singkong gajah

Upload: donny-dhonanto

Post on 12-Mar-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pertanian

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dalam UU tersebut disebutkan Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli mereka.Disamping itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan diversifikasi pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal melalui peningkatan teknologi pengolahan dan produk pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan gizi seimbang. Salah satu kendala pada diversifikasi pangan adalah tingginya konsumsi beras. Berdasarkan data BPS (2009), konsumsi pangan di Indonesia belum memenuhi pola pangan harapan karena konsumsi beras masih sebesar 64,1% dibandingkan dengan anjuran konsumsi beras yaitu 50% dari total asupan konsumsi. Upaya penerapan diversifikasi pangan pokok di Indonesia berfokus pada pengurangan konsumsi beras dan meningkatkan konsumsi sumber karbohidrat lokal seperti singkong. Salah satu contoh nyata program pemerintah yang saat ini dilaksanakan adalah program One Day No Rice (Satu Hari Tanpa Nasi) di kota Depok. Namun, masih terdapat kendala dalam program tersebut. Kendala yang ditemui adalah masyarakat masih belum terbiasa mengonsumsi makanan tersebut bersama lauk karena makanan tersebut biasa dimakan sebagai kudapan saja. Oleh karena itu, upaya lebih lanjut diperlukan untuk menarik minat masyarakat terhadap makanan tersebut dengan mengolahnya menjadi makanan yang dapat diterima masyarakat. Salah satu upaya yang dapat menjadi solusi masalah tersebut adalah pengoptimalan pengembangan teknologi pangan.Adanya perkembangan teknologi pangan dapat membantu upaya diversifikasi dengan cara mengolah bahan-bahan sumber karbohidrat menjadi produk yang diterima masyarakat. Dari berbagai ragam pangan yang ada, Singkong merupakan salah satu ragam pangan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan upaya diversifikasi pangan untuk tetap menjaga ketahanan pangan khususnya di daerah Kalimantan Timur. Singkong ( Manihot esculenta ) merupakan komoditas pangan yang dikenal sebagai alternatif makanan pokok sumber karbohidrat selain beras. Manfaat yang dimiliki singkong sangat beragam mulai dari sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti keripik, tape dan jenis makanan lain, singkong juga kaya akan serat dan zat besi, berbagai macam kandungan dalam singkong mempunyai khasiat bagi kesehatan singkong juga dikenal sebagai umbi yang memiliki khasiat sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan dapat meningkatkan napsu makan.Seiring berkembangnya waktu, kini tehnik budidaya singkong sudah mengalami kemajuan dengan di temukannya bibit singkong unggul atau yang biasa di sebut dengan nama singkong gajah yang ukuran umbi singkongnya bisa mencapai 50kg per pohon dengan kata lain bisa 10 kali lipat dari hasil singkong biasa. Dialah Prof. Dr. Ristono MS, peneliti dari Universitas Mulawarman yang telah menemukan Varietas singkong gajah ini. Saat ini pengembangan singkong gajah di Kalimantan Timur sangat di dukung oleh Dinas pertanian Provinsi maupun Gubernur Kaltim, karena dengan adanya varietas singkong yang baru ini pemerintah daerah sangat berharap dapat terlaksananya program Ketahanan Pangan di daerah Kalimantan Timur.

1.2. Perumusan MasalahPada dasarnya Kebutuhan singkong di Indonesia khususnya di Kalimantan Timur setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Ini terjadi karena singkong menjadi pengganti karbohidrat utama setelah beras. Seperti data pada tabel berikut.Tabel 1. Proyeksi Konsumsi Tanaman SingkongNoTahunJumlah Penduduk(Juta Jiwa)*Konsumsi per Kapita(Kg)*Jumlah Konsumsi(Ton)

12010234.18118,44.309

22011236.95419,14.526

32012239.68719,84.746

42013242.37620,54.969

52014245.02121,25.194

Pertumbuhan (%)1,133,604,78

Sumber : Renstra, Badan Ketahanan Pangan(*) Jumlah penduduk tumbuh 1,13 % per tahun

Kalimantan Timur mempunyai potensi untuk meningkatkan kestabian pangan dengan pengelolaan tanaman singkong gajah melalui diversifikasi konsumsi pangan, pengembangan industri pangan berbasis tepung, dan pangan lokal. Singkong adalah salah satu dari berbagai ragam pangan yang dapat dikembangkan. Selama ini singkong hanya diolah menjadi makanan tradisional seperti keripik, tape dan makanan lainnya karena memang tingkat produktivitas yang masih rendah, namun saat ini setelah ditemukannya varietas baru dari singkong yaitu Varietas singkong gajah yang mampu berproduksi hingga 50kg per pohon.Singkong tidak lagi hanya digunakan sebagai bahan baku makanan tradisional tetapi komoditi ini dapat ini di olah menjadi tepung yang setara dengan tepung terigu atau yang sering kita sebut dengan tepung mocaf (modigied cassava flour) hasil tepungnya sudah tiada rasa dan aroma singkong lagi bahkan kelebihannya daya tahan tepung ini lebih tahan lama jika di banding dengan terigu, dan bahkan singkong gajah kini dapat di buat sebagai bahan baku bioetanol.Oleh karena itu singkong gajah merupakan suatu komoditi asli yang berasal dari Kalimantan Timur yang memiliki prospek pengembangan yang sangat cerah sebagai tanaman pangan yang sekarang dapat digunakan sebagai bahan baku Industri tepung, dengan peningkatan produksi singkong gajah di Kalimantan Timur di harapkan semua kebutuhan pangan di Indonesia dapat teratasi, sehingga Indonesia tidak perlu mengimpor tanaman pangan dari luar negeri.

1.3. Tujuan1. Memperkenalkan varietas singkong gajah yang merupakan varietas asli dari daerah Kalimantan Timur kepada masyarakat.2. Mensosialisasikan kepada masyarakat upaya peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan berbahan baku singkong gajah.3. Mengetahui pemanfaatan singkong gajah sebagai bahan baku industri tepung, bahan baku bioetanol dan juga sebagai bahan baku beras Musi.

1.4. Manfaat1. Bagi penulis, dapat mengetahui bahwa singkong gajah merupakan salah satu dari berbagai ragam pangan yang dapat dikembangkan untuk ketahanan pangan di daerah Kalimantan Timur.2. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi bahwa singkong gajah memiliki banyak keunggulan, selain dapat diolah menjadi makanan singkong gajah juga dapat di buat sebagai bahan baku pembuatan tepung dan juga bioetanol.3. Bagi pemerintah, dapat mendukung program ketahanan pangan dengan pemanfaatan varietas asli Kalimantan Timur yaitu varietas singkong gajah.

II. TELAAH PUSTAKA2.1. Ketahanan PanganKetahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan pangan secara berkelanjutan. Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman, dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannyaPeraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus berkembang dari waktu ke waktu,upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan serta mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.

Bahkan The World Food Summit ( WFS ) menyatakan ketahanan pangan dapat terwujud apabila semua orang setiap saat memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhannya dan juga pemenuhan pangan bagi kehidupan yang sehat. Empat pilar utama ketahanan pangan ini adalah ketersediaan pangan, stabilitas suplai pangan, akses dan pemanfaatan pangan.

2.2. Singkong GajahA. Asal Mula Singkong GajahPenelitian singkong yang juga terkenal dengan sebutan singkong gajah ini memakan waktu relatif lama. Prof. Dr. Ir. Ristono MS. menghabiskan waktu sekitar 10 tahun, dari tahun 1992 sampai 2002, dengan melakukan serangkaian percobaan seperti pencangkokan singkong lokal dengan singkong karet. Setelah sukses bereksperimen, singkong berukuran jumbo dengan varietas yang layak untuk dikonsumsi pun ditemukannya dan mulai dikembangkan pada tahun 2008.Pada akhirnya dilakukan kesepakatan untuk memberikan nama varietas singkong tersebut. Berbagai usulan muncul dengan hasil akhir ada tiga nama yang perlu dipertimbangkan yaitu : Genjah, Lembuswana, dan Gajah. Atas pertimbangan yang mendalam untuk berbagai kepentingan maka diputuskan nama varietas Singkong Unggul yang dikembangkan oleh BEC (Borneo Environmental Community) tersebut adalah SINGKONG GAJAH, dimana keunggulan varietas ini terletak pada : (1) berat umbi, (2) kemudahan penanaman, (3) bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan, dan (4) umur panen 6 10 bulan.

B. Sistematika dan Morfologi Singkong GajahSistematika dari singkong gajah adalah sebagai berikut :Kerajaan :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Malpighiales

Famili :Euphorbiaceae

Bangsa :Manihoteae

Genus :Manihot

Spesies :Manihot esculenta

Singkong gajah adalah tanaman perdu, bisa mencapai 7 meter tingginya, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Dalam rangka penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan LSM BEC dengan berbagai media tanam, input teknologi, dan jenis tanah yang berbeda menghasilkan variasi umbi basah cabutan per stek pada umur 9 bulan dengan berat 7 kg 42 kg. Dari berbagai sampel cabutan Singkong Gajah dengan umur antara 4 9 bulan memiliki rasa yang enak dan gurih dengan tekstur empuk bahkan ada nuansa rasa ketan. Berbagai jenis olahan singkong basah menjadi makanan diperoleh kualitas yang bagus antara lain berupa keripik, gethuk, tape dan bahan sayur pengganti kentang, dan lainnya yang memiliki potensi Ekonomi yang cukup tinggi.Umbi umur 9 12 bulan mempunyai kadar pati yang tinggi sehingga berpotensial sebagai bahan chip gaplek, tepung tapioka, tepung mocaf (pengganti gandum) dan bioethanol. Dengan demikian singkong gajah akan memiliki potensi strategis secara Nasional sebagai bahan pangan dan bahan bakar nabati (energi).Secara fisik singkong gajah memiliki sistem perakaran yang kuat sehingga memungkinkan bisa menyerap (menahan) air dan sangat berguna bagi keperluan irigasi dan pengendalian banjir. Sedangkan pertumbuhan batang, cabang dan daun mencapai tinggi 5 meter. Tumbuhan ini mempunyai potensi tinggi dalam penyerapan CO2, dengan demikian keberadaan Singkong gajahbesar peranannya bagi pengendalian ekosistem.Kandungan Sianida yang relatif rendah pada Singkong gajahterlihat pada daun yang bisa langsung dimakan oleh ternak (ayam, kambing, dan sapi) tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada ternak tersebut. Hal itu juga terlihat pada umbinya, karakteristik semacam ini mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan varietas singkong lainnya walaupun mempunyai produktivitas yang tinggi namun tidak dapat langsung dimakan oleh ternak maupun manusia, disebabkan tingkat Kandungan Sianida yang tinggi membuat jenis singkong variates yang lain beracun dan apabila dalam pengolahannya tidak menggunakan metode yang benar akan membahayakan mahluk hidup dan merusak lingkungan.Potensi kandungan Tepung pada Singkong gajahakan mencapai titik maksimum pada umur tanaman antara 9 12 bulan, dengan demikian apabila Industri Tepung Tapioka mengunakan bahan baku dari Singkong gajah sebaiknya pada umur panen tersebut.Sehubungan dengan kondisi iklim di Kalimantan Timur yang sulit dibedakan antara musim penghujan dan kemarau, maka penanaman Singkong gajahmaupun panen di Kalimantan Timur sangat diuntungkan Dengan demikian penyediaan bahan baku untuk industri Tepung Tapioka dapat dilakukan setiap saat dengan rotasi tahunan tanpa memandang hari maupun bulan dengan luasan areal yang besar tersedia. Perlu diwaspadai adanya siklus musim kering sepuluh tahunan sekali di mana bahaya kekurangan air bisa muncul, maka di dalam metode penanaman Singkong gajahdalam skala luas harus ada penyediaan tandon air yang difasilitasi dengan mesin pompa air. Pemanfaatan air dan mesin ini sangat diperlukan khususnya pada waktu panen umbi.

III. ANALISIS dan SINTESIS3.1. Pengembangan Singkong GajahPemerintah Provinsi melalui Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kaltim, Ir Ibrahim menyediakan sekitar 2.000 hektare lahan, yang disediakan untuk budidaya singkong terutama singkong gajah, dan saat ini telah tersedia pabrik di Kota bangun untuk mengolah singkong gajah menjadi produk olahan tepung. Hasil panen singkong gajah bisa mencapai 100 ton/ha, sedangkan singkong biasa 40 ton/ha. Karena hal-hal tersebut di harapkan tanaman singkong gajah asal Kalimantan Timur ini dapat mengurangi impor tanaman singkong dari luar negeri.Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Impor Singkong Tahun 2006-2011NoTahunProduksi(Ton)Impor(Ton)Jumlah(Ton)

1200619.986.640269.86020.256.500

2200719.988.058209.66920.197.727

3200821.756.99164.44321.821.434

4200922.039.145168.71522.207.860

5201023.918.118294.83924.212.957

6201124.044.025435.42324.479.448

Sumber : Produksi : BPSImpor : Kementerian Pertanian

3.2. Tepung Mocaf dari Singkong GajahMocaf (Modified Cassava Flour) atau tepung singkong hasil modifikasi sebagai produk olahan terbaru dari singkong juga merupakan temuan pertama di dunia, karena mocaf sanggup mengganti kebutuhan tepung gandum yang selama ini masih di impor. Untuk membuat 1 kg mocaf diperlukan 3 kg singkong segar dan untuk membuat 1 kg mie misalnya, mocaf mampu mensubstitusi 50 % tepung gandum atau terigu. Sementara untuk membuat kue, terigu bisa diganti seluruhnya oleh mocaf.Prinsip pembuatan mocaf adalah dengan memodifikasi sel singkong secara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang lebih baik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut. Secara umum proses pembuatan mocaf meliputi tahap-tahap penimbangan, pengupasan, pemotongan, perendaman (Fermentasi), pengeringan, penepungan dan pengayakan.Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen warna, seperti pigmen dan protein yang dapat menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna Mocaf yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung singkong biasa juga tidak berbau (netral). Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung terigu sehingga produk Mocaf sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan.Nilai mocaf luar biasa besarnya, sebab aroma dan citarasa mocaf setara terigu. Seluruh kebutuhan terigu kita yang mencapai 6 juta ton per tahun mengandalkan impor. Dengan ditemukannya mocaf, diharapkan mengurangi arus devisa ke mancanegara.Mocaf merupakan inovasi dan peluang baru dalam agroindustri khususnya tanaman singkong gajah, karena bahan baku mudah didapat dimana saja, harganya murah, pengolahannya relatif mudah, permintaan banyak dari produsen kue, mie dan penganan lainnya sehingga produsen kewalahan dan tidak terlayani mengingat keterbatasan sarana dan prasarana karena skala usahanya kebanyakan masih bersifat skala rumah tangga (Home Industry).Oleh karena itu, pengolahan hasil pertanian dengan dibuat menjadi berbagai produk hasil olahan merupakan salah satu alternatif bentuk pengawetan, persediaan bahan pangan dan dapat meningkatkan nilai tambah dari produk olahan tersebut.Langkah Kerja Membuat Tepung Mocaf adalah sebagai berikut :1. Pilih singkong yang masih segar dan cukup umur (umur panen 8-12 Bulan)2. Kupas singkong buang kulit dan bagian yang tidak digunakan3. Cuci dengan air bersih rendam dengan air bersih4. Masukkan singkong ke mesin perajang/pengiris hingga menjadi chip berketebalan 1-1,5 mm atau mesin penyawut5. Masukkan kedalam bak perendam atau jolang besar6. Rendam chip/sawut singkong basah dalam larutan starter Bimo-CF (difermentasikan) selama 12-48 jam 7. Angkat dan tiriskan pada keranjang agar air turun8. Pres singkong tadi dengan menggunakan spinner9. Keringkan di bawah sinar matahari10. Masukkan ke mesin penepung agar menjadi tepung halus (100 mesh)11. Kemas tepung mocaf dalam kemasan plastik kemudian tutup rapat 12. Tepung mocaf siap dipasarkan atau diolah lebih lanjut.Keunggulan Tepung Mocaf dari singkong gajah :1. Bebas gluten, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita obesitas, penderita penyakit gula, dll.2. Mengandung serat tinggi3. Mengandung Kalsium tinggi4. Tekstur lembut.

3.3. Bioetanol dari Singkong GajahSalah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Bioethanol dapat dibuat dari singkong karena kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong Gajah di Indonesia khususnya di Kalimantan Timur cukup besar sehingga bioetanol berbahan baku singkong gajah ini dapat berkembang.Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melakukan uji coba pengembangan energi alternatif bioetanol dari bahan dasar singkong. Untuk menghasilkan bioetanol sekitar satu liter dibutuhkan sedikitnya 6,5 kilogram singkong. Bioetanol yang dihasilkan nantinya bisa untuk oktan 40% atau seperti minyak tanah, 70% seperti premium bahkan 90% seperti Pertamax.Produksi ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi bio-ethanol.Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir. Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Berikut langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong, Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. 5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan : air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. 6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28-32oC dan pH 4,5-5,5.7. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein, di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12% etanol.8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. 10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin.

3.4. Beras Musi dari Singkong GajahSalah satu produk olahan sumber karbohidrat non padi yang sedang dikembangkan adalah Beras Mutiara Singkong (Beras MUSI) Produksi dari P4S Godhong Telo Emas (Bpk. Suprayitno) Binaan Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab.Penajam Paser Utara, yang merupakan salah satu sumber pangan alternatif dalam rangka mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Di daerah kalimantan Timur, singkong gajah memiliki prospek pengembangan yang sangat cerah sehingga P4S Gedhong Telo Emas berinisiatif mengolah singkong tersebut menjadi bahan pangan menyerupai beras, yang dikenal dengan nama Beras Musi. Cara pembuatan Beras Mutiara Singkong (Beras Musi) adalah sebagai berikut : - Tahap Pertama : Singkong dikupas, lalu dicuci, kemudian dicacah dengan alat Cyper dengan ketebalan tertentu, kemudian direndam dengan menggunakan starter, setelah itu diangkat dan ditiriskan. Tahap Kedua :Selanjutnya lakukan pemanasan dalam uap air dengan kelembaban 120 dan dengan suhu maksimum, kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari, kemudian selanjutnya digiling (Disk Mill) dengan saringan kasar, hasil saringan tersebut dipoles menggunakan Rice Milling. Tahap Ketiga : Proses Pengemasan beras musi dengan menggunakan plastik, dengan berat 1 s/d 5 kg. Cara Penyajian Beras Musi tidak jauh berbeda dengan cara penyajian beras pada umumnya yaitu, beras Musi dicuci kemudian direndam 10-15 menit lalu ditiriskan kemudian dikukus sampai matang.

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Pada saat krisis pangan atau langkanya komoditas beras, singkong merupakan alternatif pengganti beras walau hanya dimanfaatkan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Permintaan singkong dunia, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan Kebutuhan singkong dunia mencapai 220 juta ton per tahun. Indonesia merupakan produsen terbesar ketiga setelah Nigeria dan Brazil . Pertumbuhan jumlah produksi singkong di Indonesia meningkat, pada tahun 2013 sebanyak 1,2 juta ton singkong ( tepung singkong ), tahun 2014 produksi nasional tepung singkong menjadi 2,4 juta ton, lalu bertambah menjadi 4,8 juta ton dan pada 2016 bertambah lagi sebanyak 9,6 juta ton. Permintaan singkong dari China setiap tahun mencapai lebih dari lima juta ton dengan nilai US$ 150 juta atau setara Rp 1,3 triliun setiap tahun Indonesia hanya mampu memasok 15% dari total permintaan China (Benny Kusbini, Presiden Direktur PT Mitratani Agro Unggul).Dilihat dari semakin meningkatnya permintaan komoditas singkong, baik dari dalam maupun luar negri, prospek usaha dibidang produksi singkong di masa mendatang sungguh sangat menjanjikan keuntungan. Selain itu secara agroklimat dan ketersedian lahan, proses produksi singkong di Indonesia juga sangat mendukung sehingga prospek usaha produksi singkong di massa mendatang akan sangat cerah dengan sekmen pasar yang akan semakin meningkat.Permintaan akan komoditas singkong tidak hanya pada sektor pangan. Krisis energi yang terjadi bebrapa tahun belakangan ini, menjadikan masyarakat harus mampu mencari pengganti bahan baku energi yang terbaharukan seperti biodiesel. Singgkong adalah salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan baku energi terbaharukan untuk dibuat biodiesel. Terkait dengan program pemerintah dengan pencampuran bahan baku biofuel dengan bahan baku minyak.Dengan mempertimbangkan potensi dan kondisi Kalimantan Timur saat ini dan untuk memenuhi aspirasi yang berkembang di masyarakat mengenai tantangan lima tahun ke depan serta memperhatikan amanat konstitusional, serta untuk mewujudkan motto, Kaltim Bangkit 2013, sesuai dengan visi pembangunan Kalimantan Timur Mewujudkan Kalimantan Timur sebagai Pusat Agroindustri dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera.Pusat Energi Terkemuka adalah menjadikan Kalimantan Timur sebagai pusat energi terkemuka di Indonesia yang ditandai dengan tersedianya kebutuhan energi dengan memanfaatkan secara optimal pada sumber energi yang tidak terbaharukan seperti gas alam, batubara; terbangunnya sumber energi alternatif dengan memanfaatkan sumber energi terbaharukan tenaga surya, tenaga angin dan bioenergi serta tumbuhanya kesadaran masyarakat untuk melakukan penghematan energi.Luas wilayah Kalimantan Timur : 208.657,74 Km2 atau 20.865.774 ha meliputi wilayah daratan seluas 19. 844.117 ha dan wilayah lautan sejauh 12 mil laut dari garis pantai terluar ke arah laut seluas 1.021.657 ha, ketersediaan lahan yang luas untuk pengembangan berbagai komoditi pertanian termasuk ubi kayu. Berdasarkan data dinas pertanian Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012, Luas panen Ubi kayu di Kalimantan Timur sebesar 4.697 ha dengan Produktivitas 176,25 kw/Ha dengan capaian produksi sebesar 82.786 Ton,( Tabel 1).

Tabel 1. Data Produksi Ubi Kayu di Kalimantan Timur 2012

Kabupaten Luas Panen (Ha)Produktivitas (kw/Ha) Produksi (Ton)

1234567891011121314Paser Kutai BaratKutai Kartenegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser UtaraTana Tidung BalikpapanSamarinda Tarakan Bontang 1366819042882671893051.11379314181061746 137,88217,83169,20140,61156,88132,53139,15135,45142,25140,22296,03139,32298,29197,68 1.87514.83415.2964.0504.1892.5054.24415.0761.12443512.3741.4775.190119

Total 4.697 176,25 82.786

sumber: Lokakarya disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur Fakultas Pertanian.17