sintesis dan pemanfaatan nanopartikel arang aktif …

68
SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH MAKAN TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Sebagai Beban Studi Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Teknik Lingkungan Diajukan Oleh KAISAR HIDAYAT NIM. 160702107 Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ARRANIRY BANDA ACEH 2021 M/1441 H

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG

AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA UNTUK

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH MAKAN

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Sebagai Beban Studi Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Teknik

Lingkungan

Diajukan Oleh

KAISAR HIDAYAT

NIM. 160702107

Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR–RANIRY

BANDA ACEH

2021 M/1441 H

Page 2: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …
Page 3: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …
Page 4: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …
USER
Typewritten text
Banda Aceh, 26 januari 2021
USER
Typewritten text
Yang Menyatakan,
USER
Typewritten text
Kaisar Hidayat
Page 5: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

iv

ABSTRAK

Makan

rumah makan.

Sumber limbah domestik berasal dari kegiatan sehari-hari yang menghasilkan

limbah memasak, mencuci, mandi serta kegiatan peternakan dan pertaniaan.

Limbah limbah mengandung bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan serta

membahayakan kehidupan manusia. Salah satunya adalah grey water. Grey water

adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga tapi tidak termasuk

toilet. Limbah domestik dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit karena

terkandung bahan organik, anorganik dan gas di dalamnya. Limbah domestik diolah

dengan memanfaatkan nanopartikel arang aktif tempurung kelapa. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat efektivitas dan efisiensi pengolahan limbah domestik

dengan nanopartikel arang aktif tempurung kelapa. Hasil analisa berdasarkan

variasi waktu dan massa arang aktif, pengujian pH diukur dengan pH meter sesuai

baku mutu 6-7, Sedangkan untuk COD dengan spektrofotometri berturut-turut

sebesar 96,62 %, TSS dengan metode gravimetri berturut-turut sebesar 88,59%,.

Hasil analisa SPSS menggunakan regresi liniear sederhana untuk variasi massa

(gram) dan waktu kontak menunjukkan nilai signifikasi berturut-turut sebesar 0.000

lebih kecil < dari pada probabilitas 0,005 sehingga ada pengaruh waktu terhadap

pH. Kemudian analisa hasil korelasi antar parameter COD, TSS dan pH. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa parameter COD dan pH berkorelasi, yang berarti

Nama : Kaisar Hidayat

NIM : 160702107

Program Studi : Teknik Lingkungan

Judul : Sintesis Dan Pemanfaatan Nanopartikel Arang Aktif Dari

Tempurung Kelapa Untuk Pengolahan Limbah Rumah

Tanggal Sidang : 26 Januari 2021

Tebal Skripsi : 59 halaman

Pembimbing I : Dr. Abd Mujahid Hamdan, M.Sc.

Pembimbing II : Teuku Muhammad Ashari, M.Sc.

Kata Kunci : Nanopartikel, arang aktif, sintesis, pemanfaatan, limbah

Page 6: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

v

terdapat korelasi antara variabel yang dihubungkan dengan taraf signifikansi 1%

berdasarkan nilai R untuk korelasi kuat (-0,727).

Page 7: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

KATA PENGANTAR

Bismillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, tuhan

yang Maha Esa, Pencipta alam semesta beserta isinya dan tempat berlindung bagi

Umat-Nya, tidak lupa juga shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW, rasul seluruh umat manusia.

Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun tugas akhir

“Sintesis dan Pemanfaatan Nanopartikel Arang Aktif dari Tempurung Kelapa

dengan maksimal dan dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat

memperlancar pembuatan proposal tugas akhir ini, untuk itu penulis menyampaikan

rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Azhar Amsal, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

2. Dr. Eng. Nur Aida, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

3. Ibu Yeggi Darnas M.T, selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan.

4. Ibu Husnawati Yahya, M.Sc, selaku Pembimbing Akademik yang telah

berkenan mengarahkan dan membimbing saya.

5. Dr. Abdullah Mujahid Hamdan M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan memberikan tambahan ilmu serta solusi pada setiap permasalahan dan

kesulitan dalam penulisan Tugas Akhir.

6. Bapak Teuku Muhammad Ashari S.T., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah berkenan memberikan tambahan ilmu serta solusi pada setiap masalah dan

kesulitan dalam penulisan Tugas Akhir.

7. Ibu Sri Nengsih, S.Si, M.Sc, selaku Dosen Penguji I yang telah berkenan

memberikan saran, tambahan ilmu dan solusi dalam penulisan Tugas Akhir.

8. Dr. Eng Nur Aida, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah berkenan

memberikan saran, tambahan ilmu dan solusi dalam penulisan Tugas Akhir.

9. Bapak-bapak dan ibu- ibu dosen di Program Studi Teknik Lingkungan Uin Ar-

Raniry yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama

masa perkuliahan.

10. Ibu Idariani yang telah banyak membantu dalam proses administrasi.

untuk Pengolahan Limbah Rumah Makan” Proposal ini telah penulis susun

USER
Typewritten text
vi
Page 8: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

11. Ibu Nurul Huda S.Pd yang sudah banyak membantu dalam proses penelitian

dan administrasi.

12. Seluruh staf/karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Uin Ar-Raniry yang telah

memberikan banyak bantuan.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Penulis sadar bahwa tugas akhir ini tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu

penulis menerima saran dan kritikan yang membangun untuk penyempurnaan tugas

akhir ini. Akhir kata saya sebagai penulis sampaikan terimakasih.

Penulis

Kaisar Hidayat

Banda Aceh, 18 Desember 2021

USER
Typewritten text
vii
USER
Typewritten text
,
Page 9: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .......................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

ABSTRAC .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

1.5 Batasan Penelitian ...................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

3.1 Limbah Cair Domestik ............................................................... 6

3.1.1 Standar Baku Mutu Limbah Cair Domestik ...................... 7

3.1.2 Sumber Limbah Domestik ................................................. 7

3.1.3 Karakteristik Limbah Cair Domestik ................................ 7

3.2 Karbon Aktif ............................................................................... 10

3.3 Nanopartikel ............................................................................... 12

3.4 Tempurung Kelapa ..................................................................... 13

3.5 Adsorpsi ...................................................................................... 14

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16

3.1 Metode Penelitian ....................................................................... 16

3.2 Lokasi Penelitian Sampel ........................................................... 17

3.2.1 Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel...................... 17

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 17

Page 10: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

viii

3.3 Tahap Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kelapa ................... 18

3.3.1 Bahan ................................................................................. 18

3.3.2 Pembuatan Arang Aktif ..................................................... 18

3.3.3 Analisis Kualitas Arang Aktif ........................................... 19

3.4 Pembuatan Nanopartikel Arang Aktif Tempurung Kelapa ........ 20

3.5 Eksperimen Penyerapan Limbah Domestik ............................... 21

3.6 Analisis Data .............................................................................. 21

3.6.1 Analisa Penentuan Uji Kualitas ......................................... 21

3.6.2 Analisa Statistik SPSS ....................................................... 23

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 25

4.1 Hasil ............................................................................................. 25

4.1.1 Karakteristik Nanopartikel Arang Aktif ............................ 25

4.1.2 Hasil Eksperimen............................................................... 27

4.1.3 Analisis COD..................................................................... 27

4.1.4 Hasil Pengolahan TSS dengan Arang Aktif Nanopartikel 28

4.1.5 Analisis Nilai pH ............................................................... 29

4.2 Pembahasan ................................................................................ 30

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 38

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 38

5.2 Saran ........................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39

LAMPIRAN I ................................................................................................... 45

LAMPIRAN II .................................................................................................. 51

LAMPIRAN III ................................................................................................ 53

LAMPIRAN IV ................................................................................................ 57

Page 11: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alur penelitian

Gambar 3.2 Informasi Peta Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 4.2 Pengolahan limbah dometik

Gambar 4.4 Grafik hasil uji parameter TSS limbah rumah makan

Gambar 4.5 Grafik Presentasi Penurunan COD

Gambar 4.7 Grafik Perubahan pH

............................................................... 16

................................ 17

Gambar 3.3 Shaker Mill ................................................................................... 21

Gambar 4.1 Bulir arang aktif ........................................................................... 26

......................................................... 27

Gambar 4.3 Grafik hasil uji parameter COD limbah rumah makan ................ 28

.................. 29

............................................... 32

Gambar 4.6 Grafik Penurunan TSS ................................................................. 34

.................................................................... 35

Gambar 4.8 Grafik korelasi COD dan TSS, pH dan COD dan TSS dan pH ... 36

Page 12: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Bahan Eksperimen Penyerapan Limbah Domestik

Tabel 4.1 Hasil uji awal parameter limbah domestik

Tabel 4.2 Hasil analisis karakteristik arang aktif

Tabel 4.4 Hasil uji adsorpsi parameter TSS

Tabel 4.5 Hasil uji Penurunan pH

Tabel 4.6 Hasil uji analisis korelasi antara parameter COD, TSS dan pH ...... 37

.................................................................... 29

..................................................... 28

Tabel 4.3 Hasil uji adsorpsi parameter COD ................................................... 27

............................................. 26

....................................... 25

.......................... 21

Tabel 3.2 Karakteristik Arang Aktif ................................................................ 19

Tabel 3.1 Bahan Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kelapa ........................ 18

Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Air Limbah....................................................... 6

Page 13: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2020, Indonesia tercatat memiliki 268,6 juta penduduk (Data

Penduduk, BPS). Karena hal tersebut, aktivitas rumah tangga atau tempat umum

menjadi salah satu sumber penghasil limbah yang signifikan di Indonesia. (Afandi,

2013; Ulum, 2015 dan Nilandita dkk., 2019). Menurut Undang-Undang No. 18

Tahun 2008, limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan

sehari-hari yang menghasilkan limbah memasak, mencuci, mandi serta kegiatan

peternakan dan pertaniaan.

Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 68 Tahun 2016,

parameter air limbah domestik terdiri dari parameter biological oxygen demand

(BOD), chemical oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS), power of

hydrogen (pH), total coliform, minyak dan lemak. Parameter tersebut yang

dijadikan acuan dalam menganalisis kualitas dan mutu air limbah domestik. Air

limbah mengandung bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan serta

membahayakan kehidupan manusia. Salah satunya adalah grey water. Grey water

adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga tapi tidak termasuk

toilet. Selain itu, kegiatan rumah tangga juga menghasilkan limbah kotoran manusia

atau black water. Limbah cair domestik dapat menyebabkan timbulnya berbagai

penyakit karena terkandung bahan organik, anorganik dan gas di dalamnya

(Filliazati dkk., 2013; Wirawan, 2014 dan Alfrida, 2016). Mikroba yang terkandung

di dalam air seperti Coliform fecal (FC) dan Escherichia coli (EC) adalah beberapa

pencemar dari air bersih yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare, gatal-

gatal, infeksi, air menjadi bau dan keruh, serta penyakit lainnya yang sangat

berbahaya bagi kesehatan manusia (Widiyanto dkk., 2015).

Salah satu metoda untuk menghilangkan zat pencemar dari air limbah

adalah metoda adsorpsi. Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat molekul atau

ion pada permukaan adsorben. Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika

Page 14: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

2

suatu fluida (cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya

membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda

dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk

suatu larutan. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben, dengan

adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari

pelarutnya, sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal

ini berupa senyawa karbon (Haura dkk., 2017).

Karbon aktif atau arang aktif adalah suatu karbon yang mampu menyerap

dengan baik terhadap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik

maupun anorganik, baik berbentuk larutan atau gas. Dalam meningkatkan daya

serap arang dilakukan proses aktivasi sehingga bahan tersebut diubah menjadi

arang aktif. Dibandingkan dengan arang (biasa), permukaan pada arang aktif relatif

telah bebas dari deposit, pori-pori yang terbuka serta permukaan yang luas. Hal

inilah yang menjadikan arang aktif mempunyai daya serap yang sangat tinggi

(Lempang, 2014).

Salah satu bahan organik yang potensial diolah menjadi karbon aktif adalah

tempurung kelapa (Masthura, 2018). Tempurung kelapa mengandung karbon,

sehingga dapat dijadikan arang aktif untuk mengatasi permasalahan limbah cair

domestik. Perkembangan dan inovasi dalam pemanfaatan tempurung kelapa

menjadi karbon aktif sangat maju, dikarenakan material ini memiliki keunggulan

berupa efisien, murah dan mudah didapat (Nustini, 2019). Arang aktif tempurung

kelapa diketahui telah digunakan dalam mengabsorbsi gas dan air pada sumur

(Suhartana, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Silaban (2018) arang

aktif tempurung kelapa berpotensi dan sangat effisien dalam menyerap logam berat

Cd dan Cu hingga persentase hingga 100%. Penelitian yang dilakukan Pambayun

(2013) dalam mendegradasi fenol dengan arang aktif tempurung kelapa, didapatkan

hasil arang aktif tempurung kelapa mampu mendegradasi fenol dengan persentase

hingga 99,75%. Dapat disimpulkan arang aktif tempurung kelapa sangat berpotensi

dan efisien dalam mengolah limbah. Berdasarkan hasil uji pendahuluan1 diperoleh

1 Dokumentasi dapat dilihat pada Lampiran I

Page 15: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

3

hasil uji rendemen arang aktif tempurung kelapa sebesar 18,5%, kadar air sebesar

12,5% dan kadar abu sebesar 5,5%. Berdasarkan SNI 06-3730-1995, hasil uji

pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa karbon aktif tempurung kelapa sangat

potensial untuk dijadikan karbon aktif dalam mengadsorpsi serta menurunkan kadar

parameter limbah domestik.

Salah satu faktor arang aktif menjadi efisien adalah dengan luas

permukaannya, sehingga rongga arang aktif akan semakin banyak. Semakin kecil

ukuran arang aktif semakin luas permukaannya. Perluasan permukaan dapat

dilakukan dengan merekayasa suatu bahan menjadi nanopartikel (Saputro dkk,

2019). Nanopartikel adalah partikel berukuran 1 sampai 1000 nanometer. Adsorben

nanopartikel diketahui memiliki efisien yang tinggi, proses yang lebih cepat, reaktif

dalam menghilangkan kontaminan dan dapat digunakan berulang-ulang kali

(Qayyum, 2018). Menurut Faisal dkk. (2018) efisiensi adsorpsi karbon aktif

nanopartikel untuk menyerap Cu adalah sebesar 97,8%. Hasil ini menunjukkan

arang aktif dalam bentuk nanopartikel dalam mengolah kontaminan lebih optimal

Berdasarkan hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

efektifitas suatu arang aktif seperti arang aktif dari tempurung kelapa dapat

dilakukan dengan menjadikan arang aktif tersebut sebagai nanopartikel. Namun,

sejauh ini belum ada laporan terkait sintesa dan pemanfaatan nanopartikel arang

aktif dari tempurung kelapa.

1.2. Rumusan Masalah

Arang aktif dari tempurung kelapa diketahui efektif sebagai adsorben untuk

menghilangkan zat pencemar. Namun, sejauh ini nano partikel dari karbon aktif

tempurung kelapa belum pernah disintesa dan diuji kemampuannya dalam

mereduksi tingkat polutan limbah domestik rumah makan. Berdasarkan hal

tersebut, pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dalam

menormalisasi parameter pH limbah domestik rumah makan?

2. Bagaimana efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dalam

mereduksi parameter COD limbah domestik rumah makan?

Page 16: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

4

3. Bagaimana efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dalam

mereduksi parameter TSS limbah domestik rumah makan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa

dalam menormalisasi parameter pH limbah domestik rumah makan.

2. Untuk menganalisis efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa

dalam mereduksi parameter COD limbah domestik rumah makan.

3. Untuk menganalisis efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung kelapa

dalam mereduksi parameter TSS limbah domestik rumah makan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian dapat menjadi acuan dalam pengembangan

nanopartikel karbon aktif tempurung kelapa yang dapat digunakan untuk

pengolahan limbah domestik.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

tentang manfaat nanopartikel karbon aktif tempurung kelapa yang dapat

digunakan untuk pengolahan limbah domestik. Sehingga, dapat diterapkan dan

menjadi referensi bagi masyarakat.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan referensi terkait penggunaan

nanopartikel karbon aktif tempurung kelapa yang dapat digunakan untuk

pengolahan limbah domestik. Sehingga, dapat diimplementasikan pada level

kebijakan publik.

Page 17: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

5

1.5 Batasan Penelitian

Efektivitas adsorpsi nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dipengaruhi

oleh parameter seperti suhu, waktu, kecepatan putaran dan massa adsorben, namun

dalam penelitian ini hanya menguji pengaruh waktu dan massa terhadap efektivitas

adsorpsi limbah domestik. Sementara itu, parameter air limbah domestik terdiri dari

parameter biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD),

total suspended solid (TSS), power of hydrogen (pH), total coliform, minyak dan

lemak, namun dalam penelitian ini hanya menguji chemical oxygen demand (COD),

total suspended solid (TSS) dan power of hydrogen (pH).

.

Page 18: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik termasuk ke dalam salah satu sumber pencemar bagi

perairan dan lingkungan. Faktor pencemarnya terkandung bahan organik yang

tinggi di dalam limbah domestik berpengaruh meningkatnya pencemaran badan air.

Limbah cair domestik meliputi air limbah dari dapur, toilet dan bekas cucian yang

mengandung sabun dan mikroorganisme. Bila limbah domestik langsung dibuang

ke air atau lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan sangat

berbahaya bagi lingkungan. Maka diperlukan pengolahan limbah domestik agar

menurunkan parameter-parameter dan kandungan organik sebelum dibuang ke

badan air atau lingkungan (Wirosoedarmo dkk., 2016).

Limbah cair rumah tangga atau domestik berasal dari buangan dari

penggunaan air untuk kebersihan. Limbah air domestik mempunyai komposisi

bahan organik dan senyawa mineral yang bersumber dari sabun, urin dan sisa

makanan yang dibuang. Limbah ini berbentuk suspensi ada pula yang terlarut.

Seperti limbah domestik di kota besar, beban total organik pada limbah cair

domestik bisa mencapai 70% dari total keseluruhan limbah cair domestik. Limbah

cair rumah tangga mempunyai parameter TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l,

BOD 47-466 mg/l dan total coliform 56 - 8,3×107 CFU/100 ml. Apabila langsung

dibuang ke lingkungan akan sangat berbahaya dan menjadi sumber penyakit bagi

masyarakat (Nasihah dkk., 2018).

Kehadiran limbah cair domestik dapat berdampak buruk dan negatif

terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini harus ditangani dengan

pengolahan limbah cair domestik ini untuk mengurai polutan dan zat-zat yang

berbahaya jika limbah cair domestik ini masuk ke badan air. Pengolahan limbah

cair domestik ini harus mampu mengurangi bahkan menghapus kandungan bahan

organik yang berbahaya bagi lingkungan sampai tingkat efisiensi 95%. Sehingga,

saat limbah cair domestik dibuang ke lingkungan atau ke badan air tidak menjadi

Page 19: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

7

masalah bagi lingkungan dan tidak menjadi dampak negatif seperti penyakit bagi

masyarakat (Kholif dkk., 2018).

3.1.1. Standar Baku Mutu Limbah Cair Domestik

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016 tentang baku mutu air limbah domestik dapat

dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik.

No Parameter Satuan Kadar

Maksimum

1 pH - 6-9

2 BOD mg/l 30

3 COD mg/l 100

4 TSS mg/l 30

5 minyak dan lemak mg/l 5

6 Amoniak mg/l 10

7 Total coliform Jumlah/100ml 3000

Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan republik Indonesia

Nomor: P. 68 tahun 2016.

3.1.2. Sumber Limbah Domestik

Air bungan berasal dari berbagai sumber (Anggereni, 2009), secara garis

besar air buangan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang berasal

dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta

(tinja dan air seni), air kamar mandi serta cucian dapur, dan umumnya terdiri

bahan organik.

2. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah perkotaan,

hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah dan sebagainya

3. Air buangan industri, air dari akibat proses produksi yang berasal dari berbagai

jenis industri.

3.1.3. Karakteristik Limbah Cair Domestik

Karakteristik limbah cair domestik (Metcalf, 2003) terdiri dari tiga yaitu

sebagai berikut:

Page 20: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

8

1. Karakteristik Fisika

Berikut adalah beberapa karakteristik fisika pada limbah cair, diantaranya:

a. Bau

Bau biasanya dihasilkan melalui zat kimia pada proses perusakan susunan

jaringan materi pada limbah yang tercampur di udara.

b. Suhu

Dalam aktivitas yang terjadi pada limbah cair suhu berperan penting dalam

organisme air, laju reaksi dan reaksi kimia, oleh sebab itu kestabilan suhu

berefek terhadap mikroorganisme yang berkembang dalam limbah cair

c. Warna

Pada limbah cair domestik biasanya limbah berwarna abu-abu bahkan ada

yang berwarna kehitaman, hal ini disebabkan oleh waktu dan kondisi anaerob

yang meningkat.

d. Total Solid

Merupakan komponen yang menyebabkan pendangkalan pada dasar air hal ini

terjadi dikarenakan bahan organik dan anorganik yang terlarut tersuspensi atau

mengendap di dasar air.

e. Total Suspended Solid

Merupakan padatan total berupa lumpur dan tanah yang terdapat dalam limbah

cair yang tertahan oleh saringan dengan ukuran tertentu.

f. Turbidity

Turbidity atau kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang

bersifat organik maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang

akan membatasi pencahayaan ke dalam air.

2. Karakteristik Kimia

Berikut adalah beberapa karakteristik kimia pada limbah cair,

diantaranya:

1. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis di dalam air

berfungsi sebagai pendegradasi limbah organik yang dilakukan oleh

mikroorganisme dengan memanfaatkan oksigen.

Page 21: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

9

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical oxygen demand adalah kebutuhan oksigen yang digunakan sebagai

penguraian unsur pencemar secara kimia yang terdapat dalam limbah cair

domestik.

3. Protein

Pada proses penguraian dan pembusukan dalam limbah cair protein berperan

penting dalam menimbulkan bau yang tidak sedap dan biasanya menganggu

penciuman.

4. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa yang tersusun atas karbon, oksigen dan

hidrogen, yang apabila mengalami proses fermentasi oleh enzim dan

senyawa tertentu maka akan mengahsilkan gas karbon dioksida dan alkohol.

5. Lemak dan Minyak

Minyak dan lemak merupakan zat pencemar yang biasanya berasal dari

rumah makan dan pencucian peralatan rumah tangga hasil proses masak.

6. Detergen

Merupakan salah satu zat pencemar yang bersumber kegiatan pencucian

pakaian dari rumah tangga, laundry, asrama dan kos-kosan.

7. pH

Merupakan derajat keasaman pada suatu larutan, semakin tinggi nilai pH

maka suatu larutan akan bersifat basa sebaliknya apabila semakin kecil nilai

pH pada suatu larutan maka akan bersifat asam, sedangkan pH normal yaitu

berkisar dari angka 6-9.

8. Alkalinitas

Merupakan penetralan oleh air terhadap asam tanpa penurunan kadar pH.

9. Besi dan Mangan

Air yang berwarna kecoklatan merupakan salah satu indikasi air tercemar

logam besi dan mangan hal ini terjadi dikarenakan logam besi dan mangan

teroksidasi dalam air.

Page 22: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

10

10. Klorida

Merupakan salah satu desinfektan yang digunakan dalam pengolahan air,

namun klorida juga memiliki efek samping diantaranya yaitu dapat

membuat pipa pada instalasi air menjadi rusak dan air menjadi asin.

11. Phospat

Kandungan phospat yang tinggi dalam perairan merupakan sumber nutrisi

bagi alga namun semakin banyak kadar phospat dalam air maka

pertumbuhan alga sulit untuk dikendalikan sehingga menyebabkan bluming

alga yang berakibat terhadap perkembangbiakan flora dan fauna di perairan

jadi terhambat dan mengalami kekurangan oksigen.

12. Sulfur

Sulfur atau belerang apabila dalam kadar yang tinggi akan berbau busuk dan

akan bersifat racun sedangkan pada air apabila konsentrasinya terlalu

banyak maka akan menaikan keasaman air.

13. Logam berat dan beracun

Logam berat seperti tembaga (Cu), perak (Ag), seng (Zn), kadmium (Cd),

merkuri (Hg), timah (Sn), kromium, besi (Fe), dan nikel (Ni). Logam

tersebut apabila dalam konsentrasi besar maka akan membahayakan bagi

makhluk hidup.

14. Fenol

Fenol adalah zat kristal yang memiliki bau yang khas namun tidak berwarna

apabila bereaksi dengan chlor maka akan berubah menjadi chlorophenol

yang akan menciptakan bau dan rasa pada air.

3. Karakteristik Biologi

Banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam limbah cair

merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan karakteristik biologi,

dalam proses biologi biasanya mikroorganisme melakukan perubahan menjadi

senyawa baru yang memanfaatkan zat organik yang terkandung dalam limbah.

3.2. Karbon Aktif

Karbon aktif adalah porositas atau ruang yang diselimuti dengan senyawa

karbon. Karbon aktif dapat diartikan sebagai senyawa karbon amorf dengan luas

Page 23: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

11

area tinggi antara 500 - 2.000 m2/g dan porositas tinggi. Karbon aktif dengan

struktur yang berpori dipakai dalam berbagai aplikasi seperti adsorben zat logam,

adsorben zat warna, adsorben gas, elektroda superkapasitor dan lain-lain

(Kristianto, 2017). Perkembangan karbon aktif memberikan dampak positif untuk

masyarakat, meningkatkan ekonomi masyarakat, memperbanyak lapangan kerja,

meningkatkan ekspor impor dan lain-lain. Indonesia salah satu negara yang

memproduksi karbon aktif. Tahun 1998 sebanyak 24.903 ton, tahun 1999 sebanyak

26.610 ton, hingga pada tahun 2001 mencapai 30.161 ton/tahun dengan volume

ekspor hingga 11.834 ton. Pasar internasional karbon aktif dapat mencapai harga

20 dolar Amerika per kilogramnya (Arsyad dan Hamdi, 2010).

Adsorben yang paling banyak digunakan untuk tujuan ini adalah karbon

aktif, karbon aktif merupakan adsorben yang paling umum digunakan untuk proses

adsorpsi karena kapasitas adsorpsinya yang tinggi. Namun demikian, karbon aktif

yang tersedia secara komersial memiliki harga yang cukup mahal, oleh karena itu,

banyak dilakukan pengembangan untuk mencari adsorben alternatif (Raditya dan

Hendiyanto, 2016). Karbon aktif yaitu suatu padatan berpori yang mengandung 85-

95% senyawa karbon. Selain untuk bahan bakar, karbon dapat digunakan sebagai

penyerap. Karbon aktif dapat dihasilkan dari beberapa bahan yang mengandung

banyak karbon seperti kayu, serbuk gergajian kayu, kulit biji, sekam padi,

tempurung, gambut, bagase, batubara, lignit dan tulang binatang. Aktivasi

meningkatkan ukuran pori-pori karbon aktif dan membentuk pori-pori yang saling

berikatan, dengan adanya peningkatan volume pori mikro (lebar pori < 2 nm) dan

luas permukaan internal (Silaban, 2018).

Arang aktif dibuat dengan beberapa tahapan. Pertama tahap dehidrasi

dengan menggunakan oven, kedua tahap karbonisasi dengan menggunakan furnace

untuk menghasilkan arang dan ketiga tahap aktivasi. .Tahap aktivasi dengan metode

kimia dan metode fisika untuk pengaktivasian arang aktif (Setiyoningsih dkk,

2018). Mutu permukaan aktif tergantung dengan bahan baku, pengaktif, suhu dan

cara. Pembuatan arang aktif melalui dua cara aktivasi, fisik dan kimia. Proses fisik

terdapat dua tahap, pertama karbonisasi kedua aktivitas. Proses kimia dengan cara

bahan diimpregnasi dengan bahan pengaktif terlebih dahulu kemudian

Page 24: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

12

dikarbonisasi. Aktivasi arang aktif dengan uap panas bertujuan untuk memperluas

ukuran pori pada arang aktif, juga cukup efektif dalam melebarkan dan membentuk

mikropori arang aktif (Yuningsih dkk., 2016).

3.3. Nanopartikel

Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran antara 100-1000 nanometer.

Dalam nanoteknologi, objek kecil yang berperilaku sebagai satu kesatuan terhadap

sifat dan transportasinya disebut partikel. Partikel ultra halus sama dengan

nanopartikel, berukuran 100 sampai 100 nanometer. Partikel halus berukuran 100

sampai 1000 nanometer. Nanopartikel dapat mengubah sifat dan fungsi, dan dapat

menunjukkan sifat baru atau lebih baik dari partikel bulk yang lebih besar (Saputro

dkk, 2019). Adapun terdapat dua metode dalam pembuatan nano partikel. Pertama

dengan metode top-down, metode top-down yaitu menggerus material besar hingga

menjadi kecil. Kedua metode bottom-up, adalah metode dengan menyusun atom-

atom hingga menjadi partikel berukuran nanometer (Kurniawan, 2018).

Teknologi pembuat nanopartikel menjadi hal baru yang penting dalam dunia

rekayasa material karena manusia berusaha mengintegrasi kerja dan fungsi dari

produk dalam ukuran kecil. Produk yang lebih kecil bukan untuk memperindah tapi

juga untuk memperkecil energi yang dibutuhkan, mempercepat proses serta

menghemat biaya pekerjaan. Pengembangan nanoteknologi ini adalah strategi

meningkatkan nilai tambah bagi sumber daya saing bangsa sekaligus menambah

pendapatan negara (Balfas dkk., 2016).

Partikel dengan ukuran sepersejuta milimeter atau nanopartikel, sekarang

dipakai dalam berbagai produk canggih. Salah satunya nanopartikel digunakan

dalam teknik panel surya, pelapisan permukaan, pengecatan, mikro-elektronik

sebagai suku cadang sampai kedokteran modern. Produksi nanopartikel ini masih

terus disempurnakan. Produksi nanopartikel ini dapat dilakukan dengan pendekatan

top-down (penggilingan secara mekanik/mechanical milling) dengan menggunakan

ball mill, dan bottom-up misal dengan sol-gel (Qayyum, 2018). Penyempurnaan

produksi nanopartikel sudah sangat berkembang pesat. Partikel dengan ukuran

sepersejuta milimeter atau ukuran nanometer kini digunakan secara luas sampai

produk canggih. Nanopartikel sudah digunakan dalam teknik pengecatan, panel

Page 25: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

13

surya, suku cadang mikroelektronik, kedokteran modern dan produk canggih

lainnya (Mardani, 2019).

3.4. Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa biasanya dianggap hanya sebagai limbah pada industri

pengolahan kelapa, dan dianggap sebagai masalah lingkungan karena

ketersediaannya yang banyak. Namun, arang tempurung kelapa ini masih bisa

diolah menjadi produk dengan nilai ekonomis yang tinggi sebagai arang atau

karbon aktif. Karena tempurung kelapa ini salah satu bahan alam yang memiliki

kandungan karbon. Dibandingkan dengan bahan lainnya seperti sekam padi, biji

kopi, sekam padi, tulang binatang, batubara dan berbagai jenis kayu, tempurung

kelapa menjadi bahan terbaik untuk dijadikan arang aktif. Karena tempurung kelapa

memiliki pori yang banyak, reaktifitas yang tinggi, kadar abu rendah dan kelarutan

dalam air yang tinggi (Pambayun dkk, 2013). Sebagai bahan sisa dan menjadi

sampah, tempurung kelapa bisa dimanfaatkan menjadi bahan dengan biaya

produksi yang rendah dan memberi manfaat dalam penyelesaian masalah

lingkungan seperti dapat dijadikan arang atau arang aktif dalam mengatasi limbah

pada lingkungan. Indonesia yang menjadi negara tropis dengan ketersediaan kelapa

yang melimpah, mampu menjamin ketersediaan tempurung kelapa yang banyak

dan dapat dijadikan sumber bahan arang aktif yang murah dan efisien (Budi, 2011).

Pada wilayah perdesaan sabut serta tempurung kelapa biasa dimanfaatkan

menjadi bahan bakar tempurung kering bahkan arang tempurung. Tempurung

kelapa menjadi alat peraga edukatif (APE) pada pelajaran seperti fisika, kimia

bahkan biologi. Tempurung kelapa selain menjadi bahan bakar arang maupun

langsung. Tempurung kelapa dapat dijadikan bahan adsorpsi dalam industri, seperti

dijadikan arang aktif atau karbon aktif. Jadi arang aktif adalah arang yang

mempunyai kemampuan daya adsorpsi lebih tinggi dari arang biasa (Masthura,

2018).

Perkembangan dan inovasi dalam pemanfaatan tempurung kelapa menjadi

sangat maju. Tempurung kelapa dapat dijadikan karbon aktif sebagai media

adsorben atau penjerap material kotor yang ada di limbah cair atau badan air.salah

satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan melakukan proses

Page 26: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

14

adsorpsi. Adsorpsi adalah penyerapan kontaminan yang terkandung dalam air

menggunakan karbon aktif dengan material berpori. Tempurung kelapa dapat

menjadi potensi untuk masyarakat dalam mengatasi pencemaran lingkungan akibat

limbah cair di samping murah, mudah ditemukan dan efisien (Nustini, 2019).

Kebutuhan dan peningkatan permintaan arang aktif diakibatkan oleh banyaknya

pengaplikasian arang aktif di berbagai peralatan bantu manusia. Arang aktif sering

digunakan untuk berbagai industri. Seperti, industri makanan, minuman, obat,

pengolahan air (penjernihan air) dan lain-lain. Bahan biomassa banyak dijadikan

arang aktif, salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa memiliki

mikropori yang banyak, kadar abu rendah serta kelarutan air tinggi dan reaktifitas

yang tinggi (Taer dkk., 2015).

3.5. Adsorpsi

Suatu fenomena permukaan yang terjadi karena akumulasi suatu spesies

pada batas permukaan padat-cair disebut adsorpsi. Gaya tarik menarik

menyebabkan adsorpsi. Terdapat dua tipe adsorpsi, pertama adsorpsi fisis atau Van

der Waals. adsorpsi fisis atau Van der Waals yaitu adsorpsi non-spesifik dan non-

selektif penyebab gaya tarik menarik disebabkan ikatan koordinasi hidrogen dan

gaya Van der Waals. Adsorben bereaksi secara kimiawi maka disebut

chemisorption. Nilai panas adsorpsi setara dengan reaksi kimia karena adanya

ikatan kimia yang terbentuk maupun yang terputus selama proses adsorpsi

(Widayatno dkk., 2017). Peningkatan adsorpsi arang aktif dapat dilakukan dengan

cara aktivasi untuk memperbesar pori arang aktif. Terdapat aktivasi secara kimia

dan aktivasi secara fisika. Aktivasi kimia dengan menggunakan bahan pengaktif,

sedangkan aktivasi secara fisika dilakukan pada suhu fisika dilakukan dengan

pemanasan pada suhu tinggi dari 800°C hingga 1000°C (Jasmal dan Ramlawati,

2015).

Metode adsorpsi menggunakan arang aktif menjadi salah satu metode yang

dapat menangani pengolahan air limbah. Karbon arang aktif masih dianggap mahal,

maka diperlukan alternatif yang relatif murah dalam pengelolaan atau pembuatan

arang aktif. Proses adsorpsi dipengaruhi beberapa faktor. Suhu, rasio massa zat

penjerap, ukuran butir penjerap terhadap massa larutan. Kecepatan perpindahan

Page 27: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

15

massa partikel zat terjerap dari larutan ke permukaan zat penjerap berpengaruh dari

faktor-faktor tersebut (Adiningtyas, 2016). Terdapat beberapa faktor pengaruh

adsorben dalam menyerap adsorbat yaitu suhu mempengaruhi daya serap adsorben,

pH yang mempengaruhi aktivitas gugus fungsi adsorben, berat adsorben

mempengaruhi gugus aktif adsorben dan waktu kontak untuk melihat banyaknya

arang aktif yang menyerap zat (Aisyahlika dkk., 2018).

Page 28: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian ini didahului oleh studi literatur dan

identifikasi masalah. Selanjutnya dilakukan pembuatan arang aktif tempurung

kelapa. Lalu dilakukan pembuatan nanopartikel dari arang aktif tempurung kelapa.

Kemudian dilakukan pengambilan sampel limbah domestik. Selanjutnya dilakukan

uji efektivitas dan efisiensi nanopartikel arang aktif. Kemudian dilakukan analisis

data dan penarikan kesimpulan. Secara menyeluruh, alur penelitian yang dilakukan

dilihat pada diagram alir Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah-langkah Kerja

Mulai Studi

Literatur

Pembuatan Arang

Aktif Tempurung

Kelapa

Identifikasi

Masalah

Uji Efektifitas Dan

Efesiensi

Nanopartikel Arang

Aktif

Pembuatan

Nanopartikel dari

Arang Aktif

Tempurung Kelapa

Pengambilan

Sampel

Limbah

Domestik

Analisis

Data

Penarikan

Kesimpulan Selesai

Page 29: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

17

3.2. Lokasi Penelitian Sampel

3.2.1. Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah air limbah domestik rumah

makan yang berada di Gampong Ateuk Deah Tanoh, Kecamatan Baiturrahman,

Kota Banda Aceh Gambar 3.2. Pembuatan arang aktif tempurung kelapa, analisis

karakteristik aktif nanopartikel dan eksperimen reduksi kontaminan limbah

domestik dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri

Ar-Raniry Banda Aceh. Pembuatan arang aktif tempurung kelapa menjadi

nanopartikel dengan alat shaker mills dilakukan di Laboratorium Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh.

Gambar 3.2 Informasi Peta Lokasi Pengambilan Sampel

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik grab sampling atau sesaat.

Pengambilan dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan (SNI

6989.59:2008) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Sampel limbah domestik diambil langsung dari tempat pembuangan akhir

limbah rumah makan yang berada di Gampong Ateuk Deah Tanoh, Kecamatan

Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Waktu yang dilakukan pada pagi hari antara

Page 30: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

18

pukul 07.00 sampai 10.00 WIB. Pemilihan waktu tersebut dikarenakan

intensitas aktivitas mulai dari jam kerja masak, mencuci piring, pakaian dan air

mandi bagi pekerja di toko tersebut. Sampel diambil dengan menggunakan

gayung bertangkai dan dimasukkan ke dalam wadah atau drum dengan

kapasitas 500 ml dengan ketentuan sesuai (SNI 6989.59:2008) sebagai berikut:

1. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat.

2. Mudah dipisahkan kedalam botol penampung tanpa ada bahan sisa

tersuspensi di dalamnya,

3. Mudah dicuci dari bekas sebelumnya.

4. Mudah dan nyaman untuk dibawa.

5. Kapasitas tergantung dari tujuan penelitian.

3.3. Tahap Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kelapa

3.3.1. Bahan

Bahan yang digunakan pada pembuatan arang aktif tempurung kelapa

ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Bahan Pembuatan Arang Aktif Tempurung Kelapa

Bahan Besar Satuan Kegunaan

Tempurung kelapa 1 kg Adsorben Arang Aktif

HCl 0,1 M 500 ml Aktivasi Arang Aktif

3.3.2. Pembuatan Arang Aktif

Pembuatan arang aktif tempurung kelapa sebagai berikut:

1. Tempurung kelapa dikeringkan dengan menggunakan oven pada temperatur

110oC selama 3 jam (Verayana, 2018).

2. Kadar air tempurung kelapa dipastikan hilang menggunakan metode gravimetri

(Marpaung, 2018).

3. Tempurung kelapa dimasukkan ke dalam furnace pada suhu 600˚C selama 2 jam

(Rahadiasti, 2016).

4. Tempurung kelapa dihaluskan menggunakan alat mortar dan pestle sehingga

terbentuk serbuk yang lolos pada 200 mesh (Setiawan, 2018).

Page 31: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

19

5. Arang tempurung kelapa yang sudah halus direndam ke dalam larutan pengaktif

berupa bahan kimia HCl 0,1 M (500 ml) selama 24 jam (Irawan, 2016). Proses

pembuatan larutan HCl ditunjukkan pada lampiran 1.

6. Arang aktif tempurung kelapa dicuci menggunakan aquades, agar

menghilangkan sisa HCl yang terdapat pada arang tempurung kelapa.

7. Kemudian ditiriskan dengan menggunakan kertas saring dengan tujuan

memisahkan arang aktif dengan larutan.

8. Kemudian arang aktif tempurung kelapa dikeringkan di dalam oven selama

110oC selama 3 jam (Verayana, 2018).

3.3.3 Analisis Kualitas Arang Aktif

Menentukan arang aktif telah terbentuk dengan baik dapat diketahui

melalui, karakteristik arang aktif setelah melalui beberapa pengujian mutu arang

aktif meliputi penentuan rendemen, kadar air, dan kadar abu. Kualitas arang aktif

mengacu pada SNI No. 06-3730-1995 tentang standar mutu arang aktif yang

ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Karakteristik Arang Aktif

Parameter Standar Mutu Arang Aktif (SNI No. 06-3730-1995)

Rendemen -

Kadar Air Maksimum 15%

Kadar Abu Maksimum 10%

Rendemen arang aktif dihitung dengan cara membandingkan antara berat

bahan baku yang diarangkan dengan berat arang aktif setelah karbonisasi

ditunjukkan pada Persamaan (1) (Wirosoedarmo, 2016).

𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) = (𝑏

𝑎) × 100% , (1)

dengan a adalah berat bahan baku yang diarangkan (g), dan b adalah berat arang

yang dihasilkan (g).

Arang aktif ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin

yang sebelumnya telah ditimbang dan diketahui beratnya. Cawan beserta arang

aktif kemudian dimasukkan ke dalam oven yang diatur suhunya pada 105°C selama

Page 32: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

20

3 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang massanya,

ditunjukkan pada Persamaan (2) (Wirosoedarmo, 2016)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 =(𝑎−𝑏)

𝑎× 100% , (2)

dengan a adalah berat arang awal (g), dan b adalah berat contoh setelah dikeringkan

(g)

Arang aktif ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin

yang telah diketahui beratnya, kemudian contoh dipijarkan dalam muffle furnace

pada suhu 500˚C selama 2 jam atau sampai semua contoh menjadi abu. Cawan

kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang, ditunjukkan pada

Persamaan (3) (Wirosoedarmo, 2016)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 =𝑎

𝑏𝑥 100% , (3)

dengan a adalah berat abu (g), dan b adalah berat arang kering pada saat awal (g).

3.4. Pembuatan Nanopartikel Arang Aktif Tempurung Kelapa

Proses pembuatan nanopartikel arang aktif dari tempurung kelapa

dijelaskan sebagai berikut:

1. Arang aktif tempurung kelapa dimasukkan ke dalam tabung untuk ditumbuk

(Qayyum, 2018).

2. Arang aktif tempurung kelapa ditumbuk menjadi nanopartikel menggunakan

alat shaker mill PPF-UG (Qayyum, 2018). Shaker mill ditunjukkan pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.3 Shaker Mill.

Page 33: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

21

3. Arang aktif tempurung kelapa ditumbuk dengan alat shaker mill dilakukan

dengan selama 15 jam (Setiawan, 2018)

3.5. Eksperimen Penyerapan Limbah Domestik

Bahan eksperimen penyerapan limbah domestik ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Bahan Eksperimen Penyerap Limbah Domestik.

Bahan dan Alat Besar Satuan

Nanopartikel arang aktif tempurung

kelapa

24 gr

Limbah domestik 6000 ml

Beaker Glass 500 ml

Flokulator 1 unit

Nanopartikel arang aktif tempurung kelapa sebanyak 1 gr dimasukkan ke

dalam beaker glass dengan ukuran 500 ml. Kemudian ditambahkan sampel

limbah domestik hingga volume campuran menjadi 500 ml.

1. Selanjutnya campuran diaduk dengan menggunakan flokulator dengan

kecepatan 100 rpm selama 30 menit.

2. Prosedur 1 diulangi untuk waktu kontak selama 15, 45 dan 60 menit.

3. Prosedur 1 dan 2 dan diulangi untuk fraksi sampel 2 gr dan 3 gr sehingga

diperoleh 12 perlakuan.

4. Sampel didiamkan selama 30 menit, untuk proses pengendapan.

3.6. Analisis Data

3.6.1. Analisa Penentuan Uji Kualitas

Berdasarkan data yang diperoleh penentuan pengukuran Power of Hydrogen

(pH), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS)

dilakukan dengan pengukuran skala Laboratorium dan pengukuran langsung

dilapangan. Pengukuran parameter kualitas air akan dihitung sebanyak 2 kali

percobaan. Kemudian beberapa parameter untuk penentuan nilai uji kualitas

dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:

Untuk menghitung parameter TSS maka dilakukan Persamaan 1;

Page 34: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

22

Mg TSS per liter= (𝐴−𝐵)𝑥1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖, 𝑚𝐿 , (1)

dengan A adalah berat kertas saring + residu kering (mg), dan B adalah berat kertas

saring, (mg).

Selanjutnya untuk proses penentuan COD merujuk pada SNI 6989.2-2009.

Persiapan sampel COD dimasukkan limbah cair sebanyak 2,5 ml kedalam tabung

reaksi dan disusun dalam rak tabung reaksi dengan diberi label nama sesuai dengan

dosis yang diberikan. Kemudian ditambahkan K2CR2O7 sebanyak 1,5 ml dengan

menggunakan pipet tetes. Lalu ditambahkan lagi H2SO2 sebanyak 3,5 ml dengan

menggunakan pipet tetes dan ditutup.

Proses inkubator pertama diambil COD reaktor merk Hanna, disambungkan

stop kontak, tekan tombol start dan ditunggu sampai 150oC sampai inkubator

mengeluarkan bunyi. Lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisikan

sampel yang sudah disiapkan tadi kedalam inkubator. Kemudian ditekan tombol

start maka timer akan berjalan, ditunggu selama 2 jam hingga inkubator akan

berbunyi lagi. Selanjutnya diangkat tabung reaksi tadi didinginkan sampai 60oC,

sampel siap diuji.

Pengujian COD yaitu dinyalakan alat COD meter 571, dilakukan kalibrasi

alat dengan cara dimasukkan aquades ke dalam tabung cell dan dimasukkan

kedalam alat COD Meter sampai muncul angka 0,0 mg/L, jika sudah maka alat

sudah dikalibrasi dan siap digunakan. Kemudian dihomogenkan sampel terlebih

dahulu, lalu sampel dituangkan kedalam tabung cell dan siap dimasukkan kedalam

alat COD Meter. Selanjutnya ditekan mencure, lalu tekan Enter, maka akan muncul

nilai COD dan dicatat hasilnya.

Pengecekan pH dari sampel air limbah akan dibaca menggunakan alat

pengukur pH meter. Cara pengukuran pH dijelaskan sesuai (SNI 06-6898.11-2004)

sebagai berikut:

4. Kertas tisu untuk mengeringkan elektroda, selanjutnya bersihkan menggunakan

air suling.

5. Elektroda dibilas dengan contoh uji.

Page 35: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

23

6. pH meter dicelupkan kedalam elektroda sehingga menunjukkan pembacaan

yang akurat.

7. Hasil dari pembacaan skala atau angka dicatat pada tampilan dari pH meter.

3.6.2 Analisa Statistik SPSS

SPSS (Statistical Product for Service Solutions, dulunya Statistical Packedge

for Social Sciences) Ini adalah program komputer statistik yang dapat mengolah

data statistik dengan cepat dan akurat. SPSS memiliki representasi yang baik

(dalam bentuk grafik dan tabel), Dinamis (mudah untuk mengubah data dan analisis

terbaru) dan mudah ditautkan dengan aplikasi Lainnya (misalnya, mengekspor data

ke atau dari Excel). Dilihat dari namanya, SPSS memang sangat membantu dalam

menyelesaikan berbagai masalah ilmu sosial. Terutama dalam analisis statistik

(Hasyim, 2015).

SPSS merupakan program aplikasi komputer yang berfungsi untuk menyusun,

menyajikan, dan menganalisis data. Data yang dimaksud adalah data numerik atau

data berupa angka (data kuantitatif) bukan data dalam bentuk kata-kata (string) atau

kalimat. Untuk data kualitatif yang biasanya diperoleh dalam penelitian kuantitatif

yang bervariabel dummy (dummy variable), maka disarankan sebelum menganalisis

data kualitatif tersebut terlebih dahulu data diubah atau ditransformasi ke dalam

bentuk data kuantitatif. Pada umumnya, dalam mengubah data kualitatif ke bentuk

data kuantitatif digunakan skala likert (Maswar, 2017).

Analisis regresi adalah suatu metode statistik yang mengamati hubungan antara

variabel terikat Y dan serangkaian variabel bebas X1,…,Xp. Tujuan dari metode

ini adalah untuk memprediksi nilai Y untuk nilai X yang diberikan. Model regresi

linier sederhana adalah model regresi yang paling sederhana yang hanya memiliki

satu variabel bebas X. Analisis regresi memiliki beberapa kegunaan, salah satunya

untuk melakukan prediksi terhadap variabel terikat Y [4]. Ditunjukkan pada

Persamaan 5:

Y = a + bX , (5)

dengan Y adalah variabel terikat yang diramalkan, X adalah variabel bebas, a adalah

intercept, yaitu nilai Y pada saat X=0, dan b adalah slope, yaitu perubahan rata-rata

Page 36: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

24

Y terhadap perubahan satu unit X. Koefisien a dan b adalah koefisien regresi

dimana nilai a dan b dapat dicari menggunakan persamaan 6 dan 7:

𝑏 =𝑛(𝛴𝑥𝑦)−(𝛴𝑥)(𝛴𝑦)

𝑛(𝛴𝑥2)−(𝛴𝑥)2 , (6)

𝑎 =𝛴𝑦−𝑏(𝛴𝑥)

𝑛 , (7)

Dengan nilai a adalah slope, b adalah intercept dan n adalah banyaknya data yang

digunakan dalam perhitungan (Hijriani, 2016).

Page 37: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengujian sampel dengan parameter pH, COD dan TSS sebelum

dilakukan perlakuan ditunjukkan pada Tabel. 4.1, sedangkan pengujian setelah

perlakuan ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.1. Hasil pengujian parameter limbah domestik sebelum dilakukan

perlakuan.

No. Parameter Hasil uji Baku Mutu Keterangan

1 pH 3,0 6-9 Tidak memenuhi syarat

2 COD 118 mg/l 100 mg/l Tidak memenuhi syarat

3 TSS 184 30 mg/l Tidak memenuhi syarat

*(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P. 68

tahun 2016 Tentang Baku mutu air limbah domestik, dan Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 2001)

4.1.1 Karakteristik Nanopartikel Arang Aktif

Tabel 4.2 menunjukkan hasil analisa karakteristik nanopartikel arang aktif

tempurung kelapa. Arang aktif tempurung kelapa mempunyai nilai rendemen

sebesar 18,5%, kadar air 12,5% dan kadar abu sebesar 5,5% sehingga hasil tersebut

menunjukkan bahwa karakteristik arang aktif dari tempurung kelapa sesuai standar

baku mutu berdasarkan SNI No. 06-3730-1995.

Page 38: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

26

Tabel 4.2 Hasil analisis karakteristik arang aktif tempurung kelapa dan

perbandingannya dengan SNI No. 06-3730-1995.

No Parameter Hasil Analisis Arang

Aktif (%)

Standar Mutu Arang Aktif

(SNI No. 06-3730-1995)

1 Rendemen 18,5 -

2 Kadar Air 12,5 Maksimum 15%

3 Kadar Abu 5,5 Maksimum 10%

Gambar 4.1 menunjukkan penampakan fisik arang aktif dan arang aktif

yang telah disintesis menjadi nano partikel. Berdasarkan penampakannya, dapat

dilihat perbedaan bulir antara arang aktif sebelum dijadikan nanopartikel dan

setelah dijadikan nanopartikel.

Gambar 4.1 Bulir arang aktif. a) sebelum dijadikan nanopartikel, b) setelah

dijadikan arang aktif.

Gambar 4.2 menunjukkan penampakan fisik limbah domestik sebelum

perlakuan, dalam proses perlakuan dan hasil setelah perlakuan dengan nanopartikel

arang aktif tempurung kelapa. Berdasarkan hasilnya, sebelum perlakuan limbah

domestik berwarna lebih keruh dan setelah perlakuan dengan arang aktif

nanopartikel limbah domestik lebih jernih.

(a) (b)

Page 39: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

27

Gambar 4.2 Pengolahan limbah domestik. a) sebelum pengolahan, b) proses

pengolahan dengan arang aktif nanopartikel, c) setelah pengolahan

dengan arang aktif nanopartikel.

4.1.2 Hasil Eksperimen

4.1.3 Analisis COD

Berdasarkan hasil uji adsorpsi parameter COD menggunakan nanopartikel

arang aktif dari tempurung kelapa dengan variasi massa 1, 2, dan 3 gram serta waktu

kontak 15, 30, 45 dan 60 menit. Nilai penurunan parameter COD dapat dilihat pada

tabel 4.2. Nanopartikel arang aktif tempurung kelapa mampu menurunkan kadar

COD hingga 96,62% pada massa 3 gram dengan waktu kontak 45 menit. Hasil

penurunan nilai COD dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Tabel 4.3 Hasil uji adsorpsi parameter COD. Baris berwarna kuning menunjukkan

efektivitas adsorpsi paling optimal dengan massa nanopartikel arang

aktif dan waktu kontak.

Massa (gram) Waktu Kontak

(menit)

COD

(mg/l)

Efektivitas Degradasi

COD (%)

1

15 388,0 45,96

30 242,0 66,30

45 201,0 72,01

60 89,5 87,53

2

15 314,0 56,27

30 224,0 68,80

45 88,7 87,65

60 77,6 89,19

3

15 100,7 85,97

30 80,1 88,84

45 24,3 96,62

60 72,8 89,86

(a) (b) (c)

Page 40: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

28

Gambar 4.3 Grafik hasil uji parameter COD limbah rumah makan

4.1.4 Hasil Pengolahan TSS dengan Arang Aktif Nanopartikel

Uji adsorpsi parameter TSS menggunakan nanopartikel arang aktif dari

tempurung kelapa dengan variasi massa 1, 2, dan 3 gram serta waktu kontak 15, 30,

45 dan 60 menit. Dapat dilihat pada Tabel 4.3. Nanopartikel arang aktif dari

tempurung kelapa mampu menurunkan kadar TSS hingga 88,59% pada massa 1

gram dan waktu kontak 60 menit. Hasil penurunan nilai TSS dapat di lihat pada

Gambar 4.4.

Tabel 4.4 Hasil uji adsorpsi parameter TSS. Baris berwarna kuning menunjukkan

efektivitas adsorpsi paling optimal dengan massa nanopartikel arang aktif

dan waktu kontak.

Massa (gram) Waktu Kontak

(menit)

TSS

(mg/l)

Efektivitas Degradasi TSS

(%)

1

15 115 37,50

30 70 61,96

45 59 67,93

60 21 88,59

2

15 83 54,89

30 72 60,87

45 45 75,54

60 57 69,02

3

15 119 35,33

30 134 27,17

45 96 47,83

60 72 60,87

Page 41: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

29

Gambar 4.4 Grafik hasil uji parameter TSS limbah rumah makan

4.1.5 Analisis Nilai pH

Tabel 4.5 Hasil uji penurunan pH.

Massa (gram) Waktu Kontak (menit) pH

1 2 3

1

15 5,1

30 5,4

45 6,2

60 6,5

2

15 5,4

30 5,7

45 6,2

60 6,8

3

15 5,9

30 6,2

45 6,5

60 7,9

Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengukuran nilai pH menggunakan

nanopartikel arang aktif dari tempurung kelapa, dengan variasi massa 1, 2, dan 3

gram serta waktu kontak 15, 30, 45 dan 60 menit. Nanopartikel arang aktif

tempurung kelapa mampu menetralkan nilai pH hingga 6-9 sesuai dengan baku

mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik

Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016.

Page 42: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

30

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 4.1, arang aktif tempurung kelapa yang

disintesis memenuhi standar baku mutu sesuai SNI No. 06-3730-1995. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa arang aktif tempurung kelapa potensial untuk

dijadikan adsorben. Hasil uji rendemen arang aktif sebesar 18,5%. Kadar air arang

aktif sebesar 12,5%, dengan baku mutu yang dipersyaratkan adalah kurang dari

sama dengan 15%. Hasil ini mengindikasikan arang aktif yang telah disintesis dapat

digunakan dengan optimal dalam proses adsorpsi. Hasil analisis kadar abu adalah

sebesar 5,5%, dengan batas maksimum yang dipersyaratkan baku mutu adalah 10%.

Hasil ini menunjukkan arang aktif potensial memiliki daya adsorpsi yang tinggi

karena kemungkinan hadirnya kandungan mineral yang terdapat dalam abu seperti

kalsium, kalium, magnesium, dan natrium akan menyebar dalam kisi-kisi arang

aktif (Jamilatun, 2014).

Tabel 4.2 menunjukkan hasil efektivitas penurunan nilai COD. Hasil-hasil

analisis pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nano partikel arang aktif mampu

menurunkan kadar parameter COD hingga di bawah baku mutu sesuai Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:

P.68/Menlhk-Setjen/2016. Efektivitas degradasi nilai COD telah mencapai 96,62%

dengan waktu kontak selama 40 menit dan massa arang aktif yang digunakan

sebanyak 3 gram. Penurunan kadar COD di dalam limbah yang diolah, disebabkan

luasnya permukaan nanopartikel arang aktif tempurung kelapa. Luasnya permukaan

meningkatkan daya adsorpsi terhadap bahan organik di dalam limbah. Luasnya

permukaan dapat berasal dari dua faktor, yaitu (i) pori-pori di dalam arang aktif,

dan (ii) ukuran arang aktif dalam bentuk nano, yang jauh lebih luas dibandingkan

dengan arang aktif yang tidak disintesis ke dalam bentuk nanopartikel. Secara

teoritis, adsorpsi adalah suatu proses ketika partikel “menempel” pada suatu

permukaan akibat dari adanya “perbedaan” muatan lemah di antara kedua benda

(gaya Van der Waals). Jika zat yang diadsorpsi merupakan elektrolit maka adsorpsi

akan berjalan lebih cepat dan hasil adsorpsi lebih banyak jika dibandingkan dengan

larutan non elektrolit. Hal ini disebabkan karena larutan elektrolit terionisasi

sehingga didalam larutan terdapat ion-ion dengan muatan berlawanan yang

Page 43: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

31

menyebabkan gaya tarik-menarik Van der Waals semakin besar, berarti daya

adsorpsi semakin besar. Sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis

partikel-partikel halus pada permukaan tersebut (Setyobudiarso, 2014).

Gambar 4.5 menunjukkan persentase penurunan COD terhadap waktu

kontak, terhadap tiga variasi massa 1, 2 dan 3 gram. Untuk perlakuan massa 1 gram,

peningkatan persentase terjadi dari waktu kontak 15, 30, 45 dan 60 menit. Untuk

perlakuan dengan massa 2 gram, terjadi peningkatan persentase yang signifikan dari

waktu kontak ke waktu kontak berikutnya. Sementara itu, terjadi perbedaan pola

degradasi untuk perlakuan massa 3 gram. Pada perlakuan ini, peningkatan

persentase yang signifikan dari waktu kontak 15 menit, 30 menit dan 45 menit,

namun, pada waktu 60 menit terjadi penurunan persentase. Terjadinya penurunan

nilai COD mengindikasikan terjadinya proses adsorpsi oleh nanopartikel arang

aktif. Dari Gambar 4.5 persentase degradasi COD dapat dikelompokkan

berdasarkan perlakuan jumlah massa yang digunakan, dengan 3 gr > 2 gr > 1 gr.

Hal ini menunjukkan kemampuan adsorpsi sangat dipengaruhi oleh jumlah massa

yang digunakan. Proses penurunan COD mengalami laju degradasi relatif tinggi

pada proses-proses awal dibandingkan proses-proses selanjutnya. Hal ini diduga

disebabkan oleh pada awal proses adsorpsi seluruh permukaan pori arang aktif

masih kosong dan molekul akan menempel dan membentuk suatu lapisan pada

permukaan sehingga laju berlangsung cepat. Hasil penelitian ini berbeda dengan

Wicheisa (2018) yang menyatakan arang aktif tempurung kelapa dalam bentuk non

nano hanya mampu mendegradasi COD hingga 68,37%. Hal ini menunjukkan

bahwa proses degradasi COD dengan arang aktif nanopartikel lebih optimal

dibandingkan dengan arang aktif biasa.

Temuan ini berbeda dengan hasil-hasil lain yang menunjukkan semakin

lama waktu kontak maka permukaan yang kosong akan semakin berkurang

sehingga kemampuan adsorben untuk menyerap molekul menurun (Aisyahlika,

2013). Menurut Siregar (2015), efisiensi karbon aktif dalam mendegradasi COD

semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu operasi. Hal ini terjadi

karena kemampuan karbon aktif dalam mengadsorpsi berkurang. Berkurangnya

kemampuan karbon aktif disebabkan karena pori-pori pada permukaan karbon telah

Page 44: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

32

jenuh. Namun, dari pengamatan penurunan COD pada penelitian ini cenderung

bersifat linear terhadap waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa karbon aktif yang

digunakan masih belum mengalami penjenuhan dan masih tersedia permukaan

yang dapat digunakan sebagai adsorben. Hal ini menguatkan bahwa nanopartikel

adalah adsorben yang dapat digunakan lebih lama dibandingkan dengan adsorben

non nano partikel. Namun, perlu dilakukan investigasi lanjutan mengenai titik jenuh

adsorben arang aktif dalam mereduksi limbah organik.

Hasil analisis data regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui

pengaruh massa nanopartikel arang aktif dan waktu kontak terhadap parameter

COD. Diketahui bahwa output nilai pengaruh massa nanopartikel terhadap COD

adalah 0,037 lebih besar dari < probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh antara

massa nanopartikel arang aktif terhadap parameter COD. Sedangkan output nilai

pengaruh waktu kontak terhadap COD adalah 0,002 lebih kecil dari < probabilitas

0,05, yang berarti bahwa ada pengaruh antara waktu kontak arang aktif terhadap

parameter COD. Massa nanopartikel arang aktif tidak berpengaruh terhadap nilai

COD disebabkan pada penambahan 1 gram nanopartikel arang aktif sudah

mencapai efektivitas sebanyak 87,53%, dimana hasil efektivitas tersebut sudah

mencapai nilai optimal dan pada penambahan massa adsorben 2 gram dan 3 gram

mempunyai nilai efektivitas yang tidak begitu berbeda. Namun, terdapat pengaruh

antara waktu kontak arang aktif terhadap parameter COD hal ini disebabkan

kemampuan arang aktif nanopartikel ini bertambah tiap waktunya dalam

mendegradasi nilai COD, semakin tinggi waktu semakin meningkatkan

kemampuan arang aktif nanopartikel. Tetapi terjadi penurunan pada menit terakhir

disebabkan arang aktif telah mencapai titik jenuh (Siregar, 2015)

Page 45: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

33

Gambar 4.5 Grafik presentasi penurunan COD terhadap waktu kontak, terhadap

tiga variasi massa 1, 2 dan 3 gram.

Tabel 4.3 menunjukan nilai TSS dengan nanopartikel arang aktif. Hasil uji

nanopartikel arang aktif dalam menurunkan kadar TSS mengalami perubahan

signifikan dari waktu ke waktu selama eksperimen. Berdasarkan hal tersebut,

nanopartikel arang aktif mampu menurunkan kadar TSS dengan maksimum sebesar

88,59%. Nilai maksimum tersebut diperoleh dengan perlakuan eksperimen massa

arang aktif sebanyak 1 gram dan waktu kontak 60 menit. Gambar 4.3 menunjukkan

hasil untuk nanopartikel arang aktif bermassa 1 gram pada penurunan TSS.

Peningkatan persentase cukup signifikan terjadi dari waktu 15, 30, 45 dan 60 menit.

Pada nanopartikel arang aktif bermassa 2 gram terjadi peningkatan persentase yang

signifikan dari waktu kontak 15, 30 dan 45 menit tetapi terjadi penurunan pada

waktu kontak 60 menit. Nilai TSS ditentukan oleh jumlah partikel padat yang

terkandung di dalam limbah. Menurut Imamah (2007), waktu kontak merupakan

hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya adsorpsi molekul dari

suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontak dengan karbon aktif makin

lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan penempelan

molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.

Pada nanopartikel arang aktif bermassa 3 gram terjadi peningkatan

persentase yang waktu kontak 15 menit, tetapi pada waktu kontak 30 menit terjadi

penurunan dan peningkatan persentase kembali pada waktu kontak 45 menit hingga

waktu kontak 60 menit terjadi penurunan persentase. Penurunan TSS pada

Page 46: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

34

eksperimen kemungkinan disebabkan adanya adsorpsi dari arang aktif yang

mempunyai sifat penukar kation sehingga mampu menyerap TSS (Sulistyanti,

2018). Terjadinya kenaikan TSS selama eksperimen kemungkinan disebabkan ada

proses desorpsi selama proses pengolahan limbah. Proses desorpsi disebabkan oleh

gaya mekanis dan tumbukan di dalam larutan selama pengadukan (Irmanto, 2009).

Berdasarkan Gambar 4.6, efektivitas penurunan TSS terjadi pada perlakuan

secara berurutan 1 gr > 2 gr > 3 gr. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyaknya

massa arang aktif yang digunakan sebagai adsorben justru menurunkan efektivitas

degradasi nilai TSS. Hasil ini diduga disebabkan oleh adanya kontribusi

penambahan partikel padat yang tersuspensi dari material karbon aktif. Pada studi-

studi selanjutnya, khususnya pada tahap implementasi pada skala besar, inovasi dan

teknik yang dapat mereduksi masalah ini perlu untuk dilakukan.

Hasil analisis data regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui

pengaruh massa nanopartikel arang aktif dan waktu kontak terhadap parameter

TSS. Diketahui bahwa output nilai pengaruh massa nanopartikel terhadap TSS

adalah 0,092 lebih besar dari < probabilitas 0,05, sehingga diartikan tidak ada

pengaruh antara massa nanopartikel arang aktif terhadap parameter COD. Begitu

juga dengan pengaruh waktu kontak terhadap TSS. Output nilainya adalah 0,414

lebih besar dari < probabilitas 0,05, sehingga tidak ada pengaruh antara waktu

kontak arang aktif terhadap parameter TSS.

Gambar 4.6 Grafik penurunan TSS terhadap waktu kontak, terhadap tiga variasi

massa 1, 2 dan 3 gram.

Page 47: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

35

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji nilai pH mengalami peningkatan dari

masing-masing perlakuan. Berdasarkan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016

Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, pH limbah domestik yang diizinkan

dibuang kelingkungan adalah 6-9, sehingga nilai pH masih dalam ambang batas.

Rendahnya nilai pH di dalam limbah menunjukkan bahwa limbah bersifat asam.

Keasaman limbah disebabkan oleh adanya bahan-bahan pencemar organik sebagai

buangan rumah makan. Pencemar tersebut dapat berupa asam organik, organik

karbon, nitrat dan fosfat (Fauziah, 2019).

Hasil analisis data regresi linear sederhana variabel waktu kontak terhadap

parameter pH. 0,125 lebih besar dari < probabilitas 0,05, menunjukkan tidak ada

pengaruh antara massa nanopartikel arang aktif terhadap parameter pH. Sedangkan

output nilai pengaruh waktu kontak terhadap pH adalah 0,017 lebih kecil dari <

probabilitas 0,05, yang berarti bahwa ada pengaruh antara waktu kontak arang aktif

terhadap parameter pH.

Gambar 4.7 Grafik perubahan nilai pH terhadap waktu kontak (menit). Arang aktif

bermassa 1 gram ditandai dengan garis berwarna biru, 2 gram ditandai

dengan garis berwarna oranye dan 3 gram yang ditandai dengan garis

berwarna abu.

Gambar 4.7 menunjukkan hasil pada nanopartikel pada peningkatan pH.

Setiap perlakuan mengalami peningkatan persentase yang cukup signifikan terjadi

dari waktu kontak 15, 30, 45 hingga 60 menit. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 48: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

36

terjadinya peningkatan nilai pH pada limbah domestik dengan nanopartikel arang

aktif dapat disebabkan adanya kation dalam arang aktif yang terlarut dalam air

limbah domestik, sehingga, pH sesuai dengan baku mutu dan aman jika langsung

dibuang ke lingkungan (Mardhia, 2018).

Gambar 4.8 merupakan grafik korelasi antara parameter COD dan TSS.

Diketahui bahwa output nilai parameter COD dan TSS adalah 0,636 lebih besar

dari > 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan, yang berarti tidak ada

hubungan antara parameter COD dan TSS. Lemahnya korelasi COD dan TSS

menunjukkan zat pencemar di dalam limbah berasal dari bahan organik dan bukan

dari bahan an organik seperti logam berat (Nikoonahad dkk, 2016).

Grafik pada Gambar 4.8 merupakan grafik korelasi antara parameter COD

dan pH. Diketahui bahwa output nilai parameter COD dan pH adalah 0,007 lebih

kecil dari > 0,05 sehingga terdapat korelasi yang signifikan, yang berarti ada

hubungan antara parameter COD dan pH. Korelasi antara parameter pH dan TSS.

diketahui bahwa output nilai parameter pH dan TSS adalah 0,341 lebih besar dari

> 0,05 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan, yang berarti tidak ada

hubungan antara parameter pH dan TSS.

Gambar 4.8 Grafik korelasi COD dan TSS, pH dan COD dan TSS dan pH.

Grafik pada Gambar 4.7, grafik hasil uji analisis korelasi menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara parameter COD dan TSS serta

parameter pH dan TSS, karena nilai yang dihasilkan lebih besar dari > 0,05. Namun,

Page 49: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

37

untuk parameter COD dan pH terdapat hubungan yang signifikan karena nilai yang

dihasilkan adalah 0,007 yang berarti lebih kecil dari < 0,05. Hubungan antara

parameter COD dengan pH memiliki nilai yang searah.

Tabel 4.6 Hasil uji analisis korelasi antara parameter COD, TSS dan pH. Nilai R

untuk korelasi kuat (-0,727) ditandai arsir kuning.

COD TSS pH

COD 1 0,153 -0,727**

TSS 1 -0,301

pH 1

Berdasarkan Tabel 4.5, diketahui bahwa output nilai korelasi antara masing-

masing variabel parameter yang dihubungkan tidak mempunyai dua tanda bintang

(**), ini berarti tidak terdapat korelasi antara variabel yang dihubungkan. Namun,

untuk output nilai korelasi antara parameter COD dan pH begitu juga sebaliknya

mempunyai dua tanda bintang (**), yang berarti terdapat korelasi antara variabel

yang dihubungkan dengan taraf signifikansi 1% berdasarkan nilai R untuk korelasi

kuat (-0,727).

Berdasarkan penampakan fisik hasil olahan, diperoleh hasil yang belum

jernih. Hasil ini akibat oleh adanya kontribusi nanopartikel arang aktif yang

tersuspensi. Pada tahap implementasi selanjutnya seperti pada skala besar, inovasi

dan teknik yang dapat mereduksi masalah ini perlu untuk dilakukan untuk

pengolahan limbah domestik dengan arang aktif nanopartikel. Sehingga penelitian

ini mampu mencapai hasil yang diinginkan dalam penerapannya.

Page 50: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:

1. Nanopartikel arang aktif tempurung kelapa menormalkan pH di dalam limbah

rumah makan sesuai dengan baku mutu SNI 06-6898.11-2004.

2. Nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dapat mereduksi kandungan COD

di dalam limbah rumah makan hingga 96,62% dengan fraksi massa 3 gram

untuk 500mL limbah selama 45 menit.

3. Nanopartikel arang aktif tempurung kelapa dapat mereduksi kandungan TSS di

dalam limbah rumah makan hingga hingga 88,59% dengan fraksi massa 1 gram

untuk 500mL limbah selama 60 menit.

5.2 Saran

Adapun saran dan masukan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk

pemanfaatan tempurung kelapa menjadi nanopartikel arang aktif untuk

permasalahan pengolahan limbah domestik yang ada berada pada perairan.

2. Penelitian lanjutan terhadap efektivitas nanopartikel arang aktif tempurung

kelapa dalam mengatasi masalah limbah domestik lainnya.

3. Investigasi mengenai karakterisasi nanopartikel arang aktif tempurung kelapa

perlu dilakukan dengan analisa morfologi dan ukuran bulir.

Page 51: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

39

DAFTAR PUSTAKA

Adiningtyas, A., & Mulyono, P. (2016). Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan

Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa. Jurnal Rekayasa

Proses, 10(2), 36.

Afandi, Y. V., Sunoko, H. R., & Kismartini, K. (2014). Status Keberlanjutan Sistem

Pengelolaan Air Limbah Domestik Komunal Berbasis Masyarakat Di Kota

Probolinggo. Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(2), 100.

Agusetiani, L. (2013). Pembuatan Nanozeolit dari Zeolit Alam Secara Top Down

Menggunakan High Energy Milling dan Aplikasinya untuk Penyerapan Ion Fe

3+.

Aisyahlika, S.Z., Firdaus, M.L., dan Elvia, R. (2018). Kapasitas Adsorpsi Aarang

Aktif Cangkang Bintaro (Cerbera odollam) Terhadap Zat Warna Sintesis

Reactive RED-120 Dan Reactive BLUE-198. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu

Kimia, 2(2), 148–155.

Al Kholif, M. (2018). Penurunan Beban Pencemar Pada Limbah Domestik Dengan

Menggunakan Moving Bed Biofilter Reaktor (Mbbr). Al-Ard: Jurnal Teknik

Lingkungan, 4(1), 1–8.

Alimsyah, A., & Damayanti, A. (2013). Penggunaan Arang Tempurung Kelapa dan

Eceng Gondok untuk Pengolahan Air Limbah Tahu dengan Variasi

Konsentrasi. Jurnal Teknik Pomits, 2(1), D6–D9.

http://www.ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/3170

Arfadiani, D., & Larasati, D. (2015). Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa

Muda Melalui Pengembangan Desain Produk Alat Makan. Jurnal Tingkat

Sarjana Senirupa Dan Desain, 1, 1–8.

Arsad, E. (2010). Teknologi Pengolahan Dan Pemanfaatan Karbon Aktif Untuk

Industri. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 2(2), 43.

Bahrami, A., Kazemi, F., & Ghorbani, Y. (2019). Effect of different reagent regime

on the kinetic model and recovery in gilsonite flotation. Journal of Materials

Research and Technology, 8(5), 4498–4509.

Balfas, A., Irmansyah, I., Nikmatin, S., & Sukarto, A. (2016). Pengaruh Milling

Terhadap Karakteristik Nanopartikel Biomassa Rotan. Jurnal Keteknikan

Pertanian, 4(1), 105566.

Berger, A. P. L., Pezzin, R. D. O., Grillo, F. F., Junca, E., Furtado, H. S., & Oliveira,

J. R. De. (2019). Analysis of the influence of adding CaF2 and Na2O to steel

desulfurizing mixtures using computational thermodynamics. Journal of

Materials Research and Technology, 8(5), 4651–4658.

Budi, E. (2011). Tinjauan Proses Pembentukan dan Penggunaan Arang Tempurung

Kelapa Sebagai Bahan Bakar Bahan Komponen Kandungan Sifat termal.

Jurnal Penelitian Sains, 14(C), 25–29.

Budi, E., Nasbey, H., Budi, S., Handoko, E., Suharmanto, P., Sinansari, R., Fisika,

J., & Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, J. (2012).

Kajian Pembentukan Karbon Aktif Berbahan Arang Tempurung Kelapa.

Seminar Nasional Fisika, 62–66.

Christiany, A. (2019). Potensi Teknis - Ekonomis Daur Ulang Air Limbah Industri

Tekstil Menggunakan Aplikasi Arang Aktif. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya

Page 52: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

40

Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental

Management), 9(2), 229–240.

Dalam, K., Kadar, M., Dan, K., & Pada, T. S. S. (2007). Diajukan kepada

Universitas Islam Indonesia untnk memenuhi persyaratan. 2007.

Erlina, Umiatin, & Budi, E. (2015). Pengaruh Konsentrasi Larutan Koh Pada

Karbon Aktif. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal), IV, 55–60.

Fajrianti, H., Oktiawan, W., & Wardhana, I. W. (2016). Pengaruh Waktu

Perendaman Dalam Aktivator Naoh Dan Debit Aliran Terhadap Penurunan

Krom Total (Cr) Dan Seng (Zn) Pada Limbah Cair Industri Elektroplating

Dengan Menggunakan Arang Aktif Dari Kulit Pisang. Jurnal Teknik

Lingkungan, 5(1), 1–9.

Filliazati, M. (2013). Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan Biofilter Aerob

Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang. Jurnal Teknologi

Lingkungan Lahan Basah, 1(1), 1–10.

Gumelar, D., & Hendrawan, Y. (2015). Pengaruh Aktivator dan Waktu Kontak

Terhadap Kinerja Arang Aktif Berbahan Eceng Gondok ( Eichornia crossipes

) Pada Penurunan COD Limbah Cair Laundry. Jurnal Keteknikan Pertanian

Tropis Dan Biosistem, 3(1), 15–23.

Hasyim, M., & Listiawan, T. (2014). Penerapan Aplikasi IBM SPSS Untuk Analisis

Data Bagi Pengajar Pondok Hidayatul Mubtadi’in Ngunut Tulungagung Demi

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Kreativitas Karya Ilmiah Guru.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 28–35.

Hijriani, A., Muludi, K., & Andini, E. A. (2016). Implementasi Metode Regresi

Linier Sederhana Pada Penyajian Hasil Prediksi Pemakaian Air Bersih Pdam

Way Rilau Kota Bandar Lampung Dengan Sistem Informasi Geofrafis.

Informatika Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 11(2), 37.

Hoten, H. Van. (2020). Analisis Karakterisasi Serbuk Biokeramik Dari Cangkang

Telur Ayam Broiler. Rotor, 13(1), 1.

Irawan, A., Rahmayetty, R., Sari, N. K., & Utami, S. (2016). Pengaruh Aktivator

Kimia Pada Performasi Bioadsorben Dari Karbon Tempurung Kelapa Sebagai

Penjernih Air Sumur. Teknika: Jurnal Sains Dan Teknologi, 12(1), 103.

Jamilatun, S., & Setyawan, M. (2014). Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung

Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Spektrum Industri,

12(1), 73. 1

Jasmal, Sulfikar, & Ramlawati. (2015). Kapasitas adsorpsi arang aktif ijuk pohon

aren (Arenga pinnata) terhadap Pb2+. Jurnal Sainsmat, 4(1), 57–66.

Joharwan, J. W. (2017). Produksi nanopartikel arang bambu wulung dengan

menggunakan High Energy Milling (HEM) model shaker mill.

Kekerasan, M. D. A. N. (2013). Analisis Kegagalan Material Pipa Ferrule Nickel

Alloy N06025 Pada Waste Heat Boiler Akibat Suhu Tinggi Berdasarkan

Pengujian : Mikrografi Dan Kekerasan. Jurnal Teknik Mesin Undip, 1(4), 33–

39.

Khairunnisa, Rezagama, A., & Arianto, F. (2017). Penurunan Kadar COD dan

Warna pada Limbah Artifisial Batik Zat Warna Turunan Azo Menggunakan

Metode Adsorpsi Arang Aktif dan Ozonasi +FeSO4.7H2O. Jurnal Teknik

Lingkungan, 6(3), 1–7.

Page 53: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

41

Kristianto, H. (2017). Review: Sintesis Karbon Aktif Dengan Menggunakan

Aktivasi Kimia ZnCL2. Jurnal Integrasi Proses, 6(3), 104–111.

Kusumawati, F., Sembiring, E., Handajani, M., Penelitian, P., Pekerjaan, K., &

Rakyat, P. (2018). Evaluation Of Effluent Communal Domestic Wastewater

Treatment For Possible Use As Reclaimed Water. 24, 75–88.

Lempang, M. (2014). Pembuatan dan Kegunaan Karbon Aktif. Info Teknis EBONI,

11(2), 65–80.

Mardani, Y. (2019). Akasia Dengan Tumbukan Bola Baja Diameter. 1–14.

Mardhia, D., & Abdullah, V. (2018). Studi Analisis Kualitas Air Sungai Brangbiji

Sumbawa Besar. Jurnal Biologi Tropis, 18(2). 0

Mardianto, W. (2014). Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan Menggunakan

Sistem Kombinasi Abr Dan Wetland Dengan Sistem Kontinyu. Jurnal

Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 2(1), 1–10.

Marpaung, M. P., & Romelan, R. (2019). ANALISIS JENIS DAN KADAR

SAPONIN EKSTRAK METANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum

L.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI. JFL : Jurnal

Farmasi Lampung, 07(2).

Maswar, M. (2017). Analisis Statistik Deskriptif Nilai UAS Ekonomitrika

Mahasiswa dengan Program SPSS 23 & Eviews 8.1. Jurnal Pendidikan Islam

Indonesia, 1(2), 273–292.

Melati, A., & Hidayati, E. (2017). Aplikasi Carbon Nano Fiber Terintegrasi. 1,

277–292.

Narain, V., & Ray, S. (2019). Variation in mechanical properties with MnO2

content in cast and forged in-situ Al-8Mg-MnO2 composites. Journal of

Materials Research and Technology, 8(5), 4489–4497.

Nasihah, M., Saraswati, A. A., & Naja, S. (2018). Uji Pengolahan Limbah Cair

Domestik Melalui Metode Koagulasi-Flokulasi dan Fitoremidiasi dengan

Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes L.). Jurnal EnviScience, 2(2), 76–79.

Nikoonahad, A., & Ebrahimi, A. A. (2016). of Environmental Health and

Sustainable Development Evaluation the Correlation between Turbidity and

Total Suspended Solids with other Chemical Parameters in Yazd Wastewater

Treatment Effluent Plant. Journal of Environment Health and Sustainable

Development, 1(2)(September), 66–74.

Nilandita, W., Pribadi, A., Nengse, S., Auvaria, S. W., & Nurmaningsih, D. R.

(2019). Studi Keberlanjutan IPAL Komunal di Kota Surabaya (Studi Kasus di

RT 02 RW 12 Kelurahan Bendul Merisi Kota Surabaya). Al-Ard : Jurnal

Teknik Lingkungan, 4(2), 46–54.

Nurhasni, N., Salimin, Z., & Nurfitriyani, I. (2013). Pengolahan Limbah Industri

Elektroplating Dengan Proses Koagulasi Flokulasi. Jurnal Kimia VALENSI,

3(1), 41–48.

Nurhayati, I., Sugito, S., & Pertiwi, A. (2018). Pengolahan Limbah Cair

Laboratorium dengan Adsorpsi dan Pretreatment Netralisasi dan Koagulasi.

Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 10(2), 125–138. rt5

Nurmaliakasih, Y. ., Abdul, S., & Badrus, Z. (2017). Penyisihan bod dan cod limbah

cair industri karet dengan sistem biofilter aerob dan plasma dielectric barrier

dischare (DBD). Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 14.

Page 54: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

42

Nustini, Y., & Allwar, A. (2019). Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa

Menjadi Arang Tempurung Kelapa dan Granular Karbon Aktif Guna

Meningkatkan Kesejahteraan Desa Watuduwur, Bruno, Kabupaten Purworejo

_ Nustini _ Asian Journal of Innovation and Ent. Asian Journal of Innopation

and Enterpreneurship, 4(3), 217–226.

Purwatiningrum, O. (2018). Gambaran Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik

Komunal di Kelurahan Simikerto, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(82), 243–253.

Puspita Melfi, M. Lutfi Firdaus, & Nurhamidah. (2017). Pemanfaatan Arang Aktif

Sabut Kelapa Sawit Sebagai Adsoben Zat Warna Sintetis Reactive Red-120

Dan Direct Green -26. Alotrop, 1(1), 75–79.

Qi, L., Ma, Z., Liang, J., Xiao, Z., Dong, M., Zhang, J., Guo, Z., Fan, J., Ding, T.,

& Liu, C. (2019). Thermomechanical investigation on the effect of

nitroguanidine on the thermal expansion coefficient and glass transition

temperature of double-base gun propellant. Journal of Materials Research and

Technology, 8(5), 4264–4272. Ratnawati, R., & Ulfah, S. L. (2020).

Pengolahan Air Limbah Domestik menggunakan Biosand Filter. Jurnal Ilmu

Lingkungan, 18(1), 8–14.

Riduan, R. (2005). Studi Pengaruh Penambahan Karbon Aktif Pada Optimasi

Penurunan Warna Dan Kandungan Organik Pada Air Gambut Menggunakan

Membran Ultrafiltasi. 6(1), 54–60.

Rusydi, A. F., Naily, W., & Lestiana, H. (2015). Pencemaran Limbah Domestik

Dan Pertanian Terhadap Airtanah Bebas Di Kabupaten Bandung. Jurnal

RISET Geologi Dan Pertambangan, 25(2), 87.

Rusydi, A. F., Suherman, D., & Sumawijaya, N. (2016). Pengolahan Air Limbah

Tekstil Melalui Proses Koagulasi – Flokulasi Dengan Menggunakan Lempung

Sebagai Penyumbang Partikel Tersuspensi. Arena Tekstil, 31(2), 105–114.

Saputro, Y., Supriyono, & Anggono, A. D. (2019). Kajian partikel arang daun

bambu tutul hasil tumbukan. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 20(2), 9–16.

Sartika, D., Malis, E., & Lestari, A. S. (2020). Studi Penyerapan Logam Berat Pb

Menggunakan Nanopartikel Fe3O4. JPSE (Journal of Physical Science and

Engineering), 4(1), 18–22.

Sattuang, H., Mustari, K., & Syahrul, M. (2020). Analisis Efektivitas Instalasi

Pengolahan Air Limbah Domestik Studi Kasus Batikite Resort Jeneponto. 9,

56–68.

Setiyoningsih. (2018). Pembuatan Dan Karakterisasi Arang Aktif Kulit Singkong

Menggunakan AktivatoR ZnCl2. Jurnal Kimia Riset, 3(1), 13–19.

Setyobudiarso, H., & Yuwono, E. (2014). Rancang Bangun Alat Penjernih Air

Limbah Cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi

Pasir – Arang Aktif Jurusan Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil ITN Malang.

Jurnal Neutrino, 6(2), 84–90.

Sherif, E. S. M., Abdo, H. S., Latief, F. H., Alharthi, N. H., & Abedin, S. Z. El.

(2019). Fabrication of Ti-Al-Cu new alloys by inductive sintering,

characterization, and corrosion evaluation. Journal of Materials Research and

Technology, 8(5), 4302–4311. Shokry, H., Elkady, M., & Hamad, H. (2019).

Nano activated carbon from industrial mine coal as adsorbents for removal of

Page 55: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

43

dye from simulated textile wastewater: Operational parameters and

mechanism study. Journal of Materials Research and Technology, 8(5), 4477–

4488.

Siregar, R. D., Zaharah, T. A., & Wahyuni, N. (2015). Penurunan Kadar COD

(Chemical Oxygen Demand) Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Menggunakan Arang Aktif Biji Kapuk (Ceiba Petandra). Jurnal Kimia

Khatulistiwa, 4(2), 62–66.

So, P. H., Suhu, V., & Waktu, D. A. N. (2014). C selama 120 menit. Pengujian

kadar abu dengan menimbang arang aktif sebanyak 1 gram lalu memasukkan

pada furnace dengan suhu 500. 31–38.

South, A. E., & Nazir, E. (2016). Karakteristik air limbah rumah tangga (grey water)

pada salah satu perumahan menengah keatas yang berada di kelurahan

Kademangan kota tangerang. Jurnal Ecolab, 10(2), 80–88.

Suhartana, S. (2007). Pemanfaatan Sekam Padi sebagai Bahan Baku Arang Aktif

dan Aplikasinya untuk Penjernihan Air Sumur di Desa Asinan Kecamatan

Bawen Kabupaten Semarang. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 10(3), 67–71.

Sulistyanti, D., Antoniker, A., & Nasrokhah, N. (2018). Penerapan Metode Filtrasi

dan Adsorpsi pada Pengolahan Limbah Laboratorium. EduChemia (Jurnal

Kimia Dan Pendidikan), 3(2), 147. 0

Syauqiah, I., Amalia, M., & Kartini, H. A. (2011). Analisis Variasi Waktu Dan

Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan

Arang Aktif. Info Teknik, 12(1), 11–20.

Taer, E., Oktaviani, T., Taslim, R., & Farma, R. (2015). Karakterisasi Sifat Fisika

Karbon Aktif Tempurung. P-ISSN: 2339-0654 e-ISSN: 2476-9398, IV, 97–

100.

Ulum, G. H., Suherman, S., & Syafrudin, S. (2015). Kinerja Pengelolaan Ipal

Berbasis Masyarakat Program Usri Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunung Pati,

Kota Semarang. Jurnal Ilmu Lingkungan, 13(2), 65.

Utomo, S. (2014). Pengaruh Waktu Aktivasi dan Ukuran Partikel Terhadap Daya

Serap Karbon Aktif dari Kulit Singkong dengan Aktivator NaOH. Universitas

Muhammadiyah Jakarta, November, 1–4.

Verayana, V., Paputungan, M., dan Iyabu, H. (2018). Pengaruh Aktivator HCl dan

H 3PO4 terhadap Karakteristik (Morfologi Pori) Arang Aktif Tempurung

Kelapa serta Uji Adsorpsi pada Logam Timbal (Pb). Jurnal Entropi, 13(1),

67–75.

Wang, M., Pang, J. C., Liu, H. Q., Li, S. X., & Zhang, Z. F. (2019). Property

optimization of low-cycle fatigue in Al-Si piston alloy at elevated

temperatures by ultrasonic melt treatment. Journal of Materials Research and

Technology, 8(5), 4556–4568.

Widayatno, T., Yuliawati, T., Susilo, A. A., Studi, P., Kimia, T., Teknik, F., &

Muhammadiyah, U. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb) dari Limbah Cair

dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan Alam, 1(1),

17–23.

Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., & Kuswanto. (2015). Jurnal Kesehatan Masyarakat

LAND WATER POLLUTION FROM INDUSTRIAL WASTE AND. Jurnal

Kesehatan Masyarakat, 10(2), 246–254.

Page 56: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

44

Wirawan, W. A., Wirosoedarmo, R., & Susanawati, L. D. (2014). Pengolahan

Limbah Cair Domestik Menggunakan Tanaman Kayu Apu Dengan Teknik

Tanaman Hidroponik Sistem DFT. Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 1(2),

63–70.

Wirosoedarmo, R., Haji, A. T. S., & Aprilia, E. H. (2016). Pengaruh Konsentrasi

Dan Waktu Kontak Pada Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan

Karbon Aktif Tongkol Jagung Untuk Menurunkan BOD dan COD. Jurnal

Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 3(2), 31–38.

Yuningsih, L. M., Mulyadi, D., & Kurnia, A. J. (2016). Pengaruh Aktivasi Arang

Aktif dari Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Terhadap Luas Permukaan

dan Daya Jerap Iodin. Jurnal Kimia VALENSI, 2(1), 30–34.

Page 57: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

45

LAMPIRAN I

DOKUMENTASI UJI PENDAHULUAN

Gambar LIII.1 Peneliti sedang melakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan

dilakukan dengan aktivasi arang aktif dan uji kualitas arang aktif

dari tempurung kelapa.

Page 58: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

46

Pengambilan sampel Sampel Limbah

Pengadukan Dengan Proses Flokulasi Proses Pengecekan TSS

Hasil sampel 12 perlakuan Pengecekan pH sampel awal

Pengecekan 1 gram 15 menit Pengecekan 1 gram 30 menit

Page 59: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

47

Pengecekan 1 gram 45 menit Pengecekan 1 gram 60 menit

Pengecekan 2 gram 15 menit Pengecekan 2 gram 30 menit

Pengecekan 2 gram 45 menit Pengecekan 2 gram 60 menit

Pengecekan 3 gram 15 menit Pengecekan 3 gram 30 menit

Page 60: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

48

Pengecekan 3 gram 45 menit Pengecekan 3 gram 60 menit

Pengecekan COD Pengecekan 1 gram 15 menit

Pengecekan 1 gram 30 menit Pengecekan 1 gram 60 menit

Page 61: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

49

Pengecekan 2 gram 15 menit Pengecekan 2 gram 30 menit

Pengecekan 2 gram 45 menit Pengecekan 2 gram 60 menit

Pengecekan 3 gram 15 menit Pengecekan 3 gram 30 menit

Alat Vakum pengecekan TSS Pengecekan sampel awal TSS

Page 62: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

50

Pengecekan 1 gram 15 menit Pengecekan 1 gram 30 menit

Pengecekan 1 gram 45 menit Pengecekan 1 gram 60 menit

Pengecekan 2 gram 15 menit Pengecekan 2 gram 30 menit

Pengecekan 2 gram 45 menit Pengecekan 2 gram 60 menit

Page 63: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

51

LAMPIRAN II

Perhitungan Konsentrasi HCL dan parameter TSS

A. Perhitungan Konsentrasi HCl 1 M

Diketahui : Densitas HCl (ρ) = 1,18 gr/mL

% HCl = 37%

Mr HCl = 36,5gr/mol

Ditanya : V HCl?

Penyelesaian 𝑀1 =𝜌× %×10

𝑀𝑟

=1,18

𝑔𝑟

𝑚𝐿× 37×10

36,5 𝑔𝑟

𝑚𝑜𝑙

= 11,96 mol/ml

𝑀1𝑉1 = 𝑀2 𝑉2

𝑉1 =1000 𝑚𝑙 ×0,1 𝑀

11,96 𝑀

= 8,36 ml

Untuk menghitung parameter TSS maka dilakukan Persamaan 2;

Mg TSS per liter= (𝐴−𝐵)𝑥1000

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖, 𝑚𝐿 = ?

dengan A adalah berat kertas saring + residu kering (mg), dan B adalah berat kertas

saring, (mg).

1. Perhitungan sampel awal parameter TSS limbah domestik

=(0,1584−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =184 mg/l

2. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 1 gram 15 menit

=(0,1515−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =115 mg/l

3. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 1 gram 30 menit

=(0,1470−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =70 mg/l

4. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 1 gram 45 menit

Page 64: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

52

=(0,11459−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =59 mg/l

5. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 1 gram 60 menit

=(0,1421−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 = 21 mg/l

6. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 2 gram 15 menit

=(0,1483−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =83 mg/l

7. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 2 gram 30 menit

=(0,1472−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =72 mg/l

8. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 2 gram 45 menit

=(0,1445−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =45 mg/l

9. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 2 gram 60 menit

=(0,1457−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =57 mg/l

10. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 3 gram 15 menit

=(0,1519−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =119 mg/l

11. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 3 gram 30 menit

=(0,1534−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =134 mg/l

12. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 3 gram 45 menit

=(0,1496−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =96 mg/l

13. Perhitungan sampel TSS pada pengolahan 3 gram 60 menit

=(0,1472−0,1400) ×1000 𝑚𝑔

0,1 𝐿 =72 mg/l

Page 65: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

53

LAMPIRAN III

PENGUJIAN PARAMETER AIR LIMBAH

1. Pengujian Parameter COD (SNI. 06.6989.72.2009).

Cara pengujian parameter COD ditunjukkan sesuai (SNI. 06.6989.73.2009)

ditunjukkan sebagai berikut:

1. Pembuatan larutan pereaksi asam sulfat

Dilarutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat,

kemudian aduk hingga merata.

2. Pembuatan larutan baku kalium dikromat (K2Cr 2O7) 0,01667 M (≈ 0,1 N)

(digestion solution).

a. Dilarutkan 4,903 g K2Cr 2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150°C

selama 2 jam ke dalam 500 mL air bebas organik.

b. Ditambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4.

c. Dilarutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.

3. Pembuatan larutan indikator ferroin

Dilarutkan 1,485 g 1,10 phenanthrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O

dalam air bebas organik dan di encerkan sampai 100 mL.

4. Pembuatan larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M

a. Dilarutkan 19,6 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dalam 300 mL air bebas organik.

b. Ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat.

c. Didinginkan dan tepatkan sampai 1000 mL.

5. Pembutan larutan asam sulfamat (NH2SO3H)

Ditambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam

contoh uji.

6. Pembuatan larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) ≈

COD 500 mg O2/L

a. KHP digerus perlahan, lalu dikeringkan sampai berat konstan pada suhu

110°C.

b. Dilarutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik sampai 1000 mL.

Page 66: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

54

c. Disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4°C ± 2°C dan dapat

digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba.

7. Prosedur kerja pengujian COD

a. Pipet volume contoh uji dan tambahkan digestion solution dan tambahkan

larutan pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul.

b. Ditutup tabung dan kocok perlahan sampai homogeny

c. Diletakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150°C,

lakukan digestion selama 2 jam

d. Didinginkan perlahan-lahan contoh uji yang sudah direfluks sampai suhu

ruang. Saat pendinginan sesekali tutup contoh uji dibuka untuk mencegah

adanya tekanan gas

e. Dipindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tube atau ampul ke dalam

Erlenmeyer untuk titrasi

f. Ditambahkan indikator ferroin 0,05 mL - 0,1 mL atau 1 - 2 tetes dan aduk

dengan pengaduk magnetik sambil dititrasi dengan larutan baku FAS 0,05

M sampai terjadi perubahan warna yang jelas dari hijau-biru menjadi coklat-

kemerahan, catat volume larutan FAS yang digunakan Dilakukan langkah

(a) sampai dengan (f) terhadap air bebas organik sebagai blanko. Catat

volume larutan FAS yang digunakan.

2. Pengujian parameter TSS (SNI. 06.6989.3.2004).

TSS dari sampel air akan dibaca dengan menggunakan metode gravimetri.

Metode tersebut akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut dengan (SNI.

06.6989.3.2004)

1. Prosedur kerja pengujian TSS

a. Dilakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Dibasahi saringan dengan

sedikit air suling.

b. Diaduk sampel dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh sampel yang

lebih homogen.

c. Pipet sampel dengan volume tertentu, pada waktu sampel diaduk dengan

pengaduk magnetik.

Page 67: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

55

d. Dicuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, dibiarkan

kering sempurna, dan dilanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3

menit agar diperoleh penyaringan sempurna. sampel dengan padatan

terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.

e. Dipindahkan kertas saring dengan penuh hati-hati dari peralatan penyaring

dan dipindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga.

Apabila digunakan cawan Gooch maka dipindahkan cawan dari rangkaian

alatnya.

f. Dikeringkan dalam oven minimal selama 1 jam pada suhu 103ºC sampai

dengan suhu 105ºC, didinginkan dalam desikator guna untuk

menyeimbangkan suhu kemudian ditimbang.

;Diulangi tahapan pada pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan

dilakukan penimbangan sampai dengan diperoleh berat konstan atau sampai

perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih

kecil dari 0,5 mg.

Page 68: SINTESIS DAN PEMANFAATAN NANOPARTIKEL ARANG AKTIF …

56

LAMPIRAN IV

KORELASI PARAMETER COD, TSS dan pH

Correlations

COD TSS

COD Pearson Correlation 1 .153

Sig. (2-tailed) .636

N 12 12

TSS Pearson Correlation .153 1

Sig. (2-tailed) .636 N 12 12

Correlations

COD pH

COD Pearson Correlation 1 -.727**

Sig. (2-tailed) .007

N 12 12

pH Pearson Correlation -.727** 1

Sig. (2-tailed) .007 N 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

pH TSS

pH Pearson Correlation 1 -.301

Sig. (2-tailed) .341

N 12 12

TSS Pearson Correlation -.301 1

Sig. (2-tailed) .341 N 12 12