siklus dan tahapan kebijakan, teori gunung es

10
Institutions, Processor, behaviors Public Policies Social and economic conditions PENJELASAN MENGENAI SIKLUS SYSTEM KEBIJAKAN SIKLUS KEBIJAKAN Siklus di atas menjelaskan bahwa antara kondisi lingkungan, institusi dan kebijakan itu sendiri merupakan 3 hal yang saling mempengaruhi. Lingkungan sebagai sumber munculnya isu, membuat para policymaker menanggapi isu tersebut dengan membuat agenda setting, dari situ melalui beberapa tahapan hingga akhirnya isu tersebut memunculkan sebuah kebijakan, nantinya kebijakan yang muncul ini akan memancing tanggapan/feedback dari masyarakat yang pada satu titik berpotensi melahirkan sebuah kebijakan publik yang baru. Ada banyak keuntungan yang dapat diambil dari adanya siklus kebijakan ini yaitu. Siklus kebijakan menegaskan bahwa pemerintah itu merupakan proses yang melibatkan banyak institusi dan bukan sekedar institusi yang berdiri independen tampa korelasi dengan pihak lain (Bridgmen & Davis 2000,hlm 24.) 1 Nama : Andi Taufiq Yusuf NIM : E211 08 264 Jurusan : Ilmu Administrasi Mata Kuliah : Formulasi Kebijakan

Upload: hexaluna

Post on 26-Jun-2015

1.902 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

penjelasan singkat tentang hubungan antar siklus kebijakan,tahapannya serta teori gunug es

TRANSCRIPT

Page 1: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

Institutions, Processor, behaviors

Public PoliciesSocial and economic conditions

PENJELASAN MENGENAI SIKLUS SYSTEM KEBIJAKAN

SIKLUS KEBIJAKAN

Siklus di atas menjelaskan bahwa antara kondisi lingkungan, institusi dan kebijakan itu

sendiri merupakan 3 hal yang saling mempengaruhi. Lingkungan sebagai sumber munculnya isu,

membuat para policymaker menanggapi isu tersebut dengan membuat agenda setting, dari situ

melalui beberapa tahapan hingga akhirnya isu tersebut memunculkan sebuah kebijakan, nantinya

kebijakan yang muncul ini akan memancing tanggapan/feedback dari masyarakat yang pada satu

titik berpotensi melahirkan sebuah kebijakan publik yang baru.

Ada banyak keuntungan yang dapat diambil dari adanya siklus kebijakan ini yaitu.

Siklus kebijakan menegaskan bahwa pemerintah itu merupakan proses yang melibatkan

banyak institusi dan bukan sekedar institusi yang berdiri independen tampa korelasi dengan

pihak lain (Bridgmen & Davis 2000,hlm 24.)

Siklus untuk kebijakan merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk membantu

mempermudah kompleksitas kebijakan publik .Dengan modal ini akan semakin memungkinkan

para pengambil kebijakan dan masyarakat banyak memberikan focus pada tahapan-tahapan

yang dipandang perlu disamping mengatur berbagai aspek yang diperlukan dalam setiap

tahapan siklus tersebut.

Siklus kebijakan memberikan kesempatan yang bagus untuk secara sistimatis dan analitis

melakukan kajian-kajian kebijakan publik yang relevan dengan area yang akan dibahas

1

Nama : Andi Taufiq Yusuf

NIM : E211 08 264

Jurusan : Ilmu Administrasi

Mata Kuliah : Formulasi Kebijakan

Page 2: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

sehingga memberikan banyak kesempatan untuk belajar dari berbagai pengalaman kebijakan

yang sudah ada selama ini termasuk plus minusnya.

Siklus kebijakan membantu membuat kebijakan dan masyarakat banyak dalam menentukan

langkah-langkah strategis-strategis berkaitan dengan apa yang ingin dilakukan dalam sebuah

kebijakan publik .

Siklus kebijakan juga akan memberikan gambaran yang komprehensif dan juga berbagai

implikasi yang perlu dimengerti oleh para pihak yang berkepantingan dengan kebijakan publik .

Siklus kebijakan juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai efektifitas dan efesiensi

sebuah kebijakan dilihat berdasarkan masing-masing tahapan itu. Siklus kebijakan penting

untuk dipahami dan dimengerti dengan baik semakinbaik pemahaman terhadap siklus

kebijakan maka akan semakin lengkaplah kerangka piker seseorang terhadap sebuah kebijakan

publik .Siklus kebijakan meliputi identifikasi isu, analisis kebijakan, instrumen,

kebijakan,konsultasi, koordinasi, keputusan, implementasi, evaluasi, dan umpan balik.

TEORI GUNUNG ES

1. Event – pendekatan reaktif

Tingkatan paling atas adalah jenjang kejadian

atau ‘event’. Jenjang inilah yang paling kasat mata,

biasanya bisa ditangkap oleh panca indera.

Pada gunung es, ‘kejadian’ terletak di atas

permukaan laut, sehingga semua orang akan bisa

melihatnya. Analis yang tidak terlatih, bahkan sebagian manajer cenderung akan bereaksi

terhadap kejadian. Jadi kata kuncinya adalah reaktif.

Analis dan manajer yang bekerja pada level ini akan bertindak reaktif, sebuah contoh

jikalau ada berbagai tuntutan masyarakat akan hal kemiskinan, maka seorang pemimpin harus

reaktif dan mencari alternative/solusi dari kemiskinan itu.

2. Perilaku sistem – pendekatan antisipatif

Tingkatan yang lebih mendalam yg bisa dilakukan adalah dengan mengamati perilaku

sistem. Satu faktor penting yg harus diperhatikan pada level ini adalah waktu. Dengan kata lain,

kita akan coba melihat dinamika sistem dari satu waktu ke waktu yg lain.

2

Page 3: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

Kumpulan kejadian-kejadian bisa dilihat dalam rentetan waktu sehingga -mudah-

mudahan- akan terlihat pola-pola tertentu. Pada level analisis ini, kejadian tidak lagi dilihat

secara individual sebagai fenomena random – pola / kecenderungan mudah-mudahan akan

terlihat.

Sebagai contoh untuk kasus KRL tadi. Jika kebetulan ada karyawan PERUMKA yg membuat

catatan kejadian accident dan incident (near miss) dari waktu ke waktu; mungkin tren atau pola

nya akan keliatan.

Dari historical data yg ada, kemudian mungkin bisa dilihat bahwa ternyata pola data

jumlah kecelakaan penumpang jatuh terkait dengan hari gajian dan beberapa hari berikutnya,

ternyata jumlah kecelakaan menurun. Pas tanggal tua, kecelakaan naik signifikan. Dengan

pendekatan kedua (melihat perilaku sistem), akhirnya PERUMKA bisa melakukan perencanaan

antisipatif untuk masa mendatang.

3. Struktur sistem – pendekatan generatif

Pendekatan terakhir ini paling susah, karena analis dan pengambil kebijakan harus

memiliki kemampuan analitis abstrak plus visi. Untuk bisa melakukan analisis tahap ini, analis yg

terlatih sekalipun biasanya untuk setiap kasus perlu bantuan pendekatan (1) dan (2) sebelum

kemudian menyelam ke pendekatan (3).

Pada pendekatan ini, analis perlu mencoba melihat keterkaitan antara satu faktor dengan

faktor lain. Tak ada faktor yg berdiri sendiri. Faktor-faktor yg saling mengait inilah yang nantinya

memunculkan pola / kecenderungan yg biasa ditangkap analis level (2). Systems thinker biasa

bekerja pada level (3) ini.

Melihat struktur sebuah sistem tidaklah mudah. Kadang hubungan antar faktor terpisah

oleh lokasi dan waktu. Sistem juga berubah setiap waktu, tidak jelas batasnya, dll. Jika analis bisa

menggunakan pendekatan(3) ini, diharapkan solusi akan bisa di generate. Anda tidak lagi hanya

reaktif, ataupun antisipatif karena anda bisa mengenerate ide untuk mengubah sistem anda

menjadi lebih baik.

HIRARKI KEBIJAKAN DI INDONESIA

• UNDANG-UNDANG

Undang-undang merupakan peraturan tinggi setelah undang-undang dasar yang

diangkat sebagai konstitusi negara Indonesia. Undang-undang mengatur urusan-urusan

3

Page 4: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

yang bersifat spesifik. Misalnya masalah pertanian, lalu lintas, pemasaran, dan lain

sebagainya.

• PERPU ( peraturan pemerintah pengganti Undang-undang)

Perpu baru bisa diputusan oleh presiden disaat yang genting. Misalnya dalam hal

penanganan masalah bencana alam ataupun perang. Sebab harus dibahas DPR pada

kesempatan pertama untuk dijadikan UU. Dalam konteks ini, DPR cuma punya dua pilihan:

menolak atau menyetujui.

• PP (peraturan pemerintah)

Peraturan pemerintah diterbitkan untuk memeberikan penjelasan terhadap undang-

uandang agar tidak terjadi salah tafsir bagi masing-masaing penafsir kebijakan.

• PERATURAN PRESIDEN

Peraturan presiden merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk

menajalankan implementasi kebijakan kepada pemerintahan.

• PERATURAN DAERAH

Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundang-

undangan, yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk

mewujudkan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dan menetapkan sesuatu organisasi dalam lingkungan Pemerintah daerah yang

ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

TAHAPAN PEMBENTUKAN KEBIJAKAN

Problem Identification (Identifikasi Masalah)

A. Tahap Identifikasi :

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan:

• Tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial adalah mengumpul-kan data mengenai

permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).

2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:

• Tahap berikutnya adalah mengolah, memilah dan memilih data mengenai masalah dan

kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan ditransformasikan ke dalam laporan

4

Page 5: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

yang terorganisasi. Informasi yang perlu diketahui antara lain: apa penyebab masalah dan

apa kebutuhan masyarakat? Dampak apa yang mungkin timbul apabila masalah tidak

dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan kelompok mana yang terkena

masalah?

3. Penginformasian Rencana Kebijakan:

• Berdasarkan laporan hasil analisis disusunlah rencana kebijakan. Rencana ini kemudian

disampaikan kepada berbagai sub-sistem masyarakat yang terkait dengan isu-isu kebijakan

sosial untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini dapat pula diajukan kepada

lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan disetujui.

4. Perumusan Tujuan Kebijakan:

• Setelah mendapat berbagai saran dari masyarakat dilakukanlah berbagai diskusi dan

pembahasan untuk memperoleh alternatif-alternatif kebijakan. Beberapa alternatif

kemudian dianalisis kembali dan dipertajam menjadi tujuan-tujuan kebijakan.

5. Pemilihan Model Kebijakan:

• Pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk menentukan pendekatan, metoda dan

strategi yang paling efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model

ini juga dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan sosial

yang logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Penentuan Indikator Sosial:

• Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan dapat terukur secara objektif, maka

perlu dirumuskan indikator-indikator sosial yang berfungsi sebagai acuan, ukuran atau

standar bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang akan dicapai.

7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik:

• Tugas pada tahap ini adalah menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah

disempurnakan. Selanjutnya melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan,

melakukan lobi, negosiasi dan koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok masyarakat agar

tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang akan diterapkan.

Biasanya suatu masalah sebelum masuk ke dalam agenda kebijakan, masalah

tersebut menjadi isu terlebih dahulu. Isu, dalam hal isu kebijakan, tidak hanya mengandung

ketidaksepakatan mengenai arah tindakan aktual dan potensial, tetapi juga mencerminkan

pertentangan pandangan mengenai sifat masalah itu sendiri. Dengan demikian, isu kebijakan

merupakan hasil dari perdebatan definisi, eksplanasi dan evaluasi masalah.

5

Page 6: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

Isu ini akan menjadi embrio awal bagi munculnya masalah-masalah publik dan bila

masalah tersebut mendapat perhatian yang memadai, maka ia akan masuk ke dalam agenda

kebijakan. Namun demikia, karena pada dasarnya masalah-masalah kebijakan mencakup

dimensi yang luas maka suatu isu tidak akan secara otomatis bisa masuk ke agenda

kebijakan. Isu-isu yang beredar akan bersaing satu sama lain untuk mendapatkan perhatian

dari para elit politik sehingga isu yang mereka perjuangkan dapat masuk ke agenda

kebijakan.

Agenda Setting

Agenda kebijakan adalah tuntutan-tuntutan agar para pembuat kebijakan memilih atau

merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu. Dengan demikian, maka agenda kebijakan

dapat dibedakan dari tuntutan-tuntutan politik secara umum serta dengan istila “prioritas” yang

biasanya dimaksudkan untuk merujuk pada susunan pokok-pokok agenda dengan pertimbangan

bahwa suatu agenda lebih penting dibandingkan dengan agenda lain. Barbara Nelson menyatakan

bahwa proses agenda kebijakan berlangsung ketika pejabat publik belajar mengenai masalah-

masalah baru, memutuskan untuk memberi perhatian secara personal dan memobilisasi

organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah tersebut. Dengan demikian, agenda

kebijakan pada dasarnya merupakan pertarungan wacana yang terjadi dalam lembaga

pemerintah.

Tidak semua masalah atau isu akan masuk ke dalam agenda kebijaka. Isu-isu atau

masalah-masalah tersebut harus berkompetisi antara satu dengan yang lain dan akhirnya hanya

masalah-masalah tertentu saja yang akan menang dan masuk ke dalam agenda kebijakan.

Lester dan Stewart menyatakan bahwa suatu isu akan mendapat perhatian bila memenuhi

beberapa kriteria, yakni:

a. Bila suatu isu telah melampaui proporsi suatu krisis dan tidak dapat terlalu lama didiamkan.

Misalnya, kebakaran hutan.

b. Suatu isu akan mendapat perhatian bial isu tersebut memiliki sifat partikularitas, dimana isu

tersebut menunjukkan dan mendramatisir isu yang lebih besar. Misalnya, isu mengenai

kebocoran lapisan ozon dan pemanasan global.

c. Mempunyai aspek emosional dan mendapat perhatian media massa karena faktor human

interest.

6

Page 7: Siklus dan tahapan kebijakan, Teori gunung es

d. Mendorong munculnya pertanyaan menyangkut kekuasaan dan legitimasi, dan masyarakat.

e. Isu tersebut sedang menjadi trend atau sedang diminati oleh banyak orang.

Menurut Peter Bachrach dan Morton Barazt ada beberapa cara yang digunakan oleh para

pembuat kebijakan untuk menghalangi suatu masalah masuk ke dalam agenda kenijakan, yaitu:

a. Menggunakan kekerasan.

b. Menggunakan nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berlaku, yaitu dengan

menggunakan budaya politik.

Kepemimpinan politik merupakan faktor penting dalam penyusunan agenda kebijaakn.

Para pemimpin politik, apakah dimotivasi oleh pertimbangan-pertimbangan keuntungan politik,

kepentingan publik, maupun kedua-duanya, mungkin menanggapi masalah-masalah tertentu,

menyebarluaskannya dan mengusulkan penyelesaian terhadap masalah-masalah tersebut.

Dalam kaitan ini, eksekutif yaitu Presiden dan legislatif yaitu DPR mempunyai peran utama

dalam politik dan pemerintahan untuk menyusun agenda publik.

Policy Formulation (Formulasi Kebijakan)

Pengertian:

1. The stage of the policy process where pertinent and acceptable courses of action for

dealing with some particular public problem are identified and enacted into a law (Lester

and Stewart,2000).

2. Formulation is a derivative of formula and means simply to develop a plan, a method, a

prescription, in this chase for alleviating some need, for acting on a problem (Jones, 1984).

Policy Legitimation

Proses legitimasi kebijakan public dilakukan setelah dilakukan formulasi kebijakan.

Legitimasi adalah proses pengesahan suatu keputusan menjadi sebuah undang-undang

dan hukum tertulis lainnya.

7