sidharta adyatma, nasruddin, arif rahman nugroho, ellyn ...eprints.ulm.ac.id/302/1/jurnal bulan juli...

111
Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN Ketua Penyunting: Deasy Arisanty Penyunting Pelaksana: Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani, Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati, Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin. Penelaah: Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro (Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat), Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman), Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya). Pembantu Tata Laksana: Hasa Noor Hasadi Alamat Penyunting: Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511) 3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, E- mail:[email protected], HP 081348260253. Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan Geografi). Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalamjurnal ini.

Upload: duongdiep

Post on 05-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Terbit setiap dua bulan sekali pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan

November yang kajian bidang geografi dan pendidikan geografi . ISSN

Ketua Penyunting:

Deasy Arisanty

Penyunting Pelaksana:

Sidharta Adyatma, Nasruddin, Arif Rahman Nugroho, Ellyn Normelani,

Karunia Puji Hastuti, Parida Angriani, Eva Alviawati, Rosalina Kumalawati,

Norma Yuni Kartika, Nevy Farista Aristin.

Penelaah:

Junun Sartohadi (Universitas Gadjah Mada), Herry Porda Nugroho Putro

(Universitas Lambung Mangkurat), Wahyu (Universitas Lambung Mangkurat),

Ariyani (Universitas Negeri Semarang), Iya Setiasih (Universitas Mulwarman),

Nugroho Hari Purnomo (Universitas Negeri Surabaya).

Pembantu Tata Laksana:

Hasa Noor Hasadi

Alamat Penyunting:

Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP, Jl. H. Hasan Basry, Telp. (0511)

3304914, Fax: (0511) 3304914, Banjarmasin, 70123, E-

mail:[email protected], HP 081348260253.

Jurnal Pendidikan Geografi diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan

Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung

Mangkurat bekerjasama dengan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Regional

Kalimantan. Ketua Program Studi: Sidharta Adyatma, Sekretaris: Karunia Puji

Hastuti. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan nama JPG (Jurnal Pendidikan

Geografi).

Penyunting menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan dalam

media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat diperiksa

pada Petunjuk Bagi Penulis disampul belakang dalamjurnal ini.

DAFTAR ISI

Jurnal Halaman

1. Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) Terhadap

Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin ................................... 1

2. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/Sederajat di Kecamatam

Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 .................... 15

3. Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor PadaRuas Jalan di

Kecamatan Banjarmasin Tengah ................................................................. 25

4. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013...................... 34

5. Pengetahuan Guru IPS Terpadu Smp/SederajatKecamatan Sungai

Tabuk Tentang Kurikulum 2013 ................................................................. 45

6. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Sebuku

Iron Lateritic Ores (Pt. Silo) Terhadap Tingkat Pendapatan

Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku,

Kabupaten Kotabaru .................................................................................... 56

7. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) Melati Raya di Desa Jingah Habang Ilir

Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar ................................................ 70

8. Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Terhadap

Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9

Banjarmasin ................................................................................................. 77

9. Pengetahuan Guru Sma Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013 ..... 87

10. Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Pada Mata

Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014 .............................................. 98

1

PENGARUH PEMANFAATAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 9

BANJARMASIN

Oleh:

Rahimah, Arif Rahman Nogruho, Parida Angrini

Abstrak Judul penelitian ini adalah “pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin

(BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan bantuan siswa miskin

(BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarasin.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa penerima BSM kelas VII, VII,

dan IX SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu berjumlah 154 siswa, karena teknik

pengambilan sampel menggunakan sampel penuh maka sampel yang diambil

seluruh populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi

dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi

product moment.

Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin

menunjukkan bahwa (26,62%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku

pelajaran, (16,13%) siswa menggunakan BSM untuk membeli buku bacaan,

(55,84%) siswa menggunakan BSM untuk membeli alat tulis sekolah, (33,77%)

siswa manggunakan BSM untuk membeli seragam sekolah, (61,04%) siswa

menggunakan BSM untuk membeli perlengkapan sekolah, (5,19%) siswa

menggunakan BSM untuk biaya transportasi ke sekolah, (19,48%) siswa

menggunakan BSM untuk uang saku ke sekolah, (13,64%) siswa menggunakan

BSM untuk biaya kursus. ((92,86%) semangat siswa untuk mengulang pelajaran,

(73,38%) keinginan siswa untuk mengikuti ekstra kurikuler, (30,52%) siswa

mengikuti kursus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara

pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa.

Kata kunci: Pemanfaatan, Bantuan Siswa Miskin (BSM), Motivasi Belajar.

I. PENDAHULUAN

SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah sekolah dengan jumlah penerima dana

BSM yang paling banyak dibandingkan dengan sekolah yang lainnya. Jumlah

penerima dana BSM di SMP Negeri 9 Banjarmasin yaitu 166 siswa, diantaranya

terdiri dari 65 siswa laki-laki dan 101 siswa perempuan.

Penerima dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) tahun ajaran 2013/2014

untuk kelas VII, VIII dan IX, di mana kelas VII berjumlah 77 siswa, kelas VIII

berjumlah 48 siswa, dan kelas IX berjumlah 41 siswa. Target utama penerima

dana BSM adalah siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dan ditujukan

untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutukan sekolah selama duduk

dibangku sekolah seperti membeli buku pelajaran, alat tulis dan perlengkapan

siswa yang lainnya.

Siswa yang mendapatkan dana BSM diharapkan dapat termotivasi untuk

lebih giat belajar dan mempermudah siswa dalam proses belajar. Motivasi belajar

adalah usaha seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan

antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu kegiatan, baik yang bersumber dari

dalam diri individu maupun luar individu (Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam

Fatmawati, 2012).

Hasil observasi awal peneliti yaitu wawancara dengan salah satu murid di

SMP Negeri 9 Banjarmasin yang bernama Hidayatullah, menyatakan bahwa ia

hampir putus sekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah sebelum mendapatkan

dana Bantuan Siswa Miskin (BSM), setelah mendapatkan dana BSM ia

manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya dan membuat lebih semangat

untuk belajar.

Peneliti menemukan masalah berdasaarkan pada uraian sebelumnya,

masalah di SMP Negeri 9 yaitu terdapat anak yang terancam putus sekolah karena

kekurangan biaya untuk memenuhi kebutuhannya bersekolah. Peneliti tertarik

untuk melukukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa

Miskin (BSM) Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”.

Tujuan penelitian adalah “mengetahui pengaruh pemanfaatan Bantuan

Siswa Miskin (BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9

Banjarmasin”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bantuan siswa miskin (BSM)

a. Pengertian Bantuan Siswa Miskin (BSM)

Bantuan bagi siswa miskin disebut dengan Bantuan Siswa Miskin (BSM)

adalah pemberian bantuan dari pemerintah bagi siswa miskin berupa uang tunai

yang diberikan langsung kepada siswa sekolah sesuai kriteria yang telah

ditetapkan (Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 16/PB/2012).

b. Tujuan BSM

BSM memiliki tujuan untuk (Muhammad, 2013), yaitu: 1) Menghilangkan

halangan siswa miskin untuk akses pelayanan pendidikan; 2) Mencegah angka

putus sekolah dan menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali; 3) Membantu

siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan pembelajaran;

4) Mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun,

pendidikan menengah, dan pendidikan menengah universal.

c. Pemanfaatan BSM

Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimanfaatkan oleh siswa untuk

pembiayaan keperluan pribadi siswa dalam rangka penyelesaian pendidikan pada

jenjang pendidikan masing-masing siswa penerima BSM, antara lain digunakan

untuk: 1) Pembelian buku dan alat tulis sekolah; 2) Pembelian pakaian dan

perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll); 3) Biaya transportasi ke sekolah; 4) Uang

saku siswa ke sekolah; 5) Biaya kursus/les tambahan (Muhammad, 2013).

3

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang

untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005

dalam Nakman, 2012). Motivasi adalah kakuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasisme dalam melaksanakan sesuatu

kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu maupun luar individu

(Haryanto dan Yudhawati, 2011 dalam Fatmawati, 2012). Motivasi adalah usaha

dari pihak luar dalam hal ini seperti guru untuk mendorong, mengaktifkan, dan

menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran (Munadi, 2013).

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat

menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2005).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Tabel 1

menunjukkan jumlah penerima dana BSM Tahun Ajaran 2013/2014.

Tabel 1. Jumlah Populasi Penerima Dana BSM

Tahun Ajaran 2013/2014

No Kelas Jumlah siswa penerima dana BSM

1 VII 71

2 VIII 46

3 IX 37

Jumlah 154 Sumber: SMP Negeri 9 Banjarmasin

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah sampel jenuh. Sampel Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Sampel

dalam penelitian ini adalah semua siswa penerima dana Bantuan Siswa Miskin

(BSM) kelas VII, VIII dan IX Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 154

siswa.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data: (1) Data

primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung

dari sumber datanya (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik pengumpulan data primer

dilakukan dengan pengumpulan data yang pertama diambil dari sumber pertama,

meliputi observasi dan kuiseoner dari siswa penerima dana BSM di SMP Negeri 9

Banjarmasin. (2) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbegai sumber yang telah ada (Ngadiyana,dkk., 2011). Teknik

pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data melalui studi

dokumen dan studi pustaka.

Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh atau angka yang siap

dianalisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik

(Ngadiyana,dkk., 2011). Data spasial diwujudkan dalam bentuk peta tematik.

Langkah-langka pengolahan data dalam penelitian ini yaitu: (1) Editing

(Pengeditan), (2) Coding (Pengkodean), (3) Scoring (Skor), (4) Tabulating

(Tabulasi).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif

kuantitatif. Rumus yang digunakan adalah rumus persentase dan korelasi product

moment. bertujan untuk mengetahui hubungan dana bantuan siswa miskin dengan

motivasi belajar siswa.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Bantuan siswa miskin (BSM)

a. Pembelian Buku

Jumlah persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan

untuk membeli buku pelajaran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Responden yang Membeli Buku Pelajaran

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 41 26,62

Tidak 113 73,38

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 2 dengan Tabel 3.

Tabel 3. Buku Pelajaran yang di Beli Responden

Alternatif jawaban Harga Frekuensi

(F) Persentase (%)

IPS Terpadu > Rp 60.000 8 12,12

IPA Terpadu >Rp 60.000 10 15,15

Matematika >Rp 60.000 8 12,12

B.Inggris >Rp 60.000 10 15,15

B. Indonesia Rp 31.000- Rp 40.000 11 16,67

Pendidikan Agama

Islam (PAI) Rp 31.000-Rp 40.000 4 6,06

Detik-Detik UN >Rp 60.000 15 22,73

Jumlah 66 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa

Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli

oleh siswa adalah buku pelajaran. Buku pelajaran yang dibeli seperti buku IPS

Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Inggris, B.Indonesia, Pendidikan Agama

Islam (PAI), Detik-detik UN. Siswa yang mendapatkan Dana BSM namun tidak

digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan. Siswa yang

5

memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan bukanlah

pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang dimaksudkan

siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran berikutnya, hal

ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan tujuan

pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

b. Pembelian Buku Bacaan

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

membeli buku bacaan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Responden yang Membeli Buku Bacaan

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 25 16,23

Tidak 129 83,77

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 5 dengan Tabel 5.

Tabel 5. Buku Bacaan yang di Beli Responden

Alternatif

jawaban Harga

Frekuensi

(F) Persentase (%)

Novel >Rp 50.000 19 63,33

Cerpen Rp 21.000 - Rp 30.000 3 10

Komik /Rp 21.000 - Rp 30.000 6 20

Cerita Dongeng - - -

Majalah Rp 21.000 – Rp 30.000 2 3,03

Jumlah 30 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa

Miskin yang diberikan oleh pemerintah untuk membeli buku. Buku yang dibeli

oleh siswa salah satunya adalah buku bacaan. Buku bacaan yang dibeli oleh siswa

seperti novel, komik, cerpen, dan majalah, hal ini sesuai dengan tujuan

diadakannya program bantuan siswa miskin. Siswa yang mendapatkan Dana BSM

namun tidak digunakan untuk membeli buku, dimanfaatkan sebagai tabungan.

Siswa yang memanfaatkan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan

bukanlah pemanfaatan yang dimaksudkan oleh pemerintah, namun jika yang

dimaksudkan siswa dengan tabungan adalah untuk pembelian buku tahun ajaran

berikutnya, hal ini tidak dilarang selama pemanfaatannya masih sesuai dengan

tujuan pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

c. Pembelian Alat Tulis Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

membeli alat tulis sekolah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Responden yang Membeli Alat Tulis Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 86 55,84

Tidak 68 41,16

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 6 dengan Tabel 7.

Tabel 7. Alat Tulis Sekolah yang di Beli Responden

Alternatif jawaban Harga perbuah Frekuensi (F) Persentase (%)

Pulpen Rp.500-Rp 3000 86 22,63

Buku Tulis Rp.3100-Rp.4000 70 18,42

Buku Gambar Rp.3100-Rp.4000 38 10,00

Penggaris Rp.500-Rp 3000 69 18,15

Pensil Rp.500-Rp 3000 66 17,37

Pensil Warna >Rp.5000 36 9,47

Kotak Pensil >Rp.5000 6 1,58

Jangka >Rp.5000 3 0,79

Jumlah 380 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa

Miskin untuk membeli alat tulis sekolah seperti pulpen, buku tulis, buku gambar,

penggaris, pensil, pensil warna, kotak pensil, dan jangka, serta alat tulis sekolah

yang lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan dari memanfaatan dana Bantuan

Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah pembelian alat tulis sekolah.

d. Pembelian Seragam Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

membeli seragam sekolah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Responden yang Membeli Seragam Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 52 33,77

Tidak 102 66,23

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 8 dengan Tabel 9.

7

Tabel 9. Seragam Sekolah yang Dibeli Responden

Alternatif jawaban Harga Frekuensi (F) Persentase (%)

Putih Biru > Rp 70.000 46 43,39

Sasirangan Rp 41.000-Rp.50.000 21 19,81

Batik >Rp 70.000 1 0,94

Pramuka >Rp 70.000 21 19,81

Olahraga Rp 41.000-Rp50.000 18 16,98

Jumlah 106 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk

membeli pakaian sekolah (seragam sekolah) seperti seragam sekolah putih biru,

sasirangan, barik, pramuka, dan seragam olah raga. Siswa SMP Negeri 9

Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai

dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk membeli pakaian sekolah

e. Pembelian Perlengkapan Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

membeli perlengkapan sekolah disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Responden yang Membeli Perlengkapan Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 94 61,04

Tidak 60 38,96

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 10 dengan Tabel 11.

Tabel 11. Perlengkapan Sekolah yang Dibeli Responden

Alternatif jawaban Harga perbuah Frekuensi

(F)

Persentase

(%)

Sepatu sekolah >Rp50.000 74 36,09

Tas Sekolah >Rp 50.000 52 25,36

Topi Sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58

Dasi sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 34 16,58

Kacu Pramuka Rp 21.000-Rp 30.000 6 2,92

Kaos Kaki Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97

Kerudung sekolah Rp 21.000-Rp 30.000 2 0,97

Jumlah 205 100

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa

Miskin untuk membeli perlengkapan sekolah sekolah seperti sepatu sekolah, tas

sekolah, topi sekolah, dasi sekolah, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung

sekolah, serta perlengkapan sekolah lainnya yang diperlukan oleh siswa. Tujuan

dari memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah

pembelian perlengkapan sekolah.

f. Biaya Tansportasi Ke Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

biaya transportasi ke sekolah disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Responden yang Menggunakan BSM untuk

BiayaTransportasi ke Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 8 5,19

Tidak 145 94,16

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 12 dengan Tabel 13.

Tabel 13. Transportasi yang Digunakan Responden

Alternatif jawaban Harga perbulan Frekuensi (F) Persentase (%)

Angkot Rp 60.000 1 12,5

Ojek Rp 60.000 6 75

Sepeda Motor Rp 60.000 1 12,5

Jumlah 8 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memanfaatkan dana Bantuan Siswa

Miskin sebagai biaya transportasi ke sekolah biaya angkot, ojek, dan biaya

pembelian bahan bakar minyak untuk sepeda motor bagi siswa yang berangkat ke

sekolah menggunakan sepeda motor pribadi. Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin

yang mendapatkan dana BSM juga banyak yang menggunakan sepeda dan

diantar oleh orangtuanya ke sekolah dan dana BSM yang mereka dapatkan tidak

digunakan untuk biaya transportasi melainkan untuk ditabung. Tujuan dari

memanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satunya adalah

pemanfaatan untuk biaya transportasi ke sekolah.

g. Uang Saku Sekolah

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan sebagai

uang saku ke sekolah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Responden yang Menggunakan BSM untuk Uang

Saku ke Sekolah

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 30 19,48

Tidak 124 80,52

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

9

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 14 dengan Tabel 15.

Tabel 15. Uang Saku yang Digunakan Responden

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Rp 60.000 / bulan 22 73,33

Rp 80.000 / bulan 4 13,33

Rp 150.000 / bulan - -

>Rp 150.000 / bulan 4 13,33

Jumlah 30 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan uang saku ke

sekolah. Siswa SMP Negeri 9 Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah

memanfaatkan dana BSM sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu

sebagai uang saku ke sekolah

h. Biaya Kursus

Persentase responden yang menjawab dana BSM dimanfaatkan untuk

biaya kursus disajikan pada Tabel 16.

Tabel 17. Responden yang Menggunakan BSM untuk Biaya Kursus

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 21 13,64

Tidak 133 86,36

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 16 dengan Tabel 17.

Tabel 17. Kursus yang Diikuti Oleh Responden

Alternatif jawaban Biaya Persemester Frekuensi

(F)

Peresentase

(%)

Les Private Rp.100.000-Rp.150.000 9 40,90

Primagama >Rp.250.000 3 13,63

Ganesha >Rp.250.000 1 4,54

Kursus B. Inggris Rp.200.000-Rp.250.000 4 18,18

Kursus Komputer >Rp.250.000 3 13,63

Kursus Matematika Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54

Kursus IPA Terpadu Rp.150.000-Rp.200.000 1 4,54

Jumlah 22 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk biaya

kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus B.Inggris, kursus

komputer, kursus Matematika, kursus IPA Terpadu. Siswa SMP Negeri 9

Bajarmasin yang mendapatkan dana BSM telah memanfaatkan dana BSM sesuai

dengan tujuan dari pemanfaatan BSM yaitu untuk biaya kursus.

2. Motivasi Belajar

a. Semangat Mengulang Pelajaran

Persentase responden yang menjawab semangat mengulang pelajaran

disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Semangat Responden Mengulang Pelajaran

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 143 92,86

Tidak 11 7,14

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 28 dengan Tabel 19 dan Tabel 20.

Tabel 19. Buku Pelajaran yang Sering Dibaca Responden

Alternatif jawaban

Belajar saat di

rumah dalam

seminggu

Frekuen

si (F)

Persentase

(%)

IPS Terpadu 2 kali 114 17,24

IPA Terpadu 2 kali 121 18,30

Matematika 2 kali 117 17,70

B.Indonesia 2 kali 104 15,73

B. Inggris 2 kali 99 14,97

Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 kali 90 13,61

PKN 1 kali 5 0,75

TIK 1 kali 7 1,05

Keterampilan 1 kali 1 0,15

Pendidikan Agama Kristen 1 kali 1 0,15

Detik-Detik UN 3 kali 4 0,60

Jumlah 661 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

11

Tabel 20. Durasi Waktu Belajar Responden

Alternatif jawaban

Durasi waktu

belajar di

rumah

Frekuensi

(F)

Persentase

(%)

IPS Terpadu 1 jam 113 17,27

IPA Terpadu 1-2 jam 120 18,34

Matematika 1-2 jam 118 17,88

B.Inggris 1 jam 103 15,74

B. Indonesia 1 jam 99 15,13

Pendidikan Agama Islam (PAI) 1 jam 89 13,60

PKN 1 jam 4 0,61

TIK 1 jam 5 0,76

Keterampilan 1 jam 1 0,15

Pendidikan Agama Kristen 1 jam 1 0,15

Detik-Detik UN 1-2 jam 4 0,61

Jumlah 654 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki semangat untuk belajar seperti

belajar IPS Terpadu, IPA Terpadu, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris,

pendidikan Agam Islam (PAI), PKN, TIK, Keterampilan, Pendidikan Agama

Kristen, dan Detik-detik UN, dapat dilihat dari hasil analisis penelitian yang

menyatakan bahwa siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin bersemangat untuk belajar

baik di sekolah maupun di rumah. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk

bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam

Nakman, 2012).

b. Keinginan Siswa Untuk Mengikuti Kegiatan Ekstra Kurikuler

Persentase responden yang menjawab keinginan untuk mengikuti ekstra

kurikuler disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Keinginan Responden untuk Mengikuti Ekstra Kurikuler

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 113 73,38

Tidak 40 25,97

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 21 dengan Tabel 22.

Tabel 22. Ekstra Kurikuler yang Diikuti Oleh Responden

Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki keinginan untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, mading, puisi, pidato, drumband,

habsy, karate, futsal, paskibraka, pencak silat, tari, basket, pengembangan bahasa,

paduan suara, sasirangan. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Motivasi

belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang untuk bertindak

melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005 dalam Nakman,

2012).

c. Dorongan Dari Diri Siswa Untuk Mengikuti Kursus

Persentase responden yang keinginan untuk mengikuti kursus disajikan

pada Tabel 23.

Tabel 23. Responden yang Mengikuti untuk Kursus

Alternatif jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

Ya 47 30,52

Tidak 107 69,48

Jumlah 154 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Responden yang menjawaba “Ya” boleh memilih alternatif jawaban yang

lain lebih dari satu jawaban, hal ini yang menyebabkan terjadi perbedaan

frekuensi antara Tabel 23 dengan Tabel 24.

Alternatif jawaban

Ekstra kurikuler

di sekolah dalam

seminggu

Frekuensi (F) Persentase (%)

Pramuka 1 kali 53 34,64

PMR 1 kali 16 10,45

Mading 1 kali 6 3,92

Puisi 1 kali 3 1,96

Pidato 1 kali 2 1,30

Drum Bnad 1 kali 18 11,76

Habsy 1 kali 6 3,92

Karate 1 kali 6 3,92

Futsal 2 kali 13 8,49

Paskibaka 2 kali 4 2,61

Pencak silat 1 kali 4 2,61

Tari 1 kali 3 1,96

Basket 2 kali 8 5,22

Pengembangan Bahasa 1 kali 4 2,61

Paduan suara 1 kali 6 3,92

Sasirangan 1 kali 1 0,65

Jumlah 153 100

13

Tabel 24. Kursus yang Diikuti Oleh Responden

Alternatif jawaban Kursus dalam

seminggu

Frekuensi

(F)

Peresentase

(%)

Les Private 2 kali 23 38,98

Primagama 2 kali 4 6,77

Ganesha 2 kali 5 8,47

Kursus B. Inggris 2 kali 7 11,86

Kursus Komputer 3 kali 4 6,77

Kursus Matematika 3 kali 10 16,94

Kursus Dance 2 kali 1 1,96

Wahana Vidya >3 kali 1 1,96

Kursus IPA Terpadu 2 kali 3 5,08

Kursus IPS Terpadu 2 kali 1 1,69

Jumlah 22 100 Sumber: Hasil analisis data primer, 2014

Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin memiliki dorongan dari dalam diri

sendiri untuk mengikuti kursus seperti les private, primagama, ganesha, kursus

B.Inggris, kursus komputer, kursus matematika, kursus dance, kursus vidya,

kursus IPA Terpadu, kursus IPS Terpadu. Sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa Motivasi belajar adalah tenaga atau inspirasi yang mendorong seseorang

untuk bertindak melakukan sesuatu prestasi yang tinggi (Retno Ningsih, 2005

dalam Nakman, 2012).

3. Pengaruh Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap Motivasi

Belajar

Hasil penelitan yang telah dilakukan di SMP Negeri 9 Banjarmasin adalah

tidak ada pengaruh antara pemanfataan Bantuan Siswa Miskin (BSM) terhadap

motivasi belajar siswa. Siswa tidak banyak menggunakan dana Bantuan Siswa

Miskin (BSM) sebagai dana untuk keperluan sekolah melainkan menjadikan dana

Bantuan Siswa Miskin (BSM) sebagai tabungan. Siswa lebih banyak

memanfaatkan dana bantun siswa miskin untuk membeli alat tulis sekolah dan

perlengkapan sekolah. Alat tulis sekolah yang dimaksudkan seperti pulpen, pensil,

buku tulis, buku gambar, pensil warna, penggaris, sedang perlengkapan sekolah

seperti sepetu, tas, topi, dasi, kacu pramuka, kaos kaki, dan kerudung sekolah.

V. KESIMPULAN

Hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin

(BSM) terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin dapat

disimpulkan bahwa pemanfatan Bantuan Siswa Miskin di SMP Negeri 9

Banjarmasin tidak ada pengaruh terhadap motivasi belajar.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih dIsampaikan kepada: (1) Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat; (2) Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi; (3) Bapak Arif Rahman Nugroho, S.Pd., M.Sc. dan Ibu

Farida Angriani, M.Pd.; (4) Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan

Geografi; (5) Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin beserta staf; (6) Bapak

kepala SMP Negeri 9 Banjarmasin beserta dewan guru; (7) Semua pihak yang

tidak dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati. 2012. Motivasi Siswa Kelas IX SMP Negeri Se-Kecamatan

Banjarmasin Barat Melanjutkan ke SMA/Sederajat di Banjarmasin. Skripsi

tidak diterbitkan. Banjarmasin: Strata Satu FKIP UNLAM.

Margono, S. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad, H. dan Achmad Jazidie. 2013. Panduan (BSM) bantuan siswa miskin

SD, SMP, SMA, dan SMK. Jakarta: Kemdikbud.

Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GP

Press Group.

Nakman. 2012. Pengaruh Penggunaan Bantuan Siswa Miskin Tehadap Semangat

Belajar Siswa, (online),(http: //SKRIPSI/Perpustakaan STAIN Salatiga.htm,

diakses 13 Januari 2014)

Ngadiyana, Y.M. Sidharta Adiyatma. Nasriddin. Ellyn Normelani. Dessy

Arisanty. Rosalina Kumalawati. Eva Alviawati. Norma Yuni Kartika.

Karunia Puji Hastuti. Parida Angriani. 2011. Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran dan Bantuan Siswa Miskin

dan Beasiswa Bakat dan Prestasi. Jakarta: Kementerian Keuangan Rapublik

Indonesia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

15

PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT

DI KECAMATAM BANJARMASIN TIMUR MENGHADAPI

PENERAPAN KURIKULUM 2013

Oleh:

Mita Ariany, H.Sidharta Adyatma, Parida Angriani.

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013”. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Timur yaitu sebanyak 28 orang. Sampel dalam penelitian

ini sebanyak 28 orang sehingga menggunakan sampel penuh. Teknik

pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer

didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat melalui studi

dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan tabulasi. Analisis

data menggunakan rumus banyak kelas, rumus kelas interval dan rumus

persentase.

Hasil dari penelitian tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013 diketahui bahwa mayoritas Guru IPS memiliki pengetahuan agak

rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase 82,14%,

hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari Dinas

Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013.

Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN

Mutu bangsa Indonesia tergantung pada pendidikan, terutama melalui

pendidikan formal yang diterima anak-anak di sekolah karena pendidikan

merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Pemerintah melalui

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan

inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi

kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional (Kunandar, 2013: 16). Undang – Undang No 20 Tahun 2003

pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 menyatakan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Indonesia sejak masa awal kemerdekaannya telah melakukan sepuluh kali

pergantian kurikulum. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai

penyempurnaan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberi

nama kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

(Kunandar, 2013: 16). Kementrian Pendidikan & Kebudayaan menyatakan bahwa

Kurikulum 2013 mengalami perubahan struktur pada semua jenjang satuan

pendidikan.

Peranan seorang guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangat penting

karena pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab seorang guru,

pernyataan disamping sejalan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang

Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (1) menyatakan bahwa tenaga kependidikan

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,

dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan,

didukung pada ayat (2) bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru dapat menjadi ujung tombok

serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Pentingnya pengetahuan

guru dalam mengimplementasikan kurikulum selain kompetensi, komitmen dan

tanggung jawab serta kesejahteraan yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan

saja menguasai apa yang harus dibelajarkan tapi bagaimana membelajarkan siswa

yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang

kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi,

bertanya, mencari tahu dan merefleksi (Hidayat, 2013).

Jumlah SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 12

Sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Jumlah Guru IPS Terpadu di

Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 28 Guru.

Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin menyatakan bahwa seluruh

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur belum menerapkan kurikulum

2013 dan masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penerapan kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara serentak di seluruh

Indonesia pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil observasi awal terhadap guru IPS

Terpadu di SMP Negeri 16 menyatakan bahwa guru mengaku sudah mengetahui

tentang Kurikulum 2013 tetapi guru mengaku masih bingung dalam

mengimplementasikan kurikulum 2013 karena kompetensi guru bukan hanya

menguasai apa yang harus diajarkan tapi bagaimana mengajarkan siswa dengan

cara menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan memberi ruang

kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi,

bertanya, mencari tahu dan merefleksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lahirnya kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan dan pergeseran

paradigma pembangunan, hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan

bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

17

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Kunandar, 2013: 16). Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 menyatakan bahwa Guru

diwajibkan melaksanakan struktur kurikulum 2013 yang terdiri dari:

a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik

pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti

menggunakan notasi sebagai berikut :

1). Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual

2). Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial

3). Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan

4). Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Kompetensi Inti Kelas

VII

Kompetensi Inti Kelas

VIII

Kompetensi Inti Kelas

IX

1. Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya

1. Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya

1. Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya

2. Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab,

peduli (toleransi,

gotong royong),

santun, percaya diri,

dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya

2. Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab,

peduli (toleransi,

gotong royong),

santun, percaya diri,

dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya

2. Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun,

percaya diri, dalam

berinteraksi secara

efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya

3. Memahami

pengetahuan (faktual,

konseptual, dan

prosedural)

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya terkait

fenomena dan

kejadian tampak mata

3. Memahami dan

menerapkan

pengetahuan (faktual,

konseptual, dan

prosedural)

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya terkait

fenomena dan

kejadian tampak mata

3. Memahami dan

menerapkan

pengetahuan (faktual,

konseptual, dan

prosedural)

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian

tampak mata

4. Mencoba, mengolah,

dan menyaji dalam

ranah konkret

(menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat) dan ranah

abstrak (menulis,

membaca,

menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang

dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang

sama dalam sudut

pandang/teori

4. Mengolah, menyaji,

dan menalar dalam

ranah konkret

(menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat) dan ranah

abstrak (menulis,

membaca,

menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang

dipelajari di sekolah

dan sumber lain yang

sama dalam sudut

pandang/teori

4. Mengolah, menyaji,

dan menalar dalam

ranah konkret

(menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat) dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari

di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam

sudut pandang/teori

b. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu

Mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti

yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan

alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yaitu :

1) Struktur Kurikulum mata pelajaran dan alokasi waktu (ISI) yang terdiri dari :

a). TIK menjadi media semua mata pelajaran

b). Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan

ekstrakurikuler

c). Jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10

d). Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan

pembelajaran

2). Proses Pembelajaran yang terdiri dari :

a). Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan

Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah,

Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

b). Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan

sekolah dan masyarakat

c). Guru bukan satu-satunya sumber belajar.

d). Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan

e). IPS diajarkan secara terpadu

3). Penilaian hasil belajar yang terdiri dari :

a). Penilaian berbasis kompetensi

b). Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan

berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan

hasil)

19

c). Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil

belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal

(maksimal)

d). Penilaian tidak hanya pada level KD (Kompetensi Dasar), tetapi juga

kompetensi inti dan SKL (Standar Kelulusan)

e). Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen

utama penilaian.

c. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta

didik dalam satu minggu, satu semester dan satu tahun pembelajaran.

1). Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu.

Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam

pembelajaran.

Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

2). Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit

18 minggu dan paling banyak 20 minggu.

3). Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan

paling banyak 20 minggu.

4). Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan

paling banyak 16 minggu.

5). Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling

banyak 40 minggu.

d. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti

sebagai berikut :

1). Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1

2). Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2

3). Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3

4). Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

e. Muatan Pembelajaran

Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu

untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS

dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social studies.

Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Mata pelajaran

IPS merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan

kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan

sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Tujuan

pendidikan IPS menekankan pada pemahaman tentang bangsa, semangat

kebangsaan, patriotisme, dan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang

atau space wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Integrasi berbagai

konsep dalam mata pelajaran IPS menggunakan pendekatan trans-disciplinarity

dimana batas-batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena

konsep-konsep disiplin ilmu berbaur atau terkait dengan permasalahan-

permasalahan yang dijumpai di sekitar. Kondisi diatas memudahkan pembelajaran

IPS menjadi pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran IPS diintegrasikan

melalui konsep ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat

dimana manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas

manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa

dimana kehidupan manusia terjadi.

III. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data

primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat

melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan

tabulasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui

Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur

Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013.

a. Pengetahuan Terhadap Kompetensi Inti

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia

peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal

berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan

kompetensi inti menggunakan notasi yaitu Kompetensi Inti-1 untuk kompetensi

inti sikap spiritual, Kompetensi Inti-2 untuk kompetensi inti sikap sosial,

Kompetensi Inti-3 untuk kompetensi inti pengetahuan dan Kompetensi Inti-4

untuk kompetensi inti keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru

IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa

sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 14 guru dengan

persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi

sebanyak 3 guru dengan persentase 14,29%. Mayoritas Guru IPS Terpadu

memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap Kompetensi

Inti sebanyak 21 guru dengan persentase 75%.

b. Pengetahuan Terhadap Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa mata pelajaran dan alokasi waktu disusun berdasarkan

21

kompetensi inti yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Mata

pelajaran dan alokasi waktu terdiri dari struktur mata pelajaran, proses

pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian kepada

Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui

bahwa sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah sebanyak 14 guru

dengan persentase 50%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan

sedang sebanyak 3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu

memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap mata pelajaran

dan alokasi waktu yaitu sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%.

c. Pengetahuan Terhadap Beban Belajar

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus

diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun

pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat Di Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar

guru memiliki pengetahuan agak rendah sebanyak 8 guru dengan persentase

28,57%, sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan sangat tinggi

sebanyak 1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap beban belajar yaitu

sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%.

d. Pengetahuan Terhadap Kompetensi Dasar

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi

inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di

Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki

pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 16 guru dengan persentase 57,14%,

sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak

3 guru dengan persentase 10,71%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu

sebanyak 25 guru dengan persentase 89,29%.

e. Pengetahuan Terhadap Muatan Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa muatan pembelajaran di Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari

berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) yang dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated social

studies. Berdasarkan hasil penelitian kepada Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di

Kecamatan Banjarmasin Timur diketahui bahwa sebagian besar guru memiliki

pengetahuan sangat rendah yaitu sebanyak 17 guru dengan persentase 60,71%,

sedangkan sebagian kecil guru memiliki pengetahuan agak tinggi yaitu sebanyak

1 guru dengan persentase 3,57%. Mayoritas Guru IPS Terpadu memiliki

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah terhadap kompetensi dasar yaitu

sebanyak 21 guru dengan persentase 74,99%.

f. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Di Kecamatan

Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menyatakan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013 menjelaskan tentang

5 subvariabel yaitu pengetahuan kompetensi inti yang terdiri dari sikap spiritual,

sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan mata pelajaran dan

alokasi waktu yang terdiri dari struktur mata pelajaran, proses pembelajaran dan

penilaian hasil belajar, pengetahuan beban belajar yang terdiri dari beban belajar

per minggu, durasi setiap satu jam pembelajaran, beban belajar satu semester dan

beban belajar satu tahun, pengetahuan kompetensi dasar yang terdiri dari rumusan

sikap spiritual, rumusan sikap sosial, rumusan pengetahuan mata pelajaran IPS

dan rumusan keterampilan mata pelajaran IPS dan pengetahuan muatan

pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran, jenis modul pelatihan dan

orientasi program pendidikan mata pelajaran IPS.

Hasil perhitungan persentase jawaban Guru IPS yang berjumlah 28 guru

dapat diketahui bahwa mayoritas Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Timur memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah

terhadap penerapan Kurikulum 2013 yaitu sebanyak 23 guru dengan persentase

82,14% sehingga hipotesis pada penelitian terbukti.

Guru bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi

proses pembelajaran merupakan titik sentral dalam pendidikan. Dalam hal ini,

gurulah yang melaksanakan proses pembelajaran secara langsung kepada siswa.

Proses pendidikan yang baik dapat dicapai apabila guru memiliki kemampuan

yang memadai. Guru memberikan peranan sangat besar pada kualitas pendidikan

(Praditaliana, 2012: 19). Kurangnya Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Timur Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013 diakui karena guru masih menggunakan kurikulum lama

sehingga belum mempersiapkan diri menghadapi penerapan kurikulum 2013 dan

kurang adanya sosialisasi maupun pelatihan yang didapat dari Dinas Pendidikan

maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013. Sebagian besar guru

mengaku belum mengetahui dan memahami isi dari kurikulum 2013, sehingga

sebagian guru mengaku hanya mendapat informasi tentang kurikulum 2013 lewat

media internet. Pelatihan tentang Kurikulum 2013 memang pernah diadakan tetapi

hanya beberapa orang guru yang menjadi perwakilan sekolah dan informasi

tentang kurikulum 2013 yang disampaikan diakui beberapa guru masih bersifat

umum dan mengenai informasi kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPS Terpadu

masih belum pernah disampaikan secara khusus, maka sebagian besar guru

mengaku kesulitan ketika ditanya tentang penerapan kurikulum 2013 khususnya

untuk mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan guru berasal dari

dalam maupun dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri guru yaitu motivasi,

bakat, intelegensi, kemandirian, kreativitas, dan penguasaan ilmu pengetahuan.

23

Faktor yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga, pendidikan formal,

informasi dunia kerja, sarana dan prasarana belajar, serta pengalaman mengajar

(Praditaliana, 2012: 23). Sebagian besar guru berharap agar diadakan sosialisasi

maupun pelatihan dari Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang

kurikulum 2013 khususnya untuk mata pelajaran IPS Terpadu.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan responden yaitu guru IPS Terpadu

tentang Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 maka dapat

disimpulkan bahwa mayoritas Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Timur menghadapi penerapan Kurikulum 2013 memiliki

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah yaitu sebanyak 23 guru dengan

persentase 82,14%, sehingga hipotesis pada penelitian terbukti. Kurangnya

pengetahuan guru disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan dari

Dinas Pendidikan maupun tenaga ahli terkait tentang Kurikulum 2013.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih oleh penulis sampaikan kepada dosen pengampu

yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal

penelitian.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hayati, Rahmah. 2010. Upaya Orang Tua Siswa SMP Negeri 2 Bati-Bati

Memotivasi Kegiatan Belajar Di Rumah Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi.

Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Hidayat, Sholeh. 2013. Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013, (Online),

(http://untirta.ac.id.html, diakses 02 Januari 2014).

Khairiah. 2010. Kesiapan Guru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan

KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Kusuma. 2013. Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013

pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jurnal. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Kunandar. 2013. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum

2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Masduki, M. dkk. 1990. Pengantar Statistika. Banjarmasin: Lambung Mangkurat

University Press.

Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Ngadiyana, Y. M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja

Publisher.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Susilo, Try. 2010. Kesiapan Guru SMAN 1 Plaihari Kecamatan Plaihari

Kabupaten Tanah Laut dalam Penerapan KTSP. Skripsi. Banjarmasin:

FKIP UNLAM.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

25

KEBISINGAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR PADA

RUAS JALAN DI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

Oleh

Khairina, Deasy Arisanty, H.Sidharta Adyatma

Abstrak

Penelitian ini berjudul “ Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor pada

Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui jumlah kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan

dan hubungan jumlah kendaraan dengan tingkat kebisingan pada ruas jalan di

Kecamatan Banjarmasin Tengah. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kendaraan bermotor. Sampel

dalam penelitian ini adalah semua kendaraan bermotor yang melintas pada ruas

jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Teknik pengumpulan data berdasarkan

data primer dan data sekunder. Pengolahan data dengan cara editing dan

tabulating. Analisis data menggunakan rumus interval, persentase dan analisis

regresi linear: satu prediktor.Hasil dari penelitian tentang Kebisingan Lalu Lintas

Kendaraan Bermotor pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah bahwa

rerata tingkat jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas saat jam sibuk

pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah agak banyak berjumlah 89 unit

dengan persentase 41%, siang (12.30-14.00 WITA) adalah agak banyak berjumlah

68 unit dengan persentase 33%, dan sore (16.30-18.00 WITA) adalah sangat

sedikit berjumlah 72 unit dengan persentase 33%. Rerata skala intensitas tingkat

kebisingan saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) adalah keras,

rerata tingkat kebisingan/menit 76,6 dB A dengan persentase 67%, siang (12.30-

14.00 WITA) adalah keras yaitu 74,7 dB A dengan persentase 92%, dan sore

(16.30-18.00 WITA) adalah keras yaitu 76,7 dB A dengan persentase 75%. Ada

hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat kebisingan pada ruas di

Kecamatan Banjarmasin Tengah, hal ini disebabkan jalan di Kecamatan

Banjarmasin Tengah adalah jalan utama sehingga banyak kendaraan bermotor

yang melintas, sehingga menyebabkan tingkat kebisingan tinggi.

Kata Kunci: Kendaraan Bermotor, Lalu Lintas dan Kebisingan

I. PENDAHULUAN

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat

asal (origin) ke tempat tujuan (destination) (Adisasmita, 2012). Transportasi

berfungsi sebagai faktor penunjang, perangsang pembangunan (the promoting

sector) dan pemberi jasa (the service sector) bagi perkembangan ekonomi

(Nasution dalam Petrus, 2010). Transportasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

transportasi darat, transportasi air, transportasi udara. Transportasi darat tidak

lepas dari adanya kegiatan kendaraan bermotor, semakin meningkatnya

kepemilikan kendaraan bermotor, baik milik pribadi maupun yang dipergunakan

untuk usaha, semakin meningkatkan kepadatan arus lalulintas di jalan raya.

Transportasi dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh

padatnya arus lalulintas, antara lain : kebisingan, polusi udara dan getaran (Zaini,

2013).

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh pendengaran

manusia yang mempunyai multi frekuensi dan multi amplitudo dan umumnya

terjadi pada frekuensi tinggi (Nasri dalam Leksono, 2009). Kebisingan memiliki

efek terhadap kesehatan. Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi dua

yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Efek

terhadap pendengaran terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara yang

bersifat sementara dan non patologis dan pergeseran nilai ambang batas menetap

yang bersifat patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik

dan kebisingan dan terjadi bukan di tempat kerja. Efek terhadap gangguan bukan

pendengaran, dapat berupa: penyakit akibat stress, kelelahan, perubahan

penampilan dan ganggguan komunikasi (Mokuno dalam Rahayu, 2010).

Kebisingan lalu lintas jalan merupakan sumber utama yang mengganggu

sebagian besar masyarakat perkotaan. Sumber bising lalulintas jalan antara lain

berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua, tiga maupun roda empat, dengan

sumber penyebab bising antara lain dari bunyi klakson saat kendaraan ingin

mendahului atau minta jalan dan saat lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan

mekanis antara ban dengan badan jalan pada saat pengereman mendadak dan

kecepatan tinggi; suara knalpot akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau

knalpot imitasi; tabrakan antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di

bengkel pemeliharaan; dan frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah

maupun kecepatan (Depkes, 1995).

Kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan angka pertumbuhannya sangat

pesat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi pada tiap moda kendaraan

dimana untuk prosentase peningkatan diatas 10% pada moda sepeda motor

dengan prosentase peningkatan sebesar 13% pertahunnya (Badan Pusat Statistik –

Kepolisian Republik Indonesia, 2013).Data kendaraan bermotor di wilayah Kota

Banjarmasin dari tahun 2009 hingga 2010 juga mengalami kenaikan yaitu dari

315.552 unit menjadi 365.630 unit; pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami

sedikit penurunan dari 367.697 unit menjadi 360.611 dan tahun 2013 mengalami

peningkatan lagi menjadi 391.766. Tahun 2011 hingga 2012 mengalami

penurunan namun kepadatan di Kota Banjarmasin terus meningkat apalagi di

kecamatan Banjarmasin Tengah, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Banjarmasin

No

Tipe

Kendaraan

Bermotor

2009 2010 2011 2012 2013

1 Sedan 3.991 4.253 3.955 3.892 3.732

2 Jeep 6.824 7.324 7.560 7.371 7.783

3 S.Wagon 0 0 42 35.643 431

4 M.Bus 24.756 28.749 32.618 405 40.362

5 Bus 79 65 65 19 19

6 Pick Up 9.974 11.234 12.081 13.690 14.620

7 Truck 9.653 9.918 10.014 9.275 9.693

8 A.Berat 3 1 1 45 64

27

No

Tipe

Kendaraan

Bermotor

2009 2010 2011 2012 2013

9 Spd.Motor 226.276 249.907 224.698 194.104 180.86

8

10 Scoter 33.502 53.685 76.214 95.615 113.35

9

11 R3 Bermotor 40 494 449 552 601

Jumlah 315.552 365.630 367.697 360.611 371.53

2 Sumber : Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin, 2014

Arus lalu lintas di jalan terdiri dari berbagai tipe kendaraan antara lain:

sepeda motor, mobil penumpang, taksi, mini bus, pick up, bus, truk ringan dan

kendaraan berat yang mempunyai tingkat kebisingan masing-masing, sehingga

kebisingan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis kendaraan yang melintasi jalan

(Wardika, 2010). Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah salah satu kecamatan di

Kota Banjarmasin. Kecamatan Banjarmasin Tengah mempunyai luas wilayah

11,66 km2

(BPS, 2013). Jalan arteri di kecamatan Banjarmasin Tengah berjumlah

tiga jalan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Nama Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah

No Nama Jalan Tipe

Jalan

Klasifikasi Jalan

Fungsi/Peranan Pembinaan

1 Perintis Kemerdekaan 2/2 UD Arteri Sekunder Kota

2 Jendral Sudirman 4/2 D Arteri Sekunder Kota

3 Pangeran Samudera 4/1 UD Arteri Primer Nasional Sumber:Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Banjarmasin, 2014

Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara efisien. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem

jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk

pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua

simpul jasa distribusi yang terwujud dalam pusat-pusat kegiatan. sistem jaringan

jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan

perkotaan(Adisasmita, 2012). Jalan arteri di Kecamatan Banjarmasin Tengah

merupakan jalan yang sering mengalami kepadatan yang cukup tinggi, di sajikan

dalam Tabel 3.

Tabel 3. Data Kepadatan Arus Lalu Lintas dan Jam Padat Perjam

Tahun 2013.

No Nama Ruas

Jalan

Lebar

(M)

Panjan

g

(M)

Kapasitas

(*SMP)

Kepadatan

Lalu

Lintas

(*SMP)

Jam

Terpadat

1 2 4 5 6

1 Ahmad Yani

Km.1 26,0 602 7896 0,58 15.00-16.00

2 Ahmad Yani

Km.3 23,0 297 7256 0,93 07.00-08.00

3 Sutoyo S. 10,0 3.213 3792 0,97 08.45-09.45

4 S. Parman 13,4 1.397 5175 0,71 07.30-08.30

5 Hasan Basri 14,4 2.918 5442 0,69 07.15-08.15

6 P. Antasari 15,5 1.498 5762 0,47 07.30-08.30

7 P. Samudera 15,3 827 4974 0,58 07.00-08.00

8 Sudirman 09,0 377 5122 0,67 15.30-16.30

9 Perintis

Kemerdekaan 09,3 455 2658 0,65 16.30-17.30

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Banjarmasin, 2013

Keterangan :

*SMP: Satuan Mobil Penumpang

Kendaraan bermotor, jika ditinjau secara teliti penyebab kebisingannya

akan ditentukan oleh: mesin kendaraan, jenis motor bakar, jenis kipas angin

pendinginan, system pembuangan gas sisa, hisapan dari karburator, jenis ban

(standar atau radial) dan bentuk kendaraan (Widyantoro, 2011). Kendaraan

bermotor yang melewati jalan raya berpengaruh terhadap kualitas lingkungan baik

dari segi polusi udara, polusi suara (kebisingan), polusi air tanah maupun getaran.

kendaraan bermotor dengan pemakaian yang semakin bertambah, tingkat

kebisingan di tepi jalan raya di beberapa kota besar di Indonesia umumnya

mendekati 70 hingga 80 dB (Sembiring dalam Mediastika, 2005). Peningkatan

jumlah kendaraan bermotor adalah waktu dimana lalu lintas kendaraan bermotor

yang melewati jalan menjadi lebih banyak yang disebabkan oleh peningkatan

jumlah pengguna jalan sehubungan dengan aktivitasnya seperti dimulainya jam

masuk sekolah untuk pelajar dan jam masuk kerja oleh para pekerja pada pagi

hari, selesainya jam sekolah dan adanya waktu istirahat kerja untuk pekerja pada

siang hari, dan selesainya waktu kerja untuk para pekerja pada sore harinya

(Suharyono dalam Sumarawati, 2004). Observasi awal tentang jam-jam sibuk

pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah

terjadi pada waktu pagi jam 07.00 – 08.30 WITA disebabkan oleh aktivitas orang

berangkat kerja dan sekolah, siang jam 12.30 – 14.00 WITA disebabkan oleh

aktivitas orang pulang sekolah dan waktu istirahat kerja dan sore jam 16.30 –

18.00 WITA disebabkan oleh aktivitas orang pulang kerja.

29

Penelitian dilaksanakan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di

Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan mempertimbangkan volume kendaraan

bermotor yang melintas di jalan arteri primer dan sekunder tiap tahun semakin

bertambah karena ruas jalan berada di kota dan sebagai jalur utama kendaraan

umum yang menuju daerah lain. Sumber bunyi dari mesin kendaraan yang lewat

akan memberikan efek kebisingan pada masyarakat yang tinggal dan bekerja ,

maka penelitian ini berjudul “Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor

Pada Ruas Jalan di Kecamatan Banjarmasin Tengah”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kendaraan diklasifikasikan karena kendaraan menghasilkan spektrum

bunyi yang berbeda, yang dimaksud kendaraan adalah unsur lalu lintas di atas

roda. Secara umum, kendaraan yang beroperasi di jalan raya dapat dikelompokkan

dalam beberapa kategori (Sam, 2012) :

1. Kendaraan berat (HV)

Kendaraan berat adalah kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda meliputi

bis, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.

2. Kendaraan ringan (LV)

Kendaraan ringan adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda

dan dengan jarak as 2,0-3,0 m. Kendaraan ini meliputi mobil penumpang,

microbus, pick up, dan truk kecil.

3. Sepeda motor (MC)

Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda, meliputi sepeda motor dan

kendaraan roda 3.

4. Kendaraan tak bermotor (UM)

Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh manusia atau hewan, meliputi

sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong.

Bising adalah setiap bunyi gabungan dari berbagai bunyi-bunyian yang

mempunyai efek tidak menyenangkan atau tidak diingini pada perasaan para

pendengar yang tingkat atau intensitasnya dapat diukur. Bunyi adalah suatu

gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling berada satu

dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan

meneruskan energi serta sebagian dipantulkan kembali (Mustofa dalam Razib,

2000).

Sumber bising ada dua bentuk, yaitu (Sasongko dan Hadiyarto dalam Hadi

1998):

1. sumber titik, berasal dari sumber suara yang berhenti. Penyebaran sumber

bising ini berbentuk bola-bola konsentris dengan sumber bising sebagai pusat

dan menyebar dengan kecepatan suara 360 meter/detik.

2. sumber garis, berasal dari sumber bising yang bergerak dan menyebar di udara

dalam bentuk silinder konsentris dengan kecepatan 360 meter/detik. berbentuk

silinder yang memanjang. Sumber bising ini berasal dari kegiatan transportasi.

Lalu lintas pada saat ini merupakan sumber bising yang paling dominan.

Penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor, jika ditinjau secara teliti akan

ditentukan faktor - faktor sebagai berikut (Widyantoro, 2011):

1. Mesin Kendaraan

2. Jenis motor bakar

3. Jenis kipas angin pendinginan

4. System pembuangan gas sisa

5. Hisapan dari karburator

6. Jenis ban (standart atau radial)

7. Bentuk Kedaraan.

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Tingkat kebisingan

adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat Db.

Tingkat kebisingan dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitas yang diukur

dengan satuan decibel (dB) seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Skala Intensitas Tingkat Kebisingan (dB A)

Tingkat Bising dB (A) Sumber Bunyi Skala Intensitas

0 – 20 Gemerisik daun Suara

gemerisik Sangat tenang

20 – 40 Perpustakaan, Percakapan Tenang

40 – 60 Radio pelan, Percakapan

keras Rumah, gaduh Kantor Sedang

60 – 80 Perusahaan, Radio keras,

Jalan Keras

80 – 100

Peluit polisi, Jalan raya

Pabrik tekstil, Pekerjaan

Mekanis

Sangat keras

100 – 120

Ruang ketel, Mesin turbin

uap, Mesin diesel besar,

Kereta bawah tanah

Sangat amat keras

>120 Ledakan bom, Mesin jet

Mesin roket Menulikan

Sumber: Suharsono dalam syarif, 2013

III. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data

primer di dapat melalui obsevasi lapangan dan data sekunder di dapat melalui

studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing dan tabulating. Analisis data

menggunakan rumus interval, persentase dan analisis regresi linear: satu

prediktor.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui jumlah

kendaraan bermotor, skala intensitas tingkat kebisingan dan hubungan jumlah

kendaraan dengan tingkat kebisingan pada ruas jalan di Kecamatan Banjarmasin

Tengah.

31

1. Jumlah Kendaraan Bermotor

Rerata jumlah kendaraan bermotor/menit yang melintas saat jam sibuk

pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA), siang (12.30-14.00 WITA) dan sore

(16.30-18.00 WITA) di ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman

dan Jalan Pangeran Samudera diketahui paling banyak adalah saat jam sibuk pada

waktu pagi (07.00-08.30 WITA) pada ruas Jalan Pangeran Samudera hari senin

berjumlah 152 unit, karena di Jalan Pangeran Samudera orang yang berangkat

kerja dan sekolah melalui jalan ini sebagai jalur utama. Rerata jumlah kendaraan

bermotor/menit yang melintas paling sedikit adalah saat jam sibuk pada waktu

pagi (07.00-08.30 WITA) pada ruas Jalan Jenderal Sudirman hari minggu

berjumlah 7 unit, karena hari minggu adalah hari libur dan adanya aktivitas lari

pagi di jalan ini sehingga ditutup satu arah jalan di jalan ini.

2. Skala Intensitas Tingkat Kebisingan

Rerata tingkat kebisingan kendaraan bermotor/menit saat jam sibuk pada

waktu pagi (07.00-08.30 WITA), siang (12.30-14.00 WITA) dan sore (16.30-

18.00 WITA) di ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman dan

Jalan Pangeran Samudera diketahui paling tinggi adalah saat jam sibuk pada

waktu pagi(07.00-08.30 WITA) hari senin pada ruas jalan pangeran samudera

yaitu 85,1 (dB A), hal ini disebabkan rerata jumlah kendaraan bermotor/menit

yang melintas pada ruas Jalan Pangeran Samudera hari senin paling banyak dari

yang lainnya yaitu berjumlah 152 unit. Kebisingan yang tinggi kebanyakan

disebabkan oleh knalpot yang tidak standar SNI, sehingga menyebabkan bunyi

yang sangat tinggi selain itu disebabkan oleh jenis kendaraan bermotor. Jenis

kendaraan bermotor yang sudah lama maka semakin tinggi mengeluarkan bunyi

meskipun Jalan Pangeran Samudera ini mempunyai lebar jalan 15,3 meter tetapi

tidak memepunyai median jalan, tidak adanya pohon-pohon disamping jalan yang

menghambat kebisingan dan Jalan Pangeran Samudera mempunyai jalur satu arah

sehingga kecepatan kendaraan bermotor sedikit lebih tinggi dari Jalan Perintis

Kemerdekaan dan Jalan Jenderal Sudirman sehingga kebisingannya akan lebih

tinggi. Rerata tingkat kebisingan kendaraan bermotor/menit paling rendah adalah

saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA) hari minggu pada ruas Jalan

Jenderal Sudirman yaitu 57,2 (dB A), hal ini disebabkan jumlah kendaraan

bermotor/menit yang melintas sangat sedikit, lebar jalan jenderal sudirman lebih

lebar dari yang lainnya yaitu 18 meter, mempunyai median jalan yang ditanami

pohon-pohon dan samping jalannya juga ditanami pohon-pohon, sehingga sedikit

menghambat kebisingan yang terjadi pada Jalan Jenderal Sudirman.

3. Hubungan Jumlah Kendaraan Dengan Tingkat Kebisingan Pada Ruas

Jalan Di Kecamatan Banjarmasin Tengah

Ada hubungan antara jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat

kebisingan di tiap ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Jenderal Sudirman dan

Jalan Pangeran Samudera saat jam sibuk pada waktu pagi (07.00-08.30 WITA),

siang (12.30-14.00 WITA) dan sore (16.30-18.00 WITA). Jam sibuk pada waktu

pagi (07.00-08.30 WITA) memiliki korelasi yang paling tinggi dari jam sibuk

lainnya yaitu 0,955 karena tingkat kebisingannya tinggi, hal ini disebabkan jumlah

kendaraan bermotor yang melintas banyak saat jam sibuk pada waktu pagi,

sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat

kebisingan. Jam sibuk pada waktu siang korelasinya berjumlah 0,919 karena

tingkat kebisingan sedikit lebih rendah daripada waktu pagi, hal ini disebabkan

oleh jumlah kendaraan bermotor yang melintas tidak sebanyak pada waktu pagi,

sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan tingkat

kebisingan. Jam sibuk pada waktu sore korelasinya berjumlah 0,892 karena

tingkat kebisingannya tinggi, hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan bermotor

yang melintas banyak, sehingga adanya hubungan jumlah kendaraan bermotor

dengan tingkat kebisingan .

V. KESIMPULAN

Tingkat jumlah kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan arteri

primer dan sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili

selasa, rabu dan kamis), jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada

waktu pagi (07.00 – 08.30 WITA) adalah agak banyak, siang (12.30 – 14.00

WITA) adalah agak banyak dan sore (16.30 – 18.00 WITA) adalah agak banyak.

Skala intensitas tingkat kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan sekunder di

Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili selasa, rabu dan kamis),

jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada waktu pagi (07.00 –

08.30 WITA) adalah keras , siang (12.30 – 14.00 WITA) adalah keras dan sore

(16.30 – 18.00 WITA) adalah keras. Ada hubungan antara tingkat jumlah

kendaraan bermotor dengan tingkat Kebisingan pada ruas jalan arteri primer dan

sekunder di Kecamatan Banjarmasin Tengah hari senin (mewakili selasa, rabu dan

kamis), jumat, sabtu dan minggu saat jam-jam sibuk, yaitu: pada waktu pagi

(07.00 – 08.30 WITA), siang (12.30 – 14.00 WITA) dan sore (16.30 – 18.00

WITA).

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih oleh penulis sampaikan kepada dosen pengampu

yang telah memberikan pemahaman kepada penulis mengenai penyusunan jurnal

penelitian.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. 2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi

Revisi 2010. Cetakan ke-14. Rineka Cipta, Jakarta.

BPS Kota Bajarmasin, 2014.

Buchari, Kebisingan Industri dan Program Hearing Conservation Program,

(http:// Library.us.ac.id), 2007

Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: PT Andi.

Hidayati, N. 2007. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap

Kebisingan.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

2007.

Kadir, A. 2006. Transportasi: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan

Ekonomi Nasional.

33

Leksono. 2009. Gambaran Kebisingan di Area Kerja Shop C – D Unit Usaha

Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama. Skripsi.Universitas Indonesia.

2009.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Petrus. 2012. Analisis Faktor-Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi

Investasi Sektor Transportasi Di Indonesia Periode 2001-2010. Skripsi.

Universitas Hasanuddin. 2012.

Rahayu. 2010. Dampak Kebisingan Terhadap Munculnya Gangguan Kesehatan.

Razif, M. 2000. Pemetaan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi di

Jalan Kertajaya Indah – Darmahusada Indah Timur – Darmahusada

Indah Utara.

Sam.2012. Studi Model Hubungan Karakteristik Lalu Lintas Dengan Tingkat

Kebisingan Kendaraan Pada Ruas Jalan Tol Ir. Sutami Makassar. Jurnal

Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin 2012.

Sukarto, H. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan.

Sulastri. 2009. Dampak Kebisingan Jalan Raya Terhadap Gangguan Proses

Belajar Siswa kelas IX.5 SMP Negeri 15 Palembang Tahun

2009.Skripsi.2009.

Sumarawati. 2004. Pengaruh Kepadatan Lalu-Lintas pada Jam Puncak Terhadap

Kandungan Gaskarbon Monoksida (Co) di Jalan Raya Kaligawe

Semarang. Skripsi. Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran

Universilas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. 2004.

Tim Dosen Pendidikan Geografi, FKIP – Unlam, Banjarmasin. 2011. Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja Publisher.

Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Banjarmasin. 2014. Data Kendaraan

Bermotor. Banjarmasin.

Wardika, K. 2010. Analisis Kebisingan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Arteri.

Widyantoro. 2011. Pemetaan Sebaran Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi

Dikaitkan dengan Tata Guna Lahan di Jalan Arif Rachman Hakim

Surabaya. Skripsi.Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. 2011.

Zaini, A.K. Analisa Kebisingan Arus Lalu Lintas Terhadap Rumah Sakit Prof. Dr.

Tabrani Rab Pekanbaru.

PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI

KECAMATAN BANJARMASIN BARAT MENGHADAPI PENERAPAN

KURIKULUM 2013

Oleh

Utami Noviani, Karunia Puji Hastuti, H. Sidharta Adyatma.

Abstrak:

Penelitian ini berjudul Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Tujuan

Penelitian adalah mengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk

menggambarkan Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu

yang berjumlah 31 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer berupa angketdan observasi, sedangkan data sekunder

berupa studi dokumendan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik banyak kelas, panjang kelas interval dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013 memiliki kriteria pengetahuan sangat rendah. Hal ini diketahui

dari hasil analisis menggunakan perhitungan persentase, dimana P = 45% yang

berada antara 0-15 pada kriteria sangat rendah.

Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan

diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling

berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Hamalik, 2013).

Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus

sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah

hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan di

tentukan oleh kurikulum yang di gunakan oleh bangsa tersebut. Perjalanan sejarah

kurikulum sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami

perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,

2004 dan 2006, sampai saat ini terjadi perubahan kurikulum lagi menjadi

kurikulum 2013 (Pengembangan Kurikulum 2013, 2012).

35

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis pada pengembangan

kompetensi peserta didik. Pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian

kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan. Penilaian hasil

belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi melalui sikap,

keterampilan dan pengetahuan. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai

pencapaian kompetensi oleh seluruh peserta didik yang mengacu pada rancangan

dokumen kurikulum resmi (Tjahjono, 2013). Kurikulum 2013 merupakan

penyempurnaan dari kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), karena secara umum konsep yang ada pada kurikulum 2013

sebenarnya tidak semuanya merupakan hal-hal yang baru, sehingga komponen-

komponen yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sebenarnya sebagian masih tetap ada pada kurikulum 2013 (Hasibuan, 2013).

Pelaksanaan kurikulum berdasarkan Dokumen Kurikulum 2013 di seluruh

sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:

a) Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

b) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI

c) Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

Hasil observasi awal terhadap guru IPS Terpadu SMP/Sederajat

menyatakan bahwa para guru sudah mengetahui tentang kurikulum 2013 tetapi

masih bingung dalam penerapan kurikulum 2013 karena kompetensi guru dalam

pembelajaran tidak sepenuhnya bergantung pada guru tetapi peserta didik juga

diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya sehingga guru

harus memahami lebih dalam mengenai kurikulum 2013 melalui buku pegangan

serta menyajikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Peneliti menemukan masalah berdasarkan uraian sebelumnya, masalah di

Kecamatan Banjarmasin Barat yaitu SMP/Sederajatmasih menggunakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Sederajat di Banjarmasin Barat

berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin dan Kementerian

Agama Kota Banjarmasin sebanyak 19 sekolah dan jumlah Guru IPS Terpadu

adalah 31 orang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 68 Tahun 2013, tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah adalah sebagai berikut:

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Struktur Kurikulum 2013 meliputi:

1) Kompetensi inti, dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik

pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi

inti menggunakan notasi sebagai berikut: (a) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk

kompetensi inti sikap spiritual, (b) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi

inti sikap sosial, (c) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti

pengetahuan, (d) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti

keterampilan.

2) Mata pelajaran , berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan

alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan

mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah

3) Beban Belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta

didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran, yaitu:

(a) Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu

Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam

pembelajaran adalah 40 menit, (b) Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX

dalam satu semester paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu,

(c) Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu

dan paling banyak 20 minggu, (d) Beban belajar di kelas IX pada semester

genap paling sedikit 14 minggu dan paling banyak 16 minggu, (e) Beban

belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak

40 minggu.

4) Kompetensi Dasar, dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi

inti sebagai berikut: (a) Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap

spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1, (b) Kelompok 2: kelompok

kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2, (c) Kelompok

3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3,

(d) Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

5) Muatan Pembelajaran, di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk

tujuan pendidikan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan

sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social

studies. Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi.

mata pelajaran tersebut merupakan program pendidikan yang berorientasi

aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin

tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap

lingkungan sosial dan alam.

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif artinya penelitian yang memberikan penjelasan dan

gambaran dengan sistematis, cermat, fakta-fakta aktual, sifat populasi dan sifat-

sifat tertentu (Margono, 2007). Jenis data yang dipakai penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang

37

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

dan sampel tertentu serta data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik (Sugiyono, 2013).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat yang berjumlah 31 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Memperhatikan sedikitnya jumlah populasi

maka tidak dilakukan teknik penarikan sampel karena apabila subjeknya kurang

dari 100 lebih baik diambil semua sehingga dinamakan penelitian populasi

(Arikunto dalam Susilo, 2010). Populasi dalam penelitian berjumlah 31 orang

sehingga semua populasi dijadikan sampel.

Pengumpulan data terdiri dari teknik pengumpulan data primer dan

pengumpulan data sekunder yangdiuraikan sebagai berikut: (1) Pengumpulan

Data Primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2013). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data primer dengan cara: kuesioner dan observasi, (2) Pengumpulan Data

Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu: studi dokumen dan studi pustaka.

Pengolahan Data adalah proses untuk memperoleh data atau angka yang

siap di analisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik.

Pengolahan Data dalam penelitian ini adalah editing, scoring dan tabulating.

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul.Analisis data dalam penelitian ini

adalahmenggunakan rumus banyak kelas, kemudian dihitung menggunakan rumus

panjang kelas interval selanjutnya menggunakan rumus persentase.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Pengetahuan Guru terhadap Kompetensi Inti

Pengetahuan guru terhadap kompetensi inti terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS

Terpadu terhadap Kompetensi Inti

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥30 Sangat Tinggi

2. 24-29 Tinggi

3. 18-23 Agak Tinggi

4. 12-17 Agak Rendah

5. 6-11 Rendah

6. 0-5 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 2, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kompetensi inti yang

disajikan pada Tabel 3, dengan menggunakan rumus persentase.

Tabel 2. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap

Kompetensi Inti

No Skor

Pengetahuan Kriteria Frekuensi (f)

Persentase

(%)

1. ≥30 Sangat Tinggi 1 3

2. 24 – 29 Tinggi 0 0

3. 18 – 23 Agak Tinggi 0 0

4. 12 – 17 Agak Rendah 2 7

5. 6 – 11 Rendah 5 16

6. 0 – 5 Sangat Rendah 23 74

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak

23 guru (74%), sebagian kecil memiliki pengetahuan sangat tinggi, yaitu

sebanyak 1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai

sangat rendah sebanyak 30 guru (97%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa kompetensi inti dirancang dengan meningkatnya usia peserta

didik pada kelas tertentu. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap

kompetensi inti yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah

sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat rendah

sebanyak 23 guru (74%) dari total 31 guru (100%).

b. Pengetahuan Guru terhadap Mata Pelajaran

Kriteria kelas interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Mata

Pelajaran terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS

Terpadu terhadap Mata Pelajaran

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥10 Sangat Tinggi

2. 8 – 9 Tinggi

3. 6 – 7 Agak Tinggi

4. 4 – 5 Agak Rendah

5. 2 – 3 Rendah

6. 0 – 1 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 4, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap mata pelajaran yang

disajikan pada Tabel 5, dengan menggunakan rumus persentase.

39

Tabel 5. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Mata

Pelajaran

No Skor

Pengetahuan Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%)

1. ≥10 Sangat Tinggi 0 0

2. 8 – 9 Tinggi 3 10

3. 6 – 7 Agak Tinggi 0 0

4. 4 – 5 Agak Rendah 1 3

5. 2 – 3 Rendah 10 32

6. 0 – 1 Sangat Rendah 17 55

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak

17 guru (55%), sebagian kecil memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu sebanyak

1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 28 guru (90%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa mata dan alokasi waktu disusun berdasarkan kompetensi inti

yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Pengetahuan guru IPS

Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan

kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran yaitu sebagian besar guru memiliki

pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 28 guru (90%), dengan

kriteria sangat rendah sebanyak 17 guru (55%) dari total 31 guru (100%).

c. Pengetahuan Guru terhadap Beban Belajar

Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Beban

Belajar terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS

Terpadu terhadap Beban Belajar

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥15 Sangat Tinggi

2. 12 – 14 Tinggi

3. 9 – 11 Agak Tinggi

4. 6 – 8 Agak Rendah

5. 3 – 5 Rendah

6. 0 – 2 Sangat Rendah

Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 6, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap beban belajar yang

disajikan pada Tabel 7, dengan menggunakan rumus persentase.

Tabel 7. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Beban

Belajar

No Skor

Pengetahuan Kriteria

Frekuensi

(f) Persentase (%)

1. ≥15 Sangat Tinggi 3 10

2. 12 – 14 Tinggi 2 6

3. 9 – 11 Agak Tinggi 1 3

4. 6 – 8 Agak Rendah 18 58

5. 3 – 5 Rendah 4 13

6. 0 – 2 Sangat Rendah 3 10

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah, yaitu sebanyak

18 guru (58%), sebagian kecil memiliki pengetahuan agak tinggi, yaitu sebanyak

1 guru (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 25 guru (81%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus

diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun

pembelajaran. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap beban belajar

yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 25 guru (81%), dengan kriteria agak rendah sebanyak 18 guru

(58%) dari total 31 guru (100%).

d. Pengetahuan Guru terhadap Kompetensi Dasar

Kriteria kelas interval pengetahuan guru ips terpadu terhadap kompetensi

dasar terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS

Terpadu terhadap Kompetensi Dasar

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥15 Sangat Tinggi

2. 12-14 Tinggi

3. 9-11 Agak Tinggi

4. 6-8 Agak Rendah

5. 3-5 Rendah

6. 0-2 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 8, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kompetensi dasar

yang disajikan pada Tabel 9, dengan menggunakan rumus persentase.

41

Tabel 9. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Kompetensi

Dasar

No Skor

Pengetahuan Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%)

1. ≥15 Sangat Tinggi 0 0

2. 12 – 14 Tinggi 2 7

3. 9 – 11 Agak Tinggi 6 19

4. 6 – 8 Agak Rendah 5 16

5. 3 – 5 Rendah 1 3

6. 0 – 2 Sangat Rendah 17 55

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak

17 guru (55%), sebagian kecil memiliki pengetahuan rendah, yaitu sebanyak 1

orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 23 guru (74%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat

menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap kompetensi dasar yaitu sebagian

besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 23

guru (74%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 17 guru (55%) dari total 31

guru (100%).

e. Pengetahuan Guru terhadap Muatan Pembelajaran

Kriteria kelas interval pengetahuan guru ips terpadu terhadap muatan

pembelajaran terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS

Terpadu terhadap Muatan Pembelajaran

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥15 Sangat Tinggi

2. 12-14 Tinggi

3. 9-11 Agak Tinggi

4. 6-8 Agak Rendah

5. 3-5 Rendah

6. 0-2 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 10, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap muatan pembelajaran

yang disajikan pada Tabel 11, dengan menggunakan rumus persentase.

Tabel 11. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu terhadap Muatan

Pembelajaran

No Skor

Pengetahuan Kriteria

Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

1. ≥15 Sangat Tinggi 0 0

2. 12 – 14 Tinggi 1 3

3. 9 – 11 Agak Tinggi 0 0

4. 6 – 8 Agak Rendah 3 10

5. 3 – 5 Rendah 3 10

6. 0 – 2 Sangat Rendah 24 77

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak

24 guru (77%), sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 1

orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 30 guru (97%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa muatan pembelajaran di Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah berbasis pada konsep-konsep terpadu dari

berbagai disiplin ilmu. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 terhadap

muatan pembelajaran yaitu sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak

rendah sampai sangat rendah sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat

rendah sebanyak 24 guru (77%) dari total 31 guru (100%).

f. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan

Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013

Kriteria kelas interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan Kurikulum 2013 terdapat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Kriteria Kelas Interval Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi

Penerapan Kurikulum 2013

No Skor Pengetahuan Kriteria

1. ≥80 Sangat Tinggi

2. 64 – 79 Tinggi

3. 48 – 63 Agak Tinggi

4. 32 – 47 Agak Rendah

5. 16 – 31 Rendah

6. 0 – 15 Sangat Rendah Sumber: Modifikasi Rumus Arikunto, 2010

Kriteria kelas yang disajikan pada Tabel 12, digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi pengetahuan guru IPS Terpadu terhadap kurikulum 2013 yang

disajikan pada Tabel 13, dengan menggunakan rumus persentase.

43

Tabel 13. Jumlah Skor Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013

No Skor

Pengetahuan

Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%)

1. ≥80 Sangat Tinggi 0 0

2. 64 – 79 Tinggi 1 3

3. 48 – 63 Agak Tinggi 0 0

4. 32 – 47 Agak Rendah 4 13

5. 16 – 31 Rendah 12 39

6. 0 – 15 Sangat Rendah 14 45

Jumlah 31 100 Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan sangat rendah, yaitu sebanyak

14 guru (45%), sebagian kecil memiliki pengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 1

orang (3%). Mayoritas guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 30 guru (97%).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013

menjelaskan bahwa kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi

dasar dan muatan pembelajaran merupakan bagian dari struktur kurikulum yang

terdapat pada kurikulum 2013. Pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di

Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi penerapan kurikulum 2013 yaitu

sebagian besar guru memiliki pengetahuan agak rendah sampai sangat rendah

sebanyak 30 guru (97%), dengan kriteria sangat rendah sebanyak 14 guru (45%)

dari total 31 guru (100%).

Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin

Barat Menghadapi Penerapan Kurikulum 2013, yang berjumlah 31 guru yaitu

sebagian besar pengetahuannya agak rendah sampai sangat rendah sebanyak 30

guru (97%). Hal ini sesuai dengan hipotesis pada penelitian yaitu pengetahuan

guru IPS Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat menghadapi

penerapan Kurikulum 2013 sebagian besar masih sangat rendah. Hasil wawancara

saat membagi angket kepada Guru IPS Terpadu menyatakan sudah mengetahui

tentang Kurikulum 2013, tetapi hanya mengetahui sedikit dikarenakan belum ada

pelatihan dan sosialisasi, pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakan kurang

merata, yang mengikuti pelatihan dan sosialisasi hanya sebagian guru saja,

sebagian besar masih banyak guru yang mengajar menggunakan KTSP dan belum

mencari referensi tentang kurikulum 2013, sehingga guru IPS belum

mempersiapkan dan mengetahui secara mendalam tentang kurikulum 2013.

V. KESIMPULAN

Hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pengetahuan Guru IPS

Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013” dapat diambil kesimpulan bahwa Pengetahuan Guru IPS

Terpadu SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat Menghadapi Penerapan

Kurikulum 2013 sebagian besar pengetahuan guru agak rendah sampai sangat

rendah sebanyak 30 guru (97%) dari total 31 guru (100%), hal ini sejalan dengan

pernyataan para Guru IPS Terpadu yang menyatakan masih mengajar

menggunakan KTSP dan belum mencari referensi tentang kurikulum 2013, serta

kurangnya pelatihan dan sosialisasi dari Dinas Pendidikan, jadi hanya sebagian

guru yang sudah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang kurikulum.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

TerimaKasih disampaikan kepada: (1) Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, (2) Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi, (3) Ibu Karunia Puji Hastuti, M.Pd, dan Bapak Drs. H.

Sidharta Adyatma, M.Si (4) Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan

Geografi, (5) Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin, dan Kepala Kantor

Kementrian Agama beserta staf, (6) Kepala Sekolah dan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat di Kecamatan Banjarmasin Barat, (7) Semua pihak yang tidak

dapat disebutkan oleh penyusun satu persatu.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muzamiroh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Ngadiyana, Y. M. dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eja

Publisher.

Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/

Madrasah Tsanawiyah. 2013.

Khairiah, 2009. KesiapanGuru SMP Negeri 5 Banjarmasin dalam Penerapan

KTSP. Skripsi. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Dokumen Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012.

Tjahjono, A. 2013. Petunjuk Teknik Persiapan Implementasi Kurikulum Tahun

2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

Hasibuan, M. F. 2013. Paradigma Tugas Guru Dalam Kurikulum 2013, (Online).

(http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/odip1379404

126.pdf)

Arifin, Z. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Dalam

Fajar. Karakter Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Plaihari pada Mata

Pelajaran Geografi. Skripsi: FKIP UNLAM.

45

PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT

KECAMATAN SUNGAI TABUK TENTANG KURIKULUM 2013

Oleh

Fahmi Azhari, Eva Alviawati, Karunia Puji Hastuti.

Abstrak

Judul dalam penelitian ini adalah “Pengetahuan Guru IPSTerpadu

SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013’’, disusun

oleh Fahmi Azhari. Dosen pembimbing I: KaruniaPujiHastuti, M.Pd dan dosen

pembimbing II: Eva Alviawati, S.Pd.,M.Sc. Penelitian ini bertujuanmengetahui

pengetahuan guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk tentang

kurikulum 2013.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam

penelitian adalah semua guru IPSTerpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai

Tabuk yang berjumlah 19 orang. Sampel diambil secara penuh sebanyak 19

orang Guru IPSTerpadu SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk. Data primer

diperoleh melalui observasi dilapangan, wawancara dan kuesioner (angket),

sedang data sekunder diperoleh dari Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian

Agama, sumber buku/literatur dan Sekolah tingkat Sekolah Menengah

Pertama/Sederajat. Teknik analisis data menggunakan rumus banyak kelas,

panjang kelas interval dan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pengetahuan guru tentang

kurikulum 2013 sangat rendah, rendah dan agak rendah sebanyak 14 guru dengan

persentase 73,4%, membuktikan pengetahuan guru masih rendah dengan belum

pernah mengikuti bimbingan teknis maupun pelatihan kurikulum 2013 sehingga

hanya sedikit mengetahui tentang isi dan pelaksanaan kurikulum 2013, belum

meratanya pelatihan kurikulum 2013 yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan

sehingga hanya sebagian guru saja yang sudah mengikuti kurikulum 2013, dan

belum meratanya distribusi buku sekolah elektronik Ilmu Pengetahuan Sosial

Terpadu kurikulum 2013 yang merupakan buku pegangan guru.

Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentangSistemPendidikanNasionaldinyatakanbahwapendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Aktivitas pada belajar mengajar, kedudukan kurikulum sangat krusial,

karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh manfaat (benefits). Di

samping kurikulum bermanfaat bagi anak didik, kurikulum juga mempunyai

fungsi-fungsi lain :1) fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan

pendidikan; 2) fungsi kurikulum bagi anak didik; 3) fungsi kurikulum bagi

pendidik; 4) fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pembina sekolah; 5) fungsi

kurikulum bagi orang tua; 6) fungsi bagi tingkat diatasnya ( Idi, 2006: 204-216).

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara

sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta

didik). Dianalisis secara sederhana sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dimana

sekolah sebagai institusi sosial melaksanakan operasinya paling tidak dapat

ditentukan tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok atau krusial,

yaitu: 1) peranan konservatif; 2) peranan kritis dan evaluatif; 3) peranan kreatif.

Ketiga peran tersebut sama pentingnya dan saling berkaitan yang dilaksanakan

secara berkesinambungan (Idi, 2006: 217).

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman

maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau

menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum dapat berfungsi

serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti

tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Reformasi kurikulum yang dilakukan akan membawa perubahan yang

cukup signifikan, termasuk perubahan dalam karakteristik kurikulum 2013, mulai

jenjang SD sampai dengan SMA, beberapa mata pelajaran akan dipangkas atau

ditiadakan. Mulai tahun pelajaran (2013/2014), kurikulum SD/SMP/SMA/SMK

mengalami perubahan-perubahan antara lain Tentang proses pembelajaran, jumlah

mata pelajaran, dan jumlah pelajaran (Muzamiroh, L.M, 2013: 142).

Sungai Tabuk merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Banjar yang

memiliki 3 SMP Negeri, 1 MTs Negeri dan 5 MTs Swasta. SMP/Sederajat di

Kecamatan Sungai Tabuk pada tahun ajaran 2013/2014 tidak ada yang ditunjuk

oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar untuk menerapkan kurikulum 2013.

Berikut data SMP/Sederajat dan jumlah guru IPS Terpadu di Kecamatan Sungai

Tabuk, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru IPS Terpadu di Kecamatan

Sungai Tabuk

No Nama Sekolah Kurikulum Jumlah Guru IPS

Terpadu (Orang)

1 SMP Negeri 1 Sungai Tabuk KTSP 2

2 SMP Negeri 2 Sungai Tabuk KTSP 4

3 SMP Negeri 3 Sungai Tabuk KTSP 2

4 MTs Negeri Sungai Tabuk KTSP 2

5 MTs Ar-Rahmah KTSP 1

6 MTs Miftahul Ulum KTSP 1

7 MTs Raudhatul Islamiyah KTSP 3

8 MTs Nurul Hidayah KTSP 1

9 MTs Raudatusyubban KTSP 3

Jumlah 19 Sumber: diolah dari Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjar

Tahun 2013-2014)

47

Kekhawatiran guru untuk implementasi kurikulum 2013 di tingkat SD,

SMP, SMA dan SMK terdapat pada dua aspek, yaitu sosialisasi untuk pemahaman

implementasi kurikulum dan kelanjutan sertifikasi guru. Sosialisasi implementasi

kurikulum tidak dilaksanakan secara serentak kepada seluruh guru di tanah air

dalam waktu singkat. Mekanisme sosialisasi oleh pemerintah dan penerapannya

dengan model koordinasi dan keterwakilan. Guru yang dipilih akan kembali

membagi kerangka kerja dan model implementasi yang harus dilakukan oleh guru

di sekolah masing-masing (Muzamiroh, L.M, 2013: 137-138). Pergantian dan

perubahan kurikulum menjadi tolak ukur dalam keberhasilan dalam mencapai

tujuan pendidikan, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengetahuan

guru pada kurikulum baru yang akan diterapkan. Pengetahuan merupakan hasil

“tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu (Soekidjo, Notoadmodjo: 2003).

Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penerapan kurikulum

di sekolah, pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 sangat perlu untuk

dijadikan bahan pertimbangan pokok untuk menerapkan suatu kurikulum baru ke

sekolah, terutama pengetahuan guru tentang struktur kurikulum 2013, yaitu :

kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar dan muatan

pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun

2013).

Berdasarkan uraian diatassosialisasi implementasi kurikulum yang tidak

dilaksanakan secara serentak kepada seluruh guru di tanah air dalam waktu

singkat. Mekanisme sosialisasi oleh pemerintah dan penerapannya dengan model

koordinasi dan keterwakilan menyebabkan guru masih terkendala pada

mekanisme pelaksanaan kurikulum 2013 yang belum mengetahui secara lebih

mendalam tentang kurikulum 2013.

Penelitian ini bertujuan “mengetahui pengetahuan guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk tentang kurikulum 2013’’.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian guru, tugas guru, peran guru dan tanggung jawab guru adalah:

1) Pengertian Guru

Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan

tentang guru:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan

menengah”.

2) Tugas Guru

Tugas guru merupakan suatu proses yang meliputi: mendidik, mengajar,

dan melatih peserta didik. Tugas mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif). Tugas mengajar berarti meneruskan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif). Tugas melatih

berarti mengembangkan keterampilan para siswa (psikomotorik) (Sukadi, 2006:

17).

3) Peran Guru

Guru memiliki beberapa peranan dalam melaksanakan tugasnya,

diantaranya yaitu :

Peran Guru sebagai Demonstrator

Sebagai demonstrator, guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang

ia kuasai.

Peran Guru sebagai Pengelola Kelas,

Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu menciptakan suasana

atau kondisi belajar di kelas.

Peran Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator, seorang guru dituntut memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat komunikasi dalam

proses pembelajaran.

Peran Guru sebagai Evaluator

Sebagai evaluator, seorang guru dituntut mampu melakukan proses

evaluasi, baik untuk mengetahui keberhasilan dirinya dalam melaksanakan

pembelajaran (feed back), maupun untuk menilai hasil belajar siswa (Sukadi,

2006: 20-22).

4) Tanggung Jawab Guru

Tuntutan terhadap profesionalisme terhadap anak didik, sudah pasti akan

menambah tanggung jawab guru.

Berikut beberapa tanggungjawab guru sebagai berikut :

Guru harus menuntut murid-murid belajar

Turut serta membina kurikulum sekolah

Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan

jasmaniah).

Memberikan bimbingan kepada murid

Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan

penilaian atas kemajuan belajar

Menyelenggarakan penelitian

Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif

Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila

Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan

perdamaian dunia

Turut mensukseskan pembangunan

Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru (Nurfuadi, 2012:

68-69).

Guru merupakan ujung tombak dalam penerapan kurikulum 2013, berikut

struktur kurikulum 2013 yang harus diketahui guru sebagai modal pengetahuan

guru dalam meimplementasikan kurikulum 2013.

1) KompetensiInti

49

Kompetensiintidirancangseiringdenganmeningkatnyausiapesertadidikpada

kelastertentu. Kompetensiinti, integrasivertikalberbagaikompetensidasarpadakelas

yang berbedadapatdijaga.

Rumusankompetensiintimenggunakannotasisebagaiberikut:

1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untukkompetensiintisikap spiritual;

2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untukkompetensiintisikapsosial;

3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untukkompetensiintipengetahuan; dan

4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untukkompetensiintiketerampilan.

2) Matapelajaran

Berdasarkankompetensiintidisusunmatapelajarandanalokasiwaktu yang

sesuaidengankarakteristiksatuanpendidikan.

SusunanmatapelajarandanalokasiwaktuuntukSekolahMenengahPertama/Madrasah

Tsanawiyah. Mata pelajaranSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah di

sajikan pada Tabel 2.

Tabel2. Mata PelajaranSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu Belajar

Per Minggu

VII VIII IX

Kelompok A

1. Pendidikan Agama 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matematika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

1. Seni Budaya (termasuk muatan lokal) 3 3 3

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan

Kesehatan (termasuk muatan lokal)

3 3 3

3. Prakarya (termasuk muatan lokal) 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 38 38 38 Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 7

3) BebanBelajar

Bebanbelajarmerupakankeseluruhankegiatan yang

harusdiikutipesertadidikdalamsatuminggu, satu semester,

dansatutahunpembelajaran.

(a) Bebanbelajar di SekolahMenengahPertama/Madrasah

Tsanawiyahdinyatakandalam jam pembelajaran per minggu.

BebanbelajarsatumingguKelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran.

Durasisetiapsatu jam pembelajaranadalah 40 menit.

(b) Bebanbelajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalamsatu semester paling sedikit 18

minggudan paling banyak 20 minggu.

(c) Bebanbelajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggudan

paling banyak 20 minggu.

(d) Bebanbelajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggudan

paling banyak 16 minggu.

(e) Bebanbelajardalamsatutahunpelajaran paling sedikit 36 minggudan paling

banyak 40 minggu.

4) KompetensiDasar

Kompetensidasardirumuskanuntukmencapaikompetensiinti.

Rumusankompetensidasardikembangkandenganmemperhatikankarakteristikpesert

adidik, kemampuanawal, sertaciridarisuatumatapelajaran.

Kompetensidasardibagimenjadiempatkelompoksesuaidenganpengelompokkanko

mpetensiintisebagaiberikut:

(a) Kelompok 1: kelompokkompetensidasarsikap spiritual

dalamrangkamenjabarkanKI-1;

(b) Kelompok 2: kelompokkompetensidasarsikapsosialdalamrangkamenjabarkan

KI-2;

(c) Kelompok 3:

kelompokkompetensidasarpengetahuandalamrangkamenjabarkan KI-3; dan

(d) Kelompok 4:

kelompokkompetensidasarketerampilandalamrangkamenjabarkan KI-4.

5) MuatanPembelajaran

Muatanpembelajaran di SekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah

yang berbasispadakonsep-

konsepterpadudariberbagaidisiplinilmuuntuktujuanpendidikanadalahmatapelajara

nIlmuPengetahuanAlam (IPA) danIlmuPengetahuanSosial (IPS).

Hakikatnya IPA dan IPS

dikembangkansebagaimatapelajarandalambentukintegrated sciences

danintegrated social studies. Muatan IPA berasaldaridisiplinbiologi, fisika,

dankimia, sedangkanmuatan IPS berasaldarisejarah, ekonomi, geografi,

dansosiologi. Keduamatapelajaranitumerupakan program pendidikan yang

berorientasiaplikatif, pengembangankemampuanberpikir, kemampuanbelajar, rasa

ingintahu,

danpengembangansikappedulidanbertanggungjawabterhadaplingkungansosialdana

lamIndonesia. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 6-97).

III. METODE

Metode yang digunakandalampenelitianadalahdeskriptif kuantitatif.

Penelitiandeskriftifartinyapenelitian yang

memberikanpenjelasandangambarandengansistematisdancermatfakta-

faktaaktualdansifatpopulasidansifat-sifattertentu (Margono, 2007: 8). Jenis data

yang dipakai, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang berdasarkan pada

realitas/gejala/fenomena yang dapat diklasifikasikan dan digunakan untuk peneliti

pada populasi atau sampel tertentu karena menggunakan data yang berbentuk

angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2003: 14).

51

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel, yaitu pengetahuan

guru IPS Terpadu tentang kurikulum 2013 yang terdiri dari kompetensi inti,

menyusun mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar, kompetensi dasar dan

muatan pembelajaran.

1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP/Sederajat Kecamatan Sungai

Tabuk, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 – 2014.

2. Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis data per

indikator, yaitu jawaban guru tentang kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi

waktu, beban belajar, kompetensi dasar, muatan pembelajaran dan total semua

pengetahuan guru tentang kurikulum 2013. Hasil dari angket dilakukan

pentabulasian dan skoring.

a. Rumus banyak kelas

Keterangan:

n = Jumlah data

Banyaknya kelas yang telah diketahui, digunakan untuk mencari nilai

panjang kelas interval.

b. Rumus panjang kelas interval

Keterangan:

i =Panjangkelas interval

R = Dataterbesar dikurangi data terkecil

K = Banyak kelas

Berdasarkan nilai rentang, banyak kelas, dan panjang kelas interval

disusun kriteria pengetahuan guru yang digunakan untuk menganalisis

distribusi frekuensi dengan dengan menggunakan rumus persentase.

c. Rumus persentase

Keterangan:

P = Angkapersentase(%)

f = Frekuensi yang sedangdicaripersentasenya

N = Jumlahfrekuensi/banyaknyaresponden.

Banyak kelas = 1 + (3,3) log n

𝑖 = 𝑅

𝐾

P = 𝑓

𝑁 x 100%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kuesioner yang dijawab oleh guru kemudian diolah melalui editing,

scoring dan tabulasi. Hasil pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Kecamatan

Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013 (Skor 97)

No

Nama Responden

Skor Total Jawaban

Guru

1 GtRinaHerniyanti, S.Sos 90

2 Dra. Zaituniah 90

3 Syamsuri, S.Pd 13

4 Rustiyati, S.Pd 13

5 Rusiman, S.Pd 12

6 Arba'iyah A, S.Pd 13

7 Asti Mayasari, S.Pd 22

8 Kusnadi, S.Pd 22

9 Hamdian Noor, S.Pd 83

10 Muhammad Busiri, S.Pd 81

11 NorlailaSanti, SE 37

12 AkhmadHudawi 37

13 Hikmah 24

14 Baidawi, S.Pd.I 12

15 M. Zaini, S.Pd.I 15

16 M. Nordin, S.Pd 39

17 Rusnah, S.Pd 68

18 Ariani. S.Pd.I 34

19 SayyidMuchsin. S.Pd 34 Sumber: Anlaisis Data Primer, 2014 (diolah)

Data terbesar pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat tentang

kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk adalah 97 berdasarkan Tabel 3,

kemudian dianalisis menggunakan rumus banyak kelas, yang diuraikan sebagai

berikut:

Diketahui:

Jumlah Guru IPS Terpadu (n) = 19

Jawab:

Banyaknya kelas = 1 + ( 3,3 ) log n

= 1 + (3,3 ) log 19

= 1 + (3,3) log 1, 2787

= 5, 2197

≈ 6

Hasil banyak kelas, digunakan untuk mencari nilai panjang kelas interval

yang dijelaskan sebagai berikut:

53

Diketahui:

Rentang = data terbesar – data terkecil

= 97 – 0

= 97

Jawab:

Panjang Kelas Interval =

=

= 16,16

≈ 16

Berdasarkan nilai rentang, banyak kelas, dan panjang kelas interval maka

disusun kriteria pengetahuan Guru IPS Terpadu tentang kurikulum 2013 di

Kecamatan Sungai Tabuk pada Tabel 3, digunakan untuk mengelompokkan skor

guru ke dalam kriteria yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kelas Interval dan Kriteria Pengetahuan Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013

Nomor Kelas Skor Pengetahuan Kriteria

1 0 – 15 Sangat Rendah

2 16 – 31 Rendah

3 32 – 47 Agak Rendah

4 48 – 63 Agak Tinggi

5 64 – 79 Tinggi

6 ≥80 Sangat Tinggi Sumber: Modifikasi Rumus (Arikunto,2010)

Kriteria kelas interval yang dijelaskan pada Tabel 4, digunakan untuk

menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat

tentang kurikulum 2013 disajikan menggunakan rumus Persentase yang dijelaskan

pada analisis data di Bab III. Persentase Jumlah Nilai Guru IPS Terpadu

SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Jumlah Nilai Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat

Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013

No Skor Pengetahuan Kriteria Frekuensi (f) Persentase (%)

1 0 – 15 Sangat Rendah 6 31,6

2 16 – 31 Rendah 3 15,8

3 32 – 47 Agak Rendah 5 26,3

4 48 – 63 Agak Tinggi 0 0,0

5 64 – 79 Tinggi 1 5,3

6 ≥80 Sangat Tinggi 4 21,1

Jumlah 19 100,0 Sumber: Analisis Data Primer, 2014 (diolah)

rentang

banyak kelas

97

6

Sebagian besar guru memiliki pengetahuan yang sangat rendah yaitu

sebanyak 6 guru (31,6%) dan sebagian memiliki pengetahuan yang sangat tinggi

yaitu sebanyak 4 guru (21,1%). Mayoritas guru yang memiliki pengetahuan

rendah sampai tinggi sebanyak 9 guru (47,4%).

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diketahui pengetahuan guru IPS

Terpadu SMP/Sederajat tentang kurikulum 2013 di Kecamatan Sungai Tabuk

dengan jumlah responden sebanyak 19 orang guru IPS Terpadu antara lain, yaitu

mayoritas pengetahuannya sangat rendah sampai, rendah dan agak rendah

sebanyak 14 guru dengan persentase 73,7%, hal ini sesuai dengan hipotesis

penelitian.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/

Sederajat Kecamatan Sungai Tabuk Tentang Kurikulum 2013, dapat disimpulkan,

yaitu:

1. Pengetahuan Guru IPS Terpadu SMP/Sederajat Tentang Kurikulum 2013

mayoritas pengetahuannya sangat rendah, rendah dan agak rendah sebanyak

14 guru dengan persentase 73,7%, berdasarkan hasil wawancara guru

menyatakan:

a. Belum pernah mengikuti bimbingan teknis maupun pelatihan kurikulum

2013 sehingga hanya sedikit mengetahui tentang isi dan pelaksanaan

kurikulum 2013.

b. Belum meratanya pelatihan kurikulum 2013 yang ditunjuk oleh dinas

pendidikan sehingga hanya sebagian guru saja yang sudah mengikuti

kurikulum 2013.

c. Belum meratanya distribusi buku sekolah elektronik IPS Terpadu

kurikulum 2013 yang merupakan buku pegangan guru untuk

mempersiapkan penerapan kurikulum di sekolah.

2. Guru yang pengetahuannya tinggi dan sangat tinggi sebanyak 5 guru dengan

persentase 26,4%, berdasarkan hasil wawancara guru menyatakan:

a. Mengetahui informasi kurikulum 2013 melalui buku sekolah elektronik

IPS Terpadu kurikulum 2013

b. Mencari tahu dengan guru mata pelajaran lain yang sudah mengkuti

pelatihan dan bimbingan teknis kurikulum 2013

c. Mencari tahu informasi kurikulum 2013 melalui media sosial internet.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah saya panjatkatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula

shalawat dan salam saya hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Karena

saya dapat menyelesaikan sebuah skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, seyogyanya apa yang saya tulis dalam sebuah karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi orang banyak.

Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

kedua orang tua saya Bapak Muhammad Fauzi dan Ibu Siti Marhamni, adikku

55

Marina Fizria. apa yang saya persembahkan ini tidak lah dapat membalas semua

pengobanan dari kedua orang tua saya! Dan karya ini juga saya dedikasikan

kepada semua kelurga besar saya yang selalu memotivasi dan membantu saya

sehingga selesai skripsi ini, Terimakasih semuanya.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

dosen pembimbing selama pembuatan skripsi ini, yaitu Ibu Karunia Puji Hastuti,

M.Pd dan Ibu Eva Alviawati, S.Pd., M.Sc yang telah banyak memberikan saran

dan motivasi dalam penyelasaian skripsi ini,,,dan juga kepada seluruh dosen

pengajar di Program Studi Pendidikan Geografi saya ucapkan terimakasih yang

setingi-tingginya telah memberikan ilmu pengetahuan selama saya duduk di

bangku kuliah. Saya minta rela dan mohon maaf dengan Bapak Ibu semua jika

selama ini berbuat salah baik kata dan sikap yang tidak berkenan dihati Bapak dan

Ibu dosen.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

DepartemenPendidikanNasionalRepublik Indonesia. Undang-

undangRepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentangSistemPendidikan Nasional.Jakarta:2003.

DepartemenPendidikanNasional. 2003. KamusbesarBahasa Indonesia. Edisi 3.

Jakarta :BalaiPustaka

Hamalik, Oemar. 2003. Proses BelajarMengajar. Jakarta: PenerbitBumiAksara.

Idi, Abdullah. 2006. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktik. Jogjakarta:

AR-RUZZ MEDIA.

Margono, S.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Erlangga.

Masduki, M. Y. M. Ngadiyana. Eliani Dharmanata. 1990. Statistika Pengajaran.

Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press.

Muzamiroh, M.L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta:Kata Pena.

Ngadiyana, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin:

Yogyakarta: Eja Publisher.

Notoatmodjo, S.2007. Pengetahuandan Tingkat Pengetahuan. Jakarta: PT.

RinekaCipta.

Nurfuadi, 2012. Profesionalisme Guru. Purwokerto. Stain Press.

PeraturanMenteriPendidikandan KebudayaanNomor 68 Tahun 2013

TentangKerangkaDasardan

StrukturKurikulumSekolahMenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah.

2013.

Sugiyono. 2003. MetodePenelitianBisnis. Bandung. PusatBahasaDepdiknas.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukadi, 2006. Guru Powerful. Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES (PT. SILO) TERHADAP TINGKAT

PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG MANGKUK,

KECAMATAN PULAU SEBUKU, KABUPATEN KOTABARU

Oleh

Hasa Noor Hasadi, Parida Angriani, Karunia Puji Hastuti

Abstrak

Penelitian berjudul “Pengaruh Program Corporate Social Responsibility

(CSR) PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) terhadap Tingkat Pendapatan

Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten

Kotabaru”. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruhprogram CSR PT.

SILO terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk,

Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penerima program CSR PT. SILO di

Desa Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru dengan

jumlah 21 orang, karena teknik pengambilan sampel menggunakan sampel penuh

maka sampel yang diambil seluruh populasi. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan

analisis persentase dan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan adanya program CSR tidak atau belum

mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam pedaging,

petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa Tanjung

Mangkok Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru.

Kata Kunci: Pengaruh, Program CSR, Tingkat Pendapatan.

I. PENDAHULUAN

Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (TJSP) merupakan suatu bentuk aktivitas perusahaan mendukung

pembangunan ekonomi berkelanjutan yang di dalamnya kepedulian terhadap

pemberdayaan masyarakat maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009). CSR di

atur dalam Undang-Undang Pasal 1 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai

“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk

berperan serta dalam pembangu/nan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan

sendiri, komunitas sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada

umumnya”.

Tujuan dilaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam

Undang-Undang Pasal 74 Nomor 40 Tahun 2007 adalah mewujudkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat dan masyarakat pada

umumnya maupun Perseroan sendiri dalam rangka terjalinnya hubungan

57

Perseroan yang serasi seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma, dan

budaya masyarakat setempat.

PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) merupakan perusahaan swasta

nasional yang bergerak di bidang pertambangan dan industri biji besi yang berdiri

sejak tahun 2004 di Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi

Kalimantan Selatan. Pusat pertambangan PT. SILO mencakup area seluas 8.087

Ha di sebelah utara Pulau Sebuku yang terletak di Kabupaten Kotabaru,

Kalimantan Selatan (Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-

ANDAL) PT. SILO, 2011).

PT. SILO telah merealisasikan Program Pemberdayaan Masyarakat

sebagai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di Desa Tanjung

Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru yaitu Program

Kolaborasi. Program kolaborasi meliputi beberapa jenis usaha masyarakat dari

skala kecil menengah hingga menengah keatas, diantaranya adalah Ternak Ayam

Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan lebih besar biayanya adalah kelompok

usaha Kepiting Soka yang dapat menghasilkan kepiting cangkang lunak.

Desa Tanjung Mangkuk mempunyai luas wilayah 36,50 km2

merupakan

desa yang pertama kali menerima program CSR. Program CSR tersebut melipitu:

Ternak Ayam Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan Kolaborasi Kepiting

Cangkang Lunak oleh perusahaan PT. SILO. Ternak Ayam Pedaging mulai

dikembangkan pada tahun 2007 dan di kelelola oleh kelompok “Sipatuo

Sippatokkam” dengan jumlah anggota 4 orang yang bergerak dibidang usaha

ternak ayam ras. Budidaya Ikan Air Tawar yang dikelola kelompok “Rumpun

Family” terbentuk pada tahun 2012 dengan jumlah anggota 11 orang yang

bergerak dibidang usaha budidaya ikan air tawar. Sedangkan Budidaya Kepiting

Soka yang dikelola kelompok “Bersama Maju” mulai dikembangkan pada tahun

2012 dengan jumlah anggota 6 orang yang bergerak dibidang usaha budidaya

kepiting soka.

Program CSR yang dikembangkan masing-masing kelompok

mendapatkan pembinaan, pelatihan dan bantuan modal dari perusahaan PT. SILO.

Keterkaitan pembinaan antara masing-masing kelompok dengan perusahaan PT.

SILO hanya 8 bulan selebihnya program tersebut di kelola oleh masing-masing

kelompok. Program CSR yang dikembangkan masing-masing kelompok sekarang

tidak ada keterkaitan dengan perusahaan PT. SILO.

Berdasarkan masing-masing kelompok penerima program CSR, sebagai

pengelola Ternak Ayam Pedaging, Budidaya Ikan Air Tawar dan Kolaborasi

Kepiting Cangkang Lunak merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan

masyarakat karena sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi

bagi yang mempunyai pekerjaan tetap adalah hal yang sebaliknya yaitu sabagai

usaha sampingan. Adanya program CSR sebagai upaya masyarakat untuk

meningkatkan pendapatan guna mengejar kebutuhan keluarga yang terus

mengingkat, tetapi bagi yang belum berkeluarga pendapatan tersebut digunakan

untuk kebutuhan bagi diri sendiri dan untuk membantu kebutuhan keluarga seperti

orang tua.

Pendapatan yang mereka dapatkan dalam satu minggu bahkan 1 bulan

tidak menentu tergantung dari hasil penjualan. Hasil penjualan yang mereka

dapatkan seperti Ternak Ayam Pedaging sebesar Rp 6.500,00 – 83.000,00/orang,

hasil penjualan Budidaya Ikan Air Tawar sebesar Rp 2.500,00 – 15.000,00/orang

sedangkan Kepiting Cangkak Lunak hasil penjualan antara Rp 6.500,00–

44.000,00/orang. Hasil pendapatan dari penjualan tersebut diperoleh dalam 1

minggu.

Hasil wawancara dan observasi terdapat pengaruh hasil program CSR

terhadap pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkok, Kecamatan Pulau

Sebuku, Kabupaten Kotabaru. Pendapatan tergantung hasil penjualan yang

mereka peroleh. Besarnya pendapatan dapat meningkatkan pendapatan (taraf

hidup ekonomi) penduduk, mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi

pendapatan masyarakat di Desa Tanjung Mangkok Kecamatan Pulau Sebuku,

Kabupaten Kotabaru sehingga hal ini dapat diteliti lebih jauh. Berdasarkan latar

belakang, penulis ingin meneliti dengan judul, “Pengaruh Program Corperate

Social Responbsibility (CSR) PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO)

Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Desa Tanjung Mangkuk,

Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

a. Pengertian CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (TJSP) merupakan suatu bentuk aktivitas perusahaan mendukung

pembangunan ekonomi berkelanjutan yang di dalamnya kepedulian terhadap

pemberdayaan masyarakat maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009).

Corporate Social Responsibi/lity (CSR) di atur dalam Undang-Undang Pasal 1

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mendefinisikan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai “Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas sendiri,

komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya”.

CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-Undang ini, industri atau

korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan

merupakan suatu beban yang memberatkan. Pembangunan suatu Negara bukan

hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia

berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pegelolaan kualitas hidup

masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup

(Hendrastuti, 2009).

Subtansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan

perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerja sama antara stakeholder

yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program

pengembangan masyarakat sekitarnya. Kemampuan perusahaan dalam dapat

59

beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait

dengannya, baik lokal, nasional, maupun global (Simorangkir & Arifah, 2009).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR merupakan sebuah konsep

manajemen yang menggunakan konsep “triple bottom line” yaitu keseimbangan

antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-

fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan

yang keberlanjutan (suistainable) (Ambadar, 2008).

Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah,

lembaga sumberdaya masyarakat dan kumuniti setempat (lokal). Kemitraan

tidaklah bersifat pasif dan statis, tetapi kemitraan merupakan tanggung jawab

bersama secara sosial antar stakeholder. Konsep kedermawanan perusahaan

(corperate philanthropy) dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena

itu konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara

sosial dengan stakeholder lainnya (Rudito, dkk dalam Nasruddin, 2008).

b. Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)

Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya.

Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan

lokasi di mana perusahaan itu beroperasi (Suharto dalam Hendrastuti, 2009). Oleh

karena itu, piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus dipahami

sebagai satu kesatuan. Sebab CSR merupakan kepedulian perusahaan yang

didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu

profit, people dan plannet (3P):

1) Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan

ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2) People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti

pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana

pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan

ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi

warga setempat.

3) Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hayati. Beberapa program

CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan hidup

lingkungan hidup, penyediaan sarana pengembangan pariwisata.

c. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaksanaaan TJSP, Perseroaan wajib sesuai Peraturan Daerah Kabuapten

Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Pasal 10 yang menjelaskan sebagai berikut:

1) Menyusun, menatan merancang dan melaksanakan kegiatan TJSP sesuai

dengan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial dunia usaha sesuai dengan

Keputusan forum pelaksanaan TJSP.

2) Menumbuhkan, menetapkan dan mengembangkan sistem jaringan kerjasama

dan kemitraan dengan pihak-pihak lain serta melaksanakan kajian, monitoring

dan evaluasi pelaksanaan TJSP dengan memperhatikan kepentingan

Perseroaan, pemerintah daerah, masyarakat dan kelestarian lingkungan

3) Menetapkan bahwa TJSP adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

kebijakan menajemen maupun program pengembangan Perseroaan.

d. Program Corporate Social Responsibility (CSR)

Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Pasal 1 meliputi:

1) Bina Lingkungan dan Sosial

Program bina lingkungan dan sosial merupakan program yang bertujuan

mempertahankan fungsi-fungsi lingkungan hidup dan pengelolaannya yang

berada dalam wilayah sasaran, meliputi bina lingkungan fisik, bina lingkungan

sosial dan bina lingkungan usaha mikro, kecil dan koperasi. Program bina

lingkungan sosial dapat berupa:

(a) Hibah, yang dapat diberikan oleh Perseroan kepada masyarakat yang

membutuhkan yang besarnya sesuai dengan kemampuan Perseroan,

(b) Penghargaan berupa beasiswa kepada karyawan atau warga masyarakat yang

berkemampuan secara akademis namun tidak mampu membiayai pendidikan,

(c) Subsidi, berupa penyedian pembiayaan untuk proyek-proyek pengembangan

masyarakat, penyelenggaraan fasilitas umum atau bantuan modal usaha skala

mikro dan kecil,

(d) Bantuan sosial, berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa

kepada panti-panti sosial/jompo, para korban bencana dan para Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PKMS),

(e) Pelayanan sosial, berupa bantuan layanan pendidikan, kesehatan, olah raga

dan santunan pekerja sosial,

(f) Perlindungan sosial, berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet

nasional/daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang cacat yang

mempunyai kemampuan khusus.

2) Kemitraan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi

Program kemitraan usaha mikro, kecil dan koperasi merupakan program

untuk menumbuhkan, meningkatkan dan membina kemandirian berusaha

masyarakat di wilayah sasaran. Program kemitraan meliputi aspek-aspek kegiatan:

(a) Penelitian dan pengkajian kebutuhan

(b) Penguatan kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat

(c) Pelatihan dan pendampingan berwirausaha

(d) Pelatih fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan

(e) Pelatihan pengembangan usaha seperti peningkatan mutu produk dan desain,

kemasan, pemasaran, jejaring kersajama dan peningkatan klasifikasi

Perseroaan

(f) Meningkatkan kemampuan manajemen dan produktifitas

(g) Mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas

3) Program/kegiatan Pemerintah Daerah yang tidak Terakomodir Melalui

Anggaran dan Belanja Daerah/Anggara Pendapatan dan Belanja Negara

Program atau kegiatan pemerintah daerah yang tidak terakomodir melalui

anggaran dan belanja daerah/anggara pendapatan dan belanja negara dapat berupa:

(a) Kegiatan penelitian dan pengembangan

61

(b) Pembangunan fasilitas publik

(c) Pengembangan organisasi kemasyarakat, kepemudaan, keagamaan, seni dan

budaya.

e. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan

CSR yaitu: Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan

perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua,

perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal). Ketiga,

perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang

berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan

pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan

manajemen risiko (risk management) (Arief dalam Simorangkir & Arifah, 2009).

Manfaat aplikasi CSR bagi perusahaan antra lain: 1) Mempertahankan

serta mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. 2) Mendapatkan lisensi

untuk beroperasi secara sosial, 3) Mereduksi resiko bisnis perusahaan, 4)

Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha, 5) Membuka peluang

pasar yang lebih luas, 6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan

limbah, 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholder, 8) Memperbaiki

hubungan dengan regulator, 9) Meningkatkan semangat dan produktivitas

karyawan, 10) Peluang mendapatkan perusahaan (Untung, 2008).

2. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil kerja atau usaha yang diterima oleh seseorang

berupa uang atau barang. Pendapatan adalah hasil berupa uang atau meteril

lainnya yang dicapai dari pada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas

(Kamus Bahasa Indonesia, 2000).

Pendapatan sebagaimana dijelaskan Sumardi dalam Rahman (2005)

dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu pendapatan berupa uang dan barang.

Pendapatan berupa uang merupakan suatu penghasilan yang diterima oleh

seseorang sebagai balas jasa atau kegigihan atau jerih payah yang telah

dikerjakannya, sedangkan pendapatan yang berupa barang adalah penghasilan

yang sifatnya regular dan biasa, tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, yang

diterima adalah dalam bentuk barang atau jasa. Barang dan jasa yang diperoleh

dinilai dengan harga pasar meskipun tidak di imbangi atau disertai transaksi uang

oleh yang menikmati barang dan jasa.

III. METODE

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Teknik pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data

primer didapat melalui kuesioner dan observasi, dan data sekunder di dapat

melalui studi dokumen. Pengolahan data dengan cara editing, skoring dan

tabulasi. Teknik analisis data menggunakan analisis persentase dan korelasi

product moment.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dilaksanakan untuk mengetahui

pengaruhprogram CSR PT. SILO terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Desa

Tanjung Mangkuk, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru.

1. Program CSR

a. Perusahaan Memberikan Pelatihan/Keterampilan Kepada Masyarakat

dalam Mengelola Program CSR

Responden berdasarkan padapengelolaan program CSR perusahaan

memberikan pelatihan/keterampilan kepada masyarakat terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perusahaan Memberikan Pelatihan/Keterampilan Kepada

Masyarakat dalam Mengelola Program CSR

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 2 9,52

2. Baik 12 57,14

3. Kadang-Kadang 7 33,33

4. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 21 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Responden banyak menyatakan baik tentang perusahaan memberikan

pelatihan/keterampilan kepada masyarakat dalam mengelola program CSR yaitu

12 responden atau 57,14% dan responden paling sedikit menyatakan sangat baik

yaitu 2 atau responden atau 9,52%. Sedangkan responden yang menyatakan

sangat tidak baik tidak ada. Perusahaan bekerjasama dengan Universitas Lambung

Mangkurat Banjarbaru untuk memberikan pelatihan kepada semua penerima

program CSR. Pelatihan yang diberikan bagaimana mengelola yang baik usaha

dikembangkan hingga pemasaran atau penjualan.

b. Perusahaan Melakukakan Analalisis Kebutuhan dan Menindaklanjuti

Keluhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR

Perusahaan melakukakan analalisis kebutuhan dan menindaklanjuti

keluhan masyarakat dalam pelaksanaan Program CSR terdapat pada Tabel 2.

Tabel 22. Perusahaan Melakukakan Analalisis Kebutuhan dan

Menindaklanjuti Keluhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program CSR

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 0 0

2. Baik 11 52,38

3. Kadang-Kadang 8 38,10

4. Sangat Tidak Baik 2 9,52

Jumlah 21 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

63

Perusahaan melakukakan analalisis kebutuhan dan menindaklanjuti

keluhan masyarakat dalam pelaksanaan program CSR. Sebagian besar responden

menyatakan baik yaitu 11 responden atau 52,38%, dan responden yang responden

sebagian kecil menyatakan sangat tidak baik yaitu 2 responden atau 9,52%.

Sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak baik tidak ada. Dilihat dari

banyaknya responden menyatakan baik, maka program kemitraan antara

perusahaan dengan masyarakat berjalan dengan baik.

c. Perusahaan Mengadakan Pertemuan dan Membahas Program CSR

dengan Masyarakat

Tanggapan responden mengenai informasi program CSR masyarakat

mendapatkan langsung dari perusahaan terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Masyarakat Mendapatkan Informasi Mengenai Program CSR

Langsung dari Perusahaan

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 1 4,76

2. Baik 7 33,33

3. Kadang-Kadang 13 61,90

4. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 21 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Tanggapan responden tentang informasi mengenai program CSR, sebagian

besar responden menjawab kadang-kadang yaitu 13 responden atau 61,90% dan

paling sedikit responden menyatakan baik yaitu 1 responden atau 4,76%.

Sedangkan responden yang meyatakan sangat tidak baik tidak ada. Dilihat

banyaknya responden yang menyatakan kadang-kadang, hal tersebut menunjukan

informasi yang didapatkan oleh masyarakat dari perusahaan belum efektif karena

informasi yang diperoleh responsen bukan lansung diperoleh dari perusahaan.

d. Pemberian Bantuan Pengebangan Fasilitas Usaha dapat Meningkatkan

Kemampuan Usaha

Tanggapan responden mengenai pemberian bantuan pengebangan fasilitas

usaha dapat meningkatkan kemampuan usaha terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pemberian Bantuan Pengebangan Fasilitas Usaha dapat

Meningkatkan Kemampuan Usaha

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 1 4,76

2. Baik 10 47,62

3. Kadang-Kadang 10 47,62

4. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pemberian bantuan pengembangan fasilitas usaha dapat meningkatkan

kemampuan usaha. Sebagian besar responden menyatakan baik tentang yaitu 10

responden atau 47,62% dan menyatakan kadang-kadang yaitu 10 responden atau

47,62%. Sedangkan sebagian kecil responden menyatakan sangat baik yaitu 1

responden atau 4,76%. Bantuan fasilitas dari perusahaan agar dapat

mempermudah atau memperlancar pengembangan usaha yang dijalankan

responden. Bantuan fasilitas seperti pembuat kolam dan bantuan mesin pembuatan

pakan.

e. Perusahaan Memberikan Bantuan dalam Penjualan/Pemasaran Hasil

Program CSR

Tanggapan responden berdasarkan pada perusahaan memberikan bantuan

dalam penjualan/pemasaran hasil program CSR Tabel 6..

Tabel 6. Perusahaan Memberikan Bantuan dalam Penjualan/Pemasaran

Hasil Program CSR

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 2 9,52

2. Baik 13 61,90

3. Kadang-Kadang 6 28,57

4. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Perusahaan memberikan bantuan dalam penjualan atau pemasaran hasil

program CSR. Sebagian besar Responden menyatakan baik tentang yaitu 13

responden atau 61,90% dan paling sedikit responden yang menyatakan sangat

baik yaitu 2 responden atau 9,52%. Sedangkan responden yang menyatakan

sangat tidak baik tidak ada. Bantuan dalam penjualan atau pemasaran hasil

program CSR, perusahaan membeli hasil program CSR dari responden untuk

keperluan kantin yang ada di perusahaan.

f. Adanya Program CSR Meningkatkan Tingkat Pendapatan Masyarakat

dari Sebelumnya

Tanggapan responden tentang adanya program CSR meningkatkantingkat

pendapatan masyarakat dari sebelumnya terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Adanya Program CSR Meningkatkan Tingkat Pendapatan

Masyarakat dari Sebelumnya

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Baik 1 4,76

2. Baik 12 57,14

3. Kadang-Kadang 5 23,81

4. Sangat Tidak Baik 3 14,29

Jumlah 21 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Tanggapan responden tentang adanya program CSR meningkatkan tingkat

pendapatan masyarakat dari sebelumnya. Sebagian besar responden menyatakan

baik yaitu 12 responden atau 57,14%, dan sebagian kecil responden menyatakan

65

sangat baik yaitu 1 responden atau 4,76%. Dilihat dari banyaknya responden

menyatakan baik, dapat diketahui adanya program CSR meningkatkan pendapatan

responden dari sebelumnya. Pendapatan responden diperoleh dari hasil penjualan

berupa uang.

2. Pendapatan Masyarakat

a. Pendapatan Budidaya Ikan Air Tawar

1) Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Budidaya Ikan

Air Tawar

Tanggapan responden tentang peningkatan pendapatan setiap tahun setelah

adanya beididaya ikan air tawar terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya

Budidaya Ikan Air Tawar

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Ya 1 9,10

2. Tidak 10 90,90

Jumlah 11 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan responden setiap tahun setelah adanya budidaya ikan air tawar

tidak meningkat yaitu 10 responden atau 90,90% dan yang meningkat yaitu 1

responden atau 9,10%. Berdasarkan Tabel 38 dan Gambar 29, penyebab tidak

meningkatnya pendapatan responden dikarenakan penghasilan budidaya ikan air

tawar hanya mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu Budidaya ikan

air tawar usaha yang baru mereka kerjakan.

2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Panen Penjualan Ikan

dalam 1 Kali Panen

Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil panen penjualan ikan yang

dihasilkan dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Panen

Penjualan Ikan yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. > Rp 1.600.000,- 0 0

2. Rp 1.300.000,- s/d Rp 1.600.000,- 0 0

3. Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.300.000,- 2 18,18

4. < Rp 1.000.000,- 9 81,82

Jumlah 11 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan ikan sebesar kurang

dari Rp 1.000.000,- yaitu 9 responden atau 81,82%, karena responden hanya

sebagai buruh sedangkan rerata pendapatan sebesar Rp 1.000.000,- s/d Rp

1.300.000,- yaitu 2 responden 18,18%, karena responden sebagai ketua pengelola

budidaya ikan air tawar. Besar dan kecilnya pendapatan responden tergantung dari

banyaknya ikan yang dibudidayakan responden dan banyaknya hasil penjualan

yang diperoleh responden.

b. Pendapatan Budidaya Kepiting Cangkang Lunak

1) Peningkatan Pendapatan Setelah Adanya Budidaya Kepiting Cangkang

Lunak

Tanggapan responden tentang peningkatan pendapatan setiap tahun setelah

adanya Budidaya Kepiting Cangkang Lunak terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Peningkatan Pendapatan Setelah Adanya Budidaya Kepiting

Cangkang Lunak

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Ya 2 33,33

2. Tidak 4 66,67

Jumlah 6 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan responden setiap tahun setelah adanya budidaya kepiting

cangkang lunak tidak meningkat yaitu 4 responden atau 66,67% dan yang

meningkat yaitu 2 responden atau 33,33%. Penyebab banyak tidak meningkatnya

pendapatan responden dikarenakan penghasilan budidaya ikan air tawar hanya

mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu budidaya ikan air tawar

usaha yang baru mereka kerjakan.

2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Kepiting

yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen

Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil panen penjualan kepiting

yang dihasilkan dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan

Kepiting yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. > Rp 1.600.000,- 1 16,67

2. Rp 1.300.000,- s/d Rp 1.600.000,- 0 0

3. Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.300.000,- 1 16,67

4. < Rp 1.000.000,- 4 66,67

Jumlah 6 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan kepiting cangkang

lunak sebesar lebih dari Rp 1.600.000,00 yaitu 1 reponden atau 16,67% dan

pendapatan terendah kurang dari Rp 1.000.000,00 yaitu 4 responden atau 66,67%.

Pendapatan berbeda karena responden ada sebagai ketua kelompok da nada

sebagai buruh atau anggota kelompok. Selain itu besar dan kecilnya pendapatan

67

responden tergantung dari banyaknya ikan yang dibudidayakan responden dan

banyaknya hasil penjualan yang diperoleh responden.

c. Pendapatan Budidaya Ternak Ayam Pedaging

1) Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya Ternak Ayam

Peningkatan pendapatan setiap tahun setelah adanya ternak ayam terdapat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Peningkatan Pendapatan Setiap Tahun Setelah Adanya

Ternak Ayam

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Ya 3 75,00

2. Tidak 1 25,00

Jumlah 4 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan responden setelah adanya budidaya ternak ayam pedaging

yang meningkat yaitu 3 responden atau 75,00% dan yang tidak meningkat yaitu 2

responden atau 25,00%. Pendapatan responden banyak meningkat karena hasil

pendapatan yang diperoh dari budidaya ternak ayam pedaging membantu

perekonomian responden. Sebagian kecil pendapatan responden tidak meningkat

karena penghasilan yang diperoleh dari budidaya ikan air tawar hanya mencukupi

kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu budidaya ikan air tawar usaha yang baru

mereka kerjakan.

2) Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan Ayam yang

Dihasilkan dalam 1 Kali Panen

Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan yang dihasilkan

dalam 1 kali panen terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan yang Diperoleh dari Hasil Penjualan

Ayam yang Dihasilkan dalam 1 Kali Panen

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. > Rp 8.000.000,- 0 0

2. Rp 6.000.000,- s/d Rp 8.000.000,- 0 0

3. Rp 4.000.000,- s/d Rp 6.000.000,- 1 25,00

4. < Rp 4.000.000,- 3 75,00

Jumlah 4 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2014

Pendapatan rata-rata responden dari hasil penjualan budidaya ayam

sebesar dari Rp 4.000.000,00 s/d Rp 6.000.000,00 yaitu 1 reponden atau 25,00%

dan pendapatan terendah kurang dari Rp 4.000.000,00 yaitu 3 responden atau

675,00%. Pendapatan berbeda karena responden ada sebagai ketua kelompok dan

ada sebagai buruh atau anggota kelompok. Selain itu besar dan kecilnya

pendapatan responden tergantung dari banyaknya ayam yang dibudidayakan

responden dan banyaknya hasil penjualan yang diperoleh responden.

3. Pengaruh Program CSR PT. SILO Terhadap Tingkat Pendapatan

Masyarakat

Hasil penelitan yang telah dilakukan diketahui Program CSR PT. SILO

tidak ada mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam

pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa

Tanjung Mangkuk Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru. Berdasarkan

hasil wawancara dan jawaban kuesioner dari responden didapat, kendala dalam

melaksanakan program CSR para peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar

dan petani kepiting cangkang lunak dikarenakan 1) usaha yang mereka jalankan

baru pertama kali pernah melaksanakan, 2) kurangnya pengetahuan dalam

mengelola usaha sehingga mempunyai kendala dalam pelaksanaan usaha, 3)

kurangnya pembinaan dari perusahaan dalam mengelola usaha yang dijalankan

masyarakat, 4) kurangnya modal yang dimiliki sehingga kesulitan dalam

mengembangkan usaha yang dijalankan dan 5) usaha yang dikerjakan para

peternak ayam pedaging, petani ikan air tawar dan petani kepiting cangkang lunak

bukan pekerjaan utama yang mereka kerjakan tetapi sebagai pekerjaan sampingan.

V. KESIMPULAN

Hasil penelitan yang telah dilakukan diketahui pengaruh program CSR

PT. SILO terhadap tingkat pendapatan para peternak ayam pedaging, petani ikan

air tawar dan petani kepiting cangkang lunak di Desa Tanjung Mangkuk

Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru dapat disimpulkan tidak

mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat.

VI. UCAPATAN TERIMAKASIH

Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya Bapak

Hasanudin dan Ibu Wahidah, adikku Muhammad Wahyudi dan M. Taupik

Rahman. Apa yang saya persembahkan ini tidak dapat membalas semua

pengobanan mereka dan karya ini juga saya dedikasikan kepada semua kelurga

besar saya yang selalu memotivasi dan membantu saya sehingga selesai skripsi

ini, Terimakasih semuanya.

Terima kasih yang tak terhingga kepada dosen pembimbing selama

pembuatan skripsi ini, yaitu Ibu Parida Angriani, M.Pd., dan Karunia Puji Hastuti,

M.Pd yang telah banyak memberikan saran dan motivasi dalam penyelasaian

skripsi ini, dan juga kepada seluruh dosen pengajar di Program Studi Pendidikan

Geografi saya ucapkan terimakasih yang setingi-tingginya telah memberikan ilmu

pengetahuan selama saya duduk di bangku kuliah. serta tak lupa pula saya

mengucapkan terima kasih kepada Para Sahabat dan teman yang tak hentinya

memberikan semangat dan motivasinya baik dalam pembuatan skripsi dan hingga

menyelasikan kuiah S1.

69

VII. DAFTAR PUSTAKA

Simorangkir, Theodrik & Arifah, Ninuk (Eds.). 2009. Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan. Jakarta: Departemen Hukum dan HAM RI.

Undang-Undang Pasal 1 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

PT. SILO. 2011. KA-ANDAL Pertambangan dan Pengolahan Bijih Besi di

Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan

Selatan. Kotabaru: PT. SILO.

Hendrastuti, Fenny. 2010. Persepsi Penerimaan Program Terhadap Program

Corparate Social Responbility (CSR) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk.

Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Nasruddin. 2008. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat Bidang Ekonomi

Perusahaan Minyak dan Gas Bumi di Kecamatan Muara Jawa Kabupaten

Kutai Kartanegara Tahun 2006. Tugas Akhir tidak diterbitkan.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan Perseroaan Terbatas.

Rahman, Helmi. 2005. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Pendapatan

Penambang Pasir di Kecamatan Batang Alai Selatan. Tugas Akhir tidak

diterbitkan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Geografi FKIP

Unlam Banjarmasin.

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN

PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) MELATI RAYA

DI DESA JINGAH HABANG ILIR KECAMATAN KARANG INTAN

KABUPATEN BANJAR

Oleh:

Baini, Arif Rahman Nogruho, Parida Angrini

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir

Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar”. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui persepsi masyarakat terhadap adanya penyelenggaraan program

paket C setara SMA di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Raya

desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 239 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan

sampel penuh. Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa angket dan

observasi, sementara data sekunder diperoleh dari studi dokumen. Teknik analisis

data yang digunakan adalah teknik persentase.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat, maka dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat masih belum puas dengan tingkat

pendidikan yang dimilikinya saat ini, dan berkeinginan melanjutkan kejenjang

berikutnya, dan masyarakat itu sendiri menyatakan bahwa dengan adanya

penyelenggaraan program paket C merasa sangat tertarik untuk mengikuti

program paket C. Adanya lembaga pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM)Melati Raya memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia, sehingga membantu perbaikan tingkat pendidikan

masyarakat melalui program pendidikan kesetaraan yang memberikan kesempatan

bagi warga masyarakat putus sekolah dan warga tidak dapat melanjutkan

pendidikannya pada jalur pendidikan formal.

Kata Kunci : Persepsi, Masyarakat, Program Paket C Setara SMA, Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM).

I. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum adalah usaha

manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani

maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

budaya. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional Pasal 1, pendidikan itu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

pendidikan formal (sekolah), pendidikan nonformal (luar sekolah) dan pendidikan

informal (keluarga dan lingkungan). Pendidikan nonformal dibagi pula menjadi

yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan. Pendidikan luar sekolah yang

tidak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari

pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak

71

teratur dan tidak sistematis. Pendidikan nonformal yang dilembagakan bersifat

fungsional dan praktis, serta pendekatannya lebih fleksibel.

Salah satu upaya yang ditempuh untuk memperlancar kegiatan pendidikan

luar sekolah dilakukan dalam bentuk pendekatan yang berbasis masyarakat

melalui sebuah wadah yang bernama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

yang berperan dalam menjalankan pendidikan nonformal di perdesaan maupun

perkotaan. Kebijakan awal mengenai penyelenggaraan dan pengoperasian PKBM

bermula dari hasil pertemuan antara Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat

(Dikmas) se Indonesia dengan Direktur Dikmas yaitu Dr. U. Sihombing di Bali

awal tahun 1998. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

“mengetahui persepsi masyarakat terhadap adanya penyelenggaraan program

kejar paket C setara SMA di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati

Raya desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendidikan

Menurut UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Pengertian pendidikan yang tertuang

dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai

proses yang di dalamnya seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan

kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan

dengan lingkungan di mana dia hidup. Dalam UUD Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini disebutkan bahwa pendidikan

digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal.

2. Pengelolaan

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata manajemen yang berasal dari

kata management, terbawa oleh derasnya penambahan kata pungut kedalam

bahasa Indonesia, istilah Inggris tersebut lalu di Indonesiakan menjadi manajemen

atau menejemen (Arikunto, 1992).

3. Program Paket C setara SMA

Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan nonformal yang

menyelenggarakan pendidikan setara SD/MI, SMP/MTS, DAN SMA/MA dengan

nama program paket A, paket B dan paket C. Pendidikan kesetaraan juga

berfungsi sebagai upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar melalui

program paket A dan paket B, sedangkan program paket C berfungsi sebagai

model pendidikan mencegah bagi mereka yang membutuhkan tingkat pendidikan

setara menengah atas. (Muljono, 2008).

4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

PKBM atau pusat kegiatan belajar masyarakat adalah merupakan suatu

wadah untuk memberikan pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat yang

diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk pendidikan nonformal yang

bekerjasama dengan pemerintah (Dinas Pendidikan).

5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua “profesi” yang sangat

berkaitan erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal

ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-

undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, bahwa Tenaga

Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara Pendidik adalah tenaga

kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

6. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad,

2009). Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2009), media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

ketrampilan atau sikap.

7. Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa Sarana adalah

segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.

Sedangkan prasarana adalah merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses

(usaha, pembangunan, proyek, dsb). Sarana prasarana pendidikan adalah semua

benda yang bergerak maupun tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang

penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sarana prasarana merupakan keseluruhan proses pengadaan,

pendayagunaan dan pengawasan sarana prasaranadan peralatan yang digunakan

untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

tercapai secara efektif dan efisien (Soetjipto, 2009).

8. Persepsi Masyarakat

Seorang pakar organisasi bernama Robbins (2001) mengungkapkan bahwa

persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna

kepada lingkungan mereka. Sejalan dari definisi diatas, seorang ahli yang

bernama Thoha (1998), mengungkapkan bahwa persepsi pada hakekatnya

adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami

informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan maupun pendengaran.

9. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat

Robbins ( 2001 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat

73

mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu Pelaku persepsi, Target atau objek dan

Situasi.

III. METODE PENELITIAN

a. Pemilihan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir

Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

b. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah warga sekitar lembaga PKBM Melati

Raya yang berpendidikan SLTP sederajat yang berjumlah 239 orang. Adapun

sampel pada

c. Prosedur Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan informasi yang di perlukan untuk

pengambilan kesimpulan (Samsu, 2013). Permasalahan dalam penelitian ini, maka

data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data primer adalah pengupumlan data secara mandiri oleh

peneliti langsung melalui jaringan pengisian kuesioner oleh responden yang

bersifat langsung (Nuning, 2012).

2. Data sekunder adalah perolehan data dari berbagai jurnal dan laporan peneliti

terdahulu (Nuning, 2012).

d. TeknikPengolahan Data

Pengumpulan data dilapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya

adalah pengolahan data dan analisis data yaitu:Pengolahan data adalah

mentabulasi data menjumlahkan atau memilah- milah data menjadi yang disajikan

dan kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan (Nuning, 2012). Data yang

diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, Editing, Coding,

Scoring dan Tabulating

e. Analisis Data Data primer yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan

menggunakan random atau teknik acak dengan menggunakan perhitungan

presentase. Teknik analisis data pada penelitian menggunakan teknik persentase

dan teknik korelasi Product Moment yang disajikan pada uraian berikut:

1. Persentase hasil angket

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dimasukkan kedalam

tabel frekuensi untuk diketahui persentase masing-masing indikator, dengan

rumus sebagai berikut :

p = x 100 % f

N

Keterangan :

p: persentase

f: frekuensi jawaban responden

N : jumlah sampel penelitian(Sudijono,2010).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keberadaan lembaga pendidikan seperti Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) dirasakan sangat bermanfaat dalam kemajuan pendidikan

bagi masyarakat sekitar lembaga. Program paket C merupakan salah satu jenis

layanan pendidikan yang sangat diketahui oleh masyarakat. Pendidikan

kesetaraan sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan nonformal bertujuan

memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk mengikuti pendidikan

menengah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan peserta didik yang tidak

memiliki kesempatan belajar pada pendidikan formal. Pelaksanaan program paket

C oleh pemerintah disosialisasikan melalui Dinas Pendidikan, Sanggar Kegiatan

Belajar (SKB), UPT Pendidikan, Penilik PLS dan Lembaga Nonformal seperti

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Masyarakat yang berdomisili di sekitar PKBM Melati Raya Desa Jingah

Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar pada umumnya

mengetahui program paket C setara SMA. Selain masyarakat Desa Jingah

Habang Ilir, masyarakat dari desa lain yang berada disekitar PKBM Melati Raya

juga banyak yang datang untuk ikut serta belajar pada program paket C.

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang dijawab para responden, mereka

berkeinginan melanjutkan pendidikannya karena merasa belum cukup dengan

tingkat pendidikannya yang sekarang, dan mereka sangat setuju dan berminat

untuk mengikuti program paket C karena dirasa sangat bermanfaat bagi ke

depannya. Selain diberikan ilmu pengetahuan berupa mata pelajaran, peserta

didik program paket C juga dibekali berbagai macam jenis keterampilan yang

sesuai dengan potensi daerah maupun potensi diri peserta didik, tujuannya adalah

agar memiliki kesiapan untuk terjun ke masyarakat dan dunia kerja, karena

peserta didik yang lulus program paket C tidak semuanya melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi lagi seperti masuk Perguruan Tinggi.

Kegiatan pembelajaran paket C umumnya dilaksanakan tidak setiap hari

seperti sekolah formal, waktu pembelajarannya bisa hanya 2 atau 3 kali dalam

seminggu, di PKBM Melati Raya kegiatan pembelajaran dilaksanakan 2 kali

dalam seminggu yakni pada hari jum’at dan sabtu pada pukul 14.30 s.d 17.00

Wita. Menurut hasil dari jawaban responden yang telah diolah, sebagian besar

responden menyatakan bahwa jadwal pembelajaran yang dilaksanakan selama 2

kali seminggu di PKBM Melati Raya sudah cukup efektif karena kebanyakan

dari yang mengikuti program paket C ini adalah masyarakat yang kebanyakannya

sudah bekerja, sedangkan mengenai waktu pembelajaran pada sore hari yang

telah ditetapkan oleh PKBM Melati Raya juga sudah dirasa cukup efektif oleh

responden.

Setiap kegiatan pembelajaran pasti mempunyai sarana dan prasarana

pendukung yang bisa menunjang proses kegiatan pembelajaran, ketersediaan

gedung penyelenggaraan, kursi dan meja belajar, ATK, papan tulis dan buku

75

paket untuk peserta didik sangat diperlukan. Menurut hasil jawaban responden,

sarana dan prasarana yang perlu ditambah lagi oleh lembaga adalah buku paket

dan meja kursi pembelajaran, karena jumlah yang sekarang masih kurang

dibanding dengan jumlah peserta didik yang belajar. Pada proses pembelajaran,

tenaga pendidik juga sangat berperan didalamnya untuk mengajar dan

membimbing peserta didik, kesesuaian latar belakang tenaga pendidik terhadap

mata pelajaran yang diajarkannya menjadi salah satu bagian penting dalam proses

pembelajaran. Menurut hasil jawaban responden, hampir semua responden

menyatakan latar belakang pendidikan tenaga pengajarr sudah sesuai dengan

mata pelajaran yang diajarkan, namun ada juga yang menyatakan tidak sesuai.

Pada kenyataannya, di PKBM Melati Raya memang ada tenaga pendidik yang

mengajar tidak sesuai dengan latar pendidikannya, yakni pendidikan terakhir S1

Pendidikan Kewarganegaraan mengajar mata pelajaran Geografi, pendidikan

terakhir S1/PAI mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut 121 orang

responden (51%) menyatakan bahwa penyelenggaraan program paket C di

PKBM Melati Raya sudah cukup profesional, hal itu terlihat dari pengelolaan

yang sangat baik dan terstruktur dengan rapi, serta program kerja yang cukup

bagus, dan ini menjadikan PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir

Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar terus mendapat dukungan dari

pemerintah (Dinas Pendidikan) serta masyarakat sekitar lembaga.

V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai

persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan progam paket C setara SMA di

PKBM Melati Raya Desa Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten

Banjar, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Banyak pihak masyarakat masih belum puas dengan tingkat pendidikan yang

dimilikinya sekarang (SMP Sederajat), dan berkeinginan untuk melanjutkan

kejenjang berikutnya.

2. Banyak pihak masyarakat yang mempunyai persepsi bahwa dengan adanya

penyelenggaraan program paket C merasa sangat tertarik untuk mengikuti

program paket C.

3. PKBM Melati Raya memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia.

4. Perbaikan tingkat pendidikan masyarakat melalui program pendidikan

kesetaraan yang memberikan kesempatan bagi warga masyarakat putus

sekolah dan warga tidak dapat melanjutkan pendidikannya pada jalur

pendidikan formal.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan

Evaluatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..

Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik, 2013. Kecamatan Karang Intan dalam Angka. BPS.

Bafadal, I. 2003. Manajemen perlengakapan sekolah teori dan aplikasinya.

Jakarta : Bumi Aksara.

Direktorat Pembinaan SMA, 2011. Standar Proses Program Paket C. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Menegah Kementrian PendidikanNasional.

Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2010. Pedoman Penyelenggaraan Program

Paket C Umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan

Informal.

FK-PKBM Indonesia. 2011. Konsep dan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM). Jakarta

Gojali, 2011. Pedoman Pengelolaan dan Pembinaan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM), (Online),

(http://lilighazali-pnfi.blogspot. com/2011/03/pedoman-pengelolaan-dan-

pembinaan-pkbm.html, diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

Huda, N. 2011. Teori-teori Pendidikan. (online),

(http://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/25/makalah-teori-teori-

pendidikan, diakses pada tanggal 5 Nopember 2013).

Muljono, P. 2008. Urgensi Standarisasi Proses Pendidikan Kesetaraan di

Indonesia. Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa, E. 2002. Manajemen berbasis sekolah. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Nuning. 2012. Pemanfaatan layanan ruang baca perpustakaan disekolah

menengah atas negeri 2 kota Mojokerto, (online)

(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL%20E-

JOURNAL%20SKRIPSI%20LAYANAN%20RUANG%20BACA.pdf

diakses 3 maret 2014).

Samsu, Saharia. 2013. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan

berdasarkan PSAK. No. 23 pada PT. Misa utara Manado,(online),

(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1862/14711

471, di akses 2 januari 2014).

Soetjipto, Prof. Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Jakarta.

Sudjana, S. 2000. Manajemen program pendidikan. Bandung : PT. Falh

Production.

Sukardi, 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.2003.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30921/3/Chapter%20II.pdf.

(Online). (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31782/4/Chapter%20II.pdf.

(Online). (Diakses pada tanggal 7 Oktober 2013).

77

PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER

BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS

XII IPS SMA NEGERI 9 BANJARMASIN

Oleh:

Khairani, Parida Angriani, Eva Alviawati

Abstrak

Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber

Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai

Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9

Banjarmasin.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPS SMA

Negeri 9 Banjarmasin. Sampel yang dijadikan responden adalah Sampel penuh

yaitu seluruh siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data primer

dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan metode

angket (kuesioner), sedangkan pengumpulan data sekunder menggunakan metode

studi dokumen dan studi pustaka. Analisis data penelitian ini adalah analisis data

dengan menggunakan teknik persentase dan teknik korelasi Product Moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ada hubungan yang signifikan

antara pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar

Geografi siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin, karena nilai rxy

bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%, tabel nilai r menghasilkan angka 0,351

dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556 lebih besar

dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271 < 0,556 > 0,351 dan bahwa pengaruh

pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9

Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari

hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar

daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu

4,028<63,91>7,16. Artinya ada pengaruh yang positif dan hubungan yang agak

rendah antarapemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa

Kelas

Kata Kunci : Pemanfaatan internet, Sumber Belajar, Hasil Belajar, Siswa

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak yang sama dalam

mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional

pasal 1 dijelaskan bahwa ” pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Riyanto,

2012).

Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi

pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana hal itu dapat berpengaruh

hasil belajar siswa (Sardiman, 2012). Penyelenggaraan pembelajaran merupakan

tugas guru, sehingga kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu

memperoleh hasil belajar yang baik, hasil belajar merupakan faktor penting dalam

pendidikan. Hasil belajar adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep belajar (Sulandra, 2013).

Teknologi merupakan faktor budaya yang mempengaruhi hasil belajar

yang ada dari luar siswa. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat pesat

membawa dampak yang sangat luas dalam semua sektor kehidupan (Ali,2009).

Dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami pengaruh yang

besar terhadap perkembangan dan teknologi, yang sejalan dengan paradigma

belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat karakteristik pokok,yaitu; informasi,

komputasi, otomasi dan komunikasi. Ciri yang pertama informasi, bahwa

informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan saja.Ciri kedua komputasi,

bahwa lebih cepat memakai mesin. Ciri ketiga otomasi, bahwa menjangkau segala

pekerjaan rutin. Ciri ke empat komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja

dan kemana saja (Farisi,2013).

Proses belajar mengajar biasanya menggunakan berbagai media

pembelajaran atau multimedia yang berbasis komputer dan memiliki jaringan

internet, yang mana dapat mengatasi kekurangan guru guna memenuhi aspirasi

belajar pendidik dan membantu pelajar menguasai pengetahuan (Hananta, 2010).

Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan

peserta didik untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara online

sumber belajar seperti mencari informasi pembelajaran melalui geogle dan yahoo,

mencari data yang berkaitan dengan pelajaran dan perpustakaan online

(Munadi,2013). Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat

diimplementasikan melalui cara: Browsing, Searching, Resourcing, Consulting

dan Communicating(Andri,2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Internet

Internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil

yang saling berhubungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh

dunia. Seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga internet menjadi

sumber daya informasi yang sangat berharga. Jaringan komputer adalah cara

menghubungkan beberapa komputer yang ada di dalamnya dapat saling

berhubungan dan berbagai sumber daya seperti perangkat penyimpan data

(Daryanto, 2004). Paradigma belajar abad 21 yang dicirikan oleh empat

karakterisrik pokok, yaitu :

1. Apek informasi, bahwa informasi dapat diperoleh di mana saja dan kapan

saja. Pada tahap ini pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik

mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

79

2. Aspek komputasi, bahwa lebih cepat memakai mesin. Pada tahap ini

pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya

menyelesaikan masalah (menjawab).

3. Aspek otomasi, bahwa menjangkau segala pekerjaan rutin. Pada tahap ini

pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan

keputusan) bukan berfikir mekanis (rutin).

4. Aspek komunikasi, bahwa komunikasi bisa dari mana saja dan ke mana saja.

Pada tahap ini pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan

kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Farisi, 2013).

b. Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi

pesan, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang mana dapat berpengaruh hasil

belajar siswa (Sardiman, 2012).

c. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran, dapat

diimplementasikan melalui cara berikut :

1) Browsing (menjelajahi dunia maya)

Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila

hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik

menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan

sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya. Melakukan

browsing ini kita menggunakan suatu fasilitas yang bernama browser, banyak

jenis software browser yang tersedia dipasaran, mulai dari gratisan seperti mozilla

sampai komersil seperti Netscape dan internet explorer. Jenis aplikasi internet

yang akan kita lakukan tidak terlepas dari browser, karena browser merupakan

media komunikasi antara user dengan layanan internet. Sebagai pengguna

windows, maka software browser yang sering digunakan adalah internet explorer

dari Microsoft.

2) Searching (pencarian sumber bahan belajar)

Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna

melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu

informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga

dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada

aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan. Search engine menampung

database situs-situs dari seluruh dunia yang jumlahnya milyaran halaman web.

Cukup dengan memasukkan kata kuncinya, maka proses pencarian akan

dilakukan dan search engine akan menampilkan beberapa link situs yang disertai

dengan keterangan singkat.Banyak aplikasi search engine yang ditawarkan oleh

situs-situs tertentu yang ada di internet, yang populer antara lain geogle, yahoo,

altavista, dan sebagainya disamping fasilitas search yang disediakan oleh setiap

situs.

3) Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar)

Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai

sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi

dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan

materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat

situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih

dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun

dari informasi lainnya.

4. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi)

E-Mail (Surat Elektronik)

E-mail merupakan aplikasi yang paling populer sejak internet pertama kali

diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat menjembatani komunikasi data

antar personal maupun antar perusahaan, e-mail terkenal karena memberikan cara

yang mudah dan cepat dalam mengirim informasi. Selain itu juga menangani

catatan yang kecil, hingga file yang besar berupa file yang ditumpangkan padanya

(attachment file).

Milis (Mailing List) (Berdiskusi Melalui Email)

Mailling list berarti daftar alamat E-mail untuk setiap orang yang ingin

menerima mail tentang topik tertentu. Mailing List atau Milis (kadang disebut

posting) pada dasarnya masih merupakan komunikasi dengan memanfaatkan

layanan e-mail, yakni mengirim dan menerima E-mail ke dan/atau dari

sekelompok orang dengan tujuan penggunaan sebagai sarana diskusi, yang

biasanya dikelompokkan berdasarkan topik diskusi, kelompok tertentu atau

pengelompokkan lainnya.

5. Hasil Belajar

Hasil dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar

dengan objeknya adalah siswa. Hasil belajar merupakan tolak ukur yang

digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami

konsep dalam belajar. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas

guru, sehingga kegiatan pembelajaran diharapkan siswa memperoleh hasil belajar

yang baik, secara umum hasil belajar dipandang sebagai perwujutan nilai yang

diperoleh siswa melalui pembelajaran (Sulandra, 2013).

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam pendidikan, bahkan

menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang

dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan belajar

yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam-macam

kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.

III. METODE PENELITIAN

a. Pemilihan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Banjarmasin, beralamat di Jalan Tatah

Bangkal Luar, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin.

81

b. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya dan Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah mengambil sampel penuh, yaitu

dengan mengambil seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin pada semester genap tahun

pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 53 siswa.

c. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan informasi yang di perlukan untuk

pengambilan kesimpulan (Samsu, 2013). Permasalahan dalam penelitian ini, maka

data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Pengumpulan Data primer adalah pengupumlan data secara mandiri oleh

peneliti langsung melalui jaringan pengisian kuesioner oleh responden yang

bersifat langsung (Nuning, 2012).

2) Data sekunder adalah perolehan data dari berbagai jurnal dan laporan peneliti

terdahulu (Nuning, 2012).

d. Teknik Pengolahan Data

Pengumpulan data dilapangan selesai dilakukan, maka tahap berikutnya

adalah pengolahan data dan analisis data yaitu:Pengolahan data adalah

mentabulasi data menjumlahkan atau memilah- milah data menjadi yang disajikan

dan kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan (Nuning, 2012). Data yang

diperoleh dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, Editing, Coding,

Scoring dan Tabulating.

e. Teknik Analisis data

Data primer yang diperoleh dalam penelitian di analisis dengan

menggunakan random atau teknik acak dengan menggunakan perhitungan

presentase. Teknik analisis data pada penelitian menggunakan teknik persentase

dan teknik korelasi Product Moment yang disajikan pada uraian berikut:

1) Persentase hasil angket

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan dimasukkan

kedalam tabel frekuensi untuk diketahui persentase masing-masing indikator,

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

p: persentase

f: frekuensi jawaban responden

N : jumlah sampel penelitian(Sudijono,2010).

%100N

fp

2) Perhitungan korelasi Product Moment

Data yang diperoleh kemudian dihitung koefisien korelasinya dengan

menggunakan rumus korelasiProduct Moment, sebagai berikut :

𝑟xy = 2222 )(}{)(

))((

YYNXXN

YXXYN

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi product moment

𝑁 = Jumlah Siswa

𝑋 = Nilai Kuesioner

𝑌 = Nilai Geografi

𝑋2 = Kuadrat nilai koesioner

𝑌2 = Kuadrat nilai Geografi ( Arikunto, 2002).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara variabel X (Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber

Belajar) dengan variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS) dapat

diketahui dengan teknik analisis Korelasi Product Moment. Perhitungan untuk

mengetahui korelasi antara variabel X (Pemanfaatan Internet) dengan varibel.

Taraf signifikan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271, sedangkan

taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,351. Maka nilai rxy lebih

besar dari “r” tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351. Berdasarkan uji

hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan

variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS).

Taraf signifikan 5% Tabel nilai F menghasilkan angka 4, 028 sedangkan

taraf signifikan 1% Tabel nilai r menghasilkan angka 7,16. Maka nilai 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih

besar dari “F” tabel 5% dan 1 % yaitu 4,028<63,91>7,16. Berdasarkan uji

hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh yang positif dan

signifikan antara varabel X (Pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar) dengan

variabel Y (Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XII IPS).

V. PEMBAHASAN

Pemanfaatan jaringan internet sebagai sumber pembelajaran dapat

diimplementasikan melalui cara:

a. Browsing (menjelajahi dunia maya)

Browsing atau surfing merupakan istilah umum yang digunakan bila

hendak menjelajahi dunia maya atau web. Tampilan web yang sangat artistik

menampilkan teks, gambar-gambar, dan malahan animasi yang ditampilkan

sedemikian rupa sehingga selalu membuat betah para pengunjungnya.

83

Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Browsing atau

mengakses internet, siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin, seluruh siswa

pernah mengakses pelajaran Geografi di Internet dan aplikasi Browsing yang

paling banyak digunakan siswanya adalah Mozilla. Siswa mengakses pelajaran

Geografi dalam bentuk Teks, Gambar, Video dan Animasi yang mana keseringan

siswa dalam mengakses pelajaran itu rata- rata hanya 1-3 kali mengakses dan

Teks merupakan bentuk materi pelajaran yang paling banyak di akses.

b. Searching (pencarian sumber bahan belajar)

Searching merupakan proses pencarian sumber pembelajaran guna

melengkapi materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Segala sesuatu

informasi yang berkaitan sumber informasi tersebut belum diketahui, sehingga

dengan memanfaatan Search engine adalah salah satu fasilitas yang tersedia pada

aplikasi untuk mencari informasi yang kita inginkan.

Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa pada indikator Searching

Siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya pernah

mencari informasi meteri geografi dari Google dan Yahoo dan rata- rata siswanya

hanya 1-3 kali dalam mencari informasi geografi di Internet sedangkan untuk

aplikasi Searching yang paling banyak digunakan adalah Google dibandingkan

Yahoo.

c. Resourcing (internet untuk sumber bahan belajar)

Resourching yang dimaksud disini adalah menjadikan internet sebagai

sumber pengajaran, dalam arti kata peranan internet sebagai gudangnya informasi

dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan

materi pengajaran yang disampaikan, Informasi yang berkaitan dengan alamat

situs yang akan dikunjungi sebagai sumber media ajar telah diketahui terlebih

dahulu melalui informasi yang diberikan pada buku pegangan pengajaran maupun

dari informasi lainnya.

Berdasarkan pada data yang diperoleh bahwa pada Indikator Resourcing

siswa Kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin sebagian besar siswanya mempelajari

materi pelajaran yang didapat di Internet dan siswa rata- rata hanya membaca 1-3

saja sumber materi pelajaran yang mereka dapat di Internet.

d. Consulting dan Communicating (Konsultasi dan komunikasi)

E-mail (Yahoo Mail) merupakan aplikasi Chating yang paling populer

sejak internet pertama kali diperkenalkan, karena dengan fasilitas ini dapat

menjembatani komunikasi data antar personal maupun antar perusahaan, e-mail

terkenal karena memberikan cara yang mudah dan cepat dalam mengirim

informasi.sekarang ini aplikasi chating lebih beragam diantaranya Facebook dan

Twitter yang mana mempermudah siswa berkomunikasi dengan guru maupun

dengan teman di Internet.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada indikator Communicating

siswa kelas XII IPS SMAN 9 Banjarmasin hanya sebagian kecil siswa yang

bekomunikasi menenai pelajaran Geografi baik itu dengan guru geografi maupun

dengan teman. Aplikasi Chating yang paling banyak digunakan siswa

berkomunikasi tentang meteri pelajaran dengan guru geografi adalan Yahoo Mail

sedangkan aplikasiyang paling banyak digunakan berkomunikasi tentang materi

pelajaran Geografi dengan teman adalah Twitter.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hubunganpemanfaatan

Internet sebagai sumber belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

terhadap hasil belajar Geografisiswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin

semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis

korelasi product moment yang memperoleh harga rxy = 0,556. Harga rxylebih besar

daripada harga rtabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, yaitu 0,271<

0,556> 0,351, danbahwa pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi

siswa kelas XII IPS SMA Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran

2013/2014.Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga

𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan

5% maupun 1%, yaitu 4,028<63,91>7,16.

VI. KESIMPULAN

Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 9

Banjarmasin yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber

Belajar Terhadap Hasil Belajar Gografi Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 9 dapat

disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan Internet

sebagai sumber belajarterhadap hasil belajar Geografi siswa Kelas XII IPS karena

nilai rxy bernilai 0,556 lebih besar r Tabel dari 1%,Tabel nilai r menghasilkan

angka 0,351 dan 5% Tabel nilai r menghasilkan angka 0,271 atau nilai rxy 0,556

lebih besar dari r tabel 5% dan 1 % yaitu 0,271< 0,556> 0,351dan bahwa

pengaruh pemanfaatan Internet sebagai sumber belajar mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XII IPS SMA

Negeri 9 Banjarmasin semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.Hal ini

ditunjukkan dari hasil analisis regresi memperoleh harga 𝐹𝑟𝑒𝑔 = 63,91. Harga

𝐹𝑟𝑒𝑔 lebih besar daripada harga Ftabelbaik pada taraf signifikan 5% maupun 1%,

yaitu 4,028<63,91>7,16.

Ada pengaruh yang positif (signifikan) dan hubungan yang agak rendah

antara pemanfaatan Internet sebagai sumber dengan hasil belajar siswa Kelas XII

IPS SMAN 9 Banjarmasin.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Pt Rieneka Cipta.

Daryanto. 2004. Memahami Kerja Internet. Bandung : Yrama Widya.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1983. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran(Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta:

Gp Press Group.

85

Pujiyanti, Rezky. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan

Perpustakaan Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswakelas X SMAN 2

Barabai Tahun Ajaran 2012/2013. Banjarmasin: Fkip Geografi Unlam.

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian (Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Adri, Muhammad. 2007. Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Pembelajaran,

(Online),(Http://Ilmukomputer.Org/Wp-Content/Uploads/2008/01/Adri-

Modul0-Gurugoblog.Pdf, di akses 6 Januari 2014).

Ali, Muhammad. 2009. Peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran

melalui teknologi informasi dan komunikasi di universitas negeri

Yogyakarta, (online),

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Muhamad%20Ali,%20S

T.,M.T./TIK%20dalam%20Pembelajaran%20%28Muhamad%20Ali%29.p

df diakses 3 maret 2013).

Farisi, Muhammad iman. 2013. Kurikulum rekonstruksionis dan implikasinya

terhadap ilmu pengetahuan sosial analisis dokumen kurikulum 2013,

(online), (http://utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/imam8-teori-

skema.pdf, diakses 6 maret 2014).

Hadi, Ido Priyono.2001. Wawancara, online,

(http://faculty.petra.ac.id/ido/courses/11_wawancara.pdf diakses tanggal 3

maret 2014).

Hananta, Amalia Putri Sari. 2010. Penggunaan internet sebagai sumber belajar

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa akselerasi kelas XI pada mata

pelajaran pendidikan agama islam di SMAN 1 Malang, (online),

(http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110220.pdf diakses 3

maret 2014).

Imron, Ahmad Ali. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Motivasi

Belajar Mahasiswa, (Online),

(http://ejurnal.stkipjb.ac.id/index.php/AS/article/viewFile/53/38, di akses

24 oktober 2013).

Mustamin, hasmimiah ST.2010. Meningkatkan asil belajar matematika melalui

penerapan asesmen kinerja, (online), (http://ejurnal.uin-

alauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20-

%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdfhttp://ejurnal.uin-

alauddin.ac.id/artikel/03%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20-

%20St%20Hasmiah%20Mustamin.pdf diakses 3 maret 2014).

Nuning. 2012. Pemanfaatan layanan ruang baca perpustakaan disekolah

menengah atas negeri 2 kota Mojokerto, (online)

(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ARTIKEL%20E-

JOURNAL%20SKRIPSI%20LAYANAN%20RUANG%20BACA.pdf

diakses 3 maret 2014).

Purnamasari, Dian. 2010. Persepsi Siswa Terhadap Pengaruh Motivasi Dalam

Menggunakan Internet Sekolah Sebagai Sumber Informasi Pendidikan Si

SMK Negeri 4 Yogyakarta, (Online), (http://digilib.uin-

suka.ac.id/5413/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pd

f , di akses 24 oktober 2013).

Riyanto. 2012. Pemanfaatan Internet Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Kelas X (Studi Ksus Pada Kompetensi Keahlian Elektronika

Industry Di Smk Muda Patria Kalasan ),(Online),(

Http://Eprints.Uny.Ac.Id/8853/1/JURNAL%20SKRIPSI.Pdf, di akses 24

Oktober 2013).

Samsu, Saharia. 2013. Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan

berdasarkan PSAK. No. 23 pada PT. Misa utara Manado,(online),

(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1862/14711

471, di akses 2 januari 2014).

Sulandra, M. 2013. Meningkatkan hasil belajar pkn siswa dengan menerapkan

strategi pembelajaran aktif tipe crossword puzzle pada materi pengertian

perundang-undangan di kelas V SDN 27/IX Sebapo, (online),

(http://fkipunja-

ok.com/versi_2a/extensi/artikel_ilmiah/artikel/A1D108183_349.pdf

diakses 3 maret 2013).

Wijaya, Niken Wijaya. 2010. Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran pkn di SMPN 77 Jakarta, (online),

(http://skripsippknunj.com/wp-content/uploads/2013/02/JURNAL-Niken-

Ratna.pdf diakses tanggal 3 maret 2014).

Yusuf, Muh. Mappeasse. 2009. Pengaruh cara dan motivasi belajar terhadap

hasil belajar programmable controller (PLC) siswa kelas III jurusan

listrik SMK Negeri 5 Makassar, (online), (http://www.ft-

unm.net/medtek/Jurnal%20Medtek%20Vo.%201_No.2_Oktober%202009

/M.%20Yusuf%20Mappeasse.pdf diakses tanggal 3 maret 2014).

87

PENGETAHUAN GURU SMA KOTA BANJARMASIN MENGENAI

KURIKULUM 2013

Oleh

Muslimah, Parida Angriani, Karunia Puji Hastuti

Abstrak

Penelitian berjudul “Pengetahuan Guru SMA Kota Banjarmasin Mengenai

Kurikulum 2013”. Tujuan penelitian adalah mengetahui Pengetahuan Guru SMA

Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian adalah guru jurusan ilmu sosial SMA Kota Banjarmasin

sebanyak 34 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 34 orang. Teknik

pengumpulan data berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui observasi dan angket, dan data sekunder diperoleh melalui studi

dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase.

Hasil penelitian adalah diketahui bahwa pengetahuan guru SMA Kota

Banjarmasin mengenai kurikulum 2013 yang terdiri dari pengetahuan guru

tentang kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan

kompetensi dasar, sebagian besar pengetahuan guru jurusan ilmu sosial mengenai

kurikulum 2013, sudah mengetahui namun pengetahuannya masih cukup rendah

yaitu 55,9 % dari 34 orang.

Kata Kunci: Pengetahuan, Guru, Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang paling diutamakan untuk kemajuan suatu

negara. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Aktivitas pendidikan diselenggarakan untuk

mencapai mutu kehidupan manusia, dalam rangka membentuk karakter yang

sesuai dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Dimensi kurikulum ada dua, yang pertama adalah rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedang yang kedua

adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan

salah satu komponen yang sangat penting, selain guru, sarana dan prasarana

pendidikan lainnya, kurikulum digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan

pendidikan dan sekaligus sebagai salah satu indikator mutu pendidikan.

Kurikulum memberikan pedoman kepada guru untuk menyusun dan

melaksanakan program pembelajaran. Gambaran tentang tinggi mutu keluaran

juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang dilaksanakan untuk mendukung

kegiatan pembelajaran diperlukan kurikulum yang memihak pelajar, yang

menunjukkan siswa berbuat aktif (Poerwati, 2013).

Kurikulum 2013 menurut Dokumen Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Desember 2012, yaitu kurikulum yang dikembangkan dengan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan

dalam kemampuan dan minat. Kurikulum memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah

ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Kurikulum berpusat

pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta

lingkungannya.

Kurikulum 2013 SMA diterapkan secara bertahap dimana pada tahun 2013

dilaksanakan secara terbatas di 1.270 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan 295

kabupaten/kota. Pelaksanaan terbatas mengacu pada Surat Edaran Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0128/MPK/KR/2013 tanggal 5 Juni 2013,

perihal Implementasi Kurikulum 2013 menyatakan bahwa Kurikulum 2013 telah

disepakati untuk diimplementasikan secara bertahap dan terbatas mulai tahun

pelajaran 2013/2014. Kota Banjarmasin memiliki tiga belas SMAN, dari tiga

belas SMAN di Kota Banjarmasin Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

menunjuk lima SMAN yang menerapkan kurikulum 2013 mulai tahun pelajaran

2013/2014, disajikan pada Tabel 1. Sekolah yang tidak ditunjuk apabila ingin

menerapkan kurikulum 2013 diperbolehkan, tapi harus menggunakan biaya dari

sekolah sendiri, seperti biaya pelatihan guru, buku-buku pelajaran maupun buku

pegangan guru, dan kebutuhan lain yang harus dipersiapkan untuk menerapkan

kurikulum 2013.

Tabel 1. Daftar SMAN Kota Banjarmasin beserta Kurikulum yang Dipakai

dan Jumlah Guru Jurusan Ilmu Sosial

No Nama Satuan

Pendidikan Kurikulum

Jumlah Guru Jurusan

Ilmu Sosial(Jiwa)

1 SMAN 1 Banjarmasin Kurikulum 2013 9

2 SMAN 2 Banjarmasin Kurikulum 2013 11

3 SMAN 3 Banjarmasin Kurikulum 2013 7

4 SMAN 6 Banjarmasin Kurikulum 2013 7

Jumlah 34

Sumber :Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin

Guru sebagai salah satu pelaksana kurikulum merupakan penentu

keberhasilan penerapan kurikulum, guru harus memiliki pengetahuan dalam

melaksanakan pengelolaan kurikulum, namun tidak semua guru SMA

mendapatkan pelatihan mengenai pelaksanaan pengelolaan kurikulum 2013 dan

guru yang mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 adalah guru inti yaitu guru

sejarah, bahasa indonesia, dan matematika yang berjumlah sembilan orang dari

Kalimantan Selatan yang ikut pelatihan di pusat, sehingga adanya keterbatasan

pengetahuan dari guru-guru mengenai pengetahuan dan pengelolaan struktur

89

kurikulum 2013, dengan demikian penelitian ini berjudul. “Pengetahuan Guru

SMA Kota Banjarmasin Mengenai Kurikulum 2013”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, terjadi karena

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

berasal dari bahasa latin (scientia) dan bahasa inggris (science) yang berarti ilmu.

Kata scienta berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya mempelajari,

mengetahui. Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disaring dan

dimaknai (Sobur dalam Suhardiman, 2011). Pengetahuan berdasarkan kamus

besar bahasa Indonesia ialah segala sesuatu yang diketahui berupa kepandaian

berkenaan dengan hal mata pelajaran. Dari beberapa pengertian pengetahuan

dapat dipahami bahwa pengetahuan bukanlah ilmu dan akan menjadi ilmu

pengetahuan apabila telah melalui penelitian dan dituangkan secara sistematis

sehingga mudah dipelajari.

b. Guru

Guru menurut PP Nomor 74 tahun 2008 adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, menimbang, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.PP RI nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru

adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta

mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada

akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses

pendidikan (Uno dalam Evanita., 2013).

c. Peran guru sebagai pengelola kurikulum

1) Guru bertanggung jawab membuat perancanaan mengajar (rencana tahunan,

rencana bulanan, rencana permulaan mengajar dan rencana harian).

2) Guru berusaha mengumpulkan dan mencari bahan dari berbagai badan atau

institusi yang dapat memantu dalam pelaksanaan kurikulum

3) Mengumpulkan data tentang partisipasi murid dalam mengikuti pelajaran atau

berbagai kegiatan kurikuler

4) Ikut serta menyusun jadwal pelajaran dan mengikuti berbagai pertemuan yang

diselenggarakan oleh sekolah dan para pengawas

5) Membuat laporan tentang hasil kegiatan kurikulum yang telah dilakukan.

Tugas guru sebagai pengelola kurikulum dengan tugas guru sebagai

administrator, menunjang pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah

(Muzamiroh, 2013).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua

adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

d. Kurikulum

Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan

belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk intitusi pendidikan yang

isisnya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus

dimiliki. Kedua, kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan

arahan dari institusi pendidikan yang membawa kedalam kondisi belajar

(Muzamiroh, 2013).

Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan peraturan

mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara

yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan (Mulyasa

dalam Gunawan,. 2012). Tafsiran tentang kurikulum dapat ditinjau dari segi lain,

sehingga diperoleh penggolangan (Poerwati, 2013), yaitu :

1) Kurikulum dapat berupa sebagai produk, yaitu sebagai hasil karya

pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.

2) Kurikulum dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah

untuk mencapai tujuan.

3) Kurikulum dapat dipandang pula sebagai hal-hal yang diharapkan akan

dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu.

4) Kurikulum sebagai pengalamanan siswa. Ketiga pandangan diatas berkenaan

dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang

secaraaktual menjadi kenyataan pada setiap siswa.

III. METODE

A. Pemilihan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin, dan terdapat tiga belas

SMAN di daerah tersebut. Dengan pertimbangan bahwa lima SMAN Banjarmasin

telah menerapkan kurikulum 2013 ,yaitu SMAN 1 Banjarmasin, SMAN 2

Banjarmasin, SMAN 3 Banjarmasin, SMAN 6 Banjarmasin, kecuali SMAN 7

Banjarmasin tidak dilakukan penelitian disekolah ini karena SMAN 7 tidak

bersedia untuk dievaluasi tentang pengetahuan guru mengenai kurikulum 2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : Obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian adalah seluruh guru jurusan ilmu sosial SMAN yang

menerapkan kurikulum 2013 di Kota Banjarmasin yang berjumlah 34 orang.

91

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik

pengambilan sampel penuh. Sampel Penuh adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Rincian

jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8.

Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Berdasarkan Jumlah Guru

Jurusan Ilmu Sosial Pada Tiap Sekolah

No Sekolah Guru Jurusan Ilmu

Sosial(Jiwa)

1 SMAN 1 Banjarmasin 9

2 SMAN 2 Banjarmasin 11

3 SMAN 3 Banjarmasin 7

4 SMAN 6 Banjarmasin 7

Jumlah 34 Sumber :Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Penelitian dirancang untuk mengetahui

pengetahuan guru SMAN mengenai kurikulum 2013 di Kota Banjarmasin.

Variabel merupakan faktor yang akan diuji dalam penelitian. Variabel, sub

Variabel dan Indikator dalam penelitian ini disajikan pada tabel 8.

Tabel 4. Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator

1. Strategi

Guru

1.Menguasai

Kompetensi

Inti

1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk

kompetensi inti sikap spiritual;

2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk

kompetensi inti sikap sosial;

3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk

kompetensi inti pengetahuan; dan

4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk

kompetensi inti keterampilan.

2. Menyusun

Mata Pelajaran

dan Alokasi

Waktu

1) Struktur Kurikulum Pendidikan

Menengah (Mata pelajaran dan alokasi

waktu)..

2) Proses pembelajaran.

3) Penilian hasil belajar.

4) Ekstrakurikuler

3.Mengelola

Beban Belajar

1)Beban belajar di Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah dinyatakan dalam jam

pembelajaran per minggu.

2) Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII

dalam satu semester paling sedikit 18

minggu dan paling banyak 20 minggu.

3) Beban belajar di kelas XII pada semester

ganjil paling sedikit 18 minggu dan paling

banyak 20 minggu.

4) Beban belajar di kelas XII pada semester

genap paling sedikit 14 minggu dan paling

banyak 16 minggu.

5) Beban belajar dalam satu tahun pelajaran

paling sedikit 36 minggu dan paling banyak

40 minggu.

4.Menguasai

Kompetensi

Dasar

1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar

sikap spiritual dalam rangka menjabarkan

KI-1;

2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar

sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-

2;

3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar

pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-

3; dan

4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar

keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-

4.

Sumber : Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 2013

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah teknik pengumpulan data yang bersumber langsung dari

orang yang memberikan data kepada pengumpul data yaitu menggunakan

Kuesioner (Angket), merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2010). Kuesioner berupa jawaban angket yaitu pernyataan beserta

jawaban, dalam bentuk angket terbuka. Angket diperoleh dari responden yaitu

Guru SMA Jurusan Ilmu Sosial Kota Banjarmasin.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terdapat pada instansi-intansi tertentu yang

sudah berbentuk tabel-tabel atau dokumen-dokumen yang lain. Teknik

pengumpulan data sekunder disajikan pada Tabel 3.

93

Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data Sekunder Sumber Teknik

Sasaran sekolah SMA untuk

penerapan kurikulum 2013 di Kota

Banjarmasin dan jumlah guru SMA

Jurusan Ilmu Sosial

Dinas Pendidikan

Kota Banjarmasin

Studi Dokumen

Metode Penelitian, UU NO 20

Tahun 2003, Peraturan Pemerintah

No 69 tahun 2013, Kupas Tuntas

Kurikulum 2013, Pengembangan

Profesi Guru, Pengantar Pendidikan

Teori dan Aplikasi, Bahan Uji

Publik Kurikulum 2013, PP Nomor

74 Tahun 2008, Panduan

Buku-buku dan UU

dan Peraturan

Pemerintah dan

jurnal-jurnal.

Studi Pustaka

Sumber : Hasil analisis (diolah 2014)

E. Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan cara editing, skoring dan tabulating

F. Analisis Data

Analisis data menggunakan rumus statistika yaitu rumus Banyak kelas, kelas

interval, dan persentase.

1. Rumus Banyak Kelas

(Masduki,dkk.,1990)

Keterangan :

n = Jumlah data

2. Rumus Kelas Interval

(Masduki, dkk.,1990)

Keterangan :

I = Kelas Interval

R= Rank (data terbesar dikurang data terkecil)

K= Banyak Kelas

3. Rumus Persentase

(Sudijono, 2010)

Keterangan:

P= Persentase jawaban responden

%100xN

fP

K

RI

Banyaknya Kelas = 1 + (3,3) Log n

f= Frekuensi jawaban

N= Jumlah responden yang memberikan jawaban

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di SMAN yang telah menerapkan kurikulum 2013

yaitu SMAN 1 Banjarmasin, SMAN 2 Banjarmasin, SMAN 3 Banjarmasin,

SMAN 6 Banjarmasin, kecuali SMAN 7 Banjarmasin dengan menggunakan

metode penelitian deskriftif kuantitatif yaitu membagi angket pada guru mata

pelajaran jurusan ilmu sosial yaitu guru Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan

Sejarah. Angket yang telah di isi oleh responden perlu diklarisifikasi sehingga

hasil jawaban dari responden tersebut mempunyai makna untuk menjawab

masalah peneltian.

Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 ialah pengetahuan guru secara

keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 yang tercantum PP No 69 Tahun

2013 yang meliputi kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban

belajar dan kompetensi dasar. Skor total pengetahuan guru secara kelseluruhan

tentang kurikulum 2013 adalah 89 yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengetahuan Guru SMA di Kota Banjarmasin Tentang Kurikulum

2013

No Nama Responden Skor Total Jawaban Responden

1 Dwi Sari Retnani, S.Pd 36

2 Noor Liana Waty, S.Pd 37

3 Hj. Nurhayati, S.Pd 34

4 Hermidah, S.Pd 66

5 Dra. Hj. Masliana 43

6 Rusniah, S.Pd 52

7 Dra. Hj. ST. Khairiah 69

8 Yohana, SE 34

9 Dra. Hj. Gusti Noor C 41

10 Hj. Hamidah, S.Pd 35

11 Azimatun Azimah, S.Pd 49

12 Nuryana, S.Pd 31

13 Riduansyah, S.Pd 22

14 Muhammad Redho, S.Pd 18

15 Dra. Hj. Yuspiana S 32

16 Eva Maya K,.S.Pd 25

17 Drs.H. Noorhasani R. 29

18 Rusdah, S.Pd 25

19 Hj. Dewi Fitria, S.Pd 35

20 Nunung Y, S.Pd 38

21 Sri Artati Indriani 61

22 Tri Guwati,S.Pd 43

23 Dra.Afifah Hairin Noor 34

24 Sri Fahriani, S.Pd 57

25 Drs. M. Hifni 33

95

No Nama Responden Skor Total Jawaban Responden

26 Dra.Hj. Noorhidayati 28

27 Dr. Hj. Trisnawati 23

28 Dra. Nooryani 19

29 Sri Hariyanti, S.Pd 35

30 Siti Noorhayah, S.Pd 27

31 Mahrita, S.Pd 36

32 Sasmiati, S.Pd 38

33 Mastora, S.Pd 35

34 Siti Nurhamidah, S.Pd 34 Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014

Pengetahuan responden tentang kurikulum 2013 menggunakan rumus

analisis sebagai berikut :

Diketahui :

K = 6

Jawab :

Rentang = data terbesar –data terkecil

= 89-0

= 89

K

RI

6

89I

= 14,8

≈ 15

Tabel 5. Nilai Responden Pengetahuan Guru Tentang Kurikulum 2013

Kriteria Nilai Responden Jumlah Responden

(Jiwa)

Persentase

(%)

Sangat Rendah 0-14 0 0

Rendah 15-29 9 26,5

Cukup Rendah 30-44 19 55,9

Cukup Tinggi 45-59 3 8,8

Tinggi 60-74 3 8,8

Sangat Tinggi 75-89 0 0

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, Maret 2014

Tabel 5 menunjukkan pengetahuan guru SMA Kota Banjarmasin tentang

Kurikulum 2013 dengan jumlah 34 responden terdiri dari 9 responden (26,5%)

pengetahuan guru rendah, 19 responden (55,9%) pengetahuan guru cukup rendah,

3 responden (8,8%) pengetahuan guru cukup tinggi dan 3 responden (8,8%)

pengetahuan guru tinggi.

Hasil wawancara pada saat menyebar angket para guru jurusan ilmu sosial

menyatakan mereka sudah mengetahui tentang Kurikulum 2013, namun hanya

mengetahui sedikit isi dan tata pelaksanaan Kurikulum 2013, hal ini disebabkan

bahwa guru yang pelatihan dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan

kurikulum 2013 lebih pada implementasinya sehingga kurang memperhatikan isi

dan tata pelaksanaan kurikulum 2013. Menurut guru yang mengalami pelatihan,

kurikulum 2013 sebenarnya mempermudahkan guru dalam hal mengajar dan

mendidik peserta didik karena yang lebih banyak aktif pada proses belajar adalah

siswa, guru berperan bagaimana caranya membentuk karakter peserta didik sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai pada saat pembelajaran berlangsung. Guru

harus memberikan model dan metode pembelajaran yang berbeda setiap mengajar

tapi guru masih kesulitan untuk implementasi kurikulum 2013 karena

keterbatasan sumber belajar.

Wakasek kurikulum salah satu sekolah penelitian mengatakan sekolah

ditunjuk menerapkan kurikulum 2013, tapi guru-guru kurang memperhatikan isi

struktur kurikulum 2013 sesuai dengan PP 69 Tahun 2013. Jadi, guru hanya

diberikan informasi bahwa kurikulum 2013 harus menggunakan metode dan

model pembelajaran aktif , membentuk krakter peserta didik dan informasi

lainnya yang masih simpang siur tentang kurikulum 2013.

V. KESIMPULAN

Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 yaitu :

a. Pengetahuan keseluruhan mengenai struktur kurikulum 2013 pendidikan

menengah yang tercantum pada PP No 69 Tahun 2013 yang meliputi

kompetensi inti, mata pelajaran dan alokasi waktu, beban belajar dan

kompetensi dasar.

b. Hasil penelitian bahwa 19 responden (55,9%) pengetahuan guru masih cukup

rendah tentang kurikulum 2013 dan pengetahuannya yang tinggi hanya 3

responden (8,8%) dan hipotesis peneliti terbukti, walaupun sekolah yang

dilakukan untuk penelitian telah menerapkan kurikulum 2013.

c. Cukup rendahnya pengetahuan guru disebabkan bahwa guru yang pelatihan

dan sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih pada

implementasinya seperti setiap mengajar harus menggunakan metode dan

model pembelajaran aktif dan bervariasi sehingga kurang memperhatikan isi

dan tata pelaksanaan kurikulum 2013 pendidikan menengah sesuai PP No 69

Tahun 2013.

VI. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga jurnal ini dapat selesai, kedua orangtua yang selalu

memberikan motivasi baik moril dan materil, dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan serta semua dosen Program studi Pendidikan Geografi

yang memberikan motivasi dan tidak untuk semua sahabat dan teman yang selalu

memberikan do’a dan motivasi.

97

VII. DAFTAR PUSTAKA

Evanita. 2013. Analisis Kompetensi Pedagogik Dan Kesiapan Guru Sekolah

Menengah Atas Dalam Mendukung Implementasi Kurikulum 2013.

http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/3147/PR

OS_evanita%20SW_%20Implementasi%20Strategi%20Pembelajaran_

Abstract.pdf?sequence=1 (Online, diakses 04 Januari 2014).

Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Islam. Bandung :

Alfabeta.

Masduki, M., dkk. 1990. Pengantar Statistika.Banjarmasin: Percetakan Media

Kampus.

Mulyoto. 2013. Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi

Pustaka Jakarta.

Muzamiroh, M.L. 2013 . Kupas Tuntas Kurikulum 2013.Jakarta : Kata Pena.

Ngadiyana,Y.M., dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin : Eja

Publisher.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Poerwati, L.E. dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.

Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Saud.U.S. 2010 . Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Alfabeta.

Suardi, Moh. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Indeks.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suhardiman, Bima. 2011. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan

Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1

Tanggerang.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1

88/1/101133-BIMA%20SUHARDIMAN-FDK.PDF (online, diakses 03

Maret 2014).

Tanpa Nama. 2013. Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta : Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Tanpa Nama. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

KARAKTER SISWA KELAS XI IPS 1 SMAN 10 BANJARMASIN PADA

MATA PELAJARAN GEOGRAFI TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh:

Nurul Dayanti, Karunia Puji Hastuti, Eva Alviawati.

Abstrak

Penelitian ini berjudul Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10

Banjarmasin Pada Mata Pelajaran Geografi Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui karakter siswa kelas XI IPS 1 Tahun Ajaran

2013/2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMAN

10 Banjarmasin dengan jumlah 26 siswa, dengan sampel sebesar 26 siswa

menggunakan teknik sampel penuh. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan

observasi di lapangan , sedangkan data sekunder diperoleh dari tata usaha SMAN

10. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan teknik Persentase dan

Klasifikasi Interval.

Hasil Penelitian menunjukkan membuktikan adanya karakter (tanggung

jawab, partisipasi/peduli sosial, peduli lingkungan dan kreatif) siswa kelas XI IPS

1 SMAN 10 Banjarmasin.

Kata Kunci : Karakter, Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin, Mata

Pelajaran Geografi.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat , bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1).

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti orang yang memiliki watak,

kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau

karakterisik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari proses alamiah

sebagai hasil yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil,

dan juga bawaan sejak lahir (Fathurrohman, 2013).

Menurut Screnco, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya

sungguh-sungguh dengan cara dimana ciri kepribadian positif dikembangkan,

didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta praktik emulasi.

Anne Lockword mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis

sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa (Wiyani,

2012).

Pendidikan moral sangat penting, karena di tengah memburuknya tatanan

sosial, sekolah harus mengajarkan dan menanamkan karakter yang baik pada

siswa atau anak-anak. Karakter yang baik terbentuk dari tiga macam bagian yang

saling berkaitan : pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.

Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan

melakukan kebaikan.

99

SMAN 10 Banjarmasin terletak di Jalan Tembus Mentuil, Gang

Gandapura Kel. Kelayan Selatan Kec. Banjarmasin. Status sekolah SMAN 10

Banjarmasin adalah Negeri, didirikan pada 23 Agustus 1993. SMAN 10

Banjarmasin adalah salah satu sekolah di Banjarmasin yang memiliki akreditasi

sekolah B. Penetapan akreditasi sekolah SMAN 10 Banjarmasin adalah pada

tanggal 9 November 2009 (Data Sekunder, Tahun 2013).

Berdasarkan observasi, sebagian siswa di SMAN 10 Banjarmasin ada yang

melanggar peraturan sekolah (menurut penjelasan dari guru mata pelajaran, baik

itu mata pelajaran geografi maupun mata pelajaran lainnya dan guru

BK/Bimbingan Konseling), seperti: datang terlambat ke sekolah, berpakaian tidak

rapi, ribut dalam kelas, membolos, merokok dalam kelas dan pelanggaran lainnya.

Hal tersebut menunjukkan karakter siswa yang tidak sesuai atau melenceng dari

pendidikan yang diajarkan di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul

“Karakter Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin Tahun Ajaran

2013/2014”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional).

Istilah karakter sering dikaitkan dengan sikap, pola perilaku dan atau

kebiasaan yang mempengaruhi interaksi seseorang terhadap lingkungan. Karakter

menentukan sikap, perkataan, dan tindakan. Hampir setiap masalah dan

kesuksesan yang dicapai seseorang ditentukan oleh karakter yang dimiliki

(Fathurrohman, 2013).

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta

didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,

pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,

yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang

baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh

hati (Wiyani, 2012).

Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti.

Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap

nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai

kekuatan moral dalam hidupnya (Zuriah, 2007).

- Unsur-unsur Karakter antara lain; 1) Sikap,

1. Emosi

2. Kepercayaan

3. Kebiasaan dan Kemauan

4. Konsepsi Diri (Self-Conception)

- Faktor Terbentuknya Karakter

1. Nature (faktor alami atau fitrah)

2. Nurture (faktor lingkungan)

- Karakter Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1).

Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan

perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan.Kondisi lingkungan dengan

berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada

yang baik dan ada yang buruk.

- Fungsi Pendidikan Karakter

1. Pengembangan

2. Perbaikan

3. Penyaring

- Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai

karakter sebagai milik peserta didik dan tanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan

pilihan, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Dengan prinsip ini peserta didik belajr melalui proses berpikir, bersikap, dan

berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam melakukan kegiatan social dan mendorong peserta didik

untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk social. Berikut prinsip-prinsip yang

digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter:

1) Berkelanjutan

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan

pendidikan

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar (value is

neither cought nor taught, it is learned)

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

- Pendidikan Karakter Dalam Implementasi KTSP

Implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk

memahami karakteristik peserta didik. Pemahaman peserta didik ini perlu

disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, misalnya pada tingkat

pendidikan dasar harus dipahami karakteristik peserta didik pada tingkat

pendidikan dasar; demikian halnya apabila kurikulum akan diimplementasikan

pada tingkat pendidikan menengah maka harus dipahami dulu perkembangan

peserta didik pada pendidikan menengah. Sedikitnya terdapat tiga hal berkaitan

dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik yang harus dipahami dan

dipertimbangkan dalam implementasi KTSP, yaitu pertumbuhan dan

101

perkembangan kognitif, tingkat kecerdasan, kreativitas, serta kondisi fisik

(Mulyasa, 2009).

- Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan budaya dan karakter diartikan sebagai pendidikan yang

mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik

sehingga mereka memiliki nilai-nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,

menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota

masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalisme, produktif dan kreatif

(Sudrajad, 2010).

- Pendidikan Karakter di Sekolah

Penanaman karakter diselipkan pada RPP dan silabus. Guru harus

berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan

apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana dijabarkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus.Berbagai program sekolah

bisa dijadikan program untuk membangun karakter anak menuju peradaban

bangsa. Karena itu langkah-langkah pembentukan karakter bisa dilakukan semua

warga sekolah dan menjadi pembiasaan.

a) Masukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara: (a)

knowing the good, yakni menanamkan kebaikan kepada anak, (b) desiring the

good, yakni menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau

keinginan untuk berbuat baik, (c) loving the good, yakni mengembangkan

sikap mencintai perbuatan baik, (d) acting the good, yakni melaksanakan

perbuatan baik.

b) Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala

tingkah laku masyarakat sekolah.

c) Pemantauan secara kontinu

d) Penilaian orang tua. (Aqib,2012).

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Penelitian dilakukan di SMAN 10 Banjarmasin, karena dengan alasan

sebagai berikut:

1. Di SMAN 10 Banjarmasin belum pernah diadakan penelitian tentang karakter

siswa untuk mata pelajaran Geografi.

2. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat sebagian

siswa-siswi SMAN 10 Banjarmasin yang menunjukkan karakter yang kurang

baik, berupa pelanggaran tata tertib, khususnya mata pelajaran Geografi

(diketahui dari catatan buku pelanggaran tata tertib sekolah).

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sebanyak 26

siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:

109). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002: 112). Jumlah

populasi dalam penelitian ini subjeknya kurang dari 100 orang, maka

pengambilan sampelnya diambil semua yaitu 26 siswa.

B. Variabel Penelitian

Varibel peneitian terdapat pada Tabel 1

Tabel 1. Variabel, Sub Variabel, Indikator, dan Cara Pengumpulan Data

Variabel Sub

Variabel Indikator

Cara

pengumpulan

data

Karakter Siswa

Kelas XI IPS 1

Tahun Ajaran

2013/2014

tanggung

jawab

1. Melaksanaan tugas piket secara

teratur

2. Bertanggung jawab dalam

mengemukakan pendapat

3. Bertanggung jawab atas

perbuatan yang dilakukan

4. Bertanggung jawab atas tugas

yang diberikan guru

5. Bertanggung jawab dalam

organisasi

Kuesioner &

Lembar

Observasi

partisipasi/

peduli

sosial

1. Berempati kepada sesama

teman di kelas

2. Melakukan aksi sosial

3. Membangun kerukunan warga

kelas

peduli

lingkungan

1. Memelihara lingkungan kelas

2. Membuang sampah pada

tempatnya

3. Pembiasaan hemat energi

Kreatif

1. Mengerjakan tugas yang kreatif

2. Menghasilkan karya yang

inovatif

3. Mengajukan usulan pemecahan

masalah

Sumber: Hasil analisis data sekunder, 2013.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta atau angka yang

dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1997). Data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer

103

a. Observasi

b. Wawancara

c. Kuesioner

2. Teknik pengumpulan data sekunder

a. Studi Dokumen

b. Studi Kepustakaan dan Internet

D. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data atau angka yang

siap untuk dianalisis yang dapat diwujudkan dalam bentuk tabel, diagram atau

grafik (Tim Dosen Pendidikan Geografi, 2011:18). Mengolah data yang diperoleh

dari penyebaran angket dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1) Editing, 2)Coding

dan 3)Tabulating.

E. Analisis Data

1. Analisis Persentase

Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri dari pengolahan data dan

analisis data menggunakan rumus sebagai berikut:

(Sudijono, 2004; 43)

2. Interval/Klasifikasi Menurut Ariffin

(Ariffin, 2011:253)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil angket atau observasi yang sudah dibuat persentase dan

penskoran karakter tanggung jawab, partisipasi/peduli social, peduli lingkungan,

dan kreatif, diperoleh klasifikasi karakter siswa SMA Negeri 10 Banjarmasin

Tahun Ajaran 2013/2014 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 . Klasifikasi Karakter Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10

Banjarmasin Tahun Ajaran 2013/2014

No Kriteria Frekwensi (F) Persentase(%)

1 Tidak Baik 0 0

2 Cukup Baik 0 0

3 Baik 10 38,5

4 Sangat Baik 16 61,5

Jumlah 26 100 Sumber: Hasil analisis data sekunder, 2014.

𝑖 =𝑅

𝐾

100N

fP

%

Berdasarkan Tabel 2, dapat kita ketahui bahwa 71,5% siswa kelas XI IPS

1 berkarakter sangat baik, 38,5% baik, cukup baik dan tidak baik 0%. Namun

sesuai dengan temuan di lapangan, siswa yang berkarakter sangat baik hanya

sebagian saja dan hampir setengah dari jumlah siswa yang berkarakter baik,

karakter yang cukup baik sedikit dan yang berkarakter tidak baik tidak ada.

Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan pada Bab 1 terhadap

permasalahan yang digali tentang karakter siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 10

Banjarmasin, maka dapat dibahas pada pembahasan berikut berdasarkan hasil

temuan di lapangan yaitu :

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu system, yang

melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Terbentuknya

karakter manusia ditentukan oleh dua faktor (Megawangi, 2004:25).

1. Nature (Faktor alami atau fitrah)

Agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kecendrungan

(fitrah) untuk mencintai kebaikan. Namun fitrah ini adalah bersifat potensial, atau

belum termanisfestasi ketika anak dilahirkan. Jadi manusia yang memiliki fitrah

yang baik namun tidak dididik dan dikembangkan akan menjadi manusia yang

dapat berubah menjadi buruk.

2. Nurture (Sosialisasi dan pendidikan)

Nurture (faktor lingkungan). Yaitu usaha memberikan pendidikan dan

sosialisasi adalah sangat berperan dalam menentukan “buah” seperti apa yang

akan dihasilkan nantinya dari seorang anak, dalam pendidikan dan pengasuhan..

Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan

perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan. Kondisi lingkungan dengan

berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada

yang baik dan ada yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada umumnya siswa

kelas XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sudah memiliki karakter yang baik.

Karakter yang dibentuk tersebut menurut silabus adalah tanggung jawab,

partisipasi/peduli sosial, peduli lingkungan, dan kreatif. Hal ini dibuktikan dari

hasil rata-rata scoring berdasarkan hasil kuesioner yaitu 95,6 dan berdasarkan

hasil observasi yaitu 94,4 (lihat lampiran 1). Hasil kuesioner dengan hasil

observasi tersebut hampir sama, hanya beda sedikit yaitu 1,2. Berarti siswa kelas

XI IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin sesuai dengan data yang diperoleh sudah

mengamalkan ilmu-ilmu yang didapat, baik dari sekolah maupun di luar sekolah

sesuai dengan nilai dan peraturan yang berlaku di sekolah.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMAN 10

Banjarmasin yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan

menggunakan klasisifikasi interval dan distribusi frekuensi dalam persentase dan

scoring dapat disimpulkan bahwa dan pembahasan mengenai nilai-nilai karakter

yang tercantum diatas dapat disimpulkan bahwa:

105

Berdasarkan skor rata-rata, secara keseluruhan karakter siswa kelas XI IPS 1

SMA Negeri 10 Banjarmasin termasuk “Baik”. Penilaian yang dilakukan peneliti

tersebut bersifat normatif yaitu hasil penilaian hanya berlaku pada siswa kelas XI

IPS 1 SMA Negeri 10 Banjarmasin dalam mata pelajaran Geografi Tahun Ajaran

2013/2014.

VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segalapuji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah

mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis

akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Karakter Siswa Kelas XI

IPS 1 SMAN 10 Banjarmasin pada mata pelajaran Geografi Tahun Ajaran

2013/2014“ dengan penuh ketercapaian lainnya.

Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Program Studi Geografi,

Jurusan IPS, FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari

campur tangan berbagai pihak. Untuk itulah penulis ingin berterima kasih sebesar-

besarnya dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak

terkait.

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada Ibu Karunia Puji Hastuti, M. Pd., selaku Pembimbing I dan

Ibu Eva Alviawati, S. Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan dukungan, arahan dan bimbingannya selama penyusunan dan

penulisan Skripsi.

Kepada segenap tim penguji yang menguji adrenalin, penulis haturkan

terima kasih yang luar biasa. Teruntuk Bapak Drs. H. Sidharta Adyatma, M. Si. ,

Drs. Yustinus Maria Ngadiyana dan Ibu Parida Angriani M.Pd., terima kasih atas

segala saran, kritikan dan koreksinya sebagai tim penguji dalam penyempurnaan

penulisan Skripsi ini.

Tak lupa pula terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Drs. Yustinus

Maria Ngadiyana selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

banyak nasehat dan arahan setiap awal semester selama menempuh pendidikan di

Universitas Lambung Mangkurat. Tanpa nasihat dan arahan dari seorang

penasehat akademik, maka tiada terstruktur perencanaan studi selama menempuh

pendidikan strata 1.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Ketua Jurusan

Pendidikan IPS, dan kepada Bapak Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si., selaku ketua

Program Studi Geografi yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan

administrasi penulisan Skripsi ini, serta kepada seluruh dosen Program Studi

Geografi yang telah senantiasa memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan

selama mengikuti perkuliahan serta menjadikan kami lebih berguna dengan ilmu

yang telah diberikannya kepada kami. Tak lupa penulis berterima kasih kepada

seluruh staf BAAK Universitas Lambung Mangkurat yang telah banyak

membantu dan mengurusi segala administrasi.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Kepala Sekolah SMAN

10 Banjarmasin, Ibu Farina Amelia,S. Pd., selaku guru Geografi , juga segenap

guru-guru dan staf TU di SMAN 10 Banjarmasin beserta siswa-siswi kelas XI IPS

1 SMAN 10 Banjarmasin. Terima kasih atas ketersediaan jasmani dan rohani

dalam membantu demi kelancaran penelitian dalam penyelesaian Skripsi ini.

Cinta dan dukungan berupa moril maupun materil dari kedua orang tua

penulis terkasih. Terima kasih atas segala yang telah dilakukan demi penulis, dan

terimakasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu

mengiring tiap langkah penulis. Terimakasih kepada Bapak Darsi dan MamaTini

Kurniati yang senantiasa memberikan kasih sayang sepanjang masa sehingga

penulis bisa sampai ke titik ini.

Teruntuk Adik-adik dan kakak-kakak tersayang, penulis haturkan banyak

doa dan terima kasih atas segala doa, dukungan, canda, tawa dan macam-macam

bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga semua usaha penulis dapat

menjadi lecutan semangat tak terhingga agar adik-adik tercinta dapat menggapai

hal yang sama bahkan lebih demi kebahagiaan dan kebanggaan kedua orang tua

tercinta.

Kepada sahabat terbaik yang senantiasa ada untuk memberikan dukungan,

melantunkan doa serta mengusahakan segala macam bantuan terkait penyelesaian

Skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan, terima kasih telah

senantiasa menguatkan di kala penulis terpuruk dan sempat merasa tidak mampu

melakukan apa-apa.

Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis

cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa

sepengetahuan penulis. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang

yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan Skripsi ini.

Alhamdulillah. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis masih memiliki banyak

kekurangan pengetahuan dan pengalaman pada topik yang diangkat dalam Skripsi

ini,

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi para penuntut ilmu dan pengajar, baik dalam bangku perkuliahan,

penelitian maupun berprofesi sebagai guru nantinya, guna membina generasi

muda penerus bangsa yang lebih berkualitas dan berdaya saing.

Akhirnya kepada Allah-lah penulis memohon agar usaha ini dijadikan

sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa Sallam beserta keluarga,

para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir, Aamiin.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja posdekarya.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wiyani, 2012. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan implementasinya di

sekolah. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

107

Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian

Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuriah, 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan:

Menggagas Platfom Pendidikan Budi Pekerti secara kontekstual dan

Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.

Lickona, 2013. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi

Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Fathurrohman, Suryana, & Fatriany. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Tim Dosen Prodi Pendidikan Geografi, FKIP - Unlam, Banjarmasin. 2011.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pendidikan Geografi, FKIP - Unlam,

Banjarmasin

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prektik.

Yogyakarta: PT Bumi aksara.

Sulistyowati, Endah. (2012). Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.

Yogyakarta: PT. Citra Aji Paramana.

Mu’in, Fatchul, 2011. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Megawangi, Ratna, 2004. Pendidikan Karakter SoLUSI Tepat Untuk Membangun

Bangsa. Jakarta: Star Energy.

Aziz, 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta: Al Mawardi

Prima.

Sudrajad, Ahmad, 2010. Konsep Pendidikan Karakter (http//ahmad sudrajad-

wordpress.com/20210/10/15/konsep pendidikan karakter/. Diakses 14

Desember 2013).

Aqib, 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter &

Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya.

Fagan, R. 2006. Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other

Substance Use Problems and their Family. The Family Journal:

Counseling therapy For Couples and

Families.(http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326/. Diakses 18

Desember 2013).

Thornburg D H. 1984. Development in Adolenscence. Second Edition. California:

Brook Cole Publishing Co.

Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BK.

Gunung Media.

Brooks, B. David & Frank G. Goble. 1997. The case of Character Education. The

Role Of The School in Teaching Production. Northridge CA.

PETUNJUK BAGI PENULIS JPG

Naskah diketik satu (1) spasi pada kertas kuarto maksimum 15 halaman dan diserahkan

dalam bentuk print-out komputer beserta disket 3,5”. Berkas file dibuat dengan MS Word.

Teks dicetak dengan hurut Times New Roman 12.

Artikel yang dimuat meliputi hasil penelitian dan kajian analitis-kritis di bidang geografi dan

pendidikan geografi.

Artikel di tulisdalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format essai, disertai judul

pada masing-masing bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah

dengan ukuran 12. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda

(semua judul bagian dicetak tebalatau tebal dan miring) dengan ukuran 12, dengan

menggunakan angka/nomor pada judul bagian.

PERINGKAT 1 (SEMUA HURUF BESAR, TEBAL, RATA KIRI)

Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri)

Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri)

Sistematika artikel hasil non penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak

(maksimum 100 kata); kata kunci (maksimum 8 kata atau tidak melebihi 1 baris);

pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkung tuliasan, bahasa

utama (dibagi ke dalam subjudul-subjudul); penutup atau kesimpulan; daftar pustaka (hanya

memuat pustaka yang dirujuk dalam naskah).

Sistematika artikel hasil penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); absrak

(maksimum 100 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;

pendahuluan yang berisi latar belakang,tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode; hasil

dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar pustaka (hanya memuat pustaka yang dirujuk

dalam naskah).

Daftar Pustaka disusun dengan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diuraikan

secara alfabetis dan kronlogis

Rujukan Buku

Coren, L.& K. Weeks 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues-1985.

Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Coren, L.& K. Weeks 1985b. Planning Ladder Ladders: Leassons from the State. Atlanta,

GA: Career Ladder Clearing-house.

Rujukam dari buku suntingan (edited book) atau prosiding

Harley,J.T., Harket, JO. & Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New Direction in

Adult Development of Learning and Memory. Dalam L. W. Poon (Ed), Aging in the

1980:Psycological Issues (hal: 239-252), Washington, DC: Americal Pscychologycal

Association.

Rujukan artikel dalam kumpulan artikel

Hasan, M.Z. 1980. Karakteristik Penelitian Kuantitatif. Aminuddin. Pengembangan

Penelitian Kuantitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hal: 12-25). Malang: HISKI

Komisariat Malang dan YA3.

Rujukan dari artikel dalam jurnal

Hanafi, A.1980. Partisifasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi.Forum

Penelitian, 1 (1): 33-47.

Rujukan artikel dalam majalah atau koran

Huda, M. 13 November,1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, Hal: 6.

Rujukan dari skripsi, tesisi atau disertasi

Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa

Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP

MALANG.

Rujukan surat kabar

Ropert, V. 1988. Keuntungan Penggunaan Kapur untuk Tanah Asam. Kompas, 12 September

1988, hlm. 14.

109

Rujukan dari internet berupa karya individual

Htchock, S. Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey Of STM Online Journalis , 1990-95: The

Calm before the Strom, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses

12 Juni 1996).

Rujukan artikel dalam jurnal

Hanafi, A. 1980. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Form

Penelitian, 1 (1): 33-37.

Rujukan dari internet berupa Bahan Diskusi

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Intternet Sites. NETTRAIN Discussion

List (Online), NERRRAIN@ ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995.

Rujukan dari internet berupa E-mail Pribadi

Naga, Dali S. ([email protected]). 1Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali

Saukah ([email protected]).