singkong gajah primadona tanaman masa depan

Upload: mehmetz-stancovicocapucino

Post on 15-Jul-2015

1.824 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

SINGKONG GAJAH PRIMADONA TANAMAN MASA DEPAN Jumat, 18 Februari 2011

Bayangkan jika minyak bumi, gas alam, dan batu bara di bumi Kalimantan sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini digunakan menipis habis. Dipastikan kita semua bakal kelimpungan dan pusing tujuh keliling. Itulah yang menjadi dasar Prof. Dr. Ristono, MS. melakukan penelitian tentang bahan bakar alternatif terbaharukan di Kaltim. Sosok peneliti ini telah berjuang dengan ulet memasyarakatkan tanaman singkong gajah. Selain sebagai sumber makanan pokok alternative, singkong gajah sangat potensial dikembangkan sebagai sumber bioenergi masa depan sehingga memiliki nilai strategis lain yang sangat luar biasa. Selain itu, yang bersangkutan memiliki obsesi bahwa di wilayah perbatasan Kaltim dengan pertimbangan perlunya kemandirian wilayah, pembangunan yang berkelanjutan serta upaya melepaskan tekanan arus TKI di perkebunan-perkebunan karet Malaysia, Indonesia dapat membuka jutaan hektar kebon singkong di wilayah perbatasan. Dari aspek kesejahteraan, impian ini sangat logis. Sedangkan ditinjau dari aspek pertahanan, diharapkan tercipta ketahanan menyeluruh yang terkait dengan ketahanan pangan, energi dan social. Berawal dari sebuah diskusi kecil membahas prospek pengembangan singkong gajah dalam rangka pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan RI-Malaysia antara Guru Besar STT Migas Balikpapan Prof. Dr. Ristono, MS. Dengan Kasdam VI/Mlw Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya didampingi oleh Katopdam VI/Mlw Letkol Ctp Drs. Ibnu

Fatah, M.Sc. di Ruang Tamu VIP Makodam VI/Mlw (Selasa, 4/1), Kodam VI/Mlw tengah menjajaki dan bertekad untuk memulai menanam singkong gajah di lahan-lahan milik TNI. Kegiatan ini, didasari pemikiran bahwa Kodam VI/Mlw harus mampu menjadi contoh nyata bagi upaya peningkatan kesejahteraan prajurit dan keluarganya serta bagi upaya pemberdayaan rakyat pada umumnya. Berikut ini artikel tentang singkong gajah sebagai bagian dari upaya sosialisasi agar didapatkan kesamaan visi dan persepsi seluruh warga Kodam VI/Mlw. Sebagian besar bahan tulisan didapatkan dari beberapa kali diskusi secara langsung dengan Prof. Dr. Ristono, MS. dan juga kompilasi dari berbagai sumber tulisan sekunder. Sekilas Tanaman Singkong Gajah

Singkong gajah adalah singkong varietas Asli Kalimantan timur yang ditemukan oleh Prof. Dr. Ristonom, MS dan dipublikasikan melalui Koran Lokal di Kalimantan Timur dan internet sejak tanggal 08 Juli 2008. Sosialisai dan pengembangan dimulai tanggal 01 Juni 2009 dengan acara Panen Raya dan Bazaar di Desa Bukit Pariaman (Separi-1) Kec. Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan oleh Prof. Dr. Ristono, MS dengan LSM (lembaga swadaya masyarakat) BEC (Borneo Environmental Community) yang dipimpinnya, dirumuskannya bahwa Produksi (P) tergantung pada Sumberdaya Alam (S), Sumberdaya Manusia (M), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (T), Iman dan Taqwa (I), dan Keuangan (U). P menunjukkan berbagai variasi hasil dalam

satuan berat umbi basah cabutan per stek pada umur 6 - 9 bulan dengan berat 7 kg - 42 kg. Hasil cabutan 01 Juni 2009 di Separi-1 diperoleh sampel seberat 29 kg sedangkan dari berbagai sampel cabutan dengan umur antara 4 - 9 bulan memiliki rasa yang enak dan gurih dengan tekstur empuk bahkan ada nuansa rasa ketan. Berbagai jenis makanan olahan dengan kualitas yang lebih bagus dapat diperoleh, antara lain berupa keripik, gethuk, tape, bahan sayur pengganti kentang, dan kue yang diberi nama Proll Tape. Tanaman pada umur 9 - 12 bulan mempunyai kadar pati yang tinggi sehingga berpotensial sebagai bahan Chip Gaplek namun kurang pas untuk diolah langsung sebagai makanan olahan langsung jadi, karena seratnya yang mulai mengeras. Singkong pada umur ini lebih tepat dupabrikasi menjadi Tepung Tapioka (Kanji), Tepung Mokal (Pengganti Gandum) dan Bioethanol. Dengan demikian Singkong Gajah memiliki nilai strategis secara nasional yang juga memiliki potensi bahan ekspor sebagai bahan baku makanan dan minuman, kesehatan, dan sumber bahan bakar nabati (bio-energi). Prof. Dr. Ristono, MS. Bersama Bambang Pranghutomo, Faisal Ahmad, dan Puji Astuti, bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan menggelar seminar bertopik Peluang Bisnis Bioetanol di Kalimantan Timur. Kesempatan bagi BEC untuk memamerkan singkong gajah sebagai bahan baku yang cocok dikembangkan di Kaltim. Pada waktu itu varietas unggul dalam produksi di atas 100 ton per hektare. Seminar ini berujung pada antusiasme masyarakat yang cukup besar dengan meminta BEC untuk menyebarkan bibit dan teknologi ke masyarakat luas. Tak hanya diminta secara perorangan, namun banyak juga organisasi yang meminta mereka memberikan seminar maupun berdiskusi. Kata orang, kesempatan tidak datang dua kali, tutur Ristono yang menjabat sebagai ketua umum BEC. Kini, BEC memiliki banyak koleksi singkong unggulan yang diberi nama oleh BEC sebagai Singkong Gajah. Keunggulan varietas ini terletak pada berat umbi, kemudahan

penanaman, bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan, dan umur panen yang hanya memakan waktu 6 hingga 9 bulan. Benih singkong gajah kini telah tersebar dan dikembangkan oleh BEC di 8 kabupaten kota di Kaltim, seperti Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara, Paser, Kutai Kartanegara, Tarakan, Malinau, dan Nunukan. Jika ada kabupaten kota lainnya yang mau bekerjasama dengan kami, tentu kami siap membantu menjelaskan dari proses penanaman hingga pemanenan, terang pria yang kini telah berusia 59 tahun ini. Singkong Gajah yang dikelola dengan baik akan mampu memberikan solusi tentang kemiskinan, pengangguran, tindakan anarkis, moral spiritual dan ketahanan pangan. Produktivitas tinggi akan bisa dicapai melalui program kursus dan pelatihan sehingga berbagai produk riset, pengembangan dan motivasi akan terus menerus mendampingi karateristik Singkong Gajah yang potensial menuju ke arah yang lebih baik. Karakteristik Singkong Gajah secara fisik menunjukkan bahwa system perakarannya memungkinkan bisa menyerap (menahan) air sehingga sangat berguna bagi keperluan system irigasi dan pengendalian banjir. Sedangkan pertumbuhan batang, cabang dan daun di mana tinggi tanaman bisa mencapai 5 meter dan percabangan bertingkat mempunyai potensi dalam pengendalian penyerapan CO2, dengan demikian besar peranannya bagi perbaikan ekosistem. Kandungan sianida yang relative rendah pada umbinya terlihat pada daun yang bisa langsung dimakan oleh ternak, misalnya ayam, kambing, dan sapi tanpa menimbulkan pengaruh negatif pada ternak tersebut, hal itu juga terlihat pada umbinya. karakteristik semacam ini mempunyai nilai lebih baik dibandingkan dengan varietas singkong lainnya. Sehubungan dengan kondisi iklim di Kalimantan Timur yang sulit diperkirakan perbedaan antara musim penghujan dan kemarau, maka penanaman Singkong Gajah maupun masa panen di Kaltim dapat

dilakukan setiap saat dengan tehnik siklus penanaman yang benar. Dengan demikian penyediaan bahan baku untuk industri berbasis Singkong Gajah dapat dilakukan setiap saat dengan rotasi tahunan tanpa memandang hari maupun bulan dengan luasan areal yang besar tersedia.

Prof. Dr. Ristono, MS. Melakukan pencarian benih singkong dengan mendatangi desa bekas lokasi transmigrasi, seperti Rantau Pulung, Marang Kayu, Manggar, Anggana, Sepaku, serta di Pasir. Pengamatan pertumbuhan benih serta pembesaran umbi dilakukan sejak umur 4 bulan hingga 9 bulan. Dari hasil pengamatan pria yang pernah menjadi pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul ini, pada tahun 2007, dia menemukan satu varietas unggulan yang dinamakan singkong gajah. Benih ini kemudian diujicobakan ke masyarakat di Desa Bukit Parianan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Juga ditanam di Desa Lamaru Balikpapan, Desa Sepaku Penajam Paser Utara, Berau, Malinau, Paser, dan di Universitas Borneo Tarakan. Upaya memanfaatkan hasil pengamatan bersama Borneo Environmental Community (BEC) ternyata tak semulus yang dibayangkan. Banyak kendala dalam pengembangan singkong gajah. Modal yang diperlukan cukup besar, khususnya untuk pembukaan dan penyiapan lahan, serta pembelian bibit, pupuk, pemeliharaan, dan pasca panen. Per hektarenya diperlukan dana Rp 10 juta hingga Rp 20 juta, papar Ristono. Namun dilihat dari hasil panen yang akan didapat, hasilnya sangat memuaskan. Berat umbi singkong gajah rrerata saat berumur 4 bulan hingga 9 bulan berkisar antara 15 hingga 46 kilogram. Sedangkan berat umbi singkong biasa untuk masa tanam yang sama, umumnya hanya 2

hingga 5 kilogram, jelas alumni Universitas Tokyo, Jepang ini membandingkan singkong gajah dengan singkong biasa. Pengalaman menunjukkan bahwa jika singkong gajah ditanaman dengan jarak 1 meter pada luas lahan 1 hektar, berat rerata umbi untuk 1 cabutan batang adalah 20 kg. Bila ditanam dengan jarak 1,5 2 meter, berat umbi dapat mencapai 35 hingga 40 kg per batangnya. Dengan nilai jual di pasaran saat ini berkisar Rp. 2.000,- hingga Rp. 4.000 per kilogram, maka pendapatan yang diperoleh berkisar antara Rp. 100.000.000,- hingga Rp. 200.000.000,- per hektar. Hitung-hitungan terjelek dengan harga Rp. 1.000,- per kilo pada saat panen raya, maka hasil yang didapat adalah 20 kg x 10.000 batang x Rp. 1.000,- = Rp. 200.000.000,-. Sungguh sangat menjanjikan, karena dengan modal Rp. 20.000.000,- seorang petani singkong gajah dapat memperoleh pendapatan hingga hingga Rp. 200.000.000,- dalam waktu 9 bulan. Sumber Bioenergi Alternatif Sudah banyak penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan sumber bahan bakar alternatif. Dari sekian banyak peneliti, Prof Ristono menjadi salah satu ahli yang konsen dalam pencarian sumberdaya alam (SDA) yang dapat digunakan menjadi BBM. Apalagi setelah pelaksanaan konferensi lingkungan dunia di Bali dan pertemuan pemimpin dunia yang dikenal dengan G7 di Hokaido, yang membahas tentang bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan batu bara. Maka, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini menjadikan singkong sebagai tanaman penyelamat energi dunia karena dapat diubah menjadi etanol atau alkohol. Senyawa kimia yang umumnya dikenal sebagai bahan pembuat minuman keras (beralkohol). Sisi positifnya, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hal inilah yang membuat Ristono, sejak tahun 2006, hanya berkonsentrasi meneliti jenis tanaman singkong (ubi kayu) sebagai sumber energi alternatif. Meskipun sejak tahun 1992, ia telah mengumpulkan benih singkong di Kaltim, tetapi saat itu belum melakukan penelitian kegunaan singkong sebagai bahan bakar alternatif. Saat itu, dirinya hanya konsen melakukan penelitian tentang singkong sebagai bahan perekat briket batu bara, bioetanol pengganti alkohol,

serta ketahanan pangan dan energi. Singkong sebagai bahan baku nabati (BBN) dapat diolah menjadi bioetanol pengganti premium. Pati yang terdapat di dalam singkong merupakan senyawa karbohidrat yang dapat diubah menjadi glukosa dengan bantuan cendawan Aspergillus sp. Setelah menjadi gula baru diubah menjadi etanol melalui proses difermentasi. Tahapan pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong, dengan cara mengupas singkong kemudian dipotong kecil kemudian mengawetkan singkong dengan cara dikeringkan hingga kadar air 6 persen (gaplek). Setelah itu, gaplek dimasukkan ke dalam tangki berkapasitas 120 liter sebanyak 25 kilogram. Selanjutnya ditambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan dipanaskan hingga suhu mencapai 100 derajat celsius dan diaduk selama 30 menit sampai mengental. Bubur gaplek kemudian dimasukkan kedalam tangki skarifikasi (proses penguraian pati menjadai glukosa), kemudian dimasukkan cendawan Aspergillus sp sebagai pengurai setelah bubur dalam keadaan dingin. Tiap 100 liter bubur pati diperlukan 10 liter larutan cendawan Aspergillus sp atau 10 persen dari bubur. Setelah dua jam air akan terpisah dari endapan gula kemudian difermentasi. Tangki fermentasi ditutup rapat umtuk mencegah kontaminasi. Proses fermentasi secara anaerob (tidak membutuhkan udara) pada suhu 28 derajat hingga 32 derajat. Setelah 2 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan, yaitu, lapisan terbawah berupa endapan protein, lapisan tengah air dan lapisan teratas etanol. Hasil fermentasi disebut bir yang mengandung 6 12 % etanol. Bir kemudian disedot dan dipisahkan dari endapan protein dengan disaring. Bir kemudian disuling (destilasi) untuk memisahkan etanol dari air pada suhu 78 derajat celsius. Dari penyulingan dihasilkan etanol 95 persen. Untuk dapat larut dalam bensin diperlukan etanol 99 persen (etanol kering) sehingga dilakukan destilasi absorbent dengan cara etanol kering dipanaskan pada suhu 100 derajat selsius dan

dihasilkan 10 liter etanol kering. Akibat dari penurunan produksi minyak bumi dan kenaikan harga minyak dunia yang semakin tinggi membuat banyak negara maju dan berkembang yang berusaha mencari sumber energi terbarukan berbahan dasar nabati seperti misalnya Bio Diesel dan Bio Ethanol. Beberapa Negara di Brasil, Amerika Serikat, Kanada. Uni Eropa dan Australia sudah menggunakan campuran 63% etanol dan 37% bensin.Walaupun beberapa negara maju telah meneliti kemungkinan menghasilkan biofuel dari bahan non-pangan namun dengan tersedianya teknologi pengolahan yang murah dan bahan baku pangan yang melimpah saat ini tentu saja para pelaku industri biofuel tidak akan membuang buang waktu untuk menunggu realisasi dari penelitian tersebut.Dengan demikian maka secara otomatis kebutuhan akan bahan baku juga akan terdongkrak yang dapat berakibat terjadinya persaingan antara produsen bahan bakar dengan produsen bahan pangan dan ini tentu akan menyebakan kenaikan harga bahan pangan seperti yang telah terjadi pada Jagung, Gandum, CPO dan juga Singkong. Indonesia sebagai negara agraris seharusnya dapat memanfaatkan momentum saat ini untuk mulai menggalakkan lagi sektor industri pertaniannya mengingat tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan lahan yang sangat besar serta didukung pula oleh ektor tenag kerja yang melimpah.UNIDO (UN Industrial Development Organization) sudah sejak awal tahun 1980-an menerbitkan beberapa laporan tentang potensi singkong atau ubi kayu atau manioc, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia yang memiliki lahan luas dan subur karena permintaan pasar produk singkong tersebut dalam berbagai bentuk, mulai dari bahan mentah, gaplek, tepung gaplek, tepung tapioka dan tentu saja sebagai bahan baku ethanol sangat tinggiSingkong cukup potensial untuk dikembangkan karena singkong merupakan tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk

tanaman hortikultura lainnya, misal sayuran.Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi rakyat Indonesia. Dibandingkan dengan padi, membudidayakan umbi-umbian itu jauh lebih mudah dan murah. Sebagai contoh, menanam ubi kayu secara intensif membutuhkan biaya hanya sepertiga dari biaya budidaya padi. Di sisi lain, kandungan karbohidrat umbi-umbian juga setara dengan beras.Umbi-umbian itu kemudian dapat diproses menjadi tepung. Dalam bentuk tepung, umbi-umbian dapat difortifikasi dengan berbagai zat gizi yang diinginkan. Bentuk tepung juga mempermudah dan memperlama penyimpanan hingga dapat tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Selain itu, dalam bentuk tepung akan mempermudah pengguna mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan siap saji dan menyesuaikannya dengan selera yang disukai.Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan murah. Dengan teknologi itu, usaha skala kecil-menengah mampu menghasilkan tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang diproduksi perusahaan besar. Kandungan Nutrisi Singkong Gajah Kandungan Nutrisi pada Ubi Kayu (per 100 gram) meliputi; Kalori 146 kal, air 62,5 gram, Phosphor 40 mg, Karbohidrat 34 gram, Kalsium 33 mg, Vitamin C 30 mg, Protein 1,2 gram, Besi 0,7 mg, Lemak 0,3 gram, Vitamin B1 0,06 mg, Berat dapat dimakan 75 gram. Singkong gajah memiliki peluang yang sangat baik untuk diolah menjadi produkproduk turunan lainnya yang memiliki nilai ekonomis. Berikut ini penjelasannya. Makanan Gaplek Gaplek dapat dikatakan adalah singkong dalam bentuk potongan kecil yang telah kering sehingga masih dapat diproses menjadi berbagai produk turunan Singkong. Metode produksinya sangat sederhana. Singkong segar hanya dikupas, dicuci, di cacah dengan panjang kurang dari 5 cm agar mudah disimpan di Silo ( tempat penyimpanan ) dan

dikeringkan atau dijemur. Proses ini mengurangi bobot sebanyak kurang lebih sebesar 20 % 30 %. Diproses secara intensif di negara Thailand, Malaysia dan Afrika , Gaplek atau dried cassava chips adalah komoditi yang terkenal di dunia sebagai pakan ternak dengan kadar karbohidrat tinggi. Makanan Pellet Pellet dibuat dari umbi kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk silinder dengan panjang sekitar 2 3 cm dan diameter sekitar 4 8 mm. biasanya sekitar 2 3 % dari berat umbi kering hilang selama proses ini, namun pellet mempunyai kelebihan dibanding Gaplek yaitu : Kualitas lebih seragam, Menyita tempat lebih sedikit dibanding Gaplek sehingga mengurangi biaya transport dan penyimpanan, Biasanya sampai di tempat tujuan pengiriman dalam bentuk utuh sementara sebagian dari Gaplek akan cenderung lembab dan rusak karena panas. Tepung Pati Singkong Pati adalah salah satu substansi penting di dunia yang dapat diperbaharui dan merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Pati dihasilkan dari biji bijian atau umbi akar. Sebagian besar dari Pati digunakan sebagai bahan pangan namun dengan berbagai proses fisika, kimia dan biologi dapat dikonversi menjadi beragam produk lain. Saat ini Pati digunakan sebagai bahan pangan, kertas, tekstil, perekat, minuman, farmasi dan bahan bangunan. Singkong memiliki banyak karakteristik unggul sebagai bahan dasar Pati, antara lain : a. Tingkat kemurnian yang tinggi b. Karakter Pengental yang sangat baik c. Rasa yang Netral d. Tekstur e. Merupakan bahan mentah yang murah sekaligus mengandung kadar

Pati yang tinggi f. Mudah diekstrak dengan proses yang mudah dibandingkan dengan sumber pati yang lain sehingga layak untuk diproduksi dengan skala kecil dan kapital yang terbatas g. Lebih diminati oleh industri perekat karena membuat perekat lebih cair, halus dan stabil h. Pasta yang Lebih jernih Pati Murni (Native Starch) Pati murni diproduksi melalui proses pemisahan secara alamiah tanpa penambahan zat ataupun kimiawi lain. Pati murni dapat digunakan secara langsung dalam memproduksi beberapa jenis makanan seperti Mi. Pati yang telah dimodifikasi (Modified Starch) Agar dapat digunakan untuk kebutuhan industri Pati Murni tadi diproses kembali mulai dari merubah pola granula sampai merubah bentuk dan komposisi dari amilase dan molekul amilopectin, merubah temperatur pasta, rasio kekentalan, ketahanan terhadap asam, panas dan atau agitasi mekanik hingga sifat ion. Modifikasi tersebut bertujuan untuk memenuhi standar tertentu agar sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan industri. Produksi Tepung Pati Singkong Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung pada musim, 2. semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan

mesin pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan 3.full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin dari proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang menggunakan peralatan full otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas. Proses Produksi Tepung Pati 1. Pengupasan, dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi dan dijadikan pakan ternak. 2. Pencucian, dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremasremas singkong di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong. 3. Pemarutan, Pemarutan bertujuan untuk memecah singkong agar lebih mudah diproses lebih lanjut 4. Pemerasan/Ekstraksi, a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember. b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan. c. Pengeringan, Proses pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa

teknik : a. Penjemuran, Setelah endapan dikumpulkan, pati lalu dijemur di atas lembaran plastik atau tampah dari bambu untuk dijemur selama lebih kurang 48 jam hingga didapatkan MC ( moisture content ) = 14 %. Teknik ini membutuhkan luasan lahan untuk menjemur yang sangat luas karena menggunakan sinar matahari untuk mengeringkan Pati. Pada musim hujan penjemuran tidak mungkin dilakukan kecuali dibuat semacam green house yang didayagunakan sebagai oven, Pengeringan Hibrida, Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur selama 1 hari lalu ditambah alat bantu misalnya oven atupun dengan cara mengalirkan udara panas ke area pengeringan indoor, Pengeringan Mekanis, Pengeringan dengan 100 % menggunakan mesin yang digerakkan oleh generator atau listrik. Dalam hal ini proses ekstrak pati singkong jauh lebih sederhana karena hanya sedikit sekali substansi sekunder seperti misalnya protein, pada singkong ditambah lagi hasil terbaik dalam ekstraksi Pati Singkong dapat dihasilkan hanya dengan tambahan air, hal ini membuat pengolahan singkong sebagai Pati dan Tepung sangat sesuai untuk negara berkembang dan industri rural. Proses Pengolahan Sirup Glukosa Teknologi pengolahan singkong menjadi gula cair dalam skala pedesaan telah tersedia. Teknologi ini bahkan dapat dioperasikan oleh kelompok tani dengan mudah. Bahan baku untuk pengolahan gula cair tersebut berasal dari tepung tapioka kering, bahkan dapat diolah dari pati yang basah sekalipun, setelah melalui proses enzimatis. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya. Proses produksi Sirup Glukosa dapat dibagi menjadi beberapa bagian 1. Likuifikasi

2. Sakarifikasi 3. Purifikasi (Pemurnian) Pati murni mengandung granula mikro yang mengandung struktur internal yang kompleks.Pada suhu kamar, granula tadi dapat larut dalam air. Namun jika dipanaskan hingga suhu 60 derajat celcius granula akan lumer dan RUPTURE ?. menghasilkan kenaikan viskositas (kekentalan). Pada kondisi yang disebut dengan gelatin ini Pati dapat diperoses oleh enzim amilase, pada prakteknya Pati Singkong melalui kedua proses ini dengan sangat cepat dengan menggunakan jenis amilase yang stabil dalam suhu tinggi. Proses ini disebut dengan Likuifikasi yang menghasilkan DEXTRIN yang akan diproses lebih lanjut. Pemanfaatan Limbah Pengolahan Singkong menjadi Pati ataupun produk turunannya dipastikan akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak. 1. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan ternak. 2. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava. 3. Daun singkong dapat juga digunakanan untuk fortifikasi limbah untuk pakan ternak karena daun singkong mengandung nilai protein yang cukup tinggi Analisa SWOT

STRENGH (Kekuatan) 1. Tanaman singkong merupakan tanaman yang dapat dikatakan tidakmemerlukan perawatan khusus seperti halnya tanaman holtikultura lain seperti sayuran. Singkong juga tidak membutuhkan lahan khusus atau lahan yang spesifik bahkan singkong masih dapat tumbuh bahkandi daerah marginal walaupun dengan kompensasi produksi yang kurang maksimal 2. Kemudahan penanaman tadi juga didukung oleh kemudahan dalammemperoleh bibit, fleksibilitas dalam hal perawatan, pemupukan dan jenis lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga hanya sebatas tenaga borongan, dalam artian tenaga kerja hanya dibutuhkan pada saat saat tertentu seperti pada masa pengairan, pemupukan, penanaman dan panen. Hal ini tentu akan sangat menghemat biaya operasional 3. Bibit singkong jenis unggul saat ini sangat mudah didapatkan. Untuk jenis singkong gajah dapat dibeli di daerah Kaltim. 4. Return on Investment (ROI) untuk usaha budidaya singkong juga sangat tinggi. Statistik mencatat secara rata rata ROI ada diatas angka 100 %, dengan mempertimbangkan suku bunga kredit sebesar 20 % per tahun maka kemungkinan untuk menggunakan kredit perbankan pun terbuka lebar. 5. Tanaman singkong gajah dapat dibudidayakan secara tumpang sari dengan usaha pertanian lain, peternakan, dan perikanan. Dengan pola tumpang sari ini resiko untuk gagal total menjadi sangat kecil, selain juga petani berkesempatan melakukan diversifikasi usaha. WEAKNESS (Kelemahan) 1. Seperti yang telah diketahui, usaha agro kultur adalah usaha dimana return tidak dapat didapatkan dalam hitungan hari. Angka 1 tahun sebelum menikmati return adalah waktu yang sangat wajar terjadi di bidang agro kultur, namun angka ROI yang besar seharusnya dapat

menutupi kelemahan dalam hal masa investasi. 2. Singkong juga merupakan tanaman yang lama kelamaan akan mengikis unsur hara pada lahan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena ikut terangkatnya hara tanah pada saat panen. Solusi untuk hal ini telah melalui penelitian berbagai institusi terkemuka dan didapatkan kesimpulan bahwa pengembalian tanah yang turut terangkat bersama umbi adalah salah satu cara mempertahankan kekayaaan tanah disamping tentu perlunya teknik dan program pemupukan dalam kerangka jangka panjang. Sistem pertanian organik walaupun lebih memakan biaya, namun menurut penelitian mampu menjaga unsur nutrisi tanah sehingga tanah tetap dalam kondisi subur dalam jangka panjang. 3. Singkong segar merupakan barang yang mudah rusak sehingga dibutuhkan pengolahan awal seperti pemotongan (chip) dan pengeringan sebelum pengiriman ke pasar (kecuali untuk kebutuhan pasar tradisional). OPPORTUNITY (Peluang) 1. Kebutuhan pasar singkong yang selama ini didominasi oleh pabrikan tapioka sehingga menurunkan bargaining power petani singkong sudah berakhir dengan meluncurnya trend pengolahan biofuel berbahan dasar singkong yaitu ethanol. 2. Perebutan bahan baku telah memicu kenaikan harga bahan baku di pasar singkong yang ditandai dengan kolapsnya beberapa pabrik pengolahan tapioka yang masih mempertahankan sistem purchasing gaya lama (mempermainkan harga di tingkat petani) karena tidak mendapatkan suplai bahan baku. 3. Kenaikan harga hingga 50 % dan minimnya pasokan singkong telah membuat komoditas ini mengalami apresiasi dan kestabilan harga.

THREAT (Ancaman) 1. Ancaman terbesar terhadap usaha budidaya dan agroindustri singkong terletak pada permainan harga di tingkat petani. Petani yang kurang mempunyai akses kepada informasi terkini tentang kondisi pasar tentu akan sangat mudah diprovokasi oleh tengkulak dan pengusaha. 2. Ancaman hama terutama adalah babi hutan dan tikus yang termasuk sulit untuk dikendalikan. Sedangkan hama penyakit dan serangga pada tanaman singkong relatif sedikit dan dapat diatasi dengan sedikit pemakaian insektisida. 3. Pemakaian sumur artesis ( bor ) juga dimaksudkan untuk mencegah residu pupuki kimia, pestisida dan herbisida yang berasal dari lahan sawah dan pertanian yang dewasa ini sangat boros dalam penggunaan pupuk dan pembasmi hama, biasanya banyak teraliri melalui saluran irigasi Penutup Pengembangan prakarsa kemandirian bangsa harus didorong dengan cara mengembangkan berbagai potensi masyarakat, memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan hasil hasilnya sehingga berbagai upaya dimaksud harus berujung dan bertumpu kepada kesejahteraan rakyat, dan kemakmuran daerah yang bersangkutan, berdasarkan sendi sendi keadilan dan pemerataaan.Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan sektor AGROINDUSTRI, yang memang sudah merupakan ciri utama dan mayoritas kehidupan masyarakat di negara kita, dimana sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di pedesaan dengan hidup mengandalkan dari sektor pertanian dan dapat mengoptimalkan lahan lahan yang belum maksimal produksi sehingga apabila kegiatan kegiatan tersebut tumbuh kembangkan oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya, akan diperoleh beberapa keuntungan yaitu: (1) Menurunkan angka Urbanisasi, (2) Terbukanya lapangan kerja baru di daerah asal, (3) Termanfaatkannya lahan lahan yang belum optimal

produksi, (4) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat petani, (5) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, (6) Optimalisasi lahan lahan yang belum diolah dan dalam rangka membangun agro bisnis dan agro industri yang terintegrasi sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah, dimana didalamnya memuat aspek pemanfaatan lahan tidur secara optimal guna meningkatkan prouktivitas pertanian.

Singkong gajah layak dijadikan komoditas Agro Industri. Dalam upaya penyediaan bahan baku untuk mengimbangi kebutuhan industri pengolahan, usaha yang perlu diperhatikan terutama adalah peningkatan produktivitas singkong dengan masukan teknologi budidaya yang tepat. Sesungguhnya Kodam VI/Mlw dengan seluruh jajarannya hingga ke tingkat Koramil-Koramil di pedalaman harus mampu turut serta dalam upaya peningkatan produksi tanaman ubi kayu dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada. Opsi lain dapat juga ditempuh melalui kerjasama dalam bentuk perkebunan plasma perkebunan atau pengusahaan dalam skala besar dengan arah pengembangan di lahan-lahan marjinal dibarengi dengan pemanfaatan teknologi tepat guna. Dengan teknik pengolahan yang sederhana dapat memenuhi kebutuhan dari hulu hingga

hilir. Belum terpenuhinya kebutuhan pasar dan murahnya teknologi dalam produksi berbahan baku singkong seharusnya dapat ditangkap sebagai peluang oleh Kodam VI/Mlw untuk menghidupi semua kalangan dari hulu hingga ke hilir, menjadi bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit dan keluarganya serta pemberdayaan wilayah dan masyarakat. Fleksibilitas dan beragamnya produk turunan singkong gajah memungkinkan peluang-peluang tersebut untuk dimanfaatkan. Akhir kata, ayo.. cangkul.. cangkul yang dalam.. menanam singkong gajah di kebun kita. Semoga Bermanfaat !!!