sintesis dan karakterisasi material magnetik …repository.unair.ac.id/25760/1/christianti, natalia...
TRANSCRIPT
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNETIK BERBASIS SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA NIKEL(II) DENGAN
2,2’-BIPIRIDIN MENGGUNAKAN LIGAN JEMBATAN OKSALAT
SKRIPSI
NATALIA DWI CHRISTIANTI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2012
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Pembimbing II Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si NIK. 139 080 769
Pembimbing I Dra. Hartati, M.Si NIP. 19591115 198703 2 002
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNETIK BERBASIS SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA NIKEL(II) DENGAN
2,2’-BIPIRIDIN MENGGUNAKAN LIGAN JEMBATAN OKSALAT
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia pada
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Oleh :
NATALIA DWI CHRISTIANTI
NIM : 080810630
Tanggal lulus :
6 Agustus 2012
Disetujui oleh :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI Judul : Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis
Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Penyusun : Natalia Dwi Christianti NIM : 080810630 Pembimbing I : Dra. Hartati M.Si Pembimbing II : Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si Tanggal ujian : 6 Agustus 2012
Disetujui Oleh :
Pembimbing I,
Dra. Hartati, M.Si NIP. 19591115 198703 2 002
Pembimbing II,
Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si NIK. 139 080 769
Mengetahui, Ketua Departemen Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA NIP. 19671115 199102 2 001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Ia membuat segala sesuatu indah pada Ia membuat segala sesuatu indah pada Ia membuat segala sesuatu indah pada Ia membuat segala sesuatu indah pada
waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. dalam hati mereka. dalam hati mereka. dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami Tetapi manusia tidak dapat menyelami Tetapi manusia tidak dapat menyelami Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah darpekerjaan yang dilakukan Allah darpekerjaan yang dilakukan Allah darpekerjaan yang dilakukan Allah dari awal i awal i awal i awal
sampai akhirsampai akhirsampai akhirsampai akhir
( Pengkhotbah 3 : 11 )( Pengkhotbah 3 : 11 )( Pengkhotbah 3 : 11 )( Pengkhotbah 3 : 11 )
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia dalam lingkungan
Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seijin penyusun dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.
Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas Airlangga.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah
mengaruniakan kasih karunia dan hikmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan naskah skripsi ini dengan judul “ Sintesis dan Karakterisasi
Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan
2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat”.
Dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Alfinda Novi Kristanti, DEA selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
2. Dra. Hartati, M.Si selaku dosen wali dan dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, saran, nasehat dan bimbingan.
3. Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
sabar memberikan pengarahan, saran, nasehat dan bimbingan dalam
menyusun skripsi ini.
4. Seluruh dosen di jurusan kimia yang telah membagi ilmu serta
pengalamannya kepada penulis.
5. Seluruh tenaga kerja di jurusan kimia yang telah membantu.
6. Papa, mama dan mbak Ika yang telah memberikan kasih sayang,
kepercayaan dan dukungan secara spiritual, moral maupun material.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
7. Nirma, Putri, Inna, Nikita, Febri yang telah memberi banyak semangat dan
masukan dalam menyusun skripsi ini
8. Kak Jo yang dengan sabar telah banyak membantu dan memberi semangat
dalam menyusun skripsi ini
9. Teman – teman angkatan 2008 yang senantiasa menemani dalam menuntut
ilmu dan teman-teman angkatan 2006, 2007, 2009, dan 2010 yang telah
memberikan banyak dukungan
10. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam menyusun
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis masih menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan naskah skripsi ini
agar bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Agustus 2012
Penyusun
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Christianti, Dwi N., 2012, Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat. Skripsi ini di bawah bimbingan Dra. Hartati M.Si dan Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk sintesis dan karakterisasi material magnetik berbasis senyawa kompleks inti ganda nikel(II) dengan 2,2’-bipiridin menggunakan ligan jembatan oksalat Sintesis senyawa kompleks inti ganda nikel(II)-2,2’-bipiridin dengan ligan jembatan oksalat dilakukan dengan mensintesis senyawa kompleks inti tunggal terlebih dahulu. Sintesis senyawa kompleks inti tunggal diperoleh berdasarkan perbandingan mol nikel(II) : bipy = 1 : 3. Sedangkan senyawa kompleks inti ganda disintesis berdasarkan perbandingan mol nikel(II) : bipy : oksalat = 2 : 4 : 1. Senyawa kompleks inti ganda memiliki rumus kimia [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+ yang kristalnya berwarna merah muda. Senyawa hasil sintesis ini dikarakterisasi dengan spektroskopi UV-VIS, infrared (IR), Magnetic Susceptibility Balance (MSB), dan konduktometri. Hasil analisis spektroskopi UV-VIS diperoleh nilai panjang gelombang maksimum sebesar 523 nm. Spektrum IR senyawa kompleks inti ganda menunjukkan bahwa ikatan Ni-N terdapat pada daerah bilangan gelombang 354,90 cm-1, sedangkan ikatan Ni-O terletak pada bilangan gelombang 385,76 cm-
1. Analisis dengan Magnetic Susceptibility Balance diperoleh harga momen magnet sebesar 3,75 BM dan konduktansinya adalah 837 µs.
Kata kunci : Senyawa kompleks inti ganda, Nikel(II)-bipiridin, ligan jembatan oksalat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Christianti, Dwi N., 2012, Synthesis and Characterization of Magnetic Material Binuclear Complex Compounds of Nickel(II) with 2,2’-Bipyridine using Oxalate Bridging Ligand. Final Project have been supervised by Dra. Hartati M.Si and Harsasi Setyawati, S.Si, M.Si, Chemistry Department, Technology and Science Faculty, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
The aim of the research is to synthesis and chracterization of magnetic material binuclear complex compounds of nickel(II) with 2,2’-bipyridine using oxalate bridging ligand. Synthesis nickel(II)-2,2’-bipyridine binuclear complex compound using oxalate bridging ligand was done by synthesize mononuclear complex compound first. Synthesis mononuclear complex compound obtained by mole ratio nickel(II) : bipy = 1 : 3. While binuclear complex compound were synthesized by mol ratio nickel(II) : bipy : oxalate = 2: 4 :1. The chemical formulae of binuclear complex compound is [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+ which pink crystal. This compound is characterized by UV-VIS spectroscopy, infrared (IR) spectroscopy, Magnetic Susceptibility Balance (MSB), and conductometry. Characterization of binuclear complex compound showed that maximum wavelength of compound were 523 nm. The infrared spectra of binuclear complex compound show that Ni-N bond found in the wavenumber 354,90 cm-1, while Ni-O bond is located at wavenumber 385,76 cm-1 . Magnetic Susceptibility Balance analysis of price obtained for the magnetic moment of 3.75 BM and the conductivity are 837 µs.
Keywords : Binuclear complex compound, Nickel(II)- bipyridine, oxalate bridging ligand
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
DAFTAR ISI LEM BAR JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ........................................................ iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Material Magnetik ....................................................................... 4 2.2 Senyawa Kompleks...................................................................... 4 2.3 Senyawa Kompleks Inti Ganda ................................................... 6 2.4 Nikel ............................................................................................ 6 2.5 Senyawa 2,2’-Bipiridin ................................................................ 7 2.6 Ligan oksalat ................................................................................ 8 2.7 Teori Pembentukan Senyawa Kompleks .................................... 8 2.7.1 Teori Ikatan Valensi (Valance Bond Theory) .................. 9 2.7.2 Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory) ..................... 10 2.7.3 Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory) .......... 11 2.8 Karakterisasi Hasil Sintesis Senyawa Kompleks ........................ 12 2.8.1 Spektrum Absorbsi Elektronik Senyawa Kompleks Logam Transisi ................................................................ 12 2.8.2 Tinjauan Umum Spektroskopi Inframerah ....................... 15
2.8.2.1 Spektrum Inframerah Senyawa Kompleks ........ 16 2.8.3 Sifat Kemagnetan Senyawa Kompleks ........................... 16 2.8.4 Konduktometri .................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 19 3.2 Bahan Penelitian ......................................................................... 19 3.3 Alat Penelitian ............................................................................. 19 3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 20 3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................... 21 3.5.1 Pembuatan Larutan Ni(II) 10-2 M ................................... 21 3.5.2 Pembuatan Larutan 2,2’-Bipiridin 10-2 M ....................... 21 3.5.3 Pembuatan Larutan Oksalat 10-2 M ................................. 21 3.5.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Ni(II) 10-2 M ...................................................................... 21 3.5.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)
2,2-Bipiridin 10-2M ............................................................ 22 3.5.6 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks)
Oksalat 10-2M ..................................................................... 22 3.5.7 Penentuan stoikiometri Ni2+ : bipy dengan metode
perbandingan mol .............................................................. 22 3.5.8 Penentuan Stoikiometri Ni2+ : bipy : oksalat
dengan metode perbandingan mol ..................................... 23 3.5.9 Sintesis Senyawa Kompleks .............................................. 24 3.5.9.1 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Tunggal ........... 24 3.5.9.2 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Ganda .............. 25 3.5.10 Prosedur Karakterisasi....................................................... 26 3.5.10.1 Spektrum UV-VIS ............................................. 26 3.5.10.2 Spektrum Inframerah ......................................... 26 3.5.10.3 Analisis dengan Magnetic Susceptibility Balance............................................................... 26 3.5.10.4 Analisis Muatan Ion Kompleks ......................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stokiometri Senyawa Kompleks Inti Tunggal
Nikel(II)-bipy................................................................................ 28 4.2 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Tunggal Nikel(II)-bipy............ 29 4.3 Penentuan Stokiometri Senyawa Kompleks Inti Ganda
Nikel(II)-bipy-oksalat................................................................... 30 4.4 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II)-bipy-
Oksalat.......................................................................................... 31 4.5 Karakterisasi dari Hasil Sintesis Senyawa Kompleks.................. 33 4.5.1 Analisis Spektra Senyawa Kompleks dengan
Spektrofotometer UV-VIS..................................................... 33 4.5.2 Analisis Spektra senyawa Kompleks dengan Spektrofotometer Inframerah (IR)......................................... 37 4.5.3 Analisis Sifat Kemagnetan dengan Menggunakan
Magnetic Susceptibility Balance........................................... 39 4.5.4 Analisis Muatan Ion Kompleks dengan
Menggunakan Konduktometri............................................. 41 4.5.5 Analisis Komprehensif Terhadap Senyawa Kompleks
Inti Tunggal dan Inti Ganda.................................................. 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................... 44 5.2 Saran............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46 LAMPIRAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
DAFTAR TABEL Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna Komplementer 13 3.1 Penambahan larutan 2,2’-bipiridin 10-2 M secara bertahap 23
ke dalam larutan Ni(II) 10-2 M dengan perbandingan mol 3.2 Penambahan mol oksalat ke dalam larutan [Ni(bipy)3]
2+ 24 4.1 Hasil momen magnet pada ketiga senyawa 39 4.2 Daya hantar pada setiap larutan 42
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman
2.1 Konfigurasi elektron Ni dan ion Ni(II) 7 2.2 Struktur 2,2’-bipiridin 8 2.3 Struktur ligan oksalat 9 2.4 Pembentukan ikatan hibrida pada [NiF�]�� 10 2.5 Pemisahan medan kristal dan penempatan elektron pada 11
orbital d dalam struktur oktahedral 2.6 Diagram tingkat energi orbital molekul pada senyawa 12
kompleks oktahedral 2.7 Tingkat energi elektronik molekul organik sebagai ligan 15 3.1 Diagram alir penelitian 20 3.2 Proses sintesis senyawa kompleks inti tunggal 25 3.3 Proses sintesis senyawa kompleks inti ganda 26 4.1 Penentuan stokiometri bipy : Ni2+ pada 521 nm 29
dengan metode perbandingan mol 4.2 Kristal hasil sintesis senyawa kompleks inti tunggal 30 4.3 Prediksi struktur senyawa kompleks inti tunggal 30 4.4 Penentuan stokiometri oksalat : Ni2+ pada 523 nm 31
dengan metode perbandingan mol 4.5 Kristal senyawa kompleks inti ganda 32 4.6 Prediksi struktur senyawa kompleks inti ganda 33 4.7 Spektrum sintesis senyawa kompleks inti tunggal 34
4.8 Transisi elektronik ion nikel(II) 35
4.9 Spektrum senyawa kompleks inti ganda 36
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
No Judul Halaman
4.10 Perbandingan spektra sintesis senyawa kompleks inti tunggal 38
dengan inti ganda 4.11 Proses pembentukan [Ni(bipy)3]
2+ 40 4.12 Proses pembentukan senyawa kompleks inti ganda 41
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1 Spektrum larutan Ni(II) konsentrasi 5.10-2 M di daerah uv-vis
2 Spektrum larutan Ni(II) konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
3 Spektrum larutan 2,2’-bipiridin konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
4 Spektrum larutan 2,2’-bipiridin konsentrasi 10-4 M di daerah uv-vis
5 Spektrum larutan oksalat konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
6 Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti tunggal [Ni(bipy)3]
2+
7 Spektrum larutan sintesis senyawa kompleks inti tunggal [Ni(bipy)3]
2+
8 Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti ganda [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
9 Spektrum larutan sintesis senyawa kompleks inti ganda [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
10 Spektrum Inframerah (IR) NiSO4.7H2O
11 Spektrum Inframerah (IR) [Ni(bipy)3]
2+
12 Spektrum Inframerah (IR) [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
13 Spektrum Inframerah (IR) 2,2’-bipiridin
14 Spektrum Inframerah (IR) oksalat
15 Penentuan stokiometri dengan metode perbandingan mol
16 Penentuan momen magnet senyawa kompleks hasil sintesis
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari atom pusat (logam)
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebas
kepada atom pusat (House, 2008). Aplikasi senyawa kompleks sangat bervariasi.
Di industri senyawa kompleks berguna untuk pemisahan logam dari bijihnya
(Sukardjo, 1992), dalam bidang kesehatan senyawa kompleks dimanfaatkan
sebagai senyawa pengontras Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang dapat
memperjelas visualisasi jaringan tubuh (Maulana, dkk., 2008), dan yang paling
mutakhir saat ini senyawa kompleks banyak diaplikasikan sebagai material
magnetik (Gomez, dkk., 2007). Senyawa kompleks sangat potensial untuk
dijadikan material magnetik karena pada proses pembuatannya tidak memerlukan
suhu tinggi (Martak, 2011).
Senyawa kompleks yang banyak dikembangkan sebagai material magnetik
biasanya senyawa kompleks berinti ganda. Senyawa kompleks inti ganda adalah
senyawa kompleks yang atom pusatnya lebih dari satu dengan melibatkan ligan
gugus jembatan (Balzani, dkk., 1996). Senyawa kompleks berinti ganda ini
terbukti memiliki sifat kemagnetan lebih baik jika dibandingkan senyawa
kompleks berinti satu (Setiawan, 2008).
Penelitian tentang senyawa kompleks terus dilakukan dan berkembang
makin pesat. Dalam industri yang telah menggunakan teknologi lebih mutakhir,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
aplikasi penggunaan senyawa kompleks terutama dalam bidang material magnetik
telah memainkan peranan dalam kemajuan bidang teknologi. Industri dengan
teknologi mutakhir tersebut telah menghasilkan produk berupa media perekaman
magnetik, pencitraan medis, tinta cetak, dll. (Gomez, dkk, 2007). Salah satu
penelitian senyawa kompleks dalam bidang material magnetik pada senyawa
kompleks nikel adalah epitaxial film dari bentuk memori magnetik bahan
Ni2MnGa. Dalam penelitian tersebut, material magnetik pada senyawa kompleks
nikel digunakan sebagai sensors free standing thin films atau sensor bebas film
tipis (Jacob dan Elmers, 2006).
Untuk menambah kajian dan informasi ilmiah tentang sintesis dan
karakterisasi tentang material magnetik senyawa kompleks inti ganda di
Indonesia, maka dalam penelitian ini akan disintesis dan dikarakterisasi senyawa
kompleks inti ganda Ni(II) dengan 2,2’-bipiridin dan ligan gugus jembatan
oksalat.
Pada penelitian ini, material magnetik disintesis menggunakan 2,2’-
bipiridin karena kerapatan elektron tinggi (memiliki banyak muatan negatif),
sehingga sifat magnetik tinggi (Setiawan, 2008). Logam transisi yang digunakan
sebagai atom pusat pada sintesis senyawa kompleks dipilih nikel, sebab nikel
mempunyai orbital d yang belum terisi penuh oleh elektron. Nikel(II) juga
memiliki momen magnetik sebesar 2,83 BM (Effendy, 2007). Penggunaan ligan
jembatan oksalat dipilih karena oksalat dapat menjadi mediator interaksi magnetik
antar-ion logam yang dihubungkan (Reinoso, dkk., 2005).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara mensintesis senyawa kompleks inti ganda Ni(II)-2,2-
bipiridin dengan ligan jembatan oksalat ?
2. Bagaimana karakterisasi senyawa kompleks inti ganda Ni(II)-2,2-bipiridin
dengan ligan jembatan oksalat ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mempelajari cara mensintesis senyawa kompleks inti ganda Ni(II)-2,2-
bipiridin dengan ligan jembatan oksalat.
2. Karakterisasi senyawa kompleks inti ganda Ni(II)-2,2-bipiridin dengan
ligan jembatan oksalat .
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
sintesis dan karakterisasi material magnetik senyawa kompleks inti ganda
Ni(II)-2,2’-bipiridin dengan ligan jembatan oksalat. Di samping itu,
diharapkan dapat menambah kajian tentang senyawa kompleks inti ganda,
khususnya yang menggunakan atom pusat Ni(II).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
BAB II
TIN JAUAN PUSTAKA
2.1 Material Magnetik
Senyawa kompleks sangat potensial untuk dijadikan material magnetik,
karena pada proses pembuatannya tidak memerlukan suhu tinggi seperti material
magnetik generasi sebelumnya. Dengan demikian diharapkan dapat lebih
menghemat biaya (Martak, 2011). Aplikasi penggunaan senyawa kompleks
terutama dalam bidang material magnetik telah memainkan peranan dalam
kemajuan bidang teknologi. Industri dengan teknologi mutakhir tersebut telah
menghasilkan produk berupa media perekaman magnetik, pencitraan medis, tinta
cetak, dll.(Gomez, dkk., 2007). Salah satu contoh penggunaan senyawa kompleks
dalam bidang material magnetik adalah epitaxial film dari bentuk memori
magnetik bahan Ni2MnGa. Epitaxial atau epitaksi adalah pengendapan overlayer
kristal pada substrat kristal. Dalam penelitian tersebut, material magnetik pada
senyawa kompleks nikel digunakan sebagai sensors free standing thin films atau
sensor bebas film tipis (Jacob dan Elmers, 2006).
2.2 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks dikenal sebagai kompleks koordinasi, senyawa
kompleks, atau hanya disebut kompleks. Ciri penting dari senyawa kompleks
adalah ikatan koordinasi terbentuk antara pasangan elektron bebas yang dikenal
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
sebagai ligan dan akseptor pasangan elektron yang dapat berupa atom atau ion
logam (House, 2008).
Senyawa kompleks melibatkan asam dan basa Lewis. Ion atau atom pusat
penerima pasangan elektron bebas yang disumbangkan oleh ligan disebut asam
Lewis. Ligan mempunyai paling sedikit sepasang elektron bebas yang dapat
disumbangkan kepada ion atau atom pusat, sehingga ligan merupakan basa Lewis.
Reaksi asam-basa Lewis dapat dituliskan sebagai berikut (House, 2008) :
A + :B A : B
asam basa senyawa kovalen koordinasi
Berdasarkan jumlah donor pasangan elektron yang dimilikinya, ligan
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Ligan monodentat, yaitu ligan yang hanya memiliki satu donor pasangan
elektron. Sebagai contoh adalah NH3, H2O, CO dan Cl�.
2. Ligan bidentat, yaitu ligan yang memiliki dua donor pasangan elektron.
Ligan bidentat bisa berupa senyawa netral (contohnya etilendiamin, 1,10-
fenantrolin) atau anion seperti oksalat, karboksilat, ion glisinat, dan lain-
lain.
3. Ligan polidentat, yaitu ligan yang mempunyai lebih dari dua donor
pasangan elektron. Tergantung pada jumlah donor pasangan elektron yang
disumbangkan, ligan ini disebut tridentat, tetradentat, pentadentat dan
heksadentat (Effendy, 2007).
Pada umumnya ligan bidentat dan ligan polidentat menggunakan singkatan
dalam penulisan tata nama senyawa kompleks. Sebagai contoh, ligan fenantrolin
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
disingkat phen, ligan etilendiamintetraasetat disingkat EDTA, ligan
metilglioksimat disingkat DMG, ligan pirazin disingkat pyz, dan sebagainya
(Effendy, 2007).
2.3 Senyawa Kompleks Inti Ganda
Senyawa kompleks inti ganda (polynuclear complexes) merupakan
senyawa kompleks yang mempunyai ion pusat lebih dari satu dan antara ion pusat
yang satu dengan ion pusat yang lain dihubungkan oleh ligan gugus jembatan.
Senyawa kompleks tunggal digunakan dalam pembuatan senyawa kompleks inti
ganda, yaitu dengan mengganti satu atau lebih ligan dengan gugus jembatan dan
menggabungkannya dengan senyawa kompleks tunggal yang lain (Balzani dkk.,
1996). Umumnya momen magnetik senyawa kompleks berinti ganda (binuklir)
lebih tinggi dari senyawa kompleks berinti tunggal (mononuklir) (Martak dan
Elmila, 2011). Contoh penelitian senyawa kompleks inti ganda adalah sintesis,
struktur kristal dan sifat magnetik dari jembatan oksalat-kompleks dibesi(III)
{[FeIII(salapn)]2(C2O4)} (Jia, dkk., 2006).
2.4 Nikel
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Logam ini bersifat liat, dapat
ditempa, dan sedikit magnetis. Titik lebur nikel adalah 1455˚C (Svehla,1996).
Nikel merupakan logam transisi yang berada pada periode ke-4 dalam
sistem periodik unsur. Nikel(II) mempunyai elektron pada kulit terluar 3d8.
Konfigurasi elektron Ni dan ion Ni(II) seperti yang tercantum pada Gambar 2.1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
28Ni = [Ar] 4s2 3d8
Ni pada keadaan dasar :
3d 4s
Ni2+ pada keadaan dasar :
3 d 4 s
Gambar 2.1 Konfigurasi elektron Ni dan ion Ni(II)
Jika Nikel(II) membentuk senyawa kompleks, biasanya memiliki bilangan
koordinasi 6 atau 4, sehingga mampu membentuk senyawa dengan struktur
oktahedral, tetrahedral, atau segiempat planar. Ion Ni(II) mampu membentuk
senyawa kompleks dengan ligan karena ion ini mempunyai orbital d yang belum
terisi penuh oleh elektron. Orbital-orbital tersebut dapat berfungsi sebagai
penerima pasangan elektron dari ligan sehingga terbentuk senyawa kompleks jika
telah kosong karena terjadi pengaturan elektron (King, 2005).
2.5 Senyawa 2,2’-Bipiridin
Senyawa 2,2’-bipiridin adalah suatu senyawa organik dengan rumus
molekul C10H8N2 dan memiliki massa molekul sebesar 156,19. Senyawa ini juga
biasa disebut dengan 2,2’-Dipyridyl, 2,2’-Dipyridin, atau 2,2’-Bipyridyl dan biasa
dituliskan hanya dengan bipy. Senyawa ini berbentuk kristal dan mempunyai titik
leleh 69,7˚C, titik didih 272˚ - 273˚C. Senyawa 2,2’-bipiridin larut dalam air dan
akan sangat larut dalam alkohol, eter, benzene, kloroform, atau petroleum eter
(Budavari, 2001). Struktur senyawa 2,2’-bipiridin dapat dilihat pada Gambar 2.2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Ligan bipiridin cenderung mengompleks atom pusat yang sama (Effendy, 2007).
Ligan ini dapat membentuk kompleks yang memiliki intensitas warna yang kuat
sehingga ligan ini dapat dipakai luas dalam reaksi warna pada kompleks khelat
yang stabil (Simamora, 1997).
Gambar 2.2 Struktur 2,2’-bipiridin
2.6 Ligan oksalat
Ligan oksalat merupakan salah satu ligan jembatan yang bisa
menghubungkan dua atom pusat membentuk senyawa kompleks inti ganda. Ligan
ini memiliki dua atom donor yang dapat disumbangkan ke atom pusat, yaitu atom
donor O (King, 2005). Ion-ion logam dengan ligan oksalat dapat membentuk
kompleks inti ganda homonuklir atau heteronuklir (Martak, dkk., 2009). Martak
dan Elmila, 2011 menggunakan ligan oksalat pada peningkatan sifat magnetik
kompleks polimer oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] dengan menggunakan kation
organik tetrabutil amonium yang mempunyai momen magnet sebesar 7,51 BM
(Bohr Magneton).
N N
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
C
O
C
O
O O
2-
Gambar 2.3 Struktur ligan oksalat
2.7 Teori Pembentukan Senyawa Kompleks
Pembentukan senyawa kompleks dipelajari dalam tiga macam teori, yaitu
teori ikatan valensi (Valence Bond Theory), teori medan kristal (Crystal Field
Theory), dan teori orbital molekul (Molecular Orbital Theory).
2.7.1 Teori Ikatan Valensi (Valance Bond Theory)
Teori ikatan valensi atau Valence Bond Theory (VBT) dikemukakan oleh
Linus Pauling pada tahun 1931. Dasar teori ini adalah tumpang tindih antara
orbital ion pusat dengan orbital ligan yang menyebabkan terjadinya hibridisasi
membentuk orbital baru yang disebut orbital hibrida. Orbital hibrida ini
mempunyai sifat yang berbeda dengan orbital ion pusat dan orbital ligan.
Sebagai contoh pada ion koordinasi [NiF6]4-, pembentukan ikatan hibrida
membentuk orbital hibrida baru yang dapat ditunjukkan pada Gambar 2.4.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 2.4 Pembentukan ikatan hibrida pada [NiF2005)
Koordinasi yang terbentuk adalah koordinasi oktahedral. Oleh karena ada
dua elektron pada orbital 3d yang
bersifat paramagnetis. Ion kompleks [NiF
luar (outer orbital com
bebas ligan menempati orbital 4d. Ion koordinasi ini disebut juga koordinasi spin
tinggi (high spin atau
2.7.2 Teori Medan Kristal (
Teori medan kristal dikembangkan oleh Bethe (1929) dan Van Vleck
(1931-1935). Menurut teori ini, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam
kompleks merupakan ikatan ion, sehingga gaya
elektrostatik. Medan listrik dar
sedangkan medan dari ligan akan mempengaruhi elektron dari ion pusat.
Gambar 2.4 Pembentukan ikatan hibrida pada [NiF6]4- (Housecroft dan Sharpe,
Koordinasi yang terbentuk adalah koordinasi oktahedral. Oleh karena ada
dua elektron pada orbital 3d yang tidak berpasangan pada Ni(II), maka [NiF
sifat paramagnetis. Ion kompleks [NiF6]4- disebut sebagai koordinasi orbital
outer orbital complex) karena orbital yang digunakan oleh pasangan elektron
bebas ligan menempati orbital 4d. Ion koordinasi ini disebut juga koordinasi spin
atau free spin) (Housecroft dan Sharpe, 2005).
2.7.2 Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory)
Teori medan kristal dikembangkan oleh Bethe (1929) dan Van Vleck
1935). Menurut teori ini, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam
merupakan ikatan ion, sehingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya
elektrostatik. Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan sekelilingnya,
sedangkan medan dari ligan akan mempengaruhi elektron dari ion pusat.
(Housecroft dan Sharpe,
Koordinasi yang terbentuk adalah koordinasi oktahedral. Oleh karena ada
tidak berpasangan pada Ni(II), maka [NiF6]4-
disebut sebagai koordinasi orbital
) karena orbital yang digunakan oleh pasangan elektron
bebas ligan menempati orbital 4d. Ion koordinasi ini disebut juga koordinasi spin
Teori medan kristal dikembangkan oleh Bethe (1929) dan Van Vleck
1935). Menurut teori ini, ikatan antara atom pusat dan ligan dalam senyawa
gaya yang ada hanya berupa gaya
i ion pusat akan mempengaruhi ligan sekelilingnya,
sedangkan medan dari ligan akan mempengaruhi elektron dari ion pusat.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Pengaruh medan ligan terutama pada elektron orbital d ion pusat menyebabkan
tingkat energi orbital d bertambah dan akhirnya terpisah dengan energi yang tidak
sama. Pemisahan kelima orbital d ion pusat disebut pemisahan medan kristal
(Housecroft dan Sharpe, 2005).
Pada Gambar 2.5 adalah contoh splitting orbital d dalam struktur
oktahedral.
Gambar 2.5 Pemisahan medan kristal dan penempatan elektron pada orbital d
(Huheey, 1993). Pengisian elektron pada orbital d dipengaruhi oleh kekuatan medan ligan.
Untuk ligan yang kekuatan medannya besar atau strong ligand field, pemisahan
(splitting) yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar, akibatnya
elektron akan mengisi penuh orbital yang energinya rendah sebelum mengisi
orbital yang energinya tinggi. Pada medan ligan lemah atau weak ligand field,
elektron akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan lebih dahulu. Hal ini
disebabkan karena perbedaan energi orbital t2g dengan eg sangat kecil (Housecroft
dan Sharpe, 2005).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
2.7.3 Teori Orbital Molekul (
Teori ini menjelaskan bahwa ikatan antara atom atau ion pusat dengan
ligan bersifat kovalen. Ikata
orbital molekul dalam
kombinasi orbital ion pusat d
diagram tingkat energi orbital molekul pada senyawa k
Gambar 2.6.
orbital logam
Gambar 2.6 Diagram tingkat energi orbital molekul pada senyawa kompleks oktahedral (House, 2008).
2.8 Karakterisasi Hasil Sintesis Senyawa Kompleks
2.8.1 Spektrum Absorbsi Elektronik
Spektrum ultra ungu
terjadi dari hasil interaksi radiasi ultra ungu
2.7.3 Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa ikatan antara atom atau ion pusat dengan
ligan bersifat kovalen. Ikatan kovalen tersebut terjadi karena adanya pembentukan
orbital molekul dalam senyawa kompleks, yaitu orbital yang terjadi dari
kombinasi orbital ion pusat dan orbital ligan (Effendy, 2007). Seba
diagram tingkat energi orbital molekul pada senyawa kompleks oktahedral pada
orbital molekul orbital ligan
ram tingkat energi orbital molekul pada senyawa kompleks oktahedral (House, 2008).
2.8 Karakterisasi Hasil Sintesis Senyawa Kompleks
ektrum Absorbsi Elektronik Senyawa Kompleks Logam Transisi
Spektrum ultra ungu-tampak disebut juga spektrum elektronik, karena
terjadi dari hasil interaksi radiasi ultra ungu-tampak dengan molekul yang
Teori ini menjelaskan bahwa ikatan antara atom atau ion pusat dengan
n kovalen tersebut terjadi karena adanya pembentukan
, yaitu orbital yang terjadi dari
). Sebagai contoh
ompleks oktahedral pada
orbital ligan
ram tingkat energi orbital molekul pada senyawa kompleks
Logam Transisi
tampak disebut juga spektrum elektronik, karena
tampak dengan molekul yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
mengakibatkan molekul tersebut mengalami transisi elektronik. Transisi ini pada
umumnya terjadi antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital anti
ikatan. Selain itu juga karena adanya gugus berikatan rangkap atau terkonjugasi
yang mengabsorbsi radiasi elektronik di daerah ultra ungu.
Sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm dan disebut
cahaya sinambung. Artinya cahaya yang terdiri dari semua panjang gelombang
yang mungkin terdapat dalam suatu jarak tertentu. Hubungan antara warna dan
panjang gelombang terlihat pada Tabel 2.1 yang disertai warna komplementer,
yaitu merupakan kombinasi dua warna, bila keduanya digabung akan
menghasilkan cahaya putih (Housecroft dan Sharpe, 2005).
Tabel 2.1 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna Komplementer (Housecroft dan Sharpe, 2005)
Panjang Gelombang (nm) Warna Warna Komplementer 380-430 Violet Kuning 430-490 Biru Oranye 490-560 Hijau Merah 560-580 Kuning Violet 580-620 Oranye Biru 620-700 Merah Hijau
Pada transisi elektronik, molekul-molekul menyerap radiasi dan tereksitasi
sehingga elektron valensi bergerak dari orbital energi rendah ke orbital energi
yang lebih tinggi (Robinson, dkk., 2005).
Spektrum absorbsi senyawa kompleks disebabkan karena adanya
pembelahan orbital d oleh medan ligan, sehingga memungkinkan terjadinya
transisi elektronik dalam senyawa kompleks. Transisi elektronik inilah yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
mengakibatkan terjadinya puncak-puncak serapan pada spektrum senyawa
kompleks. Transisi elektronik yang terjadi pada senyawa kompleks antara lain
transisi d-d, perpindahan muatan, dan perpindahan elektron dalam ligan.
Pada transisi elektronik d-d, elektron tereksitasi dari orbital d yang satu ke
orbital d yang lain, misalnya dari orbital t2g ke orbital eg. Intensitas transisi d-d
relatif rendah yang disebabkan pemisahan energi d-d yang relatif kecil. Warna
larutan ion logam transisi pada umumnya diakibatkan adanya transisi d-d ini,
misalnya pada senyawa kompleks akuo, transisi d-d terjadi di daerah tampak.
Jenis transisi elektronik lainnya adalah perpindahan muatan. Pada transisi
jenis ini, elektron berpindah dari orbital ligan ke orbital ion logam dan disebut
juga Ligand to Metal Charge Transfer (LMCT). Selain itu, ada perpindahan
elektron dari orbital ion logam ke orbital ligan dan disebut juga Metal to Ligand
Charge Transfer (MLCT). Jenis transisi LMCT terjadi pada ligan yang mudah
teroksidasi dan ion logam berada pada bilangan oksidasi tinggi. Pita serapan
perpindahan muatan berada di daerah ultra ungu, sedangkan pada transisi
elektronik jenis MLCT, terjadi bila ligan mempunyai ikatan tidak jenuh dan ion
logam berada pada bilangan oksidasi rendah, misalnya senyawa kompleks Cu(II),
Fe(II), Cr(III) dengan ligan piridin, bipiridin dan fenantrolin (Huheey, 1993).
Transisi perpindahan elektron dalam ligan terjadi pada senyawa ligan
organik yang memiliki ikatan �, ikatan π, ikatan n (non bonding), anti ikatan �
(�*) dan ikatan π (π*) (Fessenden, 1992). Tingkat energi elektronik molekul
organik ditunjukkan pada Gambar 2.7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 2.7 Tingkat energi elektronik molekul organik sebagai ligan (Fessenden, 1992).
Molekul dengan elektron dalam ikatan sigma tereksitasi memerlukan
energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada daerah di bawah 120 nm.
Daerah ini dikenal dengan daerah ultra ungu vakum, karena pada waktu
pengukuran tidak boleh ada udara, sehingg
memberikan keterangan untuk penentuan struktur. Contoh senyawa yang
memberikan serapan di daerah ultra ungu vakum adalah CH
Senyawa berikatan rangkap dua atau tiga cukup mudah tereksitasi ke
orbital π yang lebih tinggi. Suatu transisi
orbital π-ikatan tereksitasi ke orbital
ini lebih kuat daripad
penelitian yang berhasil menggunakan uji spektrofotometer UV
senyawa kompleks [Ni(bipy)
dan 307 nm (Juric, dkk., 2009).
Tingkat energi elektronik molekul organik sebagai ligan (Fessenden, .
Molekul dengan elektron dalam ikatan sigma tereksitasi memerlukan
energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada daerah di bawah 120 nm.
Daerah ini dikenal dengan daerah ultra ungu vakum, karena pada waktu
pengukuran tidak boleh ada udara, sehingga sukar dilakukan dan juga relatif tidak
memberikan keterangan untuk penentuan struktur. Contoh senyawa yang
memberikan serapan di daerah ultra ungu vakum adalah CH4.
Senyawa berikatan rangkap dua atau tiga cukup mudah tereksitasi ke
yang lebih tinggi. Suatu transisi π� π* terjadi apabila elektron dari
ikatan tereksitasi ke orbital π-anti ikatan. Absorbsi energi dalam transisi
ini lebih kuat daripada transisi ���* (Underwood, 1999). Salah satu contoh
penelitian yang berhasil menggunakan uji spektrofotometer UV-
senyawa kompleks [Ni(bipy)3](NO3)2.6H2O memiliki panjang gelombang 245nm
dan 307 nm (Juric, dkk., 2009).
Tingkat energi elektronik molekul organik sebagai ligan (Fessenden,
Molekul dengan elektron dalam ikatan sigma tereksitasi memerlukan
energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada daerah di bawah 120 nm.
Daerah ini dikenal dengan daerah ultra ungu vakum, karena pada waktu
a sukar dilakukan dan juga relatif tidak
memberikan keterangan untuk penentuan struktur. Contoh senyawa yang
Senyawa berikatan rangkap dua atau tiga cukup mudah tereksitasi ke
* terjadi apabila elektron dari
anti ikatan. Absorbsi energi dalam transisi
* (Underwood, 1999). Salah satu contoh
-Vis adalah pada
O memiliki panjang gelombang 245nm
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
2.8.2 Tinjauan Umum Spektroskopi Inframerah
Radiasi inframerah adalah radiasi elektromagnetik pada daerah panjang
gelombang yang berdekatan dengan sinar tampak dengan energi yang lebih
rendah. Daerah inframerah berawal dari panjang gelombang 0,7-500 µm. Radiasi
inframerah yang terserap oleh molekul akan menyebabkan terjadinya vibrasi
(getaran). Energi inframerah adalah energi terkuantisasi. Spektrum vibrasi yang
muncul bukan sebagai garis-garis, namun sebagai pita-pita absorbsi yang
kompleks. Hal ini dikarenakan energi inframerah yang terserap selain
menimbulkan vibrasi juga menimbulkan gerakan rotasi pada molekul (pada
daerah bilangan gelombang 4000-400 cm-1) (Patnaik, 2004).
2.8.2.1 Spektrum Inframerah Senyawa Kompleks
Pada senyawa kompleks, spektrum inframerah merupakan spektrum
spesifik yang ditunjukkan oleh ikatan koordinasi yang terletak pada bilangan
gelombang lebih kecil dari 500 cm-1 (daerah sidik jari). Jumlah vibrasi senyawa
kompleks antara ion pusat dan ligan lebih sedikit daripada jumlah vibrasi ligan
bebas. Hal ini disebabkan gerakan vibrasi ligan terhambat, karena berikatan
dengan ion pusat. Frekuensi vibrasi senyawa kompleks tergantung pada jenis
ligan, ukuran atom atau ion logam , dan besarnya muatan ion logam (Robinson,
dkk., 2005). Hutchbison telah meneliti berbagai pita vibrasi dari berbagai ion
logam dengan berbagai tingkat oksidasi yang berikatan dengan ligan 2,2’-bipiridin
(Nakamoto, 2009). Salah satu contoh penelitian yang berhasil menggunakan uji
spektrum inframerah yaitu senyawa kompleks{[P(n-C4H9)4][Ni(II)Cr(III)(ox) 3]}
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
yang menunjukkan adanya oksalat sebagai ligan jembatan pada bilangan
gelombang 1627,8 cm-1 untuk vas(C-O), 1384,8 cm-1 untuk vs(C-O), dan 810,0 cm-
1 untuk δ(O-C-O) (Martak, dkk., 2009).
2.8.3 Sifat Kemagnetan Senyawa Kompleks
Sifat kemagnetan senyawa kompleks hasil sintesis dapat diamati
berdasarkan nilai momen magnet yang terukur serta melihat banyaknya elektron
yang tidak berpasangan untuk masing-masing senyawa kompleks. Besarnya
momen magnet suatu senyawa kompleks dapat dihitung dengan menggunakan
Magnetic Susceptibility Balances. Secara eksperimen magnetic susceptibility
ditentukan dengan Gouy balance, dimana serbuk atau larutan zat yang diteliti
digantungkan dalam sebuah tabung Gouy yang diletakkan diantara kutub-kutub
magnet yang kuat. Adapun rumus yang digunakan dinyatakan dalam persamaan
2.1.
� = �����������(�−�0)109�
(2.1)
Keterangan :
C balance = 1
l = panjang sampel
R = nilai tabung dan sampel yang terbaca
R0 = nilai tabung kosong yang terbaca
m = massa sampel
Nilai ini dikonversi menjadi µeff (momen magnet) dengan persamaan :
Xm = Xg x Mr (2.2)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
µeff = 2,82 √ �. " BM (2.3)
Keterangan :
µeff = momen magnet (Bohr Magneton/BM)
Mr = massa molekul relatif sampel
T = suhu (K)
(Magway, 2005).
Salah satu contoh penelitian yang berhasil menggunakan uji MSB adalah senyawa
kompleks [Ni(HMP2NBu2)2]Br2 yang memiki momen magnet sebesar 3,18 BM
(Saha, dkk., 2003).
2.8.4 Konduktometri
Kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan listrik dapat memberikan
informasi analitik tentang larutan. Sifat yang diukur adalah daya hantar listrik
antara dua elektroda dari ion-ion dalam larutan. Semua ion dalam larutan
menyumbangkan daya hantar listrik. Daya hantar listrik digunakan untuk
memberikan analisis kualitatif, seperti kemurnian pelarut organik dan
perbandingan kualitas air minum dalam hal jumlah ion kontaminan. Untuk
mengukur daya hantar listrik pada suatu larutan menggunakan konduktometer
(Robinson, dkk., 2005).
Adapun penelitian yang telah berhasil menggunakan uji hantaran adalah
senyawa kompleks [(bipy)2RuII(LI)RuII(bipy)2](ClO4)4.2H2O yang memiliki
konduktivitas jenis sebesar 444 Λ$/&-1 cm2 mol-1, dengan ligan L adalah
piridinaldimin netral (Chakraborty, dkk., 1997).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
BAB III
MET ODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Departemen Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2012.
3.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini memiliki derajat
kemurnian pro analysis (p.a), meliputi garam Nikel sulfat heptahidrat, 2,2’-
bipiridin, amonium oksalat, metanol, KCl, MgCl2.6H2O, FeCl3.6H2O dan
akuabides.
3.3 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer
Shimadzu UV 1800, Spektrofotometer Inframerah Jasco FT-IR 5300, Magnetic
Susceptibility Balance (MSB) Sherwood Scientific, Eutech Instruments CON 510
Bench Conductivity, timbangan analitis Mettler AE 200, kertas saring, mortar,
serta peralatan gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Sintesis senyawa kompleks inti tunggal Sintesis senyawa kompleks inti ganda
3.4 Diagram Alir Penelitian
Pembuatan larutan Ni(II) 10-2 M ;
2,2’-bipiridin 10-2 M ; oksalat 10-2 M Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks): 1. Ni(II) 10-2 M 2. 2,2’-bipiridin 10-2 M 3. oksalat 10-2 M
Penentuan stoikiometri
Penentuan stoikiometri Penentuan stoikiometri Ni(II) : bipy Ni(II) : bipy : oksalat
Sintesis senyawa kompleks
Karakterisasi : • Spektrofotometer UV-VIS
• Spektrofotometer FT-IR • Magnetic Susceptibility Balance • Muatan ion kompleks
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan Larutan Ni(II) 10 -2 M
Garam nikel sulfat heptahidrat (NiSO4.7H2O) kering ditimbang sebanyak
0,28069 gram kemudian dilarutkan dengan akuabides dalam gelas beker 100 ml.
Setelah semua larut, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan
dengan akuabides sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
3.5.2 Pembuatan Larutan 2,2’-Bipiridin 10-2 M
Senyawa 2,2’-bipiridin monohidrat (C10H8N2) kering ditimbang sebanyak
0,156 gram lalu dilarutkan dengan akuabides dalam gelas beker 100 ml. Setelah
larut,kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan
akuabides sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
3.5.3 Pembuatan Larutan Oksalat 10-2 M
Amonium oksalat [(NH4)2C2O4] ditimbang sebanyak 0,1240 gram
kemudian dilarutkan dengan akuabides dalam gelas beker 100 ml. Setelah semua
larut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuabides sampai
tanda batas lalu dihomogenkan.
3.5.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Ni(II) 10-2 M
Larutan NiSO4.7H2O 10-2 M dimasukkan dalam kuvet yang telah
disiapkan kemudian diukur panjang gelombang maksimum pada daerah dengan
panjang gelombang 200-700 nm.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
3.5.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) 2,2-Bipiridin 10-2 M
Larutan 2,2 bipiridin 10-2 M dimasukkan dalam kuvet yang telah disiapkan
kemudian diukur panjang gelombang maksimum pada daerah dengan panjang
gelombang 200-380 nm.
3.5.6 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Oksalat 10-2 M
Larutan (NH4)2C2O4 10-2 M dimasukkan dalam kuvet yang telah disiapkan
kemudian diukur panjang gelombang maksimum pada daerah dengan panjang
gelombang 200-380 nm.
3.5.7 Penentuan stoikiometri Ni(II) : bipy dengan metode perbandingan mol
Dibuat tujuh seri campuran dari larutan Ni(II) dan larutan 2,2’-bipiridin
pada konsentrasi tertentu dengan perbandingan volume masing-masing
sedemikian rupa lalu ditambahkan akuabides sampai volumenya menjadi 3 ml.
Masing-masing campuran tersebut diukur spektrumnya. Kemudian spektrum dari
masing-masing campuran di tumpuk dan dicari panjang gelombang
maksimumnya. Setelah panjang gelombang maksimumnya ditemukan maka
diukur absorbansinya. Larutan blanko yang digunakan adalah akuabides.
Perbandingan volume masing-masing campuran tercantum pada Tabel 3.1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Tabel 3.1 Penambahan larutan 2,2’-bipiridin 10-2 M secara bertahap ke dalam larutan Ni(II) 10-2 M dengan metode perbandingan mol.
Laru tan Volume larutan (ml) Perbandingan
No. Ni(II) 2,2'-bipiridin Ni(II) : bipy (mol) 1 0,5 0,5 1 : 1
2 0,5 1 1 : 2
3 0,5 1,5 1 : 3
4 0,5 1,75 1 : 3,5
5 0,5 2 1 : 4
6 0,5 2,5 1 : 5
3.5.8 Penentuan Stoikiometri Ni(II) : bipy : oksalat dengan metode perbandingan mol
Pada botol kaca kecil dibuat larutan dengan konsentrasi dan volume
tertentu dengan perbandingan mol Ni(II) : bipy : oksalat = 2 : 4 : 1, dan ke dalam
senyawa kompleks ini ditambahkan secara bertahap larutan oksalat dengan
konsentrasi dan volume tertentu, sehingga nilai perbandingan mol Ni(II) : bipy :
oksalat menunjukkan kemungkinan terbentuknya spesi-spesi senyawa kompleks.
Pada setiap penambahan larutan oksalat, senyawa kompleks diukur spektrumnya
pada masing-masing campuran. Kemudian di tumpuk dan dicari panjang
gelombang maksimumnya. Setelah panjang gelombang maksimumnya ditemukan
maka diukur absorbansinya. Larutan blanko yang digunakan adalah akuabides.
Jumlah mol larutan oksalat yang ditambahkan ke dalam larutan [Ni(bipy)3]2+
tercantum pada Tabel 3.2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Tabel 3.2 Penambahan mol oksalat ke dalam larutan [Ni(bipy)3]2+.
volume larutan(ml) Larutan
ke- Ni(II) 2,2'-bipy oksalat volume total *)
1 0,1 0,3 0 5
2 0,1 0,3 0,05 5
3 0,1 0,3 0,1 5
4 0,1 0,3 0,15 5
5 0,1 0,3 0,2 5
6 0,1 0,3 0,25 5
7 0,1 0,3 0,3 5 *) penambahan H2O 3.5.9 Sintesis Senyawa Kompleks
3.5.9.1 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Tunggal
Sintesis senyawa ini dilakukan dengan menggunakan gelas beker.
Sebanyak 0,5 mmol Ni(II) dari senyawa NiSO4.7H2O dilarutkan dalam akuabides
sampai larut. Kemudian sebanyak 1,5 mmol 2,2’-bipiridin dilarutkan ke dalam
metanol sampai larut. Selanjutnya kedua larutan dicampurkan secara bersamaan di
dalam gelas beker dan dipanaskan sebentar pada suhu rendah. Kemudian larutan
ditunggu sampai dingin, lalu ditutup dengan kertas saring dan dibiarkan selama 1-
2 minggu. Kristal yang dihasilkan selanjutnya diambil dengan hati-hati.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 3.2 Proses sintesis senyawa kompleks inti tunggal
3.5.9.2 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Ganda
Sebanyak 1 mmol Ni(II) dari senyawa NiSO4.7H2O dilarutkan dalam
akuabides sampai larut. Lalu sebanyak 2 mmol 2,2’-bipiridin dilarutkan dalam
metanol sampai larut. Sebanyak 0,5 mmol oksalat dilarutkan dalam akuabides
sampai larut. Kemudian larutan Ni(II) dicampurkan terlebih dahulu dengan
larutan 2.2’-bipiridin ke dalam gelas beker. Kemudian dipanaskan sebentar pada
suhu rendah dan didiamkan sampai suhu dingin. Selanjutnya ditambahkan larutan
oksalat ke dalam gelas beker yang berisi campuran larutan tadi. Lalu dipanaskan
lagi sebentar dengan suhu rendah dan diamkan sampai suhu dingin. Kemudian
endapannya disaring. Kemudian larutan ini dtutup dengan kertas saring dan
dibiarkan selama 1-2 minggu. Kristal yang dihasilkan selanjutnya diambil dengan
hati-hati.
Larutan Bipy
LarutanNi(II)
Ni(II):bipy
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 3.3 Proses sintesis senyawa kompleks inti ganda
3.5.10 Prosedur Karakterisasi
3.5.10.1 Spektrum UV-VIS
Masing-masing kristal senyawa kompleks hasil sintesis dilarutkan dengan
akuabides. Selanjutnya larutan senyawa kompleks hasil sintesis ditentukan
spektrumnya di daerah UV-VIS (200-700 nm).
3.5.10.2 Spektrum Inframerah
Masing-masing padatan ligan 2,2’-bipiridin, ligan oksalat, dan senyawa
kompleks hasil sintesis dicampur dengan KBr dan dibuat pelet. Selanjutnya
seluruh padatan diukur serapan inframerahnya pada bilangan gelombang 4000-
300 cm-1.
3.5.10.3 Analisis Dengan Magnetic Susceptibility Balance
Padatan senyawa kompleks hasil sintesis ditumbuk sampai halus kemudian
dimasukkan ke dalam kuvet sampai homogen. Masing- masing padatan halus
diukur momen magnetnya menggunakan Magnetic Susceptibility Balance.
[Ni(bipy)3]2+
Oksalat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
3.5.10.4 Analisis Muatan Ion Kompleks
Dengan membandingkan daya hantar listrik larutan sampel dengan larutan
standard pada konsentrasi yang sama dengan larutan sampel, maka dapat
diketahui muatan ion kompleks yang memberi dukungan pada rumus molekul
senyawa kompleks. Larutan senyawa kompleks tunggal dan ganda dibuat pada
konsentrasi 0,002 M pada labu ukur 25 ml dan pelarut akuabides. Larutan yang
digunakan sebagai standar untuk muatan +1 adalah KCl. Larutan KCl konsentrasi
0,002 M dibuat dengan melarutkan 0,0149 gram KCl dalam 100 ml akuabides
pada labu ukur 100 ml. Adapun larutan standart +2 digunakan larutan
MgCl2.6H2O. Di dalam labu ukur 100 ml dimasukkan 0,0541 gram MgCl2.6H2O
dan dilarutkan dalam 100 ml akuabides sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,002 M. Sedangkan larutan standart +3 digunakan larutan
FeCl3.6H2O. Di dalam labu ukur 100 ml dimasukkan 0,0406 gram FeCl3.6H2O
dan dilarutkan dalam 100 ml akuabides sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,002 M. Selanjutnya kelima larutan yang sudah dibuat diukur dengan
alat konduktometri sehingga diperoleh konduktivitas masing-masing larutan. Dari
konduktivitas tersebut bisa dibandingkan muatan senyawa kompleks tunggal dan
ganda dengan larutan standart (Rahadjeng, 1997).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Stoikiometri Senyawa Kompleks Inti Tunggal Nikel(II)-bipy
Sebelum melakukan sintesis senyawa kompleks inti tunggal nikel(II)-
bipiridin, maka terlebih dahulu melakukan penentuan stoikiometri antara nikel(II)
dengan ligan 2,2’-bipiridin. Penentuan stoikiometri nikel(II) : bipy menggunakan
metode perbandingan mol. Hasil penentuan stoikiometri nikel(II) : bipy
menggunakan perbandingan mol tertera pada Gambar 4.1. Penentuan stoikiometri
merupakan langkah dasar sintesis sebab dari penentuan stoikiometri ini
didapatkan perbandingan mol antara nikel(II) dengan ligan 2,2’-bipiridin untuk
mensintesis senyawa kompleks inti tunggal nikel(II)-bipiridin. Pada penentuan
stoikiometri ini juga dapat diketahui jumlah ligan 2,2’-bipiridin yang terikat pada
atom pusat nikel(II). Stoikiometri senyawa koordinasi nikel(II)-bipiridin dengan
metode perbandingan mol ditentukan dari perpotongan dua garis lurus yang
terletak pada perbandingan mol bipy : Ni(II) = 3,18. Dengan demikian
perbandingan mol nikel(II) : bipy = 1 : 3,18 atau 1 : 3. Hasil penentuan
stoikiometri tersebut menunjukkan bahwa tiga mol ligan bipiridin dapat berikatan
dengan satu mol nikel(II) untuk membentuk ion kompleks [Ni(bipy)3]2+ .
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 4.1 Penentuan stoikiometri bipy : Ni(II) pada 521 nm dengan metode perbandingan mol
4.2 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Tunggal Nikel(II)-bipy
Setelah penentuan stoikiometri pada senyawa kompleks inti tunggal
didapatkan maka sintesis dapat dilakukan dengan perbandingan mol nikel(II) :
bipy = 1 : 3. Kristal yang terbentuk pada sintesis senyawa kompleks inti tunggal
berwarna merah muda. Jika kristal dilihat secara fisik berbentuk persegi yang
tercantum pada Gambar 4.2a. Sedangkan pada Gambar 4.2b adalah gambar kristal
dengan perbesaran 600 kali menggunakan mikroskop ultra yang berbentuk
oktahedral.
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
0,03
0,035
0 1 2 3 4 5 6
Ab
sorb
an
si (λ
= 5
21 n
m)
perbandingan mol bipy : Ni(II)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
a b
Gambar 4.2 Kristal hasil sintesis senyawa kompleks inti tunggal. Kristal dilihat secara fisik(a). Kristal dengan perbesaran 600x (b).
Ion [Ni(bipy)3]2+ memiliki bilangan koordinasi enam karena ligan
bipiridin merupakan ligan bidentat dan memiliki struktur ruang oktahedral.
Perkiraan struktur senyawa kompleks inti tunggal terlihat pada Gambar 4.3, yaitu
satu mol nikel(II) mengikat tiga mol 2,2’-bipiridin.
Ni
NN
N
N
N
NNN
Ni2+ 3+
Gambar 4.3 Prediksi struktur senyawa kompleks inti tunggal
4.3 Penentuan Stoikiometri Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II)-bipy-oksalat
Penentuan stoikiometri nikel(II) : bipy : oksalat menggunakan metode
perbandingan mol. Perbandingan mol stoikiometri nikel(II) : bipy : oksalat adalah
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
2 : 4 : 1 . Pada stoikiometri ini perpotongan kedua garis lurus pada kurva yang
terdapat pada Gambar 4.4 adalah perbandingan mol oksalat : Ni(II) = 1. Dengan
demikian perbandingan mol nikel(II) : oksalat = 1 : 1 atau 1 : 1. Hasil penentuan
stoikiometri tersebut menunjukkan bahwa dua mol nikel(II) dapat berikatan
dengan satu mol oksalat. Hasil penentuan stoikiometri oksalat : nikel(II) dapat
terlihat grafiknya pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Penentuan stoikiometri oksalat : Ni(II) pada 523 nm dengan metode perbandingan mol
4.4 Sintesis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II)-bipy-oksalat
Setelah penentuan stoikiometri pada senyawa kompleks inti ganda
didapatkan maka sintesis dapat dilakukan dengan perbandingan mol nikel(II) :
bipy : oksalat = 2 : 4 : 1. Senyawa kompleks inti ganda ini merupakan kristal
serbuk berwarna merah muda, lebih pudar dari pada kristal sintesis senyawa
kompleks inti tunggal yang tercantum pada Gambar 4.5a. Secara fisik, ukuran
kristal sintesis senyawa kompleks inti ganda lebih kecil daripada kristal sintesis
0
0,0005
0,001
0,0015
0,002
0,0025
0,003
0,0035
0,004
0,0045
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
ab
sorb
an
si (λ
= 5
23 n
m)
perbandingan mol oksalat : Ni(II)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
senyawa kompleks inti tunggal. Sedangkan pada Gambar 4.5b adalah gambar
kristal dengan perbesaran 600 kali menggunakan mikroskop ultra berbentuk
oktahedral yang bergandengan.
a b
Gambar 4.5 Kristal senyawa kompleks inti ganda. Kristal dilihat secara fisik (a). Kristal dengan perbesaran 600x (b).
Pada penentuan stoikiometri senyawa kompleks inti ganda, satu ligan
oksalat mampu mensubstitusi satu ligan bipiridin. Ligan oksalat ini terikat pada
nikel(II) melalui satu sisi koordinasi, sedangkan sisi koordinasi yang lain masih
bebas. Adanya sisi koordinasi yang masih bebas ini dapat digunakan untuk
mengikat ion logam lain sehingga dapat terbentuk senyawa kompleks inti ganda.
Sisi koordinasi pada ligan oksalat yang memungkinkan untuk berikatan dengan
ion logam adalah atom donor pasangan elektron O. Diharapkan dalam penelitian
ini terbentuk senyawa kompleks inti ganda, dengan kedudukan ligan gugus
jembatan terikat pada dua atom logam melalui atom donor pasangan elektron O.
Maka dengan demikian dapat diprediksi struktur senyawa kompleks inti ganda
yang diharapkan yang tertera pada Gambar 4.6. Pada Gambar 4.6, terlihat jelas
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
bahwa ligan jembatan oksalat mengikat dua atom logam pada atom donor
pasangan elektron O.
N
N
Ni
N N
OC
O
C
O
OH
NiO
NN
N
N
HO
Gambar 4.6 Prediksi struktur senyawa kompleks inti ganda
4.5 Karakterisasi dari Hasil Sintesis Senyawa Kompleks.
4.5.1 Analisis Spektra Senyawa Kompleks dengan Spektrofotometer UV-VIS
Spektra senyawa kompleks hasil sintesis diukur panjang gelombang
maksimum masing-masing di daerah sinar tampak. Pada senyawa kompleks inti
tunggal memiliki panjang gelombang maksimum 520,5 nm dan absorbansinya
adalah 0,662 sedangkan pada senyawa kompleks inti ganda memiliki panjang
gelombang maksimum 523 nm dan absorbansinya adalah 0,500. Spektrum
senyawa kompleks inti tunggal terlihat pada Gambar 4.7.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 4.7 Spektrum sintesis senyawa kompleks inti tunggal
Spektrum senyawa kompleks inti tunggal pada Gambar 4.7 berasal dari
transisi d-d. Pada transisi d-d, elektron tereksitasi dari orbital d ke orbital d yang
lain. Warna larutan ion logam transisi nikel(II) disebabkan adanya transisi d-d
yang menyerap sinar di daerah tampak. Ion kompleks [Ni(bipy)3]2+ dengan ion
nikel(II) sebagai ion pusat, memiliki konfigurasi d8 low spin dan pada keadaan
dasar memiliki simbol elektronik 3F. Ion nikel(II) yang berada dalam pengaruh
medan oktahedral maka keadaan dasar konfigurasi elektroniknya adalah 3A2g dan
keadaan tereksitasinya ada tiga macam, yaitu 3A2g�3T2g,
3A2g �3T1g,
3A2g�3T1g(P) (Brisdon, 2005). Transisi elektronik untuk ion nikel(II) dalam
medan oktahedral tertera Gambar 4.8.
Abs
orba
nsi
Panjang Gelombang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
T1g
T1g
T2g
3
3
3
3
3F
3P
A2g
Gambar 4.8 Transisi elektronik ion nikel(II)
Diagram pemecahan tingkat energi pada Gambar 4.8 menunjukkan adanya
tiga transisi elektron, yang berarti diprediksi ada tiga puncak spektrum yang dapat
diamati pada daerah tampak (Missler, 2003).
Pada senyawa kompleks inti tunggal terdapat satu spektrum yang teramati
pada daerah tampak dan puncak yang terukur yaitu pada 520,5 nm dengan
absorbansi 0,662. Spektrum senyawa kompleks inti tunggal dan inti ganda
mengalami pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih kecil, yaitu 520,5
nm untuk senyawa kompleks inti tunggal pada Gambar 4.7 dan 523 nm untuk
senyawa kompleks inti ganda pada Gambar 4.9
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Gambar 4.9 Spektrum senyawa kompleks inti ganda
Pada senyawa kompleks inti ganda, satu ligan bipiridin disubstitusi oleh
satu ligan oksalat. Proses substitusi ini menyebabkan senyawa kompleks inti
tunggal yang semula simetris menjadi kurang simetris dan membentuk senyawa
kompleks oktahedral semu atau disebut juga pseudooctahedral (Huheey, 1993).
Hal ini yang menyebabkan spektrum yang terbentuk memiliki puncak yang tidak
simetris dan nilai panjang gelombang maksimum menjadi lebih rendah. Begitu
juga dengan senyawa kompleks inti ganda yang tertera pada Gambar 4.9 transisi
yang terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh transisi d-d, namun besar kemungkinan
dipengaruhi oleh transisi elektron dalam ligan yang menyebabkan nilai panjang
gelombang maksimumnya lebih rendah dibanding senyawa kompleks inti tunggal
(Missler, 2003).
Abs
orba
nsi
Panjang Gelombang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
4.5.2 Analisis Spektra senyawa Kompleks dengan Spektrofotometer Inf ramerah (IR)
Hasil analisis spektra inframerah dari garam nikel, senyawa kompleks inti
tunggal, dan senyawa kompleks inti ganda masing-masing tertera pada Lampiran
10,11 dan 12. Spektrum spesifik yang menunjukkan adanya ikatan koordinasi
antara ion logam transisi dengan ligan 2,2-bipiridin terukur pada daerah dengan
frekuensi rendah dibawah 500 cm-1 (Nakamoto, 2009). Diduga spektrum tersebut
merupakan ikatan koordinasi Ni-N dari ligan bipiridin. Untuk senyawa kompleks
tunggal, vibrasi Ni-N dari ligan bipiridin muncul pada daerah bilangan gelombang
354,90 cm-1. Untuk senyawa kompleks inti ganda, vibrasi Ni-N dari ligan
bipiridin juga muncul pada daerah bilangan gelombang 354,90 cm-1.
Vibrasi ulur C=C aromatis dan C=N aromatis pada kedua senyawa
kompleks hasil sintesis muncul pada rentang bilangan gelombang 1597,06-
1566,20 cm-1 . Secara teoritis vibrasi C=C aromatis dan C=N aromatis muncul
pada rentang bilangan gelombang 1650-1550 cm-1 (Lambert, 1998). Vibrasi ulur
C-O dari ligan oksalat yang terkoordinasi dengan ligan nikel yang muncul di
daerah bilangan gelombang yang lebih rendah, yaitu sekitar 1118,71 cm-1 untuk
senyawa kompleks inti tunggal dan untuk senyawa kompleks inti ganda. Hal ini
disebabkan karena vibrasi ligan oksalat yang sudah terikat dengan nikel akan
menjadi lebih lemah jika dibandingkan vibrasi ligan oksalat bebas, sehingga
serapan terjadi pada frekuensi yang lebih rendah. Secara teoritis, vibrasi ulur C-O
ligan oksalat yang terkoordinasi dengan logam nikel muncul di daerah bilangan
gelombang 1100 cm-1 (Silverstein, dkk., 1991). Vibrasi ulur Ni-O pada senyawa
kompleks inti ganda muncul didaerah bilangan gelombang 385,76 cm-1. Secara
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
teoritis vibrasi ulur Ni-O muncul pada daerah bilangan gelombang 389 cm-1
(Nakamoto, 2009).
Vibrasi ulur O-H dari senyawa H2O yang terhidrat muncul pada senyawa
kompleks inti tunggal dan inti ganda. Vibrasi tersebut terlihat jelas dengan
ditandai adanya spektra yang lebar dan intensitas sangat kecil di daerah bilangan
gelombang sekitar 3410,15 cm-1 pada senyawa kompleks inti tunggal dan ganda.
Secara teoritis vibrasi ulur O-H terletak pada daerah bilangan gelombang 2500-
3500 cm-1 (Wade, 2006). Perbandingan spektra sintesis senyawa kompleks inti
tunggal dengan inti ganda terlihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Perbandingan spektra sintesis senyawa kompleks inti tunggal dengan inti ganda
Ni-O
Ni-N
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
4.5.3 Analisis Sifat Kemagnetan dengan Menggunakan Magnetic Susceptibility Balance
Analisis sifat kemagnetan pada garam nikel, sintesis senyawa kompleks
inti tunggal dan sintesis senyawa kompleks inti ganda terdapat pada Lampiran 16,
adapun hasilnya terangkum pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil momen magnet pada ketiga senyawa
Nama Senyawa Momen magnet (BM)
NiSO4.7H2O secara teoritis 2,83–3,93
[Ni(bipy)3]2+ 2,97
[(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+ 3,75
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa kedua senyawa tersebut
memiliki harga momen magnet yang tidak jauh berbeda dan secara teoritis
mendekati harga momen magnet 2,83–3,93 BM (Saha, dkk., 2003). Senyawa
kompleks inti tunggal mempunyai harga momen magnet yang kecil yaitu 2,97
BM. Pada senyawa kompleks inti tunggal memiliki dua elektron bebas tidak
berpasangan. Hal ini menjelaskan bahwa ligan bipiridin tidak mampu mendesak
logam nikel(II) sehingga senyawa kompleks inti tunggal bersifat paramagnetik
dan pembentukan senyawa kompleksnya adalah outer orbital complex. Hal ini
juga disebabkan karena adanya faktor sterik atau halang rintang yang cukup besar
yang dapat mempengaruhi kestabilan senyawa kompleks yang terbentuk.
28Ni = [Ar] 3d8 4s2
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Ni pada keadaan dasar
Ni2+ keadaan dasar
[Ni(bipy)3]2+
2 elektron bebas tidak berpasangan = 2 BM
Gambar 4.11 Proses pembentukan [Ni(bipy)3]2+
Sintesis senyawa kompleks inti ganda memiliki harga momen magnet
yang lebih besar daripada sintesis senyawa kompleks inti tunggal karena interaksi
dari dua logam Ni(II) yang masing-masing dikelilingi oleh dua ligan bipiridin dan
dijembatani oleh ligan oksalat memberikan efek khelat lebih besar (Martak,
2009).
28Ni = [Ar] 3d8 4s2
Ni pada keadaan dasar
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓
3d 4s 4p
3d 4s
4d 3d 4s 4p
4p
3d 4s 4p 4s 3d
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Ni2+ keadaan dasar
(Ni(II)-bipy)1-ox
(Ni(II)-bipy)2-ox
Gambar 4.12 Proses pembentukan senyawa kompleks inti ganda
4.5.4 Analisis Muatan Ion Kompleks dengan Menggunakan Konduktometri
Pada analisis muatan ion kompleks, yang diukur terlebih dahulu adalah
larutan standart. Larutan standart yang dipakai adalah KCl yang mewakili muatan
+1, MgCl2 yang mewakili muatan +2, dan FeCl3 yang mewakili muatan +3. Hasil
pengukuran larutan standar yaitu pada KCl 296 µs, MgCl2 388 µs dan FeCl3 912
µs. Kemudian mengukur larutan hasil sintesis senyawa kompleks inti tunggal dan
inti ganda. Pada larutan sintesis senyawa kompleks inti tunggal hasilnya adalah
318 µs yang berarti senyawa kompleks ini bermuatan +1, karena termasuk dalam
rentang larutan standar KCl. Sedangkan pada larutan sintesis senyawa kompleks
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ xx xx ↑↓
↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑↓ xx xx ↑↓
3d 4s 4p
3d 4d 4p 4s
3d 4d 4p 4s
2 buah bipiridin
oksalat
OH
2 buah bipiridin
oksalat
OH
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
inti ganda hasilnya adalah 837 µs yang berarti senyawa kompleks ini bermuatan
+3 karena termasuk dalam rentang larutan standar FeCl3.
Tabel 4.2 Daya hantar pada setiap larutan
Rumus Senyawa Hantaran (µs) Prediksi Tipe Elektrolit
KCl dalam akuabides 296 1 : 1 MgCl2 dalam akuabides 388 2 : 1 FeCl3 dalam akuabides 912 3 : 1
Nikel(II)-bipy 358 2 : 1 Nikel(II)-bipy-oksalat 837 3 : 1
Dengan membandingkan daya hantar larutan sampel dengan larutan
standart, terlihat bahwa sampel larutan antara senyawa kompleks inti tunggal dan
inti ganda memiliki daya hantar hasil sintesis yang berbeda. Senyawa kompleks
nikel(II)-bipiridin dengan perbandingan muatan kation : anion = 2 : 1. Sehingga
rumus senyawa kompleks inti tunggal yaitu [Ni(bipy)3]2+. Daya hantar larutan
sampel kompleks [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]y diperkirakan perbandingan
muatan kation : anion = 3 : 1. Hal ini dikarenakan hasil konduktansi senyawa
kompleks inti ganda lebih besar dari hasil konduktansi senyawa kompleks inti
tunggal (masuk dalam rentang muatan FeCl3). Dengan demikian dapat
diperkirakan rumus senyawa kompleks inti ganda yaitu
[(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
4.5.5 Analisis Komprehensif Terhadap Senyawa Kompleks Inti Tunggal dan Inti Ganda
Pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat bahwa karakteristik
kemagnetan senyawa kompleks inti ganda meningkat cukup signifikan yaitu 3,75
BM untuk senyawa kompleks inti ganda dan 2,97 BM untuk senyawa kompleks
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
inti tunggal. Hal ini membuktikan bahwa senyawa kompleks inti ganda nikel(II)
memiliki sifat kemagnetan yang baik dan sesuai untuk dijadikan material
magnetik. Salah satu contoh penggunaan senyawa kompleks dalam bidang
material magnetik adalah epitaxial film dari bentuk memori magnetik bahan
Ni2MnGa. Epitaxial atau epitaksi adalah pengendapan overlayer kristal pada
substrat kristal. Dalam penelitian tersebut, material magnetik pada senyawa
kompleks nikel digunakan sebagai sensors free standing thin films atau sensor
bebas film tipis (Jacob dan Elmers, 2006).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Sintesis senyawa kompleks inti ganda nikel(II)-2,2’ bipiridin dengan ligan
jembatan oksalat dilakukan dengan mensintesis senyawa kompleks inti
tunggal terlebih dahulu. Sintesis senyawa kompleks inti tunggal diperoleh
berdasarkan perbandingan mol nikel(II) : bipy = 1 : 3. Sedangkan senyawa
kompleks inti ganda disintesis berdasarkan perbandingan mol nikel(II) :
bipy : oksalat = 2 : 4 : 1.
2. Karakterisasi senyawa kompleks inti ganda meliputi analisis spekroskopi
UV-Vis, spektroskopi inframerah, analisis momen magnet, dan
konduktometri. Hasil analisis spektroskopi UV-VIS diperoleh nilai
panjang gelombang maksimumnya sebesar 523 nm. Spektrum IR senyawa
kompleks inti ganda menunjukkan bahwa ikatan Ni-N terdapat pada
daerah bilangan gelombang 354,90 cm-1, sedangkan ikatan Ni-O terletak
pada bilangan gelombang 385,76 cm-1. Analisis dengan Magnetic
Susceptibility Balance diperoleh harga momen magnet sebesar 3,75 BM.
Berdasarkan karakteristik senyawa kompleks yang diperoleh maka
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
senyawa kompleks inti ganda diduga memiliki rumus
[(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+.
5.2 SARAN
1. Penelitian sintesis senyawa kompleks inti ganda masih banyak yang perlu
dikembangkan dan diteliti terutama pada logam-logam transisi dengan
menggunakan dua atom yang berbeda ataupun dengan ligan yang berbeda-
beda pula.
2. Untuk dapat mengetahui terbentuknya struktur dari senyawa kompleks inti
ganda maka perlu dilakukan analisis ESR (Electron Spin Resonance)
karena aplikasinya berhubungan dengan material magnetik dan dilakukan
analisis difraksi kristal tunggal yang dilanjutkan dengan XRD
kristalografi.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
DAFTAR PUSTAKA Balzani V., Juris A., Venturi M., 1996, Luminescent and Redox-Active
Polynuclear Transition Metal Complexes, Chem Rev., 96, 759-833 Brisdon, K.A., 2005, Inorganic Spectroscopic Methods, Oxford University Press
Inc., New York Budavari, S., 2001, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals, 13th Edition, Merck Research Laboratories Inc, New York Chakraborty, S., Munshi, P., Lahiri, K.G., 1997, Dinuclear Ruthenium(II)
Bipyridine Complexes having Non-Symmetric ', '’-Diimine Based Neutral Bridging Ligands. Synthesis, Spectroscopic and Electrochemical Properties, Thesis, Departemen of Chemistry, Indian of Institute Technology, Bombay, Mumbai-400076, India
Effendy, 2007, Perspektif Baru Kimia Koordinasi, Jilid 1, Bayumedia Publishing,
Malang Fessenden and Fessenden, 1992, Kimia Organik, Jilid 1, Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta Gomez, P.C., Gil A., Korili S.A., Landazabal, P.J.I., Recarte V., Trujillano R.,
Vincente M.A., 2007, Effect of the Metal Support Interactions on the Physicochemical and Magnetic Properties of Ni Catalysts, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, Volume 316
Huheey, J.E., Keiter, E.A., Keiter R.L., 1993, Inorganic Chemistry, Principles of
Structure and Reactivity, 4th Edition, Harpercollins College Publisher, New York
House, J.E., 2008, Inorganic Chemistry, Elsevier Inc, London Housecroft, C.E., dan Sharpe, A.G., 2005, Inorganic Chemistry, 2nd Edition,
Pearson Prentice Hall, England Jacob G. dan Elmers H.J., 2006, Epitaxial Films of the Magnetic Shape
Memory Material Ni 2MnGa, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, Volume 310
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Jia, H.P., Li W., Ju, F.Z., Jie, Z., 2007, Synthesis, Crystal Structure and Magnetic Properties of an Oxalate-Bridged Diiron(III) Complex {[FeIII (salapn)]2(C2O4)}, Journal of Molecular Structure, 833 (2007) 49-52
Juric, M., Planinic, P., Zilic, D., Rakvin, B., Prugovecki, B., Calogovic, D.M.,
2008, A New Heterometallic (Ni2+ and Cr3+) Complex- Crystal Structure and Spectroscopic Characterization, Journal of Molecular Structure, Volume 924-926,73-80
King, R.B., 2005, Encyclopedia of Inorganic Chemistry, 2nd Edition, A John
Wiley and Sons Inc, Canada Lambert J.B., Herbert F.S., David A.L., Cooks R.G., 1998, Organic Structural
Spectroscopy, Prentice Hall, United States of America Magway, 2005, Magnetic Suspectibility Balance : Instructional Manual,
Sherwood Scientific LTD., England Maulana, I., Mulyasih, Y., Hastiawan, I., 2008, Pembentukan Senyawa
Kompleks dari Logam Gadolinium dengan Ligan Asam Dietilentriaminpentaasetat (DTPA), Prosiding Skripsi, Laboratorium Anorganik, jurusan Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran
Martak F. dan Elmila I., 2011, Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O 4)3] dengan Menggunakan Kation Organik Tetrabutil Amonium, Prosiding Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya
Martak, F., Onggo, D., Ismunandar., Nugroho, A.A., Mufti, N., Yamin, B.M.,
2009, Synthesis and Characterization of a Bimetallic Oxalate-Based Magnet [(C4H9)4P][M(II)Cr(ox)3] M(II) = Mn, Fe, Co, Ni, Cu , Inorganic and Physical Chemistry Group, volume (1) : 1-7
Martak, F., 2009, Studi Struktur Kompleks Ligan Karboksilat , Desertasi,
Institut Teknologi Bandung, Bandung Miessler, G.L., Tarr, D.A., 2003, Inorganic Chemistry, 3rd Edition, Prentice-Hall
International Inc, New Jersey Nakamoto, K., 2009, Infrared and Raman Spectra of Inorganic and Coordination
Compounds, Part B : Application in Coordination, Organometallic and Bioinorganic Chemistry, 6th Edition, A John Wiley and Sons Inc, Canada
Patnaik, P., 2004, Dean’s Analytical Chemistry Handbook, 2nd Edition, The
McGraw-Hill Companies Inc, United States of America
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Rahadjeng, S., 1997, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Koordinasi Inti
Ganda Krom(III)-Polipiridil dengan Ligan Gugus Jembatan 4,4’-Bipiridin dan Pirazin, Tesis, Program Pascasarjana UI, Depok
Reinoso, S., Victoria, P., Zorrilla, J.M.G., Lezama, L., Felices, L.S., and Beitia,
J.I., 2005, Inorganic-Metalorganic Hybrids Based on Copper(II)-Monosubstituted Keggin Polyanions and Dinuclear Copper(II)-Oxalate Complexes. Synthesis, X-ray Structural Characterization, and Magnetic Properties, Inorganic Chemistry, pp 9731-9742, 44 (26)
Robinson, W.J., Frame, E.M.S., Frame II, G.M., 2005, Undergraduate
Instrumental Analysis, 6th Edition, Marcel Dekker, New York Saha, C.N., Butcher, R.J., Chaudhuri, S., Saha, N., 2003, Synthesis and
Spectroscopic Characterisation of Cobalt(III) and Nickel(II) Complexes with 5-methyl-3-formylpyrazole-N(4)-dibutylthiosemicarbazone (HMPzNBu2): X-ray Crystallography of [Co(MPzNBu2)2]NO3./H2O (I) and [Ni(HMP zNBu2)2](ClO 4)2 (II), Polyhedron, 22 (2003) 383-390
Setiawan, N.C.E., 2008, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks dari
Ion Logam Cu2+ dengan Ligan Isokuinolin dan Ion Kompleks [Co(SCN)6]
4-, Skripsi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Silverstein, R.M., Bassler, G.C., Morril, T.C., 1991, Spectrometric Identification
of Organic Compounds, 5th Edition, John Wiley & Sons, Canada Simamora, 1997, Studi Pengompleksan Co(II) dan Mn(II) dengan Ligan 1,10-
Fenantrolin, 4,7-Dimetil Fenantrolin dan Sianida, Sintesis dan Karakterisasi, Thesis, Jakarta, Universitas Indonesia
Sukardjo, 1992, Kimia Koordinasi, Cetakan Kedua, PT. Rineka Cipta, IKAPI,
Jakarta Svehla, G., 1996, Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro, Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Terjemahan oleh L. Setiono dan A. Hadyana P., PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta
Svehla, G., 1996, Vogel’s Qualitative Inorganic Analysis,7th Edition, Longman,
England Underwood, A.L., dan Day, R.A., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi
Keenam, Erlangga, Jakarta
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Wade, L.G, Jr., 2006, Organic Chemistry, 6th Edition, Pearson Prentice Hall, United States of America
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 1
Spektrum larutan Ni(II) konsentrasi 5.10-2 M di daerah uv-vis
Panjang Gelombang
Ab
sorb
an
si
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 2
Spektrum larutan Ni(II)
Ab
sorb
an
si
(II) konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
Panjang Gelombang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 3
Spektrum larutan 2,2’-bipiridin konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
Panjang Gelombang
Ab
sorb
an
si
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 4
Spektrum larutan 2,2’-bipiridin konsentrasi 10-4 M di daerah uv-vis
Panjang Gelombang
Ab
sorb
an
si
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 5
Spektrum larutan oksalat
Ab
sorb
an
si
Spektrum larutan oksalat konsentrasi 10-2 M di daerah uv-vis
Panjang Gelombang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 6
Spektrum stokiometri
Ab
sorb
an
si
Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti tunggal [Ni(bipy)3]2+
Panjang Gelombang
+
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 7
Spektrum larutan sintesis senyawa kompleks inti tunggal [Ni(bipy)3]2+
Panjang Gelombang
Abs
orb
ansi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 8
Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti ganda
[(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)
Abs
orb
ansi
Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti ganda
Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
Panjang Gelombang
Spektrum stokiometri senyawa kompleks inti ganda
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 9
Spektrum larutan sintesis senyawa kompleks inti ganda
[(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
Panjang Gelombang
Ab
sorb
an
si
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 10
Spektrum Inframerah (IR) NiSO4.7H2O
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 11
Spektrum Inframerah (IR) [Ni(bipy)3]2+
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 12
Spektrum Inframerah (IR) [(OH)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(OH)]3+
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 13
Spektrum Inframerah (IR) 2,2’-bipiridin
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 14
Spektrum Inframerah (IR) oksalat
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 15
Penentuan stokiometri dengan metode perbandingan mol
1. Penentuan stokiometri bipy : Ni2+ pada 521 nm dengan metode perbandingan mol
Bipy : Ni2+ (sb.x)
Absorbansi (sb.y)
1 0,006 2 0,012 3 0,021
3,5 0,024 4 0,025
4,5 0,027 5 0,029
Persamaan garis lurus :
1. Perbandingan mmol bipy : Ni2+ (1-3,5) : y = 0,00742x + 0,001881 2. Perbandingan mmol bipy : Ni2+ (4-5) : y = 0,004x + 0,009
Perpotongan kedua garis lurus pada perbandingan mmol adalah 3,18. Jadi perbandingan mmol bipy : Ni2+ = 3,18 : 1 atau 3 : 1
2. Penentuan stokiometri Ni2+ : bipy : oksalat pada 523 nm dengan metode perbandingan mol
Oksalat : Ni2+ (sb.x)
Absorbansi (sb.y)
0 0,002 0,5 0,003 1 0,004
1,5 0,004 2 0,004
2,5 0,004 3 0,004
Persamaan garis lurus :
3. Perbandingan mmol oksalat : Ni2+ (0-1) : y = 0,002x + 0,002 4. Perbandingan mmol oksalat : Ni2+ (1,5-3) : y = 0,004
Perpotongan kedua garis lurus pada perbandingan mmol adalah 1. Jadi perbandingan mmol oksalat : Ni2+ = 1 : 1 atau 1 : 1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
Lampiran 16
Penentuan momen magnet senyawa kompleks hasil sintesis
Berdasarkan alat Magnetic Susceptibility Balance diperoleh nilai Xg dengan persamaan :
� =�����������(� − �))
10*�
Nilai ini dikonversi menjadi +eff (momen magnet) dengan persamaan :
Xm = Xg x Mr
+eff = 2,82 √ �. " BM
1. Penentuan momen magnet [Ni(bipy)3]2+
Untuk ion [Ni(bipy)3]2+ dengan Mr = 748,69 didapatkan data sebagai berikut :
Replikasi Cbalance l (cm) R0 R M (gram) T (°,) 1 1 1,7 -036 243 0,099 299 2 1 1,7 -032 249 0,0933 300
Replikasi 1:
� =1�1,7�(243 + 36)
10*.0,099= 4,7909. 10��
� = 4,7909. 10�� x 748,69 = 3,5868 . 10-3
+344 = 2,8263,5868. 10�8. 299 BM = 2,92 BM
Replikasi 2 :
� =1�1,7�(249 + 32)
10*. 0,0933= 5,1200. 10��
� = 5,1200. 10���748,69 = 3,8333. 10�8
+344 = 2,8263,8333. 10�8. 3009: = 3,029:
+344;�<� − ;�<� =2,929: + 3,029:
2= 2,979:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti
2. Penentuan momen magnet [(H2O)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(H2O)]3+
Untuk ion [(H2O)(bipy)2Ni(ox)Ni(bipy)2(H2O)]3+ dengan Mr = 1187,38 didapatkan data sebagai berikut :
Replikasi Cbalance l (cm) R0 R M (gram) T (°,) 1 1 1,8 -033 217 0,0873 299 2 1 1,9 -036 228 0,1041 300
Replikasi 1:
� =1�1,8�(217 + 33)
10*.0,0873= 5,1546. 10��
� = 5,1546. 10�� x 1187,38 = 6,1205 . 10�8
+344 = 2,8266,1205. 10�8. 299 BM = 3,81 BM
Replikasi 2 :
� =1�1,9�(288 + 36)
10*. 0,1041= 4,8184. 10��
� = 4,8184. 10���1187,38 = 5,7213. 10�8
+344 = 2,8265,7213. 10�8. 3009: = 3,699:
+344;�<� − ;�<� =3,819: + 3,699:
2= 3,759:
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Sintesis dan Karakterisasi Material Magnetik Berbasis Senyawa Kompleks Inti Ganda Nikel(II) dengan 2,2’-Bipiridin Menggunakan Ligan Jembatan Oksalat
Natalia Dwi Christianti