sifilis pada ibu hamil

13
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum, yang menyerang manusia, bersifat kronis, sistemik dan dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten selama bertahun-tahun, menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis yang ditularkan oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah lues connate, syphilis connata, venereal, penyakit raja singa. Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini menurun dengan cepat. Selama perang dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat. Di Eropa dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun sekitar tahun 1970 sampai awal 1980, namun dalam beberapa tahun terakhir tampak adanya peningkatan insiden sifilis kongenital. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer dan sekunder pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis congenital merupakan penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.2 Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini (timbul sebelum usia 2 tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus sifilis didapat melalui kontak seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis aktif primer ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital dari ibu yang terinfeksi melalui plasenta ke janin. Transmisi lain yang mungkin namun jarang terjadi termasuk transfusi darah, kontak personal non seksual, inokulasi langsung yang tidak disengaja. Prinsip pengobatan sifilis kongenital adalah penggunaan penisilin sebagai obat pilihan, baik pada ibu hamil maupun pada bayi. Pengamatan pasca pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap, biasanya pada usia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. A. Definisi Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan

Upload: ochabianconeri

Post on 28-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sifilis

TRANSCRIPT

Page 1: Sifilis Pada Ibu Hamil

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum,  yang menyerang

manusia, bersifat kronis, sistemik dan dapat mengenai semua bagian tubuh, dapat bersifat laten

selama bertahun-tahun, menular serta dapat diobati. Sifilis kongenital adalah sifilis yang ditularkan

oleh ibu kepada janinnya secara intra uterin. Nama lainnya adalah lues connate, syphilis connata,

venereal, penyakit raja singa.

Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, tapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit

ini menurun dengan cepat. Selama perang dunia ke II, insiden sifilis meningkat dan mencapai

puncaknya pada tahun 1946, dan setelah ditemukan penisilin menurun dengan cepat. Di Eropa

dan Amerika Serikat insiden sifilis kongenital pada umumnya menurun sekitar tahun 1970 sampai

awal 1980, namun dalam beberapa tahun terakhir tampak adanya peningkatan insiden sifilis

kongenital. Peningkatan ini diduga berkaitan dengan peningkatan insiden primer dan sekunder

pada wanita usia subur yang berumur 15-29 tahun. Di samping itu, sifilis congenital merupakan

penyebab 20-30% kematian bayi perinatal.2

Gambaran klinis sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis kongenital dini (timbul sebelum usia 2

tahun), serta sifilis kongenital lanjut (timbul setelah usia 2 tahun). Hampir semua kasus sifilis

didapat melalui kontak seksual langsung dengan lesi dari individu yang terjangkit sifilis aktif primer

ataupun sekunder. Sifilis dapat ditransmisikan secara kongenital dari ibu yang terinfeksi melalui

plasenta ke janin. Transmisi lain yang mungkin namun jarang terjadi termasuk transfusi darah,

kontak personal non seksual, inokulasi langsung yang tidak disengaja. Prinsip pengobatan sifilis

kongenital adalah penggunaan penisilin sebagai obat pilihan, baik pada ibu hamil maupun pada

bayi. Pengamatan pasca pengobatan pada bayi dilakukan secara bertahap, biasanya pada usia 2,

4, 6, 12 dan 15 bulan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Definisi

Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita

sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa

kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena

lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi

ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10

minggu.

Page 2: Sifilis Pada Ibu Hamil

Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan

anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital

lanjut.

1. B. Epidemiologi

Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara

berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-

30 tahun. Empat puluh persen wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, akan

mengakibatkan penularan pada janin.

1. C. Etiologi

Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema

pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema.

Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari

delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju

seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi

setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar

badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfuse dapat hidup tujuh

puluh dua jam.

Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :

1. Kontak langsung :

1. sexually tranmited diseases (STD)

2. non-sexually

3. Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.

2. Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi

3. D. Klasifikasi

Menurut World Health Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Sifilis kongenital (bawaan)

2. Sifilis akuisita (didapat)

Sifilis kongenital dapat berbentuk :

1. Sifilis kongenital dini (timbul pada umur kurang dari 2 tahun)

2. Sifilis kongenital lanjut/tarda (timbul setelah umur lebih dari 2 tahun)

Page 3: Sifilis Pada Ibu Hamil

E.  Patogenesis

Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian besar kasus sifilis

kongenital merupakan akibat penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung

dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital biasanya timbul

setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten. Penularan inutero

terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat,

serta cairan amnion.

Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan menyebar ke

seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang

akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau lahir

mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intrauterine maupun

ekstrauterin.

1. F. Gambaran Klinis

Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis kongenital dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis

kongenital lanjut dan stigmata. Dianggap sifilis kongenital dini jika timbul pada anak di bawah usia

2 tahun dan sifilis kongenital lanjut bila timbul di atas 2 tahun. Sigmata adalah jaringan parut atau

deformitas yang terjadi akibat penyembuhan dua stadium tersebut.

1. Sifilis kongenital dini

Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi, mengenai berbagai organ dan menyerupai

sifilis stadium II. Karena infeksi pada janin melalui aliran darah maka tidak dijumpai kelainan sifilis

primer. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu,

tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir.

Pada bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi berikut :

a. Pertumbuhan intrauterine yang terlambat

b.Kelainan membrane mukosa :

Mucous patch dapat ditemukan di bibir, mulut, farings, laring dan mukosa genital. Rinitis sifilitika

(snuffles) dengan gambaran yang khas berupa cairan hidung yang mula-mula encer tetapi

kemudian menjadi pekat, purulen dan hemoragik. Hidung menjadi tersumbat sehingga

menyulitkan pemberian makanan.

c.  Kelainan kulit, rambut dan kuku

Dapat berupa makula eritem, papula, papuloskuamosa dan bula. Bula dapat sudah ada sejak lahir,

tersebar secara simetris, terutama pada telapak tangan dan telapak kaki. Makula, papula atau

papulomatous tersebar secara generalisata dan simetris. Di daerah yang lembab papula menjadi

Page 4: Sifilis Pada Ibu Hamil

erosif dan membasah atau menjadi hipertrofik (kondiloma lata). Pada kasus yang berat tampak

kulit menjadi keriput terutama pada daerah muka sehingga bayi tampak seperti orang tua. Rambut

jarang dan kaku, alopesia areata terutama pada sisi dan belakang kepala. Alopesia dapat juga

mengenai alis dan bulu mata. Onikosifilitika disebabkan oleh papula yang timbul pada dasar kuku

dan menyebabkan kuku menjadi terlepas. Kuku baru yang tumbuh berwarna suram, tidak teratur

dan menyempit pada bagian dasarnya.

1. Kelainan tulang

Pada 6 bulan pertama, osteokondritis, periostitis, dan osteitis pada tulang-tulang panjang

merupakan gambaran yang khas. Perubahan yang paling mencolok tampak pada daerah

pertumbuhan tulang di dekat epifisis. Epifisis membesar, garis epifisis melebar dan tidak teratur.

Pada batas metafisis dengan garis kartilago epifisis, tampak daerah kalsifikasi yang densitasnya

meningkat dan tidak teratur sehingga pemeriksaan sinar X memberikan gambaran seperti gigi

gergaji. Pseudoparalisis pada anggota gerak disebabkan oleh pembengkakan periartikular dan

nyeri pada ujung-ujung tulang sehingga gerakan menjadi terbatas. Osteokondritis dapat dilihat

pada pemeriksaan dengan sinar X setelah 5 minggu sedangkan periostitis setelah 16 minggu.

Tanda-tanda osteokondritis menghilang setelah 6 bulan tetapi periostitis menetap dan menjadi

lebih jelas.

1. Kelainan kelenjar getah bening : terdapat limfadenopati generalisata

1. Kelainan alat-alat dalam : hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis,

pneumonia

2. Kelainan mata : Korioretinitis, glaukoma dan uveitis

1. Kelainan hematologi : anemia, eritroblastemia, retikulositosis,

trombositopenia, diffuse intravascular coagulation (DIC)

2. Kelainan susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak

diobati secara adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu

perkembangan intelektual1

3. Sifilis kongenital lanjut

Sifilis ini biasanya timbul setelah umur 2 tahun, lebih dari setengah jumlah penderita tanpa

manifestasi klinik, kecuali tes serologis yang reaktif. Titer serologis sering berfluktuasi, sehingga

jika dijumpai keadaan demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Gambaran klinis dari sifilis

kongenital dapat di bedakan dalam 2 tipe :4

a. Inflamasi sifilis kongenital lanjut

Pada keadaan ini yang paling pentig adalah adanya lesi kornea, tulang, dan sistem saraf

pusat. Dapat dijumpai kelainan sebagai berikut :

Page 5: Sifilis Pada Ibu Hamil

1. Kornea : Keratitis Intersisial

Biasanya terjadi pada umur pubertas, dan terjadi bilateral. Pada kornea timbul pengaburan

menyerupai gelas disertai vaskularisasi sklera. Keadaan ini dimulai dengan peradangan perikorneal

berat dan kemudian berlanjut dengan perselubungan difus kornea oleh bayangan putih tanpa

adanya ulserasi pada permukaan kornea, terjadi pada 20-50 % kasus sifilis kongenital lanjut.

2. Tulang : Perisynovitis (Clutton’s joint)

Mengenai kedua lutut, yang akan mengakibatkan terjadinya bengkak tanpa nyeri yang simetris.

3. Sistem saraf pusat

Lesi pada sistem saraf pusat dapat terjadi pada sifilis kongengital lanjut. Biasanya yang menjadi

tanda lesi SSP pada sifilis kongenital adalah dengan adanya kelemahan umum (generalized

paresis) dan renjatan.

b. Stigmata sifilis kongenital

Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan kelainan yang

khas. Parut dan kelainan demikian disebut dengan stigmata sifilis kongenital,akan tetapi  hanya

sebagian penderita yang menunjukkan gambaran tersebut.Ditemukannyastigmata ini dapat

menjadi salah satu pegangan unuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.Pada stigmata sifilis

kongenital, hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya trias Hutchinson, yaitu :4

1. Perubahan pada gigi insisivus menjadi datar dan seperti gergaji

2. Opasitas kornea (kornea ditutupi kabut berwarna putih) tanpa ilserasi permukaan kornea.

3. Ketulian karena ganguan nervus akustikus (N.VIII). Ketulian biasanya terjadi mendekati masa

pubertas, tetapi kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.

Selain itu ditemukan pula kelainan sebagai berikut :

1. Neurosifilis

Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis yang didapat. Tabes dorsalis agak

jarang dibandingkan dengan sifilis yang didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan dengan

sifilis yang didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Kejang juga

sering terjadi pada kasus sifilis kongenital ini.

Page 6: Sifilis Pada Ibu Hamil

2. Tulang dan palatum

Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang (sabre), tulang frontal yang menonjol,

atau dapat juga terjadi kerusakan akibat gumma yang menyebabkan destruksi terutama pada

septum nasi atau pada palatum durum. Perforasi palatum dianggap terjadi pada sifilis kongenital.

3. Gigi molar Mulberry (Mulberry’s molar)

Biasanya pada molar I dan muncul pada usia 6 tahun, merupakan gambaran gigi yang hiperplastik

dengan permukaan oklusal yang mendatar (flattening) serta diliputi oleh serbukan yang

menandakan kerapuhan gigi.

4. Sifilis rinitis infantil dan nasal chondritis

Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade yang disebut sifilis rinitis infantil. Nasal

chondritis merupakan kelainan yang disebabkan oleh pendataran tulang pembentuk hidung,

gambaran ini biasa disebut dengan saddle nose.3,4,8

1. G. Diagnosis

Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan identifikasi T.pallidum. Selain itu, sifilis

kongenital dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada bayi lahir mati.

Untuk pemeriksaan pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan USG

dapat dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali dan hidramnion.

Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk mencari adanya treponema.

Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan mikroskop lapagan gelap atau imunofluoresensi dapat

dilakukan apabila dijumpai secret hidung, mucous patches, lesi vesiko bulosa atau kondiloma lata.

Namun, cara konvensional untuk pengambilan specimen tidak sensitive dan merupakan prosedur

invasive, sehingga sulit dilakukan dan hanya dilakukan pada bayi dengan lesi luas. Selain itu,

terdapat beberapa kendala yang menyebabkan identifikasiT.pallidum sulit dilakukan untuk

menegakkan diagnosis sifilis kongenital, yaitu :

a) T.pallidum bersifat tidak dapat dibiakkan dan sulit ditemukan pada spesmen klinis

b) Analisis serologic pada bayi rumit oleh adanya antibody maternal yang didapat transplasental

c) Sebagian besar bayi sakit yang hidup tidak menunjukkan adanya tanda infeksi

Untuk menegakkan diagnosis klinis sifilis kongenital, saat ini di AS digunakan dua criteria, yaitu

kriteria dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan kriteria Kaufman

yang dimodifikasi.

1)      Kriteria Kaufman yang dimodifikasi.

Pasti (definite)

Dijumpai T.pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan histologik

Sangat Mungkin (probable)

Page 7: Sifilis Pada Ibu Hamil

1. Peningkatan titer VDRL dalam waktu 3 bulan atau tes serologic untuk sifilis (TSS) reaktif yang

tidak berubah menjadi non reaktif dalam waktu 4 bulan

2. Satu kriteria mayor atau dua minor dan disertai TSS reaktif atau tes FTA reaktif

3. Satu kriteria mayor dan satu kriteria minor

Kriteria mayor berupa kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis hemoragik

Kriteria minor berupa fisura pada bibir, lesi kulit, mucous patch,

hepatomegali,splenomegali, limfadenopati generalisata, kelainan SSP, anemia hemolitik, sel

cairan serebrospinal (CSS) >20, protein >100.2

2)      Kriteria CDC yang di revisi

Pasti (confirmed)

Diijumpai T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap

Tersangka (presumtive)

1. Semua bayi yang ibunya menderita sifilis tanpa pengobatan atau mendapat pengobatan tidak

adekuat selama kehamilan

2.  Semua bayi dengan TSS reaktif dan satu dari keadaan di bawah ini :

- Gambaran sifilis kongenital pada pemeriksaan fisik

- VDRL CSS reaktif/ hitung sel CSS ≥ 5/protein CSS ≥ 50 diluar sebab lain.

- Tes FTA-abs-19S-antibodi IgM reaktif

3.  Bayi lahir mati (syphilitic stillbirth)

Kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu atau berat janin ≥500 gram pada wanita yang

menderita sifilis tanpa pengobatan atau memperoleh pengobatan tidak adekuat saat melahirkan.

1. H. Penatalaksanaan

Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada

bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat

maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi.

Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada

kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :

Page 8: Sifilis Pada Ibu Hamil

1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).

Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest

600.000 unit IM selama 10 hari.

2) Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama

infgeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)

Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau dengan

penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.

3) Neurosifilis

Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4

MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu

pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G

prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian

benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut CDC

tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :

a) Menderita sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium dan/radiologik,

b) Mempunyai titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya

c) Dilahirkan oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak

diketahui, tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.

d) Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis

e) Titer pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.

f) Hasil tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau

g) Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema.

Page 9: Sifilis Pada Ibu Hamil

Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita

sifilis dan diobati selama kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa diamati.

Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu diagnosis pasti secara

klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilinbergantung usia bayi. Pada

usia ≤ 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia 1 minggu – ≤ 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan

setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.2

1. 1. Pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998

Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis

Penisilin G prokain 50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari.

Bayi normal

a)      Ibu sifilis dini dan/atau tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan :

Aqueous penisilin G 50.000 unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau penisilin

prokain G 50.000 unit/kgBB IM, 10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau

benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal

b)      Ibu sifilis laten lanjut, atau

c)      Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain penilin, atau

d)     Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau

e)      Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non treponema tidak

turun 4 kali lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal

f)       Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer nontreponema turun 4 kali

lipat, dilakukan : Pengamatan klinis dan serologik, atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM,

dosis tunggal bila pengamatan tidak memungkinkan

g) Ibu mendapat terapi adekuat sebelum kehamilan dan titer stabil (VDRL≤ 1:2) selama

kehamilan, dilakukan : Pengamatan klinis dan serologic. Menurut CDC 1998, diluar masa neonatus,

anak yang didiagnosis sifilis congenital harus diperiksa CSS untuk menyingkirkan neurosifilis dan

menentukan sifilis congenital atau sifilis didapat. Semua anak yang diduga menderita sifilis

kongenital atau dengan kelainan neurologik diberikan aqueous penisiline G 50.000 unit/kgBB IV/IM

tiap 4-6 jam selama 10-14 hari. Pemberian penisilin prokain tidak dianjurkan.

Page 10: Sifilis Pada Ibu Hamil

1. 2. Pengobatan alternatif untuk pasien alergi penisilin

Bila alergi terhadap penisilin, sebagai obat alternatif diberikan obat tetrasiklin dan eritromisin.

Tetapi efektifitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan penisilin. Penggunaan sefriakson pada

wanita hamil belum ada data yang lengkap.

1. 3. Pemeriksaan Setelah Pengobatan

Pemeriksaan penderita sifilis dini harus dilakukan, bila terjadi infeksi ulang setelah pengobatan.

Setelah pemberian penisilin G, maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan kemudian untuk

penentuan hasil pengobatan. Pengalaman menunjukkan bahwa infeksi ulang sering terjadi pada

tahun pertama setelah pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan 6-12 bulan setelah pengobatan.

Penderita yang diberi pengobatan selain penisilin harus lebih sering diperiksa.

a. Semua penderita sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis harus diamati bertahun-tahun,termasuk

klinis, serologis dan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan bila perlu radiologis.

b.  Pada semua tingkat sifilis, pengobatan ulang diberikan bila :

a)  tanda-tanda dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang persisten atauberulang.

b) Terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kali pengenceran ganda.

c) Pada mulanya tes nontreponemal dengan titer tinggi (> 1/8) persisten bertahuntahun.

d) Harus dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang setelah diberi pengobatan,

kecuali ada infeksi ulang atau diagnosis sifilis dini dapat ditegakkan.

e) penderita harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun. Pada umumnya

hanya sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada penderita akan

stabil dengan titer rendah.9

1. I. Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada sifilis kongenital antara lain sebagai berikut :

1. Iktiosis lamellar

Kelainan ini berisfat autosomal resesif, timbul pada waktu lahir. Lokalisasinya lipatan tubuh,

batang tubuh dan monomorf. Efloresensinya sisik-sisik besar datar dan bewarna gelap.

Page 11: Sifilis Pada Ibu Hamil

2. Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)

Lesi kulit menyeluruh, bula eritematosa, ukuran cukup besar, superficial, dan mudah pecah.

Seringkali dijumpai pada bayi. Pada penyembuhan tampak jaringan parut, hal ini disebabkan oleh

peran epidermolytic toxin, cleavage planedalam stratum granulosum sehingga terjadi

pengumpulan cairan dalam bula secara pasif.

3. Staphylococcal scarlatiniform eruption

Lesi kulit menyeluruh, berupa macula eritematosa di sekitar bibir, hidung, leher, dan aksila.

Kemudian menyebar ke seluruh badan namun

4. Toxic shock syndrome

Kelainan kulit berupa eritroderma yang menyeluruh dapat berbentuk komponen petekie maupun

skarlatiform.

5. Malnutrisi (Marasmik-kwashiorkor)

Pada keadaan malnutrisi ini, pada kulit dapat ditemukan hiperpigmentasi, likenifikas, deskuamasi,

eskoriasi, dan edema. Pada mukosa mulut timbul erosi, rambut halus, lurus, mudah di lepas, dan

muka seperti orang tua.

6. Morbili kongenital

Adanya bercak koplik, yakni bercak kecil sebesar jarum pentul berwarna kemerahan terletak di

daerah mukosa di depan gigi molar, ruam berwarna kecoklatan. Di daerah muka, leher, dan bagian

tubuh sebelah atas ruam tampak bersatu, sedangkan di tubuhbagian bawah ruam  menyebar

7. Dermatitis seboroik

Karakteristik lesi adanya sisik, kemerahan dengan daerah predileksi muka, kulit kepala dan lipatan

kulit, skuamanya berminyak, berwarna kekuningan dengan batas tidak tegas

8. Infantile acne (acne neonatorum)

Secara klinis, akne neonatorum merupakan erupsi polimorf dengan eritema, pustule,

komedo pada pipi13,14,15

1. J. Pencegahan

Sifilis kongenital adalah penyakit yang dapat dicegah, yaitu melalui deteksi sifilis selama

kehamilan. Tindakan utama pada pencegahan sifilis kongenital adalah identifikasi dan pengobatan

Page 12: Sifilis Pada Ibu Hamil

wanita hamil yang teriinfeksi sifilis, karena pengobatan sifilis pada kehamilan dengan

menggunakan penisilin dapat mencegah infeksi kongenital sampai 98%. Tes serologi (VDRL dan

TPHA) harus dilakukan pada perawatan kehamilan (prenatal care), yaitu saat kunjungan pertama,

sedangkan pada kelompok risiko tinggi, dilakukan pada pemeriksaan ulang pada usia kehamilan

28 minggu dan saat persalinan. Apabila dijumpai hasil tes seropositif, harus diberikan pengobatan.

Namun, kehamilan kadang menimbulkan tes nontreponema positif palsu, dan pada keadaan

seperti ini dilakukan anamnesis yang rinci, pemeriksaan fisik cermat dan pengamatan serologik.

Bila tidak memungkinkan, diberikan terapi, terutama bila titer pada pemeriksaan VDRL > 1:2 pada

pemeriksaan pertama.

Bayi dengan test serologik reaktif perlu dilakukan pemeriksaan nontreponema beberapa kali

setelah pengobatan sampai diperoleh hasil nonreaktif. Biasanya dilakukan pada usia 2, 4, 6, 12

dan 15 bulan. Pada bayi dengan sifilis kongenital, tes serologik nontreponema biasanya menjadi

nonreaktif dalam waktu 12 bulan setelah terapi adekuat. Adanya tes treponema reaktif setelah

anak berusia lebih dari 15 bulan, saat anak sudah tidak memiliki antibody maternal, membantu

menegakkan diagnosis sifilis kongenital. Hasil serologik CSS yang reaktif 6 bulan setelah terapi

sifilis kongenital, merupakan indikasi pengobatan ulang, demikian pula bila titer menetap.

1. k. Prognosis

Prognosis sifilis kongenital bergantung periode munculnya gejala, kerusakan yang terjadi, dan

penatalaksanaan. Semakin dini gejala muncul, semakin banyak jaringan yang rusak dan

penatalaksanaan yang kurang tepat maka akan semakin buruk prognosisnya. Kelainan yang

ditimbulkan stigmata sifilis kongenital akan menetap, misalnya gigi huchinton, keratitis interstitial,

ketulian nervus VIII, dan Clutton’s joint. Meskipun telah diobati, tetapi pada 70% kasus ternyata tes

reagin tetap positif.