haram akan kata-kata 'takut'. Sekalipun nama besar sicu laksana halilintar diangkasa, tapi perbuatan merusakkan papan nama itu, tetapmenyatakan permusuhan pada Siang Ceng Kiong. Sebagai

anak murid Siang Ceng Kiong, pinto mempunyai tanggung

Page 42: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 42/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 jawab untuk melindungi. Kesampingkan lain-lain kata yang tak berguna dan marilah sicu memberi pelajaran!” 

Si Rase Kumala tertawa: „Melihat keberanianmu, kusukamemberi kelonggaran. Silahkan menyerang sepuas-puasmu,aku si orang tua akan mengalah sampai tiga jurus!"

Tanpa menyahut lagi, si tojin muda melangkah maju.Pedang diangkat, dia tusuk pundak kanan Shin-tok Kek dalam  jurus sian-jin-ci-lo (dewa menunjuk jalan). Tanpa sang kakibergerak, bahu si Rase Kumala agak dimiringkan dan ini sudahcukup untuk menghindari serangan itu.

 „Buyung, jurus yang pertama!" serunya.

Si tojin muda tetap membisu. Tanpa merobah kuda-kudanya, tubuhnya diacungkan maju, pedang dibabatkan keperut orang dengan jurus hong-sao-loh-yap (angin meniupdaun). Kali ini si Rase Kumala unjukkan kegesitan. Seperti kilatmenyambar, tahu-tahu tubuhnya melesat ke samping kanan.Sabetan pedang lewat di sisi tubuhnya.

Tojin muda susuli lagi serangannya dengan jurus li-liong-hi-cu atau naga memain mustika. Pedang maju menusuk tenggorokan.

Kembali si Rase Kumala unjukkan demonstrasi. Tubuhdidongakkan ke belakang dan lewatlah ujung pedangbeberapa senti di atas tenggorokannya. Jurus ketiga, tetap tak berhasil.

Si tojin muda mengertak gigi. Membarengi lawan belumsempat bergerak dia hendak tabaskan pedangnya ke bawah,mengarah kepala si Rase Kumala. Keadaan si Rase Kumalatertimpa mara bahaya.

Tapi suatu kejadian istimewa terjadi. Gelak tertawa kerasberderai-derai dari mulut tokoh aneh itu, tubuh diangkat dankedua lengan baju dibalikkan ke atas dan tahu-tahu

tangannya si tojin muda sakit seperti dipatahkan dan saking

Page 43: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 43/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tak kuatnya maka terlemparlah pedangnya ke udara. Kebutanlengan baju si Rase Kumala tadi ternyata menerbitkan anginkong-hong (angin tenaga dalam) yang luar biasa dahsyatnya.

Wajah si tojin muda berobah pucat. Baru dia hendak mundur, tahu-tahu separoh tubuhnya serasa mati rasa dantanpa dapat di tahan lagi, mendumprahlah dia ke tanah. Duaorang to-thong kecil buru-buru maju menggotongnya.

Melihat tojin muda itu pucat kelabu wajahnya dan tak sadarkan diri, tahulah Kat Hian Cin bahwa kawannya itu kenatertutuk jalan darahnya. Dia segera coba untuk menolongnya

membuka, tapi tak mampu. Gagal menolong, dengan alismengerut, dia memandang ke arah si Rase Kumala.

  „Bahwa sicu memiliki kepandaian yang menggetarkandunia, ternyata memang nyata, namun tak selayaknyalahmenurunkan tangan keliwat ganas''.

Si Rase Kumala tertawa dingin, sahutnya: „Dia sendiri yangtak tahu diri, jangan salahkan orang lain. Aku si orang tua kan

sudah keliwat bermurah hati, masakan kau masih belumterima?” 

Dalam keadaan begitu, betapapun toleransinya Kat HianCu. namun tak kuasa lagi untuk mengendalikan diri. Sepasangalisnya menjungkat, dia berkata dengan keras: „Sungguhpunsicu teramat sakti, tapi Siang Ceng Kiong pun bukan tempatorang pengecut. Hari ini .........” 

  „Harap penilik mengizinkan, tecu berempat siap sediamenempur lawan!" sekonyong-konyong empat orang tojindatang dan menukas kata-kata Kai Hian Cin tadi.

  Alis panjang dari Kat Hian Cin menggontai, hendak diamencegah, tapi disana si Rase Kumala sudah mendengus danmenyahut: „Asal tak takut mati, aku si orang tua ini tetap tak menolak setiap pendatang!"

Page 44: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 44/429

Page 45: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 45/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tersungkur, tiada berkutik lagi. Rasa kagum dan jerimembayangi wajah sekalian tojin itu.

Tegak tak acuh disana, tampak si Rase Kumala sejenak mengicupkan mata ke arah keempat tojin yang telah ditutuk   jalan darahnya itu, sembari tangannya mengebut-kebut debudi pakaiannya. Setelah itu, dia memandang Kat Hian Cin.

  „Nah, siapa lagi yang tak takut mati, silahkan maju!"serunya.

Melihat kesaktian si Rase Kumala tadi, Kat Hian Cin kagumdan marah. Pikirnya: „menilik gelagatnya, kalau tak menggunakan siasat bertahan sampai kwan-cu datang,keadaan tentu runyam, ini .........” 

Sampai disini, tiba-tiba dia mendapat pikiran bagus.Menentang ke arah si Rase Kumala, dia berseru: „Pihak biarakami mempunyai sebuah kiam-tin (barisan pedang) yang tak berarti. Bagai seorang kojin yang termasyhur di kolong dunia,dipercaya sicu tentu suka memberi petunjuk!"

Si Rase Kumala tertawa gelak-gelak, balasnya: „Kat HianCin, seorang pengabdi gereja tak mau bohong. Barisan ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin dari Siang Ceng Kiong, jauh tersiarkemasyhurannya. Bukankah kau mempunyai rencana begini,akan gunakan barisan itu untuk mengepung diriku. Menang yasyukur, kalau tidak, sekurang-kurangnya akan dapatmengulurkan waktu sampai Goan Goan Cu sudah dapat

datang!Tapi biarlah aku seorang tua ini, menuruti permintaan itu.

Dalam seratus jurus, kalau sampai tak .dapat menjebolkanbarisanmu itu, aku Shin-tok Kek akan mengirim suratundangan pada para tokoh-tokoh persilatan, untuk menyaksikan upacara aku menghaturkan maaf dan memasangpapan biara Siang Ceng Kiong disini. Pula, hutang Goan GoanCu. padaku, akan kuhapuskan dan sejak itu juga nama Rase

Kumala itu, biar dicoret dalam daftar persilatan.

Page 46: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 46/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Masih aku si orang tua hendak memberi keringananpadamu. Habis membobolkan barisanmu itu, aku takkanmengapa-apakan dirimu dan kawan-kawan, tetap akan

menantikan kedatangan Goan Goan Cu untuk membikin beresperhitungan. Nah, kau anggap bagaimana?” 

Memang demikian yang dimaukan Kat Hian Cin. Jadi nyatasi Rase Kumala dapat meneropong isi hatinya. Dengankesaktiannya itu, Kat Hian Cin yakin tiada seorangpun daripihaknya yang sanggup menandingi. Dengan barisan kiam-tinitu, sekalipun tak dapat merebut kemenangan, tapi sekurang-kurangnya dapat juga mengulur waktu sampai Goan Goan Cudatang. Memang si Rase Kumala bintang cemerlang dariangkasa persilatan itu, tinggi ilmunya sastera, sakti ilmunyasilat.

Barisan-barisan ngo-heng-tin, kiu-kiong-pat-kwa, tentulahamat mahir. Tapi ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin itu adalahpusaka pelajaran dari biara Siang Ceng Kiong, kedasyatannyabukan olah-olah. Mungkin dengan barisan itu. siapa tahu

gengsi Siang Ceng Kiong akan direhabilitir (dikembalikansemula). Demikian angan-angan yang memenuhi benak KatHian Cin.

 „Bu-liang-siu-hud, sicu amat cekat dalam segala hal. Pintotak berani membantah lagi," serunya dengan bersemangat.Tangannya diangkat dan empat orang tojin yang usianya agak tua dari tadi, tampil ke muka. Mereka bantu Kat Hian Cin

mengatur barisan ngo-heng.Baru kelima orang itu mengambil posisi masing-masing, lalu

ada enambelas tojin berjajar-jajar melingkari mereka, seolah-olah dinding yang melapisi di luar. Sebenamya itulahdimaksudkan dengan delapan pintu yang disebut pintu kian,gan, tin, kin, sun li, gun dan tui, atau yang disebut pat-kwa.Berbareng, dengan selesainya barisan itu, maka ratusankawanan tojin lainnya, segera menyingkir dan terbukalah di

Page 47: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 47/429

Page 48: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 48/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Kalau begini naga-naganya, sekalipun berputar-putar sampaitiga hari tiga malam, tetap tiada kesudahannya. Saktisekalipun dia itu, namun ngo-heng-pat-kwa-tin juga bukan

barisan biasa, apalagi dia sudah sumbar-sumbar hanyabertempur dalam seratus jurus saja. Ah, lebih baik menyerempet bahaya sedikit. dari bertahan bergantimenyerang. Asal seratus jurus sudah lampau, masakan diaberani menelan ludahnya!"

Secepat berpikir, secepat itu juga dia mengeluarkankomando rahasia kepada keempat tojin, siapapun dapatmenangkap maksudnya.

Melihat itu, diam-diam si Rase Kumala bergirang hati.Sengaya dia perlambat tindakan kaki untuk akhirnya hentikanseluruh gerakannya.

Keempat tojin yang menerima isyarat dari Kat Hian Cin tadi,segera merapat satu sama lain. Serempak mereka berbarengmenusuk punggung si Rase Kumala. Gerakannya amat cepatdan jitu. Dikala mereka mengira serangannya akan berhasil, diluar persangkaan. si Rase Kumala loncat ke muka sembarikebutkan lengan kiri ke belakang dalam gerak to-cwan-tiang-hong (membalik lingkarkan bianglala). Lengan bayunya yangpanjang gerombyongan itu, telah menampar batang pedanglawan.

  “Tring,” tahu-tahu keempat batang pedang itu terbang keudara dan melayang jatuh ke arah kawanan tojin yang

menonton di pinggir sana.

Mendapat hasil, si Rase Kumala tak mau berhenti. Tubuhberputar, jarinya berturut-turut bekerja menutuki darahkeempat tojin .itu. Tanpa sempat menghindar lagi, keempattojin itu rubuh mendumprah di tanah. Kejadian itu hanyaberlangsung dalam sekejapan mata saja. Dalam kagetnya, KatHian Cin menusuk punggung si Rase Kumala dalam jurus Siau-

ci-thian-lam (tertawa menunjuk Thian-lam).

Page 49: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 49/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Untuk serangan dari belakang itu. si Rase Kumala sedikitcondongkan tubuh ke muka, berbareng itu dia sambar duaorang tojin yang tertutuk rubuh di tanah tadi, terus

dilemparkan keluar gelanggang. Barisan menjadi panik dan siRase Kumala bergerak-gerak seperti kupu menyusup bunga.Kedua lengan bayunya dikebut-kebutkan. Sekejap saja, disanasini ke duapuluh tojin sama rubuh tumpang tindih.

Habis “menyelesaikan", tenang-tenang si Rase Kumalamenghampiri ke muka Kat Hian, ujarnya: „Ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin yang begitu disohorkan, ternyata hanya bernamakosong, Kat Hian Cin, apa katamu sekarang?"

Kecewa dan dendam perasaan Kat Hian Cin saat itu.Mimpipun tidak dia, bahwa ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin yangtiada tandingan di dunia persilatan selama ini, ternyata dapatdipukul hancur berantakan oleh si Rase Kumala. Hanya karenasedikit salah perhitungan saja, maka dia sampai menderitakekalahan yang begitu menyedihkan ...........

Saking dendam dan malunya, timbul pikiran nekad daripemilik Siang Ceng Kiong itu untuk bunuh diri. Tapi demimatanya tertumbuk akan kawanan tojin yang menggeletak ditanah itu sama pucat wajahnya seperti tak bernyawa, diamenghela napas. Pedangnya yang sedianya hendak ditabaskan kebatang lehernya sendiri, dilemparkan. Serunya:  „Jenderal yang kalah perang, tak berani temberang(sombong). Silahkan sicu menghukum diri pinto, hanya saja

..........Tertawa gelak-gelak si Rase Kamala, tukasnya

  „Tenteramkanlah hatimu, Kat Hian Cin. Penasaran adaawalnya, hutang ada yang menanggungnya. Setelahkuselesaikan rekening lama dengan Goan Goan Cu, tentu akankukembalikan padamu lagi duapuluh orang hidup. Tapi untuk sekarang, biarlah mereka tenang-tenang berbaring disitu dulu.Kalau terlalu mengurusi soal itu, dikuatirkan akan merusak 

kemurahan hatiku si orang tua ini!"

Page 50: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 50/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kawanan tojin yang menonton di sekeliling tempat itu,sama belum bubaran. Melihat itu, alis si Rase Kumala agak menjungkat. Tiba-tiba dia melangkah setindak ke muka,.

tangan kiri menyambar lambung kanan Kat Hian, Sepertisesosok tubuh yang tak punya tenaga lagi, tubuh Kat Hiandibawa loncat oleh si Rase Kumala, melayang ke arahrombongan tojin sana.

Seperti kumbang dijolok sarangnya, maka berserabutanlahkawanan tojin itu lari tunggang langgang keempat penjuru. SiRase Kumala tertawa keras, sembari kebut-kebutkan lenganbaju kian kemari. Serasa ditiup angin taufan rombongan tojinyang tak kurang dari seratusan orang jumlahnya itu, samatersungkur ke tanah.

  „Kalau berdiri disana tadi, mereka menjadi penghalang,maka biarlah mereka tiduran mengasoh saja untuk menemanikawannya yang ke duapuluh orang tadi,” kata si Rase Kumaladengan jumawa kepada Kat Hian Cin.

Keadaan Kat Hian Cin, lebih menderita dari orang disiksa.Melihat anak murid Siang Ceng Kiong didera orang, dia tak dapat berbuat suatu apa, karena dirinya sendiripun beradadalam kekuasaan orang. Dia terdiam tak dapat bicara.

  „Lama sudah nama biara Siang Ceng Kiong termasyhur diseluruh jagad, sayang kwancu belum pulang. Tapi apakahkian-wan (penilik) suka mengantarkan aku melihat-lihatdalamnya?" tanya si Rase Kumala dengan tertawa.

Pertanyaan sederhana yang mengandung olok tajam itu,membuat darah Kat Hian bergolak. Dia mendongak, lalumenyahut dengan geram, "Seorang kesatria boleh dibunuh,tak boleh dihina. Janganlah sicu keterlaluan!"

  „Kamu pihak Siang Ceng Kiong sendiri yang tak genah,mengapa salahkan lain orang. Dengan sejujurnya aku mintakautemani melihat-lihat, tapi kau sendiri yang cari penyakit

Page 51: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 51/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

.....” tukas si Rase Kumala sembari pijatkan kelima jarikanannya.

Serangkum hawa panas mengalir ke tubuh Kat Hian dansegera dia merasa ulu hatinya seperti digigiti ribuan semut.Bermula masih dapat dia bertahan, tapi sejenak kemudian,dahinya mengucurkan butir-butir keringat sebesar kedele.Mulutnya menggereng sakit, namun sang gerahammengancingkan gigi rapat-rapat untuk bertahan sampai mati.

Si Rase Kumala mendengus.

  „Kat Hian Cin, sepatah kau berani membangkang,seratusan kawanmu itu, akan menjadi bangkai semua!"serunya.

Belum pernah sepanjang hidup Kat Hian mengalami deraderita yang segetir seperti kala itu. Dirinya disiksa, kinimendengar lagi ancaman yang mengerikan. Dia yakin, tokohaneh yang sakti itu selalu mengerjakan apa yang diucapkan.

 „Aku ..... menurut ...... permintaanmu", akhirnya mulutnyamenggetar kata.

"Telah kuduga bahwa kau tentu tak mau membangkang,"sahut si Rase Kumala sembari kendorkan jepitannya.

Begitulah seperti sepasang sahabat karib, keduanya masuk ke dalam Siang Ceng Kiong untuk melihat-lihat. Adalah selagimereka berdua mulai keliling, di bawah kaki gunung Mosansana, tampak sesosok bayangan kecil pendek melesat naik keatas gunung. Laksana bintang meluncur, dalam sekejap sajatibalah orang itu ke muka Siang Ceng Kiong.

Pemandangan pertama yang disuguhkan kepadanya telahmembuat sang jantung mendebar keras. Seratusan lebih anak murid Siang Ceng Kiong berserakan tersungkur di halamanmuka dengan wajah pucat lesi. Mendongak ke atas. papannama ''Siang Ceng Kiong" yang tergantung di atas pintu biara,

sudah tiada tampak lagi. Dia banting-banting kaki.

Page 52: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 52/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Shin-tok Kek, perbuatanmu serendah itu, sungguhkeliwatan sekali. Goan Goan Cu menunggu disini!" serunyadengan lantang.

Tepat kumandang seruan itu berhenti. dari dalam biaraterdengar suara ketawa keras, menyusul dua sosok bayangankelabu dan kuning melesat keluar muka pintu. Sejenak memandang, Goan Goan Cu dapatkan kedua bayangan ituadalah seorang pelajar setengah umur yang bertubuh tinggikurus sedang menggandeng Kat Hian Cu, sutitnya (keponakanmurid Goan Goan Cu). Orang sekolahan itu mengulum senyummemandang kepadanya.

Diam-diam Goan Goan Cu terkesiap, pikirnya: "Menurutperhitungan si Rase Kumala itu sudah hampir tujuhpuluhanumurnya, mengapa tampaknya dia masih begitu muda?Jangan-jangan dia sudah dapat mencapai tingkat peyakinanyang sempurna, atau ..........” 

  „Ah, jangan hiraukan hal itu.” Demikian dia mengambilketetapan, terus menegur dengan geramnya: „Adakah yangdatang ini Shin-tok Kek?"

  „Ha, ha,” demikian si Rase Kumala menertawainya, lalumenyahut: „Kau mempunyai mata tapi tak dapat melihatgunung Thaysan. Lohu sudah lama menantimu disini!"

Mimik muka Goan Goan Cu berobah.

  „Shin-tok Kek, selama ini kau dan aku tak pernah

berhubungan, ibarat air sumur tak melanggar air sungai.Sekarang kau datang ke Siang Ceng Kiong, merusakkan papanbiara dan melukai orang, apakah maksudmu ?" bentaknya.

Dengan wajah membeku, menyahutlah si Rase Kumala: „Masih ingatkah kau akan peristiwa Siau Hong ?"

 Atas kerusakan yang diderita biara Siang Ceng Kiong, GoanGoan Cu sudah naik darah. Kini mendengar diungkatnya

peristiwa Siau Hong, darahnya makin panas.

Page 53: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 53/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Terhadap murid murtad, tak perlu diingat lagi. Dan lagi ituadalah urusan intern kaum kami, orang luar tak berhak turutcampur!" sahutnya dengan tertawa dingin.

  „Sewenang-wenang mengandalkan kekuasaan, membabibuta tak dapat membedakan salah dari yang benar, aturanpartai apakah itu? Benar urusan intern Siang Ceng Kiong tiadasangkut pautnya dengan diriku, tapi bagaimanakah kauhendak mempertanggung jawabkan kematian puteriku karenadisebabkan ‘kebijaksanaanmu’ itu!" balas si Rase Kumaladengan tajam.

  „Setiap perbuatan harus ditanggung sendiri, mengapaditimpahkan pada lain orang ?" Goan Goan Cu mendebat.

 „Heh, heh,” tertawa si Rase Kumala dengan nada sedingines.

  „Berdasarkan 'falsafatmu' itu, menjelang usia mendekatiliang kubur ini, lohu hendak berbuat jahat sekali lagi. Padahari dan detik ini, kalau tak dapat minta kembali keadilan

padamu, tiga huruf ‘Shin-tok Kek' itu, sejak ini akan kuhapusselama-lamanya!"

Habis berkata itu, tangannya kanan yang masih menguasai  jalan darah Kat Hian, segera dilepaskan. Diiring dengansebuah jentikan jari, menjeritlah Kat Hian terus rubuhtersungkur. Kasihan tojin itu. Dia menjadi korban kemarahanbintang cemerlang dari sepuluh Datuk.

Tahu bahwa sang sutit menderita luka hebat dalam hawacin-gi nya, amarah Goan Goan Cu makin meluap.

  „Shin-tok Kek, tidakkah kau malu berbuat seganas ituterhadap seorang angkatan muda ?" jengeknya.

Namun si Rase Kumala tokoh yang aneh itu. tetap tak mengacuhkan kemarahan lawan Dingin-dingin dia menyahut:  „Cara lohu menyelesaikan urusan, memang berbeda-beda

menurut terhadap siapa orangnya. Terhadap seorang yang tak 

Page 54: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 54/429

Page 55: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 55/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sungguhpun pinto tidak becus, namun ingin sekali menerimapelajaranmu itu!" sahutnya dengan geram.

Si Rase Kumala mengangguk: „Tak nanti lohu mensia-siakan harapanmu itu. Tapi entah bagaimana caranyabertanding".

Goan Goan Cu menerangkan: „Dalam lingkaran tanahseluas satu tombak persegi, kita berdua berdiri di dalamnyadan bertanding ilmu lwekang. Siapa yang terlempar keluar darilingkaran itu, dialahyang kalah!” 

Si Rase Kumala menyatakan setuju. Tanpa buang waktulagi, Goan Goan Cu lantas gunakan dua buah jarinyaberputaran menuding ke tanah. Batu dan pasir seluas satutombak di sekelilingnya, sama berserakan. Dan disituterdapatlah sebuah garis lingkaran sedalam tiga inci. Setelahitu, dia mundur beberapa langkah, siap sedia menanti musuh.

Si Rase Kumala hanya tertawa dingin, lalu tenang-tenangmelangkah masuk. Kira-kira terpisah dua meter dari Goan

Goan Cu, dia berdiri tegak sembari julurkan tangan kanan kemuka. Melihat ketenangan orang, Goan Goan Cupun tak berani berayal. Peyakinan ilmu lwekang sam-im-sin-kang(tenaga sakti hawa negatif) yang dipelajari berpuluh tahun,dikerahkan di tangan kiri, lalu dijulurkan ke muka menghadapitangan lawan.

Sekalipun lahirnya tenang jumawa, namun dalam batin si

Rase Kumala tak berani memandang enteng pada lawan.Bahwa orang sudah digolongkan dalam daftar sepuluh Datuk,tentulah menguasai ilmu kepandaian yang sakti.Bagaimanapun Goan Goan Cu juga anggauta ke sepuluhDatuk zaman itu. Hanya saja, pribadi si Rase Kumala itu dapatmenguasai mimik pada wajahnya.

Benar thay-ceng-kong-gi merajai dunia lwekang, tapi sam-im-sin-kang pun juga luar biasa. Apalagi kedua lwekang itu

tergolong lwekang im (gaya lemah), jadi serumpun. Memang

Page 56: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 56/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dikala kedua hawa lwekang itu saling memancar, kedua tokohitu sama merasakan hawa dingin bergaya lunak, merasuk kedalam ulu hati.

Beberapa detik adu lwekang itu berlangsung, masing-masing sudah sama dapat mengadakan penilaian. Goan GoanCu merasa, walaupun tenaga thay-ceng-kong-gi itu laksanagunung menindih, tapi perbawanya tak sedahsyat yangdisohorkan orang. Sekalipun tak menang, kemungkinankalahpun tak nanti terjadi Rupanya isi hati Goan Goan Cu itudapat juga diteropong oleh si Rase Kumala yang tajam pancainderanya. Dengan mengeram pelahan, dia perlipat gandakankekuatan thay-ceng-kong-gi nya.

Dalam suatu pertempuran antara tokoh sakti, lebih-lebihkalau adu lwekang, terpaut sedikit saja tingkatannya. akansudah kentara. Demikianlah keadaan Goan Goan Cu yangmemang kalah setingkat dengan si Rase Kumala. Baru diamemperhitungkan kekuatan lawan, tahu-tahu tenaga tekanansi Rase Kumala menjadi lipat dua kali kerasnya. Dalam

kejutnya, buru-buru kerahkan seluruh lwekangnya untuk mempergandakan kekuatan sam-im-sin-kangnya sampaisepuluh kali.

Sekalipun begitu, namun sudah terlambat setindak. Tanpadapat ditahan lagi, tubuhnya terdorong mundur. Dia mundurselangkah, si Rase Kumala maju setindak. Adegan satumundur satu maju itu berlangsung pelahan sekali. Tanah yang

bekas diinjaknya itu, meninggalkan bekas telapak kaki yangdalam.

Pada saat itu dahi Goan Goan Cu sudah berketetesankeringat. Ketika terdorong mundur sampai di tepi garislingkaran, hilanglah sudah harapannya. Dalam detik-detik kekalahan itu, dia nekad. Dikerahkannya seluruh tenaga untuk memberi perlawanan terakhir. Tapi sekonyong-konyongdesakan si Rase Kumala itu ditarik, lalu orangnyapun loncat

keluar lingkaran.

Page 57: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 57/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Merah padam selebar muka ketua Siang Ceng Kiong itu.Mau tak mau dia harus mengakui kekalahannya. Belumsempat dia membuka mulut, si Rase Kumala sudah

mendahului: „Batas waktu pertandingan tadi sudah tiba. Olehkarena kedua pihak belum terdorong keluar garis, jadipertandingan ini boleh dianggap seri. Nah, katakanlah carapertandingan yang kedua!” 

Lapang dan gamblang kata-kata itu diucapkan, namun bagitelinga Goan Goan Cu dirasakan seperti sebilah pisau yangmenyayat-nyayat hati. Memandang ke arah lawan, berkatalahdia dengan geramnya: „Pinto mengaku kalah, usah kauberlaku ramah. Acara yang kedua tetap dijiwai dengan matihidupnya biara Siang Ceng Kiong. Lama sudah duniapersilatan mengagungkan permainan, seratusdelapan jurusdari senjata ji-i-san-chiu itu amat gaibnya. Ingin pinto dengansebilah pedang, menerima lagi pelajaran!” 

Melihat kejujuran lawan mengakui kekalahan, terbit rasakagum pada si Rase Kumala. Diam-diam dia menghargai sifat

kesatria lawan.

  „Sifat kesatria totiang itu, pantas dikagumi. Ilmu pedangtotiang cap-sa-kiam itu, mengguntur di angkasa persilatan.Shin-tok Kek akan mengiringkan kehendak totiang,” ujarnya,lalu mundur tiga langkah. Dari bajunya, dia merogoh keluarsebuah senjata aneh bentuknya. Benda itu berkilat-kilatkebiru-biruan cahanya. Itulah senjata ji-i (menurut kehendak 

orang) yang terbuat dari cui-giok (kumala biru).Melihat orang sudah mengeluarkan senjata cui-giok-ji-i

yang berpuluh tahun tak pernah digunakan. Goan Goan Cupun segera menyiapkan sebatang pedang di tangan kiri.Tubuh tegak lurus, pedang siap di dada, diimbangi dengangerakan tangan kanan. Sikapnya amat perkasa.

Ilmu pedang adalah rajanya ilmu senjata, lebih-lebih kalau

permainan itu dilakukan dengan tangan kiri. Sukarlah orangmenduga gerak perobahannya. Demikian Goan Goan Cu

Page 58: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 58/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dengan ilmu pedangnya ki-bun-cap-sa-kiam (tigabelas pedangsakot) yang menggetarkan dunia persilatan itu. Namunsedikitpun si Rase Kumala tak gentar.

Ilmu permainannya senjata ji-i-san-chiu yang terdiri dariseratusdelapan jurus itu, adalah mencangkum semua inti saridari berbagai jenis permainan ilmu senjata. Kebagusan daripelbagai ilmu senjata itu dilebur menjadi satu kreasi (ciptaan)ilmu ji-i-san-chiu. Jadi dapat dibayangkan betapakesaktiannya. Disamping itu senjata ji-i-san-chiu terbuat darimustika kumala kuno. Sebuah senjata pusaka yang tak terkutungkan dengan senjata apapun juga.

Kalau Goan Goan Cu tersirap kaget dengan lawan yangmengeluarkan senjata ampuh itu, adalah si Rase Kumala jugatak kurang kejutnya. Dalam keadaan segenting itu, keduatokoh dari sepuluh Datuk itu, sama tak berani meninggalkankewaspadaannya. Goan Goan Cu sangat prihatin, si RaseKumalapun tak lagi bersikap jumawa.

Setelah masing-masing mempersilahkan lawan, keduanyasama bergerak putaran sejenak. Pada lain saat, mulailahpertandingan di dunia. Diiringkan keseimbangan gerakantangan kanan, pedang di tangan kiri Goan Goan Cu menusuk dada lawan dengan jurus Siau-cin-thing-lam. Begitu ujungpedang hampir mengenai, harus lah si Rase Kumala miringkantubuh sedikit, senjata diputar dalam jurus kiau-hi-liom-hoanuntuk balas menutuk jalan darah di-bun-hiat di tetek lawan.

Gebrak pertama yang dilakukan oleh dua orang datuk persilatan itu, perbawanya menerbitkan desus angin yangsanter laksana naga bertempur dengan harimau. Sinar putihdari pedang deras bagai hujan mencurah, sinar hijau darisenjata cui-giok-ji-i memagut-magut bianglala mengarungiangkasa. Setiap jurus dan gerak, adalah ilmu sakti yang jarangtertampak dalam dunia persilatan.

Goan Goan Cu gunakan ilmu pedang hoan-ki-bun-kiam-hwat yang seumur hidup belum pemah dikeluarkan dalam

Page 59: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 59/429

Page 60: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 60/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Rembulan sudah condong kebarat. Di bawah cahaya bulanremang itu, tampak wajah Goan Goan Cu pucat seperti kertas.

Pedang kutung dibuangnya dan berserulah ketua SiangCeng Kiong itu dengan geram: „Ilmu ji-i-san-chiu, nyata tak bernama kosong. Dua kali pinto menderita kekalahan, tak adalain kata lagi kecuali hendak menurutkan janji membunuhdiri!"

Si Rase Kumala adalah seorang tokoh yang jumawa berhatidingin. Hanya ada satu hal yang dia paling indahkan, yaknikepribadian. Melihat Goan Goan Cu seorang tokoh yang

berkepribadian kesatria, dia menaruh perindahan juga. Tiadalagi dia bersikap jumawa, dengan bersungguh-sungguhberkatalah dia: „Shin-tok Kek menaruh respek (perindahan)besar atas sikap totiang. Semua dendam penasaran berakhirsampai disini saja dan aku hendak minta diri!"

Ucapan itu ditutup dengan sebuah bungkukan menghormatkepada Goan Goan Cu. Namun ketua Siang Ceng Kiong itutidak balas menghormat. Wajahnya menampil senyum getir.

Memandang sejenak ke arah kawanan tojin yangmenggeletak di muka halaman Siang Ceng Kiong, sekonyong-konyong dia angkat tangannya menghantam ke atas batok kepalanya sendiri ..........

---ooo0dw0ooo---

5. Banteng Lawan Harimau

Tepat pada saat tinju Goan Goan Cu melayang ke batok kepalanya, sekonyong-konyong dari udara terdengar sebuahdoa keagamaan melengking nyaring. Menyusul, serangkumangin lembut yang berbau harum, meniup lemah ke bahunya.Tangan yang akan membawa maut tadipun terpental.

Dalam kejutnya, Goan Goan Cu membuka mata dandapatkan seorang paderi tua bertubuh tinggi besar berdiri

dihadapannya. Wajah berseri paderi itu mengulum senyum,

Page 61: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 61/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sebuah senyum yang membuat Goan Goan Cu sesal kemalu-maluan.

Melihat kepala Siang Ceng Kiong menundukkan kepalakemalu-maluan, berserulah hwesio tua itu dengan nadaramah. „Urusan toheng, telah kuketahui semua. Untuk sahabat lama, aku bersedia mengulurkan bantuan."

Dan belum lagi Goan Goan Cu menyahut, paderi tua itusudah berputar tubuh menghadapi si Rase Kumala. Sambilmemberi hormat berkatalah dia: „Loni Bing King ........” 

  „Taysu adalah seorang saleh sakti yang termasyhur.Kedatangan taysu secara tiba-tiba kemari ini, bukankahkarena hendak memberi pengajaran pada Shin-tok Kek?"

Paderi tua yang bukan lain memang Bing King Siangjin, itutokoh nomor satu dalam sepuluh Datuk, tersenyum menyahut.  „Kedatangan loni kemari ini hanya secara kebetulan sajakarena hendak menyambangi seorang sahabat lama. Tapiurusan Shin-tok sicu dengan Goan Goan toheng itu, telah loni

ketahui. Sungguhpun cara Goan Goan toheng menghukummuridnya Siau Hong itu terlampau keras, namun layak tidaknya anak itu menerima hukuman begitu serta benartidaknya dia dicelakai orang, pada waktu ini masih belumketahuan jelas. Oleh sebab itu, apa yang sicu lakukan malamini, turut keadilan yang jujur, juga tak terluput dari kurangpertimbangan yang mendalam."

Tertawalah si Rase Kumala nyaring-nyaring, bantahnya: „Shin-tok Kek amat mengagumi ketajaman lidah tay-hweshio.Hanya apakah kematian puteriku itu juga cukup sampai disinisaja?"

Hweshio tua yang telah mencapai kesempurnaan ajaranagama itu, tak tersinggung dengan ucapan si Rase Kumalayang sinis itu. Dengan wajah tetap berseri ramah, diakembalikan bantahan: „Membalas dendam, tetap menggelora

dalam dada manusia sepanjang masa. Kematian leng-ay

Page 62: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 62/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

(anakmu perempuan), disebabkan musabab lain. Mengapasicu tak mencarinya kesitu? Setelah sebab musababnyadiketemukan, barulah dapat dijatuhkan putusan mana yang

salah dan benar. Entah bagaimana pendapat sicu?” Si Rase Kumala tertawa.

  „Peribahasa mengatakan: 'obat takkan mematikanpenyakit, mengabdi agama itu memang ada jodohnya’.Sayang Shin-tok Kek tak berjodoh dengan Buddha, jadibetapapun taysu cape-cape putar lidah, sukar untuk menyadarkan pikiran yang sudah kalut. Dalam melakukan

sepak terjang, Shin-tok Kek mengutamakan leganya sang hati.Oleh karena itu dalam soal jiwa siao-li, Shin-tok Kek baru akanmerasa puas kalau sudah mendapat ganti jiwa orang yangtersangkut. Ah, lama nian toa-hwesio memiliki ilmu kesaktiankalangan sian-bun (agama). Bahwasanya dengan berkunjungkemari mencampuri urusan ini, tentulah toa-hweshiomempunyai maksud tertentu. Tambahan pula, berita tentangbertemunya tiga orang datuk di gunung Mosan sini, tentu

akan menjadi buah tutur yang menggemparkan di kalanganpersilatan. Dipercaya toa-hweshio tentu tak mau pelit memberipelajaran!"

Melihat wajah orang membengis murka, mau tak maumengerut juga alis hweshio besar itu, ujarnya: „Sesuai denganajaran kasih sayang dari agama kami, loni selalumenggunakan jalan damai dalam setiap persengketaan. Cara

kekerasan, pantang ditempuh oleh kaum agama. Namunkarena urusan malam ini rasanya tak mungkin diselesaikandengan kata-kata saja, maka loni ikhlas serahkan tubuh loniuntuk menerima sebuah hantaman dari sicu. Semoga hal itudapat menjadi cara penyelesaiannya. Apabila loni sampairubuh atau terluka dengan pukulan sicu itu, silahkan sicusekehendak hati menyelesaikan urusan malam ini, loni takkanikut-ikutan. Namun apabila Hud memberkahi loni, harap, sicu

suka tangguhkan urusan ini sampai lain kali apabila sudah

Page 63: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 63/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

ketahuan terang siapa yang bersalah. Entah apakah sicu dapatmenerima usul loni ini?"

Mendengar itu pecahlah gelak tawa si Rase Kumala.

 „Sungguh malam yang berbahagia dapat berjumpa denganseorang kojin (sakti). Prinsip kasih sayang yang toa-hweshiopegang teguh itu, betul-betul Shin-tok Kek amat menjunjungtinggi dan tak berani membantah. Silahkan toa-hweshiosegera bersedia, agar Shin-tok Kek dapat menunaikan 'jodohsebuah pukulan' itu."

Habis berkata, serentak dia menyimpan senjata cui-giok-ji-ike dalam lengan baju, kemudian melangkah maju dan berdiridengan jumawanya. Sebenarnya Goan Goan Cu sudah hendak mencegah Bing King Siangjin, namun urusan sudah sampaisedemikian rupa, dia tak berdaya lagi dan terpaksa diam.

Benar dia mendengar bahwa ilmu Bing King Siangjin telahmencapai tingkat kesempumaan "Kim-kong-put-huay"(malaekat yang tak rusak atau kebal), namun si Rase Kumala

adalah bintang cemerlang dari sepuluh Datuk. Betapa dahsyatpukulannya, dapat dikira-kirakan sendiri. Kalau sampai terjadisesuatu, bukankah dia (Goan Goan Cu) seperti mencelakaisahabatnya itu?

Dengan kekuatiran itu, dia melangkah maju, maksudnyahendak melerai. Tapi dikala sang kaki baru diayun, Bing Kingsudah mencegahnya.

  „Harap toheng jangan kuatir. Kalau loni benar-benar tak dapat bertahan, kiranya tak terlambat apabila pada saat itutoheng menghabisi jiwa!"

Mundur teraturlah Goan Goan Cu. Tapi demi mengawasi kearah si Rase Kumala, dia menjadi terkesiap. Wajah si RaseKumala itu menampilkan hawa pembunuhan yang bernyala-nyala, ubun-ubun kepalanya mengeluarkan asap. Diam-diam

kepala Siang Ceng Kiong itu kucurkan keringat dingin.

Page 64: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 64/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebaliknya, Bing King Siangjin tetap tenang. Seperti tak merasa apa-apa dia tampil ke muka dan berdiri kira-kirasetombak jauhnya dari si Rase Kumala. Kemudian dia

mempersilahkan orang segera melancarkan pukulan.Si Rase Kumala tertawa tawar sambil diam-diam

memusatkan sembilan bagian dari lwekang tay-ceng-kong-gike tangan kanan.

 „Toa-hweshio, bersiaplah!"

Maju setengah langkah, lengan kanan dilempangkan luruske muka dan sekali telapak tangan digerakkan, dia mendorongke arah dada Bing King. Angin menderu, baju berkibar-kibar.

Sepasang alis Bing King mengerut, matanya menunduk kebawah. Tubuhnya yang tinggi besar itu, berayun-ayunmenuruntukan deru angin pukulan. Bumi yang dipijaknya,pelahan demi pelahan turut ambles. Sebuah adegan yangngeri penuh maut.

Demikian kira-kira sepeminum teh lamanya, tiba-tiba siRase Kumala tarik pulang tangannya. Sorot matanyamemancarkan sinar kekaguman yang tak terhingga. Ditiupdesir angin malam, baju Bing King sekonyong-konyongmenghamburkan debu, beterbaran keempat penjuru. Dibawah leher bayunya, sama rowak berkeping-keping sepertidicakar dengan lima buah jari.

Kala itu, Bing King mulai membuka mata. Dengan agak 

terengah, dia berkata: „Syukur hud-cou memberi berkah danterkabullah penyelesaian dengan sebuah pukulan."

Tiba-tiba si Rase Kumala tertawa nyaring, serunya: „Toa-hweshio benar-benar sakti, Shin-tok Kek kagum tak terhingga.Dengan ini selesailah persoalan malam ini, selanjutnyaperkembangan lain harilah yang akan memutuskan. Sekaliantojin itu, hanya tertutuk jalan darah hun-hiatnya, rasanya

dengan ilmu Hud-hwat toa-hweshio yang tiada terbatas itu,tentu aku dapat mengembalikan mereka. Hanya dikarenakan

Page 65: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 65/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

mereka sudah cukup lama tertutup jalan darahnya, jadiperlulah dirawat seperlunya. Disini tersedia pil ceng-leng-wan,cukup diaduk dengan air bersih dan diminumkan, tentulah

akan jadi baik."Habis berkata, diambilnya sebuah botol kumala lalu

ditaruhkan di atas tanah. Begitu bersuit panjang, dua oranganak muncul dengan menggotong sebuah tandu. Secepat siRase Kumala loncat ke dalam, kedua anak itu segeramemanggulnya turun gunung .........

Menutur sampai disini, pak tua berhenti. Dia mendongak ke

atas, seolah-olah seperti mengenangkan kejadian pada masayang lampau. Pemuda tanggung yang tengah asyik mendengarkan itu, sudah tentu tak mau tahu.

  „Yah, bukankah Siau-sat-sin Li Hun-liong putera dari Pak-thian-san Song-sat pernah mngatakan, tak mau hidupbersama-sama dengan Siau Hong? Dari ucapan itu, terangyang menulis surat kaleng itu tentulah dia. Apakah begitumudah saja si Rase Kumala melepaskan dia?” tanyanya.

Pak tua merenung sejenak. Kemudian menatap wajah sianak, dia kedengaran menghela napas, ujarnya: „Dulu ketikaayah mendengar cerita itu, juga mengajukan pertanyaanserupa dengan kau ini. Tapi perkembangan kisahnya, ternyatadi luar dugaan orang! Turut kata orang yang membawakancerita ini padaku, sepergi dari gunung Mosan, si Rase Kumalaterus langsung menuju ke gunung Pak-thian-san untuk 

mencari Song-sat. Ternyata disana Song-sat menyambutnyadengan tenang dan berterus terang. Dia amat menghormatsekali kepada si Rase Kumala, kemudian menyuruh puteranya(Li Hun-liong) keluar mengadakan testing tulisan. Setelahdipadu, ternyata tulisannya itu tak sama dengan tulisan dalamsurat kaleng itu.

Hal itu telah membuat si Rase Kumala yang cerdik jumawa,

bungkam dalam seribu bahasa. Walaupun biasanya dia sukamembawa kemauan sendiri tak menghiraukan segala alasan

Page 66: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 66/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

orang, namun dalam keadaan seperti itu, tak dapat lagi diaberkeras kepala menuduh secara membabi buta. Datangdengan kemarahan menyala-nyala, terpaksa si Rase Kumala

kembali dengan semangat padam lesu. Sejak itu, walaupunsudah berpuluh tahun lamanya dia tak henti-hentinyamelakukan penyelidikan, namun hingga kini tetap belumberhasil. Berpuluh tahun lamanya, peristiwa itu tetapterbungkus kabut ......” 

  „Yah, siapa si curang yang telah mencelakai dan menulissurat kaleng itu? Apakah Siau Hong sungguh dicelakai orangsehingga tak sadar melakukan perbuatan itu?” tanya Ih-ji.

Dihujani pertanyaan, pak tua hanya ganda tertawa,sahutnya: „Anak tolol, itulah pertanyaan-pertanyaan yangtetap menjadl rahasia sampai sekarang. Kalau dulu-dulu sudahterpecahkan, tentu urusan akan sudah selesai!"

Muka si bocah tampak kesal, ujarnya: „Yah, dalamperistiwa itu, turut penglihatan Ih-ji, kesemua-semuanyaterletak pada Goan Goan Cu yang memberi hukuman menurutkemauannya sendiri. Seharusnya dia menyelidiki sampaiterang, baru menjalankan keputusan, dengan begitu tentulahtak sampai terjadi onar besar, yang paling kasihan adalahShin-tok Lan, hem ...... kalau aku menjadi si Rase Kumala,bukan hanya meminta ganti jiwa Goan Goan Cu punmenjadikan biara Ceng Kiong Kiong sebuah karang arang!"

Menampak bagaimana si Ih-ji dengan wajah murka dan

nada dendam mengucapkan kata-katanya itu, kejut si pak tuatak terkira. Serentak dicekalnya tangan si bocah itu.

  „Betapapun kurang bijaksananya tindakan Goan Goan Cu,namun tak seharusnya kau berpikir demikian, bagaimanapun juga dia adalah kau ......” 

Baru mengucap sampai disini, seperti terkena stroom listrik,buru-buru si pak tua berhenti. Dia merasa sudah kelepasan

omong. Namun Ih-ji yang cerdik itu sudah dapat mencium

Page 67: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 67/429

Page 68: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 68/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Sebenarnya setelah kau dewasa, baru ayah akanmenuturkan hal itu padamu, tapi ah, apa mau dikata .........” 

Tapi Ih-ji segera menukasnya: „Yah, tapi begitu ada lebihbaik. Dengan mengetahui kalau mempunyai tugas besarmembalas dendam orang tua, Ih-ji tentu lebih giat belajar. Ih-  ji bersumpah akan menuntut balas dan mencuci bersih nodacemar ayah bunda itu. Musuh besar almarhum ayah bunda ituakan kucingcang menjadi frikadel, agar arwah ayah bundadapat mengasoh dengan tenteram di alam baka!"

Jalan sang waktu seperti anak panah terlepas dari

busurnya. Musim ganti berganti menunaikan tugasnya dibumi. Tak terasa tiga tahun telah lalu. Jejaka tanggung kinisudah berusia enambelas tahun. Dalam sesingkat waktu itu,dia seperti didorong oleh suatu kemauan keras untuk belajargiat. Maka tak heranlah, dalam segala hal baik ilmu silatmaupun surat, dia telah mencapai prestasi yang gilanggemilang.

Seorang anak yang naik dewasa, bukan melainkanpertumbuhan tubuhnya saja yang pesat, pun orangnya akanmenjadi lebih cakap dan ganteng. Sifat kekanak-kanakan yangsuka ceriwis itupun hanyut ditelan alam kedewasaannya. Dialebih tenang dan anteng. Selama belasan tahun berkumpuldengan tokoh Dewa Tertawa itu, kecuali dengan ayah-angkatnya itu, jarang benar dia bersuara. Dia seolah-olahdikejar waktu.

Sepanjang hari hanya berlatih keras dan sepanjang malamhanya mencita-citakan menuntut balas. Walaupun ada kalanyasenggang (tak berlatih), namun dia tak mau nganggur. Ya,hanya belajar dan berlatih terus!

Kesemuanya itu tak terlepas dari tinjauan si Dewa Tertawa.Diam-diam tokoh-tokoh itu makin sayang akan anak-angkatnya yang berbakat bagus dan berhati keras.

Page 69: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 69/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Ibarat burung bagus hinggap di dahan bagus, begitulahseorang tunas yang berbakat bagus telah mendapatbimbingan dari seorang tokoh yang lihay. Dalam waktu tiga

tahun saja, Ih-ji telah menjadi seorang pemuda yang tinggiilmu silatnya baik dalam hal gwakang (tenaga luar) maupunlwekang (tenaga dalam).

Pada suatu sore, si Dewa Tertawa memanggil Ih-ji.

  „Dalam tiga tahun terakhir ini, kau telah mencapaikemajuan pesat. Seluruh kepandaian ayah, telah kuturunkansemua padamu. Kekurangan satu-satunya padamu, hanyalah

berlatih terus sampai sempurna. Asal mau berlatih giat, tentuakan berhasil. Sekalipun demikian, tingkat kepandaian yangkaumiliki sekarang ini, tiada sembarang ko-khiu (tokoh kelasberat) dalam dunia persilatan dapat menandingi kau.

Kini kau sudah berusia enambelas tahun. Sudah tibawaktunya kau turun ke dunia persilatan, mencari pengalamandisamping mengembangkan pelajaranmu. Kalau terus-terusanikut pada ayah, sekalipun sepuluh tahun lagi, kau akan tetapmenjadi seorang anak kecil. Oleh karena itu, walaupun denganberat hati, namun terpaksa ayah hendak menyuruhmu turungunung besok pagi. Juga ayah sendiripun akan menuju kedaerah Lamkiang untuk menyelesaikan suatu urusan lama.Setahun kemudian, kau harus kembali lagi ke gunung Hoan-ke-san sini, pada waktu itu ayah tentu sudah menunggu disini.Dalam setahun ini, kau bebas bergerak kemana saja, pesiar

menikmati pemandangan di berbagai daerah, sekalian mencari jejak musuhmu.

Tapi ingatlah senantiasa! Jangan agulkan karena sudahmemiliki kepandaian tinggi, karena dunia persilatan itu sebuahgelanggang yang penuh bahaya. Gunakanlah kecerdasan otak dan kesaktian ilmu untuk menghadapi segala sesuatu!"

Sewaktu si Dewa Tertawa mengakhiri pesannya, Ih-ji

tampak termangu-mangu. Benar menuntut balas senantiasamenjadi idam-idamannya, tapi serambutpun dia tak 

Page 70: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 70/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

menyangka bahwa waktunya bakal datang secara begitusingkat. Juga untuk berpisah dengan ayah angkatnya yangtelah mengasuhnya selama belasan tahun itu, terasa amat

berat dalam hatinya. Tanpa dikuasai lagi, air matanyabercucuran membasahi kedua belah pipinya. Terkejut, girangatau sedihkah dia? Entah tak tahu dia merasakannya.

Demikian perasaan Ih-ji, demikian perasaan Siau-sian-ong.Jago tua itupun seperti disayat-sayat hatinya. Namunmengingat bahwa harapan selama belasan tahun itu sudahterlaksana, hatinya terhibur juga.

Dengan sedih-sedih girang, diusapinya air mata Ih-ji, laludengan sikap amat menyayang dielus-elusnya bahu pemudaitu.

 „Hari sudah malam, karena besok kau akan berangkat, baik lekas beristirahat sana!"

Begitulah malam itu tak terjadi suatu apa dan padakeesokan harinya, si Dewa Tertawa memanggil anak 

angkatnya.  „Ayah tak mempunyai suatu barang berharga sebagai

bingkisan perjalananmu, kecuali beberapa patah kata ini:

  „Hati tak boleh melamun kosong, tubuh tak bolehsembarangan bergerak, mulut tak boleh semau-maunyabicara. Ini artinya cermin dari kesungguhan hati yang bersih.Ke dalam tak menipu diri sendiri, keluar tak menghina orang,

ke atas tak menyalahi Tuhan, ini namanya dapat bertindak secara hati-hati dan bijaksana.

Harap camkan baik-baik!”.

Habis memberi pesan itu, diambilnya sebuah bungkusankecil dan sebilah pedang, katanya pula: „Dalam bungkusan initerdapat seratus tail mas, berpuluh tail perak hancur danbeberapa potong pakaian yang baru yang khusus kubuat

untukmu."

Page 71: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 71/429

Page 72: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 72/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Ih-ji menurut perintah. Dari dalam baju, si Dewa Tertawamerogoh keluar sepucuk sampul dan sebuah mainan kumala.

  „Begitu turun gunung, kau, harus segera menyambangikuburan ayah bundamu. Bundamu dimakamkan di selat Liu-hun-hiap gunung Tiam-jong-san, sementara jenazah ayahmuyang kala itu teruruk runtuhan puing, konon kabarnyadipindah Goan Goan Cu untuk di kubur di belakang biara SiangCeng Kiong. Entah benar entah tidak. Lebih dahulu kau bolehmenuju ke Mosan, tapi ingat, jangan sekali-kali bentrok dengan para tojin Siang Ceng Kiong, lebih-lebih terhadapGoan Goan Cu tak boleh mendendam rasa permusuhan.Percayalah, bahwa meskipun dia keras adatnya, tapi tak nantimencelakai anak-anak angkatan muda.

Jangan tinggal lama-lama di Mosan, begitu sudahmenyambangi kuburan ayahmu, harus lekas pergi ke Tiam-  jong-san untuk menghadap gwakong-mu (kakek), disitusekalian menyambangi makam ibumu. Gwakongmu itu anehwataknya, tak dapat kubayangkan bagaimana sikapnya

apabila bertemu denganmu nanti. Tapi ingatlah, apapunpelayanan yang kau terima, harus tetap menghormatinya  jangan sekali-kali unjuk kekurang-ajaran. Sampul surat ini,boleh kau terimakan pada gwakongmu. Dan mustika kumalaini adalah milik almarhum ayahmu yang diberikan pada ibumuselaku panjar kawin. Ini dapat dijadikan barang bukti. Nah,sekian pesan ayah dan sekali lagi harap kau selalu berhati-hatidalam perjalanan!"

Bicara sampai disini, hidung si Dewa Tertawa tampak berkembang kempis karena menahan air mata. DemikianpunIh-ji Suatu perpisahan yang dirasakan amat berat sekali.Dengan menahan kucuran air mata, sampul dan mustikakumala disambuti dan dimasukkan ke dalam dada bayunya,kemudian menyanggulkan bungkusan dan pedang di belakangbahunya. Sejenak menyapukan matanya ke sekeliling gubuk 

kayu yang menjadi tempat tinggalnya selama belasan tahun,

Page 73: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 73/429

Page 74: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 74/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

pakaiannya warna biru itu terbuat dari kain kasar, namunkesederhanaan itu tak mengurangkan perbawa pemuda itu.Dia menjinjing sebuah bungkusan kecil dan berjalan mondar

mandir di muka biara itu. Sejenak tertegun merenung, sejenak memandang ke biara dengan sangsi-sangsi dan sejenak mondar mandir seperti orang mencari pikiran. Beberapa saatkemudian. akhirnya dia seperti sudah mengambil ketetapanlalu melangkah masuk ke dalam pintu.

Baru saja kakinya melangkah di pintu, seorang tojinpertengahan umur sudah muncul menyongsongnya.

  „Bu-liang-siu-hud, sicu dari mana?” tegurnya memberisalam keagamaan.

Pemuda itu cepat memberi hormat seraya menyahut:  „Cayhe sedang pesiar ke gunung sini, karena mendengarkemasyhuran kui-kwan (biara saudara), ingin sekaliberkunjung menunaikan hormat, entah apakahdiperbolehkan?"

 „Ah, silahkan sicu masuk!" jawab si tojin.Setelah menghaturkan terima kasih, pemuda itu masuk ke

dalam biara. Membiluk sebuah ruangan luas, tibalah dia dimuka sebuah sin-tian (ruangan pemujaan dewa). Mendongak ke atas, pemuda itu melihat ada sebuah papan besarbertuliskan tiga buah huruf “Lu-cou-tian”. Tahu dia, bahwaruangan itu adalah tempat pemujaan dewa Lu Tun-yang atau

Lu Tong-pin.Dan memang waktu melangkah masuk, disitu terdapat

sebuah arca besar dari dewa Lu Tong-pin yang memeganghud-tim (kebut pertapaan) dan memanggul sebatang pedangpusaka. Arca itu tampaknya seperti hidup. Api pedupaanbergulung-gulung menyiarkan asap wangi.

Tengah pemuda itu menikmati pemandangan di ruangan

itu, tiba-tiba dari arah belakang terdengar sebuah suara

Page 75: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 75/429

Page 76: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 76/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

lakunya amat sopan rendah. Sungguh seorang pemuda yangtak tercela. Hanya sayang sedikit pada kedua alisnya itumenampilkan sifat-sifat hawa membunuh. Dan sebagai

seorang paderi yang berilmu, menilik dari pancaran matanyayang berkilat-kilat, dia yakin pemuda itu tentu ahli dalam ilmulwekang. Bebarapa kali dia coba mengorek keterangan,namun setiap kali pemuda itu selalu menyimpangkanpertanyaan atau hanya ganda tertawa saja.

Walaupun menginsyafi bahwa tetamunya itu bukan tetamubiasa, tojin itu tetap tak mengetahui apa maksudkedatangannya. Apalagi pemuda itu selalu membawa sikapyang hormat, ini lebih membingungkan. Kini mendengarpertanyaan si anak muda tadi dia merenungkan sejenak.

Kemudian setelah mengawasi wajah sang tetamu itudirangsang dengan rasa ingin tahu, dia menyahut: „Rupanyasicu amat gemar menikmati segala sesuatu, untuk itusebenarnya pinto tak layak membikin kecewa. Tapi memangtempat-tempat yang pantas dilihat dalam biara ini sudah pinto

unjukkan tadi. Yang masih belum dilihat hanyalah sebuahtaman tak terurus di belakang biara. Disitu tumbuh berpuluh-puluh batang pohon bambu merah. Kalau sicu ingin melihat,pintopun suka mengunjukinya".

Girang sekali pemuda itu mendengarnya.

  „Ada sebuah taman yang begitu bagus, mengapa tak Totiang katakan tadi-tadi. Bambu merah, adalah bambu

istimewa keluaran Thian Tiok (India). Lama benar kepinginmelihatnya, maka sudilah Totiang membawa cayhe kesana."

Namun Hian Long masih bersangsi dan mengatakan bahwataman itu sudah lama tak terawat. Pemuda itu tetapmemintanya, maka terpaksa Hiang Long menuruti.

Sepeminum teh lamanya berjalan melalui ruangan demiruangan, akhirnya tibalah mereka di belakang biara. Disitu

terdapat sebuah jalan panjang yang menuju ke sebuah pintu

Page 77: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 77/429

Page 78: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 78/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sepuluh tahun yang lalu, Goan Goan Totiang belum kembalidari perkelanaannya. Kemana beliau menuju, tiadaseorangpun yang mengetahui. Oleh karenanya terpaksa sejak 

enam tahun yang lampau, pejabat kuancu dipegang oleh HianCin Totiang.” 

Mendengar itu, si pemuda tampak kecewa. Dengan nadasesal, dia minta agar kelak apabila Goan Goan Totiang sudahpulang, sudilah Hian Long tojin menyampaikan hormatnyakepada pemimpin biara itu. Untuk itu Hian Longmenyanggupinya.

Pada lain saat, sekali Hian Long mendorong pelahan-lahan,kedua daun pintu yang berat itu terpentang lebar. Mengikuti dibelakang si tojin, pemuda itu melangkah masuk lalumemandang keadaan taman itu.

Benar seperti yang dikatakan Hian Long, taman biara itutampaknya terbengkelai tak terurus. Tanahnya sih luas sekali,tapi penuh ditumbuhi rumput alang-alang dan rotan. Sebuahbungalow kecil yang berada di kebun itu, sudah hampir rubuhkarena reyotnya. Satu-satunya pemandangan yangmenyedapkan mata, hanyalah bunga-bunga seruni hutan yangmerajalela semau-maunya memain dalam tiupuan sang angin.Tepat ditengah-tengah taman itu, berbaris berpuluh-puluhbatang bambu besar yang berwarna merah. Itulah yangdisebut cu-tiok atau bambu merah dari Thian Tiok.

Memeriksa ke dekat tanaman bambu itu, si pemuda

dapatkan batang bambu itu amat besar lagi kokoh, wamanyamerah seperti api. Ketika dijentik dengan jari, bambu istimewaitu mengeluarkan suara kumandang nyaring macamgenderang berbunyi.

 „Alam semesta ini penuh dengan keanehan, memang benarkiranya .....” demikian baru saja mulut pemuda itumengeluarkan pujian, matanya segera tertumbuk akan suatu

benda yang menggoncangkan hatinya. Di ujung tamansebelah barat laut sana, tampak ada serumpun rimba kecil

Page 79: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 79/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dari pohon hong. Di tengah-tengah rimba kecil itu, berkilat-kilat cahaya dari sebuah batu nisan .......

 „Belum pernah cayhe melihat rumpunan pohon hong yangtumbuh sedemikian suburnya seperti itu, kini cayhe hendak memuaskan mata kesana!" berpaling ke arah Hian Long,pemuda itu tersenyum berkata.

Hendak Hian Long mencegahnya, tapi seperti tak maumelihatnya lagi, pemuda itu terus saja melangkah kesana.Terpaksa Hian Long cepat-cepat mengikuti dan sebentar sajamereka sudah berada dalam hutan pohon hong itu. Ternyata

memang di tengah rimba kecil itu, terdapat sebuah gundukantanah yang menonjol ke atas dan di mukanya terpasangsebuah batu nisan besar. Pada batu nisan itu terukir 13 huruf yang berbunyi:

  „Tempat kuburan tulang Siau Hong anak murid yangberdosa dari Siang Ceng Kiong.” 

  Aneh. pemuda itu tampak tegak di muka nisan,

pemandangannya dengan termangu-mangu. Wajahnyamenampil haru kerawanan. Hian Long tojin karena berdiri dibelakangnya jadi tak melihat perobahan air muka pemuda itu.

Beberapa jurus kemudian, tiba-tiba pemuda itu berputartubuh, lalu tertawa kepada Hian Long, ujarnya: „Turutpenglihatan cayhe, adanya taman ini sampai dibiarkan tak terawat, adalah karena berhubungan dengan almarhum orang

yang berada dalam kuburan ini.”   „Ai, siao-sicu benar-benar cerdas!" Hian Long balas

tertawa.

  „Cayhe memang gemar mengetahui apa-apa. Apakahkiranya Totiang tak keberatan menceritakan kedosaan dariorang itu?” kata si pemuda.

Menurut tata peraturan persilatan, menanyakan sesuatu

rahasia atau urusan intern dari sebuah perguruan atau partai,

Page 80: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 80/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

adalah suatu kesalahan besar. Juga tak nanti ada seorangpersilatan yang mau membocorkan rahasia urusan internperguruannya. Pemuda itu sudah melanggar pantangan,

semestinya Hian Long tentu marah.Tapi di luar dugaan, sedikitpun tojin itu tak mengambil

dihati. Apakah dia itu seorang tokoh tolol atau naif? Bukan,Hian Long bukan seorang goblok, melainkan seorang yangcerdik. Sedikit demi sedikit dia sudah mulai jelas akan maksudkunjungan anak muda itu kesitu. Kalau tak berada-ada,masakan burung tempua terbang rendah. Demikian katasebuah pepatah yang artinya, kalau tiada sesuatu maksud,masakan orang berjeri payah datang menyelidikinya.

  “Mengibiri siasat”, artinya menurutkan siasat lawan untuk mencari tahu keadaannya (lawan). Dengan keputusan itu,tanpa tedeng aling-aling lagi, Hian Long memberi keterangan.

  „Orang yang beristirahat dalam kuburan itu, turut silsilahmasih suheng pinto, ialah satu-satunya murid orang luar(bukan kaum paderi) dari Siang Ceng Kiong. Dalam halkepandaian, dia sudah memiliki seluruh ilmu kepandaiansupeh pinto Goan Goan Totiang. Tapi sungguh lacur, beberapabelas tahun yang lalu karena tergoda oleh seorang wanita, diamendapat hukuman perguruan. Dan adalah karena peristiwaitu, hampir saja biara ini mengalami kemusnahan. Dalamkedukaannya, Goan Goan Totiang biarkan saja taman ini tak terurus, kemudian beliau sendiri lalu berkelana tak ketahuan

rimbanya.Gelombang reaksi dari peristiwa itu, sampai sekarang masih

tetap belum reda. Benar tampaknya tenang, tapi tetapmengandung unsur-unsur yang eksplosif (mudah meledak). Adakah nantinya peristiwa itu akan berbuntut mengakibatkanbanjir darah di dunia persilatan, tak seorang pun dapatmemastikan. Karena yang nyata, kematian Siau-suheng itumasih tetap menjadi teka teki besar. Adakah layak dia

menerima hukuman seberat itu, masih belum dapat diketahui

Page 81: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 81/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

persoalannya yang jelas. Pinto sendiri tak begitu jelas, jadi tak dapat menerangkan sejelasnya pada Siau-sicu.” 

Sembari memberi keterangan itu, Hian Long tak berkesipmemperhatikan wajah si anak muda. Bahwa mimik wajahpemuda itu tampak bersungguh-sungguh, membuktikan makinbenarnya dugaannya (Hian Long) tadi.

Selesai mendengar penuturan, kembali wajah pemuda itumenjadi tenang. Dengan menghela napas berkatalah dia:  „Walaupun Totiang tak dapat menjelaskan, namun dapatlahsudah cayhe mengadakan kesimpulan. Segala urusan di dunia

ini, memang tak mudah menentukan hitam putihnya. Hanyasaja asal segala itu disertai kebijaksanaan yang adil, artinyatak mudah dipengaruhi rangsangan hati dan membawarnaunya sendiri, sekurang-kurangnya penilaian akan salahatau benar itu tentu mendekati yang seadil-adilnya. Turutpikiran cayhe yang picik, dalam urusan suheng totiang itu,walaupun ada sebab-sebabnya, namun keputusan Goan GoanTotiang itupun rasanya amat keburu nafsu. Entah bagaimana

pendapat Totiang?” 

Berobahlah wajah Hian Long tojin saat itu. Sampai sekian jenak dia tak dapat mengeluarkan kata-kata. Mengapa? Ini tak lain karena disebabkan kelancangan pemuda itu. Orangpersilatan paling menjunjung tinggi paras suhunya. Bahwapemuda itu sudah berani memberi keritik terhadap Goan GoanTotiang, itu sama artinya dengan menghina.

Dengan wajah murka, Hian Long segera akanmendampratnya tapi pemuda itu yang rupanya insyaf akankelancangannya, buru-buru mendahuluinya: „Rasanya sudahterlalu lama membikin repot Totiang, maka dengan ini cayhehendak minta diri.” 

Hiang Long terpaksa menahan diri. Begitulah keduanyakembali masuk lagi ke dalam biara. Setiba di ruang Lu-cou-

tian, pemuda itu berhenti lalu mengeluarkan sekeping perak hancur lebih kurang sepuluhan tail, lalu menyerahkannya pada

Page 82: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 82/429

Page 83: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 83/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sejenak tertegun di muka pintu biara, dia lalu berputartubuh terus mengitar tembok menuju ke taman di belakangbiara. Tiba di belakang tembok taman, dengan sebuah gerak 

ciam-liong-seng-thian atau naga silam melambung ke udara,dia loncati tembok yang dua tombak tingginya itu.

Menginjak di dalam lingkungan taman, sejenak diamemandang ke sekeliling penjuru. Setelah mendapatkan tiadabarang sesosok bayangan orang, barulah hatinya legah.Pelahan-lahan dia ayunkan langkah menghampiri rimba kecilpohon hong yang berada di ujung barat laut dari taman itu.

Begitu tiba disitu, langsung dia berhenti di muka kuburanyang ada batu nisannya itu. Setelah beberapa saat diamtertegak disitu, bungkusan yang dijinjingnya itu diletakkan diatas tanah. Kemudian dengan khidmatnya, diamembungkukkan tubuh, mengulurkan tangan kanan merabahbatu nisan. Sekali mengusap, maka tulisan yang terpahat padabatu nisan itu, hancur musna. Hanya dalam beberapa detik saja, dia dapat membuat rata lagi permukaan batu nisan itu,

hanya saja kini makin tipis.

Selesai bekerja, mulutnya kedengaran menghela napaslonggar. Pada lain saat, dia segera gunakan dua buah jaritelunjuk dan tengah, menggurat kepermukaan batu nisan.Pada batu itu kini tampak melekuk delapan buah huruf berbunyi:

  „Peristirahat Siau Hong yang belum jelas penasaran

dosanya.” 

Habis menggurat, orang berpakaian hitam itu membukabungkusannya dan mengeluarkan sebuah benda, diletakkan dimuka, batu nisan. Disulutnya lilin dan dupa, lalu berlututlahdia dihadapan kuburan itu dengan khidmatnya. Ditengahrimba kecil pada malam nan pekat sunyi itu, sang anginberkesiur meniup api lilin. Sang tenggoret meringkik nyaring,

burung-burung kukkubeluk merintih-rintih, menambahkankerawanan suasana.

Page 84: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 84/429

Page 85: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 85/429

Page 86: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 86/429

Page 87: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 87/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dia tak berani menyambuti, lalu loncat menghindarbeberapa langkah. Bersuit nyaring, Siau Ih mengikuti laksanabayangan. Pedang Thian-coat-kiam membolang-baling dalam

tiga rangkaian serangan kilat, kian-gwat-cay-hun(menggunting rembulan memotong bintang), tiang-hong-koan-jit (bianglala menutup matahari) dan to-sia-sing-ho (airsungai mengalir terbalik). Ribuan sinar bertaburan seluas satutombak, bagaikan sebuah hujan sinar yang mencurah darilangit.

Dalam serangan serupa itu, Hian Long hanya dapat mainmundur, sedikitpun dia tak mampu membalas.

Tiba-tiba Siau Ih tarik pulang serangannya. Tertawamemanjang, dia berseru: „Totiang, bukankah tadi kau hendak menindak cayhe? Tapi mengapa kini tak mau membalas?Bukankah itu memberi kemurahan pada cayhe?” 

Terperanjat, kagum dan marah adalah perasaan yangmengaduk dibenak Hian Long. Benar-benar dia tak menyangka bahwa ilmu pedang pemuda itu sedemikiandahsyatnya. Rasa memandang rendah, kini bagai tertiupangin.

  „Siau-sicu, kata-kata tajam tak usah dilancarkan. Dalamseratus jurus, kalau pinto kalah, bagaimana nanti keputusankwan-cu, pintolah yang menanggungnya semua!" akhirnya diamengeluarkan gengsi.

Siau Ih tertawa, sahutnya: ''Totiang cekat bertindak cekatucapan. Dalam seratus jurus kalau cayhe tak dapat menang,terserah bagaimana Totiang hendak memberi hukuman!"

Hian Long tak mau adu lidah. Pikiran dipusatkan, lwekangdikerahkan. Sekali kebutan hun-ciu, dia gunakan jurus Sian-  jin-chit-loh (dewa menunjuk jalan) menusuk dada Siau Ih.Baru ujung hun-ciu sampai di tengah jalan, tiba-tiba dibalik,ujungnya disabatkan ke arah jalan darah kian-king-hiat si anak 

muda.

Page 88: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 88/429

Page 89: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 89/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

(melintang dorong delapan kuda), tangan kiri memancarkansemacam hawa serangan yang amat panas, sementarapedang di tangan kanan berhamburan menabur ke atas kepala

Hian Long.Hian Long terpaksa mundur selangkah, namun hawa dingin

dari sinar pedang lawan terasa sudah tiba di atas kepalanya.Jalan satu-satunya hanyalah loncat ke samping. Tapi justeruitulah yang dimaukan Siau Ih Begitu Hian Long loncat,sekonyong-konyong pedang Thian-coat-kiam ditarik, menyusul  jari tangan kirinya laksana kilat sudah menekan batok kepalaorang.

Kali ini benar-benar Hian Long mati kutu. Mimpipun tidak iaduga kalau dirinya bakal diburu dengan terkaman macambegitu. Bagaimana pun juga, dia tak sempat lagi akanmenghindar. Sesaat terasa kepalanya dingin, kopiahpertapaannya sudah dijambret oleh Siau Ih. Kini berdirilahanak muda itu dengan tenangnya disebelah sana, tangankanan mencekal pedang, tangan kiri memegang koplah.

Selebar muka penilik biara Siang Ceng Kiong itu sepertikepiting direbus. Rasanya dia tak dapat menyembunyikanmuka lagi.

  „Cayhe menghaturkan terima kasih atas pelajaran Totiangtadi. Mohon akan membawa kopiah ini sebagai tanda mata,sekian cayhe akan mohon diri!

Habis berkata, anak muda itu sudah enjot tubuhnya loncatmelalui pagar tembok.

---oo0dw0ooo---

7. Mendapat Kawan dan Lawan

Lepas dari kepungan. Siau Ih amat kegirangan.Ditimangnya, bagaimana akan dilakukan dengan kopiah itu.Sekilas dia mendapat pikiran. Cepat dia lari ke muka biara.

Begitu tiba di muka pintu, dia enjot tubuhnya ke atas

Page 90: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 90/429

Page 91: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 91/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Apa saja asal enak dan cepat selesai!" sahutnya.

Ketika jongos berlalu, Siau Ih merasa kalau para tetamuyang berada disitu tengah memandang kepadanya. Diam-diamdia kebingungan sendiri, jangan-jangan ada sesuatu yang tak beres pada dirinya.

Memandang ke arah pakaiannya sendiri, mau tak mau diatertawa urung, pikirnya: „Ai, makanya mereka samamemandang aku dengan keheranan, kiranya aku masihmengenakan pakaian ringkas dan memanggul pedang!"

Buru-buru pedang diambil dan ditaruhkan di sisi meja.Tepat pada saat itu terdengarlah suara berisik dan munculnyaseorang anak sekolah muda. Wajahnya berseri bersih, bibirmerah segar melapis dua baris gigi yang putih, hidungmancung, sepasang alis lengkung menaungi dua buah matayang memancarkan sinar berkilat-kilat.

Kopiah pelajar yang membungkus kepalanya, dihias denganmutiara berkilau. Pakaian sutera warna biru muda disulam

dengan bunga-bungaan tho. Tangannya mencekal sebuahkipas dari kerangka tulang hitam. Sepintas pandang, Siau Ihdapatkan seorang pribadi yang penuh wibawa pada diri anak muda sekolahan itu.

 „Inilah baru boleh dikatakan seorang pria cantik di dunia!"diam-diam Siau Ih memuji dalam hati.

Tanpa disengaja, pelajar cantik itu mengambil tempat

duduk persis disebelah muka Siau Ih. Mau tak mau mata SiauIh memandang beberapa kali kepada pria cantik itu, tapi diluar dugaan, pemuda itupun memandangnya juga.

Ketika mata saling berpandangan, muka Siau Ih terasapanas. Sebaliknya pria cantik itu hanya ganda tersenyum saja.Siau Ih menjadi likat sendiri, mau tak mau dia unjuk tertawa juga.

Page 92: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 92/429

Page 93: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 93/429

Page 94: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 94/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

memancarkan cahaya bening berkilau-kilauan. Wajah Liong Gomengerut kejut.

 „Sudah lama sekali pedang Thian-coat-kiam itu menghilang.Benar tak menyamai kesaktian pedang-pedang Kan-ciang,Bok-ya, Ki-kwat dan Liong-cwan, namun juga sebuah pusakapersilatan yang jarang terdapat. Dengan memiliki pedangpusaka macam begini, ilmu kepandaian saudara tentu amattinggi. Entah siapakah suhu terhormat dari hengtay itu?"

Ditanya begitu, kembali wajah Siau Ih menjadi merah.Tersipu-sipu dia menyahut: „kepandaian Siaute hanya berasal

dari engkong, mana dapat mencapai tingkat tinggi."Setelah memasukkan pedang ke dalam sarung dan

menyerahkan kembali, berkatalah Liong Go: „Kalau begitu,seperti halnya dengan Siaute, pun sejak kecil hanya mendapatpelajaran silat dari engkongku. Dahulu sewaktu engkongmasih aktif, kaum persilatan telah memberi gelaran Thiat-san-sian (si Dewa Kipas Besi)."

Siau Ih terbeliak kaget, serunya: „Oh, kiranya Liong-hengini adalah cucu dari Liong Bu-ki locianpwe, tokoh dari sepuluhDatuk yang bergelar Tui-hun-cap-sa-san (Tigabelas kipasperengut jiwa). Kipas yang Liong-heng bawa itu, tentulahpusaka milik Liong locianpwe dahulu, maaf, Siaute sudahberlaku kurang hormat tadi!"

  „Memang benar yang Siau-heng katakan, benda yang

Siaute bawa ini adalah kipas tui-hun-san kepunyaan engkong.Dengan dapat mengenal kipas ini, leng-cou (engkongmu)tentulah bukan tokoh sembarangan, tapi entah siapakahnamanya yang terhormat?"

Jawab Siau Ih dengan minta maaf: „Waktu turun gunung,engkong pesan agar untuk sementara ini janganmenguwarkan namanya, harap Liong-heng maafkan keadaanSiaute itu."

Page 95: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 95/429

Page 96: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 96/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Liong Go usulkan lebih baik menginap dihotel sebelah mukasana itu, karena tempatnya bersih. Siau Ihpun tak menolak.

Keesokan harinya setelah sarapan pagi, Liong Gomenanyakan kemanakah gerangan Siau Ih hendak pergi.

 „Sebenarnya Siaute mendapat perintah pergi ke Tiam-jong-san, tapi karena waktunya masih jauh, jadi lebih dahuluhendak menikmati alam pemandangan di daerah Kanglam,"sahut Siau Ih.

 „Aku justeru hendak pesiar ke Hangciu, mengapa hiante tak mau ikut kesana, melihat-lihat pemandangan nan indahpermai dari telaga Se-ouw, dari itu menuju ke Kiangse laluSuchwan terus membelok ke Hunlam. Suatu tamasya yangmenyengsamkan bukan?"

  „Di atas langit terdapat sorgaloka, di atas bumi terdapatSociu dan Hangciu". Demikian rangkaikan kata-kata parapenyair untuk melukiskan keindahan alam daerah Kanglam itu.Sudah tentu Siau Ih ketarik juga.

Setelah membayar rekening hotel, Liong Go membeli duaekor kuda lalu ajak Siau Ih berangkat. Tak sampai sehari,tibalah mereka di kota Hangciu yang termasyhur.

Hangciu

Pernah menjadi ibukota dari baginda-baginda Go-ong,Gwat-ong, Khi-ong, Bu-ong, Siok-ong dan kerajaan Lam Song.Letaknya disepanjang sungai yang mengalir kelaut, banyak terdapat rawa dan telaga serta bendungan-bendungan air.Tata tenteram kerta raharjo atau rakyat aman sentausa,perdagangan makmur.

Itulah maka mendapat julukan sebagai ''sorga"dipermukaan bumi Disebelah barat kota, terbentanglah telagaSe-ouw yang termasyhur di seluruh negeri. Telaga itudikelilingi oleh barisan gunung. Alam pemandangannya indah

permai.

Page 97: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 97/429

Page 98: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 98/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Demi memandang, Liong Go pun mengerutkan alis,ujarnya: „Di bawah sinar matahari yang terang benderang,kawanan bangsat mau jual ketengikannya. Hiante, ayuh kita

pergi kesana!"Tapi ketika diperintah, si tukang perahu tampak pucat dan

geleng-gelengkan kepala sembari komat kamit berbicarabahasa daerah itu. Siau Ih tak mengerti tapi ditilik dari gerak geriknya nyata kalau tukang perahu itu jeri terhadap kawanantukang kepruk itu.

 „Jangan kuatir, kita tentu dapat memberesi mereka," kata

Siau Ih menenangkan si tukang perahu, sembari menjanjikantarnbahan upah.

 Akhirnya mau juga si tukang perahu itu. Tiba di tepi telaga,setelah membayar sewa perahu, Liong Go dan Siau Ih cepatmenuju ke tempat ramai-ramai itu.

Seorang lelaki tinggi kurus, tampak mencaci si orang tuayang berlutut itu: „Orang tua she Ih, kau punya muka tidak?

Karena berhutang pada Teng tongcu, kau seharusnyamenerima apa keputusannya. Kini Teng-tongcu tak maumenerima pembayaran uang, melainkan menghendaki anak perempuanmu sebagai gundik. Disamping itu kau akanmendapat hadiah duapuluh bahu sawah. Turut nalar, itusudah terlampau murah hati, mengapa kau masih main tolak saja? Hari ini adalah hari jatuhnya waktu pembayaran, darimembayar kau malah hendak membawa lari gadismu kelain

tempat. Kedosaanmu itu pantas dihukum mati, nah,katakanlah bagaimana kehendakmu?"

Pak tua she Ih itu anggukkan kepala sampai mengenaitanah, lalu meratap: „Anakku itu telah ditundangkan pada lainorang. Untuk kebaikan hati Teng-tongcu, nanti pada lainpenjelmaan si tua yang rendah ini baru dapat membalasnya.Tentang hutangku itu, sudilah kiranya para toaya sekalian

menyampaikan pada Teng-tongcu agar bermurah hati untuk memberi kelonggaran beberapa hari lagi ..........” 

Page 99: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 99/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Heh, heh," tukas si kurus jangkung, „enak saja kaubermain lidah. Sudah jangan banyak kata, kalau benar-benararak-kebahagiaan tak mau minum dan minta arak-hukuman,

 jangan salahkan toayamu berhati kejam ya!"Selagi kawanan tukang kepruk itu berisik menambah

keangkeran ancaman si tinggi kurus, Siau Ih sudah lantasmelangkah maju. Dengan dua buah jari, dia tepuk bahu sitinggi kurus itu pelahan-lahan, serunya berbisik: „Bunuh orangganti jiwa, hutang uang bayar uang. Di bawah gemilangmatahari, berani mengancam orang sewenang-wenang,aturan mana itu?” 

Si tinggi kurus itu terkejut berpaling. Demi dilihatnya hanyaseorang pemuda berumur 16-17 tahun, kecongkakan timbul.Dengan galak, dia memaki: „Bangsat kecil, kau berani usilan,apa mau cari ..........” 

Belum sempat dia lanjutkan kata „mati", plak, pipinya kiritelah ditampar si anak muda. Begitu keras tarnparan itu,sampai dia terhuyung mundur beberapa langkah, mataberkunang kepala pusing tujuh keliling. Separoh pipi kirinyamenjadi begap biru dan tergurat dengan 5 buah jari tangan.Melihat itu, kawan-kawan si tinggi kurus segera menyerbuSiau Ih dan Liong Go.

  „Toako, rupanya kawanan anjing ini biasa bikin onar. Hariini Siaute hendak membasminya, supaya rakyat terhindar daribahaya!" seru Siau Ih.

Belum sempat Liong Go menyahut, kawanan tukang kepruk itu sudah menyerangnya dengan senjata tajam.

 „Toako, tolong lindungi ayah dan gadisnya itu, biar Siauteyang menghajar kawanan budak ini!" seru Siau Ih pula.

Liong Go menurut. Dia ajak si pak tua dan gadis untuk minggir disamping, menyaksikan Siau Ih beraksi. Terhadap

kawanan tukang kepruk kelas kambing, Siau Ih tak banyak keluarkan tenaga.

Page 100: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 100/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dalam beberapa gerakan saja, dapatlah dia menutuk rebahenam orang musuh yang bengis-bengis itu. Setelah itu, diamenghampiri ke tempat orang tua she Ih tadi.

  „Kawanan budak hina itu telah cayhe beri sedikit ajaran.Tapi bagaimanapun rasanya lo-jinke (pak tua) tak akan tinggaldi kota Hangciu sini. Lebih baik lekas-lekas pergi, sementarawaktu mengungsi ke tempat famili dulu ........” 

Baru berkata sampai disini, Siau Ih berputar ke arah LiongGo dan berseru: „Toako ......” 

Liong Go sudah dapat menangkap apa yang hendak dikatakan saudaranya angkat itu. Cepat-cepat dia sudahmengambil serangkum perak hancur untuk diberikan kepadaorang tua itu, katanya: „Sedikit uang yang sempat kubawa ini,harap Iojinke suka menerimanya untuk ongkos perjalanan!"

Betapa rasa terima kasih orang tua kepada kedua anak muda itu, sukar dilukis. Lengan bercucuran air mata, diaberkata: „Mohon tanya siapa nama inkong berdua ini, agar

aku si orang tua dapat ........”   „Usah lo-jinke mengatakan begitu. Menolong yang lemah

menin das yang lalim, adalah kewajiban setiap orang.Mumpung hari masih terang, lebih baik Lekas-lekasberangkatlah!"

Bersama anak gadisnya, pak tua itu beberapa kali menjura,kemudian berkata dengan nada gemetar: „Karena inkong

berdua tak mau memberitahukan nama, aku si orang tuapuntak berani mendesak. Hanya mengenai kawanan tukangkepruk itu, adalah anak buah dari ketua partai Thiat-sian-pangcabang Hangciu yang bernama To-thau-thayswe Teng Hiong.Dia banyak kenalannya dengan kaum pembesar, kejahatannyakeliwat takeran. Semua penduduk Hangciu tahu siapa 'raja'yang punya banyak jagoan kepruk itu. Memang Thiat-sian-pang besar sekali pengaruhnya, harap inkong berdua berhati-

hati."

Page 101: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 101/429

Page 102: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 102/429

Page 103: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 103/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Mungkin karena baru-baru terjun di dunia persilatan,hiante tentu tak begitu jelas akan keadaannya. Thiat-sian-pang itu adalah sebuah partai yang baru beberapa tahun ini

mengangkat diri. Pangcunya bernama Sut Cu-bing gelar Seng-si-poan (hakim yang memutuskan mati hidup). Kecualimemiliki ilmu tinggi, diapun mempunyai kecerdasan yangcemerlang, orangnya amat ambisius (kemaruk). Denganbayaran dan hadiah bagaimana pun besarnya, dia tak sayangmengeluarkan asal dapat membeli tenaga-naga kosen. Makabanyaklah benggolan-benggolan dan durjana-durjana yangsudah lama mengasingkan diri, semua masuk ke dalam

partainya. Oleh karena itu, Thiat-sian-pang mempunyai jagoan-jagoan yang sakti. Tindakan hiante tadi, berarti sudahmengikat permusuhan dengan mereka, dan untuk itu tentubakal menjumpai beberapa kesukaran," kata Liong Gosewaktu berada di hotel.

Siau Ih hanya ganda tertawa, sanggahnya: „Turut ucapantoako itu, habis siapakah yang berani membasmi perbuatan

 jahat semacam itu?" „Bukannya aku takut urusan, tapi karena mereka itu gemar

melakukan pembalasan dendam, baik secara terang maupungelap, maka selanjutnya, kita harus selalu berhati-hati,” kataLiong Go.

Baru mereka tengah bercakap-cakap itu, masuklah jongosdengan wajah ketakutan sembari memberikan sepucuk surat

kepada Siau Ih. Setelah diongos pergi dan Siau Ihmembukanya, ternyata surat itu berbunyi seperti berikut:

  „Atas pengajaran tadi siang, kami membilang banyak terima kasih. Tengah malam nanti, kami nantikan kedatangansaudara di makam Gak-ong.

Sekian maaf dan sampai ketemu.” 

Page 104: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 104/429

Page 105: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 105/429

Page 106: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 106/429

Page 107: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 107/429

Page 108: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 108/429

Page 109: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 109/429

Page 110: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 110/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kiau Hoan mundur sembari tertawa iblis dan tahu-tahusudah merobah kuda-kuda kakinya. Lalu dalam gerak setengah menutuk setengah menabas, oh-kim-cat menyerang

pula dengan tenaga kong-gi penuh. Sederhana sajatampaknya serangan itu, namun gerak perobahannya sukardiduga. Liong Go seolah-olah dikepung dalam sinar oh-kim-cat. Kemana dia hendak menyingkir, senjata cat yang terbuatdari emas hitam itu selalu membayanginya.

Tapi sebagai ahliwaris dari Tui-hun-cap-sa-san Liong Bu-kiyang pernah menggegerkan dunia persilatan, Liong Go punketahui akan serangan itu. Tak mau dia menghindar kemana-mana, cukup hanya mendongakkan separoh tubuhnya kebelakang, lalu dengan menurutkan posisi tubuhnya itu kipasdikebutkan terbuka, untuk dalam gerak hui-oh-bu-hwat (anaiterbang ke arah api) menampar oh-kim-cat dari samping.

Di dunia persilatan terdapat sebuah pepatah: „Kalauseorang ahli bergerak, segera dapat diketahui isi kosongnya".Begitulah berlaku pada pertempuran Liong Go - Kiau Hoan.

Walaupun hanya dua gebrak saja, tahulah si Manusia IblisKiau Hoan bahwa anak muda lawannya itu benar-benar sudahmewarisi seluruh kepandaian engkongnya. Disamping dapatmengambil putusan secara cepat tepat, pun permainan kipaspemuda itu sudah mencapai kesempurnaan. Diam-diam KiauHoan gelisah.

  „Sudah terlanjur kukatakan, dalam sepuluh jurus tentu

dapat mengalahkannya. Kalau sampai meleset, kemanahendak kutaruh mukaku dihadapan Teng Hiong dan kawan-kawan itu?" pikirnya. Dirangsang oleh nafsu menjagagengsinya, nafsu-bunuhnya berkobar-kobar. Sekonyong-konyong bersuit keras, dia loncat mundur setombak jauhnya.

Melihat itu, Liong Go hanya ganda tertawa saja: „Setan tua.bukannya maju menyerang malah loncat mundur itu

bagaimana? Takutkah?"

Page 111: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 111/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kata-katanya itu dibarengi dengan gerak liong-heng-it-siatau naga bergerak melempeng lurus, tubuhnya majumenutukkan kipasnya ke arah tenggorokan lawan.

  „Buyung, ini kau cari mati namanya!" Kiau Hoanmenyambutnya dengan lengking tertawa tajam. Sepasang catdipindah ke tangan kiri, begitu sepasang lutut ditekuk, diamelambung ke atas. Sebelum Liong Go sempat menangkis,  jari kanan Kiau Hoan laksana cakar besi sudah menamparkipas, sementara sepasang kim-cat di tangan kiri dibabatkanke pinggang orang.

Mimpipun tidak Liong Go, bahwa gerakan lawan sedemikianluar biasanya. Ketika insaf ada ancaman, ternyata sudahkasip. Batang kipas yang dicekal di tangan kanan serasatergentar keras, sehingga hampir saja kipas itu terlepas jatuh,dalam pada itu pinggangnya terasa disambar angin keras.

Dalam kejutnya, dia cepat tarik pulang kipasnya, kemudiandengan tangan kiri dia tolak sepasang kim-cat. Menyusul sangkaki berputar dalam gerak liu-si-ing-hong dan dia menyurutmundur beberapa langkah.

Gesit sekalipun Liong Go berusaha menghindar, namun tak urung pakaian suteranya terpapas rowak sampai beberapacenti panjangnya. Keringat dingin mengucur, wajah merahpadam. Siau Ih yang berdiri mengawasi disamping jantungnyasudah serasa mau loncat keluar .........

Sebaliknya disana Kiau Hoan pun menampilkan rasa kejut-kejut kagum yang tak tertara. Pada lain saat, dia kedengarantertawa seram lalu berseru dengan nyaring lengking: „Buyung,dengan dapat lolos dari seranganku tadi, bolehlah dianggaplihay juga kau ini. Nah, sekarang sambutilah seranganku yangnomor empat ini!"

Suara masih berkumandang, orangnyapun sudah melesattiba. Tinju kanan mendorong lurus ke muka membawa tenaga

tekanan laksana gunung roboh menindih dada, sepasang kim-

Page 112: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 112/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

cat dilayangkan ke bawah dalam gerak to-ceng-kim-ciong(menghantamkan jungkir lonceng emas), mengancam keperutLiong Go .........

--0dw0--

9. Satu Di Luar Lautan Satu M enghilang

Kini tak berani lagi Liong Go meremehkan, kaki melangkahmengayun tubuh, dia hindari sepasang cat. Kemudian denganmengundang seluruh tenaga, dia tangkis pukulan Kiau Hoan.  Adu kekerasan itu memberi penilaian jelas, Kiau Hoanterhuyung sedikit, sedangkan Liong Go matanya berkunang-kunang, kakinya menyurut mundur lima tindak baru dapatberdiri jejak.

Kini tahulah sebabnya Liong Go, mengapa si Manusia Iblisitu dapat malang melintang di dunia persilatan. Memangternyata dia masih kalah setingkat tenaganya. Kalau adukekerasan, berarti cari penyakit. Lebih baik dia gunakan ilmuajaib permainan tui-hun-cap-sa-san ajaran sang engkong,

agar dapat bertempur penuh sampai sepuluh jurus yangdijanjikan. Tidak menang asalpun jangan kalah. Demikian diamengambil putusan.

Pada saat itu, si Manusia Iblispun sudah maju menyeranglagi. Pertempuran kali ini, berbeda dari tadi. Kalau Liong Gomenggunakan siasat defensif (bertahan), adalah si ManusiaIblis sangat agresif (menyerang) sekali. Iblis ini sangat

bernafsu sekali untuk lekas-lekas dapat memukul roboh anak muda itu agar dapat menghimpaskan dendamnya padaduapuluh tahun yang lampau.

Tubuh Kiau Hoan berputar-putar mengepung rapat-rapatsang lawan. Berkelebatan laksana petir menyambar, dia terusmencari lubang kesempatan untuk memberi pukulan maut.Setiap gerak dan jurus serangannya adalah fatal (mematikan).

Sebaliknya Liong Go telah keluarkan seluruh permainankipas tui-hun-cap-sa-san, ilmu permainan yang pernah

Page 113: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 113/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

menggemparkan dunia persilatan pada masa yang lampau.Kipas tui-hun-san melayang-layang bagai tebaran awanmembungkus dirinya. Tiga buah serangan maut dari si

Manusia Iblis, meskipun amat dahsyat, namun dapatdibuyarkan oleh permainan kipas tui-hun-san yang istimewaanehnya. Saking gusarnya, si Manusia Iblis sampaiberjingkrak-jingkrak dan bersuit-suit.

Sebuah serangan dalam jurus peng-tee-hong-lui atauhalilintar menyambar di tanah datar, kembali dilancarkan siManusia Iblis. Bermula mengancam pinggang, tapi sekonyong-konyong sepasang oh-catnya yang berada di tangan kiri,dibalikkan ke atas untuk menghantam kepala lawan.

Terhadap serangan tangan kanan yang keras itu, tak beraniLiong Go menyambutinya. Begitu menghindar, dengan gerak Loan-tiam-gan-yang (menutuk burung belibis), kipasnyamenampar serangan sepasang oh-cat. Tertutuk sedikit olehkipas tui-hun-san, cepat-cepat si Manusia Iblis menarik oh-catnya. Adalah sesaat tubuh Liong Go agak terhuyung, iblis itu

melengking tertawa.

  „Buyung, sambutilah seranganku yang terakhir!” serunyasembari enjot tubuh sampai satu setengah tombak ke udara.Dari itu dia berjumpalitan, dengan kaki di atas kepala dibawah, sepasang oh-cat dihantamkan ke batok kepala lawandalam gerak tiang-coa-jip-tong atau ular panjang masuk kegoa.

Dalam posisi sang tubuh agak mendongak, Liong Go robahgerakan kipas dari menampar menjadi menghantam.Maksudnya ialah hendak menangkis dari samping. Tapi dalampada itu, diam-diam dia merasa heran sendiri mengapaserangan terakhir si iblis itu hanya begitu biasa sekali.

Tapi sekonyong-konyong terdengar si Manusia Iblistertawa. Kedua oh-kim-cat agak dikesampingkan, berbareng

itu tangan kanan bergerak menyusup ketubuh orang yang tak terjaga itu.

Page 114: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 114/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Seketika itu Liong Go rasakan tubuhnya tersambar olehserangkum angin halus yang amat dingin menggigil. Ya,begitu dingin sekali, hingga tubuhnya serasa membeku.

Sampai disini barulah dia insyaf kalau kena dibokong si iblis. „Celaka!" serunya sambil loncat keluar. Tapi begitu kakinya

menginjak tanah, tubuhnya segera akan terkapar jatuh.

Bukan kepalang kejut Siau Ih. Secepat kilat dia loncatmemapah tubuh Liong Go. Astaga, kiranya tubuh sang kawanitu gemetar, wajah pucat dan giginya berkeretekan menahankesakitan yang hebat ........

  „Buyung, selamanya lohu tentu melakukan apa yangkukatakan. Tapi bahwasanya kau telah dapat menerimasepuluh seranganku, itu sudah cukup lihay. Untuk urusanselanjutnya, lohu tak mau campur tangan lagi. Tapi karenakau telah terkena pukulanku thou-kut-im-hong-ciang (anginJahat yang merembes ketulang) maka dalam sepuluh hari,tulang belulangmu akan membeku dan jiwamu pastimelayang. Satu-satunya obat, ialah apabila kau berjumpadengan orang yang paham akan ilmu lwekang kong-tun-yang-sin-kang. Tapi pada masa ini, hanya ada dua orang tokohyang mahir akan ilmu sakti itu. Yang satu berada di luar negeridan yang lain sudah tak pernah muncul di dunia ramai lagi,mungkin sudah mati. Maka biar lohu memberitahukan carapengobatannya, juga tiada dapat menolongmu. Dengantersiksa mati secara pelahan itu, dapatlah kiranya lohu

melampiaskan hutang dendam itu!" seru si Manusia Iblissembari tertawa seram.

Pada saat itu, Teng Hiong dengan pemimpin dua oranganak buah, sudah menghampiri. Serta merta denganhormatnya, dia memberi pujian: „Kesaktian cianpwe sungguhmerajai dunia ......” 

  „Teng-tongcu!" Kiau Hoan cepat menukasnya, „tak dapat

disangsikan lagi buyung itu pasti akan mati. Tapi karena lohutak pernah mengingkari janji, maka setelah dapat menahan

Page 115: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 115/429

Page 116: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 116/429

Page 117: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 117/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

darah, dia terhuyung-huyung ke belakang terus jatuhterduduk.

Saat itu Teng Hiong bersama anak buahnya yang bertubuhtinggi kurus, sudah menyerbu datang. Mereka gunakanpedang song-bun-kiam dan sepasang tangan besimenghantam punggung Siau Ih.

Tanpa menoleh lagi, Siau Ih ajukan tubuh ke muka,sehingga serangan itu tak mengenai.

Si kurus yang bersenjata song-bun-kiam itu ajukan ujungpedangnya ke muka untuk menusuk lagi.

Tapi untuk kekagetannya, begitu tangan Siau Ih menjamahtanah, dengan gerak hi-yau-liong-bun, tubuhnya mencelat keudara sampai satu tombak lebih. Setelah berjumpalitansebentar, dia meluncur lagi ke bawah tepat di muka kedualawannya.

  „Datang-datang terus menyerang, itu tak punya aturannamanya. Nah, terimalah ini," serunya sembari kerjakan sangtangan.

  „Plak, plak,” pipi kiri Teng Hiong dan pipi kanan si kurus,tahu-tahu menerima "persenan" istimewa. Dengan mata ber-kunang-kunang kedua orang itu terhuyung mundur.

Siau Ih tak mau mendesak, melainkan tegak berdirisembari rangkapkan kedua tangan. Dia awasi kedua lawan itudengan senyum menghina.

Kaget, murka, malu dan muring-muring adalah si TengHiong. “Tring,” cepat dia melolos senjata gelang kiu-ciat-kong-hoan (gelang baja sembilan buku).

  „Toh hu-tongcu, Li hu-tongcu, majulah!" serunyamenggerung.

Si kurus dan orang yang pertama kali ditampar pipinya

sampai giginya rompal tadi, segera menyerbu. Kini tiga orang

Page 118: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 118/429

Page 119: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 119/429

Page 120: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 120/429

Page 121: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 121/429

Page 122: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 122/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tapi karena keayalan itu, Teng Hiong sudah jauh larisepuluhan tombak jauhnya.

  „Bangsat Teng Hiong. kalau kau sampai terlolos, akubersumpah tak mau menjadi orang!" seru Siau Ih sembariterus gunakan ilmu pat-poh-kam-sian (delapan tindak mengejar tenggoret) untuk mengejar. Pat-poh-kam-sianadalah sebuah ilmu mengentengi tubuh yang amat lihay.

Melihat dirinya dikejar, semangat Teng Hiong seperti kabur.Diapun segera tambah gas, berlari secepat-cepatnya. Tiba-tibatampak olehnya bahwa disebelah muka sana ada sebuah

hutan.  „Asal dapat masuk kehutan itu, tentu selamatlah jiwaku!"

diam-diam dia bergirang dalam hati.

Berbareng pada saat itu muncullah sesosok bayangan kecildari dalam hutan itu, terus lari menyongsong kedatanganTeng Hiong. Kira-kira terpisah pada jarak satu tombak,berserulah orang itu: „Adakah yang datang ini Teng-tongcu?"

 „Benar, orang she Teng lah ini!" sahut Teng Hiong denganterkesiap. Selagi dia hentikan langkah untuk mengawasi lawanatau kawankah kiranya orang itu, segera terdengar orang itumelengking nyaring: „Bangsat Teng, serahkan jiwamu!"

Mulut berseru, orangnya datang, pedangnyapun sudahmenyerang ke dada Teng Hiong.

Justeru pada saat itu Siau Ih pun tiba serta melontarkansebuah pukulan biat-gong-ciang dari belakang.

Diserang dari muka belakang, Teng Hiong mati kutunya.Belum lagi dia sempat memikir daya menghindari, “bum,” punggungnya sudah terhantam keras. Matanya berkunang-kunang, mulutnya mengulum ludah amis-amis asin. Belum lagisang mulut sempat menyemburkan darah, atau dadanyasudah merasa kesakitan hebat.

Page 123: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 123/429

Page 124: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 124/429

Page 125: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 125/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Benda itu disimpan, lalu dia balik ke tempat Liong Go lagi.Ternyata sang toako itu sudah terjaga (bangun) Buru-buru diamenanyakan keadaan luka toakonya itu.

Liong Go unjuk senyuman getir, sahutnya: „Pil dari hianteitu sungguh manjur sekali. Kini aku sudah banyak baikan,hanya masih merasa kedinginan, hawa dalam belum lancar.Iblis itu sakti benar-benar, namun jiwaku tak sampai terancamberkat pertolongan hiante .......” 

  „Ah, janganlah toako mengadakan pikiran begitu. Kita tohsudah mengikat persaudaraan, jadi sudah jamaknya. Nantinya

siaote masih akan berusaha lagi untuk mengobati racun dingindalam tubuh toako itu," tukas Siau Ih.

Liong Go sejenak memandang ke sekeliling kuburan itu dandemi menampak beberapa tubuh terkapar malang melintangdi tanah, alisnya berjungkat: „Hiante, sekalipun membasmikejahatan itu merupakan suatu tugas mulia, namunmembunuhnya secara begitu kejam itu, rasanya jugamelanggar nurani."

Siau Ih merah mukanya, lalu menuturkan bagaimana tadisalah seorang anak buah Teng Hiong telah melepaskansenjata rahasia yang amat beracun. Habis itu dia segeramengeluarkan benda hitam untuk diberikan kepada Liong Go,ujarnya: „Tadi siaote hampir tercelaka dengan benda itu.Siaote hanya tahu bahwa benda itu adalah sebuah senjatarahasia yang dilarang digunakan dalam dunia persilatan,

namun tak jelas akan asal usulnya. Dapatkah kira toakomemberi penjelasan?"

Menyambuti benda hitam itu, Liong Go terkesiap kaget,serunya: „Ini disebut Kiu-tiam-ting-seng-ciam (jarumberbentuk sembilan ujung paku). Dengan senjata ngo-hun-pang-jit-sip-hun-ting (paku lima awan menutup matahari),merupakan dua serangkai senjata rahasia beracun yang amat

ganas. Senjata ganas itu adalah buah ciptaan dari Ngo-tok-sin-kun Ih Bun-ki. Turut penuturan engkongku, karena melihat

Page 126: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 126/429

Page 127: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 127/429

Page 128: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 128/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kata Liong Go. Karena hari sudah hampir terang tanah, diaminta supaya Siau Ih lekas-lekas memberesi mayat-mayat itu.

Siau Ih dapat bekerja cepat. Kedelapan butir pil itudiremasnya menjadi bubukan lalu ditaburkan di atas tubuhkeempat sosok mayat itu.

--0dw0—

10. ‘Tiga Tidak’, Pesan Engkong

Liong Go menerangkan bahwa dalam beberapa detik saja,mayat-mayat itu tentu akan meleleh jadi cair dan merembes

ke dalam tanah. Habis itu dia segera ajak Siau Ih berangkat.  „Luka toako masih belum sembuh betul, apakah dapat

berjalan?” tanya Siau Ih.

  „Harap hiante jangan kuatir, rasanya masih dapat tahanberjalan beberapa waktu. Hanya nona itulah yang terpaksaharus hiante dukung lagi,” sahut Liong Go.

Tanpa berayal lagi, Siau Ih terus pondong nona itu. Ditiupangin malam nan halus, hidung Siau Ih tersampok denganhawa harum-harum sedap. Pemuda itu buru-buru menguasaipanca inderanya, terus ayunkan langkah, diikuti dari belakangoleh Liong Go. Tapi oleh karena kuatir tubuh nona itumengalami kegoncangan dan mengingat Liong Go masihbelum sembuh betul, terpaksa Siau Ih tak berani berjalancepat-cepat. Maka ketika terang tanah, barulah merekaberjalan beberapa li jauhnya.

Kala itu dijalanan masih sepi dengan orang, tetapidisekeliling penjuru dimana terbentang luas sawah-sawah danladang-ladang, para petani sudah mulai bekerja. Berpaling kebelakang. Siau Ih melihat dahi Liong Go penuh bercucurankeringat, napasnya terengah-engah. Buru-buru Siau Ihkendorkan langkahnya.

 „Kita sekarang sudah terpisah belasan li dari Hangciu, tapirasanya masih belum keluar dari jaringan pengaruh Thit-sian-

Page 129: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 129/429

Page 130: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 130/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Melihat Liong Go itu berdandan sebagai seorang terpelajardan sopan santun pula sikapnya, orang she Li itu cepat-cepatmembalas hormat, sahutnya: „Harap kongcu jangan pakai

banyak peradatan. Walaupun aku Li Seng seorang dusun, tapisemasa kecil pernah belajar sekolah sampai 2 tahun.Menolong orang adalah kegemaranku. Terhadap urusan kecilkali ini, asal kongcu tak buat celaan, aku senang sekalimenerima kedatangan kongcu bertiga. Ah, kongcu tentulahlelah, silahkan masuk mengaso di dalam.” 

Li Seng segera mengajak tetamunya masuk ke dalam.Ternyata halaman rumah cukup luas, penuh dengan alat-alatpertanian dan beberapa binatang ternak, namun karenacaranya mengatur rapih, jadi keadaannya cukup bersih. Saatitu dari sebuah gubuk, muncullah seorang wanita. „Lekaskenalkanlah diri pada kedua tuan muda ini,” seru Li Sengkepada wanita yang bukan lain isterinya itu.

  „Kami berdua saudara, memberi hormat kepada toa-soh,” Liong Go sudah mendahului memberi hormat karena menduga

si wanita itu tentulah isteri Li Seng.

Wanita itu tersipu-sipu balas memberi hormat. SementaraLi Seng yang melihat Liong Go begitu sungkannya, mereka tak enak sendiri lalu buru-buru ajak sang tetamu masuk ke dalamrumah.

Sebenarnya Liong Go sudah tak kuat lagi menahansakitnya. Makin lama makin terasa bagaimana racun dingin itu

bagaikan laksaan semut mengigiti ulu hatinya. Namun diatetap kertak gigi kepalkan tangan untuk menahannya danmemaksa bersenyum, senyum pahit dari penderitaan yangsukar dilukis.

Keadaan toakonya itu tak luput dari tinjauan Siau Ih. Diakuatir kalau berlangsung sedikit lama lagi, keadaan Liong Gotentu sudah payah. Dicarinya akal untuk menghindar.

Page 131: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 131/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Dihadapan saudara Li yang jujur, kiranya tak layaklahkalau toako berlaku sungkan-sungkanan. Toako amat lelahdan sam-moay luka parah, lebih baik lekas-lekas berobat,

  jangan sampai terlambat. Nanti saja apabila sudah sembuh,kita dapat mengobrol panjang lebar lagi dengan saudara Li.Maaf, saudara, Li, atas bicaraku yang kurang hormat ini,” katanya.

Liong Go diam-diam memuji atas kecerdikan sang adik angkat itu. Dan diplomasinya itu ternyata berhasil karena LiSeng segera berkata: „Ah, memang kongcu benar, yangpenting ialah Lekas-lekas mengobati luka. Menilik nona Siautak sadarkan diri, tentu lukanya parah sekali. Harap kongcuberdua jangan sungkan-sungkan lagi, jika memerlukan apasaja harap lekas-lekas memberitahukan.” 

Karena selain memikirkan lukanya juga memikirkan lukanona yang tak dikenalnya itu, Liong Go tak mau bersungkanlagi. Dengan tertawa dia mengangguk, lalu ikut Siau Ih masuk ke dalam kamar di sebelah timur. Li Seng dan isterinyapun

segera pergi.

Kamar itu walaupun sederhana namun cukup bersih. Selainsebuah pembaringan kayu, pun terdapat alat-alat keperluancuci muka serta meja kursi lengkap dengan peralatan minum.Nona itu dibaringkan di atas pembaringan, kedua matanyamasih tertutup, wajahnya pucat lesi.

Sejenak memandang, tampak alis Liong Go menjungkat,

ujarnya dengan tertawa tawar: „Walaupun luka nona itu amatparah, tapi karena hiante sudah menutuk jalan darahnya,untuk sementara rasanya tiada menguatirkan. Kalau dalamkeadaan biasa, dengan gunakan kipas tui-hun-san dapatlah kumemberi pengobatan dengan menutuk jalan darahnya.Setelah darahnya menyalur normal, lalu kuberi obat. Dalambeberapa hari tentu ia akan sembuh. Tapi karena diriku sendiribelum ada ketentuannya, maka kuserahkan saja bagaimana

hiante akan berbuat”.

Page 132: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 132/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Turut penglihatan toako, apakah dalam berapa jam inikeadaannya tak menguatirkan?” tanya Siau Ih.

 „Rasanya untuk satu dua jam, tak nanti dia mengalami apa-apa,” sahut Liong Go.

  „Bagus,” seru Siau Ih, „setelah melukai toako, iblis KianHoan sumbar-sumbar memberitahukan cara pengobatannya.Kebetulan sekali, lwekang yang Siaute pelajari itu termasuk   jenis kong-tun-yang, jadi merupakan penakluk dari ilmulwekang jahat macam thou-kut-im-hong-ciang itu. Kini haraptoako suka membuka baju, agar siaote dapat gunakan

lwekang untuk mengusir racun dingin itu. Walaupun lwekangsiaote belum sempurna, tapi berkat bantuan pil buatanengkong itu, rasanya sembilanpuluh persen tentu akan dapatdisembuhkan. Setelah itu kita cari lain daya lagi. Tentang dirinona itu, begitu nanti toako sudah sembuh, dapatlah kiranyatoako mengobatinya.” 

Walaupun sangsi-sangsi percaya, namun kenyataan pil tadiamat mujarab, Liong Go mau coba-coba juga. Apalagi demimenampak kesungguhan sikap Siau Ih, tanpa ragu-ragu lagisegera dia membuka bajunya, lalu duduk bersila di lantai.

Lebih dahulu Siau Ih menuang lagi sebutir pil dari botol,diberikan kepada Liong Go supaya diminum. Setelah itu,diapun duduk bersila, kedua tangannya dilekatkan di pinggangbelakang pada jalan darah beng-bun-hiat Liong Go. Denganitu dia salurkan lwekang kian-goan-sin-kong.

Buru-buru Liong Go meramkan mata, sambil berusahakeras untuk menyalurkan tenaga-dalam. Setelah tenaga dalamitu berjumpa dengan lwekang kian-goan-sin-kong yang panas,terus akan disalurkan keseluruh tubuh.

Setengah jam kemudian, dari lubang pori tubuh Liong Goseperti mengeluarkan uap putih. Dan sepeminum tehlamanya, tiba-tiba Siau Ih tarik pulang tangannya, lalu

pelahan-lahan menepuk jalan darah beng-bun-hiat itu.

Page 133: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 133/429

Page 134: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 134/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

menerangkan dengan sejujurnya. Namun siaote telahmenyanggupi, jadi terpaksa ini waktu belum dapatmengatakan. Harap toako memaafkanlah!” 

  „Ah, tak apalah,” kata Liong Go, „karena sekarang akusudah baik, seyogyanya kita lekas-lekas menolong nona itu.” 

Tapi Siau Ih mencegahnya karena baru saja sembuh tak bolehlah Liong Go menghamburkan tenaga murninya. Diaminta agar sang toako itu beristirahat lagi untuk mengaturpernapasannya. Liong Go mengiakan tapi dalam pada itu diapun suruh Siau Ih melepaskan lelah juga. Memang baru kali

itu sepanjang hidupnya, Siau Ih merasa amat letih. Makatanpa sungkan lagi, dia segera bersila berhadapan denganLiong Go untuk bersemadhi.

Kira-kira sejam kemudian, keduanya sama membuka mata,lalu sama-sama, tertawa riang. Dilihatnya wajah masing-masing sudah tampak segar lagi. Liong Go berbangkit,memberesi pakaian lalu memungut kipasnya.

  „Baru saja tertolong jiwa lantas mau menolong lain jiwa,ah, benar-benar suatu kejadian yang aneh,” katanya dengantertawa.

  „Mudah-mudahan kita jangan sering berjumpa dengankejadian langka semacam ini,” Siau Ih memberi komentar.

Liong Go tertawa lebar, lalu menghampiri ke dekatpembaringan. Sekonyong-konyong dia kerutkan alis,

gerutunya: „Kalau mau memeriksa lukanya, tentu harusmembuka bajunya. Tapi dia seorang gadis ......” 

  „Memang kalau menurut adat, kita tak leluasa turuntangan. Namun mengingat keadaannya, harus lekas-lekasditolong. Ketika turun gunung, engkong pernah memberipesanan. Dalam mengerjakan sesuatu haruslah berpegangpada tiga hal yakni tidak boleh menipu diri, tidak boleh

membohongi orang dan tak boleh berlaku curang pada Tuhan.Rasanya tiga ’tidak’ itu, tepat digunakan dalam urusan saat ini.

Page 135: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 135/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 Asal kita bersih hati menolong orang, usah kiranya ragu-ragu.Bukankah begitu, toako?” 

Liong Go mengangguk dan menyetujui pendapat Siau Ih.Habis itu, segera dia membuka baju si gadis. Ternyata lukadirusuknya sudah berwarna hijau kehitam-hitaman Liong Gomenghela napas, ujarnya: „Nona ini untung sekali, coba lukaitu terdapat dua dim di atasnya, tentu tepat dijalan darah ki-bun-hiat. Dia pasti takkan ketolongan lagi jiwanya. Sekalipunbegitu, coba Teng Hiong tak kehabisan tenaga karena terlukadengan tusukan pedang, hantamannya itupun cukupmemutuskan jiwa nona ini .......” 

Tiba-tiba dia berhenti karena matanya melihat pada lehernona itu terdapat sebuah kalung kumala. Ketika dipandangdengan seksama, kumala itu berukirkan sembilan ekor burunghong (cenderawasih). Sedemikian halus ukirannya itusehingga nampaknya seperti hidup.

  „Dengan memiliki giok-hu (cap kumala) sembilan ekorcenderawasih, tentu nona ini anak murid dari Peh-hoa-kiongHun-si sam-sian. Ah, ini amat berabe!” pada lain saat Liong Goberseru kaget.

Peh-hoa-kiong artinya Istana Seratus Bunga, Hun-si sam-sian artinya Tiga Dewi she Hun.

  „Apakah toako mempunyai permusuhan dengan Hun-sisam-sian?” tanya Siau Ih.

Liong Go menggeleng, ujarnya: „Bukannya begitu,melainkan Hun-si sam-sian itu aneh tabiatnya. Merekamembenci kaum pria. Kecuali diri mereka tetap membujang,pun sembilan orang muridnya ketika masuk ke dalamperguruan, telah mengucapkan sumpah berat takkanberhubungan dengan kaum Adam. Istana Peh-hoa-kiongitupun merupakan daerah terlarang bagi orang lelaki. Benardengan pertolongan ini kita tak mengharap balasan, namun

mengingat watak-watak mereka yang aneh itu, kelak kita

Page 136: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 136/429

Page 137: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 137/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Lewat sepeminum teh lamanya, kedengaran gadis itumerintih. Dalam saat-saat yang segenting itu, Siau Ih melirik ke arah Liong Go. Dilihatnya kepala sang toako sudah mandi

keringat, napasnya tersengal-sengal. Diam-diam Siau Ihterkejut. Sang toako baru saja sembuh dari lukanya, kalaukeliwat mengeluarkan tenaga, tentu akan celaka. Buru-burudia tambahkan lwekangnya sampai sepuluh kali besarnya.

Si nona mengeluh pelahan dan membuka mata. Demimelihat dihadapannya duduk seorang pemuda cakap yangberalis tebal tengah menempelkan tangannya ke tubuhnya, iamenjadi terkejut. Wajahnya kemerah-merahan.

Kuatir si nona salah mengerti hingga menggagalkanusahanya terakhir, buru-buru Siau Ih membisiki: „Semalamnona telah kena terhantam oleh Teng Hiong sampai terlukaparah. Kami berdua saudara tengah melakukan penyembuhanterhadap nona, sekali-kali jauh dari maksud tak senonoh.Harap nona jangan berkata-kata maupun bergerak, agarmemudahkan usaha kami berdua.” 

Si nona tampak terkesiap, namun demi melihat wajahpemuda itu merah membara bercucuran keringat, tahulah iabahwa ucapan pemuda itu memang sungguh-sungguh. Maludan bersyukur memenuhi rongga hati si nona. Iamenggangguk selaku tanda menerima kasih lalu pejamkan lagikedua matanya.

Ketika beberapa saat Siau Ih dan Liong Go sama tarik 

pulang tangannya, nona itupun terjaga. Liong Go basah kuyupdengan keringat, tenaganya habis, napas senin kemis. Cepat-cepat dia loncat turun dari pembaringan lalu berpalingmembelakangi si nona. Siau Ihpun meniru perbuatan toakonyaitu.

Setelah si nona membereskan bajunya lagi, dia segeraturun dari pembaringan, ujarnya: „Harap saudara berdua

berpaling kemari untuk menerima hormatku.” 

Page 138: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 138/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Liong Go dan Siau Ih tersipu-sipu membalas hormat sinona. Siau Ih menatap tajam-tajam ke arah si nona. Alismelengkung bagai barisan pegunungan, mata bersorot bening

laksana air telaga, walaupun wajahnya yang agak pucat tak memakai bedak, namun kecantikannya yang agung tetapmenonjol.

Melihat dirinya diawasi begitu rupa, nona itu tundukkankepalanya dengan kemalu-maluan. Ai, memang begitulah sifatanak perempuan itu, demikian Siau Ih geli dalam hatinya.

  „Aku Liong Go dan ini adik angkatku Siau Ih,” Liong Go

segera perkenalkan diri, „Waktu nona pingsan, Siau hiantesudah menutup jalan darah nona dan dibawa kemari untuk diobati. Atas kelancangan itu, harap nona suka maafkan.” 

  „Terkena pukulan Teng Hiong itu, sebenarnya aku tentumati. Syukurlah jiwi telah sudi menolongku. Atas budi besaritu, kelak tentu kubalas,” kata si nona.

  „Semalam ketika nona terluka, aku sendiripun terkena

pukulan jahat tho-kut-im-hong-ciang dari Jin-mo Kiau Hoan.Baru setelah racun dingin dalam tubuhku itu dapat diobatioleh Siau hiante, dapatlah aku berusaha menolong nona.Karena itu telah memakan waktu lama, hingga hawa cin-goannona sampai terluka. Oleh karena kepandaianku dangkal,maka walaupun mendapat bantuan pil bik-hun-tan buatanengkongku, pula mendapat bantuan lwekang sin-kang dariSiau Ih, tetap belum dapat menyembuhkan luka nona sama

sekali. Syukurlah kenalan baik dari engkongku yakni Hwat-yok-ong To Kong-ong, To-cianpwe tinggal di puncak Ki-he-niayang tak berapa jauh dari sini. Asal bisa bertemu dengan tabibsakti To locianpwe itu, luka nona pasti akan akan segerasembuh,” kata Liong Go.

Si nona terkesiap ujarnya: „Tokoh aneh itu sudah lamamelenyapkan diri, konon kabarnya sudah bertekun akan

mencapai kedewaan. Bahwa ternyata beliau bersembunyi tak berapa jauh dari sini, ingin benar aku menghaturkan hormat

Page 139: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 139/429

Page 140: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 140/429

Page 141: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 141/429

Page 142: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 142/429

Page 143: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 143/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih menerangkan bahwa luka sam-moaynya itu amatberat, kalau tak lekas-lekas mendapat pertolongan tentu akanmembahayakan jiwanya. Sementara itu Liong Go segera

serahkan segenggam perak hancur kepada Li Seng, siapasegera pergi untuk melakukan permintaan tetamunya.

Karena hari masih sore, maka Siau Ih ajak kedua kawannyaberistirahat memulangkan semangat.

Malamnya Li Seng pun sudah berhasil membeli sebuahkereta lengkap dengan empat ekor kuda yang tegar. Setelahmenghaturkan terima kasih kepada suami isteri petani yang

baik hati itu, maka naiklah ketiga anak muda itu ke dalamkereta.

Menjelang berangkat, tiba-tiba Siau Ih berkata dengannada bersungguh: „Saudara Li, hampir lupa saja mengatakansesuatu hal yang penting. Malam nanti apabila ada seorangtua baju kuning datang kemari mencari kami bertiga, tolongkasih tahu padanya, karena ada keperluan penting kamibertiga saudara berangkat lebih dahulu dan menantinyadisebelah muka. Harap saudara, Li jangan lupa menyampaikanucapanku ini kepadanya!” 

Li Seng mengiakan dan bergeraklah roda kereta itumeluncur ke muka. Sembari mengiring dengan pandanganmata, diam-diam mulut Li Seng berkata-kata:

  „Mengapa terburu-buru pergi ....... orang tua baju kuning

....... siapakah gerangan dianya?” Tapi ketika dia teringat akan menanyakan, ternyata kereta

itu sudah jauh!

--0dw0--

11. Manusia Iblis Sipat Kuping.

Malam belum larut, namun rembulan sudah purnama.Sekalipun begitu, desa kediaman Li Seng itu sudah sepidengan orang.

Page 144: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 144/429

Page 145: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 145/429

Page 146: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 146/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Mendengar rencana pengejarannya itu sudah diketahuilawan, apalagi ketiga anak muda itu tak gentar danmenyatakan akan menunggunya, marah Kiau Hoan bukan

kepalang.  „Sombong benar bocah itu. Kalau kau dapat lolos dari

tangan si Manusia Iblis ini, aku bersumpah tak mau hidup!” dampratnya dengan gusar. Habis memaki, dia mulai memikir-mikir kemanakah gerangan lari ketiga pemuda itu. Akhirnyadia ambil putusan hendak mengorek keterangan dari tuanrumah itu.

  „Ho, kiranya begitu. Apa kau tahu kemana merekamenuju?” tanyanya dengan senyum meringis yang dibuat-buat.

 „Mereka tak mengatakan apa-apa, tapi yang nyata merekaitu menuju ke arah utara!” menerangkan Li Seng.

Kiau Hoan mendengus, lalu mengerutu seorang diri: „Keutara ..... itulah arah ke gunung Ki-he-nia, baik .......” 

Sesaat wajahnya membengis, berkatalah dia dengangarangnya: „Turut kedosaanmu memberi tempat perlindunganpada ketiga budak itu, seharusnya menerima hukuman mati.Tapi menilik kau tak mengerti persoalannya, serta maumemberitahu dengan terus terang, maka kau mendapatpengampunan jiwamu. Dihukum mati sih tidak, tapi juga tak bebas dari hukuman sama sekali ......” 

Berkata sampai disini, tangan kiri si Manusia Iblis mengebutpelahan-lahan dan segera terdengarlah jeritan Li Seng yangseram.

 „Bluk,” tubuh petani yang tak berdosa itu terpental sampaibeberapa meter dan terus rubuh tak sadarkan diri.

Bersuit nyaring, si Manusia Iblis enjot tubuhnya loncatmelalui pagar bambu, terus lari sekencang-kencangnya ke

arah utara.

Page 147: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 147/429

Page 148: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 148/429

Page 149: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 149/429

Page 150: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 150/429

Page 151: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 151/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berhamburan. Setiap jurus serangannya, selalu mengarahtempat-tempat maut.

Melihat lawan begitu kalap dan menyerangnya denganhebat, Siau Ih pun tak berani mengabaikan. Segera diakeluarkan ilmu ginkang ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh-hwat. Berlincahan dia diantara samberan angin pukulanmusuh. Walaupun diam-diam dia terkejut akan tenagapukulan si iblis yang luar biasa hebatnya itu, namun diapercaya ginkang ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh-hwat itutentu dapat menghadapinya.

Ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh-hwat atau gerakankaki dari kiu-kiong terbalik arahnya itu, adalah sebuah ilmuyang sakti dalam dunia persilatan. Keindahan danperobahannya sukar diduga, lincahnya bukan kepalang.

 „Iblis tua, mengingat umurmu lebih tua, maka siaoya sukamengalah sampai seratus jurus. Setelah itu, jangan kausesalkan siaoya berlaku kejam, ya!" seru Siau Ih sembariberlincahan.

Seumur hidup, kecuali tempo dahulu pernah dijatuhkanThiat-san-sian Liong Bu-ki, belum pernah dia mendapat hinaansemacam ini. Apalagi setelah muncul untuk yang keduakalinya di dunia persilatan, dia telah diangkat menjadi ho-hwatdari partai Thiat-sian-pang, sebuah partai yang amat besarpengaruhnya. Ilmu kebanggaannya yakni thou-kut-im-hong-ciang itu, belum pernah mendapat tandingannya.

Bahwa seorang anak muda berani sumbar-sumbar maumengalah sampai seratus jurus tanpa membalas menyerang,telah membuat Kiau Hoan hampir mati kaku saking marahnya.Rambutnya yang sudah bertabur uban sama menjingrak,sepasang tangannya bergerak laksana angin pujuh, wajahnyamerah padam seperti kepiting direbus. Keadaan orang tua sheKiau itu, benar-benar mirip dengan sesosok iblis yang haus

darah.

Page 152: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 152/429

Page 153: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 153/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Begitu angin pukulan saling berbentur, Kiau Hoan segerarasakan ada sambaran hawa panas yang keras sekali. Bukansaja hawa dingin dari pukulannya thou-kut-im-hong-ciang itu

punah gayanya, pun hawa panas itu masih kuat pulamenyerangnya. Bagaimana kejut si Manusia Iblis, sukardibayangkan. Tanpa malu-malu lagi, dia gerakkan dua buahpukulan untuk menangkis dan dengan meminjam tenagapukulan itu, tubuhnyapun segera melesat mundur duatombak.

Disana tampak Siau Ih seperti tak terjadi suatu apa, tegak berdiri tersenyum bangga.

Dengan mulut komat kamit dan mata dipentang lebar-lebar, Kiau Hoan menatap pemuda lawannya itu tajam-tajam.

  „Buyung, pernah apa kau dengan si Dewa Tertawa ?!"serunya.

 „Peduli apa kau!" sahut Siau Ih dengan tertawa dingin.

Berbareng itu, sekonyong-konyong dari kejauhan terdengarbeberapa kali jeritan seram. Karena terkejut, Siau Ih dan KiauHoan pada berputar tubuh lalu memburu ke arah datangnya jeritan itu.

Kiau Hoan di depan dan Siau Ih mengikuti dari belakang.Tanpa disengaja, kedua lawan itu saling adu kecepatan lari.Ternyata keduanya sama lihaynya. Hanya dalam beberapakejap saja, mereka sudah tiba ditempat tujuannya.

Ditepi jalan terdapat sebuah kereta, di sisinya berdiriseorang muda tengah mencekal sebuah kipas. Di bawahcahaya bulan terang, di atas jalanan yang lebar itu,terkaparlah dua sosok tubuh yang sudah menjadi mayat.Sekali lihat tahulah Kiau Hoan apa yang terjadi.

Saat itu mata si Manusia Iblis bagai memancar api. Denganmenggerung keras, dia cepat cabut sepasang oh-kim-cat, lalu

Page 154: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 154/429

Page 155: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 155/429

Page 156: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 156/429

Page 157: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 157/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih seperti orang yang mendapat semangat baru.Diiring helaan napas longgar, dia tertawa: "Toako, bagaimanadengan kepandaianku mengendarai kereta itu?"

  „Bagus juga, tapi yang menderita kuda itu," sahut LiongGo.

Siau Ih mengusap keringat didahi, lalu menjawab:  „Bukannya siaote tak mengetahui hal itu, namun apa bolehbuat karena keadaan memaksa."

Liong Go mengangguk, sembari mengulum senyum diamenggoda: „Siaote, dapatkah kau menjawab pertanyaan ini'dari mana datangnya lintah' itu ?"

Siau Ih tahu kemana jatuhnya perkataan sang toako itu.Selebar mukanya menjadi merah.

  „Kita bertigakan sudah mengangkat persaudaraan,mengapa pikirkan yang tidak-tidak? Pula Toako jugamengobati adik Yan, apakah itu dianggap yang bukan-bukan?Pantun kiasan toako itu, salah alamat!" ujarnya.

 „Ha, ha, demikian Liong Go tertawa terbahak-bahak.

  „Debatan yang jitu, aku tak dapat membuat replik (debatbalasan), aku terima salahlah!" katanya.

Biasanya Siau Ih itu pandai sekali merangkai kata-kata,lebih-lebih kalau adu perdebatan, musuh tentu dikocok habis-habisan. Tapi pada saat itu, dia seperti kehabisan kata-kata.

Melihat itu, Liong Go memandangnya dengan senyum simpulSiau Ih makin kemalu-maluan dibuatnya.

Tak berapa lama, tibalah kereta di bawah gunung Ki-he-nia.

Ki-he-nia adalah sebuah gunung ternama dari propinsiCiatkang, letaknya disebelah barat dari gunung Kat-nia. Setiapmusim semi tiba, sepasang gunung itu merupakan dua buah

raksasa yang berhias bunga, laksana bersunting pelangi warna

Page 158: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 158/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

warni. Dari zaman ke zaman, kedua gunung itu merupakantempat berziarah bagi kaum pujangga dan penyair yangmemuja seni keindahan alam.

Kala itu ditengah musim rontok. Walaupun pohon-pohontho sudah banyak yang layu, namun kepermaian alampemandangan di gunung itu, masih tetap membekas.

Menghentikan keretanya, berkatalah Siau Ih: „Toako,  jalanan gunung ini berkelok-kelok, kalau tetap naik kereta,tentu sukar menempuhnya. Lebih baik mumpung sekarangmasih sepi orang, biarlah siaote panggul adik Yan untuk 

mendaki ke atas. Selain cepat pun aman rasanya, entahbagimana pikiran toako?"

Merenung sejenak, Liong Go menyahut: „Aku setuju juga,tapi bagaimana dengan kereta dan kuda kita ini?"

  „Bukankah tadi toako mengatakan aku berlaku kejamterhadap kuda itu? Ai, lepaskan saja mereka biar bebassemalam ini," kata Siau Ih tertawa.

Liong Go mengiakan. Begitulah setelah kereta dipinggirkan,kudanyapun dilepas. Menyingkap kerai kereta, Siau Ih lalumendukung tubuh Hui-yan, setelah itu dia minta agar LiongGo berjalan disebelah muka mencari jalan.

Dengan gunakan ilmu berjalan cepat, kedua anak muda itumulai mendaki ke atas. Tak berapa lamanya, tibalah merekadilamping gunung. Kala itu matahari sudah mulai menyingsing

di atas puncak. Cahaya keemasan yang gilang gemilangmenabur di seluruh hutan-hutan pegunungan itu. Burung-burung berkicau, angin sepoi-sepoi mengembus, daun-daunbergontai, pohon-pohon menggeliat. Rupanya merekamenyambut dengan riang akan kedatangan sang pagi.

Tiba-tiba, dari daerah pedalaman di atas puncak, terdengarsuara khim (harpa). Alun suaranya begitu tinggi melengking,

laksana air mengalir di gunung tinggi, bagaikan burungcenderawasih bersiul nyanyi. Sebuah irama yang biasa

Page 159: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 159/429

Page 160: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 160/429

Page 161: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 161/429

Page 162: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 162/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tak jauh dari air terjun itu, diantara bayang-bayang pohonbambu, tampak menonjol sebuah pondok. Diserambi pondok itu ada sebuah batu besar yang bening seperti kaca. Di

atasnya duduklah seorang orang tua berbaju putih, tengahmemangku sebuah khim. Sebuah api perdupaan berada di sisiorang tua itu, asapnya bergulung-gulung ke angkasa .........

Pemandangan disitu tak ubah seperti tempat keinderaan(dewa), sehingga Siau Ih menjadi terlongong-longongdibuatnya. Tapi pada lain kilas serta diketahuinya orang tua itumemandang dirinya dengan berseri senyum, dia (Siau Ih)menjadi likat. Buru-buru dia tenangkan pikiran, membungkuk lalu berkata dengan hormatnya: „Wanpwe Siau Ih memberihormat!"

Orang tua itu bukan lain adalah Hwat-yok-ong To Kong-ong, tokoh sakti dalam dunia persilatan dan tabib mujizatdalam dunia pengobatan. Berpuluh tahun namanya harummemasyhur di dunia persilatan.

  „Sudah sekian lama losiu mengasingkan diri, lupa sudahakan segala peradatan, maka harap lo-tethay jangan banyak peradatan lagi,” si orang tua lambaikan tangan dengantersenyum. Sepasang matanya berkilat mengawasi ke arah LoHui-yan, lalu berpaling kepada Liong Go.

  „Hai, buyung, kalau tak ada urusan masakah kau sudidatang kemari? Kedatanganmu kemari bukankah karena untuk nona itu?” tegurnya.

Wajah Liong Go menjadi merah, ujarnya: „Lo-jinke benar,wanpwe memang hendak mohon pertolongan guna gi-moayLo Hui-yan ini.” 

Merenung sejenak, tokoh aneh itu memberi isyarat kepadaSiau Ih: „Harap lo-tethay membawa nona Lo kemari, losiuhendak memeriksanya."

Setelah Siau Ih meletakkan tubuh Hui-yan di atas batualtar, maka tabib sakti itu lalu memeriksa pergelangan

Page 163: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 163/429

Page 164: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 164/429

Page 165: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 165/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sebagai kamar tulis itu, akan kuberikan untuk tempat tinggalsementara kepada nona Lo. Kau buyung dan Siau lote, untuk sementara tinggal di ruangan tengah sajalah."

Liong Go mengiakan dan menghaturkan terima kasih.

Kemudian berbangkit pelahan-lahan dari atas batu,berkatalah tokoh aneh itu dengan kurang senang: „Seumurhidup, losiu tak suka akan segala aturan dunia, lebih-lebihkalau yang melakukan kaum muda yang pada hakekatnyahanya suka main etiket-etiketan palsu saja. Maka kalau kaumasih mempertahankan sikap etiketmu itu, losiu pasti tak 

ambil mumet lagi!"Mendengar itu buru-buru Siau Ih menyanggapi: „Toako,

karena lo-jinke tak suka segala peradatan, kitapun harusmengindahkan!"

  „Ha, itu baru mencocoki selera. Nah, sekarang mari ikutaku masuk," kata To Kong-ong sambil tertawa.

Dengan memondong Hui-yan, Siau Ih mengikuti Liong Goturut masuk dengan To Kong-ong.

Ternyata hutan bambu disitu, luas sekali. Di tengah-tengahnya terdapat tiga buah pondok terbuat dari bambu. Dimuka pintu tergantung tirai bambu yang tinggi, di bawahserambinya terdapat sebuah tiang baja. Di atas tiang itu,terikat seekor burung kakaktua yang besar. Bulunya yangmerah tercampur hijau itu, amatlah indahnya. Sementara di

muka jendelanya, dihias dengan empat buah vaas kembangyang harum baunya.

To Kong-ong berhenti di muka pintu, dia tampak tersenyumdan memberi isyarat tangan. Ketika Liong Go dan Siau Ih naik ke atas dan masuk ke dalam pondok, ternyata keadaan dalampondok itu sangat bersih sekali. Boleh dikata tiada setitik debupun yang melekat pada semua pekakas. Di tengah

ruangan, terdapat tempat perapiannya, sedang disebelahnya

Page 166: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 166/429

Page 167: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 167/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Secepat itu, dia sudah menutuk buka jalan darah penidurLo Hui-yan. Demi membuka mata dan melihat ada seorang tuaberpakaian serba putih tengah memandangnya dengan

mengulum senyum, kejut Hui-yan bukan kepalang.Tapi baru ia hendak membuka mulut, Siau Ih sudah

mendahului: „Adik Yan, ini adalah Piat-yu-tong-thian di puncak Ki-he-nia, ialah tempat kediaman To locianpwe. Semalamkarena kau gunakan lwekang, lukamu kambuh kembali. KiniTo locianpwe sudah bermurah hati hendak memberimu pilmujizat untuk mengobati lukamu

Belum selesai Siau Ih berkata, Hui-yan tampak akanberusaha bangun, tapi buru-buru dicegah To Kong-ong,ujarnya: „Nona, selamanya losiu tak suka akan segalaperadatan kosong. Kalau nona ada pembicaraan apa-apa,harap tunggu nanti saja apabila sudah sembuh."

Habis itu, To Kong-ong minta Siau Ih mengangkat si nonasupaya duduk. Liong Go dan Siau Ih segera sama menyanggatubuh Hui-yan. Setelah memasukkan pil ke dalam mulut sinona, To Kong-ong lalu duduk bersila, katanya: „Nona,ulurkan kedua tanganmu!"

Tahu orang hendak menyalurkan pengobatan lwekang,buru-buru Hui-yan julurkan kedua tangannya ke muka.Setelah saling berapatan tangan, maka mulailah To Kong-ongsalurkan hawa-murninya ketubuh si nona Seketika itu Hui-yanrasakan ada aliran hawa panas merangsang tubuhnya. Buru-

buru ia jalankan lwekangnya.

Bahwa tokoh yang pandai ilmu silat dan ketabiban itudisamping memberi obat pun mau juga menyumbangkanlwekangnya untuk mengobati si nona, tak terkira rasa terimakasih Siau Ih dan Liong Go.

Saat itu ubun-ubun kepala To Kong-ong mengeluarkan uappanas, butir-butir keringat mengucur pada dahinya. Lewat

beberapa saat kemudian, barulah tokoh itu menarik pulang

Page 168: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 168/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tangannya. Serunya: „Harap nona jangan membuat gerakandahulu, tapi jalankan penyaluran hawa, agar obat dapatbekerja untuk menyembuhkan luka dalam."

Lo Hui-yan tersenyum mengangguk selaku pernyataanterima kasih, kemudian ia meramkan mata mulai menjalankanpenyaluran hawa.

Mengusap keringatnya, To Kong-ong berkata pula: „Tenagadalam nona Lo cukup kokoh, kalau tiap hari minum obat initiga kali, dalam sepuluh hari tentu akan sembuh sama sekali!"

Botol kumala yang berisi 29 butir pil siok-beng-cek-soh-tanitu berikut resep penggunaannya diberikan kepada Siau Ih,lalu katanya: „Dalam dapur sana tersedia lengkap segala alat-alat perkakas. Sewaktu-waktu kalian lapar, boleh masak sendiri. Losiu tak tentu makannya, boleh tak usah tungguaku!"

Mengetahui watak-watak yang aneh dari tabib itu, keduapemuda itupun hanya mengiakannya saja. Karena merasa

lelah, To Kong-ong lalu tinggalkan ruangan itu. Siau Ih danLiong Go mengantar sampai keluar pintu baru balik.

Kala itu didapatinya Hui-yan masih duduk bersila meramkanmata, tampak berseri merah wajahnya. Suatu hal yangmembuat kedua pemuda itu lega. Karena semalam penuh tak tidur dan kemasukan nasi, Siau Ih dan Liong Go merasa lapar.Siau Ih nyatakan hendak menyiapkan hidangan. Begitulah ke

duanya menuju kedapur.Siau Ih singsingkan lengan baju menanak nasi memasak 

sayur. Sebaliknya karena tak biasa masak Liong Go menjadicanggung. Tak tahu dia bagaimana harus membantu. Melihatitu Siau Ih tertawa dan mempersilahkan toakonya itu menjagaHui-yan saja, apabila nona itu memerlukan sesuatu.

Bermula Liong Go menyatakan enggan, tapi setelah didesak 

Siau Ih terpaksa dia menurut juga. Benar juga, denganbekerja sendiri, Siau Ih malah lebih lekas. Tak berapa lama,

Page 169: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 169/429

Page 170: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 170/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kemudian dia mengatakan nona itu boleh makan, setengah jam kemudian baru minum obat lagi.

Siau Ih buru-buru lari kedapur dan membawa sepiringbubur panas serta dua mangkok sayur. Melihat perhatianorang, Hui-yan tergerak hatinya.

To Kong-ong minta dari Siau Ih dua butir pil siok-beng-tandiberikan pada Hui-yan. Habis makan obat, nona itu disuruhmenyalurkan hawa dalam lagi.

Dalam pada Hui-yan duduk pula menyalurkan lwekang,berkata lah To Kong-ong pada Liong Go: „Dahulu engkongmuadalah kawanku bermain catur, tentunya kaupun pandaipermainan itu. Untuk mengisi kesenggangan, mau tidak kaumenemani aku bermain catur?"

Liong Go serta merta mengiakan.

Siau Ih mengatakan sama sekali tak dapat, tapi suka jugamelihatnya. Mendengar itu To Kong-ong tertawa dan segeraajak mereka ke ruang belajar. Setelah mengambil papan danbiji-biji catur, dia menuju ke batu altar yang terletak di luarhalaman.

Selama Liong Go bermain catur dengan tuan rumah, SiauIh duduk melihat di sebelahnya. Rembulan menjulang tinggi,barulah permainan itu selesai, dengan kesudahan Liong Gokalah. Tampaknya To Kong-ong gembira benar. Siau Ih sibuk mengambil arak dan sayuran.

Begitulah semalam itu dilewati dengan main catur, minumarak dan mengobrol kebarat ketimur. Berturut-turut tigamalam, mereka berbuat begitu. Dalam pada itu, keadaan Hui-yan makin bertambah baik.

Malam itu selagi Hui-yan duduk menyalurkan lwekang,kembali To Kong-ong ajak Liong Go bermain catur lagi. Siau Ihtetap menemani disamping. Ronde pertama berakhir, To

Kong-ong tertawa: „Ai, buyung, kau ini benar-benar tak 

Page 171: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 171/429

Page 172: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 172/429

Page 173: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 173/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Toako sedang bermain catur dengan To locianpwe ......” 

 „Maka kau lantas menyelinap kemari ya?" tukas Hui-yan.

Setelah termangu beberapa jenak, barulah Siau Ih dapatmembuka mulut: „Benar, tadi karena melihat adik Yan keluar,begitu selesai sebabak buru-buru kusuruh toako menggantikanbermain, karena ....... karena ...........

Sampai disitu, Siau Ih tak dapat melanjutkan kata-katanya,wajahnya makin merah. Jantung Hui-yan pun mendeburkeras. Ia tahu pemuda itu tentu akan berkata-kata banyak sekali, kata-kata yang sebenarnya ia kepingin sekalimendengarnya tapipun paling takut mendengarnya. Kembalibenaknya penuh dibayangi berbagai perasaan, rasa cinta,terima kasih, peraturan perguruan dan sumpahnya ketikamemasuki perguruan. Dengan menundukkan kepala dantangannya memainkan ujung baju, Hui-yan terdiam sampaisekian lama, terbit pertentangan dalam batinnya.

 Akhirnya berkatalah ia dengan nada gemetar: „Engkoh Ih,

lukaku rasanya sudah sembuh, karena itu besok pagi kupikirhendak minta diri pada To-locianpwe untuk pulang ke Lo-hu-san.” 

Seperti disedot magnit, hati Siau Ih melangkah setindak,dan mulut berseru dengan suara sember: „Adik Yan, kau.......” 

Tanpa tunggu si anak muda lanjutkan kata-katanya, Hui-yan sudah berbangkit dan lambaikan tangannya: „Engkoh Ih,

apa yang hendak kaukatakan aku sudah tahu dan apa isihatimu pun aku sudah mengetahui, hanya ..........” 

Belum si nona menghabisi ucapannya, Siau Ih sudahmelangkah maju dan memeluknya.

  „Adik Yan semoga kita dapat mengarungi samuderapenghidupan bersama-sama," bisik Siau Ih.

Sampai pada saat itu, tenggelamlah Hui-yan dalam lautanasmara. Hilang tak berbekas lagi segala pantangan dari

Page 174: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 174/429

Page 175: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 175/429

Page 176: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 176/429

Page 177: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 177/429

Page 178: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 178/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Liong Go buru-buru melakukan perintah. Sebenarnya hatiSiau Ih tak tenteram, namun dia tak dapat menolak ajakantuan rumah. Begitulah mereka kembali adu otak memainkan

biji-biji catur. Sehari penuh mereka bermain dan baru berhentisetelah rembulan naik tinggi.

Keesokan harinya, Siau Ih mengutarakan maksudnyaberangkat ke Tiam-jong-san pada Liong Go. Karena sekianlama bergaul, jadi Liong Go sudah mengenal baik watak adik angkatnya itu. Untuk menghibur hati Siau Ih yang dirundungrindu itu, membuat perjalanan menikmati pemandangan alamadalah jalan satu-satunya yang terbaik. Disamping itu, diapunmerasa perlu untuk lekas-lekas memberitahukan kepadaengkongnya tentang peristiwa Thiat-sian-pang itu.

 „Karena hiante perlu lekas-lekas ke Tiam-jong-san, akupun  juga akan pulang ke Po-gwat-san untuk memberitahukanengkong tentang peristiwa bentrokan kita dengan orang-orangThiat-sian-pang di Hangciu itu," akhirnya dia berkata.

Siau Ih menyetujui dan ajak sang toako untuk pamitanpada To Kong-ong. Begitulah setelah berkemas, mereka lalumenuju keluar.

Di bawah gerombolan pohon yang merupakan garis-garishalaman rumah itu, tampak To Kong-ong sedang duduk diatas batu altar seraya memandang ke arah air terjun. Setelahmemberi salam, Liong Go lalu mengutarakan maksudnya.

  „Tak usah kalian menghaturkan terima kasih untuk apayang kulakukan kepada nona Lo. Sebenarnya aku masih inginmenahan kalian untuk beberapa hari lagi, tapi karena kalianmempunyai urusan penting, jadi akupun tak beranimencegahnya. Hanya saja aku hendak minta tolong pada Siaulote untuk melakukan sedikit urusan .......” 

 „Asal wanpwe dapat melakukan, tentu dengan senang hatimenerima perintah locianpwe," buru-buru Siau Ih menyahut.

Page 179: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 179/429

Page 180: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 180/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

To Kong-ong berhenti sejenak untuk memasukkan tanganke dalam baju. Dikeluarkannya sebuah buku kecil laludiberikan kepada Siau Ih, ujarnya: „Buku Peh-co-ki ini memuat

ilmu mengobati luka-luka, kena racun dan lain-lain. Benarbukan sebuah buku yang luar biasa, namun itulah hasilpenyelidikanku seumur hidup. Kuberikan buku itu kepada lote,selaku membalas budi lote tadi.” 

Mendengar itu bukan kepalang kejut dan girangnya Siau Ih,tapi dia sungkan juga: „Untuk main catur yang tak berarti tadi,masakah locianpwe menghadiahkan buku yang begituberkhasiat, sungguh wanpwe tak berani menerimanya .......” 

 „Lote, apa kau takut kalau aku akan menyusahkan dirimu?” tukas To Kong-ong.

 „Buru-buru Siau Ih menyatakan kerendahan hatinya.

 „Ah, losiu hanya main-main saja," sahut To Kong-ong.

Tapi pada lain kilas, wajahnya berobah bersungguh-sungguh, katanya: „Buku Peh-co-ki itu, losiu pandang sebagainyawa sendiri. Dengan buku itu, losiu bercita-cita hendak menolong umat manusia, tapi karena percaya pada jodoh(takdir), jadi betapapun muluk cita-cita losiu itu, namunprakteknya tetap tak bisa. Sungguh losiu kecewa danmenyesal sepanjang hidup. Oleh karena sekarang telahmendapatkan ‘orangnya', maka buku itupun akankupersembahkan kepadanya. Kuharap lote dapat

melaksanakan cita-cita untuk menolong umat manusia itu,sehingga dengan begitu dapatlah tercapai harapanku. Losiusendiri sudah tua, sebelum masuk liang kubur, tak mau losiutersangkut lagi dalam hutang piutang budi. Mungkin lotemenganggap diriku To Kong-ong ini seorang manusia yang tak kenal budi perasaan, tapi seperti pepatah mengatakan 'sungaigunung dapat dipindah, tapi watak orang sukar dirobah'."

Siau Ih pun segera memberikan janjinya: „Wanpwe akan

selalu mengukir dalam hati nasehat locianpwe itu. Wanpwe,

Page 181: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 181/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih, pasti akan berusaha keras untuk melaksanakan cita-cita locianpwe. Sekarang harap locianpwe katakan urusanapakah yang hendak locianpwe titahkan pada wanpwe itu!"

Sejenak To Kong-ong merenung, lalu berkata: „Urusan itudikata mudah, tapi sukar juga. Beginilah, dahulu losiumempunyai seorang sahabat karib ialah salah satu tokoh darisepuluh Datuk, si Dewa Tertawa Bok Tong. Kira-kira tigapuluhtahun yang lalu, losiu pernah tertimpa bahaya besar, kalautiada Bok Tong yang menolongnya, entah bagaimana jadinyalosiu sekarang. Losiu hendak membalas budinya, tapi sejak berpisah waktu itu, sampai sekarang tak pernah dengar kabarceritanya lagi.

Lewat sepuluh tahun dari peristiwa itu, kembali losiu turungunung untuk menyirapi kabar beritanya, tapi tetap sia-sia  juga. Duapuluh tahun telah lampau, kini di dunia persilatantersiar desas desus tentang si Dewa Tertawa itu lagi, namunbelum ada bukti-bukti kebenarannya. Kupikir, dalam duniapersilatan hanya ada seorang tokoh yang mungkin

mengetahui tempat beradanya Bok Tong itu, jaitu si RaseKumala Shin-tok Kek yang sudah sejak lama mengasing diri digunung Tiam-jong-san. Sayang losiu tak kenal padanya, jaditak dapat menanyakan.

Karena kudengar tadi lote hendak menuju ke gunung Tiam-  jong-san, maka losiu hendak minta tolong agar lote sukasekalian mampir di lembah Lin-hun-hiap tempat kediaman

tokoh she Shin-tok itu. Tapi watak perangai Shin-tok Kek itulebih kukoay lagi dari losiu. Itulah sebabnya tadi losiu katakanbahwa urusan ini dibilang mudah ya mudah, tapi sukar jugasukar. Entah apakah lote tak keberatan dengan permintaankuitu?” 

Bermula Siau Ih tak mengerti permintaan apa yang hendak diajukan To Kong-ong kepadanya itu. Serta didengarnyasudah, hatinya serentak lapang. Kalau lain orang mungkin

Page 182: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 182/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sukar, tapi baginya hal itu mudah seperti orang membalikkantelapak tangan saja.

Mendengar disebut-sebutkannya nama sang ayah angkat,Siau Ih pun segera terkenang akan orang tua yang amatberbudi itu. Dimanakah saat ini ayahnya itu berada? Apakahayahnya juga terkenang padanya? Pikiran Siau Ih, jauhmelayang-layang .........

Melihat anak muda itu tiba-tiba terdiam, wajahnya sebentargirang sebentar gelisah, To Kong-ong menduga kalau dia(Siau Ih) tentu merasa berat dengan permintaannya tadi, tapi

sungkan mengatakan. Perkiraan itu telah membuat si tabibberobah wajahnya.

Melihat sikap kedua orang itu. Liong Go menjadi bingung.Buru-buru dia mengutik lengan baju Siau Ih, hendak diperingatkan. Tiba-tiba sepasang alis putih dari To Kong-ongmenjungkat, lalu memandang kepada Siau Ih.

 „Lote, jika kau merasa tak leluasa, losiu pun tak memaksa,” 

katanya.Teguran itu telah membuat Siau Ih gelagapan. Dengan

wajah kemerah-merahan buru-buru dia menyahut: „Haraplocianpwe legahkan hati. Lain orang mungkin merasa sukar,tapi bagi wanpwe amatlah mudahnya. Percayalah, selamanyawanpwe tak suka berbohong, lebih-lebih kalau terhadap oranggolongan tua."

Betapa girangnya To Kong-ong sukar dikata. Pujinyadengan tertawa: „Lote benar-benar seorang pemuda yangbercita-cita luhur, tadi losiu terlalu banyak curiga. Hanya sajalembah Lin-hun-hiap itu bukan tempat sembarangan. Si RaseKumala terkenal sebagai orang yang sukar diajak berembuk.Kalau sampai terjadi suatu apa padamu, sungguh losiu tak enak sekali. Harap lote suka menjaga diri baik-baik".

 „Untuk budi besar yang locianpwe limpahkan pada hari ini,Wanpwe merasa menyesal sekali kalau tak dapat membalas.

Page 183: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 183/429

Page 184: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 184/429

Page 185: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 185/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

setiap air meluap pada musim-musim panas dan rontok, tentutelaga itu tampak makin luas. Ditengah telaga itu banyak terdapat bukit-bukit. Diantaranya yang paling termasyhur ialah

gunung Kun-san yang indah. Banyak sudah penyair-penyairdari zaman ke zaman mengubah rangkaian syair pujaan untuk telaga tong-thing-hu dan gunung Kun-sannya.

Menjelang petang hari, tibalah sudah Siau Ih di kotakabupaten Goan-ciang-koan. Walaupun letih menempuhperjalanan beberapa hari, namun pemandangan alam disitudapat melipur jerih payahnya. Cepat-cepat dia mencari sebuahhotel. Setelah menitipkan kuda, tanpa bersabar lagi dia terusmembeli sayur dan arak, menyewa perahu lalu meluncur ketengah telaga.

Kala itu telaga tengah bermandikan cahaya keemas-emasan dari sinar matahari tenggelam. Diantara kerut riak gelombang permukaan air, penuh berhiaskan lajar putih dariperahu-perahu yang mondar mandir. Pemandangan yangindah itu, telah membuat Siau Ih tak habis-habis memuji.

Selagi dia terbenam dalam kekaguman, sekonyong-konyong dari arah belakang meluncur pesat sebuah perahu.Penumpangnya ada lima orang lelaki. Perahu itu juga akanmenuju ke gunung Kun-san, tapi saking cepatnya sampaimenimbulkan gelombang yang hampir saja membuat perahuSiau Ih oleng keras. Dalam sekejap saja, perahu itu sudah jauh disebelah muka.

Siau Ih berusaha menahan kemarahannya. Didengarnyabeberapa perahu yang berada disekelilingnya itu juga olengtak keruan. Disana sini terdengar gumam makian dari orang-orang.

Sambil mengusap air yang menciprat ke mukanya, Siau Ihberpaling pada si tukang perahu yang berada di belakangnya.Tampak tukang perahu itu menatap ke arah perahu yang

meluncur cepat tadi, dengan wajah terkejut cemas.

Page 186: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 186/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Siapakah orang-orang yang begitu ugal-ugalan itu?"tanyanya.

Si tukang perahu terbeliak. Menggoyang-goyangkantangannya, dia menyahut dengan berbisik: „Harap tuan  jangan tanyakan hal itu. Kalau sampai terdengar mereka,tentu akan runyam."

Sebaliknya Siau Ih yang sudah menduga sesuatu, malah-tertawa: „Di bawah langit yang terang benderang ini, masakahada orang yang tak kenal aturan. Kejar mereka, hendak kutanyai apakah mereka itu mengerti peraturan lalu lintas di

air, tidak?"Wajah si tukang perahu berobah pucat, ujarnya setengah

merintih: „Tuankan hendak pesiar ditelaga sini, perlu apa cariurusan."

Namun Siau Ih tetap minta tukang perahu itu lakukanperintahnya dengan dijanjikan ongkos ekstra.

  „Sekalipun tuan menambah berapa saja, aku tetap tak berani. Dan lagi kuanggap tuan tentu lebih menghargai jiwadaripada cari perkara pada orang-orang begitu,” jawab situkang perahu.

Makin keras dugaan Siau Ih terhadap kawanan orang tadi.Namun karena tukang perahu begitu ketakutan, diapun tak enak untuk memaksanya. Nanti saja bila terjadi sesuatu yangmelanggar peri keadilan, dia tentu akan campur tangan.

  „Ah, aku tak percaya omonganmu itu. Masakah orang-orang itu tak takut pada undang-undang negeri?" tanyanya.

Si tukang perahu gelengkan kepala: „Tuan, lebih baik tuan jangan bertanya lebih lanjut. Bagi mereka, undang-undang itutiada artinya."

  „Ai, benarkah? Coba kauceritakan," Siau Ih sengaja unjuk kekagetan.

Page 187: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 187/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Lebih dahulu mata si tukang perahu itu berkeliaran, setelahdidapatinya disekeliling itu sepi, ada sebuah dua perahu tapi  jaraknya amat jauh, barulah kendor kerut mukanya. Diiring

dengan sebuah elahan napas, mulailah dia bercerita. „Setahun yang lalu, di Gak-ciu telah muncul sebuah partai

yang menamakan dirinya sebagai Thiat-sian-pang cabangTong-thing. Tongcunya (kepala cabang) orang she Thamnama Liong, bergelar Hun-san-tiau (rajawali dari gunung Hun-san). Bermula mereka hanya bersekongkol dengan kaumpembesar negeri untuk melakukan perdagangan garam gelap.

Kemudian mereka makin berani, membeli delapanratusanbuah perahu nelayan di telaga Tong-thing sini. Kalau tidak boleh dibeli, tentu akan dibawa dan dibunuh di gunung Kun-san. Maka kini apabila orang mendengar nama Thiat-sian-pang disebut, tentu akan pucatlah wajahnya.

Pun setengah tahun belakangan ini, para rombongan piau-kiok (kantor mengirim barang) yang lalu di daerah Oulam sini,seringkali dirampas dan orangnya dibunuh-bunuhi. Turutpengiraan orang, perbuatan itu tentulah orang-orang Thiat-sian-pang yang melakukan. Terhadap kawanan orang yangmembunuh jiwa orang seperti ayam itu, siapakah yang beranicari perkara. Oleh karena itu maka segera kucegah waktu tuanmenanyakan tadi.

Perahu yang melampaui kita tadi, adalah kepunyaan Thiat-sian-pang, mereka menuju ke Kun-san. Melihat mereka begitu

terburu-buru dan perahu itu oleng, tentulah di dalamnya adaorang tawanan yang coba meronta-ronta. Terang merekahendak melakukan kekejaman lagi di Kun-san".

Siau Ih yang benci akan perbuatan tidak adil, apalagi Thiat-sian-pang yang mengadu biru, amarahnya meluap-luap.Serentak menampar pedang yang dibungkusnya, dia tertawadingin: „Kawanan manusia yang suka mengumbar kelaliman,

tuan mudamu ini tentu takkan membiarkan lebih lanjut. Demi

Page 188: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 188/429

Page 189: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 189/429

Page 190: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 190/429

Page 191: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 191/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Siapa itu?" serempak kelima orang itu berputar tubuhberseru.

  „Setan pencabut nyawa,” sahut Siau Ih sembari tertawadingin.

Saking kejutnya, kelima orang itu sampai terpaku di tanah.Tapi demi dilihatnya yang muncul itu hanya seorang pemudasekolahan, bukan kepalang marah mereka.

 „Anak haram, kau berani mengadu biru?” teriak mereka.

  „Ha, ha,” Siau Ih tertawa, serunya: „Orang yang berhati

bersih tentu tak jeri akan segala hantu iblis. Tuanmu melihat-lihat, apa salahnya?” 

 „Kau cari mampus, ya!” terdengar seorang berteriak dan siorang yang mencekal cambuk tadi sudah lantas loncatmenghajarkan cambuknya.

Siau Ih tertawa dingin. Begitu cambuk sudah hampirmengenai, dia hanya berkisar sedikit dan cambuk dari kulit

kerbau yang besarnya hampir sama dengan telur itik itu,sudah menyabet angin. Siau Ih memang sudah mendendamterhadap kaum Thiat-sian-pang, apalagi dia menyaksikansendiri betapa ganasnya kawanan itu. Belum cambuk keburuditarik, dia sudah ayun tubuhnya ke atas untuk menyambarbatang cambuk itu.

Kejut orang itu tak terkira. Dengan sekuat-kuat hendak menariknya, mulut membentak: „Ayuh, lepaskan tanganmutidak!"

Sangkanya, masakah seorang anak sekolahan yang lemahdapat kuasa menahan betotannya itu. Maka dapatlahdibayangkan betapa rasa kagetnya demi didapatinya pemudaitu sedikitpun tak bergeming.

  „Celaka ......” belum lagi dia sempat meneruskan kata-katanya, Siau Ih sudah balas menghardik: „Lebih baik kausendiri yang lepaskan!"

Page 192: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 192/429

Page 193: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 193/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih menganggap bahwa orang-orang Thiat-sian-pang ituternyata tak boleh dipandang remeh, keempat belati itu sudahmelayang tiba. Tanpa berayal, dia cepat kisarkan kuda-kuda

kakinya.Begitu dapat menghindari serangan dua orang dari sebelah

kiri, dia segera menghantam dengan jurus chui-jong-bong-gwat (buka jendela melihat rembulan) kepada dua orang darisebelah kanan. Karena pukulan Siau Ih berwibawa keras,kedua orang ini tak berani menangkis dan buru-burumenghindar mundur. Dua kawannya yang menyerang darisebelah kiri tadi, kala itu sudah mengitar ke belakang danterus menusuk lambung si anak muda.

Melihat gerak serangan mereka teratur juga, diam-diamSiau Ih mengeluh jangan-jangan pertandingan itu akanmemakan waktu lama. Merenung sejenak, dia segeramendapat siasat. Tanpa merobah kedudukan kaki, tubuhnyaagak dicondongkan kemuka, sehingga serangan belati daribelakang tadi hanya terpisah satu dim jaraknya dari lambung.

Dan dengan membarengi gerakan mencondong ke muka itu,  jari tangan kanan menutuk dalam gerak jong-eng-ki-yan(burung alap-alap menerkam seriti), pedang di tangan kiriditusukkan dalam jurus sian-jin-ci-loh (dewan menunjuk  jalan).

Serambutpun tak mengira kedua orang yang di muka itu,bahwa si anak muda ternyata dapat merobah kedudukan

bertahan menjadi menyerang. Bahkan serangannya itu luarbiasa cepatnya. Yang terasa, mata mereka berkunang dantahu-tahu jalan darah Ki-bun-hiat di dada, kena tertusuk keras. „Auk,” mulut menguak dan jiwanya pun putus.

Kedua orang yang menusuk dari belakang tadi, mengiralawan tentu sudah seperti ikan dalam jaring, tak dapatterlepas dari tusukannya. Maka betapalah terperanjat mereka,demi kedua kawannya yang menyerang dari muka itu malah

kena dicabut nyawanya. Kini barulah mereka tersadar bahwa

Page 194: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 194/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

anak muda lawannya itu ternyata jauh lebih lihay dari mereka,pula amat ganas sekali. Betapapun kejam mereka itubiasanya, tapi mau tak mau nyali menjadi copot juga. Dari

tigapuluh dua jurus, lari adalah yang paling baik sendiri. Tanpaajak-ajakan lagi, keduanya cepat berputar diri lalu sipatkuping.

Siau Ih tertawa panjang, aum ketawanya seperti membelahbatu pegunungan itu. Dan selagi kumandang tertawanyamasih bergelora, tubuhnyapun sudah melambung beberapatombak ke udara. Bagai seekor burung rajawali, dia melayangturun ke atas kepala kedua orang itu.

  „Datang bersama, pergipun harus bersama. Bagi seorangkesatria, raga kalah jiwapun menyerah, masakah kalian tak mengerti adat kebiasaan orang persilatan!” 

Habis mengucapkan kata-kata itu, Siau Ih pun sudah lantasgunakan rangka pedangnya untuk menutuk belakang batok kepala orang yang berada disebelah kiri sedang tangan kanandijulurkan untuk menghantam lawan yang lari disebelahkanan.

Dalam kejutnya kedua orang itu hendak menghindar, tapisudah kasip. Hanya dua buah jeritan seram yang terdengardan menyusul dua sosok tubuh bergedebukan tersungkur ditanah tiada bernapas lagi.

Sewaktu turun ke bumi, Siau Ih melihat mayat kelima

orang Thiat-sian-pang itu berserakan di empat penjuru.Bermula dia hendak gunakan pil yong-kut-tan untuk melenyapkan mayat-mayat itu, tapi pada lain kilas diaberpendapat lain. Lebih baik mayat-mayat itu dibiarkan begitusaja dan diberi secarik tulisan untuk alamat Thiat-sian-pang.Pertama pihak Thiat-sian-pang menjadi jeri dan kedua supayapenduduk disitu tak menjadi korban kemarahan partai itu.

Dipungutnya salah sebuah belati, lalu menggurat beberapa

huruf pada sebuah batang pohon yang didekat itu.

Page 195: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 195/429

Page 196: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 196/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tanpa banyak bertanya lagi, si tukang perahu terusbergegas-gegas mendayung perahunya. Kira-kira sejam lebihsedikit, tibalah mereka sudah dipantai Tong-thing.

Mengeluarkan beberapa keping perak, Siau Ih berkata:  „Sepuluh tail perak ini untuk ongkos jerih payahmu selamasetengah malam ini, lopek. Apa yang terjadi tadi jangansekali-kali kaukatakan pada lain orang, atau jiwamu nantibakal terancam bahaya, ingatlah baik-baik!"

Memanggul tubuh si anak muda, Siau Ih loncat turun dandengan gunakan ilmu lari cepat, terus menuju ke kota Goan-kiang. Tiba di kota itu sudah menjelang pukul empat pagi.

Dengan diam-diam, dia menyelinap masuk ke dalamhotelnya dan letakkan pemuda itu di atas pembaringan. Dianyalakan lampu dan mulai memeriksa luka pemuda itu.Punggung anak muda itu sama pecah belah berlumurandarah. Benar tulang tak sampai putus, tapi berat juga lukanya.

  „Dia terluka begini parah, dalam empat-lima hari tentubelum sembuh sama sekali. Tempat ini menjadi daerahkekuasaan cabang Thiat-san-pang. Aku sih tak jeri, tapi dia...... tapi ah, paling perlu menolong dulu luka-lukanya itu. Ai,kecuali pil kin-coan-kian-wan-tan itu aku tak mempunyai obatuntuk luka luar apa-apa, bagaimana ni .......” 

Tengah dia kebingungan, tiba-tiba teringatlah dia akankitab Peh-co-ki pemberian tabib sakti To Kong-ong itu. Dengangirang, cepat-cepat diambilnya kitab itu lalu diperiksanya

dengan teliti. Benar juga pada bagian belakang, terdapatbeberapa resep untuk luka luar. Dihafalkannya salah sebuahresep yang paling sederhana racikan dan penggunaannya.

Tapi ah, lagi-lagi dia kebentur dengan kenyataan bahwarumah obat baru besok pagi bukanya. Kuatir kalau sampaikasip, terpaksa dia memberinya lagi sebuah pil untuk menahan sakit. Habis itu baru dia duduk memulangkan

semangat.

Page 197: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 197/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tak berapa lama, haripun sudah terang tanah. Siau Ihpanggil jongos, katanya: „Semalam pulang dari pesiarketelaga, aku membawa seorang sahabat yang terluka parah.

Tolong pinjam alat tulis untuk menulis resep."Mata si jongos melirik ke atas ranjang dan didapatinya

disitu ada seorang pemuda menggeletak berlumuran darah.Baru dia hendak bertanya, sudah buru-buru tak jadi demidilihatnya Siau Ih dengan wajah membesi tengahmemandangnya dengan berkilat-kilat. Anak muda itumencekal sebatang pedang pendek, sikapnya menakutkansekali.

Tersipu-sipu jongos itu mengiakan dan tinggalkan kamaritu. Tak lama kemudian dia kembali pula dengan seperangkatalat tulis.

Selesai menulis resep dari kitab Peh-co-ki, Siau Ihmemberikannya kepada jongos dengan disertai sekepingperak.

  „Belikan ini dan lekas-lekas kembali. Sisanya boleh kauambil!"

Pertama tak mau banyak urusan dan kedua melihat sangtetamu itu royal sekali, jongos itupun tak banyak bertanya lagiterus pergi. Belum setengah jam, dia sudah kembali denganmembawa obat Siau Ih meminta air bersih dan kain putih.Lebih dahulu dicucinya luka pemuda itu baru dilumuri obat.

Ternyata resep kitab Peh-co-ki itu amat manjur sekali. Apalagidiberi pil kiu-coan-kian-goan-tan, dalam sehari saja lukapemuda itu sudah kering.

Melihat perobahan itu, barulah Siau Ih membuka jalandarahnya. Demi terjaga, serta merta pemuda itumenghaturkan terima kasih kepada anak muda cakap gagahyang sudah menolong jiwanya itu. Ternyata usia merekahampir sebaya dan melalui percakapan singkat, keduanya

merasa cocok satu sama lain.

Page 198: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 198/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pemuda itu bernama Tan Wan, murid tunggal dari begalbudiman Kiau Bo bergelar Sin-heng-bu-ing atau si Kelana saktitanpa bayangan. Karena pemuda itu mempunyai kelebihan

satu jari (si wil), maka orang persilatan menggelarinya sebagaiLiok-ci-sin-bi (si Kera berjari enam).

Semasa masih hidup, Sin-heng-hu-ing Kiau Bo pernahbentrok dengan partai Thiat-sian-pang cabang Tong-thingmengenai sebuah „urusan dagang" (rampasan). Karenalengah, Kiau Bo telah masuk dalam perangkap „harimautinggalkan gunung" (kena dipancing). Dia kena dilukai beratoleh Tham Liong sehingga menyebabkan kematiannya.

Sebagai murid yang telah menerima budi besar darisuhunya, Tan Wan mengumumkan akan menuntut balaskematian suhunya itu. Tapi orang Thiat-sian-pang sudahmemasang jaring. Begitu anak muda itu menginjak tapal batasOulam, begitu dia disergap dan ditawan.

  Akhirnya, pihak Thiat-sian-pang memutuskan hendak melenyapkan sekali anak muda itu. Ditetapkan bukit Kun-sansebagai tempat pelaksanaan hukumannya mati. Kalau tiadakebetulan Siau Ih pesiar di telaga Tong-thing itu, tentu jiwaTan Wan sudah melayang.

Waktu mengutarakan dendam hatinya, biji mata Tan Wanseperti mau melotot keluar. Dia mempunyai kesan yang baik sekali terhadap Siau Ih. Pertama dilihatnya sang penolong itusikapnya gagah dan perwira, kedua kali dia merasa berhutang

  jiwa, maka dia nyatakan mulai hari itu akan tinggalkanlapangan pekerjaannya yang lama (menjadi begal haguna)untuk ikut pada Siau Ih. Sekalipun menjadi pelayan, diapunpuas karena dapat membalas budi dan sekalian akanmemperdalam peyakinannya silat untuk kelak menuntut balaslagi.

Siau Ih hanya tertawa saja mendengarnya. Dia nasehati

supaya pemuda itu baik-baik merawat, lukanya dulu, kelak kalau sudah sembuh akan dirundingkan lagi.

Page 199: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 199/429

Page 200: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 200/429

Page 201: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 201/429

Page 202: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 202/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

setengah meter. Golok kui-thau-to lewat di sisi bahumenghantam angin.

Karena terlalu banyak menggunakan tenaga, tubuh orangitu menjorok ke muka. Sudah begitu, masih Siau Ihmembarengi dengan sebuah hantaman. Tubuh terlempar danmulut menjerit seram, orang itu jatuh ke bawah halaman.Kepala pecah terbentur lantai dan jiwanya melayang.

Seorang kawannya yang melihat kejadian itu dengan kalapsegera maju menusuk dengan sepasang senjata tiam-hiat-kwat (supit penutuk jalan darah) yang terbuat dari baja murni.

Tapi bukan mundur, sebaliknya Siau Ih malahmenyongsong maju. Tubuh bergoyang untuk menghindartusukan tiam-hiat-kwat dari sebelah kiri, sementara cepat luarbiasa, tangan kirinya sudah mencengkeram lengan kananlawan. Sekali ditarik, tangannya kanan membarengi dengansebuah tamparan, “plak” ......batok kepala orang itu hancurmumur, otaknya berhamburan.

  „Tham Liong, inilah contohmu!" seru Siau Ih sembarilemparkan mayat orang itu ke arah Tham Liong.

Betapa kaget dan gusarnya kepala cabang Thiat-sian-pangitu, dapat dibayangkan. Tapi dia terpaksa sibuk menghindardulu dari timpukan „senjata" istimewa lawan itu. Ketikamemandang ke atas, ternyata anak muda lawannya itu sudahloncat turun terus melompati pagar tembok.

  „Mana Ong Sim-tek?" serunya seperti orang kebakaran jenggot.

  „Disinilah!" seru seorang dari sebelah kiri wuwunganrumah.

  „Budak dalam kamar itu, kaulah yang mengurus. Selesaiitu, segera kembali ke dalam markas hun-tong. Yang lainnya,semua ikut aku mengejar!"

Page 203: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 203/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dengan membawa empat orang anak buah, Tham Liongsegera melakukan pengejaran. Orang yang disuruh  „mengerjai" Tan Wan itu, bernama Ong Sim-tek gelar Te-ci

atau tikus tanah.Sebelumnya menggabung dalam Thiat-sian-pang, dia itu

adalah seorang pencuri yang mengadakan operasinya padamalam hari. Benar ilmu silatnya tak berapa tinggi, tapi diaamat kaya akan akal-akal busuk. Berbagai kejahatan yangdilakukan Thiat-sian-pang selama ini, sebagian besar adalahtercipta dari buah pikirannya. Sebagai manusia dia senangmenjilat pantat, karena itu amat dikasihi oleh Tham Liong.

Ikut dalam penyergapan itu, bermula dia hendak unjuk kegarangan, tapi demi menyaksikan betapa lihay danganasnya anak muda itu, siang-siang dia sudah copotnyalinya. Sebagai ahli pikir, segera dia dapat menentukanbahwa sekalipun pihaknya berjumlah banyak, tapi tak nantidapat mengalahkan lawan. Diam-diam dia sudahmerencanakan siasat untuk mundur saja. Bahwa tiba-tiba

Tham Liong memberi perintah begitu kepadanya, telahmembuatnya kegirangan.

  „Sama-sama bakal berbuat jasa, tapi bagianku ini tidak mengandung bahaya. Terhadap seorang bocah yang sudahsetengah mati dirangket cambuk, masakah tak dapatmembekuknya," demikian pikirannya.

Dengan menghunus senjata, dia menghampiri ke dalam

kamar. Senjatanya itu istimewa juga, yakni chit-sing-kian-cuatau cempuling bintang tujuh. Pintu kamar didorong, namunsebagai seorang yang licin, dia tak mau lekas-lekas masuk,melainkan menunggu dulu sampai sekian jenak. Setelah tak terdengar sesuatu yang mencurigakan, barulah dia julurkantubuh melongok ke dalam.

  Ai, kamar itu gulita. Samar-samar tampak ada sesosok 

tubuh berbaring di atas ranjang. Dia tentulah si anak mudayang ditolong Siau Ih siang tadi. Nyata dia terluka parah, jadi

Page 204: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 204/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

mudahlah diberesi. Demikian melamun si Tikus tanah OngSim-tek dengan girangnya. Tanpa banyak berpikir lagi, segeradia menerobos masuk dan terus angkat cempulingnya ..........

  „Bangsat serahkan nyawamu!" tiba-tiba terdengar sebuahseruan dan “wut”, sembilan bintik benda berkilat melayangmenyambar ke mukanya.

Serambutpun si Tikus tanah tak mengira bahwa dia bakaldiselomoti mentah-mentah oleh si anak muda. Ini namanya  „sepandai-pandai tupai melornpat, sekali jatuh juga". Otak gerombolan Thiat-sian-pang yang telah merencanakan

berpuluh-puluh perbuatan jahat, akhirnya harus menerima.ganjarannya.

Jarak keduanya begitu dekat seka!i, sedang serangan itudatangnya secara mendadak.

 „Ce ........” hanya begitu saja mulut si Tikus tanah sempatberseru, karena pada lain saat seluruh mukanya serasa nyerikesemutan, menusuk sampai ke hulu hati. Sembilan mata

  jarum beracun telah menyusup ke dalam mata, pipi dan  janggut. Senjata terlepas, tubuh terkulai di lantai dan tujuhlubang pada mukanya mengalirkan darah. Demikian tamatriwajat seorang yang berlumuran dosa.

Sekarang mari kita ikuti keadaan Siau Ih yang memancingTham Liong berempat ke sebuah tempat sepi di luar kota.Bermula, sekeluarnya dari hotel itu, dia berpaling ke belakang.

Tham Liong dan kawan-kawan tak tampak mengejar.  „Celaka, musuh lebih pintar dan Tan Wan tentu terancam

ni," demikian dia mengeluh.

Tapi baru dia hendak berputar tubuh untuk kembali, tiba-tiba dari tembok hotel itu terlihat ada beberapa sosok bayangan loncat keluar. Diam-diam dia memperhitungkan:  „Yang dua tadi sudah dibunuh, kini muncul lima orang, jadi

yang tertinggal dihotel hanya seorang saja. Rasanya Tan Wan

Page 205: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 205/429

Page 206: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 206/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

karena walaupun hatinya panas, namun kepalanya tetapdingin.

Sekilas tersadar dia bahwa anak muda itu akanmenggunakan siasat 'pancing harimau tinggalkan sarang’. Tapipada lain saat, dia tetap hatinya lagi. Te-ci Ong Sim-tek masihdisana, masakah bocah itu dapat lolos. Demikianperhitungannya, suatu perhitungan yang ternyata jauh sekalikenyataannya. Mimpipun tidak dia, bahwa pada saat itu siTikus tanah sudah menjadi badan halus.

Setelah melompati tembok kota, Tham Liong kehilangan

 jejak pemuda yang dikejarnya. Dia celingukan dan hai, kiranyapemuda itu tengah tegak berdiri di muka sebuah hutan yangterpisah kira-kira duapuluhan tombak disebelah depan sana.Bergegas-gegas dia ajak sekalian anak buahnya menujukesana.

 „Bocah she Siau, sekarang coba kau mau lari kemana lagi?"serunya demi berhadapan dengan anak muda itu. Dan segeradia memberi isyarat kepada keempat anak buahnya untuk mengepung pemuda itu dari empat penjuru.

Tenang-tenang saja Siau Ih berputar tubuh, lalu mengolok:  „Tham Liong, mengapa kau terlambat? Tuanmu ini sudahmenunggu lama sekali. Tu lihatlah .........” 

Menunjuk kesekeliling tempat itu, dengan tenang Siau Ihberkata pula: „Dimuka menghadapi sungai, disebelah

belakang berlatar hutan, sungguh suatu tempat peristirahatanyang bagus sekali. Telah kupilihkan tempat untukmu,seharusnya kau mengucap syukur!” 

Hati Tham Liong seperti ditusuki jarum rasanya. Masaseorang pemimpin cabang sebuah partai yang sangat ditakuti,dikocok semau-maunya oleh seorang anak muda. Untuk melampiaskan kemarahannya, dia tertawa keras.

  „Ai, Tham Liong, menilik kau begitu kegirangan, rasanya jerih payahku itu tak sia-sia juga .........” 

Page 207: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 207/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Bocah edan, jangan mengicau tak keruan!” tukas ThamLiong mengerat kata-kata Siau Ih, „kalau ada pesanan apa-apa, lekas katakan sekarang. Kalau terlambat, kau tentu

menyesal!” Wajah Siau Ih tiba-tiba berobah membesi dan dengan nada

dalam, berserulah dia: „Mendapat tempat sebagus ini,masakah kau belum puas. Dibanding dengan Teng Hiong, kausudah jauh lebih beruntung!"

Mendengar itu, Tham Liong tersurut selangkah.

 „Apa? Jadi Teng-tongcu itu binasa di tanganmu?"

 „Mengapa tidak! Pembesar korup, bangsa penjahat, setiaporang berhak memberantasnya!" Siau Ih tertawa dingin.

Saking marahnya, rambut Tham Liong sampai menjingrak semua. Dengan suara mengguntur, berteriaklah dia: „Dicaritiada dapat, jebul ketemu datang sendiri. Bocah, apa kaumasih mengangkangi jiwamu?"

Ke-jiao-lian atau arit cakar ajam ditangan kiri, bergerak dalam jurus swat-koa-gin-kau (menyanggul miring kait perak)menyerang pundak lawan, berbareng ke-jiao-lian di tangankanannya, membabat perut dalam gerak to-thih-kim-teng ataumenjinjing terbalik lampu emas.

Melihat serangan itu. masih Siau Ih tertawa dengantenangnya: „Ai, karena kau minta buru-buru mati, tuanmu punterpaksa akan mempersingkat waktu.” 

Kedua bahu bergerak dan orangnya pun sudah melesatbeberapa meter. Baru Tham Liong hendak mengejar, dari arahbelakang terdengar sebuah seruan: „Bunuh ayam tak perlupakai golok kerbau. Tongcu, silahkan mundur, biar kamiberempat maju memberesi bocah edan itu!"

  Yang berkata itu ternyata ialah keempat anak buahnyayang sudah tegak berdiri di empat jurusan sembari siapdengan senjatanya.

Page 208: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 208/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Bocah itu adalah yang dimaui oleh Kiau hu-hwat. Dapatmeringkusnya mati atau hidup, tetap akan mendapat hadiahbesar. Saudara-saudara, hati-hatilah!" kata Tham Liong seraya

mundur.Siau Ih tegak dengan tenangnya. Sepasang alisnya yang

tebal, tampak menjungkat sedikit dan sambil tertawa sinis, diaberseru: „Tempat ini cukup luas. Jangan kata hanya empatorang, sekalipun empatpuluh mayatpun tetap bisa masuk!” 

Saat itu, orang yang mengepung disebelah kiri denganbersenjata pedang song-bun-kiam dan kawannya yang

mengepung dari sebelah kanan dengan kapak baja, sudahlantas maju menyerang. Satu menabas kepala, satumembabat perut. Tapi hanya dengan gerakan menyurut yangdiiring tertawa dingin, dapatlah sudah Siau Ih menghindarinya. “Wut”, kedua senjata itu saling bersimpangan.

Habis mundur, Siau Ih cepat miringkan tubuh sembaridorongkan sepasang tangannya kekanan kiri. Belum keduapengepung dari sebelah muka dan belakang sempat bergerak,tahu-tahu sudah tersambar angin pukulan yang keras hinggaterdorong mundur sampai setengah meter. Gebrak pertama,keempat orang itu sudah terdesak.

Sekalipun begitu, mereka bukan kerucuk yang lemah.Dengan senjata terhunus, kembali mereka maju menyerang.Karena bergabung jadi satu, jadi serangan keempat orangitupun berganda hebatnya. Pedang song-bun-kiam, golok gan-

leng-to, kapak baja dan rujung kiu-ciat-kong-pian,berseliweran laksana badai meniup salju.

Setiap serangan, tentu mengarah jalan yang mematikan.Baik maju menyerang maupun mundur menghindar, merekaberempat itu teratur dalam gaya yang rapi indah. Begitulahdalam beberapa detik saja, pertempuran sudah berjalantigapuluhan jurus. Keempat orang itu makin lama, makin

garang.

Page 209: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 209/429

Page 210: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 210/429

Page 211: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 211/429

Page 212: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 212/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sudah jamaklah kiranya, bahwa manusia itu tentu sayangsekali akan jiwanya. Lebih-lebih kalau berada dalam bahayayang menentukan hidup matinya.

Demikianpun Tham Liong. Dalam saat-saat yang gentingitu, timbullah pikirannya. Kaki memaku tanah, tubuh condongke belakang. Secepat dia menggunakan gerak gan-loh-ping-sat atau burung belibis jatuh di pasir itu, secepat itu pula diateruskan dengan gerak le-hi-to-joan-boh atau ikan lehimembalik badan menyusup ke dalam ombak.

Dalam posisi miring, dia teruskan buang tubuhnya ke

samping sampai tiga tombak. Sekalipun begitu, tak urung bajubagian dadanya tergurat lubang beberapa dim.

Keringat dingin membasahi tubuhnya. Mendongak ke muka,didapatinya anak muda lawannya itu tegak berdirimelintangkan pedang di dada. Mulutnya mengulum senyumgetir. Benci sekalipun Tham Liong kepada anak muda itu,namun karena insyaf bukan tandingannya, dia pikir kalau tak lekas-lekas angkat kaki tentu akan menjadi seperti keempatanak buahnya tadi.

Selama gunung masih menghijau, masakah takut tak mendapat kayu bakar. Demikian peribahasa mengatakan yangberarti, selama hayat masih dikandung badan, tentulah masihdapat melakukan pembalasan lagi.

  „Malam ini aku ada urusan penting, lain hari akan

kuselesaikan hutangmu itu!" seru Tham Liong dan secepatkilat berputar tubuh, dia lantas loncat kabur.

Benar Siau Ih cerdas, tapi karena kurang pengalaman jadidia tak menyangka sama sekali bahwa lawan akan lari begitutiba-tiba. Selagi dia masih terkesiap, Tham Liong sudah duatombak lebih jauhnya.

  „Hai, hendak lari kemana kau, bangsat?“ serunya. Tapi

baru dia hendak mengejar, dilihatnya hari sudah mulai fajar.Dia teringat akan Tan Wan yang berada di dalam hotel

Page 213: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 213/429

Page 214: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 214/429

Page 215: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 215/429

Page 216: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 216/429

Page 217: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 217/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Bagian belakang dan muka kuil ini rusak tak keruan. Tapianehnya mengapa loteng ini cukup bersih keadaannya?” SiauIh terheran sehabis memeriksa itu.

Berpaling ke arah tembok, dilihatnya disitu terdapatbeberapa tu¬lang ayam. Kembali dia merasa heran.

  „Menilik keadaan ini, terang ada orang yang lebih dulutinggal disini. Entah siapakah dia itu?" pikirnya.

Selagi dia dalam keheranan, tiba-tiba dilihatnya wajah TanWan makin pucat, sepasang alisnya mengerut dan napasnyatersengal-sengal. Buru-buru dihampiri dan dipanggilnyaberulang-ulang.

 „Tak apalah ........” akhimja dengan paksakan diri Tan Wanmenyahut sember. Dan sehabis itu, kembali sepasangmatanya menutup.

Siau Ih kasihan melihat keadaan anak itu. Diberinya sebuahpil lagi, lalu dilumurinya luka-luka dipunggung anak itu,kemudian ditutuk jalan darah penidurnya. Lewat beberapamenit kemudian, Siau Ihpun merasa letih lalu duduk disebelahTan Wan untuk bersemadhi.

Waktu terjaga, haripun sudah menjelang magrib. Saat ituSiau Ih rasakan perutnya lapar dan timbul pikirannya untuk pergi ke tempat didekat itu membeli makanan. Berpaling kearah Tan Wan, dilihatnya anak itu masih tidur nyenyak. Buru-buru Siau Ih rapihkan pakaian, menyelipkan pedang terus

loncat ke bawah.Maksud Siau Ih sebenarnya hendak pergi sebentar untuk 

membeli makanan. Tapi ternyata lima li jauhnya, dia baruberhasil membeli sebungkus bakpao dan dua ikat ayampanggang. Apa boleh buat, terpaksa dia bergegas-gegaskembali ke kuil. Tapi setiba dikuil, ternyata rembulanpunsudah mulai muncul dilamping gunung.

Page 218: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 218/429

Page 219: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 219/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kalau tak cepat-cepat mundur, tentulah Siau Ih akanberbenturan dengan nona itu. Membelalakkan mata,bertanyalah dia: „Apakah nona masih hendak mengatakan

sesuatu lagi?” Nona baju hijau itu tertawa genit, serunya. „Aku toh tak 

mengusir, mengapa kau terburu-buru.” 

Sampai disitu, Siau Ih sudah tak dapat bersabar lagi. Keras-keras dia berseru: „Dikuil ini hanyalah loteng tempat loncengitu yang kena dibuat meneduh. Kalau aku tak pindah, nonaakan tinggal di mana?” 

Kembali nona itu tertawa dibuat-buat.

 „Tampaknya kau ini cerdik, tapi ternyata tolol. Menilik kaumembekal pedang, tentulah kau ini pemuda persilatan,seharusnya tak main etiket-etiketan (tata kesopanan). Orangyang berkelana, harus dapat menyesuaikan diri. Bukankah diempat penjuru lautan ini kita semua bersaudara? Taruh katatinggal dalam satu kamar, apa halangannya? Apalagi lima li

disekeliling tempat sini, tiada perumahan orang sama sekali. Apakah kau tak memikirkan yang terluka setengah mati itu?"

Siau Ih terkesiap, pikirnya: „Ucapannya itu benar beralasan,tapi menilik sikapnya yang genit, terang ia pasti bukan wanitabaik. Tapi karena Tan Wan belum sembuh, lebih baik jangancari perkaralah,” pikirnya.

Habis itu, berkatalah dia dengan nada bersungguh: „Atas

kebaikan nona, aku mengucap terima kasih. Meskipun kaumpersilatan itu tak menghiraukan etiket, namun antara pria danwanita tetap ada batas perbedaan, amatlah tak leluasanya.” 

Mendengar pemuda itu tak terpikat oleh sikap dan kata-katanya tadi, nona baju hijau itu agak tertegun. Namundengan masih lengkingkan tertawa romantis, ia berseru: „Ai,kau ini ternyata masih begitu kolot ........” 

Page 220: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 220/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Berhenti sejenak, ia mainkan ekor matanya mengerling kewajah si anak muda, kemudian dengan nada memikat rayu, iabertanya: „Engkoh kecil, berapakah usiamu tahun ini .....?” 

Dan sehabis itu, dengan lemah gemulai, ia melangkah majudan aduh mak ..... sebuah lengannya yang halus putih itusudah dijamahkan ke bahu Siau Ih.

Serentak anak muda itu tersampok dengan bau yangharum, hatinya bergoncang. Dia terkejut dan buru-burutenangkan semangatnya. Bahu dikisarkan, dia menyurutkebelakang dan dengan gusarnya dia mendamprat: „Benar

disekeliling tempat ini tiada lain orang, tapi perbuatan nona iturasanya kurang pantas."

Tangannya merabah angin, wajah nona baju hijau itu,berobah seketika. Kecantikannya yang berseri tadi, lenyapberganti dengan kerut pembunuhan.

  „Anjing mau menggigit dewa Lu Tong-ping, sungguhseorang yang tak tahu kebaikan orang. Nonamu sudah

penuju, tapi kau berani membangkang. Kalau hari ini kausampai terlepas dari cengkeramku, jangan panggil aku Kau-hun-sam-nio-cu!” serunya lantang-lantang.

Mendengar itu, sekilas teringatlah Siau Ih akanpembicaraannya dengan Liong Go sewaktu berada di gunungKi-he-nia tempo hari. Liong Go menerangkan bahwa Pak-thian-san Song-sat mempunyai seorang keponakan

perempuan yang bernama Li Thing-thing. Nona itu cantik laksana kuntum bunga, tapi ganas bagai ular berbisa,cabulnya bukan kepalang. Ia mendapat warisan kepandaiandari ayah bundanya, suami isteri Li Ho.

Meskipun umurnya sudah mendekati empatpuluhan, tapitampaknya masih secantik anak perawan. Entah sudah berapa  jumlahnya, pemuda-pemuda anak murid berbagai partaipersilatan yang kena terpikat dan dibinasakan olehnya. Karena

ia memiliki tiga sifat: cantik, culas, cabul, maka kaum

Page 221: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 221/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

persilatan menjulukinya dengan gelar „Kau-hun-sam-nio-cuatau si Wanita 3 sifat pemikat jiwa atau istilah populer: Wanita3 dimensi.

Waktu Siau Ih mengeluh karena kesamplokan denganwanita cabul itu, tiba-tiba terkilas dalam ingatannya bahwaturut dugaan ayah angkatnya (si Dewa Tertawa), kematianayah bundanya itu, kebanyakan adalah perbuatan putera dariPak-thian-san Song-sat yang bernama Li Hun-liong. Teringatakan hal itu, kebenciannya ditumpahkan pada si wanita cabulyang juga kaum kerabat orang she Li itu.

  „Benarkah kau ini si Li Thing-thing itu?” serunya dengankeras.

Menyahut Kau-hun-sam-nio-cu sambil tertawa dingin:  „Kalau toh sudah mendengar akan kebesaran namaku,mengapa masih membangkang?"

 „Ha, ha,” Siau Ih tertawa nyaring, serunya: „Wanita busuk,kematianmu sudah di depan mata, masakah masih berani

......” Belum sampai dia lanjutkan makiannya, Kau-hun-sam-nio-

cu sudah menutukkan sepasang jarinya ke dada Siau Ih.Karena tangannya mencekal bakpao dan ayam panggang, jadiSiau Ih tak dapat menangkis. Begitu jari lawan tiba, kakinyamengisar ke samping, dari itu terus enjot tubuhnya melayangmelampaui kepala Li Thing-thing. Tiba di muka loteng,

bawaannya disongsongkan ke lantai loteng.Kau-hun-sam-nio-cu ternyata tangkas sekali. Tutukannya

luput dan si anak muda lenyap, tanpa berputar ke belakanglagi, ia terus hantamkan tangannya ke belakang.

Saat itu Siau Ih belum sempat berputar badan, atau tiba-tiba dia merasa ada tenaga keras menyambar dari arahbelakang. Terpaksa dia maju terus ke muka sembari diam-

diam kerahkan lwekang kian-goan-sin-kong. Mendadak dia

Page 222: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 222/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berbalik diri dalam gerak hong-kek-hoan-sim atau merpatikuning membalik badan.

Menyusul kedua tangannya pun berbareng digerakkan.Tangan kanan, menyambut serangan dengan jurus heng-thui-pik-ma atau mendorong delapan ekor kuda. Sementara tangankiri dalam jurus seng-liong-in-hong (naik naga memikatburung hong), balas menyerang dengan tenaga lwekang yanglemah halus.

Bermula Kau-hun-sam-nio-cu tak memandang samasekaliterhadap anak muda itu. Pikirnya, sekali gebrak tentu akan

berhasil meringkusnya. Maka dapatlah dibayangkan betapakagetnya ia, demi anak muda itu melancarkan dua buahserangan lwekang keras dan lemah. Angin pukulannya tadi,menjadi sirna dayanya.

Namun tak kecewa ia dimalui oleh kaum persilatan. Dalamgugupnya, masih ia dapat gunakan jurus-jurus hu-yan-kui-sohdan hun-liong-san-sian, untuk berjumpalitan beberapa kalisehingga mencapai kedekat dinding. Dengan begitu dapatlahia terhindar dari serangan si anak muda yang lihay itu.

Sebaliknya melihat wanita itu pontang panting begitu rupa,Siau Ih tertawa dingin, serunya mengejek: „Ilmu kepandaiankaum Song-sat, kiranya hanya begitu saja!"

Saat itu wajah Li Thing-thing sudah gelap membesi, hawapembunuhan memancar-mancar. Dengan geramnya ia

berseru: „Anak liar, jangan kira nonamu tak dapat memikat jiwamu, merampas ragamu. Coba kau rasakan ini lagi!"

Sekali tangan merabah ke pinggang, ia sudah lantasmenarik ikat pinggangnya. Ikat pinggang itu terbuat dari kainsutera berwarna pelangi: merah, oranye, kuning, biru laut,hijau, biru, dan ungu. Lebarnya antara tiga jari danpanjangnya ada dua tombak lebih. Sabuk atau ikat pinggangitu bukan benda sembarangan, melainkan senjata istimewa

yang telah mengangkat nama dari bibinya (isterinya Hiat-sat)

Page 223: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 223/429

Page 224: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 224/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dalam jurus pian-say-thian-hoa Sepuyuh angin dahsyatmenyambar-nyambar.

Ternyata Kau-hun-sam-nio-cu tak kecewa menjadi momok perempuan. Waktu pedang menyambar, pinggangnya yangkecil ramping bergeliatan laksana seekor ular, mengisarkesebelah kiri. Begitu pundak hampir mendatar kelantai,tangan kanan mengibaskan jurus to-thoan-cu-lian. Ikatpinggang chit-po-toh-hun-tay, melilit-lilit ke atas. Syukur SiauIh yang serangannya gagal tadi, buru-buru pijakkan kaki kirike atas punggung kaki kanan dan dengan meminjam tenagapijakan itu, dia melayang ke samping beberapa meter.

Walaupun baru bergebrak dalam tiga jurus, namun keduaseteru itu sudah menginsyafi bahwa kepandaian lawanmemang luar biasa. Bagi Siau Ih, sejak keluar dari perguruan,belum pernah dia mendapat lawan setangguh Kau-hun-sam-nio-cu itu. Oleh karenanya, dalam setiap gerak dan jurus, diaselalu amat berhati-hati.

Sedang Kau-hun-sam-nio-cu pun demikian juga. Melihatpedang dan ilmu permainan anak muda itu lain dari yang lain,iapun tak berani lengah.

Dalam beberapa kejap saja, duaratus jurus telahberlangsung, suatu pertempuran yang benar-benar memerastenaga. Li Thing-thing adalah seorang wanita, tambahan pulaia gemar pelesir. Makin pertempuran berjalan lama, makinpayah baginya. Napasnya tersengal-sengal, dahinya

bercucuran keringat dan gerakannyapun makin kurangkecepatannya.

Sedang celakanya, anak muda lawannya itu adalahsebaliknya. Pertama, dia hendak menuntut balas ataskematian sang ayah bunda dan kedua kali, dia masih seorangtaruna yang masih sedang kuat-kuatnya. Lebih-lebih diamerasa muak terhadap gerak gerik wanita cabul itu. Dia tak 

mau sungkan-sungkan lagi.

Page 225: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 225/429

Page 226: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 226/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tan Wan masih tidur, tapi kuatir kalau Li Thing-thing telahmelakukan sesuatu padanya, dia cepat-cepat memeriksatubuh anak itu.

Setelah ternyata tak kurang suatu apa, barulah legahatinya. Dia duduk menyandar pada tembok. Lebih duludiambilnya bakpao dan ayam panggang tadi, baru kemudianmembuka jalan darah Tan Wan yang tertutuk tadi.

Melihat Siau Ih duduk didekatnya dengan mengulumsenyum, Tan Wan bersyukur tak terhingga. Dia coba bergeliatbangun, lalu berkata: „Karena seorang Tan Wan, kongcu telah

mendapat banyak kesulitan ...........”   „Memberi pertolongan pada orang yang mendapat

kecelakaan, adalah sudah menjadi tugas kaum persilatanseperti kita. Kalau saudara Tan masih mengungkat yang tidak-tidak, pertanda pikiranmu itu berlainan!" tukas Siau Ih.Diambilnya sebiji bakpao dan separoh ayam panggang, laludiberikan pada kawannya itu.

 „Manusia bukan mesin, jadi tak dapat hidup tanpa makan.Lebih-lebih saudara Tan baru sembuh betul, jadi tak bolehberkosong perut. Ayuh, kita makan bakpao dan ayampanggang ini!” 

Terhadap pribadi dan kepandaian Siau Ih, Tan Wan kagumtak terhingga. Apalagi pemuda itu amat memperhatikan sekalipadanya, ini membuatnya makin menggores dalam-dalam rasa

patuhnya.  „Terhadap pribadi kongcu yang gagah budiman itu, Tan

Wan amat mengindahkan sekali. Kongcu telah menolong  jiwaku, entah bagaimana aku dapat membalasnya. Asal TanWan masih bernyawa sekalipun kongcu menyuruh akumenerjang lautan api rimba golok, Tan Wan tak nantimenolak."

Sejak berada dibukit Kun-san, Tan Wan selalumembahasakan ‘kongcu’ (tuan muda) pada Siau Ih.

Page 227: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 227/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebaliknya untuk menyatakan sikapnya yang terbuka, Siau Ihmemanggilnya ‘saudara’.

Dulupun Tan Wan pernah mengutarakan maksudnya untuk mengikut Siau Ih, agar dengan demikian dapatlah diamenunaikan dua macam tugasnya. Pertama, membalas budiSiau Ih dan kedua membalas budi suhunya dalam menuntutbalas kepada orang-orang Thiat-san-pang.

Tapi Siau Ih hanya ganda tertawa saja dan belummenyatakan sesuatu.

Kini setelah beberapa hari bergaul, keduanya makin lebihmengetahui pribadi masing-masing. Tan Wan dapatkan bukansaja Siau Ih seorang pemuda yang cerdas, pun juga berbuditerbuka tangannya.

Sebaliknya Siau Ih pun menganggap bahwa sekalipun TanWan itu berasal dari kaum persilatan penyamun, tapimempunyai rasa setia dan tahu membalas budi. Apa yangdiucapkan anak muda itu tadi, tentulah benar-benar keluar

dari setulus hatinya.  „Nilai dari orang bersahabat, ialah kenal hati masing-

masing. Apabila setiap kali mengucapkan terima kasih untuk suatu urusan kecil saja, tandanya dia itu berhati palsu. Semisalbunga teratai merah dan putih, pun semua aliran persilatanitu, serumpun asalnya. Saling bantu membantu, adalah sudahmenjadi kewajiban bagi kaum persilatan. Entah bagaimana

pendapat saudara Tan tentang kata-kataku,” kata Siau Ih.Karena dipandang lekat-lekat, muka Tan Wan menjadi

merah dan dengan kemalu-maluan menundukkan kepala diamengiakan.

  „Kalau saudara Tan menganggap benar, maka mulai saatini janganlah memanggil aku dengan sebutan ‘kongcu’ lagi!"

Tergerak hati Tan Wan akan pernyataan terbuka dari

pemuda gagah itu. Dengan suara nyaring, dia berseru: „Tan

Page 228: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 228/429

Page 229: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 229/429

Page 230: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 230/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Selesai itu, mereka lanjutkan pula perjalanan. Setelahmemasuki daerah pegunungan mereka siap melintasi sebuahgunung, masuk ke propinsi Oulam terus ke Tiang-jong-sam.

Keadaan gunung itu, ternyata penuh dengan tebing karangyang curam, puncak-puncak yang menjulang menyusup awandan jalanan-jalanan yang berliku-liku amat berbahayanya.Meskipun kala itu baru bulan sepuluh, namun mataharidimusim rontok masih terik.

Belum tengah hari, keduanya sudah masuk sampaiseratusan li. Tiba-tiba Siau Ih tarik kendalinya. Menunjuk ke

arah sebuah pohon besar. Dia ajak Tan Wan beristirahatmengisi perut.

Selagi mereka duduk di bawah pohon besar, sembarimenikmati ransum kering, tiba-tiba terdengar anginmembawakan suara kelinting kuda. Mendongak ke muka, SiauIh tampak ada dua ekor kuda tegar tengah mendatangidengan pesat.

  Yang dimuka, seorang lelaki tegap bermuka brewok,mengenakan pakaian ringkas warna merah. Usianya kuranglebih empatpuluhan tahun.

Sedang yang di belakangnya, ialah seorang wanitaberkerudung muka dan mengenakan pa¬kaian ringkas warnahijau. Dalam sekejap mata saja, kedua penunggang kuda itusudah tiba di muka pohon besar.

Wanita pakaian hijau itu tiba-tiba gunakan tangan kiriuntuk menjambret kerudung mukanya. Dua biji mata yangmemancarkan sinar mendendam benci, segera memandanglekat-lekat ke arah Siau Ih. Mulut mendengus, tangannyabergerak mengantarkan sang tubuh loncat dari atas kuda,terus berlari melewati tempat Siau Ih dengan cepatnya.

 „Dia lagi!" diam-diam Siau Ih mengeluh kaget.

Page 231: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 231/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Memang wanita itu bukan lain ialah si Kau-hun-sam-niocuLi Thing-thing, itu wanita cabul yang coba hendak memikatSiau Ih dikuil rusak. Munculnya wanita itu ditempat yang

sesunyi seperti daerah pedalaman gunung Tay-lou-san, telahmembuat Siau Ih terkejut bukan kepalang.

  „Siau-heng, mengapa wanita itu mengawasi begitumembenci kepadamu?" tanya Tan Wan yang tak mengertiduduk perkaranya.

Sejenak merenung, Siau Ih gelengkan kepalanya: „Dalamperjalanan nanti, kita mungkin menghadapi beberapa

peristiwa. Tapi apapun yang akan terjadi, harap saudara Tan jangan ikut campur tangan."

Masih Tan Wan bersitegang leher: „Meskipun Siau-heng tak mengatakan, tapi kiranya sudah jelaslah. Wanita baju hijau itutentu mempunyai dengki asmara terhadap Siau-heng, kalautidak masakah sorot matanya begitu buas?"

Menyandarkan kepalanya ke batang pohon, Tan Wan

melirik ke arah Siau Ih lalu kembali tertawa: „Seorang anak muda seperti Siau-heng itu, tentu sukar menghindarkan diridari libatan-libatan macam itu. Tapi biar bagaimana juga,kalau suruh siaote berpeluk tangan, sungguh sukar sekali.Sudah tentu siaote tak mau ikut campur dalam urusan pribadiSiau-heng."

 Ai, anak itu! Dia sudah salah taksir, siapa Siau Ih dan, siapa

wanita Li Thing-thing itu. Suatu hal yang membuat Siau Ihtertawa meringis.

  Apa boleh buat, terpaksa dia tuturkan apa yang telahterjadi ketika berada dalam kuil rusak tempo hari itu. Tapiyang diceritakan hanyalah pertempurannya dengan wanita itu,sedang perbuatan tak senonoh dari Li Thing-thing tiadadisinggung-singgungnya.

  „Mengapa Siau-heng tak siang-siang memberitahukansiaote?" tanya Tan Wan dengan heran-heran menyesal.

Page 232: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 232/429

Page 233: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 233/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kedua saling tertawa dan karena matahari sudah condongke sebelah barat, buru-buru mereka mengemasi ransum danguci arak.

  „Kalau tiada terjadi suatu apa, malam ini kita tentu dapatmelintasi gunung ini. Tapi menurut perasaan siaote, rasanyatidak seperti apa yang kita harapkan,” kata Tan Wan sembarimengusap-usap senjatanya kiu-hap-kim-si-pang".

Mereka mencongklangkan kudanya menyusur jalanan yangmelingkar-lingkar di antara lamping dan puncak gunung.Sekonyong-konyong dari tempat yang tak berapa jauh,

terdengarlah sebuah suitan nyaring. Ya, sedemikiannyaringnya hingga seperti memekakkan telinga dan menyusupke dalam angkasa.

Siau Ih yang memiliki lwekang tinggi, tampak biasa saja.

Sebaliknya Tan Wan sudah kaget seperti terbangsemangatnya. Sampaipun kedua ekor kuda tungganganmereka itupun, saking kagetnya sampai meringkik-ringkik dan

melonjak ke atas.Siau Ih jepitkan kakinya kencang-kencang ke perut kuda.

Dengan tangan kiri menekan kepala kudanya, tangan kananmenyambar kepala kuda Tan Wan terus ditekan ke bawah,katanya: „Tenangkan hatimu, jangan takut!"

Mendongak ke atas, Siau Ih lepaskan sebuah tertawapanjang. Nadanyapun tak kurang hebatnya, bergema jauh

sampai ke atas awan. Seperti tertekan tenaga kuat, lengkingtertawa yang pertama tadi, segera cep-kelalep (sirap).

  „Ah, sungguh berbahaya. Kalau Siau-heng tak hebatlwekangnya, entah bagaimana akibatnya tadi. Menilik semudaitu usianya dia sudah memiliki kepandaian yang sedemikiansaktinya, sungguh aku harus merasa malu," diam-diam TanWan berkata dalam hati.

Page 234: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 234/429

Page 235: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 235/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dia berjumpalitan di atas udara dengan kaki di atas dan kepaladi bawah, dia balas menghantam lawan.

 “Plak,” terdengarlah suara benturan keras, ketika Kau-hun-sam-niocu balikkan tangan menangkis. Dan apa yang terdjadi?

Sekali berjumpalitan, Siau Ih turun dengan tenangnya kebumi.

Sebaliknya Li Thing-thing terhuyung-huyung sampai tujuh-delapan tindak. baru dapat berdiri jejak.

  „Li Thing-thing, malam itu aku telah memberi ampun

padamu, seharusnya kau tahu diri dan angkat kaki jauh-jauh.Tapi mengapa kau masih berani menghadang aku lagi? Apakah kau sudah tak mempunyai rasa malu lagi!" seru SiauIh tenang-tenang.

Oleh karena sudah melepaskan kain kerudung, jadi jelaslahbagaimana wajah Li Thing-thing saat itu berwarna gelap,sepasang matanya memancarkan api pembunuhan.

Menatap si anak muda, ia tertawa iblis: „Aku selalumembayar setiap hutang. Oleh karena kebetulan bertemu diselat gunung sini, maka akupun hendak melunaskan rekeninglama. Beritahukan nama, agar mudah nanti aku melapor padaraja akhirat!” 

Siau Ih mendongak tertawa lepas.

  „Masih menepuk dada bermulut besar hem, sungguh tak 

malu. Tuanmu ini bernama Siau Ih, ayuh, kau mau apa?”  „Hendak kurenggut jiwamu kuganyang dagingmu ……” 

 „Hem, enaknya,” tukas Siau Ih sejenak tertawa lalu berserulagi dengan wajah keren: „Li Thing-thing, tanganmuberlepotan darah, tubuhmu berlumuran dosa. Bertahun-tahunkau malang melintang mengumbar keganasan. Pepatahmengatakan 'membasmi seorang jahat itu, jasanya tak 

Page 236: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 236/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

ternilai'. Malam ini aku hendak melakukan amanat bertuah itu,melenyapkan seorang siluman jahat!''

Dengan kata-kata itu, Siau Ih sudah menumpahkan seluruhisi dendamnya atas kematian sang ayah bunda. Dari seorangpemuda yang cakap, saat itu Siau Ih berobah menjadiharimau buas yang haus darah. Pedang Thian-coat-kiam cepatdisiapkan dan dengan mata berkilat-kilat dia siap menantilawan.

Tan Wan yang mengawasi dari samping, hanya mengetahuibahwa sang kawan itu amat marah sekali terhadap wanita

cabul yang jahat itu. Tapi dia tak tahu sama sekali akanlibatan urusannya lebih jauh.

Kau-hun-sam-niocu Li Thing-ting balas tertawa melengkingnyaring. Dalam tertawa itu, tubuhnya menyurut mundur dansecara tak terduga-duga sebuah kain pelangi sudahmenyambar ke arah Siau Ih.

Waktu Siau Ih gunakan pedang untuk memapas, Kau-hun-

sam-niocu perdengarkan tertawa dingin. Kakinya bergerak mundur lalu maju pula. Tangan kanan menyambar bagiantengah kain ikat pinggang itu, terus dikebutkan ke muka.

Selembar ikat pinggang chit-po-toh-hun-tay yangpanjangnya dua tombak, dalam permainan Li Thing-thing, kiniberobah menjadi dua.

Siau Ih tunggu sampai ujung senjata lawan itu hampir

mengenai bahunya, baru dia agak turunkan tubuhnya kebawah. Setelah menghindar itu, dengan tangkas dia kirimsebuah tusukan ke arah tenggorokan lawan.

Kembali kedua seteru itu, lanjutkan pertempuran dahuluyang belum selesai. Hanya saja dalam gebrak permulaan itu,keduanya gunakan jurus-jurus baru.

Sedetikpun Kau-hun-sam-niocu tak pernah melupakan

kekalahannya di kuil rusak itu. Sekali gebrak, ia sudah lantas

Page 237: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 237/429

Page 238: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 238/429

Page 239: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 239/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berpaling ke belakang dan perdengarkan sebuah tertawadingin. Habis itu, ia menyelinap ke dalam hutan.

Siau Ih tertawa mengejeknya.

  „Li Thing-thing, masakah kau dapat menembus langit.Menyusup kebumi?"

Bagaikan seekor burung garuda, dia kibaskan lengan bajudan melayang ke arah hutan. Tiga tombak di atas udara,tangan kirinya menghantam ke bawah. Pohon-pohon dalamhutan itu tersiak daunnya dan masuklah Siau Ih menurun kedalam hutan.

  „Celaka!” Tan Wan yang berada jauh di belakang sana,mengeluh terkejut. Dengan gerak yan-cu-sam-jo-cui atauBurung Walet Tiga Kali Menyiak Air, dia berloncatan beberapakali. Tiba di muka hutan, dia lintangkan toya kiu-hap-kim-si-pang untuk melindungi diri dan menerobos masuk.

Tapi untuk kekagetannya, ternyata di dalam hutan itusunyi-sunyi saja keadaannya. Dengan gugup, dia menerjangke muka. Di luar hutan yang disebelah sana, adalah sebuahkarang yang menjulang tinggi, ditengah-tengahnya terdapatsebuah jalanan kecil yang amat sempit, kira-kiranya hanyasetombak lebarnya.

Siau Ih ternyata tengah berdiri tegak disitu, sembarilintangkan pedang di dada dia memandang tak berkesiap keatas dinding karang.

Bergegas-gegas Tan Wan menghampiri dan berseruperlahan-lahan: „Siau-heng ………” 

Siau Ih berpaling, sahutnya: „Wanita busuk itu memikataku kemari, tentulah memasang tipu muslihat."

Menyapukan pandangan keempat penjuru, dia tertawa jumawa, serunya: „Sekalipun memasang gunung golok pohonpedang, tak nanti dapat mengapa-apakan diriku.” 

Page 240: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 240/429

Page 241: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 241/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tahu bahwa asap hijau itu mengandung pasir beracun,Siau Ih tak berani membenturnya. Memperingatkan Tan Wan,dia menyurut ke belakang sembari putar pedang untuk 

membuyarkan asap itu. Kemudian memasukkan pedang kedalam sarungnya, dia dorongkan sepasang tangannya kemuka melancarkan angin lwekang.

Memang dalam keadaan terjepit, di belakang ada lautan apidi muka diserang pasir beracun, tiada lain jalan lagi baginyakecuali harus lekas-lekas menerjang. Dengan keputusan itu,diam-diam dia sudah kerahkan lwekang kian-goan-sin-kong keseluruh tubuh.

Selagi kedua anak muda itu bahu membahu siap-siaphendak menerjang dari jebakan musuh, tiba-tiba dari ataskarang berpuluh-puluh biji senjata rahasia thiat-yan (seritibesi) melayang berhamburan. Tersambar angin, mulut thiat-yan itu menyemburkan letikan api. Thiat-yan-thiat-yan ituberputar-putar di udara, lalu meluncur turun.

Thiat-yan atau burung-burungan seriti yang terbuat daribesi itu, tampaknya seperti hidup. Bukan melainkan dapatterbang seperti burung hidup, pun api yang disemburkan darimulutnya itu, benar-benar seperti burung seriti yangmenyemburkan ludah.

Dinding karang yang menjulang tinggi itu, pun berkilat-kilatmembara. Hanya dalam sekejap mata saja, dan kedua buahbatu besar yang terletak di atasnya itu, berobah menjadi

tembok api.

Untuk memperlengkapi kedahsyatannya, Kau-hun-sam-niocu Li Thing-thing ayunkan kedua tangannya, beberapa kalimenimpukkan asap hijau. Saat itu, keadaan lembah situseperti berobah menjadi sebuah neraka. Asap membubungtinggi, api berkobar menjilat-jilat.

Beberapa kali Siau Ih dan Tan Wan, coba menerjang

keluar. tapi selalu terhadang dengan taburan asap hijau yang

Page 242: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 242/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

membawa angin lwekang. Apalagi mereka harus menjaga dariserangan thiat-yan.

Dengan terlindung oleh lwekang kian-goan-sin-kong, SiauIh kerjakan kedua tangannya untuk menghantam kian kemari.Benar, setiap kali kawanan thiat-yan itu dapat dihancurkan,namun kelompok pertama belum habis dihancurkan,gelombang kedua sudah datang lagi.

Menghancurkan thiat-yan, menolak asap beracun danmemperhatikan keselamatan Tan Wan, benar-benar telahmembuat Siau Ih kalang kabut.

  „Bocah liar, kini baru kau tahu bagaimana kelihayannonamu,” teriak Kau-hun-sam-niocu dengan lengkingkegirangan.

Benar Siau Ih telah menduga bahwa wanita jahat itu tentuakan menggunakan tipu muslihat untuk menjebaknya ketempat itu, namun setitikpun Siau Ih tak mengira bahwamuslihat itu ternyata sedemikian ganasnya. Seketika

amarahnya, meluap-luap.  „Perempuan busuk, jika tubuhmu belum kucingcang,

rasanya belum puas hatiku," serunya dengan kalap.

 „Coba saja kalau kau masih dapat hidup nanti!" sahut Kau-hun-sam-niocu tertawa mengejek. Dan kembali dia timpukkanasap hijau.

Siau Ih menggerung keras. Tangan kiri didorongkan kemuka menghalau taburan asap hijau, tangan kanan bergerak menghantam untuk menghancurkan serbuan thiat-yan.

Dan menggunakan sejenak keluangan itu, secepat kilat diamerogoh keluar bumbung jarum kiu-tiap-ting-seng-ciam. Diasiap sedia akan menggunakan setiap kesempatan untuk menghancurkan Kau-hun-sam-niocu.

Page 243: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 243/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Melihat Siau Ih bergerak maju beberapa langkah, dengantertawa dingin, kembali si lelaki muka brewok lepaskanberpuluh-puluh thiat-yan.

Siau Ih dan Tan Wan, saling merapat satu sama lain.

Walaupun pada saat itu, Tan Wan sudah mandi keringat,namun dia terpaksa tak berani mengasoh. Toya kiu-hap-kim-si-pang diputarnya dengan gencar.

Sekonyong-konyong terdengarlah sebuah jeritan seram danentah apa sebabnya, lelaki brewok yang melepaskan thiat-yandari atas karang itu, melayang ke bawah.

Siau Ih yang sudah benci sekali kepada orang itu, cepathantamkan tangan kiri. Beberapa biji thiat-yan yang melayangtiba, segera hancur berantakan keempat penjuru. Menyusultangan kanan diangkat ke atas, serangkum jarum kiu-tiammenyambar ke arah lelaki brewok itu.

18. Penyelamat Tak Terduga   „Auuuuh,” mulut orang itu menjerit keras dan „bum” ……

kepalanya jatuh membentur karang, batok kepala hancur,benak berhamburan dan putuslah jiwanya. Sembilan batang  jarum yang dilepas Siau Ih tadi, semua tepat mengenaisasarannya.

Berbareng pada saat itu, dari atas karang sama terdengar

sebuah suitan nyaring. Menyusul sesosok tubuh warna kelabumelayang turun.

Begitu menginjak bumi, orang itu kebutkan lengan bajunyayang gerombyongan. Berpuluh-puluh thiat-yan yangmemenuhi udara itu, seketika menjadi hancur berantakan.

Siau Ih terkesiap dan mengawasi orang itu. Ternyata dia ituadalah iman tua yang bertubuh kecil kurus. Sebatang pedang

menyelip di belakang bahunya.

Page 244: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 244/429

Page 245: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 245/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Dendam permusuhan apa kau kandung terhadap keduaanak muda itu, hingga kau sampai perlu pinjam senjata hui-thian-hwat-yan dari murid Gan-li Cinjin Kho Goan-thang dan

menggunakan ceng-lin-tok-sat dari pihak Song-sat untuk membinasakannya? Kalau pinto tak mengingat prikasihkemanusiaan, terhadap manusia yang suka berbuat jahat danganas tak mengindahkan kaum angkatan tua seperti dirimuitu, tentu tadi-tadi sudah kubelah tubuhmu!"

Hui-thian-hwat-yan artinya senjata rahasia Burung-burungan seriti dari baja yang dapat beterbangan di udaradan menyemburkan api. Sedang Gan-li Cinjin Kho Goan-thangadalah salah seorang tokoh yang termasuk dalam golongansepuluh Datuk. Ceng-lin-tok-sat ialah senjata rahasia pasirberacun yang mengandung phosporus. Senjata rahasia inimenjadi milik kedua Song-sat.

Bahwa si imam tua itu dapat mengetahui asal usul dirinyadan kawannya si lelaki brewok itu, telah membuat Kau-hun-sam-niocu terkejut bukan kepalang. Matanya berkilat-kilat,

memandang si imam tua itu dari ujung kaki sampai ke ataskepala.

 „Turut perkataanmu yang begitu besar, rasanya kau tentuberani memberitahukan nama. Nonamu kepingin mintapengajaran nanti.” Li Thing-thing tertawa dingin.

Tertawalah si imam tua dengan lebarnya.

  „Huh, sungguh seorang budak yang tak kenal tingginyalangit dalamnya laut. Jangankan kau, sedangkan sepasangsuami isteri Li Ho itupun kalau bertemu dengan pinto, tentu juga menaruh perindahan!” 

Berkata sampai disini, wajah imam itu tiba-tiba berobahgelap dan dengan nada berat, berkatalah dia: „Mengingatdirimu tergolong angkatan lebih muda, kali ini pinto tak maumembikin susah. Nanti bila kau pulang ke gunungmu,

sampaikan saja pada suhumu bahwa Goan Goan Cu dari biara

Page 246: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 246/429

Page 247: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 247/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dari kesukaran itu bukan lain ialah Ay-to-jin Goan Goan Cu, itukepala biara Siang Cing Kiong yang sudah menghilang hampirduapuluhan tahun lamanya.

Tokoh yang mempunyai ikatan dengannya dan untuk menyelesaikan itu dia (Siau Ih) siang malam mengharap-harapdapat menjumpahi, kini secara tak disangka-sangka telahmuncul dihadapannya.

Begitu goncang perasaan Siau Ih, hingga sampai sekian  jenak dia tak dapat mengucap apa-apa. Kalbunya penuhdengan beraneka ragam perasaan, budi, dendam, penasaran

……. Adalah Tan Wan yang memperhatikan kerut wajah Siau Ih

kala itu, juga merasa heran. Pikirnya: „Aneh, dia itu. Terlepasdari bahaya, seharusnya bergirang, tapi mengapa dia tampak bergolak-golak warna mukanya ……” 

Saat itu Goan Goan Cu sudah berputar tubuh. Wajahnyayang kurus perok tapi mengandung perbawa itu, menampilkan

senyum ke arah kedua anak muda itu.  „Siapakah nama kalian ini dan menjadi anak murid siapa?

Mengapa sampai mengikat permusuhan dengan anak murid siLi Ho!" tegurnya dengan nada ramah.

Berhadapan dengan seorang koay-hiap (tokoh aneh) yangmempunyai kedudukan tinggi dalam dunia persilatan, saat itumulut Tan Wan serasa terkancing. Tubuhnya agak mengisar,

lalu pelahan-lahan menarik lengan Siau Ih. Pikirnya biarlahsang kawan itu yang me¬nyahutnya saja.

Tetapi ternyata Siau Ih pada saat itu seperti orang limbung.Bagai patung tak bernyawa, dia terlongong-longongmemandang jauh ke sebelah muka.

Mata Goan Goan Cu yang tajam segera melihat keadaanitu. Senyum yang menghias wajahnya tadi, serentak hilang

berganti dengan kerut yang kurang senang.

Page 248: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 248/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tan Wan terkejut. Kuatir kalau terbit salah paham yangdapat menimbulkan ‘salah urus’, buru-buru dia melangkahmaju lalu membungkukkan tubuh selaku memberi hormat.

 „Wanpwe Tan Wan dan ini sahabat Siau Ih …….” 

Belum lagi dia dapat menyelesaikan kata-katanya, Siau Ihsudah lantas tampil ke muka. Dengan mata berkilat dan wajahmenampil duka-marah, berserulah dia dengan nada getar:  „Idzinkanlah wanpwe lebih dahulu menghaturkan dosa danterima kasih atas pertolongan locianpwe!" Serta merta diamembungkukkan tubuh hingga mengenai tanah.

Sikap anak muda itu telah membuat Goan Goan Cuterkesiap. Ujarnya dengan heran: „Pinto baru pertama kali iniberjumpa, pertolongan apa yang telah kuberikan? Tapi menilik sahabat kecil tadi mengatakan hendak menghaturkan dosa,tentu masih ada keterangan selanjutnya lagi.” 

Siau Ih mendongak tertawa panjang.

 „Locianpwe sungguh bijaksana!" serunya dengan nyaring.

Keheranan Goan Goan Cu makin menjadi-jadi.

  „Kalau benar begitu, pinto bersedia mendengarkan,” serunya dengan alis menjungkat.

Wajah Siau Ih membesi. Tiba-tiba menyurut mundur tigalangkah, tangan kanan cepat sudah melolos pedang Thian-coat-kiam.

Kemudian melintangkannya ke muka dada, berserulah diadengan nada berat: „Sebagai seorang sakti dunia yangnamanya tergolong dalam sepuluh Datuk, tentulah locianpwedapat mengenal pedang wanpwe ini!"

Merasa heran dengan ucapan anak muda itu, sepasangmata Goan Goan Cu yang aneh itu berkilat memandang kearah pedang yang dicekal si anak muda. Selekas

pandangannya tertumbuk akan pedang yang memancarkan

Page 249: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 249/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sinar hijau bening laksana air telaga namun memancarkanperbawa yang menyeramkan itu, serentak tersurutlah GoanGoan Cu ke belakang.

  „Pernah apa kau dengan si Dewa Tertawa Bok Tong?"tegurnya dengan wajah kaget.

Tubuh lurus, kepala tegak, menyahutlah Siau Ih: „Itulahengkong wanpwe ………."

Goan Goan Cu, seorang imam yang sudah kuat semadhinyahingga tak mudah terpengaruh perasaannya itu, namun mautak mau menjadi tersirap darahnya juga. Sepasang matanyayang aneh itu, namun mau tak mau menjadi tersirap darahnya juga. Sepasang matanya yang aneh itu, terbeliak.

 „Jadi kau ……..” 

 „Wanpwe adalah Siau Ih!" tukas Siau Ih dengan melantang.

Ucapan itu telah membuat Goan Goan Cu menggigilpersendiannya. Menatap lekat-lekat, dia mengawasi anak 

muda itu dari bawah sampai ke atas.  „Pernah apa kau dengan Siau Hong?" serunya beberapa

saat kemudian.

Seketika wajah Siau Ih mengerut duka dan gusar. Balasmengawasi ke arah Goan Goan Cu, dia menyahut dengannyaring tetap: „Orang yang locianpwe katakan itu, adalahmendiang ayahku!"

Tubuh Goan Goan Cu tampak tergetar, wajahnya berobahsekali. Mundur lagi beberapa langkah, sepasang matanya tak berkesip memandang ke arah si anak muda. Jelas walaupunanak muda itu berusaha keras untuk berlaku tenang, namunsepasang matanya tak kuasa menyembunyikan rasa kedukaandan kemarahannya.

Tan Wan yang melihat tegas keadaan kedua orang yang

bersikap aneh itu, menjadi bingung tak keruan sendiri.

Page 250: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 250/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kala itu sudah menjelang petang, cuaca mulai gelap.Lautan api yang mengganas di dalam lembah itu masih terasapanas membara.

Walaupun tertingkah oleh cahaya api marong, wajah GoanGoan Cu masih tetap memucat. Perobahan yang mendadak itu, telah menggoncangkan sanubarinya.

Siau Hong, murid kesayangan yang menjadi ahliwarisnyaitu, kini sudah mempunyai keturunan. Kematian Siau Hongbenar tersebab surat fitnah, namun adanya Siau Ih di duniaini, suatu bukti yang cukup berbicara.

Shin-tok Lan dan Siau Hong nyata sudah melanggarkesusilaan.

Telah bertahun-tahun lamanya dia menyelidiki perkara itudan memang muridnya itu telah dicelakai orang, tapi siapayang melakukan, tetap belum jelas. Tuduhan berat memangterjatuh pada diri Siao-sat-sin Li Hun-liong, tapi dikarenakanbelum ada bukti-bukti yang kuat, jadi diapun tak mau

sembarangan bertindak.Tempo berjalan dengan cepatnya. Belasan tahun telah

lampau dan dunia persilatanpun sudah mulai melupakan halitu.

Namun selama peristiwa fitnah itu belum dibikin terang,Goan Goan Cu tetap tak tenteram hatinya. Memandang kearah pemuda yang tegak dengan wajah penuh dendam duka

itu, pikirannya kembali terbayang akan adegan yang tragis dibiara tua di gunung Hoasan dahulu itu.

Sementara sang mata beralih memandang ke arah lautanapi di dalam selat lembah di belakangnya sana, tanpa terasamulutnya mengingau: „Anak murid Gan Li telah binasa secaramengenaskan, lalu dihanguskan oleh api pula, ini ……..” 

Wajah Goan Goan Cu tiba-tiba membayangkan kedukaan

hebat.

Page 251: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 251/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Mengira imam itu terkenang akan sang ayah (Siau Hong),Siau Ih pun seperti tersajat hatinya. Air mata yang tadisedapat kuasa ditahannya, kini berketes-ketes turun

membasahi leher bajunya.Tiba-tiba terdengarlah suara "bum" yang keras, serangkum

angin panas meniup datang. Goan Goan Cu, Siau Ih dan TanWan terkejut lalu loncat mundur.

Hutan yang tumbuh di belakang lembah itu telah dimakanapi. Sebatang demi sebatang, pohon-pohon sama berdebum-debum jatuh. Asap bergulung-gulung tinggi membawa bunga

api yang berhamburan di udara.Pemandangan itu telah menggugah lamunan Goan Goan

Cu, siapa lalu mendongak dan tertawa nyaring. Sebuahtertawa yang melengking menembus ke atas awan.

Siau Ih tercekat dan cepat-cepat beraling ke arah GoanGoan Cu. Didapatinya wajah imam tua itu membesi dan mataberkilat-kilat tengah memandang kepadanya.

Suatu pandangan yang berarti hingga Siau Ih menyurutsetengah langkah lalu palingkan pedang ke muka dada.

  „Apakah locianpwe hendak memberi pelajaran padaku?"tanya Siau Ih.

Suatu pertanyaan yang sederhana, namun dalam telingaGoan Goan Cu berlainan rasanya.

Sejenak agak tertegun, wajah Goan Goan Cu kembali gelapdan dengan nada berat berseru: „Hal yang paling dijunjungtinggi oleh kaum persilatan, ialah hubungan antara suhu danmurid. Siau Hong adalah ahliwaris pinto satu-satunya. Kaupuntadi membahasakan cianpwe padaku. Tapi kata-katamu ituamat menusuk!"

Wajah Siau Ih pun berobah keras, sahutnya: „Apa yangcianpwe ucapkan itu memang benar. Tapi rasanya wanpwesudah banyak menerima wejangan akan hal itu. Mendiang

Page 252: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 252/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

ayahku karena menjunjung ajaran itu, telah bunuh diri denganpenasaran. Kemudian akibatnya, almarhum mamaku pun matimereras, wanpwe hidup sebatang kara. Kesemuanya itu,

adalah gara-gara dalil ‘hubungan suhu dan murid’ itu.Karenanya, pandangan wanpwe mengenai ajaran itu, amatberbeda. Cianpwe adalah seorang sakti dikolong jagad,tentulah dapat memberi kuliah ajaran padaku!"

Rendah bahasanya, namun telinga Goan Goan Cu sepertiditusuk-tusuk jarum. Wajah berobah, sejenak dia diamterpaku. Pada lain saat, tiba-tiba dia kedengaran menghelanapas.

 „Sudahlah! Walaupun kau tak menghormat pinto, tapi rasakesayangan itu tak dapat kehilangan sumbernya. Apalagi kaubukan segolonganku, jadi tak dapat mempersalahkanmu.Bagaimanapun perkembangannya nanti, pinto tetap berusahake arah kebaikan!"

Siau Ih membungkukkan tubuh, berseru lantang: ,,Atasbudi kecintaan cianpwe, wanpwe menjunjung tinggi. Apabilanantinya memang ternyata mendiang ayahku itu berdosa,wanpwe rela memikulnya!"

Goan Goan Cu tertawa rawan, ujarnya: „Hukum keadilanitu hanyalah berlaku pada manusia yang masih hidup. SemogaTuhan meridhoi agar perkara dendam penasaran ini dapatdiselesaikan sebagaimana mestinya. Hitam putihnya, kelak pasti akan ketahuan. Rasanya sang waktupun tak lama lagi

…….” 

Berkata sampai disini, tiba-tiba Goan Goan Cu terhenti, lalubertanya: „Menilik kau mengambil jalan sini, rasanya tentuakan menuju ke Tiam-jong-san, bukan?"

Siau Ih mengiakan.

  „Bila menghadap kakekmu nanti, sampaikan padanya,

  jangan lupa peristiwa di Siang Ceng Kiong tempo hari. Pintotakkan mengecewakan orang dan tak mau dibikin kecewa

Page 253: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 253/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

orang. Tak lama lagi, pinto tentu akan menemuinya untuk mengakhiri segala budi dendam. Nah, cukup sekian, mudah-mudahan kita masing-masing selalu selamat!"

Tanpa menunggu penyahutan Siau Ih, sekali kibaskanlengan baju, ketua biara Siang Ceng Kiong itu sudah ayunkantubuh menghilang dalam kegelapan.

Siau Ih terlongong-longong dilamun berbagai perasaan.

Meniupnya angin malam, telah membuat Tan Wan yangsedari tadi terlongong mengawasi saja, menjadi tersadar. Jelasbaginya kini, bahwa antara Siau Ih dengan Goan Goan Cutadi, terdapat hubungan budi dan dendam yang berliku-liku.Kini terhadap pribadi dan keperwiraan penolongnya (Siau Ih)itu, dia makin mengindahkan sekali.

  „Siau-heng, Goan Goan Totiang sudah pergi!" bisiknyaseraya menghampiri dan menepuk bahu anak muda itu.

Siau Ih menghela napas dalam. Pelahan-lahan diapalingkan kepala: „Bertahun-tahun diharap, sekali bertemu,hanya menambah kedukaan saja …….” 

  „Segala apa harus diterima dengan lapang hati, jangankeliwat dipikir susah-susah," Tan Wan menghiburnya.

  „Untuk urusan lainnya, memang tepat begitu. Tapiterhadap dendam ayah bunda, bagaimana aku dapatmelupakan?" Siau Ih menghela napas.

  „Sejak Siau-heng menolong jiwaku, sampai sekarangapabila kulihat Siau-heng termenung, walaupun aku turutprihatin tapi tak berani membuka mulut. Tadi setelah GoanGoan Cu muncul, barulah sedikit banyak siaote mengetahuikeadaan Siau-heng. Yang dikata sahabat sejati itu, adalahsusah-senang dibagi bersama. Oleh karena Siau-heng sudahsudi menerima penghambaan siaote, maka sudilah kiranya juga membagi kesusahan hati pada siaote!"

Page 254: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 254/429

Page 255: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 255/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Untuk jangan membuat orang kaget, terpaksa Siau Ih danTan Wan berjalan biasa. Kira-kira berjalan belasandisepanjang jalan besar, tibalah keduanya disebuah kota kecil.

Sekalipun terletak ditempat yang mencil, kota pedalamanitu cukup ramai. Keduanya mencari hotel. Setelah dahar danmembeli dua ekor kuda lengkap dengan rangsum kering,sorenya mereka lanjutkan perjalanan lagi.

Dalam perjalanan itu mereka cukup menikmatipemandangan alam yang menghibur hati. Dan singkatnyasaja, setelah belasan hari menempuh perjalanan, gunung

Tiam-jong-san yang membujur seluas tigaratusan li ditengahpropinsi Hunlam, sudah tampak di depan mata.

Kedua anak muda itu keprak kudanya cepat-cepat.Menjelang petang, tibalah mereka di kota Tay-li-koan. Disinimereka menginap semalam.

Keesokan harinya, karena tak leluasa mendaki gunungdengan berkuda, kedua ekor kuda mereka titipkan di hotel.

Oleh karena ingin lekas-lekas menyambangi kuburan ibunya,maka begitu berada di luar kota yang sepi, Siau Ih segeragunakan ilmu berlari cepat.

Kota Tay-li-koan tak berapa jauh dari Tiam-jong-san, makatak berapa lama kemudian, mereka sudah berada dikakigunung itu. Sewaktu mendaki ke atas, ternyata gunung itumenjulang tinggi dengan megahnya, alam pemandangan

indah permai berhiaskan hutan belantara yang lebat.Si Dewa Tertawa telah memberikan keterangan jelas letak 

tempat kediaman si Rase Kumala, tapi karena terburu-burudan berat merasakan akan berpisah, Siau Ih sudah tak menanyakan jelas. Kini dihadapi dengan keadaan pegununganyang membentang luas, penuh dengan hutan belantara itu,dia terpaksa tertegun.

Waktu Tan Wan menyusul datang, dia lantas menanyakanapa sebab sang kawan berhenti disitu.

Page 256: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 256/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

 „Ah, waktu turun gunung aku sudah tak menanyakan jelasletak lembah Liu-hun-hiap kepada engkong luar. Untuk mencari sebuah tempat pada gunung seluas begini, mungkin

tiga hari tiga malam belum tentu bertemu!” kata Siau Ih.Tan Wan menyatakan bahwa sesuai dengan namanya,

tentulah si Rase Kumala itu berdiam disebuah lembah yangterpencil. Asal dicari tentu ketemu.

Siau Ih mengiakan dan segera ajak kawannya menyusup kedaerah pedalaman gunung. Namun setelah tiba jauhdipedalaman, tetap mereka belum menemukan lembah itu.

Untuk melepaskan kekesalan hatinya, Siau Ih bersuit panjang.Nadanya berkumandang jauh diempat penjuru. Jauh

memandang ke barisan puncak dan saluran air yangmembentang malang melintang. Siau Ih menghela napaspanjang.

  „Sejauh mata memandang hanya barisan gunung yangtampak, ah, dimanakah rumahku ………?” 

Tan Wan ikut berduka dan menghiburi sang kawan.

Begitulah kedua anak muda itu, sesaat sama tegak terpakudi atas sebuah karang buntu. Jauh disebelah bawah,terbentang jurang yang cu¬ram.

Tiba-tiba terkilas sesuatu pada pikiran Tan Wan.

 „Siau-heng, telah siaote katakan tadi bahwa karena tempat

kediaman Shin-tok locianpwe itu disebut lembah, tentulahdisitu terdapat gunung dan air. Tempat kita ini sebuah karangyang tinggi, dan di bawahnya terdapat aliran air, jangan- jangan inilah Liu-hun-hiap!"

Namun Siau Ih hanya tersenyum getir dan menyatakanbahwa Liu-hun-hiap adalah sebuah tempat kedewaan yangindah, bukan serawan seperti ini.

Page 257: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 257/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Namun Tan Wan tetap membantahnya. Tempat kediamantokoh seperti si Rase Kumala, tentulah memilih yang sepi dantenteram.

  „Apa yang Tan-heng katakan itu memang benar. Namunsungai jurang itu amat lebar sekali, sekalipun engkongmemiliki kepandaian sakti, rasanya sukar juga untuk melompatinya ……” 

  „Tempat ini benar berbahaya, tapi sangat luas. Kalau kitamenyelidiki, mungkin ada sesuatu jalan," tukas Tan Wanseraya menarik lengan Siau Ih diajak berjalan kesebelah kiri.

Setelah berjalan entah berapa lama, tiba-tiba Tan Wanberseru: „Siau-heng, tu lihatlah!” 

Dengan berdebar-debar Siau Ih memandang ke muka.Pada tepi karang yang terpisah lima tombak jauhnya, tampak ada seutas rantai besi yang sebesar telur itik. Rantai itumenyambung sampai ke karang sebelah sana. Kedua ujungrantai itu, dipaku pada karang.

Rantai itu tergantung di atas sungai jurang, bergontaiankian kemari. Girang Siau Ih bukan kepalang.

Ternyata rantai itu basah dengan embun, jadi licin sekali.

Kembali Siau Ih mengerut alis berkata: „Kedua tepi karangini terpisah begitu jauh dan rantai ini amat licinnya. Sekaliterlepas, orang pasti akan jadi tahi-udang di dalam jurang…...” 

Siau Ih terhening, memandang terkesiap pada Tan Wan.

 Yang tersebut belakangan ini mengerti apa yang dipikirkanSiau Ih. Dia tersenyum: „Harap Siau-heng jangan kuatirkandiri siaote. Suhuku bergelar sin-seng-bu-ing (malaekat tanpabayangan). Siaote mendapat julukan Liok-ci-sin-bi. Bi adalahsejenis kera, jadi amat tangkas. Jalan yang tampak berbahayaitu, rasanya takkan mempersulit siaote!"

Page 258: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 258/429

Page 259: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 259/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Mendengar itu Siau Ih amat girang. Belum lagi diamenyahut, sesosok bayangan sudah muncul beberapa meterdisebelah mukanya.

Seorang pemuda kira-kira berumur 26-27 tahun tegak berdiri menghadang. Pemuda itu mengenakan baju dan celanapendek warna hijau, alis tebal mata bundar. Dadanya lebarkokoh, tegak bercekak pinggang.

Siau Ih buru-buru menghampiri maju dan memberi hormat,serunya: „Mohon saudara sudi menyampaikan, bahwa anak piatu dari orang she Siau hendak mohon menghadap."

Diambilnya sepucuk surat pemberian si Dewa Tertawa sertabatu Kumala yang pernah diberikan Siau Hong kepada Shin-tok Lan selaku panjar kawin tempo dahulu. Kedua benda itudiberikan kepada pemuda tadi.

Pemuda itu terkejut juga mendengar kata-kata ‘anak piatudari orang she Siau’ tadi. Dan demi melihat kedua barangyang diangsurkan Siau Ih, dia makin terkesiap memandang

Siau Ih.  Akhirnya berselang beberapa jenak kemudian, barulah

pemuda itu menyambuti surat dan kumala, katanya sambilmengangguk: „Sudah duapuluhan tahun majikanku tak pernahmenerima barang seorang tamu, tetapi .......

Dia terhening sejenak, memandang Siau Ih lalu berkatapula: „Harap tuan berdua tunggu sebentar, aku hendak 

melaporkan dulu!"Dengan tangkasnya, orang itu sudah lantas lari pergi.

Siau Ih dan Tan Wan kagum melihat kegesitan pemuda itu.

Sepeminum teh lamanya, pemuda itu masih belum kembali.Siau Ih gelisah dan baru saja dia hendak mengatakan sesuatupada Tan Wan, tiba-tiba pemuda baju hijau sudah muncul.

Page 260: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 260/429

Page 261: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 261/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

19. Si Rase Kumala

Ketika pemuda penunjuk jalan itu menekan dengan jarinya,kedua buah daun pintu batu yang berat itu terbuka pelahan-lahan. Begitu masuk, Siau Ih dan Tan Wan segera tertumbuk dengan cahaya terang.

Sebuah padang yang subur dengan rumput dan bungaberaneka warna, terbentang dihadapan. Angin mendesir,bunga berlomba-lomba mengadu kecantikan, batang bambuberbaris dengan daunnya yang rindang. Di bawah tempatyang teduh, samar-samar tertampak sebuah pondok.

Sampai pada detik itu, barulah Siau Ih percaya apa yangdiucapkan si Dewa Tertawa dahulu. Keindahan selat Liu-hun-hiap itu benar-benar seperti sebuah lukisan.

Siau Ih yakin itulah Kam-jui-suan, pondok tempatpertapaan enkongnya Iuar si Rase Kumala Shin-tok Kek.Membayangkan bagaimana sebentar lagi dia bakal berjumpadengan engkongnya yang belum pernah dilihatnya itu, hati

Siau Ih berdebar keras.Sepintas terbayanglah dia akan makam almarhum

mamanya. Sesaat tertegun, dia termangu-mangu sepertiterpaku di tanah.

Juga Tan Wan pun tak luput dari kegoncangan hati. Betapatidak? Sejenak lagi dia bakal berhadapan muka dengan tokohtermasyhur yang memiliki kepandaian sakti dan berperangai

aneh. Bagaimana sikap tokoh yang menggetarkan duniapersilatan itu?

Tampak kedua pemuda itu tertegun mengandungkesangsian, tertawalah penunjuk jalan tadi, serunya:  „Majikanku tengah menunggu, harap kalian berdua ikutpadaku.” 

Teguran itu telah membuat Siau lh berdua tersadar, buru-

buru dia menghaturkan terima kasih.

Page 262: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 262/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Demikianlah mereka bertiga berjalan pula dengancepatnya. Setelah melalui padang bunga yang semerbak,mereka segera tiba di muka sebuah pondok yang bersih.

Pondok itu terdiri dari lima buah ruangan besar kecil,sederhana tapi cukup terawat resik. Pada pintu yang tertutuptirai, di atasnya tergantung sebuah papan besar bertuliskantiga buah huruf 

"Kam Jui Sian"

Di kedua samping pintu terdapat sepasang sajak daribambu, berbunyi demikian:

Bebas dari kemilikan, lepas tiada terikat, adalah laksanasalju cair di api air tertimpa matahari.

Pandangan mata yang lepas, hati nan bebas, setiap waktudapat menikmatl bayangan langit dipermukaan air.

Melihat itu, diam-diam Siau Ih membatin bahwa sekalipunengkongnya itu tinggal mengasingkan diri, namun merasabebas lepas dari urusan duniawi. Menandakan bahwa si RaseKumala itu seorang pemuja keindahan hidup bebas.

Tiba di muka pondok, tiba-tiba tirai itu tersingkap danmuncullah pula seorang pemuda bercelana pendek warnahijau memberi hormat kepada Siau Ih berdua, ujarnya: „Majikan kami mempersilahkan kongcu berdua masuk."

Pemuda pertama yang menjadi penunjuk jalan tadipunsegera menjajari kawannya yang baru muncul itu, tegak berdiri di kanan kiri pintu sambil menyingkap tirai.

Setelah mengucap terima masih, Siau Ih ajak Tan Wanmelangkah masuk. Di dalam ruangan itu, terdapat sepasangpintu angin terbuat dari batu marmer putih berlukiskanpemandangan alam.

Dibalik pintu angin itu, terdapat sebuah ruangan yangindah. Meja kursi di itu, terbuat daripada batu kumala hijau.Beberapa buah lukisan pelukis ternama, menghias dinding.

Page 263: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 263/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebuah tempat perapian dan tempat alat minum dan lain-lainbenda yang antik (kuno). Ruangan itu dipisahkan menjadi duaoleh sebuah tirai berukirkan lukisan bunga.

Siau Ih dan Tan Wan masuk ke dalam lagi. Ruangan disitulebih menyengsamkan lagi. Sebuah meja yang terbuat dari jalinan akar pohon yang berumur seratusan tahun, dengan diatasnya terdapat sebuah alat khim dan empat sudut kamarnyaberjajar beberapa pohon bunga yang aneh. Sederhanasekalipun hiasannya, namun ruangan yang cukup sedangbesarnya itu, menjadi sebuah tempat yang tenteram suci.

Di dekat dinding terbentang sebuah tempat duduk darikayu mahoni yang bertutupkan selembar tikar dari anyaman  jenggot naga. Disitu tengah duduk seorang yang berwajahagung. Dilihat dandanannya, dia itu mirip dengan orangterpelajar, usianya disekitar empatpuluhan tahun. Dia tengahmemegang sepucuk surat dan sebuah kumala, wajahnyamerenung dalam.

Walaupun belum pernah bertemu muka, tapi sepintaspandang dapatlah Siau Ih menduga bahwa orang itu tentuengkongnya sendiri. Melangkah maju ke muka tempat duduk,dia menjurah memberi hormat, ujarnya: „Cucu luar Siau Ih,mengunjuk hormat pada engkong!"

Memang orang terpelajar itu bukan lain ialah orang tuayang telah kehilangan puterinya, kemudian mengasingkan dirime¬yakinkan sin-kang (ilmu sakti), si Rase Kumala Shin-tok 

Kek. Pelahan-lahan tampak tokoh itu mengangkat kepalasepasang matanya yang memancarkan sinar penuh perbawa,agak dibukanya.

Lebih dahulu memandang ke arah Tan Wan yang tengahberlutut disamping pintu, baru kemudian mengalihkanpandangannya ke arah Siau Ih, lalu berkata dengan nadaberat: „Angkatlah kepalamu ke muka!"

Siau Ih mengiakan.

Page 264: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 264/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Demi dia mendongak, tampak si Rase Kumalamemandangnya lekat-lekat, dari ujung kaki sampai ke ataskepala. Rupanya dia tengah mencari sesuatu pada anak muda

itu.Beberapa jenak kemudian, dia tiba-tiba ulurkan tangannya

kanan yang halus mengelus-elus kepala Siau Ih. Ujarnyadengan didahului helaan napas: „Anak mengganti ayah, itusudah sewajarnya. Kau mirip benar dengan Siau Hong."

Berkata sampai disini, sepasang alisnya yang melengkungbagai batang pedang itu tampak agak menyungkat, lalu

katanya pula: „Apa maksudmu datang kemari?” Beberapa butir air mata menitik dari pelapuk Siau Ih,

sahutnya dengan sayu: „Menghadap pada engkong, menebarbunga dikuburan mama dan masih lagi …… dendam ayahbunda yang harus dihimpaskan. Atas titah kakek DewaTertawa, Ih-ji disuruh menghadap kepada engkong untuk mohon petunjuk."

Mendengar kata itu, wajah si Rase Kumala agak berobah,menampilkan rasa benci. Dengan menganggukkan kepala diaberkata: „Puluhan tahun tetap tak melupakan, menandakanbahwa kau mempunyai rasa bakti terhadap orang tua. Hanyasaja …..... sejak berpisah tempo dahulu, mengapa dia si Bok Tong itu menyembunyikan diri. Pula, mengapa baru hari inidia mengatakan tentang dirimu."

Tak kurang rawannya, Siau Ih menjawab: „Kata kakek karena peristiwa mamaku itulah maka dia malu menemuiengkong ……” 

Belum lagi dia selesaikan kata-katanya, si Rase Kumalasudah menukasnya dengan sebuah tertawa nyaring. Nadaketawanya melengking menyusur atap.

Puas tertawa, berkatalah dia dengan nada geram: „Jika

benar dia mempunyai perasaan begitu, mengapa tak dulu-dulumembunuh diri saja?” 

Page 265: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 265/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Benar si Dewa Tertawa itu bukan orang tuanya sendiri,namun karena diasuh dan dirawat berpuluh tahun, rasanyakecintaan Siau Ih terhadap orang tua itu sudah sangat

mendalam. Mendengar engkongnya seperti menyesaliperbuatan si Dewa Tertawa. Siau Ih tidak puas.

 „Apa yang terjadi tempo dahulu, baik jangan diungkat lagi.Taruh kata beliau benar bersalah karena lalai melindungiibuku, tapi beliau orang tua itu sudah menebus dosanya.Belasan tahun mengasing diri di pegunungan sepi, relamelepas kewajibannya sebagai orang persilatan, rela pulamemikul beban sukar untuk merawat dan mengasuh seoranganak piatu. Perbuatan itu rasanya sudah cukup untuk membayar kedosaannya. Apalagi, masih beliau mengantarkan  jenazah mamaku ke Tiam-jong-san dan bersedia untuk menerima hukuman. Mengapa beliau tak dulu-dulumengemukakan perihal diri Ih-ji, rasanya engkong tentumaklum sendiri. Maafkan, Ih-ji hendak kelepasan omong.Manusia itu bukan dewa, bagaimanapun juga sesekali tentu

takkan terluput dari kesalahan, engkong kau ………..” Baru berkata sampai disini, tiba-tiba si Rase Kumala

memberi isyarat supaya Siau Ih berhenti bicara. Wajah tokohaneh ltu menampilkan kekerenan.

Siau Ih terkesima.

Sekonyong-konyong mata si Rase Kumala menyapu ke arahTan Wan. Mulutnya tampak bergerak-gerak seperti hendak 

mengatakan sesuatu.

Tan Wan yang sejak masuk di ruangan itu terus berlutut dibelakang Siau Ih, kini buru-buru mengisut ke muka lalumenganggukkan kepalanya berkata: „Wan-pwe Tan Wandengan hormat datang menghadap."

Siau Ih heran juga terhadap sikap engkongnya yang anehitu. Kuatir kalau terbit salah paham, buru-buru dia memberi

Page 266: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 266/429

Page 267: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 267/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

adalah aku mempersalahkan kau atau tidak! Kukira kau tentusudah banyak mendengar tentang sepak terjang engkongmuini dahulu. Mungkin orang menganggap aku ini seorang yang

berhati dingin berwatak aneh tak mengenal budi kecintaan.Tapi pada hakekatnya tidak begitu halnya. Benar setiaptindakanku itu sepintas pandang hanya seperti menurutikepuasan hatiku saja. Namun sebenarnya setiap apa yangkulakukan itu, telah kupertimbangkan masak-masak.Kuadakan garis tajam mana budi mana dendam, tak nantikulalaikan cengli (nalar). Dan, ketahuilah bahwa aku iniseorang yang paling menjunjung ikatan rasa kecintaan.

Ucapanmu tadi memang bersifat pembelaan, tapi keluar darihati sanubarimu. Manusia tetap takkan melupakan ikatankebaikan.” 

Sampai disini, barulah membuktikan sendiri bahwaengkongnya itu benar-benar seorang biasa dengan watak yang luar biasa Kini tak berani lagi dia membantahnya.

Saat itu, mendadak si Rase Kumala angkat tangannya

memukul tiga kali dan masukkan kedua pemuda bercelanapendek tadi.

  „Inilah cucuku luar Siau Ih dan ini sahabatnya Tan Wan,"katanya sembari menuding pada Siau Ih dan Tan Wan. Keduapemuda bercelana pendek itu tersipu-sipu memberi hormatdan menyebut kongcu (tuan muda) pada Siau Ih berdua.

Kemudian si Rase Kumala memperkenalkan kedua

orangnya itu kepada Siau Ih berdua.

  „Dia bernama Liong-ji." katanya sambil menunjuk kepadapemuda berparas cakap, Liong-ji artinya si Naga.

Kemudian menuding ke arah pemuda yang bermata bundarbesar, beralis tebal dia berkata: „Dia bernama Hou-ji (siHarimau). Sejak kecil mereka berdua ikut padaku. Karenatiada berorang tua dan tiada mempunyai she, maka ikut aku

Page 268: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 268/429

Page 269: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 269/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Benar juga ditengah ruangan itu, terdapat sebuah makamdari batu marmar hijau. Di muka makam, terdapat sebuahbatu nisan bertuliskan:

 ‘Makam puteriku tercinta Lan-ji'

Tak dapat lagi Siau Ih membendung air matanya yangmembanjir turun. Segera dia masuk dan bertekuk lututmenangis tersedu-sedu. Ratap tangis dihutan bunga nan sunyisenyap itu, telah menimbulkan suatu suasana haru rawan.

Tan Wan, Shin-tok Liong dan Shin-tok Hou ikut-ikutanmenetes air mata.

Puas menangis, Siau Ih mencabut pedang thiat-coat-kiam.Melintangkannya di dada, dia segera mengikrarkansumpahnya untuk membalas dendam ayah bunda.

Habis bersumpah, digunakannya pedang itu pada jaritengah. Beberapa titik darah menetes di muka batu nisan.Kemudian setelah bersujud dengan khidmatnya, barulah diaberdiri.

Tan Wan segera memberi hormat.

Begitulah setelah agak lama mengelu-elu makam mendiangibunya, barulah Siau Ih dan kawan-kawan kembali ke pondok.

Karena berjumpa dengan cucu satu-satunya, waktu makansiang, si Rase Kumala sengaja datang menemani. Untuk pertama kali sejak kehilangan puteri kesayangannya, barulah

saat itu dia merasa gembira, namun pada lahirnya dia tetaptenang.

Selama makan itu, disuruhnya Siau Ih menuturkan masakecilnya serta pengalamannya selama turun gunung itu.

Diam-diam si Rase Kumala puas akan pengorbanan si DewaTertawa mendidik anak itu. Tapi demi mendengar sampai dibagian Siau Ih bertemu dengan Goan Goan Cu, si Rase

Page 270: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 270/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kumala menyela dengan kejutnya: „Masakah ia mandah sajamenerima kata-katamu yang menusuk hati itu?"

Merenung sejenak, Siau Ih menerangkan bahwa disaathendak pergi, kepala biara Siang Ceng Kiong itu titip omonganpadanya, kelak dia tetap akan menyelesaikan peristiwa diSiang Ceng Kiong tempo dahulu.

Mendengar itu, si Rase Kumala tertawa dingin, ujarnya: „Kematian mendiang ayahmu itu, terang dicelakai orang. Tapisiapa durjana itu, hingga kini masih belum ketahuan. Justruinilah yang menjadikan kita, angkatan tua, merasa malu. Kini

sudah berselang puluhan tahun, namun dia (Goan Goan Cu)masih berlagak tinggi. Yang nyata biar bagaimana juga, diatak terluput dari kesalahan telah menghukum murid secarasewenang-wenang. Selebihnya, apa yang diucapkan ituhanyalah sebagai pelabi (alasan) menutup malunya saja.''

Sebenarnya saat itu, demi melihat wajah engkongnyamenampilkan dendam kemarahan, Siau Ih sudah lantas mauminta petunjuk untuk rencana melakukan pembalasan.

Tapi kala itu, si Rase Kumala mempunyai pikiran lain.Ditatapnya anak muda itu lekat-lekat.

 „Ibumu adalah anak perempuanku tunggal, sementara kauadalah satu-satunya darah dagingnya. Harapanku ialahhendak menjadikan kau seorang manusia gemblengan. Kaummuda di kalangan persilatan, walaupun lebih dahulu belajar

ilmu silat, tapi sekali-kali tak boleh meninggalkan ilmu sastera.Kedua hal itu, harus dituntut bersama barulah dapat dikatasempurna jasmaniah dan rokhaniah. Yang dibilang ilmu, ialahilmu silat dan ilmu sastera itu. Untuk mencapai kedua hal itu,pertama-tama harus melatih watak pribadi. Hanya sajamembentuk kepribadian itu laksana menempa emas. Beratuskali menempanya, barulah dapat sempurna.” 

  „Kau memiliki kecerdasan dan berbakat bagus. Apalagi

sejak kecil telah mendapat warisan seluruh kepandaian si Bok 

Page 271: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 271/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tong. Ibarat pisau, makin tajam makin berbahaya kalau salahyang menggunakan, kaupun demikian juga. Setelah memilikiilmu silat yang tinggi, haruslah membentuk kepribadian yang

kuat. Oleh karena itu, sejak hari ini kusuruh kau tinggal dipondok Chui-hun-lou yang berada di belakang selat ini. Tiaphari akan kuberimu pelajaran surat. Kuberi batas waktu satutahun, kalau selama itu kau mematuhi apa yang telahkutetapkan itu, kelak seluruh kepandaianku akan kuberikansemua padamu. Kemudian kauboleh turun gunung melakukanpembalasan. Tapi ingat, selama setahun itu, kau hanyadiperbolehkan bergerak seluas sepuluh tombak di muka

pondok itu. Apabila berani melanggar, akan menerimahukuman berat."

Siau Ih tak menyana sama sekali bahwa engkongnyamengemukakan hal seperti itu. Benar engkongnya itumempunyai maksud baik, tapi dalam kebatinan Siau Ihmengeluh. Masakah untuk membalas sakit hati orang tuanya,dia harus belajar sastera sampai satu tahun lamanya.

Namun demi memperhatikan wajah sang engkongmengerut keren, dia bercekat dalam hati. Tanpa terasa, diatundukkan kepala dan menelan kembali kata-kata yangsedianya hendak diajukan.

Si Rase Kumala bukan bintang cemerlang dari sepuluhDatuk, kalau dia tak dapat membaca hati cucunya itu.

 „Apakah kau merasa enggan?" tanyanya dengan berat.

Dalam kejutnya Siau Ih buru-buru mendongak danmenyahut lantang: „Ih-ji tak berani menentang, hanya ……..” 

Dia berhenti sejenak, tapi ketika hendak melanjutkan lagidilihatnya wajah si Rase Kumala berobah membesi, sepasangmatanya membeliak. Dengan isyarat tangan, tokoh itu segeramenukas: „Karena tiada keberatan, baik jangan banyak omong lagi!” 

Habis itu, segera dia panggil Shin-tok Liong.

Page 272: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 272/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Bawalah adikmu Ih ini ke Jui-hun-lou sana. Selama satutahun, baik mengenai pelajaran yang kutetapkan dan makanpakainya, kaulah yang mengurus. Tapi dia dilarang keluar

seluas sepuluh tombak dari pondoknya. Apabila beranimelanggar, aku akan minta pertanggungan jawab padamu,"katanya.

Shin-tok Liong terkesiap. Dengan penuh keheranan diamelirik ke arah Siau Ih, tapi baru saja dia berniat membukamulut, si Rase Kumala sudah mengisyaratkan supaya dia lekaskerjakan apa yang diperintahnya itu.

Dengan agak mendongkol, Siau Ih berbangkit, katanya: „Titah engkong itu, Ih-ji tak berani membantah, tapi …….” 

 „Apa isi hatimu, aku cukup mengerti. Benar sakit hati orangtua itu, harus diutamakan. Tetapi ketahuilah, bahwa kematianayahmu itu mempunyai sebab-akibat yang berliku-liku. Danlagi orang orang yang tersangkut, bukan tokoh sembarangan.Sekali terjadi penyelesaian, tentu akan menimbulkankegoncangan besar yang belum pernah terjadi di duniapersilatan. Pun pihak lawan itu dapat menyimpan rahasia itusebaik-baiknya. Untuk menjaga gengsi, aku tak beranibergerak sembarangan. Harus mempunyai rencana yangcermat, baru boleh bertindak. Selamanya aku tak mau berbuatkalau belum mempunyai pegangan yang meyakinkan. Tentangbagaimana sifat seluk-beluknya itu, kelak kau pastimengetahui sendiri. Pendek kata, pasti tak membuatmu

kecewa ……."Tiba-tiba dengan bergelora, Siau Ih menyela: „Pihak lawan

yang engkong maksudkan itu, tentulah durjana yangmencelakai ayah. Menurut gejala pada masa terjadinyaperistiwa itu, apakah Siao-sat-sin Li Hun-liong tiadatersangkut?"

Dengan penuh perhatian, Siau Ih menunggu jawaban yang

positif dari engkongnya. Tapi di luar dugaan, si Rase Kumala

Page 273: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 273/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tertawa dingin, serunya: „Bukti apa yang kau dapatkemukakan bahwa Li Hun-liong yang melakukan hal itu?"

Pertanyaan itu telah membuat Siau Ih bungkam dalamseribu bahasa. Sesaat kemudian kembali si Rase Kumalamenghela napas panjang.

  „Aku tak mau main menyangka saja, tapi harus memilikibukti yang kuat, baru dapat menuduh positif. Kedua song-satitu bukan tokoh picisan, tentu mereka tak begitu saja mandahmelihat puteranya dicelakai orang. Dan taruh kata memangberbukti anak itu yang berbuat, juga harus diselesaikan

dengan pertandingan jiwa. Belasan tahun aku menyikap diriditempat yang sepi sini, bukan berarti sudah melupakandendam itu. Sedianya tiga tahun lagi, aku hendak turungunung untuk yang kedua kalinya guna menghabiskandendaman itu. Kini sekall pun rencana itu masih belumberobah, namun pelakunya terpaksa harus diganti. Tugasberat itu, kini akan kuletakkan padamu. Ah, banyak bicarakurang bermanfaat, kuharap kau dapat melatih diri baik-baik.” 

Betapapun rongga dada Siau Ih penuh dengan seribu satupertanyaan, namun sikap engkongnya itu telah membuatnyatak dapat berbuat apa-apa lagi. Setelah memberi hormat, diatinggalkan ruangan itu. Tiba di muka pintu, dia tertegunsebentar memandang ke arah Tan Wan, kemudian berjalankeluar mengikut Shin-tok Liong.

Tan Wan tergerak hatinya. Segera dia berbangkit dan

mengajukan permintaan pada si Rase Kumala agar diijinkanmengawani Siau Ih.

Si Rase Kumala tak mau lekas-lekas menjawab, melainkanmenatap tajam-tajam ke arah pemuda itu.

  „Tak usah, biar dia seorang diri saja. Dengan begitu,mungkin dia akan lebih berhasil melatih diri. Ih-ji amat cerdas,tapi kurang toleransinya. Benar setingkat lebih atas dengan

pemuda kebanyakan, tapi masih jauh sempurna dari pikiran

Page 274: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 274/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

yang bijak. Karena digembleng Bok Tong, dia tentu tergolong  jago kelas satu. Justeru inilah yang mempertebal sifatkecongkakannya. Congkak mudah menjurus keganasan,

mudah menuruti kemauannya sendiri.”   „Hal itu telah kualami sendiri. Selama bertahun-tahun

menyepi ini, pikiranku makin sadar. Oleh karena itu, banyaklahsudah terjadi perobahan pada watak perangaiku. Apa yangtelah berhasil kucapai itu, hendak kuajarkan pada orang lain.Mungkin kau mengira bahwa aku keliwat tawar terhadap Ih-ji,tapi pada, hakekatnya tidak demikian. Ingatlah akanperibahasa yang mengatakan behwa, kalau tak digosok batukumala itu takkan jadi barang berharga. Apa yang kelak dicapainya, pasti amat berguna baginya."

 „Wanpwe tak berani menduga yang tidak-tidak," buru-buruTan Wan menyatakan.

 „Ah, kau tentu belum yakin benar," tukas si Rase Kumala.

Diterka isi hatinya, wajah Tan Wan menjadi merah padam.

Dia tundukkan kepala tak berani bercuit.Si Rase Kumala tertawa.

  „Tak usah kau resahkan hal itu. Memang bagi siapa yangsudah mempunyai penerangan batin, tentu mengerti ceng-li(logika). Buktinya, Liong-ji sama sekali tak kaget mendengarperintahku tadi. Setelah sadar akan maknanya, tentulah orangtak menganggap aku buta perasaan," kata si Rase Kumala.

Rasa mengindahkan terhadap tokoh termasyhur darikalangan sepuluh Datuk itu, makin besar dalam hati Tan Wan.Serta merta dia menghaturkan maaf terhadap si Rase Kumala.

  „Manusia tak luput dari kesalahan. Yang penting, ialahdapat memperbaiki kesalahan itu. Kau mempunyai tulangbagus. Sementara akupun belum mendapatkan calonahliwaris. Puteriku satu-satunya, siang-siang sudah menutup

mata. Darah keturunanku yang semena-menanya hanyalah

Page 275: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 275/429

Page 276: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 276/429

Page 277: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 277/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sudah tentu dalam hal itu, karena di perintah olehengkongnya. Akhirnya Siau Ih pun tak mau menegur sapa lagikepada Shin-tok Liong. Dengan begitu rasa kesepiannya pun

makin besar.  Alam disekeliling pondok itu, sebenarnya indah bagaikan

sebuah lukisan. Tapi karena tiap hari memandangnya, jadidiapun merasa bosan.

Baru dua tiga bulan berjalan, Siau Ih sudah merasa sepertidua tiga tahun lamanya. Kesunyian itu hampir sajamembuatnya kalap. Beberapa kali dia mengandung pikiran

untuk menerobos kebagian depan dari lembah bahkanmeloloskan diri sekali, namun setiap kali terbayang akanwajah engkongnya yang berwibawa itu, hatinya menjadigentar.

Berulang kali dia coba menekan perasaannya, namun sanghati tetap berontak saja menginginkan kebebasan.

Pada hari itu, Siau Ih tengah berdiri di muka pondoknya.

Diam-diam dia memperhitungkan bahwa waktunya berjanjibertemu dengan si Dewa Tertawa di gunung Ban-ke-sansudah hampir tiba. Suatu hal yang membuatnya makin resahgelisah.

Berjam-jam lamanya dia mondar-mandir dalam pondok mencari pikiran. Benar dia menaruh perindahan besarterhadap pribadi engkongnya itu, namun kecintaannya

terhadap si Dewa Tertawa sudah membekas dalam.  Ah, alangkah baiknya kalau ayah angkatnya di Dewa

Tertawa itu dapat berkunjung dipondok Jui-hun-lou itu. Akhirnya dia mengambil putusan hendak menghadap engkonguntuk mengajukan suatu permohonan.

Dengan keputusan itu, barulah hatinya dapat tenangkembali. Dihampirinya meja tulis lalu menulis beberapa patah

perkataan di atas secarik kertas. Tulisan itu berbunyi begini:

Page 278: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 278/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Rambut putih bertebaran, bersandar dipintu menjelangharapan. Pulang sudah anakku yang mengembara? Ah,diempat penjuru masih tetap tenang."

Dimasukkannya surat itu dalam sampul. Kebetulan saatitupun Shin-tok Liong datang mengantar makanan siang.Buru-buru dia menyambuti kiriman itu sembari menghaturkanterima kasih atas jerih payah orang.

Teguran itu telah membuat Shin-tok Liong terkesiap karenasudah sebulan lebih Siau Ih tak berbicara padanya. Biasanyapemuda itu (Siau Ih) bermuram durja, mengapa hari ini dia

tampak berseri wajahnya?  „Siaote hendak minta bantuan, entah apakah Liong-koko

sudi membantu?"

Kembali Shin-tok Liong terkesiap. Pertolongan apa yangdiminta oleh pemuda itu? Tak berani gegabah menyanggupi,Shin-tok Liong hanya memandang ke arah Siau Ih sembarimendengus.

  „Apa yang siaote hendak mohon itu, bukanlah suatu yangsukar, melainkan hendak minta Liong koko menyampaikansurat ini kepada engkong," buru-buru Siau Ih menjelaskan.

Shin-tok Liong menghela napas longgar, lalu menyahut: „Ah, tak jadi apa, tentu kukerjakan.

Begitulah setelah Siau Ih menerimakan suratnya, Shin-tok-Liong pun segera berlalu. Sesore itu, Siau Ih menunggudengan hati berdebar. Biasanya menjelang magrib tentu Shin-tok Liong datang menghantar makanan, tapi anehnya kala itudia tak kunjung muncul.

Siau Ih makin gelisah. Untunglah tak lama kemudiantampak sesosok bayangan berkelebat tiba di muka pondok.Baru Siau Ih hendak turun dari loteng, atau Shin-tok Liongsudah muncul dihadapannya.

 „Liong koko, apa kabar?” tanyanya dengan tergesa-gesa.

Page 279: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 279/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dengan tertawa Shin-tok Liong mengeluarkan sepucuk sampul dan diberikan kepada Siau Ih. Hati anak muda itumakin berdebar keras. Begitu menerima sampul, dia tak mau

lekas-lekas membuka melainkan menatap lekat pada Shin-tok Liong.

Rupanya Shin-tok Liong mengerti apa yang dimaukanpemuda itu. Buru-buru dia menerangkan bahwa dia tak mengetahui apa isi surat dari majikannya itu.

Dengan berdebar-debar, Siau Ih membuka sampul.Selembar surat warna biru muda, bertuliskan perkataan

sebagai berikut:  „Selama tiga bulan kau belajar, ternyata tidak mendapat

suatu apa. Setiap hari pikiranmu melamun, apakah sebabnya?Telah kusuruh Hou-ji mencari Bok Tong, dalam waktu singkattentu akan dapat bertemu padamu. Jangan keliwat dipikirkan.

  Adanya kusuruh kau belajar, ialah supaya kau dapatmelatih watak pribadian, otak terang pikiran tenang. Jangan

suka melamun, jangan meraikirkan yang tidak-tidak. Disitulahkau baru dapat berhasil.

Demikianlah permintaanku. Camkan benar-benar."

Walaupun bakal berjumpa dengan ayahnya angkat si DewaTertawa, namun Siau Ih masih belum puas karena dendamayah bundanya belum diketahui bilamana akan diusahakan.

  „Kutahu bahwa engkong bermaksud baik terhadap dirikutapi mengapa soal itu tidak dijalankan saja setelah nantipembalasan sakit hati ayah bunda itu selesai? Dengan carabegini, apakah engkong itu tidak keliwat dingin terhadapdiriku?" ujarnya dengan geram.

Shin-tok Liong menaruh simpati terhadap pemuda itu,namun karena sudah diperintah oleh majikannya, diapun tak dapat berbuat apa-apa. Beberapa saat kemudian, dia

Page 280: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 280/429

Page 281: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 281/429

Page 282: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 282/429

Page 283: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 283/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

terbukalah matanya, bahwa dunia persilatan itu penuhpergolakan, tak setenang seperti yang disangkanya.

Orang tak boleh hanya mengandalkan akan ilmu silat saja,tapi juga kecerdasan. Jadi mengapa sebuah partai persilatanbesar macam Thiat-sian-pang beberapa kali kalah dengan dia,adalah hanya karena kebetulan saja.

Kesal memikirkan usahanya yang sia-sia, teringat dia akansaudaranya angkat Liong Go. Dalam hal pengalaman, diamengaku kalah dengan pemuda itu. Maka dia mengambilkeputusan akan minta bantuannya. Segera dia menuju ke

propinsi Hok-Kian.Begitulah setelah mengadakan perjalanan selama sepuluh

hari, menjelang magrib dia tiba di sebuah kota kecildikabupaten Jiok-kiang-koan. Kalau melanjutkan perjalanan kearah tempat penyeberangan sungai Jiok-kiang, terang tengahmalam baru sampai, maka lebih baik dia bermalam di kotakecil itu saja.

Kota kecil yang dapat disamakan dengan desa itu, hanyaterdiri dari dua-tigapuluh perusahaan yang sederhana. Disituhanya terdapat sebuah rumah penginapan yang kamarnyadiperuntukkan tidur beberapa orang.

Sebenarnya Siau Ih enggan untuk menginap disitu, tapi apaboleh buat, toh dia tak perlu tidur. Hidangan disitupun hanyaterdiri dari ayam goreng dan telur rebus saja.

Selagi dia menikmati hidangannya, tiba-tiba dia melihat adaseorang tua diantara umur limapuluhan tahun tengahmemandang ke arahnya. Orang itu duduk tak berapa jauh daritempatnya. Didapatinya orang tua itu masih sehat gagah,teristimewa sepasang matanya berkilat-kilat macam orangyang berisi (ahli silat).

  „Mengapa dia memandang begitu rupa padaku?” Siau Ih

bertanya dalam hati.

Page 284: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 284/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Justru dia baru berpikiran begitu, orang tua itu sudahbersenyum dan menegur: „Saudara tentu bukan orang sini,bukan?"

Siau Ih terkesiap, sahutnya: „Benar, cayhe berasal dariSiamsay. Tapi rasanya lotiang sendiri juga dari lain daerah."

Orang tua itu mengiakan dan menerangkan bahwa diaberasal dari Khay-hong. Kemudian dengan masih memandanglekat-lekat pada Siau Ih, dia menanyakan apa keperluanpemuda itu datang kesitu.

Pertanyaan itu telah menimbulkan rasa kecurigaan Siau Ih,namun dengan tak mengunjukkan perasaannya, diamengatakan kalau hanya akan tinggal semalam, karena sudahkemalaman.

Orang tua itu mengangguk, ujarnya: „Menilik sikap saudaraini, tentulah bukan orang sembarangan, rasanya pasti tak senang menginap ditempat semacaam ini. Kalau tak buatcelahan, sukalah menginap dirumah losiu saja!"

Kecurigaan Siam Ih makin menjadi. Namun karena diamemang gemar akan petualangan, dia menerima tawaran itu.Orang tua itu minta dikenalkan namanya.

 „Aku Siau Ih dan siapakah nama yang mulia dari lotiang?” sahut Siau Ih.

Orang tua itu bernama Song Jin-kiat, kemudian dia segeraajak Siau Ih pulang kerumahnya. Siau Ih tak mau mainsungkan, suatu hal yang membuat orang tua itu girang,membayari rekening makan Siau Ih dan terus ajak pemuda itumenuju ke arah barat.

Setelah membelok beberapa kali, tibalah mereka disebuahperkampungan yang bersih. Disitu terdapat sebuah gedungdengan halamannya yang luas sekali. Si orang tuamengatakan bahwa itulah rumahnya.

Page 285: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 285/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih rnakin curiga, pikirnya: „Seorang yang memilikirumah halaman yang begitu luas dan bagus, mengapakeluyuran ke tempat rumah makan murah?” 

Tiba digedung itu, dari pintunya yang bercat hitam, segeramuncul dua orang budak yang menyambuti kuda sang tamu.Dengan mengulum senyum, Song Jin-kiat ajak Siau Ih masuk ke dalam. Segera disuruhnya menyediakan hidangan.

Sewaktu dahar, secara berbelakar Jin-kiat berkata;  „Saudara Siau, kau pasti merasa heran segala apa sudahtersedia dirumah, tapi aku masih keluyuran dirumah makan

sekotor itu. Ini tak lain, karena setempo aku sudah bosandengan hidangan dirumah dan sesekali kepingin jajan-jajan."

Keterangan itu makin menambah kecurigaan Siau Ih. Orangapakah gerangan tuan rumah itu dan apakah maksudnya diamengundangnya kesitu? Diperhatikannya bagaimana Song Jin-kiat itu kerap kali menatapnya lekat-lekat, namun dia pura-pura tak mengetahui.

Sebaliknya Song Jin-kiat pun tahu apa yang dikandungtetamunya itu. Ujarnya dengan tertawa: ,,Saudara Siau,meskipun kita baru berkenalan, tapi sudah seperti sahabatlama. Losiu hendak memperkenalkan isteri dan anakku, agarkelak, persahabatan kita dapat lebih erat."

Tanpa menunggu jawahan orang, Song Jin-kiat segerasuruh bujang untuk memanggil isteri dan anaknya.

  „Aneh benar, dia baru berkenalan, mengapa bersikapbegitu?” Siau Ih menimbang dalam hati.

Pada lain saat, masuklah seorang wanita yang bersolek secara menyolok sekali. Usianya diantara tigapuluhan tahun.Sikapnya agak genit, lebih-lebih sinar matanya mengunjuk bahwa ia itu seorang perempuan yang cabul.

Di belakangnya mengikut seorang pemuda diantara umur

duapuluhan tahun. Walaupun parasnya cakap, tapi sikapnya

Page 286: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 286/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tidak simpatik. Kepalanya menunduk, wajahnya kurangsenang.

Begitu melangkah masuk dan melihat Siau Ih, nyonyahrumah itu segera berobah wajahnya. Belum lagi Siau Ih habisherannya, tiba-tiba terdengar Song Jin-kiat tertawa sinis. SiauIh makin terkesiap.

 „Saudara Siau, kuperkenalkan, inilah isteriku Tian-si!” 

Wanita itu sudah dapat menguasai perasaan kagetnya, lalubersenyum kepada Siau Ih selaku memberi hormat. Pemudaitu buru-buru membalas hormat.

  „Dan ini puteraku Song Wan," kata tuan rumah serayamenunjuk kepada pemuda murung tadi.

  Aneh benar Song Wan itu. Walaupun Siau Ih memberihormat padanya, tapi dia seolah-olah tak melihatnya, sampaikelopak, matanya yang sejak tadi ditutup, pun tak dibukanya.Sudah tentu Siau Ih merasa heran.

  „Ai, anakku itu memang jarang bergaul, jadi kurang tahuadat, harap dimaafkan," kata Song Jin-kiat.

Siau Ih betul-betul berhadapan dengan rumah tangga gila. Ayah dan anak tidak akrab, suami isteri tidak sepadan. Disitutentu terselip sesuatu. Dan puncak keanehannya, ialahmengapa orang she Song itu mengundangnya bermalamdisitu.

Song Jin-kiat segera perintah bujangnya untuk menggantihidangan dengan arak. Secara luar biasa ramahnya, diaberkali-kali menuang arak kecawan Siau Ih. Namun pemudaitu sudah mulai curiga dan tak mau minum terlalu banyak.

Menjelang tengah malam, akhirnya Siau Ih menyatakan tak kuat lagi minum dan ingin beristirahat. Tuan rumah sendirilahyang mengantarkannya kekamar tulis.

Page 287: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 287/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Setelah berada seorang diri, Siau Ih dapatkan kamarnya ituwalaupun sebuah kamar tulis, namun hiasan disitu tak karuan juntrungannya. Siau Ih membuat penilaian terhadap diri tuan

rumah.Kalau dia itu seorang durjana, wajah dan gerak-geriknya

tentu tak sedemikian ramah dan baik. Namun kalau dikata Jin-kiat itu seorang terpelajar, sikapnya agak kasar blak-blakanseperti orang persilatan. Tetapi orang persilatan yang jujur,  juga tak begitu aneh gerak-geriknya. Pusing Siau Ihmemikirkannya.

Waktu sudah mengunjuk pukul dua malam, namun Siau Ihmasih belum dapat tidur. Tiba-tiba di atas gentengruangannya, terdengar derap kaki yang enteng sekali. Buru-buru lilin dipadamkan, diambilnya pedang, terus loncat keluardari jendela.

Di luar suasana amat gelap. Langit tiada berembulan hanyaditerangi oleh ribuan bintang. Sekalipun begitu, mata Siau Ihyang celi segera dapat melihat bahwa kira-kira sepemanah  jauhnya terdapat sesosok tubuh menyusup masuk ke dalamhalaman. Tapa berayal lagi, dia segera memburu.

Rupanya bayangan itu sudah paham seluk beluk gedungitu. Langsung dia menuju ke sebuah ruangan. Darigerakannya, Siau Ih mengetahui bahwa orang itu tinggiilmunya ginkang. Tapi dilihat dari gerak geriknya, terang kalaubukan orang baik-baik.

Dengan gunakan ginkang pat-poh-kam-sian, Siau Ih cepatsudah menyusul masuk, namun orang tadi sudah lenyap.Didapatinya halaman disitu, diatur dengan indah.

Diantara ruangan-ruangan yang dibangun pada tembok,terdapat ada yang masih memancarkan penerangan. Danmenyusul, terdengar gelak tertawa halus dari ruangan itu.

Sekali loncat, Siau Ih segera menghampiri.

Page 288: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 288/429

Page 289: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 289/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Rupanya lelaki itu sudah tak tahan lagi melihat tingkah laku  jantung hatinya yang genit. Segera dia memeluk wanita itudan merayunya. Adegan itu telah menimbulkan amarah Siau

Ih. Segera dia ambil putusan untuk menyikat manusiabinatang itu.

Tapi belum lagi dia sempat bergerak, atau di ruangan itusegera terdengar orang tertawa keras, lalu disusul denganhamun makian: „Orang she Siau, waktu makan malam lohusudah mengetahui kedokmu. Sekarang jangan banyak cinconglagi, ayuh keluar terima kematian!"

Kejut Siau Ih bukan kepalang. Berpaling ke arah datangnyasuara itu, nyata yang meriaki itu ialah Song Jin-kiat. Orang tuaitu tegak berdiri ditengah halaman sembari mencekalsepasang senjata tun-kang-tian-hiat-kwat atau senjatapenutuk jalan darah terbuat dari baja murni.

Sebenarnya Siau Ih sudah tak dapat mengendalikankemarahannya, tapi serta merasa ada sesuatu yang kurangberes, terpaksa dia bersabar untuk melihat perkembangan.

Sebagai sambutan dari makian Song Jin-kiat tadi, daridalam kamar Tian-si terdengar suara ketawa sinis, menyusul siorang berpakaian hitam sudah loncat keluar kehalaman.Tanpa banyak ini itu lagi, Jin-kiat segera menyambutnyadengan tusukkan ji-liong-hi-cu ke arah kedua mata lawan.

Dengan perdengarkan ketawa mengejek, orang itu

berputar diri untuk menghindar. Dan adalah karena diaberputar tubuh, maka Siau Ih segera dapat melihattampangnya. Astagafirullah ……

 „Mengapa dikolong dunia ini terdapat orang yang berwajahmirip dengan aku!" Siau Ih mengeluh kaget.

Pada saat itu, Song Jin-kiat susuli pula serangannya ke arahpundak orang, namun dengan sekali gerak, kembali orang itu

dapat memaksa tuan rumah menusuk angin. Jin-kiat makinnaik pitam. Sembari menurunkan tubuh, dia maju menusuk ke

Page 290: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 290/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dada lawan dengan jurus kim-cia-than-hay atau jarum emasmenyusup ke laut.

Kali ini si orang berpakaian hitam mulai naik darah. Begitumenyurut mundur, dia sudah melolos sebuah jwan-pian yangberkilat keemasan. Sebelum Jim-kiat sempat melancarkanserangan yang keempat, dia sudah mendahului menyabet jwan-pian ke arah kepalanya.

Jin-kiat tak berani menangkis. Kaki kiri mengisar kesamping, tangan kanan mendorong ruyung lawan, disusultangan kiri menutuk jalan darah ciang-thay-hiat di dada.

Namun si orang berbaju hitampun tidak lemah. Tertawadingin, tubuhnya berputar ke kiri. Begitu tusukan lawan dibawah ketiaknya, dia kirim sabetan ruyung ke muka orang.

Sudah tentu Jin-kiat kaget sejengah mati. Syukur dia dapatloncat ke belakang. Sekalipun begitu, sabetan ruyung yangmengenai badannya itu, cukup membuatnya meringis.

Song Jin-kiat jeri terhadap kelihayan lawan yang mahir ilmulwekang, namun dalam keadaan marah, dia tak mau pikirkanini itu lagi.

 „Aku atau kau!" serunya sembari menyerbu lagi.

Orang itu hanya tertawa dingin. Ternyata selain ilmunyatinggi, pencuri isteri orang itupun amat ganas. Jin-kiat sangatbernafsu lekas-lekas membunuhnya, tapi sebaliknya, setelahlewat jurus yang ke tigapuluh, dia malah menjadi kalangkabut.

  „He, he, setan tua, sebelum fajar, akan kukirim kaukeakhirat!" bangsat itu tertawa mengejek dan lalu robahgerakannya. Ruyung diputar seru, hingga Jin-kiat sepertiterkurung dalam beberapa lapisan bayangan.

Jin-kiat makin payah. Kekalahannya sudah tinggal soalwaktu saja. Tubuhnya berhias beberapa luka berdarah. Isteridiganggu, suami akan dibunuh.

Page 291: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 291/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dalam marahnya, Jin-kiat menjadi kalap: „Bangsat, akuhendak mengadu jiwa padamu!"

Saat itu si orang berpakaian hitam tengah melancarkanserangan suan-hong-soh-swat, untuk menghantampundaknya. Namun tak mau menghindar, Jin-kiat malahmelangkah maju. Dengan kalap dia tusukkan sepasangsenjatanya kelambung lawan.

Kenekadan itu telah membuat si orang berpakaian hitamterkejut. Buru-buru dia sedot dadanya ke belakang, namun tak urung pakaiannya rowak dan di bawah lambungnya tertusuk 

sampai lima dim lukanya. Hal itu membuatnya marah besar.Dengan menggerung keras, dia merangsek keras. „Trang,” 

tahu-tahu sepasang tun-kong-tiam-hiat-kwat kepunyaan Jin-kiat, telah melayang terlepas ke atas udara. Kim-liong-joan-tha atau naga mas menyusup ke pagoda, adalah jurus susulanyang dilancarkan si orang berpakaian hitam untuk memberesiJin-kiat.

Tapi belum lagi ruyung mengenai ubun-ubun kepala Jin-kiat, tiba-tiba terdengar suara bentakan: „Tahan!"

Sebenarnya saat itu Jin-kiat sudah tak berdaya kecualimenjerit seram, tapi demi ruyung agak kendor jalannya,cepat-cepat dia buang tubuhnya ke belakang untuk menghindar. Sedangkan si orang berpakaian hitampun segeraberputar ke arah datangnya suara gangguan tadi.

Di bawah talang, tampak berdiri seorang pemuda yangberpakaian hijau. Pada tangan kanan pemuda itu mencekalsebatang pedang berkilat-kilat, sedang tangan kirinyamenjinjing sesosok tubuh wanita.

Wanita itu bukan lain ialah Tian-si, isteri Jin-kiat yangserong itu. Dari wajahnya yang pucat dan tangan terkulai,nyata wanita itu sudah tak bernyawa.

Page 292: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 292/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Memang pemuda itu ialah Siau Ih adanya. Dan demitampak bagaimana wajahnya yang keren itu, ialahmenampilkan hawa pembunuhan, si orang berpakaian hitam

menjadi terkesiap.Lebih-lebih ketika didapatinya bahwa pemuda itu mirip

sekali dengan dia. Tapi kekagetan itu segera berobah menjadikemarahan besar, demi tampak siapa wanita itu.

 „Siapa kau ini?" bentaknya dengan keras.

  „Alcu adalah malaekat pencabut nyawa!” sahut Siau Ihdengan tertawa dingin. „Ia menunggumu di akhirat."

Dengan marahnya si orang berpakaian hitam melejit kemuka. Ruyung dihantamkan dalam jurus jin-hong-soh-lok-yap,sembari tangan kirinya menyambar tubuh Tian-si dari cekalanSiau Ih.

Siau Ih mendengus. Tubuh mengisar, tangan mengangkatmayat Tian-si untuk menangkis ruyung, serunya: „Kau tak menghormat kedatanganku, akupun akan mengembalikankebaikanmu itu!"

Pedang Thian-coat-kiam ditusukkan ketenggorokan orang.Sedemikian cepat serangannya itu, hingga membuat si orangberpakaian hitam menjadi terbeliak kaget. Buru-buru diasurutkan kepala terus loncat mundur.

Dia cepat, tapi Siau Ih lebih gesit. Karena ternyata sebagiankulit kepala orang itu telah terpapas dengan Thian-coat-kiam.

  „Bangsat, itu baru sedikit hajaran, yang lihay nanti akansegera menyusul!” seru Siau Ih.

Kaget, getar dan marah memenuhi dada si orangberpakaian hitam yang berdiri tegak seperti patung itu.

Sebaliknya kini Jin-kiat baru terbuka matanya. Dia insyaf akan kekeliruannya menduga Siau Ih sebagai pemuda lacur.

Siapa tahu pemuda itulah yang telah menolong jiwanya.

Page 293: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 293/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Saudara Siau, maafkan segala kekhilafanku, kini yangperlu jangan lepaskan bangsat itu!” seru Jin-kiat.

  „Jangan kuatir, Song toako. Kalau tak dapat melenyapkanbebodoran ini aku malu melihat matahari!" sahut Siau Ih.

Orang berpakaian hitam itu tertawa nyaring, serunyadengan geram: „Aku si Wajah Kumala Tio Gun, selalumenghimpas segala dendam. Kau berani mengadu biru, tentuakan kucincang menjadi bakso!"

  „Bagus, aku yang menjadi bakso atau kau yang mnejadifrikadel!" sahut Siau Ih sembari lemparkan mayat Tian-si,kemudian melangkah maju.

Jerih akan ketangkasan si anak muda tadi, si Wajah Kumalasetapak semi setapak melangkah mundur. Siau Ih tertawasinis, serunya: „Kemana saja kegaranganmu tadi. Mengapamain mundur saja?"

Ejekan itu telah membangkit kemarahan si Wajah Kumala. „Baik, lihat saja nanti siapa yang jantan?"

Ruyung terus diangkatnya dan dihantamkan ke arah kepalaSiau Ih. Pemuda itu mundur selangkah, serunya dengantawar: „Bangsat cabul, meskipun dosamu tak berampun, tapiaku tetap suka mengalah sampai lima jurus!"

Tio Gun menjawabnya dengan serangan kedua yangditujukan ke arah perut orang, tapi dengan sebuah loncatankembali Siau Ih dapat menghindar. Serangan kedua luput, siWajah Kumala teruskan dengan sebuah tutukan ke pantatlawan.

Sebenarnya Siau Ih akan menangkap hidup-hidup bangsatitu, untuk diserahkan pada Song Jin-kiat, agar dirinya bersihdari tuduhan. Tapi demi melibat keganasan penjahat itu, nafsupembunuhannya berkobar.

Untuk menghindari dari kejaran ruyung, Siau Ih pijakankaki kiri ke atas kaki kanan dan dengan meninjau tenaga

Page 294: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 294/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

pijakan itu, dia melambung lagi setinggi tiga tombak. Disitudia berjumpalitan. Dengan kaki di atas kepala di bawah, diamelorot turun sembari putar pedangnya untuk membacok Tio

Gun.Serangannya tak tercapai, tahu-tahu Tio Gun merasa

kepalanya tersambar hawa dingin. Hendak menghindar, sudahtak buru. Benar, bangsat pengrusak wanita itu berkepandaiantinggi, tapi hari itu dia ketemu dengan batunya.

Satu-satunya jalan ialah berlaku nekad. Dengan kerahkanseluruh lwekangnya ke arah tangan, dia putar jwan-pian

gencar sekali untuk menangkis.  „Trang, trang,” menyusul dengan gemerincing beradunya

senjata tajam, Siau Ihpun sudah melayang turun ke bumi.Sedang si Wajah Kumala pun tak kurang cekatnya, sudahloncat ke samping. Benar dengan begitu dia terhindar darimaut, tapi jwan-piannya sudah kutung menjadi dua.

Siau Ih lintangkan pedang ke dada. Menatap ke arah Tio

Gun, dia berseru sambil tertawa sinis: „Dapat menghindariseranganku jun-u-lian-bian, nyata kau mempunyai modal juga.Tapi karena tadi telah kujanjikan pada malaekat maut untuk mengantarkan kau, jadi pertempuran ini masih harusdilanjutkan lagi!"

Han-hoa-tho-lui atau bunga memantulkan kuntum, Siau Ihsudah lantas maju menusuk ke dada orang. Dengan gebrakan

pertama tadi, tahulah Siau Ih bahwa si Wajah Kumala itu tak boleh dibuat main-main. Oleh karenanya dalam seranganberikutnya, dia menyerang dengan sungguh-sungguh.

Sebaliknya karena jwan-pian sudah kutung, semangat siWajah Kumala pun menjadi kuncup. Apalagi demi pemudalawannya maju pula dengan serangan yang dahsyat, dia tak berani adu kekerasan lagi. Tapi baru dia loncat menghindar kesamping, Siau Ih mengejarkan pedangnya dengan jurus hui-si-

ing-hong yang disapukan ke arah perut.

Page 295: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 295/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kembali si Wajah Kumala terbirit-birit menghindar. Namunlaksana bayangan, Siau Ih memburu terus dengan seranganyang gencar. Jarak mereka amat dekat, jadi si Wajah Kumala

sudah tak dapat lari lagi.Tapi pada saat itu, sekonyong-konyong wajah Tio Gun

membesi dan perdengarkan tertawa sinis. Sesaat pedang SiauIh hampir mengenai, secepat itu si Wajah Kumala sudahlantas gerakkan tangannya kiri. Serangkum hujan sinar perak segera menabur ke arah tubuh Siau Ih.

Siau Ih kaget bukan kepalang, cepat dia tarik pulang

pedang dan menyurut ke belakang. Sembari kerahkanlwekang untuk menutup seluruh jalan darah ditubuhnya, diaputar thian-coat-kiam gencar-gencar untuk menangkisserangan senjata gelap dari lawan. Benar tiada sebuah senjatagelap lawan yang mengenai tubuhnya namun tak urung diamenjadi keripuhan juga.

Sejak turun gunung, kecuali berhadapan dengan wanitacabul Li Thing-thing yang lihay, baru pertama kali ini diadibikin kelabakan oleh seorang musuh. Amarahnya berkobar,nafsu membunuh orang menyala-nyala.

Didahului oleh sebuah suitan yang melengking, Siau Ihloncat ke atas untuk menghantam musuh. Tepat pada saat itu,si Wajah Kumala pun loncat maju untuk melancarkan duabuah serangan, jwan-pian ditutukkan ke arah pergelangantangan lawan, sementara tangan kiri menghantam sekeras-

kerasnya.

Siau Ih kisarkan lengannya kanan untuk menghindaritutukan pian, lalu tangannya kiri maju menangkis. „Plak,” terdengar dua buah tangan beradu keras. Denganberjumpalitan, Siau Ih turun ke bumi. Sedangkan si WajahKumala menjadi jungkir balik beberapa kali baru dapat berdiritegak lagi.

Page 296: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 296/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kini baru terbukalah mata penjahat cabul itu, bahwa selainmemiliki pedang pusaka pemuda lawannya itu juga memilikiilmu kepandaian yang tinggi. Seketika semangatnya padam,

nyalinya runtuh dan keinginan untuk melarikan diri segeratimbul.

Tapi belum lagi dia dapat melaksanakan rencananya, SiauIh sudah merangsang maju lagi. Apa boleh buat, terpaksa diamelayani. Hanya saja pertempuran kali ini memasuki babak baru.

Mengetahui berhadapan dengan penjahat yang tangguh,

Siau Ih terpaksa keluarkan ilmu pedang lui-im-kiam-hwat dangerakan kaki ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh, dua buahilmu ajaran si Dewa Tertawa yang pernah menggemparkandunia persilatan. Seketika itu juga, dua tombak sekelilingtempat itu, seperti dipenuhi oleh sinar pedang.

Si Wajah Kumala yang sudah jeri, kini makin ketakutan.Untung jwan-piannya itu masih dapat digunakan. Satu-satunya harapannya ialah akan mencari kesempatan untuk lolos. Halaman kecil yang berada di belakang gedung SongJin-kiat itu, ternyata menjadi berisik sekali dengan derusambaran pedang Thian-coat-kiam.

Sesuai dengan namanya lui-im-kiam-hwat atau ilmu pedanghalilintar menyambar, maka halaman itu menjadi bisingdengan suara dahsyat. Song Jin-kiat yang menyaksikanpermainan itu, menjadi melongo kaget.

Sampai pada jurus yang ke limapuluh, rasanya si WajahKumala sudah mengeluarkan habis seluruh kepandaiannyauntuk melayani, namun dia seperti masih dikurung oleh empatbuah bayangan Siau Ih yang merangsang dari empat jurusan.Beberapa lubang tusukan pedang, telah membuat pakaiannyahitam itu rompang-ramping.

Diam-diam dia mengeluh. Kalau berjalan duapuluhan jurus

lagi dia tak mampu keluar dari kepungan si pemuda, dia pasti

Page 297: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 297/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

bakal celaka. Apa boleh buat, dia terpaksa merobah caranyabertempur, dari menyerang menjadi bertahan.

  „Hai, belum lama bertempur mengapa kau jadi lembek?” seru Siau Ih yang tahu akan keadaan lawan. Dan habis itu, diaperhebat serangannya.

  „Hem, karena rencanaku sudah dlketahui, lebih baik akumengadu jiwa pikir si Wajah Kumala. Tiba-tiba permainannyaberganti, dari bertahan menjadi menyerang.

 „Bagus, ini baru menarik. Tapi bagaimanapun juga, janganharap kau dapat kabur!" Siau Ih tertawa mengejek.

Tio Gun tak mau adu lidah, dia seolah-olah menulikantelinga mendengar ejekan perruda itu. Untuk menumpahkankemarahannya, dia pusatkan perhatian untuk menyerangbagian-bagian yang fatal (mematikan) dari lawan.

Sebaliknya Siau Ih makin gembira untuk mengoloknya.Dengan mendengus, dia putar pedangnya bukan untuk menusuk tubuh lawan tapi hendak mencari jwan-pian saja.

Sudah tentu si Wajah Kumala menjadi kelabakan setengahmati. Dia tak berani beradu dengan pedang pusaka thian-coat-kiam, tapi kalau dia menyingkirkan jwan-pian, pedang itutentu menyusup maju untuk menusuk tubuhnya. Ai, runyamini. Maka tak mengherankanlah, belum sampai duapuluh jurus,si Wajah Kumala sudah mandi keringat dingin.

Kini pikiran untuk meloloskan diri, sudah lenyap dari otak Tio Gun. Benar-benar kali ini dia bertemu dengan batunya.Pemuda lawannya itu, tangguh, cerdas dan ganas.

 „Aku hendak mengadu jiwa padamu!” akhirnya dia berserudengan kalap terus menghantamkan ruyung ke arah kepalalawan.

Siau Ih tertawa, dengan jurus thay-kong-tiau-hi diatangkiskan pedangnya. „Trang,” letikan bunga api

Page 298: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 298/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berhamburan dan jwan-pian si Wajah Kumala kembaliterpapas kutung beberapa centi.

Sekalipun demikian, orang itu masih terus majumerangsang. Karena kekalapannya itu, untuk beberapa saatSiau Ih terpaksa bertahan sembari sesekali lancarkanserangan.

Berjalan sepuluhan jurus lagi, terdengarlah berulang kalisenjata beradu dan makin lama jwan-pian Tio Gun makinpandak. Akhirnya sebatang ruyung yang panjang hampir tigameter itu, kini hanya tinggal beberapa centi saja. Tiba-tiba

Siau Ih tarik pulang pedang dan melintangkannya ke mukadada.

  „Bangsat cabul, kini tibalah saatnya kau harusmenyerahkan jiwamu!" serunya dengan seram.

Keadaan si Wajah Kumala pada saat itu, tak keruanmacamnya. Rambut kusut masai, pakaiannya compang-camping, wajahnya pucat, sepasang matanya melotot buas. Si

Wajah Kumala sudah berobah menjadi si wajah sengsara.Dengan tenangnya, Siau Ih melangkah maju. Terpisah

antara dua meter, dia ajukan pedang ke muka untuk menusuk dada Tio Gun. Sekonyong-konyong si Wajah Kumalamenghindar ke samping, berbareng itu tangannya kananmenaburkan senjata gelap ke arah Siau Ih.

Sebenarnya itu bukan senjata rahasia, melainkan sisa

ruyung yang sudah tinggal remuk tangkainya. Oleh karenatahu bahwa dia tak nanti dapat lolos, maka dia mengambilputusan untuk gugur bersama.

Maka waktu Siau Ih menarik pulang pedangnya tadi, diam-diam dia sudah himpun lwekangnya. Dan begitu Siau Ih majumenyerang, dia segera menyambutnya dengan sebuahsambitan dahsyat.

Page 299: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 299/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kesalahan Siau Ih terletak karena terlalu congkak,meremehkan lawan yang dikiranya sudah tak berdaya itu.Jaraknya begitu dekat, dan kutungan jwan-pian itu berjumlah

banyak.Dalam kagetnya, Siau Ih coba berusaha menghindar, tapi

sudah terlambat. Syukur masih dapat gerakkan tangan kiriuntuk melindungi tubuh, namun sekalipun begitu tak urungpundaknya termakan juga oleh beberapa kutungan besi.Sakitnya sampai menusuk ke tulang. Saking gusarnya, diamembabat sekuat-kuatnya dan kutunglah lengan kiri si WajahKumala.

Pundak Siau Ih terkena sambitan besi dan lengan si WajahKumala terpapas kutung itu, terjadi dalam waktu yangbersamaan. Rupanya si Wajah Kumala itu seorang jago yangkeras hatinya.

Dengan menahan sakit, begitu melihat Siau Ih agak tertegun, dia terus loncat mundur dan lari tunggang langgang.Sudah tentu Siau Ih tak menduga akan terjadi hal itu. Waktudia tersadar, si wajah Kumala pun sudah tak ketahuanbayangannya.

Saat itu Song Jin-kiat datang menghampiri menghaturkanmaaf, tapi Siau Ih memberi isyarat supaya dia jangan bicaradulu. Setelah menyarungkan pedang, diperiksalah lukanyatadi.

 „Astaga, Siau-kongcu terluka?" seru Jin-kiat dengan kaget.Siau Ih tak mau menyahut. Hatinya penuh kemengkalan.

Pertama karena dituduh sebagai tukang pengrusak rumahtangga, kedua untuk pertama kali itu dia terluka dalampertempuran dan ketiga karena lawan dapat melarikan diri.

Setelah didapatinya luka dipundaknya itu tak berat, makasetelah dibalut dengan kain, ia memberi hormat pada tuan

rumah lalu loncat ke halaman luar.

Page 300: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 300/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Song Jin-kiat melongo melihat kelakuan pemuda itu. Buru-buru dia mengejar, tapi ketika tiba di halaman luar, ternyataSiau Ih sudah mencongklangkan kudanya tanpa pamit.

Jin-kiat tahu bagaimana perasaan anak muda itu. Diam-diam dia menyesal tak terhingga. Namun karena pemuda itusudah pergi, terpaksa dia masuk kembali ke dalam gedung.

Malam di daerah Kwitang itu, walaupun terletak di daerahselatan, namun pada malam itu amat dingin hawanya. Siau Ihtak menghiraukannya, tengah malam buta dia terus berkudamenuju ke Jiok-kiang. Dia tak mau masuk kota hanya mencari

sebuah rumah makan di luar kota.Habis beristirahat sejenak, dia mengitari kota, langsung

menuju ke gunung Tay-tong-san. Oleh karena hanyaseratusan li jaraknya, jadi menjelang sore dia sudahmenampak gunung itu menjulang dengan megahnya.

Kala tiba dikaki gunung, haripun sudah magrib. Puncak gunung itu sudah berselimutkan awan hitam. Baru dia hendak 

mulai mendaki, tiba-tiba dia berpikir: „Benar pegunungan initak seberapa luasnya, tapi puncak Pao-gwat-san itu tentuberada ditempat yang sepi. Daripada berjeri payah mencari,lebih baik cari tempat bermalam di sekitar daerah sini saja.Pagi-pagi mencari rasanya lebih leluasa."

Walaupun di pegunungan itu amat gelap, namun denganmemiliki lwekang tinggi dapatlah Siau Ih berjalan dengan

leluasa. Belum jauh masuk ke daerah pegunungan, dia segeramemilih sebuah hutan yang terletak di tepi jalan untuk beristirahat.

Singkatnya saja malam itu tak terjadi suatu apa dankeesokan harinya, mulailah dia melanjutkan pendakiannya.

Pegunungan Tay-tong-san termasyhur sebagai gunungyang indah dan megah didaerah Kwitang. Batu-batunya yang

aneh beraneka warna mendaki, Siau Ih mengharap mudah-

Page 301: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 301/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

mudahan dapat bertemu dengan seseorang untuk ditanyaiketerangan letak puncak Pao-gwat-san itu.

Namun entah sudah berapa lamping gunung dan tikunganyang dilaluinya, tetap dia belum bersua dengan orang.Haripun sudah hampir siang. Diam-diam Siau Ih menjadiheran, jangan-jangan dia tersesat.

Dia berhenti sejenak untuk memandang kesekeliling tempatitu. Jalanan disebelah muka, makin menaik dan makinberbahaya. Satu-satunya hal yang diperolehnya, ialah ditepi  jalanan gunung masih terdapat bekas reruntuh bangunan

rumah.Pikirnya: „Kalau begitu aku tak tersesat. Yang nyata,

sebelum aku tiba, disini tentu terjadi sesuatu peristiwasehingga orang-orang yang mendiami tempat ini sama pindah.Entah apakah peristiwa itu, ya?” 

Sekilas dia tiba pada dugaan, jangan-jangan jalanan ituakan langsung menuju kedesa Pao-gwat-chung. Ah, biar

bagaimana lebih baik dia lanjutkan mendaki terus.Dibeberapa tempat, kembali dia melihat bekas-bekas

runtuhan bangunan rumah, namun anehnya tempatdisekeliling itu tetap tiada kelihatan barang seorang pendu-duk Diam-diam dia menjadi kuatir juga. Untunglah saat itu, jauhdisebelah muka sana, dilihatnya ada asap mengepul. GirangSiau Ih bukan kepalang.

---ooo0dw0ooo---

22. Penilaian Para Tokoh Tua 

Jalanan ke atas makin sukar, berkuda tidak dapat,menggunakan ilmu ginkang pun tak leluasa. Jadi terpaksa diaberjalan sembari menuntun kudanya. Dengan demikianmenjelang tengah hari, barulah dia dapat mencapai tempatberasap itu.

Page 302: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 302/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Disitu ternyata adalah sebuah dataran karang yang luasnyabeberapa puluh tombak, serta tingginya beberatus tombak.Ditengah-tengahnya terdapat sebuah jalanan kecil tiba cukup

untuk dijangkah seseorang. Dikanan kiri jalan itu, berdirisebaris kira-kira beberapa belas rumah kayu. Diserambi mukarumah itu, tampak ada beberapa orang lelaki berpakaian hijausedang membakar daging.

Derap kaki kuda Siau Ih itu, telah membuat terkejutmereka. Jelas kelihatan bagaimana kejut wajah mereka demimelihat kedatangan anak muda itu. Mereka salingberpandangan. Sementara pada saat itu, Siau Ih pun sudahtiba dihadapan mereka. Dengan memberi hormat, diabertanyakan jalanan.

Tiba-tiba seorang lelaki tampil ke muka. Setelahmemandang lekat-lekat ke arah Siau Ih, dia bertanya dengankeren: „Pegunungan ini amat luas, entah tempat manakahyang saudara cari itu?” 

 „Pao-gwat-chung,” sahut Siau Ih.

Mendengar itu si orarg lelaki menyurut mundur setengahlangkah. Untuk beberapa saat dia mengawasi Siau Ih barukemudian membuka mulut pelahan-lahan: „Pao-gwat-chungtak berapa jauh dari sini. Tapi entah siapakah nama saudaraini dan siapakah yang hendak saudara cari itu?“

Hormat sekalipun nadanya, tapi sebenarnya tidak pantas.

Siau Ih tenang-tenang saja. Dia duga orang-orang itu tentuada hubungannya dengan Pao-gwat-chung.

  „Tentulah saudara. mempunyai hubungan dengan desaPao-gwat-san itu. Aku bernama Siau Ih, kawan karib dariLiong-siao chungcu, harap saudara. membawa aku kesana,” sahutnya dengan ramah.

Memang kawanan orang lelaki itu adalah penduduk Pao-

gwat-chung. Mendengar keterangan Siau Ih, orang taditampak tenang wajahnya. Dia menyatakan bahwa setiap

Page 303: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 303/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tetamu yang berkunjung harus menunggu dulu sebentar gunadilaporkan.

Habis itu, dia menyalakan semacam benda. Benda itumeletus dan memancarkan asap warna biru ke udara.  Anehnya sekalipun ditiup angin, asap itu tetap membubungtinggi.

Tak lama kemudian, dari mulut jalanan kecil itu munculseorang anak muda sekira berumur enam-tujuhbelas tahun.

 „Ji-yanko tolong laporkan pada siao-chungcu, ada seorangSiau kongcu datang berkunjung,” kata si orang lelaki tadi.

  Anak muda memberi hormat, lalu dengan tangkas sekalipergi. Memang sejak turun gunung, banyak sekali Siau Ihmenjumpahi pengalaman-pengalaman yang aneh-aneh, tapitingkah laku yang disaksikan saat itu, barulah untuk pertamakali itu dia mengalaminya.

Kira-kira sepeminum teh lamanya, dari arah jalanandisebelah sana terdengar sebuah suara nyaring: „Maaf, akuterlambat menyambut kedatangan siaote!"

Sesosok tubuh melesat dan muncullah Liong Go, saudaraangkat tunggal hati dari Siau Ih. Siau Ih tersipu-sipu memberihormat dan minta maaf karena tak memberi kabar lebihdahulu.

Liong Go menyatakan kegirangannya dapat bertemu lagidengan pemuda itu. Dari dandanan Siau Ih, tahulah Liong Gobahwa pemuda itu tentu habis menempuh perjalanan jauh.Buru-buru dia ajak Siau Ih naik ke atas.

Selama berjalan menyusur jalanan kecil yang menaik keatas itu, Siau Ih dapatkan bahwa jalanan itu setengahnyamemang dibuat oleh orang. Batu karang yang melingkungi dikedua samping, menjulang tinggi sampai ratusan meter. Pundisamping kecilnya, jalanan itu berliku-liku sukar didaki.

Page 304: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 304/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siau Ih menduga, rupanya jalanan itu memang sengajadibuat begitu untuk menjaga kedatangan musuh. Dalam padakagum terhadap tokoh Liong Bu-ki (engkong Liong Go) yang

telah merencanakan penjagaan sedemikian rapinya, pun SiauIh mempunyai perasaan lain terhadap jago tua itu.

Sewaktu Thiat-san-sian Liong Bu-ki masih belummengundurkan diri dari medan persilatan, kepandaiannyatermasyhur amat sakti hingga dapat digolongkan dengankesepuluh Datuk. Terutama tokoh itu terkenal dengan sepak terjangnya budiman dan bijaksana dalam memperlakukankawan dan lawan. Tapi setelah mengundurkan diri, tokoh itulebih suka menuntut penghidupan yang aman tenteram.

Siau Ih membandingkan keadaan Pao-gwat-san itu denganselat Liu-hun-hiap. Thiat-san-sian Liong Bu-ki yang begitucermat menjaga musuh dan si Rase Kumahle yang lepasbebas segala-galanya. Suatu perbedaan yang amat menyolok sekali. Diam-diam dia makin menghargai pribadi engkongnyaitu.

Saat itu Liong Go mulai kendorkan langkahnya. Ternyatapemandangan disekeliling tempat itu, jauh berbeda dari tadi.Kecuali penuh dengan liku-liku dan persimpangan yang ruwetseperti jaring laba-laba, pun jalanan itu sepintas pandangseperti tak dapat dijalani orang.

Tengah Siau Ih tertegun, Liong Go berpaling kebelakangdan tersenyum: „Hante, mulut jalanan sudah tak jauh, ini

adalah jalanan yang terakhir dari Kiu-jiok-pat-poa-it-sian-thian(sembilan liku delapan tikungan), memang amat rumit."

  „Hebat benar susunan jalan kiu-jiok-pat-poa-it-sian-thianitu. Kalau tiada toako yang menunjukkan, siaote pastitersesat," sahut Siau Ih.

Menerangkan Liong Go lebih jauh: „Jalanan pelik ini tanpadisengaja telah diketemukan engkong. Bermula beliau tak 

menaruh perhatian. Setelah mengundurkan diri, baru dia

Page 305: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 305/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

teringat tempat ini. Untuk menjaga pembalasan kaumpenjahat yang binasa ditangannya, maka engkong telahpindahkan seluruh keluarganya kemari. Tempat ini ternyata

sangat mencil sekali, hingga kecuali beberapa kenalannyayang akrab, tiada seorangpun yang mengetahui tempatperistirahatan engkong di Pao-gwat-san sini ……..” 

Menutur sampai disini, Liong Go berhenti sejenak,wajahnya menampil kedukaan. Suatu hal yang tak lepas daripandangan Siau Ih, siapa lalu buru-buru berkata: „Sekalipuntoako tak mengatakan, siaotepun sudah mengetahui."

 „Apa? Hiante sudah mengetahui?” tanya Liong Go.  „Sekalipun tak tahu jelas, tapi sewaktu memasuki gunung

ini, siaote telah melihat beberapa runtuhan rumah. Kedua kali,selama dalam pendakian itu, siaote tak pernah berjumpadengan barang seorangpun jua. Siaote menduga tentu terjadisesuatu peristiwa kalau tiada bencana alam, pasti perbuatanorang. Tapi menilik bekas-bekas runtuhan itu, teranglah bukanbencana alam. Sewaktu bertemu dengan beberapa saudaratadi, wajah mereka agak cemas, jadi siaote menduga pastitelah terjadi sesuatu …...” 

Siau Ih berhenti sejenak, lalu melanjutkan pula: „olehkarena siaote sudah seperti saudara kandung, maka haraplahtoako memberitahukan sejelasnya."

Liong Go menghaturkan terima kasih, ujarnya: „Meskipun

hiante tak mau menerangkan siapa gurumu, namun aku telahmengetahui bagaimana kepandaian hiante itu. Mendapatseorang pembantu seperti hiante, rasanya aku sepertimenerima kunjungan malaekat dari langit."

Siau Ih kemalu-maluan.

  „Ai, hiante tak usah sungkan, kita toh sudah sepertisaudara sendiri. Peristiwa yang kuhadapi itu, sebenarnya tak 

hebat, namun karena engkong amat berhati-hati, jadi

Page 306: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 306/429

Page 307: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 307/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sudah biasa tentu mudah berhilir mudik. Setelah itu diamenghampiri ke sebuah rumpun rotan dan menekannyapelahan-lahan.

Seketika terdengar suara gemuruh pula dan pintu besiitupun tertutup sendiri. Kemudian menunjuk pada sebuahhutan yang luas dtsebelah muka, Liong Go menerangkanbahwa di belakang hutan itulah terdapat pondoknya.

Memandang ke arah hutan itu, kembali Siau Ih kagum.Selain lebat, pun setiap pohon yang tumbuh dihutan itubesarnya rata-rata sepemeluk tangan orang. Waktu

diperhatikan lebih lanjut, nyatalah barisan pohon itu sepertidiatur menurut bentuk suatu barisan perang. Kembali diamenanyakan hal itu kepada Liong Go.

  „Sepertinya hal dengan kiu-jiok-pat-poa-it-sian-thian, punhutan itu memang diatur oleh engkong. Dimana letak keindahannya, akupun tak dapat menerangkan dengan jelas.Kita hanya dapat menurut petanya saja."

Siau Ih tak habisnya memuji kelihayan Thiat-san-sian LiongBu-ki.

Untuk itu Liong Go hanya menghela napas, ujarnya: „Memang harus diakui bahwa engkong itu selain seorang yangberbakatpun memiliki pengalaman yang luas. Mendiangayahkupun keturunan darahnya, cerdas dan tangkas. Sayangbeliau sudah keburu menutup mata dalam usia muda.

Sebaliknya aku ini, tiada berguna. Belasan tahun engkongmendidik, namun aku tetap begini saja, sungguh memalukan."

Siau Ih menghiburnya dengan mengatakan bahwatoakonya itu terlalu merendah hati. Memang kaum muda tak terluput dari kecongkakan, tapi kalau dibandingkan dengantokoh-tokoh angkatan tua, mereka masih belum menempil.Pokok asal giat, kesempurnaan itu pasti akan dapat dicapai.

Diam-diam Liong Go merasa heran melihat perobahansaudaranya angkat itu. Bgaimana seorang pemuda yang

Page 308: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 308/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tempo hari begitu sombong congkak, kini ternyata dapatmengucapkan beberapa falsafat yang tinggi.

Dalam pembicaraan selanjutnya, Siau Ih minta agardiperkenalkan engkong Liong Go. Saking asyiknya merekaber¬cakap-cakap itu, tahu-tahu sudah memasuki hutan itu.

Kiranya sepeminum teh lamanya, mereka keluar dari hutanitu. Di sebelah luar hutan itu, terbentang sebuah tanah lapangyang amat luas. Empat penjuru dikelilingi oleh puncak gunungyang menjulang tinggi.

Di kaki gunung itu, masih ada dua buah rentetan rumahkayu. Di depan rumah itu kelihatan beberapa orang lelakiberpakaian ringkas. Mereka tampak bicara dengan berisik,entah apa yang dipercakapkannya itu. Yang nyata wajahmereka itu mengunjuk ketegangan. Oleh karena barisanrumah itu diatur sedemikian rupa, jadi tengah-tengahnyaseperti merupakan sebuah pintu masuk.

Ketika Liong Go dan Siau Ih tiba, orang-orang itu sama

berhenti bicara dan memberi hormat pada Liong Go. Liong Gohanya ganda tertawa membalas salam.

Memasuki pintu alam itu, Siau Ih disuguhi oleh suatupemandangan yang mempesonakan. Sebuah tanah lapangyang penuh ditumbuhi rumput hijau dan beraneka bunga.Hutan bambu, tumbuh di sana-sini.

Di bawah naungan barisan gunung, tampak beberapa

rumah. Alam pemandangan disitu, mempunyai selerakeindahan lain dari alam di Tiam-jong-san. Siau Ih terhiburhatinya.

  „Pemandangan disini, benar-benar merupakan sebuahtaman sorga di luar dunia," pujinya.

Liong Go hanya tertawa saja dan mengucapkan beberapakata merendah. Yang satu memuji yang lain merendah. Kedua

pemuda itu bercakap-cakap dengan gembira sekali.

Page 309: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 309/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tiba-tiba Liong Go teringat bahwa Siau Ih tentunya belummakan siang. Waktu berjalan ditengah-tengah padang bungaitu, Liong Go menunjuk ke arah sebuah hutan bambu,

katanya: „Itulah pondok Soh-yap-suan, tempat peristirahatanengkong."

Memang disana terdapat beberapa puluh batang bambuyang rindang daunnya. Di belakangnya, ada beberapa petak rumah. Kala itu tampak ada seorang anak berpakaian putih,tengah masuk ke dalam pondok sembari membawa sebuahikat pinggang kumala. Tiba-tiba Liong Go berhenti, dia sepertiteringat sesuatu.

 „Ai, aku benar-benar linglung, hampir lupa memberitahukansiaote. Beberapa hari yang lalu seorang sahabat lama dariengkong telah datang kemari dan tinggal disini beberapa hari.Locianpwe itu selama ini tinggal di luar lautan, jarangberkunjung ke daratan Tiong-goan. Entah apa sebabnya,mendadak dia datang kemari beserta beberapa orang anak muridnya. Rupanya dia mempunyai urusan penting. Orang tua

itu beradat aneh, sombongnya bukan main. Kecuali denganengkong dan satu dua tokoh persilatan, dia tak mempunyaikenalan lain lagi. Siaote pasti tahu siapa dia, ialah salah satutokoh dari sepuluh Datuk yang bernama Gan-li Cinjin KhoGoan-thong. Sejak beliau datang kemari, kerjanya tak lainhanya bercakap-cakap sepanjang hari dengan engkong. Nantiapabila hiante menghadap engkong, tentu akan berjumpa juga dengan orang tua itu."

Mendengar nama orang itu, Siau Ih menjadi terkesiap. Siorang lelaki berpakaian merah yang membantu Li Thing-thinguntuk mencelakai dirinya di lembah gunung Tay-lo-san itu,adalah murid dari Gan-li Cinjin Kho Goan-thong. Tanpadisadari, timbullah rasa dendam pada wajah Siau Ih. Melihatitu diam-diam Liong Go terkejut.

  „Celaka, jangan-jangan Siau-hiante ini pernah bentrok 

dengan Kho Cinjin itu,” pikir Liong Go. Dia makin mengeluh,

Page 310: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 310/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

demi teringat akan sepak terjang pemuda itu jika menuntutbalas terhadap seseorang musuh.

  „Harap toako jangan kuatir, siaote pasti takkan berbuatkurang hormat,” kata Siau Ih menghibur toakonya.

Sabar nada ucapan itu kedengarannya, namun tak urungLiong Go berjengit juga. Dia kenal bagaimana watak Siau Ihitu. Entah bagaimana kini pemuda itu dapat mengendalikandiri begitu rupa. Tapi demi dia memperhatikan kesungguhanwajah saudaranya angkat itu, diam-diam iapun memuji sikapanak muda itu.

Pada lain saat, keduanya segera menuju kepondok Soh-yap-suan. Tiba di muka pondok itu, Liong Go minta Siau Ihmenunggu di luar dulu, biar dia masuk melapor. Tak berapalama kemudian, Liong Go keluar dan mengundang Siau Ihmasuk.

 „Kho Cinjin juga berada di dalam,” bisik Liong Go.

Siau Ih tahu juga kemana jatuhnya perkataan Liong Goyang terakhir itu. Segera dia menyahut dengan tersenyum:  „Toako jangan kuatir. Kalau berhadapan dengan seorangcianpwe, biar bagaimana juga, siote pasti tak berani berlakukurang adat."

Demikian kedua pemuda itu segera melangkah masuk.Pondok Soh-yap-suan hanya terdiri dari dua buah ruanganyang bersih. Ruang maka penuh berhiaskan buku-buku dan

lukisan-lukisan. Seorang kacung segera menyingkap tirai darimempersilahkan kedua pemuda itu masuk.

Di atas sebuah dipan yang berdiri dekat dinding, tampaklahduduk dua orang tua. Yang seorang bertubuh tinggal besar,berwajah bersih. Sedang satunya seorang iman tua bertubuhkecil kurus. Jubahnya berwarna merah, wajahnya amatcongkak.

Page 311: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 311/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Tahulah Siau Ih bahwa yang duduk bersila itu tentu tokohtermasyhur masa silam, Thiat-san-sian Liong Bu-ki. Sementaraimam tua itu, pasti tokoh yang dikatakan Liong Go, yakni Gan-

li Cinjin Kho Goan-thong yang tinggal di pulau Cip-peng-to.Dengan khidmat, Siau Ih menjurah memberi hormat,

serunya: „Wanpwe Siau Ih menghaturkan hormat padacianpwe!” 

Memang orang tua yang duduk bersila itu, ialah Liong Bu-ki. Pelahan-lahan kedua matanya dipentang dan disapukan kearah pemuda itu. Wajahnya menampil seri senyum dan

dengan suara ramah dia berkata: „Usah banyak peradatan,inilah Kho Cinjin."

Kesan mengenai peristiwa di gunung Tay-lo-san itu, masihsegar dalam ingatan Siau Ih, namun dia tak mau dikatakurang hormat terhadap Kho Goan-thong. Buru-buru diamenjurah ke arah Cinjin itu selaku menghaturkan hormat,namun mulutnya tak mengatakan sepatah perkataan apa-apa.

Gan-li Cinjin Kho Goan-thong, menempati tingkatan atas didunia persilatan, tambahan pula orangnya pun berhati tinggi(sombong). Melihat pemuda itu memberi hormat denganmembisu, marahlah dia. Dengan nada dingin, dia mendengus:  „Kau dan aku tak mempunyai hubungan apa-apa, pinto tak berani menerima penghormatan yang besar!” 

Siau Ih tertawa dingin, lalu menyurut ke belakang. Liong

Bu-ki terkejut melihat sikap kedua orang tua dan pemuda itu.Sedang Liong Go pun menjadi tak enak.

Saat itu, si kacung membawakan dua buah dingklik, makaLiong Bu-ki pun menyuruh kedua pemuda itu duduk.

 „Tempo hari ketika dimakam Gak-ong, kalau tiada bantuanhiantit, Go-ji tentu celaka, untuk hal itu losiu amat berterimakasih,” ujar Thiat-san-sian Liong Bu-ki.

Page 312: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 312/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Orang yang sudah angkat saudara, adalah sudah jamak bantu membantu, Locianpwe begitu sungkan, wanpwesungguh malu dihati," Siau Ih tersipu berbangkit menyahut.

  „Ah, losiu tak menyukai peradatan, harap hiantit duduk saja,” kata tuan rumah. Kemudian jago tua itu berpaling kearah Gan-li Cinjin yang duduk disebelahnya, berkata: „Menilik anak itu memiliki bakat tulang yang bagus dan pribadi yangkuat, apabila dia dapat melatih diri, kelak pasti akan berhasil.Sayang dia mempunyai watak ganas, hingga tentu seringmengalami kesulitan. Entah bagaimana pendapat to-heng?” 

Dengan wajah yang masih tetap membeku, Kho GoanThong menyahut dingin: „Dikolong dunia yang lebar ini,banyak sekali tunas-tunas yang bagus. Oleh karena seringmendapat kesulitan, maka harapan untuk berhasil tentu amatkecil. Orang macam begitu, tak boleh diharap."

Sebagai sahabat lama, Thiat-sian-san Liong Bu-ki cukupkenal akan perangai Gan-li Cinjin itu. Dia tahu karena Siau Ihkurang menghormat, maka Gan-li Cinjin sudah memberipenilaian begitu.

Sebagai tuan rumah, dia tak mau berdebat panjang lebar.Dengan tertawa tawar, kembali dia berpaling ke arah Siau Ih.Dia mulai mananyai anak muda itu mengenai bermacam-macam hal di dunia persilatan.

Digembleng oleh tokoh si Dewa Tertawa, Siau Ih berangkat

dewasa menjadi seorang pemuda yang lihay dalam ilmu silatdan ilmu sastera. Apalagi setelah ‘dikurung’ selama berbulan-bulan di Tiam-jong-san, dia telah mendapat latihan rokhaniyang cukup baik dari engkongnya. Semua pertanyaan tuanrumah, telah dijawabnya dengan lancar dan hormat.

Sebaliknya Liong Bu-ki yang sudah lama mengasingkan diri,sudah tentu ketinggalan zaman. Benar ia mendengar di duniapersilatan banyak muncul jago-jago muda yang lihay, tapi

selama itu belum pernah dia menyaksikan sendiri. Kini setelah

Page 313: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 313/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berhadapan muka dengan Siau Ih, kesannya terhadappemuda itu amat memuaskan sekali.

Selain memiliki kepandaian silat yang tinggi, nyata pemudaitu mempunyai kepribadian yang menonjol. Apa yang dikatakan Liong Go tempo hari kepadanya (Liong Bu-ki) itu,bukan saja benar malah melebihi kenyataan.

Diam-diam jago tua itu kagum di dalam hati. Bahkan Gan-liCinjin Kho Goan-thong yang muring-muring itu, diam-diampun juga terperanjat.

Saking gembiranya, Liong Bu-ki terus menerus menghujanipertanyaan pada anak muda itu. Pertanyaannya pun makinlama makin sulit, hingga Siau Ih harus menggunakan waktuuntuk menjawab.

Melihat engkongnya penuju dengan Siau Ih, Liong Go amatgembira. Tapi diam-diam dia berdebar-debar jugamendengarkan ujian lisan yang berat itu. Syukur saudaranyaangkat itu dapat menjawab semua pertanyaan.

Dalam pada itu, Siau Ih sendiri diam-diam mengeluh. Tak tahu dia, bila tuan rumah akan menyudahi pertanyaannya.Lebih berdebar lagi dia, bila nanti jago tua itu bertanyatentang nama suhunya.

Maka sembari menjawab bermacam pertanyaan itu, diam-diam Siau Ih memutar otak bagaimana nanti dapatmenghindari pertanyaan yang menyangkut diri suhunya. Ah,

susah sekali kiranya.

Untuk kegirangannya, saat itu Liong Bu-ki hentikanpertanyaannya, dengan wajah berseri gembira tokoh ituberpaling ke arah sahabatnya Gan-li Cinjin, ujarnya: „Memangbenar ucapan bahwa 'ombak disungai Tiang-kang itu yang dibelakang mendorong yang di muka'. Setiap zaman tentumelahirkan tunas-tunas baru. Kini baru losiu dapat merasakan

sendiri kebenaran ucapan itu."

Page 314: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 314/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Berhenti sejenak, Thiat-san-sian kembali berkata:  „Pengetahuan anak itu cukup luas, walaupun kurangpengalaman, tapi dalam usia seperti itu, kiranya sudah boleh

dipuji. Entah bagaimana ilmunya silat, tapi kurasa tentusuhunya itu bukan tokoh sembarangan. Asal dia giat berlatihdiri, kelak pasti akan sangat gemilang. Apakah to-heng beranibertaruh dengan aku?"

Sepasang mata Gan-li Cinjin berkilat-kilat, menantangdingin ke arah Siau Ih, dia mendengus, ujarnya: „Kata-kata'sangat' itu amat luas artinya. Sedang kata 'gemilang' itu, daridulu sampai sekarang tiada seorang yang berani mengakui.Misalnya, kita berdua ini, nama kita sampai sekarangpunmasih belum punah, tapi adakah kita berani menganggap dirikita ini 'sangat gemilang'? Sekalipun si Rase Kumala Shin-tok Kek yang begitu congkak, rasanya juga tak berani menepuk dada begitu. Maka apa yang Liong-heng ucapkan tadi, pintobelum dapat menyetujui. Tentang bertaruh, maafkan, pintokurang tertarik.” 

Thiat-san-sian hanya ganda tertawa, bantahnya: „Uraianto-heng itu memang benar, tapi menurut pendapat losiu,kedua kata tadi bukannya tak mungkin. Benar karena hidupmanusia itu amat terbatas, tak dapat sempurna segala-galanya. Namun dalam bidang-bidang yang tertentu, tentumungkinlah mencapai prestasi yang tinggi. Pameo 'ombak sungai Tiang-kang yang di belakang mendorong yang dimuka', tetap tak berkurang kebenarannya. Siapakah yang

berani memastikan bahwa angkatan muda itu takkan dapatmelebihi angkatan tua?” 

Wajah Kho Goan-thong yang sudah keren itu, makin gelap.Pada lain saat tampak dia berbangkit, katanya: „Ah, tiadaberguna untuk berdebat tentang urusan kecil itu. Pinto hendak mengasoh dulu."

Habis itu, dia lantas melangkah keluar.

Page 315: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 315/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Thiat-san-sian menggeleng dan menghela napas melihatkelakuan sobatnya itu.

Siau Ihpun terperanjat hatinya. Diam-diam dia menduga,kepergian Gan-li Cinjin itu tentu akan mempercepat datangnyakesulitan. Ah, lebih baik dia juga akan minta diri saja. Cepatdia mengutik Liong Go yang duduk di sampingnya.

Liong Go mengerti maksud saudaranya angkat, makadengan alasan Siau Ih sejak pagi belum makan, dia minta diripada engkongnya. Engkongnya mengiakan dan bahkanmenyesali Liong Go yang tak memperhatikan kepentingan

sahabatnya itu.Siau Ih menghaturkan terima kasih atas kebaikan budi

orang tua itu. Setelah keluar dari ruangan itu, dapatlah Siau Ihmenghela napas longgar.

  „Pondok kecil itu, adalah tempat tinggalku. Biar kusuruhmereka siapkan beberapa hidangan. Nanti malam kitalewatkan dengan mengobrol lagi,” kata Liong Go sambil

menunjuk ke arah beberapa petak rumah yang berada dibawah kaki sebuah puncak yang tinggi.

Setiba di muka pondok itu, penjaga pintunya ternyataadalah si anak muda yang dijumpai Siau Ih ketika bertanya jalan pada beberapa orang disebelah bawah sana.

  „Ji-yan, ayuh haturkan hormat pada Siau kongcu!" seruLiong Go. Anak itupun menurut perintah.

Waktu masuk ke dalam ruangan, ternyata disitu selaindirawat bersih pun penuh berhias dengan lukisan-lukisan yangmenarik. Sungguh sebuah tempat yang amat sesuai untuk belajar. Siau Ih memuji kebersihan dan keindahan pondok itu.

Tak lama kemudian, hidanganpun segera disuguhkan.Ternyata masakannya amat lezat dan arakpun arak pilihan.Habis dahar, Liong Go lalu perintah Ji-yan pindahkan tempat

Page 316: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 316/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

duduk di muka jendela. Begitu sembari menikmati arak wangi,kedua pemuda itu mengobrol ke barat ke timur.

  „Toako, tadi semakin berhadapan dengan locianpwe,sebenarnya aku hanya kepingin lekas-lekas undurkan diri,bukan karena lapar," kata Siau Ih.

 „Mengapa?” tanya Liong Go.

Siau Ih menghela napas, ujarnya: „Bukannya maksudsiaote hendak berlaku kurang hormat terhadap orang tua,tetapi karena kuatir dalam pertanyaan itu nanti, locianpweakan menanyakan asal-usul dan suhu siaote. Siaotemenyembunyi kedua hal itu, bukan karena bermaksud jahattapi karena sakit hati ayah bunda belum terhimpas. Hal iniharap toako berlapang dada memaafkan."

"Rahasia pribadi yang tak boleh diceritakan pada lainorang, rasanya setiap orang tentu mempunyai. Tapi sekiranyasiaote percaya, aku suka sekali untuk membagi kedukaansiaote itu."

Sampai disini, Siau Ih tak dapat menghindar lagi. Begitulahdia segera menuturkan riwajat hidupnya dengan jelas.

Ketika menuturkan tentang peristiwa yang dialami ayahbundanya, dia tak kuasa menahan air matanya lagi. Liong Gopun turut bersedih atas kemalangan nasib anak muda itu.Sampai sekian saat, mereka diam membisu.

  „Membalas sakit hati orang tua, adalah tugas kewajibanseorang putera. Tapi sebaiknya jangan kita bertindak secaragegabah. Coba hiante pikirkan, peristiwa itu sudah berselangpuluhan tahun lamanya, namun tetap belum jelas. Bahkanbeberapa cianpwe yang berkepandaian tinggi turutmenyelidiki, pun tetap sia-sia. Jadi nyatalah urusan itu amatpelik sekali. Maka dapat dipastikan, apabila salah urus,peristiwa itu pasti akan menimbulkan kegoncangan besar

dalam dunia persilatan. Menurut pendapatku, lebih baik hianteberlaku hati-hati dan menurut petunjuk yang diberikan oleh

Page 317: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 317/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kedua locianpwe itu. Percayalah, bahwa sakit hati itu pastiakan ada akhirnya.” 

23. Arti Persaudaraan … … . 

Siau Ih menghaturkan terima kasih atas nasehat itu. Selangberapa jenak kemudian, Siau Ih menerangkan rencanaperjalanannya.

Pertama dia akan tinggal beberapa hari di Pao-gwat-sanitu, lalu menuju ke Lo-hu-san untuk menjenguk Lo Hui-yan,

setelah itu baru pulang ke Tiam-jong-san menerimadampratan engkongnya.

Mendengar Siau Ih hendak pergi ke Lo-hu-san, Liong Gobercekat, ujarnya: „Rencana hiante itu bagus sekali, tapisebaiknya perjalanan ke Lo-hu-san itu ditiadakan sajalah!"

Siau Ih ganda bersenyum, katanya: „Meskipun Peh-hoa-kiong itu suatu daerah terlarang bagi kaum lelaki, tapi kita

bertiga sudah saling angkat saudara, jadi rasanya lebih daripantas kalau siaote menyambanginya. Apalagi ketika hendak pulang, adik Yan pernah memberitahukan siaote, bahwa asallebih dahulu mencari pada seorang petani she Kau, siaotepasti akan dapat berjumpa pada adik Yan. Jadi tak perlu siaotemasuk ke daerah Peh-hoa-kiong, harap toako jangan kuatir.” 

Liong Go tahu bahwa antara kedua muda-mudi itu sudahterjalin suatu ikatan asmara yang berkesan, jadi diapunmerasa tak enak untuk mencegahnya.

Setelah meneguk habis araknya, Siau Ih mengingatkanakan keterangan Liong Go tempo mendaki ke atas gunung tadipagi, bahwa Pao-gwat-san dalam beberapa hari belakanganini, terjadi suatu peristiwa.

 „Ah, kejadian itu boleh dianggap akulah yang menjadi gara-garanya saja, ceritanya amat panjang. Sembari minum-

Page 318: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 318/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

minum, akan kututurkan hal itu pelahan-lahan,” sahut LiongGo.

Setelah menghabiskan araknya, mulailah Liong Gomenutur: „Sepulangnya ke gunung, segera kuceritakan padaengkong tentang munculnya kembali si Jin-mo Kiau Hoan danpertempuran dimakam Gak-ong itu. Engkong menerangkan,bahwa Manusia Iblis itu tentu akan melakukan pembalasankepada beliau atas kekalahannya tempo hari. Dalam waktusetahun, Kiau Hoan tentu melakukan pembalasan."

Liong Go berhenti sejenak menghirup arak, lalu

melanjutkan pula: „Bermula aku kurang percaya atasketerangan engkong itu. Pertama letak Pao-gwat-san siniamat pelik, kedua kali rakyat disini jarang turun gunung jaditak mudah dimata-matai orang. Tapi kenyataan, memangtepat sekali dugaan engkong itu. Kira-kira setengah bulan lalu,daerah sini telah kemasukan seorang kaum persilatan. Duabuah keluarga pemburu yang menghuni disekitar tempat ini,telah dibunuh dan dibakar rumahnya.” 

  „Engkong segera menentukan bahwa yang melakukankeganasan itu, pasti si Jin-mo. Karena tak mau menunjukkanletak Pao-gwat-san, maka Manusia Iblis tentu membasmikedua keluarga pemburu itu. Engkong sangat memikirkankepentingan beberapa keluarga pemburu yang tersebartinggal disekitar daerah gunung sini. Agar jangan sampaimereka diganas si Jin-mo, engkong menyuruh mereka sama

pindah kemari. Selanjutnya engkong telah mengambil putusanuntuk menghadapi durjana itu secara terang-terangan.Seorang yang pernah diberi ampun tapi ternyata tak dapatinsyaf, sudah seharusnya dibasmi.” 

  „Benar juga pada suatu hari muncullah Manusia Iblis itu.Tapi dia belum bertindak apa-apa, melainkan sesumbar dimuka jalanan kiu-jiok-pat-poa-it-sian-thian, bahwa dalamwaktu sepuluh hari, dia akan datang untuk menghancurkan

Pao-gwat-chung. Untuk menghadapi ancaman itu, maka telah

Page 319: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 319/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kusiapkan penjagaan yang rapi. Tiga hari kemudian, datangKho Cinjin, namun engkong tak mau menceritakan hal itukepadanya, karena beliau tak mau lain orang terlibat dalam

urusan itu. Menurut perhitungan, besok pagi itu sudah genapsepuluh hari, apabila terjadi suatu apa, kuharap hiante janganturut campur.” 

Siau Ih tenang-tenang meneguk cawannya, kemudianmembuka mulut: „Apakah toako masih ingat tentang asal-usuldiri siaote dan bagaimana suhu telah menggembleng siaoteitu?” 

Liong Go terkesiap dan mengiakan.  „Bagus, bagaimanakah sepak terjang ayah angkatku si

Dewa Tertawa itu pada masa dahulu?" tanya Siau Ih.

  „Beliau adalah seorang tokoh yang gigih memperjoangkankeadilan dan kebenaran. Angkatan muda dalam duniapersilatan sangat mengagungkannya,” sahut Liong Go.

 „Jadi pada hakekatnya, ayahku angkat itu memang tak mauberpeluk tangan terhadap sesuatu yang tak adil. Sejak kecilsiaote digemblengnya, sudah tentu perangai siaote pun tak terlepas dari ………..” 

 „Hiante ……..,” tukas Liong Go.

  „Toako, orang bijaksana bicara dengan otaknya, masakahtoako tak kenal pribadiku. Apalagi aku pernah bentrok denganiblis itu.” 

Kembali Liong Go mencegahnya, namun dengan wajahbersungguh Siau Ih menegaskan: „Pertempuran di makamGak-ong itu termasuk tugas kaum persilatan dalam rangkamembasmi kejahatan. Segala resiko, biarlah siaote yangtanggung. Benar locianpwe (Liong Bu-ki) tak mau menerimabantuanku, tapi urusan itu siaote sendiri yang bertanggung jawab, tak nanti menyusahkan toako.” 

Page 320: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 320/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Masih Liong Go hendak memberi penjelasan untuk menasehatinya, tapi Siau Ih segera menyimpangkanpembicaraan: „Toako, sudahlah jangan plkirkan hal itu, mari

kita rayakan pertemuan kita ini dengan minum dan mengobrolpuas-puas.” 

Liong Go terpaksa menerima cawan yang diangsurkanpemuda itu dan meneguknya habis.

Kemudian Siau Ih menceritakan panjang lebar tentangpengalamannya selama ini, Bagaimana dia menolong TanWan, bertempur dengan Li Thing-thing, menje¬nguk si Rase

Kumala dan disekap selama tiga bulan di Tiam-jong-san danlain-lain.

Tapi ada sebuah hal yang dirahasiakan ialah tentangpertempuran di gunung Tay-lo-san, dimana anak murid Gan-liCinjin telah binasa. Bukan karena dia takut terhadap KhoGoan-thong, tapi karena dia tak mau Liong Go terlibat didalamnya.

Hanya saja sewaktu dia menceritakan tentangpertempurannya dengan si Wajah Kemala Tio Gun. Liong Gotampak terperanjat.

  „Tio Gun itu kecuali berkepandaian tinggi, juga wajahnyamirip sekali dengan siaote. Karena hal itulah maka siaotehampir disangka orang sebagai tukang pengrusak wanita.Sayang walaupun Siaote berhasil mengutungi sebelah

tangannya, bangsat itu dapat meloloskan diri."Liong Go menerangkan bahwa sebenarnya si Wajah Kumala

itu bernama Tio Giok-gun, anak murid dari Ngo Siu-wanTotiang. ketua Bu-tong-pay.

  „Orangnya sih cerdas dan berkepandaian tinggi, hanyasayang gemar paras cantik. Sebenarnya Ngo Siu-wan Totianghendak menghukumnya berat, tapi mengingat hubungan suhu

dan murid, dia tak tega dan hanya mengusirnya dariperguruan. Sejak itu, dia pun berganti nama dengan Tio Gun

Page 321: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 321/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dan menurutkan kemauan hatinya. Nah, jelas sudah bahwarumah perguruan baik belum tentu menghasilkan anak muridbaik. Baik buruk itu tergantung dari dasar sanubarinya.” 

Siau Ih menanyakan kalau-kalau Liong Go kenal denganorang itu.

Liong Go menggeleng kepala, ujarnya: „Aku tidak kenalpadanya, melainkan dengan sutenya Kin-kiong-hoan Sun Kian-hin, aku memang kenal baik. Adalah dari Sun Kian-hin, akumengetahui riwayat si Wajah Kumala itu."

Demikian Kedua pemuda itu mengobrol sampai jauhmalam. Tahu-tahu langit sudah muiai terang tanah. Keduanyasegera berpisah untuk beristirahat dikamar masing-masing.

Siangnya setelah habis makan, Liong Go ajak Siau Ihberjalan-jalan diperkampungan itu. Kecuali beberapa petak rumah pondok Soh-yap-suan, Thing-hong-simo-cu dan Khim-kwat, desa Pao-gwat-chung itu seluruhnya adalah tanahlapang yang penuh ditumbuhi bunga-bunga.

Memang propinsi Kwitang di daerah selatan, dalam empatmusim selalu menghidangkan pemandangan alam yangpermai. Siau Ih tak putu-putusnya memuji.

 „Ah, hiante terlalu memuji, masakah Pao-gwat-san menangdengan Tiam-jong-san dengan selat Liu-hun-hiap yangkeramat dan suci itu?” sahut Liong Go.

 „Indah sih indah, tapi disini lebih bebas".

 „Ah, memang di rumah sendiri itu ibarat kuda lepas, kalautak dikekang tentu membawa maunya sendiri."

Mendengar ucapan Liong Go itu, Siau Ih agak terkesiap,katanya: „Siaote telah mengetahui kesalahan siaote. Rinduakan toako, telah terpenuhi. Nanti setelah mengunjungi Lo-hu-san, siaote tentu segera pulang ke Tiam-jong-san untuk menerima dampratan dan menunggu kesempatan melakukanpembalasan dendam yang tak kunjung datang itu."

Page 322: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 322/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Liong Go mengangguk, serunya dengan sungguh: „Tahukesalahan dan dapat merobahnya, itulah orang yangbijaksana. Dan tak pernah melupakan dendam orang tua,

itulah orang yang berbakti.”  „Memang benar. Tapi kalau berlarut terlalu lama, mungkin

bukti-bukti peristiwa itu makin hilang. Kalau sampai demikian,siaote hidup pun menanggung penasaran, mati juga tak adamuka bertemu dengan kedua ayah bunda."

Liong Go menghiburnya: „Segala apa tak dapat lepas darihukum alam. Siapa menanam pasti akan memetik buahnya.

Misalnya, si Jin-mo itu. Tanpa diharap diapun muncul sendirikemari untuk mempertanggung-jawabkan kedosaannya. Haraphiante jangan putus asa."

  „Dalam, kamus hidup siaote, tak terdapat kata putus asaitu. Setiap perbuatan yang benar, tentu siaote lakukan sampaiselesai. Mengenai hukum alam, uraiannya memang begitu,namun prakteknya belum tentu bahwa perbuatan baik itutentu mendapat buah baik. Seperti si Jin-mo yang telah diberikemurahan oleh Locianpwe, sebaliknya malah memberikesempatan pada durjana itu untuk melanjutkankejahatannya. Kesimpulannya, baik buruknya hasil yang kitapetik itu, tergantung juga bagaimana tempatnya kitamenanam ……” 

Liong Go agak terbeliak.

  „Juga nasib seperti yang di alami oleh kedua almarhumayahbundaku itu. Apa salah mereka terhadap orang lain?Hanya karena mereka dilahirkan sebagai sejoli rupawan danbudiman, maka telah menimbulkan iri hati orang. Dari iri hatiorang lalu mencelakai mereka. Menurut hukum alam,bagaimana hendak menjelaskan? Pada hakekatnya, dunia itumemang tidak adil,” Siau Ih melanjutkan pula.

Kembali dia berhenti sejenak, lalu berkata pula: „Memiliki

hati welas asih dan menjalankan kebaikan, memang suatu hal

Page 323: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 323/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

yang mulia. Namun kalau tidak menyesuaikan dengan waktudan tempat, akibatnya akan runyam sendiri."

Liong Go merenung beberapa detik, baru dia mengiakan.Dia memuji kematangan pikiran hiantenya itu.

Siau Ih mengucapkan kata-kata merendah, lalu katanya:  „Ai, toako, karena mengobrol kita baru berjalan beberapapuluh langkah saja. Kalau begini gelagatnya, mungkin dalamtiga hari, siaote tak dapat menjelajahi Pao-gwat-chung inisampai habis."

Liong Go tersadar dan buru-buru ajak hiantenya itulanjutkan perjalanan lagi.

Tapi belum berapa langkah mereka berjalan, tiba-tibaterdengar lengking orang tertawa.

  „Suheng, alangkah indahnya bunga ini!" seru seorangnona.

  „Sumoay, tanpa ijin yang empunya, jangan gegabah

memetiknya," sahut seorang pemuda.Membantah si gadis tadi: „Berapakah harganya setangkai

bunga, masakah si pemilik begitu sekaker?” 

Rupanya kedua muda mudi itu tengah berbantah.

Siau Ih segera menanyakan mereka kepada Liong Go.

 „Rasanya tentu puteri kesayangan Kho Cinjin yang bernama

Cek-i-liong-li Kho Wan-ji ……,” baru Liong Go berbisik sampaidisini, dari semak disebelah muka, berkelebat keluar seoranggadis berbaju wungu, beserta seorang imam muda.

Nona itu berumur duapuluhan tahun dipunggung menyelipsebatang pedang. Sedang imam itu berjubah merah.

Menampak Liong Go, nona itu menghampiri. Denganbersenyum-senyum ia mununjuk ke arah bunga yang

Page 324: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 324/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

disunting dirambutnya, serunya: „Liong toako, kupetik setangkai bungamu, apakah kau keberatan?” 

Biasanya Liong Go amat sayang terhadap pohon-pohonbunganya. Dia sendiri yang menanam dan merawat bunga-bunga itu. Orang dilarang memetiknya. Dengan hobby itu,hatinya terhibur. Sebenarnya dia kurang senang, namundipaksakan juga bibirnya bersenyum.

 „Jika nona Yan suka, setangkai bunga tak menjadi soal!"

Nona baju ungu itu, adalah puteri tunggal dari Gan-li CinjinKho Goan-thong. Kho Goan-thong mulai menjadi orangpertapaan, ketika sudah dalam pertengahan umur.

Tigapuluh tahun berselang, dia ajak seluruh keluarga dananak muridnya ke pulau Cip-peng-to. Disitu dia mendirikanistana-biara Li-cu-kiong.

Meskipun dia mempunyai banyak selir, tapi ketika berusialanjut baru dia memperoleh seorang puteri. Maka dapatdibayangkan betapa kasih sayangnya terhadap sang buah hatiitu.

Inilah yang menjadikan Yan-ji, seorang nona yang manja.Karena sejak kecil tak pernah meninggalkan pulaukediamannya, maka terhadap tata cara pergaulan, ia tak mengerti.

Waktu ayahnya pergi kedaratan Tiong-goan ia berkerasmau ikut. Direngeki puterinya, Kho Goan-thong terpaksameluluskan.

Mengingat puterinya sudah dewasa, maka baik jugalahkiranya tambah pengalaman dan sekalian barangkali dia (KhoGoan-thong) dapat mencarikan anak mantu yang sesuaidengan puterinya itu.

Wan-ji amat gembira mendapat bunga itu. Berpaling kearah si imam muda, berkatalah ia dengan rasa bangga: „Ngo-

Page 325: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 325/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

suheng, bagaimana, kan sudah kukatakan bahwa Liong toakotak nanti begitu pelit."

Si imam muda tak mau menyahuti ejekan sumoaynya,melainkan sepasang matanya berkilat-kilat menatap Liong Go,kemudian hidungnya mendengus dingin.

Sudah tentu Liong Go terkesiap, pikirnya: „Jangan-jangandia tak senang padaku karena bunga itu."

Karena memikirkan hal itu, mau tak mau wajah Liong Goagak berobah. Sedang si imam mudapun tampak membesimukanya.

Kesemuanya itu tak lepas dari pandangan Siau Ih. Dia tahubahwa antara kedua orang itu diam-diam telah terbit ganjelan.Buru-buru dia menyela: „Toako, mengapa tak mengenalkansiaote?"

Sebagai seorang terpelajar, Liong Go malu di dalam hatikarena telah memperlihatkan tanda-tanda yang kurangmenyenangkan tadi. Segera dia tertawa terbahak-bahak,serunya: „Kedua pihak adalah tetamu-tetamu yang mulia,sukar aku menjadi tuan rumah."

Kemudian menunjuk kepada si nona, dia berkata: „Inilahputeri kesayangan dari salah seorang tokoh sepuluh Datuk Gan-li Cinjin Kho Goan-thong Totiang, nona Kho Wan-ji.Sedang Totiang ini adalah Hwat-poan-koan Lu Wi, muridpilihan dari Kho Cinjin. Dan ini adalah Siau Ih, adik angkatku,

harap ……..” Belum lagi Liong Go menghabiskan kata-katanya, Siau Ih

sudah segera tampil ke muka memberi hormat pada Wan-ji:  „Sungguh beruntung dapat berjumpa dengan nona danTotiang."

Wan-ji balas memberi hormat. Menatap si anak muda,diam-diam ia membatin: „Seorang anak muda yang gagah dan

Page 326: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 326/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tampan, hanya sayang sepasang alisnya memancarkan hawapembunuhan."

Dilihati begitu rupa, Siau Ih tak senang. Apalagi dia sudahmempunyai purbasangka terhadap anak murid Gan-li Cinjin.Namun sedapat mungkin, dia mengendalikan perasaannya.

Hwat-poan-koan Lu Wi terpaksa membalas hormat juga.Melihat itu, diam-diam Liong Go malu hati terhadap Siau Ih.Masakah hanya karena setangkai bunga, dia hampir sajakehilangan harga sebagai tuan rumah.

Tiba-tiba kedengaran Wan-ji tertawa, ujarnya: „Sewaktu dipulau Cip-peng-to, ayah telah menceritakan bahwa alampemandangan di gunung Pao-goat-san sini indah bagailukisan. Dan memang kenyataannya begitu. Hanya saja ayahpernah memesan bahwa setiap jengkal tanah di Pao-gwat-chung sini penuh dengan perkakas rahasia, kalau tidak diantartuan rumah tentu akan celaka. Oleh karena itu, sejak tibadisini, aku tak berani keluar-keluar. Kini apakah Liong toakosenggang dan suka membawa aku berjalan-jalan!"

Sebenarnya karena masih menguatirkan kedatangan Jin-mo. Liong Go tiada mempunyai kegembiraan. Tapi untuk   jangan dikatakan kurang ramah, terpaksa dia menyahut:  „Sebagai tuan rumah, sudah sewajibnya aku menemanikeinginan nona. Hanya saja diperdesaan sini, tiada apa-apayang menarik, kecuali beberapa pohon dan beberapabangunan yang didirikan engkong. Apabila nona Wan sudah

menyaksikan, tentu akan kecewa."

 „Ai, Liong toako terlalu merendah," sahut Wan-ji, kemudiankatanya kepada Lu Wi, „Ngo-suheng, mumpung tuan rumahmempunyai kegembiraan, apalagi ada Siau-siaohiap, ayuh kitapuaskan mata."

Hwat-poan-koan Lu Wi memandang Liong Go dengandingin. Dia hanya mengangguk tak mau menyahut apa-apa.

Page 327: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 327/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Namun rupanya Wan-ji tak merasa akan sikap aneh darisuhengnya itu. Dengan riangnya, segera dia ajak Liong Goberangkat.

Sekonyong-konyong terdengarlah suitan pelahan, tapinadanya amat penuh hingga berkumandang sampai lama.Liong Go dan Siau Ih terbeliak.

Sebaliknya sepasang mata yang bersorot aneh dari Lu Witadi, segera menatap kepada Wan-ji.

  „Suhu memanggil, mungkin akan memberi perintah,"serunya. „Ah, kesempatan bagus ini tersia-sia lagi,” gerutuWan-ji dengan kurang puas.

 „Asal nona Yan suka, lain hari masih dapat kuantar,” buru-buru Liong Go membujuknya.

Wan-ji mengangguk. Entah sengaja entah tidak, kembalimatanya melirik kepada Siau Ih. Setelah tertegun sejenak,baru ia melangkah ke arah pondok Khim-kwat. Hwat-poan-koan Lu Wi mengikutinya.

Setelah mereka pergi, kedengaran Liong Go menghelanapas, ujarnya : „Urusan dunia ini memang sukar diduga,lebih-lebih kaum wanita. Menilik naga-naganya, nona tadirupanya ada hati pada hiante. Kalau benar begitu, urusanpribadi hiante bakal tambah banyak lagi."

Siau Ih ganda tertawa, tiba-tiba dia berkata dengan nadasungguh: „Benar bunga yang jatuh itu ada artinya, tapi belumtentu air yang mengalir itu mempunyai maksud (kiasannya:bertepuk sebelah tangan). Godaan kejahatan tak mempanpada siaote, apalagi soal cinta, tidaklah semudah itu.” 

Begitulah kedua pemuda itu lanjutkan langkah. Tanpaterasa haripun sudah mulai petang.

Habis makan malam, kembali Liong Go ajak Siau Ih duduk diserambi muka minum arak. Sebenarnya Liong Go itu seorangpemuda yang mempunyai didikan tinggi. Tapi dikarenakan hari

Page 328: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 328/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

itu adalah hari penghabisan dari janji Jin-mo, jadi tak urungdia tampak gelisah juga.

Tanpa terasa waktu sudah hampir tengah malam. Suasanadi Pao-gwat-chung itu makin lelap. Langit bertabur bintang,angin malam membawakan bau bunga, membuat tempat ituseperti tempat dewata.

Sebaliknya Liong Go merasa, justeru dalam ketenanganitulah, alamat akan datangnya bahaya.

Siau Ih tak dapat menyelami perasaan toakonya. Belumpernah dia merasakan ketenangan yang seperti saat itu, makaenak-enak saja dia menikmati araknya. Akhirnya dia terpaksatak tega melihat kegelisahan Liong Go.

  „Dimisalkan si Jin-mo datang, itu adalah suatu kejadian jamak dalam dunia persilatan. Mengapa toako begitu gelisah?Kewibawaan tui-hun-cap-sa-san, tak mengizinkan perasaansemacam itu,” dia membatin.

Pada lain saat, dia menduga mungkin Jin-mo Kiau Hoan ituakan datang dengan konco-konconya yang banyak. Sekalipunada Gan-li Cinjin dan anak muridnya, dikuatirkan engkongLiong Go itu tak mau meminta bantuannya. Ah, biarbagaimana, dia (Siau Ih) akan berusaha untuk membantusekuat mungkin.

  „Toako kemarin malam telah memberi nasehat tentangkeperwiraan pada siaote, tapi mengapa kini toako sendiri

begitu gelisah? Ai, biarlah siaote menghaturkan secawan arak pada toako, sekedar untuk penenang hati."

Liong Go tersipu-sipu malu, dan lalu mengangkat cawanmeminumnya. Siau Ih menuangkan lagi arak ke dalam cawanLiong Go, ujarnya: „Ai, tak usah toako likat-likat …….” 

Baru dia mengucap begitu, tiba-tiba dari kejauhanterdengar suara letusan. Siau Ih cepat loncat untuk 

mengambil pedangnya yang digantungkan ditembok, tapi

Page 329: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 329/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

ketika melihat Liong Go, ternyata toakonya itu sudah larikeluar.

Cepat Siau Ih memanggil Ji-yan dan suruh anak itumengikutnya. Begitu loncat keluar halaman, dilihatnyadijalanan kiu-jiok-pat-poa-it-sian-thian sana, asap me¬ngepulmengantar ledakan batu yang muncrat ke udara. MemangSiau Ih menduga bahwa si Manusia Iblis Kiau Hoan tentudatang, tapi dia tak menyangka sama sekali bahwa musuhbegitu ganasnya.

Liong Go tak tampak sama sekali.

Setelah memanggil Ji-yan, dengan gunakan gerak yan-cu-sam-jo-khi, dia berloncatan menuju ke mulut jalanan itu.Makin dekat, letusan itu makin keras bunyinya. Dari udaraberhamburan pecahan batu sebesar mangkok.

Pada lain saat, letusan itu membawa juga jeritan orangyang mengerikan. Terang itulah tentu para keluarga pemburuyang mengungsi di Pao-gwat-chung.

Dengan amarah yang meluap-luap, Siau Ih berlari kerasdan sebentar saja dia sudah tiba dimulut jalanan. Beberapa jenak kemudian, Ji-yan pun menyusul datang.

Saat itu, Siau Ih melihat Thiat-san-sian Liong Bu-ki bersamaGan-li Cinjin Kho Goan-thong berjajar berdiri kira-kiraseratusan langkah dari mulut jalanan. Di belakangnya tampak Cek-i-liong-li Kho Wan-ji, Hwat-poan-koan Lu Wi dan Liong

Go.

Siau Ih tarik tangan Ji-yan. Sekali loncat sampai satutombak tingginya, lebih dulu dia lemparkan Ji-yan ke muka.Begitu anak itu tiba disebelah kedua jago tua tadi, Siau Ihpunsudah menyusul tiba.

Namun belum lagi dia sempat memberi hormat, keduatokoh itu sudah membentaknya: „Mundur!” 

Page 330: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 330/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Menyusul dengan mementang kedua tangan, makamemancarlah suatu tenaga lembek yang luar biasa beratnya,mendorong Siau Ih berlima mundur.

Kemudian pada lain saat, terdengarlah letusan dahsyat.Dua buah puncak bukit batu yang berada di sebelah muka,telah meledak menghamburkan beribu-ribu pecahan batu.Dalam hujan batu itu, tiba-tiba melesat datang lima buahbayangan.

  Yang paling muka, ialah Jin-mo Kiau Hoan. Dia tetapmengenakan pakaian warna kuning, pundaknya memanggul

sepasang senjata oh-kim-song-cat, senjata yang mirip pedangbukan pedang, gaetan bukan gaetan. Wajahnya yang tiruspucat, be-ringas haus darah.

Di belakangnya tampak seorang tua berwajah merah,brewok, hidung dan mata seperti kukuk beluk, membawasenjata tongkat besi ciang-mo-thiat-jo. Kawannya yang dualagi, berumur kira-kira tigapuluhan tahun, wajahnya buas-buas.

Mereka berdiri pada jarak satu tombak jauhnya. ReaksiKiau Hoan waktu melihat Gan-li Cinjin Kho Goan-thong beradadisitu, ialah terperanjat.

  „Bukanlah saudara ini kepala pulau Cip-peng-to yangpernah menginjak Tiong-goan?" tegurnya.

Benar Gan-li Cinjin sudah berpuluh tahun tinggal di luar

lautan sehingga seolah-olah terputus hubungannya dengankaum persilatan. Tapi warna jubahnya yang merah membaraitu, memang sangat istimewa sekali sehingga mudah dikenalorang.

Mendengar teguran orang, dengan sikap dan nada yangdingin, dia menyahut: „Jika sudah tahu pinto berada disini,mengapa tak lekas-lekas pergi …….” 

Page 331: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 331/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Manusia Iblis Kiau Hoan cepat menukasnya dengan sebuahtertawa yang seram: „Kemasyhuran nama sepuluh Datuk berkumandang sampai diseluruh pelosok, namun tak dapat

menggertak orang she Kiau ini. Pulau Cip-peng-to boleh kaukuasai, tapi di daratan Tiong-goan sini, lain halnya!"

Seorang tokoh yang congkak macam Gan-li Cinjin manamau menelan sindiran begitu. Amarahnya meluap, terusmembentak garang. „Manusia yang tak kenal tingginya langit.Kalau tak kuhajar, tentu kau belum tahu kelihayan pinto!” 

Habis berkata, dia kibaskan lengan baju kanan. Serangkum

hawa panas telah menyambar ke arah Kiau Hoan. CepatManusia Iblis ini surutkan dada, lalu loncat ke samping.Serunya: „Sekarang masih terlalu pagi, aku masih belummembereskan hutang lama. Nanti setelah itu selesai, baruakan kuminta pelajaran!"

Gagah ucapannya itu, namun sebenarnya di dalam hati diasudah gentar. Ci-yang-sin-kang (lwekang positif) yangdiyakinkan Gan-li Cinjin itu, adalah penakluk dari him-han-kong-lat (lwekang negatif) kepunyaan Kiau Hoan. SayangGan-li Cinjin tak mengetahui kelemahan itu, sebaliknya LiongGo dan Siau Ih terang gamblang.

Thiat-san-sian Liong Bu-ki sudah menyala amarahnya.Sebenarnya tokoh itu tak mengingat lagi permusuhannyadengan si Manusia Iblis. Dia yakin jalanan kiu-jiok-pat-poa-it-san-thian dan hutan yang tersusun seperti barisan itu, cukup

buat menahan Kiau Hoan dan kawan-kawan menyerbu masuk.Ditambah oleh perangai Liong Bu-ki yang berhati angkuh itu,dia melarang Liong Go untuk menceritakan hal permusuhanitu kepada lain orang.

Tapi di luar dugaan, dengan menggunakan senjata ganaspik-li-cu, dapatlah Kiau Hoan menghancurkan bentengpertahanan Pao-gwat-chung. Rombongan keluarga pemburu

yang mengungsi disitu, telah menjadi korban dan para

Page 332: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 332/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tetamupun menjadi kaget. Suatu hal yang telah membuatLiong Bu-ki marah seperti orang kemasukan setan.

  „Balas membalas dendam, adalah hal yang jamak bagikaum persilatan. Tapi mengapa kau telah mengganas jugakeluarga pengungsi yang tak berdosa itu?" tegurnya denganmarah.

Kiau Hoan si Manusia Iblis mendongak tertawa memanjang.Habis tertawa, mukanya yang tirus pucat itu segera membesi,serunya: „Dendam puluhan tahun itu, tiada sedetikpunkulupakan. Yang tadi hanyalah selaku bunganya (rente) saja!"

 „Dahulu karena kasihan, telah kuberi hidup. Siapa tahu halitu malah menimbulkan bencana bagi rakyat. Sekarang kalaukau dapat terlepas, aku bersumpah tak mau jadi orang," seruLiong Bu-ki dengan geramnya.

  „Kalau dapat melaksanakan, itulah bagus. Hanyadikuatirkan jiwamu hanya tinggal beberapa jam saja,” KiauHoan membalas dengan tertawa seram.

Sejak melihat cecongor si Kiau Hoan, sebenarnya Siau Ihsudah tak sabar lagi. Tapi karena ada para cianpwe jadi diatak berani melancangi.

Tapi demi melihat sikap Kiau Hoan yang begitucongkaknya, dia sudah tak kuat menahan hatinya lagi. Tampilke muka, dia segera memberi hormat kepada Liong Bu-ki: „Maafkan, kelancangan wanpwe."

Habis itu, tanpa menunggu jawaban orang, dia segeramembalik diri menghadapi Kiau Hoan.

 „Tua bangka yang tak tahu malu. Masih ingatkah kau akanhadiahku di Ki-he-nia dulu?" tanyanya dengan tajam.

24. Pertempuran Sadis … … . 

Page 333: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 333/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Melihat si anak muda, kembali Kiau Hoan bercekat.Keluhnya: „Berpuluh tahun kusiksa diri meyakinkan thou-kut-im-kang yang tiada lawannya di dunia, kecuali hanya ilmu

lwekang gan-li-ci dan kian-wan-sin-kang. Justeru kedua ilmuitu, kini sama muncul keluar. Entah angin apa yang membawaKho Goan-thong muncul kembali ke Tiong-goan setelah absenselama duapuluhan tahun itu? Ah, rasanya pembalasan sakithatiku malam ini, akan gagal ……” 

Sebenarnya dia sudah putus asa, namun bagaimanapun  juga, tak rela dia menghapus begitu saja dendam yangdikandungnya selama bertahun-tahun itu. Diam-diam dia telahmengambil ketetapan.

Dengan tertawa dingin, dia tak mau menyahuti ejekan SiauIh, melainkan berpaling ke arah si tua berwajah merah dankedua orang yang berwajah bengis.

 „Inilah yang dibilang, penasaran selalu berbalas. Budak ituialah musuh kaum kita!" katanya dengan tertawa tajam.

Kedua orang berwajah bengis itu segera tampil ke muka.Serempak mereka bertanya: „Apakah kau ini Siau Ih?” 

  „Benar. Siapa kalian ini?” sahut Siau Ih dengan tertawacongkak.

Kedengaran Kiau Hoan tertawa mengejek dan mewakilimenyahut: „Budak yang belum hilang bau pupukmu. Masakahtokoh termasyhur Cian-chiu-wi-tho Go Ki dan Kui-chiu-sian-

seng Ko Ling, kau tidak kenal. Nah, telah kuberitahukanpadamu supaya kau tak mati penasaran!” 

Siau Ih belum lama turun gunung, pun Gan-li Cinjin sudahlama tak menginjak Tiong-goan, jadi mereka dingin-dinginsaja mendengar nama kedua tokoh itu. Tetapi Liong Gotergetar hatinya.

Cian-chiu-wi-tho atau si Dewa Tangan Seribu Go Ki dan

Kui-chiu-sian-seng atau si Tangan Setan Ko Leng itu, adalah

Page 334: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 334/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

algojo-algojo di dunia persilatan. Muncul lenyapnya tiadaberketentuan, ganasnya bukan kepalang.

Mereka sudah bertahun-tahun tak kelihatan, kini tahu-tahusudah masuk menjadi anggauta Thiat-sian-pang.

  „Burung yang sama bulunya, tentu berkumpul bersama.Orang-orang yang menjadi koncomu, mana ada bangsa yangbaik!" sahut Siau Ih dengan ejeknya.

Mendengar itu, si Tangan Setan Ko Leng sudah segerabersuit nyaring terus loncat menerkam bahu Siau Ih. Siau Ihyang tak menyangka sama sekali, sudah tentu menjadi kaget.

 „Menilik jari-jarinya berwarna hitam, tentulah mengandungracun. Kalau sampai menjamah tubuhku, pasti celaka aku …” 

Secepat kilat, Siau Ih segera bertindak. Lwekang kian-wan-sin-kang disalurkan ke seluruh tubuh untuk menutup semua  jalan darah. Setelah itu dia rubuhkan badannya ke belakangsedikit, lalu taburkan kedua tangannya ke atas dalam gerakanhong-jit-ing-hun atau menyongsong matahari menyambutawan.

Si Tangan Setan tertawa mengekeh, serunya: „Di bawahtelapak tanganku, tiada pernah orang masih dapat bernapas.Kau mau lari, heh?“

Bagaikan setan menjulurkan tangan, dia robahcengkeramannya itu menjadi gerak menekan. Bagaimanapunlihaynya anak itu, tentu akan tertindih binasa juga. Demikianpikirnya.

Tapi di luar dugaannya, ternyata dorongan anak muda itutelah mengeluarkan tenaga yang luar biasa dahsyatnya. Begitusaling berbentur, dia terguncang keras. Bahu Siau Ihberguncang dan menyurut mundur sampai empat tindak.

Bagaimana dengan si Tangan Setan? Dia terhuyung-huyungsampai sepuluh langkah baru dapat berdiri tegak.

Page 335: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 335/429

Page 336: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 336/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

cuci tangan tak mau campur urusan dunia lagi. Dengankepandaiannya yang hebat itu, Ko Leng telahbersimaharajalela semau-maunya. Tapi segala kejahatan itu

tentu akan berbalas.Pada suatu hari bertemulah dia dengan si Dewa Tertawa

Bok Tong, tokoh luar biasa yang gemar membasmi kejahatanitu. Si Dewa Tertawa tak mau melepaskan serigala buas itu.

Si Tangan Setan kalah dan coba melarikan diri tapi tetapdikejar mati-matian oleh Bok Tong. Akhirnya ketika kecandak di puncak gunung Hong-san, dia telah dipukul jatuh ke dalam

lembah oleh si Dewa Tertawa.Sejak itu, si Tangan Setan tiada kabar beritanya lagi.

Orang-orang menyangkanya sudah mati.

Tapi diluar dugaan, dari binasa sebaliknya di dasar lembahitu dia bahkan bertemu dengan keberuntungan besar. Disitutinggallah seorang jago tua jahat yang karena cacadbersembunyi ditempat itu sampai beberapa tahun. Si Tangan

Setan Ko Leng diterima menjadi murid.Ketika untuk yang kedua kalinya muncul lagi di dunia

persilatan, Ko Leng sudah menjadi makin lihay. Tapi untuk kekecewaannya, si Dewa Tertawa sudah tak ketahuanrimbanya.

Kala itu kebetulan Seng-si-poan Sut Cu-ping yang sangatbernafsu untuk merajai dunia persilatan, mulai mendirikan

partai Thiat-sian-pang. Dengan perantaraan si Manusia IblisKiau Hoan, Ko Leng masuk ke dalam partai itu. Dia diangkatmenjadi pemimpin gwa-sam-tong dengan pangkat hiang-cu.

Dengan menggunakan jaringan mata-mata Thiat-sian-pangyang amat luasnya, dia coba menyirapi kabar berita musuhnyabesar itu. Namun tetap sia-sia. Karena itu, dendamnyaterhadap si Dewa Tertawa makin meluap.

Page 337: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 337/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kali ini dia memenuhi undangan Kiau Hoan yang katanyaakan mencari musuh Thiat-sian-pang. Dia tak mengira kalau diPao-gwat-chung itu, akan berhadapan dengan Siau Ih.

Ditilik dari sikapnya, terang anak muda itu bukan anak murid Gan-li Cinjin. Tuduhannya lalu jatuh pada si DewaTertawa. Tapi jawaban yang diberikan anak muda itu, telahmembuatnya marah besar.

"Bagus, karena kau hendak mewakili si tua Bok Tong, makaakupun segera akan menyempurnakan dirimu!" serunyamengekeh seram. Menyusul tangannya diangkat ke atas, dia

segera bersuit nyaring terus menerkam Siau Ih.Pada saat itu, dari pembicaraan yang ditangkapnya tahulah

Siau Ih bahwa si Tangan Setan itu mempunyai dendampermusuhan dengan ayahnya angkat. Namun dia tak sempatberpikir macam-macam, karena harus menghindar dariserangan orang.

 „Buyung, mau lari kemana kau?" seru Ko Leng melengking

marah. Dengan gerakan yang tangkas, dia segera berputartubuh menghadang si anak muda, terus dorongkan sepasangtangannya menghantam.

Siau Ih bersikap tenang. Begitu angin pukulan lawanhampir mengenai bajunya, tiba-tiba dia tertawa mengejek:  „Kau kira tuanmu muda ini jeri pada cecongormu yang miripiblis itu?"

Dengan ucapan itu, dia sudah separoh miringkan tubuhuntuk hantamkan tangan kiri ke arah lengan orang, dua buah  jari tangan kanan menusuk jalan darah ciang-thay-hiat dibawah tetek si iblis. Cara menangkis sembari menyerang itudilakukan dengan cepat sekali. Ko Leng terpaksa tarik pulangserangan dan mundur dulu, baru kemudian maju lagi.

Demikianlah keduanya serang menyerang dengan jurus-

  jurus yang indah dan berbahaya. Tangan Setan Ko Lengsangat bernafsu sekali untuk menghancurkan anak muda

Page 338: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 338/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

lawannya itu, karenanya jurus-jurus yang dilancarkan itu serbagencar dan ganas. Tubuhnya seolah-olah terpecah menjadiempat untuk mengurung Siau Ih dari segala jurusan.

Sepintas pandang, Siau Ih tampaknya seperti terbungkusoleh bayang-bayang si Tangan Setan. Tapi benarkah itu?

Begitu bergebrak Siau Ih sudah merasa bahwa sekalipun iatak sampai kalah, pun untuk merebut kemenangan juga sukar.Cepat dia keluarkan ilmu istimewa ajaran si Dewa Tertawayakni ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh.

Setelah kedudukannya stabil, barulah dia keluarkan ilmutun-yang-sip-pat-ciat untuk bertahan sembari menyerang.Maka betapa gencar serangan lawan, dengan lenggangnyadapatlah dia melayani. Sewaktu mencuri lubang kesempatan,segera dia balas menyerang. Musuh menyerang empat-limakali, baru dia membalas satu kali.

  Yang satu bernafsu, yang satu tenang. Sekejap sajapertempuran sudah berjalan limapuluhan jurus. Ko Leng

sudah menumpahkan seluruh kepandaiannya, namun ujungbaju si anak muda itupun saja, tak mampu dia menjamahnya.Rombongan orang-orang dari kedua pihak yang menyaksikanpertandingan itu, sama terpikat perhatiannya.

Bermula Thiat-san-sian Liong Bu-ki mengawasi denganperasaan kuatir terhadap Siau Ih, tapi demi pertempuransudah berlangsung tigapuluhan jurus, wajahnya berseri

senyum dan mengangguk-angguk. Nyata dia puas denganpermainan anak muda itu.

Sampaipun Gan-li Cinjin Kho Goan-thong yang bermula tak menyukai anak muda itu, kinipun agak terkesiap juga. Hwat-poan-koan Lu Wi tetap berwajah dingin, sementara Liong Goamat tegang.

Tapi mungkin ketegangan Liong Go itu, masih kalah besar

dengan Cek-i-liong-li Kho Wan-ji.

Page 339: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 339/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebesar itu, belum pernah ia menyaksikan pertempuranyang sedemikian serunya, apalagi disitu tersangkut seorangpemuda yang ia kagumi. Maka taklah mengherankan kalau

gadis dari pulau Cip-peng-to itu sampai mengucurkan keringatdingin.

Tanpa disadari, tangannya merabah pedang. Begitu si anak muda dalam bahaya, begitu ia segera akan menolong. Sayangisi hati nona itu belum diketahui Siau Ih.

Sementara pada pihak musuh, Kiau Hoan lah yang palinggelisah. Dialah yang mengajak si Tangan Setan kesitu.

Harapan bahwa malam itu dia bakal dapat menghimpaskansakit hatinya, ternyata makin pudar.

Si Tangan Setan Ko Leng yang diharap dapat memberibantuan besar itu, ternyata tak dapat berbuat apa-apater¬hadap Siau Ih. Dan yang paling menggetarkan hatinya,ialah hadirnya Gan-li Cinjin Kho Goan-thong disitu. Bagaimanakegelisahannya, dapat sudah dibayangkan!

Saat itu keadaan digelanggang pertempuran makin tegangmeruncing. Siau Ih yang melakukan siasat bertahan kiniberganti dengan siasat menyerang. Dengan serangannyagencar dan luar biasa anehnya itu, dapatlah dia memaksa KoLeng mundur beberapa kali.

Ko Leng makin kalap. Dengan bersuit nyaring, diakeluarkan seluruh kebiasaannya agar jangan sampai kalah

angin. Kini keras lawan keras, cepat tanding gesit. Barangsiapa ayal sedikit saja, pasti akan rubuh mandi darah.

Sekonyong-konyong Thiat-san-sian Liong Bu-ki meringkik tertawa. Kemudian katanya kepada si Manusia Iblis Kiau Hoan:  „Yang mempunyai kepentingan dalam pertemuan malam ini,ialah aku dan kau. Tapi kalau kita hanya menonton saja,bukankah ganjil namanya? Apalagi para keluarga pemburuyang tak berdosa itu, telah binasa ditanganmu. Lo-siu akan

minta keadilan padamu!"

Page 340: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 340/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Liong loji," sahut Kiau Hoan tertawa nyaring, „telahkukatakan tadi bahwa kematian beberapa orang pemburu ituhanyalah sekedar bunga dari hutangmu pada beberapa tahun

yang lalu. Sekarang aku hendak menagih induk hutang itu!” –Mundur selangkah, dia sudah siapkan sepasang oh-kim-catditangan.

Liong Bu-ki tertawa lalu menebarkan sebuah kipas danmelangkah maju. Melihat kipas itu, wajah Kiau Hoan berobah,serunya: „Liong loji, mengapa tak kau keluarkan kipasmu tui-hun-thiat-san yang termasyhur itu?"

Kembali Thiat-san-sian tertawa lebar, sahutnya: „Kipaspusaka itu, telah kuberikan pada cucuku, maka losiu hanyamenggunakan kipas biasa saja, untuk menghadapimu!"

Pada lain saat, jago tua itu mengerut, lalu berkata dengannada dalam: „Tapi walaupun kipas ini hanya terbuat daribambu biasa, tetap dia akan menjadi senjata ampuhpembasmi kawanan iblis!"

Kiau Hoan tak mau adu lidah lagi. Dengan tertawa sinis, diaenjot tubuhnya sampai satu setengah tombak tingginya. Disitudia pentang sepasang oh-kim-cat. Setelah dimainkan dalam  jurus thian-mo-gong-wu, sembari bersuit nyaring, diameluncur menghantam kepala lawan.

Liong Bu-ki pun bersuit nyaring dan enjot tubuhnya keatas. Lengan baju kiri dibalikkan dalam gerak jun-hong-hud-liu

sehingga menerbitkan deru angin lwekang yang dahsyat,menyusul dalam jurus gui-seng-tiam-goan, kipasnyaditusukkan kejalan darah thian-tho-hiat Kiau Hoan.

Cara bertempur semacam itu, sungguh belum pernahterjadi. Sehingga saking kagetnya, Kiau Hoan buru-burumenangkiskan senjatanya dan sekali tubuhnya bergoyangdalam gerak kek-cu-toa-hoan-sin atau burung dara berbalik badan, dia buang tubuhnya berjumpalitan ke belakang. Tapi

baru sang kaki menginjak tanah, Thiat-san-sian sudah

Page 341: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 341/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

meluncur datang dengan kebutkan kipasnya ke arah dada.Gebrak kedua itupun dilangsungkan secara sengit.

Cian-chiu-wi-tho Go Ki yang sejak tadi berdiam diri, saat itutiba-tiba tertawa dan berkata kepada Gan-li Cinjin: „Ibaratmasuk ke gunung harta, tak boleh kita pulang dengan tangankosong. Go Ki pun ingin melayakni seorang ko-jin yangtermasyhur.” 

Kemudian berpaling ke arah kedua kawannya, dia berseru:  „Mengapa Te tongcu berdua tak mau melemaskan uratbermain-main dengan beberapa anak itu? Lebih enak bergerak 

daripada kedinginan."Rupanya enak sekali orang she Go itu bicara dan bertindak.

Habis berkata dia lantas mencabut tongkat besi ciang-mo-thiat-ngo dan tanpa menunggu penyahutan orang lagi, diasegera menyerang Gan-li Cinjin. Memang Go Ki sama halnyadengan Ko Leng, juga seorang algojo kenamaan di duniapersilatan.

Bedanya kalau dia berwajah jujur, tapi Ko Leng buruk seperti setan, jadi orang menilai Ko Leng lebih ganas dari dia.Tapi sebenarnya tidak demikian. Dia lebih licin dan ganasserta tinggi kepandaiannya dari si Tangan Setan itu.

Pemimpin Thiat-sian-pang si Seng-si-poan Sut Cu-pengtelah mengangkatnya sebagai salah seorang dari ketigahiangcu. Sebagai hiangcu dari Loan-tong, dia amat dihormati

dan ditakuti oleh anak buah Thit-sian-pang.Inilah yang menjadikan dia congkak tak kepalang. Maka

sekali tampil, dia segera menantang Gan-li Cinjin.

Sebenarnya Gan-li Cinjin tak tahu menahu tentang siManusia iblis akan menuntut balas itu. Baru setelah keduapihak saling berhadapan, dia jelas soalnya.

Melihat kesombongan Kiau Hoan, dia sudah tak sabar lagi.

Manusia seperti Kiau Hoan itu harus dllenyapkan saja dengan

Page 342: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 342/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

segera. Sudah tentu kemarahannya itu seperti disiram minyak demi dia ditantang Go Ki.

  „Bangsat, kau cari mampus!” serunya dengan murka.Begitu tongkat si Go Ki tiba, cepat dia kebutkan lenganbajunya kiri untuk menampar senjata itu, menyusul diakibaskan tangan kanan menyampok ke arah lawan.

Berbareng pada saat itu, kedua orang yang dipanggil Te-tongcu itupun sudah mencabut senjata dan mencari lawan.Senjata mereka ialah sebatang cap-sa-ciat-ko-lo-pian (ruyunglimabelas buah ruas tengkorak).

  Yang satu menyerang Liong Go dan Ji-yan, yang satumenyerbu Kho Wan-ji dan Lu Wi. Pikir mereka, keempat anak muda itu dengan beberapa belas jurus saja, tentu akan sudahdapat diringkus.

  Apa lacur? Dugaan mereka itu salah besar. Selain Ji-yan,ketiga orang muda itu bukan daging empuk, melainkan jago-  jago kelas satu juga. Satu lawan satu saja belum tentu

menang, apalagi mereka cari penyakit sendiri, satu orang caridua musuh.

Kedua orang, she Te itu, adalah kakak beradik. Yang tuabernama Te Cik, adiknya bernama Te Tong. Mereka menjaditongcu Thiat-sian-pang untuk wilayah Kwitang.

Demikianlah segera terjadi pertempuran yang seru. DesaPao-gwat-chung yang tenang tenteram, saat itu berobah

menjadi medan pertumpahan darah yang dahsyat. Batu-batupecah berhamburan, rumput-rumput siak-beriak beterbangan.

Sekarang mari kita ikuti pertempuran itu partai demi partai.

Pertama partai Wan-ji. Nona ini telah mewarisi seluruhkepandaian ayahnya, namun karena belum pernah berkelana,  jadi belum pernah juga bertempur dengan orang, lebih-lebihdalam pertempuran sedahsyat saat itu.

Page 343: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 343/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebenarnya ketika melihat Siau Ih turun kegelanggang, iasudah gatal tangannya. Kini tahu-tahu Te Cik datang mencaripenyakit. Begitu ruyung tengkorak lawan melayang ke arah

kepalanya, nona itu segera melolos pedang lalu dengan ki-hwat-so-thian dia tusukkan ujung pedang ke arah ruas kelimaruyung tengkorak.

  „Tring,” tahu-tahu ruyung tengkorak itu mental kembali.Cara menolak, serangan yang digunakan Wan-ji itu sungguhamat berbahaya namun indah bukan buatan. Tepat waktunyatepat pula sasarannya.

Mendapat hati, Wan-ji tambah bersemangat. Dia teruskanpedangnya menusuk dada orang.

Te Cik terkejut melihat gaya serangan si nona yang tangkasganas itu. Buru-buru kibaskan ruyung untuk menghantambatang pedang, berbareng itu tubuhnya mengisar kekiri,menyusul tangannya kiri menjotos Hwat-poan-koan Lu Wi.

Sebenarnya kepandaian Te Cik itu tidak berlebih-lebihan,

tapi dia mempunyai pengalaman luas. Tahu sudah dia bahwaserangannya itu hanya tipis kemungkinnya untuk berhasil,namun tetap dia mencobanya juga.

Dia insyaf bahwa nona yang menjadi lawannya itu, jauhlebih lihay dari dirinya. Apalagi disamping itu ada Lu Wi. Kuatirdirinya akan terjepit dari muka belakang, dia lekas-lekas turuntangan dulu.

Dengan menutup kemungkinan serangan dari Lu Wi, diaharap akan dapat kesempatan leluasa untuk mundur. Memangbagus juga rencana Te Cik itu. Tapi siapa duga. Justeru jalanmundur yang direncanakan itu, bakal menjadi jalankebinasaannya.

Sebenarnya waktu sempat melirik ke arah partai Te Cik dengan Wan-ji itu, Lu Wi menjadi lega hatinya. Te Cik hanya

begitu saja kepandaiannya, Wan-ji pasti dapat mengatasi.

Page 344: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 344/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sebagai salah seorang dari kelima poan-koan (hakim) diistana-biara Li¬cu-kiong, dia tak mau mengerojok seoranglawan yang lebih rendah kepandaiannya. Tapi demi Te Cik 

secara menggelap menyerangnya, Lu Wi menjadi marahbesar.

  „Kawanan tikus yang tak tahu diri, kau minta lekas-lekasmampus ya?" serunya dengan sinis. Begitu pukulan Te Cik hampir tiba, secepat kilat dia menyurut mundur, tapi tak kurang cepatnya pula pada lain saat dia sudah maju lagi terusmenerkam.

 „Cela ……!" belum sempat mulut Te Cik melanjutkan kata-katanya, meh-bun-hiat di lengan kirinya sudah kenadicengkeram. Separoh tubuhnya segera terasa mati,kekuatannya lumpuh.

Justeru pada saat itu Wan-ji datang membabat. Betapa diahendak menghindar, namun tak dapat berkutik lagi. Mulutmenjerit seram, tubuhnya segera terpapas kutung ……..

Telah diterangkan tadi, bahwa sebenarnya Lu Wi maluuntuk main kerojok. Tapi ternyata sang sumoay terlampaucepat gerakannya.

Belum sempat dia berseru mencegahnya, tubuh Te Cik sudah kutung. Karena kuatir kecipratan darah, buru-buru dialemparkan separoh tubuh Te Cik yang sudah kutung itu.

Suatu pemandangan ngeri, segera terjadi di udara. Tubuh

orang yang tinggal separoh, dengan tangan masih mencekalisebatang ruyung, melayang di udara sembari menghamburkanhujan darah yang berbau amis.

Secara kebetulan, kutungan tubuh itu jatuh ke tengahgelanggang, melayang ke arah si Tangan Setan Ko Leng.Sampai pada saat itu, Ko Leng sudah bertempur tigaratusan  jurus dengan Siau Ih. Dia sudah keluarkan seluruh

kepandaian, namun tetap belum dapat mengapa-apakan anak muda itu.

Page 345: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 345/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Dalam sepuluh jurus lagi kalau belum menang, biar matibersama-sama, aku tetap akan mengadu jiwa,” diam-diam diasudah mengambil ketetapan.

Baru dia berpiklr begitu, tiba-tiba dia dikejutkan dengan  jeritan seram dari Te Cik tadi. Dan belum lagi kejutnya ituhilang, tahu-tahu ada sesosok tubuh kutung yang berbau amismelayang ke arahnya.

Sejak berkelana di dunia persilatan, tangan Ko Leng itusudah penuh berlepotan darah korban-korbannya. Bolehdikata membunuh itu, sudah menjadi air mandinya

(kebiasaannya). Tapi melihat pemandangan ngeri seperti saatitu, benar-benar baru sekali itu saja.

Dalam kagetnya, dia menyurut mundur lalu menghantam.

 „Bum,” separoh tubuh mayat Te Cik itu terlempar dan jatuhke tanah kira-kira tiga tombak jauhnya.

Dan karena menghantam itu, Ko Leng agak ayal sedikit.Kesempatan itu tak disia-siakan Siau Ih. Dengan bersuitpanjang, Siau Ih segera lancarkan tiga buah seranganber¬turut-turut.

Tepat pada saat Ko Leng terancam dalam hujan pukulan, dipartai sana si Manusia Iblis Kiau Hoan dan Cian-chiu-wi-tho GoKi, pun karena terkejut menjadi kacau juga. Kini merekaberdua hanya dapat membela diri, tak mampu balasmenyerang lagi.

Lebih mengenaskan adalah si Te Tong. Dia bukantandingan Liong Go. Apalagi karena terpengaruh dengankematian kakaknya yang begitu mengenaskan, dia makingugup.

Sekali lambat sedikit, Ji-yan segera menusuknya. Sepertidiguyur air dingin, dengan gelagapan dia kisarkan tubuh untuk menghindar, tapi pada saat itu, kipas tui-hun-san dari Liong

Page 346: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 346/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Go sudah tiba. Karena cepatnya Liong Go menyerang, TeTong tiada kesempatan untuk menghindar lagi.

Dalam keputusan asa, dia hendak berlaku nekad mengadu  jiwa. Tapi baru hendak mengayunkan ruyungnya, tiba-tibadadanya terasa sakit sekali hingga putuslah jantungnya.

Kematian kedua saudara Te itu, telah berlangsung dalambeberapa gebrak saja. Dan kini Liong Go berempat nganggurlagi. Mereka berdiri di empat penjuru, menyaksikanpertempuran.

Karena kelabakan dirangsang oleh serangan Siau Ih yanggencar, Ko Leng menjadi meluap amarahnya. Saat itu, Siau Ihtengah gunakan tangan kanan menghantam kepalanya (KoLeng).

  „Nah ini suatu kesempatan bagus,” demikian Ko Lengberpikir. Demikian dia menggerung keras, tangan kiriditabaskan kepergelangan siku, tangan kanan dibalikkan keatas untuk mencengkeram tangan Siau Ih.

Dengan serangan itu, dia yakin si anak muda tentu akanmenghindar mundur, dengan demikian dapatlah dia balasmendesak.

Tapi apa yang terjadi? Di luar dugaan, Siau Ih tak maumenghindar.

Tiba-tiba dia turunkan tangan kanan tadi, berbareng itutangan kiri menjulur ke muka menyusup ditengah-tengah selakedua lengan Ko Leng, lalu secepat kilat dipentangkan.Sungguh suatu gerak tangkisan yang amat berbahaya.

Ko Leng tersadar apa yang bakal terjadi, namun sudahterlambat karena sepasang lengannya sudah kena disiakkankekanan kiri, hingga bagian dadanya tak terlindung lagi.Sudah tentu kejutnya bukan main.

Baru hendak gerakkan tangan untuk menutupi lubang itu,Siau Ih sudah tertawa mengejeknya.

Page 347: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 347/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Setan kejam, lekas serahkan jiwamu!” serunya, sembarirapatkan sepasang tinju. Dengan gerak liat-ciok-gui-pay ataubatu pecah nisan terbuka, secepat kilat dia menjotos ke dada

lawan.  „Aukkk …..,” mulut menjerit, darah menyembur dan

bagaikan layang-layang putus tali, tubuh si Tangan Setan KoLeng telah terlempar sampai setombak jauhnya. Algojo yangsudah banyak berhutang darah manusia itu, kini harusmenebus dosanya dengan mati remuk dalam!

Sebaliknya saking kesima dapat membinasakan seorang

musuh yang lebih kuat dari dirinya, Siau Ih menjaditerlongong-longong. Setelah mendengar teriak pujian darikeempat kawannya, barulah dia tersadar. Dengan tersenyummembalas pujian mereka, dia berpaling ke belakang untuk melihat pertempuran di partai lain.

Ternyata kedua partai itu masih bertempur seru. Tapi yangnyata, Kiau Hoan dan Go Ki sudah di bawah angin,kekalahannya tinggal tunggu waktu saja. Go Ki yang tadiberani menantang Gan-li Cinjin, kini menjadi kelabakan.

Sebenarnya diapun berkepandaian tinggi. Dalam duniaperbegalan (penyamun), dia menduduki kelas yang tertinggi.Dengan tongkat besi ciang-mo-thiat-ngo itu, dia pernahmenjatuhkan keempat paderi hu-hwat dari Siau-lim-si dan tigatokoh Cinjin dari Bu-tong-pay yang terkemuka semua.

Kemenangan itulah yang menjadikan dirinya makincongkak. Begitu besar dia menilai dirinya sendiri sebagai jagoyang tiada terlawan, sehingga dia bernafsu keras untuk menjajal tokoh-tokoh dari sepuluh Datuk. Maka dia tak maumenyia-nyiakan kesempatan bagus dapat bertemu dengansalah seorang tokoh sepuluh Datuk yang sudah lama dicaritapi belum pernah dijumpainya itu.

Tapi begitu merasakan tangan Gan-li Cinjin, dia segera

mengucurkan keringat dingin. Nyata tokoh dari sepuluh Datuk 

Page 348: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 348/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

itu, beberapa tingkat lebih lihay dari dia. Untung Gan-li Cinjinhanya menggunakan tangan kosong, sehingga dia masihdapat bertahan. Coba Gan-li memakai pedang, jangan harap

dia dapat bernyawa.Pada partai lainnya, keadaan Kiau Hoan masih mendingan.

Tapi dikarenakan kegoncangan hatinya melihat Ko Leng mati,diapun menjadi terdesak lawan. Tanpa ajak-ajakan, Kiau Hoandan Go Ki mempunyai rencana yang sama. Daripada matikonyol, lebih baik ngacir lebih dulu.

25. Pria Mati, Bila Masuk  

  „Tidak berhasil membalas sakit hati, pun Pao-gwat-chungtetap akan kuhancurkan!" Kiau Hoan membulatkan tekadnya.

Selagi dia berpikir begitu, disana Gan-li Cinjin telahtutukkan dua buah jarinya ke arah jalan darah ciang-thay-hiatGo Ki. Namun seperti tak merasa apa-apa, Go Ki kerahkantongkatnya untuk menghantam kepala Gan-li.

Tokoh dari pulau Cip-peng-to itu tertawa dingin. Dia tahulawan akan mengayak mati sama-sama. Begitu bahunyatergetar, dia segera nyelonong ke samping.

Inilah memang yang dikehendaki Go Ki. Begitu Gan-lihendak menyerang, dia (Go Ki) sudah mendahului enjottubuhnya ke atas udara. Sekali berputaran, dia sudahmelayang turun empat tombak jauhnya, terus hendak melarikan diri.

  „Mau lari kemana kau?" seru Gan-li setelah mengetahuidirinya diselomoti. Malah berbareng dengan seruannya itu,orangnya pun sudah terbang mengejar, sembari kebut-kebutkan lengan jubahnya. Beberapa bintik sinar biru macamular hidup segera melayang ke arah punggung Go Ki.

Saat itu Kiau Hoan pun lancarkan beberapa serangan hebatuntuk mendesak Liong Bu-ki. Dan begitu lawan mundur, dia

Page 349: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 349/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

terus enjot kakinya. Begitu di atas udara, matanya segeratertumbuk akan beberapa sinar biru yang berkelip-kelip tadi.Kejutnya bukan kepalang.

 „Go hiangcu, awas, senjata rahasia coa-yan-cian Kho Goan-thong, lekas membungkuk ……..” 

Belum habis Kiau Hoan memberi peringatan, disana Go Kisudah menjerit ngeri.

  „Nah, rasakanlah coa-yan-cian yang akan membakardirimu, pengecut!" Gan-li Cinjin tertawa sinis.

Memang Cian-ciu-wi-tho Go Ki telah terkena dua batangpanah dipundaknya. Begitu menyentuh daging, coa-yan-cianitu mengeluarkan suara letikan pelahan, lalu memancarkanbintik-bintik sinar biru macam kunang-kunang. Memang darikejauhan tubuh Go Ki tampak bergemerlapan seperti berhiasbintang, tapi sakitnya bukan kepalang.

Kelihayan dari senjata panah coa-yan-cian itu, begitumengenai tubuh, lantas pecah membiak. Ya, hanya dalambeberapa kejap saja, tubuh Go Ki sudah dijalari sinar kunang-kunang.

Pakaiannya luar dalam, sudah habis terbakar. Hidup Go Kipenuh berlumuran darah, tapi akhirnya diapun harusmenerima kematian yang mengerikan. Dengan mengerang-erang kesakitan, dia segera bergelundungan ke tanah untuk memadamkan api itu.

Tapi api itu memang luar biasa anehnya. Waktudipadamkan makin membakar dan Go Ki pun makin merintih-rintih memilukan hati.

Orang-orang yang menyaksikan, sama bercekat kaget.

Dunia persilatan menyohorkan sebagai raja api, namunkecuali Siau Ih yang pernah merasakan serangan hui-thian-hwat-yan (burung walet berapi) dari murid Gan-li Cinjin,sekalipun Thiat-san-sian Liong Bu-ki yang menjadi sahabatnya

Page 350: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 350/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berpuluh tahun serta puterinya sendiri (Kho Wan-ji), semuabelum pernah menyaksikan kelihayan senjata panah yangganas itu.

Saking ngerinya, Wan-ji menjadi pucat dan terus larimenubruk sang ayah: „Ayah ……” 

Gan-li memeluk puterinya. Meskipun maksudnya hendak menghibur, tapi wajahnya yang dingin itu tetap menampilkankemarahan.

Melihat sang kawan mengalami nasib ngeri, nyali Kiau Hoanmenjadi copot. Dia harus lekas-lekas bertindak untuk lolos.

Secepat mengambil keputusan, segera dia enjot tubuhmelayang melampaui kepala Liong Bu-ki lalu melayang turunke padang bunga. Jadi dia tak mengambil jalan turun gunung,sebaliknya malah kembali masuk ke Pao-gwat-chung lagi.

Cepat dia merogoh kedalam bajunya. Tapi baru dia hendak berpaling untuk menimpukkannya, terlintas sesuatu padapikirannya: „Ah, kalau seranganku ini gagal, berartimembuang kesempatan untuk lolos. Lebih baik kuteruskanrencana semula, menghancur leburkan desa ini!"

Ketika sekalian orang menyadari, Kiau Hoan sudah beradasepuluh tombak jauhnya. Dengan menggerung keras, LiongBu-ki cepat mengejar. Tapi secepat itu pula dia segera melihatsi Manusia Iblis berulang-ulang mengayunkan tangan,menaburkan berpuluh-puluh sinar ungu sebesar biji kacang ke

seluruh pelosok. „Celaka!" teriak Liong Bu-ki dengan gusarnya.

  „Bum, bum,” desa Pao-gwat-chung yang sunyi tenteramitu, segera berobah hiruk pikuk dengan berpuluh letusanpetasan. Menyusul, dahan-dahan pohon mencelat kian kemari,batu-batu meledak berhamburan. Bumi Pao-gwat-tihungseolah-olah ditimpah gempa yang dahsyat.

Page 351: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 351/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dengan menerjang ke daerah ledakan yang amatberbahaya itu, Kiau Hoan lari ke arah desa lain yang terletak disebelah atas lagi, dari situ terus turun meloloskan diri.

Ketika letusan-letusan itu sirap, desa Pao-gwat-chung yangindah seperti lukisan, sudah berobah menjadi tumpukanpuing. Yang masih tampak hanyalah beberapa batang pohonbunga. Pondok-pondok dan barisan pohon telah hancur lebur.

Saking gusarnya, mata Liong Bu-ki sampai melotot.Beberapa saat kemudian barulah dia dapat berkata: „Berpuluhtahun losiu mengasingkan diri di tempat yang terpencil, toh

akhirnya tetap dikejar musuh juga. Daripada begitu, lebih baik losiu buang sampah losiu dahulu saja dan terjun kembali kedunia persilatan untuk membasmi kawanan manusia jahat!"

Karena masygulnya, Liong Go dan Ji-yan, diam kesima.

Pun Gan-li Cinjin turut marah melihat perbuatan Kiau Hoantadi, ujarnya: „Tak kira setelah berpuluh tahun berada di luarlautan, ternyata di Tiong-goan masih tetap banyak urusan.

Kemungkinan dalam mencari murid pinto nanti, pinto akanberhadapan juga dengan jago-jago lihay dari kalangan hijau(begal)!"

Mendengar itu, Siau Ih terkesiap. Dia tahu murid yangdimaksudkan Gan-li Cinjin itu, ialah orang berbaju merahkawan Li Thing-thing yang telah dibinasakan di gunung Tay-lo-san itu.

"Aku yang membinasakan, harus aku sendiri yangmenanggung jawabkan. Rasanya tak perlu takut. Pertama, diaternyata galang-gulung dengan seorana wanita cabul macamLi Thing-thing. Kedua kalinya, dialah yang lebih dulumenggunakan tipu keji untuk menyerang dan yang ketigakalinya, ada Goan Goan Totiang yang menjadi saksi," diam-diam Siau Ih berpikir.

Page 352: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 352/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Habis itu, dia terus hendak tampil ke muka memberipengakuan kepada Gan-li Cinjin. Tapi tiba-tiba terlintassesuatu pada pikirannya.

  „Ah, tetapi dahulu ayahku pernah menceritakan bahwaGan-li Cinjin itu sering-sering membawa maunya sendiri. Kalaukarena malu dia lantas marah, bukankah akan runyam nanti?Kiranya baik kutangguhkan saja sampai lain kali apabilawaktunya sudah mengizinkan."

Kata-kata yang sudah disiapkan dibibir tadi, ditelannyakembali. Wajah Siau Ih pun kembali pulih tenang.

Kesemuanya itu berlangsung dalam waktu yang singkat,hingga orang-orang tiada mengetahuinya, kecuali Liong Go.

Liong Go cukup kenal watak saudaranya angkat itu. Diaterkejut melihat perobahan wajah Siau Ih tadi dan diam-diammenduga anak itu tentu mengetahui persoalan murid Gan-liCinjin.

Tanpa disadari, Liong Go menatap tajam-tajam ke arah

Siau Ih. Anak muda itupun rupanya merasa. Wajahnyabersemu merah. lalu cepat-cepat mmeberi isyarat matakepada Liong Go agar jangan membuka mulut.

Liong Go makin cenderung akan dugaannya tadi. Diam-diam dia heran melihat sikap Siau Ih, pikirnya: „Biasanya Siauhiante itu tiada kenal takut, tapi mengapa kini dia berlakuaneh? Jangan-jangan apa dia yang dipihak salah?” 

Tapi pada lain kilas, Liong Go membantah pikirannyasendiri. Dia kenal siapa Siau Ih itu, seorang pemuda yangdiamuk oleh rasa dendam membalas sakit hati orang tua,namun belum pernah berlaku jahat pada lain urusan. Sampaisekian saat, Liong Go tak dapat menemukan jawaban.

Pada saat itu, kedengaran Thiat-san-sian Liong Bu-kimenyatakan sesalnya kepada Gan-li Cinjin: „Sebenarnya aku

sudah mengetahui hal itu, tapi memang sengaja aku tak memberitahukan to-heng karena tak ingin mengganggu to-

Page 353: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 353/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

heng. Tapi ternyata urusan telah berlarut begini. Gubuk musnah, tak punya tempat untuk melayani tetamu. Sungguhmenyesal sekali."

Saking hendak menghiburnya, wajah Gan-li sampaimenampil kerut tawa yang aneh, ujarnya: „Liong-heng, kitabukan kenalan baru melainkan sahahat karib yang sudahberpuluh tahun. Jangan begitu sungkan. Karena turutmengalami, sudah tentu pinto campur tangan juga. Pintopunturut menyesal tempat istirahat yang Liong-heng bangunbertahun-tahun itu, dalam beberapa kejap saja menjadimusnah."

Gan-li tampak berhenti sejenak. Pada lain saat air mukanyaberobah keren lagi, katanya pula: „Urusan pinto hendak mencari murid murtad itu, tak dapat dipertangguhkan lama-lama lagi. Mungkin pinto akan agak lama tinggal di daerahTiong-goan. Oleh karena Liong-heng telah memutuskanhendak aktif dalam masyarakat persilatan lagi, tentulah lainhari kita bakal berjumpa lagi. Sekarang haripun sudah

menjelang terang, oleh karena kita masih mempunyai urusansendiri-sendiri, dengan ini pinto hendak minta diri."

Tanpa menunggu jawaban tuan rumah, Cinjin ituanggukkan kepala memberi hormat lalu melesat pergi. Hwat-poan-koan Lu Wi dan Cek-i-liong-li Kho Wan-ji tersipu-sipumemberi hormat kepada tuan rumah, lalu mengikut jejak suhunya. Dalam beberapa kejap saja, mereka sudah lenyap

dari pemandangan.Sewaktu hendak angkat kaki tadi, Kho Wan-ji mencuri

kesempatan sejenak untuk memanahkan lirikan mata ke arahSiau Ih. Suatu lirikan yang mengandung arti dalam. Namunpemuda yang berhati baja itu, tiada mempunyai kesan suatuapa.

Kepergian sang sahabat secara begitu mendadak itu, telah

membuat Liong Bu-ki makin berduka.

Page 354: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 354/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Berselang beberapa saat kemudian, dia berpaling ke arahSiau Ih, ujarnya: „Losiu pun pernah berpuluh tahunberkecimpung dalam gelombang dunia persilatan. Pasang

surutnya derita kesulitan, pernah losiu alami juga. Tapi tidak seperti hari ini. Usia losiu makin loyo, sehingga tak mampumelindungi rumah tangga, ah benar-benar memalukan."

Dengan tegas Siau Ih menyahut: „Tombak yangdiserangkan secara terang-terangan mudah dihindari, tapipanah gelap sukar dijaga. Perbuatan pengecut dari kawananmanusia jahat, memang sering berhasil menjatuhkan kaumkesatria. Locianpwe, mengapa kau anggap dirimu tiadaberguna?” 

  „Walaupun sisa hidup losiu tinggal tak berapa lama, tapiselama hayat masih dikandung badan, losiu tentu akanmenghaturkan si Kiau Hoan itu," dengan mata berkilat-kilatLiong Bu-ki mengikrarkan tekadnya. Setelah itu sikapnyaberobah tenang kembali.

 „Hian-tit, menilik pribadi dan kecerdasanmu, hari depanmutentu amat gemilang. Hanya sayang pada sepasang alismu itumencerminkan hawa pembunuhan, jadi kau tentu banyak menghadapi kesulitan-kesulitan. Namun kalau tiada digosok,berlian itu takkan menampakkan wajahnya yang gemilang.Manusia kalau tak digembleng, takkan sempurna. Asal teguhiman, pantang surut menghadapi segala coba derita, semuatujuan pasti berhasil. Losiu tiada mempunyai suatu apa yang

berharga untuk kuberikan padamu. Hanya dengan sedikitucapan itulah, Losiu persembahkan pada hiantit."

Serta merta Siau Ih menjurah dan menghaturkan terimakasih. Ujarnya: „Karena locianpwe masih mempunyai banyak urusan, wanpwe tak berani mengganggu lebih lama dandengan inipun hendak mohon diri.” 

 „Dalam keadaan begini, losiu terpaksa tak dapat menahan

hiantit. Begitu urusan disini selesai, losiu pun hendak 

Page 355: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 355/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

berkelana. Kelak apabila hiantit bertemu dengan engkongmu,toiong sampaikan salam losiu padanya!"

Kembali Siau Ih haturkan terima kasih. Kemudian setelahmemberi selamat tinggal pada Liong Go, dia segera ayunkanlangkah.

Ketika tiba di padang bunga, tampak olehnya mayat Cian-chiu-wi-tho Go Ki sudah terbakar menjadi abu. Juga jalanankiu-jiok-pat-poa-it-sian-thian itu, sudah rusak porak poranda.Dua deret rumah kayu yang berada dipinggir karang, punsudah lenyap.

Berpuluh-puluh sosok mayat malang melintang, ada yangpecah kepa¬lanya, ada yang jebol dadanya dan ada yangsudah tak keruan tubuhnya. Benar Siau Ih satu waktu jugaberbuat ganas, tapi pemandangan yang disaksikan pada saatitu, benar-benar membuatnya bergidik.

Sekeluarnya dimulut gunung, mataharipun sudah terbit.Walaupun dijalan itu tiada tampak orang berjalan, namun dia

tak mau gunakan ilmu berjalan cepat.♠♠♠♠♠ 

Dini hari dijalanan yang menuju ke gunung Lou-hu-san,tampak seorang pemuda cakap tengah naik kuda denganpelahan-lahan.

  Alam pemandangan disepanjang jalan ke Lou-hu-san itu,terkenal cantik. Walaupun Lou-hu-san di propinsi Kwitang itutermasuk daerah beriklim sedang, namun dikala pagi hari,hawanya pun cukup dingin.

Tampak pemuda yang berpakaian warna biru itu, tak terlalumenghiraukan alam sekelilingnya, karena tengah sibuk kelelapdalam lamunannya pribadi. Hal itu kelihatan dari perobahanmimik wajahnya yang sebentar mengerut dahi, sebentarmengilas senyum dan sebentar pula memangu muka.

Page 356: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 356/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Siapakah gerangan pemuda itu, kiranya pembaca tentusudah dapat memaklumi sendiri.

Banar, memang dialah Siau Ih yang hendak melaksanakanhasratnya menuju ke Lou-hu-san. Menurutkan suara hatinya,dia ingin mengadakan pertemuan empat mata dulu dengan juwita Lo Hui-yan, sebelum kembali ke ‘tahanan’ di Tiam-jong-san.

Kejadian singkat yang di alaminya di Pao-gwat-san itu,telah menyadarkan pikirannya. Hanya dengan kesabaranderita dan gemblengan lahir batin, barulah dia akan berhasil

membalaskan sakit hati orang tuanya.Kaum muda banyak yang dihinggapi bercita-cita muluk,

melamun yang indah-indah, Siau Ih pun tak terkecuali. Diamempunyai lamunan sendiri akan hari depannya.

Menuntut balas, menjalankan dharma kebajikan,mempersunting juwita idamannya, mendirikan mahligaipenghidupan yang bahagia.

Demikian lamunan yang menyelubungi lubuk pikiran anak muda itu. Rangsangan hati itu, memerlukan tempat untuk menyalurkan dan Lo Hui-yan adalah tempatnya yang sesuai.

Biara Peh-hoa-kiong di gunung Lou-hu-san adalah sebuahbiara wanita yang terkenal keras peraturannya. Di bawahpimpinan ketiga perawan suci Hun-si-sam-sian yang berilmutinggi, daerah itu merupakan daerah terlarang bagi kaum pria.

Mereka melarang anak murid Peh-hoa-kiong menikah. LoHui-yan menjadi murid kesayangan Hun-si sam-sian, jadidiapun tunduk dengan peraturan itu.

Siau Ih telah membayangkan kesukaran-kesukaran itu,namun dia datang dengan membawa keyakinan. Kisah romandikolam gunung Ki-he-nia, tetap menggores dalam kalbunya. „Manusia tetap insan yang berperasaan ……."

Page 357: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 357/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kata-kata Lo Hui-yan itu amat membesarkan semangatSiau Ih. Namun bila teringat akan peraturan keras dari Peh-hoa-kiong, mau tak mau dia menjadi gelisah juga. Makin dekat

ke Lou-hu-san makin keras debar hatinya.Derap kaki kudanya makin lambat dan akhirnya berhenti.

Siau Ih termangu-mangu lama sekali. Akhirnya dia tersadar.Mengapa takut akan bayang-bayang sendiri? Asal Hui-yansetuju, segala rintangan pasti akan dapat diatasi.

Semangatnya bangun kembali dan bersuitlah dia dengankerasnya laksana seekor ajam jago menunjuk kejantanannya.

Kuda mencongklang pula dengan pesatnya.Lou-hu-san termasuk salah satu dari sepuluh gunung besar

di Tiongkok, yang puncaknya dapat menembus ke nirwana.Demikian menurut anggapan kaum paderi agama Buddha itu.Nama aseli dari gunung itu sebenarnya adalah Lo-san.

Menurut kitab Goan-ho-ci, sebelah bagian barat darigunung itu terus membentang ke laut. Karena bagian atas

gunung yang masuk laut itu penuh ditumbuhi hutan alang-alang, jadi tampaknya seperti terapung di laut. Itulahsebabnya maka dinamakan Lo-hu-san (hu artinya terapung).

Menjelang sore, tibalah Siau Ih di kaki gunung tersebut.Dilihatnya dibeberapa tempat dari kaki gunung itu terdapatbeberapa petak rumah petani.

Sekilas teringatlah dia akan pesan Hui-yan tempo hari,

supaya jika datang ke Lo-hu-san, lebih dulu mencari petanishe Kau. Nona itu telah memberikan kalung kiu-hong-giok-hupadanya. Akhirnya dia memutuskan untuk menurut petunjuk nona itu.

Kala itu hari sudah petang. Belasan petak rumah petani itusudah menyalakan lampu. Pada pintu dari salah sebuahrumah, terdapat dua larik lian (poster) menyambut

kedatangan musim semi.

Page 358: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 358/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Ah, setiap keluarga tengah bersuka ria merayakan TahunBaru, hanya aku sendiri ……. ai!" sesaat dia mengeluh, tapipada lain kilas dia buang pikiran itu, lalu mengetuk pintu itu.

Seorang petani berumur empatpuluhan tahun, munculmenyambut. Demi melihat orang itu terbeliak kaget, buru-buruSiau Ih memberi hormat dan menyatakan maksud kedatanganmencari petani she Kau itu. Belum lagi Siau Ih habis bicara,petani itu sudah goyang-goyang tangan seraya menunjuk telinganya.

Bermula Siau Ih terkesiap, tapi segera dia mengetahui apa

sebabnya. Petani itu orang Kwitang, jadi tak mengerti logatbahasa daerah utara.

Siau Ih tak keputusan akal, segera dia mencorat-coretditanah. Tapi petani itupun hanya menunjuk matanya sembaritersenyum menggelengkan kepala. Siau Ih terpaksa pamitan.

Dari satu ke lain rumah, dia sudah mendatangi enam-tujuhkeluarga, namun hasilnya sama saja. Mereka tak dapat

sambung bicara pun buta huruf. Diam dia mengeluh.Syukur akhirnya dia bertemu juga dengan sebuah keluarga

petani yang berasal dari lain daerah.

Menurut keterangan orang itu, petani Kau itu tidak tetaptinggal disitu. Kebanyakan dia pergi ke lain daerah dan hanyadua-tiga kali saja pulang menjenguk rumah. Dua bulan yanglalu, orang itu pergi hingga kini belum pulang lagi.

Siau Ih tertegun kecewa.

  „Jauh-jauh kongcu datang kemari, tentulah mempunyaiurusan penting. Sayang Kau-loya tak ada, sekalipun begitu,aku bersedia melakukan perintah kongcu," kata tuan rumahdemi melihat sikap anak muda itu.

Siau Ih menjadi lega. Setelah menghaturkan terima kasih,menerangkan bahwa maksudnya mencari orang she Kau itu

Page 359: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 359/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

ialah hendak minta tolong supaya menyampaikan suatu beritake Peh-hoa-kiong.

Demi mendengar itu, pucatlah seketika wajah petani itu.Serunya sembari geleng-geleng kepala: „Maaf, kongcu, akutak dapat melakukannya."

 „Mengapa …….?” 

 „Peh-hoa-kiong di Hiang-swat-hay adalah tempat pertapaandari Hun-si-sam-sian, merupakan daerah terlarang bagi kaumlelaki. Berpuluh tahun lamanya, tiada orang yang beranimelanggar. Memang pernah ada beberapa orang yang coba-coba kesana, tapi tiada seorangpun yang kembali. Kau-loyapun hanya membelikan barang-barang keperluan daribeberapa anak murid Peh-hoa-kiong, namun tak berani masuk kesitu. Mengingat kongcu orang persilatan, tentulahmemaklumi kesukaranku dan sudi memaafkan.” 

Siau Ih mendengarkan keterangan itu dengan merenung.  Akhirnya dia tak mau memaksa hanya menanyakan letak 

 jalanan menuju ke Peh-hoa-kiong itu.Tapi untuk keherannya, kembali orang itu mengunjuk 

wajah gelisah. Akhirnya terpaksa orang itu memberiketerangan.

 „Hiang-swat-hay Peh-hoa-kiong terpisah hanya seratusan lidari sini. Tempatnya mudah dicari, asal berjumpa dengansebuah puncak indah. Peh-hoa-kiong berada di dalam

lembahnya. Pada waktu ini lembah Hiang-swat-hay sedangmusim bunga bwe, baunya se-merbak sampai sepuluhan li,  jadi mudah dicarinya. Hanya saja, kuharap kongcu sukaberhati-hati memasuki daerah terlarang itu."

Siau Ih menghaturkan terima kasih dan minta tolong titipkuda, karena malam itu juga dia segera hendak berangkat.

  „Maaf, kongcu, sebenarnya aku suka sekali menolong

orang. Tapi dikarenakan kongcu hendak menuju ke Peh-hoa-

Page 360: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 360/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kiong jadi aku kurang leluasa. Kiranya kongcu tentu dapatmemaklumi kesulitanku ini," kata orang itu.

Siau Ih hanya tersenyum dan segera berlalu. Tak lamamasuk ke daerah gunung, lebih dulu dia ambil buntelan yangmenggamblok dipunggung kuda, kemudian baru dia tepuk pantat binatang itu. Meringkik keras, kuda itu mencongklanglepas masuk kedalam hutan.

Kini bebaslah Siau Ih gunakan ilmu mengentengi tubuhnya,menyusup ke dalam pegunungan.

Kira-kira berlari seratusan li jauhnya, tiba-tiba hidungnyatersampok dengan angin harum. Dia cepat berhenti danmemandang ke sekeliling. Benar juga tak berapa jauhnyadisebelah muka, sebuah puncak menonjol dalam bungkusankabut.

Keadaan puncak itu, tepat seperti yang dilukiskan petanitadi. Bau wangi tadi, mengunjuk bahwa daerah terlarang bagikaum lelaki, sudah berada di depan mata.

  „Adik Yan, beratnya hatiku hendak bertemu padamu,terpaksa aku melanggar larangan suhumu," demikian diaberkata seorang diri, lalu lari turun ke lembah.

Tak lama kemudian, tibalah dia di sebuah mulut lembahyang sempit. Itulah batas dari daerah terlarang Peh-hoa-kiong. Setelah menenangkan hatinya yang berdebur keras,barulah dia melangkah pelahan-lahan.

Makin masuk, hawa wangi itu makin keras. Kira-kirasepeminum teh lamanya, tiba-tiba disebelah muka tampak adapenerangan remang-remang.

Peh-hoa-kiong makin dekat dan jantung Siau Ih makinberdetak keras. Kalau sampai urusan pribadinya itu menjadionar besar, apakah dia takkan menjadi malu pada ayah danengkongnya luar?

Page 361: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 361/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Memikir akan akibat itu, keringat mengucur deras padadahinya. Kaki serasa berat untuk melangkah. Akhirnya setelahmeragu sekian saat, dia mendapat ketetapan hati.

 „Cinta suci pantang mundur menghadapi segala rintangan.Dan pula seorang lelaki harus berani memikul resiko atassetiap perbuatannya …….” 

Begitu jalanan itu habis, dia segera berhadapan dengansebuah hutan pohon bwe. Setiap batang pohon itu, hampirdua tombak tingginya, daunnya rindang, bunganya penuhmeratai setiap ranting.

Karena pohon bwe disitu berpuluh ribu jumlahnya, jadihutan itu laksanakan merupakan lautan bunga bwe. Itulahsebabnya maka lembah itu dinamakan Hiang-swat-hay ataulautan salju wangi. Di depan hutan itu, terpancang sebuahpapan batu kumala yang berukiran tiga buah huruf 

 „Hiang-swat-hay”  

Walaupun sudah larut malam, tapi karena langit cerah jadidapatlah Siau Ih memandang ke muka.

Jauh diujung hutan itu, samar-samar tampak suatubangunan yang dindingnya berwarna merah, atapnya hijau.Tak salah lagi, itulah biara Peh-hoa-kiong.

26. Ujian Dari Para Wanita 

Kuatir terjadi apa-apa, lebih dulu Siau Ih salurkan lwekangkian-gun-sin-kong melindungi tubuh, baru dia masuk ke dalamhutan. Tapi sampai diujung penghabisan ternyata tak terjadisuatu apa. Diam-diam dia heran sendiri, mengapa tempat itutak dijaga sama sekali.

Ujung hutan itu merupakan sebuah tanah lapang seluassepuluhan hektar, ditaburi dengan pasir halus. Berpuluh

Page 362: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 362/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tombak disebelah muka, tampak sebuah gedung mewah,dindingnya merah atapnya hijau.

Pintunya yang lebar bercat merah. Dikanan kiri, terdapatciok-say (singa batu). Di atas pintu itu tergantung sebuahpapan besar yang bertuliskan tiga huruf emas

 „Peh-hoa-kiong” 

(istana seratus bunga).

Kala itu Peh-hoa-kiong sudah diterangi lampu, namunkeadaannya sunyi sekali. Kini tibalah Siau Ih ditempat tujuan

terakhir. Tanpa banyak ragu-ragu lagi, dia segera loncat keatas pintu gerbang, dari itu melayang turun ke dalam. Lampuyang terang benderang dalam biara, telah membuatnyaterkesiap.

Belum lagi dia mendapat kembali ketenangannya, tiba-tibaterdengar suara seruan yang dingin: „Siapakah yang bernyalibesar berani masuk ke Peh-hoa-kiong ini? Lekas beritahukannama perguruanmu, kalau memang tak sengaja, bisa diberiampun. Tapi kalau membandel, akan dihukum berat!” 

Sekalipun sudah mengetahui apa yang akan terjadi, namunhati Siau Ih bercekat juga. Dan belum lagi dia sempatmenyahut, angin berkesiur mengantar munculnya empat gadisdari empat jurusan.

Mereka sama berpakaian warna hitam. Kesebatannya miripdengan asap bergulung. Dan yang lebih mengesankan, adalahkecantikan mereka yang amat menonjol itu.

Waktu menghampiri lebih dekat, nyata keempat nona itumemakai pakaian seragam hitam, rambut terurai kepundak dan pinggang masing-masing menyelip pedang. Kini merekasama berdiri berjajar memandang Siau Ih sambil merabapedang.

Sepintas pandang tahulah Siau Ih bahwa mereka berempatitu adalah dari apa yang disebut kiu-hong atau sembilan

Page 363: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 363/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

burung cenderawasih, yakni sembilan murid kesayangan dariHun-si-sam-sian. Lo Hui-yan tak tampak diantara mereka.

Dalam keadaan begitu, Siau Ih tak dapat mengumpet lagi.Dengan memberi hormat, dia menyahut: „Siau Ih murid Liu-hun-yan Tiam-jong-san, hendak mohon menghadap padaHun-si bertiga cianpwe!” 

Wajah keempat dara itu terbeliak kaget, tapi pada lain kilasmereka menguasai perobahan mukanya pula.

Siau Ih pun berlaku tenang sedapat mungkin. Dia tahubahwa sekalipun nama Liu-hun-yap itu telah meredakankemarahan mereka, namun ketegangan suasana sewaktu-waktu dapat pecah menjadi pertempuran.

  „Sebagai murid dari Tiam-jong-san, tentulah saudaramengetahui peraturan Peh-hoa-kiong. Tapi mengapa tengahmalam buta datang kemari?” kedengaran dara yang berdiripaling kiri sendiri berseru dengan dingin.

  „Musim rontok tahun lalu karena bertempur dengan tigapenjahat di muka makam Gak-ong, aku telah berkenalan danmengangkat saudara dengan salah seorang dari kiu-hong Peh-hoa-kiong. Karena sudah berbulan-bulan tak bertemu, akuamat merindukannya. Kumerasa perbuatanku datang kemaripada tengah malam ini tidak pantas, maka dengan hormatkumohon Hun-si cianpwe bertiga sudi memberi maaf sebesar-besarnya!” 

Keempat dara itu memang mengetahui bahwa pemudayang tampan garang itu tentu anak murid dari perguruanterkenal. Tapi setitikpun mereka tak mengira kalau anak mudaitu berani bicara secara blak-blakan begitu.

Habis tertegun, dara tadi bertanya dengan, tertawa dingin: „Saudara mengaku kenal dengan salah seorang dari kiu-hong.tapi entah yang manakah?” 

Page 364: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 364/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Lo Hui-yan!" tanpa tedeng aling-aling lagi Siau Ih cepatmenjawab.

Dara itu tertawa sinis, serunya: „Apa buktinya?” 

Wajah Siau Ih bertebar merah, tapi cepat berganti dengansikap keangkuhan

  „Maaf, walaupun aku ini masih muda dan dangkalpengetahuan, tapi tetap taat akan peraturan perguruan yangmelarang bersikap sombong menghina orang …….” 

Sembari berkata itu dia merogoh keluar sebuah lencana

kumala putih. Kiu-hong-giok-hu atau pertandaan anggautakiu-hong diperlihatkannya.

Serunya: „Karena nona juga termasuk kiu-hong dari Peh-hoa-kiong, tentulah kenal akan benda itu. Adik Yan telahmemberikan barang ini kepadaku selaku tanda sehidup semati……” — dia berhenti sejenak.

Dengan wajah mengulum senyum kenangan yang

romantis, dia tertawa pula, katanya: „Maka sebelum kembalike Tiam-jong-san, aku terpaksa menempuh bahaya, malam-malam masuk ke daerah terlarang ini, dengan harapan akandapat bertemu sebentar dengan adik Yan."

Sampai disini wajah Siau Ih berobah sungguh, ujarnya: „Walaupun aku telah melanggar peraturan, tapi sekali-kali tak mengandung maksud jahat, demi kehormatanku harap nonasuka mempercayai keteranganku ini."

Biasanya orang yang pernah masuk didaerah terlarang Peh-hoa-kiong adalah kaum persilatan bebodoran. Maka betapakejut keempat nona itu bahwa pemuda yang dihadapanmereka itu adalah murid dari si Rase Kumala Shin-tok Kek,bintang cemerlang dari sepuluh Datuk. Dan lebih kaget pulamereka sewaktu mendengar bahwa Siau Ih hendak berjumpadengan Lo Hui-yan, yakni suci (kakak perguruan) mereka yang

kelima.

Page 365: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 365/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Bermula mereka masih belum percaya, tapi kalung kumalakiu-hong-giok-hu itu menjadi saksi kuat. Memang go-sucimereka, Lo Hui-yan, ketika diijinkan turun gunung melakukan

pembalasan sakit hati, pernah ditolong orang. Tapi keempatgadis itu tak mengira bahwa penolong suci mereka itu,ternyata seorang pemuda tampan yang gagah perwira.

Keempat kiu-hong itu saling berpandangan satu sama lain,tak tahu mereka bagaimana harus berbuat. Sekonyong-konyong terdengar suara lonceng mengalun dengan gencar.

Seketika berobahlah muka keempat dara itu. Cepat mereka

menyingkir ke samping menjadi dua rombongan.  „Suhu telah mengetahui, harap berhati-hati!” kata gadis

tadi kepada Siau Ih.

  „Apakah ketiga Hun-si cianpwe akan kemari?" tanya SiauIh.

Gadis itu mengangguk dengan wajah muram. Jantung SiauIh berdebur keras, tapi dia segera tetapkan hatinya dan tegak berdiri menanti apa yang akan terjadi.

Saat itu dari arah ruangan besar terdengar bunyi musik,kemudian ruangan itu menjadi terang benderang. Enambelasdara cantik keluar membawa alat-alat musik.

Begitu tiba ditangga, mereka lalu pecah diri menjadi duarombongan, berdiri dikedua samping. Menyusul muncul lagilima gadis berpakaian serba hitam dan mengenakan pedang.Dandanan mereka itu persis seperti keempat dara yangmenemui Siau Ih tadi.

Hati Siau Ih berguncang keras. Kelima gadis itu tentulahanggauta kiu-hong Peh-hoa-kiong, jadi Hui-yan tentu beradadiantara mereka. Siau Ih memandang mereka dengan tak terkesiap. Benar juga gadis nomor satu pada deretan sebetahkiri, adalah Lo Hui-yan!

Page 366: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 366/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Hati Siau Ih merangsang dan tak dapat dikuasai lagimulutnya berseru: „Adik Yan ……..” 

Hui-yan pun mengetahui siapa pemuda itu, seketikawajahnya berobah kaget, jantungnya serasa berhentiberdetak. Sehelai rambut dibelah tujuhpun ia tak mengira,bahwa orang yang berani masuk ke Peh-hoa-kiong itu,ternyata pemuda yang menjadi kenangan kalbunya.

Hui-yan dapat menerka apa maksud kedatangan Siau Ihitu, diam-diam ia merasa bahagia. Tapi demi teringat akanperaturan Peh-hoa-kiong dan hukuman-hukuman ngeri yang

dijatuhkan pada mereka yang berani melanggar, hatinyamenjadi gelisah cemas.

Seruan Siau Ih yang diucapkan dengan mesra itu, telahmenggemparkan suasana di ruangan itu.

Di biara Peh-hoa-kiong yang menjadi daerah terlarang bagikaum lelaki, telah terjadi adegan romantis. Hal ini benar-benarseperti halilintar berbunyi ditengah siang hari.

Getaran kalbu, telah membuat kedua muda mudi itu kelelapdalam saling pandang yang girang-girang cemas. Lupamereka, bahwa kala itu mereka sedang berada ditengah-tengah suasana yang tegang meruncing.

Tiba-tiba terdengarlah suatu seruan lirih yang amatberpe¬ngaruh: „Yan-ji, kemarilah!"

Seruan itu telah membuat Siau Ih gelagapan. Memandangke arah datangnya suara, entah kapan munculnya, diambangpintu ruangan besar itu tampak tegak berdiri tiga orang wanitasetengah tua yang tampaknya masih cantik.

Mereka mengenakan pakaian indah war¬na wungu muda,kuning telur dan biru muda. Rambutnya disanggul tinggi,wajahnya tirus, masing-masing menyelip pedang dipinggangdan mencekal hud-tim (kebut pertapaan).

Page 367: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 367/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Memang apa yang diduga Siau Ih itu benar. Ketiga wanitacantik pertengahan umur itu, adalah pemimpin dari biara suciPeh-hoa-kiong, tiga saudara she Hun yang masing-masing

bernama Ko-shia-siancu Hun Yak-lun. Hui-yong-siancu Hun Yak-cian dan Leng-bok-siancu Hun Yak-hwa.

Ketiga kakak beradik itu terkenal dengan sebutan Hun-si-sam-sian atau tiga dewi she Hun. Karena ilmu silatnya tinggi,mereka digolongkan dalam anggauta ke sepuluh Datuk.

Dengun wajah yang sedingin es, Hun-si-sam-sian tampak meram-meram melek, seolah-olah tak mengacuhkan pemuda

yang berada dihadapannya itu.Sebaliknya saat itu tubuh Hui-yan kelihatan gemetar,

sedang semua anak murid Peh-hoa-kiong yang berada dalamruangan itu, sama tundukkan kepala tak berani bercuit.Suasana yang hening tegang itu, menggelisahkan Siau Ih juga.

Kisah kematian ayahnya yang tragis itu, terbayang pula

dipelupuk matanya. „Kejadian yang menyedihkan itu, tak boleh terulang lagi di depan mataku ……..” 

Dengan tekad demikian, ia bersedia menolong Hui-yan darimalapetaka. Tapi baru dia hendak melangkah maju, Hui-yansudah mendahului naik ke atas tangga terus menjatuhkan diriberlutut dihadapan ketiga suhunya itu.

 „Ah, celaka ……” keluh Siau Ih dalam hati. Namun dia tak 

dapat berbuat apa-apa karena terpancang oleh peraturan-peraturan disini. Hanya saja dia telah membulatkan tekadnya,kalau Hun-si-sam-sian bertindak seperti Goan Goan Cuterhadap mendiang ayahnya dahulu, dia tentu akan turuntangan juga.

Setelah mengambil ketetapan, darahnya yang bergolak-golak membakar tubuhnya tadi, agak menjadi sirap tenang

pula. Tahu sudah dia bahwa urusan dalam perguruan, orangluar tak boleh turut campur, tapi pelajaran dari nasib ayahnya

Page 368: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 368/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

itu, telah merobah pandangannya terhadap segala peraturanperguruan yang tak adil.

  „Yan-ji, kenalkah kau pada orang itu?” kedengaran wanitabaju wungu yang berdiri ditengah kedua saudaranya,membuka mata dan bertanya dengan dingin. Sambil berkataitu, ia menunjukkan hud-tim ke arah Siau Ih, namun matatetap memandang lekat pada Hui-yan.

Siau Ih merasa tersinggung dengan sikap yang menghinaitu, namun dia coba tindas perasaannya.

Hui-yan amat gelisah. Siau Ih adalah penolongnya yangtelah mengembalikan jiwanya. Lebih dari itu, anak muda ituternyata telah mencuri hatinya. Hati anak muda manakahyang takkan terkenang pada saat-saat pertemuannya dengansang jantung hati?

Tapi sebagai seorang murid, iapun tak lupa akan budi besardari sang suhu yang telah mendidik selama belasan tahun.Lebih tak dapat melupakan pula ia akan peraturan yang

bengis dari perguruannya itu.Merenung sejenak, dengan menggigit gigi, ia menyahut:

 „Ya, tecu kenal padanya!” 

  „Hem ………“ dengus si dewi baju wungu mengangguk, „tuturkan perkenalan kalian dengan terus terang!"

Hui-yan makin gemetar, mendongakkan kepala ia menjeritpilu: „Suhu …….” Hanya begitu sang mulut dapat mengucapkarena tersumbat beserta air matanya yang membanjir.

 „Kau hendak melanggar perintah suhu?" tetap Sam-sian ituberseru dengan nada bengis.

 „Tecu tak berani,” seru Hui-yan dengan gemetar.

Sam-sian itu mendengus.

  „Kalau begitu, mengapa tak lekas-lekas bercerita? Kalaukau tak bersalah, mengingat selama belasan tahun ini

Page 369: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 369/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kelakuanmu tak tercela, tentu akan mendapat keringanan.Tapi jika tidak begitu, jangan persalahkan aku berhati kejam!” berkata Sam-sian itu dengan nada membesi dan sejenak 

menyapukan matanya yang berkilat-kilat ke arah Siau Ih.Kesempatan terbuka bagi Hui-yan. Asal ia dapat mengatur

ceritanya begitu rupa tentu akan bebas. Tapi dia bukanseorang nona yang temaha hidup, dan suka berbohong.

Bagaimanapun juga tak dapat ia melupakan pemuda yangsudah menolong jiwa, mengangkat saudara dan mencurihatinya itu. Setiap manusia tentu ingin hidup, tapi apa guna

kehidupan itu kalau tak dapat berdampingan dengan orangyang dicintainya?

  Akhirnya setelah terjadi pertarungan hebat dalam batin,antara kebaktian terhadap budi suhu dan kecintaan terhadappemuda yang menolong jiwanya, ia memilih yang tersebutbelakang. Mati karena cinta, adalah bahagia.

Hui-yan pelahan-lahan mendongak, disingkapnya

rambutnya yang terurai lalu mengusap air matanya. Kemudiandengan nada tenang, ia menuturkan pengalamannya.

Bagaimana ia bertempur dengan Teng Hiong dimakam Gak-ong dan dilukainya, kemudian ditolong Siau Ih terus dibawa kegunung Ki-he-nia untuk berobat pada To Kong-ong. Setelahsembuh, ia mengangkat saudara dengan Siau Ih selaku tandaterima kasihnya, dan untuk menghindari tuduhan orang yang

bukan-bukan. „Sungguh tak nyana, sampai akhirnya ……” berkata sampai

disini Hui-yan terhenti sejenak, wajahnya agak menyuram.Rupanya dia tengah berusaha untuk menguasai perasaannya.

  „Hal itu mungkin disebabkan karena manusia itumempunyai perasaan, bukan macam pepohonan. Akhirnyatecu terjerumus dalam perangkap asmara. Namun tecu masih

tetap mengindahkan peraturan perguruan. Setelahmenimbang masak-masak, akhirnya tecu ambil putusan untuk 

Page 370: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 370/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kembali ke Peh-hoa-kiong sebelum perangkap itu makin eratmenjerat. Namun menurut suara nurani, tecu telahmengabaikan peraturan perguruan dan memberikannya giok-

hu selaku tanda mata. Demikian penuturan tecu yangsejujurnya."

Menurut irama nada Hui-yan yang bercerita, kerut wajahSam-sian baju wungu itupun turut terlihat makin gelap. Habismendengar seluruh cerita, alis Sam-sian itu menjungkat naik,wajahnya menampil amarah.

  „Jadi kau akui telah mengadakan hubungan kasih dengan

dia?!"Gemetar tubuh Hui-yan mendengar pertanyaan suhunya

itu. Dengan suara berat dia mengiakan.

  „Yan-ji, coba kau ucapkan bagian yang terakhir darisepuluh pantangan Peh-hoa-kiong?" Sam-sian berseru murka.

Seketika wajah Hui-yan berobah ngeri, tapi pada lain jenak,sudah tenang kembali dan bahkan tampak tenang sekali.

Dengan nyaring dan tegas, ia mulai mengucapkan kalimatitu: „Barang siapa anak murid kami, mengadakan hubungancinta dengan orang, akan menerima hukuman dipunahkankepandaian lebih dulu, kemudian disuruh menghabisi jiwanyasendiri." „Kau mengaku berdosa?" tanya Sam-sian baju wungu.

 „Tecu mengaku berdosa."

Sam-sian mengangukkan kepala, ujarnya pula: „Apa kaumasih ada lain perkataan lagi?"

 „Tecu hanya mempunyai dua buah harapan. Pertama, tecuamat kecewa karena belum dapat membalas budi suhu.Kedua, setelah tecu nanti meninggal, sukalah suhu memberikebebasan pada Siau Ih gi-heng itu. Tecu merasa sangatberterima kasih sekali," kata Hui-yan dengan rawan.

Page 371: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 371/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sam-sian baju wungu mendengus dingin, berkata: „Sebagaisuhu, aku meluluskan permintaanmu itu."

Hui-yan tertawa pilu lalu menghaturkan terima kasih.Berputar ke arah sam-sian baju biru dan Sam-sian bajukuning, ia berdatang sembah: „Tecu menghaturkan selamattinggal pada susiok berdua.” 

Mau tak mau, Hun-si-sam-sian yang berwajah dingin itu,menampil kerut haru juga. Namun dengan cepatnya merekadapat menguasai perobahan mimiknya.

  „Kini sebagai suhu aku hendak menjalankan hukumanperguruan," sesaat kemudian berkatalah Sam-sian baju wungusembari gerakkan pelahan-lahan hud-timnya ke arah Hui-yanyang masih berlutut dihadapannya.

Siau Ih terperanjat. Dia harus bertindak cepat. Sebat sekaliia sudah melesat ke muka ditengah Hui-yan dan Hun-si-sam-sian.

Menjurah memberi hormat, dia berkata: „Apakah wanpweboleh menghaturkan sepatah kata?” - Dalam pada itu, diam-diam dia sudah ke¬rahkan tenaga dalam untuk mendorongpelahan-lahan kebut hud-tim sampai dua-tiga dim ke samping.

Karena tak bersiaga, Sam-sian baju wungu itu sampaimenyurut setengah tindak. Seketika meluaplah amarahnya.Sepasang matanya berkilat-kilat.

 „Jadi kau hendak mencampuri urusan Peh-hoa-kiong, Ya?” tanyanya dengan bengis.

Tindakan Siau Ih itu bukan melainkan membuat semuaorang terkejut, sampaipun Hui-yan sendiri terperanjat sekali.Sebalik nya Siau Ih tetap tenang saja.

 „Wanpwe tak berani," sahutnya dengan pelahan.

  „Habis apa maksudmu tadi?" seru Sam-sian makin naik 

pitam. „Wanpwe hanya hendak mengucap sepatah kata."

Page 372: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 372/429

Page 373: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 373/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pertanyaan itu bagaikan sembilu menusuk hati Siau Ih.Seperti tak bertulang, lehernya mengulai tunduk danmenyahut dengan pilu: „Benar."

Ko-sia-siancu merenung sejenak. Tiba-tiba wajahnyaberobah membesi dan mulutnya berseru bengis: „Sebagaiketurunan dari tokoh kenamaan tentunya kau tahu akanperaturan Pek-hoa-kiong. Dengan nekad melanggar peraturanitu, apakah kau memang hendak menghina?” 

Siau Ih bercekat. Dia insyaf betapa berbahayanya ucapanKo-shia-siancu itu. Sekali dia memberi penjelasan keliru, tentu

akan menerbitkan onar besar.  „Dampratan cianpwe itu, wanpwe terima dengan ikhlas.

Tapi hendaknya cianpwe jangan salah paham. Kedatanganwanpwe kemari ini, semata-mata hanya ingin bertemu denganadik Yan, sebelum wanpwe kembali pulang lagi ke Tiam-jong-san. Walaupun wanpwe mengakui adanya ikatan-hati denganadik Yan, namun selama itu wanpwe selalu memegang teguhbatas-batas kesopanan. Mengenai hubungan wanpwe denganadik Yan itu, engkong wanpwe pun sudah mengetahui.Berdasarkan jalan yang wanpwe tempuh itu selalu suci lurus,wanpwe baru berani datang kemari. Tapi apabila cianpwe tak dapat memaafkan perbuatan wanpwe itu, wanpwe pun relamenerima hukuman.” 

Siau Ih telah menggubah kata-katanya sedemikian rupa,tidak sombong tidak merendah dan tetap sopan. Sampai Ko-

shia-siancu tanpa terasa anggukkan kepala selaku memujiakan penyahutan anak muda itu. Namun pada lain kejap,wajah siancu itu sudah berobah menjadi dingin lagi.

  „Jadi kau maksudkan, engkongmu luar itu amatmemanjakan dirimu bukan?” tanyanya.

  „Harap cianpwe jangan salah menafsir. Kedatanganwanpwe kemari ini adalah dari kehendak wanpwe sendiri."

Page 374: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 374/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Hem,” tukas Ko-shia-siancu, „meskipun watak dari Lan-chui-suan itu aneh sekali, tapi sejauh itu belum pernahmem¬bikin susah orang atau bertindak sembarangan.” - Ko-

shia-siancu berhenti sejenak, sepasang matanya yang bagusberkilat-kilat memancar ke arah Siau Ih.

  „Watak kaum persilatan selalu menjunjung budi kebaikan.Kaum Peh-hoa-kiong pantang bohong. Aku bertiga saudaramemang benar dahulu pernah menerima budi pertolongandari engkongmu, budi itu sampai sekarang belum terbalas…..,” berkata sampai disini Ko-shia-siancu segera berpaling, kearah kedua saudaranya: „Ji-moay, sam-moay ……….” 

Hu-yong-siancu Hun Yak-ciau dan Leng-boh-siancu Hun Yak-hwa yang sejak tadi belum buka suara, kini cepat-cepatmenyahut: „Setiap budi, memang harus dibalas. Bagaimanahendak memutuskan, terserah saja pada cici. Hanya saja,sejak berpuluh tahun peraturan Peh-hoa-kiong itu selaludipegang teguh, kiranya cici tentu dapat menimbang denganbijaksana.” 

27. Pasrah Dengan Nasib ..... 

Mendengar itu, wajah Ko-shia-siancu agak muram. Setelahmerenung sekian jenak, baru dia berkata pula kepada Siau Ih: „Memang, setiap budi harus dibalas. Tapi muka Peh-hoa-kiongpun harus diselamatkan. Kini aku hendak memberi

kelonggaran padamu untuk memilih salah satu dari syaratyang kuajukan ini.” 

 „Wanpwe menunggu dengan hormat,” kata Siau Ih.

Ko-shia-siancu tertawa dingin, ujarnya: „Syarat pertama,tinggalkan pedangmu disini dan kau boleh bebas pulang. Yangkedua, kalau kau mampu memecahkan barisan pedang kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin dari Peh-hoa-kiong, bukan saja

kesalahan masuk kesini hebas, pun kedosaan murid murtad

Page 375: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 375/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

(Hui-yan) yang berani melanggar peraturan perguruan itu,takkan ditarik panjang lagi!"

Siau Ih bersenyum, tanyanya: .,Kalau wanpwe tak dapatmemecahkan barisan pedang itu ……..” 

  „Kalau begitu, akupun takkan mengambil jiwamu,melainkan akan menyimpan kau dan muridku murtad itudalam penjara terpisah, kemudian mengundang engkongmukemari. Terlebih dulu nanti akan kujalankan hukuman padamuridku itu, baru kuserahkan kau pada engkongmu!” 

Siau Ih tertawa memanjang.

  „Kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin adalah ilmu pusaka Lo-hu-sanyang menggetarkan dunia persilatan. Kalaupun wanpwe tidak becus, namun ingin juga mencobanya. Wanpwe sukamenerima syarat yang kedua itu.” 

Melihat sikap meremehkan dari anak muda itu, Ko-shia-siancu terkesiap dan suruh dia menimbang lagi masak-masak.

Masih Siau Ih tertawa getir, sahutnya dengan tegas: „Dengan mengesampingkan soal mati-hidup, barulah wanpweberani berkunjung kemari. Jadi apa yang wanpwe pilih tadi,sudah terpikir masak-masak. Hanya wanpwe mohon, sukalahcianpwe mengampuni jiwa adik Yan. Sekalipun tubuh wanpwenanti mati tercincang, wanpwe takkan penasaran lagi.” 

 „Baik, kalau memang niatmu sudah tetap, akupun tak maubanyak omong lagi,” kata Ko-shia-siancu, lalu memanggilsalah seorang dari rombongan delapan gadis kiu-hong.

Begitu gadis itu datang menghadap, Ko-shia-siancumemberi perintah supaya membawa Hui-yan kekamar tahananHui-lo lebih dahulu, baru kelak akan diputuskan hukumannya.Nona itu mengiakan dan Ko-shia-siancu memesannya supayaia lekas-lekas datang kembali ke ruangan itu.

Begitu gadis itu menghampiri, Hui-yan sudah cepatberbangkit. Dengan air mata bercucuran, kembali dia

Page 376: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 376/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

memohon kepada suhunya: „Suhu, tecu rela menerimahukuman perguruan. Hanya saja sekali lagi tecu mohon suhusuka bermurah hati kepada giheng Siau Ih.” 

Ko-shia-siancu bersikap dingin saja atas permintaanmuridnya itu. Hui-yan menjadi putus asa, dengan air matabercucuran dia memandang sejenak ke arah Siau Ih.Kemudian dengan menahan isak tangis, ia segera berjalanmasuk ke pintu samping. Leng-ji cepat-cepat mengikutinya.

Menampak pemandangan yang memilukan itu, semangatSiau Ih menyala-nyala. Biar bagaimana ia hendak tumplak 

seluruh kepandaiannya untuk menghadapi ujian malam itu.Tak berapa lama, Leng-ji muncul pula. Ko-shia-siancu

menatap tajam-tajam ke arah Siau Ih, kemudian memberiisyarat dengan tepukan pelahan. Rombongan gadis pemusik yang ternyata menjadi murid angkatan ketiga dari Peh-hoa-kiong, segera bubar masuk ke dalam pintu samping.

Sementara ke delapan dara kiu-hong yang termasuk murid

angkatan kedua, dengan dipimpin oleh Leng-ji segera melolospedang dan mengatur diri dalam formasi barisan. Segalasesuatu berlangsung dengan rapi dan cepat.

Melihat itu, Siau Ih tersenyum, ujarnya: „Sesuai dengannamanya, kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin seharusnya dilakukan olehsembilan orang, mengapa kini hanya delapan orang. Adakahcianpwe memang tak ber¬sungguh-sungguh hendak memberi

ajaran pada wanpwe?” Ko-shia-siancu mendengus dengan wajah murka, serunya:

 „Aku bertiga saudara, tak sudi bertempur dengan kaum hopwe(angkatan muda). Itu berarti kemurahan besar bagimu. Apakah kau masih kurang puas?” 

  „Wanpwe tak berani kurang hormat dan menghaturkanterima kasih," sahut Siau Ih. Kemudian sebat sekali dia sudah

melolos pedang Thian-coat-kiam yang bentuknya seperti ekorburung seriti itu.

Page 377: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 377/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Maafkan atas kekurang ajaran wanpwe ini," serunyasembari enjot sang kaki melambung sampai setombak lebihtingginya. Dengan gerak ui-liong-coan-sin (naga kuning

membalik badan), dia melayang turun ditengah-tengahbarisan.

Gerakannya yang indah, telah membuat ketiga Sam-sianmengangguk-angguk memuji. Siau Ih sendiri tegang hatinya,tapi dia coba berlaku tenang dengan menghias senyum.

Saat itu, Leng-ji pun sudah pindahkan pedang ke tangankanan, lalu melintangkan ke muka dada, sedang dua buah jari

tangannya kiri menjepit ujung pedang. Itulah cara memberihormat dengan pedang.

  „Sik Leng-ji menjalankan titah suhu, harap Siau-siaohiapsiap sedia,” serunya.

Siau Ih cepat membalas hormat dan menyilahkan pona itumemulai lebih dulu. Leng-ji pun tak mau banyak bicara. Begituia gerakkan pedang, maka ketujuh dara dari Lo-hu-san segera

mulai bergerak bergantian tempat untuk mengepung Siau Ih.Kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin dari Peh-hoa-kiong dan ngo-

heng-pat-kwa-kiam-tin dari biara Sing-ceng-kiong, merupakandua buah barisan pedang yang sangat dimalui duniapersilatan. Hanya saja menurut penilaian, kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin lebih unggul setingkat.

Gerakan itu terdiri dari sembilan perobahan dari satu

sampai sembilan kemudian balik kembali ke satu, makadinamakan kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin (sembilan kali lalukembali pada permulaan).

Tapi oleh karena Hui-yan tak ikut, jadi barisan itu hanyabergerak sampai pada perobahan ke delapan saja.

Siau Ih dengan tenang, menunggu dengan penuhperhatian. Ke delapan dara itu masing-masing menjulurkan

pedangnya sedikit ke muka, diimbangi oleh tangan kiri yang

Page 378: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 378/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

diangkat hingga sampai ke alis, lalu bergerak-gerak pindahtempat dengan rapi.

Sebelumnya Siau Ih sudah terisi oleh rasa jeri terhadapkebesaran nama Hun-si-sam-sian, namun beratnya hendak membela orang yang dicintai, dia bersedia bertempur mati-matian juga.

Kala itu sudah hampir jam tiga malam, bintang-bintanghampir memudar. Cepat dia ambil keputusan untuk lekasturun tangan. Leng-ji adalah kepala dari barisan itu.

Untuk menghancurkan barisan itu, haruslah pokoknya yangdigempur. Justeru pada saat itu, Leng-ji sedang berputarandihadapannya. Kesempatan itu tak boleh disia-siakan. Denganbersuit nyaring, dia segera maju menyerangnya.

Siau Ih gunakan tujuh bagian tenaganya, dan serangannyadengan jurus hui-poh-liu-cwan (air terjun mencurahkansumber) mengandung perobahannya sukar diduga. RasanyaLeng-ji tentu sukar menghindar.

Tapi pada detik itu, Leng-ji sudah bergerak beralih tempat.Siau Ih tertawa, memutar tubuh dia robah hantaman menjaditutukan ke arah jalan darah dipundak si nona. Dia yakin,betapapun lihay dan tangkasnya nona itu, tentu tak mampumengelak.

Tapi selagi dia diam-diam bergirang, tahu-tahu dua darayang berada disamping kanan dan kiri, saat itu sama berputar

datang. Tahu-tahu Siau Ih rasakan dua buah benda dinginmenusuk dari kedua sampingnya.

Terpaksa Siau Ih tak dapat mengejar Leng-ji. Begitu keduapedang kedua nona itu tiba, dia ajukan tubuh ke muka.

Pada saat itu, dilihatnya Leng-ji sudah maju mengganti laintempat rekannya, selagi tempat Leng-ji itu masih luang, SiauIh terus menyelonong maju. Pikirnya hendak menerobos

Page 379: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 379/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

keluar barisan. Biarpun tidak menang, asal bisa meneroboskeluar, berarti diapun tak kalah.

Tapi ternyata lain teori lain kenyataannya. Baru Siau ih tibadilubang barisan itu, sekonyong-konyong Leng-ji berputartubuh terus, membabatkan pedangnya kepinggang Siau Ih.

Menurut teori seharusnya Leng-ji bergerak maju kedepanmengganti tempat yang ditinggalkan rekannya, tapikenyataannya dia berputar balik untuk menghantam. Inilahyang menyebabkan Siau Ih kaget setengah mati. Oleh karenatubuhnya dienjot ke atas, jadi dia tak sempat untuk 

menghindar lagi.Syukur dia masih dapat memikirkan sebuah jalan lolos.

Dengan mengertak gigi kegeraman, dia injakkan kaki kanan kepunggung kaki kiri, berbareng itu tangannya kiripunmenghantam kebawah.

Dua buah tenaga pinjaman itu cukup membuat tubuhnyamelambung sampai setombak tingginya, dari itu dia

berjumpalitan ke belakang untuk kembali melayang …… kedalam barisan!

Sudah maksudnya lolos menjadi gagal, dia kalang kabut jungkir balik dan tak urungpun bajunya sebelah bawah robek tergurat ujung pedang si nona.

Barisan pedang kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin, tetap bergerak dengan Leng-ji sebagai porosnya. Sejak turun gunung dan

mengalami pertempuran beberapa kali, baru pertama kali ituSiau Ih pontang panting begitu macam. Sudah tentu diamenjadi naik darah. Saking marahnya, matanya menjadimerah seperti banteng buas.

Tiba-tiba dia bersuit nyaring, kini dia gunakan pedangpusakanya untuk membuka serangan. Dara yang kebetulanbergilir di depan Siau Ih, jeri melihat sinar pedang si anak 

muda yang berkilat luar biasa itu. Ia tak berani menangkis,melainkan menghindar ke samping. Siau Ih tertawa dingin, dia

Page 380: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 380/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

membayangi dan memburu dengan tiga buah seranganberturut-turut. Dara yang diincarnya itu, seketika menjaditerkurung dalam hujan sinar pedang.

Dari sekian ratus jago persilatan, hanya terpilih sepuluhyang digolongkan sebagai sepuluh Datuk. Dan Hun-si-sam-sian, termasuk dalam daftar ke sepuluh datuk itu. Jadi sampaidimana kepandaian dari pemimpin Peh-hoa-kiong itu, dapatdimaklumi.

Kesembilan dara kiu-hong itu, sejak kecil dilatih sendiri olehHun-si-sam-sian. Dengan Siau Ih, kesembilan nona itu

seimbang kepandaiannya. Jadi barisan yang dimainkanmenjadi pat-kwa-kiam-tin oleh kedelapan dara itu, manadapat ditembus dengan mudah.

Waktu salah seorang rekannya terancam, Leng-ji berteriak memberi komando. Ketujuh dara kiu-hong itu serempak memutar pedangnya terus menusuk punggung, pinggang,bahu dan lain-lain bagian fatal (mematikan) dari tubuh SiauIh.

  Anak muda itu bersuit keras, pedang dibalikkan menabasdalam jurus to-sia-sing-bo atau mencurahkan terbalik bintangbima sakti, berbareng itu tangan kiri menjotos lurus ke muka.Serangkum hawa panas, tetap menyerang nona yang terlolosdari serangannya pedang tadi. Sekaligus, dia menyerang dualawan.

Sinar berkilat, logam bergemerincing dan jeritan seramterdengar. Siau Ih terkejut karena tak tahu apa yang telahterjadi. Begitu dia sempat memperhatikan keadaan lawan,ternyata barisan pat-kwa-kiam-tin itu sudah berobah. Delapandara dari kawanan kiu-hong, ternyata tinggal enam orang danbarisan pat-kwa pun berobah bentuknya menjadi liok-hap. Apayang terjadi?

Beberapa meter dari tempatnya, Siau Ih melihat dua orang

dara berhenti bergerak. Yang satu kesima melihati pedangnya

Page 381: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 381/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

kutung separoh, yang satu terkapar di tanah dengan wajahpucat. Siau Ih sendiri menjadi terperanjat. Pada lain saat darayang pedangnya kutung itu segera menghampiri ke tempat

rekannya yang rubuh lalu mengangkatnya terus dibawa masuk ke belakang ruangan.

  „Seorang pedangnya kutung, seorang lagi terluka berat,rasanya urusan malam ini akan menjadi berlarut-larut hebat.Tapi biar bagaimana, aku tetap akan berjuangmempertaruhkan nasib kita berdua,” diam-diam Siau Ihberkata dalam hati. Malah setelah mempunyai ketetapan itu,hatinya makin tenang.

Selagi dia siap hendak menggempur barisan liok-hap-kiam-tin, tiba-tiba disebelah tangga atas sana kedengaran Ko-shia-siancu Hun Yak-lun berseru: „Siau Ih, tadi kau mengakuputera Siau Hong, tapi ternyata permainanmu pedang ituadalah ajaran Siau-sian-ong Bok Tong, mengapa?” 

Berhenti sejenak, Sam-sian itu melanjutkan pula: „Jika kaumengira Peh-hoa-kiong gampang dipermainkan, itu berartihari kematianmu sudah tiba!"

Dengan adanya kesudahan pertempuran tadi, Sam-sianmenuduh Siau Ih bohong dan hendak menghina kaum Peh-hoa-kiong, maka dia tinjau lagi keputusannya tadi. Sebaliknyadiberi keringanan, kini Siau Ih hendak diperberathukumannya.

Tapi sebaliknya Siau Ih merasa tersinggung dengan ucapanSam-sian itu. Sahutnya dengan rawan-rawan mendongkol:  „Apa yang cianpwe tanyakan itu memang benar. Kepandaianwanpwe ini memang berasal ajaran dari ayahku angkat Bok Tong. Hal itu disebabkan karena nasib wanpwe yang malang,tapi maaf, wanpwe tak dapat menuturkan soalnya. Hanyasaja, sekalipun berumur muda wanpwe tak pernah menghinaorang, lebih-lebih terhadap kaum cianpwe.” 

Page 382: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 382/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Ko-shia-siancu memperhatikan wajah pemuda itu. Katanya:  „Baik Siau-sian-ong Bok Tong maupun si Rase Kumala Shin-tok Kek keduanya adalah tokoh-tokoh istimewa. Kau sebagai

muridnya, seharusnya berlaku jujur …..” Kembali Ko-shia-siancu melirik ke arah Siau Ih. Oleh karena

tadi telah berlaku kurang hati-hati, Siau Ih menjadi makin tak tenteram hatinya. Serta merta dia memberi hormatmenghaturkan maaf atas kesembronoannya tadi.

 „Dalam pertempuran, memang sukar terhindar dari terlukaatau terbunuh. Asal sebelum besok pagi kau dapat

membobolkan barisan itu, aku tak nanti mengingkari janji,” kata Ko-shia-Siancu.

Kala itu hari hampir menjelang fajar. Nasib Hui-yan dan diasendiri, tergantung dari apa yang akan terjadi dalam satu dua  jam saja. Maka secepat menghaturkan terima kasih, Siau Ihterus berputar tubuh menghadapi keenam dara danmempersilahkan mereka memulai.

Leng-ji pun tak mau banyak cakap. Cepat dia memberiisyarat agar kawan-kawannya mulai bergerak dalam barisanliok-hap-kiam-tin. Pertempuran kali ini berbeda dengan yangtadi. Melihat keganasan si anak muda, keenam dara ituhendak melakukan pembalasan.

Siau Ih sendiripun sudah merasa keterlaluan, dia menyesaldan tak mau berbuat ganas lagi. Dengan demikian, Siau Ih

sudah kalah moril.Sewaktu memperhatikan gerak gerik keenam dara itu, Siau

Ih dapatkan apa yang disebut liok-hap-kiam-tin itu terdiri daridua lapisan. Lapisan dalam terdiri dari tiga orang, lapisanluarpun tiga orang. Mereka merupakan sebuah lingkaran yangmengepung anak muda itu rapat-rapat, ibarat air hujanpun tak nanti dapat menerobos masuk ke dalam barisan itu.

Page 383: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 383/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Diam-diam dia mengeluh dan putus asa. Namun karena diamasih berdarah panas dan berwatak congkak, jadi tetap tak mau menyerah.

Setelah sekian saat memperhatikan dan mempelajaribarisan itu, diam-diam dia membatin: „Mereka terus menerusmengitari aku saja tapi tak mau menyerang. Jangan-janganbarisan ini serupa dengan barisan ngo-heng-pat-kwa-tin dariSiang-ceng-kiong. Musuh diam, merekapun diam, tapi begitumusuh mulai bergerak, mereka terus mendahului bergerak dulu untuk menindas ……..” 

Berpikir begitu, dia teringat sewaktu dahulu engkongnyaluar (si Rase Kumala) menghancurkan barisan ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin. Akhirnya dia ambil putusan lebih baik mencobanya saja.

Kaki kanan agak dipijakkan keras-keras ke tanah, diantaroleh gerakan tangan kiri, tubuhnya condong ke mukamenutukkan pedangnya ke arah Leng-ji yang saat itukebetulan bergerak dihadapannya. Bagaimana reaksinya?

Ternyata apa yang diduga Siau Ih tadi, memang benar.Begitu ujung Siau Ih hampir kena, Leng-ji cepat menghindarke samping, sedang dalam pada itu dua orang dara lainnyasudah lantas menusuk ke arah Siau Ih.

Serangan Siau Ih tadi hanyalah hendak memancing saja,  jadi posisinya tetap tak berobah. Cukup dengan turunkan

sedikit pundaknya, dia kelit pedang yang menyerang atas,sementara untuk pedang yang menyerang bawah, cepat-cepatdia balikkan pedangnya untuk menangkis. Gerakan berkelitsembari menangkis itu teramat sebatnya. Dia percaya lawantentu akan kocar-kacir.

Tapi ternyata kedua dara penyerangnya itu sudahmenyelinap keluar. Leng-ji dan kedua dara itu termasuk lingkaran dalam, begitu mereka bergeser keluar, maka ketiga

Page 384: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 384/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

dara dari lingkaran luar, cepat masuk menggantikan tempatLeng-ji bertiga.

Jadi antara barisan dalam dan barisan luar itu, ternyatabergantian tempat. Malah begitu mengganti ke dalam, ketigadara itu berbareng menyerangkan pedangnya.

Lain engkong lain cucunya. Dahulu si Rase Kumala dengankepandaiannya yang tinggi dan kegesitannya yang luar biasa,dapat menerobos dan mengocar-ngacirkan barisan ngo-heng-pat-kwa-tin, tapi Siau Ih tidak mampu. Hal ini disebabkankarena anak muda itu masih kalah jauh dengan engkongnya.

Pergantian tempat yang berlangsung cepat dan tepat itu,telah membuat Siau Ih kelabakan. Kalau tak mengandalkangerakan kaki ceng-hoan-kiu-kiong-leng-liong-poh, dia tentusudah terluka.

Kebagusan barisan liok-hap-kiam-tin terletak disitu. Begitudiserang, barisan itu akan memberi reaksi yang cepat. Makindiserang, barisan itu makin hidup dan makin hebat

perbawanya.Bagaikan kupu-kupu menyusup diantara pohon bunga,

keenam dara itu berkeliaran terbang berputar-putarmengepung Siau Ih. Bertubi-tubi bacokan pedang menghujanianak muda itu.

Bermula Siau Ih masih dapat membela diri denganpermainan pedang yang disaluri dengan lwekang kian-goan-

sin-kong. Tapi dengan berjalannya sang waktu, dia menjadikeripuhan juga. Keringat mulai membasahi tubuh, napastersengal-sengal dan kaki tangan mulai lambat gerakannya.

Kini dia sudah menyadari keadaannya. Harapan menangsudah ludas, yang ada hanyalah kekalahan yang akanmenyebabkan engkong luarnya turut dapat malu juga. Dalamkeputusan asanya, dia menjadi kalap.

Page 385: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 385/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Hong-lui-kiau-ki (angin geledek saling berhantam), hong-gan-soh-i (burung meliwis pentang sayap), ban-hwat-kui-cong(seribu ilmu kembali ke asal), tiga buah serangan pedang

sekali gus dilancarkan, dibarengi dengan tiga kali pukulantangan kiri. Hujan sinar pedang dan samberan angin lwekang,menderu-deru dengan dahsyatnya.

Sebenarnya dua dara yang kebetulan berada di belakangSiau Ih, sudah menusuk punggungnya. Tapi demi dilihatnyaanak muda itu tak mau menghiraukan jiwanya lagi karenasudah kalap, kedua dara itupun menjadi terkesiap sendiri.

Memang cara Siau Ih bertempur itu, sudah mata gelap.Kalau punggungnya tertusuk, tiga dara yang diserangnyaitupun tentu terancam jiwanya.

Melihat sang tikus sudah masuk keperangkap, Leng-jibersuit. Kelima kawannya cepat hentikan serangan danmundur setombak jauhnya. Sudah tentu Siau Ih menjadikaget.

 „Mengapa mereka ………?” Belum habis dia menimang dalam hati, atau keenam kiu-

hong itu dengan tiba-tiba maju menyerang lagi. Siau Ihmenjadi kelabakan lagi. Dia diserang dari enam jurusan.Betapa dia hendak menanggulangi, namun tenaganya tak mengizinkan.

Setelah dikocok selama hampir sejam itu, tenaganya seperti

diperas habis-habisan. Baru tiga jurus saja, dia sudah rasakanlengannya kanan linu.

  “Trang,” tanpa dikuasainya lagi, Thian-coat-kiam terpukul  jatuh ke tanah. Bagaikan kumbang mengerumuni bunga,pedang keenam dara itu sudah lantas menempel di dada, kaki,lambung kanan kiri, kepala dan punggung Siau Ih. Dalamkeadaan demikian, Siau Ih benar-benar mati kutunya.

Page 386: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 386/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Untuk pertama kali sejak turun gunung, baru inilah diamengalami kekalahan yang getir. Dan kekalahan itu telahmembuyarkan seluruh harapannya. Dia menghela napas,

sedih dan kecewa.Melihat keenam kiu-hong itu masih tetap memagarinya

dengan ujung pedang, meluaplah kemarahannya.

  „Kesatria boleh dibunuh, tak boleh dihina. Karenaberkepandaian rendah, aku menyerah kalah, tapi mengapanona sekalian tetap menghina begitu macam?"

Leng-ji merah mukanya. Dipungutnya pedang Thian-coat-kiam di tanah, kemudian memberi isyarat kepada kawan-kawannya supaya menyingkir ke samping.

Siau Ih tertawa getir. Setelah membersihkan pakaiannyadari debu dia memberi hormat kepada Sam-sian: „WanpweSiau Ih siap menerima hukuman."

  Atas sikap jujur dari anak muda itu, ketiga Sam-sian itudiam-diam memuji. Kata Ko-shia-siancu: „Menang atau kalah,adalah lumrah. Bahwa semuda itu usiamu, kau dapat bertahansampai lama dalam kepungan barisan kiu-kiu-kui-goan-kiam-cu, itu sudah cukup baik. Asal kau dapat memelihara, kelak tentu berhasil.” 

Sian-cu itu berhenti sejenak, lalu menyambung lagi: „Kiniakan kusuruh Leng-ji membawamu ke pondok yang-thay-suan. Setelah engkongmu datang dan sehabis kuberi hukuman

pada muridku murtad itu, baru kuserahkan kau padaengkongmu. Leng-ji, antarkan Siau-siaohiap ini ke belakanggunung sana!"

Rasa hati Siau Ih seperti ditusuk-tusuk jarum, namunsebagai jago yang keok, dia tak dapat berbuat apa-apa.Setelah memberi hormat kepada ketiga siancu, dia lalu ikutLeng-ji.

Page 387: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 387/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kala itu hari mulai terang tanah. Bunga-bunga bwe dihutanHiang-swat-hay mulai bangun menghias diri. Burung berkicaumenyambut datangnya sang pagi. Seluruh penghuni gunung

Lo-hu-san kembali bersuka ria, kecuali dua buah hati darisepasang kekasih tengah dilanda kesedihan ……..

♠♠♠♠♠ 

Gunung Tiam-jong-san tengah bermandikan cahayakeemasan dari matahari yang mulai silam ke dalam laut. Di  jalan besar kota Tay-li-seng, tampak mencongklang seorangpenunggang kuda.

Begitu berada ditengah kota, kuda itu dihentikan. Kudanyatinggi besar berbulu hijau gelap, tapi penunggangnya seorangpemuda yang bertubuh kecil langsing. Serasi dengan warnabulu pemuda itu mengenakan serba hijau, baju, celana, ikatkepala sampai sepatunya.

Sehelai kain yang menutup hidung sampai kemulutnya. juga berwarna hijau. Sepasang matanya bening, dinaungi oleh

sepasang alis rembulan tanggal muda. Pedang yang terselipdipinggangnya, diikat oleh sepotong sabuk warna hijau pula.

Kuda dan penunggangnya yang serba hijau itu, mudahmenarik perhatian orang. Dari pakaian si penunggang yangpenuh debu dan keringat yang membasahi tubuh kuda,menyatakan bahwa mereka habis datang dari perjalanan jauh.

Penunggang kuda asing itu cepat menjadi sasaran

perhatian orang-orang dijalan itu. Namun penunggang kudaitu rupanya tak mengacuhkan. Kudanya dijalankan pelahan-lahan, sembari memandang kesana-sini.

Tak berapa lama, pemuda berkuda tiba di muka sebuahhotel. Dia turun dari tunggangannya terus menghampirimasuk.

 „Mari, tuan, hotel ini terawat bersih, pasti Tuan puas," seru

kawanan jongos yang tersipu-sipu menyambut.

Page 388: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 388/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pemuda baju hijau itu segera serahkan kudanya pada jongos, kemudian melangkah masuk. Tiba di ruangan tengah,pemuda itu dapatkan keadaan disitu amat ramai. Tetamu-

tetamu tengah mengepung hidangan malam yang disiapkansampai beberapa belas meja.

 „Tuan, di ruangan belakang masih tersedia kamar kosong.Kalau tuan merasa keberisikan, silahkan pakai yang disana.Sebentar segera kami siapkan hidangan malam untuk Tuan” cepat-cepat jongos itu menawari demi melihat si pemudakerutkan alis.

28. Ujian Terhadap Pendekar Wanita 

Pemuda itu mengangguk. Begitulah setelah melaluibeberapa serambi, tibalah mereka disebuah pintu bundar.Sekali dorong, pintu itu terbuka.

Di belakang pintu itu, ternyata terdapat sebuah kebun.Walaupun tidak teratur indah, namun cukup menyenangkan,ada beberapa pohon bunga. Diujung kiri kebun itu, terdapattiga buah kamar yang bersih.

  „Bung, malam ini aku nginap disini!" setelah memeriksasalah sebuah kamar, pemuda itu menyatakan setujunya. Nadasuaranya melengking nyaring.

Siao-ji (jongos) terkesiap heran, justeru saat itu si pemudasudah menyingkap kain kerudung mulutnya. Sebuah wajahyang cakap berseri-seri, dihias dengan mata dan alis yangindah.

Kembali jongos itu tertegun, pikirnya: „Ditilik dari wajahdan nada suaranya, jangan-jangan tetamu ini seorang nonayang menyaru jadi lelaki …….” 

Gerak gerik Siao-ji diketahui juga oleh pemuda itu. Buru-buru dia menyuruh jongos itu pergi ambilkan air dan hidanganmalam. Malah untuk menggertaknya, pemuda itu merabah

Page 389: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 389/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tangkai pedangnya. Keruan saja jongos itu menjadi ketakutandan buru-buru memberi hormat hendak menyediakanpermintaannya itu.

Tak berapa lama, jongos kembali dengan sebaskom airpanas dan seperangkat hidangan. Setelah selesai cuci mukadan makan, pemuda itu padamkan lampu lalu duduk bersemadhi di atas tempat tidur.

Ketika kentongan terdengar dipukul empat kali, tiba-tibapemuda itu berbangkit. Memanggul pedang dibahu,meletakkan sepotong perak di atas meja, lalu mendorong

pintu terus loncat ke atas wuwungan rumah.Dari itu dia lari keluar hotel. Dengan gunakan ilmu ginkang,

dia keluar kota dan berlarian dijalan yang menuju ke gunungTiam-jong-san.

♠♠♠♠♠ 

Begitu tiba dikaki gunung, pemuda itu berhenti sejenak memandang kebesaran gunung Tiam-jong-san yangmembujur sampai ratusan li luasnya itu. Puas merenung,pemuda itu tancap gas pula lari masuk ke daerah gunung.Karena waktu itu masih dinihari, jadi jalanan di gunung itumasih sepi orang, dengan begitu dapatlah dia gunakan ilmuberlari cepat dengan leluasa.

Sekalipun begitu karena tak paham akan jalanan disitu, jadihampir tengah hari barulah sampai dibalik gunung. Tempat

tujuannya masih belum tercapai. Pemuda itu menjadi gelisahtampaknya.

Sekilas mendapat pikiran, dia terus mendaki sebuah puncak dan memandang ke sekeliling penjuru. Tiam-jong-san denganpuncak-puncaknya yang hijau meluas, seolah-olah tiadabertepi. Bingung dia dibuatnya, hendak bertanya orang,terang tak mungkin. Kecuali siur angin membuai pohon, tiadalain makhluk yang tampak.

Page 390: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 390/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Di daerah gunung yang begini luasnya, kalau akumembabi buta saja, mungkin sepuluh hari juga tak dapatmencari tempat itu ……..” 

Sesaat berpikir begitu, tiba-tiba dia teringat sesuatu: „Karena bernama kiap (selat), tentu ada gunung dan air. Dankonon kabarnya Lan-chui-suan itu indah seperti lukisan.Mengapa aku tak mencari tempat semacam itu ……..” 

Kini dia berganti haluan, tak mau cari jalan besar, tetapi  jalanan gunung yang kecil sempit. Lebih dari sejam diamenyusur masuk ke daerah pedalaman, namun bayangan Liu-

hun-kiap tetap belum tampak.Kala itu dia sudah berada di ujung puncak karang buntu.

Disebelah belakang karang itu, terbentang jurang yang curamsekali. Sambil menghapus keringat, pemuda itu memandangke bawah jurang dengan rasa putus asa.

 „Jalanan ini putus sampai disini. Tiam-jong-san mempunyaiberpuluh puncak, tapi Liu-hun-hiap tiada jejaknya sama sekali.

Kalau sampai tak berhasil, bagaimana harus mengatakan padasuhu ……. dan pula ……. bagaimana menyelesaikan persoalanitu …….?” 

Pemuda itu makin resah. Tiba-tiba dari karang sebelahmuka yang terputus oleh jurang itu, terdengar suaranyanyian:

Bilakah bulan purnama tiba, hendak kupersembahkan arak,

  Adakah istana dilangit, masih tetap senantiasa semarak?Ingin kunaik angin pulangTapi kukuatir tangga langit terlampau tinggiWahai rembulan, sinarmu mengarungiIstana maupun gubuk tanpa diskriminasiMengapa dikau selalu tak berwajah penuh?

Nada nyanyian itu melengking tinggi, bernapaskan gagah

perwira. Pemuda baju hijau itu terpikat pikirannya.

Page 391: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 391/429

Page 392: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 392/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pemuda baju hijau itu kemerah-merahan mukanya. Buru-buru dia merendah: „Gelar pendekar silat itu, terlampau tinggibagiku. Aku hanyalah murid Peh-hoa-kiong di Lo-hu-san yang

mendapat perintah suhu untuk menghadap Shin-tok sianseng.Karena tak paham jalanan, jadi hampir setengah harian akutak dapat menemukan tempat tinggalnya. Sukalah saudaramemberi bantuan!"

Memang pemuda baju hijau itu bukan lain adalah Sik Leng-  ji, pemimpin dara kiu-hong dari Peh-hoa-kiong. Diadiperintahkan suhunya untuk membawa surat kepada Shin-tok Kek. Kebetulan pula pemuda baju pendek itu, adalah Shin-tok Hou, coba tidak, pasti Leng-ji akan pulang dengan tangankosong.

Shin-tok Hou tahu bagaimana hubungan antara Siau Ihdengan Lo Hui-yan. Dia sudah kuatir akan kepergian Siau Ihke Peh-hoa-kiong yang merupakan daerah terlarang bagikaum laki-laki itu. Bahwa kini ada seorang anak murid Peh-hoa-kiong datang ke Tiam-jong-san, tentulah membawa berita

tentang Siau Ih.

 „Kalau kau membawa berita buruk tentang Ih-te (adik Ih),biar nanti aku digegeri suhu, lebih dulu hendak kusuruh kauminum pil pahit," demikian dia mengambil putusan, terusmenyambut: „Dapat membantu orang lain, adalah suatukebahagiaan. Apalagi hanya menunjukkan jalan …….” 

Berkata sampai disitu, tahu-tahu dia sudah melambung

tinggi sampai dua tombak, terus meluncur miring ke bawah jurang.

Sudah tentu kejut Leng-ji tak terhingga. Pertama ternyatapemuda baju pendek itu mempunyai kepandaian hebat dankedua karena jurang itu tiada tempat berpijak. Sekali jatuh,pasti akan remuk binasa.

Page 393: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 393/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Namun matanya yang tajam segera melihat bahwasepuluhan tombak jauhnya ternyata terdapat seutas rantaibesi yang menghubungkan kedua tepi karang.

Tepat pada saat itu, Shin-tok Hou melayang turun ke atasrantai. Begitu sang kaki diinjakkan, kembali dia melambunglagi ke udara. Sebelum Leng-ji hilang kejutnya, tahu-tahuShin-tok Hou sudah tiba dihadapannya.

  „Nona adalah tetamu dari jauh, aku mewajibkan dirisebagai tuan rumah," kata Shin-tok Hou sembari tersenyummenampak kekagetan wajah Leng-ji.

 „Siapa kau ini?” 

 „Lebih baik nona jangan menanyakan," sahut Shin-tok Hou

Leng-ji marah. Maju beberapa tindak, dia cabut pedangnyadan membentak keras: „Bilang, siapa kau ini? Kalau tetapmembandel, jangan salahkan nonamu tak tahu adat!"

Kini Shin-tok Hou tampak bersungguh, jawabnya: „Karena

nona memaksa, baiklah, aku adalah Shin-tok Hou salahseorang siang-thong (sepasang kacung) dari pemilik Lan-chui-suan!"

Kejut Leng-ji lebih hebat dari tadi, hingga ia sampai tak dapat berkata-kata.

 „Dari tempat ribuan li nona datang kemari, apakah karenaperihal Siau Ih?” kini Shin-tok Hou yang ganti bertanya.

Leng-ji terkejut gelagapan. Namun melihat sikap dingin darianak muda itu, ya amat mendongkol. Tak kurang dinginnyamenyahut: „Benar, Sik Leng-ji datang kemari karena untuk halitu. Tolong saudara sampalkan pada Shin-tok sianseng bahwaSik Leng-ji hendak mohon menghadap."

Dugaannya benar, Shin-tok Hou menjadi terperanjat.Pikirnya: „Jadi nyata Ih-te sudah pergi ke Lo-hu-san. Dari

Page 394: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 394/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

nada ucapan nona ini, terang Ih-te menemui kesulitan,rasanya dia tentu ditawan di Lo-hu-san."

Memikir begitu, amarahnya meluap. Menatap lekat-lekat kearah Leng-ji, dia tertawa dingin, ujarnya: „Liu-hun-hiap sudahberada di depan mata. Hanya saja pertapaan Lan-chui-suan  juga mengadakan pantangan keras seperti halnya denganbiara Peh-hoa-kiong, yakni setiap kaum wanita yang hendak datang ke Liu-hun-hiap harus lebih dahulu diuji dengantigaratus jurus, kalau gagal, boleh pulang saja …………” 

Dia berhenti sejenak untuk mengawasi wajah si nona yang

merah padam dirangsang kemarahannya itu. Habis itu, diatertawa meneruskan pula: „Karena nona mendapat perintahsuhu, tentu tak suka pulang tangan hampa. Apalagi ilmukepandatan Lo-hu-san, menggetarkan dunia persilatan.Nonapun sudah melolos pedang jadi jangan pelit memberipelajaran."

Habis berkata, kontan saja Shin-tok Hou putar batangbambunya dalam gerak han-tong-hud-liu ke arah kepala Leng- ji.

Serangan kilat itu, membuat Leng-ji terkejut, terusmenyurut mundur.

Namun Shin-tok Hou teruskan menutuk bahu kiri si nonadengan gerak han-hoa-tho-lui.

Belum lagi kaki Leng-ji berdiri jejak, ujung bambu sudah

tiba, keruan saja ia menjadi geregetan. Pundak agak diegoskan, ia barengi menabas bambu lawan.

Untuk itu, Shin-tok Hou turunkan bambunya ke bawahuntuk diteruskan menyapu pinggang.

Leng-ji keripuhan. Setiap serangannya, selalu dapatditindas malah mendapat serangan balasan secara cepat.Terpaksa dengan mendongkol, ia main mundur. Cepat sekali,

mereka sudah bertempur belasan jurus.

Page 395: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 395/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Timbul keangkuhan Leng-ji, kalau ia tak mampu mengatasipemuda itu, keharuman nama Peh-hoa-kiong, pasti akan jatuh. Saat itu kebetulan ujung bambu si anak muda menusuk 

ke arah tenggorokannya.Dia menunggunya dengan tenang. Begitu hampir tiba,

secepat kilat dia miringkan kepala sembari ayunkan pedangmembacok lengan kanan Shin-tok Hou.

Kini gilirannya Shin-tok Hou yang kelabakan. Dia tak menyangka si nona akan gunakan gerakan yang amatberbahaya begitu. Terpaksa dia enjot tubuhnya loncat

mundur.Tapi Leng-ji tak mau memberi hati. Serangan pertama

berhasil dia mencecernya lagi dengan lima buah seranganberturut-turut. Keadan berganti, sekarang Shin-tok Hou yangmain mundur.

Memang sebagai kepala dari kiu-hong, Leng-ji telahmenerima warisan kepandaian dari Hun-si-sam-sian. Untuk 

memberantas kesombongan lawan dan demi menjaga pamorperguruannya, Leng-ji keluarkan ilmu pedang it-goan-kiam-hwat, yakni ilmu kebanggaan Peh-hoa-kiong yang termasyhur.

Memang lihay sekali ilmu pedang itu. Sesaat tubuh Shin-tok Hou seperti dilibat oleh sinar pedang.

Walaupun hanya menjadi kacung pelayan dari Si RaseKumala, namun sejak kecil Shin-tok Hou mendapat

gemblengan ilmu silat dari tokoh lihay itu. Dibanding denganSiau Ih, sebenarnya dia lebih lihay. Sekalipun hanya mencekalsepotong bambu, tapi kehebatannya tak berkurang.

Ditepi karang jurang yang curam, terjadilah pertempurandari dua jago muda yang lihay. Kepandaian mereka terpauttak seberapa. Gesit lawan cepat, tangkas tanding lincah.Hanya dalam beberapa kejap saja, keduanya sudah bertempur

sampai seratusan jurus lebih.

Page 396: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 396/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Terbatas oleh keadaan jasmaniah, dalam hal ilmu lwekangwanita agak kalah dengan kaum pria. Apalagi dasarkepandaian Leng-ji memang setingkat lebih rendah dari Shin-

tok Hou.Makin lama dara dari Peh-hoa-kiong itu makin lelah,

keringat mengalir deras, napas terengah-engah. Namunsekalipun kekalahan sudah terbayang di depan mata, Leng-jitak mau menyerah mentah-mentah. Ia robah taktik, darimenyerang menjadi bertahan.

Sebaliknya Shin-tok Hou makin gagah. Sejak kecil

mendapat gemblengan dari si Rase Kumala, dia memilikipancaindera yang tajam sekali. Tahu si nona sudah hampirmenyerah, dia segera, keluarkan ilmu pukulan ji-i-san-chiu.

Sebuah ilmu pukulan terdiri dari seratusdelapan jurus yangmenggetar dunia persilatan. Seketika itu, Leng-ji terkurungoleh hujan jari. Kekalahan Leng-ji makin jelas.

 „Dari pada membikin jatuh pamor perguruan, lebih baik aku

gugur bersama dia," demikian Leng-ji membulatkan tekadnya.Kini ia menjadi tenang. Saat itu ujung bambu menusuk 

tiba, sedang tangan kiri Shin-tok Hou pun bergerak menghantam pundaknya. Ia cepat laksanakan rencananya.

Untuk tutukan bambu, ia goyangkan pundaknyamenghindar. Tapi untuk hantaman tangan si anak muda, iamalah memapaki maju sembari membacokkan pedangnya.

Biar ia menerima pukulan, tapi dada lawanpun tentu akanpecah.

Shin-tok Hou terkejut sekali. Buru-buru dia tarik pulangtangan kiri, tubuhnya cepat dimiringkan ke samping.

 “Siut,” pedang Leng-ji hanya terpisah satu dim menyambardi atas pundaknya. Karena tabasannya luput, Leng-ji menjorok ke muka.

Page 397: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 397/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dalam posisi miring tadi, secepat kilat Shin-tok Hougunakan jurus oh-yang-kiau-hun atau telentang memandangawan, ujung bambu cepat dibalikkan untuk menghantam

pedang.Seketika itu Leng-ji rasakan pedangnya seperti ditekuk oleh

suatu tenaga kuat. Baru ia mengeluh celaka, tahu-tahutelinganya dipekakkan oleh suara benda yang mengiangnyaring, „tring …….” 

Pedang Leng-ji yang terbuat dari baja murni, telah putusmenjadi dua! Saking kagetnya, Leng-ji sampai loncat ke

belakang.Shin-tok Hou tak mau mengejar, melainkan berseru dengan

senyum tawa: "Maafkanlah, nona. Biar kulaporkan pada suhukedatangan nona ini."

Wajah pemimpin kiu-hong itu pucat lesi, matanya memerahdarah. Ucapan pemuda itu, amat menusuk sekali. Serentak pedang dibanting ke tanah, ia berteriak geram: „Aku akan

mengadu jiwa padamu!"Teriakan itu ditutup dengan loncatan menghantam.

  „Kalau nona belum puas, Sin-tok Hou terpaksa melayani,"seru Shin-tok Hou sambil tertawa dan menghindar kesamping.

Karena sudah kalap, Leng-ji gunakan ilmu pukulan istimewaciptaan Hun-si-sam-sian, yakni can-hoa-chiu. Setiap pukulandan hantaman selalu dipusatkan ke arah bagian yang fatal(mematikan) dari tubuh si anak muda.

Sampai tigapuluh jurus, ia merangsang dengan hebatseolah-olah seperti hendak menelan lawan.

Namun walaupun terkurung, Shin-tok Hou tetap dapatmenghadapi dengan tepat. Hanya saja kini, anak muda itu tak berani bersikap sombong lagi. Dia bertempur dengan hati-hati.

Page 398: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 398/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pertempuran sengit itu berlangsung dari tengah harisampai lohor. Dua-duanya tampak mulai tele-tele. Wajah Shin-tok Hou merah padam, dahinya berketesan keringat.

Leng-ji pucat lesi, napasnya senin kemis. Pelahan-lahan iamulai terdesak mundur hingga sampai ke tepi jurang.

Sekonyong-konyong Shin-tok Hou menggerung keras.Dengan gerak ngo-ting-gui-san, dia dorongkan keduatangannya ke arah lawan.

Leng-ji ibarat sebuah pelita yang kehabisan minyak, iapunburu-buru mendorongkan sepasang tangannya ke muka. Iasudah nekad, sehingga lupa pada kenyataan. Kalau keduahantaman itu saling berbentur, akibatnya sudah dapatdiperhitungkan. Kalau tidak terluka parah, nona itu pasti akanterlempar jatuh dalam jurang ……..

Dalam saat yang tegang meruncing itu, tiba-tiba dari arahkarang diseberang sana, terdengar seorang berseru nyaring: „Hou-te, tahan!"

Shin-tok Hou memberi reaksi cepat. Tangan kiri ditarik,tangan kanan dibuat melindungi dada lalu loncat mundur.

Selagi Leng-ji kesima, sesosok tubuh melayang ke arahkarang itu. Ia hanya melihat yang datang itu baik potonganpakaian, maupun perawakan dan usianya, hampir samadengan Shin-tok Hou. Tapi siapa dianya itu, Leng-ji tak sempat memperhatikan lebih lanjut karena ia merasa

tubuhnya seperti melayang-layang hendak rubuh.Diperas habis tenaganya, geram pedih memikirkan

tugasnya yang belum selesai itu, telah membuatnya ngenaslahir dan batin. Sedikit saja tubuhnya yang lemah gemelai ituterhuyung, tak ampun lagi ia tentu terlempar jatuh ke dalam jurang ……..

  „Aku Shin-tok Liong, menghaturkan maaf atas

kesembronoan adikku tadi. Kedatangan nona kemari, aku

Page 399: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 399/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sudah mengetahui. Liu-hun-hiap berada disebelah karang itu.Tapi karena nona lelah, lebih baik beristirahat dulu, nantikuantarkan kesana." kata pemuda yang baru datang itu.

Leng-ji tersadar. Waktu membuka mata, dilihatnya Shin-tok Liong dan Shin-tok Hou loncat menghampiri. Betapa malu dangeramnya, sukar dilukis. Hanya mengingat tugas yangdiberikan suhunya belum selesai, terpaksa ia menekanperasaannya.

Untuk menghadapi tokoh dari selat Liu-hun-hiap yangtersohor aneh sifatnya itu, ia harus mengumpulkan tenaga.

Demikianlah segera ia duduk bersila menyalurkan napas.Ketika membuka mata, ternyata matahari sudah condongkebarat.

Dengan semangat segar, ia berbangkit. Dikala memberesipakaiannya yang kucal, matanya tertumbuk akan kutunganpedangnya yang berserakan di tanah.

Seketika ia tertawa pilu, namun pada lain saat ia keraskan

hati, terus ayunkan langkah menuju ke jembatan rantai.Setelah agak meragu sebentar, ia segera enjot tubuhnya kemuka. Dengan gunakan ginkang yan-cu-sam-jo-cui atauburung seriti tiga kali menyentuh air, ia berloncatan di atasrantai besi dan loncat ke tepi karang diseberang.

Begitulah setelah melalui jalanan kecil, kira-kira sepeminumteh lamanya, tibalah ia disebuah pintu batu yang atasnya

terdapat plakat nama Liu-hun-hiap dan Shin-tok Liong sudahmenunggu disitu.

  „Tuanku mempersilahkan nona masuk," katanya sembaritersenyum. Sekali mendorong pelahan-lahan, pintu ituterbuka. Dia persilahkan si nona masuk.

Begitu masuk, Leng-ji rasakan matanya amat sedapmenampak pemandangan alam disitu. Indah bagai lukisan,

demikian satu-satunya komentar dalam hatinya. Diantararindangnya pohon-pohon bunga, tampak sebuah pondok.

Page 400: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 400/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

  „Tuanku tengah menunggu. Harap nona ikut,” kata Shin-tok Liong sembari cepatkan langkahnya.

Leng-ji pun mengikutinya. Setelah melintasi padang bunga,tibalah mereka di muka sebuah pondok. Pemandanganpertama yang mengejutkan hati Leng-ji ialah Shin-tok Housaat itu tampak sedang berlutut menghadap tembok.

 „Karena melanggar peraturan, adikku telah dihukum,” buru-buru Shin-tok Liong memberi penjelasan.

Diam-diam Leng-ji memuji kebijaksanaan Shin-tok Kek yang disohorkan sebagai orang yang berwatak aneh kaku itu.Otomatis, amarahnya tadi banyak berkurang, sebagai gantinyakini timbul rasa menghormat pada tuan rumah.

Tiba-tiba tirai bambu yang menutupi pintu pondok itutersingkap. Seorang pemuda bertubuh kokoh kekar, munculkeluar. Dia mempersilahkan Leng-ji masuk.

Bahwa dalam beberapa detik lagi bakal berhadapan denganseorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, mau tak mauhati Leng-ji berdebar keras. Debar hatinya itu berobahmenjadi semacam kecemasan demi membayangkanbagaimana nanti sikap tuan rumah apabila menerima suratdari suhunya.

Melangkah masuk, ia dapatkan ternyata pondok itu tak seberapa besar, namun dirawat resik sekali. Disebuah dipanpendek yang bertutupkan tikar sulaman lukisan kepala naga,

duduk dua orang.

  Yang kiri usianya antara empatpuluhan tahun. Wajahnyaagung, mengenakan kain kepala dan pakaian sebagai orangpelajar. Yang sebelah kanan, adalah seorang tua gemuk pendek. berwajah merah. Rambut dan jenggotnya sudahsama putih, seri wajahnya riang tertawa.

Leng-ji agak tertegun, lalu menjurah memberi hormat

kepada orang pelajar itu, ujarnya: „Wanpwe Sik Leng-ji anak 

Page 401: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 401/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

murid Hun-si-sam-sian dari biara Peh-hoa-kiong. mohonmenghadap pada Shin-tok sianseng.” 

Memang tokoh pertengahan umur yang dandanannyaseperti orang pelajar itu, bukan lain ialah si Rase Kumala Shin-tok Kek. Tenang-tenang saja dia sapukan mata ke arah Leng- ji.

Sejenak bersenyum, berkatalah dia dengan nada ramah:  „Lohu sudah keliwat lama mengasingkan diri, tentangperadatan tak terlalu mempersoalkan, harap nona duduk."

29. Taruhan Tokoh Sepuluh Datuk  

Leng-ji menghaturkan terima kasih, tapi bukannya duduk,ia mengisar kekanan dan memberi hormat kepada orang tuagemuk pendek, ujarnya: „Kalau wanpwe tak salah, bukankahlo-jin-ke ini Siau-sian-ong Bok locianpwe yang termasyhursuka berkelana menyebarkan kebajikan?” 

Si tua gemuk itu mendongak tertawa, sahutnya: „Dara,caramu berlaku begitu menghormat itu, telah membuat lohutak enak dihati sendiri. Lekaslah duduk, biar enak yangbicara.” 

Tahu bahwa kaum cianpwe yang berilmu tinggi biasanyamemang tak suka banyak peradatan, Leng-ji pun tak mausungkan lagi, lalu duduk di sebuah dingklik.

Ia merogoh keluar sepucuk sampul besar lalumenghaturkannya dengan kedua tangan kepada si RaseKumala. „Suhu menitahkan wanpwe supaya menghaturkansurat ini kepada locianpwe."

Setelah menerima dan membukanya, wajah si Rase Kumalatampak berobah, tapi pada lain jenak kembali sudah tenanglagi. Sehabis membaca, lalu diberikan kepada Siau-sian-ong (siDewa Tertawa).

Page 402: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 402/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Berpaling kembali kepada Leng-ji dia berkata: „Karena lamatak campur urusan dunia, adat lohu menjadi malas, jadi tak usah membuat surat balasan. Cukup nona sampaikan pada

gurumu bahwa dua bulan lagi pada malam purnama, lohuakan berkunjung ke Lo-hu-san guna menyelesaikan urusancucuku yang kurang ajar itu."

 „Atas nama suhu, wanpwe menghaturkan terima kasih danmohon diri," sahut Leng-ji sembari berbangkit memberihormat.

Si Rase Kumala mengangguk sambil tertawa. Tiba di muka

pintu. tiba-tiba Leng-ji teringat sesuatu. Kembali dia berputartubuh dan memberi hormat kepada si Rase Kumala.

  „Wanpwe hendak mengajukan sedikit permohonan, entahapakah locianpwe sudi meluluskan?"

Si Rase Kumala tercengang, kemudian tertawa: „Asal lohumampu melakukan, tentu dengan segala senang hati akannerimanya."

Memandang keluar pintu, Leng-ji berkata: „Dalambentrokan dengan Shin-tok siaohiap tadi, wanpwe pun jugabersalah, apalagi Shin-tok siaohiap cukup mengalah. Wanpwemohon locianpwe suka memberi keringanan pada Shin-tok siaohiap itu.” 

Shin-tok Kek tertawa, ujarnya: ,,Nona cukup berbudi,terima kasih. Tapi karena hal itu menyangkut peraturan

pondok pertapaanku, jadi terpaksa tak dapat meluluskan.''

Dalam keramahannya itu, nada si Rase Kuinalamengandung kewibawaan yang mengesankan. Leng-ji tak berani banyak omong lagi, terus memberi hormat dan pergi.

Secepat bayangan nona itu hilang dari pemandangan,wajah si Rase Kumala pun berganti menjadi keren.

 „Lo-koay, bagaimana kau hendak mengurus soal ini,” serusi Dewa Tertawa.

Page 403: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 403/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Dingin-dingin saja si Rase Kumala menyahut: „Bok loji,  jangan membakar hatiku. Kalau Ih-ji sampai kesalahan,kaupun tak terlepas dari pertanggungan jawab. Sekalipun

anak itu berbuat salah, juga kita berdua yang berhak mengajar, bukan lain orang.” 

Berhenti sejenak, tokoh itu melanjutkan kata-katanya:  „Soal percintaan dalam kalangan muda-mudi, adalah sudah  jamak. Kali ini lohu hendak campur tangan membuat suatupenyelesaian yang memuaskan bagi mereka.” 

Sudah puluhan tahun si Dewa Tertawa galang-gulung

dengan Shin-tok Kek, jadi sudah cukup paham isi hatinya.  „Apa yang peribahasa mengatakan itu memang benar,

'sungai dan gunung mudah dipindah, tapi watak orang sukardirobah'. Menilik naga-naganya, Peh-hoa-kiong tentu akankocar-kacir ……..” diam-diam si Dewa Tertawa itu membatin.

♠♠♠♠♠ 

Tempo berjalan laksana anak panah cepatnya. Tahu-tahukini sudah masuk bulan ketiga. Tiga hari yang lalu, si DewaTertawa sudah tinggalkan Tiam-jong-san. Dia berjanji akanbertemu lagi di Lo-hu-san untuk mendampingi si Rase Kumalamenghadapi Hun-si-sam-sian.

Batas janjinya dengan Peh-hoa-kiong sudah tiba, Shin-tok Kek pun segera berkemas. Tan Wan disuruh jaga rumah,sedang dia lalu naik tandu yang digotong oleh Shin-tok Liong

dan Shin-tok Hou berdua.Memang apa yang diramalkan si Dewa Tertawa itu tepat.

Kepergian si Rase Kumala ke Lo-hu-san itu berarti datangnyabencana bagi Peh-hoa-kiong.

Malam purnama pada permulaan musim panas. Di mukahutan pohon bwe Hiang-swat-hay yang terletak disebelahdalam dari gunung Lo-hu-san, tampak ada sebuah tandu yang

dipanggul oleh dua pemuda gagah.

Page 404: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 404/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Begitu berhenti, keluarlah seorang pelajar setengah umur.Wajahnya putih beseri, sepasang matanya berkilat-kilat tajamamat berpengaruh. Kain kepala yang berhias batu kumala

cemerlang dan pakaian sutera berwarna kelabu perak, serasisekali dengan potongan tubuhnya yang tinggi langsing.Sikapnya agung berwibawa.

Dia memberi isyarat supaya kedua pemuda tadimengundurkan diri, lalu melangkah masuk ke dalam daerahhutan bwe. Dia berkeliaran memandang kian kemari, seolah-olah mencari sesuatu. Tapi sekeliling itu tetap sunyi senyapsaja. Suatu hal yang membuatnya mengerut dahi keheranan.

 „Klik …….” tiba-tiba terdengar angin berkesiur meniup jatuhsekelompok bunga bwe. Bunga itu bertebaran jatuh ke bawah,Tiba-tiba orang pelajar itu berputar tubuh, menyusul dengangerak hong-kek-hong-hui, dia enjot tubuhnya ke atas sebuahpohon besar yang tumbuh disebelah kiri.

Baru tubuhnya melambung di udara, dari semak daunpohon itu terdengar gelak tertawa macam naga meringkik. „Brak,” semak daun menyingkap dan sesosok tubuh melayangturun ke bawah.

Si orang pelajar yang tengah melayang naik tadi, terpaksaditengah jalan berhenti berjumpalitan, lalu meluncur turun kearah orang tadi, serunya: „Bok loji, kalau main sembunyi jangan salahkan Shin-tok Kek tak kenal ampun."

Begitu menginjak tanah, bayangan tadi terus melesat kesamping dan tertawa gelak-gelak: „Lo-koay, kau benar-benarlihay!"

Setelah saling berhadapan, kedua orang itu sama bergelak-gelak. Kini jelaslah siapa-apa mereka itu. Yang bersembunyidibalik daun pohon tadi, ternyata ialah si Dewa Tertawa Bok Tong, tokoh Sepuluh Datuk yang selalu bersikap riang.Sementara si orang pelajar yang naik tandu tadi, bukan lain

ialah si Rase Kumala Shin-tok Kek.

Page 405: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 405/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kuatir akan keselamatan Siau Ih, maka si Dewa Tertawaminta diri pada Shin-tok Kek lebih dulu dan berjanji akanberjumpa di Hiang-swat-hay. Sebagai tokoh kenamaan, si

Dewa Tertawa sungkan untuk datang ke Peh-hoa-kiongsebelum tiba waktunya perjanjian.

Namun secara diam-diam, dia dapat menyelundup kedalam tahanan yang-thay-suan untuk menjenguk Siau Ih danmenghiburinya.

Begitulah setelah malam purnama tiba, si Dewa Tertawabersembunyi dihutan bwe menunggu kedatangan si Rase

Kumala. Tapi dasarnya suka berolok-olok, waktu sang sahabatdatang, diapun sengaja main sembunyi.

Kedua tokoh itu lain wataknya, yang satu bersungguh-sungguh dan yang lain suka berolok-olok. Namun dalammenghadapi musuh, keduanya mempunyai persamaan sikapyakni bersungguh-sungguh. Begitulah sembari masuk kedalam hutan, si Dewa Tertawa menceritakan pengalamannyakepada sang sahabat.

  „Malam-malam masuk ke Peh-hoa-kiong, memang tidak pantas. Tapi Hun Yak-lun kakak beradik itupun tidak seharusnya memperlakukan seorang anak begitu rupa,membekuk dulu baru memberitahukan orang tuanya. Caramembunuh orang masih pula hendak membeset kulitnyamacam itu, tidak sesuai dengan jalan yang harus ditempuholeh kaum tiangcia (angkatan tua)." habis mendengar

penuturan, si Rase Kumala menyatakan pikirannya.

Sebaliknya si Dewa Tertawa mempunyai pendapat sendiri,kata nya: „Ih-ji sejak kecil kuasuh dan kudidik seperti anakkusendiri. Memang aku merasa sedih atas terjadinya hal itu,namun kalau dipandang dari sudut peraturan, aku tak beraniterlalu memihak padanya."

Page 406: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 406/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Shin-tok Kek terkesiap berpaling menatap tajam-tajam kearah si Dewa Tertawa. „Bok loji, apa artinya perkataanmuitu?” tanyanya.

Kembali sepasang alis si Dewa Tertawa menjungkat keatas. ujarnya: „Negara mempunyai undang-undang, rumahtangga mempunyai peraturan. Sudah sejak berpuluh-puluhtahun Peh-hoa-kiong merupakan daerah terlarang bagi kaumlelaki dan melarang anak muridnya menikah. Peraturan itudipegang teguh. Ih-ji berani mati melanggar peraturan itu.Kalau dia tak mempunyai hubungan apa-apa dengan kau,mungkin jiwanya sudah melayang."

Si Rase Kumala tertawa dingin.

  „Setiap memecahkan persoalan, Shin-tok Kek selalu tak mengabaikan perasaan dan nalar (cengli). Soal perkawinanadalah sudah menjadi kodrat alam. Peraturan Peh-hoa-kiongitu, berjiwa melanggar hukum alam. Dan kalau mengingatperistiwa dulu, perlakuan Hun-si-sam-sian terhadap Ih-ji itu, juga melupakan budi perasaan," kata Shin-tok Kek.

Sejenak berhenti lalu melanjutkan pula: „Bok loji, aku tak suka dengan segala peraturan mati. Aku hanya menjunjunglogika (nalar) yang nyata. Lepas dari persoalan Ih-ji, aku akanmenggunakan kesempatan kali ini untuk mencicipi ilmukesaktian dari Peh-hoa-kiong yang termasyhur itu."

Lepas bebas si Rase Kumala menyatakan perasaan hatinya,

hingga dalam suasana yang sunyi senyap itu, kedengaranmakin nyaring.

Si Dewa Tertawa menjadi tegang juga perasaannya.Sebenarnya dia mengharap urusan itu dapat diselesaikansecara damai.

Tetapi mengingat akan perangai sahabatnya itu, dia kuatirkalau mencegah malah akan menambah minyak dalam api.

Membayangkan akibatnya nanti, wajah si Dewa Tertawa yangbiasanya berseri girang itu, menjadi lesu muram.

Page 407: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 407/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Kini mereka berdua sudah melintasi hutan bwe danmelangkah kedataran luas dimana biara Peh-hoa-kiong berdiridengan tegaknya. Suasana biara itu sunyi senyap, pintunya

tertutup rapat-rapat. „Perjanjian sudah tiba saatnya, mengapa tak tampak suatu

apa?” Si Rase Kumala tertawa dingin sembari menghampiri kepintu, „apa boleh buat, terpaksa harus mengetuk pintu."

Sampai ditangga yang menjurus kepintu, tetap tak adaperobahan. Si Rase Kumala hentikan langkah dan berserulantang-lantang: „Apakah benar-benar tuan rumah tak mau

menyambut kedatangan Shin-tok Kek ini?"Sembari berkata begitu, sepasang tangannya didorongkan

kemuka. Pintu yang letaknya masih jauh itu kedengaranberbunyi keretekan dan terpentang lebar.

Ruangan biara itu ternyata terang-benderang, tapi tiadaseorangpun yang kelihatan. Si Rase Kumala tertegun tapilantas tertawa dan berpaling ke arah Bok Tong: „Rupanya kita

berdua terpaksa masuk sendiri!''Si Dewa Tertawa mengerut kening, pikirnya: „Biarpun Hun-

si-sam-sian berwatak aneh, tapi terhadap kita berdua, tak seharusnya dia berbuat begini. Entah apa maksudnya!''

Dalam pada itu, Shin-tok Kek sudah naik ke atas tanggadan masuk ke dalam pintu. Terpaksa si Dewa Tertawamengikuti. Di belakang pintu terdapat sebuah halaman luas

yang lantainya terbuat dari batu marmar hijau mengkilap.Sebuah ruangan besar yang megah, berdiri ditengah

halaman itu. Sepintas pandang, ruangan itu seolah-olahbermandikan cahaya lampu.

Dengan langkah tenang, si Rase Kumala masuk pelahan-lahan sembari sapukan matanya ke sekeliling penjuru. Seriwajahnya setitik pun tak menampilkan perasaan marahnya.

Page 408: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 408/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Suatu hal yang membuat kagum si Dewa Tertawa, disampingcemas akan nasib Peh-hoa-kiong.

 „Dari tempat jauh Shin-tok Kek datang kemari, apakah tuanrumah baik-baik saja?” ke arah ruang besar si Rase Kumalaberseru nyaring.

Sesosok tubuh muncul dari ruangan dalam. Itulah Sik Leng- ji.

  „Suhu mempersilahkan dan menyuruh wanpwe mengantarsianseng,” kata nona itu dengan menghaturkan hormatkepada kedua tetamunya.

Si Rase hanya mengulum senyum seraya memberi isyarattangan. Tapi begitu Leng-ji dan kedua tetamunya tiba di mukaruangan besar, Hun-si-sam-sian dengan rombongan anak muridnya sudah keluar menyongsong.

Setelah memberi hormat, Ko-shia-siancu Hun Yak-lunberkata: „Sianseng adalah tetamu-tetamu terhormat, tapikarena Peh-hoa-kiong tak pernah menerima kunjungan kaumlelaki, jadi tadi telah tak menyambut sebagaimana mestinya,harap sianseng memaafkan!” 

Si Rase Kumala balas memberi hormat, kemudian sambiltertawa panjang dan menyahut: „Pun sebaliknya kami berduaminta maaf atas kelancangan masuk ke dalam biara suci ini.” 

Wajah Ko-shia-siancu Hun Yak-lun agak merah.

  „Adalah kesalahan kami bertiga saudara yang kurangsopan, bukan pihak sianseng, yang perlu minta maaf. Apalagitempo dahulu ibu kami pernah menerima budi kebaikansiangseng …….” 

 „Sudahlah, urusan lama jangan diungkat lagi. Shin-tok Kek sudah lama melupakannya. Hanya sampai disini mata si RaseKumala menyapu kesekeliling ruangan, lalu melanjutkanberkata: „Cucuku yang tak tahu adat itu, berada dimana?” 

Page 409: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 409/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sikap si Rase Kumala yang sombong angkuh itu,sebenarnya sudah membangkitkan amarah Hun-si-sam-sian.Namun dengan penuh toleransi, Hun Yak-lun menjawab

dengan tenangnya: „Kini Siau saohiap tengah beristirahatdipondok Yang-thay-suan.” 

 „Yang-thay-suan adalah sebuah tempat yang suci. Sungguhaneh, mengapa seorang anak yang melanggar peraturan,diberi tempat disitu?” habis berkata begitu, Shin-tok Kek berpaling dan menanyakan pendapat si Dewa Tertawa.

Belum si Dewa Tertawa menyahut, Ko-shia-siancu sudah

mendahului berkata dengan nada bersungguh: „Dikatakanbahwa kalau hanya dipelihara tanpa dididik, itulah kesalahanorang tua. Tapi kalau mendidik tak keras, itulah kelalaianguru. Terhadap kaum angkatan muda, asal tak berbuatkejahatan, Peh-hoa-kiong takkan menghukum keterlaluan……..” 

  „Dengan begitu, tanggung jawab seluruhnya terletak dibahu orang tua, bukan?” tukas si Rase Kumala tertawadingin.

 „Benar!" sahut Ko-shia-siancu tak kurang tawar.

Si Rase Kumala kembali tertawa dingin, ujarnya pula: „Apakah hal itu cukup adil?” 

Betapapun berkobarnya amarah Ko-shia-siaucu kala itu,namun mengingat mendiang ibunya pernah menerima budi

kebaikan dari si Rase Kumala, terpaksa ia kendalikan diri.Hanya wajahnya segera tampak membeku dingin danmenyahut tegas: „Bagi yang memegang teguh aturan, tentutak merasa diperlakukan tak adil.” 

Tertawalah si Rase Kumala, sanggahnya: „Sepanjangmelakukan perbuatan, Shin-tok Kek selalu bertindak secaraterang. Entah dalam hal apa dianggap menyalahi peraturan

itu? Aku dan Bok Lo-ji sengaja datang memenuhi undangansiancu untuk menerima koreksi.” 

Page 410: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 410/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sikap dan nada si Rase Kumala yang makin jumawa itu,membuat Ko-shia-siancu makin mendidih hatinya. Denganwajah geram, ia berkata: „Karena sianseng menanyakan,

kamipun harus menjawab. Untuk urusan malam ini, kamibertiga saudara hanya akan mengutarakan tiga buahpermintaan. Tentang memberi koreksi, kami sungguh tak berani.” 

  „Ah, untung hanya tiga buah permintaan. Biarlah Shin-tok Kek menunggu dengan hormat,” tertawa si Rase Kumaladengan angkuh.

Sejenak melirik dengan gusar kepada sang tetamu,berkatalah Ko-shia-siancu: „Pertama, mengeluarkan muridmurtad itu dari perguruan.” 

  „Itukan urusan siancu sendiri, Shin-tok Kek tak berhak campur tangan,” cepat-cepat si Rase Kumala memberi ulasan.

Ko-shia-siancu tak mau menghiraukan. Katanya pula: „yangkedua, kami serahkan Siau Ih pada sianseng supaya diberi

didikan.Si Rase Kumala mendengus dingin.

Sejenak sapukan mata ke arah Shin-tok Kek dan si DewaTertawa, berkata pula Ko-shia-siancu dengan nada yanglemah lembut mengandung tantangan: „Dan yang ketiga,karena Siau Ih berani tengah malam memasuki daerahterlarang seluas sepuluh li, dengan begitu melanggar

peraturan Peh-hoa-kiong yang sudah beratus tahun itu, kamiakan minta peradilan dari sianseng berdua!"

Si Dewa Tertawa yang mengharapkan perdamaian, sudahtentu menjadi kaget. Tapi tidak demikian dengan si RaseKumala.

  „Mengapa daerah Hiang-swat-hay seluas sepuluh li,menjadi daerah terlarang? Hal apakah yang menjadi larangan

Peh-hoa-kiong selama seratusan tahun itu? Ingin sekali Shin-

Page 411: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 411/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tok Kek mendengar penjelasan!” tenang dan tegas si RaseKumala memberi reaksi.

 „Peh-hoa-kiong menjadi daerah terlarang bagi kaum lelaki,anak murid Peh-hoa-kiong dilarang kawin, setiap kaumpersilatan tentu sudah mengetahui. Mana bisa seorang tokohmacam si Rase Kumala tak tahu! Jadi terang kalau tokoh itu  ‘sudah bersuluh menjemput api' atau sudah tahu masihbertanya pula.” 

  „Siau Ih mengadakan hubungan rahasia dengan muridkuyang murtad. menjadi bukti bahwa dia telah melanggar

peraturan yang sudah menjadi tradisi ratusan tahun dari Peh-hoa-kiong!" sahut Ko-shia-siancu dengan suara tajam.

Pecah mulut si Rase Kumala tertawa gelak-gelak. „Oh,kiranya begitu ………” katanya lalu serentak mengganti wajahtertawa menjadi kereng angkuh: „Sudah sembilanpuluh tahunShin-tok Kek melihat matahari, selama itu tak mau bertindak dalam hal bertentangan de-ngan hukum alam. Perkawinanantara pemuda dan pemudi, asal tidak melanggar garis-gariskesopanan, adalah sesuai dengan kodrat alam. Mengapa harusmengadakan larangan terhadap sesuatu yang menjadi kodratmanusia ……..” 

Berkata sampai disini kembali Shin-tok Kek tertawa nyaringpula dan berkata: „Lohu memang gemar mengurus segalamacam urusan, apalagi mengenai urusan cucu sendiri. Olehkarena hal itu bukannya suatu kejahatan, mengapa tak mau

bantu menyelesaikan? Lohu hendak mewakili cucu lohu itu,untuk mengajukan permohonan kepada siancu agar sudimenjadikan pernikahan itu.” 

Saking murkanya, sepasang alis Ko-shia-siancu menjungkatnaik, wajahnya pucat seperti kertas.

  „Pemilik pertapaan Lan-chui-suan meskipun amatdimuliakan dunia persilatan, tapi Peh-hoa-kiong pun bukan

sebuah tempat yang mudah dihina. Atas budi yang sianseng

Page 412: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 412/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

limpahkan kepada mendiang ibu kami, biarlah lebih dahulukami bertiga saudara memberi hormat selaku terima kasihkami. Setelah itu, barulah kita bereskan persoalan ini."

Diikuti oleh kedua saudaranya, Ko-shia-siancu segeramundur tiga langkah, lalu memberi hormat setinggi-tingginyakepada Shin-tok Kek.

Pun Shin-tok Kek menarik pulang keangkuhannya danmembalas hormat, ujarnya: „Bunga merah maupun terataiputih, semua berdaun hijau. Kaum persilatan pun semuanyasekeluarga. Bahwa dahulu telah memberi bantuan, itulah

sudah menjadi kewajiban kita, bagaimana lohu beranimenerima pernyataan terima kasih siancu? Tapi untuk rasaberbakti yang siancu bertiga unjukkan itu, Shin-tok Kek amatmemuji.” 

Sehabis memberi hormat, tiba-tiba wajah Ko-shia-siancuberobah muram lagi, katanya: „Sudah lama kami mengagumiakan kesaktian Shin-tok sianseng dan Bok tayhiap yangmenggetarkan dunia persilatan. Bahwa hari ini dapat bertemumuka, sungguh suatu keberuntungan besar. Rasanya tiadalain jalan yang dapat ditempuh lagi untuk menyelesaikanurusan ini, selain dengan cara kaum persilatan. Berdua pihak mengeluarkan kepandaiannya untuk menemukan kebenaran!"

Kembali keangkuhan si Rase Kumala bangkit yangdiutarakan dengan tertawanya. „Siancu serba tangkas dalamperkataan dan perbuatan. Shin-tok Kek sungguh kagum.

Urusan malam ini, lohu hanya mengiringkan saja kehendak siancu itu.” 

  „Pertempuran malam ini, cukup dilakukan dalam tigababak. Tentang bagaimana caranya, karena sianseng sebagaitetamu, Hun Yak-lun dengan segala senang hati akan menurutsaja.” 

Si Rase Kumala berhamburan gelak, serunya: „Seumur

hidup lohu tak mau minta murah (menindas) orang. Terhadap

Page 413: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 413/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

pihak Siang Ceng Kiong dan Goan Goan Cu, pun tak terkecuali. Bok loji pun bukan bangsa tikus yang temahamenang secara murah. Karenanya kami kembalikan saja acara

pertandingan ini kepada pilihan siancu saja."Tiba-tiba si Dewa Tertawa yang sejak tadi diam saja kini

buka suara: „Kalian dan aku, bukan bangsa anak kecil lagiyang mudah dipengaruhi oleh luapan perasaan. Dahulu aku siDewa Tertawa memang terkenal sebagai orang yangberangasan, tapi dengan bertambahnya usia, sifatkeberangasanku itu hilang ditelan masa. Kini aku lebihmengutamakan cara damai. Meskipun aku tersangkut juga,tapi masih kuharapkan penyelesaian secara damai ini, bukanberarti, bahwa aku Bok Tong takut perkara. Kalau sudahterlanjur, sekalipun tubuh hancur lebur, aku tetap pantangmundur!"

Ko-shia-siancu mengangguk, serunya: „Sungguh pantasdipuji bahwa Bok tayhiap mempunyai pandangan yang begitubijak. Kami bertiga berpuluh tahun menyekap diri di Lo-hu-

san. Anak murid kamipun jarang turun gunung. Dengansendirinya kami tak suka setori dengan orang. Bahwa kali iniShin-tok sianseng sudi berkunjung kemari, sudah tentu kamiakan menyambut dengan hormat dan pula kami jamin Siau Ihtentu tak kurang suatu apa.” 

Baru si Dewa Tertawa hendak menjawab, si Rase Kumalasudah memberi isyarat tangan dan mendahului: „Apa yang

Shin-tok Kek ucapkan, belum pernah ditarik kembali. Hanyadengan ngukur kepandaian, kita putuskan soal ini dengan adil.Ketetapan ini tak perlu dirobah lagi. Dengan tak menghiraukankerendahan diri, Shin-tok Kek tetap akan mengajukanpeminangan itu kepada siancu guna cucuku itu."

Sampai disini, si Dewa Tertawa menjadi putus asa. Urusantak kena didamaikan lagi.

 „Dahulu sam-coat (tiga datuk) bertemu di Siang Ceng Kiongdan kini ngo-coat (lima datuk) berjumpa di Peh-hoa-kiong.

Page 414: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 414/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Sungguh dunia persilatan akan tambah kaya dengan ceritayang menarik," demikian Ko-shia-siancu tertawa tawar.

Duapuluh tahun berselang, untuk menolong Goan Goan Cu,Bing King Siangjin rela menerima sebuah pukulan dari si RaseKumala. Peristiwa itu masih tetap mengganjel dihati si RaseKumala. Bahwa Ko-shia-siancu mengungkat hal itu, perasaansi Rase Kumala menjadi tertusuk. Dari malu, dia menjadimurka.

  „Memang bayangan masa yang lampau tetap memancarsampai sekarang. Sayang Bing King Hweshio tak ketahuan

rimbanya, kalau tidak, dapatlah Shin-tok Kek menyelesaikanurusan itu sama sekali, agar tidak selalu mengganjel dihati,"Shin-tok Kek tertawa angkuh.

  „Ah, sudahlah, waktu amat berharga. Silahkan menyebutacaranya, Shin-tok Kek akan menyambut dengan patuh,"katanya pula.

Betapapun kemarahan Ko-shia-siancu atas permintaan

yang kurang ajar dan sikap yang sombong dari Shin-tok Kek itu, namun ia tak berani terlalu mengumbar perasaan. Ia tahusiapa si Rase Kumala itu.

  Akhirnya setelah merenung sebentar, Ko-shia-siancuberkata: „Kita berdua bukan bangsa anak kecil, jadi harus bisabertindak secara tepat ringkas. Acara pertama, kita adu gin-kang dan ilmu pukulan di hutan bwe sana. Kemudian, adu

ilmu pedang sebagai acara nomor dua, selanjutnya yangpenghabisan ialah memecah sebuah barisan Peh-hoa-kiong.Entah apakah Shin-tok sianseng dan Bok tayhiap setujudengan acara sederhana itu?” 

Si Rase Kumala yang cerdas segera dapat menangkapkemana tujuan tuan rumah. Tetap mengunjuk senyumkeangkuhan, dia menyatakan persetujuannya: „Baik, memangtak perlu kita tawar menawar. Hanya konon kabarnya selain

barisan kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin, Peh-hoa-kiong masih

Page 415: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 415/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

memiliki sebuah barisan sakti it-sam-goan-kiam-tin yang amatdirahasiakan Shin-tok Kek hendak memakai sebatang pit untuk menerimanya, entah apakah Sam-sian sudi memberi

pelajaran."  „Karena siangseng menghendakinya, kami bertiga pasti

suka menghaturkan ……..” kata Ko-shia-siancu sambil berhentisebentar untuk melonggarkan kesesakan napasnya. Kemudiankatanya pula: „Apabila Peh-hoa-kiong beruntungmemenangkan dua dari tiga pertandingan itu, harap Shin-tok sianseng dan Bok tayhiap sudi membawa pulang Siau Ih dandiberi didikan yang lebih keras. Selangkahpun dia dilarangmenginjak daerah Lo-hu-san lagi!“

Shin-tok Kek tertawa lebar, sahutnya dengan serentak:  „Kalau Shin-tok Kek kalah, bukan saja cucuku yang kurangadat itu akan kuserahkan bagaimana siancu hendak menghukumnya, pun aku dan Bok loji akan meninggalkandunia persilatan untuk selama-lamanya. Tapi ………” - diaberhenti sesaat. Sepasang matanya berkilat-kilat menatap

Hun-si-sam-sian. Lalu meneruskan berkata: „Tapi kalau Peh-hoa-kiong tak dapat mengalahkan kami berdua,bagaimanakah putusannya!"

 „Tradisi larangan Pek-hoa-kiong yang sudah beratus tahunitu, akan hapus sejak itu!" sahut Ko-shia-siancu dengan tak kurang tegasnya.

  „Baik, kita sudah sama-sama sepakat, silahkan!" kata si

Rase Kumala sembari terus menarik si Dewa Tertawa diajak keluar.

Hun-si-sam-sian dengan diiringkan oleh anak muridangkatan kedua dan ketiga, segera mengikuti. Mereka kinisaling berhadapan di tanah lapang.

  „Dalam acara pertama, pihak siancu hendak mengajukansiapa?" tanya si Rase Kumala.

Page 416: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 416/429

Page 417: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 417/429

Page 418: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 418/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Pertempuran kini sudah menginjak seratus jurus.Berhadapan dengan musuh berat, Leng-boh-siancu keluarkanseluruh kebiasaannya. Tapi ternyata sampai sekian lama

masih belum berhasil, hingga membuatnya gelisah.Kebetulan saat itu, si Dewa Tertawa maju merapat sembari

dorongkan tangan kanannya kemuka. Untuk itu ia tak maumenghindar. Begitu tangan si Dewa Tertawa hampirmengenai, ia cepat mendongak ke belakang sembari tabaskantangan kiri kesiku tangan lawan. Menyusul ia berputarmenggeliat sambil kerjakan dua buah jari tangannya kananuntuk menutuk pundak si Dewa Tertawa.

Kejut Bok Tong bukan kepalang. Tak kira dia bahwa dalamsaat-saat menghadapi kekalahan, Leng-boh-siancu sudahgunakan jurus-jurus yang sedemikian berbahayanya. Jarak mereka begitu rapat, untuk menghindar terang tak mungkin.

Dalam gugupnya, si Dewa Tertawa buru-buru kerahkanlwekang ke arah pundaknya untuk menerima tutukan. Tapidalam pada itu, dia menggerung keras dan menjotos dadalawan, huk …………

Oleh karena sebagian besar lwekangnya dipusatkan kepundak, jotosan si Dewa Tertawa tadi tak begitu dahsyat.Sekalipun begitu, hasilnya tetap mengerikan.

Dalam teriakan kejut dari orang-orang yang menyaksikandibawah, Leng-boh-siancu dan si Dewa Tertawa sama-sama

terpelanting jatuh. Si Rase Kumala dan Hu-yong-siancuserempak sama loncat menyanggapi.

Si Dewa Tertawa tampak meramkan mata, wajahnyamenampil kesakitan. Setelah didudukkan di tanah, si RaseKumala lalu memeriksa pundaknya. Disitu terdapat tandamatang biru, lengannya kiri kaku tak dapat digerakkan, tapihanya luka luar saja.

Suatu hal yang membuat si Rase Kumala menjadi lega, lalumenutuk jalan darah dilengan itu dan memberinya minum

Page 419: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 419/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

sebutir pil. Setelah itu disuruhnya si Dewa Tertawa beristirahatmemulangkan napas.

Bagaimana dengan Leng-boh-siancu? Ternyata Hun Yak-hoa itu terluka berat, wajahnya pucat seperti kertas danorangnya pun tak sadarkan diri lagi. Ko-shia-siancu cepatmenutup jalan darahnya, lalu suruh muridnya menggotong kedalam Peh-hoa-kiong.

Kini dengan wajah merah padam, Hu-yong-siancu Hun Yak-ciau menghadapi si Rase Kumla, ujarnya. „Dalam babak pertama, kedua belah pihak sama-sama menderita luka, jadi

seri. Konon lama sekali sebatang cui-giok-ji-i dari Shin-tok sianseng itu amat termasyhur kesaktiannya. Hun Yak-ciauyang bodoh ini, senang sekali menerima pelajaran darisianseng!"

Si Rase Kumala tertawa ewa, sahutnya: „Ah, siancu keliwatme rendah. Ilmu pedang it-goan-kiam-hwat dari Peh-hoa-kiong, juga teramat saktinya. Sebaiknya jangan membuangwaktu lagi, silahkan siancu menghunus pedang!"

Hanya dengan sebuah tertawa dingin, Hu-yong-siancusudah lantas siapkan pedang dan si Rase Kumala pun jugasudah mencabut senjatanya cui-giok-ji-i yang termasyhur. Hu-yong-siancu berlaku sangat hati-hati. Ia membukaserangannya dengan jurus kiau-li-jin-ciam, dari sampingmenusuk dada lawan.

Bermula heran juga si Rase Kumala mengapa siancu itu tak gunakan ilmu pedang it-goan-kiam-hwat. Tapi sekilaspikirannya yang cerdas segera dapat menangkap maksudorang. Dia tegak berdiri diam saja, tak menangkis ataumenghindar.

Hu-yong-siancu menjadi kelabakan sendiri. Adanya dia tadigunakan jurus biasa, ialah karena hendak memancing. Begitulawan bergerak menyerang, ia segera akan keluarkan ilmu

Page 420: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 420/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

pedang it-goan-kiam-hwat. Tapi nyatanya, si Rase Kumalatelah mengetahui siasat itu.

Dalam malunya, Hu-yong-siancu teruskan serangannya itumenjadi sebuah tusukan yang sesungguhnya. Begitu ujungpedang hampir tiba, kedengaran si Rase Kumala tertawamengejek: „Karena siancu berlaku pelit, Shin-tok Kek terpaksameminta."

Tubuh agak dimiringkan, cui-giok-ji-i dibalikkan untuk menangkis pedang. Hu-yong-sian-cu mundur lalu maju pulamenyerang. It-goan-kiam-hwat mulai dikembangkan.

Tubuhnya seperti menjadi satu dengan pedang, baik menyerang maupun menjaga diri selalu dalam gerakan yangindah dahsyat. Lebih-lebih ia salurkan lwekang ke batangpedang.

Si Rase Kumala tak berani berayal. Diapun keluarkan ilmu ji-i-san-chiu. Ilmu itu terdiri dari seratusdelapan jurus, khususmendasarkan delapan pokok kegunaan, yakni menggempur,

membentur, menutuk, memukul, melibat, mengunci,mengacip dan membetot.

Dalam beberapa kejap saja, mereka sudah saling serangmenyerang sampai duaratusan jurus lebih. Saat itu Hu-yong-siancu mencecer lawan dengan tiga buah serangan kerasberturut-turut. Udara penuh dengan hamburan sinar pedangyang menyilaukan.

Tokoh angkuh si Rase Kumala mendongak tertawapanjang, lalu berseru lantang-lantang: „Peristiwa lampau diSiong Ceng Kiong itu. Shin-tok Kek tetap tak melupakan, kiniterpaksa kucobanya!"

Sekonyong-konyong tubuh tokoh itu melambung ke udara.Bagaikan sinar pelangi, cui-giok-ji-i melayang ke dalamgulungan sinar pedang. „Tring, tring,” dua sosok tubuh sama-

sama loncat kejurusan yang berlawanan.

Page 421: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 421/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Begitu mereka menginjak tanah, dapatlah diketahuikeadaannya. Si Rase Kumala tetap tegak berdiri mengulumsenyum. Hu-yong-siancu termangu-mangu berdiri dengan

wajah pucat. Pedangnya tinggal separoh bagian saja!  „Shin-tok Kek meminta maaf dan ingin menerima

pengajaran pula untuk kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin dan sam-goan-kiam-tin!" kata si Rase Kumala.

Benar Ko-shia-siancu sudah mendengar kesohoran nama siRase Kumala, tapi sedikitpun tak terbayang dalam pikirannyabahwa kepandaian orang itu sedemikian saktinya. Namun

sebagai pemimpin dari sebuah biara termasyhur, tak maukentarakan goncangan hatinya.

Dengan wajah membeku, ia berkata kepada sang tetamu:  „Kalau dalam babak terakhir ini, Peh-hoa-kiong kalah pula,kami akan mentaati perjanjian tadi!"

Segera ia pelahan-lahan lambaikan tangan. Kedelapan Lo-hu-pat-hong yang berdiri di belakangnya, segera tampil ke

muka. Dengan menghunus pedang, mereka pencar diri dalamdelapan jurusan mengepung si Rase Kumala. Ko-shia-siancusendiri yang memegang ko¬mando.

Wajah si Rase Kumala tetap tenang, tapi diam-diam diamerasa tegang juga dalam hatinya. Demi dilihatnya barisansudah tersusun selesai, dia segera mempersilahkan. Ko-shia-sian-cu tak mau menyahut. Dengan wajah membesi ia

kebutkan pedang dan mulailah barisan kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin itu bergerak.

Si Rase Kumala memperhatikan bagaimana Ko-shia-siancudan kedelapan muridnya itu bergerak-gerak dalam formasikiu-kiong, saling bergantian mengisi setiap pos yangditinggalkan.

  „Menilik keadaan barisan itu, kalau tak menyerang secara

kilat, tentu sukar membobolkan,” pikirnya.

Page 422: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 422/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Secepat kilat dia ambil putusan untuk menggunakan caraseperti ketika membobolkan ngo-heng-pat-kwa-kiam-tin dariSiang Ceng Kiong dahulu. Begitulah dia segera bertindak.

Lengan baju kiri di kebutkan untuk melancarkan angin kong-gi, menyusul cui-giok-ji-i menutuk salah seorang kiu-hongyang berada disebelah mukanya.

Memang kiu-kiu-kui-goan-tin bukan olah-olah indahnya.Begitu ujung cui-giok-ji-i hampir mengenai, kiu-hong itumelejit ke muka, sedang kiu-hong yang di belakangnyaserentak sudah maju menggantikan posnya seraya menusuk siRase Kumala.

Si Rase Kumala tertawa. Tangannya kanan yang hendak ditusuk pedang itu diturunkan, tubuh mundur pundak berputarmenyongsongkan jarinya untuk mengejar kiu-hong yangsudah berpindah tempat tadi. Seketika nona itu terjungkal.

Dalam kejutnya, Ko-shia-siancu cepat lambaikanpedangnya dan barisan berobah seketika. Tapi perobahan itukalah cepat dengan si Rase Kumala yang mendapat anginlebih dulu. Menurutkan gerakan perobahan dari barisan itu, siRase Kumala berlincahan kekanan kiri untuk bolang-balingkancui-giok-ji-i dan tutukan jarinya.

Barisan menjadi kacau balau. Dari formasi kiu-kiong(sembilan istana) menjadi pat-kwa, dari pat-kwa menjadi chit-siu, chit-siu menjadi liok-hap, lalu ngo-heng dan su-chiu ……..Setiap barisan itu berobah tentu jatuh korban seorang kiu-

hong. Kiu-kiu-kui-goan-kiam-tin yang bermula terdiri darisembilan dara kiu-hong, dalam sekejap mata saja sudahtinggal dua. Pada lain saat ketika si Rase Kumala bersuitkeras, tubuhnya melambung ke udara lalu melayang turunsembari kembangkan ‘payung’ sinar hijau kemilau dari cui-giok-ji-i.

Hanya dengusan tertahan yang terdengar dan kedua

anggauta kiu-hong yang menjadi sisa barisan itupun rubuh ke

Page 423: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 423/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tanah tertutuk pingsan. Si Rase Kumala melayang turunsetombak jauhnya.

  „It-goan-kiam-hwat telah kuterima. Apabila tak keberatan,Shin-tok Kek sedia menerima lagi pelajaran sam-goan-kiam-tin,” ujarnya dengan tersenyum.

Ko-shia-siancu menghela napas panjang. Tiba-tiba pedangkomandonya dibanting ke tanah, serunya: „Sudahlah,kemasyhuran nama Shin-tok sianseng memang bukan pujiankosong. Sejak ini Peh-hoa-kiong akan menghapuskanlarangannya dan terserah bagalmana kau akan

menghukumnya!” Mendengar itu si Rase Kumala menganggukkan kepala.

Keangkuhan wajahnya tadi tiba-tiba lenyap. Dengan wajahbersungguh, dia berkata: „Shin-tok Kek tiada lain permintaankecuali urusan peminangan tadi."

Ko-shia-siancu hanya menyeringai, sahutnya: „Jenderalyang kalah perang, tak boleh menyombongkan kegagahan.

Karena urusan sudah sampai disini, tiada berguna untuk bersitegang leher lagi, hanya saja ……..” - pemimpin Peh-hoa-kiong itu tertegun sebentar, kemudian dia panggil dua oranganak muridnya dan perintahkan mereka untuk mengambil SiauIh dan Lo Hui-yan.

Tak berapa lama, kembalilah mereka bersama  ‘tawanannya’. Demi melihat kedelapan dara kiu-hong malang

melintang di tanah, Siau Ih sudah terkejut. Kemudian waktumelihat wajah engkongnya luar membesi, dia makin bercekat.

 Akhirnya ketika mengetahui ayah angkatnya duduk bersilamemulangkan napas, tahulah dia bahwa si Dewa Tertawatentu terluka. Inilah yang paling mengoyak perasaannya.Kecintaannya terhadap sang ayah angkat yang telahmerawatnya sejak kecil telah membuat matanya mengucurkanair mata.

Page 424: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 424/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Si Rase Kumala menghela napas, ujarnya: „Gihu-mu hanyaterluka luar saja, tidak membahayakan!” 

Mendengar itu, Siau Ih seperti tersadar dari mimpinya.Serta merta dia menubruk kaki sang engkong. Berbareng saatitu, Lo Hui-yan pun berlutut dihadapan Ko-shia-siancu.

Kedengaran si Rase Kumala mendamprat Siau Ih: „Secaradiam-diam minggat dari Chui-hun-lou, sudah seharusnyadihajar, apalagi kau berani mati datang kemari. Nanti setelahpulang kerumah, tentu akan kuhukum seberat-beratnya!"

 „Engkong, Ih-ji mengaku salah,” sahut Siau Ih.

Si Rase Kumala mendengus, lalu berkata pula:  „Persoalanmu dengan Lo Hui-yan, kini telah mendapatperkenan siancu, mengapa kau tak lekas-lekas menghaturkanterima kasih pada siancu!"

Mendengar hal itu, hati Siau Ih bergoncang keras. Denganberdebar-debar dia menghampiri kehadapan Ko-shia-sianculalu memberi hormat dengan khidmat.

  „Wanpwe menghaturkan beribu terima kasih ataskemurahan hati tiang-cia!” 

Ko-shia-siancu kerutkan kening, ujarnya dengan nadaberat: „Siau Ih, apakah benar-benar kau mencintai Yan-ji?” 

Siau Ih terbeliak kaget. Heran dia mengapa Ko-sia-siancumasih menyangsikan dirinya. Bukankah kedatangannya

didaerah terlarang Peh-hoa-kiong itu, cukup menjadi buktiyang berbicara? Ah, mungkin Ko-shia-siancu amat menyintaimuridnya itu dan memikirkan ke-pentingannya, demikianrabahan Siau Ih.

 „Demi kehormatan wanpwe," sahutnya dengan tegas.

 „Betapapun asal-usulnya Yan-ji?” 

Siau Ih memberikan janjinya.

Page 425: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 425/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Ko-shia-siancu mendengus, lalu mengelah napas panjang.Habis itu ia mengeluarkan sebuah sampul kecil warna kuning.

  „Shin-tok sianseng, memang urusan di dunia ini seringkaliberlaku aneh. Kita manusia tak boleh mengingkari kuasa alam.Patahnya tradisi Peh-hoa-kiong pada malam ini, dirayakandengan suatu kejadian aneh ……..” Ko-shia-siancu serayaberhenti meramkan mata. Kemudian ia melanjutkan pula:  „Permintaan sianseng telah terlaksana. Siau Ih pun sudahmemberikan janjinya. Sejak kini Yan-ji menjadi miliknya. Akutak dapat berbuat apa-apa, karena hal itu sudah kemauannasib. Surat ini merupakan sumber daripada permainan nasibyang kukatakan itu.

Si Rase Kumala menyambuti surat itu dan membukanya.Wajahnya tampak berobah merah, lalu pucat dan kemudianmenjadi tenang lagi. Dia menghela napas, matanya jauhmemandang kepuncak Lo-hu-san yang tertutup awan ……..

Ko-shia-siancu meramkan mata merenung, Siau Ihterlongong-¬longong heran memandang sikap sang engkongyang aneh namun dia tak berani menanyakan. Suasanamenjadi hening senyap.

 Akhirnya, berkatalah si Rase Kumala: „Shin-tok Kek merasaberhutang terima kasih atas ucapan siancu tadi. Memangmanusia, lebih-lebih orang persilatan, selalu dirundung denganbudi dendam, balas membalas, kejar mengejar kemasyhurannama kosong. Seperti Shin-tok Kek yang berwatak aneh dan

angkuh ini, akhirnya mendapat pengajaran pahit juga. Anak perempuan mati mereras, cucu diasuh orang akhirnya harusmenghadapi kenyataan yang menusuk ……….” 

Sampai disini si Rase Kumala berhenti sejenak. Setelahmengatur napasnya yang agak getar itu, dia menatap Siau Ih,ujarnya:

  „Ih-ji, memang segala sesuatu sudah tergaris oleh nasib.

Janji sudah kau ikrarkan, sebagai laki-laki kau harus

Page 426: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 426/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

menepatinya. Ujian ini memang berat, tapi kau harusmenghadapi kenyataan itu dengan hati terbuka …….” 

Siau Ih seperti orang yang mendaki gunung kabut, tak tahudia kemana jatuhnya perkataan sang engkong itu. Apakahgerangan isi surat itu, mengapa sang engkong menyebut-nyebut tentang janji, kenyataan dan nasib? Tak tahu diabagaimana harus menyahut ucapan engkongnya itu.

  „Ih-ji, bacalah surat ini!" tiba-tiba si Rase Kumala berseruseraya mengangsurkan surat itu.

Siau Ih tersipu-sipu menyambutnya. Demi membacanya,kepalanya serasa pening, bumi yang dipijaknya sepertiamblong …….

Hui-yan puteriku,

Bila kau membuka surat ini, mungkin sudah belasan tahun aku menyusul ayahmu di alam baka. Jangan kau sesali kedua ayah bundamu yang telah tinggalkan kau sebatang kara.

Lebih-lebih jangan kau kutuk perbuatan ayahmu yang berbuat salah karena dipaksa oleh keadaan kita. Setelah kau jelas akan duduk perkaranya, lakukan dua macam tugas yang berat: membalas dendam dan budi! Beginilah kisahnya : 

  Ayahmu dan aku bermula hidup sebagai petani yang sederhana tapi berbahagia. Sampai akhirnya sewaktu kau lahir, barulah terjadi perobahan besar. Desa kita terserang 

  paceklik dan terpaksa ayahmu ajak aku pindah ke kota 

mengadu nasib. Disitu kita berjualan kecil-kecilan dan hasilnya   pun lumayan. Selama di kota, ayahmu mempunyai banyak kawan, sampai akhirnya dia terjerumus dalam kalangan 

  perjudian. Dagangan kita makin habis, ayahmu pun makin kelelap, galang-gulung dengan orang jahat, menjadi gundalnya seorang kongcu kaya bernama Teng Hiong.

Pada suatu hari kongcu yang bermata keranjang itu, telah melihat sepasang muda mudi yang menginap dihotel. Dia 

amat penuju sekali dengan nona yang cantik itu. Hanya saja 

Page 427: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 427/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

karena nona dan pemuda itu berkepandaian tinggi, jadi dia   jeri. Namun dia tak mau melepaskan nafsunya yang keji.

Dengan menjanjikan upah besar, dia suruh ayahmu 

mencelakai mereka. Dengan menyogok jongos, berhasillah ayahmu menyaru jadi jongos hotel itu. Sewaktu kedua anak muda itu berada dikamarnya, ayahmu telah berhasil meniupkan asap yang mengandung bius. Tapi dikarenakan ayahmu takut kepergok, baru sedikit dia lantas buru-buru 

 pergi keluar.

Keesokan harinya, ayahmu dipanggil oleh orang she Teng itu, tapi bukannya diberi upah uang melainkan diperseni 

  pukulan yang menyebabkan ayahmu muntah darah dan meninggal beberapa hari kemudian.

 Ayahmu menceritakan padaku bahwa si Teng Hiong begitu marah karena maksudnya tak tercapai. Waktu malamnya Teng Hiong datang ke hotel, ternyata didapatinya kedua anak muda itu tidak pingsan melainkan tengah menangis. Si nona yang ternyata bernama Shin-tok Lan menangis sesenggukan, si 

  pemuda yang bernama Siau Hong pun menghela napas   panjang lebar menyesali dirinya. Obat itu karena kurang banyak, tidak dapat membuat mereka pingsan tapi merangsang nafsu birahi mereka. Buah yang diinginkan telah kedahuluan orang, menyebabkan si Teng Hiong marah besar.

Kematian ayahmu telah mengundang bermacam malapetaka. Begundal-begundalnya Teng Hiong berani 

mempermainkan diriku. Malu dan gusar, akhirnya aku mengambil putusan pendek, bunuh diri. Kudengar biara Peh- hoa-kiong adalah biara suci dari kaum nikoh (rahib) yang berilmu tinggi. Kesana kubawamu. Setelah kuletakkan kau di depan pintu biara, aku lantas menggantung diri. Semoga siancu sudi menerima perhambaanmu itu. Kau masih mempunyai seorang paman di gunung Hong-hong-san. Kelak kalau Tuhan melindungimu, sambangilah dia.

Page 428: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 428/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

Yan-ji, begitulah nasib sedih yang menimpah ayah bundamu. Ingat betul, nama musuh besarmu itu. Lakukahlah 

  pembalasan. Dari alam baka aku dan ayahmu akan 

memohonkan restu kepadamu! Sedapat mungkin, berusahalah keras mencari anak keturunan pemuda Siau itu untuk menghaturkan maaf.

Yan-ji, puteri kesayanganku. Jangan menangis, kuatkan hatimu dan teguhkan imanmu.

Bundamu yang bemasib malang,

Liu-si. 

Tanpa terasa, surat di tangan Siau Ih itu terlepas dibawaangin. Hui-yan cepat memungutnya. Demi membacanya,iapun rubuh tak ingat diri. Siau Ih tersadar dari limbungnya.Tanpa likat-likat lagi, dia segera menolongnya.

  „Ih-ji, Yan-ji!” mendadak si Dewa Tertawa kedengaranberseru demi tahu persoalannya, kesemua-semuanya adalahsudah suratan takdir. Tinggi rendahnya martabat manusia,dinilai dari kebesaran hatinya. Dendam orang tua, sang anak tak ikut memikul dosa. Orang tua Hui-yan sudah mengakuikesalahannya, seharusnya kau dapat berlapang hatimemaafkan, apalagi mereka sudah menutup mata, lebih-lebihkau bakal menjadi menantunya. Lupakan persoalan lama danmulailah hidup baru. Tugas kalian masih banyak dan berat.Lihat itu, selama rakyat masih selalu ditindas oleh hartawan-

hartawan jahat, selama keadilan dan kebenaran masihdikuasai oleh kaum persilatan ganas, selama itu dharma tugaskita kaum persilatan, pantang berhenti. Kita dari angkatan tuaakan lekas undurkan diri dan menyerahkan beban suci itukepada kalian semua.” 

Siau Ih terbuka pikirannya. Dia melirik ke arah Hui-yandengan pandangan penuh seri harapan hari depan yanggemilang. Hui-yan tersipu-sipu tundukkan kepala. Si Rase

Kumala kedengaran menghela napas. Tapi bahwasanya dia

Page 429: SiRaseKumala-DewiKZ

8/8/2019 SiRaseKumala-DewiKZ

http://slidepdf.com/reader/full/sirasekumala-dewikz 429/429

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 

tak membuat sanggahan (protes) suatu apa, berarti secaradiam-diam dia dapat menerima pandangan si Dewa Tertawatadi. Wajah dingin dari Ko-shia-siancu mengulas senyum.

Entah senyum simpati entah mengejek. Keadaan menjadihening sejenak.

  „Siancu telah banyak memberi bantuan, terimalah hormatdan terima kasih Shin-tok Kek!" akhirnya Shin-tok Kek menghadap ke arah Ko-shia-siancu seraya menjura.

Tanpa menunggu penyahutan orang, dia segera bersuitkeras memanggil Shin-tok Liong dan Shin-tok Hou. Disuruhnya

mereka membawa si Dewa Tertawa ke dalam tandu.Demikianlah dengan membawa Siau Ih dan Hui-yan,rombongan si Rase Kumala segera tinggalkan Lo-hu-san.

Dalam sebuah kesempatan di tengah perjalanan, Siau Ihmenanyakan kepada sang engkong tentang surat kaleng yangditerima Goan Goan Cu itu.

"Kemungkinan bukan Teng Hiong atau Li Hun-liong yang

membuat. Mungkin dalam keadaan yang tak diinsyafi. TengHiong telah membocorkan hal itu kepada lain orang. Menilik bahwa banyak anak-anak muda yang mengiri ataskeberuntungan ayahmu yang berhasil menawan hatimamamu, maka kemungkinan besar tentu ada yangmelakukan fitnah keji itu," menerangkan si Rase Kumala.

B it l h b t h t h i i t i Si Ih