danau linow resort, lahendong, tomohon · 2020. 10. 19. · danau linow resort, lahendong, tomohon....

140

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Danau Linow Resort, Lahendong, Tomohon

  • Kata PengantarPujiPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019 dapat selesai tepat pada waktunya. Kajian Fiskal Regional (KFR) disusun oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara sebagai pengelola fiskal di daerah berisi potret profil dan dinamika kondisi fiskal dan makro ekonomi di Sulawesi Utara.

    AnalisisAnalisis fiskal ini dilakukan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan-tujuan makro ekonomi dalam mendukung pencapaian fungsi APBN terkait alokasi distribusi, dan stabilisasi seperti menyediakan informasi untuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar penyusunan kebijakan fiskal/penyusunan APBN/APBD.

    Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan padakajian ini, oleh karena itu kami mengharapkan masukandari semua pihak untuk perbaikan penyusunan KFRperiode mendatang. Dengan kerendahan hati, kamiperiode mendatang. Dengan kerendahan hati, kamimengucapkan terimakasih terhadap pihak-pihak yang telahmembantu kami dalam proses pengumpulan data sampaidengan terbitnya KFR ini.

    Akhir kata, kami berharap kajian ini dapat bermanfaat bagisemua kalangan, sehingga dapat menjadi referensidan media informasi yang strategis bagistakeholders, Satker K/L, Pemda, atau pihakstakeholders, Satker K/L, Pemda, atau pihakterkait lainnya guna mendukung keberhasilankebijakan fiskal di Sulawesi Utara. Sertadiharapkan bisa menjadi bahan masukanbagi Kementerian Keuangan, dalammengambil kebijakan pengelolaan fiskalnasional.

    Manado, Medio Februari 2020Manado, Medio Februari 2020Kakanwil DJPb Prov. Sulut,

    Muhdi

    i

  • ii

    DAFTAR ISI

    TIM PENYUSUN: PENGARAH/PENANGGUNGJAWAB: KAKANWIL DJPB PROVINSI SULUT, MUHDI KETUA TIM: KEPALA BIDANG PPA II, MUSHLIH EDITOR: HATTA HASANUDDIN KONTRIBUTOR: HATTA HASANUDDIN FRANGKY PASUHUK GALIHJATI NOPRID DALAPANG MICHAEL AKAY LAYOUT DESIGN: FRANGKY PASUHUK ALAMAT: KANTOR WILAYAH DJPB PROV SULUT GKN MANADO LANTAI 3

    BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN

    TANTANGAN SULAWESI UTARA

    1

    1.1.

    1.2.

    1.3.

    Pendahuluan

    Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Sulut

    Tantangan Daerah

    1

    2

    4

    BAB II

    PERKEMBANGAN & ANALISIS EKONOMI

    REGIONAL INDIKATOR EKONOMI

    MAKRO FUNDAMENTAL

    2.1.

    2.2.

    2.3.

    Indikator Makro Ekonomi Fundamental

    Indikator Kesejahteraan

    Efektivitas Kebijakan Makro Ekonomi dan

    Pembangunan Regional

    11

    21

    30

    BAB III

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

    PELAKSANAAN APBN TINGKAT

    REGIONAL

    3.1.

    3.2.

    3.3.

    3.4.

    3.5.

    3.6.

    3.7.

    3.8.

    APBN Tingkat Provinsi

    Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Regional

    Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Regional

    Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa

    Analisis Cash Flow APBN Tingkat Regional

    Pengelolaan BLU Pusat

    Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat

    Perkembangan & Analisis Belanja Wajib

    (Mandatory Spending) & Belanja Infrastruktur

    Pusat di Daerah

    33

    33

    37

    41

    45

    46

    49

    51

  • iii

    JALAN BETHESDA NO. 8 MANADO

    BAB IV

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

    PELAKSANAAN APBD

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    APBD Tingkat Provinsi (Konsolidasi Pemda)

    Pendapatan Daerah

    Belanja Daerah

    Perkembangan BLU Daerah

    Surplus/Defisit APBD

    Pembiayaan

    Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah

    Perkembangan Belanja Wajib Daerah

    55

    56

    63

    65

    65

    66

    67

    69

    BAB V

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

    PELAKSANAAN ANGGARAN

    KONSOLIDASIAN (APBN & APBD)

    1. 2.

    3.

    4.

    5.

    Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

    Pendapatan Konsolidasian

    Belanja Konsolidasian

    Surplus/Defisit Konsolidasian

    Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Agregat

    73

    73

    76

    80

    81

    BAB VI

    KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI

    SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL

    1. 2.

    3.

    Sektor Unggulan Daerah

    Sektor Potensial Daerah

    Tantangan Fiskal Regional Dalam Mendorong

    Potensi Ekonomi Daerah

    86

    88

    94

    BAB VII

    ANALISIS TEMATIK

    101

    BAB VIII

    PENUTUP Kesimpulan

    Rekomendasi

    115

    117

    DAFTAR PUSTAKA

    114

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Keunggulan Pelabuhan Samudera Bitung Sebagai …………………………. 8 Pelabuhan Ekspor-Impor

    Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi se-Indonesia……….……………………….. 13

    Tabel 2.11. Indikator Makro Ekonomi & Pembangunan Provinsi Sulut .………………… 31

    Tabel 3.2. Perkembangan Penerimaan PNBP Fungsional Sulut…………………......... 36

    Tabel 3.3. Tingkat Penyerapan 10 K/L Terbesar di SULUT TA 2019………………….. 37

    Tabel 3.4. Perkembangan Pagu dan Realisasi per Jenis Belanja 2019 ………………. 39

    Tabel 3.5. Perkembangan Anggaran dan Realisasi Dana Transfer……………………. 41 Daerah Prov. Sulut 2018-2019

    Tabel 3.6. Rasio Sumber Pendanaan BLU…………………………..……………………. 47

    Tabel 3.7. Analisis Kemandirian BLU Tahun 2019 ……………..……………………...... 47

    Tabel 3.8. Rasio Efektivitas BLU ……………………………..…………………………….. 48

    Tabel 3.9. Daftar Satker PNBP dengan Nilai Aset Terbesar Tahun 2019……………… 48

    Tabel 3.10. Profil dan Perkembangan Outstanding Pinjaman ……………………………. 49 BUMD/Pemda Sulut Posisi per 31 Desember 2019

    Tabel 3.11. Realisasi KUR di Sulawesi Utara Tahun 2019..……..……………………….. 50

    Tabel 3.12. Capaian output Prioritas Bidang Pendidikan..……..…………………………. 51

    Tabel 3.13. Capaian Output Bidang Kesehatan.……………………..……………………. 52

    Tabel 4.1. Profil APBD Prov. Sulut Berdarsarkan Klasifikasi Ekonomi.……………….. 55

  • v

    Tabel 4.2. Perbandingan Rasio Kemandirian Daerah TA 2019 pada ………………… 58 Prov/Kota/Kab di Provinsi Sulawesi Utara.

    Tabel 4.3. Alokasi dan Realisasi Pendapatan di Prov. Sulawesi Utara………………. 60

    Tabel 4.4. Urusan Pilihan Prioritas Pemda Lingkup …………………………………… 63 Prov. Sulawesi Utara TA 2019

    Tabel 4.5. Profil APBD Klasifikasi Jenis Belanja Pemda Lingkup …..………………... 64 Prov. Sulawesi Utara TA 2019

    Tabel 4.6. Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB Lingkup…….……………………… 66 Prov. Sulawesi Utara TA 2019

    Tabel 4.7. Rasio Keseimbangan Primer Pemda Lingkup …………...………………… 68 Prov. Sulawesi Utara TA 2019

    Tabel 4.8. Peta Kapasitas Fiskal Daerah Kab/Kota Lingkup .……...………………….. 69 Prov. Sulawesi Utara TA 2019

    Tabel 5.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Sulawesi Utara………………. 73 Tahun 2019

    Tabel 5.2. Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan …………….…………….. 74 Konsolidasi Pusat/Daerah dan PDRB Prov Sulut Tahun 2019 dan 2018

    Tabel 5.3. Rasio Pajak per kapita per daerah…………………………………..………… 75

    Tabel 5.4. Realisasi Pendapatan Konsolidasi Pusat/Daerah dan …….……………….. 75 Pertumbuhan Ekonomi Prov. Sulut Tahun 2018 dan 2019

    Tabel 5.5. Korelasi antara belanja pemerintah konsolidasian terhadap.….……………. 79 Beberapa Indikator Ekonomi Regional

    Tabel 5.6. Korelasi antara Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan……………….. 79 Sektor Lapangan Usaha

    Tabel 5.7. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB pada ..………………. 80

    Provinsi Sulawesi Utara

    Tabel 5.8. Laporan Operasional GFS Sulut. . . . ……………………………….………… 81

    Tabel 5.9. Analisis Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB …………….………………. 82

    berdasar LO GFS

    Tabel 6.1. Indeks Location Quotient Provinsi …………………………………………… 85 Sulawesi Utara Tahun 2013-2019

    Tabel 6.2. Hasil Analisis MRP, LQ dan Overlay Provinsi Sulawesi Utara ……………. 86

    Tabel 6.3. Kondisi Jalan Kewenangan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten,

    Konektivitas, dan dan Kemaritiman 2015-2018 (Persen) …………………… 88

    Tabel 6.4. Jumlah Kunjungan Kapal Laut Pada Pelabuhan di Provinsi ……………….. 89 Sulawesi Utara Tahun 2017 dan 2018

  • vi

    Tabel 6.5. Volume dan Perkembangan Bongkar Muat Barang di Bandar ….. 93 Udara Yang Ada di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017 dan 2018

    Tabel 6.6. Jumlah dan Perkembangan Angkutan Barang Non Peti Kemas .. 93 Pada Pelabuhan Laut Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017

    dan 2018

    Tabel 7.1. Balita Stunting Kabupaten/Kota Sulawesi Utara 2016-2018………103

    Tabel 7.2. Pendanaan Stunting dari Transfer daerah dan …………………………. 106 Dana Desa Sulawesi Utara 2019

    Tabel 7.3. Total Potensi Nilai Konvergensi Penanganan Stunting……..……… 108

    Tabel 7.4. Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan,……………….……… 112

    Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, 2017

  • vii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 2.1.a Pertumbuhan Ekonomi Sulut dan nasional (persen) …………………….. 12

    Grafik 2.1.a Indeks Implisit Perkembangan Perekonomian Sulut dan Nasional.. 12

    Grafik 2.2 Pertumbuhan beberapa Komponen Pengeluaran Tw IV 2019…..... 14

    Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Sulut dan Nasional…………………………………….. 18

    Grafik 2.6 Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang Asing terhadap Rupiah……….. 21

    Grafik 2.7 Perkembangan IPM Sulut dan Nasional………………………………………... 21

    Grafik 2.8 Trend Realisasi Belanja Sulut sd Tw III 2019…...……………………………... 21

    Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Prov Sulut TA 2019 …………………...34

    Grafik 3.2 Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan Pempus …………... 34

    Grafik 3.3 Perkembangan Tax Rasio 5 tahun terakhir …………………………………....35

    Grafik 3.4 Pajak Perkapita ……………………………………………………………………………... 35

    Grafik 3.5 Perkembangan Realisasi PNBP Sulut ……………………………………........... 36

    Grafik 3.6 Alokasi Belanja Per Fungsi …………………………………….............................. 38

    Grafik 3.7 Pagu dan Realisasi Per Fungsi ……………………………………...................... 38

    Grafik 3.8 Perbandingan Belanja Sektor Konsumtif dan Produktif...................... 39

    Grafik 3.9 Perbandingan Penyerapan APBN Sulut....................................................... 40

    Grafik 3.10 Uang yang beredar dari APBN........................................................................ 40

    Grafik 3.11 Cash Flow APBN Sulut diluar Transfer Daerah........................................ 45

    Grafik 3.12 Perkembangan Aset BLU Unsrat dan RS Kandou................................... 46

    Grafik 3.13 Perkembangan Pagu BLU dan Pagu RM Satker BLU Sulut.................. 46

    Grafik 4.1 Perbandingan Rasio Ruang Fiskal Pemda Se Sulut TA 2019............... 58

    Grafik 4.2 Kontribusi Pemda Thd Total PAD Sulut TA 2019..................................... 59

    Grafik 4.3 Perkembangan rasio PAD terhadap Belanja Daerah.............................. 61

    Grafik 4.4 Rasio PAD terhadap PDRB ADHB Sulut...................................................... 62

    Grafik 4.5 Perbandingan Realisasi Pajak Daerah........................................................ 62

  • viii

    Grafik 4.6 Perbandingan Realisasi Retribusi Daerah selain Pemprov Sulut...... 62

    Grafik 4.7 Perbandingan Realisasi Pendapatan Lain-lain......................................... 63

    Grafik 4.8 Proporsi dan Realisasi Belanja APBD Urusan Wajib .............................. 64

    Grafik 4.9 Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Terhadap Agregat....................... 65

    Grafik 4.10 Perbandingan Rasio Surplus terhadap realisasi dana transfer........... 65

    Grafik 4.11 Perbandingan Rasio SIKPA terhadap Alokasi Belanja............................ 66

    Grafik 4.12 Rasio Keseimbangan Primer Pemda............................................................. 67

    Grafik 4.13 Perkembangan APM Prov. Sulawesi Utara................................................. 67

    Grafik 4.14 Perkembangan Kinerja Sektor Kesehatan Prov. Sulawesi Utara....... 71

    Grafik 5.1 Proporsi Pendapatan Konsolidasian TA 2019…………………………......... 73

    Grafik 5.2 Perubahan Total Pendapatan Pusat dan Daerah selain Transfer...... 74

    Grafik 5.3 Perbandingan Proporsi Total Pendapatan Konsolidasian TA 2019.. 74

    Grafik 5.4 Perbandingan Proporsi Realisasi Belanja Pusat dan Daerah……….... 76

    Grafik 5.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Prov Sulut TA 2018 dan 2019.... 76

    Grafik 5.6 Rasio Belanja Konsolidasian Per Kapita…………………………………….... 76

    Grafik 5.7 Rasio Belanja Konsolidasian Per Kapita dlm Juta……………………….... 76

    Grafik 5.8 Rasio Belanja Modal/ Infrastruktur……………………............................... 78

    Grafik 5.9 Perbandingan Porsi Alokasi Belanja Konsolidasian Kab/Kota….... 78

    Grafik 5.10 Surplus Defisit Konsolidasi per kab/kota…........................................... 81

    Grafik 6.1. Perbandingan Jumlah Kunjungan Kapal Laut di …………………….. 85

    Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2017 dan 2018 (Unit)

    Grafik 6.2. Penumpang Angkutan Laut di Provinsi Sulawesi …………………….. 86

    Utara 2017 dan 2018 (orang)

    Grafik 6.3. Jumlah Pesawat Berangkat di Provinsi Sulawesi …………………….. 86

    Utara (2017-2018)

    Grafik 6.4 Jumlah Pesawat Datang di Provinsi Sulawesi Utara ………………… 87

    (2017-2018)

    Grafik 6.5. Jumlah Penumpang Berangkat di Provinsi Sulawesi Utara ……… 88

    2017 dan 2018 (orang)

    Grafik 6.6. Jumlah Penumpang Datang di Provinsi Sulawesi Utara …………… 88

    2017 dan 2018 (orang)

    Grafik 6.7. Pengurangan PPh Badan ……………………..……………………..……………… 95

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Posisi Stategis Sulut dalam Jalur Perdagangan …………………………….. 8 Internasional Gambar 6.1. Lokasi KEK Bitung dan KEK Likupang Sulawesi Utara ……………………… 92 Gambar 7.1. Alokasi Belanja Penanganan Stunting per K/L ……………………………….. 104

  • x

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Kondisi Daerah

    Geolokasi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang berada di bibir Samudera Pasifik menjadikan

    Provinsi Sulut lebih dekat dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara di Asia Pasifik. Posisi

    geografis ini cukup strategis bagi sulut untuk menjadi hub jalur perdagangan laut maupun udara di

    Indonesia Timur dan didukung struktur demografi yang bagus. Selain itu, tingginya aktifitas

    pembangunan infrastruktur dan dengan disertai prospek local factor endowment yang besar

    menjadikan Sulut sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup menjanjikan. Keunggulan

    pada berbagai wilayah seperti sektor Akomodasi dan Makan Minum di Manado, Pertambangan di Minut,

    Transportasi pergudangan di Bitung dan Konstruksi di Minahasa, turut menguatkan struktur

    perekonomian Sulut. Namun demikian masih terdapat tantangan yang perlu diselesaikan seperti

    rendahnya kemandirian fiskal, peningkatan kualitas SDM dan penyediaan lapangan kerja, titik

    pertumbuhan yang tidak merata dan hanya berkumpul di Sulut bagian Utara, serta tingginya

    ketergantungan terhadap produk kelapa dan olahannya. Potensi dan keunggulan yang ada jika

    dioptimalkan akan mampu mengatasi permasalahan dan tantangan di Sulut.

    Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

    Indikator perekonomian Sulut menunjukkan sinyal yang positif. Kinerja perekonomian Provinsi

    Sulut pada tahun 2019 tercatat tumbuh sebesar 5,66% (YoY) dibandingkan tahun 2018 sebesar

    6,01%. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh seluruh lapangan usaha, dengan pertumbuhan

    tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 15,75 persen. Dari sisi Pengeluaran,

    pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang

    melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 7,81 persen. Sedangkan, inflasi pada tahun 2019 tetap

    terjaga pada level yang rendah dan terkendali inflasi pada kisaran 3,52% (YoY), diatas inflasi nasional

    yang sebesar 2,72%. Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi sebesar -2.2304

    persen. Selanjutnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulut masih melanjutkan tren peningkatan

    dengan capaian tahun 2019 sebesar 72,99 dengan kategori tinggi, meningkat sebesar 0,79 poin atau

    tumbuh sekitar 1,09 persen dibanding tahun 2018. Namun terdapat beberapa catatan penting pada

    perkembangan indikator perekonomian Sulut yang patut menjadi perhatian dimana dari

    Kabupaten/Kota yang memiliki IPM yang lebih tinggi wilayahnya cenderung dekat dengan ibu kota

    provinsi.

    Namun pertumbuhan positif indikator perekonomian tidak seluruhnya sejalan dengan capaian

    pada indikator pembangunan. Meski terjadi penurunan jumlah penduduk miskin pada tahun 2019,

    namun hal tersebut tidak selaras dengan angka gini ratio yang justru mengalami kenaikan sebesar

  • xi

    0.376 masih dibawah nasional 0.382. Pun demikian dengan indikator ketenagakerjaan, dengan angka

    Tingkat Pengangguran Terbuka yang mengalami peningkatan tercatat angka ketenagakerjaan sampai

    dengan Agustus 2019 sebanyak 1,21 juta orang dan tingkat penganguran terbuka (TPT) berada pada

    6,25 persen. Hal tersebut patut menjadi perhatian pemerintah daerah di Sulut untuk menyelarsakan

    pertumbuhan Indikator Perekonomian dan Indikator Pembangunan penduduknya.

    Perkembangan dan Pengaruh Fiskal Di Provinsi Sulut

    Realisasi Pendapatan pada APBN 2019 Prov. Sulut mencapai Rp4,89 triliun atau 95% dari

    target. Penerimaan perpajakan mengalami kenaikan di banding tahun 2018, hal tersebut tidak diikuti

    oleh pendapatan PNBP yang menurun 14% dibanding tahun sebelumnya. Hal yang cukup menarik

    adalah realisasi belanja APBN di Sulut tahun 2019 yang merupakan realisasi belanja APBN dengan

    total realisasi belanja APBN Sulut mencapai Rp9,38 triliun atau sebesar 90,12%. Belanja Pegawai

    mengambil porsi terbesar 98,64% sejalan dengan adanya perubahan formasi di satuan kerja Kodam

    XIII Merdeka dan status tipe B Polda Sulut, diikuti oleh Belanja Barang yang mencapai Rp3,7 triliun.

    Kebijakan umum TKDD pada tahun 2019 menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah pusat

    dalam upaya memperkuat otonomi daerah dan desentralisasi fiskal secara kontinu, sekaligus

    pengejawantahan Nawacita ketiga yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat

    pembangunan daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Penurunan angka stunting dan penguatan

    sistem keuangan desa juga menjadi salah satu fokus agenda pusat yang tertuang dalam alokasi TKDD

    TA 2019.

    Pendapatan negara konsolidasian di tahun 2019 naik tipis 2,4 persen dibanding tahun 2018

    dengan nilai Rp21,93 triliun, yang bersumber dari tumbuhnya penerimaan pajak daerah dan PNBP

    pusat. Demikian juga belanja konsolidasian mengalami kenaikan 0,6 persen di banding tahun 2018

    dengan total nilai Rp26,32 triliun, yang berasal dari kenaikan belanja negara pusat termasuk transfer

    ke daerah yang nilainya melebihi penurunan belanja daerah. Pendapatan Konsolidasian terdiri dari

    penerimaan Pajak, PNBP, Hibah dan Transfer ke Daerah. Total Pendapatan Kosolidasian pemerintah

    pusat dan pemerintah daerah tahun 2019 adalah sebesar Rp21,93 triliun, dimana dana transfer

    menyumbang porsi sebesar 66,14 persen atau Rp14,50 triliun. Pendapatan perpajakan konsolidasi

    sebesar Rp5,46 triliun berkontribusi 24,90 persen dari total pendapatan konsolidasian. Sedangkan

    PNBP Konsolidasian berkontribusi sebesar 8,47 persen atau sebesar Rp1,85 triliun.

    Dari analisa rasio kemandirian, tidak terdapat satupun pemerintah daerah yang menunjukkan

    kemandirian pendapatan, yang berarti semua pemda memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

    dana transfer dari pusat. Proporsi belanja antara pusat daerah sampai dengan akhir tahun masih

    berpola sama dengan di dominasi oleh Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal.

    Sedangkan porsi belanja lainnya sangat kecil dari sisi pagu, seperti Bansos Pusat maupun Daerah yang

    porsi realisasi kurang dari 1 persen. Porsi Belanja Hibah di daerah pun hanya sebesar 4,41 persen.

  • xii

    Perbedaan yang mencolok terlihat pada belanja pegawai dimana realisasi daerah lebih besar dibanding

    belanja pusat. Sedangkan proporsi terbesar Belanja Pusat terdapat pada Belanja Barang. Total belanja

    operasional daerah sedikit lebih tinggi 8 persen dibandingkan belanja operasional pusat, yang

    menunjukkan kinerja dalam efisiensi belanja rutin satker pusat maupun daerah di Sulut relatif sama.

    Namun dari sisi kinerja keseluruhan, besarnya belanja rutin mencerminkan rendahnya fleksibilitas fiskal

    dalam pembangunan daerah.

    Besarnya proporsi realisasi urusan Pendidikan oleh pemda lingkup Provinsi Sulawesi Utara

    yang mencapai 21,6 persen dari total pagu, telah sejalan dengan misi pembangunan Pemerintah

    Provinsi Sulawesi Utara untuk memantapkan pembangunan sumber daya manusia yang

    berkepribadian dan berdaya saing. Belanja urusan pendidikan tercatat sebagai sektor yang senantiasa

    menjadi prioritas setiap tahun anggaran. Sementara itu, kebijakan pemerintah daerah lingkup Provinsi

    Sulawesi Utara yang menjadikan urusan Kesehatan sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah,

    sejalan dengan kinerja positif sektor kesehatan daerah ini pada beberapa tahun terakhir. Data

    Kementerian Kesehatan terkait Angka Kematian Ibu dan Bayi serta Kasus Balita Gizi Buruk

    menunjukkan tren penurunan.

    alokasi belanja transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) di Sulawesi Utara tahun 2019 naik

    sebesar 3,27% dimana kenaikan terbesar bersumber dari kenaikan Dana Desa dan Dana Alokasi

    Umum sehubungan dengan adanya DAU Tambahan untuk Dana Kelurahan. Meskipun demikian,

    capaian realisasi TKDD turun 0,6% dibanding tahun sebelumnya menjadi 97,5%. Sinyal positif adalah

    kenaikan capaian realisasi DAK Fisik, transfer daerah yang bersifat conditional grant yang

    menyesuaikan Rencana Pembangunan Nasional yang disusun oleh Bappenas untuk proyek-proyek

    fisik di daerah prioritas.

    Rekomendasi Kebijakan.

    Memberikan gambaran bahwa jarak tempuh distribusi barang dari Sulut ke pelabuhan tujuan

    ekspor, seperti Kaohsiung, Hongkong, Sanghai, Busan, Tokyo, dan Los Angeles lebih dekat

    dibandingkan dari Jakarta (via Singapura). Selisih jarak rute pelayaran tersebut tentunya akan

    membawa dampak pada efisiensi waktu dan biaya. Tabel tersebut juga menggambarkan bahwa angka

    efisiensi baik waktu maupun biaya tersebut cukup signifikan. Hal ini tentunya dapat menekan biaya

    logistik yang selama ini ditengarai menjadi salah satu faktor rendahnya daya saing Indonesia di pasar

    Internasional. Oleh karena itu optimalisasi Pelabuhan Bitung dalam kerangka ekspor-impor menjadi

    sesuatu yang urgen untuk segera direalisasikan. Pada gilirannya program optimalisasi Pelabuhan

    Bitung dengan peningkatan kapasitas bongkar-muat dapat menurunkan biaya logistik dan

    meningkatkan daya saing produk-produk nasional.

  • INFOGRAFIS KONDISI MAKROEKONOMI SULAWESI UTARA TA 2019

    5,45%

    8,13%

    5,66%

    Y-on-Y

    Q-to-Q

    C-to- C

    Q2-2018 Q1-2019 Q2-2019

    ADHK 20TADHB 29T

    ADHK 21TADHB 29T

    ADHK 22TADHB 31T

    PERTUMBUHAN EKONOMI PERTUMBUHAN TERTINGGI Y-ON-Y

    Jasa Lainnya 15,75%

    Jasa Pendidikan 11,94%

    PengadaanListruk,Gas danProduksi Es

    9,18%

    IHK/INFLASI

    JUNI

    3,6%JAN – JUNI

    4,77%

    JUNI ‘18 - JUNI ’19 (Y-ON-Y)

    5,10%

    UMR Rp3,05 Juta

    KEMISKINAN PER MARET 2019

    191.700 (NAIK 7%)

    GINI RATIO 0.367 (TURUN)

    ANGKATAN KERJA1,19 JUTA (NAIK)

    TPT 5,37% (TURUN)

    SHARE PEREKONOMIAN

    PERTANIAN 20,83%

    PERDAGANGAN 12,75%

    TRANSPORTASI PERGUDANGAN 11,17%

    KONSTRUKSI 11,79%

    INDUSTRI PENGOLAHAN 8,73%

    SEKTOR LAIN 35,18%

    SUMBER : BPS SULUT, DIOLAH

  • REALISASI CUKAI

    21,29 M124%

    INFOGRAFIS REALISASI APBN SULAWESI UTARA TA 2019

    REALISASI PAJAK3.654 M87,27%

    REALISASI PNBP909 M132%

    PELAYANAN UMUM

    P: 3.683MR: 3.525M

    29%

    PENDIDIKAN

    P: 1.743MR: 1.538M

    14%

    EKONOMI

    P: 3.603MR: 3.018M

    27%

    PERTAHANAN

    P: 1.230 MR: 1.165 M

    7,9%KETERTIBAN KEAMANAN

    P: 1.258 MR: 1.322 M

    10%

    AGAMA

    P: 168MR: 159M 1,1%

    PARIWISATA

    P: 2MR: 2M 0,2%

    KESEHATAN

    P: 1.073MR: 1.017M 7,3%

    PERUMAHAN FASUMP: 318 MR: 276 M 2,8%

    LINGK HIDUP

    P: 221 MR: 200 M 1,7%

    TOTAL PAGU13.341 M

    BEL PEGAWAI

    98%

    BEL BARANG

    93%

    BEL MODAL

    77%

    DAK FISIK

    96%

    DANA DESA

    99,9%

    BELANJA PER FUNGSI/URUSAN

    8,935

    10,498

    9,846 95.90%

    90.0% 89.9%

    85.00%

    90.00%

    95.00%

    100.00%

    8,000

    9,000

    10,000

    11,000

    2017 2018 2019

    TREN BELANJA(MILIAR) REAL

    %

    4,592 4,621

    4,897

    92.11%91.64%

    95.39%

    88.00%

    90.00%

    92.00%

    94.00%

    96.00%

    4,400

    4,500

    4,600

    4,700

    4,800

    4,900

    5,000

    2017 2018 2019

    TREN PENDAPATAN(MILIAR)

    REAL%

    14,056

    13,765

    14,055

    98.30%

    98.1%

    97.5%

    97.00%

    97.20%

    97.40%

    97.60%

    97.80%

    98.00%

    98.20%

    98.40%

    13,600

    13,700

    13,800

    13,900

    14,000

    14,100

    2017 2018 2019

    TREN TRANSFER DAERAH(MILIAR)

    REAL

    %

  • BEL PEGAWAI6.238 M

    97%

    BEL BARANG4.748 M

    89%

    BEL MODAL3.254 M

    77%

    BEL LAIN LAIN2.952 M

    95%

    INFOGRAFIS REALISASI APBD KONSOLIDASIAN SULAWESI UTARA TA 2019

    REALISASI

    RETRIBUSI

    259 M73%

    REALISASI PAJAK

    DAERAH1.659 M

    99%

    REALISASI PENDAPAT

    AN LAIN489 M110%

    REALISASI TRANSFER

    DAERAH

    14.311 M97%

  • 1

    BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN

    TANTANGAN SULAWESI UTARA

    1.1. PENDAHULUAN

    Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat

    pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara

    pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

    adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung penyelenggaraan

    pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan

    yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari

    pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD. Sesuai

    dengan Undang-Undang Keuangan Nomor 17 Tahun 2003, pemegang

    kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden,

    sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu

    dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan

    sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan

    daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara

    efektif dan efisien. Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah

    untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

    merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan

    efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi,

    distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan

    mampu meningkatkan perbaikan kualitas indikator-indikator ekonomi

    makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang

    efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi

    dan indikator-indikator kesejahteraan. Tidak terlepas dari hal tersebut,

    maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan

    fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih

    dahulu tantangan -tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi

    Untuk mewujudkan

    keselarasan antara

    pertumbuhan ekonomi

    dan peningkatan

    kesejahteraan

    masyarakat yang adil dan

    merata. Oleh sebab itu,

    untuk mendukung

    penyelenggaraan

    pemerintahan yang baik

    maka harus disertai

    dengan unsur pendanaan

    yang berasal dari

    penghimpunan

    pendapatan maupun dari

    pengalokasian anggaran

    belanja baik pada APBN

    maupun APBD.

  • 2

    ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi

    kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab

    tantangan daerah yang dihadapi.

    1.1 TUJUAN & SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH SULUT

    1.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

    disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima)

    tahun. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah

    yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan

    keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah

    yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5

    (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.

    Sesuai Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 3 tahun 2011 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Utara sudah

    diamanatkan visi pembangunan daerah Sulawesi Utara tahun 2005-2025 adalah:

    “Sulawesi Utara yang berbudaya, berdaya saing, aman, dan sejahtera sebagai pintu

    gerbang Indonesia ke Kawasan Asia Timur dan Pasifik”. Selanjutnya, untuk

    mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan dalam RPJPD Sulawesi Utara 2005-

    2025 maka arahan kebijakan pada RPJMD periode III 2015-2020 adalah

    “Memantapkan pembangunan Sulawesi Utara yang berbudaya, berdaya saing, aman

    dan sejahtera, dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif

    perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta

    kemampuan iptek.” Dengan berpedoman kepada UUD 1945, UU No. 17 Tahun 2007

    tentang RPJPN, Perda Sulawesi Utara nomor 3 tahun 2016, RPJMD Provinsi Sulawesi

    Utara 2016-2021 yang telah diubah melalui Perda Sulawesi Utara Nomor 2 tahun

    2018 disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda Sulut Hebat

    Gubernur/Wakil Gubernur Olly Dondokambey, SE dan Drs. Steven Kandouw.

    Visi Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 adalah “Terwujudnya Sulawesi

    Utara Berdikari Dalam Ekonomi, Berdaulat Dalam Politik, dan Berkepribadian Dalam

  • 3

    Budaya”. Agenda lima tahun selama tahun 2016-2021 diharapkan akan meletakkan

    fondasi yang kokoh bagi tahap-tahap pembangunan selanjutnya.

    Selanjutnya, untuk mewujudkan visi tersebut perlu disusun rumusan umum

    mengenai upaya-upaya uang akan dilaksanankan dalam suatu misi-misi. Rumusan

    misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor

    lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta

    kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan

    daerah. Terdapat tujuh Misi Pembangunan Sulawesi Utara guna mewujudkan visi

    yang ada, yaitu:

    1) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor pertanian dan

    sumberdaya kemaritiman serta mendorong sektor industri dan jasa.

    2) Memantapkan pembangunan sumberdaya manusia yang berkepribadian dan

    berdaya saing.

    3) Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai destinasi investasi dan pariwisata yang

    berdaya saing.

    4) Mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang adil, mandiri dan

    maju.

    5) Memantapkan pembangunan infrastruktur berdasarkan prinsip pembangunan

    berkelanjutan.

    6) Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan timur.

    7) Mewujudkan Sulawesi Utara yang berkepribadian melalui tata kelola

    pemerintahan yang baik.

    1.1.2 Rencana Kerja Pemerintah Daerah

    Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Utara disusun

    dengan berpedoman pada RPJPD Provinsi Sulawesi Utara dan merupakan

    penjabaran dari RPJMD 2016-2021 Provinsi Sulawesi Utara, serta diserasikan dengan

    Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019. RKPD 2019 adalah RKPD ke-3 pada

    periode RPJMD OD-SK sebagai bagian dari gerbong pencapaian Visi dan Misi OD-

    SK. Tema RKPD Sulawesi Utara Tahun 2019 adalah “Mempercepat kemandirian

    ekonomi, kedaulatan politik dan berkepribadian dalam budaya melalui pemerataan

  • 4

    pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur menuju Sulawesi Utara yang

    berdaya saing”.

    Mengacu dari Tema dan Prioritas Nasional, maka prioritas pembangunan RKPD

    Tahun 2019 Provinsi Sulawesi Utara di Tetapkan dalam 10 Prioritas Daerah, sebagai

    berikut:

    1) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran;

    2) Pembangunan Pendidikan;

    3) Pembangunan Kesehatan;

    4) Revolusi Mental dan Reformasi Birokrasi;

    5) Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

    6) Kedaulatan Pangan (Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kemaritiman);

    7) Trantibmas dan kesuksesan Pemilu Presiden dan Legislatif;

    8) Peningkatan daya saing investasi;

    9) Pembangunan Pariwisata;

    10) Pengelolaan bencana dan mitigasi iklim

    Arah kebijakan pembangunan daerah berpedoman pada Standar Pelayanan

    Minimal (SPM) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

    Pemeritahan Daerah bahwa terdapat enam urusan pemerintahan wajib yang

    berkaitan dengan pelayanan dasar yang terdiri dari 1) bidang pendidikan, 2) bidang

    kesehatan, 3) bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, 4) bidang perumahan

    rakyat dan kawasan permukiman, 5) bidang ketentraman, ketertiban umum dan

    perlindungan masyarakat, dan 6 ) bidang sosial; serta arah kebijakan pembangunan

    daerah yang mendukung prioritas nasional seperti penanganan Stunting

    terintegrasi, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pemberdayaan

    masyarakat dan desa, Koperasi dan UKM, hingga pariwisata. (sumber: Bappeda

    Sulut, RKPD 2019)

    1.2 TANTANGAN DAERAH

    1.2.1 Tantangan Ekonomi Daerah

    Sesuai KUA-PPAS Sulut 2019, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara membidik

    target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 di tahun 2019. Secara historis, selama

  • 5

    periode 2015-2018 pertumbuhan ekonomi Sulut hanya dikisaran 6,1-6,2 persen dan

    capaian tersebut masih dibawah target RPJMD. Meski dibanding pertumbuhan

    ekonomi nasional, Sulut masih berada diatas, namun secara regional dibanding

    daerah lain di Pulau Sulawesi, capaian Sulut masih di posisi terendah. Dari sisi

    lapangan usaha, sektor pertanian yang mendominasi PDRB justru mengalami tren

    penurunan di tengah menurunnya harga komoditas utama Sulut, yakni kelapa dan

    perikanan serta turunannya. Meski demikian, Pemprov masih optimis target tersebut

    dapat dicapai dengan adanya peningkatan pertumbuhan sektor pariwisata dengan

    banyaknya trayek penerbangan langsung dari Manado ke berbagai kota di Luar

    Negeri, baik dengan Tiongkok maupun negara tetangga Philipina.

    Investasi pun mengalami tren peningkatan baik PMD maupun PMA di

    periode 2016-2018. Kegiatan investasi langsung (direct investment) terjadi pada

    sektor riil seperti bidang industri semen di Kabupaten Bolaang Mongondow, industri

    pengolahan di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung, investasi bidang

    industri pariwisata di lokasi KEK Likupang dan diluar wilayah KEK di sekitar kota

    Manado dan Kota Bitung, serta investasi swasta bidang pelayanan Kesehatan

    (Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Klinik dan Laboratorium) dan bidang Pendidikan

    membangun dan mendirikan sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat

    menengah. Namun demikian, pesatnya perkembangan dan realisasi investasi

    langsung di daerah masih memerlukan waktu untuk dapat mempengaruhi

    pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan. Perlu adanya perbaikan layanan

    perizinan investasi daerah sekaligus menciptakan insentif non-fiskal lebih relevan

    dengan kebutuhan investor nasional dan asing.

    Pengembangan dua kawasan ekonomi khusus berlokasi di Kota Bitung dan

    Likupang Kabupaten Minahasa Utara, dapat dijadikan sebagai model

    pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru di kabupaten/kota sebagai

    strategi pemerataan pusat perekonomian. KEK Bitung yang berbasis pada industri

    pengolahan sumber daya alam lokal, memiliki lokasi yang strategis dengan fasilitas

    Pelabuhan Hub Internasional dan akses Jalan Tol Manado-Bitung. Sedangkan di

    Likupang, disiapkan untuk KEK Pariwisata sebagai wilayah objek wisata alam pesisir

  • 6

    pantai dan laut yang memiliki beberapa lokasi diving yang unik serta pulau-pulau

    kecil tanpa penduduk. Dengan lokasi yang hanya sekitar satu jam dari Bandara Sam

    Ratulangi, akses yang mudah dan lancar serta tersedianya penerbangan langsung

    dari Manado ke delapan kota di daratan China, Singapore, Davao, Filipina, dan Kuala

    Lumpur, Malaysia diharapkan akan men-support pengembangan KEK tersebut.

    Tantangan terbesar di kedua KEK tersebut adalah percepatan pembangunan dan

    pengembangan kawasan industri yang masih terhambat pembebasan lahan untuk

    infrastruktur serta sumber energi listrik yang masih terbatas.

    Ketersediaan infrastruktur dasar (basic infrastructure), seperti jalan dan

    jembatan, menjadi sarana utama untuk mobilitas penduduk dan barang dalam

    menggerakan kegiatan ekonomi lokal. Namun data yang ada menyebutkan bahwa

    di tahun 2018 hanya 72 persen jalan provinsi yang berada dalam kondisi layak dan

    baik (Kondisi Jalan Mantap). Demikian juga dengan Irigasi dengan Kondisi Mantap

    hanya sebesar 68 persen, masih dibawah target RPJMD 78 persen. Selain

    infrastruktur tersebut, tentunya masih dibutuhkan ketersediaan infrastruktur dasar

    lainnya seperti listrik, telekomunikasi, pelabuhan lokal dan regional, hingga bandara

    domestik di daerah terpencil/kepulauan.

    Berdasarkan data BPS pertumbuhan ekonomi yang stagnan hanya 6 persen

    ternyata cukup mampu menekan angka pengangguran. Yang perlu menjadi

    perhatian adalah banyaknya pengangguran tamatan Sekolah Menengah Kejuruan

    yang mengindikasikan bidang kejuruan yang tidak sesuai dengan permintaan dan

    kebutuhan pasar tenaga kerja. Tren penurunan angka pengangguran harus terus

    dipertahankan melalui kebijakan Pemda misalkan pinjaman bunga lunak oleh Bank

    Daerah untuk modal kerja usaha mandiri dengan tujuan penciptaan lapangan kerja

    sendiri dan bagi orang lain.

    1.2.2 Tantangan Sosial Kependudukan

    Jumlah penduduk di Sulawesi Utara pada tahun 2018 berdasarkan data BPS

    Sulut sebanyak 2.484.392 jiwa, dimana 17,35% (431 ribu jiwa) diantaranya

    berdomisili di Kota Manado. Hal tersebut menggambarkan Kota Manado sebagai

    pusat kegiatan perekonomian dari sisi konsumsi masyarakat. Namun, jika ditarik

  • 7

    lebih luas lagi, 60% penduduk di Sulawesi Utara

    lebih banyak berada di daratan Sulawesi Utara

    bagian utara, di sekitar Kota Manado, yakni Kab.

    Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kota Tomohon

    dan Kota Bitung. Ketidakmerataan jumlah

    penduduk berdampak pada alokasi keuangan

    daerah maupun strategi

    pengembangan/pembangunan daerah.

    Mayoritas penduduk Sulawesi Utara

    beragama Kristen dengan suku yang dominan adalah suku Minahasa. Banyaknya

    acara keagamaan, acara adat, hingga budaya acara seremonial seperti pesta ulang

    tahun dan perayaan lainnya, secara langsung berdampak pada perputaran roda

    perekonomian di Sulut dari sisi konsumsi, dengan terjaganya pertumbuhan ekonomi

    regional yang selalu diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi mata

    pencaharian, sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan

    perikanan (sebesar 28,52%) dan ini selaras dengan nilai PDRB per sektor lapangan

    usaha dimana porsi terbesarnya di sektor lapangan usaha tersebut. Sedangkan latar

    belakang pendidikan untuk penduduk yang bekerja, mayoritas lulusan SMP ke

    bawah (49,18%) yang bekerja di sektor informal, buruh tani, dan sebagainay, dan

    hanya 15,4% yang bersertifikat diploma/sarjana (BPS Sulut).

    1.2.3 Tantangan Geografi Wilayah

    Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi kepulauan di Indonesia yang

    berbatasan laut dengan negara tetangga. Geoposisi Sulawesi Utara yang

    berhadapan langsung dengan lautan Pasifik menempatkannya lebih dekat dengan

    negara-negara yang masuk dalam kerja sama ekonomi Asia Tenggara (ASEAN Free

    Trade Area, AFTA) dan Asia Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation, APEC). Letak

    geografis Sulawesi Utara secara geoposisi terdapat pada Pasific Rim yang

    merupakan jalur distribusi perdagangan dunia.

  • 8

    Dengan kondisi demikian, letak Provinsi ini cukup relatif dekat dengan

    negara tujuan ekspor dan pusat

    pertumbuhan ekonomi dunia,

    seperti Jepang, Korea Selatan,

    Taiwan, Tiongkok dan Amerika

    Serikat, sehingga sangat

    prospektif dalam pendistribusian

    hasil prosuksi berupa barang dan

    jasa baik perdagangan domestik

    maupun internasional. Dalam konteks jalur ekspor-impor, Pelabuhan Bitung berada

    pada posisi strategis karena posisi Sulawesi Utara yang diapit oleh dua Alur Laut

    Kepulauan Indonesia (ALKI), yaitu ALKI 2 (Laut Sulawesi) dan ALKI 3 (Laut Maluku

    dan Samudra Pasifik).

    Geoposisi yang sangat strategis tersebut telah dioptimalkan melalui pengembangan

    KEK Bitung yang diproyeksikan

    sebagai International Hub

    pada jalur distribusi

    perdagangan domestik di KTI,

    maupun perdagangan

    internasional.

    Tabel 1.1. memberikan gambaran bahwa jarak tempuh distribusi barang dari

    Sulawesi Utara ke pelabuhan tujuan ekspor, seperti Kaohsiung, Hongkong, Sanghai,

    Busan, Tokyo, dan Los Angeles lebih dekat dibandingkan dari Jakarta (via Singapura).

    Selisih jarak rute pelayaran tersebut tentunya akan membawa dampak pada efisiensi

    waktu dan biaya. Tabel tersebut juga menggambarkan bahwa angka efisiensi baik

    waktu maupun biaya tersebut cukup signifikan. Hal ini tentunya dapat menekan

    biaya logistik yang selama ini ditengarai menjadi salah satu faktor rendahnya daya

    saing Indonesia di pasar Internasional. Oleh karena itu optimalisasi Pelabuhan

    Bitung dalam kerangka ekspor-impor menjadi sesuatu yang urgen untuk segera

    direalisasikan. Pada gilirannya program optimalisasi Pelabuhan Bitung dengan

    Gambar 1.1. Posisi Strategis Sulut dalam Jalur

    Perdagangan Domestik dan Internasional

    Sumber: Bappeda Provinsi Sulut

    Tabel 1.1. Keunggulan Pelabuhan Samudera Bitung

    Sebagai Pelabuhan Ekspor-Impor

    KAOHSIUNG

    (TAIWAN)

    HONG KONG

    (CINA)

    SHANGHAI

    (CINA)

    BUSAN

    (KOREA)

    TOKYO

    (JEPANG)

    LOS ANGELES

    (AMERIKA)

    Via Tanjung Priok &

    Singapura (Mil Laut) 3.526 3.365 4.142 4.408 3.429 9.574

    Bitung Direct (Mil Laut) 1.346 1.423 1.901 2.113 2.220 6.651

    Beda Jarak (Mil Laut) 2.18 1.942 2.241 2.295 1.209 2.923

    Beda Jam (Jam) 346,46 336,11 349,11 351,46 364,24 378,76

    Beda Hari (Hari) 14,44 14,00 14,55 14,64 15,18 15,78

    Selisih Biaya Charter

    Kapal (US$) 2,887,137 2,800,905 2,909,239 2,928,804 3,035,326 3,156,340

    PELABUHAN BITUNG

    PELABUHAN NEGARA TUJUAN

    Sumber: BAPPEDA Prov. Sulut

  • 9

    peningkatan kapasitas bongkar-muat dapat menurunkan biaya logistik dan

    meningkatkan daya saing produk-produk nasional.

  • 11

    BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

    2.1. INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL

    2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    atas dasar harga berlaku tahun 2019 mencapai Rp130,20 triliun dan atas dasar harga konstan 2010

    mencapai Rp84,26 triliun. Secara kumulatif ekonomi bertumbuh (5.66 persen, YoY) di seluruh sektor

    meskipun masih dibawah target RPJMD tahun 2019 (7.02 persen). Pertumbuhan ekonomi Sulawesi

    Utara dipandang masih dibawah potensi pertumbuhannya sebesar 6.00 persen (YoY) sampai dengan

    7.00 persen (YoY) menurut laporan tahunan Bank Indonesia tahun 2019 hal ini dipengaruhi oleh

    lapangan usaha pertanian yang tumbuh relatif terbatas serta terkontraksinya lapangan usaha non

    utama administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sejalan dengan melambatnya

    konsumsi pemerintah.

    Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara mencatat perekonomian Sulawesi

    Utara pada tahun 2019 diwarnai beberapa isu & tantangan fiskal utama yang diantaranya:

    1. Lapangan Usaha Industri yang didominasi oleh industri pengolahan makanan dan minuman,

    tercatat tumbuh sebesar 0,31% (YoY) pada tahun 2019 melambat dibandingkan tahun sebelumnya

    yang tumbuh sebesar 4,48% (YoY). Perlambatan yang terjadi pada Lapangan Usaha tersebut

    imbas dari perekonomian dunia yang menyebabkan harga-harga komoditas dunia mengalami

    penurunan.

    2. Salah satu komoditas dunia yang mengalami penurunan harga adalah coconut oil (CNO) yang

    menjadi andalan Sulawesi Utara. Harga CNO melanjutkan tren negative selama 6 bulan pertama

    2019 dan secara tahunan rata-rata harganya tercatat terkontraksi sebesar 26,76% (YoY)

    3. Kegiatan pembangunan dari pihak swasta juga melambat tercermin dari pengadaan semen di

    Sulawesi Utara yang terkontraksi sebesar 4,23% (YoY) melambat dibandingkan tahun sebelumnya

    yang tumbuh sebesar 19,16% (YoY).

    Dan isu-isu fiskal lain seperti pelaksanaan APBN, APBD, potensi ekonomi, determinan

    investasi, kontribusi dana desa dan lain lain yang akan dibahas secara komprehensif di bab- bab

    selanjutnya.

    Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2020 diperkirakan tumbuh menguat kisaran 6,2-

    6,6% (YoY). Konsumsi pemerintah yang tercatat relatif rendah (1,30% (YoY)) pada triwulan I 2019

    berpotensi menhasilkan base effect pada peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah di Provinsi

    Sulawesi Utara. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan tetap tumbuh kuat

    di Triwulan I 2019 sering terjaganya daya beli masyarakt dan percepatan pembangunan Proyek

    Ekonomi Sulut

    Tahun 2019

    Tumbuh 5.66

    Persen berada

    diatas nasional

    (5.00), dibawah

    rata-rata se-

    Sulawesi (6.38)

    Dan RPJMD (7.02)

    Struktur ekspor,

    Kendala di hulu

    pertanian, average

    spending

    wistawan, labor

    mismatch &

    perkembangan

    Investasi menjadi

    Isu dan tantangan

    fiskal sepanjang

    2018

    Prospek

    Perekonomian

    relatif menguat di

    2020

  • 12

    Strategis Nasional.

    Adapun kinerja lapangan

    usaha utama Sulawesi

    Utara yaitu industri

    pengolahan,

    perdagangan dan

    konstruksi diperkirakan

    tumbuh positif. Secara keseluruhan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan cenderung

    stabil mendekati pertumbuhan tahun 2019 pada kisaran 5,8-6,2% (YoY).

    Prospek inflasi IHK Sulut diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi relatif lebih rendah pada

    Triwulan I 2020 dan untuk keseluruhan tahun 2020 inflasi masih berada dalam rentang sasaran inflasi

    nasional 3,0%±1%

    (YoY) meski

    cenderung bias

    keatas dipengaruhi

    beberapa faktor risiko

    diantaranya

    penyesuaian harga

    komoditas yang

    harganya diatur

    pemerintah dan komoditas volatile food utama Sulawesi Utara yaitu Barito.

    a. Laju Pertumbuhan Ekonomi

    Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) pada 2019 tercatat bertumbuh sebesar 5,66 persen

    (YoY, grafik 1.1a) dibandingkan tahun 2018 sebesar 6,01 persen (YoY), pertumbuhan tersebut

    meningkat serta melanjutkan tren selama 5 tahun terakhir yakni relatif lebih baik dari pertumbuhan

    ekonomi nasional sebesar 5,00 persen (YoY) namun dibawah rata-rata pertumbuhan provinsi se-

    Sulawesi sebesar 6.38 persen.

    Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh seluruh lapangan usaha, dengan pertumbuhan

    tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 15,75 persen. Dari sisi Pengeluaran,

    pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang

    melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 7,81 persen

    Lap.Usaha Jasa

    Lainnya tumbuh

    15,75 persen &

    Konsumsi

    Lembaga Non-

    Profit yang

    melayani Rumah

    Tangga (PK-

    LNPRT) sebesar

    7,81 persen

    tertinggi dari sisi

    produksi dan

    pengeluaran

    0

    200

    400

    Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

    2018 2019

    Grafik 2.1b Indeks Implisit Perkembangan Perekonomian Sulut & Nasional (%) Triwulanan

    Nasional Sulut

    Sumber: BPS (2020) data diolah

    6.86 6.38 6.31 6.12 6.17 6.32 6.01 5.666.03 5.56 5.01 4.88 5.02 5.07 5.17 5.00

    2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Grafik 2.1a Pertumbuhan Ekonomi Sulut danNasional (persen)

    Sulut Nasional

  • 13

    Secara triwulanan ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 tumbuh

    5,45 persen (YoY, grafik 1.1b). Dari sisi

    produksi, sebanyak tiga lapangan usaha

    mencatatkan pertumbuhan yang negatif, yaitu

    Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;

    Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dana

    Jaminan Sosial; serta Jasa Kesehatan dan

    Kegiatan Sosial. Pertumbuhan tertInggi

    dicapai Lapangan Usaha Lainnya yang

    tumbuh 23,15 persen. Secara QtQ ekonomi

    Sulawesi Utara triwulan IV-2019 tumbuh

    sebesar 8,13 persen. Dari sisi produksi,

    pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan

    Usaha Industri Pengolahan sebesar 16,10

    persen yang didorong efek musiman perayaan

    keagamaan dan tahun baru, serta

    meningkatnya permintaan penjualan barang-

    barang ritel serta penyelesaian proyek-proyek

    infrastruktur.

    Sementara itu PDRB se-Indonesia

    tahun 2019 dibandingkan tahun 2019 (CtC)

    mengalami penurunan sebesar 3,7 persen dimana tahun 2018 mencapai 5,17 sedangkan tahun 2019

    hanya 5,00. Sedangkan jika di lihat per provinsi pertumbuhan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi

    Tengah sebesar 7,15 persen.

    b. Nominal PDRB

    1) PDRB Menurut Pengeluaran

    Dari sisi pengeluaran Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran

    Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 7,81 persen;

    diikuti oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) sebesar 6,88 persen; dan

    komponen pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,31 persen sebagaimana dapat

    dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini. Laju pertumbuhan komponen PK-LNPRT mengalami peningkatan

    selama tahun 2019 karena peningkatan aktivitas lembaga partai politik menjelang pemilihan calon

    presiden dan calon legislative dan aktivitas lembaga keagamaan pada perayaan keagamaan di

    Sulawesi Utara.

    Pertumbuhan

    ekonomi Sulut

    berada di posisi 9

    (Sembilan) dari 10

    (sepuluh) Provinsi

    se- Sulampua

    Laju pertumbuhan

    komponen PK-

    LNPRT mengalami

    peningkatan

    selama tahun 2019

    karena peningkatan

    aktivitas lembaga

    partai politik

    menjelang

    pemilihan calon

    presiden dan calon

    legislative dan

    aktivitas lembaga

    keagamaan pada

    perayaan

    keagamaan di

    Sulawesi Utara

    Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi se-Indonesia

    Provinsi (PDRB)

    Pertumbuhan Ekonomi TW IV 2019

    q-to-q y-on-y c-to-c

    Aceh 0.46 5.21 4.15

    Sumatera Utara -0.04 5.21 5.22

    Sumatera Barat 0.11 5.13 5.05

    Riau -0.47 2.91 2.84

    Jambi 0.34 3.59 4.40

    Sumatera Selatan 0.33 5.69 5.71

    Bengkulu 0.03 4.79 4.96

    Lampung -0.02 5.07 5.27

    Kep. Bangka Belitung 1.14 3.99 3.32

    Kep. Riau -0.31 5.21 4.89

    DKI Jakarta 0.28 5.96 5.89

    Jawa Barat 0.59 4.11 5.07

    Jawa Tengah -0.10 5.34 5.41

    DI Yogyakarta -0.40 6.16 6.60

    Jawa Timur -0.02 5.54 5.52

    Banten -0.40 6.16 6.60

    Bali 0.70 5.51 5.63

    Nusa Tenggara Barat -8.47 5.70 4.01

    Nusa Tenggara Timur -0.07 5.32 5.20

    Kalimantan Barat 0.07 4.66 5.00

    Kalimantan Tengah -0.51 6.02 6.16

    Kalimantan Selatan 1.04 3.85 4.08

    Kalimantan Timur -2.10 2.67 4.77

    Kalimantan Utara -0.86 6.04 6.91

    Sulawesi Utara 0.35 5.45 5.66

    Sulawesi Tengah -0.87 9.59 7.15

    Sulawesi Selatan 0.14 6.48 6.92

    Sulawesi Tenggara -0.09 6.87 6.51

    Gorontalo 0.09 6.47 6.41

    Sulawesi Barat 0.59 6.37 5.66

    Maluku 0.37 4.73 5.57

    Maluku Utara 1.79 5.38 6.13

    Papua Barat 3.59 8.27 2.66

    Papua 23.09 -3.73 -15.72

    Indonesia 0.32 5.04 5.00

    Sumber BPS (2020), data diolah

  • 14

    Struktur PDRB Sulawesi Utara menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada tahun

    2019 tidak menunjukkan perubahan yang

    berarti. Aktivitas permintaan akhir tahun 2019

    masih didominasi oleh komponen pengeluaran

    konsumsi rumah tangga (PK-RT) yang

    mencakup hampir separuh dari PDRB Sulawesi

    Utara (Tabel 1.2). Komponen lainnya yang

    memiliki peranan besar terhadap PDRB secara

    berturut-turut adalah komponen PMTB,

    komponen PK-P, dan komponen ekspor barang

    dan jasa.

    Dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2019 (YoY),

    Pertumbuhan tertinggi dicapai oelh komponen pembentukan Modal tetap Domestik Bruto sebesar 12,19

    persen; diikuti oelh komponen PK-P sebesar 6,98

    persen; dan komponen PK-RT sebesar 3,62

    persen. Ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV Tahun

    2019terhadap triwulan III-2019 (QtQ) tumbuh

    sebesar 8,13 persen. Pertumbuhan tertinggi

    dicapai oleh komponen PK-P sebesar 21,49

    persen, diikuti oelh komponen Pembentukan

    Modal Tetap Domestik Bruto sebesar 10,31

    persen, dan komponen Ekspor Barang dan Jasa

    sebesar 8,55 persen.

    2) PDRB Menurut Lapangan Usaha

    Dari sisi Lapangan usaha pertumbuhan terjadi

    pada seluruh lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi

    dicapai oleh lapangan usaha jasa Lainnya yang tumbuh

    sebesar 15,75 persen, diikuti oleh lapangan usaha Jasa

    pendidikan yang mencapai 11,94 persen dan lapangan

    usaha Pengadaan listrik, Gas dan Produksi Es yang tumbuh sebesar 9.18 persen sebagaimana di

    tunjukan oleh tabel 1.3. Ditinjau dari masing-masing sumber pertumbuhan di tahun 2019, lapangan

    usaha Konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 0,95 persen, diikuti oleh

    apangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,73

    persen dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,71 persen.

    Pertumbuhan

    tertingi dicapai

    lapangan usaha

    jasa Lainnya

    tumbuh sebesar

    15,75 persen

  • 15

    Struktur perekonomian Sulawesi Utara menurut lapangan usaha tahun 2019 masih tetap

    didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (20,83 persen);

    Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

    Mobil dan Sepeda Motor (12,75 persen) dan

    Konstruksi (11,79 persen).

    Jika ditinjau dari masing-masing

    sumber pertumbuhan di tahun 2019,

    lapangan usaha dengan sumber

    pertumbuhan tertinggi dipegang oleh

    lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan

    Perikanan yakni sebesar 1,14 persen, diikuti oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran,

    Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,12 persen serta Konstruksi sebesar 0,78 persen,

    sedangkan sebanyak 2,26 persen di topang oleh kategori lapngan usaha yang lain.

    Secara triwulanan Ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 5,45 persen

    dibandingkan triwulan IV-2018 (YoY). Sebanyak tiga lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan

    negative, yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

    Jaminan Sosial serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

    Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Lainnya yang tumbuh sebesar 23,15

    persen. Pertumbuhan ini didorong oleh masih berlanjutnya aktivitas pariwisata yang berdampak pada

    tumbuhnya beberapa tempat wisata baru dan

    event yang diadakan di Sulawesi Utara.

    Pertumbuhan terbesar kedua terjadi pada

    lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi

    yang tumbuh sebesar 15,69 persen. Sementara

    itu lapangan usaha dengan pertumbuhan

    terbesar ketiga yaitu Jasa Perusahaan

    mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,51 persen

    c. PDRB Per Kapita

    Pendapatan per kapita Sulut menunjukkan tren peningkatan. Perkembangan PDRB per kapita

    Sulut tahun 2019 yaitu sebesar Rp52,5 juta, mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2017

    sebesar 44,76 juta dan tahun 2018 sebesar 48,31 juta. Jika dibandingkan dengan PDB per kapita

    nasional, posisi PDRB per kapita Sulut masih lebih rendah. Jika dilihat dari nasional dimana pada tahun

    2019 sebesar 59,01 naik jika dibanding dengan tahun 2018 sebesar 56,00 juta.

  • 16

    2.1.2. Suku Bunga

    Pada Grafik 1.5 terlihat bahwa BI 7- ay Repo Rate cenderung bergerak turun di sepanjang

    tahun 2019, suku bunga BI yang

    dibuka pada level 6.00 di bulan

    Januari dan ditutup bulan

    Desember (5.00). Pertumbuhan

    ekonomi dunia melambat, namun

    ketidakpastian pasar keuangan

    global menurun. Terdapat

    sejumlah perkembangan positif

    terkait dengan perundingan

    perang dagang antara AS-Tiongkok serta proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), meskipun

    sejumlah risiko geopolitik masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan 3,0% pada 2019,

    menurun dari 3,6% pada 2018, dan kemudian pulih terbatas menjadi 3,1% pada 2020, ditopang

    pertumbuhan negara berkembang. PDB AS dan Tiongkok melambat dipengaruhi terbatasnya stimulus

    dan dampak pengenaan tarif yang sudah terjadi. Ekonomi India juga menurun dipengaruhi konsolidasi

    di sektor riil dan sektor keuangan, baik bank maupun nonbank. Perbaikan terlihat pada Eropa dan

    Jepang, meskipun masih relatif terbatas, ditopang permintaan domestik yang membaik. Kemajuan

    dalam perundingan perdagangan antara AS-Tiongkok juga berdampak pada menurunnya risiko di

    pasar keuangan global serta mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke negara

    berkembang. Ke depan, prospek ekonomi global dipengaruhi kemajuan trade deal AS-Tiongkok,

    pemanfaatan trade diversion negara berkembang, efektivitas stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan

    moneter, serta kondisi geopolitik. Prospek pemulihan global tersebut menjadi perhatian karena dapat

    memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga ditopang konsumsi rumah tangga, ekspansi

    fiskal, dan perbaikan ekspor. Perkembangan terkini menunjukkan keyakinan konsumen meningkat

    bersamaan dengan pola musiman jelang akhir tahun sehingga dapat menopang konsumsi rumah

    tangga tetap baik. Perkembangan positif ini diperkuat ekspansi fiskal sejalan dengan pola musiman

    akhir tahun sehingga makin mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2019. Perbaikan ekspor

    antara lain dipengaruhi naiknya ekspor pulp, waste paper dan serat tekstil ke Tiongkok, masih kuatnya

    ekspor besi baja ke Tiongkok dan ASEAN, serta berlanjutnya ekspor kendaraan bermotor ke ASEAN

    dan Arab Saudi. Investasi mulai tercatat meningkat di beberapa daerah seperti di Sulawesi terkait

    hilirisasi nikel, dan diperkirakan akan terus meningkat dengan sejumlah kebijakan transformasi ekonomi

    yang ditempuh Pemerintah dan mulai meningkatnya keyakinan dunia usaha. Investasi bangunan juga

    terus membaik didorong peningkatan kegiatan konstruksi. Dengan perkembangan tersebut,

    pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2019 diprakirakan membaik sehingga secara keseluruhan tahun

    0

    50

    100

    2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    30.33 33.78 37.14 40.4144.76 48.31 52.5

    38.37 41.92 45.14 47.9651.89 56.00 59.01

    Grafik 2.2 PDRB Per Kapita (Juta Rupiah)

    Sulawesi Utara Nasional

  • 17

    2019 dapat mencapai sekitar 5,1% dan meningkat dalam kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.

    Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan IV-2019 diprakirakan terus membaik sehingga

    menopang ketahanan sektor

    eksternal. Prakiraan ini

    dipengaruhi oleh surplus

    transaksi modal dan finansial,

    serta defisit transaksi berjalan

    yang terkendali. Aliran masuk

    modal asing ke pasar

    keuangan domestik pada

    Oktober-November 2019

    tercatat neto 6,20 miliar dolar

    AS, lebih tinggi dari

    perkembangan triwulan III-

    2019 sebesar neto 4,85 miliar

    dolar AS. Sementara itu,

    defisit transaksi berjalan diprakirakan terjaga, meskipun pada November 2019 neraca perdagangan

    mencatat defisit 1,33 miliar dolar AS. Defisit yang sesuai prakiraan ini dipengaruhi kenaikan impor

    barang konsumsi sesuai pola musiman jelang akhir tahun dan kebutuhan impor untuk kegiatan

    produktif, di tengah kinerja ekspor yang belum kuat sejalan kondisi global yang melambat. Dengan

    perkembangan itu, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan sekitar 2,7% PDB dan pada 2020 tetap

    terkendali dalam kisaran 2,5-3,0% PDB. Posisi cadangan devisa pada akhir November 2019 cukup

    tinggi sebesar 126,6 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan

    impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan

    internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan

    dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya

    mendorong peningkatan PMA.

    2.1.3. Inflasi

    Inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2019 terjaga pada level yang rendah dan terkendali.

    Hal ini tercermin dari pencapaian inflasi tahun 2019 sebesar 3.52 persen (YoY, grafik 1.3), diatas inflasi

    nasional yang sebesar 2,72% dan lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2018 (3.13 persen)

    namun masih dalam rentang target inflasi yang ditetapkan sebesar 3,5±1 persen. Inflasi Sulawesi Utara

    pada bulan Desember 2019 disebabkan adanya penurunan indeks pada kelompok pengeluaran

    sandang sebesar 0,22 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen dan kelompok makanan jadi,

    minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,03 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami

    Inflasi Sulawesi

    Utara pada tahun

    2019 terjaga pada

    level yang rendah

    dan terkendali. Hal

    ini tercermin dari

    pencapaian inflasi

    tahun 2019 sebesar

    3.52 persen (yoy)

    5.25 5.255.50

    5.75 5.756.00 6.00 6.00

    6.00 6.00

    6.00 6.00 6.005.75

    5.505.25

    5.00

    5.00

    5.00

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

  • 18

    peningkatan indeks adalah

    kelompok pengeluaran transport,

    komunikasi dan jasa keuangan

    sebesar 2,31 persen, kelompok

    pengeluaran pendidikan, rekreasi

    dan olah raga sebesar 0,05 persen

    dan kelompok perumahan, air,

    listrik, gas dan bahan bakar

    sebesar 0,03 persen.

    Selama Tahun 2019, komoditas yang memberikan sumbangan/andil terbesar terhadap

    inflasi Kota Manado adalah tomat sayur sebesar 0,71111 persen, pisang sebesar 0,3233 persen,

    nasi dengan lauk 0,2231 persen,

    kendaraan carter/rental 0,1920

    persen, cabai rawit 0,1719

    persen, akademi/perguruan

    tinggi 0,1497 persen, baju kaos

    tanpa kerah/t-shirt 0,1458

    persen, cat tembok 0,1397

    persen, air kemasan 0,1247

    persen, dan pemeliharaan/service 0,1187 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil

    deflasi terbesar adalah Bawang-Rica-Tomat (Barito) 0,2484 persen, bahan bakar rumah tangga

    0,1881 persen, pepaya sebesar 0,1813 persen, angkutan udara 0,1558 persen, batu bata/tela sebesar

    0,0903 persen, cakalang asap sebesar 0,0754 persen, gula pasir sebesar 0,0581 persen, selada/daun

    selada 0,0510 persen, tarif pulsa ponsel 0,0422 persen dan tarif listrik 0,0390 persen.

    Tabel 1.4 dan grafik 1.4 menunjukan indeks harga konsumen pada kelompok bahan makanan

    mengalami deflasi sebesar 8,28 persen atau terjadi penurunan indeks dari 184,30 di bulan November

    2019 menjadi 169,04 pada Desember 2019. Penurunan indeks umumnya disebabkan oleh sub

    kelompok sayur-sayuran sebesar 22,35 persen, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 16,06 persen,

    sub kelompok buah-buahan sebesar 4,42 persen dan sub kelompok ikan diawetkan sebesar 0,29

    persen. Sub kelompok yang mengalami peningkatan indeks adalah sub kelompok lemak dan minyak

    sebesar 2 persen, sub kelompok kacang-kacangan sebesar 1,44 persen, sub kelompok daging dan

    hasil-hasilnya sebesar 1,37 persen, sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 1,25 persen, sub

    kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,74 persen, sub kelompok ikan segar sebesar 0,21

    persen, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 0,03 persen.

    Kelompok bahan makanan pada Desember 2019 memberikan sumbangan inflasi sebesar-

    2,2304 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan deflasi antara lain: tomat sayur sebesar

    komoditas yang

    memberikan

    andil TERBESAR

    terhadap inflasi

    Kota Manado

    adalah tomat

    sayur sebesar

    0,71111 persen,

    sedangkan

    penyumbang

    deflasi Kota

    Manado adalah

    daun bawang

    0,2484 persen

    8.12 9.67

    5.56

    0.35

    2.44

    3.833.528.38 8.36

    3.35

    3.02 3.61

    3.132.72

    2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Sulut & Nasional (Persen)

    Inflasi Sulut Inflasi Nasional

  • 19

    1,4749 persen; cabai rawit sebesar 0,4825 persen; lemon sebesar 0,1006; cabai merah sebesar 0,0667

    persen; pepaya sebesar 0,0654 persen; daun bawang sebesar 0,0388 persen; jeruk nipis/limau sebesar

    0,0370 persen; cakalang/sisik sebesar sebesar 0,0332 persen; semangka sebesar 0,0266 persen; dan

    buncis sebesar 0,0248 persen.

    Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi antara lain: bawang merah

    sebesar 0,1140 persen;

    pisang sebesar 0,0351

    persen; minyak goreng

    sebesar 0,0207 persen; telur

    ayam ras sebesar 0,0149

    persen; biji nangka/kuniran

    sebesar 0,0135 persen;

    daging babi sebesar 0,0123

    persen; daging ayam ras sebesar 0,0107 persen; selar/tude sebesar 0,0105 persen; daun paku/pakis

    sebesar 0,0080 dan jagung manis sebesar 0,0076 persen.

    Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,03

    persen atau terjadi penurunan indeks di bulan November 2018 sebesar 126,73 persen menjadi 126,69

    pada Desember 2019. Terjadi pergerakan indeks turun pada sub kelompok minuman yang tidak

    beralkohol sebesar 0,13 persen. Sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok tembakau dan

    minuman beralkohol tidak mengalami perubahan.

    Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,03 persen

    atau terjadi peningkatan indeks dari 127,36 di bulan November 2019 menjadi 127,40 di bulan Desember

    2019, dimana sub kelompok yang mengalami peningkatan adalah sub kelompok perlengkapan rumah

    tangga sebesar 0,19 persen dan sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,09 persen. Sub

    kelompok penyelenggaraan rumah tangga merupakan sub kelompok yang megalami penurunan indeks

    sebesar 0,34 persen, sedangkan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air tidak mengalami

    perubahan.

    Kelompok sandang secara umum mengalami deflasi sebesar 0,22 persen atau terjadi

    penurunan indeks dari 124,59 di bulan November 2019 menjadi 124,32 di bulan Desember 2019,

    dimana penurunan indeks terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 4,06

    persen. Sub kelompok yang mengalami peningkatan indeks adalah sub kelompok sandang laki-laki

    sebesar 0,96 persen, sub kelompok sandang wanita sebesar 0,73 persen dan sub kelompok sandang

    anak-anak sebesar 0,14 persen.

    Kelompok Kesehatan secara umum mengalami deflasi sebesar 0,13 persen atau terjadi

    penurunan indeks dari 127,30 di bulan November 2019 menjadi 127,13 di bulan Desember 2019,

    dimana penurunan indeks terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,25

    13.33 11.5213.91

    -3.00

    0.12

    11.67

    -8.28

    4.7310.95

    2.22 1.174.35

    0.43 0.03

    17.92 17.57

    2.77 0.91 3.294.38 2.31

    2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Bahan Makanan

    Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

    Transpor, komunikasi & Jasa Keuangan

  • 20

    persen dan sub kelompok obat-obatan sebesar 0,08 persen. Sub kelompok jasa kesehatan dan sub

    kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami perubahan.

    Kelompok Pendidikan, rekreasi dan olah raga secara umum mengalami inflasi sebesar 0,05

    persen atau terjadi peningkatan indeks dari 123,65 di bulan November 2019 menjadi 123,71 di bulan

    Desember 2019, dimana peningkatan indeks terjadi pada sub kelompok olah raga sebesar 2,23 persen.

    Sub kelompok pendidikan, sub kelompok kursus-kursus/pelatihan, sub kelompok

    perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub kelompok rekreasi tidak mengalami perubahan.

    Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan di bulan Desember 2019 mengalami inflasi

    sebesar 2,31 persen atau terjadi peningkatan indeks sebesar 143,49 di bulan November 2019 menjadi

    146,81 persen di bulan Desember 2019, dimana sub kelompok transpor mengalami peningkatan indeks

    sebesar 3,32 persen. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transpor, sub

    kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan.

    2.1.4. Nilai Tukar

    Nilai tukar rupiah terhadap nilai Yuan China dan dollar Australia cenderung terjadi penurunan

    dibanding tahun 2018 di kisaran 9.590-10.909 terhadap Dollar Australia dan pada kisaran 1.998- 2.125

    terhadap Yuan China. Sementara nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan Euro cenderung fluktuatif.

    Nilai tukar rupiah terhadap US dollar mengalami pelemahan selama tahun 2019 dan cenderung stabil

    dibanding 2018. Nilai tukar Rupiah per Desember 2019 menguat berada di level Rp13.831 per USD.

    Pada tahun 2019 nilai tukar Rupiah tercatat menguat Rp200 atau 1,4%. Sementara pada tahun 2018

    nilai tukar Rupiah berada di level Rp14.553 per USD dan tercatat menguat sebesar Rp722 atau 4,96%

    dalam setahun.

    Grafik 1.6 menunjukan pada 2019, nilai tukar Rupiah mulai menurun pada awal tahun sampai

    bulan April cenderung stabil dari Rp14.100, dan menguat Rp. 14.300 pada Mei 2019. Kemudian, Rupiah

    tembus Rp13.900 pada 31 Juli 2019. Pada Oktober 2019, Rupiah menguat pada level Rp13.937 per

    USD. Pada November 2018, Rupiah balik arah menguat pada level Rp14.031. Pada pertengahan

    November hingga saat ini, Rupiah naik-turun pada Level Rp14.000-an hingga Rp13.831-an per USD

    pada akhir desember 2019.

    Neraca

    Pembayaran

    Indonesia Triwulan

    IV-2019

    diprakirakan terus

    membaik sehingga

    menopang

    ketahanan sektor

    eksternal.

    Prakiraan ini

    dipengaruhi oleh

    surplus transaksi

    modal dan

    finansial, serta

    defisit transaksi

    berjalan yang

    terkendali

    nilai tukar Rupiah

    mulai menurun

    pada awal tahun

    sampai bulan

    April cenderung

    stabil dari

    Rp14.100, dan

    menguat Rp.

    14.300 pada Mei

    2019

  • 21

    Melemahnya rupiah pada tahun 2019 masih disinyalir dikarenakan banyaknya tekanan kepada

    rupiah baik dari sisi

    domestik maupun

    global seperti

    adanya gejolak

    ekonomi global

    yang fluktuatif di

    tahun 2019 yang

    dipicu perang

    dagang AS-China,

    kenaikan Fed rate, dan faktor domestik seperti defisit neraca perdagangan, tekanan terhadap stabilitas

    sosial politik dan lain sebagainya ini masih terjadi pada tahun yang lalu.

    2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

    Salah satu outcome dari suatu kebijakan fiskal yang telah dilaksanakan baik oleh Pemerintah

    Daerah maupun Pemerintah Pusat pada suatu wilayah adalah perbaikan kualitas kesejahteraan yang

    umumnya terefleksikan pada indikator Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran dan

    Tingkat Kemiskinan.

    2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

    Grafik 1.7 menunjukkan Pembangunan manusia di Sulawesi Utara terus mengalami

    kemajuan. Pada tahun 2019, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Utara mencapai 72,99

    dengan kategori tinggi. Angka ini meningkat sebesar 0,79 poin atau tumbuh sekitar 1,09 persen

    dibandingkan tahun 2018. Bayi yang lahir pada tahun 2019, memiliki harapan untuk dapat hidup hingga

    71,58 tahun, lebih lama 0,32

    tahun dibandingkan dengan

    mereka yang lahir tahun

    sebelumnya. Anak-anak yang

    pada tahun 2019 berusia 7

    tahun memiliki harapan dapat

    menikmati pendidikan selama

    12,73 tahun (Diploma I), lebih

    lama 0,05 tahun dibandingkan

    dengan yang berumur sama pada tahun 2018. Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah

    menempuh pendidikan selama 9,43 tahun (kelas X), lebih lama 0,19 tahun dibandingkan tahun

    sebelumnya. Pada tahun 2019, masyarakat Sulawesi Utara memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-

    rata pengeluaran per kapita sebesar 11,12 juta rupiah per tahun, meningkat 384 ribu rupiah

    IPM Sulut 72.99

    (kategori tinggi)

    diatas IPM nasional

    (71.92)

    Manado menjadi

    Kota dengan IPM

    tertinggi (79.12)

    sementara Bolaang

    Mongondow Selatan

    (65.28) menjadi

    yang terendah

    62

    64

    66

    68

    70

    72

    74

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Grafik 1.7 Perkembangan IPM Sulut & Nasional

    SULAWESI UTARA INDONESIA

    -

    10,000

    20,000

    Grafik 1.6 Pergerakan Kurs Tengah Mata Uang Asing Terhadap Rupiah Tahun 2019 (Rupiah)

    CNY AUD EUR USD

  • 22

    dibandingkan tahun sebelumnya.

    Jika di breakdown per kabupaten/kota (Tabel 1.7), IPM tertinggi dicapai oleh Kota Manado

    dengan nilai sebesar 79.12 (tinggi) diikuti Kota Tomohon sebesar 76.67 (tinggi) dan Kab MInahasa

    sebesar 75.47 (tinggi). Sementara IPM terendah diraih Bolaang Mongondow Selatan (65.28), Bolaang

    Mongondow Timur (66.08) dan Bolaang Mongondow Utara (66.91) meskipun ketiganya masih masuk

    dalam kategori “sedang “.

    Sampai dengan tahun 2019, terjadi peningkatan tingkat IPM di Sulawesi Utara apabila pada

    tahun 2017 terdapat 7 kabupaten/kota yang masuk dalam kategori IPM tinggi sementara untuk tahun

    2019 terdapat 10 kabupaten/kota yang

    masuk dalam kategori IPM tinggi dan 8

    kabupaten/kota yang masuk dalam

    kategori IPM sedang. Perbedaan

    disebabkan naiknya status Kabupaten

    Kepl Talaud dan Kabupaten Minahasa

    Tenggara dari sedang ke daerah dengan

    kategori IPM tinggi.

    Pemerintah ditantang untuk mampu terus menyelenggarakan program program yang

    diarahkan dalam rangka peningkatan IPM di daerah daerah yang masih dalam kategori sedang,

    sehingga pembangunan sumber daya manusia tidak hanya terfokus pada kota-kota besar seperti

    Manado, Tomohon dan Bitung saja. Sebagai catatan Kabupaten/kota yang memiliki IPM yang lebih

    tinggi wilayahnya cenderung dekat dengan ibu kota provinsi. Dari sepuluh kab/kota yang IPM

    berkategori tinggi tersebut, enam diantaranya berada di wilayah Minahasa yang dekat dengan pusat

    pemerintahan provinsi (Kota Manado) dan hanya Kota Kotamobagu yang berada di wilayah Bolaang

    Mongondow Raya.

    Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2019 juga terlihat dari status pembangunan

    manusia di tingkat kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota yang berstatus pembangunan manusia

    “tinggi” semakin bertambah menjadi sembilan yaitu Minahasa, Kepulauan Sangihe, Minahasa Selatan,

    Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Manado, Bitung, Tomohon, dan Kotamobagu. Enam

    kabupaten/kota lainnya berstatus pembangunan manusia “sedang”. Tidak ada kabupaten/kota yang

    berstatus pembangunan manusia “sangat tinggi” maupun “rendah” di Sulawesi Utara.

    Peningkatan IPM di Sulawesi Utara juga tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode

    2018 hingga 2019, IPM di seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan. Pada periode ini, tercatat

    tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Bolaang

    Mongondow (1,36 persen), Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (1,33 persen), dan Kota Bitung (1,27

    persen). Kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Bolaang Mongondow utamanya didorong

    oleh dimensi umur panjang dan pendidikan, sementara di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

    Enam dari tujuh

    IPM tertinggi

    didominasi oleh

    daerah-yang

    dekat dengan

    pusat kota

  • 23

    didorong oleh dimensi standar hidup yang layak, sedangkan Kota Bitung lebih didorong oleh percepatan

    pada dimensi pendidikan.

    Tantangan Sulut ke depan adalah bagaimana meningkatkan indikator pendidikan dan

    kesehatan secara merata di seluruh kabupaten/kota. Bila ditelisik lebih dalam sebagaimana tampak

    pada tabel 1.6, ditemukan fakta bahwa tingginya kedua indikator ini hanya terjadi di sebagian kecil

    kabupaten/kota Sulawesi Utara.

    Umur harapan

    saat lahir (UHH) yang

    merepresentasikan

    dimensi umur panjang dan

    hidup sehat terus

    meningkat dari tahun ke

    tahun. Selama periode

    2010 hingga 2019,

    Sulawesi Utara telah

    berhasil meningkatkan Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,18 tahun atau tumbuh sebesar 0,18

    persen per tahun. Pada tahun 2010, umur harapan hidup saat lahir di Sulawesi Utara hanya sebesar

    70,40 tahun dan pada tahun 2019 telah mencapai 71,58 tahun. Dimensi pengetahuan pada IPM

    dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah dan rata-rata Lama Sekolah. Kedua indikator

    ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2019, Harapan Lama Sekolah di

    Sulawesi Utara telah meningkat sebesar 1,39 tahun, sementara rata-rata lama sekolah bertambah 0,77

    tahun. Selama periode 2010 hingga 2019, indikator Harapan Lama Sekolah secara rata-rata tumbuh

    sebesar 1,3 persen per tahun. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah merupakan sinyal positif bahwa

    semakin banyak penduduk yang bersekolah. Pada tahun 2019, Harapan Lama Sekolah di Sulawesi

    Utara telah mencapai 12,73 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk

    menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA.

    Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Sulawesi Utara

    tumbuh 0,95 persen per tahun selama periode 2010 hingga 2019. Pertumbuhan yang positif ini

    merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia di Sulawesi Utara yang lebih baik. Pada

    tahun 2019, secara rata-rata penduduk Sulawesi Utara usia 25 tahun ke atas mencapai pendidikan

    selama 9,43 tahun, atau telah menyelesaikan pendidikan jenjang SMP, bahkan menempuh pendidikan

    pada kelas X (SMA kelas 1). Dimensi terakhir yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standar

    hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita per tahun (harga konstan 2012). Pada

    tahun 2019, rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat Sulawesi Utara mencapai Rp 11,12 juta per

    tahun. Selama tujuh tahun terakhir, pengeluaran per kapita masyarakat meningkat sekitar 2,46 persen

    per tahun.

    Angka kemiskinan

    Sulut sebesar 7.51

    persen atau 188.60

    jiwa, Kemiskinan

    pedesaan menurun

    sementara

    Perkotaan

    Meningkat

  • 24

    Peningkatan pengeluaran per kapita yang disesuaikan ini menunjukkan bahwa kemampuan

    ekonomi masyarakat Sulawesi Utara semakin membaik. Kondisi ini sejalan dengan makro ekonomi

    yang ditunjukkan dari angka produk domestik regional bruto (output wilayah) yang juga mengalami

    kenaikan selama periode tersebut.

    2.2.2. Tingkat Kemiskinan

    Presentase Penduduk Miskin Sulawesi Utara pada September 2019 sebesar 7,51 persen.

    Pada September 2019, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per

    bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Utara mencapai 188,60 ribu orang (7,51 persen),

    berkurang 3,1 ribu orang dari kondisi Maret 2019 yang sebesar 191,70 ribu orang (7,66 persen). Bila

    dibandingkan kondisi Maret 2019, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan di daerah

    perdesaan sama-sama mengalami penurunan. Di daerah perkotaan turun 0,06 poin menjadi 4,95

    persen, sedangkan di daerah perdesaan turun 0,26 poin menjadi 10,30 persen. Selama periode Maret

    2019-September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,6 ribu orang

    (dari 65,49 ribu orang turun menjadi 64,90 orang), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 2,5

    ribu orang (dari 126,20 ribu orang turun menjadi 123,70 ribu orang). Peranan komoditas makanan

    terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih tinggi dibandingkan komoditas non makanan. Sumbangan Garis

    Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2019 adalah sebesar 76,50. Kondisi

    ini tidak jauh berubah dibandingkan kondisi Maret 2019 yaitu sebesar 77,09 persen. Jenis komoditas

    makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan

    adalah beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang, kue basah, dan cabe rawit. Sementara

    komoditas non makanan yang memengaruhi nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan

    adalah perumahan, listrik, angkutan dan bensin.

    Selama periode Maret 2019-September 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

    Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Gini Ratio Sulawesi Utara September 2019

    sebesar 0,376. Ada sedikit kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2019 yang sebesar 0,367.

    Secara umum, pada

    periode 2014-2019, angka

    kemiskinan di Sulawesi Utara

    cenderung fluktuatif namun

    menunjukkan tren menurun

    sejak tahun 2016.

    Perkembangan tingkat

    kemiskinan tahun 2014

    sampai dengan September 2019

    Angka

    kemiskinan Sulut

    sebesar 7.59

    persen atau

    189.050 jiwa,

    Kemiskinan

    pedesaan

    menurun

    sementara

    Perkotaan

    Meningkat

  • 25

    Tabel diatas menunjukkan

    persentase dan jumlah penduduk miskin

    menurut provinsi di Pulau Sulawesi pada

    kondisi September 2019. Terlihat bahwa

    provinsi dengan persentase total

    penduduk miskin terendah adalah

    Sulawesi Utara, yaitu sebesar 7,51

    persen, sedangkan yang tertinggi adalah

    Gorontalo sebesar 15,31 persen.

    Dimensi kemiskinan lainnya yang perlu diperhatikan adalah indeks kedalaman dan indeks

    keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menggambarkan ketimpangan rata-rata

    pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan

    mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

    Selama periode Maret 2019-September

    2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

    Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sulawesi

    Utara mengalami penurunan. Indeks Kedalaman

    Kemiskinan pada Maret 2019 adalah 1,175 dan

    pada September 2019 turun menjadi 0,890.

    Kemudian, Indeks Keparahan Kemiskinan pada

    periode yang sama juga mengalami penurunan

    dari 0,250 menjadi 0,173 (Tabel 5). Untuk

    periode September 2018-September 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

    Kemiskinan (P2) juga sama-sama mengalami penurunan.

    Selama periode Maret 2019-September 2019, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

    Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan maupun diperkotaan mengalami penurunan. Hal ini berarti

    rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan cenderung mendekati garis kemiskinan dan

    ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin makin kecil.

    Apabila dibandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan, nilai Indeks Kedalaman

    Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di

    daerah perkotaan. Pada September 2019, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah

    perdesaan hamper tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan P1 daerah perkotaan.

    Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan