sikap amerika serikat terhadap kasus …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
TRANSCRIPT
SIKAP AMERIKA SERIKAT TERHADAP KASUS
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI IRAN
PERIODE 2011-2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Justian Edwin Darmawan
1111113000025
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini mencoba untuk menganalisis sikap Amerika Serikat terhadap kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Iran periode 2011-2014. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan studi kepustakaan,
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap AS dalam menanggapi
situasi HAM di Iran pada masa peralihan kekuasaan dari Ahmadinedjad ke Hassan
Rouhani.
Proses analisis menggunakan beberapa teori dan konsep untuk membantu menjawab
pertanyaan penelitian. Teori yang digunakan adalah teori HAM, kepentingan
nasional, dan konsep kebijakan luar negeri.
Teori HAM akan digunakan untuk menilai justifikasi sikap AS yang dilihat dan
disimpulkan dari respon-responnya terhadap pemerintah Iran. Namun, prinsip
universalisme yang kentara pada kebijakan luar negeri AS berbenturan dengan nilai-
nilai Islam yang diterapkan di Iran.
Di balik kebijakan HAM-nya yang pragmatis, terdapat kepentingan demokratisasi AS
yang didasari oleh beberapa alasan. Salah satu alasan tersebut adalah posisi Iran yang
mengancam posisi AS dalam strategi geopolitiknya. Mengubah rezim Iran
merupakan sebuah langkah untuk menjadikan Iran kawan sehingga tak lagi
mengancam.
Kata Kunci: HAM, Iran, Amerika Serikat, Universalisme, Kebijakan Luar Negeri.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbilalamin Segala puja dan puji syukur penulis sampaikan
kepada Allah SWT, Pemilik seluruh jagat raya beserta isinya, yang atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Sikap Amerika Serikat Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Iran Periode 2011-2014”.
Pada dasarnya, salah satu tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi
salah syarat guna memperoleh gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam perjalanannya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini
merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses perjalanan dan pembelajaran
penulis sebagai insan manusia.
Pengerjaan skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan uluran tangan
bahkan bantuan materiil berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila
penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM selaku dosen pembimbing
Proposal Skripsi penulis yang telah menyempatkan waktu untuk
membantu penulis dalam mengerjakan Proposal Skripsi hingga penelitian
ini dianggap layak untuk dilanjutkan.
2. Ibu Rahmi Fitriyanti, M. Si, selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu disela-sela jadwalnya yang padat serta
memberikan masukan dan arahan dalam penulisan Skripsi ini. Tanpa
arahan dan bimbingan tersebut, Skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Semoga Ibu tetap berada dalam limpahan rezeki dan
rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
3. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Rudy Darmawan, Ibu
Rusmiati, dan Papa , atas semua bantuan baik materiil maupun moril serta
kasih sayangnya terhadap Penulis. Terselesaikannya Skripsi ini tidak lain
dan tidak bukan adalah karena do‟a dan dukungan kalian. Terima kasih
karena selalu menyemangati, memotivasi serta mendukung setiap kegiatan
yang penulis lakukan, serta atas kesabaran hati kalian. Tidak ada rasa
bahagia yang paling indah kecuali melihat senyum kalian merekah. Kedua
orang tua penulis yang tercinta, Bapak Rudy Darmawan, Ibu Rusmiati,
dan Papa , atas semua bantuan baik materiil maupun moril serta kasih
vi
sayangnya terhadap Penulis. Terselesaikannya Skripsi ini tidak lain dan
tidak bukan adalah karena do‟a dan dukungan kalian. Terima kasih karena
selalu menyemangati, memotivasi serta mendukung setiap kegiatan yang
penulis lakukan, serta atas kesabaran hati kalian. Tidak ada rasa bahagia
yang paling indah kecuali melihat senyum kalian merekah.
4. Muhammad Yusril Ikram selaku adik Penulis. Terima kasih atas
dukungan-dukungan dan mengisi hari-hari penulis saat dirumah.
5. Sahabat-sahabat terbaik Penulis semasa kuliah, Intan, Bobby, Leny, Mira,
Rida, Nanda, Vita, Wahyu, Monna, dan Idham. Kalian adalah motivasi
terbesar. Semoga sukses dan selalu diberkati.
6. Terima Kasih pula kepada sahabat sepermainan; Yoskha Adrian, Zhafran
Tsany Yudizon, Ratu Tia Amanda, Andi Gunawan, dan Rivadavia
Dewangga Putra.
7. Rekan-rekan kantor; Maulida Raviola, Afra Suci Ramadhan, Muhammad
Amrie, Fahmi Nur, Raka Ibrahim, Fia, Firman, Bang Jeng, dan Mbak
Dinna. Kalian proofreader terbaik!
8. Terimakasih pula untuk teman-teman KKN Baraya yang telah bersama-
sama melewati kegiatan KKN dan memberikan pengalaman baru kepada
Penulis. Semoga kebaikan selalu mengiringi kalian.
9. Kepada seluruh civitas academica Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kesempatan dan
dukungan yang diberikan kepada Penulis khususnya dalam kegiatan yang
dilakukan penulis hingga penulis mampu untuk menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari pula penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Penulis akan sangat terbuka bila ada kritik dan masukan yang bersifat membangun
atas penelitian ini guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Akhir kata,
semoga Skripsi ini dapat diterima dengan baik oleh khalayak banyak dan berguna
serta menambah wawasan bagi pembacanya dalam studi Hubungan Internasional.
Justian Edwin Darmawan
vii
DAFTAR ISI
Abstraksi ……………………………………………………………………………. iii
Kata Pengantar ……………………...………………………………………………. iv
Daftar Isi ……………………………………………………………………………. vi
Daftar Singkatan …………………………………………………………………… vii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………….... ix
Daftar Gambar ………………………………………………………………………. x
Daftar Lampiran ……………………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
A. Pernyataan Masalah …………………………………………………………… 1
B. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………………….… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 6
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………….... 7
E. Kerangka Pemikiran ………………………………………………………...… 9
E.1. Teori Hak Asasi Manusia ……………………………………………...… 9
E.2. Konsep Kepentingan Nasional ………………………………………….. 12
E.3. Konsep Kebijakan Luar Negeri ……………………………………….... 13
F. Metode Penelitian ………………………………………………………….. 15
G. Sistematika Penulisan ………………………………………………………... 17
BAB II POLITIK LUAR NEGERI AS TERHADAP IRAN ……………………… 19
A. Amerika Serikat, Demokrasi, dan HAM ………………………………….… 19
A.1. Tentang Kebijakan Luar Negeri AS ………………………………….... 19
A.2. Interpretasi dan Implementasi Kebijakan Luar Negeri Berbasis HAM dan
Demokrasi AS …………………………………………………………….… 22
B. Dinamika Hubungan AS-Iran ………………………………………………. 26
B.1. Awal Mula Hubungan AS-Iran ………………………………………... 26
B.2. Revolusi 1979 dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan AS-Iran …….… 30
C. Posisi Iran dalam Perspektif Geopolitik AS ……………………………….... 32
C.2.1 State, Power, and Capability ……………………………………….... 32
C.2.2 Aliansi Iran dengan Negara Oposisi AS …………………………….. 34
viii
BAB III PELANGGARAN HAM DI IRAN ………………………………………. 40
A. Iran dan HAM ……………………………………………………………… 40
A.1. Konstitusi Iran yang Mengatur HAM ……………………………….... 40
A.2. Komitmen Iran dalam Perjanjian HAM Internasional ………………... 43
B. Kondisi HAM di Iran ………………………………………………………. 46
B.1. Masa Pemerintahan Ahmadinedjad (2011-2013) …...………………... 47
B.2. Masa Pemerintahan Hassan Rouhani (2013-2014) ……...………….… 51
C. Respon Dunia Terhadap Pelanggaran HAM di Iran ……………….…….… 51
BAB IV SIKAP AMERIKA SERIKAT DALAM MENANGGAP PELANGGARAN
HAM DI IRAN PERIODE 2011-2014 ………………………………….
A. Pernyataan Sikap AS Melalui Respon Terkait Pelanggaran HAM di Iran … 61
B. Kepentingan Demokratisasi AS ……………………………………………. 75
C. Perspektif HAM Universal dalam Kebijakan Luar Negeri AS ……………. 80
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………………. 85
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….... 85
B. Rekomendasi ……………………………………………………………..… 89
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………........ xii
LAMPIRAN …………………………………………………………………...... xxxii
ix
DAFTAR SINGKATAN
CEDAW Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination
Against Women
DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
HAM Hak Asasi Manusia
ICCPR International Covenant of Civil and Political Rights
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
UPR Universal Periodic Review
WMD World Mass Destruction
x
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1 Arah Kebijakan Luar Negeri Berbasis HAM dan Demokrasi
Presiden AS
Tabel III.B.2.1 Aspek Pelanggaran HAM di Iran
Tabel III.B.2.2 Hukuman Mati di Iran Periode 2004-2013
Tabel IV. A. 3 Tabel Iran Democracy Funding Melalui Near Eastern
Democracy Fund
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan IV. A. 4. Situasi Sosial - Ekonomi Iran akibat CISADA (2012)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III. B. 2. Arah Kebijakan Luar Negeri Kandidat Pemilu Presiden Iran
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Transkrip Wawancara dengan Hadi Purnama (Ketua Sentra
HAM Fakultas Hukum Universitas Indonesia)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan berfokus kepada sikap Amerika Serikat dalam menanggapi
banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Iran. Sikap AS yang
merupakan implementasi dari orientasi politik dan kebijakan luar negerinya. Sikap
yang dimaksud dapat dilihat berdasarkan respon-respon AS yang berupa tindakan
atau bahkan sesederhana pernyataan dari pihak pemerintahan AS, misalnya,
presiden, menteri luar negeri, dan senator yang saat itu sedang duduk di kursi
jabatan.
Periode yang diambil dalam skripsi ini adalah tahun 2011-2014. Pada rentang
waktu tersebut terdapat peralihan kekuasaan di Iran yang juga merupakan
perubahan drastis dalam hal kebijakan luar negeri pada pemerintahan Iran jika
dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Presiden yang berkuasa di Iran
sebelum 2013 adalah Mahmoud Ahmadinedjad, seorang konservatif yang anti-
Barat. Setelah dua periode, Mahmoud Ahmadinedjad digantikan oleh Hassan
Rouhani, seorang diplomat ulung yang juga terlibat dalam banyak negosiasi nuklir
Iran dengan negara-negara Barat.
Iran atau Republik Islam Iran adalah negara dengan bentuk pemerintahan
republik yang terbentuk setelah kekuasaan monarki Shah Pahlevi dijatuhkan pada
1979. Iran dipimpin oleh kepala negara konservatif Ayatullah Khomeini sejak
2
tahun 1979. Dengan latar belakang kepala negara yang konservatif, Iran menjadi
negara yang tidak bersahabat dengan dunia Barat.
Presiden terakhir Iran sebelum masa kekuasaan baru tahun 2013 adalah
Ahmadinedjad. Ahmadinedjad yang terpilih pada tahun 2005 adalah seorang
presiden yang anti-Barat, karena menurutnya dunia Barat bersifat materialistis dan
menghalalkan segala cara untuk mencapai kepentingannya.1 Sejak masa
terpilihnya, Ahmadinejad tidak takut mengkonfrontasi dunia Barat, termasuk
Amerika Serikat. Hal ini membuat Iran memiliki hubungan yang tidak harmonis
dengan dunia barat termasuk AS.
Selama pemerintahan Ahmadinejad, HAM yang seharusnya dijamin oleh
negara tidak berhasil diakomodasi oleh pemerintahan Iran. Hak-hak hidup yang
merupakan non-derogable rights dan hak sipil seperti, kebebasan beragama,
berekspresi, dan pers tidak berhasil diakomodasi oleh pemerintahan Iran.
Berdasarkan data statistik, selama Ahmadinejad menjabat, eksekusi mati yang
terjadi di Iran meningkat dari angka 94 ke 314 selama periode 2005 hingga 2012.
Pada periode yang sama, jurnalis yang dipenjara juga meningkat jumlahnya, dari
7 ke 25 orang.2
Menurut laporan tahunan Human Rights Watch tahun 2011, terdapat beberapa
pelanggaran hak dasar yang dialami oleh masyarakat sipil di Iran. Pelanggaran
yang paling jelas adalah penyiksaan terhadap mahasiswa aktivis dalam masa
1 Menik Lestari dan Tri Yunianto. Mahmoud Ahmadinejad (Studi Pemikiran dan Dampak
Pemikiran Politik Tahun 2005-2012 [jurnal on-line]; tersedia di
http://eprints.uns.ac.id/11168/1/1526-3474-1-PB.pdf diakses pada tanggal 10 Desember 2014. 2 Channel 4, Ahmadinedjad Legacy: How Iran has Changed, diakses di
http://www.channel4.com/news/iran-elections-mahmoud-ahmadinejad-legacy-human-rights
diakses pada tanggal 10 Desember 2014.
3
penyelidikan, pengekangan kebebasan pers terhadap jurnalis, pembunuhan
terhadap perkumpulan sipil, hukuman mati, juga perlakuan diskriminasi pada
minoritas.3 Hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM karena
ada unsur pembiaran terhadap kekerasan-kekerasan tersebut. Pemerintah Iran juga
tidak kooperatif ketika melakukan penolakan terhadap Amnesti Internasional yang
hendak mengirimkan investigator HAM untuk melakukan investigasi di Iran pada
tahun 2009.4
Pada 2011, kondisi HAM di Iran dianggap berada pada fase terburuk karena
banyak kasus penangkapan dan penetapan status tahanan politik bagi beberapa
kategori dalam masyarakat Iran. Beberapa kategori tersebut adalah aktivis politik,
jurnalis, hingga seniman yang dianggap melawan pemerintah.5
Berbicara tentang pelanggarn HAM, AS adalah negara yang cukup vokal
dalam menyuarakan penegakkan HAM secara global. Alasannya adalah karena
HAM merupakan bagian dari indikator demokrasi satu negara. Maka dari itu, AS
sebagai promotor nilai HAM dan demokrasi secara konsisten menyebarkan paham
tersebut ke rezim pelanggar HAM. Walaupun AS telah memutuskan hubungan
diplomatiknya dengan Iran sejak 1980, Amerika Serikat tetap memberikan
3 Human Rights Watch, World Report 2011: Iran, diakses di http://www.hrw.org/world-
report-2011/iran tanggal 8 Desember 2014. 4 Reuters, Human Rights Violations in Iran Worst for 20 Years, diakses di
http://www.reuters.com/article/2009/12/10/us-amnesty-iran-idUSTRE5B912P20091210 tanggal 8
Desember 2014. 5 United for Iran, Khamenei: Release Mousavi, Karroubi and all political prisoners
diakses di http://v12.united4iran.org/2011/09/khamenei-release-mousavi-karroubi-and-all-
political-prisoners, tanggal 8 April 2015.
4
perhatian utama pada Iran atas dasar pelanggaran HAM oleh negara yang
mencapai tingkatan krisis pada masa pemerintahan Ahmadinedjad.6
Sayangnya, sebuah indikasi standar ganda dalam protes AS terhadap Iran
terkait HAM terutama dalam hal pelaksanaan hukuman mati sangat jelas terlihat,
karena AS masih menggunakan metode hukuman mati untuk beberapa kasus.
Hingga tahun 2013, terdapat 1359 eksekusi mati untuk menyelesaikan kasus
hukum yang berkaitan dengan narkotika di berbagai negara bagian, dan pada
tahun tersebut negara bagian Texas merupakan negara bagian dengan eksekusi
mati terbanyak.7
Sebagai negara teokrasi Islam, Iran sangat memperhatikan ekstistensi ke-
Islaman pada berbagai lini, termasuk sosial dan pemerintahan. Hal ini dijadikan
sebagai justifikasi untuk tindakan opresi terhadap nonmuslim8. Dalam ranah
sosial, nonmuslim mendapatkan perlakuan diskriminatif di bidang pendidikan,
ketenagakekerjaan, bahkan izin memperoleh tempat tinggal. Dalam ranah politik,
tindak diskriminasi dimanifestasikan dalam pemberian label „ancaman negara‟
bagi kalangan minoritas di Iran.9
Wacana tentang pelanggaran HAM di Iran menjadi menarik ketika ada
peralihan kekuasaan pada 2013. Penerus Ahmadinedjad yang bernama Hassan
Rouhani dikenal sebagai persona yang moderat. Anggapan Rouhani sebagai
6 Channel 4, Ahmadinedjad Legacy: How Iran has Changed.
7 Death Penalty Information Center, Execution List 2013, diakses di
http://www.deathpenaltyinfo.org/execution-list-2013 tanggal 24 Juli 2015. 8 Doug Bandow, The Perils Of Religious Persecution In Iran, diakses di
http://www.forbes.com/sites/dougbandow/2013/05/13/the-perils-of-religious-persecution-in-iran/
tanggal 8 April 2015. 9 Doug Bandow, The Perils of Religious Persecution in Iran.
5
sorang moderat dibuktikan dengan slogan „moderasi dan kebijaksanaan‟ selama
masa kampanye presidensialnya.
Kemenangan Rouhani pada pemilihan presiden tahun 2013 bahkan dinamai
oleh berbagai media dengan kemenangan moderat atas ekstrimisme.10
Melalui
sebuah pidato di depan Majelis Umum PBB, Hassan Rouhani melakukan
pendekatan yang lebih bersahabat dengan mengatakan bahwa Iran bukanlah
ancaman bagi dunia.11
Pernyataan ini adalah awal dari agenda-agendanya untuk
mengubah citra Iran yang dikenal sebagai oposisi Barat.
Selama masa kampanye, Hassan Rouhani memberikan beberapa janji terkait
situasi HAM di Iran. Janjinya selama masa kampanye yang dibacakan di hadapan
Amnesti Internasional berisi tentang penyetaraan hak-hak perempuan dalam akses
fasilitas pendidikan dan pembentukan Kementerian Perempuan pertama di Iran
sebagai penjamin hak kesetaraan bagi perempuan dalam pekerjaan.12
Sebagai
payung hukum, Hassan Rouhani menjanjikan untuk membuat citizen charter of
rights atau manshur-e huquq-e shahrvandi atau dokumen hak-hak penduduk.13
Berdasarkan penjelasan di atas, sikap AS dalam menghadapi pelanggaran
HAM di Iran pada masa peralihan kekuasaan menjadi menarik untuk diteliti. Oleh
karena itu, skripsi ini akan membahas tentang sikap AS terhadap pelanggaran
HAM di Iran periode 2011-2014. Periode tersebut dipilih karena diperlukan
10
Kasra Naji, Profile: Hassan Rouhani, President of Iran, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-22886729 tanggal 10 Desember 2014. 11
Biography Editors, Hassan Rouhani Biography, diakses di
http://www.biography.com/people/hassan-rouhani-21313175#2013-election tanggal 10 Desember
2014. 12
Amnesty International, Iran: New President Must Deliver on Human Rights Promises,
diakses di http://www.amnesty.org/en/news/iran-new-president-must-deliver-human-rights-
promises-2013-06-17 tanggal 10 Desember 2014. 13
Steven Ditto. Reading Rouhani: The Promise and Peril of Iran’s New President
(Washington: Washington Institute, October 2013), hlm. 60.
6
pengukuran hasil pemerintahan Hassan Rouhani dalam perbaikan rekam jejak
HAM di Iran selama setahun menjabat (2013-2014).
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana sikap AS dalam menanggapi pelanggaran HAM di Iran periode
2011-2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana Amerika Serikat merespon pelanggaran Hak
Asasi Manusia, terutama dalam hal kebebasan beragama, yang terjadi di
Iran. Respon-respon tersebut terdiri dari berbagai aksi dan tindakan oleh
AS termasuk di dalamnya presiden, menteri luar negeri, senator, dan lain-
lain, akan dibahas secara mendalam dalam penelitian ini.
2. Secara akademis dapat membuktikan aplikasi konsep Hak Asasi Manusia
dalam kebijakan luar negeri sebuah negara, dalam konteks ini Amerika
Serikat terhadap Iran terkait kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Karena ada indikasi standar ganda dalam tindakan AS dalam merespon
pelanggaran kebebasan beragama di Iran, akan dibahan juga mengenai
motivasi AS atas responnya terhadap masalah tersebut.
Manfaat dari penelitian ini:
1. Mengetahui respon yang diimplementasikan dalam aksi dan tindakan oleh
Amerika Serikat terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di Iran.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kebijakan luar negeri
sebuah negara dalam konteks Hak Asasi Manusia.
7
3. Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya terkait politik luar negeri dan
Hak Asasi Manusia.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai sikap Amerika Serikat yang juga merupakan bentuk
politik luar negeri berbasis demokrasi dan Hak Asasi Manusia tentu sudah banyak
dibahas dari berbagai sudut pandang. Melalui beberapa tinjauan pustaka di bawah
ini diharapkan dapat menunjukkan perbedaan dan pentingnya penelitian ini untuk
dilakukan.
Dalam sebuah tesis yang berjudul Dukungan Amerika Serikat Terhadap Rezim
Pelanggar HAM dan Anti Demokasi (Studi Kasus Dukungan Amerika Serikat di
Chile Pada Pemerintahan Auguste Pinochet 1973-1990), Awigra memaparkan
bagaimana AS memberikan dukungan kepada rezim anti-demokrasi dengan
menggunakan politik luar negeri bebasis HAM dan Demokrasi. Yang diteliti
dalam tesis ini adalah berbagai kepentingan AS yang hendak dicapai melalui
kebijakan luar negerinya. Pragmatisme AS sangat jelas terlihat karena dalam
kasus ini AS mendukung rezim yang berseberangan dengannya. Pada kasus Iran,
AS juga memiliki standar ganda sebagai justifikasinya dalam memberikan respon
terkait pelanggaran HAM dan demokrasi, dan hal tersebut akan dibahas lebih
lanjut dalam skripsi ini.
Karya ilmiah lain yang membahas implementasi nilai HAM dalam politik luar
negeri AS adalah skripsi karya mahasiswa Universitas Hasanudin yang bernama
Riva Johar. Skripsi tersebut berjudul Sikap Pemerintahan Amerika Serikat
Terhadap Pelanggaran HAM di Indonesia (Studi Kasus: PT Freeport). Skripsi ini
8
menganalisis faktor pendorong dan penghambat penyelesaian kasus pelanggaran
HAM di PT Freeport dan pengaruhnya terhadap hubungan bilateral Indonesia dan
AS. Perbedaan skripsi karya Riva Johar dengan skripsi ini adalah masalah yang
akan dianalisis. Skripsi ini akan membahas mengenai sikap AS jika dilihat dengan
perspektif HAM universal.
Casey L. Addis pada tahun 2009 dalam penelitian berjudul Iran’s 2009
Presidential Elections memjabarkan respon Amerika Serikat terkait koersi yang
dilakukan pemerintah Iran kepada demonstran pada masa pemilihan umum
presiden di Iran pada tahun 2009. Respon Amerika Serikat tersebut atas dasar
penegakan demokrasi, HAM, dan kebebasan berekspresi. Paparan ini serupa
dengan penelitian ini, namun berbeda pada periodisasi. Penulis mengambil
periodisasi yang lebih mutakhir, yakni pada masa peralihan kekuasaan pada tahun
2013.
Pada Oktober 2014, Kenneth Katzman dalam sebuah penelitian bertajuk Iran:
U. S. Concerns and Policy Responses membahas tentang konsentrasi politis AS di
Iran seputar Nuklir dan Hak Asasi Manusia di Iran dan bagaimana Barrack
Obama memberikan respon terhadap hal-hal tersebut dan
mengimplementasikannya ke dalam beberapa bentuk, seperti, militer dan tekanan-
tekanan politis. Katzman juga membahas tentang Obama yang pada masa
peralihan kekuasaan di Iran yang tidak lagi menginginkan militer dalam
implementasi politik luar negerinya, melainkan penekanan pada bidang ekonomi
dan diplomasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak adanya konsentrasi
isu yang spesifik di Iran. Fokus pada penelitian Katzman adalah respon AS
9
terhadap bidang-bidang yang menjadi konsetrasinya, tidak terfokus pada isu HAM
saja.
Pada tahun yang sama, Dianne E. Rennack pada penelitian “Iran: U.S.
Economic Sanctions and the Authority to Lift Restrictions” membahas tentang
sanksi Amerika Serikat terhadap pemerintahan Iran terkait isu terorisme, HAM,
dan proliferasi nuklir. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian
Rennack tidak terfokus pada masa peralihan kekuasaan di Iran pada tahun 2013
saat Hassan Rouhani terpilih sebagai presiden baru Iran.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai respon AS terhadap
pelanggaran hak kebebasan beragama di Iran periode 2011-2014, analisis dalam
penelitian ini akan menggunakan Teori Hak Asasi Manusia dan konsep Kebijakan
Luar Negeri.
E.1. Teori Hak Asasi Manusia
Dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik, Prof. Miriam Budiardjo
mendefinisikan Hak Asasi Manusia adalah hak yang fundamental sifatnya,
mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang sesuai dengan bakat, cita-
cita, serta martabatnya.14
Dalam buku yang sama, beliau menarik definisi
tersebut dari Mukadimah Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (1966)
yang menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia berasal dari harkat dan martabat
yang melekat pada manusia (These rights derive from the inherent dignity of
14
Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 212.
10
the human person).15
Menurut Yanyan Mochamad Yani, Ph. D., Hak Asasi
Manusia secara harfiah dapat diartikan dengan hak-hak yang dimiliki
seseorang karena keberadaannya sebagai manusia.16
Hak Asasi Manusia dalam Hubungan Internasional memiliki posisi
tersendiri. Menurut Bas De Gaay Fortman dalam eseinya yang berjudul Human
Rights in The Context of International Relations, Hak Asasi Manusia dalam
Hubungan Internasional adalah sebuah alat yang digunakan negara dalam
meningkatkan kredibilitasnya sekaligus menempatkan negara lain pada posisi
yang lebih rendah.17
Dalam bukunya Human Rights in International Relations,
David F. Forsthye mengemukakan bahwa ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk menegakkan prinsip-prinsip HAM di sebuah negara pelanggar
HAM, salah satunya adalah sanksi ekonomi. Namun, sanksi ekonomi dianggap
tidak efektif dalam menegakkan prinsip HAM di satu negara karena tidak
mengenai kalangan elit, melainkan orang-orang di luar elit politik.18
Kenyataannya, penerapan sanksi ekonomi untuk menekan rezim pelanggar
HAM sifatnya kasuistis. Pada 1981, AS melalui presidennya Ronald Reagan
memberikan sanksi kepada pemerintah Polandia karena adanya penawanan
anggota Solidaritas Persatuan Buruh. AS menolak untuk memberikan bantuan
15
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm. 212. 16
Yanyan Mochamad Yani, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional.
Disampaikan pada Seminar Nasional ”Membangun Strategi HAM Indonesia sebagai Perwujudan
Strategi Pembangunan Nasional”, KOMNAS HAM, Palembang, 15-16 Mei 2006. Diunduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/36333/ tanggal 15 Desember 2014. 17
Bas De Gaay Fortman, Human Rights in The Context of International Relations, 2011
[essay]; tersedia di http://www.e-ir.info/2011/07/30/human-rights-in-the-context-of-international-
relations-a-critical-appraisal/, diunduh tanggal 15 Desember 2014. 18
Forsthye, David J. Human Rights in International Relations, (Cambridge: Cambridge
University Press, 2006), hlm. 157-158.
11
agrikultural kepada Polandia. Sanksi ini berhasil karena pemerintah Polandia
membebaskan tahanan politik secara perlahan.19
Kasus lain terjadi di Irak. AS memberikan sanksi dengan konsep bernama
Iraq Sanction Acts of 1990 atas dasar pembunuhan massal dan penyiksaan pada
momentum pendudukan Kuwait oleh Irak. Sanksi berwujud larangan
perdagangan dan transaksi finansial ini dinilai tidak dalam proporsi yang pas,
karena dampaknya buruk bagi masyarakat Irak, bukan elit politiknya, sehingga
tidak efektif.20
Dalam teori Hak Asasi Manusia dikenal dua konsep yang saling
berbenturan. Konsep pertama adalah universalitas dalam HAM. Konsep
universalitas menitikberatkan kepada idealisme sebuah teori. Idealisme tersebut
dimaksudkan sebagai kondisi yang adil secara sempurna, teratur, dan berlaku
dalam ruang lingkup lintas budaya, tanpa batas.21
HAM juga dipercaya
sebagai cerminan dari norma perilaku yang diterima di seluruh dunia.22
Konsep kedua adalah konsep relativitas atau budaya partikular (particular
culture) dalam Hak Asasi Manusia. Konsep ini menitikberatkan kepada
antitesis HAM selama ini. HAM selama ini dianggap sebagai sebuah teori yang
dianggap universal namun subjektif dan sangat prosedural.23
Subjektivitas
HAM ditentang oleh beberapa kalangan seperti feminis yang menganggap
19
Buhm-Suk Baek, Economic Sanctions Agains Human Rights Violations, (New York:
Cornell Law School Inter-University Graduate, March 2008), hlm. 48-49. 20
Buhm-Suk Baek, Ibid., Hlm. 52-53. 21
Brooke A. Ackerly, Universal Human Rights in a World of Difference, (Cambridge:
Cambridge University Press, 2008), hlm. 43. 22
Peter R. Baehr. Hak-Hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negeri, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1998), hlm. 13. 23
Claudio Corradetti. Relativism and Human Rights: A Theory of Pluralistic
Universalism, (Milan: Springer, 2009), hlm. 74.
12
HAM terlalu maskulin dan menguntungkan patriarkis. 24
Lagipula, nilai-nilai
HAM tidak memerlukan homogenisasi kultural, karena masing-masing
memiliki nilai yang berbeda.25
Sebagai pendekatan alternatif, Richard Rorty sebagaimana dikutip dalam
Baylis, menawarkan konsep budaya partikular (particular culture) atau yang
juga ia sebut sebagai Budaya Hak Asasi Manusia. Konsep ini dianggap lebih
adil karena HAM dapat disesuaikan dengan budaya di mana HAM tersebut
diaplikasikan.26
Dalam skripsi ini, Iran adalah negara yang diposisikan dengan
perspektif ini, karena Iran memiliki pandangan lain terkait HAM, yakni dengan
menggunakan perspektif Islam.
Dalam skripsi ini, teori HAM beserta konsep-konsep universalisme dan
budaya partikular atau relativisme akan digunakan sebagai alat analisis respon
Amerika Serikat terhadap Pelanggaran HAM di Iran. Amerika Serikat, dalam
menjalankan responnya lebih mengaplikasikan konsep HAM universal. Hal ini
tidak kompatibel dengan Iran yang memiliki budaya dan landasan negara
berbeda dengan Amerika Serikat.
E.2. Konsep Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional, Menurut Tim Dunne, adalah sebuah konsep yang
penting untuk mempertahankan eksistensi diri (bagi negara) untuk tetap
24
Chris Brown, Human Rights. Dalam Steve Smith dan John Baylis (Eds.). The
Globalozation of World Politics: An Introduction to International Relations 3rd
Edition, (New
York: Oxford, 2006), hlm. 699. 25
Jack Donelly, International Human Rights Second Edition, (Colorado: Westview Press,
1998), hlm. 35. 26
Jack Donelly, Internatinal Human Rights Second Edition, hlm. 35.
13
menjadi yang terdepan.27
Kepentingan nasional sebuah negara pada umumnya
terbagi menjadi dua, yakni28
:
a. Core/basic/vital interests
Kepentingan yang sangat tinggi nilainya sehingga suatu negara
bersedia untuk berperang dalam mencapainya. Melindungi daerah-
daerah wilayahnya, menjaga dan melestarikan nilai-nilai hidup yang
dianut suatu negara merupakan beberapa contoh dari core/basic/vital
interests ini.
b. Secondary interest
Meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai masing-
masing negara, namun mereka tidak bersedia berperang dimana masih
terdapat kemungkinan lain untuk mencapainya melalui jalan
perundingan misalnya.
Melalui penjelasan tentang konsep kepentingan nasional di atas, akan
terlihat bagaimana Amerika Serikat memposisikan kepentingan nasionalnya.
Berawal dari hal tersebut, akan terlihat pula implementasi usaha untuk
mencapai kepentingan tersebut.
E.3. Konsep Kebijakan Luar Negeri
Dalam ensiklopedi Britannica, politik luar negeri atau foreign policy
didefinisikan sebagai tujuan umum dari satu negara untuk berinteraksi dengan
27
Schmidt Dunne, Realism, dalam Smith, Baylis (eds.), The Globalization of World
Politics: An Introduction to International Relations 3rd
Edition, (New York: Oxford, 2006)., hlm.
180. 28
Yani, A. A. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006), hlm. 52.
14
negara lainnya (General objectives that guide the activities and relationships of
one state in its interactions with other states.).29
Politik Luar Negeri memiliki
dasar dari tujuan umum yang bermacam-macam.
Sebagaimana pendapat Robinson dan Snyder (1965) yang dikutip oleh
Alex Mintz dan Karl DeRouen, kebijakan luar negeri terdiri dari 4 komponen,
yakni30
:
a. Identifikasi masalah.
b. Mencari alternatif.
c. Memilih alternatif.
d. Melaksanakan alternatif.
Menurut Alex Mintz, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi
kebijakan luar negeri sebuah negara. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
internasional dan domestik. Faktor internasional, antara lain, perlombaan
senjata, kejutan strategis, aliansi, dan tipe rezim lawan. Faktor internal atau
domestik, antara lain, taktik pengalihan isu, kepentingan ekonomi, opini
publik, dan siklus pemilihan.31
Dalam skripsi ini akan digunakan faktor-faktor yang telah dijelaskan untuk
mempertajam analisis. Faktor-faktor tersebut adalah kompetisi perdagangan
senjata, aliansi, dan tipe rezim lawan sebagai faktor eksternal yang
29
Britannica, Foreign Policy: Political Science,
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/213380/foreign-policy diakses pada tanggal 18
Desember 2014. 30
Alex Mintz, Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making
(Cambridge: Cambidge University Press, 2010), hlm. 4. 31
Mintz, Understanding Foreign Policy Decision Making, hlm. 121-132.
15
mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. Aliansi digunakan untuk menganalisa
bagaimana dua negara atau lebih bergabung untuk melawan musuh bersama.32
Dalam skripsi ini akan dilihat AS dalam melawan aliansi yang terbentuk
antara Iran dan Rusia. Aliansi tersebut merupakan tipe rezim lawan dari
demokrasi, rezim yang diunggulkan Amerika Serikat. Maka dari itu, AS akan
merasa terancam akan adanya aliansi tersebut dan melawan dengan cara-cara
tertentu. Maka dari itu, faktor ini menjadi salah satu penentu sikap AS melihat
struktur politik internasional di kawasan Timur Tengah.
Rezim Demokrasi versi AS yang dihadapkan dengan Teokrasi Islam di
Iran akan menjadi faktor analisis terakhir mengapa HAM menjadi penting
dalam pencapaian agenda AS untuk menduduki posisi kepemimpinan di
wilayah Timur Tengah. Analisis faktor eksternal akan dilakukan bertahap
dalam berbagai macam level analisis, yakni regional dan internasional.
Faktor domestik yang mempengaruhi kebijakan luar negeri juga dirasa
penting diikutsertakan dalam analisis. Faktor domestik yang akan digunakan
dalam skripsi ini adalah struktur politik. Struktur politik satu negara akan
mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri. Yang dimaksud dengan
struktur politik adalah adanya pengaruh dari agensi-agensi negara yang akan
menjadi acuan dalam perumusan kebijakan luar negeri satu negara.33
Dalam konteks skripsi ini, agensi yang mempengaruhi kebijakan luar
negeri Amerika Serikat adalah Biro Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan.
32
Sangit Sarita Dwivedi, “Alliances in International Relations Theory”, dalam
International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research Vol.1 Issue 8, August 2012,
hlm. 224. 33
Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction (New York:
Palgrave Macmillan, 2007), hlm. 118-119.
16
Selain itu, kepentingan demokrasi dan HAM AS di wilayah Timur Tengah
yang menyasar Iran sebagai aktor berpengaruh di wilayah tersebut juga akan
dibahas. Bahasan ini penting karena dalam sanksi komprehensif AS terhadap
Iran, terdapat tiga poin yang diberikan sorotan utama, yakni, kepemilikan
nuklir, dukungan kepada terorisme, dan pelanggaran HAM termasuk
kebebasan beragama.
F. Metode Penelitian
Dalam proses penyusunan penelitian ini, akan digunakan metode kualitatif,
metode yang menggunakan data berupa teks, gambar, dan suara34
dengan
menekankan pada konteks sosial untuk memahami dunia sosial.35
Tipe-tipe data
yang digunakan dalam metode kualitatif adalah data hasil observasi, wawancara,
dokumen, dan materi audio-visual.36
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam skripsi ini adalah kajian
pustaka, dengan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang
berbentuk foto, tulisan, frasa, atau simbol yang mendeskripsikan atau mewakili
sesuatu, aksi, dan kejadian dalam kehidupan sosial.37
Selain itu, data sekunder juga digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder
diperoleh dari surat kabar, buletin, video, makalah, jurnal, serta artikel yang
menunjang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, ada tiga
tahapan utama sebagai proses yang harus dilewati selama penelitian, yakni,
34
Greg Guest, Emily E. Namey, Marylin E. Mitchell, Collecting Qualitative Data: A
Field Manual for Applied Research (London: Sage Publication, 2013), hlm. 3. 35
Lauren W. Neuman, Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative
Approaches 2nd Edition, (Boston: Pearson Education, 2007), hlm. 146. 36
John. W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,
(California: Sage Publications, 1994), hlm. 145. 37
. Neuman, Basic of Social Research, hlm. 328.
17
pengumpulan data, pengolahan data, dan laporan penelitian.38
Kasus dalam
penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode naratif analitis. Metode
tersebut adalah metode yang menjelaskan rangkaian alur objek penelitian dan
kemudian menggabungkannya dengan tema yang diambil dalam penelitian
tersebut.39
Dokumen yang digunakan untuk mendukung pemaparan fakta-fakta dalam
skripsi ini bervariasi, mulai dari dokumen Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
yang diunduh dari situs resmi PBB hingga dokumen CIA yang rilisan resmi
pemerintah AS. Data-data terkait HAM dan pelanggaran hak kebebasan beragama
di Iran didapat dari laporan Special Rapporteur PBB Ahmad Shaheed yang
diunduh langsung dari website resminya yakni shaheedoniran.org. Buku utama
yang akan digunakan di bagian analisis pada skripsi ini adalah Understanding
Foreign Policy Decision Making karya Alex Mints dan Karl DeRouen dan
Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction karya Marijke Breuning.
Setelah semua data terkumpul, data akan dianalisis untuk kemudian
diinterpretasi sesuai dengan konteks penelitian. Hasil dari interpretasi kemudian
dilihat dengan teori dan konsep sesuai dengan kerangka pemikiran yang sudah
dijabarkan sebelumya. Langkah terakhir adalah menulisnya dalam bentuk laporan.
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, skripsi ini dibagi menjadi lima bagian bab yang setiap
babnya memiliki beberapa sub bab. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan
gambaran secara jelas mengenai pokok-pokok permasalahan yang terkait dengan
38
Neumann, Basic of Social Research, hlm 148-161. 39
Patton Michael Quinn., A Guide To Using Qualitative Research Methodology
(Medecins Sans Frontieres), Hlm. 25.
18
skripsi ini. Agar memperjelas hal tersebut, berikut uraian sistematika penulisan
dalam skripsi ini:
Di dalam bab I akan dibahas latar belakang permasalahan yang akan diteliti
dalam skripsi ini, yakni sikap AS terhadap pelanggaran HAM di Iran periode
2013-2014. Latar belakang penelitian tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan
penelitian. Akan dibahas juga manfaat penelitian, tujuan penelitian dan tinjauan
pustaka. Bagian yang selanjutnya adalah kerangka pemikiran berisi konsep dan
teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam skripsi ini.
Bab II yang bertajuk politik luar negeri AS terhadap Iran akan memaparkan
dinamika hubungan AS-Iran hingga revolusi Iran tahun 1979. Bab ini juga
menjelaskan tentang orientasi kebijakan luar negeri AS yang berbasis HAM dan
demokrasi dan bagaimana proses dibuatnya sebuah kebijakan oleh aktor-aktor
yang terlibat. Akan dijelaskan pula mengapa Iran secara geopolitis menjadi
penting bagi posisi kepemimpinan AS di wilayah Timur Tengah.
Bab III akan memaparkan temuan-temuan terkait pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh pemerintah Iran. Bab ini juga akan menjelaskan mengenai
komitmen Iran dalam konstitusi dan hukum internasional terkait HAM dan
kebebasan beragama. Temuan-temuan kemudian akan diinterpretasi sesuai dengan
konteks penelitian yang menjurus ke analisis pada bab selanjutnya.
Bab IV akan berisi analisis yang berfokus pada nilai HAM dalam kebijakan
luar negeri AS dilihat dari perspektif HAM universal. Analisis akan dimulai
dengan menggunakan teori HAM untuk memberikan penilaian terhadap justifikasi
19
respon AS terkait isu HAM di Iran. Kemudian, analisis berlanjut kepentingan
HAM dan demokratisasi di Iran dilihat dari respon-respon yang diberikan AS.
Bab V merupakan bagian terakhir dari skripsi ini. Bab ini akan menyimpulkan
hasil analisis sikap AS terhadap pelanggaran HAM di Iran periode 2011-2014.
Bab ini juga sebagai penutup dari hasil analisis keseluruhan bagian dalam skripsi
ini. Selain itu, dalam bab V akan memaparkan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya sesuai dengan kabar terakhir terkait isu yang diangkat dalam skripsi
ini.
20
BAB II
POLITIK LUAR NEGERI AS TERHADAP IRAN
Bab II akan membahas mengenai dinamika hubungan AS-Iran dengan melihat
rekam jejak sejarah. Dengan melihat rekam jejak sejarah AS-Iran, akan diketahui
bagaimana interaksi kedua negara dan faktor-faktor yang mempengaruhi tensi
antara keduanya. Untuk menghubungkan antara pola hubungan AS-Iran dan
bagaimana AS merespon pelanggaran HAM di Iran, akan dibahas tentang
Kebijakan Luar Negeri AS dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari
paparan tersebut akan diketahui arah dan tujuan dari Kebijakan Luar Negeri yang
dikeluarkan oleh AS. Bagian terakhir akan memaparkan posisi Iran dalam strategi
geopolitik AS.
A. Amerika Serikat, Demokrasi, dan HAM
A.1. Tentang Kebijakan Luar Negeri AS
Orientasi kebijakan luar negeri yang digunakan AS semenjak Perang
Dunia II adalah Internasionalisme, sebuah paham yang mengharuskan AS
terlibat secara aktif dalam semua aspek hubungan internasional, termasuk
militer dan aliansi politik.1 Tekanan politik bagi AS saat itu adalah pengaruh
Uni Sovyet di Asia dan Eropa, sehingga AS harus mengambil peran dalam
1 Joyce P. Kaufman, A Concise History of US Foreign Policy (Maryland:
Rowman&Littlefield, 2010), hlm. 17.
21
hubungan internasional yang kerap ditingkatkan ke bentuk kerjasama dan
institusi internasional.2
Kebijakan Luar Negeri AS dibuat berdasarkan kepentingan nasionalnya
untuk kemudian dilakukan perincian dalam aksi-aksi nyata berdasarkan
kepentingan-kepentingan tersebut.3 Beberapa tujuan utama Kebijakan Luar
Negeri AS adalah mempertahankan kemerdekaan, memperluas batas untuk
memenuhi kepentingan keamanan dan perdagangan, melindungi warga
Amerika, mempertahankan kenetralan dan perdamaian, menghapus penjajahan,
berbuat baik untuk dunia, menyebarkan demokrasi, dan menghentikan
penindasan atas dasar ras dan agama minoritas.4 Aksi-aksi yang sudah
direncanakan akan diimplementasikan melalui jalur diplomasi, bantuan luar
negeri, sanksi, tekanan militer, atau penangkalan (deterrence).5
Kekuasaan tertinggi dalam proses pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS
ada di tangan presiden. Presiden dapat memilih duta besar, membuat atau
menghadiri pertemuan dengan pemimpin negara lain, bahkan dengan posisinya
sebagai panglima militer, presiden dapat menunjukkan kekuatan AS di seluruh
2 Joshua W. Busby dan Jonathan Monten, “Without Heirs? Assessing the Decline of
Establishment Internationalism in US Foreign Policy” dalam Perspective on Politics Vol. 6 No. 3
September 2008, hlm. 453 [jurnal on-line]; tersedia di
http://www.utexas.edu/lbj/faculty/busby/wp-content/uploads/perspectives.pdf, diunduh tanggal 19
November 2015. 3 Foreign Policy Association, How US Foreign Policy is Made, diakses di
http://www.fpa.org/features/index.cfm?act=feature&announcement_id=45&show_sidebar=0
tanggal 19 November 2015. 4 Julius W. Pratt, A History of United States Foreign Policy 2nd edition (New Jersey:
Prentice-Hall, 1965), hlm. 3-4. 5 Arin Kerstein, Tools for Achieving Foreign Policy Goals, diakses di
http://borgenproject.org/tools-achieving-foreign-policy-goals/ tanggal 19 November 2015.
22
dunia.6 Presiden harus meyakinkan Kongres untuk proposal kebijakannya.
7
Dalam fase proposal ini, pengaruh dari keyakinan, karakter, dan cara berpikir
presiden akan sangat berpengaruh terhadap tujuan-tujuan dari kebijakannya.8
Usulan politik presiden akan sangat dipengaruhi oleh The National Security
Council yang akan memberikan saran kebijakan yang terintergrasi baik untuk
dalam dan luar negeri.9
Fungsi Kongres menjadi penting untuk mempengaruhi kebijakan karena
Kongres bertugas dalam ratifikasi traktat atau perjanjian, mengesahkan usulan
kebijakan, dan membuat rancangan keuangan.10
Di dalam Kongres, akan
terjadi perdebatan apakah usulan kebijakan sesuai dengan kepentingan nasional
atau tidak. Pada proses ini Kongres akan mengundang ahli untuk informasi-
informasi spesifik.11
Peran serta ahli dari kalangan intelektual dalam
pembuatan kebijakan merupakan pengaruh langsung. Disamping itu, ada
pengaruh tak langsung yang diberikan oleh intelektual kepada proses
pembuatan kebijakan, yakni melalui tulisan berupa jurnal, artikel, dan lain-
lain.12
Setelah kebijakan disahkan oleh Kongres, pelaksanaan akan diawasi
6 Constitutional Rights Foundation, America‟s Foreign Policy: A Brief History, diakses di
http://www.crf-usa.org/war-in-iraq/foreign-policy.html tanggal 19 November 2015. 7 Temple Wanamaker, American Foreign Policy Today (New York: Bantam Books,
1966), hlm. 18. 8 Margaret G. Hermann, “Explaining Foreign Policy Behavior Using the Personal
Characteristics of Political Leaders”, dalam International Studies Quarterly Vol. 24 No. 1 (Maret
1980), hlm. 10-11 [jurnal on-line]; tersedia di
http://maihold.org/mediapool/113/1132142/data/Herrmann.pdf, diunduh tanggal 19 November
2015. 9 Temple Wanamaker, American Foreign Policy Today, hlm. 25.
10 J. P., Congress‟s Influence over Foreign Policy, diakses di
http://www.economist.com/blogs/economist-explains/2015/04/economist-explains-19 tanggal 19
November 2015. 11
Temple Wanamaker, American Foreign Policy Today, hlm. 20. 12
Inderjeet Parmar, Linda B. Miller, dan Mark Ledwidge, ed., New Directions in US
Foreign Policy (New York: Routledge, 2009), hlm. 110.
23
oleh The Department of State, agar kebijakan yang dilaksanakan oleh seluruh
agensi dan departemen pemerintahan berjalan dalam satu arahan.13
A.2. Interpretasi dan Implementasi Kebijakan Luar Negeri Berbasis
HAM dan Demokrasi AS
Untuk mendukung capaian orientasi politik luar negerinya, AS
mengupayakan beberapa hal untuk membuat sebuah perubahan di dunia terkait
isu HAM di berbagai negara. Nilai-nilai HAM dan Demokrasi didifusikan
dalam kebijakan luar negeri AS. Implementasi kebijakan luar negeri AS yang
berbasis HAM dan demokrasi dilakukan melalui aksi-aksi yang dilakukan oleh
AS. Namun, implementasi kebijakan luar negeri sangat tergantung kepada
presiden yang berkuasa pada masa jabatannya. HAM kemudian
diinterpretasikan sesuai dengan kepentingan yang menurut presiden tersebut
berurgensi tinggi untuk dicapai pada masanya.
Dari masa ke masa, masing-masing presiden AS memberikan interpretasi
yang berbeda terkait isu HAM dalam kebijakan luar negerinya. Interpretasi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel A.2.1 Arah Kebijakan Luar Negeri berbasis HAM dan
Demokrasi Presiden AS
Presiden Ide Mengenai HAM
Arah dan/atau Bentuk
Kebijakan
Nixon & Ford HAM adalah isu
sekunder dalam
Fokus kebijakan luar
negeri berbasis HAM
13
Temple Wanamaker, American Foreign Policy Today, hlm. 21-22.
24
formulasi kebijakan luar
negeri, penting dalam
ranah domestik.
bertujuan untuk
pencapaian kepentingan
geopolitik.
Carter 1. HAM berlaku secara
universal, bahkan untuk
rezim yang otoriter dan
represif.
2. HAM berbasiskan
moral.
1. HAM dapat mencegah
AS untuk bersekutu
dengan negara-negara
otoriter dan represif.
2. Ratifikasi Kovenan
Internasional Hak
Ekonomi dan Sosial.
3. Bantuan luar negeri
termasuk untuk negara-
negara pelanggar HAM
meningkat, salah
satunya adalah Iran.
(bantuan luar negeri
pragmatis)
Reagan HAM dapat digunakan
sebagai alat untuk
menangkal paham
komunisme.
Kebijakan luar negeri
berbasis HAM fokus
pada demokratisasi dan
promosi hak individual
serta senjata ideologis
untuk melawan paham
25
komunisme.
The George Bush Sr. 1. HAM sebagai salah
satu kebijakan pragmatis
AS.
2. HAM tidak sepenting
saat Reagan berkuasa,
tapi porsinya tidak
dikurangi dalam
formulasi kebijakan luar
negeri.
1. Kebijakan luar negeri
berbasis HAM, sama
dengan isu lainnya,
dianggap penting jika
menguntungkan bagi
AS.
2. AS meratifikasi
Kovenan Internasional
Hak Sipil dan Politik.
Bill Clinton HAM sebagai media
dalam kebijakan luar
negeri untuk mencapai
kepentingan ekonomi.
1. Kebijakan luar negeri
berbasis HAM dianggap
standar ganda, karena
tidak menyasar
kepentingan-
kepentingan inti AS.
2. Fokus kebijakan
adalah ekspansi pasar
senjata AS.
George W. Bush Rezim represif terhadap
HAM dapat memberikan
pengaruh terhadap
pergerakan masyarakat
Peningkatan jumlah
bantuan luar negeri
untuk isu pembangunan
dan human security
26
dan konflik sipil. Hal
tersebut akan
menyebabkan
meningkatnya jumlah
pengungsi dan
terorisme.
(mis. HIV & AIDS,
kemiskinan, dan
kesetaraan).
Barrack Obama Mengkritik kebijakan
Presiden Bush karena
gestur perangnya justru
menghasilkan banyak
konflik sipil dan aksi
terorisme.14
Hillary Clinton
menyebut arah kebijakan
HAM Obama dengan
nama „principled
pragmatism‟, yakni
kebijakan yang berfokus
pada dilomasi dalam
diam, tanpa pernyataan
keras di depan publik.15
Diolah dari Apodaca, “US Human Rights and Foreign Policy Assistance: A Short
History”, Ritsumeiken International Affaris Vol. 3, 2004, hlm. 68-74. Tersedia di
http://www.ritsumei.ac.jp/acd/re/k-rsc/ras/04_publications/ria_en/03_5.pdf, diunduh
tanggal 1 Februari 2016.
Dari tabel tersebut terlihat pragmatisme AS dalam interpretasi nilai-nilai
HAM yang kemudian akan disertakan dalam paket kebijakan luar negerinya.
14
Paul B. Stephan,The Limits of Change: International Human Rights under The Obama
Administration, diakses dari http://fordhamilj.org/files/2015/09/Stephan_LimitsofChange.pdf
tanggal 2 Februari 2016. 15
Thomas Lum, Human Rights in China and US Policy, (Washington: Congressional
Reseach Service, 2008), hlm. 4. Tersedia di https://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34729.pdf, diakses
tanggal 1 Februari 2016.
27
Hal ini tentu merupakan upaya AS untuk mencapai kepentingan-
kepentingannya di balik semua kebijakan yang telah diformulasikan.
Kepentingan-kepentingan yang dimaksud sangat beragam, mulai dari ekonomi
hingga demokratisasi rezim demi stabilitas kawasan dan pengaruh AS di
kawasan tersebut.
Strategi Presiden Obama untuk terus menyebarkan pengaruh dan
mencapai kepentingan AS pada sistem internasional kerap disebut sebagai
Smart Power. Terkait konsep tersebut, AS menitikberatkan pada diplomasi
halus melalui penguatan pola aliansi dan perubahan citra dalam hal penegakan
HAM dan demokrasi. Tiga pendekatan untuk mencapai hal tersebut adalah
memperbaharui komitmen dengan PBB, menghidupkan kembali aliansinya,
dan melakukan upaya untuk menghapuskan citra standar ganda AS dalam hal
kepatuhan terhadap hukum internasional.16
Di satu sisi, pendekatan Obama yang memberikan peluang terhadap
diplomasi halus dapat memberikan dampak yang positif terhadap citra AS.
Namun, beberapa pendapat mengatakan bahwa strategi Obama tersebut terlalu
lemah dan bersifat meminta maaf17
, seakan membenarkan anggapan pihak luar
AS bahwa terdapat standar ganda yang diterapkan AS dalam politik luar
negerinya.
B. Dinamika Hubungan AS-Iran
B.1. Awal Mula Hubungan AS-Iran
16
Richard L. Armitage, Joseph S. Nye, CSIS Commission on Smart Power: A Smarter,
More Secure America, (Washington: Center for Strategic and International Studies, 2007), hlm.
31-32. 17
Joseph S. Nye, Jr., Testing Obama‟s Smart Power Foreign Policy, diakses di
http://www.sundaytimes.lk/091213/International/int_01.html tanggal 19 April 2016.
28
Pada awal hubungan diplomatiknya tahun 1856, AS tidak banyak
menempatkan Iran pada kepentingan politiknya di Timur Tengah.18
AS mulai
masuk ke dalam lingkup perpolitikan Iran sejak tahun 1951, saat Perdana
Menteri Mossadegh menasionalisasi industri minyak negara dengan alasan
ketimpangan pembagian saham dan keuntungan lebih memihak ke Inggris
sehingga mengakibatkan keterpurukan ekonomi Iran. Karena hal tersebut,
Mossadeq memutuskan untuk merampas instalasi minyak dari Inggris tanpa
kompensasi. Hal ini menyebabkan Iran mendapat sanksi berupa embargo dari
Inggris dan AS.19
Konflik bisnis-ekonomi ini berlanjut menjadi konflik yang
sangat politis.
Beralasan tersendatnya demokrasi Iran, CIA berkolaborasi dengan
Badan Intelijen Inggris berhasil mengkudeta Perdana Menteri Mossadeq dan
menggantinya dengan Shah Pahlevi20
melalui operasi TPAJAX pada tanggal
15 Agustus 1953.21
Dalam dokumen rahasianya, CIA merancang strategi
unutk membawa Shah Pahlevi ke tahta tertinggi pemerintahan Iran. Strategi
tersebut terdiri dari (1) meyakinkan Shah untuk menurunkan Mossadeq dari
tahtanya, (2) mencari dukungan dari tokoh perpengaruh, dan (3) menyadarkan
rakyat Iran dari mitos kepemimpinan Mossadeq yang sebenarnya adalah usaha
18
Sam Sasan Soamanesh, History Brief: Timeline of US-Iran Relations Until the Obama
Administration dalam MIT International Review, hlm 1, tersedia di web.mit.edu/mitir, tautan
unduh http://web.mit.edu/mitir/2009/online/us-iran-2.pdf, diunduh tanggal 11 November 2015. 19
Richard Chavendish, The Iranian Oil Fields are Nationalized, diakses di
http://www.historytoday.com/richard-cavendish/iranian-oil-fields-are-nationalised tanggal 11
November 2015. 20
Soamanesh, History Brief: Timeline of US-Iran Relations Until the Obama
Administration, 1. 21
Michal Alagierski, “The Foreign Policy of The USA and Great Britain Towards Iran
during The Years 1951-1953,” Journal of Social Sciences No. 31, April 2014, hlm. 341-342
[jurnal on-line], tersedia di http://sablon.sdu.edu.tr/dergi/sosbilder/dosyalar/31/31_18.pdf, diunduh
tanggal 12 November 2015.
29
membangkitkan komunisme.22
Campur tangan AS dalam politik dalam negeri
Iran diwakili oleh Kermit Roosevelt dari CIA dalam kudeta ini adalah
atmosfer Perang Dingin, ketakutan akan adanya perkembangan ideologi
Komunisme di Iran atas pengaruh Uni Sovyet23
dan Partai Komunis Iran yang
bernama Toudeh.24
Salah satu aksinya adalah mengorganisir protes
masyarakat anti-Mossadeq25
dan menyingkirkan anggota parlemen yang
berasal dari Partai Toudeh.26
Selain itu, AS juga menggunakan media film,
foto, siaran radio, poster, buku edukasi, dan brosur27
untuk meningkatkan citra
AS di mata masyarakat daerah terpencil di Iran serta memberikan efek
stabilitas ekonomi politik di Iran.28
Setelah perstiwa kudeta, Shah berhasil diangkat menjadi pemimpin Iran.
Selama masa kepemimpinannya, Shah Pahlavi membuat terobosan di berbagai
sektor dalam rangka modernisasi Iran, mulai dari pendidikan merata, aturan
22
CIA, Campaign to Install Pro-Western Government in Iran Authority, [Dokumen
Negara] (Washington, DC: National Security Archive); tersedia di http://bit.ly/1WS197t, diunduh
pada tanggal 12 November 2015. 23
Scott A. Koch, “Zendebad, Shah!”: The Central Intelligence Agency And The Fall of
Iranian Prime Minister Mohammed Mossadeq August 1953 [Dokumen Negara] (Washington:
History Staff Central Intelligence Agency, 1998), hlm. 16; tersedia di http://bit.ly/1kN0RTb,
diunduh tanggal 12 November 2015. 24
Iran Chamber Society, History of Iran: Oil Nationalization, diakses di
http://www.iranchamber.com/history/oil_nationalization/oil_nationalization.php tanggal 11
November 2015. 25
BBC, CIA Documents Acknowledge its Role in Iran‟s 1953 Coup, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-23762970 tanggal 12 November 2015. 26
CIA, Anti-Tudeh Activities of Zahedi Government [Dokumen Negara] (Washington,
DC: National Security Archive); tersedia di
http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB435/docs/Doc%2014%20-%201953-09-10%20Anti-
Tudeh%20activities.pdf, diunduh tanggal 12 November 2015. 27
Edward C. Wells (Public Affairs US Embassy), Notes to Expanded Program for Iran
12 January 1951 [Kabel Diplomatik] (Washington, DC: National Security Archive), hlm. 2;
tersedia di http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB78/propaganda%20016.pdf, diunduh
tanggal 12 November 2015. 28
Hakimeh Saghaye-Biria, United States Propaganda in Iran: 1951-1953 [Tesis]
(Louisiana State University, 2009), hlm. 50; tersedia di http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-
04082009-100641/unrestricted/Hakimeh_Saghaye-Biria_Thesis.pdf, diunduh tanggal 12
November 2015.
30
berpakaian perempuan yang lebih longgar, kebebasan perempuan untuk
berinteraksi dengan lawan jenis, hingga akomodasi agama-agama resmi dalam
penentuan kalender nasional.29
Selama masa jabatannya, Shah dinilai berperan sebagai boneka AS yang
bertindak sesuai dengan permintaan dari Washington, bahkan pada saat ada
tindakan yang menentang kebijakan AS.30
Programnya yang mendapat banyak
kritik adalah White Revolution. Program yang berfokus pada pembangunan,
pemerataan kesejahteraan, dan pemenuhan hak kesetaraan perempuan ini
dilihat sebagai westernisasi dan dikhawatirkan akan menjadi antitesis nilai-
nilai Islam.31
Salah satu tokoh yang paling vokal menentang kedekatan Shah
dengan AS adalah Khomeini.
Konsistensi Khomeini dalam menentang kedekatan Shah dengan AS
membuatnya harus diasingkan pada tahun 1963. Pengasingan ini berawal dari
reaksi keras melalui pidato-pidatonya terhadap RUU Kapitulasi yang berisi
pemberian status kebal hukum bagi delegasi militer AS di iran.32
Khomeini
diasingkan ke Turki, Irak, dan akhirnya ke Prancis selama 14 tahun.33
B.2. Revolusi 1979 dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan AS-Iran
29
Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran (New York: Cambridge University
Press, 2008), hlm. 83-85. 30
John W. Limbert, Negotiating with Iran: Wrestling the Ghosts of History (Washington:
Institute of Peace, 2009), 81. 31
Encyclopedia Britannica, Mohammad Reza Shah Pahlavi, diakses di
http://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah-Pahlavi tanggal 12 November 2015. 32
Sajjad Raei Galougeh, Biography and Sturggles of Ayatullah Sayyid Mustafa Khomeini
(Tehran: The Institute for Compilation and Publication of Imam Khomeini‟s Works, 2010), hlm.
56. 33
Islamic Thought Foundation, Imam Khomeini‟s Biography, diakses di
http://www.imam-khomeini.com/web1/english/showitem.aspx?cid=1351&h=13&f=14&pid=1444
tanggal 15 November 2015.
31
Revolusi Iran dimulai oleh Ayatullah Khomeini yang menjalani masa
pengasingan di Paris tahun 1978 dengan membangun gerakan oposisi
pemerintah yang sedang berkuasa di Iran.34
Pada masa itu, Iran sedang dilanda
krisis pemerintahan dan kerusuhan. Terjadi demonstrasi dan kerusuhanbesar-
besaran di Iran yang dilakukan oleh massa oposisi dengan alasan opresi yang
dilakukan oleh Shah melalui militer dan agen polisi rahasia SAVAK.35
Shah Pahlevi yang pada saat itu diketahui mengidap kanker, tak berdaya
menahan beban yang diberikan AS untuk melakukan liberalisasi. Presiden
Jimmy Carter menyadari hal tersebut dan mendesak Shah untuk keluar dari
Iran dan pindah ke AS. Ketika Shah menyetujui untuk pindah, perjalanannya
harus terhenti di Mesir karena Duta Besar AS untuk Mesir menyatakan bahwa
Shah tidak dapat masuk ke teritori AS.36
Shah bertahan di Mesir hingga
meninggal karena penyakitnya.37
Pada masa revolusi, tepatnya 11 Februari 1979, secara resmi terjadi
pergantian kepemimpinan di Iran dari Shah Pahlevi ke Sayyid Ayatullah
Ruhollah Khomeini.38
Pada awal kepemimpinannya, Khomeini melontarkan
34
James Risen, “Secrets of History The CIA in Iran: Iran-US Relations: A Chronology”,
The New York Times on The Web, 2000 [Surat Kabar Online]; diakses di
http://www.nytimes.com/library/world/mideast/041600iran-coup-timeline.html tanggal 12
November 2015. 35
Free Library: One Book One Philadelphia 2010, Persepolis: iran Timeline [Discussion
Paper], tersedia di http://libwww.freelibrary.org/onebook/obop10/Persepolis_timeline.pdf,
diunduh tanggal 15 November 2015. 36
James Perloff, Iran and The Shah: What Really Happened, diakses di
http://www.thenewamerican.com/culture/history/item/4690-iran-and-the-shah-what-really-
happened tanggal 12 November 2015. 37
Ian Black, Shah of Iran‟s Youngest Son Shoots Himself, diakses di
http://www.theguardian.com/world/2011/jan/05/shah-of-iran-pahlavi-boston tanggal 12 November
2015. 38
The Mosque Study Center, Imam Khomeini Returned Back to Iran, diakses di
http://www.masjed.ir/en/news/18260/Imam-Khomeini-returned-back-to-Iran tanggal 11 November
2015.
32
kalimat yang anti-Barat, “I beg God to cut off the the hands of all evil
foreigners and their helpers (Saya memohon kepada Tuhan untuk memotong
tangan-tangan asing yang jahat dan pembantu-pembantunya)."39
Sejak awal
revolusinya, Khomeini memang menentang sekularisme, modernisasi, dan
pemerintahan Shah yang dianggapnya buruk.40
Khomeini mulai membuat
Islam menjadi landasan konstitusi Iran setelah melewati strategi brilian selama
revolusi, yakni, (1) menggalang opini masa, (2) menjadi pemimpin opini
dalam aksi protes massa oposisi Shah, dan (3) mempertahankan semangat
protes massa, dan (4) membangun pemerintah berbasiskan Islam.41
Massa pendukung revolusi Iran yang dipimpin Khomeini tak melupakan
lokasi kedutaan besar AS di Tehran. Pendukung revolusi yang sebagian besar
mahasiswa42
menyerang dan menyandera diplomat AS di Iran selama 444
hari.43
Presiden Carter merespon penyanderaan ini dengan Execuive Order No.
12170 yang memutuskan untuk memberikan sanksi berupa embargo minyak
Iran dan hubungan bisnis dengan perusahaan Iran.44
Sejak tragedi tersebut, AS
39
NYTimes, Iran, the United States and a Political Seesaw, diakses di
http://www.nytimes.com/interactive/2012/04/07/world/middleeast/iran-
timeline.html?_r=0#/#time5_152 tanggal 11 November 2015. 40
Koch, “Zedebad Shah!”, 89. 41
Suleyman Demirci, “The Iranian Revolution and Shia Islam: The Role of Islam in
Iranian Revolution”, dalam International Journal of History Vol. 5 Issue 3 May 2013 [Jurnal
online]; tersedia di
http://www.historystudies.net/Makaleler/1376661570_03%20S%C3%BCleyman%20Demirci.pdf,
diunduh tanggal 15 November 2015. 42
Sebastian Whale, Timeline of Tensions between Iran and The United States, diakses di
http://www.ctvnews.ca/politics/a-brief-history-of-u-s-iranian-relations-1.1557786 tanggal 15
November 2015. 43
Deb Riechmann, A Brief History of US-Iranian Relations, diakses di
http://www.ctvnews.ca/politics/a-brief-history-of-u-s-iranian-relations-1.1557786 tanggal 15
November 2015. 44
Krysta Wise, “Islamic Revolution of 1979: The Downfall of American-Iranian
Relations”, Jurnal Legacy Vol. 11 Issue 1, hlm. 11-12 [jurnal on-line]; tersedia di
33
memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran. Saat ini, kepentingan-
kepentingan AS di Iran diwakili oleh perwakilan Switzerland di Iran.45
Masa pemerintahan Presiden Khatami (1997-2005) Mahmoud
Ahmadinejad (2005-2013), walaupun ada gestur untuk kembali
berhubungan46
, tak ada aksi nyata untuk kembali menjalin hubungan
diplomatik dengan AS. Maka dari itu, Iran berkonsentrasi pada strategi
geopolitiknya. Iran memilih berkongsi dengan negara-negara besar selain AS
seperti Tiongkok, Venezuela, Rusia, India, dan negara-negara di Amerika
Latin.47
Di lain sisi, Iran mulai membangun kekuatan di dunia Barat dengan
menjalin hubungan kembali dengan Inggris dan kerjasama perdagangan
dengan negara-negara lain di Uni Eropa.48
C. Posisi Iran dalam Perspektif Geopolitik AS di Timur Tengah
C.1 State, Power, and Capability
Posisi Iran di Regional Timur Tengah sangat strategis. Iran bahkan
sedang berada di ambang kesuksesan dalam hal menyebarkan pengaruhnya
di kawasan. Hal ini dapat tercapai karena Iran memiliki kapabilitas yang
http://opensiuc.lib.siu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=legacy, diunduh tanggal 15
November 2015. 45
Bureau of Near Eastern Affair, US Relations with Iran, diakses di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5314.htm tanggal 15 November 2015.
46 Banafsheh Keynoush, The Secret Side of Iran-US Relations since 1979 Revolution,
diakses di http://www.theguardian.com/world/2015/jul/10/secret-side-iran-us-relations-since-
1979-revolution tanggal 25 November 2015. 47
Nasser Saghefi-Ameri, “Iranian Foreign Policy: Concurrence of Ideology and
Pragmatism,” The Iranian Revolution at 30: Viewpoints Special Edition, May 2014 [Publikasi]
(Washington: The Middle East Institute); tersedia di
http://www.mei.edu/sites/default/files/publications/2009.01.The%20Iranian%20Revolution%20at
%2030.pdf diunduh tanggal 12 November 2015. 48
Sean Lee, “The Second Iranian Revolution: Why Iran‟s Modern Radicalism Should
Ease US‟ Fears”, Stanford Journal of International Relations Fall/Winter 2008, hlm. 50 [Jurnal
on-line]; tersedia di https://web.stanford.edu/group/sjir/pdf/Iran_REAL_final.pdf, diunduh tanggal
15 November 2015.
34
mumpuni sebagai negara kuat di kawasan. Beberapa indikator kapasitas
penunjang dominasi Iran di kawasan adalah koneksinya yang luas dengan
partai politik, milisi, dan pemerintahan negara-negara lain di kawasan,
misalnya memasok senjata untuk Hamas dan mengelola kelompok milisi
Syiah di Irak, Suriah, dan Lebanon.49
Kendati alokasi dana untuk belanja
militer tak sebanyak Arab Saudi, kapabilitas militer Iran di Timur Tengah
tetap diperhitungkan karena memiliki tentara paling banyak (545.000
personil) dan kapal selam terbanyak (31 unit). Karena jumlah tersebut, Iran
menduduki peringkat ke-5 bersama Israel, Turki, Arab Saudi, dan Mesir.50
Iran juga identik dengan kapabilitas nuklirnya. Dimulai sejak 1957,
pengembangan teknologi nuklir Iran kian berkembang. Program
pengembangan nuklir di Iran awalnya bertujuan untuk kepentingan sipil.
Program tersebut melibatkan beberapa negara, yakni, AS –hingga era 70-
an, Tiongkok, dan Rusia. Proyek pengembangan senjata nuklir yang
menjadi ancaman berat bagi AS diinisiasi oleh bapak nuklir Pakistan, Dr.
Abdul Qadeer Khan.51
Februari 1998, AS memaparkan bahwa proyek
pengayaan nuklir dan uranium di Iran dapat berkembang menjadi
49
Pramod Sedhain, Iran‟s Wider Role and Influence in The Middle East, diakses di
http://thedailyjournalist.com/the-strategist/iran-s-wider-role-and-influence-in-the-middle-east/
tanggal 12 Desember 2015. 50
Amanda Macias, The 15 Most Powerful Militaries in The Middle East, diakses di
http://www.businessinsider.co.id/15-most-powerful-middle-east-militaries-2014-
12/?r=US&IR=T#.Vnz9Pfl97IU tanggal 25 Desember 2015. 51
----, Nuclear History, diakses di http://www.iranintelligence.com/program-history
tanggal 19 April 2016.
35
pengembangan senjata nuklir.52
Sejak saat itu, AS terus mengintai
perkembangan teknologi nuklir dan pengayaan uranium di Iran.
Kapabilitas Iran, dilihat dari sumber daya alamnya juga tak kalah
mumpuni. Secara ekonomi Iran memiliki sumber daya minyak yang
berlimpah. Iran dengan industri minyaknya yang dikelola dengan matang
berhasil membawanya ke dalam jajaran penghasil minyak terbesar kedua di
OPEC dan masuk dalam lima besar penghasil minyak terbesar di dunia.53
Produksi minyak di Iran hingga Desember 2014 stabil pada angka 3,30 juta
barrel/hari.54
Dengan kapabilitas tersebut, Iran dengan mudah menentukan dengan
siapa akan beraliansi dan melancarkan agendanya untuk memblokade
pengaruh AS di Timur Tengah yang dianggapnya justru menghasilkan
krisis di kawasan.55
Beberapa indikator lain yang dapat membuat Iran
semakin kuat di kawasan Timur Tengah adalah partisipasinya pada proyek
regional hingga pada tingkatan tertentu dapat mempengaruhi kebijakan
internal negara-negara Arab.56
52
CNN Library, Iran‟s Nuclear Capabilities Fast Facts, diakses di
http://edition.cnn.com/2013/11/07/world/meast/irans-nuclear-capabilities-fast-facts/ tanggal 19
April 2016. 53
Fareed Mohamedi, The Oil and Gas Industry, diakses di
http://iranprimer.usip.org/resource/oil-and-gas-industry tanggal 25 Desember 2015. 54
Iran Crude Oil Production Chart, diakses di
https://ycharts.com/indicators/iran_crude_oil_production tanggal 25 Desember 2015. 55
Sounak Mukhopadhyay, Iran Wants to Restrict US In Middle East, Proposes Coalition
Formation, diakses di http://www.ibtimes.com.au/iran-wants-restrict-us-influence-middle-east-
proposes-coalition-formation-1474791 tanggal 12 Desember 2015. 56
Start for Global Intelligence, Strategic Reversal: The United States, Iran, and The
Middle East, diakses di https://www.stratfor.com/analysis/strategic-reversal-united-states-iran-and-
middle-east tanggal 25 Desember 2015.
36
Pengaruh Iran dalam membentuk kontur politik Timur Tengah
diakui pula oleh Jerman. Melalui Menteri Luar Negeri Frank-Walter
Stainmeier, Jerman mendesak Iran agar menggunakan pengaruhnya untuk
meredam konflik di Suriah.57
Dengan pengaruh politik dan militer beserta
senjata mutakhirnya, Iran berhasil membuat pasukan AS dan sekutunya di
Timur Tengah terancam.58
AS yang sejak dulu berusaha menjadi negara berpengaruh di Timur
Tengah, harus berhadapan dengan Iran terlebih dahulu sebelum
kepentingan tersebut terlaksana. Berhadapan dengan Iran sebagai
kompetitor dalam hal pengaruh di kawasan bukanlah hal yang mudah
tentunya. Namun, strategi kebijakan yang bersifat langsung dari AS tak
cukup untuk menjadi negara berpengaruh di kawasan tersebut. Maka dari
itu, AS memperkuat koneksinya dengan negara lain yang juga berpengaruh
di Timur Tengah, salah satunya adalah Israel.
C.2 Aliansi Iran dengan Negara Oposisi AS
Sebagai negara dengan kekuatan mumpuni di kawasan Timur
Tengah, Iran memerlukan kawan yang memiliki kekuatan lebih besar
darinya. Isolasi dalam bentuk sanksi dari AS dan sekutunya tampaknya tak
cukup kuat membendung Iran untuk menebarkan pengaruhnya di kawasan
lain. Berbekal dengan prinsip anti-Amerika, Iran mulai mencari sekutu
sepaham.
57
Reuters, Germany Urges Iran to Use Its Influence on Assad to End Syrian War, diakses
di http://www.haaretz.com/middle-east-news/1.680861 tanggal 12 Desember 2015. 58
Jewish Virtual Library, Military Threat to Israel: Iran, diakses di
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Threats_to_Israel/Iran.html tanggal 12 Desember
2015.
37
Berdekatan dengan kawasan Timur Tengah, Iran berkawan dengan
Rusia. Hubungan erat Iran dan Rusia memang tak selalu mulus, tetapi
keduanya memiliki kesamaan kepentingan dan strategi geopolitik. Iran dan
Rusia, jika dapat dijabarkan secara kasar, memiliki satu musuh bersama,
yakni AS. Nilai ekonomi dari kedekatan kedua negara tak main-main.
Agustus 2014, terjalin kerjasama yang resiprokal antara keduanya. Iran
mendapat bantuan pengelolaan sumber daya minyak untuk meningkatkan
eksplorasi, dan Rusia mendapat pasokan minyak berlimpah. Dalam sehari,
Rusia membeli minyak dari Iran sebanyak 500.000 barrel.59
Relasi politik Iran-Rusia sangat dekat, dengan kesamaan paham anti-
Amerika, anti-imperialisme. Prinsip utama Iran dan Rusia beraliansi adalah
urgensi politik dan ekonomi ekspansionisme yang ditempuh dengan metode
„berteman dengan musuh dari musuh‟.60
Relasi ini bahkan lebih erat setelah
Hassan Rouhani terpilih sebagai presiden tahun 2013.61
Inisiatif Presiden Rouhani untuk lebih bersahabat dengan dunia
Barat tidak memutus kedekatan Iran dengan Rusia yang notabene terjalin
sejak jatuhnya pemerintahan Shah. Rusia menanggapi probabilitas
proliferasi nuklir di Iran dengan cara yang relatif lebih ramah dibandingkan
59
Andrew Trotman, Vladimir Putin Signs Historic $20bn Oil Deal with Iran to Bypass
Western Sanction, diakses di
http://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/energy/oilandgas/11014604/Vladimir-Putin-
signs-historic-20bn-oil-deal-with-Iran-to-bypass-Western-sanctions.html tanggal 25 Desember
2015. 60
Abbas Milani, Russia and Iran: An Anti-Western Alliance? dalam Current History,
Oktober 2007, hlm. 332, diunduh dari
http://web.stanford.edu/~amilani/downloads/CurrentHistory1.pdf tanggal 25 Desember 2015. 61
Nikolah Kozhanov, Understanding The Revitalization of Russian-Iranian Relations
(Moscow: Carnegie Moscow Center, May 2015), hlm. 10, diunduh dari
http://carnegieendowment.org/files/CP_Kozhanov_web_Eng.pdf tanggal 25 Desember 2015.
38
dengan AS. Rusia melalui perwakilan resminya berpendapat bahwa untuk
melunakkan ambisi Iran mengembangkan teknologi nuklir akan lebih
efektif jika mengubah konstalasi politik regional dan global menjadi lebih
ramah terhadap Iran.62
Kedekatan politik kedua negara jelas terlihat pada arena perang
politis di Suriah. Iran dan Rusia bekerjasama mempertahankan rezim
Bashar Assad.63
Agenda bersama keduanya adalah mencegah kolapsnya
pemerintahan Suriah sekaligus mengembalikan lahan yang diokupasi oleh
pihak oposisi pemerintah Suriah.64
AS patut terancam dengan kolaborasi
dua kekuatan besar tersebut di kawasan Timur Tengah.
Tak ingin berhenti pada tahap berpengaruh di Timur Tengah dan
beraliansi dengan Rusia, Iran memperluas cakupan geopolitiknya ke
kawasan Amerika Latin. Iran dan kawasan ini berdiri di bawah payung
yang sama, yakni Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement)65
dan
politik luar negeri yang anti-imperialisme, terutama Iran pasca 1979.66
Upaya Iran untuk berjejaring dengan negara-negara di Amerika
Latin seperti Kuba, Venezuela, dan Nikaragua ini diimplementasikan atas
62
Richard Weitz, Russia and Iran: A Balancing Act, diakses di
http://thediplomat.com/2013/11/russia-and-iran-a-balancing-act/ tanggal 25 Desember 2015. 63
Mehrdad Farahmand, Russia and Iran: An Uneasy Alliance, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-34919237 tanggal 25 Desember 2015. 64
Yaroslaf Trofimov, Can Russia‟s New Iran Alliance Last?, diakses di
http://www.wsj.com/articles/can-russias-new-iran-alliance-last-1445534148 tanggal 25 Desember
2015. 65
Jose Arimatea De Cruz, Iran, Latin America, and U.S. National Security, diakses di
http://www.e-ir.info/2014/10/21/iran-latin-america-and-u-s-national-security/ diakses tanggal 12
Desember 2015. 66
Saideh Lutfian, “The New Role of Latin America in Iran‟s New Foreign Policy”, dalam
Iranian Review of Foreign Affairs Vol. 1 No. 3 Fall 2010 [Jurnal Daring], hlm. 37. Tersedia di
http://www.ciaonet.org/attachments/18137/uploads, diunduh tanggal 25 Desember 2015.
39
dasar motif pencapaian kepentingan-kepentingan Iran. Menurut seorang
analis intelijel Roald Moyers, kepentingan Iran dalam berjejaring dengan
negara-negara di Amerika Latin dapat dilihat dalam tiga agenda utama,
yakni, (1) mengelakkan sanksi yang diberikan oleh AS, (2) ekonomi dan
perdagangan berbasis pengaruh dan kekuatan mitra dagang, dan (3)
menyebarkan ideologi teokrasinya melalui aktor-aktor non-tradisional.67
Tiongkok pun tak luput dari perluasan jaringan Iran. Kerjasama Iran
dan Tiongkok yang sempat melemah kembali diperkuat dengan adanya
kunjungan militer antara dua negara sepanjang 2013-2014.68
Kerjasama
ekonomi kedua negara fokus pada minyak bumi. Nilai kerjasama yang pada
tahun 2013 bernilai $40 miliar, akan ditingkatkan hingga mencapai $200
miliar pada tahun 2024 mendatang.69
Jika kedekatan Iran dengan negara-
negara ini terus berlanjut, Iran memiliki aliansi yang kuat untuk
membendung pengaruh AS di berbagai kawasan.
Pola perluasan jaringan Iran sangat jelas terlihat. Iran berhubungan
dengan negara-negara yang cenderung berada di posisi oposisi AS.
Kekuatan dari hubungan Iran dengan negara-negara seperti Rusia,
67
Joel Vargas, The Strategic Alliance of Iran, China, and Russia in Latin America,
diakses di http://intel.contingentsecurity.com/the-strategic-alliance-of-iran-china-and-russia-in-
latin-america/ tanggal 25 Desember 2015. 68
Joel Wuthnow, China-Iran Military Relations at a Crossroads, diakses di
http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=43497&tx_tt
news%5BbackPid%5D=25&cHash=eab6f925192bbcb63ca3ebc4ec16eeef#.Vnu1uvl97IV tanggal
12 Desember 2015. 69
Steven MacMillan, Strengthening The of Russia-Iranian Alliance in Response to
Western Threats and Sanctions, diakses di http://www.globalresearch.ca/strengthening-of-russia-
iran-alliance-amidst-in-response-to-western-threats-and-sanctions/5398828 tanggal 25 Desember
2015.
40
Tiongkok, dan negara lainnya di Amerika Latin sangat beragam, mulai dari
irisan ideologi, ekonomi, hingga militer.
Jaringan Iran dengan negara-negara oposisi AS semakin menekan
posisi AS di hadapan negara-negara ini, terutama dalam hal ekonomi dan
keamanan nasional, karena Amerika Latin dianggap sebagai „halaman
belakang‟ oleh AS. Hal ini diamini oleh Hillary Clinton yang dalam sebuah
kesempatan berpendapat bahwa Tiongkok dan Iran telah mendapatkan
keuntungan yang mengganggu AS.70
Perluasan jaringan dan pengaruh Iran (bersama dengan Tiongkok
dan Rusia) di berbagai kawasan tentu tak bisa dipandang sebelah mata oleh
AS. Logika sederhana yang dapat digunakan untuk melihat fenomena ini
adalah jika Iran berhasil membangun pengaruh di berbagai kawasan di luar
Timur Tengah, semakin sulit AS mempertahankan statusnya sebagai negara
hegemon. Kecenderungan yang akan timbul adalah ketidakpercayaan yang
semakin kuat di mata negara-negara di kawasan Timur Tengah dan
Amerika Latin. AS juga akan kehilangan lebih banyak kesempatan untuk
mengokupasi industri Sumber Daya Alam (SDA) minya di kawasan
tersebut. Dengan kata lain, proses pencapaian kepentingan ekonomi AS
akan terhalang dengan adanya pengaruh Iran.
Dari sisi keamanan nasional, AS terancam dengan keberadaan Iran
di kawasan Amerika Latin karena keterlibatan Iran dalam mendukung
organisasi teroris Hizbullah. Kendati potensi serangan fisik relatif rendah,
70
The Economist, The Dragon in The Backyard, diakses di
http://www.economist.com/node/14209932 tanggal 12 Desember 2015.
41
ada beberapa aksi non-tradisional oleh teroris yang mengancam keamanan
nasional AS. Aksi-aksi tersebut adalah perekrutan anggota baru,
penyerangan perwakilan AS di Argentina, penjualan senjata dan narkoba
oleh kelompok teroris ini untuk menyokong pergerakan mereka di titik
operasional utamanya, Timur Tengah.71
Kecurigaan-kecurigaan lain yang timbul juga membuat AS merasa
bahwa Iran adalah ancaman bagi keamanan nasionalnya. Kecurigaan-
kecurigaan yang dimaksud adalah praktik pencucian uang Iran di
Venezuela, transaksi rahasia pertambangan uranium, dan sokongan
transportasi udara resmi Venezuela yang berjalur dari Caracas ke
Damaskus dan Tehran bagi pegiat kartel narkoba, senjata ilegal, dan
organisasi terori Hizbullah.72
71
Arthur Brice, Iran, Hezbollah mine Latin America for Revenue, Recruits, Analysts Say,
diakses di http://edition.cnn.com/2013/06/03/world/americas/iran-latin-america/ tanggal 25
Desember 2015. 72
Prepared Statement and Ambassador Roger F. Noriega dalam Kongres ke-1012
Komite Hubungan Internasional Senator AS yang bertajuk Iran‟s Influence and Activity in Latin
America 16 Februari 2012, diakes di https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG-
112shrg73922/html/CHRG-112shrg73922.htm tanggal 25 Desember 2015.
42
BAB III
PELANGGARAN HAM DI IRAN
Di Iran terjadi berbagai pelanggaran HAM. Dari kedua pemerintahan yang sudah
berjalan, tidak terdapat perubahan yang signifikan. Untuk membuktikan argumen
ini, perlu dibahas mengenai konteks legal yang mengatur akomodasi hak asasi
negara atas warga negara. Komitmen pemerintah Iran pada tingkat internasional
juga perlu dipaparkan agar lebih jelas seberapa penting pelanggaran HAM di Iran.
Isu HAM tidak hanya milik AS, melainkan isu internasional yang dipercaya dapat
menjaga stabilitas kawasan dan global jika prinsip-prinsipnya ditegakkan. Maka
dari itu, bab ini juga akan menjelaskan respon dunia terhadap situasi HAM di iran.
A. Iran dan Hak Asasi Manusia
A.1 Konstitusi Iran yang Mengatur Hak Asasi Manusia
Sejak mendeklarasikan diri sebagai Republik Islam pada tahun 1979, Iran
sudah mulai menyusun konsep konstitusinya di bawah pimpinan Ayatullah
Khomeini. Ayatullah Khomeini, pada masa ini dipercaya sebagai marji‟ al-
taqlid, yakni seseorang yang memiliki keahlian dalam hukum Islam.1
Konstitusi ini berlandaskan pada norma dan hukum Islam yang
1 Surkheel (Abu Aaliyah) Sharif, The Truth About Taqlid (Part I) [Ocassional Paper](UK:
The Jawziyyah Institute, 2007, diunduh 4 November 2015); tersedia di
http://muslimmatters.org/wp-content/uploads/2007/11/taqlid-1.pdf.
43
merepresentasikan suara Ummah Islam. Ummah yang dimaksud dalam hal ini
adalah komunitas atau bangsa.2
Sesuai dengan yang tertulis pada pembukaannya, konstitusi Iran mengatur
semua institusi sosial, politik, ekonomi, dan budaya3. Pada pelaksanaan
konstitusinya, Iran menganut hukum syariah dan keadilan yang berbasis Al-
Qur‟an. Poin tersebut tercantum pada bagian Prinsip-prinsip Umum Pasal 1.
Dalam dokumen Konstitusi Republik Islam Iran Bagian 3 yang diberi
nama Hak-hak Rakyat, dibahas mengenai HAM secara umum. Bagian yang
terdiri dari 23 pasal ini membahas penjaminan hak-hak dasar bagi seluruh
rakyat oleh negara. Dari 23 pasal yang tertera, pemerintah Iran berkomitmen
menjadikan Iran sebagai negara yang bebas dan bertanggungjawab dengan
memenuhi hak-hak dasar seperti hak menempuh pendidikan, hak
kewarganegaraan, hak perempuan, dan hak perlindungan hukum.
Dari sisi pemenuhan hak beragama bagi rakyatnya, dalam pasal 23
pemerintah Iran juga menjamin bahwa penyelidikan agama dan kepercayaan
seseorang adalah sebuah tindakan terlarang, dan tidak boleh ada yang
mencampuri urusan seseorang hanya karena alasan agama tertentu. Kutipan
lengkap Pasal 23 dalam konstitusi Iran dalam bahasa Inggris adalah sebagai
berikut:
2 Christian Broadcasting Network: “What is the Muslim Understanding of Ummah?”
http://www1.cbn.com/onlinediscipleship/what-is-the-muslim-understanding-of
%22ummah%22%3F, diakses 4 November 2015. 3 Constitution of the Islamic Republic of Iran [dokumen on-line] (Geneva: World
Intellectual Property Organization, diunduh pada 4 November 2015); tersedia di www.wipo.int
dengan link unduh http://www.wipo.int/edocs/lexdocs/laws/en/ir/ir001en.pdf.
44
Article 23
“The investigation of individuals' beliefs is forbidden, and no one
may be molested or taken to task simply for holding a certain
belief.”
Dalam pasal 14 juga tertulis komitmen pemerintah Iran terhadap rakyatnya
yang nonmuslim untuk memberikan perlakuan yang adil, setara, dan
penghormatan terhadap HAM masing-masing individu. Pasal 14 ini
landasannya diambil dari Al-Qur‟an (60:8).
Article 14
“According to the Qur‟an: “Allah forbids you not, with regard to those
who fight you not for (your) faith nor drive you out of your homes, from
dealing kindly and justly with them. For Allah loveth those who are just”
(80: 8), the government of the Islamic Republic of Iran and Muslims are
required to treat the non-Muslim individuals with good conduct, in
fairness and Islamic justice, and must respect their human rights. This
principle is valid for those persons who have not conspired or acted
against Islam and the Islamic Republic of Iran. “
Komitmen pemerintah Iran untuk memenuhi hak-hak dasar rakyatnya
sudah tertera dalam konstitusi. Pemerintah Iran mengklaim bahwa orang
dengan keyakinan selain Islam menikmati hak-haknya dengan baik. Hak yang
dimaksud adalah hak sipil, politik, ekonomi, dan budaya yang mencakup hak
masuk dalam parlemen, hak pendidikan, hingga hak menjalankan praktik
peribadatan.4 Dengan begitu, berarti pemerintah Iran memiliki komitmen untuk
memenuhi hak asasi warganya dalam berbagai dimensi, dimulai dari hak hidup
dan termasuk juga hak kebebasan beragama, berkeyakinan, dan berpikir.
4 Iran Embassy, Human Rights Policies & Practices of the Islamic Republic of Iran,
diakses di http://iranembassy.ch/en/174, pada tanggal 8 November 2015.
45
A.2. Komitmen Iran dalam Perjanjian HAM Internasional
Iran, pada tingkat internasional telah menandatangani dan mengadopsi
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun 1948 bersama 47 negara
lainnya.5 Dalam deklarasi tersebut, tercantum 30 pasal yang mengatur hak-hak
dasar manusia, mulai dari hak hidup hingga kebudayaan. Pasal 18 secara
khusus membahas kebebasan beragama, termasuk mengubah keyakinan dan
penyelenggaraan praktik keagamaan.6
Selain itu, Iran juga meratifikasi International Covenant on Civil and
Political Rights (ICCPR) pada tanggal 23 Maret 1976.7 Dalam ICCPR, Iran
sebagai negara yang meratifikasi wajib mengakomodasi hak-hak rakyatnya,
termasuk kebebasan beragama. Pasal 18 dalam ICCPR mengatur tentang
kebebasan seseorang untuk memilih keyakinan yang dipercayainya, baik secara
individual maupun dalam skala komunitas.8
Tindakan mengadopsi dan meratifikasi inisiatif internasional terkait
HAM ini seharusnya menjadi komitmen Iran dalam memenuhi hak-hak dasar,
termasuk hak kebebasan beragama rakyatnya. Namun, pada tahun 1990, Iran
bersama dengan 45 negara lain yang tergabung dengan Organisasi Konferensi
Islam membuat sebuah Deklarasi HAM baru di Kairo yang bernama The Cairo
5 Universal Declaration of Human Rights Signatories, http://unethiopia.org/universal-
declaration-of-human-rights-signatories/, diakses pada tanggal 5 November 2015. 6 Universal Declaration of Human Rights, diunduh dari www.ohchr.org, link unduh
http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/eng.pdf, diunduh pada tanggal
8 November 2015. 7 Iran‟s Obligations under International Law, diakses di
http://denial.bahai.org/004_5.php, pada tanggal 5 November 2015. 8 International Covenant of Civil and Political Rights, diunduh dari www.ohchr.org, link
unduh http://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf, diunduh pada tanggal 8 November 2015.
46
Declaration on Human Rights in Islam9, yang selanjutnya disebut sebagai
Deklarasi Kairo. Deklarasi ini merupakan sebuah bentuk protes negara-negara
Islam yang menganggap Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia adalah
sebuah konsep buatan Kristen.10
Iran yang mengadopsi ini membuat kondisi
kebebasan beragama di negaranya semakin terpuruk, karena ada pasal khusus
yang merujuk kepada pemurtadan. Pasal tersebut berbunyi11
:
Article10
“Islam is the religion of unspoiled nature. It is prohibited to exercise
any form of compulsion on man or to exploit his poverty or ignorance
in order to convert him to another religion or to atheism.”
Deklarasi Kairo merupakan sebuah deklarasi yang menuai banyak kritik,
karena memiliki beberapa poin yang bertentangan dengan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (DUHAM). Pasal 10 di atas merupakan salah satu pasal
yang bertentangan dengan Pasal 18 DUHAM. Selain itu, terkait hukuman yang
dijatuhkan kepada pelanggar hukum juga bertentangan. Pada Deklarasi Kairo,
terdapat sebuah pasal yang inkonsisten, yakni pasal 19d yang mengemukakan
bahwa hukuman yang tidak manusiawi seperti lempar batu dan amputasi dapat
dijalankan karena ada dalam sumber Hukum Syariah.12
Padahal, dalam
DUHAM Pasal 5 jelas-jelas melarang hukuman yang menyiksa dan tidak
manusiawi.
9 Turan Kayaoglu, It‟s Time to Revise The Cairo Declaration of Human Rights in Islam,
http://www.brookings.edu/research/opinions/2012/04/23-cairo-kayaoglu, diakses pada tanggal 8
November 2015. 10
Jonathan Russel: Human Rights, The Universal Declaration vs The Cairo Declaration,
http://blogs.lse.ac.uk/mec/2012/12/10/1569/, diakses pada tanggal 8 November 2015. 11
The Cairo Declaration of Human Rights in Islam, http://www.oic-
oci.org/english/article/human.htm, diakses pada tanggal 8 November 2015. 12
Ohmyrus, Islamic Human Rights?, diakses di http://www.faithfreedom.org/Articles/Ohmyrus30816.htm pada tanggal 8 November 2015.
47
Selain di level nasional, Iran juga memiliki kewajiban untuk menegakkan
prinsip-prinsip HAM universal yang berdasar kepada DUHAM dan segala
turunannya. Penegakan prinsip-prinsip HAM ini berarti akan diamati oleh
seluruh negara di dunia yang termasuk dalam rezim HAM internasional.
Melihat konstitusi Iran yang mengatur tentang HAM, Iran adalah negara yang
menggunakan prinsip relativisme atau partikularisme. Nilai-nilai HAM
diinterpretasikan sesuai dengan sumber hukum Islam dan menolak difusi nilai
HAM universal yang digaungkan oleh AS.
Prinsip relativisme diperkuat dengan ikut sertanya Iran dalam dokumen
Deklarasi Kairo, sebuah bentuk perlawanan negara-negara Islam terhadap nilai-
nilai HAM negara Barat. Faktor ini menjadikan interaksi Iran dan AS dalam isu
HAM sangat alot dan tidak kooperatif satu sama lain. Dasar Iran untuk menolak
nilai HAM yang dipromosikan AS adalah anggapan bahwa nilai HAM tersebut
merupakan strategi hegemoni AS terhadap negara-negara lain.13
B. Kondisi HAM di Iran
Pelanggaran HAM di Iran bukanlah isu baru dalam dunia internasional.
Banyak negara maupun lembaga internasional yang melakukan investigasi isu
pelanggaran HAM yang terjadi pada berbagai lini kehidupan masyarakat Iran,
kendati tidak ada keterbukaan dari pemerintah Iran. Salah satu lembaga
internasional yang secara konsisten melakukan investigasi isu HAM di Iran adalah
PBB. PBB memiliki mekanisme investigasi melalui pelapor khusus atau yang
13
Zachary Carabell, “Iran and Human Rights” (Chapter 8), dalam David J. Forsythe
(Ed.), Human Rights and Comparative Foreign Policy: Foundations of Peace (Tokyo: United
Nations University, 2000). Tersedia di http://www.corteidh.or.cr/tablas/27531.pdf, diunduh
tanggal 1 Februari 2016.
48
dinamakan United Nations Special Representatives and Rapporteurs. Di Iran,
mekanisme tersebut sudah berjalan sejak dekade 80-an14
. Saat ini, agen yang
ditunjuk sebagai investigator kasus HAM di Iran adalah Dr. Ahmad Shaheed.
Pada hakikatnya, pelanggaran HAM memiliki banyak jenis yang dimulai dari
hilangnya tanggung jawab negara pada hak-hak dasar manusia, seperti, hak hidup,
hak kebebasan, dan hak keamanan.15
Poin-poin terkait HAM dan pemenuhannya
oleh negara juga dijabarkan lebih rinci dalam klausul ICCPR yang juga telah
diratifikasi oleh Iran tahun 1975.
Berdasarkan laporan tahunan yang dipublikasikan AS16
, di Iran terdapat
beberapa pelanggaran hak asasi yang berarti negara gagal menunjukkan aksi nyata
dari komitmennya untuk mengakomodasi hak dari warga negaranya. Secara
umum, klasifikasi pelanggaran HAM dalam laporan tahunan AS untuk Iran adalah
sebagai berikut:
Tabel B. III. Tabel Pelanggaran HAM di Iran
Jenis Pelanggaran Aspek HAM yang Dilanggar
Hak Hidup
1. Perampasan hak hidup (hukuman mati)
2. Penghilangan paksa
3. Hukuman berupa siksaan (cambuk, rajam)
4. Penawanan
5. Penangkapan sewenang-wenang
6. Status Tahanan Politik
Kebebasan Berpendapat dan
Pers
1. Internet
2. Kebebasan akademik dan kultural
14
Iran Human Rights Documentation Center: A History of United Nations Special
Representatives and Rapporteurs in Iran [data-base]; tersedia di
http://www.iranhrdc.org/english/news/features/3410-table-of-un-special-rapporteurs-and-
representative-involvement-in-iran.html, diunduh tanggal 24 Juli 2015. 15
Pasal 3 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang berbunyi “Everyone has the right ti life, liberty, and the security of person”.
16 Laporan tahunan AS untuk Iran merupakan kompilasi data yang berasal dari lembaga-
lembaga non-pemerintah, salah satunya adalah Iran Human Rights Documentation Center
(IHRDC). Laporan tahunan negara-negara di dunia tersedia di website resmi pemerintah AS.
49
3. Kebebasan agama
4. Pergerakan17
Hak Politik Partisipasi politik dan pemilu.
Transparansi dan
Akuntabilitas Pemerintah
Penggelapan dan menutup akses masyarakat
terhadap informasi, termasuk keuangan dan
anggaran negara.
Perlakuan Pemerintah
Terhadap Lembaga Non-
Pemerintah
Hak untuk melakukan pergerakan dalam isu
HAM. Menurut laporan AS, pemerintah Iran
menolak menggunakan prinsip unversalisme
HAM, dan menggunakan kultur Iran sebagai
tolok ukur HAM.
Diskriminasi dan
Perdagangan Manusia
1. Kultur perkosaan dan kekerasan dalam
ranah domestik.
2. Pelecehan seksual.
3. Hak kesehatan reproduksi.
4. Diskriminasi terhadap perempuan.
5. Buruh anak.
6. Tentara anak.
7. Pernikahan anak.
Sumber: Iran Country Report 2011, diunduh dari
http://www.state.gov/j/drl/rls/hrrpt/
B.1. Masa Pemerintahan Ahmadinedjad (2011-2013)
Sebuah momentum yang menjadi titik balik kondisi HAM di Iran adalah
protes pasca pemilu 2009. Pemilu tersebut dimenangkan kembali oleh
Ahmadinedjad dengan prosentase suara unggul sebesar 62,6%. Warga sipil
dan aktivis reformis merasa kemenangan Ahmadinedjad merupakan sebuah
hasil kecurangan dalam pemilu. Karena hal tersebut, protes yang dilakukan
oleh aktivis dan warga sipil mulai banyak terjadi di jalan-jalan.
Pemerintah Iran merespon dengan menetapkan status ilegal untuk protes
tersebut. Kemudian, polisi anti kerusuhan yang berkolaborasi dengan agen
intelijen dmulai menangkap dan menahan pendemo yang justru membuat
17
Kebebasan pergerakan juga berarti melanggar kebebasan berkumpul dan berserikat.
50
keadaan semakin kacau. Dilaporkan ada 10 orang tewas, 100 orang luka-luka,
dan 457 pendemo ditahan dengan alasan kriminal.18
Sejak pemilu periode kedua bagi Ahmadinedjad, pemerintah mulai
mereduksi peran dan aktivitas aktivis19
serta masyarakat sipil di Iran secara
drastis. Gelombang gerakan sosial yang mulai bangkit dan menjamur selama
pemerintahan presiden reformis Khatami secara perlahan tapi pasti menurun.
Pilihan bagi aktivis yang secara vokal menyuarakan isu sosial tidak banyak,
yakni, ditangkap, ditahan, dihukum dengan berbagai cara, atau keluar dari
Iran.20
Tindakan pemerintah Iran dengan memberikan tekanan kepada
kebebasan masyarakat sipil untuk berdemonstrasi dan tergabung dalam sebuah
gerakan sosial merupakan sebuah tindakan yang mencederai nilai demokrasi.
Tindakan tersebut juga memberikan kesan bahwa pemerintah Iran tidak
kooperatif dalam menjawab tuduhan kecurangan pemilu. Dengan begitu,
tindakan ini juga merupakan sebuah bukti bahwa negara tidak dapat
menunjukan transparansinya.
Warga sipil dan aktivis yang mengambil pilihan untuk meninggalkan Iran
mencari suaka ke negara yang secara geografis berdekatan dengan Iran.
Berdasarkan data yang dikompilasikan oleh United Nations of High
Commissioner for Refugees (UNHCR), pencari suaka asal Iran yang keluar
18
---, Human Rights Watch: Iran: Violent Crackdown on Protesters Widens, diakses di
https://www.hrw.org/news/2009/06/23/iran-violent-crackdown-protesters-widens tanggal 4
Februari 2016. 19
Aktivisme dalam gerakan sosial di Iran sangat beragam dan lintas isu. Yang disebutkan
dalam laporan Human Rights Watch adalah aktivis hak minoritas, hak perempuan, aktivis
mahasiswa, dan aktivis kebebasan pers dan jurnalistik. 20
---, Laporan Human Rights Watch: Why They Left: Stories of Iranian Exiles (2012),
tersedia di https://www.hrw.org/sites/default/files/reports/iran1212webwcover_0_0.pdf, diunduh
tanggal 4 Februari 2016.
51
karena alasan politik pada 2010 berjumlah 1.150. Angka tersebut menambah
jumlah pencari suaka asal Iran yang totalnya menjadi 4.400 orang, yang
sisanya keluar dari Iran karena alasan diskriminasi minoritas.21
Pelanggaran aspek HAM di Iran tidak berhenti pada tekanan pemerintah
terhadap aktivis. Ancaman hukuman mati di Iran juga mengancam aktivis di
Iran. Pasca protes pemilu, 11 orang diancam hukuman mati, dan dua di
antaranya benar-benar dihukum mati.22
Ancaman hukuman mati di Iran adalah
salah satu bentuk hukuman bagi siapapun yang melawan dan mempertanyakan
kebijakan pemerintah. Iran merupakan salah satu negara dengan pelaksanaan
hukuman mati tertinggi di dunia, posisi kedua setelah Tingkok yang
menghukum mati 2400 di tangan algojo.23
Metode hukuman mati yang digunakan Iran dalam proses hukuman mati
adalah hukuman tembak, hukuman gantung, rajam (dilempar dengan batu), dan
dalam beberapa kasus dijatuhkan dari ketinggian tertentu (misalnya dijatuhkan
dari tebing dengan standar ketinggian tertentu) sesuai hasil deliberasi hakim.24
Jumlah hukuman mati yang dilaksanakan di Iran sangat tinggi. Tahun
2011, Iran melaksanakan eksekusi mati kepada 600 orang, terbanyak kedua
21
Scheherezad Farmarzi, Government Crackdown in Iran Drives Growing Number of
Dissidents into Exile, diakses di http://www.unhcr.org/cgi-
bin/texis/vtx/refdaily?pass=52fc6fbd5&id=4bbacddc5 tanggal 4 Februari 2016. 22
Scheherezad Farmazi, Ibid. 23
Negara-negara dengan Hukuman Mati Terbanyak, http://www.dw.com/id/negara-
dengan-hukuman-mati-terbanyak/g-18195679, diakses pada tanggal 24 Juli 2015. 24
Cornell University Law School: Death Penalty Worldwide, Iran Section,
http://www.deathpenaltyworldwide.org/country-search-post.cfm?country=Iran, diakses pada
tanggal 24 Juli 2015.
52
setelah Tiongkok. 25
Pada masa pemerintahan Ahmadinedjad, eksekusi mati
terjadi sebanyak 2.200 dalam periode 2009-2012.26
Beberapa kasus yang dapat
dijatuhkan hukuman mati adalah perdagangan atau penyelundupan narkoba,
membangkang dari kebijakan pemerintah, dan perlawanan terhadap hukum
Tuhan, misalnya homoseksual dan paedofilia.
Dalam pelaksanaannya, hukuman mati yang masih berlaku di Iran menuai
kontroversi karena bertolak belakang dengan prinsip HAM. Selain karena
bertentangan dengan prinsip HAM, menurut Amnesti Internasional, Iran
menggunakan sebagian dari hukuman mati tersebut untuk mengancam
kalangan etnis dan kepercayaan minoritas.27
Hak perempuan dan anak selama masa pemerintahan Ahmadinedjad juga
tidak menjadi prioritas negara. Perempuan sebagai warga negara kelas dua
mengalami pelecehan seksual. Kultur perkosaan merupakan biang dari masalah
ini. Laporan AS tahun 2011 mengutip pernyataan seorang dokter yang bekerja
di Unit Gawat Darurat Sosial Nasional Iran yang mengemukakan bahwa ada
8.000 kekerasan dalam ranah domestik di Iran selama 2011. Penelitian lain
menunjukkan bahwa setiap sembilan detik, ada satu orang perempuan Iran
yang mengalami kekerasan.28
25
Faraz Sanei, Iran Protests of Its Own in Saudi Arabia, diakses di
https://www.hrw.org/news/2012/06/30/iran-protests-execution-its-own-saudi-arabia, tanggal 6
November 2015. 26
Deutsche Well, Pelaksanaan Hukuman Mati di Iran Dikritik,
http://www.dw.com/id/pelaksanaan-hukuman-mati-iran-dikritik/a-16730831, diakses pada tanggal
24 Juli 2015. 27
Report: executions rise in 2013, China Tops The List,
http://edition.cnn.com/2014/03/27/world/amnesty-international-death-penalty/, diakses pada
tanggal 24 Juli 2015. 28
----. Iran Country Report 2011, diunduh dari http://www.state.gov/j/drl/rls/hrrpt/
tanggal 8 Februari 2016.
53
B.2. Setahun Pemerintahan Hassan Rouhani Berjalan (2013-2014)
Tanggal 14 Juni 2013, rakyat Iran memilih presiden barunya untuk empat
tahun ke depan melalui pemilihan umum. Presiden di Iran bukanlah kekuasaan
paling tinggi, karena keputusan final pada setiap kebijakan-kebijakan vital
seperti kebijakan keamanan, pertahanan, dan kebijakan luar negeri diputuskan
oleh komandan tertinggi (supreme leader).29
Dalam konstitusi Iran, terutama
pada Pasal 113 sampai Pasal 155, ditekankan bahwa presiden bertugas sebagai
Ketua Pelaksana (Chief Executive), yang mengurusi penegakan konstitusi,
kecuali hal-hal yang berhubungan langsung pada Dewan Wali (The Guardian
Council).30
Setelah memimpin selama dua periode (2005-2013), Presiden Mahmoud
Ahmadinejad lengser31
dan digantikan oleh suksesornya, Hassan Rouhani (64),
seorang moderat32
. Presiden Hassan Rouhani memenangkan suara sebanyak
18,6 juta suara, lebih dari setengah jumlah pemilih yang totalnya 36,7 juta.33
Dari enam kandidat, Hassan Rouhanilah yang paling moderat dan bisa
bertindak pragmatis.34
29
A Guide to Iran‟s Presidential Election, diakses di http://www.rferl.org/content/guide-
iran-presidential-election/24996324.html pada tanggal 9 November 2015. 30
Constitutional Executive Authority, diakses di
http://www.president.ir/en/president/functions pada tanggal 9 November 2015. 31
The Times of Israel, Iran‟s Electoral System at a Glance, diakses di
http://www.timesofisrael.com/irans-electoral-system-at-a-glance/ pada tanggal 9 november 2015. 32
The Washington Post, Moderate Cleric Hassan Rouhani Wins Iran‟s Presidential Vote,
diakses di https://www.washingtonpost.com/world/iranians-await-presidential-election-results-
following-extension-of-polling-hours/2013/06/15/3800c276-d593-11e2-a73e-
826d299ff459_story.html pada tanggal 9 November 2015. 33
Shizard Bozorgmehr dan Michael Martinez, Hassan Rouhani is Iran‟s Next President
after Appealing to Tradition, diakses di http://edition.cnn.com/2013/06/15/world/meast/iran-
elections/ tanggal 9 November 2015. 34
Paddy Allen dan Saeed Kamali Dheghan, Iran‟s Presidential Candidates: How They
Line Up –Interactive Guide, diakses di
54
Gambar B. 2. Arah Kebijakan Luar Negeri Kandidat Pemilu Presiden Iran
untuk Periode 2013-2017
Sumber: http://www.theguardian.com/world/interactive/2013/jun/05/iran-presidential-
candidates-mahmoud-ahmadinejad-interactive
Kemenangan Presiden Hassan Rouhani disambut meriah oleh seluruh
rakyat Iran, karena rakyat Iran telah merasa lelah terhadap delapan tahun masa
pemerintahan Ahmadinejad yang selalu menimbulkan kebencian kepada
Barat.35
Di bawah pimpinan Ahmadinejad, citra Iran di mata rakyatnya dan
http://www.theguardian.com/world/interactive/2013/jun/05/iran-presidential-candidates-
mahmoud-ahmadinejad-interactive tanggal 9 November 2015. 35
Alistair Dawber, Reformist-backed Hassan Rouhani Wins Iranian Presidential
Election, diakses di http://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/reformist-backed-
hassan-rouhani-wins-iranian-presidential-election-8659964.html pada tanggal 9 November 2015.
55
dunia internasional memang tak terlalu baik, karena banyak pidato yang
menghasut, sehingga Iran terisolasi dari dunia internasional.36
Hassan Rouhani, dengan pendekatannya yang moderat telah menimbulkan
harapan bagi rakyat di Iran. Harapan-harapan yang timbul dari masyarakat Iran
adalah ekonomi yang membaik, membela hak-hak rakyat, membebaskan
tahanan politik, dan mengeliminasi sanksi hukum yang ada.37
Seorang ekonom
dan kolumnis Iran, Saeed Laylaz, berpendapat bahwa di bawah pemerintahan
Presiden Rouhani akan ada perubahan ke arah moderat untuk politik dalam dan
luar negeri melalui tahapan-tahapan tertentu.38
Selama masa kampanye, Presiden Hassan Rouhani menitikberatkan
visinya untuk meningkatkan pemenuhan hak sipil dan harga diri negara39
, serta
mengurangi campur tangan negara dalam kehidupan sehari-hari rakyatnya.40
Misinya untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan mempromosikan
politik yang konstruktif dengan negara lain dan menetapkan Piagam Hak Sipil
(Civil Rights Charter).41
36
Saeed Kamali Dheghan, Iranian Presidential Election 2013: The Essential Guide,
diakses di http://www.theguardian.com/world/2013/may/13/iranian-presidential-election-2013-
iran#105 pada tanggal 9 November 2015. 37
Omid Memarian, Hasan Rowhani: Moderate Candidate Wins Iran‟s Election, diakses
di http://www.thedailybeast.com/articles/2013/06/15/hassan-rowhani-moderate-candidate-wins-
iran-s-election.html tanggal 9 November 2015. 38
Thomas Erdbrink, Iran Moderate Wins Presidency by a Large Margin, diakses di
http://www.nytimes.com/2013/06/16/world/middleeast/iran-election.html?_r=0 tanggal 9
November 2015. 39
Kasra Naji, Profile: Hassan Rouhani, President of Iran, diakses di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-22886729 tanggal 9 November 2015.
40 Heather Saul, Hassa Rouhani: Iran‟s New President Promises Advances in Women‟s
Rights and Calls for West to End „Language of Sanctions‟, diakses di
http://www.independent.co.uk/news/uk/home-news/hassan-rouhani-irans-new-president-promises-
advances-in-womens-rights-and-calls-for-west-to-end-8745292.html tanggal 9 November 2015. 41
Rouhani Wins Iran‟s Presidential Election, diakses di
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/06/2013615155229420816.html tanggal 9
November 2015.
56
Piagam yang dibuat oleh 200 akademisi, praktisi hukum, dan pihak
pemerintahan42
ini berisi tentang inisiatif Presiden Iran dalam memenuhi hak
asasi rakyatnya. Namun, sangat disayangkan bahwa hak-hak yang tercantum
dalam piagam ini masih dibatasi, dengan alasan bahwa piagam ini berdasarkan
Hukum Islam.43
Pada Pasal 1.3, disebutkan dengan jelas bahwa piagam ini
bersumber kepada Konstitusi Iran, Agama (Islam), dan sejarah peradaban.44
Karena tak melihat perubahan berarti pada poin-poin HAM yang tercantum
dalam Piagam Hak Sipil ini, Shirin Ebadi, pemenang hadiah Nobel 2003 dan
pengacara HAM, berpendapat piagam ini bukanlah sebuah niat politis yang
kuat selain hanya sebagai sebuah kelakar semata.45
Untuk hak kebebasan beragama, tidak ada rujukan khusus dalam pasal-
pasal yang terkandung dalam Piagam Hak Sipil Iran. Kebebasan masih hanya
diberikan kepada agama dan keyakinan resmi di luar Islam, yakni Zoroastrian,
Yahudi, dan Kristen. Tidak ada bahasan khusus mengenai perlakuan
pemerintah terhadap minoritas lain yang tidak resmi seperti Baha‟i.46
Kendati
demikian, Presiden Rouhani terus berusaha menekan parlemen tentang
42
Opposition Ridicules Rouhani Proposed Civil Rights Chapter, diaskes di
http://www.irandailybrief.com/2013/11/28/opposition-ridicules-rouhani-proposed-civil-rights-
charter/ tanggal 9 November 2015. 43
Nazila Ghanea, The Iranian Charter of Citizens‟ Rights, diakses di
http://www.ejiltalk.org/the-iranian-charter-of-citizens-rights/ tanggal 9 November 2015. 44
Hadi Ghaemi, President Rouhani‟s New Rights Charter, diakses di
http://iranprimer.usip.org/blog/2014/feb/10/president-rouhani%E2%80%99s-new-rights-charter
tanggal 9 November 2015 – Pasal 1.3 dalam Bahasa Inggris: “According to the teachings of Islam,
the Constitution of the Islamic Republic of Iran, and the foundations of this nation‟s national,
religious [deeni], and history of civilization, to identify, develop, implement, and ensure the
people‟s citizenship rights and to utilize the available tools for promotion of the laws, regulations,
and policies for achieving these rights, is the duty of the Government.” 45
ICHRI, Ebadi: Citizenship Charter is Redundant Distraction from Justice, diakses di
http://www.iranhumanrights.org/2013/12/ebadi-citizenship-charter/ tanggal 9 November 2015. 46
G. Reza. A., Iran‟s Citizen‟s Rights and Its Religious Minorities, diakses di
http://foreignpolicyblogs.com/2014/01/02/irans-citizens-rights-charter-and-the-religious-
minorities/ tanggal 9 November 2015.
57
kehakiman untuk membuat rincian mengenai kejahatan politik agar tidak lagi
terjadi penangkapan tanpa alasan yang jelas dan hanya mengandalkan alasan
„mengancam keamanan negara‟.47
Terlepas dari komitmen Presiden Hassan Rouhani untuk menuntaskan
permasalahan HAM di Iran, tidak terlihat perkembangan yang berarti dalam
upaya Pemerintah Iran untuk memenuhi hak dasar rakyatnya. Bahkan,
pelanggaran HAM secara sistematis tergambar dari laporan Dr. Ahmad
Shaheed tahun 2014. Laporan tersebut menunjukkan angka 753 eksekusi mati,
jumlah tertinggi sejak tahun 2002, dan pelanggaran hak lain seperti, kebebasan
berbicara, kebebasan beragama, hak perempuan dan minoritas, serta penahanan
bagi pembangkang politik.48
Hingga tahun 2013, tahun pertama Hassan
Rouhani menjabat sebagai Presiden Iran, sebanyak 370 nyawa melayang di
hadapan publik karena mendapat sanksi berupa hukuman mati.49
Data yang tercatat pada Mei 2014, masih ada penganut Baha‟i yang
dipenjara. Selain itu, masih ada juga penganut Islam yang berpindah keyakinan
menjadi Kristen, Protestan Persia, dan komunitas gereja rumahan yang menjadi
target operasi Badan Keamanan dan Intelijen Iran karena dianggap mengancam
negara dan melancarkan propaganda melawan negara.50
Sikap pemerintah Iran
terhadap pencari bukti pelanggaran HAM di Iran sangat tertutup dan
47
Saeed Kamali Dheghan, Hassan Rouhani Urged to Follow Nuclear Dear Success with
Human Rights Process, diakses di http://www.theguardian.com/world/2015/jul/23/hassan-rouhani-
iran-human-rights-nuclear-deal tanggal 9 November 2015. 48
The Israel Project, UN and Iran Experts say Human Rights Violation Have Worsened
under Hassan Rouhani‟s Presidency, diakses di http://www.theisraelproject.org/un-and-iran-
experts-say-human-rights-violations-have-worsened-under-hassan-rouhanis-presidency/ tanggal 9
November 2015. 49
Situs Deutsche Welle, Negara-Negara dengan Hukuman Mati Terbanyak. 50
Human Rights Watch, World Report 2015: Iran (Event of 2014), diakses di
https://www.hrw.org/world-report/2015/country-chapters/iran?page=3 tanggal 9 November 2015.
58
meragukan kredibilitas temuan-temuan yang selama ini dipaparkan oleh
Pelapor Khusus PBB (UN Special Rpporteur).51
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh World Press Freedom Index, Iran
menempati peringkat 173 dari 180 negara yang diikutsertakan.52
Kriteria yang
digunakan dalam pengukurannya adalah pluralisme, kemerdekaan media,
lingkungan dan sensor, kejelasan, dan infrastruktur. Hassan Rouhani masih
memiliki hutang atas janjinya untuk membebaskan para tahanan yang berasal
dari kalangan jurnalis dan blogger.
Akhir tahun 2013, dilaporkan masih ada 50 orang jurnalis dan blogger
yang ditahan. Jumlah tersebut menjadikan Iran sebagai negara terbesar ke-5
yang menahan jurnalis dan blogger. Dari jumlah tersebut pula, terdapat
beberapa orang yang ditangkap dengan alasan tidak independen dan berafiliasi
dengan pihak luar. Hal ini dapat menjadi alasan sebuah media ditutup, bahkan
turut mengancam keluarga jurnalis tersebut.
Hak perempuan tidak menjadi prioritas di Iran. Dalam kesempatan pidato
internasional, wakil Iran selalu memberikan gambaran bahwa agenda nasional
Iran selalu memasukkan pembangunan manusia, termasuk perempuan, di
dalamnya. Namun kenyataannya, tidak terlalu banyak perkembangan dalam hal
ini. Perempuan bahkan tidak memiliki hak untuk menyaksikan pertandingan
51
I24news, UN Investigator: Human Rights Situation in Iran „Dire‟, diakses di
http://www.i24news.tv/en/news/international/90604-151028-un-investigator-human-rights-
situation-in-iran-dire tanggal 9 November 2015. 52
----, Press Freedom Improves Highly Under Rouhani, diakses di http://www.al-
monitor.com/pulse/originals/2014/02/iran-media-freedom-improves.html# tanggal 8 Februari
2016.
59
sepakbola atau voli jika permainan tersebut melibatkan pemain laki-laki,
termasuk anak dan suaminya.53
Usulan RUU Iran yang terakhir disebutkan juga menyentuh ranah
domestik perempuan. RUU nomor 446 yang berisi tentang peningkatan
fertilitas untuk mencegah penurunan populasi menjadikan perempuan hanya
sebagai mesin pembuat anak saja. RUU ini saling berkaitan dengan RUU
lainnya, RUU nomor 315 yang membahas tentang prioritas perempuan
berkeluarga dalam proses penerimaan kerja. Dengan begitu, perempuan yang
memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak memiliki kesempatan yang
lebih kecil untuk mendapatkan pekerjaan.54
Dari data yang disajikan di atas, tidak terjadi perubahan signifikan dalam
penegakan prinsip HAM di Iran. Hukuman mati untuk kasus narkoba terus
dilakukan kendati tidak memberikan hasil penurunan angka perdagangan dan
penyelundupan narkoba. Tabel hukuman mati yang terjadi selama masa
pemerintahan Ahmadinedjad dan sebagian dari setahun masa pemerintahan
Rouhani dirangkum dalam grafik di bawah ini:
53
Faraz Sanei, Challenging Iran‟s Women‟s Rights Narratives, diakses di
https://www.hrw.org/news/2015/03/25/challenging-irans-womens-rights-narrative tanggal 8
Februari 2016. 54
----, Iran: Propored Laws Reduced Women to „Baby-Making Machines‟ in Misguided
Attempts to Boost Population, diakses di https://www.amnesty.org/en/latest/news/2015/03/iran-
proposed-laws-reduce-women-to-baby-making-machines/ tanggal 8 Februari 2016.
60
Grafik B.2.1 Hukuman Mati di Iran Periode 2004-2013
Sumber: http://shaheedoniran.org/english/dr-shaheeds-work/latest-reports/march-2014-
report-of-the-special-rapporteur/
Selain itu, hak kebebasan beragama selama setahun pemerintahan Presiden
Hassan Rouhani terus dilanggar. Penganut keyakinan Baha‟i tidak mendapatkan
perlakuan setara. Pelanggaran hak kebebasan beragama ini bahkan meluas hingga
ke hak ekonomi dan sipil. Penganut Baha‟i harus membangun universitas sendiri
dan sulit memperoleh izin bisnis. Hal yang sama terjadi kepada penganut Islam
yang ingin pindah agama menjadi Kristen. Mereka dianggap kriminal tanpa ada
landasan hukum yang jelas.
Dua pemerintahan memiliki karakteristik yang berbeda dalam pelanggaran
HAM. Masa pemerintahan Ahmadinedjad merupakan fase tertinggi dalam
pelaksanaan hukuman mati dan penyiksaan. Penangkapan tanpa alasan yang jelas
terhadap jurnalis dan siapa pun yang menjadi oposisi pemerintah juga menjadi
fokus pada pemerintahan Ahmadinedjad. Selama setahun menjadi presiden Iran,
Rouhani yang dianggap moderat justru melakukan opresi rakyatnya dalam isu-isu
terkait identitas dan kebebasan sipil untuk berkumpul dan berserikat.
61
A. Respon Dunia Terhadap Pelanggaran HAM di iran
Pemerintah Iran yang tidak kooperatif dalam memenuhi kewajibannya untuk
memenuhi hak-hak rakyatnya membuat citra Iran terlihat buruk di mata dunia.
Sebuah survey yang melibatkan responden dari 39 negara membuktikan bahwa
citra Iran dikenal tak baik secara global karena proliferasi nuklir dan perlindungan
hak privasi yang lemah.55
Survey lain juga memaparkan bahwa hanya 10% dari
24.000 responden dari 24 negara yang menilai bahwa pemerintah Iran
menghormati hak-hak rakyatnya.56
Kedua survey tersebut menggambarkan bahwa
Iran memiliki citra baik karena perlindungan dan pemenuhan hak rakyatnya
sangat lemah.
Pada ranah yang lebih politis, Iran mengundang reaksi yang cukup serius dari
negara-negara lain. Tahun 2010, penilaian rekam jejak HAM di Iran dipaparkan
dalam sesi Universal Periodic Review (UPR), sebuah kelompok kerja bentukan
United Nations Human Rights yang memonitor negara-negara dengan rekam jejak
HAM memprihatinkan.57
Dalam sesi tersebut, Iran mendapat 188 rekomendasi
yang berkaitan dengan penegakan prinsip HAM.58
55
Pew Research Center, Global Views of Iran Overwhelmingly Negative, diakses di
http://www.pewglobal.org/2013/06/11/global-views-of-iran-overwhelmingly-negative/ tanggal 9
November 2015. –Survey dilakukan pada tahun 2013 di 39 negara, dengan hasil median 59%
menganggap citra Iran tak baik. 56
Pew Research Center, Which Governments Respect the Rights of Their People?,
diakses di http://www.pewglobal.org/2008/06/12/chapter-7-which-governments-respect-the-rights-
of-their-people/ tanggal 9 November 2015. 57
United Nations Human Rights, Basic Facts about the UPR, diakses di
http://www.ohchr.org/en/hrbodies/upr/pages/BasicFacts.aspx tanggal 9 November 2015. 58
Baha‟i International Community, Unfulfilled Promises: Iran‟s Failure to act its 2010
Universal Periodic Review, A Special Report of the Baha‟i International Community, September
2014, hlm. 5; tersedia di www.bic.org, link unduh
https://www.bic.org/sites/default/files/pdf/Bahai_UnPromises%202014.pdf, diunduh tanggal 9
November 2015.
62
November 2014, sesi UPR kembali digelar, dan Iran kembali menerima
peninjauan rekam jejak HAM-nya. Pada sesi ini, Iran menerima 291 rekomendasi
dan menerima penuh 130 rekomendasi, menerima sebagian 59 rekomendasi, dan
menolak 102 rekomendasi.59
Beberapa rekomendasi yang ditolak Iran adalah
rekomendasi-rekomendasi yang menuntut Iran untuk mengeliminasi diskriminasi
terhadap perempuan melalui ratifikasi Convention Against Torture (CAT) and
Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW), menghentikan eksekusi
mati di depan publik, mengedepankan hak kesetaraan dan menghentikan praktik
diskriminasi agama dan kelompok minoritas.60
Dasar hukum yang digunakan
untuk menekan Iran seperti CAT dan CEDAW juga merupakan instrumen HAM
universal.
Respon dunia terhadap pelanggaran HAM di Iran tidak dapat dianggap sepele.
Pelanggaran HAM yang terjadi di Iran menyerang masyarakat di dalamnya dari
berbagai lini kebebasan individu yang seharusnya menjadi tanggung jawab
negara. Hal ini semakin membuat pelanggaran HAM di Iran dianggap serius.
Tindakan pemerintah Iran yang menolak beberapa rekomendasi menimbulkan
pertanyaan publik terkait totalitas Iran dalam menjamin hak-hak dasar dan
kebebasan individu warga negaranya.
59
Amnesty International, Iran: Scrap Death Sentence for Juvenile Offender to Prove UN
Review More than a „PR Stunt‟, diakses di https://www.amnesty.org/en/latest/news/2015/03/iran-
un-review-scrap-death-sentence-for-juvenile-offender/ tanggal 9 November 2015. 60
Insight Iran, The UPR of Iran: Some Observations, diakses di
http://insightiran.org/blog/the-upr-of-iran-some-observations tanggal 9 November 2015.
63
BAB IV
SIKAP AMERIKA SERIKAT TERHADAP PELANGGARAN
HAM DI IRAN PERIODE 2011-2014
Sebagai negara dengan prinsip demokrasi dan HAM yang kuat, AS
memberikan respon khusus terkait HAM dan demokrasi sebagai implementasi
dari sikapnya terhadap rezim pelanggar HAM. Dalam Bab II telah dijelaskan
posisi dan interpretasi HAM dalam setiap rezim. HAM dalam kebijakan luar
negeri AS diseuaikan dengan kepentingan nasional dan urgensi isu yang sedang
berkembang pada masing-masing rezim. Berhubung AS tidak memiliki hubungan
diplomatik dengan Iran, maka AS menggunakan strategi yang partisipatif di
forum-forum internasional. Upaya pemberian respon AS terhadap pelanggaran
HAM di Iran juga dimanifestasikan dalam laporan-laporan, pernyataan publik,
dukungan untuk upaya PBB dan LSM relevan, inisiatif diplomatik, dan sanksi.1
A. Bentuk-Bentuk Respon AS dalam Menanggapi Pelanggaran HAM di Iran
A.1. Laporan-laporan
Setiap tahunnya AS membuat laporan HAM negara-negara termasuk Iran.
Laporan tahunan negara yang disusun AS membahas HAM sebagai salah satu
aspek yang berkontribusi terhadap praktik demokrasi di sebuah negara. Dalam
laporan yang dirilis oleh Biro Demokrasi, HAM, dan Buruh yang bernaung di
1 Bureau of Democracy, Human Rights and Labor, International Religious Freedom
Report for 2011: Iran, diakses di
http://www.state.gov/j/drl/rls/irf/2011religiousfreedom/index.htm#wrapper tanggal 15 November
2015.
64
bawah Wakil Menteri Keamanan Sipil, Demokrasi, dan HAM ini dibahas
beberapa aspek akomodasi HAM oleh negara.
Laporan tahunan Iran yang membahas mengenai Iran dibagi menjadi enam
bagian, yakni, hak hidup, hak kebebasan berbicara dan pers, hak politik,
transparansi dan akuntabilitas pemerintah, perlakuan pemerintah terhadap
investigasi HAM Iran oleh organisasi nonpemerintah, dan diskriminasi sosial
serta perdagangan manusia. Setiap bagian memiliki isu-isu turunan yang lebih
spesifik, sehingga laporan yang dibuat AS dapat dikatakan komprehensif untuk
negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik. Laporan lain juga disusun
untuk menyasar isu yang lebih mendalam, di antaranya laporan mengenai
kebebasan beragama dan laporan perdagangan manusia.
Dalam melihat perkembangan situasi kebebasan beragama di beberapa
negara, AS juga memiliki lembaga khusus bernama United States Commission
on International Religious Freedom (USCIRF) yang menyajikan laporan
tahunan mengenai kebebasan beragama negara-negara yang meratifikasi
DUHAM. Laporan ini dibuat atas dasar The International Religious Freedom
Act tahun 1998.2 Tugas dari lembaga yang dibentuk sejak 1998 ini adalah
mengamati, menerbitkan laporan, memberikan saran kebijakan, dan melakukan
pertemuan dengan negara-negara tertentu.3
USCIRF memiliki mekanisme tertentu yang hasilnya menentukan
negara-negara dengan pelanggaran berat dalam hal kebebasan beragama.
2 Tony Blair Faith Foundation, Global Religious Freedom Report of 2013, diakses di
http://tonyblairfaithfoundation.org/religion-geopolitics/reports-analysis/report/global-religious-
freedom-2013 tanggal 16 November 2015. 3 USCIRF, Who We Are/What We Do, diakses di http://www.uscirf.gov/about-uscirf/who-
we-arewhat-we-do tanggal 16 November 2015.
65
Negara-negara tersebut lantas diberi status Country of Particular Concerns
(CPCs). Negara-negara yang masuk ke dalam daftar CPCs kemudian
dikelompokkan lagi menjadi beberapa tingkat, yang paling parah berada pada
tingkat pertama (tier I). Iran, karena pelanggaran hak kebebasan beragama
yang berat, masuk ke dalam CPCs tingkat pertama sejak 1999 bersama
Tiongkok dan Korea Utara.4 Pelanggaran hak kebebasan beragama di Iran,
menurut Hillary Clinton, dikhawatirkan akan memberikan ruang kepada
ekstrimis agama untuk berkembang dan memperparah konflik sektarian.5
Status Iran sebagai tingkat pertama CPCs belum dihapus sampai tahun
2013. Menurut pimpinan USCIRF Katrina Swett, tidak ada perubahan berarti
dalam pemenuhan hak kebebasan beragama di Iran setelah Presiden Hassan
Rouhani terpilih.6 Merujuk pada data yang didapat, kebebasan beragama di
Iran memang tak berubah setelah pergantian kekuasaan dari Ahmadinejad ke
Hassan Rouhani. Pelanggaran kebebasan beragama tersebut disebut sebagai
pelanggaran yang sistematis dan mengerikan.7 Kecuali mengubah pendekatan
dalam pemerintahan, Iran diramalkan akan tetap berada dalam daftar CPCs.8
A.2. Pernyataan Publik dan Inisiatif Diplomatik
4 USCIRF, Tier I of Country of Particular Concerns, diakses di http://www.uscirf.gov/all-
countries/countries-of-particular-concern-tier-1 tanggal 16 November 2015. 5 US Baha‟i of Public Affairs, US Names Iran Country of Particular Concern for
Religious Repression; Cites Example Baha’i Minorities, diakses di http://publicaffairs.bahai.us/u-
s-names-iran-country-of-particular-concern-for-religious-repression-cites-example-of-bahai-
minority/ tanggal 16 November 2015. 6 Mark Hensch, US Slams Iran on Treatment of Religious Minorities, diakses di
http://thehill.com/blogs/blog-briefing-room/news/236197-us-slams-iran-on-treatment-of-religious-
minorities tanggal 16 November 2015. 7 VOA Editorial, View from Washington: Egregious Violations of Religious Freedom in
iran, diakses di http://editorials.voa.gov/media/video/view-from-washington-egregious-violations-
of-religious-freedom-in-iran/3023629.html tanggal 16 November 2015. 8 Simon Hendersen, Countries of Particular Concerns: Religious Freedom and the
Middle East, diakses di http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/countries-of-
particular-concern-religious-freedom-and-the-middle-east tanggal 16 Oktober 2015.
66
Dalam beberapa kesempatan di depan publik, Sekretaris Negara AS, John
Kerry, kebebasan beragama adalah prioritas Presiden Obama karena
merupakan hal penting dalam martabat manusia dan kebebasan individu, maka
hal tersebut masuk dalam agenda diplomasi global AS.9 Pernyataan terkait
kasus penangkapan Pastor Saeed Abedini juga sempat dilontarkan oleh Kerry,
bahwa aksi penangkapan dan penyiksaan dalam masa tahanan melanggar
hukum internasional dan konstitusi yang berlaku di Iran.10
Pernyataan tersebut
keluar karena adanya upaya tidak koperatif Iran yang menghalangi akses Swiss
sebagai penampung kepentingan AS di Iran untuk menangani kasus tersebut.11
Presiden AS Barrack Obama dalam pidatonya juga pernah menyatakan bahwa
AS berkomitmen untuk menegakkan kebebasan beragama, baik di AS maupun
seluruh dunia, untuk masa depan yang lebih stabil dan damai.12
Prioritas kebebasan beragama dalam Kebijakan Luar Negeri AS juga
disampaikan oleh Denis McDonough, Wakil Penasihat Keamanan Nasional
AS. Setelah merangkum laporan USCIRF dalam pidatonya, McDonough
menyatakan bahwa kebebasan beragama merupakan bagian dari prioritas KLN
AS karena termasuk di dalamnya kepentingan keamanan nasional.13
9 Meredith Somers, US Must do more for Religious Freedom, Advocates Say, diakses di
http://www.washingtontimes.com/news/2014/oct/29/us-must-do-more-for-religious-freedom-
advocates-sa/ tanggal 18 November 2015. 10
Adelaide Darling, Secretary Kerry Calls for Freedom of Imprisoned Iranian Pastor,
diakses di http://www.catholicnewsagency.com/news/secretary-kerry-calls-for-freedom-of-
imprisoned-iranian-pastor/ tanggal 18 November 2015. 11
Adelaide Darling, Secretary Calls for Freedom of Imprisoned Iranian Pastor. 12
Barrack Obama, Proclamation—Religious Freedom Day 2014, diakses di
https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2014/01/15/proclamation-religious-freedom-day-
2014 tanggal 18 November 2015. 13
Denis McDonough, US Policy and International Religious Freedom, diakses di
https://www.whitehouse.gov/the-press-office/2012/09/12/remarks-denis-mcdonough-international-
religious-freedom tanggal 18 ovember 2015.
67
Kebijakan-kebijakan yang disusun akan mengadvokasi kebebasan beragama
secara internasional, baik secara publik maupun privat, serta dalam konteks
bilateral dan multilateral.14
Di tingkat yang lebih rendah, Senator Illinois membuat sebuah kampanye
bernama Iranian Dissidents Awareness Program. Kampanye ini bertujuan
memberikan inspirasi kepada anggota Kongres agar memberi dukungan kepada
masyarakat Iran yang diopresi oleh negaranya sendiri.15
Latar belakang lainnya
adalah orang-orang yang diopresi karena agamanya, seperti Baha‟i,
dikhawatirkan harus kabur ke Turki dan Pakistan yang kondisinya tidak aman
dan tidak bisa diprediksi.16
Aksi-aksi berupa inisiatif diplomasi AS kepada Iran terkait HAM dan
kebebasan beragama juga dilakukan. Inisiatif diplomatik pemerintah AS dapat
dilihat dilihat dalam Resolusi House of Concurrence 102-104 tahun 1995-
1996. Resolusi tersebut berisi tentang rekomendasi untuk presiden agar
mendorong pemerintah Iran untuk memberikan emansipasi hak bagi
masyarakat Baha‟i dan mengajak pemerintah negara lain beserta organisasi
internasional untuk bekerjasama melindungi hak agama minoritas di Iran.17
14
Denis R. McDonough, International Religious Freedom: A Human Right, A National
Security Issue, A Foreign Policy Priority, diakses di
https://www.whitehouse.gov/blog/2012/07/31/international-religious-freedom-human-right-
national-security-issue-foreign-policy-p tanggal 18 November 2015. 15
Mark Kirk, Iranian Dissidents Awareness Program, diakses di
http://www.kirk.senate.gov/?p=iranian_dissident_awareness_program tanggal 18 November 2015. 16
Mark Kirk, Standing For Human Rights, Newsletter I September 2011, tersedia di
http://www.kirk.senate.gov/pdfs/HRNewsSeptember.pdf, diunduh tanggal 18 November 2015. 17
Congressional Research Service, H. Con. Res. 102 – Concerning the Emancipation of
Iranian Baha’i Community, diakses di https://www.congress.gov/bill/104th-congress/house-
concurrent-resolution/102 tanggal 18 November 2015.
68
Walaupun tidak mengikat secara hukum, resolusi ini menggambarkan opini
dari anggota Kongres.18
Sejak tahun 1990, AS menjadi negara tujuan pengungsi dari negara-
negara bekas Uni Sovyet dan Asia Tenggara. Aksi kemanusiaan ini diinisiasi
oleh Senator New Jersey yang pernah memiliki pengalaman menjadi
pengungsi.19
Tahun 2002, terlihat banyak penolakan bagi warga Iran yang
kabur dari negara mereka untuk mencari suaka karena mendapat perlakuan
kekerasan yang sistematis dan mengerikan dari negaranya. Oleh karena itu,
sejak tahun 2004, Kebijakan Lautenberg diamandemen dan memasukkan
korban kekerasan agama minoritas di Iran sebagai salah satu calon penerima
suaka.20
Upaya ini juga melibatkan inisiatif diplomasi, karena melibatkan Austria
sebagai tempat bernaung sementara sebelum akhirnya menjalankan prosedur
menuju AS bagi warga Iran yang kabur dari negaranya karena mengalami
tekanan berbasis agama dan keyakinan.21
Prosedur yang dijalankan harus
melewati seleksi keamanan yang membuktikan bahwa seseorang benar-benar
18
Louis Fisher, The Law of Executive Branch: Presidential Power (New York: Oxford
University Press, 2014), hlm. 197. 19
Sarah Baradaran, The Lautenberg Amendment: A Lifeline for Iran’s Religious Minorities, diakses di http://www.hias.org/lautenberg-amendment-lifeline-irans-religious-minorities tanggal 18 November 2015.
20 Mark Heifield (CEO of HIAS), dalam wawancara dengan Venn Institute yang bertajuk
‘The Lautenberg Amendment’, diakses di https://www.venninstitute.org/interviews/the-lautenberg-
amendment tanggal 18 November 2015. 21
Tina Ramirez, More on the Lautenberg Amendment, diakses di
http://www.nationalreview.com/corner/268350/more-lautenberg-amendment-tina-ramirez tanggal
18 November 2015.
69
korban kekerasan berbasis agama minoritas di Iran.22
Program ini berhasil
membebaskan 2.000-2.500 korban kekerasan negara berbasis agama minoritas
di Iran.23
Kebijakan Lautenberg ini merupakan tindak lanjut dari penetapan
Iran dalam garda terdepan CPCs, juga implementasi dari International
Religious Freedom Act.
A.3. Dukungan Dana untuk LSM Berbasis Demokrasi dan HAM
Pemerintah AS memiliki sebuah kebijakan yang memberikan akses kepada
warga AS yang ingin melakukan transaksi dalam bidang tertentu dengan warga
Iran. Aturan kebijakan tersebut diaplikasikan melalui Office of Foreign Assets
Control (OFAC), bagian dari Departemen Kas Negara AS. Departemen ini,
sesuai dengan Kebijakan Luar Negeri AS berperan dalam pelaksanaan sanksi-
sanksi yang ditujukan untuk rezim atau negara, teroris, kartel narkotika,
negara-negara yang terlibat dalam proliferasi nuklir, dan ancaman-ancaman
lainnya terkait keamanan dan politik luar negeri AS.24
Hal ini bukan tanpa
alasan, karena stabilitas negara dapat terlaksana apabila demokrasi dan HAM,
termasuk kebebasan beragama, berjalan dan dilaksanakan dengan baik.25
Salah satu tugas OFAC adalah memberikan lisensi bagi warga AS yang
ingin bertransaksi dengan warga Iran dalam rangka mendukung terlaksananya
22
Melanie Nezer, Honoring Frank Lautenberg’s Legacy for Refugees, diakses di
http://www.rollcall.com/news/honoring_frank_lautenbergs_legacy_for_refugees_commentary-
233499-1.html tanggal 18 November 2015. 23
Mark Heitfield, The Untold Story of Iran’s Religious Minorities, diakses di
http://thehill.com/blogs/congress-blog/foreign-policy/248429-the-untold-story-of-irans-religious-
minorities tanggal 18 November 2015. 24
Office of Foreign Assets Control, Office of Foreign Assets Control (OFAC): US
Department of Treasury, diakses di http://thenewnorth.com/_directories/exporting-
research/federal/office-of-foreign-assets-control-(ofac)-us-department-of-the-treasury-/ tanggal 18
November 2015. 25
Thomas F Farr dan Dennis R. Hoover, The Future of US International Religious
Freedom Policy (Georgetown: John Templeton Foundation, 2009), hlm. 25-26.
70
nilai demokrasi dan HAM, dan pertukaran budaya dan akademis. Dokumen
yang diterbitkan terkait bidang-bidang tersebut adalah Iranian Transactions
Regulations (2006), yang di dalamnya meliputi lisensi untuk warga AS yang
ingin memberikan bantuan dalam hal (1) proyek-proyek yang mendukung
organisasi independen sipil untuk mendukung demokrasi dan HAM, (2)
bantuan layanan medis, (3) pertukaran akademik, budaya, dan olahraga, (4)
proyek-proyek lingkungan, dan (5) pelatihan teknis untuk media independen di
Iran.26
Presiden Bush membuat sebuah terobosan dalam diplomasi AS kepada
negara-negara Timur Tengah, termasuk Iran. Programnya AS menggelontorkan
dana sebesar $75 juta pada tahun 2006 untuk promosi demokrasi di Iran, sangat
jauh meningkat dibandingkan tahun 2002 yang hanya sebesar $20 juta. Dana
ini digunakan untuk operasional media sebesar $36,1 juta dan LSM seperti Iran
Human Rights Documentation Center sebesar $20 juta.27
Menurut Sekretaris
Negara AS Condoleezza Rice, dana tersebut juga dialokasikan untuk
membantu anak muda di Iran untuk menempuh pendidikan di AS.28
Bantuan
26
Office of Foreign Assets Control - US Department of Treasury, Iranian Transactions
Relulations, tersedia di http://www.treasury.gov/resource-
center/sanctions/Programs/Documents/license_pol.pdf, diunduh tanggal 18 November 2015. 27
Mehdi Khalaji, US Support for the Iranian Opposition, diakses di
http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/u.s.-support-for-the-iranian-opposition
tanggal 16 November 2015. 28
Negar Azimi, Hard Realities of Soft Power, diakses di
http://www.nytimes.com/2007/06/24/magazine/24ngo-t.html?pagewanted=all&_r=0 tanggal 16
November 2015.
71
ini direspon negatif oleh pemerintah Iran yang akhirnya menangkap dan
menginterogasi aktivis demokrasi dan HAM di negaranya.29
Setelah Presiden Barrack Obama terpilih, mekanisme pendanaan yang
diinisiasi Presiden Bush tak lagi dicanangkan. Jumlah dana yang digelontorkan
merosot menjadi $40 juta dan mengubah namanya dari Iran Democracy
Promoting Fund menjadi Near Eastern Regional Democracy Fund dan tidak
ada fokus khusus untuk Iran.30
Bantuan dana ini diberikan untuk promosi
HAM, aktivitas masyarakat sipil, partisipasi politik masyarakat sipil, dan
diplomasi publik. Tabel di bawah ini menggambarkan fluktuasi alokasi dana
periode 2010-2014.
Tabel IV. A. 3 Tabel Iran Democracy Funding Melalui Near Eastern
Democracy Fund
Tahun Fiskal (Fiscal Year) Jumlah Dana yang Dialokasikan
FY 2010 $40 juta
FY 2011 $40 juta
FY 2012 $35 juta
FY 2013 $30 juta
FY 2014 $30 juta
Sumber: Kenneth Katzman, Iran: US Concerns and Policy Responses, Congressional
Research Service, November 2011. Tersedia di
http://www.parstimes.com/history/crs_nov_13.pdf.
29
Robin Wright, Iran on Guard Over US Funds, diakses di
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/04/27/AR2007042701668.html
tanggal 16 Oktober 2015. 30
David Feith dan Bari Weiss, Denying the Green Revolution, diakses di
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052748704224004574489772874564430 tanggal 16
November 2015.
72
Pemerintahan Presiden Barrack Obama mengubah strategi untuk
pendanaan masyarakat sipil di Iran melalui agensi lain, yakni US Agency for
International Development (USAID). Keputusan mengubah strategi ini untuk
mengurangi ketakutan rezim Ahmadinejad terhadap mekanisme konfrontatif
yang dilakukan oleh Bush.31
Dana hibah yang berjumlah $20 juta ini terbuka
untuk setiap organisasi di Iran yang membutuhkan pendanaan karena tujuan
utama dari program ini adalah menegakkan demokrasi, HAM, dan supremasi
hukum.32
Hibah ini disediakan kepada LSM dan gerakan anak muda di Iran yang
dipercaya sebagai agen perubahan untuk Iran yang lebih demokratis.33
Penurunan jumlah dukungan terhadap masyarakat pro-demokrasi di Iran ini
merupakan efek dari pergeseran fokus dari membangun rezim demokrasi di
Iran ke penegakan sanksi.34
Dalam dokumen CISADA (lihat bagian A.4.),
dukungan bagi organisasi nonpemerintah yang berinduk di AS untuk
melakukan operasi di Iran demi promosi demokrasi dan HAM merupakan
kepentingan nasional AS.35
31
Farah Stockman, US Funds Dry Up for Iran Rights Watchdog, diakses di
http://www.boston.com/news/nation/articles/2009/10/06/us_cutoff_of_funding_to_iran_human_ri
ghts_cause_signals_shift/?page=full tanggal 16 November 2015. 32
Ken Dilanian, US Grants Supports Iranian Dissidents, diakses di
http://www.globalresearch.ca/u-s-grants-support-iranian-dissidents/14122 tanggal 16 November
2015. 33
Ronald J. McNamara, Prospects and the Western Response, diakses di
http://csce.gov/index.cfm?FuseAction=ContentRecords.ViewDetail&ContentRecord_id=103&Reg
ion_id=90&Issue_id=0&ContentType=G&ContentRecordType=G&IsTextOnly=True tanggal 16
November 2015. 34
Shahram Akbarzadeh, “Democracy Promotions versus Engagement with Iran”, Journal
of Contemporary Asia Vol. 41, No. 3, August 2011, hlm. 481 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.academia.edu/8108023/Democracy_Promotion_Vs_Engagement_with_Iran, diunduh
tanggal 16 November 2015. 35
CISADA, SEC. 3. Sense of Congress Regarding The Need to Impose Additional
Sanctions with Respect to Iran, paragraph (8), sub-paragrah (A), (B), (C), hlm. 3-4.
73
A.4. Sanksi
Di samping pilihan yang bersifat soft power, AS memberikan respon yang
cukup memberikan efek signifikan kepada Iran. Respon tersebut
dimanifestasikan ke dalam sanksi-sanksi terhadap Iran. Tahun 1996, AS
menetapkan sanksi kepada Iran yang bertujuan untuk merusak sektor militer
Iran terkait pengembangan senjata pemusnah massal, dan menekan sumber
daya Iran yang disinyalir merupakan sumber dana teroris internasional.36
Sanksi ini kemudian dikembangkan tahun 2010 dengan nama Comprehensive
Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act 2010 (CISADA).37
Pemerintah AS memberikan tiga justifikasi utama terkait penetapan sanksi ini
kepada Iran. Justifikasi tersebut adalah (1) pengembangan senjata nuklir, (2)
terorisme, dan (3) pelanggaran HAM dan kebebasan beragama.38
November 2014, selain menyesalkan fakta bahwa ternyata pelanggaran
HAM justru meningkat pada masa pemerintahan Hassan Rouhani, Kongres
kembali mendorong presiden untuk terus menegakkan sanksi terhadap Iran
terkait pelanggaran HAM yang mencakup hak kebebasan beragama, hak
kebebasan berkumpul dan berserikat, dan pemilu yang demokratis.39
Pemerintah Iran juga didesak untuk patuh terhadap komitmen domestik dan
36
Jeffrey J. Schott, The Iran and Libya Sanctions of Act 1996: Result to Date, diakses di
http://iie.com/publications/testimony/testimony.cfm?ResearchID=285 tangga 16 November 2015. 37
Bureau of Economic, Energy, and Business Affairs, Fact Sheet: Comprehensive Iran
Sancions, Accountability, and Divestmen Act of 2010, diakses di
http://www.state.gov/e/eb/esc/iransanctions/docs/160710.htm tanggal 16 November 2015. 38
Comprehensive Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act 2010, tersedia di
http://www.state.gov/e/eb/esc/iransanctions/docs/160710.htm, diunduh tanggal 16 November
2015. 39
Edward R. Royce- Congressional Bills 113th Congress: Condemning the Government
of Iran for its Gross Human Rights Violations (US Government Printing Office, November 2014);
tersedia di http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/BILLS-113hres754ih/html/BILLS-113hres754ih.htm
tanggal 19 November 2015.
74
internasionalnya terkait pemenuhan HAM di negaranya.40
Dalam kesempatan
yang sama, dilaporkan bahwa sudah ada 19 pejabat dan 18 entitas (organisasi,
kerjasama, korporasi, dan lain-lain)41
Iran yang dikenakan sanksi karena
keterlibatannya dalam pelanggaran HAM dalam yurisdiksinya.42
Sanksi ini diterbitkan karena pemerintah Iran tidak bersifat kooperatif
dalam insiatif diplomatik dan negosiasi untuk menekan pembangunan
teknologi nuklir. Inisiatif diplomatik dan negosiasi ini merupakan langkah
advokasi yang dilakukan oleh AS dan aliansinya, seperti, United Kingdom,
Prancis, dan Jerman. Sebagai tindak lanjut dari langkah advokasi ini, aliansi
tersebut melakukan langkah-langkah sistematis untuk menekan pemerintah
Iran. Langkah-langkah tersebut terdiri dari berbagai bidang, yakni, diplomatik,
politik, dan ekonomi.
Untuk urusan HAM, sanksi ini diterbitkan dengan alasan bahwa
pemerintah Iran terlibat dalam pelanggaran HAM yang serius dan sistematis,
termasuk penekanan pembatasan kebebasan berekspresi dan beragama.
Pelanggaran HAM ini, seperti dikemukakan dalam dokumen CISADA,
meningkat sejak demonstrasi pasca pemilu 2009 yang tidak transparan.43
Dalam dokumen yang berisi sanksi komprehensif tersebut, Kongres
meminta Presiden AS untuk mengidentifikasi pejabat-pejabat dalam
40
US Congress, Summary H. Res. 754- Condemning the Government of Iran for its
Gross Human Rights Violations, diakses di https://www.congress.gov/bill/113th-congress/house-
resolution/754 tanggal 19 November 2015. 41
Federal Register Vol. 76 , No. 29 , 11 February 2011; tersedia di
https://www.congress.gov/bill/113th-congress/house-resolution/754 diunduh tanggal 19 November
2015. 42
Edward R. Royce –Congressional Bills 113th Congress: Condemning the Government
of Iran for its Gross Human Rights Violations. 43
CISADA, Sec. 2. Paragraf (4),(5),(6).
75
pemerintahan Iran yang terlibat dalam aksi pelanggaran HAM dan kebebasan
beragama di Iran. Pihak yang ditunjuk secara spesifik dalam CISADA adalah
Korps Pengawal Revolusi. Korps tersebut dianggap memiliki keterlibatan
langsung dalam pelanggaran HAM (penangkapan, penganiayaan, dan
pembunuhan) pada aksi demonstrasi massa pasca pemilu 2009. Sanksi tidak
hanya diperuntukkan kepada anggota dan afiliasi Korps, tetapi juga kepada
pihak komersial yang menyokong dana beserta pihak yang melakukan
transaksi finansial dengan Korps.
Mekanisme pemberian sanksi kepada pihak-pihak yang disebutkan di atas
tidak serta merta diberikan. Presiden harus membuat daftar yang berisi nama-
nama orang yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM di Iran pasca
pemilu 2009. Nama-nama ini didaftar berdasarkan data dan bukti-bukti hasil
kompilasi laporan dari negara lain dan NGO, termasuk yang beroperasi di
Iran.44
Setelah daftar nama tersebut tersusun, pihak-pihak terkait akan
mendapat sanksi berupa, (1) larangan visa untuk berkunjung ke AS, (2)
pencekalan kepemilikan properti, dan (3) larangan transaksi finansial dan
ekspor-impor dengan perusahaan/perorangan dari AS.45
Dampak sanksi terhadap situasi sosial dan ekonomi di Iran sangat
signifikan, terutama kepada masyarakat miskin. Kesulitan dalam menjalankan
bisnis dan ekspor-impor menjadi sumber utama kemiskinan di Iran. Pelaku
bisnis terpaksa harus memutus hubungan kerja dengan buruh-buruhnya. Buruh
44
CISADA, SEC. 105. Imposition of Sanctions of Certain Persons Who Are Responsible
for or Cimplicit in Human Rights Abuses Cimmited Againts Citizens of Iran or Their Family
Members After The June 12, 2009, Elec-Tions in Iran, Paragraph (1), (4). 45
CISADA, ibid., sub-section c.
76
yang dipertahakan tidak serta merta mendapat kesejahteraan. Buruh-buruh
tersebut tetap berada dalam lingkar kemiskinan karena harus bertahan hidup
dengan upah yang sangat rendah. Situasi ekonomi masyarakat miskin di Iran
dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan IV. A. 4. Situasi Sosial - Ekonomi Iran akibat CISADA (2012)
Diolah dari Laporan International Campaign for Human Rights, A Growing
Crisis: The Impact of Sanctions and Regime Policies on Iranians’ Economic and
Social Rights, hlm. 109-127.
Situasi hak sosial, ekonomi, dan kesetaraan gener yang bersumber dari
ketimpangan ekonomi akibat sanksi ini membuat masyarakat Iran hidup tidak
sejahtera. Pemerintah Iran yang tidak kooperatif dalam negosiasi sanksi
Pebisnis kesulitan menjalankan
bisnisnya
Pemecatan
(PHK)
Upah
Rendah
Kelaparan dan
Kemiskinan
Menimbulkan
fenomena:
1. Prostitusi (laki-
laki dan
perempuan).
2. Ketidaksetaraan
gender dalam
pendidikan.
3. Kekerasan dalam
ranah domestik.
77
menjadikan situasi ini terus berlangsung. Situasi ini merupakan sebuah
tindakan sistematis pemerintah Iran dan kegagalan pemerintah perihal
akomodasi hak dasar warga negaranya. David Cohen, wakil sekretaris
pembendaharaan AS, sebagaimana dikutip dari Wall Street Journal,
berpendapat bahwa krisis ekonomi yang menimpa masyarakat Iran akibat
CISADA tidak dapat dihindari, namun krisis tersebut adalah hasil dari
keputusan pemerintah Iran sendiri.46
Sanksi tersebut tentu tidak diterapkan selamnya. Sanksi akan dihentikan
dengan ketentuan apabila pemerintah Iran telah memberikan pembebasan tanpa
syarat kepada tahanan politik yang ditangkap pasca pemilu 12 Juni 2009,
menghentikan praktik kekerasan dan pelanggaran HAM lainnya, serta
membuat investigasi yang transparan untuk mengusut pelanggaran HAM
terhadap peristiwa Juni 2009. Pemerintah Iran juga didesak untuk membuat
komitmen terbuka untuk melaksanakan mekanisme peradilan yang adil dan
independen, serta menghormati prinsip HAM dalam DUHAM.47
B. Kepentingan Demokratisasi AS
Sebuah negara tidak dapat dikatakan sebagai negara yang demokratis jika
belum memiliki mekanisme penegakan HAM yang konsisten. Alasannya,
indikator dari sebuah negara demokratis selain pemilihan umum adalah
penegakan prinsip HAM yang komprehensif, transparansi, dan akuntabilitas
negara.
46
----, International Campaign for Human Rights, A Growing Crisis: The Impact of
Sanctions and Regime Policies on Iranians’ Economic and Social Rights, hlm. 110-111, tersedia di
https://www.iranhumanrights.org/wp-content/uploads/A-Growing-Crisis.pdf, diunduh tanggal 10
Februari 2016. 47
CISADA, Op. Cit, sub-section d, paragraph (1), (2), (3), (4).
78
Iran memang memiliki proses pemilihan umum yang demokratis. Namun,
pemilihan umum tersebut masih penuh dengan skandal politis. Pemilu presiden
Iran yang diselenggarakan Juni 2009 meninggalkan jejak pelanggaran HAM.
Demonstrasi oleh masyarakat sipil tidak ditanggapi dengan tangan terbuka oleh
pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah Iran dinilai tidak transparan karena
merespon aksi protes masyarakat dengan penangkapan dan penganiayaan
masyarakat sipil oleh aparat negara.
Pemilu yang tidak transparan dan tindak kekerasan terhadap sipil pada pemilu
2009 membuat Iran dapat dikategorikan sebagai negara dengan demokrasi yang
tidak bebas (illiberal democracy), karena hanya mengandalkan pemilu sebagai
pencitraan negara dan tidak menyertakan kebebasan sipil dan pers di dalamnya.
Gagasan tersebut menjadi kritik pakar demokrasi terhadap agenda demokratisasi
AS sebelum tragedi 9 September yang hanya fokus pada masalah pemilu tanpa
mengedepankan supremasi hukum, hak minoritas, hak sipil, dan hak pers.48
Penegakan HAM yang terintegrasi dengan transparansi dan akuntabilitas
negara menentukan terlaksana atau tidaknya prinsip demokrasi sebuah negara.
Maka dari itu, AS sebagai promotor demokrasi menjadi aktor eksternal yang
signifikan untuk mengubah arah pemerintahan sebuah negara.
Respon-respon AS atas pelanggaran HAM di Iran merupakan implementasi
kebijakan AS untuk mengubah Iran menjadi lebih demokratis. Respon-respon
tersebut juga menggambarkan sikap AS yang memandang bahwa praktik
demokrasi di Iran telah dicederai oleh tindak kekerasan yang dilakukan oleh
48
Susan B. Epstein, Nina M. Serafino, Francis T. Miko, Democracy Promotion:
Cornerstone of US Foreign Policy?, CRS Repor for Congress, 26 December 2007, tersedia di
https://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34296.pdf, diunduh tanggal 15 Februari 2016.
79
pemerintah melalui Korps Perlindungan Revolusi. Pandangan ini terlihat pada
justifikasi CISADA.
Kepentingan demokratisasi melalui isu HAM tidak berhenti pada ranah tata
laksana demokrasi yang ideal. Sebagai negara yang berperan penting dalam
geopolitik kawasan, Iran adalah negara yang strategis bagi kepentingan terorisme
AS. Masalah utama bagi AS sejak tragedi 9 September adalah terorisme. Dimulai
dari pemerintahan Bush, agenda demokratisasi mulai dicanangkan. Salah satu
tujuan dari agenda tersebut adalah menekan penyebaran terorisme. Gagasan
promosi demokrasi, menurut Bush, dapat menekan pertumbuhan gerakan
terorisme di Timur Tengah.
Agenda demokratisasi juga pernah menjadi fokus pemerintahan sebelumnya,
hanya saja tantangan yang dihadapi berbeda. Pada masa perang dingin, tujuan
utama adalah menangkal pengaruh komunisme Uni Sovyet. Kini, tujuan utama
demokratisasi tidak seragam, sesuai dengan masing-masing negara. Pada konteks
Iran, tujuan utamanya penegakan paham demokrasi adalah menangkal
pertumbuhan terorisme di wilayah ‘Axis of Evil’.
Secara teknis, dalam dokumen rencana strategis USAID tahun fiskal 2007
tertera bahwa landasan kebijakan luar negeri AS adalah melindungi HAM dan
promosi demokrasi untuk mengakhiri opresi, melawan terorisme, dan
mengadvokasi nilai ideal demokrasi dan kebebasan.49
Tujuan yang dilampirkan
dalam dokumen tersebut menggunakan indikator HAM sesuai dengan laporan
49
----, Department of State and US Agency for International Development FY 2007 Joint
Performance Summary Strategic Goal 7: Democracy and Human Rights, tersedia di
http://www.state.gov/documents/organization/59177.pdf, diunduh tanggal 10 Februari 2016.
80
tahunan negara yang secara rutin diterbitkan (rincian tersedia di tabel indikator
pelanggaran HAM pada tabel III. B. 3).
Standar yang digunakan sebagai barometer pelaksanaan demokrasi di negara
sasaran program terkait demokrasi dan HAM adalah DUHAM beserta perjanjian
internasional lain yang secara spesifik berhubungan dengan isu tertentu. Melalui
agenda demokratisasi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa AS memiliki standar
ideal yang jelas dalam tata laksana demokrasi dan kebebasan sebuah negara.
Selain itu, HAM juga sangat terkait dalam penyempurnaan praktik demokrasi
sebuah negara. Penggunaan DUHAM sebagai barometer juga memperkuat
gagasan bahwa AS menggunakan perspektif universal pada implementasi
kebijakan luar negerinya.
Seperti yang disampaikan pada Bab II, AS memiliki kepentingan keamanan
regional berupa stabilitas kawasan Timur Tengah. Untuk mencapai hal ini, AS
merespon momentum pergeseran tren perubahan rezim di Timur Tengah dengan
cara penetrasi nilai demokrasi lebih giat kepada negara-negara di kawasan
tersebut.
Namun, Iran dengan inisiatif proliferasi nuklir adalah hambatan bagi agenda
ini.50
AS menganggap keberadaan tekologi nuklir Iran sebagai ancaman dan
pengaruh buruh bagi agenda demokratisasi. Maka dari itu, upaya startegis untuk
menangkal „pengaruh buruk‟ Iran bagi negara lain di kawasan Timur Tengah
masuk dalam tujuan dan rencana strategis USAID.51
50
----, Foreign Operations FY 2011 Performance Report FY 2013 Performance Plan,
Strategic Goal One poin 1. 51
Ibid., Strategic Goal Three poin 4.
81
Dalam CISADA juga disebutkan bahwa sanksi diberikan karena pemerintahan
AS berdiri bersama masyarakat Iran.52
Kendati demikian, sikap Iran yang tidak
bersahabat memaksa AS untuk menjalankan misi demokratisasi Iran dengan cara
yang lebih taktis. Alih-alih tenggelam dalam negosiasi alot antarnegara, AS justru
mendukung masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah yang bergerak di
bidang HAM dan demokrasi di Iran untuk menjadi agen perubahan bagi
terlaksananya praktik demokrasi di Iran. Dukungan tersebut diberikan dalam
bentuk bantuan dana hibah (grant) dan pertukaran pelajar serta budaya.
Melihat fakta tersebut, sangat jelas bahwa strategi untuk demokratisasi melalui
penegakan HAM dilakukan melalui gerakan sipil dan akar rumput, karena jalur
pemerintah tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pilihan untuk mendukung
gerakan masyarakat sipil adalah pilihan alternatif yang menguntungkan bagi AS,
karena sosialisasi paham demokrasi oleh gerakan masyarakat sipil dapat
dilakukan dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan pola interaksi masyarakat
Iran. Dengan begitu, isu HAM dapat menjadi isu arus utama yang diwacanakan
oleh masyarakat Iran.
Pilihan alternatif di atas berbeda dan lebih baik daripada strategi demokratisasi
AS hingga pada masa Perang Dingin (periode Nixon-Reagan). Pada masa itu, AS
melalui CIA melibatkan diri secara langsung dalam perubahan rezim di Iran. CIA
berkontribusi pada kudeta Mossadeq dan mengusung Shah Pahlevi sebagai
suksesornya. Keterlibatan AS dalam politik internal Iran memicu inisiatif revolusi
oleh Khomeini yang kemudian menjadi ujung tombak hubungan kedua negara.
52
CISADA, SEC. 3. Ibid., paragraph (10), sub-paragraph (A), (B), (C).
82
C. Perspektif HAM Universal dalam Kebijakan Luar Negeri AS
AS memberikan respon dengan beragam bentuk terhadap pelanggaran
kebebasan beragama di Iran. Respon-respon yang dimaksud berupa laporan-
laporan, pernyataan publik, dukungan dana untuk LSM berbasis HAM dan
demokrasi, serta sanksi. Dari respon-respon dan kepentingan demokrasi pada
bagian sebelumnya, AS menggunakan panduan HAM universal DUHAM untuk
menjadi tolok ukur keberhasilan demokrasi sebuah negara.
Nilai-nilai HAM dapat diinterpretasikan dengan dua perspektif, yakni
universalisme dan relativisme. Pada gagasan HAM universal, nilai-nilai HAM
diakui secara internasional dan mengacu pada satu standar tertentu. Prinsip
relatif/partikular HAM menuntut kontekstualisasi nilai-nilai HAM sesuai dengan
kultur, nilai, dan norma yang berlaku di yurisdiksi sebuah negara.
Mempertimbangkan kedua perspektif tersebut, perspektif HAM yang
komprehensif sangat dibutuhkan untuk melihat sikap AS dalam merespon
pelanggaran HAM di Iran.
AS sebagai promotor nilai HAM dan demokrasi global memerlukan dasar
hukum yang kuat agar implementasi kebijakannya tidak bias nilai. Dasar hukum
yang digunakan oleh AS untuk menyasar negara lain terkait isu HAM adalah
DUHAM. Perjanjian internasional lain yang dapat dijadikan untuk dasar hukum
tindakan AS terkait HAM di Iran adalah ICCPR yang telah diratifikasi oleh kedua
negara53
.
53
Pada waktu yang sama (24 Juni 1975), Iran meratifikasi ICCPR dan International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights. AS meratifikasi ICCPR tahun 1992.
83
Untuk kebebasan beragama, AS memiliki International Religious Freedom
Act. UU yang disahkan 27 Oktober 1998 ini berlandaskan DUHAM dan ICCPR.
Bersamaan dengan disahkannya UU ini, AS juga mengesahkan Office of
International Religious Freedom yang dipimpin oleh Ambassador at Large for
International Religious Freedom, Laporan Tahunan HAM Internasional yang
disusun oleh USCIRF, dan mengkategorikan negara-negara dalam Country of
Particular Concerns (CPCs).54
Sebagai isu yang menjadi sorotan di Iran,
kebebasan beragama disasar dengan landasan UU tersebut. UU ini adalah salah
satu bentuk dari implementasi kebijakan luar negeri AS yang berorientasi pada
politik global, tidak hanya pada hubungan antarnegara saja.
Melihat konstitusi yang berlaku di Iran, landasan hukum yang berlaku adalah
Hukum Islam yang berdasar kepada Al-Quran, Hadits, dan fatwa-fatwa. Landasan
hukum ini menjadi alasan bagi Iran untuk memiliki interpretasi sendiri mengenai
HAM yang tentunya berdasar pada Hukum Islam. Pada beberapa tingkatan, nilai-
nilai HAM universal berbenturan dengan interpretasi Hukum Islam yang
dipercayai di Iran. Selain itu, pemerintah Iran juga secara jelas menentang nilai-
nilai HAM universal karena dibuat oleh Barat.
Penolakan implementasi nilai HAM universal di Iran dimulai pada masa
pemerintahan Khomeini. Khomeini menolak prinsip-prinsip HAM universal
karena prinsip-prinsip yang berkiblat pada DUHAM buatan Barat akan
menjadikan orang muda dan perempuan menjadi amoral. Khatami memberikan
pandangan yang tak jauh berbeda. Menurutnya, sebelum mendapatkan kebebasan
54
US Department of State, International Religious Freedom Act, diakses di
http://www.humanrights.gov/international-religious-freedom-act.html tanggal 18 November 2015.
84
sipil, seseorang harus diajarkan taqwa. Taqwa merupakan sebuah kebebasan
natural yang akan menyelamatkan seseorang dari kesesatan.55
Di level regional, penentangan Iran terhadap nilai-nilai HAM universal
dibuktikan dengan partisipasi dalam proses pembuatan Deklarasi HAM di Kairo.
Deklarasi Kairo berupaya melakukan konstekstualisasi nilai-nilai HAM dengan
nilai-nilai Islam yang disusun oleh negara-negara Organisasi Kerjasama Islam
(OKI). Iran dan negara-negara OKI lainnya lebih memilih untuk menggunakan
perspektif relativisme dengan menerapkan nilai HAM sesuai konteks Islam dalam
Deklarasi Kairo. Namun demikian, Deklarasi Kairo ini tidak menjadi hambatan
yang berarti bagi AS, karena deklarasi tersebut tidak memiliki instrumen
(konvensi atau kovenan) yang menyasar isu spesifik layaknya DUHAM. Oleh
karena itu, keterikatan hukum Deklarasi Kairo tidak sekuat kovenan dan
instrumen HAM internasional lain, misalnya ICCPR.
Dukungan terhadap penegakan nilai-nilai HAM sesuai dengan Hukum Islam di
Iran sempat disampaikan oleh Muhammad Javad Larijani, Kepada Badan HAM di
Iran. Menurut Larijani ketika ditanya mengenai kondisi HAM di Iran, dunia
bukan hanya AS, Britania Raya, atau Prancis, tetapi sebuah komunitas global
yang penuh keragaman. Pernyataan Larijani dalam wawancara tersebut
merupakan representasi sikap dan pandangan pemerintah Iran dalam menanggapi
paksaan nilai HAM universal.
Bersamaan dengan penentangan tersebut, Iran memiliki komitmen untuk
menegakkan prinsip HAM karena telah meratifikasi DUHAM dan ICCPR.
55
Reza Afshari, Human Rights in Iran: The Abuse of Cultural Relativism (Philadelphia:
Pennsylvania University Press, 2001), hlm. 3-6.
85
Dengan begitu, Iran wajib tunduk kepada prinsip dan mekanisme internasional
dalam hal penegakan HAM, paling tidak kedua instrumen yang telah diratifikasi.
Ditambah dengan ketrikatan hukum Deklarasi Kairo, perspektif relativisme dalam
penegakan HAM sesuai dengan Hukum Islam di Iran menjadi tidak berlaku.
Benturan antara perspektif universal dan relatif dalam melihat penegakan nilai-
nilai HAM memperjelas sikap kedua kubu. Bagi AS, prinsip universal HAM tetap
harus ditegakkan, karena HAM menjadi indikator penting bagi terselenggaranya
nilai demokrasi di sebuah negara. Berdasarkan premis tersebut, AS dengan tegas
menentang pelanggaran nilai-nilai HAM universal dan penerapan sistem
demokrasi yang tidak komprehensif.
Namun demikian, interpretasi AS terhadap nilai-nilai HAM dalam kebijakan
luar negerinya tidak selalu konsisten. Berbekal standar HAM universal, AS
mengejawantahkan nilai-nilai HAM dengan penyesuaian terhadap isu global yang
sedang berkembang. Perubahan interpretasi ini dapat dilihat pada tabel A.2.1.
Dalam tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi pergeseran kecenderungan
dari pemberantasan komunisme ke ekspansi pasar pada awal pemerintahan Bill
Clinton. Perubahan kecenderungan ini kembali terjadi pada masa pemerintahan
Bush yang terganggu dengan tragedi terorisme dan human security.
Rezim selanjutnya yang dikepalai oleh Barrack Obama lebih menekankan pada
teknik diplomasi HAM yang halus, tanpa pernyataan keras di muka publik.
Barrack Obama menginisiasi teknik tersebut untuk mengubah pendekatan keras
rezim Bush yang dianggap meningkatkan potensi terorisme global.
86
Pada ranah praksis penegakan paham demokrasi dan HAM di Iran, AS
mengimplementasikan kebijakan luar negeri tersebut melalui komitmen untuk
membantu masyarakat Iran dalam pengungkapan kasus pelanggaran HAM di Iran
serta mempromosikan kebebasan sipil di Iran. Sikap taktis-namun-pragmatis AS
yang menentang rezim penekan kebebasan sipil tersebut diharapkan dapat
membantu penyelenggaraan sistem demokrasi yang menyeluruh pada sistem
pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat di Iran.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Intervensi frontal AS dalam proses kudeta Mossadeq dan mengusung Shah
Pahlevi tidak berakhir mulus. Tujuan AS pada saat itu adalah membendung
pengaruh paham komunisme berkembang di Iran. Akibat aksi frontal tersebut,
timbul gejolak politik atas dasar inisiatif Khomeini yang berhasil mengubah
pandangan Iran terhadap AS dan negara Barat lainnya. Akhirnya, hubungan kedua
negara berakhir tidak harmonis. AS tidak berhasil mempertahankan Iran sebagai
aliansinya sebagai sesama negara demokratis.
Sejak itu, Iran memilih presiden yang memiliki kebijakan searah dengan
Komeini, tak terkecuali Ahmadinejad. Hal ini berpengaruh dengan rekam jejak
akomodasi HAM oleh negara terhadap rakyat. Dari berbagai laporan tahunan
terkait HAM, Iran mendapat predikat rezim pelanggar HAM. Penangkapan tanpa
alasan, hukuman mati, hingga diskiriminasi terhadap minoritas terus terjadi di
Iran. Pada masa kepemimpinan Ahmadinejad, terjadi sebuah momentuk peristiwa
pelanggaran HAM yang membuktikan bahwa ada unsur pembiaran terkait kasus
ini. Negara berhasil menangkap dan menganiaya demonstran yang turun ke jalan
untuk memprotes transparansi pemilu. Tidak ada tindakan untuk menyelesaikan
kasus tersebut.
88
AS melihat momentum demonstrasi besar-besaran tersebut dan menyebutnya
sebagai salah satu pelanggaran HAM yang terstruktur, massif, dan sistematis. Saat
CISADA diluncurkan, momentum pelanggaran HAM di Iran menjadi salah satu
perihal yang digarisbawahi oleh AS. AS menuntut Iran untuk menyelesaikan
kasus tersebut sekaligus menghalangi oknum yang terlibat untuk berkunjung ke
AS dan bertransaksi finansial dengan perusahaan atau individu dari AS.
Respon-respon AS diberikan bukannya tanpa alasan. Di bawah komando
Ahmadinejad, Iran berada di posisi oposisi AS dalam hal politik luar negeri.
Ahmadinejad tidak segan mengeluarkan pernyataan anti-Barat di panggung dunia.
Selain itu, Aliansinya dengan negara-negara seperti Rusia dan Venezuela menjadi
sebuah ancaman tersendiri. Namun demikian, ancaman terbesar dari Iran yang
menurut AS dapat mengancam perdamaian dunia adalah kepemilikan nuklir.
Saat kursi kepemimpinan berpindah ke Hassan Rouhani, Iran sedikit demi
sedikit bergerak ke arah yang lebih moderat. Rouhani berjanji untuk membuat
Iran sebagai negara yang tidak lagi menjadi ancaman bagi dunia. Ia membuka
pintu untuk revitalisasi hubungan Iran dengan negara-negara Barat. Terpilihnya
Rouhani berpotensi untuk mengubah sikap dan cara AS dalam menanggapi
berbagai ancaman yang datang dari Iran.
Melihat respon-respon AS yang diberikan pada kedua rezim yang berkuasa di
Iran, diperoleh kesimpulan bahwa AS tetap menentang rezim yang sedang
berkuasa di Iran. Namun demikian, AS mengubah metodenya dalam menghadapi
Iran. Tujuannya tetap sama, yakni mereduksi potensi ancaman dari Iran yang
sudah disebutkan sebelumnya.
89
Selain itu, AS juga memiliki kepentingan politik global berupa demokratisasi.
AS adalah aktor negara yang secara aktif mengkampanyekan paham demokrasi ke
seluruh dunia. Isu HAM dan demokrasi adalah isu yang dapat diangkat, karena
posisi HAM dalam sejarah kebijakan luar negeri AS pernah digunakan untuk
menangkal paham komunisme dan berubah-ubah menjadi alat untuk mencapai
kepentingan yang lain, seperti pemberantasan terorisme dan kesejahteraan
manusia. Di Iran, kedua isu yang terakhir disebutkan dapat diselesaikan salah
satunya dengan diplomasi HAM dan penegakan paham demokrasi.
Respon-respon yang diberikan AS pada masa pemerintahan Obama –berarti
pada saat Iran dipimpin oleh Rouhani-- dapat dikategorikan sebagai respon yang
taktis dan pragmatis. Dengan keputusan Obama untuk menunjukkan sikap
menentang namun menggunakan metode diplomasi yang tenang, AS dapat
mengurangi potensi gejolak politik akibat kudeta Mossadeq kembali terjadi.
Strategi Obama semakin didukung oleh gestur politik Hassan Rouhani yang
berniat untuk menjadikan Iran sebagai negara yang terbuka dan bersahabat dengan
negara Barat. Seperti gayung bersambut, kedua negara sedikit demi sedikit
menemukan kembali irisan dalam melihat demokrasi yang tidak terjadi selama
Iran dipimpin oleh Ahmadinejad. Artinya, terdapat perubahan pola interaksi
antara AS dan Iran.
Terakhir, melihat sikap AS melalui interpretasi HAM dalam politik luar
negerinya sangatlah kompleks, karena akan bersinggungan dengan isu-isu lainnya.
Pada kasus Iran, beberapa isu seperti terorisme dan nuklir yang bersinggungan
90
dengan prinsip HAM dan demokrasi. Oleh karena itu, HAM dan demokrasi tidak
dapat dianggap sebagai pelengkap saja, karena HAM dan demokrasi dapat
dikotekstualisasi dan kemudian menjadi senjata untuk menyasar isu-isu strategis
di satu negara sekaligus alat pencapaian kepentingan negara.
B. Rekomendasi
Periodisasi skripsi ini (2011-2014) mengambil linimasa yang cukup sempit,
maka perlu penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya. Keberlanjutan penelitian
dengan periodisasi yang lebih mutakhir –hingga 2016 misalnya, tentu akan
memperkaya informasi dan analisis sikap AS terhadap Iran yang mungkin akan
berubah.
Kabar terakhir yang didapat ketika skripsi ini dalam masa penyusunan adalah
terjadinya nuclear deal antara Iran dengan negara-negara yang menentang
proliferasi nuklir di Iran. Kesepakatan ini adalah sebuah langkah maju untuk
memastikan bahwa Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan
perdamaian, bukan senjata pemusnah massal.
Namun, setelah kesepakatan nuklir terjadi, hubungan kedua negara tidak lantas
menjadi bersahabat. Iran tetap menganggap AS sebagai “setan besar yang tamak”,
terlepas dari Barrack Obama dan Hassan Rouhani yang dinilai sebagai pemimpin
moderat. Pertentangan dua rezim dan aliansi yang saling bertentangan akan terus
menjadi topik hangat untuk dijadikan bahan penelitian di masa depan, di luar
kerumitan pemicu konflik antarnegara.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Ackerly, Brooke A. 2008. Universal Human Rights in a World of Difference.
Cambridge: Cambridge University Press.
Afshari, Reza. 2001. Human Rights in Iran: The Abuse of Cultural Relativism
(Philadelphia: Pennsylvania University Press).
Baehr, Peter R. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negeri. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Breuning, Marijke. 2007. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction.
New York: Palgrave Macmillan.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Corradetti, Claudio. 2009. Relativism and Human Rights: A Theory of Pluralistic
Universalism. Milan: Springer.
Cox, Michael, Ikenberry, G. John, dan Imoguchi, Takashi. 2000. American
Democracy Promotion: Impulse, Strategies, and Impact (New York: Oxford
University Press).
Ditto, Steven. 2013. Reading Rouhani: The Promise and Peril of Iran‟s New
President. Washington: Washington Institute.
Donelly, Jack. 1998. International Human Rights Second Edition. Colorado:
Westview Press.
xv
Ervand Abrahamian,. 2008. A History of Modern Iran. New York: Cambridge
University Press.
Forsthye, David J. 2006. Human Rights in International Relations. Cambridge:
Cambridge University Press.
Greg Guest, Emily E. Namey, Marylin E. Mitchell. 2013. Collecting Qualitative
Data: A Field Manual for Applied Research. London: Sage Publication Inc.
John W. Limbert. 2009. Negotiating with Iran: Wrestling the Ghosts of History.
Washington: Institute of Peace.
John. W. Creswell. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative
Approaches,. California: Sage Publications Inc.
Joyce P. Kaufman. 2010. A Concise History of US Foreign Policy Maryland:
Rowman&Littlefield.
Julius W. Pratt. 1965. A History of United States Foreign Policy 2nd edition. New
Jersey: Prentice-Hall.
Lauren W. Neuman. 2007. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative
Approaches 2nd Edition. Boston: Pearson Education.
Michael Quinn, Patton. A Guide To Using Qualitative Research Methodology.
Medecins Sans Frontieres.
Mintz, Alex, DeRouen, Karl, Understanding Foreign Policy Decision Making
(Cambridge: Cambidge University Press, 2010).
Sadjadpour, Karim. 2009. Reading Khomeini: The World View of Iran‟s Most
Powerful Leader (Washington: Carnegie Endownment for International
Peace).
Saeed, Abdullah dan Saeed, Hassan. 2004. Freedom of Religion, Apostasy, and
Islam. Burlington: Ashgate Publishing Company.
Smith, Steve dan Baylis, John (Eds.). 2006. The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations 3rd
Edition. New York: Oxford.
xvi
Yani, A. A. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
B. JURNAL
Alagierski, Michal. 2014. The Foreign Policy of The USA and Great Britain Towards
Iran during The Years 1951-1953.Journal of Social Sciences No. 31, April
2014. tersedia di
http://sablon.sdu.edu.tr/dergi/sosbilder/dosyalar/31/31_18.pdf, diunduh
tanggal 12 November 2015.
Burke-White, William W. 2004. „Human Rights and National Security: The Strategic
Correlation‟, Harvard Human Rights Journal Vol. 17. Tersedia di
https://www.law.upenn.edu/cf/faculty/wburkewh/workingpapers/17HarvHum
RtsJ249(2004).pdf, diunduh tanggal 13 Januari 2016.
Demirci, Suleyman. 2013. The Iranian Revolution and Shia Islam: The Role of Islam
in Iranian Revolution. International Journal of History Vol. 5 Issue 3. Tersedia
di
http://www.historystudies.net/Makaleler/1376661570_03%20S%C3%BCleym
an%20Demirci.pdf, diunduh tanggal 15 November 2015.
Dwivedi, Sangit Sarita. 2012. Alliances in International Relations Theory.
International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research Vol.1
Issue 8.
Hussain, Ashaq. 2013. Religion in Iran. International Journal of Humanities and
Social Science Invention Vol. 2 Issue 3 Hlm. 2, March 2013. Tersedia di
www.ijhssi.org dengan link unduh http://www.ijhssi.org/papers/v2(3)/version-
5/A230108.pdf; diunduh tanggal 4 November 2015.
xvii
Joshua W. Busby dan Jonathan Monten. 2008. Without Heirs? Assessing the Decline
of Establishment Internationalism in US Foreign Policy. Perspective on
Politics Vol. 6 No. 3 September 2008. Tersedia di
http://www.utexas.edu/lbj/faculty/busby/wp-content/uploads/perspectives.pdf,
diunduh tanggal 19 November 2015.
Lee, Sean. 2008. The Second Iranian Revolution: Why Iran‟s Modern Radicalism
Should Ease US‟ Fears. Stanford Journal of International Relations
Fall/Winter 2008. Tersedia di
https://web.stanford.edu/group/sjir/pdf/Iran_REAL_final.pdf, diunduh tanggal
15 November 2015.
Wise, Krista. “Islamic Revolution of 1979: The Downfall of American-Iranian
Relations”, Jurnal Legacy Vol. 11 Issue 1 2011 [jurnal on-line]; tersedia di
http://opensiuc.lib.siu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1008&context=legacy,
diunduh tanggal 15 November 2015.
Lestari, Lestari, Yunianto, Tri. 2012. Mahmoud Ahmadinejad (Studi Pemikiran dan
Dampak Pemikiran Politik Tahun 2005-2012 tersedia di
http://eprints.uns.ac.id/11168/1/1526-3474-1-PB.pdf
Lutfian, Saideh. 2010. “The New Role of Latin America in Iran‟s New Foreign
Policy”, dalam Iranian Review of Foreign Affairs Vol. 1 No. 3 Fall 2010
[Jurnal Daring], hlm. 37. Tersedia di
http://www.ciaonet.org/attachments/18137/uploads, diunduh tanggal 25
Desember 2015.
Milani, Abbas. 2015. Russia and Iran: An Anti-Western Alliance? dalam Current
History, Oktober 2007, hlm. 332, diunduh dari
http://web.stanford.edu/~amilani/downloads/CurrentHistory1.pdf tanggal 25
Desember 2015.
O‟Connell, Brian. 2012. Constitutional Apostasy: The Ambiguities in Islamic Law
after Arab Spring. Northwestern Journal of International Human Rights Vol.
xviii
11 Issue 1, Fall 2012. Tersedia di
http://scholarlycommons.law.northwestern.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=11
56&context=njihr, diunduh tanggal 8 November 2015.
C. WEBSITE
----. Human Rights Watch: Iran: Violent Crackdown on Protesters Widens, diakses
di https://www.hrw.org/news/2009/06/23/iran-violent-crackdown-protesters-
widens tanggal 4 Februari 2016.
----. ----. Imam Khomeini‟s Biography, diakses di http://www.imam-
khomeini.com/web1/english/showitem.aspx?cid=1351&h=13&f=14&pid=144
4 tanggal 15 November 2015.
----. 2007. Interview with Founder of Council of Ex-Muslims: Not Possible to
Modernize Islam, diakses di
http://www.spiegel.de/international/spiegel/interview-with-founder-of-
council-of-ex-muslims-not-possible-to-modernize-islam-a-468828.html,
tanggal 6 November 2015.
----. 2008. Trial of Iran‟s Seven Baha‟i Leaders, diakses di
http://news.bahai.org/human-rights/iran/yaran-special-report/ tanggal 9
November 2015.
----. 2008. Which Governments Respect the Rights of Their People?, diakses di
http://www.pewglobal.org/2008/06/12/chapter-7-which-governments-respect-
the-rights-of-their-people/ tanggal 9 November 2015.
----. 2008. World Watch Monitor, Death Penalty Proposed for „Apostates‟, diakses di
https://www.worldwatchmonitor.org/2008/02-
February/newsarticle_5231.html/ pada tanggal 8 November 2015.
----. 2009. Pew Research Center: Mapping the Global Muslim Population, diakses di
http://www.pewforum.org/2009/10/07/mapping-the-global-muslim-
population/ pada tanggal 8 November 2015.
----. 2009. Reuters: Human Rights Violations in Iran Worst for 20 Years, diakses di
http://www.reuters.com/article/2009/12/10/us-amnesty-iran-
idUSTRE5B912P20091210 tanggal 8 Desember 2014.
----. 2009. The Economist: The Dragon in The Backyard, diakses di
http://www.economist.com/node/14209932 tanggal 12 Desember 2015.
xix
----. 2009. United for Iran: Khamenei: Release Mousavi, Karroubi and all political
prisoners diakses di http://v12.united4iran.org/2011/09/khamenei-release-
mousavi-karroubi-and-all-political-prisoners, tanggal 8 April 2015.
----. 2011. Christian to Obama: Lean on Iran, diakses di
http://www.wnd.com/2011/09/350117/ pada tanggal 4 November 2015.
----. 2011. Iranian Pastor Refuses to Recant Faith Despite Death Sentence, diakses di
http://www.christiantoday.com/article/iranian.pastor.refuses.to.recant.faith.des
pite.death.sentence/28690.htm pada tanggal 4 November 2015.
----. 2012. Growth of Christianity in Iran „Explosive‟, According to Open Doors,
diakses di https://www.opendoorsusa.org/newsroom/press-releases/tag-news-
post/Growth-of-Christianity-In-Iran-Explosive-According-to-Open-Doors/
pada tanggal 5 November 2015.
----. 2012. Human Rights Watch, World Report 2011: Iran, diakses di
http://www.hrw.org/world-report-2011/iran tanggal 8 Desember 2014.
----. 2012. Iran, the United States and a Political Seesaw, diakses di
http://www.nytimes.com/interactive/2012/04/07/world/middleeast/iran-
timeline.html?_r=0#/#time5_152 tanggal 11 November 2015.
----. 2013 .Hassan Rouhani Biography, diakses di
http://www.biography.com/people/hassan-rouhani-21313175#2013-election
----. 2013. Amnesty International, Iran: New President Must Deliver on Human
Rights Promises, diakses di http://www.amnesty.org/en/news/iran-new-
president-must-deliver-human-rights-promises-2013-06-17 tanggal 10
Desember 2014.
----. 2013. Channel 4: Ahmadinedjad Legacy: How Iran has Changed, diakses di
http://www.channel4.com/news/iran-elections-mahmoud-ahmadinejad-legacy-
human-rights diakses pada tanggal 10 Desember 2014.
----. 2013. CIA Documents Acknowledge its Role in Iran‟s 1953 Coup, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-23762970 tanggal 12 November
2015.
----. 2013. Death Penalty Information Center, Execution List 2013, diakses di
http://www.deathpenaltyinfo.org/execution-list-2013 tanggal 24 Juli 2015.
xx
----. 2013. Global Views of Iran Overwhelmingly Negative, diakses di
http://www.pewglobal.org/2013/06/11/global-views-of-iran-overwhelmingly-
negative/ tanggal 9 November 2015.
----. 2013. Opposition Ridicules Rouhani Proposed Civil Rights Chapter, diaskes di
http://www.irandailybrief.com/2013/11/28/opposition-ridicules-rouhani-
proposed-civil-rights-charter/ tanggal 9 November 2015.
----. 2013. Rouhani Wins Iran‟s Presidential Election, diakses di
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/06/2013615155229420816.h
tml tanggal 9 November 2015.
----. 2013. The Times of Israel, Iran‟s Electoral System at a Glance, diakses di
http://www.timesofisrael.com/irans-electoral-system-at-a-glance/ pada tanggal
9 november 2015.
----. 2013. UN and Iran Experts say Human Rights Violation Have Worsened under
Hassan Rouhani‟s Presidency, diakses di http://www.theisraelproject.org/un-
and-iran-experts-say-human-rights-violations-have-worsened-under-hassan-
rouhanis-presidency/ tanggal 9 November 2015.
----. 2014. Cornell University Law School: Death Penalty Worldwide, Iran Section,
http://www.deathpenaltyworldwide.org/country-search-
post.cfm?country=Iran, diakses pada tanggal 24 Juli 2015.
----. 2014. Iran Demographics Profile 2014 Factbook by Index Mundi Website,
http://www.indexmundi.com/iran/demographics_profile.html, diakses tanggal
4 November 2015.
----. 2014. Press Freedom Improves Highly Under Rouhani, diakses di http://www.al-
monitor.com/pulse/originals/2014/02/iran-media-freedom-improves.html#
tanggal 8 Februari 2016.
----. 2014. Start for Global Intelligence, Strategic Reversal: The United States, Iran,
and The Middle East, diakses di https://www.stratfor.com/analysis/strategic-
reversal-united-states-iran-and-middle-east tanggal 25 Desember 2015.
----. 2014. Universal Declaration of Human Rights Signatories,
http://unethiopia.org/universal-declaration-of-human-rights-signatories/,
diakses pada tanggal 5 November 2015.
----. 2015. Iran Crude Oil Production Chart, diakses di
https://ycharts.com/indicators/iran_crude_oil_production tanggal 25
Desember 2015.
----. 2015. Iran: Propored Laws Reduced Women to „Baby-Making Machines‟ in
Misguided Attempts to Boost Population, diakses di
xxi
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2015/03/iran-proposed-laws-reduce-
women-to-baby-making-machines/ tanggal 8 Februari 2016.
----. 2015. Iran: Scrap Death Sentence for Juvenile Offender to Prove UN Review
More than a „PR Stunt‟, diakses di
https://www.amnesty.org/en/latest/news/2015/03/iran-un-review-scrap-death-
sentence-for-juvenile-offender/ tanggal 9 November 2015.
----. 2015. Jewish Virtual Library: Military Threat to Israel: Iran, diakses di
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Threats_to_Israel/Iran.html
tanggal 12 Desember 2015.
----. 2015. The UPR of Iran: Some Observations, diakses di
http://insightiran.org/blog/the-upr-of-iran-some-observations tanggal 9
November 2015.
----. 2015. UN Investigator: Human Rights Situation in Iran „Dire‟, diakses di
http://www.i24news.tv/en/news/international/90604-151028-un-investigator-
human-rights-situation-in-iran-dire tanggal 9 November 2015.
----. 2016. A Guide to Iran‟s Presidential Election, diakses di
http://www.rferl.org/content/guide-iran-presidential-election/24996324.html
pada tanggal 9 November 2015.
----. 2016. Imam Khomeini Returned Back to Iran, diakses di
http://www.masjed.ir/en/news/18260/Imam-Khomeini-returned-back-to-Iran
tanggal 11 November 2015.
----. 2016. Reuters: Germany Urges Iran to Use Its Influence on Assad to End Syrian
War, diakses di http://www.haaretz.com/middle-east-news/1.680861 tanggal
12 Desember 2015.
----. Britannica, Foreign Policy: Political Science,
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/213380/foreign-policy diakses
pada tanggal 18 Desember 2014.
----. Christian Broadcasting Network: “What is the Muslim Understanding of
Ummah?” http://www1.cbn.com/onlinediscipleship/what-is-the-muslim-
understanding-of-%22ummah%22%3F, diakses 4 November 2015.
----. Constitutional Executive Authority, diakses di
http://www.president.ir/en/president/functions pada tanggal 9 November
2015.
xxii
----. Laporan Human Rights Watch: Why They Left: Stories of Iranian Exiles (2012),
tersedia di
https://www.hrw.org/sites/default/files/reports/iran1212webwcover_0_0.pdf,
diunduh tanggal 4 Februari 2016.
----. The Cairo Declaration of Human Rights in Islam, http://www.oic-
oci.org/english/article/human.htm, diakses pada tanggal 8 November 2015.
Aghajanian, Liana. 2014. „Our Second Mother‟: Iran‟s Converted Christians Find
Sanctuary in Germany, diakses di http://www.theguardian.com/world/iran-
blog/2014/may/12/iran-converted-christians-sanctuary-germany-muslim pada
tanggal 5 November 2015.
Akhlagi, Reza. 2014. Iran‟s Citizen‟s Rights and Its Religious Minorities, diakses di
http://foreignpolicyblogs.com/2014/01/02/irans-citizens-rights-charter-and-
the-religious-minorities/ tanggal 9 November 2015.
Allen, Paddy, Kamali Dheghan, Saeed. 2013. Iran‟s Presidential Candidates: How
They Line Up –Interactive Guide, diakses di
http://www.theguardian.com/world/interactive/2013/jun/05/iran-presidential-
candidates-mahmoud-ahmadinejad-interactive tanggal 9 November 2015.
Bandow, Doug. 2013. The Perils Of Religious Persecution In Iran, diakses di
http://www.forbes.com/sites/dougbandow/2013/05/13/the-perils-of-religious-
persecution-in-iran/ tanggal 8 April 2015.
Black, Ian. 2011. Shah of Iran‟s Youngest Son Shoots Himself, diakses di
http://www.theguardian.com/world/2011/jan/05/shah-of-iran-pahlavi-boston
tanggal 12 November 2015.
Bozorgmehr, Shizard, Martinez, Michael. 2013. Hassan Rouhani is Iran‟s Next
President after Appealing to Tradition, diakses di
http://edition.cnn.com/2013/06/15/world/meast/iran-elections/ tanggal 9
November 2015.
Brice, Arthur. 2013. Iran, Hezbollah mine Latin America for Revenue, Recruits,
Analysts Say, diakses di
http://edition.cnn.com/2013/06/03/world/americas/iran-latin-america/ tanggal
25 Desember 2015.
Brown, Sophie. 2014. Report: executions rise in 2013, China Tops The List,
http://edition.cnn.com/2014/03/27/world/amnesty-international-death-
penalty/, diakses pada tanggal 24 Juli 2015.
xxiii
Bureau of Near Eastern Affair. 2015. US Relations with Iran, diakses di
http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5314.htm tanggal 15 November 2015.
Bushuev, Mikhael. 2013 . Why Russia Stays Loyal to Iran Despite Conflicts, diakses
di http://www.dw.com/en/why-russia-stays-loyal-to-iran-despite-tensions/a-
16834496 diakses tanggal 25 Desember 2015.
Chavendish, Richard. 2001. The Iranian Oil Fields are Nationalized, diakses di
http://www.historytoday.com/richard-cavendish/iranian-oil-fields-are-
nationalised tanggal 11 November 2015.
Choksy, J. K., Shea, Nina. 2009. Religious Cleansing in Iran: Iran Threats Non-
Muslim as harshly as Political Dissidents, Why Doesn‟t the West Notice?,
diakses di http://www.nationalreview.com/article/227917/religious-cleansing-
iran-j-k-choksy-nina-shea pada tanggal 6 November 2015.
Dabashi, Hamid. 2015. Who is The Great Satan?, diakses di
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2015/09/great-satan-
150920072643884.html tanggal 26 Desember 2015.
Dawber, Alistair. 2013. Reformist-backed Hassan Rouhani Wins Iranian Presidential
Election, diakses di http://www.independent.co.uk/news/world/middle-
east/reformist-backed-hassan-rouhani-wins-iranian-presidential-election-
8659964.html pada tanggal 9 November 2015.
De Cruz, Jose Arimatea. 2014. Iran, Latin America, and U.S. National Security,
diakses di http://www.e-ir.info/2014/10/21/iran-latin-america-and-u-s-
national-security/ diakses tanggal 12 Desember 2015.
Eisenstadt, Michael. 2001. Russian Arms and Technology Transfers to Iran: Policy
Challenges for The United States, diakses dari
https://www.armscontrol.org/act/2001_03/eisenstadt tanggal 25 Desember
2015.
Elizabeth Abedin, Rosedin, B. A. 2010. Iranian-Israel Relations: From Covert
Relations to Open Hostility, [Tesis] (Georgetown University); tersedia di
https://repository.library.georgetown.edu/bitstream/handle/10822/553272/abe
dinroshni.pdf?sequence=1, diunduh tanggal 26 Desember 2015.
xxiv
Erdbrink, Thomas. 2013. Iran Moderate Wins Presidency by a Large Margin, diakses
di http://www.nytimes.com/2013/06/16/world/middleeast/iran-
election.html?_r=0 tanggal 9 November 2015.
Erfanian, Jasha. 2013. Pelaksanaan Hukuman Mati di Iran Dikritik,
http://www.dw.com/id/pelaksanaan-hukuman-mati-iran-dikritik/a-16730831,
diakses pada tanggal 24 Juli 2015.
Farahmand, Mehrdad. 2015. Russia and Iran: An Uneasy Alliance, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-34919237 tanggal 25 Desember
2015.
Franey, James. 2014. Iran‟s Larijani Slams West‟s Bias on Human Rights, diakses di
http://www.euronews.com/2014/11/07/iran-s-larijani-slams-west-s-bias-on-
human-rights/ tanggal 12 Desember 2015.
Ghaemi, Hadi. 2014. President Rouhani‟s New Rights Charter, diakses di
http://iranprimer.usip.org/blog/2014/feb/10/president-rouhani%E2%80%99s-
new-rights-charter tanggal 9 November 2015
Ghanea, Nazila. 2013. The Iranian Charter of Citizens‟ Rights, diakses di
http://www.ejiltalk.org/the-iranian-charter-of-citizens-rights/ tanggal 9
November 2015.
HRW. 2015. World Report 2015: Iran (Event of 2014), diakses di
https://www.hrw.org/world-report/2015/country-chapters/iran?page=3 tanggal
9 November 2015.
ICHRI. 2013. Ebadi: Citizenship Charter is Redundant Distraction from Justice,
diakses di http://www.iranhumanrights.org/2013/12/ebadi-citizenship-charter/
tanggal 9 November 2015.
Jordet, Nils. ---- . Explaining The Long-Term Hostility between United States and
Iran: A Historical, Theoretical, and Methodological Context [Disertasi] (The
Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, hlm. 47-48, tersedia
di http://www.nato.int/acad/fellow/98-00/jordet.pdf, diunduh tanggal 26
Desember 2015.
Kamali Dheghan, Saeed. 2013. Iranian Presidential Election 2013: The Essential
Guide, diakses di http://www.theguardian.com/world/2013/may/13/iranian-
presidential-election-2013-iran#105 pada tanggal 9 November 2015.
xxv
Kamali Dheghan, Saeed. 2015. Hassan Rouhani Urged to Follow Nuclear Dear
Success with Human Rights Process, diakses di
http://www.theguardian.com/world/2015/jul/23/hassan-rouhani-iran-human-
rights-nuclear-deal tanggal 9 November 2015
Kauffman, Dirk. 2012. EU Courts Affirms Asylum for Religious Persecution, diakses
di http://www.dw.com/en/eu-court-affirms-asylum-for-religious-
persecution/a-16222888-1 pada tanggal 5 November 2015.
Kayaoglu, Turan. 2012. It‟s Time to Revise The Cairo Declaration of Human Rights
in Islam, http://www.brookings.edu/research/opinions/2012/04/23-cairo-
kayaoglu, diakses pada tanggal 8 November 2015.
Klare, Michael. 2013. The Booming Global Arms Trade is Creating a New Cold War,
diakses di http://www.motherjones.com/politics/2013/05/global-arms-trade-
new-cold-war tanggal 25 Desember 2015.
Latschan, Thomas. 2015. Iran‟s Persecuted Converts, diakses di
https://en.qantara.de/content/christian-minorities-in-iran-irans-persecuted-
converts pada tanggal 5 Oktober 2015.
Macias, Amanda. 2014. The 15 Most Powerful Militaries in The Middle East, diakses
di http://www.businessinsider.co.id/15-most-powerful-middle-east-militaries-
2014-12/?r=US&IR=T#.Vnz9Pfl97IU tanggal 25 Desember 2015.
MacMillan, Steven. 2014. Strengthening The of Russia-Iranian Alliance in Response
to Western Threats and Sanctions, diakses di
http://www.globalresearch.ca/strengthening-of-russia-iran-alliance-amidst-in-
response-to-western-threats-and-sanctions/5398828 tanggal 25 Desember
2015.
Memarian, Omid. 2013. Hasan Rowhani: Moderate Candidate Wins Iran‟s Election,
diakses di http://www.thedailybeast.com/articles/2013/06/15/hassan-rowhani-
moderate-candidate-wins-iran-s-election.html tanggal 9 November 2015.
Mohamedi, Fareed. 2015. The Oil and Gas Industry, diakses di
http://iranprimer.usip.org/resource/oil-and-gas-industry tanggal 25 Desember
2015.
Mukhopadhyay, Sounak. 2015. Iran Wants to Restrict US In Middle East, Proposes
Coalition Formation, diakses di http://www.ibtimes.com.au/iran-wants-
xxvi
restrict-us-influence-middle-east-proposes-coalition-formation-1474791
tanggal 12 Desember 2015.
Naji, Karsa. 2010. Iran‟s Baha‟i Community Fear Rise in Persecution, diakses di
http://www.bbc.com/news/10494631 pada tanggal 6 November 2015.
Naji, Kasra. 2015. Profile: Hassan Rouhani, President of Iran, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-22886729 tanggal 10 Desember
2014.
Naji, Kasra. 2015. Profile: Hassan Rouhani, President of Iran, diakses di
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-22886729 tanggal 9 November
2015.
Ohmyrus. 2003. Islamic Human Rights?, diakses di
http://www.faithfreedom.org/Articles/Ohmyrus30816.htm pada tanggal 8
November 2015.
Perloff, James. 2009. Iran and The Shah: What Really Happened, diakses di
http://www.thenewamerican.com/culture/history/item/4690-iran-and-the-shah-
what-really-happened tanggal 12 November 2015.
Piven, Ben. 2012. Map: US Bases Encircles Iran, diakses di
http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2012/04/2012417131242767298
.html tanggal 25 Desember 2014.
Rezaian, Jason, Warrick, Joby. 2013. Moderate Cleric Hassan Rouhani Wins Iran‟s
Presidential Vote, diakses di
https://www.washingtonpost.com/world/iranians-await-presidential-election-
results-following-extension-of-polling-hours/2013/06/15/3800c276-d593-
11e2-a73e-826d299ff459_story.html pada tanggal 9 November 2015.
Riechmann, Deb. 2013 A Brief History of US-Iranian Relations, diakses di
http://www.ctvnews.ca/politics/a-brief-history-of-u-s-iranian-relations-
1.1557786 tanggal 15 November 2015.
Risen, James. 2000. “Secrets of History The CIA in Iran: Iran-US Relations: A
Chronology”, The New York Times on The Web, 2000 [Surat Kabar Online];
diakses di http://www.nytimes.com/library/world/mideast/041600iran-coup-
timeline.html tanggal 12 November 2015.
Russel, Jonathan. 2012. Human Rights, The Universal Declaration vs The Cairo
Declaration, http://blogs.lse.ac.uk/mec/2012/12/10/1569/, diakses pada
tanggal 8 November 2015.
xxvii
RZN. 2015. Negara-negara dengan Hukuman Mati Terbanyak,
http://www.dw.com/id/negara-dengan-hukuman-mati-terbanyak/g-18195679,
diakses pada tanggal 24 Juli 2015.
Saghaye-Biria, Hakimeh. 2009. United States Propaganda in Iran: 1951-1953 [Tesis]
Louisiana State University. Tersedia di http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-
04082009-100641/unrestricted/Hakimeh_Saghaye-Biria_Thesis.pdf, diunduh
tanggal 12 November 2015.
Sanei, Faraz. 2012. Iran Protests of Its Own in Saudi Arabia, diakses di
https://www.hrw.org/news/2012/06/30/iran-protests-execution-its-own-saudi-
arabia, tanggal 6 November 2015.
Sanei, Faraz. 2015. Challenging Iran‟s Women‟s Rights Narratives, diakses di
https://www.hrw.org/news/2015/03/25/challenging-irans-womens-rights-
narrative tanggal 8 Februari 2016.
Saul, Heather. 2013. Hassan Rouhani: Iran‟s New President Promises Advances in
Women‟s Rights and Calls for West to End „Language of Sanctions‟, diakses
di http://www.independent.co.uk/news/uk/home-news/hassan-rouhani-irans-
new-president-promises-advances-in-womens-rights-and-calls-for-west-to-
end-8745292.html tanggal 9 November 2015.
Sedhain, Pramod. 2014. Iran‟s Wider Role and Influence in The Middle East, diakses
di http://thedailyjournalist.com/the-strategist/iran-s-wider-role-and-influence-
in-the-middle-east/ tanggal 12 Desember 2015.
Shanker, Thom. 2012. US Arms Sales Make Up Most of Global Market, diakses di
http://www.nytimes.com/2012/08/27/world/middleeast/us-foreign-arms-sales-
reach-66-3-billion-in-2011.html?_r=2 tanggal 25 Desember 2015.
Siegel, Robert. 2009. Wawancara dengan Zbigniew Brzezinski (Mantan Penasihat
Keamanan Nasional AS). Transkrip tersedia di
http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=113352297, diakses
tanggal 24 Desember 2015.
D. SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI
Smith, Dean. 2014. Why is The Christian Population Exploding in Iran?, diakses di
http://opentheword.org/2014/09/26/why-is-the-christian-population-
exploding-in-iran/ pada tanggal 5 November 2015.
xxviii
Starr, Barbara. 2015. US Concerned About Russia Arms Sales to Iran, diakses di
http://edition.cnn.com/2015/08/19/politics/russia-iran-s-300-missile-defense-
sale/ tanggal 25 Desember 2015.
Steven J. Allen, Iran Chemical, Bio Weapons is Real, diakses di
http://www.newsmax.com/Headline/IranChemical-
BioWeapon/2007/11/07/id/322122/ tanggal 25 Desember 2015.
Sukchkov, Maxim A. 2015. New Russian Arm Deals Could Shakeup Middle East
Market, diakses di http://www.usnews.com/news/articles/2015/08/26/new-
russian-arms-deals-could-shake-up-mideast-market tanggal 25 Desember
2015.
Trofimov, Yaroslaf. 2015. Can Russia‟s New Iran Alliance Last?, diakses di
http://www.wsj.com/articles/can-russias-new-iran-alliance-last-1445534148
tanggal 25 Desember 2015.
Trotman, Andrew. 2014. Vladimir Putin Signs Historic $20bn Oil Deal with Iran to
Bypass Western Sanction, diakses di
http://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/energy/oilandgas/11014604
/Vladimir-Putin-signs-historic-20bn-oil-deal-with-Iran-to-bypass-Western-
sanctions.html tanggal 25 Desember 2015.
UNHRC. ----. Basic Facts about the UPR, diakses di
http://www.ohchr.org/en/hrbodies/upr/pages/BasicFacts.aspx tanggal 9
November 2015.
Vargas, Joel. 2015. The Strategic Alliance of Iran, China, and Russia in Latin
America, diakses di http://intel.contingentsecurity.com/the-strategic-alliance-
of-iran-china-and-russia-in-latin-america/ tanggal 25 Desember 2015.
Weinthal, Benjamin. 2012. Jpost: Iran Orders Hanging of Pastors Yousef
Nadarkhani, diakses pada tanggal 4 November 2015 di
http://www.jpost.com/International/Iran-orders-hanging-of-Pastor-Youcef-
Nadarkhani
Weinthal, Benjamin. 2014. http://www.jpost.com/Iranian-Threat/News/UN-report-
assails-Iran-for-persecution-of-religious-minorities-347089, diakses tanggal
26 Agustus 2015.
xxix
Weitz, Richard. 2013. Russia and Iran: A Balancing Act, diakses di
http://thediplomat.com/2013/11/russia-and-iran-a-balancing-act/ tanggal 25
Desember 2015.
Whale, Sebastian. 2013. Timeline of Tensions between Iran and The United States,
diakses di http://www.ctvnews.ca/politics/a-brief-history-of-u-s-iranian-
relations-1.1557786 tanggal 15 November 2015.
Wuthnow, Joel. 2015. China-Iran Military Relations at a Crossroads, diakses di
http://www.jamestown.org/programs/chinabrief/single/?tx_ttnews%5Btt_news
%5D=43497&tx_ttnews%5BbackPid%5D=25&cHash=eab6f925192bbcb63c
a3ebc4ec16eeef#.Vnu1uvl97IV tanggal 12 Desember 2015.
E. WORKING PAPER, DOKUMEN RESMI, RILISAN PERS
----. 2005. Iran‟s Obligations under International Law (New York: Baha‟i
Internatioanl Community), diunduh di http://denial.bahai.org/004_5.php, pada
tanggal 5 November 2015.
----. 2006. Department of State and US Agency for International Development FY
2007 Joint Performance Summary Strategic Goal 7: Democracy and Human
Rights, tersedia di http://www.state.gov/documents/organization/59177.pdf,
diunduh tanggal 10 Februari 2016.
----. 2010. Persepolis: iran Timeline. Free Library: One Book One Philadelphia 2010.
Tersedia di
http://libwww.freelibrary.org/onebook/obop10/Persepolis_timeline.pdf,
diunduh tanggal 15 November 2015.
----. 2012. International Campaign for Human Rights, A Growing Crisis: The Impact
of Sanctions and Regime Policies on Iranians‟ Economic and Social Rights,
hlm. 110-111, tersedia di https://www.iranhumanrights.org/wp-
content/uploads/A-Growing-Crisis.pdf, diunduh tanggal 10 Februari 2016.
Baha‟i International Community. 2008. The Baha‟i Question: Cultural Cleansing in
Iran. New York: Bahai International Community. Diunduh tanggal 4
November 2015); tersedia di
http://news.bahai.org/documentlibrary/TheBahaiQuestion.pdf.
xxx
Baha‟i International Community. 2014. Unfulfilled Promises: Iran‟s Failure to act its
2010 Universal Periodic Review, A Special Report of the Baha‟i International
Community. Tersedia di www.bic.org, link unduh
https://www.bic.org/sites/default/files/pdf/Bahai_UnPromises%202014.pdf,
diunduh tanggal 9 November 2015.
Baksh, Nadeem, et. al., Understanding and Appreciating Muslim Diversity: Towards
better Engagement and Participation. 2008. Coventry: Institute of
Community Cohesion. Diunduh di
http://www.cohesioninstitute.org.uk/live/cme0.htm; diunduh 4 November
2015.
CIA. ---. Anti-Tudeh Activities of Zahedi Government. Washington, DC: National
Security Archive. Tersedia di
http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB435/docs/Doc%2014%20-
%201953-09-10%20Anti-Tudeh%20activities.pdf, diunduh tanggal 12
November 2015.
CIA. ---. Campaign to Install Pro-Western Government in Iran Authority.
Washington, DC: National Security Archive. Tersedia di
http://bit.ly/1WS197t, diunduh pada tanggal 12 November 2015.
CIA. 2013. Unclassified Report to Congress on The Acquisition of Technology
Relating to Weapons of Mass Distraction and Advanced Conventional
Munitions 1 July through 31 December 2003, diunduh dari
https://www.cia.gov/library/reports/archived-reports-
1/721report_july_dec2003.pdf tanggal 25 Desember 2015.
Constitution of the Islamic Republic of Iran. --- . Geneva: World Intellectual Property
Organization. Diunduh di www.wipo.int dengan link unduh
http://www.wipo.int/edocs/lexdocs/laws/en/ir/ir001en.pdf tanggal 4
November 2015.
xxxi
Dr. Ahmad Shaheed. 2013. Report of the Special Rapporteur on the Situation of
Human Rights in The Islamic Republic of Iran. Tersedia di shaheedoniran.org,
link unduh http://shaheedoniran.org/wp-content/uploads/2013/12/A-HRC-22-
56_en.pdf; diunduh tanggal 5 November 2015.
Edward C. Wells (Public Affairs US Embassy), Notes to Expanded Program for Iran
12 January 1951. Washington, DC: National Security Archive. Tersedia di
http://nsarchive.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB78/propaganda%20016.pdf,
diunduh tanggal 12 November 2015.
Epstein, Susan, Serafino, Nina M., T. Miko, Francis. 2007. Democracy Promotion:
Cornerstone of US Foreign Policy?, CRS Repor for Congress, 26 December
2007, tersedia di https://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34296.pdf, diunduh
tanggal 15 Februari 2016.
Farmarzi, Scheherezad, Government Crackdown in Iran Drives Growing Number of
Dissidents into Exile, diakses di http://www.unhcr.org/cgi-
bin/texis/vtx/refdaily?pass=52fc6fbd5&id=4bbacddc5 tanggal 4 Februari
2016.
Fortman, Bas De Gaay. Human Rights in The Context of International Relations.
2011. Diunduh dari http://www.e-ir.info/2011/07/30/human-rights-in-the-
context-of-international-relations-a-critical-appraisal/ tanggal 15 Desember
2014.
Human Rights Watch. 2012. Codifying Repression: An Assessment of Iran‟s New
Penal Code. Tersedia di www.hrw.org, link unduh
https://www.hrw.org/sites/default/files/reports/iran0812webwcover_0.pdf
diunduh tanggal 6 November 2015.
International Covenant of Civil and Political Rights, diunduh dari www.ohchr.org,
link unduh http://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf,
diunduh pada tanggal 8 November 2015.
Iran Human Rights Documentation Center. --- . A History of United Nations Special
Representatives and Rapporteurs in Iran. Tersedia di
http://www.iranhrdc.org/english/news/features/3410-table-of-un-special-
xxxii
rapporteurs-and-representative-involvement-in-iran.html, diunduh tanggal 24
Juli 2015.
Koch, Scott A. 1998. “Zendebad, Shah!”: The Central Intelligence Agency And The
Fall of Iranian Prime Minister Mohammed Mossadeq August 1953.
Washington: History Staff Central Intelligence Agency. Tersedia di
http://bit.ly/1kN0RTb, diunduh tanggal 12 November 2015.
Lum, Thomas. 2008. Human Rights in China and US Policy, (Washington:
Congressional Reseach Service, 2008), Tersedia di
https://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34729.pdf, diakses tanggal 1 Februari
2016.
Nasser Saghefi-Ameri. 2014. Iranian Foreign Policy: Concurrence of Ideology and
Pragmatism. The Iranian Revolution at 30: Viewpoints Special Edition.
Washington: The Middle East Institute. Tersedia di
http://www.mei.edu/sites/default/files/publications/2009.01.The%20Iranian%
20Revolution%20at%2030.pdf diunduh tanggal 12 November 2015.
Nikolah Kozhanov. 2015. Understanding The Revitalization of Russian-Iranian
Relations (Moscow: Carnegie Moscow Center, May 2015), hlm. 10, diunduh
dari http://carnegieendowment.org/files/CP_Kozhanov_web_Eng.pdf tanggal
25 Desember 2015.
Paul B. Stephan, The Limits of Change: International Human Rights under The
Obama Administration, diakses dari
http://fordhamilj.org/files/2015/09/Stephan_LimitsofChange.pdf tanggal 2
Februari 2016.
Prepared Statement and Ambassador Roger F. Noriega dalam Kongres ke-1012
Komite Hubungan Internasional Senator AS yang bertajuk Iran‟s Influence
and Activity in Latin America 16 Februari 2012, diakes di
https://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG-112shrg73922/html/CHRG-
112shrg73922.htm tanggal 25 Desember 2015.
xxxiii
Sam Sasan Soamanesh, History Brief: Timeline of US-Iran Relations Until the
Obama Administration dalam MIT International Review, tersedia di
web.mit.edu/mitir, tautan unduh http://web.mit.edu/mitir/2009/online/us-iran-
2.pdf, diunduh tanggal 11 November 2015.
Shaheed, Ahmad. 2011. Report of the Special Rapporteur on the Situation of Human
Rights in the Islamic Republic of Iran. tersedia di shaheedoniran.org, link
unduh http://shaheedoniran.org/wp-content/uploads/2014/01/N1151218.pdf;
diunduh tanggal 4 November 2015.
Sharif, Surkheel (Abu Aaliyah). 2007. The Truth About Taqlid (Part I). UK: The
Jawziyyah Institute. Tersedia di http://muslimmatters.org/wp-
content/uploads/2007/11/taqlid-1.pdf tanggal 4 November 2015.
Tommaso Virgili. 2015. Apostasy from Islam under Sharia Law, Sant‟ Anna Legal
Studies. Tersedia di www.stals-sssup.it, link unduh
http://www.stals.sssup.it/files/Apostasy%20in%20sharia%20law,%20STALS,
%20def.pdf, diunduh tanggal 8 November 2015.
UK Government. 2014. Country Information and Guidance Iran: Baha‟is. Tersedia
di www.gov.uk, link unduh
https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file
/381425/CIG_-_Iran_-_Baha_is_-_2014-11-28_v_1.pdf diunduh tanggal 4
November 2015.
Umar Faruq Abd-Allah. 2006. Innovation and Creativity in Islam. Chicago: Nawawi
Foundation. Tersedia di www.nawawi.org, link unduh
http://www.nawawi.org/wp-content/uploads/2013/01/Article4.pdf, diunduh
tanggal 8 November 2015.
United Nations General Assembly. 2010. Human Rights Council, The Universal
Periodic Review 8-19 February 2010: Draft Report of the Working Group on
the Universal Periodic Review of Islamic Republic of Iran. Tersedia di
www.upr-info.org, link unduh http://www.upr-
info.org/sites/default/files/document/iran_islamic_republic_of/session_07_-
xxxiv
_february_2010/a_hrc_wg-6_7_l-11_iran.pdf, diunduh tanggal 9 November
2015.
Universal Declaration of Human Rights, diunduh dari www.ohchr.org, link unduh
http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/eng.pdf,
diunduh pada tanggal 8 November 2015.
Yanyan Mochamad Yani, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional. 2006.
Disampaikan pada Seminar Nasional ”Membangun Strategi HAM Indonesia
sebagai Perwujudan Strategi Pembangunan Nasional”, KOMNAS HAM,
Palembang, 15-16 Mei 2006. Diunduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/36333/ tanggal 15 Desember 2014.
xxxv
Lampiran I
Transkrip Wawancara
Nama : Hadi Purnama
Jabatan : Dosen Hukum dan HAM FHUI, Ketua Sentra HAM FHUI.
Lokasi : Gedung FHUI
Tanggal : 3 Desember 2016
1. Seberapa kuat prinsip relativisme kultural dapat digunakan untuk melihat
situasi HAM di Iran?
Ya, relativisme kultural-nya bisa digunakan untuk melihat praktik Iran,
apakah yang dilakukan Iran dalam penyelenggaraan HAM masuk dalam
relativisme kulturalnya-nya. Lalu nanti dapat disandingkan dengan
universalisme yang akan digunakan untuk melihat justifikasi AS dalam
merespon situasi HAM di Iran tersebut.
2. Bagaimana sebuah tindakan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
HAM?
Pelanggaran HAM ada 2 macam, ada vertikal dan horizontal. Pelanggaran
HAM vertical terjadi ketika negara diberikan kewajiban oleh instrument
xxxvi
internasional untuk menjamin HAM di negaranya, namun tidak dijalankan.
Dalam konteks tersebut, kalau kamu melihat government action terkait
pelanggaran terhadap aspek HAM tertentu, itu berarti vertikal.
Lihat negaranya apakah dia melakukan pelanggaran atas perjanjian
internasional di mana negara tersebut bergabung. Berdasarkan perjanjian
internasional tersebut, kewajiban dari pemerintah adalah membuat hukum
yang menjamin hak atas warganya, baik yang dilakukan oleh negara maupun
yang dilakukan oleh sesama warga (pelanggaran HAM horizontal).
Jika kamu ingin melihat negara, lihat hukum internasionalnya. Apakah
praktik negara tersebut melanggar hukum/komitmen internasional atau tidak.
Dari situ, pelanggaran dapat dilihat apakah itu melanggar hukum internasional
atau tidak.
3. Apakah negara boleh memiliki agama khusus/resmi?
Negara boleh memiliki agama khusus. Tapi, kelompok minoritas, baik
yang berdasar kepada agama dan non-agama, misalnya orang cacat, harus
juga diberikan ruang.
4. Lalu melihat pola pelanggarannya dari mana?
Lihat apakah negara bertanggungjawab atau tidak dalam akomodasi HAM
di dalam negara tersebut. Kamu bisa lihat Article States Responsibilty of
Wrongful Act – ILC. Walaupun ini bukan konvensi, tetapi banyak dirujuk
sebagai kodifikasi atas negara-negara. Justifikasinya lebih dilihat dari state
practice.
Untuk kasus Iran, apabila terjadi konflik sosial yang berpotensi atau
memang benar-benar menghasilkan pelanggaran HAM, maka negara harus
melakukan tindakan hukum untuk memproses pelaku secara hukum. Kalau
xxxvii
didiamkan, maka negara melanggar. Ini adalah bagian dari prinsip commission
(melakukan tindakan) or omission (pembiaran).
Dari sisi AS, kalau ingin melihat AS apakah ia adil dalam memberikan
respon, lihat lagi apakah AS merujuk kepada instrument HAM internasional,
misalnya DUHAM. Kalau tidak, berarti responnya tidak fair. AS juga
memerlukan dukungan pihak lain (negara lain atau PBB) agar semakin kuat,
karena pada dasarnya Iran tidak tunduk kepada AS.
5. Kriminalisasi tidak ada di penal code tapi ada melalui fatwa? Sah atau
tidak?
Kamu lihat sumber hukumnya. Kalau fatwa yang diberikan oleh yang
berwenang memang sebuah sumber hukum, maka fatwa tersebut berlaku.
6. Apakah menurut Bapak funding yang diberikan AS ke LSM di Iran efektif
untuk menanggulangi masalah HAM di Iran? Di AS kan masih ada
hukuman mati juga?
Harus dilihat dari waktu ke waktu bagaimana AS menerapkan kebijakan
HAM untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Bahwa di AS memang masih
ada pelanggaran HAM, ya memang ada, karena tidak ada negara yang
sempurna. Tapi lihat juga kepastian hukum yang di AS tentu lebih jelas.
7. Mengenai sanksi komprehensif AS. Apakah bisa dikatakan ‘just’ atau
tidak?
Sanksinya nasional kan? Melalui sanksi, AS berusaha membatasi
hubungannya dengan negara lain, dalam kasus ini Iran. Dari sanksi
berdasarkan pelanggaran HAM tersebut, akan melebar ke ranah lain. Bisa
embargo ekonomi, dan lain-lain.
xxxviii
Indonesia juga pernah mendapat sanksi embargo senjata dari AS, karena
kongres AS menganggap Indonesia pernah melakukan pelanggaran HAM
berat. It‟s just US‟ national method. Sanksi memang akan berlaku hingga ada
upaya memperbaiki diri dalam rekam jejak HAM-nya. Tapi ada pula sanksi
lain yang bersifat internasional. Sanksi ini biasa diberikan oleh PBB. Caranya
sama saja, juga akan dihentikan sampai negara memperbaiki diri.
8. Lebih bahaya mana, nuklir atau HAM?
Sama-sama bahaya, tapi pada different degree. Kemungkinan Iran untuk
membuat senjata pemusnah massal menimbulkan insecurity (bagi AS). Di lain
sisi, HAM bisa dilihat dari legal dan social issue. Ini sama saja seperti kita
bicara economic crisis versus environtmental issue, isu ekonomi lebih sering
put forward daripada lingkungan.
9. Menurut pandangan Bapak, bagaimana situasi democracy versus Islamic
regime di Iran?
Mungkin menyebutnya Islamic value ya, kalau Islamic regime akan
sangat politis. Islam can be democratic as well. Islam itu sangat demokratis
sejak awal. Permasalahannya, demokratisasi berhenti setelah masa Ali.
Bentuk demokrasinya banyak, demokrasi langsung saat Abu Bakar dan Umar.
Demokrasi representasi lembaga yang mewakili kelompok yang ada
(muhajirin dan ansor) pada masa Usman dan Ali.
Demokrasi Islam „dibajak‟ melalui arbitrase (takhim) pada masa
Muawiyah yang mengangkat dirinya sebagai Khalifah. Mulai sejak itu, Islam
menjadi dinasti. Terus berlanjut hingga masa dinasti Arab Islam –Bani
Umayyah, Bani Abassiyah, Bani Fatimiyah, sampai Kekhalifahan Turki.
Pandangan ini didasari oleh pemikiran Thohah Husein, seorang cendekiawan
Mesir.
xxxix
Karya Thohah Husein membicarakan Islam dalam konteks politik, tidak
hanya agama saja. Mungkin di UIN tersedia, ada bahasa Arab dan Indonesia.
Di karyanya yang kedua yang berjudul Al-Fitnah Al-Kubro, membicarakan
Usman dengan Ali sampai proses politik Takhim tersebut. Terdapat proses
politik dan pemerintahan yang dilihat dari konteks historis.