siklooksigenase inhibitor
DESCRIPTION
celecoxib, rofecoxibTRANSCRIPT
MAKALAH FARMAKOLOGI MOLEKULER
ENZIM COX-2
Disusun oleh :
1. Oki Lia Saputri (G1F014001)
2. Dina Prarika (G1F014003)
3. Putri Dwi Lestari (G1F014005)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
1. Metabolisme prostaglandin
Prostaglandin ditemukan di sebagian besar jaringan dan organ. Prostaglandin
diproduksi oleh semua sel bernukleus kecuali limfosit. Prostaglandin autokrin dan
parakrin mediator lipid yang bertindak berdasarkan trombosit, endotel, dan sel mast.
Prostaglandin disintesis dalam sel dari asam lemak esensial (EFA) yaitu asam
arakhidonat (gambar 1). Perantara diciptakan dari fosfolipase-A2, kemudian dibawa
keluar dari salah satu baik jalur siklooksigenase atau jalur lipooksigenase untuk
membentuk baik prostaglandin dan tromboksan atau leukotriene masing-masing.
Jalur siklooksigenase menghasilkan tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin. Jalur
enzim lipooksigenase tidak aktif dalam leukosit dan makrofag dan leukotriene
mensintesis (Nugroho, 2014).
Gambar 1. Mekanisme pembentukan prostaglandin (Katzung, 2007).
2. Mekanisme aksi NSAID
Pengurangan radang dengan obat anti inflamasi non steroid (AINS/NSAID) bias
menyembuhkan rasa sakit dalam waktu yang cukup lama. NSAID menghalangi
proses inflamasi karena memiliki kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin,
salah satu mediator inflamasi, melalui penghambatan enzim sikloooksigenase (COX).
Penghambatan COX dapat mengganggu metabolism asam arakidonat jalur COX
dalam pembentukan prostaglandin H2 (PGH2) dari PGG2. Dari PGH2 dibentuk
PGD2, PGI2, PGF2, 6-keto-PGF1α, PGE2, tromboksan A2 (TXA2), tromboksan B2
(TXB2) yang merupakan mediator inflamasi, dan juga asam lemak hidroksi (HHT)
dan malondialdehid (MDA) oleh enzim GST kelas µ yang mengkatalisis
pembentukan PGD2, PGI2, PGF2α, dari PGH2 (Sweetman, 1989).
Gambar 2. Mekanisme Aksi NSAID (Wisudanti,2013)
3. Perbedaan cox1 and cox2
Gambar 3. Perbedaan COX-1 dan COX-2 (Flower,2003)
Dua isozim COX yang unik merubah asam arakidonat menjadi endoperoksida
prostaglandin. Sintase PGH-1 (COX-1) diekspresikan secara konstan pada
kebanyakan sel tanpa adanya rangsangan dari luar. Sebaliknya, sintase PGH-2 (COX-
2) dapat dirangsang; ekspresinya sangat bervariasi tergantung pada stimulus, COX-2
merupakan produk gen respons dini yang terangsang secara bermakna oleh shear
stress, faktor pertumbuhan, promotor humor, dan sitokin. COX-1 menghasilkan
prostanid pada inflamasi dan kanker. Akan tetapi, perbedaan tersebut terlalu
sederhana; terdapat proses fisiologis dan patofisiologis yang melibatkan masing-
masing enzim secara unik dalam keadaan lain ketika keduanya berfungsi secara
sinergis. Contohnya, COX-2 epitel merupakan sumber utama prostasiklin vascular,
sedangkan prostanoid yang berasal dari COX-2 ginjal penting untuk perkembangan
ginjal yang normal dan pemeliharaan fungsinya. Varian COX-1 tambahan yang
disebut COX-3 telah ditemukan pada anjing, namun kelihatannya tidak berhubungan
secara fungsional dengan spesies lainnya (Katzung, 2007).
4. COX-2 selective inhibitor
Penghambat selektif COX-2, atau golongan coxib, dikembangkan sebagai upaya
untuk menghambat sintesa prostaglandin oleh isoenzim COX-2 yang diinduksi pada
tempat inflamasi tanpa mengganggu kerja isoenzim COX-1 yang aktif sebagai
“pengurus rumah tangga” disaluran cerna, ginjal dan trombosit. Coxib secara selektif
berikatan dan menyekat tempat aktif enzim COX-2 jauh lebih efektif daripada COX-
1. Penghambat COX-2 memiliki efek analgesic, antipiretik, dan anti-inflamasi serupa
dengan OAINS nono selektif tapi efek simpangnya pada saluran cerna telah
berkurang sebesar separuhnya (Katzung, 2007).
Contoh obat dari golongan ini antara lain adalah sebagai berikut,
a. Celecoxib
b. Etoricoxib
c. Meloksicam
d. Valdecoxib (Katzung, 2007).
5. Ikatan obat dengan enzim
COX-1 dan COX-2 berbeda pada sekuen asam amino penyusunnya yaitu pada
sekuen asam amino nomor 523. Pada COX-1 adalah isoleusin dan pada COX-2
adalah valin. Perbedaan ini berperan penting dalam spesifitas pengikatan obat-obat
golongan coxib dan konformasi enzim COX yang terbentuk setelah terjadinya ikatan
obat-enzim (Pinheiro dan Clixto, 2002).
Adanya valin-523 memberikan konformasi pocket pada sisi aktif COX-2 sehingga
akses obat golongan coxib mudah dan ikatan obat golongan coxib komplemen
dengan COX-2 tetapi tidak dengan COX-1, sehingga ikatan coxib spesifik pada
COX-2 dan mengeblok masuknya substrat (asam arakhidonat) ke dalam sisi aktif
COX-2 dan asam arakhidonat tidak dapat dimetabolisme oleh COX-2, akan tetapi
masih dimetabolisme COX-1. Oleh karena itu penghambatan COX-2 tidak
menghentikan biosintesis prostaglandin (oleh COX-1) yang berperan dalam proteksi
saluran gastrointestinal terhadap asam lambung (Pinheiro dan Clixto, 2002).
6. Rofecoxib ditarik dari pasar
Mulai Agustus 2006, celecoxib merupakan satu-satunya penghambat COX-2 yang
dipasarkan di Amerika Serikat. Rofecoxib dan Valdecoxib, dua penghambat COX-2
sangat selektif yang dulu dipasarkan, telah ditarik dari peredaran akibat
keterkaitannya dengan peningkatan kejadian thrombosis kardiovaskuler. Pada awal
2005, suatu pertemuan bersama antara The Arthrithis Advisory Committee and The
Drug Safety and Risk Management Advisory Committee yang diselenggarakan oleh
FDA bertemu untuk menilai resiko dan memberikan rekomendasi seputar
penghambat COX-2 dan OAINS lainnya. Disimpulkan bahwa tidak ada cukup bukti
untuk menarik penghambat COX-2 dari peredaran tapi peringatan dalam tanda petik
kotak hitam seputar resiko kardiovaskuler ditambahkan ke label produk (Katzung,
2007).
Fakta baru tentang golongan coxib ini menemukan fakta baru bahwa walaupun aman
bagi lambung, obat-obat coxib meningkatkan risiko thrombosis pada pasien-pasien
dengan gangguan kardiovaskuler. Diketahui bahwa tromboksan A2 merupakan
eikosanoid yang menyebabkan agregasi platelet dan vasokonstriksi. Tromboksan A2
dihasilka di platelet dengan dikatalisis oleh COX-1. Platelet sendiri hanya
mengekspresikan COX-1 sehingga adanya obat golongan coxib tidak menghambat
pembentukan tromboksan A2. Di sisi lain, prostasiklin (PGI2) merupakan vasodilator
dan inhibitor agregasi platelet yang pembentukannya dikatalisis utamanya oleh
COX-2. Dengan penggunaan obat-obat golongan coxib, akan terjadi ketidak
seimbangan dimana sintesis prostasiklin berkurang, sementara tromboksan A2 yang
membantu agregasi platelet tetap terbentuk. Hal inilah yang kemudian meningkatkan
risiko penjedalan darah (thrombosis) pada pasien-pasien yang sudah memiliki riwayat
gangguan kardiovaskuler (Ikawati, 2014).
DISKUSI
1. Apakah COX-3 merupakan enzim baru? Jelaskan! ( Suci Ramadhani )
Jawaban : COX-3 merupakan varian COX-1 tambahan yang telah ditemukan
pada anjing, namun kelihatannya tidak berhubungan secara
fungsional dengan spesies lainnya (Katzung, 2007).
2. Kenapa COX-2 lebih spesifik berikatan daripada COX-1? ( Astriana Dian
Wahdani )
Jawaban : COX-1 dan COX-2 sama-sama menghasilkan prostaglandin. COX-
1 menghasilkan prostaglandin yang berguna bagi proses normal
dalam tubuh, sedangkan COX-2 menghasilkan prostaglandin yang
berfungsi sebagai mediator nyeri. Itulah sebabnya ada COX-2
selective inhibitor dimana NSAID hanya menghambat kerja COX-
2 dalam sintesis prostaglandin.
3. Jelaskan mengenai penjedalan! ( Mega Deviana )
Jawaban :
PGH TX2 PGH PGI2
Tromboksan A2 merupakan eikosanoid yang menyebabkan
agregasi platelet dan vasokonstriksi. Tromboksan A2 dihasilka di
platelet dengan dikatalisis oleh COX-1. Platelet sendiri hanya
mengekspresikan COX-1 sehingga adanya obat golongan coxib
tidak menghambat pembentukan tromboksan A2. Di sisi lain,
prostasiklin (PGI2) merupakan vasodilator dan inhibitor agregasi
platelet yang pembentukannya dikatalisis utamanya oleh COX-2.
Dengan penggunaan obat-obat golongan coxib, akan terjadi
COX-1 COX-2
ketidak seimbangan dimana sintesis prostasiklin berkurang,
sementara tromboksan A2 yang membantu agregasi platelet tetap
terbentuk. Hal inilah yang kemudian meningkatkan risiko
penjedalan darah (thrombosis).
DAFTAR PUSTAKA
Flower, R.J.2003. The Development Of COX-2 Inhibitor. Reviews, 2, 179-191
Ikawati, Zullies. 2014. Farmakologi Molekuler. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Katzung Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar & Klinik. EGC : Jakarta
Nugroho, Agung E. 2014. Farmakologi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Pinheiro, R.M. & Calixto, J.B., 2002, Effect of the selective COX-2 inhibitors,
celecoxib dan rofecoxib in rat acute models of inflammation. Inflamm. Rex.,
51, 603-610.
Sweetman, Sean C., 2005, Martin The Complete Drug Referenc, 34 ed,
Pharmaceutical Press, London, 1458-1460.
Wisudanti, Desie d. 2013. Obat Golongan NSAID.www.doktermuslimah.com.
diakses tanggal 6 September 2015.