sinar dharma 29.pdf

132

Upload: hendrick-tanuwidjaja

Post on 26-Oct-2015

416 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

SInar Dharma 29

TRANSCRIPT

Page 1: Sinar Dharma 29.pdf
Page 2: Sinar Dharma 29.pdf
Page 3: Sinar Dharma 29.pdf
Page 4: Sinar Dharma 29.pdf
Page 5: Sinar Dharma 29.pdf

Get Sinar Dharma Online!

Tahun ini, Buddhist Education Centre Surabaya telah mengadakan 2 acara Buddhis ynag luar biasa menginspirasi., yang pertama adalah Ajahn Brahm - All is Well dan Spread The Seeds of Love yang menunjukkan bagaimana cinta kasih yang diinspirasikan oleh semangat Buddhis mnyebar ke benya Afrika. Sinar Dharma edisi kali ini meliput kedua acara tersebut

dengan sajian foto-foto yang menarik.

Sel;ain itu kami juga memberikan sajian utama berupa transkriip konferensi Wisdom 2.0. Conference, sebuah konferensi yang mempertemukan para pembicara Buddhis dengan para digerati. Konferensi ini menunjukkan bahwa Dharma dapat menyumbang suatu kebijaksanaan yang positif bagi penggunaan dan perkembangan teknologi informasi di

dunia.

Selamat membaca.

Salam Metta,Hendrick Tanuwidjaja, S.T.

Sinar Dharma Executive Editor

Visit and Like Us At:

Sinar Dharma Mengundang Pembaca:

Artikel DharmaAnda dapat mengirimkan kepada kami artikel-artikel ajaran Dharma yang anda tulis.

Berita KegiatanVihara / organisasi Buddhis anda mengadakan kegiatan yang menarik? Silahkan mengirimkan liputannya pada kami.

Kesaksian BuddhisAnda punya pengalaman bagaimana Dharma mengubah hidup anda dan lingkungan sekitar anda menjadi lebih baik? Anda dapat mengirimkan pada kami.

http://dhammacitta.org/perpustakaan/

kategori/ezine/sinar-dharma/

DISTRIBUTOR SINAR DHARMADI KOTA ANDA

BATAM Suwarno 08127020450

BEKASIHimawan 08128439092

JAMBIFerry 085274546333

KLATEN Puryono 081575064382

MEDAN Lie Ching 0811652564

PALEMBANGHengky 081808690508

PEKANBARU Wismina 08127556328

TANGERANGLina 08151818473

www.becsurabaya.org

http://www.facebook.com/sinar.dharma

Sinar Dharma

Page 6: Sinar Dharma 29.pdf

ALAMAT REDAKSIJl. HR. Muhammad 179

Komp. Pertokoan Surya Inti Permata IIBlok D 8-9

Telp. 031.7345135 Fax. 031.7345143e-mail: [email protected]

BEC SELURUH INDONESIASURABAYA

Yayasan Dharma RangsiJl. HR. Muhammad 179

Komp. Pertokoan Surya Inti Permata IIBlok D 8-9

Telp. 031.7345135 Fax. 031.7345143Surabaya - Jawa Timur

JAKARTAYayasan Samudra Metta Indonesia

Jl. Pluit Sakti Raya No. 28 Blok B 11 Komplek Ruko Sentra Bisnis Pluit

Telp.021.66695336 Fax.021.66695337Jakarta Utara

KEDIRIJl. Kilisuci 36 Kediri

Telp. 0354.689281Kediri - Jawa Timur

PEKANBARUJl. Belimbing 159 Q

Telp. 0761.7072416 Fax. 0761.21602Pekanbaru - Riau

MEDANJl. Rotan Baru No.10

Telp. 061.4579450Medan - Sumatera Utara

Vihara Borobudur Jl. Imam Bonjol No. 21

Telp. 061.6628153Medan Sumatera Utara

DENPASARVihara Buddha Dharma

Jl. Gurita I, Perumahan Pedungan Indah No. 41 Seretani Telp. 0361.720984, 720024

Denpasar - Bali

Jl. Sunset Legian Kaja Legian, Kuta Telp. 0361.7440419

Denpasar - Bali

BATAMVihara Buddhayana

Komplek Nagoya Point (Pasar Angkasa) Blok L No. 1-3Telp. 0778.452636 Fax. 0778.452980

Batam - Kepulauan Riau

Vihara Maitri Sagara Jl. Tiban 3 Blok C II No. 17 (Belakang Pom Bensin Tiban)

Telp. 0778.310159 Fax. 0778.310159. Batam - Kepulauan Riau

MANADOVihara Dhammadipa Jl. Sudirman 52 Telp. 0431.861842 Fax. 0431.813455

Manado - Sulawesi Utara

PALEMBANGYayasan Buddhakirti Vihara Dharmakirti

Jl. Kapten Marzuki No.496 (Kamboja) Telp. 0711.356333 Fax. 0711.357375

Palembang - Sumatera Selatan

JAMBIYayasan Sathya Sal Ananda (u.p Bong Lie Hui)Jl. Gatot Subroto Komplek Ruko Hotel Abadi

Blok C RT 11 No 96-98Telp. 0741.7552452 Fax. 0741.7552453

Jambi

MALANGBuddhayana Dharma CentreJl. Ciliwung No.50 E (Ruko)

Hp. 081.25230878 Malang - Jawa Timur

PELINDUNGDirjen Bimas Buddha Depag RIDirektur Bimas Agama Buddha Depag RIKanwil Departemen Agama Propinsi Jawa TimurYayasan Dharma Rangsi Surabaya

PELINDUNGMaster Hai Tao

PENANGGUNG JAWABAmin Tanjung

PIMPINAN UMUMIndarto Santoso

PENASEHAT HUKUMTanudjaja, SH, CN, MH

PIMPINAN REDAKSITjahyono Wijaya

REDAKTUR PELAKSANAHendrick Tanuwidjaja

PENYUNTING BAHASATjahyono WijayaDjoni Ching Ik

ARTISTIK & DESIGNHendrick TanuwidjajaTiong BingSuryanaga TantoraDavid Wibowo Sampurna

PRODUKSI Dennis Hanani Wijaya

SEKRETARIS REDAKSI (081331789005)DeissyDewi

INFO BERLANGGANAN,IKLAN & PROMOSI (081331789009)Irfan Rizaldi Arfin

SIRKULASI (081331789006)YuskaMaxiBEC Seluruh Indonesia

DANA DHARMAmohon ditransfer ke:

BCA Kapas Krampung Surabayaa/c. 101-778-9911a/n. Yayasan Dharma Rangsi

2 / SINAR DHARMA

Redaksi

Page 7: Sinar Dharma 29.pdf
Page 8: Sinar Dharma 29.pdf

4 / SINAR DHARMA

Daftar Isi

8

100

11842

1008

Wisdom 2.0. ConferenceDimulai dengan ide menarik dari Soren Gordhammer, konferensi ini menjadi ajang favorit para ‘digerati’. Kebijaksanaan Buddha dan kemajuan teknologi informasi dibicarakan oleh para pioneer-nya di sini.

Bodhisattva MazuDi Indonesia, dewi ini banyak puja di kelenteng-kelenteng. Beliau juga dikenal dengan nama Tianshang Shengmu. Bagaimanakah kisah beliau belajar Buddha Dharma?

Ajahn Brahm - All Is Well Surabaya 2012‘ALL IS WELL’ – menjadi semacam mantera yang memotivasi orang untuk berpikir positif dengan mencari semacam hikmah dari setiap kejadian. Kata-kata itulah yang kemudian menjadi kata kunci pada kunjungan Ajahn Brahm ke Surabaya kali ini. Acara yang disponsori oleh Yayasan Ehipassiko dan Buddhist Educayion Centre ini diadakan pada hari Sabtu, 24 Maret 2012 di Zhang Palace.

Lama Rangbar - Bodhivastu ProjectRombongan Lama Rangbar Nyima Ozer dan Druk Chokyong Rinpoche, mempunyai misi menyebarkan Dharma dan mengajak saudara se-Dharma untuk bersatu membangun Mahabodhivastu Stupa di Amerika demi perdamaian dunia.

Page 9: Sinar Dharma 29.pdf

5 / SINAR DHARMA

Daftar Isi

53

108

68

62

68 108

Sun Si MiaoSun Simiao yang digelari sebagai Raja Obat Tiongkok dan Tabib Agung Sun, adalah tabib Tiongkok terkenal. Beliau memiliki dampak yang besar dan memiliki kontribusi penting pada perkembangan medis, khususnya resep-resep untuk generasi berikutnya. Tulisan ilmiah tersebut juga memiliki kontribusi terhadap kemajuan medis

di Korea dan Jepang.

No Work No EatingSalah satu Bhante kelahiran Indonesia, Bhante Nyanabhadra atau Phap Tu yang saat ini berlatih di bawah bimbingan Ven. Thich Nhat Hanh membagikan kisah dan pengalaman hidupnya yang sangat

inspiratif bagi kita semua.

Tribute to Buddha’s LegacyMuda mudi Buddhis di Indonesia semakin kreatif dalam mengisi momen Waisak. Saksikan bagaimana muda mudi Buddhist Reborn ini menampilkan drama musikal tentang Pertapa Sumedha dan

Buddha Dipankara

Chris Evans, Chris Hemsworth, Andrew

GarfieldPara aktor pemeran superhero Marvel ini turut menggemari

filosofi Buddhisme

Page 10: Sinar Dharma 29.pdf
Page 11: Sinar Dharma 29.pdf
Page 12: Sinar Dharma 29.pdf
Page 13: Sinar Dharma 29.pdf

wisdom 2.0CONFERENCE

“The Wisdom 2.0 Conference is a one-of-a-kind event in Silicon Valley that

brings together people from a variety of disciplines, including technology

leaders, Zen teachers, neuroscientists, and academics, to explore how we can

live with deeper meaning and wisdom in our technology-rich age.”

Bagaimana jika para pendiri dan orang-orang penting Facebook, Twitter, Google, Cisco, dan eBay, hadir bersama-sama dengan para mediator Buddhis dan guru-guru Zen untuk membicarakan tentang kebijaksanaan sejati di era teknologi informasi seperti sekarang ini? Itulah yang berlangsung dalam Wisdom 2.0 Conference, yaitu gerakan dan konferensi yang sedang popular di Sillicon Valley yang dipelopori oleh seorang praktisi Buddhis bernama Soren Gordhamer, pengarang buku Wisdom 2.0: Stress Relief for the Creative and Constantly Connected. Konferensi tentang Buddhisme dengan praktik kesadarannya (mindfulness) sedang popular di kalangan elit industri teknologi digital, komputer dan dunia online. Sejumlah 600 orang pebisnis, pemimpin dan pemikir elit datang menghadiri Konferensi Wisdom 2.0 ini. Hadir di antaranya adalah para pendiri media sosial seperti Evan Williams (Twitter), Eric Schiermeyer (Zynga), maupun para guru-guru Buddhis seperti Jon Kabat Zinn (murid Master Zen Seung Shan), Jack Kornfield (praktisi meditasi terkemuka murid Ajahn Chah) dan guru Zen Roshi Joan Halifax.

Semangat dari Wisdom 2.0 Conference ini adalah

untuk mempertemukan komunitas teknologi (yang fokus dalam mengembangkan teknologi dan gadget eksternal) dengan komunitas kebijaksanaan (yang berfokus pada teknologi pikiran dan batin) untuk menemukan bagaimana hidup dengan mindful, penuh makna dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Soren Gordhamer mencoba untuk menggabungkan

praktik kesadaran dengan teknologi dan media sosial. Kita semua tidak hanya butuh teknologi, kita semua juga butuh kebijaksanaan untuk bagaimana menggunakan teknologi tersebut.

Banyak orang ingin mengatalan “Ya”, baik kepada media sosial seperti Twitter dan Facebook sehingga mendapatkan sebuah kehidupan yang terhubung baik satu sama lain, maupun hidup secara bermakna dan mindful. Era teknologi informasi akan berubah menjadi era kebijaksanaan. Tantangan yang ada bukan hanya menggunakan teknologi dan tetap terkoneksi, tetapi kita harus melakukannya dengan tujuan dan visi yang jelas. Hidup terkoneksi dengan teknologi sangatlah mudah, namun hidup terkoneksi secara penuh makna, itulah tantangannya. Apakah kita ingin fokus menggunakan fasilitas teknologi yang ada saat ini untuk mendorong kebijaksanaan dan welas asih yang lebih besar kepada dunia ini?

Sampai pada tahun 2012 ini, Wisdom 2.0 Conference telah berlangsung sebanyak tiga kali. Konferensi ketiga baru-baru ini diadakan pada tanggal 23—24 Februari 2012. Konferensi pertama diadakan pada tahun 2010. Untuk tahun ketiga ini juga diadakan Wisdom 2.0 Business untuk pertama kalinya pada tanggal 11—12 Mei 2012. Wisdom 2.0 Business adalah konferensi tempat berkumpulnya para pebisnis dan entrepreneur untuk membahas bagaimana praktik kesadaran (mindfulness) dalam dunia kerja membawa pada inovasi dalam sebuah perusahaan.

Diiterjemahkan oleh: Tonny Mustika dan Hendrick Tan

SINAR DHARMA / 9

Page 14: Sinar Dharma 29.pdf

• Laura Arrillaga-Andreessen – Giving 2.0• Irene Au – Head of User Experience, Google• Arturo Bejar – Dir. of Engineering, Facebook• Seane Corn – Yoga Teacher, Spiritual Activist• Stuart Crabb – Head of Learning, Facebook• Jim Doty – Director & Founder, Project Compassion• Rich Fernandez – Director of Executive Development, Google• Michelle Gale – Leadership & Development, Twitter• Cherie Gardiner – Learning and Development, Zynga• Soren Gordhamer – Founder & Host, Wisdom 2.0• Roshi Joan Halifax – Upaya Zen Center• Joe Hyrkin – President and CEO, Wordnik• Thupten Jinpa – Buddhist Scholar, CCARE• Jon Kabat-Zinn – Mindfulness Teacher• Gopi Kallayil – Product Marketing Manager, Google• Beth Kanter – Beth’s Blog• Jack Kornfield – Spirit Rock Meditation• Scott Kriens – Director, 1440 Foundation• Karen May – VP, Leadership & Talent, Google• Jane McGonigal – Co-founder, Social Chocolate• Kelly McGonigal – Author, Stanford Health Psychologist• Dustin Moskovitz – Co-Founder, Facebook and Asana• Luke Nosek – Founder’s Fund, Co-founder PayPal• Pierre Omidyar – Founder, eBay• Leah Pearlman – CoCreator, The Happiness Institute• Lee Rainie – Director, Pew RC’s American Life Project• Cordell Ratzlaff – Director of User Experience, Cisco• Justin Rosenstein – Co-founder, Asana• Tim Ryan – United States Congressman• Eric Schiermeyer – Co-Founder, Zynga• Premal Shah – President, Kiva.org• Daniel Siegel – Co-Director, Mindful Awareness RC• Tami Simon – CEO, Sounds True• Gus Tai – General Partner, Trinity Ventures• Meng Tan – Jolly Good Fellow, Google• Eckhart Tolle – Author, A New Earth• Padmasree Warrior – CTO, Cisco Systems• Evan Williams – Co-founder, Twitter and Obvious

Sumber: http://wisdom2summit.com, http://www.huffingtonpost.com/soren-gordhamer/the-wisdom-20-conference_b_434899.html, http://online.wsj.com/article/SB10001424052970204369404577207142527586790.html

SPEAKERS

10 / SINAR DHARMA

Page 15: Sinar Dharma 29.pdf
Page 16: Sinar Dharma 29.pdf

12 / SINAR DHARMA

Soren Gordhamer: Ia dengan bergurau mengatakan bahwa Jinpa adalah “Wisdom” (Kebijaksanaan), sedangkan Pierre adalah “2.0” (Teknologi), sehingga keduanya adalah “Wisdom 2.0.” Tapi Pierre juga memiliki “wisdom”, demikian juga Jinpa juga mengeksplorasi teknologi. Ia sangat senang bisa menjembatani antara keduanya. Ia mengharapkan seorang pemimpin dalam dunia teknologi berbicara tentang kebijaksanaan dan kewelas-asihan, sedangkan seorang cendekiawan Buddhis Tibetan berbicara tentang teknologi. Ia melihat kesempatan untuk menyatukan hal yang terpisah seperti dalam kata-kata di banner dalam konferensi ini “living in wellnes, wisdom, and compassion.” Ia bertanya kepada keduanya apa refleksi mereka tentang keterkaitan antara dua bidang ini, antara teknologi dengan kebijaksanaan?

Pierre Omidyar: Ia berterima kasih kepada Soren karena sudah diundang dan komitmen Soren selama ini pada topik ini. Refleksi pertamanya adalah bahwa ada potensi yang sangat besar dialog antara teknologi dan kebijaksanaan. Ia senang mendengar cita-cita Justin adalah mengubah dunia. Para pelaku teknologi (techie) sebenarnya sangat sadar akan dampak dari teknologi pada dunia, dan memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan secara komunal, sehingga baik jika bisa bersama-sama belajar dan kebiasaan yang sudah berusia ribuan tahun untuk membantu kita memaksimalkan potensi kemanusiaan mereka sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ketika digabungkan keduanya menghasilkan kekuatan yang luar

biasa. Itulah sebabnya ia merasa optimis dengan masa kini.

Thupten Jinpa: Ia juga merasa berterimakasih pada Soren. Ia sangat gembira karena dalam konferensi ini ia menyaksikan banyak orang dari dunia teknologi memiliki rasa komitmen dan tanggungjawab. Ia merasa optimis dengan visi dan komitmen yang dimiliki oleh para pemmipin dunia teknologi. Hal ini dikarenakan, sebagai pengguna teknologi, ia merasa pada saat ini teknologi, terutama teknologi digital, memiliki kemampuan berkembang yang sangat luar biasa cepat dan dan membuka wacana baru mengenai bagaimana kita menggunakan komputer. Ia terpukau oleh perkembangan teknologi dan bertanya-tanya kemungkinan apalagi yang bisa dilakukan oleh teknologi untuk mengubah seluruh realitas. Ini adalah realita yang diimajinasikan dan dikreasi oleh sekelompok kecil manusia namun disebarkan ke seluruh dunia dan menciptakan realitas baru di mana kita tinggali. Dapat kita bayangkan kekuatan yang ada di tangan mereka, sehingga ia bertanya-tanya tentang kualitas jiwa orang-orang yang sedang membangun ini, apakah mereka mempertimbangkan tentang tanggung jawab moral dan etika dalam dunia baru yang mereka ciptakan. Ia membandingkan bagaimana dampak lemahnya moralitas pada suatu sektor masyarakat tertentu pada kasus krisis finansial. Namun ia melihat sendiri dalam konferensi ini betapa para pelaku sektor teknologi menjalani praktik yang membangun keheningan dalam batinnya dan berdiskusi soal kewelas-asihan dalam mendesain dunia

Kebijaksanaan Kuno dan Kehidupan Modern /Ancient Wisdom and Modern Life

Pierre Omidyar (Pendiri eBay), Thupten Jinpa (Cendekiawan Buddhis), Soren Gordhamer (Pendir Wisdom 2.0).

Page 17: Sinar Dharma 29.pdf

digital. Ini luar biasa. Padahal awalnya ia sangat skeptis soal bagaimana kebijaksanaan bisa dikaitkan dengan teknologi.

Soren Gordhamer: Soren mengatakan bahwa dikarenakan di antara mereka yang di sini tidak ada yang mempelajari dengan mendalam soal Tradisi Kebijaksanaan layaknya Jinpa, khususnya tradisi Tantra, ia bertanya kepada Jinpa bagaimana mentranformasi hati dan mengakhiri penderitaan, sehingga hal ini dapat berguna bagi para techie dalam ruangan ini dengan menerapkannya dalam dunia teknologi. Apakah Jinpa, sebagai cendekiawan dan praktisi, bisa menjelaskan bagaimana agar kita bisa beralih dari pandangan yang

mementingkan diri yang sempit menuju pandangan yang melampaui diri dan menjadi saling terkoneksi?

Thupten Jinpa: Kunci dalam diri kita adalah ide mengenai bahwa kebahagiaan diri kita membentur sebuah ide paradoks yang menyatakan kita butuh melupakan diri kita untuk mencapai kebahagiaan. Bagaimana kita dapat terkoneksi dengan orang lain, memahami permasalahan mereka dan memiliki pengharapan untuk menghilangkan penderitaan orang itu. Ini adalah soal bagaimana kita dapat melepaskan dari konsep diri yang sempit menuju pemahaman yang lebih inklusif. Namun tidak jarang orang salah mengartikan welas asih sebagai penolakan diri, karenanya cenderung melihat tindakan melupakan diri dan kebahagiaan diri sebagai kondisi yang saling bertolak belakang, seolah peduli dengan diri sendiri dan berwelas asih pada orang lain merupakan hal yang bertentangan. Dalam tradisi Timur, ada pemahaman pula bahwa merawat orang lain itu juga berarti merawat dirimu sendiri, hal ini seakan memperluas keberadaan diri kita sendiri, sehingga kita tidak perlu mempertentangkan antara kepentingan kita dengan kepentingan orang lain.

Selain itu juga, pembicara lain sempat membahas pentingnya memiliki batin yang hening, itu dapat dihasilkan baik melalui chanting, melalui meditasi mindfulness, melalui latihan pernafasan, yang penting adalah bagaimana membuat pikiran kita tenang dan fokus, dengan demikian kita bisa mendengarkan diri kita yang bebas dari gangguan suara-suara lain yang sebenarnya tidak berasal dari diri kita dan memenuhi persepsi kita. Saat ini, salah satu yang paling banyak dipakai adalah meditasi mindfulness yang sudah distandarkan dan berhasil digunakan oleh banyak kalangan, tanpa diembel-embeli terlalu banyak kebiasaan dari budaya tertentu. Ia mengharapkan hal yang sama dapat diterapkan juga pada welas asih, sehingga dapat

dipraktikkan secara universal, bebas dari ikatan budaya maupun agama tertentu. Untuk itu dibutuhkan pula disiplin diri dan yang terutama disiplin batin, sehingga tidak harus berpikir pro dan kontra terus menerus. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan semacam ritual yang dibuat sendiri yang sesuai dengan kebutuhan diri dan tidak berkaitan dengan agama tertentu, namun merupakan serangkaian kegiatan yang dapat melatih mawas diri di dalam.

Pierre Omidyar: Ia ingin mengaitkan antara apa yang disampaikan oleh Jinpa dengan pengalamannya sebagai seorang wirausahawan. Awal gagasan eBay adalah semua orang pada dasarnya adalah baik dan dengan tidak meragukan orang lain kita dapat menghindarkan mereka merasa tidak nyaman. Idenya adalah, daripada soal membuat bisnis yang menciptakan alat yang menginginkan orang lain menggunakannya dengan cara tertentu, idenya adalah membuatkan sebuah layanan yang dapat diakses oleh banyak pihak agar dapat menjadi alat mencapai kesuksesan. eBay sudah berdiri 18 tahun lamanya dan world wide web (WWW) akan merayakan 20 tahun masanya pada

SINAR DHARMA / 13

“Salah satu guru spiritual selalu mengatakan bahwa

mewujudkan nilai-nilai itu dalam dirimu sendiri

adalah cara terbaik untuk mendorong orang lain untuk

mengadopsi nilai-nilai itu.”

(Pierre Omidyar)

Page 18: Sinar Dharma 29.pdf

tahun ini, jadi bisa dibayangkan sudah berapa lama sistem ini ada.

Awalnya, model pemasaran masa itu berfokus pada analisa pasar, apa yang menjadi minat konsumen dan bagaimana membuat mereka terus membeli barang; hal ini didominasi oleh gagasan dualistik “kami” dan “mereka.” Apa yang beusaha dilakukannya melalui eBay adalah untuk melawan itu. Di mana ia melihat kesuksesan mereka sebagai pebisnis bergantung pada kesuksesan konsumen bersama-sama sebagai satu komunitas.

Dengan teknologi saat ini, dikarenakan jejaring sosial, tersebar luas ide mengenai menyediakan alat dan ajang pentas bagi manusia tanpa mementingkan hasil. Mereka berfokus pada menjalani proses dengan baik, serta tidak mementingkan hasil dan produk. Jadi apabila kita menjaga agar proses berjalan dengan baik, maka

para partisipanlah yang akan menghasilkan produknya. Semakin terasa penting untuk membantu komunitas yang sedang memasarkan melakukan prosesnya dengan baik, sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik. Hal ini akan memberikan hasil yang terbaik. Dengan demikian, cara melakukan pendekatan dengan teknologi menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Ini adalah visi yang optimis tentang teknologi.

Namun teknologi juga memiliki sisi kelam, sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya oleh Jim Doty, jika teknologi begitu baiknya, kenapa banyak warga Amerika mengalami depresi karena merasa kesepian.

Soren Gordhamer: Kesepian...memiliki banyak teman, namun tetap merasa kesepian.

Soren Gordhamer: Ia berkata bahwa eBay menerapkan berbagai nilai yang menarik. Ia bertanya apakah welas asih termasuk di dalamnya, dan bagaimana Pierre membangun

ketertarikan dengan Tradisi Kebijaksanaan ini dan menerapkannya?

Pierre Omidyar: eBay berpegang pada nilai dasar bahwa semua orang itu baik, bahkan ketika pandangan masyarakat sekitar kita tidak mampu mengenali ini dan saling menaruh curiga satu dengan yang lainnya. Ia berusaha memperlihatkan pada banyak orang bahwa pandangan itu keliru. Dengan memasukkan nilai itu ke dalam budaya organisasi, eBay bagaimanapun adalah sebuah tempat pemasaran di mana mereka membantu untuk saling menghubungkan orang yang membutuhkan, dengan membangun sebuah kepercayaan terhadap orang asing untuk melakukan transaksi. Satu-satunya cara agar berhasil adalah mengadaptasikan nilai itu kepada komunitas dan

berharap komunitas beradaptasi dengan nilai itu. Inilah kunci keberhasilan eBay, membantu komunitas beradaptasi dengan nilai-nilainya, sehingga mereka memperlakukan orang sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Dengan demikian, maka runtuhlah dinding pembatas antara perusahaan dan konsumen. Dengan demikian jika ada perwakilan perusahaan tidak memiliki nilai ini, maka orang dapat mengetahuinya. Salah satu guru spiritual selalu mengatakan bahwa mewujudkan nilai-nilai itu dalam dirimu sendiri adalah cara terbaik untuk mendorong orang lain untuk mengadopsi nilai-nilai itu. Ada perbedaan cara berbisnis kita antara sebelum dan sesudahnya.

Ia menyinggung perbincangan di salah satu sesi yang berkata, “Para ahli teknik tertarik soal bagaimana cara kerja pikiran.” Ia juga orang yang tertarik dengan sains terkait banyak hal, seperti neurosains dan sebagainya. Mungkin salah seorang guru spiritual pertamanya adalah Buckaroo Banzai (tokoh dalam film). Pada tahun 1984 ia menonton film “The Adventures of Buckaroo Banzai Across the 8th

14 / SINAR DHARMA

Page 19: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 15

Dimension”. Salah satu inti dari film ini yang masih ia ingat, Buckaroo berkata, “Hey, hey, hey, hey-now. Don’t be mean; we don’t have to be mean, cuz, remember, no matter where you go, there you are.” [Hei, hei, hei, hei-sekarang. Jangan jadi keji, kita tidak harus jadi keji, karena, ingat, tak peduli di mana pun kamu pergi, di sanalah dirimu berada]. Ia benar-benar memikirkan kata-kata ini. Kata-kata ini mengena baginya.

Beberapa tahun lalu ia mulai mempelajari lebih dalam Tradisi Kebijaksanaan ini. Hal yang memicunya adalah melihat Dalai Lama sedang diskusi mendalam dengan seorang saintis yang diadakan oleh Mind and Live Institute. Ia mulai melihat bahwa, selain beliau adalah orang yang baik dan orang yang mengajak orang lain menjadi orang yang baik, terdapat tradisi penyelidikan dan analisis yang sangat dalam, yang setara dengan kejernihan dan logika yang dimiliki oleh sains modern. Ia mulai tertarik untuk mempelajari hal ini. Mempertemukan antara tradisi ilmiah berusia ratusan tahun (yang merupakan penelitian dan penyelidikan dari sudut pandang orang ketiga) dengan tradisi tiga ribu tahun (yang merupakan penyelidikan dari sudut pandang orang pertama), menurutnya, akan menghasilkan hal yang luar biasa.

Soren Gordhamer: Ia berkata bahwa ia pernah membaca bukunya Jinpa yang berkata bahwa segala sesuatu selalu berubah-ubah. Lantas ia suatu saat ia mengetahui Jinpa memiliki Facebook (ketika menerima “invite” pada Facebook-nya dari Jinpa). Ia penasaran bagaimana Jinpa yang hidup berpraktik meditasi akhirnya lambat laun menjadi terbuka dengan dunia baru ini.

Teknologi sendiri dapat digunakan untuk meningkatkan dan memperluas kemanusiaan, namun itu tergantung bagaimana kita membangun nilai dan menjelmakannya dalam kegiatan kita. Namun jika mulai terasa kemanusiaan kita terasa berkurang, tidak ada salahnya juga untuk berjarak dengan teknologi dan mencari ke dalam diri kita, kemanusiaan kita, sebelum kembali ke dunia maya.

Thupten Jinpa: Ia baru mulai memiliki account Facebook baru beberapa bulan yang lalu. Alasan ia memiliki account Facebook adalah untuk alasan yang praktis, karena ia memiliki putri yang masih remaja. Ketika putrinya ingin memiliki account Facebook, tentu saja ia tidak bisa menghalangi, karena mereka hidup sebagai bagian dari dunia dan teman-teman sekelas putrinya juga memiliki. Jadi ia memutuskan bahwa ia harus mengenal Facebook, ia juga ikut membuka account Facebook. Temannya memperingatkan bahwa ia jangan menekan tombol “find friends” karena akan menyebabkan account-nya diketahui oleh banyak orang, jadi ia menghindarinya. Hal yang membuatnya jadi terkesan adalah bahwa ia bisa membagi-bagi daftar teman-temannya dalam daftar yang berbeda-beda sehingga mudah mengorganisasinya. Selain juga teknologi di internet sangat banyak membantu dalam kajian Buddhis Tibetan dengan unicode yang membantu dalam penulisan. Suatu hari ia menemukan pesan di wall

Facebook-nya dari panitia perayaan ulang tahun ke-50 sekolahnya di India yang ia tinggalkan waktu kelas 4.

Namun yang ia khawatirkan adalah anak-anak. Untuk dirinya sendiri yang sudah berusia terlatih untuk membuat batasan. Untuk anak-anak, peran pengawasan orang tua menjadi sangat penting. Tantangannya menjadi lebih berat, karena akses menjadi lebih mudah dan tidak terbatas pada ruang. Bahkan dirinya belum terlalu siap untuk terlalu menjadi terkoneksi. Tradisi Kebijaksanaan dapat membantu dalam soal dengan mengajarkan cara mempertahankan disiplin diri, menekankan disiplin batin. Bukan dengan mengembangkan aturan-moralitas, yang secara sinis dilihat sebagai aturan yang otoriter, namun dengan cara yang lebih spontan. Banyak riset memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan terjadi di bawah sadar. Kesadaran hanya menjelaskan dan membenarkannya. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan membuat ritual. Seperti anak-anaknya terbiasa tidak menonton TV selama hari tertentu dan mematikan HP ketika sampai di rumah. Dengan ritual dan ritme akan mempermudah, sebab secara sadar sulit sekali melawan godaan. Dikarenakan kita dibanjiri oleh banyak hal dalam kehidupan modern ini dan ini yang bisa dipelajari dari tradisi Kebijaksanaan.

Pierre Omidyar: Ia berpikir tentang peran teknologi dalam menegakkan aturan-moralitas. Menurut pengalamannya di eBay, ia berpikir tentang bagaimana membuat seseorang lebih percaya pada orang asing. Untuk itu ia menciptakan form feedback yang memungkinkan orang lain memberikan feedback berdasarkan transaksi-transaksi sebelumnya. Hal ini adalah insentif dalam sistem yang mendorong perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk. Dengan demikian, setelah jutaan transaksi mereka mempunyai bukti bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, meskipun dengan catatan bahwa hal ini terjadi ketika mereka ditaruh dalam sistem yang memungkinkan untuk saling memberikan feedback. Facebook juga membuktikan bahwa penggunaan nama asli pada account juga meningkatkan level diskusi dan kehatian-hatian dalam penggunaan kata. Ia mengajak yang lain mempertimbangkan dalam membangun sistem yang dapat mendorong perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang merusak.

Menurutnya sekarang teknologi sudah mencapai batas revolusi konektivitas. Yang penting adalah pertanyaan soal apa yang menyertainya, yaitu bagaimana teknologi kita membantu masyarakat dan kemanusiaan melampaui konektivitas. Itulah sebabnya hal ini jadi penting sekali dan mengapa ia senang sekali bisa hadir dalam konferensi ini. Semoga pada selanjutnya dari konferensi bisa berubah menjadi aksi. Teknologi secara sadar mendorong perbuatan yang baik. Mungkin hal ini kadang-kadang menjadi tidak nyaman karena seakan-akan harus mengadili mana yang “benar” dan mana yang “salah”. Namun bukan tugasnya menentukan hal tersebut.

SINAR DHARMA / 15

Page 20: Sinar Dharma 29.pdf

Soren Gordhamer: Apa yang hendak Jinpa sampaikan adalah ada hal yang bisa diberikan oleh teknologi kepada kita, namun ada yang juga tidak bisa disediakan oleh teknologi, seperti ritual dan waktu yang hening. Setahunya tidak ada teknologi yang bisa melakukan hal ini untuk kita. Bagaimana caranya singgah pada kedua hal tersebut di antara sela-sela waktu? Memutuskan untuk tidak memberikan respon dan menyediakan saat-saat untuk berefleksi, seperti tidak membuka surel untuk sehari. Bagaimana mendapatkan ruang untuk melakukan hal itu dengan begitu banyak koneksi yang dimiliki?

Pierre Omidyar: Ia pernah memcoba hal ini dalam membatasi waktu menerima surel. Betapa surel itu membanjiri kita, sehingga kita kadang-kadang tidak bisa membedakan antara hal yang terkini dengan hal yang terpenting. Surel yang terkini dianggap sebagai yang terpenting. Padahal hal ini tidak benar: bagaimana mungkin orang lain yang menentukan prioritas isu kita. Ia mencoba untuk membatasi membuka surel pada waktu-waktu tertentu, tidak membuka surel pada waktu bisnis (karena sebenarnya surel isinya adalah soal bisnis juga), setelah itu tidak membukanya 2 kali dalam seminggu, namun hal ini sulit. Ia gagal dalam mempertahankan kebiasaan tersebut. Kadang-kadang hanya bertahan beberapa minggu.

Pierre Omidyar: Kontemplasi dan refleksi. Ia mengatur jadwal kegiatannya agar satu hari yang benar-benar bebas dari aktivitas bisnis. Ia juga membuat batasan antara waktu untuk berpikir kreatif dengan waktu kerja sebagai manajer (maker/my creative time versus manager/coordinating time). Sebab sulit untuk menjadi kreatif pada pagi hari saat pikiran terfokus harus mempersiapkan rapat pada sore harinya. Karena itu harus ada pembatasan waktu yang jelas sehingga tersedia saat untuk berpikir kreatif tanpa terganggu oleh hal-hal seperti ‘kerja semata-mata untuk kerja.’ Hal ini perlu diperhatikan.

Thupten Jinpa: Ia merasa memiliki lebih banyak kemewahan menjalani hidup yang tidak terburu-buru dan

tanggungjawab dengan begitu banyak orang seperti Pierre. Bahkan ketika surel menjadi semakin penting dalam sistem komunikasi, ia secara sadar berusaha menangani hal ini. Kerjanya adalah penerjemah untuk Dalai Lama, mengklasifikasikan, dan menerjemahkan teks-teks Tibetan. Setiap pagi selama dua jam ia secara sengaja tidak membuka surel, karena surel selalu berarti soal manajemen dan kerja. Sebelumnya ia menggunakan Outlook, namun sekarang ia menggunakan Gmail. Ia agak terganggu dengan pemberitahuan secara otomatis pada Gmail yang memberitahukan adanya surel baru. Ia tidak pernah membalas surel pada hari surel itu diterima dan tidak membuka surel pada akhir pekan jika sedang ada di rumah, kecuali kalau dalam perjalanan, dan juga setelah jam kerja. Hal ini dimungkinkan karena pekerjaannya tidak sepadat Pierre. Ia sangat terkesan dengan Pierre karena memiliki kesadaran ini, sedangkan banyak yang lain terhanyut pada kondisi ini.

Pierre Omidyar: Kuncinya adalah orang menjalankan organisasi yang berbeda-beda.

Soren Gordhamer: Kita sedang beralih dari budaya terkoneksi, di mana koneksi memiliki aspek positif dan negatif, menuju ke budaya kebijaksanaan. Bagaimana kita menciptakan transisi ini? Atau mungkin juga ada pertanyaaan yang mencuat soal ini?

Pierre Omidyar: Ini juga pertanyaan yang ia pikirkan. Lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban. Ia tersadarkan oleh fakta bahwa sebagian besar yang dihadapi dunia ini diakibatkan oleh perbuatan manusia. Perbuatan itu berasal dari tindakan dan keputusan yang dibuat oleh manusia, jadi kabar baiknya adalah sebenarnya kita bisa menyelesaikan masalah ini. Pertanyaannya adalah mengapa meskipun semuanya sepakat bahwa ada masalah di dunia ini dan masalah itu kita yang menciptakannya melalui

16 / SINAR DHARMA

Page 21: Sinar Dharma 29.pdf

tindakan kita, lantas mengapa ada masalah? Salah satu elemennya dari hal ini adalah kita tidak memiliki kebebasan, keberanian, dan keberdayaan untuk bertindak sesuai dengan nilai dan keyakinan kita mengenai bagaimana seharusnya jadinya dunia dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita membantu orang untuk membawa nilai-nilai dasar kemanusiaan, seperti perhatian, kepedulian, kewelas-asihan, dan keterkoneksian yang kaya ke semua kelompok manusia berkumpul untuk bekerja? Bagaimana kita membuat orang-orang dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai mereka?

Thupten Jinpa: Menurutnya pertanyaan bagaimana menjadikan perilaku kita sejalan dengan nilai-nilai kita adalah salah pertanyaan yang penting. Ia membandingkan antara masyarakat sekuler kontemporer dengan masyarakat religius tradisional. Salah satu keunggulan dari masyarakat religius tradisional adalah memiliki kerangka berpikir luar biasa yang darinya partisipan budaya ini mendapatkan keutuhan (fullness), yang memberikan rasa bertujuan, tuntunan moral. Terdapat keutuhan tertentu dalam visi mengenai dunia.

Sedangkan di dunia sekuler, khususnya di masyarakat kontemporer, khususnya Amerika Utara, di mana meskipun sangat religius namun wacana publik yang berkembang adalah sekuler (di mana pemisahan antara negara-gereja sangat penting), tidak ada kerangka berpikir yang bisa dihasilkan untuk mengajak partisipasi individual agar memiliki rasa utuh, bertujuan, bermakna.

Dalam tradisi Buddhis ada istilah pandangan, meditasi, dan aksi (khususnya dalam Dzogchen, tr.). Ide dasarnya adalah dengan tujuan untuk hidup secara utuh seseorang harus mengubah pandangan dulu. Hal ini sebenarnya lebih soal bagaimana cara melihat dunia yang melibatkan

sistem nilai yang ada: persepsi tentang dunia. Jadi meditasi merujuk pada sejenis kehidupan kontemplatif yang mengintegrasikan cara pandang yang dimiliki seseorang ke kepribadiannya. Dalam artian tidak hanya menjadi pengetahuan intelektual, tapi membaur dengannya. Perilaku, interaksi dengan sesama manusia, dan keterlibatan seseorang dengan dunia, muncul secara bersamaan natural sejalan dengannya. Tindakan ini berefek timbal balik pada persepsi seseorang mengenai dunia. Integrasi yang demikian.

Hal yang sama berlaku pada sistem sekuler namun belum kita sadari karena masyarakatnya takut dengan bahasa preskriptif (prescriptive language). Sebagai orang luar Amerika Serikat, ia melihat bahwa nilai tertinggi dalam budaya Amerika adalah kebebasan individu. Dalam perdebatan, biasanya satu pihak cukup menggunakan alasan “menghina kebebasan individu” untuk menjatuhkan pendapat lainnya, dan percakapan pun usai. Dalam sistem seperti ini ada kecurigaan pada segala sesuatu yang bertopeng tradisional dan otoritas, dan juga ritual. Menurutnya, masyarakat sekuler harus menemukan cara agar bisa berubah. Ia menyinggung perkataan Justin dalam salah satu sesi tentang ko-kreasi untuk melampaui kekuatan evolusi, dengan tidak cuma menjadi korban dari sesuatu yang acak, namun menjadi pencipta yang abstrak. Keluar dari area nyamannya. Ia berharap dengan adanya sekolah tentang mindfulness, dan mungkin nanti ada sekolah untuk mengembangkan kewelas-asihan, maka Amerika bisa bergerak keluar dari kenyamanan masyarakat sekuler.

Soren Gordhamer: Ketimbang menentukan sendiri, kebanyakan pengkondisian dari lingkungan yang menguasai perilaku manusia.

SINAR DHARMA / 17

Page 22: Sinar Dharma 29.pdf

Thupten Jinpa: Hal ini masih sejalan dengan individual. Masyarakat sekuler mengharapkan individu memaknai hidupnya sendiri. Untuk menciptakan makna, seseorang harus menjadi Tuhan-mini.

Pierre Omidyar: Ia mengatakan kita seharusnya ingat salah satu perkataan dari Margaret Mead yang mengatakan bahwa jangan meremehkan kekuatan segelintir kecil orang yang penuh komitmen untuk mengubah dunia, dikarenakan inilah satu-satunya yang mereka miliki.

Sebenarnya kita perlu bergerak dari individu ke kelompok. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh Amerika dengan falsafah hidupnya. Realitas menunjukkan, dan dibuktikan oleh sains juga, bahwa perilaku individual lebih banyak dipengaruhi perilaku orang di sekitarnya daripada perilakunya sendiri. Bahkan tanggungjawab individual semakin dipertanyakan. Ia mencontohkan hal ini dengan kasus penyiksaan tahanan oleh Tentara Amerika di penjara Abu Ghraib di Irak. Para pelaku penyiksaan adalah orang-orang biasa yang tidak memiliki sejarah keganjilan perilaku dalam hidupnya. Mereka adalah orang-orang biasa yang ditempatkan dalam lingkungan yang atasannya mengizinkan mereka melakukan berbagai tindakan tidak manusiawi untuk memperoleh informasi dari tahanan. Hal ini menciptakan kondisi manusia-manusia biasa menjadi penyiksa yang brutal. Jadi kita harus mengenali aspek sifat dasar manusia yang ini juga yaitu bahwa pentingnya lingkungan dan orang-orang di sekitar kita dalam menentukan perilaku kita. Inilah kesadaran yang diberikan oleh sains, dan kita yang harus menemukan pada yang sebaiknya dilakukan.

Soren Gordhamer: Sebagai kata-kata penutup apakah ada kata-kata penutup yang mau disampaikan ke komunitas ini atau refleksi dari kegiatan selama 2 hari ini? Namun, kadang-kadang pertanyaan lebih penting daripada jawabannya. Mungkin juga apakah ada pertanyaan penting yang bisa dipakai untuk diselidiki dalam konferensi berikutnya?

Thupten Jinpa: Ia sekali lagi berterimakasih kepada Soren atas visinya yang mempertemukan Kebijaksanaan dan Teknologi, serta mengagumi sinergi dan kualitas percakapan yang terjadi. Ia mengusulkan soal tanggungjawab sosial dalam menciptakan teknologi yang sangat berkuasa dalam memengaruhi perilaku manusia melalui produk yang dihasilkan dengan menjadi lebih sadar, lebih mindful, lebih tenang dan berhati-hati. Teknologi memang mengubah dunia. Dunia tempat ia tinggali sekarang sangat berbeda dengan dunia tempat orang tuanya hidup. Ia membandingkan dengan kehidupan awalnya sebagai bhiksu di pengungsian Bhiksu Tibetan di India, dunia sekarang tampak bergerak dengan sangat cepat. Ia mengajak para pelaku teknologi agar ketika mendesain produk selalu tetap bersentuhan dengan sisi kemanusiaannya masing-masing, sadar dengan implikasi yang mungkin terjadi dari produk yang dihasilkan. Dalam konferensi berikutnya, sebagai tambahan untuk kesadaran, kebijaksanaan, dan kewelas-asihan, adalah soal tanggungjawab sosial.

Pierre Omidyar: Dalam formula Wisdom 2.0, komponen “Wisdom” atau Tradisi Kebijaksanaan adalah milik publik, yaitu sesuatu yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita semua, sedangkan komponen “2.0” (Teknologi) adalah milik pribadi (privat), yang diwakili oleh teknologi privat. Ia adalah orang yang sangat meyakini pasar untuk menyelaraskan antara sumber daya dengan dampak yang paling efektif dan diinginkan. Namun pertanyaannya adalah bagaimana mengarahkan pengaruh penting yang dimiliki teknologi sebagai milik pibadi yang bertanggungjawab terhadap para pemegang saham privat sekaligus juga mengawinkannya dengan tanggungjawab sosial dari Tradisi Kebijaksanaan. Berita baiknya adalah praktik dari kedua tradisi ini merasakan langsung faedahnya dan memperlihatkan hasilnya dalam bisnis, sehingga hal ini memperlihatkan mungkin untuk menjadikannya sejalan dengan kepentingan.

18 / SINAR DHARMA

Page 23: Sinar Dharma 29.pdf

Oleh

Stuart Crabb (Facebook) Michelle Gale (Twitter), Karen May (Google), &

Cherie Gardiner (Zynga), dan Soren Gordhamer (Pendiri Wisdom 2.0.)

Soren Gordhamer (moderator): meminta para pembicara untuk memperkenal diri dengan bercerita mengenai apa pandangan mereka tentang pekerjaan masing-masing terkait dengan pembelajaran dan pengembangan, serta pekerjaan masing-masing di departemen mereka.

Michelle Gale: Ia bekerja untuk Twitter selama 2 tahun. Ia banyak terlibat kegiatan berorientasi pembelajaran untuk karyawan, dengan mengadakan seperti kelas komunikasi, mindfulness, keterampilan presentasi, dan sebagainya. Selanjutnya ia akan lebih fokus pada pelatihan mengenai kepemimpinan dalam tim.

Cherie Gardiner: Dulu ia bekerja di Microsoft, sekarang ia bekerja di Zynga; dua perusahaan yang sangat berbeda. Peran dari bagian Pembelajaran & Pengembangan (Learning & Development) adalah keterlibatan (engagement). Baginya organisasi itu tak ubahnya organisme, memiliki tahap-

tahap pertumbuhan dan kecerdasan, dan perannya adalah memahaminya, dan kemudian berdasarkan pemahaman itu, ia memikirkan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi untuk mempertahankan keberlangsungannya. Tugasnya adalah mendengarkan dengan sunguh-sungguh dan menggali secara mendalam guna mengetahui kebutuhan orang lain.

Karen May: Ia melihat dirinya menciptakan tempat yang membantu orang lain dapat tumbuh dengan hasil yang terbaik: tempat orang lain dapat mengembangkan karir yang luar biasa, bereksplorasi, melakukan yang terbaik dalam kerjanya dan karirnya di masa depan. Ia bertanggungjawab untuk pengembangan pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, pengembangan karir, dan manajemen waktu.

SINAR DHARMA / 19

Page 24: Sinar Dharma 29.pdf

Stuart Crabb: Timnya bertanggungjawab dalam membantu mempertahankan dan melestarikan budaya yang sangat kreatif dan bergairah yang sudah ada dalam perusahaan. Membantu para pemimpin dan manajer untuk mengelola tim mereka dengan baik. Timnya juga bertanggungjawab dalam Pembelajaran & Pengembangan, yang meliputi peningkatkan proses pengembangan manajemen dan kepemimpinan (leadership dan management development), mengadakan pelatihan-pelatihan (seperti tentang produk dan penjualan, sehingga berbicara dengan orang lain dari luar Facebook juga adalah tanggungjawab timnya). Baru-baru ini timnya juga menambahkan strategi mengembangkan keberagaman ke dalam perannya.

Soren Gordhamer: Pertanyaan pertamanya: dalam pengalamannya dengan komunitas techie, para ahli teknik (engineer) selalu menjadi sorotan utama dan super star-nya. Kalau kamu adalah ahli tekniknya maka kamu menjadi rajanya. Bagian Pembelajaran & Pengembangan hanya mengambil peran sampingan, menjadi bagian dari organisasi namun struktur tubuhnya berbeda. Dalam konteks teknologi, kecerdasan emosional dan mindfulness bukan sesuatu akrab secara tradisional dalam teknologi sebagaimana bagi para panelis. Bagaimana cara kalian memperkenalkan hal demikian kepada mereka?

Stuart Crabb: Dari pengalamannya, ahli teknik adalah orang yang penuh rasa ingin tahu, dan sangat mudah menjadi tertarik. Tidak rumit dan sulit menjelaskan kepada mereka mengenai cara kerja pikiran. Dari pengalamannya, kebanyakan percakapan mereka adalah tentang program, jadi kalau menyinggung hal ini dalam percakapan dapat membuat mereka beralih menjadi lebih terlibat dalam suatu hal. Meskipun demikian, dalam menyampaikan sesuatu harus memperhatikan prinsip-prinsip mendasar, yaitu dalam penyampaian harus lebih banyak menyertakan data ilmiah dan penjelasan nalar; dengan menantang ide mereka dalam rangka menjelaskan bagaimana bisa tiba pada suatu kesimpulan. Juga harus memperhatikan cara mereka berbicara. Jadi, cara berbicara dan kerangka dalam menyampaikan juga penting.

Soren Gordhamer: bagaimana kamu memperkenal konsep mindfulness pada mereka?

Stuart Crabb: Mereka sudah sering berbincang-bincang tentang mindfulness di Facebook cukup lama beberapa tahun ini. Ia banyak memulai percakapan dengan topik tentang bagaimana cara kerja otak dalam sains, hal ini membuka percakapan dengan sangat cepat dan sangat mudah. Dengan menyajikan data-data ilmiah membantunya menjadi lebih kredibel dalam percakapan.

Cherie Gardiner: Baginya adalah indah bekerja dengan sekelompok orang yang kreatif. Sungguh menarik mengikut dialog antara ahli teknik yang kreatif. Dan dari usahanya

ikut terlibat dalam salah satu percakapan para ahli teknik, ia terlibat dalam percakapan yang sulit, di mana mereka tidak dapat mendapatkan hasil langsung (output), yang mana merupakan yang paling mereka cari. Jadi kemudian ia mencoba untuk mencoba mengajarkan pada mereka tentang keterampilan menggali/menyelidiki yang lebih baik dan secara bersamaan mengajarkan bagaimana menjadi kreatif untuk memperdalam bagaimana cara kerja mereka. Hal ini dilakukan dengan mencari ‘hasil’ (outcome) dalam bentuk lain yang mendukung proses kreatif namun sekaligus menghasilkan output yang diinginkan. Dan ia memulai dialog soal ini dengan pemimpin dan manajer yang menjadi kemudian memfasilitasinya.

Karen May: Karyawan di perusahaanya kebanyakan tidak menolak, sebaliknya mereka sangat ingin tahu. Sebenarnya semua orang dalam perusahan ingin mencapai prestasi (achievement), sekaligus mengalami pemenuhan diri (fullfilment). Apabila kita bisa menawarkan pada seseorang jalan yang potensial untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik dan sekaligus lebih memenuhi, sejalan dengan maknanya, hal ini akan menjadi sangat menarik bagi yang lainnya, sehingga mereka akan ramai-ramai untuk mencari pendekatannya sendiri-sendiri dalam mencapai hal tersebut.

Michelle Gale: Ia setuju dengan Stuart, yaitu dengan lebih membumikannya sebanyak mungkin ke sains. Ia ingat ketika Twitter masih kurang dari 200 orang, ia mengadakan acara tentang mindfulness dan kecerdasan emosional, 45 orang mengikuti acara tersebut, yang berarti lebih dari separuh ahli teknik di Twitter, dan kemudian bertambah dan terus bertambah. Mereka meminta lebih banyak lagi acara serupa. Sebenarnya bukan hanya kita membumikannya ke sains selama presentasi, namun juga mereka sendiri yang sudah berhasrat untuk terbuka dengan isu ini. Ketika hal tersebut memberikan bermanfaat bagi mereka, Michelle mendapatkan banyak surel yang menceritakan antusiasme mereka. Hal ini dikarenakan hal yang barusan mereka pelajari dan mereka praktikkan dapat langsung mereka rasakan. Hal ini yang disadarinya.

Soren Gordhamer: Dalam komunitas teknologi, orang-orang di posisi yang satu tidak saling bertemu dengan orang di posisi lainnya, contohnya Twitter tidak akan bertemu dengan Google dan sebagainya, dikarenakan mereka biasanya sibuk dalam dunianya sendiri-sendiri, dan jarang bisa berkumpul. Oleh karena itu Soren mengajak para peserta panel untuk saling melemparkan pertanyaan satu sama lainnya. Dikarenakan mereka sudah lama bekerja dalam areanya masing-masing, Soren bermaksud membuka ruang dalam acara ini agar mereka saling berbagi pengalaman belajar masing-masing.

Stuart Crabb: Apakah kamu bisa menggali kualitas mindfulness pada calon karyawan? Jika ya, bagamana

20 / SINAR DHARMA

Page 25: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 21

kamu melakukannya?

Michelle Gale: Ia tidak pernah melaksanakannya secara spesifik. Setiap ia bertemu dengan seseorang, ia akan mengujinya dengan memulai perbincangan tentang topik di luar pekerjaan namun terkait dan mengamati reaksi lawan bicaranya. Ada lawan bicaranya yang tampak terheran, kadang-kadang melihatnya dengan aneh, meskipun tidak ada sesuatu, namun apabila lawan biacaranya menunjukkan keterbukaan rasa ingin tahu, ia tahu orang itu bisa diarahkan.

Cherie Gardiner: Tidak bisa. Namun ia pernah mendapatkan pertanyaan hampir serupa dari seorang

produser lebih senior yang memimpin semua desain game. Dan daripada membicarakan tentang bagaimana cara mereka mewawancarai orang, Cherie meminta mereka mewawancari diri Cherie dengan mengikutkannya dalam proses. Cherie menilai framework mereka dalam wawancara sangat longgar, tanpa struktur tertentu. Ketika ia bertanya-tanya tentang sebenarnya apa posisi pekerjaan apa yang sedang mereka gali, dan akhirnya diketahui mereka menggali untuk posisi pekerjaan sebagai komposer game. Dari proses itulah ia melakukan corat-coret di papan tulis yang intensif untuk mendeskripsikan tentang bagaimana cara biasanya ia berpikir dalam memetakan masalah kepada mereka. Dan hal itu, apakah hal ini secara langsung terkait dengan mindfulness atau tidak, akan semakin meningkatkan rasa ingin tahu dan pemahaman, apabila kita melakukan mind-mapping terhadap proses yang berlangsung di balik pernyataan. Jadi tidak terkait langsung dengan mindfulness, tapi sedikit terkait.

Karen May: Kita tidak bisa mengetahui kualitas mindfulness dengan membayangkannya, namun bisa

mengetahuinya pada rasa ingin tahu, mendengarkan, kehadiran, rasa tanggung jawab, keinginan untuk mengubah dunia, dan rasa bertanggungjawab dalam melakukan sesuatu. Semua hal ini mengarah pada orang yang mindful.

Cherie Gardiner: Ia meminta giliran untuk bertanya. Pertanyaannya menyangkut soal memaknai sesuatu yang seseorang alami. Mereka memerhatikan soal memaknai perjalanan dalam karir dengan tujuan menjadi terlibat secara dalam di sebuah organisasi. Kebanyakan karyawan di tempat mereka baru 2 tahun bergabung dengan perusahaan, jadi mereka masih bekerja dengan baik namun belum mendapat ganjaran yang diinginkan

dengan segera. Lantas bagaimana cara mengenali suasana emosi karyawan selama perjalanan karir tersebut? Mereka banyak memikirkan soal apa yang seharusnya mereka lakukan untuk menjaga agar mereka selalu sedia dalam menempuh perjalanan karir tersebut. Ia penasaran soal bagaimana pengalaman yang lainnya dalam memaknai perjalanan karir tersebut?

Soren Gordhamer: Ia mengklarifikasi pertanyaan Cherie, apakah kita ia menyebutkan tentang memerhatikan perjalanan karir apakah yang ia maksudkan soal bagaimana mengaitkan antara orang-orang yang berpotensi menghasilkan uang dengan fokus mereka masing-masing?

Cherie Gardiner: Fokusnya adalah keterlibatan, memberikan perhatiannya kepada organisasi dan menjadi berkomitmen pada organisasi.

Michelle Gale: Berusaha menjelaskan ke Soren bahwa

Kita tidak bisa mengetahui kualitas mindfulness dengan

membayangkannya, namun bisa mengetahuinya

pada rasa ingin tahu, mendengarkan,

kehadiran, rasa tanggung jawab, keinginan untuk

mengubah dunia, dan rasa bertanggungjawab dalam

melakukan sesuatu. Semua hal ini mengarah pada orang

yang mindful.

(Karen May)

Page 26: Sinar Dharma 29.pdf

mereka sedang membahas beberapa orang yang akan terlibat lebih lama dalam organisasi dan kemungkinan terjadi inkonsistensi dalam organisasi.

Karen May: Menurutnya sebagai permulaan seorang karyawan sebaiknya memiliki konsultan finansial yang mendampinginya untuk mencegahnya dari pengeluaran yang berlebihan dan sekaligus menyarankannya untuk lebih mempertimbangkan kolega yang lebih baru dari dirinya. Hal ini menggabungkan antara saran tentang pengetatan finansial dengan saran mengenai budaya. Sungguh menarik bekerja di lingkungan yang semua orang-orangnya mengenakan pakaian yang santai, sehingga tidak ada tempat untuk pamer, sehingga ketika di kantor kita tidak

bisa membeda-bedakan mana yang berduit dan mana yang tidak. Penting untuk mengurangi kesenjangan di tempat kerja, terutama untuk yang baru bergabung di perusahaan. Mereka banyak menggunakan tenaga bukan karyawan, terdapat 13 ribu volunteer di Google. Beberapa dari mereka benar-benar volunteer dan beberapa dari mereka bukan. Namun, mereka di sana karena apa yang mereka yakini mengenai apa yang dapat mereka capai, dan ketika mereka semakin diberikan kesempatan untuk melaksanakannya, mereka akan melihatnya sebagai tempat yang baik untuk bekerja, sehingga sedikit mengesampingkan tujuan mencari uang. Demikianlah budaya di Google.

Soren Gordhamer: Ini tentang bagaimana seseorang tetap fokus pada proses versus mencari ganjaran di masa depan. Seseorang mungkin memulai dengan bekerja dengan penuh komitmen, tapi kemudian mulai mengalami kebuntuan, dan kemudian komitmennya mulai hilang.

Karen May: Ada proses di mana orang melalui titik

tertentu dalam perjalanan waktunya, dan mereka harus membuat keputusan sadar untuk ‘melompat’, dan ketika itu kita harus muncul di hadapan mereka untuk menjelaskan mengapa tempat kerja ini bisa berdampak pada mereka dalam mencapai sasaran mereka, mungkin sebagian adalah sasaran material, dan mereka memiliki persoalan mengenai haluan hidup yang semestinya, dikarenakan pastinya usia mereka masih sangat muda. Jadi pada titik pengambilan keputusan ini, mereka ingin mendapatkan perhatian, dan memulai percakapan, “Tempat seperti apa yang menarik bagimu dalam 4-5 tahun mendatang? Apa yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu? Apakah kamu bisa mencapainya di sini?”

Stuart Crabb: Ia bercerita tentang budaya yang berlangsung di Facebook. Hal yang cukup berhasil dilakukan dalam Facebook adalah mempekerjakan orang-orang yang cukup rendah hati. Mereka mempekerjakan orang yang tertarik dengan menyelesaikan masalah teknis yang luar biasa sulit, yang dapat mengubah dunia. Menurutnya sangat penting memahamai budaya, seperti yang dilakukan oleh Google, mereka juga memulai dari sana. Selama ini, selama 3 tahun ia di Facebook, Facebook secara aktif tidak mempekerjakan orang yang hanya suka membual. Adalah penting mempekerjakan orang-orang yang secara fundamental tertarik dengan masalah teknis yang memiliki peluang luar biasa untuk mengubah dunia.

Menurutnya hal lainnya adalah, yang ia ketahui soal kebahagiaan adalah kebahagiaan datang dari dalam, bukan dari hal-hal luar di sekitarnya. Dari sesi di pagi hari tentang “Riset mengenai Kebahagiaan,” ia mendapatkan bahwa membangkitkan rasa berterimakasih (gratitude) adalah salah satu cara fundamental bagi seseorang untuk menjadi positif dan mencapai pemenuhan diri. Ini

22 / SINAR DHARMA

Setiap akhir tahun kami memiliki kegiatan bersama dengan karyawan kami yang disebut dengan indeks awesomeness.

Dalam kegiatan itu berbagai dimensi individu disampaikan,

bagaimana perasaanmu, terhadap budaya, kawan

kerja, manajer,kepemimpinan, komunikasi dan bagaimana

organisasi ini berjalan.

(Stuart Crabb)

Page 27: Sinar Dharma 29.pdf

merupakan cara yang lebih mendalam dan bertahan lama untuk menghasilkan sifat positif daripada apapun yang diekspresikan lewat tingkat pendidikan yang tinggi, atau seberapa banyak uang dalam rekening bank.

Jadi isu kerendahan hati dan sifat positif penting dalam menjawab pertanyaan tersebut. Ia mencontohkan dalam Facebook sendiri yang selama 4 tahun tetap fokus dengan tujuannya dengan semboyan Mark Zuckerberg “Stay focus & keep shipping.” Segala kejadian yang menimpa Facebook, seperti soal IPO Facebook, tidak mengubah fokusnya.

Soren Gordhamer: Ia bertanya kepada mereka bagaimana cara mereka mengembangkan ‘teknologi internal’? (Ia menyebut ‘teknologi internal’ untuk merujuk

hal-hal seperti kebijaksanaan, kewelasasihan, rasa terimakasih, koneksi, dan sebagainya, dan ‘teknologi eksternal’ untuk merujuk barang-barang seperti seperti gadget dan sebagainya). Dalam lingkungan kerja di kebanyakan perusahaan teknologi, ‘teknologi internal’ tidak terlalu dikembangkan. Seperti hal-hal kecil yang dibicarakan dalam konferensi ini, banyak hal yang bisa dilakukan, contohnya memasang note di komputer yang mengingatkan “bernafas!” atau beristirahat beberapa menit setelah bekerja dua atau tiga jam. Ia bertanya bagaimana mereka mengarahkan perusahaan tempat masing-masing ke kualitas-kualitas tersebut, agar terintegrasi struktur, sekaligus menjadikannya mudah dicerna.

Karen May: Menurutnya salah satu hal yang penting adalah bahwa terdapat banyak pintu untuk ke teknologi internal itu. Tidak menjadi terbatasi hanya pada satu pintu dengan mengharuskan seseorang hanya mengikuti satu kelas topik tertentu, melainkan membuka beragam kelas. Menggunakan bahasa (cara menyampaikan, tr.) yang

berbeda-beda, dan memperkenalkan bahwa kamu ingin membuat sebanyak mungkin pintu yang tersedia dan terbuka selebar mungkin agar bisa dimasuki. Apa yang bermanfaat bagi mereka akan dibagikan mereka kepada orang lain. Setiap kelompok yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda. Di tempatnya mereka memiliki 7 program formal yang menggunakan bahasa berbeda satu sama lain untuk mengakses teknologi internal. Dan yang terpenting adalah membuka ruang untuk melakukan apa yang masuk akal bagi mereka. Mereka sendiri melakukan apa yang menurut mereka masuk akal, ia sendiri tidak melakukannya.

Dan soal lingkungan fisik, yang akhirnya kita tahu sebenarnya bukan soal ingkungan fisiknya, yang adalah

penting memiliki ruang untuk mendapatkan ketenangan. Bisa berupa ruang meditasi atau ruang yang hening, yang memiliki akses ke luar ruangan (outdoor), tempat di luar di mana orang bisa duduk bermeditasi, mendapatkan zona penuh kedamaian. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membuat batas antara ruang formal dan informal.

Hal ini cukup berhasil, tahun lalu mereka mendapat lebih dari 3.000 peserta program meditasi atau minfulness. Kemungkinan 3 kali dari program yang lainnya. Ini bukan hanya soal tim Pembelajaran & Pengembangan, namun juga soal perusahaan, budaya, dan karyawannya.

0Michelle Gale: Ia merasa beruntung sekali bahwa ia dan

anggota timnya bekerja di organisasi yang pembelajar, sehingga mereka dapat menempatkan apa yang mereka tawarkan dalam struktur. Betapa beruntungnya mereka bekerja dengan para karyawan yang mandiri. Ia pernah didatangi karyawan yang memintanya mengadakan kelas juggling, dan kemudian kelas itu dibuka, dan sudah 1,5

SINAR DHARMA / 23

Kami memiliki survey kebahagiaan (happiness

survey). Dari hasil survey ini biasanya hasilnya tinggi, jika tidak akan kami cari tahu

kenapa dengan membaginya dalam kelompok kerja

dan tim yang melakukan sehingga kami tahu apa yang sedang terjadi dan

dapat masuk dalam permasalahan untuk mencari

solusi.

(Michelle Gale)

Page 28: Sinar Dharma 29.pdf

tahun dibuka dan orang-orang banyak yang mengikutinya. Juggle juga butuh ketenangan dan konsentrasi. Mereka juga pernah melakukan kegiatan meditasi dengan panduan selama seminggu, lalu mulai ada karyawan yang mengirimkan surel untuk berkumpul setiap pagi guna mempraktikkan bersama hal mereka pelajari. Jadi inisiatif karyawan di Google tinggi.

Stuart Crabb: Di dunia kerjanya makna kerja yang sangat personal, seperti kata “keterlibatan” (“engagement”) bisa menjadi teknis. Ia lebih memikirkan apa arti kata “engagement”. Ia merasa otaknya seringkali tidak berpikir, sehingga ketika ia merasa bisa berpikir jernih ia berusaha memikirkan arti engagement secara persoanal. Kata yang muncul yang dapat disandingkan dengan engagement adalah fullfilment (pemenuhan diri), yang berarti seseorang merasa terpenuhi dan senang dengan apa yang ia kerjakan, terlibat secara positif dengan pekerjaannya.

Ketika ia berdiskusi dengan teman-temannya secara terbuka, ia menemukan tiga aspek dari fullfilment. Aspek pertama adalah melakukan yang terbaik dari yang bisa seseorang lakukan di setiap hari. Melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, merasa di situ kamu bisa bekerja dengan dengan asyik, belajar dan berkembang secara berkelanjutan. Seseorang melakukannya secara berkelanjutan karena merasa sesuatu itu menyenangkan. Yang kedua adalah bagaimana mengelola energi. Bagaimana mengelola energi positif kita dengan mengenali aspek fisik, emosi, mental, dan spiritual dalam diri kita dan menyadari perubahan energi-energi ini: mana yang lebih kuat, mana yang lebih lemah. Yang ketiga adalah menyadari bahwa siapa pun dirimu, seunik apapun dirimu, dari latar belakang budaya apapun kamu berasal, kamu berhak diperlakukan secara setara. Tidak dinilai berdasarkan siapakah dirimu, tetapi dari apa yang bisa kamu lakukan, oleh lingkungan sekitarmu.

Hal ini sejalan antara misi internal seseorang dan misi eksternal, yaitu misi organisasi mereka. Karena misi organisasi mereka adalah bagaimana membuat dunia luas ini bisa lebih saling terkoneksi, saling berjejaring, melakukan segala sesuatu dengan penuh welas asih, berbagi kesenangan dengan orang lain. Mereka ingin yang ada di organisasi mereka melakukan pekerjaannya dengan menikmati, yang menurut mereka menyenangkan, merawat diri sendiri –karena “self care” itu penting— dan bebas menjadi diri apa adanya, dan orang-orang tetap akan menyayangi siapapun dirinya.

Menurutnya ini adalah awal yang baik.

Soren Gordhamer: Bagaimana dengan orang-orang sudah berusia 50-60 tahun yang selama ini hanya bekerja dengan fisiknya, dan berjalan dengan seiring waktu, mereka pelan-pelan menjadi burnout (kecapekan, kehabisan energi, tr.). Bagaimana dengan kondisi ini? Karena banyak orang yang berpikir mereka itu manusia super yang bisa menghadapi tekanan, namun pada akhirnya mereka harus mengakui keadaan itu tidak akan baik untuk dirinya maupun perusahaan. Bagaimana menurutmu tentang ini? Bagaimana kamu akan meyakinkan? Bagaimana kamu akan mendukung

orang-orang yang berpikir bahwa mereka adalah manusia super ini?

Stuart Grabb: Kita akan berbicara secara intens dengan orang ini tentang situasi dirinya dan situasi lingkungan kerjanya. Kami akan berbicara dengan pekerja baru kami mengenai pentingnya self care dalam lingkungan kerja kami. Kami memiliki sistem dan program yang dilakukan untuk mempromosikan wellness, wholeness, dan mengingatkan seseorang untuk menyadari ketika dirinya merasa seperti kuda menarik pedati. Ini merupakan program yang

paling banyak digunakan oleh pekerja kami dan memiliki dampak yang luar biasa pada mereka.

Soren Gordhamer: dan kalian banyak bertanya pada staffmu?

Stuart Grabb: Tentu saja. Kami selalu mengingatkan pada karyawan kami bahwa di sini kami mengedepankan akuntabilitas, di mana bekerja tanpa mengenal batasan waktu, kelelahan, bekerja seperti pelari marathon, itu terdengar aneh di tempat kami. Di Facebook, mereka selalu bekerja seperti pelari sprint sehingga muncul pertanyaan kapan kamu akan mengambil jeda, bagaimana kamu akan melakukannya, karena

24 / SINAR DHARMA

Page 29: Sinar Dharma 29.pdf

tidak ada yang bisa mengatakan padamu bagaimana kamu dapat melakukan jeda itu. Kami punya kebiasaan untuk membiarkan karyawan kami mengambil jeda, kami tidak membatasi jam kerja, mereka bisa datang dan pergi kapanpun mereka mau, selama iu tidak merusak tujuan yang harua kamu capai. Ada pesan akuntabilitas yang kuat di situ, itulah yang kami tekankan pada semua orang.

Cherie Gardiner: menurutnya ini pemikiran yang harusnya dilakukan oleh banyak pemimpin organisasi. Ini yang banyak yang dilupakan oleh para pemimpin. Seperti biasa mereka bergurau, “kamu bisa memakai sebanyak mungkin waktu untuk mengerjakannya, tapi harus selesai ya!” Secara impilisit, itu adalah budaya dalam mempekerjakan orang baru (“starter culture”) di mana seseorang bekerja dalam waktu yang lama.

Yang menjadi pertimbangan ia adalah bagaimana cara kita bisa mengelola kaum muda yang bersemangat dan penuh motivasi, tipikalnya mereka bertipe A (Tipe kepribadian yang pencemas dan suka bersaing, tr.); mereka ingin maju, ingin berkembang, ingin dipromosikan. Dalam pengetian dimotivasi secara sehat. Bagaimana kita memberikan layanan yang mudah diakses. Hal ini yang mulai dimulai oleh mereka, mereka memiliki program wellness, mereka memiliki yoga, akupuntur, tempat pijat, refleksiogi di tempat kerja. Orang bisa mengikuti pemijatan selama 15 menit, sesi akupuntur selama 15 menit. Ada yang mungkin menertawakan kalau 15 menit itu tidak lama. Tapi bagi orang yang tidak pernah mengalami semua ini, ini merupakan masukan baru bagi hidup mereka. Ia pernah berdiskusi dengan beberapa orang tukang pijat dan petugas akupunturnya, apa asaja yang terjadi dalam ruangan, karena sebenarnya itu di antara mereka sebenarnya terjadi dialog-dialog selama masa pemijatan. Karena sebenarnya yang orang-orang itu butuhkan juga adalah berbicara dengan tukang pijat itu. Mereka mendorong para karyawan untuk berhenti dan memperhatikan nafas. Hal ini memberikan dampak pembelajaran yang besar pada karyawan mereka. Mereka juga memiliki komunitas akupuntur yang berkumpul bersama untuk melakukan akupuntur secara berkelompok. Hal ini diyakininya akan memberikan penyembuhan kolektif. Jadi intinya adalah akses pelayanan, sehingga mereka tidak perlu meninggalkan tempat kerja.

Michelle Gale: mereka juga melakukan hal ini dengan baik juga. Kadangkala mereka harus menekankan isu ini. Pada waktu natal, pada waktu mereka barusan memperkenalkan versi Twitter yang baru, mereka melihat ke sekeliling kantor dan menyaksikan para karyana yang ‘menderita.’ Dan di antara hari natal dan tahun baru mereka ambil kesempatan berlibur bersama, keputusan itu diambil secara mendadak tanpa rencana, sebenarnya lebih bagus kalau dengan rencana karena beberapa orang sudah punya rencana lain, tapi mereka membutuhkan semua orang terlibat dalam acara ini. Karena ingin mengatakan pada semua karyawan bahwa kita perlu menjadi rileks, mengambil jeda, dan mengambil. Mereka memiliki kebijakan soal berlibur.

Mereka mendorong orang untuk beristirahat dan waktu itu memang diberikan. Dan mereka juga tahu bahwa orang bisa benar-benar bekerja dengan cepat dan keras, dan mereka ingin bekerja dengan keras, dan kadang-kadang hanya perlu mendorongnya.

Karen May: Selain menyediakan akses layanan dan sebagainya, dalam perusahaannya para pendirinya hadir bersama dengan karyawannya dalam aktivitas santai bersama sebagai model, hal ini tidak berarti mereka tidak bekerja keras. Mengenali bahwa jalan setiap orang menuju wellness berbeda, dan terus berubah menurut waktu, jadi hadir di setiap saat ketika dibutuhkan sangat penting.

Stuart Grabb: Ini penting. Top manager tidak bisa mengarahkan perilaku karyawan begitu saja atau menentang budaya yang ada, kalau ini yang terjadi perusahaan akan kalah.

Karen May: Mereka mengelola tim yang terdiri dari orang-orang muda bergairah, menarik, dan cerdas yang kita latih untuk menolong orang lain, ini adalah bagian yang menarik dari pekerjaannya. Dan ia sangat mencintai timnya yang terdiri dari orang-orang yang luar biasa. Model apa yang cocok agar tim bisa saling membantu dan mencegah dirinya mengalami burnout akibat banyaknya pekerjaan?

Michelle Gale: dalam perusahaan mereka tidak punya kelompok besar. Tapi kalau terjadi sesuatu mereka berbicara tatap muka secara privat lalu mencari jalan keluar bersama.

Cherie Gardiner: ia belum lama bekerja di perusahaannya sekarang, ia dalam posisi sitting in. Ia lebih banyak posisi mendengarkan kelompoknya. Masih banyak yang belum kenal dirinya, jadi ia lebih banyak mendengarkan dan belajar dari karyawan-karyawannya. Kalau dulu ia bekerja di Microsoft sebuah perusahaan yang besar, karyawannya banyak, ia juga mengalami hal yang sama, namun sekarang ia bekerja di perusahaan yang kecil sehingga ia berdiskusi dengan karyawannya.

Stuart Gabb: ia juga demikian, ia akan berbicara tatap muka secara privat. Tapi hal ini dilakukan apabila ada yang melakukan tindakan yang tidak produktif atau melakukan hal tidak menyenangkan timnya. Di luar itu ia memiliki senjata rahasia yang ia sebut “dynamo” atau “social secretary”, ia menunjuk seseorang dalam tim untuk merawat emosi teman-teman satu tim, menjaga kesehatan mental teman-temannya, ia yang kemudian berfungsi mengenali dan membantu kalau ada yang bermasalah.

Michelle Gale: Ia melihat di Facebook-nya Stuart, seorang audiens bernama Pambino dari 360 yang mengangkat sebuah alat yang berkaitan dengan

SINAR DHARMA / 25

Page 30: Sinar Dharma 29.pdf

26 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 2626 / SINAR DHARMA

pembahasan ini. Ketika memperkenalkan sebuah alat pada organisasi tentu kita mengharapkannya berpengaruh pada organisasi, bagaimana bisa minfulness untuk memengaruhi dalam tim?

Karen May: Kita akan membahas lebih luas dari 360 Tools. Kita akan menawarkan suatu alat, ide, dan konsep baru, harus dipastikan tim sudah sangat kenal dengan alat ini. Harus disejajarkan dengan kebutuhan karyawan agar bisa membentuk mereka bekerja dengan lebih baik. Kalau membantu bekerja dengan lebih baik diterima, bukan sekadar memperkenalkan alat baru. Ini yang kadang-kadang kurang disadari orang, menggunakan alat baru karena keren tapi tidak berfungsi secara optimal di dalam timnya.

Cherie Gardiner: Semua pelaku bisnis yang cerdas dapat dengan cepat mengetahui apakah karyawannya itu seseorang yang mampu memiliki pemikiran yang pragmatis dan sekaligus jujur pada dirinya sendiri. Ketika seseorang menginformasikan pemahamannya kepada tim, kepada ketua kelompoknya, maka ia telah memenuhi kaidah itu. Ini adalah kemampuan yang dibutuhkan dalam kerja tim. Sebagai pebisnis ia adalah orang yang dapat mengenali orang dengan kapasitas itu.

Stuart Crabb: Ia melihat alat, framework, model, dan hal-hal lain demikian adalah “bullshit bingo” yang menggunakan kata-kata yang tidak digunakan dalam keseharian. Di Facebook mereka berusaha menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin dalam percakapan dan mudah dipahami. Dalam facebook mereka berusaha menggunakan alat diagnostik yang sesederhana mungkin. Alasan mereka menggunakan 360 adalah ini terkait pentingnya kecerdasan emosional dalam memahami Diri (self ), dan memahami bagaimana diri berelasi dengan dunia di sekitarnya. Karena

hal tersebut adalah tidak mengenal waktu, universal dan penting. Jadi yang penting adalah bahasa yang sederhana, tidak berlebihan, dana apa yang dilakukan harus lebih unggl dari yang lainnya.

Audiens: Apa ukuran kesuksesan kalian? Kebahagiaan ada dalam budaya karyawanmu, bagaimana kalian tahu bahwa itu sudah ada, bagaimana kamu dapat mengetesnya?

Stuart Crabb: di Facebook alat ukur kita adalah awesomeness. Setiap akhir tahun kami memiliki kegiatan bersama dengan karyawan kami yang disebut dengan indeks awesomeness. Dalam kegiatan itu berbagai dimensi individu disampaikan, bagaimana perasaanmu, terhadap budaya, kawan kerja, manajer,kepemimpinan, komunikasi dan bagaimana organisasi ini berjalan. Dari banyak pertanyaan ada dua yang menurut saya penting: seberapa bangga kamu terhadap apa yang kamu kerjakan dan itu termasuk tinggi yaitu 97% pada 2011. Dan yang kedua adalah apakah aku akan membawa kawan saya masuk dalam jaringan ini, dan sebanyak 95% menjawab iya.

Michelle Gale: Kami memiliki survey kebahagiaan (happiness survey). Dan kami lakukan 2 kali setahun. Pertanyaan di buat secara generik, disesuaikan dengan kejadian maupun keadaan yang muncul. Dari hasil survey ini biasanya hasilnya tinggi, jika tidak akan kami cari tahu kenapa dengan membaginya dalam kelompok kerja dan tim yang melakukan sehingga kami tahu apa yang sedang terjadi dan dapat masuk dalam permasalahan untuk mencari solusi.

26 / SINAR DHARMA

Page 31: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 27SINAR DHARMA / 2727 / SINAR DHARMA

Page 32: Sinar Dharma 29.pdf

Ia ingin berbagi tentang rahasianya menuju kebahagiaan, berharap hal ini bisa ditransferkan dan dipraktikkan dalam kehidupan para audiens.

Ia memulai dengan menceritakan tentang Ananda. Ananda adalah orang yang benar-benar baik dan disukai oleh semua orang. Ananda disukai bukan karena tampan, namun karena ia sangat baik pada semua orang. Ananda adalah orang yang welas asih. Hal kedua tentang Ananda adalah ia memiliki daya ingat yang kuat. Ia dapat mengingat setiap kata per kata dari dua atau tiga dekade yang lalu. Jadi kalian para gadis jangan menikah dengan pria seperti ini, setiap kata-kata kalian di masa lalu akan diingat kata per kata (bercanda). Yang ketiga adalah Ananda memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah dunia. Ananda adalah salah satu dari dua atau tiga orang yang bertanggungjawab dalam melestarikan ajaran Buddha. Tugas sehari-hari Ananda adalah melayani Buddha, atau menjadi asisten eksekutif Buddha. Memorinya sangat bagus sehingga Buddha mengijinkannya memberikan ceramah untuk menggantikan-Nya. Dalam cara pandang Wisdom 2.0, Ananda adalah webcast Buddha. Ananda menghadiri setiap khotbah Buddha selama dua puluh tahun terakhir hidup Buddha.

Ketika Buddha wafat, sekelompok bhiksu senior berkumpul dan memutuskan, mengklarifikasi, dan melestarikan ajaran-Nya sebelum terlalu terlambat. Ananda menjadi figur sentral, karena ia mendengarkan setiap khotbah Buddha dan mengingat setiap katanya. Hanya satu masalah, Ananda belum tercerahkan. Itu adalah pertemuan 500 bhiksu paling senior di dunia pada saat itu, semua dari

mereka sudah tercerahkan, kecuali Ananda. Itu adalah Konsili Buddhis yang pertama. Ananda merasa malu bahwa dirinya belum tercerahkan, sehingga ia mulai berlatih dengan keras setiap hari agar bisa mencapai pencerahan sebelum pertemuan tersebut. Namun setiap hari mencoba ia tidak juga berhasil. Pada malam terakhir, sebelum pagi saat Konsili I dimulai, ia memutuskan tidak akan mungkin berhasil, jadi ia akan berhenti mencobanya lagi, baru setelah pertemuan berakhir ia akan giat bermeditasi lagi. Ananda belum tercerahkan karena menghabiskan waktunya untuk melayani orang lain, sehingga tidak memiliki waktu untuk bermeditasi selama 20 tahun terakhir. Saat itu Ananda sudah menyerah dan memutuskan untuk tidur saja. Menurut kisah pada saat ketika Ananda menyentuhkan kepalanya ke atas bantal, ia tercerahkan.

Apa moral dari kisah ini? Moral dari kisah ini adalah jika kita semata berfokus pada usaha dan melupakan hasilnya, maka keberhasilan akan datang. Hal ini berlaku juga dalam kehidupan secara umum, khususnya dalam meditasi.

Alasan mengapa ia menceritakan kisah ini adalah pada dua puluh tahun yang lalu ia pernah mengalami pengalaman mini yang serupa dengan Ananda. Saat itu ia masih muda dan baru belajar meditasi. Sejak muda ia sudah berlatih meditasi. Ia bergelut dengan masalah yang paling sederhana dan bodoh: ia tidak tahu bagaimana cara bernafas. Untungnya ia masih tahu cara menghirup udara sehingga masih hidup sampai sekarang. Ia mencoba membawa kesadarannya dengan sadar ke nafasnya, akibatnya ia jadi tidak bisa bernafas. Hal ini dikarenakan ia berusaha terlalu keras dalam bermeditasi. Semakin

Rahasiaku menuju KebahagiaanMy Secret to Jolliness

Oleh Meng Tan - Google

28 / SINAR DHARMA

Page 33: Sinar Dharma 29.pdf

keras ia berusaha semakin parah keadaannya. Pada satu hari ia memutuskan bahwa ia tidak bisa bermeditasi. Ia mulai berhenti memikirkan tujuan dari meditasi. Semua yang dilakukannya hanya semata-mata duduk, membawa kesadaran ke tubuhnya. Hanya itu. Sesederhana itu sehingga ia bisa melakukannya. Jadi ia melakukan hal ini. Beberapa menit setelah ia melakukan hal ini, ia menyadari bahwa pikirannya menjadi kalem dan jernih. Ia berada dalam keadaan rileks dan waspada secara bersamaan. Pada saat itu ia dapat mengenali nafasnya. Kemudian ia mulai meletakkan perhatiannya pada nafas dan itulah pertama kali ia dapat membawa perhatiannya ke nafas dan tetap bernafas. Jadi dengan tidak berusaha untuk berhasil, sebenarnya ia menjadi berhasil.

Anehnya, meditasi sama dengan jatuh tertidur. Artinya adalah semakin rileks diri kita, semakin kita tidak terpatok

Hal ini menyampaikan kepada kita untuk meningkatkan kebahagiaan. Ia menyarankan bahwa cara yang paling baik untuk mempraktikkan mindfulness adalah menggunakan rasa sukacita sebagai objek meditasi. Praktiknya sangat sederhana, setiap saat kita memiliki pengalaman yang dipenuhi oleh rasa sukacita, semata-mata taruhlah perhatian kita padanya. Ketika kalian makan sushi yang mahal, khususnya yang harganya 15 dollar per potong, curahkan perhatian sepenuhnya. Tidak terbatas pada saat makan sushi yang mahal saja, namun juga pada setiap kejadian ketika kita dipenuhi rasa sukacita: memegang tangan orang yang kita cintai atau ketika menjaga bayi yang sedang tidur. Hal-hal kecil demikian yang membawa rasa sukacita. Praktiknya adalah dengan mencurahkan perhatian sepenuhnya pada hal tersebut. Bila perhatianmu berkelana, kembalikan ke objeknya.

pada tujuan kita, semakin mudah kita melakukannya dan semakin mudah mecapai hasil. Antara jatuh tertidur dan meditasi ada satu hal yang sama yaitu kedua-keduanya adalah tentang ‘melepaskan’ (letting go). Ini adalah wawasan yang sangat penting. Wawasan ini mengarah pada wawasan penting lainnya, yaitu bahwa memiliki batin yang rileks sangat bermanfaat untuk meditasi, khususnya meditasi mindfulness. Mengapa demikian? Ia menemukan bahwa rasa ringan rileks sangat kondusif untuk mindfulness. Rasa ringan menimbulkan ketentraman dalam batin. Ketentraman menimbulkan pikiran yang terbuka dan reseptif, serta tidak tidak bias (non-judgmental); semua ini merupakan kualitas dari mindfulness. Semua ini memperkuat mindfulness, dan mindfulness menghasilkan relaksasi, ketentraman batin yang kembali menghasilkan mindfulness, dan seterusnya seperti lingkaran. Tahapan ini mengalir.

Ini mungkin meditasi paling gampang di dunia. Kalau begitu gampang, lantas apa kegunaanya? Efek pertama dari meditasi ini adalah dengan mencurahkan perhatian pada rasa sukacita seseorang sehingga meningkatkan rasa sukacita itu. Mengapa demikian? Karena kita mencurahkan perhatian kita sepenuhnya. Dengan demikian kita meningkatkan efek positif dari apa yang sudah merupakan pengalaman yang menyenangkan. Hal ini memberikan rasa sukacita ekstra, tanpa biaya tambahan apapun.

Tapi di luar itu, ada yang lebih penting lagi. Mindfulness pada rasa sukacita ini sangat penting apabila dikombinasikan dengan praktik meditasi duduk formal. Apabila kamu banyak melakukan meditasi duduk formal –memperhatikan nafas, menenangkan

SINAR DHARMA / 29

Page 34: Sinar Dharma 29.pdf

30 / SINAR DHARMA

pikiran, dan seterusnya— tidak lama kemudian kamu menciptakan kualitas batin yang penting, yang dalam Bahasa Sanskerta disebut sebagai sukkha. Terjemahan yang paling umum untuk sukkha adalah kegirangan, kedamaian, kebahagiaan, dan sebagainya. Namun definisi-definisi ini tidak begitu berguna. Ia sendiri menemukan definisi teknis untuk sukkha, yaitu ‘sukacita yang tidak aktif’ (non-energetic joy). Artinya adalah ia adalah jenis rasa sukacita yang tidak membutuhkan energi. Ada dua aspek dari sukkha. Pertama sukkha tidak membutuhkan energi, dikarenakan tidak membutuhkan energi, ia sangat halus. Kamu tidak dapat mengaksesnya hingga pikiranmu sangat hening, begitu batinmu hening, kamu dapat mengaksesnya. Aspek kedua adalah dikarenakan ia tidak membutuhkan banyak energi, maka ia dapat bertahan sangat lama. Jadi begitu batin menjadi hening, maka kamu bisa mengakses sukkha dan apabila batinmu cukup terlatih, kamu bisa mengakses sukkha ketika menginginkannya. Dengan demikian kamu akan memiliki kebahagiaan yang bertahan lama, yang tidak bergantung pada apapun yang sedang kamu lakukan. Ini merupakan wawasan yang dapat mengubah hidup begitu kamu mencapainya.

Menurut pengalamannya, apabila kita banyak melakukan meditasi mindful terhadap rasa sukacita, mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pengalaman yang penuh sukacita, dan banyak melakukan meditasi duduk, menggabungkan keduanya, maka akses ke sukkha akan terakselerasi. Menurut teorinya, apabila kita sering menaruh perhatian kita pada pengalaman yang menyenangkan akan membuat pikiran kita lebih reseptif dengan pengalaman penuh rasa sukacita, karena lebih reseptif maka ia lebih mudah menemukannya dalam meditasi, yang berarti lebih mudah menemukan sukkha. Begitu seseorang mampu mengakses sukkha apabila menginginkannya, hal ini akan mengubah segalanya dalam hidupnya. Kita tidak lagi mengejar kebahagiaan, kebahagiaan adalah proses yang sedang kamu alami. Apa yang perlu kamu lakukan adalah menerima kebahagiaan dan melakukan segala sesuatu untuk kebaikan orang lain. Pengalaman positif menjadi lebih positif. Pengalaman netral, yang berlangsung begitu saja, menjadi positif. Pengalaman negatif menjadi berkurang negatifnya, karena kini kamu memiliki akses ke sumber stabilitas mental bahagia yang bertahan lama. Dengan demikian yang terjadi adalah meningkatnya landasan kebahagiaan yang permanen dan memberi dampak, kemudian kamu akan menyatu dengan kebahagiaan. Inilah cara rahasia menuju kebahagiaan.

30 / SINAR DHARMA

Page 35: Sinar Dharma 29.pdf

Soren Gordhamer: Ia memperkenal Joan dan Eric. Ia mengatakan bahwa panel ini terbentuk karena pertemanan. Mereka pernah bertemu sebelumnya dan membahas mengenai berbagai hal, karenanya mereka berupaya membentuk panel ini. Tujuan dari panel ini adalah untuk mencar titik temu antara zen dan Zynga. Game seringkali dianggap mengagumkan sekaligus juga dianggap banyak membuang waktu, meningkatkan agresivitas, dan segalanya yang negatif. Sementara di sisi lain, game dapat sangat membangun kreativitas. Sementara Eric membuat perusahaan ini dari dana $ 200 yang dalam empat tahun berkembang menjadi $700 juta, menurut saya itu membutuhkan kreativitas dan kemauan yang kuat

untuk mencapai semua ini. Zen juga sering dianggap sebagai tindakan membuang waktu, namun juga bisa sangat berguna. Jadi apa yang menghubungkan zen dan Zynga?

Eric Schiermeyer: Tentu saja ada hubungan. Ketika mereka merintis bisnis atau proyek, kapasitas kejernihan dan produksi yang dapat diandalkan, dan keterlibatan semua yang terkait merupakan penyebab yang paling penting dari hasil yang diperoleh itu. Zynga memang diuntungkan karena ketika awal mendirikan memiliki banyak orang yang bekerja denga cara demikian. Pada

Zynga Bersua Zen: Eksplorasi Perhatian, Teknologi, dan Konektivitas Sejati

Eric Schiermeyer (Zynga), Joan Halifax (Upaya Zen Center),

Soren Gordhamer (wisdom 2.0)

SINAR DHARMA / 31

Page 36: Sinar Dharma 29.pdf

32 / SINAR DHARMA

awalnya ia tidak memulai dengan sistem nilai demikian. Sebagaimana umumnya lulusan dari lapangan pendidikan tradisional, khususnya jurusan Bisnis (MBA), banyak yang meyakini bahwa pendekatan yang dipakai untuk mencapai sukses adalah dengan tindakan yang mengandalkan agresi dan manipulasi yang didasarkan murni pada taktik manajemen. Apabila ia membandingkannya dengan praktik lainnya –seperti yang dibicarakan dalam konferensi ini yang terkait dengan komponen religius— keduanya sangat berbeda, yaitu bahwa apabila kita mendapatkan wacana teknologi ini, kesadaran akan teknologi ini, dan menerapkannya dalam perusahaan rintisanmu, maka kamu akan semakin mungkin mencapai sukses.

Soren Gordhamer: Dengan kejernihan di dalam batin untuk mencapai sukses...

Eric Schiermeyer: Dengan reliabilitas hal ini, akan semakin sering mencapai kesuksesan bagi dirimu, orang lain, dan kelompok.

Soren Gordhamer: Bisakan menceritakan dengan singkat bagaimana wawasan ini muncul?

Eric Schiermeyer: Hal ini berawal dari penyakitnya. Ia menyadari dari dirinya, hal juga terjadi pada orang lain. Pada awalnya ia mendesak dirinya hingga ke titik kondisi yang menurut dokternya ia sudah dekat dengan kematian karena terlalu banyak bekerja dan mengalami tukak lambung yang ia abaikan dan menjadi parah. Akhirnya ia kolaps dan harus mengatur ulang jadwal hidup saya. Ia menjadi sensitif ketika mengetahui orang lain juga menghadapi keadaan yang serupa, sehingga ia ingin menciptakan sebuah lingkungan kerja di mana orang-orang tidak perlu mengalami hal seperti itu.

Soren Gordhamer: Hal ini berkaitan dengan budaya perusahaan kan.

Joan Halifax: Ia senang ketika orang menggunakan kata founder (pendiri), karena ketika seseorang yang memiliki kualitas pada hati dan pikirannya untuk melakukan perjalanan waktu; untuk menyadari kekinian dan membawanya ke masa depan, tanpa bertujuan untuk mengeksploitasi. Itulah sebabnya ia mengatakan soal hati dan pikiran. Seorang pendiri mengatakan ini, seperti yang dikatakan oleh Robert Greenleaf mengenai kepemimpinan yang melayani (servant leadership) bahwa hal yang kita lakukan pada saat ini dapat mengkondisikan beberapa hal dan memengaruhi masa depan. Jadi ia tidak sekadar membahas mengenai dampak ke masa depan, namun bagaimana karma itu akan bekerja mulai saat

ini. Sekumpulan sebab yang berpotensi menyebabkan dampak sangat besar, sebagaimana yang Eric alami. Kondisi awal semacam ini dapat dirasakan mulai dari saat ini. Jadi ia merasa senang dapat berjumpa dengan Eric lagi. Soren mempertemukan mereka di sini dan saat ini. Soren mempertemukan mereka di sini, di mana mempertemukan Zen dan Zynga. Ia sempat mengutak-atik sedikit pemikiran dan konsep mengenali hal ini, namun tidak akan sempat dipresentasikan di sini. Setidaknya ia dan Eric terkait oleh rasa tanggungjawab moral. Ia bertanya kepada Eric apakah memang demikian.

Eric Schiermeyer: Iya.

Joan Halifax: Hal inilah yang berkesan untuknya. Mereka pertama kali dipertemukan oleh Soren di atas panggung untuk even serupa beberapa tahun lalu.

“I saw many of my Buddhist friends engaged in subsistence

based living.”~ Eric Schiermeyer, Zynga

“You mean simple living?”~ Joan Halifax Roshi, Buddhist

Teacher

32 / SINAR DHARMA

Page 37: Sinar Dharma 29.pdf

33 / SINAR DHARMA

Mereka dipertemukan pada “momen ini,” di mana ia dan Eric saling menyadari satu dengan yang lain, ia mengingat Eric mengatakan sesuatu yang menggerakkan pikiannya. Ia bertanya apakah Eric masih ingat kata-katanya itu.

Eric Schiermeyer: Ia tidak ingat.

Joan Halifax: [tertawa]Ia senang Eric mengakui bahwa ia lupa. Apa yang ia sadari ketika itu adalah Eric berusaha mengubah karmanya, mengubah dampaknya, dengan mengambil keputusan untuk bertanggungjawab atas dampak dari perusahaannya, serta menciptakan gerakan berlawanan dengan cara yang bermasalah yang potensial dilakukan oleh perusahaan. Ia mengetakan mungkin Eric mulai mengingat apa yang pernah dikatakan olehnya.

Eric Schiermeyer: Ia mulai ingat. Ia mengingat bahwa ia ceritakan ketika itu, yaitu bahwa ia memiliki rasa tanggung jawab melatih karyawan di Zynga soal cara berhadapan dengan sekelompok besar manusia dan bagaimana meyakinkan orang-orang untuk membeli atau mengetuk mereka untuk melakukan hal tertentu, dan bagaimana mensistematisasisi proses berpikir dari tindakan itu ke cara berbisnis.

Joan Halifax: Ia ingat dulu Eric pernah mengatakan,” Saya ketagihan dengan, bukan sekadar ratusan namun, jutaan orang mengikutinya.” Pemahamannya adalah fungsi neurotransmiter yang ada dalam otak kita berasosiasi dengan sirkuit hadiah (reward circuit) yang membuat kita setiap hari beranjak dari tempat tidur dan melakukan sesuatu. Ia sempat bertanya pada seorang temannya, seorang ahli neurologi, “Apakah kita bisa ketagihan dengan kesenangan demikian dalam kimia syaraf kita?” dan temannya bilang, “sangat

bisa.” Ia menanyakan hal itu setelah berdiskusi dengan Eric. Namun ia mengatakan bahwa semua pembicaraan ini bukan membahas kepemimpinan, namun ini adalah perbincangan yang sangat panjang terkait soal sistem yang berbeda-beda yang berlaku di seluruh pengalaman bermain game ini.

Namun kembali ke pembahasan mengenai kepemimpinan, yang membuat ia sangat tertarik adalah menemukan bahwa Eric seorang pemimpin dengan cara yang unik dalam mengambil peran tanggung jawab sebaik mungkin sebagai pemimpin, pendiri, rekan pendiri, kolaborator yang menyadari bahwa posisinya dan tanggung jawab memiliki peran terbentuknya budaya dalam perusahaannya dan berdampak pada budaya

global dengan cara yang sangat menarik. Ia mengatakan bahwa Eric ingin membuatnya memelihatnya dengan lebih berkesadaran, dan mungkin juga orang lain.

Eric Schiermeyer: Supaya pembahasannya lebih relevan, ia mengatakan bahwa ia tidak lagi berada di posisi itu.

Joan Halifax: Kamu berada di mana?

Soren Gordhamer: Apakah ini keberadaan secara fi sik di perusahaan?

Eric Schiermeyer: Ini keberadaan secara fi sik di perusahaan.

Soren Gordhamer: Ia tidak yakin ada perusahaan yang benar-benar murni atau yang benar-benar tidak murni, namun setidaknya ada transformasi yang ingin dituju

SINAR DHARMA / 33

Page 38: Sinar Dharma 29.pdf

34 / SINAR DHARMA34 / SINAR DHARMA

seseorang dengan kesadaran ini, menjadikan kesadaran ini sebagai latar depan.

Eric Schiermeyer: Ia merasa hal itu sangat penting baginya. Alasan kenapa ia merasa hal itu penting adalah ketika melihat dampak dari apa yang ia lakukan meluas baik di luar maupun di dalam perusahaan.Ia melihat banyak dampak positif, maupun negatif, namun penting adalah selalu berusaha mengubah keseimbangan keduanya. Namun yang penting adalah ia juga melihat bagaimana hal ini adalah kesempatan untuk berperan dalam mengubah cara mereka menjalankan bisnis. Ia mengatakan bahwa hal ini yang suka ia perdebatkan dengan Joan nanti.

Ia merasa banyak diskusi seputar soal cara menjadi welas asih dan sebagainya, soal menggunakan perspektif Buddhisme, yang menurutnya ada banyak yang kurang di dalamnya. Ia melihat banyak Buddhis yang terlibat dalam kegiatan non-komersial, lebih banyak menjalani mata pencaharian demikian.

Joan Halifax: Maksudmu ‘hidup sederhana’?

Eric Schiermeyer: Iya, ini adalah kata yang tepat. Saya tahu banyak orang yang butuh berjuang untuk bertahan hidup, mencari makan serta tempat untuk bernaung, sedangkan beberapa kelompok tidak butuh demikian. Untuk itu harus menghabiskan banyak energi. Apabila kita lihat sekitar kita, kita lihat setiap orang harus berjuang untuk makan, harus mendapatkan ruang aman untuk tidur. Apabila kita bisa melekatkan ajaran ini pada perburuan ini, hal ini akan menjadikan terang soal bagaimana cara terbaik bagi kita mendapatkan makan dan tempat tinggal yang kita butuhkan. Ini adalah praktik dari praktik, yang memungkinkan kita meraih energi yang lebih kuat daripada semata-mata mencari kebahagiaan dan menghindari penderitaan.

Soren Gordhamer: Jadi ini soal bagaimana menggunakan kebutuhan untuk mencapai tujuan, apakah seperti itu?

Eric Schiermeyer: Di mana hal ini dilakukan oleh Zynga, yaitu mencari tahu apa yang diinginkan orang lain. Inilah

yang ia harapkan.

Joan Halifax: Jadi pertanyaannya adalah soal hal yang seseorang inginkan dan hal yang sebenarnya ia cari. Lantas apa sebenarnya yang dicari? Karena ia tidak yakin bahwa apa yang seseorang inginkan adalah apa yang ia cari-cari.

Soren Gordhamer: Yang menarik dari dunia teknologi adalah kita semua menjadi kreatif, membawa semuanya masuk, bahkan tradisi kuno, yang tadinya dianggap tidak menarik bisa jadi memang tidak menarik bagi mereka.

Eric Schiermeyer: Menurutnya hal ini tidak relevan, kecuali jika bisa menghubungkan bagaimana meditasi dapat menyediakan makanan. Ia tidak melihat bahwa meditasi bisa memenuhi keinginan itu.

Joan Halifax: Bagaimana dengan “Farm Bill” (Game buatan Zynga, tr.)? Bagaiamana menghubungkannya dengan kebutuhan akan makanan?

Eric Schiermeyer: Ia tidak mengatakan bisa demikian. Maksudnya adalah soal penciptaan sesuatu yang bisa memanfaatkan teknologi mindfullness.

Joan Halifax: Menurutnya, pada saat ini kita berada pada tahap perubahan yang menarik. Kita sejak dulu mempertahankan tradisi selama ribuan tahun menggunakan intervensi yang sama, pendekatan yang seragam, untuk berhenti dan mengenali diri sendiri daripada hanyut terus di luar, namun mengenali batin, seperti otak dan pikiran yang merupakan hasil kerja dari otak kita. Sehingga pertanyaannya adalah bagaimana kita menggunakan kekuatan teknologi untuk melatih otak dan membuka pikiran kita.

Eric Schiermeyer: Pemikirannya tentang teknologi sangat berbeda. Ia menggunakan teknologi sebagai insentif, dan sebagai keinginan manusia yang alamiah akan sistem manusia yang mendorong praktik ini. Ketimbang berusaha meyakinkan orang lain untuk

34 / SINAR DHARMA

Page 39: Sinar Dharma 29.pdf

memilih mengadopsi praktik dengan alasan karena hal itu bagus untuk mereka atau bagus untuk bumi, menurutnya seharusnya orang mengadopsi praktik ini, karena mereka membutuhkan praktik ini.

Joan Halifax: dan itu sudah pernah saya dengar pada pembicaraan sebelumnya. Tahap yang harus dilalui adalah penderitaan. Hal ini bisa memfasilitasi keputusan yang kita pilih dengan nalar, bahwa penderitaan dapat menciptakan konteks yang mengubah prioritas hidup kita entah bagaimanapun caranya.

Eric Schiermeyer: Ia tidak sepakat dengan Joan. Tidak semua orang mendapat keuntungan memahami bahwa paktek itu dapat dimulai dari penderitaan. Tapi sebelum kamu menderita kamu memiliki kebutuhan dan kamu akan melekakan praktik itu pada kebutuhan, bahkan kebutuhan itu menjadi tidak relevan pada akhirnya. Misalnya keserakahan, keserakah itu tetaplah sebuah energi yang bisa dilekatkan dengan praktik ini dan yakinlah bahwa mereka mengadopsi ini untuk mencapai tujuan yang sepele. Dengan demikian akan semakin kuat alasannya. Jika orang-orang ingin jadi miliuner, sebagaimana biasanya, bila kamu bisa meyakinkan mereka bahwa cara terbaik menjadi miliuner adalah dengan melakukan praktik dengan kesadaran terarah. Dengan demikian kamu akan mendapatkan seorang miliuner yang berkesadaran.

Joan Halifax: Oke, Soren, ke pertanyaaan berikutnya! [tertawa] Pertanyaannya adalah berapa banyak milliuner berkesadaran di ruangan ini? [tertawa]

Soren Gordhamer: Saya melihat perbedaanya terletak pada adanya upaya mempertahankan keotentikan dan kemurnian tradisi dalam cara mempraktikkan, setidaknya itu yang dilakukan Joan, dengan pendapat lainnya yang mengatakan tidak demikian –yaitu setiap generasi itu berbeda jadi mari disesuaikan dengan apa yang menarik bagi mereka, bagaimana kita secara kreatif dan kooperatif menyesuaikannya dengan konteks. Keduanya menurutnya memiliki porsinya masing-masing. Apabila kita dengan kreatif mendesain sistem analisi tapi tidak sadar akannya, hal ini akan seperti berpura-pura kalau kita tidak berusaha senada dengan praktik yang mendakam. Jadi menurutnya ini perbedaan perspektif dalam kerangka berpikir keduanya.

Joan Halifax: Apa yang keren dari sejarah Buddhisme adalah bahwa setiap budaya dari tiap negara melalui sebuah proses besar adaptasi. Maju dan dipengaruhi oleh India, Cina, Jepang, Asia Tenggara dan sekarang Barat. Seperti Richie Davidson mengungkapkan bahwa intervensi kecil yang kita lakukan, bahkan dalam dunia virtual sekalipun, dapat menghasilkan dampak yang welas asih. Kita melihat bagaimana teknologi memengaruhi politik dan ekonomi global, namun juga memengaruhi tradisi spiritualitas. Seperti contohnya adalah neurosains, yang juga disinggung oleh banyak pembicara lain di dalam

konferensi ini, yang memperlihatkan hasil riset sekarang banyak mengembangkan pertanyaan yang menarik. Ia banyak berkecipung dalam dunia kesehatan, ia baru menjadi pembicara di Palace Hotel berbicara tentang ilmu psikologi sosial dan neurosains. Apa yang mendorong tindakan kita adalah, kalau dalam istilah Eric adalah “kebutuhan”, sedakang istilahnya adalah “penderitaan.” Namun penderitaan tidak selalu disadari orang. Berbeda dengan yang center-center di Amerika, di biara India ada sebuah upaya pengakuan bersama-sama untuk mengatasi penderitaan. Menyadari bahwa semua orang menderita: meskipun mereka secara umum baik-baik saja, namun mereka menderita. Mengungkapkan penderitaan menjadi semacam semangatnya. Jadi menjadi menarik bagi saya adalah bagaimana mempertahankan tradisi ini dalam dunia pos-modern ini, yang memungkinkan penggunaan teknologi demi kemajuan tujuan yang prososial.

Soren Gordhamer: Ia melihat visi yang sejalan dalam hal budaya yang berbasis kebijaksanaan. Ia berkata kepada Eric, bukankah itu yang ia dedikasikan sekarang ini: bagaimana memasukkan dalam bisnis, memulai organisasi, yang memasukkan akupuntur, pusat kesehatan dan pusat wellness dalam perusahaan di Amerika. Menurut kalian bagaimana memunculkan budaya berbasiskan kebijaksanaan? Apa saja bahan utama terbentuknya hal itu?

Eric Schiermeyer: Ketika ia kuliah dulu, ia cenderung melakukan dekonstruksi terhadap pemikir besar. Ketika ia mengenal tradisi praktik berbasis kebijaksanaan ini, maka reaksi pertamanya adalah melakukan dekonstruksi. Ia melihat ada banyak kegunaan dari praktek ini yang dirasakan oleh masyarakat. Praktik ini disebarkan dengan cara menganjurkan orang-orang untuk tidak keuntungan dari dunia ini dan menyebaran dengan cara ini. Jadi ketika praktik ini tampak jelas lebih berguna bahkan dibandingkan dengan yang ada saat ini, seperti akupuntur, namun menurutnya dipasarkan dengan cara yang buruk. Siapa yang mau bergabung dalam klub penderitaan? Siapa yang mau diakupuntur? Namun kita membutuhkannya.

Soren Gordhamer: Karena waktu telah habis, ia berkata bahwa mereka boleh melanjutkannya sambil makan siang.

Joan Halifax: Ia berkata bahwa ia masih ingin berkata sesuatu: “saya sungguh-sungguh menyukai caramu memasarkan Kebijaksanaan (Wisdom).”

SINAR DHARMA / 35

Page 40: Sinar Dharma 29.pdf

36 / SINAR DHARMA

Soren Gordhamer: Ia memperkenalkan Justin dan Dustin yang menurutnya telah melakukan eksperimen soal kebijaksanaan dan teknologi. Keduanya akan membahas soal spirit yoga dalam layanan online. Ia bertanya bagaimana mereka bisa bertemu, karena Justin berasal dari Google sedangkan Dustin berasal dari Facebook. Ia bertanya bagaimana keduanya yang tertarik dengan teknologi juga terkoneksi dengan yoga dan bagaimana mereka berdua bisa bertemu.

Dustin Moskovitz: Ia mengenal adik Justin, Perry, dan sering keluar bersama. Lalu oleh adik Justin, ia diperkenalkan dengan kakaknya yang katanya kerja sebagai ahli teknik di Google, sejak itu mereka berteman, kemudian bekerjasama di Facebook.

Justin Rosenstein: Mereka awalnya di Facebook mencoba memecahkan masalah bagaimana mengembangkan

perusahaan dengan mengembangkan karyawannya. Mereka berdua tertarik melihat sebuah perusahaan dengan orang-orang yang brillian dan rencana yang paling ambisius di dunia, namun masih bermasalah dalam mengkoordinasi dan menyatukan orang-orangnya. Meskipun masih kurang pengalaman, mereka mulai memikirkan soal bagaimana cara meningkatkan praktik batin dan beberapa alat yang dapat digunakan untuk membantu setiap orang dapat bekerja dengan lebih efektif dan selaras sehingga dapat mencapai sasaran dengan lebih efektif. Ini adalah eksperimen awal mereka, kemudian menemukan bahwa hal ini ternyata tidak hanya dialami oleh Facebook, namun banyak orang di seluruh dunia menghadapi masalah yang sama. Jadi mereka ingin membantu menyelesaikannya. Inilah awalnya.

Soren Gordhamer: Soren menyinggung bahwa dalam dunia kerja banyak sekali surel yang harus diteruskan, jadi

Eksperimen Asana: Pelajaran dari Perusahaan Rintisan Berbasis Mindfulness

Dustin Moskovitz (Asana, Facebook),

Justin Rosenstein (Asana),

Soren Gordhamer (Pendiri Wisdom 2.0).

36 / SINAR DHARMA

Page 41: Sinar Dharma 29.pdf

29 / SINAR DHARMA

karena itu keduanya berusaha membuat sebuah sistem komunikasi yang peka dengan waktu dan efektif. Pandangan apa yang melandasi hal yang mereka lakukan?

Justin Rosenstein: Sebelumnya ia akan membahas permasalahannya, karena permasalahan ini berkesan tidak tampak. Saat ini banyak orang yang banyak menghabiskan waktu mereka bukan untuk bekerja, melainkan ‘melakukan pekerjaan soal pekerjaan’ (doing work about work). Mereka merasa seharusnya tidak demikian. Dulu, mereka juga sering mengalami keadaan mandeg, tidak tahu apa yang penting, tidak tahu apa yang kawan lain lakukan padahal penting untuk mereka, tidak paham akan makna kerja mereka. Sebenarnya ada suatu kondisi yang tetap bertahan dalam keadaan sinkro, yang konsep spriritualnya seperti spirit dalam menari. Seseorang yang menari sendirian

dapat beralih menjadi menari secara berkelompok sebagai satu kesatuan, sehingga bisa merasakan keindahan bekerjasama. Model yang dipakai oleh perusahaan sekarang ini kebanyakan membuat orang merasa seperti roda gerigi yang saling menekan satu dengan yang lain daripada model yang mengalir dan mengalun seperti tarian. Jadi ketimbang demikian, kita dapat menciptakan dunia yang setiap orang mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang mereka inginkan, pada waktu yang tepat, secara transparan, sehingga sekelompok orang bisa berkumpul bersama dan terlibat dalam suasana yang santai dan menyenangkan untuk masuk ke dalam ‘tarian’ itu. Ia berharap suatu saat dunia juga berada dalam tarian kosmik, semua kemanusiaan bekerja sama dengan sinkronisasi yang sempurna. Ini cita-cita tingginya.

Soren Gordhamer: Tidak seperti lari maraton, yang harus berlari terus menerus, dalam Facebook sering menggunakan metode pelari sprint dan mengurung diri

dalam pekerjaan dalam satu periode waktu tertentu.Dustin Moskovitz: Mereka memiliki sistem yang

mengurung kawan-kawan dalam satu jangka waktu tertentu dan selama itu mereka berfokus pada kerja secara intensif, kemudian setelah itu mereka akan mengambil waktu jeda dan melowongkan diri.

Soren Gordhamer: Hal ini bermanfaat, namun bagaimana pengalaman itu bergerak di antara kedua keadaan ini dan bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan pribadi mereka menjadi lebih efektif.

Dustin Moskovitz: Ada beberapa penelitian yang mendukung bahwa bekerja keras dengan pengaturan pada periode sprint tertentu dan kemudian mengendurkan ketegangan adalah hal yang efektif untuk dilakukan.

Sebagaimana yang selalu dikatakan bahwa mereka mementingkan sprint daripada sistem maraton sehingga kawan-kawan dapat mengambil waktu untuk jeda sebelum menyibukkan diri kembali. Mereka membaginya menjadi 5 episode sprint, setiap sprint berlangsung 2 minggu berfokus pada proyek tertentu. Setelah itu selama 1 minggu mereka mengambil jeda, ketegangan dikurangi, mereka merefleksikan pengalaman yang mereka lakukan untuk merencanakan sprint berikutnya. Bahkan di antara waktu jeda itu mereka juga memadatkan seluruh kegiatan perencanaan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan agar fokus pada pekerjaan.

Soren Gordhamer: Kadang-kadang terdengar gila –dari segi kualitas being (mengada) dan doing (berbuat)— bahwa hal ini mengubah manusia dari human being menjadi human doing, yang hanya semata-mata berbuat, berbuat, dan terus berbuat hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Bagaimana mereka membawa yoga ke

“Tiba-tiba kita sadar bahwa kita mampu mendesain masa depan kita; kita membangun masa depan kita sesuai dengan yang kita inginkan. Bukan dunia yang tercipta dengan acak, namun dunia yang penuh dengan kesukacitaan dan bisa menjelajahi pengalaman sadar, lalu kita akan mengakhiri penderitaan. Ini seperti tujuan tertinggi Bodhisattva.”

- Justin Rosenstein

SINAR DHARMA / 37

Page 42: Sinar Dharma 29.pdf

30 / SINAR DHARMA

Al-Biruni

tempat mereka yang dipacu demikian, sehingga mungkin saja mereka merasa tidak ada waktu untuk melakukannya?

Justin Rosenstein: Mereka banyak memikirkan penyebab tim menjadi kurang efektif. Menurutnya salah satunya adalah tujuan dari perusahaan yang memungkinkan sekelompok orang mencapai sasaran ambisius dengan cara yang tidak terlalu efektif. Dalam rangka mencapainya, seseorang diharapkan bekerja secara ideal sepanjang waktu dan mengerahkan daya sebesar mungkin untuk mencapainya. Ada banyak penelitian, seperti yang dilakukan oleh Tony Schwartz dalam bukunya

secara optimal, tidak semata ia senang melakukan pekerjaanya, namun juga mampu memenuhi target, produktif dan mencapai tujuan dengan baik. Ia mencontohkannya dengan tukang masak mereka yang tidak sekadar memasak saja, namun juga mempertimbangkan soal gizi, kesehatan dan kualitas makanan, sehingga dapat dikatakan bukankah hal ini adalah cara agar seseorang bekerja secara efektif dan tepat dalam waktu lama. Mereka menemukan baik dari praktik maupun riset lainnya, bahwa cara demikian akan lebih efektif dalam membuat orang terus menerus mengalir untuk mencapai sasaran.

Soren Gordhamer: Ia membacakan sebuah pertanyaan dari para audines. “Kamu mengatakan bahwa perusahaan yang tidak mindful, tidak memerhatikan apa yang sedang terjadi, akan kehilangan jalan ke apa yang ingin dicapainya dan menyebabkan orang terbaiknya berhenti berinovasi.” Lantas bagaimana menciptakan perusahaan yang berusaha untuk terus menerus mencurahkan perhatian, menjaga keadaan mindfulness? Ia tahu bahwa ini adalah pertanyaan yang berat, namun ia berharap ada petunjuk yang pernah ditemukan oleh mereka.

Justin Rosenstein: Ia berkata bahwa hal ini bukan sesuatu yang bisa diserahkan pada pihak tertentu yang dibayar untuk melakukannya saja, namun adalah sesuatu yang seharusnya mengakar dalam dalam bahasa yang kita pakai sehari-hari, nilai, dan perbuatan dalam keseharian di perusahaan. Ada sebuah lelucon di antara mereka yang mengatakan bahwa mindfulness dan keseimbangan adalah kata yang dipakai hampir dalam setiap rapat. Karena, pada dasarnya, apabila kamu tidak mampu mencurahkan perhatian pada hal yang sedang kamu lakukan dan bagaimana kamu melakukannya, akan sulit melakukanya dengan baik. Ada cara taktis yang sering mereka pakai di sebuah perusahaan, pada hari tertentu mereka berkumpul dan setiap orang masuk dalam lingkaran, kemudian bercerita apa yang menarik bagi mereka, itu adalah salah satu cara untuk membuat orang-orang fokus pada satu hal yang menurut mereka penting. Kita akan mendengar mereka bercerita mengenai permasalahan yang sudah banyak orang tahu sebenarnya, namun tidak pernah diangkat dan tidak pernah diartikulasikan, hal-hal yang jika diabaikan dalam beberapa tahun ke depan bisa

“Power of Full Engagement”, yang mengatakan bahwa hal ini tidak benar: manusia bukan robot. Semakin banyak kita menghargai energi individu, terutama kerja kreatif, serta menanam modal pada pemahaman, pola-pola energi itu akan semakin baik. Misalnya memperkenalkan yoga dalam jadwal kegiatan karyawan tampak seakan-akan mengumbar. Namun apabila kita pikirkan kembali, apabila kita ingin membuat orang melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya, kita juga perlu memastikan bahwa orang itu dapat melakukan pekerjaan

“Betul sekali. Dalam perusahaan seseorang

tidak harus membaurkan kepribadiannya agar sama

seperti mereka. Setiap orang menjadi terbuka

soal kepribadiannya apa adanya.”

(Dustin Moskovitz,Co-Founder Facebook)

38 / SINAR DHARMA

Page 43: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 39

merusak kinerja perusahaan. Di sini kita membahasnya dan mencoba mencari jalan keluar bersama-sama.

Dustin Moskovitz: Ia mengatakan bahwa mereka tidak sedang mempromosikan perusahaan mereka dan berusaha membuat semua orang menerima istilah mindfulness seperti halnya mereka. Bukan berarti semua orang harus memiliki komitmen yang sama tentang mindfulness seperti halnya mereka, namun setidaknya orang-orang itu memiliki menyediakan ruang yang sangat peduli dengan peningkatan diri dan berusaha mencari solusi sebaik mungkin. Tidak dibutuhkan waktu yang lama.

Soren Gordhamer: Kalau mindfulness berfungsi untuk individu, kenapa tidak bisa berfungsi untuk perusahaan. Seharusnya juga efektif untuk sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan. Bagaimana membawa pemikiran ini masuk dalam produk-produk yang mereka hasilkan? Ia meminta mereka menceritakan bagaimana cara kerja aktual produknya.

Justin Rosenstein: Tujuannya adalah memungkinkan orang berada di dalam lahan yang sama dan mengerjakan semua hal. Pada saat ini untuk mendapatkan banyak informasi mengenai apa yang terjadi dalam tim, kita harus melalui banyak proses yang menyengsarakan dan panjang, melalui banyak sekali kompleksitas yang bisa mengalihkan dari masalah. Karena itu, daripada sekadar prosesor tunggal bersama, ia menjadi memori kolektif dari seluruh organisasi yang merupakan sumber untuk mendapatkan informasi dan memasukkan informasi ke dalamnya bagi semua orang, sehingga mereka dapat terorganisir dengan baik, sementara terus berkomunikasi dan komunikasi tersebut diketahui oleh semua orang. Tentu mindfullness menjadi penting di sini, yaitu kita harus selalu mawas atas apa yang sedang kita lakukan. Sekarang ini masalah yang sering muncul dalam perusahaan adalah akibat tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara apa yang dilakukan oleh sisi kanan dan yang dilakukan oleh sisi kiri perusahaan, ini perlu disinkronisasikan.

Soren Gordhamer: Bagaimana memilah informasi agar tidak salah kaprah?

Justin Rosenstein: Surel adalah salah satu contoh bagus, karena setiap hari kita dihujani oleh banyak surel. Di tengah pekerjaan yang kita lakukan tiba-tiba masuk surel dari orang lain yang memecah perhatian kita dari kegiatan yang sedang kita lakukan dan hal ini terjadi berulang-ulang. Padahal itu menyebabkan kita menjadi tidak dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kegiatan kita dan kita hanya memberikan setengah dari kesadaran kita pada kegiatan kita. Visi mereka adalah setiap orang mengerjakan dengan tepat pada hal yang paling penting, mencurahkan energinya sejalan dengannya, pada momen yang tepat juga, dikarenakan mereka mendapatkan informasi yang tepat juga. Ini adalah proyek yang sulit, namun setidaknya

orang bisa melihat bahwa hal ini penting.

Soren Gordhamer: Ia bertanya pada Dustin, apa motivasinya terlibat dalam proyeknya Justin. Orang yang baru memulai biasanya menginginkan kesuksesan yang telah dicapai oleh Dustin, seperti menjadi salah satu pendiri dari perusahaan teknologi. Mengapa Dustin tidak sekadar rileks dan bersenang-senang saja, ketimbang ikut mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membangun teknologi ini. Motivasi apa yang melandasinya?

Dustin Moskovitz: Motivasi utamanya adalah ingin membantu dunia. Seperti yang diceritakan sebelumnya, mereka bertemu dan mendiskusikan soal masalah di Fecebook dan kemudian membuat prototype alat yang ternyata sangat sukses di Facebook. Dari situ mereka berpikir untuk mengembangkan apa yang mereka temukan untuk memberikan manfaat kepada semua orang yang membutuhkannya. Ini sebenarnya juga kesempatan baginya untuk menggunakan dan mengelaborasi alat yang dapat digunakan orang lain meningkatkan kinerjanya.

Soren Gordhamer: Bagaimana pandangan mereka tentang kesuksesan dalam kerangka pikiran ini, apakah mereka tidak menggambarkannya dengan hanya semata berfokus secara total dari satu momen ke momen berikutnya, ataukan kesuksesan sebagai satu momen hebat yang akan dicapai kelak seperti soal nilai IPO, dan sebagainya?

Justin Rosenstein: Ia ingin berbagi ke para audiens

mengenai apa yang pernah ia pikirkan mengenai hal ini. Ada peralihan besar yang sedang berlangsung di dunia pada saat ini, yaitu peralihan dari evolusi –makhluk hidup muncul karena fungsi primer kekuatan evolusioner dan seleksi. Transisi dari evolusi menuju ke ko-kreasi sadar. Tiba-tiba kita sadar bahwa kita mampu mendesain masa depan kita; kita membangun masa depan kita sesuai dengan yang kita inginkan. Bukan dunia yang tercipta dengan acak, namun dunia yang penuh dengan kesukacitaan dan bisa menjelajahi pengalaman sadar, lalu kita akan mengakhiri penderitaan. Ini seperti tujuan tertinggi Bodhisattva.

Soren Gordhamer: Soren bertanya apakah Justin sedang merujuk pada tujuan pribadi, perusahaan, atau tujuan yang lebih besar lagi?

Justin Rosenstein: Ini tujuan yang lebih besar. Hal ini sangat penting. Pada saat ini ada sebuah gerakan masif perubahan kesadaran yang bergerak yaitu perubahan untuk tidak melihat diri sebagai ndividu yang terisolasi yang berupaya menghisap sumber daya sebanyak mungkin untuk kepentingan dirinya. Namun kita semua adalah satu kesatuan yang saling bahu membahu untuk mengerjakan sesuatu bersama-sama sebagai satu tim dalam proyek tunggal. Transisi dari “aku” ke “kita”. Orang umumnya merasa menjadi egois atau melakukan untuk

SINAR DHARMA / 39

Page 44: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 40

orang lain adalah dua pilihan yang bertentangan. Hal ini tidak demikian, mempertentangkannya adalah kekeliruan. Karena pada dasarnya untuk mencapai kebahagiaan diri bukan menyenangkan diri dengan berbagai hal, namun menyerahkan diri untuk melayani orang lain. Semua permasalahan besar yang muncul di dunia, sebenarnya bisa diselesaikan jika kita bekerjasama dan bertindak secara kolektif. Apabila semua orang bisa berhenti dari kecemasan akan kesejahteraan pribadi masing-masing dan bekerjasama sebagai kelompok, maka kita dapat mengatasi semua masalah besar terkait dengan kemanusiaan, misalkan dalam masalah institusi dan ekonomi.

Dalam hal ini ada dua rencana yang harus kita lakukan, ini hal besar yang dapat kita capai dalam masa hidup kita, yaitu perubahan besar dalam kesadaran dari “aku” ke “kita” dan mengubah cara berpikir profit dalam bisnis menjadi sekumpulan orang yang berusaha untuk mengkontribusikan diri dan kemampuannya untuk disumbangkan kembali kepada masyarakat. Hal ini tidak berarti kita menolak uang, karena pada dasarnya adalah uang itu berguna untuk mengumpulkan sumber daya, menggunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan yang lain dan mengubah dunia secara positif. Mereka tidak membuat layanan untuk membuat uang, namun mereka menggunakan uang untuk membangun layanan yang lebih baik. Jadi apabila kita memiliki peralihan kesadaran di mana kita semuanya bekerjasama dan berusaha mencapai tujuan bersama yaitu hidup dalam sukacita dan mengakhiri penderitaan, dan bagian yang kedua adalah kita terus berusaha melaksanakan tujuan itu, dengan tetap terkoordinasi bersama dengan tujuan mewujudkan tujuan itu. Pada saat ini masih banyak perusahaan yang memperlakukan pekerjanya sebagai manusia, dan melupakan kita semua adalah manusia yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu. Karena itu penting untuk

beralih dari budaya dan praktik yang memandang pekerja sebagai “sumber daya manusia” yang dihisap untuk mendapatkan keuntungan menuju ke ko-kreator kolektif yang kerjasama untuk berkarya dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan dalam mencapai hal ini, masih ada masalah informasi, meski kita berada di ruang yang sama namun tidak tahu apa yang terjadi pada bagian lainnya, mereka melihat hal ini sebagai soal kurangnya alat teknologi. Itulah sebabnya ia dan Dustin sangat bersemangat dalam menangani hal ini. Inilah falsafah mereka.

Soal seperti IPO, atau menjadi perusahaan bernilai jutaan dollar, seperti halnya Facebook, hal demikian terkait dengan soal memperkerjakan orang yang tepat dan mewujudkan tujuan ambisius. Hal ini penting, namun yang paling penting adalah menciptakan kesukacitaan.

Soren Gordhamer: Soren bertanya apakah mereka merasa didukung oleh komunitas techie yang lainnya atau justru dicemooh sebagai orang aneh yang menganut spiritual dan tidak praktis. Ia bertanya apakah tujuan yang lebih besar ini akan diterima oleh komunitas techie lainnya berdasarkan pengalaman mereka di perusahaan sebelumnya?

Dustin Moskovitz: Beberapa orang mengatakan ini pemikiran yang gila, namun ia menolaknya, karena ia merasa bahwa misi Facebook dan Google sama dengan misi mereka. Jadi sebenarnya ini lebih umum daripada yang orang kira. Untuk praktik internal memang tidak terlalu umum, namun sebenarnya pemahaman itu sudah cukup umum sehingga mayoritas tidak berpikir bahwa ini tidak masuk akal. Sebenarnya mereka juga memperkenalkan praktik yang sama ke perusahaan lainnya.

Soren Gordhamer: Ia menyinggung soal penampilan di perusahaan mereka yang cenderung santai, hal ini menurutnya mereka cenderung transparan dan dapat menerima seseorang menjadi dirinya sendiri.

40 / SINAR DHARMA

Page 45: Sinar Dharma 29.pdf

41 / SINAR DHARMA

Dustin Moskovitz: Betul sekali. Dalam perusahaan mereka seseorang tidak harus membaurkan kepribadiannya agar sama seperti mereka. Setiap orang menjadi terbuka soal kepribadiannya apa adanya.

Soren Gordhamer: Ia mengulang kembali pertanyaan Stuart Grabb (di sesi lain) soal bagaimana memperkerjakan orang-orang yang mindful. Ketika ia menyinggung mindfulness, maksudnya bukan orang yang bermeditasi atau berlatih yoga, tapi orang yang mencurahkan perhatian pada apa pun yang sedang mereka lakukan, karena ini budaya yang ingin kalian ciptakan. Bagaimana mereka menemukan orang yang sesuai untuk itu?

Justin Rosenstein: Menurutnya hal ini bukan sekadar mindfulness, tapi soal ketidak-egoisan.

Soren Gordhamer: Keduanya terkait.

Justin Rosenstein: Iya, memang terkait. Yang penting adalah memberikan ruang bagi orang-orang yang brillian, bukan untuk meraih keuntungan pribadi, tapi berfokus pada soal bagaimana menciptakan sesuatu yang hebat bersama-sama, bagaimana membangun perusahaan yang hebat bersama-sama. Tipikalnya begitu semua orang berfokus pada tujuan yang sama, secara alamiah apa yang akan mereka lakukan secara bersama-sama. Bukan hanya dalam memerhatikan account pengguna mereka, tapi juga operasional internal mereka.

Dustin Moskovitz: Tidak penting mengetahui apakah orang yang digaji adalah orang yang mengenal mindfulness atau tidak, setidaknya menyeleksi seseorang memperlihatkan keterbukaan padanya. Sepanjang seseorang terbuka, mereka selalu menyediakan ruang agar orang menjadi mindful dan melatihnya. Jadi lebih ke arah mencari orang yang memiliki rasa ingin tahu dan terbuka dengan budaya organisasi mereka.

Page 46: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 4242 / SINAR DHARMA

Setiap tanggal 23 bulan 3 penanggalan Imlek, bagi masyarakat Tionghoa, khususnya umat Tridharma—bentuk asimilasi dari agama Buddha, Tao, dan Konghucu, merupakan hari yang istimewa. Kelenteng-kelenteng di berbagai daerah akan menjadi pusat keramaian. Ya, hari itu bertepatan dengan perayaan tanggal lahir Ma Zu—Sang Dewi Laut yang juga dipuja sebagai Bunda Suci Surgawi. Di Taiwan, sebagai contoh, setiap menjelang hari kelahiran Ma Zu, kelenteng yang paling ramai dikunjungi adalah Chao Tian Gong di wilayah Bei Gang. Salah satu pusat perhatian dari perayaan ini adalah acara kirab rupang Ma Zu dengan jumlah pengunjung mencapai 1 juta orang lebih. Perayaan seperti ini tidak hanya terlihat di Taiwan, bahkan tersebar sampai ke Jepang dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

- MA ZU -

Protector Bodhisattva of the Seafarers

42 / SINAR DHARMA

Page 47: Sinar Dharma 29.pdf

43 / SINAR DHARMA

Tanda-Tanda Kelahiran IstimewaMa Zu lahir pada tanggal 23 bulan 3 tahun 960 M di

era Dinasti Song Utara. Ia berasal dari keluarga marga Lin yang menetap di Pulau Meizhou, Kab. Putian, Provinsi Fujian, Tiongkok. Ayahnya, Lin Weiyi, adalah pejabat pengawas daerah. Sebelum kelahiran Ma Zu, keluarga Lin Weiyi telah memiliki satu anak lelaki dan lima anak perempuan. Sehubungan dengan kondisi fisik anak lelaki yang sulung sangat lemah, keluarga Lin berharap dapat memiliki momongan anak lelaki lagi. Maka, setiap hari pasangan keluarga Lin ini memohon di depan altar Bodhisatva Avalokitesvara. Tidak lama kemudian, istri Lin Weiyi yang bermarga Wang, bermimpi tentang penampakan Bodhisattva Avalokitesvara. Dalam mimpi tersebut, Bodhisattva memberikannya sebutir obat dan berkata, “Keluarga kalian banyak berbuat kebajikan, maka para dewa selalu ingin melindungi kalian. Makanlah obat ini, engkau akan mengandung seorang anak perempuan. Di masa mendatang, anak ini akan menyelamatkan orang-orang di dunia ini dan punya pencapaian yang luar biasa.” Setelah menelan obat tersebut, benar saja istri Lin mulai memperlihatkan tanda-tanda kehamilan.

Versi lain menceritakan Bodhisattva Avalokitesvara memberikan bunga utpala (teratai biru yang biasa dibawa Bodhisattva Tara) kepada istri Lin. Saat menjelang persalinan, muncul cahaya merah yang menyorot ke kamarnya dan aroma harum menyerbak di sekelilingnya yang disertai suara gemuruh yang tidak biasa. Begitu Ma Zu dilahirkan, meski sang ibu dan ayah sedikit kecewa karena bukan anak lelaki, namun dengan tanda-tanda istimewa di saat kelahirannya, mereka pun sangat menyayanginya. Selama satu bulan setelah kelahirannya, Ma Zu tidak pernah menangis. Maka dari itu, sang ayah memberinya nama Mo (diam). Nama kecilnya adalah Mo Niang, sebab itu Ma Zu juga dikenal sebagai Lin Moniang.

Masa PembelajaranPada usia 8 tahun, Ma Zu mengecap pendidikan yang

sama seperti anak-anak umumnya di Tiongkok, yaitu mempelajari kitab-kitab Konfusianisme. Akan tetapi, ia juga sangat tertarik dengan ajaran Buddha dan Taoisme. Tanda-tanda ini telah terlihat sejak ia masih dalam gendongan. Saat melihat rupang Buddha, ia akan memberi hormat dengan bersikap anjali. Pada usia 5 tahun, ia telah sanggup melafalkan kitab Guanyin Jing (Sutra tentang Bodhisattva Avalokitesvara, Bab Samanthamukha-varga Saddharmapundarika Sutra). Pada usia 13 tahun, seorang pendeta Taois bernama Xuan Tong kerap mengunjunginya dan pernah berkata kepadanya, “Engkau memiliki benih Buddhata (fo xing 佛性), seharusnya dapat mencapai buah kebenaran.” Ma Zu kemudian berguru kepadanya. Di bawah asuhan pendeta Xuan Tong, Ma Zu belajar tentang Xuanwei Bifa yang tidak lain adalah cabang okultisme dan mistisisme dalam Taoisme.

Saat usia 16 tahun, ketika bersama sekelompok anak

gadis sedang bermain di luar, mereka mendekati sebuah sumur dengan maksud ingin mengambil air untuk membersihkan muka. Tiba-tiba muncul sesosok makhluk dewa bersama pengiringnya. Para gadis yang dikejutkan oleh penampakan ini menjadi ketakutan dan lari berhamburan. Akan tetapi, Ma Zu tetap bergeming dengan sikap yang tenang. Dewa tersebut lalu memberikan sebuah plakat tembaga. Hal ini mungkin juga berhubungan dengan okultisme yang dipelajarinya.

Setelah kejadian itu, ia memiliki berbagai kemampuan spiritual, seperti menguasai ilmu falak, kemampuan mengeluarkan kesadaran dari tubuh untuk menolong orang di tempat jauh, kemampuan mengetahui keuntungan dan petaka yang akan dialami seseorang, menyembuhkan penyakit, melenyapkan bencana, dan sebagainya. Karena itulah, pada saat itu orang-orang menyebutnya sebagai Shen Gu—Wanita Sakti dan Long Nu—Putri Naga.

Kisah Kesaktian Ma ZuTak terpungkiri, Ma Zu menjadi sosok yang fenomenal

tak terlepas dari kekuatan batin yang dimilikinya. Berbagai kisah kesaktian beliau tercatat dalam dua kitab, yaitu Tian Hou Zhi dan Tian Fei Xian Sheng Lu. Beberapa kisah menarik di antaranya adalah:

Menolong ayah dari mara bahaya. Suatu ketika ayah dan kakak Ma Zu sedang melakukan perjalanan dengan kapal laut. Saat itu, Ma Zu yang sedang menenun kain di rumah tiba-tiba berubah raut wajahnya. Dengan mata tertutup ia naik ke atas mesin tenun, tangannya

SINAR DHARMA / 43

Page 48: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 4444 / SINAR DHARMA

mencengkram jarum tenun dan kakinya masih berpijak pada pedal penenun. Sikapnya seolah-olah sedang berupaya menahan sesuatu agar tidak terlepas. Ekspresi yang ditunjukkan Ma Zu sungguh membuat takut ibundanya. Sang ibu segera mendekati Ma Zu dan berusaha menyadarkannya. Setelah terdengar suara teriakan, jarum tenun tiba-tiba terlepas dari tangan Ma Zu dan ia pun tersadar kembali. Sesaat itu juga, ia langsung menangis sedih seraya berkata, “Ayah selamat, tetapi kakak telah mati tenggelam!” Apa yang dikatakan Ma Zu membuat ibunya merasa sangat terkejut. Mereka segera mencari kebenaran akan kabar yang diucapkan Ma Zu.

Tidak lama kemudian, benar saja ada orang yang mengabarkan bahwa kapal yang ditumpangi ayah Ma Zu diserang badai dan beberapa kali dihantam ombak dahsyat yang hampir menenggelamkan mereka. Akan tetapi, ada sesuatu yang seolah-olah menahan kapal tersebut agar tetap dalam kondisi stabil, bahkan kapal tersebut bergerak mendekati kapal yang ditumpangi kakak Ma Zu yang terlihat dalam kondisi terbalik dan sebagian badan kapal telah tenggelam. Ternyata, saat Ma Zu berusaha mencengkeram jarum tenun, itu sebagai pertanda upaya untuk menahan kapal yang ditumpangi sang kakak, namun suara teriakan dari sang ibu yang membuat ia tersadar kembali telah membuat kapal tersebut tergerus ombak dahsyat.

Sang ayah yang selamat dari mara bahaya, bersama-sama Ma Zu dan para warga, berlayar kembali ke tengah laut untuk mencari jasad sang kakak. Saat tiba di tengah lautan, di atas permukaan laut muncul sekelompok makhluk halus dari dunia kelautan. Penampakan ini membuat para warga menjadi takut. Ma Zu lalu menenangkan para warga dan berkata kepada makhluk halus, “Tidak perlu menyambut saya.” Sesaat kemudian, perairan di sana berubah menjadi jernih dan jasad sang kakak muncul ke atas permukaan air. Ternyata makhluk halus di sana bermaksud mengantarkan jasad kakak Ma Zu. Demikianlah para warga lalu membawa jasad itu kembali ke daratan.

Kisah lainnya adalah mengenai penyelamatan sebuah kapal pedagang. Di bagian utara Meizhou, ada sebuah daerah bernama Jiawen. Di bawah perairan daerah tersebut banyak bertebaran terumbu karang. Bagi nahkoda kapal yang tidak mengenal baik kondisi perairan tersebut tentu membuat perjalanan menjadi sangat berbahaya. Pada satu ketika, ada sebuah kapal dagang yang melewati perairan ini diserang badai besar sehingga terhempas dan menabrak batu karang. Kapal menjadi bocor, dalam sekejap saja air menyembur masuk. Situasi menjadi sangat darurat, para penumpang kapal dengan panik berteriak minta pertolongan. Mengetahui kondisi ini, Ma Zu merasa sangat khawatir. Ia segera menghubungi para warga dan berkata, “Kapal dagang itu akan segera tenggelam, cepat kirim bantuan!” Melihat kondisi cuaca buruk dan ombak dahsyat, para warga tidak berani berlayar. Dalam situasi darurat ini, Ma Zu mencabut beberapa helai rumput dari tanah, lalu melemparnya ke laut. Rumput tersebut berubah menjadi batang cemara besar dan satu per satu mengalir ke arah di mana kapal tersebut berada. Setelah para penumpang berhasil meraih batang-batang cemara, kapal itu baru tenggelam ke dasar laut. Tidak lama kemudian badai mulai reda, para warga segera berlayar untuk menyelamatkan para penumpang kapal. Saat tiba dengan selamat di daratan, mereka meluapkan kegembiraan dengan rasa syukur. Tetapi ketika melihat batang-batang cemara yang telah menyelamatkan mereka hilang secara misterius, mereka pun

44 / SINAR DHARMA

Page 49: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 4545 / SINAR DHARMA

merasa sangat aneh. Setelah bertanya kepada para warga, mereka baru tahu bahwa cemara tersebut merupakan hasil penjelmaan yang dilakukan Ma Zu. Dalam novel Tianfei Niangma Chuan (天妃娘媽傳) yang ditulis pada tahun 1602–1611 M, Ma Zu menolong para pelaut atas arahan dan bimbingan dari Bodhisattva Avalokitesvara.

Dalam hikayat lain dikisahkan tentang Ma Zu menaklukkan Yan Gong, siluman laut yang sering mengganggu para pelaut. Setelah ditaklukkan Ma Zu, Yang Gong masih belum menyerah total. Ia kemudian menjelma menjadi seekor naga dan kembali menyerang Ma Zu. Dengan kesaktian yang dimiliki Ma Zu, sang naga berhasil diikat dengan tali gaib. Yang Gong akhirnya menyerah total dan dinasihati Ma Zu untuk mengawasi makhluk halus di perairan laut. Sejak itu, ia pun menjadi salah satu pengikut Ma Zu.

Siluman lain yang ditaklukkan Ma Zu adalah penguasa gunung Tao Hua, Qian Li Yan—Siluman Air yang memiliki kesaktian “mata seribu Li” dan Shun Feng Er—Siluman Emas yang memiliki telinga sakti yang mampu mendengar suara jarak jauh. Kedua siluman ini kemudian menjadi pengawal khusus Ma Zu.

Ketika Ma Zu berusia 20 tahun, wilayah Putian mengalami musim kering. Hujan tidak turun selama beberapa bulan, tanaman menjadi layu, sumur kehabisan air, bahkan banyak hewan dan manusia yang mati karena kekeringan ini. Pejabat daerah Putian tahu akan kesaktian Ma Zu, maka mereka memohon pertolongan dari beliau untuk mendatangkan hujan. Ma Zu mengabulkan permohonan ini dan setelah mengadakan upacara doa, benar saja hujan turun dengan lebat. Dengan rasa suka cita, penduduk wilayah Putian mengucap syukur dan terima kasih atas jasa Ma Zu.

Pada usia 26 tahun di musim semi, terjadi hujan yang turun selama berhari-hari. Akibatnya, bencana banjir memporakporandakan bangunan rumah. Rakyat menjadi hidup telantar dan menderita. Pejabat daerah pun memohon pertolongan dari Ma Zu, namun Ma Zu berkata, “Kejadian ini diakibatkan oleh ulah manusia yang banyak berbuat jahat, sehingga langit menjatuhkan hukumannya. Saya akan mewakili jutaan rakyat untuk memohon pengampunan dari langit.” Ma Zu lalu mengadakan upacara doa dan tidak lama kemudian awan pekat hitam di langit secara berangsur-angsur berubah menjadi cerah. Pada saat itu, ada seekor naga yang muncul dari dasar laut dan terbang kembali ke langit. Mungkin langit telah mendengar doa Ma Zu dan menarik kembali sang naga yang menurunkan hujan.

Hari Kenaikan Ma Zu Pada era kekaisaran Song Taizong (987 M), Ma Zu

menginjak usia 28 tahun. Bertepatan dengan perayaan hari Chongyang yang jatuh pada tanggal 9 bulan ke-9

penanggalan Imlek, Ma Zu berkata kepada keluarganya, “Berhubung besok adalah hari Chongyang, saya ingin mendaki gunung. Untuk itu, saya berpamitan dulu dengan kalian.” Salah satu kegiatan tradisi hari Chongyang adalah menaiki daratan/tempat tinggi, maka orang-orang menganggap keinginan Ma Zu untuk mendaki gunung adalah kegiatan yang biasa, tanpa merasa curiga terhadap maksud beliau. Keesokan harinya, Ma Zu melakukan puja bakti dan melantunkan kitab suci, setelah itu ia berkata kepada kakaknya, “Hari ini saya akan pergi ke atas gunung untuk mewujudkan tekad, namun perjalanannya akan terasa jauh dan berat. Saya hanya bisa pergi sendiri.” Sang kakak lalu tertawa sembari berkata, “Pergilah sesuai kehendakmu, tidak perlu banyak pertimbangan.” Ma Zu lalu berpamitan dengan keluarganya dan berangkat menuju ke arah puncak gunung di Meizhou.

Setelah berada di atas puncak, tiba-tiba awan putih turun menyambut, hanya dalam sekejap, Ma Zu yang bertumpang pada awan putih melesat ke atas angkasa dan terdengar alunan musik surgawi yang berangsur-

SINAR DHARMA / 45

Page 50: Sinar Dharma 29.pdf

46 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 46

angsur sirna di balik cahaya suci. Seantero warga di Pulau Meizhou yang menyaksikan kejadian ini merasa takjub hingga tak terperikan. Sejak itu, Ma Zu masih sering menampakkan diriNya, seperti di atas gunung, di sekitar goa, atau sedang duduk di atas awan, atau di dalam mimpi seseorang. Ada juga yang melihatnya mengenakan gaun merah terbang di atas permukaan laut. Ia sangat mencintai rakyat, memberi pertolongan saat melihat ada orang yang menderita. Karena itu, para warga di Meizhou mendirikan kuil untuknya dan memberi persembahan dengan tulus. Dari generasi ke generasi, orang yang datang untuk berdoa kepadanya tidak pernah terputus. Ma Zu sering menolong orang yang mengalami bencana di tengah laut.

Setelah hari kenaikannya, fenomena pertolongan yang beliau berikan kepada para nelayan dan pelaut masih cukup berpengaruh. Berikut adalah beberapa kisah yang tercatat dalam sejarah.

- Pada era Kekaisaran Kangxi tahun ke-21, Dinasti Qing, Komandan Pasukan Maritim Dinasti Qing, Jenderal Shi Lang, mendapat titah untuk membawa 30.000 prajurit mendirikan pangkalan di Ping Hai. Sambil menunggu cuaca

stabil, pasukan ini akan berlayar ke Pulau Taiwan. Pada saat itu bertepatan dengan musim kering, sehingga barak tentara kekurangan air. Tidak jauh dari Kelenteng Ma Zu di Ping Hai terdapat sebuah sumur tua yang sudah tidak kering dan tertimbun tanah. Jenderal Shi Lang menyuruh orang untuk menggali sumur tersebut. Saat penggalian, dalam hati ia terus berdoa kepada Ma Zu. Setelah penggalian selesai, benar saja sumur tersebut mengeluarkan air yang menyegarkan. Sumur ini pun memberi kemudahan yang bukan saja diperuntukkan pasukannya, bahkan juga kepada penduduk Ping Hai.

- Pada masa Dinasti Song, tahun 1155, terjadi wabah penyakit di wilayah Xing Hua, tidak ada obat penyembuhnya. Saat itu, warga dusun Bai Hu diberi mimpi oleh Ma Zu. Ma Zu berkata kepada mereka bahwa tidak jauh dari laut, ada sebuah mata air di bawah tanah. Dengan meminum air tersebut, penyakit para warga akan dapat sembuh. Keesokan harinya, para warga berbondong-bondong menuju ke lokasi yang ditunjuk, dan berupaya menggali tanah untuk menemukan mata air. Setelah mendapatkan air tersebut, ternyata sungguh berkhasiat. Kabar ini lalu menyebar, dan para

46 / SINAR DHARMA

Page 51: Sinar Dharma 29.pdf

warga berdatangan untuk mengambil air, akhirnya wabah penyakit pun berhasil diatasi. Mata air ini lalu diberi nama Mata Air Suci.

- Pada masa Dinasti Song, seseorang bernama Hong Botong yang berasal dari Putian sedang berlayar di laut. Tiba-tiba terjadi badai angin yang nyaris menenggelamkan kapalnya. Hong Botong langsung berteriak minta pertolongan dari Sang Dewi Laut. Dalam sekejap saja, badai langsung reda. Hong Botong pun selamat dari bencana.

- Pada masa Kekaisaran Daoguang, Dinasti Qing (1826), ribuan kapal pengangkut logistik di wilayah Jiangnan diserang badai. Berkat pertolongan dari Ma Zu, kapal yang ditumpangi sekitar 20 hingga 30 ribu penumpang semua terselamatkan.

Berbagai kisah pertolongan Ma Zu masih terus mengiang di telinga hingga zaman sekarang. Semasa hidupnya, Ma Zu menolak untuk menikah dan sepenuh hati menjalankan misi kebajikan. Dengan hati yang penuh welas asih, beliau sangat dicintai warganya.

Pemujaan Ma Zu di Berbagai Pelosok Dunia

Ma Zu yang secara harfiah berarti Bunda Leluhur memiliki beberapa nama gelar kehormatan, seperti Tian Fei—Permaisuri Surgawi, Tian Hou—Ratu Surgawi, Tian Shang Sheng Mu—Bunda Suci Surgawi, dan Niang Ma—Sang Ibunda. Selama hampir seribu tahun, Ma Zu menjadi objek pemujaan dari kalangan nelayan, pelaut, pedagang, hingga pelancong. Sejak dahulu kala, pelayaran kapal di tengah laut sering menghadapi bahaya ombak dan badai dahsyat. Para nelayan atau awak kapal tentu sangat memerhatikan masalah keamanan. Salah satu hal yang menjadi “pegangan” mereka adalah pengharapan akan perlindungan dari para dewa/dewi. Sebelum keberangkatan kapal, akan upacara persembahan dilakukan untuk menghormat pada Sang Ratu Surgawi sebagai doa keselamatan dan kelancaran selama pelayaran. Di dalam kapal juga dibuatkan altar Dewi Ma Zu.

Pelaut terkenal pada masa Dinasti Ming, Zheng He (Ceng Ho), yang dikenal dengan sebutan Sanbao Daren (Sam Po Tai Jin), tidak terlepas dari kebiasaan ini. Tujuh kali Zheng

SINAR DHARMA / 47

Page 52: Sinar Dharma 29.pdf

48 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 48 SINAR DHARMA / 48SINAR DHARMA / 4848 / SINAR DHARMA

He memimpin armada besar yang terdiri dari puluhan kapal, mengunjungi berbagai negeri Asia & Afrika. Setiap akan memulai pelayarannya, Zheng He selalu memimpin upacara sembahyang besar kepada Ma Zu untuk memohon perlindungan akan keselamatan perjalanannya. Pada pelayaran Zheng He yang ke-3 kali, yaitu pada tahun 1409 M (tahun ke-7 pemerintahan Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming), atas perintah Kaisar, Zheng He menyempatkan diri bersembahyang di kelenteng Ma Zu di pulau Mei Zhou. Sebuah prasasti peninggalan Zheng He yang terdapat di Zhang Le, propinsi Fujian, secara teliti menyebutkan bahwa keselamatan perjalanan Zheng He sampai berhasil menyelesaikan tugas melakukan kunjungan muhibah ke manca negara sampai tujuh kali, adalah berkat kemukjizatan & perlindungan Tian Shang Sheng Mu. Gelar Tian Fei 天妃

dianugerahkan kepada Ma Zu pada masa pemerintahan Kaisar Kubilai Khan yang beragama Buddha (murid Chogyal Phagpa – sesepuh aliran Sakyapa) zaman Dinasti Yuan. Gelar “Tianshang Shengmu” 天上聖母 diberikan oleh Kaisar Kangxi semasa Dinasti Qing yang juga beragama Buddha (murid tradisi Gelugpa) pada tahun 1680 M. Dan terakhir gelar “Tian Hou” 天后 lagi-lagi diberikan oleh raja Buddhis Qianlong (murid tradisi Gelugpa) semasa Dinasti Qing pada tahun 1737.

Terkecuali wilayah Tibet, Xinjiang, dan Qinghai, pemujaan Ma Zu tersebar di sepanjang garis pantai Tiongkok. Kitab Ma Zu Gong Ji Cheng mengumpulkan data tentang kuil Ma Zu di 30 propinsi yang meliputi 500 kabupaten (termasuk

Macau dan Hongkong). Di Taiwan saja, menurut data sensus, hingga kini Kelenteng Ma Zu yang bertebaran di atas Pulau Formosa ini sudah melampaui 900 unit. Kelenteng Ma Zu tertua di Taiwan terdapat di kota Magong, Kepulauan Penghu. Sedangkan yang paling ramai dikunjungi adalah yang berlokasi di Beigang.

Dengan semakin pesatnya perkembangan transportasi laut dari masa Dinasti Yuan, Ming, hingga Qing, dan semakin meningkatnya ketertarikan orang Tiongkok mengarungi lautan luas untuk merambah berbagai pelosok dunia, maka di bawah “perlindungan” Ma Zu, di mana pun negeri baru yang mereka pijak, kuil Ma Zu pun akan turut menjadi tonggak sejarah dan objek penghormatan mereka, yang tentu juga sebagai wujud syukur.

Di Kepulauan Ryukyu Lama, Jepang, kuil Ma Zu didirikan pada masa Dinasti Ming (abad-14 M). Ada 3 kuil Ma Zu yang tersebar di Kep. Ryukyu Lama, yaitu di Kamemura, Pulau Kumejima, dan kota Nara.Di salah satu kota kecil di Jepang, yaitu Sui Hu, Ma Zu telah dimasukkan ke dalam jajaran Dewata Jepang, & dihormati di kuil utama kota itu. Di Jepang terdapat tak kurang dari 100 buah kuil Ma Zu.

Nguyen Ngoc Tho dalam karyanya “Goddess Beliefs in the Chinese Lingnan Artea” mencatat, “Di Buddhisme, kasus hubungan Mazu dan Buddhis Avalokitesvara yang terkenal sangatlah lengkap dan popular namun orang-orang gagal mengenalinya. Maka dari itu kelenteng Mazu juga adalah

48 / SINAR DHARMA

Page 53: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 4949 / SINAR DHARMA

vihara Avalokitesvara, karena kedua rupangnya dapat ditemukan (di satu tempat ibadah).” Di Indonesia sendiri adalah contoh nyatanya. Jika kita melihat kelenteng kelenteng Ma Zu di tanah air seperti Hok An Kiong, Hwie Ing Kiong, Tjoe Tik Kiong, dan lain sebagainya, ditemukan aula Ma Zu dan aula Avalokitesvara dalam posisi depan-belakang. Di kelenteng utama Mazu di Meizhou juga terdapat aula Avalokitesvara. Suatu hal yang umum pada periode dinasti Ming dan Qing untuk membuat aula Avalokitesvara sebagai aula pendukung utama kelenteng Mazu.

Di Indonesia, setiap tahun beberapa kelenteng di berbagai wilayah di Nusantara mengadakan upacara kirab rupang Sang Bunda Leluhur. Di Gorontalo, Sulawesi, misalnya, kirab dilakukan di sekitar pantai Gorontalo yang diadakan oleh Kelenteng Hong San Bio (Yayasan Tanjung Naga). Hal serupa juga diadakan oleh Kelenteng Hok An Kiong, Surabaya. Kemudian di Desa Dasun Lasem, Rembang, pernah juga diadakan kirab akbar oleh Kelenteng Tjoe Hwie Kiong (Yayasan Dwi Kumala Rembang), dan dihadiri 44 kelenteng tamu dari luar Rembang, bahkan termasuk dari Tay Seng Bio, Menado. Pada tahun 2012 giliran Hwie Ing Kiong Madiun yang mengadakan kirab perdana.

Bodhisattva Ma Zu dan Buddhisme

“Mazu herself is, strictly speaking, neither a Daoist deity, nor a Buddhist bodhisattva. Her origins are folklore-derived although she is linked to Buddhism in many ways.”

(The Cult and Festival of the Goddess of the Sea, Szan Tan)

Ma Zu tidak ditemukan dalam teks kanonik Buddhisme. Dalam sejarah perkembangan Mahayana di Tiongkok, ada beberapa kitab yang secara khusus mencatat sejarah tokoh-tokoh Buddhis, baik bhiksu, bhiksuni, maupun upasaka dan upasika. Kitab-kitab tersebut telah dimasukkan ke dalam koleksi Mahapitaka, namun tidak ada satu pun di antaranya yang pernah memasukkan Ma Zu sebagai bagian dari figur Buddhis. Dalam buku Quan Xiang Zhong Guo San Bai Shen (300 Tokoh Dewata Tiongkok) karya Ma Shutian, Ma Zu digolongkan sebagai dewata kepercayaan masyarakat. Sesungguhnya pada awalnya Ma Zu bukan bagian dari golongan keagamaan mana pun. Kisah pertolongannya hanyalah wujud kepeduliannya terhadap keselamatan warga lokal. Sesuai dengan budaya Tionghoa yang selalu mendirikan kuil untuk mengenang tokoh pujaan mereka, maka Ma Zu menjadi salah satu objek pemujaan masyarakat. Namun bentuk pemujaan masyarakat Tiongkok pada umumnya menyatu dengan agama lokal seperti Taoisme dan Konfusianisme, maka secara berangsur-angsur Ma Zu menjadi bagian tak terpisahkan dengan Taoisme. Terlebih lagi jika dilihat dari berbagai kelenteng Ma Zu yang berciri khas Taoisme—yang bisa

SINAR DHARMA / 49

Page 54: Sinar Dharma 29.pdf

dilihat bentuk persembahan dan ritual kirab yang diadakan setiap tahun, maka tak pelak lagi, Ma Zu lebih banyak dianggap “berkiblat” ke Taoisme, apalagi dalam salah satu kisah kehidupannya, Ma Zu berguru dengan pendeta Taois. Dalam penyusunan kanon Taoisme pada masa Dinasti Ming, dengan adanya kitab Taishang Laojun Shuo Tianfei Jiuku Lingyan Jing (Dewa Taishang Laojun Membabarkan tentang Keajaiban Pertolongan Sang Permaisuri Surgawi -太上老君

说天妃救苦灵验经), secara jelas telah memasukkan Ma Zu sebagai bagian dari dewata Taoisme.

Meskipun demikian, Ma Zu juga memiliki peran yang tak terpisahkan dengan Buddhisme. Menurut Chai Xiang Hui, hubungan Ma Zu dengan agama Buddha dapat dilihat dari poin-poin berikut ini : Kitab Tian Fei Xian Sheng Lu (天妃顯

聖錄) disusun pada masa Dinasti Ming oleh Lin Yaoyu (1589) dan Lin Linchang (1670 M) keturunan keluarga Lin (marga keluarga Mazu / Moniang). Hingga pada masa Kekaisaran Kangxi tahun ke-16 hingga 19, kitab ini selesai disusun dan dicetak. Ini merupakan kitab referensi utama tentang sejarah Ma Zu. Dalam daftar isi kitab tersebut tertulis, “Kepala Bhiksu Zhao Cheng bertekad mencetak dan menyebarluaskannya, muridnya, Bhiksu Pu Ri, dan cucu muridnya, Tong Jun, merevisi ulang.” Menurut kitab sejarah “Putianxian Zhi (Catatan tentang Kabupaten Putian)”, pada era Kangxi tahun ke-20 (1681 M), Bhiksu Zhao Cheng merenovasi Vihara Jiufeng di Putian. Padahal Bhiksu Zhao Cheng juga merupakan kepala Kelenteng Tian Hou Gong. Dari sini mencerminkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara

pemujaan Ma Zu dengan praktisi Buddhis. Vihara Jiufeng adalah sebuah vihara yang dibangun oleh Bhiksu Ben Ji (840-901) dari tradisi Chan sub-aliran Chaodong. Namun berhubung Zhao Cheng dan murid beserta cucu muridnya memiliki nama tahbis yang setingkat dengan nama tahbis dari silsilah yang diteruskan melalui Bhiksu Zhi Guan dari tradisi Chan aliran Linji, maka Kelenteng Ma Zu— Tian Hou Gong di Meizhou merupakan kelenteng yang dilindungi oleh bhiksu-bhiksu dari aliran Linji. Namun, sehubungan dengan Ma Zu hidup pada masa-masa ketika Kaisar Zhou Shizong yang anti agama Buddha hingga pada masa-masa ketika Kaisar Song yang berusaha meng-Taoisasi agama Buddha, maka sedikit banyak kekuasaan kerajaan memberi pengaruh pada kuil-kuil Ma Zu.

Jika dilihat dari sisi kaitannya dengan Bodhisatva Avalokitesvara, kitab Tian Hou Xian Sheng Lu secara jelas menyatakan bahwa Ma Zu adalah emanasi dari Guanyin Pusa—Bodhisattva Avalokitesvara. Hubungan emanasi Avalokitesvara – Ma Zu ini sudah dikenali dan terasimilasi sejak zaman Dinasti Yuan (1271 – 1368 M) yaitu masa-masa awal pemujaan Sang Dewi. Kitab yang berasal dari dinasti Yuan yaitu Shengdun Shunji Zumiao Xinjian Fanli Dianji (圣墩顺济祖庙新建蕃厘殿记) tahun 1321 M adalah referensi paling awal tentang Mazu dan Guanyin di mana Mazu disebut sebagai “即普陀大士之千亿化身也” yaitu Mazu adalah tubuh transformasi (nirmanakaya) dari Mahasattva Potalaka (Avalokitesvara). Kisah ibu Ma Zu bermimpi tentang pertemuannya dengan Guanyin lalu mengandung sang calon bayi—Ma Zu, sudah menjadi bagian dari kisah

50 / SINAR DHARMA

Page 55: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 51SINAR DHARMA / 51

riwayat hidupnya. Di samping itu, keluarga Ma Zu sendiri adalah pemuja Guanyin. Sejak kecil, Ma Zu telah diajari tentang kitab suci agama Buddha, terutama kitab Guanyin Jing yang merupakan bagian dari Saddharmapundarika Sutra. Hubungan ini juga diceritakan dalam kitab (三教源

流搜神大全) Sanjiao Yuanliu Soushen Daquan (1864-1927 M) yang mengatakan bahwa kelahiran Mazu adalah berkah dari Nanhai Guanyin. Uniknya, Mazu juga mendapat gelar “Nanhai Nushen” atau Dewi Laut Selatan.

Di kelenteng Mazu terbesar di Taiwan yaitu Dajia Zhenlan, doa-doa yang dibacakan mengadaptasi Mahakarunacitta Dharani Sutra dan Ma Zu diberi gelar Bodhisattva dalam doa-doa mereka. Di seluruh dunia telah tersebar luas mantra-mantra siddham Sansekerta dari Mazu yang berjudul Tian Shang Sheng Mu Cheng Dao Zhen Ya (天上聖母成道真言), seperti contohnya “Om ksana-ryara hum tajjanma svaha.”

Di Jepang, Ma Zu secara umum juga dikenali sebagai Bodhisattva. Sebutan beliau di Jepang adalah Maso Bosatsu yang berarti Bodhisattva Ma Zu. Misionaris Perancis Pierre Leturdu pada tahun 1846 mencatat kisah Ma Zu yang didengarnya dari bhiksu-bhiksu di Vihara Seigen-ji. Dalam kisah tersebut, Lin Mo Niang diganti namanya menjadi “Busa” yang berarti “Bodhisattva”. Bhiksu Jepang bernama Taichu dari sekte Jodo (Sukhavati) mencatat pada awal abad 17 M, sebutan “Bodhisattva – busatsu” sangat umum di warga Kumemura. Aula Ma Zu di Jepang juga disebut sebagai Bosa-

do (aula Bodhisattva). Beberapa contohnya adalah aula Bosa-do di Kumejima tahun 1756 yang didirikan oleh raja Shoboku dan para perantau Tionghoa untuk menyatakan terima kasih pada Ma Zu, lalu juga aula Bosa-do di vihara-vihara aliran Obaku Zen , salah satunya Vihara Shofuku-ji. Dalam dokumen periode Edo yang disimpan di vihara Kozo, Maso atau Tenpi-gami (Tianfei Shen) dipuja dengan nama “nijusanya-shotai” (wujud sejati dari malam ke-23) yang tak lain adalah emanasi Mahasthamaprapta Bodhisattva.

Ada beberapa pendapat yang menyimpulkan bahwa Guanyin yang dikaitkan dengan Ma Zu sudah berbeda dengan Guanyin dalam Buddhisme. Proses asimilasi dan akulturasi budaya telah membuat beberapa figur pemujaan Buddhisme menjadi bagian dari objek pemujaan Taoisme, yang pada akhirnya membuat posisi figur tersebut bergeser karena perbedaan definisi akan tingkat pencapaian mereka. Pada sisi lain, ada beberapa Kelenteng Ma Zu yang dikepalai oleh Bhiksu Sangha. Tetapi fenomena yang memperlihatkan percampuran Taoisme dan Buddhisme ini tentu tidak diakui secara resmi oleh Sangha Buddhis. Namun, dalam perbedaan tersebut bukan berarti terjadi pertentangan. Pada aspek tertentu, sebenarnya jika ditelusuri dari konsep Mahayana, penjelmaan para Buddha dan Bodhisatva dalam wujud golongan lain yang walaupun sebagai figur pemujaan non-Buddhis, hal ini memang merupakan salah satu bagian filosofinya. Jadi ketika terjadi asimilasi antara objek pemujaan agama Buddha dengan agama lainnya seperti kasus di atas, bukan karena sesuatu yang dipaksakan,

SINAR DHARMA / 51

Page 56: Sinar Dharma 29.pdf

52 / SINAR DHARMA

atau disengaja agar terjalin toleransi. Justru sikap persamaan ini mengalir secara alami dari dasar pandangan agama Buddha itu sendiri. Ini dapat kita lihat dalam kitab Shurangama Sutra dan Saddharmapundarika Sutra, yang mana menyebutkan, Avalokitesvara akan menjelma dalam wujud apa saja demi membimbing makhluk tersebut. Bila makhluk tersebut dapat dibimbing melalui wujud seorang Buddha, maka Avalokitesvara akan menjelma dalam wujud Buddha untuk membimbingnya. Bila makhluk tersebut dapat dibimbing melalui wujud seorang Bodhisatva, Arahat, Bhiksu, Bhiksuni, Raja, Menteri,Dewa Brahma, Dewa Sakra, Dewa Isvara, Naga, Yaksa, Asura, Mahoraga, Garuda, Kinnara, dll, maka Avalokitesvara akan muncul dalam wujud-wujud tersebut untuk mengajarkan Dharma kepadanya. Dalam kepercayaan masyarakat pun muncul satu sutra yang berjudul “Mahasattva Avalokitesvara membabarkan Sutra Tianfei Niangniang / Guanyin Dashi Shuo Tianfei Niangniang Jing” (观音大士说天妃娘娘经).

Melalui prinsip ini, maka Ma Zu sebagai jelmaan/emanasi dari Guanyin— baik Guanyin dalam konteks Taoisme maupun Buddhisme, dalam pandangan Buddhisme, ini merupakan suatu cara praktis seorang Bodhisattva menjalin jodoh karma baik dengan para makhluk, dan juga merupakan ekspresi dari welas asih yang menembus batas suku, ras, dan label agama.

Referensi: 媽祖信仰的宗教本質 – Penulis : Wakil Profesor Chai

Xiang Hui, National Open University, Taiwan.On the links between Busa (Maso) and onari-gami, An

examination of some Chinese influences on Ryûkyûan culture oleh Patrick Beillevaire

The Cult and Festival of the Goddess of the Sea — A Maiden Encounter with Mazu oleh Szan Tan

The Encyclopedia of Taoism, Volume 1 Oleh Fabrizio Pregadio

Goddess Beliefs in the Chinese Lingnan Area oleh Nguyen Ngoc Tho, Harvard Yenching Institute

Religion at the Corner of Bliss and Nirvana: Politics, Identity, and Faith Oleh Lois Ann Lorentzen

Macau: A Cultural Janus Oleh Christina Miu Bing ChengThe belief in Sea Goddess and the minglement among

Confucianism oleh Xie Chongguang (Scientific Research Institute, Shantou University)

天上聖母慈濟真經, 天上聖母經

http://www.mz-mazu.org.cnhttp://baike.baidu.com/view/111651.htmhttp://zhidao.baidu.com/question/89093986.htmlhttp://tieba.baidu.com/p/1328870383http://bacasayasaja.blogspot.com/2011/03/arak-

arakan-dewi-laut.htmlhttp://www.houlong-Ma Zu.tw/01_Ma Zu-A.htmlhttp:// j indeyuan.org/ma- co - dewi-pel indung-

pelayaran-5/index.htm

Page 57: Sinar Dharma 29.pdf

“Sun Simiao adalah tokoh besar dalam ilmu pengobatan tradisional Tiongkok yang

hidup dalam era dua dinasti — Sui dan Tang. Dikenal sebagai seorang ahli medis yang

reputasinya telah menyebar sampai ke dunia kedokteran luar negeri. Begitu besarnya

reputasi beliau dalam ilmu pengobatan, hingga dijuluki sebagai Raja Obat, bahkan ada yang

menjuluki sebagai Dewa Pengobatan. Beliau juga dianggap sebagai pendeta Taois, meski

demikian, tabib yang hidup dalam zaman kejayaan Agama Buddha di Tiongkok ini memiliki

pemikiran yang tidak terlepas dari pengaruh ajaran Buddha, dikenal sebagai “Penggemar

Kitab Suci Agama Buddha”, dengan salah satu kitab yang sangat disukai adalah

Avatamsaka Sutra.”

Sun Simiao (541 ~ 682 M)

SINAR DHARMA / 53

Page 58: Sinar Dharma 29.pdf

54 / SINAR DHARMA

Sun Simiao lahir di Jingzhao, Huayuan (kini wilayah Kabupaten Yao, Propinsi Shaanxi). Mengenai tahun kelahirannya, kitab Xin Tang Shu – sebuah kitab sejarah tentang Dinasti Tang karya Ouyang Xiu — mencatat angka tahun 541 M dan wafat pada tahun 682 M. Informasi ini juga bersumber dari kitab sejarah, Jiu Tang Shu. Dari angka tahun tersebut, terlihat usia Sun Simiao mencapai 141 tahun. Usia yang cukup mencengangkan tentunya. Namun catatan ini bukan tanpa alasan. Salah satu muridnya, Lu Zhaolin — yang juga terkenal sebagai salah satu dari 4 tokoh pujangga besar Dinasti Tang Awal — pernah suatu ketika bertanya tentang berapa usia Sun Simiao. Saat itu Sun Simiao mengatakan usianya 93 tahun. Lu Zhaolin tidak percaya, lalu pergi menyelidikinya. Dari informasi yang dihimpunnya, bahkan ditemukan banyak orang mengatakan bahwa Sun Simiao telah berusia di atas 100 tahun. Bahkan Perdana Menteri Weizhen saat bertugas mengumpulkan data sejarah Dinasti Sui sering meminta informasi sejarah dari Sun Simiao yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah yang beliau amati secara langsung hingga dari masa Dinasti Zhou Utara, sebuah zaman sebelum Dinasti Tang dan Sui.

Mengenai masa kecil Sun Simiao, sejak masa kecil sudah menampakkan kecerdasannya. Pada usia 7 tahun, sudah mampu mengingat sekaligus menulis 1.000 aksara Tionghoa. Selain itu, Sun Simiao muda juga menguasai berbagai aliran filsafat pada masa itu, terutama ajaran Laozi, Zhuangzi, dan agama Buddha.

Akan tetapi, masa mudanya dilalui dengan penuh rintangan, terutama faktor fisik lemah dan sakit-sakitan. Berobat ke mana-mana namun tidak ada satu pun yang mampu menyembuhkannya. Sementara itu, kekayaan keluarganya hampir terkuras habis hanya untuk membayar biaya obat yang tak membawa hasil sama sekali. Dia mulai mempelajari sendiri kitab pengobatan, seperti Kitab Herbal Shen Nong, Huang Di Shu Wen, Kitab Penyakit Panas Dalam dari Zhang Zhongjin, dan lain-lain. Selain itu, dia juga belajar mengdiagnosa penyakit melalui detak urat nadi dan meracik obat. Intinya, dia belajar ilmu pengobatan ini untuk mengobati dirinya sendiri. Apakah Sun Simiao berhasil menyembuhkan dirinya sendiri, tidak diketahui secara jelas. Namun ada sebuah kisah lain tentang bagaimana kesembuhannya dari kelemahan fisik yang dideritanya. Dikatakan, hingga pada suatu ketika, sakit Sun Simiao semakin berat dan terbaring lemah di atas ranjang. Ibunya sendiri juga telah putus harapan dan berpikir bahwa seandainya anaknya mati, dia akan segera bunuh diri untuk “menemani” sang anak. Di tengah-tengah rasa kecewa, ternyata muncul seberkas cahaya harapan. Saat itu, tiba-tiba ada seorang kakek tua yang entah dari mana mendatangi rumahnya dan berkata kepada Ibu Sun, “Hanya tersisa satu bungkus obat, segeralah digodok untuk diminum anak Anda.” Melihat kebaikan sang kakek, Sum Simiao sekejap muncul semangat hidup dan beranjak dari tempat tidurnya untuk memberi hormat. Setelah sang kakek pergi, Ibu Sun segera menggodok obatnya. Ketika obat itu siap diminum, tiba-tiba seorang tetangga menerobos masuk ke rumahnya sambil menangis dan berkata, “Tolong Ibu Sun, anak saya tidak sadarkan diri!” Melihat kepanikan ibu itu, Sun Simiao berusaha menenangkannya dengan berkata, “Jangan panik Bu, kebetulan kami ada satu mangkok obat, bawalah untuk diminumkan kepada anak Anda.” Ibu Sun Sumiao mendengar anaknya terlanjur berbicara demikian, dia pun menjadi sedikit malu untuk menolaknya mengingat obat itu hanya tinggal satu-satunya saja. Akan tetapi, sang tetangga juga sedikit merasa segan, maka dia pun membagi obat tersebut menjadi dua porsi. Satu resep obat tersebut akhirnya berhasil menyelamatkan dua orang anak.

Kembali pada pembelajarannya secara otodidak, seperti pepatah mengatakan, “Sakit dalam waktu panjang menjadikan diri sendiri sebagai dokter.” Dari sini, Sun Simiao mulai dikenal hingga ke kota Chang An. Sebagai seorang yang pernah menderita sakit yang berkepanjangan, Sun Simiao dapat merasakan juga

54 / SINAR DHARMA

Page 59: Sinar Dharma 29.pdf

55 / SINAR DHARMA

bagaimana menderitanya orang lain yang jatuh sakit. Hal inilah yang mendorongnya untuk memiliki tekad yang kuat agar bisa menguasai ilmu pengobatan mewujudkan cita-cita menolong orang yang menderita.

Sun Simiao belajar ilmu pengobatan di Gunung Taipai. Gunung ini terkenal dengan hutan gunung yang banyak tumbuh tanaman herbal. Di gunung tersebut, selain belajar ilmu pengobatan, dia juga bertapa dan mendalami filsafat. Mengenai siapa guru Sun Simiao, hingga sekarang tidak diketahui secara pasti. Mungkin saja karena reputasi Sun Simiao yang begitu kesohor telah “menenggelamkan” nama sang guru.

Sun Simiao dikenal sebagai orang yang tidak “silau” dengan harta dan popularitas. Hal ini dapat dilihat dari seringnya ditawari sebagai pejabat kerajaan namun selalu ditolaknya. Salah satu tokoh yang tertarik dengan Sun Simiao adalah Yangjian — yang kemudian naik takhta sebagai Kaisar Sui Wendi. Yangjian mengenal nama Sun Simiao dari mertuanya, Dugu Xin. Sejak Sun Simiao masih belia, Dugu Xin telah mengenalnya, bahkan tahu bahwa dia adalah anak yang cerdas. Dugu Xin pernah menyebut Sun Simiao sebagai “anak suci”. Namun, Dugu Xin tahu bahwa Sun Simiao adalah orang yang tidak mudah “direkrut”. Meski demikian, dia tetap berharap Yangjian dapat mengangkatnya sebagai guru besar sekolah kerajaan. Sun Simiao menolak dengan alasan kesehatan, namun secara diam-diam berkata kepada sepupunya, “Lima puluh tahun lagi akan muncul seorang pemimpin besar. Tunggu sampai

saat itu, aku akan berdedikasi bagi masyarakat.”

Sebagaimana telah diprediksi Sun Simiao, sekitar 50 tahun kemudian, muncul seorang pemimpin besar, yaitu Li Shiming. Setelah naik takhta sebagai Kaisar Tang Taizong, Li Shiming juga menaruh perhatian yang besar pada kebijakan di bidang kesehatan. Sebab itu, kerajaan memiliki pusat penelitian obat. Saat itu, Sun Simiao yang telah berusia 70 tahun sudah menjadi tabib sepuh yang sangat dihormati. Hanya saja, dia tidak tertarik dengan institusi formal. Sun Simiao mengkritisi tabib-tabib masa itu yang hanya tahu mengdiagnosa penyakit dan membuka resep, tetapi tidak memerhatikan pentingnya memahami masa-masa pemetikan tanaman obat dan

lokasi pertumbuhan obat, serta jangka waktu obat yang disimpan, sedang semua ini sangat memengaruhi kualitas obat. Menurutnya, kebanyakan penyakit yang tidak sembuh disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi pada obatnya. Meski Sun Simiao sudah cukup dikenal, tetapi Tang Taizong tidak begitu saja mempercayai reputasinya tanpa melihatnya langsung. Hingga pada suatu ketika, permaisuri Tang Taizong mengalami masalah pada kandungannya. Sang permaisuri telah hamil 10 bulan, tetapi belum ada tanda-tanda ingin melahirkan. Tabib kerajaan juga tidak mampu memecahkan masalah ini. Karena tidak ada cara lain, maka Kaisar mengundang Sun Simiao untuk memeriksa kondisi permaisuri. Ketika bertemu dengan Sun Simiao, kaisar tercengang dan berkata, “Usia Anda sudah begitu tua, tetapi masih tampak sangat muda. Saya sering mendengar bahwa Sun Simiao

SINAR DHARMA / 55

Page 60: Sinar Dharma 29.pdf

56 / SINAR DHARMA

adalah praktisi ulung, ini sungguh bukan kabar angin belaka.”

Jika Sun Simiao berhasil membuat permaisuri melahirkan, tentu hal ini akan menjatuhkan reputasi para tabib kerajaan. Maka, para tabib kerajaan sengaja membuat peraturan bahwa tabib luar tidak boleh bersentuhan langsung dengan permaisuri. Jadi, permaisuri hanya boleh diperiksa di balik tirai. Lantas, bagaimana memeriksa urat nadi jika tidak boleh disentuh? Bagi Sun Simiao, itu bukan masalah. Sun Simiao menyuruh pelayan untuk mengikatkan benang sutra ke tangan permaisuri lalu memeriksanya dengan memegang ujung lain dari benang tersebut. Konon, para tabib kerajaan masih tidak mau menyerah. Mereka menyuruh pelayan secara diam-diam mengikatkan benang ke benda lain. Ketika memeriksanya, Sun Simiao tahu bahwa benang tersebut pasti telah dipindahkan dari tangan permaisuri. Kepiawaian tersebut membuat para tabib kerajaan tak bisa berbuat apa-apa. Jadi, Sun Simiao dapat melanjutkan pemeriksaannya. Setelah mengetahui kondisi permaisuri, dia langsung mengambil tindakan pengobatan, hanya dalam sekejap permaisuri melahirkan bayi yang sehat. Kaisar sangat kagum

dengan keahlian Sun Simiao, maka segera menitahkan untuk memberi jabatan kepada Sun Simiao. Akan tetapi, Sun Simiao menolaknya. Sun Simiao merasa lebih nyaman menjadi tabib bagi masyarakat.

Setelah Kaisar Tang Taizong wafat, pada tahun 659, Kaisar Tang Gaozong mengundang Sun Simiao dan ingin memberi jabatan kepada beliau, tetapi lagi-lagi Sun Simiao menolaknya.

Sun Simiao memiliki kitab pengobatan yang disusunnya sendiri, yaitu Qian Jin Yao Fang dan Qian Jin Yi Fang masing-masing 30 bab. Kitab ini memuat 5.300 resep obat yang telah diuji secara klinis dan dibagi ke dalam 232 kategori penyakit. Metode pembagian kategorinya sangat mendekati ilmu medis modern. Dalam pembagiannya, Sun Simiao menempatkan kategori kesehatan wanita dan anak di atas kategori lainnya. Sun Simiao menjajagi cara pengobatan serta berbagai penyakit wanita secara mandiri, termasuk kesehatan di masa hamil, perawatan setelah bersalin, cara merawat bayi yang baru lahir serta bagaimana agar tidak terhalang waktu melahirkan (protracted labor) dan sulit melahirkan (dystocia), ini

56 / SINAR DHARMA

Page 61: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 5757 / SINAR DHARMA

adalah metode yang langka sekali dalam kondisi masyarakat saat itu. Kitab ini juga menyinggung resep untuk mengobati penyakit-penyakit seperti: kusta, disentri, diabetes, koreng, bisul (radang jaringan sel di bawah kulit), TBC, kelenjar limpa, guiter (gondok), penyakit kulit, anuria (kencing tersumbat) serta buta ayam dan sebagainya.

Menghidupkan “Orang Mati”Suatu ketika, Sun Simiao berkelana ke kota Chang An

untuk menjalankan profesinya. Dalam perjalanan, tiba-tiba dia melihat iring-iringan orang yang sedang menggotong sebuah peti mati menuju ke tempat pemakaman. Dari peti mati tersebut terlihat ada darah segar yang menetes keluar. Saat menyaksikan pemandangan ini, Sun Simiao merasa ada yang tidak beres, maka segera bertanya kepada seorang nenek yang tampak sedih dalam iring-iringan tersebut. Nenek tersebut lalu berkata, “Ini adalah anak perempuan saya yang meninggal hampir satu hari saat mengalami kesulitan melahirkan.” Setelah mendengar penjelasan itu, Sun Simiao lalu berpikir bahwa korban mati karena sulit melahirkan, jika benar telah meninggal hampir satu hari, tidak seharusnya masih mengeluarkan darah segar lagi. Dia lalu menyimpulkan bahwa korban belum benar-benar meninggal dan segera meminta untuk membuka peti mati.

Wajah korban memang sudah tampak pucat pasi

tak berbeda dengan orang yang telah mati. Sun Simiao memeriksa detak nadi, dan mendapati masih ada nadi yang berdetak sangat halus. Dia segera menentukan titik akupuntur dan menancapkan satu jarum ke tubuh korban. Lalu ia mengeluarkan obat yang telah dibawanya dan diminumkan ke korban. Dalam sekejap, korban yang “meninggal” segera sadar kembali, bahkan melahirkan anak bayi dengan selamat. Seorang ibu yang hampir akan masuk ke liang lahat tiba-tiba “dihidupkan kembali” oleh Sun Simiao, bahkan dikatakan bahwa satu jarum Sun Simiao telah menghidupkan dua nyawa, maka orang-orang menyanjungnya sebagai tabib sakti yang telah menghidupkan orang mati.

Bertemu Raja NagaSebagai tokoh yang dipuja, berbagai kisah legenda

tentang Sun Simiao bermunculan di masyarakat. Di antaranya adalah pertemuannya dengan Raja Naga. Alkisah sebelum Sun Simiao mencapai tingkat kedewaan — karena sering melatih diri di Gunung Taipai — dia melihat penduduk desa sedang memukul seekor ular. Dengan segera, Sun Simiao menolong ular tersebut dan melepaskannya ke sungai.

Tidak berapa lama kemudian, ketika sedang bermeditasi, muncul seseorang berpakaian warna hijau mengundangnya ke suatu tempat. Sun Simiao mengikuti orang tersebut dan tiba di suatu tempat yang sering diceritakan orang-orang, yaitu Istana Kristal. Pemilik istana — yang ternyata adalah Raja Naga — keluar menyambut Sun Simiao dan menjamunya dengan baik. Raja Naga berkata, “Anak saya kemarin bermain di luar, jika bukan Anda yang menolongnya, mungkin nyawanya dalam bahaya.”

SINAR DHARMA / 57

Page 62: Sinar Dharma 29.pdf

58 / SINAR DHARMA

Setelah selesai menjamu Sun Simiao, Raja Naga lalu menghadiahkan berbagai permata kepadanya sebagai tanda terima kasih. Sun Simiao menolaknya dan berkata, “Saya dengar bahwa Istana Naga banyak menyimpan resep obat. Jika saya diberikan resep tersebut untuk menolong orang, nilainya jauh lebih berharga daripada permata.” Raja lalu menyodorkan kitab “36 Resep Yuji” kepada Sun Simiao. Setelah mendapatkan resep tersebut, ilmu pengobatan Sun Simiao mengalami tingkat kemajuan yang pesat. Resep obat tersebut pun disisipkan dalam kitab Qian Jin Yao Fang.

Raja ObatSaat menjelang wafat, Sun Simiao berpesan kepada keluarganya

untuk menguburnya dengan upacara yang sederhana, tidak memasukkan pernik-pernik upacara kematian, dan tidak boleh melakukan upacara mengorbankan makhluk hidup. Sebagai penghormatan, tempat tinggal terakhir Sun Simiao di Gunung Wutai, kini wilayah Kabupaten Yao, Propinsi Shaanxi diganti nama menjadi Gunung Yaowang (Raja Obat). Setiap tanggal 2 bulan ke-2 penanggalan imlek, Gunung Yaowang selalu ramai dikunjungi untuk memuja Sun Simiao di Klenteng Yaowang.

Di Taiwan, juga terdapat Kelenteng Yaowang dan menjuluki Sun Simiao sebagai Dewa Tabib Sun. Setiap tanggal 4 bulan pertama penanggalan imlek selalu diadakan upacara peringatan kelahiran Sun Simiao.

Pengaruh Agama Buddha terhadap Sun SimiaoSun Simiao hidup antara masa Dinasti Sui dan Tang — masa

agama Buddha berkembang sangat pesat. Tentu, pemikirannya tidak luput dari pengaruh ajaran Buddha. Apalagi Sun Simiao menjalin hubungan akrab dengan Bhiksu Daoxuan, pendiri mazhab Vinaya di Tiongkok. Berikut adalah beberapa poin tentang pengaruh ajaran Buddha terhadap Sun Simiao:

1. Sun Simiao memiliki pemahaman yang dalam tentang ajaran Buddha.

Sun Simiao menguasai prinsip ajaran Buddha dengan cukup baik. Pengaruh ini tidak hanya menjadikannya sebagai “Penggemar Sutra Buddha” sebagaimana yang terkutip dalam kitab “Tang Shu — Riwayat Sun Simiao”. Sun Simiao menjalin hubungan akrab dengan beberapa bhiksu agung, bahkan juga terkenal memraktikkan ajaran welas asih. Kitab Riwayat Bhiksu Agung mengatakan, “Sun Simiao menyepi ke Gunung Zhongnan dan menjalin hubungan dekat dengan Bhiksu Daoxuan, sesepuh mazhab Vinaya. Mereka sering berdiskusi bersama, setiap diskusi berlangsung cukup lama.”

Banyak kitab komentar dan sejarah agama Buddha Tiongkok mencatat kisah bahwa Sun Simiao pernah menyalin Avatamsaka Sutra sebanyak 750 eksemplar. Kaisar Tang Taizong juga pernah meminta pendapat kepada Sun Simiao tentang kitab besar apa yang patut dipelajari, Sun Simiao mengatakan, “Avatamsaka Sutra adalah kitab besar.” Kaisar lalu berkata, “Bukankah Maha Prajnaparamita Sutra yang diterjemahkan Master Xuanzhuang terdiri dari 600 bab, tidakkah itu lebih besar dari 80 bab Avatamsaka Sutra?” Sun Simiao lalu menjelaskan, “Avatamsaka membahas

58 / SINAR DHARMA

Page 63: Sinar Dharma 29.pdf

59 / SINAR DHARMA

tentang Dharmadhatu yang meliputi segala sesuatu. Dari satu pintu ini dapat menerangkan jumlah kitab di seantero chiliokosmos. Prajnaparamita Sutra hanyalah salah satu bagian dari pintu tersebut.” Kaisar menerima penjelasan ini dan mempelajari Sutra tersebut.

Dalam Mahapitaka, ditemukan lebih dari 20 kitab komentar dan sejarah agama Buddha Tiongkok menyinggung nama Sun Simiao. Di antaranya adalah kitab Hua Yan Jing Chi Yan Lu, Hua Yan Jing Zhuan Ji, Gao Sheng Zhuan, dan Fo Zu Tong Ji.

2. Pemikiran agama Buddha yang diserap Sun Simiao menjadi faktor yang mendorongnya sehingga sangat menjunjung tinggi nilai etika ilmu pengobatan.

Ketika masih belia, kondisi kesehatan Sun Simiao sangat lemah dan sering jatuh sakit. Mengunjungi tabib sudah menjadi hal yang lumrah baginya. Siksaan penyakit ini pula yang mendorongnya untuk belajar ilmu pengobatan. Akan tetapi, semangat yang terkandung dari ilmu pengobatan yang dikuasainya tidak terlepas dari penyerapannya terhadap pemikiran ajaran Buddha, khususnya Avatamsaka Sutra yang sangat dijunjungnya. Sebab itulah, dalam misi menjalankan profesi pengobatan, Sun Simiao sangat

menekankan slogan, “Nyawa manusia sangat berharga, ia lebih mahal dari ribuan tail emas. Jika tertolong oleh sebuah resep, maka pahalanya melebihi nilai emas itu.”

Dia juga menekankan bahwa seorang tabib dalam menjalani pengobatan seharusnya bersikap tanpa pamrih, harus membangkitkan cinta kasih dan welas asih untuk menolong mereka yang menderita. Prinsip Sun Simiao, siapapun pasiennya, harus diterima tanpa membeda-bedakan apakah tua, muda, kaya, miskin, pintar, bodoh, sahabat, ataupun musuh. Semua orang harus diperlakukan seperti saudara sendiri. Sun Simiao mengatakan, “Orang yang menderita sakit karena terluka, diare, hingga menyebarkan bau tidak sedap dari tubuhnya yang membuat orang lain takut melihatnya, namun membangkitkan rasa kasihan dan simpati demi menolong penderita adalah tujuan saya.”

Sun Simiao tidak hanya berhenti di ucapan saja, tetapi benar-benar menerapkannya. Dia menangani sendiri 600 pasien penyakit kusta. “Saya merawat sendiri pasien satu per satu, sehingga dapat memahami kondisi mereka dengan detail,” ujar Sun Simiao. “Satu dari sepuluh pasien menjadi sembuh,” imbuhnya. Sebagaimana diketahui, penyakit kusta adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan pada zaman itu. Dapat

menyembuhkan satu di antara sepuluh orang sudah merupakan prestasi yang luar biasa. Cara menangani pasien yang dilakukan Sun Simiao itu sangat mencerminkan semangat welas asih dan rela menderita demi makhluk hidup, ini berasal dari penghayatannya terhadap ajaran Buddha.

SINAR DHARMA / 59

Page 64: Sinar Dharma 29.pdf

60 / SINAR DHARMA

3. Penyeleksian obat yang dilakukan Sun Simiao sangat dipengaruhi oleh semangat ajaran Buddha.

Menurut Sun Simiao, makhluk hewan sama seperti manusia, mereka juga ingin hidup dan sangat takut akan kematian. Ini adalah pemikiran yang berlandaskan pada pandangan bahwa semua makhluk hidup bersifat setara, yang jelas-jelas sangat dipengaruhi oleh filosofi ajaran Buddha. Oleh karena itu, dalam menjalankan profesinya, Sun Simiao mengutamakan penggunaan obat herbal dan material alam. “Saya tidak menggunakan bahan obat dari makhluk hidup (hewan),” ungkapnya. Karena menurutnya, “Membunuh makhluk hidup demi menolong makhluk hidup berlawanan dengan prinsip kehidupan.” Bahkan dalam pandangannya terhadap sebutir telur, Sun Simiao mengatakan, “Mengenai telur, karena masih dalam kondisi yang belum terbentuk, pasti ketika dalam keadaan yang sangat mendesak, dengan sangat berat hati terpaksa mengonsumsinya. Bagi orang yang tidak mengonsumsi makhluk hidup (sebagai obat), ini baru orang yang memiliki pemikiran luar biasa, saya tidak sebanding dengan orang tersebut.”

Kemudian, dalam ilmu pengobatannya, Sun Simiao kerap memanfaatkan resep obat yang bersumber dari agama Buddha. Misalnya, dalam kitab resep obat karya beliau, “Qian Jin Yao Fang” dan “Qian Jin Yi Fang”, terdapat Pil Berbagai Penyakit Tabib Jivaka, Risalah Pengobatan Penyakit Keras dari Tabib Jivaka, Sebelas Resep Pengobatan, Resep Agada untuk Berbagai Penyakit, dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui, Jivaka adalah tabib terkenal di zaman Buddha. Dalam Qian Jin Yao Fang juga terdapat metode pijat kesehatan dari India.

Sun Simiao juga menyerap konsep hubungan keseimbangan 4 unsur tubuh — tanah, air, api, dan udara — dengan kesehatan. Jika ada salah satu unsur yang tidak seimbang, maka akan muncul “101 jenis penyakit”. Empat unsur (Catur Mahabhuta) jelas merupakan terminologi umum dalam ajaran Buddha. Tentu saja, beliau mengombinasikannya dengan konsep 5 unsur versi Tiongkok. Kemudian, “101 jenis penyakit” merupakan kata serapan dari Vimalakirti Sutra. Dalam Qian Jin Yao Fang bab I Bagian Pertama Da Yi Xi Ye, Sun Simiao berkata, “Tidak membaca buku Huang Di Nei Jing tidak akan memahami nilai kebajikan dari maitri, karuna, mudita, dan upekha.”

Sikap low profile dan tidak tamak terhadap berbagai tawaran karir yang menggiurkan serta gaya hidup sederhana Sun Simiao merupakan cerminan dari terapannya terhadap pemikiran-pemikiran Buddhis. Hal ini mungkin dapat menjadi teladan bagi dunia kedokteran masa kini dan khususnya pada kedokteran di Indonesia untuk menjalani pengobatan dengan sikap sahaja dan menjunjung tinggi nilai kehidupan.

Sumber:1. 中国孙思邈中医药文化节 来源:铜川日报

http://zt.tongchuan.gov.cn/structure/ysj/bxctxl_70670_1.htm2. 孙思邈 http://zh.wikipedia.org/3. 大唐名醫─孫思邈; http://210.60.224.4/ct/4. Para Tokoh Kedokteran Ahli Ilmu Pengobatan Tradisional China

Kuno, http://www.ubb.ac.id5. 孙思邈 http://www.hudong.com/wiki6. 孙思邈生平简介, http://www.oushe.cn/intro/22514 7. 救蛇证道 孙真人 http://story.zgfj.cn/8. Program TV CCTV 10 - Lecture Room (百家講壇Baijia Jiangtan)

: Qian Gu Zhong Yi Gu Shi - Sun Simiao(Kisah Tabib Klasik- Sun Simiao). Pembicara: Mr. Ji Lian Hai (Senior

Teacher from The second high school attached to Beijing Normal University).

60 / SINAR DHARMA

Page 65: Sinar Dharma 29.pdf

61 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 61

Page 66: Sinar Dharma 29.pdf

62 / SINAR DHARMA62 / SINAR DHARMA

Page 67: Sinar Dharma 29.pdf

Another superhero actor goes to Dharma. Para pemeran superhero Marvel seperti Chris Evans (Captain America) dan Chris Hemsworth (Thor) telah menunjukkan ketertarikan mereka pada Buddha Dharma. Kali ini giliran Andrew Garfield, pemeran Peter Parker si Spidey dalam film paling dinanti pada musim panas 2012 ini yaitu The Amazing Spider Man.

Dalam wawancara terhadap Andrew Garfield pada bulan Juli 2012 ini, salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Wall Street Journal (WSJ) adalah apa sih yang dilakukan Andrew ketika selesai syuting Spiderman? Andrew menjawab, “Sebuah masa istirahat. Aku sangat beruntung dan mengapresiasi keberuntungan itu, karena aku tidak ingin menghabiskan keberuntunganku. … Aku sedang membaca dua buah buku hebat. Aku sedang membaca buku yang ditulis Richard Ford berjudul ‘The Sportswriter’ dan sebuah buku psikoterapi Buddhis berjudul ‘Thoughts Without A

Thinker: Psychotherapy from a Buddhist Perspective’ yang benar-benar kusarankan untuk kalian baca. Aku bukanlah pembaca yang sangat baik, inilah diriku yang berada dalam kondisi emosi paling tidak stabil.”

Buku ‘Thoughts Without A Thinker: Psychotherapy from a Buddhist Perspective’ ditulis oleh Mark Epstein, seorang psikiatris Amerika yang berkonsentrasi di bidang psikoterapi dan Buddhisme. Dalai Lama merekomendasikan buku ini kepada para terapis dan meditator lewat kata sambutannya dalam buku ini. Sedangkan buku “The Sportswriter” ditulis oleh Richard Ford, sosok yang juga mengagumi Buddhisme. Tokoh utama novel “The Sportswriter” yaitu Frank Bascombe diungkapkan sebagai seorang Buddhis dalam seri novel “The Lay of The Land”. Tentu ini adalah pengaruh dari Richard Ford sendiri yang mengakui: “Keseluruhan pandangan hidupku adalah sejenis pemikiran Buddhisme. Tapi aku bukanlah Buddhis. Kamu tidak harus menjadi Buddhis untuk mendapatkan pemikiran tersebut. Aku tidak merasa pernah membaca buku apa pun, itu semua datang kepada diriku secara alamiah.”

Sumber: Look Out Eduardo Saverin, Spider-Man May Be Swinging By, http://blogs.wsj.com/speakeasy/2012/07/03/a n d r e w - g a r f i e l d - o n - m a k i n g - s p i d e r - m a n - a - s k a t e r /?mod=google_news_blog,

http://www.identitytheory.com/richard-ford-the-lay-land/

SINAR DHARMA / 63

Page 68: Sinar Dharma 29.pdf

64 / SINAR DHARMA

Wajah Chris Evans menjadi familiar belakangan ini sejak mulai membintangi film-film besar. Aktor bernama lengkap Christopher Robert Evans ini lahir pada 13 Juni 1981 di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat ini semakin memiliki banyak penggemar ketika bermain dalam film Not Another Teen Movie, Cellular, Fantastic Four, Scott Pilgrim vs. The Worlds, dan yang terakhir adalah Captain America: The First Avenger. Evans sudah mengenal dunia peran sejak masih kecil, ketika bersama kakak perempuannya, Carly, berpartisipasi dalam teater. Sesudah dewasa, Evans yang memiliki bakat dalam dunia peran ini banyak mendapat tawaran. Pada tahun 2009, Evan menduduki peringkat 474 dalam Forbes – Star Currency yang penilaiannya berdasarkan film box office yang telah lewat.

Evans adalah seorang vegetarian. Dia lulus dari

SMA Lincoln-Sudbury Regional pada tahun 1999 dan melanjutkan kuliah di New York. Setelah menyelesaikan sekolah tinggi, Evans mengikuti casting film musim panas. Peran kecil didapat oleh Evans, tak puas dengan itu, dia mendapat giliran untuk berperan sebagai pemeran utama dalam film “Not Another Teen Movie” yang disutradarai oleh Jake Wyler. Sejak itu tawaran untuk menjadi pemeran utama pun kian membanjir, penggemar film mulai melirik Evans, aktor tampan berdarah Irlandia itu. Selain karena tubuhnya yang terbentuk, Evans juga memiliki wajah yang keren. Setelah memerankan Human Torch dalam film Fantastic Four, Evans semakin banyak digandrungi fans cewek. Sejak itulah sosok superhero serasa melekat pada diri Evans. Ia juga bermain dalam film action Scott Pilgrim vs. The World yang juga bergenre superhero kocak. Hingga akhirnya ia memerankan tokoh utama sebagai Captain America dalam film Captain America: The First Avenger, yang dalam komiknya dikisahkan memiliki badan besar dan kekar.

Berkat perannya dalam film-film superhero, Chris Evans masuk dalam nominasi-nominasi penghargaan bergengsi. Untuk perannya sebagai Human Torch dalam Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer ia mendapatkan nominasi Teen Choice Award, sedangkan untuk perannya sebagai Captain America, Evans mendapatkan nominasi Teen Choice Award dan People’s Choice Award. Ia memenangkan kategori Best Superhero lewat Scream Award.

Ketertarikan pada Agama Buddha“Aku menghabiskan waktu 3 minggu di Rishikesh

(India) pada tahun 2005 atau 2006 dalam suatu retret Buddhis. Aku menghadiri kelas Buddhisme di Los Angeles sini, guru wanita yang mengajar pernah berlatih di Rishikesh. Jadi, kami semua pergi dan menginap di desa kecil ini sekitar tiga minggu lamanya, mendaki pegunungan Himalaya, berkemah di pinggir sungai Gangga… itu adalah pengalaman yang luar biasa,” jelas Evans yang selalu mengenang perjalanan tahunan bersama kelompoknya itu, belakangan ini ia berhalangan karena kesibukan syuting yang harus dijalaninya.

Pada umur 17 tahun, Evans mulai membaca buku Buddhisme pertamanya, “Siddharta” karangan Hermann Hesse. Buku itu menjadi titik tolak perjalanan spiritualnya. Evans bercerita, ”Aku suka berakting dan itulah taman bermainku. Akting membuatku menjadi bisa bereksplorasi. Namun kebahagiaanku di dunia ini, seberapa banyak kedamaian yang dapat kurasakan tidak akan pernah ditentukan oleh akting. Tujuan hidupku

64 / SINAR DHARMA

Page 69: Sinar Dharma 29.pdf

65 / SINAR DHARMA

adalah untuk lepas dari pikiran yang penuh ego. Filosofi Timur berbicara tentang pikiran ego, bagian dari dirimu yang sadar, sang penglihat, ‘orang’ yang kamu pikir menyetir mesin ini. Perpisahan dari diri dan pikiran adalah akar dari penderitaan. Ada banyak macam cara untuk melatih ulang cara berpikirmu. Pemikiran ini tidak benar-benar didukung oleh masyarakat Barat yang hanya berfokus pada ‘Pergi dapatkan, capailah, menanglah, nikahilah.’”

Sejak muda Evans telah membicarakan Buddhisme: “Ada satu agama utuh yang merasakan seperti yang kurasakan. Pada saat itulah aku berpikir, ‘Wow, kurasa aku adalah seorang Buddhis’. Bahkan di India engkau akan menyadari bahwa Buddhisme, Taoisme dan Hinduisme, semuanya sangat mirip. Hanyalah dogma-dogma yang memisahkan agama-agama ini. Aku tidak akan terjebak dalam dogma-dogma itu. Aku hanyalah seorang laki-laki yang menggandrungi dan menjalankan filosofi Timur.” Evans menambahkan, “Otak adalah tempat yang ribut, yang harus dilakukan hanyalah menenangkannya. Ajaran Buddhisme sangat membantuku ketika aku berada di lokasi syuting.”

Masa-masa pembelajaran di kelas Buddhisme sangat berkesan dalam dirinya: “Anak-anak (siswa) di kelas agama Buddha tempatku di Los Angeles sangat sangat pandai, aku senang berada di antara mereka, namun mereka tidak berbicara tentang Celtic (penduduk pribumi Irlandia). Itu adalah bagian dari diriku. Ini adalah dikotomi (pemisahan) yang aneh. Aku tidak keberatan untuk secara khusus bersama-sama dengan sekelompok orang dan mendapatkan bagian lain dari diriku ini hanya untuk diriku sendiri.”

Evans juga sangat bersemangat tatkala membicarakan ajaran Buddha tentang shunyata. Tidak disangka ketertarikan ini muncul dari selebriti seperti dirinya. Ia menjelaskan, ”Sebagian besar dari dunia ini adalah kekosongan (ruang kosong). Kekosongan! Selalu kekosongan, kekosongan. Semua yang kita lihat di dunia ini, kehidupan, hewan, tumbuhan, orang semuanya adalah ruang kosong. Kenyataan ini sangat menakjubkan!

Sumber: Details Magazine www.details.com, www.hindustantimes.com

http://www.hindustantimes.com/Entertainment/Hollywood/I-m-just-an-Eastern-philosophy-kind-of-guy-Chris-Evans/Article1-840430.aspx

http://www.details.com/celebrities-entertainment/cover-stars/201205/chris-evans-avengers#ixzz1sLWeDgxJ

“There was a whole religion

that felt the way I was feeling.

That’s when I thought, ‘Wow,

I think I’m a Buddhist’.”

(Chris Evans,

Hindustan Times)

Page 70: Sinar Dharma 29.pdf

66 / SINAR DHARMA

67. PERUMPAMAAN SUAMI ISTRI BERBAGI KUEDahulu kala ada suami istri yang mempunyai tiga potong

kue. Suami istri itu saling berbagi, masing-masing memakan satu potong. Masih tersisa satu potong, mereka bersepakat, “Jika ada yang berbicara, sepotong kue ini bukan untuknya.” Setelah tercapai kesepakatan, demi sepotong kue, masing-masing tidak berani berbicara.

Tak berapa lama seorang pencuri memasuki rumah mereka dan mengambil harta benda. Semua yang mereka miliki diambil oleh pencuri itu. Dua orang suami istri itu, karena sebelumnya telah ada kesepakatan, meski melihat pencuri, tetap tidak bersuara. Pencuri melihat mereka tidak bersuara, maka di hadapan sang suami, dia menodai sang istri. Sang suami melihat semua itu, tetapi tetap tidak bersuara. Istrinya kemudian berteriak mengatakan ada pencuri, lalu berkata kepada suaminya, “Ada orang yang begitu bodohnya, demi sepotong kue, melihat pencuri tetapi tidak berteriak?”

Suaminya bertepuk tangan, tertawa gembira, “Haha! Wanita bodoh, sudah pasti sayalah yang mendapatkan sepotong kue ini, tidak akan saya bagi lagi denganmu.” Orang-orang yang mendengar kisah ini, tidak ada yang tidak menertawakan suami itu.

Demikian juga orang-orang awam di dunia ini. Demi reputasi dan keuntungan yang kecil, berpura-pura diam tenang, namun sebenarnya terusik oleh berbagai macam pencuri yang berbentuk kekotoran batin ilusi, mereka kehilangan ajaran-ajaran bajik sehingga terperosok ke tiga alam rendah, tanpa sedikitpun rasa takut. Berharap menemukan jalan pembebasan dari penderitaan samsara, namun terhanyut dalam kenikmatan lima nafsu indera, meski mengalami penderitaan yang begitu berat, tetapi tidak menganggapnya sebagai penderitaan. Sama seperti orang dungu itu, tidak berbeda sama sekali.

68. PERUMPAMAAN SALING MENCELAKAKANDahulu kala ada seseorang yang mempunyai rasa

dendam kepada orang lain, dia murung dan tidak gembira karenanya. Ada orang yang bertanya kepadanya, “Kenapa kamu sekarang begitu murung seperti ini?” Orang itu menjawab, “Ada orang yang mencelakakan saya, saya tidak punya kemampuan membalasnya. Tidak tahu dengan cara apa bisa membalasnya, sebab itulah saya murung.” Ada orang yang memberitahunya, “Hanya mantra Vetala yang bisa mencelakainya. Namun ada satu hal yang menjadi masalah, sebelum bisa mencelakainya, justru diri sendiri yang celaka lebih dulu.” Mendengar ini, orang itu menjadi sangat gembira. “Mohon segera ajarkan kepada saya. Meski mencelakakan diri sendiri, namun saya berharap bisa mencelakakannya.”

Demikian juga orang-orang awam di dunia ini. Demi membalaskan dendam lalu ingin belajar mantra Ventala untuk mencelakakan orang lain, namun apa daya belum sempat mencelakakan orang lain, justru diri sendiri yang lebih dulu celaka dibelit kebencian, lalu terperosok ke alam neraka, hewan dan hantu kelaparan. Sama seperti orang dungu itu, tidak berbeda sama sekali.

69. PERUMPAMAAN MENIRU LELUHUR MAKAN DENGAN CEPAT

Dahulu kala ada seseorang dari India Utara berpindah ke India Selatan. Setelah menetap lama di tempat itu, dia menikahi seorang gadis setempat. Setiap kali sang istri menyiapkan makanan untuk sang suami, suaminya langsung melahapnya dengan cepat, tidak mempedulikan panasnya makanan itu. Istrinya merasa aneh, lalu bertanya kepada suaminya, “Di sini tidak ada pencuri atau perampok yang merampas makanan ini, memangnya ada urusan yang keburu dikerjakan, makan cepat-cepat begini, kenapa tidak pelan-pelan mengunyahnya?” Suaminya menjawab, “Ini rahasia, tidak bisa memberitahumu.” Mendengar ucapan ini, istrinya mengira itu adalah ilmu gaib yang tidak biasa, karena itu terus mengejar ingin tahu jawabannya. Berselang cukup lama, suaminya baru menjawab, “Sedari kakek saya, sering makan dengan cepat sekali, saya sekarang meniru mereka, makan dengan cepat sekali.”

Demikian juga orang-orang awam di dunia ini, tidak memahami ajaran yang benar, tidak mengerti antara bajik dan jahat, melakukan bermacam karma buruk, namun tidak merasa itu sebagai hal yang memalukan, malah mengatakan sedari kakek saya sudah melakukan hal-hal seperti ini. Hingga akhir hayat terus melakukannya, tidak pernah meninggalkan hal-hal tidak benar ini. Sama seperti orang dungu itu, meniru makan dengan cepat, mengira itu adalah hal yang baik.

66 / SINAR DHARMA

Page 71: Sinar Dharma 29.pdf

67 / SINAR DHARMA

ilm-film layar lebar tentang superhero keluaran Marvel mulai marak, salah satunya adalah Thor dari Asgard. Tokoh ini diadaptasi dari mitologi Norse dari dewa yang bernama sama. Lantas apa kaitannya dewa Norse dengan pangeran Siddharta? Chris Hemsworth, pemeran Thor menyatakan bahwa Pangeran Siddharta adalah figur yang berpengaruh bagi dirinya dalam memerankan sang superhero. Berkat perannya dalam film Thor, Chris memenangkan penghargaan MTV Movie Awards dan People’s Choice Award untuk Best Hero dan Favourite Superhero. Filmnya “The Avengers” menjadi film ketiga terlaris sepanjang masa.

“Kenneth Branagh (sutradara Thor / pemeran Gilderoy Lockhart dalam film Harry Potter) memberiku ‘Siddharta’, sebuah buku karangan Herman Hesse tentang seorang manusia yang berusaha menemukan jati dirinya dalam kehidupan ini dan berhasil melewati berbagai cobaan. Thor memang berbeda dengan Siddharta, namun sebagai seorang manusia yang berusaha untuk menemukan tujuan hidupnya dan bagaimana seharusnya menjalani hidupnya, keduanya adalah sama. Kenneth Branagh memberitahuku: ‘Lihat, ini adalah buku luar biasa yang kusukai. Buku ini akan memberimu sesuatu yang bermanfaat bagi film Thor atau mungkin bagi dirimu sendiri.’ Sudah tentu, itu adalah salah satu buku favoritku,” jelas Chris.

Sumber: http://movies.about.com/od/thor/a/chris-hemsworth-thor-

interview.htm, h t t p : / / w w w . c o m i c b o o k r e s o u r c e s . c o m /

?page=article&id=27541

SINAR DHARMA / 67

Page 72: Sinar Dharma 29.pdf

60 / SINAR DHARMA 68 / SINAR DHARMA

Page 73: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 6969 / SINAR DHARMA

Malam Waisak yang bertemakan “Tekad Pertapa Sumedha” ini dikemas dengan kreatif dan inovatif, berupa tarian, pertunjukan drama musikal oleh Sunday School dan Remaja & Pemuda Vihara Theravada Buddha Sasana (VTBS), pertunjukan band dari BR PAD (Buddhist Reborn Performance Art Divison) dan Deasy Juwita, live music performance oleh Bapak Irvyn Wongso, serta penyampaian Dhamma oleh dua pembicara luar biasa, Bapak Andrie Wongso dan Bapak Roby Oktober.

Dipandu oleh Suryadi Tirowadi sebagai Master of Ceremony pada malam itu, acara dimulai dengan pemutaran video teaser Tribute to Buddha’s Legacy dan pemutaran video profil Buddhist Reborn, yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Michael Surya selaku Ketua Panitia dan Ketua Buddhist Reborn, sambutan oleh Ibu Wenny Lo selaku Ketua Yayasan VTBS, serta sambutan oleh Bapak Sutarso sebagai Pembimbing Masyarakat Buddha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta.

Setelah pemutaran video dan sambutan pembuka, tibalah saatnya untuk masuk ke dalam ‘isi’ acara. Acara dimulai dengan Tarian Seribu Tangan yang dibawakan oleh 12 penari Mercu Dance Group yang memakai kostum emas berkilauan dan mendapatkan applause yang sangat meriah dari para penonton. Berikutnya, ditampilkan pemutaran video profil dan live music performance oleh Bapak Irvyn Wongso yang sangat menawan dan membuat penonton berdecak kagum. Lalu dilanjutkan dengan acara yang tidak kalah menarik, yaitu Drama Musikal “Pertapa Sumedha” yang sangat menghibur penonton karena kreativitas yang ditampilkan, baik dalam bentuk script maupun visualisasinya, sehingga tepuk tangan dan gelak tawa penonton terus mengiringi drama musikal ini. Berbagai penampilan seperti Capoeira, violist dan pianist, tarian balet kontemporer dan tarian dari Mercu Dance Group menjadi bagian dari drama musikal ini.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian makna drama musikal oleh Bapak Roby Oktober dan Dhamma Talk oleh Bapak Andrie Wongso, yang keduanya memperdalam pengetahuan kita tentang Dhamma. At last but not least, pertunjukan band oleh BR PAD dan Deasy Juwita yang membawakan lagu “Di Malam Suci” menambah suasana malam Waisak semakin terasa di hati penonton.

Tidak hanya itu, setelah ‘isi’ tentu ada ‘penutup’nya. Penyerahan piagam kepada Bapak Sutarso, penyerahan plakat kepada Bapak Andrie Wongso, Bapak Irvyn Wongso dan Bapak Roby Oktober, pengundian doorprize dari Franc & Co. dan pengenalan cast drama musikal menjadi ‘penutup’ acara Tribute to Buddha’s Legacy.

Sejarah Singkat Terbentuknya Buddhist Reborn

Buddhist Reborn (BR) sesungguhnya adalah dhayaka pemuda dari Vihara Theravada Buddha Sasana. Perubahan terjadi di tahun 2005, seorang pemuda bernama Arya Vandana berinisiatif mengumpulkan dan membuat gebrakan baru bagi pemuda-pemudi Buddhis di Kelapa Gading, Jakarta. Mengapa? Karena Arya merasa kami para pemuda/i Buddhis perlu melakukan sesuatu untuk melestarikan ajaran Buddha, khususnya di lingkungan kami sendiri di Kelapa Gading.

Arya yang inovatif dan suka akan hal-hal baru ini, mencetuskan Buddhist Reborn sebagai nama organisasi, nama yang kami percaya dapat mewakili semangat dan menarik bagi pemuda/i Buddhis untuk bersama-sama melestarikan Dhamma.

Kegiatan-Kegiatan BRKegiatan kami bagi menjadi beberapa event: event

tengah tahun, event akhir tahun, event hari besar, serta event-event kecil.

Untuk event tengah tahun, kami mengisi liburan tengah tahun dengan kegiatan antara lain: live-in di Desa Tekelan, acara menginap bersama (semacam retret), snorkeling ke Pulau Tidung, camping. Tentunya semua acara ini dibalut dengan Dhamma Session.

Untuk event hari besar, kami isi dengan Vesakh Night, Imlek Bersama, bakti sosial, dan lain sebagainya. Vesakh Night yang telah kami selenggarakan antara lain: Vesakh Night “Buddha Gotama” @Hanamasa, Vesakh Night “Superstitious” @Icera KGP, Vesakh Night “Tribute to Buddha’s Legacy” @Upper Room. Acara perayaan hari besar lainnya biasa kami adakan di vihara kami sendiri, seperti hari Imlek, 17 Agustus, dsb. Sedangkan bakti sosial kami lakukan di panti jompo.

SINAR DHARMA / 69

Page 74: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 7070 / SINAR DHARMA

Event kecil, kami rutin mengadakan event kecil hampir setiap minggu, bahkan kami mengadakan futsal rutin bersama bagi para pria, sepeda santai bersama setiap minggu ketiga. Kami memiliki program yang bernama Fellowship of Buddhist Reborn, berkumpul bersama dengan acara yang dibuat oleh para pengurus (Dhamma Crew) untuk para BR Family dengan format acara biasanya adalah makan malam, chanting paritta, games, serta diskusi Dhamma (diskusi Dhamma lebih fun dan santai, bukan format ceramah konvensional).

Band Cittena adalah band awal yang terbentuk untuk Buddhist Reborn, namun kini karena keterbatasan waktu dari para personilnya membuat Cittena kurang eksis, lalu digantikan oleh BR PAD (Buddhist Reborn Performance and Art Division). Pada dasarnya ini adalah salah satu inovasi kami, karena seni juga salah satu media yang bisa digunakan untuk menyebarkan Dhamma, serta dapat menarik simpati dari para umat.

Kesan Pesan Anggota terhadap VTBS dan Kegiatannya

Angelia KomaladiSaya merasa bangga dan beruntung bisa menjadi

bagian dari keluarga besar VTBS dan Buddhist Reborn. Saya bisa mengembangkan kreativitas bersama teman-teman se-Dhamma, sekaligus menyebarkan ajaran Sang Buddha lewat kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan di VTBS seru-seru dan asik, bisa nambah temen, didukung pula sama orang tua. Pokoknya fun!!

EricknesVTBS-nya sendiri itu tempatnya pewe abis, either buat

kebaktian, atau buat aktivitas lain yang berkaitan dengan keagamaan. Kegiatannya cukup lengkap, apalagi dengan adanya perkumpulan BR yang buat VTBS makin produktif dengan kegiatan-kegiatan yang positif, seperti sepeda

bersama, basket, futsal. Ditambah dengan adanya kegiatan besar seperti meditation camp, TBL 2012, dll.

Daripada weekend jalan-jalan ga jelas buang-buang duit, saya lebih pilih kumpul-kumpul di VTBS, perluas network di lingkungan yang positif dan sekaligus memperbanyak kamma baik.

Tatap Muka dengan Ketua Michael Surya1. Bagaimana kisah munculnya ide pembuatan

acara Tribute’s to Buddha Legacy?Karena adanya keinginan yang besar dari kami

untuk memperkenalkan Buddha Dhamma yang cocok dan dapat diterima oleh para pemuda di era modern seperti ini. Sehingga bagi beberapa pemuda yang masih menganggap Buddhis itu kuno atau sebagainya, dapat terbuka pandangannya bahwa sebenarnya ajaran agama Buddha itu sangat mengikuti zaman dan sangat berguna jika dipraktikkan di kehidupan saat ini. Serta juga adanya keinginan dari kami agar ratusan pemuda/i Buddhis dapat berkumpul untuk bersama-sama merayakan acara Waisak yang indah ini.

2. Apakah ada pemikiran bahwa TBL bisa berdampak bagi perkembangan kegiatan anak muda Buddhis di Jakarta dan Indonesia?

Iya, kami sangat berharap dengan adanya acara yang kami buat ini dapat memberikan inspirasi kepada para pemuda/i Buddhis untuk selalu berkarya dan berinovasi, sehingga acara-acara kegiatan Buddhis juga selalu mengikuti perkembangan zaman dan menarik.

3. Bagaimana kesan-kesan Michael setelah menjadi Ketua BR?

Sangat tidak mudah, menguras tenaga dan pikiran untuk menjalankan organisasi ini. Tetapi ketika saya menjabat sebagai ketua melihat banyaknya umat Buddha yang telah menerima banyak manfaat dari kehadiran

70 / SINAR DHARMA

Page 75: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 7171 / SINAR DHARMA

organisasi kami, rasanya perasaan cape, lelah, dll, hilang dengan seketika. Sebab itu, saya merasa sangat luar biasa karena kami bisa terus berbagi kebahagiaan, khususnya kebahagiaan dalam mengenalkan Dhamma kepada para pemuda/i Buddhis.

4. Menurut Anda, mengamati Buddhist Reborn dan organisasi-organisasi muda mudi Buddhis di Indonesia, apakah yang masih perlu dikembangkan?

Harus terus berkreasi dan berinovasi. Kita sebagai organisasi pemuda Buddhist jangan terlalu kaku. Selain itu, pesan saya juga, saat ini sudah tidak ada waktu lagi bagi kita para organisasi pemuda Buddhis untuk membuat acara atau kegiatan yang setengah-setengah dan tidak maksimal

5. Untuk ke depannya, apakah BR ada rencana untuk kembali mengadakan kegiatan anak muda yang besar seperti TBL kemarin?

Tentu. Kami tidak akan berhenti sampai di sini saja, kami akan terus berkarya dan memperkenalkan Buddha Dhamma di kalangan pemuda. Dengan kekuatan karma baik, mudah-mudahan untuk tahun-tahun ke depan kami dapat membuat acara yang lebih besar dibanding TBL.

Tatap Muka dengan Suryadi Tirowadi Bagaimana kesan-kesan Suryadi menerima jabatan

sebagai Ketua BR?a. Kalau boleh menjawab jujur, awalnya saya tidak

langsung menerima jabatan ini ketika ditawari oleh Arya untuk menjadi ketua BR. Arya harus melakukan berbagai

persuasi untuk bisa menjadikan saya sebagai ketua BR. Saya ingat betul, akhirnya saya bersedia menjadi pemegang tongkat estafet dari Arya itu ketika kami sedang makan di warung tenda dekat rumah. Arya meyakinkan saya dan akhirnya saya menerima, sebuah momen (romantis?) hehe. Saya pikir menjadi ketua adalah kesempatan untuk menempa diri dan juga kesempatan menjadi berguna bagi lingkungan sekitar. Sebuah ladang kamma baik yang luar biasa. Kesan mendalam yang tertanam adalah aktualisasi diri yang luar biasa, serta bagaimana menjadi manusia yang inisiatif tidak hanya berkicau tanpa solusi.

2. Bagaimana bisa lahir konsep unik Vesakh Night yang diperuntukkan bagi anak muda Buddhis?

a. Vesakh Night juga hasil buah pikir dan diskusi dengan para pembina. Waisak adalah hari raya agama Buddha yang paling besar, lantas mengapa kita sebagai umat Buddha, khususnya kita sebagai pemuda, tidak memiliki euforia dalam menyambut datangnya Waisak? Atas dasar pemikiran itulah kami mencoba menciptakan konsep Vesakh Night dengan harapan ini bisa menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para pemuda Buddhis.

3. Apa harapan Suryadi bagi BR dan anak muda Buddhis ke depannya?

a. Harapan saya tentu semoga organisasi ini bisa menjadi magnet bagi para pemuda Buddhis, khususnya di lingkungan kami, untuk bersama-sama berkarya. Semoga BR juga bisa menjadi teman bertukar pikiran bagi organisasi lainnya untuk bersama-sama memajukan perkembangan agama Buddha dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

SINAR DHARMA / 71

Page 76: Sinar Dharma 29.pdf

Tatap Muka dengan Arya Vandana

1. Bisa diceritakan bagaimana Arya menerima jabatan menjadi Ketua BR yang pertama?

Ya, sebenarnya saya tidak menerima jabatan Ketua BR, tapi saya mengajukan diri untuk menjadi Ketua Pemuda Vihara. Setelah itu, saya merombak dan melakukan banyak perubahan dalam pengelolaan kegiatan vihara, antara lain: membangun brand Buddhist Reborn, meningkatkan kompetensi Dhamma Crew lewat pelatihan-pelatihan, menciptakan budaya organisasi, design organisasi, menyampaikan nilai-nilai kepada semua Dhamma Crew (pengurus BR), mengadakan kegiatan-kegiatan yang inovatif, dll.

2. Dari sejak awal pembentukan, acara FOBR sangat menonjol sebagai kegiatan anak muda BR, bagaimanakah konsep acara ini?

Sebenarnya FOBR merupakan kegiatan bulanan yang mengumpulkan anak muda (biasanya malam minggu) untuk mendengarkan atau belajar Dhamma dengan cara-cara anak muda, seperti games, kuis, nyanyi bersama, dan makan-makan. Supaya anak muda memiliki kegiatan di luar kebaktian mingguan.

3. Bagaimana konsep terbentuknya band Cittena? Cittena terbentuk karena kami manyadari bahwa musik

tak bisa lepas dari kehidupan anak muda. Pun kalau kita

lihat teman-teman yang beragama lain, musik merupakan bagian yang menjadi daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, kami mengumpulkan teman-teman yang suka main musik, mencari sponsor, buat proposal untuk membeli seperangkat alat band. Setelah alat band terbeli, kami kumpulkan teman-teman yang suka musik dan akhirnya terbentuklah Cittena.

4. Apa harapan Arya bagi BR ke depannya?Harapan saya, hendaknya Buddhist Reborn: a. bisa menjadi tempat bagi pemuda Buddhis untuk

belajar Dhamma dan berkarya. b. inovator kegiatan-kegiatan Buddhis bagi para

kawula muda.c. benchmark bagi pengembangan Dhamma di

kalangan anak muda atau organisasi pemuda Buddhis lainnya. Kami sangat terbuka dan senang hati bisa berbagi pengalaman dengan semua organisasi Buddhis yang ingin meniru sistem yang kami gunakan, karena harapan kami adalah agar semua pemuda Buddhis bisa mengembangkan seluruh potensi diri mereka demi perkembangan Dhamma.

d. kami harapkan BR bisa berperan secara signifi kan dalam kemajuan agama Buddha di tahun-tahun mendatang, khususnya untuk kalangan pemuda.

72 / SINAR DHARMA

Page 77: Sinar Dharma 29.pdf

Ribuan umat Buddha bersama 100 bhikkhu dan samanera melakukan Puja Bakti Agung perayaan Hari Raya Asadha 2556 di Candi Mendut, Magelang, pada hari Sabtu tanggal 28 Juli 2012. Hari Raya Asadha 2556 tahun ini mempunyai makna khusus karena bertepatan dengan genap 2600 tahun Buddha Gotama mengajarkan Dharma untuk pertama kali kepada 5 siswa pertama di Taman Rusa Isipatana, dekat Benares, India. Rangkaian acara dimulai dengan puja (penghormatan) relik jasad Sang Budha yang dilakukan di Candi Pawon, Desa Brojonalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Kemudian umat bersama para bhikkhu melakukan Perjalanan Bakti (Bhakti Yatra) yang lazim dikenal sebagai prosesi keagamaan (devotional walk). Prosesi upacara dimulai pukul 15.30 WIB dari Candi Pawon menuju Candi Mendut, dibarisan utama para relawan panji-panji Buddhis kemudian para Bhante, Samanera, Silacarini, Magabudhi, Wandani, Patria dan para umat dari seluruh Indonesia.

Perjalanan Bakti akan memasuki Candi Mendut pada pukul 18.00. Para bhikkhu akan melakukan pembacaan Paritta di ruang Candi Mendut.

Tari Puja membuka Puja Bakti Agung Asadha 2556 mengawali turunnya para bhikkhu dari ruang candi menuju tempat upacara di halaman candi. Dalam Puja Bakti Agung

ini Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, Kepala Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera kemudian memberikan khotbah Dharma yang diajarkan Sang Buddha pertama kali. Empat Kebenaran Mulia atau Cattari Ariya Saccani menjadi tema wejangan Dharma karena Empat Kebenaran Mulia itu merupakan inti khotbah Buddha Gotama 2600 tahun Ialu dan juga denyut seluruh ajaran.

Untuk pertama kali pada 26 abad Silam Buddha Gautama menyatakan bahwa dalam kehidupan ini segala fenomena. penderitaan yang membelit umat manusia dan sering juga menghancurkan peradaban bersumber dari hawa nafsu keinginan yang berkobar-kobar. Penderitaan sama sekali bukan beban kehidupan yang datang dari luar kehidupan kita masing-masing.Buddha Gotama kemudian menunjukkan Jalan untuk mengendalikan dan mengatasi kobaran api nafsu keinginan itu sebagai cara melenyapkan penderitaan. Hanya keinginan yang berdasarkan kesadaran dan kearifan yang akan menjadi sumber kebahagiaan dan kedarnaian bagi semua kehidupan. Kini pesan dan jalan Dharma itu menjadi relevan, setelah 26 abad berlalu dikumandangkan oleh Buddha Gotama, seiring makin mengganasnya api nafsu keinginan, keserakahan, kebencian, dendam, berbagai tindak aniaya serta kejahatan yang menghancurkan kedamaian. (agung)

SINAR DHARMA / 73

Page 78: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 7474 / SINAR DHARMA74 / SINAR DHARMA

Page 79: Sinar Dharma 29.pdf

75 / SINAR DHARMA

Forum Buddhis internasional terbesar yang diselenggarakan bersama oleh Asosiasi Buddhis Tiongkok (Buddhist Association of China), Asosiasi Buddhis Hong Kong (Hong Kong Buddhist Association), dan Asosiasi Komunikasi Agama Budaya Tionghoa (China Religious Culture Communication Association) ini, dihadiri lebih dari 1.000 orang anggota Sangha, cendekiawan, pengusaha, artis, dan pejabat negara yang berasal dari lebih 50 negara dan wilayah di seluruh dunia. Tidak berbeda jauh dengan misi dua forum sebelumnya, kali ini tetap membicarakan peranan Buddhisme dalam pembentukan masyarakat yang harmonis dan dunia yang damai.

Upacara pembukaan dipimpin oleh empat orang Sesepuh dari lintas-tradisi, yakni Ketua Asosiasi Buddhis Hong Kong Kok Kwong (Mahayana), Ketua Asosiasi Buddhis Tiongkok Chuan Yin (Mahayana), Wakil Ketua Asosiasi Buddhis Tiongkok Panchen Lama ke-11 Bainqen Erdini Qoigyijabu (Tibetan), dan Wakil Ketua Asosiasi Buddhis Tiongkok Guba Longzhuangmeng (Theravada Tiongkok). Sekitar pukul 08:27, MC (Sally Wu dari Phoenix TV dan Yang Dawei) mempersilakan para hadirin untuk berdiri. Empat orang Sesepuh mengawali upacara dengan pembakaran dupa, lalu memimpin para hadirin membungkukkan badan sebanyak tiga kali menghormat pada relik tulang tempurung kepala Buddha Sakyamuni. Kemudian bersama-sama melantunkan Sutra Hati, salah satu Sutra yang popular di kalangan tradisi Mahayana.

Dalam kesempatan itu dibacakan surat ucapan selamat dari Jia Qinglin, Ketua Dewan Harian Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok. Dalam suratnya, Jia berpesan agar forum FBD ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembentukan manusia yang bajik, masyarakat yang harmonis, dan dunia yang damai.

Dibacakan pula surat ucapan dari Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, yang mengatakan bahwa imbauan enam aksi yang diajukan oleh forum kali ini sangat mendukung pelaksanaan tiga pilar kerja yang diemban PBB, yaitu bidang perdamaian, perkembangan, dan hak asasi manusia. Yang dimaksud dengan enam aksi adalah: rasa terima kasih, dedikasi, menghargai hubungan yang telah terjalin, toleransi, menghormati, dan berbagi.

Ban juga menyatakan bahwa ajaran agama Buddha yang sangat mendalam memberikan ilham dan petunjuk yang tiada henti bagi PBB. Ban menuliskan: “Buddha Sakyamuni mengajarkan: Bila ingin mengubah dunia, harus mengubah batin manusia. Ini merupakan pelajaran berharga bagi kami (PBB, red) dalam memperbaiki kondisi lingkungan dan kesejahteraan umat manusia.” Dalam kalimat penutupnya, Ban Ki-moon mengucapkan, “... saya berharap dunia bisa menyimak suara kalian (FBD, red).”

Kepala Eksekutif Hong Kong Donald Tsang Yam-kuen dalam sambutannya menyebutkan bahwa penyelenggaraan

SINAR DHARMA / 75

Page 80: Sinar Dharma 29.pdf

76 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 7676 / SINAR DHARMA

FBD kali ini tepat bersamaan dengan pemujaan relik Buddha di Hong Kong, pun bertepatan dengan 15 tahun kembalinya Hong Kong ke pangkuan Tiongkok, menunjukkan betapa besarnya makna penyelenggaraan forum ini.

Ketua Asosiasi Buddhis Hong Kong Kok Kwong, yang berusia 93 tahun, menyampaikan bahwa terwujudnya masyarakat yang harmonis adalah tanggung jawab setiap umat manusia. Merealisasikan tanggung jawab sosial yang diemban oleh agama, berkontribusi bagi pembentukan masyarakat yang harmonis dan tenang, serta perwujudan dunia yang damai dan makmur, ini adalah misi mulia yang dilimpahkan oleh zaman ini kepada agama Buddha. Dalam kondisi masyarakat dunia saat ini yang kompleks, saat umat manusia menghadapi banyak permasalahan, tujuan diselenggarakannya FBD adalah bagaimana menggunakan kebijaksanaan Buddha Dharma untuk menetralisir konflik dan permasalahan umat manusia. Tema FBD kali ini adalah untuk menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa umat Buddha sangat mencintai perdamaian, menyuarakan aspirasi tulus bagi tercapainya perkembangan, perdamaian, dan keharmonisan. Dengan satu ideologi, satu konsensus, kita sepenuh hati mengabdikan diri bagi pembentukan dunia yang adil, harmonis, makmur, dan bahagia.

Chuan Yin, Ketua Asosiasi Buddhis Tiongkok, mengatakan bahwa keharmonisan adalah harapan semua umat manusia, dunia ini adalah buah karma bersama dari seluruh makhluk hidup. Semua orang bersama-sama beraksi menerapkan rasa terima kasih, setiap orang membersihkan pikiran masing-masing, dengan demikian hati manusia menjadi bajik; sekeluarga bersama-sama beraksi untuk berdedikasi, jujur dan melaksanakan kewajiban masing-masing, dengan demikian rumah tangga menjadi harmonis; kita semua bersama-sama menghargai hubungan yang telah terjalin, segala hal dilakukan demi manfaat bersama, dengan demikian hubungan antar-individu menjadi lancar; kita semua bersama-sama menerapkan toleransi, yakin akan hukum karma, dengan demikian masyarakat akan harmonis; saling menghormati, hidup bersama dalam keanekaragaman, dengan demikian semua akan menjadi beradab dan harmonis; saling berbagi keuntungan,

mengembangkan cinta kasih, welas asih, suka cita, dan berbagi, dengan demikian dunia menjadi damai. Singkatnya, semua umat manusia di dunia ini bersama-sama beraspirasi membersihkan pikiran dan mencapai keharmonisan, bersama-sama melakukan segala bentuk kebajikan demi kebahagiaan makhluk lain, maka akan terbentuk dunia yang harmonis dan bumi ini menjadi Tanah Murni.

Kata sambutan terakhir disampaikan oleh Tung Chee-hwa, mantan Kepala Eksekutif Hong Kong ke-1, sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok. Tung menjelaskan bahwa dirinya sangat berjodoh dengan FBD. Beberapa tahun lalu Tung juga hadir dalam penyelenggaraan FBD ke-1 di Hangzhou. Tung sangat mendukung panel-panel diskusi seputar tema “Dunia Harmonis” yang digelar oleh FBD selama ini. Menurut Tung, harmonis adalah intisari budaya Buddhisme, juga intisari budaya tradisional Tiongkok. Dari tema “Dunia Harmonis” FBD ke-1 “Dimulai dari Hati”, FBD ke-2 “Perpaduan Kondisi yang Sinergi” dan FBD ke-3 “Aspirasi dan Aksi Bersama”, kesemua tema ini berasal dari sudut pandang agama Buddha.

Tung menambahkan, bahwa penyelenggaraan FBD ke-3 kali ini bertepatan dengan 15 tahun kembalinya Hong Kong ke pangkuan Tiongkok, kedatangan relik Buddha di Hong Kong, dan perayaan Waisak, sebuah kesempatan bagi masyarakat Hong Kong agar bisa lebih memahami dan mempelajari budaya tradisional Tiongkok, pun berbagi dengan para kawan bajik dari berbagai penjuru dunia.

Setelah berakhirnya kata sambutan dari Tung, MC mengumumkan akan segera dimulainya acara pembukaan forum yang dilakukan bersama oleh sembilan tokoh Buddhis dan pejabat negara, antara lain: Chuan Yin, Kok Kwong, Donald Tsang Yam-kuen, dan Tung Chee-hwa dan para tokoh lainnya. Sembilan tokoh ini bersama-sama menempatkan bola kristal keberuntungan di atas bunga teratai. Bola kristal melambangkan batin yang tenang dan damai, sedangkan bunga teratai adalah simbol kebijaksanaan. Menempatkan bola kristal di dalam

76 / SINAR DHARMA

Page 81: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 77SINAR DHARMA / 77

77 / SINAR DHARMA

dekapan bunga teratai menyiratkan makna bahwa semua siswa Buddha di seluruh dunia beraspirasi mewujudkan dunia yang harmonis, dimulai dari hati kita masing-masing, membersihkan pikiran, membentuk kondisi-kondisi pendukung yang sinergi, melalui aspirasi dan aksi bersama merealisasikan dunia yang harmonis.

Seusai upacara dan acara pembukaan, ratu penyanyi Tiongkok sekaligus umat Buddha Tibetan, Wang Fei, dengan mengenakan gaun putih panjang, melantunkan suara emasnya membawakan lagu Sutra Hati. Kemudian 15 orang artis Hong Kong menyanyikan lagu “Aspirasi dan Aksi Bersama” yang merupakan lagu tema FBD kali ini: “Aspirasi dan Aksi Bersama Menuju Dunia Harmonis - 和谐世界,同

愿同行.” Selama tiga kali penyelenggaraan, ini adalah lagu pertama yang diciptakan khusus bagi FBD. Lagu ini digubah dan ditulis oleh para umat Buddha di Hong Kong.

Andy Lau yang sebelumnya dijadwalkan membawakan lagu tema FBD ini ternyata berhalangan hadir. Absennya Andy Lau ini konon karena waktu itu ia telah menghentikan semua kegiatannya untuk mendampingi istri tercinta yang sedang menanti saat-saat kelahiran bayi (putri) pertama mereka. Meski demikian, para hadirin tetap dapat menikmati suara nyanyian Andy Lau dari pemutaran hasil rekaman yang telah dibuat sebelumnya.

Lagu indah dan menenangkan hati yang dinyanyikan duet oleh Andy Lau dan Shirley Kwan ini mengumandangkan ajaran mulia Buddha tentang: semua makhluk adalah satu, hidup bersama saling berketergantungan, benih batiniah Buddha dan semua makhluk tiada berbeda, hendaknya kita menanam benih kebajikan, melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, benar salah untung rugi itu semua layaknya impian, hendaknya membersihkan pikiran agar memperoleh kedamaian, semoga semua makhluk mengembangkan ikrar bodhicitta, Buddha Dharma tidak musnah dan tidak

terlahir, jadilah perahu penyelamat dan pelita dalam samudra penderitaan, jangan permasalahkan perbedaan di antara kita, semoga dunia menjadi damai, masyarakat harmonis, keluarga bahagia, semua makhluk bersama-sama menanam dalam ladang kebahagiaan dan kebijaksanaan, menggulirkan aspirasi dan aksi bersama.

Kemudian acara berlanjut dengan mempersilakan beberapa tokoh Buddhis mancanegara untuk berbicara di depan forum, antara lain dari Taiwan, Thailand, Korea Selatan, Jepang, dan Srilanka.

Berikutnya adalah pelaksanaan upacara puja bakti terhadap relik tulang tempurung kepala Buddha Sakyamuni, yang juga menandai berakhirnya upacara pembukaan di pagi hari itu. Relik suci ini didatangkan langsung dari Nanjing, Tiongkok, dan tiba di Hong Kong pada 25 April. Selama 25—30 April ditempatkan di Hong Kong Coliseum untuk memberi kesempatan kepada para umat agar dapat menyaksikan dan melangsungkan puja bakti terhadap relik suci ini. Selepas dari Hong Kong, relik Buddha ini akan dibawa ke Macau selama 30 April hingga 4 Mei. Ini adalah pertama kalinya relik tempurung kepala Buddha dibawa keluar dari Tiongkok semenjak diketemukan dan digali dari dalam tanah di Vihara Dabaoen di Nanjing pada tahun 2008 dan dipertunjukkan kepada khalayak ramai di Vihara Qixia, juga berada di Nanjing, pada tahun 2010.

Selama 2 hari, para peserta yang datang dari Korea Selatan, Jepang, India, Thailand, Srilanka, Kamboja, Australia, Amerika, Eropa, dan lain sebagainya, saling bertukar pandangan bersama-sama mencari solusi terbaik tentang penyebarluasan Buddha Dharma, pelestarian Kitab Suci Buddhis, pendidikan Buddhis, dan kegiatan kemanusiaan Buddhis. Forum berlangsung dalam bentuk pidato, 7 sub-forum, diskusi panel televisi dan diskusi panel internet.

SINAR DHARMA / 77

Page 82: Sinar Dharma 29.pdf

Dalam forum kali ini, Panchen Lama ke-11 yang berusia 22 tahun, salah satu dari pemimpin spiritual di samping Dalai Lama, mengatakan bahwa dunia saat ini menekankan pentingnya “teknologi eskternal diri”, mengabaikan “pengetahuan internal diri”. Ajaran Buddha adalah intisari dari “pengetahuan internal diri” yang dapat meningkatkan kondisi spiritual umat manusia, memperbaiki moralitas manusia, menetralisir konflik antar umat manusia, embun sejuk yang dapat melenyapkan penderitaan dalam hati manusia, juga obat mujarab bagi perdamaian dunia dan perkembangan berkesinambungan. Bagi dunia kita saat ini, pengembangan Buddha Dharma adalah sangatlah penting.

Dalam pidato berbahasa Mandarinnya, Panchen Lama menekankan bahwa kita seharusnya memadukan perkembangan “teknologi eskternal diri” dan “pengetahuan internal diri”, berdedikasi sepenuhnya bagi terciptanya kedamaian dunia, keharmonisan masyarakat, kemajuan zaman, dan perkembangan peradaban.

Forum Buddhis Dunia Ke-3 ini ditutup pada sore hari tanggal 27 April 2012. Y.M. Bhiksu Sik Kok Kwong memberikan pernyataan singkat dalam acara penutupan forum tersebut. Beliau mengatakan bahwa selama forum, para peserta melakukan diskusi yang mendalam dan hangat mengenai pemberdayaan Buddhis, penyebaran Dharma, pendidikan, amal, dan budaya. Forum juga mengumumkan bahwa Lingshan (Giant Buddha), Wuxi, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, adalah alamat tetap dari Forum Buddhis Dunia.

Wang Zuo-an, Kepala Biro Urusan Agama Tiongkok, mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok tetap berkomitmen kuat menerapkan kebijakan kebebasan kepercayaan beragama, menghargai peran positif yang diperankan oleh semua agama, termasuk Buddhisme, pun terus mendorong Buddhisme Tiongkok untuk berpartisipasi dalam dialog lintas-budaya dan lintas-agama di dunia, bersama-sama dengan para tokoh atau organisasi agama yang cinta perdamaian dan keadilan untuk mengemban tugas menjaga perdamaian dunia.

FBD diakhiri dengan sebuah deklarasi yang menyerukan: “Dunia yang harmonis dimulai dari dalam hati; kondisi-kondisi berpadu secara sinergi berdasarkan pada aspirasi dan aksi bersama.”

“Alam semesta ada batasnya, (namun) penerapan aspirasi tiada batasnya; (berupaya) mewujudkan apa yang diaspirasikan, (karena) aksi dan aspirasi itu adalah satu adanya. Tidak mencari kebahagiaan bagi diri sendiri, melainkan beraspirasi agar semua makhluk terbebas dari penderitaan. Sebab itulah, bersama-sama dengan para muliawan peserta forum mendeklarasikan

enam aspirasi dan menggulirkan enam aksi: Semoga setiap orang berhati damai dan bajik,

menghargai hubungan yang telah terjalin dan melindungi kehidupan setiap makhluk, bersama-sama beraksi menerapkan rasa terima kasih.

Semoga setiap keluarga harmonis dan bahagia, perasaan kasih sayang sesama anggota keluarga kukuh adanya, bersama-sama beraksi untuk berdedikasi.

Semoga hubungan antar-individu lancar adanya, saling berkomunikasi, bersama-sama beraksi menjalin hubungan yang baik.

Semoga masyarakat menjadi harmonis, setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya, bersama-sama beraksi menerapkan rasa toleransi.

Semoga peradaban kita ini menjadi harmonis, semua pihak saling menghargai, bersama-sama beraksi menerapkan rasa saling menghormati.

Semoga dunia ini damai, rasa permusuhan berganti menjadi rasa persahabatan, bersama-sama beraksi

78 / SINAR DHARMA

Page 83: Sinar Dharma 29.pdf

71 / SINAR DHARMA SINAR DHARMA / 79

Page 84: Sinar Dharma 29.pdf

ukan hanya umat Buddha saja yang merayakan Waisak, umat Katolik dengan semangat toleransi yang tinggi juga merayakan hari kelahiran Buddha itu. Seperti yang berlangsung selama ini, Vatikan juga mengirim Pesan Waisak / Hanamatsuri untuk tahun 2012 ini.

Jean-Louis Tauran, Ketua Dialog Antar-Agama Vatikan (President of the Pontifical Council for Interreligious Dialogue Cardinal Protodeacon) menuliskan antara lain, “Atas nama Dewan Pimpinan Dialog Antar-Agama Vatikan, saya merasa gembira untuk sekali lagi, pada tahun ini, setulus hati mengucapkan Selamat Hari Waisak. Adalah harapan saya bahwa perayaan tahunan ini semoga membawa suka cita dan ketenangan hati bagi Anda semua diseluruh dunia.

Saat ini, semakin banyak ruang-ruang kelas di seluruh dunia, para siswa yang berasal dari berbagai agama dan kepercayaan duduk berdampingan, belajar bersama satu sama lain. Keanekaragaman ini membangkitkan tantangan dan memicu perenungan yang mendalam tentang perlunya mendidik kaum muda untuk menghormati dan memahami keyakinan dan pengamalan agama orang lain, tumbuh dewasa dengan pengetahuan agama masing-masing, maju bersama menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bergandengan tangan dengan orang-orang yang

memiliki agama berbeda bersama-sama menyelesaikan konflik serta meningkatkan persahabatan, keadilan, perdamaian dan perkembangan kehidupan manusia yang sesungguhnya.….

Sebagai umat Buddha anda mewariskan kebijaksanaan kepada kaum muda untuk tidak menyakiti orang lain dan menerapkan kehidupan yang murah hati dan berbelas kasih, sebuah praktik yang dihargai dan diakui sebagai sebuah hadiah yang berharga bagi masyarakat. Ini adalah satu cara nyata yang dikontribusikan oleh agama untuk mendidik generasi muda agar dapat berbagi tanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain. …”

Di Seoul, Korea, Kardinal Nicholas Cheong Jin Suk, Kepala Uskup Katolik Roma Seoul di Korea, pada tanggal 21 Mei 2012 juga mengirim ucapan selamat kepada para umat Buddha yang merayakan hari kelahiran Buddha. Dalam pesannya kepada Ordo Jogye dari Buddhisme Korea, Cheong berkata bahwa welas asih Buddha akan tersebar di seluruh dunia, khususnya di antara kaum papa dan yang terbuang. Kardinal Cheong juga mengatakan bahwa para umat Buddha dan Katolik yang mencari jalan keselamatan spiritual haruslah bekerja bersama-sama untuk menggapai kebajikan dan kebaikan, menyelesaikan konflik sosial dan memperoleh keadilan, kedamaian dan kebenaran. Keuskupan Katolik Roma Seoul memasang spanduk perayaan Waisak ”Merayakan Hari Lahir Buddha Bersama-sama” di Katedral Myeongdong di Seoul pada tangal 25 Mei 2012.

Selain itu, pada tanggal 27 Mei 2012 (sehari sebelum hari Waisak), sebelum misa Paroki di Katedral Myeongdong, Bhiksuni Jungyul Sunim menyanyikan lagu ”Ave Maria” dan lagu Buddhis ”Hyang-sim” di aula Katedral yang disambut tepuk tangan meriah dari para umat Katolik. Jungyul Sunim adalah penyanyi terkenal di kalangan komunitas Buddhis Korea, telah menyanyi sejak masih sebagai sramaneri di tahun 1988. Telah naik panggung lebih dari 1.000 kali dan turut mendirikan grup penyanyi religius wanita ”Samso Music Society” yang anggotanya terdiri dari penganut Katolik, Buddha dan Buddha Won. Kehadirannya di Katedral Myeongdong adalah atas permintaan suster Katolik yang juga anggota Samso.

Jungyul Sunim berkata. ”Agama lain haruslah dirangkul seperti kita merangkul orang tua kita sendiri.” Jungyul Sunim menambahkan bahwa Kardinal Jung Jin Suk membacakan Pesan Waisak di Vihara Jogye, sebab itu beliau juga berusaha memberikan kontribusi yang bermakna bagi kegiatan lintas-agama dengan bernyanyi di Katedral Myeongdong. Gereja Katolik Seongbuk-dong yang menjalin hubungan baik dengan Vihara Gilsang juga mengirimkan ucapan selamat dan bunga anggrek dalam perayaan Waisak tahun ini.

Page 85: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 81

Pada tanggal 28 Mei 2012, di bagian dunia yang lain, Dalai Lama mengunjungi Katedral St. Stephen di Vienna, Austria, turut berpartisipasi dalam kegiatan Misa Pentekosta. Pada awal Misa di hari Minggu tersebut, Kardinal Schonborn dari Keuskupan Vienna menjelaskan bahwa Dalai Lama memohon untuk dapat datang ke St. Stephen sebagai ”peziarah” – seperti ketika Dalai Lama melakukan ziarah ke tempat suci Maria di Lourdes dan Fatima, juga Roma. ”Seseorang yang memiliki akar keyakinan yang kuat pada agamanya, akan sangat menghormati agama orang lain,” jelas Kardinal Schonborn. Sebelumnya Schonborn juga mengajak Dalai Lama untuk berkeliling Katedral dan Dalai Lama menaruh katha (syal) berwarna putih yang dikenakan bhiksu Tibetan di kapel St. Barbara yang sejak tahun 1983 merupakan tempat peringatan para korban Nazi.

Sebelumnya pada tanggal 14 Mei 2012, Dalai Lama juga mengunjungi Katedral Ortodoks St. Paul di London untuk menerima Penghargaan Templeton dari John M. Templeton, Jr. atas usahanya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian dan toleransi. Dalai Lama diterima di Katedral oleh Canon Pastor Katedral St. Paul, Michael Colcough dan Bishop London Richard Chartres. Dalai Lama teringat akan istana Potala ketika melihat pilar-pilar gereja ini. Para bhiksu Tibetan melakukan chanting di aula gereja pada saat even ini berlangsung. Bendahara St. Paul, Canon Mark Oakley mengatakan. ”Kami sangat mengagumi usaha tanpa lelah Dalai Lama, selama lebih dari setengah abad, telah mengajarkan kepada kita bahwa semua pencarian spiritual manusia itu berada pada hati kita sendiri dan semakin memperdalam potensi yang kita miliki. Dalai

Lama mewujudkan sebuah kebenaran yang ada dalam dasar keyakinan Kristianitas kita - bahwa perwujudan kehidupan spiritual yang paling baik adalah dengan hidup dalam cinta kasih, kita berusaha memahami orang lain yang berbeda dengan kita, secara damai berjuang untuk menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran di atas segala hal... Sebagai seorang pemimpin spiritual, beliau telah menyebarluaskan nilai-nilai kemanusiaan tentang cinta kasih, jiwa memaafkan, toleransi dan dispilin diri. Di samping berkomitmen pada keyakinan beliau sendiri, beliau juga menyebarluaskan keharmonisan dan saling pengertian di antara tradisi-tradisi agama di dunia dengan meminta kita semua untuk menghormati satu sama lain dan mengenali nilai-nilai tradisi pihak lain. Sebagai katedral dan komunitas Kristiani di kota yang penuh dengan perbedaan, kami berterima aksih kepada Dalai Lama atas komitmen beliau bagi perdamaian di antara umat beragama dan terima kasih atas kehadirannya bersama dengan kami, untuk perbincangan dan waktu yang kita lewati bersama, kami memperbaharui lagi komitmen kami untuk melakukan hal yang sama. Kami dengan penuh kehangatan memberikan ucapan selamat kepada Yang Mulia (Dalai Lama) atas penghargaan Templeton Prize yang didapatkan dan kami berikan doa dan cinta kami.”

Sumber Pustaka: http://www.hancinema.net/cardinal-cheong-sends-congratulations-ahead-of-buddha-s-birthday--43046.html, http://www.koreabang.com/2012/stories/buddhist-performs-interfaith-hymn-for-buddhas-birthday.html,

www.dalailama.com, http://www.koreatimes.co.kr, http://www.stpauls.co.uk, http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/interelg/documents/rc_pc_interelg_doc_20120403_vesakh-2012_en.html

SINAR DHARMA / 81

Page 86: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 8282 / SINAR DHARMA

Di Manchester, Inggris, pada tanggal 16 Juni 2012 pagi hari, HH. Dalai Lama bertemu dengan berbagai pemimpin organisasi pemuda pemudi. Dalai Lama berkata kepada mereka, “Saya adalah milik abad ke-20, sebuah era yang telah berlalu. Abad lalu adalah sebuah era ketika banyak orang merasa bahwa kekerasan adalah cara untuk menyelesaikan masalah kita. Meskipun motivasi untuk menyelesaikan masalah seringkali baik dan positif, namun metode dengan menggunakan kekerasan adalah salah, karena kekerasan akan menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya. Apa yang telah kita pelajari? Kita harus menerapkan tanpa-kekerasan dan dialog untuk menyelesaikan masalah kita.” Dalai Lama merasa bahwa aspirasi yang realistik untuk abad ke-21 adalah sebuah dunia yang damai yang didasarkan pada dialog.

Salah seorang pemimpin bertanya meminta nasihat Dalai lama bagaimana cara mendorong kaum muda mengembangkan nila-nilai positif dalam diri mereka. Dalai Lama mengaitkan hal ini dengan rantai biologis kita. Kita semua terlahir dari ibu-ibu kita, kita semua dapat terus hidup karena perhatian ibu kita, bahkan beberapa ilmuwan mengatakan bahwa sentuhan ibu di minggu-minggu pertama adalah jaminan untuk pertumbuhan yang sehat bagi balita. Inilah pengalaman kasih sayang pertama kali yang harus kita kembangkan. Dalai Lama mengatakan,

82 / SINAR DHARMA

Page 87: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 8383 / SINAR DHARMA

orang-orang kaya di dunia tampaknya memiliki semua yang mereka inginkan, namun kerapkali kesepian dan tidak bahagia karena kurang kasih sayang. Uang dan kekuasaan menghasilkan kecurigaan dan ketakutan. Hal ini sangat menyedihkan karena para ilmuwan menemukan bahwa emosi takut dan kecurigaan itu akan menggerogoti daya tahan tubuh kita. Sedangkan bagi mereka yeng mengembangkan pikiran tenang dan mempraktikkan welas asih, akan mendapatkan banyak manfaat, seperti menurunkan tekanan darah tinggi, memacu pencernaan dan kesadaran sosial yang lebih tinggi.

Siang harinya, Dalai Lama berada di arena Manchester bersama dengan komedian Russell Brand sebagai moderator dan pembawa acara (MC). Sebanyak 10.000 orang muda mudi Inggris, kebanyakan di bawah 25 tahun, datang untuk mendengarkan ceramah Dalai Lama. Acara diawali dengan menonton pesan video oleh teman-teman Dalai lama seperti Peraih Nobel Guatamalan Mayan Rigoberta Menchi dan Bishop Desmond Tutu.

“Saya tidak menyukai formalitas, jadi Russell Brand, yang sangat tidak formal, adalah orang yang cocok untuk memperkenalkan saya, terima kasih. Kelahiran muncul tanpa formalitas, seperti juga kematian. Jika saya menganggap diri saya adalah seorang bhiksu Buddhis atau orang Tibet, hal itu akan menciptakan tembok penghalang di antara saya dan orang lain. Pada kenyataannya, saya adalah manusia, sama seperti kalian, yang menginginkan kebahagiaan, tidak menginginkan penderitaan dan masalah. Saya berbicara kepada kalian semua hanya sebagai satu di antara tujuh miliar manusia di dunia hari ini. Secara fisik, mental dan emosi kita semua sama. Kita semua memiliki potensi yang sama untuk berbuat kebaikan atau keburukan.”

Dalai Lama lebih lanjut menjelaskan, salah satu yang membedakan antar-manusia adalah intelegensi yang kuat. Jika kita tidak mengontrol emosi destruktif kita maka intelegensi akan menjadi ancaman. Untuk menghilangkan resiko tersebut, kita semua harus realistik dan berhati hangat. Kita harus punya visi, determinasi dan keinginan untuk sukses. Kualitas-kualitas ini bergantung pada rasa percaya diri kita. Semuanya bergantung pada kejujuran dan kebenaran.

Dalai Lama memiliki harapan yang besar bahwa dunia akan menjadi lebih baik, lebih damai dan lebih layak di

abad ke-21. Dalai Lama melihat bahwa generasi yang akan datang, yang sekarang berada di bawah 30 tahun, akan menggapainya. Alasan kenapa beliau memiliki harapan demikian, adalah karena orang tua melekat pada pola-pola pemikiran mereka, sedangkan anak muda lebih terbuka dan fleksibel. Perubahan eksternal yang kita alami adalah bahwa dunia dan kehidupan kita telah menjadi semakin saling berketergantungan, jadi ketika tetangga kita terancam maka akan berdampak pada kita juga. Jadi kita harus meninggalkan pandangan yang sudah ketinggalan zaman tentang “mereka” dan “kami”, kita harus memandang dunia ini dalam istilah yang lebih luas yaitu “KITA”, satu keluarga besar manusia.

Faktor penting lainnya adalah mengembangkan rasa percaya diri yang dapat membantu kita melepas harapan. Berpuluh-puluh tahun Dalai Lama menghadapi berbagai macam masalah tetapi beliau tidak pernah melepas harapan. Beliau menjelaskan tentang sebuah ucapan bijak Tibet: “Sembilan kali terjatuh, sembilan kali pula engkau bangkit kembali.”

Kemudian di penghujung acara ada dua video pendek lagi yang ditampilkan. Yang pertama berfokus pada berkah dari memaafkan. Video ini menampilkan seorang gadis Irlandia yang setelah terinspirasi kata-kata Dalai

SINAR DHARMA / 83

Page 88: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 8484 / SINAR DHARMA

Lama memutuskan untuk memaafkan anak laki-laki yang membunuh ayah kandungnya.

Video kedua adalah tentang beberapa selebritis yang bergabung dengan Dalai Lama yang mendorong para kawula muda untuk menjadi katalisator dalam program “Bangkit dan Berubahlah (Stand Up and Be The Change)”. Selebritis yang turut bergabung dalam video ini di antaranya adalah Tilda Swinton (pemeran White Witch dalam Chronicles of Narnia), Willem Dafoe (pemeran Norman Osborn/Green Goblin dalam trilogi Spider-Man), Stella McCartney, Jarvis Cocker (Pulp) dan Michael Stipe (R.E.M). Terakhir Dalai Lama memberikan penghargaan pada Sophia, gadis lokal yang masih bersekolah namun sangat banyak melakukan aktivitas yang altruistik.

Russell Brand, mantan suami Katy Perry, mengatakan bahwa Dalai Lama adalah seorang yang menakjubkan. Ia ditunjuk sebagai pembawa acara yang bisa melucu. Dalai Lama pun bercanda dengannya dengan memainkan jenggot Brand ketika di atas panggung. Russell langsung melucu, “Tidak banyak yang bisa kulakukan dalam situasi seperti ini. Aku hanya harus menjalaninya saja.”

“Seseorang berlaku tidak sopan pada saya. Saya marah. Saya bisa memaafkan manusia, tapi tidak dengan

perbuatannya. Pidato Anda benar-benar baik untuk saya,” ujar Brand kepada Dalai Lama. Brand juga mengatakan bahwa Dalai Lama adalah seorang yang “bersemangat dan lembut, inilah yang anda harapkan dari seseorang yang bermeditasi lima kali sehari.”

“Berangkat dari pecandu sampai Shagger of The Year... tiga kali… dan sekarang bisa mengenalkan Dalai Lama. Suatu perjalanan yang menarik,” tukas Brand. Sebelumnya, Russell Brand adalah pecandu sampai akhirnya meditasi membuatnya meninggalkan kebiasaan buruknya itu.

Dalai Lama dan Brand kemudian berbincang tentang waktu tidur mereka yang kontras. Dalai Lama selalu bangun di waktu subuh, ini bukan ciri khas gaya hidup Brand. “Siang adalah untuk bekerja, malam adalah untuk tidur, tetapi kamu dapat melakukan apa yang bisa membuatmu bahagia,” timpal Dalai Lama. Brand pun berterima kasih karena Dalai Lama masih menyetujui gaya hidupnya yang seperti itu. Sebagai penutup Brand mengatakan, “Aku merasakan bahwa (ceramah Dalai Lama hari ini) sangatlah menginspirasi dan membantu. Kita harus melihat ke dalam diri kita sendiri.”

Sumber. www.dalailama.com, http://www.bbc.co.uk/news/uk-18473790

84 / SINAR DHARMA

Page 89: Sinar Dharma 29.pdf

85 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 85

Page 90: Sinar Dharma 29.pdf

86 / SINAR DHARMA

Page 91: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 8787 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 87

Page 92: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 88SINAR DHARMA / 8888 / SINAR DHARMA

88 / SINAR DHARMA

Langit itu adil karena ia menaungi semua yang ada di atas bumi tanpa membeda-bedakan, bumi itu tanpa pamrih karena ia menghidupi semua makhluk yang bertopang padanya tanpa mengharapkan balas jasa. Layaknya seorang pahlawan tanpa tanda jasa, alam ini memberikan apa pun yang seharusnya diberikan kepada kita tanpa mengharapkan sedikit pun balas jasa. Ibaratnya seorang ibu, alam ini memelihara semua makhluk yang ada di bumi ini tanpa mengeluh. Ibu pertiwi yang mulia ini senantiasa mendekap dan berbisik lembut di telinga kita, “Anakku sayang.”

Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa alam ini sangat kejam. Mereka mengibarkan bendera “survival of the fittest”, mengatakan bahwa yang lemah akan terlibas, hanya yang kuat yang akan bertahan hidup. Dapat dipastikan ibu pertiwi atau “mother nature” akan bersedih hati mendengar penjelasan seperti itu. Tidaklah benar kalau mengatakan yang kuat yang akan bertahan hidup, karena secara harafiah kata “fittest” sendiri bukan merujuk pada pengertian “kuat”, akan lebih tepat kalau dikatakan “yang bisa menyesuaikan diri yang akan bertahan hidup”. Lalu, apa yang dimaksud dengan “yang bisa menyesuaikan diri itu”? Menurut pemahaman penulis, yang disebut dengan bisa menyesuaikan diri itu tak lain tak bukan adalah makhluk hidup yang berperilaku benar. Alam lingkungan itu tidak kejam, ia hanya bertindak berdasarkan hukum sebab akibat, apa yang diterimanya, itulah yang dikembalikannya. Jika kita berperilaku tidak benar dengan melakukan perusakan terhadap alam lingkungan, maka bencanalah yang akan kita tuai. Sebaliknya, jika berperilaku benar dengan memelihara keseimbangan ekosistem dan menjaga pelestarian lingkungan, maka alam akan melimpahkan berkahnya kepada kita.

Zaman kita sekarang adalah zaman modern, sebuah zaman yang memiliki pertumbuhan pesat dalam segala bidang, sehingga boleh dibilang pertumbuhan adalah satu hal yang tidak bisa kita tolak. Hanya dengan berkembanglah maka kita akan maju. Salah satu faktor penting yang kita butuhkan dalam perkembangan zaman adalah teknologi. Namun sayangnya, teknologi yang sebenarnya bertujuan agar hidup kita lebih praktis dan nyaman itu ternyata juga bisa berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Teknologi yang merupakan media penyejahteraan justru berbalik menjadi bumerang bagi masyarakat. Sampah menumpuk di mana-mana, limbah industri membanjiri kali-kali, asap-asap industri bertengger menjadi awan-awan baru, langit yang biru hanya tinggal kenangan bagi masyarakat pekotaan, hutan-hutan gundul dalam sekejab, udara sejuk entah menguap ke mana, udara bersih enggan bergaul dengan

kita, air bersih semakin langka, tiada lagi kicauan burung di kota-kota metropolis, dan lain sebagainya. Bila hal-hal negatif ini terus berlangsung, mungkin tak berselang lama lagi manusia panjang umur cuma dapat ditemui dalam kisah dongeng dan legenda, layaknya para tokoh “super hero”.

Dalam ajaran Buddha dikatakan bahwa kehidupan makhluk hidup tak terlepas dari empat kondisi: lahir, tua, sakit, dan mati. Demikian pula dengan bumi kita ini yang juga mengalami siklus empat tahap: terbentuk, dihuni, rusak, dan kosong. Inilah hakikat ketidakkekalan dunia fana. Buddha mengajarkan tentang ketidakkekalan untuk menyadarkan kita semua agar menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita semua tahu, mampu mewujudkan kebahagiaan diri, baik lahiriah maupun batiniah, itulah yang dinamakan menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Namun ada dua hal yang sering kita lupakan dan abaikan dalam mewujudkan kebahagiaan diri itu. Pertama, pentingnya menjaga keseimbangan antara kebahagiaan lahiriah dan batiniah. Kedua, tanpa adanya lingkungan yang asri dan sehat, mungkinkah kita mewujudkan kebahagiaan lahir dan batin itu?

88 / SINAR DHARMA

Page 93: Sinar Dharma 29.pdf

Sebelum menginjak pada pembahasan dua hal yang sering kita lupakan dan abaikan tersebut, mari kita tengok proses penciptaan bumi dan manusia dari sudut pandang Buddhisme, yang tertulis dalam beberapa Kitab Suci Buddhis yaitu Digha Nikaya, Agganna Sutta, dan Brahmajala Sutta. Ternyata manusia pertama yang muncul di bumi kita ini bukanlah hanya satu atau dua orang, melainkan sekelompok.

Disebutkan bahwa leluhur umat manusia di bumi ini berasal dari Abhassara (Abhasvara – Sanskerta, Alam Surga Cahaya Suara), alam ke-3 (tertinggi) dari Alam Surga Jhana ke-2. Karena para makhluk di alam surga ini memiliki cahaya yang sangat gemerlap, menggunakan cahaya tubuh mereka sebagai media komunikasi, sebab itulah disebut sebagai Alam Surga Cahaya Suara. Setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur, banyak di antara para makhluk bumi yang terlahir secara spontan di alam Abhassara. Mereka hidup dalam kenikmatan surgawi, makanan mereka berasal dari kekuatan ciptaan pikiran mereka sendiri, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan dan menikmati umur yang panjang sekali.

Dalam suatu masa yang lama sekali, ketika bumi kita ini dalam proses “terbentuk”, semuanya terdiri dari air dan kegelapan total. Tidak ada matahari, bulan, dan bintang-bintang. Belum ada siang maupun malam. Waktu itulah alam Brahma (Alam Surga Jhana ke-1) mulai muncul, tetapi masih kosong. Ada makhluk dari alam Abhassara, setelah masa hidupnya habis lalu terlahir kembali secara spontan di alam Maha Brahma (alam ke-3 atau tertinggi dari Alam Surga Jhana ke-1). Di alam ini, ia hidup diliputi kemegahan dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama hidup sendirian, muncul suatu keinginan agar ada makhluk lain yang datang dan hidup bersamanya. Pada saat itu ada makhluk-makhluk lain di alam Abhassara yang meninggal dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya. Karena itulah maka makhluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpandangan: “Aku adalah Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua mahluk ini adalah ciptaanKu”. Makhluk-makhluk yang terlahir sebagai pengikutnya juga beranggapan bahwa makhluk pertama di alam Brahma itu adalah asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada, yang tetap kekal selamanya, mereka semua adalah ciptaannya.

Selanjutnya, makhluk-makhluk lain yang berakhir kehidupannya dari alam Abhassara mulai terlahir di bumi ini. Mereka terlahir spontan, tidak melalui kandungan. Tubuh mereka indah, makanan masih berasal dari ciptaan pikiran, melayang-layang di angkasa dan memiliki tubuh yang bercahaya, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Para makhluk itu masih belum ada perbedaan lelaki dan wanita, juga tidak ada hina dan mulia. Mereka hanya dikenal sebagai makhluk hidup.

Setelah suatu masa yang lama sekali, mulai terbentuk tanah. Tanah dengan sarinya muncul keluar dari dalam air, berbentuk seperti bentuk-bentuk buih di permukaan susu yang sedang dimasak. Tanah itu memiliki warna, bau, dan rasa. Sama seperti dadi susu atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu; sama seperti madu tawon murni, demikianlah manis tanah itu. Kemudian di antara makhluk-makhluk yang memiliki sifat serakah mulai mencicipi sari tanah itu. Makhluk-makhluk lainnya mengikuti perbuatan itu, sehingga akhirnya semua makhluk itu mulai makan sari tanah.

Dengan memakan sari tanah itu, tubuh para makhluk itu menjadi buruk, kehilangan tubuh dewa yang menawan, berkulit kasar, cahaya tubuh lenyap, tidak bisa terbang melayang lagi, hanya bisa berjalan di atas tanah. Langit dan bumi kembali dalam kegelapan pekat. Demikianlah hukum alam itu bekerja, di tengah kegelapan alam semesta, benda-benda penerang seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang mulai muncul. Terjadilah siang dan malam. Mulailah dikenal dimensi waktu.

Makhluk-makhluk itu terus memakan sari tanah dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat dan terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Mereka yang memakan banyak, bentuk dan paras wajahnya menjadi buruk, sedangkan yang memakan sedikit, memiliki bentuk tubuh dan paras yang indah. Mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh yang buruk. Demikianlah mulai muncul perbedaan hina dan mulia. Setelah sari tanah lenyap, muncullah tumbuhan seperti cendawan dari dalam tanah. Para makhluk menggantungkan hidup dari tumbuhan tersebut, hal ini berlangsung dalam masa yang lama sekali. Demikianlah kemudian tumbuhan itu pun lenyap, lalu muncul tumbuhan menjalar. Para makhluk memakan tumbuhan menjalar itu. Setelah tumbuhan menjalar lenyap, muncullah tumbuhan padi yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum dengan bulir-bulir yang bersih. Setelah hidup dengan memakan tumbuhan padi tersebut dalam masa yang lama sekali, tubuh mereka tumbuh lebih padat dan muncullah perbedaan jenis kelamin. Timbullah hawa nafsu sehingga terjadilah hubungan kelamin yang dilakukan oleh mereka yang kurang bisa mengendalikan diri.

Makhluk-makhluk lain yang tidak melakukan hubungan kelamin kemudian mengusir mereka yang melakukan hubungan kelamin. Karena tidak bisa kembali ke dalam kelompok mereka, maka mereka yang diusir itu kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil. Sejak itulah di bumi ini mulai terbentuk sistem keluarga.

SINAR DHARMA / 89

Page 94: Sinar Dharma 29.pdf

90 / SINAR DHARMA

Saat itu, makhluk-makhluk alam Surga Abhassara yang kemudian terlahir di bumi tidak lagi memiliki kemampuan dan keindahan surgawi, serta lahir melalui kandungan ibu. Dengan semakin banyaknya jumlah keluarga yang terbentuk dan manusia yang terlahir di bumi, sifat serakah juga semakin meningkat. Tumbuhan padi yang sebelumnya tumbuh sendiri dan langsung bisa dimakan, akhirnya lenyap. Karena padi yang gratis dan siap saji telah lenyap, maka manusia harus mulai membanting tulang dan mengucurkan keringat untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Dari kisah penciptaan bumi beserta manusia sebagai penghuninya ini, dapat diketahui bahwa air adalah sumber kehidupan, suatu hal yang telah diketahui dan dibabarkan oleh Yang Tercerahkan Buddha Gautama pada 2.500 tahun yang lalu. Selain itu, sifat serakahlah yang membawa manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang semula hidup dalam nuansa surgawi jatuh ke dalam penderitaan. Tepatnya, sifat serakah dan ketidaktahuanlah yang mengubah lingkungan, pun merusak keseimbangan kebahagiaan lahiriah dan batiniah. Keserakahan dan ketidaktahuan sudah sedemikian merusak lingkungan hidup, jika masih ditambah lagi dengan kebencian (peperangan atau kerusakan lingkungan yang didasarkan pada kemarahan dan kebencian), maka akan semakin cepatlah bumi kita menuju pada kehancurannya. Jadi, untuk menjaga agar lingkungan tetap asri dan nyaman untuk dihuni, pun mewujudkan keseimbangan kebahagiaan lahiriah dan batiniah, maka kita harus mengendalikan tiga akar kejahatan dalam diri kita, yaitu: keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan (kebodohan batin).

Zaman kini adalah zaman ledakan pengetahuan dan informasi, umat manusia semakin mengerti, mengapa dan bagaimana seharusnya menanggulangi kerusakan lingkungan itu. Dengan kata lain, faktor ketidaktahuan sebenarnya sudah bukan lagi sebuah problema besar dalam aksi pelestarian lingkungan. Lalu, mengapa kerusakan lingkungan masih terus saja berlangsung, bahkan dalam skala yang semakin bergulir semakin besar? Bila kita simak lebih mendalam, ternyata unsur pokok ketidaktahuan itu bukan hanya terletak pada ketidaktahuan tentang kondisi lingkungan, namun yang terutama adalah ketidaktahuan bahwa kurangnya kesadaran dan pembenaran sifat malas juga sangat berdampak buruk pada upaya pelestarian lingkungan hidup.

Bila kita sadar dan tidak malas melakukan hal-hal berikut di bawah ini, niscaya penyelamatan bumi bukan lagi sekadar angan-angan. Hendaknya mulai detik ini juga kita membiasakan diri: tidak membuang sampah sembarangan, Reduce (mengurangi penggunaan benda-benda yang bisa merusak lingkungan, seperti kantong plastik), Reuse (menggunakan kembali barang-barang bekas pakai, seperti kertas), Recycle (mendaur ulang sampah industri), tidak menyetel temperatur pendingin ruangan lebih rendah dari 25℃, rutin membersihkan filter udara pendingin ruangan sedikitnya sekali dalam sebulan, pakai lampu hemat energi, matikan dan cabut stop kontak peralatan listrik yang tidak sedang digunakan, hemat air (ketika menggosok gigi, kran air jangan terus dibuka; mandi dengan shower lebih menghemat air daripada dengan gayung), kurangi konsumsi daging, kurangi sampah makanan, hindari menggunakan mobil pribadi jika bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, galakkan penghijauan dengan berkebun dan menanam

Page 95: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 91SINAR DHARMA / 9191 / SINAR DHARMA

pohon, dan lain sebagainya. Ternyata pelestarian lingkungan itu bukan hal yang sulit dilakukan, semua diawali dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari kita, modalnya pun juga sederhana, cukup meningkatkan kesadaran dan jangan bersembunyi di balik alasan kemalasan.

Seperti yang kita sebutkan sebelumnya, bahwa kerusakan lingkungan itu bersumber dari keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan, yang berasal dari internal diri kita. Sebab itulah, dalam menggalakkan program pelestarian lingkungan, para tokoh Buddhis sangat menekankan pentingnya pelestarian batin agar pikiran, ucapan, dan perbuatan kita menjadi bersih terbebas dari tiga akar kejahatan. Dengan kata lain, kebersihan batin adalah awal dari pelestarian lingkungan. Inilah konsep dasar dari pelestarian lingkungan yang dikumandangkan oleh beberapa organisasi Buddhis kontemporer di dalam dan di luar negeri. Inilah nama lain dari berperilaku benar yang kita sebutkan di atas.

Kita tahu bahwa perekonomian yang sehat adalah dasar kekayaan sebuah negara, sedangkan industri yang maju adalah landasan dari kekuatan sebuah negara. Sebab itulah, pertumbuhan ekonomi dan industri adalah suatu hal yang tidak bisa kita tolak. Namun bukankah kemajuan ekonomi dan industri adalah penyumbang terbesar dalam kerusakan lingkungan? Memang benar, kerusakan yang ditimbulkan oleh bidang ekonomi atau industri adalah jauh lebih besar daripada kerusakan yang disebabkan oleh perorangan. Namun, bukan ekonomi atau industri yang menjadi biang kerok kerusakan lingkungan, melainkan apakah para pelaku dalam bidang ekonomi dan industri itu telah melakukan hal-hal yang benar? Sudahkah mereka mengamalkan program pelestarian batin? Sebenarnya keserakahanlah yang menjadi dalang tersembunyi dalam proses perusakan lingkungan, yang menyebabkan para pelaku dunia ekonomi dan industri melakukan perbuatan-perbuatan yang amoral dan melanggar hukum.

Buddha mengajarkan bahwa dalam ajaran suci mana pun, jika terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana akan terdapat orang suci yang sejati. Mengapa dikatakan demikian? Karena di dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan terkandung unsur moralitas (mengendalikan ucapan dan perilaku), konsentrasi (mengendalikan pikiran), dan kebijaksanaan (memahami hakikat sejati segala hal). Secara lengkapnya adalah sebagai berikut: unsur kebijaksanaan terdiri dari: (1) Pengertian Benar, (2) Pikiran Benar; unsur moralitas terdiri dari: (3) Ucapan Benar, (4) Perbuatan Benar, (5) Mata Pencaharian Benar; unsur konsentrasi terdiri dari: (6) Daya Upaya Benar, (7) Perhatian Benar, (8) Konsentrasi Benar.

Dapat diketahui bahwa perusakan lingkungan yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi dan industri adalah bertentangan dengan beberapa unsur dalam Delapan Jalan Mulia, khususnya mengenai Mata Pencaharian Benar, yaitu menghindarkan diri dari bermata pencaharian

yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. Dalam Kitab Anguttara Nikaya, III, 153, disebutkan terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari karena menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain, yaitu: makhluk hidup, senjata, daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk hidup, minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan, dan racun. Selain itu, Kitab Majjima Nikaya, 117, juga menyebutkan adanya lima mata pencaharian salah yang harus dihindari, yaitu: penipuan, ketidaksetiaan, penujuman, kecurangan, dan memungut bunga pinjaman yang tinggi. Jelaslah sudah, perusakan lingkungan merupakan pelanggaran terhadap unsur Mata Pencaharian Benar, karena menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain, pun merupakan kecurangan.

Banyak di antara kita karena ingin mengejar kekayaan duniawi lalu mengabaikan moralitas, salah satunya adalah melakukan perusakan lingkungan. Harus diketahui bahwa moralitas adalah kekayaan yang paling abadi. Seperti yang diucapkan oleh Solos, seorang tokoh arif dari Yunani kuno, bahwa moralitas adalah abadi, sedangkan kekayaan berganti pemilik setiap harinya. Kekayaan yang didapatkan melalui jalan ketidakbenaran tidak akan berlangsung lama, pun para pelaku itu sebenarnya tidak bahagia karena meski bisa menipu khalayak ramai, tetapi tidak bisa menipu hati nurani mereka sendiri.

SINAR DHARMA / 91

Page 96: Sinar Dharma 29.pdf

92 / SINAR DHARMA

Kita tahu, sebagai manusia biasa kita tidak bisa menentukan untuk terlahir di lingkungan yang menyenangkan, tetapi kita bisa memutuskan untuk membuat tempat kita tinggal menjadi lingkungan yang menyenangkan. Dengan kata lain, kita tidak mempunyai hak untuk memilih tempat kelahiran kita, tetapi kita memiliki kewajiban untuk melestarikan dan menjadikan tempat tinggal kita menjadi lingkungan yang asri dan menyenangkan.

Lingkungan ini bukan hak milik kita sehingga tidak seharusnya seenaknya memanipulasi dan mengeksplorasinya. Setiap umat manusia di atas bumi ini tidak mempunyai hak milik atas bumi dan isinya, melainkan hanya memiliki hak mendayagunakan. Pandangan salah mengenai hak milik akan mengantar pada penghancuran lingkungan, sedangkan pandangan benar hak daya guna akan mengoptimalkan manfaat lingkungan guna peningkatan kualitas kehidupan serta melestarikannya bagi anak cucu.

Lingkungan ini juga bukan titipan anak cucu, sebab itu jangan berpandangan: asal lingkungan ini nantinya bisa kita kembalikan kepada anak cucu, entah dalam kondisi utuh atau tidak, itu sudah lebih daripada cukup, buat apa harus menghabiskan waktu merawat dengan sebaik-baiknya? Bumi dan segenap isinya ini bukan titipan anak cucu, melainkan hadiah atau kado bagi anak cucu. Karena hadiah, maka kita akan memberikan yang terbaik bagi anak cucu. Karena kado, tegakah kita memberikan kado yang morat-marit kepada anak cucu yang kita sayangi?

Bung Karno pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Memang benar, zaman dahulu kita melawan penjajah, yang terlihat secara nyata. Namun sekarang ini, yang kita lawan adalah bangsa sendiri yang melakukan perusakan lingkungan, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Para perusak lingkungan itu ibaratnya menebar debu ke langit, akan mengotori semua orang di sekitarnya. Sebagai contoh, pencemaran air sungai oleh industri atau masyarakat yang tidak bertanggung jawab menyebabkan buruknya kualitas air minum yang harus ditanggung oleh para pemakai air minum. Perbuatan beberapa gelintir orang yang pada akhirnya membebani seluruh masyarakat dan mengakibatkan tingginya biaya sosial.

Yang lebih tidak bertanggung jawab lagi, bila setelah menebar debu ke langit lalu segera berlalu, orang-orang di sekitarnyalah yang harus menanggung akibatnya. Penebangan hutan liar menyisakan kerusakan lingkungan yang akan mendatangkan tangisan pilu para penduduk sekitar yang harus

menanggung bencana tanah longsor maupun banjir bandang.

Janganlah berkedok di balik alasan bahwa eksploitasi yang tidak bertanggung jawab terhadap sumber alam adalah hal yang baik karena juga merupakan salah satu unsur penghasil devisa bagi negara. Haruslah kita ketahui: “Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk.” Demikianlah yang diucapkan oleh Buddha dalam Dhammapada syair 119.

Janganlah pula beranggapan bahwa setelah menebar debu ke langit lalu segera berlalu itu tidak akan berdampak bagi diri sendiri. Dhammapada syair 127 mengatakan: “Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.” Kita tahu bahwa bumi ini merupakan satu kesatuan sistem yang besar. Kerusakan yang parah di salah satu tempat di bumi akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. Lalu, apa yang akan terjadi? Entah apa pun yang terjadi, bumi tidak pernah menghukum kita, bumi hanya bereaksi secara alamiah berupaya mengembalikan atau membentuk keseimbangan ekosistem yang baru. Reaksi yang diberikan bumi ini umumnya muncul dalam bentuk bencana alam. Bila kerusakan itu demikian parah dan reaksi yang diberikan bumi begitu besar, masih adakah tempat yang aman bagi kita di bumi ini?

Seperti yang disebutkan dalam “Efek Kupu-Kupu (Butterfly Effect)”, sebuah kepakan sayap seekor kupu-kupu di Brasil mampu memicu timbulnya angin tornado di Texas, Amerika Serikat. Sebuah kesalahan kecil pada salah satu sub-sistem ternyata bisa berakibat fatal bagi keseluruhan sistem. Selama kita masih berdiam di bumi ini, selama kita masih melakukan perusakan terhadap alam, tidak ada tempat yang aman bagi kita. Ke mana pun kita pergi, debu yang kita tebarkan ke langit itu tetap akan jatuh menimpa kita.

Salah satu cara efektif agar kita tidak terseret dalam pemuasan nafsu keinginan rendah yang diintimidasi oleh tiga akar kejahatan adalah dengan memiliki rasa syukur dan tahu membalas budi. Selain kepada Tuhan, Buddha, Brahma, ataupun Pujaan Tertinggi dalam setiap agama, kita juga harus bersyukur dan berterima kasih kepada orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita, kepada guru yang membimbing dan mendidik kita, kepada negara yang melindungi dan mengatur kita, dan kepada semua makhluk yang bahu membahu memberikan kita banyak kemudahan dalam hidup ini. Setiap perusakan lingkungan yang kita lakukan akan berdampak buruk bagi orang tua, guru, negara, dan semua makhluk. Sebab

92 / SINAR DHARMA

Page 97: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 9393 / SINAR DHARMA

itulah, bagi mereka yang memiliki rasa syukur dan tahu membalas budi, tidak akan mungkin melakukan perusakan lingkungan. Hanya mereka yang memiliki jiwa syukur dan tahu membalas budilah yang berpeluang untuk bisa mewujudkan kebahagiaan lahir dan batin.

Saat bencana alam melanda tanah kita, kita buru-buru mengucapkan, “Sabar adalah sebagian dari iman.” Memang sabar itu penting dan dibutuhkan dalam menghadapi bencana atau hal-hal yang tidak kita inginkan, namun sayangnya, itu semua sudah terlambat karena akibat itu sudah terjadi. Akan lebih baik bila kita juga menempatkan jiwa sabar itu di depan, bukan cuma di belakang. Jelasnya, bersabar dan menahan diri untuk tidak menanam benih penderitaan maka kita akan terbebas dari buah/akibat yang buruk. Jika kita bersabar dan mengendalikan diri tidak melakukan perusakan lingkungan maka kuantitas dan kualitas bencana alam yang mendera kita dengan sendirinya akan jauh berkurang. Hanya mereka yang memiliki rasa syukur dan tahu membalas budilah yang bisa menempatkan kata sabar itu pada porsi yang sebenarnya.

Selain itu, salah satu persyaratan penting yang harus dimiliki dalam perwujudan kebahagiaan adalah adanya kesehatan jasmani dan rohani. Bila diibaratkan kesehatan adalah angka 1, maka kekayaan, cinta, pekerjaan, keluarga, kedudukan, dan lain sebagainya, adalah angka 0 yang mengikuti angka 1. Selama angka 1 itu eksis, maka angka-

angka 0 itu barulah memiliki arti. Namun jika angka 1 itu tidak eksis, maka semua yang tersisa hanyalah angka-angka 0 yang tidak memiliki arti sedikit pun, semua adalah kosong. Demikianlah makna penting kesehatan bagi kehidupan individu. Demikian pulalah makna penting lingkungan bagi kehidupan semua makhluk. Tanpa adanya lingkungan yang mendukung, semua yang tersisa hanyalah angka-angka 0 yang tidak memiliki arti sedikit pun, semua adalah kosong.

Sebagai umat manusia yang hidup di zaman modern, ada satu hal yang tidak bisa kita tolak, yaitu pertumbuhan ekonomi dan industri; ada satu hal yang tidak boleh kita abaikan, yakni rasa syukur dan tahu membalas budi. Hanya dengan berperilaku benar dalam mendayagunakan lingkungan kita, maka pertumbuhan ekonomi akan berjalan seiring dengan pelestarian alam. Jangan biarkan tangan-tangan kita terus mengotori dan merusak lingkungan. Jangan membuat ibu pertiwi menangis sedih, “Anakku sayang, anakku malang.” Jangan biarkan kerusakan lingkungan merenggut senyum kita dan menggantikannya dengan air mata. Tegakah kita berpesan kepada anak cucu: “Bersihkan air kali dengan air matamu! Tangkallah banjir bandang dengan air matamu! Saringlah udara dengan air matamu! ... dengan air matamu!”

Page 98: Sinar Dharma 29.pdf

90 / SINAR DHARMA

Nama asli Lama Rangbar adalah Adam Friedensohn. Beliau meninggalkan Amerika pada tahun 1990 dan berkeliling Asia untuk berlatih Dharma. Beliau menetap di Nepal selama 20 tahun, mendirikan beberapa perusahaan dan organisasi sosial dalam bidang penggunaan energi solar untuk listrik, kendaraan elektrik, pengembangan desa, meditasi dan penyembuhan. Beliau tidak hanya berlatih Dharma mengembangkan batin saja, tetapi juga bersumbangsih mempersembahkan manfaat-manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan.

Guru-guru dari Lama Rangbar adalah para guru besar Nyingma antara lain H.H. Dudjom Rinpoche, H.H. Shenpen Dawa Rinpoche, H.H. Kyabje Chatral Sangye Dorje Rinpoche, Kyabje Dilgo Khyentse Rinpoche, Kyabje Trulshig Rinpoche, H.E. Terton Namkha Drimed Rinpoche, Lama Dawa Chodrak Rinpoche dan terakhir adalah seorang Indonesia-Tionghoa pendiri beladiri PGB (Perguruan Bangau Putih), Pak Subur Rahardja.

Dari H.H Dudjom Rinpoche, Lama Rangbar menerima inisiasi dan instruksi Tersar dan Dzogchen (mahasandhi). Beliau menyelesaikan satu tahun retret pada tahun 1983 di bawah bimbingan Dudjom Rinpoche. Dari tahun 1982 sampai sekarang, Lama Rangbar banyak menerima instruksi lisan dari Shenpen Dawa Rinpoche dalam topik tiga akar: Guru, Ishtadevata dan Dakini/Dharmapala. Lama juga mempelajari ritual-ritual dan praktik Yoga seperti Candali Yoga (Tummo) dan sebagainya. Dari Sangye Chatral Rinpoche, Lama menerima bimbingan meditasi personal dan instruksi-instruksi retret. Dari Dilogo Khyente Rinpoche, Lama menerima seluruh transmisi Dam Ngak Dzod dan inisiasi Manjushri. Dari Kyabje Trulshig Rinpoche,

mendapat seluruh transmisi Dudjom Tersar, Nyingthig Sa Bo, Nyingthig Yashi, Kama dan pentahbisan Ngakpa. Dari Katok Moksha Rinpoche, menerima transmisi Rinchen Terdzod. Dari Namkha Drimed Rinpoche, memperoleh transmisi Terma Gesar dan Hayagriva (Tamdrin).

Lama Rangbar merupakan pendiri Himalayan Light Foundation, organisasi sosial non-profit yang memberikan bantuan pada penduduk Himalaya dan Asia Selatan dengan menggunakan sistem energi solar untuk edukasi, pompa dan purifikasi air, serta komputer-komputer sekolah. Lama menggalakkan program “Solar Sisters” yang mengajak para sukarelawan dari negara-negara maju untuk pergi ke Bhutan, Nepal dan India, secara sukarela membantu memasang sistem pencahayaan solar di sekolah-sekolah, pusat kesehatan dan vihara di desa yang terpilih. Selain itu beliau juga menjadi pendiri Lotus Energy (pvt. Ltd.) di Nepal sebagai pembuat sistem energi alternatif solar. Lama juga mendirikan Eco Visions Nepal yang memproduksi mobil elektrik/mobil hijau bermerk REVA. Kunjungi websitenya di: www.lotusenergy.com, www.eco-visions.com.np, www.hlf.org.np

1. Bagaimana tanggapan Rinpoche tentang Near Death Experience (NDE)?

Terkadang apa yang kita pertanyakan dalam pikiran, lebih baik kita tidak tahu jawabannya. Jika kita ingin memahami kematian, maka tentu kita harus mengalami kematian itu sendiri. Para Lama mengetahui proses kematian dari praktik yang mereka lakukan. Orang-orang yang mengalami NDE tidak sepenuhnya mengalami Bardo Kematian (Dissolution – Chikai Bardo, mumūrsāntarābhava).

LAMA RANGBAR INTERVIEWby: Hendrick

94 / SINAR DHARMA

Page 99: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 95

Dikatakan mereka melihat cahaya terang dan sebagainya. Tetapi yang paling penting dari kasus NDE ini adalah setelah mengalami kejadian demikian, mereka benar-benar bahagia untuk hidup dan menjalani hidup! Poin inilah yang terpenting.

2. Di dalam British Medical Journal, terekam sesuatu keluar dari atas kepala mereka, apakah ini tubuh antarabhava?

Saya belum melakukan penelitian. Tetapi di dalam praktik phowa (pemindahan kesadaran), bahwa ketika praktik itu dilakukan maka bisa saja ada substansi yang keluar dari ubun-ibun kepala. Namun tidak hanya dari sana, substansi tersebut dapat keluar dari mata, mulut maupun bagian bawah tubuh.

3. Apakah mungkin 1 makhluk bertumimbal lahir menjadi 3 makhluk? 1 manusia menjadi 3 manusia?

Yang dapat melakukan itu hanyalah para Bodhisattva. Bodhisattva dapat memiliki banyak emanasi. Sedangkan manusia biasa memiliki kemelekatan akan keakuan, pandangan monoton dan kita terperangkap oleh persepsi-persepsi kita sendiri. Maka tumimbal lahir menjadi banyak makhluk yang berbeda tidak dapat terjadi dalam kasus manusia biasa. Namun kita juga tidak dapat berkata dengan persis, karena di dalam diri kita sendiri terdapat banyak makhluk. Engkau tahu, seperti bakteri ataupun berbagai macam kepribadian dalam diri kita sendiri.

4. Apakah pada saat kematian, orang-orang atau kerabatnya tidak boleh menangis karena akan berdampak kurang baik pada mendiang?

Ya, benar. Karena tangisan kesedihan akan menimbulkan gangguan pada gerakan pikiran pada tahap antarabhava. Sang mendiang akan kesulitan untuk merealisasi ketiga Kaya dan sebagainya karena mereka terganggu. Jadi daripada sedih, kita harus membimbing mendiang dengan penuh cinta kasih. Jika kita ingin menangis, jauhilah tubuh mendiang. Namun kalau kita menangis bahagia karena sang mendiang telah melewati kehidupan yang begitu indah, maka saya pikir tidak apa-apa. Sayapun juga demikian ketika orang tua saya tiada.

5. Bisakah Lama menceritakan sedikit tentang salah satu guru Lama yang merupakan orang Indonesia?

Nama beliau adalah Subur Rahardja. Beliau adalah pendiri perguruan Bangau Putih. Dahulu ketika masih muda saya belajar beladiri, filosofi, fengshui dan 5 elemen dari beliau. Beliau juga memiliki silsilah dari Padmasambhava dan Shaolin Utara. Pak Subur pernah berkeliling ke Nepal, Sikkim dan India. Silsilah Padmasambhava beliau didapat dari seorang Tibet bernama Liu Tai Chi dan juga dari I Gusti Weda Jelantik, Raja Lombok.

6. Bisakah lama menceritakan sedikit tentang

projek bisnis lingkungan yang dilakukan Lama seperti yang tertera dalam biografi Lama?

Pada waktu itu saya berpraktik di Nepal, sehingga saya butuh untuk mendirikan bisnis di sana. Bisnis yang saya jalankan membantu penduduk desa, mengurangi polusi. Namun setelah dikenali sebagai Tulku, saya bermeditasi dan tidak lagi menjalankan bisnis ini, saya berfokus pada praktik Dharma saya. Projek bisnis saya, saya serahkan pada orang lain untuk ditangani. Salah satu projek yang bagus untuk diterapkan di Indonesia dari perusahaan saya dulu adalah penggunaan sistem energi alternatif solar, jadi kita berinteraksi dengan warga desa di Indonesia, mensosialisasikan penggunaannya. Ini sangat bagus.

7. Apakah Buddhis harus melakukan gerakan lingkungan?

Tentu! Banyak Buddhis di Amerika senang untuk melakukan berbagai aktivitas lingkungan. Semua orang haruslah bertanggungjawab atas bumi ini. Jika manusia dan umat Buddhis tidak melindunginya, siapa lagi?

8. Lama Rangbar adalah seorang Ngakpa. Bisakah Lama jelaskan sedikit mengenai Ngakpa? Kenapa mereka berjubah putih dan tidak mencukur rambutnya? Apakah mereka bhiksu?

Dalam tradisi Tibetan, ada 2 tradisi besar: Sutrayana dan Mantrayana. Wujud luar Sutrayana adalah para bhiksu yang mengenakan jubah merah dan memegang Vinaya.Sedangkan wujud luar Mantrayana adalah para yogi yang memiliki rambut panjang. Para yogi (Ngakpa) ini memakai jubah putih, terkadang gabungan jubah putih dan merah.

9. Bagaimanakah Buddhis memandang praktik meramal? Bertentangankah dengan ajaran Buddha?

Meramal (divination) diperlukan jika engkau benar-benar merasa bingung dan tidak jelas. Ketika ini terjadi engkau harus menemui orang yang memiliki kemampuan supranatural untuk melihat (abhijna). Namun orang-orang tidak seharusnya melekat pada praktik ramal meramal, umat Buddhis seharusnya tidak boleh terlalu melekat pada ramalan. Ramalanpun bisa saja salah, 5 menit pertama benar, 5 menit kemudian bisa saja salah. Jadi, ramalan hanya digunakan untuk mengklarifikasi keraguan kita dan memberikan kita keyakinan. Seperti jika kita ingin pergi ke Kalimantan, kita melakukan ramalan untuk meyakinkan kita, jika jawabannya ya, oke, kita pergi.

10. Bagaimana pandangan Buddhis mengenai ilmu Fengshui / Vastu?

Fengshui adalah ilmu duniawi, sebuah sistem duniawi, namun tidak berarti bahwa fengshui itu tidak berguna atau patut dikesampingkan. Setiap hari kita menggosok gigi, itu adalah kegiatan duniawi, tetapi bukankah hal itu tetap perlu dilakukan oleh kita. Demikian juga dengan fengshui / Vastu.

SINAR DHARMA / 95

Page 100: Sinar Dharma 29.pdf

96 / SINAR DHARMA

AJAHN

BRAHMINTERVIEWby: Hendrick

Page 101: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 97SINAR DHARMA / 97

Tanggal 25 Maret 2012, pagi, Ajahn Brahm harus meninggalkan Surabaya. Tim pengurus Buddhist Education Centre Surabaya mengantar keberangkatan tim Ehipassiko Foundation dan Ajahn Brahm di bandara Juanda. Pada kesempatan itu Sinar Dharma mewawancarai Ajahn Brahm pada saat dana makan pagi.

1. Bagaimana kita bisa berkata “All Is Well” ketita bencana alam yang memilukan dan mengerikan terjadi?

350 tahun yang lalu, terjadi kebakaran hebat di kota London yang menghancurkan kota tersebut, namun London dibangun kembali menjadi kota yang lebih indah dan lebih baik. Dari bencana ini justru muncul ide-ide baru untuk dunia yang lebih baik.

2. Banyak orang mendengar banyak ajaran (Dharma), namun mereka masih memiliki banyak kemarahan. Apakah mereka harus bermeditasi?

Ya, tentu. Meditasi sangatlah perlu. Orang yang banyak mendengar Dhamma tetapi tidak bermeditasi dan malah memiliki banyak amarah, menunjukkan bahwa Dhamma hanya ada di dalam kepalanya saja, bukan di hatinya. Dhamma harus ada dalam hati kita.

3. Di Indonesia dan mungkin berbagai belahan dunia lainnya, organisasi-organsisasi Buddhis, antar wihara dan sebagainya saling bersaing. Bagaimana menyelesaikan persoalan ini?

Jika ada organisasi atau wihara yang saling bersaing / bertengkar, mereka bukan Buddhis. Umat Buddha haruslah bekerjasama, bukan bersaing. Tidak ada wihara yang lebih baik daripada wihara lainnya. Apapun tipe Buddhisnya, apapun alirannya, apapun gender orangnya, apapun sukunya, semua umat Buddha adalah keluarga Buddha. Jika mereka bersaing atau bertengkar, berarti mereka tidak menghormati ayah mereka, Buddha.

4. Di dalam masyarakat ada kebudayaan, bagaimana kita harus merespon apabila kebudayaan tersebut jelek, seperti ada unsur pembunuhan? Kemudian juga suatu kebudayaan yang ketat yang tidak sesuai dengan zaman modern?

Kebudayaan selalu berubah. Jawa dulu dan sekarang pastilah berbeda. Sebatang pohon tentu harus tumbuh. Jika ada “parasit” (kebudayaan yang jelek) maka kebudayaan itu pasti akan hilang. Kebudayaan harus melepaskan parasit-parasit yang ada. Jantung dari kebudayaan adalah kebaikan hati, rasa hormat, kedermawanan dan perhatian pada orang lain. Unsur-unsur ini selalu berubah, namun kebaikan hati tetap bertahan, hanya saja termanifestasikan dalam wujud yang berbeda.

5. Buddhis mengajarkan Anatta (Tidak Ada Diri), kenapa para bhikkhu beberapa mengajarkan untuk “Be Yourself” atau menjadi diri anda sendiri?

Karena “tidak ada diri”, maka jadilah apapun yang kamu

suka! Seorang anak bisa juga seorang ayah, seorang ayah bisa juga seorang anak. Jadi engkau dapat beradaptasi, jadilah dirimu seperti yang engkau inginkan.

6. Jika kita pergi ke peramal, apakah kita harus menuruti nasihatnya?

Sebagai umat Buddha, maka ikutlah Buddha, beliau adalah peramal yang paling hebat! Beliau mengajarkan bagaimana menjadi baik, dengan karma baik engkau akan menjadi makmur.

7. Bagaimana berhenti untuk marah pada saat menyetir? Seperti ketika ada mobil yang menyetir serampangan di jalan dan kita marah?

Yang pertama harus diingat adalah kita tidak dapat mengendalikan orang lain, sehingga kontrollah diri kita. Jika ada tindakan yang tidak benar, janganlah sedih dan marah, karena itu akan mencuri kebahagiaanmu, engkau tidak butuh untuk marah, jadilah orang yang baik dan bahagia. Kita harus berpikir bahwa menjadi bahagia adalah urusan kita.

8. Bagaimana pandangan Ajahn mengenai poligami yang marak di beberapa kalangan masyarakat di Indonesia?

Dalam hubungan satu orang suami dan satu orang istri saja sudah banyak penderitaan. Satu orang saja sudah cukup. Berusaha memiliki pasangan hidup lebih dari satu adalah bodoh.

9. Bagaimana untuk berhenti marah pada hal yang salah? Misalnya dalam suatu kegiatan kita menyalahkan satu pihak yang kita anggap berbuat salah.

Izinkanlah orang untuk berbuat salah. Tidak ada satupun yang sempurna. Engkau mengakuinya, belajarlah dari sana, dan jadilah orang yang lebih baik. Tidak apa-apa untuk melakukan kesalahan.

10. Bolehkah umat Buddha menyebarkan Dharma lewat tari-tarian dan musik?

Tentu! Sekarang saya berumur 60 tahun, jadinya saya tidak bisa dansa (bercanda). Sangat baik jika umat Buddha menyebarkan Dhamma lewat tari-tarian dan musik.

SINAR DHARMA / 97

Page 102: Sinar Dharma 29.pdf

Bagian “Menjalani Kehidupan”Bab “Kehidupan”

℃ Orang yang benar-benar rendah hati, tidak hanya rendah hati terhadap orang lain, tetapi, bahkan terhadap seekor serangga dan sekuntum bunga pun, ia juga bersikap rendah hati dan menghormat.

℃ Kita hidup bukan untuk beradu mencari kemenangan, melainkan beradu mewujudkan kehormatan; beradu semangat, bukan beradu emosi.

℃ Satu tetes madu bisa digunakan untuk menangkap banyak lalat, tetapi satu galon air beracun tidak bisa dipakai untuk menangkap seekor lalat.

℃ Beratkah sebuah batu besar itu? Jika kita berjalan di atasnya sudah tentu tidak berat, tetapi jika kita ingin mengangkatnya, itu akan berbeda masalahnya.

℃ Sebatang pohon jika bukan karena berbuah lebat, mana mungkin orang akan melemparkan batu kepadanya?

℃ Dalam “Teori Sifat Sejati adalah Buruk” ada sebuah ucapan yang patut direnungkan: “Melihat seseorang yang mempunyai banyak keburukan, Anda hanya akan membenci keburukannya; tetapi melihat seseorang yang sangat berbudi luhur, Anda akan membenci keseluruhan orang itu karena

Anda tidak bisa belajar menjadi orang berbudi luhur.”

℃ Hati-hati jangan terlalu yakin pada hasil akhir perbuatan kita, setiap saat mawas diri jangan tersandung dalam kesombongan.

℃ “Peruntungan baik” adalah buah dari karma baik, tetapi jika kita tidak memanfaatkannya dengan baik, ia mungkin bisa sirna dalam sekejab; sedangkan “peruntungan buruk” adalah buah dari karma buruk, tetapi ia juga memberikan kesempatan berharga kepada kita untuk memurnikan diri.

℃ Manusia takut kepada lima jiwa: jiwa yang sesat, jiwa yang sombong, jiwa yang emosional, jiwa yang ceroboh dan jiwa yang malas. Manusia butuh lima hati: hati yang lurus, hati yang jujur, hati yang lapang, hati yang cermat dan hati yang teguh.

℃ Rasa takut bisa mengambil kekuatan hidupmu, sebab itu, buatlah keberanianmu lebih besar daripada ketakutanmu.

℃ Kebijaksanaan manusia bukan berasal dari teori

“ C a t a t a n

Pelatihan Diri”

Disusun oleh

Master Hai Tao

98 / SINAR DHARMA

Page 103: Sinar Dharma 29.pdf

yang menyelidiki hal-hal yang besar, melainkan berasal dari pengamatan terhadap hal-hal yang umum.

℃ Waktu akan mengubah saat ini menjadi masa lalu, mengubah masa depan menjadi saat ini. Sebab itu, hendaknya sebaik-baiknya memanfaatkan saat ini, tentukan cara hidup diri kita dan berusaha sekuatnya untuk mencapainya. -- Thomas

℃ Waktu layaknya sebuah sungai, sebuah sungai yang mengalir deras, di dalamnya terkandung perubahan yang tidak terhingga banyaknya. Baru saja menyadari keberadaan suatu benda, ia seketika itu juga hilang lenyap.

℃ Hal-hal di dunia ini, umumnya semakin banyak yang ingin Anda peroleh semakin sedikit yang Anda dapatkan. Sebaliknya, hanya berpikir bagaimana menanam, tidak mengharapkan pamrih, justru bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Selama kita bisa memahami kebenaran ini, kesuksesan akan berubah menjadi lebih mudah.

℃ Berucap buruk, berbuat buruk, berpikir buruk, kesemuanya serba buruk, sulit menghindarkan diri dari datangnya bencana. Merencanakan intrik jahat, menimbun perbuatan jahat yang tak ingin diketahui orang lain, merusak pahala kebajikan, kesemuanya serba jahat, dengan sendirinya bencana akan menurun pada generasi penerus.

℃ Pahala, reputasi, kekayaan dan kedudukan, jika dilihat dari akibat akhir yang akan hilang lenyap total, maka kecintaan padanya akan berkurang; Bencana, peruntungan buruk, kesulitan dan kemiskinan, jika dicermati dari sebab musababnya, maka keluhan kita akan padam dengan sendirinya.

℃ Dengan adanya tekad nyata untuk menundukkan kesalahan diri sendiri, maka pasti akan muncul kegembiraan yang luar biasa.

℃ Orang yang memiliki kebijaksanaan mengerti bagaimana memperoleh kegembiraan dari hal-hal di sekelilingnya, orang yang tidak mempunyai kebijaksanaan berharap orang lain memberinya kegembiraan.

℃ Yang dimaksud dengan penciptaan dari diri sendiri adalah: di dunia ini tidak ada hal yang bisa didapatkan tanpa sedikitpun jerih payah, harus sepenuhnya mengandalkan usaha keras dari diri sendiri, masa depan juga sepenuhnya bergantung pada diri sendiri.

℃ Orang bodoh yang tahu bahwa dirinya bodoh sebenarnya tidak bodoh; orang bodoh yang mengira dirinya pandai barulah orang yang paling bodoh.

Bersambung ke edisi berikutnya …

SINAR DHARMA / 99

Page 104: Sinar Dharma 29.pdf

100 / SINAR DHARMA

ALL IS WELL

ZHANG

PALACEMarch 24th,

2012

Page 105: Sinar Dharma 29.pdf

“All Is Well”, untuk kedua kalinya Ajahn Brahmavamso datang ke Kota Pahlawan ini. Lebih dari 1.000 lembar tiket habis terjual hanya dalam waktu sebulan. Luar Biasa! Bisa dikatakan acara yang mengusung pembicara yang terkenal lewat buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangan-nya” ini telah menyedot perhatian banyak umat Buddha dan simpatisan. Ehipassiko Foundation dan Buddhist Education Centre Surabaya menghelat acara yang dihadiri 1.800 umat ini pada tanggal 24 Maret 2012 bertempat di Zhang Palace Surabaya.

Acara diawali dengan pemberian sambutan oleh Ketua Panitia “All Is Well” yaitu Hutomo Wang dan dilanjutkan dengan performance dari anak-anak sekolah Metta School. Ketika Ajahn Brahm berjalan memasuki ruangan, seluruh hadirin sangat antusias menyambut beliau. Handaka Vijjananda membuka sesi Dharma Talk dengan memperkenalkan secara singkat profi l Ajahn, Ehipassiko dan tiga buku yang diluncurkan bersamaan dengan acara ini, yaitu “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya! 3”, “Kangarooguru”, beserta “Cergam Si Cacing dan Komplotan Kesayangannya”.

Ajahn Brahm membuka Dharma Talk dengan cerita nyata yang lucu. Suatu kali beliau menerima surat dari seorang wanita berumur 20-an tahun dari Jakarta. Wanita

itu bercerita dalam suratnya bahwa ia pernah memberikan buku Si Cacing kepada sahabatnya, namun sahabatnya tersebut tidak suka buku itu karena bercover cacing, bahkan mengatakan bahwa Ajahn Brahm itu mungkin bhiksu palsu! Tetapi suatu saat sahabat wanita itu mengikuti kompetisi Kick Andy dan ia menang, tak disangka bahwa hadiah kompetisi itu adalah buku Ajahn Brahm. Begitu melihat buku itu, ia ingin membuangnya, namun setelah melihat tanda tangan asli dari Kick Andy, ia pun tak tega membuangnya. Akhirnya buku itu dibacanya juga. Akhirnya iapun menjadi fans Kick Andy dan Ajahn Brahm. Alasannya, karena semua cerita di dalam buku itu dapat memberikan kebahagiaan bagi banyak orang. Ajahn mengatakan tidak perlu menjadi Buddhis untuk membaca buku tersebut, sebab itu tak heran kalau banyak sekali umat agama non-Buddhis yang datang menghadiri acara Dharma Talk beliau.

Ajahn Brahm melemparkan cerita segar bahwa ke mana pun beliau pergi, banyak umat yang meminta untuk dapat berfoto bersama. Mulai dari cerita di Malaysia, para pemuda malah ingin berfoto dengan Ajahn Brahm, bukan dengan supermodel cantik, hingga kemudian di Hongkong, cerita tentang seseorang yang minta foto di toilet, ketika Ajahn Brahm sudah kebelet buang air. Walau kehidupan beliau sulit dijalani, namun Ajahn Brahm selalu yakin bahwa “All Is Well”.

SINAR DHARMA / 101

Page 106: Sinar Dharma 29.pdf

Setiap dari kita pasti menghadapi kesulitan demikian juga Ajahn, namun sebagai bhikkhu, beliau tahu bagaimana cara mengatasinya. Ajahn memberikan contoh cerita bahwa kita dapat menggunakan kotoran anjing yang menempel di sepatu kita untuk diberikan pada pohon di halaman kita sebagai pupuk agar pohon itu bisa berbuah lebih ranum. Sebagaimana kisah tersebut, kita taruh kotoran itu dalam hati kita sehingga menumbuhkan kebijaksanaan dan cinta kasih. Apapun yang terjadi dalam hidup ini, kita dapat memanfaatkannya. Hidup ini memang tidaklah sempurna. Hidup ini tidak perlu terus bernilai 10, namun dengan nilai 7 pun kita sudah bisa menjadi baik. Dengan ketidaksempurnaan, kita dapat belajar banyak dari hidup ini.

Ajahn lalu bercerita tentang seorang anak yang sangat sedih karena mendapat ranking terbawah. Ajahn memberinya semangat dengan mengatakan ia adalah Bodhisattva yang mengorbankan kebahagiaan sendiri bagi orang lain. Anak itu adalah Bodhisattva karena ia berada di peringkat terbawah, dengan demikian menghindarkan teman-temannya dari peringkat terbawah yang dianggap sangat tidak menyenangkan itu. Anak itu terheran-heran mendengar ucapan Ajahn, namun kemudian tertawa. Ajahn mengatakan bahwa setidaknya ia sudah bahagia dan tentu saja anak itu hanya boleh mendapatkan penghargaan Bodhisattva sekali saja! Haha.. Bahkan jika anak anda berada di peringkat 5 terbawah atau 5 teratas dalam kelas, anda bukanlah orang tua yang baik, karena Buddhisme mengajarkan Jalan Tengah! Maka dari itu, kita mesti berada di urutan terbawah, “All Is Well!”

Pada lain waktu Ajahn ditanya bagaimana bisa semua itu “All Is Well” karena banyak sekali orang sakit parah di dunia ini, seperti penderita kanker dan sebagainya. Ajahn menjawab bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak pernah sakit, sakit adalah wajar sebagai seorang manusia. Malahan kalau tidak pernah sakit kita bisa menjadi dianggap aneh. Justru ketika kita sakit, mungkin kawan-kawan akan datang menjenguk, kita bisa tidur seharian tidak perlu bekerja (bercanda), atau bahkan ketika sakit kita dapat memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbuat kebajikan dengan memberi perhatian kepada kita yang sakit. Walau kita mungkin merasa kesakitan yang amat sangat, kita pun dapat belajar dari rasa sakit itu. Dari rasa sakit kita tahu bagaimana cara untuk mengatasinya yaitu relaks dan berdamailah! Apabila kita damai, penyakit pun hilang. Rasa sakit dan penyakit mengajar kita untuk memperlambat ritme kehidupan kita yaitu dengan beristirahat.

Ajahn Chah suatu kali bertanya apakah ada retakan pada gelas yang dipegangnya. Ajahn Brahm tidak melihatnya namun Ajahn Chah tahu karena beliau biasa menggunakannya. Di gelas itu ada retakan kecil, apabila kita menendangnya maka retakan itu akan menjadi besar dan gelas itupun akan pecah, maka dari itu kita harus menjaga dan memerhatikan gelas itu baik-baik. Perumpamaan itu sama apabila kita kehilangan kebahagiaan, kita dapat belajar bagaimana menaruh perhatian pada orang-orang dan hal-hal di dalam diri dan sekeliling kita. Ini menyadarkan kita untuk saling berbelas kasih. Mengapa kita harus memaafkan? Karena kita tidak tahu berapa hari lagi kita masih bisa hidup.

Apabila menghadapi tragedi kematian salah satu kerabat kita, tetap saja “All Is Well”. Ketika Ajahn kehilangan ayah tercinta,

102 / SINAR DHARMA

Page 107: Sinar Dharma 29.pdf

beliau tidak menangis karena paham bahwa kehidupan itu berakhir bagaikan usainya satu konser pertunjukan musik yang indah. Apakah kita menangis setelah melihat pertunjukan musik yang indah? Demikianlah ayah beliau telah menjalani satu konser kehidupan yang indah! Ibu Ajahn meninggal 3 minggu sebelum acara All Is Well di Indonesia. Beliau tidak merasa sedih karena kehidupan ibu beliau juga adalah pertunjukan konser yang bagus dan berlangsung lebih lama daripada ayah beliau. Semuanya

bergantung pada cara pandang kita. Apapun yang terjadi pada diri kita, semuanya bergantung pada bagaimana cara kita memandang, “All Is Well”!

Prestasi acara “All Is Well” tidak hanya di kota Surabaya, melainkan juga di berbagai kota lainnya di tanah air. Di Jakarta acara ini sukses menyedot 4.500 orang umat. Demikian juga ribuan orang juga menghadiri Dharma Talk “All Is Well” di Medan, Balikpapan, Solo, dan kota-kota lainnya.

SINAR DHARMA / 103

Page 108: Sinar Dharma 29.pdf

SPREAD The Seeds of Love

Photo by Candra Venus

104 / SINAR DHARMA

Page 109: Sinar Dharma 29.pdf

SURABAYA – (19/7) Rombongan 27 anak Afrika yang menjadi anak asuh Amitofo Care Centre (ACC) tiba di Bandara Juanda disambut pengurus BEC, umat Buddha Surabaya beserta para simpatisan.

Graha Pena Jawa Pos, SurabayaKunjungan ini merupakan bagian dari road show ACC

ke Jawa Timur, khususnya Kota Pahlawan. Di Surabaya, 27 anak-anak asuhan ACC ini diajak berkeliling kota untuk melihat langsung keindahan kota yang terkenal dengan lagu legendaris “Rek Ayo Rek”. Dalam kesempatan yang sangat langka ini, para kungfu kids Afrika tersebut ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa belajar banyak hal, pun memberitahukan kepada dunia bahwa anak-anak Afrika juga memiliki tekad dan kemauan keras. Di bawah naungan Amitofo Care Center, mereka belajar kungfu Shaolin dan bahasa Mandarin, kemudian berkeliling mancanegara memperagakan apa yang telah berhasil mereka pelajari. Ini menunjukkan bahwa apapun bisa dipelajari, asal ada kemauan dan bersungguh-sungguh mempelajarinya.

Master Hui Li, pendiri ACC, mengungkapkan bahwa mereka merasa sangat senang bisa menginjakkan kaki di Pulau Jawa, sudah lama mereka memimpikan bisa berkunjung ke Indonesia. “Kami tahu Jawa karena keberadaan Candi Borobudur,” ucap Master Hui Li, dalam bahasa Mandarin. ACC mengasuh banyak anak dari Malawi,

mereka memiliki orang tua asuh di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Afrika, masih banyak anak telantar yang membutuhkan orang tua asuh.

Harus kita ketahui bahwa di Afrika terjadi kekeringan berkepanjangan yang menyebabkan satu anak meninggal setiap enam detik. Karena itu, ACC membawa anak-anak Afrika road show ke berbagai negara untuk mengabarkan kepada dunia bahwa masih ada jutaan anak di Afrika yang telantar dan membutuhkan orang tua asuh. Anak-anak itu juga ingin menunjukkan bahwa mereka mampu mempelajari banyak hal, seperti anak-anak di berbagai penjuru dunia pada umumnya. Di ruang redaksi Jawa Pos, mereka memperagakan kungfu, di antaranya adalah jurus katak dan jurus mabuk. Mereka juga membawakan lagu Kemesraan dengan sangat baik.

Metta School & BEC (20/7) Jumat pagi 08:30, rombongan berkunjung ke Metta

School dan mendapat sambutan hangat dari para anak siswa Metta School. Mereka berkeliling melihat sistem pembelajaran dan ruang-ruang kelas, tempat bermain, ruang makan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Permainan-permainan kecil mengawali keakraban di antara African kungfu kids dan siswa didik Metta School, permainan bola estafet makin memeriahkan suasana. Suara canda tawa memenuhi ruang serba guna lantai 3. Puncak kunjungan ditutup dengan pertunjukan bersama antara anak-anak

SINAR DHARMA / 105

Page 110: Sinar Dharma 29.pdf

Metta dan African kids. Pada hari yang sama dilanjutkan kunjungan ke Buddhist Education Centre Surabaya. Mereka secara cermat mengamati berbagai koleksi free distribution buku-buku, CD, VCD dan DVD, sebagian dari mereka membawa beberapa koleksi yang ada.

Shangrila (21/7)Sabtu petang 18:00, dimulailah pertunjukan seni budaya di Hotel

Shangrila Surabaya. Para undangan yang hadir adalah tokoh-tokoh dari berbagai kalangan yang mendukung acara pagelaran seni budaya yang dibawakan oleh anak-anak yatim piatu Malawi-Afrika yang pertama kalinya hadir di Surabaya. Dalam Pagelaran Seni Budaya Afrika dan Chinese Kungfu ini, mereka menampilkan tarian khas Malawi dan berbagai jurus kungfu Shaolin, seperti jurus Kera, Macan, Elang, dan lain sebagainya, serta drama Sun Go Kong. Selain itu, tidak hanya lagu Kemesraan, mereka juga menyanyikan lagu Rek Ayo Rek dengan baik.

Pada kesempatan itu, Master Hui Li mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang tak terhingga bagi para dermawan yang telah memberikan sumbangan materi sebesar Rp. 300 juta pada malam hari itu. “Terima kasih atas segala perhatian bagi anak-anak Malawi, baik dalam hal materi maupun dukungan moril,” terang Beliau.

Diharapkan pagelaran ini mampu melestarikan budaya bangsa Malawi, di tengah tantangan globalisasi dan kemiskinan yang melanda Malawi.

Vihara Buddhayana Surabaya (22/7)Minggu pagi 09:00, rombongan berkunjung ke panti asuhan

Buddhayana yang menampung 12 anak dari dalam dan luar kota. “Di Jawa Timur bisa didirikan ACC dengan ketentuan minimal harus ada 250 anak, tempat yang akan didirikan jauh dari perkotaan atau di daerah pegunungan yang bebas dari keramaian dengan luas area minimal 4 ha, terdapat jalan, bangunan, sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang pendidikan. Anak-anak yang bisa mengikuti pendidikan mulai dari usia 8 tahun dan harus vegetarian, terbiasa bangun jam 4 pagi dan melakukan doa pagi, tiga bulan pertama belajar bahasa Mandarin, kemudian bulan berikutnya sudah bisa membaca dan menghafal Di Zi Gui,” demikian terang Master Hui Li, yang merupakan gelombang keempat dari para bhiksu yang membawa agama Buddha ke tanah Afrika.

Kunjungan kemudian berlanjut ke sekolah minggu Buddhayana, yang diikuti oleh hampir 100 anak yang terbagi dalam beberapa kelompok bedasarkan usia.

SSCC Pakuwon Trade Center (22/7)Sabtu petang, puncak roadshow African kungfu kids di Surabaya

berlangsung di Pakuwon Trade Center. Sebuah pertunjukan yang spektakuler dengan berbagai tarian dan lagu-lagu khas Malawi, peragaan kungfu Shaolin dan drama kolosal Sun Go Kong. Decak kagum dan tepuk tangan diberikan oleh kurang lebih 3500 orang pengunjung yang memadati ruang pertunjukan. Berbagai atraksi kungfu mereka tampilan dengan memukau, antara lain ilmu pedang, golok, toya, jurus mabuk, elang, harimau, ular, dan lain sebagainya. Di akhir pertunjukan mereka mengumandangkan lagu Kemesraan. Rangkaian roadshow di Jawa Timur ini diakhiri di kota dingin Malang, tepatnya di Aula Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (24/7) dan Pendopo Kabupaten Malang (25/7).

106 / SINAR DHARMA

Page 111: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 107

Page 112: Sinar Dharma 29.pdf

Dimensi spiritual memang tidak pernah dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena kehidupan itu sendiri adalah spiritual, demikianlah yang ingin Buddha sampaikan kepada kita tentang meditasi, melalui dimensi spiritual untuk memperindah kehidupan.

Ketika awal berlatih meditasi, saya sering memisahkan antara meditasi dan kehidupan. Ketika pertama kali datang ke Plum Village untuk retret, saya merasa retret adalah keluar atau mundur dari kehidupan, retret merupakan suatu aktivitas spesial yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan, seolah-olah kita mencabut diri dari kehidupan. Setelah merenung berulang-ulang saya menemukan sifat diskriminasi yang sangat kental dalam cara pemikiran saya secara umum.

Sekarang, saya tidak melihat ada perbedaan terlalu signifi kan antara retret dan non-retret. Ketika awal ikut retret, maka retret adalah retret, kemudian setelah sekian lama di Plum Village saya merasa retret di Plum Village tidaklah sesuai dengan defi nisi retret yang pernah ada dalam benak saya, oleh karena itu saya mengadopsi defi nisi baru lagi. Syukurnya, sekarang saya sudah bisa merasakan retret di dalam non-retret dan begitu juga merasakan non-retret di dalam retret, seolah-olah seperti permainan kalimat atau sekedar permainan buah pikiran, namun sungguh menarik untuk diteliti lebih dalam, asal jangan sampai mengusutkan pikiran.

Bersatu dalam SamudraBayangkan dua buah sungai yang mengalir ke samudra,

air sungai ini berasal dari tempat berbeda, ketika mereka tiba di samudra maka kita sudah tidak bisa membedakan lagi air mana yang berasal dari sungai ini dan air mana yang berasal dari sungai itu. Mempersatukan retret dan non retret juga demikian, jadi secara sederhana kita boleh bilang bahwa di samudra ada air dari sungai ini dan juga dari sungai itu, demikian juga retret mengandung non-retret dan dalam non-retret mengandung retret. Sehingga

tidak ada perbedaan terlalu signifi kan. Ini bukan berarti membuat kita menjadi bingung, namun kita bisa melihat dua elemen pembentuk kehidupan yaitu retret dan non-retret, sama persis dengan ketika Buddha mengatakan manusia terbentuk dari lima aggregat atau lima kumpulan, di samping masih membutuhkan elemen lain sebagai pembentuk.

Kehidupan merupakan sebuah misteri yang selalu ingin kita mengerti. Menyelami kehidupan seperti pergi ke hutan untuk melakukan sebuah eksplorasi. Saya memilih untuk mengeksplorasi kehidupan lewat memfokuskan diri pada dimensi spiritual. Oleh karena itu kehidupan monastik menjadi pilihan yang cocok dan sekaligus asyik untuk ditempuh bagi saya.

Lupakan DirimuZen Master Dogen (道元禅師) pernah bilang, “Belajar

Dharma adalah belajar tentang diri sendiri. Belajar tentang diri sendiri adalah untuk melupakan diri sendiri. Melupakan diri sendiri berarti dicerahkan oleh seluruh alam semesta.”

Dharma merupakan suatu cara untuk memahami lebih dalam tentang apa yang terjadi dalam diri sendiri, manifestasi apa yang sedang muncul dalam hati, emosi apa yang sedang berkecamuk. Semakin kita mengerti tentang diri sendiri yang kerap disebut ego dan unsur pembentuknya, maka kita bisa mulai mengerti bahwa ego juga terbentuk dari lingkungan, sifat dan karakter orang tua, budaya dan pendidikan, dengan demikian membantu kita tidak mengagungkan “ego” yang hanyalah terbentuk dari berbagai elemen, dari sinilah mungkin terjadinya transformasi dan mengurangi ego, yang Master Dogen sebut melupakan diri sendiri, lupakan egomu. Kalau sudah tidak ada ego lagi maka apa pun yang terjadi di alam semesta ini akan menjadi elemen bagi kemunculan pengertian dan pencerahan.

Esensi MeditasiMeneropong kembali ajaran Buddha dari zaman India

No Work, No Eating一日不作、一日不食

Oleh: BHIKSU NYANABHADRA*Biku Nyanabhadra, tinggal di Upper Hamlet – Plum Village, Prancis

108 / SINAR DHARMA

Page 113: Sinar Dharma 29.pdf

kuno yang kemudian menyebar ke berbagai negara dan mengalami berbagai perubahan, ketika melihat kembali ke esensinya, maka kita menemukan kembali pilar-pilar utama ajaran Buddha, seperti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Beruas Delapan, Sila, Samadhi, dan Prajna, serta praktik samatha dan vipasyana yang menjadikan sati (hidup sadar) sebagai landasan utamanya. Buddha mengajarkan untuk melakukan semua aktivitas dengan penuh kesadaran. Dari bangun tidur, mengenakan jubah, mengambil mangkuk, meditasi jalan menuju rumah di desa untuk meminta sedekah makanan, dan makan, dengan penuh kesadaran.

Zaman India kuno tentu saja tidak sekompleks zaman sekarang ini. Zaman dahulu para biku dan bikuni barangkali perlu ke sungai untuk mandi dan mencuci jubahnya, zaman sekarang kita punya mesin cuci. Zaman dahulu alat sapu

barangkali sangat sederhana, zaman sekarang kita punya sapu yang lebih canggih dan juga vacuum cleaner. Belum lagi alat-alat elektronik yang terlihat sangat kontras jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Zaman sekarang biksu yang menenteng telepon genggam atau laptop tampak sebagai suatu hal yang lumrah, 20 tahun lalu barangkali agak janggal.

Di Indonesia barangkali masih ada perasaan aneh jika melihat biku yang memasak di dapur, namun ada beberapa tempat yang para bikuni juga ikut turun tangan di dapur, atau biku dan bikuni yang menyetir dari satu tempat ke tempat lain, atau yang mencangkul di kebun. Barangkali pemandangan ini masih agak asing bagi mata kita, tapi lain cerita ketika berada di Plum Village dan wihara di luar negeri seperti di Vietnam, Taiwan, maupun Tiongkok.

Meditasi di DapurDi Plum Village setiap monastik wajib ikut dalam

rotasi masak di dapur, pada umumnya kami di bagi dalam kelompok untuk memasak di dapur. Barangkali ada yang merasa janggal karena dari tradisi Theravada bahkan tidak boleh menyimpan makanan, apalagi memasak. Ketika menyimak kisah-kisah India kuno, yang tercatat memang demikian karena para biku dan bikuni pergi pindapatta, kemudian agar bisa mendukung latihan maka para biku dan bikuni tidak diperbolehkan menyimpan makanan maupun memasak. Zaman sekarang tentu saja sudah hampir tidak memungkinkan kecuali di negara yang masih berpraktik pindapatta. Beberapa penyesuaian juga dilakukan, di sini kami mendapat tugas masak di dapur. Kami kerja di dapur dari subuh menyiapkan sarapan pagi, kemudian menyiapkan makan siang dan setelah itu istirahat sebentar, lalu sore hari mengolah kembali sisa makanan tadi siang atau memasak lagi sesuai dengan kebutuhan makan malam.

Bhante Thich Nhat Hanh, yang akrab di sapa Thay, juga menasihatkan kami untuk berlatih hidup sadar ketika bekerja di dalam dapur. Biasanya sebelum mulai masak, tim masak akan berkumpul bersama di dapur untuk mendiskusikan akan memasak sayur apa, kemudian kita memberikan persembahan dupa kepada “Bodhisattva Food Inspector”, baru kemudian memulai masak. Teman-teman lain yang tidak bertugas masak akan latihan sesuai dengan jadwal, apakah berlatih di aula meditasi atau di ruang kelas belajar, sedangkan kami yang memasak di dapur juga menjadikan dapur sebagai aula meditasi sebagai sarana berlatih.

Saya termasuk yang tidak bisa memasak. Saya sempat menolak untuk masuk rotasi masak di dapur, tapi ada satu biku yang bilang, “Tenang saja, kita bermain kok di dapur.” Setelah berpikir-pikir dan juga memang tidak ada pilihan lagi, akhirnya saya ikut bergabung dalam tim rotasi, walaupun cuman kebagian masak satu minggu sekali. Setiap kali masuk dapur ada rasa canggung dan malu,

SINAR DHARMA / 109

Page 114: Sinar Dharma 29.pdf

karena memang tidak pernah memasak. Lihat panci saja sudah gugup, belum lagi masak.

Awal bertugas saya hanya bantu memotong dan mencuci sayur, kemudian kupas kentang dan wortel, beserta sayur-sayur lain, juga mencuci kuali-kuali besar. Setelah beberapa kali masak, saya mulai belajar melihat bagaimana mereka masak. Sekali-kali mencoba mengaduk sayur dan bertanya kepada kepala grup tentang bumbu apa saja yang dipakai dan bagaimana cara masak. Semakin hari semakin mengerti, rasanya seperti on job training di restoran, namun training ini terasa sedikit beda dengan restoran, perbedaannya terletak pada nuansa latihan hidup sadar. Ketika mencuci sayur maka saya lakukan dengan pelan-pelan dan penuh kewaspadaan. Ketika memotong sayur maka saya lakukan dengan penuh kesadaran dan suka cita. Tidak merasa ada orang yang memaksa saya bekerja di dapur, juga tidak khawatir ada bos yang marah kalau kita berbuat sesuatu yang kurang tepat. Saya juga ingat Thay pernah bilang, masaklah dengan hati riang dan gembira sehingga makanan yang kita masak juga mengandung energi riang gembira, ketika orang memakan masakan itu maka mereka juga bisa merasakan energi riang gembira.

Selama bekerja di dapur sungguh banyak kebijaksanaan yang lahir. Suatu kali saya diminta menggotong sayur dari cooler (lemari es besar) ke dapur, setelah menggotong sebagian besar sayur ke dapur, saya melihat ada beberapa sayur yang sudah mulai layu. Tiba-tiba lahir sebuah pengertian baru. Saya membayangkan kalau setiap hari kita beli sayur namun tidak memasaknya, maka sayur mayur itu hanya menumpuk di dalam cooler, tentu saja akan pelan-pelan membusuk dan tidak bisa dimakan lagi. Saya langsung mempertalikan hal ini dengan belajar teori dharma dan praktik langsung. Kalau saya hanya belajar dharma terus menerus namun tidak pernah praktik, maka teori-teori dharma itu juga akan membusuk dan bahkan bisa berubah menjadi racun.

Lahir dari DapurSaya membayangkan Sesepuh Zen, Hui Neng (六祖惠能), teringat beliau

juga memulai karir dari dapur. Beliau tidak berpendidikan karena lahir dalam keluarga miskin. Ayah beliau sudah meninggal sejak Hui Neng masih usia muda. Beliau juga bertugas di dapur, entah tugas seperti apa yang beliau lakukan, barangkali tidak jauh berbeda dengan apa yang kami lakukan di Plum Village. Ketika mengingat kembali kisah Sesepuh Hui Neng, semangat bekerja saya di dapur menjadi lebih besar. Jadi, seharusnya para ibu yang bekerja di dapur juga bisa menghadirkan banyak kebijaksanaan dari bekerja di dapur, sehingga bekerja di dapur bukanlah sebuah pekerjaan lagi namun sudah berubah menjadi sebuah latihan yang menyenangkan. Seharusnya semangat ini juga bisa diterapkan di kantor!

Teringat suatu ketika di musim panas, banyak sekali peserta retret, umumnya bisa mencapai 400-an orang. Untuk memasak buat 400 orang tentu saja tidak mudah. Suatu kali saya harus mencuci kuali dan panci besar, banyak yang sudah berkerak, harus dikerok dan digosok dengan sekuat tenaga. Setelah menggosok dan menggosok, ternyata panci yang hitam tetap saja tidak bisa bersih seperti sedia kala, ada saja bercak hitam di sana-sini. Ketika menerapkan latihan hidup sadar di saat mencuci panci, saya jadi teringat bahwa batin saya juga demikian, seberapa banyak kali dibersihkan tetap saja tidak bisa bersih sepenuhnya, ada saja bercak hitam yang tertinggal. Hal ini membuat saya menjadi lebih semangat lagi karena saya yakin Siddharta bisa memurnikan diriNya, lantas saya juga punya potensi yang sama, walaupun masih ada bercak hitam di sana-sini tapi sudah ada tanda-tanda lebih bersih.

110 / SINAR DHARMA

Page 115: Sinar Dharma 29.pdf

No Work No EeatingJadi cukup relevan dengan apa yang disebutkan di

awal, satu hari tidak bekerja maka satu hari tidak makan. Hanya saja yang dimaksud dengan bekerja itu tentu saja bisa dalam berbagai bentuk, seperti saya bekerja di dapur, memotong sayur, mengupas kentang, dan sebagainya. Ada juga kerja dalam bentuk lain seperti yang dikutip dalam kisah singkat ini:

Ada sebuah kisah yang mencatat percakapan seorang petani bernama Kasibharadvaja dengan Buddha. Kasibharadvaja bilang, “Oh petapa Gotama, saya membajak dan menyemai, kemudian panen dan barulah bisa mendapatkan makanan, Engkau hendaknya juga melakukan demikian.” Buddha menjawab, “Wahai petani, saya juga membajak dan menyemai, kemudian panen dan barulah mendapatkan makanan.” Petani itu lantas membalas, “Saya tidak melihat Engkau punya bajak dan kerbau.”

Buddha menjawab, “Keyakinan adalah benih yang kami semai, rajin berlatih adalah hujan kami, kebijaksanaan adalah kuk dan bajak kami, pikiran adalah tali pengikat kami, energi kesadaran adalah mata bajak kami. Menjaga ucapan dan perbuatan, sederhana dalam makanan, dengan kebenaran kami memotong rumput liar, welas asih adalah pembebasan kami, pengerahan tenaga bagaikan kerbau yang menarik bajak membawa kami menuju Nirvana.” Di akhir percakapan itu Kasibharadvaja berlutut sujud puas. Kisah lengkapnya bisa dilihat dalam Kasibharadvaja Sutta dalam Sutta Nipata 1.4.

Membaca kisah zaman dahulu juga banyak memberikan pengertian dan refleksi atas kehidupan monastik zaman sekarang ini, walaupun bentuknya berbeda tapi ketika kita bersedia menyediakan waktu untuk melihat lebih dalam, tentu saja kita bisa menemukan esensi ajaran yang sama.

Bersatu dalam DimensiDalam tradisi Zen kami berlatih konsentrasi tanpa wujud

(S. Animitta; C.無相). Berlatih sedemikian rupa untuk tidak terjebak pada bentuk luar. Tentu saja seorang monastik tetap butuh bentuk luar ketika berbicara dalam dimensi historis (S. samvrti-satya, C. 俗諦), sebagai contoh, kami perlu menjaga penampilan tampak luar dengan mengenakan jubah secara rapi sebagai suatu bentuk latihan hidup sadar. Lain lagi ketika dalam konteks dimensi tertinggi (S. paramārtha-satya, C. 真諦), sebagai contoh, para monastik hendaknya tidak memperdebatkan lagi tentang model atau warna jubah apa yang paling tepat, karena memang tidak ada jubah yang paling tepat, yang ada hanyalah jubah yang sesuai.

Ketika pertama kali menjadi sramanera, saya berencana untuk menyediakan seluruh waktu untuk belajar Buddhadharma dan meditasi. Sampai sekarang juga punya ide yang sama, namun penerapannya sudah sangat berbeda. Saya banyak belajar Buddhadharma di luar aula meditasi, seperti di dapur, ketika sedang membersihkan toilet, ketika menyapu di perpustakaan, ketika sedang mencuci piring dan gelas, ketika sedang berjalan di atas rumput, dan ketika sedang mengangkat telepon. Semua ini adalah cara saya berlatih untuk mengerti lebih dalam tentang Buddhadharma melalui aktivitas kehidupan sehari-hari. Metode yang dilakukan adalah dengan meditasi, lewat napas dan energi kesadaran penuh yang bersentuhan dengan semua aktivitas yang sedang dikerjakan saat ini. Ketika perhatian tertuju pada aktivitas yang sedang ada di depan mata maka kita tidak lagi diseret oleh masa lalu dan masa depan. Dalam kondisi batin yang tenang, saya juga bisa merencanakan masa depan dengan baik dan memetik buah kebijaksanaan dari apa yang sudah pergi menjadi masa lalu, karena saya tahu dengan jelas bahwa masa lalu akan datang kembali lagi dan menjelma sebagai masa depan saya. Ketika penjelmaan itu hadir, maka ia berubah

SINAR DHARMA / 111

Page 116: Sinar Dharma 29.pdf

Perubahan adalah sebuah kondisi yang kita alami setiap hari, bahkan setiap saat. Tidak akan pernah ada seseorang yang tidak mengalami perubahan setiap harinya. Pada beberapa kasus memang terlihat ada beberapa orang yang sepertinya kehidupannya mengalami perubahan yang sangat lambat, seakan-akan tidak berubah sama sekali. Misalnya saja seorang pengemis jalanan, kita melihatnya seakan-akan mereka selalu menjadi pengemis. Tapi cobalah kita amati sebentar, apakah pengemis pada 10 tahun yang lalu masih ada di tempatnya mengemis sekarang? Mungkin orang tersebut sudah pindah atau bahkan sudah ganti profesi jadi raja pengemis.

Dalam kehidupan modern ini bila kita amati dengan teliti, dahulu untuk membeli perangkat elektronik yang canggih seperti VCD, TV, Radio, dll, adalah hal yang sangatlah sulit dilakukan oleh mereka yang cuma seorang pegawai dengan gaji kecil. Tapi kondisi sekarang telah berubah, harga barang elektronik jadi semakin murah dan mudah didapat, baik secara kredit maupun tunai. Sehingga di rombong penjual rokok pun kita bisa temui adanya TV, bahkan terkadang ada VCD juga.

Jadi kita ketahui bersama bahwa semua hal di dunia ini selalu berubah, tidak tetap dan berbeda dengan sebelumnya. Terkadang perubahan itu menyenangkan diri kita, tetapi terkadang juga menyulitkan. Karena perubahan yang tidak menyenangkan inilah kemudian timbul penyakit lama kita yaitu benci pada kondisi perubahan yang tidak menyenangkan. Di sisi lainnya, ketika menyukai perubahan yang menyenangkan, kita kemudian merasa sayang untuk melepaskan hasil dari perubahan itu. Kedua kondisi inilah yang kemudian membuat seseorang menjadi bodoh dengan mempertahankan hasil perubahan yang sebenarnya juga selalu berubah. Kebodohan kita yang tidak mengetahui ketika kita berpikir bahwa kondisi menyenangkan yang terjadi ini masih dapat kita rasakan, kondisi yang menyenangkan itu sudah berproses berubah lebih jauh lagi .

Contoh ekstrem yang biasa kita temui adalah pada saat anggota keluarga meninggal dunia. Semua anggota keluarga yang ditinggalkan seakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa kondisi dan situasi sudah berubah. Mereka masih melekat pada kenyataan bahwa keberadaan almarhum pada saat masih hidup terasa sangatlah menyenangkan. Kesan menyenangkan yang mendalam ini masih melekat dalam diri mereka sehingga tidak mampu menerima perubahan atau kehilangan ini. Mereka meratap dan menangisi kepergian almarhum. Sebenarnya mereka meratap dan menangis bukan untuk yang meninggal, melainkan demi keserakahan dan kebencian dalam diri mereka sendiri. Itu adalah keserakahan akan kesenangan yang dialami ketika masih bersama almarhum, serta kebencian kepada kondisi atau penyebab yang mengakibatkan mereka ditinggalkan oleh almarhum, ini juga berarti hilangnya kondisi menyenangkan yang diberikan almarhum kepada mereka. Kemelekatan kepada keserakahan dan kebencian ini adalah hal yang telah ada dalam diri kita sendiri, namun terkadang kita tidak menyadarinya.

Nah, kondisi takut pada perubahan ini sebenarnya banyak menghantui setiap sendi kehidupan kita. Sebagian besar dari kita seringkali tidak merasa bahwa sikap dan sifat takut pada perubahan yang kita lakukan ini adalah tidak benar. Sebagian besar dari kita tetap mempertahankan setiap kebenaran yang kita anggap sebagai kebenaran. Setiap dari kita sangat takut untuk berubah menjadi manusia yang berbeda dengan sebelumnya.

Berikut ada cerita tentang dua bersaudara yang memiliki sifat keras tidak mau mengalah satu sama lainnya. Saudara tua mempunyai suara yang keras, tidak sabaran dan emosi yang mudah sekali meledak, apalagi bila berurusan dengan orang yang bersikeras tidak mau mengalah terhadapnya. Sedangkan sang adik mempunyai kelemahan pendengaran yang membuat orang lain menjadi tidak sabaran berbicara dengannya, ini membuatnya mudah tersinggung. Sifat-sifat inilah yang membuat mereka setiap harinya selalu bertengkar, meski hanya karena masalah yang sepele.

TAKUT AKAN PERUBAHAN

( Mempertahankan Eksistensi Ego )

Oleh: Sang atta

112 / SINAR DHARMA

Page 117: Sinar Dharma 29.pdf

Misalnya saja, ketika sang adik bertanya kepada kakaknya mengenai suatu masalah yang sebelumnya sudah dua kali diberitahukan kepadanya. “Kak, barangnya ini milik siapa dan ditaruh di mana? Uangnya bagaimana?” Sang kakak yang sedang sibuk kemudian meledak emosinya, dengan suara keras membentak, “Sudah diberitahu berkali-kali masih tanya terus! Itu ditaruh di gudang belakang, uangnya besok saja dibayar! Orang lagi repot kok malah tanya-tanya terus.” Mendapat bentakan kakaknya, sang adik membela diri bersikeras merasa tidak bersalah. “Kapan kamu ngomong itu? Ini orangnya juga nagih, katanya harus dibayar sekarang! Tadi disuruh terima sendiri tidak mau, sekarang ditanya malah marah-marah!” Lantas adiknya pergi dengan mengomel. Sang kakak jadi semakin marah, tetapi karena mereka adalah kakak beradik maka kejadian itu tidak berkembang lebih jauh. Kejadian ini seringkali berulang. Mereka tidak pernah ingin berubah. Mereka merasa terbiasa dengan kondisi perselisihan tersebut. Mereka sepertinya tidak peduli terhadap kondisi yang tidak menyenangkan ini.

Demikianlah kita pada umumnya memiliki catatan sendiri tentang ketidakcocokan di dalam keluarga. Namun kalau kita secara bijaksana mampu memahami dan mau menerima perubahan sebagai sebuah proses alami, maka kita tidak akan menolak perubahan, justru bisa menjadikan perubahan itu sebagai media untuk memperbaiki kondisi tidak menyenangkan saat ini.

Perselisihan yang terjadi di antara kedua saudara itu disebabkan oleh sebuah proses yang sudah pasti, namun tidak disadari. Proses itu adalah sebagai berikut. Ketika kakak berbicara, sang adik yang merasa pendengarannya kurang jelas akan bertanya ulang. Ketika adik bertanya ulang, sang kakak menjadi tidak sabaran dan meledak emosinya. Karena kakak meledak emosinya dan bersuara keras maka sang adik jadi tidak senang dan bersikeras tidak mau mengalah. Semakin sang adik bersikeras, semakin sang kakak menjadi marah. Bila kejadian ini diteruskan sampai pada puncaknya, dapat dipastikan kedua belah pihak jadi sakit hati dan menderita.

Demikianlah proses yang berlangsung, namun tidak disadari oleh mereka berdua. Sebuah proses yang tidak disadari yang membentuk kondisi dukkha. Bila bisa menyadari kondisi ini, maka sebenarnya sangatlah mudah untuk mengantisipasi perselisihan itu, yaitu dengan mengubah salah satu unsur dalam proses itu. Misalnya, sang adik tidak bersikeras dan berusaha mendengar lebih baik, maka tidak akan ada pertanyaan ulang yang dianggap bodoh oleh sang kakak. Demikian pula bila sang kakak bisa mengendalikan emosinya memahami kondisi adiknya yang berpendengaran kurang jelas, maka tidak akan ada rasa sakit hati dari sang adik yang kemudian bersikeras menganggap dirinyalah yang benar. Atau bila keduanya tidak berkumpul bersama maka kejadian ini tidak akan terjadi. Tetapi terkadang kondisi tidak memungkinkan untuk tidak berkumpul, seperti hubungan saudara, suami istri, dll.

Meskipun tahu kalau salah satu dari mereka mau berubah, maka kondisi dan situasi perselisihan yang terjadi di antara mereka juga akan ikut berubah, tepatnya tidak akan terjadi, tetapi toh mereka merasa yang harus berubah itu orang lain, bukan diri sendiri. Inilah yang jadi masalahnya. Diri sendiri merasa tidak perlu berubah, diri sendiri merasa tidak bersalah, mereka beranggapan bahwa yang salah dan harus diubah bukan sifat mereka. Inilah sebuah kondisi yang sebenarnya dilandasi oleh ketakutan atau keengganan untuk berubah. Setiap hari mereka selalu mengalami perselisihan, ini berarti bahwa kondisi dan situasi diri mereka sudah tidak selaras dengan proses menuju kehidupan bahagia. Ketidakselarasan ini terlihat dari sifat mereka yang membuat satu sama lain tidak akur, pun kondisi yang tidak mendukung yang memaksa mereka berdiam dalam satu rumah. Mereka harus bisa mengubah diri masing-masing sesuai dengan situasi agar mendapatkan kondisi yang selaras dengan proses kehidupan sehari-hari. Dengan demikian mereka akan menjalani sebuah proses perubahan yang menuju kepada kehidupan dan hubungan yang lebih baik. Dengan perubahan yang mereka lakukan itu, akan tercipta sebuah

SINAR DHARMA / 113

Page 118: Sinar Dharma 29.pdf

kehidupan yang bebas dari sakit hati setiap harinya.

Beginilah perilaku batin kita selama ini. Kita sangat sulit untuk diajak berubah, terutama untuk berubah menjadi lebih baik, atau berubah menjadi lebih meningkat kematangan batinnya. Kita selalu bertahan bahwa apa yang kita pegang saat ini adalah sebuah kebenaran, pun sifat-sifat jelek yang telah lama mendampingi kita bukanlah masalah. Kita seakan-akan takut sifat-sifat jelek itu nantinya menjadi hilang. Celakanya terkadang kita malah menganggap sifat jelek kita sebagai sebuah berkah yang harus dipertahankan. Misalnya, bersifat mudah marah, kita merasa bahwa dengan kemarahan itu semua masalah bisa terselesaikan. Ironisnya, kita tidak pernah mengetahui bahwa apabila masalah bisa diselesaikan tanpa kemarahan, itu akan lebih baik hasilnya. Kita takut berubah karena merasa yang kita lakukan saat ini sudah benar.

Mengetahui kenyataan ini, kita seharusnya mulai belajar memahami kondisi dukkha dalam kehidupan kita. Jadikan itu sebagai sebuah perhatian, jadikan itu sebagai permasalahan hidup yang harus diselesaikan dan diperbaiki. Kemudian cobalah memahami prosesnya, baru kemudian pahami diri sendiri apakah apa yang dilakukan sudah sesuai dengan kondisi dan lingkungan. Bila tidak, maka cobalah untuk berubah mengikuti keselarasan kondisi dan

situasi. Dengan demikian, ketika kita telah memahami lingkungan dan diri kita sendiri, serta tidak ingin dukkha membuat kita sakit hati, sudah dan menderita, maka segeralah berubah dan perbaiki diri. Janganlah takut akan perubahan. Sebaliknya, bila kita berubah ke arah yang salah, segeralah sadari dan arahkan kembali ke arah yang lebih bermanfaat bagi semua orang dalam kondisi apapun.

Sekarang, masihkah kita tetap mempertahankan eksistensi ego dan sifat-sifat kita yang tidak baik yang hanya akan membuat hidup kita diwarnai oleh lebih banyak penderitaan? Apakah memang sifat-sifat yang tidak sejalan dengan proses Dhamma ini begitu pentingnya sehingga kita ingin terus mempertahankannya? Tidak inginkah kita untuk mulai mencoba melakukan perubahan? Masihkah kita takut untuk berubah?

Semoga mereka yang sadar tentang dukkha dalam kehidupan ini bertekad memperbaiki diri dan membebaskan diri dari pembenaran-pembenaran yang tidak bermanfaat. Semoga pencerahan yang kita peroleh ini membuat kita tidak takut lagi untuk berubah, khususnya berubah untuk menjadi lebih baik. Semoga kita berbahagia dengan perubahan yang lebih baik itu.

114 / SINAR DHARMA

Page 119: Sinar Dharma 29.pdf

Tanya: Di negara kita ada Vihara Shaolin, yang dipuja di dalam

vihara dengan sendirinya adalah para Buddha dan Bodhisattva yang maha cinta kasih dan maha welas asih, tetapi mengapa di dalam vihara didirikan tempat berlatih bela diri yang mengajarkan tinju tangan kosong dan pedang yang sangat terkenal di seluruh dunia? Jika berbicara tentang Buddha dan Bodhisattva, di samping mengajarkan cinta kasih dan welas asih, namun juga mengajar memukul orang, apakah ini ada di dalam Sutra Buddhis? Benar-benar membuat orang sulit memahami.

Jawab:Di dalam Sutra Buddhis tidak ada ucapan yang mengajarkan

tentang bela diri. Meski memperoleh kekuatan batin dan bisa bela diri, itupun juga tidak ada kegunaannya. Meski tidak ada pernyataan tentang itu, namun baik ajaran maupun seni bela diri Buddhisme sangatlah luar biasa, Buddhisme tidak pernah mengabaikan satu pun metode Dharma yang ada, juga tidak perlu menyalahkannya. Orang yang berlatih bela diri perlu memiliki tubuh yang kuat dan sehat, sedang tenaga dalam yang mereka gunakan, ada dua macam ilmu yaitu ‘Mengubah Urat’ dan ‘Mencuci Sumsum’. Nama kitabnya

TANYA JAWAB SEPUTAR BUDDHISMEDiterjemahkan dan dipilih dari buku Fo Hsueh Wen Ta Lei

Pien (Kumpulan Tanya Jawab Buddhisme) asuhan Alm. Master

Upasaka Li Ping Nan

adalah Kitab Mengubah Urat (Yi Jin Jing) dan Kitab Mencuci Sumsum (Xi Sui Jing), konon merupakan hasil karya Sesepuh Bodhidharma. Bodhidharma pernah bermeditasi menghadap tembok selama 9 tahun di Shaolin. Bhiksu Vihara Shaolin atau mereka yang baru mulai belajar ilmu ini, bertujuan mencegah dan menyembuhkan penyakit, bukan memukul orang. Selain itu, dalam menyelamatkan makhluk hidup, Bodhisattva melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan makhluk lain, pun melakukan pendekatan kepada makhluk lain sesuai kondisi yang dibutuhkan. Memakai banyak metode praktis, sebab itu, tempat perjudian dan tempat hiburan, tempat pelacuran dan tempat minum arak, semua tempat ini boleh didatangi sebagai metode praktis untuk menyadarkan makhluk hidup. Demikian pula bagi orang yang berlatih bela diri, banyak di antara mereka yang berjiwa pendekar, dengan memakai bela diri sebagai salah satu cara praktis melakukan pendekatan dan bimbingan terhadap orang lain, ini adalah metode kesederajatan, cinta kasih dan welas asih.

SINAR DHARMA / 115

Page 120: Sinar Dharma 29.pdf

Tanya: “Empat unsur besar (tanah, air, api, angin) adalah

ular beracun, lima kelompok kehidupan (jasmani, perasaan, pencerapan, pikiran, kesadaran) adalah pencuri menyebalkan, enam indera (mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, pikiran) adalah berkumpulnya kekosongan.” Empat unsur besar dan lima kelompok kehidupan adalah bersifat internal, bukan eksternal, tetapi mengapa disebut sebagai ular beracun dan pencuri menyebalkan? Enam indera adalah kekosongan, tetapi mengapa kekosongan itu dikatakan berkumpul?

Jawab:Perubahan yang terjadi dalam tubuh kita bukan bersifat

internal, empat unsur besar saling bertengkar, satu sama lain tidak harmonis, bagaikan ular berbisa. Lima kelompok kehidupan yang berkobar-kobar, merampas semua jasa kebajikan, itu sama seperti pencuri yang menyebalkan. Empat ular saling bertengkar maka tubuh kita menjadi sakit. Lima pencuri merajalela maka pikiran kita menjadi kacau, sebab itu, baik semasa hidup maupun setelah meninggal, semuanya adalah penderitaan yang disebabkan oleh ular dan pencuri ini. Tubuh ini pada mulanya tidak ada, sebab itu dinamakan tubuh yang bersifat kekosongan. Demikian juga enam landasan indera bukan realitas sejati, disebut sebagai indera yang bersifat kekosongan. Namun landasan indera ini memiliki kesan-kesan atau kontak-kontak indera yang berubah-ubah, sebab itulah dikatakan sebagai berkumpul.

Tanya:

bermasyarakat. Selain memberikan sedikit hadiah sebagai pernyataan ketulusan hati setiap kali datang menengok bibi, saya tidak tahu bagaimana harus membalas budi jasa beliau, khususnya kalau terjadi hal yang tidak terduga. Saya khawatir mungkin saja saya bisa meninggal dalam usia muda, jadi saya telah berada di dasar kubur sebelum sempat membalas budi kebaikan yang mulia itu. Saya memikirkan hal ini siang dan malam, saya berharap dapat membalas budi dengan setulus hati. Mohon bimbingan dari Maha Guru.

Jawab:Mempunyai pikiran tulus ingin membalas budi, ini

adalah kebajikan yang sangat besar. Membalas budi itu bisa direalisasikan dalam skala besar maupun kecil. Memberikan hadiah secara tidak berkala, ini adalah pembalasan berskala kecil yang bertujuan menyenangkan hati beliau. Bibi Anda sudah berusia lanjut, kelak bila meninggal ke alam mana beliau terlahir, ini baru masalah yang besar! Mereka yang ingin membalas budi hendaknya membalasnya dengan skala yang besar, yaitu dengan mengajarkan Buddha Dharma agar yang bersangkutan dapat mempersiapkan diri terlahir di Tanah Murni, mencapai KeBuddhaan yang tidak lahir dan tidak musnah, inilah balas budi yang paling sempurna. Selain itu, mengajarkan orang lain untuk melafal nama Buddha, ini juga meningkatkan jasa kebajikan diri sendiri, inilah yang disebut sebagai bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun

Bibi saya telah berusia lanjut, selama hidupnya beliau menekankan pentingnya berbakti dalam mengatur keluarga, tidak ada tetangga yang tidak memuji beliau. Terutama beliau sangat menyayangi saya, menganggap saya sebagai anak sendiri, bagi saya

orang lain. Sedangkan mengenai kekhawatiran meninggal di usia muda, apa dasar ucapan ini? Jangan terlalu memikirkan hal ini, asalkan bisa berusaha untuk terus berbuat bajik, hal yang buruk pun bisa berubah menjadi baik.

Tanya: Apakah dalam Buddha Dharma ada

peraturan tertulis yang menyatakan bahwa umat perumah tangga hanya diperkenankan menerima Trisarana dari seorang bhiksu?

Jawab:Menerima Trisarana dari seorang atau

budi jasa beliau bagaikan cahaya matahari dan bulan, saya juga menganggap bibi sebagai ibu saya sendiri. Sebab itu sehari pun saya tidak pernah berani melupakan budi jasa ini. Saya masih sangat muda, baru saja lulus dari sekolah menengah, masih harus banyak belajar mengenai k e h i d u p a n

beberapa bhiksu, ini tidak ada peraturan tertulisnya. Berdasarkan maknanya, menerima perlindungan Triratna adalah merujuk pada seluruh Buddha di sepuluh penjuru alam semesta (dimensi ruang, red) dan tiga kehidupan (dimensi waktu, red), seluruh Dharma yang terdapat di Tripitaka, serta seluruh anggota Sangha yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Menerima Trisarana dari seorang bhiksu, itu juga berarti menerima Trisarana dari banyak bhiksu,

116 / SINAR DHARMA

Page 121: Sinar Dharma 29.pdf

bukan menjadi anggota keluarga dari seseorang. Namun kebiasaan di zaman ini, ada umat yang kagum terhadap anggota Sangha yang bermoral dan berpengetahuan tinggi, lalu bermaksud mendekati dan belajar dari beliau. Ada yang menerima Trisarana demi menjalin jodoh karma baik, ada juga yang tidak menerima Trisarana, melainkan hanya berguru untuk belajar pengetahuan atau keterampilan. Contoh yang disebutkan lebih dulu di bagian depan adalah sesuai dengan prinsip berlindung kepada Triratna, namun contoh yang disebutkan terakhir bersifat mengikuti perubahan situasi dan kondisi.

Tanya: Buddha di usia 80 tahun naik ke Surga Trayastrimsha

untuk membabarkan Sutra Ksitigarbha, kesemuanya mengucapkan bahwa memuja Bodhisattva Ksitigarbha dan membaca Sutra Ksitigarbha akan membebaskan makhluk hidup dari penderitaan tiga alam buruk dan terlahir di alam manusia dan alam dewa (surga). Alam manusia dan alam dewa bukankah hanyalah buah karma yang kecil saja, sebab masih harus terlahir kembali? Buddha mengapa di alam surga waktu itu tidak langsung saja membabarkan pintu Dharma Tanah Murni sebagai ajaran yang paling menyeluruh?

Jawab:Salah satu faktor terpenting dalam pembabaran Dharma

adalah harus sesuai dengan waktu dan kondisi. Pintu Dharma Tanah Murni adalah metode yang menuntun makhluk hidup agar terbebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan.

Coba lihat, orang-orang kaya dan berkedudukan di dunia ini masih tidak percaya pada metode ini, karena mereka merasa tidak ada penderitaan. Apalagi makhluk alam surga yang menikmati kehidupan surgawi yang sangat menyenangkan, bersediakah mereka meyakini ajaran ini? Sutra mengucapkan, “Tubuh manusia sulit didapatkan”, cobalah renungkan ucapan ini secara mendalam.

Tanya: Rupang Buddha dan Bodhisattva adalah yang paling

dimuliakan. Karena telah rusak maka diganti dengan rupang Buddha yang baru. Tetapi bagaimana harus menangani rupang lama yang telah rusak itu agar terhindar dari karma buruk? Mohon petunjuk dari Guru Mulia.

Jawab:Untuk hal ini, para guru di zaman kuno berpandangan:

1, perbaiki lagi; 2, jika tidak bisa diperbaiki, hendaknya ditanam di dalam lahan yang bersih, harus memilih tempat yang bukan merupakan lokasi pembuangan sampah atau kotoran. Jika itu adalah rupang kayu yang telah sangat keropos, hendaknya dibakar di tempat yang bersih, lalu abu pembakaran ditanam di dalam lahan yang bersih, atau dialirkan di sungai yang bersih. Semua itu lakukan dengan hati yang penuh penghormatan, dengan demikian hati kita akan tenang jadinya.

Bersambung ke edisi berikutnya ...

Buddhist Education Center Surabaya bersama Vihara Amitabha dan Yayasan Tionghoa mengadakan seminar tentang pendidikan moral dan budi pekerti tradisi kebudayaan Tionghoa (Di Zi Gui) dengan pembicara Guru Cai Li Xu 蔡礼旭 老师 di Gramedia Expo, Surabaya, pada Minggu 18 Maret 2012.

Pepatah mengatakan buah semangka jatuh tak jauh dari pohon. Ini adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan anak yang memiliki etika moral merupakan cermin keberhasilan orang tua maupun guru dalam mendidik anak secara utuh. Di masa ini, banyak orang tua yang lebih mengutamakan nilai akademis daripada pendidikan etika moral, ini adalah paradigma yang keliru.

Lingkungan keluarga merupakan tempat praktik pendidikan etika moral yang paling tepat dan utama yang harus dijalankan. Orang tua wajib mengajarkan kepada anak agar memohon maaf apabila telah melakukan kekeliruan dalam perkataan dan perbuatan, hal ini akan mendatangkan apresiasi dari masyarakat terhadap sang anak tersebut. Juga dalam meminta bantuan kepada orang lain dengan perkataan yang baik dan perbuatan yang sopan akan membuahkan respon positif dari masyarakat.

Sebagai orang tua maupun guru yang baik harus memahami psikologis anak. Apabila anak melakukan kekeliruan tak perlu menghukumnya, tapi berusaha memahami kenapa ia melakukan perbuatan tersebut. Dengan memberikan nasihat yang benar secara verbal tanpa emosional akan lebih mujarab sebagai bentuk komunikasi interpersonal.

Selain mengenang jasa kebajikan orang tua, sebagai anak yang baik wajib meneruskan cita-cita tersebut dengan cara memberikan kontribusi ide, tenaga dan pikiran sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan negara.

Seminar ini dihadiri beberapa pengajar dari pondok pesantren, para guru dan orang tua. Salah satunya rombongan guru dan murid ponpes Tebu Ireng hadir untuk menambah wawasan etika moral.

Pendidikan Etika Moral

Untuk Anak Didik Tersayang

SINAR DHARMA / 117

Page 122: Sinar Dharma 29.pdf

Pada tanggal 7-8 April 2012, Buddhist Education Centre Surabaya mendapat kehormatan dikunjungi oleh dua orang Lama dari Amerika dan Bhutan, yaitu Lama Rangbar Nyimai Ozer dan Druk Chohkyong Tsimar Rinpoche. Lama Rangbar (Yugyal Tulku) adalah praktisi Ngakpa dari tradisi Nyingmapa, sedangkan Druk Chohkyong Tsimar adalah oracle (medium) resmi dari Dharmapala Tsiu Marpo. Keduanya bertandang ke Indonesia atas undangan Vajrayana Nusantara dalam rangka sosialisasi Projek Bodhivastu sembari memberikan pembabaran Dharma. Di Surabaya, Lama Rangbar dan Lama Chokyong memberikan ceramah Dharma di Vihara Buddhayana dan melakukan pemberkatan rupang Tara dari zaman Majapahit di Vihara Sanggar Agung, Kenjeran.

Sabtu, 7 April, Lama Rangbar dan Lama Chohkyong memberikan pembabaran Dharma singkat tentang jenis-jenis Bardo (Antarabhava) dan menjelaskan tentang proyek Maha Bodhivastu. Stupa Bodhivastu atau Phuntsok Chorten adalah projek stupa berukuran sama seperti Borobudur yang akan direalisasikan di Amerika. Kenapa Amerika? Lama menjelaskan bahwa ada 3 negara raksasa yeng memegang peranan penting di dunia ini yaitu Amerika, Tiongkok dan India. Membangun stupa di Amerika akan memberikan dampak yang sangat bermanfaat bagi semua orang di seluruh dunia. Manfaat dari mendirikan stupa dalam paham Buddhisme antara lain adalah dapat mengurangi berbagai macam bencana dan meningkatkan kebijaksanaan, welas asih, serta pencerahan. Lama mengajak orang-orang di berbagai belahan dunia turut membangun hubungan karma dan mendukung proyek stupa yang direncanakan didirikan di Amerika ini. Sejumlah praktisi Nyingma yang terkemuka seperti Dudjom Yangsi Rinpoche, Chatral Rinpoche, Namkha Drimed Rinpoche, dan Ayang Rinpoche juga menyatakan dukungan bagi proyek stupa mandala ini.

Esok harinya, Lama memberikan penjelasan mengenai meditasi Tonglen. Pelatihan meditasi ini akan menghubungkan orang-orang di berbagai belahan dunia pada mandala stupa yang akan dibangun nanti. Belajar memahami Dharma berarti kita berusaha untuk menjadi sahabat bagi diri kita sendiri karena tubuh adalah foto dari karma kita. Sebagai manusia, kita memiliki berbagai macam halangan seperti halangan karma, pun halangan emosional yang membuat kita menjadikan hidup ini begitu dramatis seperti fi lm-fi lm bioskop karena terlalu terseret dalam pusaran emosi. Juga halangan kebiasaan yaitu kebiasaan suka dan tidak suka yang membuat kita berputar-putar saja. Selain itu, halangan intelektual yang membutakan kita sehingga tidak menyadari ketidaktahuan kita. Halangan-halangan tersebut akan memberikan gangguan pada Dharmakaya, bagaikan memberikan beraneka macam warna pada kacamata kita sehingga kita tidak mampu melihat warna yang asli.

Kita semua mempunyai sifat Buddha dan tidak perlu membeli apa-apa lagi, tapi yang menjadi masalah adalah kita tidak dapat melihat wajah kita dengan jelas. Tubuh kita adalah musuh kita, tetapi tubuh kita juga merupakan wadah bagi 5 kebijaksanaan. Halangan membuat kita merasa samsara itu benar dan abadi sedangkan Nirvana atau Buddha itu bohong. Seringkali dalam praktik kita kendor, untuk itu kita harus berusaha sepenuh kemampuan untuk membersihkan kekotoran batin, seperti kita membersihkan peralatan dapur sehari-hari.

Karma tercipta lewat perbuatan, ucapan dan pikiran. Apabila marah maka akan berdampak pada energi (prana) tubuh, seperti misalnya ketika marah kita cenderung ingin memukul. Ini akan mengotori Nirmanakaya, Sambhogakaya dan Dharmakaya kita. Sebab itu, kita harus memutuskan program apa yang akan kita lakukan

118 / SINAR DHARMA

Kunjungan Lama RangbarDan Bodhivastu Project

Page 123: Sinar Dharma 29.pdf

agar terbebas dari energi buruk itu. Prana akan bekerja sesuai dengan program yang kita jalankan, sedangkan program yang mampu membebaskan pikiran, nadi, prana, bindhu kita adalah Bodhicitta. Dalam Vajarayana, latihan mudar mewakili nadi, mantra mewakili prana dan samadhi mewakili bindhu. Lalu, bagaimanakah cara membangkitkan Bodhicitta? Lama Rangbar mengajarkan metode meditasi Tonglen untuk mengembangkan Bodhicitta ini. Dalam meditasi ini para peserta melafalkan mantra “Om Ah Hum” dibarengi dengan pengaturan keluar masuk napas. Dalam praktik meditasi ini kita memvisualisasikan mengambil penderitaan semua makhluk, mentransformasikannya menjadi kebahagiaan dan memberikan kebahagiaan itu kembali kepada semua makhluk.

Terakhir, Lama kembali mengingatkan kita akan berbagai manfaat stupa. Secara khusus untuk Buddhist Education Centre Surabaya, Lama Rangbar memberikan apresiasi: “Kelompok ini memiliki sikap ‘pasti bisa’ yang spesial yang merupakan semangat yang cocok untuk bergabung bersama kami di Mandala (Bodhivastu). Saya berharap kelompok ini dapat bersama-sama berhubungan secara mendalam dengan Mandala Bodhivastu.”

Biografi Singkat: Lama Rangbar lahir dengan nama Adam Friedensohn. Beliau berkelana di Asia, lalu selama 20 tahun menetap di Nepal berlatih Dharma dan mendirikan projek-projek yang positif bagi masyarakat. Lama mendirikan berbagai perusahaan dan organsiasi sosial dalam bidang listrik tenaga solar, kendaraan elektrik, pengembangan desa, meditasi dan penyembuhan. Pada masa mudanya, beliau juga pernah belajar di Indonesia di bawah bimbingan Subur Rahardja, salah satu tokoh Tionghoa Buddhis Indonesia yang mendirikan PGB Bangau Putih di Jawa Barat. Guru akar Lama Rangbar adalah Dudjom Rinpoche dan guru-guru lainnya yaitu Shenpen Dawa Rinpoche, Chatral Rinpoche, Dilgo Khyentse Rinpoche, Lama Dawa Chodrak Rinpoche, dan Kyabje Trulshig Rinpoche. Berikut adalah perusahaan yang pernah didirikan Lama dahulu: http://www.hlf.org.np/ (Himalayan Light Foundation), http://www.lotusenergy.com/ (Lotus Energy), http://www.eco-visions.com.np/ (Eco Visions yang memproduksi mobil elektrik REVA).

SINAR DHARMA / 119

Page 124: Sinar Dharma 29.pdf

MengapaPerdamaianDiperlukanManusia?

Oleh: Choirul MahfudPeresensi adalah aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) Jawa Timur

Judul Buku: Filsafat Perdamaian

Penulis: C.B.Mulyatno

Penerbit: Kanisius,Yogyakarta

Terbit: Pertama, 2012

Tebal: 114 Halaman

“Perdamaian, Perdamaian…Banyak Yang Cinta Damai Tapi Perang Semakin Ramai … Bingung Bingung Ku Memikirnya…. Wahai Kau Anak Manusia Ingin Aman Dan Sentosa….Tapi Kau Buat Senjata Biaya Berjuta Juta…Banyak Gedung Kau Dirikan Kemudian Kau Hancurkan…Bingung Bingung Ku Memikirnya….”

Lirik lagu campur santri berjudul “Perdamaian” tersebut mungkin tidak asing, terutama bagi pecinta musik religi di Indonesia. Latar belakang dibikinnya lagu tersebut jelas bahwa perdamaian bukan barang yang mudah didapat, juga bukan perkara gampang dimiliki, tapi suatu hal yang sangat diperlukan.

Pertanyaannya, kenapa perdamaian diperlukan umat manusia? C.B. Mulyatno memberikan jawaban dalam bukunya berjudul “Filsafat Perdamaian” yang diterbitkan Kanisius Yogyakarta, belum lama ini. Melalui buku tersebut, Mulyatno mengajak kita belajar dari tokoh pemikir perdamaian, yakni Eric Weil.

Menurut Mulyatno, Eric Weil adalah salah seorang filosof yang berjuang agar filsafat dapat memberi pencerahan dalam menghadapi dan memecahkan persoalan hidup sehari-hari. Ia menjelaskan tautan antara filsafat dan perjuangan untuk mewujudkan perdamaian. Konflik, pertikaian dan perang yang melanda dunia telah memorak-porandakan pilar-pilar

hidup damai. Adalah tugas setiap orang, dan khususnya filosof, untuk membangun kembali kehidupan yang damai. Kerinduan untuk hidup damai dan keprihatinan terhadap berbagai peristiwa kekerasan, konflik dan perang yang mengancam perdamaian bisa menjadi tali pengikat persaudaraan yang mendorong berkembangnya gerakan hidup damai.

Salah satu yang menarik dari buku Mulyatno ini, ternyata Weil menolak metafisika. Metafisika dianggap telah mewariskan sikap dogmatis yang melanggengkan kekerasan. Metafisika berbicara soal kebenaran tertinggi. Kebenaran tertinggi adalah kemustahilan bagi filsafat karena subjek filsafat adalah manusia historis yang hidup dalam ruang dan waktu tertentu yang terbatas (tidak sempurna). Yang dihidupi dan diketahui oleh seorang filosof bukanlah kebenaran melainkan absennya

120 / SINAR DHARMA

Page 125: Sinar Dharma 29.pdf

kebenaran atau penolakan terhadap kebenaran. Absennya kebenaran dan penolakan terhadap kebenaran adalah kekerasan. Metafisika bertentangan dengan hakikat filsafat sebagai kegiatan manusia yang berciri temporal-dinamis dalam mewujudkan potensi dan karakter rasionalnya.

Terbitnya buku Mulyatno ini sangat tepat waktu. Mengingat salah satu problematika hidup di negeri ini yang tidak ujung selesai adalah menyelesaikan kekerasan dengan menerapkan jalan perdamaian. Hal ini seiring munculnya fenomena menjalarnya kekerasan, konflik hingga terorisme dari dan ke berbagai sektor kehidupan.

Karenanya, perlu dibahas dan diurai mulai dari akar masalahnya hingga pencarian solusi bagaimana upaya pencegahannya. Dalam pandangan Simon Philantropa, pemikir Kristiani Jawa Timur, kekerasan di negeri ini merupakan sesuatu yang diproduksi oleh penguasa dan masyarakat. Modus kekerasan yang dilakukan cukup beragam. Ada yang terbuka dan tertutup, bahkan juga dilakukan secara diam-diam dalam bentuk pembiaran. Bagi Simon, pembiaran terhadap kasus kekerasan merupakan bentuk kekerasan yang juga harus diwaspadai.

Di sisi lain, Amin Hasan, ketua Comec Jawa Timur, menyatakan bahwa kasus kekerasan akhir-akhir ini nampaknya sudah menjadi budaya bangsa. Mulai di bangku sekolah, hingga materi khutbah. Baginya, seolah semua domain kehidupan masyarakat sudah akrab dengan budaya kekerasan. Hal itu dapat disaksikan pula dari banyaknya kasus yang berbau kekerasan melalui banyak media massa di negeri ini. Seperti kasus saling serang antara warga desa satu dengan warga desa lainnya, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, tawuran antar suporter sepak bola, hingga adu jotos yang pernah terjadi di gedung dewan yang diperankan anggota dewan yang katanya terhormat.

Beberapa kasus kekerasan di atas, lanjut Amin, tentu bukanlah sekadar kecelakaan belaka. Namun lebih dari itu, sudah menjadi budaya “baru” masyarakat di negeri yang plural ini. Tentu saja, bila dibiarkan budaya “baru” berbau kekerasan ini, maka tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Apalagi negeri ini konon dikenal sebagai negeri yang ramah, santun dan sangat menjunjung adat ketimurannya lainnya. Tentu menyisakan masalah apa kata dunia bila ini terus dibiarkan. Hingga saat ini, kasus kekerasan telah menimpa siapa saja, mulai anak kecil hingga orang dewasa, tak sedikit pula yang menimpa kaum perempuan. Kasus trafficking (perdagangan) yang kini menimpa anak dan gadis di bawah umur adalah wajah kekerasan yang harus disikapi bersama.

Secara bahasa, kekerasan adalah lawan dari kelembutan. Bahasa kelembutan dalam interaksi sosial seolah dianggap tak menyelesaikan masalah. Dari sinilah, istilah kekerasan dikupas. Istilah kekerasan pada mulanya digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang bersifat menyerang

(offensive) atau bertahan (defensive), secara terbuka (overt) maupun tertutup (covert), langsung (direct) atau tak langsung (indirect). Namun, dalam perkembangannya, dapat dikatakan bahwa kekerasan merupakan perilaku agresif satu pihak kepada pihak lain yang terjadi terus menerus. Anak yang menjadi korban kekerasan yang cukup serius, cenderung untuk mengembangkan perilaku kekerasan ini juga dalam kehidupannya setelah dewasa.

Dalam konteks inilah, budaya kekerasan perlu diurai sejak dini. Ada beberapa penjelasan mengenai proses kekerasan melahirkan kekerasan. Pertama, anak meniru perilaku agresif yang dilihatnya. Kedua, perilaku kekerasan dianggap hal yang wajar bahkan perlu untuk dilakukan. Ketiga, kekerasan yang dilihat atau dialami anak secara terus-menerus akan membentuk pola pikir pada anak bahwa lingkungan sekitarnya bukanlah tempat yang aman baginya.

Karena itu, ada benarnya bahwa anak memang selalu belajar dari lingkungannya. Hal ini biasa diungkap bahwa jika anak hidup penuh dengan kritik, anak cenderung akan belajar menyalahkan orang lain. Jika hidupnya penuh dengan permusuhan, anak akan belajar berkelahi. Sebaliknya, jika anak hidup dengan penuh kelapangan dada, anak akan belajar menjadi sabar. Manakala hidupnya penuh dengan pujian, anak cenderung akan belajar menghargai orang lain.

Dalam konteks inilah, persoalan kekerasan di muka bumi ini tentu saja tidak selamanya bisa diselesaikan dengan kekerasan. Solusi kekerasan dilawan dengan kekerasan justru disinyalir tidak akan pernah menyelesaikan persoalan dan bahkan hanya akan menambah persoalan baru. Karenanya, Mahatma Gandhi, tokoh besar India, menyarankan kekerasan seharusnya dilawan dengan tanpa kekerasan. Barangkali, solusinya diupayakan dengan penuh kelembutan, kedamaian, keikhlasan memaafkan, dan keteladanan yang baik untuk kehidupan dan kemanusiaan.

Bagi kita bangsa Indonesia, praktik perdamaian merupakan upaya jangka panjang agar mampu mengelola konflik identitas dan kepentingan. Perdamaian berarti kondisi sempurna suatu masyarakat yang ditandai oleh absennya konflik kekerasan, kesalingpahaman, dan penghormatan atas perbedaan serta keadilan sosial.

Jika saja praktik perdamaian yang mengutamakan dialog nirkekerasan telah menjadi karakter negara dan bangsa, kehidupan sosial dan politik secara dinamis akan selalu menuju pada kebaikan umat manusia di muka bumi ini.***

SINAR DHARMA / 121

Page 126: Sinar Dharma 29.pdf

Sekitar 300 umat Buddha dari dalam dan luar negeri melakukan Kagyu Monlam atau doa bersama untuk keselamatan dunia di Taman Lumbini Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama 18—20 Mei 2012. Ajang ini telah dilakukan sebanyak 4 kali di Indonesia. Para umat berdatangan dari Jakarta, Surabaya, Jawa Tengah, Palembang, Medan, Batam, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Kanada. Kagyu Monlam ini berisikan rangkaian kegiatan berupa puja bhakti, pelepasan burung, penyerahan bantuan sembako, dan penanaman pohon Bodhi.

Upacara Kagyu Monlam yang diselenggarakan oleh Yayasan Karmapa Triyana Dharmacakra ini dipimpin oleh Y.M Zurmang Drukpa Rinpoche IV dari Zurmang Kagyud dari Tibet. Kegiatan ini dihadiri 4 orang Rinpoche, 2 Khenpo, 45 Lama, 4 Bhiksuni Tibetan, 1 Bhiksuni Mahayana, 1 bhikkhu Theravada dan sekitar 220 partisipan. yang berasal dari Nepal, India, Tibet, dan Indonesia. Momen Monlam kali ini cukupspesial karena sekaligus digabungkan dengan 1000

tahun kedatangan bhiksu Atisha ke Indonesia. Taklung Rinpoche, Tengchok Rinpoche dan Tulku Ashak Rinpoche juga turut menghadiri momen Dharma ini.

Panitia Kagyu Monlam, Linda Aryam Tiksna, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan perdamaian dunia, khususnya Indonesia. Berdoa bagi kedamaian dan kebahagiaan semua makhluk yang ada di muka bumi ini. “Kami juga memberi bantuan 100 kantong sembako, pelepasan burung dan penanaman pohon bodi sebagai simbol untuk kesejahteraan makhluk,” jelasnya. Ini merupakan yang keempat kalinya diselenggarakannya Kagyu Monlam di Candi Borobudur. Penyelenggaraan di tahun-tahun mendatang direncanakan tetap dilaksanakan di tempat yang sama. Ia menjelaskan, Monlam adalah jalan untuk melakukan aspirasi agung sebagai suatu latihan darma yang berdasarkan bodhicitta. Latihan ini bertekad untuk mencapai KeBuddhaan demi pencerahan dan kebahagiaan semua makhluk. Umat

4th Kagyu Monlam

At Borobudur Mandala

122 / SINAR DHARMA

Page 127: Sinar Dharma 29.pdf

yang tidak berkesempatan hadir di Borobudur juga tetap akan melakukan kegiatan ini di seluruh dunia. “Selain di Borobudur, Kagyu Monlam juga diselenggarakan di seluruh dunia.” Kegiatan ritual yang dilakukan selama Monlam adalah melafalkan berbagai paritta suci seperti berlindung pada Triratna, aspirasi agung Samantabhadra, Prajnaparamita Sutra, doa aspirasi Sukhavati, dan pemberkahan suci untuk meningkatkan keberuntungan.

Hari pertama Kagyu Monlam dimulai dengan prosesi anggota Sangha membawa foto H.H. Karmapa ke-17 dengan persembahan katha dan bunga. Puja dimulai dengan Riwo Sangchod dan Ikrar Sojong (Astasila) dan melafalkan bait-bait aspirasi dari Buku Doa Kagyu Monlam. Tahun ini Buku Doa Kagyu Monlam selesai diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Kemudian, acara dilanjutkan dengan prosesi menandai 1000 tahun kedatangan Atisha dan upacara pembukaan. Hari kedua para peserta kembali mengambil ikrar Astasila, melakukan ritual pelimpahan jasa dan ditutup dengan Aksobhya Sadhana serta pradaksina mengitari Candi Borobudur.

Acara puncak kegiatan ini berlangsung di hari terakhir, dengan dibukanya sesi pindapatra pada pagi harinya. Para anggota Sangha berjajar melakukan prosesi tersebut, semua peserta merasakan kebahagiaan selama melakukan dana kebajikan ini. Rinpoche juga memberikan ajaran-ajaran mengenai berbagai topik Buddhisme, mulai tentang proses Yana-Yana sampai ke penjelasan tentang Antarabhava. DI sesi terakhir, seluruh umat kembali melakukan pradaksina dengan mengelilingi Candi Borobudur diiringi lantunan bait-bait persembahan serta pelafalan “Karmapa Kyenno”. “Candi ini merupakan satu-satunya stupa berbentuk mandala terbesar di dunia. Mandala merupakan bukti persembahan tertinggi kepada para Buddha dan Bodhisattva,” jelas Linda. Para peserta yang semuanya berbahagia semuanya menunjukkan aspirasi mereka untuk kembali menghadiri Kagyu Monlam Indonesia ke-5 di tahun 2013.

SINAR DHARMA / 123

Page 128: Sinar Dharma 29.pdf

16. Apa kewajiban umat Buddha?Jawab: “Ada empat kewajiban:Harus menghentikan perbuatan buruk, dan hanya

melakukan perbuatan baik. Harus menghentikan ucapan buruk, dan hanya memiliki ucapan baik. Harus menghentikan pikiran buruk, dan hanya memiliki pikiran baik. Harus menghentikan pandangan salah, dan hanya memiliki pandangan benar.” ( Anguttara Nikaya 4, 75 )

Pandangan benar adalah mengetahui atau memandang segala sesuatu sebagaimana adanya. Kalau tidak tahu, akuilah ketidaktahuan ini, dan jangan buat kesimpulan sendiri, karena bisa jadi kesimpulannya salah. Dan kalau orang meyakini kesimpulan yang salah ini sebagai suatu kebenaran, maka orang itu disebut memiliki pandangan salah.

Jika pandangan salah ini berkaitan dengan hal-hal yang penting dan mendasar, maka akan membahayakan orang itu sendiri. “Saya (Buddha) menyatakan bahwa pandangan salah mengarahkan pelakunya pada salah satu dari dua alam setelah kematian, yaitu neraka atau alam binatang.”( Lohica Sutta 10, Digha Nikaya )

Secara khusus, pandangan benar yang disebutkan dalam Saleyyaka Sutta, Majjima Nikaya, di antaranya adalah sebagai berikut: menganggap / mempercayai / meyakini adanya hukum karma, ada alam lain, ada mahluk halus, dan ada orang suci.

17. Apakah Buddha adalah “Juru Selamat”?Jawab: Bukan. “(Buddha adalah) Guru Agung bagi para Dewa

dan manusia.” ( Buddhanusati )

18. Apakah keselamatan / kebahagiaan / kesucian merupakan suatu anugerah dari pihak luar?

Jawab: “Oleh diri sendirilah kejahatan dilakukan. Oleh diri

sendirilah kejahatan tidak dilakukan. Suci atau tidak suci sepenuhnya tergantung pada diri sendiri. Tidak ada seorangpun yang bisa menyucikan orang lain.” ( Attavagga 9 – Dhammapada )

19. Jadi umat Buddha harus mengandalkan / bergantung pada dirinya sendiri?

Jawab: Ya.“Sebenarnya diri sendirilah yang dapat melindungi /

menyelamatkan diri sendiri. Buat apa mencari perlindungan dari pihak luar? Dengan mengendalikan diri sendiri, berarti telah melindungi diri sendiri.”

( Atta Vagga 4 – Dhammapada )“Buatlah pulau perlindungan bagi dirimu sendiri. Jangan

berlindung pada pihak luar (di luar diri). Jadikanlah Dhamma (Kebenaran) sebagai pulau perlindunganmu.”

( Mahaparinibbanna Sutta, Digha Nikaya )Maksudnya pulau perlindungan adalah melindungi dari

lautan penderitaan.

20. Bagaimana doa menurut agama Buddha?Jawab: Menurut Buddha, perbuatan, ucapan dan pikiran baik

adalah lebih efektif daripada doa.( Anguttara Nikaya V – 43 )

21. Apakah Tripitaka benar-benar berisi ajaran Buddha? Bagaimana kita tahu kitab-kitab ini belum berubah sejak pertama kali ditulis?

Jawab: “Jika suatu ajaran mengarah pada pelenyapan nafsu

duniawi, mengarah pada ketenangan, mengarah pada peningkatan kesadaran atau pencerahan, maka dapat dipastikan ajaran itu benar.” ( Anguttara Nikaya VII – 79 )

Kata-kata dalam Tripitaka bisa berubah, tergantung penerjemahnya. Tapi yang penting adalah maknanya tidak boleh berubah, mengacu pada sabda di atas.

22. Mengapa ada banyak penderitaan di dunia ini?Jawab: Memang demikianlah sifat alami kehidupan, tidak

terlepas dari penderitaan, di alam ini maupun di alam lain, di dalam segala bentuknya. ( Mahasatipatana Sutta 18, Digha Nikaya )

( Anguttara Nikaya III, 134 ) Sewaktu petapa Gotama dalam proses menjadi

Buddha, Beliau melihat / menyadari / menemukan “Empat Kebenaran Mulia” ( Catur Ariya Saccani ).

“Secara langsung Saya (Buddha) mengetahui adanya penderitaan (Dukkha), sebab penderitaan (Dukkha Samudaya), lenyapnya penderitaan (Dukkha Nirodha), dan cara menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha Nirodha Gamini Patipada).” ( Bhayaberava Sutta 4 – 31, Majjhima Nikaya )

Beruntung jika pertanyaan ini timbul dalam diri anda, berarti anda punya potensi spiritual yang besar, manfaatkanlah rasa ingin tahu itu untuk menyadari hakikat kehidupan.

“Renungkanlah hal ini: ‘Aku bukanlah satu-satunya yang mengalami penderitaan, tapi semua mahluk juga mengalaminya.’ Jika seseorang sering merenungkan fakta ini, maka terbukalah baginya jalan menuju pencerahan.”

( Anguttara Nikaya V – 57 )

23. Bagaimana pandangan Buddhisme tentang minum alkohol?

Jawab: “Ada enam akibat buruk yang ditimbulkan karena

ketagihan minuman keras: Menghabiskan banyak uang. Meningkatkan resiko perselisihan dengan orang lain. Merusak kesehatan. Kehilangan nama baik. Bisa melakukan hal-hal yang tidak pantas. Menurunkan kecerdasan.”

( Sigalovada Sutta 8, Digha Nikaya )“Suka mabuk, inilah penyebab kehancuran seseorang.”

( Parabhava Sutta 16, Sutta Nipata )“Menghindari minuman keras, itu adalah suatu berkah.”

(Mahamanggala Sutta 7, Sutta Nipata )

124 / SINAR DHARMA

Lanjutan Tanya Jawab...

Page 129: Sinar Dharma 29.pdf

24. Hidup tanpa ketakutan, mungkinkah?Jawab: “Ada orang yang perbuatannya masih belum cukup baik,

ucapannya masih belum cukup baik, pikirannya masih sangat kotor, serakah, penuh nafsu, dan bisa berniat jahat. Maka orang ini masih bisa merasa takut.” (Bhayabherava Sutta 4 – 9 , Majjhima Nikaya)

Jika kita bisa menghilangkan hal-hal yang jelek ini, maka kita akan hidup bahagia tanpa rasa takut.

25. Bagaimana cara menghormati Buddha?Jawab: “Jika para siswa mempraktikkan kebenaran secara utuh.

Tidak melanggar kebenaran. Maka orang itu telah memberikan penghormatan dan pemujaan tertinggi pada Buddha.” (Mahaparinibbana Sutta 5. 3, Digha Nikaya )

26. Siapakah yang menciptakan manusia?Jawab: “Aku terlahir karena perbuatanku sendiri (diciptakan oleh karma

di masa lalu, di kehidupan sebelumnya).” ( Anguttara Nikaya V, 57 )

27. Apakah ada ‘Sang Pencipta’? Siapa yang menciptakan alam ini? Jika agama Buddha tidak bisa memberikan penjelasan yang memuaskan, maka saya mau keluar dari agama Buddha.

Jawab: Ada seseorang yang bernama Malunkyaputta, dia mengajukan

beberapa pertanyaan (yang lebih tepat disebut tuntutan), di antaranya tentang alam semesta, yaitu apakah alam ini terbatas atau tidak, berikut jawaban dari Buddha: “Malunkyaputta, apakah pernah Saya berkata pada anda seperti ini: ‘Ayo, masuklah agama Buddha dan Saya akan menjawab semua pertanyaan ini.’?”

“Tidak pernah, Bhante (Guru yang dimuliakan, sebutan bagi Buddha atau para Bhikkhu),” jawab Malunkyaputta.

“Lalu apakah anda pernah berkata pada saya seperti ini: ‘Saya akan menjadi pengikut Buddha, hanya jika Buddha menjawab semua pertanyaan ini.’?”

“Tidak pernah, Bhante,” jawab Malunkyaputta.“Kalau tidak pernah, maka tuntutan anda sama sekali tidak relevan

diajukan pada Saya. Bila seseorang baru mau menjadi pengikut Buddha setelah mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif mengenai alam semesta, maka ia sudah keburu meninggal sebelum pertanyaannya terjawab.

Hal ini bagaikan seseorang yang terkena panah beracun. Pada saat mau diobati, ia berkata: ‘Tunggu dulu. Saya tidak mau diobati sebelum saya tahu data diri penembaknya dan jenis busur yang digunakan.’

Sebelum pertanyaannya terjawab, maka orang ini sudah keburu meninggal. Kesucian tidak tergantung pada hal-hal yang baru saja anda tanyakan. Dan jawaban atas pertanyaan anda tidak berhubungan dengan penderitaan yang selalu ada dalam kehidupan.

Sedangkan ajaran Saya berguna untuk melenyapkan penderitaan. Apakah yang Saya ajarkan? Yaitu Empat Kebenaran Mulia ( Catur Ariya Saccani ).”

( Culamalunkyaputta Sutta, Majjhima Nikaya )

SINAR DHARMA / 125

PLATINUM : Rp 500.000,-V.VIP Seats, Special Buffet Lunch, Fly High T-Shirt & Cap, Motivational Book, Goodie Bag, Entrepreneurship Class (6x) & Free Webinar for 3 months

GOLD: Rp 250.000,-VIP Seats, Luch Box, Fly High T-Shirt, Motivational Book, Goodie Bag & Entrepreneurship Class (1x)

SILVER: Rp 100.000,-Regular Seat. Lunch Box & Goodie Bag

FOR TICKETS & MORE INFORMATION ABOUT THIS EVENT:www.swat28.comemail: [email protected]

Page 130: Sinar Dharma 29.pdf

SMS ANDAKata Bijak, Ucapan, Renungan, SMS ke

081331789009

126 / SINAR DHARMA

Semua yang hidup dan berkondisi di dunia ini tidak ada yang kekal. “Selamat Hari Raya Trisuci Waisak!” Semoga semua makhluk hidup menyadari dan bisa hidup bahagia. (NN)

Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2556 BE / 2012. Kebijaksanaan tonggak kejujuran, semoga berkah Waisak melimpah pada kita semua makhluk hidup. Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta. Semoga Makhluk Hidup Berbahagia. (Prasetia Sekeluarga)

谦虚 - Qian xu - Rendah hati, 谦虚是接纳真理的来源 - Qian

xu shi jie na zhen li de lai yuan - Rendah hati adalah sumber dari kebenaran hakiki, 谦虚是创造进取的本质 - Qian xu shi chuang zao jin qu de ben zhi - Rendah hati adalah dasar untuk bisa mencapai kemajuan, 谦虚是待人出世的礼貌 - Qian xu shi dai ren chu shi de li mao - Rendah hati adalah kesusilaan dalam bermasyarakat, 谦虚是明诚形化的功夫 - Qian xu shi ming cheng xing hua de gong fu - Semakin cakap seseorang, ia harus semakin rendah hati. NN

Luas sempitnya dunia, lancar atau tidaknya sebuah jalan, semuanya tergantung pada sebersit niat dalam pikiran kita. 天地的寬窄,道路的舒坦與否,全係於我們一念之間。The dimension of our living space and the condition of our life path, all lie within our thoughts. - Master Cheng Yen –

“Ingatlah bahwa Anda tidak bermeditasi untuk mendapatkan sesuatu, tetapi untuk melepaskan sesuatu. Kita melakukan meditasi, tanpa keinginan, tetapi dengan membiarkannya hilang, bila Anda menginginkan sesuatu, Anda tidak akan mendapatkannya.” ~Ajahn Chah~

“Kehidupan yang bijaksana pasti mempunyai sikap yang tulus dan rendah hati. Dengan bijaksana kita baru bisa membedakan hal yang baik dan buruk, benar dan salah. Sikap rendah hati merupakan wujud kepribadian yang kuat menjalani hidup. Dengan sikap rendah hati, kita akan dapat membangun kehidupan yang bahagia. NN

Segala sesuatu yang menjadi milik tidak akan terlepas. Segala sesuatu yang bukan milik tidak akan pernah diperoleh. Semua makhluk hanya akan menerima segala yang memang sudah menjadi miliknya. (Bhante Uttamo)

Jauh di dalam diri manusia terdapat kekuatan-kekuatan yang masih tertidur nyenyak, kekuatan yang akan membuat mereka takjub dan yang tidak pernah mereka bayangkan selama ini, kekuatan yang apabila digugah akan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. (Bhante Silagutto)

Kemelekatan merupakan salah satu sifat dari pengumbaran nafsu keinginan. Semakin seseorang melekat pada sesuatu,

semakin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan melihat kebijaksanaan. ( Ajahn Chah)

Saat berkata kepada orang tua terkadang kita jengkel, membentak, menghina tanpa menyadari itu menyakiti hati mereka. Padahal di lain waktu melihat orang lain berlaku sama seperti kita, kita bisa berpikir mengapa dia begitu? Tak tahukah dia bahwa orang tuanya yang sudah tua tidak mengerti, orang tua mereka lambat mengakses setiap kata untuk dimengerti. Mengapa tidak sabar? Mengapa kita dapat menilai orang lain tetapi kita tidak menyadarinya sendiri? Sayangi dan hormatilah orang tua kita. (NN)

Senyumlah dan lakukan itu dengan tulus. Pada waktu Anda tersenyum dan melimpahkan pikiran cinta dan kasih sayang, keajaiban terjadi. Cahaya dan wajah kehadiran Anda membawa gelombang mental positif yang mampu meruntuhkan tembok dinding yang memisahkan Anda semua. Hanya cinta yang mempengaruhi dan mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif, kebencian hanya akan mengeraskan pihak lawan. (YM. Sri Dhammananda Nayaka Mahathera)

Aku adalah aku, tidak bisa menjadi dirimu, yang bisa kulakukan hanyalah menebarkan cinta kasih dan welas asih bagi dirimu. (NN)

Ketika dirundung kemalangan, kita berharap akan datangnya kemukjizatan. Tetapi ketika memiliki kemampuan membantu makhluk lain, bersediakah kita menjadi orang yang memberikan mukijizat bagi makhluk lain? (NN)

Makna kesuksesan bukan terletak pada berapa banyak orang yang telah kita ungguli, melainkan berapa banyak orang yang telah kita bantu. Makna kehidupan bukan terletak pada berapa banyak orang yang telah kita taklukkan, melainkan berapa banyak orang yang telah kita bantu agar mereka senantiasa berhasil menaklukkan diri mereka sendiri. Kesuksesan itu umumnya dinilai berdasarkan hal-hal eksternal, sedangkan prestasi adalah pernyataan dari cinta kasih dan welas asih yang agung, sebab itulah, saat mengejar kesuksesan janganlah lupa untuk menorehkan prestasi. Mari kita camkan: jika kita melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, itu adalah kesuksesan; jika kita melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, itu adalah prestasi. (NN)

Hanya ada dua jalan dalam hidup ini. Kita selamanya hanya menapaki satu jalan, namun selalu memikirkan jalan yang satunya lagi. Itulah manusia, tidak pernah puas dan tidak pernah hidup di kekinian. (NN)

Page 131: Sinar Dharma 29.pdf

SINAR DHARMA / 127127 / SINAR DHARMASINAR DHARMA / 127

Page 132: Sinar Dharma 29.pdf

Penjelasan: Menetapkan rencana atau target waktu untuk belajar

haruslah longgar. Misal, kita bisa menetapkan hari pertama masuk sekolah hingga berakhirnya ujian semester sebagai satu satuan target waktu pembelajaran. Dengan demikian, jauh-jauh hari sebelum ujian kita setiap harinya telah belajar secara rutin dan intensif, sehingga menjelang ujian kita tidak tergopoh-gopoh baru akan mulai memersiapkan diri. Dengan kata lain, jangan menetapkan target waktu untuk belajar dengan sangat mepet, tepatnya hanya beberapa hari menjelang ujian baru mulai belajar, sedang jauh-jauh hari sebelumnya hanya bermalas-malasan. Dengan penetapan target waktu yang logis dan cara belajar yang intensif, jika waktunya tiba, hal-hal yang sebelumnya tidak dimengerti dengan sendirinya akan menjadi paham.

Ketika ada hal yang tidak dimengerti, segera buat catatan, kemudian bertanyalah pada mereka yang mengerti untuk mendapatkan penjelasan yang benar.

Ruang belajar harus bersih, dinding bersih, meja belajar rapi dan alat-alat tulis ditempatkan dengan benar. Sebelumnya harus lebih dulu memersiapkan 4 peralatan tulis, yaitu batu tinta, batang tinta, kuas dan kertas. Suasana belajar yang baik sangat mendukung efektivitas proses belajar. Kalau menurut bahasa managemen masa kini, ini adalah penerapan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

Dari cara menggosok batang tinta bisa diketahui kondisi pikiran kita sedang terfokus atau tidak. Demikian pula jika huruf atau tulisan kita kacau tidak karuan, itu menunjukkan pikiran kita sedang dalam kondisi tidak tenang. Tak heran jika bagi mereka yang hendak berlatih meningkatkan kesabaran, kaligrafi adalah salah satu alternatif yang sangat baik, sedang bagi kaum hawa bisa mencoba berlatih seni merajut atau ikebana (seni merangkai bunga ala Jepang).

Kitab-kitab atau buku-buku harus kita pilah dan susun di tempat yang tetap sesuai dengan pengelompokannya, dengan demikian akan terlihat rapi dan teratur. Setelah membacanya, buku-buku itu harus kita kembalikan ke tempatnya semula.

Meski ada urusan mendesak sehingga kita harus segera meninggalkan ruangan belajar, buku yang kita baca tetap harus dikembalikan ke tempatnya semula dengan rapi. Kitab di zaman Tiongkok kuno berbentuk gulungan (bambu atau kertas), sebab itu dikatakan harus menggulung dan mengikat dengan rapi. Jika ada bagian dari buku yang sobek atau rusak, segera perbaiki. Buku itu ibaratnya guru atau teman bajik, sebab itu kita harus merawatnya dengan baik.

Jika bukan buku para suciwan, berisi hal-hal yang tidak mendidik dan bermanfaat, jangan dikoleksi dan dibaca. Buku-buku itu membuat kekotoran batin yang menutupi

hati nurani kita menjadi semakin tebal, merusak pikiran, moral dan aspirasi, bahkan dapat menghancurkan masa depan kita.

Di Zi Gui adalah ajaran orang suci, memang bukan hal yang mudah untuk mampu menghayati dan mengamalkannya, namun jangan mudah menyerah dan putus asa. Meski bukan hal yang mudah, namun dengan keyakinan dan upaya yang gigih, secara berangsur kita juga bisa menjadi suciwan dan orang berbudi luhur.

Untuk mencapai kesucian yang pertama-tama harus kita lakukan adalah memiliki keyakinan bahwa kita bisa mewujudkan tujuan mulia ini. Keyakinan ini harus ditopang oleh ikrar, ibaratnya sebuah badan usaha yang ingin langgeng harus memiliki visi dan misi. Selanjutnya kita harus “berjalan berkelompok”, bergaul dengan orang bajik berperi cinta kasih mewujudkan salah satu bait dalam Bab Mengasihi Semua Orang Secara Universal: “Saling menasihati untuk berbuat bajik, moralitas semua orang akan terbentuk. Tidak menegur orang yang berbuat salah, moralitas kedua pihak menjadi cacat.”

Jika kita semua dapat mewujudkan keseimbangan pelatihan individual dan kehidupan komunitas, maka perjalanan yang jauh itu akan bisa kita wujudkan, bukan dengan langkah yang lambat, tetapi dengan langkah yang cepat. Betapa jauh dan beratnya perjalanan itu, kita tak akan takut lagi, tak ada lagi kosa kata menyerah dalam benak pikiran kita.

Sebagai kata penutup penjelasan Di Zi Gui ini, marilah kita gali, tempa dan kembangkan potensi yang kita miliki untuk bersama-sama belajar, berlatih, mengamalkan dan mencapai jalan kesucian.

~ Di Zi Gui Selesai ~

128 / SINAR DHARMA