sindrom kompartemen fix

Upload: tasyabebytiara

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    1/13

    1

    SINDROM KOMPARTEMEN

    DEFINISI

    Sindrom kompartemen dapat berupa kondisi akut maupun kronis yang disebabkan

    oleh peningkatan tekanan jaringan dalam ruang fascia. Bab ini fokus pada

    sindrom kompartemen di kaki, meskipun dapat juga mempengaruhi paha atau

    ekstremitas atas

    Sindrom kompartemen akut

    Sindrom kompartemen akut adalah kondisi serius yang disebabkan olehpeningkatan tekanan dalam ruang tertutup yang cepat. Jika tekanan cukup tinggi

    dan dipertahankan cukup lama, aliran darah menurun menyebabkan nekrosis otot

    dan saraf yang terlibat kompartemen. Jika fasiotomi tidak dilakukan, pasien

    mungkin akan menderita kontraktur, kelumpuhan, infeksi, dan gangren pada

    ekstremitas serta masalah sistemik, seperti mioglobinuria dan gagal ginjal. 1

    Sindrom kompartemen akut paling sering disebabkan oleh fraktur tibia2,3 dan

    dapat terjadi sebanyak 17% dari fraktur ini. 3Kompartemen anterior paling sering

    terkena, meskipun berbagai kompartemen sering terlibat. Bentuk trauma lainnya,

    seperti cedera, ruptur otot, pukulan langsung ke otot dan luka bakar, juga dapatmenyebabkan sindrom kompartemen. Tekanan langsung, seperti dari gips atau

    pakaian anti syok, dapat meningkatkan risiko sindrom kompartemen. 4

    Penyebab non trauma sindrom kompartemen akut lebih jarang ditemukan. Hal ini

    termasuk perdarahan ke dalam kompartemen, seperti dapat terjadi pada pasien

    antikoagulasi dan sindrom kompartemen setelah infark otot pada diabetes. 5

    Penyebab sindrom kompartemen lainnya yakni iskemik dan kemudian

    hiperperfusi yang disebabkan oleh operasi yang lama dalam posisi litotomi. Hal

    ini juga dikenal sebagai sindrom kompartemen-well legdan paling sering terlihat

    setelah operasi panggul dan perineum. Faktor risikonya yaitu lamanya prosedur,

    besarnya elevasi kaki, banyaknya kehilangan darah perioperatif, dan adanya

    penyakit pembuluh darah perifer dan obesitas. Kejadian secara keseluruhan dalam

    operasi panggul kompleks mungkin sebanyak 1 dari 500.6

    Sindrom kompartemen kronik

    Ini dikenal juga sebagai sindrom kompartemen exertional kronis (CEES) dan

    merupakan cedera berlebihan yang paling sering terlihat pada pelari7, pengendara

    sepeda, dan atlet lainnya dalam olahraga yang butuh berlari, seperti basket dan

    sepak bola. Pada CEES, fasia di kaki bagian bawah tidak mengakomodasi

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    2/13

    2

    peningkatan aliran darah dan perpindahan cairan yang mungkin terjadi dengan

    latihan berat.2 Peningkatan tekanan kompartemen kemudian mengganggu aliran

    darah, yang menyebabkan iskemia dan nyeri. 8

    GEJALA

    Daerah dimana gejala terjadi dan jenis keluhan tergantung pada kompartemen

    yang terlibat.

    Sindrom Kompartemen Akut

    Pasien merasakan nyeri yang tidak sesuai dengan cedera dan pembengkakan atau

    nyeri di daerah tersebut. Gejala lain termasuk nyeri hebat dengan gerakan pasif

    otot dalam kompartemen, hilangnya gerakan sadar pada otot yang terlibat, dan

    perubahan sensorik serta parestesia di daerah yang dipersarafi oleh saraf yang

    terlibat. 2,3

    Sindrom Kompartemen kronik

    Pada sindrom kompartemen kronik, gejala mulai secara bertahap, biasanya

    dengan peningkatan beban latihan atau latihan pada permukaan keras. Rasa sakit

    digambarkan sebagai nyeri, terbakar, atau kram dan terjadi pada gerakan berulang,

    paling sering berlari namun juga pada menari, bersepeda, dan hiking. Rasa sakitbiasanya terjadi pada sekitar waktu yang sama setiap kali pasien berpartisipasi

    dalam kegiatan ini (misalnya, setelah 15 menit berlari) dan bertambah atau tetap

    konstan jika aktivitas terus berlangsung. Rasa sakit menghilang atau berkurang

    setelah beberapa menit istirahat.

    Pada gejala yang berlanjut, sakit nyeri tumpul dapat menetap. Nyeri dapat

    terlokalisir pada kompartemen tertentu, meskipun beberapa kompartemen sering

    dapat terlibat. Rasa baal dan kesemutan dapat terjadi pada saraf yang terdapat di

    dalam kompartemen yang terlibat. Sindrom kompartemen kronik dapat dilihat

    pada sindrom berlebihan lainnya (misalnya, bersamaan dengan stres pada frakturtibia)

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fokus pada empat kompartemen di kaki. (gambar 58-1)

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    3/13

    3

    Kompartemen anterior terdiri dari tibialis anterior, dorsofleksi pergelangan

    kaki; ekstensor kaki, dorsofleksi kaki; arteri tibia anterior; dan saraf peroneal

    dalam, yang memberikan sensasi pada ruang pertama.

    Kompartemen lateral terdiri dari peroneus longus dan brevis, eversi kaki, dan

    safar peroneal superfisial, yang memberikan sensasi ke dorsum kaki.

    Kompartemen posterior superfisial terdiri dari otot grastrocnemius dan soleus,

    fleksi plantar kaki, dan bagian dari saraf sural, yang memberikan sensasi ke lateral

    kaki dan distal betis. 1,9,10

    Kompartemen posterior dalam/profunda terdiri dari tibialis posterior, plantar

    fleksi dan inversi kaki; fleksor kaki, fleksi jari kaki; arteri peroneal; dan saraf

    tibial, yang memberikan sensasi ke permukaan plantar kaki. Kompartemen inikemungkinan mengandung beberapa subkompartemen.11

    Sindrom Kompartemen Akut

    Pada sindrom kompartemen akut, pasien mengalami kaki bengkak dan tegang.

    Mereka juga mengalami kelemahan atau paralisis pada otot yang terlibat di

    kompartemen yang terkena dan rasa baal di daerah yang dipersarafi oleh saraf

    yang terlibat di kompartemen yang terkena. Denyut dan pengisian kapiler

    umumnya normal, karena ini hanya melibatkan tekanan yang sangat tinggi. 2,3,12,13

    Gambar 58-1 Fokus pemeriksaan fisik pada sindrom kompartemen yakni

    kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial, posterior dalam/profunda

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    4/13

    4

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Pada sindrom kompartemen kronik, pasien mungkin mengalami nyeri padapalpasi otot-otot yang terlibat atau mungkin tanpa gejala saat istirahat. Sekitar

    40% dari kasus, herniasi otot di kompartemen dapat diraba, terutama di

    kompartemen anterior dan lateral yang mana saraf peroneal superfisial menembus

    fasia. 14 Dalam kasus yang berat, rasa baal dapat terjadi pada daerah yang

    dipersarafi oleh saraf yang terlibat, tapi hal ini biasanya normal pada saat

    istirahat.2 kelemahan mungkin dapat muncul, sesuai dengan kompartemen yang

    terlibat: kelemahan dorsofleksi jika kompartemen anterior yang terlibat,

    kelemahan eversi kaki jika kompartemen lateral yang terlibat, dan kelemahan

    plantar fleksi jika satu dari kompartemen posterior terlibat.

    Nyeri timbul akibat gerakan yang berulang, seperti mengangkat kaki, atau berlari

    di tempat. Sindrom kompartemen lebih umum terjadi pada pasien yang pronasi

    selama berlari; sehingga pronasi merupakan temuan umum pada pemeriksaan

    fisik. 1,2,15

    KETERBATASAN FUNGSIONAL

    Sindrom Kompartemen Akut

    Gejala sisa dari sindrom kompartemen baru yakni mungkin cedera saraf dan otot

    dengan akibat kaki jatuh, kelemahan otot yang parah, dan kontraktur. Hal ini

    dapat menyebabkan gaya berjalan abnormal dan segala keterbatasan yang dapat

    menyebabkan kesulitan dengan naik tangga, partisipasi dalam olahraga dan

    aktivitas hidup sehari-hari.

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Dengan sindrom kompartemen kronik, keterbatasan fungsional biasanya terjadi di

    sekitar titik yang sama setiap kali selama latihan, di ambang iskemik individual.

    Misalnya, gejala dapat mulai berkembang setiap kali pelari mencapai tanda

    setengah mil atau setiap kali pendaki yang naik bukit besar. Hal ini secara

    signifikan dapat membatasi partisipasi olahraga dan kadang-kadang bahkan

    mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti berjalan yang lama.

    STUDI DIAGNOSIS

    Standar baku untuk diagnosis penilaian tekanan jaringan kompartemen. Alat yang

    umumnya biasa digunakan untuk mengukur tekanan intrakompartemen adalah

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    5/13

    5

    kateter wick and slitsecara tradisional.2(gambar 58-2) Alat terbaru seperti probe

    (gambar 58-3) transducer-tipped sekarang meningkat kepopularitasannya.16

    Gambar 58-3 transducer-tipped probe A. Handheld device B. Catheter tip with

    pressure sensing mechanics

    Sindrom Kompartemen Akut

    Secara tradisional, tekanan jaringan di atas 30 mmHg dipertimbangkan sebagai

    nilai pemotongan untuk dilakukan fasiotomi.2,16Nilai normal tekanan sebenarnya

    Gambar 58-2 pengukuran tekanan jaringan kompartemen untuk diagnosis

    sindrom kompartemen dengan menggunakan kateter wick and slit

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    6/13

    6

    adalah kurang dari 10 mmHg. Bagaimanapun hal ini terlihat seperti banyak

    fasiotomi yang dilakukan dengan penilaian ini tanpa arti. Sekrang tekanan

    kompartemen yang diukur sercara berlanjut digunakan untuk kasus-kasus berisiko

    tinggi seperti trauma kaki dengan fraktur tibia. Tekanan yang berbeda

    dikalkulasikan sebagai tekanan intramuskular yang tersubstraksi dari tekanan

    diastolik darah, hal ini menunjukkan bahwa fasiotomi meruakan sebuah indikasi.

    Beberapa penelitian menunjukkan nilai yang mencapai angka 30 bahkan dengan

    tanda-tanda peningkatan tekanan jaringan, pasien-pasien memiliki luaran klinis

    yang sangat baik dan fasiotomi tidak begitu penting. 17,18

    Karena penilaian tekanan kompartemen natural yang invasif alat diagnostik

    lainnya telah dijual. Gambaran resonansi magnetic mungkin membantu dalam

    menegakkan diagnosis. Perubahann terlihat dengan sindroma kompartemen akut

    termasuk kehilangan arsitektur normal otot pada gambaran-T1, edema diantara

    kompartemen, dan ikatan kuat pada kompartemen yang terluka dengan agen

    kontras gadolinium DTPA.19

    Sindrom Kopartemen Kronik

    Untuk CECS, penilaian tekanan absolut diwajibkan pada saat istirahat dan selama

    juga setelah latihan yang digunakan untuk membuat diagnosis. Menariknya, tidak

    ada yang terlihat seperti treshold tekanan kompartemen yangmana gejala-

    gejalanya muncul, dan pasien dengan tekanan tertinggi tidak begitu penting

    memiliki gejala-gejala paling buruk daripada pasien dengan tekanan yang sedikit

    abnormal.8 Berikut ini satu set penilaian secara umum2,13 digunakan untuk

    diagnosis sindrom kompartemen akut.

    Tekanan sebelum latihan >15 mmHg.

    1 menit setelah latihan > 30 mmHg.

    5 menit setelah latihan >29 mmHg.

    Penilaian kompartemen posterior sangat kontroversial. Tekanan istirahat normal

    adalah kurang dari 10mmHg dan penilaiannya seharusnya kembali ke level

    istirahat setelah 1-2 menit latihan.13

    Hal ini penting mengingat bahwa pasien memiliki gejala yang berhubungan

    dengan kompartemen yang mana ada peningkatan tekanan. Tekanan seharusnya

    meningkat pada gejala kompartemen dengan latihan dan peningkatan remain

    untuk waktu yang tidak abnormal. 5,10

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    7/13

    7

    Melihat kembali untuk menilai tekanan memiliki prosedur sebagai berikut.

    Mereka termasuk invasif dan dapat menjadi berkomplikasi padaperdarahan atau infeksi.

    Karena anatomi tubuh, hal ini lebih sulit untuk mengetes kedalaman

    kompartemen posterior

    Tekanan yang bergantung pada posisi kaki dan penggunaan tehnik yang

    digunakan begitu ketat sehingga seharusnya standarisasi yang baik perlu

    diikuti.

    Hal ini merupakan pengurasan waktu karena masing-masing kompartemen

    harus diuji secara terpisah, dan semua kompartemen seharusnya diuji

    karena area multipel sering dilibatkan. Hal ini sering menyulitkan pasien dengan kateter untuk berlatih.

    15,20

    Karena hal ini perlu dilihatulang, uji alternatif membenarkan diagnosa yang sering

    digunakan. Gambaran resonansi magnetic dilakukan sebelumnya dan setelah

    latihan dapat menunjukkan peningkatan intensitas sinyal melalui kompartemen

    yang terlibat yakni setinggi T2 setelah pasien dengan gejala kompartemen

    berlatih. Spectroskopi dekat infrared digunakan untuk menilai saturasi

    hemoglobin dan telah menunjukkan bukti iskemik pada pasien dengan CECS.

    Diagnostik ini muncul bersamaan dengan penilaian tekanan kompartemen melalui

    sensitivitas dan spesifisitas.22

    DIAGNOSIS BANDING

    Sindrom kompartemen Akut

    Arterial oclussion

    Severe muscle trauma

    Neuraphraxia of the common deep of superficial peroneal or tibial nerve

    Deep venous thrombosis

    Cellulitis

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Tibial or fibular stress fractures

    Shin splints

    Atherosclerosis with vascular claudication

    Popliteal artery compression from aberrant insertion of the medial

    gastrocnemius

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    8/13

    8

    Muscle hyperdevelopment causing compression of the popliteal artery

    Cystic adventitial disease

    PENGOBATAN

    Inisial

    Sindrom Kompartemen Akut

    Pengobatan inisial sindroma kompartemen akut adalah pembedahan

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Untuk sindroma kompartemen kronik, pengobatan inisial terdiri dari istirahat,

    terapi dingin, dan obat antiinflamasi non steroid. Kontrol pronasi dengan ortotik

    juga penting. Pasien seharusnya diberikan konseling untuk menghindari berjalan

    di permukaan keras dan memakai sepatu lari dengan jumlah bantal yang cukup

    dan hak yang lebar. Pijatan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian kecil yang

    cukup menjanjikan, tetapi dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk dilakukan

    pada tempat ini untuk melihat apakah jangka waktu yang panjang memiliki

    perubahan yang cukup signifikan dapat dibuat dengan terapi manual lainnya atau

    dengan pijatan.24

    REHABILITASI

    Sindrom Kompartemen Akut

    Rehabilitasi sindrom kompartemen akut terbatas pada derajat post fasiotomi.

    Rehabilitasi bergantung pada besar luka. Perawatan kulit yang tepat untuk

    membuka area terbuka lainnya untuk ditutup dengan maksud sekunder atau skin

    grafting yang telah diterapkan sangat penting. Suatu ortotik matakaki untuk

    membenarkan kaki yang patah (footdrop) sering dibutuhkan. Terapi fisik

    dibutuhkan untuk rentang latihan kelenturan untuk mencegah kontraktur dan

    seharusnya dimulai sesegera mungkin setelah pembedahan memungkinkan dan

    diperbolehkan untuk mengikat jaringan yang terluka. Penilaian lainnya termasuk

    penguatan otot yang mungkin terluka sebagian dan memungkinkan latihan gait

    dengan alat assistive. Tidak ada literatur yang mendukung protokol rehabilitasi

    spesifik dan begitu pula dengan program yang seharusnya menjadi dasar

    individualisasi kebutuhan pasien sendiri. Jika pasien memiki keterbatasan atau

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    9/13

    9

    gangguan aktivitas fisik sehari-hari seperti berbaju atau berjalan, terapi

    okupasional mungkin dapat menolong.

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Rehabilitasi sindrom kompartemen kronik tidak sepenuhnya dieksplorasi. Karena

    suatu luka yang terjadi karena tindakan berulang atau berlebihan maka

    pengobatan pertama adalah istirahat menyeluruh secara relatif dan analisa tentang

    penyebabnya. Sebagai contoh , pemikiran secara umum bahwa CECS lebih terjadi

    pada pronasi berlebihan sehingga fokus rehabilitasi untuk panjang otot normal

    melalui rantai kinetik khususnya pelebaran melalui latihan tarikan untuk

    gastrocnemius dan tibial posterior dan kekuatan tibial anterior.24 Sepatu ortosis

    untuk menambahkan istirahat overpronasi mungkin juga membantu. Kesalahanlatihan seperti peningkatan kecepatan pada intensitas atau durasi lari harus

    dibenarkan.

    Jika fasiotomi dilakukan untuk sindrom kompartemen kronik, rehabilitasi setelah

    pembedahan seharusnya diikuti. Berat yang dibebankan seharusnya dapat

    ditoleransikan dan rentang kelenturan dan latihan dmulai 1-2 hari selesai operasi.

    Penguatan dan pengembalian secara bertahap untuk memulai aktivitas pada 1-2

    minggu. Pemulihan sepenuhnya untuk beraktivitas seperti berlari biasanya

    memakan waktu 8-12 minggu.23

    PROSEDUR

    Prosedur tidak dilakukan secara umum dalam sindrom kompartemen kecuali

    dinyatakan sebelumnya untuk penilaian tekanan kompartemen sebagai prosedur

    diagnostik.

    PEMBEDAHAN

    Sindroma Kompartemen Akut

    Fasiotomi seharusnya dilakukan secepat mungkin untuk sindrom kompartemen

    akut. Insisi longitudinal yang besar dibuat untuk mempengaruhi kompartemen.

    Insisi ini dibiarkan terbuka agar dapat ditutup secara bertahap atau dilipat tebal

    dengan aplikasi skin grafting. Hasil dari pembedahan tersedia dan bergantung

    pada lamanya waktu iskemik dan luka lainnya yang terlibat.26

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    10/13

    10

    Jika pengobatan tertunda lebih dari 12 jam, hal ini diasumsikan bahwa kerusakan

    permanen telah terjadi hingga ke otot dan saraf yang terlibat dalam kompartemen.

    Terkadang, pasien diatasi dengan perawatan pendukung (supportive care) seperti

    managemen nyeri, observasi status ginjal, dan monitoring cairan. Hal ini

    dikarenakan peningkatan morbiditas khususnya infeksi dan kehilangan anggota

    tubuh dan peningkatan mortalitas ditunjukkan dengan fasiotomi yang tertunda.

    Prosedur rekonstruksi yang terlambat dilakukan, jika penting untuk membenarkan

    kontraktur otot atau melakukan pemindahan tendon untukfootdrop.24

    Sindroma Kompartemen Kronik

    Fasiotomi juga diandalkan untuk pengobatan pembedahan sindrom kompartemen

    kronik dan beberapa peneliti mengemukakan bahwa ada rating 100% kegagalanpada pengobatan konservatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh populasi pasien

    dengan masalah ini yang dilihat oleh spesialis baru saja mengalami kegagalan

    terapi dengan menggunakan terapi konservatif yang dibuat berdasarkan diagnosis.

    Waktu yang cukup dari munculnya onset gejala berdasarkan waktu diagnosis yang

    dibuat selama 22 bulan lamanya.2

    Sindrom kompartemen kronik memiliki tehnik fasiotomi yang berbeda. Seringnya

    metode terbaru menggunakan insisi kecil pada kulit dan pengambilan fascia

    sejauh linea proksimal dan distal sebagus mungkin dengan menghindari

    pembedahan pada saraf dan pembuluh darah.

    Hasil yang didapat dari pembedahan pada umumnya adalah baik dengan rating

    yang cukup sukses yakni sekitar 80% sampai 90% seperti yang dijelaskan pada

    pengurangan gejala dan kembalinya aktifitas olahraga. 25

    KOMPLIKASI PENYAKIT POTENSIAL

    Sindrom Kompartemen Akut

    Pada sindrom kompartemen Akut, iskemik yang berlangsung lebih dari 4 jam

    biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen. Jika iskemik berlangsung

    menetap selama lebih dari 12 jam, kerusakan yang berat juga diperhitungkan.

    Iskemik yang berlangsung selama 4-12 jam dapat juga menyebabkan kerusakan

    yang signifikan termasuk nekrosis otot, kontraktur otot, kehilangan fungsi saraf,

    infeksi, gangren, myoglobinuria, dan kegagalan ginjal. Amputasi bagian yang

    terinfeksi terkadang juga penting, dan bahkan kematian dapat terjadi dari efek

    sistemik akibat infeksi kronik. Kekambuhan juga dapat terjadi. Calcific

    Myonekrosis dapat juga menjadi efek samping yang lambat.27

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    11/13

    11

    Sindrom Kompartemen Kronik

    Sindrom kompartemen kronik mungkin menyebabkan beberapa kerusakan sampaike otot dan saraf, tetapi hal ini tidak dibuktikan lebih lanjut sama sekali.

    KOMPLIKASI PENGOBATAN POTENSIAL

    Fasiotomi untuk sindrom kompartemen akut memiliki komplikasi yang serius.

    Rating mortalitas mencapai 11-15% dan morbiditas yang serius juga sering

    terjadi, termasuk amputasi mencapai rating 10-20% dan hilangnya fungsi panggul

    mencapai 27%. 28

    Fasiotomi untuk sindrom kompartemen kronik adalah pembedahan yang kurang

    ekstensif pada populasi yang lebih sehat, dan komplikasi yang terjadi biasanya

    tidak umum. Hal tersebut dapat termasuk perdarahan, infeksi, dan luka pada saraf,

    dan adanya gejala yang tidak dapat disembuhkan. Rating laporan kasus beragam

    hingga mencapai 3-20%. Alasan yang paling umum untuk rekurensi

    pembentukan skar jaringan yang meningkat menyebabkan kompartemen menjadi

    utuh kembali dan ketidaksesuaian pelepasan fascial. Sebuah seri kasus yang

    mengeksplorasi luaran fasiotomi berulang untuk gejala rekurensi melaporkan

    bahwa sebanyak 70% pasien memiliki luaran yang baik dan sempurna.

    29

    Satu komplikasi jangka panjang yang potensial dari fasiotomi adalah peningkatan

    risiko untuk perkembangan insufisien vena yang kronik disebabkan oleh

    hilangnya pompa muskulovena.30

    1. Swain R. Ross D, Lower extremity

    compartment syndrome. When to

    suspect acute or chronic pressure

    buildup. Postgrad Med 1999; 105: 159-

    162, 165, 168

    2.

    De Lee JC, Drez D, Orthopedic SportsMedicine: Principles and Practice.

    Philadelphia, WB Saunders, 2002:

    1612-1619

    3. Gulli B, Templeman D, Compartment

    syndrome of the lower extremity,

    Orthop Clin North Am 1994; 25: 677-

    684

    4. Horgan AF, Geddes S, Finlay IG, Lloyd

    Davies position with Trendelenburg- a

    disaster waiting to happen? Dis colon

    rectum 1999; 42: 8916-919, discussion

    919-920

    5. Woolley SI, Smith DR, Acute

    compartment syndrome secondary to

    diabetic muscle infarction: case report

    and literature review Eur J Emerg Med2006; 13: 113-116

    6. Simms MS, Terry TR. Well leg

    compartmentsyndrome after pelvic and

    perineal surgery in the lithotomy

    position. Postgrad Med J 2005;81: 534-

    536

    7. Edwards PH Jr, Wright MI, Hartman

    JF. A practical approach for the

    differential diagnosis of chronic leg

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    12/13

    12

    pain in the athlete. Am I Sports Med

    2005; 33: 1241-1249

    8.

    Mannarino E, Sexson S. Thesignificance of intracompartmental

    pressures in the diagnosis of chronic

    exertional compartment syndrome.

    Orthopedics 1989; 12: 1415-1418

    9. Blackman PG. A review of chronic

    exertional compartment syndrome in

    the lower leg. Med Sci Sports Exerc

    2000; 32 (Suppl): S4-S10

    10.Styf Jr, Korner LM. Diagnosis of

    chronic anterior compartment syndromein the lower leg. Acta Orthop Scand

    1987; 58: 139-144

    11.Cheney RA, Melaragno PG, Prayson

    MJ. Et al. Anatomic investigation of

    deep posterior compartment of the leg.

    Foot ankle Int 1998; 19: 98: 101

    12.Mars M, Hadley GP. Failure of pulse

    oximetry in the assessment of raised

    limb intracompartmental pressure.

    Injury 1994; 25: 379-381

    13.Mubarak SI, Hargens AR, Owen CA, et

    al. The wick catheter technique for

    measurement of intramuscular pressure.

    A new research and clinical tool. J

    Bone Joint Surg Am 1976; 58: 101 6-

    1020

    14.Detmer DE, Sharpe K, Sufit RL,

    Girdley FM. Chronic compartment

    syndrome: diagnosis, management, and

    outcomes. Am I Sports Med 1985; 13:

    162-170

    15.Hayes AA, Bower GD, Pitstock KL.

    Chronic (exertional) compartment

    syndrome of the legs diagnosed with

    thallous chloride scintigraphy. J Nucl

    Med 1995; 36: 1618-1624

    16.Elliott KG, Johnstone AJ. Diagnosing

    acute compartment syndrome. J Bone

    Joint Surg Br 2003; 85: 625-632

    17.White TO, Howell GE, Will EM, et al.

    Elevated intramuscular compartment

    pressure do not influence outcome after

    tibial fracture. J Trauma 2003; 55:

    1133-113818.McQueen MM, Court-Brown CM.

    Compartment monitoring in tibial

    fractures. The pressure threshold for

    decompression. J Bone Join Surg

    Br1996; 78: 99-104

    19.Rominger MB, Lukosh CI, Bachmann

    GF. MR imaging of compartment

    syndrome of the lower leg: a case

    control study. Eur Radiol 2004; 14:

    1432-143920.Takebayashi S, Takazawa H, Sasaki R,

    et al. Chronic exertional compartment

    syndrome in lower les: localization and

    follow up with thallium-201 SPECT

    imaging. J Nucl Med 1997; 38: 972-976

    21.Lauder TD, Stuart MJ, Amrami KK,

    Felmlee JP. Exertional compartment

    syndrome and the role of magnetic

    resonance imaging. Am J Phys Med

    Rehabil 2002; 81: 315-319

    22.van den Brand JG, Nelson T,

    Verleisdon EJ, van der Werken C. The

    diagnostic value of intracompartmental

    pressure measurement, magnetic

    resonance imaging, and near-infrared

    spectroscopy in chronic exertional

    compartment syndrome: a prospective

    study in 50 patients. Am J Sports Med

    2005; 33: 699-704

    23.Ni Mhuircheartaigh N, Kavanagh E,

    oDonohoe M, Eustace S. Pseudo

    compartment syndrome of the calf in an

    athlete secondary to cystic adventitial

    disease of the popliteal artery. J

    SportsMed 2005; 39: e36

    24.Blackman PG, Simmons LR, Crossley

    KM. Treatment of chronic exertional

    anterior compartment syndrome with

    massage: a pilot study. Clin J Sports

    Med 1998; 8: 14-17

  • 8/10/2019 Sindrom Kompartemen Fix

    13/13

    13

    25.Schepsis AA, Gill SS, Foster TA.

    Fasciotomy for exertional anterior

    compartment syndrome: is lateralcompartment release necessary? Am J

    Sports Med 1999; 27: 430-435

    26.Finkelstein JA, Hunter GA, Hu RW.

    Lower limb compartment syndrome:

    course after delayed fasciotomy. J

    Trauma 1996; 40-342-344

    27.Synder BJ, Oliva A, Buncke HJ.

    Calcific myonecrosis following

    compartment syndrome: report of two

    cases, review of the literature andrecommendations for treatment. J

    Trauma 1995; 39: 792-795

    28.Heemskerk J, Kitslaar P. Acute

    compartment syndrome of the lower

    leg: retrospective study on prevalence,technique and outcome of fasciotomies.

    World J Surg 2003; 27: 744-747

    29.Schepsis AA, Fitzgerald M, Nicoletta

    R. Revision surgery for exertional

    anterior compartment syndrome of the

    lower leg: technique findings, and

    results. Am J Sports Med 2005; 33:

    1040-1047

    30.Singh N, Sidawy AN, Bottoni CR, et al:

    Physiological changes in venoushemodynamics associated with elective

    fasciotomy. Ann Vasc Surg 2006; 20:

    301-305