simulasi reservoar lahendong

Upload: mars-hendra

Post on 02-Mar-2016

284 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

lahendong

TRANSCRIPT

  • PROCEEDINGS

    The 11TH

    ANNUAL INDONESIAN GEOTHERMAL ASSOCIATION MEETING & CONFERENCE

    Bandar Lampung on 13- 14 September, 2011

    EVALUASI RESERVOIR

    LAPANGAN GEOTHERMAL LAHENDONG SULAWESI UTARA SETELAH BERPRODUKSI SELAMA 10 TAHUN

    Teguh Prabowo

    1, Sigit Suryanto

    2 dan Andi Joko Nugroho

    3

    1), 2) dan 3) Engineering Department, Pertamina Geothermal Energy, Lahendong Field,

    Tomohon, North Sulawesi, Indonesia

    ABSTRAK

    Area Lahendong merupakan lapangan

    panasbumi pertama dan satu-satunya di

    Sulawesi. Berdasarkan data tahun 2010, total

    pembangkitan PLTP Lahendong sebesar 60 MW

    (3 x 20MW) dapat menyumbang hingga 40%

    kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. Cadangan

    terbukti reservoir Lahendong adalah sebesar 80

    MW dengan potensi pengembangan sebesar 150

    MW. Area Lahendong mempunyai karakteristik

    reservoir low permeability namun memiliki

    temperature sangat tinggi. Temperatur reservoir

    Lahendong berkisar antara 280 - 320 deg-C

    dengan kedalaman reservoir berkisar mulai dari

    1600 - 1800 meter.

    Sumur sumur produksi yang menyuplai PLTP Unit-1 dan Unit-2 berada di blok selatan

    dengan karakteristik fluida yang cenderung

    kering dengan dryness berkisar 80-90 %,

    sementara sumur sumur produksi yang menyuplai PLTP Unit-3 berada diblok utara

    dengan karakteristik fluida yang cenderung

    basah dengan dryness berkisar 25-35 %. Selama

    10 tahun beroperasi, sumur - sumur di blok

    selatan sudah mengalami penurunan TKS

    (Tekanan Kepala Sumur) namun masih berkisar

    antara 12 29 kscg dan terjadi indikasi terbentuknya steam cap.

    PENDAHULUAN

    Lapangan panasbumi Lahendong merupakan

    salah satu lapangan dalam Wilayah Kerja

    Pengusahaan geothermal di Lahendong-

    Sulawesi Utara sesuai SK Menteri P & E

    No.560K/30/M.PE/1987 tanggal 16 Juli 1987

    dengan luas 106.250 Ha. Gambar 1

    menunjukkan peta Wilayah Kerja Pengusahaan

    Panasbumi Lahendong. Penelitian sumber daya

    panasbumi di daerah Lahendong Sulawesi Utara yang meliputi geologi, geokimia dan

    geofisika telah dilakukan pada tahun 1973 1978.

    Dari keseluruhan Wilayah Kerja Pengusahaan

    Lahendong, terdapat dua daerah pengembangan

    panas bumi yaitu Lahendong dan Tompaso.

    Daerah pengembangan Lahendong saat ini sudah

    menjadi Area Lahendong terletak sekitar 20 km

    kearah selatan dari Kota Manado, secara

    administratif berada di Kota Tomohon dan

    sebagian kecil di Kabupaten Minahasa.

    Sementara daerah pengembangan Tompaso

    terletak 20 km ke arah selatan Lahendong dan

    terletak secara administratif di Kabupaten

    Minahasa. Untuk saat ini Tompaso masih

    menjadi bagian dari proyek pengembangan Area

    Lahendong. Peta kedua daerah pengembangan

    tersebut terdapat pada gambar 2.

    Area Lahendong merupakan lapangan

    panasbumi pertama dan satu-satunya di

    Sulawesi. Berdasarkan data tahun 2010, total

    pembangkitan PLTP Lahendong sebesar 60 MW

    (3 x 20MW) dapat menyumbang hingga 40%

    kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. Kondisi

    actual saat ini, sedang dilakukan pembangunan

    PLTP Lahendong Unit 4 sebesar 20 MW yang

    ditargetkan beroperasi pada tahun 2011,

    sehingga total pada akhir 2011, Area Lahendong

  • diharapkan mampu membangkitkan listrik

    sebesar 80 MW.

    Total jumlah sumur yang sudah dibor di Area

    Lahendong ada 24 sumur yang terdiri dari 9

    sumur produksi yang menyuplai uap sebesar

    lebih kurang 450 ton/jam untuk 3 PLTP, 4

    sumur injeksi untuk menginjeksikan sekitar 500

    ton/jam brine dan kondensat, 7 sumur

    monitoring dan 3 sumur abandon. Peta sumur-

    sumur dan PLTP Area Lahendong terdapat pada

    gambar 3.

    Sejarah pengembangan Area Lahendong dimulai

    pada tahun 1973 dengan melakukan studi

    eksplorasi dan pemboran 3 sumur eksplorasi,

    dilanjutkan dengan pemboran 7 sumur

    eksplorasi lanjut mulai tahun 1982 dan 16 sumur

    pengembangan mulai tahun 1988 sampai 2005

    sehingga total telah dibor 23 sumur. Satu sumur

    lagi yang diperuntukkan untuk sumur injeksi

    dibor pada tahun 2010. PLTP Lahendong Unit 1

    mulai beroperasi pada tanggal 21 Agustus 2001,

    PLTP Lahendong Unit 2 mulai beroperasi pada

    tanggal 19 Juni 2007 dilanjutkan dengan PLTP

    Lahendong Unit 3 pada tanggal 6 April 2009.

    Pengembangan selanjutnya adalah pemboran 4

    sumur tambahan untuk menyuplai uap ke PLTP

    Lahendong Unit 4 yang rencananya akan mulai

    dioperasikan akhir tahun 2011.

    Proyek Tompaso merupakan proyek

    pengembangan total project dari Area

    Lahendong dimana PLTP Lahendong Unit 5 dan

    Unit 6 sebesar 2 x 20 MW akan disuplai dari

    sumur-sumur produksi di proyek ini dalam

    kontrak jual beli listrik dengan PLN.

    Direncanakan proyek pengembangan ini akan

    mulai beroperasi pada tahun 2014.

    RESERVOIR LAHENDONG

    Reservoir Area Lahendong dengan proven area

    seluas 8 km2

    dan terbagi menjadi dua zona

    produktif utama, yaitu di sebelah selatan yang

    diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster

    LHD-4 dan LHD-13, serta di sebelah utara yang

    diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster

    LHD-5 dan LHD-24. Peta zona reservoir

    Lahendong dapat dilihat pada Gambar 4.

    Cadangan terbukti reservoir Lahendong

    berdasarkan uap yang terkumpul/terproduksikan

    di kepala sumur adalah sebesar 80 MW dengan

    potensi pengembangan sebesar 150 MW.

    Sedangkan berdasarkan simulasi Monte Carlo,

    Area Lahendong memiliki potensi cadangan 125

    155 MW, terlampir pada Gambar 5.

    Area Lahendong mempunyai karakteristik

    reservoir low permeability dimana jarang

    terdapat total loss circulation pada pemboran

    sumur-sumur yang ada. Berdasarkan data

    statistik hanya 60 persen dari sumur-sumur di

    Lahendong yang mendapatkan total loss pada

    pemboran, dan 15 persen yang hanya

    mendapatkan zona partial loss selama pemboran.

    Sedangkan selebihnya tidak mendapatkan zona

    loss selama pemboran. Kedalaman feed zone

    rata-rata adalah 1600 1800 meter.

    Dengan Feed Zone yang ada, area Lahendong

    memiliki potensi reservoir temperatur tinggi

    dengan temperatur reservoir berkisar mulai dari

    290 320 oC. Temperatur zona produktif selatan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di

    zona produktif utara. Heat Source utama

    diperkirakan ada di selatan sekitar zona

    produktif selatan sebagai daerah upflow

    sedangkan daerah outflow diperkirakan ke arah

    zona produktif utara Tekanan reservoir berada

    untuk Area Lahendong, berada pada kisaran 130

    160 kscg.

    Terdapat perbedaan karakteristik fluida produksi

    dari sumur-sumur produksi di zona utara dan

    selatan dimana zona selatan yang terdiri dari

    sumur produksi memproduksikan fluida yang

    lebih kering dibandingkan dengan yang

    diproduksikan di zona utara. Dryness sumur-

    sumur produksi di zona selatan berkisar 80-90

    %, sedangkan dryness sumur-sumur produksi di

    zona utara berkisar 25-35 %.

    PRODUKTIFITAS LAHENDONG

    Sampai saat ini, Suplai uap untuk PLTP

    Lahendong Unit 1, 2 dan 3 berasal dari 9 sumur

    produksi yang terdapat di 3 kluster produksi.

    Dari zona selatan, terdapat kluster LHD-4 yang

    terdiri dar 5 sumur produksi, yaitu sumur LHD-

    8, LHD-10, LHD-11, LHD-12 dan LHD-15 serta

    kluster LHD-13 yang terdiri dari 2 sumur

    produksi, yaitu sumur LHD-17 dan LHD-18.

  • Dari zona utara, terdapat kluster LHD-5 yang

    terdiri dari 2 sumur produksi, yaitu sumur LHD-

    5 dan LHD23. Sementara itu, di zona utara juga

    terdapat kluster pengembangan yaitu kuster

    LHD-24 yang terdiri dari 2 calon sumur

    produksi, yaitu sumur LHD-24 dan LHD-28.

    Nama kluster merupakan sumur pertama yang

    dibor di kluster tersebut.

    Sumur-sumur produksi di zona selatan, yang

    terdiri dari dua kluster, menyuplai uap untuk

    pembangkitan PLTP Lahendong Unit 1 dan Unit

    2. Sedangkan sumur-sumur produksi di zona

    utara, yaitu di kluster LHD-5, menyuplai uap

    untuk PLTP Lahendong Unit 3. Satu kluster

    pengembangan di zona utara yaitu kluster LHD-

    24 rencananya akan menyuplai uap untuk PLTP

    Unit 4.

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

    bahwa zona selatan memiliki karakter fluida

    sumur yang lebih kering, sehingga satu sumur

    injeksi di kluster LHD-7, yaitu sumur LHD-7,

    cukup untuk menginjeksikan brine dari sumur-

    sumur produksi di kluster LHD-4 dan LHD-13

    serta kondensat dari PLTP lahendong Unit 1 dan

    Unit 2. Injeksi air ke sumur LHD-7 merupakan

    cold injection, dimana fluida dikumpulkan dan

    didinginkan terlebih dahulu di cooling pond

    yang terdapat di kluster LHD-13. Sementara itu,

    zona utara yang lebih basah, membutuhkan 3

    sumur injeksi, yaitu sumur LHD-19, LHD-20,

    LHD-21 yang berada di kluster LHD-5, untuk

    menginjeksikan brine dari sumur-sumur

    produksi di kluster LHD-5 dan kondensat dari

    PLTP Lahendong Unit 3. Skema injeksi pada 3

    sumur injeksi terakhir merupakan hot injection.

    Namun untuk ke depannya, mulai akhir tahun

    2011, semua injeksi brine dan kondensat akan

    diarahkan pada sumur-sumur injeksi di kluster

    LHD-7, dimana selain sumur LHD-7, juga telah

    dibor sumur LHD-36 dengan skema cold

    injection. Skematik laju alir uap dan brine di

    Area Lahendong dapat dilihat pada gambar 6.

    Adapun penambahan sumur produksi yang akan

    menyuplai PLTP Lahendong Unit 4, tidak akan

    mengubah strategi injeksi yang sudah ada

    EVALUASI RESERVOIR DAN

    OPERASIONAL AREA LAHENDONG

    Dimulai dari tahun 2001, saat ini Area

    Lahendong menyuplai uap lebih kurang 450

    ton/jam untuk 3 PLTP yang sudah ada. Dengan

    tulang punggung produksi berasal dari zona

    produksi selatan yaitu di kluster LHD-4 dan

    kluster LHD-13, menunjukkan bahwa setelah

    beroperasi selama 10 tahun, terjadi penurunan

    TKS (Tekanan Kepala Sumur) di sumur-sumur

    produksi di kluster LHD-4. Namun besaran

    TKS-nya masih berkisar antara 19 29 Kscg sehingga masih dapat diandalkan untuk

    menyuplai uap ke PLTP Lahendong Unit 1 dan

    Unit 2. Sedangkan pada kluster LHD-13 dua

    sumur produksi yang ada, yaitu LHD-17 dan

    LHD-18 juga mengalami decline TKS dengan

    bukaan penuh, namun saat ini masih dapat

    beroperasi dengan TKS 12-13 Kscg. Sementara

    itu di zona utara, karena relatif belum lama

    dalam menyalurkan uap, belum terlihat adanya

    penurunan TKS pada sumur-sumur produksinya.

    Permasalahan yang sering terjadi pada lapangan

    uap dua fasa adalah pengukuran laju air fluida

    per sumur, terutama bila dalam satu kluster, ada

    beberapa sumur produksi yang bergabung pada

    satu separator. Area Lahendong pun memiliki

    kesulitan yang sama sehingga tidak memiliki

    data laju alir fluida per sumur sampai akhirnya

    dilakukan TFT (Tracer Flow Test) di tahun

    2010 pada sumur-sumur produksinya. Hasil TFT

    pada tahun 2010 yang dibandingkan dengan

    hasil uji produksi sumur-sumur produksi di Area

    Lahendong sedikitnya dapat memberikan dua

    gambaran Area Lahendong saat ini. Gambaran

    pertama, adalah seperti halnya pemantauan TKS,

    sumur-sumur produksi di Area Lahendong pun

    sudah mengalami penurunan produksi.

    Penurunan produksi terbesar dialami pada

    sumur-sumur produksi di kluster LHD-4,

    kemudian kluster LHD-13 dan terakhir di kluster

    LHD-5. Hal ini sesuai dengan urutan umur

    produksi sumur dan kecenderungan penurunan

    TKS sumur-sumur produksi tersebut. Adapun

    decline rata-rata sumur produksi di Area

    Lahendong adalah 3 - 4 % pertahun. Gambaran

    kedua adalah kecenderungan terbentuknya steam

    cap pada zona produksi selatan yang ditandai

    dengan meningkatnya dryness sumur-sumur

    produksi yang mengarah ke tengah zona

    reservoir dan menurunnya dryness sumur-sumur

    produksi yang mengarah ke luar zona reservoir.

  • Pembentukan steam cap dan menurunnya

    dryness jelas terlihat pada dua sumur produksi,

    yaitu sumur LHD-15 dan sumur LHD-10.

    Sumur LHD-15 yang mengarah ke tengah zona

    reservoir saat ini memproduksikan fluida satu

    fasa uap. Sementara itu, sumur LHD-10 yang

    mengarah keluar zona reservoir justru

    mengalami perubahan karakteristik fluida yang

    sangat signifikan dimana ketika uji produksi,

    LHD-10 merupakan sumur dominasi uap dengan

    dryness 84%, saat ini menjadi sumur dominasi

    air dengan dryness 30%.

    Area Lahendong sudah dua kali melakukan

    Tracer Test untuk menganalisa aliran fluida dari

    sumur-sumur injeksi ke sumur-sumur produksi

    yang ada. Tracer Test pertama dilakukan pada

    tahun 2006 ketika operasional Area Lahendong

    hanya suplai uap dari sumur-sumur produksi di

    kluster LHD-4 ke PLTP Lahendong Unit 1.

    Injeksi tracer dilakukan pada sumur injeksi

    LHD-7 dan dipantau di sumur-sumur produksi

    di kluster LHD-4 dengan tracer berupa tritium.

    Hasil pemantauan adalah bahwa terjadi

    interkoneksi antara sumur injeksi LHD-7 dengan

    sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 dengan

    lama breakthrough sekitar setahun. Sementara

    itu, tracer test kedua dilakukan pada tahun 2010

    dengan menginjeksikan tritium di sumur injeksi

    LHD-21 kemudian dipantau pada beberapa

    sumur produksi di kluster LHD-4, LHD-5 dan

    LHD-13. Hasilnya adalah interkoneksi antara

    sumur injeksi dengan sumur-sumur produksi di

    tiap-tiap kluster dengan interkoneksi terkuat

    adalah antara sumur injeksi dengan sumur

    produksi di kluster LHD-5 yaitu, sumur LHD-21

    dengan sumur LHD-5 dan LHD-23 dengan lama

    breakthrough adalah 3 hari.

    Bila dihubungkan antara hasil tracer test dengan

    perubahan karakteristik reservoir khususnya di

    zona selatan dimana terbentuk steam cap dan

    membasahnya sumur-sumur produksi yang ke

    arah luar reservoir, ada dua kemungkinan utama

    yang penyebab, strategi injeksi yang masih harus

    dievaluasi atau pengambilan massa yang cukup

    besar pada zona reservoir yang mengakibatkan

    mulai ikut terproduksikannya marginal water

    dari luar zona reservoir. Kedua kemungkinan ini

    bila dikoreksi dengan hasil pemantauan data

    geokimia, menunjukkan bahwa air yang

    terproduksikan di sumur LHD-10, sebagian

    besar merupakan air injeksi dari cluster LHD-7.

    Untuk itu, ke depannya perlu dilakukan studi

    lebih lanjut dengan data yang lebih lengkap

    untuk menentukan strategi injeksi yang terbaik

    bagi Area Lahendong tanpa mempengaruhi

    operasionalnya.

    MONITORING GEOKIMIA

    Monitoring reservoir lapangan panasbumi

    Lahendong tidak hanya dilakukan dengan

    menggunakan Tracer Flow Test (TFT) tetapi

    juga melalui pemantauan unsur unsur kimia seperti Cloride (Cl), Boron (B) dan Non

    Condensable Gas (NCG) dan lain lain yang

    terdapat pada fluida panasbumi. Sementara kami

    tidak menggunakan data enthalpy dikarenakan

    keterbatasan data mengingat sejak tahun 2011

    sumur sudah jarang sekali bahkan beberapa

    sumur tidak dilakukan pengukuran Temperature

    dan Tekanan kondisi statik karena sumur selalu

    online untuk memenuhi kebutuhan listrik

    Sulawesi Utara sekitar 40%. Unsur unsur kimia tersebut didapatkan dari hasil analisis

    sampel kimia Separated Water (SPW) /Brine

    seperti kandungan Cloride (Cl) dan Steam

    Condensate Sample (SCS) seperti kandungan

    Boron (B) yang diambil dari sumur sumur produksi di Lapangan Panasbumi Lahendong

    setiap 4 bulan sekali.

    Berdasarkan data kimia dari SPW, SCS dan

    NCG selama kurang lebih 10 tahun lapangan

    panasbumi Lahendong beroperasi didapatkan

    beberapa pola atau indikasi perubahan sifat

    ataupun karakteristik di reservoir, yaitu :

    Sumur sumur di kluster LHD-4 seperti: LHD-8 : relatif menjadi kering, ada sedikit

    kondensasi

    LHD-10 : menjadi lebih basah (gambar 7)

    LHD-11 : menjadi lebih kering (gambar 8)

    LHD-12 : menjadi lebih kering

    LHD-15 : relatih sedikit menjadi lebih basah

    Sumur sumur di kluster LHD-13 seperti : LHD-17 : menjadi lebih kering

    LHD-18 : menjadi lebih kering

    Sumur sumur di kluster LHD-5 seperti :

  • LHD-5 : sudah mendapat pengaruh injeksi

    LHD-23 : sudah mendapat pengaruh injeksi

    Berdasarkan interpretasi data kimia fluida sumur

    sumur produksi tersebut maka didapatkan pola perubahan yang hampir sama dengan pola

    perubahan berdasarkan data Tracer Flow Test

    (TFT) yang mana pada sumur sumur di kluster LHD-4 dan LHD-13 yang mengarah ke bagian

    tengah dan selatan menjadi lebih kering

    sedangkan sumur yang mengarah ke bagian

    relatif utara seperti sumur LHD-10 (relatif lebih

    basah). Hal ini bisa terjadi akibat dari pengaruh

    air injeksi dingin di kluster LHD-7 atau

    berlokasi disebelah utara kluster LHD-4 ataupun

    dari marginal water yang masuk ke zona

    reservoir (masih memerlukan study lebih lanjut

    untuk menjawab permasalahan tersebut).

    Sedangkan untuk sumur sumur produksi di kluster LHD-5 seperti sumur LHD-5 dan sumur

    LHD-23 terlihat sudah mendapatkan pengaruh

    air injeksi dari sumur di sebelahnya yaitu sumur

    LHD-19, LHD-20 dan LHD-21 yang

    difungsikan sementara untuk sumur injeksi

    karena proses pengeboran sumur injeksi

    tambahan baru saja selesai dan pemipaan dari

    kluster LHD-5 ke LHD-7 sedang dalam proses

    pekerjaan. Berdasarkan data kimia fluida dan

    TFT dari sumur sumur produksi di Area Lahendong maka sudah terlihat adanya

    kekeringan di zona reservoir pada sumur sumur produksi penyuplai PLTP unit 1 dan 2

    sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk

    mengatasi hal tersebut terkait management

    steam field.

    KENDALA OPERASIONAL

    Selama 10 tahun beroperasi, sudah menjadi hal

    yang normal bila Area Lahendong memiliki

    beberapa kendala operasional. Namun, kendala

    operasional yang utama di Area Lahendong

    adalah keterbatasan sumur produksi. Hal ini

    kemudian ditambah dengan fakta bahwa Area

    Lahendong sangat diandalkan untuk menghidupi

    Sulawesi Selatan dari sisi energi listrik. Hal ini

    mengakibatkan kesulitan bagi Area Lahendong

    sendiri untuk melakukan pengambilan data-data

    monitoring sumur-sumur produksi khususnya

    bila harus melakukan modifikasi steam

    gathering system atau mengurangi produksi uap

    dari salah satu sumur produksi yang ada.

    Padahal data monitoring tersebut sangat

    dibutuhkan dalam pemantauan dan peramalan

    suplai uap Area Lahendong ke depannya. Untuk

    mengatasi permasalahan ini, Area Lahendong

    saat ini mencanangkan beberapa strategi.

    Strategi pertama adalah menguji ulang beberapa

    sumur monitoring dan sumur injeksi yang

    diharapkan dapat menambah suplai uap dan

    menjadi sumur produksi cadangan. Uji ulang ini

    sudah relative memberikan hasil pada sumur

    LHD-13 yang pada akhirnya akan coba

    dimasukkan ke steam gathering system. Saat ini

    pengujian sedang dilakukan pada sumur-sumur

    injeksi yang sudah tidak difungsikan lagi di

    kluster LHD-5, mengingat semua injeksi brine

    saat ini sudah dialirkan ke sumur-sumur injeksi

    di kluster LHD-7.

    Strategi kedua adalah dengan pemasangan

    separator tambahan untuk meningkatkan

    efisiensi separator pada sumur-sumur produksi

    di kluster LHD-4. Hal ini didasarkan fakta

    bahwa produksi fluida terbesar saat ini berasal

    dari sumur-sumur produksi di cluster LHD-4

    dengan hanya diimbangi dari satu separator.

    Hasl studi menunjukkan bahwa dengan

    penambahan separator tambahan dapat

    meningkatkan efisiensi pemisahan uap dan air

    sehingga diharapkan dapat meningkatkan suplai

    uap ke PLTP Lahendong Unit 1 dan Unit 2.

    Strategi ketiga adalah dengan perencanaan

    pemboran sumur make up di setiap kluster

    dengan rencana terdekat adalah pemboran sumur

    make up di kluster LHD-5. Alasan utama kluster

    LHD-5 adalah fakta bahwa hanya ada dua sumur

    produksi untuk menyuplai uap ke PLTP

    Lahendong Unit 3, sehingga permasalahan yang

    timbul pada salah satu sumur akan

    mengakibatkan berhentinya operasional PLTP

    Lahendong Unit 3.

    Sedangkan strategi keempat adalah dengan

    memanfaatkan brine yang ada, yang memiliki

    temperatur yang cukup, untuk dimanfaatkan

    melalui Binary Plant. Hal ini diharapkan dapat

    dilaksanakan mengingat produksi brine Area

    Lahendong yang cukup besar dengan

  • temperature yang relatif masih tinggi. Studi

    untuk pelaksanaan rencana ini saat ini masih

    dilakukan antara Pertamina Geothermal Energy

    dengan BPPT dan GFZ Jerman.

    Dengan keempat strategi tersebut diharapkan

    dapat mengatasi permasalahan utama Area

    Lahendong sehingga diharapkan pengoperasian

    Area Lahendong dari sisi surface dan subsurface

    dapat dioptimalkan sehingga Area Lahendong ke

    depannya dapat terus memberikan kontribusi

    signifikan baik pada perusahaan maupun pada

    stakeholders yang ada, yaitu PLN sebagai

    customer dan masyarakat Sulawesi Utara yang

    menikmati suplai energi bersih untuk kemajuan

    daerahnya.

    SUMMARY

    1. Selama 10 tahun beroperasi, sudah terjadi penurunan baik TKS maupun laju alir pada

    sumur-sumur produksi yang ada di zona

    produksi selatan yang menyuplai uap untuk

    PLTP Lahendong Unit 1 dan 2.

    2. Berdasarkan hasil Tracer Flow Test 2010 dan analisa geokimia sumur produksi, terjadi

    perubahan karakteristik fluida sumur pada

    sumur-sumur produksi di zona produksi

    selatan, dimana terbentuk steam cap pada

    tengah zona reservoir dan menurunnya

    dryness pada sumur-sumur produksi yang

    mengarah keluar zona reservoir,

    kemungkinan berhubungan dengan strategi

    injeksi yang ada.

    3. Kurangnya sumur-sumur produksi cadangan menjadi permsalahan utama bagi Area

    Lahendong dari sisi operasional maupun

    pemantauan reservoir ke depannya karena

    mengakibatkan sulitnya melakukan manuver

    sumur tanpa mengganggu operasional Area

    Lahendong.

    4. Strategi penyelesaian permasalahan yang ada diharapkan dapat sedikit demi sedikit

    membawa Area Lahendong menjadi Area

    yang ideal sehingga pemantauan bawah

    permukaan dapat dilakukan dengan baik

    untuk menunjang operasional Area

    Lahendong ke depannya.

    REFERENCES

    1. LAPI-ITB, Re-Assessment Reservoir Area Lahendong, 2009.

    2. Thermochem, Lahendong 2010 Tracer Flow Test Report, 2010

    3. BATAN, Laporan Survey Injeksi Zat Perunut Area Lahendong, 2011

    4. Enjinering Area Lahendong, Laporan Tahunan Geokimia, 2011

    5. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-5 6. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-8 7. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-10 8. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-11 9. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-12 10. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-15 11. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-17 12. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-18 13. Laporan Uji Produksi Sumur LHD-23

  • LAMPIRAN

    Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Pengusahaan Panasbumi Lahendong

    Gambar 2. Peta Daerah Pengembangan Lahendong Dan Tompaso

  • Gambar 3. Peta Arah Sumur Dan PLTP Lahendong

    Gambar 4. Peta Zona Reservoir Lahendong

  • Gambar 5. Histogram Simulasi Monte Carlo Cadangan Area Lahendong

    SEPARATOR SCRUBBERTURBIN

    PLTP

    SUMUR INJEKSI

    COOLING P0ND

    SUMUR PRODUKSI

    FLUIDA 2 FASE

    JALUR AIR

    JALUR UAP

    INJEKSI AIR

    INSTALASI

    JALUR UAP

    JALUR AIR

    PLNPERTAMINA

    ROCK

    MUFFLER

    HEAT

    SOURCES

    RESERVOIR CAP ROCK

    FAULT

    MANIFOLD0 m

    1000

    2000

    3000

    GENERATOR

    HEAT

    SOURCES

    RESERVOIR

    CAP ROCK

    STEAM FIELD

    ALIRAN AIR REINJEKSI

    COOLING TOWER

    JARINGAN

    Gambar 6. Diagram Alir Uap Dan Brine Lahendong

  • Gambar 7. Grafik Perubahan Kimia Sumur LHD-10

    Gambar 8. Grafik Perubahan Kimia Sumur LHD-11