respon masyarakat muslim mengenai lembaga...
TRANSCRIPT
RESPON MASYARAKAT MUSLIM MENGENAILEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
(Studi Kasus Respon Kyai Dan Masyarakat Pada LembagaKeuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh:
ELLY NUR ROHMAHNIM: 0 6 2 3 1 1 0 1 0
JURUSAN MUAMALAHFAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG
2010
ii
H. Abdul Ghofur, M.AgJln. Prof. Hamka km 2 NgaliyanSemarang 50181
Muchammad Fauzi, SE, MMJln. Prof. Hamka km 2 NgaliyanSemarang 50181
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 Naskah eksHal : Naskah Skripsi An. Sdri. Elly Nur Rohmah
Kepada Yth.Dekan Fakultas Syari’ah
IAIN Walisongo
Assalamu alaikum Wr.WbSetelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi Saudari :
Nama : Elly Nur Rohmah
Nim : 062311010
Jurusan : Muamalah
Judul Skripsi :“RESPON MASYARAKAT MUSLIMMENGENAI LEMBAGA KEUANGANSYARIAH (Studi Kasus Respon Kyai danMasyarakat Pada Lembaga Keuangan Syariahdi Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)”
Dengan ini kami mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera
dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu alaikum Wr.Wb
Semarang, 13 Desember 2010
Pembimbing I, Pembimbing II,
H. Abdul Ghofur, M.Ag Muchammad Fauzi, SE, MMNIP: 19670117 199703 1 001 NIP: 19730217 200604 1 001
iii
KEMENTERIAN AGAMA RIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYARI’AH
PENGESAHAN
Nama : Elly Nur RohmahNIM : 062311010Jurusan : MuamalahJudul Skripsi :“RESPON MASYARAKAT MUSLIM
MENGENAI LEMBAGA KEUANGANSYARIAH (Studi Kasus Respon Kyai danMasyarakat Pada Lembaga Keuangan Syariahdi Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)”
Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah InstitutAgama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus denganpredikat cumlaud / baik / cukup, pada tanggal :..............................................dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1tahun akademik 2010 / 2011.
Semarang, 13 Desember 2010
Mengetahui,Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Johan Arifin, S.Ag, MM. Muchammad Fauzi, SE, MM.NIP: 19710908 200212 1 001 NIP: 19730217 200604 1 001
Penguji I, Penguji II,
Akhmad Arif Junaidi, M.Ag. Moh. Arifin, S.Ag. M.Hum.NIP: 19701208 199603 1 002 NIP: 19711012 199703 1 002
Pembimbing I, Pembimbing II,
H. Abdul Ghofur, M.Ag. Muchammad Fauzi, SE, MM.NIP: 19670117 199703 1 001 NIP: 19730217 200604 1 001
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Km.2 Ngaliyan Kampus III Telp/Fax : 024-7614454 Semarang 50185
iv
MOTTO
” ”
)""(
Artinya: Keutamaan dapat diperoleh dengan seberapa besar usaha kita.
(Di ambil dari kitab Ta’limul Muta’allim).
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kebahagiaan serta kerendahan hati, penulis persembahkan karya
skripsi ini untuk:
v Bapak dan Ibuku (Abdul Hamid dan Siti Nur Hayati) dan Mbah Kakung,
Mbah Putri (Achmad Mahrur dan Syamsyiah) yang selalu mendoakanku
dengan kasih sayang dan kesabaran dalam mendidik putra-putranya, serta
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk tidak selalu
berputus asa, ta’dzimku untukmu.
v Adik-adikku, Faiq Maulana, Novita Berliana Habib, Davis Syah Permana
Habib, Vanecha Amalia Habib yang selalu menghiburku dan membuatku
sadar akan sebuah cita-cita yang besar. Thank s to all.
v Special my great affection Abdul Khoiruddin all with your devoted yang
dengan sabar membantu dan memotivasi penulis sampai selesai.
v Semua rekan-rekan yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain
kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Desember 2010
Deklarator
Elly Nur RohmahNIM : 062311010
vii
ABSTRAK
Lembaga keuangan Islam di Indonesia berawal pada tahun 1992 yangditandai dengan berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI). Ini berarti bangsaIndonesia telah mempunyai sistem keuangan baru yang bebas dari unsur riba(bunga bank) yakni menggunakan sistem bagi hasil. Lambat laun perkembanganLembaga Keuangan Islam mengalami kemajuan yang cukup pesat hal ini tidakterlepas dari dukungan pemerintah dengan dikeluarkannya payung hukum yangmengatur tentang lembaga keuangan syariah yaitu UU No. 10 tahun 1998.
Di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal sendiri Lembaga KeuanganSyariah sudah berkembang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan banyaknyapendirian lembaga-lembaga kuangan yang berlandaskan pada sistem syariah.Seperti Baitut Tamwil Binama yang terletak di Jl. Raya No 211 KaliwunguKendal, Koperasi Arofah bertempat di Jl. KH. Asy’ari No. 21 Kaliwungu.Kemudian KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Kospin Tawakal yang beradadi Jl. Raya Barat Desa Karang Tengah dan yang terakhir KJKS BTM (BaitutTamwil Muhammadiyah) Kaliwungu di Jl. Raya Sarirejo Kaliwungu Kendal.
Mengingat hal itu, maka akan menjadi sangat menarik untuk melakukansebuah penulisan tentang respon masyarakat di Kecamatan Kaliwungu tentangkeberadaan dan sistem operasional pada Lembaga Keuangan Syariah yang ada.Tidak hanya mencari keterangan bagaimana pandangan masyarakat terhadapsistem operasional Lembaga Keuangan Syariah tetapi lebih jauh lagimengungkapkan tentang sejauh mana masyarakat merespon adanya LembagaKeuangan Syariah dengan sistem bagi hasil yang dapat ditunjukkan denganmemberikan reaksi berupa dukungan terhadap Lembaga Keuangan Syariah sertadampak yang ditimbulkan dari respon tersebut.
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodelapangan (field research) dan dalam pengumpulan data penulis menggunakanmetode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan dalam melakukananalisis data penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Respon masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah di KecamatanKaliwungu Kabupaten Kendal secara umum dapat dikategorikan baik, akan tetapimasih banyak yang ragu-ragu mengenai sistem bagi hasilnya disebabkankurangnya pemahaman masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah, entah itumengenai nama-nama produk, jenis dll.
Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya Lembaga Keuangan Syariahdi Kecamatan Kaliwungu. Hanya 1 dari 4 lembaga yang penulis teliti yang dapatberkembang dengan baik. Namun sangat disayangkan bahwa 1 di antara 4Lembaga Keuangan Syariah tersebut masih menggunakan sitem konvensionalyang mengedepankan pada sistem bunga.
Kata Kunci: Lembaga Keuangan Syariah, Respon Masyarakat, LembagaKeuangan Konvensional, Riba, Bagi Hasil.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang menciptakan
segala sesuatu dengan keteraturan agar dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh
makhluk-Nya untuk mengatur dan memanage berbagai kegiatan yang akan
mereka lakukan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rasulullah SAW, segenap keluarga, sahabat dan seluruh umatnya.
Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan suatu tugas yang tidak
ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses
penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Suatu kebanggaan tersendiri jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Walaupun banyak halangan dan rintangan tetapi penulis yakin
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Dengan niat dan semangat yang sangat besar dalam waktu yang cukup
lama dan setelah melewati beragam tantangan atau kendala akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penelitian hingga menghasilkan karya tulis ini. Namun demikian
penulis sangat menyadari bahwa hal tersebut tidak akan terwujud dengan baik
manakala tidak ada bantuan yang telah penulis terima dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu penulis menyampaikan rasa terimakasih secara tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag Selaku PJs Rektor IAIN Walisongo, Drs.
H. Machasin, M.Si selaku PR II, Prof. Dr. H. Erfan Soebahar, M.Ag selaku PR
III tak lupa kami sampaikan kepada Prof Dr. H. Abdul Djamil, M.A yang
ix
sekarang di Balitbang Kemenag Jakarta. Terima kasih banyak atas kebijakan-
kebijakannya yang kadang tidak seirama dengan mahasiswa.
2. Bapak Dr. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang. Selamat kepada bapak Imam menjadi Dekan Baru,
semoga bisa menciptakan kampus yang Dinamis dan Kondusif.
3. Bapak Drs. H. Muhyidin, M.Ag (Demisioner Dekan FS), Terima kasih atas
arahan serta wejangannya selama ini.
4. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. H. Nur Khoirin, M.Ag selaku
Demisioner PD III. Kesalahan dan kekhilafan yang penulis perbuat sewaktu
menjabat sebagai anak didik njenengan, sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa
Jurusan Mu’amalah-Ekonomi Islam (HMJ MU-EI), rasanya menjadi bahan
pelajaran yang berharga, penulis jadi “ngerti” bagaimana lika-liku birokrasi
kampus. Bapak Drs. H. Musahadi, M.Ag (Demisioner PD I) yang selalu
memberikan masukan kepada penulis. Juga kepada Bapak Drs. H. Makhsun
Faiz, M.Ag (Demisioner PD II) yang selalu murah senyum dan kelihatan
“klimis”, hingga menggugah kepercayaan penulis bahwa ternyata di Fakultas
masih ada orang yang ramah.
5. Bapak H. Abdul Ghofur, M.A.g selaku pembimbing I, serta Bapak
Muchammad Fauzi, SE, MM selaku pembimbing II, yang telah membimbing
proses penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya serta
saran-sarannya hingga skripsi ini selesai. Dari revisi-revisinya, penulis juga
bisa mengerti banyak hal tentang dunia perbankan, ekonomi syariah dan
x
bahasan lain. Terima kasih sekali lagi pak, jasa Njenengan sulit untuk penulis
lupakan.
6. Bapak H. Abdul Ghofur, M.A.g selaku Demisioner Kepala Jurusan Muamalah
dan Bapak Moh. Arifin, M.Hum selaku Demisioner Sekretaris Jurusan. Terima
kasih atas arahan, bimbingan dan dukungannya sewaktu penulis menjadi
bagian “Aktifis HMJ”.
7. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Bapak Rustam
D.K.A.Harahap M.Ag, Bapak Johan Arifin MM, Bapak Harun, Bapak Arif
Budiman M.Ag, Bapak Arif Junaidi M.Ag, Ibu Nur Huda, Ibu Mujibatun, Ibu
Anthin, Pak Izuddin (Wali Studi) dll. Terima kasih yang tak terhingga atas
bekal ilmu pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah
sekaligus penulisan skripsi ini. Tak lupa kepada karyawan-karyawan FS Bu
Shoimah, Pak Mustaqim, Bu Khotim, Pak Romadhon dll.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Perpustakaan IAIN Walisongo dan Perpustakaan
Fakultas Syariah, terimakasih banyak atas pinjaman bukunya Pak.
9. Kedua Orang Tua kami yang tercinta, yang telah mencurahkan kasih sayang,
memberikan dukungan serta do’anya dan semuanya yang tak ternilai, adik dan
keponakan-keponakanku, dan sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan
mendo’akan tiap langkah penulis.
10. Keluarga Besar Bapak Suwardi, Ibu Supa’ah, Dek Ulfa, Dek Ning. Kalian
adalah keluarga kedua bagiku. Suasana yang hangat, akrab, selalu penulis
dapatkan di keluarga ini. Semoga kita dipertemukan kembali di lain waktu.
xi
11. Bapak Budi Dharmawan beserta Keluarga Besar PT. Cengkeh Zanzibar.
Matur nuwun atas segala bantuannya selama ini. Penulis yakin semua
kebaikan bapak akan dibalas oleh yang Maha Kuasa.
12. Pengurus PMII Rayon Syari’ah periode 2008-2009. Yayan yang jadi Presiden
Dema, Fian yang sekarang sudah bisa menembus Suara Merdeka, Nikmah
yang “nggak” jelas arah jodohnya, Ubed yang jadi PU Justisia, Ani
“Komting”, Hima “Atul”, Ani Bendum, Uswatun, Huda “Robot”, Tamam
Ucil, kalian adalah inspirasi bagiku.
13. Mantan Pengurus PMII Komisariat Walisongo 2009. Sahabat Naryoko yang
sedang promosi Busnya, Ropik yang masih “demen” ma intan, Arifin si
tukang Batik yang katanya membuat sial, Supri Nggacuk yang selalu buat
penulis tertawa, Adib Cinta Wity, Uplik sang Baja Hitam, dll. Tangan
Terkepal dan Maju ke Muka.
14. Pengurus DEMA 2010, si Zaki Jeknong yang suka gonta ganti pasangan,
Arifuddin, Tabi’in, Coco (tiga bersaudara harus rukun ya), Pipid si Putri
Salju, Anam sang rektor, Supri Memet Gendut, dll. Tetaplah berjuang.
15. Senior-senior PMII. Mas Adib, Mas Iman, Mas Tedi, Mas Gepeng Pujianto,
Mas Ricard, Mas Saifuddin, Mas Gupong, Mbak Evi, Mas Arif, Mas Suji,
Mbak Ana, Mbak Ovi, Mbak Viroh, Mas Jojo, Mas Heri, Mas Qosim (Al
Khos), Mas Koyin, Mas Yoni dll. Terima kasih telah memberikan penulis arti
tentang kehidupan kampus.
16. Adik-adikku pengurus Rayon Syariah 2010, Arif Kera si “Makelar Mobil”,
Endang dan Asiroh Duo Fasya, walaupun pada “menthel” tapi kalian adalah
xii
kader-kader terbaik, Encep, Musa Talenta, Aslamiyah, Salamah, Rohaniah,
Juki, Nirma dll. Teruslah Berjuang.
17. Pengurus HMJ MU-EI 2009. Kholid Pak dhe, Amik, Ana, Fitri, Jamil, Sofa,
Ulin Naim, tetap jaga kekompakan.
18. Teman-teman satu angkatan 2006 Jurusan Mu’amalah, Tyas, Helin, Nazil,
Fatur Tinggi, Yeni, Evi, Bety betong yang semakin hari tambah gemuk, NH
baksonya jangan lupa, Miftah jangan bersedih terus ya, Ulil yang lugu
“ndang” cepet dapat momongan, terkhusus Sani yang selalu menemani
penulis dalam suka maupun duka, teman curhat dan thank s atas “bon”
pulsanya. You re My Best Friend s.
19. Teman-teman Forshei. Obed Cilik, Irham, Khafid, Agus, Miftah. Wahai Para
Ekonom Robbani....Lebarkan Sayapmu Membumikan Ekonomi Syariah.
20. Teman-teman satu kost Nusa Indah. Mbak Siti, Mbak Ismi, Iis, Ara, Lala,
Ulfi, Titik, Wisda dll. Hati-hati ada Bapak Kost lho.
21. Para penghuni PKM Fasya, Sukron, Khudori, Nazar, Wahid, Heri, Cahyono,
Khusni dll. Tolong Pa’e ditemani ya. Jangan lupa pada mandi. Tapi jangan
mandi di POM dan Masjid terus.
22. Tim Rewo-Rewo 2005. Mas Tomi sang Raksasa, Mas Hamdani al-Mungili,
Mas Rouf yang selalu memimpikan Alfu di manapun berada, Mas Bams yang
masih bingung dengan skripsinya, (Maaf Semuanya, saya dahului, hehe),
Mas Sodik, Mbak Novi, Mbak Widya, Mas Abu, Mas Adi dll. Ayo yang
belum lulus “ndang” nyusul.
xiii
23. Warga Teater ASA angkatan 2006, Olip Molen, Muke Budhe, Rozikin
Ambon, Elya Ndayak, Fandi Panjul, Esa Gwedi, Dian Gembeng dll. Tak lupa
pada para suheng Mas Gersang, Mas Kamid, mas Catur, Mas Wika, Mas
Fahmi, Mas Eko, Mas Agus dll. Teruslah Berkarya.
24. Teman-teman TEMILNAS Bali dan Medan. Romadhona, Lia, Emi, Fida.
Kalian telah mengajarkan tentang arti persahabatan dan kebersamaan.
Thank s a lot.
25. Tim KKN Surodadi, Sukron, Mas Ikhya’, Faris, Budi, Linda, Eni, Ulil, Hanif.
Tak ketinggalan Keluarga Besar Pak Lurah Rokhim, Isna, Bagus, Yuni, Bu
Kaji, Pak Kaji Hari. Terima kasih atas “tumpangan” hidup selama penulis
KKN di Surodadi Kec. Sayung Kab. Demak.
26. Dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu
yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga amal baik dan keikhlasan yang telah mereka perbuat menjadi
amal saleh dan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah S.W.T, Amin. Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis sadar atas kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri penulis. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan
skripsi ini.
Semarang, 10 Desember 2010
Penulis,
Elly Nur RohmahNIM: 062311010
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR........................................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI......................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………............ 1
B. Rumusan Masalah…………………………………................. 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………............. 15
D. Telaah Pustaka…………………………………....................... 16
E. Metode Penelitian…………………………………….............. 17
F. Sistematika Penulisan …………………………....................... 22
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Lembaga Keuangan Syariah ..................................................... 24
1. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah ........... 24
a. Awal Mula Lembaga Keuangan Syariah. ...................... 24
b. Keseimbangan Ekonomi ............................................... 28
c. Ekonomi Islam Di Indonesia ......................................... 31
2. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Syariah....................... ... 37
a. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Syariah Menurut Ketentuan
Hukum Islam................................................ .................. 41
xv
b. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Syariah Menurut Ketentuan
Hukum Positif Di Indonesia....................... .................... 43
B. Respon Dan Persepsi ................................................................ 46
1. Respon................................................................................... 46
2. Persepsi. ........................................................................... .... 48
C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 50
D. Macam-macam Lembaga Keuangan Syariah di kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal .................................................................... 52
1. Baitul Tamwil Binama....................................................... ... 52
2. Koperasi Arofah ................................................................ ... 55
3. KJKS Kospin Tawakal....................................................... ... 56
4. KJKS BTM Kaliwungu......................................................... 59
BAB III : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Sekilas Tentang Kecamatan Kaliwungu .................................... 66
1. Letak Geografis..................................................................... 67
2. Kependudukan.................................................................. .... 67
3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk................................. .... 70
4. Pola Keberagaman Penduduk........................................... .... 71
B. Respon Masyarakat Tentang Lembaga Keuangan Syariah ........ 73
1. Latar Belakang Pendirian Lembaga Keuangan Syariah di
Kecamatan Kaliwungu.......................................................... 73
2. Pandangan Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan
Syariah.................................................................................. 76
BAB IV : ANALISIS RESPON MASYARAKAT MUSLIM TENTANGLEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI KECAMATANKALIWUNGU KABUPA-TEN KENDAL
A. Analisis Respon Masyarakat Muslim Terhadap Lembaga Keuangan
Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal ............... 80’
xvi
B. Dampak Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal .................................................. 83
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 86
B. Saran-Saran .............................................................................. 87
C. Penutup .................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan modern sekarang ini, umat Islam dalam segala
aspek kehidupannya hampir tidak dapat menghindarkan diri dari
bermuamalah dengan lembaga keuangan konvensional yang memakai
sistem bunga, termasuk kehidupan ritual keagamaannya.1 Misalnya ibadah
haji di Indonesia, umat Islam harus memakai jasa bank, apalagi dalam
kegiatan ekonomi jelas dari jasa bank. Padahal dengan memakai jasa bank
konvensional berarti telah menumbuhkan dan menyuburkan riba.2 Adapun
larangan riba dalam ajaran Islam terdapat dalam firman Allah SWT.
) :(Artinya: Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allahsupaya kamu mendapat keberuntungan. (Ali Imran: 130).3
Secara historis dan sosiologis, ada beberapa pendapat yang
berkembang mengenai eksistensi lembaga keuangan terutama bila dikaitkan
dengan riba atau bunga bank:
1 M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, Jakarta: PKES (PusatKomunikasi Ekonomi Syariah), 2008, hlm. 1
2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari ah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: GemaInsani Press, 2001, hlm. 62
3 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur an dan Terjemahannya, Jakarta:Departemen Agama RI, 1997, hlm. 97
2
1. Majelis Tarjih Muhammadiyah
Majelis Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo tahun 1968 memutuskan bahwa
riba hukumnya haram sesuai dengan nash al-Qur’an dan as-Sunnah, dan
bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya
halal, sedangkan bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada
nasabah atau sebaliknya, termasuk perkara mutasyabihat.4
2. Lajnah Bahsul Masa’il Nahdlatul Ulama’
Menurut lajnah, hukum bank dan hukum bunganya sama seperti hukum
gadai. Ada tiga pendapat ulama’ sehubungan dengan masalah ini:
a. Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rente.
b. Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sedangkan adat yang
berlaku tidak dapat begitu saja dijadikan syarat.
c. Syubhat, sebab para ahli hukum berselisih pendapat tentangnya.
Meskipun ada perbedaan pandangan, lajnah memutuskan bahwa yang
lebih berhati-hati ialah pendapat pertama, yakni menyebutkan bunga
bank adalah haram.5
3. Sidang Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Semua peserta sidang OKI kedua yang berlangsung di Karachi, Pakistan,
Desember 1970 telah menyepakati bahwa praktek bank dengan sistem
bunga adalah tidak sesuai dengan syari’ah Islam dan menganjurkan
4 Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit, hlm. 635 Ibid.
3
segera didirikan bank-bank alternatif yang menjalankan operasinya
dengan prinsip syari’ah.6
Penghindaran bunga (riba) merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa
beberapa tahun belakangan ini para ekonom telah mencurahkan perhatian besar
guna menemukan cara menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan
dengan sistem yang lebih sesuai dengan etika Islam, menghindari riba dalam
kegiatan muamalah. Inilah kemudian yang melatarbelakangi berdirinya bank
Islam.7
Sejak beroperasinya lembaga keuangan Islam di Indonesia pada
tahun 1992 yang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalah Indonesia
(BMI) berarti bangsa Indonesia telah mempunyai sistem keuangan baru
yang bebas dari unsur riba (bunga bank) yakni menggunakan sistem bagi
hasil.
Berdirinya Bank Muamalah Indonesia diikuti oleh bank-bank
perkreditan rakyat Syari'ah (BPRS), dimana pada saat krisis ekonomi dan
moneter melanda Indonesia pada tahun 1997 perbankan Syari'ah telah
mampu bertahan dan berkembang dengan baik. Akan tetapi kehadiran BMI
dan BPRS belum mampu menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah.8
Seiring dengan cepatnya akselerasi wacana ekonomi Islam atau
Syariah di tengah-tengah masyarakat, Perbankan Syariah sebagai salah satu
6 Ibid, hlm. 657 Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992, hlm. 5-68 Zaenul Arifin, Memahami Bank Syari ah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Jakarta: AlvaBet, 1999, hlm. 133
4
lembaga yang mempraktekkan Ekonomi Syariah, menunjukan pertumbuhan
yang luar biasa di negara yang kita cintai ini. Perbankan konvensional
seolah berlomba untuk segera melahirkan Unit Usaha Syariah. Dan yang
telah memiliki Unit Usaha Syariah juga telah bersiap melepasnya menjadi
entitas tersendiri, terpisah dari bank induknya melalui spin off9 dan
menyuntik permodalannya agar mampu tumbuh berkembang menjadi besar.
Bank-bank umum Syariah yang telah eksis juga tak mau kalah
agresif melakukan ekspansi dan memperluas jaringan. Kondisi tersebut juga
tidak terlepas dari dukungan pemerintah dengan diterbitkannya Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memberikan
jasa layanan keuangan dan berfungsi menjadi mediator antara masyarakat
yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Dalam
fungsinya sebagai mediator, bank bertugas mengelola dana yang dititipkan
oleh masyarakat untuk disalurkan kembali ke masyarakat yang
membutuhkan pendanaan.
Terlepas dari itu juga peranan penting pembiayaan di Bank Syariah
memiliki peran yang unik dalam tugasnya sebagai pengelola dana nasabah.
Masyarakat penyimpan dana (penabung/deposan) akan diperlakukan sebagai
investor di bank Syariah, berikutnya bank Syariah sebagai pengelola dana
akan berupaya untuk dapat memberikan keuntungan yang menarik dan
aman bagi para investornya.
9 Merupakan perusahaan yang berasal dari sebuah perusahaan yang tak bersangkutan.Lihat John M. Echols dan Hasan Shadiliy, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, Cet. XXV, 2003, hlm. 545
5
Untuk itu bank Syariah akan berupaya semaksimal mungkin
menyalurkan kembali dana yang diperolehnya dalam bentuk pembiayaan
kepada masyarakat yang memerlukan. Bank Syariah akan mencari nasabah
yang layak dan aman dibiayai serta menguntungkan secara bisnis.
Pendapatan bank sebagai hasil dari pembiyaan akan dibagikan
kepada penabung sesuai nisbah atau proporsi bagi hasil yang telah
disepakati. Inilah sistem operasional perbankan Syariah yang biasa disebut
dengan sistem bagi hasil.10
Tanpa disadari juga, ternyata di dunia barat telah banyak negara
yang mulai mendalami sistem perekonomian yang berbasiskan Syariah.
Pemerintah Indonesia baru mengatur Lembaga Keuangan Syariah dalam
perundang-undangan negara yang dikeluarkannya Undang-Undang No.10
tahun 1998 tentang perbankan yang secara eksplisit mengatur keberadaan
perbankan Syariah di Indonesia, di samping Bank Konvensional.
Sebelum lahirnya UU Perbankan No.10 tahun 1998 tersebut, di
dalam sistem perundangan Indonesia tidak dikenal adanya sistem perbankan
Syariah, dan hanya mengenal ‘bank dengan bagi hasil’yang tercemin dalam
Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Hal itu pun hanya
diuraikan secara sepintas dan merupakan sisipan belaka di dalam undang-
undang yang di maksud.
Sejak keluarnya UU NO.10 Tahun 1998, perkembangan Lembaga
Perbankan Syariah cukup pesat. Demikian pula lembaga keuangan lain, juga
10 Yusak Laksamana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan Di BankSyariah, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia, 2009, hlm. xi
6
sudah membuka Unit Syariah, seperti berbagai Maskapai Asuransi,
Penggadaian, Reksadana Syariah, serta berbagai perusahaan besar
mengeluarkan Obligasi Syariah guna mencari dana bagi usaha mereka.11
Aktifitas Lembaga Keuangan Syariah seperti Bank, Baitul Maal
Wa Tamwil (BMT), asuransi dll dapat dipandang sebagai wahana bagi
masyarakat modern untuk membawa kedalam pelaksanaan ajaran Islam
dalam bidang ekonomi. Oleh karenanya, operasional lembaga keuangan
tersebut harus memegang teguh beberapa prinsip diantaranya:
1. Prinsip ta’awun (tolong menolong )
2. Prinsip tijarah (bisnis)
3. Prinsip menghindari iktinaz ( penimbun uang )
4. Prinsip pelarangan riba
5. Prinsip pembayaran zakat12
Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi
Syariah dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari
saringan Syariah. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha-usahanya yang di dalamnya terkandung hal-hal
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah, atau proyek yang
menimbulkan kemudharatan bagi masyarakata luas yang berkaitan dengan
perbuatan asusila, perjudian, peredaran narkoba, senjata illegal, serta
proyek-proyek yang bisa merugikan syiar Islam.
11 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 5812 Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta: Pustaka SM,
2007, hlm. 57
7
Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam
koridor-koridor prinsip:13
a. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak.
b. Kemitraan, yakni berarti posisi nasabah investor dan pengguna dana,
serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang
saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
c. Transparansi, yakni Lembaga Keuangan Syariah akan memberikan
laporan keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah
investor dapat mengetahui kondisi dananya.
d. Universal, yakni artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rohmatal lil alamin.
Adapun cirri-ciri Lembaga Keuangan Syariah adalah:14
a) Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah
harus sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah
b) Hubungan antara investor, pengguna dana, dan Lembaga Keuangan
Syariah sebagai intermediasi institution berdasarkan kemitraan, bukan
hubunagn debitor-kreditor.
c) Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit
oriented, tetapi juga falah oriented, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.
13 Zainuddin Ali, Op.Cit, hlm. 5814 Ibid, hlm. 59
8
d) Konsep yang dalam transakasi Lembaga Keuangan Syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli, atau sewa menyewa guna
transakasi komersial, dan pinjam meminjam (qardh/kredit) guna
transaksi sosial.
e) Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.
Berdasarkan ciri-ciri Lembaga Keuangan Syariah yang
diungkapkan di atas dapat dipahami bahwa untuk membangun sebuah
usaha, pada prinsipnya salah satu yang dibutuhkan adalah modal. Modal
dalam pengertian ekonomi Syariah bukan hanya uang, tetapi meliputi
materi, baik berupa uang dan atau materi lainnya, serta kemampuan dan
kesempatan. Semua hal itu harus selalu berdasarkan pada prinsip Syariah.15
Industri perbankan atau Lembaga Keuangan Syariah secara
internasional (global) telah mencapai volume operasi yang cukup signifikan.
Hal dimaksud, tercatat lebih dari 170 lembaga keuangan telah didirikan di
lebih 30 negara dengan total asset US 140 miliar pada tahun 1977.
Pencapaian volume usaha global yang dimaksud, merupakan suatu peluang
yang baik untuk dimanfaatkan melalui proses aliansi strategis dengan
lembaga keuangan yang bertaraf internasional.16
Untuk mencapai hal tersebut, perbankan Syariah nasional harus
mampu beroperasi sesuai dengan norma atau standar keuangan Syariah
internasional. Untuk mewujudkan pemenuhan standar keuangan Syariah
15 Ibid, hlm. 5916 Muhammad Ridwan, Op.Cit, hlm. 60
9
internasional maka sistem perbankan Syariah nasional harus dilengkapi
dengan beberapa aturan yang berkaitan dengan hal yang dimaksud, sehingga
mendapatkan peluang untuk berpartisipasi dalam pasar keuangan Syariah
internasional pada tahun mendatang.
Selain itu, perbankan Syariah Indonesia juga dipersiapkan untuk
dapat mengadopsi standar internasional operasi perbankan Syariah yang
telah disusun oleh Islamic Financial Board (IFSB) yang telah berdiri pada
tahun 2002.
Berdasarkan uraian mengenai tantangan perbankan Syariah di atas,
dapat dikatakan bahwa sebuah lembaga yang baru tidak dapat dipisahkan
dari sejumlah tantangan serta kemungkinan peluang yang dapat mendorong
pada peningkatan mutu serta kualitas, baik pada tingkat teoritis, demi
menunjang aspek legalitas formal sebagai sebuah ilmu yang terus dapat
dikaji. Demikian juga aspek pelayanan sebagai salah satu sarana publik
yang dapat diakses dan digunakan fasilitas serta dalam pelayanannya.17
Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan perbankan syariah, terutama berkaitan dengan penerapan
suatu sistem perbankan yang baru. Suatu sistem yang mempunyai sejumlah
perbedaan prinsip dengan sistem yang dominan dan telah berkembang pesat
di Indonesia .Berikut ini di kemukakan beberapa kendala yang muncul
sehubungan dengan pengembangan perbankan syariah.18
17 Ibid, hlm. 86-8718 Muhammad Syafi’i Antonio, Loc.Cit, hlm. 244-247
10
1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan
operasional bank syariah.
2. Peraturan perbankan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodasi
operasional bank syariah.
3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas.
4. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah
masih sedikit.
Para pendukung perbankan Islam sampai sekarang berpendirian
bahwa komunitas muslim yang berpendapatan rendah sekalipun masih bisa
secara signifikan dan positif memberi kontribusi bagi pembangunan
komunitas mereka dengan berpartisipasi di dalam proses pembentukan
modal.
Hal ini, menurut asumsi mereka, dapat dicapai dengan mengadopsi
kebiasaan perbankan, atau menyimpan tabungan dalam sistem perbankan
ketimbang menyimpan atau menabung dalam bentuk asset riil seperti emas
atau perak. Para pendukung perbankan Islam itu berpendapat bahwa, karena
ketersediaan mekanisme institusional yang cocok, umat Islam yang di luar
sistem perbankan dapat ditarik kepada proses tabungan.
Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa sistem perbankan
konvensional saat ini, sampai batas-batas tertentu, tidak cocok untuk tujuan
tersebut, karena sistem ini dijalankan dengan prinsip-prinsip yang
bertentangan dengan keyakinan agama kebanyakan umat Islam, lebih-lebih
dalam kaitannya dengan masalah bunga.
11
Oleh sebab itu, bank-bank konvensional dan lembaga-lembaga
keuangan berdasarkan bunga dianggap menghalangi umat Islam untuk
berurusan dengan bank. Menurut Shiddiqi19 (1983), ‘salah satu alasan utama
mengapa kebisaan perbankan tidak pernah mengakar dalam masyarakat
muslim adalah bunganya’. Anggapan Siddiqi, bagaimanapun juga, masih
perlu dibuktikan.
Estimasi yang berdasar mengenai jumlah orang Islam yang
menjauhi sistem perbankan karena bunga belum tersedia dalam literatur
perbankan Islam meskipun sudah dinyatakan bahwa ada sejumlah besar
orang yang berada di luar sistem perbankan. Anggapan para pendukung
perbankan Islam bahwa faktor bungalah yang membuat kebanyakan muslim
enggan untuk berpartisipasi aktif dalam pembentukan modal semestinya
tidak perlu di besar-besarkan.20
Bank-bank Islam, dibandingkan dengan bank-bank konvensional
berbasis bunga, masih menjadi minoritas kecil di dunia Islam sendiri, dan
jumlah deposan bank-bank Islam belum mengalami kenaikan berarti bila
dibandingkan dengan bank-bank konvensional berbasis bunga.
Andil total deposito bank-bank Islam di pasar deposito Deposit
Money Bank (DMB) di Negara mereka masing-masing, yang bank Islam
dan bank konvensionalnya berjalan berdampingan, masih kecil. Andil di
pasar deposito ini berkisar antara lima sampai dua puluh persen. Ini
menunjukkan, meski agak tidak langsung, bahwa sebagian kecil dari umat
19 Seorang perintis teori perbankan Islam. Nama lengkap beliau adalah Prof. Dr.Muhammad Nejatullah Shiddiqi MA.
20 http://thewinnerlife.blogspot.com/2008/01
12
Islam yang menghindari bank konvensional dikarenakan oleh keyakinan
mereka bahwa bunga adalah haram.
Sudah hampir dua puluh tahun sejak bank-bank Islam pertama kali
muncul, dan jika bunga adalah faktor penghalang, bank-bank Islam sudah
tentulah mampu meningkatkan andil deposito mereka signifikan.
Dihindarinya sistem perbankan oleh segmen signifikan penduduk
muslim, jika ini adalah masalah sebenarnya, bagaimanapun juga, dapat
terjadi karena beberapa faktor.
Diantaranya adalah tingkat pembangunan negara yang
bersangkutan, tingkat kemiskinan, kurangnya ketersediaan layanan
perbankan dan keuangan bagi masyarakat melalui jaringan kerja cabang
yang luas, mentalitas untuk menabung yang masih rendah, ketidakpercayaan
kepada sistem politik yang berujung pada ketidakpercayaan terhadap
institusi-institusi termasuk sistem perbankan, atau respon khalayak bahwa
bank bagaimanapun juga bukanlah lembaga ‘pribumi’. Alasan lainnya, bisa
berupa respon bahwa bank-bank melayani kepentingan kalangan yang
relative mampu, bukan masyarakat yang berpenghasilan rendah.21
Melalui survey awal peneliti terdapat Lembaga Keuangan Syariah
yang sistem operasionalnya masih menggunakan sistem konvensional. Yaitu
Koperasi Arofah Kaliwungu Kendal. Koperasi ini mulai beroperasi sejak
tanggal 5 Mei 2007, bertempat di Jl. KH. Asy’ari No. 21 Kaliwungu
Kendal. Dimana pendirinya adalah sekumpulan dari para kyai berpengaruh
21 Abdullah Saed, Menyoal Bank Syariah (Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum NeoRevivalis) terj. Arif maftuhin, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 153-156
13
di kecamatan ini, tapi jika dilihat dari sitem operasionalnya masih
menggunakan sistem konvensional.
Dan juga beberapa Lembaga Keuangan Syariah yang ada di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang sebagian besar
masyarakatnya beragama Islam dan sebagai kota dengan pondok pesantren
yang sangat banyak sehingga dikenal dengan sebutan kota santri.
Berawal dari hal tersebut di atas, peneliti mendapatkan motivasi
serta spirit untuk mengadakan kajian terhadap Lembaga Keuangan Syariah
serta fenomena yang terjadi. Adapun hal-hal yang menjadi alasan peneliti
memilih judul di atas adalah:
1. Perkembangan industri keuangan Syariah di Indonesia sangat
menggembirakan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir banyak
bermunculan institusi bisnis Syariah baru.
2. Keuangan Syariah secara bisnis cukup menguntungkan sehingga
menarik minat para pelaku bisnis untuk mendirikan lembaga keuangan
berbasiskan Syariah.
3. Seiring dengan berkembangnya Lembaga Keuangan Syariah dewasa
ini, kurangnya antusias sebagian masyarakat muslim yang seharusnya
mendukung dan merespon baik dengan lembaga tersebut.
4. Membantu menyelamatkan perekonomian bangsa melalui
pengembangan sosialisasi perbankan syariah.22
22 Muhammad Syafi’i Antonio, Loc.Cit, hlm. 34
14
5. Sesuai dengan jurusan yang dimiliki oleh Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang yaitu Jurusan Mu’amalah (MU) dimana Lembaga
keuangan Syariah merupakan salah satu materi perkuliahan dan
persoalan dalam skripsi ini.
B. Rumusan Masalah
Dari gambaran dan uraian di atas dapat peneliti kemukakan
beberapa pokok permasalahan sehubungan dengan judul yang diajukan
tersebut di atas antara lain:
1. Bagaimana respon kyai dan masyarakat tentang keberadaan Lembaga
Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal?
2. Bagaimana dampak Lembaga Keuangan Syariah Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal dengan adanya respon dari Kyai dan Masyarakat?
Perumusan masalah tersebut, coba peneliti telisik sampai akhir
sebagai hasil penelitian dan bagaimana penelitian ini mencapai kesimpulan
yang menjadi jawaban ilmiah atas masalah-masalah yang mendasar.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah menentukan perumusan masalah dalam penelitian ini
dengan pasti, maka tujuan dan kegunaan terhadap masalah tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui respon kyai dan masyarakat mengenai Lembaga
Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
15
2. Untuk mengetahui dampak Lembaga Keuangan Syariah Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal itu sendiri, dengan adanya respon dari
Kyai dan Masyarakat.
D. Telaah Pustaka23
Terdapat beberapa buku yang membahas tentang Lembaga
Keuangan Syariah dan Perbankan Syariah pada khususnya. Buku-buku ini
menempatkan persoalan Perbankan Syariah sebagai persoalan yang sangat
penting, karena dalam kacamata masyarakat adanya perbankan Syariah
membuat perdebatan tersendiri dengan munculnya bank-bank Islam di
Indonesia yang sebelumnya juga sudah ada bank-bank konvensional.
Salah satu buku tersebut adalah buku yang berjudul Fiqih
Muamalah dan implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah, yang
ditulis oleh M. Yazid Afandi, M.Ag, yang diterbitkan di Yogyakarta oleh
Logung Pustaka tahun 2009. Dalam buku ini, diungkapkan mengenai Fiqih
Muamalah dengan praktek lembaga-lembaga ekonomi Syariah (bisnis
Syariah) yang dewasa ini terus berkembang dan akselerasi wacana konsep
ekonomi Syariah yang mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat.
Buku terbitan Jakarta tahun 2008 juga mengungkapkan peraturan
perundang-undangan dan fatwa Dewan Pengawas Syariah Nasional Majelis
23 Untuk melakukan telaah pustaka (dalam penelitian kualitatif) dibutuhkan sumber-sumber pustaka yang membahas topik atau masalah spesifik. Sesuai dengan rumusan dan tujuanpenelitian. Perlu lebih dari satu literatur pustaka agar penelitian semakin kuat. Telaah pustakadilakukan untuk mengumpulkan teori, memberi komentar, kritik atas kelebihan dan kekuaranganpustaka, membandingkan dengan teori atau pustaka lain yang terkait dengan penelitian yangsedang dijalankan.
16
Ulama Indonesia adalah buku yang berjudul Hukum Perbankan Syariah
yang di tulis oleh Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A.,24 Dalam buku ini
memberikan gambaran mengenai dasar hukum Perbankan Syariah sampai
kepada fatwa DSN-MUI berkenaan dengan hukum perbankan.
Ketiga adalah Yusak Laksmana Tanya Jawab Cara Mudah
Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah.25 Dalam buku ini dijelaskan
mengenai pembiayaan bank Syariah dan how to di perbankan Syariah, di
antara buku-buku bertema perbankan Syariah yang sudah ada.
Selain buku-buku di atas, pembicaraan mengenai Lembaga
Keuangan Syariah dan perbankan Syariah juga akan dijumpai dalam buku
Materi Dakwah Ekonomi Syariah, oleh PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah), dalam buku ini di jelaskan Rancang bangun ekonomi Syariah.26
E. Metode Penelitian Skripsi
Rangsangan individu peneliti terhadap suatu masalah dalam
penelitian merupakan titik tolak sebenarnya penelitian dilaksanakan. Bukan
pada metode penelitian. Tetapi bagaimana pun juga metode penelitian
adalah aspek yang tidak bisa ditinggalkan.27
24 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 200825 Laksamana, Yusak, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan Di Bank
Syariah, Jakarta: PT Elex media komputindo gramedia, 200926 M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, Jakarta: PKES
(Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), 200827 Burhan M. Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah
Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001, hlm. 42
17
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung berhubungan
dengan obyek yang diteliti.28 Dalam hal ini diarahkan untuk
memperoleh data yang diperlukan dari obyek penelitian yang
sebenarnya29 adalah fakta sosial tentang respon masyarakat muslim
mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah
masyarakat muslim di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Sedangkan obyek penelitian adalah Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah yang ada di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
3. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini terbagi
menjadi 2 macam :
a. Sumber Data Primer
Data Primer adalah data yang secara langsung diperoleh
dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek
28 Hadi Sutrisno, Metodologi Research, jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset, 2001,hlm. 3229 Tim Penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2000, hlm. 17
18
penelitian.30 Data primer dalam penelitian ini berupa data yang
diperoleh secara langsung melalui observasi lapangan di beberapa
Lembaga Keuangan Syariah yang ada di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal.
b. Data Sekunder
Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.31
Dalam penelitian ini, data sekunder tersebut berupa dokumen.
Adapun metode pengumpulan datanya disebut metode
dokumentasi, dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan
data berupa data tertulis seperti buku, majalah, surat kabar,
makalah, laporan penelitian dokumen dan lain sebagainya.32
Dalam penelitian ini, data sekunder tersebut berupa data
yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Kaliwungu yaitu data
monografi Kecamatan Kaliwungu, profil Lembaga Keuangan
Syariah serta data yang berhubungan dengan penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian adalah
tahap pengumpulan data. Hal ini karena data merupakan faktor
terpenting dalam suatu penelitian, tanpa adanya data yang terkumpul
30 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, danKebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2004, hlm. 122
31 M. Burhan Bungin, Ibid, hlm. 12332 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, Edisi Revisi V, 2002, hlm. 206
19
maka tidak mungkin suatu penelitian akan berhasil. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan
cara:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan
berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu
kegiatan yang sedang berjalan. Pada waktu melakukan observasi,
peneliti dapat ikut juga berpartisipasi atau hanya mengamati saja
orang-orang yang sedang melakukan suatu kegiatan tertentu yang
diobservasi. Dimana peneliti memasuki kantor-kantor Lembaga
Keuangan Syariah yang ada di Kecamatan Kaliwungu dengan melihat
langsung proses kegiatannya.
b. Wawancara atau Interview
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara
merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di
lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap
muka langsung (face to face) dengan narasumber. Akan tetapi bisa juga
dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau
surat (wawancara tertulis).
Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orarng
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
informasi atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan
20
penelitian.33 Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data
tentang faktor-faktor masyarakat muslim dalam merespon
keberadaan Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam interview kali ini peneliti mewawancarai beberapa tokoh
agama atau kyai dan juga masyarakat muslim di Kecamatan
Kaliwungu serta para nasabah yang ikut andil dalam menerapkan
ekonomi Islam.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mengumpulkan data berupa sumber data tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah
penelitian.34 Sumber data tertulis dapat dibedakan menjadi:
dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen pribadi.35
5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis serakan data yang terkumpul. Supaya data tercecer mudah
dipahami peneliti dan enak dinikmati sebagai temuan yang dirasakan
orang lain.
33 Narbuko Kholid, Metode Penelitian , Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, hlm. 8334 Muhammad., Metodoligi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008, hlm. 10335 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2000, hlm . 113
21
Dalam melakukan analisis data peneliti akan menggunakan
metode deskriptif36 yakni mendeskripsikan data yang diperoleh melalui
sumber data sekunder tersebut. Karena penelitian ini kualitatif maka
disebut dengan penelitian deskriptif kualitatif.37 Dengan metode
Kualitatif38 peneliti tidak hanya menggambarkan akan tetapi juga
menjelaskan tingkat status fenomena.
F. Sistematika Penelitian Skripsi
Untuk memudahkan dan mengetahui dalam penelitian skripsi ini,
maka peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut :
BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini meliputi alasan pemilihan judul, penegasan judul,
permasalahan, tujuan penelitian skripsi, metode penelitian skripsi
dan sistematika penelitian skripsi.
BAB II: Landasan Teori
Bab ini merupakan penjelasan umum tentang respon, kerangka
pemikiran teoritis serta tinjauan umum tentang Lembaga Keuangan
Syariah, dasar hukumnya, sejarah dan perkembangan Lembaga
36 Tim Penulis Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, Opcit, hlm. 1737 Suharsimi Arikunto,Op.Cit, hlm. 11738 Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang
tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulaidengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsidan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan danpengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatifinformasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapatpeneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memilikikarakteristik dan tujuan yang sama
22
Keuangan Syariah dan Lembaga-lembaga Keuangan Syariah yang
ada di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
BAB III: Gambaran Umum Daerah Penelitian
Pada bab ini peneliti menguraikan tentang gambaran umum daerah
penelitian, meliputi: letak geografis, keadaan sosial ekonomi di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal serta respon kyai dan
masyarakat mengenai Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal.
BAB IV: Analisis Respon Masyarakat Muslim mengenai Lembaga
Keuangan Syariah
Bab ini meliputi, analisis respon kyai dan masyarakat mengenai
Lembaga Keuangan Syariah dan dampak perkembangan Lembaga
Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
BAB V: Penutup
Bab ini sebagai akhir pembatasan dari keseluruhannya. Dari itu
pada bab ini peneliti mencoba mengambil beberapa kesimpulan,
dilanjutkan dengan beberapa saran dan diakhiri dengan kata
penutup, mengenai daftar pustaka, lampiran, serta riwayat
pendidikan akan dimasukkan dalam lampiran.
23
BAB IILANDASAN TEORI
A. Lembaga Keuangan Syariah
1. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah
a. Awal Mula Lembaga Keuangan Syariah
Dunia telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan Sistem
ekonomi, ditandai dengan adanya dua negara adidaya sebagai
representasi dari dua sistem ekonomi tersebut, Amerika dan Sekutu
Eropa Baratnya merupakan bagian kekuatan dari Sistem Ekonomi
Kapitalis, sedangkan Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Uni
Soviet dan Eropa Timur serta negara China dan Indo China seperti
Vietnam dan Kamboja.39
Dalam perjalanannya dua sistem ekonomi tersebut jatuh
bangun, Sistem Kapitalis (yang berorientasi pada pasar) sempat hilang
pamornya setelah terjadi Hyper Inflation40 di Eropa tahun 1923 dan
masa depresi 1929-1933 di Amerika Serikat41 dan negara Eropa
lainnya. Sistem Kapitalis dianggap gagal dalam menciptakan
39 Dua Sistem ekonomi ini lahir dari dua muara ideologi yang berbeda sehinggapersaingan dua Sistem ekonomi tersebut, hakikatnya merupakan pertentangan dua ideologi politikdan pembangunan ekonomi. Posisi negara muslim setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 menjadiobjek tarik menarik dua kekuatan ideologi tersebut, hal ini disebabkan tidak adanya visirekonstruksi pembangunan ekonomi yang dimiliki para pemimpin negara muslim dari sumberislami orisinil pasca kemerdekaan sebagai akibat dari pengaruh penjajahan dan kolonialisme Barat.Lihat M. Sulthon Abu Ali, Problematik Ekonomi Dunia Modern dan Solusi Islam, Jeddah: MalikAbdul Aziz Universitas Jeddah, 1981, hlm. 38.
40 Artinya adalah inflasi yang sangat tinggi. Jika inflasi tinggi maka pengangguran akantinggi juga. Di Eropa sendiri inflasi terjadi karena revolusi harga yang terjadi sepanjang beberapaabad. Kenaikan harga pada saat itu begitu sangat cepat.
41 Depresi merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi dimana kegiatanproduksi terhenti akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi tingkatpengangguran yang tinggi pula.
24
kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak sistem yang
dikembangkannya.42
Momentum ini digunakan oleh Keynesian untuk menerapkan
Sistem Ekonomi Alternatif (yang telah berkembang ideologinya)
dipelopori oleh Karl Mark, sistem ini berupaya menghilangkan
perbedaan Pemodal dari kaum buruh dengan Sistem Ekonomi
Tersentral, dimana negara memiliki otoritas penuh dalam
menjalankan roda perekonomian, tetapi dalam perjalanannya sistem
ini pun tidak dapat mencarikan jalan keluar guna mensejahterakan
masyarakat dunia sehingga pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal
dekade 1990-an hancurlah Sistem ekonomi tersebut ditandai dengan
runtuhnya tembok Berlin dan terpecahnya Negara Uni Soviet menjadi
beberapa bagian.
Awal tahun 1970-an dunia seakan hanya memiliki satu Sistem
ekonomi yaitu Ekonomi Orientasi Pasar dengan perangkat bunga
sebagai penopang utama, negara-negara Sosialis pun bergerak searah
dengan trend yang ada sehingga muncullah istilah neo sosialis yang
sesungguhnya adalah modifikasi Sistem Sosialis dan perubahannya
kearah Sistem “Mekanisme Pasar”.43
Tetapi walaupun modifikasi Sistem Ekonomi Pasar dan
Neososialis yang dijalankan pasca Perang Dunia ke-2 menuju kearah
42 Mengakibatkan jutaan pekerja menganggur, pailit bank-bank di dunia, terhentinyaSektor Produksi dan terjadi depresi ekonomi dunia.
43Artikel M. Roem Syibli, S.AG, Filosofi dan Rasional Ekonomi Islam dalam MenjawabKeraguan Berekonomi Syariah, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2008, hlm. 25.
25
dualisme Sistem ekonomi, tetap belum mampu untuk mencari solusi
dari krisis dan problematika ekonomi dunia44 diantaranya inflasi,
krisis moneter internasional, problematika pangan, problematika
hutang negara berkembang dll. Disaat yang sama negara-negara dunia
Ketiga mengalami masalah keterbelakangan dan ketertinggalan dalam
seluruh aspek, penyebab utamanya adalah negara tersebut memakai
model pembangunan negara barat yang tidak selalu sesuai dengan
kondisi ekonomi, sosial dan politik negara dunia Ketiga hingga tidak
akan pernah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.45 Bersama
dengan problematik dunia tersebut, adanya suara nyaring untuk
menemukan Sistem ekonomi dunia baru yang dapat mensejahterakan
masyarakat dunia atas dasar keadilan,dan persamaan hak.46
Pada dekade 70-an mulailah timbul sosok ekonomi Islam dan
Lembaga Keuangan Islam dalam tatanan dunia internasional, kajian
ilmiah tentang Sistem ekonomi Islam marak menjadi bahan diskusi
kalangan akademisi di berbagai Universitas Islam, hasil kajian
tersebut dalam tataran aplikatif mulai menuai hasilnya dengan
didirikan Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah tahun 1974
yang diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam di kawasan Timur
44 M. Sulthon Abu Ali, Op.Cit, hlm. 40.45 Michael P. Todaro, Economic Development In The Third World, London: Long Man,
1977, hlm. 5.46 Achmad Rizal Purnama, Menuju Sistem Ekonomi Islam, Makalah Seminar “Membuka
Peluang Kewirausahaan Dalam Sistem Ekonomi Islam” Desember 2000, UI Depok.
26
Tengah.47 Hal ini bahkan banyak menggiring asumsi masyarakat
bahwa Sistem ekonomi Islam adalah Bank Islam, padahal Sistem
ekonomi Islam mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, Public Finance, model pembangunan ekonomi dan
instrumen-instrumennya.48
Sistem ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh Sistem ajaran
Islam secara integral dan komphensif. Sehingga prinsip-prinsip dasar
ekonomi Islam mengacu pada saripati ajaran Islam. Kesesuaian sistem
tersebut dengan fitrah manusia tidak ditinggalkan, keselarasan inilah
sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam implementasinya,
kebebasan berekonomi terkendali menjadi ciri dan prinsip sistem
ekonomi Islam, kebebasan memiliki unsur produksi dalam
menjalankan roda perekonomian merupakan bagian penting dengan
tidak merugikan kepentingan kolektif.49
Kepentingan individu dibuka lebar, tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya
dengan segala potensi yang dimilikinya, kecenderungan manusia
untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak
terbatas di kendalikan dengan adanya kewajiban setiap indivudu
47 Seperti Dubai Islamic Bank didirikan pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt(1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979).
48 Keraguan banyak pihak tentang eksistensi Sistem ekonomi Islam sebagai modelalternatif sebuah Sistem tak terelakkan, pandangan beberapa pakar mengatakan Sistem ekonomiIslam hanyalah akomodasi dari Sistem Kapitalis dan Sosialis nyaring disuarakan, tetapi haltersebut terbantahkan baik melalui pendekatan historis dan faktual karena dalam kenyataanya,terlepas dari beberapa kesamaan dengan sistem ekonomi lainnya terdapat karakteristis khusus bagiSistem ekonomi Islam sebagai landasan bagi terbentuknya suatu Sistem yang berorientasi terhadapkesejahteraan masyarakat.
49 Achmad Rizal Purnama, Ibid.
27
trhadap masyarakatnya, keseimbangan antara kepentingan individu
dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda
perekonomian tanpa merusak Sistem Sosial yang ada.50
b. Keseimbangan Ekonomi
Manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetisi dalam
segala hal. Persaingan bebas menjadi ciri Islam dalam menggerakan
perekonomian,51 pasar adalah cerminan dari berlakunya hukum
penawaran dan permintaan yang direpresentasikan oleh harga, tetapi
kebebasan ini haruslah ada aturan main sehingga kebebasan tersebut
tidak cacat, pasar tidak terdistorsi oleh tangan-tangan yang sengaja
mempermainkannya, larangan adanya bentuk monopoli, kecurangan,
dan praktek riba adalah jaminan terhadap terciptanya suatu
mekanisme pasar yang sehat dan persamaan peluang untuk berusaha
tanpa adanya keistimewaan-keistimewaan pada pihak-pihak tertentu.
Keseimbangan ekonomi menjadi tujuan diimplementasikannya
sistem ekonomi Islam, landasan upaya menyeimbangkan
perekonomian tercermin dari mekanisme yang ditetapkan oleh Islam,
sehingga tidak terjadi pembusukan-pembusukan pada sektor-sektor
perekonomian tertentu dengan tidak adanya optimalisasi untuk
50 Ibid.51 Ahmad Sumiyanto, Keunggulan Sistem Ekonomi Islam dalam Menjawab Keraguan
Berekonomi Syariah, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2008, hlm. 77.
28
menggerakan seluruh potensi dan elemen yang ada dalam skala
makro.52
Secara sistematis perangkat penyeimbang perekonomian
dalam Islam berupa53:
a. Diwajibkannya zakat terhadap harta yang tidak diinvestasikan,
sehingga mendorong pemilik harta untuk menginvestasikan
hartanya, disaat yang sama zakat tidak diwajibkan kecuali terhadap
laba dari harta yang diinvestasikan, Islam tidak mengenal batasan
minimal untuk laba, hal ini menyebabkan para pemlik harta
berusaha menginvestasikan hartanya walaupun ada kemungkinan
adanya kerugian hingga batasan wajib zakat yang akan
dikeluarkan, maka kemungkinan kondisi resesi dalam Islam dapat
dihindari.
b. Sistem bagi hasil dalam berusaha (profit and loss sharing)
mengggantikan pranata bunga membuka peluang yang sama antara
pemodal dan pengusaha, keberpihakan Sistem bunga kepada
pemodal dapat dihilangkan dalam Sistem bagi hasil. Sistem inipun
dapat menyeimbangkan antara sektor moneter dan sektor riil.
c. Adanya keterkaitan yang erat antara otoritas moneter dengan sektor
belanja negara, sehingga pencetakan uang tidak mungkin dilakukan
kecuali ada sebab-sebab ekonomi riil, hal ini dapat menekan
timbulnya Inflasi.
52 Ibid, hlm. 78.53 Lihat M. Abdul Mun’im Afar, Sistem Ekonomi Islam, 1979, hlm. 45.
29
d. Keadilan dalam distribusi pendapatan dan harta. Fakir miskin dan
pihak yang tidak mampu di tingkatkan pola konsumsinya dengan
mekanisme zakat, daya beli kaum dhu afa meningkat sehingga
berdampak pada meningkatnya permintaan riil ditengah masyarakat
dan tersedianya lapangan kerja.54
e. Intervensi negara dalam roda perekonomian. Negara memiliki
wewenang untuk intervensi dalam roda perekonomian pada hal-hal
tertentu yang tidak dapat diserahkan kepada sektor privat untuk
menjalankannya seperti membangun fasilitas umum dan memenuhi
kebutuhan dasar bagi masyarakat.
Ada dua fungsi negara dalam roda perekonomian:
- Melakukan pengawasan terhadap jalannya roda perekonomian
dari adanya penyelewengan atau distorsi seperti; monopoli, upah
minimum, harga pasar dll.
- Peran negara dalam distribusi kekayaan dan pendapatan serta
kebijakan fiskal yang seimbang.55
Inilah model atau Sistem ekonomi Islam yang menunjang
terbentuknya masyarakat adil dan makmur. Pendekatan Islam
terhadap sistem ekonomi merupakan sebuah pendekatan terhadap
peradaban manusia sebagai satu kesatuan, pendekatan ini sangat
relevan dan amat mendesak untuk dialamatkan kepada perekonomian
yang kompleks dewasa ini.
54 Ibid, hlm. 46.55 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan (ter)
Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, hlm. 45.
30
c. Ekonomi Islam di Indonesia
Sistem Keuangan Indonesia pada prinsipnya dibagi menjadi
dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan
bank. Lembaga Keuangan Bank (LKB) adalah keuangan berdasarkan
peraturan perundangan yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan (depository financial institution) dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dan
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, misalnya: Bank
Umum dan BPR. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya tidak menghimpun dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, misalnya:
dana pensiun, asuransi, modal ventura dan pegadaian.
Dalam perjalanannya, undang-undang sistem perbankan
Indonesia mengalami perubahan yang semula tertangal 27 Oktober
1988 berubah sejak tahun 1992, yaitu:
1. UU No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
2. UU No 2 Tahun 1992 Tentang Asuransi
3. UU No 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun
4. UU No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
5. UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan UU No 7 Tahun 92
Tentang Perbankan56
56 Dalam UU ini memperbolehkan bank umum yang melaksanakan kegiatan secarakonvensional agar dapat pula melakukan kegiatan atau usaha berdasarkan prinsip syariah, denganmendirikan kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru dan dengan melalui pengubahan
31
6. UU No 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
Di Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah sendiri bermula
dari pendirian Koperasi Ridha Gusti di Jakarta dan Baitut Tamwil-
Salman di Bandung pada tahun 1980-an57. Sementara Perbankan
Islam yang pertama adalah Bank Muamalat Indonesia yang berdiri
pada tahun 1992.58 Selanjutnya perkembangan ini mengalami
perlambatan, namun semenjak dikeluarkannya peraturan Bank
Indonesia yang membolehkan perbankan konvensional memiliki unit
syariah, terjadi akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang
signifikan. dengan memanfaatkan infrastrukturnya sendiri, termasuk
karyawan dan kantor cabangnya.
Perkembangan perbankan syariah terus menunjukan
kecenderungan yang menggembirakan, sampai dengan bulan April
1998 jumlah perbankan syariah telah mencapai 3 BUS (Bank Unit
Syariah), 28 UUS (Unit Usaha Syariah) dan 118 BPRS (Bank
Perkreditan Rakyat Syariah), dengan 730 kantor dan lebih dari 1250
office channeling yang terbesar di seluruh wilayah Indonesia. Produk
dan jasa yang ditawarkan pun sangat beragam, sehingga share
kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor cabang yangmelakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
57 Pelaksanaan keinginan untuk menerapkan prinsip syariah dibidang lembaga keuangandi tanah air dimulai dengan berdirinya lembaga keuangan Baitut-Tamwil Jasa Keahlian Teknosapada tanggal 30 desember 1980 dengan akta perubahan tertanggal 21 Desember 1982, kemudian diJakarta didirikan Baitut-Tamwil kedua dengan nama koperasi simpan-pinjam Ridha Gusti yangdidirikan tanggal 25 September 1988.
58 PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan pada bulan Mei 1992, yang gagasanpendiriannya muncul dalam lokakarya bank tanpa bunga yang diprakarsai oleh Majelis UlamaIndonesia. Lihat Edy Wibowo, Untung Hendy, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Jakarta: GhaliaIndonesia, 2005, hlm. 35.
32
perbankan syariah sudah mencapai 1,97%. Share perbankan syariah
diharapkan akan terus meningkat dan dapat mencapai target 5% pada
akhir tahun 2011.
Terlepas dari perkembangan perbankan syariah yang cukup
menggembirakan dalam dua tahun terakhir ini pertumbuhan
perbankan syariah mengalami perlambatan. Terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi antara lain adalah faktor kompetisi dengan
perbankan konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sistem perbankan
yang dianut, yaitu dual banking sistem, sehingga nasabah masih dapat
melakukan pilihan antara bank konvensional dengan bank syariah.59
Lembaga keuangan pada dasarnya mencapai peran yang
sangat strategis dalam mengembangkan perekonomian suatu bangsa.
Oleh karena itu, jika dilihat dari praktek perkonomian suatu negara,
lembaga keuangan senantiasa ikut berperan aktif. Tumbuhnya
perkembangan lembaga keuangan secara baik dan sehat akan mampu
mendorong perkembangan ekonomi bangsa. Sebaliknya, kalau
lembaga keuangan suatu bangsa mengalami krisis, dapat diartikan
bahwa perekonomian suatu bangsa tersebut sedang mengalami
keterpurukuan (collapse).60
Dalam khasanah teoritis dikenal, dua kategori lembaga
keuangan, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non
bank. Pengkategorian ini lakukan karena adanya persamaan dan
59 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Current Issue Lembaga Keuangan Syariah,Jakarta: Kencana 2009, hlm. 2.
60 Nurul Huda, Ibid. hlm. 3
33
perbedaan karakteristik. Letak persamaan kedua lembaga keuangan
ini adalah keduanya sama-sama menjalankan fungsi sebagai pengelola
dana yang yang dihimpun dari masyarakat.61
Didirikannya bank syariah dilatarbelakangi oleh keinginan
umat manusia untuk menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya,
memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah
yang sesuai dengan perintah agamanya, yaitu bank yang berusaha
sebisa mungkin untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum
Islam.
Indonesia sebaga negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam terbesar di dunia juga telah merasakan kebutuhan
akan adanya bank yang diharapkan dapat memberiakan kemudahan-
kemudahandan jasa-jasa perbankan kepada semua umat Islam dan
penduduk di Indonesia yang beroperasi tanpa riba.62
Hukum (agama) Islam dalam kedudukannya sebagai salah satu
sumber Hukum Nasional merupakan faktor kemasyarakatan yang
dapat membentuk hukum. Faktor inilah yang jika digabungkan
dengan faktor-faktor ideal63 dapat dijadikan sebagai bahan bagi
pembentuk undang-undang untuk membentuk peraturan-peraturan
61 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta:PT. RajaGrafindoPersada, 2005, hlm. 5.
62 Edy Wibowo, Untung Hendy, Mengapa Memilih Bank Syariah?,Jakarta: GhaliaIndonesia, 2005, hlm. 10.
63 Faktor-faktor ideal adalah pedoman-pedoman tetap tentang keadilan yang universal danharus ditaati oleh pembentuk undang-undang di dalam menjalankan tugas-tugasnya. Faktor idealdapat berubah-ubah menurut keadaan dan kebutuhan konkret masyarakat. Karena itu dapatdipahami jika pengaturan perbankan nonbunga menjadi suatu kemestian dalam hukum positifIndonesia.
34
hukum. Sebaliknya, hukum akanmenghadapi bahaya kehancuran jika
hukum hanya mengandung nilai-nilai teoritis saja tetapi tidak sesuai
dengan keyakinan agama dan tata susila yang dianut oleh
masyarakat.64
Topik pengembangan nilai-nilai Islam adalah dalam
kehidupan muamalah masyarakat Muslim adalah topik besar, dan
kalau dibicarakan secara keseluruhan, tentu akan memerlukan waktu
yang relatif panjang, serta komprehensifitas kompetensi. Walaupun
sesungguhnya, banyak kaitan dan sekaligus qias / analog dapat
dibangun dalam lintas bidang kajian (hukum, ekonomi, politik,
budaya dan lain sebagainya).
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
beroperasi mulai 1 Mei 1992 timbul peluang untuk mendirikan bank-
bank yang berprinsip syari’ah. Operasional BMI yang kurang
menjangkau unit usaha mikro, kecil dan menengah, maka muncul
usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti
BPR Syari’ah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi permodalan
usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan syari’at Islam.65
Disamping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang
serba kecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan
64 Dedi Sumardi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Cet.III, Bandung: Alumni, 1986, hlm. 9.65 Lembaga Keuangan Syari’ah yang memegang peran yang sama adalah BPR Syari’ah,
untuk memenuhi kebutuhan keuangan usaha mikro, kecil dan menengah, tetapi BPRS dirancanguntuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kota Propinsi dan Kabupaten. Tetapi dalamprakteknya BMT dan BPRS bersaing untuk mendapatkan nasabah tidak dibatasi oleh lingkupwilayah operasi masing-masing lembaga. Lihat Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga KeuanganSyari ah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 97.
35
akidah. Pengikisan akidah tersebut bukan hanya dipengaruhi dari
aspek syiar Islam tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi
masyarakat, sehingga keberadaan Lembaga Keuangan Syariah
diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat.
Di lain pihak, beberapa masyarakat harus menghadapi rentenir
atau lintah darat. Maraknya rentenir di tengah-tengah masyarakat
mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah
ekonomi yang tidak menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap
perekonomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya unsur-unsur
yang cukup akomodatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah
diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi
ini.
Kehadiran Lembaga Keuangan Syariah (LKS) diharapkan
mampu menjadi lembaga solidaritas sekaligus lembaga ekonomi bagi
rakyat kecil untuk bersaing di pasar bebas. LKS berupaya
mengkombinasikan unsur-unsur iman, taqwa, uang, materi secara
optimum sehingga diperoleh hasil yang efisien dan produktif dan
dengan demikian membantu para anggotanya untuk dapat bersaing
secara efektif.
36
2. Dasar Hukum Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan dewasa ini menjadi instrumen penting
dihampir seluruh Sistem ekonomi dunia. Bunga yang telah menjadi
kewajaran bahkan menjadi ciri khas perekonomian modern. Bunga
telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat ekonomi untuk
dinikmati dan dimanfaatkan dalam proses pengaturan keuangan dan
kegiatan bisnis.
Lembaga keuangan sebagai lembaga perantara, didesain
sedemikian rupa untuk mengolah bunga supaya dapat merangsang
investasi. Fenomena ini telah menjadi ciri dan alat dari kehidupan
bisnis dan keuangan dalam rangka menggiatkan perdagangan, industri
dan aktivitas ekonomi lainnya diseluruh dunia.
Di Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya
Islam maka diharapkan munculnya lembaga keuangan yang Islami
yaitu mengembangkan Sistem Lembaga Keuangan Syari’ah secara
lebih baik lagi. Pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syari’ah
merupakan Sistem yang sesuai dengan ajaran agama Islam tentang
larangan riba dan gharar. Gagasan ekonomi Islam dimaksudkan
sebagai alternatif terhadap ekonomi kapitalis dan sosialis yang bukan
saja tidak sejalan dengan ajaran Islam, tetapi juga gagal memecahkan
problem ekonomi untuk dunia ketiga.66
66 Berbicara tentang lembaga (maksudnya institution, bukan institute) dan intrumenkeuangan menurut pandangan Islam tentunya bukanlah merupakan persoalan yang sederhana.Selain lembaga-lembaga yang telah lazim dikenal di tengah-tengah masyarakat Islam, lembaga-lembaga dan instrumen keuangan akan selalu mengalami perkembangan (baik kuantitas maupun
37
Sistem ekonomi Islam diharapkan mampu mencegah
terjadinya ketidakadilan dalam penerimaan dan pembagian sumber-
sumber materi agar dapat memberikan kepuasan pada semua manusia
dan memungkinkan mereka menjalankan kewajiban kepada Allah dan
masyarakat.
Apabila diperhatikan teks hukum yang ada dalam ketentuan
syariat Islam, akan ditemukan beberapa lembaga dan instrument
keuangan yang secara garis besar dapat dikelompokan ke dalam:
1. Kegiatan nonbank
2. Kegiatan perbankan
Yang termasuk dalam kategori nonbank di antaranya:
1. Lembaga Zakat
2. Lembaga Ijarah
3. Kafalah67
4. Salam
5. Rahn68
6. Akad
7. Warits
8. Qiradh69
kualitasnya) sesuai dengan tuntunan objektif masyarakat. Perlu juga diketahui bahwa kemunculansuatu lembaga dan intrumen keuangan (yang baru) pada hakikatnya merupakan tuntunan objektifyang berlandaskan pada prinsip efisiensi, sebab dalam kehidupan perekonomian, manusia akanselalu berupaya untuk lebih efisien. Lihat Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta:Sinar Grafika Cet. III, 2004, hlm. 33
67 Al-kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untukmemenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung. Dari pengertian ini, al-kafalah berartimengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin kepada orang lain yang menjamin.
68 Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam barang yang ditahan adalahbarang-barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang ditetapkan.
38
9. Syirkah, dan lain-lain.
Sedangkan yang dapat dikategorikan ke dalam perbankan
(yang berhubungan dengan persoalan perbankan), adalah:
1. Wadiah70
2. Al-Mudharabah71
3. Al-Musyarakah/Syirkah72
4. Al-Bai’u Bithaman Ajil dan lain-lain.73
Sekarang timbul persoalan, bagaimana pandangan hukum
Islam tentang lembaga dan instrument keuangan lainnya, yang selama
ini tidak ditemukan atau tidak diatur secara limitatif dalam teks
hukum?
Untuk menjawab persoalan tersebut bukanlah persoalan
mudah. Sebab sebagaimana dikemukakan di atas bahwa lahirnya
lembaga-lembaga dan instrument keuangan merupakan tuntutan
obyektif masyarakat.
69 Qirardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali. Dengankata lain al-qardh adalah pemberian pinjaman tanpa mengharapkan imbalan tertentu
70 Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain baik individu maupunbadan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Lihat HeriSudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisa, 2003, hlm. 65.
71 Al-Mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama(shohibul maal) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
72 Al-Musyarakah atau bisa disebut dengan istilah syirkah adalah kerjasama antara keduabelah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikankontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.Perbedaan yang esensial dari Mudharabah dan Musyarakah terletak pada besarnya kontribusi atasmanajemen dan keuangan atau salah satu di antara itu. Dalam Mudharabah modal hanya berasaldari satu pihak sedangkan Musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih. Dan antaraMudharabah dan Musyarakah dalam literatur fiqh berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud alamanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Oleh karenanyamasing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk menjaga bersama.
73 Al-Bai’u Bisthaman Ajil adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahankeuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah dan lazimnya dilakukan secara cicilan.
39
Apalagi di zaman sekarang ini, seseorang tertarik untuk
mempergunakan suatu lembaga dan instrument keuangan tentunya
didasarkan kepada pertimbangan praktis, ekonomis, dan efisien.
Sedangkan lembaga dan instrument keuangan yang lahir dan
berkembang belakangan ini menawarkan hal tersebut, baik yang
berbentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), Lembaga
Pembiayaan, Asuransi, dan Lembaga Keuangan lainya (kesemuanya
ini berada di luar sistem moneter).74
a. Dasar Hukum LKS Menurut Ketentuan Hukum Islam
Setiap lembaga keuangan syari’ah, mempunyai falsafah dasar
mencari keridhaan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan di
akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang
dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama harus dihindari.75
Di dalam al-Qur’an tidak menyebutkan lembaga keuangan
secara eksplisit. Namun penekanan tentang konsep organisasi
sebagaimana organisasi keuangan telah terdapat dalam al-Qur’an.
Konsep dasar kerjasama muamalah dengan berbagai cabang-cabang
kegiatannya mendapat perhatian yang cukup banyak dalam al-Qur’an.
Dalam Sistem politik misalnya dijumpai istilah qoum untuk
menunjukkan adanya kelompok sosial yang berinteraksi satu dengan
74 Suhrawardi K. Lubis, Op.Cit, hlm. 34.75 Suhrawardi K. Lubis, Ibid, hlm. 35.
40
yang lain. Konsep tentang Sistem organisasi tersebut, juga dijumpai
dalam organisasi modern.76
Pedoman lembaga keuangan syari’ah dalam beroperasi adalah
al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275 tentang Sistem menjauhkan diri
dari unsur riba dan menerapkan Sistem bagi hasil dan perdagangan.
)...:(Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukansetan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan merekayang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,padahal Allah telah menghalalkan jual beli danmengharamkan riba (QS. Al-Baqarah: 275).77
Dalam berjual beli ada hal-hal yang menghendaki halalnya,
sedang dalam riba terdapat mafsadat yang menghendaki haramnya.78
Pada riba berarti memberi uang ataupun barang dan mengambil
kembali pada waktu yang ditentukan dengan berlipat ganda. Maka
tambahan dari pokok yang diambil dari yang berhutang, tidak ada
imbalannnya, baik berupa benda maupun berupa usaha. Tidak pula
diambil dengan dasar keridhaan si pembayar. Dan makin bertambah
76 Ibid.77 Departemen Agama Republik Indonesia, AL-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag
RI, 1997, hlm. 6378 Teuku Hasbi ash-Shiddieqy dalam An-Nur memberikan tafsiran terhadap ayat tersebut:
Tuhan mengharamkan riba adalah karena tak ada padanya pertukaran dan tambahan pembayaran,bukan karena timbangan, hanya semata-mata karena penundaan waktu. Lihat Teuku Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur anul Madjied An-Nur , Jakarta: Bulan Bintang, 1965, hlm. 68.
41
lama waktunya makin banyak pula pembayaran nanti. Karena itu,
mengambil tambahan yang tidak diridhai itu adalah riba.79
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar
mengungkapkan, Tidak termasuk riba, jika seseorang yang
memberikan kepada orang lain harta (uang) untuk diinvestasikan
sambil menetapkan baginya dari hasil usaha tersebut kadar. Karena
transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan bagi pemilik harta,
sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah satu pihak tanpa
satu dosa (sebab) kecuali keterpaksaannya, serta menguntungkan
pihak lain tanpa usaha kecuali penganiayaan dan kelobaan. Dengan
demikian, tidak mungkin ketetapan hukumnya menjadi sama dalam
pandangan keadilan Tuhan dan tidak pula kemudian dalam pandangan
seorang yang berakal atau berlaku adil.80
b. Dasar Hukum LKS Menurut Ketentuan Hukum Positif di
Indonesia
Lembaga keuangan di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam
dua kelompok, yaitu formal dan informal. Lembaga yang bersifat
formal ada yang berbentuk bank dan ada yang berbentuk non bank.
Sedangkan lembaga keuangan bersifat informal biasanya berbentuk
lembaga swadaya, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), serta berbagai
79 Ibid, hlm. 69.80 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar, 1376 H, Jilid III,
hlm. 113-114.
42
institusi yang pengelolaannya ditangani secara langsung oleh
masyarakat.81
Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam
satu dasawarsa belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal
syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, BMT.
Demikian pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah, Multi Level
Marketing Syariah, dsb.
Perkembangan perbankan menurut data Bank Indonesia
mengalami kemajuan yang spektakuler. Jika sebelum tahun 1999,
jumlah bank syariah sangat terbatas di mana hanya ada sebuah bank
syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia dengan beberapa kantor
cabang, kini ada 21 bank syariah dengan jumlah pelayanan kantor
bank syariah sebanyak 611 (data Mei 2006). Demikian pula lembaga
asuransi syariah perkembangannya di Indonesia merupakan yang
paling cepat di dunia. Hanya Indonesia satu-satunya negara yang
memiliki 34 lembaga asuransi syariah, sedangkan Malaysia cuma ada
4 lembaga asuransi syariah. Dan hanya Indonesia yang memiliki 3
lembaga reasuransi syariah. Di negara manapun biasanya hanya ada
satu lembaga reasuransi syariah. Jumlah Lembaga Keuangan Syariah
81 Majalah Himmah, Membangun Institusi dan Komunitas Ekonomi Islam, EdisiX/Rajab 1425 H, hlm. 14
43
juga telah melebihi dari 3.800 buah yang tersebar di seluruh
Indonesia.82
Berdasarkan hasil kajian Tim BEINEWS (2004) menunjukkan
bahwa ada lima faktor yang memicu perkembangan perbankan
syariah di Indonesia, sekaligus menjadi pembeda antara perbankan
syariah dan perbankan konvensional,83 yaitu:
1. Market yang dianggap luas ternyata belum digarap secara
maksimal (apalagi, bank syariah tidak hanya dikhususkan untuk
orang muslim karena di sejumlah bank terdapat nasabah non
muslim).
2. Sistem bagi hasil terbukti lebih menguntungkan dibandingkan
denganSistem bunga yang dianut bank konvensional (review pada
waktu krisis ekonomi-moneter).
3. Reeturn yang diberikan kepada nasabah pemilik dana bank syariah
lebihbesar daripada bunga deposito bank konvesional (ditambah
lagi belakangan ini, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
terus mengalami penurunan, sehingga suku bunga menurun.
4. Bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai,
tetapi bekerja sama atas dasar kemitraan, seperti prinsip bagi hasil
(mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip
jual beli (murabahah) dan prisip sewa (ijarah),
82 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2004,hlm. 67
83 http://putracenter.net/2009/02/26/sekilas-dengan-lembaga-keuangan-syariah/
44
5. Prinsip laba bagi bank syariah bukan satu-satunya tujuan karena
bank syariah mengupayakan bagaimana memanfaatkan sumber
dana yang ada untuk membangun kesejahteraan masyarakat (lagi
pula, bank syariah bekerja di bawah pengawasan Dewan Pengawas
Syariah.
Menurut Boesono (2007), paling tidak ada tiga prinsip dalam
operasional bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional,
terutama dalam pelayanan terhadap nasabah, yang harus dijaga oleh
para bankir, yaitu:84
1. Prinsip Keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin
keuntungan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara bank dan
nasabah.
2. Prinsip Kesetaraan, yakni nasabah penyimpan dana, pengguna dana
dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan
keuntungan yang berimbang.
3. Prinsip Ketenteraman, bahwa produk bank syariah mengikuti
prinsipdan kaidah muamalah Islam (bebas riba dan menerapkan
zakat harta).
Akan tetapi tidak sedikit lembaga keuangan yang berbasis
syariah, akan tetapi pada prktek pelaksanaanya tidak ubahnya dengan
lembaga keuangan konvensional, kita semua berharap bahwa mereka
84 Ibid.
45
benar-benar menerapkan sistem syariah sehingga tidak saling
merugikan satu sama lain. Demi kemajuan sektor keaungan Indonesia.
B. Respon Dan Persepsi
1. Respon
Respon adalah reaksi dari sesuatu yang terjadi.85 Dalam dunia
komunikasi kata respon selalu dirangkaikan dengan stimulus. Adanya
respon didahului dengan adanya stimulus. Namun, penggunaan stimulus (S)
– respon (R) yang mutakhir mengakui adanya intervensi organisme antara
stimulus dan respon, sehingga dipakai istilah S-O-R. Karena itu, penjelasan
S-R mengandung karakteristik urutan input-throughput-output (masukan-
dalaman-keluaran).
Sifat hubungan antara stimulus dan respon ini menjelaskan variabel
stimulus memberikan pengaruh terhadap variabel respon, dan kemudian
variabel respon memberikan reaksi terhadap stimulus tersebut.86
Dari teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa respon adalah
akibat yang menyertai adanya stimulus, yang berupa perbuatan atau
tindakan yang dapat diamati secara langsung. Sedangkan kata respon
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggapan, reaksi atau
jawaban. Hasil daripada respon ini berupa responsif atau tidak responsif.
Responsif sendiri bermakna reaksi (tidak masa bodoh).87
85 Bisa juga berarti jawaban atau reaksi balik. Lihat M. Ridwan dkk, Kamus IlmiahPopuler, Jakarta: Pustaka Indonesia, 2004, hlm. 566.
86 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, danKebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 69-70
87 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1990, hlm. 74
46
Hadirnya Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan badan usaha
yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan
menanamkan dananya dalam surat berharga88 merupakan sebuah ide yang
dimunculkan ditengah-tengah masyarakat. Keberadaan Sistem Lembaga
Keuangan Syariah ini melengkapi keberadaan Sistem lembaga keuangan
konvensional dan perbankan konvensional yang sudah melekat di kalangan
masyarakat.
Suatu hal yang perlu diperhatikan di sini adalah apakah keberadaan
Lembaga Keuangan Syariah dengan Sistem bagi hasilnya ini mampu
merubah sikap perilaku masyarakat untuk menerima ide-ide baru yang
ditawarkan oleh Lembaga Keuangan Syariah tersebut.
Lembaga Keuangan Syariah yang Sistem operasionalnya
menggunakan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) bisa dikatakan
sebagai suatu stimulus yang bisa menyebabkan adanya berbagai macam
persepsi tentang sistem operasional Lembaga Keuangan Syariah yang
kemudian akan menimbulkan respon dari masyarakat.
Mengingat hal itu, maka akan menjadi sangat menarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang respon masyarakat di Kecamatan
Kaliwungu tentang keberadaan dan Sistem operasional pada Lembaga
Keuangan Syariah yang ada. Tidak hanya mencari keterangan bagaimana
88 Di samping itu, lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jasa keuangan antaralain menawarkan berbagai jenis skema tabungan, proteksi asuransi, program pension, penyediaansistem pembayaran dan mekanisme transfer dana, investasi, pembiyaan dll yang berdasarkan padaprinsip-prinsip syariah dan tidak menyalahi Dewan Syariah Nasional. Lembaga Keuangan Syariahjuga merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakatpemakai jasa-jasa keuangan.
47
pandangan seseorang terhadap Sistem operasional Lembaga Keuangan
Syariah tetapi lebih jauh lagi mengungkapkan tentang sejauh mana
masyarakat merespon adanya Lembaga Keuangan Syariah dengan Sistem
bagi hasil yang dapat ditunjukkan dengan memberikan reaksi berupa
dukungan terhadap Lembaga Keuangan Syariah.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses pemberian makna terhadap sensasi.89
Sedangkan sensasi sendiri merupakan suatu stimulus yang dapat ditangkap
oleh alat indera manusia. Oleh sebab itu sifat dari persepsi sangat subyektif,
sangat dipengaruhi oleh siapa pemberi makna. Meski sensasi wujudnya
sama persis, maka bisa jadi persepsi yang muncul dikalangan penerima
sensasi sangat beragam.
Definisi persepsi menurut ensiklopedi adalah proses mental yang
menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal obyek
dengan jalan asosiasi dengan suatu ingatan tertentu, baik yang indera
pendengar, peraba atau lainnya yang pada akhirnya bayangan itu dapat
disadarinya.90 Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa persepsi itu adalah
gejala kejiwaan yang ada dalam kelompok atau individu.
Persepsi individu banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk
di dalamnya adalah lingkungan, karena lingkungan itulah yang akan
membentuk kepribadian, pola pikir, cara pandang atau pola orientasi
89 Amelia Rahmi, Persepsi Guru Tentang Iklim Sekolah: Motivasi Kerja dan KreatifitasGuru SD Islam Nasima Semarang, dalam Jurnal Penelitian Walisongo, Vol XII, 2000, hlm. 4
90 Hamid Widodo, Persepsi Mahasiswa IAIN Walisongo Terhadap Piagam Jakarta, hlm.3
48
individu terhadap kelompok atau di dalam suatu kelompok. Persepsi
individu akan mampu menciptakan suatu persepsi masyarakat mengingat
bahwa masyarakat terdiri dari banyak individu yang juga merupakan
anggota masyarakat.
Menurut Oxford Advanced Learnes Dictionary of Current English,
persepsi adalah proses dimana kita menjadi bagian dari perubahan-
perubahan (dengan memandang dan gejala-gejala, tindakan atau kekuatan
persepsi).91
Menurut sarjana yang lain persepsi seseorang merupakan suatu
proses yang aktif di mana yang memegang peranan bukan hanya stimulus
yang mengenalnya, tetapi juga ia sebagai keseluruhan dengan
pengalamannya, motivasinya dan sikap stimulus tersebut.92
Adapun menurut Kartini Kartono, persepsi adalah mengalami
sesuatu dan merasakan sesuatu tanpa mengadakan pemusatan antara diri
sendiri sebagai subyek dengan obyek yang dihayatinya.93
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-
unsur pokok persepsi adalah sebagai berikut:
a. Persepsi merupakan persepsi mental.
b. Persepsi merupakan bayangan dalam diri individu yang berlanjut pada
pengertian obyek.
c. Persepsi merupakan wujud dari keseluruhan diri.
d. Persepsi merupakan keterkaitan antara subyek dengan obyek.
91 Ibid.92 Ibid.hlm. 493 Kartini Kartono, Psikologi Umum, Bandung: Penerbit Alumni, 1984, hlm. 57
49
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
RESPON MASYARAKAT MUSLIM TENTANG LEMBAGAKEUANGAN SYARIAH
(Studi Kasus Respon Kyai Dan Masyarakat Pada Lembaga Keuangan SyariahDi Kec. Kaliwungu Kabupaten Kendal)
----------------------- ----------
------------------------
Sumber: dikembangkan dari penelitian Potensi, Preferensi dan PerilakuMasyarakat Terhadap Bank Syari’ah di Wilayah Jawa Tengah dan DIY tahun
2000 untuk penelitian ini.94
Keterangan:
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan tentang alur pemikiran teoritis
penelitian tentang Respon Masyarakat Muslim Tentang Lembaga Keuangan
Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
94 Ringkasan Eksekutif Kerjasama Bank Indonesia Dengan UNDIP, Potensi dan PerilakuMasyarakat Terhadap Bank Syari ah di Wilayah Jawa Tengah dan DIY, Semarang: Puslit KajianPembangunan Lemlit UNDIP, 2000, hlm. 4
POTENSI1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Pendidikan
PERSEPSI1. Hukum Bunga
BankKonvensional
2. PengetahuanTentang LKS
3. PengetahuanTentang SistemOperasional LKS
RESPON SIKAP
50
Potensi masyarakat atau karakteristik responden terdiri dari jenis
kelamin, umur, pendidikan. Respon masyarakat tentang Lembaga Keuangan
Syariah, terdiri dari: persepsi masyarakat terhadap hukum bunga bank
konvensional, pengetahuan masyarakat tentang Lembaga Keuangan
Syariah, pengetahuan masyarakat tentang Sistem operasional Lembaga
Keuangan Syariah.
Dari persepsi-persepsi di atas kemudian muncul respon masyarakat
tentang keberadaan Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal dan terhadap prinsip bagi hasil yang diterapkan pada
Sistem operasional Lembaga Keuangan Syariah, respon tersebut akhirnya
melahirkan sikap masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah untuk
menggunakan atau tidak menggunakan jasa atau produk Lembaga
Keuangan Syariah.95
D. Macam-macam Lembaga Keuangan Syariah Di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal
Adapun lembaga-lembaga yang penulis teliti di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal adalah
1. Baitut Tamwil Binama, Jl. Raya No 211 Kaliwungu Kendal.
2. Koperasi Arofah, Jl. KH. Asy’ari No. 21 Kaliwungu Kendal.
3. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Kospin Tawakal, Jl. Raya Barat
Desa Karang Tengah Kaliwungu Kendal.
95 Dari sinilah penulis mencoba memaparkan segala kondisi yang berhubungan denganLembaga Keuangan Syariah yang penulis teliti di kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal dengantidak mengesampingkan data-data yang valid.
51
4. KJKS BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) KALIWUNGU, Jl. Raya
Sarirejo Kaliwungu Kendal.
1. Baitul Tamwil Binama
Baitut Tamwil (BT) pernah populer lewat BT Teksona di
Bandung dan BT Ridho Gusti di Jakarta. Keduanya kini tidak ada
lagi. Setelah itu, walaupun dengan bentuk yang berbeda namun
memiliki persamaan dalam tata kerjanya pada bulan Agustus 1991
berdiri sebuah Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) di
Bandung. Kelahirannya terus diikuti dengan beroperasinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada bulan Juni 1992.
BT yang menyusul kemudian adalah BT Bina Niaga Utama
(Binama) di Semarang pada tahun 1993.96 Dilihat dari fungsinya, BT
sama dengan Bank Muamalat Indonesia atau BPRS yaitu sebagai
Lembaga Keuangan Syariah. Yang membedakan hanya skala dan
status kelembagaannya. Bila BMI untuk pengusaha atas, BPRS
untuk menengah ke bawah, maka BT untuk pengusaha bawah sekali
(grass root). Ibaratnya, BMI adalah super market, BPRS adalah mini
market, maka BT adalah warung-warung.
Adapun Baitut Tamwil Binama Kaliwungu yang terletak di
Jl. Raya Kaliwungu No. 21197 ini merupakan cabang dari BT
96 Sampai saat ini BT Binama masih bertahan dengan asset lebih dari 25 milyar rupiah.Lihat di http://binamasemarang.com.
97 Namun sejak tanggal 17 Mei 2010 BT Binama Kaliwungu resmi menempati kantorbaru yaitu di Komplek Ruko Baru A8 Jl. KH. Asyari Kaliwungu.
52
Binama Semarang. Mempunyai produk tabungan dan simpanan
berjangka. Antara lain:
1. TASAQUR (Tabungan Persiapan Qurban)
TASAQUR yaitu simpanan anggota (nasabah) yang
dipersiapkan agar nantinya dapat digunakan untuk pembelian
hewan qurban. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a. Paket tabungan khusus yang ditujukan untuk keperluan
Qurban.
b. Setoran awal minimal Rp. 25.000,-, Setoran selanjutnya Rp.
5.000,-
c. Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan menjelang hari
raya Qurban (dilakukan secara periodik satu tahun sekali
yaitu pada bulan Dzulhijjah).
d. Penyimpan perorangan/lembaga.
2. TARBIYAH
Yaitu Tabungan Arisan Berhadiah. Tabungan ini didasarkan atas
akad wadiah yadlamanah yakni akad antara dua pihak yang
menitipkan dana memberikan ijin kepada pihak yang dititipi
dapat memanfaatkan dana yang dititipkan. Adapun ketentuannya
sebagai berikut:
a. Penyimpan perorangan/lembaga.
b. Mengisi permohonan keanggotaan dan pembukaan rekening
simpanan.
53
c. Menyerahkan foto copy identitas diri (KTP/SIM).
d. Hanya rekening aktif yang berhak ikut pada pembukaan
TARBIYAH bulanan.
e. Setoran awal dan selanjutnya sesuai ketentuan.98
3. SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
Simpanan Sukarela Berjangka adalah simpanan sejenis tabungan
deposito yang dapat diambil dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati pada saat pembukaan rekening. Dan jenis
simpanan ini didasarkan pada akad Mudharabah. Adapun
ketentuannya sebagai berikut:
a. Minimal simpanan berjangka adalah Rp. 1.000.000,-
b. Penyimpan perorangan/lembaga.
c. Mengisi permohonan keanggotaan dan pembukaan rekening
simpanan.
d. Menyerahkan foto copy identitas diri (KTP/SIM).99
4. SIRELA (Simpanan Sukarela Lancar)
SIRELA merupakan salah satu produk yang ada dalam BT
Binama Kaliwungu yang pelaksanaannya didasarkan pada akad
mudharabah. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a. Penyimpan perorangan/lembaga.
b. Setoran awal minimal Rp. 25.000,-, Setoran selanjutnya Rp.
2.000,-
98 Berdasarkan brosur-brosur tentang BT Binama Kaliwungu tahun 2010.99 Ibid.
54
c. Mengisi permohonan keanggotaan dan pembukaan rekening
simpanan.
d. Menyerahkan foto copy identitas diri (KTP/SIM).100
2. Koperasi Arofah
Dalam rangka ikut meningkatkan kegiatan ekonomi
masyarakat dan jamaah haji yang tergabung dalam KBIH arofah
Kaliwungu maka dibentuklah sebuah lembaga keuangan yang di
namakan Koperasi Arofah Kaliwungu.
Koperasi ini mulai beroperasi sejak tanggal 5 Mei 2007,
bertempat di Jl. KH. Asy’ari No. 21 Kaliwungu Kendal. Adapun
tujuan dari pendirian ini adalah meningkatkan kesejahteraan
anggotanya, menjalin silaturrahim diantara anggotanya, dan ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan perekonomian terutama di
wilayah Jawa Tengah.
Sedangkan bentuk layanan kepada anggota di terapkan
melalui:
a. Pinjaman modal yang dibagi menjadi 2 yaitu pinjaman bulanan
dan pinjaman musiman. Pinjaman bulanan adalah pinjaman yang
diangsur tiap bulan dengan nilai angsuran dan batas waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pinjaman musiman
adalah pinjaman yang pokoknya dibayar sekaligus pada saat jatuh
tempo.
100 Berdasarkan brosur-brosur tentang BT Binama Kaliwungu tahun 2010.
55
b. Talangan Haji.
c. Simpanan Anggota
Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib yang menjadi
syarat mutlak menjadi anggota maka masih ada simpanan yang
bersifat sukarela dan tidak mengikat yaitu: Simpanan Sukarela
Anggota, Simpanan Berjangka Anggota, dan Simpanan Ziarah
Anggota.101
3. KJKS Kospin Tawakal
Mempunyai visi menjadi mitra utama umat dalam
meningkatkan sumber daya insani. Kospin Tawakal bertempat di Jl.
Raya Barat Desa Karang Tengah Kaliwungu Kendal dan mempunyai
kantor cabang serta Kelompok Usaha KJKS (Koperasi Jasa
Keuangan Syariah) yang berada di Krobokan Semarang Barat. Motto
yang diusung adalah Maju Bersama, Sejahtera Semua.102
Produk-produk dari KJKS Kospin Tawakal adalah:
1. Simpanan Anggota yang meliputi Simpanan Pokok dan Simpanan
Wajib.
2. Simpanan Sukarela103
Simpanan Sukarela dibagi menjadi 2 yakni:
1) Simpanan Mudharabah yaitu simpanan dengan tujuan sebagai
bentuk investasi sehingga anggota koperasi akan memperoleh
bagi hasil dari simpanan yang memenuhi syarat, nisbah (porsi)
101 Data diolah dari brosur-brosur Koperasi Arofah Kaliwungu.102 Data diolah dari brosur-brosur KJKS Kospin Tawakal Kaliwungu.103 Ibid.
56
bagi hasil disepakati antara pihak anggota dengan pihak
koperasi. Adapun jenisnya adalah Tabungan Harian
Mudharobah, Simpanan Mudharobah Plus, Simpanan
Berjangka Mudharabah dan Simpanan Berjangka Mudharabah
Berhadiah (Deposito Berhadiah/ Si Berkah).
2) Simpanan al-Wadiah yaitu simpanan dengan akad titip dana di
koperasi tanpa mendapatkan bagi hasil. Adapun hak
pengelolaan atas dana simpanan anggota menjadi tanggung
jawab pihak koperasi sepenuhnya. Jenis-jenisnya antara lain:
Sihati (Idul Fitri), Sihati Qurban (Simpanan Qurban),
Simpanan Jangka Panjang dan Simpanan Zakat, Infaq Dan
Sodaqoh (ZIS).104
Sedangkan pembiayaan dari Kospin Tawakal adalah
1. Pembiayaan Harian
Yaitu pembiayaan dengan cara angsuran per hari selama 100
hari. Akadnya adalah akad murobahah / bai bitsaman ajil.
2. Pembiayaan Mingguan
Yaitu pembiayaan dengan cara angsuran per Minggu selama 20
Minggu. Akadnya adalah akad murobahah / bai bitsaman ajil.
3. Pembiayaan Musiman
Yaitu pembiayaan dengan cara angsuran per bulan tapi hanya
membayar bagi hasil/margin sedangkan pokok pembiayaan
104 Ibid.
57
dibayar sekaligus pada akhir periode sesuai akad. Akadnya
adalah akad Mudharabah, Murobahah, Rahn, Ijaroh.
4. Pembiayaan Bulanan
Yaitu pembiayaan dengan cara angsuran per bulan dengan
membayar bagi hasil/margin titipan angsuran pokok
pembiayaan. Pembiayaan ini khusus bagi anggota yang
memiliki agunan BPKB atau sertifikat Rumah/Toko/Simpanan
Berjangka. Akadnya adalah akad Mudharabah, Murobahah,
Rahn, Ijaroh.
Syarat-syarat pembiayaan KJKS Kospin Tawakal adalah
a. Beragama Islam, Foto Copy KTP suami isteri, Foto Copy KK,
Rekening asli listrik/telpon/PAM (bulan terakhir).
b. Foto Copy agunan seperti BPKB atau sertifikat dan menyerahkan
barang jaminan pada saat akad pembiayaan.
c. Mengisi blanko permohonan dan bersedia untuk disurvei.
d. Slip Gaji bagi karyawan/PNS (bulan terakhir).
4. KJKS BTM Kaliwungu105
Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Kaliwungu
memiliki visi yaitu amal usaha yang amanah dalam pelayanan,
membangun serta mengembangkan ekonomi syariah menuju
kesejahteraan yang penuh rahmat, dan mempunyai misi pelayanan
dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat sesuai
105 BTM Kaliwungu terletak di Jl. Sarirejo Kaliwungu Kabupaten Kendal.
58
syariah, membangun ekonomi masyarakat dalam menjembatani
pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha mikro mengenah serta
masyarakat umum yang beretika Islami, membangun ekonomi
kerakyatan dengan sistem yang kondusif sehingga mampu
mengantisipasi perubahan dinamika masyarakat serta perkembangan
ilmu dan teknologi yang terkait dengan tidak menyimpang dari
syariah Islam.
BTM sebagai lembaga keuangan mikro syariah harus
bertindak responsif terhadap usaha pemberdayaan golongan
masyarakat yang tidak beruntung tersebut sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki BTM, baik secara finansial, personal maupun
manajemen.
Sebagai Amal Usaha Muhammadiyah yang bergerak di
bidang ekonomi, kegiatan usaha BTM adalah menjembatani
kepentingan masyarakat yang memiliki kelebihan likuiditas dengan
mereka yang membutuhkan likuiditas.106
Seluruh warga Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi
Anggota di tingkat Primer. Guna mendukung perkembangan BTM,
perlu adanya standarisasi dan supervisi dari Pusat BTM dan Induk
BTM tentang manajemen dan kesehatan. Ke depan Pusat BTM dan
Induk BTM diharapkan dapat memiliki BPRS dan Bank Syariah.
106 Keberadaan BTM diharapkan dapat menjadi pusat pengelolaan keuanganMuhammadiyah dan bagian dari ujung tombak dakwah bil khaal Muhammadiyah. BerdasarkanRakernas BTM III tahun 2007, Badan Hukum BTM adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah(KJKS) dengan leveling Primer di tingkat PCM/PDM, Pusat di tingkat PWM, dan Induk di tingkatPPM. Lihat di www.btmmuhammdiyah.com.
59
Selain menjalankan kegiatan bisnis yang bersifat komersial, BTM
juga harus mengembangkan kepeduliannya terhadap mereka yang
tidak beruntung secara ekonomi dengan mengalokasikan sebagian
pembiayaan yang disalurkan untuk pinjaman kebajikan atau Qardhul
Hasan.
BTM Kaliwungu mempunyai produk tabungan dan
simpanan berjangka. Antara lain:
1. Tabungan Mudharabah
Tabungan yang penyetoran dan pengambilannya dapa dilakukan
sewaktu-waktu. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a. Setoran tabungan pertama minimal Rp. 10.000,-dan setoran
selanjutnya minimal Rp. 5.000,-
b. Kepada penabung diberi hasil yang menarik yang
diperhitungkan dari pendapatan yang diperoleh BTM.107
2. Tabungan Qurban
Tabungan Qurban yaitu simpanan anggota (nasabah) yang
dipersiapkan agar nantinya dapat digunakan untuk pembelian
hewan qurban. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a. Paket tabungan khusus yang ditujukan untuk keperluan
Qurban.
b. Setoran awal minimal Rp. 100.000,-
107 Berdasarkan brosur-brosur di BTM Kaliwungu.
60
c. Setoran selanjutnya Rp. 25.000,- tiap minggu atau 100.000,-
tiap bulan.
d. Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan menjelang hari
raya Qurban.
3. Tabungan Si Fitri
Tabungan Si Fitri yaitu tabungan dari nasabah (anggota) yang
dipersiapkan (diambil) untuk kebutuhan di Hari Raya Idul Fitri
secara cermat dan terencana. Adapun ketentuannya sebagai
berikut:
a. Penabung melakukan pendaftaran dengan mengisi formulir
yang telah disediakan.
b. Setoran pertama minimal Rp. 10.000,-
c. Setoran selanjutnya Rp. 5.000,- per minggu atau Rp. 20.000,-
per bulan
d. Diterimakan dalam bentuk barang atau uang.108
4. Tabungan Haji
Tabungan haji adalah tabungan anggota (masyarakat) yang
dipersiapkan untuk menunaikan ibadah haji, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penabung melakukan pendaftaran dengan mengisi formulir
yang telah disediakan.
b. Setoran awal minimal Rp. 250.000,-
108 Ibid.
61
c. Setoran selanjutnya minimal Rp. 100.000,- dan anggota yang
memilih simpanan haji langsung di-link-kan ke Lembaga
Keuangan yang ditunjuk untuk penyelenggaraan haji.
d. Setoran dapat dijemput.
e. Syaratnya adalah Foto copy KTP Penabung mengisi formulir
permohonan menabung.
5. Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan Mudharabah Berjangka adalah simpanan sejenis
tabungan deposito yang dapat diambil dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati pada saat pembukaan rekening.
Adapun ketentuannya sebagai berikut:
a. Minimal simpanan berjangka adalah Rp. 1.000.000,-
b. Jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
Sedangkan produk-produk pembiayaan KJKS BTM
Kaliwungu adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan al-Mudharabah, merupakan produk pembiayaan dari
KJKS BTM Kaliwungu untuk mendanai modal kerja nasabah, di
mana seluruh modal berasal dari BTM sedangkan nasabah
melakukan pengelolaan atas usaha tersebut. Pembagian nisbah
bagi hasil dalam pembiayaan ini ditentukan pada awal akad
pembiayaan dengan kesepakatan bersama antara pihak BTM
dengan pihak nasabah selaku pengelola usaha. Apabila terjadi
kerugian, maka pihak KJKS BTM Kaliwungu akan menanggung
62
segala bentuk kerugian dana dengan catatan pihak pengelola tidak
melakukan kelalaian sedikit pun atas usaha tersebut (kerugian
yang disebabkan karena faktor alam). Pembiyaan ini dapat
disalurkan untuk berbagai jenis usaha yakni perdagangan,
perindustrian, jasa dan pertanian.
2. Pembiayaan al-Musyarakah, merupakan produk pembiayaan dari
KJKS BTM Kaliwungu dengan nasabah. Dalam pembiayaan ini
merupakan perjanjian usaha antara pihak BTM dengan nasabah,
di mana pihak BTM mengikutsertakan sebagian modal dalam
usaha tersebut. Nisbah bagi hasil ditentukan sesuai dengan
kesepakatan bersama dengan mempertimbangkan proporsi modal.
Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung
bersama sesuai dengan proporsi modal yang diikutsertakan dalam
usaha tersebut.
3. Pembiayaan al-Qardhul al-Hasan, merupakan pembiayaan yang
ditujukan kepada anggota (nasabah) yang memerlukan modal dan
tidak mampu (dengan membawa surat keterangan tidak mampu
dari desa) dan setelah dilakukan cross ceck dari pihak BTM,
pembiayaan ini dapat dikeluarkan. Dalam pembiayaan al-qardhul
al-hasan ini nasabah tidak dikenakan nisbah bagi hasil.
4. Pembiayaan Murabahah, merupakan produk pembiayaan dari
KJKS BTM Kaliwungu dengan nasabah. Fasilitas penyaluran
dengan sistem jual beli. BTM Kaliwungu akan membelikan
63
barang-barang sesuai kebutuhan anda. Pembayaran dapat
dilakukan secara angsuran pada tiap bulannya sesuai tanggal jatuh
tempo.
Adapun persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan di
KJKS BTM Kaliwungu adalah sebagai berikut:
a. Beragama Islam.
b. Foto Copy KTP suami isteri.
c. Foto Copy KK.
d. Foto Copy agunan.
e. Mengisi blanko permohonan dan bersedia untuk disurvei.
f. Slip Gaji bagi karyawan/PNS (bulan terakhir).
g. Rekening asli listrik/telpon/PAM (bulan terakhir).109
109 Ibid.
64
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Sekilas Tentang Kecamatan Kaliwungu
1. Letak Geografis
Kecamatan Kaliwungu merupakan salah satu kecamatan yang terletak
di jalur utama Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Kendal. Batas-batas wilayah
Kecamatan Kaliwungu adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa,
di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kaliwungu Selatan, di
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Brangsong, dan di sebelah
Timur berbatasan dengan Kota Semarang.110
Jarak dari Ibukota Kaliwungu ke beberapa kota terdekatantara lain
Kota Provinsi Jawa Tengah sejauh 21 Km, sedangkan dengan Kota
Kabupaten Kendal 7 Km, dengan Kota Kecamatan Kaliwungu Selatan
ditempuh sejauh 4 Km, Kota Kecamatan Singorojo 24 Km dan Kota
Kecamatan Brangsong 2 Km.111
Topografi kecamatan Kaliwungu merupakan wilayah pantai dan
dataran rendah dengan ketinggian 4,5 meter di atas permukaan laut. Suhu
udara pada saat siang hari (suhu maksimum) mencapai sekitar 32° Celcius.
Dan pada saat malam hari (suhu minimum) suhu udara mencapai 26° Celcius.
Banyaknya hari hujan di Kecamatan Kaliwungu berjumlah 97 hari hujan
dengan rata-rata hari hujan 8 hari/bulan, dengan banyaknya curah hujan 1,956
110 Data diperoleh dari literatur Kecamatan Kaliwungu Dalam Angka 2008, Disusun olehKoordinator Statistik Kecamatan Kaliwungu BPS Kabupaten Kendal.
111 Ibid.
65
mm, pertahun dan rata-rata jumlah curah hujan 163 mm/tbulan. Adapun Jenis
tanah di wilayah ini adalah tanah jenis Latosol.112
Luas Wilayah Kecamatan Kaliwungu 47.73 Km².113 Dirinci menurut
penggunanya pada tahun 2008 dapat dilihat pada diagram berikut ini :
2. Kependudukan
Banyaknya Penduduk pada tahun 2006 berjumlah 52.489 jiwa terdiri
dari laki-laki 25.668 jiwa dan perempuan 26.821 jiwa. Pada tahun 2007
berjumlah 53.439 jiwa terdiri dari laki-laki berjumlah 26.066 jiwa dan
perempuan 27.373 jiwa. Sedangkan untuk tahun 2008 berjumlah 53.646 jiwa
terdiri dari laki -laki 26.217 jiwa dan perempuan 27.429 jiwa.
112 Tanah Latosol merupakan larutan tanah tropis, warnanya kuning kemerah-merahan.Tanah jenis ini juga banyak mengandung besi dan alumunium. Adapun tumbuhan yang dapathidup di tanah jenis ini adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao,kopi dan kelapa sawit. Lihat di www.sribd.com/definisitanah.
113 Berdasarkan data Monografi Kecamatan Kaliwungu Tahun 2008, hlm. 1
66
Kepadatan penduduk Kecamatan Kaliwungu pada tahun 2006
mencapai 1.100 jiwa/Km², tahun 2007 mencapai 1.118 jiwa/ Km² dan pada
tahun 2008 mencapai 1.124 jiwa/Km².114
Pertumbuhan Penduduk Per tahun di Kecamatan Kaliwungu pada
tahun 2007 sebesar 1,73 % dan pada tahun 2008 mencapai 0,47 %. Adapun
tabelnya sebagaimana di bawah ini:
Banyak penduduk di atas 10 Tahun yang telah bekerja, dirinci
menurut Mata Pencahariannya pada Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel
berikut:
114 Ibid.
67
No Lapangan Usaha Jumlah( orang )
Prosentase(%)
1 PertanianPengusaha 5078 11,29Buruh 6275 13,95
2 Pertambangan dan PenggalianPengusaha 0 0,-Buruh 0 0,-
3 Industri PengolahanPengusaha 920 2,04Buruh 11806 26,24
4 Listrik, Gas dan Air minumPengusaha 1 0,-Buruh 60 0,13
5 BangunanPengusaha 26 0,06Buruh 2909 6,47
6 Perdagangan Hotel dan Restoran Pengusaha 4263 9,48 Buruh 3258 7,247 Pengangkutan dan Komunikasi
Pengusaha 865 1,92Buruh 765 1,70
8 Keuangan dan PersewaanPengusaha 117 0,26Buruh 607 1,35
9 Jasa-jasaPengusaha 1462 3,25Buruh 6579 14,62
JUMLAH 44991 100,-
Sumber : Kantor Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Kecamatan Kaliwungu merupakan wilayah perdesaan terdiri dari 9
Desa meliputi 33 Dukuh/Dusun 67 RW dan 273 RT.
68
No Desa Dusun/Dukuh RW RT01 Kumpulrejo 2 4 1402 Karang Tengah 2 3 1303 Sarirejo 3 8 3504 Krajan kulon 3 11 3505 Kutoharjo 7 9 5006 Nolokerto 6 6 2807 Sumberejo 4 9 3508 Mororejo 3 8 3709 Wonorejo 3 9 26
Jumlah 33 67 2733. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Kaliwungu115 adalah sebuah kota kecil kira-kira 6 km dari kota
kendal berbatasan dengan Semarang. Penduduk mayoritas Kaliwungu
adalah muslim. Banyak surau dan masjid serta pondok pesantren berdiri,
maka dari itu kota Kaliwungu lebih dikenal dengan nama Kota Santri.
Walaupun kota kecil kehidupan di Kaliwungu hampir 24 jam non stop tak
pernah sepi ini dikarenakan hiruk pikuknya masyarakat Kaliwungu adalah
pedagang.116
Tak ketingggalan banyak home industri yang berdiri di kota ini,
selain industri kecil ada banyak juga industri besar atau pabrik diantaranya
PT. Tossa Sakti Group,117 PT. Polysindo Eka Perkasa,118 PT. Samator.119 6
115 Nama Kaliwungu diambil dari peristiwa seorang guru (Sunan Katong) dan muridnya(Pakuwojo) yang berkelahi di dekat sungai karena perbedaan prinsip. Dari pertengkaran itu terjadipertumpahan darah yang menurut cerita, Sunan Katong berdarah biru dan Pakuwojo berdarahmerah, keduanya wafat dalam perkelahian itu dan darahnya mengalir di sungai sehingga berubahmenjadi ungu lihat di www.udiknet.com.
116 Dapat penulis kemukakan di sini bahwa siang malam selalu ramai dengan hirukpikuknya para pedagang dan para pembeli. Ada pasar pagi, pasar sore dan ada pasar malam.Menambah suasana yang ramai bak kota metropolis.
117 Terletak di Jln. Raya Semarang Kendal Km. 9. Tepatnya di dusun Mangir KecamatanKaliwungu Kabupaten Kendal. Perusahaan ini bergerak dalam bidang otomotif. Di dirikan olehCheng Basuki pada tahun 1998.
118 PT. Polysindo Eka Perkasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pemintalanbenang-benang. Terletak di Jln. Raya Km. 19 Kaliwungu Kendal.
69
Km Sebelah utara kota Kaliwungu terdapat pantai di desa Mororejo atau
lebih dikenal oleh masyarakat denga pantai Ngebum, di desa Mororejo
tersebut selain mempunyai pantai yang sering dikunjungi juga terdapat dua
industri besar yaitu PT. KLI (Kayu Lapis Indonesia), PT. RPI (Rimba
Partikel Indonesia).
4. Pola Keberagamaan Penduduk
Di wilayah Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal terdapat 3
(tiga) macam agama. Yaitu agama Islam, Kristen dan agama Hindu.
Kecamatan Kaliwungu merupakan daerah yang majemuk, ini di lihat dari
penduduk di wilayah Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang
mayoritas beragama Islam dapat hidup dengan harmonis dan menjaga
kerukunan antar umat beragama di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Kendal. Banyaknya tempat peribadatan di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal yaitu 25 buah masjid serta 166 buah surau/mushola,
sebuah Gereja dan sebuah Kuil atau Pura tidak mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan ritual keagamaan penduduk.120
Adapun pola kehidupan penduduk Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal sangat erat kaitannya dengan aktifitas kegiatan
keagamaan yang didominasi oleh organisasi masyarakat Nahdhatul
Ulama’ (NU), IPNU/IPPNU, Fatayat NU, Muslimat NU, Anshar, dan
sebagian warga muhammadiyah dan lain sebagainya, mulai dari tingkat
ranting sampai pimpinan anak cabang.
119 Terletak di Jln. Raya Kaliwungu Km. 19 di desa Nolokerto Kecamatan Kaliwungu.120 Monografi Kecamatan Kaliwungu, Op.Cit, hlm. 11
70
Selain itu juga terdapat lembaga-lembaga keagamaan non formal
yang turut mewarnai pola keberagamaan masyarakat Kaliwungu
Kabupaten Kendal, di antaranya terdapat aliran-aliran Thariqah, Jam’iyyah
Manakib, Jam’iyyah Diba’an (maulid Nabi SAW), Jam’iyyah Tahlilan dan
sebagainya yang merupakan bentuk kehidupan keberagamaan di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Dalam pelaksanaan aktifitas keagamaan masyarakat Kaliwungu
cenderung memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku (adat-istiadat
setempat). Hal ini karena pengaruh nilai ajaran Nahdhatul Ulama’ (NU)
yang berfaham ahlus sunnah wal jama ah telah mendominasi pola
keberagamaan masyarakat Kaliwungu yang mayoritas bermadzhab
Syafi’iyyah. Oleh karenanya, kehidupan keberagamaan masyarakat
Kecamatan Kaliwungu masih mengakomodir antara adat kebiasaan yang
berlaku dengan nuansa keagamaan.
Contohnya adalah sebuah tradisi yang sampai sekarang masih
eksis yaitu tradisi Syawalan. Syawalan Kaliwungu adalah gabungan wisata
religius dan wisata modern. Sejumlah pengunjung datang ke tempat itu
hanya sekedar untuk berbelanja pakaian ataupun mencari hiburan.
Di sisi lain, banyak pengunjung yang datang untuk tujuan utama
yaitu berziarah pada sejumlah makam tokoh penyebar agama Islam di
pemakaman Desa Protomulyo (kini masuk wilayah Kecamatan Kaliwungu
71
Selatan121). Seperti, makam Kiai Guru atau Kiai Asy'ari, Sunan Katong,
Kiai Mustofa, dan Wali Syafak.
Banyak pengunjung yang selalu memadati tradisi syawalan yang
dimeriahkan ratusan pedagang yang mremo serta puluhan penjaja hIburan :
dream molen, kuda putar dan sebagainya. Tapi sebenarnya bagi
masyarakat Kaliwungu sendiri Syawalan sering digunakan sebagai acara
silaturrohim antar sesama keluarga, kerabat, ataupun teman. Dengan
tradisi ini masyarakat Kaliwungu sering menggunakannya untuk acara
sowan ke seluruh Kyai di daerah Kaliwungu untuk minta di do'akan.
B. Respon Masyarakat Tentang Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan
Kaliwungu
1. Latar Belakang Pendirian Lembaga Keuangan Syariah Di
Kecamatan Kaliwungu
Di saat negara mengalami krisis multi dimensi yang
berkepanjangan, setiap empat detik nyawa seorang manusia terancam
kelaparan. Hal ini tentunya merupakan akumulasi dari
keterbelakangan dan kemiskinan yang mendera bangsa Indonesia.
Kondisi ini makin diperparah dengan sikap materialistis, egois,
serakah serta berbagai sikap yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
ajaran agama Islam yang ditunjukkan kaum borjuis (kapitalis)
terhadap masyarakat bawah.
121 Mulai tahun 2007 terjadi pemekaran wilayah. Berdasarkan wawancara dengan CamatKaliwungu Bapak Sumartoyo, S.Sos pada tanggal 18 Oktober 2010 di Kantor KecamatanKaliwungu.
72
Di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal terjadi
peningkatan jumlah pengangguran. Mereka ingin bekerja namun tidak
banyak lapangan pekerjaan yang tersedia dan mampu menampung
mereka dengan modal pendidikan yang sangat rendah serta tidak
mempunyai keahlian khusus. Lapangan pekerjaan yang ada hanyalah
sektor pertanian, itu pun bagi mereka yang mempunyai lahan
pertanian yang dapat dikerjakan. Para petani sendiri untuk mengolah
lahan pertaniannya sangat kesulitan dengan masalah modal, hal ini
dikarenakan tingginya harga pupuk, mahalnya upah tenaga kerja serta
kebutuhan lainnya.
Para petani tidak mungkin meminjam hutang di Lembaga
Keuangan dengan bunga yang cukup tinggi. Begitu juga di koperasi
konvensional juga memasang bunga yang tinggi. Hal ini tentu sangat
memberatkan bagi para petani, padahal belum tentu lahan pertanian
yang mereka garap itu mengalami panen dengan keuntungan yang
besar (harga jual rendah) atau bahkan sebaliknya karena adanya
serangan hama tanaman atau gejolak alam seperti banjir maupun
kekeringan yang mengakibatkan gagal panen. Dalam hal ini pihak
Lembaga Keuangan atau koperasi konvensional tidak mau tahu
dengan kondisi yang dialami oleh nasabahnya yang dalam kondisi
73
tercekik dan tetap dibebani untuk dapat melunasi pinjaman beserta bunga di
tiap bulannya.122
Selain itu banyak para pedagang kecil, seperti penjual
pakaian, penjual nasi kucingan, pedagang kaki lima, penjual kue,
petani tambak dan lain sebagainya juga mengalami permasalahan
yang sama untuk tetap bertahan hidup. Mereka berusaha mencari
penghasilan pada waktu pagi hari dan habis dimakan sore harinya atau
sebaliknya. Kondisi seperti ini menyebabkan mereka kesulitan untuk
datang di Lembaga Keuangan. Artinya, kinerja Lembaga Keuangan
tidak mampu menjangkau usaha dengan skala kecil.123
Disamping itu adanya rentenir atau lintah darat yang
meminjamkan modal dengan prosedur yang mudah tetapi bunganya
cukup tinggi sehingga membuat masyarakat berbondong-bondong
mengikuti ajakan para rentenir itu walaupun dengan konsekuensi akan
membayar bunga yang cukup tinggi.
Hal ini disebabkan pola pikir masyarakat yang
mengedepankan sisi pragmatisnya, artinya mereka sudah terbiasa
berhubungan atau menggunakan jasa Lembaga Keuangan
konvensional dengan sistem bunganya.124
122 Berdasarkan wawancara dengan Pegawai KJKS Kospin Tawakal bernama Dian,dikutip pada tanggal 18 Oktober 2010.
123 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Mukti, penjual nasi di dekat Masjid KaumanKaliwungu pada tanggal 18 oktober 2010.
124 Wawancara dengan Pegawai KJKS Kospin Tawakal bernama Dian, dikutip padatanggal 18 Oktober 2010.
74
Melihat realita di atas maka lembaga-lembaga yang
berlandaskan syariah pun didirikan. Karena para pendiri Lembaga-
lembaga Keuangan Syariah memandang bahwa mayoritas masyarakat
di kecamatan Kaliwungu adalah muslim, dan persepsi masyarakat
bahwa mereka ingin terhindar dari bunga bank atau riba.
2. Pandangan Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan Syariah
Pemahaman masyarakat mengenai produk atau jasa Lembaga
Keuangan Syariah secara umum masih rendah. Faktor-faktor yang
memotivasi masyarakat untuk menggunakan jasa Lembaga
Keuanganan Syariah ternyata lebih didominasi oleh faktor kualitas
pelayanan dan kedekatan lokasi Lembaga Keuangan dari pusat
kegiatan. Dan faktor pertimbangan agama adalah motivator penting
untuk mendorong penggunaan jasa Lembaga Keuangan Syariah.
Pandangan atau persepsi kalangan masyarakat di Kecamatan
Kaliwungu, adalah sebagai berikut: menurut para tokoh masyarakat
dan kyai mengatakan bahwa Lembaga-lembaga Keuangan Syariah
mempunyai andil yang sangat besar bagi pemberdayaan dan
pengembangan usaha kecil. Dan juga mereka berpendapat bahwa
Lembaga Keuangan yang berlandaskan syari’ah terhindar dari sistem
bunga bank (riba) walaupun dalam proses akadnya memakan waktu
yang cukup lama.125
125 Wawancara dengan Kyai Zuhri di kediamannya, dikutip pada tanggal 18 Oktober2010.
75
Sedangkan menurut nasabah ataupun pengguna jasa di salah satu
Lembaga Keuangan Syariah mengatakan bahwa keberadaan Lembaga-lembaga
itu sangat membantu dalam hal pembiayaan modal usaha dan juga
meningkatkan penghasilan. Walaupun awal mula alasan mereka ikut menjadi
nasabah lebih disebabkan mengkuti kepercayaan pada figur pendirinya.126
Secara umum dapat dikategorikan baik, baik terhadap prinsip yang dianutnya,
konsep dasar, maupun terhadap fasilitas dan pelayanannya.
Adapun menurut masyarakat awam memandang bahwa Lembaga
Keuangan Syariah itu hanya khusus untuk orang-orang Islam saja. Dan
lembaga-lembaga tersebut identik dengan Lembaga Keuangan dengan sitem
bagi hasilnya.127
Masyarakat di Kecamatan Kaliwungu juga menyatakan bahwa persepsi
atau pandangan terhadap Lembaga Keuangan Syariah adalah mampu menjadi
alternatif bagi lembaga keuangan konvensional. Penelitian tersebut
menghasilkan temuan bahwa masyarakat memilih Lembaga Keuangan Syariah
sebagai mitra adalah karena menerapkan Syariah sedangkan sisanya
memberikan klausul akan memilih kalau didukung oleh profesionalitas yang
sebanding dengan Lembaga Keuangan-Lembaga Keuangan konvensional.
Namun demikian tidak sepenuhnya masyarakat memandang bahwa
Lembaga Keuangan Syariah, mempunyai dampak positif terhadap
perkembangan ekonomi. Hal ini dikarenakan terjadi kasus-kasus yang
126 Berdasarkan wawancara pada tanggal 30 Nopember 2010 dengan masyarakat setempatPengguna Jasa Keuangan Syariah. Diantaranya adalah dengan Bapak Nadhirin dan Ibu Satifah.
127 Wawancara dengan Bapak Zainal Mu’tadin, umur 28, dikutip pada tanggal 18Oktober 2010.
76
menorehkan tinta hitam pada perkembangan Lembaga Keuangan Islam.
Misalnya, di Koperasi Arofah yang terletak di Jl. KH. Asy’ari No. 21
Kaliwungu Kendal yang mana pendirinya adalah sekumpulan dari para kyai
berpengaruh di kecamatan ini, akan tetapi jika dilihat dari sitem operasionalnya
masih menggunakan sistem konvensional.128
Pengelola lembaga keuangan tersebut berargumen bahwa hal tersebut
dapat ditolerir karena urf dan trend ekonomi global yang sudah memasyarakat.
Selain itu, argumen yang lain adalah perhitungan nisbah tersebut tidak mutlak
seperti perhitungan bunga (rate interest system), karena tidak ada pelipatan
ganda (ad âfan mudâafah) untuk keterlambatan mengangsur (fleksibel dan tidak
kaku dalam penerapan).129
Dan juga ada pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa prosedur
atau proses akad dalam Lembaga Keuangan Syariah terlalu sulit dipahami,
justru berbanding sebaliknya dengan lembaga konvensional yang menurut
mereka lebih mudah dan cepat dalam proses akadnya. Kemudian Lembaga
Keuangan Syariah hanya sebatas nama atau label saja.130
128 Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, umur 60 thn, pengurus takmir masjid Al-Muttaqin Kauman Kaliwungu dan beberapa pengguna jasa Lembaga Keuangan Syariah padatanggal 29 Agustus 2010.
129 Wawancara dengan Bapak KH. Syamsul Ma’arif, SH selaku ketua Koperasi Arofahpada tanggal 29 Agustus 2010.
130 Wawancara dengan Bapak Sholihin, umur 52 tahun di kutip pada taggal 30 Nopember2010.
77
BAB IV
ANALISIS RESPON MASYARAKAT MUSLIM TENTANG
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
A. Analisis Respon Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan Syariah di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
Dari hasil penelitian di lapangan, diperoleh data yang dapat
memberikan banyak informasi berkaitan dengan potensi masyarakat di
Kecamatan Kaliwungu. Dari hasil observasi dan wawancara kemudian
dokumentasi yang telah peneliti lakukan, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis respon masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah serta
analisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon masyarakat
di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal terhadap Lembaga Keuangan
Syariah.
Keberadaan lembaga Keuangan Syari’ah di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal merupakan suatu rangsangan yang menimbulkan berbagai
macam respon dari kalangan masyarakat terhadap sistem operasional
Lembaga Keuangan Syariah yang tidak menggunakan bunga.
Persepsi masyarakat terhadap bunga bank konvensional di
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal ternyata cukup bervariasi. Secara
umum dapat dilihat bahwa masyarakat yang menyatakan bahwa bunga bank
hukumnya haram adalah 80%. Sedangkan masyarakat yang menyatakan halal
dan subhat adalah 20%.
78
Adapun 80% masyarakat Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
yang menyatakan tentang Pengharaman terhadap bunga bank lebih
dikarenakan pada pola keberagamaan masyarakat yang beranggapan bahwa
bunga bank hukumnya sama dengan hukum riba, sedangkan 20% masyarakat
yang menghalalkan bunga bank lebih ditekankan pada aspek kebiasaan
masyarakat di dalam menggunakan atau berhubungan dengan lembaga
keuangan konvensional (menjadi nasabah lembaga keuangan konvensional)
dan yang menyatakan bahwa bunga bank hukumnya syubhat dikarenakan
sikap keragu-raguan masyarakat akibat perbedaan pendapat para tokoh agama
dalam menyikapi hukum bunga bank.
Mengenai informasi atau pengetahuan masyarakat Kaliwungu
terhadap Lembaga Keuangan Syariah sebanyak 93,33% menyatakan
mengetahui tentang adanya informasi Lembaga Keuangan Syariah dengan
alasan mengetahui Lembaga Keuangan Syariah dari teman atau saudara, ada
yang dari media cetak, dari brosur, spanduk atau papan reklame dan lain-lain.
Sedangkan yang menyatakan tidak tahu tentang informasi tersebut sebanyak
6,66% dengan alasan belum pernah mendapat informasi kemudian kurangnya
sosialisasi dari lembaga keuangan syariah tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
cukup bagus antara yang mengetahui dan tidak mengetahui tentang informasi
Lembaga Keuangan Syariah.
Adapun faktor yang mempengaruhi respon positif masyarakat
terhadap keberadaan Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu
79
Kabupaten Kendal lebih dikarenakan adanya alternatif bagi masyarakat
muslim untuk dapat menginvestasikan uangnya pada Lembaga Keuangan
Syari’ah dan adanya kepedulian masyarakat muslim di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal terhadap produk syari’ah yang cukup tinggi. Hal ini tidak
lepas dari faktor pendidikan dan pengetahuan masyarakat terhadap sistem
syari’ah yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga tersebut.
Selain itu sistem operasional Lembaga Keuangan Syariah dengan
prinsip bagi hasilnya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat yang
sebagian besar didominasi masyarakat menengah ke bawah dan juga
loyalitasnya sebagai muslim untuk dapat mengimplementasikan ajaran Islam
dalam bidang ekonomi selain mayoritas masyarakat di Kecamatan Kaliwungu
beragama Islam.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi masyarakat menggunakan jasa
Lembaga Keuangan Syariah lebih disebabkan pada ketertarikan masyarakat
terhadap penerapan prinsip bagi hasil sesuai syari’ah Islam dan ingin terhindar
dari riba, adanya jaminan keamanan dan keuntungan melebihi keuntungan
yang diperoleh dari sistem bunga serta kedekatan jarak rumah dengan tempat
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah menjadi faktor masyarakat memilih
menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah.
Akan tetapi tidak semua orang berpendapat seperti di atas. Ada juga
pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa prosedur atau proses akad
dalam Lembaga Keuangan Syariah terlalu sulit dipahami oleh masyarakat
malah lebih mudah dan cepat dalam sistem operasiona lembaga keuangan
80
konvensional. Kemudian Lembaga Keuangan Syariah hanya sebatas nama
atau label saja.
Pada tataran penggunaan jasa, hanya 33,33% masyarakat yang ikut
menjadi nasabah Lembaga Keuangan Syariah lebih dikarenakan kepercayaan
kepada figur tokoh masyarakat pendiri Lembaga Keuangan Syariah tersebut.
Selain itu sudah menggunakan lembaga keuangan konvensional.
B. Dampak Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia merupakan suatu
perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan atau keuangan
yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Perkembangan signifikan yang terjadi pada Perbankan Syariah dan
Lembaga Keuangan Syariah lainnya di Kecamatan Kaliwungu patut kita
syukuri. Diharapkan nantinya menjadi titik tumpu pelesatan perkembangan
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, sehingga mampu menggenjot
perekonomian umat Islam.
Infrastruktur dan resiko Lembaga Keuangan Syariah yang berbeda
dengan Lembaga Keuangan Konvensional, membuat pengawasan,
tangggungjawab, dan akuntabilitas Lembaga Keuangan Syariah menjadi lebih
81
kompleks.131 Kompleksitas persoalan yang ada di sebagian Lembaga
Keuangan Syariah tersebut, menimbulkan dampak terhadap kepercayaan
masyarakat tentang keberadaannya di antara Lembaga Keuangan
Konvensional.132
Kepercayaan adalah asas utama bagi lembaga keuangan untuk
berkembang. Pertumbuhan secara kuantitas tanpa diiringi dengan kualitas
membawa potensi kehancuran. Lembaga Keuangan Syariah dituntut untuk
menerapkan manajemen keuangan operasional dan penerapan nilai-nilai
syariah dengan baik. Resiko keuangan yang terkandung dalam bisnis
lembaga keuangan pada umumnya juga tidak dapat dinegasikan.
Melihat berbagai respon masyarakat terhadap Lembaga Keuangan
Syariah yang ada di Kecamatan Kaliwungu, penulis menganalisis bahwa ini
akan berdampak pada perkembangan maupun keberlangsungan hidup
Lembaga Keuangan Syariah itu sendiri.
Apalagi jika melihat prosedur atau proses akad dalam Lembaga
Keuangan Syariah terlalu sulit dipahami oleh masyarakat yang mau menjadi
bagian dari lembaga-lembaga tersebut (nasabah) justru masyarakat cenderung
menganggap lebih mudah dan cepat dalam sistem operasional yang diterapkan
131 Selain itu, menurut Muhammad bahwa perkembangan sektor perbankan yang terlalucepat dengan tidak disertai infrastruktur yang mendukungnya seperti kebijakan yang sempurna,arah kegiatan usaha, dan ketersediaan sumber daya manusia yang profesional dapat menimbulkanmasalah perbankan. Lihat Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2002, hlm. 4
132 Selain pelaksanaan prudential banking, Lembaga Keuangan Syariah dituntut untukterus menerus memantau lembaga-lembaga syariah secara keseluruhan dalam tubuh organisasimaupun produknya.
82
oleh Lembaga Keuangan Konvensional. Kemudian Lembaga Keuangan
Syariah hanya sebatas nama atau label saja.
Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya Lembaga Keuangan
Syariah di Kecamatan Kaliwungu. Hanya 1 dari 4 lembaga yang penulis teliti
dapat berkembang dengan baik. Namun sangat disayangkan bahwa lembaga
yang berkembang itu menjalankan bisnisnya tidak sesuai dengan sistem
syariah. Namanya saja Lembaga Keuangan Syariah tapi praktiknya masih
menggunakan sistem konvensional. Masih banyak ditemukan penerapan
sistem syariah yang kurang sesuai dan bahkan cenderung masih berpola
konvensional dengan mengedepakan sistem bunga.
Kondisi Lembaga Keuangan Syariah yang ada di kecamatan
kaliwungu saat ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya haruslah
menjadi titik evaluasi dan motivasi untuk lebih mengembangkan Lembaga
Keuangan Syariah agar peran dari Lembaga itu sendiri lebih bisa dirasakan
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Lembaga
Keuangan Syariah pun diharapkan dalam arah pengembangannya kedepan
lebih dapat menggambarkan bentuk Islam dalam ekonomi secara sempurna
khususnya aspek aplikasi keuangan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis
penulisan, kiranya dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Respon masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal secara umum dapat dikategorikan baik,
akan tetapi masih banyak yang ragu-ragu mengenai sistem bagi hasilnya
disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang Lembaga
Keuangan Syariah, entah itu mengenai nama-nama produk, jenis dll.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi respon masyarakat tentang
Lembaga Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal
adalah membaiknya perekonomian masyarakat yang menggunakan jasa
Lembaga Keuangan Syariah, mayoritas masyarakatnya adalah muslim.
Adapun sikap masyarakat Kaliwungu terhadap penggunaan jasa Lembaga
Keuangan Syariah sangat kecil, di mana hanya sedikit saja yang
menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
a. Sudah menabung di lembaga keuangan lain (lembaga keuangan
konvensional).
b. Belum memerlukan investasi di Lembaga Keuangan Syariah.
c. Kurangnya informasi tentang Lembaga Keuangan Syariah.
84
d. Tidak mempunyai uang lebih untuk diinvestasikan di Lembaga
Keuangan Syariah.
e. Lain-lain.
2. Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya Lembaga Keuangan Syariah di
Kecamatan Kaliwungu. Hanya 1 dari 4 lembaga yang penulis teliti yang
dapat berkembang dengan baik. Namun sangat disayangkan bahwa 1 di
antara 4 Lembaga Keuangan Syariah tersebut masih menggunakan sitem
konvensional dengan mengedepankan sistem bunga.
B. Saran-saran
Untuk menciptakan lembaga keuangan syariah yang ideal, kiranya
masih perlu kerja keras dari seluruh umat Islam terutama para praktisi dan
pemikir ilmuan muslim. Penilaian masyarakat tentang Lembaga Keuangan
Syariah menjadi modal dasar untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihannya sehingga pada saatnya nanti Lembaga Keuangan Syariah
dapat meningkatkan manajemen profesioanl dengan tetap berpijak pada
prinsip-prinsip syariah.
Sesuai dengan harapan penulis agar pikiran-pikiran dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, kiranya penulis menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya sosialisasi tentang Lembaga Keuangan Syariah khususnya
mengenai prinsip bagi hasil, sehingga masyarakat lebih mengetahui
tentang rasio (pembagian) bagi hasil pada Lembaga Keuangan Syariah.
85
Dengan demikian, masyarakat dapat membandingkan secara objektif dan
menentukan pilihannya di Lembaga Keuangan Syariah atau Lembaga
Keuangan Konvensional.
2. Meningkatkan pada kualitas jasa. Jika Lembaga Keuangan Syariah
ingin membangun kepuasan dan loyalitas dari pelanggan ataupun
nasabah maka harus lebih menonjolkan dimensi penerapan syariah yang
dalam hal ini adalah konstruk syariah. Misalnya tampilan pada
Lembaga Keuangan Syariah, brosur, interior, eksterior dan sikap
karyawan yang mencerminkan penerapan syariah.
3. Memperbaiki kinerja pengurus Lembaga Keuangan Syariah serta
memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap anggota nasabah.
4. Meningkatkan peran Lembaga Keuangan Syariah khususnya dalam
bidang ekonomi bisnis, dengan mempermudah masyarakat dalam
mengakses modal usaha, dan bidang sosial dengan menyalurkan produk
Lembaga Keuangan Syariah kepada masyarakat yang membutuhkan.
C. Penutup
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah skripsi ini berhasil
diselesaikan. Dengan keterbatasan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangan. Namun kekurangan tersebut bukan berarti penulis lepas
tanggung jawab secara ilmiah. Semoga penulisan ini memberikan manfaat
86
bagi kita semua. Akhirnya semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan
pertolongan pada hamba-Nya, amin. Sekian dan terima kasih.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Husain At-Tariqi, Abdullah, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dun Tujuan(ter) Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.
Abdul Mun'im Afar, M, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Paramadina Press,1979.
Agus Riswandi, Budi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2005.
Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Arifin, Zaenul, Memahami Bank Syari'ah: Lingkup, Peluang, Tantangan danProspek, Jakarta: AlvaBet, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 1998.
Bungin, Burhan M, Metodologi Penulisan Kualitatif: Aktualisasi MetodologisKe Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2001.
Burhan Bungin, M, Metodologi Penulisan Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi,dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilrnu Sosial Lainnya, Jakarta:Kencana, Cet. 1, 2004.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta:Departemen Agama RI, 1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Echols, John M. dan Hasan Shadiliy, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama, Cet. XXV, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset, 2001.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Teuku, Tafsir al-Qur'anul Madjied An-Nur, Jakarta:Bulan Bintang, 1965.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issue Lembaga KeuanganSyariah, Jakarta: Kencana 2009.
http://putracenter.net/2009/02/26/sekilas-dengan-lembaga-keuangan-syariah/.
88
http://thewinnerlife.blogspot.com/2008/01
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,1990.
---------------------, Psikologi Umum, Bandung: Penerbit Alumni, 1984.
Kecamatan Kaliwungu Dalam Angka 2008, Disusun oleh Koordinator StatistikKecarnatan Kaliwungu BPS Kabupaten Kendal.
Kholid, Narbuko, Metode Penulisan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Laksamana, Yusak, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan DiBank Syariah, Jakarta: PT Elex media komputindo gramedia, 2009.
Lexy J. Meleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, Bandung: RemajaRosdakarya, 2000.
Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Cet. III,2004.
Majalah Himmah, Membangun Institusi dan Komunitas Ekonomi Islam, EdisiX/Rajab 1425 H.
Monografi Kecamatan Kaliwungu Tahun 2010.
Muhammad, Metodologi Penulisan Ekonomi Islam, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2008.
---------------, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
Nadratuzzaman Hosen, M, dkk, Materi Dakwah Ekonomi Syariah, Jakarta:PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), 2008.
Perwataatmadja, Karnaen A, dan Muhammad Syafi'i Antonio, Apa danBagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992.
Rahmi, Amelia, Persepsi Guru Tentung Iklim Sekolah: Motivasi Kerja danKreatifitas Guru SD Islam Nasima Semarang, dalam Jurnal PenulisanWalisongo, Vol XII, 2000.
Rasyid Ridha, Muhammad, Tafsir al-Manar, Mesir: Dar al-Manar, 1376 H,Jilid III.
89
Ridwan, Muhammad, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, Yogyakarta:Pustaka SM, 2007.
Ringkasan Eksekutif Kerjasama Bank Indonesia Dengan UNDIP, Potensi danPerilaku Masyarakat Terhadap Bank Syari 'ah di Wilavah JawaTengah dun DIY, Semarang: Puslit Kajian Pembangunan LemlitUNDIP, 2000.
Rizal Purnama, Achmad, Menuju Sistem Ekonomi Islam, Makalah Seminar"Membuka Peluang Kewirausuhuan Dalam Sistem Ekonomi Islam",Depok: U1, 2000.
Saed, Abdullah, Menyoal Bank Syariah (Kritik Atas Interpretasi Bunga BankKaum Neo Revivalis) terj. Arif maftuhin, M. Ag, Jakarta: Paramadina,2004.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah: Deskripsi danIlustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Sulthon Abu Ali, M, Problematik Ekonomi Dunia Modern dan Solusi Islam,Jeddah: Malik Abdul Aziz Universitas Jeddah, 1981.
Surnardi, Dedi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Cet.III, Bandung: Alumni,1986.
Sumiyanto, Ahmad, Keunggulan Sistem Ekonomi Islam dalam MenjawabKeraguan Berekonomi Syariah, Yogyakarta: Safiria Insani Press,2008.
Syafi'i Antonio, Muhammad, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta:Gema Insani bekerja sama dengan Tazkia cendekia, Cet-ke 5, 2005.
--------------------------------------, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum,Jakarta: Tazkia Institut, 1999.
Syibli, M. Roem, Filosofi dan Rasional Ekonomi Islam dalam MenjawabKeraguan Berekonomi Svariah, Yogyakarta: Safiria Insani Press,2008.
Tim Penulis Fakultas Syariah lAIN Walisongo Semarang, Pedoman PenulisanSkripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2000.
Todaro, Michael P, Economic Development In the Third World, London: LongMan, 1977.
Wawancara dengan Bapak KH. Syamsul Ma'arif, SH selaku ketua KoperasiArofah pada tanggal 29 Agustus 2010.
90
Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, Pengurus takmir masjid Al-MuttaqinKauman Kaliwungu dan beberapa pengguna jasa Lembaga KeuanganSyariah pada tanggal 29 Agustus 2010.
Wawancara dengan Camat Kaliwungu Bapak Sumartoyo, S.Sos pada tanggal18 Oktober 2010 di Kantor Kecamatan Kaliwungu.
Wawancara dengan Bapak Mukti, penjual nasi di dekat Masjid KaumanKaliwungu pada tanggal 18 Oktober 2010.
Wawancara dengan Kyai Zuhri, dikutip pada tanggal 18 Oktober 2010.
Wawancara dengan Bapak Zainal Mu’tadin, umur 28, dikutip pada tanggal 18Oktober 2010.
Wawancara dengan Pegawai KJKS Kospin Tawakal bernama Dian, dikutippada tanggal 18 Oktober 2010.
Wawancara dengan Bapak Sholihin, umur 52 tahun di kutip pada taggal 30Nopember 2010.
Wawancara dengan Bapak Nadhirin dan Ibu Satifah pada tanggal 30 Nopember2010.
Wibowo, Edy dan Untung Hendy, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2005.
Yazid Afandi, Muhammad, Fiqih Mumalah Dan Implementasinya DalamLembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.
91
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Elly Nur Rohmah
Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen / 28 Mei 1988
Alamat : Desa Tambakmulya 1, Kecamatan Puring Kabupaten
Kebumen
Nama orang tua
Bapak : Abdul Hamid
Ibu : Siti Nur Hayati
Alamat : Desa Tambakmulya 1, Kecamatan Puring Kabupaten
Kebumen
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, 10 Desember 2010
Penulis,
Elly Nur RohmahNIM: 062311010
92
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Elly Nur Rohmah
Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen / 28 Mei 1988
Alamat : Desa Tambakmulya 1, Kecamatan Puring Kabupaten
Kebumen
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Jenjang pendidikan :
1. SDN.01 Tambakmulya Tahun lulus 2000
2. SLTP Al-Husain Magelang Tahun lulus 2003
3. MA AN-NAWAWI Purworejo Tahun lulus 2006
4. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Tahun lulus 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 10 Desember 2010
Penulis,
Elly Nur RohmahNIM.062311010
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUPNama : Elly Nur RohmahTempat/ Tgl Lahir : Kebumen, 28 Mei 1989Jenis Kelamin : PerempuanAgama : IslamAlamat Rumah : Desa Tambak Mulyo I Puring Kebumen Kode Pos 59381No Telpon : 085 740 126 060Email : [email protected]/[email protected]
Jenjang Pendidikan :1. SDN I Tambakmulyo Lulus tahun 20002. SMP Al-Husain Magelang Lulus tahun 20033. MAK An-Nawawi Purworejo Lulus tahun 20064. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Hukum Ekonomi Islam
(MU) angkatan 2006
Pendidikan Non Formal:1. Ponpes Al-Husain Magelang2. Ponpes An-Nawawi Purworejo3. Ponpes Tahfidlul Qur’an (PPTQ) Purwoyoso Semarang
Pengalaman Organisasi:1. Ketua Fosia (Forum Silaturrahmi An-nisa’) Fakultas Syari’ah IAIN WS 20082. Koordinator Keputrian BEMF Fakultas Syari’ah 20083. Sekretaris KAPPAS (Keluarga Alumni Ponpes an-Nawawi di Semarang)
20084. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Mu’amalah dan Ekonomi Islam (HMJ
MU-EI) 20095. Warga Teater ASA Fakultas Syari’ah6. Ketua Putri IKTRIMEN (Ikatan Santri Kebumen) Ponpes An-Nawawi7. Ketua Putri MAK an-Nawawi8. Departemen Pengkaderan PMII Rayon Syari’ah Komisariat Walisongo 2007-
20089. Departemen LKAW PMII Komisariat Walisongo Semarang 2008-200910. Litbang Forshei (Forum Study Hukum Ekonomi Islam) IAIN Walisongo11. Mendagri DEMA IAIN Walisongo Semarang 201012. Peserta TEMILNAS FOSSEI (Temu Ilmiah Nasional) di Bali 200913. Peserta TEMILNAS FOSSEI (Temu Ilmiah Nasional) di Medan 201014. Litbang JQH (Jam’iyatul Qurro’ wal Huffadz) Fakultas Syari’ah15. Ikatan Mahasiswa Kebumen di Semarang (IMAKE)
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Atasperhatiannya saya ucapkan terima kasih.
94
DAFTAR PERTANYAAN
1. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, bagaimana hukum bunga yang diterapkan
pada bank konvensional ?
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mengetahui informasi tentang
Lembaga Keuangan Syariah?
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mengetahui sistem operasional Lembaga
Keuangan Syariah?
4. Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i apakah sistem operasional Lembaga
Keuangan Syariah menggunakan prinsip bagi hasil sesuai dengan syari’ah
Islam?
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i setuju dengan keberadaan Lembaga
Keuangan Syariah di Kecamatan Kaliwungu?
6. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i menerima prinsip bagi hasil yang diterapkan
pada sistem operasional Lembaga Keuangan Syariah?
7. Bagaimana sikap Bapak/Ibu/Saudara/i terhadap sistem operasional
Lembaga Keuangan Syariah?
8. Apa alasan Bapak/Ibu/Saudara/i menggunakan jasa Lembaga Keuangan
Syariah?
9. Jika Bapak/Ibu/Saudara/i tidak menggunakan jasa Lembaga Keuangan
Syariah, apa alasannya?
95
DAFTAR KYAI YANG DIWAWANCARAI
1. KH. Samsul Ma’arif
2. KH. Dimyati Rois
3. KH. Suyuti Murtadlo
4. KH. Zuhri
5. KH. Solahuddin Humaidullah
6. KH. Najib Mubarok
7. KH. Muslim
8. KH. Ba’dhu
9. KH. Sa’idun
10. KH. Ridwan Amin
11. KH. Maghzunun Irja
DAFTAR NASABAH YANG DIWAWANCARAI
1. Bapak Nadhirin Alamat Rukun Sari
2. Bapak Roby Mayendra Alamat Sabrang Lor
3. Ibu Rohmah Alamat Sarean
4. Ibu Satifah Alamat Sarean
5. Ibu Sri Puryanti Alamat Tepi Mulyo
6. Ibu Sri Rahayu Alamat Jagalan
7. Ibu Wahidah Alamat Citraan
8. Bapak M. Misbah Alamat Sawah Jati
9. Ibu Rohmah Alamat Gadukan
10. Bapak Rudi Sutikno Alamat Jati Sari